Anda di halaman 1dari 103

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/347951039

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id

Thesis · February 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.21391.61607

CITATIONS READS
0 669

1 author:

Nur Ariyani Agustina


Universitas Prima Indonesia (UNPRI)
8 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Nur Ariyani Agustina on 28 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Departemen Ilmu Pangan Tesis Magister

2019

Karakterisasi Sifat Kimia dan Stabilitas


Minyak Biji Labu Kuning

Agustina, Nur Ariyani


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15749
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KARAKTERISASI SIFAT KIMIA DAN STABILITAS
MINYAK BIJI LABU KUNING

Tesis

NUR ARIYANI AGUSTINA


157051001/IPN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KARAKTERISASI SIFAT KIMIA DAN STABILITAS
MINYAK BIJI LABU KUNING

Tesis

Untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu
Pangan pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh
NUR ARIYANI AGUSTINA
157051001/IPN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tesis ini telah diuji pada

Tanggal : 24 Agustus 2018

PANITIA PENGUJI TESIS:

KETUA : Dr. Ir. Jenny Elisabeth., MS

ANGGOTA : Prof. Dr. Ir. Elisa Julianti, M.Si

PENGUJI : Prof. Dr. Ir. Zulkifli Lubis, M. App.Sc.

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App.Sc, Apt

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis dengan judul “Karakterisasi

Sifat Kimia dan Stabilitas Minyak Biji Labu Kuning” adalah benar merupakan

gagasan dan hasil penelitian penulis sendiri, dibawah arahan komisi pembimbing.

Semua data dan sumber informasi yang digunakan tesis ini telah dinyatakan

secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis, serta

dapat diperiksa kebenarannya.

Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada

progam studi sejenis di Perguruan Tinggi lain. Apabila dikemudian hari

ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau

plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi atau

pencabutan gelar akademik yang penulis raih dan sanksi-sanksi lainnya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, Januari 2019

Nur Ariyani Agustina


NIM. 157051001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Nur Ariyani Agustina: Karakterisasi Sifat Kimia dan Stabilitas Minyak Biji Labu
Kuning dibimbing oleh Jenny Elisabeth dan Elisa Julianti.
Saat ini pemanfaatan biji labu kuning hanya sebagai makanan ringan,
padahal biji labu kuning memiliki kandungan minyak dengan asam lemak tak
jenuh yang tinggi dan dapat dijadikan sebagai minyak esensial. Pemanfaatan
minyak biji labu kuning menjadi minyak nabati yang sangat terbatas di industri
pangan. Tidak seperti halnya dengan minyak zaitun ekstra virgin dan olein sawit
yang sudah banyak digunakan secara luas baik dibidang pangan, farmasetikal,
nutrasetikal, kosmetik, dan keperluan industri lainnya.
Proses oksidasi menyebabkan aroma dan rasa yang tidak disukai serta
penurunan gizi dan kualitas minyak. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter
dan stabilitas oksidasi minyak biji labu kuning yang dibandingkan dengan minyak
zaitun ekstra virgin dan olein sawit. Kandungan dalam minyak diuji dengan
parameter komposisi asam lemak, bilangan iodium, total kandungan fenol, total
tokoferol dan aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji labu kuning memiliki
asam lemak tak jenuh yang tinggi (81,7%) dengan asam linoleat sebagai asam
lemak dominan, sehingga menyebabkan minyak relatif rentan terhadap kerusakan
oksidasi. Bilangan iodium minyak biji kabu kuning, minyak zaitun ekstra virgin ,
dan olein sawit adalah 111,74 g I2/100 g, 76,85g I2/100 g 59,34 g I2/100 g.
Minyak biji labu kuning memiliki total kandungan fenol 58,07 mg ekuivalen asam
galat/g minyak, total tokoferol 240,18 µg/g minyak, dan aktivitas antioksidan
35,5%. Pengujian stabilitas oksidasi minyak biji labu kuning dengan metode
percepatan menggunakan pemanasan pada suhu 130oC selama 0, 12, 24, dan 36
jam menunjukkan bahwa pemanasan menurunkan kualitas minyak dengan
meningkatkan bilangan peroksida, bilangan anisidin, dan bilangan total oksidasi.
Perlakuan pemanasan pada suhu 130oC dan lama waktu pemanasan memberikan
pengaruh nyata terhadap asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan anisidin,
dan bilangan total oksidasi pada ketiga jenis minyak

Kata kunci : karakterisasi, minyak biji labu kuning, minyak zaitun ekstra
virgin, olein sawit, stabilitas.

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Nur Ariyani Agustina: Chemical Characterization and Stability Pumpkin Seed


Oils supervised by Jenny Elisabeth and Elisa Julianti.
Currently pumpkin seed is used as snack only, whereas pumpkin seeds
have high unsaturated fatty acids and can be used as essential oils. Utilization of
pumpkin seed oil into good vegetable oil is very limited in food industry. It is
unlikely extra virgin olive oil and palm olein which is widely used in the food,
pharmaceutical, nutraseutical, cosmetics, and other industrial purposes.
Oxidation process causes unpleasant aromas and flavors and decrease
nutrients and oil quality. This study aims to determine the characteristics and
stability of pumpkin seed oil compared with extra virgin olive oil and palm olein.
The properties of oils was analysed with parameters of fatty acid composition,
iodine value, total phenolic content, total tocopherol and antioxidant activity.
The results showed that pumpkin seed oil has high unsaturated fatty acid
(81.7%) with major unsaturated fatty acid is linoleic acid, which is relatively
susceptible to oxidative damage. Iodine value of pumpkin seed oil, extra virgin
olive oil, and palm olein is 111,74 g I2/100 g, 76,85 g I2/100 g, 59,34 g I2/100 g
respectively. Pumpkin seed oil has total phenolic content 58.07 mg gallic acid
equivalent/g oil, total tocopherol 240.18 µg/g oil, and antioxidant activity 35.5%.
Determinantion of pumpkin seed oil oxidation stability is conducted by
acceleration method using heat treatment at 130oC for 0, 12, 24, 36 hours. It
shows that heating treatment decreases oil quality by increasing peroxide value,
anisidine value, and total oxidation (totox) value. Heat treatment at 130oC and its
heating time has a significant effect on free fatty acids, peroxide value, anisidine
value, and total oxidation value on the three of oils.

Keyword : characteristization, pumpkin seed oils, extra virgin olive oil, palm
olein, stability.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan dan menyusun tesis ini dengan baik

yang berjudul “Karakterisasi Sifat Kimia dan Stabilitas Minyak biji labu kuning”.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pendidikan tingkat Strata-2 (S2) pada Program Studi Ilmu Pangan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada

kedua orang tua penulis, Ibu Dr. Ir. Jenny Elisabeth, MS selaku Pembimbing I

yang telah sabar membimbing, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta

memberikan saran dan motivasi kepada penulis hingga selesainya tesis ini.

Penghargaan dan terima kasih serupa juga disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Ir

Elisa Julianti, MSi., selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran juga

memberikan petunjuk dan arahan selama penulis menjalani pendidikan di program

studi ini.

Penulis menghaturkan terima kasih juga kepada Ibu Dr. Ir. Hotnida., M

Phil selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Pangan Universitas Sumatera

Utara, Ibu Era Yusraini, STP., MSi selaku Sekretaris Program Studi, Staf Fakultas

Agro Teknologi Unpri, keluarga penulis, dan teman-teman Sekolah Pascasarjana

Ilmu Pangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan

kerjasamanya selama penulis menyelesaikan tesis ini. Penulis berharap semoga

tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.

Medan, Januari 2019


Penulis
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Nur Ariyani Agustina, dilahirkan di Medan pada tanggal 26 agustus 1990.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan suami istri

Ahmad Yani dan Siti Nur Ainun.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan pada tahun 1996 di SD Negeri

166492 Tebing Tinggi, Sumut dan tamat pada tahun 2002, pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Tebing Tinggi, Sumut dan tamat

tahun 2005. Pada tahun yang sama, yakni pada tahun 2005, penulis melanjutkan

pedidikan di SMA Negeri 4 Tebing Tinggi, Sumut. Pada tahun 2008, penulis

melanjutkan jenjang pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis

Perkebunan (STIPAP) Medan dan tamat pada tahun 2012.

Penulis memulai karir sejak September tahun 2013 di Universitas Prima

Indonesia, Medan khususnya ditempatkan di Fakultas Agro Teknologi bidang

perkebunan. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang

pascasarjana Program Studi Ilmu Pangan di Universitas Sumatera Utara.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................i

ABSTRACT ...............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................................iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................v

DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ix

PENDAHULUAN .....................................................................................................1

Latar Belakang ....................................................................................................1


Tujuan Penelitian ................................................................................................4
Rumusan Masalah ...............................................................................................4
Hipotesa penelitisan ............................................................................................5
Manfaat Penelitian ..............................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................................6

Labu Kuning .......................................................................................................6


Biji Labu Kuning ................................................................................................8
Minyak Biji Labu Kuning ...................................................................................9
Manfaat Biji Labu Kuning Bagi Kesehatan ........................................................10
Antioksidan Alami dalam Biji Labu Kuning ......................................................10
Minyak Hayati di Pasar Dunia ............................................................................11
Metode Pengujian Stabilitas Minyak ..................................................................14
Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Total Kandungan Fenol .............19

BAHAN DAN METODE .........................................................................................24

Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................................24


Bahan dan Alat .....................................................................................................24
Metode Penelitian.................................................................................................25
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................................26

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................37

Rendemen MBLK ...............................................................................................37


Karakteristik Kimia yang Mempengaruhi Stabilitas ...........................................37
Stabilitas MBLK, MZEV dan Olein Sawit .........................................................48

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................60

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No Judul

1. .................................................................................................................. K

omposisi dan kandungan gizi labu kuning (per 100 g) .......................................7

2. .................................................................................................................. H

asil analisa proksimat biji labu kuning................................................................8

3. .................................................................................................................. K

andungan mineral biji labu kuning .....................................................................9

4. .................................................................................................................. K

andungan nutrisi MZEV per 100g ......................................................................14

5. .................................................................................................................. K

omposisi asam lemak MBLK, MZEV,dan olein sawit .......................................38

6. .................................................................................................................. K

arakteristik kimia MBLK, MZEV, dan olein sawit ............................................39

7. .................................................................................................................. P

engaruh lama pemanasan terhadap perubahan kadar asam lemak bebas ............49

8. .................................................................................................................. S

tabilitas oksidatif MBLK, MZEV, dan olein sawit .............................................52

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No Judul

1. .................................................................................................................. L

abu kuning ...........................................................................................................6

2. .................................................................................................................. B

iji labu kuning .....................................................................................................8

3. .................................................................................................................. B

agan struktur pengelompokan minyak hayati di pasar dunia ..............................12

4. .................................................................................................................. S

truktur DPPH ......................................................................................................19

5. .................................................................................................................. S

truktur DPPH (non radikal) .................................................................................20

6. .................................................................................................................. R

eaksi penangkapan radikal bebas oleh senyawa flavonoid .................................21

7. .................................................................................................................. R

eaksi larutan Folin-Ciocialteu dengan senyawa fenolik .....................................23


viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8. .................................................................................................................. D

iagram alir prosedur penelitian karakteristik dan stabilitas mblk .......................36

9. .................................................................................................................. P

erbandingan bilangan iodium MBLK, MZEV, dan olein sawit ..........................41

10. ................................................................................................................ P

erbandingan total kandungan fenolik MBLK, MZEV, dan olein sawit ..............42

11. ................................................................................................................

Perbandingan total tokoferol MBLK, MZEV, dan olein sawit ...........................44

12. ................................................................................................................ P

engaruh perbandingan aktivitas antioksidan MBLK, MZEV, dan olein sawit. .46

13. ................................................................................................................ P

engaruh lama pemanasan terhadap perubahan kadar asam lemak bebas

MBLK, MZEV, dan olein sawit .........................................................................49

14. ................................................................................................................ P

engaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida MBLK,

MZEV, dan olein sawit .......................................................................................53

15. ................................................................................................................ P

engaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan anisidin MBLK,

MZEV, dan olein sawit .......................................................................................56

16. ................................................................................................................ P

engaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan total oksidasi MBLK,

MZEV, dan olein sawit .......................................................................................57

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. ............................................................................................................. S

kema ekstraksi biji labu kuning dengan metode maserasi .............................68

2. ............................................................................................................. K

urva standar ....................................................................................................69

3. ............................................................................................................. R

endemen MBLK .............................................................................................70

4. ............................................................................................................. G

rafik kromatografi minyak yang diuji ............................................................71

5. ............................................................................................................. D

ata total kandungan fenol MBLK, MZEV, dan olein sawit ...........................72

6. ............................................................................................................. D

ata total tokoferol MBLK, MZEV, dan olein sawit .......................................73

7. ............................................................................................................. D

ata aktivitas antioksidan MBLK, MZEV, dan olein sawit .............................74

8. ............................................................................................................. K

adar air MBLK, MZEV, dan olein sawit........................................................75

9. ............................................................................................................. D

ata pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan kadar asam lemak

bebas MBLK, MZEV, dan olein sawit...........................................................76

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10. ........................................................................................................... A

nalisis sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan

kadar asam lemak bebas MBLK, MZEV, dan olein sawit.............................77

11. ........................................................................................................... D

ata pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida

MBLK, MZEV, dan olein sawit.....................................................................78

12. ........................................................................................................... A

nalisis sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap

perubahan bilangan peroksida MBLK, MZEV, dan olein sawit....................79

13. ........................................................................................................... D

ata pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan anisidin

MBLK, MZEV, dan olein sawit.....................................................................80

14. ........................................................................................................... A

nalisis sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan

bilangan anisidin MBLK, MZEV, dan olein sawit ........................................81

15. ........................................................................................................... D

ata pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan Totoks

MBLK, MZEV, dan olein sawit.....................................................................82

16. ........................................................................................................... A

nalisa sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan

bilangan Totoks MBLK, MZEV, dan olein sawit ..........................................83

17. ........................................................................................................... D

okumentasi penelitian.....................................................................................84

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Labu kuning merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai di Indonesia.

Labu kuning berasal dari kawasan Amerika Tengah dan Selatan. Pada saat

mengolah buah labu kuning, kebanyakan masyarakat tidak memanfaatkan bijinya

dan hanya memanfaatkan buahnya untuk produksi makanan. Biji labu kuning

mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai makanan fungsional

serta manfaat dibidang kesehatan yang sangat luar biasa sehingga dijadikan bahan

baku obat-obatan untuk mengobati beberapa penyakit. Di beberapa negara, biji

labu kuning dikonsumsi sebagai makanan ringan setelah penggaraman dan

pemanggangan (Xanthopoulou et al., 2009).

Dalam 100 g biji labu kuning terdapat senyawa komponen fitokimia

fitosterol sebanyak 256 mg; serat 6 g; polyunsaturated fatty acid (PUFA) 20,9 g;

dan antioksidan (vitamin C 1,9 mg; vitamin E 35,10 g; dan beta karoten 9 µg)

sehingga dapat menurunkan efek hiperkolestrolemia (Abdulrahman, 2010;

Suasana, 2012; USDA, 2010). Biji labu kuning mengandung steroid, alkaloid,

flavonoid, dan tannin (Abisdin et al., 2014). Biji labu kuning memiliki banyak

manfaat terhadap kesehatan, contohnya antioksidan, antidiabetes, antijamur,

antibakteri dan antiinflamasi (Xanthoupoulou et al., 2009; El Azis dan El Kalek,

2011).

Minyak biji labu kuning (MBLK) mengandung total kandungan fenolik

sebanyak 66,27 mg asam galat/kg minyak dan total tokoferol 882,65 mg/kg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

minyak (Gohari et al., 2011). Minyak biji labu kuning hasil pemanggangan

mengandung total karotenoid yang paling tinggi 28,5 mg/kg minyak, zeaxanthin 6

mg/kg minyak, β-karoten 4,9 mg/kg minyak, kryptoxanthin 0,3 mg/kg minyak dan

lutein 7,1 µmol/kg, pigmen alami (termasuk karoten) sterol dan ion logam seperti

Ca, K, Mg, Mn, Fe, Zn (El-Adawy dan Taha, 2001; John et al., 2006; Kreft et al.,

2002; Ryan et al., 2007).

Minyak zaitun ekstra virgin (MZEV) cukup menonjol diantara minyak

nabati lainnya, yang disebabkan oleh kandungan asam oleat yang tinggi (18:1n-9)

dan komponen minor dengan aktivitas antioksidan yang kuat, serta rasanya juga

nikmat (Frankel, 2010). Kandungan fenolik memberikan minyak zaitun memiliki

rasa yang unik dan memberikan kontribusi yang penting pada stabilitas oksidasi

minyak zaitun (Manai-Djebali et al., 2012). Komponen minor yang penting

lainnya pada MZEV adalah α-tokoferol yang akan melindungi minyak dari

oksidasi pada suhu tinggi (Allalout et al., 2010).

Olein sawit telah mengambil alih peran minyak kedelai sebagai minyak

nabati paling penting di dunia (Oil World, 2013). Industri pangan menggunakan

sekitar 90% olein sawit, sementara 10% sisanya diaplikasikan dalam pembuatan

sabun dan produk oleokimia (Oil World, 2013). Olein sawit memiliki komposisi

asam lemak dan profil trigliserida yang unik dengan perbandingan komposisi

asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang seimbang, sehingga memiliki

fraksi semi padat yang banyak dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam industri

pangan (Ogan et al., 2015). Olein sawit mengandung komponen mikronutrien

seperti karotenoid (500-700 ppm), tokoferol (500-600 ppm), tokotrienol (1000-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

1200 ppm) yang berperan penting pada stabilitas oksidasi dan kualitas olein sawit,

serta bertindak sebagai antioksidan alami (O’Brien, 2010). Olein sawit digunakan

secara luas sebagai minyak goreng karena memiliki titik asap yang tinggi (2300C)

dan sangat resisten terhadap termooksidasi daripada minyak nabati lainnya (Ogan

et al., 2015). Sekarang ini, MBLK tidak banyak digunakan sebagai produk

komersial, meskipun MBLK memilki karakteristik yang baik untuk memenuhi

kebutuhan industri dan dapat berkontribusi untuk kesehatan manusia. Berbeda

dengan penggunaan MZEV dan olein sawit yang popular dan banyak dijadikan

produk komersil karena MZEV memiliki asam oleat dan mikronutrien yang tinggi

dengan aktivitas antioksidan yang kuat dan juga memiliki rasa yang lezat,

sedangkan minyak sawit juga sangat banyak digunakan sebagai produk industri.

Hal yang sama terjadi dengan olein sawit juga popular, mudah ditemukan,

memiliki asam lemak yang unik, kandungan mikronutrien yang tinggi, dan juga

memiliki harga yang murah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dipandang

perlu untuk membandingkan karakteristik kimia dan tingkat stabilitas MBLK

dengan MZEV dan olein sawit, dimana MBLK diprediksi dapat dimanfaatkan

sebagai bahan baku industri pangan, suplemen makanan, farmasi, kosmetik, dan

keperluan industri lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui karakteristik kimia MBLK dibandingkan dengan MZEV dan

olein sawit.

2. Mengetahui tingkat stabilitas MBLK dengan membandingkannya dengan

MZEV dan olein sawit.

Rumusan Masalah

Saat ini kebanyakan orang mengonsumsi labu kuning berupa daging

buahnya saja, sedangkan biji labu kuning sering dibuang menjadi limbah ataupun

dikonsumsi menjadi makanan ringan yang sering disebut kuaci. Biji labu kuning

sangat kaya akan nutrisi, namun pemanfaatan biji labu kuning menjadi produk

olahan minyak masih sangat minim di Indonesia. Penelitian ini memiliki rumusan

masalah yang terdiri dari:

1. Bagaimana karakteristik kimia MBLK, termasuk kandungan antioksidan

alaminya?

2. Bagaimana tingkat stabilitas hidrolitik dan oksidatif MBLK dibandingkan

dengan MZEV dan olein sawit?

3. Apakah ada peran kandungan antioksidan alami pada MBLK dalam

meningkatkan stabilitas oksidatifnya ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

1. Minyak biji labu kuning memiliki karakteristik kimia dengan kandungan

antioksidan yang relatif tinggi, sehingga dapat mencegah terjadinya

kerusakan oksidasi.

2. Minyak biji labu kuning memiliki tingkat stabilitas yang lebih baik

dibandingkan dengan MZEV dan olein sawit.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai sumber referensi dan ilmu pengetahuan dalam bidang minyak

nabati/lemak, khususnya tentang stabilitas MBLK.

2. Sebagai sumber referensi bagi stakeholder industri pangan, kosmetika, dan

kesehatan dalam pemanfaatan biji labu kuning.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TINJAUAN PUSTAKA

Labu Kuning

Labu kuning (Cucurbita moschata Durch) merupakan jenis tanaman

sayuran menjalar dari keluarga Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis

tanaman semusim yang setelah berbuah akan langsung mati. Labu kuning berasal

dari Benua Amerika terutama di negara Peru dan Meksiko. Di seluruh dunia

terdapat 20-an jenis labu dengan jumlah subspesies dan varietas mencapai

seratusan lebih. Ada 5 jenis labu yang umum dikenal yaitu, Cucurbita ficifola

Bouche, Cucurbita maxima Duchenes, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata

Durch dan Cucurbita pepo L (Caili et al., 2006). Labu kuning memiliki nama

latin Cucurbita moschata Durch yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia

(Alamendah, 2010), seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Labu Kuning (Laely, 2013)

Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan

banyak alur (15-30 alur). Buahnya besar dan warnanya hijau apabila masih muda,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

sedangkan yang lebih tua berwarna kuning orange sampai kuning kecokelatan.

Bobot buah rata-rata 3-5 kg bahkan sampai 15 kg. Bunganya besar dan berwarna

kuning dengan mahkota bunga berbentuk lonceng, ujungnya melebar, bergigi

tidak beratur, dan berambut. Komposisi buah labu terdiri atas 81,2% daging buah,

12,5% kulit, 4,8% berat biji, dan jaring-jaring biji (Budiman et al., 1984).

Menurut Astawan dan Wresdiyati (2004), labu kuning mempunyai kadar air dan

kandungan β-karoten yang cukup tinggi, disamping juga merupakan sumber

vitamin C. Komposisi zat gizi labu kuning secara lengkap dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Komposisi dan kandungan gizi labu kuning (per 100 g)


Komposisi Kandungan
Air (%) 91,6
Energi (kkal) 26
Protein (g) 1
Lemak (g) 0,10
Karbohidrat (g) 6,5
Serat (g) 0,50
Gula (g) 2,76
Kalsium (mg) 21
Pospor (mg) 44
Besi (mg) 0,80
Natrium (mg) 1
Kalium (g) 0,34
Seng (mg) 0,32
Β-Karoten (µg) 1596
Tiamin -
Riboflavin (mg) 0,11
Niacin (mg) 0,60
Vitamin C (mg) 9
Vitamin B-6 (mg) 0,061
Folat (DPE) (mg) 16
Vitamin B-12 (µg) -
Vitamin A, RAE (µg) 426
Vitamin A, (IU) 8513
Vitamin E (α-tokoferol) 1,06
Vitamin K (µg) 1,10
Vitamin D -
Sumber : USDA (2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Biji Labu Kuning

Biji labu kuning berbentuk pipih, lonjong, hingga lonjong memanjang

dengan bagian pangkal berbentuk runcing, permukaan biji berwarna buram dan

licin (Alamendah, 2010). Biji labu kuning mengandung sterol tanaman yang

berguna untuk menurunkan kolestrol dan memiliki efek hipoglikemik

(antidiabetes) serta berfungsi sebagai antimikrobial dan neuroprotektif (Caili et

al., 2006). Biji Curcubita moschata dapat dilihat pada Gambar 2, sedangkan hasil

analisa proksimat dan kandungan mineral biji labu kuning dapat dilihat pada

Tabel 2 dan 3.

Gambar 2. Biji Labu Kuning (Alamendah, 2010)

Tabel 2 Hasil analisa proksimat biji labu kuning


Komposisi Kandungan
a
Kadar Abu (%) 2,3
Serat Kasar (%) a 2,91
Total Lipid (%)a 36,7
a
Total Protein (%) 34,56
Total Protein Larut (%)a 18,1
Gula(%)a 1,08
Pati (%)a 2,15
a
Moisture (%) 4,06
Karbohidrat (%)b 25,19
Sumber : a: Ahsan et al., 2015, b: Gohari et al., 2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Tabel 3. Kandungan mineral biji labu kuning per 100 g berat kering
Komposisi Kandungan
Cu (mg) 1,7
Zn (mg) 8,2
Fe (mg) 10,9
Mn (mg) 8,9
Mg (mg) 483
Sodium (Na) (mg) 38
Ca (mg) 130
Potasium (K) (mg) 982
P (mg) 1090

Sumber : El-Adawy dan Taha (2001)

Minyak Biji Labu Kuning

Minyak biji labu kuning mengandung asam lemak dengan konsentrasi

yang cukup tinggi, dimana asam lemak utama yang terkandung yaitu asam

linoleat. Minyak biji labu kuning memiliki komposisi asam lemak diantaranya

asam lemak jenuh 27,73% yang terdiri asam palmitat 16,41 %, asam stearat

11,14% dan asam lemak tak jenuh 73,03% berupa asam oleat 18,14% serta asam

linoleat 52,69%. Minyak biji labu kuning juga memiliki karakteristik fisik yaitu

indeks bias 1,4656, berat jenis 0,913, viskositas 48,09, bilangan iodiium 105,12 g

I2/100g minyak, bilangan penyabunan 185,20 mg KOH/g minyak, bilangan asam

0,53 mg KOH/g minyak (Alfawaz, 2004). Selain itu, MBLK mengandung

beberapa komponen bioaktif yang baik digunakan untuk kesehatan seperti α-

tokoferol, γ-tokoferol, δ-tokoferol, sterol, sterol, squalene, fosfolipid dan total

karotenoid (Billjana et al., 2013, Vujasinovic et al., 2012,).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Manfaat Biji Labu Kuning Bagi Kesehatan

Biji labu kuning telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional

masyarakat Cina dan suku Indian di Amerika sebagai antihelmintik terhadap

askariasis, cestodiasis, serta skistosomiasis (Koike et al., 2005). Menurut Hawson

et al., (2001) biji labu kuning memiliki efek antihelmintik yang berasal dari

kandungan zat aktifnya yaitu tannin (22,8%) dan cucurbitine. Biji labu kuning

juga mengandung serat yang bermanfaat untuk menghambat penyerapan kolestrol

di usus, sehingga berpotensi menurunkan kadar total kolestrol (Elinge et al.,

2012). Kandungan gizi biji labu kuning meliputi fitosterol, vitamin (vitamin C, E

dan beta karoten) dan mineral (magnesium, selenium dan zink) yang dapat

menurunkan hiperkolesterolemia (Gohari et al., 2011). Biji labu telah dilaporkan

memiliki kegunaan bagi kesehatan yaitu sebagai antidiabetes, antihipertensi,

antitumor, imunomodulasi, antibakteri, antihiperkolesterol, antiperadangan, obat

cacing dan antalgik. Biji labu kuning juga telah ditemukan sifat

hypotriglyceridemic yang kuat dan efek penurunan kolesterol.

Antioksidan Alami dalam Biji Labu Kuning

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron atau reduktan.

Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal

(Alamed et al., 2009). Ada beberapa macam antioksidan yang diijinkan untuk

pangan, baik dari jenis antioksidan sintesis maupun antioksidan alami. Pada

umumnya di industri menggunakan antioksidan sintesis karena relatif murah dan

cukup efektif dalam mencegah oksidasi pada makanan, akan tetapi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

kenyataannya antioksidan sintetik bersifat karsinogenik, sehingga konsumen

cenderung mencari antioksidan alami yang dipandang lebih aman karena

diperoleh dari ekstrak bahan alami (Raharjo, 2008)

Antioksidan alami yang saat ini merupakan antioksidan penting adalah

senyawa fenolik yang banyak diproduksi secara alami pada beberapa jenis

tanaman. Senyawa fenolik yang terdapat pada tanaman dapat berupa golongan

flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam organik

polifungsional (Isnindar et al., 2011). Senyawa fenolik antioksidan ini merupakan

antiradikal yang berpotensi aktif memberikan hidrogen kepada radikal bebas dan

mampu memutus rantai reaksi oksidasi tahap awal. Antioksidan alami aman untuk

dikonsumsi dan tidak hanya menstabilkan minyak, namun juga menambahkan

nutrisi pada minyak.

Minyak Hayati di Pasar Dunia

Menurut Oil World (2008), minyak nabati (vegetable oils) dan minyak

hewani (animal oil) merupakan bagian dari minyak hayati (edible oil and fats). Di

pasar dunia minyak nabati yang diperdagangkan ada tiga belas jenis minyak

nabati, sedangkan di pasar dunia minyak hewani dipasarkan empat jenis minyak.

Minyak bersifat tidak larut dalam air karena menrupakan senyawa nonpolar.

Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar

tanaman dan sayuran. Minyak ini diguunakan sebagai makanan, bahan

penggorengan, pelumas, bahan bakar, bahan pewangi, pengobatan, dan berbagai

penggunaan industri. Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, bergantung pada

komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh dan

memiliki titk cair yang rendah, sedangkan lemak hewani umumnya berbentuk

padat pada suhu kamar karena mengandung asam lemak jenuh dan titik cair yang

tinggi. Bagan struktur pengelompokan minyak hayati di pasar dunia menurut

sumber minyak seperti disajikan pada Gambar 3.

Minyak Hayati
( 17 Edible oils & fats)

4 Minyak Hewani
( Animal Oils) 13 Minyak Nabati
 Minyak Ikan ( Vegetable Oils)
 Butter- Fat
 Lard
 Tallow 3 Minyak
10 Minyak Biji Lainnya:
(Seed Oils)
 Minyak Sawit
 Minyak Kedelai  Minyak Zaitun
 Minyak Rapeseed  Minyak Jagung
 Minyak Biji Bunga
Matahari
 Minyak Inti Sawit
 Minyak Biji Kapas
 Minyak Kacang
Tanah
 Minyak Linseed
 Minyak Castor
 Minyak Wijen
 Minyak Kelapa

Gambar 3. Bagan struktur pengelompokan minyak hayati di pasar dunia (Oil World, 2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Olein sawit memiliki karakteristik asam lemak utama 44% asam

palmitat, 39,2% asam oleat dan 10,1% asam linolenat, serta mengandung senyawa

mikro nutrien seperti karotenoid, tokoferol dan tokotrienol (O’Brien, 2010). Olein

sawit memiliki total kandungan karotenoid yang tinggi (500-700 ppm) terutama

beta karoten yang berperan baik untuk kesehatan manusia. Produksi olein sawit

dunia digunakan untuk makanan termasuk minyak goreng dan margarin, mie,

makanan panggang dan lain-lain. Selain itu minyak sawit digunakan sebagai

bahan dalam produk non makanan diantaranya bahan bakar nabati, sabun,

detergen dan surfaktan, kosmetik, obat-obatan, serta beraneka ragam produk

rumah tangga dan industri yang lain (World Growth, 2011).

Minyak zaitun ekstra virgin menjadi salah satu sumber antioksidan yang

memiliki banyak manfaat. Dalam MZEV terkandung senyawa dengan gugus fenol

yang terdiri dari struktur cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil.

Semakin banyak gugus hidroksil yang terkandung dalam senyawa gugus fenol

menunjukkan kemampuan antioksidan yang lebih baik dan minyak zaitun ekstra

virgin mengandung paling sedikit dua gugus hidroksil (Vissers et al., 2004).

Minyak zaitun ekstra virgin mengandung asam lemak tak jenuh dan

sumber polifenol yang baik untuk kesehatan, kecantikan, mencegah penyakit,

serta dapat digunakan untuk memasak makanan. Minyak zaitun ekstra virgin

mengandung komponen bioaktif seperti senyawa tokoferol, fosfolipid dan fenolik

(Bakhouche et al., 2015), dan omega-9 (asam oleat) yang mampu menurunkan

LDL dan meningkatkan HDL yang lebih besar dibandingkan dengan omega-6

(Winarno, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Minyak zaitun ekstra virgin yang dipanaskan akan menyebabkan

perubahan komposisi asam lemak. Perubahan ini terjadi karena adanya minyak

yang teroksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terdapat dalam MZEV berperan

mencegah terjadinya proses oksidasi minyak, sehingga kualitas MZEV tetap baik.

Tabel 4 menunjukkan kandungan nutrisi dari MZEV.

Tabel 4. Kandungan nutrisi MZEV per 100 g


Komposisi Kandungan
Energi (kJ) 3,701
Karbohidrat (g) 0
Total Lemak (g) 100
 Lemak Jenuh (g)  14
 Lemak Tak Jenuh Tunggal (g)  73
 Lemak Tak Jenuh Ganda (g)  11
 Omega-3 (g)  < 1,5
 Omega-6 (g)  3,5-21
Protein (g) 0
Vitamin E (g) 0,014
Vitamin K (g) 0,000062
Sumber : Agung, 2014

Metode Pengujian Stabilitas Minyak

Penentuan stabilitas minyak dapat dilakukan dengan cara menguji

sampel minyak yang telah mengalami pemanasan pada periode tertentu. Pengujian

stabilitas minyak dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter uji

yang umum digunakan yaitu uji kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida,

bilangan anisidin, bilangan total oksidasi, bilangan iodium, dan bilangan TBA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Oksidasi lipid merupakan penyebab utama penurunan kualitas makanan,

perusak bau dan rasa, mengurangi daya simpan, mengubah tekstur dan warna,

serta menurunkan nilai gizi makanan (Alamed et al., 2009). Pemanasan yang

berlebihan dapat mengubah asam lemak tak jenuh menjadi senyawa peroksida,

asam lemak trans, dan senyawa radikal bebas lainnya. Oksidasi pada

penggorengan suhu 200oC menimbulkan kerusakan pada minyak dengan derajat

ketidak jenuhan tinggi, sedangkan hidrolisis mudah terjadi pada minyak dengan

asam lemak jenuh rantai panjang (Sartika, 2009).

Menurut Valencia et al., (2006), mekanisme oksidasi asam lemak yang

menghasilkan peroksida lemak yang dapat terjadi dengan beberapa reaksi yaitu

autooksidasi oleh radikal bebas, fotooksidasi, dan reaksi yang melibatkan enzim.

Autooksidasi disebabkan oleh adanya reaksi antara triplet oksigen (3O2) dan

singlet oksigen (1O2) yang bereaksi dengan minyak atau lemak (Choe dan Min,

2006). Stabilitas oksidasi lemak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal,

seperti komposisi asam lemak, kandungan prooksidan dan antioksidan, iradiasi,

suhu, oksigen, luas permukaan yang kontak dengan oksigen, tingkat pengolahan,

dan kondisi penyimpanan.

Asam lemak bebas diperoleh dari proses hidrolisis lemak/minyak yang

menguraikan trigliserida oleh molekul air dengan menghasilkan gliserol dan asam

lemak bebas. Kadar air dapat meningkatkan asam lemak bebas. Kadar asam lemak

bebas yang tinggi juga disebabkan oleh adanya aktivitas enzim lipase yang

bertujuan memecah atau menghidrolisis lemak/minyak netral (trigliserida), proses

hidrolisis lemak/minyak juga dipercepat oleh adanya perlakuan panas dan proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

fisik selama pengolahan atau penyimpanan (Fachry et al., 2007). Huang dan

Sathivel (2010) juga menyatakan bahwa kandungan berbagai mineral, protein, dan

viskositas akan mempengaruhi pembentukan asam lemak bebas.

Bilangan peroksida merupakan parameter yang paling tepat untuk

menentukan derajat degradasi minyak yang disebabkan oleh proses oksidasi.

Bilangan peroksida ini dapat ditentukan dengan metode iodometri, dimana

semakin banyak volume tiosulfat yang digunakan, maka semakin banyak

peroksida yang terbentuk pada saat proses oksidasi minyak berlangsung

(Abdullah, 2007). Standar bilangan peroksida untuk minyak yang dipucatkan

adalah kecil sekali atau setara dengan 0 mek/kg minyak (Ketaren, 2005).

Bilangan peroksida yang rendah bisa disebabkan laju pembentukan

peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi

senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi

dengan zat lain, sehingga oksidasi lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika

bahan berlemak dibiarkan kontak dengan udara (Nurjanah et al., 2015). Faktor-

faktor yang mempengaruhi bilangan peroksida yang tinggi pada minyak dapat

disebabkan oleh panas dan cahaya, sehingga terjadi proses oksidasi yang sangat

cepat. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya

sehingga terjadi reaksi antara minyak dengan oksigen (Prarudiyanto et al., 2015).

Kecenderungan peningkatan bilangan peroksida ini menunjukkan bahwa

minyak mengalami kerusakan selama periode oksidasi akibat terbentuknya

senyawa peroksida dalam minyak ( Sani et al., 2014). Semakin banyak bilangan

peroksida pada minyak maka semakin rendah kualitas minyak dan pangan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

digoreng. Proses pemanasan menyebabkan minyak mengalami oksidasi yang

dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang berikatan dengan

oksigen membentuk peroksida aktif. Adanya logam berat juga dapat

menyebabkan meningkatnya toksisitas pada pangan dan meningkatnya bilangan

peroksida yang dapat menurunkan kualitas gizi suatu pangan dan berefek bahaya

bagi kesehatan tubuh (Almatsier, 2001).

Bilangan anisidin merupakan parameter yang mengukur senyawa aldehid

yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa peroksida. Pembentukan peroksida

sebagai senyawa antara dalam oksidasi lemak akan meningkat sampai titik

tertentu untuk kemudian menurun kembali. Penurunan ini terjadi karena peroksida

yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi senyawa dengan berat molekul yang

lebih kecil terutama golongan aldehid dan dinyatakan dengan bilangan anisidin.

Jumlah aldehid pada contoh minyak/lemak dinyatakan dengan bilangan para-

anisidin. Reaksi antara senyawa aldehid dengan pereaksi para-anisidin pada

pelarut asam asetat akan menghasilkan warna kuning yang absorbansinya dapat

diukur pada panjang gelombang 350 nm (Kusnandar, 2010)

Bilangan total oksidasi berfungsi untuk mengukur hidroperoksida dan

produk turunannya, sehingga memberikan estimasi terbaik dari proses oksidasi

yang terjadi pada minyak dan lemak dan sering dijadikan parameter tingkat

kerusakan oksidasi lemak/minyak (O’Brien, 2010). Bilangan peroksida dan

bilangan anisidin yang diperoleh dapat digunakan untuk menentukan bilangan

total oksidasi (totoks) yang ekuivalen dengan dua kali bilangan peroksida

ditambah dengan bilangan anisidin. Bilangan total oksidasi ini sering dijadikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

parameter tingkat kerusakan oksidasi lemak/minyak. Derajat ketengikan

lemak/minyak menunjukkan seberapa besar kerusakan lemak/minyak telah terjadi.

Uji ketengikan merupakan uji yang digunakan untuk mengukur stabilitas oksidasi

lemak. Bilangan oksidasi minyak/lemak akan meningkat dengan cepat jika

terpapar udara, suhu yang meningkat juga dapat meningkatkan bilangan total

oksidasi (Ketaren, 2012)

Bilangan iodium berfungsi untuk menunjukkan derajat ketidak jenuhan

pada minyak. Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan

iodium (dua atom iodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak).

Semakin banyak iodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidak jenuhan.

Biasanya semakin tinggi titik cair semakin rendah kadar asam lemak tidak jenuh

dan demikian pula derajat ketidak jenuhan (bilangan iodium) dari lemak yang

bersangkutan. Asam lemak jenuh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh

adalah cair, karenanya semakin tinggi bilangan iodium semakin tidak jenuh dan

semakin lunak lemak tersebut. Karena setiap ikatan ganda dalam asam lemak akan

bersatu dengan dua atom iodium maka dapatlah ditentukan setiap kenaikan dalam

jumlah ikatan rangkap yang timbul pada waktu lemak tersebut mulai disimpan.

Selama periode oksidasi, minyak mengalami degradasi yang menyebabkan

terbentuknya senyawa rantai pendek hasil penguraian senyawa peroksida dan

asam lemak bebas. Minyak tanpa penambahan antioksidan mengalami penurunan

bilangan iod yang lebih besar, dimana hal ini menunjukkan bahwa reaksi oksidasi

dan polimerisasi yang menyebabkan terputusnya ikatan rangkap berlangsung

dengan cepat (Sani et al.,2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Total Kandungan Fenol

DPPH atau 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil merupakan radikal bebas yang

stabil pada suhu kamar, berbentuk kristal warna ungu dan sering digunakan untuk

mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam

(Simanjuntak et al., 2004). Metode dengan menggunakan radikal bebas DPPH

merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk pengujian aktivitas

antioksidan ekstrak tanaman (Prakash et al., 2007). Struktur DPPH telihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Struktur DPPH (Ionita, 2005)

Prinsip pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah atom

hidrogen dari suatu senyawa antioksidan akan membuat larutan DPPH menjadi

tidak berwarna akibat DPPH tereduksi, yang perubahan warnanya dapat diukur

menggunakan spektrofotometer (Sharma dan Bhat, 2009). Ketika larutan DPPH

dicampur dengan suatu zat dimana zat tersebut dapat mendonasikan atom

hidrogen, kemudian membentuk senyawa dengan tingkat warna ungu yang lebih

rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Radikal DPPH disimbolkan oleh Z. dan molekul donor oleh AH, yang

reaksi utamanya adalah

dimana ZH adalah perubahan bentuk dan A. adalah radikal bebas yang diproduksi

pada tahap pertama. Radikal bebas ini akan mengalami reaksi lebih lanjut yang

mengendalikan keseluruhan stoikiometri, dan jumlah molekul DPPH berkurang

(decolorized) oleh satu molekul reduktan (Molyneux, 2004).

Reaksi [1] menjelaskan kaitan reaksi yang terjadi dalam sistem reaksi oksidasi,

yakni autooksidasi lemak tak jenuh; molekul DPPH (Z.) mewakili radikal bebas

yang terbentuk dalam sistem yang aktivitasnya harus didukung oleh zat AH

(Molyneux, 2004). Pada Gambar 5 ditunjukkan struktur DPPH non radikal.

Gambar 5. Struktur DPPH (non radikal) (Molyneux, 2004)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Reaksi DPPH dengan atom hidrogen yang terdapat pada antioksidan dapat

membuat larutan DPPH menjadi berkurang reaktivitasnya, yang dapat ditunjukkan

dengan memudarnya warna ungu menjadi kuning (Molyneux, 2004). Uji aktivitas

antioksidan menunjukkan bahwa senyawa flavonoid mampu menangkal radikal

bebas difenil pikril hidrazil dengan cara mendonorkan atom hidrogen sehingga

berubah menjadi difenilpikrilhidrazin yang bersifat non radikal (Indranila dan

Maria, 2015). Adapun mekanisme reaksi peredaman radikal bebas tersebut dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Reaksi penangkapan radikal bebas oleh senyawa flavonoid (Pietta, 2000)

DPPH atau 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil bereaksi dengan senyawa

antioksidan melalui pengambilan atom hidrogen dari senyawa antioksidan untuk

mendapatkan pasangan elektron. Penambahan antioksidan dikatakan efektif jika

mampu menahan oksidasi, yang ditunjukkan dengan kenaikan bilangan asam yang

tidak terlalu tinggi dibandingkan jika tanpa penambahan antioksidan (Tri, 2001).

Antioksidan memiliki fungsi menghambat terjadinya kerusakan oksidasi minyak,

namun tidak dapat memperbaiki produk makanan yang telah teroksidasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada

tumbuhan. Senyawa fenol pada bahan makanan dikelompokkan menjadi fenol

sederhana dan asam folat (Widiyanti, 2006 dalam Oktaviana, 2010). Senyawa

fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus –

gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa

induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksil lebih dari

satu sehingga disebut polifenol. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat

luas, mempunyai variasi struktur yang luas, mudah ditemukan di semua

tanaman, daun, bunga, dan buah. Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui

strukturnya, antara lain flavonoid, fenol monosiklik sederhana, fenil

propanoid, polifenol (lignin, melanin, tannin), dan kuinon fenolik (Riza dan

Hari, 2012). Dalam keadaan murni, senyawa fenolik berupa zat padat yang tidak

berwarna, tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Senyawa fenolik

memilki aktivitas biologis yang beraneka ragam, contohnya mudah mendonorkan

atom H dari gugus hidroksilnya.

Penetapan total kandungan fenol dilakukan untuk memastikan adanya

senyawa polifenol dalam suatu ekstrak tanaman. Standar yang digunakan pada

analisis kandungan fenolik adalah asam galat, hal ini karena asam galat bersifat

stabil, memiliki sensitivitas yang tinggi, dan harganya cukup terjangkau.

Penetapan total kandungan fenol dilakukan dengan menggunakan larutan Follin-

Ciocalteau karena senyawa fenolik dapat bereaksi membentuk larutan berwarna

yang dapat diukur absorbansinya. Prinsip dari metode Follin-Ciocalteau adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

terbentuknya senyawa kompleks berwarna biru yang dapat diukur pada panjang

gelombang 765 nm (Turisman et al., 2012).

Pereaksi ini mengoksidasi fenolat (garam alkali) atau gugus fenolik-hidroksi

mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) yang terdapat dalam

pereaksi Follin-Ciocalteau menjadi suatu kompleks molibdenum-tungsten.

Senyawa fenolik bereaksi dengan larutan Follin-Ciocalteau hanya dalam suasana

basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Untuk

membuat kondisi basa digunakan Na2CO3. Gugus hidroksil pada senyawa fenolik

bereaksi dengan larutan Follin-Ciocalteau membentuk kompleks molibdenum-

tungsten berwarna biru yang dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Semakin

besar konsentrasi senyawa fenolik, maka semakin banyak ion fenolat yang akan

mereduksi asam heteropoli (fosfomolibdat-fosfotungstat) menjadi kompleks

molibdenum-tungsten, sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Riza

dan Hari, 2012). Reaksi larutan Follin-Cioucalteau dengan senyawa fenol dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7.Reaksi larutan Folin-Ciocialteu dengan senyawa fenol (Turisman et al., 2012)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli-Oktober 2017 di Laboratorium

Terpadu Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Medan, Laboratorium Biokimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan USU, Laboratorium Research and

Departement, PT. Multimas Nabati Asahan, Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah biji labu kuning

komersil dengan varietas Guang Ban Zhong dari Cina, MZEV merk Selva dan

olein sawit merk Family. Bahan kimia yang digunakan adalah n-heksana teknis,

alkohol 95% netral, asam asetat glasial (Merck), kloroform (Merck), larutan KI

jenuh (Merck), Na-thiosulfat (Merck), larutan indikator kanji/pati, ester metil

asam lemak (Fatty Acid Metyl Ester), 21,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)

(Sigma-Aldrich), akuades, Na2CO3, larutan Folin Ciocialteu (Merck), NaOH,

indikator PP, larutan p-anisidin, etanol 95%, BF3, asam galat (Sigma-Aldrich),

bipiridin (Merck), toluen (Merck), FeCl3 (Merck).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gas Chromatography

(GC) merk HP-5890 (Hewlett-Packard, Waldborn, Jerman), Spektrofotometer

UV-VIS model Smart Plus Spectrophometer nomor serial 273 BR 07090 merk

Bio Rad, oven, rotary evaporator, blender, alat-alat gelas untuk analisa kimia,

refrigerator, burret, penangas air, dan tabung reaksi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut:

Tahap pertama : persiapan sampel serbuk biji labu kuning, selanjutnya

dilakukan proses ekstraksi dan pengamatan karakteristik MBLK dengan

parameter komposisi asam lemak, bilangan iodium, total kandungan fenol, total

tokoferol, dan aktivitas antioksidan yang dibandingkan dengan MZEV dan olein

sawit. Analisa dilakukan secara duplo untuk memastikan akurasi data.

Tahap kedua : pengujian stabilitas MBLK dengan simulasi proses

pemanasan pada suhu 130oC untuk mempercepat reaksi kerusakan minyak.

Penelitian tahap ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan dua faktor, yakni lama pemanasan (t) dengan 4 taraf yaitu 0 jam

(t1),12 jam (t2), 24 jam (t3), dan 36 jam (t4), dan jenis minyak (D) yang terdiri

dari 3 jenis minyak yaitu MBLK (D1), MZEV (D2), olein sawit (D3). Analisa

dilakukan secara duplo dengan jumlah total sampel 24 buah untuk memastikan

akurasi data.

Model rancangan acak lengkap (RAL) faktorial yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Yijk = µ+ αi + βj + (αβ)ij + εijk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

dimana:

Yijk = hasil faktor A perlakuan ke-i, faktor B perlakuan


ke-j pada ulangan ke-k
µ = rataan umum
αi = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor A (lama pemanasan)
βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B (jenis minyak)
(αβ)ij = pengaruh interaksi antara A dan B pada faktor A perlakuan ke-i,
faktor B level ke-j
εijk = galat percobaan untuk faktor A perlakuan ke-i, faktor B perlakuan
ke-j pada ulangan ke-k
Data dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA) dan akan dilakukan

uji lanjut dengan uji Duncan (DMRT) menggunakan SPSS 16.0.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap pelaksanaan meliputi : 1) pembuatan serbuk

biji labu kuning, 2) ekstraksi MBLK, 3) karakterisasi MBLK, 4) pengujian

stabilitas MBLK.

Pembuatan Serbuk Biji Labu Kuning

Biji labu kuning kering dihancurkan menggunakan blender, lalu simpilisia

disaring menggunakan ayakan menjadi serbuk biji labu kuning.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Ekstraksi Minyak Biji Labu Kuning (Rustina, 2016)

Minyak dari biji labu kuning diekstrak dengan metode maserasi. Sampel

sebanyak 500 g tepung biji labu kuning diekstrak menggunakan pelarut n-heksana

sebagai pelarut sebanyak 2 L (1:4) selama 5 hari dan diaduk setiap dua hari sekali,

maserat kemudian disaring dengan kertas saring hingga benar-benar jernih.

Ampasnya diremaserasi selama 2 hari dengan pelarut n-heksana teknis sebanyak 1

L. Sesekali maserat diaduk agar homogen dan terlarut sempurna. Ekstrak cair

yang diperoleh kemudian dievaporasi menggunakan rotary evaporator. Minyak

ditempatkan di dalam botol gelap dan disimpan dalam refrigerator pada suhu 0-

40C sampai dibutuhkan untuk analisa. Apabila minyak akan dianalisa, maka

terlebih dahulu minyak dipindahkan dari tempat penyimpanan dan didiamkan

pada suhu ruang sampai semuanya mencair. Diagram alir proses ekstraksi minyak

biji labu kuning dapat dilihat pada Lampiran 1.

Karakterisasi Minyak Biji Labu Kuning

Penetapan Komposisi Asam Lemak (AOCS, Ce 1a-13)

Persiapan sampel (AOCS, Ce 2-66)

Minyak yang akan diuji dimasukkan ke dalam 50 mL labu ukur sebanyak

100-250 mg. Sampel kemudian ditambahkan 4 ml 0,5 M natrium hidroksida dan

dilakukan pemanasan pada larutan tersebut selama 10 menit. 5 mL larutan BF3-

metanol melalui kondensor. Selanjutnya sampel yang telah tercampur dikocok dan

dipanaskan selama 2 menit. Sampel tersebut ditambahkan 2-5 mL heptana melalui

kondensor, kemudian dilanjutkan dengan mengocok sampel. Lalu sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

ditambahkan sekitar 15 mL larutan natrium klorida jenuh. Campuran sampel

dimasukkan ke dalam labu ukur, lalu dikocok dengan kuat selama 15 detik.

Setelah sampel tercampur sempurna ditambahkan natrium sulfat anhidrat ke

dalam larutan sampel. Larutan heptan yang telah kering disuntikkan secara

langsung ke dalam GC dengan Flame Ionization Detector (FID).

Penentuan Komposisi Asam Lemak

Analisis komposisi asam lemak ketiga minyak yang diuji menggunakan

Gas Chromatography (GC) yang dilengkapi dengan detektor FID dan kolom

kapiler. Menginjeksikan sampel sebanyak 1µL yang mengandung 20-25 µg/mL

metil ester, ekuivalen asam lemak sebesar 15-20 µg pada GC. Suhu injektor

250oC, suhu detektor 250oC, suhu oven 180oC lalu dipertahankan selama 6 menit.

Pada penentuan komposisi asam lemak ini menggunakan gas helium sebagai gas

pembawa dengan tekanan 286 kPa, sedangkan tekanan gas hidrogen dan udara

untuk FID masing-masing 170 kPa. Perhitungan persen luas area dengan

persamaan dibawah ini yang dikalkulasikan dengan perangkat lunak yang ada

pada instrumen GC.

Dimana:

Ai = luas area dari jenis asam lemak ke-i

Ai = total jumlah area di semua puncak asam lemak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Bilangan Iodium (AOCS Cd 1c-85 )

Penentuan bilangan iodium bertujuan untuk mengukur derajat ketidak

jenuhan dengan cara mengkalkulasikan komposisi asam lemak dari masing-

masing minyak yang diuji. Kalkulasi bilangan iodium untuk minyak dalam lemak

atau trigliserida sebagai berikut:

 Bilangan iodium (g I2/100 g) = (% asam palmitoleat (C16:1) x 0,950) +

(% asam oleat (C18:1) + 0,860) + (% asam linoleat (C18:2) x 1,732) + (%

asam linolenat (C18:3) x 2,616).

Analisis Kuantitatif Kandungan Total Fenolik (Li et al., 2012)

Pembuatan Kurva Standar Asam Galat

Larutan stok asam galat dengan konsentrasi 100 mg/L dengan

melarutkan 0,01 g asam galat dalam labu ukur 100 mL, lalu tambahkan akuades

sampai tanda batas. Larutan stok asam galat 100 mg/L sebanyak 0,1; 0,2; 0,3; 0,4;

0,5 mL masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan ditambahkan

dengan larutan Folin-Ciocialteu sebanyak 0,1 mL ke dalam masing-masing

konsentrasi, lalu masukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Selanjutnya ditambahkan

Na2CO3 7% hingga tanda batas, sehingga menghasilkan larutan standar dengan

konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5 mg/L. Masing-masing larutan didiamkan selam 30 menit,

dan serapannya diukur pada panjang gelombang 750 nm menggunakan

spektrofotometer UV-VIS, maka dibuatkan kurva standar dari konsentrasi yang

diperoleh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Penentuan Kandungan Total Fenolik Metode Folin-Ciocalteu (Li et al., 2012)

Sampel sebanyak 0,1 mL ditambahkan dengan 0,1 mL reagen Folin-

Ciocalteu dalam tabung reaksi dan kemudian campuran ini divortex selama 3

menit. Setelah interval waktu 3 menit, 2 mL larutan Na2CO3 7% ditambahkan.

Selanjutnya campuran disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbansi

sampel dibaca dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 750

nm. Hasilnya dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat (mg GAE/g minyak).

Perhitungan total kandungan fenolik ada pada Lampiran 5.

Penetapan Kandungan Total Tokoferol (Wong et al., 1988)

Sampel dilakukan penimbangan sebanyak 100 mg, lalu sampel

dimasukkan ke dalam labu ukur. Sampel yang telah ditimbang selanjutnya

ditambahkan 5 ml toluen dengan menggunakan pipet tetes. Lalu sampel larutan

ditambahkan 3,5 ml 2,2 bipyridine, 0,5 ml FeCl3 dan 10 ml etanol 95%,

didiamkan larutan tersebut selama satu menit dan diukur pada panjang gelombang

520 nm dengan menggunakan sprektrofotmeter UV-VIS. Larutan selanjutnya

dihindarkan dari sinar matahari selama pengukuran berlangsung. Kurva kalibrasi

disiapkan dengan membuat larutan tokoferol yang mengandung 0-240 µg dan

ditambahkan 10 ml toluene. Kurva standar tokoferol dapat dilihat pada Lampiran

2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Total kandungan tokoferol dapat dihitung dengan rumus:

dimana :

A = absorbansi sampel

B = absorbansi blanko

M = gradien absorbansi pada kurva kalibrasi tokoferol (0,002)

W = berat sampel (g)

Penetapan Aktivitas Antioksidan (Li et al., 2009)

Aktivitas antioksidan dianalisis berdasarkan kemampuannya menangkap

radikal bebas menggunakan 2,2-diphenyl-1-picrylhydroxyl (DPPH). 0,5 mL

sampel ditambahkan ke dalam 2 mL larutan DPPH 0,1 mM dalam etanol.

Berubahnya warna larutan dari ungu ke warna kuning menunjukkan efisiensi

penangkapan radikal bebas. Selanjutnya pada lima menit terakhir menjelang 30

menit, absorbansi diukur pada λ = 517 nm dengan spektrofotometer. Aktivitas

penangkalan radikal bebas dihitung sebagai persentase berkurangnya warna

DPPH dengan menggunakan persamaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Pengujian Stabilitas Minyak

Pengujian stabilitas minyak dilakukan dengan analisa kadar air, bilangan

peroksida, bilangan anisidin, bilangan total oksidasi dan asam lemak bebas

dengan membandingkan MBLK dengan 2 jenis minyak nabati lainnya yaitu

MZEV dan olein sawit. Adapun metode pengujian stabilitas MBLK dengan

simulasi proses pemanasan pada suhu 1300C untuk mempercepat reaksi kerusakan

minyak. Pada pengujian stabilitas ini dilakukan dengan menggunakan lama

pemanasan (t) dengan 4 taraf yaitu 0 jam (t1),12 jam (t2), 24 jam (t3), dan 36 jam

(t4), dan jenis minyak (D) yang terdiri dari 3 jenis minyak yaitu MBLK (D1),

MZEV (D2), olein sawit (D3). Analisa dilakukan secara duplo agar didapat data

yang akurat.

Penentuan Kadar Air (AOCS Ca 2c-25)

Penentuan kadar air ini dilakukan berdasarkan metode AOCS Ca 2c-25.

Cawan kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C selama satu jam, lalu

cawan kosong tersebut didinginkan ke dalam desikator. Kemudian sampel

ditimbang sebanyak 10g ke dalam cawan. Cawan yang telah berisi sampel

dimasukkan ke dalam oven selama 6 jam. Kontak antara cawan dengan dinding

oven harus dihindarkan. Setelah selesai dipanaskan, cawan dipindahkan untuk

didinginkan ke dalam desikator. Selanjutnya cawan berisi sampel yang telah

dingin ditimbang, kemudian cawan berisi sampel dikeringkan kembali ke dalam

oven sampai memperoleh berat yang tetap. Perhitungan kadar air menggunakan

rumus:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

dimana :

A : berat sampel setelah di oven

B : berat sampel sebelum di oven

Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas (AOCS, Ca 5a-40)

Sampel ditimbang sebesar 10 g dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250

mL, selanjutnya ditambahkan 25 mL alkohol 95% netral dan dipanaskan selama

10 menit dalam penangas air sambil diaduk, lalu ditambahkan 2 mL indikator PP.

Campuran tersebut dikocok dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai

muncul warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik. Penetapan kadar

asam lemak bebas (ALB) digunakan rumus sebagai berikut:

dimana:

% ALB = kadar asam lemak bebas

mL NaOH = volume titrasi NaOH (mL)

N NaOH = normalitas NaOH

G = berat sampel (gram)

BM = berat molekul asam linoleat di MBLK (280,44 g/mol)

= berat molekul asam oleat di MZEV (282,46 g/mol)

= berat molekul asam palmitate di Olein Sawit (256,42 g/mol)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Penetapan Bilangan Peroksida (AOCS, Cd 8-53)

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer tertutup dan

ditambahkan 30 ml pelarut campuran asam asetat glasial : kloroform (3:2 v/v).

Setelah minyak larut sempurna ditambahkan 0,5 ml larutan KI jenuh dan

dibiarkan 1 menit sambil dikocok, kemudian ditambahkan 30 ml aquades. Iodium

yang dibebaskan oleh peroksida dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat

(Na2S2O3) 0.1 N dengan indikator pati sampai warna kuning hilang. Bilangan

peroksida dinyatakan dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

dimana:

B = volume titrasi blanko (mL)

S = volume titrasi sampel (mL)

N = normalitas larutan Na-thiosulfat

Penetapan Bilangan Anisidin (AOCS, Cd 18-90)

Pengujian nilai anisidin diperlukan dua nilai absorbansi dari dua larutan uji

yang berbeda. Larutan uji 1 dibuat dengan cara melarutkan 1 g sampel ke dalam

25 mL trymethylpentane. Larutan uji 2 dengan cara menambahkan 1 mL larutan

p-anisidin (0,25 g/100 mL) ke dalam 5 mL larutan uji 1, kemudian dikocok dan

dihindarkan dari cahaya. Larutan referensi dibuat dengan cara menambahkan 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

mL larutan p-anisidine (0,25/100 mL) ke dalam 5 mL larutan trymethylpentane,

dikocok dan dihindarkan dari cahaya. Nilai absorbansi larutan uji 1 diukur pada

350 nm. Larutan uji 2 diukur pada λ = 350 nm tepat 10 menit setelah larutan

disiapkan. Bilangan anisidin ditetapkan dengan persamaan berikut:

dimana:

A1 : Absorbansi larutan uji 1

A2 : Absorbansi larutan uji 2

G : Massa sampel yang digunakan pada larutan uji 1 (g)

Penetapan Bilangan Total Oksidasi (Totoks) (AOCS Cd 18-90)

Bilangan total oksidasi (Totoks) ditetapkan dengan metode AOCS Cd 18-

90 dengan persamaan:

dimana:

PV : Bilangan Peroksida (mek O2/kg minyak)

AnV : Bilangan Anisidin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Analisa karakterisasi yang


Biji Labu Kuning Kering dibandingkan dengan MZEV
dan olein sawit:

1. Komposisi Asam Lemak


2. Bilangan Iodium
Penghalusan (Blender)
3. Total Kandungan Fenol
4. Total Kandungan
Tokoferol
Ekstraksi Serbuk Biji Labu Kuning (Maserasi) 5. Aktivitas Anitoksidan

MBLK

Analisa:
o
Pemanasan MBLK pada suhu 130 C selama:
1. Kadar Air
1. 0 jam 3. 24 jam 2. Asam Lemak Bebas
2. 12 jam 4. 36 jam 3. Bilangan Peroksida
4. Bilangan Anisidin
5. Bilangan Total Oksidasi

Pembandingan Stabilitas MBLK


dengan:

1. MZEV
2. Olein sawit

Gambar 8. Diagram alir prosedur penelitian karakteristik dan stabilitas MBLK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen MBLK

Minyak biji labu kuning yang dihasilkan berwarna coklat kehijauan

dengan aroma yang khas biji labu kuning. Warna tersebut disebabkan oleh zat

warna yang terlarut dalam minyak saat proses ekstraksi, antara lain karoten,

santofil, klorofil dan antosianin (Sipayung, 2012). Rendemen MBLK dengan

metode ekstraksi maserasi dapat dilihat pada Lampiran 3 berkisar 38-41%

sedangkan rendemen MBLK hasil penelitian Gohari et al., 2011 sebanyak

41,59%. Pada penelitian Abdillah et al., 2014 mendapatkan rendemen minyak

dengan menggunakan metode sokletasi sebesar 35,35%.

Rendemen minyak dapat dipengaruhi oleh faktor pra dan pasca panen

(Prianto et al., 2013). Tinggi dan rendahnya rendemen minyak dipengaruhi oleh

jenis tanaman, umur tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu buah, derajat

kematangan buah, dan proses pengolahan buah pasca panen. Rendemen minyak

berkembang menurut umur tanamannya sampai batas umur tertentu.

Karakteristik Kimia Yang Mempengaruhi Stabilitas Minyak

Analisis karakteristik kimia yang dilakukan terhadap MBLK, MZEV dan

olein sawit adalah komposisi asam lemak, bilangan iodium, total kandungan

fenol, total tokoferol, dan aktivitas antioksidan. Komposisi asam lemak jenuh

merupakan indikator esensial dari kandungan alami minyak (Gharby et al., 2011).

Kandungan hasil analisis komposisi asam lemak pada ketiga jenis minyak yang

diuji terdapat pada Tabel 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Tabel 5. Komposisi asam lemak MBLK, MZEV, olein sawit


Komposisi Asam Lemak (%) MBLK MZEV Olein sawit
Asam Kaproat (C6:0) nd nd nd
Asam Kaprilat (C8:0) nd nd nd
Asam Kaprat (C10:0) nd nd nd
Asam Laurat (C12:0) nd nd 0,40
Asam Miristat (C14:0) 0,10 0,20 1,20
Asam Palmitat (C16:0) 11,80 11,00 37,20
Asam Palmitoleat (C16:1) 0,10 0,90 nd
Asam Stearat (C18:0) 5,80 3,90 3,90
Asam Oleat (C18:1) 33,60 77,70 43,50
Asam Linoleat (C18:2) 47,80 5,10 12,50
Asam Linolenat (C18:3) 0,20 0,60 0,30
Asam Arachidat (C20:0) 0,40 0,40 0,40
Asam Behenat (C22:0) 0,10 0,10 0,10
Total Asam Lemak Jenuh 18,20 15,60 43,20
Total Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal 33,70 78,60 43,50
Total Asam Lemak Tak Jenuh Ganda 48,00 5,70 12,80
Total Asam Lemak Tak Jenuh 81,70 84,30 56,30
Keterangan : nd = not detected (tak terdeteksi)

Data pada Tabel 5 menunjukkan kandungan asam lemak dari ketiga

minyak yg diuji. Minyak biji labu kuning memiliki dua asam lemak yang dominan

yaitu asam oleat dan asam linoleat berkisar 33,60% dan 47,80%. Dua asam lemak

jenuh juga secara signifikan terdeteksi yaitu asam palmitat (11,80%) dan asam

stearat (5,8%). Sebagai tambahan asam lemak lain yang terdeteksi yaitu asam

miristat (C14:0), asam palmitoleat (C16:1), asam linolenat (C18:13), asam

arachidat (C20:0) dan asam behenat (C22:0). Komposisi asam lemak pada minyak

biji labu kuning hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Billjana

et al., 2013 dan Vujasinovic et al., 2010.

Minyak zaitun ekstra virgin dan MBLK memiliki kandungan asam lemak

jenuh yang rendah (15,60% dan 18,20%). Minyak zaitun ekstra virgin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

mengandung asam lemak tak jenuh tunggal sekitar 84,30% dengan dominasi asam

oleat. Olein sawit memiliki perbandingan asam lemak tak jenuh dan asam lemak

jenuh yang hampir seimbang yaitu 56,30% dan 43,20%. Hal ini yang

menyebabkan olein sawit memiliki kestabilan oksidasi yang baik (Ogan et al.,

2015).

Olein sawit tidak memiliki masalah dengan asam lemak rantai pendek

yang terkait dengan pembentukan asap, tetapi jenis minyak ini memiliki

kandungan asam lemak jenuh tinggi yang secara nutrisi dianggap kurang baik

untuk kesehatan (Budijanto dan Sitanggang, 2010). Konsentrasi asam lemak jenuh

dan tidak jenuh dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk area produksi, garis

lintang geografi, iklim dan kematangan buah, dan terutama oleh varietas buah

(Lerma- Gracia et al., 2008). Selain komposisi asam lemak dari minyak yang

diuji, terdapat beberapa karakter kimia minyak yang diuji pada penelitian ini yang

datanya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik kimia MBLK, MZEV dan olein sawit

Karakter MBLK MZEV Olein sawit


Bilangan Iodium (mg I2/100g) 111,74 76,85 59,34
Total Kandungan Fenol (mg GAE/g) 58,07±1,11 176,09±8,27 117,10±2,10
Total Tokoferol (ppm) 240,18±3,79 459,07±11,51 559,78±7,93
Aktivitas Antioksidan (%) 35,50±1,48 51,83±1,11 73,30±2,60
Keterangan : Data rata-rata terdiri dari 2 ulangan ± standar deviasi

Bilangan iodium merupakan suatu bilangan yang menentukan banyaknya

ikatan rangkap pada susunan asam lemak dalam minyak. Hasil penentuan

bilangan iodium pada Tabel 6 menunjukkan bilangan iodium MBLK yang

merupakan nilai bilangan iodium yang paling tinggi (111,75 g I2/100g)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

dibandingkan dengan MZEV 76,85 g I2/100g dan olein sawit 59,34 g I2/100g.

Bilangan iodium pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian

Gohari et al., 2011 yaitu 104,36 g I2/100g. Hasil uji ini mengindikasikan ketidak

jenuhan yang tinggi pada MBLK dan MZEV menyebabkan minyak rentan

terhadap oksidasi. Bilangan iodium yang tinggi pada MBLK dan MZEV

menunjukkan bahwa kedua minyak memiliki asam lemak tak jenuh yang tinggi

masing-masing adalah 81,70 % dan 84,30%.

Bilangan iodium yang tinggi menunjukkan banyaknya ikatan rangkap,

sehingga semakin banyak jumlah iodium yang terabsorbsi oleh suatu minyak,

semakin sedikit pula ikatan tidak jenuh yang terkandung pada minyak tersebut

(Rodiah et al., 2015). Tingginya tingkat ketidak jenuhan minyak menyebabkan

minyak semakin mudah teroksidasi. Apabila minyak mudah teroksidasi, maka

tingkat ketidak jenuhannya semakin berkurang karena ikatan rangkapnya sudah

terputus, sehingga bilangan iodium semakin kecil.

Tabel 5 menunjukkan MBLK memiliki asam lemak tak jenuh ganda yang

tinggi yaitu 48% yang terindikasi dari bilangan iodium MBLK yang tinggi. Pada

analisa bilangan iodium, setiap ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh

dengan mudah bersatu dengan dua atom iodium. Berbeda dengan komposisi asam

lemak tidak jenuh ganda pada MZEV dan olein sawit yang rendah masing-masing

5,7% dan 12,8%, yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap pada kedua minyak

tersebut lebih sedikit dibandingkan MBLK.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Gambar 9. Perbandingan bilangan iodium MBLK, MZEV, dan Olein Sawit

Senyawa fenolik dalam tanaman berkontribusi langsung terhadap kapasitas

aktivitas antioksidan. Pengukuran total kandungan fenol dapat dilakukan dengan

mereaksikan minyak dengan larutan Folin-Ciocalteu, serta hasilnya diukur

menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 765 nm. Hasil

analisa yang diperoleh dinyatakan sebagai ekuivalen standar asam galat (Gallic

Acid Equivalent/GAE). Gallic Acid Equivalent (GAE) merupakan acuan umum

untuk mengukur sejumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam suatu bahan.

(Mongkolsilp et al., 2004)

Kandungan jumlah senyawa fenolik dalam MBLK, MZEV dan olein sawit

pada penelitian ini diukur berdasarkan persamaan garis dari kurva standar asam

galat y = 0,002x + 0.0154 dengan nilai R2 = 0,9921 (Lampiran 2). Nilai koefisien

determinasi (R2) yang mendekati angka 1 menunjukkan bahwa kurva standar

asam galat ini layak untuk digunakan dalam menghitung jumlah senyawa fenolik

dalam minyak. Analisa data dan contoh perhitungan total kandungan fenol dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

dilihat pada Lampiran 5. Perbedaan total kandungan fenol dari ketiga jenis

minyak ini dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Perbandingan total kandungan fenolik MBLK, MZEV, dan olein
sawit

Total kandungan fenol dapat menggambarkan aktivitas antioksidan pada

biji-bijian dan tanaman (Kris Etherton et al., 2002). Gambar 10 menunjukkan total

kandungan fenol MBLK (58,07 mg GAE/g minyak) lebih rendah dibandingkan

dengan total kandungan fenol MZEV (176,09 mg GAE/kg minyak) bahkan olein

sawit (117,10 mg GAE/kg minyak). Konsentrasi fenol yang tinggi dalam ekstrak

dapat dikaitkan dengan adanya protein dan unsur yang larut dalam air yang

mengandung cincin fenolik (Xanthopoulou et al., 2009). Jenis tanaman, sistem

ekstraksi dan kondisi saat proses serta wadah penampungan minyak menjadi

faktor penting terhadap kandungan fenol (Boskou, 2006). Senyawa alami ini telah

terbukti memiliki peran penting dalam stabilitas dan karakteristik sensorik dan

nutrisi sebuah produk dan dapat mencegah kerusakan melalui respon reaksi

radikal bebas pada proses oksidasi lemak (Siger et al., 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Selain senyawa fenolik, senyawa lain yang memiliki kemampuan untuk

menangkap radikal bebas adalah tokoferol yang juga banyak ditemukan dibahan

pangan. Tokoferol merupakan komponen non gliserida yang sangat penting dalam

minyak nabati (Billjana et al., 2013) dan termasuk dalam senyawa organik yang

larut dalam lemak. Tokoferol berperan sebagai antioksidan alami yang paling

banyak ditemukan dalam minyak nabati. Tokoferol bersifat tidak berbau, tidak

berwarna, serta tahan terhadap panas dan asam, akan tetapi tidak tahan alkali,

sinar UV dan oksigen. Tokoferol mempunyai banyak ikatan rangkap yang mudah

teroksidasi, sehingga akan melindungi lemak dari oksidasi dengan cara

melindungi asam lemak jenuh ganda dengan komponen membran sel lain dari

oksidasi radikal bebas dengan memutuskan rantai peroksidasi lipid dan

menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal

bebas, sehingga terbentuk radikal tokoferol yang stabil dan tidak merusak

(Suhartono et al., 2007). Tokoferol juga dapat rusak bila bersentuhan dengan

minyak yang tengik dan logam.

Dalam penelitian ini kandungan jumlah senyawa tokoferol dalam MBLK,

MZEV dan olein sawit diukur berdasarkan persamaan garis dari kurva standar α-

tokoferol adalah y = 0,0256x + 0.0836 dengan nilai R2 = 0,9985 (Lampiran 2).

Analisa data dan contoh perhitungan total tokoferol dapat dilihat pada Lampiran

6. Perbedaan total tokoferol dari ketiga jenis minyak ini dapat dilihat dari Gambar

11.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Gambar 11. Perbandingan total tokoferol MBLK, MZEV, dan Olein Sawit.

Gambar 11 menunjukkan total tokoferol MZEV 459,07 µg/g minyak yang

lebih rendah dengan data total tokoferol pada penelitian Chen et al. 2011 yaitu

455 mg/100g minyak. Szterk et al., 2010, melaporkan bahwa total tokoferol

MBLK yang diperoleh sebesar 149 mg/100g minyak menunjukkan hasil yang

lebih tinggi dengan hasil penelitian ini (240,18 µg/g minyak). Standar Codex

tokoferol olein sawit berada sekitar ± 150-1500 mg/kg minyak, dan hasil total

tokoferol pada penelitian ini berada pada kisaran standar tersebut (559,78 µg/g

minyak).

Tokoferol dapat mengganggu proses oksidasi minyak dengan menghambat

pembentukan rantai peroksida atau proses dekomposisi dengan cara menghambat

pembentukan aldehid (Ogan et al., 2015). Alfa tokoferol sangat reaktif pada

proses oksidasi singlet dan melindungi minyak melawan fotooksidasi (Sundram et

al., 2003). Dengan demikian, tokoferol melindungi minyak dari oksidasi dan

mencegah terbentuk radikal bebas dari minyak tak jenuh (Emilia et al., 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Ketahanan dalam mencegah terjadinya proses oksidasi oleh tokoferol disebabkan

tokoferol tahan terhadap suhu tinggi dan asam, namun tokoferol mudah

teroksidasi terutama bila ada minyak/lemak yang tengik, timah, garam besi, serta

mudah rusak oleh sinar ultraviolet (Winarno, 1992).

Analisa data dan contoh perhitungan aktivitas antioksidan dapat dilihat

pada Lampiran 7. Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya

hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentase inhibisi serapan

DPPH. Minyak biji labu kuning memiliki aktivitas antioksidan sebanyak 35,50%.

Hasil uji ini relatif sama dengan hasil penelitian Nyam et al., 2013 yang

menghasilkan data 36,97%, sedangkan MZEV memiliki aktivitas antioksidan

51,83%. Olein sawit memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi (73,30%).

Semakin tinggi persentase inhibisi suatu sampel, maka semakin baik pula aktivitas

antioksidan dalam menghambat radikal bebas. Aktivitas antioksidan yang baik

disebabkan karena adanya beberapa senyawa aktif yang terdapat dalam minyak

dapat bersinergi menghambat radikal bebas. Pada penelitian ini MBLK memilki

persentase inhibisi yang paling rendah dibandingkan dengan MZEV dan olein

sawit, sehingga MBLK memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dalam

menghambat radikal bebas. Perbedaan aktivitas antioksidan dari ketiga jenis

minyak ini dapat dilihat dari Gambar 12.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Gambar 12. Perbandingan aktivitas antioksidan MBLK, MZEV, dan Olein Sawit

MBLK mengandung flavonoid dan alkaloid, namun memiliki aktivitas

antioksidan lemah. Flavonoid yang terkandung dalam minyak biji labu kuning

adalah golongan flavonoid glikosida (Ika et al., 2012). Menurut Ery (2013),

senyawa flavonoid dalam bentuk ekstrak yang tidak murni kemungkinan masih

berikatan dengan gugus glikosida, karena gugus glikosida yang berikatan dengan

flavonoid dapat menurunkan aktivitas antioksidan. Senyawa fenol dapat meredam

radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogennya pada suatu radikal bebas.

Total kandungan fenolik MBLK (58,07 mg GAE/g minyak) juga yang

terendah dibandingkan MZEV (176,09 mg GAE/g minyak) dan olein sawit

(559,78 mg GAE/g minyak). Total tokoferol MBLK (240,10 µg/g minyak) ini

juga didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan MZEV (459,07 µg/g minyak)

dan olein sawit (559,78 µg/g minyak). Hasil penelitian diatas menyimpulkan

bahwa aktivitas antioksidan berkorelasi positif dengan nilai total kandungan

fenolik dan total tokoferol yang terkandung didalamnya. Semakin tinggi nilai total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

kandungan fenol dan total tokoferol minyak, maka semakin tinggi kemampuannya

dalam meredam radikal bebas, semakin tinggi kemampuannya mereduksi

antioksidan, dan juga dalam menghambat terjadinya oksidasi minyak.

Menurut penelitian Pabesak et al., (2013), aktivitas antioksidan pada

tempe dengan penambahan serbuk biji labu kuning (Cucurbita moschata ex Poir)

sebanyak 0-10% mengalami peningkatan dari 85,82% menjadi 91,55 %, dan hasil

penelitian ini juga menunjukkan bahwa biji labu kuning mengandung senyawa

fenolik. Pada varietas Cucurbita pepo varian Styriaca, biji labu kuning diketahui

mengandung total senyawa fenolik 66,27 mg asam galat/kg minyak, total

tokoferol 882,65 mg/kg minyak, total sterol 1,86% dan lilin 1,58% (Gohari et al.,

2011).

Dari komposisi asam lemak terlihat bahwa MBLK mengandung 81,70%

asam lemak tak jenuh ganda yang didominasi oleh asam linoleat. Asam lemak tak

jenuh ganda memiliki rantai hidrokarbon lebih dari satu ikatan rangkap. Asam

lemak tak jenuh ganda cenderung sangat rentan terhadap reaksi hidrolisis dan

oksidasi, sehingga menghasilkan senyawa radikal bebas. Jumlah radikal bebas

bergantung pada ikatan rangkap yang dimiliki oleh suatu minyak. Semakin

banyak jumlah ikatan rangkap, maka semakin besar jumlah radikal bebas yang

dihasilkan. Radikal bebas dapat dihambat oleh antioksidan yang bereaksi dengan

rantai peroksil dan alkoksil, sehingga menghambat pembentukan, isomerisasi, dan

dekomposisi hidroperoksida. Banyaknya jumlah ikatan rangkap dalam MBLK

tidak seimbang dengan jumlah antioksidan rendah, sehingga menyebabkan

ketidak mampuan antioksidan dalam memutuskan berbagai reaksi radikal bebas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

pada ikatan rangkap yang teroksidasi. Hal ini lah yang menyebabkan MBLK

sangat rentan terhadap reaksi hidrolisis dan oksidasi.

Stabilitas Minyak Biji Labu Kuning, Minyak Zaitun Ekstra Virgin, dan Olein

sawit

Pengujian stabilitas MBLK, MZEV, dan olein sawit pada penelitian ini

mencakup stabilitas hidrolitik dan oksidatif, dengan proses evaluasinya dilakukan

dengan percepatan menggunakan proses pemanasan selama 0 jam, 12 jam, 24

jam, dan 36 jam. Stabilitas minyak dianalisa terhadap perubahan kadar air, ALB,

bilangan peroksida, bilangan anisidin, dan bilangan total oksidasi (Totoks).

Kerusakan hidrolitik terjadi dikarenakan adanya kandungan air. Air

merupakan reaktan bagi keberlangsungan proses hidrolisis yang akan menurunkan

kualitas minyak. Adanya air pada minyak menyebabkan minyak terhidrolisis

menjadi gliserol dan asam lemak. Kadar air yang tinggi dalam bahan pangan dapat

mendorong terjadinya reaksi enzimatik yang mengakibatkan perubahan komposisi

kimia terutama kerusakan pada senyawa aktif yang dapat menurunkan mutu bahan

pangan (Ma’mun et al., 2006).

Analisis data dan contoh perhitungan kadar ALB ketiga jenis minyak yang

diuji dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Pada Lampiran 10 dapat

dilihat bahwa lama pemanasan memberikan pengaruh nyata tehadap kadar asam

lemak bebas (P<0,005). Perbedaan pengaruh lama pemanasan terhadap kadar

asam lemak bebas pada minyak yang diuji dapat dilihat pada Tabel 7.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Tabel 7. Pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan kadar asam lemak bebas

Perlakuan Waktu ALB (%)

MBLK 0 Jam 0,21 ± 0,02d


12 Jam 0,31 ± 0,07cd
24 Jam 0,35 ± 0,21bc
36 Jam 0,54 ± 0,57a
MZEV 0 Jam 0,41 ± 0,21c
12 Jam 0,42 ± 0,42bc
24 Jam 0,43 ± 0,28b
36 Jam 0,50 ± 0,35a
Olein sawit 0 Jam 0,15 ± 0,00bc
12 Jam 0,12 ± 0,04c
24 Jam 0,19 ± 0,00b
36 Jam 0,33 ± 0,50a
Keterangan: 1. Data terdiri dari 2 ulangan ± standar deviasi
2. Nilai yang disertai notasi berbeda menunjukkan pengaruh
berbeda nyata pada uji lanjut DMRT (α=0,05)

Gambar 13. Pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan kadar ALB


MBLK, MZEV, dan olein sawit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Lampiran 8 menunjukkan bahwa kadar air MBLK berkisar 4-5%.

Tingginya kadar air dalam minyak disebabkan kemungkinan masih banyak air

yang terkandung dalam sampel biji yang diakibatkan oleh saat proses ekstraksi

minyak dengan metode maserasi tidak menggunakan panas. Kandungan air yang

tinggi dalam minyak dapat mempengaruhi umur simpan minyak dan juga dapat

memicu pertumbuhan mikroba. Kandungan air yang terdapat dalam minyak

menyebabkan minyak menjadi sangat rentan terhadap reaksi hidrolisis, dan kadar

air minyak yang lebih dari 0,1% akan berpotensi lebih cepat meningkatkan kadar

asam lemak bebas.

Salah satu penyebab terjadinya ketengikan pada minyak adalah adanya air

yang cukup tinggi dalam minyak dan menyebabkan ketengikan akibat reaksi

hidrolisis terutama untuk minyak yang mengandung asam lemak jenuh rantai

pendek. Adanya kandungan air maka asam lemak dapat terhidrolisis menjadi

gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi hidrolisis tersebut akan lebih mudah terjadi

pada minyak dengan kadar air tinggi, sehingga makin rendah kadar air maka

kualitas minyak semakin baik (Anton, 2016).

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa kadar ALB pada ketiga minyak uji

mengalami peningkatan seiring bertambahnya lama pemanasan. Minyak biji labu

kuning mengalami peningkatan kadar ALB lebih tinggi (kenaikan 0,33%)

dibandingkan dengan MZEV dengan kenaikan ALB 0,09% dan olein sawit

sebesar 0,18%. Meskipun tingkat kenaikan ALB MZEV adalah yang terendah,

namun kadar ALB awal pada MZEV adalah yang terendah. Adanya air yang

bercampur dengan minyak menyebabkan terjadinya kontak antara minyak dan air,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

sehingga menyebabkan proses hidrolisis yang menghasilkan ALB. Olein sawit

memiliki kenaikan kadar ALB yang lebih rendah dibandingkan dengan MBLK

karena disebabkan olein sawit telah mengalami proses pemurnian yang

melibatkan proses deodorisasi dengan suhu tinggi (> 240oC) yang menghasilkan

kadar air yang rendah.

ALB yang terdapat dalam minyak atau lemak telah muncul sejak buah

mulai dipanen, dan jumlahnya akan terus bertambah selama proses pengolahan

dan penyimpanan. Keberadaan ALB biasanya dijadikan indikator awal terjadinya

kerusakan minyak. ALB yang muncul sebagai hasil hidrolisis selanjutnya dapat

mengalami reaksi oksidasi (Guiterrez et al., 2002). Hidrolisis merupakan reaksi

yang mendukung terjadinya reaksi oksidasi pada minyak (Choe dan Min, 2006).

Selama penyimpanan dan diberi perlakuan panas, minyak akan menjadi

subjek proses hidrolisis, oksidasi dan polimerisasi yang mengakibatkan penurunan

kualitas dan nilai nutrisinya (Matthaus et al., 2010; Gharby et al., 2013). Oksidasi

termal minyak mendominasi pembentukan hidroperoksida yang dikenal sebagai

produk oksidasi primer yang kemudian terdegradasi ke dalam hidrokarbon,

aldehid dan keton, serta selanjutnya menghasilkan produk oksidasi sekunder.

Produk oksidasi sekunder cenderung mudah menguap dan menimbulkan rasa dan

bau tengik pada minyak yang teroksidasi (Frankel, 2010).

Stabilitas oksidatif merupakan parameter penentu kualitas yang penting

pada minyak alami yang diaplikasikan untuk produk pangan. Stabilitas oksidatif

dinyatakan sebagai periode waktu yang diperlukan untuk mencapai titik kritis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

oksidasi selama pemrosesan dan penyimpanan. Stabilitas oksidatif minyak sangat

dipengaruhi oleh komposisi asam lemak dan kandungan komponen minor yang

terkandung secara alami pada minyak terkait. Semakin tidak jenuh minyak, maka

minyak tersebut akan semakin mudah rusak (Budijanto dan Sitanggang, 2010).

Perubahan oksidatif dinilai dari beberapa parameter seperti bilangan peroksida,

bilangan anisidin, dan bilangan Totoks, yang datanya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Stabilitas oksidatif MBLK, MZEV, dan olein sawit

Bilangan
Bilangan
Perlakuan Waktu Peroksida (mek Bilangan Totoks
Anisidin
O2/kg Minyak)

MBLK 0 Jam 12,95 ± 2,15d 12,86 ± 0,32cd 38,76 ± 4,62c


12 Jam 16,37 ± 1,54c 13,45 ± 0,42c 46,19 ± 3,51bc
24 Jam 18,39 ± 1,54ab 14,03 ± 0,54ab 50,80 ± 3,63ab
36 Jam 18,91 ± 0,76a 14,65 ± 0,52a 52, 05± 1,46a
MZEV 0 Jam 6,94 ± 0,70c 8,38 ± 0,49cd 22,25 ± 1,75d
12 Jam 14,02 ± 0,21bc 8,53 ± 0,37bc 36,56 ± 0,04c
24 Jam 16,02 ± 0,22ab 8,82 ± 0,85b 40,76 ± 0,61ab
36 Jam 16,90 ± 0,66a 10,77 ± 2,32a 44,57 ± 1,06a
Olein sawit 0 Jam 2,47 ± 0,67d 5,54 ± 0,31c 10,47 ± 1,03d
12 Jam 7,87 ± 1,48c 6,39 ± 0,27bc 22,13 ± 2,70bc
24 Jam 8,72 ± 0,13ab 6,82 ± 0,91ab 24,27 ± 0,36ab
36 Jam 8,77 ± 0,01b 7,60 ± 0,12a 25,14 ± 0,08a
Keterangan: 1. Data dihitung dari 2 ulangan ± standar deviasi
2. Nilai yang disertai notasi berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada uji
lanjut DMRT (α=0,05)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Analisis data dan contoh perhitungan bilangan peroksida ketiga jenis

minyak yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12. Pada

Lampiran 12 dapat dilihat hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa lamanya

waktu pemanasan berpengaruh nyata terhadap bilangan peroksida minyak tersebut

(P<0,05) sehingga uji DMRT dilanjutkan. Perbedaan pengaruh lama pemanasan

terhadap bilangan peroksida dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida


MBLK, MZEV, dan Olein Sawit

Tabel 8 menunjukkan bilangan peroksida MBLK (12,95 mek O2/kg

minyak) dan MZEV (6,94 mek O2/kg minyak) pada 0 jam masih berada pada

Standar Codex ( maksimum 15 mek O2/kg minyak) untuk minyak kasar. Namun

pada pemanasan 12 jam bilangan peroksida MBLK (16,37 mek O2/kg minyak)

melebihi Standar Codex dan bilangan peroksida MZEV (14,02 mek O2/kg

minyak) masih berada dalam standar. Bilangan peroksida olein sawit pada semua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

waktu pemanasan masih berada dalam Standar Codex (maksimum 10 mek O2/kg

minyak), yang dapat disebabkan karena minyak telah mengalami proses

pemurnian yang baik. Gambar 14 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

bilangan peroksida pada ketiga minyak yang diuji. Nilai bilangan peroksida

mengalami penaikan setelah 12 jam pemanasan. MBLK dan MZEV mengalami

peningkatan bilangan peroksida yang lebih tinggi dibandingkan dengan olein

sawit. Hal ini menandakan MBLK dan MZEV telah mengalami proses oksidasi

yang menyebabkan kualitas minyak menurun.

Bilangan peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah

mengalami oksidasi, sedangkan bilangan peroksida yang rendah bisa disebabkan

laju pembentukan peroksida baru lebih kecil dibandingkan dengan laju

degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat mengalami

degradasi dan bereaksi dengan zat lain (Raharjo, 2008). Bilangan peroksida

menentukan jumlah hidroperoksida yang terbentuk selama ketengikan oksidatif

tahap awal. Faktor yang mempengaruhi bilangan peroksida pada minyak adalah

kandungan asam lemak tidak jenuh, oksigen dan sinar. Bilangan peroksida

merupakan faktor penting untuk mengidentifikasi tingkat oksidasi minyak

(Hernandez dan Kamal-Eldin, 2013).

Perubahan bilangan peroksida selama pemanasan disajikan pada Gambar

14, dimana dapat dilihat adanya kecenderungan semakin lama pemanasan maka

bilangan peroksida semakin meningkat yang disebabkan oleh terbentuknya reaksi

kimia antara minyak dengan oksigen yang membentuk persenyawaan peroksida.

Laju peningkatan bilangan peroksida yang paling rendah terjadi pada olein sawit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

dibandingkan dengan dua minyak lainnya. Hal ini disebabkan asam lemak utama

pada MBLK dan MZEV adalah asam lemak tak jenuh yang lebih rentan terhadap

proses oksidasi, sedangkan pada olein sawit memiliki asam lemak jenuh yang

tinggi dan sangat stabil terhadap proses oksidasi.

Oksidasi pada minyak selain ditentukan oleh perbedaan komposisi asam

lemak, juga dipengaruhi oleh kandungan antioksidan. Keberadaan bahan yang

bersifat antioksidan alami seperti senyawa fenolik dan tokoferol, atau beberapa

logam berat tertentu seperti tembaga dan besi dapat juga bertindak sebagai

prooksidan. Dengan demikian, rendahnya nilai bilangan peroksida pada minyak

dapat dikarenakan senyawa antioksidan mencegah atau menghentikan proses

oksidasi dengan cara menetralkan oksigen untuk mencegah terbentuknya

peroksida atau menangkap senyawa yang dapat mengionisasi terbentuknya

peroksida dengan pemindahan hidrogen.

Proses pemanasan mempercepat reaksi oksidasi, reaksi dekomposisi

produk oksidasi primer dan reaksi hidrolisis olein sawit. Kenaikan bilangan

peroksida merupakan indikator dan peringatan bahwa minyak tidak lama lagi akan

berbau tengik (Herwanda, 2011). Dengan demikian, stabilitas, umur simpan

minyak dan kualitas minyak mengalami penurunan dikarenakan nilai peroksida

yang meningkat (Onyema dan Ibe, 2016).

Analisis data dan contoh perhitungan bilangan anisidin ketiga jenis minyak

yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14. Pada Lampiran 14

dapat dilihat bahwa lama pemanasan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

bilangan anisidin sehingga uji DMRT dilanjutkan. Semua minyak yang diuji

menunjukkan peningkatan bilangan anisidin selama pemanasan (Gambar 15).

Pada saat pemanasan berlangsung terjadi peningkatan bilangan anisidin. Hal ini

terjadi karena produk oksidasi primer (hidroperoksida) terurai lebih lanjut

membentuk senyawa aldehid. Berdasarkan Gambar 15 bilangan anisidin MBLK

paling tinggi karena MBLK menggunakan proses ekstraksi maserasi yang

diproses dengan suhu rendah, sehingga senyawa fenol dapat dipertahankan.

Perbedaan pengaruh lama pemanasan terhadap bilangan anisidin dapat dilihat

pada Gambar 15.

Gambar 15. Pengaruh pemanasan terhadap perubahan bilangan anisidin MBLK,


MZEV, dan olein sawit
Bilangan anisidin merupakan satu-satunya parameter yang spesifik

terhadap produk oksidasi sekunder, sedangkan analisis lainnya lebih sensitif pada

oksidasi primer dan tahap degradasi hidrolisis minyak (Anita et al., 2014).

Bilangan anisidin merupakan indikator terjadinya oksidasi sekunder, sehingga

semakin tinggi nilai peroksida yang dihasilkan dari proses oksidasi primer maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

semakin cepat mengalami dekomposisi menjadi produk oksidasi sekunder

(Panagan et al. 2011).

Analisis data dan contoh perhitungan bilangan Totoks ketiga jenis minyak

yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. Pada Lampiran 16

dapat dilihat bahwa perlakuan dan lamanya pemanasan berpengaruh nyata

terhadap bilangan total oksidasi minyak tersebut (P<0,05) sehingga uji DMRT

dilanjutkan. Perbedaan pengaruh lama pemanasan terhadap bilangan Totoks dapat

dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Pengaruh pemanasan terhadap perubahan bilangan Totoks MBLK,


MZEV, dan olein sawit
Fungsi bilangan peroksida dan bilangan anisidin memberikan gambaran

menyeluruh tentang proses oksidasi minyak. Bilangan Totoks digunakan sebagai

indikasi keseluruhan stabilitas oksidasi dan berkorelasi terhadap tingkat kerusakan

minyak (De Abreu et al., 2010). Bilangan Totoks adalah parameter kualitas yang

berkaitan dengan adanya senyawa yang berbeda seperti hidroperoksida, aldehid,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

keton yang terutama dihasilkan oleh degradasi asam lemak jenuh ganda, terutama

disebabkan oleh suhu tinggi, oksigen, senyawa logam dan cahaya (Nuria et al.,

2012).

Berdasarkan Gambar 16 lama pemanasan berpengaruh siginfikan terhadap

bilangan Totoks ketiga minyak uji, yang dapat dilihat dari peningkatan bilangan

Totoks dari 0-36 jam. MBLK memiliki bilangan Totoks yang tinggi dikarenakan

MBLK mengandung asam linoeat yang tinggi (47,80%), sebaliknya MZEV

mengandung asam oleat yang tinggi (77,70%) sedangkan olein sawit mengandung

asam palmitat (37,20%) yang sebanding dengan asam oleat (43,50%).

Tingginya antioksidan alami pada minyak dapat menghalangi terjadinya

oksidasi pada tahap inisiasi dengan menyediakan hidrogen kepada radikal bebas,

sehingga pembentukan radikal bebas dapat direduksi. Antioksidan alami pada

minyak bertindak sebagai antioksidan. Antioksidan juga dapat menghambat

proses ketengikan karena antioksidan reaktif terhadap oksigen. Mekanisme

antioksidan adalah dengan cara menetralkan oksigen atau menangkap senyawa

yang dapat mengionisasi terbentuknya peroksida dengan pemindahan hidrogen

secara cepat ke radikal lipida atau mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil..

Kestabilan yang lebih tinggi terhadap oksidasi minyak dapat dikaitkan dengan

pembentukan senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi

selama proses pemanasan, yang mungkin berasal dari senyawa prekursor dengan

aktivitas antioksidan yang lebih rendah seperti yang diamati pada wijen dan

minyak kanola (Wakamatsu et al., 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis asam lemak yang dominan didalam MBLK adalah asam linoleat.

Pada uji karakteristiknya diperoleh bilangan iodium 111,74 g I2/100g, total

kandungan fenolik 58,07 mg GAE/g, total tokoferol 240,18 µg/g minyak, dan

aktivitas antioksidan 35,50%.

2. Laju kerusakan MBLK, MZEV, dan olein sawit yang diuji dengan

pemanasan pada suhu 130oC selama 0, 12, 24, dan 36 jam menunjukkan

MBLK memiliki stabilitas yang lebih rendah dibandingkan MZEV dan olein

sawit yang disebabkan oleh kandungan antioksidan alami pada MBLK yang

lebih rendah, serta kandungan asam lemak linoleat yang tinggi pada MBLK

menyebabkan MBLK sulit mencegah terjadinya proses oksidasi.

Saran

1. MBLK memiliki potensi sebagai sumber antioksidan, sehingga dapat

dilanjutkan penelitian tentang metode pembuatan konsentrat antioksidan

dari MBLK.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui stabilitas

MBLK yang dimurnikan (refined oil) dengan proses pemurnian komersial

yang mencakup proses degumming, bleaching, dan deodorisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. N., Musfiroh. I., Indriyati. W., 2014. Karakterisasi minyak biji labu
kuning (Cucurbita pepo L) hasil ektraksi dengan alat soxhlet. Jurnal Farmasi
Galenika 1 (1).
Abdullah .2007. Pengaruh gorengan dan intensitas penggorengan terhadap
kualitas minyak goreng. Jurnal Pilar Sains 6(2):45-46.
Abdulrahman, S .2010. The effect of pumpkin seed feeding on the serum lipid
profile and c-reactiv protein in atherogenic rats. King Saud University.
Abisdin. Z., F.T. Putri, Marjulyati, R. Rosita, S.R. Ananda, S.F.D. Hamid, dan T.
P. Sari .2014. Identifikasi komponen senyawa pada biji labu kuning
(Cucurbita Moschata Durch). Laporan Praktikum Fitokimia. Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makasar.
Agung, I .2014. Dahsyatnya Tin dan Zaitun. Cetakan Pertama. Banyuanyar
Surakarta: Al-Qudwah Publishing : 83-89.
Ahsan, H., B. Shahangir, H. Sohet, H. S. Abdul, M. Asaduzzaman, M. A Islam
,M. Hasan, M. Islam, M. M. H. Khan, M. Khatun, M. Manirujjaman, S.
Rahman, U. Belal, dan U. Meftah . 2015. Nutritional and lipid composition
analysis of pumpkin seed (Cucurbita Maxima Linn). Journal Nutrition Food
Science (5):4. Bangladesh
Almatsier, S .2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Alamed, J., W. Chaiyasit, D.J. Mcclements, dan E. A. Decker .2009. Relationship
between free radical scavenging and antioxidant activity in foods. Journal Of
Agricultural And Food Chemistry 57: 2969-2976.
Alamendah., 2010. Labu Tumbuhan Kaya Manfaat.
Http://Alamendah.Wordpress.Com. Diakses 08 Desember 2016.
Alfawaz, A., M. 2004. Chemical composition and oil characteristic of pumpkin
(Cucurbita maxima) seed kernels. Journal Food Sci & Agric Res 129: 5-18.
Allalout, A., D. Krichene, G. Fregapane, M.D. Salvador, M. Zarrouk, dan V.
Mancebo-Campos. 2010. Stability of virgin olive oil and behaviour of its
natural antioxidant under medium temperature accelerated storage condition.
Journal Of Food Chemistry 121:171-177.
Anton, Muis. 2016. Pengaruh metode pengolahan dan umur panen kelapa
terhadap kualitas dan kandungan senyawa fenolik Virgin Coconut Oil (VCO).
Jurnal Penelitian Teknologi Industri 8 (2): 97-106.
Anita, Sebastian., S. M, Ghazani, dan A. G. Marangoni .2014. Quality and
safety of frying oils used in restaurant. Journal Food Research International
64: 420-423.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

AOCS. 2013. American Oil Chemist Society. USA.


Astawan, M., dan T. Wresdiyati. 2004. Diet Sehat Dengan Makanan Berserat.Tiga
Serangkai, Solo.
Bakhouche, A., A. Fernandez-Gutierrez, A. Segura-Carretero J. Lozano-Sanchez,
Dan M. Bengana . 2015. Time course of algerian azeradj extra virgin olive oil
quality during olive ripening. European Journal Of Lipid Science And
Technology 117 (3) : 389-397.

Billjana, B. R., E. B. Dimic, M. M. Novakovic, N. Zorica, dan V. V. Tesevic .


2013. The most important bioactive component of cold pressed oil from
different pumpkin (Cucurbita pepo L) seeds. Journal Food Science And
Technology 55 (2): 521-527.
Boskou, D., D. Blekas, dan M. Tsimidou . 2006. Olive oil composition: chemistry
and techonology. Journal Americal Oils Chemists Society : 41-72.
Budijanto, S., dan Sitanggang. A. B. 2010. Kajian keamanan pangan dan
kesehatan minyak goreng. Jurnal Pangan 19 (4): 361-372.
Budiman, L., A. Apriyantono, dan S.T. Soekarto .1984. Karakteristik buah labu
(Cucurbita Pepo L). Buletin Pendidikan Ilmu dan Teknologi Pangan 3: 116-
135.
Caili, F., L. Quanhong, dan S. Huan. 2006. A review on pharmacological
activities and utilization technologies of pumpkin. Journal Plantt Foods
Human Nutrition 6 (1):73-80.
Chen, H., C. Ferrari, E. Tombari, E. Bramanti, G. Salvetti, dan M. Angiuli. 2011.
Tocopherol speciation as first screening for the assessment of extra virgin
olive oil quality by reversed-phase high-performance liquid
chromatography/fluorescence detector. Journal Food Chemistry 125: 1423-
1429.
Choe, E., dan D. B. Min. 2006. Mechanism and factors for edible oil oxidation.
Comperhensive Reviews In Food Science And Food Safety 5 : 169-186.
Codex Alimentarius Commision. Standar For Named Vegetable Oils. Codex Stan
210-2017.

De, Abreu. D. A. P., J. MarotoCruz, dan P. P. Losada,. 2010. Evaluation of the


effectiveness of a new active packaging film containing natural
antioxidants (from barley husks) that retard lipid damage in frozen atlantic
salmon (Salmo Salar L.). Journal Food Res. Int 43: 1277–1282
El-Adawy, TA., dan K. M. Taha. 2001. Characterization and composition of
different seed oil and flours. Journal Agric Food Chem 49 :1253-1259.

El Azis., dan El Kalek. 2011. Antimicrobial protein and oil seeds from pumpkin
(cucurbita moschata). Nature And Science 9 (3) :105-119.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Elinge, C. M., dan A. Muhammad. 2012. Proximate, mineral and anti-nutrient


composition of pumpkin (Cucurbita pepo L) seeds extract. International
Journal Of Plant Research 2 (5):146-150.
Emilia, Akil., A. Mesquita, A. Lucia, A. Vendramini, A. G. Torres, Castelo-
Branco, D. V. Calado, M. Costa, dan V. Naciuk. 2015. Oxidative stability and
changes in chemical composition of extra virgin olive oils after short-term
deep-frying of french fries. Journal American Of Chemistry Society 92: 409-
421.
Ery, A. 2013. Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol buah lakum (Cayratia
Trifolia) dengan DPPH (2,2 Difenil-1-Pikrilhidrazil). Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Fachry, H. A. R., F. Dewi, dan S. Arta. 2007. Pengaruh pemanasan dan derajat
keasaman emulsi pada pembuatan minyak kelapa. Jurnal Teknik Kimia 11
(1): 9-16.
Fatoni, K. D. 2012. Analisa lemak dan angka peroksida. Http://Dwikrisnafatoni-
Sweetheart.Blogspot.Com/2012/11/Anga-Peroksida.Html. Diakses 06 Juni
2017.
Frankel, E. N. 2010. Chemistry of extra virgin olive oil: adulteration, oxidative
stability and antioxidant. Journal Agric Food Chem 58 (10) : 5991-6006.
Gharby, S., A. Haddad, B. Matthaus, D. Guillaume, H. Harhar, dan Z. Charrouf.
2011. Oxidative stability of edible argan oil: a two year study. LWT- Food
Science And Technology 44 (1): 1-8.
Gharby, S., A. Roudani, D. Gullaume, H. Harhar, I. Chafchaouni-Moussaoui, M.
Ibrahimi, M. Ahmad, S. Boulbaroud, S. Sultana, T. B. Hadda, dan Z.
Charrouf. 2013. Chemical investigation of nigella sativa l. Seed oil produced
in morocco. Journal Of The Saudi Society Of Agricultural Science 14:172-
177.
Guitterez, F dan J. L. Fernandez. 2002. Determinant parameters and components
in the storage of virgin olive oil prediction of storage time beyond which the
oil is no longer of extra quality. Journal Agric Food Chem 50 (3):571-7,

Gohari, A. R., K. M. Haddad dan R. Farhoosh. 2011. Chemical composition and


physicochemical properties of pumpkin seeds grown in iran. Journal
Agriculture Science Technology 13: 1053-1063.

Hawson, H. 1995. Foods And Oils Fat : Technology, Utilization, And Nutrition.
Chapman And Hall. New York.

Hernandez, E., dan A. Kamal-Eldin. 2013. Processing and nutrition of fats and
oils. Usa: john wiley & sons, Ltd.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Herwanda, A. E. 2011. Kajian proses pemurnian minyak biji bintaro (cerbera


manghas l) sebagai bahan bakar nabati. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Huang, J., dan S. Sathivel. 2010. Purifying salmon oil using adsorption,
neutralization and combined neutralization and adsorption process. Journal Of
Food Engineering 96 : 51– 58.

Ika, Dewi R., A. Wahyuni, R. Febriansyah, dan S. Tasminatun. 2012 . Uji


aktivitas antioksidan and antibakteri ekstrak etanolik biji labu kuning
(Cucurbita Moschata Duch Poir). Karya Ilmiah. Fakultas Kesehatan.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

Indranila dan Maria Ulfa. 2015. Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun
karika (Carica pubenscens) dengan metode DPPH beserta identifikasi
senyawa alkaloid, febol dan flavonoid. Prosiding Seminar Nasional Peluang
Herbal Sebagai Alternatif Medicine. Semarang: Fakultas Farmasi. Universitas
Wahid Hasyim.

Ionita, P. 2005. Is DPPH stabel free radical a good scavenger for oxygen cative
species?. Chemistry Paper. 59 (1) : 11-16.

Isnindar, S. W., dan Setyowati. E. P. 2011. Isolasi dan identifikasi senyawa


antioksidan daun kesemek (diospyros kaki thumb) dengan metode DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Majalah Obat Tradisional 16 (3) : 157-164.

John, Parry., H. Zhigan, L. Marla, S. Lan, Y. Liangli dan Z. Kequan. 2006.


Characterization of cold-pressed onion, parsley, cardamom, mullein, roasted
pumpkin and milk thistle seed oils. Journal American Of Chemistry Society
83 (10).
Ketaren, S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Koike, K., E. Hatta, L. Wei, L. J. Liu, dan T. Nikaido. 2005. New phenolyc
glycoseides from the seeds of Cucurbita Moschata. Chem Pharm Bull. 53 (2):
225-228.

Kreft, I., V. Stibij, dan Z. Trkov. 2002. Iodine and selenium contents in pumkin
seed (Cucurbita pepo L) oil and oil cake. Journal Europe Food Res
Technolonogy 215: 279-281.

Kris-Etherton, P. M., L. J. Apple, dan W. S. Harris, 2002. Fish comsumption, fisl


oil, omega 3 fatty acids, and cardiovascular disease. Jurnal American Heart
Association 106 (21): 2747-57.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Laely Widjajati. 2013. Manfaat dan khasiat labu kuning. Http://Laely-


Widjajati.Blogspot.Co.Id/2013/11/Manfaat-Dan-Khasiat-Labu-Kuning.Html.
Diakses 08 Desember 2017.

Li, X. C., L. Huang, X. T. dan Wu, X. T. 2009. Correlation between antioxidant


activities and phenolic contents of radix angelicae sinensis (Danggui). Journal
Molecules 14 (12): 5349-5361.

Li, X. C., D. Chen, J. Lin, W. Han, dan Y. Gao. 2012. Antioxidant ability and
mechanism of rhizoma Atractylodes macrocephala. Journal Molecules 17
(11): 13457-13472

Lerma-Gracia, M. J., E. F. Simo-Alfonso, G. Ramis-Ramos, dan J. M. Martinez-


Herrero. 2008. Prediction of genetic variety of spanish extra virgin olive oils
using fatty acid and phenolic compound profiles establish by direct infusion
mass spectrometry. Journal Of Food Chemistry 108 (3) :1142-1148.

Ma’mun, S. S., Manoi. F, Sembiring. B. S, Trianingsih. S. M, Gani. A, Tjijah. F,


dan Kustiwa. D. 2006. Teknik pembuatan simplisia dan ekstrak purwoceng.
Laporan Pelaksanaan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik: 314-323.

Manai-Djebali, H., D. Krichene, M. Zarrouk, dan Y. Ouni. 2012. Chemical


profiles of five minor olive oils varieties grown in central tunisia. Journal Of
Food Composition And Analysis 27:109-119.

Matthaus, B. 2010. Use of palm oil for frying in comparison with other hig-
stability oils. Journal Europe Of Lipid Science And Technology 109 (4):400-
409.
Meindrawan, B. 2012. Aktivitas antioksidan dan kadar temoe satu kali perebusan
dari kedelai (Glycine Max L Merr ) lokal var gorbogan dan impor. Skripsi.
Fakultas Sains Dan Metematika. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Jawa Tengah..

Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl


(DPPH) for estimating antioxidant activity. Journal Science Technology, 26:
212-219.

Mongkolship, S., Pongbupakit. I, Sae-lee. N, dan Sitthithaworm. N. 2004. Radical


Scavenging Activity and Phenolic Content of Medical Plants Used In Primary
Health Care. Jurnal of Pharmacy and Science 9(1):32-35.

Nurjanah, S. S. H., P. Pramuditha, T. B. Arifianto, T. Hidayat, dan Y. Ekawati.


2015. Change composisition chemical of skipjack tuna due to frying process.
Journal International Food Research 22(5): 2093-2102.

Nuria R. R., I. Jaime, J. Rovira, M. T. Sanz, S. M. de Diego, dan S. Beltran. 2012.


Supercritical fluid extraction of fish oil from fish by products : a comparison

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

with other extraction methods. Journal International Of Food Engineering 109


(2):238-248.

Nyam, K. L., C. P. Tan dan M. Lau. 2013. Fibre from pumpkin (Cucurbita Pepo
L) seeds and rinds: physico-chemical properties antioxidant capacity and
application as bakery product ingredients. Journal Malaysian Of Nutrition
19:99-109.

O’Brien, R. D. 2010. Fats And Oils: Formulating And Processing For


Applications Third Edition. USA: Taylor & Francis Group, LLC.

Oil World. 2008. Oil World Data Base December 2008. ISTA Mielke Gmbh,
Jerman.

Oil World .2013. Palm Oil The Leader In Global Oils & Fats Supply. ISTA
Mielke Gmbh. Malaysia.

Ogan, I. M., D. Marie-Josee, dan N. Michael. 2015. Palm oil: processing,


characterization and utilization in the food industry-a review. Jurnal Food
Bioscience 10:26-41.

Onyema, C. T., dan K. K. Ibe. 2016. Effects of refining processes on the


physicochemical properties of some selected vegetable oils. Journal American
Chemical Science 12(4): 1-7.

Pabesak, R. V., L. Dewi, dan N. Lestario. 2013. Aktivitas antioksidan dan fenolik
total pada tempe dengan penambahan biji labu kuning (Cucurbita Moschata
Ex Poir). Seminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS :15-419.
Panagan, A. T, Y. Heni, dan W. Mila. 2012. Analisis kualitatif dan kuantitatif
asam lemak tak jenuh omega-3, omega-6 dan karakterisasi minyak ikan patin
(Pangasius Pangasius). Jurnal Penelitian Sains 15(3): 102-106.

Pietta, P. G. 2000. Flavonoids as antioxidant. Journal Nat Prod 63(7): 1035-1042.

Prakash, A., Fred, R., dan Eugene, M. 2007. Antioxidant Activity.


Http://Www.Medallionlabs.Com diakses 28 Maret 2017.

Prarudiyanto, A. B. E., A. Alamsyah, dan D. Handito. 2015. Karakteristik kimia


dan organoleptik minyak goreng bekas hasil penyaringan dengan
penambahan vitamin E. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian & Biosistem 3(1):
102-111

U. P. Juswono. 2013. Isolasi dan karakterisasi dari minyak bunga cengkeh.


Journal Chemical Student 1(2): 269–275.

Raharjo, S. 2008. Melindungi Kerusakan Oksidasi pada Minyak Selama


Penggorengan dengan Antioksidan. Foodreview Indonesia 3(4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Riza, A., dan Hari. S. 2012. Penetapan kadar fenolik total ekstrak metanol kelopak
bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa Linn) dengan variasi tempat
tumbuh secara spektrofotometer. Jurnal Ilmiah Kefarmasian 2(1):73-80.

Rodiah, N. S., B. S. B. Utomo., J. Basmal, dan R. Kusumawati. 2015.


Pemurnian minyak ikan hasil samping (pre-cooking) industri pengalengan
ikan lemuru (Sardinella Lemuru). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia 18 (3): 26-34

Rustina .2016. Uji aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak etil asestat biji
labu kuning. Skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Ryan, E., A. R. Maguire, K. Galvin, N. M. O’Brien dan T. P. O’Connor,. 2007.


Phytosterol, squelene, tocopherol content and fatty acid profile of selected
seeds, grains and legumes. Journal Plant Foods Human Nutrition 62: 85-91.

Sani. I, C. Owoade, A. Abdulhamid, Isah M. Fakai, F. Bello. Evaluation of


physicochemical properties, phytochemicals and mineral composition of
cocosnuciferal (coconut) kernel oil, International Journal Of Advanced
Research In Chemical Science, Volume 1, Issue 8, Oktober 2014 : Hal. 22 –
30
Sartika, R. A. D. 2009. Pengaruh lemak trans terhadap kesehatan jantung,
MAKARA. Jurnal Sains 13 (1): 23-28.
Sharma, O. P. dan T. K. Bhat. 2009. DPPH antioxidant assay revisited. Journal
Food Chemistry 113:1202-1205.
Siger, A., E. Lampart-Szczapa, dan M. Nogala-Kalucka. 2008. The content and
antioxidant activyty of phenolic compounds in cold pressed plant oils. Journal
Of Food Lipid 15:137-149.
Simanjuntak, P., L. E. Lenny, S. R. Tamat, R. Murwani , dan T. Parwati. 2004.
Isolasi dan identifikasi antioksidan dari ekstrak benalu teh (Scurrula Oortiana
(Korth) Danser). Jurnal Ilmu Kefarmasiaan Indonesia 5(1): 19-24.
Sipayung, A. N. 2012. Analisa keberadaan asam lemak bebas pada minyak goreng
jenis curah berdasarkan waktu pemakaian pada pedagang gorengan kaki lima
di kelurahan padang bulan medan tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara
Suasana, M. 2012. Pemanfaatan biji labu dalam pembuatan minyak kelapa secara
fermentatif. Jurnal Sains Dan Teknologi Widyatech 11(3): 134-144.

Sundram, K., R. Sambanthamurthi, dan Y. A. Tan. 2003. Palm fruit chemistry.


Journal Asia Pacific Clinic Nutrition 12 (3):355-362.

Suhartono, E., H. Fachir, dan B. Setiawan. 2007. Kapita sketsa biokimia stres
oksidatif dasar dan penyakit. Banjarmasin: Pustaka Benua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Tri, Y. H. 2001. Studi pengaruh penggunaan antioksidan golongan phenolik dan


aminik terhadap ketahanan oksidasi olein sawit pada berbagai tingkat
kemurnian. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Turisman, Ardiningsih. D, dan Nofiani. R. 2012. Tptal fenol fraksi etil asetat dari
buah asam kandis (Garcinia dioica Blume). JKK 1 (1) : 45-48

USDA (United State Department Of Agricultural). 2010. Agricultural Research


Service. National Nutrient Database For Standard Reference, Release 23.

USDA (United State Department Of Agricultural). 2015. Agricultural Research


Service. National Nutrient Database For Standard Reference. Release 28.

Valencia, I., D. Ansorena, dan I. Astiasaran. 2006. Stability of linseed oil and
antioxidants containing dry fermented sausages: a study of the lipid fraction
during different storage conditions. Journal Meat Science 73: 269-277

Vissers, M. N., M. P. Katan, dan P. L. Zock. 2004. Bioavailability and antioxidant


effects of olive oil phenols in humans: a review. Europe Clinic Nutrition 58:
955-965.

Vujasinovic, V., A. Takaci, E. Dimic, R. Romanic, dan S. Djilas. 2010. Shelf life
of cold-pressed pumpkin (cucurbita pepo l) seed oil obtained with a screw
press. Journal American Oil Chemistry Society 87:1497-1505.

Vujasinovic, V., E. Dimic,O. Radojac, S. Djilas, dan Z. Basic. 2012. The effect of
roasting on the chemical composition and oxidative stability of pumpkin oil.
Journal Eur Lipid Science.

Wakamatsu, D., C. Nakai, H. Maeda, K. Kida, S. Morimura, dan T. Sawa. 2005.


Isolation, identification, and structure of a potent alkyl radical scavenger in
crude canola oil, canolol. Journal Bioscience, Biotechnology,. Biochemistry
69: 1568−1574.
Winarno, F, G. 2003. Omega-9 perannya dalam diet jantung sehat. [Serial
Online]. Http://Www.Initboga.Com/Omega9b.Htm. Diakses 02 Juni 2017.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
Wong, M. L., E. M. Goh, dan R. E. Timms. 1988. Colorimetric determination of
total tocopherols in palm oil, olein and stearin. Journal American Oil
Chemistry 71: 553-562.
World Growth. 2011. Manfaat olein sawit bagi perekonomian Indonesia.
Arlintong:Palm Oil Green Development Campaign
Xanthopoulou, M. N., E. Fragopoulou, S. Antopoulou, dan T. Nomikos. 2009.
Antioxidant and lipoxygenase inhibitory activities of pumpkin seed Extract.
Journal Food Research International 42:641-646.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

Lampiran 1. Skema ekstraksi biji labu kuning dengan metode maserasi

Biji labu kuning

Pengecilan ukuran

Pengayakan 60 mesh

Serbuk biji labu kuning 500 g

Penambahan n-heksana 2 L

Pengadukan dengan spatula ±30 menit

Maserasi 5 hari pada suhu


ruang

Filtrat 1 Penyaringan

Residu

Maserasi ulang ± 2
hari

Filtrat 2 Penyaringan

Penggabungan filtrat 1 dan 2

Penguapan

Minyak biji labu kuning


kasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Lampiran 2. Kurva standar

Kurva standar asam galat untuk pengujian total kandungan fenol

Kurva standar α-tokoferol untuk pengujian total tokoferol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Lampiran 3. Rendemen Minyak Biji Labu Kuning

Maserasi

Sampel Berat Sampel (g) Berat Minyak (g) Rendemen


I 500 190,64 38,13%
II 500 191,50 38,30%
III 500 196,12 39,22%
IV 500 201,71 40,34%
V 500 196,83 39,37%
VI 500 195,86 39,17%
Total 3000 1172,66 234,53%
Rerata 39,09%

Contoh Perhitungan Rendemen

Sampel I =

= 38,13 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Lampiran 4. Grafik kromatografi minyak yang diuji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lampiran 5. Data total kandungan fenol MBLK, MZEV, dan Olein Sawit

Data Mentah
Berat Volume
Totak Fenolik
Perlakuan Sampel Y X Sampel FP
(mg GAE/ml)
(g) (ml)
D1R1 0,12 0,335 9,82 100 7 57,28
D1R2 0,11 0,327 9,50 100 7 58,86
D2R1 0,13 0,893 31,61 100 7 170,24
D2R2 0,10 0,749 25,99 100 7 181,94
D3R1 0,12 0,591 19,82 100 7 115,61
D3R2 0,12 0,604 20,32 100 7 118,58
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R = Replika

Contoh perhitungan

D1R1

Perhitungan konsentrasi senyawa fenolik pada larutan sampel berdasarkan kurva


standar asam galat (Lampiran 2), diperoleh persamaan:

Y = 0,0256x + 0,0836

Dari persamaan di atas, dapat kita hitung nilai x dengan nilai y = 0,335, maka:

0,335 = 0,0256x + 0,0836

X =

X = 9,82 mg GAE/ml konsentrasi fenolat total setara dengan


konsentrasi asam galat

Setelah didapat nilai X maka dapat kita hitung total kandungan fenol:

Volume sampel yang digunakan = 100 ml, berat sampel 0,12 mg

= 57,28 mg GAE/ g sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Lampiran 6. Data total tokoferol MBLK, MZEV, dan Olein Sawit

Data Mentah
Perlakuan A B Berat (g) M Total Tokoferol (g/100g)
D1R1 0,093 0,036 0,12 0,002 237,50
D1R2 0,104 0,14 0,002 242,86
D2R1 0,154 0,036 0,13 0,002 453,85
D2R2 0,166 0,14 0,002 464,29
D3R1 0,169 0,036 0,12 0,002 554,17
D3R2 0,183 0,13 0,002 565,38
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R = Replika

Contoh perhitungan

D1R1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Lampiran 7. Data aktivitas antioksidan MBLK, MZEV, dan olein Sawit

Data Mentah
Perlakuan Absorbansi Blanko % inhibisi
D1R1 0,363 0,572 36,53
D1R2 0,375 34,44
D2R1 0,28 0,572 51,04
D2R2 0,271 52,62
D3R1 0,163 0,572 71,50
D3R2 0,142 75,17
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit,
R= Replika

Contoh Perhitungan

D1R1

× 100 %

× 100 % = 36,53%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Lampiran 8. Kadar Air MBLK, MZEV, dan olein sawit

Jenis Sampel A (g) B (g) Kadar Air (%)


D1 10,06 5,84 4,19
10,04 5,73 4,29
D2 10,03 6,64 3,38
10,05 7,02 3,01
D3 10,03 9,67 0,36
10,03 9,72 0,31
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R= Replika

Contoh Perhitungan

Kadar Air (%) =

dimana :

A : berat sampel setelah di oven

B : berat sampel sebelum di oven

Contoh Perhitungan

D1 =

= 4,19%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Lampiran 9. Data pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan kadar


asam lemak bebas MBLK, MZEV, dan olein sawit

Berat ml N
Perlakuan Waktu (g) KOH KOH Berat Jenis % ALB
D1R1 t1 10,37 0,7 0,1 28,0 0,19
t2 10,02 1,1 0,1 28,0 0,31
t3 10,31 1,2 0,1 28,0 0,33
t4 10,03 1,8 0,1 28,0 0,50
D1R2 t1 10,26 0,8 0,1 28,0 0,22
t2 10,02 1,2 0,1 28,0 0,34
t3 10,02 1,3 0,1 28,0 0,36
t4 10,08 2,1 0,1 28,0 0,58
D2R1 t1 10,22 1,4 0,1 28,2 0,39
t2 10,04 1,4 0,1 28,2 0,39
t3 10,23 1,5 0,1 28,2 0,41
t4 10,03 1,7 0,1 28,2 0,48
D2R2 t1 10,09 1,5 0,1 28,2 0,42
t2 10,08 1,6 0,1 28,2 0,45
t3 10,04 1,6 0,1 28,2 0,45
t4 10,09 1,9 0,1 28,2 0,53
D3R1 t1 5,03 0,1 0,1 25,6 0,05
t2 5,02 0,3 0,1 25,6 0,15
t3 5,26 0,4 0,1 25,6 0,19
t4 5,2 0,6 0,1 25,6 0,30
D3R2 t1 5,02 0,3 0,1 25,6 0,15
t2 5,35 0,2 0,1 25,6 0,10
t3 5,17 0,2 0,1 25,6 0,10
t4 5,02 0,7 0,1 25,6 0,36
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R= Replika, t = Lama Pemanasan

Contoh perhitungan:

D1R1 dengan Lama Pemanasan 0 Jam

× 100 %

= 0,19%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

Lampiran 10. Analisa sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap
perubahan kadar asam lemak bebas MBLK, MZEV, dan olein
sawit.

Sumber JK df KT F P
Jenis Minyak 0,24266 2 0,12133 114,642 0,000
Waktu 0,1459 3 0,04863 45,9528 0,000
Galat 0,0127 12 0,00106
Total 3,022 24

Uji DMRT

D1
Subset
Waktu N
1 2 3
t1 2 0,21d
t2 2 0,31cd
t3 2 0,35bc
t4 2 0,54a
Sig. 1,000 0,282 1,000

D2
Subset
Waktu N
1 2
t1 2 0,41c
t2 2 0,42bc
t3 2 0,43b
t4 2 0,51a
Sig. 0,493 0,064

D3
Subset
Waktu N
1 2
t1 2 0,12c
t2 2 0,15bc
t3 2 0,19b
t4 2 0,33a
Sig. 0,102 1,000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

Lampiran 11. Data pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan


bilangan peroksida MBLK, MZEV, dan olein sawit

Data Mentah

Perlakuan Waktu Berat (g) S (ml) B (ml) N BP (mek/kg Minyak)


D1R1 t1 10,02 1,5 0,05 0,1 14,47
t2 10,14 1,6 0,05 0,1 15,29
t3 10,12 1,8 0,05 0,1 17,29
t4 10,07 1,9 0,05 0,1 18,37
D1R2 t1 10,06 1,2 0,05 0,1 11,43
t2 10,02 1,8 0,05 0,1 17,47
t3 10,01 2 0,05 0,1 19,48
t4 10,03 2 0,05 0,1 19,44
D2R1 t1 10,09 0,8 0,05 0,1 7,43
t2 10,45 1,5 0,05 0,1 13,88
t3 10,04 1,7 0,05 0,1 16,43
t4 10,04 1,7 0,05 0,1 16,43
D2R2 t1 10,09 0,7 0,05 0,1 6,44
t2 10,24 1,6 0,05 0,1 15,14
t3 10,02 1,7 0,05 0,1 16,47
t4 10,07 1,8 0,05 0,1 17,38
D3R1 t1 5,02 0,15 0,05 0,1 1,99
t2 5,13 0,4 0,05 0,1 6,82
t3 5,1 0,5 0,05 0,1 8,82
t4 5,17 0,5 0,05 0,1 8,70
D3R2 t1 5,09 0,2 0,05 0,1 2,95
t2 5,04 0,5 0,05 0,1 8,93
t3 5,21 0,5 0,05 0,1 8,64
t4 5,09 0,5 0,05 0,1 8,84
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R= Replika, t = Lama Pemanasan

Contoh perhitungan:

D1R1

Bilangan Peroksida

= 14,47 (mek/kg minyak)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Lampiran 12. Analisa sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap
perubahan bilangan peroksida MBLK, MZEV, dan olein
sawit

Sumber JK df KT F P
Jenis Minyak 390,691 2 195,345 171,436 0,000
Waktu 207,38 3 69,1268 60,6661 0,000
Galat 13,6736 12 1,13946
Total 4291,16 24

Uji DMRT pengaruh lama pemanasan terhadap bilangan peroksida

D1
Subset
Waktu N
1 2
t1 2 12,95d
t2 2 16,37c
t3 2 18,39ab
t4 2 18,91a
Sig. 0,096 0,189

D2
Subset
Waktu N
1 2 3
t1 2 6,94c
t2 2 14,02bc
t3 2 16,02ab
t4 2 16,90a
Sig. 1,000 1,000 0,155

D3
Subset
Waktu N
1 2
t1 2 2,47d
t2 2 7,87c
t3 2 8,73ab
t4 2 8,77a
Sig. 1,000 0,340

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

Lampiran 13. Data total pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan


bilangan anisidin MBLK, MZEV, dan olein sawit.

Data mentah

Perlakuan Waktu Berat (g) A2 A1 Bilangan Anisidin


D1R1 t1 1,02 0,722 0,277 13,09
t2 1,04 0,845 0,389 13,15
t3 1,00 0,587 0,132 13,65
t4 1,05 0,683 0,183 14,29
D1R2 t1 1,04 0,694 0,256 12,63
t2 1,01 0,794 0,331 13,75
t3 1,03 0,596 0,101 14,42
t4 1,02 0,658 0,147 15,03
D2R1 t1 1,03 0,541 0,245 8,62
t2 1,03 0,893 0,591 8,80
t3 1,04 0,673 0,362 8,97
t4 1,07 0,655 0,264 10,96
D2R2 t1 1,01 0,553 0,279 8,14
t2 1,04 0,872 0,585 8,28
t3 1,05 0,699 0,389 8,86
t4 1,04 0,673 0,306 10,59
D3R1 t1 1,00 0,617 0,425 5,76
t2 1,03 0,586 0,342 7,11
t3 1,05 0,628 0,387 6,89
t4 1,05 0,709 0,44 7,69
D3R2 t1 1,02 0,634 0,453 5,32
t2 1,02 0,504 0,293 6,21
t3 1,03 0,628 0,387 7,02
t4 1,05 0,688 0,425 7,51
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R= Replika, t = Lama Pemanasan

Contoh Perhitungan

D1R1

Bilangan Anisidin

= 13,09

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Lampiran 14. Analisa sidik ragam uji pengaruh lama pemanasan terhadap
perubahan bilangan anisidin MBLK, MZEV, dan olein sawit.

Sumber JK df KT F P
Jenis Minyak 214,953 2 107,477 189,793 0,000
Waktu 8,0031 3 2,6677 4,71089 0,021
Galat 6,7954 12 0,56628
Total 2495,01 24

Uji DMRT Lama pemansan terhadap bilangan anisidin

D1
Subset
Waktu N
1 2
t1 2 12,86cd
t2 2 13,45c
t3 2 14,03ab
t4 2 14,65a
Sig. 0,066 0,063

D2
Subset
Waktu N
1 2
t1 2 8,38cd
t2 2 8,53bc
t3 2 8,82b
t4 2 10,77a
Sig. 0,202 1,000

D3
Subset
Waktu N
1 2 3
t1 2 5,54c
t2 2 6,39bc
t3 2 6,82ab
t4 2 7,60a
Sig. 1,000 0,128 1,000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 15. Data total pengaruh lama pemanasan terhadap perubahan


bilangan total oksidasi (Totoks) MBLK, MZEV, dan olein
sawit.

Perlakuan Waktu Bilangan Peroksida Bilangan Anisidin Bilangan Totoks


D1R1 t1 14,47 13,09 42,03
t2 15,29 13,15 43,73
t3 17,29 13,65 48,23
t4 18,37 14,29 51,03
D1R2 t1 11,43 12,63 35,49
t2 17,47 13,75 48,69
t3 19,48 14,42 53,38
t4 19,44 15,03 53,91
D2R1 t1 7,43 8,62 23,48
t2 13,88 8,8 36,56
t3 16,43 8,97 41,83
t4 16,43 10,96 43,82
D2R2 t1 6,44 8,14 21,02
t2 15,14 8,28 38,56
t3 16,47 8,86 41,8
t4 17,38 10,59 45,35
D3R1 t1 1,99 5,76 9,74
t2 6,82 7,11 20,75
t3 8,82 6,89 24,53
t4 8,7 7,69 25,09
D3R2 t1 2,95 5,32 11,22
t2 8,93 6,21 24,07
t3 8,64 7,02 24,3
t4 8,84 7,51 25,19
Keterangan : D1 = MBLK, D2 = MZEV, D3 = Olein Sawit, R= Replika, t = Lama Pemanasan

Contoh perhitungan

D1R1

Bilangan Totoks = ((2 × bilangan peroksida) + bilangan anisidin)

= ((2×14,47 mek/ kg minyak) + 13,09)

= 42,03

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Lampiran 16. Analisa sidik ragam pengaruh lama pemanasan terhadap


perubahan bilangan total oksidasi (Totoks) MBLK, MZEV,
dan olein sawit.

Sumber JK df KT F P
Jenis Minyak 2826,838 2 1413,419 273,483 0,000
Waktu 1008,772 3 336,257 65,062 0,000
Galat 62,019 12 5,168
Total 32512,182 24

Uji DMRT pengaruh lama pemanasan terhadap bilangan total oksidasi

D1
Subset
waktu N
1 2
t1 2 38,76c
t2 2 46,19bc
t3 2 50,80ab
t4 2 52,05a
Sig. 0,101 0,175

D2
Subset
waktu N
1 2 3 4
t1 2 22,25d
t2 2 36,56c
t3 2 40,76ab
t4 2 44,57a
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000

D3
Subset
waktu N
1 2
t1 2 10,47d
t2 2 22,13bc
t3 2 24,27ab
t4 2 25,14a
Sig. 1,000 0,113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Lampiran 17. Dokumentasi penelitian

Biji Labu Kuning Serbuk Biji Labu Kuning dan Pelarut

Hasil Maserasi

Minyak Biji Labu Kuning

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai