Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH TANDAN KOSONG PADA PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK

(LOSSE ) CPO DI PTP. NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT KEBUN PABATU


TEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

SALOMO SITINJAK
142401206

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGARUH TANDAN KOSONG PADA PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK
(LOSSES) CPO DI PTP. NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh


Ahli Madya

SALOMO SITINJAK

142401206

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN

PENGARUH TANDAN KOSONG PADA PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK


(LOSSES) CPO DI PTP. NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2017

Salomo Sitinjak
142401206

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya
yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul “Pengaruh
Tandan Kosong Pada Persentase Kehilangan Minyak (Losses) CPO Di PTP. Nusantara IV
(Persero) Unit Kebun Pabat Tebing Tinggi”, yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Kimia.

Pada kesempatan ini dengan rendah hati Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar - besarnya pada kedua orang tua Penulis yaitu ayahanda Manontang Sitinjak dan
Ibunda Hot Maria Br. Simbolon yang telah memberi kasih sayang sebesar - besarnya dan
sabar dalam menghadapi sifat Penulis selama ini, serta abang - abang dan adik Penulis yaitu,
Sahat Maruli Sitinjak, Yoswa Sitinjak dan Yohanes Sitinjak yang selalu memberikan
semangat untuk menghadapi perkuliahan selama ini

. Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung dan tidak langsung antara lain.

1. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si., M.Si Selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Dr. Minto Supeno, MS Selaku Ketua Program Studi D-3 KIMIA MIPA
USU.
3. Bapak Rikson Asman Fertiles Siburian, S.Si., M.Si., Ph.D selaku dosen
pembimbing yang telah sabar dan banyak memberi saran serta bimbingan tentang
karya ilmiah Penulis.
4. Bapak Ujang selaku Kepala Laboratorium, Bapak Alfi Nursyahrin selaku Asisten
pengolahan dan seluruh Staf dan Karyawan PTP. Nusantara IV (Persero) Unit
Kebun Pabatu, Tebing Tinggi.
5. Teman – teman PKL Penulis : Fransiskus Deo, Roby Naibaho, Lilis Sihaloho dan
Lily Simatupang yang sama - sama berjuang selama PKL
6. Kepada sahabat - sahabat Penulis : Daniel Silalahi, Alex Dodi Pranata Pardede
yang selalu memberi dukungan secara langsung maupun tidak langsung
7. Kepada teman satu kost penulis : Riston Rambu, Agri Kembaren, dan Daniel
Gomos yang selalu memberi nasehat dan membantu Penulis untuk menulis karya
ilmiah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa isi dan penyajiannya masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan,

Penulis

Salomo Sitinjak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

PENGARUH TANDAN KOSONG PADA PERSENTASE KEHILANGAN MINYAK


(LOSSES) CPO DI PTP.NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT KEBUN PABATU
TEBING TINGGI

Penelitian tentang pengaruh tandan kosong pada persentase kehilangan minyak (losses) CPO
di PTP.Nusantara IV (persero) unit kebun Pabatu Tebing Tinggi telah dilakukan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya persentase kilangan minyak yang diperoleh
dari hasil ekstraksi tandan kosong. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi sokletasi.
Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh tandan kosong pada persentase
kehilangan minyak kelapa sawit adalah 2,30-2,34%. Dari seluruh data penelitian tersebut
menunjukkan bahwa persentase kehilangan minyak yang di analisa tidak melebihi standart
normal pada tandan kosong yaitu sebesar 3,00%.

Kata kunci : Tanda Kosong, Crude Palm Oil (CPO), Ekstraksi Sokletasi, Kehilangan Minyak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


INFLUENCE OF EMPTY PALM BUNCHES IN TO LOSS PERCENTAGE OF
CRUDE PALM OIL (CPO) AT PTP.NUSANTARA IV (PERSERO)
PABATU LAND UNITS
TEBING TINGGI

ABSTRACT

The research about influence of empty palm bunches in to loss percentage of crude palm oil
(CPO) at PTP.Nusantara IV (persero) Pabatu land units Tebing Tinggi was carried out. The
perposes of this research are to know the percentage of oil loss produced by the extraction of
empty palm bunches. The research metod is soclet extraction. Result of research show that
the persentage of palm oil loss in empty palm bunches are contained 2,30-2,34%. From ll the
research data show the persentage of palm oil loss in analyis does not exceed the normal
standard on empty palm bunches that is equel to 3,00%.
Keyword : Empty Palm Bunches, Crude Palm Oil (CPO), Soclet Extraction, Losses.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN iv
PENGHARGAAN v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Pembatasan masalah 4
1.4 Tujuan 4
1.5 Manfaat 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Sejarah Kelapa Sawit 5
2.2 Varietes Dari kelapa Sawit 6
2.2.1 Berdasarkan Ketebalan Cangkang Dan
Daging Buah Kelapa Sawit 7
2.2.1.1 Dura 7
2.2.1.2 Psifera 7
2.2.1.3 Tenera 7
2.2.1.4 Macro Carya 8
2.2.1.5 Diwikka-wakka 8
2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah Kelapa Sawit 8
2.2.2.1 Nigrescens 8
2.2.2.2 Virescens 8
2.2.2.3 Albescens 8
2.3 Panen 9
2.4 Pengolahan Kelapa Sawit 10
2.4.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception) 10
2.4.1.1 Jembatan Timbang (Weight Bridge) 10
2.4.1.2 Sortasi TBS 11
2.4.2 Stasiun Loading Ramp 11
2.4.2.1 Lori 11
2.4.2.2 Alat Penarik 12
2.4.2.3 Transfer Carriage 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.2.4 Jaringan Rel (Rail Track) 12
2.4.3 Stasiun Rebusan (Sterilizing Station) 12
2.4.3.1 Lori Rebusan (Boogies and cages) 12
2.4.3.2 Rebusan (Sterilizier) 13
2.4.4 Stasiun Penebusan TBS (Threser) 14
2.4.4.1 Alat Pengangkat (Hoisting crane) 14
2.4.4.2 Auto Feeder 14
2.4.4.3 Penebah ( Threser) 14
2.4.4.4 Conveyor Tandan Kosong 15
2.4.4.5 Timba Buah (Fruit Elevator) 15
2.4.5 Stasiun Kempa (Pressing Station) 15
2.4.5.1 Ketel Adukan (Digester) 15
2.4.5.2 Pengempa (Press) 15
2.4.6 Stasiun Klarifikasi 16
2.4.6.1 Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank) 17
2.4.6.2 Saringan Getar (Vibrating Screen) 17
2.4.6.3 Bak RO atau Crude Oil Tank 17
2.4.6.4 Continuous Settling Tank (CST) 18
2.4.6.5 Oil Tank 18
2.4.6.6 Sentrifusi Minyak (Oil Purfier) 18
2.4.6.7 Pengeringan Minyak (Vacum Dryer) 18
2.4.6.8 Tangki Timbun 18
2.4.6.9 Saringan Berputar (Brush Strainer) 19
2.4.6.10 Pre Cleaner 19
2.4.6.11 Balance Tank 19
2.4.6.12 Sludge Tank 20
2.4.6.13 Sludge Separator 20
2.4.6.14 Fat Pit 20
2.5 Minyak Kelapa Sawit 20
2.5.1 Kompisisi Kimia Minyak Kelapa Sawit 22
2.5.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit 23
2.6 Limbah Padat Kelapa Sawit 23

BAB 3. BAHAN DAN METODE 26


3.1 Alat Dan Bahan 26
3.1.1 Alat 26
3.1.2 Bahan 26
3.2 Prosedur Penelitian 27

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 28


4.1 Data Hasil Pengamatan 28
4.2 Perhitungan 28
4.3 Pembahasan 29

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

SOP = Standar Operasi Prosedur.


TBS = Tandan Buah Sawit.
TKKS = Tandan Kosong Kelapa Sawit.
RPM = Rotation Per Menit.
EBC = Empty Bunch Conveyor.
COT = Crude Oil Tank.
CST = Continuous Settling Tank.
OT = Oil Tank.
OP = Oil Purifier.
CPO = Crude Palm Oil.
PKO = Palm Kernel Oil
ALB = Asam Lemak Bebas.
FFA = Free Fatty Acid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Judul

1. Alur Proses Pengolahan Kelapa Sawit.


2. Material Balance
3. Alur Proses Pemisahan Tandan Kosong Dengan
Brodolan Buah Sawit di Stasiun Penebah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria,

Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari

Amerika, yakni dari Brazilia.

Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara,

khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat, atau Amerika yang

dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948

hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Ke-empat

batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan

ke Deli Sumatera Utara.

Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di

Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa

sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat

ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi Negara setelah karet dan kopi. (Risza, S,

1994 )

Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit.

Potensi produksinya per hektar mencapai 6 ton per tahun, bahkan lebih. Jika dibandingkan

dengan tanaman penghasil minyak lainnya (4,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk

tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak

sawit mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit. CPO

banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri

sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstik, kosmetik, dan

sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel).(Sastrosayono, 2006)

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki

keistimewaan tesendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut

menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan, tetapi juga

untuk memenuhi kebutuhan non-pangan.

Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semipadat. Hal ini karena minyak sawit

mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8.

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit berwarna

kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A.Dan sebagian besar

kelapa sawit tersusun oleh trigliserida. (Pahan, 2006)

Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu, yaitu : kandungan air dan kotoran dalam

minyak, kandungan asam lemak bebas, waran, bilangan peroksida, bilangan penyabunan,

serta kandungan logam berat.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 persen dan

kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin

(kurang lebih 2 persen atau kurang), bilanagn peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah

dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat

serendah mungkin atau bebas dari ion logam. (Ketaren,s.1986)

Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak sawit dan

inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu mendapat penanganan

khusus oleh tenaga-tenaga yang memilki keahlian dan keterampilan tinggi. Selain itu, perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


instalasi yang baik dan memadai untuk memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang

bermutu baik.Secara umum, pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi dua jenis hasil akhir,

yaitu pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan inti sawit.

Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak sawit yang

berasal dari daging buah (pericarp). (Risza, 1994)

Kelapa sawit yang diolah disuatu industri menghasilkan minyak sawit, inti sawit,

cangkang, serat, dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan pemisahan antara brondolan

dengan tandan kosong sering terjadi tingginya kehilangan minyak pada tandan koosong

kelapa sawit(Naibaho,P.1996).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menambil judul :

Pengaruh Tandan Kosong Pada Persentase Kehilangan Minyak (Losses) CPO Di PTP.

Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi.

1.2 Permasalahan

Pada Stasiun Penebah (pembanting) ini, tandan buah segar di proses sedemikian

rupa hingga mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adapun perlakuan yang terdapat

pada stasiun ini yaitu berupa proses pemisahan antara brondolan buah sawit dengan tandan

kosong untuk pengepresan minyak sawit.

Dari uraian diatas timbul permasalahan berapa besar Pengaruh Tandan Kosong Pada

Persentase Kehilangan Minyak ( Losses ) Cpo di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun

Pabatu, Tebing Tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Pembatasan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada penentuan kehilangan

minyak pada tandan kosong melalui proses ekstraksi sokletasi.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan tugas akhir ini untuk mengetahui besarnya persentase kehilangan

minyak yang diproleh dari hasil ekstraksi tandan kosong.

1.5 Manfaat

Memberikan petunjuk agar dapat mengetahui perbandingan persentase losis minyak

pada tandan kosong sehingga tidak melebihi norma kehilangan minyak untuk menghasilkan

Rendemen (hasil olah pabrik) minyak CPO sesuai dengan standart mutu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Bapak kelahiran industri kelapa sawit di Indonesia adalah seorang yang

berkebangsaan dari Negara Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911

membudidayakan kelapa sawit secara komersial dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput

(Aceh) dan Pulo Raja (Asahan).

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah

berjalan dengan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan

Belanda. Pada masa penduduk Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan

perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya di kirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri

perang, kemudian semua terhenti karna terjadi serangan sekutu pada tahun 1943.

Pada tahun 1947 pemerintahan Belanda merebut kembali dua per tiga dari

perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran (Stoler,1985). Kemudian menjelang akhir tahun

1948 maskapai maskapai dari perkebunan asing hampir memproleh perkebunan mereka

masing - masing dan menjadi milik mereka kembali.

Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda di ambil oleh

Pemerintahan Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris , Prancis, Belgia dan Amerika di

kembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.

Pada masa pemerintahan Orde Lama relatif perkebunan sawit sangat terlantar karena

tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan

kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasokan minyak sawit nomor satu

terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada masa pemerintahan Orde Baru telah mulai membangun kembali perkebunan

kelapa sawit secara besar - besaran dengan mengadakan peremajaan dan penanaman

baru.Selanjutnya pemerintahan telah bertekad pula membangun perkebunan kelapa sawit

dengan mengembangkan melalui berbagai pola.

Sejak tahun 1975 muncul berbagi pola pengembangan kelapa sawit seperti pola Unit

Pelaksanaan Proyek (UPY) dan Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera

Utara(P3RSU).Kemudian Proyek NES/PIRBUN sejak 1977/1978, antara lain PIR lokal, PIR

Khusus, PIR berbantuan. Selanjutnya sejak tahun1986 muncul lagi PIR TRANS. Dan sejak

1984 berdasarkan surat keputusan menteri pertanian No. 853/1984, pengembangan

perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR.Kemudian sejak 1986 INPRES

nomor 1 tahun 1986 telah ditetapkan bahwa pengembangan perkebunan dengan pola PIR

harus dikaitkan dengan program transmigrasi (Risza,S.1994).

Areal kelapa sawit Indonesia meningkat pesat, khususnya pada saat ini. Kalau dulu

perkebunan kelapa sawit hanya terbatas di Sumatera, sekarang terdapat perkebunan-

perkebunan yang luas di Kalimantan, Sulawesi,dan Irian Jaya. Kebun kelapa sawit harus

diremajakan setiap 25 tahun.Dengan demikian dikebun-kebun lama dewasa ini terdapat

tanaman generasi ke-2 atau ke-3. Tampak bahwa dari generasi kegenerasi intensitas penyakit

akar makin meningkat (Semangun,H.2008).

2.2. Varietas dari Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal.Varietas-varietas itu

dapat dibedakan berdasarkan tebal dari tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna

kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi

yang baik dibandingkan dengan varietas lain.

2.2.1 Berdasarkan Ketebalan Cangkang Dan Daging Buah Kelapa Sawit

2.2.1.1 Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar

tempurung. Daging buah relatip tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi

antara 35 - 50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

2.2.1.2 Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya

tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.

Jenis pesifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas

ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini.Oleh

sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai induk jantan. Penyerbukan silang antara pisifera

dengan dura akan menghasilkan varietas tenera.

2.2.1.3 Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu dura dan

pisifera.Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini.

Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 - 4 mm, dan terdapat lingkaran

serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 –

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90%.Tandan buah yang dihasilkan oleh tenera lebih banyak daripada dura, tetapi ukurannya

relative lebih kecil.

2.2.1.4 Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.

2.2.1.5 Diwikka – wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.Diwikka - wakka

dapat dibedakan menjadi diwikka-wakka dura, diwikka-wakka pisifera dan diwikka - wakka

tenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang

begitu dikenal di Indonesia(Tim Penulis PS, 1997).

2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah Kelapa Sawit

2.2.2.1 Nigrescens

Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga

kehitam - hitaman pada waktu matang.Tipe buah nigrescens hampir dominan ditemukan pada

varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia.

2.2.2.2 Virescens

Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah

menjadi jingga kemerahan, tetapai ujungnya tetap kehijau - hijauan.

2.2.2.3 Albescens

Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih - putihan, sedangkan setelah matang

berubah menjadi kekuning - kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam -

hitaman(Pahan,I.2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3 Panen

Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai

kriteria matang panen, Mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan dan

brondolannya ditempat pengumpulan hasil.

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang

dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak paling

maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak

Bebas atau Free Fatty acid (ALB atau FFA).Hal itu tentu akan banyak merugikan sebab pada

buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga

akan menurunkan mutu minyak. Lagi pula,buah yang terlalu masak lebih mudah terangsang

hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan

kandungan minyak, walaupun ALB nya rendah.

Sebaiknya pemanenan dilakukan terhadap semua tandan buah yang telah matang.

Berdasarkan tinggi tanaman, Ada 3 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan

kelapa sawit di Indonesia

1. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan dengan cara panen jongkok

dengan alat dodos.

2. Untuk tanaman yang tingginya 5-10 m digunakan dengan cara berdiri dan

mengunakan alat kampak siam.

3. Ubtuk tanaman yang tingginya diatas 10 m dengan alat arit berganggang panjang

(enggrek) (Tim Penulis PS,1997).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4 Pengolahan Kelapa Sawit

Pengolahan bahan kelapa sawit dimaksud untuk memperoleh minyak kelapa sawit

(CPO) dan inti kelapa sawit dari biji (nut). Pada prinsipnya proses pengolahan TBS menjadi

CPO diperlukan pengolahan. Proses pengolahan buah kelapa sawit yang ada di

PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu Tebing Tinggi dapat dilihat dari daftar

lampiran. Pengolahan ini dibagi dalam beberapa stasiun yaitu:

1.Stasiun Penerimaan Buah

2.Stasiun Loading Ramp

3.Stasiun Rebusan (Sterilizzer)

4.Stasiun Penebah (Threser)

5.Stasiun Kempa (Pressings Station)

6.Stasiun Klarifikasi (Pemurnian Minyak)

2.4.1 StasiunPenerimaan Buah (Fruit Reception)

2.4.1.1 Jembatan Timbang (Weight Bridge)

Timbangan berfungsi sebagai tempat atau penimbangan TBS yang dibawa kepabrik dan hasil

produksi pabrik (minyak/inti sawit) serta penimbangan barang lain yang terkait dengan

aktivitas kebun. Data hasil penimbangan TBS dapat juga dimanfaatkan sebagai alat kontrol

untuk evaluasi capaian rendeman dan kapasitas olah pabrik.Kapasitas timbangan di pabrik

kelapa sawit PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu adalah maksimal 40 ton.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.1.2 Sortasi TBS

Sortasi TBS dilakukan di LoadingRamp. Mutu dan hasil rendemen olah sangat

dipengaruhi oleh mutu tandan dan mutu panen.Sortasi TBS sebagai alat untuk menilai mutu

panen yang dilaksanakan setiap kebun yang mengolah buah di pabrik dengan menentukan

samua trukyang dianggap mewakili setiap afdeling kebun.Untuk pengiriman TBS dan pihak

ke III, maka sortasi dilakukan terhadap semua truk.Sebelum dibongkar, diambil sekitar 40

brondolan, untuk mengetahui apakah buah termasuk jenis dura atau tenera.Untuk TBS dan

pihak ke III, buah yang ditolak adalah buah mentah (fraksi 00 dan 0), buah dura (bila

komposisinya> 15%), dan buah yang beratnya <10 kg.Sortasi buah dilaksanakan sesuai

dengan kriteria panen yang terdiri atas beberapa fraksi.

2.4.2 Stasiun Loading Ramp

Loading Rampadalah tempat untuk melakukan sortasi dan penampungan TBS

sementara menunggu proses pengolahan. Setelah ditimbang,TBS dipindahkan ke loading

rampsebagai tempat penimbunan sementara sebelum tandan buah dimasukkan ke dalam lori

rebusan. Untuk mengetahui mutu TBS yang akan diolah perlu dilakukan sortasi di loading

rampharus dilakukan karena mutu TBS yang akan diolah merupakan salah satu faktor yang

menentukan rendemen dan mutu produksi.

2.4.2.1 Lori

Lori adalah alat yang digunakan untuk menampung/membawa buah dari loading

ramp ke perebusan untuk direbus. Berat rata rata isian setiap lori adalah 2,5 ton TBS. Jumlah

kebutuhan lori disetiap pabrik kelapa sawit tergantung pada besarnya kapasitas olah per jam

pada pks berkapasitas olah 30 ton tbs/jam diperlukan 66 unit lori.Tandan buah dituang

pada tiap-tiap sekat dan diatur dan pintu kepintu lainnya dengan isi sesuai dengan kapasitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.2.2 Alat Penarik (Capstand)

Capstand adalah alat penarik lori keluar dan masuk sterilizer (Rebesan) yang

menggunakan gearbox/elektromotor. Sebelum capstand dijalankan, bollard harus dalam

keadaan bersih dan kering untuk menghindari terjadinya tali slip waktu digunakan.

Bollard capstanddijalankan untuk menarik lori dengan melilitkan tali secara teratur

dan tidak bertindih.Bollard dapat digunakan secara sekaligus dua buah (kiri dan kanan)

apabila dijumpai beban berat dengan menghindarkan gesekan tali

pada frame.Permukaan bollard harus rata dan tidak rusak karena aus.

2.4.2.3 Transfer Carriage

Transfer carriagemerupakan suatu alat pemindah lori yang telah berisi TBS dari jalur

rel loading ramp ke jalur rel rebusan yang posisinya berada dibelakang rebusan.Transfer

carriageyangada di PTP.Nusantara IV Kebun Pabatu memiliki satu unit dan hanya mampu

memindahkantiga unit loriyang masing-masing loriberatnya ± 2,5ton.

2.4.2.4 Jaringan Rel (Rail Track)

Rel merupakan jalur tempat loriberjalan, rel harus rata dan tidak naik turun, tidak

bengkok dan jarak rel kiri dan kanan harus tetap yaitu sekitar 60 cm.

2.4.3 Stasiun Rebusan (Sterilizing Station)

2.4.3.1 Lori Rebusan (Boogies and cages)

Lori rebusan adalah alat yang digunakan untuk mengangkut media atau tempat

perebusan buah. Lori rebusan diisi penuh dan merata sebanyak ± 2,5ton TBS lori. Jika isi dan

lori ton tadi terlalu penuh maka akan mengakibatkan:

1. Kerugian minyak pada air kondensat rebusan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Buah terjatuh dalam rebusan.

3. Penyumbatan saringan pipa-pipa kondensat.

4. Kerugian waktu karena buah yang jatuh berada jauh dalam rebusan sehingga harus

menunggu perebusan tersebut dingin untuk membersihkan lori yang jatuh.

5. Kerugian steam.

6. Kerugian alat-alat.

2.4.3.2 Rebusan (Sterillizer)

Ketel rebusan adalah bejana uap yang digunakan untuk merebus buah sawit.Untuk

menjaga tekanan dalam rebusan tidak melebihi tekanan kerja yang diizinkan, rebusan diberi

katup pengaman (safety valve).

Tujuan perebusan antara yaitu :

1. Mematikan enzim-enzim untuk mencegah berlanjutnya proses kenaikan asam lemak bebas

(ALB),

2. Mengurangi kadar air dalam buah.

3. Memudahkan berondolan lepas dan tandan.

4. Melunakkan daging buah agar lumat dalam digester.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses perebusan dengan tekanan 2,8-3

Kg/cm2 dan temperatur 135 - 140°C dengan lama perebusan antara 85 -90 menit serta siklus

perebusan 105 menit.

Sistem perebusan yang ada saat ini di PKS PTPN IV (Persero) kebun pabatu adalah

sistem tiga puncak (triple peak).Triple peakadalah jumlah puncak yang terbentuk selama

proses perebusan.Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukan dan jumlah pembukaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau penutupan dan uap masuk atau keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara

manual dan otomatis.

1.Holding time 40-5 0 menit.

2.Tekanan 2,8-3,0 kg/cm2, (sesual kondisi buah).

3.Sikius merebus kecil 100 menit.

4.Tidak ada kebocoran steam.

5.Air kondensat tidak menggenang.

6.Kadar minyak dalam air kondensat kecil 0,50%.

2.4.4 Stasiun Penebah TBS (Threser)

2.4.4.1 Alat Pengangkat (Hoisting Crane)

Hoisting Craneberfungsi untuk mengangkat lori berisi buah dan menuangkan kedalam auto

feederserta menurunkan lori kosong ke posisi diatas rel menuju loading ramp.

2.4.4.2 Auto Feeder

Auto Feeder adalah tempat penampungan buah masak hasil tuangan hoisting

crane Yang dapat mengatur pemasukan buah ke dalam alat penebah (Trheser) secara

otomatis.

2.4.4.3 Penebah (Threser)

Threser adalah alat yang digunakan untuk melepas dan memisahkan buah dan tandan.

Melalui kisi kisi brondolan jatuh ke conveyor(Bottom Fruit Conveyor) dan tandan terdorong

keluar ke conveyor tandan kosong (Empty Bunch Conveyor) menuju hopper.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.4.4 Conveyor Tandan Kosong

Alat ini digunakan untuk membawa tandan kosong dari threser ke penampungan sementara

tandan kosong (hopper).

2.4.4.5 Timba Buah(Fruit Elevator)

Fruit Elevator atau timba buah adalah alat untuk mengangkut buah/brondolan

dari bottom cross conveyor (ularan silang bawah) ke top cross conveyor (ularan Silang atas),

kemudian dibawa ke distribution conveyor (ularan Pembagi).

2.4.5 Stasiun Kempa (Pressing Station)

2.4.5.1 Ketel Adukan (Digester)

Ketel adukan adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah

terpisah dari biji.Ketel adukan ini terdiri dan tabung silinder yang berdiri tegak yang

didalamnya terpasang pisau-pisau pengaduk (strirring arms).Jumlah pisau ada 6 tingkat yang

terdiri dari 5 tingkat pisau pengaduk dan 1 tingkat pisau lempar yang berada pada bagian

bawah.

Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas sekitar 90 - 95°C,yang

diberikan dengan caramenginjeksikanpemanasan mantel (jacket).Jarak pisau dengan

dindingdigestermaksimum 15 mm.Pelumatan dilakukan dengan cara memasukkan buah

masak atau berondolan keconveyor pembagi ke dalam ketel adukan, pengisian harus penuh

dan pintu digester harus tertutup, setelah pengadukan berjalan ± 15 baru pintu dibuka ± ¾.

2.4.5.2 Pengempa (Press)

Pengempa digunakan untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging

buah (pericrap).Alat ini terdiri dari sebuah silinder (press cylinder)yang berlubang-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


lubang dan didalamnya terdapat dua buah unit konus (cones)berada pada bagian ujung

pengempa, yang dapat digerakkan maju-mundur secara hidrolik. Massa yang keluar dan ketel

adukan melalui feeder screwbagi kempa yang memakainya (sebagai minyak keluar) masuk

dalam main screwuntuk di kempa lebih lanjut.

Minyak yang keluar dan feed screwdan main screwditampung dalam talang

minyak (oil gutter).Untuk mempermudah pemisahan dan pengaliran minyak pada feeder

screwdilakukan injeksi dan penambahan air panas.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

1. Ampas kempa (Press Cake)harus keluar merata disekitar konus.

2. Tekanan hidrolik path akumulator 30 - 40 kg.

3. Pada akhir pengoperasian ataupun bila terjadi gangguan, sehingga screw pressharus

berhenti untuk waktu yang lama, maka Screw Pressharus dikosongkan.

2.4.6 Stasiun Klarifikasi

Pada stasiun ini minyak kasar diproses sedemikian rupa hingga mencapai hasil yang

lebih murni yang sesuai atau yang diharapkan. Adapun perlakuan yang terdapat pada stasiun

ini yaitu:

1.Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank).

2.Saringan Getar (Vibrating Screen).

3.Bak RO atau Crude Oil Tank.

4.Continuous Settling Tan (CST).

5.Oil Tank.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6.Oil Purifier.

7.Vacum Dryer.

8.Tangki Timbun.

9.Brus Stainer.

13.Pre Cleaner.

14.Balance Tank.

15.Sentrifusi Sludge (Sludge Separator).

16. Fat pit.

2.4.6.1 Tangki Pemisah Pasir (Sand Trap Tank)

Tangki pemisah pasir berfungsi untuk pengendapan pasir dari minyak kasar yang

berasal dari oil gutter (talang minyak mentah).

2.4.6.2 Saringan Getar (Vibrating Screen)

Vibrating Screen berfungsi untuk memisahkan massa padatan berupa ampas yang

terikut minyak kasar. Massa ampas yang disaring dikembalikan ke timba buah untuk diproses

kembali sedangkan cairan minyaknya ditampung pada tangki minyak kasar.

2.4.6.3 Bak RO atau Crude Oil Tank

Bak RO atau Tangki Crude Oil adalah tangki penampung crude oil atau minyak kasar

yang dilengkapi pipa pemanas steam coil (temperatur 95°C). Fungsi Tangki Bak RO adalah

untuk meningkatkan temperatur sebelum minyak kasar dipompakan ke CST.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.6.4 Continuous Settling Tank (CST)

Continuous Settling Tank (CST) adalah tangki berkapasitas 70 ton/90 ton/120 ton

yang difungsikan untuk memisahkan (mengutip minyak) dengan sludge dalam temperatur

yang tinggi dan kondisi cairan yang tenang sehingga terjadi pengandapan. Sistem pemisahan

minyak dan sludge terjadi karena adanya perbedaan berat jenis.sludge yang mempunyai berat

jenis lebih besar mengandap ke bawah, sedangkan minyak yang berat jenisnya lebih keil akan

naik ke atas.

2.4.6.5 Oil Tank

Oil Tank adalah tangki penempung minyak sementara hasil pemisahan minyak di

CST, sebelum diproses di oil purifier dan vacum dryer.Pada tangki ini minyak dipanasi

sebelum diolah lebih lanjut pada sentrifius minyak atau oil purifier.

2.4.6.6 Sentrifusi Minyak (Oil Purfier)

Oil Purifier adalah alat yang berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan air dan

kotoran yang masih ada dalam minyak. Minyak dari oil tank yang di alirkan

keoilpurifier masih mengandung air dan kotoran , tetapi sudah lebih kecil dari minyak yang

masuk ke oil tank akibat proses pemanasan dan pengandapan.

2.4.6.7 Pengeringan Minyak ( Vacum Dryer)

Vacuum Dryerberfungsi untuk memisahkan air yang masih terkandung dalam minyak

dengan cara penguapan pada ruang vacum.

2.4.6.8 Tangki Timbun

Tangki timbun adalah suatu alat dengan berbagai kapasitas yang berfungsi untuk

menampung produksi minyak hasil olahan pabrik sebelum dikirim ke pembeli. Disamping itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


fungsi tangki timbun adalah : -Menjaga kualitas CPO tetap standart -Sebagai fasilitas yang

efisien dan cepat untuk pengiriman CPO.

2.4.6.9 Saringan Berputar (Brush Strainer)

Saringan ini dipakai untuk memisahkan serabut yang masih ada di dalam Sludge

Separator.Alat ini terdiri dan tabung silinder yang berlubang-lubang halus dengan sikat- sikat

yang berputar bersama poros di tengah silinder tersebut. Cairannya telah tersaring keluar dan

bagian atas untuk menuju ke dalam desander, sedangkan serabut/sampah dibuang dan bagian

bawah.

2.4.6.10 Pre Cleaner

Minyak keluar darisaringan berputar masih mengandung pasir untuk membuang pasir

itu digunakan sludge pre cleaner.Alat ini pada bagian atasnya berbentuk silinder dan bagian

bawahnya berbentuk konus yang terbuat dan bahan keramik.Di bawah konus terdapat

tabunng pengendapan pasir.Cairan ini dipompakan pada bagian samping atas, Sehingga

cairan berputar dalam tabung dan konusnya yang mengakibatkan timbulnya gaya sentripugal.

Gaya ini menyebabkan pasir turun ke bawah dengan cepat untuk dibuang, sedangkan cairan

tanpa pasir bergerak ke atas dan bergerak melalui poros.

2.4.6.11 Balance Tank

Balance Tank adalah tangki penampungminyak yang dipompakan

dari BakRO sebelum dimasukkan ke CST.berfungsi untuk mengurangi tekanan cairan yang

dipompakan ke CST sehingga cairan di CST dalam kondisi tenang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4.6.12 Sludge Tank

Sludge Tank adalah tangki penempung sementarasludge dari hasil pemishan

CST sebelum diolah ke sludge separator. Sludge tank ini berbentuk silinder yang bagian

bawahnya berbentuk krucut yang dilengkapi kran untuk spui endapan (kotoran).pemanasan

dalam tangki ini dilakukan dengan system steam coil dan temperatur cairan dalam tangki 95-

100°C.

2.4.6.13 Sludge Separator

Sludge Separator adalah alat untuk memisahkan minyak dari sludge dengan

gayasentrifugal yang ditimbulkan dari putaran 5.000 rpm. Minyak yang berat jenisnya lebih

kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar. Minyak hasil pengutipan dikirim

ke bottom tank kemudian dipompakan ke CST. Sedangkan cairan yang mempunyai berat

jenis lebih berat dibandingkan minyak terdorong kebagian dinding bowl dan keluar

melalui nozzle.

2.4.6.14 Fat pit

Minyak hasil penyepian darisludge tank, minyak tumpah - tumpahan dan dari bekas

cucian distasiun klarifikasi ditampung dalam bak - bak penampung.Minyak hasil kumpulan

dipanaskan dengansteam injeksi, sehingga minyak yang tertampung di kirim ke Bak RO.

Sedangkansludge dari bak fat pit dialirkan ke deoling pond. Minyak hasil pemisahan dikirim

kembali ke pabrik untuk diproses, sedangkan cairan sludge dialirkan kembali ke bak

limbah(PTPN IV.2010).

2.5 Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit merupakan hasil jadi dari pengolahan kelapa sawit yang berupa minyak

kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit atau minyaknya Palm Kernel Oil (PKO),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


minyak sawit dapat dipakai dalam berbagai jenis makanan terutama dalam

pembuatan margarine, Shortening, atau minyak goreng atau lemak - lemak dalam pembuatan

roti dan kue. Untuk minyak goreng dapat digunakan 100 % minyak sawit, misalnya dalam

pengorengan.

Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida, yaitu

senyawa gliserol dengan dengan asam lemak.Minyak sawit termasuk golongan minyak asam

Oleat- Linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan

karotenoida (terutama-βkaroten)(Mangoensoekarjo,S.2003).

Buah sawit berukuran kecil antara 12 -18 gr/ butir yang duduk pada bulir. Setiap

bulir terdiri dari 10 - 18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Beberapa bulir

bersatu membentuk tandan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan

tandan buah sawit. Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur

24 - 30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum

dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang

terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel.

Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika - kimia.

Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan.

Dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah

tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi adalah pemecahan trigliserida

menjadi asam lemak bebas dan gliserol.

Minyak yang mula - mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang

mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi

pembentukan trigiserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh. Minyak yang terbentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong - kantong minyak, dan

agar minyak tidak keluar dari buah, Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang

oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu

karoten ( Naibaho,M.P. 1996).

Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan

dengan minyak goreng lain, Antara lain mengandung karoten dan tokoferol sebagai sumber

vitamin E, Selain itu keunggulan lainnya adalah karena kandungan asam linoleat dan

linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki

kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi(Tim

Penulis,PS.1977).

2.5.1 Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 % perikrap dan 20 % buah yang dilapisi

kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikrap sekitar 34 - 40 %. Minyak kelapa sawit adalah

lemak semi padat yang memiliki komposisi yang tetap.Rata - rata komposisi asam lemak

minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5.1Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit

Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit (%) Minyak Inti Sawit (%)

Asam Kaprilat − 3 -4

Asam Kaproat − 3–7

Asam Laurat − 46 – 52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Asam Miristat 1,1 - 2,5 14 – 17

Asam Palmitat 40 – 46 6,5 – 9

Asam Stearat 3,6 - 4,7 1 – 2,5

Asam Oleat 39 – 45 13 – 19

Asam Linoleat 7 – 11 0,5 – 2

Sumber : Ketaren, S, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan (1986)

2.5.2 Mutu Minyak Kelapa Sawit

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang

bermutu baik.Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu : kandungan air dan

kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida. Faktor

lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss,

plastisitas dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan

kadar kotoran lebih kecil dai 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin

(kurang lebih 2 % ), bilangan peroksida di bawah 2, bebas dari warna merah dan kuning,

(harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau(Ketaren,S.1986).

2.6 Limbah Padat Kelapa Sawit

Limbah padat industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses

pengolahan kelapa sawit. Salah satu jenis limbah padat industri kelapa sawit adalah tandan

kosong kelapa sawit (TKKS). Tempurung sawit termasuk juga limbah padat hasil pengolahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kelapa sawit. Limbah padat mempunyai ciri khas pada komposisinya. Komponen terbesar

lain meskipun lebih kecil seperti abu, hemiselulosa, dan lignin.

Tabel 2.6 komposisi kimiawi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Komposisi Kadar %

Abu 15

Selulosa 40

Lignin 21

Hemiselulosa 24

Sumber : Fauzi,Y.Kelapa Sawit (2002)

Limbah padat PKS merupakan bahan organik yang mengandung hara yang diperlukan oleh

tanaman, Oleh karena itu aplikasi limbah padat tersebut merupakan usaha daur ulang

sebagian hara (Nutrient Recycling) yang terikut melalui panen Tandan Buah Segar (TBS)

kelapa sawit, sehingga akan mengurangi biaya pemupukan yang tergolong sangat tinggi

untuk budidaya tanaman kelapa sawit.

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah salah satu limbah yang dihasilkan oleh

Pabrik Kelapa Sawit yang tersedia dalam jumlah besar dan berkesinambungan sepanjang

tahun. Sampai saat ini TKKS dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti bahan

energi alternatif,mulsa dan kompos (Nainggolan,H.2011).

Tandan buah sawit yang diolah di pabrik akan menghasilkan minyak sawit atau

CPO (Crude Palm Oil), inti sawit, cangkang, serat tandan kosong. Dalam proses pengolahan

di proleh libah padat kelapa sawit berupa tandan kosong, serat dan tempurung. Limbah padat

tandan kosong kadang - kadang mengandung buah tidak lepas dari tandan dan juga mengan

dung minyak diantara celah - celah ulir bagian dalam. kejadian ini timbul apabila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penumpukan buah pada Auto Feeder dan kecepataan putaran Threser yang tidak sempurna

sehingga pelepasan buah sangat sulit dan kehilangan minyakpun sering terjadi.

Tabel 2.6.1 Rendemen Limbah Padat Kelapa Sawit

Jenis Persentase Terhadap TBS Hasil Proses

Basah Kering

Tandan Kosong 21 -23 10 – 12 Bantingan

Serat 8 -11 5 -8 Screw Press

Tempurung 5 4 Shell Separator

Sumber : Naibaho, P, Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit (1996)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Neraca Analitik 4 Desimal Sortarius

2. Oven Fisher Scientific

3. Labu Ekstraksi Pyrex

4. Sokletasi Pyrex

5. Kondensor Pyrex

6. Timbel -

7. Cawan Penguap -

8. Hot Plate Thermo Scientife

3.1.2 Bahan

1. Tandan Kosong

2. Air

3. N-heksan

4. Kapas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.2 Prosedur Penelitian

- Diambil tandan kosong dari elevator tandan kosong (Empty Bunch Conveyor) ± 20 gr.

- Ditimbang tandan kosong sesuai dengan berat sampel yang telah ditentukan.

- Diletakkan diatas cawan penguap yang sudah diketahui bobot beratnya.

- Dimasukkan ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 130 .

- Dikeluarkan tandan kosong dari oven dan dididnginkan selama 15 menit kemudian

tandan kosong dimasukkan kedalam timbel dan ditutup dengan kapas.

- Dimasukkan kedalam soklet dan diekstraksi selama 5 jam, setelah ekstraksi selesai

tandan kosong dipisahkan dari N-heksan dengan cara pennguapan (sampai N-heksan

menguap).

- Didinginkan labu yang berisi minyak tersebut selama 30 menit.

- Ditimbang untuk mengetahui kadar minyaknya.

- Dilakukan percobaan yanng sama untuk variasi berat sampel yang berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Data dan hasil perhitungan kadar Kehilangan Minyak pada tandan kosong adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1. data Analisis Kadar Kehilangan Minyak

Tanggal Berat contoh Berat Standart Kehilangan


Pengambilan Basah (gram) Minyak Norma Minyak (
(gram) Minyak
(gram)

20,2045 0,4707 3,00 2,32


13/02/2017
20,1075 0,4717 3,00 2,34
14/02/2017
20,2065 0,4726 3,00 2,33
15/02/2017
20,3072 0,4734 3,00 2,33
16/02/2017
20,4013 0,4742 3,00 2,32
17/02/2017

4.2 Perhitungan

Sebagai contoh pada tanggal 13/02/2017

Dik : Berat Contoh Basah : 20,2045

Berat Minyak : 0,4707

Dit : Kehilangan Minyak ?

Jawab :

Kehilangan Minyak = x 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


= x 100

= 2,32

Untuk sampel berikutnya dilakukan perhitungan yang sama seperti yang diatas.

4.3 Pembahasan

Dari uraian diatas, dengan memvariasikan berat sampel yang dianalisa dari tanggal 13

Februari 2017 sampai 17 Februari 2017 di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit Kebun Pabatu

Tebing Tebing Tinggi, kehilangan minyak yang diperoleh dari tandan kosong adalah 2,32

– 2,34 . Kehilangan minyak tersebut dipengaruhi oleh.

1. Penumpukan buah pada Auto Feeder

Kehilangan minyak pada tandan kosong sangat dipengaruhi oleh penumpukan

buah pada Auto Feeder yaitu dimana tumpukan buah yang melebihi

mengakibatkan bagian terbawah buah seperti di pres yang mengakibatkan minyak

meleleh sehingga minyak tersebut terserap oleh tandan kosong. Disamping itu,

tumpukan buah di Auto Feeder menyebabkan kehilangan minyak dalam tandan

kosong menjadi tinggi. Untuk mengatasi kehilangan minyak tersebut dapat

dilakukak dengan cara mengatur pemasukan buah pada Auto Feeder sehingga

tidak terjadi penumpukan yang mengakibatkan kehilangan minyak.

2. Kecepatan Putaran Threser

Cara kerja threser yaitu dengan membanting tandan masak pada tromol berputar

yang dibantu siku penahanan akibat gaya putaran tromol sehingga ketinggian

maksimal jatuh ke atas As threser. Pada kecepatan putaran terlalu tinggi, tandan

akan mengikuti putaran tromol dan tidak jatuh ke tromol sehingga pemisahan

brondolan tidak maksimal. Sebaliknya pada putaran rendah, tandan sudah terlebih

jatuh sebelum ketinggian maksimal atau tandan menggelinding sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pemisahan brondolan juga tidak maksimal dan mengalami kehilangan minyak.

Untuk mengatasi kehilangan minyak tersebut dapat dilakukan dengan cara

mengatur kecepatan putaran threser.

Sehingga kehilangan minyak pada tandan kosong tidak melebihi standart norma yaitu 3,00 .

Maka mutu sampel yang diuji telah memenuhi sfesifikasi dari pabrik dan tidak

mempengaruhi Rendemen (hasil oleh pabrik). Hal ini menunjukan bahwa peralatan yang

digunakan masih bekerja dengan efisien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULANDAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari analisa tandan kosong yang dilakukan di PTP.Nusantara IV (Persero) Unit

Kebun Pabatu Tebing Tinggi, dapat disimpulkan bahwa persentase kehilangan minyak CPO

(Crude Palm Oil) yang terdapat pada tandan kosong adalah 2,32 – 2,34 dimana hasil

tersebut sesuai dengan standar pabrik yaitu ≤ 3,00 .

5.2. SARAN

Diharapkan untuk lebih memperhatikan kondisi penggunaan alat dan kerja alat itu

sendiri. Karena hal – hal seperti penumpukan buah pada Auto Feeder dan kecepatan putaran

pada Threser yang dapat mempengaruhi kehilangan minyak pada tandan kosong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ketaren, S.1986. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.

Mangoensoekarjo, S, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta Gadjah

Mada University Press.

Naibaho, M.P. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian

Kelapa Sawit.

Nainggolan, H. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri Perkebunan Dan Air Gambut

Menjadi Air Bersih. Medan: USU-Press

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

PTPN IV.2010. Standar Prosedur Operasi (SPO) Pengolahan Kelapa Sawit.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius.

Sastrosayono,s.2006. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka

Semangun, H. 2008. Penyakit Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tim Penulis GAPKI. 2013. Indonesia Dan Perkebunan Kelapa Sawit Dalam Isu Lingkungan

Global.

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit. Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan Aspek

Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai