Anda di halaman 1dari 25

SIKNAS dan SIKDA

Oleh : Yeni Rimadeni, SKM, M.Si


▪ Mampu menjelaskan latar belakang munculnya SIKNAS dan
SIKDA
▪ Mampu menjelaskan tata kelola dan pelaksanaan SIKNAS dan
SIKDA
▪ Mampu menjelaskan tantangan dalam pelaksanaan pengelolaan
SIKNAS dan SIKDA
Sejarah Pemanfaatan TI
▪ 1980-an : Departemen Kesehatan RI melalui Pusat Data Kesehatan
(PUSDAKES) mulai menggunakan Electronic Data Processing (EDP) di
tingkat pusat. Karena berbagai kendala dan hambatan termasuk kurangnya
dana dan tidak adanya payung hukum (PP) membuat SIK kurang optimal dan
belum berdayaguna.
▪ 1990-an : Departemen Kesehatan mengembangkan Sistem Informasi
Puskesmas (SP2TP), Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Surveilans
Penyakit bahkan Sistem Informasi Penelitian & Pengembangan Kesehatan.
Namun masing-masing sistem tersebut belum terintegrasi dengan baik dan
sempurna.
Sejarah Pemanfaatan TI
▪ Tahun 2000-an : Tahun 2002 keluar Keputusan Menteri Kesehatan No.511
tentang “Kebijakan & Strategi Sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS)” dan Kepmenkes No.932 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA)”. SIKDA) di
Kabupaten/kota adalah sub sistem SIKDA provinsi, SIKDA provinsi adalah
sub sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS).
Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

▪ Tingkat Kabupaten/Kota: puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar lainnya,


dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi kabupaten/ kota, rumah sakit
kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan rujukan primer lainnya.
▪ Tingkat Provinsi: dinas kesehatan provinsi, rumah sakit provinsi, dan
pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya.
▪ Tingkat Pusat: Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan Pelayanan
kesehatan rujukan tersier lainnya.
3 Model SIK di Indonesia
Pengelolaan SIK manual:
pengelolaan informasi dilakukan secara manual atau paper based melalui proses
pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses
pendaftaran sampai dengan pembuatan laporan.
▪ Faktornya: keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan
kesehatan.
▪ tidak efisien, menghambat proses pengambilan keputusan manajemen dan
proses pelaporan.
3 Model SIK di Indonesia
Pengelolaan SIK komputerisasi offline: pengelolaan informasi sebagian
besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer,
baik dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM) maupun aplikasi perkantoran
elektronik biasa, namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke
dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional.
Pengelolaan SIK komputerisasi online: pengelolaan informasi di pelayanan
kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan
perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke
dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk
memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data.
Sulitnya Pertukaran Data Kesehatan di Indonesia

▪ Penggunaan platform perangkat keras dan perangkat lunak yang


berbeda-beda di setiap daerah.
▪ Arsitektur dan bentuk penyimpanan data yang berbeda –beda
▪ Kultur kepemilikan data yang kuat dan possessive
▪ Kekhawatiran akan masalah keamanan data
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

▪ Pemerintah pusat/Kementerian Kesehatan, bertanggung jawab


dalam pengembangan sistem informasi kesehatan skala nasional
dan fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah.
▪ Pemerintah daerah provinsi/dinas kesehatan provinsi, bertanggung
jawab dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan skala
provinsi.
▪ Pemerintah daerah kabupaten/kota / dinas kesehatan kab/kota,
bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem informasi kesehatan
skala kabupaten/kota.
SIKNAS-SIKDA
▪ Peraturan Pemerintah RI No. 46/ 2014 = Sistem Informasi Kesehatan :
▪ Pengelolaan SIKNAS = didasarkan pada Standar data kesehatan, Informasi
Kesehatan dan indikator kesehatan untuk menghasilkan data dan informasi.
Siknas dikelola oleh unit kerja pada Kementerian (pasal 30)
▪ Pengelolaan SIK Provinsi = dikelola oleh unit kerja structural atau fungsional
pada satuan kerja perangkat daerah provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang kesehatan (pasal 34)
SIKNAS-SIKDA

▪ Peraturan Pemerintah RI No. 46/ 2014 = Sistem Informasi Kesehatan :


▪ Pengelolaan SIK Kabupaten/Kota dikelola oeh unit kerja structural atau
fungsional pada satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan. (pasal 36)
SIKNAS
▪ Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) berhubungan
dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. 
▪ Tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem
kesehatan. 
▪ sistem kesehatan nasional --> SIK di tingkat pusat
▪ sistem kesehatan provinsi
▪ sistem kesehatan kabupaten atau kota
SIKDA
▪ Sistem kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa tingkat
sebagai berikut:
a. Tingkat Kabupaten/Kota, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan
kesehatan dasar lainnya, dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi
kabupaten/ kota, rumah sakit kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan
rujukan primer lainnya.
b. Tingkat Provinsi, dimana terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah sakit
provinsi, dan pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya.
c. Tingkat Pusat, dimana terdapat Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit Pusat,
dan Pelayanan kesehatan rujukan tersier lainnya.
SIKDA
▪ Pada tahun 2002 Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No.511 tentang “Kebijakan & Strategi Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS)” dan Kepmenkes No.932 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA)”. Sistem
Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) di Kabupaten/kota adalah sebagai
bagian sub sistem SIKDA yang ada di provinsi, sedangkan SIKDA yang ada
di provinsi adalah bagian sub sistem Informasi Kesehatan Nasional
(SIKNAS)
SIKDA
▪ Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) mencakup subsistem informasi
yang ada do unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS, Poliklinik, Praktek
Swasta, Apotek, Laboratorium), sistem informasi untuk Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan sistem informasi untuk Dinas Kesehatan Propinsi.
▪ SIKDA bertujuan untuk mendukung SIKNAS
SIKDA
▪ Desentralisasi mempunyai dampak negatif
▪ Dengan desentralisasi, pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
▪ menurunnya kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian data
SP2TP/SIMPUS, SP2RS dan profil kesehatan.
▪ belum adanya kebijakan tentang standar pelayanan bidang kesehatan
(termasuk mengenai data dan informasi) mengakibatkan persepsi masing-
masing pemerintah daerah berbeda-beda. 🡪 sistem informasi kesehatan
yang dibangun tidak standar juga. Variabel maupun format input/output
yang berbeda, sistem dan aplikasi yang dibangun tidak dapat saling
berkomunikasi
SIKDA GENERIK
▪ Aplikasi SIKDA Generik adalah aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang
berlaku secara nasional yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh
puskesmas, rumah sakit, dan sarana kesehatan lainnya, baik itu milik pemerintah
maupun swasta, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
Kementerian Kesehatan. Aplikasi SIKDA Generik dikembangkan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan serta
meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi manajemen kesehatan
melalui pemanfaatan teknologi informasi komunikasi.
SIKDA GENERIK
▪ Dibutuhkan suatu aplikasi sistem informasi kesehatan yang “berstandar
nasional”  dengan format input maupun output data yang diharapkan dapat
mengakomodir kebutuhan dari tingkat pelayanan kesehatan, kabupaten/kota,
provinsi, hingga pusat.
▪ Diawal tahun 2012, Kementerian Kesehatan melalui Pusat data dan Informasi
telah meluncurkan aplikasi ”SIKDA Generik”. Seluruh unit pelayanan
kesehatan yang meliputi puskesmas dan rumah sakit, baik pemerintah maupun
swasta, dapat terhubung jejaring kerjasamanya melalui aplikasi SIKDA
Generik.
SIKDA GENERIK
▪ SIKDA Generik aplikasi sistem informasi kesehatan daerah yang berlaku
secara nasional yang menghubungkan secara online dan terintegrasi seluruh
puskesmas, dinas kesehatan dan Kementerian Kesehatan.
▪ Tujuan
▪ meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
▪ meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan informasi manajemen
kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi
▪ memudahkan petugas puskesmas saat melakukan pelaporan ke berbagai
program di lingkungan Kementerian Kesehatan.
SIKDA GENERIK
▪ Harapan
▪ aliran data dari level paling bawah sampai ke tingkat pusat dapat berjalan
lancar, terstandar, tepat waktu, dan akurat sesuai dengan yang diharapkan.
▪ pengelola data/informasi di daerah, dapat saling tukar menukar data dan
informasi
▪ membantu pengelola data/informasi agar selalu siap memberikan data atau
gambaran kondisi kesehatan secara utuh dan berdasarkan bukti.
Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Tugas Puskesmas sebagai Sub Sistem Informasi dari SIKDA :
a. mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar
gedung
b. mengolah data
c. membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
d. memelihara BANKDATA
e. mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan
manajemen unit Puskesmas, serta
f. memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya (stakeholders) di wilayah kerjanya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai