TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya
Disetujui di
Medan, Juni 201
Disetujui oleh :
Program Studi D3 Kimia
Ketua, Dosen Pembimbing
PENENTUAN KADAR MINYAK MENTAH (CPO) YANG TERBAWA OLEH AIR LIMBAH
PADA PROSES PEMURNIAN MINYAK DI SLUDGE SEPARATOR DI PKS PT.
MULTIMAS NABATI ASAHAN - KUALA TANJUNG
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
082409001
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Berkat, Rahmad, dan Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini mulai dari awal penyusunan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan
salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli madya pada program diploma 3 kimia Industri
di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak
mendapat dorongan, bantuan, motivasi, dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyeampaikan penghargaan dan
rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua Orang tua dan keluarga yang penulis sayangi, yang telah memberikan
dorongan baik secara mental maupun material dalam penyelesaian karya ilmiah
ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS, selaku dosen pembimbing dan Ketua Departemen
kimia FMIPA yang telah dengan sabar dan teliti dalam membimbing penulis.
3. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si, selaku Ketua program studi Diploma 3 Kimia
FMIPA USU
4. Bapak Prof.Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil yang telah memberi banyak saran
5. Bapak Asman selaku pembimbing lapangan untuk kegiatan praktek kerja
lapangan
6. Bapak pimpinan serta seluruh karyawan dan karyawati PT. MULTIMAS
NABATI ASAHAN Kuala Tanjung
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis mengikuti perkuliahan.
8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa KIN 08 yang turut membantu Penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini, serta pihak yang terlibat yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadarai sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan
karena keterbatan Penulis baik dari segi kemampuan maupun ilmu pengetahuan. Tetapi,
penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk kesempurnaan dan kelengkapan karya
ilmiah. Penuis berharap karya ilmiah ini dapat berguna bagi penulis dan semua pihak
yang membaca pada khususnya dan lingkungan Universitas Sumatera Utara pada
umumnya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala kritik dan saran yang
bertujuan untuk membangun dalam penulisan karya ilmiah ini.
ABSTRAK
Pada proses pengolahan kelapa sawit akan diperoleh minyak sawit kasar dan sludge.
Sludge akan diproses untuk dikutip kembali minyak yang tersisa didalamnya, dengan
menggunakan prinsip sentrifugasi. Salah satu faktor yang paling penting yang harus
diperhatikan dalam proses ini adalah kebersihan pada alat pengolahan sludge yang akan
berpengaruh terhadap kadar minyak yang hilang serta mutu minyak yang dihasilkan. Dari
hasil analisa yang dilakukan pada proses pengolahan sludge pada air limbah oleh sludge
separator diperoleh persentase kadar lossis minyak sebesar 1,1 % dengan pemakaian
suhu pada alat pengolah diatas suhu 95oC.
THE DETERMINE PERCENTAGE OF CRUDE PALM OIL (CPO) THAT
CARRIED OUT BY WASTE LIQUID AT OIL CLARIFICATION PROCESS IN
PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN - KUALA TANJUNG
ABSTRACT
In Manufacturing Palm, Crude Palm Oil (CPO) and sludge will be obtained. Slugde will
be reprocessed to take up the oil residu inside it by using centrifuge. One of the most
important factor be attentive in this process is cleaning in sludge processing tools that
which influence to the losses and the quality produce of oil. By analyzing that I do of
sludge processing produce in waste liquid by Sludge Separator, we obtained the oil
losses’s percentage is about 1,1 % by the optimal usage of temperature in processing tools
up in 95oC.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
PENGHARGAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat 3
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Data hasil analisa kadar minyak yang hilang bersama 27
Air limbah
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Pada proses pengolahan kelapa sawit akan diperoleh minyak sawit kasar dan sludge.
Sludge akan diproses untuk dikutip kembali minyak yang tersisa didalamnya, dengan
menggunakan prinsip sentrifugasi. Salah satu faktor yang paling penting yang harus
diperhatikan dalam proses ini adalah kebersihan pada alat pengolahan sludge yang akan
berpengaruh terhadap kadar minyak yang hilang serta mutu minyak yang dihasilkan. Dari
hasil analisa yang dilakukan pada proses pengolahan sludge pada air limbah oleh sludge
separator diperoleh persentase kadar lossis minyak sebesar 1,1 % dengan pemakaian
suhu pada alat pengolah diatas suhu 95oC.
THE DETERMINE PERCENTAGE OF CRUDE PALM OIL (CPO) THAT
CARRIED OUT BY WASTE LIQUID AT OIL CLARIFICATION PROCESS IN
PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN - KUALA TANJUNG
ABSTRACT
In Manufacturing Palm, Crude Palm Oil (CPO) and sludge will be obtained. Slugde will
be reprocessed to take up the oil residu inside it by using centrifuge. One of the most
important factor be attentive in this process is cleaning in sludge processing tools that
which influence to the losses and the quality produce of oil. By analyzing that I do of
sludge processing produce in waste liquid by Sludge Separator, we obtained the oil
losses’s percentage is about 1,1 % by the optimal usage of temperature in processing tools
up in 95oC.
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik pada dasarnya bertujuan
untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut
berlangsung cukup panjang, mulai dari pengangkutan TBS, pensotiran buah, perebusan,
(CPO), selain itu juga harus memerlukan kontrol yang cermat agar minyak yang
Standart mutu adalah merupakan hal yang paling penting dalam menentukan
minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu minyak
yaitu: Kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas (ALB),
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan
kadar kotoran sekitar 0,01% dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin
Tandan buah segar yang telah mengalami proses pemerasan atau pengepresan
akan menghasilkan minyak sawit, dimana minyak sawitnya masih berupa minyak sawit
kasar karena mengandung kotoran berupa partikel – partikel dari tempurung dan serabut,
memperoleh minyak dengan mutu yang baik, karena pada stasiun inilah pemisahan
minyak dari sludge. Proses pemurnian minyak kelapa sawit di dalam sludge separator
harus lebih diperhatikan. Karena apabila peralatan dari pemurnian minyak baik itu dari oil
purifier maupun sludge separator rusak, maka mutu minyak yang dihasilkan tidak sesuai
dengan mutu standart mutu perusahaan yang mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
(Basyar, 1999) .
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemurnian minyak di sludge separator
adalah suhu sludge yang masuk dijaga 95 – 115oC, penambahan air panas (95 – 100oC)
dengan besarnya aliran 10m3 pada gelas duga atau berpedoman pada pelampung dan
putaran bowl sebesar 5400 rpm, pencucian bowl dilakukan setiap 4 jam sekali agar
kotoran tidak melekat pada dinding bowl dan nozzle,pemeriksaan dan pembersihan
Berdasarkan hal ini, maka dilakukan kajian tentang “Penentuan Kadar Minyak
Mentah (CPO) yang terbawa oleh air limbah pada proses pemurnian minyak di Sludge
1. Berapakah kadar minyak yang hilang atau yang terbawa dalam air limbah pada proses
2. Faktor – faktor apa saja kah yang dapat mempengaruhi dan menyebabkan kehilangan
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui persentase kadar minyak yang terbawa oleh air limbah pada
pemurnian minyak di sludge separator dan faktor faktor yang mempengaruhi terbawanya
minyak ke dalam air limbah tersebut yang menjadi penentu untung dan rugi pada
perusahaan.
1.4. Manfaat
Untuk mengetahui jumlah minyak mentah (CPO) yang terbawa bersama kotoran di dalam
air limbah yang menentukan mutu minyak yang baik dan menekan kehilangan minyak
(losses) yang sekecil mungkin pada proses pemurnian kembali di sludge separator serta
untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kadar minyak yang
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak sawit tersusun dari unsur – unsur Carbon (C), Hidrohen (H), dan Oksigen
(O). Minyak sawit ini terdiri dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang
seimbang. Penyusun fraksi padat terdiri dari asam lemak jenuh, antara lain asam miristat
(1%), asam palmitat (45%), asam stearat (4,5%). Sedangkan fraksi cair tersusun aatas
asam lemak tak jenuh yang terdiri dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%).
Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak yang
membentuk trigliserida dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua
jenis minyak tersebut mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit
dalam suhu kamar bersifat setengah padat sedangkan pada suhu yang sama minyak inti
berbentuk cair.
Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa
gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bangun rantai asam lemaknya, minyak kelapa
sawit termasuk dalam golongan minyak oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah
jingga karena kandungan karotenoid (terutama β-karoten), berwujud setengah padat pada
suhu kamar dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas yang rendah, bau dan
rasanya enak.
Berikut ini adalah komposisi asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit
Jenis Asam Lemak Minyak Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)
Oktanoat - 2–4
Dekanoat - 3–7
Laurat 1 41 – 55
Miristat 1-2 14 – 19
Palmitat 32 - 47 6 – 10
Stearat 4 - 10 1–4
Oleat 38 - 50 10 – 20
Linoleat 5 - 14 1–5
Linolenat 1 1–5
sebelum matang. Oleh karena itu, penentuan saat panen sangat menentukan kandungan
minyak yang terbentuk. Kandungan minyak tertinggi dalam buah adalah pada saat buah
akan membrondol (lepas dari tandannya). Karena itu, kematangan tandan biasanya
ditandai dengan jumlah buah yang membrondol. Seminggu sebelum matang, yaitu 19
minggu setelah penyerbukan, minyak yang terbentuk baru 6 – 7 %. Pada hari – hari
mencapai maksimalnya yaitu 50 % berat terhadap daging buah segar pada minggu ke -20
setelah penyerbukan.
menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Proses hidrolisis dikatalis oleh enzim lipase yang
juga terdapat pada buah, tetapi berada diluar sel yang mengandung minyak. Jika dinding
sel pecah atau rusak karena proses pembusukan atau karena perlakuan mekanik, tergores
atau memar karena benturan, enzim akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi
tertentu) juga dapat terjadi bila suasananya sesuai, yaitu pada suhu rendah dibawah 50oC,
dan dalam keadaan lembab dan kotor. Oleh karena itu minyak sawit harus segera
dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai dengan suhu diatas 90OC seperti
mengaktifkan enzimnya. Pada kadar air kurang dari 0,8 % mikrooganisme juga tidak
dapat berkembang. Jika lebih tinggi, sebaiknya minyak ditimbun dalam keadaan panas
Komponen utama minyak atau lemak adalah trigliserida dan non trigliserida.
Minyak merupakan senyawa trigliserida yang berupa ester dan asam lemak rantai panjang
dan gliserol. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
dalam pelarut organik (misalnya ester, benzene, kloroform) atau sebaliknya ketidak
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih aktif dibandingkan
dengan karbohidrat dan protein. Lemak dan minyak didefinisikan sebagai salah satu
trigliserida atau trigliserol, yakni trimetilester dan gliserol. Lemak dan minyak secara
kimiawi adalah trigliserida yang merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida.
Trigliserida merupakan hasil kondensasi sstu molekul gliserol dengan 3 asam lemak. Di
dalam bentuk trigliserida yang lain yaitu digliserida dan monoskarida yang terdapat
minyak, dimana jika terjadi kontak dengan udara luar akan menimbulkan bau dan rasa
asam lemak bebas, gliserol, phospatida, protein, zat warna (karoten dan
klorofil).
ester dalam berbagai lipida. Struktur asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon lurus
yang pada ujung mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung yang lain gugus
metal (CH3).
Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap,
berkisar empat hingga dua puluh karbon. Berdasarkan jumlah karbonnya, asam lemak
digolongkan atas asam lemak rantai pendek (6 atom karbon atau kurang), rantai sedang (8
-12 karbon) dan panjang (14 – 18 karbon) dan sangat panjang (20 atau lebih). Rantai
karbon asam lemak yang mempunyai ikatan tunggal disebut asam lemak jenuh dan bila
mengandung satu atau lebih ikatan rangkap disebut asam tidak jenuh.
Asam – asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C2 sam pai C30 dan
dalam bentuk bebas atau ester dengan gliserol. Asam lemak dapat digolongkan
sifat-sifat kelarutannya dalam air, kemampuan asam lemak untuk menguap dan kelarutan
Asam lemak dengan atom C lebih dari duabelas tidaklarut dalam air dingin
maupun dalam air panas. Asam lemak dari C4, C6, C8, dan C10 dapat menguap dan asam
lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garamnya dari asam lemak yang mempunyai
berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut dalam akohol dari pada garam-
garam dari asam lemak yang mempunyai berta molekul yang tinggi (Risza , 1994).
kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung panjang dan memerlukan
kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS ke pabrik sampai dihasilkan minyak
sawit dan hasil sampingnya. Tahap – tahap pengolahan TBS samapi dihasilkannya
Tandan Buah Segar (TBS) hasil permanen harus segera di angkut ke pabrik untuk
diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan asam lemak
bebasnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah
panen, TBS harus segera diolah. Sesampainya TBS di pabrik, segera dilakukan
penimbangan. Penimbangan penting dilakukan sebab akan diperoleh angka – angka yang
TBS yang telah dimasukkan ke dalam lori selanjutnya direbus di dalam ketel rebus
(sterilizer). Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 90 menit atau
tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan
adalah 2,5 atm dengan suhu uap 125OC. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan
kadar minyak dan memucatkan kernel. Sebaliknya, perebusdan dalam waktu yang terlalu
pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya.
dengan perebusan hingga temperatur 50OC selama beberapa menit. Namun, jika
2. Memudahkan pemipilan
merebus dengan air mendidih. Namun, cara ini tidak memadai, oleh karenanya,
Selama dalam proses perebusan, kadar air dalam buah akan berkurang karena
minyak dari zat non lemak (Non Oil Solid/NOS). Secara keseluruhan, akibat
dalam proses penguapan sebagian air dari daging buah kemungkinan kehilangan
minyak dalam serabut maupun dalam lumpur buangan (sludge) dapat ditekan.
Hal utama yang dihadapi pada proses pengolahan inti sawit yaitu sifat lekat dari
inti sawit terhadap cangkangnya. Dengan proses perebusan, kadar air dalam biji
akan berkurang sehingga daya lekat inti terhadap cangkang menjadi berkurang.
2.4.3. Pemipilan Buah
TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan dan dituangkan
kedalam alat pemipil (Thresher) dengan bantuan hosting crane. Proses pemipilan terjadi
akibat terjadi akibat tromol berputar pada saat sumbu mendatar yang membawa TBS ikut
berputar sehingga membanting TBS tersebut dan brondolan lepas dari tandan. Brondolan
yang keluar dari bagian bawah pemipil, ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk
dikirim ke bagian digesting dan pressting. Sementara, tandan (janjang) kosong yang
keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator, kemudian dikirim ke
hopper.
Kecepatan putaran dari tromol pemimpil harus ditentukan secara tepat untuk
mencapai efek pemimpilan yang optimal. Kecepatan putaran harus sedemikian rupa
sehingga semua tandan berulang kali terangkat setinggi mungkin pada dinding silinder
untuk kemudian jatuh. Dengan demikiann, akan diperoleh efek pemipilan yang
dikehendaki.
Kerugian yang terjadi pada proses pemipilan ada dua macam, yaitu kerugian
minyak yang terserap oleh tandan kosong dan kerugian minyak dalam buah yang masih
tertinggal dalam tandan (tidak membrondol). Tingkat kematangan buah dan metode
perebusan buah sangat menentukan dalam keberhasilan proses pengolahan buah kelapa
sawit. Semakin tinggi tingkat kematangannya dan semakin lama waktu perebusan,
semakin besar pula kemungkinan bahwa minyak akan meleleh keluar dari daging buah
selama perebusan karena daging buah selama perebusan menjadi sangan lunak.
Untuk mengurangi kehilangan minyak selama pemipilan, dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengisian buah ke pemipil secara teratur dan tidak overload agar benturan
antara tandan dengan brondolan yang dagingnya rusak tersebut dapat menjadi lebih
singkat waktunya.
pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan dan pencacahan berupa
dalamnya. Lengan – lengan pecacah ini diputar dengan motor listrik yang dipasangkan
dari bagian atas dari alat pencacah. Putaran – putaran lengan pengaduk berkisar 25-26
rpm.
Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk
pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah
digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan
yang berada persis dibawah digester. Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan
screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah.
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam screw press.
Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dilution) sehingga massa bubur buah yang dikempa
tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu rapat, maka akan dihasilkan cairan
tandan buah segar yang diolah dengan temperatur air sekitar 90OC.
Minyak yang diperoleh dari pemisahan belum siap dipasarkan, yaitu belum
memiliki spesifikasi kadar air dan kadar kotoran yang ditentukan. Minyak sawit mentah
Stasiun pemurnian yaitu stasiun pengolahan di pabrik kelapa sawit (PKS) yang
bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit (MKS) dari kotoran kotoran,
seperti padatan, lumpur dan air. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan
perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge) maupun
air. Tujuan dari pembersihan/pemurnian miyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan
kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan
getar untuk disaring agar kotoran yng berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki
penampung minyak kasar (Crude Oil Tank / COT). Minyak kasar yang terkumpul di
temperature minyak kasar sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan
berat jenis (BJ) antar minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantun dalam proses
Di VCT, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses
pengendapan. Minyak dari clarifier Tank selanjutnya dikirim ke Oil Tank, sedangkan
sludge dikirim ke Sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih
mengandung minyak. Di PKS, sludge dikutip kembali pada minyak yang masih
terkandung didalamnya.
Ada tiga metode yang dilakukan dalam pemurnian minyak kasar di PKS, yaitu
a. Metode pengendapan ( settling) yaitu pemisahan minyak dan air yang terjadi
pengendapan yang lebih berat. Minyak berada pada lapisan atas karena berat
jenisnya lebih kecil. Jika minyak kasar yang di dalam tangki dibiarkan, isi tangki
akan mengendap dan akan terbentuk beberapa lapisan sesuai dengan berat jenis
minyak yng masih mengandung butir-butir air dan zat pengotor lainnya dengan
kadar 99,0% minyak, 0,75% air, dan 0,25% zat padat.Minyak dengan dengan
diproses lebih lanjut untuk menurunkan kadar air dan zat padatnya. Lapisan kedua
Sementara lapisan ketiga merupakan fase yang mengandung zat organik padat
minyak kasar, sehingga bagian yang lebih berat akan terlempar jauh akibat adanya
proses untuk pemisahan cairan – cairan atau antara cairan dengan bahan padat
untuk aplikasi ini yaitu Oil Purifier yang memisahkan air dan kotoran-kotoran
2. Mengutip kembali minyak yang masih terikut dengan lumpur (sludge) yang
berasal dari Clarifier tank. Jenis pemusingan yang digunakan untuk aplikasi
akibat dari proses fermentasi. Pemisahan yang dimaksud disini yaitu pengutipan
minyak yang dilakukan di Fat fit. Minyak yang diperoleh dari fat fait selanjutnya
dikembalikan ke Crude Oil tank, sedangkan sisa lumpur dan air dialirkan ke
mungkin, tetapi pada sisa lumpur dan air yang dialirkan ke kolam limbah tersebut,
masih saja ada minyak yang terikut. Minyak yang ikut ke kolam limbah ini
sifat fisika-kimia dari minyak kasar tersebut. Minyak kasar hasil pengempaan tersebut
Campuran yang unsurnya minyak dan air terbagi tidak terlalu halus sehingga
dengan cepat dan mudak dipisahkan. Minyak dalam campuran ini disebut minyak
bebas karena tidak mempunyai afinitas apa pun dengan air yang mengelilinginya.
Minyak dari campuran ini bila dibiarkan akan segera terpisah diatas lapisan air yang
mengendap.
Campuran ini terbagi sangat halus. Dalam keadaan demikian, kedua unsur
Emulsi semacam ini boleh dikatakan tidak berarti dalam pemurnian minyak
dipabrik kelapa sawit, asalkan dapat dijamin viskositas yang layak (pada temperatur
80-90OC)
homogenisasi maka akan diperoleh emulsi yang stabil. Namun, telah diketahui juga
bahwa tanpa integrasi minyak dalam air yang intensif, bias juga terbentuk emulsi
yang stabil berkat adanya emuglator yang aktif. Asam lemak, zat lendir , serat halus,
serta sisa sel merupakan stabilisator sehingga dapat menjadi emulsi hidup (Pahan ,
2006).
1. Sludge Tank
menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tidak goncang karena pemanasan yang
terlalu tinggi akan dapat memisahkan minyak yang masih terikat dengan lumpur, oleh
Pipa masuk sludge dari settling tank berada disamping tangki bagian tengah
dengan maksud agar dalam tangki tidak terjadi goncangan-goncangan yang berakibat
pada pembentukan emulsi. Lumpur yang terdapat dibawah tangki harus dibuang setiap
selang waktu tertentu, dengan tujuan agar pasir tidak terikut kedalam sludge separator.
2. Sludge separator
Dalam sludge masih banyak terdapat zat-zat lain selain dari minyak yaitu sisa-sisa
daging buah, air dan macam-macam mineral. Minyak dalam sludge masih berkisar 3,5 – 5
%. Untuk memisahkan atau mengutip minyak yang masih terkandung dalam sludge,
lemak cairan sludge dimasukkan ke dalam alat pemisah sludge (sludge separator) untuk
atau strainer
1. Kapasitas olah sludge separator. Debit cairan yang tinggi akan mempengaruhi
perbedaan antara fraksi ringan dan berat, sehingga kehilangan minyak dalam air
drab tinggi. Kapasitas oleh separator dipengaruhi oleh jenis alat sludge separator
2. Nozzle. Ukuran lubang nozzle mempengaruhi pemisahan fraksi ringan dan berat.
Semakin kecil ukuran nozzle, maka daya pisah semakin baik yaitu kadar minyak
dalam air buangan relatif kecil, akan tetapi nozzle sangat cepat rusak, yang
Tabel 2.2. Perbandingan sifat antara minyak kelapa sawit sebelum dan sesudah
pemurnian
Akhir 26 - 29 40,0
Bilangan Bartya 33 -
Proses pemisahan biji serabut dari ampas pengempaan bertujuan terutama untuk
memperoleh biji sebersih mungkin, kemudian pemishan biji dari gumpalan – gumpalan
ampas pengempaan sangat dipengaruhi oleh proses sebelumnya. Jika proses pemisahan
serabut tidak menghasilkan biji yang bersih, maka sebab – sebab utamanya adalah
sebagai berikut :
c) Ampas pengempaan tidak cukup kering karena kondisi buah kurang bagus,
tekanan pengempaan kurang mencukupi, penambahan air kurang banyak pada saat
pengempaan
d) Pemuatan atau pengisian alat pemisah biji –serabut dengan ampas melebihi
kapasitasnya
e) Daya kipas yang tidak cukup dan tidak sesuai dengan alat pemisah
f) Kotoran – kotoran berat, seperti batu, kerikil, dan lain – lain yang memperkecil
Minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan, terutama dalam
pembuatan margarine atau minyak goreng atau lemak-lemak dalam pembuatan roti dan
kue. Dalam margarin misalnya, kandungan minyak sawit dapat mencapai mencapai 20%.
Minyak kelapa sawit (CPO) yang disimpan akan mengalami penurunan mutu
jika tidak ditangani dengan tepat, terutama karena terjadinya reaksi oksidasi dan
hidrolisis. Kerusakan yang terjadi pada minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti absorbsi bau dan kontaminasi, aksi enzim, aksi mikroba dan reaksi kimia.
mengandung minyak (lemak) yaitu usaha mencegah penyebaran bau dan kontaminasi dari
alat penampung. Hal ini karena minyak (lemak) dapat mengabsorbsi zat menguap atau
bereaksi dengan bahan lain. Adanya absorbsi dan kontaminasi dari wadah ini akan
menyebabkan perubahan pada minyak, yang akan menghasilkan bau tengik, sehingga
akan menurunkan mutu minyak. Proses absorbs dan kontaminasi dari tempat
2. Aksi Enzim
dapat menghidrolisis. Jika organisme dalam kedaan hidup, enzim dalam keadaan tidak
aktif. Sementara organism telah mati maka koordinasi antar sel akan rusak sehingga
enzim akan bekerja dan merusak minyak. Indikasi dari kerja enzim dapat diketahui
3. Aksi mikroba
Kerusakan minyak oleh mikroba (jamur, ragi, dan bakteri) biasanya terjadi jika
masih terdapat dalam jaringan. Namun, minyak yang telah dimurnikan masih
mengandung mikroba yang berjumlah maksimum 10 organisme setiap gramnya.
Kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh mikroba antara blain produksi asam lemak
4. Reaksi kimia
Kerusakan minyak kelapa sawit yang memiliki pengaruh yang besar, yaitu
kerusakan karena reaksi kimia, yaitu hidrolisis, oksidasi, polimerisasi. Dalam reaksi
hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hal ini akan
merusak minyak dengan timbulnya bau tengik. Untuk mencegah terjadinya reaksi
CH2 – O – C – R1
O CH2 - OH
O
CH – O – C – R2 + 3H2O CH – OH + 3R – C
O OH
CH2 - OH
CH2 – O – C – R3
Minyak (trigliserida) Gliserol Asam lemak
menimbulkan ketengikan. Pengaruh lain akibat oksidasi yaitu perubahan karena karena
keracunan pigmen, penurunan kandungan vitamin, dan keracunan. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk menghambat reaksi oksidasi yaitu dengan pemanasan ( 50 – 55OC)
3.1. Bahan
3. Air Pendingin
4. Kertas
3.2. Alat
3. Kertas timbel
4. Hot Plate
5. Cawan Porselin
8. Desikator werthim
10.Corong pyrex
1. Penyediaan sampel
berat sampel
konstans
f) Ditimbang sampel
d) Timbel yang berisi sampel dimasukkan kedalam alat soklet dan labu alas
f) Dikeringkan labu didih yang berisi minyak kedalam oven dengan suhu ±
i) Dengan hasil berat yang diperoleh maka dapat diketahui persentase kadar
Dari hasil diatas, maka kadar minyak yang terkandung dalam kotoran dapat
Kadar Minyak
BAB 4
4.1. Hasil
Dari hasil percobaan yang dilakukan pada proses pengolahan sludge terhadap kadar
Tabel 4.1. Data hasil analisa kadar minyak yang hilang bersama air limbah
1 0 35,9187 0,81
2 1 28,9009 1,11
3 2 30,1250 1,12
4 3 21,7105 1,51
5 4 18,4974 1,21
4.2. Perhitungan
1. Perhitungan kadar minyak yang terbawa oleh air limbah di Sludge Separator
Dari data hasil analisa laboratorium, maka kadar minyak dalam air limbah dapat
Rumus :
%(W/W)
Contoh Perhitungan :
%(W/W)
= 0,8057 %
0,81 %
2. Menghitung Persen (%) Kehilangan Minyak
%(W/W)
= 1,08 %
1,1 %
4.3. Pembahasan
Persentase (kadar) minyak dalam kotoran (air limbah) dapat dijadikan tolak ukur
minyak pada sludge Separator dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan suatu
pelarut. Sampel yang telah dihitung dimasukkan ke dalam oven untuk menguapkan
airnya, sehingga akan diperoleh berat penguapan (berat air dalam sampel). Kadar minyak
pada kotoran (air limbah) akan dapat diperoleh setelah minyak diekstraksi.
jumlah waktu terhadap kehilangan minyak pada sludge separator pada proses pemisahan
minyak di stasiun klarifikasi. Dari data yang diperoleh ditunjukkan bahwa semakin lama
alat bekerja maka semakin banyak pula kadar minyak yang terbuang dengan kadar sekitar
1,21 %. Hal ini menunjukkan kadar kehilangan minyak yang tinggi. Dengan kata lain,
banyak minyak yang terikut pada sludge yang dibuang yang mengakibatkan potensi
pengutipan minyak yang rendah. Dari hasil analisa juga diperoleh tiap jamnya lossis
minyak berkisar 1,1 % pada sludge separator. Hal ini disebabkan karena faktor – faktor
internal dan eksternal dari kerja alat tersebut. Biasanya pada sludge separator lossis
minyak ditentukan karena adanya kotoran yang menempel pada dinding putaran bowl.
Hal ini sangat mempengaruhi terhadap tinggi dan rendahnya lossis minyak yang
dihasilkan.Putaran yang optimal agar lossis minyak kecil pada putaran bowl biasanya
berkisar 118 – 125. Hal ini berbeda jika kotoran telah menempel pada dinding putaran
bowl yang menyebabkan putaran bowl tidak berputar pada kisaran 118 – 125, maka lossis
minyak juga akan meningkat. Pada sludge separator diusahakan agar tiap jam
membersihkan alat, ini bertujuan agar kotoran tidak menempel pada nozzle dan dinding
bowl sehingga lossis minyak yang dihasilkan semakin sedikit. Suhu sludge yang masuk
juga harus dijaga pada alat ini, suhu sludge yang terlalu dingin menyebabkan minyak
sukar melepaskan diri dari kotoran (air limbah), dan jika suhu sludge terlalu panas akan
merusak daya kerja mesin. Suhu optimal yang dimiliki sludge sebelum memasuki sludge
separator biasanya berkisar 90 - 95OC, jika suhu tersebut dipenuhi sludge maka lossis
5.1. Kesimpulan
Dari uraian diatas dan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. Dari Grafik dapat diketahui bahwa semakin sering alat pemurnian minyak sludge
juga akan semakin besar. Besarnya minyak yang hilang bisa dihitung melalui
proses ekstraksi air limbah (air buangan) di laboratorium. Dari hasil analisa
diperoleh % rata-rata kehilangan minyak sebesar 1,1%. Pada alat ini kadar minyak
yang lossis akan berkurang jika alat sesering mungkin dibersihkan (perjam).
a. adanya kotoran yang melekat pada nozzle dan dinding bowl sludge
separator.
125 rpm.
115OC.
d. Penggunaan air untuk balancing tidak menggunakan air panas dengan besarnya
aliran dibawah 10 – 15O pada gelas duga (Alfa Larval) atau berpedoman pada
pelampung (Westfalia).
3. Diharapkan kepada peneliti lanjutan agar dapat menganalisa faktor – faktor yang
1,4
1,2
lossis minyak (%)
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
Waktu (jam)