Anda di halaman 1dari 43

EXECUTIVE SUMMARY

A. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TEBING TINGGI


Berdasarkan konsep penataaan ruang yang telah dirumuskan, maka Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Tebing Tinggi yang disusun ini didasarkan atas
asas:
a. Manfaat yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin
dalam penentuan jenjang fungsi pelayanan kegiatan dan sistem
jaringan sarana dan prasarana.
b. Keseimbangan dan keserasian yaitu menciptakan keseimbangan,
keserasian fungsi dan intensitas pemanfaatan ruang dalam suatu
wilayah.
c. Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi antar manusia
dan lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaatan
ruang.
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Tebing Tinggi adalah:
MENGEMBANGKAN KOTA TEBING TINGGI SEBAGAI KOTA
PERDAGANGAN, JASA DAN INDUSTRI YANG BERKELANJUTAN DAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN.

RTRW Kota Tebing Tinggi menjadi pedoman :


a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah Kota Tebing Tinggi.
b. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan pemerintah kota,
badan swasta dan masyarakat di wilayah Kota Tebing Tinggi.
c. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kota.
d. Penerbitan perijinan lokasi pembangunan.
B. KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TEBING TINGGI
Perencanaan tata ruang Kota Tebing Tinggi yang diwujudkan dalam RTRW
Kota Tebing Tinggi tidak terlepas dari kebijakan dan strategi penataan ruang
yang pernah ada baik dalam lingkup nasional, provinsi, maupun kota itu
sendiri. Dari kebijakan-kebijakan tersebut akan dirumuskan kebijakan baru
yang memuat fungsi yang diemban oleh Kota Tebing Tinggi.

Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Tebing Tinggi merupakan


pengejewantahan dari tujuan penataan ruang. Kebijakan penataan ruang
mencakup kebijakan pengembangan struktur dan pola ruang wilayah Kota
Tebing Tinggi.

Kebijakan penataan ruang wilayah Kota Tebing Tinggi terdiri dari :


1. Peningkatan pusat pelayanan di wilayah kota yang merata dan
berhierarki.
2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan
3. Pengembangan ruang terbuka hijau sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan sosial, ekonomi, dan lingkungan Kota Tebing Tinggi
4. Pengembangan sistem pelayanan perumahan yang baik untuk
menciptakan lingkungan hunian yang berkualitas dan humanis.
5. Perwujudan kawasan perdagangan dan jasa yang memiliki daya tarik
yang tinggi dan berkualitas.
6. Pengembangan kawasan pariwisata untuk peningkatan ekonomi
wilayah dan masyarakat Kota Tebing
7. Melestarikan kawasan ketahanan pangan untuk membangun
ketahanan pangan masyarakat Kota Tebing Tinggi
8. Pengendalian dan peningkatan kualitas kawasan peruntukan
industri dan pergudangan
9. Pengembangan kawasan fungsi lainnya,selaras dengan
perkembangan kebutuhan Kota Tebing Tinggi
C. STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TEBING TINGGI

a. Strategi untuk peningkatan pusat pelayanan di wilayah kota yang


merata dan berhierarki adalah :
1. meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan.
2. menjaga berfungsinya secara optimal pusat-pusat pelayanan yang
sudah ada.
3. mengendalikan pusat-pusat pelayanan yang tidak sesuai dengan
fungsi yang ditetapkan.
b. Strategi untuk Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana dan sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh
kawasan adalah :
1. Pengembangan jaringan jalan pada area pengembangan baru
dengan memanfaatkan ruas jalan yang sudah ada
2. Pengembangan jalan alternatif untuk pergerakan barang dan jasa
di sebelah barat dan timur Kota Tebing Tinggi;
3. Pembangunan flyover untuk mengatasi tundaan dan kemacetan
pada kawasan Simpang Beo
4. Peningkatan kualitas jalan sebagai upaya meningkatkan arus
pergerakan orang dan barang
5. Peningkatan dan penataan kawasan Terminal Bandar Kajum yang
terintegrasi dengan fungsi ekonomi lainnya
6. Peningkatan kualitas ruang kawasan TOD Kota Tebing tinggi
7. Peningkatan kualitas penataan sistem perparkiran sesuai kondisi
wilayah Kota Tebing Tinggi
8. Pengembangan pelayanan kelistrikan dan telekomunikasi pada
daerah pengembangan baru
9. Pengembangan dan peningkatan sistem pelayanan air bersih dan
air minum masyarakat Kota Tebing Tinggi
10. Pengambangan dan peningkatan sistem pengelolaan air limbah
untuk mengurangi pencemaran lingkungan hidup;
11. Pengembangan infrastruktur penanggulangan banjir Kota Tebing
Tinggi melalui pembetonan pinggir sungai, pembangunan kolam
retensi, dan peningkatan kualitas sistem drainase Kota Tebing
Tinggi;
12. Peningkatan kualitas irigasi persawahan untuk meningkatkan
produksi dan produktifitas pertanian masyarakat Kota Tebing
Tinggi;
13. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta sistem
pelayanan persampahan Kota Tebing Tinggi
14. Membangun wifizone pada kawasan sosial dan ekonomi Kota
Tebing Tinggi
15. Pengembangan tower bersama untuk penggunaan sistem
komunikasi seluler
16. Peningkatan sarana dan prasarana mitigasi bencana Kota Tebing
Tinggi
c. Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
lingkungan hidup adalah :
1. Menetapkan dan melestarikan fungsi kawasan lindung;
2. Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan
kondisi ekosistemnya;
3. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah; dan
4. Pengembangan sistem informasi pelestarian kawasan lindung
sebagai upaya transfer edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat
Kota Tebing Tinggi
d. Strategi untuk Pengembangan ruang terbuka hijau sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan lingkungan Kota Tebing
Tinggi adalah :
1. Pembangunan ruang terbuka hijau yang berhirarki dengan varian
sesuai kebutuhan masyarakat Kota Tebing Tinggi;
2. Peniingkatan kualitas sempadan sungai melalui pembangunan
ruang terbuka hijau fungsi ekologis;
3. Penataan kawasan sempadan rel kereta api dengan membangun
ruang terbuka hijau fungsi estetika;
4. Penghijauan kawasan jalan memalui penanaman pepohonan
dengan jenis tanaman pelindung dan dapat menyerap zat polutan;
5. Pengembangan kawasan hijau di kawasan pusat Kota Tebing
Tinggi, melalui sistem roof garden dan potisasi
6. Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau yang sudah ada;
7. Pengembangan ruang terbuka hijau ekologis pada kawasan
peruntukan industri dan pergudangan, dengan jenis tanaman
yang dapat menyerap zat polutan
8. Pengembangan sistem ruang terbuka hijau pemakaman ke arah
fungsi estetika dan sosial
9. Penerapan KDH yang ketat pada bangunan untuk pemenuhan
RTH Private
e. Strategi untuk Pengembangan sistem pelayanan perumahan yang baik
untuk menciptakan lingkungan hunian yang berkualitas dan humanis
adalah :
1. Pengembangan dan peningkatan kualitas infrastruktur
perumahan;
2. Penerapan tata bangunan dan intansitas pemanfaatan ruang
sesuai ketentuan yang berlaku;
3. Pengentasan kekumuhan kawasan secara terpadu; dan
4. Pengembangan hunian vertikal untuk mengatasi keterbatasan
lahan pengembangan perumahan;
5. Pengembangan tata hijau di lingkungan perumahan
6. Pengambangan sistem mitigasi bencana pada kawasan
perumahan melalui pembangunan infrastruktur kebencanaan
7. Pembatasan kegiatan masyarakat dan pengusaha yang berdampak
terhadap kenyamanan, kemananan, kelestarian lingkungan hidup
kawasan perumahan
8. Pengendalian kegiatan masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban dan kenyamanan
f. Strategi untuk Perwujudan kawasan perdagangan dan jasa yang
memiliki daya tarik yang tinggi dan berkualitas adalah :
1. Pengembangan dan peningkatan tata ruang kawasan perdagangan
dan jasa;
2. Pengembangan infrastruktur kawasan dengan tata letak yang baik
sesuai dengan kondisi kawasan;
3. Penataan papan reklame sesuai dengan ketentuan kaidah estetika
kota;
4. Pengembangan ruang pejalan kaki dan penataan pedagang kaki
lima;
5. Pengembangan sistem hijau minimalis dengan fungsi estetika dan
ekologis
6. Penataan perparkiran yang efektif untuk mendukung kelancaran
sistim pergerakan kawasan
7. Pengembangan sistem mitigasi bencana
8. Peningkatan kualitas bangunan di kawasan perdagangan dan jasa
9. Penerapan sanksi terhadap pelanggar ketentuan yang telah
ditetapkan
g. Strategi untuk Pengembangan kawasan pariwisata untuk peningkatan
ekonomi wilayah dan masyarakat Kota Tebing adalah :
1. Pengembangan objek wisata buatan di Kota Tebing Tinggi
2. Pengembangan wisata air Sungai Padang dengan penerapan
sistem keterpaduan pelestarian lingkungan kawasan Sungai
Padang
3. Pengembangan wisata kuliner dan historikal Kota Tua Kota
Tebing Tinggi;
4. Pengembangan ruang-ruang sosial yang bernuansa klasik
(kontemporer) pada kawasan Kota Tua Kota Tebing Tinggi
5. Pengembangan sistem ruang hijau dengan konsep asri dan estetik
pada kawasan Kota Tua dan kawasan lain yang memiliki potensi
kewisataan;
6. Pengembangan ornamen kota sebagai daya tarik tambahan pada
daerah-daerah potensi wisata di Kota Tebing Tinggi;
7. Pengembangan ruang pejalan kaki yang nyaman dan aman;
8. Pengembangan fungsi kawasan pertanian sebagai objek wisata
sebagai upaya peningkatan kelestarian kawasan ketahanan
pangan
h. Strategi untuk Melestarikan kawasan ketahanan pangan untuk
membangun ketahanan pangan masyarakat Kota Tebing Tinggi adalah :
1. Peningkatan infrastruktur pertanian dan ketersedian air untuk
tanaman pertanian
2. Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian;
3. Pembinaan kelompok tani untuk meningkatkan kinerja pertanian
Kota Tebing Tinggi
4. Pemberian bantuan sarana dan prasarana pertanian pada
masyarakat petani
5. Pembatasan aktifitas pada area yang berbatasan dengan kawasan
pertanian
6. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian melalui upaya
penegakan peraturan terkait pelestarian kawasan pertanian yang
ketat
i. Strategi untuk Pengendalian dan peningkatan kualitas kawasan
peruntukan industri dan pergudangan adalah :
1. Pengembangan sistem tata hijau kawasan pergudangan dan
peruntukan industri
2. Peningkatan kualitas jalan pada kawasan peruntukan industri dan
pergudangan
3. Penataan yang baik kawasan perutukan industri dan pergudangan
sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar kawasan;
4. Antisipasi pengendalian multiplier effect kawasan periuntukan
industri dan pergudangan untuk menjamin kelancaran
operasional dan sistem lingkungan sekitar kawasan
j. Strategi untuk Pengembangan kawasan fungsi lainnya,selaras dengan
perkembangan kebutuhan Kota Tebing Tinggi adalah :
1. Peningkatan kualitas kawasan perkantoran di Kota Tebing Tinggi;
2. Pengendalian kegiatan pada kawasan pertahanan dan kemanan
Kota Tebing Tinggi;
3. Penataan dan pengengendalian kegiatan masyarakat pada
kawasan kesehatan Kota Tebing Tinggi
4. Penataan dan pengendalian kegiatan pada kawasan pasar Kota
Tebing Tinggi

D. RENCANA PUSAT-PUSAT PELAYANAN KOTA


Rencana Pengembangan Sistem Pusat-Pusat Pelayanan Wilayah Kota
Tebing Tinggi terbagi atas :

1) Pusat Pelayanan Kota (PPK), yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau
regional,
2) Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK), yang melayani sub-wilayah kota,
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yang melayani skala lingkungan wilayah
kota.
Pusat Pelayanan Kota dipilih dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan utama yang
melayani seluruh Wilayah Kota Tebing Tinggi dan wilayah sekitarnya
b) Berada dalam simpul transportasi regional
Sub Pusat Pelayanan Kota memiliki kriteria:

a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan yang


melayani seluruh sub wilayah kota
b) Berada dalam simpul transportasi yang menghubungkan antar sub wilayah
kota.
Pusat Pelayanan Lingkungan memiliki kriteria:
a) Memiliki potensi sebagai pusat kegiatan jasa dan perdagangan dalam skala
lingkungan permukiman kota
b) Berada dalam simpul transportasi lingkungan permukiman
c) Lokasi pusat-pusat pelayanan lingkungan diarahkan berada di pusat-pusat
perdagangan dan/atau pemerintahan skala kelurahan
Pusat Pelayanan Kota (PPK), Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) dan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL) diwujudkan dalam berbagai jenis sarana/ fasilitas perkotaan
sesuai dengan skala pelayanannya masing-masing.

4.1.1 Rencana Pusat Pelayanan Kota


Berdasarkan peran masing-masing pusat-pusat pelayanan kota tersebut,
maka yang memenuhi kriteria sebagai Pusat Pelayanan Kota dengan fungsi-fungsi
sebagai berikut :

a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala regional


b. Kegiatan pelayanan pemerintahan dan perkantoran swasta
c. Kegiatan pelayanan kesehatan skala regional
d. Kegiatan pelayanan pendidikan skala regional
e. Kegiatan hunian dengan intensitas tinggi.
Pusat pelayanan kota direncanakan akan berada di Kecamatan Tebing Tingi Kota

4.1.2 Rencana Sub Pusat Pelayanan Kota


Penyebaran Sub Pusat Pelayanan Kota pada 3 (tiga) lokasi dengan fungsi-
fungsinya, yaitu :

a. SPPK Kecamatan Padang Hulu akan memiliki fungsi sebagai berikut :


a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kota
b. Kegiatan pelayanan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi
c. Kegiatan pelayanan kesehatan dalam skala Kota
b. SPPK Kecamatan Padang Hilir memiliki fungsi berikut :
a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecamatan
b. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kecamatan
c. Kegiatan pelayanan pendidikan skala kecamatan
d. Kegiatan simpul tranpsortasi kereta api antarkota
c. SPPK Kecamatan Rambutan akan memiliki fungsi berikut :
a. Kegiatan pelayanan pemerintahan dan perkantoran swasta
b. Kegiatan perdagangan dan jasa dalam skala antar kecamatan,
c. Kegiatan hunian dengan intensitas sedang-tinggi,
d. Kegiatan pelayanan pendidikan dasar dan menengah,
e. Kegiatan pelayanan kesehatan skala antar kecamatan.
d. SPPK Kecamatan Bajenis, Kecamatan Padang Hilir dengan fungsi berikut :
a. Kegiatan perdagangan dan jasa skala kecamatan,
b. Kegiatan hunian dengan intensitas rendah-sedang,
c. Kegiatanpelayanan pendidikan dasar dan menengah dan
d. Kegiatan pelayanan kesehatan skala kecamatan.

4.1.3 Rencana Pusat Pelayanan Lingkungan


Selain Pusat Pelayanan Kota dan Sub Pusat Pelayanan Kota juga akan
dikembangkan Pusat Pelayanan Lingkungan yang melayani skala lingkungan atau
setara dengan skala wilayah kelurahan. Pusat Pelayanan Lingkungan akan terbagi
atas PPL. Pusat Pelayanan Lingkungan kota ini diarahkan akan melayani satu atau
beberapa kelurahan dalam satu wilayah lingkungan pelayanan. Pusat-pusat
lingkungan pada wilayah kota memiliki fungsi sebagai :

 Pelayanan pemerintahan kelurahan,


 Pelayanan pendidikan dasar
 Pelayanan kesehatan skala kelurahan
 Perdagangan dan jasa skala kelurahan.
Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan adalah:

a. PPL di Kelurahan Pabatu


b. PPL di Kelurahan Tualang
c. PPL di Kelurahan Deblod Sundoro
d. PPL di Kelurahan Damarsari
e. PPL di Kelurahan Tambangan Hulu
f. PPL di Kelurahan Durian
g. PPL di Kelurahan Teluk Karang
h. PPL di Kelurahan Berohol
i. PPL di Kelurahan Bandar Sakti
j. PPL di Kelurahan Sri Padang
Rencana pengembangan PPL diarahkan kepada :

 Pusat kegiatan jasa dan perdagangan dalam skala lingkungan permukiman


kota
 Simpul transportasi lingkungan permukiman
 Lokasi pusat-pusat pelayanan lingkungan diarahkan berada di pusat-pusat
perdagangan dan/atau pemerintahan skala kelurahan

E. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA KOTA

4.1.4 Rencana Sistem Jaringan Transportasi


Rencana pengembangan sistem transportasi darat diarahkan untuk
mendukung mobilitas orang, barang dan jasa secara internal maupun eksternal kota.
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Kota Tebing Tinggi 2021-2041
meliputi rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan rel kereta api.

Rencana pengembangan sistem jaringan jalan meliputi rencana sistem


jaringan berdasarkan fungsi yakni fungsi jalan arteri primer, arteri sekunder,
kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal sekunder Rencana transportasi rel
kereta api merupakan bagian dari pengembangan sistem jaringan rel kereta api
antarkota Pulau Sumatera

4.1.4.1 Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan yang direncanakan terdiri atas :
a) Jaringan jalan arteri primer
1. Jl. Imam Bonjol
2. Jl. PROF.HM. Yamin
3. Jl.Sukarno Hatta
4. Jl. Jend Gatot Subroto
5. Jl. Kol.Yos.Sudarso
6. Jl. Diponegoro
b) Jaringan Jalan Arteri Sekunder
1. Jl. Jendral Ahmad Yani
2. Jl. Kol.Yos.Sudarso
3. Jl. Jendral Ahmad Yani
c) Jaringan jalan kolektor primer
1. Jl. Letda Sojono
2. Jl. Musyawarah
3. Jl. Setia Budi
4. Jl. Baja
5. Jl. H. Abdul Hamid
6. Jl. Meyjend DI. Panjaitan
7. Jl. Peringgan
8. Jl. Pulau Sumatera
9. Jl. Gunung Leuser
10. Jl. Ir.H. Juanda
d) Jaringan jalan kolektor sekunder
1. Jl. KF.Tandean
2. Jl. Kutilang/AMD
3. Jl. Deblod Sundoro
4. Jl. Pandan
5. Jl. Pandan Belakang
6. Jl. Gunung semeru
7. Jl. Kebun Buah
8. Jl. Dr. Kumpulan pane
9. Jl. Let. Jend. Suprapto
10. Jl. Pahlawan
11. Jl. Sutomo
e) Jaringan jalan lokal sekunder
a. Jl. Suasa

Rencana pengembangan jalan lingkar meliputi :

a. Pembangunan Jalan lingkar luar barat yang menghubungkan ruas


Jl. Gunung Leuser - Jl. Letda Sojono - Jl. Letda Sojono - Jl. Setia Budi

b. Pembangunan Jalan lingkar luar timur ruas jalan yang menghubungkan


Dari Simpang Jl Sukarno Hatta ke Simpang Jalan Prof. HM. Yamin (ruas
jalan baru)- Jl. Baja - Jl. Habdul Hamid - Jl. Kebun Buah - Jl. Meyjend DI.
Panjaitan - Jl. Pandan - Jl. Pandan Belakang - Jl. Peringgan

Rencana penanganan sistem jaringan jalan meliputi :

a) Pembangunan Flyover Simpang Beo;


b) Pembangunan jalan alternatif (lingkar) timur dan barat Kota Tebing Tinggi -
Jl.Gn Leuser-Juanda-Setia Budi-Kutilang dan Utara : Jl. Baja-Abdul Hamid-
Asrama-Swadaya
c) Rekayasa lalu lintas pada kawasan Rumah Sakit Kumpulan Pane
d) Penataan Kawasan TOD (ruas Jalan Yos Sudarso)
e) Perubahan fungsi jalan
f) Peningkatan berupa perluasan dimensi dan geometrik jalan
g) Penataan akses jalan sesuai dengan hirarki fungsi jalan
h) Peningkatan kualitas rambu dan marka jalan
i) Peningkatan kualitas pedestraian dan pembatas jalan
j) Peningkatan kualitas jalan yang ada
k) Pengembangan jaringan jalan baru pada kawasan pengembangan baru
l) Pengembangan dan penataan jalur pesepeda di Kota Tebing Tinggi
m) Pengendalian pemberhentian sementara kendaraan umum
n) Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan angkutan umum
o) Pengendalian PKL yang memanfaatakan bahu jalan/pedestrian
p) Pengembangan jalan inspeksi sungai
q) Penyesuaian sirkulasi (arah pergerakan) kendaraan di Kota Tebing

4.1.4.2 Jalan Tol


Jalan Tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Rencana
jalan Tol yang yang merupakan bagian wilayah Kota Tebing Tinggi adalah ruas yang
melalui Kecamatan Bajenis sepanjang 818 m

4.1.4.3 Sistem Angkutan Penumpang


Untuk mendukung kebutuhan angkutan penumpang Kota Tebing Tinggi,
maka akan dikembangkan dan ditingkatkan kualitas Sarana Terminal Penumpang.
Sarana terminal merupakan titik simpul dari jaringan transportasi jalan raya yang
berfungsi sebagai pelayanan umum. Selain itu terminal juga merupakan tempat
pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas, sekaligus
merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi
untuk melancarkan arus penumpang dan barang serta merupakan unsur tata ruang
yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan dalam struktur wilayah.

Terminal sebagai titik pertemuan dari sub sistem transportasi atau jenis
angkutan memungkinkan penumpang atau barang berpindah dari satu jenis
angkutan ke jenis angkutan lain atau dari rute yang satu ke rute yang lain untuk
dapat melanjutkan perjalanan ke tempat yang dituju.

Arahan pengembangan sistem angkutan penumpang di Kota Tebing Tinggi


adalah :

a. Peningkatan fungsi pelayanan terminal tipe C di Kota Tebing Tinggi. Dalam


hal ini Terminal Bandar Kajum di Kecamatan Rambutan dan terminal Bandar
Sakti di Kecamatan Bajenis.
b. Pembangunan Sub Terminal di masing-masing kecamatan
c. Pembangunan terminal barang
Di dalam internal Kota Tebing Tinggi juga akan dikembangkan halte
terminal untuk mendukung sirkulasi dan pergerakan transportasi yang meliputi:

1) Peningkatan kualitas halte


2) Pengembangan halte di Persimpangan Jalan Letjen Sudjono-Kapten Tandean
di Kelurahan Bulian
3) Pengembangan halte di persimpang Syech Baringin di Kelurahan Tebing
Tinggi.
4) Pengembangan halte di Stasiun KA Tebing Tinggi di Jalan Imam Bonjol
5) Pengembangan halte di persimpangan Jalan AMD
Pengembangan keempat halte tersebut diarahkan untuk dapat melayani
kebutuhan pelayanan keterpaduan moda angkutan umum perkotaan secara efektif
kepada masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan keterkaitan keempat
subpusat pelayanan kota serta keterkaitan dengan kecamatan tetangga dengan Kota
Tebing Tinggi. Untuk rute angkutan umum penumpang akan memperhatikan
sebaran sarana sosial, pendidikan, kawasan permukiman, kesehatan dan
perdagangan.
Pengembangan rute angkutan Kota Tebing Tinggi dikembangkan dengan
berbasis koridor yang meliputi:

a. Koridor Utara – Tengah – Barat Daya (Terminal Bandar Kajum – pusat kota
– Pabatu)
b. Koridor Barat – Tengah – Timur – Tenggara (Halte Persimpangan Bulian –
pusat kota – Halte Syech Beringin)
c. Koridor Utara – Selatan (Terminal Bandar Kajum – Halte Stasiun KA – Halte
Syech Beringin)
d. Koridor Lingkar Tebing Tinggi (Halte Pabatu – AMD – Halte Bulian – Gn
Lauser – Terminal Bandar Kajum – Yos Sudarso – Soekarno Hatta –
Tambangan – Jalan Baja – Halte Syech Beringin).

4.1.4.4 Jembatan
Rencana Pengembangan Fly Over atau jalan layang yang dibangun tidak
sebidang melayang, bertujuan untuk untuk menghindari daerah/ kawasan yang
selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas atau melewati persilangan
kereta api untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi, mengatasi
hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit
ataupun melalui rawa-rawa.

Rencana pembangunan fly Over di Kota Tebing Tinggi diarahkan pada


Kecamatan Rambutan yaitu Pembangunan Flyover Simpang Beo.

4.1.4.5 Sistem Jaringan dan Angkutan Rel Kereta Api


Rencana pengembangan sistem jaringan dan angkutan rel kereta api
diarahkan untuk melayani transportasi penumpang dan barang termasuk hasil
industri perkebunan utama seperti kelapa sawit dan hasil pertanian dari Kawasan
Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB).

Untuk dapat melayani transportasi penumpang dari dan ke Tebing tinggi


termasuk wilayah sekitarnya seperti Dolok Masihul, Pispis maka akan dilakukan:

a. Peningkatan fungsi dan kualitas Stasiun KA Tebing tinggi (TBI) di


Kelurahan Satria Kecamatan Padang Hilir sebagai stasiun KA Antar kota
Pulau Sumatera dengan fungsi simpul transporasi rel KA yang terpadu
dengan jalan lintas timur Sumatera untuk melayani Kota Tebing Tinggi dan
kota-kota sekitarnya.
b. Rute jaringan rel KA antarkota yang dilayani stasiun KA Tebing tinggi yaitu:
Medan – Kuala Namu – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantauprapat
Medan – Tebing tinggi – Pematangsiantar
c. Pengembangan jaringan rel KA dari Tebing–tinggi – Merek (Pusat
KADTBB) untuk mendukung pengembangan tranportasi angkutan barang
dan penumpang.

F. RENCANA SISTEM JARINGAN ENERGI/KELISTRIKAN


Sistem jaringan energi meliputi : pembangkit tenaga listrik, gardu
Induk, jaringan transmisi listrik dan jaringan distribusi listrik.
a. Pembangkit listrik untuk melayani kebutuhan listrik lebih kurang
94.142 MWatt berasal dari PLTU Sicanang Belawan.
b. Sistem jaringan transmisi listrik yang mentransmisi energi listrik dalam
jumlah besar dan jarak yang sangat jauh meliputi :
1. Jaringan saluran transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi
(SUTET) dengan kapasitas kurang lebih 500 KV yang melewati
Kecamatan Bajenis
2. Jaringan saluran transmisi saluran udara tegangan tinggi (SUTT)
dengan kapasitas kurang lebih 150 KV yang melewati Kecamatan
Padang Hulu
c. Sistem jaringan distribusi tenaga listrik meliputi saluran udara
tegangan menengah (SUTM) / 20 KV tersebar di seluruh wilayah
Kecamatan
d. Gardu induk yang melayani kota meliputi :
a. Gardu induk di wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Serdang Bedagai
b. Rencana Pembangunan Gardu Induk baru di Kecamatan Padang
Hilir
c. Pengembangan jaringan listrik pada kawasan pengembangan
baru
d. Peningkatan kualitas tiang listrik
e. Peningkatan sistem keamanan kelistrikan pada kawasan
permukiman padat
f. Peningkatan kualitas pelayanan kelistrikan

Sistem jaringan distribusi utama listrik yang membawa daya dalam


jumlah terbatas pada tegangan lebih rendah dengan jarak yang pendek yang
melalui jaringan jalan arteri dan kolektor.
Strategi pengembangan sistem jaringan ketenagalistrikan Wilayah
Kota Tebing Tinggi memperhatikan:
a. Kerentanan terhadap pasokan daya listrik pada PLTU Sicanang Belawan yang
berlangsung dalam dua tahun terakhir ini yang berimplikasi kepada
terganggunya kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, dunia usaha dan
pemerintahan.
b. Berdasarkan hal tersebut rencana pengembangan sistem jaringan
ketenagalistrikan mencakup pemikiran untuk alternatif peningkatan kapasitas
tegangan listrik melalui peningkatan sistem pelayanan tegangan menengah
menjadi tegangan tinggi.

G. RENCANA SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI


Kebutuhan sarana telekomunikasi dalam memenuhi kebutuhan hidup terus
meningkat, hal ini harus diselaraskan dengan peningkatan pelayanan dan
jangkauan jaringan telekomunikasi. Jaringan telekomunikasi melalui sarana
telepon direncanakan dapat menjangkau seluruh ibukota Kecamatan, hal ini
dapat dikembangkan seperti sistem telepon nirkabel yang dapat digunakan
didaerah pelosok bila dirasakan kebutuhan sarana telepon sangat mendesak
untuk kelancaran informasi.
Pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi diarahkan untuk
mencapai tujuan mewujudkan sistem telekomunikasi lokal, antar kota,
kabupaten, provinsi, nasional dan antar negara dan terjamin keandalannya.
Pengembangan jaringan telekomunikasi diprioritaskan pada kawasan
permukiman, industri dan pariwisata. Rencana pengembangan jaringan
telekomunikasi adalah tersedianya fasilitas komunikasi untuk memenuhi
kebutuhan domestik, instansi pemerintah/swasta, industri meliputi:
a) Jaringan Tetap
Jaringan tetap yang akan dikembangkan di kota Tebing Tingi, diarahkan
sesuai dengan pola jaringan jalan. Sistem distribusi jaringan telepon di Kota
Tebing Tinggi yang digunakan adalah jaringan primer dan jaringan sekunder.
Jaringan primer menghubungkan sentral dengan daerah-daerah lokasi,
sedangkan jaringan sekunder menghubungkan jaringan primer dengan
rumah-rumah penduduk.

Prasarana telekomunikasi di Kota Tebing Tinggi dimanfaatkan oleh instansi-


instansi pemerintah, swasta maupun kalangan masyarakat sendiri. Rencana
kebutuhan pelayanan telepon di Kabupaten Serdang Bedagai adalah
menggunakan standar proporsi kapasitas pelayanan sambungan per 50
penduduk yaitu minimal 1 SST.

Adapun standar proporsi sambungan langsung yang digunakan di Kota Tebing


Tinggi yang digunakan untuk berbagai kegiatan, antara lain:

1. Kebutuhan untuk Rumah Tangga (RT) sebesar 1/50 SST/orang.


2. Kebutuhan sarana umum/sosial sebesar 1/250 SST/orang.
3. Kebutuhan komersial dan lain-lain sebesar 1/150 SST/orang.
4. telepon umum sebesar 1/1000 SST/orang.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka diketahui rencana kebutuhan
sambungan telepon di Kota Tebing Tinggi pada Tahun 2031 sebesar 5.750
SST, tahun 2036 sebesar 6.043 SST dan untuk tahun 2041 sebesar 6.338 SST

b) Jaringan Bergerak
1. Jaringan Bergerak Terestrial
Jaringan bergerak terestrial adalah suatu media komunikasi yang
menggunakan transmisi dalam bentuk gelombang radio yang
perambatannya atau ditentukan berdasarkan frekuensi/panjang
gelombang yang dihasilkan untuk layanan telekomunikasi bergerak
tertentu meliputi antara lain jasa radio trunking dan jasa radio panggil
untuk umum.
Rencana jaringan bergerak terestrial di Kota Tebing Tinggi merupakan
pemancar radio yang berada di Kecamatan Padang Hulu dan Kecamatan
Rambutan.

2. Jaringan Bergerak Seluler


Penggunaan sistem juga untuk layanan telekomunikasi bergerak dengan
teknologi seluler dipermukaan bumi. Sistem ini lebih popular
dibandingakan dengan penggunaan sistem telekomukasi tetap (telepon
kabel). Namun dalam penggunaannya bisa menyebabkan terbentuknya
hutan menara di wilayah kota akibat tidak adanya pola pengaturan
dalam pembangunannya. Untuk itu kedepannya diarahkan dengan
menerapkan sistem menara (tower) bersama, karena pembangunan
menara bersama terkait dengan tingkat kepadatan penduduk, dimana
semakin banyak penduduk suatu wilayah berbanding lurus dengan
jumlah menara telekomunikasi. Untuk itu pembagian zona
pembangunan menara bersama telekomukasi mengikuti gambaran zona
kepadatan penduduk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera
Utara Nomor 15 tahun 2009 tentang Penataan Pembangunan Menara
Telekomunikasi Bersama, dimana zona tersebut dibagi dalam zona
padat, zona sedang dan zona rendah.

Beberapa rencana pengembangan jaringan bergerak seluler yang ada di


Kota Tebing Tinggi diantaranya:

 Mengatur distribusi lokasi maupun pemakaian-pemakaian BTS (Base


Transceiver System) milik operator jasa telekomunikasi milik
swasta agar tidak mengganggu ketertiban dan keselamatan
umum.
 Penetapan zona/kawasan dan peletakan lokasi Base Tranceiver
System (BTS) bersama secara cluster dan diutamakan pada pusat-
pusat kegiatan. Dan akan diatur melalui Peraturan walikota
 Mengembangkan pelayanan jaringan internet hotspot pada kawasan
wisata dan pendidikan, serta perdagangan dan jasa.

H. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASANA SUMBER DAYA AIR


Sistem jaringan sumber daya air yang akan direncanakan meliputi:
a. Sistem Jaringan Irigasi
Sumber Daya Air Daerah yang ada di Kota Tebing Tinggi meliputi jaringan
irigasi primer, jaringan irigasi sekunder dan jaringan irigasi tersier, meliputi :

1. Jaringan irigasi primer berada di Kecamatan Bajenis, Padang Hulu dan


Rambutan
2. Jaringan irigasi sekunder berada di Kecamatan Bajenis dan Padang Hulu
3. Jaringan irigasi tersier berada di Kecamatan Bajenis
b. Sistem Pengendalian Banjir
Rencana pengembangan pengendalian banjir di wilayah Kota Tebing Tinggi
meliputi :

1. Pembangunan dan pemeliharaan tanggul di sungai Bahilang sepanjang


28,21 km
2. Normalisasi Sungai Padang dan Sungai Bahilang

I. RENCANA SISTEM INFRASTRUKTUR PERKOTAAN


1. Rencana Sistem Jaringan Air Minum
Penyedian air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bulian yang merupakan BUMD Kota Tebing
Tinggi.
Arahan pengembangan sistem penyediaan air minum di Kota Tebing
Tinggi adalah :
a. Peningkatan kualitas pelayanan air bersih dan minum
b. Pengembangan daerah layanan air bersih dan minum
c. Pembangunan spot-spot instalasi air minum
d. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana PDAM
e. Pembuatan sumur-sumur resapan
f. Peningkatan kualitas sumber air
Rencana pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Tebing Tinggi
sampai dengan tahun 2041 meliputi:
a. Rencana jaringan perpipaan
Pengembangan sistem jaringan prasarana air minum dengan jaringan
perpipaan meliputi:
1. Unit air baku, berupa bangunan pengambil air baku berada di
Kecamatan Bajenis
2. Unit produksi, berupa pengembangan instalasi produksi berada di
Kecamatan Bajenis
3. Unit distribusi berupa jaringan distribusi yang melewati seluruh
kecamatan
4. Unit pelayanan, berupa hidran umum yang di tetapkan diseluruh
kecamatan
b. Rencana bukan jaringan perpiaan
Sistem penyediaan air minum bukan perpipaan dilakukan secara
individu oleh masyarakat pada lokasi-lokasi yang belum tersedia
jaringan perpipaan air minum, melalui:
1. Pemanfaatan sumber mata air, air tanah dangkal dan dalam
2. Penyediaan air melalui swadaya masyarakat
Bak penampungan air hujan

2. Rencana Sistem Prasarana dan Sarana Air Limbah


Rencana pengembangan sistem air limbah diKota Tebing Tinggi
adalah merupakan Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik (SPALD)
dengan sistem terpusat berskala regional untuk melayani seluruh kecamatan
yang berada di Kecamatan Kecamatan Padang Hilir
Rencana pengelolaan air limbah di Kota Tebing Tinggi adalah sebagai
berikut:
a. Sistem septic tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestik;
b. Sistem pelayanan septic tank kolektif dikembangkan pada kawasan
perkantoran, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil;
c. Sistem septic tank individu dikembangkan pada kawasan perumahan
tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil
digunakan sistem pelayanan septictank individu ataupun kolektif;
d. Sistem tercampur dikembangkan untuk air limbah dari kegiatan non-
domestik dan kegiatan lainnya;
e. Sistem komunal untuk kawasan perumahan padat perkotaan, kompleks
maupun perumahan yang dikembangkan oleh para developer real
estate;
f. Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada
kawasan perdagangan, perkantoran dan kawasan komersil;
g. Pengembangan instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) diarahkan di
Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan Kecamatan Padang Hilir

Pengembangan sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya dan


beracun (B3) di arahkan di Kecamatan Padang Hilir

3. Rencana Sistem Persampahan


Rencana sistem pengelolaan persampahan meliputi:

a. Pengembangan TPA yang berada di Kecamatan Padang Hilir menggunakan


sistem sanitary landfill
b. Pembangunan TPS yang direncanakan di seluruh Kecamatan
c. Pengembangan TPS3R yang berada di Kecamatan Padang Hilir
Lingkup kegiatan:

- Merupakan kegiatan penanganan secara komunal untuk melayani


sebagian atau keseluruhan sumber sampah yang ada dalam area dimana
pengelola kawasan berada
- Pengelolaan sampah tingkat kawasan harus mendorong peningkatan
upaya minimasi sampah untuk mengurangi beban pada pengelolaan
tingkat kota, khususnya yang akan diangkut ke TPA
- Pengelolaan sampah kawasan harus harus mampu melayani masyarakat
yang berada dalam daerah pelayanan yang telah ditentukan
- Pengelolaan sampah kawasan harus harus mampu melayani masyarakat
yang berada dalam daerah pelayanan yang telah ditentukan
- Proses pemilahan sampah yang telah dimulai dari sumber,
membutuhkan pengaturan alat pengumpul (misal gerobak) yang
terpisah ataupun penjadwalan pengangkutan, agar sampah yang telah
dipisah di tingkat sumber tersebut akan tetap terpisah berdasarkan
jenisnya
- Lokasi TPS dapat difungsikan sebagai pusat pengolahan sampah tingkat
kawasan, atau sebaliknya yang berfungsi untuk pemindahan daur ulang
ataupenanganan sampah lainnya dari daerah yang bersangkutan
- Pengoperasian dan Pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan oleh
kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri.
d. Peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan TPA
e. Peningkatan kualitas kelembagaan dan SDM pengelola TPA
f. Peningkatan sistem pengelolaan persampahan di kawasan permukiman,
perdagangan dan jasa
g. Peningkatan sistem pelayanan pengangkutan persampahan
h. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana persampahan
i. Pengembangan bank sampah
j. Pembentukan kelompok masyarakat sadar lingkungan
k. Pengembangan kelurahan/lingkungan percontohan sadar lingkungan
l. Pengembangan kerjasama pemerintah, masyarakat dan swsata dalam
pengelolaan sampah
Penerapan lubuk larangan untuk pelestarian lingkungan sungai dari
sampah

4. Rencana Sistem Drainase


Drainase merupakan sistem jaringan dan distribusi air buangan suatu
lingkungan yang berfungsi sebagai penumpang air buangan pada lingkungan, yang
terintegrasi dengan sistem jaringan drainase makro dari wilayah regional yang lebih
luas. Oleh karena itu, pengelolaan sistem drainase yang baik akan menjamin
penyediaan sistem pembuangan air hujan dan drainase yang mempunyai kapasitas
tamping yang cukup bertujuan agar lingkungan perumahan dan kawasan sekitar
bebas dari genangan, baik pada saat ini maupun di masa mendatang. Rencana
jaringan drainase terdiri atas :

a. Jaringan primer adalah seluruh jaringan sungai yang berada di Kota Tebing
Tinggi
b. Jaringan sekunder di sepanjang jalan arteri, kolektor dan lokal yang terdapat
pada pusat di seluruh kecamatan dalam wilayah kota
c. Jaringan tersier berada pada kawasan perumahan dan kawasan perkantoran
di seluruh kecamatan dalam wilayah Kota

Rencana pengembangan sistem drainase di Kota Tebing Tinggi dilakukan dengan


cara:

a. Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada kawasan


perdagangan, perkantoran dan kawasan komersil;
b. Pengembangan sistem terpisah (yaitu memisahkan air limbah dan air hujan
pada masing-masing saluran) dikembangkan untuk air limbah dari kegiatan
non-domestik dan kegiatan lainnya seperti air buangan dari kamar mandi,
tempat cuci dan hasil kegiatan kantor lainnya, sedangkan untuk menutupi
kelemahan sistem ini dapat diatasi dengan membuat saluran terbuka dari
perkerasan dengan campuran kedap air.

5. Rencana Jalur Pejalan Kaki


Rencana pengembangan jalur jalan kaki berada dalam satu sistem
dengan jaringan jalan sekunder terutama dalam menghubungan secara
internal Pusat Pelayanan Kota (Kawasan Komersial Terpadu), Sub
Pusat Pelayanan Kota (SPPK) dan antara halte terminal dengan Pusat
Pelayanan Lingkungan.

6. Rencana Jalur Evakuasi Bencana


Lokasi evakuasi bencana diarahkan terutama untuk penanggulangan
korban bencana banjir dan puting beliung serta tanah longsor. Lokasi tersebut
diarahkan di daerah-daerah dengan kriteria :

a. Lokasi tersebut jauh dari dampak bencana yang terjadi;


b. Diupayakan lokasi tersebut berupa ruang terbuka yang dapat menampung
banyak orang;
c. Diupayakan memanfaatkan bangunan milik pemerintah dan fasilitas umum
sebagai tempat penampungan pengungsi.
Rencana sistem jaringan evakuasi bencana, berupa:

a. Jalur evakuasi bencana yang melalui Kecamatan Padang Hilir, Padang Hulu,
Rambutan, dan Tebing Tinggi Kota
b. Ruang evakuasi bencana, merupakan ruang evakuasi bencana banjir yang di
tetapkan di Kecamatan Padang Hilir, Bajenis, Rambutan, dan Tebing Tinggi
Kota

J. RENCANA KAWASAN LINDUNG


1. Badan Air

Rencana konservasi SDA dan pendayagunaan sumber daya air pada sungai-sungai utama
di Kota Tebing Tinggi adalah dengan membuat kesepakatan dengan Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai dalam pengendalian standar baku mutu air Sungai Padang
untuk dijadikan sumber air baku dalam pengelolahan Instalasi Pengolahan Air Minum.

Penetapan Kawasan Badan Air di Kota Tebing Tinggi ditetapkan seluas 53,83 Ha yang
tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Tebing Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini

2. Kawasan Perlindungan Setempat


Rencana sempadan sungai di Kota Tebing Tinggi adalah 20 meter untuk sempadan
Sungai Padan dan 15 meter untuk Sungai Bahilang.

Penetapan Sempadan sungai sebagaimana ditetapkan dengan kriteria:

a. Penetapan garis sempadan sungai untuk sungai bertanggul didalam kawasan


perkotaan disesuaikan dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK).
b. Penetapan garis sempadan sungai untuk sungai tidak bertanggul didalam kawasan
perkotaan ditetapkan antara 10-15 meter dihitung dari tepi sungai.
c. Penetapan garis sempadan sungai untuk sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan ditetapkan antara 25-50 meter dihitung dari tepi sungai.
Berdasarkan hasil penetapan sempadan sungai berdasarkan pertimbangan kriteria
diatas, maka luas kawasan perlindungan setempat Kota Tebing Tinggi, yang perlu
ditetapkan adalah seluas 141,28 Ha yang tersebar di seluruh Kecamatan

Rencana pengembangan kawasan perlindungan setempat meliputi:

a. Kerjasama pengelolaan sungai-sungai di Wilayah Kota Tebing Tinggi secara


terpadu dan menyeluruh dalam kesatuan pengelolaan Wilayah Sungai Belawan-
Ular-Padang.
b. Percepatan pencegahan laju pendangkalan alur-alur sungai sebagai bagian
penanggulangan genangan air pada kelurahan-kelurahan di sekitar sempadan
sungai.
c. Mengendalikan pertumbuhan perumahan-perumahaan di sepanjang sempadan
sungai terutama pada kelurahan-kelurahan rawan genangan.
d. Pelestarian kawasan sungai Bahilang, Padang, Kelembah, Sibarau, Sigiling;
e. Pembetonan/tanggul sungai Bahilang, Padang, Kelembah, Sibarau, Sigiling;
f. Garis sempadan sungai bertanggul 5-10 m; dan
g. Pengembangan jalan inspeksi pada sempadan sungai
h. Penghijauan daerah sempadan sungai di Kota Tebing Tinggi
i. Pembangunan ruang terbuka hijau fungsi ekologis dan ekonomis pada daerah
sempadan sungai;
j. Pengenmbangan keterpaduan fungsi lindung setempat dengan wisata air
berwawasan lingkungan

3. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota

Kebijakan pengembangan RTH Kota adalah:

a. Rencana pemenuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tebing Tinggi didasarkan pada
hirrarki dan fungsi RTH
b. Peningkatan kualitas rimba kota di Kecaman Padang Hilir;
c. Peningkatan kualitas taman Kota di Kecamatan Tebing Tinggi Kota;
d. Peningkatan dan pengembangan taman kecamatan di masing-masing kecamatan;
e. Peningkatan dan pengembangan taman kelurahan dan lingkungan di masing-
masing kelurahan di setiap kecamatan
f. Pengembangan ruang terbuka hijau pada kawasan peruntukan industri dan
pergudangan
g. Pengembangan ruang terbuka hijau pada kawasan peruntukan industri dan
pergudangan
h. Pengembangan ruang terbuka hijau pada kawasan transportasi umum (terminal
dan stasiun kereta api) dan kawasan TOD
i. Pengembangan ruang terbuka hijau privat direncanakan memanfaatkan halaman
pekarangan bangunan rumah tinggal, perkantoranm perdagangan dan jasa dan
kawasan peruntukan industri dan pengembangan rooftop garden pada bangunan
bertingkat seperti ruko, supermarket, apartemen, hotel, dan penginapan.
j. Pengembangan jalur hijau di sepanjang jalur jalan yang memungkinkan, untuk
dikembangkan dapat berupa bentuk pot-pot bunga maupun bentuk ruang tanam
taman pribadi masing-masing pemilik bangunan.
k. Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat
vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian
dari kawasan ruang terbuka hijau.
l. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan
industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan
permukiman.
m. Pada pengembangan perumahan baru perlu adanya taman yang mampu
memenuhi kebutuhan ruang terbuka bagi masyarakat.
n. Pengembangan jalur hijau sempadan SUTET dan SUTT di Kelurahan Brohol dan
Pinang Mancung Kecamatan Bajenis
o. Pembatasan kegiatan budidaya pada jalur SUTET/SUTT
p. Pengembangan ruang terbuka hijau dengan konsep vertical garden (taman
vertikal) untuk menyiasati keterbatasan lahan di Kota Tebing Tinggi. Dalam jurnal
yang berjudul Vertical Garden: Penghijauan Untuk Mendukung Smart Living Di
Kota Yogyakarta, Vertical garden atau vertical greenery menurut Blanc (2008)
adalah tanaman yang disusun berbentuk vertical untuk keseimbangan lingkungan
sehingga mampu menciptakan iklim mikro yang spesifik di sekitarnya. Vertical
garden dapat digunakan sebagai ide untuk membuat sebuah lingkungan
perkotaan menjadi tampak alami. Manfaat konsep taman vertikal antara lain:
1. Lingkungan menjadi lebih indah dan alami.
2. Menciptakan ruang hijau di lahan terbatas.
3. Mengurangi panas dari luar dan polusi udara.
4. Membantu meredam kebisingan suara.
5. Meningkatkan produksi oksigen.
Rencana Pola Ruang Kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tebing Tinggi direncanakan
seluas 183,57 Ha. Rencana Kawasan Ruang Terbuka Hijau di Kota Tebing Tinggi terdiri
atas Rimba Kota, Taman Kota, Taman Kecamatan, Taman Kelurahan, Pemakaman dan
Jalur Hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

4. Kawasan Cagar Budaya


Kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar
budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang
yang khas. Arahan pengembangan kawasan cagar budaya di Kota Tebing Tinggi adalah :

a. Pelestarian dan Peningkatan kualitas kawasan cagar budaya Tebing Tinggi Lama
Kelurahan Tebing Tinggi Kecamatan Tebing Tinggi Kota
b. Pelestarian dan peningkatan kualitas cagar budaya Makam Datuk Bandar Kajum di
Kelurahan Satria Kecamatan Tebing Tinggi Kota
c. Pelestarian dan peningkatan kualitas cagar budaya koridor Bangunan Bersejarah
Jalan T. Imam Bonjol-Dr. Sutomo-Lapangan Merdeka-Letjen Suprapoto-Kapten
Tandean;
d. Pelestarian dan peningkatan kualitas kawasan cagar budaya kompleks bangunan
bersejarah di Kelurahan Sri Padang Kecamatan Rambutan

5.1.1. Badan Jalan


Jalan merupakan tempat yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan baik kendaraan
bermotor maupun tidak bermotor. Selain itu, jalan seharusnya memiliki fasilitas untuk
mengakomodasi kepentingan pejalan kaki seperti trotoar, jembatan penyeberangan
orang, zebra/pelican cross dan lain-lain. Ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang
dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan,
serta ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa
jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan
terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk
mengamankan bangunan jalan. Ruang milik jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar
ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh
tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan
keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan
pada masa yang akan datang.

Rencana Pola Ruang Badan Jalan

N Kecamatan Badan Jalan


o (Ha)

1 Bajenis 2,5

2 Padang Hilir 5,42

3 Padang Hulu 0,32

4 Rambutan 12,18

5 Tebing Tinggi 3,42


Kota

Total 23,84

Sumber : Rencana, 2021

5.1.2. Kawasan Pertanian


Tipologi untuk kawasan tanaman pangan adalah pertanian lahan basah (sawah) yang
berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam mewujudkan
ketahanan dan swasembada pangan. Pemanfaatan ruang pertanian lahan basah
bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan
pengembangan perekonomian Wilayah Kota Tebing Tinggi. Pengembangan kawasan
pertanian lahan basah berdasarkan pada pertimbangan kondisi eksisting dan potensi
wilayahnya dengan merujuk pada ketentuan Keppres No. 57/89 tentang Pengelolaan
Kawasan Budidaya. Pemanfaatan ruang lahan basah yang terbentuk berdasarkan
pertimbangan tersebut adalah mengelompok dan merupakan pemisah antara kawasan
budidaya permukiman dan kawasan lindung. Kawasan pertanian lahan basah
dikembangkan di wilayah dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kawasan dengan ketinggian < 1000 m dpl.


b. Kawasan dengan kelerengan < 40%.
c. Kawasan dengan Kedalaman efektif tanah > 30 cm.
d. Mendapat pengairan teknis.
e. Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan pertanian
basah serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal.
f. Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir;
g. Tindakan konservasi berkaitan dengan
1. Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air
tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5 – 20 L/detik/ha
untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23 - 30ºC, oksigen larut 3 - 7
ppm, amoniak 0.1 ppm dan pH 5 - 7;
2. Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase.
Kawasan pertanian di Kota Tebing Tinggi adalah kawasan tanaman pangan seluas 230,29
Ha. Terbitnya Peraturan Daerah Kota Tebing Tinggi nomor 3 Tahun 2021 tentang
perlidungan lahan pangan berkelanjutan sebagai bentuk amanat undang-undang 41
tahun 2009, menetapkan lahan pangan, kawasan pangan, dan lahan cadangan bagi
kebenlanjutan pangan di Kota Tebing Tinggi. Arahan pengembangan pertanian di Kota
Tebing Tinggi adalah :

a. pengembangan pekarangan lahan pangan lestari


b. Kawasan Tanaman Pangan di Kecamatan Padang Hulu, Rambutan, dan Bajenis
c. Pengembangan jaringan irigasi persawahan
d. Pengembangan produksi dan produktifitas tanaman pangan Kota Tebing Tinggi;
e. Pengembangan sarana dan prasarana pengolahan pertanian;
f. Pengembangan kelembagaan pendanaan pertanian
g. Keterpaduan dengan kepariwisataan (agrowisata)
Adapun rencana lahan pangan di Kota Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Rencana Pola Ruang Kawasan Pertanian

N Kawasan Tanaman Pangan


Kecamatan
o (ha)

1 Bajenis 192,21

2 Padang Hilir -

3 Padang Hulu 29,45

4 Rambutan 8,63

5 Tebing Tinggi -
Kota

Total 230,29

Sumber : Rencana, 2021


5.1.3. Kawasan Perikanan
Pemanfaatan ruang kawasan perikanan yang dikembangkan dikembangkan di Kota
TebingTinggi adalah kawasan perikanan budidaya, yaitu kolam air tenang, kolam air
deras,

sawah/mina padi. Pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan perikanan


budidaya adalah kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Kawasan dengan kemiringan < 8%;


b. Persediaan air cukup;
c. Memperhatikan kondisi eksisting dan kecenderungan perkembangan perikanan
budidaya serta kebutuhan lahan untuk dapat menyerap tenaga kerja optimal.
Berdasarkan kriteria diatas maka potensi pengembangan budidaya perikanan darat di
Kota Tebing Tinggi terdapat di Kecamatan Bajenis dengan luas sebesa 1,94 Ha.

Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

N Kawasan Perikanan Budi Daya


Kecamatan
o (Ha)

1 Bajenis 1,94

2 Padang Hilir -

3 Padang Hulu -

4 Rambutan -

5 Tebing Tinggi -
Kota

Total 1,94

Sumber : Rencana, 2021

5.1.4. Kawasan Pembangkit Tenaga Listrik


Kawasan pembangkit tenaga listrik adalah kawasan yang mendukung kegiatan
memproduksi tenaga listrik. Arahan pengembangan kawasan pembangkit listrik di Kota
Tebing Tinggi adalah rencana pembangunan Gardu Induk baru di Kecamatan Padang
Hilir seluas 5,32 Ha.
5.1.5. Kawasan Peruntukan Industri
Sebagai atau seluruh bagian kawasan peruntukan industri dapat dikelola oleh satu
pengelola tertentu. Dalam hal ini, kawasan yang dikelola oleh satu pengelola tertentu
tersebut disebut kawasan industri. Pemanfaataan ruang untuk pengembangan
peruntukan Industri bertujuan:

a. Mendukung wilayah produksi pertanian dan galian agar tetap terjaga


kesinambungan aktivitas kegiatannya.
b. Terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah.
c. Terciptanya penyerapan tenaga kerja maksimal.
d. Pengembangan industri mendukung struktur ruang/hirarki pelayanan.
Kawasan peruntukan industri memiliki fungsi antara lain:

a. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi di satu


lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien;
b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
c. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;
d. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin
ditimbulkan.
Kriteria teknis yang harus diperhatikan dalam penetapan lokasi kawasan peruntukan
industri antara lain:

1. Memperhatikan kondisi lahan dari aspek daya dukung lahan, potensi terhadap
ancaman bencana dan topografi
2. Memperhatikan status dan pola guna lahan dari aspek pertanahan dan penataan
ruang
3. Memenuhi ketentuan luas lahan sesuai dengan ketentuan pertaruran perundang-
undangan
Kegiatan yang ada di KPI mencakup kegiatan industri yang berada di dalam
kawasan industri dan/atau sentra IKM, dan/ atau perusahaan-perusaan industri
beserta kegiatan-kegiatan pendukungnya yang muncul sebagai multiplier effect
kegiatan industri. Lahan KPI harus memenuhi kriteria luas :
a. Dalam hal KPI yang akan dikembangkan menjadi lokasi kawasan industri,
luas lahan paling sedikit 50 ha dalam satu hamparan
b. Dalam hal KPI yang akan dikembangkan menjadi lokasi kawasan industri
yang peruntukannya untuk industri kecil dan industri menengah, luas lahan
paling sedikit 5 ha dalam satu hamparan
4. Mempunyai aksesibilitas yang dapat mempermudah pengangkutan bahan baku
dan logistik, pergerakan tenaga kerja dan distribusi hasil produksi
5. Terdapat sumber air baku
6. Teradapat tempat pembuangan air limbah
Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri jalan
dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Kriteria umum dan kaidah
perencanaan:

1. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri;


serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian;
2. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan
bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan
peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses
aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
3. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan
dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis
industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat
dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku
dan atau kemudahan akses ke pasar;
4. Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat
ditetapkan kriteria jenis industri yang diizinkan beroperasi di kawasan tersebut;
5. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan industri, di dalam
kawasan peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri
yang mengelola kawasan industri;
6. Menentukan daerah batas atau daerah penyangga kegiataan industri, sehingga
kawasan industry memiliki jarak/batas (buffer) terhadap kegitan-kegiatan
masyarakat lainnya;
7. Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri dan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 40/MIND/ PER/2016
tentang Teknis Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta
hak dan kewajiban Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan
Industri, dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri;
8. Ketentuan tentang kawasan peruntukan industri diatur tersendiri melalui
Peraturan Menteri Perindustrian nomor 30Tahun 2020 tentang Kriteria Teknis
Kawasan Peruntukan Industri
9. Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studi
Amdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan UPL dan UKL.
Arahan pengembangan Kawasan Peruntukan Industri di Kota Tebing Tinggi adalah :

a. Pengembangan infrastruktur perkotaan yang memadai pada kawasan industri dan


pergudangan di Jalan Baja
b. Pengembangan ruang terbuka hijau pada rencana kawasan peruntukan industri
dan pergudangan di Jalan Baja
c. Peningkatan kualitas jalan baja untukmendukung kawasan peruntukan industri
dan pergudangan;
d. Pemasangan rambu dan marka jalan pada simpang Jalan Baja – Sukarno Hatta
e. Pengendalian pencemaran dan polusi udara di sekitar kawasan peruntukan industi
Jalan Baja
f. Pengembangan ruang-ruang terbuka hijau dan pengendalian pencemaran di
kawasan peruntukan industri dan pergudangan yang ada saat ini, serta fasilitan
pelayanan kesehatan
Adapun arahan kawasan peruntukan industri yang dimaksud adalah:

a. Kawasan Peruntukan Industri Kecamatan Bajenis dengan luas kawasan sebesar


24,58 ha
b. Kawasan Peruntukan Industri Kecamatan Padang Hilir dengan luas kawasan
sebesar 69,01 ha
c. Kawasan Peruntukan Industri Kecamatan Rambutan dengan luas kawasan sebesar
5,85 ha
Rencana Pola Ruang Kawasan Peruntukan Industri

N Kawasan Peruntukan Industri


Kecamatan
o (ha)

1 Bajenis 24,58

2 Padang Hilir 69,01

3 Padang Hulu -

4 Rambutan 5,85
5 Tebing Tinggi -
Kota

Total 99,44

Sumber : Rencana, 2021

5.1.6. Kawasan Pariwisata


Kawasan pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya.
Kawasan pariwisata sebagaimana yang akan dikembangkan terdiri dari :

a. Wisata buatan
b. Wisata khusus
Arahan pengembangan untuk Kawasan Pariwisata di Kota Tebing Tinggi adalah :

a. Pengembangan objek wisata air Sungai Padang


b. Pengembangan akomodasi wisata bertaraf internasional
c. Pengembangan objek wisata buatan berwawasan lingkungan;
d. Pengembangan infrastruktur perkotaan untuk mendukung kelancaran kegiatan
kepariwisataan;
e. Pengembangan spot-spot wifizone pada kawasan wisata
f. Pengembangan sarana kesehatan pada kawasan wisata
g. Pengembangan sarana mitigasi bencana pada kawasan wisata
h. Penetapan jalur sepeda sebagai upaya pengembangan kegiatan kepariwisataan di
Kota Tebing Tinggi
i. Pengembangan kawasan/kluster agrowosata di Kelurahan Padang Merbau

5.1.7. Kawasan Permukiman


Pemanfaatan ruang kawasan permukiman dikembangkan dalam rangka mencapai
tujuan:

a. Terciptanya kegiatan permukiman yang memiliki aksesibilitas dan pelayanan


infrastruktur yang memadai sehingga perlu disesuaikan dengan rencana struktur
tata ruangnya dan tingkat pelayanan wilayah (struktur/hirarki kota);
b. Menyediakan permukiman untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan
perkembangannya;
c. Menciptakan aktivitas sosial ekonomi yang harmonis dengan seluruh komponen
pengembangan wilayah seperti dengan aktivitas perdagangan dan jasa, industri,
pertanian, dan lain-lain;
Kawasan peruntukan permukiman memiliki fungsi antara lain:

a. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung


perikehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi
sosial;
b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi
pembinaan keluarga;
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan, untuk peruntukan kawasan permukiman
adalah:

a. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);


b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari -
100 liter/org/hari;
c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
d. Drainase baik sampai sedang;
e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/ pantai/ waduk/ danau/ mata air/
saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
f. Tidak berada pada kawasan lindung;
g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
h. Menghindari sawah irigasi teknis.

Arahan pengembangan kawasan permukiman di Kota Tebing Tinggi adalah :

a. Pengembangan kawasan perumahan di setiap Kecamatan di Kota Tebing Tinggi


b. Peningkatan infrastruktur perkotaan untuk mendukung pengembangan
perumahan di Kota Tebing Tinggi
c. Pengendalian kepadatan bangunan pada kawasan pusat Kota Tebing Tinggi
Kecamatan Tebing Tinggi Kota;
d. Pengembangan RTH pada kawasan perumahan;
e. Penerapan tata bangunan dan intensitas pemanfaatan ruang yang ketat sesuai
ketentuan yang berlaku
f. Penanganan secara terpadu kawasan kumuh perkotaan di Kota Tebing Tinggi
g. Pengembangan bangunan verkital di kawasan perumahan untuk mengatasi
keterbatasan lahan pengembangan
h. Pengembangan lingkungan siap bangun (lisiba) dan kawasan siap bangun (kasiba)
di semua kecamatan di Kota Tebing Tinggi

Pengembangan kawasan peruntukan permukiman dilakukan di wilayah yang memiliki


kriteria dan sesuai untuk permukiman dengan mengikuti hirarki fungsional rencana
struktur ruang. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka rencana pola
pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman dapat dikembangkan sebagai berikut:

A. Kawasan Perumahan
Kawasan perumahan merupakan kawasan yang terdiri atas kelompok rumah tinggal
yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan
fasilitasnya. Pengembangan kawasan perumahan di Kota Tebing Tinggi diarahkan di
seluruh Kecamatan dengan luas sebesar 2.140,82 ha.

B. Kawasan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial


Kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial merupakan fasilitas yang dibangun oleh
pengembang pada lingkungan perumahan dan kawasan komersial. Kawasan ini
diarahkan untuk dikembangkan di seluruh kecamatan di Kota Tebing Tinggi dengan luas
kawasan sebesar 97,69 ha.

C. Ruang Terbuka Non Hijau


Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau merupakan Ruang terbuka di bagian wilayah
perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras.
Pengembangan RTNH di Kota Tebing Tinggi diarahkan pada Kecaman Tebing Tinggi Kota
dengan luas sebesar 1,17 ha.

D. Kawasan Infrastruktur Perkotaan


Kawasasan infrastruktur perkotaan merupakan kawasan yang digunakan untuk
penyediaan infrastruktur/sarana dan prasarana lainnya yang mendukung kegiatan
permukiman perkotaan/kegiatan utama bukan pertanian (selain fasum fasos, RTNH dan
tempat evakuasi bencana). Kawasan ini berupa IPAL dan IPLT yang ada di Kecamatan
Bajenis dan Kecamatan Padang Hilir dengan luas sebesar 7,79 Ha
Rencana Pola Ruang Kawasan Permukiman

Kawasan Ruang
Kawasan
N Kawasan Fasilitas Umum Non
Kecamatan Infrastruktur Jumlah
o Perumahan dan Fasilitas Terbuka
Perkotaan
Sosial Hijau

1 Bajenis 449,26 11,43 - 0,77 461,46

2 Padang Hilir 594,94 27,26 - 7,02 629,22

3 Padang Hulu 598,27 12,09 - - 610,36

4 Rambutan 450,40 30,33 - - 480,73

5 Tebing Tinggi Kota 47,95 16,58 1,17 - 65,70

Total 2.140,82 97,69 1,17 7,79 2.247,47

Sumber : Rencana, 2021

5.1.8. Kawasan Campuran


Kawasan campuran adalah kawasan yang direncanakan terdiri atas minimal 3 fungsi
(campuran hunian dan non-hunian) dengan luas 0,5-60 Ha, dengan kepadatan
menengah hingga tinggi yang terintegrasi baik secara fisik maupun fungsi, dalam bentuk
vertikal, horizontal, atau kombinasi keduanya, berkesesuaian, saling melengkapi, saling
mendukung, terhubung antara satu dengan lainnya sebagai satu kesatuan, serta
merupakan kawasan ramah pejalan kaki, dan dilengkapi oleh prasarana dan sarana yang
memadai.

Kawasan campuran/ mixed use adalah Salah satu konsep yang diterapkan dalam
pengembangan kota satelit di pinggiran sebuah kota besar adalah dengan pembangunan
melebar secara horizontal, dimana ketersediaan tanah yang ada masih cukup besar.
Akan tetapi dengan semakin berkurangnya land bank dan adanya kesadaran untuk
melakukan optimalisasi lahan, perlu dilakukan pengembangan kota dengan konsep-
konsep baru yang lebih efektif dan efisien.

Superblok/ mixed use pada dasarnya adalah suatu kawasan urban yang dirancang secara
terintegrasi (integrated development), dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi
dan merupakan kombinasi fungsi lahan yang bersifat campuran (mixed used), dimana
kunci terpenting dalam keberhasilannya adalah berjalannya fungsi mekanisme kontrol
yang merupakan implementasi dari regulasi-regulasi pengembangan kawasan superblok
itu sendiri. (https://id.wikipedia.org/wiki/Mixed_use)

Arahan pengembangan kawasan campuran di Kota Tebing Tinggi adalah pengembangan


kegiatan perkantoran, perumahan serta perdagangan dan jasa yang dilengkapi denngan
sarana dan prasarana pendukung kawasan. Kawasan campuran di Kota Tebing Tinggi
diarahkan di seluruh kecamatan dengan luas sebesar 225,91 Ha.

Rencana Pola Ruang Kawasan Campuran

N Kecamatan Kawasan Campuran


o

1 Bajenis 9,58

2 Padang Hilir 69,65

3 Padang Hulu 17,56

4 Rambutan 45,16

5 Tebing Tinggi 83,96


Kota

Total 225,91

Sumber : Rencana, 2021

5.1.9. Kawasan Perdagangan dan Jasa


Kawasan perdagangan dan jasa adalah kawasan yang difungsikan untuk pengembangan
kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat
hiburan dan rekreasi, serta fasilitas umum/sosial pendukungnya.

Tujuan penetapan kawasan perdagangan dan jasa adalah :

a. Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa


perkantoran, pertokoan, jasa, rekreasi dan pelayanan masyarakat;
b. Menyediakan ruang yang cukup bagi penempatan kelengkapan dasar fisik berupa
sarana-sarana penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya; dan
c. Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk
melayani kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi, yang diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

Arahan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di Kota Tebing Tinggi adalah :
a. Pengembangan infrastruktur perkotaan yang memadai pada kawasan intensitas
tinggi
b. Penataan dan penyedian ruang parkir pada kawasan perdagangan dan jasa di
pusat Kota Tebing
c. Penataan pedagang kaki lima pada daerah-daerah pengembangan perdagangan
dan jasa di semua kecamatan di Kota Tebing Tinggi;
d. Penataan papan reklame sesuai dengan ketentuan berlaku untuk menciptakan
ruang yang nyaman, aman dan bernilai estetis
e. Pengembangan sarana istirahat pada kawasan perdagangan dan jasa di semua
kecamatan di Kota Tebing Tinggi
f. Pengembangan penghijauan pada kawasan perdagangan dan jasa di semua
kecamatan
g. Penataan pasar tradisional dan pengembangan pasar modern

Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di kota tebing tinggi di arahakan di


semua kecamatan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Rencana Pola Ruang Kawasan Perdagangan dan Jasa

N Kawasan Perdagangan dan


Kecamatan
o Jasa (Ha)

1 Bajenis 180,84

2 Padang Hilir 194,2

3 Padang Hulu 105,51

4 Rambutan 105,64

5 Tebing Tinggi 75,93


Kota

Total 662,12

Sumber : Rencana, 2021

5.1.10. Kawasan Perkantoran


Kawasan Perkantoran adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan
budi daya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan
tempat bekerja/berusaha, tempat berusaha, dilengkapi dengan fasilitas umum/sosial
pendukungnya.

Tujuan penetapan kawasan perkantoran adalah :

a. Menyediakan lahan untuk menampung tenaga kerja dalam wadah berupa


perkantoran, pemerintah dan/atau swasta;
b. Menyediakan ruang yang cukup bagi sarana-sarana umum, terutama untuk
melayani kegiatan-kegiatan perkantoran, yang diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah.
Arahan pengembangan kawasan perkantoran di Kota Tebing Tinggi adalah :

a. Peningkatan fungsi kawasan perkantoran pemerintah


b. Pembangunan Papan Tema Kawasan Perkantoran Pemerintah di Jalan Gunung
Leuser
c. Pengembangan ruang pejalan kaki di kawasan perkantoran Gunung Leuser;
Pengembangan kawasan perkantoran di kota tebing tinggi di arahakan di semua
kecamatan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Rencana Pola Ruang Kawasan Perkantoran

N Kecamatan Kawasan Perkantoran


o

1 Bajenis 1,06

2 Padang Hilir 1,94

3 Padang Hulu 0,26

4 Rambutan 12,44

5 Tebing Tinggi 4,53


Kota

Total 20,23

Sumber : Rencana, 2021

5.1.11. Kawasan Transportasi


Kawasan transportasi adalah kawasan yang dikembangkan untuk menampung fungsi
transportasi skala regional dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan
sistem transportasi yang tertuang di dalam rencana tata ruang yang meliputi
transportasi darat, udara, dan laut.
Arahan pengembangan kawasan transportasi Kota Tebing Tinggi berupa terminal
penumpang Bandar Kajum di Kecamatan Rambutan, Terminal Bandar Sakti di
Kecamatan Bajenis dan Stasiun Kereta Api di Kecamatan Padang Hilir.

Rencana Pola Ruang Kawasan Perkantoran

N Kecamatan Kawasan Transportasi


o

1 Bajenis 0,35

2 Padang Hilir 0,65

3 Padang Hulu -

4 Rambutan 5,18

5 Tebing Tinggi -
Kota

Total 6,18

Sumber : Rencana, 2021

5.1.12. Kawasan Pertahanan Keamanan


Kawasan pertahanan kemanan adalah kawasan yang dikembangkan untuk menjamin
kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti instalasi
pertahanan dan keamanan, termasuk tempat latihan, kodam, korem, koramil, dan
sebagainya.

Rencana kawasan pertahanan dan keamanan terdiri dari kantor Polsek Padang Hulu,
Polsek Padang Hilir, Polsek, Rambutan Polres Kota Tebing Tinggi, markas Brimob,
Komando Distrik Militer 0204 Deli Serdang, Pos Polisi Simpang Beo dan kantor Dit
Lantas Polda Sumut Satuan PJR Unit 4 Tebing Tinggi.

Rencana Pola Ruang Kawasan Pertahanan dan Keamanan

N Kawasan Pertahanan dan


Kecamatan
o Keamanan (Ha)

1 Bajenis 9,63

2 Padang Hilir 0,25

3 Padang Hulu 0,25


4 Rambutan 0,24

5 Tebing Tinggi 2,07


Kota

Total 12,44

Sumber : Rencana, 2021

Anda mungkin juga menyukai