Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PIDANA

ADAT SUKU
JOUW ARRY

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Sejarah Suku Adat Jouw Warry

Suku Jouw Warry, berada di kabupaten Jayapura yang berbatasan dengan


Negara Papua New Guinea. Lebih tepatnyatnya berada di Distrik Demta,
dan Distrik Demta terletak di pesisir utara kabupaten Jayapura, berhadapan
dengan samudra pasifik. Distrik Demta memiliki 7 wilayah pemerintahan
kampung, yaitu Demta, Ambora, Kamdera, Yeugapsa, Muris Kecil, Yakore da
n Muaif.

Komposisi penduduk di kampung Demta dan Muris Kecil cenderung berbau


r dengan masyarakat pendatang dari daerah lain di luar Papua. Komposisi
penduduk kampung Yaugapsa, Ambora dan Kamdera cenderung didominasi
oleh masyarakat adat Jouw Warry. Sedangkan kampung Muaif dihuni oleh
masyarakat adat suku Namblong.
Sejarah Suku Adat Jouw Warry
Masyarakat adat yang menetap di kampung Yakore dan Muris Kecil menyebut diri
mereka dengan sebutan Souw. Mereka yang menetap di kampung Ambora dan
Yougapsa menyebut dengan kata Warry. Sedangkan masyarakat yang bermukim di
kampung Kamdere menyebut diri mereka dengan nama Tarpi atau Tarpia.

Nama lain adalah Ngaya untuk yang menetap di kampung Yakore dan Muris Kecil,
dan Unar untuk mereka yang meneta di kampung Ambora, Yaugapsa dan Kamdera.
Ngaya dan Unar sendiri dipahami oleh masyarakat adat setempat sebagaimana
nama dua orang perempua bersaudara yang menjadi leluhur mereka.

Nama lainnya adalah Souwarry. Penyebutan ini digunakan oleh orang diluar
masyarakat adat Jouw Warry terhadap komunitas masyarakat adat yang hidup di
Distrik Demta. Sedangkan nama Youwarry, adalah bentuk keterkaitan antara orang
Jouw Warry dengan kepercayaan dan keimanan mereka terhadap Tuhan sang
pencipta.

Jouw Warry digunakan oleh masyarakat adat untuk menyebut diri mereka, yang
didalamnya terdiri atas masyarakat adat Souw, Warry dan Tarpi. Jouw Warry sendiri
memiliki makna sebagai pusat persebaran suku-suku bangsa. Kemudian istilah ini
diputuskan menjadi nama untuk organisasi masyarakat adat yang bermukim di
Distrik Demta.
Sejarah Suku Adat Jouw Warry
Penduduk asli yang mendiami wilayah Demta adalah suku Jouw Warry yang terbagi
atas sub suku Souw yang tersebar di kampung Muris Kecil dan Yakore.
Marga pada sub suku Souw ini adalah Murin, Sudumeru, Kopouw, Tare, Yaukwart, Ar
im, Yakore, Sobi, Karay, Mandat, Okobron, Pararem dan Burame.

Sub suku kedua adalah Warry yang tersebar dikampung Demta, Ambora dan Youga
psa. Marga pada sub suku ini adalah Kawaipun, Arimodop, Dodop, Tiert, Darinya, Eb
e, Karafir, Pisya, Papiri, Tunya, Kowan, Ipun, Usupar dan Ajam.

Sedangkan sub suku yang ketiga adalah Tarpi yang menetap di kampung Kamdera.
Marga pada sub suku ini adalah Taurui, Wero, Bernifu, Kingso, Warmesiwi, Taudufu,
Ondi,Fitowin, Suri dan Daisiu. Sedangkan di kampung Muaif, adalah masyarakat adat
yang berasal dari suku Namblong di daerah Genyem.
Sejarah Suku Adat Jouw Warry
Lebih lanjut di dalam buku panduan hukum adat dewan adat suku Jouw Warry (200
8:52-53) menyebutkan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi ada pada setiap pemer
intahan adat di masing-masing sub suku yaitu Souw, Warry dan Tarpi. karena selain
memiliki struktur pemerintahan adat yang jelas, juga mempunyai wilayah kedaulatan
pemerintahan serta memiliki masyarakat adat.

Pemerintahan adat ini hampir mengatur sebagian besar urusan sosial yang berlangs
ung di dalam kehidupan masyarakat adatnya, mulai dari pemanfaatan sumber daya
alam, kepemilikan atas tanah dan ulayat sampai pada urusan masyarakat adat yang
akan melangsungkan perkawinan.

Pada sub suku Souw, kepala pemerintahan adatnya disebut Marar Mataun. Masyarak
at adat sub suku Warry menyebut Mataun Pan untuk kepala pemerintahan adatnya,
sedangkan masyarakat adat sub suku Tarpi menyebut kepala pemerintahan adatnya
dengan nama Maram Tamsu.

Masyarakat adat sub suku Souw memandang eksistensi MararMataun sebagai wakil
Tuhan di dalam kehidupan yang nyata. Bagimereka, tidak ada lagi kekuasaan di atas
Marar Mataun selain Tuhan yang maha kuasa. Pandangan ini juga berlaku terhadap
Mataun Pan pada masyarakat adat Warry dan Maram Tamsu bagi masyarakat adat T
arpi.
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Pembunuhan

Di dalam suku Jouw Warry di kenal dengan istilah kepala ganti kepala, dan untuk
mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat sebagai proses perdamaian, mak
a pihak pelaku akan mengganti kepala dengan menyerahkan anak perempuan ke
pihak korban untuk dinikahi, pernikahan tersebut tanpa biaya mas kawin hingga m
isalnya anak lelaki yang terbunuh tersebut telah tergantikan dengan kelahiran ana
k pertama, namun apabila melahirkan anak laki-laki lagi maka pihak korban harus
membayar maskawin, karna yang terbunuh telah digantikan.

Pemberian tersebut hanya diberikan kepada pihak korban yang apabila meninggal
bukan karena akibat perbuatan salahnya. Namun apabila yang meninggal tersebut
terbukti salah kemudian meninggal, maka pihak korban hanya meminta sejumlah
uang namanya uang kepala. Dan juga penyelesaianya sampai ke pengadilan neger
i.

Dalam hukum positif Indonesia, pelanggaran pembunuhan dijelaskan dalam pasal


340 KUHP
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Pencurian

Pelanggaran ini dapat berlaku kepada siapa saja yang mengambil barang milik ora
ng lain tanpa sepengetahuan pemiliknya dengan maksud menguasainya, dikenaka
n denda adat berupa :
1. Membayar denda adat yang bentuk dan nilainya sesuai putusan Marar Matau
n untuk masyarakat adat sub suku Souw, Mataun Pan untuk masyarakat adat s
ub suku Warry, dan Maram Tamsu untuk masyarakat adat sub suku Tarpi, sert
a pihak keluarga pemilik yang sah atas barang dimaksud.
2. Mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya yang sah. Untuk masalah
pencurian yang dilakukan oleh anak-anak hanya diberikan nasehat untuk tidak
mengulangi lagi, serta untuk barang yang berharga saja yang biasanya melalui
proses peradilan adat.
3. Namun pencurian tersebut dikecualikan untuk mereka yang mengambil harta
dari hasil warisan milik saudara-saudaranya yang pada saat pembagian harta t
ersebut yang bersangkutan tidak ada dan tidak mendapatkan warisan tersebu
t, maka yang bersangkutan dapat mengambil apa saja misalnya mengambil ha
sil hutan di kebun saudara-saudaranya, diperbolehkan.

Dalam hukum positif Indonesia, pelanggaran pencurian jelaskan dalam pasal


362 KUHP
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Perampasan

Pelanggaran ini dapat berlaku kepada siapa saja yang melakukan upaya pemaksaa
n untuk menguasai barang orang lain dengan maksud menguasainya, dikenakan d
enda adat berupa :

1. Membayar denda adat yang bentuk dan nilainya sesuai putusan Tetua sub suk
unya, serta pihak keluarga pemilik yang sah atas benda dimaksud.
2. Mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya yang sah. Pelanggaran pe
rampasan ini tidak hanya untuk benda tetapiberlaku untuk tanah juga, peramp
asan tanah tersebut dengan dalihkepemilikannya maka akan dilakukan penyeli
dikan dengan menanyakan kepada orang-orang tua yang mengetahui sejarah
tanah tersebut, serta bukti-bukti lain. Proses tersebut terkadang hingga semin
ggu.Perampasan tanah ini biasanya milik anak yatim piatu.

Dalam hukum positif Indonesia, pelanggaran perampasan jelaskan dalam pasal 36


8 ayat (1) KUHP
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Penganiayaan

Pelanggaran ini dapat berlaku kepada siapa saja yang melakukan tindakan pengan
iayaan terhadap orang lain, dikenakan denda adat yang bentuk dan nilainya sesuai
putusan Tetua adat di setiap sub sukunya, serta pihak keluarga korban. Namun ap
abila penganiayaan tersebut mengakibatkan meninggalnya orang tersebut, maka d
isebut pembunuhan dengan perlahan-lahan, sehingga dikenakan sanksi pembunuh
an.

Dalam hukum positif Indonesia, pelanggaran penganiayaan dijelaskan dalam pasal


351 KUHP.
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Bersaksi Palsu

Pelanggaran ini dapat berlaku kepada siapa saja yangmemberikan kesaksian palsu
terhadap sesuatu yang diketahuinya secara pasti hingga menyebabkan kerugian p
ada orang lain, dikenakan denda adat yang bentuk dan nilainya sesuai putusan Tet
ua sub sukunya dan pihak keluarga korban.

Saksi palsu ini misalnya mengenai hak atas tanah misalnya tanah milik anak yatim
piatu, biasanya orang yang merasa orang tua jadi bicaranya sembarangan saja den
gan memberikan kesaksian palsu maka untuk membuktikannya harus di telusuri ul
ang baru kemudian kalau bersalah maka yang memberi kesaksian tersebut di berik
an denda adat.

Dalam hukum positif Indonesia, pelanggaran pencurian jelaskan dalam pasal 242
ayat (1) dan (2) KUHP
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Kekerasan Dalam Keluarga

Pelanggaran ini dapat di kategorikan menjadi 3 yaitu :

1. Suami yang melakukan kekerasan terhadap istrinya di dalam rumah keluarga i


stri,
2. Suami yang melakukan kekerasan terhadap istrinya hingga menyebabkan istri
lari ke rumah orang tuanya atau ke rumah saudara laki-lakinya.
3. Anak-anak yang melakukan pemukulan terhadap orang tua, atau saudara dari
orang tuanya,

Ketiga pelanggaran diatas dikenakan denda adat yang bentuk dan nilainya sesuai
putusan ketua adat tiap-tiap suku.

Pelanggaran terhadap kekerasan dalam keluarga ini tidak berlaku untuk anak kare
na untuk anak itu di anggap sebagai didikan, karena kalau tidak dipukul kalau sud
ah kurang ajar maka akan bertambah berbuat tidak sopan dan tidak menghargai o
rang yang lebih tua. Namun apabila terhadap istri maka bisa jadi orang tuanya aka
n memintakan cerai. Apabila istrinya meninggal dan yang bersangkutan belum mel
unasi mas kawinnya maka akan di minta uang kepala di taruh di atas peti mayat b
aru bisa di kubur. Kalau terjadi pertengkaran karena makanan, dan istrinya menceri
terakan ke saudara laki-lakinya maka saudaranya akan kerumahnya dengan memb
awa makanan yang di keluhkan oleh suaminya.
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Kekerasan Dalam Keluarga

Dalam hukum positif Indonesia, pelanggaran kekerasan dalam keluarga, disebut Ke


kerasan Dalam Rumah Tangga, yang dijelaskan dalam Undang - Undang Nomor 2
3 Tahun 2004.
Pasal 1 ayat (1)

Ketentuan Pidananya:
Pasal 44, 45, 46, 47
Sistem Pidana Adat Jouw Warry
 Pelanggaran Ilmu Hitam

Pelanggaran ini dapat berlaku kepada siapa saja yang menggunakan mantra-mant
ra (ilmu hitam) dengan maksud untuk mencelakai orang lain, dikenakan denda ada
t yang bentuk dan nilainya ditentukan oleh tetua sub sukunya dan pihak keluarga
korban.

Dulu apabila terbukti maka di ikat kaki tangannya dengan batu dan di tenggelamk
an di laut. Namun sekarang hanya di usir keluar dari kampung bersama seluruh ke
luarganya. Atau akan dibalas pula dengan ilmu gaib, hingga yang bersangkutan m
eninggal.

Cara membuktikannya dari proses penyembuhan dengan menggunakan ilmu gaib,


mendengar informasi dari orang lain, menanyakan saksi-saksi, menyelidiki lansung,
serta menggunakan sumpah adat denganm menggantungkan daun kelapa yang m
udah. Hingga daun kelapanya kering, apabila dia tidak menggunakan ilmu hitam
maka tidak ada efeknya, namun kalau ada maka yang bersangkutan pasti meningg
al dan kalau dia tidak mau meninggal pasti akan di lepaskan ilmu hitamnya.

Dalam hukum positif Indonesia, kejahatan ilmu hitam dibahas dan diatur dalam Ra
ncangan Undang – Undang Kitab Umum Hukum Pidana (RUU KUHP), diatur dalam
Pasal 293
Kaitan Hukum Pidana Adat dengan Hukum
Positif Indonesia

Sebelum diberlakukannya Hukum Pidana diIndonesia, hukum adat telah lebih dah
ulu diterapkan di Indonesia. Pada dasarnya hukum pidana adat adalah hukum yan
g hidup dan akan terus hidup, selama ada manusia dan budaya, ia tidak akan diha
pus dengan Perundang-Undangan. Andai kata diadakan juga Undang-Undang yan
g akan menghapuskannya, maka akan percuma saja, malahan hukum pidana Peru
ndang-Undangan akan kehilangan sumber kekayaannya, oleh karena hukum pidan
a adat lebih dekat dengan hubungannya dengan antropologi dan sosiologi daripa
da hukum perundang-undangan.

Jadi, Hukum pidana nasional tidak bisa masuk menggantikan hukum pidana adat
begitu saja, karena hukum adat telah ada sejak dahulu sebelum adanya hukum na
sional di Indonesia, dan juga hukum adat sudah memiliki prinsip dan budaya nya t
ersendiri.
KESIMPULAN

Dari uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa suku Jouw Warry merupakan sua
tu suku bangsa yang mendiami kabupaten Jayapura yang berbatasan dengan Neg
ara Papua New Guinea

Sebelum diberlakukannya Hukum Pidana diIndonesia, hukum adat telah lebih dah
ulu diterapkan di Indonesia. Pada dasarnya hukum pidana adat adalah hukum yan
g hidup dan akan terus hidup, selama ada manusia dan budaya, ia tidak akan diha
pus dengan Perundang-Undangan.

Dalam hal ini hukum pidana adat yang berada di dalam suku Jouw Warry sebagia
n besar tidak sama dengan sistem hukum pidana nasional Indonesia, mereka mem
iliki sistem pidana adat tersendiri dengan hukuman yang sudah ditentukan dalam
suku Jouw Warry tersebut.

Jadi, Hukum pidana nasional tidak bisa masuk menggantikan hukum pidana adat
begitu saja, karena hukum adat telah ada sejak dahulu sebelum adanya hukum na
sional di Indonesia, dan juga hukum adat sudah memiliki prinsip dan budaya nya t
ersendiri.

Anda mungkin juga menyukai