BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi fisik
2.1.1 Kondisi Geografis
1. Letak Geografis
Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten yang berada pada wilayah
Provinsi Papua dimana secara geografis terletak antara 137o 141o Bujur Timur dan 5o
9o Lintang Selatan. Dengan luas mencapai hingga 46.791,63 km2 atau 14,67
persen dari keseluruhan wilayah Provinsi Papua menjadikan Kabupaten Merauke sebagai
kabupaten terluas tidak hanya di Provinsi Papua namun juga di antara kabupaten
lainnya di Indonesia. Secara administratif Kabupaten Merauke memiliki 20 distrik, dimana
2
Distrik Waan merupaka distrik yang terluas yaitu mencapai 5.416,84 km sedangkan
Distrik Semangga adalah distrik yang terkecil dengan luas hanya mencapai 326,95 km2
atau hanya 0,01 persen dari total luas wilayah Kabupaten Merauke. Sementara luas
perairan di Kabupaten Merauke mencapai 5.089,71 km2.
Kabupaten Merauke dibatasi oleh daratan dan lautan. Secara geografis, Kabupaten
Merauke disebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten
Boven Digoel, sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea, di sebelah selatan
dan barat berbatasan dengan Laut Arafuru. Jika ditinjau menurut kelas ketinggiannya,
Kabupaten Merauke merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki kelas ketinggian
antara 0-60 mdpl.
. 2. Topografis
Kabupaten Merauke merupakan daerah datar di mana sebagian besar wilayah
berada pada ketinggian antara 3 - 4 meter di atas permukaan laut (dpl) dan hanya tiga
wilayah yaitu Distrik Muting, Elikobel, dan Ulilin yang berada pada ketinggian antara 40 - 60
meter dari permukaan air laut. Seperti halnya dengan daerah Indonesia yang beriklim tropis,
suhu udara rata-rata di Kabupaten Merauke berkisar antara 23 32C dengan jumlah
curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 2.962,3 mm sedangkan jumlah hari
hujan tertinggi yaitu 210 dicapai pada tahun 2013.
2.1.2
Administratif.
Kabupaten Merauke terletak pada koordinat 137 0 1410 Bujur Timur (BT) dan 50
90 Lintang Selatan (LS) dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten Bouven Digoel;
Sebelah Timur dengan Negara Papua New Guinea;
Sebelah Barat dengan Laut Arafura;
Sebelah Selatan dengan Laut Arafura.
Luas Kabupaten Merauke adalah 46.791,63 km 2 (Merauke dalam angka, 2013),
yang terdiri dari 20 distrik dengan distrik terjauh adalah distrik Muting yaitu 247 km dari
ibukota kabupaten. Distrik Waan merupakan distrik terluas yaitu mencapai 5.416,84 km 2
atau sekitar 11,58% dari total luas areal diikuti oleh Distrik Ulilin seluas 5.092,57 km 2 atau
10,88%.
Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Distrik di
11
Jumlah Kampung
11
8
9
4
8
6
5
4
9
7
5
2
10
14
14
5
5
12
12
11
Jumlah kelurahan
8
-
Berikut luas wilayah dan batas-batas wilayah Kabupaten Merauke jika dilihat dari bentuk
gambaran peta seperti pada Peta 2.1 berikut ini :
12
Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Merauke dan Cakupan Wilayah Kajian
13
2.1.3
Kondisi Fisik
1. Kondisi Hidrologi
a. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Merauke memiliki iklim yang sangat tegas antara musim
penghujan dan musim kemarau. Menurut Oldeman (1975), wilayah Kabupaten
Merauke berada pada zona Agroclimate Zone C yang memiliki masa basah antara 5-6
bulan. Dataran Merauke mempunyai karakteristik iklim yang agak khusus yang mana
curah hujan yang terjadi dipengaruhi oleh Angin Muson, baik Muson Barat - Barat Laut
(Angin Muson Basah) dan Muson Timur Timur Tenggara (Angin Muson Kering) dan
juga dipengaruhi oleh kondisi Topografi dan elevasi daerah setempat.
Curah hujan pertahun di Kabupaten Merauke rata-rata mencapai 1.558,7
mm. Dari data yang ada memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah curah hujan
pertahun antara daerah Merauke Selatan dan bagian utara. Secara umum terjadi
peningkatan curah hujan pertahun dari daerah Merauke Selatan (1000 - 1500)
dibagian Muting, kemudian curah hujan dengan jumlah 1500-2000 mm/tahun terdapat
di Kecamatan Okaba dan sebagian Muting, selebihnya semakin menuju ke Utara curah
hujannya semakin tinggi. Perbedaan tersebut juga berlaku pada jumlah bulan basah
yaitu semakin kebagian utara masa basah sangat panjang sedangkan pada bagian
selatan terdapat masa basah yang relatif pendek. Kondisi iklim yang demikian
berpeluang untuk dua kali tanam. Musim hujan yang terjadi merupakan kendala
terhadap kondisi jalan-jalan tanah yang setiap tahun mengalami kerusakan.
Sementara disisi lain musim kemarau yang panjang justru mengakibatkan
kekurangan air bersih dan air irigasi bagi masyarakat dan petani. Berdasarkan data
iklim yamg dikeluarkan oleh Kantor Meteorologi dan Geofisika Merauke menunjukkan
bahwa kecepatan angin hampir sama sepanjang tahun; di daerah pantai bertiup cukup
kencang sekitar 4-5 m/det dan dipedalaman berkisar 2 m/det. Penyinaran matahari
rata-rata di Merauke adalah 5,5 jam/hari pada bulan Juli dan yang terbesar 8,43
jam/hari pada bulan September, dengan rata-rata harian selama setahun sebesar 6,62
jam. Tingkat kelembapan udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim Tropis
Basah, kelembapan rata-rata berkisar antara 78-81%.
b. Perwilayahan DAS
Secara umum, Kabupaten Merauke memiliki 3 (tiga) perwilayahan Daerah
Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bikuma, DAS Bulaka, dan DAS Dolak. DAS BIKUMA
sendiri terdiri dari 3 (tiga) DAS, yaitu DAS Bian, Kumbe, dan Maro. Selain itu, ada
sebagian wilayah Kabupaten Merauke yang termasuk dalam perwilayahan DAS Digul.
Apabila perwilayahan DAS tersebut disesuaikan dengan perwilayahan administrasi
distrik di Kabupaten Merauke, maka perwilayahan DAS tersebut dapat dibagi menjadi
6 (enam) kelompok, yaitu:
1.
Distrik Ulilin, Muting, Animha, Kurik, Kaptel, Distrik Malind dan Distrik Okaba
tergabung dalam DAS Bian (DAS BIKUMA) dengan luas 999.918, 9 Ha.
2. Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga, Merauke, Kurik,
Animha dan Distrik Malind tergabung dalam DAS Kumbe (DAS BIKUMA) dengan
luas 465.140,1 Ha.
3. Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga, Merauke, Kurik,
Animha dan Distrik Sota tergabung dalam DAS Maro (DAS BIKUMA) dengan luas
829.112,5 Ha.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
14
4.
Distrik Ulilin, Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tubang dan Distrik Okaba tergabung dalam
DAS Buraka 876.627,5 Ha
5. Distrik Ilwayab, Tabonji, Kimaam dan Distrik Waan tergabung dalam DAS Dolak
dengan luas 1.246.950,8 Ha.
6. Distrik Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tabonji dan Distrik Kimaam tergabung dalam DAS
Digul dengan luas 233.594,1 Ha
Dalam aspek pengelolaan wilayah DAS, umumnya satuan perwilayahan DAS
tersebut dibagi lagi ke dalam tiga bagian wilayah, yaitu wilayah hulu (upstream),
sebagai bagian wilayah yang menyimpan air, wilayah tengah (median), sebagai
bagian wilayah yang mengalirkan sekaligus menyimpan air, dan ketiga wilayah hilir
(downstream), sebagai muara dari aliran sungai. Ketiga bagian ini saling terkait dan
harus saling mendukung kapasitas sungai yang mengalirkan air tersebut tetap terjaga
dan dapat meneruskan air tanpa harus memberikan limpasan air pada daerah kiri
kanan sungainya, bahkan pada saat curah hujan tinggi.
Untuk perwilayahan DAS Bikuma, Wilayah Upstream, meliputi Distrik Ulilin,
Elikobel, dan Muting; Wilayah Median, meliputi Kurik, Tanah Miring, Jagebob, dan
Sota; serta Wilayah Downstream, meliputi bagian selatan-timur Distrik Okaba, Kurik,
Semangga dan Merauke.
Untuk perwilayahan DAS Bulaka, wilayah Upstream, meliputi: Wilayah Distrik
Ngguti, Bagian barat laut distrik Kaptel , wilayah Median, meliputi Wilayah bagian utara
Distrik Okaba dan wilayah downstream, meliputi Distrik Tubang.
Untuk perwilayahan DAS Dolak, wilayah Upstreamnya meliputi: wilayah
Pulau Dolak sendiri sebagai catchment area-nya dan wilayah downstreamnya berupa
sungai-sungai kecil yang tidak terhitung jumlahnya. Wilayah DAS ini dihitung sebagai
satu DAS pulau berdasarkan Kepmen No. 11 tahun 2005 tentang Perwilayahan
Sungai. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa Daerah Aliran Sungai dapat
ditentukan oleh Sungai menurut sungainya dan juga dapat dinamai berdasarkan Pulau.
Hal tersebut terjadi pula dalam kasusu Merauke, dimana Pulau Dolak memiliki banyak
sungai dan anak sungai sehingga DAS-nya dinamai sesuai dengan nama Pulaunya.
Tabel 2.2 Nama - nama Sungai Kabupaten Merauke
No.
Nama DAS
1
2
3
Bian
Kumbe
Maro
Panjang Sungai
(Km)
210
260
300
Debit (M/dtk)
Max
Min
1,25
0,09
0,09
-
15
16
2. Kondisi Klimatologi
Di tahun 2012 suhu udara rata- rata di Kabupaten Merauke adalah sebesar
26,5oC dengan suhu terendah sebesar 22,6oC yang terjadi pada bulan agustus dan
suhu tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 33,7oC. Kelembaban relatif di
Kabupaten Merauke adalah sebesar 79,40 persen. Kondisi paling lembab terjadi pada
bulan mei sebesar 85,40 persen.
Pada tahun 2012 rata-rata tekanan udara sebesar 1.009,10 mb. Rata-rata
kecepatan angin di tahun 2012 ini adalah sebesar 12 knot. Secara total selama tahun
2012 jumlah hari
hujan di Kabupaten Merauke adalah 155 hari. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan maret dengan besar 525,90 mm. Sebaliknya curah hujan
terendah terjadi pada bulan agustus dengan hanya sebesar 3,30 mm.
2.2 Demografis
2.2.1 Jumlah dan Distribusi Penduduk
Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kabupaten Merauke berjumlah 70,002 jiwa
yang menempati wilayah seluas 1.445,63 km 2, dengan komposisi penduduk laki-laki 35,974
jiwa (51,39 %) dan perempuan 34,028 jiwa (48,61%). Sex ratio penduduk Kabupaten Merauke
sebesar 105,72. Angka ini menunjukkan bahwa dari setiap 100 perempuan terdapat sekitar
100 orang laki-laki.
Berikut ini diagram yang memperlihatkan kepadatan tiap Distrik yang ada di
Kabupaten Merauke Dari diagram diatas kita dapat melihat tidak meratanya konsentrasi dan
persebaran penduduk di Kabupaten Merauke. Berdasarkan konsentrasi penduduk per distrik
didapatkan bahwa kepadatan penduduk tertinggi di wilayah Kabupaten Merauke berada di
wilayah Distrik Merauke yaitu 38,5 jiwa/km2, sedangkan konsentrasi yang terendah adalah di
Distrik Kaptel dan Distrik Ngguti yaitu masing-masingnya 0,6 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan
rata-rata penduduk Kabupaten Merauke adalah 3,8 jiwa per km2.
Terkonsentrasinya jumlah penduduk di Distrik Merauke disebabkan oleh tersedianya
fasilitas pelayanan umum di distrik tersebut, dimana distrik-distrik lain di wilayah kabupaten ini
banyak yang belum terbangun. Bahkan sebagian besar distrik-distrik baru belum terbangun
sama sekali baik dari segi fasilitas pelayanan maupun dari segi infrastruktur. Faktor lainnya
adalah tingginya bangkitan kegiatan di distrik tersebut dibandingkan distrik lainnya. Bangkitan
kegiatan yang dimaksud tidak hanya lapangan pekerjaan, akan tetapi juga faktor pendidikan
lanjut. Hampir seluruh anak sekolah tingkat lanjut dari distrik-distrik lain di seluruh Merauke
meneruskan pendidikannya ke Perguruan Tinggi yang ada di kabupaten Merauke. Faktor
ketiga adalah banyaknya jumlah pendatang dari daerah luar Kabupaten Merauke yang
mencoba mencari penghidupan dan langsung menetap di Kota Merauke. Pendatang baru ini
adalah orang-orang non-transmigran, karena program penempatan transmigrasi ke Kabupaten
Merauke sendiri telah dihentikan sejak tahun 2000.
Distrik-distrik lain yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi adalah Distrik
Semangga, Distrik Malind dan Distrik Kurik. Ketiga distrik tersebut sebelumnya adalah
merupakan kawasan transmigrasi. akan tetapi telah berkembang menjadi pusat-pusat
permukiman baru bagi masyarakat pendatang lainnya. Faktor kedekatan ketiga Distrik ini
dengan Kota Merauke serta didukung dengan akses jaringan jalan yang baik ke ibukota
kabupaten merupakan salah satu fakta menarik bagi penduduk yang ingin mencari pekerjaan
di Kota Merauke. Khusus unuk Distrik Semangga dan Kurik, di Distrik ini juga terdapat desaPokja Sanitasi Kabupaten Merauke
17
desa yang dihuni oleh penduduk perintis, yaitu penduduk pendatang non transmigran yang
telah berpuluh tahun tinggal di Merauke.
Tabel 2.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Merauke Tahun 2013
Nama Distrik
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Luas (km2)
Kepadatan
(rata2)
Kimaam
3.207
Waan
2.512
Tabonji
6.102
4.630,30
1,32
2.239
4.751
5.416,84
1,66
2.710
2.669
5.379
2.868,06
0,99
Ilwayab
2.889
2.490
5.379
1.999,08
2,69
Okaba
2.737
2.436
5.173
1.560,50
3,31
Tubang
1.227
1.134
2.361
2.781,18
0,85
Ngguti
1.024
954
1.978
3.554,62
0,56
Kaptel
983
847
2.384,05
0,77
Kurik
7.584
6.746
977,05
14,67
Animha
1.080
968
1.830
14.33
0
2.048
1.465,60
1,40
Malind
4.996
4.533
490,60
19,42
Merauke
49.905
45.505
1.445,63
66,00
Naukenjerai
1.036
956
905,86
2,20
Semangga
7.424
6.528
326,95
42,67
Tanah Miring
9.845
8.412
9.529
95.41
0
1.992
13.95
2
18.25
1.516,67
12,04
Jagebob
3.955
3.604
7
7.559
1.364,96
5,54
Sota
1.667
1.415
3.082
2.843,21
1,08
Muting
2.864
2.618
5.482
3.501,67
1,57
Elikobel
2.242
1.839
4.081
1.666,23
2,45
2.334
112.221
2.066
100.854
4.400
213.075
5.092,57
46.791,63
0,86
4,55
Ulilin
Total
2.895
18
Tabel 2.4 Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
No
Nama Kecamatan
Tahun
Tahun
.
2013
2014
2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016
1
Kimaam
6404,3 6721,6 7054, 7404, 7771, 160 168 176 185
124 0,42
130 3,68
137 1,07
144
2
Waan
4986,4 5233,4 5492, 5764, 6050, 1,08
141
148
155
163
3
Tabonji
5645,5 5925,2 6218, 6527, 6850, 6,60 8,37 3,20 1,24
141 1,31
148 4,71
155 1,75
163
4
Ilwayab
5645,5 5925,2 6218, 6527, 6850, 1,38
135
142
149
156
5
Okaba
5429,3 5698,3 5980, 6277, 6588, 1,38 1,31 4,71 1,75
7,33 650,
4,58 682,
5,17 716,
9,26
6
Tubang
2477,9 2600,7 2729, 2864, 3006, 619,
497 544,
193 571,
41 600,
223
7
Ngguti
2076,0 2178,8 2286, 2400, 2519, 519,
002 503,
719 528,
71 555,
038
8
Kaptel
1920,6 2015,8 2115, 2220, 2330, 480,
169 394
961 414
932 434
141
9
Kurik
15040, 15785, 1656 1738 1824 376
537,
563,
591,
621,
0,01
6,32
1,86
7,09
10
Animha
2149,4 2255,9 2367, 2485, 2608,
369 262
996 275
942 289
273
11
Malind
10001, 10496, 11016 1156 1213 250
250
262
275
289
0,29
4,18
4,20
0,68
12
Merauke
10013 105099 11030 1157 1215
34,4 548,
74,8 575,
76,7 604,
43,2
13
Naukenjerai
2090,7 2194,2 2303, 2417, 2536, 522,
366
384
403
285
14
Semangga
14643, 15368, 1613 1692 1776 676 574 756 423
479 2,22
502 2,60
527 2,42
553
15
Tanah Miring
19161, 20111, 21107 2215 2325 0,83
198 7,77
208 218
229
6,9 8,37
16
Jagebob
7933,5 8326,6 8739, 9172, 9626, 0,40
3,38 848,
1,66 890,
4,81 934,
3,06
17
Sota
3234,7 3394,9 3563, 3739, 3925, 808,
678 150
748 158
803 166
943
18
Muting
5753,6 6038,7 6337, 6651, 6981, 143
107 9,68
112 4,48
117 2,99
123
19
Elikobel
4283,2 4495,4 4718, 4951, 5197, 8,40
115 3,86
121 9,54
127 7,99
133
20
Ulilin
4618,0 4846,8 5087, 5339, 5603, 0,80
559
586
615
646
4,50
1,71
1,75
4,76
Jumlah
22363 234713 2463 2585 2713
08,2 78,4
86 37,5
Sumber : Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2013
19
2017
Tingkat Pertumbuhan
Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
194
151
2,79
171
2,65
171
2,60
164
2,60
751,
7,01
629,
712
582,
77
456
648
652,
2,49
303
057
303
3,91
634,
77,3
444
227
581
2,14
240
2,79
981,
6,68
174
269
129
5,39
140
9,33
678
0,90
40,3
0,02
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
417
0,02
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
417
0,02
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
417
0,02
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
0,02
417
417
0,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,650,65
2.3
2.3.1
Anggaran
(b)
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Dana Perimbangan
(Transfer)
Lain-lain Pendapatan
yang Sah
Jumlah Pendapatan
2009
(c)
2010
(d)
2011
(e)
2012
(f)
2013
(g)
103.693.690.095
98.845.617.498
98.890.012.489
105.089.936.849
130.938.483.167
863.671.381.958
929.280.177.869
1.023.895.085.379
1.332.999.189.235
1.403.795.340.050
111.379.274.557
112.808.205.934
90.473.964.934
130.060.494.857
139.654.410.743
1.078.744.346.610
1.140.934.001.301
1.213.259.062.802
1.568.149.620.941
1.674.388.233.960
Belanja
349.315.870.329,04
422.850.702.843,58
521.228.412.376,33
681.847.572.426,72
597.995.894.168,00
Belanja Langsung
810.778.349.584,71
736.033.304.929,42
664.443.669.685,67
995.624.116.053,28
1.179..595.924.518,00
Jumlah Belanja
1.160.094.219.913,75
-81.349.873.303,75
1.158.884.007.773,00
-17.950.006.472,00
1.185.672.082.062,00
27.586.980.740,00
1.677.471.688.480,00
-109.322.067.539,00
1.777.591.818.686,00
-103.203.584.726,00
Surplus/Defisit Anggaran
Tabel 2.6 Ringkasan anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per penduduk 5 tahun
terakhir
No
Subsektor/SKPD
2009
2010
2011
2012
2013
20
(a)
A
1
(b)
Air Limbah
Dinas PU
B
1
2
Persampahan
Dinas PU
BLH
C
1
Drainase
Dinas PU
Aspek PHBS (pelatihan,
sosialisasi,
komunikasi,
pendampingan)
Dinas Kesehatan
Air Bersih
Dinas PU
BLH
Total
Belanja
Modal
Sanitasi (A s/d E)
Total
Belanja
Modal
Sanitasi dari APBD murni
(bukan pendamping)
Total Belanja APBD
Proporsi Belanja Modal
Sanitasi terhadap Belanja
Total (9:10x100%)
Jumlah penduduk
Belanja Modal Sanitasi per
penduduk (F:I)
D
1
E
1
2
F
G
H
I
I
J
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6.820.353.000
9.405.900.000
0
250.000.000
1.916.781.000
200.000.000
1.688.825.000
225.040.000
3.379.462.450
365.690.000
250.000.000
0
250.000.000
Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Merauke tahun 2009 2013
No
Uraian
Belanja
1 Sanitasi ( 1.1 +
1.2 + 1.3 + 1.4 )
1. Air Limbah
1
Domestik
1. Sampah rumah
2
tangga
1. Drainase
3
lingkungan
1.
4
PHBS
2010
2011
2012
128.758.000
170.500.000
453.180.725
1.433.150.000
1.771.384.000
2.360.408.000
2013
Rata-rata
Pertumbuha
n
1,9 %
2.505.380.000
1,21%
Dana Alokasi
2 Khusus ( 2.1 +
2.2 + 2.3 )
2.
1
DAK Sanitasi
2. DAK
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
21
2
2.
3
Lingkungan
Hidup
DAK
Perumahan dan
Permukiman
Pinjaman/Hiba
h untuk
3 Sanitasi
Bantuan
Keuangan
4
Provinsi untuk
Sanitasi
Belanja APBD murni
untuk Sanitasi (1-23)
Total Belanja
Langsung
% APBD murni
terhadap Belanja
Langsung
Sumber : APBD Kabupaten Merauke 2009 2013 diolah
Tabel 2.8 Belanja Sanitasi per Kapita Kabupaten Merauke
Sementara untuk Realisasi dan potensi retribusi sanitasi per kapita di Kabupaten Merauke belum
terlaksana ( data belum ada )
SKPD
Retribusi Air
Limbah
Realisasi
1.a
retribusi
Potensi
1.b
retribusi
1
Retribusi
Sampah
Realisasi
2.a
retribusi
2.b Potensi
2
2009
2013
Pertumbuhan
(%)
311.160.000
344.880.000
344.880.000
426.000.000
1,11
367.635.000
389.265.000
410.895.000
432.525.000
454.155.000
22
retribusi
Retribusi
Drainase
Realisasi
3.a
retribusi
Potensi
3.b
retribusi
3
Total Realisasi
Retribusi
Sanitasi
(1a+2a+3a)
Total Potensi
Retribusi
Sanitasi
(1b+2b+3b)
Proporsi Total
Realisasi
Potensi
Retribusi
Sanitasi (4/5)
Sumber : APBD Kabupaten Merauke 2009 2013 diolah
Tabel 2.10 Peta perekonomian daerah tahun 2009-2013
Data mengenai peta perekonomian daerah untuk tahun 2009-2013 masih belum tersedia.
2.3.2
Perekonomian Daerah
Potensi perekonomian di Kabupaten Merauke yang paling menonjol adalah sektor
pertanian dan perkebunan karena didukung oleh letak geografis wilayahnya. Selain sektor
pertanian, sektor yang mendukung perekonomian Kabupaten Merauke adalah sektor industri,
perdagangan dan jasa-jasa. Namun dengan Adanya Bandara Mopah-Merauke sebagai satu
sektor Pengangkutan dan Komunikasi maka menjadi nilai tambah yang jauh lebih tinggi
dibanding sektor pertanian dan perkebunan serta sektor lainnya. Berikut data perekonomian
umum daerah 5 tahun terakhir seperti pada tabel berikut ini :
23
Merauke terutama yang terjadi sejak tahun 2012 berkaitan dengan banyaknya kunjungan dari
luar Papua dan bertambahnya jumlah maskapai yang masuk ke bandara Mopah-Merauke.
Sementara itu, sektor Pertanian selama tahun 2012 hanya menghasilkan nilai
tambah bruto sebesar Rp 725.462,43 juta rupiah atau hanya mengalami peningkatan sekitar
Rp 20.017,04 juta rupiah dibandingkan dengan nilai tambah bruto sektor Pertanian selama
tahun 2011 yang hanya sebesar Rp. 705,445,39 juta rupiah.
2.4 Tata Ruang Wilayah
2.4.1 Rencana Struktur Ruang
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Merauke
dirumuskan sebagai berikut dimana Distrik Merauke merupakan kawasan perkotaan utama
dan sekaligus menjadi Ibukota kabupaten. Sebagaimana diketahui bahwa Distrik Merauke
merupakan kawasan perkotaan lama yang berada pada lintasan yang strategis dan
berintensitas lalu lintas (pergerakan barang dan orang) tinggi, bahkan tertinggi di Kabupaten
Merauke. Berdasarkan hal tersebut , maka rencana struktur ruang Kabupaten Merauke secara
keseluruhan dapat dilihat pada Peta 2.2 di bawah ini.
24
25
2.4.2
26
Hutan lindung dan kawasan konservasi serta resapan air yang memberikan
perlindungan di bawahnya
Kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan sungai , sempadan
pantai, dan pulau-pulau kecil
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Di Kabupaten Merauke terdapat 4
macam kawasan suaka alam dan pelestarian alam, yaitu Cagar Alam Rawa Biru,
Taman Nasional Wasur, Suaka Margasatwa, dan Pelestarian Budaya.
Kawasan rawan bencana alam. Bencana alam yang potensial terjadi di
Kabupaten Merauke adalah bencana erosi/abrasi pantai serta gelombang pasang
dan banjir
Kawasan lindung lainnya seperti kawasan perlindungan plasma nutfah dan
kawasan pantai berhutan bakau
Rencana kawasan lindung direncanakan mencapai 52,50 % dari luas kabupaten, yang
terdiri dari :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
b.
27
Berdasarkan data hasil pengolahan tim penyusun RTRW Kabupaten Merauke, terdapat
seluas 202 ribu Ha hutan lindung di Kabupaten Merauke dengan letak dan lokasi
pesebaran sebagai berikut.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melindungi kawasan lindung adalah
sebagai berikut:
1) Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan kriteria di atas, melalui
pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendalian
2) Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang telah
berlangsung lama), agar tidak mengganggu kawasan hutan lindung
3) Pengembalian kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan melalui program
rehabilitasi, reboisasi dan konservasi
4) Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di areal hutan lindung. kecuali
kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung, seperti pos penjaga hutan, kegiatan
penelitian
5) Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung,
diantaranya balai penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah dan pencegahan
bencana alam, sehingga tidak mengganggu fungsi hutan lindung
6) Pelibatan masyarakat secara aktif untuk menjaga dan melestarikan kawasan
berfungsi lindung.
Didasari atas hasil analisa Hutan Lindung di Kabupaten Merauke, maka rencana
pengembangan kawasan lindung secara umum adalah sebagai berikut :
(1) Hutan Lindung dan Hutan Kota perlu dipertahankan keberadaannya dan
keutuhannya untuk daya dukung serta menjaga keseimbangan ekosistem selain
berfungsi sebagai catchment area (daerah tangkapan air) yang diharapkan sebagai
sumber air baku untuk kebutuhan masyarakat dan PDAM
(2) Kerusakan Hutan Lindung sebagian besar disebabkan oleh faktor manusia karena
adanya pertambahan penduduk yang diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan
lahan usaha dan permukiman serta adanya penebangan liar, untuk itu segala
penebangan liar atau perambah hutan segera dihentikan dan ditindak agar tidak
terulang lagi pelanggaran lingkungan oleh masyarakat maupun instansi /
perusahaan
(3) Dengan perencanaan dan pengelolaan yang ketat terhadap keseimbangan
lingkungan fungsi kawasan hutan (lindung, kota dan magrove) ditingkatkan, selain
berfungsi sebagai kawasan hijau penyangga lingkungan juga dapat dimanfaatkan
sebagai kawasan wisata dan daya tarik Kabupaten Merauke, dengan konsep
Natural Conservation And Tourism
(4) Pembuatan Buffer Zone kawasan lindung
(5) Pemanfaatan kawasan hutan untuk dapat diakses oleh umum/ masyarakat sehingga
dapat menjadi bagian dari sistem kota, dengan pengelolaan dan pengawasan yang
ketat sehingga tidak terjadi perambahan
(6) Reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis dengan metode kerjasama antara pemkot
dengan masyarakat (pemberdayaan) dengan memanfaatkan lahan tidur
(7) Peningkatan pengawasan dengan melibatkan masyarakat sebagai alat kontrol
(8) Pengawasan dan pengendalian kuantitas sumberdaya air
(9) Pengelolaan sumberdaya hutan secara ADATIF
(10) Penempatan pos jaga pada tempat yang strategis
(11) Penambahan lokasi persemaian bibit
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
28
29
yang cukup datar, maka didalam RTRW ini ditetapkan garis sempadan untuk sungaisungai besar sebesar + > 500 meter dan untuk sungai-sungai kecil sebesar 100 meter.
Hal tersebut merupakan suatu bentuk kesepakatan yang telah dicapai dalam Forum
DAS BIKUMA untuk karakteristik wilayah yang khas di Kabupaten Merauke. Dengan
dasar pertimbangan Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993 dan kesepakatan bersama
forum DAS BIKUMA maka disusunlah suatu konsep sempadan sungai yang terdiri dari 2
(dua) zona, Zona Inti Sempadan dan Zona Pendukung Sempadan. Zona inti sempadan
adalah 100 m dari tepi sungai dan zona pendukungnya adalah 400 m dari garis Zona Inti
Sempadan. Dikarenakan tujuan sempadan sungai ini adalah untuk mencegah kerusakan
sungai maka kegiatan manusia harus dijauhkan dari sempadan sungai tersebut.
Pencegahan terhadap munculnya aktifitas manusia di sempadan sungai dapat dilakukan
dengan beberapa metode, salah satunya antara lain dengan memisahkan permukiman
dari bantaran sungai dengan pagar, ruang terbuka hijau, dan jalan sebagai pemisah.
Kawasan sempadan sungai terdapat pada sebagian besar wilayah Kabupaten Merauke.
Kabupaten Merauke yang tersebar di Distrik Elikobel, Jagebob, Anim Ha, Malind,
Semangga, Tabonji, Waan, Sota, Merauke, Tubang, Ulilin, Muting, Kaptel, Ngguti,
Okaba, Kimaam, Kurik, Ilwayab, dan Tanah Miring.yang salah satunya terdapat di 3 buah
sungai besar, yaitu Sungai Bian, Sungai Kumben, dan Sungai Maro, serta puluhan
sungai yang Dari perhitungan analisis GIS, luasan buffer sempadan sungai yang ada di
Kabupaten Merauke adalah sebesar 149.003,842 Ha.
2) Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang garis pantai yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi laut. Tujuan perlindungan sempadan
pantai adalah untuk melindungi laut dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air laut dan kekayaan hayati di dalamnya, serta mencegah terjadinya
abrasi pantai. Untuk melindungi sempadan pantai dari aktifitas manusia maka sempadan
pantai harus ditanami dengan pohon bakau/mangrove sehingga fungsi perlindungan
dapat tercapai.
Sebagaimana kriteria penetapan sempadan sungai, maka kriteria penetapan sempadan
pantai juga didasarkan kepada Keppres No.32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut maka harus disediakan buffer selebar 100
meter di sepanjang garis pantai, terutama pada garis pantai yang menerima arus
gelombang laut lebih besar. Selain ditanami dengan mangrove, pemisahan sempadan
pantai dengan aktifitas manusia juga dapat dilakukan dengan membangun jalan sebagai
pemisah antara pantai dan permukiman. luas kawasan lindung sempadan pantai yang
harus disediakan di Kabupaten Merauke adalah 17.299,141 Ha. Kawasan sempadan
pantai ditetapkan 500 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, terdapat di Distrik
Malind, Semangga, Tabonji, Waan, Merauke, Tubang, Naukenjerai, Okaba, Kimaam, dan
Ilwayab.
3) Pulau Pulau Kecil
Pulau-pulau kecil yang terdapat di wilayah kepulauan sebelah barat Kabupaten Merauke
bukan sepenuhnya daratan pulau biasa. Pulau-pulau kecili ini lebih tepat disebut sebagai
Pulau Gosong atau Atol. Atol-atol ini terbentuk sebagai hasil dari sedimentasi berpuluh
tahun dari aliran sungai dan arus Laut Arafura di wilayah barat, dimana saat ini atol-atol
tersebut ditumbuhi oleh Mangrove. Sedikitnya saat ini terdapat 12 buah Atol yang ada di
perairan Kimaam tersebut.. Karena vegetasi dari atol-atol ini adalah Hutan Mangrove,
maka atol-atol ini dikategorikan sebagai Kawasan Perlindungan Setempat.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
30
Cagar Alam
Cagar Alam yang terdapat di Kabupaten Merauke adalah Cagar Alam Kumbe dan Cagar
alam Rawa Biru. Cagar Alam Kumbe/Bupul terdapat di Distrik Elikobel dan Distrik Muting,
dengan luas
81.184,53 Ha dan Cagar Alam Pulau Pombo di Distrik Waan.
Khusus untuk Cagar Alam
Kumbe/Bupul, diperkirakan Cagar Alam ini melindungi lebih dari 230 jenis burung
(termasuk burung migran dari Asia dan Australia), 4 Jenis Burung Dewata, 20 Jenis
Burung Kakatua/Kasturi dan 60 jenis Mamalia. Sedangkan luas wilayah Cagar Alam
Rawa Biru adalah 11.786,62 Ha dengan cakupan wilayah.di Distrik Sota, Distrik Jagebob
dan Distrik Tanah Miring. Cagar Alam Rawa Biru menjadi satu kesatuan dengan wilayah
Taman Nasional Wasur.
2)
3)
Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa yang terdapat di Kabupaten Merauke seluas 658.212.86 Ha terdiri
dari 3 (tiga) buah yaitu Suaka Margawatwa Kumbe, Suaka Margasatwa Pulau Kimaam
dan Suaka Margasatwa Pulau Komolom. Suaka Margasatwa Kumbe mencakup wilayah
distrik Muting dan distrik Ulilin, Kawasan Suaka Margasatwa Danau Bian di Distrik
Muting, Pulau Dolok di Distrik Tabonji, Distrik Kimaam dan Distrik Waan. Khusus Suaka
Margasatwa Pulau Kimaam, selain merupakan tempat perlindungan bagi berbagai jenis
burung, juga merupakan tempat perlindungan bagi Penyu Laut. Selain hewan, habitat
yang juga dilindungi di Pulau Kimaam adalah Hutan Mangrove, dimana menurut data
NASA pada tahun 2002, Hutan Mangrove di Pulau ini adalah salah satu Hutan Mangrove
31
terbesar yang ada di Dunia, yakni seluas 268.006,52 Ha (hasil perhitungan tahun 2010
(Hasil Analisis).
e.
Jalur perjalanan leluhur yang meliputi jalur arwah dan tempat persinggahan
lelulur
b.
Area Konservasi Adat,
c.
Tempat Sakral,
d.
Sumber Mata Air, dan
e.
Dusun Sagu.
Selain yang disebutkan diatas, di Kabupaten Merauke juga terdapat situs-situs budaya
yang tersebar di Distrik Anim Ha, Elikobel, Ilwayab, Jagebob, Kaptel, Kimaam, Kurik,
Malind, Muting, Ngguti, Okaba, Semangga, Sota, Tabonji, Tanah Miring, Tubang, Ulilin,
dan Waan.
Untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan tempat-tempat yang mengandung nilai
budaya tersebut, maka perlu diakomodir dalam rencana pola ruang sebagai kawasan
pelestarian budaya. Kawasan pelestarian budaya adalah kawasan yang berfungsi untuk
melindungi aset-aset alamiah maupun buatan yang memiliki nilai sejarah dan budaya
yang tinggi.
Khusus untuk dusun sagu, wilayah ini dapat juga digunakan sebagai lahan agroforestry
bagi penduduk setempat. Hal ini bisa dijelaskan karena sebagian besar mata
pencaharian penduduk asli Kabupaten Merauke adalah Meramu, sehingga tempattempat penting seperti Dusun Sagu harus dipertahankan agar penduduk asli tidak
kehilangan mata pencaharian mereka.
f.
Kawasan Rawan Bencana Alam
1) Kawasan Rawan Erosi
Jenis tanah di pesisir sungai di Kabupaten Merauke memiliki tingkat kelulusan air tinggi
sehingga peka terhadap erosi. Sedangkan di pesisir pantai erosi/abrasi terjadi karena
kuatnya arus ombak laut dan tidak ada penghalang/penahan tanah atau zona buffer
pantai yang biasanya berupa hutan bakau/mangrove. Kawasan erosi atau runtuhan
terdapat Distrik Okaba, Tubang dan Naukenjerai. Wilayah di Kabupaten Merauke yang
mengalami abrasi pantai paling mengkhawatirkan saat ini adalah di Distrik Naukenjerai,
dan di Distrik Semangga.
Menyikapi hal tersebut maka pada pesisir pantai dibangun penahan gelombang untuk
mengantisipasi dalam jangka pendek. Sebagai tindakan antisipasi jangka panjang maka
pesisir pantai dapat dibangun tanggul-tanggul penahan ombak atau bangunan-bangunan
sejenis untuk meredam arus ombak laut. Selain itu untuk memecahkan arus ombak laut
pada kawasan daratan pantai jarak yang menjorok ke laut, perlu tindakan penanaman
pohon bakua (mangrove) pada jarak tertentu dari bibir pantai.
2) Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Banjir
Kabupaten Merauke mempunyai tingkat kerawanan banjir yang cukup tinggi karena
kondisi fisiografis Kabupaten Merauke yang beberapa bagiannya terdiri dari Rawa Besar
dan juga Savanna. Mengingat bentang alam yang sangat landai dari Kabupaten ini,
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
32
apabila dilanda hujan terus menerus wilayah Kabupaten Merauke akan tergenang oleh
air dari rawa-rawa besar tersebut.
Mengantisipasi datangnya banjir, maka tindakan pencegahan banjir perlu dilakukan
dengan membangun infrastruktur-infrastruktur yang diperlukan. Selain menyediakan
infrastruktur pencegah banjir, untuk daerah genangan yang diperkirakan akan menjadi
daerah genangan banjir perlu
diminimalkan aktifitasnya untuk mencegah kerugian yang terlampau besar. Demikian
halnya dengan kawasan rawan gelombang pasang, aktifitas atau permukiman pada
kawasan tersebut seyogyanya dipindahkan menjauhi batas pasang laut untuk
menghindari kerugian.
Kawasan rawan banjir di Kabupaten Merauke terdapat di Distrik Okaba, Kurik, Malind,
Merauke, Semangga, Tanah Miring dan Tubang;
g. Kawasan Lindung Lainnya
1)
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sektor yang kuat dalam menunjang
perekonomian Kabupaten Merauke, oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
perlindungan terhadap produksi perikanan Kabupaten Merauke dimulai dari
perlindungan terhadap sumber makanan ikan-ikan tersebut. Sebagai tindakan
perlindungan terhadap plasma nutfah maka kawasan hutan mangrove di Kabupaten
Merauke, khususnya di bagian utara Ilwayab, harus dilestarikan sebagai perlindungan
sumber daya perikanan di Muara Digoel. Dikarenakan kawasan pantai di bagian utara
Distrik Ilwayab tidak termasuk wilayah administrasi Kabupaten Merauke, maka tindakan
pelestarian hutan kawasan bakau sebagai kawasan perlindungan plasma nutfah harus
dilakukan dengan bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Boven Digoel dan
Pemerintah Kabupaten Mappi.
2)
33
34
merupakan Hutan Produksi (HP) dan dengan demikian sesuai Keputusan Mneteri
Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 891/Menhutbun-II1999.
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan dan berdasarkan hasil perkalian kelerengan, intesintas hujan
dan jenis tanah nilai kurang dari 125. Kawasan hutan produksi digunakan untuk
kegiatan budidaya hasil-hasil hutan dengan tetap memperhatikan fungsinya untuk
menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat, industri, ekspor
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan Rencana Pola Ruang
Kabupaten Merauke, Hutan Produksi tersebut memiliki luasan 536.193,36 Ha yang
tersebar di Distrik Animha, Muting, Ulilin, Kaptel, Ilwayab, Jagebob, Kimaam, Kurik,
Ngguti, Okaba, Tabonji, Tanah Miring dan Tubang.
Arahan pengembangan Hutan produksi antara lain :
a)
b)
35
f)
2.
3.
c)
Hutan Rakyat
Hutan rakyat merupakan salah satu dari bentuk kepemilikan sumberdaya hutan. Menurut
Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 disebutkan bahwa hutan rakyat
adalah hutan yang dibebani hak milik. Hutan rakyat ini berada dalam kawasan sekitar
masyarakat dan keberadaannya sangat dekat dengan kehidupan masyarakat.
Kedekatan hutan rakyat dengan masyarakat ini dapat dilihat dari pola pengelolaan hutan
rakyat.
Dari sisi pola pengelolaan, pengelolaan hutan rakyat dapat dibedakan menjadi pola
monokultur dan pola campuran (agroforest). Terdapat suatu hubungan antara kebutuhan
hidup masyarakat dengan pola tanam yang ada dalam suatu sistem pengelolaan hutan
rakyat. Hubungan tersebut dapat dilihat dari jenis tanaman yang ditanam dan pola
penanaman. Bentuk tradisional hutan rakyat adalah untuk dikelola dengan pola
campuran (agroforest). Dengan pola ini maka hutan memberikan manfaat, diantaranya
dalam mendukung penyediaan bahan baku kayu untuk industri kehutanan. Dari pola
pengelolaan hutan rakyat (dalam konteks hak milik personal maupun komunal) diketahui
bahwa hutan rakyat memiliki peranan yang penting, dari aspek ekologi sampai
pembangunan wilayah. Sementara itu bila dilihat dari pola pengelolaan antara pola
monokultur dan pola campuran (agroforest) maka terlihat kecenderungan bahwa pola
campuran mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat
dan memiliki peranan yang tinggi terhadap kondisi ekologis. Disamping hasil kayu yang
begitu besar yang dapat dihasilkan oleh hutan rakyat, hasil lain yang memiliki potensi
yang besar dari hutan rakyat adalah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Untuk kasus
Kabupaten Merauke, hutan rakyat dipakai untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat
yaitu bahan makanan pokok Sagu. Sagu digolongkan sebagai HHBK, akan tetapi
pengelolaannya saat ini belum terorganisir mengngat letaknya terpencar-pencar di
seluruh kawasan hutan yang ada di Kabupaten Merauke. Arahan yang diberikan untuk
hutan rakyat adalah tetap mempertahankan hutan rakyat yang ada (terutama Dusun
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
36
37
38
3)
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian
Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan merupakan pembangunan
ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai
potensi yang ada, yang utuh dan menyeluruh, yang berdaya saing, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi
oleh pemerintah. Kawasan pertanian sebagai kawasan sentra produksi pangan ini harus
dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan
ekonomi antara desa-kota (urban-rural linkages) dan bersifat interpendensi/ timbal balik
yang dinamis.
a)
Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kawasan pengembangan Pertanian lahan basah di Kabupaten Merauke diarahkan pada
kawasan-kawaasan yang memiliki kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah,
berada di daerah dataran rendah, seperti pantai dan/atau daerah hilir Daerah Aliran
Sungai , serta memiliki potensi untuk dapat dilalui jaringan irigasi alam dan buatan.
Kemudian setelah kriteria teknis tersebut dipenuhi, aspek berikutnya yang
dipertimbangkan adalah ketersediaan lahannya. Lahan-lahan yang diutamakan adalah
lahan-lahan yang sudah tidak berhutan atau bukan merupakan kawasan hutan. Setelah
itu, baru dipertimbangkan kawasan hutan yang memiliki fungsi sebagai hutan produksi
konversi (HPK) yang memang jenis tanah dan kesesuaian lahannya memadai untuk
dikembangkan sebagai kawasan pertanian lahan basah. Khusus untuk lahan-lahan
potensial yang berada di kawasan lindung, tidak dijadikan salah satu kawasan
pengembangan..
Kawasan pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada kampung-kampung
yang berlokasi di sekitar daerah Distrik Kurik, Distrik Anim Ha, Distrik Malind, Distrik
Semangga, Distrik Tanah Miring, Distrik Okaba, Distrik Ngguti, Distrik Tubang, Distrik
Elikobel, Distrik Kimaam, Distrik Ilwayab dan Distrik Tabonji dengan alokasi lahan untuk
20 tahun mendatang seluas 760.230,16 Ha.
Pengembangan budidaya usahatani merupakan usaha budidaya integral, dan bersifat
universal, dimana memandang kawasan sebagai titik sentral pembangunan komoditas
dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas sumberdaya lahan. Dalam
pelaksanaan untuk pengembangan budidaya usahatani, perlu untuk memperhatikan
faktor usaha tani sebagaimana dinyatakan dalam Fadholi (1996), antara lain adalah:
1.
2.
3.
4.
Tanah sebagai sumber unsur utama usahatani, sebagai tempat tumbuhnya vegetasi,
tentu saja harus memiliki suatu ukuran yang nyata sehingga akan dicapai suatau ukuran
tingkat optimalisasi pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan suatu produk. Untuk
menilai keberhasilan tumbuh, suatu bentang lahan harus dilihat dari unsur internal tanah
maupun unsur pendukung agroklimatik. Ukuran internal tanah antara lain:
a.
kesuburan tanah
b.
luas pertanian utama ( komoditas unggulan)
c.
luas pertanian tanaman penyangga
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
39
Kesuburan tanah yang mencukupi dan luas tanah yang memadai dapat diprediksikan
produksi dari bentangan lahan yang diolah, untuk menilai kesuburan tidak bisa
dilepaskan dari kesesuian tanaman atas sumberdaya lahan yang tersedia.
Faktor sumber daya manusia berdasarkan kemampuan dan keahlian adalah
merupakan program yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan tenaga kerja dalam
sektor pertanian. Dalam konteks pengembangan budidaya pertanian, maka tenaga kerja
yang dimaksud adalah masyarakat transmigrasi ataupun masyarakat lokal yang sudah
dibina dan dilatih untuk menggarap lahan yang tersedia.
Faktor Modal kerja bagi petani merupakan penghambat utama, maka diperlukan
adanya campur tangan dari pemerintah sebagai fasilitatator membuka akses pasar baik
untuk komoditas penyangga, maupun komoditas unggulan.
Faktor pengelolaan usaha tani, tentunya perlu dimiliki oleh petani dari mulai perencaan
usahatani sampai pasca panen, dengan demikian daya saing usaha taninya akan
kompetitif. Unsur teknologi menjadi signifikan untuk dimengerti oleh petani, utamanya
untuk jenis usahatani skala besar, sebagai contohnya adalah budidaya padi sawah.
Sementara itu, disamping pengembangan kemitraan, upaya membina usahatani di
tingkat rakyat perlu dilakukan.
Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat pertanian lahan basah di Kabupaten
Merauke adalah sebagai berikut :
(1)
b.
40
c.
41
b)
Pertanian Lahan
Kering/Perkebunan Buah-buahan
Dalam merencanakan peruntukan lahan untuk kawasan budidaya pertanian lahan
kering, maka prinsip pengembangan yang digunakan juga relatif sama dengan
perencanaan untuk kawasan pertanian lahan basah, yaitu dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian lahan kering,
kondisi topografi dan pengairan, status lahan, dan bukan merupakan bagian dari
kawasan lindung. Kawasan Pengembangan Pertanian Lahan Kering memiliki juga
memiliki kemungkinan pengembangan menjadi Kawasan Perkebunan, khususnya
untuk kebun buah-buahan. Hal ini disebabkan karena kawasan perkebunan memilki
kesesuaian lahan yang hampir sama dengan pertanian lahan kering. Walaupun
lahan yang dialokasikan untuk pertanian lahan kering dapat dikonversi menjadi
kawasan perkebunan, akan tetapi prioritas penggunaaan lahan tetap merupakan
alokasi lahan untuk Pertanian Lahan Kering.
Rencana pengembangan kawasan budidaya pertanian lahan kering dialokasikan
seluas 352.374,42 Ha yang tersebar di Distrik Jagebob, Anim Ha, Malind, Tabonji,
Sota, Tubang, Ulilin, Muting, Kaptel, Ngguti, Okaba, Kimaam, Kurik, Ilwayab, dan
Tanah Miring dengan komoditi seperti jagung, ubi kayu, mangga, palawija, dan
tanaman hortikultura lainnya. Adapun arahan pengembangan usaha masyarakat
pertanian lahan kering di Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut :
42
Tanaman semusim/tahunan yang dapat dikembangkan antara lain : padipadian, umbi-umbian, sayur-sayur/jamur, tanaman palawija.
c. Rumah tangga petani :
Pembinaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan yang dimiliki
rumah tangga petani.
Pengembangan pendidikan melalui penyediaan fasilitas pendidikan.
Ukuran lahan tidak melebihi 5 ha karena rata-rata 1 KK berjumlah 5 orang.
Sumber-sumber penghasilan lain, seperti dari kegiatan ternak dan kebun.
d. Tindakan-tindakan konservasi :
Teknik-teknik dengan bangunan fisik, pada wilayah yang mempunyai
kemiringan lereng tinggi dapat dilakukan dengan pengolahan/penanaman
dengan garis kontur, teras bangku, teras guludan.
Teknik-teknik vegetatif melalui cara mulsa, tebas-bakar/tanpa
pembakaran, pembuatan kompos, pergiliran tanaman.
c)
Kawasan Perkebunan/Tanaman
Tahunan
Pengembangan tanaman perkebunan akan diarahkan pada areal kawasan budidaya
pertanian di Kabupaten Merauke. Jenis komoditas perkebunan yang dapat
dikembangkan, antara lain : Karet, kelapa sawit, tebu, kopi, dan kelapa. Alokasi lahan
untuk pengembangan perkebunan Kabupaten Merauke adalah sebesar 184.770,68
Ha yang terutama terdapat di Distrik Jagebob, Anim Ha, Elikobel, Ulilin, Muting,
Kaptel, Ngguti, dan Kurik.
43
44
4.
45
Wasur tahun 1992, ternak sapi yang ada di dalam kawasan Taman Nasional
Wasur akan dikeluarkan secara bertahap dengan prioritas peternakan di daerah
Tomerau dan Kondo.
46
e)
Kawasan Perikanan
Rencana Pengembangan Kawasan Perikanan dapat dibagi ke dalam dua kelompok,
yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Pengembangan kegiatan perikanan darat
dapat dikembangkan dengan sistem budidaya, seperti keramba di sungai, kolam
ikan, maupun pada rawa-rawa yang potensial menjadi habitat ikan. Sedangkan untuk
kegiatan penangkapan pada perairan darat, seperti sungai ataupun rawa besar
diarahkan pada pemakaian alat-alat tradisional yang tidak membahayakan
lingkungan. Alokasi lahan untuk pengembangan perikanan darat Kabupaten Merauke
adalah sebesar 3.697,59 Ha yang terletak di Distrik Merauke dan Semangga.
Untuk kawasan perikanan laut, kegiatan budidayanya dapat diarahkan pada
pengembangan budidaya tambak atau penangkaran di wilayah pesisir Merauke
dengan tanpa menghilangkan tanaman bakau. Apabila terpaksa, maka perlu
dipersiapkan lahan pengganti untuk tanaman bakau tersebut. Sedangkan untuk
kegiatan penangkapan ikan, diarahkan pada kawasan-kawasan potensial perikanan
di perairan laut Arafura dan Selat Mariana.
Pengelolaan kawasan perikanan dilakukan untuk memanfaatkan potensi wilayah
yang sesuai untuk kegiatan perikanan dalam menghasilkan produksi perikanan
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Secara umum rencana pengembangan kawasan
perikanan dan kawasan pusat niaga nelayan di Distrik Merauke dan Ilwayab
Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut:
(1)
Perikanan Tangkap
Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dengan tingkat
selektifitas yang sesuai, baik terhadap jenis maupun ukuran ikan tangkapan,
baik di perairan darat maupun perairan laut
Penyediaan kapal-kapal penangkap ikan di perairan laut yang memadai
khususnya untuk skala penangkan besar
Pembuatan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan fasilitas pendukungnnya
pada kawasan pelabuhan di Wanam, yang diproyeksikan menjadi Pusat
koleksi dan Distribusi hasil perikanan, baik perikanan darat maupun
perikanan laut
Pengembangan kawasan pelabuhan terpadu dapat dilengkapi dengan
pengembangan Pasar Ikan umum, baik untuk perikanan darat maupun laut
Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan fasilitas
pendukungnya pada kawasan pelabuhan yang berlokasi di Kelurahan
Karang Indah Distrik Merauke.
47
48
6)
49
8)
9)
50
disamping juga sektor riil dan perdagangan. Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (KUMKM) memiliki potensi yang besar dan strategis dalam
rangka usaha lanjutan sektor produksi pertanian, mengingat pertumbuhan dan aktifnya
sektor riil yang dijalankan oleh KUMKM mampu memberikan nilai tambah bagi
masyarakat, yaitu tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan petani.
Berkaitan dengan upaya peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, maka beberapa
kegiatan pokok yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka
program memberdayakan KUMKM antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UKM.
Program pengembangan sistem pendukung usaha KUKM
Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif KUKM
Pemberdayaan usaha skala mikro
Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi
10)
Rencana Pengembangan Permukiman dan Perumahan
Rencana pengembangan permukiman dan perumahan bertujuan untuk:
a) Mendistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian ke
Kabupaten Merauke bagian utara dan barat
b) Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman di seluruh
wilayah Kabupaten Merauke dan proyeksinya di masa mendatang
c) Menciptakan generator Kabupaten Merauke yang baru untuk menghidupkan
Kabupaten Merauke bagian utara dan barat.
Pengelolaan kawasan permukiman dilakukan untuk menyediakan tempat bermukim
yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan yang
sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian nilainilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
a)
Permukiman Perkotaan
Dalam rencana permukiman perkotaan ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan
antara lain:
(a) Perumahan harus dilayani oleh satu sistem permukiman yang didasarkan pada
karakteristik fisik, sosial, budaya dan ekonomi yang layak, sehingga dapat
menunjang dan menyatukan kehidupan penduduk didalamnya
(b) Permukiman perkotaan harus bersifat mandiri, dalam artian penyediaan fasilitas
sosial dan fasilitas umum harus disediakan di kawasan permukiman tersebut.
(c) Untuk perkembangan sebuah permukiman menjadi suatu pusat kegiatan maupun
menjadi suatu kota, permukiman tersebut harus melalui suatu tahapan. Contohnya
permukiman menjadi desa, desa menjadi kota kecil, kota kecil menjadi kota
menengah, kota menengah menjadi kota besar dan seterusnya.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk menopang kegiatankegiatan produksi yang berlangsung. Dimana kedekatan jarak antara permukiman dan
kegiatan produksi merupakan kebutuhan yang perlu difasilitasi. Untuk itu dapat
dikembangkan sistem permukiman yang tersebar pada pusat-pusat pertumbuhan di
sekitar satuan-satuan perkebunan. Penyediaan lahan permukiman yang disediakan
berdasarkan struktur pusat pertumbuhan yang luasannya diarahkan sesuai dengan
satuan wilayah perkebunan yang dilayani.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
51
52
untuk permukiman yang ada tetap diberi perhatian misalnya memberikan batasanbatasan khsusus, seperti enclavement.
Khusus untuk bagian dari permukiman masyarakat seperti dusun sagu, bagian dari
permukiman adat ini dapat dibudidayakan sebagai Agroforestry. Akan tetapi
pemanfaatannya terbatas pada penduduk lokal saja yang memiliki dusun sagu tersebut.
Hal ini sebagai upaya mempertahankan ketahanan pangan dari penduduk setempat,
selain sebagai kawasan pelestarian budaya.
Permukiman ini memiliki tatanan kehidupan sendiri yang tidak harus digantikan dengan
model permukiman modern seperti saat ini. Namun kemajuan teknologi yang pesat mau
tidak mau harus diperkenalkan sebagai alat bantu bagi mereka untuk memahami
perlunya perubahan hidup ke arah yang lebih sejahtera, terutama dari hal mata
pencaharian untuk hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, pengembangan permukiman adat perlu dilakukan melalui kebijakan
yang komprehensif, tidak hanya sebatas bantuan pembangunan perumahan, tetapi juga
pada upaya peningkatan nilai ekonomi dari kegiatan usaha masyarakat tersebut melalui
kegiatan pendidikan, pelatihan, serta penyuluhan secara intensif.
i. Kawasan Industri
Sektor basis Kabupaten Merauke selama ini adalah sektor pertanian, sub sektor yang
sangat kuat menunjang perekonomian Kabupaten Merauke adalah pertanian lahan
basah dan pertanian lahan basah, perikanan, dan peternakan dikarenakan sumber daya
alam yang banyak tersedia di Kabupaten Merauke adalah sumber daya pertanian,
perikanan, dan peternakan. Dengan demikian, maka pengembangan kawasan industri
yang tepat untuk di Kabupaten Merauke adalah industri yang inputnya dari pertanian,
yaitu industri pengolahan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan tersebut. Selain itu,
industri
yang baik untuk dikembangkan di Kabupaten Merauke adalah industri
penunjang sektor pertanian, perikanan, dan peternakan yang dapat membantu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pertanian, perikanan, dan peternakan tersebut.
Rencana pengembangan kawasan industri-industri tersebut adalah sebagai berikut;
a) Kawasan Industri pengolahan hasil pertanian di Distrik Kurik, Muting dan Tanah
Miring
b) Kawasan industri pengolahan hasil perikanan di Distrik Ilwayab
c) Kawasan industri pengolahan hasil peternakan di Distrik Ngguti dan Kurik
d) Kawasan Industri penunjang pertanian, perikanan, dan peternakan di Distrik
Merauke
e) Kawasan Industri penunjang kehutanan
Pengembangan perindustrian memiliki persyaratan dan tujuan sebagai berikut:
a) Pengembangan Kawasan Industri Baru yang lebih terpadu terintegrasi dengan
sistem pelayanan wilayah dan menjadi salah satu magnet pertumbuhan suatu
kawasan baru.
b) Pengembangan pelabuhan dan dermaga industri terpadu yang dapat menjadi sentra
pelabuhan untuk kawasan industri sekitarnya
c) Pengembangan kawasan Industri baru akan dibarengi dengan pembangunan
jaringan jalan / infrastruktur wilayah yang dapat menghubungi ke kawasan industri
baru tersebut
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
53
Kawasan Wisata
Pengelolaan kawasan pariwisata dilakukan untuk memanfaatkan potensi keindahan
alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan
kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Rencana Pengembangan Pariwisata
mengikuti Konsep pengembangan 3 A (Access, Acommodation, Attraction). Konsep 3A
mengungkapkan pentingnya mengembangakan Objek Wisata dengan mendukung
54
55
56
Umum
SD
Merauke
34
Naukenjerai
5
Sota
5
Semangga
11
Tanah Miring
16
Kurik
11
Anim-Ha
5
Malind
7
Jagebob
14
Muting
12
Ulilin
11
Elikobel
12
Okaba
11
Tubang
5
Ngguti
7
Kaptel
4
Tabonji
6
Ilwayab
5
waan
8
kimaam
8
Jumlah
197
Sumber : Merauke Dalam Angka 2013
2.5.2
SLTP
13
1
3
3
4
2
1
3
3
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
48
SMA
11
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
17
SMK
6
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
13
Agama
MI
MTs
4
3
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
4
MA
4
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
57
Ulilin
Elikobel
Okaba
Tubang
Ngguti
Kaptel
Tabonji
Ilwayab
waan
kimaam
Jumlah
2.5.3
58
Peraturan pemerintah yang menjadi dasar pedoman pembentukan perangkat daerah Kabupaten
Merauke adalah;
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741).
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah.
Struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Pemerintah Kabupaten Merauke berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Merauke, sebagai berikut;
Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten Merauke dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
59
Gambar 2.2. SKPD Yang Memiliki Keterkaitan Tupoksi Langsung atau Tidak Langsung dengan Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Merauke
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
60
BUPATI
BAPPEDA
DINAS PU
DINAS TATA
KOTA
&
PEMAKAMAN
DINAS
KESEHATAN
- Bidang Pengembangan
Wilayah, fisik sarana
prasarana
- Bidang Ekonomi &
pembangunan dunia
usaha
- Bidang Sosial Budaya
- Bidang
Penelitianpengembang
an &statistik
- Bidang
Cipta
Karya
- Bidang
kebersihan
&
persampah
an
- Bidang
perencanaa
n tata ruang
- Bidang
Penataan
lahan
&
bangunan
- Bidang
P2PL
BADAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
KAMPUNG
- Bidang
Pemberdayaan
partisipasi
masyarakat
61
DINAS
KOMUNIKASI
&
INFORMATIKA
- Bidang
media
&
pers
BADAN LINGKUNGAN
HIDUP
- Bidang pengendalian
pencemaran
dan
kerusakan lingkungan
- Bidang
pengamananpelestari
an dan partisipasi
2.6.1
2.6.2
62
j.
Fasilitasi tim pokja saitasi kabupaten kota dalam melaksanakan penyusunan BPS
dan SSK.
k. Melaksanakan tugas lain terkait dengan pelaksanaan program PPSP yang
ditugaskan oleh ketua Pokja sanitasi Kabupaten Merauke.
l. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas terhadap ketua pokja sanitasi
Kabupaten Merauke.
3. Bidang Perencanaan
a.
Mengkoordinasikan
pelaksanaan
penyusunan BPS,SSK dan MPS
b.
Memstikan Bahwa BPS dan SSK
menjadi bahan masukan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka
menengah program PPSP yang di rumuskan kedalam dokumen RPJMD.
c.
Memastikan
kesesuaian
prioritas
program dan kegiatan PPSP yang dituangkan dalam SSK telah selaras
dengan RPJMD.
d.
Menyusun program dan kegiatan
prioritas PPSP bersama-sama dengan bidang lain untuk bahan masukan
penyusunan RKPD sebagai bahan penyusunan RKA-SKPD dalam rangka
penganggaran kedalam APBD.
e.
Menyiapkan draft MPS yang berisikan
program, kegiatan prioritas sanitasi yang bersekala komunal, kawasan dan
kota untuk disampaikan kepada pokja sanitasi provinsi.
f.
Membuat laporan kerja terkait bidang
tugas secara berkala kepada ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.
g.
Melaksanakan tugas lain terkait dengan
bidang perencanaan yang ditugaskan oleh ketua pokja
sanitasi
kabupaten/kota.
h.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugas kepada ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.
4. Bidang Pendanaan
a. Mempersiapkan bahan masukan dalam rangka penyusunan BPS,SSK, dan MPS.
b. Memberikan masukan terhadap kebijakan dan peraturan daerah dalam upaya
optimalisasi pengelolaan sanitasi terutama terkait pendanaan sanitasi di
kabupaten/kota.
c. Memberikan masukan strategis terkait aspek pendanaan dalam penyusunan SSK
dan penyempurnaan terkait aspek pendanaan dalam BPS dan SSK dari hasil
review pokja sanitasi provinsi.
d. Menyiapkan bahan masukan bidang pendanaan kepada pokja sanitasi dalam
pelaksanaan/implementasi program PPSP.
e. Meneliti RKA-SKPD kabupaten/kota untuk memastikan pendanaan pada setiap
tahapan program PPSP dialokasikan kepada APBD.
f. Membuat laporan kerja terkait bidang pendanaan secara berkala kepada ketua
pokja sanitasi kabupaten/kota.
g. Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang pendanaan yang ditugaskan oleh
ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.
h. Bertanggung jkawab atas pelaksanaan tugas kepada ketua pokja sanitasi
kabupaten/kota.
5. Bidang Teknis
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke
63
64
Kegiatan
Tidak ada
Tahun
Dinas
Pelaksana
Tujuan
Kegiatan
Khalayak
Sasaran
Pesan
Kunci
Pembelajaran
Untuk Media Komunikasi yang terkait dalam kegiatan sanitasi juga masih belum tersedia untuk saat ini.
Tabel : 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi
No
1.
Jenis
Media
a)
Tidak ada
Khalayak
b)
Pendanaan
c)
Isu
yang Pesan Kunci Efektivitas
Diangkat
e)
f)
d)
65