SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Disetujui di
Medan, Maret 2018
Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc
NIP. 197404051999032001 NIP. 195504051983031002
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KANDUNGAN DAN PENENTUAN KADAR SINEOL
PADA MINYAK KAYU PUTIH (Eucalyptus Robusta )
DARI PT. TOBA PULP LESTARI
DENGAN METODE
GC-MS
ABSTRAK
Analisis Kandungan dan Penentuan Kadar Sineol pada minyak Kayu Putih
(Eucalyptus Robusta) dari PT. Toba Pulp Lestari telah dilakukan dengan metode GC-
MS. Sejak dahulu daun eucaliptus telah digunakan untuk obat – obatan, industri dan
parfum juga sebagai minyak kayu putih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan senyawa dan kadar sineol dalam daun eukaliptus spesies
robusta. Kelimpahan kadar sineol 55 – 65 % dapat digunakan sebagai parfum, obat –
obatan dan juga minyak kayu putih. Sampel minyak dari daun eukaliptus diperoleh
dari destilasi air menggunakan alat Stahl. Berdasarkan Hasil analisis kualitatif
menggunakan GC-MS terdapat sebelas kandungan senyawa didalam daun eucalyptus
robusta, diantaranya α-phinene; Champene; β-pinene; 1-metil-4-isopropil Benzene;
1,8-cineole; 1-methyl-4-(1-methylethylidene) Cylohexene; 3-oxatricyclo; 3-
cyclohexene-1-methanol; α-terpinil asetat; Trans-caryophyllene; Trans-2- dodecanal.
Dan kelimpahan terbesar dari antaranya adalah 1,8-cineol 55,80% dengan kadar
sebesar 12,464 % v/v.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALYSIS OF CONTENT AND DETERMINATION OF SINEOL
IN WHITE WOOD OIL (Eucalyptus Robusta)
FROM PT. TOBA PULP LESTARI
WITH METHOD
GC-MS
ABSTRACT
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus
Yang Maha Kasih, oleh karena kasih dan anugrahNya, Ia tetap membimbing penulis
dalam saat suka maupun duka sehingga dapat tersusun penulisan skripsi ini untuk
memperoleh gelar sarjana Kimia di Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada bapak terhebat, Pardomuan
Sibarani, SH dan Mama terhebat, Ramasinta Br. Turnip yang selalu dan senantiasa
mendukung didalam doa, memberi motivasi, nasehat bahkan semangat untuk penulis.
Dan kepada adek – adek yang dewasa dan pengertian yang senantiasa mendukung
penulis didalam doa, dalam suka dan duka keadaan yang memang harus kita lewati
Niko Josua Sibarani, Calon sarjana perikanan dan Indah Yunita Sibarani, Calon
mahasiswa PTN. Tak lupa juga untuk seluruh keluarga besar yang selama ini
memberikan bantuan, arahan, semangat dan dorongan yang luar biasa sehingga
terselesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
mengarahkan, membimbing bahkan menyempurnakan hingga terselesaikan penulisan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Kimia Analitik
FMIPA USU yang telah memberikan saran dan nasehat kepada penulis.
3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S.Si, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kimia
FMIPA USU dan Ibu Dr. Sovia Lenny, S.Si, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi
Kimia FMIPA USU yang turut memberikan arahan, perbaikan dan mensahkan
skripsi ini.
4. Prof. Dr. Tamrin, M.Sc selaku dosen penasehat akademik yang selalu
memberikan nasehat dan arahan dalam perkuliahan.
5. Keluarga besar Laboratorium Kimia Analitik yang turut memberikan doa dan
dukungan semangat terhadap penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
6. Teman – teman seperjuangan 2014 Kimia FMIPA USU yang mendukung
dalam doa dan semangat dari perjalanan mahasiswa baru hingga mahasiswa tingkat
akhir.
7. Untuk Keluarga Besar The Onyx terkasih selaku keluarga pertama di Kota
Medan ini yang mendukung penulis dengan penuh kasih dalam semangat, Mutiara
dan Andiny, yang selalu mendukung dalam doa dan semangat juga kepada Elidawati
Tiarma Sihotang yang senantiasa menemani hingga terselesaikannya skripsi ini.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Pembatas Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 4
1.6. Metodologi Penelitian 4
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.7. Analisa Komponen Minyak Essensial 17
2.7.1. Kromatografi Gas – Mass Spektrometri GCMS 17
2.7.2. Kegunaan alat GCMS 18
2.7.3. Prinsip dan Cara Kerja GCMS 19
2.7.4. Instrumentasi GCMS 21
2.7.4.1. Instrumentasi Gas Chromatography 22
2.7.4.2. Instrumentasi Mass Spectrometry 22
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan 47
5.2. Saran 47
Daftar Pustaka 48
Lampiran 52
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
Genus Eucalyptus, yang asli berada di Australia dan beberapa pulau di utara
terdiri dari lebih dari 600 spesies pohon. Jenis Eukaliptus yang ditanam digunakan
terutama untuk kayu bakar, arang dan kayu gergajian. Yang kurang dikenal adalah
penggunaan kayu putih untuk produksi hasil hutan non-kayu seperti nektar bunga
untuk madu, kulit kayu tanin dan minyak dan daun untuk keperluan farmasi dan
industri (Boland et al., 1991)
Minyak kayu putih adalah cairan bening dengan karakteristik aroma dari
spesies tertentu dari yang mereka dapatkan seperti minyak esensial lainnya, mereka
adalah campuran senyawa organik (terutama terpen). Komposisi minyak bergantung
pada faktor genetik dan bukan faktor lingkungan. Oleh karena itu, yang merupakan
faktor utama terpenting yang menentukan kualitas berdasarkan kadar sineol dan
penggunaannya. (Copper et al., 1991). Semakin besar kandungan sineol maka akan
semakin baik mutu minyak kayu putih (Sumandiwangsa et al, 1973).
memperoleh kadar sineol yang 58,34% jauh lebih banyak dibandingkan dengan
destilasi uap.
I.2 Permasalahan
Kurangnya pemanfaatan daun eukaliptus dikawasan Toba Pulp Lestari yang
sebenarnya berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan minyak atsiri
atau lebih dikenal minyak kayu putih dan yang dapat diperdagangkan, bahkan juga
dapat dikembangkan sebagai prekursor dalam sintesis kimia. Komposisi minyak
utama terpenting yang menentukan mutu kualitas didasarkan pada kadar sineol.
(Copper et al., 1991). Semakin besar kandungan sineol maka akan semakin baik
mutu minyak kayu putih (Sumandiwangsa et al, 1973). Oleh karena itu, perlu
dilakukan studi untuk analisis kandungan dan juga penentuan kadar sineol dalam
minyak atsiri didalam daun Eukaliptus Robusta dengan menggunakan metode GC-
MS. Penentuan Kadar sineol dilakukan sebagai perbandingan bahwa Eucalytus
Robusta berpotensi sebagai Minyak Kayu Putih.
4. Analisis Kandungan dan juga penentuan Kadar Sineol menggunakan metode GC-
MS.
TINJAUAN PUSTAKA
sampai 4 bulan saja. Ini pulih dengan baik dari api, mengirimkan tunas dari cabang
yang relatif kecil berdiameter beberapa sentimeter.
Klasifikasi Ilmiah pada tanman eukaliptus Robusta :
Kingdom : Plantae
Clade: Angiosperms
Clade: Eudicots
Clade: Rosids
Order: Myrtales
Family: Myrtaceae
Genus: Eucalyptus
Species : E. robusta
Tanaman Eucalyptus terdiri dari kurang lebih dari 700 jenis dan yang dapat
dimanfaatkan menjadi pulp sekitar 40% dari keseluruhan tanaman ini. (Departemen
Kehutanan, 1994)
Minyak atsiri: Hasil minyak esensial adalah 1,7%, dengan unsur penyusunnya
adalah piperitone, rho-cymene, linalool, 1,8-cineole, terpinen-4-ol, sitronelat asetat
dan alfa-terpinol. Obat: E. robusta dilaporkan memiliki aktivitas antimalaria yang
signifikan.
Kontrol Erosi: Di Afrika, pohon kadang-kadang digunakan untuk
menstabilkan bukit pasir. Peneduh atau tempat berlindung: E. robusta memiliki
mahkota yang padat dan membuat pohon pinggir jalan yang bagus. Daun yang besar
sangat berorientasilebih dalam bidang horizontal daripada kebanyakan spesies
Eucalyptus lainnya, dan ini meningkatkan bayangan di atas kepala. Spesies ini cocok
ditanam di daerah pesisir sebagai shelterbelts. Ini tidak toleran terhadap semprotan
garam tapi cukup kencang. Hal ini sering digunakan sebagai sebuah penahan angin,
meskipun pepohonan sering menjadi cacat oleh paparan angin yang terus-menerus.
Hias: Pertumbuhan cepat, daun besar dan bunga yang mencolok membuat E.
robusta menjadi kandidat yang sesuai untuk digunakan sebagai hias. Layanan lain:
Karena pertumbuhannya yang cepat, spesies Eucalyptus menggunakan jumlah air
yang relatif besar dan bisa digunakan sebagai pompa untuk menurunkan permukaan
air dan membantu mengeringkan lokasi basah. Di Uganda, E. robusta telah berhasil
mengeringkan lahan berawa, sehingga memungkinkan untuk menanam spesies yang
kurang tahan banjir seperti E. saligna di tempat yang sama. (Boland, 1991)
daun M. Folium kering diperoleh 26 jenis komponen yang menyusun minyak kayu
putih yang dihasilkan dari penyulingan.
Dari beberapa komponen penyusun minyak kayu putih yang diperoleh dari
penyulingan daun kayu putih terdapat 7 komponen penyusun utama minyak kayu
putih dari daun segar, yaitu :
1. α–pinene
2. Sineol
3. α-terpineol
4. Kariofilen
5. α–Karyofolen
6. Ledol
7. Elemol (Siregar & Nopelena, 2010).
Sineol atau 1,8-cineole adalah eter siklik alami dan anggota monoterpenoid.
Eukaliptol dihasilkan dari banyak anggota marga Eucalyptus dan beberapa anggota
suku Myrtaceae, Seperti Malaleuca dan Szygium.
Komponen utama dalam Minyak Kayu putih adalah Sineol, yang Kadarnya mencapai
50-65 %. Senyawa ini terdapat pada sejumlah besar minyak atsiri. Minyak Kayu
putih akan teramsuk kedalam kelas mutu U (Utama) jika memiliki kadar sineol
≥55% dan mutu P (Pertama) jika memiliki kadar sineol ≤ 55%. (Sumandiwangsa et
al, 1973).
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isprene akan membentuk mono-, seksui-,
di-, sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dan steroid.
Minyak kayu putih adalah hasil minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan daun Eukaliptus. Minyak atsiri merupakan zat cair yang mudah
menguap dan bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda baik dalam
komposisi dan titik cairnya Penyulingan daun kayu putih untuk mendapatkan minyak
kayu putih menggunakan prinsip yang didasarkan kepada sifat minyak atsiri yang
dapat menguap jika dialiri dengan uap air panas. Uap yang dialirkan akan membawa
minyak atsiri yang ada di daun kayu putih dan ketika uap tersebut bersentuhan
dengan media yang dingin maka akan terjadi perubahan menjadi embun sehingga
akan diperoleh air dan minyak dalam keadaan terpisah (Sumadiwangsa & Silitonga,
1997). Penyulingan daun kayu putih untuk mendapatkan minyak kayu putih
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan cara rebus, cara kukus dan
dengan cara menggunakan uap langsung.
2.6.1 Penyulingan
Pada umumnya cara isolasi minyak atsiri adalah sebagai berikut : uap
menembus jaringan tanaman dan menguapkan semua senyawa yang mudah
menguap. Jika hal ini benar, maka seakan – akan isolasi minyak atsiri dari tanaman
dengan cara hidrodestilasi merupakan proses yang sederhana, hanya membutuhkan
jumlah uap yang cukup. Namun, kenyataan hal tersebut tidak sesederhana yang kita
bayangkan. Hidrodestilasi atau penyulingan dengan air terhadap tanaman meliputi
beberapa proses. Dalam Pengertian industri minyak atsiri dibedakan tiga tipe
hidrodestilasi, yaitu :
1. Penyulingan air
2. Penyulingan Uap dan Air
3. Penyulingan Uap Langsung
Pada dasarnya ketiga tipe penyulingan tersebut memiliki kesamaan yaitu suatu
Pengertian penyulingan dari sistem dua-fase. Perbedaannya terutama terletak
pada cara penanganan bahan tanaman yang akan diproses.
Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung
dengan air mendidih. Bahan yang akan disuling kemungkinan
mengambang/mengapung diatas air atau terendam seluruhnya tergantung pada berat
jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara
langsung. Sejumlah bahan tanaman adakalanya harus diproses dengan penyulingan
air sewaktu terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih. Sedangkan bila bahan
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan
dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang – lobang yang
ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air
sedikit dibawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan dengan api seperti pada
penyulingan air diatas. Pada proses ini penulis menggunakan pemanasan dengan
kompor minuak tanah yang ditekan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya
terkena uap, dan tidak terkena air yang mendidih. Bentuk dan bagian – bagian alat
penyulingan ini akan diuraikan kemudian.
Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung
dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyulingan sebelumnya hanya saja tidak
ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih
besar dari pada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang
berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian
dimasukkan kedalam alat penyulingan.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang menyolok antara ketiga alat penyulingan
tersebut. Namun demikian pemilihan tergantung pada cara yang digunakan, karena
reaksi tertentu dapat terjadi selama penyulingan.
1. Difusi atau perembesan minyak atsiri oleh air panas melalui selaput tanaman,
ini juga dikenal dengan pengertian Hidrodifusi.
2. Hidrolisis terhadap komponen tertentu dari Minyak Atsiri
3. Peruraian terjadi oleh panas (Sastrohamidjojo, 2014)
Sejak tahun 1960, GC-MS digunakan secara luas dalam Kimia Organik. Ada
dua alasan utama terjadinya hal tersebut. Pertama adalah telah ditemukan alat yang
dapat menguapkan hampir semua senyawa organik dan mengionkan uap. Kedua,
fragmen yang dihasilkan dari ion molekul dapat dihubungkan dengan struktur
molekulnya. GC-MS adalah sigkatan dari “Gas Chromatography – Mass
Spektrometry”. Instrumen ini adalah gabungan dari alat GC dan MS, hal ini berarti
sampel yang hendak diperiksa diidentifikasi dahulu dengan alat GC (Gas
Chromatography) baru, kemudian diidentifikasi dengan alat MS (Mass
Spectrometry). GC dan MS merupakan kombinasi kekuatan yang simultan untuk
memisahkan dan mengindentifikasi komponen – komponen campuran.
1. Untuk menentukan berat molekul dengan sangat teliti sampai 4 angka dibelakang
desimal. Guna menentukan 4 angka dibelakang desimal contohnya adalah sebagai
berikut : misalnya ada senyawa – senyawa : CO Massa Molekul = 28 ; N2 Massa
Molekul = 28 ; H2C=CH2 Massa Molekul = 28. Kalau dihitung Massa masing –
masing dengan teliti, maka masing – masing massa molekulnya akan berbeda.
2. Untuk mengetahui Rumus Molekul tanpa melalui Analisis unsur misalnya
C4H10O, biasanya memakai cara kualitatif atau kuantitatif, mula – mula diketahui
rumus empiris dulu (CXHYOZ)n , Kemudian baru dapat diketahui melalui
komputerisasi.
3. Bila senyawa dimasukkan ke dalam alat spektroskopi massa, maka senyawa itu
akan ditembaki oleh elektron dan molekul akan mengalami reaksi fragmentasi.
Molekul akan pecah karena tembakan elektron dalam spektrofotometer. Pecahnya
molekul itu tergantung pada gugus fungsi yang ada dalam molekul itu, jadi
melalui suatu corak tertentu, tidak secara random. Sebelum ini hanya
Spektrometri Infra Red (IR yang dapat mengetahui gugus fungsi. Dengan adanya
Kromatografi Gas ini juga mirip dengan destilasi fraksional, karena kedua
proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan
titik didih. Namun, destilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan
komponen – komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat
digunakan pada skala kecil (Pavia, 2006).
Berdasarkan data waktu retensi yang sudah diketahui dari literatur, pada alat
GC-MS dapat diketahui senyawa apa saja yang ada dalam sampel. Selanjutnya
dengan memasukkan senyawa yang diduga tersebut kedalam instrumen spektroskopi
massa. Hal ini dapat dilakukan karena salah satu kegunaan dari kromatografi gas
adalah untuk memisahkan senyawa – senyawa dari suatu sampel. Setelah itu akan
diperoleh hasil dari spektra spektroskopi massa pada grafik yang berbeda. Informasi
yang diperoleh dari masing – masing spektra. Untuk spektra GC, informasi
terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap – tiap senyawa dalam
sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa
molekul relatif dari senyawa sampel tersebut (Fowlis, 1998)
GC-MS kurang cocok untuk Analisis senyawa labil pada suhu tinggi karena
akan terdekomposisi pada awal pemisahan (Moore,2006). Prinsip dasar teknik GC-
MS adalah sampel yang dibawa fase gerak (gas pembawa) akan cenderung menempel
pada fase diam dan bergerak lebih lama dari komponen lainnya, sehingga masing –
masing komponen keluar dari fase diam pada saat yang berbeda. GC-MS digunakan
hanya untuk deteksi senyawa – senyawa yang mudah menguap. Zat –zat yang tidak
bisa menguap seperti glukosa, sukrosa tidak dapat dideteksi dengan GC-MS. Secara
umum GC-MS memiliki tiga konfigurasi utama, yaitu GC, konektor, dan MS. Prinsip
kerja GC-MS didasarkan pada perbedaan kepolaran dan massa molekul sampel yang
dapat diuapkan (Gouveia, 2011).
Sampel yang berupa cairan atau gas langsung diinjeksikan kedalam injektor,
jika sampel berbentuk padatan maka harus dilarutkan pada pelarut yang dapat
diuapkan. Aliran gas yang mengalir akan membawa sampel yang teruapkan untuk
masuk kedalam kolom. Komponen – komponen yang ada pada sampel akan
dipisahkan berdasarkan partisi diantara fase gerak (gas pembawa) dan fase diam
(kolom). Hasilnya adalah berupa molekul gas yang kemudian akan diionisasikan
pada spektrometer massa sehingga molekul gas itu akan mengalami fragmentasi
yang berupa ion – ion positif. Ion akan memiliki rasio yang spesifik anatara massa
dan muatannya (Fowlis, 1998). Skema kerja GC-MS dapat dilihat pada
Instrumen GC-MS merupakan gabungan dari alat GC dan MS, yang berarti
sampel yang akan dianalisis diidentifikasi dahulu dengan alat GC kemudian
diidentifikasi kembali dengan alat MS. GC dan MS merupakan kombinasi kekuatan
yang simultan untuk memisahkan dan mengidentifikasi komponen – komponen
campuran (skoog, 1991).
Gas Pembawa (carrier gas) pada kromatografi gas sangatlah penting. Gas yang dapat
digunakan pada dasarnya haruslah inert, kering dan bebas oksigen. Kondisi seperti
ini dibutuhkan karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan dapat mempengaruhi
gas yang akan dipelajari dan diidentifikasi (Fowlis, 1998).
b. Injeksi Sampel
Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada mesin menggunakan
semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal (Lempeng karet ini
disebut septum) yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis
ketika semprit ditarik keluar dari lempengan karet tersebut (Fowlis, 1998)
c. Kolom
Ada dua tipe kolom dalam kromatografi gas – cair. Tipe pertama, tube panjang dan
tipis berisi material padatan; Tipe kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang
berikatan dengan pada bagian terdalam permukaannya. Ada tiga hal yang dapat
berlangsung pada molekul tertentu dalam campuran yang diinjeksikan pada kolom :
- Molekul dapat berkondensasi pada fase diam
- Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam
- Molekul dapat tetap pada fase gas (Fowlis, 1998).
a. Sumber Ion
Setelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang akan diuji dilanjutkan
melalui rangkaian spektroskopi massa. Molekul – molekul yang melewati sumber ion
ini diserang oleh elektron, dan dipecah menjadi ion – ion positifnya. Tahap ini
sangatlah penting karena untuk melewati filter, partikel – partikel sampel haruslah
bermuatan (Fowlis, 1998).
b. Filter
Selama ion melalui rangkaian Spekroskopi massa, ion – ion ini melalui rangkaian
elektromagnetik yang menyaring ion berdasarkan perbedaan massa. Para ilmuwan
memisahkan komponen – komponen massa untuk kemudian dipilih yang mana yang
bileh melanjutkan yang mana yang tidak (prinsip penyaringan). Filter ini terus
menyaring ion – ion yang berasal dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke
detektor. (Flowlis, 1998).
c. Detektor
Ada beberapa tipe detektor yang biasa digunakan. Detektor ionisasi nyala dijelaskan
pada bagian bawah penjelasan ini, merupakan detektor yang umum dan lebih mudah
untuk dijelaskan dari pada detektor alternatif lainnya (Fowlis, 1998).
Dalam Mekanisme reaksi, pembakaran senyawa organik merupakan hal yang
sangat kompleks. Selama proses, sejumlah ion – ion dan elektron – elektron
dihasilkan dalam nyala. Kehadiran ion dan elektron dapat dideteksi. Seluruh detektor
ditutup dalam oven yang lebih panas dibanding dengan temperatur kolom. Hal itu
menghentikan kondensasi dalam detektor (Hegstd, 2008).
Hasil detektor akan direkam sebagai urutan puncak – puncak; setiap puncak
mewakili satu senyawa dalam campuran yang malalui detektor. Sepanjang anda
mengontrol secara hati – hati kondisi dalam kolom, anda dapat menggunakan waktu
retensi untuk membantu mengidentifikasi senyawa yang tampak – tentu saja senyawa
yang murni dan berbagai senyawa pada kondisi sama (Fowlis, 1998).
Instrumen GC-MS merupakan instrumen yang terdiri dari 2 badan GC (Gas
Chromatography) dan MS ( Mass Spectrometry). Seperti teknik pemisahan GC
Senyawa menjadi komponen – komponennya berdasarkan kecepatan distribusi antara
2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Yang masuk kedalam kolom tempat
pemisahannya yang diubah menjadi uap. Kemudian uap yang keluar dari kolom
masuk keadalam instrumen MS ( Mass Spectrometry) sebagai detektornya, untuk
kemudian uap komponen-komponen yang terpecah dipecah lagi menjadi fragmen –
fragmen nya.
(Taufik, M, 2016)
Pipet tetes -
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Nama bahan Merek
Daun segar eukaliptus Spesies Robusta
CaCl2(s) anhidrat p.a (E-Merck)
Aquades t -
3.5 Destilasi Minyak kayu putih (eukalyptus oil) dengan alat Stahl
Sebanyak 150 gram daun kayu putih yang telah dirajang kecil-kecil dan
dimasukkan kedalam labu alas 1000 mL ditambahkan aquadest secukupnya,
dihubungkan dengan alat penyuling Stahl, dan dididihkan selama ± 5-6 jam pada
suhu ±100°C hingga menghasilkan minyak dan destilasi diakhiri pada saat destilat
yang keluar jernih. Minyak atsiri yang diperoleh ditampung pada gelas Erlenmeyer.
Destilat yang diperoleh merupakan campuran minyak dan air. Kemudian lapisan
minyak ditambahkan CaCl2 anhidrous untuk mengikat air yang mungkin masih
tercampur dengan minyak atsiri, lapisan minyak didekantasi dan dimasukkan
kedalam botol vial, disimpan dilemari pendingin dalam botol dan ditutup rapat.
Minyak atsiri yang diperoleh dari daun Eucalyptus Robusta dianalisis kandungannya
dan ditentukan kadar sineol menggunakan alat GC-MS.
masing labu takar 10 mL, kemudian diencerkan dengan toluena sebagai pelarut
hingga tanda garis batas kemudian dihomogenkan.
2. Pembuatan Kurva Baku
Larutan baku sebanyak 1 µL dari masing – masing konsentrasi seri larutan
baku disuntikkan kedalam kolom melalui tempat injeksi ke alat kromatografi gas.
Setelah didapat data Mass Kromatogram dihitung berdasarkan luas area vs dengan
konsentrasi Eukaliptol.
3.8 Analisis Kuantitatif Kadar Sineol dalam Minyak Kayu Putih (Eucalyptus
oil) dengan GC-MS
Larutan masing – masing seri baku sineol sebanyak 1µL dimasukkan ke
syringer untuk diinjeksikan kedalam GC-MS. Hanya kondisi disesuaikan dengan
kondisi masing-masing bagian peralatan kemudian diamati data Mass Kromatogram
yang dihasilkan dilakukan interpretasi data. Diperoleh data kemudian di Lakukan
perhitungan untuk mendapatkan kurva kalibrasi dan dilakukan penentuan kadar
melalui persamaan.
3.9.1 Destilasi Minyak kayu putih (eukalyptus oil) dengan alat Stahl
3.9.2 Analisa Kualitatif Minyak kayu putih (Eucalyptus oil) menggunakan GC-
MS
Kingdom : Plantae
Clade : Angiosperms
Clade : Eudicots
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Eucalyptus
Species : E. Robusta
Hasil identifikasi taksonomi tumbuhan ini dapat dilihat lebih jelas pada Lampiran 1
4.1.2 Data hasil Isolasi Minyak esensial dari destilasi dengan alat stahl
Minyak atsiri yang diperoleh secara hidrodestilasi diAnalisis dengan alat GC-
MS. Mass kromatogram hasil analisis menunjukkan terdapatnya sebelas puncak
senyawa (Lampiran 5) yang terkandung dalam minyak atsiri daun eukaliptus tersebut
Data untuk larutan Standar Sineol dengan menggunakan pelarut Toluena dan Larutan
internal Kamfor dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini
a. Persamaan Garis Regresi dengan Metode Kurva Kalibrasi untuk Larutan Standar
Sineol
Data intensitas yang diperoleh untuk seri larutan standar sineol diplotkan terhadap
konsentrasi larutan standar sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linear
seperti pada gambar 4. Berikut ini
25000000
y = 368080x - 36388
R² = 0.9987
LUAS AREA PUNCAK SINEOL
20000000
15000000
10000000
5000000
0
0 10 20 30 40 50 60 70
KONSENTRASI SINEOL
Persamaan garis regresi ini diturunkan dengan metode Least Square, dimana
konsentrasi dari larutan standar dinyatakan sebagai Xi dan Luas Area peak
dinyatakan sebagai Yi seperti tabel 4.6 berikut :
No. Xi Yi ( Xi - ̅ ) ( Yi - ̅ ) ( Xi - ̅ )2 ( Yi - ̅ )2 ( Xi - ̅ )( Yi - ̅ )
1. 5 1542529 -22 -8359241 484 6,98769E+13 183903302
2. 10 3586501 -17 3586501 289 1,2863E+13 -60970517
3. 20 7561347 20 7561347 400 5,7174E+13 151226940
4. 40 15078389 40 15078389 1600 2,27358E+14 603135560
5. 60 21740084 60 21740084 3600 4,72631E+14 1304405040
∑ 135 49508850 81 39607080 6373 8,39903E+14 2181700325
Dari persamaan garis regresi dengan metode Least Square tersebut dapat diperoleh
nilai konsentrasi rata – rata ( X) dan nilai luas area puncak rata – rata ( Y ) dengan
persamaan berikut :
∑
X= = 27
∑
X= = 9901770
Penurunan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :
y = ax + b
dimana a = slope
b = intersept
Harga slop dan intersept dapat ditentukan dengan metode least square sebagai berikut :
∑ ̅ ̅̅̅̅
a= ̅ = 368080
∑
∑( ) ∑
a= = 368080
Y = 368080x + 36388
Dengan demikian Kandungan Sineol didalam 1,1 g sampel minyak atsiri Eucalyptus
Robusta adalah 0,137 gram
4.2 Pembahasan
Hal ini dikarenakan ketika melakukan destilasi uap yang mana uap diperoleh
dari bawah ketel memungkinan terjadinya pemanasan yang berlebih dibagian bawah
sampel yang mengakibatkan menguapnya sineol sehingga kadar sineol yang
diperoleh semakin sedikit dan juga menyebabkan kegosongan yang ditandai dengan
berubahnya warna minyak dari bening kekuningan jernih menjadi coklat.
Dari sebanyak 450 gram daun eukaliptus diperoleh minyak sebanyak 1,1 g
(w/w) dengan persentase sebesar 0,7% yang diperoleh dari perhitungan berikut:
= 0,7 %
Untuk pola fragmentasi yang mungkin dari senyawa terbanyak hanya 3 senyawa
diantaranya α-phinene (37,05%), 1,8-cineole (55,80%), α-terpineole (2,06%).
+
1. α- pinene; puncak dengan waktu tambat 11, 167 menit mempunyai M 136 diikuti
fragmen m/z 136, 121, 105, 93, 77, 67, 53, 41, 27
Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa alpha pinen tersebut secara hipotesa
seperti gambar 4.4.
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 136 yang
merupakan berat molekul dari C10H16. Pelepasan CH3 menghasilkan fragmen
[C9H13]+ dengan m/z 121. Pelepasan CH4 menghasilkan fragmen [C8H9]+ dengan m/z
105 Pelepasan C3H2 menghasilkan fragmen [C5H7]+ dengan m/z 67, pelepasan CH2
menghasilkan fragmen [C4H5]+ dengan m/z 53 pelepasan CH2 menghasilkan fragmen
[C3H3]+ dengan m/z 39, Pola fragmentasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
+
2. 1,8 Sineol ; puncak dengan waktu tambat 15.310 menit mempunyai M 154
diikuti fragmen m/z 154, 139, 125, 108, 84, 69, 43, 41, 27
Selanjutnya pola fragmentasi dari senyawa 1,8 sineol tersebut secara hipotesa
seperti gambar 4.7.
Spektrum massa unknown memberikan puncak ion molekul M+ 154 yang
merupakan berat molekul dari C10H180. Pelepasan CH3 menghasilkan fragmen
[C9H150]+ dengan m/z 139. Pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C8H130]+ dengan
m/z 125 Pelepasan HO menghasilkan fragmen [C8H12]+ dengan m/z 108, pelepasan
CH2 menghasilkan fragmen [C7H10]+ dengan m/z 81. pelepasan CH2 menghasilkan
fragmen [C6H8]+ dengan m/z 69, pelepasan C2H2 menghasilkan fragmen [C4H6]+
dengan m/z 43, pelepasan CH2 menghasilkan fragmen [C3H4]+ dengan m/z 29, Pola
fragmentasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
+
3. α-terpineole ; puncak dengan waktu tambat 22, 775 menit mempunyai M 136
diikuti fragmen m/z 136, 121, 107, 93, 81, 59, 43, 41, 27
a. Spektrum Massa senyawa didalam sampel
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kandungan senyawa yang terdapat dalam daun Eukalyptus Robusta α-pinene,
Champene, β-pinene, Benzene, 1,8-cineole, α-terpinole, α-Campholene Aldehid,
3-Cylohexene-1-Menthanol, α-terpinil asetat, Trans-caryophyllene dan Trans-2-
tridecanal
5.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan analisis pada batang
daun karena ketika dipisahkan aroma kayu putih jauh lebih kuat dan diperkirakan
adanya kandungan atsiri pada bagian batang daun Eukalyptus Robusta.
2. Diperlukan perbandingan kandungan dan kadar sineol antara daun terhadap batang
daun Eukalyptus Robusta.
Abdi, K, Abbas Shafiee, Mohsen Amini, Mahmood Ghazi Khansari, dan Omid
Sabzevari, 2004, Detection of Morphine in Opioid Abusers Hair by GC/MS,
DARU Journal, Volume 12 No.2 Hal. 71-75
Agusta A, 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. ITB Press. Jakarta
Boland, D J , J.J, Brophy, and A.P.N. House. 1991. Eucalyptus leaf oil: use,
chemistry, distillation and marketing. ACIAR. Canberra, Australia
Cheng, S.S, 2009. Chemical Compositions and Larvicidal activities of Leaf Essential
oils From two eucalyptus Species. ( Journal of ELSEVIER). Department of
Public Health and Parasitology, Chang Gung University, Kwei-San,
Taiwan.
Coppen, J.J.W., and G.A. Hone. 1992. Eucalyptus oils: a review of production and
markets. Natural Resources Insitute Bulletin 56.
Englhart, D., 2014. Rapid, Robust and Sensitive Detection of 11 – nor A9-
Tetrahydrocannabinol-9-Carboxylic Acid in Hair, Application Note,
Forensic/Doping Control, Agylent Technologies, USA.
Fleming, T. 2000. PDR for Herbal Medicines , 2nd edition. New Jersey: Medical
Economics Company.
Fowlis, Ian A., 1998. Gas Chromatography Analytical Chemistry by Open Learning.
John Wiley & Sons Ltd : Chichester.
Ginting S, 2004, Pengaruh lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak
Atsiri Daun Sereh Wangi (Skripsi). Medan : Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
Helfiansah, R, 2012. Isolasi, Identifikasi dan Pemurnian Senyawa 1,8 Cineol Minyak
Kayu Putih (Malaleuca leucandendron). Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia
Joel, R.C., Laura, L.K., Charles, D.D. 1991. Toxicity and Neurotoxic Effects of
Monoterpenoids In Insects and Earthworms. Ames, Iowa: Department of
Entomology and Department of Zoology, Iowa State University.
Jones, J, Mary Jones, Charles Plate dan Douglas Lewis, 2013, The Detection of
THCA Using 2-Dimensional Gas Chromatography – Tandem Mass
Spectrometry in Human Fingernail Clippings : Method Validation and
Comparison with Head Hair, American Journal OF Analytical Chemistry,
Volume 4, Hal. 1-8
Kintz, P, Hair Analysis, Clark’s Analysis of Drugs and Poisons, Edisi Ketiga, Vol. 1
Pharmaceutical Press, London.
Nopelena, I. S , 2010. Isolasi dan Analisis Komponen Minyak atsiri dari Daun Kayu
putih (Melaleucae Folium) Segar dan Kering Secara GC-MS (Skripsi).
Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Pavia, Donald L., Gary M. Lampman, George S.Kritz, Randall G. Engel, 2006,
Introduction to Organic Laboratory Techniques (4th Ed.). Thomson
Brooks/Cole. pp. 797-817.
Pino, J., Avillio, B., Armando, U., Juan, A., Rolando, M. 2013. “Chemical
Composition of Cajuput Oil (Melaleuca leucadendra L.) from Cuba”. Journal
of Essential Oil Research. 14 (1) : 10-11
Siregar, Nopelena. 2010. Isolasi dan Analisis Komponen Minyak Atsiri dari Daun
Kayu Putih (Malaleucae Folium) Segar dan Kering Secara GC-MS. (skripsi)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20421/6/Abstract.pdf 20 juli
2017.
Song, A., 2009. Study on the Chemical Constituents of The Essential oil of the
leaves of Eucalyptus Globulus Labill From China. (Asian Journal of
Traditional Medicines). Pharmacy, Shenyang Pharmaceutical University,
China.
Willet, J.E ., 1987. Gas Chromatography (Disertasi) London:John Wiley & Sons.
Lampiran. 3 Hasil Data Analisa GCMS Minyak Atsiri daun eukaliptus robusta
Lampiran. 3 Hasil Data Analisa GCMS Minyak Atsiri daun eukaliptus robusta