Anda di halaman 1dari 41

PENENTUAN MUTU MINYAK CENGKEH DAN MINYAK KENANGA

MELALUI INDEKS BIAS

LAPORAN TUGAS AKHIR

PAULINA NATHASIA MANULLANG

192401084

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
PENENTUAN MUTU MINYAK CENGKEH DAN MINYAK KENANGA
MELALUI INDEKS BIAS

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar


Ahli Madya

PAULINA NATHASIA MANULLANG

192401084

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Mutu Minyak Cengkeh dan


Minyak Kenanga Melalui Indeks Bias
Kategori : Karya Ilmiah
Nama : Paulina Nathasia Manullang
Nomor Induk Mahasiswa : 192401084
Program Studi : D3 - Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, 13 Juni 2023

Ketua Program Studi D3 Kimia Pembimbing,

FMIPA USU

Ketua,

Dr. Albert Pasaribu M. Sc Prof. Dr. Tamrin M. Sc


NIP : 196408101991031002 NIP. 196007041989031003

i
PENENTUAN MUTU MINYAK CENGKEH DAN MINYAK KENANGA
MELALUI INDEKS BIAS

ABSTRAK

Minyak cengkeh adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan bagian
tanaman cengkeh terutama daun dan bunga cengkeh. Seluruh bagian tanaman
cengkeh mengandung minyak, namun bunganya memiliki kandungan minyak
paling banyak. Minyak kenanga(Cananga oil) ialah bagian yang kurang mudah
menguap, mengandung banyak unsur terpenedan sesquiterpene. Minyak ini dapat
pula diperoleh dengan menyuling bunga kenanga. Indeks bias merupakan
perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya
didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat
dengan komponen - komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan.
Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat
mempengaruhi nilai indeks biasnya Bobot jenis minyak cengkeh yang diuji adalah
1,043 dan bobot jenis minyak kenanga adalah 0,914. Indeks bias minyak cengkeh
yang diuji adalah 1,532 dan indeks bias minyak kenanga adalah 1,500.

Kata Kunci : Minyak Cengkeh, Minyak Kenanga, Indeks Bias

ii
DETERMINATION OF CLOVE OIL AND OIL QUALITY THROUGH
REFRASIVE INDEX

ABSTRACT

Clove oil is an essential oil produced from the distillation of clove plant parts,
especially clove leaves and flowers. All parts of the clove plant contain oil, but the
flowers contain the most oil. Ylang oil (Cananga oil) is the part that is less
volatile, contains a lot of terpene and sesquiterpene elements. This oil can also be
obtained by distilling ylang flowers. The refractive index is the ratio between the
speed of light in air and the speed of light in the substance at a certain
temperature. The refractive index of essential oils is closely related to the
components that are arranged in the volatile oil produced. Similarly, the specific
gravity where the components of the essential oil can affect the value of the
refractive index. The specific gravity of clove oil tested was 1.043 and the specific
gravity of ylang oil was 0.914. The refractive index of clove oil tested is 1.532 and
the refractive index of ylang oil is 1.500.

Keywords : Clove Oil, Ylang Oil, Refractive Index

iii
PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan
laporan Tugas Akhir ini dengan judul Penentuan Mutu Minyak Cengkeh dan
minyak Kenanga Melalui Indeks Bias.
Penyusunan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar Ahli Madya pada program
studi Diploma 3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan Tugas Akhir ini , penulis banyak
mendapatkan motivasi, bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua penulis Bapak Oloan Manullang dan Ibu tersayang Alm.
Rentina Silalahi, serta Kakak Rut Lucia Serma Manullang S.Kom, dan
Abang Dionnisius Manullang yang telah memberikan kasih sayang, doa
serta dukungan baik secara moral maupun materi sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak Prof. Dr. Tamrin M.Sc selaku Dosen Pembimbing.
3. Ibu Rosella Silalahi dan Bapak Simamora selaku tante dan paman penulis.
4. Abang Calvin selaku yang telah membantu penulis mengerjakan tugas
akhir.
5. Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA
USU.
6. Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Program Studi D-III
Kimia.
7. Bapak Agung Pratama, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D-3
Kimia FMIPA USU.
8. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU.
9. Ibu Laila Oktaliana Br. Brahmana,S.T selaku Kepala Laboratorium yang
telah membimbing selama PKL di UPT. Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang Medan Sumatera Utara.

iv

10. ∫ ❑Rekan-rekan mahasiwa Program Studi D-III Kimia FMIPA USU

angkatan 2019.
11. Sahabat penulis Tika, Juni, Gabriela, Arta, Sindi, Jean, Sena, Maya, dan
Tia yang selalu memberi motivasi dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih


memiliki kekurangan dalam materi dan cara penyajian dengan kata lain masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.

Medan, 13 Juni 2023

Paulina Nathasia Manullang

v
DAFTAR ISI

HALAMAN
PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR i

vi
ABSTRAK ii

ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Klasifikasi Dan Deskripsi Minyak Cengkeh 4
2.1.2 Klasifikasi 4
2.1.3 Nama daerah minyak cengkeh 5
2.1.4 Syarat Tumbuh Cengkeh 6
2.1.5 Kandungan Pada Minyak Cengkeh 7
2.1.6 Kegunaan Minyak Cengkeh 7
2.1.7 Parameter Mutu Minyak Daun Cengkeh 8
2.1.8 Bobot Jenis Minyak Daun Cengkeh 8
2.1.9 Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh 9
2.2 Klasifikasi Dan Deskripsi Minyak Kenanga 10
2.2.1 Klasifikasi Kenanga 10
2.2.2 Nama umum / dagang : Kenanga 10
2.2.3 Deskripsi Kenanga 11

vi
2.2.4 Jenis - Jenis Kenanga 11
2.2.5 Khasiat Tumbuhan Kenanga 12
2.2.6 Parameter Minyak Kenanga 12
2.2.7 Penentuan Indeks Bias Minyak Kenanga 13
BAB 3 METODE PENELITIAN 14
3.1 Waktu dan Tempat 14
3.2 Alat dan Bahan 14
3.2.1 Alat 14
3.2.2 Bahan 14
3.3 Prosedur Percobaan 15
3.4.1 Prosedur Pada Minyak Cengkeh 15
3.4.2 Prosedur Pada Minyak Kenanga 15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16
4.1 Data Hasil Penelitian 16
4.1.1 Data Penentuan Indeks Bias Hasil Minyak Cengkeh 16
4.1.2 Data Penentuan Indeks Bias Hasil Minyak Kenanga 16
4.2 Perhitungan 17
4.3 Pembahasan 17
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 18
5.1 KESIMPULAN 18
5.2 SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

2.1 Parameter Syarat Mutu 8

Minyak Cengkeh SNI 06-2387-2006

2.2 Parameter Syarat Mutu 12

Minyak Kenanga SNI 06-3949-1995

4.1.1 Data Hasil Minyak Cengkeh 16

4.1.2 Data Hasil Minyak Kenanga 16

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman


2.1 Cengkeh 4
2.2 Kenanga 10
2.3 Pipet Tetes 22
2.4 Termometer Haake K10 23
2.5(a) (b) Refaraktor 23
2.6 Refaraktor 24
2.7 Minyak Kenanga 26
2.8 Minyak Cengkeh 26

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Judul Halaman


1 Alat 21
2 Bahan 23

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terdapat pada tanaman. Minyak atsiri
bisa disebut minyak eteris atau essential oil yang biasa digunakan dalam industri
farmasi, kosmetik parfum, aromaterapi dan sabun. Aroma dari atsiri pada setiap
tanaman memiliki keunikan bau yang berbeda pada setiap tanaman. Pembuatan
minyak atsiri didapatkan dari tanaman yang memiliki bau khas seperti nilam,
kenanga, cendana, akar wangi, jahe, cengkeh, kayu manis, pala dan masih banyak
lagi (Anggia dkk, 2018).

Komponen minyak atsiri sangat kompleks, biasanya tidak melebihi 300


senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya komponen yang
presentasinya paling tinggi. Walaupun begitu, kehilangan satu komponen yang
presentasenya kecil pun memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak
tersebut (Agusta, 2000).

Beberapa jenis tumbuhan tanaman digunakan dalam pengobatan karena


kandungan minyak atsirinya. Contohnya adalah adas, cengkeh, kenanga dan pala.
Pada beberapa kasus, minyak atsiri digunakan sendiri sebagai obat setelah
diekstraksi atau disuling dari sumbernya, misalnya minyak kayu putih. Akan
tetapi, minyak atsiri yang telah diekstraksi atau disuling biasanya digunakan
sebagai perancah dan bahan dasar parfum. Pada konsentrasi tinggi, minyak atsiri
dapat digunakan sebagai anastetik local, misalnya minyak cengkeh yang
digunakan untuk mengatasi sakit gigi, tetapi dapat juga merusak selaput lendir
(Agusta,2000).

Cengkeh (Eugenia aromatic OK atau Syzygium aromaticum (L)) termasuk


dalam family Myrtaceae. Tanaman ini berbentuk pohon, tingginya mencapai 2 – 3
m, dan dapat berumuran lebih dari 100 tahun (Najiyati, 1991).

Pada mulanya, cengkeh hanya dipergunakan untuk obat-obatan. Namun,


dalam perkembangannya pemanfaatan cengkeh menjadi lebih luas, yaitu sebagai
rempah-rempah, bahan baku parfum dan sumber eugenol. Bagian tanaman yang
2

paling banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan adalah bunganya.


Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam minyak bunga, daun dan tangkai
bunga cengkeh masing-masing berkisaran antara 15-25%, 1-4%, dan 5-7%. Untuk
rendemen minyaknya berkisaran antara 2-12%, tergantung pada jenis dan keadaan
bahan baku, penanganan bahan, serta cara dan kondisi penyulingan (Ruhnayat,
2004).

Mutu cengkeh dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain lingkungan


tumbuh, varietas, dan cara pengolahannya. Cengkeh yang bermutu baik nilai
jualnya akan lebih mahal. Sebagai komoditas perdagangan pada masa lalu cengkih
diatur tata niaganya oleh pemerintah. Namun, sejak dibubarkan BPPC (Badan
Penyangga dan Pemasaran Cengkih) pada tahun 1998 tata niaga cengkih di
Indonesia menganut pasar bebas (Ruhnayat, 2004).

Kenanga (Canangium Odoratum) adalah tumbuhan berbatang besar


sampai diameter 0.1-0.7 meter dengan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenanga
mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon
ini dapat mencapai 5-20 meter. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon
dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari enam
lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi tiga lembar daun
berwarna hijau. Susunan daun tersebut majemuk dengan garpu-garpu (Mulyono,
E. dan T. Marwati. 2005).

Untuk minyak kenanga, sifat kimia yang sangat mempengaruhi mutu dan
selalu dipertimbangkan oleh para konsumen adalah bilangan ester dan bilangan
penyabunan yang tinggi. Bunga yang masih hijau dan yang sudah kuning, dari
segi rendemen tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata, namun dari segi
bilangan ester dan bilangan penyabunan, bunga yang kuning mempunyai nilai
yang lebih tinggi, sehingga untuk mendapatkan minyak kenanga dengan mutu
yang tinggi supaya dihindari penggunaan bunga yang masih hijau dan sesedikit
mungkin bunga yang masih hijau kekuningan yang tercampur (Anononim3 ,1998
dan Genzor, 1978).
3

1.2 Permasalahan

Apakah minyak cengkeh dan minyak kenanga memenuhi standart mutu


yang ditentukan?

1.3 Tujuan

- Untuk mengetahui nilai bobot jenis pada minyak cengkeh dan minyak
kenanga

- Untuk mengetahui indeks bias pada minyak cengkeh dan minyak


kenanga

- Untuk mengetahui kelarutan dalam etanol pada minyak cengkeh dan


minyak kenanga

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui minyak cengkeh dan minyak kenanga telah memenuhi


standart mutu yang ditentukan.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Cengkeh

2.1 Klasifikasi Dan Deskripsi Minyak Cengkeh

2.1.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Eugenia

Spesies : Eugenia aromatic, Syzigium aromaticum

Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang


dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan
hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30
meter dan cabang - cabangnya cukup lebat. Cabang - cabang dari tumbuhan
5

cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting- ranting kecil
yang mudah patah. Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh
berbentuk kerucut. Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur
memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata-rata mempunyai
ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5-12,5
cm.(Hasanah,2011).

Bunga dan buah daun cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun
dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda, bunga cengkeh
berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan, dan
berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sementara itu bunga
cengkeh kering akan berwarna cokelat kehitaman dan berasa pedas sebab
mengandung minyak atsiri.

Umumnya cengkeh pertama kali berubah pada umur 4-7 tahun. Tumbuhan
cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahri
langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok ditanam, baik di daerah daratan rendah
dekat pantai maupun pegunungan pada ketinggian 900 m dpl. (Agoes,2010).

Bunga cengkeh berbau aromatik kuat, rasanya pedas. Uraian


makroskopisnya sebagai berikut :

a. Hipantiumnya agak pipih, berisi 4, bagian atasnya meliputi bakal buah,


agak mendalam dan berongga- rongga, disini terdapat bakal- bakal biji,
b. Daun kelopak 4 helai, tebal, runcing, lepas, menutupi mahkota,
c. Daun mahkota 4 helai, berwarna agak muda dari warna kelopak, daun
ini tidak mekar, tipis bagaikan selaput,
d. Benang sarinya banyak yang melengkung ke dalam, bertangkai putik 1
dengan penampilan agak tegak.(Kartasapoetra,1992).

2.1.2 Nama daerah minyak cengkeh

Sumatera : bungeu lawang (Gayo), dingke (Karo), bunga lasang (Toba),


sake (Nias)
Jawa : cangkih (Lampung), cengkeh (Sunda, Jawa)
6

Bali : wunga lawang (Bali),

Nusa Tenggara : canke (Bima), bunga rawan (Sangir), sinke (Flores), bwungo

laango (Buol),

Sulawesi : cengke (Bugis), hungo lawa (Gorontalo)

Maluku : sengke (Kisar), mengalaam (Goram), poilaane (Waraka),

buwalawa (Ternate), pualawane (Ambon), pokolawan (Ulias),

gomode (Halmahera), pualawanyo (Nusa Laut). Nama asing

cengkeh ini yaitu clove (Lutony, 2002).

2.1.3 Syarat Tumbuh Cengkeh

Tanaman cengkeh tumbuh baik pada daerah antara 200LU-200LS. Suhu


udara yang cocok untuk tanaman cengkeh adalah 21-350 0C dengan ketinggian
ideal 200-300 mdpl. Tanaman cengkeh tumbuh dan berproduksi pada dataran
rendah, sedangkan pada dataran tinggi tanaman cengkeh lambat bahkan tidak akan
berproduksi sama sekali.Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila
cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia, cengkeh cocok
ditanam di daerah dataran rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada
ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Tanaman cengkeh menghendaki iklim dan curah hujan yang merata


sepanjang tahun karena tanaman ini tidak tahan terhadap musim kemarau yang
terlalu berkepanjangan. Curah hujan yang dikehendaki pada bulan kering berkisar
antara 60-80 mm/bulan atau dengan curah hujan berkisar antara 2000-4000
mm/tahun (Lutony dan Rahmayati, 2002).

Tanaman cengkeh menghendaki kesuburan tanah yang sedang dan struktur


tanah gembur serta berdraina sebaik, denganp H5,5-6,5. Lahan yang dipilih
sebaiknya bertopografimiring, agar air tidak tergenang (Hapsoh dan Hasanah,
2011).
7

2.1.4 Kandungan Pada Minyak Cengkeh

Minyak daun cengkeh mengandung dua komponen utama, yaitu eugenol


sekitar 80-85% dan karyofilen sekitar 10-15%. Di samping dua komponen utama
tersebut terdapat komponen yang kuantitasnya relatif kecil,yaitu alfa kubeben, alfa
kopaen, humulen, delta kadinen, dan sebagainya.(Sastrohamidjojo,2004).

Bunga cengkeh (Syzygium aromaticum) selain mengandung minyak atsiri,


juga mengandung senyawa kimia yang disebut eugenol, asam oleanolat, asam
galotanat, fenilin, karyofilin, resin, dan gom.(Agoes,2010).

Kandungan zat- zat pada kuncup bunga ataupun bunganya yaitu :

a. Minyak atsiri sekitar 16% sampai 20% yang mengandung pula eugenol
sekitar 80% samapi 82%, asetilegenol, kariofil, furfural, metil
amilketon dan vanilin,
b. Kariofilin yaitu zat serupa damar sekitar 6%,
c. Zat penyamak sekitar 17%, gom sekitar 13%, serat 28%, dan air sekitar
18%.(Kartasapoetra,1992).

2.1.5 Kegunaan Minyak Cengkeh

Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan


antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas
dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang
bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi.

Minyak cengkeh juga digunkan dalam campuran tradisionalchojiyu (1%


minyak cengkeh dalam minyak mineral; choji berarti cengkeh; yu berarti minyak,
dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka).
Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya tang utuh atau
sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia.

Terutama diIndonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek.


Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di China dan Jepang. Minyak
cengkeh digunakan sebagai aromaterapi dan juga mengobati sakit gigi.
8

2.1.6 Parameter Mutu Minyak Daun Cengkeh

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu


minyak daun cengkeh meliputi, bobot jenis, indeks bias, penentuan kelarutan
dalam etanol (Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Parameter syarat mutu minyak cengkeh dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah
ini.

Tabel 2.1. Parameter Syarat Mutu Minyak Daun Cengkeh SNI 06-2387-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1. Keadaan
1. Warna - kuning-coklat tua
1 Bau - khas minyak cengkeh
1.
2
2. Bobot jenis 200C/200C - 1.025-1.049
3. Indeks bias (nD20) - 1,528-1,535
4. Kelarutan dalam etanol 70% - 1 : 2 jernih
5. Eugenol total % v/v Minimum 78
6. Beta caryophilene % Maksimum 17

2.1.7 Bobot Jenis Minyak Minyak Daun Cengkeh

Prinsip bobot jenis minyak daun cengkeh didasarkan pada perbandingan


antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Cara
penentuan bobot jenis minyak daun cengkeh yaitu dengan menggunakan alat
piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibasuh berturut-turut
dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dan tutupnya dikeringkan
dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya.

Didiamkan pinometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan


ditimbang (m) (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
9

Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C.
sambil menghindari adanya gelembung gelembung udara. Piknometer dicelupkan
ke dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan
penutupnya kemudian dikeringkan piknometernya. Piknometer didiamkan dalam
lemari timbangan selama 30 menit, kemudian ditimbang dengan isinya (m1).
Piknometer tersebut dikosongkan, dan dicuci dengan etanol dan dietil eter.

Kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan


contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dan
penutupnya dimasukkan kembali dalam penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C
selama 30 menit dan dikeringkan piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di
dalam lemari timbangan selama 30 menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2)
(Badan Standarisasi Nasional, 2006).

2.1.8 Penentuan Indeks Bias Minyak Daun Cengkeh

Prinsip indeks bias minyak daun cengkeh didasarkan pada pengukuran


langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap
(Badan Standarisasi Nasional, 2006).

Cara penentuan indeks bias minyak daun cengkeh yaitu dengan


menggunakan alat refraktometer. Air dialirkan melalui refraktometer agar alat ini
berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan, suhu kerja harus
diperhatikan dengan toleransi ± 0,2°C.

Sebelum minyak tersebut diletakkan di dalam alat, minyak harus berada


pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil (Badan Standarisasi Nasional, 2006).
10

Gambar 2.2 Kenanga

2.2.1 Klasifikasi Kenanga

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonacea

Genus : Canangium

Spesies : Canangium odorata

2.2.2 Nama umum / dagang : Kenanga

Sumatera : Kenanga (Aceh), Selanga (Gayo), Ngana-ngana (Nias), Ingona

(Minangkabau), Salapin (Sumatera Timur), Kupa Apale (Sumatera

Barat), Kupa Lena (Sumatera Madura).

Jawa : Kananga (Sunda), Kenanga (Jawa Tengah) kananga (Madura).

Bali : Sandat

Nusa tenggara : Sandat (sasak), Kananga (Bima) Tenanga (Sawu), Buna Kacik

Sulawesi : Lalingiran (Sulawesi Utara), Kananga (Bugis) Lomulilano (Buru).


11

2.2.3 Deskripsi Kenanga

Habitus : Pohon, tinggi ± 10 m.

Batang : Berkayu, bulat, bercabang, hijau kotor.

Daun : Tunggal, tersebar, bulat telur, ujung runcing, pangkal rata, panjang 10-23
cm, lebar 3-14 cm, pertulangan menyirip, bertangkai 1,warna hijau.

Bunga : Majemuk, bentuk payung, di ketiak daun, kuning, kelopak bentuk corong,
hijau, benang sari banyak, coklat muda, kepala putik bulat, daun mahkota enam,
lanset, panjang 5-7, 5 cm, masih muda hijausetelah tua kuning.

Buah : Buni, lonjong, panjang ± 2 cm, hijau

Akar : Tunggang coklat

2.2.4 Jenis - Jenis Kenanga

Di dunia terdapat beberapa jenis kenanga, antara lain adalah: Cananga


odorata, Cananga latifolia, Cananga Scorthecini King dan Cananga brandisanum
Safford.

Khusus jenis cananga oderata mempunyai 2 varietas yaitu varietas nama


dan varietas fruticosa. Varietas nana umumnya dapat berubah, sedangkan varietas
frutitoca tidak berubah. Jenis Cananga oderata itu juga dikenal 2 forma, yaitu
forma macrophylla dan forma genuina. Forma macrophylla pada umumnya
terdapat di indonesia, sedaangkan forma genuina terdapat di Flipina.

Cananga odorata pada umumnya mempunyai daun yang tidak berbulu


pada permukaan bawahnya, sedangkan cananga latifolia mempunyai daun yang
berbulu halus pada permukaan bawahnya. Jenis cananga scorothecinir King
banyak terdapat didaerah kelantan, Malaysia. Sedangkan jenis Cananga
brandisanum safford banyak tumbuh di Kamboja dan Vietnam.

Di Indonesia hanya dikenal dengan 2 jenis kenanga yaitu Cananga odorata


dan jenis Cananga latifolia. Namun demikian, masyarakat setempat didaerah
Banten mengenal bentuk bentuk kenanga lokal, misalnya kenanga kebo, kenanga
12

asli (tulen), kenanga lumut dan kenanga kemenyan, yang berdasarkan


taksonominya perbedaan bentuk mereka memang tidak jelas (Sumanto,1993).

2.2.5 Khasiat Tumbuhan Kenanga

Hasil penelitian menunjukkan, ketika mengoleskan ekstrak bunga kenanga


pada marmut, maka minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak bunga kenanga
meresap ke pori-pori lalu menguap ke udara.

Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang


terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Itulah yang kemudian
diterjemahkan ke dalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk
menghindar tanpa mengisap darah marmut lagi (Nugraheni, 2009).

Ketika panen, dan diangkut dalam mobil atau terlalu lama disimpan dalam
ruangan dapat mengakibatkan pening dan mual. Perasaan pening dan mual ini
kemungkinan terhirupnya akumulasi senyawa eugenol, linalool, geraniol yang
bersifat menguap. Hal inilah yang menyebabkan nyamuk enggan mendekati
tanaman kenanga (Kardinan, 2007).

2.2.6 Parameter Minyak Kenanga

Parameter syarat mutu minyak kenanga dapat dilihat pada tabel 2.1 di
bawah ini.

Tabel 2.1. Parameter Syarat Mutu Minyak kenanga SNI 06-3949-1995

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


.
1 Keadaan
1.1 Warna - Kuning muda
1.2 Bau -
2 Bobot jenis 200C/200C - 0,906 – 0,920
3 Indeks bias (nD20) - 1,495 - 1,504
4 Kelarutan dalam etanol
13

95% -
5. Putaran optik Derajat (-15) –(-30)
6 Bilangan ester - 15 – 30
7 Sisa penyulingan uap Maks. 5
(v/v) %

2.1.1 Penentuan Indeks Bias Minyak Kenanga

Indeks bias merupakan kemampuan minyak atsiri kenanga dalam


membelokkan dan membiaskan cahaya yang dilewatkan sehingga dapat menjauhi
dan mendekati garis normal.

Pengujian indeks bias dilakukan dengan refractometer penentuan indeks


bias dilakukan dengan refraktometer, pada pembacaannya suhu referensi dan
harus dipertahankan dengan toleransi ±2oC. Sebelum diletakkan pada alat
minyak atsiri harus berada pada suhu yang sama pada pengukuran dan
dilakukan pembacaan pada suhu yang stabil.

Analisa indeka bias minyak atsiri dilakukan dengan cara membersihkan


bagian prisma pada alat menggunakan alkohol 70%. Kemudian dikeringkan,
lalu teteskan sampel pada permukaan prisma, kemudian tutup bagian prisma.
Setelah itu hasil bisa dilihat pada layar Led alat refraktometer (Wibowo dkk,
2015).
14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampe Februari 2022 di UPT


Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (PSMB) Medan.

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak cengkeh dan minyak kenanga

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat
No. Nama Alat Ukuran Merk
1. Selang Air - -
2. Pipet tetes - -
3. Penampung Sampel - -
4. Termometer - Haake k10
5. Tissue - Paseo

3.3.2. Bahan

No Nama Bahan Fase Konsentrasi


1. Minyak Cengkeh - -
2. Minyak Kenanga - -
15

3.4 Prosedur pada minyak cengkeh dan minyak kenanga

3.4.1 Prosedur pada minyak cengkeh

1. Dialirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana
pembacaan akan dilakukan
2. Diatur suhu agar tidak lebih dari 200C dari suhu refrensi dan harus
dipertahankan dengan toleransi ± 0,200C
3. Diatur suhu minyak agar sama dengan suhu alat yaitu 20 0C dimana
pengukuran akan dilakukan
4. Dilakukan pembacaan bila suhu sudah stabil

3.4.2 Prosedur minyak kenanga

1. Dialirkan air ke refraktometer yang dialiri air melalui penangas air, agar
alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan.
2. Diatur suhu kerja dan harus dipertahankan dengan toleransi ± 20ºC.
3. Sebelumnya di taruh didalam alat.
4. Minyak tersubut harus pada suhu yang sama dimana pengukuran akan
dilakukan,
5. Kemudian pembacaan dilakukan apabila suhu sudah stabil.
16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Penelitian

Indeks bias suatu zat (n) adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam
udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk
identifikasi zat dan deteksi ketidakmurnian. Walaupun menurut farmakope suhu
pengukuran adalah 250, tetapi pada banyak monografi indeks bias ditetapkan pada
suhu 200. Suhu pengukuran harus benar-benar diatur dan dipertahankan, karena
sangat mempengaruhi indeks bias.

Hasil analisa langsung penentuan mutu minyak cengkeh dan minyak


kenaga melalui indeks bias yang dilakukan di Laboratorium UPT. Pengeujian dan
Sertifikat Mutu Barang Medan dapat dilihat sebagai berikut :

4.1.1 Data Hasil Analisa Minyak Cengkeh

Nomor Tanggal 16 Juni 2021 17 Juni 2021 18 Juni 2021 19 Juni 2021 20 Juni 2021
1. Keadaan :
1.1 Warna Coklat Tua Coklat Tua Coklat Tua Coklat Tua Coklat Tua

1.2 Bau Khas Minyak Khas Minyak Khas Minyak Khas Minyak Khas Minyak
Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh Cengkeh

2. Bobot Jenis 1,043 1,042 1,044 1,043 1,044


200C/200C
3. Indeks Bias 1,532 1,533 1,532 1,534 1,532
(n0 20)
17

BOBOT MINYAK CENGKEH


1.0445

1.044

1.0435

1.043

1.0425

1.042

1.0415

1.041
16-Jun-21 17-Jun-21 18-Jun-21 19-Jun-21 20-Jun-21

Gambar Diagram Bobot Minyak Cengkeh

INDEKS BIAS MINYAK CENGKEH


1.5345

1.534

1.5335

1.533

1.5325

1.532

1.5315

1.531
16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 20-Jun

Gambar Diagram Indeks Bias Minyak Cengkeh


18

4.1.2 Data Hasil Analisa Minyak Kenanga

Nomo Tanggal 16 Juni 17 Juni 18 Juni 19 Juni 20 Juni 21 Juni


r 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1. Indeks Bias 1,473 1,523 1,509 1,532 1,470 1,500
2. Rata-Rata 1,5011

INDEKS BIAS MINYAK KENANGA


1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
16-Jun 17-Jun 18-Jun 19-Jun 20-Jun 21-Jun X= Tanggal

Gambar Diagram Indeks Bias Minyak Kenenga

4.2 Perhitungan

Indeks Bias Minyak Cengkeh

20 T1
d = n +0,0004 (T1-T)
20 D

Keterangan :

T
n : Indeks Bias pada suhu 20 0C
D

T1
n : Pembacaan pada suhu pengujian
D

T1 : suhu pengujian, dinyatakan dalam 0C

T : suhu referensi (200C)


19

0,0004 : faktor koreksi suhu

Tanggal :

16 Juni 2023

20
d = 1,532+0,0004(14-20)
20

= 1,532+0,0004(6)

= 1,532

17 Juni 2023

20
d = 1,533+0,0003 (18-20)
20

= 1,533+0,0003(2)

= 1,533

18 Juni 2023

20
d = 1,532+0,0004 (18-20)
20

= 1,532+0,0004 (2)

= 1,53216

= 1,532

19 Juni 2023

20
d = 1,534+0,0004 (22-20)
20

= 1,534+0,0004 (2)

= 1,53416

= 1,534

20 Juni 2023

20
d = 1,532+0,0004 (16-20)
20

= 1,532+0,0004 (4)
20

= 1,532+0,00016

= 1,53216

= 1,532

Indeks Bias Mnyak Kenanga

20 T1
d = n +0,0004 (T1-T)
20 D

Keterangan :

T
n : Indeks Bias pada suhu 20 0C
D

T1
n : Pembacaan pada suhu pengujian
D

T1 : suhu pengujian, dinyatakan dalam 0C

T : suhu referensi (200C)

0,0004 : faktor koreksi suhu

Tanggal :

16 Juni 2023

20
d = 1,473+0,0004 (16-20)
20

= 1,473+0,0004 (4)

= 1,473+0,00016

= 1,47316

= 1,473

17 Juni 2023

20
d = 1,523+0,0004 (18-20)
20

= 1,523+0,0004(2)

= 1,523
21

18 Juni 2023

20
d = 1,509+0,0004(16-20)
20

= 1,509+0,0005(4)

= 1,509

19 Juni 2023

20
d = 1,532+0,0004(19-20)
20

= 1,532+0,0004(1)

= 1,532

20 Juni 2023

20
d = 1,470+0,0004(19-20)
20

= 1,470+0,0004(1)

= 1,4705

= 1,470

21 Juni 2023

20
d = 1,500+0,0004(18-20)
20

= 1,50+0,0004(2)

= 1,50010

= 1,500

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengujian Indeks Bias Minyak Cengkeh

Hasil dari pengujian indeks bias minyak cengkeh yang diuji adalah 1,532.
Ini menunjukkan minyak daun cengkeh yang diuji memiliki kualitas yang baik
karena memenuhi nilai Standart Nasional Indonesia 06-2387-2006 yaitu dengan
nilai indeks bias berada pada rentang 1,528 – 1,535.
22

4.3.2 Pengujian Indeks Bias Minyak Kenanga

Hasil dari pengujian indeks bias minyak kenanga yang diuji adalah 1,5011.
Ini menunjukkan minyak kenanga yang diuji memiliki kualitas yang kurang baik
karena tidak memenuhi nilai Standart Nasional Indonesia 06-3949-1995 yaitu
dengan nilai indeks bias berada pada rentang 1,528 – 1,535.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Bobot jenis minyak cengkeh yang diuji adalah 1,043 dan bobot
jenis minyak kenanga adalah 0,914.
2. Indeks bias minyak cengkeh yang diuji adalah 1,532 dan indeks
bias minyak kenanga adalah 1,5011.

5.2 Saran

Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan pengujian mutu


minyak yang lain seperti kadar sitronelal dan putaran optik.
23

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, H.A. (2010). Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika. H. Agromedia Pustaka.

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung:


Penerbit ITB Press. Hal. 1-3, 6-37, 72-74.

Anggia, M. Sri,M dan Dewi,A. (2018). Teknologi Ekstraksi Bunga Kenanga


(Cananga Odorata L.) Sebagai Aroma Terapi Sabun Cair. Padang : Universitas
Andalas Padang, Jurnal Daur lingkungan Februari 2018 vol. 1 (1): 5-9 ISSN
2615-

Bustaman, S. (2011). Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkeh Sebagai


Komoditas Ekspor Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. 30(4):132-139.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.


Halaman 286-290, 301-303.

Hapsoh (2010). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU Press.
Halaman 28-30.

Hapsoh dan Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan:
USU Press. hlm. 89-93.

Kardinan, A. (2007). Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Jakarta:


24

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Materia Kosmetika Bahasa Alam Indonesia.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina efarmasian dan Alat
Kesehatan. Halaman 10-11.

Lutony, T.L. dan Rahmayati, Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak


Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya. hlm. 1-4, 67-73.

Nugraheni, V. (2009). Uji Aktivitas Gel Minyak Atsiri Bunga Kenanga


(Canangium odoratum (Lmk.) Hook. & Thoms) Sebagai Repelan Terhadap
Nyamuk Anopheles Aconitus Betina. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Runhayat, A. (2004). Memproduktifkan Cengkih. Jakarta; Penebar Swadaya. Hal.


1, 12-14, 56-58.

Sumanto, H., 1993. Budidaya kenanga, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Wibowo,D.P, R.Ardi dan Y.Kurniawan.2015. Karakterisasi dan Aktivitas Repelen


Minyak Atsiri Sereh Wangi (Cymbopogon nardusl), Akar Wangi (Vetiveria
zizanoidesl.), Nilam (Pogestemon cablin), Cengkeh (Syzgium aromaticum) Asal
Kabupaten Garut TerhadapNyamukaedes Aegypti Betina. Bandung : Universitas
Garut.
25

LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat

Gambar 2.3 Pipet Tetes


Keterangan : Pipet tetes digunakan untuk
mengambil/ meneteskan sampel
26

Gambar 2.4 Termometer Haake K10


Keterangan : Alat untuk mengatur suhu dari panas ke
dingin hingga 200C

Gambar 2.5(a)
Keterangan : Tempat Sampel Minyak Kenanga
27

Gambar 2.6(b)
Keterangan : Tempat Sampel Minyak Cengkeh

Gambar 2.7
Keterangan : Alat Untuk Melihat Pantulan Cahaya dan
Bacaan Angka Indeks Bias
28

Gambar 2.8
Keterangan : Alat Melihat Angka Indeks Bias
29

Lampiran 2. Bahan

Gambar 2.9 Minyak Kenanga


Keterangan : Sampel Yang Digunakan

Gambar 2.10 Minyak Cengkeh


Keterangan : Sampel Yang Digunakan

Anda mungkin juga menyukai