Anda di halaman 1dari 9

Permasalahan dalam kasus ini penerapan sistem informasi digital dan tekhnologi belum

optimal di era revolusi industri 4.0. Hal ini tercermin dari Kementrian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang sudah mengundangkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional
(SIPPN) dan meluncurkan Aplikasi SIPPN sebagai wadah informasi pelayanan publik semua
instansi penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari pemerintah daerah,
kementrian/ lembaga, lembaga non struktural dan BUMN/BUMD. Namun, SIPPN yang
sedang dikembangkan oleh MenpanRB tersebut masih belum sempurna dikarenakan belum
semua pemerintah daerah maupun kementrian/lembaga menginput data infromasi pelayanan
publik dimasing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut. Terlebih lagi lemahnya
kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi tersebut untuk mengintegrasikan data
pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi salah satu kendala belum efektifknya
aplikasi tersebut. Selain itu masih rendahnya Kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah
yang memanfaatkan teknologi dalam proses pelayanan publik E-Government.

Aktor yang terlibat dan peran :

1. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo

Peran dari Presiden Joko Widodo adalah sebagai pembuat keputusan dan pengambil
kebijakan. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan peta jalan (road map)
"Making Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam menghadapi era Revolusi
Industri 4.0. Dengan diluncurkannya peta jalan tersebut pemerintah kini berpacu
mempersiapkan diri untuk menghadapi gelombang disrupsi.

2. Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai


Kementrian yang membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan yang memiliki
fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan terkait pelayanan publik sudah mulai
memanfaatkan Teknologi Informasi untuk mengaplikasikan UndangUndang dalam
menyediakan informasi secara nasional tersebut yaitu dengan diundangkannya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik
Nasional (SIPPN). Menpan RB meluncurkan aplikasi SIPPN yang dapat diakses melalui
http://sipp.menpan.go.id/ sebagai wadah informasi pelayanan publik semua instansi
penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari pemerintah daerah, kementrian/
lembaga, lembaga non struktural dan BUMN/BUMD
3. Semua Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utam BUMN
dan Direktur Utama BUMD.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Informasi
Pelayanan Publik Nasional (SIPPN) Pasal 3 disebutkan bahwa Menteri, Pimpinan Lembaga,
Gubernur, Bupati, Walikota, Direktur Utama BUMN, Direktur Utama BUMD wajib
memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN setelah berlakunya
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

a.

Terjadi pelanggaran dalam kasus di atas

Berorientasi Pelayanan, tidak adanya komitmen dari Presiden , Menpan RB , Kementrian


Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama BUMN dan Direktur Utama
BUMD memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat, tidak memahami dan
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pelayanan publik.

Akuntabel, Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama


BUMN dan Direktur Utama BUMD tidak melaksanakan tugas dengan jujur, bertangung
jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi dalam hal memastikan penyediaan informasi
pelayanan publik ke dalam SIPPN.

Kompeten, , Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama


BUMN dan Direktur Utama BUMD tidak melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
Sehingga SIPPN yang sedang dikembangkan oleh MenpanRB tersebut masih belum sempurna
dikarenakan belum semua pemerintah daerah maupun kementrian/lembaga menginput data
infromasi pelayanan publik dimasing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut.

Harmonis, tidak ada kepedulian dari Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati,
Walkota, Direktur Utama BUMN dan Direktur Utama BUMD untuk wajib memastikan
penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN setelah berlakunya Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Loyal, Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama BUMN
dan Direktur Utama BUMD tidak berdedikasi dan mengutamakan kepentingan negara.
Kurangnya rasa Nasionalisme, padahal Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional (SIPPN) Pasal 3 adalah
kewajiban , Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama
BUMN dan Direktur Utama BUMD.

Adaptif, Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama BUMN
dan Direktur Utama BUMD tidak mampu untuk ikut berinovasi dan antusias dalam
mengerakkan ataupun menghadapi perubahan. Terbukti belum semua pemerintah daerah
maupun kementrian/lembaga menginput data infromasi pelayanan publik dimasing-masing
instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut.

Kolaboratif, Presiden , Menpan RB , Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati,


Walkota, Direktur Utama BUMN dan Direktur Utama BUMD belum mampu membangun
kerjasama yang sinergis. Terlihat dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan
peta jalan (road map) "Making Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam
menghadapi era Revolusi Industri 4.0 kemudian Menpan RB membuat Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional
(SIPPN) tapi belum semua pemerintah daerah maupun kementrian/lembaga menginput data
infromasi pelayanan publik dimasing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut.

b. Dampak apabila Nilai-Nilai dasar PNS tidak di terapkan

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan peta jalan (road map) "Making
Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0
bila nilai-nilai dasar PNS tidak diterapkan artinya Pemerintah tidak mampu memanfaatkan era
serba digital tersebut dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik. Presiden , Menpan RB ,
Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota, Direktur Utama BUMN dan
Direktur Utama BUMD tidak bisa menjalankan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik ada Pasal yang mengatur bahwa Pelayanan Publik harus memilki
sistem yang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat. Sebab, dengan teknologi,
transparansi, kecepatan, kemudahan yang menjadi kunci pada suatu pelayanan akan terwujud,
jika Presiden , Menpan RB , Kementrian Pemimpin Lembaga, Gubernur, Bupati, Walkota,
Direktur Utama BUMN dan Direktur Utama BUMD tidak mempu melaksanakannya maka
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan berkurang karena tidak mampu mengikuti
era Revolusi Industri 4.0
3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks
deskripsi kasus

Berdasarkan kasus yang telah dijabarkan di atas dapat dilihat terdapat beberapa permasalahan
utama yang timbul antara lain:
1. Belum optimalnya pemanfaatan aplikasi SIPPN yang disebabkan oleh beberapa
hal: belum semua pemerintah daerah maupun kementrian/Lembaga menginput
data informasi layanan di masing-masing instansi ke aplikasi SIPPN dan
lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi terkait
mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi
2. Masih minimnya pemanfaatan sistem E-Goverment
Adapun gagasan-gagasan alternatif untuk memcahkan permasalah di atas adalah:
1. Jika dilihat dari permasalahan pertama alternatif yang dapat dilakukan yakni
memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada seluruh pihak baik di pemerintahan
daerah maupun kementrian/Lembaga terkait dengan aplikasi SIPPN, dalam
kegiatan sosialisasi tersebut perlu disampaikan manfaat dari adanya sistem
aplikasi untuk mempermudah pekerjaan yang sebelumnya dilakukan secara
manual menjadi terintegrasi. Dengan adanya pemahaman terkait aplikasi baik
cara penggunaan maupun manfaat yang bisa didapatkan akan mampu
meningkatkan keinginan seseorang/Lembaga untuk memanfaatkan aplikasi
tersebut. Pihak pembuat keputusan (Presiden) juga dapat meningkatkan
kewenangan dari Menpan RB dalam mendorong instansi terkait untuk
mengintegrasikan datanya. Menpan RB dapat menugaskan masing-masing
instansi/Lembaga untuk membuat suatu tim khusus yang bertugas untuk
mengupdate data yang akan diinput ke dalam aplikasi SIPPN sehingga
pengumpulan data dapat berjalan lebih cepat. Ketika data telah terkumpul dan
sumber daya manusia yang mengoperasikan sistem tersebut telah paham betul
cara mengoperasikan sistem/aplikasi maka penggunaan SIPPN akan menjadi
lebih optimal dan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Setalah dibentuknya tim khusus untuk mengupadate yang mengoperasikan
aplikasi SIPPN di masing-masing Lembaga pemerintahan daerah/kementrian,
diperlukan peran dari kepala daerah/Lembaga/kementrian untuk melakukan
pengawasan kepada tim yang telah ditunjuk, guna mendorong keberhasilan
penggunaan sistem SIPPN.
2. Pemanfaatan sistem E-Government yang masih minim terkadang disebabkan
oleh beberapa hal seperti keterbatasan kemampuan SDM. Keterbatasan dana
untuk penggunaan sistem dan juga keterbatasan sarana dan prasarana penunjang.
Masing-masing permasalahan memiliki solusi yang berbeda, permasalahan
terkait kemampuan SDM bisa ditanggulangi dengan pengadaan pelatihan dan
sosialisi tentang pentingnya pemanfaatan teknologi di dalam pelayanan publik.
Keterbatasan dana serta sarana dan prasarana untuk penggunaan sistem dapat
ditanggulangi dengan cara mengajukan anggaran khusus untuk pengoperasian
sistem dan memanfaatkan anggaran tersebut dengan sebaik-baiknya guna
mengoptimalisasi penggunaan sistem E-Government.

4. Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah


berdasarkan konteks deskripsi kasus.
1. Gagasan/pemecahan permasalahan dapat menimbulkan konsekuensi positif yakni
optimalisasi penggunaan sistem informasi sesuai dengan perkembangan revolusi
industri 4.0 namun tentunya menimbulkan konsekuensi negatif seperti membengkaknya
dana/anggaran karena terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan seperti
sosialisasi, pengadaan sarana-prasarana penunjang seperti computer, laptop, koneksi
internet yang mumpuni, diperlukannya waktu yang cukup Panjang untuk pengembangan
sistem dan sosialisasi sistem, tambahan pekerjaan yang harus dilakukan oleh pihak yang
mengoperasikan sistem. Tentu saja hal ini harus ditinjau secara cost dan benefitnya, jika
uang yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan
pelayanan kepada masyarakat maka gagasan pemecahan masalah di atas tetap perlu
dilakukan.
Nilai Kalimat Kode Etik/Kode Kata Kunci Contoh
Afirmasi Perilaku Implementasi

1 Berorientas Komitmen Memahami dan Responsivita Melakukan


. i Pelayanan memberikan memenuhi s pelayanan
pelayanan kebutuhan cepat, sigap
Kualitas
prima demi masyarakat dan tepat pada
kepuasan Kepuasan pasien
Ramah, cekatan,
masyarakat Emergency
solutif dan dapat
diandalkan

Melakukan
perubahan tiada
henti

2 Akuntabel Bertanggung Melaksanakan Integritas Menolak


. jawab atas tugas dengan menerima
Konsisten
kepercayaan jujur, bertangung gratifikasi
yang di berikan jawab, cermat, Dapat sekecil apapun
disiplin, dan dipercaya
berintegritas Transparan
tinggi

Menggunakan
kekayaan dan
barang milik
negara secara
bertangung
jawab, efektif
dan efisien

Tidak
menyalahgunaka
n kewenangan
jabatan

3 Kompeten Terus belajar Meningkatkan Kinerja Rajin


dan kompetensi diri terbaik mengikuti
mengembangka untuk menjawab seminar dan
Sukses
n kapabilitas tantangan yang pelatihan
selalu berubah Keberhasilan nasional dan

Learning internasional
Membantu orang
lain belajar agility Melanjutkan

Ahli di sekolah
Melaksanakan
bidangnya Spesialitik dan
tugas dengan
Doktor
kualitas terbaik

4 Harmonis Saling peduli Menghargai Peduli Tidak


dan menghargai setiap orang membeda
Perbedaan
perbedaan apapun latar bedakan saat
belakangnya selaras melakukan
Suka menolong pelayanan
orang lain Kesehatan dan
pengajaran
Membangun
kepada
lingkungan kerja
mahasiswa
yang kondusif

5 Loyal Berdedikasi dan Memegang Komitmen Memperingati


mengutamakan Ideologi hari
Dedikasi
kepentingan Pancasila, UUD kemerdekaan
negara 1945 dan setia Kontribusi dengan
kepada NKRI Nasionalism melakukan
pemerintahan e upacara
yang sah bendera dan
Pengabdian bakti sosial
Menjaga nama
baik ASN,
pimpinan dan
Instansi

Menjaga rahasia
jabatan dan
negara

6 Adaptif Turut Cepat Inovasi Mengikuti


berinovasi dan menyesuaikan secara aktif
Antusias
antusias dalam diri menghadapi teknologi dan
terhadap
mengerakkan perubahan dunia digital
perubahan
ataupun untuk
Terus berinovasi
menghadapi Proaktif tridharma
dan
perubahan perguruan
mengambangkan
tinggi
diri

Bertindak
proaktif
7 Kolaboratif Membangun Memberi Kesediaan Bekerjasama
Kerjasama yang kesempatan Kerjasama dengan prodi
sinergis kepada berbagai yang sinergis terkait untuk
pihak untuk untuk hasil membuat
bekerjsama yang lebih kurikulum
baik Muskuloskeleta
l

Anda mungkin juga menyukai