Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DATA TERPADU

PADA PROGRAM PENANGANAN FAKIR MISKIN DI DELI SERDANG

MANAGEMENT AND UTILIZATION OF INTEGRATED DATA ON


POVERTY ALEVATION PROGRAME IN DELI SERDANG

Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan


Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Jln. Dewi Sartika No. 200, Cawang III, Jakarta Timur
Email: sitepu.anwar@yahoo.co.id

Diterima: 7 Januari 2019; Direvisi: 15 April 2019; Disetujui: 18 April 2019

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana pengelolaan Data Terpadu Program Penanganan
Fakir Miskin (DT PPFM) dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda); (2) mengetahui sejauhmana
pemerintah daerah sudah memanfaatkan DT PPFM; dan (3) mengidentifikasi kendala pemanfaatan DT
PPFM oleh pemerintah daerah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif diskriptif melalui studi
kasus di Kabupaten Deli Serdang. Informasi digali dengan teknik wawancara, didukung dengan focus
group discussion dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemerintah Daerah
Kabupaten Deli Serdang sudah menandatangani MoU dengan Kementerian Sosial, dan sudah memperoleh
DT PPFM. Data dikelola oleh Dinas Sosial setempat, namun belum didukung dengan sarana- prasarana
yang memadai, tenaga dan regulasi tersendiri; (2) pemanfaatan data sebagai acuan penerima manfaat
program masih terbatas pada satu program pada satu OPD, sedangkan PPFM pada OPD lainnya belum
menggunakan DT PPFM; (3) kendala utama pemanfaat DT PPFM oleh pemerintah daerah Kabupaten Deli
Serdang adalah (a) belum ada sosialisasi khusus sehingga DT PPFM belum dikenal dan dipahami; (b)
petunjuk teknis PPFM pada sejumlah OPD belum sinkron dengan DT PPFM; dan (c) sasaran program tidak
dibatasi secara ketat atau terbuka bagi masyarakat luas; (4) persepsi pengelola yang keliru, sehingga data
tidak dibagi kepada pihak lain; (5) kualitas data belum diyakini akurasinya. Untuk optimalisasi pemanfaatan
data oleh pemerintah daerah perlu dilakukan: (1) sosialisasi kepada seluruh OPD penyelenggara program;
(2) penguatan kelembagaan, termasuk sinkronisasi juknis PPFM dengan DT PPFM daerah; (3) penegasan
kriteria program penanganan fakir miskin; (4) penetapan kewenangan distribusi data di daerah; dan (5)
peningkatan kualitas data.
Kata Kunci : pengelolaan, pemanfaatan, data terpadu, fakir miskin.

Abstract
This study aims to: (1) Describe a system of Integrated Data for Poor Management Programs (ID PMP)
is carried out by district governments; (2) Know the extent to which the regional government has utilized
the ID PMP; and (3) Identify the constraints of the use of ID PMP by district government. The study
was conducted with a qualitative descriptive approach, and taking a case study in Deli Serdang Regency.
Information has been collected by interview techniques, which has supported by focus group discussion
and documentary study. The results of the study indicate that: Firstly, the district goverment has signed out
MoU with Ministry of Social Affairs on managing data of ID PMP, However, the data has not been done
professionally. The main constraints to data management are: (a) limited ID PMP resources and (b) no
legal basis. Secondly, the utilization of ID PMP by local governments is very limited. Third, the constraints
on the use of ID PMP are: (a) Most of OPDs administrator do not know and understand ID PMP; (b)
There are technical requirements that must be met to be the program beneficiaries; (c) Programs are open
to the public; (d) ID PMP managers’ perception that believe ID PMP must be protected, and may not be
leaked” to other parties; (e) The quality of the ID PMP is squestioned by some people. Recommendations to

72 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


increase the utilization of ID PMP are:(a) Broader socialization; (b) Improvement of ID PMP management
institutions; (c) ID PMP quality improvement through intensification of data verification and validation.

Keywords: management, utilization, integrated data, and poverty

PENDAHULUAN dengan nomenkaltur DT PPFM, OPD yang


Sesuai amanat UU No.13/2011 tentang menjadi mitranya di daerah adalah OPD yang
penanganan fakir miskin, sejak tahun 2016 membidangi urusan sosial, umumnya Dinas
Kementerian Sosial telah membangun dan Sosial atau instansi sejenis dengan nomenklatur
mengelola Data Terpadu Program Penanganan lain. Oleh sebab itu terkesan ada dualisme
Fakir Miskin (DT PPFM). DT PPFM sebelumnya pengelolaan data. Hal ini melengkapi urgensi
dikenal dengan Basis Data Terpadu (BDT) penelitian ini.
yang dibangun dan dikelola oleh Tim Nasional
Sejak beralih ke Kementerian Sosial, kendali
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
teknis pengelolaan DT PPFM dilaksanakan
(TNP2K). Data dalam BDT dikumpulkan oleh
oleh unit Pusat Data dan Informasi (Pusdatin).
Badan Pusat Statistik (BPS) melalui kegiatan
Sesuai amanat UU, pengelolaan data dilakukan
Pendataan Program Perlindungan Sosial
secara terkoordinasi dengan Kementerian/
(PPLS) tahun 2011. BDT memuat nama dan
Lembaga (K/L) lain. Untuk itu Menteri Sosial
alamat (by name by adress) sekitar 40 persen
melalui Kepmensos No.30/HUK/2017 telah
penduduk dengan status kesejahteraan terendah
membentuk tim pengelola lintas K/L yang
di Indonesia. Selain memuat nama dan alamat,
disebut Kelompok Kerja Pengelola Data Terpadu
BDT juga memuat informasi sosial, ekonomi
Program Penanganan Fakir Miskin (Pokja Data
dan demografi. Data dalam DT PPFM saat ini
Terpadu). Pokja terdiri dari enam unsur K/L,
merupakan hasil pemutahiran basis data terpadu
yaitu : (1) Kementerian Sosial, (2) Kementerian
(PBDT) yang dilakukan oleh BPS tahun 2015
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
dan pemutahiran oleh Kementerian Sosial RI
Kebudayaan (PMK), (3) Kementerian Dalam
(Kemensos) secara berkala setiap enam bulan
Negeri (Kemdagri), (4) Badan Perencanaan
sekali.
Pembangunan Nasional (Bappenas), (5) Badan
Perlu diangkat disini bahwa berkaitan Pusat Statistik (BPS), dan (6) Tim Nasional
dengan cikal bakal DT PPFM yang berasal Percepatan Penanganan Kemiskinan (TNP2K).
dari Basis Data Terpadu (BDT) yang dikelola
Pengelolaan DT PPFM oleh Pusdatin
oleh TNP2K sejak 2011, terkesan bahwa terjadi
Kemensos diintegrasikan dalam Sistem
tarik-menarik atau sekurangnya pergeseran
Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS).
pengelolaan yang kurang tegas antara Kemensos
SIKS merupakan aplikasi on line dan off line
dengan TNP2K. Selama data ini dikelola oleh
yang berfungsi sebagai tolls untuk kegiatan
TNP2K di tingkat pusat dengan nomenklatur
pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian
BDT, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
hingga diseminasi data dan informasi
menjadi mitranya dalam pengelolaan data ini di
kesejahteraan sosial. SIKS sudah mengalami
daerah adalah Tim Koordinasi Penanggulangan
evolusi hingga versi yang terakhir disebut SIKS
Kemisinan Daerah (TKPKD), yang secara
next generation (SIKS NG) 2.0. DT PPFM
teknis dilakukan oleh Bappeda. Sementara
dalam SIKS NG 2.0 disosialisasikan melalui
sejak data ini di kelola oleh Kemensos
berbagai media, termasuk dengan berkirim

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 73
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
surat kepada pemerintah daerah Kabupaten meningkat karena diambil dari DT PPFM.
/ Kota seluruh Indonesia pertengahan bulan
Berkaitan dengan upaya pemanfaatan DT
Februari tahun 2018 (Ka.Pusdatin, 8 Feb 2018).
PPFM dan peningkatan ketepatan sasaran, telah
Sesuai dengan ketentuan pasal 10 UU diterbitkan dua peraturan menteri sosial, yaitu:
Nomor 13 tahun 2011, penanganan FM oleh (1) Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 10
seluruh instansi pemerintah baik pusat maupun Tahun 2016 tentang Mekanisme Penggunaan
daerah berkewajiban menggunakan data terpadu Data Terpadu Program Penanganan Fakir
tersebut. Hal ini berarti bahwa apabila terdapat Miskin yang ditetapkan 3 Mei 2016; (2)
K/L atau pemerintah daerah menyelenggarakan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 28 Tahun
penanganan FM tanpa menggunakan DT 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan
PPFM dimaksud maka sesungguhnya K/L atau Validasi Data Terpadu Program Penanganan
pemerintah daerah tersebut telah mengabaikan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu, yang
ketentuan UU yang berlaku. ditetapkan 29 Desember 2017.

Sebagai upaya pemanfaatan secara luas, Permensos Nomor 28 Tahun 2017 mengatur
DT PPFM sebelumnya sudah disosialisasikan berbagai hal terkait verifikasi dan validasi DT
secara langsung oleh Menteri Sosial RI, pada PPFM, diantaranya: organisasi dan mekanisme
awalnya dalam sebuah acara khusus di Jakarta pelaksanaan. Dalam Permensos ini ditetapkan
pada tahun 2016. Acara tersebut dihadiri bahwa verivali dilaksanakan oleh pemerintah
oleh seluruh pemerintah daerah provinsi dan daerah Kabupaten/Kota. Unsur organissi
kabupaten/kota, yang diwakili oleh Kepala pelaksana terdiri dari: (a) Bupati/Walikota, (b)
Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota), Kepala Dinas Sosial, (c) Dinas Kependudukan dan
Bappeda, dan Kepala Dinas Sosial masing- Catatan Sipil,(d) Badan Pusat Statistik, (e)
masing daerah. Kepada masing-masing daerah Camat, dan (f) Kepala Desa/Kepala Kelurahan.
telah diberikan pass word untuk membuka akses Sesuai ketentuan ini maka pemerintah daerah
data ini. Dua tahun terakhir (tahun 2017 dan termasuk kepala desa/kelurahan tidak boleh
2018), Kementerian Sosial melakukan Rapat lagi menghindar dari tanggungjawab apabila
Kordinasi Nasional Data Terpadu Program terjadi kesalahan sasaran PPFM.
Penanganan Fakir Miskin (Rakornas DT
Sementara itu dalam Permensos Nomor 10
PPFM) secara rutin yang dihadiri oleh Kepala
Tahun 2016 diatur mekanisme penggunaan DT
Dinas Sosial dan Kepala Badan Perencanaan
PPFM. Pada intinya dinyatakan bahwa semua
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten/
pihak penyelenggara PPFM/penanggulangan
Kota seluruh Indonesia. Rakornas DT PPFM
kemiskinan berhak minta DT PPFM dan
tahun 2018 telah dilakukan pada bulan Februari
diatur teknis pelayanan permintaan data. Salah
dengan tema “Peningkatan Ketepatan Sasaran
satunya pemohon wajib menandatangani nota
Penerima Manfaat Program Penyelenggaraan
kesepahaman atau MoU. Dengan Permensos
Kesejahteraan Sosial Melalui Verifikasi dan
No.10/2016 ini diharapkan semua pihak
Validasi Data Terpadu”. Menilik tema ini dapat
memahami prosedur pemintaan data apabila
dipahami bahwa melalui kegiatan Rakornas,
hendak menggunakannya.
terkandung harapan ketepatan sasaran penerima
manfaat program kesejahteraan sosial, termasuk Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam
program penanganan fakir miskin semakin pelaksanaan UU No. 13/2011 ini adalah

74 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


peran pemerintah daerah kabupaten/kota. persen) atau perencanaan dan penganggaran
Mencermati dua Permensos diatas, sebagai program (76 persen), sebagaimana diklaim oleh
turunan dari UU No.13/2011, dapat dinyatakan Bappeda dalam survei (TNP2K, 2017). Pada
bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota bagian lain diungkapkan studi ini menemukan
memiliki peran strategis. Dalam verifikasi dan ironi, pada satu sisi Bappeda mengaku telah
validasi pemerintah daerah kabupaten/kota cukup memahami data BDT, tetapi pada sisi
bertindak sebagai pelaksana. Pengumpulan lain, pemanfaatannya masih minim (TNP2K,
data di lapangan dilakukan oleh pilar-pilar 2017). Diungkapkan juga bahwa secara de
pembangunan kesejahteraan sosial, akan tetapi facto hampir seluruh Bappeda sudah menerima
berada di bawah kontrol pemerintah daerah data BDT dan hampir seluruh Bappeda sudah
setempat. Peran ini perlu disorot karena selama menerima pass word untuk membuka data
ini apabila ada permasalahan data terutama (TNP2K, 2017).
ketidaktepatan sasaran, Pemerintah daerah
Penelitian ini mendalami bagaimana
cenderung merasa tidak ikut bertanggungjawab.
pengelolaan dan pemanfaatan DT PPFM oleh
Sedangkan dalam pemanfaatan DT PPFM,
pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang
daerah melalui berbagai OPD bertindak sebagai
dalam penyelenggaraan PPFM dan faktor-
pengguna (user). Dalam Undang-Undang
faktor yang menjadi kendala.
Nomor 23/2014 tentang Pemerintah Daerah
ditetapkan bahwa bidang sosial merupakan Sebagaimana ditetapkan dalam UU RI
salah satu dari enam urusan pemerintahan yang Nomor 13 Tahun 2011, yang dimaksud dengan
wajib dilakukan oleh setiap pemerintah daerah. penganganan fakir miskin adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang
Setelah DT PPFM dikelola Kemensos dan
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah
berbagai upaya tersebut di atas belum diperoleh
dan/atau masyarakat dalam bentuk kebijakan,
informasi bagaimana pengelolaan dan sejauh
program dan kegiatan pemberdayaan,
mana pemanfaatan DT PPFM oleh pemerintah
pendampingan serta fasilitasi untuk memenuhi
Kabupaten/Kota sebagai salah satu pihak
kebutuhan dasar setiap warga negara. Di
penyelenggara PPFM. Penelitian ini dilakukan
Indonesia, terdapat nomenklatur lain yang secara
terbatas, hanya di sebuah kabupaten, yaitu
subtantif tidak terpisahkan dari penanganan
Kabupaten Deli Serdang di Provinsi Sumatera
fakir miskin, yaitu penanggulangan kemiskinan
Utara.
(PK). Istilah PK antara lain digunakan dalam
Evaluasi serupa untuk BDT pernah dilakukan Perpres Nomor 166/2014 tentang Program
TNP2K tahun 2017, dengan metode survei dan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Pada
wawancara. Responden/Informannya adalah pasal 1 Perpres Nomor 166/2014 menyatakan
pejabat di lingkungan Bappeda Kabupaten/ bahwa penanggulangan kemiskinan adalah
Kota. Kuesioner dikirim ke 295 Bappeda kebijakan dan program pemerintah, pemerintah
Kabupaten/Kota. Hasil evaluasi TNP2K ini daerah, yang dilakukan secara sistematis,
mengungkapkan bahwa: pemanfaatan data BDT terencana, dan sinergis dengan dunia usaha
dalam program masih minim. Diungkapkan: dan masyarakat untuk mengurangi jumlah
”Merujuk hasil kunjungan lapangan, penduduk miskin dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan data oleh Bappeda belum sampai derajat kesejahteraan rakyat. Pada bagian lain
pada tahap pemilihan beneficiaries program (80 disebutkan bahwa program penanggulangan
kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 75
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dunia METODE
usaha serta masyarakat untuk meningkatkan Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kesejahteraan masyarakat miskin melalui deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, Utara. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi
serta program lain dalam rangka meningkatkan ini adalah: 1) Pemerintan Daerah ini sudah
kegiatan ekonomi. menandatangani nota kesepahaman dengan
Ditjen Penanganan FM Kemsos atau TNP2K; 2)
Mencermati ketentuan Perpres ini, dapat
sudah aktif menggunakan SIKS NG 2.0, dalam
dipahami bahwa substansi penanggulangan
arti sekurangnya sudah membuka dan memberi
kemiskinan pada dasarnya tidak berbeda
respon atas SIKS NG. Selain itu, Kabupaten
dengan penanganan fakir miskin. Oleh sebab itu
Deli Serdang dinilai menarik dijadikan lokasi
PPFM yang dimaksud dalam penelitian ini juga
karena kabupaten ini relatif unik. Secara
meliputi seluruh program yang menggunakan
keseluruhan Deli Serdang dapat dikategorikan
nomenklatur penanggulangan kemiskinan.
memiliki kelebihan dibanding kabupaten/kota
Hal tersebut mengandung makna bahwa
lain baik untuk tingkat Sumatera Utara maupun
pada program-program yang menggunakan
untuk tingkat nasional. Pertama, tingkat
nomenklatur penanganan kemiskinan, juga
kemiskinan relatif jauh lebih rendah dibanding
wajib menggunakan DT PPFM.Selanjutnya
rata-rata nasional, yaitu 4,86 persen berbanding
yang dimaksud dengan Data Terpadu Program
10,22 persen (2017); Kedua, jumlah penduduk
Penanganan Fakir Miskin (DT PPFM) - seperti
relatif sangat banyak, meliputi 2.073.000 jiwa;
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Sosial RI
Ketiga, Organisasi Dinas Sosial di Kabupaten
Nomor 10 Tahun 2016 tentang Mekanisme
Deli Serdang relatif besar dibanding di daerah
Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan
lain, memiliki 5 eselon 3, yaitu: 4 Bidang
Fakir Miskin) adalah sistem data elektronik
dan 1 Sekretaris; Keempat, lokasi strategis,
berisi data nama dan alamat yang memuat
berbatasan langsung dengan kota provinsi;
informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari
Kelima, berdasarkan pengamatan umum, kerap
individu dengan status kesejahteraan terendah
menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan direktorat-
di Indonesia.
direktorat di Kementerian Sosial.
Sedangkan kata pemanfaatan berasal dari
Berdasarkan hal tersebut, Kabupaten
kata dasar “manfaat”, yang mendapat awalan
ini dapat diposisikan sebagai salah satu
“pe” dan akhiran “an”. Menurut Kamus Besar
barometer, termasuk dalam hal pengelolaan dan
Bahasa Indonesia, manfaat merupakan kata
pemanfaatan DT PPFM. Artinya jika daerah ini
benda yang berarti: (a) guna atau faedah, (b)
sudah mengelola dan memanfaatkan DT PPFM
laba; untung. Pemanfaatan mengandung makna
dengan baik ada harapan daerah lain juga sudah
proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan.
melakukan hal yang serupa. Sebaliknya jika
Dengan demikian “pemanfaatan DT PPFM”
daerah ini belum melakukan pengelolaan dan
berarti perbuatan memanfaatkan DT PPFM,
pemanfaatan DT PPFM dengan baik, kabupaten
yang menunjuk kepada proses, cara, hingga
lain kiranya juga agak sulit diharapkan sudah
perbuatan. Proses memanfaatkan DT PPFM
melakukan dengan baik.
yang dimaksud meliputi 4 tahap, mulai dari: (a)
mengenal, (b) memahami, (c) memiliki, dan (d) Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan.

76 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


teknik wawancara, didukung dengan focus mengkonfirmasi informasi atau pendapat yang
group discusion (FGD) dan studi dokumentasi. disampaikannya terlebih dahulu.
Informan terdiri dua kategori: pertama,
FGD dilakukan dengan peserta sebanyak 15
informan berkaitan dengan pengelolaan DT
orang, terdiri dari perwakilan OPD pengelola
PPFM di daerah setempat; kedua, informan
DT PPFM dan perwakilan OPD penyelenggara
berkaitan dengan pemanfaatan DT PPFM.
PPFM. Perwakilan Dinas Sosial selaku
Informan berkaitan pengelolaan DT PPFM
pengelola DT PPFM sekaligus penyelenggara
terdiri dari Sekretaris, Kepala Bidang
PPFM sebanyak 6 orang meliputi 4 orang
Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kepala
pejabat eselon 3, 1 orang pejabat eselon 4, dan
Bidang Penanganan Fakir Miskin pada Dinas
1 orang operator di Dinas Sosial setempat.
Sosial dan Koordinator Tenaga Kesejahteraan
Sedangkan perwakilan OPD penyelenggara
Sosial setempat.
PPFM lainnya meliputi sebanyak 9 orang.
Informan berkaitan pemanfaatan DT Menurut jenjang jabatannya, terdiri dari eselon
PPFM terdiri dari pejabat organisasi perangkat 2 sebanyak 1 orang, eselon 3 sebanyak 5 orang,
daerah Kabupaten Deli Serdang yang memiliki eselon 4 sebanyak 3 orang.
atau melaksanakan PPFM/penanggulangan
Studi dokumentasi dilakukan atas beberapa
kemiskinan, yaitu sebanyak 10 OPD. Masing-
dokumen berkaitan dengan DT PPFM. Data
masing OPD diwakili oleh seorang pejabat
dan informasi dikategorisasi untuk dapat
yang memiliki kewenangan dalam penetapan
ditafsirkan maknanya, disajikan dalam bentuk
penerima manfaat program. Mereka terdiri dari
narasi dan tabel. Untuk mengetahui seorang
pejabat eselon IV sebanyak 4 orang (40 persen),
informan sudah mengenal atau belum mengenal
eselon III sebanyak 5 orang (50 persen) dan
DT PPFM, diajukan tiga pertanyaan, yaitu:
eselon II sebanyak 1 orang (10 persen). Menurut
(1) Apakah sudah pernah mendengar Data
jenis klamin terdiri dari 7 orang laki- laki dan
Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin
3 orang perempuan. Mereka telah menduduki
(DT PPFM)?; (2) Informasi apa saja yang
jabatannya dalam waktu kurang dari 12 bulan
terdapat dalam DT PPFM?; (3) Apakah pernah
sebanyak 2 orang; antara 12 sampai 24 bulan
menghadiri kegiatan sosialisasi DT PPFM di
sebanyak 6 orang; dan lebih dari 24 bulan
Kabupaten/Kota ini?.
sebanyak 2 orang.
Seorang informan dinilai mengenal DT
Wawancara dilakukan dengan menggunakan
PPFM apabila sekurangnya pernah mendengar
daftar pertanyaan dengan jawaban terbuka.
atau menghadiri kegiatan sosialisasi dan dapat
Pengumpulan data skunder dilakukan pada
menyebutkan informasi yang terkandung
bulan Maret hingga Mei 2018, sedang
dalam DT PPFM. Sedangkan untuk mengetahui
pengumpulan data primer melalui wawancara
seorang informan sudah atau belum memahami
serta FDG dilakukan dari tanggal 2 sampai 7
DT PPFM diajukan sebanyak 6 pertanyaan,
April 2018. Dalam prakteknya wawancara
yaitu: tentang kewajiban menggunakan
dengan informan pada setiap OPD selalu
DT PPFM; sumber data dalam DT PPFM,
didampingi oleh staf yang bersangkutan.
keterlibatan daerah dalam verivali DT
Jawaban yang diungkapkan informan dapat
PPFM,kegunaan DT PPFM; landasan hukum
dikatakan merupakan kesepakatan diantara
DT PPFM, dan mekanisme bagi penduduk
mereka. Hal tersebut didasarkan pada
yang belum tercover.
kenyataan informan utama cenderung selalu

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 77
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
HASIL DAN PEMBAHASAN tugas lembaga yang menyelenggarakan
Pengelolaan DT PPFM meliputi 4 aspek, urusan pemerintahan dalam bidang statistik.
yaitu: penandatanganan MoU, regulasi daerah, Sementara di Ayat (7) verifikasi dan
sumber daya pengelolaan, dan pelaksanaan validasi dilakukan oleh potensi dan sumber
verifikasi dan validasi (verivali) data. kesejahteraan sosial (PSKS) yang ada di
kecamatan dan desa/kelurahan. Pada tingkat
1. Nota Kesepahaman (MoU) Penggunaan DT nasional regulasi yang tersedia adalah
PPFM.
Permensos Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi
Permensos Nomor 10 Tahun 2016 tentang Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Miskin dan Orang Tidak Mampu. Akan
Program Penanganan Fakir Miskin, setiap tetapi dalam Permensos ini tidak ditemukan
pihak dapat meminta DT PPFM, namun klausul yang menempatkan Dinas Sosial
terlebih dahulu menandatangani Nota Kabupaten/ Kota sebagai pengelola DT
Kesepahaman (MoU). Oleh sebab itu, PPFM di daerah. Inti Permensos ini adalah
penandatanganan MoU merupakan salah pedoman dalam pelaksanaan verivali dan
satu indikator kepemilikan atas DT PPFM. unsur organisasi pelaksana verivali DT
Berdasarkan data skunder dari Ditjen PFM PPFM di daerah.
diketahui bahwa dari 514 Kabupaten/Kota
Namun demikian dari wawancara
di Indonesia, sebanyak 450 Kab/Kota sudah
terpisah dengan informan, Sekretaris dan
menandatangani MoU, termasuk Kabupaten
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan
Deli Serdang, sisanya sebanyak 64 Kab/
Sosial Dinas Sosial daerah ini tampak
Kota belum MoU (Ditjen PFM, 2018).
tidak keberatan menerima tugas sebagai
Penelitian ini tidak bermaksud mencari pengelola DT PPFM. Kedua pejabat
jawaban mengapa terdapat sejumlah mengungkapkan kendala yang dihadapi
pemerintah daerah belum melakukan Dinas Sosial setempat pada khususnya dan
MoU, akan tetapi diperkirakan ada tiga Pemda Kab.Deli Serdang pada umumnya,
kemungkinan faktor penyebab. Pertama yaitu keterbatasan anggaran. Sekretaris,
keterbatasan sumberdaya (kemampuan) mengatakan: “biaya melaksanakan verivali
Pemda. Kedua, kekurang-perdulian sangat besar, sementara anggaran yang
Pemda setempat. Ketiga, gabungan dari tersedia sangat terbatas, konsekuensinya
keduanya. Sejak tahun 2018 MoU dapat tidak seluruh data dapat diverivali”.
dilakukan secara on line. Hal ini kiranya
Tentang landasan hukum pengelolaan
dapat mengatasi sebagian hambatan, akan
DT PPFM Kepala Bidang Perlindungan dan
tetapi mekanisme ini masih baru diterapkan
Jaminan Sosial, yang bertugas mengelola DT
sehingga saat penelitian dilakukan belum
PPFM, mengatakan : “sampai sejauh ini di sini
terdeteksi pelaksanaanya.
belum ada Perda yang menunjuk Dinas Sosial
2. Landasan Hukum Pengelolaan DT PPFM di sebagai pengelola DT PPFM”. Menurut dia,
daerah. yang menjadi pegangan bagi OPD, termasuk
Dalam Pasal 8 ayat (3) UU No.13/2011 Dinas Sosial, hanya arahan lisan Bupati
tentang Penanganan Fakir Miskin setempat. Katanya: “Bupati pernah memberi
dinyatakan bahwa pendataan FM menjadi pengarahan agar semua OPD menggunakan

78 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


data Dinas Sosial dalam pelaksanaan setempat. Pengelolaan DT PPFM oleh
penanganan kemiskinan” Menurutnya, Dinas Sosial belum didukung dengan sarana
hingga sejauh ini semua OPD juga tidak dan prasarana tersendiri, baik operator,
keberatan menggunakan DT PPFM. Dalam ruangan maupun komputer. Ironisnya
forum FGD tidak terungkap penolakan OPD komputer yang digunakan bukan inventaris
lain untuk menggunakan DT PPFM sebagai kantor, melainkan miliki pribadi. Hal ini
acuan dalam penetapan penerima manfaat dinilai ironis karena pada sisi lain DT
program. Perlu ditambahkan di Kabupaten PPFM sebagaimana BDT terkesan sangat
Deli Serdang juga belum ditemukan Perda dilindungi. Sementara pada prakteknya di
yang mengatur penanganan fakir miskin atau Kabupaten ini DT PPFM disimpan di laptop
penanganan kemiskinan pada umumnya. Hal pribadi. Dari sisi keamanan data, hal ini
ini dibenarkan baik oleh Sekretaris Dinas kiranya cukup riskan, rentan dari kerusakan
Sosial maupun Kepala Bidang Penanganan dan penyalahgunaan.
Fakir Miskin. Berkaitan dengan regulasi
4. Verifikasi dan validasi DT PPFM.
penanganan kemiskinan dapat dinyatakan
Kabupaten Deli Serdang relatif tertinggal Saat penelitian ini dilakukan,
dengan sejumlah kabupaten lain. Di banyak pemutahiran data tahun 2017 di Kabupaten
kabupaten/kota, penanganan fakir miskin Deli Serdang belum terlaksana sepenuhnya.
dengan nomenklatur berbeda telah didukung Kondisi ini mengkhawatirkan karena
dengan Peraturan Daerah. Sebagai contoh: data menjadi sudah kadaluarsa sehingga
1) Di Kota Palu sudah ada Perda Nomor 5 penerima manfaat program pun menjadi
Tahun 2015 terkait data PPFM namun Perda tidak tepat sasaran. Berdasarkan wawancara
tersebut secara eksplisit menunjuk pada dengan para informan di lingkungan Dinas
BDT yang dikelola oleh TNP2K dan Tim Sosial, dapat diidentifikasi beberapa kendala
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi
Daerah (TKPKD); 2) di Kabupaten Kubu (verivali) data, yaitu:
Raya terdapat Perda Nomor 4 Tahun 2014 a. Adanya penolakan masyarakat. Menurut
tentang Penanggulangan Kemiskinan. Dalam Kepala Bidang Perlindungan dan
pasal 7 Perda ini dinyatakan bahwa pendataan Jaminan Sosial, penolakan masyarakat
masyarakat miskin dilakukan oleh SKPD terjadi karena masyarakat merasa
yang mempunyai tugas pokok dan fungsi terlalu sering didata sementara mereka
melaksanakan perencanaan pembangunan tidak mengerti dan tidak merasakan
daerah. manfaatnya. Pendataan yang dimaksud
bukan saja verifikasi dan validasi DT
3. Pelaksana dan Sumberdaya Pengelolaan DT PPFM tetapi juga meliputi kegiatan
PPFM. pendataan yang terkait program tertentu,
Pengelolaan DT PPFM di lingkungan seperti PKH, Rastra/Raskin/ BPNT
Dinas Sosial Kabupaten Deli Serdang dan program dari instansi lain. Dia
merupakan tugas dan tanggung jawab mengungkapkan pristiwa di sebuah desa
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan di mana petugas pendataan diusir oleh
warga.
Sosial. Secara operasional dilakukan
pendamping dan operator PKH, dengan b. Beban biaya pendataan dirasakan terlalu
koordinator tenaga kesejahteraan sosial berat oleh pemerintah daerah. Beban ini
semakin berat karena kegiatan pendataan

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 79
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
di Kab.Deli Serdang dilakukan dalam sesuatu maka yang bersangkutan terlebih
berbagai versi oleh instansi berbeda dahulu perlu mengenal produk yang
sesuai dengan permintaan dari program diharapkan dimanfaatkan tersebut.
dan atau instansi berbeda dari pemerintah Demikian pun dalam hal pemanfaatan DT
pusat. PPFM, sulit diharapkan sebuah instansi atau
c. Keterbatasan jumlah SDM pegawai OPD menggunakan DT PPFM apabila OPD
Dinas Sosial. yang bersangkutan belum mengenal apa
d. Keragaman pendataan. Di Kabupaten yang dimaksud dengan DT PPFM. Dalam
Deli Serdang dilaksanakan verifikasi dan penelitian ini, untuk mengetahui seorang
validasi DT PPFM, Sistem Layanan dan informan dari satu OPD sudah mengenal
Rujukan Terpadu (SLRT), Mekanisme atau belum mengenal DT PPFM, diajukan
Pemutahiran Mandiri (MPM). Masing- tiga pertanyaan, yaitu (a) apakah informan
masing kegiatan berkaitan dengan sudah pernah mendengar Data Terpadu
pengumpulan data penduduk miskin Program Penanganan Fakir Miskin (DT
akan tetapi satu dengan yang lain PPFM); (b) menjelaskan informasi apa
saling terlepas, Hal ini menimbulkan
saja yang terdapat dalam DT PPFM; dan
kebingunan. Berkaitan keragaman ini,
(c) apakah pernah menghadiri kegiatan
Sekretaris Dinas Sosial mengatan:
sosialisasi DT PPFM di Kabupaten/Kota
“tolls-nya juga berbeda-beda, sehingga
menambah kesulitan kami”. dan menyebutkan siapa penyelenggarnya.
Gambaran tentang hal ini dapat dilihat
Masyarakat menolak dikeluarkan dari
dalam tabel 1 berikut :
DT PPFM. Kepala Bidang Penanganan
Fakir Miskin, MA mengungkapkan reaksi Tabel 1:Informan OPD Kabupaten Deli Serdang
warga ketika dilakukan verivali: “Bapak sik yang Sudah Mengenal dan Belum Mengenal DT
PPFM
kali mengeluarkan saya. Inikan uang negara.
Ini bukan uang Bapak. Mental masyarakat Belum
No Informan OPD Mengenal
masih mental miskin”. Mengenal
1. Dinas Sosial x
Pemanfaatan DT PPFM 2. Dinas Pendidikan x
Kata “pemanfaatan” mengandung 3. Dinas Kesehatan x
pengertian proses, mulai dari: mengenal, 4. Dinas Tenaga Kerja x
5. Dinas Kelautan dan x
memahami, memiliki hingga memanfaatkan.
Perikanan
Untuk mengetahui pemanfaatan DT PPFM 6. Dinas PK, KB dan PP x
dilakukan pengukuran sejauh mana proses dan PA
pemanfaatan sudah dicapai. Berapa banyak 7. Dinas Pertanian x
OPD setempat sudah mengenal, memahami, 8. Dinas Perumahan dan x
memiliki hingga memanfaatkan DT PPFM. Kawasan Permukiman
9. Dinas Kependudukan x
Berikut hasil pengukuran yang berhasil dan Catatan Sipil
dilakukan. 10. Bappeda x
1. Pengenalan Jumlah 4 6

Mengenal adalah langkah pertama dari Keterangan :


Dinas PK, KB dan PP & PA adalah Dinas Pengendalian
proses memanfaatkan sesuatu. Apabila
Kependudukan, KB dan Pemberdayaan Perempuan &
seseorang diharapkan memanfaatkan Perlindungan Anak

80 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan adalah memahami. Artinya, apabila
Daerah
seseorang diharapkan menggunakan
sesuatu produk, maka terlebih dahulu yang
Data pada tabel 1 di atas menunjukkan
bersangkutan perlu memahami produk
bahwa 6 dari 10 informan belum mengenal
dimaksud. Dalam hal DT PPFM pun
DT PPFM. Mereka berasal dari (1) Dinas
demikian, apabila suatu OPD diharapkan
Tenaga Kerja; (2) Dinas Kelautan dan
menggunakan data tersebut terlebih dahulu
Perikanan; (3) Dinas PK, KB dan PP
OPD dimaksud perlu terlebih dahulu
dan PA; (4) Dinas Pertanian; (5) Dinas
memahami DT PPFM yang dimaksud.
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan
Gambaran tentang hal ini dapat dilihat
(6) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
dalam tabel 2 berikut :
Sedangkan yang sudah mengenal DT PPFM
berasal dari (1) Dinas Sosial; (2) Dinas Tabel 2: Informan OPD Kabupaten Deli Serdang
Pendidikan; (3) Dinas Kesehatan; dan (4) yang Sudah Memahami dan Belum Memahami DT
Bappeda. Dalam kesempatan wawancara, PPFM
sesungguhnya 6 dari 10 orang informan Belum
No Informan OPD Mengenal
mengaku sudah pernah mendengar Mengenal
DT PPFM, akan tetapi ketika diminta 1. Dinas Sosial x
menyebutkan informasi yang terkandung 2. Dinas Pendidikan x
dalam DT PPFM sebagian informan tidak 3. Dinas Kesehatan x
dapat menyebutkan dengan benar. 4. Dinas Tenaga Kerja x
5. Dinas Kelautan dan x
Ternyata OPD yang mengenal DT Perikanan
PPFM adalah OPD yang secara langsung 6. Dinas PK, KB dan PP x
melaksanakan penyelenggara PPFM, seperti dan PA
7. Dinas Pertanian x
Dinas Sosial, Kesehatan, dan Pendidikan.
8. Dinas Perumahan dan x
Sementara Bappeda mengenal karena Kawasan Permukiman
memang sudah terlibat dalam pengelolaannya 9. Dinas Kependudukan x
sejak masih dipegang TNP2K. Kebanyakan dan Catatan Sipil
OPD mendengar DT PPFM dari pertemuan 10. Bappeda x
koordinasi antar OPD yang melibatkan Dinas Jumlah 3 7
Sosial atau pengarahan dari atasan. Namun Sejalan dengan pengenalan di atas, data
informasi dari pertemuan lintas dinas ini pada tabel 2 di atas menunjukkan hanya
belum cukup memadai memberi pengetahuan 3 informan yang memahami DT PPFM.
tentang isi DT PPFM sehingga belum cukup Artinya dari 4 yang mengenal, hanya 3 yang
mengenal. Artinya informan yang sudah memahami. Kurangnya pemahaman atas DT
mengenal DT PPFM tidak secara otomatis PPFM juga terungkap dalam kesempatan
memahami DT PPFM. Hal ini terjadi pada SR, FGD. Seorang peserta dari Dinas Pertanian,
informan dari Dinas Kesehatan Kabupaten RS, mengatakan: kami selalu berkoordinasi
Deli Sedang. dengan Dinas Sosial. Di lapangan kami
2. Memahami selalu mencari KPM PKH. Tetapi sayang
sekali KPM PKH banyak yang tidak masuk
Secara konseptual, langkah kedua
dalam Kelompok Tani. Ungkapan ini jelas
sebelum seseorang menggunakan sesuatu
memperlihatkan bahwa PKH dianggap

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 81
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
identik dengan DT PPFM, pada hal KPM ini. Bappeda dari awal sudah terlibat
PKH hanya sebagian kecil dari DT PPFM. dalam pengelolaan data karena bertindak
Kenyataan ini sekaligus mengungkapkan sebagai perpanjangan tangan dari Tim
bahwa pemahaman atas DT PPFM belum Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
memadai apabila hanya mengandalkan (TNP2K) di daerah. Kepala Bappeda secara
informasi yang diperoleh dari pertemuan- otomatis merupakan sekertaris dari Tim
pertemuan yang sifatnya koordinatif, Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
bukan acara yang khusus dirancang untuk Daerah (TKPKD) yang dibentuk di semua
tujuan sosialisasi DT PPFM. Hal ini agak Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
berbahaya karena pada satu sisi bagi pejabat sesuai Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun
yang bersangkutan pengetahuan atau 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
pemahamannya sudah tepat. Hal demikian Kemiskinan. Demikian pun Dinas Sosial
apabila dibiarkan tanpa diberi pengetahuan sebagai OPD yang memiliki tugas dalam
atau informasi yang sebenarnya maka dapat bidang kesejahteraan sosial menjadi mitra
diduga pemahaman keliru tersebut tetap akan Kementerian Sosial dalam melaksanakan
digunakan dalam penetapan sasaran program amanat UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang
yang berada di bawah kewenangannya. penanganan fakir miskin.
Kekeliruan atau kesalah-pahaman Sementara itu sebagian terbesar OPD
serupa dapat ditangkap dari ungkapan setempat, yaitu 8 dari 10 OPD, belum
NS, Kepala Dinas Tenaga Kerja. Dia memiliki DT PPFM. Kiranya hal ini logis
mengatakan: Data PKH dari BDT. Data ini karena mereka memang belum mengenal
selalu kami gunakan dalam pelatihan naker. bahkan 4 OPD belum pernah mendengar
Koordinasi kami dengan Disnsos selama DT PPFM. Kondisi demikian ini juga
ini sangat baik. Kendala yang ditemui di sesungguhnya dapat dimaknai bahwa
lapangan,: saat awal kami ambil dari BDT. masing-masing pejabat OPD cenderung
Kami sampaikan ke kades. Persoalannya, hanya fokus pada sektor kegiatan internal
data Dinsos tidak selalu ada orangnya. OPD-nya, tanpa melihat keterkaitannya
Kami ganti aja dengan ibu-ibu yang ada. dengan sektor lain lebih luas. Sebagai
Dengan ungkapan demikian terlihat bahwa contoh: Dinas Pertanian memberi bantuan
yang bersangkutan serupa seperti RS dari bibit holtikultura dan domba kepada
Dinas Pertanian, DT PPFM dipahami petani. Menilik kasus di atas, kiranya dapat
identik dengan penerima manfaat program diduga bahwa mereka fokus pada bantuan
keluarga harapan. bibit, tanpa melihat keterkaitannya dengan
penanganan kemiskinan atau PPFM secara
3. Memiliki
keseluruhan. Kiranya untuk efektifitas
Hingga saat ini dari 10 OPD Kabupaten PPFM seluruh SDM yang memiliki PPFM /
Deli Serdang yang memiliki kaitan PK, perlu menyadari bahwa program OPD-
dengan penanganan FM/penanggulangan nya merupakan bagian terintegrasi dari
kemiskinan baru 2 OPD yang memiliki PPFM secara keseluruhan.
DT PPFM, yaitu: Dinas Sosial dan
Bappeda. Kedua OPD ini dinilai wajar 4. Pemanfaatan
memiliki DT PPFM karena keduanya Berdasarkan wawancara dengan
terkait langsung dengan pengelolaan data informan, dari 10 OPD di Kabupaten Deli

82 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


Serdang baru 1 OPD yang menggunakan DT Miskin sebagai landasan hukumnya.
PPFM, yaitu Dinas Sosial. Sebanyak 9 OPD Hal ini berarti sosialisasi yang dilakukan
lain belum menggunakan DT PPFM. Hal ini oleh Kementerian Sosial selama ini
merupakan implikasi dari belum dikenalnya melalui belum efektif. Informasi yang
DT PPFM, termasuk perundang-undangan disampaikan secara langsung kepada
yang menjadi landasan hukumnya. perwakilan Dinas Sosial dan Bappeda
melalui rapat koordinasi nasional DT
Melihat gambaran atas pengenalan, PPFM dalam dua tahun terakhir, belum
pemahaman dan kepemilikan DT PPFM diteruskan kepada OPD lain. Hal terjadi
seperti diuraikan di atas, tidak heran apabila antara lain karena belum adanya regulasi
pemanfaatan DT PPFM masih sangat tersendiri yang mewajibkan Dinas Sosial
terbatas. DT PPFM baru digunakan oleh atau Bappeda atau TKPKD melakukan
Dinas Sosial dalam penyelenggaraan PPFM sosialisasi DT PPFM kepada OPD lain
tertentu, yaitu pada program penanganan di Kabupaten setempat. Patut dicatat,
fakir miskin melalui KUBE. Program ini bahwa selama pengumpulan data tidak
ditemukan sikap penolakan dari OPD
relatif sangat kecil, penerima manfaat untuk
lain untuk menggunakan DT PPFM. Hal
tahun 2017 hanya sebanyak 20 orang, yang
demikian merupakan suatu kemajuan
tergabung dalam 2 kelompok usaha bersama
tersendiri mengingat pada masa lalu
(KUBE). kecenderungan mengutamakan data
Pada hal, sesungguhnya di lingkungan sektor sendiri relatif sangat tinggi (ego
Dinas Sosial terdapat beberapa PPFM sektoral). Mencermati wawancara dan
akan tetapi DT PPFM belum dijadikan diskusi selama pengumpulan data,
sebagai dasar/acuan pemilihan penerima indikasi atas sikap mengedepankan
sektor sendiri demikian tidak ditemukan,
manfaat. Kecenderungan penetapan
sehingga dapat dikatakan bukan
penerima manfaat masih berdasarkan
menjadi kendala tersendiri. Kendala
temuan lapangan. Contoh kasus: penetapan
belum mengenal DT PPFM ini menjadi
penerima bantuan kaki palsu dan bantuan kendala utama sekaligus kendala
alat kerja bagi pemulung, penerima manfaat pertama. Sedangkan kendala lainnya,
didasarkan pada temuan faktual lapangan. yang diuraikan berikut ini dapat disebut
5. Kendala Pemanfaatan DT PPFM lebih bersifat sekunder.
Berdasarkank informasi yang diperoleh b. Masing-masing OPD penyelenggara
seperi diuraikan di atas, dapat diidentifikasi PPFM menetapkan kriteria teknis
tersendiri dalam pedoman pelaksanaan
beberapa kendala dalam pemanfaatan DT
kegiatan program. Misalnya, Dinas
PPFM oleh pemerintah daerah Kabupaten
Kelautan dan Perikanan, melalui Su
Deli Serdang, yaitu:
sebagai Kepala Bidang Program dan
a. Banyak OPD penyelenggara program Perencanaan mengatakan: sasaran kami
penanganan fakir miskin atau kelompok masyarakat berbadan hukum
penanggulangan kemiskinan belum sedangkan mereka yang terdaftar pada
mengenal dan memahami DT PPFM DT PPFM belum tergabung dalam
dengan baik dan benar, termasuk perkumpulan berbadan hukum. Hal
belum mengetahui keberadaan UU ini menjadi kesulitan tersendiri bagi
No.13/2011 tentang Penanganan Fakir kami. Dia mengusulkan agar Dinas

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 83
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
Sosial mempersiapkan data masyarakat Kemiskinan melalui PKH (Nainggolan,
hingga tergabung dalam kelompok T. 2017). Persoalan kualitas data
yang berbadan hukum. Kendala senada sesungguhnya juga bukan sesuatu yang
diungkapkan oleh EH, peserta diskusi baru. Hal ini sudah muncul sejak awal
dari Dinas Pertanian. Dia mengatakan: munculnya Basis Data Terpadu (Sitepu,
Kami selalu terbentur dengan kelompok. A. 2014).
Kalau BDT perorangan sedangkan
Pertanian kelompok. Banyak anggota KESIMPULAN
PKH tidak masuk dalam Kelompok Berdasarkan uraian di atas, dapat
Tani. Sedangkan Juknis kami memiliki disimpulkan bahwa:
ketentuan sendiri.
1. Pemerintah daerah Kabupaten Deli Serdang
c. Program OPD terbuka bagi semua sudah menandatangani MoU dengan
orang. Misalnya: Dinas Pengendalian Kementerian Sosial, dan sudah memiliki
Kependudukan, Keluarga Berencana, Data Terpadu Program Penanganan
Pemberdayaan Perempuan dan Fakir Miskin. Data dikelola oleh Dinas
Perlindungan Anak menyelenggarakan Sosial setempat, namun hingga sejauh
pelayanan gratis pemakaian alat ini belum didukung dengan regulasi
kontrasepsi. Informan mengatakan: daerah. Verifikasi dan validasi data belum
“Siapa yang datang ke Puskesmas kami dilakukan menyeluruh karena keterbatasan
layani”, termasuk keluarga miskin. sumberdaya, terutama anggaran dan
Persoalannya adalah keluarga miskin sumberdaya manusia.
tidak mengetahui hal ini.
2. Pemanfaatan DT PPFM oleh pemerintah
d. Persepsi pengelola DT PPFM yang daerah, dalam kasus Kabupaten Deli
beranggaban bahwa DT PPFM wajib Serdang, masih sangat terbatas, yaitu pada
dilindungi, tidak boleh “bocor” ke pihak program KUBE yang diselenggarakan
lain. Hal demikian kiranya berawal oleh Dinas Sosial. Sedangkan Program
dari informasi yang diterima selama Penanganan Fakir Miskin yang
ini yang menyatakan bahwa DT PPFM diselenggarakan oleh OPD lain belum
bersifat rahasia sehingga perlu dijaga menggunakan DT PPFM, sehingga amanat
dan dilindungi. Konsekuensinya Dinas UU No.13/2011 tentang Penanganan Fakir
Sosial cenderung menyimpan dan Miskin, agar seluruh program penanganan
mengamankan data. fakir miskin menggunakan data terpadu
e. Kualitas DT PPFM masih dipertanyakan masih jauh dari kenyataan. Perlu dilakukan
oleh sebagian orang. Keraguan atas tindakan tertentu agar amanat undang-
kualitas data bersumber dari pengamatan undang tersebut dapat dilaksanakan.
masyarakat atas sebagian penerima 3. Kendala yang menjadi factor penghambat
manfaat program yang dipandang pemanfaatan DT PPFM oleh Pemerintah
tidak layak menerima bantuan sosial. Daerah Kabupaten Deli Serdang adalah: (a)
Keraguan seperti ini antara lain OPD penyelenggara program penanganan
diungkap oleh S, peserta FGD dari Dinas fakir miskin belum mengenal dan memahami
Pendidikan. Katanya: ada keluarga yang DT PPFM dengan baik dan benar; (b)
tidak masuk padahal keadaannya buruk, Pedoman Teknis program penanganan
lebih buruk dari yang dapat PKH. Hal fakir miskin pada masing-masing OPD
senada terungkap dalam penelitian menetapkan kriteria tertentu yang belum
Upaya Percepatan Penanggulangan

84 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


dimiliki oleh mereka yang terdaftar dalam kredibel. Hal ini antara lain dapat
DT PPFM; (c) Sasaran program penanganan dilakukan dengan intensifikasi pelaksanaan
fakir miskin tidak dibatasi secara ketat atau verifikasi dan validasi data. Mengingat
terbuka bagi masyarakat luas; (d) persepsi kendala pelaksanaan verivali adalah pada
pengelola yang keliru, memandang DT sumberdaya manusia dan anggaran, kiranya
PPFM sebagai sesuatu yang tidak boleh Kementerian Sosial perlu membantu
dibuka kepada pihak lain; dan (d) Kualitas pemerintah daerah kabupaten mengatasi
DT PPFM masih diragukan oleh sebagian hal tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan
orang. adalah: (a) membuka sistem layanan dan
rujukan terpadu di seluruh kecamatan;
SARAN (b) mengaktualisasikan kesempatan
Sejalan dengan kesimpulan di atas, untuk mendaftarkan diri bagi mereka yang merasa
meningkatkan pemanfaatan DT PPFM oleh miskin; (c) kepada semua penerima manfaat
pemerintah daerah, perlu dilakukan : program perlindungan sosial (PKH, Rastra/
BPNT, PBI- JKN)) penting dijelaskan
1. Sosialisasi DT PPFM secara luas di dari awal bahwa bantuan tidak bersifat
lingkungan pemerintah daerah, kepada permanen.
seluruh OPD penyelenggara atau terkait
penyelenggaraan PPFM. Materi sosialisasi, UCAPAN TERIMA KASIH
harus mencakup landasan hukum dan Ucapan terimakasih disampaikan kepada
peraturan teknis pelaksanaannya. Kepala Puslitbang Kesos Bapak Mulia Jonie
2. Pembenahan kelembagaan pengelola DT dan Kepala Bidang Penelitian Perlindungn
PPFM di Deli Serdang. Untuk penguatan dan Jaminan Sosial Bapak Osep yang telah
kelembagaan pengelolaan DT PPFM memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.
di daerah, Kementerian Sosial perlu Penghargaan juga kami sampaikan kepada
menginisiasi agar pemerintah daerah
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Deli Serdang
menerbitkan regulasi pengelolaan DT
(Sumatera Utara), Sekretaris dan para Kepala
PPFM. Hal ini dapat dilakukan dengan
Bidang serta informan dari seluruh OPD.
melibatkan Kementerian Dalam Negeri
dan atau melalui mekanisme Kelompok Atas kerjasamanya pengumpulan data dapat
Kerja Pengelolaan DT PPFM yang sudah dilakukan dengan lancar. Semoga Tuhan
dibentuk oleh Menteri Sosial. Regulasi Yang Maha Esa selalu memberi kesehatan
di tingkat daerah dipandang penting agar dan kemudahan bagi kita sekalian dalam
masing-masing OPD memiliki pegangan menjalankan tugas. Tidak lupa ucapan
memadai dalam melaksanakan pengelolaan terimakasih kami haturkan kepada Redaksi dan
dan memanfaatkkan DT PPFM. Dalam semua pihak yang berkontribusi hingga tulisan
regulasi sebaiknya juga menjamin alokasi ini dapat dimuat dalam Sosio Konsepsia: Jurnal
APBD untuk menunjang pengelolaan dan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
pelaksanaan verifikasi dan validasi data Sosial.
secara berkala.
3. Penegasan program penanganan fakir DAFTAR PUSTAKA
miskin. Program mana saja yang
dikategorikan sebagai PPFM yang wajib Ditjen PFM. (2018). Rekapitulasi MoU Data
menggunakan DT PPFM. Terpadu PPFM. Jakarta: Ditjen PFM-
4. Peningkatan kualitas DT PPFM lebih Kementerian Sosial RI.(soft file).

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 85
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan
Nainggolan, T, e.al. (2017). Upaya Percepatan Kota Palu Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Kemiskinan melalui Penanggulangan Kemiskinan
PKH. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Kemensos. (2017). Prosedur Layanan dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial.
Informasi Data Kesejahteraan Sosial.
Pahlevi. S.M. (2018). Harmonisasi SLRT dan https://www.kemsos.go.id/content/
SIKS-NG dalam Pemutakhiran Data prosedur-layanan-dan-informasi-data-
Terpadu PPFM (bahan paparan di kesejahteraan-sosial
Grand Keisha Yogyakarta, 11 Desember
Pahlevi, SM. (2018). Harmonisasi SLRT dan
2017). Jakarta: Pusat Data dan Informasi
SIKS-NG dalam Pemutakhiran Data
Kesejahteraan Sosial-Kementerian
Terpadu PPFM (bahan paparan di Grand
Sosial RI.
Keisha Yogyakarta, 11 Desember 2017).
Kabupaten Kubu Raya. (2014). Peraturan Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Daerah Kabupaten Kubu Raya Nomor Kesejahteraan Sosial, Kementerian
4 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Sosial RI.
Kemiskinan
Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi RI Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
online. https://kbbi.web.id/manfaat Penanganan Fakir Miskin.
(diakses tgl 19 Nopember 2018)
Republik Indonesia. (2014).Undang-Undang
Kemensos. (2018). Kemensos Tuntaskan RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemutakhiran Data Kemiskinan Menuju Pemerintah Daerah.
Integrasi Bansos Pada 2018.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Presiden
https://www.kemsos.go.id/siaranpers /
RI Nomor 166 Tahun 2014 Tentang
kemensos -tuntaskan-pemutakhiran-
Program Percepatan Penanggulangan
data- kemiskinan-menuju-integrasi-
Kemiskinan.
bansos- pada-2018 diakses 25 Jan 2018
Republik Indonesia. (2016).Peraturan Menteri
Kemensos-Bappenas Kembangkan Sistem
Sosial RI Nomor 10 Tahun 2016
Kesejahteraan Sosial Terpadu
Tentang Mekanisme Penggunaan Basis
Nasional. http://www.tribunnews.
Data Terpadu Fakir Miskin.
com/nasional/2017/11/27/kemensos-
bappenas-kembangkan- sistem- Republik Indonesia. (2017).Peraturan Menteri
kesejahteraan-sosial-terpadu- nasional Sosial RI Nomor 28 Tahun 2017 Tentang
diakses senin, 25 Jan 2018 Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi
Data Data Terpadu Fakir Miskin dan
Kota Semarang. (2016). Peraturan Daerah
Orang Tidak Mampu.
Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2016
Tentang Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang
di Kota Semarang. RI Nomor 13 T ahun 2002 tentang
Penanganan Fakir Miskin, Jakarta:
Kota Palu. (2015). Peraturan Daerah Kabupaten
Kementerian Sosial.

86 SOSIO KONSEPSIA Vol. 8, No. 02, Januari – April, Tahun 2019


Sitepu, A. .(2014). Faktor-Faktor Penyebab
Ketidaktepatan Rumah Tangga Sasaran
Penerima Manfaat (RTS-PM) Program
Subsidi Beras Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (Raskin),
Majalah Informasi Kesejahteraan Sosial
Vol 19 No.3, 2014.

Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial.


https://steemit.com/steem/@
radiosbsfm/ siksng-sistem- informasi-
kesejahteraan - sosial-next-generation-
20171025t1111756z

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan


Kemiskinan. (2017). Laporan Evaluasi
Pemanfaatan Basis Data Terpadu.
Jakarta: Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.

TNP2K. (2018). Perluas Kerjasama


Perencanaan dan Evaluasi APBD Untuk
Tanggulangi Kemiskinan.http://www.
tnp2k.go.id/id/artikel/tnp2k-perluas-
kerjasama-perencanaan-dan-evaluasi-
apbd-untuk-tanggulangi- kemiskinan/

TNP2K. (2018). Tentang DataTerpadu Program


Penanganan Fakir Miskin http: //www.
tnp2k.go.id/id/data-indikator/data-
terpadu-program-penanganan-fakir-
miskin/tentang-data-terpadu-program-
penanganan-fakir-miskin-/ diakses 25
Jan 2018

TNP2K. (2018). Data Terpadu Program


Penanganan Fakir Miskin. http: //www.
tnp2k.go.id/id/data-indikator/data-
terpadu-program-penanganan-fakir-
miskin/ tentang -data-terpadu-program-
penanganan-fakir-miskin- (diakses 25
Januari 2018).

Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Terpadu pada Program Penanganan Fakir Miskin 87
di Deli Serdang, Anwar Sitepu dan Togiaratua Nainggolan

Anda mungkin juga menyukai