Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana pengelolaan Data Terpadu Program Penanganan
Fakir Miskin (DT PPFM) dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda); (2) mengetahui sejauhmana
pemerintah daerah sudah memanfaatkan DT PPFM; dan (3) mengidentifikasi kendala pemanfaatan DT
PPFM oleh pemerintah daerah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif diskriptif melalui studi
kasus di Kabupaten Deli Serdang. Informasi digali dengan teknik wawancara, didukung dengan focus
group discussion dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemerintah Daerah
Kabupaten Deli Serdang sudah menandatangani MoU dengan Kementerian Sosial, dan sudah memperoleh
DT PPFM. Data dikelola oleh Dinas Sosial setempat, namun belum didukung dengan sarana- prasarana
yang memadai, tenaga dan regulasi tersendiri; (2) pemanfaatan data sebagai acuan penerima manfaat
program masih terbatas pada satu program pada satu OPD, sedangkan PPFM pada OPD lainnya belum
menggunakan DT PPFM; (3) kendala utama pemanfaat DT PPFM oleh pemerintah daerah Kabupaten Deli
Serdang adalah (a) belum ada sosialisasi khusus sehingga DT PPFM belum dikenal dan dipahami; (b)
petunjuk teknis PPFM pada sejumlah OPD belum sinkron dengan DT PPFM; dan (c) sasaran program tidak
dibatasi secara ketat atau terbuka bagi masyarakat luas; (4) persepsi pengelola yang keliru, sehingga data
tidak dibagi kepada pihak lain; (5) kualitas data belum diyakini akurasinya. Untuk optimalisasi pemanfaatan
data oleh pemerintah daerah perlu dilakukan: (1) sosialisasi kepada seluruh OPD penyelenggara program;
(2) penguatan kelembagaan, termasuk sinkronisasi juknis PPFM dengan DT PPFM daerah; (3) penegasan
kriteria program penanganan fakir miskin; (4) penetapan kewenangan distribusi data di daerah; dan (5)
peningkatan kualitas data.
Kata Kunci : pengelolaan, pemanfaatan, data terpadu, fakir miskin.
Abstract
This study aims to: (1) Describe a system of Integrated Data for Poor Management Programs (ID PMP)
is carried out by district governments; (2) Know the extent to which the regional government has utilized
the ID PMP; and (3) Identify the constraints of the use of ID PMP by district government. The study
was conducted with a qualitative descriptive approach, and taking a case study in Deli Serdang Regency.
Information has been collected by interview techniques, which has supported by focus group discussion
and documentary study. The results of the study indicate that: Firstly, the district goverment has signed out
MoU with Ministry of Social Affairs on managing data of ID PMP, However, the data has not been done
professionally. The main constraints to data management are: (a) limited ID PMP resources and (b) no
legal basis. Secondly, the utilization of ID PMP by local governments is very limited. Third, the constraints
on the use of ID PMP are: (a) Most of OPDs administrator do not know and understand ID PMP; (b)
There are technical requirements that must be met to be the program beneficiaries; (c) Programs are open
to the public; (d) ID PMP managers’ perception that believe ID PMP must be protected, and may not be
leaked” to other parties; (e) The quality of the ID PMP is squestioned by some people. Recommendations to
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 73
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
surat kepada pemerintah daerah Kabupaten meningkat karena diambil dari DT PPFM.
/ Kota seluruh Indonesia pertengahan bulan
Berkaitan dengan upaya pemanfaatan DT
Februari tahun 2018 (Ka.Pusdatin, 8 Feb 2018).
PPFM dan peningkatan ketepatan sasaran, telah
Sesuai dengan ketentuan pasal 10 UU diterbitkan dua peraturan menteri sosial, yaitu:
Nomor 13 tahun 2011, penanganan FM oleh (1) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 10
seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun Tahun 2016 tentang Mekanisme Penggunaan
daerah berkewajiban menggunakan data terpadu Data Terpadu Program Penanganan Fakir
tersebut. Hal ini berarti bahwa apabila terdapat Miskin yang ditetapkan 3 Mei 2016; (2)
K/L atau pemerintah daerah menyelenggarakan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 28 Tahun
penanganan FM tanpa menggunakan DT 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan
PPFM dimaksud maka sesungguhnya K/L atau Validasi Data Terpadu Program Penanganan
pemerintah daerah tersebut telah mengabaikan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu, yang
ketentuan UU yang berlaku. ditetapkan 29 Desember 2017.
Sebagai upaya pemanfaatan secara luas, Permensos Nomor 28 Tahun 2017 mengatur
DT PPFM sebelumnya sudah disosialisasikan berbagai hal terkait verifikasi dan validasi DT
secara langsung oleh Menteri Sosial RI, pada PPFM, diantaranya: organisasi dan mekanisme
awalnya dalam sebuah acara khusus di Jakarta pelaksanaan. Dalam Permensos ini ditetapkan
pada tahun 2016. Acara tersebut dihadiri bahwa verivali dilaksanakan oleh pemerintah
oleh seluruh pemerintah daerah provinsi dan daerah Kabupaten/Kota. Unsur organissi
kabupaten/kota, yang diwakili oleh Kepala pelaksana terdiri dari: (a) Bupati/Walikota, (b)
Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota), Kepala Dinas Sosial, (c) Dinas Kependudukan dan
Bappeda, dan Kepala Dinas Sosial masing- Catatan Sipil,(d) Badan Pusat Statistik, (e)
masing daerah. Kepada masing-masing daerah Camat, dan (f) Kepala Desa/Kepala Kelurahan.
telah diberikan pass word untuk membuka akses Sesuai ketentuan ini maka pemerintah daerah
data ini. Dua tahun terakhir (tahun 2017 dan termasuk kepala desa/kelurahan tidak boleh
2018), Kementerian Sosial melakukan Rapat lagi menghindar dari tanggungjawab apabila
Kordinasi Nasional Data Terpadu Program terjadi kesalahan sasaran PPFM.
Penanganan Fakir Miskin (Rakornas DT
Sementara itu dalam Permensos Nomor 10
PPFM) secara rutin yang dihadiri oleh Kepala
Tahun 2016 diatur mekanisme penggunaan DT
Dinas Sosial dan Kepala Badan Perencanaan
PPFM. Pada intinya dinyatakan bahwa semua
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten/
pihak penyelenggara PPFM/penanggulangan
Kota seluruh Indonesia. Rakornas DT PPFM
kemiskinan berhak minta DT PPFM dan
tahun 2018 telah dilakukan pada bulan Februari
diatur teknis pelayanan permintaan data. Salah
dengan tema “Peningkatan Ketepatan Sasaran
satunya pemohon wajib menandatangani nota
Penerima Manfaat Program Penyelenggaraan
kesepahaman atau MoU. Dengan Permensos
Kesejahteraan Sosial Melalui Verifikasi dan
No.10/2016 ini diharapkan semua pihak
Validasi Data Terpadu”. Menilik tema ini dapat
memahami prosedur pemintaan data apabila
dipahami bahwa melalui kegiatan Rakornas,
hendak menggunakannya.
terkandung harapan ketepatan sasaran penerima
manfaat program kesejahteraan sosial, termasuk Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam
program penanganan fakir miskin semakin pelaksanaan UU No. 13/2011 ini adalah
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 75
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dunia METODE
usaha serta masyarakat untuk meningkatkan Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, Utara. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi
serta program lain dalam rangka meningkatkan ini adalah: 1) Pemerintan Daerah ini sudah
kegiatan ekonomi. menandatangani nota kesepahaman dengan
Ditjen Penanganan FM Kemsos atau TNP2K; 2)
Mencermati ketentuan Perpres ini, dapat
sudah aktif menggunakan SIKS NG 2.0, dalam
dipahami bahwa substansi penanggulangan
arti sekurangnya sudah membuka dan memberi
kemiskinan pada dasarnya tidak berbeda
respon atas SIKS NG. Selain itu, Kabupaten
dengan penanganan fakir miskin. Oleh sebab itu
Deli Serdang dinilai menarik dijadikan lokasi
PPFM yang dimaksud dalam penelitian ini juga
karena kabupaten ini relatif unik. Secara
meliputi seluruh program yang menggunakan
keseluruhan Deli Serdang dapat dikategorikan
nomenklatur penanggulangan kemiskinan.
memiliki kelebihan dibanding kabupaten/kota
Hal tersebut mengandung makna bahwa
lain baik untuk tingkat Sumatera Utara maupun
pada program-program yang menggunakan
untuk tingkat nasional. Pertama, tingkat
nomenklatur penanganan kemiskinan, juga
kemiskinan relatif jauh lebih rendah dibanding
wajib menggunakan DT PPFM.Selanjutnya
rata-rata nasional, yaitu 4,86 persen berbanding
yang dimaksud dengan Data Terpadu Program
10,22 persen (2017); Kedua, jumlah penduduk
Penanganan Fakir Miskin (DT PPFM) - seperti
relatif sangat banyak, meliputi 2.073.000 jiwa;
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Sosial RI
Ketiga, Organisasi Dinas Sosial di Kabupaten
Nomor 10 Tahun 2016 tentang Mekanisme
Deli Serdang relatif besar dibanding di daerah
Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan
lain, memiliki 5 eselon 3, yaitu: 4 Bidang
Fakir Miskin) adalah sistem data elektronik
dan 1 Sekretaris; Keempat, lokasi strategis,
berisi data nama dan alamat yang memuat
berbatasan langsung dengan kota provinsi;
informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari
Kelima, berdasarkan pengamatan umum, kerap
individu dengan status kesejahteraan terendah
menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan direktorat-
di Indonesia.
direktorat di Kementerian Sosial.
Sedangkan kata pemanfaatan berasal dari
Berdasarkan hal tersebut, Kabupaten
kata dasar “manfaat”, yang mendapat awalan
ini dapat diposisikan sebagai salah satu
“pe” dan akhiran “an”. Menurut Kamus Besar
barometer, termasuk dalam hal pengelolaan dan
Bahasa Indonesia, manfaat merupakan kata
pemanfaatan DT PPFM. Artinya jika daerah ini
benda yang berarti: (a) guna atau faedah, (b)
sudah mengelola dan memanfaatkan DT PPFM
laba; untung. Pemanfaatan mengandung makna
dengan baik ada harapan daerah lain juga sudah
proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan.
melakukan hal yang serupa. Sebaliknya jika
Dengan demikian “pemanfaatan DT PPFM”
daerah ini belum melakukan pengelolaan dan
berarti perbuatan memanfaatkan DT PPFM,
pemanfaatan DT PPFM dengan baik, kabupaten
yang menunjuk kepada proses, cara, hingga
lain kiranya juga agak sulit diharapkan sudah
perbuatan. Proses memanfaatkan DT PPFM
melakukan dengan baik.
yang dimaksud meliputi 4 tahap, mulai dari: (a)
mengenal, (b) memahami, (c) memiliki, dan (d) Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 77
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
HASIL DAN PEMBAHASAN tugas lembaga yang menyelenggarakan
Pengelolaan DT PPFM meliputi 4 aspek, urusan pemerintahan dalam bidang statistik.
yaitu: penandatanganan MoU, regulasi daerah, Sementara di Ayat (7) verifikasi dan
sumber daya pengelolaan, dan pelaksanaan validasi dilakukan oleh potensi dan sumber
verifikasi dan validasi (verivali) data. kesejahteraan sosial (PSKS) yang ada di
kecamatan dan desa/kelurahan. Pada tingkat
1. Nota Kesepahaman (MoU) Penggunaan DT nasional regulasi yang tersedia adalah
PPFM.
Permensos Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi
Permensos Nomor 10 Tahun 2016 tentang Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Miskin dan Orang Tidak Mampu. Akan
Program Penanganan Fakir Miskin, setiap tetapi dalam Permensos ini tidak ditemukan
pihak dapat meminta DT PPFM, namun klausul yang menempatkan Dinas Sosial
terlebih dahulu menandatangani Nota Kabupaten/ Kota sebagai pengelola DT
Kesepahaman (MoU). Oleh sebab itu, PPFM di daerah. Inti Permensos ini adalah
penandatanganan MoU merupakan salah pedoman dalam pelaksanaan verivali dan
satu indikator kepemilikan atas DT PPFM. unsur organisasi pelaksana verivali DT
Berdasarkan data skunder dari Ditjen PFM PPFM di daerah.
diketahui bahwa dari 514 Kabupaten/Kota
Namun demikian dari wawancara
di Indonesia, sebanyak 450 Kab/Kota sudah
terpisah dengan informan, Sekretaris dan
menandatangani MoU, termasuk Kabupaten
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan
Deli Serdang, sisanya sebanyak 64 Kab/
Sosial Dinas Sosial daerah ini tampak
Kota belum MoU (Ditjen PFM, 2018).
tidak keberatan menerima tugas sebagai
Penelitian ini tidak bermaksud mencari pengelola DT PPFM. Kedua pejabat
jawaban mengapa terdapat sejumlah mengungkapkan kendala yang dihadapi
pemerintah daerah belum melakukan Dinas Sosial setempat pada khususnya dan
MoU, akan tetapi diperkirakan ada tiga Pemda Kab.Deli Serdang pada umumnya,
kemungkinan faktor penyebab. Pertama yaitu keterbatasan anggaran. Sekretaris,
keterbatasan sumberdaya (kemampuan) mengatakan: “biaya melaksanakan verivali
Pemda. Kedua, kekurang-perdulian sangat besar, sementara anggaran yang
Pemda setempat. Ketiga, gabungan dari tersedia sangat terbatas, konsekuensinya
keduanya. Sejak tahun 2018 MoU dapat tidak seluruh data dapat diverivali”.
dilakukan secara on line. Hal ini kiranya
Tentang landasan hukum pengelolaan
dapat mengatasi sebagian hambatan, akan
DT PPFM Kepala Bidang Perlindungan dan
tetapi mekanisme ini masih baru diterapkan
Jaminan Sosial, yang bertugas mengelola DT
sehingga saat penelitian dilakukan belum
PPFM, mengatakan : “sampai sejauh ini di sini
terdeteksi pelaksanaanya.
belum ada Perda yang menunjuk Dinas Sosial
2. Landasan Hukum Pengelolaan DT PPFM di sebagai pengelola DT PPFM”. Menurut dia,
daerah. yang menjadi pegangan bagi OPD, termasuk
Dalam Pasal 8 ayat (3) UU No.13/2011 Dinas Sosial, hanya arahan lisan Bupati
tentang Penanganan Fakir Miskin setempat. Katanya: “Bupati pernah memberi
dinyatakan bahwa pendataan FM menjadi pengarahan agar semua OPD menggunakan
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 79
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
di Kab.Deli Serdang dilakukan dalam sesuatu maka yang bersangkutan terlebih
berbagai versi oleh instansi berbeda dahulu perlu mengenal produk yang
sesuai dengan permintaan dari program diharapkan dimanfaatkan tersebut.
dan atau instansi berbeda dari pemerintah Demikian pun dalam hal pemanfaatan DT
pusat. PPFM, sulit diharapkan sebuah instansi atau
c. Keterbatasan jumlah SDM pegawai OPD menggunakan DT PPFM apabila OPD
Dinas Sosial. yang bersangkutan belum mengenal apa
d. Keragaman pendataan. Di Kabupaten yang dimaksud dengan DT PPFM. Dalam
Deli Serdang dilaksanakan verifikasi dan penelitian ini, untuk mengetahui seorang
validasi DT PPFM, Sistem Layanan dan informan dari satu OPD sudah mengenal
Rujukan Terpadu (SLRT), Mekanisme atau belum mengenal DT PPFM, diajukan
Pemutahiran Mandiri (MPM). Masing- tiga pertanyaan, yaitu (a) apakah informan
masing kegiatan berkaitan dengan sudah pernah mendengar Data Terpadu
pengumpulan data penduduk miskin Program Penanganan Fakir Miskin (DT
akan tetapi satu dengan yang lain PPFM); (b) menjelaskan informasi apa
saling terlepas, Hal ini menimbulkan
saja yang terdapat dalam DT PPFM; dan
kebingunan. Berkaitan keragaman ini,
(c) apakah pernah menghadiri kegiatan
Sekretaris Dinas Sosial mengatan:
sosialisasi DT PPFM di Kabupaten/Kota
“tolls-nya juga berbeda-beda, sehingga
menambah kesulitan kami”. dan menyebutkan siapa penyelenggarnya.
Gambaran tentang hal ini dapat dilihat
Masyarakat menolak dikeluarkan dari
dalam tabel 1 berikut :
DT PPFM. Kepala Bidang Penanganan
Fakir Miskin, MA mengungkapkan reaksi Tabel 1:Informan OPD Kabupaten Deli Serdang
warga ketika dilakukan verivali: “Bapak sik yang Sudah Mengenal dan Belum Mengenal DT
PPFM
kali mengeluarkan saya. Inikan uang negara.
Ini bukan uang Bapak. Mental masyarakat Belum
No Informan OPD Mengenal
masih mental miskin”. Mengenal
1. Dinas Sosial x
Pemanfaatan DT PPFM 2. Dinas Pendidikan x
Kata “pemanfaatan” mengandung 3. Dinas Kesehatan x
pengertian proses, mulai dari: mengenal, 4. Dinas Tenaga Kerja x
5. Dinas Kelautan dan x
memahami, memiliki hingga memanfaatkan.
Perikanan
Untuk mengetahui pemanfaatan DT PPFM 6. Dinas PK, KB dan PP x
dilakukan pengukuran sejauh mana proses dan PA
pemanfaatan sudah dicapai. Berapa banyak 7. Dinas Pertanian x
OPD setempat sudah mengenal, memahami, 8. Dinas Perumahan dan x
memiliki hingga memanfaatkan DT PPFM. Kawasan Permukiman
9. Dinas Kependudukan x
Berikut hasil pengukuran yang berhasil dan Catatan Sipil
dilakukan. 10. Bappeda x
1. Pengenalan Jumlah 4 6
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 81
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
identik dengan DT PPFM, pada hal KPM ini. Bappeda dari awal sudah terlibat
PKH hanya sebagian kecil dari DT PPFM. dalam pengelolaan data karena bertindak
Kenyataan ini sekaligus mengungkapkan sebagai perpanjangan tangan dari Tim
bahwa pemahaman atas DT PPFM belum Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
memadai apabila hanya mengandalkan (TNP2K) di daerah. Kepala Bappeda secara
informasi yang diperoleh dari pertemuan- otomatis merupakan sekertaris dari Tim
pertemuan yang sifatnya koordinatif, Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
bukan acara yang khusus dirancang untuk Daerah (TKPKD) yang dibentuk di semua
tujuan sosialisasi DT PPFM. Hal ini agak Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
berbahaya karena pada satu sisi bagi pejabat sesuai Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun
yang bersangkutan pengetahuan atau 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
pemahamannya sudah tepat. Hal demikian Kemiskinan. Demikian pun Dinas Sosial
apabila dibiarkan tanpa diberi pengetahuan sebagai OPD yang memiliki tugas dalam
atau informasi yang sebenarnya maka dapat bidang kesejahteraan sosial menjadi mitra
diduga pemahaman keliru tersebut tetap akan Kementerian Sosial dalam melaksanakan
digunakan dalam penetapan sasaran program amanat UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang
yang berada di bawah kewenangannya. penanganan fakir miskin.
Kekeliruan atau kesalah-pahaman Sementara itu sebagian terbesar OPD
serupa dapat ditangkap dari ungkapan setempat, yaitu 8 dari 10 OPD, belum
NS, Kepala Dinas Tenaga Kerja. Dia memiliki DT PPFM. Kiranya hal ini logis
mengatakan: Data PKH dari BDT. Data ini karena mereka memang belum mengenal
selalu kami gunakan dalam pelatihan naker. bahkan 4 OPD belum pernah mendengar
Koordinasi kami dengan Disnsos selama DT PPFM. Kondisi demikian ini juga
ini sangat baik. Kendala yang ditemui di sesungguhnya dapat dimaknai bahwa
lapangan,: saat awal kami ambil dari BDT. masing-masing pejabat OPD cenderung
Kami sampaikan ke kades. Persoalannya, hanya fokus pada sektor kegiatan internal
data Dinsos tidak selalu ada orangnya. OPD-nya, tanpa melihat keterkaitannya
Kami ganti aja dengan ibu-ibu yang ada. dengan sektor lain lebih luas. Sebagai
Dengan ungkapan demikian terlihat bahwa contoh: Dinas Pertanian memberi bantuan
yang bersangkutan serupa seperti RS dari bibit holtikultura dan domba kepada
Dinas Pertanian, DT PPFM dipahami petani. Menilik kasus di atas, kiranya dapat
identik dengan penerima manfaat program diduga bahwa mereka fokus pada bantuan
keluarga harapan. bibit, tanpa melihat keterkaitannya dengan
penanganan kemiskinan atau PPFM secara
3. Memiliki
keseluruhan. Kiranya untuk efektifitas
Hingga saat ini dari 10 OPD Kabupaten PPFM seluruh SDM yang memiliki PPFM /
Deli Serdang yang memiliki kaitan PK, perlu menyadari bahwa program OPD-
dengan penanganan FM/penanggulangan nya merupakan bagian terintegrasi dari
kemiskinan baru 2 OPD yang memiliki PPFM secara keseluruhan.
DT PPFM, yaitu: Dinas Sosial dan
Bappeda. Kedua OPD ini dinilai wajar 4. Pemanfaatan
memiliki DT PPFM karena keduanya Berdasarkan wawancara dengan
terkait langsung dengan pengelolaan data informan, dari 10 OPD di Kabupaten Deli
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 83
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
Sosial mempersiapkan data masyarakat Kemiskinan melalui PKH (Nainggolan,
hingga tergabung dalam kelompok T. 2017). Persoalan kualitas data
yang berbadan hukum. Kendala senada sesungguhnya juga bukan sesuatu yang
diungkapkan oleh EH, peserta diskusi baru. Hal ini sudah muncul sejak awal
dari Dinas Pertanian. Dia mengatakan: munculnya Basis Data Terpadu (Sitepu,
Kami selalu terbentur dengan kelompok. A. 2014).
Kalau BDT perorangan sedangkan
Pertanian kelompok. Banyak anggota KESIMPULAN
PKH tidak masuk dalam Kelompok Berdasarkan uraian di atas, dapat
Tani. Sedangkan Juknis kami memiliki disimpulkan bahwa:
ketentuan sendiri.
1. Pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang
c. Program OPD terbuka bagi semua sudah menandatangani MoU dengan
orang. Misalnya: Dinas Pengendalian Kementerian Sosial, dan sudah memiliki
Kependudukan, Keluarga Berencana, Data Terpadu Program Penanganan
Pemberdayaan Perempuan dan Fakir Miskin. Data dikelola oleh Dinas
Perlindungan Anak menyelenggarakan Sosial setempat, namun hingga sejauh
pelayanan gratis pemakaian alat ini belum didukung dengan regulasi
kontrasepsi. Informan mengatakan: daerah. Verifikasi dan validasi data belum
“Siapa yang datang ke Puskesmas kami dilakukan menyeluruh karena keterbatasan
layani”, termasuk keluarga miskin. sumberdaya, terutama anggaran dan
Persoalannya adalah keluarga miskin sumberdaya manusia.
tidak mengetahui hal ini.
2. Pemanfaatan DT PPFM oleh pemerintah
d. Persepsi pengelola DT PPFM yang daerah, dalam kasus Kabupaten Deli
beranggaban bahwa DT PPFM wajib Serdang, masih sangat terbatas, yaitu pada
dilindungi, tidak boleh “bocor” ke pihak program KUBE yang diselenggarakan
lain. Hal demikian kiranya berawal oleh Dinas Sosial. Sedangkan Program
dari informasi yang diterima selama Penanganan Fakir Miskin yang
ini yang menyatakan bahwa DT PPFM diselenggarakan oleh OPD lain belum
bersifat rahasia sehingga perlu dijaga menggunakan DT PPFM, sehingga amanat
dan dilindungi. Konsekuensinya Dinas UU No.13/2011 tentang Penanganan Fakir
Sosial cenderung menyimpan dan Miskin, agar seluruh program penanganan
mengamankan data. fakir miskin menggunakan data terpadu
e. Kualitas DT PPFM masih dipertanyakan masih jauh dari kenyataan. Perlu dilakukan
oleh sebagian orang. Keraguan atas tindakan tertentu agar amanat undang-
kualitas data bersumber dari pengamatan undang tersebut dapat dilaksanakan.
masyarakat atas sebagian penerima 3. Kendala yang menjadi factor penghambat
manfaat program yang dipandang pemanfaatan DT PPFM oleh Pemerintah
tidak layak menerima bantuan sosial. Daerah Kabupaten Deli Serdang adalah: (a)
Keraguan seperti ini antara lain OPD penyelenggara program penanganan
diungkap oleh S, peserta FGD dari Dinas fakir miskin belum mengenal dan memahami
Pendidikan. Katanya: ada keluarga yang DT PPFM dengan baik dan benar; (b)
tidak masuk padahal keadaannya buruk, Pedoman Teknis program penanganan
lebih buruk dari yang dapat PKH. Hal fakir miskin pada masing-masing OPD
senada terungkap dalam penelitian menetapkan kriteria tertentu yang belum
Upaya Percepatan Penanggulangan
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 85
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
Nainggolan, T, e.al. (2017). Upaya Percepatan Kota Palu Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kemiskinan melalui Penanggulangan Kemiskinan
PKH. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Kemensos. (2017). Prosedur Layanan dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial.
Informasi Data Kesejahteraan Sosial.
Pahlevi. S.M. (2018). Harmonisasi SLRT dan https://www.kemsos.go.id/content/
SIKS-NG dalam Pemutakhiran Data prosedur-layanan-dan-informasi-data-
Terpadu PPFM (bahan paparan di kesejahteraan-sosial
Grand Keisha Yogyakarta, 11 Desember
Pahlevi, SM. (2018). Harmonisasi SLRT dan
2017). Jakarta: Pusat Data dan Informasi
SIKS-NG dalam Pemutakhiran Data
Kesejahteraan Sosial-Kementerian
Terpadu PPFM (bahan paparan di Grand
Sosial RI.
Keisha Yogyakarta, 11 Desember 2017).
Kabupaten Kubu Raya. (2014). Peraturan Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor Kesejahteraan Sosial, Kementerian
4 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Sosial RI.
Kemiskinan
Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
online. https://kbbi.web.id/manfaat Penanganan Fakir Miskin.
(diakses tgl 19 Nopember 2018)
Republik Indonesia. (2014).Undang-Undang
Kemensos. (2018). Kemensos Tuntaskan RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemutakhiran Data Kemiskinan Menuju Pemerintah Daerah.
Integrasi Bansos Pada 2018.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Presiden
https://www.kemsos.go.id/siaranpers /
RI Nomor 166 Tahun 2014 Tentang
kemensos -tuntaskan-pemutakhiran-
Program Percepatan Penanggulangan
data- kemiskinan-menuju-integrasi-
Kemiskinan.
bansos- pada-2018 diakses 25 Jan 2018
Republik Indonesia. (2016).Peraturan Menteri
Kemensos-Bappenas Kembangkan Sistem
Sosial RI Nomor 10 Tahun 2016
Kesejahteraan Sosial Terpadu
Tentang Mekanisme Penggunaan Basis
Nasional. http://www.tribunnews.
Data Terpadu Fakir Miskin.
com/nasional/2017/11/27/kemensos-
bappenas-kembangkan- sistem- Republik Indonesia. (2017).Peraturan Menteri
kesejahteraan-sosial-terpadu- nasional Sosial RI Nomor 28 Tahun 2017 Tentang
diakses senin, 25 Jan 2018 Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi
Data Data Terpadu Fakir Miskin dan
Kota Semarang. (2016). Peraturan Daerah
Orang Tidak Mampu.
Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2016
Tentang Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang
di Kota Semarang. RI Nomor 13 T ahun 2002 tentang
Penanganan Fakir Miskin, Jakarta:
Kota Palu. (2015). Peraturan Daerah Kabupaten
Kementerian Sosial.
Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 87
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan