Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Disetujui di
Medan, Juni 2017
Diketahui
Program Studi D III Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing
PERNYATAAN
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
PENGHARGAAN
Penulis mengungkapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kuasaNya
yang tetap mencurahkan berkat, rahmat, kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis
dapat menjalani hidup dengan penuh makna dan akan lebih bermakna lagi. Karya Ilmiah ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya (AMD) pada program studi
Kimia Diploma III di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan Karya Ilmiah ini berdasarkan pengamatan dan pengalaman Penulis selama
menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)dari
tanggal 24 Februari sampai dengan 24 Maret 2017. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
KARYA ILMIAH ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan penulis,
baik dari segi pengetahuan, waktu, maupun pengalaman penulis. Meski demikian Penulis
mengharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pun dari semua pihak
yang membaca karya ilmiah ini.
Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis menghantarkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis untuk
menyelesaikan Karya Ilmiah ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra M,Si selaku ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah banyak membimbing penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Uiversitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar
dan teliti memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis agar dapat
menyelesaikan Tugas akhir ini.
5. Kepada Ibunda M.Br Sitepu dan Ayahanda C. Tarigan yang sangat saya cintai dan
kepada abang dan kakak tercinta saya Trio anosta tarigan & Trisna levia Br tarigan.
Saya mengucapkan banyak terima kasih atas doa, perhatian, kasih sayang, dukungan,
semangat dan bimbingan moral kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
6. Buat sahabat dan Seseorang yang selalu memotivasi saya dalam menyelesaiakan
Tugas Akhir ini.
7. Kepada rekan-rekan di PKL Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Karya Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan ketidakmampuan. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat baik untuk penulis dan juga pembaca.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan biodiesel dari Palm Kernel Oil (PKO) melalui
metode transesterifikasi. Transesterifikasi menggunakan katalis enzim Novozym®435 dari
reaksi antara PKO dengan metanol pada perbandingan volume 1:3 ; 1:6 dan 1:9 v/v selama
selang waktu ± 24 jam. Hasil analisis dengan Gas kromatografi terhadap kadar biodiesel dari
hasil transesterifikasi diperoleh kadar terbanyak pada perbandingan 1 : 6 yaitu sebesar
35,68% dengan kandungan monodigliserida 1,48%, digliserida 6,76%, dan trigliserida
2,51%, perbandingan 1 : 3 diperoleh kadar biodiesel 21,12% dengam kandungan
monogliserida 2,20% , digliserida 11,97% , trigliserida 11,97 % dan untuk perbandingan 1 :
9 diperoleh kadar biodiesel 18,50% dengan kandungan monogliserida 2,66% , digliserida
11,97% , trigliserida 17,48%.
ABSTRACT
Has done research About the making of biodiesel from Palm Kernel Oil (PKO) through
transesterification method. Transesterification using Novozym®435 enzyme catalyst from of
the reaction between PKO with methanol at a volume ratio of 1: 3; 1: 6 and 1: 9 v / v over an
interval of ± 24 hours. Results of analysts biodiesel content on transesterification results in
the highest of 1 : 6 gained of 35.68%, monodigliserida 1.48%, digliserida 6.76% and
triglyceride2,51%, A ratio of 1: 3 obtained by biodiesel content of 21.12% with
monoglyceride content of 2.20%, digliseride 11.97%, triglyceride 11.97% and for
comparison 1: 9 obtained biodiesel 18,50% with monoglyceride content 2,66% , digliseride
11,97%, triglyceride 17,48%.
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
Bab 1. PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel Judul Halaman
2.1. Perbandingan sifat biodiesel dan petrodiesel 6
2.2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit 12
Dan minyak inti kelapa sawit
4.1. Data Hasil Analisa 21
4.2. Data setelah Analisa menggunakan GC 21
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Sampai saat ini harga biodiesel masih belum dapat bersaing dengan minyak solar didalam
negeri. Sedangkan untuk harga di luar negeri harga biodiesel sudah bersaing dengan harga
bahan bakar petrodiesel. Bahkan harga biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan harga
pembebasan pajak. Pengembangan biodiesel banyak mendapat perhatian dari para ahli karena
Kelebihan yang dimaksud diantaranya adalah (i) dapat diproduksi secara lokal dengan
ketergantungan impor bahan bakar petroleum. (ii) proses produksi dan penggunaannya yang
bersifat lebih ramah lingkungan dengan tingkat emisi CO 2 , NO dan senyawa hasil
pembakaran lainnya yang lebih rendah, dan (iii) lebih mudah terdegradasi dengan alam
(biodegradable).
Biodiesel didefinisikan sebagai mono-alkil ester dari rantai panjang asam lemak yang
berasal dari sumber yang terbarukan, khususnya minyak tumbuhan dan lemak hewan.
Minyak inti sawit yang kaya akan asam laurat (C12 : 0) merupakan bahan dasar pembuatan
alkohol asam lemak. Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan
minyak bumi (petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau
Biodiesel dilakukan melalui transesterifikasi lemak pangan dan nabati. Pada proses
transesterifikasi secara enzimatis mencegah terbentuknya sabun, reaksi terjadi pada pH netral,
suhu reaksi yang lebih rendah. Beberapa metode secara enzimatis bertujuan untuk memecah
ikatan kovalen, ikatan silang. Lipase merupakan enzim yang paling banyak digunakan pada
reaksi transesterifikasi, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan enzim Novozym
®435 dan mampu mengkatalisis baik reaksi hidrolisis maupun transesterifikasi trigliserida
dalam kondisi biasa untuk menghasilkan biodiesel. Penggunaan katalis enzim dalam
pembuatan biodiesel tidak hanya dapat menghidrolisis tetapi berperan penting dalam proses
esterifikasi dan transesterifikasi sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu, katalis
enzim akan menghasilkan konversi yang tinggi meskipun digunakan dalam transesterifikasi
selain harga enzim yang mahal juga adanya asam lemak bebas pada bahan baku yang
bereaksi dengan alkohol rantai pendek (seperti metanol dan etanol) menyebabkan enzim
terdenaturasi. Gliserol sebagai salah satu produk reaksi, memberi efek negatif pada enzim
yang digunakan.
Enzim merupakan molekul organik yang kompleks dan terdapat dalam sel-sel hidup,
yang di dalamnya enzim bekerja sebagai katalisator untuk menimbulkan perubahan kimiawi
berbagai enzim yang ada dalam sel sel hidup dan cara kerja nya semakin meningkat. Tanpa
adanya enzim, tidak mungkin terdapat kehidupan. Meskipun enzim hanya terbentuk sel-sel
hidup, banyak di antaranya dapat dipisahkan dari sel dan bisa terus bekerja (Hartono,1995).
Keanekaragaman dan besarnya tingkat reaksi, khusunya yang merupakan ciri suatu
enzim akan mewarnai pula kegiatan reaksinya dalam bahan pangan. Peran enzim dalam
pengolahan bahan pangan dari tahun ke tahun berkembang pesat, Penggunaan enzim dalam
dalam pengolahan pangan misalnya pada proses pembuatan sayur asin, kecap,glukosadan
fruktosa dari pati, proses pengempukan daging, produksi jenis keju tertentu dan lain-lain
(Purnomo,1995).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pembuatan
1.2. Permasalahan
Apakah Biodiesel dari PKO dapat dihasilkan melalui metode transesterifikasi menggunakan
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Dapat memberikan informasi pembuatan biodiesel dari Palm Kernel Oil (PKO) melalui
metode transesterifikasi menggunakan enzim Novozym ®435 serta mengetahui berapa kadar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan bahan bakar dari minyak nabati dan lemak hewan bukanlah sebuah proses
baru. Pada awal tahun 1853, jauh sebelum mesin diesel digunakan, E. Duffy dan J. Patrick
adalah ilmuwan yang melakukan proses transesterifikasi pada minyak nabati pertama kali
Kemunculan mesin diesel dimulai pada tahun 1893, saat Rudolf Diesel (1858-1913)
mengeluarkan tulisan yang bejudul “The Theory and Construction of A Rational Heat
Engines”. Tulisan tersebut membahas mesin yang dapat mengompresi udara sampai pada
tekanan yang sangat tinggi disebabkan oleh gerakan piston. Selain tekanan tinggi juga
dihasilkan suhu tinggi. Mesin keluaran pertama yang digunakan sebagai model berupa sebuah
besi silinder berukuran 10 sebagai dasarnya. Mesin yang kemudian diberi nama mesin diesel
tersebut diujicobakan di Ausburg, Jerman pada 10 Agustus 1893 dengan bahan bakar minyak
kacang. Sebagai apresiasi terhadap peristiwa penting ini , setiap tanggal 10 Agustus
diperingati sebagai Hari Biodiesel Intrnasinal. Mesin ini didemonstrasikan di World’s Fair di
paris, prancis pada tahun 1900 dan mendapatkan “Grand Prix” yang merupakan penghargaan
tertinggi.
penggunaan bahan bakar mesin dengan bahan bakar yang viskositasnya lebih rendah, yaitu
petrodiesel atau bahan bakar fosil. Hampir semua industri petroleum memilih produksinya
yang jauh lebih murah dari pada bahan bakar. Biodiesel umumnya diproduksi dari refined
vegetable oil menggunakan proses transesterifikasi. Proses ini pada dasarnya bertujuan
mengubah [tri, di, mono] gliserida berberat molekul dan berviskositas tinggi yang
mendominasi komposisi refined fatty oil menjadi asam lemak metil ester (Budiman dkk,
2014 ).
Biodiesel adalah monoalkil ester dari minyak nabati atau hewan. Keuntungan paling
baik dari biodiesel bila dibandingkan dengan petrodiesel ialah biodiesel merupakan bahan
bakar yang ramah lingkungan. Biodiesel dapat diproduksi dari minyak hasil pertanian, limbah
minyak, maupun lemak hewan yang banyak terdapat di berbagai belahan dunia dan bersifat
Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi
(petroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur
dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu
mengandung oksigen sehingga tidak mudah terbakar. Palm biodiesel dibuat dengan
menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun produk turunan nya atau minyak inti
sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit
dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan
berasal dari sumber daya alam yang dapatdiperbaharui; (2) Biodiesel memiliki kandungan
aromatik dan sulfur yang rendah (3) Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi (Zhang
dkk, 2003).
Beberapa perbandingan sifat biodiesel dan petrodiesel dapat dilihat pada tabel 2.1.
berikut ini :
2.3. Metanol
Metanol adalah suku pertama dari alkohol dengan rumusan C11 H2n+1OH. Metanol
atau metil alkohol saat ini dibuat dari gas bumi, di masa mendatang dapat pula diupayakan
pembuatannya dari biomassa. Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik
oleh bakteri. Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar
matahari menjadi karbon dioksida dan air. Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan
Metanol (metil alkohol atau alkohol kayu), (komponen utama dalam spritus)
digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut. Dalam laboratorium dan industri, semua senyawa
ini digunakan sebagai pelarut dan reagensia. Kebanyakan alkohol alifatik digunakan di
1. Tidak perlu memodifikasi mesin, Pada dasarnya perlu ada modifikasi mesin diesel
hidrokarbon total, partikel, dan sulfur. Penambahan 20% biodiesel pada petroleum
3. Non toksik, Biodiesel lebih aman dan tingkat toksitasnya 10 kali lebih rendah dengan
garam dapur.
4. Konsumsi bahan bakar sama.konsumsi bahan bakar serupa dengan petroleum diesel.
5. Renewable, Biodiesel yang dibuat dari bahan terbarukan (renewable) sehingga dapat
Adapun beberapa kekurangan penggunaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar diesel
yaitu :
1. Konsumsi bahan bakar sedikit lebih tinggi karena nilai kalori yang lebih rendah.
2. Titik beku lebih rendah daripada bahan bakar diesel dimana akan menjdi kendala dan
3. Kurang stabil dibandingkan bahan bakar diesel sehingga penyimpanan jangka panjang
4. Dapat mendegradasi plastik, karet alam gasket, dan selang bila digunakan dalam
Esterifikasi adalah reaksi asam lemak bebas dengan alkohol membentuk ester dan air.
Dengan esterifikasi, kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan diperoleh tambahan
ester. Reaksi ini dilaksanakan dengan menggunakan katalis padat atau katalis cair. Reaksi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang berjalan lambat, sehingga
untuk waktu reaksiyang relatif pendek reaksi ke kiri (arah reaktan) dapat diabaikan terhadap
terkandung dalam minyak dan penerima gugus asil. Penerima gugus asil dapat berupa asam
dkk,2009).
Metode konvensional untuk memproduksi biodiesel melibatkan katalis asam dan basa
untuk membentuk asam lemak alkil ester. Biaya pengolahan dan masalah lingkungan yang
terkait dengan produksi biodiesel dan pemulihan produk sampingb telah menyebabkan
dibutuhkannya metode produksi alternatif. Reaksi enzimatik yang melibatkan lipase dapat
menjadi alternatif yang sangat baik untuk menghsilkan bioiesel melalui proses yang biasa
Panjang rantai hidrokarbon dari asam lemak , keberadaan cabang senyawa dan
konfigurasi dari ikatan ganda dapat mempengaruhi produksi biodiesel. Novozym 435
digunakan karena konversi simultan yang lebih tinggi untuk biodiesel. Novozym 435 sering
dipilih sebagai lipase yang efektif untuk produksi biodiesel (Seong dkk,2011).
membentuk alkil ester dan gliserol. Alkil ester inilah yang disebut sebagai biodiesel.
Sementara itu, trigliserida adalah komponen utama penyusun minyak dan lemak yang
merupakan trimester dari gliserol dengan asam-asam lemak. Karena menggunakan alkohol
sebagai salah satu reaktannya, reaksi ini sering kali disebut juga sebagai reaksi alkohlisis.
Reaksi pembentukan biodiesel dari trigliserida secara metanolisis meliputi tiga tahapan
proses yaitu tahap pertama digliserida, tahap kedua monogliserida dan tahap ke tiga gliserol.
Dalam reaksi transesterifikasi dapat menyulitkan proses pemisahan produk (alkil ester)
dengan katalis karena sabun akan mengemulsi campuran saat pencucian. Sementara itu, air
yang dibentuk dapat bereaksi dengan alkil ester melalui reaksi hidrolisis membentuk asam
lemak. Reaksi ini justru mengurangi produk biodiesel dan lebih lanjut dapat memicu
Katalis yang sering digunakan dalam produksi biodiesel adalah katalis homogen
(KOH dan NaOH). Namun, penggunaan katalis homogen memiliki kelemahan yaitu
atau asam, yang memungkinkan waktu reaksi singkat dan konversi yang tinggi. Namun,
metode ini memerlukan pretreatment terhadap substrat yang berair dan menyebabkan
kesulitan dalam memulihkan katalis dan gliserol. Hal ini juga membutuhkan banyak energi
Salah satu jenis enzim lipase terimmobilisasi yang telah banyak digunakan dalam
produksi biodiesel yaitu Novozym 435. Novozym 435 dapat digunakan untuk mengkatalisasi
transesterifikasi dan reaksi hidrolisis untuk produksi biodiesel. Novozym 435 memiliki
struktur berpori dan lebih sensitif terhadap perubahan rasio mol serta dapat mencapai
konversi yang tinggi dengan rasio mol, temperatur dan jumlah katalis yang lebih rendah
Minyak yang dihasilkan dari buah kelapa sawit ternyata kini tidak hanya merupakan
minyak goreng yang penting bagi penduduk di Afrika Selatan saja. Melainkan telah
merupakan komoditi ekspor yang penting di pasaran dunia, guna mencukupi kebutuhan para
industriawan bagi pembuatan margarin, sabun dan produk-produk lainnya. Minyaknya dapat
dihasilkan dari seluruh buah tanaman ini, tetapi kualitasnya yang paling baik yaitu yang
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti Kelapa Sawit
(persen) (persen)
Asam kaprilat - 3–4
Asam kaproat - 3–7
Asam laurat - 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5 14 – 17
Asam palmitat 40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7 1 – 2,5
Asam oleat 39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 11-Jul 0,5 – 2
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai
uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa
cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat
penunjangnya.
Cara kerja kromatografi gas Sampel diinjeksikan melalui suatu sampel injection port
yang temperaturnya dapat diatur, senyawa-senyawa dalam sampel akan menguap dan akan
dibawa oleh gas pengemban menuju kolom. Zat terlarut terdsorpsi pada bagian atas kolom
oleh fase diam, kemudianakan merambat dengan laju rambatan masing-masing komponen
membesarnya nilai koefisien partisi menuju detektor. Detektor mencatat sederetan sinyal
yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Pada alat pencatat sinyal
ini akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi aliran gas pembawa.
kolom lebih panjang untuk menhsilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap
mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas dan
cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan sensitivitasnya tinggi. Fase gas
dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat
terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap. Skema
cara kerja kromatografi gas dapat dilihat pada gambar 2.3. dibawah ini (khopkar, 2010).
2. Alat pengatur tekanan (regulator), regulator digunakan unutk mengatur tekanan gas-gas
yang dipakai.
3. Injection port (tempat memasukkan cuplikan) adalah cabang unutk memasukkan cuplikan
5. Oven untuk memanaskan kolom pada suatu termostat. Suhu optimum yang digunakan
tergantung pada :
- Titik didih
· - Tingakt pemisahan yang diinginkan, suhu kolom yang terlalu tinggi kurang baik karena
jarak antara kurva elusi komponen yang satu dengan yang lainnya terlalu dekat sebaliknya
6. Detektor adalah bagian unutk mendeteksi komponen-komponen yang keluar dari kolom.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Alat- alat
- Hotplate stuart
- Buret Pyrex
- Pipet tetes
- Kertas saring
- Botol aquades
- Botol vial
3.2.Bahan
- Metanol Teknis
- n-Heksan Teknis
- Tricaprin
- THF (Tetrahydrofuran)
- N-Heptane
Pertama diukur minyak sebanyak 100 ml dimasukkan kedalam 3 buah gelas Erlenmeyer
masing-masing sebanyak 100 ml selanjutnya diukur metanol sebanyak 300 ml, 600ml, 900
ml dimasukkan ke dalam masing-masing gelas Erlenmeyer yang sudah berisi minyak. Diukur
0,5 gram enzim novozym® 435 kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing campuran
tersebut. Campuran kemudian diaduk dengan menggunakan stirrer selama 24 jam. Kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah, ditambahakan n-heksana secukupnya lalu di kocok, buka
tutup corong pisah lalu siram dengan air hangat sampai minyak inti sawit jernih dan enzim
nya naik ke atas dan terbentuk menjadi 3 lapisan. Diambil lapisan bawah dan dimasukkan
kedalam gelas Erlenmeyer. Dimasukkan 3 tetes sampel ke dalam botol vial 10ml ,
100 µ Tricaprin, ditambahkan 100 µ THF, dibiarkan selama 10 menit sambil kocok tanpa
3.4 Analisis Digliserida, Monogliserida dan Trigliserida dan Kemurnian Biodiesel yang
Dihasilkan
mengetahui komponen metil ester , gliserol karbonat, maupun trigliserida, digliserida , dan
BAB 4
4.1. Hasil
Hasil transesterifikasi PKO dengan metanol menggunakan katalis enzim novozym ®
435 menghasilkan kromatogram
a. PKO : metanol 1 : 3 (gambar 4.1) dengan komponen biodiesel dapat dilihat pada
tabel 4.2.
b. PKO : metanol 1 : 6 (gambar 4.2) dengan komponen biodiesel dapat dilihat pada
tabel 4.2.
c. PKO : metanol 1 : 9 (gambar 4.3) dengan komponen biodiesel dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Dari pembuatan biodiesel secara enzimatis di dapat data hasil analisis dengan variasi
waktu seperti pada tabel 4.1. dan 4.2. sebagai berikut :
No. Waktu Berat botol vial Berat botol vial Berat sampel
kosong (g) yang berisi (g) (g)
4.2. Pembahasan
Berdasarkan dari data penelitian pada tanggal 10 maret-24 maret 2017 dilakukan
percobaan dari bahan baku Palm Kernel Oil (PKO) , dengan menggunakan metode
transesterifikasi selama 24 jam untuk mendapatkan biodiesel dari bahan baku menggunakan
minyak inti sawit. Setelah dilakukan percoban dilakukan analisis menggunakan GC (Gas
Chromatography) untuk mengetahui berapa kadar maksimum biodiesel yang di dapat sebesar
menunjukkan semakin banyak jumlah metanol maka semikin sedikit kadar biodiesel yang
dihasilkan. Sampel yang akan dianalisis dengan menggunakan GC harus memiliki titik didih
manurunkan kadar biodiesel yang diperoleh, karena metanol dapat menghambat kerja enzim,
sehingga jika menggunakan katalis enzim novozym®435 kinerja enzim tersebut akan
semakin menurun disebabkan inhibitor pada sisi aktif pori-pori novozym® 435 yaitu
kurangnya daya kerja enzim yang membentuk minyak sawit menjadi biodiesel. Dibawah ini
BAB 5
5.1. Kesimpulan
menggunakan katalis enzim novozym ®435 dimana dari berbagai variasi perlakuan
v
perbandingan PKO : metanol yakni 1 : 3 , 1 : 6 dan 1 : 9 / v , diperoleh kadar
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan variasi parameter yang lain seperti suhu, lama waktu reaksi dan
2. Perlu dilakukan cara pemisahan dari komponen lain untuk mendapatkan biodiesel
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Y., Yustina, E.W., Iman, S., dan Rudi, H. 2004. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Purnomo,H. 1995. Aktivitas Air dan peranannya dalam pengawetan pangan. Jakarta: Penerbit
UI-Press
Seong,P.J., “Enzymatic Coproduction of Biodiesel and Glycerol Carbonte from Soybean oil
and Dimethyl Carbonte”, Enzyme and Microbial Technology, Vol. 48, Hal: 505-
509,2011
Zhang, Y., Dubé, M.A., McLean, D.D., & Kates, M., 2003, Biodiesel Production from Waste
Cooking Oil: 1. Process Design and Technological Assessment, Bioresource
Technology, 89, 1-16.
http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1C111025_sitedi_NUR%20MALIANA%20%28F1C1
% 2011%20025%29.pdf