PRAWITIA WIDHYARINI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Prawitia Widhyarini
NIM H34114056
ABSTRAK
ABSTRACT
PRAWITIA WIDHYARINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah
rencana bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pengembangan Rimpang Kunyit
dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc
selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf
Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, dan staf Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia serta para petani yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, mas Deni dan
seluruh keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Prawitia Widhyarini
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
KERANGKA PEMIKIRAN 9
Kerangka Pemikiran Teoritis 9
Kerangka Pemikiran Operasional 18
METODE PENELITIAN 20
Lokasi Penelitian 20
Jenis dan Sumber Data 20
Metode Pengumpulan Data 20
Metode Analisis Data 20
GAMBARAN UMUM 24
RENCANA BISNIS 25
Rencana Pemasaran 25
Rencana Operasional 28
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 38
Rencana Kerjasama Kooperatif 43
Manajemen Risiko 45
Rencana Keuangan 46
SIMPULAN DAN SARAN 52
Simpulan 52
Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 55
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
1
http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/HERBAL_MEDICINE_DAN_BUDI_DAYA.pdf (Diakses
2014 Mei 13)
2
http://ikmfstikesmadani.blogspot.com/2013/02/perbedaan-jamu-herbal-terstandar-dan.html
(Diakses 2014 Mei 13)
2
3
http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/index.asp (Diakses 2013 September 19)
4
http://www.docstoc.com/docs/44729526/PASAR-DOMESTIK-DAN-EKSPOR-PRODUK-
TANAMAN-OBAT-%28BIOFARMA-KA%29. (Diakses 2013 September 26)
3
5
http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/index.asp (Diakses 2013 September 19)
6
http://comtrade.un.org/db/dqBasicQueryResults.aspx?cc=091030&px=HS&r=360&y=2010,
%202011&so=9999 (Diakses 2014 Maret 20)
4
7
http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/index.asp (Diakses 2013 September 19)
5
kunyit bubuk memungkinkan bagi usaha pengolahan rimpang kunyit ini untuk
memperoleh pendapatan lebih besar sehingga dapat memberikan keuntungan yang
besar pula bagi petani.
Sebelum mendirikan suatu usaha diperlukan adanya penyusunan rencana
bisnis guna menganalisis aspek non finansial maupun aspek finansial dari usaha
yang akan didirikan. Rencana bisnis yang akan disusun adalah mengenai usaha
pengolahan rimpang kunyit dalam bentuk bubuk menggunakan pendekatan
wirakoperasi. Konsep wirakoperasi yang diterapkan dalam suatu usaha diharapkan
dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak, yaitu pelaku usaha dan para
petani yang tergabung di dalamnya. Penerapan konsep wirakoperasi dalam suatu
usaha juga akan memberikan dampak positif yang berupa terjalinnya manajemen
rantai pasok yang baik antara petani, koperasi sebagai pengolah, dan industri
fitofarmaka.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai salah satu tanaman rempah yang
banyak tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang banyak
dimanfaatkan bagian rimpangnya ini memiliki manfaat bagi kesehatan, sehingga
tanaman ini banyak dikenal sebagai tanaman biofarmaka. Di Indonesia kebutuhan
bahan baku kunyit untuk industri kosmetik maupun jamu tradisional berkisar
antara 1.5 hingga 6 ton. Kebutuhan pasar luar negeri akan komoditas ini mencapai
ratusan ribu ton, namun sebagian kecil dari kebutuhan tersebut telah dipenuhi oleh
negara India, Haiti, Srilanka, dan Cina. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman
biofarmaka ini memiliki peluang untuk dikembangkan di Indonesia dengan
harapan dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri.
Pengembangan agribisnis kunyit telah dilakukan di berbaga provinsi di Indonesia
yang memiliki agroklimat cukup baik bagi pertumbuhan tanaman ini, diantaranya
7
adalah provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur,
dan Kalimantan Selatan (Satriani 2010)8.
Kajian yang telah dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran
Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi
Susu, mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan
menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang
menguntungkan bagi para anggota. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS)
merupakan koperasi yang terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi
dan politik pada tahun 1963 sehingga tataniaga susu di Pangalengan dikuasai oleh
para tengkulak dan peternak kuat. Koperasi ini didirikan pada tahun 1969 oleh drh
Daman Danuwidjaja yang beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung
Selatan.
Manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam KPBS
yaitu berkembangnya usaha ternak yang relatif baik dengan penerapan teknologi
peternakan modern. Daman Danuwidjaja sebagai dokter hewan memiliki peran
yang penting atas berkembangnya usaha ternak para anggota koperasinya.
Pengenalan teknologi peternakan modern yang berupa inseminasi buatan dan
penyampaian informasi mengenai pemeliharaan kesehatan hewan dilakukan oleh
Daman kepada para anggota koperasinya. Manfaat lain yang dirasakan oleh
peternak adalah tingginya posisi tawar petani terhadap Industri Pengolah Susu
(IPS) karena seluruh susu yang dihasilkan diserap oleh IPS, melalui kelembagaan
koperasi. Melalui koperasi, susu yang dihasilkan oleh para petani akan melalui
tahap pengolahan pasca panen yang berupa pengolahan pasteurisasi maupun Ultra
High Temperature (UHT) sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada susu
tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) mengenai Peran Wirakoperasi
dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV Bunga Indah Farm
Kabupaten Sukabumi, memilih sosok wirakoperasi yang merupakan seorang
pelaku usaha. Wahyudin merupakan pendiri CV Bunga Indah Farm yang dibentuk
pada tahun 2000 dengan kegiatan usaha berupa membuat inovasi tanaman hias
dengan bahan baku tanaman pagar pekarangan rumah. Selama 3 tahun perusahaan
ini memiliki jumlah petani yang bermitra sebanyak 2000 petani yang tergabung
dalam kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Konsep wirakoperasi yang diterapkan oleh Wahyudin berupa penentuan
ketetapan harga beli bahan baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi
dengan para petani mitranya. Perusahaan memberikan pelatihan budidaya kepada
para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal
dan berkualitas. CV Bunga Indah Farm juga memposisikan diri sebagai wadah
yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha
dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV Bunga Indah Farm didirikan
tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata namun juga pada
kesejahteraan petani yang bermitra.
Kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB
Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran
Terpadu Biofarmaka dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di
Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat mengemukakan bahwa perlu adanya
8
http://blogs.unpad.ac.id/satriani/2010/05/31/industri-kunyit-dan-pemasarannya/ (Diakses 2014
Juli 16)
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Rencana Pemasaran
Pasar
Aspek terpenting yang harus dianalisis terlebih dahulu dalam menyusun
rencana bisnis adalah aspek pasar dengan tujuan untuk menentukan pasar
potensial bagi produk dari usaha tersebut. Strategi pemasaran terdiri dari Analisa
Pasar dan Marketing Mix Development. Analisa pasar terdiri dari aspek
Segmenting, Targeting, dan Positioning. Marketing Mix Development terdiri dari
aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2009).
Analisis aspek pasar dapat dilakukan untuk menentukan jenis pasar yang
akan dipilih. Jenis pasar tersebut dapat berupa pasar persaingan sempurna, pasar
monopoli, maupun pasar monopolistik untuk menentukan strategi pemasaran yang
tepat. Informasi mengenai siklus hidup produk (Life Cycle Product) harus
ditentukan serta informasi mengenai pangsa pasar (market share) untuk produk
sejenis sebagai pesaing dari usaha yang akan didirikan (Umar 2009).
A. Analisa Pasar
Strategi Analisa Pasar terdiri dari aspek Segmenting, Targeting, dan
Positioning. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut adalah sebagai berikut
(Nurmalina et al. 2009):
1. Segmenting
Segmenting merupakan proses pengarahan kelompok pasar dengan
sifat heterogen menjadi kelompok pasar yang bersifat homogen atau
dalam kata lain kelompok pasar yang memiliki karakter dengan respon
yang sama dalam membelanjakan uangnya. Aspek utama yang menjadi
variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
10
Rencana Produk
Produk jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka yang berbahan
baku rimpang kunyit beragam. Rimpang segar, rimpang kering, maupun bubuk
merupakan bentuk yang banyak dibutuhkan oleh industri namun petani sebagai
11
Rencana Operasional
Rencana Jumlah Produksi
Hal yang perlu dianalisis dalam kegiatan produksi adalah rencana jumlah
produksi. Jumlah produksi akan berhubungan dengan beberapa hal dalam kegiatan
produksi, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat permintaan terhadap produk
2. Kapasitas mesin
3. Pasokan bahan baku
4. Modal kerja
5. Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya
Teknologi
Penggunaan teknologi dalam proses produksi harus menggunakan teknologi
tepat guna, selain dapat meningkatkan efektifitas juga dapat memberikan
keuntungan bagi usaha yang dijalankan. Disamping penggunaan teknologi yang
tepat, dukungan tenaga kerja terampil juga dibutuhkan dalam meningkatkan
efektifitas proses produksi. Teknologi yang digunakan pada proses produksi
adalah teknologi pengeringan buatan dengan mesin, teknologi penggilingan kering
dengan mesin, dan teknologi pengemasan vakum pada produk.
Koperasi adalah organisasi yang otonom dan mandiri serta diawasi oleh
anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain
termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu harus
berdasarkan persyaratan yang tepat guna menjamin adanya upaya
pengawasan demokratis dari anggota dan mempertahankan otonomi koperasi.
5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi
Koperasi memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota, pengurus,
pengawas, manajer, dan karyawan. Tujuan dari pelatihan dan pendidikan
tersebut agar mereka dapat melaksanakan tugas lebih efektif dalam
pengembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi bagi orang-orang
muda dan tokoh masyarakat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.
6. Kerjasama antar koperasi
Melalui kerjasama pada tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional,
maka gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan lebih efektif dan
dapat memperkuat gerakan koperasi.
7. Kepedulian terhadap masyarakat
Koperasi melakukan kegiatan pengembangan masyarakat sekitar secara
berkelanjutan melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota.
Izin usaha yang masuk kedalam kategori usaha perdagangan berlaku selama
5 tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang.
Usaha yang akan didirikan memiliki tujuan pasar luar negeri dan
direncanakan sebagai eksportir produsen. Untuk menjadi eksportir, langkah yang
harus dilakukan sebagai berikut (Kemendag 2013):
1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha
2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha yang berbadan
hukum dengan klasifikasi eksportir produsen atau eksportir bukan produsen
3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari brosur
atau leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales contract,
weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of subrogation,
pemberitahuan ekspor barang (PEB) dan pemberitahuan ekspor barang
tertentu
4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman
keterangan produk dalam lembar Profil Produk
5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satu fasilitas yang
ditawarkan berupa INTRADE.
Tata cara atau prosedur yang harus dilakukan untuk melakukan proses
ekspor adalah sebagai berikut (Kemendag 2013):
DN LN
Produksi
Esksportir
1 barang
5
4 2 11
3
Produksi Correspondent/ Opening
barang Receiving Bank Bank
10
6
Pelayaran/
Penerbangan 9 12
Pengapalan Pelabuhan
barang tujuan
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan susunan bagian serta hubungan antara posisi
yang terdapat pada suatu organisasi. Orang-orang yang terlibat dalam
kepengurusan suatu badan usaha dituangkan dalam struktur organisasi
perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam
kepengurusan beserta dengan jabatan masing-masing. Dalam struktur organisasi
menggambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan
memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan.
Deskripsi Kerja
Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun
pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja
bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan
maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan
dijalankan memiliki hak, kewajiban, maupun tugas yang harus dipenuhi agar
kegiatan usaha menjadi lebih efektif.
Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan
disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan
imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai
dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat
disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku dengan
ketetapan yang dibuat oleh perusahaan.
Analisis Risiko
Kerugian yang mungkin timbul dalam sebuah usaha dapat diartikan sebagai
risiko. Risiko yang terjadi dalam suatu usaha dapat digolongkan menjadi 2 tipe,
yaitu risiko yang sulit dikendalikan oleh manajemen perusahaan dan risiko yang
dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Contoh dari risiko yang sulit
dikendalikan oleh manajemen perusahaan adalah seperti kebakaran atau bencana
alam, sedangkan contoh dari risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen
perusahaan adalah menurunnya volume produksi yang diakibatkan oleh kualitas
bahan baku yang buruk. Aspek fungsional dalam perusahaan yang mungkin
mengandung risiko adalah aspek sumberdaya manusia, aspek pemasaran, aspek
produksi atau teknis, aspek sistem informasi, serta aspek keuangan (Umar 2009).
Rencana Keuangan
Tujuan menganalisis aspek keuangan dalam menyusun rencana bisnis
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya proyeksi
data finansial yang menentukan kelayakan ekonomi. Aspek keuangan ini terdiri
atas ringkasan mengenai penjualan dan biaya yang direncanakan, serta gambaran
arus kas dan neraca yang diperkirakan. Aspek keuangan yang perlu dianalisis
untuk menyusun suatu perencanaan bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period
(PP) (Nurmalina et al. 2009).
1. Net Present Value (NPV)
Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0)
yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Jika suatu
bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak
untuk dijalankan. Net present value yaitu selisih antara total present value
manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari
manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh
perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp).
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama
dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan
%tase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila memiliki nilai IRR yang
lebih besar dari DR.
3. Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah rasio antara manfaat bersih
bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai negatif. Suatu bisnis dikatakan
layak jika BCR lebih besar atau sama dengan satu (BCR ≥ 1). Hal ini berarti
bisnis tersebut layak untuk dilaksanakan, sedangkan jika nilai BCR lebih
kecil dari satu (BCR < 1), maka bisnis tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan. Hal tersebut berarti manfaat yang akan diperoleh dari suatu
17
Cash Flow
Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan
pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan
transaksi pembiayaan atau pendanaan, serta kenaikan atau penurunan bersih
dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa
ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu.
Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi, dan
pendanaan. Cash Flow terdiri dari 2 aliran arus yaitu sebagai berikut:
1. Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow)
terdiri dari:
a. Hasil penjualan produk atau jasa perusahaan
b. Penagihan piutang dari penjualan kredit
c. Penjualan aktiva tetap yang ada
d. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas
e. Pinjaman atau hutang dari pihak lain
f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain
2. Cash outflow
Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri
dari :
a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya lain
b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan
c. Pembelian aktiva tetap
d. Pembayaran hutang-hutang perusahaan
e. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan
f. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain
Komoditas kunyit memiliki potensi dilihat dari kebutuhan yang cukup tinggi
baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri, memiliki manfaat yang besar
bagi kesehatan, serta volume produksi yang cukup besar. Jawa Barat sebagai
provinsi yang menduduki daerah sentra terbesar ke-3 di Pulau Jawa menjadikan
komoditas ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Namun pada kondisi aktual,
petani yang membudidayakan komoditas ini masih berupa petani kecil dengan
pola tanam tumpang sari sehingga jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani
masih rendah. Harga jual di tingkat petani yang rendah menjadikan kunyit sebagai
tanaman yang kurang diminati oleh petani karena tidak menguntungkan.
Ditinjau dari peluang dan kondisi aktual yang ada maka diperlukan peran
pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi untuk melakukan
komersialisasi pengembangan biofarmaka. Seorang wirakoperasi dapat berperan
sebagai perantara antara petani kecil dengan para pelaku usaha industri jamu, obat
herbal terstandar maupun fitofarmaka. Selain sebagai perantara, pelaku usaha
19
Wirakoperasi
Komersialisasi pengembangan
biofarmaka
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Bogor yang terdiri dari 6 desa yaitu
Tegal Waru, Cipaku, Rancabungur, Leuwi Liang, Gunung Leutik, dan Cimanggu.
Penelitian melibatkan petani-petani yang membudidayakan tanaman biofarmaka
khususnya komoditas kunyit. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive), dengan pertimbangan tempat tersebut memiliki potensi yang besar
untuk dikembangan dan lokasi yang strategis untuk kelancaran penelitian ini.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2014 untuk pengambilan
data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan
kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan
penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga
produk, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi
penelitian serta wawancara dengan petani yang terlibat. Data sekunder diperoleh
dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, perpustakaan, internet dan
literatur yang relevan dengan penelitian.
Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara
observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di
ke-6 kecamatan tersebut yang membudidayakan tanaman kunyit. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat
petani, serta budidaya yang dilakukan. Jumlah petani yang dilibatkan dalam
pengambilan informasi terdiri dari 6 orang.
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3,........, n), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1
i = Discount rate (%)
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah tingkat bunga pengembalian dari investasi yang
dikeluarkan pada sebuah bisnis yang diterima oleh perusahaan.
Perhitungan nilai IRR adalah:
Keterangan :
i1 = Discaount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discaount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NP2 = NPV negatif
3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan gambaran berapa kali lipat manfaat yang akan
diperoleh dari biaya yang dikeluarkan selama umur proyek suatu bisnis.
Rumus perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:
∑
23
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = Discount Rate (%)
t = Tahun
4. Payback Period (PP)
PP adalah ukuran waktu dari kecepatan pengembalian investasi
yang dikeluarkan dalam suatu proyek bisnis. Rumus perhitungan PP
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
5. Break Event Point (BEP)
BEP merupakan ukuran unit yang harus terjual atau penerimaan
yang harus diperoleh untuk mencapai keadaan perusahaan yang tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian. Rumus perhitungan BEP unit
maupun BEP Rp adalah sebagai berikut:
GAMBARAN UMUM
Bogor terletak di Provinsi Jawa Barat yang terbagi atas wilayah Kota Bogor
dan Kabupaten Bogor. Bogor berada pada ketinggian 190 hingga 330 meter dari
permukaan laut (mdpl). Suhu rata-rata wilayah Bogor adalah 26oC dengan suhu
terendah 21.8oC dan suhu tertinggi sebesar 30.4oC, curah hujan rata-rata setiap
tahun sekitar 3 500 hingga 4 000 mm. Karakteristik topografi dan iklim yang
dimiliki wilayah Bogor sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman hortikultura
khususnya tanaman biofarmaka. Kunyit sebagai salah satu komoditas biofarmaka
dapat tumbuh dengan baik di wilayah Bogor dengan karekteristik topografi dan
iklim yang dimiliki. Tanaman kunyit tumbuh dengan baik di daerah dataran
rendah (200 hingga 300 mdpl) hingga dataran tinggi (diatas 1 000 mdpl) dengan
curah hujan antara 2 000 hingga 4 000 mm per tahun dan suhu optimum
pertumbuhan antara 19 hingga 30oC (Rahardjo dan Rotiana 2005).
Pertumbuhan optimal pada komoditas kunyit didukung oleh karakteristik
topografi dan iklim wilayah Bogor yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi
tanaman itu sendiri. Karakteristik topografi dan iklim yang dimiliki oleh Bogor
menjadikan wilayah ini berpotensi untuk mengembangkan komoditas kunyit di
bidang budidaya. Potensi komoditas kunyit tersebut didukung oleh keberadaan
produsen jamu maupun obat herbal yang terletak di wilayah Bogor. Produsen
jamu atau obat herbal tersebut merupakan pelaku usaha yang menggunakan
rimpang kunyit sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang
dihasilkan. Produsen jamu atau obat herbal yang terletak di Bogor antara lain
sebagai berikut:
25
RENCANA BISNIS
Rencana Pemasaran
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana pemasaran ini adalah
mengenai ketetapan bea keluar atas produk yang dihasilkan, yaitu kunyit bubuk.
Berdasarkan ketetapan Menteri Keuangan No. 2369/KM.4/2013 tentang
penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar bahwa bea keluar hanya
dikenakan pada CPO dan produk turunannya, karet, serta kulit. Selain ketetapan
bea keluar, ketetapan pajak peghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPn)
dalam usaha pengolahan rimpang kunyit ini mengacu pada ketetapan pajak
terbaru. Besarnya tarif PPh yanng diberlakukan adalah sebesar 25% (UU Nomor
35 Tahun 2008) pasal 17 ayat 2a tentang perpajakan) 9 dan tarif PPn atas barang
ekspor kena pajak adalah sebesar 0%10. Harga jual profuk (FOB value) dari
produk kunyit bubuk kemas vakum ini adalah sebesar 22.89 USD per kg
(berdasarkan data Market News Service International Trade Center 2013) dengan
asumsi 1 USD adalah Rp11 400.
Analisis Pasar
1. Segmenting
a. Berdasarkan tingkat penggunaan
Pengelompokan pasar dari produk yang dihasilkan oleh usaha yang akan
didirikan berdasarkan tingkat penggunaan. Kelompok pasar yang
menjadi tujuan dari produk ini adalah importir maupun industri
fitofarmaka.
a. Berdasarkan aspek geografis
Pengelompokan pasar dari produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan
ini berdasarkan aspek geografis. Berdasarkan aspek geografis, lokasi dari
pasar tujuan adalah negara-negara yang terletak di Benua Amerika.
2. Targeting
Target pasar dari kelompok pasar yang telah dipilih berdasarkan aspek
geografis adalah industri biofarmaka yang terletak di negara Argentina.
Negara ini dipilih karena Argentina sebagai negara tujuan ekspor Indonesia
dengan volume terbesar di Benua Amerika.
9
http://www.pajak.go.id/dmdocuments/UU-36-2008.pdf (Diakses 2014 April 20)
10
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPPN.pdf (Diakses 2014 April 20)
26
3. Positioning
Produk yang dihasilkan oleh usaha pengolahan ini adalah intermediate
product yang ditujukan bagi industri fitofarmaka yang menggunakan kunyit
bubuk sebagai bahan baku produknya. Kunyit bubuk ini diolah menggunakan
teknologi modern yaitu pengeringan buatan, penggilingan kering dan
pengemasan vakum pada produk. Penggunaan teknologi modern pada
pengolahan kunyit bubuk ini menjadi keunggulan bagi usaha yang akan
didirikan dibandingkan dengan pesaing produk sejenis.
Marketing Mix Development
a. Product (produk)
Kunyit bubuk sebagai produk yang dihasilkan oleh usaha pengolahan
ini dikategorikan ke dalam intermediate product. Produk tersebut akan
dikemas dengan menggunakan plastik kemas vakum berat bersih 10 kg
dengan mencantumkan tanggal pengemasan dan kadaluwarsa, nama produk,
serta nama produsen. Kemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan
umur simpan sehingga kualitas produk tetap terjaga. Selain menggunakan
kemasan primer yang berupa plastik kemas vakum, produk ini juga
menggunakan kemasan sekunder berupa kardus kapasitas 50 kg.
c. Place (tempat)
Penjualan dari produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar luar negeri
yaitu negara Argentina yang membutuhkan kunyit bubuk. Saluran distribusi
dari produk ini adalah dengan melakukan kerjasama sistem joint container
dengan perusahaan lain yang memiliki tujuan pengiriman ke negara
Argentina. Cara tersebut dilakukan karena skala usaha pengolahan yang akan
didirikan ini masih kecil. Lokasi tempat usaha pengolahan rimpang kunyit ini
akan didirikan di daerah Bogor.
d. Promotion (promosi)
Pemasaran produk dilakukan menggunakan media internet berupa
penawaran produk maupun penawaran kerjasama dengan industri yang
membutuhkan kunyit bubuk. Strategi promosi yang akan dilakukan adalah
bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan sebagai mediator antara
eksportir dan importir.
Analisa Pesaing
Pesaing dari usaha pengolahan yang akan didirikan adalah perusahaan
dalam negeri yang memproduksi produk sejenis, yaitu kunyit bubuk. Rekapitulasi
rencana strategi Koperasi Putra Mandiri dengan perusahaan pesaing (CV Rumah
Rempah Manisha Solo) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran koperasi putra mandiri vs
perusahaan pesaing
Komponen Pesaing
Strategi Koperasi Putra Mandiri (CV Rumah Rempah
Pemasaran Manisha Solo)
Segmentasi Perusahaan importir maupun Perusahaan jamu dalam
- industri fitofarmaka di Benua negeri yang membutuhkan
Amerika yang membutuhkan kunyit kering dan bubuk.
rimpang kunyit dalam bentuk
bubuk.
Price Price
22.89 USD (Rp261 000) per kg Rp70 000 per kg
atau 228.9 USD (Rp2 610 000)
28
per kemasan 10 kg
Place Place
Gudang dan kantor usaha Gudang dan kantor usaha
terletak di daerah Bogor, Jawa teretak di daerah Solo, Jawa
Barat. Tengah.
Promotion Promotion
Promosi dilakukan Promosi dilakukan
menggunakan website berbasis menggunakan website
internet untuk melakukan berbasis internet, iklan di
penawaran produk kepada media massa baik cetak
importir pasar luar negeri dan maupun elektronik.
bekerjasama dengan
Kementerian Perdagangan
sebagai mediator.
Sumber: Rumah Rempah Manisha11
Rencana Operasional
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana operasional dari usaha
pengolahan rimpang kunyit ini antara lain mengenai kegiatan produksi termasuk
penetapan hari kerja, kebutuhan mesin pengolahan, serta kapasitas produksi.
Penjelasan asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana operasional ini
dijelaskan sebagai berikut:
1. Dibutuhkan rimpang kunyit segar sebanyak 10 kg untuk menghasilkan 1 kg
kunyit bubuk (rendemen 10%)12.
2. Dalam satu bulan terdiri dari 20 hari kerja dengan sistem proses produksi
bergulir. Penjelasan proses produksi dapat dilihat pada Lampiran 2.
3. Kapasitas produksi dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 1 053 Kg
rimpang basah (penyusutan bahan baku sebesar 5%) untuk menghasilkan
produk kunyit bubuk sebanyak 100 kg, sehingga dalam 1 bulan akan
menghasilkan 2 000 kg atau 2 ton bubuk kunyit.
4. Pada tahun pertama usaha berjalan, produk yang dihasilkan hanya sebesar 1.7
ton setiap bulannya dengan jumlah bahan baku yang sama yaitu 1 053 kg per
hari. Hal tersebut dikarenakan jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi
11
http://www.rumahrempahsolo.web.id/_item?item_id=155001 (Diakses 2014 Maret 28)
12
Hasil turun lapang. Sumber: Taman Sringganis
29
yaitu sebesar 15%. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bahan baku yang
diperoleh dari petani belum sesuai dengan yang diinginkan.
5. Perajangan rimpang kunyit basah dilakukan menggunakan mesin perajang
otomatis dengan kapasitas 150 kg per jam. Untuk merajang 1 053 kg rimpang
basah dalam satu kali produksi dibutuhkan mesin perajang sebanyak 2 unit
yang masing-masing beroperasi selama 3.5 jam setiap harinya.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan rimpang kunyit basah dengan
menggunakan alat vacuum cabinet dryer adalah 8 jam dengan suhu 50 hingga
55oC13. Mesin pengeringan ini memiliki kapasitas 40 rak atau setara dengan
150 kg rimpang basah. Untuk mengeringkan 1 053 kg rimpang basah dalam 1
kali produksi dibutuhkan alat pengering sebanyak 7 unit.
7. Penggilingan simplisia dilakukan menggunakan mesin penggiling kering
diskmill dengan kapasitas 300 kg per jam. Untuk menggiling 100 kg simplisia
hingga menghasilkan kunyit bubuk, dibutuhkan mesin penggiling sebanyak 1
unit.
8. Pengemasan produk kunyit bubuk dilakukan dengan menggunakan mesin
pengemas vakum (vacuum packaging) untuk menghasilkan kemasan hampa
udara. Plastik kemas vakum sebagai kemasan yang digunakan memiliki
kapasitas sebesar 10 kg setiap kemasannya, sehingga dalam 1 bulan produksi
akan dihasilkan sebanyak 200 kemasan.
9. Kemasan sekunder produk adalah kardus dengan kapasitas 50 kg, sehingga
dalam 1 bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 34 kardus.
Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam usaha pengolahan yang akan didirikan ini
adalah dengan menggunakan teknologi perajangan otomatis, pengeringan buatan
dengan mesin, penggilingan kering dengan mesin, dan pengemasan vakum. Alat
yang digunakan dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah mesin perajang
otomatis, vacuum cabinet dryer dengan output berupa simplisia, serta diskmill
sebagai alat penggiling kering dengan output kunyit bubuk. Alat yang digunakan
dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas
produk kunyit bubuk.
1. Mesin Perajang
Rimpang kunyit segar yang telah dicuci, ditiriskan, dan lulus sortasi
kemudian dirajang dengan ketebalan 5 hingga 7 mm untuk mempercepat
proses pengeringan. Penggunaan mesin perajang otomatis dengan penggerak
mesin ini dipilih untuk menghasilkan irisan rimpang dengan ketebalan yang
13
http://ofosiharefa-anknias.blogspot.com/2011/09/my-presentation-agroindustri-ptki_02.html
(Diakses 2014 Maret 26)
30
Sumber: www.tokomesin.com
Gambar 5 Mesin perajang otomatis
Spesifikasi mesin perajang:
a. Kapasitas: 150 kg per jam
b. Dimensi: 40x50x125 cm
c. Penggerak: motor bensin 5.5 pk
d. Bahan frame: besi profil siku 40x40
e. Transmisi: Pulley dan v belt
f. Inlet dan outlet: stainless steel
g. Kelengkapan: roda 2 in
2. Vacuum Cabinet Dryer
Rimpang kunyit rajang diletakkan di atas loyang sebelum dimasukkan
ke dalam alat pengering. Prinsip kerja dari alat vacuum cabinet dryer tersebut
adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus
dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan.
Teknologi pengeringan buatan dengan bantuan alat tersebut dipilih karena
dapat meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan
menggunakan teknologi pengeringan alami. Pada pengeringan buatan, sumber
panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari listrik maupun
gas, sedangkan pada pengeringan alami sumber panas yang digunakan
bersumber dari sinar matahari.
31
Sumber: www.kiosmesin.blogspot.com
Gambar 6 Mesin vacuum cabinet dryer
Spesifikasi mesin vacuum cabinet dryer:
a. Kapasitas : 40 rak
b. Dimensi : 249x55x165 cm
c. Bahan : stainless steel
d. Listrik blower: 300 watt
e. Sumber panas: LPG
3. Diskmill
Simplisia kunyit kemudian digiling menggunakan mesin diskmill untuk
menghasilkan kunyit bubuk. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggiling
bahan baku kasar menjadi bentuk yang lebih kecil atau bubuk, dengan tingkat
kehalusan yang dapat disesuaikan. Teknologi penggilingan kering dengan
mesin dipilih untuk meningkatkan efisiensi proses produksi karena memiliki
tenaga yang bersumber dari listrik.
Sumber: www.mesinpertanian.com
Gambar 7 Mesin diskmill
c. Dimensi: 80x50x100 cm
d. Bahan: stainless steel
4. Vacuum Packaging
Produk kunyit bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin
vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara
penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian
dilakukan penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih
karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat
ruang pada saat penyimpanan dan pendistribusian. Jenis plastik kemasan yang
digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran
dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene
Terephthalate), dan Nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan
kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa
sehingga dapat berfungsi sebagai kemasan penyimpan kedap udara.
Sumber: www.anekamesin.com
Gambar 8 Mesin vacuum packaging
Sumber: www.kaskus.co.id
Gambar 9 Plastik kemasan vakum
33
Sumber: www.indotrading.com
Gambar 10 Mesin conveyor metal detector
Spesifikasi mesin Conveyor Metal Detector:
a. Tipe: F500
b. Metode mendeteksi: Magnetic induksi
c. Lebar: 600 mm
d. Tinggi: 160 mm
e. Kemampuan mendeteksi: Ф1.0 bola besi
f. Metode alarm: Buzzer
g. Kecepatan belt: 40 m per menit
h. Tegangan listrik: 230 V, 50 hingga 60 Hz
i. Ukuran dimensi: 1 620x1 000x1 100 mm
Bahan Baku
Bahan baku dari usaha pengolahan rimpang kunyit ini berupa rimpang
kunyit segar yang diperoleh dari petani-petani skala kecil di wilayah Bogor.
Petani-petani tersebut merupakan petani yang bermitra dengan usaha pengolahan
rimpang kunyit ini sebagai pemasok tetap bahan baku produksi. Proses sortasi
awal menyebabkan penyusutan bahan baku sebesar 5%, sehingga kebutuhan
bahan baku per bulan disajikan dalam Tabel 16 dan 17.
34
Keterangan :
1 = Mesin Perajang Rimpang Kunyit
2 = Mesin Pengeringan (Vacuum Cabinet Drier)
3 = Mesin Penggilingan Kering (Diskmill)
4 = Mesin Pengemasan Vakum (Vacuum Packaging)
5 = Mesin Metal Detector
Proses Produksi
Proses produksi pada pengolahan rimpang kunyit terdiri dari 8 tahap, yaitu
sortasi awal, pencucian dan penirisan, perajangan, pengeringan, penyortiran akhir
simplisia, penggilingan kering, pengemasan dan pelabelan, serta penyimpanan.
Keseluruhan 1 kali proses produksi tersebut berlangsung selama 4 hari. Alur
proses produksi dapat dilihat pada Gambar 12:
Penyiapan Air Kunyit Segar Penyiapan Peralatan
Bersih
Tanah yang
Air Bersih Pencucian & Penirisan
melekat
Perajangan
Benda asing
Pengeringan selama 8 jam selain
dengan suhu 50-55oC simplisa
Penggilingan Kering
Penimbangan
Pengemasan dan
Pelabelan
Kunyit
Bubuk
tidak bocor dan tertutup rapat juga diperlukan untuk menjaga produk agar
tetap dalam kondisi yang baik.
14
http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/file/Perkembangan%20TRO/edsusvol18no2/
4status.pdf (Diakses 2014 Maret 14)
38
2. Pencucian dengan air bersih dilakukan pada rimpang kunyit segar yang telah
lulus penyortiran.
3. Setelah dilakukan pencucian, rimpang kemudian ditiriskan selama satu hari
untuk menghilangkan air bekas pencucian.
4. Rimpang kunyit dirajang dengan ketebalan 5 hingga 7 mm.
5. Rimpang kunyit dikeringkan dengan suhu 50 hingga 55oC selama 8 jam
menggunakan vacuum cabinet dryer untuk menghasilkan simplisia.
6. Penggilingan dilakukan pada simplisia dengan menggunakan diskmill untuk
menghasilkan kunyit bubuk.
7. Kunyit bubuk hasil penggilingan kemudian diayak untuk memisahkan bagian
yang halus dan kasar. Kunyit bubuk kasar yang tidak melewati saringan
kemudian dimasukkan kembali ke dalam mesin penggiling untuk
mendapatkan tekstur yang lebih halus.
8. Sebelum dilakukan pengemasan pada produk kunyit bubuk, dilakukan
penimbangan akhir pada produk. Penimbangan produk disesuaikan dengan
kapasitas plastik kemasan, yaitu 10 kg.
9. Produk kunyit bubuk dikemas vakum menggunakan alat vacuum packaging.
10. Setelah dikemas, kemasan diberi label yang mencantumkan nama produk,
berat bersih, tanggal pengemasan dan kadaluwarsa, serta nama produsen.
Pengemasan lanjutan dilakukan dengan menggunakan kemasan sekunder
yang berupa kardus kapasitas 50 kg.
11. Produk yang telah dikemas kemudian dilakukan pemeriksaan menggunakan
mesin metal detector.
12. Produk yang lulus pengujian kemudian disimpan dalam gudang sebelum
didistribusikan. Produk yang disimpan dan dikeluarkan dari gudang harus
sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out) atau produk yang keluar
adalah produk yang pertama masuk ke dalam gudang penyimpanan.
13. Karyawan bagian gudang penyimpanan melakukan pencatatan tanggal
penyimpanan produk.
14. Karyawan produksi harus tetap menjaga sanitasi peralatan produksi.
Struktur Organisasi
Badan usaha ini terdiri dari Rapat Umum Anggota, pengurus (ketua,
sekretaris, bendahara), pengawas, manajer usaha, staf administrasi, staf keuangan,
dan supervisor produksi. Pengurus koperasi berasal dari anggota yang terdiri dari
para petani mitra, sedangkan manajer usaha serta para staf dan supervisor bisa
berasal dari dalam anggota maupun luar anggota. Susunan organisasi Koperasi
Putra Mandiri dapat dilihat pada Gambar 13.
Pengurus Pengawas
Manajer
Usaha
Buruh Pencucian,
Buruh Buruh Buruh
Sortasi dan
Pengeringan Penggilingan Pengemasan
Perajangan
b. Spesifikasi kerja:
1) Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi
keuangan perusahaan.
2) Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan, dan
pembayaran kewajiban pajak perusahaan.
3) Merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengontrol arus kas
perusahaan terutama pengelolaan piutang dan hutang.
4) Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusun anggaran
perusahaan.
5) Menyusun penetapan gaji dan upah bagi seluruh karyawan
perusahaan.
7. Supervisor Produksi
a. Deskripsi kerja: bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan produksi
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penerimaan bahan baku.
2) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan.
3) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk.
4) Melakukan kegiatan pendistribusian produk
5) Melakukan kontrol berkaitan dengan suhu dan kondisi mesin selama
proses pengeringan berlangsung.
8. Tenaga Kerja Bagian Pencucian, Sortasi, dan Perajangan
a. Deskripsi kerja: melakukan proses pra pengolahan rimpang kunyit segar
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan sortasi awal rimpang kunyit segar.
2) Melakukan pencucian rimpang kunyit segar.
3) Melakukan sortasi spesifikasi persyaratan umum rimpang kunyit
segar.
4) Melakukan perajangan bahan baku rimpang kunyit
5) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
9. Tenaga Kerja Bagian Pengeringan
a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa pengeringan
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan pengeringan bahan baku yang telah dirajang.
2) Melakukan persiapan mesin pengeringan sebelum digunakan.
3) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
10. Tenaga Kerja Bagian Penggilingan
a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa penggilingan
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan pengontrolan kualitas simplisia kunyit.
2) Melakukan penggilingan hasil pengeringan.
3) Melakukan proses pengayakan dan penggilingan kembali terhadap
kunyit bubuk yang tidak sesuai standar.
4) Melakukan persiapan mesin penggilingan sebelum digunakan.
5) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
11. Tenaga Kerja Bagian Pengemasan
a. Deskripsi kerja: melakukan pengemasan produk
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan penimbangan kunyit bubuk sebesar 10 kg.
42
Ketetapan upah
Penentuan gaji dan upah bagi seluruh karyawan disesuaikan dengan jabatan
beserta tanggung jawab yang dibebankan. Penentuan gaji bagi karyawan tetap
sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang UMK 2014 No.
561/Kep.1636-Bangsos-2014. Rincian upah dan gaji bagi karjawan tetap maupun
tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Penentuan upah
Uraian Rincian (Rp) Gaji per Bulan (Rp)
Manajer Usaha
- Gaji Pokok 2 700 000 3 700 000
- Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
- Uang Transport (R25 000 x 20 hari) 500 000
Staff Keuangan
- Gaji Pokok 1 700 000 2 700 000
- Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
- Uang Transport (Rp25 000 x 20 hari) 400 000
Staff Administrasi
- Gaji Pokok 1 700 000 2 700 000
- Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
- Uang Transport (Rp25 000 x 20 hari) 400 000
Supervisor Produksi
- Gaji Pokok 1 850 000 2 850 000
- Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
- Uang Transport (Rp25 000 x 20 hari) 400 000
Staff Ahli Operator Mesin Metal
Detector
- Gaji Pokok 1 850 000 2 850 000
- Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
- Uang Transport (Rp25 000 x 20 hari) 400 000
Tenaga Kerja Produksi
- Upah per Hari Rp50 000 1 000 000 1 000 000
43
Usaha yang akan didirikan akan menjalin kerjasama dengan petani kunyit
wilayah Bogor sebagai petani pemasok. Bentuk kerjasama yang akan dilakukan
berupa kerjasama vertikal ke belakang dalam hal pasokan bahan baku. Usaha
yang akan didirikan ini menjadikan petani kunyit di wilayah Bogor sebagai
pemasok bahan baku berupa rimpang kunyit segar. Petani akan memasok rimpang
kunyit segar untuk kemudian diolah dengan menggunakan teknologi pengeringan
dan penggilingan kering. Produk yang dihasilkan oleh usaha ini berupa
intermediate product dalam bentuk kunyit bubuk. Produk tersebut kemudian akan
dikemas menggunakan plastik kemas vakum sebelum disimpan dan
didistribusikan.
Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kontinuitas bahan
baku usaha pengolahan rimpang kunyit. Disamping itu, tujuan lain dari penerapan
kerjasama ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kunyit yang
tergabung dalam usaha yang akan didirikan. Konsep kerjasama yang akan
dilakukan berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh
perusahaan atas penjualan produk. Ketetapan tersebut diambil berdasarkan hasil
diskusi dengan para petani yang tergabung dalam usaha ini. Selain itu, koperasi
akan memberikan pelatihan budidaya yang baik agar para petani dapat
menghasilkan rimpang kunyit dengan jumlah produksi yang optimal dan kualitas
yang seragam serta sesuai dengan yang diinginkan. Usaha yang akan didirikan ini
tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga pada
kesejahteraan para petani mitra.
Bentuk kerjasama yang dibangun dengan petani merupakan kerjasama yang
terikat dengan sistem keanggotaan koperasi. Koperasi sebagai badan usaha
memiliki hak dan kewajiban terhadap anggota, demikian pula dengan anggota
yang tergabung. Penentuan hak dan kewajiban tersebut menjadi pengikat antara
kedua pihak demi kemajuan bersama, baik bagi koperasi itu sendiri maupun bagi
para petani sebagai anggota. Koperasi memiliki kewajiban untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya seperti pemberian penyuluhan maupun pelatihan kepada
para petani, serta memberikan bagian dari keuntungan yang diperoleh dari hasil
usaha. Program penyuluhan atau pelatihan dapat dijadikan untuk menarik anggota
baru maupun untuk membantu pengembangan skala usaha budidaya bagi petani
anggota lama. Selain peningkatan skala usaha budidaya, penentuan bagi hasil
antara seorang wirakoperasi dengan petani akan memberikan keuntungan bagi
kedua pihak.
Koperasi sebagai badan usaha dari unit bisnis pengolahan rimpang kunyit
ini memiliki hubungan antara pihak yang terkait. Pihak tersebut terdiri dari
koperasi, petani, cooperative entrepreneur (CE), desa, dan industri atau target
pasar tujuan dari produk yang dihasilkan. Hubungan antara pihak tersebut dapat
dilihat pada Tabel 9.
44
Manajemen Risiko
Risiko Pemasaran
Risiko pemasaran yang mungkin dihadapi oleh usaha ini dapat berupa
pemutusan kontrak pembelian oleh pasar tujuan. Antisipasi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan adalah dengan menambah pasar tujuan dan membuat kontrak
berjangka waktu. Selain pemutusan kontrak oleh pasar tujuan, risiko lain yang
mungkin muncul adalah menurunnya permintaan akibat terjadinya inflasi di
negara tujuan. Antisipasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
mencari alternatif pasar tujuan lain yang memiliki daya beli lebih tinggi
dibandingkan dengan pasar tujuan awal, agar produk yang ditawarkan dapat
diterima.
Risiko Keuangan
Risiko nilai tukar mata uang dan permodalan termasuk ke dalam kategori
risiko keuangan. Risiko nilai tukar mata uang yang mungkin dihadapi oleh usaha
ini adalah terjadinya fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah dengan nilai tukar
mata uang US Dollar, sehingga menyebabkan harga jual produk yang juga
berfluktuasi. Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi risiko tersebut
adalah dengan melakukan tindakan antisipasi yang berupa hedging. Hedging
dapat diartikan sebagai pembelian suatu kontrak yang nilainya akan meningkat
dari jatuhnya nilai tukar mata uang dari kontrak lain15.
Risiko permodalan yang mungkin dihadapi oleh usaha ini dapat berupa
tidak terpenuhinya pengajuan dana yang berasal dari investor. Tindakan
penanggulangan yang mungkin dilakuan adalah dengan mencari alternatif sumber
pendanaan lain melalui lembaga pendanaan. Sebagai contoh, sumber permodalan
dari lembaga pendanaan adalah PT. Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)
dengan suku bunga pinjaman sebesar 9.65% (Mei 2014) 16. Perhitungan laporan
cashflow dan laba rugi dengan sumber dana pinjaman bank dapat dilihat pada
Lampiran 18 dan 19.
Rencana Keuangan
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana keuangan ini antara
lain mengenai sumber dana investasi yang digunakan dan penggunaan discount
rate pada perhitungan laporan arus kas. Dana investasi bersumber dari investor
sebesar Rp2 124 456 000 atau sekitar Rp2.1 Milyar. Dana investasi tersebut
diasumsikan sebagai pinjaman tanpa bunga yang dikembalikan selama dua tahun
dan dibayarkan setiap bulan sebesar Rp88 519 000. Pengembalian dana investasi
kepada investor disertai dengan pembagian hasil yang diterima perusahaan, yaitu
sebesar 10%. Pada perhitungan laporan arus kas (cashflow), tingkat discount rate
yang digunakan adalah sebesar 7.5% yang mengacu kepada tingkat suku bunga
pinjaman Bank Indonesia.
Rencana Investasi
Dana investasi awal yang dikeluarkan adalah sebesar Rp2 065 470 000.
Barang investasi awal berupa mesin dan alat produksi, alat dan furniture
perkantoran, serta perlengkapan lain yang dikeluarkan di awal tahun nol pendirian
usaha. Berikut tabel rincian biaya investasi awal:
Tabel 11 Rincian biaya investasi
No Komponen Biaya Jumlah Biaya (Rp000)
1 Alat produksi 470 510
2 Alat dan furniture perkantoran 32 360
3 Pendirian bangunan usaha 1 400 000
4 Infrastruktur 16 000
5 Kendaraan (mobil pick up) 105 000
15
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/hedging-definisi-dan-tehnik-hedging.html (Diakses
2014 Mei 14)
16
http://www.bankbjb.co.id/ (Diakses 2014 Juli 1)
47
Biaya Operasional
Biaya operasional yang harus dikeluarkan terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya operasional dari usaha pengolahan rimpang kunyit ini di tahun
pertama sebesar Rp707 836 000. Rincian biaya operasional di tahun pertama
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Rincian biaya operasional tahun pertama
No Biaya (Rp000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah Per Per
Satuan
Bulan Tahun
BIAYA VARIABEL
1 Biaya tenaga supir dan kuli angkut orang 2 50 2 000 24 000
2 Biaya pengemasan 1 598 19 176
3 Biaya solar mesin 6 380 76 560
4 Biaya gas tabung 35 130 4 550 54 600
5 Biaya transportasi (Rp200 000/hari) 200 4 000 48 000
6 Biaya rupa-rupa 1 000 12 000
7 Biaya tenaga kerja produksi orang 11 50 11 000 132 000
Total Biaya Variabel 30 528 366 336
BIAYA TETAP
1 Tenaga Kerja: orang 14 800 177 660
2 Sewa host website 1 8 100
3 Biaya utility 5 800 69 600
4 Biaya pemasaran 2 500 30 000
5 Biaya pemeliharaan dan perawatan 500 6 000
6 Insentif tempat pengumpulan 50 1 000 12 000
7 Administrasi perkantoran 260 3 120
8 Jasa professional 1 000 12 000
9 Transportasi (sewa angkutan) unit 1 900 900 10 800
10 Biaya pelatihan karyawan 500 500 6 000
11 Uang keamanan dan kebersihan 100 100 1 200
Total Biaya Tetap 28 458 341 500
Total Biaya Operasional 58 986 707 836
Modal Awal
Modal awal yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha pengolahan rimpang
kunyit ini terdiri dari biaya investasi awal tahun nol, biaya variabel dan biaya
tetap pada tahun pertama Rp2 124 456 000. Rincian modal awal usaha ini dapat
dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Modal awal usaha
Uraian Jumlah
Biaya Investasi Rp2 065 470 000
Biaya Tetap (per bulan) Rp28 458 000
Biaya Variabel (bulan pertama) Rp30 528 000
Total Rp2 124 456 000
Pada tahun pertama, BEP unit dari produk kunyit bubuk ini bernilai 3 703
dengan BEP Rupiah sebesar Rp 966 426 000. Angka tersebut memiliki arti bahwa
usaha pengolahan rimpang kunyit ini akan mencapai titik impas di tahun pertama
bila terjual sebanyak 3 703 kg kunyit bubuk atau memperoleh penerimaan sebesar
Rp 966 426 000. Pada tahun berikutnya, BEP unit dari produk ini adalah sebesar 4
636 dengan BEP Rupiah sebesar Rp1 209 996 000. Angka tersebut memiliki arti
bahwa usaha pengolahan rimpang kunyit ini akan mencapai titik impas di tahun
berikutnya bila terjual sebanyak 4 636 kg kunyit bubuk atau memperoleh
penerimaan sebesar Rp1 209 996 000.
dilakukan pembagian hasil dan dikurangi pajak, maka keuntungan bersih yang
diterima koperasi adalah sebesar Rp236 549 000 per tahun atau Rp19 712 000 per
bulan.
Persentase pembagian hasil di tahun berikutnya adalah 75% untuk petani,
masing-masing 5% untuk wirakoperasi dan desa, serta 10% untuk investor.
Keuntungan per tahun di tahun kedua yang diperoleh adalah Rp3 067 625 000
atau sekitar Rp3.1 milyar, masing-masing Rp204 510 000 untuk wirakoperasi dan
desa, serta Rp613 530 000. Setelah dilakukan pembagian hasil dan dikurangi
pajak, maka keuntungan bersih yang diterima koperasi adalah sebesar Rp153 383
000 per tahun atau Rp12 782 000 per bulan. Keuntungan yang diperoleh di tahun
berikutnya secara berurutan masing-masing sebesar Rp3 864 323 000 untuk
petani, Rp257 622 000 untuk wirakoperasi dan desa, serta Rp772 85 000 untuk
investor setiap tahunnya Setelah dilakukan pembagian hasil dan dikurangi pajak,
keuntungan bersih yang diterima koperasi di tahun berikutnya sebesar Rp193 216
000 per tahun. Perhitungan Laporan Laba Rugi dapat dilihat pada Lampiran 17.
Usaha pengolahan rimpang kunyit yang akan didirikan ini merupakan bisnis
yang prospektif dan menguntungkan. Kunyit bubuk kemas vakum sebagai produk
yang ditawarkan memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual
rimpang basah utuh. Harga jual produk yang tinggi tersebut berdampak pada
penerimaan yang tinggi pula, sehingga pengembalian modal usaha ini tergolong
cepat serta tingkat pengembalian modal yang tinggi. Disamping itu, keuntungan
bersih yang diperoleh koperasi juga tergolong tinggi dengan persentase
pembagian keuntungan bagi petani pemasok bahan baku memiliki bagian yang
paling besar. Hasil dari pendekatan cooperative entrepreneur yang paling utama
adalah Koperasi Putra Mandiri dapat memberikan harga jual rimpang segar
kepada petani dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual
kepada tengkulak. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi
petani dalam hal peningkatan kesejahteraan.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Baga, LM. 2011. Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis.
Prosiding Makalah Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis
IPB [Internet]. [Bogor, 7 dan 14 Desember 2011]. Bogor(ID): FEM. hlm
197-213; [diacu 2013 Oktober 21]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/65350/11.pdf?seque
nce=1.
Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis.
Makalah Seminar [Internet]. [Pusat Studi Asia Tenggara Universitas
Frankfurt am Main, 5 Juli 2003]. Bogor(ID): FEM. hlm 8-22; [diacu 2013
54
LAMPIRAN
Lampiran 2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi
Biaya (Rp000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Per Jumlah
satuan Biaya
a. Mesin pengering unit 7 45 000 315 000
b. Mesin pengemas vakum unit 1 34 000 34 000
c. Mesin penggilingan unit 1 14 500 14 500
d. Mesin perajang unit 2 5 000 10 000
e. Pompa steam unit 1 1 800 1 800
f. Timbangan duduk digital unit 1 2 000 2 000
g. Timbangan mekanik gantung unit 1 5 000 5 000
h. Tabung gas unit 7 500 3 500
i. Selang dan regulator unit 7 200 1 400
j. Tampah unit 100 25 2 500
k. Sikat unit 11 10 110
l. Baskom unit 20 35 700
m. Tempat sampah unit 1 1 500 1 500
n. Sepatu boots unit 11 70 770
o. Sarung tangan kain unit 11 30 330
p. Mesin pendeteksi logam unit 1 74 800 74 800
q. Kipas blower (untuk ruang produksi) unit 2 1 300 2 600
Total 470 510
Lampiran 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran
Biaya (Rp000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Per Jumlah
Satuan Biaya
a. Meja Komputer unit 1 1 200 1 200
b. Kursi Kantor unit 1 1 000 1 000
c. Sofa kantor set 1 8 300 8 300
d. Papan tulis (90x120 cm) unit 1 300 300
e. Komputer PC unit 1 5 000 5 000
f. Printer (Print, Scan, Copy) unit 1 1 400 1 400
g. Lemari besi arsip unit 1 2 800 2 800
h. Laci besi arsip (4 laci) unit 2 2 000 4 000
i. Faximile unit 1 1 800 1 800
j. Telepon unit 1 310 310
k. Lampu unit 10 100 1000
l. Air Conditioner unit 1 4 000 4 000
m. Kursi Tamu unit 5 250 1 250
Total 32 360
58
Lampiran 6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap
Jumlah Biaya (Rp000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah
Satuan Per Bulan Per Tahun
a. Manager usaha orang 1 3 700 3 700 44 400
b. Staf Keuangan orang 1 2 700 2 700 32 400
c. Staf Administrasi orang 1 2 700 2 700 32 400
d. Supervisor Produksi orang 1 2 850 2 850 34 200
e. Staf Ahli (operator mesin
orang 1 2 850 2 850 34 200
metal detector)
Total 14 800 177 600
59
Asumsi
Biaya rupa-rupa terdiri dari biaya cadangan yang digunakan jika terdapat
kekurangan biaya variabel tiap bulan
Tenaga kerja produksi terdiri dari tenaga kerja langsung untuk melakukan
proses produksi selama 2 hari yang terdiri dari pencucian, perajangan,
pengeringan, penggilingan, dan pengemasan per volume produksi
I Inflow
1. Penjualan 0 5 324 400 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 264 000
2. Dana Investor 2 124 456
3. Nilai sisa 270 955
Total Inflow 0 7 448 856 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 534 955
II Outflow
1. Biaya Investasi 2 065 470 2 940 2 940 2 940 2 940 77 460
Total Biaya Investasi 2 065 470 2 940 2 940 330 2 940 77 460
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 341 500 341 500 341 500 341 500 341 500
Biaya Variabel 366 336 369 720 369 720 369 720 369 720
Total Biaya Operasional 707 836 711 220 711 220 711 220 711 220
3. Cicilan pinjaman 1 062 228 1 062 228
Total Biaya Non Operasional 1 062 228 1 062 228
Pajak Penghasilan (25%) 78 850 51 128 64 405 64 405 64 405
4. Bagi Hasil
Petani (70%, 75%) 2 207 790 3 067 652 3 864 323 3 864 323 3 864 323
Wirakoperasi (5%) 157 699 204 510 257 622 257 622 257 622
Desa (5%) 157 699 204 510 257 622 257 622 257 622
Investor (10%) 315 399 613 530 772 865 772 865 772 865
Total bagi hasil 2 838 588 4 090 202 5 152 431 5 152 431 5 152 431
Total outflow 2 065 470 4 690 442 5 917 718 5 930 996 5 930 996 5 930 996
III Saldo Usaha (net benefit) (2 065 470) 3 820 643 1 408 510 333 004 333 004 529 439
Arus Kas Non Operasional (2 065 470) (1 062 228) (1 062 228)
Akumulasi Saldo 692 945 1 039 227 1 372 231 1 705 235 2 234 674
Discount factor (i = 7.5%) 1 0.930 0.865 0.805 0.749 0.697
PV net benefit (2 065 470) 3 554 086 1 218 830 268 055 249 354 368 785
PV Benefit untuk Gross B/C 0 6 929 169 5 420 443 5 042 273 4 690 487 4 551 979
PV Biaya untuk Gross B/C 2 065 470 4 363 201 5 120 794 4 774 218 4 441 133 4 183 194
PV positif 5 659 110
PV negatif (2 065 470)
I Inflow
1. Penjualan 5 324 400 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 264 000
Total inflow 5 324 400 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 264 000
II Outflow
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 341 500 341 500 341 500 341 500 341 500
Biaya Variabel 366 336 369 720 369 720 369 720 369 720
3. Biaya Penyusutan 400 350 400 350 400 350 400 350 400 350
Total Biaya Operasional 1 108 186 1 111 570 1 111 570 1 111 570 1 111 570
Biaya Non Operasional 1 062 228 1 062 228
III Laba sebelum bagi hasil 3 153 986 4 090 202 5 152 431 5 152 431 5 152 431
IV Bagi Hasil
Petani (70%, 75%) 2 207 790 3 067 652 3 067 652 3 067 652 3 067 652
Desa (5%) 157 699 204 510 257 622 257 622 257 622
Wirakoperasi (5%) 157 699 204 510 257 622 257 622 257 622
Koperasi (10%, 5%) 315 399 204 510 257 622 257 622 257 622
Investor (10%, 15%) 315 399 613 530 772 865 772 865 772 865
V Saldo Sebelum Pajak (EBT) 315 399 204 510 257 622 257 622 257 622
VIII Laba bersih (EAT) 236 549 153 383 193 216 193 216 193 216
64
I Inflow
1. Penjualan 0 5 324 400 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 264 000
2. Pinjaman Bank 2 124 456
3. Nilai sisa 270 955
Total Inflow 0 7 448 856 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 534 955
II Outflow
1. Biaya Investasi 2 065 470 2 940 2 940 2 940 2 940 77 460
Total Biaya Investasi 2 065 470 2 940 2 940 330 2 940 77 460
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 341 500 341 500 341 500 341 500 341 500
Biaya Variabel 366 336 369 720 369 720 369 720 369 720
Total Biaya Operasional 707 836 711 220 711 220 711 220 711 220
3. Cicilan pinjaman 1 164 733 1 164 733
Total Biaya Non Operasional 1 164 733 1 164 733
Pajak Penghasilan (25%) 78 850 51 128 64 405 64 405 64 405
4. Bagi Hasil
Petani (70%, 75%) 2 136 037 2 990 773 3 864 323 3 864 323 3 864 323
Wirakoperasi (5%) 152 574 199 385 257 622 257 622 257 622
Desa (5%) 152 574 199 385 257 622 257 622 257 622
Total bagi hasil 2 441 185 3 389 543 4 379 566 4 379 566 4 379 566
Total outflow 2 065 470 4 395 544 5 319 563 5 158 131 5 158 131 5 158 131
III Saldo Usaha (net benefit) (2 065 470) 4 218 046 2 109 170 5 158 131 5 158 131 5 232 651
Arus Kas Non Operasional (2 065 470) (1 164 733) (1 164 733)
Akumulasi Saldo 987 842 1 932 279 3 038 148 4 144 016 5 446 320
Discount factor (i = 7.5%) 1 0.930 0.865 0.805 0.749 0.697
PV net benefit (2 065 470) 3 923 763 1 825 133 890 181 828 075 907 131
PV Benefit untuk Gross B/C 0 6 929 169 5 420 443 5 042 273 4 690 487 4 551 979
PV Biaya untuk Gross B/C 2 065 470 4 088 878 4 603 192 4 152 092 3 862 411 3 644 848
PV positif 7 629 519
PV negatif (2 065 470)
I Inflow
1. Penjualan 5 324 400 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 264 000
Total inflow 5 324 400 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 264 000
II Outflow
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 341 500 341 500 341 500 341 500 341 500
Biaya Variabel 366 336 369 720 369 720 369 720 369 720
3. Biaya Penyusutan 400 350 400 350 400 350 400 350 400 350
Total Biaya Operasional 1 108 186 1 111 570 1 111 570 1 111 570 1 111 570
Biaya Non Operasional 1 164 733 1 164 733
III Laba sebelum bagi hasil 3 051 481 3 987 697 5 152 431 5 152 431 5 152 431
IV Bagi Hasil
Petani (70%, 75%) 2 136 037 2 990 773 3 864 323 3 864 323 3 864 323
Desa (5%) 152 574 199 385 257 622 257 622 257 622
Wirakoperasi (5%) 152 574 199 385 257 622 257 622 257 622
Koperasi (10%, 5%) 305 148 199 385 257 622 257 622 257 622
V Saldo Sebelum Pajak (EBT) 305 148 199 385 257 622 257 622 257 622
VIII Laba bersih (EAT) 228 861 149 539 193 216 193 216 193 216
Lampiran 20 Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000)
Bulan ke-
No Uraian Komponen
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Inflow
1. Penjualan 0 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700
2. Dana Inestor 2 124 456
3. Nilai Sisa
Total inflow 0 2 568 470 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700
II Outflow
1. Biaya investasi 2 065 470 2 940
Total biaya investasi 2 065 470 2 940
2. Biaya operasional
Biaya tetap 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458
Biaya variabel 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528
Total biaya operasional 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986
3. Cicilan pinjaman 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519
Biaya non operasional 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519
Pajak Penghasilan (25%) 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571
4. Bagi hasil
Petani (60%) 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983
Desa (5%) 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142
Wirakoperasi (5%) 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142
Inestor (10%) 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283
Total Bagi hasil 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549 236 549
Total outflow 2 065 470 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 390 625 393 565
III Saldo Usaha (net benefit) (2 065 470) 2 266 050 141 594 141 594 141 594 141 594 141 594 141 594 141 594 141 594 141 594 141 594 138 654
Arus Kas Non Operasional (2 065 470) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519) (88 519)
Akumulasi Saldo 112 061 165 136 218 211 271 286 324 361 377 436 430 510 483 585 536 660 589 735 642 810 692 945
66
Lampiran 21 Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000)
Bulan ke-
No Uraian Komponen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Inflow
1. Penjualan 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700
Total inflow 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700 443 700
II Outflow
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458
Biaya Variabel 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528
3. Biaya Penyusutan 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362 33 362
Total Biaya Operasional 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349 92 349
Biaya Non Operasional 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519
III Laba sebelum bagi hasil 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832 262 832
IV Bagi hasil
Petani (60%) 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983 183 983
Wirakoperasi (5%) 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 14 622
Desa (5%) 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 13 142 14 622
Koperasi (33%) 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283
Investor (10%) 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283
V Laba Koperasi (EBT) 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283 26 283
VI Pajak 25% 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571 6 571
Pajak 0% (ppn) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
VII Laba bersih (EAT) 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712 19 712
67
RIWAYAT HIDUP