Anda di halaman 1dari 9

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)

Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliyah Sistem Informasi Kesehatan

Dosen Pengampu ; Ns. Trimawarti, M.kep

Di susun oleh :

1. Daniel Ari Kristianto 017231001


2. Ika Rahmawati 017231002
3. Desma Lutfia Kartika Sari 017231003
4. Putri Dinarwati 017231019
5. Ika Hesti Nugraheni 017231025
6. Beni Fitri Rizqiana 017231027
7. Khadi Pratama 017231028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNUVERSITAS NGUDI WALUYO SEMARANG

2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) sejak Pelita I
diatur secara Sentralistis yang kemudian mulai tertata melalui Kanwil dan Kandep.
Dengan demikian di beberapa daerah sistem informasi kesehatan mulai menggunakan
komputerisasi.
Sejalan dengan berkembangnya masalah dan kondisi negara yang terjadi pada
tahun 1997 - 1998 yaitu krisis moneter sangat berpengaruh terhadap pengembangan
SIKNAS, sehingga pada tahun 2001 pengembangan SIKNAS pelaksanaannya di
Desentralisasi. Namun dengan desentralisasi pelaksanaan SIKNAS bukan menjadi lebih
baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya infra struktur yang
memadai di daerah dan juga Pencatatan dan Pelaporan yang ada (produk Sentralisasi)
banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai beban oleh daerah.
Mempertimbangkan hal tersebut diatas Departemen Kesehatan mengeluarkan
Keputusan tentang KEBIJAKAN & STRATEGI SIKNAS melalui KEPMENKES
NO.511 DI KAB/KOTA melalui KEPMENKES NO. 932 dengan konsep Pendekatan
Baru dalam Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah

Strategi Pengembangan SIKNAS di Era Otonomi Daerah diarahkan pada :


1. Integrasi & Simplifikasi Pencatatan & Pelaporan yang ada
2. Penetapan dan Pelaksanaan Sistem Pencatatan & Pelaporan Baru
3. Fasilitasi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4. Pengembangan Teknologi & Sumber Daya
5. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Manajemen
6. Pengembangan Pelayanan Data & Informasi untuk Masyarakat

Indikator : telah terbentuk jaringan komputer online dari seluruh Dinkes


Kabupaten/Kota ke Dinkes Provinsi dan Depkes yang dimanfaatkan untuk komunikasi
data & informasi secara terintegrasi dalam kerangka Sistem Informasi Kesehatan
Nasional (SIKNAS).
Indikator/Target Tahunan :
Tahun 2007 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
80% Dinkes Kab/Kota dan 100% Dinkes Provinsi dengan Departemen Kesehatan.
Tahun 2008 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi anatara 90
% Dinkes Kab/Kota, 100% Dinkes Provinsi, 100% Rumah Sakit Pusat, dan 100% UPT
Pusat dengan Departemen Kesehatan.
Tahun 2009 : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online terintegrasi antara
seluruh Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Rumah Sakit Pusat, dan UPT Pusat dengan
Departemen Kesehatan
Tahun 2010 Dst : Telah terselenggara jaringan komunikasi data online antara seluruh
Puskesmas, Rumah Sakit, dan Sarana Kesehatan lain, baik milik pemerintah maupun
swasta, Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan UPT Pusat dengan Departemen
Kesehatan Setelah terselenggaranya jaringan komunikasi tersebut, diharapkan memiliki
manfaat yang optimal. Hal ini akan dapat berjalan dengan adanya peran Pusat dan
Daerah untuk komitmen dalam penyelenggaraannya.

B Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah
mengimplementasikan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Online tersebut?

C Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Master Plan Sistem Informasi Kesehatan


Langkah Departemen Kesehatan dalam mengembangkan SIKNAS ONLINE harus
mendapat sebuah penghargaan dan dukungan semua pihak. Pengembangan jaringan
komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. SIKNAS
ONLINE mempunya tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi data yang
terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar
instansi. Sebenarnya pengembangan SIKNAS ONLINE ini dilakukan sejak PELITA I
tetapi pada saat itu masih bersifat sentralistis.
Berdasarkan informasi dari Departemen Kesehatan melalui situsnya tanggal 15
Januari 2008 Departemen Kesehatan telah secara langsung dapat menghubungi 340 (76%
dari 440 Kabupaten/Kota) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan 33 (100%) Dinas
Kesehatan Provinsi, melalui jaringan komputer (online). Jaringan ini dimungkinkan
karena Depkes telah memasang perangkat-perangkat, 1 buah PC, 1 buah GSM Modem, 1
buah IP Phone, dan 1 buah printer di Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota. Sedangkan bagi
Dinas Kesehatan Provinsi, telah dipasang 5 buah PC, 1 buah Server, 1 buah IP Phone, 1
set peralatan video-conference, dan 1 buah printer.
Jaringan komputer yang dirancang oleh Departemen Kesehatan ini merupakan upaya
untuk memfasilitasi dan memacu pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
(SIKDA). Jaringan komputer (SIKNAS) online terutama akan dimanfaatkan untuk
keperluan Komunikasi Data Terintegrasi atau jaringan pelayanan bank-bank data
(intranet dan internet). Diluar dari permasalahan itu, akan dikembangkan aplikasi-
aplikasi untuk keperluan-keperluan lain.
Seharusnya kebijakan dari pusat ditindak lanjuti dengan pembuatan kebijakan di
daerah. Ada pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
melaksanakan SIKNAS online ini. Berdasarkan presentase dari bapak kepala Pusat Data
dan Informasi Departemen Kesehatan Bambang Hartono dalam pelatihan SIKNAS
online di Bandung yang dilaksanakan pada bulan November 2007 menjelaskan peran
tersebut. Peran pusat yaitu ; menerbitkan kebijakan, standar, pedoman, dan lainnya yang
sejenis dalam rangka SIKNAS/SIKDA, membantu pengadaan beberapa perangkat untuk
membangun jaringan nasional online sebagai pemicu dan pemacu, membangun jaringan
nasional online dan membayarkan sewa jaringannya sebagai pemicu dan pemacu,
menyediakan software “generik” untuk komunikasi data, melatih petugas pengelola
SIKNAS online (pusat, provinsi, dan kab/kota), mengupayakan insentif untuk pengelola
SIKNAS online sebagai pemicu bagi adanya tunjangan jabatan fungsional oleh daerah,
membantu dan mengkoordinasikan penerapan aplikasi-aplikasi misalnya konsultasi
eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, dan membantu melakukan advokasi
kepada stakeholders daerah utk pengembangan SIKDA.
Sedangkan untuk daerah perannya yaitu menjabarkan kebijakan, standar, pedoman,
dan lainnya sejenis jika diperlukan dan menetapkan surat keputusan Gubernur / Bupati /
Walikota atau Peraturan Daerah, melengkapi perangkat keras komputer untuk Dinas
Kesehatan dan jaringan wilayahnya termasuk unit pelaksanaan teknisnya, membangun
jaringan online wilayahnya yaitu jaringan antara Dinas Kesehatan dan unit pelaksanaan
teknisnya serta swasta, mengembangkan software “generik” dan software untuk
komunikasi data dalam jaringan wilayahnya, merekrut petugas pengelola SIKNAS online
yang fulltime, mengangkat mereka ke dalam jabatan fungsional dan membayar
tunjangannya, mengembangkan dan menerapkan aplikasi-aplikasi diantaranya informasi
eksekutif, teleconference, dan lain sebagainya, terutama untuk wilayahnya, memantau,
mengevaluasi dan mengembangkan SIKDA (Provinsi: SIKDA Provinsi,
Kabupaten/Kota: SIKDA Kabupaten/Kota).

2. Pentingnya Master Plan SIKNAS online


Hal yang harus dilakukan oleh daerah dalam menindak lanjuti kebijakan
Departemen Kesehatan adalah dengan membuat Master Plan pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional disetiap daerah . Dalam sebuah artikel di blog tanggal 16
Nopember 2006 seorang pakar jaringan yang juga adalah seorang dosen di S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada minat Sistem Informasi Kesehatan
menjelaskan tentang pentingnya master plan sistem informasi berdasarkan pengalaman
beliau sebagai konsultan di berbagai perusahaan. Beliau menemukan banyak perusahaan
yang tidak mempunyai master plan sistem informasi dan langsung mengembangkan
sistem informasi dengan bantuan sataf teknologi informasi (TI) baik internal maupun
dengan bantuan vendor (Eksternal). Hal tersebut menimbulkan adanya sekat-sekat sistem
informasi dalam suatu perusahaan karena masing-masing bagian mengembangkan sistem
informasinya sendiri, dan apabila perusahaan berkembang semakin besar, maka semakin
sulit pula dalam pengintegrasian antar satu sistem, sehingga output yang didapatkan pun
berbeda-beda pula.
Dalam tulisannya beliau menganalogikan pentingnya pembuatan master plan ini
ibarat membangun sebuah rumah, karena sangat riskan apabila membangun sebuah
rumah tanpa adanya gambar rencana pembangunannya. Beliau juga menjelaskan
mengenai pengertian master plan sistem informasi yaitu suatu perencanaan jangka
panjang dalam pengembangan SI di perusahaan tersebut, yang dengan baik bisa
menterjemahkan keinginan baik dari manajemen (Sistem Owner), pengguna (Sistem
User) maupun perubahan - perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi.
Dalam bukunya World Health Organization (WHO) berjudul “Developing Health
Management Information Sistem : A Practical Guide For Developing Countries”
menyebutkan ada 10 langkah dalam mengembangkan sistem informasi manajemen
kesehatan yaitu :
1. Meninjau kembali sistem yang telah berjalan, dengan prinsip bahwa jangan merubah
sistem yang ada dan bangun kekuatan-kekuatan yang ada serta pelajari kelemahan-
kelemahan dari sistem yang telah ada.
2. Gambarkan kebutuhan- kebutuhan data yang relavan dari unit -unit dalam sistem
kesehatan, dengan prinsip, dengan prinsip tingkatan administrasi yang berbeda dalam
suatu sistem kesehatan mempunyai peran- peran yang berbeda – beda pula, oleh
karena itu keperluan data berbeda – beda pula. Tidak semua data yang dibutuhkan
siap dalam pengumpulan data rutin. Data yang tidak sering dibutuhkan atau
diperlukan hanya untuk bagian dari populasi dapat dihasilkan melalui studi-studi
khusus dan survey sampel.
3. Menentukan sebagian besar data yang tepat dan aliran data yang efektif, dengan
prinsip bahwa tidak semua data yang dikumpulkan pada suatu tingkatan tertentu
diperlukan dan disampaikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kebanyakan data yang lebih
rinci pencariannya langsung ke sumber data, dan persyaratan pelaporan ke tingkatan
yang lebih tinggi sebaiknya dicari ke tingkatan yang lebih rendah.
4. Melakukan desain pengumpulan data dan perangkat pelaporan, dengan prinsip
kemampuan pengumpul data yang akan ditugaskan dengan mengisi formulir yang
harus dipertimbangkan dalam mengembangkan pengumpul data. Kebanyakan
pengumpulan data yang efektif dan perangkat pelaporan adalah yang sederhana dan
lebih singkat.
5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data, dengan prinsip
bahwa arah data sistem informasi manajemen kesehatan adalah prosesnya sebaiknya
konsisten dengan sasaran untuk pengumpulan data dan perencanaan untuk analisis
data erta pemanfaatannya.
6. Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan untuk penyedia data dan
pengguna data, dengan prinsip program-program pelatihan dirancang sesuai dengan
kebutuhan dan tingkatan kelompok yang akan dilatih.
7. Melakukan pre test dan jika diperlukan melakukan perancangan ulang sistem untuk
pengumpulan data, aliran data, proses dan pemanfaatan data, dengan prinsip sebelum
sistem diuji sistem harus menggambarkan kondisi yang nyata dan umum selama
pelaksanaannya.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi sistem yang ada, dengan prinsip bahwa hasil
akhir dari monitoring dan evaluasi tidak bersifat menghukum atau mencari-cari
kesalahan, dan lebih mencari hal-hal yang positif yang dapat membuat sistem bekerja,
serta mengidentifikasi apa yang menjadi penyebab masalah sebagai dasar untuk
meningkatkan sistem.
9. Mengembangkan penyebaran data yang efektif dan mekanisme umpan balik, dengan
prinsip bahwa suatu cara yang efektif untuk memberikan motivasi kepada penghasil
data agar terus menerus menyediakan data adalah dengan memberikan feedback yang
positif dan negative mengenai keadaan data yang mereka berikan.
10. Meningkatkan sistem informasi manajemen kesehatan, dengan prinsip bahwa
pengembangan sistem informasi kesehatan adalah selalu berusaha memberikan
kemajuan., hal ini merupakan suatu usaha yang dinamis di mana para manajer dan
para pekerja berusaha memberikan kemajuan terus menerus.

Demikian langkah yang dapat dilakukan ketika kita akan memulai mambangun
sebuah sistem informasi, tetapi yang lebih berpengaruh dalam keberhasilan suatu sistem
insformasi adalah adanya komitmen organisasi serta dukungan penuh dari pimpinan
organisasi, dan juga tidak lepas dari iklim politik di suatu daerah. Oleh karena itu perlu
adanya strategi dalam memperkuat sistem informasi sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
daerah sehingga sistem informasi yang ada dapat terus bertahan. Tetapi yang penting
adalah bagaimana kita harus memulai untuk membangun suatu sistem informasi
kesehatan, dan pembuatan master plan adalah langkah awal dalam merancang sebuah
sistem informasi, ibarat sebuah anyaman jika awalnya salah maka selanjunya akan salah
BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Pengembangan jaringan komputer Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)
online ini telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No.
837 Tahun 2007.
SIKNAS ONLINE mempunyai tujuan untuk mengintegrasikan semua komunikasi
data yang terfragmentasi ke dalam suatu jaringan serta menghapus hirarki antar instansi

B Saran
Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh Depkes
dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa diraih dengan
adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif dan lancar
tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kab/kota, juga
antar Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua fasilitas itu dengan
harapan akan dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi data terintegrasi di bidang
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

- Departemen Kesehatan R.I., 2009, Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta.

- Departemen Kesehatan R.I., 2006, Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun


2005-2009. Jakarta.

- Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan.

- ( Sumber dikutip dari : Departemen Kesehatan, Pengembangan Jaringan Komputer


Online Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS ONLINE) oleh : Bambang Hartono,
Kepala PUSDATIN Depkes ).

Anda mungkin juga menyukai