Anda di halaman 1dari 71

SKRIPSI

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU (penaeus monodon)


PADA BAGIAN KEPALA DAN BADAN DENGAN METODE GC-MS

SRI MAHARANI M. NUR

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2020
ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU (penaeus monodon)
PADA BAGIAN KEPALA DAN BADAN DENGAN METODE GC-MS

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Program Studi Farmasi

Disusun dan diajukan oleh :

SRI MAHARANI M. NUR


514 18 011 556

Kepada

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2020
SKRIPSI

ANALISIS KOMPOSISI ASAM LEMAK UDANG WINDU (penaeus monodon)


PADA BAGIAN KEPALA DAN BADAN DENGAN METODE GC-MS

Disusun dan Diajukan Oleh

SRI MAHARANI M. NUR


514 18 011 556

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Ujian Skripsi


Pada tanggal …………………2020
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Sebagai Sarjana Farmasi
Menyetujui
Tim Pembimbing

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Drs. H. Syarifuddin KA, M.Si Suprapto Prayitno, S.Si., M.Si., Apt

Ketua Program Studi Farmasi

Muh. Saharuddin, S.Si., M.Si., Apt


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sri Maharani M. Nur

Nomor Mahasiswa : 514 18 011 556

Program Studi : Farmasi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

sebagian keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima

sangsi atas perbuatan tersebut.

Makassar, januari 2020

Yang menyatakan,

Sri Maharani M. Nur

PRAKATA
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Alhamdulillah, tiada kata yang lebih patut diucapkan oleh seorang hamba

yang beriman selain ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Mengetahui, pemilik segala ilmu, karena atas petunjuk-Nya maka skripsi ini dapat

diselesaikan.

Shalawat dan taslim tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi akhir zaman

Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kebenaran di dunia maupun di akhirat

buat kita semua umat Islam.

Sungguh banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka penyusunan

skripsi ini, sejak dari merencanakan penelitian hingga penyusunan laporannya.

Namun berkat usaha, kerja keras, dukungan dan bantuan berbagai pihak, akhirnya

penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut.

Ungkapan terima kasih yang tak terhapuskan dan rasa hormat dan semua ini

tiada artinya tanpa dukungan moril, kasih saying, cinta dan doa dari kedua orang tua

tercinta, Ayahanda Muhamad Nur H. A Razak dan Ibunda Irnawati M. Nur serta

saudara-saudaraku tersayang yang semuanya telah memberikan dorongan moril dan

materil yang tak terhitung bagi penulis, yang tidak mungkin penulis balas dengan

tunai.

Dengan segala kerendahan hati rasa hormat dan terima kasih penulis

sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. H.


Syarifuddin KA, M.Si selaku pembimbing pertama kami dan Suprapto Prayitno,

S.Si., M.Si., Apt selaku Pembimbing kedua kami yang telah meluangkan waktunya

selama ini untuk membimbing dan memberikan arahan.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. H. Rusdin Nawi, MM sebagai Rektor Universitas Pancasakti

2. Ibu Syachriyani, S.Si., M.Si., Apt sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Pancasakti Makassar atas kesempatan yang telah

diberikan untuk menjadi mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

universitas pancasakti Makassar.

3. Bapak Muh Saharuddin, S.Si., M.Si., Apt sebagai ketua Program Studi Farmasi

Universitas Pancasakti Makassar yang telah memberikan banyak waktu dalam

mengelola Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Pancasakti Makassar

4. Bapak Muh. Aris, S.Si.,M,Si., Apt sebagai Penasehat Akademik

5. Kepala Perpustakaan Universitas Pancasakti Makassar.

6. Kepala Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar

7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf karyawan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Pancasakti khususnya Jurusan Farmasi yang telah

banyak memberikan bantuan dan arahan selama mengikuti pendidikan.

8. Teman dan sahabat-sahabat Zhalsa Nurul Islami Maniskasari, Zulfikar Hasan

Samanery , Sarsinar, Nurul Qalbi, Nurwahida, Lisa Olia, Made Dwika Pratama,

Wilfrid Ivan Patra S, dan teman-teman M.14.


9. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah membantu

pelaksanaan penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.

Penulis sangat menyadari, skripsi yang disusun ini masih penuh kekurangan

dan keterbatasan. Saran, kritik dan ide yang sifatnya kontruktif, saya tunggu dengan

tangan terbuka.

Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan. Amin

Makassar, … Juli 2020

Penulis

SRI MAHARANI M. NUR

ABSTRAK
SRI MAHARANI M. NUR Analisis Komposisi Asam Lemak Udang Windu
(penaeus monodon) Pada Bagian Kepala Dan Badan Dengan Metode GC-MS
(Dibimbing oleh Syarifuddin dan Suprapto Prayitno)

Penelitian ini dilakukan dengan skala laboratorium. Sebagai objek (bahan)


dalam penelitian ini adalah udang windu (penaeus monodon) pada bagian kepala dan
badan. Perlakuan yang diperlakukan yaitu memisahkan lemak dari udang windu
dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksana, kemudian lemak yang
diperoleh dianalisis komponen asam lemaknya dengan Kromatografi Gas –
Spektrometri Massa. Kadar lemak udang windu (penaeus monodon) pada bagian
kepala diperoleh 0,34%, sedangkan udang windu pada bagian badan sebesar 0,30%.
Data GC-MS memberikan informasi kromatogram terhadap asam lemak udang windu
pada bagian kepala sebanyak 13 jenis asam lemak yaitu tetradecanoic acid (asam
miristat), 4-Methyloctanoic acid (etil heptanoat), 7-Methyl-Z-tetradecen-1-o 1 acetate
(methyl palmitoleat), 2H-Pyran-2one, tetrahydron-4-(2-methyl-1-propen-3yl),
dodecanoic acid (asam laurat), Octadecanoic acid (asam stearate), Tridecanoic acid
(asam tridekanoat), n-hexadecanoic acid (asam palmitat), pentadecanoic acid (asam
pentadekanoat), Cis-13-Octadecanoic acid (asam elaidik), 10-heptadecen-8-ynoic
acid, methyl ester, (E)- (asam linolenic), phen-1,4-diol,2,3-dimethyl-5-, dan
cholesterol. dan asam lemak dari udang windu pada bagian badan sebanyak 5 jenis
asam lemak yaitu : 7-Methyl-Z-tetradecen-1-o 1 acetate (methyl palmitoleat),
tetradecane,2,6,10-trimethyl-, dithiocarbamate S-methyl-N-(2-Methyl-3-o xobutyl)-,
pentanoic acid 2-Propenyl ester, dan dodecanoic acid isooctyl ester (asam arakidat).

Kata kunci : Udang Windu, Asam lemak badan, kromatografi gas

ABSTRACT
SRI MAHARANI M. NUR Analysis of Fatty Acid Composition of Tiger Shrimp
(penaeus monodon) on the Head and Body Using the GC-MS Method (Supervised by
Syarifuddin dan Suprapto Prayitno)

This research was conducted on a laboratory scale. The object of this


research is tiger prawns (penaeus monodon) on the head and body. The treatment
used the fat from tiger prawns with the gold method using n-hexane solvent, then the
fat obtained was analyzed for its fatty acid components by Gas Chromatography -
Mass Spectrometry. Fat content of tiger prawns (penaeus monodon) on the head was
0.34%, while tiger prawns on the body were 0.30%. GC-MS data provides
chromatogram information on fatty acids of tiger prawns on the head of 13 types of
fatty acids, namely tetradecanoic acid (myristic acid), 4-Methyloctanoic acid (ethyl
heptanoate), 7-Methyl-Z-tetradecen-1-o 1 acetate (methyl palmitoleic), 2H-Pyran-
2one, tetrahydron-4- (2-methyl-1-propen-3yl), dodecanoic acid (lauric acid),
octadecanoic acid (stearic acid), tridecanoic acid (tridecanoic acid), n- hexadecanoic
acid (palmitic acid), pentadecanoic acid (pentadecanoic acid), Cis-13-Oktadecanoic
acid (elaidic acid), 10-heptadecen-8-ynoic acid, methyl ester, (E) - (linolenic acid),
phen-1, 4-diol, 2,3-dimethyl-5-, and cholesterol. and fatty acids from tiger prawns on
the body as many as 5 types of fatty acids, namely: 7-Methyl-Z-tetradecen-1-o 1
acetate (methyl palmitoleat), tetradecane, 2,6,10-trimethyl-, dithiocarbamate S-
methyl- N- (2-Methyl-3-o xobutyl) -, pentanoic acid 2-propenyl ester, and dodecanoic
acid isooctyl ester (arachidic acid).

Key words: Tiger Shrimp, body fatty acids, gas chromatography

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................ iv

PRAKATA............................................................................................... v

ABSTRAK................................................................................................ viii

ABSTRACT............................................................................................. ix

DAFTAR ISI............................................................................................ x

DAFTAR TABEL.................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang…………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………. 4

C. Tujuan Penelitian ………………………………………..... 4

D. Manfaat Penelitian……………………………………….... 4

E. Ruang Lingkup…………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………... 6

A. Udang Windu……………………………………………… 6
1. Klasifikasi Udang Windu……………………………….. 6

2. Deskripsi Udang Windu…………………….................... 6

B. Asam Lemak………………………………………………. 15

1. Asam Lemak Jenuh……………………………………… 16

2. Asam Lemak Tidak Jenuh………………………………. 16

3. Asam Lemak Trans……………………………………… 17

C. Uraian Metode Ekstraksi…………………………………... 21

1. Pengertian Ekstrak………………………………………. 21

2. Metode Ekstraksi Bahan Alam………………………….. 22

D. Kromatografi Gas-Spektrometri Massa …………………. 24

BAB III METODE PENELITIAN………………………………….. 31

A. Alat dan Bahan…………………………………………... 31

1. Alat-alat Yang Digunakan…………………………….. 31

2. Bahan-bahan Yang Digunakan………………………... 31

B. Waktu dan Lokasi Penelitian……………………………. 31

C. Populasi dan Sampel…………………………………….. 31

1. Populasi……………………………………………...... 31

2. Sampel………………………………………………… 31

D. Teknik Pengumpulan Data………………………………. 32

1. Penyiapan Bahan Uji………………………………...... 32

2. Pengolahan bahan Uji………………………………… 32

E. Pengumpulan dan Analisis Data………………………… 33


BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………… 34

A. Hasil Penelitian…………………………………………. 34

1. Kadar Lemak Udang Windu………………………….. 34

2. Hasil Analisis Dengan GC-MS……………………….. 34

B. Pembahasan……………………………………………… 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………. 41

A. Kesimpulan………………………………………………. 41

B. Saran……………………………………………………… 41

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 42

LAMPIRAN…………………………………………………………… 43

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Daging Udang Windu (Penaeus
monodon) yang dapat dimakan……………………………………....…. 11

2. Kadar lemak total dari daging Udang Windu (Penaeus monodon) ……..
34

3. Hasil Analisis GC-MS lemak hasil maserasi kepala udang windu


(Penaeus monodon) ………………………………………...................... 35

4. Hasil Analisis GC-MS lemak hasil maserasi badan udang windu


(Penaeus monodon)……………………………………........................... 36

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

A. Reaksi Pembentukan trigliserida Dari Gliserol dan Asam


Lemak…………………………………………………………………. 21

B. Sampel udang windu (Penaeus monodon))…………………………... 54

C. a. Badan udang windu (Penaeus monodon) ………………………… 54


b. Kepala udang windu (Penaeus monodon) 54

D. Sampel udang windu (Penaeus monodon) yang di keringkan............. 55


F. Seperangkat alar rotary evaporator………............................................ 55

G. Ekstrak pekat lemak hasil maserasi udang windu


(Penaeus monodon)…………………………………………………... 55

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

I. Skema Kerja………………………………………………………. 43

II. Perhitungan……………………………………………………….. 44

III. Kromatogram hasil analisis Gc-Ms sampel Badan


Udang Windu (Penaeus monodon)………………………………. 45

IV. Kromatogram Hasil Analisis Gc-Ms Sampel Kepala


Udang Windu (Penaeus monodon)……………………………… 52

V. Foto Penelitian…………………………………………………….. 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udang merupakan salah satu primadona ekspor perikanan Indonesia, yang

telah memberikan pemasukan devisa yang cukup besar bagi negara. Indonesia

merupakan salah satu negara pengekspor udang terpenting didunia disamping Cina,
Thailand, India,Vietnam dan beberapa negara di Amerika Latin. Pada tahun 2004

produksi udang Indonesiabrerada di urutan ke-6 dunia . Negara tujuan ekspor

terpenting bagi Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jepang.Indonesia merupakan

pengekspor produk udang beku nomor dua terbesar bagi Jepang, sedangkan untuk

Amerika Serikat, Indonesia berada ditempat ketiga (Rangkuti 2007).

Tingginya permintaan akan komoditas udang baik dipasar lokal maupun

dipasar dunia, dikarenakan udang mempunyai banyak kelebihan dibandingkan hasil

perikanan lainnya. Salah satu keistimewaan udang diantaranya memiliki aroma yang

spesifik, tekstur udang yang keras dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Aspek gizi

dan hasil perikanan yang telah diakui banyak manfaatnya adalah tingginya

kandungan asam lemak disamping protein dan mineral. (Karyadi dan Muhilal, 1987).

Udang windu (penaeus monodon) yang dikenal dengan sebutan black tiger

shrimp adalah spesies udang laut yang dapat mencapai ukuran besar, dialam bebas

dapat mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram, sedangkan yang dipelihara

ditambak, panjang tubuhnya hanya mencapai 20 cm dan berat sekitar 140 gram

(Mujiman dan Suyanto,1989).

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras, berwarna hijau kebiruan dan

berloreng-loreng besar. Namun udang dewasa yang hidup dilaut memiliki warna kulit

merah muda kekuningan dengan ujung kaki renang yang berwarna merah.Sedangkan

udang muda memiliki kulit dengan ciri khas totol-totol hijau.


Pada dasarnya badan udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

cephalathorax, dan abdomen. Caphalathorax merupakan gabungan dari kepala dan

dada, sedangkan bagian abdomen merupakan bagian terbesar dari udang yang

didalamnya terkandung sebagian besar daging yang dapat dimakan dan bagian ekor

(telson) (M.Ghufran, 2010).

Lemak dibutuhkan sebagai sumber energi. Keberadaan lemak mempuyai

peranan penting pula untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup, terutama beberapa

tipe asam lemak sangat berpengaruh pada kehidupan udang. Asam lemak juga

berfungsi sebagai pelarut vitamin. Komposisi asam lemak yang ada pada udang

sangat erat hubungannya dengan lemak yang terkandung dalam makanan yang

diberikan. Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal per gram sedangkan karbohidrat dan

protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram.Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai

cadangan energi dalam jangka panjang selama melakukan aktifitas atau selama

periode tanpa makanan.

Asam lemak mempuyai peranan penting tidak hanya sebagai sumber energi,

tetapi juga sebagai zat yang esensial udang (Theshima dan Yone, 1978). Dari

beberapa hasil penelitian telah dibuktikan bahwa udang mempunyai kebutuhan yang

unik terhadap sterol dan fosofilioida yang berbeda dengan organisme lainnya. Asam

lemak linoleat, linolenat dan arakidonat merupakan asam lemak esensial yang sangat

penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang (Sumeru dan Anna, 1992)
Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, hasil penelitian Robby Rudiansen

Purba (2013), adalah dilakukan dengan skala laboratorium. Sebagai objek (bahan)

dalam penelitian ini adalah Udang Windu (penaeus monodon) dengan metode GC-

MS. Data GC-MS memberikan informasi kromatogram terhadap metil ester asam

lemak Udang Windu (penaeus monodon) sebanyak 9 jenis asam lemak, yaitu :asam

iso caproat (1,30 %), asam miristat (1,26 %), asam pentadekanoat (5,83%), asam

palmitat (0,93%),asam heptadekanoat (4,01%), asam stearate (0,38%), asam

palmitoleat (21,10%), asam oleat(3,42%), asam linoleat (11,30%).

Kebanyakan orang memasak udang dengan cara membuang kepalanya, karena

teksturnya keras sehingga sulit untuk di kunyah, padahal bagian kepala udang juga

memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Untuk itu berdasarkan latar belakang

maupun uraian diatas maka penulis tertarik untuk menganalisis komposisi asam

lemak udang windu (penaeus monodon) khusunya pada bagian kepala dan badan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : Barapa kadar asam lemak total udang windu (penaeus monodon) dan

Berapakah senyawa asam lemak udang windu (penaeus monodon) yang terdapat pada

bagian kepala dan badan.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar asam lemak total udang

windu (penaeus monodon) dan jumlah senyawa asam lemak udang windu (penaeus

monodon) yang terdapat pada bagian kepala dan badan dengan metode GC-MS.

D. Manfaat penelitian

1. Untuk mengetahui jumlah kadar asam lemak total udang windu (penaeus

monodon) pada bagian kepala dan badan

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi komposisi kandungan asam

lemak yang terdapat dalam udang windu (penaeus monodon)

3. Memberikan informasi bahwa kepala udang windu (Penaeus monodon) memiliki

manfaat yang baik bagi tubuh.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan dengan menguji analisis komposisi

asam lemak udang windu (penaeus monodon) pada bagian kepala dan badan dengan

metode GC-MS. Dalam penelitian ini peneliti hanya menganalisis komposisi asam

lemak yang terdapat pada bagian kepala dan badan udang windu. selanjutnya lemak

yang diperoleh dianalisis kandungan komposisinya menggunakan GC-MS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udang Windu (penaeus monodon)

1. Klasifikasi Udang Windu (penaeus monodon)

Udang Windu (penaeus monodon) diklasifikasikan Suwignyo (1989) sebagai

berikut:
Phylum :Arthropoda

Kelas :Crustaceae

Ordo :Decapoda

Famili :Paneidae

Genus :Penaeus

Spesies :Penaeus monodon

2. Deskripsi Udang windu (penaeus monodon)

Udang windu (penaeus monodon) yang dikenal dengan sebutan black

tiger shrimp adalah spesies udang laut yang dapat mencapai ukuran besar, dialam

bebas dapat mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram, sedangkan yang

dipelihara ditambak, panjang tubuhnya hanya mencapai 20 cm dan berat sekitar

140 gram (Mujiman dan Suyanto,1989).

Udang windu memiliki kulit tubuh yang keras, berwarna hijau kebiruan

dan berloreng-loreng besar.Namun udang dewasa yang hidup dilaut memiliki

warna kulit merah muda kekuningan dengan ujung kaki renang yang berwarna

merah.Sedangkan udang muda memiliki kulit dengan ciri khas totol-totol hijau.

Pada dasarnya badan udang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

cephalathorax, dan abdomen. Caphalathorax merupakan gabungan dari kepala

dan dada, sedangkan bagian abdomenmerupakan bagian terbesar dari udang yang

didalamnya terkandung sebagian besar daging yang dapat dimakan dan bagian

ekor (telson).Bagian kepala udang terdiri dari 6 ruas, tiga ruas pertama merupakan
penyangga mata dan perangkat mulut, sedangkan pada tiga ruas terakhir

dilengkapi dengan anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu mulut yang

disebut rostum (cucuk kepala).Gigi rostum bagian atas biasanya 7 buah dan

bagian bawah 3 buah, sehingga sering ditulis gigi rostrum 7/3 (M.Ghufran, 2010).

Bagian dada udang terdiri atas 8 ruas yang tiap ruasnya memiliki sepasang

anggota badan (tracopoda). Tracopoda pada ruas pertama sasmpai ketiga

(maxipila) berperan sebagai pelengkap mulut dalam memegang

makanan.sedangkan tracopoda keempat sampai kedelapan (periopoda) berperan

sebagai kaki jalan (M.Ghufran, 2010).

Bagian abdomen udang terdiri atas 6 ruas.Ruas pertama sampai kelima

mempunyai sepasang anggota badan pendek sebagai kaki renang (pleopoda).

Pleopoda pada ruas keenam (inopoda) berubah menjadi pipih melebar yang

bersama dengan telson berfungsi sebagai kemudi renang (M.Ghufran, 2010).

Habitat udang windu adalah laut dan dikenal sebagai penghuni dasar

laut.namun hanya udang windu dewasa yang mencari tempat yang dalam di

tengah laut. Saat muda, udang windu berada diperairan yang dangkal di tepi

pantai, bahkan ada yang memasuki muara sungai dan tambak berair payau.Udang

termasuk hewan euryhaline (dapat mentolelir kisaran salinitas yang luas).Udang

windu dapat hidup pada salinitas 3-35 ppt.


Selain bersifat euryhaline, udang windu juga bersifat eurythermal yaitu

hewan yang dapat mentolelir perubahan suhu yang luas. Goncangan suhu yang

besar dimedia kultur, terutama ditambak pada musim kemarau, yaitu pada siang

hari suhu mencapai 32 oC dan pada malam hari suhu menurun menjadi 22 oC

masih dapat ditolelir oleh udang, walaupun pada kondisi demikian, udang sensitif

terhadap serangan penyakit.

Udang windu dikenal sebagi hewan yang rakus. Hal ini erat kaitannya

dengan system pencernaannya, dimana udang memiliki usus yang tidak panjang

sehingga proses pencernaan makanan cepat sekali berlangsung dan perut cepat

menjadi kosong. Sifat udang yang demikian perlu diketahui agar dalam kulturnya

perlu diusahakan ketersediaan makanan secara terus-menerus, baik dalam jumlah

maupun mutunya.

Berdasarkan kebiasaan makan, udang windu dapat dikelompokkan dalam

golongan hewan pemakan segala (omnivore), baik hewan maupun tumbuhan.Pada

awal fase kehidupannya, yaitu disaat kuning telur habis, udang mulai mencari

makanan alami berupa plankton nabati seperti skeletoma, amphora, navicula,

tetraselmis dan sebagainya.

Pada tingkat Mysis, udang mulai memakan plankton hewan seperti

protozoa, rotifer, anak teritip, kutu air dan lain-lain. Setelah burayak mencapai

tingkat post larva dan juga setelah menjadi udang muda (juvenile), selain

memakan makan tersebut udang muda juga memakan diatomae dan


cyanophyceae yang tumbuh didasar perairan, anak tiram, anak teritip, anak

udang-udangan, cacing annelida dan juga detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang

membusuk di dasar perairan). Sedangkan pada udang yang telah mencapai ukuran

dewasa memakan berbagai daging hewan lunak seperti Mollusca (kerang, tiram,

siput), cacing annelida, udangudangan, anak-anak seranga dan sebagainya. Udang

yang dipelihara ditambak memakan makanan alami yang tumbuh ditambak

seperti plankton,klekap, lumut dan binatang-binatang penghuni dasar perairan

(M.Ghufran, 2010).

1. Habitat

Udang pada umumnya bersifat bentik, yaitu hidup dipermukaan dasar

perairan.Kondisi habitat laut yang disukai adalah dasar perairan laut yang

lumer (saft) yang biasanya terdiri dari campuran lumpur dan pasir.Perairan

berbentuk teluk dengan aliran sungai yang besar merupakan habitat yang baik

bagi udang. Sedangkan khusus untuk udang windu lebih menyukai kondisi

tekstur dasar perairan lempung berdebu atau lumpur pasir (M.Ghufran, 2010).

Udang windu pada perkembangannya mempunyai beberapa bentuk

stadia yaitu stadia nauplius (enam substadia), stadia zoea (tiga sub stadia),

stadia mysis (tiga sub stadia), stadia pasca larva dan stadia dewasa (Villaluz et

al, yang dikutif (M.Ghufran, 2010).


Selama daur hidupnya udang windu mempunyai pase hidup dilaut dan

pase hidup diperairan muara sungai dan pantai.Udang berada dilaut pada

stadia menuju dewasa, telur, nauplius, zoea, mysis dan pasca larva.Stadia awal

pasca larva yang bersifat planktonic terbawa arua kepase hidup perairan

muara sungai dan pantai, selanjutnya mengalami perkembangan pasca larva

yang bersifatbentik di dasar perairan hingga juvenile (M.Ghufran, 2010).

Udang pada umumnya bersifat omnivora, juga pemakan detritus dan

sisa –sisa bahan organik lainnya baik hewani maupun nabati.Dari kenyataan

bahwa udang mempunyai pergerakan yang hanya terbatas dalam mencari

makanan, tampaknya udang mempunyai sifat yang dapat menyesuaikan diri

dengan makanan yang tersedia dilingkungannya dan tidak bersifat terlalu

memilih-milih (M.Ghufran, 2010).

Pada tingkat mysis, makanan udang windu terdiri dari campuran

diatomae, zooplankton yang terdiri dari Trochopora, Calanus, Veliger,

Copepoda dan Larva polychaeta (Villaluz et,al yang dikutif M.Ghufran,

2010). Sedangkan pada stadium dewasa udang sering memakan molusca kecil

(seperti kerang, tiram dan siput),Crustaceae, cacing dan anak serangga

(Mujiman dan Suyanto, 1989).

2. Komposisi Nilai Gizi

Komposisi daging udang sangat berfariasi, tergantung pada jenis,

tingkat umur, musim, habitat dan pakan.


Disamping kadar proteinnya yang tinggi, udang juga mempunyai

kandungan asam amino yang lengkap baik asam amino essensial maupun non

essensial. Udang merupakan hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis

yang tinggi.Komposisi kimia dari jenis udang sangat penting artinya, dilihat

dari segi manfaatnya sangat memenuhi kebutuhan gizi manusia seperti

kandungan protein, vitamin dan mineral lainnya (Hadiwiyoto, 1993)

Komposisi kimia dan nilai gizi daging udang windu selengkapnya tersaji pada

Table 1.

Tabel 1. Komposisi kimia dan nilai gizi daging udang windu (penaeus

monodon)

Zat gizi Kandungan Satuan


Energi 87.0 Kkal
Kadar air 79.2 %
Protein 18 %
Lemak 0.8 %
Garam mineral 1.4 %
Kalsium 145-320 mili gram/gram
Magnesium 40-105 mili gram/gram
Fosfor 170-250 mili gram/gram
Besi 1.6 mili gram/gram
Natrium 140 mili gram/gram
Kalium 220 mili gram/gram
Senyawa nitrogen non 0.80 %

protein

Sumber : J.A. Shelf and J.M. Jay, 1971 (dalam Hadiwiyoto, 1993)

a. Protein
Protein sangat penting bagi tubuh karena zat ini mempunyai fungsi

sebagai bahan-bahan dalam tubuh serta sebagai zat pembangun, zat

pengatur dan zat pembakar.Sebagai zat pembangun, protein berfungsi

membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan

yang rusak, maupun yang bereproduksi. Sedangkan sebagai zat pengatur,

protein berperan dalam pembentukan enzim dan hormon penjaga dan

pengatur berbagai proses metabolisme didalam tubuh udang. Dan sebagai

zat pembakar, adalah karena unsur karbon yang terkandung didalamnya

dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energi tidak

terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.

b. Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara

protein dan karbohidrat.Pada udang, asam lemak mempunyai peranan

penting baik sebagai sumber energi maupun sebagai zat yang essensial

untuk udang. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal per gram,

sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram.

Lemak juga menjadi sumber asam lemak , posfolipid, kolesterol dan

sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E, K. selain itu ,

lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi dan

menjaga keseimbangan organisme dalam air serta untuk memelihara

bentuk dan fungsi membran atau jaringan. Kelebihan lemak dapat disimpan
sebagai cadangan energi dalam jangka panjang selama melakukan aktifitas

atau selama periode tanpa makanan.

c. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang terdiri atas serat

kasar dan bahan bebas tanpa nitrogen. Unsur-unsur karbohidrat terdiri

atas : karbon, hydrogen, dan oksigen dalam perbandingan yang berbeda-

beda. Karbohidrat dalam bentuk yang sederhana umumnya lebih mudah

larut dalam air dari pada lemak dan protein.

d. Vitamin

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh udang dalam

jumlah yang sedikit, tetapi sangat penting untuk mempertahankan

pertumbuhan dan pemeliharaan kondisi tubuh. Pada umumnya vitamin

tidak dapat disintesis dalam tubuh udang sehingga harus tersedia dalam

pakan. Ditinjau dari sifat-sifat fisiknya, vitamin dibagi kedalam dua

golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam

lemak.Vitamin yang larut dalam air antara lain antara lain tiamin (B1),

riboflafin (B2), asam pentotenat (B6), biotin dan kobalamin (B12), vitamin

C dan lain-lain. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak antara lain
retinola (vitamin A), kolekalsiferol atau elgoklasiferol (vitamin), alfa

tokoferol (vitamin E) dan menadion (vitamin K).

Fungsi utama vitamin secara umum adalah :

1) Sebagai bagian dari enzim atau ko-enzim sehingga dapat mengatur

berbagai proses metabolism.

2) Mempertahankan fungsi berbagai jaringan tubuh

3) Mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel baru

4) Membantu dalam pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh.

e. Mineral

Mineral merupakan bahan anorganik yang dibutuhkan udang dan

ikan dalam jumlah yang sedikit, tetapi mempunyai fungsi yang sangat

penting. Beberapa proses didalam tubuh memerlukan zat-zat mineral.

Fungsi utama mineral adalah sebagai komponen utama dalam struktur gigi

dan tulang eksoskeleton, menjaga keseimbangan asam basa, menjaga

keseimbangan tekanan osmosis dengan lingkungan perairan, struktur dari

jaringan dan sebagai penerus dalam system syaraf dan kontraksi otot,

fungsi metabolisme, sebagai komponen utama dari enzim, vitamin,

hormone, pigmen, dan sebagai enzim aktivator.

Menurut fungsinya, mineral dibagi menjadi 3 kelompok besar

yaitu fungsi struktural, pernapasan dan metabolisme umum. Fungsi

struktural adalah fungsi mineral untuk pembentukan struktur tubuh seperti

tulang, gigi dan sisik untuk ikan. Mineral yang paling banyak berperan
dalam fungsi ini adalah Ca, P, F, dan Mg. yang membantu pernapasan

adalah Fe, Cu, dan Co. sedangkan mineral yang membentu proses

metabolism adalah semua mineral essensial baik makro maupun mikro,

termasuk berperan dalam metabolisme adalah pembentukan enzim

mengatur keseimbangan cairan tubuh dan beberapa fungsi lainnya.

Kekurangan mineral dapat berpengaruh pada pertumbuhan.

B. Aasam Lemak

Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama

minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada

makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin,

atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa

berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida.

Asam lemak merupakan salah satu basic oleochemical.

Secara umum asam lemak dapat di kelompokkan menjadi:

1. Asam Lemak Jenuh

Asam lemak jenuh mempunyai rantai karbon yang tersusun atas ikatan

tunggal dan tidak mempunyai ikatan rangkap, Contoh: lemak jenuh adalam asam

miristat, asam stearate, asam valerat, asam palmitat, dan lain-lain. Nama asam

palmitat akan mengingatkan kita pada nama “palm” atau pohon palem/kelapa

mengingat bahwa buah kelapa memang mengandung minyak yang kita sebut
dengan minyak goring. Asam lemak jenuh adalah kandungan dominan di dalam

susu, minyak kelapa, dan minyak kacang.

2. Asma Lemak Tidak Jenuh

Asam lemak tidak jenuh mempunyai rantai atomkarbon dengan ikatan

rangkap dua sebanyak satu, dua, atau tiga buah. Biasanya dalam kemasan produk

makanan, terutama pada susu instan, dicantumkan sebagai LC-PUFA: Long

Chain-Poly Unsaturated Fatty Acid (asam emak tidak jenuh ganda rantai panjang).

Jenis-jenis asam lemak tidak jenuh sebagai berikut:

a) Asam lemak omega 3

Istilah omega 3 digunakan untuk menunjukan posisi ikatan rangkap

pertama terdapat pada atom karbon nomor 3. Contoh asam lemak omega 3

adalah asam linolenat.

b) Asam lemak omega 6

Istilah omega 6 juga untuk menunjukan posisi ikatan rangkappertama

terdpaat pada atom karcon nomor 6. Contoh asam lemak omega 6 adalah asam

linoleat.

c) Asam lemak omega 9

Asam lemak omega 9 mempunyai ikatan rangkap pertama pada atom karbon

nomor 9. Contoh asam oleat.

Asam lemak tak jenuh juga mampu berperan sebagai antioksodan (untuk

menangkal radikal bebas) karena keberadaan ikatan rangkap dalam rantai karbonnya.
Asam lemak tak jenuh banyak terdapat pada ikan terutama ikan laut, misalnya ikan

kod, salmon, tongkol, pindang (sardine), lemuru, dan sebagainya.

Asam lemak tidak jenuh juga sangat penting bagu tubuh manusia karena

dapat menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh sehingga mengurangi resiko penyakit

jantung, asam lemak tak jenuh juga banyak terdapat pada biji bunga matahari,

gandum utuh, dan minyak kacang. Bebrapa studi membuktikan adanya keterkaitan

antara aam lemak omega 3 dalam menghambat pertumbuhan sel kanker prostat dan

kanker payudara (Handoyo, 2019)

3. Asam Lemak Trans

Asam lemak trans merupakan salah satu jenis asam lemak tidak jenuh

(memiliki ikatan rangkap) yang terdapat di dalam minyak (lemak cair). Asam lemak

trans terbentuk akibat pemanasan selama pengolahan minyak (rifenery) dan

penggorengan (deep frying). Perubahan asam lemak dari cis menjadi trans terjadi

selama pemanasan pada temperature 1800C dan mengikat sebanding dengan

kenaikan temperatur. Bahkan asam lemak omega 3 dan omega 6 akan berubah

menjadi asam lemak trans bila dipanaskan.

Mekanisme penurunan HDL oleh asam lemak trans terjadi dengan cara

menghambat aktifitas enzim lacitbin cbolesterol acyltransferase (LCAT). Asam

lemak trans bias mengganggu konveri asam lemak esensial linoleat menjadi

arakidonat pada sintesis lemak tubuh. Secara keseluruhan, kondisi ini akan

mengganggu sitem reaksi enzimatik dalam metabolisme lemak. Konsumsi asam

lemak trans dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kanker payudara. Asam
lemak trans juga adapt menghambat aktivitas berbagai kerja enzim seperti Na +/Ka+

ATP-ase and adenylate ciclase (Astawan dan leomitro, 2008)

Lemak tersusun dari asam-asam lemak dan suatu polihidroksi (gliserol). Asam

lemak adalah asam karboksilat rantai panjang yang dapat mengandung ikatan

rangkap (tidak jenuh) dan jenuh. Lemak yang mengandung ikatan rangkap dinamakan

minyak. Lemak dan minyak berfungsi sebagai cadangan energi metabolit. Konsumsi

lemak tak jenuh, seperti minyak kelapa sawit dapat mengurangi kadar kolestrol dalam

tubuh. Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan suatu basa alkali membentuk

sabun.

Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang paling besar diantara protein

dan karbohidrat. Pada udang, asam lemak mempunyai peranan penting baik sebagai

sumber energi maupun sebagai zat yang essensial untuk udang. Satu gram lemak

dapat menghasilkan 9 kkal per gram, sedangkan karbohidrat dan protein hanya

menghasilkan 4 kkal per gram. Lemak juga menjadi sumber asam lemak , posfolipid,

kolesterol dan sebagai pelarut pada proses penyerapan vitamin A, D, E, K. selain itu ,

lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme, osmoregulasi dan menjaga

keseimbangan organisme dalam air serta untuk memelihara bentuk dan fungsi

membran atau jaringan. Kelebihan lemak dapat disimpan sebagai cadangan energi

dalam jangka panjang selama melakukan aktifitas atau selama periode tanpa

makanan.

Lemak mengandung asam lemak yang diklasifikasikan sebagai asam lemak

jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh ditandai dengan adanya
ikatan rangkap atau rantai jamak (polyunsaturated fatty acid = PUFA) yang lebih

banyak seri omega-3 dari pada seri omega-6 nya. Asam lemak jenuh ditandai dengan

tidak adanya ikatan rangkap. Sebagaimana pada protein yang telah diketahui adanya

asam amino non essensial, pada lemakpun terdapat asam amino essensial, seperti

pada linoleat, linolenat, eikosapentaenoat /EPA, decosaheksaenoat /DHA dan asam

arakidonat yang merupakan asam lemak penting untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang.

Modifikasii dari lemak dapat dilakukan dengan mengubah komposisi dari

pada asam lemak sebagai trigliserida untuk membentuk lemak baru misalnya lemak

dengan titik lebur yang tinggi atau titik lebur yang rendah.

Menurut Lehnigerlipid diklasifikasikan atas 2 kelompok, yaitu :

1. Lipid kompleks (yang bias mengalami safonifikasi) contoh: trigliserida.

2. Lipid sederhana (yang tidak bisa mengalami safonifikasi karena tidak mengandung

gliserol).

Lemak atau lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang

tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel atau jaringan oleh pelarut non polar,

seperti kloroform, eter atau n-heksan. Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak

atau trigliserida yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.

Lemak didefinisikan sebagai komponen makanan yang tidak larut dalam pelarut

organik. Defenisi lain dari lemak adalah suatu molekul yang disintesis oleh system

biologis yang memiliki rantai alifatik hidrokarbon yang panjang sebagai struktur
utamanya, dapat bercabang atau tidak bercabang dapat membentuk cincin karboksilat

yang dapat mengandung rantai tak jenuh. yang paling tinggi menghasilkan 9 kkal

untuk tiap gramnya, yaitu 2,5 kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein

dalam jumlah yang sama (Almatsier 2000).

Minyak dan lemak termasuk salah satu dari anggota golongan lipid yaitu

merupakan lipida netral. Lipida itu sendiri dapat di klasifikasikan menjadi 4 kelas

yaitu : lipid netral, fosfolipida, sfingolipid dan glikolipid. Semua jenis lipid ini

banyak terdapat di alam. Minyak dan lemak telah dipisahkan dari jaringan asalnya

mengandung sejumlah komponen selain trigliserida yaitu : lipid kompleks (lesitin,

cephalin, fosfatida lainnya serta glikolipid), sterol berada dalam keadaan bebas atau

terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak

dan hidrokarbon. Minyak merupakan trigliserida yang berwujud cairan pada suhu

kamar dan umumnya diperoleh dari sumber nabati.Sedangkan lemak merupakan

trigliserida yang pada suhu kamar berwujud padatan dan pada umumnya berasal dari

hewani.

Minyak dan lemak adalah merupakan trigliserida yang merupakan bagian

terbesar dari kelompok lipida. Pembentukan trigliserida dihasilkan dari proses

esterifikasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak dapat sama atau

berbeda ( Gambar :2.1 ), membentuk satu molekul trigliserida dan tiga molekul air.
Gambar A. Reaksi pembentukan terigliserida dari gliserol dan asam lemak.

Jika R1 = R2 = R3, maka trigliserida yang terbentuk adalah trigliserida

sederhana, dan jika berbeda-beda disebut trigliserida campuran. Apabila satu molekul

gliserol hanya mengikat satu molekul asam lemak maka hasilnya disebut

monogliserida dan apabila dua molekul asam lemak disebut digliserida.

C. Uraian Metode Ekstraksi

1. Pengertian Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengestraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

telah ditetapkan (Kemenkes, RI. 2014 ).

2. Metode Ekstraksi Bahan Alam

a. Tujuan Ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen-komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia, proses ekstraksi ini didasarkan atas

perpindahan massa komponen-komponen zat padat dari simplisia kedalam

pelarut, setelah pelarut menembus permukaan dinding sel, kemudian

berdifusi sehingga terjadi perbedaan tekanan di luar dan di dalam sel.

b. Jenis-Jenis Ekstraksi

Jenis-jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah

ekstraksi secara panas dan dingin. Ekstraksi secara panas dilakukan

dengan cara refluks, destilasi uap air, sedangkan ekstraksi secara dingin

dilakukan dengan cara maserasi, soxhletasi dan perkolasi.

1) Ekstraksi secara Maserasi

Maserasi dilakukan dengan memasukkan 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok kedalam bejana, dituangi dengan 75

bagian cairan penyari sampai terendam. Bejana ditutup dan dibiarkan

selama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil sering diaduk diserkai,

peras dan cuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya sampai

diperoleh 100 bagian. Kemudian dipindahkan kedalam bejana tertutup

terlindung dari cahaya selama 2 hari, lalu dipisahkan endapannya.

2) Ekstraksi secara Perkolasi

Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahi 10 bagian simplisia

dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 sampai 5 bagian cairan
penyari, dimasukkan kedalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3

jam. Selanjutnya dipindahkan kedalam perkolator dan ditutup dan

didiamkan selama 24 jam, setelah itu cairan penyari dilewatkan melalui

pipa dan ditampung dalam suatu wadah. Cairan penyari harus

ditambahkan terus-menerus sehingga selalu terdapat selapis cairan

penyari diatas simplisia. Ekstraksi dilakukan hingga diperoleh 80

bagian perkolat, simplisia diperas dan dicampurkan cairan perasan

kedalam perkolat. Tambahkan cairan penyari secukupnya sehingga

diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana, kemudian ditutup dan

dibiarkan selama 2 hari ditempat sejuk terlindung dari cahaya

kemudian dipisahkan dengan endapan.

3) Ekstraksi secara Soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini adalah ekstraksi yang

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap

cairan akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan kembali

dengan pendingin tegak, cairan penyari akan turun untuk menyari zat

aktif dalam simplisia, dan bila cairan penyari telah mencapai sifon,

seluruh cairan penyari akan turun kelabu alas bulat (terjadi sirkulasi )

demikian seterusnya sampai zat aktif dalam simplisia terekstraksi

sempurna yang ditandai dengan jernihnya cairan yang lewat pada

tabung sifon.

5) Ekstraksi secara Refluks


Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang

akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas bulat

yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, kemudian dipanasi sampai

mendidih, cairan penyari akan menguap kemudian terkondensasi oleh

pendingin tegak dan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia

tersebut, hingga tersari dengan sempurna.

6) Ekstraksi secara Penyulingan Air

Penyulingan uap air dapat dipertimbangkan untuk menyari

serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik

didih tinggi pada tekanan udara normal, pada pemanasan biasa

kemudian akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal

tersebut maka penyarian dilakukan dengan cara penyarian uap ai

(Kemenkes, RI. 2014 )

D. Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

GC-MS adalah metoda analisa dimana sampel dipisahkan secara fisik

menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat pada

kromatogram). Sedangkan spektroskopi massa adalah metode analisis dimana sampel

yang dianalisis akan diubah menjadi ion-ion gas dan ion-ion tersebut dapat diukur

berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa.

Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang

diinginkan sedangkan bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detektor) akan

dapat mengidentifikasi komponen tersebut karena bisa membaca spektrum bobot


molekul pada suatu komponen karena dilengkapi refrensi yang ada pada software,

secara instrument MS adalah detektor GC.

Pemisahan komponen senyawa dalam GC terjadi dalam kolom (kapiler)

dengan melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam adalah zat

yang ada dalam kapiler, sedangkan fasa gerak adalah gas pembawa (He atau H2)

dengan kemurnian tinggi yaitu 99,95%. Proses pemisahan dapat terjadi karena

kecepatan alir dari tiap molekul dalam kolom.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedan affinitas antar molekul dengan

fasa diam yang ada dalam kolom. Spektrometer massa menembaki bahan yang

sedang diteliti dengan berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya

sebagai suatu spektrum fragmen ion positif. Catatan ini disebut spektrum massa.

Terpisahnya fragmen-fragmen ion positif didasarkan pada massanya.

1. Kromatografi Gas

Kromatografi gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan

pada zaman instrument dan elektrokimia yang telah merefolusikan keilmuan

selama lebih dari tiga puluh tahun. Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap

campuran yang setiap campuran yang sebagian komponennya atau akan lebih baik

lagi jika semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu

yang dipakai untuk pemisahan. Tekanan uap atau keatsirian akan memungkinkan

komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa

gas. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan campuran sangat beragam,

tergantung banyaknya komponen dalam suatu campuran, semakin banyak


komponen yang terdapat dalam campuran maka waktu yang diperlukan semakin

lama.Komponen campuran dapat diidentifikasi berdasarkan waktu tambat (waktu

retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat adalah waktu yang

menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.

a. Memilih system

Dalam kromatografi gas terdapat empat peubah utama yaitu gas pembawa,

jenis kolom dan fase diam dan suhu untuk pemisahan. Gas Pembawa. Faktor

yang mempengaruhi suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas

ialah keatsirian yang merupakan sifat senyawa itu dan aliran gas melalui kolom.

Nitrogen, helium,argon, hydrogen dan karbon dioksida merupakan gas yang

sering digunakan sebagai gas pembawa karena tidak reaktif serta dapat dibeli

dalam keadaan murni dan kering dalam tangki bervolume besar dan bertekanan

tinggi. Detektor. Detektor pilihan pertama untuk kromatografi gas adalah

Detector Ionisasi Nyala (DIN) yang memiliki kepekaan yang tinggi untuk

beberapa jenis senyawa. Fase Cair Diam. Dua segi fase harus diketahui, pertama

bagaimana cairan ditahan dalam kolom yaitu cairan itu disaputkan pada

permukaan serbuk padat dalam kolam, dan yang kedua yaitu sifat kimia dari

cairan itu.

b. Sistem

Suhu Kolom. Kromatografi gas didasarkan pada dua sifat senyawa yang

dipisahkan, kelarutan senyawa itu dalam cairan tertentu dan tekanan uapnya atau

keatsiriannya. Karena tekanan uap bergantung langsung pada suhu, maka suhu
merupakan faktor utama dalam kromatografi gas. Suhu kolom berkisar – 100 oC-

4000oC tergantung sifat bahan.Secara umum, pemisahan yang baik diperoleh

pada suhu rendah. Sebagai patokan dapat dipakai bahwa setiap kenaikan suhu

30oC waktu tambat menjadi setengahnya. Gas Pembawa. Laju aliran gas

tergantung pada diameter kolom. Aliran berbanding lurus dengan penampang

kolom dan penampang bergantung jari-jari pangkat dua ( π r 2) Misalnya jika

pemisahan yang baik dengan kolom 2 mm pada aliran 20 ml/menit, maka untuk

menghasilkan hasil yang sama dengan kolom 4 mm diperlukan aliran 80

ml/menit. Untuk mendapatkan system kolom yang optimal yaitu dengan cara

mengatur laju aliran gas dan menghasilkan tingkat puncak yang maksimum.

Kolom. Ada dua kolom dalam kromatografi gas yaitu : kolom kemas, terdiri atas

fase cair berdiameter 1-3 mm dan panjangnya 2 m, kolom kapiler : berdiameter

0,02- 0,2 mm dan panjangnya 15-25 m, yang berfungsi sebagai penyangga

lembam untuk fase diam cair. Detector. Detector adalah gawai yang ditempatkan

pada ujung kolom kromatografi gas yang menganalisis aliran gas yang keluar

dan memberikan data kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram

secara grafis. DHB (Detector Hantar Bahang) : didasarkan pada bahang

dipindahkan dari benda panas dengan laju yang bergantung pada susunan gas

yang mengelilingi benda panas. Daya hantar ini merupakan fungsi dari laju

pergerakan molekul gas.Gas yang mempunyai bobot molekul yang rendah

mempunyai daya hantar paling tinggi. Detector Ionisasi Nyala (DIN),


pendeteksian DIN ialah jika dibakar, senyawa organik terurai membentuk

pecahan sederhana bermuatan positif, biasanya trediri atas satu karbon. Pecahan

ini meninggikan daya hantar tempat lingkungan nyala, dan peningkatan daya

hantar ini dapat diukur dengan mudah dan direkam.

Penanganan Sinyal. Data Kualitatif. Data kromatografi gas biasanya

terdiri atas waktu tambat berbagai komponen campuran.Waktu tambat diukur

mulai dari titik penyuntikan sampai ketitik maksimum puncak dan sangat khas

untuk senyawa tertentu dan pada kondisi tertentu. Komponen tertentu didalam

campuran dapat dipisahkan dengan cara spiking jika tersedia senyawa murninya.

Senyawa murni ditambahkan kedalam cuplikan yang diduga mengandung

senyawa itu dan cuplikan kromatografi. Data Kuantitatif. Pengukuran

sebenarnya yang dilakukan pada kertas grafik ialah pengukuran luas puncak.Jika

puncak itu simetris atau berupa kurva gauss tinggi puncak dapat dipakai untuk

mengukur luas puncak.

2. Spektrum Massa

Spektrum massa biasa diambil pada energi berkas elektron sebesar 70

elektron volt. Kejadian tersederhana ialah tercampaknya satu elektron dari satu

molekul dalam fase gas oleh sebuah elektron dalam berkas elektron dan

membentuk suatu ion molekul yang merupakan suatu kation radikal (M+ ). Suatu

spektrum massa menyatakan massa-massa sibir-sibir bermuatan positif terhadap

(konsentrasi) nisbinya. Puncak paling kuat (tinggi) pada spektrum disebut puncak

dasar (base peak), dinyatakan dengan nilai 100 % dan kekuatan (tinggi x factor
kepekaan) puncak-puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya, dinyatakan

sebagai persentase puncak dasar tersebut. Puncak ion molekul biasanya merupakan

puncak-puncak dengan bilangan massa tertinggi, kecuali jika terdapat puncak-

puncak isotop. Puncak-puncak isotopnya yang biasa.

a. Penentuan Rumus

Molekul Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak

isotop hanya dapat dilakukan jika puncak ion olekul termaksud cukup kuat

hingga puncak tersebut dapat diukur dengan cermat sekali. Misalnya suatu

senyawa mengandung satu atom karbon, maka untuk tiap 100 molekul yang

mengandung satu atom 12C, sekitar 1,08 % molekul mengandung satu atom

13C. Karenanya molekul-molekul ini akan menghasilkan sebuah puncak M + 1

yang besarnya 1,08 % kuat puncak ion molekulnya, sedangkan atom-atom 2H

yang akan memberikan sumbangan tambahan yang amat lemah pada puncak M

+ 1 itu. Jika suatu senyawa mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2

akan menjadi 4,4 % puncak induk.

b. Pengenalan Puncak Ion Molekul

Ada dua hal yang menyulitkan pengidentifikasian puncak ion molekul

yaitu : Ion molekul tidak nampak atau amat lemah. Cara penanggulanganya

adalah mengambil spektrum pada kepekaan maksimum, jika belum diketahui

dengan jelas dapat juga dilihat berdasarkan pola pecahnya. Kedua Ion molekul

nampak tetapi cukup membingungkan karena terdapatnya beberapa puncak

yang sama atau lebih menonjol. Dalam keadaan demikian, pertama-tama soal
kemurnian harus dipertanyakan. Jika senyawa memang sudah murni, masalah

yang lazim ialah membedakan puncak ion molekul dari puncak M-1 yang lebih

menonjol. Satu cara yang bagus ialah dengan mengurang energi berkas elektron

penembak mendekati puncak penampilan.

Kuat puncak ion molekul tergantung pada kemantapan ion molekul.Ion-

ion molekul paling mantap adalah dari sisten aromatik murni. Secara umum

golongan senyawa-senyawa berikut ini akan memberikan puncak –puncak ion

menonjol : senyawa aromatik, (alkane terkonjugasi), senyawa lingkar sulfida

organik (alkane normal, pendek), merkaptan. Ion molekul biasanya tidak

nampak pada alkohol alifatik, nitrit, nitrat, senyawa nitro, nitril dan pada

senyawa-senyawa bercabang.Puncak-puncak dalam arah M-3 sampai M-14

menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi (Silverstein, dkk, 1981).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

Wadah, erlenmeyer, neraca analitik, desikator, blender, beaker gelas,

rotari evaporator, corong gelas, kertas saring, pipet tetes, water bath, botol vial,

Trace 1300 gas kromatograph, thermometer, kertas whatman 42.


2. Bahan-bahan yang digunakan

n-Heksana dan sampel udang windu (penaeus monodon).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari 2020 sampai selesai, penelitian

dilaksanakan di Balai Besar laboratorium Kesehatan Makassar.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah udang windu (penaeus monodon)

yang hidup di laut.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah udang windu (penaeus monodon)

bagian kepala dan badan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Penyiapan Bahan Uji

Bahan uji atau sampel yang digunakan adalah udang windu (penaeus

monodon) yang diperoleh dari pelelangan ikan Paotere Kota Makassar, Sulawesi

Selatan

2. Pengolahan Bahan Uji

a. Tahap pendahuluan
Sampel udang windu (penaeus monodon) dibersihkan kulitnya dan

dicuci, kemudian dipotong menjadi dua bagian, yaitu kepala dan badan.

Daging udang yang telah dipotong, masing-masing dihaluskan dengan

menggunakan blender, kemudian dikeringkan dengan sinar matahari sampai

tampak kering. Setelah kering, dihaluskan lagi dengan menggunakan blender,

masing-masing sampel ditimbang sebanyak 200 gram.

b. Pembuatan Ekstrak Udang Windu (penaeus monodon) secara Maserasi

Sampel udang windu masing-masing 200 gram dimasukkan dalam

wadah maserastor, dimaserasi dengan pelarut n-heksana sebanyak 100 ml

selama 24 jam, kemudian disaring hasil maserasi dengan mengambil

filtrat/ekstraknya yang berwarna kuning keemasan. Ekstrtrak hasil maserasi

diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator, ekstrak pekat hasil rotary

evaporator dimasukkan dalam gelas vial, selanjutnya diuapkan lagi pelarut

yang masih terkandung dengan menggunakan waterbath untuk memastikan

semua pelarut tak tersisa, lemak yang diperoleh ditimbang dengan neraca

analitik.

c. Analisis komposisi Asam Lemak dengan GC-MS

Sebanyak 1 µL sampel lemak hasil maserasi diinjeksikan kedalam

kolom GC-MS dengan menggunakan auto sampler, hasil analisa berupa

spectrum MS dibandingkan dengan library (refrence) yang terdapat pada GC-

MS untuk mengetahui komposisi asam lemak yang terdapat pada sampel.

E. Pengumpulan dan Analisa Data


Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini meliputi data yang di hasilkan

dari proses lemak hasil maserasi, kemudian dianalisa menggunakan alat GC-MS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kadar Lemak Udang Windu (penaeus monodon)

Berdasarkan hasil penelitian analisis asam lemak udang windu (penaeus

monodon) pada bagian kepala dan badan dengan metode Gc-Ms maka didapat data

sebagai berikut:

Tabel 2. Kadar lemak total dari daging Udang Windu (penaeus monodon)
Udang Windu Berat Sampel Berat Lemak Kadar Lemak
(penaeus monodon) Kering (gram) (gram) Total(%)

Kepala 200 gram 1, 3704 0, 34

Badan 200 gram 1, 1849 0, 30

2. Hasil Analisis Dengan Gc-Ms

Lemak daging udang windu hasil maserasi, kemudian dianalisis dengan

Gas Cromatography-Mass Spectroscopy (GC-MS).

a). Hasil analisis melalui pemeriksaan GC-MS dari kepala udang windu (penaeus

monodon) diperoleh sebanyak 13 jenis senyawa seperti pada tabel 2.

Tabel 3. Hasil Analisis GC-MS lemak hasil ekstraksi kepala udang windu

(penaeus monodon)

No Nama senyawa Area% Probability RT Moleculer


. formula
1. Tetradecanoic acid 0.66 81.94 9.98 C14H28O2
(asam mirista)
2. 4-Methyloctanoic acid 0.62 12.17 4.27 C9H18O
(etol heptanoat)
3. 7-Methyl-Z-tetradecen- 0.53 4.75 14.54 C17H32O2
1-o 1 acetace (methyl
palmitoleat)
4. 2H-Pyran-2one, 0.16 4.47 5.98 C9H14O2
Tetrahydro-4-(2-
methyl-1-propen-3y1)
5. Dodecanoic acid (asam 0.04 70.34 8.57 C12H24O2
laurat)
6. Octadecanoic acid 0.66 1.75 9.98 C18H36O2
(asam stearate)
7. Tridecanoic acid (asam 0.66 5.76 9.98 C13H26O2
tridekanoat)
8. n-hexadecanoic acid 0.40 4.53 8.57 C16H32O2
(asam palmitat)
9. Pentadeconoic acid 0.40 6.08 8.57 C15H30O2
(asam pentadekanoat)
10. Cis-13-Oktadecanoic 12.71 18.03 12.66 C18H34O2
acid (asam elaidik)
11. 10-Heptadecen-8- 2.26 4.70 13.88 C18H30O2
ynoic acid, methyl
ester, (E)- (asam
linolenic)
12. phen-1,4-diol,2,3- 0.88 4.82 15.65 C9H9F3O2
dimethyl-5- trifluorom
13, Cholesterol 8.23 11.39 20.44 C27H46O

b). Hasil analisis melalui pemeriksaan GC-MS dari badan udang windu (penaeus

monodon) diperoleh sebanyak 5 jenis senyawa seperti pada tabel 3.

Tabel 4. Hasil Analisis GC-MS lemak hasil ekstraksi badan udang windu

(penaeus monodon)

No Nama senyawa Area% Probability RT Moleculer


. formula
1. 7-Methyl-Z- 0.03 5.31 3.64
tetradecen -1-o 1 C17H32O2
acetate (methyl
Palmitoleate)
2. Tetradecane,2,6,10- 0.03 4.17 3.64 C17H36
trimethyl-
(heptadecana)
3. Dithiocarbamte, S- 0.03 3.02 3.64 C7H13NOS2
methyl-,N-(2-
Methyl-3-o
xobutyl)-
4. Pentanoic acid, 2- 0.31 5.97 4.23 C8H14O2
Prpenyl ester
5. Dodecanoic acid, 99.66 2.15 13.46 C20H40O2
Isooctyl ester (asam
arakidat)

B. Pembahasan
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah udang windu (penaeus

monodon). udang windu merupakan spesies udang laut yang dapat mencapai ukuran

besar, dialam bebas dapat mencapai 35 cm dan berat sekitar 260 gram, udang ini

termasuk golongan crustaceae (udang-udangan) dan di kelompokkan sebagai udang

laut atau udang penaide bersama dengan jenis udang lainnya, seperti udang putih,

udang werus dll. udang windu adalah makanan laut yang paling sering dikonsumsi

oleh banyak orang, karena ukuran nya yang besar dan rasa nya yang enak. Udang

windu juga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan tubuh. Pada udang, asam lemak

mempunyai peranan penting baik sebagai sumber energi maupun sebagai zat yang

esensial untuk udang. Satu gram lemak dapat menghasilkan 9 kkal per gram,

sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal per gram. Lemak juga

menjadi sumber asam lemak , posfolipid, kolesterol dan sebagai pelarut pada proses

penyerapan vitamin, lemak juga berfungsi membantu proses metabolisme.

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi.

maserasi merupakan jenis ekstraksi sederhana karena pengerjaan hanya dilakukan

dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif.

Peristiwa tersebut terjadi berulang kali hingga terjadi keseimbangan konsentrasi


antara larutan diluar dan didalam sel. Keutungan dari metode ini adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan muda diusahakan.

umumnya pemilihan metode ekstraksi ada dua aspek, aspek pertama adalah

dengan melihat tekstur dari sampel yang akan disari. Dengan meninjau aspek tekstur

kita dapat menentukan jenis ekstraksi yang akan digunakan. Bagi sample yang

memiliki tekstur keras dapat digunakan ekstraksi dengan metode panas, sedangankan

ekstraksi dengan metode dingin ditujukan pada jenis sampel yang memiliki tekstur

lunak. Aspek kedua pemilihan berdasarkan polaritas pelarut dimana pelarut-pelarut

dengan sifat kepolaran yang tinggi akan menarik komponen polar, sedangkan dengan

pelarut dengan tingkat kepolaran yang rendah akan menarik komponen nonpolar

(Najib, 2018).

Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pelarut n-heksana hal ini

dikarena senyawa yang akan di ekstraksi memiliki sifat non polar, sehingga harus

dilarutkan dengan pelarut non polar. Senyawa yang akan di analisis yaitu komposisi

asam lemak dari udang windu (penaeus monodon) khususnya pada bagian kepala dan

badan. Pada tahap ekstraksi, serbuk kering masing-masing sampel udang windu

ditimbang sebanyak 200 gram, kemudian di ekstraksi dengan metode maserasi selama

24 jam menggunakan alat modifikasi dengan mesin pengaduk. Hasil yang diperoleh

dari proses maserasi kemudin disaring mengunakan kertas saring untuk memperoleh

filtrat atau ekstraknya, ekstrak cair hasil maserasi diuapkan menggunakan rotary

evaporator, ekstrak pekat hasil rotary evaporator di masukkan dalam gelas vial
selanjutnya diuapkan lagi dengan menggunakn waterbath untuk memastikan semua

pelarut tak tersisa, lemak yang diperoleh ditimbang dengan neraca analitik, kemudian

di dapatkan kadar lemak dari sampel kepala udang 1,3704 gram dan badan udang

1,1849 gram. Untuk menghitung kadar lemak total, bobot lemak dibagi bobot sampel

kemudian dikali seratus persen. Analisis GC-MS dilakukan dengan kondisi columm

oven temp 80oC, injection temp 310oC, tekanan 10.9 kPa, total aliran 75.5 mL/menit,

lajur alir 24.8 cm/detik dan aliran kolom 0.3 mL/menit. Selanjutnya sebanyak 1µL di

injeksikan kedalam kolom GC-MS dengan alat mycrosyringe (penyemprot mikro)

hasil analisis spectrum MS dibandingkan dengan library yang terdapat pada GC-MS

untuk mengetahui komposisi asma lemak yang terkandung pada sampel udang windu

(penaeus monodon).

Dari hasil penelitian analisis komposisi asam lemak udang windu (penaeus

monodon) didapatkan kadar asam lemak pada kepala udang dengan kadar total

0.34%, sedangkan pada bagian badan sebanyak 0.30%.

Untuk menentukan komposisi asam lemak yang terdapat pada kepala udang

windu (penaeus monodon) dapat disesuaikan dengan spektrum standard dari library.

Dari banyaknya jenis senyawa yang teridentifikasi, dilakukan fragmentasi terhadap

13 jenis senyawa diantaranya adalah: tetradecanoic acid (asam miristat), 4-

Methyloctanoic acid (etil heptanoat), 7-Methyl-Z-tetradecen-1-o 1 acetate (methyl

palmitoleat), 2H-Pyran-2one, tetrahydron-4-(2-methyl-1-propen-3yl), dodecanoic


acid (asam laurat), Octadecanoic acid (asam stearate), Tridecanoic acid (asam

tridekanoat), n-hexadecanoic acid (asam palmitat), pentadecanoic acid (asam

pentadekanoat), Cis-13-Octadecanoic acid (asam elaidik), 10-heptadecen-8-ynoic

acid, methyl ester, (E)- (asam linolenic), phen-1,4-diol,2,3-dimethyl-5-, dan

cholesterol. Sedangkan pada bagian badan udang dilakukan fragmentasi terhadap 5

jenis senyawa diantaranya adalah: 7-Methyl-Z-tetradecen-1-o 1 acetate (methyl

palmitoleat), tetradecane,2,6,10-trimethyl-, dithiocarbamate S-methyl-N-(2-Methyl-3-

o xobutyl)-, pentanoic acid 2-Propenyl ester, dan dodecanoic acid isooctyl ester (asam

arakidat).

Manfaat beberapa komposisi asam lemak yang terdapat pada udang windu

(Penaeus monodon) yang baik bagi tubuh diantaranya adalah asam miristat untuk

menstabilkan protein yang berbeda-beda, termasuk protein yang digunakan dalam

system kekebalan tubuh. Asam stearate merupakan asam lemak jenuh memiliki

manfaat untuk mengurangi kadar kolestrol dan menurunkan kadar lipoprotein. Asam

palmitat merupakan asam lemak jenuh memiliki manfaat sebagai metabolisme tubuh,

terutama lemak dan kalsium, Asam linolenic merupakan asam lemak esensial yang

termasuk dalam kelompok asam lemak omega-3 memiliki manfaat menghambat

sintesis prostaglandin sehingga mengurangi peradangan dan pencegahan penyakit

kronis tertentu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa asam lemak pada bagian

kepala dan badan udang windu (penaeus monodon) tidak berbeda jauh. Asam lemak
pada bagian kepala tidak terdapat di bagian badan udang, contoh nya seperti

cholesterol. sedangkan pada bagian badan udang tidak terdapat asam lemak yang ada

di kepala. Bagian kepala udang memiliki jumlah senyawa asam lemak jenuh yang

cukup banyak, di bandingkan dengan bagian badan udang windu (penaeus monodon),

seperti asam stearate dan asam linolenic. Meskipun demikian, lemak memiliki

manfaat yang baik untuk tubuh, selama berada dalam porsi yang tidak berlebihan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Kepala udang windu memiliki kadar lemak total sebesar 0.34%, sedangkan badan

udang memiliki kadar lemak total sebanyak 0.30%

2. Kandungan asam lemak kepala udang windu sebanyak 13 jenis senyawa,

sedangkan pada bagian badan udang sebanyak 5 jenis senyawa


B. Saran

Disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis

komposisi asam lemak udang windu (penaeus monodon) pada bagian kepala dan

badan dengan tahap metanolisis lemak hasil maserasi menggunakan metode

kromatografi gas sfektrofotometri massa (GC-MS) yang lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. GramediaPustakaUtama


Bona, K.H.; K.S.

Astawan dan Leomitro. 2008. Raw Food Diet Khasiat makanan Mentah. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dirjen POM. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI. 2000.

Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Jilid 1. Yogyakarta :


Liberty.
Handoyo, 2019. Amankah Makanan Anda ?.Bhuana Ilmu Polpuler. Jakarta.
Karyadi, D. dan Muhilal. 1987. Nilai tambah ikan bagi gizi dan kesehatan
Masyarakat. Makalah pada seminar manfaat ikan bagi pembangunan
sumber Daya manusia. Departemen Kesehatan dan Kantor Menteri Negara
KLH. Jakarta. Ketaren, S. 1986.
Meffert, A. 1984. Technical Uses of Fatty Acids. J.Am.Oil Chem. Soc.

M.Ghufran H. Kordi K. 2010. Budi Daya Udang Laut . Lily Publisher. Yogyakarta.

Mujiman, A. dan S.R. Suyanto. 1989. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Najib, Ahmad. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta.

Purba, Robby Rudiansen, 2013. Analisis Komposisi Asam Lemak Udang Windu
(PenaeusMonodon) Dari PerairanLaut Dan Tambak Budidaya
daerah Percut Sei Tuan Deli Serdang dengan Metode Gc-Ms. Universitas
Sumatera Utara: Medan.
Rangkuti F.Y. 2007. Indonesia Fishery Product : Shrimp Report 2007, Gain Report
107024. Jakarta USDA Foreign Agriculture Service.
Sumeru, Ir. Sri Umiyatidan Anna, Dra Suzy, 1992. Pakan Udang Windu (Penaeus
monodon). Kanisius: Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran I. Skema kerja

Udang windu (penaeus monodon)

Dibersihkan

200 gr Dimasukkan dalam wadah 200 gr


Kepala Badan
Ekstrak

- Di maserasi dengan n-heksan 100


ml
Ekstrak Cair
- Rotavapor + diuapkan dengan
waterbath

Ekstrak kental

Analisis dengan alat GC-


MS
- Injeksi 1µL 310oC
- Oven kolom 80oC
- Tekanan 10.9 kPa
- Aliran 72.5/menit
- Laju alir 24.8 cm/detik
- Aliran kolom 0.3 mL/menit.

Analisis Data

Pembahasan

Lampiram II. Perhitungan Kesimpulan

1. Perhitungan kadar lemak kepala udang windu (penaeus monodon)

bobot lemak
Kadar lemak = x 100%
bobot sampel

1,3704
= x 100%
200

0,6852
= 2

= 0, 34%
2. Perhitungan kadar lemak badan udang windu (penaeus monodon)

bobot lemak
Kadar lemak = x 100%
bobot sampel

1,1849
= x 100%
200

0,59245
= 2

= 0,30%

Lampiran III. Kromatogram hasil analisis Gc-Ms sampel kepala udang windu
(penaeus monodon)
Lampiran VI. Kromatogram hasil analisis Gc-Ms sampel badan udang windu
(penaeus monodon)
Lampiran V. Foto penelitian

Gambar B. Sampel udang windu (penaeus monodon)

a b

Gambar C. a. Badan udang windu (penaeus monodon)


b. Kepala udang windu (penaeus monodon)
a b

Gambar D. Sampel udang windu (penaeus monodon) yang di keringkan


a. Kepala
b. Badan

Gambar E. Seperangkat alar rotary evaporator

a b

Gambar F. Ekstrak pekat lemak hasil maserasi udang windu (penaeus monodon)
a. Badan
b. kepala

Anda mungkin juga menyukai