Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ridwan, S.Farm.

, Apt
NIP : 199303312020121015
Angkatan : 56
Kelompok : 1
Pengampu Materi : Junahri, SH., M.H
Kasus Nomer : Revolusi Industri 4.0 : Tantangan dan Peluang untuk Optimalisasi
Pelayanan Publik

Revolusi Industri 4.0 :


Tantangan dan Peluang untuk Optimalisasi Pelayanan Publik
Revolusi industri pertama atau 1.0 dimulai pada abad ke-18. Hal itu ditandai
dengan penemuan mesin uap untuk upaya peningkatkan produktivitas yang bernilai
tinggi. Misalnya di Inggris, saat itu, perusahaan tenun menggunakan mesin uap untuk
menghasilkan produk tekstil. Sedangkan pada revolusi industri kedua atau 2.0 dimulai
pada tahun 1900-an dan ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik.
Kemudian, di era revolusi industri ketiga atau 3.0, ditenggarai oleh
perkembangan semikonduktor dan proses otomatisasi industri pada tahun 1970 atau
1900-an. Dengan kata lain, dunia sedang bergerak memasuki era digitalisasi. Industri
Manufaktur, Industri Kesehatan, Industri Pertanian dan sebagainya. Hingga saat ini
sebagian negara masih menerapkan industri ini.
Pada revolusi industri keempat atau 4.0, efisiensi mesin dan manusia sudah
mulai terkonektivitas dengan internet of things. Ragam diantaranya Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things (IOT), Unmanned Vehicles (UAV), Mobile Technology
(5G), Shared Platform, Block Chain, Robotics dan Bio-Technology.

Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat dan tidak bisa terbendung lagi.
Digitalisasi sudah mulai memasuki celah-celah kehidupan kita sehari-hari. Kemajuan
Teknologi tersebut kemudian banyak dimanfaatkan oleh sektor privat/ swasta. Banyak
perusahaan bahkan industri kecil kreatif yang menggunakan teknologi digital dalam
mengembangkan usaha mereka. Sebut saja Gojek, Uber dan Grab perusahaan yang
konsen dalam penyediaan jasa transportasi melalui system online.
Beberapa waktu lalu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meluncurkan
peta jalan (road map) "Making Indonesia 4.0" yang merupakan strategi nasional dalam
menghadapi era Revolusi Industri 4.0. Dengan diluncurkannya peta jalan tersebut
pemerintah kini berpacu mempersiapkan diri untuk menghadapi gelombang disrupsi.
Namun, apakah Pemerintah mampu memanfaatkan era serba digital tersebut dalam
halpenyelenggaraan pelayanan publik?

Pelayanan publik dan perkembangan tekhnologi


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,
Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa dan/ atau pelayanan administrasi yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Kemudian keterkaitan dengan pelayanan publik dan era revolusi Industri 4.0 saat
ini, sebetulnya telah jelas terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik ada Pasal yang mengatur bahwa Pelayanan Publik harus
memilki sistem yang dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat.
Merujuk pada Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, disebutkan bahwa "Dalam rangka memberikan dukungan informasi
terhadap penyelenggaraan pelayanan publik perlu diselenggarakan Sistem Informasi
yang bersifat nasional" sementara di Pasal 23 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik Penyelenggara berkewajiban mengelola Sistem Informasi
yang terdiri atas Sistem Informasi Elektronik atau Non elektronik yang sekurang-
kurangnya meliputi; profil penyelenggara, profil pelaksana, standar pelayanan, maklumat
pelayanan, pengelola pengaduan dan penilaian kinerja.
Maka dari itu sudah cukup jelas bahwa setiap penyelenggara diwajibkan untuk
menyediakan sistem informasi secara nasional. Dengan begitu tidak lain
teknologiinformasi berperan besar dalam rangka pemenuhan sistem tersebut untuk skala
nasional.Hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah untuk dapat
menyesuaikan penyelenggaraan pelayanannya kepada masyarakat dalam
menghadapiRevolusi Industri 4.0 saat ini, yaitu dengan menerapkan pelayanan publik
yang berbasis Teknologi (digital).
Sebab, dengan teknologi, transparansi, kecepatan, kemudahan yang menjadi kunci
pada suatu pelayanan akan terwujud, maka tidak heran pelayanan di sektor privat/swasta
biasanya akan lebih baik karena pemanfaatan teknologi yang semakin canggih dalam
proses pemberi pelayanannya untuk menjaga kepercayaan pelanggan sehingga usaha yang
dijalankan akan terus produktif.
Mestinya hal itu juga diterapkan oleh Pemerintah sebagai penyelenggera
pelayanan publik, terlebih jumlah "pelanggan" yang mengakses pelayanan di sektor
publik lebih besar dibandingkan disektor private/ swasta. Maka apabila Pemerintah
inginmendapatkan kepercayaan dari "pelanggan" dalam hal ini masyarakat yaitu
seharusnyaPemerintah mulai serius untuk memanfaatkan teknologi digital diera Revolusi
Industri 4.0.dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Sehingga bukan hanya sektor
privat/swasta saja yang dapat mengambil keuntungan dari sebuah kemajuan teknologi
saat ini tetapi juga disektor publik.
Sebetulnya saat ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
ReformasiBirokrasi sebagai Kementrian yang membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan yang memiliki fungsi merumuskan dan menetapkan
kebijakan terkaitpelayanan publik sudah mulai memanfaatkan Teknologi Informasi
untuk mengaplikasikanUndang-Undang dalam menyediakan informasi secara nasional
tersebut yaitu dengan diundangkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Pedoman PenyelenggaraanSistem Informasi Pelayanan Publik Nasional (SIPPN).
Di dalam Peraturan tersebut pada Pasal 3 disebutkan bahwa Menteri, Pimpinan
Lembaga,Gubernur, Bupati, Walikota, Direktur Utama BUMN, Direktur Utama BUMD
wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN setelah
berlakunya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sehingga Menpan RB meluncurkan aplikasi SIPPN yang dapat diakses melalui
http://sipp.menpan.go.id/ sebagai wadah informasi pelayanan publik semua instansi
penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari pemerintah daerah,
kementrian/ lembaga, lembaga non struktural dan BUMN/BUMD. Namun, SIPPN yang
sedang dikembangkan oleh MenpanRB tersebut masih belum sempurna dikarenakan
belum semua pemerintah daerah maupun kementrian/lembaga menginput data
infromasipelayanan publik dimasing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut.
Lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi tersebut untuk
mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi salah
satu kendala belum efektifknya aplikasi tersebut.
Padahal, dengan SIPPN tersebut pelayanan publik di Indonesia akan saling
terintegrasi. Maka semua informasi terkait pelayanan publik dapat diakses
melaluiaplikasi SIPPN tersebut, selain itu SIPPN merupakan wujud pengawasan dan
partisipasimasyarakat yang efektif sehingga tercegahnya penyalahgunaan kewenangan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Tata Kelola Pemerintah
Sistem E-Government yang merupakan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan
pemanfaatan komputer, jaringan komputer dan teknologi informasi untuk menjalankan
pemerintahan terutama pelayanan publik masih sangat minim. Masih sedikit
Kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah yang memanfaatkan teknologi dalam
proses pelayanan publik. Padahal jika E-Government sendiri diterapkan disetiap
pemerintahan maka hal tersebut sejalan dengan Revolusi Industri 4.0.
E-Government memiliki banyak manfaat dalam sistem berdemokrasi yang saat
ini kita terapkan diantaranya meningkatkan kecepatan komunikasi antara pemerintah,
masyarakat, swasta, maupun koordinasi antar instansi yang berbasis internet.
Selain itu untuk mewujudkan pelayanan yang transparan,
meningkatkanakuntabilitas dari proses penyelengaraan pemerintahan, menghemat
anggaran pemerintah, serta memudahkan alur informasi yang dapat diakses secara
terbuka guna mewujudkan cita-cita good governance dan open government pada
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
Sehingga sudah saatnya pemerintah dengan serius memperhatikan dan mengayomi
masyarakat yang masih belum melek teknologi agar tetap bertahan dan terus berkembang
mengikuti tuntunan zaman.

1. Soal: Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus:
Rumusan kasus : Optimalisi penyelenggaran pelayanan public dengan meningkatkan
pemanfaata teknologi informasi pada era revolusi 4.0 di Indonesia
Revolusi indrustri 4.0 di Indonesia melalui Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
meluncurkan peta jalan ( road map) “making Indonesia 4.0” yang merupakan strategi
nasional dalam menghadapi era revolusi industry 4.0. salah satu yang dikembangkan oleh
pemerintah adalah pelayanan publik yang berbasis teknoligi digital.
Pelayanan kepada masyarakat sudah menjadi tujuan utama dalam penyelenggaraan
administrasi publik. Di Indonesia penyelenggaraan pelayanan publik menjadi isu kebijakan
yang semakin strategis karena perbaikan pelayanan publik di negara ini cenderung berjalan
di tempat, sedangkan implikasinya sebagaimana diketahui sangat luas karena menyentuh
seluruh ruang-ruang kepublikan baik dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, budaya dan
lain-lain. Dalam bidang ekonomi, buruknya pelayanan publik akan berimplikasi pada
penurunan investasi yang dapat berakibat terhadap pemutusan hubungan kerja pada industri-
industri dan tidak terbukanya lapangan kerja baru yang juga akan berpenga- ruh terhadap
meningkatnya angkapengang- guran. Akibat lebih lanjut dari masalah ini adalah timbulnya
kerawanan sosial.
Tidak berjalannya aplikasi SIPPN dengan maksimal dapat menyebabkan tidak
maksimalnya pengawasan dan partisipasi masyarakat yang efektif sehingga tercegahnya
penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik tidak dapat di hindari
SIPPN yang sedang dikembangkan oleh MenpanRB tersebut masih belum sempurna
dikarenakan belum semua pemerintah daerah maupun kementrian/lembaga menginput data
infromasi pelayanan publik dimasing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN tersebut dan
Lemahnya kewenangan Menpan RB untuk mendorong instansi tersebut untuk
mengintegrasikan data pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN menjadi salah satu
kendala belum efektifknya aplikasi tersebut hal inilah yang menjadi salah satu permasalahan
yang dihadapi oleh kementrian Menpan RB.

Aktor yang terlibat dan peranannya sesuai konteks deskripsi kasus


1. Presiden Repulbik Indonesia Joko Widodo, meluncurkan peta jalan (road map)
“making Indonesia 4.0” yang merupakan strategi nasional dalam menghadapi era
Revolusi industry 4.0
2. Semua kementrian/Lembaga maupun pemerintahan dan ASN sebagai penyelenggara
publik
3. Kementrian pendayagunaan Aparatur negara dan reformasi, dalam birokrasi sebagai
kementrian yang membantu pemerintah dalam menyelenggarakan pemerimtahan
yang memiliki fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan pelayanan public
4. Menteri, pimpinan
Lembaga, gubernur, bupati/walikota, direktur utama BUMN, direktur Utama BUMD
wajib memastikan penyediaan informasi pelayanan public

2. Soal: Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap


nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI
oleh setiap aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak
diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS
dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
A. bentuk penerapan dan pelanggaraan terhadap nilai-nilai dasar pns, dan
pengetahuan tentang kedudukan PNS dan NKRI oleh setiap actor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus
1. Pemerintah dalam konteks deskripsi kasus ini adalah presiden, semua
kementrian atau Lembaga, Menteri dan semua kepala daerah serta ASN
sebagai penyelenggara pelayanan public dalam rangka mengoptimalkan
pelayanan harus menerapkan nilai-nilai dasar ASN ANEKA berikut :
a. Akuntabilitas
Nilai akuntabilitas dalam rangka optimalisasi pelayanan public era revolusi
industry 4.0 diterapakan dengan selalu meningkatakn transparansi agar
masyarakat mengetahui proses pelayanan public secara mudah dan jelas

b. Nasionalisme
Nilai Nasionalisme dalam rangka optimalisasi pelayanan public era revolusi
industry 4.0 diterapakan dengan mengimplemenmtasi nilai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu bahwa seluruh rakyat Indonesia berhak
atas semua pelayanan public yang harus diberikan oleh pemerintah dengan
pelayanan prima.

c. Etika public
Nilai etika pulbik dalam rangka optimalisasi pelayanan public era revolusi
industry 4.0 diterapakan dengan mempertanggungjawabkan Tindakan dan
kinerja kepada public.

d. Komitmen mutu
Nilai Komitmen mutu dalam rangka optimalisasi pelayanan public era revolusi
industry 4.0 diterapakan dengan mengembangkan budaya kerja yang
berorientasi pada mutu, meningkatkan mutu secara berkelanjutan, focus
kegiatan pada kepuasan pelanggaran dan selalu inovatif serta kreatif.

e. Anti Korupsi
Nilai anti korupsi dalam rangka optimalisasi pelayanan public era revolusi
industry 4.0 diterapakan adalah jujur, tanggung jawab dan adil.
Pengetahuan tentang kedudukan dan peran pns dan NKRI oleh setiap actor yang terlibat
berdasarkan konteks deskripsi kasus
a. Manajemen ASN
Kedudukan dan peran manajemen ASN dalam rangka optimalisai pelayanan public di
era revolusi industry 4.0 diterapkan dengan melaksanakan kebijakan dan pelayanan
public yang professional dan melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung
jawab dan beintegritas tinggi
b. Pelayanan public
Kedudukan dan peran Pelayanan publik dalam rangka optimalisai pelayanan public di
era revolusi industry 4.0 diterapkan dengan melaksanakan prosedur pelayanan yang
sesuai SOP, Persyaratan dan kejelasan dalam pelayanan tanggung jawan dalam
pelayanan dan petugas pelayanan yang rama dan tempat pelayanan yan nyaman.
c. Whole of Government (WOG)
Kedudukan dan peran Whole of goverment dalam rangka optimalisai pelayanan
public di era revolusi industry 4.0 diterapkan dengan selalu melakukan Kerjasama
antar instansi pemerintah guna mencapai tujuan yang ditetapkan dengan melakukan
kerja sama, kolaborasi secara terintegrasi yang melibatkan semua sector di semua
kementerian atau Lembaga dan pemerintah daerah.

2. Bentuk Pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang


kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap actor yang terlibat berdasarkan
konteks deskripsi kasus:
a. Tidak semua pemerintah daeah maupun kementrian atau Lembaga menginput data
informasi pelayanan public dimasing-masing instansinya ke Aplikasi SIPPN
b. Lemahnya kewenangan menpan RB untuk mendorong instansi untuk
mengintegrasikan data pelayanan public tiap instansi ke aplikasi SIPPN.

B. Dampak tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jika nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) dan pengetahuan tentang kedudukan dan
peran PNS tidak diterapkan dalam NKRI maka pelayanan public di era industry 4.0 tidak
dapat berjalan secara optimal karena di era industry 4.0 ini pemerintah dituntut
menggunakan system digital diseluruh aspek pelayanan. PNS yang tidak memiliki
ANEKA dan menajemen kedudukan ASN yang baik akan melahirkan pns di era industry
4,0 yang tidak bertanggung jawab, tidak transparan dalam memanfaatkan teknologi,
Lunturnya nilai nasionalime, PNS memiliki etika dan moral yang tidak baik, PNS tidak
memiliki inovasi menjadi pesimis tidak berkembang menjadi lebih baik, tidak
professional, mudah terkena intervensi politik dan melakukan tindakan KKN.
Perubahan pelayanan publik di era industry 4.0 baik administrasi, barang dan jasa
begitu besar sekali. Dalam konteks pelayanan public maka sudah tidak bisa lagi
pelayanan public yang lamban, jauh dari kemudahan, dan diskrimintif diera industry 4.0
ini pemerintah harus mampu mengantisipasi kecepatan perubahan zaman serta secara
sadar mampu memenuhi keinginan masyarakat dan mampu bersaing secara benar dan
tepat.

3. Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


kasus.
a. Pemerintah harus memanfaatkan teknologi digital di era revolusi Industri 4.0 dalam
penyelenggaraan pelayanan publik
b. Setiap penyelenggaraan pelayanan publik diwajibkan untuk menyediakan system
informasi secara nasional
c. Menyempurnakan aplikasi SIPPN yang sedang dikembangkan oleh Menpan RB
d. Semua kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah menerapkan system E-
Government dalam proses pelayanan public
e. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan Sumber daya Manusia (SDM) dengan
mengikuti bebagai pelatihan pemanfaatan teknologi digital.

4. Konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan masalah;


a. Teknologi digital di era revolusi industry 4.0 sangat berpegaruh karena semua
kegiatan mengandalkan teknologi informasi baik dari bidang Kesehatan, ekonomi,
Pendidikan, pemerintahan dan lain-lain
b. Jika penyelenggaran pelayanan public tidak menyediakan system informasi secara
nasional maka system tidak dapat dilaksanakan secara optimal.
c. Jika data tidak diinput ke dalam aplikasi SIPPN maka informasi pelayanan public
dimasing-masing instansinya tidak terintegrasi dengan baik
d. Jika kementrian/Lembaga maupun pemerintah daerah tidak menerapkan E-
Government maka proses pelayanan public tidak berjalan secara optimal karena E-
Government memiliki banyak manfaat dalam system berdemokrasi diantaranya
meningkatkan kecepatan komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, maupun
koordinasi antar instansi yang berbasis internet.
e. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia Aparatur dengan
mengikuti berbagai pelatihan pemanfaatan teknologi digital di era insustri 4.0.

Anda mungkin juga menyukai