TESIS
TESIS
Diajuka n Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Master Sains Dalam
Program Studi Ilmu K imia Pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Oleh
JABANGUN LUMBANBATU127006009/ KIM
Menye tujui
Komisi Pembimbing
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri kecuali
kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan jelas.
Jabangun Lumbanbatu
ABSTRAK
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan metode elusi gradien untuk
penentuan kadar antioksidan sintetik tertier butil hidrokuinon (TBHQ) dalam minyak
goreng setelah penggorengan berulang telah dipelajari. Sistem kromatografi
menggunakan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:30:10),
(60:25:15), (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit, 1 mL/menit dan 1,5 mL/menit.
Kondisi optimum diperoleh pada fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam
asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit. Metode ini memiliki presisi dan
akurasi yang baik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,998, persen perolehan
kembali sebesar 98,8-101,1%, limit deteksi (LOD) sebesar 7.8 mg/L, keseksamaan
intra-day sebesar 0,66% dan inter-day sebesar 0,26-0,53%. Hasil analisis kadar
antioksidan TBHQ di dalam dalam minyak goreng diperoleh sebesar 169,07 mg/kg.
Sedangkan kadar antioksidan TBHQ setelah penggorengan pertama, kedua dan ketiga
yaitu 116,23 mg/kg, 101,71 mg/kg dan 88,89 mg/kg. Nilai ini menunjukkan bahwa
jumlah antioksidan TBHQ yang ditambahkan ke dalam minyak goreng masih berada
di bawah batas maksimum menurut PERMENKES No.1168/MenKes/Per/X/1999.
Kata kunci: KCKT, Antioksidan sintetik, tertier butil hidrokuinon, minyak goreng
ABSTRACT
ii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis
dengan judul “Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Untuk
Penetapan Kadar Antioksidan Tersier Butil Hidrokuinon (TBHQ)Dalam
MinyakGoreng Setelah Penggorengan Berulang” yang merupakan salah satu syarat
untukmemperolehgelarMagister IlmuKimia pada Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas SumateraUtara.
Selama menyelesaiakan penelitian dan penulisan tesis ini penulistelah banyak
mendapatkan bantuandan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil. Untuk itu penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang tak
terhingga kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DMT&H, M.Sc, (CTM),
Sp.A(K) dan Dr. Sutarman, M.Sc selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera
Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan di Pascasarjana Ilmu Kimia.Bapak Prof. Basuki
Wirjosentono, MS, Ph.D dan Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc selaku Ketua
Program Studi dan Sekretaris Pascasarjana Ilmu Kimia atas kesempatan yang
diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa di Pascasarjana Ilmu Kimia.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Harlem
Marpaung selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution MPS,
Apt selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,arahan,
masukan, saran dan dorongan dengan penuh kesabaran yang tulus dan ikhlas bagi
penulis dalam melakukan penelitian dan penyelesaian tesis ini. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, Bapak Prof. Dr.
Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil, Bapak Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc sebagai
iii
Universitas Sumatera Utara
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam
penyelesaian tesis sehingga menjadi semakin baik.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs.W.Purba dan Bapak
Parlidungan Purba SH, MM selaku Ketua dan Pembina Yayasan Sari Mutiara,Ibu
Dr.Ivan Elisabeth Purba M.Kes selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia,
Medan yang telah banyak memberikan kesempatan,fasilitas,dorongan, bimbingan
danarahan kepada penulis untuk dapat mengikuti perkuliahan di Program Studi
Magister Ilmu Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara,Medan.Bapak Dr.Hamonangan Nainggolan M.Sc dan Bapak Ridwan,
M.Si selaku Kepala dan Operator Laboratorium TerpaduFakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan
bantuan, arahan dan saran guna kelancaran dalam penelitian.
Terimakasih untuk Istriku tersayang Rolensa Hutapea, S.Si danAnakku yang
kubanggakan Yosua Torang Nanda Lumbanbatu SE.Ak yang selalu mendoakan dan
berkorban baik moril maupun materil kepada penulis selama menjalani
pendidikan,penelitian dan penyelesaian tesis ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas
kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh karena itu, penulis mengharapankan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak,semoga tulisan ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi Ilmu
Pengetahuan Khususnya bagi bidang Ilmu Kimia.
Jabangun Lumbanbatu
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
DATA PENDIDIKAN
DATA PEKERJAAN
- Pelatihan dalam dan luar negeri selama menjadi Staff Balai Laboratorium
Kesehatan, UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
- Mengikuti seminar nasional dan internasional
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
RIWAYAT HIDUP v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.4. Manfaat Penelitian 4
1.5. Pembatasan Penelitian 4
vi
Universitas Sumatera Utara
2.4.3.2. Pompa 25
2.4.3.3. Injector 25
2.4.3.4. Kolom 26
2.4.3.5. Detektor 26
2.4.3.6. Perekam atau rekorder 27
2.5. Validasi Metode 27
2.5.1. Linearitas 27
2.5.2. Akurasi (kecermatan) 28
2.5.3. Presisi (keseksamaan) 28
2.5.4. Batas deteksi dan batas kuantitasi (LOD dan LOQ) 28
2.5.5Selektifitas (spesifisitas) 29
2.5.6. Rentangan (kisaran) 29
2.5.7. Kekuatan (ketahanan) 30
2.5.8. Kekasaran (Ketangguhan) 30
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 51
5.2. Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 58
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
x
Universitas Sumatera Utara
Lampiran A6 Kromatogram hasil penyuntikan larutan
standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara
KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150
mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom
30oC; fasa gerak campuran metanol :
asetonitril : asam asetat 1% (60:25:15) dan
laju alir 1,5 mL/menit 63
Lampiran A7 Kromatogram hasil penyuntikan larutan
standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara
KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150
mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom
30oC; fasa gerak campuran metanol :
asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan
laju alir 0,5 mL/menit 64
Lampiran A8 Kromatogram hasil penyuntikan larutan
standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara
KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150
mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom
30oC; fasa gerak campuran metanol :
asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan
laju alir 1 mL/menit 65
Lampiran A9 Kromatogram hasil penyuntikan larutan
standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa secara
KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150
mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom
30oC; fasa gerak campuran metanol :
asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dan
laju alir 1,5 mL/menit 66
Lampiran B1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan
standar TBHQ 10 ppm yang dianalisa secara
KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150
mm); detektor UV (280 nm); suhu kolom
30oC; fasa gerak campuran metanol :
asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan
laju alir 0,5 mL/menit
67
xv
ABSTRAK
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan metode elusi gradien untuk
penentuan kadar antioksidan sintetik tertier butil hidrokuinon (TBHQ) dalam minyak
goreng setelah penggorengan berulang telah dipelajari. Sistem kromatografi
menggunakan fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1% (60:30:10),
(60:25:15), (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit, 1 mL/menit dan 1,5 mL/menit.
Kondisi optimum diperoleh pada fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam
asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit. Metode ini memiliki presisi dan
akurasi yang baik dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,998, persen perolehan
kembali sebesar 98,8-101,1%, limit deteksi (LOD) sebesar 7.8 mg/L, keseksamaan
intra-day sebesar 0,66% dan inter-day sebesar 0,26-0,53%. Hasil analisis kadar
antioksidan TBHQ di dalam dalam minyak goreng diperoleh sebesar 169,07 mg/kg.
Sedangkan kadar antioksidan TBHQ setelah penggorengan pertama, kedua dan ketiga
yaitu 116,23 mg/kg, 101,71 mg/kg dan 88,89 mg/kg. Nilai ini menunjukkan bahwa
jumlah antioksidan TBHQ yang ditambahkan ke dalam minyak goreng masih berada
di bawah batas maksimum menurut PERMENKES No.1168/MenKes/Per/X/1999.
Kata kunci: KCKT, Antioksidan sintetik, tertier butil hidrokuinon, minyak goreng
ABSTRACT
ii
Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya oksidasi antara lain panas, cahaya,
logam, suasana basa, derajat ketidakjenuhan, pigmen dan oksigen
- Hidrogenasi, proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan ikatan rangkap
dari rantai karbon asam lemak pada minyak.
- Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-asam lemak dari
trigliserida dalam bentuk ester. Dengan menggunakan prinsip reaksi ini
hidrokarbon rantai pendek dalam asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak
dapat ditukar dengan rantai panjang yangbersifat tidak menguap.
2.2 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam
senyawa senyawa yang bersifat tidak jenuh, terutama lemak dan minyak untuk
memperlambat proses oksidasi. Suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai
antioksidan harus mempunyai sifat dapat membentuk radikal bebas dengan cepat
(menyumbangkan atom hidrogen lebih cepat daripada molekul lemak) dan dapat
terkonsentrasi pada permukaan atau lapisan lemak (bersifat lipofilik).Selain itu, untuk
antioksidan dalam makanan harus tahan pada kondisi pengolahan makanan (Cahyadi,
2006).
Senyawa antioksidan saat ini bermanfaat untuk berbagai bidang, seperti dalam
bidang pangan, industri tekstil, minyak bumi, bahan pewarna dan lain-lain. Riset
AH + R• → RH + A• (stabil) (5)
atau
AH + ROO• → ROOH + A• (stabil) (6)
atau
AH2 + ROO• → ROOH + AH• (stabil) (7)
AH• + ROO• → ROOH + A (8)
OH
C(CH3)3
OH
Gambar 2.2 Ilustrasi proses pemisahan yang terjadi didalam kolom kromatografi
cair kinerja tinggi (Mayer, 2004)
Gambar 2.3 Kromatogram puncak tunggal hasil analisis KCKT (Ornaf dan Dong,
2005).
Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa, w adalah lebar puncak dan t o disebut
waktu hampa (void time/dead time), yaitu waktu tambat pelarut yang tidak tertahan
atau waktu yang dibutuhkan oleh fase gerak untuk melewati kolom (Meyer, 2004).
Waktu retensi dipengaruhi oleh laju alir (μ) dan panjang kolom (L). Jika laju alir
lambat atau kolom panjang, maka t R akan semakin besar dan sebaliknya. Waktu
retensi dipengaruhi oleh laju alir (μ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐿
µ= (9)
𝑡𝑅
𝑡 ′ 𝑅 𝑡𝑅 − 𝑡0
𝑘′ = = (10)
𝑡0 𝑡0
Faktor kapasitas juga disebut sebagai faktor tambat (k) dalam beberapa
literatur lainnya. Idealnya, analit yang sama jika diukur pada dua instrumen berbeda
Menurut Snyder dan Kirkland tahun 1979, kolom yang efisien adalah kolom
yang mampu menghasilkan pita sempit dan memisahkan dengan baik setiap analit
dalam campuran (sampel). Nilai lempeng akan semakin tinggi jika ukuran kolom
semakin panjang, hal ini berarti proses pemisahan yang terjadi semakin baik.
Hubungan yang proporsional antara nilai lempeng pengan panjang kolom disebut
sebagai tinggi setara dengan lempeng teoritikal (Height Equivalent of a Theoritical
Plate atau HETP atau H) dan dapat dihitung menggunakan rumus:
Tujuan utama dari analisis kromatografi cair kinerja tinggi secara praktik
adalah untuk mendapatkan nilai lempeng teoritis yang maksimum, tinggi setara setara
dengan lempeng teoritikal yang minimum dan efisiensi kolom yang tertinggi (Snyder
dan Kirkland, 1979).
2.4.2.5Resolusi (Rs)
Menurut Ornaf dan Dong tahun 2005, resolusi (Rs) merupakan derajat pemisahan
dari dua puncak analit yang berdekatan. Resolusi dapat didefinisikan sebagai
perbedaan waktu tambat antara dua puncak dibagi dengan rata-rata lebar kedua
puncak. Oleh karena itu resolusi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut ini:
Pemisahan yang terpisah dengan sempurna telah dapat terlihat bila resolusi
setara dengan 1. Akan tetapi, pada analisis kuantitatif, resolusi yang ditunjukkanharus
lebih besar dari 1,5. Sementara itu, bila kedua puncak yang berdekatan memiliki
perbedaan ukuran yang signifikan, maka diperlukan nilai resolusi yang lebih besar
(Meyer, 2004).
Dengan nilai a dan b merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5% seperti
yang ditunjukkan di Gambar 2.7.
𝑏
𝐴𝑠 = (16)
𝑎
2.4.3.2 Pompa
Pompa di dalam sistem KCKT berfungsi untuk mendorong fase gerak masuk
kedalam kolom. Tekanan pompa yang diperlukan harus cukup tinggi karena kolom
KCKT berisi partikel-partikel yang sangat kecil. Pompa yang cocok digunakan untuk
KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut
yakni harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah
gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang dgunakan sebaiknya
mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan alir 3 mL/menit (Rohman, 2009).
2.4.3.3Injektor
Ada 3 jenis injektor, yaitu syringe injector, loop valve dan automatic injector
(autosampler). syringe injectormerupakan bentuk injektor yang paling sederhana
2.4.3.4Kolom
Kolom merupakan jantung atau bagian yang terpenting dari suatu instrumen KCKT
karena didalam kolom terjadi pemisahaan komponen-komponen cuplikan. Oleh
karena itu, berhasil atau tidaknya suatu analisis atau pemisahaan komponen-
komponen sangat tergantung pada kolom yang digunakan. Pemisahan dapat terjadi
karena fase diam yang terdapat di dalam kolom dapat mengadakan interaksi dengan
berbagai kompoen dengan kekuatan yang berbeda satu sama lain, sehingga masing-
masing komponen akan keluar dari kolom dengan waktu retensi (t R ) yang juga
berbeda.
Kolom umumnya terbuat dari baja anti karat dengan tingkat 316 (316 grade
stainless steel) dan dikemas dengan fase diam tertentu. Ukuran panjang kolom untuk
tujuan analitik berkisar antara 10 cm hingga 25 cm dan diameter dalam berkisar 3
mm hingga 9 mm (Brown dan DeAntonis, 1997). Sedangkan untuk tujuan preparatif
panjang berkisar antara 30 cm atau lebih dan diameter dalam berkisar 10 mm hingga
25,4 mm (Meyer, 2004).
2.4.3.5 Detektor
Karakteristik detektor yang baik adalah sensitif, batas deteksi rendah, respon yang
linier, mampu mendeteksi solut secara universal, tidak destruktif, mudah
dioperasikan, memiliki volume pendeteksian (dead volume) yang kecil dan tidak
sensitif terhadap perubahan temperatur serta kecepatan fase gerak (Hamilton dan
2.5.1 Linieritas
Linieritas menggambarkan hubungan antara respon detektor dengan konsentrasi
analit yang diketahui. Linieritas dapat diperoleh dengan mengukur beberapa
konsentrasi standar yang berbeda antara 50-150% dari kadar analit dalam sampel
kemudian data diproses menggunakan regresi linier sehingga diperoleh slope,
intersept dan koefisien kolerasi. Koefisien kolerasi diatas 0,999 sangat diharapkan
untuk metode analisis yang baik (Harnita, 2004).
3.1 Alat
Alat–alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kromatografi cair kinerja tinggi
Waters510 Pump, waters kolom C18 (3,9x150 mm), detektor UV (280 nm),
mikropipet Socorex 10-100 μl, mikropipet syringe 50 μl, vortex mixer (fisher
scientific), sentrifuge (Thermo biofuge primo R), rotary vacum evaporator(BUCHIR-
210/R-215), pipet volum, labu takar dan alat gelas lain yang umum digunakan di
laboratorium analisis.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian yaitumetanol pro HPLC, asetonitril pro
HPLC, asam asetat glasial, etil asetat pro analisis, tersier butil hidrokuinon
(TBHQ),membran penyaring 0.45 μm (cellulose nitrat membrane filter PTFE),
minyak goreng dan aquabidest.
𝐶𝑏 − 𝐶𝑎
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 = × 100% (17)
𝐶𝑎∗
𝑆𝐷
𝑅𝑆𝐷 = × 100% (18)
𝑋�
(𝑌 − 𝑌𝑖)2
𝑆𝐵 = � (19)
𝑛−2
3 × 𝑆𝐵
𝐿𝑖𝑚𝑖𝑡 𝑑𝑒𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 (𝐿𝑂𝐷) = (20)
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Keterangan:
SB = Simpangan baku
LOD = Batas deteksi
Didinginkan
Sampel B
Minyak goreng (penggorengan pertama)
Didinginkan
Sampel C
Minyak goreng (penggorengan kedua)
Didinginkan
Sampel D
Minyak goreng (penggorengan ketiga)
Alat KCKT
Optimasi sistem
Pengkondisian
Kolom = C-18 ( 10 µm )
Detektor = UV (λ=280 nm)
Fasa gerak = metanol : asetonitril : asam asetat 1%
(60 : 20 : 20; 60 : 25 : 15 dan 60 : 30 : 10)
Laju alir = 0,5 mL/menit; 1 mL/menit dan 2 mL/menit
Suhu oven kolom = 30oC
Tekanan ≤ 200 bar
Kondisi optimum
Uji Validasi
10 g minyak goreng
(sampel A, B, C dan D)
Divortek (t: 1 m)
Supernatan I Minyak
Divortek (t: 1 m)
Supernatan II Minyak
HPLC
Tabel 4.1 Data waktu retensi dan luas area tersier butil hidrokuinon (TBHQ)
konsentrasi 50 ppmmenggunakan komposisi fasa gerak (60:20:20);
(60:25:15); (60:30:10) dengan laju alir 0,5; 1,0; 1,5 mL/menit
Fasa gerak Laju alir Tersier butil hidrokuinon
(metanol : Asetonitril : As. Asetat 1%) (mL/menit)
Luas
Waktu retensi
arearata-
(menit)
rata
60 : 20 : 20 0,5 2.27 3231173
1,0 1,20 1605636
1,5 0,80 1379254
60 : 25 : 15 0,5 2.20 2962816
1,0 1.13 1599876
1,5 0,73 1084103
60 : 30 : 10 0,5 2,07 2542792
1,0 1,07 1388827
1,5 0,73 921696
Gambar 4.1 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm dengan
laju alir 0,5 mL/menitmenggunakan komposisi fasa gerakmetanol :
asetonitril : asam asetat 1% (a) 60:20:20; (b) 60:25:15 dan (c) 60:30:10
Gambar 4.2 Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm dengan
laju alir 1,0 mL/menit menggunakan komposisi fasa gerakmetanol :
asetonitril : asam asetat 1% (a) 60:20:20; (b) 60:25:15 dan (c) 60:30:10
Pada penelitian ini juga telah dikukan optimasi laju alir fasa gerak dalam
penetapan kadar antioksidan TBHQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
adanya kenaikan laju alir, waktu retensi yang dihasilkan cenderung semakin cepat
untuk masing-masing komposisi fase gerak (Gambar 4.2-4.3).Waktu retensi (t R )
antioksidan TBHQ yang dihasilkan dengan laju alir1,0 mL/menit menggunakan
komposisi fase gerak (60:20:20); (60:25:15) dan (60:30:10)yaitu masing-
masingsebesar 1,20; 1.13 dan 1,07 menit. Sedangkan dengan laju alir 1,5 mL/menit
waktu retensi (t R ) antioksidan TBHQ yang dihasilkan menggunakan komposisi fase
gerak (60:20:20);(60:25:15) dan (60:30:10)yaitu masing-masing sebesar 0,80; 0,73
dan 0,73 menit. Semakin cepatnya waktu retensi (t R ) yang dihasilkan oleh kenaikan
laju alir fase gerak inidisebabkan karena semakin cepatnya aliran fasa gerak sebagai
pembawa antioksidan TBHQ melewati kolom menuju detektor dan perbedaan
kepolaran masing-masing komposisi fase gerak.
Selain itu, luas area yang dihasilkandengan adanya kenaikan laju alir fase
gerak juga semakin kecil (Gambar 4.2-4.3). Luas area yang dihasilkan dengan laju
alir 1,0 mL/menit menggunakan komposisi fase gerak (60:20:20); (60:25:15) dan
Tabel 4. 2Hasil analisis persen perolehan kembali antioksidan TBHQ dalam minyak
Konsentrasi (ppm)
Persen
Konsentrasi Luas area Setelah Sebelum Analit yang perolehan
A
(ppm) (AUC) penambahan penambahan ditambahkan (%)
analit (C b ) analit (C a ) (C a* )
1 4093975
50,2 91,91 42,1 50,2 99.2
2 4048564
1 6130588
100,4 141,32 42,1 100,4 98.8
2 6171476
1 8374311
150,6 194,40 42,1 150,2 101.1
2 8396739
1 10425001
200,8 234,68 42,1 200,8 100,4
2 10495144
* A : analisa
4.2.3Uji Presisi
Uji presisi (keseksamaan) merupakan tingkat keseksamaan metode yang ditentukan
dari nilai koefisien variasi konsentrasi terukur.Tujuan penentuan keseksamaan untuk
melihat kinerja alat dan metode analisis yang digunakan. Suatu metode dinyatakan
memiliki keseksamaan yang baik jika nilai simpangan baku relatif (RSD) atau
koefisien variansi (CV) lebih kecil dari 2 % (IUPAC, 2002; Harmita, 2004).
Tabel 4.3 Hasil analisis kadar antioksidan TBHQ pada uji intra-day
Konsentrasi Luas Area
No (X- X̅) (X- X̅)2
(X) (AUC)
1 100,15 5112347 0,85 0,72
2 100,43 5125694 0,57 0,33
3 101,45 5176124 -0,45 0,21
4 101,83 5194575 -0,83 0,69
5 100,72 5139980 0,28 0,08
6 101,42 5174512 -0,42 0,18
X̅ = 101,00 ∑(X-X̅)2 = 2,20
SD 0,66
RSD (%) 0,66
Pada penelitian ini, uji keseksamaan dilakukan secara intraday dan interday
pada standar TBHQ. Uji intra-day dilakukan dengan menginjeksikan larutan standar
TBHQ ke dalam KCKT dengan enam kali pengulangan pada satu hari yang sama.
Tabel 4.4 Hasil analisis kadar antioksidan TBHQ pada uji inter-day(hari ke-1)
Konsentrasi Luas Area
No (X- X̅) (X- X̅)2
(X) (AUC)
1 96,20 4918621 -0,25 0,06
2 96,72 4943891 0,26 0,07
3 96,44 4930332 -0,01 0,00
X̅ = 96,45 ∑(X-X̅)2 = 0,13
SD 0,26
RSD (%) 0,27
Tabel 4.5 Hasil analisis kadar antioksidan TBHQ pada uji inter-day(hari ke-2)
Konsentrasi Luas Area
No (X- X̅) (X- X̅)2
(X) (AUC)
1 93,37 4779834 -0,35 0,12
2 93,93 4807276 0,21 0,04
3 93,86 4803637 0,14 0,02
X̅ = 93,72 ∑(X-X̅)2 = 0,18
SD 0,30
RSD (%) 0,32
150
mg/kg
100
50
0
SAMPEL A SAMPEL B SAMPEL C SAMPEL D
Gambar 4.5 Hasil penetapan kadar antioksidan TBHQ dalam minyak goreng
Mengacu pada Gambar 4.5, terlihat bahwa dengan adanya pemanasan dan
penggorengan berulang menyebabkan kadar TBHQ minyak goreng segar cenderung
menurun. Kadar TBHQ minyak goreng segar setelah penggorengan pertama (sampel
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Kondisi optimum sistem KCKT diperoleh pada fasa gerak campuran metanol :
asetonitril : asam asetat 1% (60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit.
2. Uji validasi menunjukkan metode ini memiliki linieritas (r = 0,998), akurasi
(persen perolehan kembali 98,8-101,1%), presisi (keseksamaan intra-day
sebesar 0,66% dan inter-day sebesar 0,26-0,53%) dan nilai limit deteksi (LOD)
7,79 mg/L yang baik. Selain itu, metode inimemiliki efisiensi waktu analisa
dan ekonomis dari segi penggunaan pelarut (fase gerak).
3. Kadar antioksidan TBHQ yang diperoleh dalam minyak goreng segar yaitu
sebesar 169,07 mg/kg. Sedangkan, kadar antioksidan TBHQ minyak goreng
segar setelah penggoren pertama, kedua dan ketiga yaitu masing-masing
sebesar 116,23 mg/kg, 101,71 mg/kg dan 88,89 mg/kg. Nilai ini
memperlihatkan bahwa kadar TBHQ yang ditambahkan ke dalam minyak
goreng masih berada dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan menurut
PERMENKES No.1168/MenKes/Per/X/1999.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan optimasi metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan melakukan optimasi suhu kolom dan
tekanan untuk penetapan kadar antioksidan sintetikmaupun alami.
Banu, M dan Prasad, N. 2013. Stability of Peanut (Arachis hypogaea) Oil with
TBHQ (Antioxidant Tertiary Butyl Hydroquinone) by Ultrasonic Studies.
Kasetsart J. (Nat. Sci.) 47(2) : 285-294
Borremans, M., Van, L. J., Roos, P., & Goeyens, L. 2004. Validation of HPLC
analysis of 2-Phenoxyethanol, 1-phenoxypropan-2-ol, Methyl, Ethyl,Propyl,
Butyl and Benzyl 4-Hydroxybenzoate (parabens) in cosmetic products, with
emphasis on decision limit and detection capability. Chromatographia. 59(1-
2) : 47-51.
Buck, D.F. 1991. Antioxidants. Didalam: J. Smith, editor. Food Additive User’s
Handbook. Blackie Academic & Professional, Glasgow- UK
Cahyadi, W. 2006. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi
Pertama, Bumi Aksara, Jakarta
Dhaka, V., Gulia, N., Ahlawat, K.S., Khatkar, B.S., 2011. Trans fats: Sources, Health
Risks and Alternative Approach :A Review. J Food Sci Technol. Vol 48 :
534–541
Dorfman, S. E., Laurent, D., Gounarides, J.S., Li, X., Mullarkey, T.L., Rocheford,
E.C., Sarraf, F.S., Hirsch, E.A., Hughes, T.E., Commerford, S.R. 2009.
Metabolic Implications of Dietary Trans-fatty Acids. J Obesity. 17(6) :1200-
1207
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan II.
Yogyakarta: Pustaka pelajar
Gonza´lez, M., Gallego, M., & Valca´rcel, M. (1999). Gas chromatographic flow
method for the preconcentration and simultaneous determination of
antioxidant and preservative additives in fatty foods. Journal of
Chromatography A. 848 : 529-536
Guan, Y., Chu, Q., Fu, L., Wu, T dan Ye, J. 2006. Determination of phenolic
antioxidants by micellar electrokinetic capillary chromatography with
electrochemical detection. Food Chemistry. 94(1) : 157–162
Hawrysh, Z. J., Shand, C., Lin, C., Tokarska, B.; Hardin, R.T. 1990. Efficacy of
tertiary butylhydroquinone on the storage andheat stability of liquid canola
shortening. J. Am. Oil Chem. Soc. 67, 585-590
Kavanagh, K., Jones, K.L., Sawyer, J., Kelley, K., Carr, J.J., Wagner, J.D.,
Rudel,L.L. 2007. Trans Fat Diet Induces Abdominal Obesity and Changes
inInsulin Sensitivity in Monkeys. J Obesity. 15(7) : 1675-1684
Ketaren, 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta
Machado, R. M., Stefano, J. T., Oliveira, C. P. M. S., Mello, E. S., Ferreira, F. D.,
Nunes, V. S., de Lima, V. M. R., Quintao, E. C. R., Catanozi, S.,
Nakandakare, E. R., Lottenberg, A. M. P. 2010. Intake of Trans Fatty Acids
Causes Nonalcoholic Steatohepatitis and Reduces Adipose Tissue Fat
Content. J of Nutr. 140 : 1127-1132
Marmesat, S., Morales, A., Velasco, J dan Dobarganes, M. C. 2011. Action and fate
of natural and synthetic antioxidants during frying. ISSN: 0017-3495. 6194),
333-340
McMaster, M.C. 2007. HPLC A Practical User’s Guide. Edisi Kedua. New Jersey:
John Wiley & Sons Inc. Hal. 106
Meyer, V. R. 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography.
Chichester: John Wiley & Sons Inc
Moffat, C. A., Osselton, M. D dan Widdop, B. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and
Poisons. (Electronic Edition). London: Pharmaceutical Press
Pangkahila, W. 2011. Anti-Aging : Tetap Muda dan Sehat. Jakarta : Penerbit Buku
Kompas Gramedia
Rohman dan Sugeng. 2010. Daya antioksidan ekstrak etanol Daun Kemuning
Murraya paniculata (L) Jack secara invitro. Laboratorium Kimia Analisis.
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Rohman, A dan Gandjar, I. G. 2007. Kimia Farmasi Analitis. Edisi Pertama, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta
Saad, B., Sing, Y. Y., Nawi, M. A., Hashim, N. H., Ali, A. S.M., Saleh, M. I.,
Sulaiman, S. F., Talib, K. M dan Ahmad, K. 2007. Determination of synthetic
phenolic antioxidants in food items using reversed-phase HPLC. Food
Chemistry. 105 (2007) 389-394
Sherwin, E. R. 1990. Antioxidants for vegetables oils. J. Am. Oil Chem. Soc. 53 :430
Smith, J. 1991. Food Additive User’s Handbook, Blackie And Son Ltd, London. 2-45
Stuckey, B.N. 1972. Antioxidants as Foods Stabilizers. Di dalam Furia, T.E., editor.
Handbook of Food Additives. Ed. ke-2. CRC Press, Cleveland-Ohio
The United State Pharmacopeial Convention. 2006. The United States Pharmacopeia
(USP). Edisi Ketigapuluh. Rockville. United States Pharmacopoeial
Wang, P., Meng, D,. Liu,. C dan Yang, Y. 2013. Determination of Synthetic
Phenolic Antioxidants in Cake by HPLC/DAD after Mixed Micelle–Mediated
Cloud Point Extraction. J. Chem. Soc. Pak.35 (5) : 1268-1274
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Penerbit PT Gramedia
Xiu-Qin, Li., Chao, J., Yan-Yan, S., Min-Li, Y dan Xiao-Gang, C. 2009. Analysis of
synthetic antioxidants and preservatives in edible vegetable oil by
HPLC/TOF-MS. Food Chemistry. 113 : 692–700
A1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 50 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1%
(60:30:10) dan laju alir 0,5 mL/menit
B1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 10 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1%
(60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B2. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 25 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1%
(60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B4. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 100 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1%
(60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
B6. Kromatogram hasil penyuntikan larutan standar TBHQ 200 ppm yang dianalisa
secara KCKT menggunakan kolom C18 (3,9x150 mm); detektor UV (280 nm);
suhu kolom 30oC; fasa gerak campuran metanol : asetonitril : asam asetat 1%
(60:20:20) dengan laju alir 0,5 mL/menit
F2. Proses persiapan sampel minyak goreng sebelum dan setelah penggorengan
berulang
10000000
8000000 y = 49024x + 202407
R² = 0.998
6000000
4000000
2000000
0
0 50 100 150 200 250 300
mg/L
Diketahui:
Konsentrasi sampel setelah penambahan analit (C b ) = 91,91 ppm
Konsentrasi sampel sebelum penambahan analit (C a ) = 42,10 ppm
Konsentrasi analit yang ditambahkan (C a* ) = 50,2 ppm
𝐶𝑏 − 𝐶𝑎
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 = × 100%
𝐶𝑎∗
91,91 − 42,1
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 = × 100%
50,2
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖 = 99,2 %
Jadi, persen perolehan kembali yaitu 99,2%
Diketahui:
∑(X-X̅)2 = 2,20
n =6
∑(𝛸 − 𝛸�)2
𝑆𝐷 = �
𝑛−1
2,20
𝑆𝐷 = �
5
𝑆𝐷 = 0,66
Diketahui:
∑(Y-Yi)2 = 48570300116
n=5
∑(𝑌 − 𝑌𝑖)2
𝑆(𝑦/𝑥) = �
𝑛−2
48570300116
𝑆(𝑦/𝑥) = �
3
𝑆(𝑦/𝑥) = 127240,32