Anda di halaman 1dari 49

PENENTUAN MUTU CPO SEBELUM DAN SETELAH

PENGGUNAAN OIL PURIFIER DAN VACUUM


DRIER PADA STASIUN KLARIFIKASI
DI PTP-NUSANTARA IV
PULU RAJA

KARYA ILMIAH

RENI JULIANA HASIBUAN


072409009

PROGRAM STUDI D 3 KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


KUALITAS CPO SEBELUM DAN SETELAH PENGGUNAAN OIL
PURIFIER DAN VACUUM DRIER PADA STASIUN KLARIFIKASI DI
PTP-NUSANTARA IV PULU RAJA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

RENI JULIANA HASIBUAN

PROGRAM STUDI D 3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN


KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN MUTU CPO SEBELUM DAN


SETELAH PENGGUNAAN OIL PURIFIERDAN VACUUM DRIER PADA
STASIUN KLARIFIKASI
DI PTP-NUSANTARA IV
PULU RAJA
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : RENI JULIANA HASIBUAN
Nomor Induk Mahasiswa : 072409009
Program Studi : D 3 KIMIA INDUSTRI
Departemen : KIMIA
Fakultas :MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (F-MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Disetujui di
Medan, Juli 2010

Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua Pembimbing

Dr. Rumondang Bulan, MS Dr. Marpongahtun, M.Sc


NIP. 195408301985032001 NIP. 196111151988032001
PERNYATAAN

MUTU CPO SEBELUM DAN SETELAH PENGGUNAAN OIL


PURIFIER DAN VACUUM DRIER PADA STASIUN
KLARIFIKASI DI PTP-NUSANTARA IV

Universitas Sumatera Utara


PULU RAJA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan ang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

RENI JULIANA HASIBUAN


072409009

PENGHARGAAN

Universitas Sumatera Utara


Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
dari awal penyusunan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat
untuk meraih gelar Ahli Madya pad Program Diploma 3 Kimia Industri di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan dan ilmu pengetahuan. Tetapi penulis
telah berusaha sebaik-baiknya untuk kesempurnaan dan kelengkapan karya ilmiah ini.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak yang
membaca khususnya dan lingkungan Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak mendapat
dorongan, bantuan, motivasi dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tua saya, Bapak LJ.Hasibuan dan Ibu SR.Lumban Gaol yang
sangat penulis sayangi, yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang dan
materi kepada penulis.

2. Kakak saya Rotua Syonora Hasibuan dan adik saya Jojor Verionika Hasibuan,
Tus-tus Johan Sander Hasibuan, Marisi Wintari Hasibuan yang sangat penulis
sayangi, yang telah memberi dukungan, doa, dan motivasi kepada penulis.

3. Ibu DR. Marpongahtun. M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan
teliti membimbing penulis.

4. Bapak Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, sebagai Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.

5. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS, sebagai ketua Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar M.Sc., M.Phil selaku ketua Jurusan Kimia
Industri

7. Bapak Pimpinan dan seluruh karyawan dan karyawati PTP-Nusantara IV Pulu


Raja.

Universitas Sumatera Utara


8. Bapak dan Ibu pengajar di Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti perkuliahan.

9. Seluruh teman-teman yang telah membantu Penulis menyelesaikan karya ilmiah


ini, khususnya dGirl For U happy (Rusdalia, Lisik, Parni dan Hendra Gaara),
Patner PKL (Fitri, Jumirah),Gugun, Syahleni, Sariwulan, Putra, Julia, Rianza
Riski, Richard Keliat, Jaka Kelana, dan semua teman-teman kimia industri
setambuk 2007.

Akhir kata Penulis mengucapkan terimakasih karena karya ilmiah ini dapat selesai.

Medan, Juli 2010


Penulis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Faktor utama yang menentukan Mutu CPO adalah kadar asam lemak bebas, kadar air
dan kadar kotoran. Stasiun klarifikasi merupakan stasiun akhir dari proses pengolahan
kelapa sawit, dan di stasiun ini dapat diketahui hasil dari CPO telah sesuai dengan
standard mutu yang diharapkan atau tidak, melalui pengujian dilaboratorium. Oil
purifier dan Vacuum drier adalah alat pemurni di stasiun klarifikasi yang dapat
menurunkan kadar kotoran dan kadar air CPO. Setelah melalui kedua alat ini diperoleh
CPO yang mengandung kadar asam lemak bebas 3,62%, kadar air 0,144%, kadar
kotoran 0,0175%.

Universitas Sumatera Utara


THE QUALITY OF CRUDE PALM OIL BEFORE AND AFTER
PASS THROUGH OIL PURIFIER AND VACUUM DRIER
IN THE CLARIFICATION STATION
PTP-NUSANTARA IVPULU RAJA

ABSTRACT

The first element which determine for quality of crode palm oil is free fatty acid content,
moisture content and dirty contant. Clarification station is the final station for all
manufacture crude palm process and in the station can knew the product from crude
palm oil has been suitable to standard quality which desire or not, pass through testing
in the laboratorium. Oil purifier and vacuum drier is the cleanser instrumental in the
clarification station which can be to go down dirty content and moisture content of crude
palm oil. After pass through this second instrumental, obtained crude palm oil which
containing the free fatty acid contant 3,62%, moisture content 0,144% and dirty content
0,0175%.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN 3
PERNYATAAN 3
PENGHARGAAN 4
ABSTRAK 7
ABSTRACT 8
DAFTAR ISI 9
DAFTAR TABEL 11

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 4
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Kelapa Sawit 5
2.2 Pengolahan Kelapa Sawit 12
2.2.1 Pengankutan Tandan Buah Segar 13
2.2.2 Perebusan Tandan Buah Segar 13
2.2.3 Pelepasan Buah 14 2.2.4 Pelumatan 14
2.2.5 Pengeluaran Minyak 15 2.2.6 Pemurnian Minyak 15
2.3 Asam Lemak 19
2.4 Standar Mutu 22

BAB 3 BAHAN DAN METODE 24


3.1 Alat 24
3.2 Bahan 25
3.3 Prosedur percobaan 25

Universitas Sumatera Utara


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27
4.1 Hasil 27
4.1.1 Analisa Mutu CPO Sebelum dan Setelah
Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
4.1.2 Peentuuan ALB Sebelum Penggunaan 28
Oil Purifier dan Vacum Drier
4.1.3 Penentuan Kadar Air Sebelum Penggunaan 28
Oil Purifier dan Vacuum Drier
4.1.4 Penentuan Kadar Kotoran Sebelum Penggunaan 29
Oil Purifier dan Vacuum Drier
4.1.5 Penentuan Kadar ALB Setelah Penggunaan Oil 29
Purifier dan Vacuum Drier
4.1.5 Penentuan Kadar Air Setelah Penggunaan Oil 30
Purifier dan Vacuum Drier
4.1.5 Penentuan Kadar Kotoran Setelah Penggunaan Oil 30
Purifier dan Vacuum Drier
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas 31
4.2.2 Penentuan Kadar Air 31
4.2.3 Penentuan Kadar Kotoran 31
4.3 Pembahasan 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 35


5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 8

Tabel 2.2 9

Tabel 2.3 20

Tabel 2.4 22
ABSTRAK

Faktor utama yang menentukan Mutu CPO adalah kadar asam lemak bebas, kadar air
dan kadar kotoran. Stasiun klarifikasi merupakan stasiun akhir dari proses pengolahan
kelapa sawit, dan di stasiun ini dapat diketahui hasil dari CPO telah sesuai dengan
standard mutu yang diharapkan atau tidak, melalui pengujian dilaboratorium. Oil
purifier dan Vacuum drier adalah alat pemurni di stasiun klarifikasi yang dapat
menurunkan kadar kotoran dan kadar air CPO. Setelah melalui kedua alat ini diperoleh
CPO yang mengandung kadar asam lemak bebas 3,62%, kadar air 0,144%, kadar
kotoran 0,0175%.

Universitas Sumatera Utara


THE QUALITY OF CRUDE PALM OIL BEFORE AND AFTER
PASS THROUGH OIL PURIFIER AND VACUUM DRIER
IN THE CLARIFICATION STATION
PTP-NUSANTARA IVPULU RAJA

ABSTRACT

The first element which determine for quality of crode palm oil is free fatty acid content,
moisture content and dirty contant. Clarification station is the final station for all
manufacture crude palm process and in the station can knew the product from crude
palm oil has been suitable to standard quality which desire or not, pass through testing
in the laboratorium. Oil purifier and vacuum drier is the cleanser instrumental in the
clarification station which can be to go down dirty content and moisture content of crude
palm oil. After pass through this second instrumental, obtained crude palm oil which

Universitas Sumatera Utara


containing the free fatty acid contant 3,62%, moisture content 0,144% and dirty content
0,0175%.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

nabati yang sangat penting. Dewasa ini, kelapa sawit tumbuh sebagai tanaman liar

Universitas Sumatera Utara


(hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budidaya yang tersebar diberbagai negara

beriklim tropis bahkan mendekti subtropis di Asia, Amerika Selatan, dan

Afrika (Setyamidjaja, D., 2006).

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari

Amerika, yakni dari Brazilia. Kelapa sawit (Elaeis guineensis), saat ini telah

berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru

bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya

bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal

dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit tersebut

ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli

Sumatera Utara.

Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah

di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak

sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan, dapat

pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan (Risza, S.,

1994).

Selain kondisi proses pabrik, tingkat efektivitas dan efisiensi pengolahan kelapa sawit

juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah

sebelum diolah. Agar proses di PKS (Pabrik Kelapa Sawit) dapat berjalan dengan efektif

dan efisien maka perlu ditetapkan standar kematangan buah yang dipanen.

Universitas Sumatera Utara


Pengelompokan mutu Tandan Buah Segar (TBS) didasarkan pada jumlah buah yang

membrondol sampai diloading ramp yang dinyatakan sebagai fraksi buah. Fraksi buah

ialah derajat kematangan Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima di pabrik dan

diklasifikasikan sebagai berikut : Fraksi 00 (sangat mentah) ialah Tandan Buah Segar

(TBS) normal (bukan buah sakit) yang belum mempunyai buah lepas membrondol 0 %;

Fraksi 0 (mentah) ialah Tandan Buah Segar (TBS) yang memiliki buah lepas

membrondol 1% - 12,5% dari permukaan luar; Fraksi I (kurang matang) ialah Tandan

Buah Segar (TBS) yang memiliki buah lepas membrondol 12,5% - 25% dari permukan

luar; Fraksi II (matang I) ialah Tandan Buah Segar (TBS) yang memiliki buah lepas

membrondol 25% - 50% dari permukaan luar; Fraksi III (matang II) ialah Tandan Buah

Segar (TBS) yang memiliki buah lepas membrondol 50% - 75% dari permukaan luar;

Fraksi IV (lewat matang) ialah Tandan Buah Segar (TBS) yang memiliki 75% - 100%

dari permukaan luar; dan fraksi V (sangat matang) ialah

Tandan Buah Segar (TBS) yang bagian dalam telah membrondol (Pahan, I., 2006).

Pengolahan TBS di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas

baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat,

dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH (Tempat Pemungatn Hasil)

ke pabrik, perebusan (sterilizer), perontokan dan pelumatan buah, pemerasan atau

ekstraksi minyak sawit, pemurnian dan penjernihan minyak sawit

(clarification), pengeringan dan pemecahan biji, pemisahan inti sawit dari tempurung

(Yan Fauzi et al.,2002).

Setelah melalui tahap-tahap pengolahan TBS maka dihasilkan minyak kelapa sawit.

Minyak kelapa sawit yang diperoleh harus dimurnikan terlebih dahulu di stasiun

Universitas Sumatera Utara


pemurnian (klarifikasi) dengan harapan minyak yang dihasilkan pada akhirnya dapat

mencapai standar mutu yang baik sesuai dengan standar mutu Internasional.

Alat yang digunakan untuk memurnikan minyak kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit

Pulu Raja adalah Oil Purifier dan Vacum Drier. Oil purifier berfungsi untuk

mengurangi kadar kotoran dalam minyak dan Vacum drier untuk mengurangi kadar air

dalam minyak.

Minyak kelapa sawit yang telah melalui penggunaan Oil Purifier dan Vacum Drier

akan diuji mutu atau kualitasnya yakni dari kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar

kotoran. Dari pengujian ini akan diketahui apakah setelah penggunaan Oil Purifier dan

Vacum Drier kadar air dan kotoran telah berkurang bila dibandingkan dengan sebelum

penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier dan apakah hasilnya sesuai dengan standar

mutu yang diharapkan.

Berdasarkan hal inilah, perlu dilakukan analisa terhadap,

Mutu CPO sebelum dan setelah penggunaan Oil Purifier dan Vacum Drier di

stasiun klarifikasi pada pabrik kelapa sawit PTP-Nusantara IV Pulu Raja.

1.2 Permasalahan

Apakah pemurnian dengan Oil purifier dan Vacuum drier di Pabrik Kelapa Sawit PTP-

Nusantara IV Pulu Raja telah menghasilkan kualitas minyak kelapa sawit yang

paramaternya berupa asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran telah sesuai

dengan standar mutu yang ditetapkan pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


1.3 Tujuan

Untuk mengetahui rata-rata mutu minyak kelapa sawit setelah melalui


pemurnian dengan oil purifier dan vacuum drier di PTP Nusantara IV Pulu Raja.


Untuk mengetahui apakah mutu minyak kelapa sawit yang dihasilkan Pabrik
Kelapa Sawit PTP-Nusantara IV Pulu Raja telah sesuai dengan standard mutu
yang telah ditetapkan pemerintah.

Untuk mengetahui apakah penggunaan oil purifier dan vacuum drier di PTP
Nusantara IV Pulu Raja telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu

menghasilkan kualitas minyak kelapa sawit yang baik .

1.4 Manfaat

Sebagai sumbang pemikiran bagi ilmu pengetahuan dan teknologi pada

pengolahan kelapa sawit secara khusus.

Sebagai masukan untuk pengembangan proses pengolahan produksi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Universitas Sumatera Utara


Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan brazil

dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur

diluar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi.

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Kolonial

Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa

dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa

sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis

usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang

telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya

diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.

Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.

Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak

sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian tahun 1923

mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton (Yan Fauzi et al.,

2002).

Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis

karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara, minyak

makan merupakan salah satu dari 9 kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan

akan minyak makan didalam dan luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya

peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa

Universitas Sumatera Utara


(Pahan, 2006).

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting disamping kelapa,

kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun, dan sebagainya. Minyak sawit yang

dimanfaatkan berasal dari daging buah (mesocarp) dan inti sawit (kernel, endosperm).

Dewasa ini, komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu

menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak

goring, mentega, sabun, kosmetika, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi substitusi

bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.

Apalagi, minyak bumi sumbernya tidak dapat diperbaharui (non-renewable), minyak

sawit merupakan sumber bahan minyak nabati yang dapat diperbaharui (renewable),

sehingga tidak akan pernah habis selama umat manusia mau membudidayakannya

secara komersial.

Para ahli telah membuat suatu bagan yang menggambarkan multiguna kelapa sawit

dengan membuat pohon industri kelapa sawit. Berdasarkan bagan pohon industri

kelapa sawit, dari produk hulu kelapa sawit dapat dihasilkan jenis-jenis produk sebagai

berikut:

1. Minyak sawit (CPO) yang menghasilkan carotene, tocopherol, olein, stearin,

soap stock, dan free fatty acid.

2. Inti sawit menghasilkan minyak inti dan bungkil.

3. Tempurung menghasilkan arang, tepung tempurung, dan bahan bakar

4. Serat menghasilkan bahan bakar dan sumber selulosa.

5. Tandan kosong digunakan sebagai sumber selulosa.

Universitas Sumatera Utara


6. Sludge digunakan sebagai komponen makanan ternak.

Produk hilir dapat beruapa minyak goreng, minyak salad, shortening, sabun, glyserin,

margarine, dan sekian banyak lagi produk turunannya termasuk minyak bakar

kendaraan bermotor yang saat ini masih belum merupakan produk utama kelapa sawit

(Setyamidjaja, 2006).

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan

dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidk pada tandan yang sama. Walaupun

demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina pada satu

tandan (hermaprodit) (Sastrosayono, 2003).

Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian

vegetatif kelapa sawit meliputi akar batang, batang dan daun. Sedangkan bagian

generatif yang merupakan alat perkembangbiakan yaitu bunga dan buah (Tim Penulis,

1997)

Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut

dapat dibedakan berdasarkan morfologinya.

1. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit

diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Diwikka-wakka yang

deskripsinya dipaparkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah
Varietas Deskripsi

Universitas Sumatera Utara


Dura - Tempurung tebal (2-8 mm)

- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung

- Daging buah relative tipis, yaitu 35-50% terhadap buah

- Kerenel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah

- Dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk betina

- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada


Pisifera
- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Dura

- Daging biji sangat tipis

- Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain

dan dipakai sebagai pohon induk jantan

- Hasil persilangan Dura dan Pisifera

- Tempurung tipis (0,5-4 mm)


Tenera
- Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung

- Daging buah sangat tebal (60-96% dari buah)

- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relative lebih kecil

- Tempurung tebal sekitar (5 mm)

- Daging buah sangat tipis

Macro carya

2. Varietas berdasarkan warna kulit buah

Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya varietas

Nigrescens, Virescens, dan Albescens seperti yang dijabarkan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2 Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah


Varietas Warna buah muda Warna buah masak

Universitas Sumatera Utara


Nigrescens Ungu kehitam-hitaman Jingga kehitam-hitaman

Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap

hijau

Albescens Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu


kehitaman

3.Varietas Unggul

Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi sebenarnya dari

hibrida terbaik dengan melakukan persilangan antara tetua-tetua yang diketahui

mempunyai daya gabung berdasarkan hasil pengujian progeni dengan mengikuti

prosedur seleksi Reciprocal Reccurent Selection (RSS). Tetua yang digunakan dalam

proses persilangan adalah Dura dan Pisifera. Varietas Dura sebagai induk betina dan

Pisifera sebagai induk jantan (Yan Fauzi et al., 2002).

Berdasarkan tipe buah yang abnormal, dikenal juga jenis kelapa sawit poissoni dan

diwakkawakka yang mempunyai dua lapisan daging buah yang menyelimuti buah

utama. Lapisan daging buah ini merupakan perkembangan dari androecium bunga

betina dan didalamnya kadang-kadang dijumpai struktur yang sifatnya mirip dengan

cangkang dan kernel (Pahan, 2006).

Proses pambentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang sekitar

6 bulan. Buah kelapa sawit pada waktu muda berwarna hitam (Varitas Nigrescens),

kemudian setelah berumur sekitar 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah

kekuningkuningan. Pada saat perubahan warna tersebut terjadi proses pembentukan

minyak pada mesocarp (daging buah). Perubahan warna tersebut karena pada butir-butir

minyak mengandung zat warna (Karotein).

Universitas Sumatera Utara


Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3-4 minggu yaitu

sampai tingkat matang morfologis. Yang disebut matang morfologis adalah buah telah

matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang fisiologis adalah

buah sudah matang ranum dan sudah siap untuk tumbuh, yakni sekitar 1 bulan setelah

matang morfologis (Risza, 1994).

Buah kelapa sawit tenera memiliki sebuah inti atau kernel yang mengandung minyak

inti sawit yang dikelilingi oleh perikarp. Perikarp tersusun oleh tiga lapisan yaitu

endokarp yang keras (cangkang), mesokarp yang berserat dan mengandung minyak

sawit (CPO) dan eksokarp (lapisan luar yang berlapis lilin) (Adiputra, 2003).

Buah kelapa sawit termasuk buah batu yang memiliki bagian-bagian sebagai

berikut:

1. Eksokarp

Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda, warnanya hitam

atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah menjadi oranye merah atau

kuning oranye.

2. Mesokarp

Mesokarp atau sabut. Diantara jaringan-jaringannya ada sel pengisi seperti spons atau

karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak.

3. Endokarp

Endokarp atau tempurung. Ketika buah masih muda, endokarp memiliki tekstur lunak

dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan

Universitas Sumatera Utara


berwarna hitam. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya. Contohnya, varietas

dura memiliki endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis, bahkan

tanpa endokarp.

4. Kernel

Kernel atau biji atau inti. Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur,

tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak

(PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih, dan bermutu sangat tinggi

(Sastrosayono, 2003).

Biji kelapa sawit (kernel) terdiri dari 3 bagian:

a) Kulit biji (Spermodermis) disebut cangkang (sheel).

b) Tali pusat (Funiculus).

c) Inti biji (Nucleus seminis).

Didalam inti inilah terdapat lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru

(Risza, 1994)

2.2. Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan TBS dipabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas

baik. Proses tersebut berlanghsung cukup panjang dan memerlukan control yang

cermat. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan tandan buah segar sampai

dihasilkan minyak diuraikan sebagai berikut:

2.2.1 Pengangkutan Tandan Buah Segar

Universitas Sumatera Utara


TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen

harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan.

Pemilihan alat angkut yang tepat akan membantu mengatasi kerusakan buah selama

pengangkutan. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan

truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS

sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan

terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi,

pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit.

2.2.2 Perebusan Tandan Buah Segar (TBS)

TBS yang telah ditimbang beserta lorinya selanjutnya direbus di dalam sterilizer atau

dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam

atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumny tekanan uap yang digunakan

adalah 2,5 atmosfer dengan suhu 125o C. Perebusan yang terlalu lama dapat

menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu

yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari

tandannya.

Pada dasarnya tujuan perebusan adalah :

a. merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB

b. mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang

c. memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan

d. untuk mengkoagulasi (mengendapkan) protein sehingga memudahkan proses

pemisahan minyak (Yan Fauzi et al, 2002)

Universitas Sumatera Utara


2.2.3 Pelepasan Buah

TBS yang telah direbus dimasukkan kedalam mesin pelepas buah (thresher). Tandan

buah akan terbanting kedinding sehingga terlepas dari tandannya. Tandan akan terpental

ke luar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi-kisi, kemudian jatuh ke uliran yang

akan membawanya ke stasiun pengadukan (digester). Tandan yang sudah kosong

melalui konveyor dibawa kealat pengabuan (incinerator) untuk diabukan.

2.2.4 Pelumatan

Pelumatan atau pengadukan dilaksanakan di dalam mesin pelumat (digester), yaitu

bejana yang dilengkapi pisau pengaduk. Daging buah akan dilumatkan untuk

memecahkan jaringan sel minyaknya. Pada proses pelumatan dilakukan pemanasan

dengan uap pada suhu 85 oC-95 oC agar minyak tidak menjadi kental, sehingga mudah

dikeluarkan pada proses pengeluaran minyak (pengempaan).

2.2.5 Pengeluaran Minyak

Pengeluaran minyak atau pengempaan adalah mengeluarkan minyak yang terdapat di

dalam daging buah yang telah dilumatkan dengan cara dikempa atau dipress sehingga

minyak dapat dipisahkan dari ampasnya. Pengepresan kelapa sawit banyak memakai

cara continous screw press yang menghasilkan tekanan oleh kerja dua uliran yang

berputar berlawanan arah. Tekanan ini sangat menentukan keberhasilan proses

pengempaan. Tekanan harus dapat mengeluarkan minyak dari ampasnya secara efisien

Universitas Sumatera Utara


dengan sedikit mungkin adanya biji yang pecah. Tekanan yang normal adalah 50 kg/cm2

yang diatur pada ejector cone, yaitu logam berbentuk kerucut yang terdapat pada outlet.

Waktu pengempaan berlangsung antara 6 10 menit dan suhu dipertahankan pada 85

C 90 oC (Setyamidjaja, 2006).
o

2.2.6 Pemurnian Minyak (Klarifikasi)

Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang

bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran,

seperti padatan, lumpur dan air.

I. Tujuan Pemurnian

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik

yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan/

pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik sebaik

mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak (Pahan, 2006).

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun akhir untuk pengolahan minyak. Minyak

kasar (crude oil) dari stasiun press dikirim ke stasiun ini untuk diproses lebih lanjut,

sehingga diperoleh minyak produksi. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran

dilakukan dengan sistem pengendapan, centrifuge, penguapan.

2. Tahap Tahap Pemurnian Minyak

Adapun tahap-tahap dalam pemurnian minyak untuk mendapatkan minyak yang

memenuhi standard haruslah melewati beberapa alat pendukung yaitu :

2.1 Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)

Universitas Sumatera Utara


Alat ini dipakai untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari

screw press. Untuk memudahkan pengendapan pasir, cairan minyak kasar harus

panas yang diperoleh dengan menginjeksikan uap. Hal-hal yang perlu diperhatikan,

suhu minyak kasar 95-115 oC, pembuangan pasir secara rutin setiap 4 jam dan hindarkan

minyak jangan sampai terbawa.

2. 2 Saringan Bergetar (Vibrating Screen)

Minyak kasar yang sudah diendapkan pada sand trap tank dialirkan ke vibrating screen

untuk disaring lebih lanjut, dengan tujuan untuk memisahkan benda-benda padat yang

terikut pada minyak kasar dari screw press. Benda-benda padat atau serabut-serabut

halus ini harus dipisahkan dari minyak kasar karena dapat mengganggu proses

klarifikasi lebih lanjut.

2.3 Tangki/ Pompa Minyak Kasar ( Crude Oil Tank/ Pump)

Tangki minyak kasar adalah tangki penampung minyak kasar yang telah disaring untuk

dipompakan kedalam tangki pisah (Continous Clarifier Tank) dengan pompa minyak

kasar. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap, diberikan penambahan panas dengan

menginjeksikan uap.

2.4 Tangki Pemisah (Continous Settling Tank)

Pemisahan pertama minyak dengan sludge secara pengendapan dilakukan didalam

tangki ini. Untuk menjaga kebersihan dan volume tangki sebaiknya endapan pasir pada

ruang kedua tangki dibuang tiap minggu. Continous Settling Tank (CST) ini terdiri dari

3 ruangan yaitu:

a. Ruang pertama : untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar dan

penambahan panas.

b. Ruang kedua : merupakan ruang pemisahan minyak, dimana minyak yang

Universitas Sumatera Utara


mempunyai berat jenis (BJ) kecil mengapung dan dialirkan ke

oil tank, sedangkan sludge yang mempunyai BJ lebih besar pada

minyak, masuk kedalam ruang ketiga melalui lubang bawah

sekat.

c. Ruang ketiga : merupakan ruang penampungan sludge sebelum dialirkan

kedalam sludge tank (Adiputra, 2003).

Minyak yang terdapat dibagian atas CST dikutip dengan menggunakan talang pengutip

atau skimmer dan kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke Oil Tank. Masa tumbuh dari

cairan dalam CST dipengaruhi oleh ukuran CST dan jumlah cairan minyak yang

ditampung dalam CST ( Naibaho, 1996)

2.5 Tangki Pemasakan Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah dipisah pada CST ditampung dalam tangki ini untuk

dipanasi lagi sebelum diolah didalam Oil Purifier. Diusahakan agar tangki ini tetap

penuh untuk menjaga agar pemanasan tetap 90oC-95oC. Sistem pemanasan dilakukan

dengan pipa spiral yang dialiri uap dengan tekanan 3kg/cm2. Tangki ini berbentuk

silinder, dengan bagian dasar berbentuk kerucut. Adapun hal-hal yang perlu

diperhatikan yaitu saringan uap (strainer) dan Steam Trap harus berfungsi baik, kadar

air dalam minyak diusahakan 0,4-0,8% dan kadar kotoran dalam minyak diusahakan

0,02-0,04% (Adiputra, 2003).

2.6 Sentripusi Minyak (Oil Sentrifuge)

Prinsip kerja Purifier adalah gaya sentripugal dengan perbedaan berat jenis antara

minyak dan kotoran. Di Purifier, kotoran dan air akan memisah ke tepi sedangkan

minyak berada dibagian tengah. Minyak selanjutnya dialirkan lagi ke vacum drier untuk

dikeringkan. Selama proses ini suhu dipertahankan pada 95oC

Universitas Sumatera Utara


(Setyamidjaja, 2006).

Alat pemisah sentripusi, ini berputar dengan kecepatan 7500 rpm. Adapun halhal yang

perlu diperhatikan, pembebanan baru dapat dilakukan setelah dicapai putaran normal

dari mesin dengan cara menghitung revolution counter (62-65/menit), kadar air

dalam minyak setelah sentripusi (oil purifier) berkisar 0,2-0,5% sedangkan kadar

kotoran harus mencapai 0,01-0,017% (Adiputra, 2003).

2. 7 Pengeringan Minyak

Vacuum drier adalah bejana vacuum udara bertekanan 760 mmHg yang berfungsi

untuk mengeringkan (mengurangi kandungan air) dalam minyak. Pada proses

pengeringan minyak, minyak disemprotkan kedalam vacuum drier. Uap air yang

terbentuk akan masuk ke kondensor (pendingin), kemudian dialirkan ketempat

penampungan. Minyak yang jatuh kebagian bawah vacuum drier telah memiliki kadar

air yang sangat rendah (kurang dari 0,2%). Minyak ini kemudian dialirkan ke tangki

timbun. Selama disimpan di dalam tangki timbun, minyak terus dipanasi dengan suhu

60oC agar keadaannya tetap cair. Minyak yang berada dalam tangki timbun sudah siap

dijual sebagai minyak kasar (crude oil) (Setyamidjaja, 2006).

Pemisahan air dari minyak dalam vacuum drier dipengaruhi oleh:

Suhu minyak : pemisahan air atau bahn mudah menguap semakin efektif bila suhu

minyak semakin tinggi. Pemanasan dalam vacuum drier tidak terjadi, sehingga yang

menentukan suhu minyak ialah suhu perlakuan pada oil purifier.

Kehampaan udara : bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa udara.

Kehampaan udara tergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacuum, juga

dipengaruhi fluktuas debit minyak masuk.

Universitas Sumatera Utara


Pengaturan kapasitas alat :semakin tinggi kapasitas alat yang sama maka penguapan

air semakin lambat dan menghasilkan minyak yang bermutu jelek (Naibaho, 1996).

2.3 Asam Lemak

Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak,

baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam karboksilat yang

mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum : R-COOH, dimana R adalah

rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh dan terdiri atas 4-24 buah atom C

(Poedjadi, 2006).

Hanya sedikit asam lemak bebas terdapat secara alami. Asam lemak dijumpai pada

lipid-lipid yang telah disebutkan terdahulu baik melalui ikatan-ikatan ester maupun

ikatan amida yang terbentuk didalam metabolisme lemak. Asam lemak kebanyakan

diperoleh melalui hidrolisis lemak yang merupakan asam monokarboksilat yang

mengandung group karboksil yang dapat berionisasi dan non polar, berantai atom C

lurus dan siklik, umumnya terbentuk dari atom C yang genap (walaupun secara alami

ada juga yang beratom C ganjil) dan dapat jenuh atau tidak jenuh (mengandung ikatan

rangkap) (Naibaho, 1996).

Asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan dalam bahan pangan adalah asam

palmitat, yaitu 15-50% dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Sedangkan asam oleat

merupakan asam lemak tidak jenuh yang banyak terdapat dalam

trigliserida dan memiliki satu ikatan rangkap (Winarno, 2003).

Gliserida adalah ester dari asam asam lemak dan gliserol dengan nama umum

Universitas Sumatera Utara


fat (lemak). Fat dapat terhidrolisis sebagian (partially hydrolyzed) oleh enzim

lipase yang banyak terdapat dalam jaringan buah sawit. Pada waktu pertumbuhan

dan perkembangan buah, lipase berperan di dalam sintesa gliserida dari asam lemak

dan gliserol. Akan tetapi apabila fat tadi berhubungan dengan air dan disitu terdapat

lipase, maka dapat terjadi reaksi sebaliknya dan terjadilah hidrolisa yang menghasilkan

asam lemak bebas sehingga menurunkan kualitas minyak sawit. Di dalam praktek tidak

mungkin bisa dilakukan ekstraksi minyak pada kondisi sebelum terbentuknya asam

lemak bebas, oleh sebab itu secara komersial semua jenis lemak dan minyak pasti

mengandung sejumlah asam lemak bebas. Minyak yang kandungan asam lemak

bebasnya tinggi disebut hard oil dan apabila kadar asam lemak bebasnya rendah yang

berarti lebih banyak mengandung gliserida disebut soft oil. Minyak sawit yang kadar

asam lemak bebasnya rendah akan lebih mudah dimurnikan dan dipucatkan warnanya.

Pemurnian minyak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi dan bahkan kalau asam

lemak bebasnya cukup banyak direduksi, maka komposisi kimianya banyak mengalami

perubahan (Suyitno, 1985).

Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap asam lemak dibedakaaan atas asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Adapun Tabel 2.3 berikut menjelaskan tentang
komposisi asam lemak dalam minyak sawit. Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak
Minyak Sawit

Asam lemak Jumlah Atom C Minyak Sawit (%)

Universitas Sumatera Utara


Asam Lemak Jenuh
8 -
Oktanoat

10 -
Dekanoat

12 1
Laurat

Miristat 14 1-2

Palmitat
16 32-4

Stearat
18 74-10

Asam Lemak Tidak Jenuh

Oleat
18 38-50

Linoleat
18 5-14
Linolenat

18 1
(Yan Fauzi et al., 2002).

Proses hidrolisis minyak sawit menggunakan enzim lipase dari jamur

Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung pada suhu

10-25oC. Selain itu, prosefs ini juga dapat dilakukan pada fase padat. Asam lemak yang

dihasilkan dihidrogenasi, lalu didestilasi, dan selanjutnya difraksinasi sehingga

dihasilkan asam-asam lemak murni. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai

bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil,

aspal, dan perekat.

Universitas Sumatera Utara


2.4 Standar Mutu

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu,

syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya.Istilah mutu minyak

sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar-benar murni dan tidak

bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit tersebut dapat ditentukan

dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka

penyabunan dan bilangan yodium.Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran.

Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional

yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan

ukuran pemucatan.

Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan

nonpangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran,

maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit

sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat

pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan

pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang secara langsung berkaitan dengan

standar mutu minyak sawit seperti dalam tabel 2.4 berikut.

Tebel 2.4 Standar Mutu Minyak Sawit

Karakteristik Minyak Sawit (%) Keterangan

Universitas Sumatera Utara


5 maksimal
Asam lemak bebas

0,02 maksimal
Kadar kotoran

Kadar air 0,17 maksimal

Bilangan Iodin 51 minimum

Bilangan Peroksida
5,0 maksimal
(Yan Fauzi et al., 2002).

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat

Gelas Erlenmeyer 125 ml Pyrex

Universitas Sumatera Utara


Neraca Analitik Sartorius

Buret 50 ml Ruchi

Gelas ukur 100 ml Pyrex

Hot plate Robusta

Oven Memmert

Gelas Beaker 50 ml Pyrex

Gelas Piala Pyrex

Corong Pisah Pyrex

Bohfilter

Desicator

Stopwatch

Water Jet

Kertas Saring GF

3.2 Bahan

Contoh minyak kelapa sawit

Larutan Ethyl Alkohol 95%

Indikator Phenolpthalein

Kalium Hidroksida 0,1 N

n-Heksan

Universitas Sumatera Utara


3.3 Prosedur Percobaan

a. Penentuan kadar asam lemak bebas


Contoh minyak yang telah homogen 2-5 gram dimasukkan kedalam gelas
Erlenmeyer yang telah ditentukan berat kosongnya.

Dipanaskan selama 5 menit

n-Heksan 50 ml dan alcohol netral 15 ml dimasukkan kedalam contoh minyak

Ditambahkan 4 tetes indikator Phenolpthalein

Diaduk merata


Dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi orange
muda

Dicatat volume KOH yang terpakai

b. Penentuan kadar air

Contoh minyak 10 gram dimasukkan kedalam petridish yang telah ditentukan

berat kosongnya

Dipanaskan diatas hot plate selama 5-10 menit

Didinginkan didalam desicator selama 15 menit

Ditimbang kembali contoh yang telah didinginkan dan dicatat beratnya

c. Penentuan kadar kotoran

Kertas saring GF dengan n-Heksan dibilas dan dimasukkan kedalam Bohfilter

Dikeringkan bohfilter di dalam oven selama 60 menit pada suhu 100-105oC

Didinginkan didalam desicator selama 15 menit

Ditimbang berat bohfilter yang telah dikeringkan

Universitas Sumatera Utara


Ditimbang contoh minyak 10-12 gram kedalam gelas piala yang telah ditentukan

berat kosongnya

Ditambahkan n-Heksan 50 ml kedalam contoh minyak dan diaduk sampai semua

contoh minyak larut

Disaring contoh minyak dengan boh filter

Dicuci bohfilter dengan n-Heksan sampai filtratnya bebas dari minyak atau lemak

Dikeringkan bohfilter dalam oven pada suhu 100-105oC selama 60 menit

Didinginkan dalam desicator selama 15 menit

Ditimbang berat bohfilter yang telah dikeringkan

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Analisa Mutu CPO Sebelum dan Setelah Melalui Oil Purifier dan

Vacuum Drier di Stasiun Klarifikasi PTP-Nusantara IV Pulu Raja.

Berdasarkan analisa terhadap mutu CPO yang dilakukan pada tanggal 20-27 Januari

didapat data yang dijabarkan pada tabel 4.1 berikut.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Mutu CPO Sebelum dan Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier

Mutu CPO sebelum


Mutu CPO Setelah
penggunaan
Penggunaan Oil purifire dan
Oil Purifier dan Vacuum
NO TGL Analisa Vacum dryer
Drier

ALB Air Kotoran ALB Air (%) Kotoran


(%) (%) (%) (%) (%)
1 20/01/2010 3.75 0.490 0.030 4.00 0.147 0.019
2 21/01/2010 2.50 0.550 0.080 2.45 0.120 0.018
3 22/01/2010 3.58 0.463 0.027 3.93 0.157 0.018
4 25/01/2010 3.65 0.461 0.028 3.51 0.156 0.019
5 26/01/2010 3.59 0.390 0.026 4.10 0.151 0.017
6 27/01/2010 3.63 0.374 0.030 3.75 0.138 0.014

Rata-rata 3.45 0.46 0.036 3.62 0.144 0.0175

4.1.2 Analisa Mutu CPO Sebelum Melalui Oil Purifire dan Vacum Dryer
Penentuan kadar ALB yang diperoleh sebelum penggunaan oil purifier dan
vacuum drier yang ditunjukkan pada tabel 4.2 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan volume KOH dan Berat Molekul (BM) serta berbanding terbalik dengan
berat sampel dan volume dalam satuan liter.

Tabel 4.2 Kadar ALB sebelum penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Berat KOH yang Indikator
Normalitas Kadar ALB
No Sampel terpakai Phenolpthalein
KOH (N) (ml) (%)
(gr) (tetes)
1 2,8797 0,1 2,7 4 3,75
2 2,1880 0,1 1,4 4 2,50
3 2,1236 0,1 1,9 4 3,58
4 2,0856 0,1 1,9 4 3,65

Universitas Sumatera Utara


5 2,4490 0,1 2,3 4 3,59
6 2,5245 0,1 2,4 4 3,63

4.1.3 Penentuan Kadar Air Sebelum penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier
Penentuan kadar air yang diperoleh sebelum penggunaan oil purifier dan
vacuum drier yang ditunjukkan pada tabel 4.3 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan berat air (berat sampel dan cawan sebelum dipanaskan dikurang dengan
berat sampel dan cawan setelah dipanaskan) berbading terbalik dengan berat sampel.

Tabel 4.3. Kadar Air Sebelum Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Lama
Berat Berat Sampel + Berat Sampel Kadar Air
No Pemanasan
Sampel (gr) Cawan (gr) Akhir (gr) (%)
(menit)
1 10,3815 62,8755 5 62,8239 0,490
2 10,4178 65,0409 5 64,9827 0,550
3 10,7387 103,8844 5 103,8347 0,463
4 10,4426 65,0603 5 65,0121 0,461
5 10,6899 65,3119 5 65,2702 0,390
6 10,6167 65,2355 5 65,1957 0,374

4.1.4 Penentuan Kadar Kotoran Sebelum Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier
Penentuan kadar kotoran yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan
vacuum drier yang ditunjukkan pada tabel 4.4 merupakan penjabaran persentase
perbandingan berat kotoran (boh filter dan residu dikurang berat boh filter kosong)
berbanding terbalik dengan berat sampel.

Tabel 4.4 Kadar Kotoran Sebelum Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier

Berat
Berat Boh
Boh Lama Kadar
Filter Setelah
No Berat Sampel (gr) Filter Pemanasan Kotoran
Pemanasan
Kosong (menit) (%)
(gr)
(gr)

Universitas Sumatera Utara


1 10,6901 32,4816 60 32,4849 0,030
2 10,7162 34,4603 60 34,4696 0,080
3 10,1678 32,4840 60 32,4868 0,027
4 10,2208 32,4842 60 32,4871 0,028
5 10,3510 32,8574 60 32,8601 0,026
6 10,2854 34,4705 60 34,4738 0,030

4.1.5 Analisa Mutu CPO Setelah Melalui Oil Purifire dan Vacum Dryer

Penentuan kadar ALB yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan vacuum
drier yang ditunjukkan pada tabel 4.5 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan volume KOH dan Berat Molekul (BM) serta berbanding terbalik dengan
berat sampel dan volume dalam satuan liter.

Tabel 4.5 Kadar ALB Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier
Berat KOH yang Indikator
Normalitas Kadar ALB
No Sampel terpakai Phenolpthalein
KOH (N) (ml) (%)
(gr) (tetes)
1 3,0984 0,1 3,1 4 4,00
2 2,2814 0,1 1,4 4 2,45
3 2,1381 0,1 2,1 4 3,93
4 2,2818 0,1 2,0 4 3,51
5 2,2358 0,1 2,4 4 4,10
6 2,4447 0,1 2,4 4 3,75
4.1.6 Penentuan Kadar Air Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier

Penentuan kadar air yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan vacuum
drier yang ditunjukkan pada tabel 4.6 yang merupakan penjabaran persentase
perbandingan berat air (berat sampel dan cawan sebelum dipanaskan dikurang dengan
berat sampel dan cawan setelah dipanaskan) berbading terbalik dengan berat sampel.
Tabel 4.6 Kadar Air Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier

Berat Sampel
Lama
Berat Berat Sampel setelah
No Pemanasan Kadar Air (%)
Sampel + Cawan (gr) dipanaskan
(menit)
(gr)

Universitas Sumatera Utara


1 10.7387 103.8844 5 103.8686 0,147
2 11.4124 89.7052 5 89.6907 0,120
3 10.1145 102.5508 5 102.5349 0,157
4 10.4506 106.4579 5 106.4416 0,156
5 10.2854 41.7060 10 41.6905 0,151
6 10.0428 41.6853 10 41.6715 0,138

4.1.7 Penentuan Kadar Kotoran Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum
Drier
Penentuan kadar kotoran yang diperoleh setelah penggunaan oil purifier dan vacuum
drier yang ditunjukkan pada tabel 4.7 merupakan penjabaran persentase perbandingan
berat kotoran (boh filter dan residu dikurang berat boh filter kosong) berbanding terbalik
dengan berat sampel.

Tabel 4.7 Kadar Kotoran Setelah Penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier

Berat Boh Lama Berat Boh


Berat Filter Kosong Filter Setelah Kadar
No Pemanasan
Sampel (gr) (gr) Pemanasan (gr) Kotoran (%)
(menit)
1 10.396 41.3408 60 41.3428 0.019
2 10.3477 31.6508 60 31.6527 0,018
3 10.248 34.4732 60 34.475 0,018
4 10.5911 34.4701 60 34.472 0,019
5 10.8634 32.4831 60 32.485 0,017
6 11.3246 34.4822 60 34.4838 0,014
4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan kadar asam lemak bebas

Diambil dari tabel 4.2 pada data no.1

VolumeKOH x N KOH x256


Kadar Asam Lemak Bebas = x 100%
Berat sampel x1000

Universitas Sumatera Utara


2,7ml x0,1563N x256
= x 100%
2,8797 x1000

= 3,75%

4.2.2 Penentuan kadar air

Diambil dari tabel 4.3 pada data no.1


Berat Air = (Berat cawan + berat sample sebelum dipanaskan) (berat beaker +
sample setelah dipanaskan)

= 62,8755 gram 62,8239 gram

= 0,0516 gram
beratair
Kadar Air = x 100% berat
sampel
0,0156g
= x 100%
10,3815g
= 0.49%

4.2.3 Penentuan Kadar Kotoran Diambil

dari tabel 4.4 pada data no.1

Berat Kotoran = (berat boh filter + residu) (berat boh filter kosong)

= 32,4849 gram 32,4816 gram

= 0,0033 gram
beratkotoran
Kadar Kotoran = x 100%
berat sampel

= x 100%

= 0,030%

Universitas Sumatera Utara


4.3 Pembahasan

Kualitas CPO sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas, kadar zat menguap

(air), dan kadar kotoran. Kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) ditentukan mulai

dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan

adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol

dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor panas, air, keasaman, dan

katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB

yang terbentuk.

Kadar air dan kadar kotoran dapat diminimalkan dengan car melakukan perlakuan yang

baik terhadap alat-alat proses yang berhubungan langsung dengan pengolahan. Oil

purifier merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan kadar kotoran dalam CPO

dengan prinsip sentrifugasi (pemusingan) dan perbedaan berat jenis. Melalui proses

sentrifugasi ini, kotoran-kotoran yang berukuran besar dapat disaring. Minyak yang

keluar dari Oil purifier masih mengandung air, kadar air tersebut akan dikurangi hingga

batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar di dalam alat Vacuum drier.

Pengeringan minyak dipergunakan untuk memisahkan air dari minyak dengan cara

penguapan hampa. Uap air yang terbentuk akan masuk ke kondensor (pendingin),

kemudian dialirkan ke tempat penampungan. Minyak yang jatuh kebagian bawah

vacuum drier telah memiliki kadar air yang memenuhi standar mutu (Tim Penulis,

1997)

Menurut standar mutu CPO telah ditetapkan kadar asam lemak bebasnya 5 %, kadar

zat menguap (air) 0,15% dan kadar kotoran 0,02% (Yan Fauzi et al., 2002).

Universitas Sumatera Utara


Dari data laboratorium dapat dilihat bahwa rata-rata kualitas CPO setelah melalui alat

oil purifier dan vacuum drier yang meliputi kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar

kotoran masing-masing adalah 3,62%, 0,144%, dan 0,0175%. Rata-rata kadar asam

lemak bebas, kadar air dan kadar kotoran telah memenuhi standart mutu yaitu <5%, <

0,15% dan 0,02%. Namun dari rata-rata kadar ALB setelah melalui penggunaan Oil

Purifier dan Vacuum Drier naik dari 3,45 % menjadi 3,62 %. Beberapa hal yang

menyebabkan peningkatan kadar ALB tersebut setelah penggunaan Oil Purifier dan

Vacuum Drier diantaranya karena proses pengolahan yang berjalan secara continue

sehingga dapat terjadi perubahan ALB dalam waktu yang bersamaan baik perubahan

kenaikan maupun perubahan penurunan. Dapat pula karena sebelum penggunaan Oil

Purifier dan Vacuum Drier CPO masih mengandung banyak air dan kotoran, namun

setelah penggunaan Oil Purifier dan Vacuum Drier sudah terjadi penurunan kadar air

dan kotoran sehingga kadar ALB menjadi lebih pekat yang menyebabkan meningkatnya

kadar ALB tersebut. Penyebab yang lain dikarenakan tidak dilakukan pencucian alat

Oil purifier dan Vacuum drier secara rutin yakni setiap 1 jam sekali, sehingga terjadi

penumpukan sludge pada oil purifier yang menyebabkan terikutnya sludge pada minyak

yang telah murni dan berakibat meningkatnya kadar ALB.

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa kualitas CPO yang dihasilkan

telah memenuhi standar mutu pemerintah. Ini berarti Oil purifier dan Vacuum drier

telah bekerja secara efisien sesuai dengan fungsinya yakni untuk menurunkan kadar

kotoran dan kadar zat menguap (air) sehingga menghasilkan air dan kotoran dibawah

standar mutu yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Rata-rata kualitas minyak kelapa sawit sebelum melalui Oil purifier dan

Vacuum drier di PTP Nusantara IV Pulu Raja adalah kadar asam lemak bebas

3,45%, kadar air 0,46% dan kadar kotoran 0,036% sedangkan setelah melalui

Oil purifier dan Vacuum drier kadar asam lemak bebas 3,62%, kadar air 0,144%

dan kadar kotoran 0,0175%.

2. Berdasarkan data tersebut diatas bahwa mutu minyak sawit yang dihasilkan

Pabrik Kelapa Sawit PTP-Nusantara IV Pulu Raja telah sesuai dengan dengan

standar mutu yang telah ditetapkan pemerintah.

3. Dengan demikian, pemurnian dengan Oil purifier dan Vacuum drier di PTP

Nusantara IV Pulu Raja telah bekerja secara efisien sehingga menghasilkan

mutu CPO yang parameternya berupa kadar asam lemak bebas, kadar air dan

kadar kotoran yang masih berada dibawah standar mutu internasional yakni

<5%, <0,15% dan <0,02%.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan perawatan dan pemeliharaan yang lebih intensif atau secara

berkala terhadap alat-alat produksi yang terdapat di PTP-Nusantara IV Pulu Raja

Universitas Sumatera Utara


khususnya untuk Oil purifier agar dilakukan pencucian alat setiap 1 jam skali untuk

mencegah terjadinya penumpukan sludge minyak dan agar minyak yang dihasilkan

dapat lebih murni. Selain itu, perlu diperhatikan faktor-faktor yang memepengaruhi

kualitas minyak kelapa sawit, misalnya penimbunan yang terlalu lama di Loading ramp

yang dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas dari minyak kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Indonesian Oil Palm

Reserch Institute.

Universitas Sumatera Utara


Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.

Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Poedjadi, A dan T. Supriyanti, F. M. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Edisi Revisi

Jakarta: UI-Press.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta:

Kanisius.

Sastrosayono, S. 2003. Budi Daya Kelapa Saeit: Kiat Mengatasi Permasalahan

Praktis. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja, D. 2006. Seri Budi Daya Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Yogyakarta:

Kanisius.

Suyitno. 1985. Industri Hilir Komoditi Minyak. Yokyakarta: Lembaga Pendidikan

Perkebunan (LPP).

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan

Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Winarno, F. G. 2003. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yan fauzi, Y. E. Widyastuti, I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit:

Universitas Sumatera Utara


Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.

Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai