Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN

PRAKTIK KERJA INDUSTRI


PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA

PT. MOPOLI RAYA


ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
MENGGUNAKAN METODE HAZARD IDENTIFICATION RISK
ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC)
DI PKS GEDONG BIARA
Tahun Akademik 2020/2021

Oleh:
Nama : Daniel Hotmatua Barasa
Nim 19 03 005
Kelas : 2 AKS A

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN

i
HALAMAN PENGESAHAN

Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan


Metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
ini telah diteliti, disetujui dan disahkan Di PT.Mopoli Raya
Pada tanggal 18 Juni 2021
Oleh:

Daniel Hotmatua Barasa


NIM: 19 03 005

Mengetahui/ Menyetujui

Pembimbing PTKI Medan Pembimbing DUDI

Tengku Rachmi Hidayani, M.Si Raja Sakti Nasution


NIP : 198803152014022001 NIP:

Ketua Program Studi

Tengku Rachmi Hidayani, M.Si


NIP: 198803152014022001

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik
kerja industri di Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara PT. Mopoli Raya Pabrik
yang berlokasi di Desa Kebun Gedong Biara Kecamatan Seruway
Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun judul laporan ini adalah ANALISA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
MENGGUNAKAN METODE HAZARD IDENTIFICATION RISK
ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC) dapat terselesaikan
dengan baik dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk hasil
laporan praktik kerja industri yang telah dilaksanakan pada semester 4 ini.
Pada penyusunan laporan hasil praktik kerja industri ini,
keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan laporan ini juga tidak terlepas
dari peran serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih
dan karuniaNya untuk kita semua.
2. Orang Tua tercinta yang telah mendoakan keberhasilan selama
Praktik Kerja Industri
3. Bapak Fuadi S.T , Mill Manager dan selaku pembimbing
Lapangan magang industri di PT. Mopoli Raya.
4. Bapak Poltak Evencus Hutajulu ST,MT selaku Direktur 1
PTKI Medan
5. Ibu Tengku Rachmi H, M.Si. selaku ketua Program Studi
Agribisnis Kelapa Sawit PTKI Medan dan juga selaku
Pembimbing Dosen PTKI Medan
6. Ibu Meutia Mirnandaaulia M.T selaku Pembimbing Dosen
PTKI Medan
7. Bapak Abdul Azis selaku Pembimbing Dosen PTKI Medan

ii
8. Bapak Raja Sakti Nasution S.T selaku Asisten Proses yang telah
membantu dan mengarahkan selama kerja praktik.
9. Seluruh karyawan PT. Mopoli Raya.
10. Untuk teman-teman saya yang ber-4, Amos Naibaho, Indra
Sijabat, Fachzrul Abdillah dan Desnia Rahmi yang sudah
membantu dan mensupport saya dalam mengerjakan laporan.

Penulis menyadari, dalam penyusunan laporan ini masih banyak


terdapat kekurangan dan kekeliruan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak yang membaca laporan ini untuk
menyempurnakannya. Demikian laporan praktik kerja industri ini dibuat,
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Aceh Tamiang , 05 Juli 2021


Penulis

Daniel Hotmatua Barasa


19 03 005

ii
DARTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................ii

DARTAR ISI.............................................................................................iv

DAFTAR TABEL.....................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................2

1.3 Manfaat...........................................................................................2

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................2

1.5 Ruang Lingkup................................................................................3

BAB II GAMBARAN UMUM..................................................................4

2.1 Sejarah Organisasi / Perusahaan.....................................................4

2.2 Struktur Organisasi dan Bidang Usaha...........................................5

2.3 Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi / Perusahaan.............................9

BAB III KAJIAN TEORI.........................................................................10

3.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).....................10

3.2 Konsep Keselamatan Kerja...........................................................13

3.3 Konsep Kecelakaan Kerja.............................................................13

3.4 Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja


(K3).......................................................................................................15

i
3.5 Pengertian Metode HIRARC........................................................15

3.6 Tujuan HIRARC.............................................................................16

3.7 Penilaian Risiko (Risk Asessment)................................................17

BAB IV.....................................................................................................24

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI.................................24

4.1 Dasar Pemilihan Permasalahan.....................................................24

4.2 Hasil dan Pembahasan..................................................................24

4.2.1 Hasil.............................................................................................24

4.2.2 Pembahasan..................................................................................32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................37

5.1 Kesimpulan.....................................................................................37

5.2 Saran..............................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................40

LAMPIRAN..............................................................................................41

v
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kriteria Likelihood..................................................................19
Tabel 3. 2 Kriteria Consequence/Severity................................................20

Tabel 4. 1 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Sterillizer......................25


Tabel 4. 2 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Hoisting Crane.............26
Tabel 4. 3 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Digester dan Press.......27
Tabel 4. 4 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Clarification................27
Tabel 4. 5 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Nut dan Kernel.............28
Tabel 4. 6 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Boiler............................29
Tabel 4. 7 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Engine Room................30
Tabel 4. 8 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Workshop.....................31
Tabel 4. 9 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Water Treatment Plant .31
Tabel 4. 10 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Laboratorium..............32

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kolom Probability / Likelihood Peluang.................................21


Gambar 3. 2 Kolom Severity / Keparahan...................................................21
Gambar 3. 3 Matrix Penilaian Risiko...........................................................22
Gambar 3. 4 Tingkat Resiko / Risk Rating...................................................22

v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 1 Mandor Kernel.............................................................41
Lampiran 1. 2 Operator Klarifikasi.....................................................41
Lampiran 1. 3 Operator Thresere........................................................42
Lampiran 1. 4 Operator Workshop.....................................................42
Lampiran 1. 5 Operator Boiler............................................................43
Lampiran 1. 6 Operator Engin Room..................................................43

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejalan dengan era baru di dunia industri atau sering disebut 4.0,
banyak sudah perkembangan yang sangat pesat di dunia industri, baik di
dalam maupun di luar negeri. Dimana Kementerian Perindustrian sudah
mulai mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), agar Sumber Daya
Manusia (SDM) tersebut dapat mengikuti perkembangan dunia industri.
Dengan begitu Kementerian Perindustrian melakukan Program Praktik
Kerja Industri (Prakerin).
Dengan diadakannya Praktik kerja Industri disetiap kampus
Politeknik, diharapkan kepada mahasiswa/ mahasiswi dapat menguasai
sepenuhnya aspek-aspek kompetensi kurikulum dan mengenal lebih awal
dunia kerja yang akan menjadi dunianya setelah menematkan pendidikan.
Pelaksanaan Prakerin adalah sebagai pemenuhan kompetensi sesuai
tuntutan kurikulum yang dilaksanakan di dunia kerja. Dengan maksud agar
mahasiswa/ mahasiswi dapat mengimplementasikan kompetensi/
pembelajaran, latihan dan praktik yang sudah di pelajari di kampus kedalam
dunia kerja secara nyata, serta penumbuhan etos kerja atau pengalaman
kerja yang berguna bagi mahasiswa.
Dimana program Prakerin sudah dilaksanakan di kampus Politeknik
Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI) yang memiliki sistem Dual
System. Salah satu Program Studi yang sudah melaksanakan Dual System
di kampus Politeknik Teknologi Kimia Industri yaitu Prodi Agribisnis
Kelapa Sawit, Prodi telah memberikan pembekalan kerja di industri dengan
adanya mata kuliah praktik kerja industri dengan bobot 30 SKS. Pada

1
pelaksanaan praktik kerja industri setiap mahasiswa dituntut untuk
melaksanakan kerja praktik disalah satu perusahaan berbasis pengolahan.
Pada pelaksanaan Praktik Kerja Industri kampus sudah
menempatkan mahasiswa/ mahasiswi di beberapa perusahaan Pabrik Kelapa
Sawit salah satunya di Pabrik Kelapa Sawit Gedong Biara yang terletak di
Aceh Tamiang, dimana kampus memilih tempat tersebut dikarenkan pihak
perusahaan setuju terhadap MoU yang di keluarkan oleh pihak kampus.

1.2 Tujuan
1. Dapat menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dengan
Profesional yang baik dibidang pengetahuan maupun keterampilan
kerja, serta mendorong mahasiswa/ mahasiswi berjiwa mandiri.
2. Mendapatkan pengalaman dan membandingkan ilmu teori yang
didapat di kampus dengan langsung turun di dalam dunia usaha.
3. Diharapkan mahasiswa/ mahasiswi menjadi tenaga kerja yang
berwawasan mutu, ekonomi, bisnis kewirausahaan dan produktif.

1.3 Manfaat
1. Melahirkan sikap tanggung jawab, disiplin, sikap mental, etika
yang baik serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
2. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan
serta pengalaman dalam mengolah produksi kelapa sawit.
3. Memberikan jalan mahasiswa/mahasiswi agar mendapatkan
perkerjaan yang tetap dalam dunia Industri.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilaksanakan selama delapan bulan,


yang di mulai dari tanggal 13 April 2021 sampai dengan selesai dan
pelaksanaan praktik kerja industri dilaksanakan di salah satu perusahaan
pengolahan kelapa sawit yaitu pabrik kelapa sawit Gedong Biara Aceh
Tamiang.

2
1.5 Ruang Lingkup
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib di penuhi oleh perusahaan K3 bertujuan mencegah
mengurangi bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja ( zero accident).
Pada kesempatan ini penulis menggambil judul laporan mengenai
Keslamatan dan Kesehatan Kerja yang di mana analisa ini dilakukan dengan
menggunakan metode HIRARC bertujuan untuk mengidentifasi potensi
bahaya dan resiko yang terjadi di PKS gedong Biara

3
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Organisasi / Perusahaan


PT. Mopoli Raya adalah perusahaan yang beroperasi di bidang
perkebunan dengan komoditas kelapa sawit dan karet. PT. Mopoli Raya
berdiri sejak tahun 1980 berdasarkan akte nomor 292 tanggal 17 Desember
1980 atas usaha dari tiga pendiri, yaitu:
1. A. Basyah Ibrahim (Alm)
2. M. Sati (Alm)
3. Mustafa Sulaiman (Alm)
Anggaran Dasar perseroan ini telah mengalami beberapa kali
perubahan, dan yang terakhir dengan : Akte Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham dan Keputusan Pemegang Saham PT. Mopoli
Raya Nomor 08, dibuat dihadapan Eka Ermasyafpriza Handayani Firdaus,
notaris dan telah diberitahukan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, sebagaimana ternyata dengan Surat Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia nomor AHU-18221.40.22.2014 tanggal 07 Juli 2014 Perihal:
Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan PT. Mopoli Raya.
Nama Mopoli berasal dari suatu daerah dataran di desa Suka
Makmur Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang yang
terletak pada 198,020 Bujur Timur dan 9,200 Lintang Utara dengan luas
areal tanaman ±200 Ha yang selanjutnya berkembang hingga berada di 2
(dua) propinsi pada 6(enam) kabupaten, yaitu; di Propinsi Sumatera Utara −
Kabupaten Langkat, dan di Propinsi Aceh − Kabupaten Aceh Tamiang,
Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Rayadan
Kabupaten Aceh BaratDaya (Abdya).

4
Pada saat ini luas lahan HGU PT. Mopoli Raya sama dengan
35.727,35 Ha yang terdiri dari : 24.999,13 Ha Areal Tanaman, 119,69 Ha
Areal Emplashmen, 10.610,74 Ha Areal Cadangan (belum ditanami), dan
171,58 Ha Areal tidak dapat ditanami.
Dari 24.999,13 Ha Areal Tanaman, terdapat 2 komoditas, yakni;
23.364,15 Tanaman Sawit (13.052,70 Ha Tanaman Menghasilkan dan
10.311,45 Ha Tanaman Belum Menghasilkan) dan 1.634,98 Ha Tanaman
Karet (902,50 Ha Tanaman Menghasilkan dan 732,47 Ha Tanaman Belum
Menghasilkan).
Disamping itu, PT. Mopoli Raya juga memiliki Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) yaitu; satu buah PKS berkapasitas 60 ton yang terletak di Desa
Kebun Gedung Biara, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang dan
satu buah PKS berkapasitas 30 ton yang terletak di Desa Alue Kuyun,
Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat.

2.2 Struktur Organisasi dan Bidang Usaha


Kunci utama untuk menciptakan sistem operasional yang baik dalam
suatu perusahaan atau suatu organisasi adalah struktur daripada organisasi
tersebut. Dengan adanya struktur organisasi maka setiap individu atau
anggota dari organisasi tersebut dapat mengetahui tentang posisinya,
wewenang dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Selain itu struktur
organisasi juga menjelaskan tentang hubungan antara unit-unit terkait dalam
perusahaan atau organisasi.
Struktur organisasi sebuah perusahaan sangat mungkin akan berbeda
dengan struktur organisasi pada perusahaan atau organisasi lain. Perbedaan
ini muncul karena struktur organisasi suatu perusahaan akan sangat
tergantung pada kondisi perusahaan, kebijakan-kebijakan strategis
perusahaan dan tujuan perusahaan di masa yang akan datang.

5
Dengan melihat kondisi perusahaan dan kondisi pasar yang kian
berkembang PT. Mopoli Raya menerapkan struktur organisasi garis atau
staf, dengan struktur ini akan terdapat pucuk pimpinan sebagai pemegang
komando tertinggi dan juga terdapat para manajer-manajer bagian yang
bertugas menjalankan dan mengawasi aktivitas di setiap bagian yang
menjadi wewenangnya. Para manajer ini juga diharapkan bisa memberikan
masukan dan nasehat kepada pihak yang berada di atasnya atau pihak yang
menjadi bawahannya yang bertujuan untuk menjalankan roda bisnis
perusahaan secara baik. Adapun struktur organisasi yang diterapkan pada
PT. Mopoli Raya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

PT. Mopoli Raya PKS Gedong Biara, Aceh Tamiang memakai sistem
organisasi, dimana dalam organisasi ini hanya satu komando. Adapun tugas
dan tanggung jawab berdasarkan kedudukannya masing-masing adalah
sebagai berikut:

6
1. Kepala Pabrik (Mill Manager)
Kepala pabrik atau Manager bertanggung jawab kepada Kepala
Departemen Produksi atau secara langsung pada Direktur PT. Mopoli Raya
terhadap pemanfaatan semua unsur produksi, aset PKS Gedong Biara,
hubungan baik dengan unsur-unsur terkait secara optimal untuk
mewujudkan tujuan perusahaan. Manager juga berwenang memanfaatkan
segala sumber daya yang ada di PKS Gedong Biara dan berwenang
megambil keputusan yang
sifatnya menentukan demi kepentingan perusahaan sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perusahaan.
2. Kepala Tata Usaha (KTU)
Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam menyusun
daftar
gaji karyawan, mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat
waktu. KTU juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan
dibidang
administrasi untuk mencapai sasaran sesuai RAB PKS Gedong Biara yang
telah disetujui oleh dan mengawasi pengeluaran biaya sesuai dengan
anggaran.
3. Asisten Teknik
Asisten Teknik bertanggung jawab dalam mengoperasikan mesin-
mesin proses dan mesin-mesin pembangkit tenaga serta mesin-mesin
penggerak instalasi sehingga tidak menggangggu aktivitas pengolahan
pabrik.
4. Asisten Pengolahan
Asisten pengolahan bertanggung jawab dalam pengoperasian alat-
alat produksi PKS untuk menghasilkan minyak sawit, inti sawit serta
pengolahan limbah, melaksanakan pengolahan sesuai jadwal yang
ditentukan termasuk pengendalian limbah PKS sehingga mencapai hasil

7
yang optimal dan melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung
jawab serta menyusun laporan harian.
5. PPD & SHE (Petugas Pengendali Dokumen & Sefety and Healty
Environment Officer)
Seorang SHE bertanggung jawab dalam memberikan jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja kepada para pekerja di pabrik. Jaminan
keselamat pekerja berupa bahaya fisik, bahaya mesin yang digunakan,
bahaya bahan kima yang digunkan dan masalah sosial psikologi para
pekerja, sedangkan PPD bertanggung jawab untuk membantu managemen
representative dalam menjalankan prosedur pengendalian dokumen dan
rekaman mutu, memasukkan data dokumen kedalam daftar dokumen dan
memastikan bahwa informasi yang diberikan up to date dan memastikan
dokumen disahkan sebelum didstribusikan.

Selain itu pengendali dokumen juga bertanggung jawab untuk


menarik dan memusnahkan dokumen yang sudah kadaluarsa, serta
memastikan seluruh dokumen disimpan dan dijaga dari kerusakan dan
mudah ditelusuri.

6. Kepala Laboratorium
Asisten Laboratorium bertanggung jawab dalam melakukan analisa
di laboratorium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna mengendalikan
jalannya proses pengolahan TBS, inti sawit, air boiler dan air limbah agar
mutu dan kerugian yang timbul berada dalam batas normal, termasuk
menghitung persediaan dan pengiriman produksi sehingga kualitas produksi
dapat dikontrol.

7. Mandor

8
Mandor sebagai pembantu Asisten, maka mandor bertugas
mengawasi para pekerja yang berada dibawah tanggung jawabnya dan
membantu segala tanggung jawab Asisten.

8. Pekerja
Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah
dari
mandor masing masing yang bertugas pada saat itu.

2.3 Visi, Misi, dan Tujuan Organisasi / Perusahaan


2.3.1 Visi
Menjadi perusahaan berkinerja tinggi dan berkelanjutan dengan basis
agribisnis yang kuat di kawasan regional.
2.3.2 Misi
1. Mengelola bisnis perkebunan kelapa sawit terintegrasi Untuk
menghasilkan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan.
2. Mengelola perkebunan karet yang produktif dan efisien serta ramah
lingkungan.
3. Mengelola dan mengembangkan jajaran SDM secara professional
dibidang perkebunan yang bermanfaat bagi seluruh pemangku
kepentingan.

9
BAB III

KAJIAN TEORI

3.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan


dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan
tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang
baik Agus, (1989).
Menurut Malthis dkk (2002), Keselamatan kerja menunjuk pada
perlindungan kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah
terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain
menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan
mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam
bekerja (Rika, 2009).Suma’mur (1981), tujuan keselamatan kerja adalah :

a. Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja,

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat


digunakan sebaik-baiknya.
c. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi


pegawai.

e. Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi


kerja

f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan


oleh lingkungankerja.

g. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

1
Menurut ILO/WHO (1998) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah suatu promosi, perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan
yang setinggi- tingginya mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk
kesejahteraan seluruh pekerja di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3
merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat nmeningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Sedangkan menurut Suma’mur (1988) keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan.

Kecelakaan akibat kerja dapat menimbulkan kerugian langsung


maupun kerugian tidak langsung, yaitu kerusakan mesin dan peralatan
kerja, terhentinya proses produksi, dan rusaknya lingkungan kerja.
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan, kecacatan dan kematian akibat cedera akibat kerja.

Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja menetapkan


persyaratan keselamatan kerja (Pasal 3 ayat 1 UU K3, 1970): satu jenis.

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan

d. Memberikan kesempatan atau metode penyelamatan diri jika


terjadi kebakaran atau kejadian berbahaya lainnya;

e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan;

1
f. Menyediakan pekerja dengan alat pelindung diri;

g. Mencegah dan mengendalikan munculnya atau penyebaran


suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan,
cuaca, cahaya atau radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan terjadinya penyakit akibat kerja


baik dari aspek fisik maupun psikis.

i. Keracunan, infeksi dan penularan;. Pertahankan suhu dan


kelembaban yang baik;

j. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;


k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara danproses kerjanya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanamandan barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan danpenyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.

1
3.2 Konsep Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja mengacu pada keselamatan yang berkaitan


dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, dan lingkungan
kerja, serta metode kerja dan proses produksi. Tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat
kerjaselalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara
amandan efisien.
c) Agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan
apapun.(Suma’mur, 1996)

Dalam Undang–undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja,ditetapkan syarat–syarat keselamatan yang harus dipenuhi oleh setiap
orang atau badan yang menjalankan perlindungan usaha baik formal
maupun informal, dimanapun berada dalam upaya memberikan
perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada di
lingkungan usahanya.

3.3 Konsep Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak


dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan
kerugian baik waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang
terjadi didalam suatu proses produksi atau yang berkaitan dengannya.
Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur – unsur sebagai
berikut :
a. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa
kecelakaantidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.
b. Tidakdiinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa

1
kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.
c. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang -
kurangnya menyebabkan gangguan proses.

Kejadian kecelakaan merupakan suatu rentetan kejadian yang


disebabkan olehadanya faktor-faktor atau potensi bahaya yang satu sama
lain saling berkaitan. Secara umum penyebab terjadinya kecelakaan di
tempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sebab Dasar atau Asal Mula

Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara


umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan.
2) Sebab Utama

a) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman


(Unsafe Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para
tenaga kerja yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai
faktor.
b) Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman
(Unsafe Condition) yaitu kondisi tidak aman dari mesin,
peralatan, bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja,
sifat pekerjaan, dan sistem kerja.
c) Interaksi Manusia dan Sarana Pendukung Kerja Interaksi
manusia dan saran pendukung kerja merupakan sumber
penyebab kecelakaan.

1
3.4 Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3)

Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu


sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan semua personel di
tempat kerja dengan mematuhi peraturan perundang-undangan keselamatan
dan kesehatan kerja, sehingga terhindar dari cedera atau sakit di tempat
kerja. Tercermin pada perubahan sikap keselamatan kerja Dewi, R (2006).

Menurut Argama, A (2006), rencana Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3) adalah sistem perencanaan yang dibuat bagi pekerja dan
pengusaha untuk mencegah (mencegah) kecelakaan dan kecelakaan yang
disebabkan oleh hubungan kerja di lingkungan kerja dengan
mengidentifikasi hal-hal. menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja akibat hubungan kerja, dan tindakan yang diharapkan jika hal ini
terjadi.

Dessler (1992) menyatakan bahwa program keselamatan dan


kesehatan kerja diselenggarakan karena tiga alasan utama: a) Etika. b)
Hukum. c) Ekonomi. Modjo, R (2007)

Manfaat penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di


suatu perusahaan antara lain a) mengurangi tingkat absensi, b) mengurangi
biaya klaim kesehatan, c) mengurangi mobilitas pekerja, dan d)
meningkatkan produktivitas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2006) menunjukkan


bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja individu atau kolektif
berdampak positif terhadap produktivitas kerja.

3.5 Pengertian Metode HIRARC

HIRARC atau biasa dikenal dengan hazard identification risk


assessment and Risk control adalah proses mengidentifikasi bahaya,

1
mengukur dan mengevaluasi risiko yang ditimbulkan oleh bahaya,
kemudian menghitung kecukupan tindakan pengendalian yang ada dan
menentukan apakah risiko yang ada dapat diterima. HIRARC adalah
panduan untuk mengidentifikasi bahaya, menilai risiko, dan mengendalikan
risiko. Tujuan dari HIRARC adalah sebagai berikut:

Dalam melaksanakan proses HIRARC dibutuhkan 4 langkah


sederhana dalam melaksanakan HIRARC, yaitu:

1. Mengklasifikasikan kegiatan kerja lalu mengidentifikasi bahaya.


2. Melakukan penilaian risiko (analisis dan memperkirakan risiko
dari setiap bahaya), oleh menghitung atau menaksir kemungkinan
terjadinya,dan keparahan bahaya.
3. Memutuskan apakah risiko ditoleransi dan menerapkan langkah-
langkah upaya pengendalian kontrol.

3.6 Tujuan HIRARC

Tujuan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian


Risiko atau Hazard Identification, Risk Assessment and Control (HIRARC)
adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Cara efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga
kerja dan perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan
kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.

Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan


identifikasi bahaya dan penilaian risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja baik karyawan maupun pihak - pihak luar yang terkait dalam kegiatan
perusahaan, serta menentukan pengendalian yang sesuai. Hal ini dilakukan
demi melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja,
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berbagai arah

1
keselamatan dan kesehatan kerja :
a. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan
melakukanpencegahan sebelumnya.

b. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja.


c. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja.

d. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.

3.7 Penilaian Risiko (Risk Asessment)

Risk (risiko) merupakan hasil dari kemungkinan sebuah bahaya


menjadi kecelakaan dikombinasikan dengan tingkat keparahan cidera/sakit
pada sebuah kecelakaan yang terjadi. Risiko tidak bisa dihilangkan, tetapi
bisa ditekan menjadi seminimal mungkin. Sedangkan Risk Asessment atau
Penilaian Risiko adalah Proses mengevaluasi risiko yang muncul darisebuah
bahaya, lalu menghitung kecukupan dari tindakan pengendalian yang ada
dan memutuskan apakah risiko yang ada dapat diterima atau tidak.

Dasar penilaian risiko dan pengendaliannya (Risk Assessment and


Control) dalam prosedur yang ditetapkan oleh UNSW adalah sebagai
berikut (UNSW Health and Safety, 2008):

a. Identifikasi aktivitas.
b. Identifikasi siapa yang mungkin akan terkena risiko
pada aktivitastertentu.

c. Identifikasi bahaya.
d. Identifikasi risiko yang terkait.

e. Memberi nilai pada risiko dengan control yang ada.

f. Mengidentifikasi control tambahan yang sesuai.

1
g. Menilai ulang risiko.
h. Membuat semua daftar prosedur keadaan darurat yang
berhubungandengan aktivitas tertentu.

i. Melaksanakan pengendalian risiko.


j. Membuat daftar dokumen legislative yang terkait
dengan penilaianrisiko.

k. Otorisasi penilaian risiko.


l. Menandatangani penilaian risiko.
m. Mengamati kontrol yang telah dilakukan.

Untuk dapat menghitung nilai risiko, perlu mengetahui dua


komponen utama yaitu Likelihood (kemungkinan) dan Severity (tingkat
keparahan) yang masing – masing mempunyai nilai cakupan poin satu
sampai lima.
1. Likelihood (Kemungkinan Terjadinya)

Adalah kemungkinan terjadinya konsekuensi dengan system


pengaman yang ada. Kriteria Likelihood (seperti pada Tabel. 3.1) yang
digunakan adalah frekuensi dimana dalam perhitunganya secara kuantitatif
berdasarkan data atau record perusahaan selama kurun waktu tertentu.

2. Severity (Tingkat keparahan)

Severity merupakan tingkat keparahan yang diperkirakan dapat


terjadi. Kriteria consequences severity yang digunakan adalah akibat apa
yang akan diterima pekerja yang didefinisikan secara kualitatif dan
mempertimbangkan hari kerja yang hilang (seperti pada Tabel. 3.2).

1
Tabel 3. 1 Kriteria Likelihood

Likelihood

Deskripsi
Level Kriteria
Kualitatif Kuantitatif
Dapat dipikirkan
1 Jarang terjadi Kurang dari 1
tetapi tidak hanya
kali per 10
saat keadaan yang
tahun
ekstrim

2 Kemungkinan Belum terjadi tetapi Terjadi 1 kali

kecil bisamuncul / terjadi per 10 tahun


pada suatu waktu

3 Seharusnya terjadi 1 kali per 5


Mungkin dan mungkin telah tahun sampai
terjadi/muncul disini 1kali pertahun
atau ditempat lain

4 Kemungkinan Dapat terjadi dengan Lebih dari 1

besar mudah,Mungkin
kaliper tahun
muncul dalam
hingga1 kali
keadaan yang paling
banyak terjadi perbulan
Sering terjadi,
5 Hampir pasti Lebih dari 1
diharapkan muncul
kaliper bulan
dalam keadaan yang
paling banyak terjadi

Sumber : UNSW Health and Safety (2008)

1
Tabel 3. 2 Kriteria Consequence/Severity

Consequence/Severity

Level
Uraian Keparahan Cidera Hari Kerja

1 Kejadian tidak menimbulkan Tidak


Tidak
kerugian atau cedera pada menyebabkan
signifikan
manusia kehilangan
hari kerja

2 Menimbulkan cedera ringan, Masih dapat


kerugian kecil dan tidak bekerja pada
Kecil menimbulkan dampak serius hari / shift
terhadap kelangsungan bisnis yang sama

Cedera berat dan dirawat Kehilangan


3 Dirumah sakit, tidak hari kerja
Sedang menimbulkan cacat tetap, dibawah 3
kerugian finansial sedang hari
Menimbulkan cedera Kehilangan
4 parah dan cacat tetap dan hari kerja 3
kerugian finansial besar serta hari atau
menimbulkan dampak lebih
Berat serius terhadap kelangsungan
usaha
Mengakibatkan korban Kehilangan
5 meninggaldan kerugian parah hari kerja
Bencana bahkan dapat menghentikan selamanya
kegiatan usaha Selamanya

Sumber : UNSW Health and Safety (2008)

2
Berikut Gambar dari kolom Likelihood dan Severity yang
digunakan sehingga menghasilkan sebuah matrix penilaian risiko (Risk
assessment) :
Gambar 3. 1 Kolom Probability / Likelihood Peluang

Probability / Peluang

A = almost certain /hampir pasti akan terjadi


B = likely /cenderung untuk terjadi
C = possible /mungkin sering terjadi
D = unlikely /kecil kemungkinan terjadi
E = rate /jarang terjadi

Sumber : Ghautama, 2009

Gambar 3. 2 Kolom Severity / Keparahan

Severity / keparahan

1 = No injury, low material looses / tidak ada jedera, kerugian


material kecil

2 = light injury, middle material looses (<5jt) / cedera ringan, kerugian,


material sedang (<5jt)

3 = Loosing work time, high material looses (>25jt) / hilang hari kerja,
kerugian cukup besar (> 25jt)

4 = Permanent disability, very high material looses (>50jt) / cacat,


kerugian materi besar (>50jt)

5 = Fatality, uncountable material looses (>100jt) / kematian, kerugian


material yang tak terhitung (>100jt)

2
Sumber : Ghautama, 2009

Sehingga dari kedua komponen diatas menghasilkan sebuah Marix


penilaian risiko (Risk Asessment),(seperti pada Gambar. 3 Matrix Penilaian
Risiko).
Gambar 3. 3 Matrix Penilaian Risiko

Severity / Keparahan
Probability/
1 2 3 4 5
Kemungkinan
A M H H E E
B M M H H E
C L M M H E
D L M M M H
E L L M M H
Sumber : Ghautama, 2009

Gambar 3. 4 Tingkat Resiko / Risk Rating

E = Extreme R
Tingkat Resiko / Risk
H = High Risk Rating
M = Medium Risk
L = Low Risk

Sumber : Ghautama, 2009


Terlihat pada Gambar. 3 Matrix Penilaian Risiko yang dimana
merupakan hasil gabungan dari dua komponen yaitu Likelihood dan Severity
yang ditandai dengan indikator huruf A sampai dengan E untuk Likelihood
dan penilaian cakupan poin 1 sampai 5 untuk Severity.

2
Kemudian pada Gambar. 4 Tingkat Risiko/Risk Rating
menunjukkan ada 4 warna dan huruf yang dimana setiap warna
memiliki arti terhadap huruf yang tertera. Berikut penjelasan dari Tingkat
Risiko/Risk :

1. Warna merah = Menunjukkan tingkat Risiko terparah

2. Warna orange = Menunjukkan tingkat Risiko tinggi

3. Warna kuning = Menunjukkan tingkat risiko menengah/sedang

(dapatditerima)

4. Warna hijau = Menunjukkan tingkat risiko rendah.

2
BAB IV

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

4.1 Dasar Pemilihan Permasalahan


Dalam lingkungan kerja ada hal yang mesti diperhatikan dalam
melakukan pekerjaan. Parameter tersebut didasarkan pada spesifikasi
standar mutu Nasional yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Salah satu sistem manajemen K3 yang berlaku global atau Internasional
adalah OHSAS 18001;2007. Menurut OHSAS 18001, manajemen K3
adalah upaya terpadu untuk mengelola risiko yang ada dalam aktivitas
perusahaan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia, kerusakan atau
gangguan terhadap bisnis perusahaan. Manajemen risiko terbagi atas tiga
bagian yaitu Hazard Identification, Risk Assessment dan Risk Control.
Biasanya dikenal dengan singkatan HIRARC. Metode ini merupakan bagian
dari manajemen risiko dan yang menentukan arah penerapan K3 dalam
perusahaan (Ramli, 2010).
Disini penulis ingin melakukan penilaian tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), dasar dari pemilihan masalah yang diambil oleh
penulis adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pabrik Kelapa Sawit
Gedong Biara tersebut terlihat masih banyaknya pekerja yang belum
menggunakan APD yang sesuai dengan SOP.

4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Hasil
Dari hasil penilaian yang di telah dilaksanakan, maka di dapatkan
hasil data seperti yang di bawah ini yaitu :

2
1. Stasiun Sterilizer

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.1.
Tabel 4. 1 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Sterillizer

Proses Kerja Bahaya Risiko


Membuka atau menutup  Terjepit  Luka/
pinturebusan pintu rebusan amputasi
 Terkena semburan  Luka bakar
steam
Mendorong/menggeser  Terpeleset akibat  Cidera/ luka
jalur penyampung rel lori lantai licin  Keseleo/d
untuk memasukkan lori  Terbentur centilever isloksi
ke
tabung sterilizer
Pekerja menarik lori dari  Terjatuh/terpeleset  Cidera
stasiun loading ramp  Terhempas sling  Luka/ amputasi
dengan tali (sling) putus
Capstan menuju sterilizer
Mengoperasikan mesin  Tersengat arus listrik  Luka bakar/
capstan  Terhempas kematian
sling putus  Cidera/ cacat
 Terkena putaran  Cidera/
elektromor amputasi

2. Stasiun Hoisting Crane

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.2.

2
Tabel 4. 2 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Hoisting Crane

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan Hoisting  Tertimpa lori yang  Cidera/
Crane anjlok kematian
 Tersengat arus listrik  Luka bakar/
 Terkena Lori kematian
TBS panas  Luka
bakar
Pekerja mengeluarakan lori  Terjatuh/terpeleset  Cidera
dari dalam sterilizer  Terhempas sling  Luka/ amputasi
dengan tali (sling) putus
Capstand menuju hoisting
crane
Mengoperasikan mesin  Tersengat arus listrik  Luka bakar/
capstand  Terhempas kematian
sling putus  Cidera/ cacat
 Terkena Putaran  Cidera/
elektromotor amputasi

3. Stasiun Digester dan Press

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.3.

2
Tabel 4. 3 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Digester dan Press

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan mesin  Menaiki/menuruni  Cidera/
digester dan press tangga luka
 Tersengat arus listrik  Luka bakar/
 Terkena Cipratan kematian/
minyak panas kebakaran

Membersihkan area kerja  Terpeleset akibat lantai  Cidera/


licin luka
 Terkena Cipratan  Luka bakar
panas Minyak  Cidera/
 Terkena putaran V- amputasi
belt press

4. Stasiun Clarification

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.4
Tabel 4. 4 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Clarification

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan semua  Menaiki/menuruni  Cidera/
mesin (sentrap tank, tangga luka
vibrating screen,COT,  Terkena Cipratan  Luka bakar
CST, oil tank, sparator steam/miyak panas  Luka bakar/
dan oil purifier)  Tersengat arus listrik kematian/
kebakaran
 Terkena V-belt chain
 Cidera

2
coupling  Cidera/ cacat

 Terkena putaran
elektromotor

Membersihkan area kerja  Terpeleset akibat  Cidera/


Lantai licin luka
 Terjatuh ke parit  Luka bakar
pembuangan kotoran/
air panas sisa minyak
pemurnian sawit

5. Stasiun Nut dan Kernel

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.5.
Tabel 4. 5 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Nut dan Kernel

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan semua  Menaiki/menuruni  Cidera/
mesin (nut polishing drum, tangga luka
nutconveyor, kernel elevator,  Terkena putaran V-  Cidera/
bulking silo, claybath dan belt chaincoupling cacat
ripple mill)  Terkena Rantai chain  Cidera/
coupling amputasi
 Anggota badan  Cidera
Terpapar nutpolishing
drum

2
Membersihkan wilayah kerja  Terkena Tumpahan  Cidera/
nut Kernel luka
 Terhirup Tumpahan  Sesak
serabut nafas

6. Stasiun Boiler

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.6.
Tabel 4. 6 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Boiler

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan semua  Menaiki/menuruni  Cidera/
mesin (boiler, conveyor/van tangga luka
dan dust colector)  Terkena Semburan  Luka bakar
abu/api pembakaran  Luka bakar
 Terkena Paparan  Luka
steam bakar/
 Tersengat panel kematian
Listrik  Cidera/
 Peledakan boiler kebakaran
/kematian
produksi
Terhenti
Membersihkan area kerja Terpeleset akibat lantai Cidera/ luka
licin

2
7. Stasiun Engine Room

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.7.
Tabel 4. 7 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Engine Room

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan semua  Peledakan turbin  Cidera/
mesin (genset, turbin dan kematian/
kontrol pendistribusian terhentinya
 Peledakan genset
listrik) produksi
 Cidera/
kematian/
 Tersengat panel listrik terhentinya
produksi
 Cidera/
 Kebocoran pada BPV kebakaran
kematian/
terhentinya
produksi
 Luka bakar

8. Stasiun Workshop

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.8.

3
Tabel 4. 8 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Workshop

Proses Kerja Bahaya Risiko


Mengoperasikan semua mesin  Terjepit mesin  Cidera/
(mesin bubut, grenda duduk, bubut cacat
mesin shaping, banding dan  Cidera/
 Terpotong mesin
mesin gergaji) amputasi
gergaji
 Luka bakar
 Tersengat arus
 Cidera/ buta
listrik

 Terkena Serpihan
besi

9. Stasiun Water Treatment Process

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.9.
Tabel 4. 9 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Water Treatment Plant

Proses Kerja Bahaya Risiko


Menuangkan larutan asam  Menaiki/menuruni  Cidera/
sulfat dan caustic tangga luka
 Terkena larutan  Luka
asam sulfat bakar/
cacat

3
10. Laboratorium

Analisis risiko proses kerja dalam penelitian ini terbagi menjadi 3


bagian yaitu proses kerja, bahaya dan risiko yang dapat dilihat pada table
4.10.
Tabel 4. 10 Analisis Risiko Proses Kerja Stasiun Laboratorium

Proses Kerja Bahaya Risiko


Melakukan titrasi dan ekstraksi  Meledaknya  Cidera/
soxhlet labu didih Luka bakar
 Terkena larutan  Cacat/
alkohol dan buta
heksana

4.2.2 Pembahasan
Hasil analisa bahaya dan risiko proses kerja di pabrik pengolahan
kelapa sawit Gedong Biara Kabupaten Aceh Tamiang yang terdiri dari 10
unit kerja diantaranya sebagai berikut.

1. Stasiun Sterilizer

Hasil penelitian unit kerja sterilizer memiliki potensi bahaya pekerja


terjepit pintu rebusan, tersembur steam, lantai licin, panel listrik, peledakan
sterilizer, terjatuh/terpeleset, tertusuk sling, terpapar sling putus, v-belt
capstand, tertimpa lori yang anjlok dan lori TBS panas serta memiliki risiko
luka, amputasi, terjepit, terjatuh, terpeleset, cidera, luka bakar,
keseleo/dislokasi, kebakaran, kematian dan terhentinya produksi.

3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses kerja stasiun perebusan
yang terdiri dari memasukkan lori buah kedalam rebusan memiliki bahaya
terjepit lori,merebus TBS memiliki bahaya terkena lemparan seling penarik
lori, membuka pintu rebusan dan mengeluarkan lori buah yang telah masak
memiliki bahaya terkena semburan steam dan potensi bahaya keselamatan
yaitu terjatuh, terbentur, tersetrum, peledakan, kebakaran, dan kebisingan.

2. Stasiun Hoisting Crane

Hasil penelitian unit kerja digester dan press memiliki potensi


bahaya pekerja tertimpa lori yang anjlok, tersengat arus listrik,terkena lori
panas, terjatuh/terpeleset terhempas sling putus serta memiliki risiko, cidera,
luka bakar, kebakaran, terjatuh dan kematian.

3. Stasiun Digester dan Press


Hasil penelitin unit kerja digester dan press memiliki potensi bahaya
pekerja menaiki/menuruni tangga, panel listrik, cipratan minyak panas dan
lantai licin serta memiliki risiko terpeleset, cidera, luka bakar, kebakaran,
terjatuhdan kematian.
Hasil penelitian ini didukung oleh Mallapiang dan Samosir (2014)
yang menggambarkan risiko kerja digester dan presser yaitu kelelahan
kerja, ganggua pendengaran, heat exhausting (panas), luka bakar, luka dan
melepuh serta gangguan pernafasan.

4. Stasiun Clarification
Hasil penelitian unit kerja Clarification memiliki potensi bahaya
pekerja menaiki/menuruni tangga, cipratan steam/minyak panas, panel
listrik, v-beltchain coupling, lantai licin dan parit pembuangan kotoran/air
panas sisa pemurnian minyak sawit serta memiliki risiki terpeleset, cidera
luka bakar,terjepit, kebakaran, terjatuh dan kematian.

3
Hasil penelitian ini didukung oleh Andani, dkk (2015) yang
menunjukkan bahwa proses kerja stasiun pemurnian minyak dengan
kegiatan mengoperasikan mesin memiliki bahaya kebisingan, pencucian
saprator memiliki bayah terjepit sparator dan pengutipan minyak dari
seeding pond memiliki bahaya terpeleset kekolam seeding pond. Hasil
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jonathan (2017) mengambarkan
stasiun klarifikasi (clarification station) terdapat potensi bahaya
keselamatan yaitu terjatuh, terpeleset dan terkena percikan minyak panas.

5. Stasiun Nut dan Kernel

Hasil penelitian unit kerja nut dan kernel memiliki potensi bahaya
pekerja menaiki/menuruni tangga, v-belt chain coupling, rantai chain
coupling, anggota badan terpapar nut polishing drum dan tumpahan nut
kernel serta memiliki risiko terpeleset, terjatuh, terjepit cidera,gangguan
pernapasan dan luka.

Hasil penelitian ini didukung oleh Mallapiang dan Samosir (2014)


yang menggambarkan stasiun nut dan kernel memiliki risiko luka, cedera,
terjatuh, heat exhausting (panas), kelelahan kerja, gangguan pendengaran,
dermatitis kontak dan gangguan pernafasan. Hasil penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Jonathan (2017) mengambarkan stasiun kernel (kernel
station) terdapat potensi bahaya keselamatan yaitu terjepit, tergelincir,
terbentur pada bagian kepala, adanya kebakaran dan tersetrum saat pekerja
mengoperasikan semua mesin pada stasiun kernel.

6. Stasiun Boiler

Hasil penelitian unit kerja boiler memiliki potensi bahaya pekerja


menaiki/menuruni tangga, semburan abu/api pembakaran, paparan steam,
panel listrik, peledakan boiler dan lantai licin serta memilik risiko terpelset,

3
terjatuh, cidera, luka bakar, kebakaran, kematian dan gangguan produksi.

Hasil penelitian ini didukung oleh Jonathan (2017) yang


mengambarkan stasiun pembakaran (boiler station) terapat potensi bahaya
keselamatan yaitu terkena percikan bunga api saat fire up, tergelincir di
tangga, adanya kebakaran dan peledakan, terbentur pada bagian kepala, dan
tersetrum listrik saat pekerja mengoperasikan semua mesin pada stasiun
pembakaran. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Salindeho (2017)
potensi bahaya pada stasiun boiler yaitu terjadi kekurangan air dapat
merusakkan ketel, mengakibatkan bengkoknya pipa-pipa dalam boiler,
semburan api, kehabisan air, kelalaian operator, ledakan dan kebisingan.

7. Stasiun Engine Room


Hasil penelitian unit kerja engine room memiliki potensi bahaya
pekerja terpapar peledakan turbin, peledakan genset, panel listrik dan steam
serta memiliki risiko cidera, luka bakar, kebakaran, kematian dan
terhentinya produksi.
Hasil penelitian ini didukung oleh Salindeho (2017) potensi bahaya
pada stasiun kamar mesin yaitu dapat menimbulkan terkena serpihan
ledakan, terbakar/tersengat aliran listrik dan terpapar pendengaran.

8. Workshop
Hasil penelitian unit kerja Workshop memiliki potensi bahaya
pekerja terjepit mesin bubut, terpotong mesin gergaji, tersengat arus listrik,
terkena serpihan besi serta memiliki resiko cidera/ caca, cidera/ amputasi,
luka bakar, cidera/ buta dan kematian.
Hasil penelitian ini didukung oleh Salindeho (2017) potensi bahaya
pada stasiun workshop yaitu dapat menimbulkan terkena serpihan besi,
terbakar/tersengat aliran listrik dan terpapar pendengaran.

3
9. Stasiun Water Treatment Process

Hasil penelitian unit kerja Water Treatment Process memiliki potensi


bahaya pekerja menaiki/menuruni tangga dan terkena larutan asam sulfat,
yang memilik risiko tergelincir, cidera/ luka dan luka bakar/ cacat.

10. Laboratorium

Hasil penelitian unit kerja laboratorium memiliki potensi bahaya


pekerja, meledaknya labu didih, terkena larutan alkohol dan heksana, yang
memilik risiko cidera/ luka bakar dan cacat/ buta.

3
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat di simpulkan
bahwa potensi bahaya pekerja dan resiko di PKS Gedong Biara di setiap
stasiun meliputi :
1. Stasiun Sterilizer

Terjepit pintu rebusan, terpapar steam, lantai licin, panel listrik,


peledakan sterilizer, terjatuh/terpeleset, tertusuk sling, terpapar sling putus,
v-belt capstand, tertimpa lori yang anjlok dan lori TBS panas serta memiliki
risiko luka, amputasi, terjepit, terjatuh, terpeleset, cidera, luka bakar,
keseleo/dislokasi, kebakaran, kematian dan terhentinya produksi.
2. Stasiun Hoisting Crane

Tertimpa lori yang anjlok, tersengat arus listrik, terkena lori panas,
terjatuh/terpeleset terhempas sling putus serta memiliki risiko, cidera, luka
bakar, kebakaran, terjatuh dan kematian.
3. Stasiun Digester dan Press
Menaiki/menuruni tangga, panel listrik, cipratan minyak panas dan
lantai licin serta memiliki risiko terpeleset, cidera, luka bakar, kebakaran,
terjatuh dan kematian.
9. Stasiun Clarification

Menaiki/menuruni tangga, cipratan steam/minyak panas, panel


listrik, v-belt chain coupling, lantai licin dan parit pembuangan kotoran/air
panas sisa pemurnian minyak sawit serta memiliki risiki terpeleset, cidera
luka bakar,terjepit, kebakaran, terjatuh dan kematian.

3
10. Stasiun Nut dan Kernel
Menaiki/menuruni tangga, v-belt chain coupling, rantai chain
coupling, anggota badan terpapar nut polishing drum dan tumpahan nut
kernel serta memiliki risiko terpeleset, terjatuh, terjepit cidera,gangguan
pernapasan dan luka.
11. Stasiun Boiler

Menaiki/menuruni tangga, semburan abu/api pembakaran, paparan


steam, panel listrik, peledakan boiler dan lantai licin serta memilik risiko
terpelset, terjatuh, cidera, luka bakar, kebakaran, kematian dan gangguan
produksi.

12. Stasiun Engine Room


Terpapar peledakan turbin, peledakan genset, panel listrik dan steam
serta memiliki risiko cidera, luka bakar, kebakaran, kematian dan
terhentinya produksi.
13. Workshop
Terjepit mesin bubut, terpotong mesin gergaji, tersengat arus listrik,
terkena serpihan besi serta memiliki resiko cidera/ caca, cidera/ amputasi,
luka bakar, cidera/ buta dan kematian.
14. Stasiun Water Treatment Process

Menaiki/menuruni tangga dan terkena larutan asam sulfat, yang


memilik risiko tergelincir, cidera/ luka dan luka bakar/ cacat.
15. Laboratorium

Meledaknya labu didih, terkena larutan alkohol dan heksana, yang


memilik risiko cidera/ luka bakar dan cacat/ buta.

3
5.2 Saran
1. Agar para karyawan lebih menjalankan SOP dan APD dengan
baik untuk menghindari kecelakaan kerja di setiap stasiun.
2. Agar penulis lebih fokus dan teliti dalam melaksanakan
prakerin dan penulisan laporan.

3
DAFTAR PUSTAKA

Andani Eva N., DKK. 2015. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada
Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) Di PTPN IV Kebun
Sosa. Jurnal Lingkungan dan Kesehatan Kerja. Volume 4,
Nomor 2.

Bayu Nugroho Pujiono, Ishardita Pambudi Tama, Remba Yanuar


Efranto, 2010. Analisis potensi bahaya serta rekomendasi
perbaikan dengan metode Hazard And Operability Study
melalui perangkingan OHS Risk Asessment And Control.
Malang : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

Rudi suardi 2004. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Jakarrta : PPM Pustaka.

Sucipto, C.D. 2014. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan

pertama. Yogyakarta : Gosyen Publishing

4
LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Mandor Kernel

Lampiran 1. 2 Operator Klarifikasi

4
Lampiran 1. 3 Operator Thresere

Lampiran 1. 4 Operator Workshop

4
Lampiran 1. 5 Operator Boiler

Lampiran 1. 6 Operator Engin Room

Anda mungkin juga menyukai