Anda di halaman 1dari 82

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Matematika Skripsi Sarjana

2018

Analisa Kandungan Kimia dan Sifat


Fisika Minyak Atsiri dari Daun
Eucalyptus grandis dari PT Toba Pulp
Lestari dengan Metode Gas
Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS)

Samosir, Soraya Josephine


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6675
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
A N A L I S A K A N D U N G A N K I M I A D A N S I F A T F I S I K A MINYAK
ATSIRI DARI DAUN Eucalyptus grandis DARIPT TOBA PULP
LESTARIDENGAN METODE GASCHROMATOGRAPHY MASS
SPECTROMETRY (GC-MS)

SKRIPSI

SORAYA JOSEPHINE SAMOSIR


140802065

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


A N A L I S A K A N D U N G A N K I M I A D A N S I F A T F I S I K A MINYAK
ATSIRI DARI DAUN Eucalyptus grandis DARIPT TOBA PULP
LESTARIDENGAN METODE GASCHROMATOGRAPHY MASS
SPECTROMETRY (GC-MS)

SKRIPSI

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT


MENCAPAI GELAR SARJANA SAINS

SORAYA JOSEPHINE SAMOSIR


140802065

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

A N A L I S A K A N D U N G A N K I M I A D A N S I F A T F I S I K A MINYAK
ATSIRI DARI DAUN Eucalyptus grandis DARIPT TOBA PULP
LESTARIDENGAN METODE GASCHROMATOGRAPHY MASS
SPECTROMETRY (GC-MS)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan
sumbernya.

Medan, Juli 2018

SORAYA JOSEPHINE SAMOSIR


140802065

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul :Analisa Kandungan Kimia danSifat Fisika Minyak


Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dari PT Toba
Pulp LestariDengan MetodeGas Chromatography
Mass Spectrometry(GC-MS)

Kategori : Skripsi
Nama : Soraya Josephine Samosir
NomorIndukMahasiswa : 140802065
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan IlmuPengetahuanAlam
(FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Juli2018

Diketahui/Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua, Dosen Pembimbing,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si Prof. Dr.Harlem Marpaung


NIP. 197405051999032001 NIP. 194804141974031001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

ANALISA KANDUNGAN KIMIA DAN SIFAT FISIKA MINYAK ATSIRI


DARI DAUN Eucalyptus grandis DARI PTTOBA PULP LESTARIDENGAN
METODE GASCHROMATOGRAPHYMASS SPECTROMETRY (GC-MS)

ABSTRAK

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dengan komposisi


yang berbeda-beda sesuai sumber penghasilnya dan terdiri dari campuran zat yang
memiliki kandungan kimia dan sifat fisika yang berbeda-beda. Salah satu tanaman
yang mengandung minyak atsiri adalah Eucalyptus grandis yang diambil dari
kawasan PT Toba Pulp Lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan kimia dan sifat fisika dari minyak atsiri daun Eucalyptus
grandis sekaligus memanfaatkan limbah daun yang tidak terpakaipada pabrik PT
Toba Pulp Lestari untuk dijadikan sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun
Eucalyptus grandis diekstraksi dengan menggunakan metode hidrodestilasi,
kemudian minyak atsiri dianalisa kandungan kimianya dengan menggunakan GC-
MS dan analisa uji sifat fisika dengan penentuan berat jenis ( densitas ) dan
penentuan indeks bias.

Hasil penetapan kadar minyak atsiri daun Eucalyptus grandis didapat


sebesar 0,4 %. Hasil analisa uji sifat fisika dengan penentuan berat jenis ( densitas
) minyak atsiri didapat sebesar 0,9143. Dan penentuan indeks bias pada minyak
atsiri didapat sebesar 1,4653 nD dengan suhu ruang 29,4°C. Hasil analisis GC-MS
minyak atsiri yang diperoleh menunjukkan dua belas komponen yaitu: -Pinene (
45.21% ), Camphene ( 1.38% ), -Pinene ( 1.11% ), Camphogen ( 0.74%), 1,8 –
Cineole (36.55% ), - Campholene Aldehyde ( 0.73% ), Pinocarvone (0.83%), -
Terpineol (8.87% ), - Caryophyllene ( 1.72% ), Spathulenol ( 0.84% ), Elemol
(0.85% ), 1 – Nonadecene ( 1.17% ).

Kata kunci : Eucalyptus grandis, GC-MS, Hidrodestilasi, Minyak Atsiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

ANALY SIS O F CH EM ICAL CO NTENT AN D P H YSIC AL


PROPERTIES OF ESSENTIAL OIL Eucalyptus grandis FROM
PT TOBA PULP LESTARI WITH GAS CHROMATOGRAPHY
MASS SPECTROMETRY (GC-MS) METHOD

ABSTRACT

Essential oils are volatile oils with different compositions according to


their source of production and comprise a mixture of substances having different
chemical and physical properties. One of the plants containing essential oil is
Eucalyptus grandis from PT Toba Pulp Lestari area. The purpose of this research
is to know the chemical content and physical properties of essential oil from
Eucalyptus grandis as well as to utilize unused leaf at PT Toba Pulp Lestari to
serve as essential oil. The essential oil of Eucalyptus grandis leaves was extracted
using hydrodestilation method, then essential oil is analyzed it is chemical content
by using GC-MS and physics characteristic test by determining specific gravity
(density) and refractive index.

The result of the determination of the essential oil content of Eucalyptus


grandis leaves were 0.4%. The result of physical properties test with
determination of density of essential oil is 0.9143. And the determination of
refractive index on essential oil was obtained at 1.4653 nD with room temperature
of 29.4° C. The result of GC-MS analysis of essential oil showed twelve
components : -Pinene (45.21% ), Camphene ( 1.38% ), -Pinene ( 1.11% ),
Camphogen ( 0.74%), 1,8 – Cineole (36.55% ), - Campholene Aldehyde ( 0.73%
), Pinocarvone (0.83%), -Terpineol (8.87% ), - Caryophyllene ( 1.72% ),
Spathulenol ( 0.84% ), Elemol (0.85% ), 1 – Nonadecene ( 1.17% ).

Keywords : Eucalyptus grandis, GC-MS, Hydrodestilation, Essential Oils.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Tri Tunggal, Allah Bapa,
Puteranya Yesus Kristus, dan Roh Kudus atas berkat dan kasih karunia yang
senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga penelitian dan skripsi ini berhasil
diselesaikan dengan baik dan lancar yang berjudul Analisa Kandungan Kimia
danSifat Fisika Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dari PT Toba Pulp
LestariDengan MetodeGas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS).
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Harlem Marpaung
M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk
mengajarkan, mengarahkan, membimbing dan menyempurnakan hingga
terselesaikannya skripsi ini dengan sangat baik dan Bapak Prof. Dr. Zul Alfian,
M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU. Terima kasih
kepada Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si. selaku ketua Program Studi Kimia
FMIPA USU dan juga Ibu Dr. Sovia Lenny, S.Si, M.Si. selaku Sekretaris Program
Studi Kimia FMIPA USU,Bapak Prof. Dr. Tamrin, M.Sc selaku Dosen Penasehat
Akademik atas bimbingan dan saran yang diberikan kepada penulis selama masa
perkuliahan, dekan dan wakil dekan FMIPA USU, seluruh staf dan dosen program
studi kimia FMIPA USU, pegawai dan rekan-rekan kuliah.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada kedua
orangtua penulis,Papi (Sumurung Samosir) dan Mami (Vera Marpaung),opung
tersayang (M N Siregar/Op. Josephine), abang Tommy Manullang,Moonly,dan
kepada seluruh keluarga besar yang selama ini memberikan bantuan, nasehat,
arahan, dan semangat yang sangat berharga bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati kita semua.

Medan, Juli 2018

Soraya Josephine Samosir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Lokasi Penelitian 4
1.7 Metodologi Penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tanaman Eucalyptus
2.1.1 Sejarah Eucalyptus 6
2.1.2 Syarat Tumbuh Eucalyptus 7
2.2 Eucalyptus grandis
2.2.1 Taksonomi dan Ciri Umum 7
2.2.2 Penyebaran dan Habitat 9
2.2.3 Pemanfaatan Eucalyptus 9
2.3 Minyak Atsiri 10
2.4 Kegunaan Minyak Atsiri
2.4.1 Kegunaan Minyak Atsiri Bagi Tanaman 11
2.4.2 Kegunaan Minyak Atsiri Bagi Manusia 11
2.5 Komposisi Minyak Atsiri 12
2.6 Sifat Fisikokimia Minyak Atsiri
2.6.1 Sifat Fisika Minyak Atsiri 13
2.6.2 Sifat Kimia Minyak Atsiri 14
2.7 Isolasi Minyak Atsiri 14
2.7.1 Penyulingan 15
2.8 Kromatografi Gas- Mass Spektrometer (GC-MS)
2.8.1 Prinsip Kromatografi Gas–Spektrometri Massa 17
2.8.2 Kromatografi Gas 18
2.8.2.1 Gas Pembawa 19
2.8.2.2 Sistem Injeksi 20
2.8.2.3 Kolom 20
2.8.2.4 Fase Diam 20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

2.8.2.6 Suhu 21
2.8.2.6 Detektor 22
2.8.3 Spektrometri Massa (Mass Spectrometry)
2.8.3.1 Prinsip 23

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat 26
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat 26
3.2.2 Bahan 27
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi Daun Eucalyptus grandis 27
3.3.2 Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus
grandis dengan Alat Stahl 28
3.3.3 Analisa Minyak Atsiri dari Daun
Eucalyptus grandis dengan GC-MS 28
3.3.4 Pengukuran Sifat Fisika
3.3.4.1 Penentuan Berat Jenis 28
3.3.4.2 Penentuan Indeks Bias 29
3.4 Bagan Penelitian
3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus
grandis dengan Alat Stahl 30
3.4.2 Analisa Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus
grandis dengan GC-MS 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan 32
4.1.2 Hasil Isolasi Minyak Atsiri dari Daun
Eucalyptus grandis dengan Alat Stahl 32
4.1.3 Hasil Analisa Minyak Atsiri dari Daun
Eucalyptus grandis dengan GC-MS 33
4.1.4 Hasil Uji Sifat Fisika Minyak Atsiri dari
Daun Eucalyptus grandis
4.1.4.1 Penentuan Densitas 34
4.1.4.2 Penentuan Indeks Bias 34
4.2 Pembahasan
4.2.1 Isolasi Minyak Atsiri dari Daun
Eucalyptus grandisdengan Alat Stahl 35
4.2.2 Analisa Minyak Atsiri dari Daun
Eucalyptus grandis dengan GC-MS 35
4.2.3 Uji Sifat Fisika Minyak Atsiri dari
Daun Eucalyptus grandis
4.2.3.1 Penentuan Densitas 45
4.2.3.2 Penentuan Indeks Bias 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

LAMPIRAN 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel

4.1 Hasil Isolasi Minyak Atsiri dengan Alat Stahl 33


4.2 Senyawa Hasil Analisis GC-MS Minyak Atsiri
Daun Eucalyptus grandis 34
4.3 Senyawa Analisa GC-MS dengan Data Puncak Fragmentasi 36
4.4 Penentuan Densitas Minyak Atsiri Daun Eucalyptus grandis 45
4.5 Penentuan Indeks Bias Aquadest 45
4.6 Penentuan Indeks Bias Minyak Eucalyptus 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar

2.1 Tanaman Eucalyptus grandis di Hutan Negara Kerewong, Australia 8


2.2 TanamanEucalyptus yang terdapat di PT Toba Pulp Lestari 9
2.3Spesifikasi GC-MS yang digunakan 25
4.1Spektrum Massa Senyawa -Pinene 37
4.2Struktur -Pinene 37
4.3PolaFragmentasiSenyawa -Pinene 38
4.4Spektrum Massa Senyawa 1,8 – Cineole 39
4.5Struktur 1,8 – Cineole 39
4.6PolaFragmentasiSenyawa 1,8 – Cineole 40
4.7Spektrum Massa Senyawa -Terpineol 41
4.8Struktur -Terpineol 41
4.9PolaFragmentasiSenyawa -Terpineol 42
4.10Spektrum Massa Senyawa - Caryophyllene 43
4.11Struktur - Caryophyllene 43
4.12PolaFragmentasiSenyawa - Caryophyllene 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

1Daun Eucalyptus grandis 51


2Hasil Identifikasi Tumbuhan 52
3 Alat- Alat yang Digunakan 53
4Data Spesifikasi GC-MS 55
5 Kromatogram HasilAnalisaGas ChromatographyMinyak
Atsiri Daun Eucalyptus grandis 56
6 Kromatogram HasilSpektrometer MassaMinyakAtsiri
Daun Eucalyptus grandis 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1989, pabrik bubur kayu (pulp) dengan nama PT Inti Indorayon
Utama berubah nama menjadi PT Toba Pulp Lestari, terletak di sebuah kota kecil
bernama Porsea di dekat Danau Toba, Sumatera Utara,Indonesia.
PT Toba Pulp Lestari membudidayakan pohon Eucalyptus dengan alasan
karena tanaman ini paling rendah dalam hal konsumsi air (evapotranspirasi).
Lagipula, tanaman tersebut jenis pohon yang cepat tumbuh dan hemat air
dibandingkan tumbuhan lain seperti Akasia maupun Pinus. Dari tingkat penelitian
evapotranspirasinya Eucalyptus hanya 46,46 persen lebih rendah dibandingkan
dengan Pinus 61,5 persen dan Akasia 68,8 persen. Terdapat beberapa faktor yang
membuat perusahaan tetap mempertahankan Eucalyptus sebagai bahan utama
pembuatan pulp. mengingat curah hujan yang sangat tinggi di kawasan Toba
yakni rata-rata 2300 mm – 2500 mm pertahun. Pembudidayaan tanaman
Eucalyptus untuk kebutuhan pabrik tersebut diharapkan tidak akan menjadi
pemicu kekeringan di kawasan Danau Toba (Bangun, 2016).
Saat ini perusahaan hanya memproduksi bubur kertas (pulp) dari pohon
Eucalyptus dan hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri.
Selain itu daun, ranting dan kulit tanaman ini dapat diproses lebih lanjut untuk
menjadi bahan baku minyak atsiri yang belum dilakukan pengolahan secara
ekonomis. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara penyulingan dari daun,
ranting atau batang pohon. Hampir semua tumbuhan sumber minyak atsiri sudah
dikenal sebagai tanaman yang telah lama memasyarakat.

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu
kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili
bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas
yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang
kering dan sejuk (Gunawan dan Mulyani,2004)

Minyak atsiri awalnyadikenal sejak tahun 3.000 SM oleh penduduk Mesir


Kuno dan digunakan untuk tujuan keagamaan, pengobatan, atau sebagai balsam
untuk mengawetkan jenazah. Sejak zaman dahulu, penggunaan minyak esensial di
Indonesia masih sangat terbatas dan masih bersifat tradisional. Pemakaian minyak
atsiri tumbuhan secara tradisional dilakukan dengan cara merendam tanaman
aromatik dengan air atau dalam minyak kelapa. (Yuliani, 2012).

PT Toba Pulp Lestari Tbk adalah salah satu perusahan Kehutanan di Sumatera
yang mengembangkan budidaya Eucalyptussebagai salah satu tanaman utama
perusahaan. PT Toba Pulp Lestari Tbk telah mengembangkan pohon tanaman
Eucalyptus untuk dijadikan sebagai bahan baku kertas. Namun, pada daunnya
hanya menjadi limbah dan belum diolah menjadi minyak atsiri. Jenis utama yang
ditanam adalah Eucalyptus urophylla, Eucalyptus pellita, Eucalyptus grandis dan
Eucalyptus saligna. Selain itu juga terdapat jenis yang lain yaitu Acacia mangium
yang dijadikan sebagai tanaman tepi jalan.
Tanaman Eucalyptus sp. (Myrtaceae) ada berbagai spesies antara lain E.
camadulensis, E. grandis, E. pellita, E. tereticornis, dan E. torreliana. Penanaman
Eucalyptus sp. paling banyak dilakukan di Sumatera (Aceh, Sumatera Utara,
Jambi) dan Kalimantan (Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan) (Nair, 2000).

Minyak Eucalyptus adalah cairan bening dengan karakteristik aroma dari


spesies tertentu dari mana mereka diperoleh. Seperti minyak esensial lainnya,
mereka adalah campuran senyawa organik (terutama terpen). Komposisi minyak
bergantung terutama pada faktor genetik daripada faktor lingkungan. Spesies
Eucalyptus dari mana minyak diperoleh, merupakan faktor terpenting yang
menentukan kualitas dan penggunaannya(Copper et al., 1992).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Peneliti Terdahulu (Mukriz Damanik, 2009) Universitas Sumatera Utara


melakukan penelitian tentang Kajian minyak atsiri pada Eucalyptus urophylla
umur 4 tahun di PT Toba Pulp lestari. Hasil penelitian menunjukkan rendemen
minyak tertinggi terdapat pada daun dan kualitas minyak yang dihasilkan
memiliki kadar sineol sebesar 45%.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan analisa


kandungan kimia dansifat fisika untuk memanfaatkan limbah daun dari tanaman
Eucalyptus grandisdi Kawasan PT Toba Pulp Lestari untuk menghasilkan minyak
atsiri. Minyak atsiri dari daun diisolasi melalui proses hidrodestilasi dan
dilanjutkan dengan analisis kandungan kimia dengan menggunakan metode GC-
MSkemudian minyak yang diperoleh diuji sifat fisikanya.

1.2 Permasalahan

Luasnya tanaman Eucalyptus di PT Toba Pulp Lestari yang daunnya


belum digunakan, pemanfaatan Limbah daun Eucalyptus grandis di Kawasan PT
Toba Pulp Lestari yang dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan minyak
atsiri atau minyak Eucalyptusyang bernilai ekonomi dan dapat diperdagangkan,
pemanfaatan minyak Eucalyptus perlu diketahui komposisi kimia dan sifat
fisikanya, oleh karena itu perlu dilakukan studi untuk analisa sifat fisika dan
kandungan kimia dalam minyakEucalyptus dengan menggunakan metode GC-MS.

1.3 Pembatasan Masalah


1 Daun yang digunakan adalah daun Eucalyptus grandis yang berasal dari
kawasan PT Toba Pulp Lestari
2 Jenis tanaman Eucalyptus adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden atau
Eucalyptus saligna var. pallidivalvis Baker et Smith.
3 Isolasi minyak atsiri dengan menggunakan metode Hidrodestilasi
4 Analisa kandungan kimia dengan menggunakan metode GC-MS.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

5 Analisa sifat fisika dengan menggunakan penentuan berat jenis (densitas),


penentuan indeks bias.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui komposisi kimia daun Eucalyptus grandis yang ada di
kawasan PT. Toba Pulp Lestari dengan menggunakan metode GC-MS.
2. Untuk mengetahui sifat fisika dalam minyak atsiri tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi dan masukan bagi pemerintah setempat dan
masyarakat yang terdapat di kawasan PT Toba Pulp Lestari agar dapat
mengembangkan potensi ekonomi dari daun Eucalyptus grandis
2. Memanfaatkan limbah daun Eucalyptus grandis di kawasan PT Toba Pulp
Lestari sebagai bahan baku pembuatan minyak atsiri atau minyak
Eucalyptus.
3. Sebagai sumber referensi bagi pihak-pihak terkait untuk penelitian
selanjutnya.

1.6 Lokasi Penelitian


Isolasi minyak atsiri atau minyak Eucalyptus dari daun Eucalyptus grandis
dilakukan dengan menggunakan alat stahl di Laboratorium Kimia Organik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Analisa sifat fisika dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Analisa kandungan
kimia dalam minyak atsiri dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.7 Metodologi Penelitian


1. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen Laboratorium
2. Sampel daun Eucalyptus grandis diambil dari Kawasan PT. Toba Pulp
Lestari
3. Daun dipreparasi dengan cara pemisahan dari ranting, dan pemisahan
dari tulang daun dengan daunnya selanjutnya dipotong kecil-kecil
menggunakan gunting dan cutter
4. Proses isolasi minyak atsiri dengan metode destilasi dilakukan dengan
alat stahl di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
5. Analisa sifat fisika dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
6. Analisa kandungan kimia dari minyak atsiri daun Eucalyptus grandis
dilakukan dengan menggunakan GC-MS di Laboratorium Kimia
Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Gadjah Mada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Eucalyptus


2.1.1 Sejarah Eucalyptus

Tanaman Eucalyptus sudah dikenal sejak abad 18 dan perkembangan


pembangunan tanaman ini maju pesat pada tahun 1980 setelah kongres Kehutanan
Sedunia ke VIII di Jakarta tahun 1978(Pudjiharta,2001).

Tanaman Eucalyptus sp. merupakan famili Myrtaceae, Dimana jenis-jenis


yang sudah dikenal umum antara lain Eucalyptus deglupta, Eucalyptus urophylla,
Eucalyptus camadulensis, Eucalyptus grandis, Eucalyptus pellita, Eucalyptus
Umbellate, Eucalyptus saligna, Eucalyptus plathyphylla, Eucalyptus alba
(ampupu), Eucalyptus tereticornis, dan Eucalyptus torreliana (Khaeruddin,1993).

Eucalyptus sp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing
(tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus sp. juga dikenal sebagai tanaman yang dapat
bertahan hidup pada musim kering. Tanaman ini mempunyai sistem perakaran
yang dalam namun jika ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit maka
perakarannya cenderung membentuk jaringan rapat dekat permukaan tanah untuk
memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman tersebut.
Eucalyptus sp. merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam
pembangunan hutan tanaman industri (Poerwowidodo, 1991).

2.1.2 Syarat Tumbuh Eucalyptus


Jenis-jenis Eucalyptus sp. terutama menghendaki iklim bermusim (daerah
arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis Eucalyptus sp.
tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus
sp. dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa,
secara periodik digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

tanah kurus, gersang, sampai tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus spp.
dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari
dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai
bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata pertahun 20°C - 32°C.
Jenis tanah yang digunakan dalam pertanaman Eucalyptus sp. ini adalah jenis
tanah litosol dan regosol podsolik (Darwo, 1997).

2.2 Eucalyptus grandis

2.2.1 Taksonomi dan Ciri Umum

Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex


Maiden. Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var.
pallidivalvis Baker et Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum,
rose gum.

Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut:

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angispermae

Kelas : Dikotyledon

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Species : Eucalyptus grandis (Ayensu et.al, 1980).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Gambar 2.1 Tanaman Eucalyptus grandis di Hutan Negara


Kerewong,Australia

Tanaman Eucalyptus pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar,


tingginya 60-87 m. Batang utamanya berbentuk lurus, dengan diameter hingga
200cm. Permukaan pepagan licin,bercak luka yang mengelupas, berserat
berbentuk papan catur. Daun muda dan daun dewasa sifatnya berbeda, daun
dewasa umumnya berseling kadang-kadang berhadapan, tunggal, tulang tengah
jelas, pertulangan sekunder menyirip atau sejajar, berbau harum bila diremas.
Perbungaan berbentuk payung yang rapat kadang-kadang berupa malai rata di
ujung ranting. Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding tipis. Biji berwarna
coklat atau hitam. Marga Eucalyptus termasuk kelompok yang berbuah kapsul
dalam suku Myrtaceae dan dibagi menjadi 7-10 anak marga, setiap anak dibagi
lagi menjadi beberapa seksi dan seri (Sutisna dkk, 1998).

Jenis Eucalyptus grandis menghendaki iklim C dan D, ketinggian tempat


sekitar 0 - 800 m dpl, curah hujan tahunan rata-rata 1000-3500 mm dengan
temperatur maksimum sekitar 24-30° Celsius. Tumbuh baik pada lahan datar atau
dengan kemiringan yang tidak curam, serta tumbuh pada tanah alluvial di tempat-
tempat dekat air tetapi tidak tergenang air dan mengandung lempung. Musim
berbunga dan berbuah jenis ini antara bulan Januari sampai Agustus (Boland dkk,
1989).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.2.2 Penyebaran dan Habitat

Daerah penyebaran alaminya berada di sebelah Timur garis Wallace,


mulai dari 7° LU sampai 43°39’ LS meliputi Australia, New Britania, Papua, dan
Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di kepulauan Indonesia yaitu Irian
Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan Timor-Timur.(Latifah,2004). Marga
Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di
Australia.Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan
Australia bagian Baratdaya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah
penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di Benua Asia, Afrika
bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan
Amerika Tengah (Sutisna dkk, 1998).

Gambar 2.2 Tanaman Eucalyptus yang terdapat di PT Toba Pulp Lestari

Hampir semua jenis Eucalyptus beradaptasi dengan iklim muson.


Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering,
misalnya jenis-jenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba, Eucalyptus
camaldulensis, Eucalyptus citriodora, Eucalyptus deglupta adalah jenis yang
beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan
rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, dengan curah
hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 23° dan maksimum 31° di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 13° dan maksimum 29° di
pegunungan (Sutisna dkk, 1998).

2.2.3 Pemanfaatan Eucalyptus

Kayu Eucalyptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap,


kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus, korek apai, bubur kayu
(pulp), kayu bakar. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi. Daun dan
cabang dari beberapa jenis Eucalyptus menghasilkan minyak yang merupakan
produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau obat batuk,
parfum, sabun, ditergen, disinfektan dan pestisida. Beberapa jenis menghasilkan
gom (kino). Bunga beberapa jenis lainnya menghasilkan serbuk sari dan nektar
yang baik untuk madu. Beberapa jenis ditanam sebagai tanaman hias (Sutisna
dkk, 1998).

2.8 Minyak Atsiri

Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
minyak terbang. Pengertian atau defenisi minyak atsiri yang ditulis dalam
Encyclopedia of ChemicalTechnology menyebutkan bahwa minyak atsiri
merupakan senyawa, yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji maupun dari bunga dengan
cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri terdapat dalam berbagai organ tumbuhan, seperti didalam


rambut kelenjar (famili Labiatae), didalam sel-sel parenkim (suku Zingiberaceae
dan Piperaceae), didalam saluran minyak yang disebut vittae (suku Umbelliferae),
didalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (suku Myrtaceae, Pinaceae dan
Rutaceae), terkandung didalam semua jaringan (suku Conifera). Minyak atsiri
dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan
resin pada dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu (Tyler et al,
1977).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Kandungan senyawa 1,8-sineol tertinggi dimiliki oleh spesies Eucalyptus


globulus, Yang memiliki kandungan senyawa 1,8-sineol lebih dari 50% dan
merupakan senyawa penyusun minyak eukaliptus dan minyak kayu
putih,Meskipun komponen dominan yang menyusun minyak atsiri tersebut sama,
tetapi kehadiran komponen-komponen lainnya juga akan berpengaruh terhadap
kualitas minyak atsiri tersebut. Jenis tanaman penghasil minyak atsiri merupakan
faktor penting untuk menentukan kualitas dan penggunaan. Kuantitas dan
komponen minyak atsiri dapat berubah karena pengaruh tertentu baik alami
maupun buatan, seperti misalnya tempat tumbuh, iklim, kondisi musim dan
geografis, metode yang digunakan untuk mengekstraksi. Untuk itu, banyak
spesies tumbuhan yang mengandung senyawa 1,8-sineol juga dapat menjadi
senyawa penyusun pendukung senyawa lainnya yang merupakan senyawa utama
dalam suatu minyak atsiri (Efruan, 2016).

2.8 Kegunaan Minyak Atsiri


2.4.1 Kegunaan Minyak Atsiri bagi Tanaman
Minyak atsiri pada tumbuhan mempunyai dua fungsi yaitu: membantu
proses penyerbukan dengan menarik perhatian beberapa jenis serangga atau
hewan (atraktan) dan mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan
(repellent). Minyak atsiri pada tumbuhan juga dapat digunakan sebagai sumber
energi, antimikroba, penutup bagian kayu yang terluka dan mencegah penguapan
air yang berlebihan (Guenther, 1987; Ketaren, 1985).

2.4.2 Kegunaan Minyak Atsiri bagi Manusia


Minyak atsiri sebagai bahan pewangi dan penyedap (flavoring agent),
antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, haemolitik atau sebagai
antizymatik, sebagai sedativa, stimulants, untuk obat sakit perut. Minyak atsiri
mempunyai sifat membius, merangsang atau memuakkan. Disamping itu beberapa
jenis minyak atsiri lainnya dapat digunakan sebagai obat cacing. Minyak atsiri
juga membantu pencernaan dengan merangsang sistem saraf sekresi sehingga
dengan mencium bau–bauan tertentu, maka akan keluar cairan getah sehingga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

rongga mulut dan lambung menjadi basah. Kegunaan lain dari minyak atsiri
adalah sebagai bahan pewangi kosmetik (Guenther, 1987).
Beberapa jenis bahan tumbuhan digunakan dalam pengobatan karena
kandungan minyak atsirinya. Pada beberapa kasus, minyak atsiri digunakan
sebagai obat setelah diekstraksi atau disuling dari sumbernya, misalnya minyak
kayu putih. Dalam bentuk murni, kebanyakan minyak atsiri dapat digunakan
untuk terapi beberapa jenis penyakit seperti radang selaput sendi, radang
tenggorokan, sakit kepala, radang usus besar, jantung berdebar dan lain
sebagainya (Agusta, 2000; Rusli, 2010).
Menurut Kardinan (2005), Minyak atsiri memegang peranan penting bagi
kesehatan. Di Indonesia penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai cara :

Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang
mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).
Pemakaian luar (topical /external use), antara lain pemijat lulur, obat
luka/memar, parfum/pewangi.
Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi–wangian (parfum)
atau aromatika untuk keperluan aroma terapi.
Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir
(repelent) nyamuk dan anti jamur.

2.8 Komposisi Minyak Atsiri


Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia dengan
sifat fisika dan kimia yang juga berbeda. Pada umumnya perbedaan komposisi
minyak atsiri disebabkan perbedaan kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur
panen, metode ekstraksi yang digunakan, cara penyiapan minyak atsiri dan jenis
tanaman penghasil.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Pada
umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Golongan Hidrokarbon
Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur Karbon
(C) dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

sebagian besar terdiri dari monoterpen (2 unit isopren) dan sesquiterpen (3 unit
Universitas Sumatera Utara 9 isopren) yang titik didihnya berbeda, titik didih
monoterpen sebesar 140o C- 180o C dan sesquiterpen > 200o C (Harborne, 1987;
Ketaren 1985).
b. Golongan Hidrokarbon Teroksigenasi
Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur
Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam
golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, ester, eter dan
peroksid. Ikatan karbon yang terdapat dalam molekulnya dapat terdiri dari ikatan
tunggal, ikatan rangkap dua dan ikatan rangkap tiga. Golongan hidrokarbon
teroksigenasi merupakan senyawa yang penting dalam minyak atsiri karena
umumnya mempunyai aroma yang lebih wangi (Ketaren, 1985).

2.8 Sifat Fisikokimia Minyak Atsiri


2.6.1 Sifat Fisika Minyak Atsiri

Parameter yang dapat digunakan untuk tetapan fisika minyak atsiri antara
lain:

a. Bau yang khas


Minyak atsiri adalah zat berbau, biasa dikenal dengan nama
minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) yang
dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut berbau wangi sesuai dengan
bau tanaman penghasilnya (Ketaren, 1985).
b. Indeks bias

Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam


udara dan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Jika cahaya melewati
media kurang padatke media lebih padat maka sinar akan membelok
atau membias dari garis normal. Indeks bias berguna untuk identifikasi
suatu zat dan deteksi ketidakmurnian, penentuannya menggunakan alat
refraktometer (Guenther, 1987).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

c. Berat jenis

Nilai berat jenis (densitas) minyak atsiri merupakan perbandingan


antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama
dengan volume minyak. Berat jenis sering dihubungkan dengan berat
komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat
yang terkandung dalam minyak, semakin besar pula nilai densitasnya.
Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan
mutu dan kemurnian minyak atsiri (Armando, 2009).

d. Putaran optik

Setiap jenis minyak atsiri mempunyai kemampuan memutar bidang


polarisasi cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang
polarisasi ditentukan oleh jenis minyak atsiri, suhu dan panjang
gelombang cahaya yang digunakan. Penentuan putaran optik
menggunakan alat polarimeter dan nilainya dinyatakan dengan derajat
disosiasi (Armando, 2009; Ketaren, 1985).

2.6.2 Sifat Kimia Minyak Atsiri

Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri dari adanya suatu
kerusakan minyak dan ini dapat terjadi pada beberapa jenis minyak atsiri.
Kerusakan minyak atsiri yang mengakibatkan perubahan antara lain dapat terjadi
selama penyimpanan dan biasanya disebabkan oleh terjadinya oksidasi,
polimerisasi serta hidrolisis, karena peristiwa tersebut maka minyak atsiri akan
berubah warna dan menjadi lebih kental. Proses-proses tersebut diaktifkan oleh
panas, oksigen udara, lembab, sinar matahari dan molekul logam berat. Minyak
atsiri harus diberi perlakuan khusus agar proses tersebut tidak terjadi atau
setidaknya dapat diperlambat. Oleh karena itu, minyak atsiri sebaiknya disimpan
dalam wadah yang benar-benar kering dan harus bebas dari logam berat, serta
bebas dari cahaya yang masuk (Koensoemardiyah, 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2.7 Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi minyak atsiri adalah usaha memisahkan minyak atsiri dari tanaman
atau bagian tanaman asal. Minyak atsiri dalam tanaman terdapat pada bagian
dalam rambut kelenjar dan sel kelenjar. Bila tanaman itu tetap utuh, minyak atsiri
tetap berada dalam kelenjar pada batang tanaman sehingga sukar untuk
dipisahkan. Minyak atsiri hanya dapat dipisahkan dari sel tanaman bila ada uap air
atau pelarut lain yang sampai ke tempat minyak tersebut, yang selanjutnya akan
membawa butir-butir minyak menguap secara bersamaan. Agar minyak atsiri itu
lebih cepat kontak dengan pelarut maka bagian-bagian tanaman harus dipotong-
potong (Koensoemardiyah, 2010). Pada dasarnya pemotongan merupakan upaya
menjadikan bahan tanaman menjadi lebih kecil hingga mempermudah lepasnya
minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus uap (Sastrohamidjojo, 2004).

2.7.1 Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat
dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan
dilakukan untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Yuliani dan Satuhu,
2012). Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan
(hidrodestilasi) yaitu :
1. Penyulingan dengan air (water distillation)
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak
langsung dengan air mendidih. Ciri khas model ini, yaitu adanya kontak langsung
antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan
langsung (Tony, 1994). Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat
seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses
pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan.
Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan uap
keluar (Armando, 2009).
2. Penyulingan uap dan air (water and steam distillation)
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi
air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti
pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena
uap dan tidak terkena air yang mendidih (Sastrohamidjojo, 2004). Metode ini
disebut juga dengan system kukus. Pada prinsipnya, metode penyulingan ini
menggunakan uap bertekanan rendah. Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi
uap terjadi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan
sampai 1000 C. Lama penyulingan relatif lebih singkat, randemen minyak lebih
besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil dari system
penyulingan dengan air (Armando, 2009).
3 Penyulingan dengan uap (steam distillation)
Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap dan perangkatnya mirip
dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah
alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar daripada
tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu
pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat
penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004).

2.8 Kromatografi Gas- Mass Spektrometer (GC-MS)

Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-


MS. GC (Gas Chromatography berfungsi untuk memisahkan komponen-
komponen minyak atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk menentukan
berat molekul tiap komponen berdasarkan fragmentasi). Ketika suatu uap senyawa
organik dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa ini akan
ditembak dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron berenergi
tinggi dan melemparkan elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang
kehilangan elektronnya ini akan membentuk ion positif yang disebut ion molekul
(Dachriyanus, 2004). Pada sistem GC – MS yang berfungsi sebagai detektor
adalah spektrometer massa yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi,
dimana Electron Impact (EI) adalah metode yang umum digunakan (Agusta,
2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2.8.1 Prinsip Kromatografi Gas–Spektrometri Massa


Menurut Watson (2005), prinsip-prinsip alat Kromatografi Gas–
Spektrometri Massa tersebut yaitu:
- Injeksi sampel dapat dilakukan secara manual atau menggunakan pengambil
sampel otomatis melalui sekat karet yang dapat tertutup kembali.
- Sampel tersebut diuapkan pada bagian portal injeksi yang dipanaskan dan
mengalami kondensasi pada bagian atas kolom
- Kolom dapat berupa kolom kapiler atau kolom terkemas, yang akan dibahas
lebih mendalam. Fase gerak yang digunakan untuk membawa sampel melewati
kolom tersebut adalah suatu gas – biasanya nitrogen atau helium
- Kolom ditutup dalam suatu oven yang dapat diatur pada suhu antara suhu kamar
dan lebih kurang 400° C
- Detektor yang digunakan adalah spektrometri massa (MS)
- Sampel dimasukkan kedalam sumber instrumen dengan memanaskannya pada
akhir suatu sensor sampai menguap airnya, dibantu dengan keadaan sangat hampa
dalam instrumen tersebut
- Jika berada dalam fase uap, analit dibombardir dengan elektron-elektron yang
dihasilkan oleh filamen rhenium atau tungsten, yang diakselerasi menuju suatu
target positif dengan energi sebesar 70 eV.
- Dua jenis sistem biasanya digunakan untuk memisahkan ion-ion berdasarkan
perbandingan muatan terhadap massanya.

2.8.2 Kromatografi Gas


Kromatografi gas merupakan metode untuk pemisahan dan deteksi
senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas
anorganik dalam suatu campuran. Kegunaan umum dari kromatografi gas adalah
untuk melakukan pemisahan dan identifikasi senyawa-senyawa organik yang
mudah menguap dan juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
senyawa dalam suatu campuran. Pada kromatografi ini, fase diam yang digunakan
adalah cairan yang diikatkan pada suatu bahan pendukung (support material)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

sehingga solut akan terlarut dalam fase diam sehingga mekanisme sorpsi-nya
adalah partisi (Rohman, 2007).
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran
kimia dalam suatu bahan berdasarkan perbedaan polaritas campuran. Fase gerak
akan membawa campuran menuju kolom. Campuran dalam fase gerak akan
berinteraksi dengan fase diam. Setiap komponen yang terdapat dalam campuran
berinteraksi dengan kecepatan yang berbeda, interaksi komponen dengan fase
diam dengan waktu yang paling cepat akan keluar pertama dari kolom dan yang
paling lambat akan keluar paling akhir (Gritter, dkk., 1985).

Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom


disebut waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikan sampai
saat elusi terjadi (Gritter, dkk., 1991).

Menurut Eaton (1989), hal yang mempengaruhi waktu retensi yaitu:

1. Sifat senyawa, semakin sama kepolaran dengan kolom dan makin kurang
keatsiriannya maka akan tertahan lebh lama di kolom dan sebaliknya.

2. Sifat adsorben, semakin sama kepolaran maka senyawa akan semakin lama
tertahan dan sebaliknya.

3. Konsentrasi adsorben, semakin banyak adsorben maka senyawa semakin


lama tertahan dan sebaliknya.

4. Temperatur kolom, semakin rendah temperatur maka senyawa semakin


lama tertahan dan sebaliknya.

5. Aliran gas pembawa, semakin kecil aliran gas maka senyawa semakin lama
tertahan dan sebaliknya.

6. Panjang kolom, semakin panjang kolom akan menahan senyawa lebih lama
dan sebaliknya.

Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi,
kolom, fase diam, suhu dan detektor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.8.2.1 Gas Pembawa

Gas pembawa harus memenuhi persyaratan antara lain harus inert, murni,
dan mudah diperoleh. Pemilihan gas pembawa tergantung pada detektor yang
dipakai. Keuntungannya adalah karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat
dibeli dalam keadaan murni dan kering yang dapat dikemas dalam tangki
bertekanan tinggi. Gas pembawa yang sering dipakai adalah Helium (He), Argon
(Ar), Nitrogen (N2), Hidrogen (H2), dan Karbon dioksida (CO2) (Agusta, 2000).

2.8.2.2 Sistem Injeksi

Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik,


biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang
suntik harus dipanaskan tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu
10-15°C lebih tinggi dari suhu maksimum. Jadi seluruh cuplikan diuapkan segera
setelah disuntikkan dan dibawa ke kolom (Gritter, dkk., 1991).

2.8.2.3 Kolom

Kolom dapat dibuat dari tembaga, baja nirkarat (stainless steel),


aluminium, dan kaca yang berbentuk lurus, lengkung, melingkar. Ada dua macam
kolom, yaitu kolom kemas dan kolom kapiler (McNair dan Bonelli, 1988). Kolom
kapiler kini lebih banyak digunakan untuk menganalisis komponen minyak atsiri.
Hal ini disebabkan oleh kelebihan kolom tersebut yang memberikan hasil analisis
dengan daya pisah yang tinggi dan sekaligus memiliki sensitivitas yang tinggi.
Bahan kolom biasanya dari gelas baja tahan karat atau silika. Fase diam bersifat
sebagai cairan berupa lapisan film dilapiskan pada dinding kolom bagian dalam.
Keuntungan kolom kapiler adalah jumlah sampel yang dibutuhkan sedikit dan
pemisahan lebih sempurna. Kolom kapiler biasanya mempunyai diameter 0,1 mm
dan mencapai panjang 30 m (Agusta, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

2.8.2.4 Fase diam

Fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu non polar, sedikit


polar, polar, semi polar dan sangat polar. Berdasarkan sifat minyak atsiri yang
nonpolar sampai sedikit polar maka untuk keperluan analisis sebaiknya digunakan
kolom dengan fase diam yang bersifat sedikit polar, misalnya SE-52 dan SE-54
(Agusta, 2000).

2.8.2.5 Suhu

Tekanan uap sangat bergantung pada suhu, maka suhu merupakan factor
utama dalam GC. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang berbeda, yaitu:
suhu injektor, suhu kolom, suhu detektor.

a. Suhu injektor
Suhu pada injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan
sedemikian cepat. Tapi sebaliknya, suhu harus cukup rendah untuk
mencegah peruraian atau penataan ulang kimiawi (rearrangement)
akibat panas (McNair dan Bonelli, 1988).
b. Suhu kolom
Pemisahan dapat dilakukan pada suhu tetap (isotermal), atau pada
suhu yang berubah secara terkendali (suhu diprogram, temperature
programming). GC isotermal paling baik dilakukan pada analisis rutin
atau jika kita mengetahui agak banyak mengenai sifat sampel yang
akan dipisahkan. Pilihan awal yang baik adalah suhu beberapa derajat
di bawah titik didih komponen utama sampel. Pada GC suhu
diprogram, suhu dinaikkan mulai dari suhu tertentu sampai suhu
tertentu yang lain dengan laju yang diketahui dan terkendali dalam
waktu tertentu. Penaikkan suhu dapat secara linear dengan laju yang
kita tentukan, bertahap, isotermal yang diikuti dengan peningkatan
secara linear, linear diikuti dengan isotermal, atau multilinear (laju
berbeda saat berlainan) (Gritter, dkk., 1985).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

c. Suhu detektor
Detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan air atau hasil
samping yang terbentuk pada proses pengionan tidak mengembun
(McNair dan Bonelli, 1988).

1.8.2.6 Detektor

Menurut McNair dan Bonelli (1988), ada dua detektor yang populer yaitu
detektor hantar-termal (thermal conductivity detector) dan detektor pengion nyala
(flame ionization detector).

a. Detektor hantar-termal (Thermal Conductivity Detector, TCD)


Detektor ini menggunakan kawat pijar wolfram yang dipanaskan
dengan dialiri arus listrik yang tetap. Gas pembawa mengalir terus
menerus melewati kawat pijar yang panas tersebut dan suhu dibuat dengan
laju tetap. Bila molekul cuplikan yang bercampur dengan gas pembawa
melewati kawat pijar meningkat. Perubahan tahanan ini mudah diukur
dengan jembatan Wheatstone dan sinyalnya ditangkap oleh perekam dan
tampak sebagai suatu puncak. Prinsip kerjanya didasarkan pada kenyataan
bahwa kemampuan suatu gas menghantar panas dari kawat pijar
merupakan fungsi bobot molekul gas tersebut.
b. Detektor pengion nyala (Flame Ionization Detector, FID)

Hidrogen dan udara digunakan untuk menghasilkan nyala. Suatu


elektroda pengumpul yang bertegangan arus searah ditempatkan diatas
nyala dan mengukur hantaran nyala. Dengan hidrogen murni, hantaran
sangat rendah, tetapi ketika senyawa organik dibakar, hantaran naik dan
arus yang mengalir dapat diperkuat ke perekam.

Jenis detektor lain adalah Flame Photometric Detector (FPD) yang


digunakan untuk indikasi selektif dari fosfor dan sulfur. Nitrogen
Phosphorous Detector (NPD) yang digunakan untuk senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen dan fosfor. Electron Capture Detector (ECD)
yang digunakan untuk senyawa-senyawa organik kelompok elektrofilik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

(elektro negatif), seperti halogen, peroksida dan nitro. Mass Spectrometric


Detector (MSD) yaitu merupakan sambungan langsung dari suatu
spektrometer massa dengan suatu kolom dalam kromatografi gas kapiler

2.8.3 Spektrometri Massa (Mass Spectrometry)

Konsep spektrometri massa relatif sederhana yaitu senyawa terionisasi, ion


dipisahkan berdasarkan perbandingan massa per muatan dan jumlah ion yang
mewakili masing-masing satuan massa per muatan dicatat sebagai spektrum.
Spektrometer massa memborbardir molekul dalam fase uap dengan berkas
elektron yang tinggi dan mencatat hasil sebagai spektrum dari ion postif yang
dipisahkan berdasarkan massa per muatan (m/z). Puncak ion positif pada m/z
merupakan molekul utuh (M) yang kehilangan satu elektron, ion tersebut
ditunjukkan sebagai M.+. Energi ion molekul tersebut menghasikan serangkaian
fragmen (Silverstein, et al., 2005).

Teknik ini digunakan sangat luas karena mampu menawarkan batas


deteksi yang lebih kecil (lebih sensitif). Spektrometer massa jika digunakan
sebagai detektor, maka akan mampu memberikan informasi data struktur kimia
senyawa yang tidak diketahui. Dengan menggunakan spektrometer massa untuk
memonitor ion tunggal atau beberapa ion yang karakteristik dalam analit, maka
batas deteksi ion-in ini akan ditingkatkan (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.8.3.1 Prinsip

Menurut Pavia, et al., (1979), spektrometer massa memainkan tiga peranan


penting yaitu:

1. Molekul mengalami bombardir oleh aliran elektron berenergi tinggi,


mengubah beberapa molekul menjadi ion.

2. Ion dipisahkan berdasarkan perbandingan muatan massa pada sebuah


bidang listrik dan magnetik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

3. Pada akhirnya ion dengan perbandingan muatan massa tertentu dideteksi


oleh suatu alat yang mampu menghitung jumlah ion yang diserang. Keluaran
detektor direkam oleh sebuah recorder. Jejak dari recorder adalah sebuah
spektrum massa, suatu grafik dari jumlah partikel yang dideteksi sebagai fungsi
perbandingan muatan massa.

Menurut Lee (2005), terdapat delapan jenis sumber ionisasi yang


digunakan dalam intrumen MS. Pada analisis yang divariasikan dengan GC,
umumnya dan pada penelitian ini yang digunakan adalah elektron impact (EI).
Proses ionisasi dalam elektron impact (EI) yaitu, elektron dilewatkan melalui
sampel fase gas dan bertubrukan dengan molekul analit (M) yang kemudian
menghasilkan ion-ion bermuatan positif atau fragmentasi ion. Umumnya elektron
memiliki energi sebesar 70 eV. Metode ini digunakan untuk semua senyawa-
senyawa yang bersifat volatil.

Spektrometer massa terdiri dari sistem pemasukan cuplikan, ruang


pengion dan percepatan, tabung analisis, pengumpul ion dan penguat, dan
pencatat.Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu
metode ini lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak
diketahui atau untuk menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini disebabkan
adanya pola fragmentasi yang khas sehingga dapat memberikan informasi
mengenai bobot molekul dan rumus molekul. Puncak ion molekul penting
dikenali karena memberikan bobot molekul senyawa yang diperiksa. Puncak
paling kuat pada spektrum, disebut puncak dasar (base peak), dinyatakan dengan
nilai 100% dan kekuatan puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya
dinyatakan sebagai persentase puncak dasar tersebut (Silverstein, dkk., 1986).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

Berikut ini merupakan gambar spesifikasi GC-MS yang digunakan

Gambar 2.3 Spesifikasi GC-MS yang Digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2018. Proses
pengambilan sampel yang berupa daun segar yaitu daun Eucalyptus grandis yang
diambil langsung dari Kawasan PT. Toba Pulp Lestari yang berlokasi di Jl.
Indorayon Desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir,
Provinsi Sumatera Utara. Destilasi minyak dari daun Eucalyptus grandis
dilakukan dengan alat Stahl di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Analisa GC-
MSdilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pengukuran Sifat
Fisika dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


Nama alat Merek
Alat Stahl -

Seperangkat alat GC-MS Shimadzu


Labu destilasi Pyrex
Hot plate Cimarec 2
Botol vial -

Gunting Kenko
Beaker glass 1000mL Pyrex
Erlenmeyer 100mL Pyrex

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Lemari pendingin Toshiba


Neraca Oxone
Syringe 5mL OneMed
Aluminium foil Diamond
Kertas Label Panda
Spatula -
Pipet tetes -
Termometer Fischer
Cutter Joyko
Talenan Nagata
Teflon Onda
Piknometer Pyrex
Refraktometer Abbe

3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Nama bahan Merek
Daun Segar Eucalyptus grandis -

CaCl2(s) anhidrat p.a (E-Merck)


Aquadest -

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Preparasi Daun Eucalyptus grandis
1. Pengambilan Daun Eucalyptus grandis
Daun diperoleh dari Pekerja di Kawasan PT. Toba Pulp Lestari yang
berlokasi di Jl. Indorayon Desa Sosor Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten
Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Daun yang dipilih adalah daun beserta
Ranting sepanjang 5-15cm dari batang tanaman. Pengambilan dilakukan pada
pagi hari yaitu pukul 7-9 pagi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.Perajangan Daun Eucalyptus grandis


Daun segar yang diperoleh langsung dipisahkan dari rantingnya.
Kemudian daun dirajang dengan menggunakan cutter dan gunting sehingga
menghasilkan bahan cacahan dengan panjang ±0.5-10cm.

3.3.2 Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan Alat Stahl
Sebanyak 150 gram daun Eucalyptus grandis yang telah dipotong kecil-
kecil dan dimasukkan kedalam labu alas 1000mL selanjutnya ditambahkan
aquadest secukupnya, dihubungkan dengan alat penyuling yaitu alat Stahl, dan
dipanaskan selama ±5-6 jam pada suhu ±100°C hingga menghasilkan minyak dan
destilasi diakhiri pada saat destilat yang keluar berwarna kuning jernih. Minyak
atsiri yang diperoleh ditampung pada erlenmeyer. Destilat yang diperoleh
merupakan campuran minyak dan air. Kemudian lapisan minyak ditambahkan
CaCl2 anhidrous untuk mengikat air yang mungkin masih tercampur dengan
minyak atsiri, lapisan minyak didekantasi dan dimasukkan kedalam botol vial,
selanjutnya minyak atsiri disimpan di lemari pendingin dalam botol, ditutup rapat
dan dibungkus dengan aluminium foil agar minyak atsiri tidak menguap.
Minyak yang diperoleh dianalisis kandungan kimianya menggunakan alat
GC-MS.

3.3.3 Analisa Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan GC-MS
Sampel sebanyak 0.6mL dimasukkan ke syringer untuk diinjeksikan
kedalam GC-MS. Hanya kondisi disesuaikan dengan kondisi masing-masing
bagian peralatan kemudian diamati kromatogram yang dihasilkan dilakukan
interpretasi data.

3.3.4 Pengukuran Sifat Fisika


3.3.4.1 Penentuan Berat Jenis
 Mula-mula piknometer dikosongkan, dikeringkan lalu ditimbang dengan
neraca analitik dan dicatat massanya.
 Dilakukan sebanyak 3 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

 Dimasukkan aquadest kedalam piknometer lalu ditimbang dan dicatat


massanya
 Dilakukan sebanyak 3 kali
 Dimasukkan minyak atsiri kedalam piknometer lalu ditimbang dan dicatat
massanya
 Dilakukan sebanyak 3 kali

3.3.4.2 Penentuan Indeks Bias


 Disambungkan alat refraktometer dengan listrik
 Dihidupkan alat dengan menekan tombol on
 Didiamkan hingga 15 menit
 Diturunkan lampu dan dibuka prisma kerja
 Dibersihkan prisma cahaya dan prisma kerja dengan tissue basah dan
dikeringkan dengan tissue halus
 Diteteskan setetes aquadest di atas prisma kerja (tidak diperbolehkan ada
gelembung udara pada tetesan)
 Ditutup prisma kerja dengan prisma cahaya
 Diamati melalui teropong dengan memutar cincin kompensasi hingga
diperoleh berkas cahaya hijau dan kuning yang tepat secara horizontal
 Dimatikan lampu dan dicatat skala yang terbaca
 Diturunkan lampu dan dibuka prisma kerja
 Dibersihkan prisma cahaya dan prisma kerja dengan tissue basah dan
dikeringkan dengan tissue halus
 Diteteskan setetes minyak atsiri di atas prisma kerja (tidak diperbolehkan
ada gelembung udara pada tetesan)
 Ditutup prisma kerja dengan prisma cahaya
 Diamati melalui teropong dengan memutar cincin kompensasi hingga
diperoleh berkas cahaya hijau dan kuning yang tepat secara horizontal
 Dimatikan lampu dan dicatat skala yang terbaca
 Dimatikan alat dengan menekan tombol off
 Dilepaskan kontak alat dari aliran listrik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3.4 Bagan Penelitian


3.4.1 Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan Alat Stahl

150 gram Daun Eucalyptus

Dimasukkan kedalam labu Stahl 1000 mL


Ditambahkan aquadest hingga sampel terendam

Dirangkai alat Stahl

Didestilasi selama ± 5-6 jam pada suhu


± 100°C hingga menghasilkan minyak atsiri

Lapisan Minyak Lapisan Air

Dimasukkan kedalam erlenmeyer


Ditambahkan CaCl2 (s) anhidrous
Didekantasi

Minyak Atsiri

Diukur volumenya
Dimasukkan kedalam botol vial

Analisa GC MS Uji Sifat Fisika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

3.4.2 Analisa Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan GC-MS

0,6 mL minyak atsiri daun Eucalyptus

dimasukkan kedalam syringe

diinjeksikan1 L kedalam instrumen GC-MS

Kromatogram

dilakukan interpretasi data

dianalisa

Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi yang dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium


Tumbuhan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) menunjukkan bahwa tumbuhan
tersebut merupakan tumbuhan jenis Eucalyptus grandis dari suku Myrtaceae.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus grandis W. Hill ex Maiden

4.1.2 Hasil Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan Alat
Stahl

Minyak atsiri dari daun Eucalyptus grandisdiperoleh dengan


metodehidrodestilasi menggunakan alat Stahl. Sebanyak 450 gram daun
Eucalyptus grandis di destilasi dengan alat stahl sehingga diperoleh
minyak atsiri rata-rata sebesar 0,6 mL dan persentasenya 0,4 %. Seperti
yang ditunjukkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Tabel 4.1 Hasil Isolasi Minyak Atsiri dengan Metode Destilasi

No Berat Sampel Minyak Eucalyptus Kadar


1 150 gram 0,4 Ml 0,26 %
2 150 gram 0,8 mL 0,53 %
3 150 gram 0,6 mL 0,4 %
Rata-Rata 150 gram 0,6 mL 0,4 %

4.1.3 Hasil Analisa Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan
GC-MS

Minyak atsiri dari daun Eucalyptus grandis yang diperoleh dengan metode
hidrodestilasi dianalisa dengan menggunakan GC-MS.

GC-MS yang dipakai memiliki beberapa spesifikasi, yaitu :

GCMS tipe QP 2010 S Merek SHIMADZU

Kolom : Abdel 5MS

Panjang : 30 Meter

Gas Pembawa : Helium

Pengionan : Electron Impact 70 Ev

Temperatur Injeksi : 300°C

Mode Injeksi : Split

Tekanan : 13.0 kPa

Data spesifikasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4

Kromatogram hasil analisis menunjukkan terdapatnya dua belas puncak


senyawa (Lampiran 5) yang terkandung dalam minyak Eucalyptus tersebut. (
Tabel 4.2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Tabel 4.2 Senyawa Hasil Analisis GC-MSMinyak Atsiri Daun Eucalyptus


grandis

No. Waktu Retensi Massa Relatif Rumus % Area Nama Senyawa Yang
Peak (menit) Senyawa Molekul Diduga
-Pinene
1 11.621 136 C10H16 45.21
Camphene
2 12.096 136 C10H16 1.38
-Pinene
3 13.158 136 C10H16 1.11
Camphogen
4 14.954 134 C10H14 0.74
1,8 - Cineole ; Eucalyptol
5 15.266 154 C10H18O 36.55
- Campholene Aldehyde
6 18.550 152 C10H16O 0.73
Pinocarvone
19.812 150 C10H14O 0.83
7
-Terpineol
8 20.795 154 C10H18O 8.87
- Caryophyllene
9 27.766 204 C15H24 1.72
Spathulenol
10 32.123 220 C15H24O 0.84
Elemol
11 32.507 222 C15H26O 0.85
1 – Nonadecene
12 32.786 266 C19H38 1.17

4.1.4 Hasil Uji Sifat Fisika Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis

4.1.4.1 Penentuan Densitas

Hasil penentuan densitas dari minyak atsiri daun Eucalyptus


grandisdiperoleh perbandingan antara aquadest dengan minyak atsiri. Penentuan
densitas pada aquadest didapat1,0173. Dan penentuan densitas pada minyak atsiri
didapat0,9143.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

4.1.4.2 Penentuan Indeks Bias

Hasil penentuan indeks bias dari minyak atsiri daun Eucalyptus


grandisdiperoleh perbandingan antara aquadest dengan minyak atsiri. Penentuan
indeks bias pada aquadest didapat 1,3344 nD dengan suhu ruang 28,97°C. Dan
penentuan indeks bias pada minyak atsiri didapat 1,4653 nD dengan suhu ruang
29,4°C.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan Alat Stahl

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh minyak atsiri daun
Eucalyptus grandis dari hasil destilasi dengan alat stahl sebesar 1,8 mL dengan
daun sebanyak 450 gram dan persentase kadarnya adalah 0,4 %. Yang diperoleh
dari perhitungan sebagai berikut :

Kadar Minyak Atsiri (%) =

Kadar Minyak Atsiri (%) = 100 %

= 0,4 %

Minyak atsiri daun Eucalyptus grandis yang diperoleh berwarna kuning lemah
jernih dengan kadar sebesar 0,4 % (v/b).

4.2.2 Analisa Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis dengan GC-MS

Minyak atsiri dari daun Eucalyptus grandisyang diperoleh dari hasil


penelitian dianalisa dengan menggunakan GC-MS untuk menentukan kandungan
kimia yang terdapat di dalamnya yang hasilnya disesuaikan dengan Library Wiley
229 dan Library NIST 12, maka diperoleh kandungan kimia dari daun Eucalyptus
grandis terdapat dua belas senyawa yang di duga, yaitu :

-Pinene ( 45.21% ), Camphene ( 1.38% ), -Pinene ( 1.11% ), Camphogen (


0.74%), 1,8 – Cineole ( 36.55% ), - Campholene Aldehyde ( 0.73% ),
Pinocarvone (0.83%), -Terpineol ( 8.87% ), - Caryophyllene ( 1.72% ),
Spathulenol ( 0.84% ), Elemol (0.85% ), 1 – Nonadecene ( 1.17% ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Berdasarkan persen area yang terbesar dalam kandungan kimia minyak


atsiri daun Eucalyptus grandis merupakan senyawa -Pinene dengan kadar
sebesar 45.21% , maka senyawa -Pinene dapat diaplikasikan sebagai produk
intermediate yang digunakan dalam industri farmasi, chemical fragrance, anti
bakteri, obat penyakit kulit (eczema), desinfektan dan industri parfum. ( Ringgani,
2016 ).

Dari hasil analisis, diperoleh data kromatogram dari minyak atsiri daun
Eucalyptus grandis sebanyak dua belas puncak senyawa. Dimana senyawa-
senyawa tersebut diinterpretasi secara fragmentasi sebagai berikut

Tabel 4.3 Senyawa Analisa GC-MS dengan Data Puncak Fragmentasi

No. Waktu Massa Nama Senyawa Yang Puncak Fragmen


Peak Retensi Relatif Diduga
(menit) Senyawa
-Pinene 136, 121, 105, 93, 77, 67, 53, 41,
1 11.621 136
27
Camphene 136, 121, 107, 93, 79, 67, 53, 41,
2 12.096 136
27
-Pinene 136, 121, 107, 93, 77, 69, 53, 41,
3 13.158 136
27
Camphogen 134, 119, 103, 91, 77, 65, 51, 39,
4 14.954 134
27
1,8 - Cineole ; Eucalyptol 154, 139, 125, 108, 84, 81, 69, 43,
5 15.266 154
41, 27
- Campholene Aldehyde 152, 137, 119, 108, 93, 81, 67, 55,
6 18.550 152
39, 27
Pinocarvone 150, 135, 122, 108, 91, 81, 69, 53,
7 19.812 150
41, 27
-Terpineol 136, 121, 107, 93, 81, 59, 43, 41,
8 20.795 154
27
- Caryophyllene 204, 189, 175, 161, 147, 133, 120,
9 27.766 204
105, 93, 79, 69, 55, 41, 27
Spathulenol 205, 187, 177, 159, 147, 131, 119,
10 32.123 220
105, 91, 79, 69, 43, 41, 27
Elemol 204, 189, 161, 149, 135, 121, 107,
11 32.507 222
93, 81, 59, 43, 28, 27
1 – Nonadecene 266, 154, 140, 126, 112, 111, 97,
12 32.786 266
83, 57, 41, 27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Dari dua belas fragmentasi senyawa yang terdapat diatas diperoleh pola
fragmentasi yang mungkin dari senyawa yang terbanyak, yaitu terdapat 4 senyawa
yang persen areanya terbanyak antara lain -Pinene ( 45.21% ), 1,8 – Cineole atau
Eucalyptol (36.55% ), -Terpineol ( 8.87% ), - Caryophyllene ( 1.72% ).

Berikut adalah 4 senyawa yang ditemukan pada minyak atsiri daun Eucalyptus
grandis yang memungkinkan pola fragmentasinya, yaitu :

1. Spektrum massa dari -Pinene

Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum -Pinene ditunjukkan pada gambar 4.1

a.

b.

Gambar 4.1 Spektrum Massa Senyawa -Pinene

Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel

b = Standart Library Wiley 229 sebagai data pembanding

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 11,621 menit merupakan


senyawa dengan rumus molekul C10H16 . Spektrum menunjukkan puncak ion
molekul pada m/e 136 diikuti fragmen – fragmen pada m/e 136, 121, 105, 93, 77,
67, 53, 41, 27.

Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum standart


library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah -Pinene
sebanyak 45,21% dengan rumus bangun seperti pada gambar 4.2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

H3C
CH3

H3C

Gambar 4.2 Struktur -Pinene

Adapun pola fragmentasi dari senyawa -Pinene tersebut yang paling


memungkinkan seperti pada gambar 4.3

H3C H3C
CH3 CH3
+1e
H3C -2e H3C

m/e = 136

CH3 C3H7

H3C

-C2H4
H3C

m/e = 121 m/e = 93

-CH4 -CH4

H3C

m/e = 105 m/e = 77

Gambar 4.3 Pola Fragmentasi Senyawa -Pinene (Perangin Angin, 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

2. Spektrum massa dari 1,8 – Cineole

Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MSyang telah disesuaikan dengan Library


Wiley 229, maka spektrum 1,8 – Cineole ditunjukkan pada gambar 4.4

a.

b.

Gambar 4.4 Spektrum Massa Senyawa 1,8 – Cineole

Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel

b = Standart Library Wiley 229 sebagai data pembanding

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 15,266 menit merupakan


senyawa dengan rumus molekul C10H18O. Spektrum menunjukkan puncak ion
molekul pada m/e 154 diikuti fragmen – fragmen pada m/e 154, 139, 125, 108, 84,
81, 69, 43, 41, 27.

Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum standart


library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah 1,8 – Cineole
sebanyak 36,55% dengan rumus bangun seperti pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Struktur 1,8 – Cineole

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Adapun pola fragmentasi dari senyawa 1,8 – Cineole tersebut yang paling
memungkinkan seperti pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Pola Fragmentasi Senyawa 1,8 – Cineole (Perangin Angin, 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3. Spektrum massa dari -Terpineol

Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum -Terpineol ditunjukkan pada gambar 4.7

a.

b.

Gambar 4.7 Spektrum Massa Senyawa -Terpineol

Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel

b = Standart Library Wiley 229 sebagai data pembanding

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 20,795 menit merupakan


senyawa dengan rumus molekul C10H18O. Spektrum menunjukkan puncak ion
molekul pada m/e 136 diikuti fragmen – fragmen pada m/e 136, 121, 107, 93, 81,
59, 43, 41, 27.

Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum standart


library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah -Terpineol
sebanyak 8,87% dengan rumus bangun seperti pada gambar 4.8

CH3

C OH

CH3

CH3
Gambar 4.8 Struktur -Terpineol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Adapun pola fragmentasi dari senyawa -Terpineol tersebut yang paling


memungkinkan seperti pada gambar 4.9

CH3 CH3
C OH C OH
+e
CH3 -2e
CH3
CH3 CH3
m/e = 154

-H2O

C4H7 C CH2

CH3
m/e = 81 CH3 m/e = 136

CH3 CH2
C2H5

C CH2 C

m/e = 107 CH3 m/e = 121

Gambar 4.9 Pola Fragmentasi Senyawa -Terpineol (Perangin Angin, 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

4. Spektrum massa dari - Caryophyllene

Berdasarkan hasil analisa dengan GC-MS yang telah disesuaikan dengan Library
Wiley 229, maka spektrum - Caryophylleneditunjukkan pada gambar 4.10

a.

b.

Gambar 4.10 Spektrum Massa Senyawa - Caryophyllene

Keterangan : a = Spektrum massa hasil analisa GC-MS dari Sampel

b = Standart Library Wiley 229 sebagai data pembanding

Puncak Kromatogram dengan waktu retensi 27,766 menit merupakan


senyawa dengan rumus molekulC15H24. Spektrum menunjukkan puncak ion
molekul pada m/e 204 diikuti fragmen – fragmen pada m/e 204, 189, 175, 161,
147, 133, 120, 105, 93, 79, 69, 55, 41, 27.

Dengan membandingkan spektrum yang diperoleh dengan data spektrum standart


library, yang lebih mendekati senyawa yang memungkinkan adalah -
Caryophyllene sebanyak 1,72% dengan rumus bangun seperti pada gambar 4.11

Gambar 4.11 Struktur - Caryophyllene

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Adapun pola fragmentasi dari senyawa - Caryophyllene tersebut yang paling


memungkinkan seperti pada gambar 4.12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Gambar 4.12 Pola Fragmentasi Senyawa - Caryophyllene (Perangin Angin,


2015)

4.2.3 Uji Sifat Fisika Minyak Atsiri dari Daun Eucalyptus grandis

4.2.3.1 Penentuan Densitas

Hasil penentuan densitas dari minyak atsiri daun Eucalyptus grandis


diperoleh perbandingan antara aquadest dengan minyak atsiri seperti pada tabel
4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Penentuan Densitas Minyak Atsiri Daun Eucalyptus grandis

No. Sampel m1 (g) m2 (g) m3 (g) Rata-Rata


1 Piknometer Kosong 11,8982 11,8981 11,8981 11,8981
Piknometer+
2 16,9854 16,9846 16,9840 16,9846
Aquadest
Piknometer+
3 16,4732 16,4690 16,4678 16,47
Minyak Atsiri
Densitas Aquadest =

= = 1,0173

Densitas Minyak Atsiri =

= = 0,9143

4.2.3.2 Penentuan Indeks Bias

Hasil penentuan indeks bias dari minyak atsiri daun Eucalyptus grandis
diperoleh perbandingan antara aquadest dengan minyak atsiri seperti pada tabel
4.5 dan tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.5 Penentuan Indeks Bias Aquadest

Percobaan Nilai Indeks Bias Suhu Ruang


1 1,3347 nD 28,9 °C
2 1,3343 nD 29,0 °C
3 1,3344 nD 29,0 °C
Rata-Rata 1,3344 nD 28,97 °C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Tabel 4.6 Penentuan Indeks Bias Minyak Eucalyptus

Percobaan Nilai Indeks Bias Suhu Ruang


1 1,4654 nD 29,3 °C
2 1,4656 nD 29,4 °C
3 1,4651 nD 29,5 °C
Rata-Rata 1,4653 nD 29,4 °C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa:

1. Hasil analisa GC-MS menunjukkan bahwa pada minyak atsiri Daun


Eucalyptus grandis terdapat 12 senyawa, yaitu : -Pinene,
Camphene, –Pinene, Camphogen, 1,8 – Cineole, –Campholene
Aldehyde, Pinocarvone, – Terpineol, –Caryophyllene, Spathulenol,
Elemol, 1 – Nonadecene.
Minyak atsiri daun Eucalyptus grandis yang diperoleh berwarna
kuning lemah jernih dengan kadar sebesar 0,4 % (v/b).

2. Uji sifat fisika pada minyak atsiri Daun Eucalyptus


grandismenunjukkan bahwa Penentuan berat jenis minyak atsiri Daun
Eucalyptus grandis sebesar 0.9143 dan hasil penetapan indeks bias
untuk minyak atsiri Daun Eucalyptus grandis didapat sebesar 1,4653
nD dengan suhu ruang 29,4°C

5.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya disarankan agar melakukan pengujian antibakteri


dan antioksidan padaminyak atsiri Daun Eucalyptus grandis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB


Press.Hal. 2, 8, 29-34, 91, 111.
Armando, R. (2009). Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta:
Penebar Swadaya.Hal. 23-33.
Ayensu, E.D. et al. (1980). Fire Word Crops: Shrubs and Tree Species for Energy
Production. Cetakan 2. National Academy of Science. Washington DC.
Bangun, S. (2016). TPL Budidayakan Pohon Eucalyptus. Medan:WOL.
Boland DJ, Brooker MIH, Chippendale GM, Hall N, Hyland BPM, Johnston RD,
Kleinig DA, Turner JD. (1989). Forest trees of Australia. Over 200 of
Australia”s most important native trees described & illustrated.
Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization- CSIRO.
Australia.
Copper, J.J. W., and G.A. Hone. (1992). Eucalyptus oils: a review of production
and markets.Natural Resources Insitute Bulletin 56.
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Padang : Andalas University Press.
Damanik, M., (2009), Kajian Minyak Atsiri Pada Ekaliptus (Eucalyptus
urophylla) Umur 4 Tahun di PT Toba Pulp Lestari Tbk, Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, (skripsi).
Darwo. (1997). Evaluasi Hasil Inventarisasi Tegakan Eucalyptus urophylla di
HTI. PT.Indo Rayon Utama, Sumatera Utara. Jurnal Konifera No.1/Thn.
XIII/April/1997.
Eaton, D. C. (1989). Laboratory Investigations in Organic Chemistry. USA:
McGraw-Hill, Inc. Pages 152-157.
Efruan GK, Martosupono M, Rondonuwu FS, (2016). Review: Bioaktifitas
Senyawa 1,8-Sineol Pada Minyak Atsiri. Seminar Nasional Pendidikan dan
Saintek: 171-175.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 180-181, 363-396,
407-408.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., Schwatting, A.T. (1985). Introduction of
Chromatography. Penerjemah: Kosasih Padmawinata. (1991). Pengantar
Kromatografi. Edisi ke-3. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 36- 39.
Guenther, E. (1987). The Essential Oils. Penerjemah: Ketaren, S. Minyak Atsiri.
Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 132-134.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Gunawan, D. & Mulyani, S. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Jilid I.


Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 107.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung: ITB Press. Hal 127-128.
Kardinan, A., (2005), Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh
Potensi, Penerbit AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Ketaren, S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka.
Hal. 19-29.

Khaeruddin. (1993). Pembibitan Hutan Tanaman Industri (HTI) Penebar


Swadaya. Jakarta.
Koensoemardiyah. (2010). A to Z Minyak Atsiri untuk Makanan, Kosmetik, dan
Aromaterapi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 6.
Latifah, S. (2004). Pertanaman dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di Hutan
Tanaman Industri. http://www.libraryusu.ac.id [13 November 2017].
Lee, Sandra. (2005). Topics in Current Chemistry: Modern Mass Spectroscopy.
MacMillan Group Meeting, Berlin.
McNair, H., dan Bonelli, E.J., (1988). Basic Gas Chromatography. Penerjemah:
Kosasih Patmawinata. Dasar Kromatografi Gas. Edisi ke-5. Bandung:
Penerbit ITB. Hal. 7-14.
Nair, K. S. S. (2000). Insects Pest and Diseases in Indonesian Forest an
Assessment of the Major Threats, Research Efforte and Literature. Center for
International Forestry Research (CIFOR). Bogor.
Pavia, D.L., Lampman, G.M., dan Kriz, G.S. (1979). Introduction to
Spectroscopy: A Guide for Students of Organic Chemistry. Philadelphia:
Saunders College Publishing. Halaman: 13, 26-27, 225.
Peranginangin MI, (2015). Karakterisasi Senyawa Kimia dan Uji Aktivitas Anti
Bakteri Minyak Atsiri Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) Yang
Diisolasi dengan Destilasi Stahl. Agrica Ekstensia.,9:30-33.
Poerwowidodo. (1991). Gatra Tanah dalam Pembangunan Hutan Tanaman di
Indonesia. Penerbit Rajawali. Jakarta.
Pudjiharta. (2001). Aspek hidrologi dariEucalyptus. Buletin Penelitian Kehutanan
Vol.2 No.1 Thn 2001.
Ringgani R, Budhijanto, Budiman A, (2016). Kinetika Reaksi Isomerisasi Alpha
Pinene. Eksergi,13:6-12.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Hal. 419.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Rusli, M.E. (2010). Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: PT. Agromedia
Pustaka. Hal. 2.
Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Cetakan Pertama.Yogyakarta :
UGM –press.
Silverstein, R.M., Bassler, G.C., dan Morril, T.C. (1986). Laboratory
Investigation in Organic Chemistry. Penerjemah: Hartono. Penyidikan
Spektrometrik Senyawa Organik. Jakarta: Erlangga. Hal. 3-81, 305-308.
Silverstein, R.M., Webster, F.X., dan Kiemle, D.J. (2005). Spectrometric
Identification of Organic Compounds. Seventh Edition. USA: John Wiley
& Sons. Halaman 1,72.
Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. (1998). Pedoman Pengenalan Pohon Hutan
di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan
PROSEA Bogor dan Pusat diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor.
Tony L dan Yeyet,R. (1994). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.Jakarta :
Penebar Swadaya.
Tyler, V.E., Brady L.R., dan Robbers, J.E. (1977). Pharmacognosy. Edisi
Ketujuh. Philadelphia: Lea & Febiger. Hal. 134-170.

Watson, D.G. (2005). Pharmaceutical Analysis : A Textbook for Pharmachy


Students and Pharmaceutical Chemist. Syarief, W. R. (2009). Analisis
Farmasi: Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia
Farmasi. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Halaman
278-282.
Yuliani,S dan Satuhu. (2012). Panduan Lengkap Minyak Asiri. Cetakan Pertama.
Jakarta : Penebar Swadaya.
https://waspada.co.id/sumut/tpl-budidayakan-pohon-eucalyptus/

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Lampiran 1. Daun Eucalyptus grandis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Lampiran 3. Alat – Alat yang Digunakan

Alat Stahl

Piknometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Lampiran 3. (lanjutan)

Neraca Analitis

Refraktometer abbe

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Lampiran 4. Data Spesifikasi GC-MS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Lampiran 5. Kromatogram Hasil Analisa Gas Chromatography Minyak Atsiri


Daun Eucalyptus grandis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Lampiran 6. Kromatogram Hasil Spektrometer MassaMinyak Atsiri Daun


Eucalyptus grandis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai