JOURNAL
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
PENETAPAN KADAR LEMAK
PENENTUAN KADAR LEMAK PADA BUBUK COKLAT DENGAN
METODE EKSTRAKSI SOKLETASI
TUGAS AKHIR
142401035
TUGAS AKHIR
Disetujui di
Medan, Juni 2017
Disetujui Oleh
Program Studi D-3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
Ketua,
Disahkan Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat , rahmad
, dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Tujuan disusunnya tugas akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan studi pada program studi D-3 Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara . Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan di Balai Riset Standardisasi
Industri Medan ( BARISTAND ) dari tanggal 01 Februari sampai dengan 28
Februari 2017.
Secara Khusus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Zulkifli , Ibunda Sunarti dan kepada
abang dan adik serta seluruh keluarga atas dukungan moril, materil serta semangat
yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini .
Selama penulisan tugas akhir ini , banyak kendala yang penulis hadapi.
Berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan tugas akhir ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan . Karena itu, tiada kata yang
patut penulis sampaikan kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
Kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku Dekan FMIPA USU.
2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara .
3. Bapak Dr. Minto Supeno, M.S selaku ketua Program Studi D-3 Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Dr. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini .
5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara .
6. Bapak Alhamra selaku pembimbing , Ibu Sri Chasnawati, dan Bapak
Handriyan Syahputra selaku pembimbing penulis selama melakukan
Praktek Kerja Lapangan .
7. Seluruh Staf dan Karyawan di Balai Riset Standardisasi Industri Medan
yang telah membantu penulis selama menjalani Praktek Kerja Lapangan
8. Teman-teman separtner PKL Anggun Riska Wahyuni , Gita Almaylia
Siregar , Rafika Dewi Sitepu , dan Jojor Indri Panggabean yang telah
memberikan semangat serta masukan saat menjalani PKL .
Telah dilakukan analisis penentuan kadar lemak dari bubuk coklat dengan metode
ekstraksi sokletasi . Pada penelitian ini lemak diekstraksi dengan pelarut hexana
selama 3 jam , kemudian pelarut diuapkan , dikeringkan labu lemak kedalam oven
dengan suhu 105 ℃ selama 3 jam dan didinginkan labu lemak kedalam desikator
selama 30 menit dan ditimbang hasil sampai bobot konstan . Hasil yang diperoleh
dari bubuk coklat merek van houten adalah 11,3 % , sedangkan pada bubuk
coklat tanpa merek 4,00 %. Kadar lemak pada bubuk coklat merek van houten
telah memenuhi persyaratan SNI 3747:2009 yaitu minimal 10,0% dan kadar
lemak bubuk coklat tanpa merek tidak memenuhi syarat SNI yang telah
ditetapkan .
ABTRACT
It has been done the analysis of the determination of levels of fat in the chocolate
with the method of extraction sokletasi . Where in this study the fat was extracted
with hexane solvent for 3 hours , when the solvent was evaporated , dried fat flask
in to the oven at 105℃ for 3 hours and cooled the fat flask in to the desicator for
30 minutes and weighed the results until the weight was constant . The result
obtained from the van houten chocolate powder is 11,3 % , where as on the brown
powder without brand 4,00 % . Levels of fat in the powdered chocolate brand the
van houten it has met the requirements of SNI 3747:2009 which is at least 10,00
% and levels of fat brown powder without brand does not qualify SNI that have
been established.
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
Bab 2. Tinjauan Pustaka 4
2.1 Tanaman Kakao 4
2.2 Standar Mutu Coklat 6
2.3 Komposisi Kimia Lemak Coklat 7
2.4 Daya Guna Coklat dan Lemak Coklat 7
2.5 Proses Pembuatan Bubuk Coklat 8
2.6 Syarat Mutu Kakao Bubuk 11
2.7 Lemak 12
2.7.1 Pengertian Lemak 13
2.7.2 Pembagian Lemak 14
2.7.3 Sifat Lemak 16
2.7.4 Fungsi Lemak 17
2.8 Kelebihan Mengkonsumsi Lemak 19
2.9 Kekurangan Mengkonsumsi Lemak 20
2.10 Metode Analisa Lemak 20
2.10.1 Ekstraksi Sokletasi 20
2.10.2 Ekstraksi Goldfisch 22
2.10.3 Metode Botol Babcock 23
2.10.4 Metode Mojonnier 24
2.11 Kerusakan Lemak 25
Bab 3. Metode Penelitian 28
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan 28
3.2 Alat 28
3.3 Bahan 29
3.4 Prosedur Percobaan 29
3.4.1 Sampel 29
3.4.2 Preparasi Labu Lemak 29
Daftar Pustaka 36
1. Preparasi Alat 38
2. Proses Desikator 38
3. Penyediaan Sampel 38
4. Penimbangan 39
5. Pemanasan 39
6. Penyaringan 39
7. Pengeringan 40
8. Proses Ekstraksi 40
9. Proses didalam Oven 40
10. Pendinginan 41
11. Hasil 41
12. Perhitungan 42
PENDAHULUAN
yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pemasukan devisa negara
pengekspor kakao terbesar didunia ( Herlinda , 2016 ) . Biji coklat adalah bahan
yang sangat penting dalam industri berbagai makanan. Namun sebelum dapat
digunakan sebagai salah satu bahan campuran dalam industri makanan atau
bubuk coklat yang baik dapat dilihat dari warna, rasa, aroma, cemaran mikroba,
kehalusan, kadar air dan kandungan lemaknya ( Joel , 2013 ) . Hal ini dapat
permen coklat sebagai makanan kecil atau sebagai bahan untuk permen bagi anak-
menghasilkan lemak coklat yang dapat dipakai sebagai bahan pembuat kosmetika
( Dewi , 2012 ) .
biasanya memimiliki warna yang lebih gelap ( Widayat , 2013 ) . Lemak coklat
sebanyak 13 mg/100 gram bahan . Lemak yang terdapat dalam coklat bubuk
bubuk coklat minimal 10,0 % . Jika kurang dari 10,0 % maka dinyatakan tidak
memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh SNI . Dari uraian diatas penulis
ingin mengetahui kadar lemak dari bubuk coklat dan diharapkan hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan pada petani kakao untuk meningkatkan kualitas dari
bubuk coklat agar diperoleh produk turunan yang berkualitas tinggi dan tidak
merugikan konsumen .
Apakah kadar lemak bubuk coklat merek van houten dan bubuk coklat
tanpa merek yang diuji telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan SNI
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kadar lemak
pada coklat bubuk merek van houten dan coklat bubuk tanpa merek dengan
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui kadar lemak pada coklat bubuk merek van houten dan
TINJAUAN PUSTAKA
banyak diusahakan oleh para pekebun, dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50
butir biji, biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis
( Susanto,1994) .
kelembaban dan temperatur agak tinggi dan tumbuh baik di antara 20° LS dan 20°
tahun 25℃ dengan temperatur harian terendah rata-rat tidak kurang dari 15℃ .
dan perkembangan akan terjadi normal kembali bila temperatur naik mencapai
25℃ . Coklat dapat tumbuh di tempat-tempat dengan curah hujan hanya 1350 mm
. Pada daerah yang bertanah lempung, pertumbuhan tanaman baik dengan curah
hujan 1500 mm, Sedangkan pada tanah-tanah berpasir dikehendaki curah hujan
yang tinggi karena daya simpan air pada daerah ini relatif kurang baik
( Ketaren , 1986 ).
karakteristik rasa dan rasa coklat, kakao mentah harus difermentasi, dikeringkan
32% lemak, 8% -10% protein, polifenol 5% -6%, pati 4% -6%, pentosa 4% -6%
( Gu , 2013 ) .
Pasta kakao (massa), kakao kasar dan theobroma Minyak, juga disebut cocoa
butter. Selain cokelat, coklat Bubuk adalah produk yang paling populer dari biji
kakao. Theobromine juga terdapat pada kakao dengan jumlah terbesar, adalah
alkaloid paling khas dari kakao. Bubuk coklat terdiri dari sekitar 2-4%
fisik (luar) biji, yaitu : bulat, keriput, gepeng, biji pecah dan warna kulit biji . Di
Indonesia, penentuan mutu biji ini dibedakan atas lima golongan mutu, yaitu :
Agak rusak .
Mutu biji kakao dihasilkan oleh berbagai faktor antara lain faktor prapanen
buah, jumlah biji tiap buah serta banyaknya biji dalam 1 kg biji kering atau indeks
Biji yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1,0-1,2 gram atau
sekitar 83-100 biji tiap 100 gram . Berat biji berkaitan erat dengan lemak dan kulit
biji, bila berat biji kurang dari 1 gram tiap biji maka kandungan lemaknya turun
dan kadar kulitnya naik . Biji kakao memiliki kandungan lemak nabati tinggi
kakao adalah 31-35℃ lemak biji kakao terdiri dari tujuh macam asam lemak,
asam palmitat 24,8%, asam stearat 33,0% asam oleat 33,1 % , asam linoleat 3,2%,
asam arakidonat 0,8%, asam palmitoleat 0,3%, dan asam miristat 0,2% . Biji
kakao disamping sumber lemak juga merupakan sumber perisa ( flavour ) sangat
biji kakao dan menempati urutan kedua setelah vanili, disusul strawberry pada
urutan ketiga . Perisa kakao ini akan timbul setelah biji melewati fermentasi dan
Bahan Persentase
Oleopalmitin 3,7
Oleopalmitostearin 57,0
Oleodistearin 22,2
Palmitodiolein 7,4
Stearodiolein 5,8
Triolein 1,1
bubuk coklat dan sebagai sumber lemak coklat . Lemak coklat mengandung asam
gram bahan. Selain itu lemak coklat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
kosmetik antara lain sebagai krim pembersih, krim penyedap dan minyak rambut
( Ketaren , 1986 ).
kecewa karena tidak dapat memanfaatkan hasilnya . Tidak seperti pada komoditas
kopi , petani sudah mampu mengolahnya atau langsung menjual kepasar . Sebagai
jalan keluar para petani kakao mengolah sendiri penenan mereka sebagai kegiatan
industri rumah tangga . Pada dasarnya biji kakao dapat diproses untuk dijadikan
campuran minuman, permen coklat dan lain-lain ( Susanto , 1994 ) . Biji coklat
tidak hanya menghasilkan coklat bubuk, tetapi juga dapat menghasilkan mentega
coklat . Cairan coklat pada biji digunakan untuk mengekstrak mentega kakao,
beberapa metode yang digunakan untuk mengekstrak mentega kakao adalah pres
Proses pengolahan kakao untuk industri rumah tangga cukup sederhana, yaitu
sebagai berikut :
– Biji kakao yang sudah kering dengan kadar air sekitar 6-7 % digoreng
dengan tepung .
dikeringkan lagi secara alami dengan sinar matahari atau dengan oven.
Akhirnya diperoleh bubuk kakao yang bagus . Bubuk kakao inilah yang
( 6% - 7% )
Disangrai
( 40 menit )
Kulit dikupas
Ditumbuk/digiling
Dipres
Dikeringkan
Diayak
Bubuk kakao
Cemaran Logam
Cemaran mikroba
Lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari
suatu fase padat dan fase cair . Sumber-sumber lemak dan minyak dapat dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu : sumber dari tumbuh-tumbuhan yang meliputi
biji-bijian seperti kedelai, kacang tanah, bunga matahari dan sebagainya dan
sumber-sumber dari hewan yang meliputi sapi, domba, babi . Lemak yang
fosfolipid, sterol, vitamin dan zat warna yang larut dalam lemak seperti klorofil
dan karotenoid . Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, dan hal ini
tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya . Peran dari pada
lemak (lipid) dalam makanan manusia dapat merupakan zat gizi yang
nafsu makan ; atau dapat membantu memperbaiki tekstur dari bahan pangan yang
Lemak berbeda dari karbohidrat dan protein karena tidak terdiri dari
polimer satu-satuan molekuler . Setiap gram lemak mengandung kalori 2,25 kali
dari jumlah kalori yang dihasilkan oleh satu gram protein atau karbohidrat .
sterol didalam lemak hewan dan fotosterol didalam lemak sayuran . Lemak dalam
bahan makanan pada umumnya dipisahkan dari lain komponen yang terdapat
dalam bahan tersebut dengan cara ekstraksi dengan suatu pelarut misalnya
petroleum ether, etil eter, khloroform atau benzena . Perbedaan asam lemak yang
contoh misalnya lemak yang mengandung asam lemak berantai lebih panjang
akan menyebabkan titik cairnya lebih tinggi dibandingkan dengan asam lemak
yang berantai pendek . Perbedaan jumlah komponen asam lemak berantai panjang
di dalam lemak juga menimbulkan perbedaan titik cair lemak . Selain dari panjang
rantai, ketidakjenuhan rantai asam lemak juga dapat mempengaruhi titik cair
titik cair lemak . Berdasarkan sifat titik cair tersebut dikenal 2 macam istilah
gliserida yaitu minyak dan lemak, minyak adalah gliserida yang berbentuk cair
sedangkan lemak berbentuk padat pada suhu kamar, Oleh karena ketidakjenuhan
gliserida mengakibatkan perbedaan titik cair gliserida, maka hal ini dapat
dijadikan prinsip untuk membuat lemak padat dan lemak cair . Lemak dan minyak
(Winarno,1980).
Secara defenitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat
Maka kelompok lipida ini secara khusus berbeda dengan karbohidrat dan protein
yang tak larut dalam pelarut-pelarut organik . Bahan-bahan pelarut yang umum
dipakai untuk ekstraksi lipida adalah heksan, ether atau khloroform . Untuk
golongan lipida yang lebih polar, bahan pelarut yang dipakai untuk ekstraksi juga
dipilih yang lebih polar misalnya kloroform, etanol, metanol ataupun campuran
senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak
.Dialam bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida dan monogliserida hanya
terdapat sangat sedikit pada tanaman, dalam dunia perdagangan lebih banyak
sebagai bahan pengemulsi, penstabil, dan lain-lain . Secara umum lemak diartikan
sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat
dan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair . Secara
lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak ini
(Sudarmadji,1989) .
golongan . Ada beberapa golongan yang kita kenal, Bloor membagi lipid dalam
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan
contohnya fosfolipid
3. Derivat lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid
yaitu :
Kambing,dan domba
(Gol.mamalia)
Salmon,lumba- lumba
(Ketaren,1986)
– Lemak lebih padat dari pada minyak , berat jenisnya lebih tinggi untuk
trigliserida dengan berat molekul rendah dan trigliserida yang tidak jenuh,
– Makin pendek rantai asam lemak makin rendah titik cair trigliserida nya
(Buckle,1987).
sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair . Lemak yang
mengandung titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak
cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh . Lemak
hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbeda-beda, untuk
diukur dengan bilangan iodium . Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap
dalam asam lemak . Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap . Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap, makin banyak
pula iodium yang bereaksi . Lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut
dalam air, sedangkan gliserida asam lemak panjang tidak larut . Semua gliserida
larut dalam ester, kloroform, atau benzena dan alkohol panas merupakan pelarut
lemak yang baik . Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama diudara akan
ini dapat diketahui dari fungsi-fungsi lemak tersebut . Mengenai fungsinya ini
dapat dikelompokkan ke dalam fungsi utama dan fungsi lain yang melengkapi .
a. Fungsi utamanya
9,3 kalori, energi yang berlebihan dalam tubuh disimpan dalam jaringan
3. Sebagai penghemat protein, dalam hal ini kalau tersedianya energi dalam
diperlukan.
ini tidak dapat dibentuk dalam tubuh melainkan harus tersedia dari luar,
peradangan kulit/dermatitis .
dipergunakan tubuh .
b. Fungsi lainnya
lemak lebih lama, selain itu lemak juga memberi cita rasa lebih tahan dan
(kartasapoetra, 1991).
kering . Lemak dan minyak juga memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifi .
Dalam dunia teknologi roti, lemak dan minyak penting dalam memberikan
konsistensi empuk, halus, dan bahan lemak yang sering dipakai dalam pembuatan
kue dan roti dikenal sebagai shortening. Juga dalam teknologi es krim lemak dan
kerugian bagi kesehatan tubuh . Lemak dan minyak sebagian besar terdiri dari
trigliserida, lemak kakao didominasi oleh trigliserida yang terdiri atas asam stearat
minyak jagung baik sekali untuk makanan sebagai pengganti minyak kelapa
( Moehyi , 1992 ) .
Terjadinya kekurangan lemak dan asam lemak dalam tubuh manusia akan
cadangan lemak yang semakin berkurang akan sangat berpengaruh terhadap berat
timbulnya kelainan pada kulit, khusus pada balita berupa terjadinya luka
yang dapat dibuat dari kertas saring atau alundum ( Al2 O 3 ) . Ukuran thimble yang
dipilih sesuai dengan besarnya soxhlet yang digunakan . Sampel yang belum
kering harus dikeringkan terlebih dahulu, diatas sampel dalam thimble ditutup
dengan kapas bebas lemak supaya partikel bahan/sampel tidak ikut terbawa aliran
penangas air untuk menghindari bahaya kebakaran . Lipida akan terekstraksi dan
melalui sifon terkumpul kedalam labu godok . Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira
4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituang kedalam botol timbang atau
cawan porselen yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut diuapkan diatas
penangas air sampai pekat . Selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai diperoleh
berat konstan pada suhu 100℃ . Berat residu dalam botol timbang dinyatakan
Agar diperoleh lemak dan minyak bebas air dengan cepat maka
banyaknya lemak dapat pula diketahui dengan menimbang sampel padat yang
ada dalam thimble setelah ekstraksi, dan sudah dikeringkan dalam oven sehingga
merupakan berat minyak atau lemak yang ada dalam bahan tersebut .
Bahan sampel yang telah dihaluskan dimasukkan dalam thimble dan dipasang
dalam tabung penyangga yang pada bagian bawahnya berlubang . Bahan pelarut
yang digunakan ditempatkan dalam beaker glas dibawah tabung penyangga . Bila
beaker glas dipanaskan uap pelarut akan naik dan didinginkan oleh kondensor
sehingga bahan akan dibasahi oleh pelarut dan lipida akan terekstraksi dan
Setelah ekstraksi selesai 3-4 jam pemanas dimatikan dan sampel berikut
penyangganya diambil dan diganti dengan beaker glas yang ukurannya sama
diuapkan lagi dan diembunkan serta tertampung kedalam beaker glas yang
ekstraksi yang lain. Residu yang ada didalam beaker glas yang dipasang pada
pemanas selanjutnya dieringkan dalam oven 100℃ sampai berat konstan, berat
residu ini dinyatakan sebagai lemak atau minyak yang ada didalam bahan .
telah ditimbang dengan teliti dimasukkan kedalam botol babcock . Pada leher
babcock ini telah dilengkapi dengan skala ukuran volume . Sampel yang dianalisa
ditambah asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak
akan terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan . Pemisahan lemak pada
lemak dikarenakan asam sulfat dapat merusak lapisan film yang menyelimuti
memungkinkan globula lemak yang satu akan bergabung dengan globula lemak
yang lain dan akhirnya menjadi kumpulan lemak yang lebih besar dan akan
botol ditambahkan aquades panas sampai lemak atau minyak tepat pada tanda
skala bagian atas, dengan demikian banyaknya lemak atau minyak dapat secara
minyak dapat diganti dengan senawa lain misalnya detergent yang bersifat anion
yaitu dioktil sodium fosfat atau memakai detergent tidak mengion tetapi hidrofil
kontak dengan lemak secara lebih baik . Dengan demikian adanya ethanol
ether ini akan memperkecil adanya zat-zat yang dapat larut dalam air terikut
dalam minyak .
dalam oven 100℃ sampai diperoleh berat konstan . Berat residu dinyatakan
adalah usaha untuk mencegah pencemaran oleh bau yang berasal dari bahan
pangan lain yang disimpan dalam wadah yang sama, terutama terjadi pada bahan
pangan yang berkadar lemak tinggi . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena
lemak dapat mengabsorbsi zat menguap yang dihasilkan dari bahan lain .
Kerusakan bahan pangan yang berlemak akibat proses absorbsi bau oleh lemak
dapat dihindarkan dengan memisahkan lemak dari bahan-bahan lain yang dapat
mencemari bau .
Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan, biasanya
sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol . Dalam organisme hidup
enzim pada umumnya berada dalam bentuk zymogen aktif, sehingga lemak yang
terdapat dalam jaringan lemak tetap bersifat netral dan masih utuh . Jika
organisme telah mati, maka koordinasi mekanisme sel-sel akan rusak dan enzim
lipase mulai bekerja dan merusak molekul lemak . Kecepatan hidrolisa oleh enzim
lipase yang terdapat dalam jaringan relatif lambat pada suhu rendah, sedangkan
pada kondisi yang cocok proses hidrolisa oleh lemak lipase akan lebih intensif
biasanya terjadi pada lemak yang masih berada dalam jaringan dan dalam bahan
termasuk tipe mikroba non pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan
warna .
oleh aksi oksigen udara terhadap lemak . Oksidasi oleh oksigen udara terjadi
secara spontan jika bahan yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan
udara , sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung dari tipe lemak dan
kondisi penyimpanan . Oksidasi spontan ini tidak hanya terjadi pada bahan
pangan berlemak, akan tetapi dapat terjadi terhadap persenyawaan lain yang
konstituen yang mudah mengalami oksidasi spontan adalah asam lemak tidak
jenuh dan sejumlah kecil persenyawaan yang merupakan konstituen yang cukup
METODE PENELITIAN
Pertanian Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang berada di jalan
3.2 Alat-Alat
2. Spatula - -
5. Batang pengaduk - -
8. Oven - Memert
1. Hcl(aq) E.Merck
2. Hexana(aq) E.Merck
3. Coklat bubuk merek van houten (s) PT. Industri Ceres Bandung
5. Aquadest (l) -
3.4.1 Sampel
Sampel coklat bubuk merek van houten dan coklat bubuk tanpa merek
dikeringkan labu lemak yang berisi batu didih kedalam oven suhu 105℃ selama 3
Hcl 25% aduk hingga rata . Selanjutnya panaskan diatas hot plate selama 15 menit
tidak bereaksi dengan asam lagi, kemudian tambahkan 3 tetes AgNO 3 terhadap
filtrat jika tidak terdapat endapan putih ( Agcl ) maka PH sudah netral . Masukkan
kertas saring yang berisi endapan kedalam oven . keringkan pada suhu 105℃
selama 3 jam . Rangkai alat soklet . masukkan kertas saring serta isinya kedalam
Setelah proses ekstraksi selesai uapkan pelarut, keringkan labu lemak beserta
lemak kedalam oven suhu 105℃ selama 3 jam . Dinginkan kedalam desikator
hingga rata . Selanjutnya panaskan diatas hot plate selama 15 menit . Disaring
dengan kertas saring whatmann no.42 .Bilas dengan air panas sampai tidak
bereaksi dengan asam lagi, kemudian tambahkan 3 tetes AgNO 3 terhadap filtrat
jika tidak terdapat endapan putih ( Agcl ) maka Ph sudah netral .Masukkan kertas
saring yang berisi endapan kedalam oven . keringkan pada suhu 105℃ selama 3
jam .Rangkai alat soklet . Masukkan kertas saring serta isinya kedalam timbal
proses ekstraksi selesai uapkan pelarut . Keringkan labu lemak beserta lemak
kedalam oven suhu 105℃ selama 3 jam . Dinginkan kedalam desikator selama 30
Hasil percobaan kadar lemak dalam bubuk coklat merek van houten dan
bubuk coklat tanpa merek dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.1 Data Kadar Lemak dalam Bubuk Coklat Merek Van Houten
W Wo Kadar
No Sampel W1 (g) Lemak
(g) (g)
(%)
1. Coklat I II III
Bubuk 5,0045 136,5142 137,0939 137,0885 137,0842 11,4
Merek
4,9947 102,1166 102,6838 102,6792 102,6789 11,3
Van
Houten 5,0439 135,7296 136,2967 136,2927 136,2924 11,2
Tabel 4.1.2 Data Kadar Lemak dalam Bubuk Coklat Tanpa Merek
W Wo Kadar
No Sampel W1 (g) Lemak
(g) (g) (%)
1. Coklat I II III
Bubuk 4,8503 105,7465 105,9442 105,9411 105,9408 4,01
Tanpa
4,7028 136,4039 136,5967 136,5933 136,5931 4,02
Merek
Keterangan :
W = Berat contoh ( gr )
4.3 Pembahasan
Dalam analisa minyak dan lemak yang umum dilakukan pada bahan
makanan adalah penentuan kuantitatif yaitu penentuan kadar lemak atau minyak
yang terdapat dalam bahan makanan atau bahan pertanian . Ekstraksi akan mudah
ekstraksi . Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan dengan metode
Hasil penentuan kadar lemak coklat bubuk merek van houten perlakuan
pertama 11,4 %, perlakuan kedua 11,3 %, perlakuan ketiga 11,2 % dan kadar
lemak coklat bubuk tanpa merek perlakuan pertama diperoleh 4,01 %, perlakuan
kedua 4,02 %, dan perlakuan ketiga 3,98 % . Selisih hasil perlakuan pertama,
kedua, dan ketiga dari masing-masing coklat bubuk dapat disebabkan oleh
kurang dan lebihnya waktu pengeringan di dalam oven setelah proses hidrolisis .
Proses hidrolisis yaitu penambahan air kedalam suatu zat dengan tujuan
untuk menghilangkan zat warna yang ada pada makanan . Apabila bahan masih
jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh dengan air sehingga pada proses ektraksi
kadar lemak yang dihasilkan kurang efisien. Pemanasan bahan yang terlalu tinggi
( misalnya untuk menghilangkan sebagian air yang ada dalam bahan ) juga tidak
baik untuk proses ekstraksi lipida, karena sebagian lipida akan terikat dengan
protein dan karbohidrat yang ada dalam bahan sehingga menjadi sukar untuk
Hasil kadar lemak pada coklat bubuk tanpa merek tidak memenuhi syarat
SNI yang telah ditetapkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
lemak semakin tinggi . Kandungan lemak tinggi diperoleh pada biji kakao
bahan bukan lemak seperti protein, polifenol, dan karbohidrat yang terurai
sehingga secara relatif kadar lemak akan meningkat . Kadar lemak pada coklat
bubuk juga dapat disebabkan oleh suhu pada saat pengempaan lemak kakao yang
kurang dari 35 ℃ dan tekanan kempa yang kurang kuat, sehingga masih banyak
penyangraian akan mempermudah pengurangan kadar lemak dalam biji pada saat
Kadar lemak pada coklat bubuk juga dapat dipengaruhi oleh kualitas biji
coklat, biji coklat yang bermutu baik mempunyai berat rata-rata 1,0-1,2 gram atau
sekitar 83-100 biji tiap 100 gram . Berat biji berkaitan erat dengan kandungan
lemak, bila berat biji kurang dari 1 gram tiap biji maka kandugan lemaknya turun .
ukurannya seragam akan mencapai derajat penyangraian yang seragam pula . Biji
Berdasarkan uraian diatas bahwa kadar lemak coklat bubuk tanpa merek
tidak mencukupi syarat SNI 3747:2009 yang telah ditetapkan yaitu minimal
10,0% karena proses fermentasi yang kurang sempurna, tekanan saat pengepresan
kurang kuat, suhu kurang tinggi, proses penyangraian yang terlalu lama, dan
5.1 Kesimpulan
merek van houten 11,3% dan kadar lemak pada coklat bubuk tanpa merek
diperoleh 4,00 % .
5.2 Saran
Sebaiknya kepada peneliti yang ingin menguji kadar lemak pada bahan
lain seperti ekstraksi goldfisch, botol babcock, dan metode mojonnier agar
Masukkan labu lemak kedalam oven selama 1 jam pada suhu 105 o C
konstan
Lampiran 5. Pemanasan
Tambahkan 55 ml Hcl 25% dan 45 ml air , didihkan diatas hot plate ± 15 menit
Lampiran 6 . Penyaringan
Disaring dalam keadaan panas , dan dicuci dengan air panas sampai tidak bereaksi
Masukkan kedalam oven labu lemak+lemak yang selesai diektraksi selama 3 jam
0,5700
= ×100%
5,0045
= 11,4 %
Perlakuan II
( 102 ,6789−102,1166 )
Kadar Lemak (%) = ×100%
4,9947
0,5622
= 4,9947 ×100%
= 11,3 %
Perlakuan III
( 136 ,2924−135,7296 )
Kadar Lemak (%) = ×100%
5,0439
0,5627
= 5,0439 ×100%
= 11,2 %
0,1943
= 4,8503 ×100%
= 4,01%
Perlakuan II
( 136 ,5931−136,4039
Kadar Lemak (%) = ×100%
4,7028
0,1892
= 4,7028 ×100%
Perlakuan III
( 88,2804 −88,0819 )
Kadar Lemak (%) = ×100%
4,9837
0,1985
= 4,9837 ×100%
= 3,98 %
ABSTRACT
Soyghurt is a product from soy milk which is made by using bacteria Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus
thermophillus and used as a substitute for cow’s milk.Soybean milk do not contain lactose, so it can be consumed
by people with lactose intolerance.However the utilization of soybean milk is still limited due to its less preferred
flavor and it’s short shelf life.These limitation can be overcome through fermentation process in order to increase
it’s self life and produce products with the taste,aroma,and texture that is unique and tasty. The purpose of this
study was to determine the fat content by the soxhletation method,protein with biuret method,the effect of shelf life
from the amount of lactic acid during 7 day period,and hedonic test on the quality of soyghurt with the addition of
skim milk with concentration variation of 5%,10%,15%,and 20%. The results showed that fermented soybean milk
have lover fat and higher protein content. formula with skim milk concentration of 15% were the most favourable
and it’s shelf life were up to six days based on the concreation of the lactic acid and hedonic test.The result of pH
test on soybean milk were 5,5 and fermented soybean milk were 4,4.The fat and protein content of soymilk were
0,6%-0,7% and 7%;and the fermented soy milk were 0,1%-0,2% and 17,1%..
dengan penambahan variasi konsentrasi susu skim b. pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar sitrat
(8) pH 4 dan dapar fosfat ekimolal pH 7.
c. Sampel susu kacang kedelai fermentasi yang akan
Tabel 1. Formulasi susu kacang kedelai fermentasi diuji disiapkan.
d. Elektrode pH meter dicelupkan ke dalam sampel,
pH yang didapat dicatat.
5. Uji Hedonik
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis
dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan
atau ketidak sukaan. Disamping panelis
mengemukakan tanggapan senang, suka atau tidak
suka, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya.Tingkat–tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Uji hedonik pada penelitian ini
dilakukan terhadap empat formula susu kacang
kedelai fermentasi. Formula terpilih dari uji hedonik
digunakan untuk menentukan waktu simpan yang
baik terhadap jumlah Asam Laktat susu kacang
kedelai fermentasi dari hari ke 0 sampai hari ke 7.
Cara pembuatan susu kacang kedelai fermentasi : Jumlah panelis yang digunakan yaitu 9 orang
1. Susu kacang kedelai dipasteurisasi pada suhu panelis :
80-90oC selama 30 menit.
2. Ditambahkan sukrosa sebanyak 5% Tabel 2. Kriteria penilaian uji hedonik
3. Ditambahkan CMC sebanyak 5%.
4. Ditambahkan susu skim sesuai perbandingan
konsentrasi
5. Hasil campuran didinginkan sampai 43oC, lalu
diinokulasikan starter campuran dengan jumlah
bakteri Streptococcus thermophillus 11,05 mL
dan Lactobacillus bulgaricus 10,96 mL Lalu
diinkubasi pada suhu optimum 45oC selama 4 Cara uji :
jam, atau pada suhu ruang selama 12 jam. 1. Disediakan sampel susu kacang kedelai
6. Disimpan pada suhu 150C. fermentasi dengan empat formula yang memiliki
penandaan berbeda.
2. Pemilihan panelis berjumlah 9 orang.
4. Uji pH
3. Panelis melakukan penilaian kesukaan terhadap
Produk yoghurt dikatakan bermutu baik apabila
susu kacang kedelai fermentasi sesuai dengan
memiliki tekstur yang lembut, tanpa granula dan
kriteria penilaian yang dicantumkan pada lembar
memiliki komposisi secara umum adalah protein
uji terhadap rasa, bau dan rupa (bentuk)
4-6%, lemak 0,1-1%, laktosa 2-3%, asam laktat
4. Pemilihan formula terpilih dan penetapan sampel
0,6-1,3% dan pH 3,8-4,6%, sehingga rasanya
susu kacang kedelai fermentasi berdasarkan
asam yang menyegarkan, sedikit atau tidak
kriteria yang sangat disukai.
mengandung alkohol sama sekali, bertekstur semi
5. Dilakukan analisis jumlah asam laktat pada hari
padat atau smooth.
ke 0 sampai ke 7 terhadap sampel yang disimpan
Penentuan pH sampel menggunakan pH meter
pada suhu 15°C.
dengan prosedur sebagai berikut:
a. Elektrode dicuci dan dibilas dengan air bebas
mineral.
Penetapan blangko
4. Analisis Kadar Lemak Dilakukan penetapan blangko terhadap 10 mL air
Persiapan sampel suling menggunakan prosedur yang sama dengan
Contoh dihomogenkan dengan pengocokkan atau penetapan sampel
pencampuran. Dimasukkan dalam wadah tertutup
rapat dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak Perhitungan hasil
terjadi perubahan komposisi.
Penetapan kadar sampel
a. Labu sari yang berisi beberapa batu didih
dikeringkan dalam oven suhu 105oC selama 1
jam. Biarkan dingin hingga suhu kamar dan Mo= bobot contoh yang digunakan (g)
timbang sampai diperoleh bobot konstan. M1 =bobot labu sari dan batu didih (g)
b. Ditimbang seksama 3 sampai 10 g contoh yang M2= bobot labu sari dan batu didih dengan lemak
telah dihomogenkan di dalam labu erlenmeyer setelah pengeringan (g)
250 mL B1 = bobot labu sari dan batu didih untuk
c. Ditambahkan 50 mL asam klorida 4 N, penetapan blangko (g)
kemudian ditutup dengan corong yang diberi B2 = bobot labu sari dan batu didih setelah
kapas basah atau hubungkan dengan pendingin pengeringan pada penetapan blangko (g)
balik. Dipanaskan pada nyala api dengan kaca
asbes atau lempeng pemanas listrik hingga 5. Analisis Kadar Protein
mulai mendidih. Lanjutkan pendidihan selama a. Pembuatan larutan pereaksi Biuret
15 menit sambil sesekali dikocok. Ditambahkan Sejumlah 1,50 g CuSO4.5H2O dan 6,0 g potassium
150 mL air panas dan kertas saring tidak tartrat dicampur dengan 500ml air suling pada
berlemak ukuran 10 x 10 cm2 yang dipotong beaker glass lalu di aduk. Saat diaduk, ditambahkan
kecil-kecil. 300ml NaOH 10%. Dipindahkan ke labu tentukur 1
d. Kertas saring dibasahi pada corong kaca dengan L dan ditambahkan dengan air hingga 1 L.
air dan saring sampel segera. Labu dicuci tiga b. Pembuatan larutan baku pembanding
kali dengan air panas. Residu di cuci dengan air Dibuat larutan stok Bovin Serum Albumin (BSA)
panas hingga pH netral. Kertas saring diletakkan dengan konsentrasi 10 mg/ml.
pada kaca arloji atau cawan petri, dikeringkan Penetapan panjang gelombang serapan maksimum
dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam , Pembuatan larutan
didinginkan. Larutan 1 :
e. Kertas saring digulung dan dimasukkan ke Dipipet 5 mL larutan stok Bovin Serum Albumin,
dalam selongsong penyari. Dihilangkan sisa dimasukkan kedalam labu tentukur 25 mL,
lemak yang melekat pada kaca arloji atau cawan ditambahkan pereaksi Biuret sebanyak 2 mL,
petri dengan kapas tidak berlemak yang diencerkan dengan air suling ad tanda kalibrasi (2
Tabel 3. Hasil penetapan kadar lemak susu kacang gelombang 545,2 nm. Penetapan kadar protein
kedelai dan susu kacang kedelai fermentasi selanjutnya diukur pada panjang gelombang 545,2
nm.
kedelai dan susu kacang kedelai fermentasi dimulai g/100 mL dan 17,1 g/100 mL
dengan pengukuran serapan larutan standar albumin
dengan spektofotometri UV-Vis. (10) Tabel 4. Hasil penetapan kadar protein
Data hasil pengukuran larutan standar albumin
diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar
albumin dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Y = 2,6142x10-3 + 0,0488 x
R = 0,9995 Hasil jumlah asam laktat
Hasil jumlah asam laktat pada susu kacang
kedelai fermentasi didapat berkisar antara 0,454% -
1,002% dimana hasil jumlah asam laktat memenuhi
persyaratan SNI antara 0,5% - 2,0%
kurva baku albumin
KESIMPULAN
0.5
1. Hasil uji hedonik formula yang paling
0.4
disukai adalah formula C yang memiliki
0.3
umur simpan 6 hari.
0.2 2. Hasil pemeriksaan pH pada susu kacang
0.1 kedelai 5,5 dan setelah fermentasi 4,4
0 sesuai dengan pH persyaratan yoghurt
0 5 10 antara 3,8 – 4,6
3. Terjadi penurunan kadar lemak pada susu
Gambar 4. Kurva kalibrasi hubungan antara kacang kedelai hasil fermentasi dengan
konsentrasi dan serapan baku penambahan susu skim 15%. Kadar lemak
pada susu kacang kedelai sebelum
Penetapan kadar protein dalam susu kacang fermentasi 0,6%-0,7% dan sesudah
kedelai dan susu kacang kedelai fermentasi fermentasi 0,1%-0,2%.
Hasil uji penetapan kadar susu kacang kedelai 4. Terjadi peningkatan kadar protein pada
dan susu kacang kedelai fermentasi dapat dilihat susu kacang kedelai hasil fermentasi
pada table 4 dari hasil penetapan kadar diperoleh dengan penambahan susu skim 15%. Kadar
kadar protein dalam susu kacang kedelai dan susu protein pada susu kacang kedelai sebelum
kacang kedelai fermentasi berturut turut adalah 7,4 fermentasi 7,4% dan 17,1%.
DAFTAR PUSTAKA
Chotimah SC. Peranan Streptococcus thermophillus
dan Lactobacillus bulgaricus dalam proses
pembuatan yoghurt. Jurnal ilmu
peternakan. 2009;4(2);47-52
Copeland RA. Methods For Protein Analysis. New
York; Chapman dan Hall; 1994, h.39-55
Day RA, Underwood AL. Analisis Kimia
Kuantitatif. Edisi VI. Diterjemahkan oleh:
Iis Sopyan. Jakarta: Erlangga;2002. h. 499-
504.
Ginting Nurzainah,Pasaribu Elsegustri. pengaruh
temperatur dalam pembuatan yoghurt
dari berbagai jenis susu dengan
menggunakan Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus thermophillus. Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
sumatera Utara, Medan. h. 73-69
Serlahwaty D, Sugiastuti S. Optimasi Waktu
Penyarian Terhadap Kandungan Lemak
Dalam Beberapa Bentuk Susu Dengan
Metode Ekstraksi Soxhlet. Kongres
Ilmiah XVIII Ikatan Apoteker Indonesia,
Makasar 2010.h.273-276
Gulo Nitema. Substitusi susu kedelai dengan susu
sapi pada pembuatan soyghurt instan.
Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian
Vol 4, Nomor 2, Agustus 2006: h.75
Herawati AD,Arif Andang D. Pengaruh konsentrasi
susu skim dan waktu fermentasi terhadap
hasil pembuatan soyghurt. Jurnal ilmiah
Tekhnik Lingkungan Vol.1,No.2 h.48-58
Oktafarika A. Penetapan kadar lemak dan protein
pada susu kedelai dan susu kedelai
fermentasi menggunakan metode
soxhletasi dan biuret (skripsi). Jakarta
Fakultas Farmasi Universitas
Pancasila;2009.h.28-43
Nielsen S (Editor). Introduction to the Chemical
Analysis of Food “Protein Analysis”.
Jones and Barlet Publisher;
Boston,London. Chapter 14; h. 207-16.
Skoog, West, Holler, Crouch. Fundamentals of
Analytical Chemistry. 8th ed. United
state. Brooks cole; 2004. h. 973-89
OLEH :
ABSTRAK
Susu sapi cair merupakan salah satu sumber gizi keluarga. Oleh karena itu
susu sapi cair banyak dikomsumsi oleh masyarakat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan gizi. Susu sapi cair dapat dikemas dalam beberapa kemasan (saset,
kotak, kaleng) dan dalam berbagai rasa (coklat, vanila, strawbery). Pada penelitian
ini susu yang diteliti yaitu susu dalam bentuk kemasan kotak dengan rasa susu
yaitu rasa coklat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan kadar laktosa
dalam susu cair coklat kemasan kotak secara titrasi iodometri.
Sampel yang diperiksa adalah susu cair coklat kemasan kotak yang
diambil dari pasar Sei Sikambing secara acak (random). Sampel yang diambil
adalah terdiri dari 3 sampel yang mengandun laktosa. Penetapan kadar laktosa
pada percobaan ini dilakukan dengan cara titrasi iodometri.
Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata laktosa dalam susu pada
sampel A = 4,395 %, B = 4,82 %, dan C = 4,13 %. Dan hasil ini menunjukkan
ketiga sampel tersebut memenuhi persyaratan menurut Depkes RI,1995 yaitu
kadar laktosa dalam susu sapi adalah 4-6 %.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
IODOMETRI”.
Adapun maksud dan tujuan penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi
Diploma III Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
bahwa tulisa ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi susunan, bahasa maupun
isi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
masukan berupa saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna untuk
kesempurnaan penulis pada masa yang akan datang. Pada kesempatan ini
1. Parlindungan Purba, SH, MM. Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM. Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
4. Cut Masyitha Thaib, M.Si., Apt. Selaku Ketua Program Studi Diploma III
iv
5. Zuhairiah Nst, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang membimbing
6. Dosen serta staf pegawai Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
pendidikan.
Yang juga telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya di
bidang kesehatan.
(Junita Simanjuntak)
v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
2.1. Susu............................................................................................. 4
2.1.3.Manfaat Susu..................................................................... 6
vi
2.2.2. Intoleransi Laktosa ........................................................... 8
3.3.1. Populasi............................................................................. 14
3.4.2. Bahan................................................................................. 15
vii
3.5.9. Pembuatan Larutan Asam Sitrat 5 M ................................ 16
LAMPIRAN.................................................................................................... 23
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Zat gizi dalam air susu berbagai jenis hewan dan ASI 5
Tabel 2.2 Komposisi kimia susu sapi menurut beberapa sumber ................ 5
luff–schoorl ................................................................................... 12
Tabel 4.1 Kadar laktosa pada susu cair coklat kemasan kotak ..................... 19
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
PENETAPAN KADAR LAKTOSA PADA SUSU CAIR COKLAT
KEMASAN KOTAK SECARA IODOMETRI
OLEH :
ABSTRAK
Susu sapi cair merupakan salah satu sumber gizi keluarga. Oleh karena itu
susu sapi cair banyak dikomsumsi oleh masyarakat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan gizi. Susu sapi cair dapat dikemas dalam beberapa kemasan (saset,
kotak, kaleng) dan dalam berbagai rasa (coklat, vanila, strawbery). Pada penelitian
ini susu yang diteliti yaitu susu dalam bentuk kemasan kotak dengan rasa susu
yaitu rasa coklat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menentukan kadar laktosa
dalam susu cair coklat kemasan kotak secara titrasi iodometri.
Sampel yang diperiksa adalah susu cair coklat kemasan kotak yang
diambil dari pasar Sei Sikambing secara acak (random). Sampel yang diambil
adalah terdiri dari 3 sampel yang mengandun laktosa. Penetapan kadar laktosa
pada percobaan ini dilakukan dengan cara titrasi iodometri.
Hasil penelitian menunjukkan kadar rata-rata laktosa dalam susu pada
sampel A = 4,395 %, B = 4,82 %, dan C = 4,13 %. Dan hasil ini menunjukkan
ketiga sampel tersebut memenuhi persyaratan menurut Depkes RI,1995 yaitu
kadar laktosa dalam susu sapi adalah 4-6 %.
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
IODOMETRI”.
Adapun maksud dan tujuan penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi
Diploma III Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
bahwa tulisa ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi susunan, bahasa maupun
isi yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
masukan berupa saran dan kritikan yang sifatnya membangun, guna untuk
kesempurnaan penulis pada masa yang akan datang. Pada kesempatan ini
1. Parlindungan Purba, SH, MM. Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM. Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
4. Cut Masyitha Thaib, M.Si., Apt. Selaku Ketua Program Studi Diploma III
iv
5. Zuhairiah Nst, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang membimbing
6. Dosen serta staf pegawai Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
pendidikan.
Yang juga telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya di
bidang kesehatan.
(Junita Simanjuntak)
v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
2.1. Susu............................................................................................. 4
2.1.3.Manfaat Susu..................................................................... 6
vi
2.2.2. Intoleransi Laktosa ........................................................... 8
3.3.1. Populasi............................................................................. 14
3.4.2. Bahan................................................................................. 15
vii
3.5.9. Pembuatan Larutan Asam Sitrat 5 M ................................ 16
LAMPIRAN.................................................................................................... 23
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Zat gizi dalam air susu berbagai jenis hewan dan ASI 5
Tabel 2.2 Komposisi kimia susu sapi menurut beberapa sumber ................ 5
luff–schoorl ................................................................................... 12
Tabel 4.1 Kadar laktosa pada susu cair coklat kemasan kotak ..................... 19
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
Sophi Damayanti
ABSTRAK
Laktosa merupakan gula disakarida dari glukosa dan galaktosa dalam susu. Sebagai sumber sumber gizi, susu dipilih oleh atlet
untuk dikonsumsi. Namun demikian. laktosa dapat menyebabkan laktosa intoleransi, oleh karena itu kandungannya perlu
ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk verifikasi metode dan penentuan kadar laktosa dalam susu yang berperisa
dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Sampel susu diencerkan dengan asetonitril(1:1) dan dilarutkan
hingga 100mL dengan air. Susu kemudian difiltrasi dengan 0.45µm filter membrane. laktosa kemudian dianalisis menggunakan
KCKT detektor indeks bias, kolom fase terikat NH 2, 10µm (250µm × ID 4.6mm), dan suhu kolom pada 25 oC, fase gerak
asetonitril dan air (65:35) dengan laju alir adalah 1,0mL/min. Verifikasi metode menunjukkan linearitas dengan koefisien
korelasi, r2 = 0.9997 dan persamaan garis y=106434,5500x-77704,1667. Koefisien fungsi regresi yang dihitung (Vx0) untuk
laktosa yaitu 0.376. Pengujian presisi menghasilkan koefisien variansi untuk inter dan intraday adalah 0,3844 dan 1,6758.
Persentase perolehan kembali untuk laktosa dengan metode standar adisi berada dalam rentang 99,018-101.408 %. Sampel 1
mengandung laktosa 1,277±0,283 dan sampel 2 mengandung 1,094±0,013 %. Sebagai kesimpulan, kandungan laktosa dalam
susu berperisa dapat ditentukan dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor indek bias.
Abstract
Lactose is a disaccharide sugar from sugar and galactose in milk. As a source of nutrition, milk is chosen by athletes to be
purchased. However. Lactose can cause lactose intolerance, therefore its supply needs to be determined. The purpose of this
study was to examine the method and determination of lactose content in flavored milk using high-performance liquid
chromatography (HPLC). Milk samples were diluted with acetonitrile (1: 1) and dissolved to 100 mL with air. The milk is then
filtered with a 0.45μm membrane filter. The lactose was then analyzed using the HPLC refractive index detector, the column
phase received NH2, 10μm (250μm × ID 4.6mm), and the column temperature at 25oC, the mobile phase of acetonitrile and air
(65:35) with the flow movement was 1.0mL / min. Verify the linearity conversion method with the conversion coefficient, r2 =
0.9997 and the line equation y = 106434.5500x-77704.1667. The calculated coefficient of regression function (Vx0) for lactose
is 0.376. Precision testing produces variance coefficients for inter and intraday are 0.3844 and 1.6758. The percentage received
again for lactose by the standard addition method is in the range of 99.018-101.408%. Sample 1 contained lactose 1.277 ± 0.283
and sample 2 contained 1.094 ± 0.013%. In conclusion, lactose reserves in milk can be used using high liquid chromatography
with a biased detector.
volumetrik diguncang secara vertikal sampai semua (250mm x 4.6mm I.D.) dan suhu kolom adalah pada
laktosa dan glukosa sepenuhnya larut untuk suhu 25oC. Fase gerak yang digunakan adalah
menghasilkan larutan stok laktosa. Larutan standar asetonitril: air (65:35). Laju alir adalah 1.0 mL /menit.
laktosa dibuat pada 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dalam labu volume injeksi adalah 10μL.
volumetrik dengan mengencerkan larutan stok laktosa.
Uji kesesuaian sistem diterapkan untuk mengevaluasi
Preparasi Fase Gerak indikator kinerja sistem dibandingkan dengan
50 mL asetonitril dan 350 mL dilarutkan dalam labu persyaratan. Resolusi, faktor kapasitas, plat teoritis dan
volumetrik 1L. tailing factor adalah parameter yang digunakan dalam
parameter kesesuaian sistem (David, 2005).
Kondisi KCKT
KCKT dengan detektor indeks bias dan kolom yang Tabel 1 Hasil Uji Kesesuaian Sistem
digunakan adalah kolom fase terikat NH2, 10μm (Satinder, 2005)
(250mm x 4.6mm I.D.) dan suhu kolom pada suhu
kamar. Fase gerak yang digunakan adalah asetonitril: Parameter Laktosa Persyaratan
air (65:35). Laju alir adalah 0,5 mL / mnt. volume Resolusi 1,925 > 1,5
injeksi adalah 10μL. Faktor kapasitas 7,104 1 – 20
Plat teoritis 8809 > 2000
Verifikasi Metode Tailing Factor 1,083 0,9 – 1,4
Linearitas
Luas puncak rata-rata untuk setiap konsentrasi Tabel 2 menunjukkan hasil presisi untuk waktu retensi
campuran dihitung. Kurva kalibrasi untuk laktosa dan luas area di bawah kurva (AUC) laktosa. Presisi
diplot dengan memplot area puncak rata-rata versus waktu retensi dan luas area di bawah kurva (AUC)
konsentrasi. Linearitas diukur berdasarkan regresi untuk laktosa menunjukkan persentase koefisien
linier yang diperoleh dari grafik. Selain itu, koefisien variansi kurang dari 2%. Hasil menunjukkan pengujian
fungsi regresi, Vx0, dihitung berdasarkan data AUC presisi memenuhi persyaratan untuk ketelitian
relatif terhadap gradien kemiringan.
Tabel 2 Hasil Presisi AUC dan Waktu Retensi
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi (BD dan BK) Laktosa
BD dan BK dihitung berdasarkan data dari kurva
kalibrasi. Batas deteksi dihitung tiga kali standar Laktosa
deviasi konsentrasi yang dihitung. Batas kuantifikasi Sampel
tR (min) AUC
dihitung sepuluh kali standar deviasi konsentrasi yang 1 5,0467 448427
dihitung. 2 5,0533 468321
3 5,0733 446880
Akurasi 4 5,0867 463821
Keakuratan metode ditentukan berdasarkan persentase 5 5,0867 453229
perolehan kembali dari jumlah laktosa yang 6 5,0267 448999
ditambahkan ke sampel. % KV 0,4760 1,9747
Presisi Verifikasi metode dilakukan untuk mengonfirmasi
Ketelitian metode ditentukan dengan menyuntikkan
bahwa metode dapat dipercaya. Linearitas, batas
larutan berulang kali selama enam kali pada hari deteksi, batas kuantifikasi, presisi, dan akurasi adalah
pertama dan tiga hari berturut-turut. Persentase parameter yang diukur dalam menguji metode (David
koefisien variansi kemudian dihitung. et al, 2005; Ahuja dan Dong, 2005).
Preparasi sampel Tabel 3 Data AUC Larutan Standar Laktosa
Sampel susu rasa vanila dan rasa scoklat diendapkan
oleh asetonitril dengan volume rasio 1: 1 dan
Konsentrasi (%) AUC
diencerkan dengan 100 mL air suling dalam labu
volumetrik. Kemudian, disaring melalui C18 cartridge 2 136423,333
kemudian disaring melalui membran filter 0,45μm
4 341440,333
HASIL DAN PEMBAHASAN
6 565139,000
Pada penelitian ini, laktosa dianalisis dengan KCKT
menggunakan detektor indeks bias. Kolom yang 8 780048,000
digunakan adalah kolom fase terikat NH2, 10μm
10 981465,000
Presisi adalah kedekatan serangkaian pengukuran yang
diperoleh dari pengukuran berulang. Parameter presisi
Linearitas ditentukan melalui kurva kalibrasi yang tergantung pada koefisien variansi intra dan interday.
menunjukkan hubungan antara respons dan konsentrasi Persentase koefisien variansi dianggap baik jika kurang
analit (Ahuja dan Dong 2005). Kurva kalibrasi laktosa dari 2% (Ahuja dan Dong, 2005). Seperti yang
diplot antara area puncak dan konsentrasi. Luas puncak ditunjukkan pada Tabel 5, persentase koefisien variansi
diperoleh dalam pengukuran 3 kali. Dari Tabel 3 dan untuk waktu retensi intra dan interday dan AUC di
Gambar 1 menunjukkan bahwa persamaan regresi yang bawah 2%.
diperoleh untuk laktosa adalah y = 106434,5500x-
77704,1667 dengan koefisien regresi, r2 0,9997.
Koefisien fungsi regresi yang dihitung (Vx0) untuk
laktosa adalah 0,3763. Persyaratan untuk linearitas
adalah r2 ~ 1 dan Vx0 kurang dari 2%. Oleh karena itu,
persyaratan untuk linearitas laktosa terpenuhi.
KV KV
(tR) (AUC)
tR KV KV
Hari AUC Intra- Inter-
(min) (%) (%)
day day
(%) (%)
1 5,0467 0,4760 448427 1,9747 0,3844 1,6758
5,0533 468321
5,0733 446880
5,0867 463821
5,0867 453229
5,0267 448999
Gambar 1 Kurva Kalibrasi Larutan Laktosa 2 5,0557 0,3345 449327 1,6547
5,0445 467763
Batas deteksi (BD) adalah jumlah terendah yang dapat 5,0633 445887
dideteksi sedangkan batas kuantifikasi (BK) adalah 5,0776 455674
jumlah terendah yang dapat dikuantifikasi (David, 5,0867 453887
2005). Dari Tabel 4, BD dan BK yang dihitung dari 5,0467 456880
kurva kalibrasi untuk laktosa adalah 0,00237 dan 3 5,0467 0,34258 448431 1,3981
0,00832. Dengan demikian, LOD dan LOQ untuk 5,0624 457301
5,0387 447867
laktosa memiliki nilai lebih kecil dari nilai terendah 5,0789 464720
dalam kisaran konsentrasi dalam kurva kalibrasi dalam 5,0776 455364
nilai 2%. 5,0453 451627
Tabel 4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Laktosa Akurasi adalah kedekatan dari hasil yang diperoleh dan
nilai sebenarnya. Akurasi dapat dinyatakan sebagai
Y 136,423,333 341,440,333 565,139,000 780,048,000 981,465,000
metode standar adisi (Ahuja dan Dong, 2005;
Y' 135,164,933 348,034,033 560,903,133 773,772,233 986,641,333 Kazakevich and LoBrutto, 2007), Oleh karena itu,
persentase perolehan kembali laktosa yang
(Y-Y')2 1,258,400 6,593,700 4,235,867 6,275,767 5,176,333
ditambahkan ke dalam susu sampel dapat dihitung,
Ɛ(Y Y')2 23,540,067 Presisi sampel ditentukan dengan menghitung
persentase koefisien variansi dengan syarat kurang dari
Sy/x 88,582 2%.
(Sy/x)/ b 0,000833
Berdasarkan Tabel 6, persentase perolehan kembali
Vx0 0,376 laktosa menggunakan metode standar adisi berada pada
rentang 99,018-101,408 %. Persentase koefisien
LOD 0,00237
variansi adalah 1,956. Dengan demikian, metode ini
LOQ 0,00832 memenuhi persyaratan akurasi (Ahuja dan Dong,
2005),
Rata-rata
3. David GW, 2005, Pharmaceutical Analysis, 2nd ed,
Persen Elsevier Churchill Livingstone, Philadelphia, 1-17
C persen %
C’ Perolehan and 267-314.
(%) perolehan KV
Kembali (%)
kembali (%)
4. Deng Y, Misselwitz B, Dai N, Fox M, 2015,
0,507±0,002 101,408±0,449
Lactose Intolerance in Adults: Biological
0,5 Mechanism and Dietary Management, Nutrients,
2015 Sep; 7(9): 8020–8035, doi:
1 1,030±0,012 102,942±1,210 101,222±1,977 1,956
10,3390/nu7095380.
DAFTAR PUSTAKA