KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
Disetujui di
Medan, Juli 2010
Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua Pembimbing
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan ang masing-masing disebutkan sumbernya.
PENGHARGAAN
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan dan ilmu pengetahuan. Tetapi penulis
telah berusaha sebaik-baiknya untuk kesempurnaan dan kelengkapan karya ilmiah ini.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang
membaca khususnya dan lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya.
Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak mendapat
dorongan, bantuan, motivasi dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua saya, Bapak LJ.Hasibuan dan Ibu SR.Lumban Gaol yang
sangat penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan
materi kepada penulis.
2. Kakak saya Rotua Syonora Hasibuan dan adik saya Jojor Verionika Hasibuan,
Tus-tus Johan Sander Hasibuan, Marisi Wintari Hasibuan yang sangat penulis
sayangi, yang telah memberi dukungan, doa, dan motivasi kepada penulis.
3. Ibu DR. Marpongahtun. M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan
teliti membimbing penulis.
4. Bapak Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
5. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS, sebagai ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
6. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar M.Sc., M.Phil selaku ketua Jurusan Kimia
Industri
Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih karena karya ilmiah ini dapat selesai.
Faktor utama yang menentukan Mutu CPO adalah kadar asam lemak bebas, kadar air
dan kadar kotoran. Stasiun klarifikasi merupakan stasiun akhir dari proses pengolahan
kelapa sawit, dan di stasiun ini dapat diketahui hasil dari CPO telah sesuai dengan
standard mutu yang diharapkan atau tidak, melalui pengujian dilaboratorium. Oil
purifier dan Vacuum drier adalah alat pemurni di stasiun klarifikasi yang dapat
menurunkan kadar kotoran dan kadar air CPO. Setelah melalui kedua alat ini diperoleh
CPO yang mengandung kadar asam lemak bebas 3,62%, kadar air 0,144%, kadar
kotoran 0,0175%.
ABSTRACT
The first element which determine for quality of crode palm oil is free fatty acid content,
moisture content and dirty contant. Clarification station is the final station for all
manufacture crude palm process and in the station can knew the product from crude
palm oil has been suitable to standard quality which desire or not, pass through testing
in the laboratorium. Oil purifier and vacuum drier is the cleanser instrumental in the
clarification station which can be to go down dirty content and moisture content of crude
palm oil. After pass through this second instrumental, obtained crude palm oil which
containing the free fatty acid contant 3,62%, moisture content 0,144% and dirty content
0,0175%.
Halaman
PERSETUJUAN 3
PERNYATAAN 3
PENGHARGAAN 4
ABSTRAK 7
ABSTRACT 8
DAFTAR ISI 9
DAFTAR TABEL 11
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN
Halaman
Tabel 2.1 8
Tabel 2.2 9
Tabel 2.3 20
Tabel 2.4 22
ABSTRAK
Faktor utama yang menentukan Mutu CPO adalah kadar asam lemak bebas, kadar air
dan kadar kotoran. Stasiun klarifikasi merupakan stasiun akhir dari proses pengolahan
kelapa sawit, dan di stasiun ini dapat diketahui hasil dari CPO telah sesuai dengan
standard mutu yang diharapkan atau tidak, melalui pengujian dilaboratorium. Oil
purifier dan Vacuum drier adalah alat pemurni di stasiun klarifikasi yang dapat
menurunkan kadar kotoran dan kadar air CPO. Setelah melalui kedua alat ini diperoleh
CPO yang mengandung kadar asam lemak bebas 3,62%, kadar air 0,144%, kadar
kotoran 0,0175%.
ABSTRACT
The first element which determine for quality of crode palm oil is free fatty acid content,
moisture content and dirty contant. Clarification station is the final station for all
manufacture crude palm process and in the station can knew the product from crude
palm oil has been suitable to standard quality which desire or not, pass through testing
in the laboratorium. Oil purifier and vacuum drier is the cleanser instrumental in the
clarification station which can be to go down dirty content and moisture content of crude
palm oil. After pass through this second instrumental, obtained crude palm oil which
BAB I
PENDAHULUAN
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
nabati yang sangat penting. Dewasa ini, kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari
Amerika, yakni dari Brazilia. Kelapa sawit (Elaeis guineensis), saat ini telah
berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru
bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya
bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal
dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit tersebut
Sumatera Utara.
Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah
di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak
sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat
1994).
Selain kondisi proses pabrik, tingkat efektivitas dan efisiensi pengolahan kelapa sawit
juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah
sebelum diolah. Agar proses di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) dapat berjalan dengan efektif
dan efisien maka perlu ditetapkan standar kematangan buah yang dipanen.
membrondol sampai diloading ramp yang dinyatakan sebagai fraksi buah. Fraksi buah
ialah derajat kematangan Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima di pabrik dan
diklasifikasikan sebagai berikut : Fraksi 00 (sangat mentah) ialah Tandan Buah Segar
(TBS) normal (bukan buah sakit) yang belum mempunyai buah lepas membrondol 0 %;
Fraksi 0 (mentah) ialah Tandan Buah Segar (TBS) yang memiliki buah lepas
membrondol 1% - 12,5% dari permukaan luar; Fraksi I (kurang matang) ialah Tandan
Buah Segar (TBS) yang memiliki buah lepas membrondol 12,5% - 25% dari permukan
luar; Fraksi II (matang I) ialah Tandan Buah Segar (TBS) yang memiliki buah lepas
membrondol 25% - 50% dari permukaan luar; Fraksi III (matang II) ialah Tandan Buah
Segar (TBS) yang memiliki buah lepas membrondol 50% - 75% dari permukaan luar;
Fraksi IV (lewat matang) ialah Tandan Buah Segar (TBS) yang memiliki 75% - 100%
Tandan Buah Segar (TBS) yang bagian dalam telah membrondol (Pahan, I., 2006).
Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas
baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat,
dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH (Tempat Pemungatn Hasil)
(clarification), pengeringan dan pemecahan biji, pemisahan inti sawit dari tempurung
Setelah melalui tahap-tahap pengolahan TBS maka dihasilkan minyak kelapa sawit.
Minyak kelapa sawit yang diperoleh harus dimurnikan terlebih dahulu di stasiun
mencapai standar mutu yang baik sesuai dengan standar mutu Internasional.
Alat yang digunakan untuk memurnikan minyak kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Pulu Raja adalah Oil Purifier dan Vacum Drier. Oil purifier berfungsi untuk
mengurangi kadar kotoran dalam minyak dan Vacum drier untuk mengurangi kadar air
dalam minyak.
Minyak kelapa sawit yang telah melalui penggunaan Oil Purifier dan Vacum Drier
akan diuji mutu atau kualitasnya yakni dari kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar
kotoran. Dari pengujian ini akan diketahui apakah setelah penggunaan Oil Purifier dan
Vacum Drier kadar air dan kotoran telah berkurang bila dibandingkan dengan sebelum
penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier dan apakah hasilnya sesuai dengan standar
Mutu CPO sebelum dan setelah penggunaan Oil Purifier dan Vacum Drier di
1.2 Permasalahan
Apakah pemurnian dengan Oil purifier dan Vacuum drier di Pabrik Kelapa Sawit PTP-
Nusantara IV Pulu Raja telah menghasilkan kualitas minyak kelapa sawit yang
paramaternya berupa asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran telah sesuai
Untuk mengetahui apakah mutu minyak kelapa sawit yang dihasilkan Pabrik
Kelapa Sawit PTP-Nusantara IV Pulu Raja telah sesuai dengan standard mutu
yang telah ditetapkan pemerintah.
Untuk mengetahui apakah penggunaan oil purifier dan vacuum drier di PTP
Nusantara IV Pulu Raja telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.
Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan brazil
dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur
diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.
Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa
dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa
sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis
usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang
telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya
diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.
Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak
sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923
mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Yan Fauzi et al.,
2002).
Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis
karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara, minyak
makan merupakan salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan
akan minyak makan didalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya
Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa,
kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun, dan sebagainya. Minyak sawit yang
dimanfaatkan berasal dari daging buah (mesocarp) dan inti sawit (kernel, endosperm).
Dewasa ini, komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat
menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu
menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak
goring, mentega, sabun, kosmetika, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi substitusi
bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.
sawit merupakan sumber bahan minyak nabati yang dapat diperbaharui (renewable),
sehingga tidak akan pernah habis selama umat manusia mau membudidayakannya
secara komersial.
Para ahli telah membuat suatu bagan yang menggambarkan multiguna kelapa sawit
dengan membuat pohon industri kelapa sawit. Berdasarkan bagan pohon industri
kelapa sawit, dari produk hulu kelapa sawit dapat dihasilkan jenis-jenis produk sebagai
berikut:
Produk hilir dapat beruapa minyak goreng, minyak salad, shortening, sabun, glyserin,
margarine, dan sekian banyak lagi produk turunannya termasuk minyak bakar
kendaraan bermotor yang saat ini masih belum merupakan produk utama kelapa sawit
(Setyamidjaja, 2006).
Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan
dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidk pada tandan yang sama. Walaupun
demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina pada satu
Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian
vegetatif kelapa sawit meliputi akar batang, batang dan daun. Sedangkan bagian
generatif yang merupakan alat perkembangbiakan yaitu bunga dan buah (Tim Penulis,
1997)
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit
Tabel 2.1 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Varietas Deskripsi
Macro carya
Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya varietas
Nigrescens, Virescens, dan Albescens seperti yang dijabarkan dalam tabel 2.2.
hijau
3.Varietas Unggul
Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya dari
prosedur seleksi Reciprocal Reccurent Selection (RSS). Tetua yang digunakan dalam
proses persilangan adalah Dura dan Pisifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan
Berdasarkan tipe buah yang abnormal, dikenal juga jenis kelapa sawit poissoni dan
diwakkawakka yang mempunyai dua lapisan daging buah yang menyelimuti buah
utama. Lapisan daging buah ini merupakan perkembangan dari androecium bunga
betina dan didalamnya kadang-kadang dijumpai struktur yang sifatnya mirip dengan
Proses pambentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang sekitar
6 bulan. Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam (Varitas Nigrescens),
minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butir-butir
sampai tingkat matang morfologis. Yang disebut matang morfologis adalah buah telah
matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologis adalah
buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni sekitar 1 bulan setelah
Buah kelapa sawit tenera memiliki sebuah inti atau kernel yang mengandung minyak
inti sawit yang dikelilingi oleh perikarp. Perikarp tersusun oleh tiga lapisan yaitu
endokarp yang keras (cangkang), mesokarp yang berserat dan mengandung minyak
sawit (CPO) dan eksokarp (lapisan luar yang berlapis lilin) (Adiputra, 2003).
Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang memiliki bagian-bagian sebagai
berikut:
1. Eksokarp
Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda, warnanya hitam
atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah menjadi oranye merah atau
kuning oranye.
2. Mesokarp
Mesokarp atau sabut. Diantara jaringan-jaringannya ada sel pengisi seperti spons atau
karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.
3. Endokarp
Endokarp atau tempurung. Ketika buah masih muda, endokarp memiliki tekstur lunak
dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan
dura memiliki endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis, bahkan
tanpa endokarp.
4. Kernel
Kernel atau biji atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur,
tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak
(PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih, dan bermutu sangat tinggi
(Sastrosayono, 2003).
Didalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru
(Risza, 1994)
Pengolahan TBS dipabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas
baik. Proses tersebut berlanghsung cukup panjang dan memerlukan control yang
cermat. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan tandan buah segar sampai
harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan.
Pemilihan alat angkut yang tepat akan membantu mengatasi kerusakan buah selama
truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS
TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam sterilizer atau
dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam
atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumny tekanan uap yang digunakan
adalah 2,5 atmosfer dengan suhu 125o C. Perebusan yang terlalu lama dapat
menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu
yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari
tandannya.
TBS yang telah direbus dimasukkan kedalam mesin pelepas buah (thresher). Tandan
buah akan terbanting kedinding sehingga terlepas dari tandannya. Tandan akan terpental
ke luar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi-kisi, kemudian jatuh ke uliran yang
2.2.4 Pelumatan
bejana yang dilengkapi pisau pengaduk. Daging buah akan dilumatkan untuk
dengan uap pada suhu 85 oC-95 oC agar minyak tidak menjadi kental, sehingga mudah
dalam daging buah yang telah dilumatkan dengan cara dikempa atau dipress sehingga
minyak dapat dipisahkan dari ampasnya. Pengepresan kelapa sawit banyak memakai
cara continous screw press yang menghasilkan tekanan oleh kerja dua uliran yang
pengempaan. Tekanan harus dapat mengeluarkan minyak dari ampasnya secara efisien
yang diatur pada ejector cone, yaitu logam berbentuk kerucut yang terdapat pada outlet.
C 90 oC (Setyamidjaja, 2006).
o
Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang
I. Tujuan Pemurnian
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik
yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan/
pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik sebaik
mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak (Pahan, 2006).
Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun akhir untuk pengolahan minyak. Minyak
kasar (crude oil) dari stasiun press dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut,
sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran
screw press. Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus
panas yang diperoleh dengan menginjeksikan uap. Hal-hal yang perlu diperhatikan,
suhu minyak kasar 95-115 oC, pembuangan pasir secara rutin setiap 4 jam dan hindarkan
Minyak kasar yang sudah diendapkan pada sand trap tank dialirkan ke vibrating screen
untuk disaring lebih lanjut, dengan tujuan untuk memisahkan benda-benda padat yang
terikut pada minyak kasar dari screw press. Benda-benda padat atau serabut-serabut
halus ini harus dipisahkan dari minyak kasar karena dapat mengganggu proses
Tangki minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar yang telah disaring untuk
dipompakan kedalam tangki pisah (Continous Clarifier Tank) dengan pompa minyak
kasar. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap, diberikan penambahan panas dengan
menginjeksikan uap.
tangki ini. Untuk menjaga kebersihan dan volume tangki sebaiknya endapan pasir pada
ruang kedua tangki dibuang tiap minggu. Continous Settling Tank (CST) ini terdiri dari
3 ruangan yaitu:
a. Ruang pertama : untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar dan
penambahan panas.
sekat.
Minyak yang terdapat dibagian atas CST dikutip dengan menggunakan talang pengutip
atau skimmer dan kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke Oil Tank. Masa tumbuh dari
cairan dalam CST dipengaruhi oleh ukuran CST dan jumlah cairan minyak yang
Minyak yang telah dipisah pada CST ditampung dalam tangki ini untuk
dipanasi lagi sebelum diolah didalam Oil Purifier. Diusahakan agar tangki ini tetap
penuh untuk menjaga agar pemanasan tetap 90oC-95oC. Sistem pemanasan dilakukan
dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3kg/cm2. Tangki ini berbentuk
silinder, dengan bagian dasar berbentuk kerucut. Adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu saringan uap (strainer) dan Steam Trap harus berfungsi baik, kadar
air dalam minyak diusahakan 0,4-0,8% dan kadar kotoran dalam minyak diusahakan
Prinsip kerja Purifier adalah gaya sentripugal dengan perbedaan berat jenis antara
minyak dan kotoran. Di Purifier, kotoran dan air akan memisah ke tepi sedangkan
minyak berada dibagian tengah. Minyak selanjutnya dialirkan lagi ke vacum drier untuk
Alat pemisah sentripusi, ini berputar dengan kecepatan 7500 rpm. Adapun halhal yang
perlu diperhatikan, pembebanan baru dapat dilakukan setelah dicapai putaran normal
dari mesin dengan cara menghitung revolution counter (62-65/menit), kadar air
dalam minyak setelah sentripusi (oil purifier) berkisar 0,2-0,5% sedangkan kadar
2. 7 Pengeringan Minyak
Vacuum drier adalah bejana vacuum udara bertekanan 760 mmHg yang berfungsi
pengeringan minyak, minyak disemprotkan kedalam vacuum drier. Uap air yang
penampungan. Minyak yang jatuh kebagian bawah vacuum drier telah memiliki kadar
air yang sangat rendah (kurang dari 0,2%). Minyak ini kemudian dialirkan ke tangki
timbun. Selama disimpan di dalam tangki timbun, minyak terus dipanasi dengan suhu
60oC agar keadaannya tetap cair. Minyak yang berada dalam tangki timbun sudah siap
Suhu minyak : pemisahan air atau bahn mudah menguap semakin efektif bila suhu
minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacuum drier tidak terjadi, sehingga yang
Kehampaan udara : bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa udara.
Kehampaan udara tergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacuum, juga
air semakin lambat dan menghasilkan minyak yang bermutu jelek (Naibaho, 1996).
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak,
baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang
mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum : R-COOH, dimana R adalah
rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri atas 4-24 buah atom C
(Poedjadi, 2006).
Hanya sedikit asam lemak bebas terdapat secara alami. Asam lemak dijumpai pada
lipid-lipid yang telah disebutkan terdahulu baik melalui ikatan-ikatan ester maupun
ikatan amida yang terbentuk didalam metabolisme lemak. Asam lemak kebanyakan
mengandung group karboksil yang dapat berionisasi dan non polar, berantai atom C
lurus dan siklik, umumnya terbentuk dari atom C yang genap (walaupun secara alami
ada juga yang beratom C ganjil) dan dapat jenuh atau tidak jenuh (mengandung ikatan
Asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan dalam bahan pangan adalah asam
palmitat, yaitu 15-50% dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Sedangkan asam oleat
Gliserida adalah ester dari asam asam lemak dan gliserol dengan nama umum
lipase yang banyak terdapat dalam jaringan buah sawit. Pada waktu pertumbuhan
dan perkembangan buah, lipase berperan di dalam sintesa gliserida dari asam lemak
dan gliserol. Akan tetapi apabila fat tadi berhubungan dengan air dan disitu terdapat
lipase, maka dapat terjadi reaksi sebaliknya dan terjadilah hidrolisa yang menghasilkan
asam lemak bebas sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Di dalam praktek tidak
mungkin bisa dilakukan ekstraksi minyak pada kondisi sebelum terbentuknya asam
lemak bebas, oleh sebab itu secara komersial semua jenis lemak dan minyak pasti
mengandung sejumlah asam lemak bebas. Minyak yang kandungan asam lemak
bebasnya tinggi disebut hard oil dan apabila kadar asam lemak bebasnya rendah yang
berarti lebih banyak mengandung gliserida disebut soft oil. Minyak sawit yang kadar
asam lemak bebasnya rendah akan lebih mudah dimurnikan dan dipucatkan warnanya.
Pemurnian minyak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi dan bahkan kalau asam
lemak bebasnya cukup banyak direduksi, maka komposisi kimianya banyak mengalami
Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap asam lemak dibedakaaan atas asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Adapun Tabel 2.3 berikut menjelaskan tentang
komposisi asam lemak dalam minyak sawit. Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak
Minyak Sawit
10 -
Dekanoat
12 1
Laurat
Miristat 14 1-2
Palmitat
16 32-4
Stearat
18 74-10
Oleat
18 38-50
Linoleat
18 5-14
Linolenat
18 1
(Yan Fauzi et al., 2002).
Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu
10-25oC. Selain itu, prosefs ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Asam lemak yang
bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil,
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu,
syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.Istilah mutu minyak
sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak
bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan
dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka
Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional
yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan
ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan
maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit
sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat
pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan
0,02 maksimal
Kadar kotoran
Bilangan Peroksida
5,0 maksimal
(Yan Fauzi et al., 2002).
BAB 3
3.1 Alat
Buret 50 ml Ruchi
Oven Memmert
Bohfilter
Desicator
Stopwatch
Water Jet
Kertas Saring GF
3.2 Bahan
Indikator Phenolpthalein
n-Heksan
Diaduk merata
Dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi orange
muda
berat kosongnya
berat kosongnya
Dicuci bohfilter dengan n-Heksan sampai filtratnya bebas dari minyak atau lemak
BAB 4
4.1 Hasil
4.1.1 Analisa Mutu CPO Sebelum dan Setelah Melalui Oil Purifier dan
Berdasarkan analisa terhadap mutu CPO yang dilakukan pada tanggal 20-27 Januari
4.1.2 Analisa Mutu CPO Sebelum Melalui Oil Purifire dan Vacum Dryer
Penentuan kadar ALB yang diperoleh sebelum penggunaan oil purifier dan
vacuum drier yang ditunjukkan pada tabel 4.2 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan volume KOH dan Berat Molekul (BM) serta berbanding terbalik dengan
berat sampel dan volume dalam satuan liter.
Tabel 4.2 Kadar ALB sebelum penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Berat KOH yang Indikator
Normalitas Kadar ALB
No Sampel terpakai Phenolpthalein
KOH (N) (ml) (%)
(gr) (tetes)
1 2,8797 0,1 2,7 4 3,75
2 2,1880 0,1 1,4 4 2,50
3 2,1236 0,1 1,9 4 3,58
4 2,0856 0,1 1,9 4 3,65
4.1.3 Penentuan Kadar Air Sebelum penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier
Penentuan kadar air yang diperoleh sebelum penggunaan oil purifier dan
vacuum drier yang ditunjukkan pada tabel 4.3 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan berat air (berat sampel dan cawan sebelum dipanaskan dikurang dengan
berat sampel dan cawan setelah dipanaskan) berbading terbalik dengan berat sampel.
Tabel 4.3. Kadar Air Sebelum Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Lama
Berat Berat Sampel + Berat Sampel Kadar Air
No Pemanasan
Sampel (gr) Cawan (gr) Akhir (gr) (%)
(menit)
1 10,3815 62,8755 5 62,8239 0,490
2 10,4178 65,0409 5 64,9827 0,550
3 10,7387 103,8844 5 103,8347 0,463
4 10,4426 65,0603 5 65,0121 0,461
5 10,6899 65,3119 5 65,2702 0,390
6 10,6167 65,2355 5 65,1957 0,374
4.1.4 Penentuan Kadar Kotoran Sebelum Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier
Penentuan kadar kotoran yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan
vacuum drier yang ditunjukkan pada tabel 4.4 merupakan penjabaran persentase
perbandingan berat kotoran (boh filter dan residu dikurang berat boh filter kosong)
berbanding terbalik dengan berat sampel.
Tabel 4.4 Kadar Kotoran Sebelum Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Berat
Berat Boh
Boh Lama Kadar
Filter Setelah
No Berat Sampel (gr) Filter Pemanasan Kotoran
Pemanasan
Kosong (menit) (%)
(gr)
(gr)
4.1.5 Analisa Mutu CPO Setelah Melalui Oil Purifire dan Vacum Dryer
Penentuan kadar ALB yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan vacuum
drier yang ditunjukkan pada tabel 4.5 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan volume KOH dan Berat Molekul (BM) serta berbanding terbalik dengan
berat sampel dan volume dalam satuan liter.
Tabel 4.5 Kadar ALB Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Berat KOH yang Indikator
Normalitas Kadar ALB
No Sampel terpakai Phenolpthalein
KOH (N) (ml) (%)
(gr) (tetes)
1 3,0984 0,1 3,1 4 4,00
2 2,2814 0,1 1,4 4 2,45
3 2,1381 0,1 2,1 4 3,93
4 2,2818 0,1 2,0 4 3,51
5 2,2358 0,1 2,4 4 4,10
6 2,4447 0,1 2,4 4 3,75
4.1.6 Penentuan Kadar Air Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Penentuan kadar air yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan vacuum
drier yang ditunjukkan pada tabel 4.6 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan berat air (berat sampel dan cawan sebelum dipanaskan dikurang dengan
berat sampel dan cawan setelah dipanaskan) berbading terbalik dengan berat sampel.
Tabel 4.6 Kadar Air Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Berat Sampel
Lama
Berat Berat Sampel setelah
No Pemanasan Kadar Air (%)
Sampel + Cawan (gr) dipanaskan
(menit)
(gr)
4.1.7 Penentuan Kadar Kotoran Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier
Penentuan kadar kotoran yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan vacuum
drier yang ditunjukkan pada tabel 4.7 merupakan penjabaran persentase perbandingan
berat kotoran (boh filter dan residu dikurang berat boh filter kosong) berbanding terbalik
dengan berat sampel.
Tabel 4.7 Kadar Kotoran Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
= 3,75%
= 0,0516 gram
beratair
Kadar Air = x 100% berat
sampel
0,0156g
= x 100%
10,3815g
= 0.49%
Berat Kotoran = (berat boh filter + residu) (berat boh filter kosong)
= 0,0033 gram
beratkotoran
Kadar Kotoran = x 100%
berat sampel
= x 100%
= 0,030%
Kualitas CPO sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas, kadar zat menguap
(air), dan kadar kotoran. Kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) ditentukan mulai
dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan
adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol
dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan
katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB
yang terbentuk.
Kadar air dan kadar kotoran dapat diminimalkan dengan car melakukan perlakuan yang
baik terhadap alat-alat proses yang berhubungan langsung dengan pengolahan. Oil
purifier merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan kadar kotoran dalam CPO
dengan prinsip sentrifugasi (pemusingan) dan perbedaan berat jenis. Melalui proses
sentrifugasi ini, kotoran-kotoran yang berukuran besar dapat disaring. Minyak yang
keluar dari Oil purifier masih mengandung air, kadar air tersebut akan dikurangi hingga
batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar di dalam alat Vacuum drier.
Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dari minyak dengan cara
penguapan hampa. Uap air yang terbentuk akan masuk ke kondensor (pendingin),
vacuum drier telah memiliki kadar air yang memenuhi standar mutu (Tim Penulis,
1997)
Menurut standar mutu CPO telah ditetapkan kadar asam lemak bebasnya 5 %, kadar
zat menguap (air) 0,15% dan kadar kotoran 0,02% (Yan Fauzi et al., 2002).
oil purifier dan vacuum drier yang meliputi kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar
kotoran masing-masing adalah 3,62%, 0,144%, dan 0,0175%. Rata-rata kadar asam
lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran telah memenuhi standart mutu yaitu <5%, <
0,15% dan 0,02%. Namun dari rata-rata kadar ALB setelah melalui penggunaan Oil
Purifier dan Vacuum Drier naik dari 3,45 % menjadi 3,62 %. Beberapa hal yang
menyebabkan peningkatan kadar ALB tersebut setelah penggunaan Oil Purifier dan
Vacuum Drier diantaranya karena proses pengolahan yang berjalan secara continue
sehingga dapat terjadi perubahan ALB dalam waktu yang bersamaan baik perubahan
kenaikan maupun perubahan penurunan. Dapat pula karena sebelum penggunaan Oil
Purifier dan Vacuum Drier CPO masih mengandung banyak air dan kotoran, namun
setelah penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier sudah terjadi penurunan kadar air
dan kotoran sehingga kadar ALB menjadi lebih pekat yang menyebabkan meningkatnya
kadar ALB tersebut. Penyebab yang lain dikarenakan tidak dilakukan pencucian alat
Oil purifier dan Vacuum drier secara rutin yakni setiap 1 jam sekali, sehingga terjadi
penumpukan sludge pada oil purifier yang menyebabkan terikutnya sludge pada minyak
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kualitas CPO yang dihasilkan
telah memenuhi standar mutu pemerintah. Ini berarti Oil purifier dan Vacuum drier
telah bekerja secara efisien sesuai dengan fungsinya yakni untuk menurunkan kadar
kotoran dan kadar zat menguap (air) sehingga menghasilkan air dan kotoran dibawah
5.1 Kesimpulan
1. Rata-rata kualitas minyak kelapa sawit sebelum melalui Oil purifier dan
Vacuum drier di PTP Nusantara IV Pulu Raja adalah kadar asam lemak bebas
3,45%, kadar air 0,46% dan kadar kotoran 0,036% sedangkan setelah melalui
Oil purifier dan Vacuum drier kadar asam lemak bebas 3,62%, kadar air 0,144%
2. Berdasarkan data tersebut diatas bahwa mutu minyak sawit yang dihasilkan
Pabrik Kelapa Sawit PTP-Nusantara IV Pulu Raja telah sesuai dengan dengan
3. Dengan demikian, pemurnian dengan Oil purifier dan Vacuum drier di PTP
mutu CPO yang parameternya berupa kadar asam lemak bebas, kadar air dan
kadar kotoran yang masih berada dibawah standar mutu internasional yakni
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan perawatan dan pemeliharaan yang lebih intensif atau secara
mencegah terjadinya penumpukan sludge minyak dan agar minyak yang dihasilkan
dapat lebih murni. Selain itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang memepengaruhi
kualitas minyak kelapa sawit, misalnya penimbunan yang terlalu lama di Loading ramp
yang dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Indonesian Oil Palm
Reserch Institute.
Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
Jakarta: UI-Press.
Kanisius.
Setyamidjaja, D. 2006. Seri Budi Daya Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Yogyakarta:
Kanisius.
Perkebunan (LPP).
Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan
Winarno, F. G. 2003. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.