Anda di halaman 1dari 3

Rumusan kasus : Rumusan kasus : Belum optimalnya sistem e-government di Indonesia pada era digital

revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan belum semua pemerintah daerah ataupun
kementrian/lembaga melakukan input data informasi pelayanan publik masing-masing instansinya ke
aplikasi SIPPN.

Aktor yang berperan :

1) Presiden RI Joko Widodo : Meluncurkan roadmap "Making Indonesia 4.0" yang merupakan strategi
nasional dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0

2) pemerintah : Menyesuaikan penyelenggaraan pelayanan masyarakat sesuai dengan dengan


menerapkan pelayanan publik yang berbasis Teknologi (digital) sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (menerapkan sistem e-government)

3) Sektor swasta sebagai penyedia jasa : mematuhi, memahami, dan mengimplementasikan peraturan-
peraturan terbaru terkait industri 4.0

4) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi : Mengeluarkan Peraturan


Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Informasi Pelayanan Publik Nasional (SIPPN)

5) Menteri, Pimpinan Lembaga, Gubernur, Bupati, Walikota, Direktur Utama BUMN, Direktur Utama
BUMD : Memastikan penyediaan informasi pelayanan publik ke dalam SIPPN

6) Masyarakat : Berpartisipasi dalam pengawasan sistem e-government sehingga mencegah


penyalahgunaan kewenangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

A . Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS:

1. Nilai Berorientsi pelanayan : Dikarenakan belum semua instansi melakukan input data informasi
pelayanan publik masing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN, maka pelayanan publik yang
seharusnya berjalan lebih efisien dengan berbasis internet dan digital menjadi belum maksimal.
Masyarakat yang seharusnya bisa mengurus sesuatu menggunakan perangkat yang ada di rumah jadi
harus tetap datang ke lokasi offline pelayanan publik tersebut. Hal ini menunjukkan apa yang dilakukan
instansi tersebut belum maksimal dalam menjalankan core values ASN berorientasi terhadap pelayanan

2. Nilai akuntabilitas : Pelayanan yang dilakukan menjadi tidak transparan karena tidak dapat
diawasi langsung oleh masyarakat melalui internet. Instansi tersebut juga tidak akuntabel karena tidak
dapat dipercaya untuk melakukan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya (melakukan input data
informasi pelayanan publik masing-masing instansinya ke aplikasi SIPPN)

3. Nilai kompeten : Instansi-instansi tersebut dinilai tidak berkeinginan untuk meningkatkan


kompetensi dalam menjawab tantangan era yang selalu berubah. Kemudian, instansi tersebut tidak
melakukan kinerja dan performa yang terbaik. Kemenpan RB juga kurang kompeten ditandai dengan
ketidakberhasilan dalam hal mendorong instansi-instansi tersebut untuk mengintegrasikan data
pelayanan publik tiap instansi ke aplikasi SIPPN

4. Nilai harmonis : Instansi yang belum melakukan input data informasi pelayanan publiknya ke
aplikasi SIPPN menunjukkan bahwa mereka tidak membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Nilai loyal : Instansi-instansi yang tidak melakukan input data tersebut mencoreng core values
ASN loyal dikarenakan tidak mematuhi peraturan yang dibuat oleh Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

6. Nilai adaptif : Instansi-instansi tersebut juga tidak mencerminkan core values adaptif ditandai
dengan lambatnya atau bahkan tidak mau menyesuaikan diri menghadapi perubahan, tidak berinovasi
mengembangkan kreativitas, dan tidak bertindak proaktif

7. Nilai kolaboratif : Instansi-instansi tersebut terlihat jelas bahwa mereka tidak mau berkolaborasi
dengan Kemenpan RB dalam penggunaan aplikasi SIPPN

Mengacu kepada UU Nomor 5 Tahun 2014, pegawai ASN (PNS dan PPPK) berperan sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Juga fungsi ASN adalah :

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dari kasus di atas, instansi-instansi yang belum melakukan input data ke aplikasi SIPPN beserta
Kemenpan RB terlihat kurang maksimal dalam melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional

B. Dampak tidak diterapkannya nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS
dalam konteks kasus tersebut :

1. Pelayanan publik menjadi kurang efektif dan efisien

2. Negara Indonesia menjadi tertinggal dalam era digital dan revolusi Industri 4.0

3. Kepercayaan publik yang menurun terhadap pemerintah

4. Masyarakat tidak bisa melakukan pengawasan langsung terhadap transparansi pelayanan pemerintah

5. Pelayanan publik berbasis digital menjadi belum terintegrasi dalam satu platform sehingga sulit
dilakukan penyelarasan

1. Kemenpan RB melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi SIPPN kepada seluruh instansi


penyelenggara pelayanan publik secara nasional mulai dari pemerintah daerah, kementrian/lembaga,
lembaga non struktural dan BUMN/BUMD

2. Kemenpan RB membuat panduan terkait penginputan data di aplikasi SIPPN

3. Kemenpan RB menetapkan timeline dalam peluncuran aplikasi SIPPN. Dimulai dari peluncuran
aplikasi, sosialisasi, masa percobaan, monitoring dan evaluasi, hingga batas waktu semua instansi harus
menginput data ke aplikasi SIPPN

4. Menetapkan sanksi untuk instansi yang tidak melakukan input data sesuai batas waktu yang telah
ditentukan
1. Jika Kemenpan RB melakukan sosialisasi penggunaan aplikasi SIPPN kepada seluruh instansi
penyelenggara pelayanan publik, maka instansi yang mungkin terkendala dalam ketidaktahuan dapat
menjadi tahu dan melaksanakan apa yang diperintahkan. Namun gagasan ini juga memiliki faktor
penghambat seperti kurang efektifnya sosialisasi jika dilakukan melalui jarak jauh (cth : via zoom
meeting)

2. Jika Kemenpan RB membuat panduan terkait penginputan data di aplikasi SIPPN, maka akan lebih
mudah dimengerti karena dapat dibaca berulang-ulang. Kendala untuk gagasan ini adalah proses
penyusunan panduan mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar

3. Jika Kemenpan RB menetapkan timeline dalam peluncuran aplikasi SIPPN, maka proses peluncuran
aplikasi SIPPN menjadi lebih terarah dan dapat dilakukan monitoring evaluasi terkait kendala apa saja
yang ada pada aplikasi SIPPN

4. Jika terdapat sanksi untuk instansi yang tidak melakukan input data sesuai batas waktu yang telah
ditentukan, maka instansi akan semakin patuh terhadap kebijakan yang dikeluarkan akibatnya banyak
instansi yang bergegas melakukan input data ke dalam aplikasi SIPPN. Dalam hal ini, maka kemenpan RB
harus berkolaborasi kembali kepada pihak yang berwenang untuk mengeluarkan dan menjatuhkan
sanksi.

Anda mungkin juga menyukai