DIREKTORAT PASCAREHABILITASI
DEPUTI BIDANG REHABILITASI BNN
TAHUN 2022
LAPORAN KEGIATAN
RAPAT PEMETAAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
REHABILITASI NARKOBA TERINTEGRASI SECARA NASIONAL
1. Latar Belakang
Pengembangan Teknologi Informasi di lingkungan instansi pemerintah, saat ini merupakan
salah satu tuntutan yang harus dipenuhi dalam rangka menciptakan media informasi dan
komunikasi birokrasi pemerintah yang transparan dan bersifat global kepada public dan
memberikan sebuah akurasi data yang tinggi sehingga dapat memudahkan dalam
pengambilan sebuah kebijakan.
BNN sebagai lembaga instansi pemerintah juga memiliki fasilitas rehabilitasi berupa Balaii
Besa/ Balai/ Loka Rehabilitasi BNN dan Klinik Utama/ Pratama yang dikelola BNNP/ BNNK
seluruh Indonesia yang dituntut menciptakan informasi yang transparan kepada
masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan kualitas sistem pendataan dan keamanan rehabilitasi di BNN,
maka Direktorat Pascarehabilitasi BNN akan melakukan kegiatan Rapat Pemetaan
pemutakhiran Aplikasi SIRENA ini sehingga dapat diakses dengan aman serta dapat
diintegrasikan dengan sistem pendataan di K/L terkait penyelengara rehabilitasi sehingga
terwujud suatu sistem informasi rehabilitasi yang terintegrasi nasional secara elektronik
sesuai rencana aksi INPRES 02 Tahun 2020 tentang rencana aksi nasional P4GN.
b. Tujuan
- Untuk mengumpulkan data dan informasi dari K/L terkait penyelenggara rehabilitasi tentang
mekanisme pendataan klien
- Membentuk tim kelompok kerja (POKJA) yang melibatkan antar K/L penyelenggara
rehabilitasi untuk menyusun aplikasi sistem informasi rehabilitasi yang terintegrasi nasional.
- Menyusun rencana aksi bagi K/L penyelenggara rehabilitasi untuk pengembangan data
terintegrasi nasional secara elektronik
3. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan rapat pemetaan pengembangan sistem informasi
rehabilitasi yang terintegrasi nasional secara elektronik:
1) Paparan
2) Tanya Jawab
4. Peserta
Peserta kegiatan Rapat Pemetaan pengembangan sistem informasi rehabilitasi yang
terintegrasi nasional secara elektronik sebanyak 30 orang, berasal dari:
1) Asdep Menko PMK : 1 oang
2) Kemeninfo : 2 orang
3) Dit. PLRIP : 3 orang
4) Dit. PLRKM : 2 orang
5) Puslitdatin : 2 orang
6) Kemenkes : 2 orang
7) Kemensos : 2 orang
8) Pusdokkes : 1 orang
9) Ditjenpas : 2 orang
10) Dit Pascarehabilitasi: 12 orang
5. Hasil Kegiatan
a. Pertemuan tanggal 25 Februari 2022
Kegiatan dibuka oleh Plh. Deputi Rehabilitasi dr. Amrita Devi, Sp.KJ yang memberikan
arahan bahwa pertemuan ini merupakan kegiatan prioritas nasional yang tentang rencana
aksi nasional untuk percepatan membentuk pengembangan sistem informasi rehabilitasi yang
terintegrasi nasional secara elektronik. Anggaran kegiatan PN ini difasilitasi oleh direktorat
pascarehabilitasi karena untuk memudahkan pengecekan layanan rehabilitasi dari muara ke
hilir secara komprehensif. Sinergitas antar K/L juga selalu telah dilakukan untuk terus
menstimulus kebutuhan pengembangan sistem informasi rehabilitasi terintegrasi nasional
secara elektronik. Plh Deputi Rehabilitasi juga mengingatkan langkah-langkah yang perlu
dilakukan atau di review untuk menwujudkan pengembangan pengintegrasian sistem
informasi nasional. Selanjutnya Plh Deputi bidang rehabilitasi juga mengutarakan beberapa
kendala yang dapat terjadi dalam pengintegrasian sistem informasi ini dan salah satunya
adalah belum semua K/L mengirimkan struktur desain aplikasi, NIK belum semuanya menjadi
keyword dalam aplikasi yang dibuat oleh K/L terkait. Diharapkan pula proses PN ini akan
menuangkan dalam konsep digitalisasi.
Kemudian pertemuan ini membahas pula progres INPRES 02/2020 yang dicapai
sepanjang tahun 2021 oleh PIC INPRES 02/2020 yaitu Yulianto, S.Kom. Disampaikan
bahwa beberapa K/L telah mengirimkan struktur desain aplikasi yang dimiliki. Perkembangan
lainnya adalah telah menyusun dan merumuskan platform sistem informasi rehabilitasi yang
terpadu secara nasional serta menyepakati struktur data yang akan ditampilkan dalam
dashboard sistem informasi rehabilitasi yang terpadu secara nasional. Pembentukan Tim
Pokja lintas sektor K/L yang akan difasilitasi oleh Kemenko PMK dengan menyertakan K/L
terkait lainnya antara lain Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen
Dukcapil Kemendagri), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Tim Pokja ini akan menyusun Roadmap
dan Skema pengintegrasian sistem informasi pecandu yang terpadu secara nasional.
Pada sesi diskusi, para peserta dari K/L menyampaikan setiap nama aplikasi serta kendala
dari aplikasi yang dimiliki. Peserta dari Kemenkes menyampaikan aplikasi SELARAS
Kemenkes tidak menyertakan NIK dan untuk penyempurnaan aplikasi ini sulit untuk dilakukan
karena harus di verifikasi melalui dukcapil. Peserta rapat dari Pusdokkes menyampaikan
belum memiliki aplikasi sendiri dan klien (masyarakat luar) yang telah dirawat terdaftar di
SELARAS sebagai klinik pusdokkes merupakan IPWL namun sejak tidak dapat meng-klaim
layanan ke SELARAS maka layanan tidak terdata dengan baik. Peserta Ditjenpas
menerangkan sistem pendataan layanan WBP telah dikembangkan pada tahun 2021 dengan
nama Sistem Database Permasyarakatan (SDP) dengan pola data agregat. Peserta rapat
dari Puslitdatin menyampaikan bahwa sebaiknya untuk pengintegrasi data harus memiliki
aplikasi. Selain itu yakin dapat mengakomodir data agregat secara nasional untuk tampilan
dashboard. Data agregat dapat diperoleh dari rekap data rehabilitasi bukan data pasien.
Integrasi juga dapat dilakukan kepada K/L yang belum memiliki sistem namun butuh effort
karena menggabungkan data manual dengan data aplikasi dengan cara melaporkan secara
berkala. Kita juga bisa menggabungkan data ini dengan program yang tergabung di
BAPPENAS dengan bentukan manual dan bentukan API. Selanjutnya peserta Menko PMK
menyampaikan kesiapan untuk mengampu pembuatan POKJA yaitu KA. BNN mengajukan
surat ke Menteri untuk membentuk sekaligus menetapkan POKJA sistem Integrasi data
nasional serta melakukan tugas tambahan yaitu menyiapkan rencana aksi dan pertukaran
data. Dasar Hukum INPRES 02/2020 dan PP 25/2011. Di pertegas pula bahwa tim POKJA
bertugas untuk menarik data, menyepakati platform dan menyajikan data yang riil time.
Lembaga yang tidak dapat memenuhi standar maka dapat di tutup BNN. Diperlukan juga
penyusunan Juknis penggunaan Sistem aplikasi serta menyusun MoU.
Dilanjutkan pemaparan dari Dokkes yang menerangkan belum memiliki aplikasi. POLRI
memiliki 76 layanan fasilitas layanan kesehatan yang telah IPWL ditingkat polda. Sejauh ini
yang tercatat di SELARAS hanya klien yang dirawat di RS Bhayangkara. Peserta Dokkes
berharap untuk INPRES ini akan mendorong POLRI berbenah menyiapkan aplikasi.
Diharapkan platform tidak mencantumkan pekerjaan.
Peserta dari Keminfo memberikan gambaran tupoksi di SPBE yaitu effort sangat berat bila
mengintegrasikan data dari semua K/L. Disarankan membuat aplikasi umum yang difasilitasi
oleh SPBE (Intraprobability) sehingga aplikasi lainnya dapat di take down. Sistem
penghubung layanan pemerintahan (SPLP) juga dapat menjadi alternative pengintegrasian
data.
Peserta rapat dari Menko PMK mempertegas sesuai PP NO. 25/2009 pasal 18 dan 19 dan
INPRES 02/2020 bahwa fungsi koordinasi yang diemban oleh BNN sehingga perlu ada
penambahan nama dalam pokja untuk memperkuat terwujudnya pelaksanaan INPES
02/2020. Disurat akan memuat struktur Pokja serta kriteria perwakilan K/L yang akan
dilibatkan.
Selanjutnya disampaikan oleh peserta Menko PMK mengenai pengajuan tugas dan fungsi
POKJA pengembangan sistem informasi rehabilitasi terintegrasi nasional secara elektronik
termasuk bila ada calon konsultan yang akan ditunjuk/libatkan oleh BNN untuk mendukung
pengembangan ini. Pengajuan ini juga akan dilakukan proses klarifikasi oleh menteri dan untuk
mempermudah pengajuan tanpa klarifikasi maka KA. BNN dapat melakukan rapat koordinasi
dengan mengundang para Ditjen dan meminta nama-nama Pokja.
Kemudian dijelaskan oleh peserta dari Direktorat Hukum bahwa pengajuan POKJA ini telah
sesuai dengan amanat PP dan PERPRES bahwa BNN mengampu dalam pengintegrasian data.
Dijelaskan pula saat ini direktorat hukum memiliki tugas untuk menganalisa UU oleh BPPHN
sehingga nanti akan memperbaiki UU untuk menuangkan lebih tegas tentang proses pelaporan
yang akan memudahkan BNN.
Peserta Menko PMK menambahkan penjelasan juga untuk pertemuan hari ini akan
mensandingkan data setiap K/L penyelenggara rehabilitasi. Dari 10 platform yang diamanatkan,
proses data IKM dan WHO-QL baru dimiliki oleh SDP Kemenkumham dan hasil sinkronisasi
tidak ditemukan data sensitive yang dimiliki oleh aplikasi setiap K/L. Pertemuan ini juga akan
membahas alur proses aplikasi yaitu fitur yang akan ditampilkan di dashboard setelah pokja
proses bisnis selesai melakukan identifikasi, menentukan data agregat ataupun data
berdasarkan lokus/perwilayah. Menko PMK juga akan membantu meyakinkan Dukcapil tentang
keamanan data sehingga tidak membutuhkan data balikan (tugas Pokja II). Untuk mengatasi
permasalahan pertukaran data dengan Kemensos, dilakukan PKS antar eselon I/II tanpa
melakukan pembaharuan MoU yang masih berlaku. Disarankan perlu untuk melakukan
rakernis sebagai realisasi untuk mewujudkan sistem informasi ini sesuai amanat PP
25/2011 pasal 18 dan 19.
Kemudian setiap tim aplikasi memaparkan wujud data yang akan di sinkronisasi. Untuk aplikasi
BNN, bentuk data cukup baik dengan model tampilan perwilayah dan menanggani
voluntary/kompulsari. Didorong oleh peserta Menko PMK agar semua petugas aplikasi
menginput semua pecandu yang menjalani rehabilitasi di IPWL harus tercatat sehingga
kebijakan Kemenkes tentang PB1 tidak menyalahi aturan namun tetap semua pecandu harus
diregistrasi.
Tampilan data yang akan disinkronkan dari Kemenkes disajikan oleh peserta Kemenkes yaitu
dari Indikator SELARAS yang telah dapat menampilkan data sesuai platform yang disepakati
dan telah bersedia untuk mensharingkan API sistem ini. SELARAS ini berdasarkan fasyankes
bukan berdasarkan gambaran perwilayah. Hasil tampilan aplikasi Ditjenpas (SDP) menunjukan
fitur rehabiltasi yang lebih detail dan mampu menampilkan platform yang telah disepakati
termasuk juga tambahan indikator lama riwayat penggunaan. Ditjenpas juga sedang
berkolaborasi dengan BSSN untuk melakukan uji fungsi pengembangan aplikasi. Kelemahan
SDP ditemukan adanya indikator sesuai platform yang proses mencari posisi slot dengan detail
(sketers/menyebar).
Dipertemuan ini, Kemensos belum dapat menampilkan sistem aplikasi SIS-NG disebabkan
masih dalam proses review MoU dengan BNN. Pertemuan selanjutnya Keminfo akan mengatur
proses data setelah sistem aplikasi ini telah siap dibuka serta memastikan tim pokja untuk mulai
mengerjakan tugas masing-masing.
d. Tanggal 18 Maret 2022
Kegiatan dibuka oleh Sub Koordinator Pascarehabilitasi yang memaparkan kesimpulkan
pertemuan minggu lalu terutama tentang platform ketersediaan data untuk sistem informasi
terpadu. Dilakukan pembahasan juga tentang perkembangan pengajuan POKJA Nasional
sistem informasi terpadu yang sedang dalam proses pematangan nama anggota pokja.
Peserta dari Kemensos menampilkan Sistem aplikasi SIS-NG yang menjelaskan data master
yang terdiri dari Nama, Jenis kelamin, jenis bantuan diterima, mencantumkan NIK serta juga
menuangkan alamat (domisili dan sesuai KTP). Diterangkan juga terdapat data tambahan yaitu
bakat/minat dan status vaksin. Bentuk pelaporan juga dapat di eksport ke excel maupun data
yang telah ditetapkan oleh Kemensos.. Aplikasi ini digunakan oleh 3 lembaga yaitu: IPWL, UPT
serta Pembina fungsi Kemensos. Aplikasi ini belum menampilkan dashboard.
Peserta rapat dari Puslitdatin menampilkan dashboard dari aplikasi P4GN. Aplikasi ini
menggunakan platform dashblue yang merupakan sinergitas dari berbagai aplikasi yang ada di
BNN dengan tampilan akhir berupa eksekutif summary.
Setiap aplikasi K/L penyelenggara rehabilitasi telah menampilkan URL platform namun
terkendala untuk masuk ke aplikasi tersebut membutuhkan akses login ke setiap aplikasi.
Disarankan melakukan screen shoot per layer atau memberikan data dummy/landing face untuk
menampilkan platform yang ada.
Pemapar selanjutnya adalah Narasumber dari Dit. Aplikasi Informasi KEMINFO tentang
pentingnya Layanan Interprobabilitas data (LID). Dijelaskan pula bahwa aplikasi yang seragam
atau sama ditujukan ke satu aplikasi yang SPBE. Hal utama dari LAIP yaitu pembangunan pusat
data nasional, jaringan data pemerintah dan SPBE. Untuk sistem informasi narkoba akan
dilakukan dengan jaringan data pemerintah. Untuk data rehabilitasi maka walidata ada di BNN,
tahun ini akan disusun cara mengintergrasikan sistem informasi terpadu melalui managemen
API, bila tidak menggunakan API maka alternative lain melalui penarikan SPDP. Beberapa
platform yang disepakati untuk SI Rehabilitasi seperti jumlah pecandu bukan termasuk data
dasar namun data agregat dengan nomor keunikan masing-masing Rencana SI nasional
ditargetkan oleh KEMINFO/DIt LAIP tahun 2022 yaiitu:
- mewujudkan satu dokumen skema pertukaran data antar aplikasi data yang akan di
integrasikan ke sistem informasi rehabilitasi terpadu secara nasional. Cara ini
mengadopsi ti SPPP-TI
- Substansi meliputi: deskripsi SI Rehabilitasi Nasional, Dasar hukum, Tujuan
pembangunan SI, Organisasi pelaksanaan dan pendukung serta koordinasi antar
lembaga.
- Desain dan proses bisnis SI rehabilitasi meliputi: Asitektur SI rehabilitasi, penentuan
proses bisnis
- Jenis dokumen dan elemen data dari 4 K/L penyelenggara rehabilitasi
- Pengiriman data antar aplikasi bila jenis dokumen sudah teridentifikasi
- Spesifikasi layanan
- Teknis: dokumentasi data dan metadata masing-masing aplikasi duk.
Disarankan pula untuk memilih aplikasi tiap K/L mana yang menggunakan data agregat maupun
data individu. Data yang akan diverifikasi terlebih dahulu adalah elemen data bukan isi
data.
Peserta dari Dit PLRIP menerangkan resource/hosting SIRENA telah diserahkan ke Puslitdatin
walaupun ada beberapa kendala untuk serahterima aplikasi ini. Disampaikan diskusi adanya
rencana SIRENA ini dapat mengampu beberapa penginputan data sistem dari lembaga lainnya.
Untuk intitas data platform, SIRENA akan mengembangkan sesuai kesepakatan sistem dan alur
platform.
Kemudian dijelaskan oleh peserta dari PUSLITDATIN tentang gambaran proses bisnis yang
dapat dilakukan adalah membentuk POKJA dan masing-masing POKJA akan menjalani
tugasnya serta mulai mencoba melakukan pertukaran data yang tersedia. Untuk memudahkan
sebaiknya setiap pengembangan aplikasi antar K/L dapat bersama-sama untuk membuka data
bersama.
DIsampaikan pula oleh moderator rapat bahwa BNN telah mendigitalisasi IKM sehingga link nya
dapat dicoba atau dipakai oleh masing-masing K/L untuk menempatkan platform yang sesuai
dengan ketersediaan data yang dimanatkan oleh RJPMN 2020-2024.
Peserta dari Kemensos mengingatkan kembali harus dilakukan Rakor antar pemangku
kepentingan untuk dapat mewujudkan Sistem Integrasi data rehabilitasi secara Nasional.
Diketahui pula perlu untuk memperbaharui MOU dengan Kemenkes dan Kemensos walaupun
amanat PP 25/2011 telah dengan tegas mewajibkan adanya pertukaran data dan pengumpulan
data yang dikoordinir oleh BNN.
Kemudian diakhir pertemuan dibahas tentang persiapan materi RAKOR dengan memberikan
kesempatan kepada para peserta mengindentifikasi issue-issue yang yang dapat menghambat
pengembangan sistem informasi ini. Salah satu output RAKOR adalah tersusunnya POKJA
Pengembangan sistem informasi terintegrasi nasional secara elektronik. Kemudian para peserta
K/L menyampaikan sasaran permintaan surat yang dilakukan untuk RAKOR.
6. Kesimpulan
- Ditemukan kesamaan platform data dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi
tentang penyelenggara rehabilitasi tentang aplikasi pendataan di masing-masing K/L
- Tim kelompok kerja (POKJA) yang terbentuk terdiri dari POKJA Penyusunan bisnis proses,
Pokja Pengembangan sistem informasi rehabilitasi dan Pokja penguatan koordinasi dan
kebijakan. Setiap Pokja telah disusun PIC dan tugas.
- K/L penyelenggara rehabilitasi memiliki aplikasi pendataan yang akan disamakan sistem
(struktur) data dan alur
- K/L penyelenggara rehabilitasi telah menyusun rancangan rencana aksi pengembangan data
terintegrasi nasional secara elektronik terutama untuk kesepakatan 7 indikator platform yang
diwajibkan sesuai PP no 25/2009
- K/L penyelenggara rehabilitasi telah melengkapi objek data untuk melihat keseragaman dan
ketersediaan variabel data.
7. Penutup
Demikian laporan kegiatan Rapat Pemetaan pengembangan sistem informasi rehabilitasi yang
terintegrasi nasional secara elektronik tahap 1 sampaid engan tahap 3 ini dibuat sehingga sesuai
yang diharapkan.
DOKUMENTASI KEGIATAN