Anda di halaman 1dari 320

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU

PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN)


BARAKA KABUPATEN ENREKANG

Disertasi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Doktor
dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan pada Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar

Oleh :
RUKMAN
NIM. P080100307080

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2015

i
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Rukman
NIM : P080100307080
Konsentrasi : Pendidikan dan Keguruan
Program : Dirasah Islamiah Strata Tiga (S3/Doktor)
Judul : Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
Pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Baraka Kabupaten Enrekang

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa disertasi


ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka disertasi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 15 November 2015


Penyusun,

Rukman
NIM: P080100307080

ii
PERSETUJUAN DISERTASI

Disertasi dengan judul “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Pada


Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka Kabupaten Enrekang”, yang disusun
oleh Saudara Rukman dengan NIM. P080100307080, telah di ujikan dalam Sidang
Ujian Tertutup yang diselenggarakan pada hari Selasa, 3 November 2015 M.,
memandang bahwa disertasi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan
dapat disetujui untuk diajukan ke Sidang Ujian Promosi.
PROMOTOR :

1. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A. (…..…………………………...)


KO-PROMOTOR:

1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng (………………………………...)

2. Muh. Wayong, M.Ed. Ph.D. ( ………………………………..)

PENGUJI:

1. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A. (..….…………………………...)

2. Prof. Dr. H. Nasir A. Baki, M.A (………………………………..)

3. Dr. H. Muzakkir, M. Pd.I. (………………………………..)

4. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A. (………..……………………...)


5. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng. (………………………………..)

6. Muh. Wayong, M.Ed. Ph.D. (………………………………..)

Makassar, 15 November 2015


Diketahui oleh:
Ketua Program Studi Direktur Pascasarjana
Dirasah Islamiyah, UIN Alauddin Makassar,

Prof. Dr. H. Ali Parman, M.A.


NIP. 19570414 1986031 003

iii
KATA PENGANTAR

‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬


‫رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن ﻋﻠﻰ ﺣق ﺣﻣده واﻟﺷﻛر ﻋﻠﻲ ﷲ ﺣق ﺷﻛره واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ‬ ‫اﻟﺣﻣد‬
‫ﻧﺑﻲ ﷲ ورﺳوﻟﮫ ﻣﺣﻣد ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم اﻟﻣﺑﻌوث رﺣﻣﺔ ﻟﻠﻌﺎﻟﻣﯾن‬
Segala puja dan puji, hanya kepada Allah swt., wajib dipersembahkan.
Berbarengan shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjugan
Nabiyullah Muhammad saw., sebagai rasul terakhir, rahmatan lil alamin, dan
sebagai uswatun hasanah bagi umat manusia, kepada para sahabat, keluarga dan
pengikutnya yang setia. Kalaulah bukan karena rahmat dan hidayah Allah, taufiq
dan wa’unah-Nya tidaklah mungkin disertasi yang brtjudul Implementasi
Manajemen Mutu Terpadu Pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka
Kabupaten Enrekang, ini dapat terselesaikan penyusunanya, meskipun telah
disertai ketekunan dan kerja keras dalam penyusunannya.

Diakui sepenuhnya, dalam melakukan penelitian dan penulisan disertasi


ini, diperlukan suatu kemampuan dalam menuangkan ide-ide dan konsep
pemikiran secara sistimatis dan ilmiah, sehingga tidak menutup kemungkinan
masih banyak kekurangan di dalam penyusunan disertasi ini, oleh karena itu
dengan segenap kerendahan hati, penulis memohon segala kritikan dan saran-
saran yang sifatnya konstruktif guna mendekati konsep kesempurnaan disertasi
karena dalam penulisannya, penulis banyak menemukan hambatan.

Melalui disertasi ini, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan


yang setinggi-tingginya kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan
material maupun in material, khususnya kepada:
1. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si, para
pembantu Rektor, Prof. Dr. Mardan, M.Ag (Wakil Rektor I), Prof. Dr. H.
Lomba Sultan, M.A (Wakil Rektor II), dan Prof. St. Aisyah, M.A, Ph.D
(Wakil Rektor III), sebagai penentu kebijakan di Perguruan Tinggi ini, tempat
penulis mengikuti studi Program Doktor.

iv
2. Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Ali Parman,
M.A., serta para staf yang senantiasa memberikan pelayanan administratif
kepada penulis selama menempuh perkuliahan Program Doktor.
3. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A., Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng,
Muh. Wayong, M.Ed. Ph.D., selaku promotor dan kopromotor yang dengan
keikhlasannya, telah banyak meluangkan waktunya membimbing penulis,
dalam penulisan sampai penyelesaian disertasi ini.
4. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A., Prof. Dr. H. Nasir A.Baki, M.A, dan Dr. H.
Muzakkir, M.Pd.I., yang selaku penguji dan secara langsung memberikan
bimbingan, arahan, serta saran-saran yang berharga kepada penulis sehingga
Disertasi ini dapat selesai.
5. Para Guru Besar dan Dosen Pemandu Mata Kuliah pada Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar yang mengajar penulis selama ini menempuh pendidikan
S3, juga kepada segenap staf Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah
memberikan pelayanan administrasi yang memuaskan.
6. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin, Muh. Quraisy Mathar, S.Sos,
M.Hum., dan para stafnya yang telah banyak membantu penulis mengatasi
segala kekurangan literatur yang menjadi sumber rujukan dalam penulisan
disertasi ini.
7. Drs. H. Kamaruddin SL, M.Ag., selaku Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Enrekang yang telah memberi dukungan dan izin kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan pada S3, Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
8. Drs. Fakhri Abbas, M.Pd selaku Kepala MAN Baraka Kabupaten Enrekang,
yang telah memberikan palayanan dan fasilitas di lokasi penelitian selama
dalam penulisan disertasi ini.
9. Para guru, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan MAN Baraka Kabupaten
Enrekang yang telah diwawancarai sekaligus memberikan data yang
diperlukan untuk penulisan disertasi ini, yang karena informasi dari mereka
sehingga data dalam disertasi ini menjadi lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

v
10. Kedua orang tua, Ayahanda Drs. Abd. Rahman Nannung dan Ibunda Rukmini
Boko serta kedua mertua penulis, H.Muhammad Arif, S.Pd dan Hj. Sumiati
yang mengasuh, mendidik, menasehati, mendoakan penulis selama ini, secara
khusus kepada istri penulis, Mardhiyyah Arif, S.Pd.I, dan anak-anak penulis,
Zeed Hamdy Rukman, Radhiyah Rukman, Fadhel Rukman yang selama ini
senantiasa memberikan motivasi yang sangat berharga baik suka maupun
duka, dan telah memberikan sugesti yang sangat berharga sehingga penulis
dapat menyelesaikan disertasi ini.
10. Teman-teman, sahabat, handai taulan, para mahasiswa/i Pascasarjana UIN
Alauddin, tanpa terkecuali yang telah banyak membantu dan memberi inspirasi
penting kepada penulis selama menempuh pendidikan sampai selesaiannya
penulisan penulisan disertasi ini.
Semoga Allah swt. memberikan balasan pahala yang setimpal kepada
mereka karena atas bantuan dan partisipasi mereka, penulis dapat menyelesaikan
studi Program Doktor (S3) di UIN Alauddin Makassar.

Makassar, 15 November 2015

Rukman
NIM: P080100307080

vi
ABSTRAK

Nama : Rukman
NIM : P080100307080
Judul : Implementasi Manajemen Mutu Terpadu pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang

Disertasi ini berkenaan dengan implementasi manajemen mutu terpadu


pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang yang menjadi sub masalah dalam
penelitian ini adalah, Pertama, bagaimana upaya yang dilakukan MAN Baraka
Kabupaten Enrekang dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu,
kedua Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat manajemen mutu
terpadu di MAN Baraka Kabupaten Enrekang, dan Ketiga bagaimana efektivitas
implementasi manajemen mutu terpadu dalam meningkatkan kualitas pendidikan
di MAN Baraka Kabupaten Enrekang. Adapun tujuan penelitian ini yaitu;
pertama, untuk menelusuri upaya yang dilakukan kepala MAN Baraka Enrekang
dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu, kedua, untuk mengungkap
faktor yang mendukung dan menghambat serta solusi implementasi manajemen
mutu terpadu di MAN Baraka Kabupaten Enrekang, dan ketiga, untuk
mengetahui, menemukan, merumuskan hasil implementasi manajemen mutu
terpadu dalam meningkatkan kualitas pendidikan di MAN Baraka Kabupaten
Enrekang.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
pedagogik, yuridis normatif, dan manajerial. Sumber data penelitian ini terdiri
dari kepala Madrasah, kepala tata usaha, guru-guru, dan pegawai atau staf di
lingkungan MAN sebagai informan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan, instrumen wawancara, observasi partisipatif, dokumentasi, dan
penelusuran referensi. Teknik analisis/pengolahan data data kualitatif
menggunakan 3 tahapan yaitu 1) reduksi data, 2) display data, dan 3) verifikasi
data.
Hasil penelitian yaitu Pertama, upaya MAN Baraka Kab. Enrekang dalam
mengimplementasikan manajemen mutu terpadu fokus pada segi manajemen
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Segi manajemen
perencanaan, MAN Baraka Kabupaten Enrekang lebih menekankan pada upaya
pencapaian misi dan visi madrasah, Kedua, Faktor pendukung manajemen mutu
terpadu di MAN Baraka Kabupaten Enrekang, terdiri atas faktor internal dan
eksternal. faktor internal yaitu adanya prinsip ikhlas beramal, sistem pelayanan
yang memudahkan, model kepemimpinan yang efektif. Sedangkan faktor
eksternal adalah dukungan masyarakat melalui komite Madrasah dan dukungan
pemerintah yang memberikan ruang gerak bagi MAN Baraka untuk menjabarkan
keputusan-keputusan pemerintah menjadi keputusan-keputusan yang lebih

vii
operasional, sedangkan faktor penghambat yakni desain kurikulum yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran belum optimal dan sumber daya yang kurang
serta pengembangan staf yang belum memadai. Ketiga, implementasi manajemen
mutu terpadu dalam meningkatkan kualitas pendidikan di MAN Baraka
Kabupaten Enrekang berdasarkan temuan penulis adalah adanya efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah, efektivitas perencanaan dan pengembangan
program, efektivitas kedisiplinan guru dan staf, efektivitas kerja sama dan
kemitraan dengan lembaga pendidikan lainnya.
Implikasi penelitian ini yaitu dalam meningkatkan implementasi manajemen
mutu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang maka perlu diintensifkan kegiatan
pendidikan dan pelatihan baik secara kualitas maupun kuantitas, dan perlu terus-
menerus dimotivasi dan difasilitasi untuk dapat berpartisipasi di dalamnya. Untuk
membangkitkan semangat kompetisi dikalangan guru MAN Baraka Kabupaten
Enrekang dan semua stakeholders melalui moment perlombaan untuk kalangan
guru secara berjenjang, bahkan bila memungkinkan bisa diikutsertakan pada
tingkat yang lebih tinggi, bentuk-bentuk perlombaan yang mencerminkan
kemampuan profesional guru.

viii
ABSTRACT

Name : Rukman
Student Reg. Number : P080100307080
Title : The Implementation of Total Quality Management at MAN
Baraka Enrekang Regency:

This dissertation relates to the implementation of Total Quality


Management at MAN Baraka Enrekang Regency based on educational
management study. The main problem is how the implementation of Total Quality
Management at MAN Baraka Enrekang Regency based on educational
management study is. The sub-problems are, firstly, how the efforts of MAN
Baraka Enrekang Regency in implementing Total Quality Management are.
Secondly, what factors, both the supporting factors and the hindering ones, of
Total Quality Management at MAN Baraka Enrekang Regency are, and how the
effectiveness of the implementation of Total Quality Management at MAN Baraka
Enrekang Regency is. The objectives of this research are to explore the applied
efforts of MAN Baraka headmaster to implement Total Quality Management, to
reveal the supporting factors and the hindering ones as well as the solution to the
implementation of Total Quality Management at MAN Baraka Enrekang Regency,
and to learn, to discover, and to formulate the results of the implementation of
Total Quality Management to develop the education quality at MAN Baraka
Enrekang Regency.
This research is a qualitative descriptive study by using pedagogical,
sociological, theological, normative, and managerial approaches. The data sources
of this research consist of the headmaster, the head of administration, teachers,
and employees or staff of the school as informants. Data was collected using
questionnaires, interview, participatory observation, documentation, and reference
exploring. The qualitative data processing using three stages: 1) data reduction, 2)
display data, and 3) data verification.
The research results show, firstly, the efforts of MAN Baraka Enrekang
Regency in implementing Total Quality Management are focusing on management
in terms of planning, organizing, implementating and supervising. In terms of
management planning, MAN Baraka Enrekang more emphasizes on efforts to
achieve the vision and the mission of madrasah, so the Total Quality Management
is a systematic and structured management process to promote strategic planning
involving all stakeholders of the school. Secondly, the supporting factors of Total
Quality Management at MAN Baraka Enrekang Regency, consisting of internal

ix
and external factors. The internal factors are the principle IKHLAS BERAMAL,
facilitating service system, an effective leadership model, and the potential ability
of teachers with supporting skills. While external factors are the support of the
community through school committee and government support that provides
authority space for MAN Baraka to describe the government decisions to more
operational decisions, while the hindering factors are the curriculum design that is
done by teachers of any subjects is not optimal or still weak, the lack of resources,
and inadequate staff development. Thirdly, the effectiveness of the
implementation of Total Quality Management to develop the education quality at
MAN Baraka Enrekang Regency based on the findings of the researcher are the
headmaster leadership effectiveness, planning and development programs
effectiveness, the discipline of teachers and staff effectiveness, and the
cooperation and partnership with other educational institutions effectiveness.
The implications of this research is that to improve the implementation of
quality management at MAN Baraka Enrekang Regency, it is necessary to
intensify education and training activities both in quality and quantity, and those
need to be constant, be motivated and be facilitated to participate in it. To evoke
the spirit of competition among teachers of MAN Baraka Enrekang Regency and
all stakeholders, competition moment must be provided in stages, even if it is
possible the may be facilitated to the higher level where the forms of competition
are the ones that reflect the professional ability of the teachers.

x
‫ﺗﺠﺮﻳﺪ اﻟﺒﺤﺚ‬
‫‪ :‬رﻗﻤﺎن‬ ‫اﻻﺳﻢ‬
‫رﻗﻢ اﻟﺘﺴﺠﻴﻞ ‪80100307080 :‬‬
‫ﻋﻨﻮان اﻷﻃﺮوﺣﺔ ‪ :‬ﺗﻄﺒﻴﻖ ﺗﻨﻔﻴﺬ اﻹدارة اﻟﻤﺘﻜﺎﻣﺔ ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﺔ‬
‫ﺑﻤﻨﻄﻘﺔ إﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ )دراﺳﺔ إدارﻳﺔ ﺗﺮﺑﻮﻳﺔ(‬
‫======================================================= ==============‬
‫ﻫﺬﻩ اﻷﻃﺮوﺣﺔ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺘﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ إﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ‬
‫دراﺳﺔ إدارﻳﺔ ﺗﺮﺑﻮﻳﺔ‪ ،‬وﻣﺴﺄﻟﺘﻬﺎ اﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ ﻫﻲ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﳌﺬﻛﻮرة‬
‫ﻛﺪراﺳﺔ إدارﻳﺔ ﺗﺮﺑﻮﻳﺔ‪ ،‬ﰒ ﻓﺼﻠﺖ ﻫﺬﻩ اﳌﺴﺄﻟﺔ إﱃ ﻣﺸﻜﻼت ﻓﺮﻋﻴﺔ‪ ،‬أوﳍﺎ‪ :‬ﻣﺎ اﳉﻬﻮد اﻟﱵ ﻗﺎﻣﺖ ﺎ‬
‫ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﺑﺈﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ ﰲ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ‪ ،‬وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ‪ :‬ﻣﺎ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﳌﺆﻳﺪة‬
‫واﻟﻌﺎﺋﻘﺔ ﻟﻺدراة اﻟﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﻫﺬﻩ اﳌﺪرﺳﺔ‪ ،‬وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ‪ :‬ﻣﺎ ﻓﻌﺎﻟﻴﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ‬
‫ﲢﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻓﻴﻬﺎ؟‬
‫ﻟﻘﺪ وﺿﻊ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﲢﻘﻴﻘﺎ ﻟﺜﻼﺛﺔ أﻏﺮاض‪ ،‬أوﳍﺎ‪ :‬اﻹﳌﺎم ﺑﺎﳉﻬﻮد اﻟﱵ ﻣﺎرﺳﻬﺎ ﻧﺎﻇﺮ اﳌﺪرﺳﺔ‬
‫ﰲ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ‪ ،‬وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ‪ :‬اﻟﻜﺸﻒ ﻋﻦ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﺪﻋﻢ وﺗﻌﻴﻖ إدارة اﳉﻮدة‬
‫اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ واﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦ ﺣﻠﻮﳍﺎ اﳌﻨﺎﺳﺒﺔ‪ ،‬وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ‪ :‬اﻹﳌﺎم ﺑﻨﺘﺎﺋﺞ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ وﺻﻴﺎﻏﺘﻬﺎ‬
‫واﻟﻌﺜﻮر ﻋﻠﻰ ﲢﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻓﻴﻬﺎ‪.‬‬
‫وﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻧﻮع ﻣﻦ أﻧﻮاع اﻟﺒﺤﻮث اﻟﻮﺻﻔﻴﺔ اﻟﻜﻴﻔﻴﺔ وﻣﺪاﺧﻠﻪ ﻫﻲ اﳌﺪﺧﻞ اﻟﱰﺑﻮي‬
‫واﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻲ‪ ،‬واﻟﻼﻫﻮﰐ اﳌﻌﻴﺎري‪ ،‬واﻹداري‪ .‬وﻣﺼﺎدر ﺑﻴﺎﻧﺎﺗﻪ ﻫﻲ‪ :‬ﻧﺎﻇﺮ اﳌﺪرﺳﺔ‪ ،‬ورﺋﻴﺲ اﻟﺸﺆون‬
‫اﻹدارﻳﺔ‪ ،‬واﳌﺪرﺳﻮن‪ ،‬واﳌﻮﻇﻔﻮن اﻟﻌﺎﻣﻠﻮن ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ ﻧﻔﺴﻬﺎ‪ .‬وﲨﻊ ﺑﻴﺎﻧﺎﺗﻪ ﻳﺘﻢ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻻﺳﺘﺒﻴﺎن‪،‬‬
‫ودﻟﻴﻞ اﳌﻘﺎﺑﻠﺔ‪ ،‬واﳌﻼﺣﻈﺔ اﻟﺘﺸﺎرﻛﻴﺔ‪ ،‬واﻟﻮﺛﺎﺋﻖ‪ ،‬واﺳﺘﻘﺮاء اﳌﺮاﺟﻊ‪ .‬وأﻣﺎ أﺳﻠﻮب ﲢﻠﻴﻞ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت‬
‫وﺗﻨﻈﻴﻤﻬﺎ‪ ،‬ﻓﻴﺘﻢ ﺑﺎﻻﺧﺘﺼﺎر واﻟﻌﺮض واﻟﺘﺤﻘﻴﻖ‪.‬‬
‫وﻗﺪ أﻇﻬﺮت اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ أوﻻ‪ :‬أن اﳉﻬﻮد اﻟﱵ ﻗﺎﻣﺖ ﺎ ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ إﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ‬
‫ﰲ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﺗﺮﺗﻜﺰ ﻋﻠﻰ إدارة اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ واﻟﺘﻨﻈﻴﻢ واﻟﺘﻨﻔﻴﺬ واﳌﺮاﻗﺒﺔ‪ .‬ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ إدارة‬
‫اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ‪ ،‬ﻓﺈن ﻫﺬﻩ ﺘﻢ أﻛﺜﺮ ﺑﺘﺤﻘﻴﻖ رﺳﺎﻟﺔ اﳌﺪرﺳﺔ ورؤﻳﺘﻬﺎ‪ ،‬وﺑﺎﻟﺘﺎﱄ ﻓﺈن إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ‬
‫ﻫﻲ اﻟﻌﻤﻠﻴﺔ اﻹدارﻳﺔ اﻟﻨﺴﻘﻴﺔ ﻣﻊ ﺗﻔﻀﻴﻞ اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ اﻻﺳﱰاﺗﻴﺠﻲ ﻣﻦ أﺟﻞ إﺷﺮاك ﲨﻴﻊ أﺻﺤﺎب‬
‫اﳌﺼﻠﺤﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ‪ ،‬ﺛﺎﻧﻴﺎ‪ :‬أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺪاﻋﻤﺔ ﻹدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﺘﻜﻮن ﻣﻦ ﻋﻮاﻣﻞ‬
‫داﺧﻠﻴﺔ وﺧﺎرﺟﻴﺔ؛ ﻓﺎﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺪاﺧﻠﻴﺔ ﻫﻲ ﻣﺒﺪأ اﻹﺧﻼص ﰲ ﻓﻌﻞ اﳋﲑ‪ ،‬واﻟﻨﻈﺎم اﳌﻴﺴﺮ ﰲ اﳋﺪﻣﺔ‪،‬‬
‫واﻟﻨﻤﻮذج اﻟﻔﻌﺎل ﻟﻠﻘﻴﺎدة‪ ،‬واﳌﻬﺎرات اﻟﺬاﺗﻴﺔ اﻟﱵ ﻳﺘﺤﻠﻰ ﺎ اﳌﻌﻠﻤﻮن‪ .‬أﻣﺎ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﳋﺎرﺟﻴﺔ ﻓﻬﻲ دﻋﻢ‬
‫ا ﺘﻤﻊ ﻣﻦ ﺧﻼل ﻫﻴﺌﺔ اﻵﺑﺎء ﻟﻠﻤﺪرﺳﺔ ودﻋﻢ اﳊﻜﻮﻣﺔ اﻟﱵ ﺗﺴﻤﺢ ﺑﻮﺻﻒ ﻗﺮارات اﳊﻜﻮﻣﺔ ﻟﺘﺼﺒﺢ‬
‫أﻛﺜﺮ ﻋﻤﻠﻴﺔ‪ .‬وأﻣﺎ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﻌﺎﺋﻘﺔ‪ ،‬ﻓﻤﻨﻬﺎ أن اﳌﻨﺎﻫﺞ اﻟﺪراﺳﻴﺔ اﻟﱵ ﺻﻤﻤﻬﺎ اﳌﺪرﺳﻮن ﱂ ﺗﻜﺘﻤﻞ ﺑﻌﺪ‬

‫‪xi‬‬
‫أو أ ﺎ ﻻ ﺗﺰال ﺿﻌﻴﻔﺔ‪ ،‬وأن اﳌﻮارد اﻟﺒﺸﺮﻳﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﺎ زاﻟﺖ ﻗﻠﻴﻠﺔ‪ ،‬وﻗﻠﺔ اﶈﺎوﻻت اﻟﱵ ﻳﺮاد ﺎ ﺗﻄﻮﻳﺮ‬
‫ﻛﻔﺎءة اﳌﻮﻇﻔﲔ‪ .‬ﺛﺎﻟﺜﺎ‪ :‬أن ﻓﻌﺎﻟﻴﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﲢﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﳌﺬﻛﻮرة‬
‫اﺳﺘﻨﺎدا إﱃ اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ اﻟﱵ ﺗﻮﺻﻞ إﻟﻴﻬﺎ اﻟﻜﺘﺎب ﺗﺘﻤﺜﻞ ﰲ ﻓﻌﺎﻟﻴﺔ ﻗﻴﺎدة ﻧﺎﻇﺮ اﳌﺪرﺳﺔ‪ ،‬وﰲ ﺑﺮاﻣﺞ اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ‬
‫واﻟﺘﻄﻮﻳﺮ‪ ،‬وﰲ اﻧﻀﺒﺎط اﳌﺪرﺳﲔ واﳌﻮﻇﻔﲔ‪ ،‬وﰲ اﻟﺘﻌﺎون واﻟﺸﺮاﻛﺔ ﻣﻊ اﳌﺆﺳﺴﺎت اﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ اﻷﺧﺮى‪.‬‬
‫اﻵﺛﺎر اﳌﱰﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻫﻲ أﻧﻪ ﻣﻦ اﻟﻀﺮوري ﲢﺴﲔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﳌﺬﻛﻮرة‪،‬‬
‫وﺗﻜﺜﻴﻒ أﻧﺸﻄﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ واﻟﺘﺪرﻳﺐ ﺟﻮدة وﻛﻤﻴﺔ‪ ،‬وأن اﳌﺪرﺳﺔ ﲝﺎﺟﺔ إﱃ اﻟﺪواﻓﻊ اﳌﺴﺘﻤﺮة وﺗﻴﺴﲑ‬
‫اﳌﺸﺎرﻛﺔ ﰲ ذﻟﻚ ﻣﻦ أﺟﻞ اﺳﺘﺤﻀﺎر روح اﻟﺘﻨﺎﻓﺲ ﺑﲔ اﳌﺪرﺳﲔ ﻓﻴﻬﺎ وﲨﻴﻊ أﺻﺤﺎب اﳌﺼﻠﺤﺔ ﻣﻦ‬
‫ﺧﻼل اﻟﺴﺒﺎق اﳌﺨﻄﻂ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﰲ ﺷﱴ ﻣﺮاﺣﻞ‪ ،‬ﺣﱴ ﳝﻜﻨﻬﻢ أن ﻳﺘﺪرﺟﻮا ﻋﻠﻰ أﻋﻠﻰ اﳌﺴﺘﻮﻳﺎت ﻋﻦ‬
‫ﻃﺮﻳﻖ اﳌﺴﺎﺑﻘﺎت اﻟﱵ ﻳﻌﻜﺲ ﻗﺪرا ﻢ اﳌﻬﻨﻴﺔ‪.‬‬

‫‪DAFTAR ISI‬‬

‫‪xii‬‬
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI..................................................... ii
PERSETUJUAN DISERTASI ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ......................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1-18
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 9
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................... 10
D. Kajian Pustaka ........................................................................ 13
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 17

BAB II TINJAUAN TEORETIS........................................................... 19-130


A. Konsep Manajemen Mutu Terpadu ......................................... 19
1. Pengertian Manajemen........................................................ 19
2. Pengertian Mutu Terpadu.................................................... 26
B. Manajemen Mutu Terpadu Perspektif Pendidikan ................... 43
C. Konsepsi Pengembangan Madrasah ........................................ 76
1. Pengertian Madrasah........................................................... 77
2. Perkembangan Madrasah .................................................... 78
3. Pembinaan Madrasah .......................................................... 86
D. Urgensi Manajemen Mutu Terpadu dalam Pengembangan
Madrasah ............................................................................... 89
E. Kerangka Konseptual ............................................................. 123

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 131-141

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ..................................................... 131


B. Pendekatan Penelitian ............................................................ 133
C. Sumber Data .......................................................................... 135
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 136
E. Instumen Penelitian................................................................. 138
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 140

xiii
G. Keabsahan Data Penelitian...................................................... 142

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN


MUTU TERPADU PADA MAN BARAKA
KABUPATEN ENREKANG .................................................. 144-266
A. Profil MAN Baraka Kabupaten Enrekang ................................ 144
B. Upaya MAN Baraka Enrekang dalam Mengimplementasikan
Manajemen Mutu Terpadu........................................................ 151
1. Manajemen Perencanaan ...................................................... 151
2. Manajemen Pengorganisasian............................................... 160
3. Manajemen Pelaksanaan....................................................... 171
4. Manajemen Pengawasan....................................................... 225
C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Mutu
Terpadu di MAN Baraka Enrekang........................................... 229
1. Faktor Pendukung ................................................................ 229
2. Faktor Penghambat............................................................... 236
D. Hasil Implementasi Manajemen Mutu Terpadu
dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di
MAN Baraka Enrekang ............................................................ 244
1. Efektivitas Kepemimpinan ................................................... 245
2. Efektivitas Perencanaan dan Pengembangan Program........... 246
3. Efektivitas Kedisiplinan Guru dan Staf................................. 247
4. Efektivitas Kerja Sama dan Kemitraan ................................. 249
5. Efektivitas Motivasi Belajar dan Prestasi Peserta Didik ........ 249
6. Efektivitas Pelayanan dan mutu pembelajaran ..................... 250
7. Efektivitas Evaluasi Program................................................ 253
E. Hasil Temuan Penelitian ......................................................... 254

BAB V PENUTUP............................................................................... 267-271


A. Kesimpulan............................................................................. 267
B. Implikasi Penelitian ................................................................ 268
C. Temuan Penelitian .................................................................. 269

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 272-282


DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................... 283
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 284

TRANSLITERASI DAN SINGKATAN PEDOMAN TRANSLITERASI

xiv
ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan

Huruf Nama Huruf Latin Nama


‫ا‬ alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ب‬
Arab ba B Be
‫ت‬ ta T Te
‫ث‬ s\a s\ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ jim J Je
‫ح‬ h}a h} ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ kha Kh ka dan ha
‫د‬ dal D De
‫ذ‬ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ ra R Er
‫ز‬ zai Z Zet
‫س‬ sin S Es
‫ش‬ syin Sy es dan ye
‫ص‬ s}ad s} es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ d}ad d} de (dengan titik di bawah)
‫ط‬ t}a t} te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbalik
‫غ‬ gain G Ge
‫ف‬ fa F Ef
‫ق‬ qaf Q Qi
‫ك‬ kaf K Ka
‫ل‬ lam L El
‫م‬ mim M Em
‫ن‬ nun N En
‫و‬ wau W We
‫ﻫـ‬ ha H Ha
‫ء‬ hamzah ’ Apostrof
‫ى‬ ya Y Ye

xv
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda
(’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ‫ا‬ fath}ah a a
ِ‫ا‬ kasrah i i
ُ‫ا‬ d}ammah u u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara


harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ـَ ْﻰ‬ fath}ah dan ai a dan i


ya>’
‫ْـَﻮ‬ fath}ah dan au a dan u
wau
Contoh:
‫ـﻒ‬
َ ْ‫ ﻛَـﻴ‬: kaifa
‫َـﻮ َل‬
ْ ‫ ﻫ‬: haula
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Nama Nama
Harakat
Contoh:dan Huruf
Huruf dan
‫ َ ى‬... | ‫ َ ا‬... fath}ahdan alif atauxvi a> a dan garis di atas
‫ـِ ــﻰ‬ ya>’ dan ya>’
kasrah Tanda
i> i dan garis di atas
‫ـُـﻮ‬ d}ammahdan wau u> u dan garis di atas
‫ـَﺎت‬
َ ‫ﻣ‬ : ma>ta
‫َرﻣَـﻰ‬ : rama>
‫ﻗِـﻴْـ َﻞ‬ : qi>la
‫ْت‬
ُ ‫ﻳَـﻤـُﻮ‬ : yamu>tu
4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah
yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
‫َﺎل‬
ِ ‫ﺿـﺔُ اﻷَﻃْﻔ‬ َ ‫رَْو‬ : raud}ah al-at}fa>l
ُ‫ﺿ ـﻠَﺔ‬
ِ ‫اَﻟْـﻤَـ ِﺪﻳْـﻨَـﺔُ اَﻟْـﻔـَﺎ‬ : al-madi>nah al-fa>d}ilah
ُ‫ْﺤ ـﻜْـ َﻤ ـﺔ‬
ِ ‫اَﻟـ‬ : al-h}ikmah
5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydi>d ( ‫) ـ ّـ‬, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
َ‫َرﺑّـَـﻨﺎ‬ : rabbana>
َ‫ﻧَـﺠّـَﻴْــﻨﺎ‬ : najjaina>
‫اَﻟ ـْﺤَـ ﱡﻖ‬ : al-h}aqq
‫ﻧـُﻌّ ـِ َﻢ‬ : nu“ima
‫ﻋَـ ُﺪ ﱞو‬ : ‘aduwwun
Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ( ّ‫)ــــ ِـﻰ‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.
Contoh:
‫ﻋَـﻠِـ ﱞﻰ‬ : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)
‫ﻋَـ َﺮﺑ ـِ ﱡﻰ‬ : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)
6. Kata Sandang

xvii
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ‫(ال‬alif
lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
‫ﺲ‬
ُ ‫اَﻟﺸﱠـﻤْـ‬ : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
ُ‫اَﻟ ﱠﺰﻟْـ َﺰﻟ ـَﺔ‬ : al-zalzalah (az-zalzalah)
ُ‫اَﻟ ـْﻔَـﻠْﺴَـ َﻔﺔ‬ : al-falsafah
‫اَﻟ ـْﺒـ ـِﻼَ ُد‬ : al-bila>du
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di
awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
‫ﺗـَﺄْ ُﻣـﺮُْو َن‬ : ta’muru>na
ُ‫اَﻟ ـﻨﱠ ْـﻮع‬ : al-nau‘
ٌ‫ﺷَـ ْﻲ ء‬ : syai’un
‫ْت‬
ُ ‫أُﻣِـﺮ‬ : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau
sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia
akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya,
kata al-Qur’an(dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila
kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus
ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n
9. Lafz} al-Jala>lah (‫)اﷲ‬

xviii
Kata “Allah”yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa
huruf hamzah.
Contoh:
ِ‫ ِدﻳـْ ُﻦ اﷲ‬di>nulla>h ِ‫ ﺑِﺎﷲ‬billa>h
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-
jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ِ‫ﰲ َرﺣـْـ َﻤ ِﺔ اﷲ‬
ْ ِ ‫ﻫُـ ْﻢ‬hum fi> rah}matilla>h
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri
didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak
pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf
kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul
referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks
maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan
Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu>
al-Wali>d Muh}ammad (bukan:
xixRusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad
Ibnu)
Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid
(bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)
B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:


swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
a.s. = ‘alaihi al-sala>m
H = Hijrah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
w. = Wafat tahun
QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4
HR = Hadis Riwayat

xx
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu persoalan nasional yang

dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia, namun berbagai usaha maupun

program telah dilakukan pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan

tersebut. Perhatian pada peningkatan mutu pendidikan ini telah berlangsung lama,

yakni merdekanya bangsa ini, tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan

keputusan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 27 Desember

1945 yang menegaskan, bahwa pendidikan harus mendapat perhatian serius dari

pemerintah.1 Dalam pada itu, maka lembaga pendidikan negeri dan swasta

mendapat bantuan material dari pemerintah dalam rangka pemutuan pendidikan.

Pakar pendidikan, termasuk pakar filsafat, Plato, sebagaimana yang

ditulis J.H. Rapar menyatakan bahwa, peningkatan mutu pendidikan harus

mendapat perhatian khusus dan istimewa bagi sebuah bangsa. Pendidikan adalah

tugas dan panggilan yang sangat mulia harus diselenggarakan oleh negara yang

ideal. Negara yang norma-norma hidup dan standar moralitasnya semakin

kehilangan, begitu juga kebajikan dan keadilan semakin tersingkir, kemunduran

masyarakat begitu parah tidak dapat diperbaiki dengan cara apapun kecuali

1
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Landasan Sejarah, Pertumbuhan
dan Perkembangan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 71.

1
2

dengan pendidikan. Pendidikanlah satu-satunya yang sanggup menyelamatkan

bangsa dan negara dari kehancuran dan kemusnahannya. 2 Itulah sebabnya, bangsa-

bangsa dunia yang maju saat ini sepenuhnya memberikan perharian serius pada

kemajuan pendidikan.

Memasuki masa Orde Baru, peningkatan mutu pendidikan tampak mulai

nyata walaupun belum dapat mengungguli negara-negara lain yang telah maju.

Lahirnya berbagai undang-undang maupun peraturan pemerintah yang memberi

penekanan akan pentingnya pendidikan, demikian seterusnya memasuki masa

reformasi sampai sekarang, pemerintah telah berupaya keras memberikan

perhatian spesifik terhadap dunia pendidikan sebagai indicator adanya landasan

teoretis meningkatnya mutu pendidikan.

Pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai

kebijakan, antara lain dapat dilihat dengan disahkannya Undang-Undang RI

Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, 3 yang membawa konsekuensi

terhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom, termasuk

otonomi dalam memajukan bidang pendidikan. Kemudian berlanjut dengan

disahkannya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

2
Lihat J. H. Rapar, Filsafat Politik; Plato, Aristoteles, Agustinus,Machiavenlli (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2002), 96-97
3
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, meng-amanahkan
kepada pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan dunia pendidikan di daerahnya masing-
masing, kabupaten dan kota di seluruh propinsi Indonesia. Lihat Pemerintah Republik Indonesia,
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Jakarta: CV. Novindo
Pustaka Mandiri, 2000), h. 7.
3

Pendidikan Nasional (Sisdiknas), sebagai hasil revisi Undang-Undang Sistem

pendidikan nasional nomor 20 Tahun 1989. 4 Pemerintah juga telah mensahkan

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,5 juga

menetapkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan.6 Ini menunjukkan bahwa pemerintah telah fokus pada

kemajuan di bidang pendidikan dengan cara mengadakan berbagai perubahan,

revisi, dan penyempurnaan melalui perundang-undangan dan berbagai peraturan

4
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, mengamanahkan kepada pemerintah untuk
lebih meningkatkan dunia pendidikan di Indonesia, termasuk pendidikan Agama dalam UU ini
menempati kedudukan signifikan terutama bila dilihat tujuan utama pendidikan nasional yang
menekankan pentingnya pencapaian manusia beriman dan bertakqwa, serta beraklak mulia.
Tujuan ini, sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam. Di sisi lain UU tersebut menempatkan
kedudukan Pendidikan Agama Islam sebagai sesuatu yang sangat urgen dan disebutkan pasal
demi pasal yakni Pasal 3-4, Pasal 12, Pasal 15, Pasal 17-18, Pasal 28, dan 30, bahkan bab VI
dalam UU tersebut disebutkan secara khusus urgensi “pendidikan keagamaan”. Lihat Departemen
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003
(Cet.II; Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 6-11, dan 43.
5
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, mengamanahkan agar guru dan dosen
sebagai tenaga profesional dalam dunia pendidikan harus memiliki komptensi, dan sertifikasi
dibidangnya, mereka sebagai agen pendidikan harus lebih mengembangkan ilmu pengetahuannya,
dan bertanggungjawab dalam meningkatkan dunia pendidikan, harus pula mendapatkan gaji tinggi
dan tunjangan yang layak sehingga pendidikan benar-benar dapat maju, lebih berkembang, dan
bermutu. Lihat Anwar Arifin, Tinjauan tenteng Undang-undang Pendidikan (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005), h. 11.
6
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, mengamanahkan agar setiap peserta
didik harus menyelesaikan seluruh program pembelajaran, dan harus mengikuti ujian nasional
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk penjaminan mutu pendidikan
bagi setiap peserta didik, maka dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
bertugas mengembangkan standar nasional pendidikan, menyelenggarakan ujian nasional,
memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan daerah dalam penjaminan mutu
pendidikan, merumuskan kriteteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Anwar Arifin, Tinjauan tenteng Undang-undang Pendidikan, h. 183
4

pemerintah. Itu dimaksudkan agar dapat memecahkan berbagai permasalahan

tentan mutu pendidikan.

Amanah undang-undang maupun peraturan pemerintah yang disebutkan

di atas, secara eksplisit menekankan urgennya mutu pendidikan. Hal ini dapat

dilihat dari isi Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.7 Manusia yang beriman dan bertakwa sebagaimana yang disebutkan dalam

tujuan pendidikan nasional di atas, sejalan tujuan pendidikan Islam yang

dikemukakan Isāq Amad Farān sebagai berikut:

‫ إذ ﻳﻜﻤﻦ ﰱ‬،‫واﳍﺪف اﻟﻜﺒﲑ ﻟﻠﱰﺑﻴﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻇﻞ ﳍﺬا اﳍﺪف اﻟﻜﺒﲑ ﻟﻠﺪﻳﻦ اﻹﺳﻼﻣﻲ‬
‫إﳚﺎد اﻟﻔﺮد اﳌﺆﻣﻦ اﻟﺬي ﳜﺸﻰ اﷲ وﻳﺘﻘﻴﻪ وﳛﺴﻦ ﻋﺒﺎدﻩ وأﺧﻼﻗﻪ ﻟﻴﻔﻮز ﰲ اﻵﺧﺮة وﻳﺴﻌﺪ‬
8
.‫ﰲ اﻟﺪﻧﻴﺎ‬
Artinya :
Tujuan utama diterapkannya pendidikan Islam adalah untuk mencapai tujuan
utama agama Islam itu sendiri. Karena itu, (pendidikan Islam) diharapkan
mampu membentuk kepribadian mukmin yang patuh kepada Allah, dan
bertaqwa kepada-Nya, serta beribadah kepada-Nya dengan baik dan berakhlak
mulia demi meraih kebahagiaan di akhirat dan kesejahteraan (hidupnya) di
dunia.

7
Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun
2003 h. 6-7.
8
Isāq Amad Farān, al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Aṣālah wa al-Ma’āirah (Cet. II;
t.tp: Dār al-Furqān, 2003), h. 30.
5

Selain membentuk mukmin yang bertaqwa, tujuan pendidikan Islam


dan tujuan pendidikan nasional yang telah disebutkan adalah berupaya
membentuk standar isi dan lulusan pendidikan yang bertakwa yang dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa standar
tersebut merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan yang
memiliki landasan yuridis maupun teologis normatif yang melatarbelakangi
munculnya standar penilaian lainnya sebagai bagian integral dari standar

penilaian mutu pendidikan.

Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

masyarakat dan pemerintah, termasuk juga dalam hal biaya penyelenggaraan

pendidikan. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar

sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan

agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Hal ini sesuai firman Allah

swt dalam QS al-Rūm (30):30, sebagai berikut:

‫س ﻋَﻠَﻴْـﻬَﺎ َﻻ ﺗَـﺒْﺪِﻳ َﻞ ﳋَِﻠ ِْﻖ اﻟﻠﱠ ِﻪ‬


َ ‫َﻚ ﻟِﻠﺪﱢﻳ ِﻦ َﺣﻨِﻴﻔًﺎ ﻓِﻄَْﺮةَ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟ ِﱠﱵ ﻓَﻄََﺮ اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﻓَﺄَﻗِ ْﻢ َو ْﺟﻬ‬
‫ﱠﺎس َﻻ ﻳـَ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن‬
ِ ‫ِﻚ اﻟﺪﱢﻳ ُﻦ اﻟْ َﻘﻴﱢ ُﻢ َوﻟَﻜِ ﱠﻦ أَ ْﻛﺜـَ َﺮ اﻟﻨ‬
َ ‫ذَﻟ‬
Terjemahnya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.9

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. V; Jakarta: Proyek


9

Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2012), h. 645.


6

Term fitratallāh dalam ayat tersebut, mengandung interpretasi bahwa

manusia diciptakan oleh Allah mempunyai nilai dan naluri beragama.10 M.

Quraish Shihab kemudian menjelaskan bahwa fitratallāh dipersamakan dengan

agama yang benar. Dengan dengan demikian, ayat tersebut membicarakan

tentang fitrah keagamaan yang perlu dipertahankan,11 yakni agama Islam yang

ajarannya sarat dengan nilai-nilai pendidikan. Bahkan Alquran sebagai sumber

utama ajaran Islam menegaskan di awal ayat yang pertama diturunkan adalah

iqra’ (perintah membaca), sebagai ayat yang mengandung pesan tentang

urgennya pendidikan, sebagaimana dalam QS. al-Alaq/96: 1-5, yakni :

‫( اﻟﱠﺬِي‬3) ُ‫ﱡﻚ ْاﻷَ ْﻛ َﺮم‬


َ ‫(اﻗْـ َﺮأْ َوَرﺑ‬2)‫اﻹ ﻧْﺴَﺎ َن ِﻣ ْﻦ ﻋَﻠ ٍَﻖ‬
ِْ ‫( َﺧﻠَ َﻖ‬1) ‫ﱢﻚ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ‬
َ ‫اﻗْـ َﺮأْ ﺑِﺎ ْﺳ ِﻢ َرﺑ‬
( 5)
ِْ ‫(ﻋَﻠﱠ َﻢ‬4)‫ﻋَﻠﱠ َﻢ ﺑِﺎﻟْ َﻘﻠَ ِﻢ‬
‫اﻹ ﻧْﺴَﺎ َن ﻣَﺎ ﱂَْ ﻳـَ ْﻌﻠَ ْﻢ‬
Terjemahnnya :
Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 12
Ayat tersebut berimplikasi betapa pentingnya pendidikan dalam

kehidupan manusia. Pada ayat ini, paling kurang terdapat lima komponen utama

dalam pendidikan, yaitu guru (Allah swt.) murid (Nabi saw.) sarana dan

prasarana (kalam); kurikulum (sesuatu yang tidak diketahuihya); dan metode

Lihat al-Rāghib al-Asfahāni, Mufradāt Alfāz al-Qur’ān (Cet. I; Bairūt: Dār al-
10

Syāmiyah, 2000), h. 640


11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
volume 11 (Cet. IV; Jakarta: Lentera Hari 2005), h. 55.
12
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 1079.
7

pengajaran (iqra) yang di samping bermakna perintah membaca, juga berarti

perintah menelaah, mengobservasi, menganalisa, menyimpulkan.

Dengan pentingnya pendidikan Islam, maka bagi setiap orang tua dan

tenaga pendidik lainnya hendaknya untuk senantiasa mendidik anak-anaknya

atau peserta didiknya. Orang tua dalam hal ini, bertanggung jawab dalam

mendidik anak-anaknya di lingkungan rumah tangga (lembaga pendidikan

informal), sementara tenaga pendidik lainnya bertanggung jawab dalam

mendidik peserta didiknya di lingkungan sekolah (lembaga pendidikan formal).

Selanjutnya, antara orang tua dan tenaga pendidik lainnya sama-sama

bertanggung jawab dalam mendidik mereka di lingkungan masyarakat (lembaga

pendidikan non formal).

Salah satu lembaga pendidikan formal yang signifikan adalah lembaga

pendidikan tingkat menengah. Pendidikan tingkat menengah yang dimaksud di

sini adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan

pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan

lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan

kemampuan lebih lanjut dan dunia kerja atau pendidikan tinggi. 13

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka Kabupaten Enrekang

merupakan jenjang pendidikan menengah atas. Dalam Undang-undang RI

Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU RI, nomor

13
Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun
2003 h. 13.
8

20 tahun 2003 disebutkan bahwa, Madrasah Aliyah adalah lembaga pendidikan

Islam sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional, pendidikan

tersebut memuat kurikulum pendidikan umum dan agama secara seimbang. 14

Kurikulum MAN Baraka Kabupaten Enrekang disusun untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap

perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan nasional,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan

jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Berhasil tidaknya proses pembelajaran di MAN Baraka Kabupaten

Enrekang untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, tentu saja terkait

dengan berhasil tidaknya implementasi manajemennya. Dengan manajemen

yang baik, dipastikan mutu pendidikan semakin meningkat dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Implementasi manajemen yang dimaksudkan penulis di dalam disertasi

ini adalah pengelolaan manajerial organisasi madrasah, di mana masing-masing

tenaga pendidik, mulai dari kepala madrasah, guru, pegawai administrasi, dan

seluruh stakeholder Madrasah harus menjalankan fungsinya masing-masing

dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di Madrasah.

Manajemen mutu terpadu merupakan penerapan metode kuantitatif dan

sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas material dan pelayanan

yang dipasok pada suatu organisasi. Semua proses dalam organisasi

14
Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun
2003, h. 21.
9

diperuntukan untuk tujuan pencapain mutu, dan dengan berupaya pada

perbaikan atau pengembangan usaha secara terus menerus. Dengan demikian,

manajemen mutu terpadu di sini sebagai suatu komitmen terpadu, penuh

dedikasi terhadap mutu yang diinginkan dengan menggunakan SDM dalam

rangka penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua anggota

organisasi. Manajemen mutu terpadu dalam kajian menajemen pendidikan,

bertujuan untuk mengangkat kualitas sebagai strategi dengan melibatkan

seluruh anggota organisasi. 15

Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana manajemen mutu terpadu

pada MAN Enrekang, tentu saja diperlukan penelitian lebih lanjut yang fokus

pada persoalan tersebut sebagaimana yang menjadi obyek kajian dalam

penelitian disertasi ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasar dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan dalam

kaitan dengan fokus penelitian maupun deskripsi fokusnya, maka dirumuskan

masalah pokok dalam penelitian ini tentang bagaimana implementasi

manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang?

Agar penelitian ini dapat terarah dan sistematis, maka pokok masalah

yang telah ditetapkan dirinci dalam tiga sub masalah sebagai berikut :

1. Upaya apa yang dilakukan MAN Baraka Kabupaten Enrekang dalam

mengimplementasikan manajemen mutu terpadu?

15
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Managemen (Cet. I; Yogyakarta:
Andi Opset 2001), h. 5.
10

2. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat serta solusi manajemen

mutu terpadu di MAN Baraka Kabupaten Enrekang?

3. Bagaimana hasil implementasi manajemen mutu terpadu dalam

meningkatkan kualitas pendidikan di MAN Baraka Kabupaten Enrekang?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Untuk memperoleh pemahaman yang jelas terhadap ruang lingkup

penelitian ini, dan dalam upaya menghindari kesalahpahaman (mis

undertanding) terhadap medan operasional penelitian sekaligus menjadi fokus

penelitian yang dilakukan maka diperlukan bahasan batasan definisi kata dan

variabel yang tercakup dalam fokus penelitian. Dengan pemahaman terhadap

fokus penelitian, maka selanjutnya akan diketahui alur penelitiannya setelah

digambarkan deksripsi fokus dalam bentuk matrik penelitian.

1. Fokus Penelitian

Terdapat empat variabel kata penting yang menjadi fokus penelitian ini

yang perlu diperjelas batasannya, dan dirumuskan definisi ruang lingkup

operasionalnya. Empat variabel yang dimaksud adalah implementasi, manajemen,

mutu, dan terpadu.

Implementasi, berarti pelaksanaan dan dapat pula berarti aktualisasi atau

sosialisasi.16 Dengan demikian istilah implementasi dalam judul penelitian

16
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2012), h. 902.
11

mengandung arti “penerapan”, yakni penerapan atau pelaksanaan dan

pengelolaan manajemen mutu terpadu di MAN Baraka Enrekang.

Selanjutnnya manajemen diartikan sebagai ketatalaksanaan penggunaan

sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. 17 G.R. Terry dalam

merumuskan proses pelaksanaan manajemen bahwa ;


Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated
objektives by the use of human beings and other recources.18
Artinya :
Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya.

Adapun Istilah mutu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

mengandung arti ukuran baik untuk suatu benda, kadar, taraf atau derajat,

untuk kependidikan adalah derajat kecerdasan, kualitas, meningkatkan

pendidikkan.19 Selanjutnya kata mutu dalam Kamus Ilmiah Populer, berarti

kualitas, derajat atau tingkat. 20 Sejalan dengan itu, Daulat Tampubolon

mengartikan mutu sebagai paduan sifat-sifat produk, yang menunjukan

kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan langsung atau tidak

langsung baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat, masa kini

17
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 621.
18
George R. Terry, Principle of Management (6th Edition; Georgetown: Richard D.
Irwing Inc. , 2002), h. 4.
19
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 604.
20
Pius A. Partanto dan M Dahlan al-Barry, Kamus llmiah Poputer (Surabaya :
Arkola, 1994), h. 505.
12

dan masa depan.21 Mengenai istilah terpadu sebagai yang termasuk dalam

kalimat manajemen mutu terpadu berasal dari kata padu yang berarti padat,

dan bercampur menjadi satu. 22 Dalam penelitian kata terpadu diartikan

sebagai bagian yang menyatu, dan tidak terpisahkan.

Pengertian implementasi manajemen mutu terpadu pada MAN Barakka

Kabupaten Enrekang diartikan sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang

dilakukan untuk peningkatan mutu bertumpu pada kemampuan lembaga, guru,

dan tenaga administrasi dalam untuk merencanakan, mengorganisasikan dan

melakukan pengawasan secara efektif secara terus menerus dan

berkesinambungan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya

guna memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di lingkungan MAN Baraka

kabupaten Enrekang.

2. Deskrifsi Fokus

Berdasarkan batasan definisi operasional yang telah dikemukakan

dalam fokus penelitian dan kaitannya persoalan yang menjadi obyek penelitian

ini, maka dideskrifsikan bahwa penelitian ini lebih menekankan pada segi-segi

penerapan konsep manajemen mutu terpadu (MMT), yakni mutu pendidikan

atau prestasi yang diraih oleh MAN Baraka Enrekang, baik prestasi itu pada

21
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu : Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21 (Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama :
2001), h. 108
22
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia h. 810.
13

kepala madrasah, guru, dan yang terpenting lagi prestasi hasil belajar siswa

MAN Baraka Enrekang selama ini. Untuk lebih jelasnya, diperlukan rincian

deskrifsi fokus penelitian, yang dapat digambarkan dalam sebuah matriks

lengkap dengan uraian masalah yang akan diteliti, sebagai berikut:

Matriks Deskripsi Fokus Penelitian

No Fokus Penelitian Uraian Fokus

1 Upaya mengimplementasikan manajemen - Perencanaan

mutu terpadu - Pengorganisasian

- Pelaksanaan

- Pengawasn/Evaluasi

2 Faktor-faktor pendukung dan - Sarana prasasara

penghambat pelaksanaan manajemen - Administrasi

mutu terpadu - Kurikulum

- Metode pengajaran

3 Efektivitas implementasi manajemen - SDM

mutu terpadu dalam meningkatkan - Kinerja

kualitas pendidikan - Kerjasama

- Komptensi lulusan

D. Kajian Pustaka

Dari berbagai literatur kepustakaan berupa disertasi dan tesis atau

hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, ditemukan beberapa

karya ilmiah yang memiliki korelasi dengan apa yang penulis lakukan.
14

Disertasi Muljono Damopolii berjudul Pembaruan Pendidikan Islam

di Makassar; Studi Kasus Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM

Makassar, menguraikan bahwa terjadinya pembaruan dalam berbagai segi di

pesantren IMMIM karena adanya sistem manajemen mutu terpadu yang

terselenggara, direktur, pengasuh, guru dan pembina masing-masing terpadu

yakni secara bersama-sama mengkoordinasikan kegiatan maupun program

secara fluktuatif, terutama dari segi komponen kelembagaan dengan secara

bersama-sama melakukan perbaikan struktur organisasi. Pada bidang

kurikulum, IMMIM mendesain manajemen terpadu pada kurikulum baru yang

lebih sesuai dengan kondisi pesantren dengan proporsi komposisi 50% mata

pelajaran umum dan 50% mata pelajaran agama. Demikian pula pada segi

metodologi pengajaran menggunakan manajemen terpadu antara sistem klasik

dan modern.239 Hasil penelitian Muljono Damopolii ini, memberi kontribusi

bagi penulis dalam menelusuri konsep-konsep penerapaan manajemen mutu

terpadu pada aspek kelembagaan, kurikulum, dan metode pengajaran pada

MAN Baraka Kabupaten Enrekang, yang boleh jadi dalam beberapa segi

terdapat persamaan dan perbedaan yang signifikan.

Disertasi yang berjudul Implementasi Manajamen Mutu Terpadu

(Total Quality Management) pada Madrasah Aliyah Negeri Pangkep, ditulis

oleh Sudirman. Secara sepintas, judul tersebut memiliki kesamaan dengan

239
Muljono Damopoli, Pembaruan Pendidikan Islam di Makassar; Studi Kasus
Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Makassar, Disertasi (Jakarta:
Programpascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 338-339.
15

penelitian yang penulis lakukan, walaupun lokasi penelitiannya berbeda.

Namun bila dicermati masalah yang diteliti oleh Sudirman dalam tesisnya

tersebut banyak perbedaan dengan disertasi penulis. Pada intinya Sudirman

meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi manajemen

mutu terpadu pada MAN Pangkep dan upaya yang dilakukan Kepala MAN

Pangkep untuk meningkatkan kualitas keluarannya, 240 sementara penulis

dalam disertasi ini meneliti penerapan pola manajemen terpadu pada MAN

Enrekang dan penelitiannya bukan saja ditujukan pada kualitas keluarannya,

tetapi juga kualitas guru, dan siswa madrasah tersebut. Dengan demikian,

ditemukan perbedaan masalah yang diteliti, namun tetap ada hubungannya

karena sama-sama meneliti manajemen mutu terpadu, dan dengan lokasi

penelitian yang berbeda.

Tulisan Luk-luk Nur Mufidah berjudul Aktualisasi TQM dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru di lembaga Pendidikan Islam,

menjelaskan bahwa pendidikan yang berorientasi pada mutu (Quality

Oriented), yang paling banyak berperan adalah pendidik (Guru) dalam upaya

menyiapkan peserta didik yang berkualitas dan bermutu dalam berbagai

aspek, baik dalam aspek keilmuan, keahlian dan keterampilan serta aspek

perilaku, oleh karena itu menjadi guru professional, hendaknya memiliki dua

kategori, yaitu capability dan loyality artinya guru harus memiliki

240
Sudirman, Implementasi Manajamen Mutu Terpadu (Total Quality Management)
pada Madrasah Aliyah Negeri Pangkep, Tesis Magister (Makassar: Program Pascasarjana UMI,
2007), h. 4.
16

kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan

teoritik dan skill tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,

implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan yakni loyal

kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-mata hanya di dalam kelas,

tapi sebelum dan sesudah di kelas. 25 Selain ke dua hal di atas, dalam

mememnuhi tuntutan professional yang berlandaskan pada TQM, maka guru

diharapkan memiliki kompetensi tertentu yang mengarah kepada perbaikan

secara terus menerus (continous improvement) menjamin terhadap kualitas

terhadap pengajaran dan pembelajarannya (quality assurance), dan memberi

kepuasan kepada konsumen pendidikan (costumer satisfaction). Untuk

mengukur kompetensi tersebut, maka ada empat indicator yang harus dimiliki

oleh guru, yaitu, pertama; kompetensi harus ditunjang oleh latar belakang

pengetahuan. Kedua; kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan

dalam melakukan pekerjaan itu sesuai dengan tuntuan. Ketiga; dalam

melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik/metode yang jelas dan

nalar yang luas. Keempat; dapat dikenali hasil yang dicapai.

Selain hasil penelitian dalam bentuk disertasi, tesis, dan buku yang

disebutkan di atas, tentu masih ada lagi karya ilmiah lainnya berupa literature

pokok yang obyek kajian dan atau penelitiannya memiliki hubungan dengan

penelitian penulis dalam disertasi ini. Buku-buku atau karya ilmiah yang

25
Luk-Luk Nur Mufidah, Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme Guru di
Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Gramedia, 2010), h.. 95-96.
17

dimaksud, serta hasil penelitian sebelumnya yang telah disebutkan tadi banyak

memberi ilustrasi kepada penulis dalam meneliti tentang implementasi

manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menelusuri upaya yang dilakukan oleh Kepala MAN Baraka

Enrekang dalam mengimplementasikan manajemen mutu terpadu.

b. Untuk mengungkap faktor yang mendukung dan menghambat serta solusi

implementasi manajemen mutu terpadu di MAN Baraka Kabupaten

Enrekang.

c. Untuk mengetahui, menemukan, merumuskan hasil implementasi

manajemen mutu terpadu dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

MAN Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah, yakni sebagai sumbangsi pengetahuan bahwa

manajemen mutu terpadu pendidikan sangat penting artinya bagi setiap

lembaga pendidikan. Karena itu, penelitian ini diharapkan memberi

kontribusi pemikiran yang signifikan bagi kalangan civitas MAN Baraka

Kabupaten Enrekang dan lembaga pendidikan lainnya untuk senantiasa

mengimlementasikan manajemen mutu terpadu tersebut.

b. Kegunaan praktis, yakni sebagai bahan masukan bagi MAN Baraka

Kabupaten Enrekang untuk segera mengambil langkah-langkah strategis


18

operasional dalam rangka lebih meningkatkan pengelolaan manajemen

mutu terpadu pada madrasah sesuai dengan dinamika, serta

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Konsep Manajemen Mutu Terpadu

1. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dan merupakan kata kerja to

manage yang berarti to direct, to control, to carry on, to cope with, to direct

affairs, to seccred. Jadi manajemen berarti the act of managing, administration,

body of directors controlling, bussiness.1 Maksunya bahwa manajemen sebagai

kata mengandung arti kepemimpinan, pengontrolan atau sesuatu yang bertalian

dengan masalah pengontrolan administrasi dalam dunia bisnis. Dengan demikian,

kata manajemen apabila dilihat dari asal katanya, maka manajemen dapat berarti

memimpin, memberi petunjuk, menyelamatkan atau tindakan memimpin, dan kata

manajemen tersebut pada mulanya dikenal dalam dunia usaha bisnis.

Banyak defenisi yang dikemukakan para sarjana tentang manajemen,

misalnya G. R. Terry dalam merumuskan proses pelaksanaan manajemen

mengemukakan ada empat hal penting yakni perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan. 2 Selanjutnya Robert Kreitener memberikan

rumusan manajemen yang menyatakan bahwa :

1
Lihat John Gage Allee, Websters Dictionary (Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2003), h. 228.
2
George R. Terry, Principle of Management (6 th Edition; Georgetown: Richard D. Irwing
Inc., 2002), h. 4.

19
20

Management is the process of working and trough others to achieve


organizational objektives in a changing environment central to this process
is the effective and efficient use of limited resources. 3

Artinya:
Manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini
berpusat pada penggunaan secara efektif dan efesien terhadap sumber daya
yang terbatas.
G.R. Terry dan L.W. Rue merumuskan bahwa manajemen adalah suatu

proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau mengarahkan

suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau

maksud-maksud yang nyata. 4

Dari rumusan manajemen di atas, dapat dipahami bahwa manajemen

merupakan suatu proses yang berjalan terus pada suatu arah perbaikan dengan

melibatkan orang lain untuk pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sumber daya

(baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia) perlu diperhatikan

pemanfaatannya secara optimal dalam pencapaian suatu tujuan.

Berdasar pada batasan manajemen di atas, maka ruang lingkup

manajemen memiliki jangkauan yang luas, dan termasuk di dalamnya adalah

manajemen pendidikan. Yang dimaksud manajemen pendidikan di sini adalah

aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Defenisi ini, sejalan dengan

rumusan yang terdapat dalam Encydopedia of the Social Sciences yang dikutip

Panglaykim dan Hazil Tanzil bahwa managemen the process, by which the

3
Robert Kreitner, Management (4th Edition; Boston: Houghton Mifflin Company,
2009), h. 9.
4
George. R. Terry dan L.W. Rue, Principle of Management., h. 1.
21

execution of a given purpose is put into operation and supervised. 5

Maksudnya, manajemen adalah sebuah proses, dengan mana pelaksanaan

daripada suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Jadi manajemen

pendidikan lebih terfokus kepada upaya manajerial yang meliputi planning,6

organizing,7 actuatin,8 dan controlling.9 Pengertian ini sama dengan apa yang

telah dikemuakan Geoge R. Terry yang telah dikemukakan sebelumnya.

Planning atau perencanaan menyiratkan bahwa manajer terlebih

dahulu memikirkan dan merencanakan dengan matang tujuan yang akan

dicapai serta tindakan yang akan dilakukan. Tujuan dan tindakan itu lazimnya

didasarkan, metode, rencana atau logika tertentu. Perencanaan yang matang

5
Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Cet. XV ; Jakarta :
Ghalia Indonesila, 2011), h. 26.
6
Planning adalah proses memutuskan di depan, apa yang akan dilakukan dan
bagaimana. Ia meliputi penentuan keseluruhan missi, identifikasi hasil-hasil kunci, dan
penetapan tujuan tertentu di samping pengembangan kebijaksanaan, program dan prosedur
untuk mencapai tujuan tersebut. Lihat Fremont E. Kast dan James E. Rosenzwing, Oganizing
and Management. Diterjemahkan oleh A. Hasjmi Ali dengan judul Organisasi dan
Manajemen, Jilid II (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 685-686. Planning dapat juga
berarti menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan
yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk
pilihan alternatif-alternatif keputusan.
7
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan
untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga
pekerjaan dapat selesai dengan sukses. Tujuannya adalah untuk membimbing manusia-
manusia bekerja sama secara efisien.
8
Actuating adalah tindakan yang menyebabkan suatu organisasi menjadi berjalan dan
merupakan bagian terpenting dari proses manajemen serta keberhasilannya tergantung pada
pemikiran yang intensif. Oleh karena itu actuating banyak melibatkan manusia sebagai
pemberi motivasi kepada para anggota organisasi. Lihat ibid.
9
Controlling yang biasa diartikan dengan pengendalian yang memberi arti mencek
dan mengarahkan tindakan begitu pekerjaan dimulai untuk menerapkan rencana. Lihat John
Andair sebagaimana dikutif oleh John Salindeho, Peranan Tindak Lanjut dalam Manajemen
(Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 34.
22

merupakan langkah yang sangat strategis yang dilakukan oleh suatu

organisasi, karena secara prinsip tercapainya tujuan organisasi sangat

tergantung pada perencanaan tersebut. Perencanaan akan dapat mengikat

segala aktivitas berikutnya dan menuntut ada konsistensi dari para pelaku

organisasi demi tercapainya tujuan maksimal. Dalam menentukan langkah

dari perencanaan tersebut, James A. F. Stoner dan Edward Freeman,

mendefinisikan ”Perencanaan sebagai proses dasar manajemen mempunyai

empat langkah pokok yang dapat disesuaikan dengan semua aktivitas

perencanaan pada seluruh tingkat organisasi”. 10

Selanjutnya organizing atau pengorganiasaisn menurut Louis Allen

”Pengorganisasian didefinisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh

seseorang menejer untuk mengatur dan menghubungkan pekerjaan yang harus

dilakukan seefektif mungkin oleh orang-orang yang ada dalam organisasi

tersebut”.11 Pengorganisasian berarti manajer mengorganisasi-kan segala

sumberdaya yang dimiliki organisasi. Proses peng-organisasian dipengaruhi

oleh tujuan yang hendak dicapai, artinya pengorganisasian bersifat fleksibel,

sehingga konsekuensinya seorang pemimpin atau manajer harus memiliki

kemampuan yang tinggi dalam hal pengorganisasian dan dapat melihat dengan

jelas terhadap permasalahan yang dihadapi, sehingga ia dapat menentukan

jenis-jenis pengorganisasian yang tepat pada kegiatan tertentu, yang pada

10
Lihat James A.F. Stoner dan Edward Freeman, Manajemen Mutu (Cet. I; Jakarta:
Intermedia, 2002), h. 1.
11
Louis Allen, Profesi Manajemen (Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2000), h. 69.
23

akhirnya kegiatan itu akan efektif dan efesien dalam mencapai tujuan yang

akan ditetapkan

Kemudian tentang aktuating atau pelaksanaan merupakan bagian yang

terpenting dalam manajemen, sebab apapun yang telah dirancang dan

direncanakan tidak mempunyai fungsi apabila semuanya hanya sebatas konsep

tanpa dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan perinsip leadersip atau manajemen

kepemimpinan yang merupakan pekerjaan yang sangat komplek yang

tujuannya untuk mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu dengan

melalui proses komunikasi yang terarah untuk mencapai tujuan.

Controling atau pengawasan adalah penilaian atau perbaikan terhadap

bawahan untuk menjamin agar pelaksanaannya sesuai dengan rencana. Jadi

penilaiannya apakah hasil pelaksanaan tidak bertentangan dengan sasaran dan

rencana. Bila terlihat adanya penyimpangan tersebut akan dapat membantu dan

menjamin penyelesaian di dalam perencanaan itu. Dalam melakukan

perencanaan perlu didahului oleh pengawasan agar pelaksanaan dari

perecanaan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Berdasar dari uraian di atas, maka manajemen mencakup kegiatan

untuk mencapai tujuan, dan dalam mencapai tujuan tersebut diadakanlah

tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tindakan-tindakan yang

ditetapkan tersebut berupa pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan,

menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana harus

melakukan dan mengukur efektifitas dari usaha-usaha yang diinginkan.


24

Termasuk perlunya menetapkan dan memelihara suatu kondisi lingkungan

yang memberikan responsi ekonomis, sosial politik serta pengendaliannya.

Ditinjau dari sejarahnya, tema manajemen pada awalnya hanya populer

digunakan dalam dunia perusahaan atau bisnis, selanjutnya tema ini digunakan

dalam profesi lain, termasuk dalam pendidikan dengan beberapa modifikasi dan

spesifikasi tertentu lantaran perbedaan objek. Khusus manajemen sekolah

sangat berbeda dengan manajemen bisnis dan merupakan bagian dari

manajemen negara. Namun manajemen sekolah tidak persis sama dengan

manajemen negara. Kalau manajemen negara negara mengejar kesuksesan

program baik rutin maupun pembangunan, maka manajemen sekolah mengejar

kesuksesan perkembangan anak manusia melalui pelayanan-pelayanan

pendidikan yang memadai. Dengan demikian, manajemen bisnis maupun

manajemen negara tidak dapat diterapkan begitu saja dalam dunia pendidikan.

Ternyata baik dalam dunia usaha, negara maupun pendidikan, manajemen

memiliki peran penting untuk mengantarkan kemajuan organisasi. Menurut

Nanang Fatah, teori manajemen mempunyai peran atau membantu menjelaskan

perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas dan

kepuasan (satisfaction).12

Berbeda halnya dengan Azhar Arsyad menjelaskan, bahwa manajemen

mambahas bagaimana para manajer berusaha agar sesuatu terkerjakan dengan

baik. Bila dikaitkan dengan politik dan kekuasaan dalam suatu organisasi,

12
Nanang fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 11
25

berarti bagaimana manerapkan kekuasaan agar orang lain sudi melakukan

sesuatu. Itu juga berarti bagaimana menerapkan kekuasaan agar orang lain

terpengaruh melakukan sesuatu. 13

Namun bagaimana sesungguhnya masalah manajemen yang dimaksud,

maka terlebih dahulu manajemen dapat ditinjau dari dua pengertian yang ada.

Manajemen jika ditinjau dari sudut etiomologi berasal dari kata ”manage”

yang artinya mengemukakan, pemerintah, memimpin atau dapat diartikan

sebagai suatu pengurusan. Dalam hal ini manajemen mengacu kepada

pengurusan atau pengaturan, memimpin atau membimbing dilakukan terhadap

orang lain (pihak lain) dalam rangka usaha mencapai tujuan tertentu. 14 Istilah

manajemen mengacu kepada proses pelaksanaan aktivitas yang diselesaikan

secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Manajemen atau

pengelolaan adalah kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu

kegiatan baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai

tujuan organisasi.

Belakangan ini pengertian di atas diperhalus oleh ungkapan Massie,

yang mengatakan manajemen adalah suatu proses di mana suatu kelompok

secara kerjasama mengarahkan tindakan atau kerja untuk mencapai tujuan

bersama. Proses tersebut mencakup tehnik-tehnik yang digunakan oleh para

manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktivitas orang lain menuju

13
Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen; Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 1
14
Abdulsyani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 2007), h. 1.
26

tercapainya tujuan bersama, yang menejer sendiri jarang melakukan aktivitas-

aktivitas dimaksud.

2. Pengertian Mutu Terpadu

Mutu terpadu merupakan dua kosa kata yang terangkai saling terkait

dalam mengukur mutu pendidikan berdasarkan konsep manajemen pendidikan.

Kata mutu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti ukuran baik

untuk suatu benda, kadar, taraf atau derajat, untuk kependidikan adalah derajat

kecerdasan, kualitas, meningkatkan pendidikkan. 15 Selanjutnya kata mutu

dalam Kamus Ilmiah Populer, berarti kualitas, derajat atau tingkat.16 Sejalan

dengan itu, Daulat Tampubolon mengartikan mutu sebagai paduan sifat-sifat

produk, yang menunjukan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan langsung atau tidak langsung baik kebutuhan yang dinyatakan

maupun yang tersirat, masa kini dan masa depan. 17

Sedangkan terpadu berasal dari kata “padu” yang berarti padat, dan

bercampur menjadi satu.18 Dalam penelitian kata terpadu diartikan sebagai

bagian yang menyatu, dan tidak terpisahkan. Selanjutnya istilah manajamen

mutu terpadu disingkat menjadi MMT atau dalam bahasa Inggris disebut Total

15
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: balai
Pustaka, 2012), h. 604.
16
Pius A. Partanto dan M Dahlan al-Barry, Kamus llmiah Poputer (Surabaya :
Arkola, 2004), h. 505.
17
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu : Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21 (Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama :
2001), h. 108
18
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 810.
27

Quality Manajemen, yakni sistem manajemen yang mengangkat kualitas

sebagai strategi yang melibatkan seluruh anggota organisasi. 19 Dengan

demikian mutu terpadu dalam kajian manajemen merupakan suatu cara cara

meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau

proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan

menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. 20 Dari sini

dipahami bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu sistem manajemen

yang menciptakan dan mengembangkan seperangkat nilai yang dalam

implementasinya membutuhkan kerja sama yang rapih dan terpadu, sehingga

menghasilkan mutu.

Stephen Murgatroyd and Colin Morgan menjelaskan bahwa mutu

identik dengan quality assurance, contract conformance and costumer

driven (jaminan kualitas, kesesuaian kontrak dan keinginan/harapan

pelanggan),21 berbeda dengan Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana 22 melihat

pada sisi lain dengan menyatakan, bahwa beberapa elemen tentang mutu yang

menjadi tolok ukurnya, adalah sebagai berikut;

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.


b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.

19
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Managemen (Yogyakarta: Andi
Opset 2001), h. 5.
20
Vincent Gaspersz, Total Quality Management (Cet. IV; Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005), h.6.
21
Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, Total Quality Management and The
School, (Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 2004), h : 45.
22
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management (TQM). ( Ed.
Revisi. Yogyakarta;Andi, 2003), h. 3
28

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang


dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas
pada masa yang akan datang).

Manajemen mutu atau Total Quality Mangement juga bermacam-macam.

Total Quality Mangement sebagaimana diungkapkan oleh Ishikawa dalam Fandy

Tjiptono, diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam

falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, team work,

produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. 23 Definisi lainnya

diungkapkan oleh Santoso, ia menyatakan bahwa TQM merupakan sistem

manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi

pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. 24

Menurut Edward Sallis Total Quality Management (TQM) adalah sebagai

suatu filosofi perbaikan tampa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai

dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi tersebut. 25 TQM biasa

juga didefinisikan sebagai suatu metodologi untuk membantu mengelola

perubahan, dan esensi Total Quality Management adalah perubahan budaya dari

pelakunya. Lebih lanjut Slamet menegaskan bahwa Total Quality Management

(TQM) adalah suatu prosedur di mana setiap orang berusaha keras secara terus

23
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Cet. X; Yogyakarta: Andi
Ofset, 2003), h. 39.
24
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, h. 40.
25
Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education dan diterjemahkan oleh
Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (Cet. IV; Yogyakarta:
IRCiSoD, 2011), h. 76.
29

menerus memperbaiki sistem menuju kesuksesan.26 Total Quality Management

(TQM) bukanlah seperangkat peraturan dan ketentuan yang kaku, tetapi

merupakan proses dan prosedur untuk memperbaiki kinerja. TQM menselaraskan

usaha-usaha orang banyak dan agar mereka bersemangat dan berpartisipasi dalam

perbaikan pelaksanaan pekerjaan, maka menuntut adanya perubahan sifat

hubungan antara yang mengelola (pimpinan) dan yang melaksanakan pekerjaan

(staf atau karyawan). Perintah dari atasan diubah menjadi inisiatif dari bawah, dan

tugas pimpinan bukanlah memberi perintah tetapi mendorong dan memfasilitasi

perbaikan mutu pekerjaan.

Goestsch dan Davis mendefinisikan TQM sebagai suatu pendekatan dalam

menjalankan suatu usaha yang berusaha memaksimumkan daya saing melalui

penyempurnaan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

organisasi.27 Sementara Philip Kloter mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari

semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai

perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang

berkesinambungan. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan

(costumer).28 Sedangkan Ibrahim mengartikan kualitas atau mutu sebagai suatu

tingkatan yang menunjukan gradasi kualitas sebuah obyek.

26
Slamet dan Field, Joseph, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi
dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin (Cet. I; Jakarta: PT Grasindo, 2000), 176.
27
Lihat Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous
Improvement (Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing Company, TTP), h. 21.
28
Lihat Philip Kloter, Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol (Jakarta. PT.Prenhallindo, 2017), h.
21.
30

Jadi Manajemen Peningkatan Mutu (TQM) dalam pendidikan

senagaimana yang dikutip oleh William dan didefinisikan sebagai sekumpulan

prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu

pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan

meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan

dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. 29

Dari definisi di atas maka penulis dapat memberikan pengertian secara

konkrit, bahwa dalam TQM terkandung upaya; (1) mengendalikan proses yang

berlangsung di lembaga pendidikan atau madrasah baik kurikuler maupun

administrasi, (2) melibatkan proses diagnosis, (3) peningkatan mutu harus

didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4)

peningkatan mutu harus terus menerus dan berkesinambungan, (5) peningkatan

mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di lapangan

pendidikan, dan (6) peningkatan mutu memiliki yang menyatakan bahwa

madrasah dapat memberikan kepuasan pada peserta didik, orang tua, dan

masyarakat.

Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proces,


dan output pendidikan.30 Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang
dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi

29
Lihat Willem Mantja, .Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari 2004
30
Lihat Husaini Usman, Manajemen Mutu, h. 513.
31

sumberdaya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan,


siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan).
Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan
perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-
harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh
sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung
dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari

tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula
mutu input tersebut.
Selanjutnya proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam
pendidikan bersekala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah
proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan
evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat
kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Proses

dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta


pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb.)
dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta
didik. Memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak sekadar
menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan
32

tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut
mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).
Proses pendidikan menghasilakan output, merupakan kinerja yang
dihasilkan sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan

kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output
sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu
tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan
pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan
umum, US, UN, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non-
akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian,
keterampilan kejuruan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu
sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan
(proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. 31

Dalam kaitan itu, Azhar Arsyad dalam menjelaskan bahwa mutu

terpadu dalam dunia pendidikan dihasilkan melalui proses manajemen yang

disebut manajemen mutu terpadu sebagai suatu metode kuantitatif dan

pengetahuan manusia untuk tiga tujuan penting, yakni :

a. Memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan pada organisasi.

b. Memperbaiki semua proses penting dalam organisasi

31
LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School) Disadur dari Materi
Workshop Manajemen Berbasis Madrasah (Pelaksana IAIN Sunan Ampel Surabaya kerja sama
dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008 ).
33

c. Memperbaiki upaya guna memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan

jasa pada masa kini dan di waktu yang akan datang. 32

Berkenaan dengan rumusan di atas, maka dipahami manajemen mutu

terpadu merupakan penerapan metode-metode kuantitatif dan sumber daya

manusia untuk meningkatkan kualitas material dan pelayanan yang dipasok

pada suatu organisasi. Semua proses dalam organisasi diperuntukan untuk

tujuan pencapain mutu, dan dengan berupaka pada upaya perbaikan atau

pengembangan usaha secara terus menerus baik di masa sekarang dan waktu

yang akan mendatang.

Berdasar dari uraian tentang manajemen mutu terpadu di atas, maka

konsep dasar manajemen mutu terpadu adalah suatu komitmen terpadu, penuh

dedikasi terhadap mutu yang diinginkan dengan menggunakan SDM dalam

rangka penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua anggota

organisasi.

Adapun konsep-konsep dasar manajemen mutu terpadu sebagaimana

yang dikemukakan oleh pakar manajemen, misalnya Damin dan Vincent dapat

diringkas sebagai berikut :

a. Memiliki tekad yang kuat untuk terus menerus memperbaiki kualitas.

b. Menggunakan filosofi kerja yang tidak bisa menerima keterlambatan,

kesalahan, catat materi, dan cacat pekerjaan.

32
Azhar Arsyad, Pokok-pokok Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif (Cet. II; Celeban Timur: Pustaka Utama, 2003), h. 48.
34

c. Pemeriksaan kualitas pekerjaan dan perbaikannya dimulai sejak awal

sampai akhir guna mendapatkan hasil yang berkualitas.

d. Mengutamakan kualitas dengan memperbaiki sistem produksi dan kerja,

jasa secara konstan dan berlangsung terus menerus.

e. Mengupayakan adanya pelatihan yang moder untuk semua orang ditempat

kerja masing-masing untuk meningkatkan kualitas pada bidangnya.

f. Pemimpin membantu setiap orang untuk melakukan pekerjaannya dengan

baik melalui pembinaan, memfasilitasi, membantu mengatasi kendala, dan

selainnya.

g. Mengupayakan setiap orang tidak merasa takut dalam organisasi, dan

mengupayakan agar orang dapat bekerja dengan efektif dan efisien.

h. Menghilangkan segala sesuatu yang dapat menghambat komunikasi

antarbagian dan antarindividu dalam organisasi, agar mereka dapat bekerja

sama dengan baik

i. Melembagakan program yang kuat untuk pendidikan, pelatihan dan

pengembangan diri bagi semua orang, dan menciptakan struktur yang

memungkinkan semua orang dapat ikut serta dalam memperbaiki

kualitas.33

Selanjutnya tentang prinsip utama manajemen mutu terpadu

sebagaimana yang dikemukakan Suyadi Prawirosentono adalah sebagai

berikut :

33
Lihat Vincent Gaspersz, Total Quality Management, h. 6-10.
35

a. Tanggungjawab utama manajemen puncak (top management). Manajemen

harus menciptakan struktur organisasi, rancangan suatu produk (product

deign), proses produksi dan intensif untuk mendorong karyawan membuat

produk yang bermutu.

b. Mutu harus difokuskan pada konsumen dan evaluasinya harus berbasis

kepentingan konsumen. Jika ia sebuah perusahaan, maka harus selalu

menjalni hubungan erat dengan para konsumennya untuk mengetahui

keinginan mereka (konsumen) yang berkaitan dengan produk yang mereka

beli.

c. Desain proses produksi dan metode kerja harus jelas untuk mencapai

kesesuaian mutu produk.

d. Setiap karyawan, atau pegawai bertanggung jawab atas tercapai mutu

produk yang baik.

e. Organisasi harus berusaha keras melaksanakan perbaikan mutu produk

secara terus menerus.34

Adapun ciri utama dalam manajemen mutu terpadu adalah :

a. Fokus pada pelanggan. Dalam manajemen mutu terpadu, baik pelanggang

internal maupun pelanggal eksternal merupakan driver. Pelanggan

eksternal menentukan mutu produk atau jasa yang disampaikan kepada

mereka , sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan

34
Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu; Total
Quality Management Abad 21; Studi Kasus dan Analisis (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2002), h. 92.
36

kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk

atau jasa.

b. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang

terhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas. Meskipun kualitas

merupakan tanggung jawab setiap orang, namun patut pula diketahui

bahwa setip orang memiliki tanggung jawab yang berbeda, tergantung dari

posisi kerjanya dalam perusahaan.

Sistem kualitas dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada

tindakan pencegahan kerusakan, bukan pada upaya mendeteksi kesusakan

saja.35

c. Kerja sama tim (teamwork). Dalam organisasi yang dikelola secara

tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada

dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi

persaingan internal tersebut cenderung hanya menghabiskan waktu dan

energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang

pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing eksternal. Di samping

adanya kerja sama tim, dalam MMT kemitraan dan hubungan dijalin dan

dibina, baik antar karyawan maupun dengan perusahaan-perusahaan

pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

d. Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap peroduk atau jasa

dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu

35
Lihat Vincent Gaspersz, Total Quality Management, h. 14
37

sistem/lingkungan. Oleh karena itu, sistemyang ada perlu diperbaiki secara

terus menerus agar mutu yang dihasilkan dapat meningkat.

e. Pendidikan dan pelatihan. Dalam suatu organisasi yang merupakan MMT,

pendidikan dan pelatihan merupakan factor yang sangant fundamental.

Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini

berlaku prinsip bahwa belajar adalah merupakan proses yang tidak ada

akhirnyadan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang dalam

organisasi dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian

profesionalnya.

f. Kebebasan yang terkendali. Dalam MMT, keterlibatan dan pembedayaan

karyawan dalam memecahkan masalah merupakan unsure yang sangat

penting. Hal ini disebabkan untuk menumbuhkan “rasa memiliki” dan

tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Akan

tetapi, kebebasan yang timbul karena ketrlibatan dan pemberdayaan

karyawan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan

terlaksana dengan baik.

g. Kesatuan tujuan. Supaya MMT dapat berjalan dengan baik, maka setiap

perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap

usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun demikian, kesatuan

tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetuan antara pihak

manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.

h. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan


38

MMT. Usaha dalam melibatkan karyawan ini memiliki dua nilai manfaat,

yaitu (1) hal ini akan meningkatkan kemungkinan akan dihasilkannya

keputusan yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga

mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung

berhubungan dengan situasi kerja; (2) keterlibatan karyawan juga

meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab atas keputusan dengan

melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dipahami dengan

Manajemen mutu terpadu cenderung menitik beratkan pada aspek pencapaian

mutu prodeuk suatu organisasi. Hal ini dilakukan dengan cara melibatkan

semua unsure-unsur yang ada dalam organisasi untuk bekerja secara sinergis.

Termasuk di dalamnya adalah jalinan kemitraan dengan para stakeholders di

luar organisasi. Oleh karena itu, kosep The Juran Trilogy36 yang merupakan

ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama dapat memberikan arah

dalam rangka operasionalisasi konsep manjemen mutu terpadu. Konsep

konsep tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan kualitas. Perencanaan kualitas meliputi pengembangan

produk, system dan proses yang dibutuhkan untuk memenuhi atau

melampaui harapan pelanggan. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk

itu adalah (1) menentukan siapa yang menjadi pelanggan; (2)

mengidentifikasi kebutuhan para pelanggan; (3) mengembangkan produk

dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan; (4)

36
Vincent Gaspersz, Total Quality Management, h. 7
39

mengembangkan system dan proses yanmg memungkinkan organisasi

untuk menghasilkan keistimewaan tersebut; (5) menyebarkan rencana pada

level operasional.

b. Pengendalian kualitas. Dalam pengendalian kualitas, sitempuh beberapa

langkah-langkah, yakni (1) menilai kinerja kualitas actual; (2)

membandingkan kinerja dengan tujuan; (3) bertindak berdasarkan

perbedaan antara kinerja dengan tujuan.

c. Perbaikan kualitas. Dalam hal ini, perbaikan kualitas harus dilakukan

secara on going dan terus menerus. Operasionalisasi dalm perbaikan

kualitas ini ditempuh langkah, yaitu (1) mengembangkan infrastruktur

yang diperlukan untuk melakukan perbaikan kualitas setiap tahun; (2)

mengidentifikasi bagian-bagian yang membutuhkan perbaikan dan

melakukan proyek perbaikan; (3) membentuk satu tim produk yang

bertanggungjawab dalam menyelesaikan stiap proyek; (4) memberikan tim-

tem tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosis masalah

guna menentukan penyebab utama kemudian memberikan solusi dan

melakukan pengendalian yang akan mempertahankan keuntungan yang

diperoleh.

Dengan menjiwai tiga fungsi manajerial tersebut maka konsep

manajemen mutu terpadu pada sebuah lembaga pendidikan mampu memenuhi

harapan pelanggan pendidikan. Pengelola sekolah secara bertahap dan terus

menerus memperbaiki kualitas (mutu) lulusannya dengan didukung oleh


40

kepemimpinan yang kuat dari pihak pimpinan (manajer, administrator,

supervisor) serta pembagian tanggung jawab untuk mencapai mutu.

Mutu pendidikan yang sering diperbincangkan akhir-akhir ini, masih

sebatas konsep. Ace Suryadi dan dan H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa

berbagai cara berpikir telah dikembangkan untuk mencoba memberikan suatu

pengertian tentang mutu pendidikan, dalam kenyataannya konsepsi tentang

mutu itu masih tetap bergerak dalam bentuk-bentuknya yang masih bersifat

retorikal, artinya bahwa mutu pendidikan masih bergerak dari gagasan satu

kegagasan lain dan belum diterjemahkan secara tepat ke dalam ukuran dan

tindakan yang lebih nyata.37

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang

dihadapi oleh sistem pendidikan, dan berbagai usaha dan program telah

dikembangkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Karena masalah

akan mutu pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting walaupun

program peningkatan mutu pendidikan selama enam, pelita secara terus

menerus selalu dilaksanakan, namun mutu pendidikan yang dicapai masih

belum maksimal memuaskan. Karena itu, perlu ditinjau bagaimana konseptual

mutu pendidikan melihat dua segi yakni segi normatif dan segi deskriptif.

Segi normatif ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik

dan ekstrinsik.38 Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan

37
Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
(Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 161.
38
Oemar hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2003), h. 33.
41

produk pendidikan, yakni "manusia yang terdidik" sesuai dengan standar ideal,

dan berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk

mendidik "tenaga kerja" yang terlatih dan mutu pendidikan menengah

ditentukan berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar atau output lulusan

dengan kriteria siap lanjut, siap latih dan siap kerja. 39

Berkaitan dengan hasil tes prestasi belajar, maka lebih awal perlu

dikategorisasikan tingkat mutu prestasi hasil belajar siswa dan kaitannya

dengan mutu pendidikan siswa. Dalam hal ini, telah dirumuskan bahwa mutu

pendidikan siswa adalah kadar prestasi yang diraih oleh peserta didik melalui

proses belajar mengajar, atau tingkat kecakapan kognitif, afektif, dan

psikomotorik pada diri siswa.

Kecakapan kognitif, merupakan mutu peserta didik yang berkaitan

dengan rasa cipta dan penguasaannya terhadap ilmu pengetahuan. Pada

dasarnya, mutu kognitif dihasilkan dari hasil belajar. Hasil belajar merupakan

perpaduan antara faktor pembawaan dan pengaruh lingkungan (faktor dasar

dan ajar). Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif

dapat dibedakan dalam bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang

dibuat.40 Lingkungan alamiah misalnya keadaan gent (keturunan), dan

lingkungan yang dibuat misalnya keadaan lingkungan di sekolah.

Aris Pongtuluran, “Manajemen Mutu Total dalam Pendidikan”, Makalah


39

disampaikan dalam Konfrensi Nasional Manajemen Pendidikan, (Jakarta : 2002), h. 9.


40
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar(Cet. II; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003), h. 53.
42

Selanjutnya kecakapan afektif, merupakan mutu peserta didik yang

lebih banyak berkenaan dengan aspek perasaan, nilai, sikap dan minatnya.

Keberhasilan pengembangan kecakapan kognitif tidak hanya akan

membuahkan mutu kognitif, tetapi juga menghasilkan mutu afektif. Dalam

perspektif Islam menurut Mappanganro, evaluasi dalam mutu afektif ini, lebih

ditekankan pada unsur pokok akhlak. 41 Seorang guru agama yang piawai

dalam mengembangkan mutu kognitif, akan berdampak positif terhadap ranah

afektif siswa. Peningkatan mutu afektif ini, antara lain berupa kesadaran

beragama yang mantap. Misalnya saja, apabila seorang siswa diajak kawannya

untuk berbuat sesuatu yang buruk seperti melakukan seks bebas, dan atau

meminum minuman keras, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha

mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upayanya.

Mengenai kecakapan psikomotorik, merupukan mutu peserta didik

yang lebih banyak berkenaan dengan aspek keterampilan motoriknya. Jadi

mutu psikomotorik adalah manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran

serta sikap mental peserta didik. Dalam pendidikan Islam, penilaian terhadap

aspek psikomotorik terutama ditekankan pada unsur pokok ibadah, misalnya

shalat, kemampuan baca tulis Alquran, dan semisalnya.

Evaluasi dalam aspek psikomotrik, dapat dibedakan atas lima taraf,

sebagai berikut; (1) persepsi, yakni mencakup kemampuan menafsirkan

rangsangan, peka terhadap rangsangan, dan mendiskripminasikan rangsangan;

(2) kesiapan, yakni mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan

41
H. Mappanganro, h. 117
43

emosional; (3) gerakan terbimbing, yakni kemampuan-kemampuan yang

merupakan bagian dari keterampilan yang lebih kompleks; (4) gerakan

terbiasa, yakni terampil melakukan suatu perbuatan; dan (5) gerakan kompleks,

yakni melakukan perbuatan motoris yang kompleks dengan lancar, luwes,

gesit, atau lincah. 42

Mutu pendidikan yang diperoleh dari hasil belajar menghasilkan nilai

kemampuan kognitif (ranah cipta), afektif (ranah rasa) dan psikomotor (ranah

karsa) yang bervariasi. Variasi mutu tersebut menggambarkan perbedaan

kemampuan kualitas tiap-tiap peserta. Pengukuran tingkat mutu kognitif dapat

dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau tes hasil belajar. Tes hasil

belajar digunakan hendaknya memenuhi persyaratan sebagai tes yang baik,

yaitu bahwa tes tersebut harus valid dan realible. Selanjutnya pengukuran

tingkat mutu afektif yang populer ialah tes “skalah likert” yang tujuannya

untuk mengidentifikasi kecenderungan sikap siswa.

B. Manajemen Mutu Terpadu Perspektif Pendidikan

Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan education,43

dan dalam bahasa Arab ditemukan penyebutannya dalam tiga term, yakni al-

tarbiyah, al-ta’līm, dan al-ta’dīb yang secara etimologis kesemuanya bisa

berarti bimbingan dan pengarahan. Namun demikian, para pakar pendidikan

mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam hal penggunaan ketiga term

42
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Cet. IV; Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), h. 17-18.
43
Lihat John Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris – Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 2001), h. 81.
44

atau istilah tersebut.44 Kata al-tarbiyah dalam Lisān al-Arab, berakar dari tiga

kata, yakni; raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh; rabiya-yarba

yang berarti menjadi besar, dan rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki.45

Arti pertama, menunjukkan bahwa hakikat pendidikan adalah proses

pertumbuhan peserta didik. Arti kedua, pendidikan mengandung misi untuk

membesarkan jiwa dan memperluas wawasan seseorang, dan arti ketiga,

pendidikan adalah memelihara, dan atau menjaga peserta didik.

Kata al-tarbiyah, berakar dari tiga kata, yakni; raba-yarbu yang berarti

bertambah dan bertumbuh; rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, dan

rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki.46 Arti pertama, menunjukkan bahwa

hakikat pendidikan adalah proses pertumbuhan peserta didik. Arti kedua,

pendidikan mengandung misi untuk membesarkan jiwa dan memperluas

wawasan seseorang, dan arti ketiga, pendidikan adalah memelihara, dan atau

menjaga peserta didik.

Selanjutnya kata al-ta’līm, berakar kata dari alima (mengetahui), dan

menurut Abd. al-Fattah, adalah lebih universal dibanding dengan al-tarbiyah

dengan alasan bahwa al-ta’līm berhubungan dengan pemberian bekal

44
Sepanjang pengetahuan penulis, kata tarbiyah digunakan oleh Abd. al-Rahmān al-
Nahlawi; kata ta’līm digunakan Abd. al-Fattah Jalāl; sedangkan kata ta’dīb digunakan Naquib
al-Attās.
Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab, jilid I (Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th), h.
45

384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām (Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-
Masyriq, 2007), h. 243.
Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab, jilid I (Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th), h.
46

384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām (Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-
Masyriq, 2007), h. 243.
45

pengetahuan. Pengetahuan ini dalam Islam dinilai sesuatu yang memiliki

kedudukan yang sangat tinggi. 47

Sedangkan kata al-ta’dīb, berakar kata dari ‘addaba yang berarti budi

pekerti. Menurut al-Attās al-tarbiyah terlalu luas pengertiannya, tidak hanya

tertuju pada pendidikan manusia, tetapi juga mencakup pendidikan untuk

hewan. Sehingga dia lebih memilih penggunaan kata al-ta’dīb untuk

mendefinisikan pendidikan karena kata ini menurutnya, terbatas pada

manusia.48

Berkaitan tiga term dan istilah istilah di atas, dapat dirumuskan bahwa

kata al-ta’dīb lebih mengacu pada aspek pendidikan moralitas (adab),

sementara kata al-ta’līm lebih mengacu pada aspek intelektual (pengetahuan),

sedangkan kata tarbiyah, lebih mengacu pada pengertian bimbingan,

pemeliharaan, arahan, penjagaan, dan pembentukan kepribadian. Term yang

terakhir ini, kelihatannya menunjuk pada arti yang lebih luas, karena di

samping mencakup ilmu pengetahuan dan adab, juga mencakup aspek-aspek

lain yakni pewarisan peradaban sebagaimana yang dikatakan Ahmad Fu’ad al-

Ahwaniy bahwa : ‫ﺟ ﯿْ ِﻞ‬


َ ‫ﻰ‬
َ ‫ﻀﺎ َرةِ ﻣِﻦْ َﺟﯿْ ِﻞ إِﻟ‬
َ ‫أَنﱠ اﻟﺘ ﱠﺮْ ﺑِﯿَﺔَ ِﻋﺒَﺎ َرة ٌ ﻋَﻦْ ﻧَﻘْ ِﻞ اْﻟ َﺤ‬ 49
(pada

dasarnya, term al-tarbiyah mengandung makna pewarisan peradaban dari

generasi ke generasi).

Lihat Abd. al-Fattāh Jalāl, Min Uṣūl al-Tarbawiy fī al-Islām (kairo: Markas al-
47

Duwali li al-Tal’līm, 2007), h. 17.


48
Lihat Muhammad Naquib al-Attās, Aims and Objective of Islamic Education
(Jeddah: King Abd. al-Azīz, 2001), h. 52
49
Lihat Ahmad Fu’ad al-Ahwāniy, al-Tarbiyah fīl Islam (Mesir: Dār al-Ma’arif, t.th),
h. 19.
46

Lebih lanjut Muhammad al-Abrāsy menyatakan bahwa al-tarbiyah

mengandung makna kemajuan yang terus menerus menjadikan seseorang dapat

hidup dengan berilmu pengetahuan berakhlak mulia, mempunyai jasmani yang

sehat, dan akal cerdas.50 Senada dengan itu, Shalih Abdul Aziz menyatakan

bahwa pengertian umum al-tarbiyah meliputi pendidikan jasmaniyah, aqliyah,

khulqiah, dan ijtima’iyah.51

Dengan demikian, istilah yang lebih komprehensif digunakan dalam

menterminologikan pendidikan dalam perspektif Islam, adalah term al-

tarbiyah, dan kata tarbiyah inilah yang berakar dari raba yang ma`sdar-nya al-

rabb dengan segala derivasinya terulang sebanyak 872 kali di dalam Al-

Qur’an.52

Kata al-rabb, mengandung arti menumbuhkembangkan potensi bawaan

seseorang, baik potensi fisik (jasmani), akal maupun potensi psikis-rohani

(akhlak).53 Dengan demikian, kata tarbiyah juga dapat digunakan untuk

menamai suatu betuk pendidikan dalam segala aspeknya, misalnya

memperbaiki peserta didik dan memelihara aspek fisiknya dan fsikisnya. Arti

yang lebih luas lagi, al-tarbiyah dengan makna al-tanmiyah (pertumbuhan atau

50
Muhammad Athiyah al-Abrāsy, Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm (t.t.: Isā al-Bābī al-
Halab, t.th), h. 14.
51
Shālih Abdul Aziz, al-Tarbiyah wa Turuq al-Tadrīs (mesir: Dār al-Ma’arif, 2000),
h. 118.
Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān al-
52

Karīm (Bairūt: Dār al-Fikr, 2002), h. 285-299.


53
Lihat Ibrahim Anis, Mu’jam al-Wasīt, juz I; (cet. II; Mesir: Dār al-Ma’ārif, 2002),
h. 326
47

perkembangan), meng-indikasikan bahwa aspek fisik dan fsikis peserta didik

dapat ditumbuh kembangkan lebih lanjut sesuai dengan tujuan pendidikan.

Di kalangan masyarakat Indonesia, tidak terlalu dipersoalkan istilah

tarbiyah, ta'lim, dan ta'lim tersebut. Namun yang terpenting adalah esensinya,

yakni pendidikan dalam arti yang sangat luas. Kata-kata pendidikan,

pengajaran, bimbingan, dan pelatihan, sebagai istilah-istilah teknis tidak lagi

dibeda-bedakan, tetapi ketiganya melebur menjadi satu pengertian baku

tentang pendidikan. Dalam Undang-Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa

"Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan bagi peranannya di masa

yang akan datang. 54 Dari sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan terkandung makna pendidikan.

Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai

aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktitivitas berarti upaya yang

secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang

dalam mengembangkan pandangan hidup, yakni bagaimana orang akan

menjalani dan memanfaatkan hidup juga kehidupannya, sikap hidup, dan

keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun

mental dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa

perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya

suatu pandangan hidup, sikap hidup, keterampilan hidup pada salah satu atau

54
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20
tahun 2003 (Cet.I; Bandung: Fokus Media, 2003), h. 6.
48

beberapa pihak.55 Dalam konteks ini praktis bahwa pendidikan memerlukan

unsur manajemen karena bila merujuk pada konsep tadi, maka pada intinya

yang menjadi persoalan adalah, bagaimana agar pendidikan dapat dirancang

dan bagaimana agar pendidikan dapat dikembangkan semuanya memerlukan

upaya manajemen.

Urgensi manajemen pada awalnya hanya berfokus dalam dunia bisnis

komersial, kemudian beralih ke dalam dunia pendidikan karena pendidikan

lebih menekankan pengelolaan administrasi, yakni administrasi sekolah atau

madrasah, atau administrasi lembaga pendidikan dan termasuk di dalamnya

administrasi kelas, praktis bahwa pengelolaam manajemen pendidikan

memiliki makna yang urgen.

Dapat pula dipahami bahwa urgensi manajemen pendidikan, khususnya

manajamen mutu terpadu dalam konteks pendidikan adalah untuk mengatur

dan mengarahkan seluruh potensi yang berkaitan dengan pengelolaan

pendidikan dalam rangka mencapai sasaran yang membutuhkan penerapan

manajemen mutu terpadu (MMT) yang dapat dilakukan berdasarkan beberapa

elemen, seperti sebuah langkah awal bisa dimulai dengan kerja sama antara

kepala madrasah dan guru dalam menetapkan visi dan misi serta tujuan

pendidikan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun rencana

strategis pendidikan dalam jangka waktu tertentu, yaitu program jangka

pendek, menengah dan jangka panjang. Visi dan misi ini, semua warga

55
Muhaimin, et. all., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 37.
49

sekolah/madrasah harus mengetahuinya agar dalam melaksanakan tugas-tugas

mereka tidak bertentangan dengan vis dan misi tersebut.

Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga

mengemukakan 10 (sepuluh) prinsip utama manajemen mutu terpadu dalam

dunia pendidikan, yang diistilahkan sebagai prinsip Total Quality Management

(TQM), sebagai berikut:

1. Fokus pada pelanggan internal dan pelanggan eksternal sebagai


penentu terhadap kualitas poduk atau jasa, sehingga dikatakan keduanya
adalah “ driver “. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa,
sedang pelanggan internal berperan dalam menentukan kualitas manusia,
proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap kualitas. Organisasi yang menerapkan TQM harus
terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan pelanggan
internal dan eksternal.
3. Pendekatan ilmiah. Pendekatan ini sangat diperlukan dalam penerapan
TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang

didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam


menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan
perbaikan.
4. Komitmen jangka panjang. TQM merupakan paradigma baru dalam
melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula.
Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan budaya agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
50

5. Kerja sama team (Team work). Dalam organisasi yang menerapkan


TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar
karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah,
dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap poduk atau jasa
dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem
atau lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara

terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.


7. Pendidikan dan pelatihan. Organisasi yang menerapkan TQM,
pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang
diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada akhirnya dan tidak
mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat
meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.
8. Kebebasan yang terkendali. Dalam TQM, keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur
tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan

terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya
wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak
yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena
keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan
terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka
institusi /lembaga harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap
51

usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti
bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen
dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM.
Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan
mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. Keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan dalam institusi pendidikan dimaksudkan adalah semua


warga sekolah/madrasah baik secara structural maupun secara fungsional harus
mengambil\ bahagian dalam setiap pelaksanaan program sekolah/madrasah,
sehingga menjadi sebuah tim yang ihlas dalam kebersamaan, tanpa konflik dan
kompetisi internal untuk meraih sebuah tujuan tunggal yaitu memuaskan
pelanggan.56
Sehubungan dengan prinsip-prinsip TQM, Baharuddin dan Umiarso
menyederhanakan pada lima prinsip utama TQM dalam menciptakan kualitas
pendidikian sebagai berikut:
Pertama, Kepuasan pelanggan. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian

dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu ditentukan oleh


pelanggan (internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam
segala aspek. Oleh karena itu, segala aktivitas institusi/lembaga harus
dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan suatu
institusi sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan

56
Lihat Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, h.15-18, dan lihat Baharuddin dan Umiarso,
Kepemimpinan Pendidikan Islam, Antara Teori dan Praktik ( Cet. I: Jakarta Ar Ruzz Media,
2012) h. 275-278.
52

kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar
pula kepuasan pelanggan.
Kedua, respek terhadap setiap orang. Guru dan karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas tersendiri yang unik,
bahkan mereka dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai,
oleh karena itu, mreka harus diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan
untuk mengembangkan diri, berbartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.

Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Artinya bahwa setiap keputusan


organisasi harus didasarkan pada data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep
pokok berkaitan dengan fakta; 1) prioritisasi (prioritization), yaitu konsep bahwa
perbaikan tidak dapat dilakaukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan,
mengingat keterbatasan sumber daya yang ada, maka manajemen dan tim dapat
memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation),
atau variabilitas kinerja manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai
variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap system organisasi.
Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan.

Keempat, perbaikan berkesinambungan, merupakan hal yang penting bagi


setiap lembaga. Kelima, penggunaan konsep siklus PDCA (plan, do, check, act)57
yang dikembangkan oleh Deming, yaitu mulai dari langkah-langkah perencanaan,

57
Lihat Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah (Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h. 31,
53

pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan


korektif terhadap hasil yang diperoleh. 58
Prinsip Total Quality Management (TQM) sebagai sebuah sistem kerja
keras, maka kerja keras dan penggunaan waktu yang efektif adalah dua hal
penting yang harus dipelihara dan dipertahankan. TQM juga membutuhkan mental
kuat yang mampu menghadapi tantangan dan perubahan dalam pendidikan.
Banyak lembaga pendidikan yang tersendat-sendat disebabkan sikap dan prilaku

manajer/kepala madrasah yang kurang serius atau setengah hati terhadap mutu
lembaganya. Hal ini menjadi kendala yang sangat menghawatirkan, sehingga
sangat kecil kemungkinan organisasi itu berkembang atau memperoleh hasil yang
berkualitas. Manajemen harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama
mengusung visi dan misi mereka kedep`an, bahkan pemimpin/kapala madrasah
harus mengkomunikasikan visi dan misi itu kepada seluruh stakeholders, baik
internal maupun eksternal sekolah/madrasah. 59 Masalah utama yang sering
dialami oleh banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh kepala sekolah
belum maksimal. Padahal ia memiliki peran penting karena mereka adalah
penentu kebijakan sementara staf adalah petugas operasional atau pengelola

harian institusi yang sangat menentukan.


Untuk memperkuat prinsip-prinsip TQM tersebut, maka dieperlukan
adanya penguatan dari lima filar TQM ( the five fillars of TQM) sebagaimana

58
Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2012), h. 275-278, dan lihat Hensler, Quality Systems (Cet. I; London: BBS, 2010),
h.153.
59
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010). h.379.
54

yang dikemukakan oleh Jerome S. Arcaro bahwa Manajemen Mutu Terpadu


Pendidikan/TQM di bidang pendidikan formal, termasuk madrasah harus ditopang
oleh 5(lima) pilar utama TQM, yaitu: Fokus pada Kostumer, Keterlibatan Total,
Pengukuran, Komitmen, dan Perbaikan Berkesinambungan. Kelima pilar ini
merupakan sebuah mata rantai dalam organisasi. Kepuasan kostumer terhadap
produk yang berkualitas tidak akan tercapai tanpa proses kerja yang bermutu
dengan melibatkan semua komponen yang terkait dalam lembaga pendidikan, dan

proses kerja yang berkualitas tidak dapat diketahui tanpa adanya pengukuran
kinerja yang telah ditetapkan. dan perbaikan secara berkesinambungan tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen pada mutu dari pihak yang terlibat
untuk meningkatkan kualitas.60 Kelima pilar ini akan sulit terwujud tanpa
dukungan kepemimpinan yang efektif dalam sebuah lembaga/institusi yang
terkelola dengan baik. Kelima pilar ini berfungsi secara linier menentukan
tinggi-rendahnya tingkat produktivitas madrasah. Dengan demikian tinggi
rendahnya tingkat produktivitas organisasi mengindikasikan keberhasilan dan atau
kegagalan dalam mengitegrasikan pilar TQM untuk menghasilkan suatu produk
yang bermutu secara terpadu dan hal ini harus bersinergi dalam memenuhi intisasi

dari kegiatan pendidikan, terutama dari segi sebagai berikut:

1. Manajemen kurikulum dan program pengajaran

Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulum. Lembaga pendidikan harus

merealisasikan, menyesuaikan dan berwenang untuk mengembangkan kurikulum

60
Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan ( Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 39.
55

muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.

Lembaga pendidikan sebagai tempat pelaksanaan kurikulum, baik kurikulum

nasional maupun muatan lokal, harus diwujudkan proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler dan instruksional. 61

Agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta

mencapai hasil yang diharapkan. Diperlukan manajemen program pengajaran dan

manajemen pengajaran yaknik keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di

bidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlaksana

secara efektif dan efisien.

2. Manajemen tenaga kependidikan

Keberhasilan kegiatan pendidikan sangat ditentukan oleh keberhasilan

tenaga kependidikan dalam mengelola dan mengupayakan peningkatan

produktivitas dan prestasi kerja, dan dapat dilakukan dengan meningkatkan

prilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen

personalia.

Manajemen personalia atau manajemen tenaga kependidikan bertujuan

untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk

mencapai hasil yang optimal namun tetap dalam kondisi yang

menyenangkan. Sehubungan dengan itu fungsi personalia yang harus

dilaksanakan adalah menarik, mengembangkan, mengkaji dan memotivasi

diri guna mencapai tujuan sistem, membantu tenaga pendidikan lainnya

61
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran (Malang: Elang Mas, 2008), h. 36
56

untuk mencapai posisi dan standar prilaku, memaksimalkan perkembangan

karier, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. 62

Manajemen tenaga kependidikan ini mencakup : (1) perencanaan

pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan

pegawai, (4) promosi mutasi, (5) pemberhentian, (6) kompensasi, dan (7)

penilaian. Semua itu perlu, dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang

diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan

dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan

pekerjaan dengan baik dan berkualitas.

3. Manajemen kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional

pendidikan. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap

kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan

keluarnya peserta didik tersebut menjadi alamni. Manajemen kesiswaan

bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi

aspek yang lebih luas ying secara operasional dapat membantu upaya

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan. 63

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan

dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan

lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan. Untuk

62
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, h. 42
63
Lihat Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Cet. X. Malang, Erlangga,
2007), h. 49.
57

mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan sedikitnya

memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan siswa

baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang

secara langsung menunjang aktivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

Lembaga pendidikan dituntut untuk merencanakan, melaksanakan

mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara

transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam menyelenggarakan pendidikan, keuangan dan pembiayaan

merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak

terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan

pembiayaannya pada suatu madrasah merupakan komponen produksi yang

menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar bersama

komponen-komponen lain.

Setiap kegiatan yang dilakukan dalam dunia pendidikan memer-lukan

biaya, baik disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan

pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana yang ada dapat

dimanfaatkan sesuai dengan keperluan. 64

Sumber keuangan dan pembiayaan secara garis besarnya dapat

dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah

64
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, h. 43
58

pusat, daerah, maupun keduaduanya ; (2) orang tua atau peserta didik ; (3)

masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.

5. Manajemen sarana dan prasarana

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara

langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses

belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan

media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan

adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses

pendidikan atau pengajaran.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan

menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi

secara optinial dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan

pengelolaan ini meliputi perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan

dan penataan.

6. Manajemen hubungan dengan masyarakat

Hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat pada hakikatnya

merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan

mengembangkan pertumbuhan SDM bagi tenaga pendidikan dan peserta didik.

Dalam hal ini, pendidikan sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari

sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Masyarakat memiliki

hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif

dan efisien. Sebaliknya lembaga pendidikan juga harus menunjang pencapaian

tujuan atau memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan


59

pendidikain. Oleh karena itu lembaga pendidikan berkewajiban untuk memberi

penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan

masyarakat. Sebaliknya lembaga pendidikan juga harus mengetahui dengan

jelas kebutuhan, harapan, tuntutan masyarakat, sehingga terjalin hubungan

yang harmonis yang bertujuan antara lain untuk memajukan kualitas

pembelajaran, dan perkembangan pendidikan serta memperkokoh tujuan serta

meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat. 65

7. Manajemen layanan khusus

Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan,

kesehatan, dan keamanan. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan

baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami

pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri. Di samping

itu, juga memungkinkan guru untuk mengembang-kan pengetahuan secara

mandiri.

Manajemen layanan khusus yan lain adalah layanan kesehatan dan

keamanan. Lembaga pendidikan sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan

bertangagung jawab melaksanakan proses pembelajaram, tidak hanya bertugas

mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus

juga menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani tenaga

kependidikan dan peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan

65
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, h. 47.
60

nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani.

Di samping itu, lembaga pendidikan juga harus memberikan pelayanan

keamanan terhadap tenaga kependidikan dan peserta didik, agar mereka dapat

melakukan proses belajar mengajar dengan baik dan aman, tenang dan

nyaman.

8. Manajemen penyiapan mutu

Manajemen pendidikan yang proporsional melahirkan mutu pendidikan

yang berkualitas, dan hal tersebut terasa sebagai kebutuhan yang sangat

mendesak. Fenomena sosial yang sangat menarik ini mestinya bisa dijadikan

wacana pokok kalangan pengelola lembaga pendidikan dalam melakukan

manajemen dan pengembangan pendidikan. Namun yang disaksikan justru

sebaliknya, di berbagai tempat banyak lembaga pendidikan, yang sebelumnya

mengalami penyusutan karena kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

Kenyataan tersebut secara tidak langsung menuntut para pengelola pendidikan

lebih bersikap rasional dan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat luas. 66

Kurang tertariknya masyarakat untuk memilih sebuah lembaga pendidikan

sebenarnya bukan hanya karena telah terjadi pergesaran nilai atau ikatan

keagamaan yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga

pendidikan tersebut manjemennya kurang proporsional, dan berakibat pada

kurang menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan mereka dengan mutu yang

kurang baik.

66
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, h. 51.
61

Pengembangan manejemen pendidikan bukanlah pekerjaan sederhana

karena upaya tersebut memerlukan perencanaan yang terpadu dan menyeluruh.

Dalam hal ini perencanaan berfungsi membantu memfokuskan kepada sasaran,

pengalokasian dan komunitas, dan berbagai suatu proses berpikir untuk

menentukan apa yang akan dicapai. Dalam perspektif pengembangan

pendidikan setidaknya ada empat agenda pengembangan manajemen yang

merupakan komponen strategis kependidikan dalam meningkatkan mutu

pendidikan, sehingga mampu menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat

modern, yaitu : 67

Pertama, penguatan paradigma dialogis artinya bahwa dalam hal

kebijakan, konsep pendekatan manejemen pendidikan mengalami

penyempurnaan, konsekuensinya pengelolaan proses pembelajaran pun

mengalami perubahan. Karena kegiatan pendidikan merupakan perjumpaan

(interaksi) dan komunikasi timbal balik yang terarah kepada pengembangan

gagasan, kreatif, sikap dan nilai serta keterampilan. Maka proses pembelajaran

tidak bisa disederhanakan sekedar kegiatan ceramah, tetapi proses belajar,

mengacu pada bagaimana cara belajar yang memungkinkan peserta didik

berpikir, bersikap dan bertindak menurut ajaran Islam. Dengan cara seperti ini

kelak diharapkan mampu menghadapi perubahan lingkungan masyarakat

memberikan sesuatu yang lebih berarti dan manusiawi. 68 Jadi interaksi dan

komunikasi belajar adalah perumpamaan partisipasi antara guru dan murid

67
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, h. 52-53.
68
Lihat M. Arsyad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta :
Yayasan Karsa Utama Mandiri), h. 114.
62

yang ditujukan kepada pengembangan gagasan, pikiran dan berbagai potensi

lainnya dalam suasana harmonis dan demokratis. Makin kuat integritas dan

organisasi belajar mengajar, makin dinamis dan kondusif suasana

pembelajaran, sehingga menumbuhkan kegairahan bagi murid dan guru dalam

mengikuti kegiatan tersebut.

Kedua, pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Mappanganro

menyatakan bahwa pada dasarnya kurikulum tidak bersifat statis, tetapi

senantiasa bersifat dinamis dan selalu berkembang. Oleh karena itu kurikulum

selalu mengalami pembaharuan, dalam arti perubahan yang maju sesuai

tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan kebutuhan masyarakat. 69

Sejalan dengan itulah, manajemen pendidikan dalam aspek kurikulum haruslah

bersifat elastis artinya terbuka untuk menerima perubahan dan perkembangan

dalam rangka pengembangan mutu pendidikan.

Ketiga, pengembangkan keunggulan kompetitif. Dalam kondisi

masyarakat menuju era global, banyak kalangan tergerak mencurahkan

perhatiannya pada usaha-usaha pengkajian kembali secara kritis dan ilmiah

prospek pengembangan pendidikan. Dalam mewujudkan mutu maka lembaga

pendidikan perlu memiliki keunggulan manajemen, dan mutlak harus memiliki

keunggulan dalam konsep, strategi, manajemen dan tumbuh atas nilai-nilai

budaya masyarakat sendiri. Keunggulan harus dibangun atas landasan konsep,

69
Disadur dari Mappanganro, Impelementasi Pendidikan di Madrasah (Makassar:
Yayasan Ahkam, 2002), h. 41.
63

strategi dan manajemen yang sungguh-sungguh inovatif dan integratif sesuai

kebutuhan perkembangan masyarakat.

Keempat, pengadaan dan perbaikan kualitas tenaga pengajar. Hal ini

termasuk manajemen peningkatan kualitas SDM, termasuk pula peningkatan

kualitas guru yang profesional sudah sejak lama dirasakan sebagai kebutuhan

yang mendesak. Guru sebagai figur dan sosok kunci dalam pendidikan

memang harus tampil meyakinkan. Mareka harus memiliki kompetensi guru,

kemampuan edukatif dan profesionalisme keguruan, agar kelak mampu

melahirkan anak didik yang berkuallitas. Dalam konteks peningkatan dan

perbaikan kualitas guru di lingkungan harus dilihat dalam kerangka

kepentingan bangsa dan cita-cita nasional.

Guru tetap menjadi komponen pokok yang tidak saja karena fungsi dan

tugasnya yang urgen, mereka juga karena kehadirannya sebagai pengayom,

pembimbing, dan orang tua, dari seluruh peserta didiknya, yang secara

psikologis dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk mereka yang masih dalam

status pelajar, inilah yang disebut oleh Azhar Arsyad sebagai pribadi atau

sosok nurturan, yaitu guru sebagai bapak yang diharapkan bisa menjadi

pelindung, pembinibing, dan seorang bapak yang menanamkan nilai

"rabbani".70

Bila diperhatikan lebih jauh, tugas dan tanggung jawab yang mestinya
dilaksanakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan adalah mengajak manusia

70
Lihat Azhar Arsyad, Pokok-pokok Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan
dan Eksekuti (Morteal, Exekutive Institute Fakulty Of Managemen Mc Gill University, 1996),
h. 37.
64

melaksanakan perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya. M. Ja’far


menegaskan, “Tugas dan tanggung jawab pendidik dan tenaga kependidikan menurut
agama Islam dapat diidentifikasikan sebagai tugas yang harus dilakukan oleh ulama,
yaitu menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar. 71 Hal ini menunjukkan
adanya kesamaan tugas yang dilaksanaan oleh pendidik dan tenaga kependidikan dan
muballigh/da’i, melaksanakan tugasnya melalui jalur pendidikan non formal.
Rasulullah saw. bersabda:

72
(‫َﺎل ﺑَـﻠﱢﻐُﻮا َﻋﻨﱢﻲ َوﻟ َْﻮ آﻳَﺔً )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ‬
َ ‫َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤﺮٍو أَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ‬

Artinya:
Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘Nabi saw. bersabda, “Sampaikanlah dari
ajaranku walaupun satu ayat. (HR. al-Bukhari)

Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui, termasuk pendidik dan tenaga
kependidikan, adalah menyampaikan apa yang dipahami dan diketahuinya (ilmu)
untuk ditransfer kepada orang orang yang belum mengetahui. Hal tersebut merupakan
suatu wujud pertanggung jawaban sosial seorang pendidik/guru pada lingkungan

sosial di mana dia berada. Sebagai seorang pendidik, guru merupakan pemimpin
pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mana kepemimpinan
tersebut harus dipertanggung jawabkan kepadapemerintah sebagai penanggung jawab
pendidikan dan kepada Allah swt sebagai titik kulminasi pertanggung jawaban

71
M. Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam (Surabaya:Al-Ikhlas, 1992), h. 272.
72
Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>’il ibn Ibra>him ibn al-Mugi>rah ibn Bardarbah
al-Bukha>ri, S{ah}ih} al-Bukha>ri, (CD Mausu>’ah al-H{adi>s\ al-Syari>f, Kita>b Al-H{adi>s al-
Anbiya>’, nomor 3202)
65

normatif seorang hamba atas kepemimpinannya sebagaimana sabda Rasulullah saw


yang berbunyi sebagai berikut:
‫َاع َوُﻛﻠﱡ ُﻜ ْﻢ‬
ٍ ‫ُﻮل ُﻛﻠﱡ ُﻜ ْﻢ ر‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَﻘ‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
َ ‫ْﺖ َرﺳ‬
ُ ‫ُﻮل َِﲰﻌ‬
ُ ‫َﻋْﺒ َﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ َﻦ ﻋُ َﻤَﺮ ﻳـَﻘ‬
73
‫ُﻮل َﻋ ْﻦ َر ِﻋﻴﱠﺘِ ِﻪ‬
ٌ ‫َﻣ ْﺴﺌ‬
Artinya:
Abdullah bin Umar berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda,
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (H.R. al-Bukhari)

Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab dalam Islam
bersifat pribadi dan sosial. Dalam pendidikan formal, guru adalah pemimpin di dalam
kelas yang bertanggung jawab tidak hanya terhadap perbuatannya, tetapi juga
terhadap perbuatan orang-orang yang berada di bawah perintah dan pengawasannya
yaitu peserta didik.
Islam memandang profesionalitas merupakan suatu keharusan dalam setiap
profesi atau pekerjaan, Rasulullah saw. dalam salah satu hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari dari Abu Hurairah r.a. mengatakan:

‫ـﺎل إِذَا ُوﺳﱢـ َﺪ ْاﻷَﻣْـ ُﺮ إِل َﻏ ِْـﲑ أَ ْﻫﻠِـ ِﻪ‬


َ َ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ… ﻗ‬
َ ‫ﱠﱯ‬
‫َﺎل ﺑـَْﻴـﻨَﻤَﺎ اﻟﻨِ ﱡ‬
َ ‫… َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ ﻗ‬
‫ ﻣــﻦ ﺳــﺌﻞ ﻋﻠﻤــﺎ وﻫــﻮ ﻣﺸــﺘﻐﻞ ﰲ‬: ‫ ﺑــﺎب‬،‫ ﻛﺘــﺎب اﻟﻌﻠــﻢ‬،‫ )ﺻــﺤﻴﺢ اﻟﺒﺨــﺎري‬.َ‫ﻓَــﺎﻧْـﺘَﻈ ِْﺮ اﻟ ﱠﺴــﺎ َﻋﺔ‬
‫ ﺷــﺮﻛﺔ‬,00،2 ‫ اﻹﺻــﺪار اﻟﺜــﺎﱐ‬،‫ ﻣﻮﺳــﻮﻋﺔ اﳊــﺪﻳﺚ اﻟﺸ ـﺮﻳﻒ‬57 ‫ رﻗــﻢ‬،‫ﺣﺪﻳﺜــﻪ ﻓــﺄﰎ اﳊــﺪﻳﺚ‬
.74(1997-1991) ‫اﻟﱪاﻣﺞ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ اﻟﺪوﻟﻴﺔ‬
Artinya:

73
Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>’il ibn Ibra>him ibn al-Mugi>rah ibn Bardarbah
al-Bukha>ri, S{ah}ih} al-Bukha>ri., Kita>b al-Jum’ah, nomor 844.
74
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, dalam Hadith Encyclopedia [CD
ROM], Harf Information Technology Company, 2000, hadis no. 57.
66

… Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah … bersabda suatu pekerjaan yang
diserahkan kepada seseorang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. (HR
Bukhari)
Ayat dan hadis di atas memberikan isyarat bahwa Islam menjunjung tinggi

profesionalitas dalam setiap pekerjaan. Profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan

merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam mengemban suatu tugas. Hal ini disebabkan

karena tugas yang diemban merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan, baik

pada lembaga yang memberikan amanah, kepada masyarakat, dan yang terpenting bahwa

amanat itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Allah swt. melarang untuk

mengikuti apa yang seseorang tidak mempunyai pengetahuan dan kompetensi atasnya, sebab

hal itu dapat mendatangkan kerusakan, baik pada pekerjaan itu, maupun kepada yang

memberikan pekerjaan itu. Allah swt. berfirman dalam QS al-Isra’/18: 36 sebagai berikut:

ً‫ِﻚ َﻛ ــﺎ َن َﻋْﻨ ـﻪُ َﻣ ْﺴ ـﺆُوﻻ‬


َ ‫ﺼ ـَﺮ وَاﻟْ ُﻔ ـﺆَا َد ُﻛ ـ ﱡﻞ أُوﻟـ ـﺌ‬
َ َ‫ـﻚ ﺑِ ـ ِﻪ ِﻋ ْﻠ ـ ٌﻢ إِ ﱠن اﻟ ﱠﺴ ـ ْﻤ َﻊ وَاﻟْﺒ‬
َ ‫ﺲ ﻟَـ‬
َ ‫ـﻒ َﻣ ــﺎ ﻟَ ـْﻴ‬
ُ ‫َوﻻَ ﺗَـ ْﻘـ‬
﴾٣٦﴿
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.75
Mendidik merupakan salah satu amanat yang diemban oleh seseorang yang menjadi

tanggung jawabnya. Hal ini memerlukan pengelolaan secara profesional, untuk mencapai

hasil maksimal yang diharapkan oleh pemberi amanat, baik sebagai pendidik pada jalur

pendidikan informal dan formal, maupun pada jalur nonformal. Dalam hal ini termasuk pada

orang tua, guru, dan tokoh masyarakat.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. V; Jakarta: Proyek


75

Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2012),, h. 429.


67

Dengan demikian, tidak hanya dituntut kompetensi yang berhubungan dengan

tugasnya di depan kelas (pedagogik, profesional), tetapi guru juga membutuhkan kompetensi

lain, seperti kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hayatullah mengatakan bahwa orang yang pintar

saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya karena dengan

kepandaiannya, ia dapat menyebabkan kerusakan dan kehancuran. Setidak-tidaknya

pendidikan akan lebih bagus menghasilkan orang baik, walaupun tidak pintar. Tipe ini

setidaknya memberikan suasana kondusif karena ia memiliki akhlak yang baik.76

Semakna dengan ayat di atas, Allah swt. berfirman dalam QS al-Qasas/28: 26 sebagai

berikut:

﴾٢٦﴿ ‫ﲔ‬
ُ ‫ي ْاﻷَِﻣ‬
‫ْت اﻟْ َﻘ ِﻮ ﱡ‬
َ ‫َﺖ ا ْﺳﺘَﺄ ِْﺟ ْﺮﻩُ إِ ﱠن َﺧْﻴـَﺮ َﻣ ِﻦ ا ْﺳﺘَﺄْﺟَﺮ‬
ِ ‫َﺖ إِ ْﺣﺪَاﳘَُﺎ ﻳَﺎ أَﺑ‬
ْ ‫ﻗَﺎﻟ‬
Terjemahnya:
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".77
M. Quraish Shihab mengomentari ayat tersebut bahwa kekuatan yang dimaksud

adalah kekuatan dalam berbagai bidang. Karena itu, terlebih dahulu harus dilihat bidang apa

yang akan ditugaskan kepada yang dipilih. Selanjutnya, kepercayaan dimaksud adalah

integritas pribadi yang menuntut adanya sifat amanah sehingga ia tidak merasa bahwa apa

yang ada dalam genggaman tangannya merupakan milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat

yang harus dipelihara.78

76
M. Furqon Hayatullah, Guru Sejati, Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas
(Surabaya: Yuma Pustaka, 2009), h. 16.
77
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 613.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an , Volume 9
78

(Cet. IV; Jakarta: Lentera Hati, 2005), h. 580.


68

Dengan demikian, pendidikan seharusnya diarahkan pada terbentuknya manusia yang

selain pintar atau memiliki pengetahuan, juga memelihara amanah atau kepercayaan atas

jabatan yang diberikan kepadanya. Orang seperti ini yang dinyatakan Allah swt. dalam QS al-

Mujadilah/58: 11 sebagai berikut:

‫َﺢ اﻟﻠﱠﻪُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َوإِذَا ﻗِﻴ َﻞ‬


ِ ‫ِﺲ ﻓَﺎﻓْ َﺴ ُﺤﻮا ﻳـَ ْﻔﺴ‬
ِ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا إِذَا ﻗِﻴ َﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺗَـ َﻔ ﱠﺴ ُﺤﻮا ِﰲ اﻟْ َﻤﺠَﺎﻟ‬
ٌ‫َﺎت وَاﻟﻠﱠﻪُ ﲟَِﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن َﺧﺒِﲑ‬
ٍ ‫اﻧ ُﺸ ُﺰوا ﻓَﺎﻧ ُﺸ ُﺰوا ﻳـ َْﺮﻓَ ِﻊ اﻟﻠﱠﻪُ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا ﻣِﻨ ُﻜ ْﻢ وَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ أُوﺗُﻮا اﻟْﻌِْﻠ َﻢ َد َرﺟ‬
﴾١١﴿
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.79
Dalam menafsirkan ayat di atas, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat di atas

tidak menyebutkan secara tegas bahwa Allah meninggikan derajat orang yang berilmu, tetapi

menegaskan bahwa mereka memiliki derajat yakni lebih tinggi dari sekadar beriman. Tidak

disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya

itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan faktor di luar

ilmu itu.

Ayat di atas juga membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yakni yang

pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta

memiliki pengetahuan. Kelompok kedua ini yang menjadi lebih tinggi, bukan karena nilai

ilmu yang disandangnya, tetapi juga kerana amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik

secara lisan, tulisan, maupun dengan keteladanan.80

79
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 910-911.
80
M. Quraish Shihab, Volume 13, op. cit., h. 491.
69

Penafsiran ayat di atas, memberikan isyarat bahwa pengetahuan atau kompetensi

merupakan syarat mutlak dalam memangku suatu jabatan. Ilmu pengetahuan dan kompetensi

yang dimiliki oleh seseorang itulah yang dapat meninggikan derajatnya.

Berbagai petunjuk tentang pentingnya komptensi dalam suatu pekerjaan, termasuk

pendidikan, dasarnya dapat ditemukan pada beberapa ayat dalam Alquran antara lain dalam

QS al-An’am/6: 135 sebagai berikut:

َ‫ْف ﺗَـ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن ﻣَﻦ ﺗَﻜُﻮ ُن ﻟَﻪُ ﻋَﺎﻗِﺒَﺔُ اﻟﺪﱢا ِر إِﻧﱠﻪُ ﻻ‬


َ ‫ِﱐ ﻋَﺎ ِﻣ ٌﻞ ﻓَﺴَﻮ‬
‫ﻗُ ْﻞ ﻳَﺎ ﻗـَﻮِْم ا ْﻋ َﻤﻠُﻮاْ َﻋﻠَﻰ َﻣﻜَﺎﻧَﺘِ ُﻜ ْﻢ إ ﱢ‬
﴾١٣٥﴿ ‫ﻳـُ ْﻔﻠِ ُﺢ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤُﻮ َن‬
Terjemahnya:
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun
berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu
tidak akan mendapat keberuntungan.81
Pada ayat yang lain di dalam QS Yusuf/12: 54-55 Allah swt. berfirman:

‫ﲔ‬
ٌ ‫ﲔ أَِﻣ‬
ٌ ‫ﱠﻚ اﻟْﻴـ َْﻮَم ﻟَ َﺪﻳْـﻨَﺎ ِﻣ ِﻜ‬
َ ‫َﺎل إِﻧ‬
َ ‫ْﺴﻲ ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ َﻛﻠﱠ َﻤﻪُ ﻗ‬
ِ ‫ﺼﻪُ ﻟِﻨَـﻔ‬
ْ ِ‫ُﻮﱐ ﺑِِﻪ أَ ْﺳﺘَ ْﺨﻠ‬
ِ ‫ِﻚ اﺋْـﺘ‬
ُ ‫َﺎل اﻟْ َﻤﻠ‬
َ ‫َوﻗ‬
﴾٥٥﴿ ‫ﻆ َﻋﻠِﻴ ٌﻢ‬
ٌ ‫ِﱐ َﺣﻔِﻴ‬
‫ْض إ ﱢ‬
ِ ‫َﺎل ا ْﺟ َﻌﻠ ِْﲏ َﻋﻠَﻰ َﺧﺰَآﺋِ ِﻦ اﻷَر‬
َ ‫﴾ ﻗ‬٥٤﴿
Terjemahnya:
Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang
rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercaya pada sisi kami".Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."82

81
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya;, h. 210.
82
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; h. 357.
70

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua hal yang sangat penting dimiliki

untuk memangku suatu jabatan, termasuk guru, yaitu pemelihara/hafizh amanah

dan pengetahuan. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa pemelihara amanah

lebih penting daripada pengetahuan. Seseorang yang memelihara amanah dan

tidak berpengetahuan akan terdorong untuk meraih pengetahuan yang ia belum

miliki. Sebaliknya, seseorang yang berpengetahuan tetapi tidak memiliki amanah,

bisa jadi ia menggunakan pengetahuannya untuk menghianati amanah. 83 Seorang

guru harus memiliki keahlian ganda: keahlian dalam bidang studi yang

diajarkannya dan keahlian dalam bidang pendidikan. Mereka juga harus memiliki

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan

bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Selain itu, guru juga harus mempunyai

kemampuan sebagai seorang pendidik dan sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Selain apa yang telah dikemukakan di atas, saat ini cenderung muncul

berbagai sorotan lain yang mewarnai wacana manajemen pendidikan. Yang

paling aktual adalah menyangkut bagaimana seharusnya manjemen pendidikan

harus memiliki mutu yang tinggi dan mampu berbenah diri dalam merespon

arus globalisasi dan modernisasi. Dengan kata lain, era globalisasi dan

modernisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

tidaklah akan membawa manfaat yang besar bagi dunia pendidikan bila tidak

diimbangi oleh kemapanan manajemen.

83
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 6, h. 127.
71

Dengan demikian, dapat merumuskan bahwa urgensi utama manajemen

pendidikan adalah pada aspek pengelolaan atau ketatalaksanaan penggunaan

sumber daya pendidikan secara efektif untuk mencapai sasaran sebagai tujuan

yang diinginkan. Usaha yang serentak dan sistematis untuk mencapai suatu

tujuan pendidikan secara bersama-sama, dapat disebut sebagai manajemen

pendidikan, dan dalam istilah manajemen pendidikan umum sangat berkaitan

dengan istilah manajemen madrasah, termasuk di dalamnya manajemen

pesantren yang akan melihat bagaimana manajemen substansi-substansi di

lembaga pendidikan Islam tersebut, agar dapat berjalan dengan tertib, lancar

dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai

tujuan secara efektif dan efisien. 84

Pemahaman lebih lanjut tentang urgennya manajemen pendidikan

sebagai wahana berlangsungnya proses pendidikan itu sendiri, dilatar-

belakangi dengan fakta sejarah yang dalam proses tersebut pernah mengalami

kemunduran. Sehingga untuk memajukannya diperlukan usaha dan kerja keras

secara optimal sebagai manivestasi dari amanah UUD 1945 dalam membangun

sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwah, cerdas, terampil,

berkepribadian serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dalam

menciptakan manusia Indonesia seutuhnya.

Puncak keberhasilan perjuangan untuk memaksimalkan penataan


manajemen pendidikan, khususnya manejemen pendidikan agama diawali
dengan terbitnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri, yaitu Menteri

84
Lihat Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Cet. X. Malang, Erlangga,
2007), h. 51.
72

Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri


pada tanggal 24 Maret 1975 yang menegaskan bahwa kedudukan pendidikan
dan manajemen lembaga pendidikan agama yakni madrasah dan atau pesantren
adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lainnya. Puncaknya adalah
lahirnya kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang
memperkuat Surat Keputusan Bersama (SKB) sebelumnya. Dengan begitu

impelemntasi manajamen mutu terpadu diupayakan dalam setiap lembaga


pendidikan.
Penerapan manajemen mutu terpadu (MMT) di lembaga pendidikan atau
istilah yang lazimnya digunakan adalah Total Quality Management (TQM)
bukanlah sebuah tugas yang hanya dikerjakan oleh pimpinan atau kepala
madrasah. Akan tetapi TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada di
dalam lembaga atau organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan
peningkatan secara terus menerus, hal ini sesuai dengan makna “ kata total
(terpadu)”, bahwa konsep manajemen ini berlaku bagi setiap orang, sebab setiap
orang dalam sebuah institusi apapun status, posisi dan peranannya adalah leader

bagi tanggung jawabnya masing-masing.


TQM juga memerlukan perubahan kultur, TQM membutuhkan perubahan
sikap dan metode. Guru dan pegawai dalam sekolah/madrasah harus memahami
dan melakasanakan pesan moral TQM agar bisa membawa dampak terhadap
kinerja mereka. Ada dua hal penting yang diinginkan oleh guru dan pegawai untuk
dapat menghasilkan mutu. Pertama, mereka membutuhkan sebuah lingkungan
yang cocok untuk bekerja dan mereka membutuhkan alat-alat ketrampilan dan
73

harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan membantu
pekerjaan mereka. Kedua, guru membutuhkan penghargaan ketika meraih
kesuksesan dan prestasi. Guru membutuhkan pemimpin yang dapat menghargai
prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. 85
Tujuan utama penerapan TQM adalah untuk membina/memperbaiki mutu
secara berkesinambungan agar kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat
terpenuhi. Institusi dalam hal ini madrasah juga harus mampu menjaga dan

menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Mutu atau kualitas adalah sesuatu
yang diinginkan pelanggan dan bukan apa yang terbaik bagi mereka menurut
institusi. Aspek fokus pada pelanggan, TQM tidak hanya melibatkan perlunya
pemenuhan kebutuhan pelanggan eksternal saja. Orang-orang yang terlibat dalam
institusi juga termasuk pelanggan, yang memerlukan pelayanan internal agar
mereka mampu mengerjakan tugas secara efektif. Hubungan antar pelanggan
internal sangatlah penting agar sebuah institusi berfungsi secara efektif dan
efisien.
Pendidikan dalam pandangan TQM adalah berfokus pada pembelajaran,
setiap institusi pendidikan di tuntut untuk mengerjakan sebaik-baik mungkin, dan

yang paling penting adalah memfokuskan diri pada aktifitas pembelajaran. Semua
peserta didik berbeda satu sama lain dan mereka belajar dengan model yang cocok
dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Institusi
pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara
serius tentang kebutuhan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik.

85
Lihat Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi
Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga
Pendidikan (Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011 ), h. 137.
74

Pada hakekatnya peserta didik adalah pelanggan utama, dan jika model
pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan masing-masing individu, maka itu
berarti institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu
terpadu,86 karena salah satu syarat untuk memberi kepuasan kepada pelanggan
adalah ketika kebutuhan dapat terpenuhi.\ Institusi pendidikan harus memahami
bahwa siswa menyukai pada kombinasi atau variasi metode belajar dan institusi
harus fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Miller mengemukakan bahwa

institusi pendidikan harus memberikan beberapa model kepengajaran dan


pembelajaran terhadap para siswa sehingga mereka memiliki kesempatan untuk
meraih sukses secara maksimal. 87 Penerapan dan penilaian mutu dalam bidang
jasa sangatlah susah, karena yang di nilai, baik dari segi kuantitaf mapun segi
kualitatif. Segi kuantitatif misalnya gedung sekolah atau laboratorium yang
berhasil di bangun. dan segi kualitatif misalnya biasanya manfaat dan kemampuan
memanfaatkannya.
Veithrizal Rivai dan Syilviana Murni Mengidentifikasi tujuan utama
menerapkan TQM di madrasah agar mampu menjadi organisasi percontohan dan
harus mengukur apa-apa yang dapat berfungsi dengan baik dan apa-apa yang

tidak berfungsi dengan baik dalam pendidikan, sehingga akan mendapatkan


suatu sistem pendidikan yang berfungsi dengan baik, sebagai berikut;
Pertama, para pendidik harus bertanggung jawab terhadap tugasnya,
karena para pendidik merupakan faktor utama bagi peningkatan

86
Lihat Piet A Sahertian, Profil Pendidikan Profisional (Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset,
2009), h. 15.
87
Lihat Miller, Improving Quality in Further Education (Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001), h. 152.
75

sekolah/madrasah. Kepala Sekolah hendaknya memperhatikan dan mempelajari


saran-saran dari pendidik. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mempuanyai
komitmen terhadap pemecahan masalah.
Kedua, pendidikan membutuhkan proses pemecahan masalah yang peka
dan fokus pada identifikasi dan penyelesaian penyebab utama yang menimbulkan
masalah tersebut.
Ketiga, organisasi sekolah harus menjadi model organisasi belajar pada

semua organisasi sekolah tingkat dasar, menengah dan atas. Para guru dan
petugas administrasi sama-sama harus profesional di bidangnya.
Keempat, sangat mungkin bahwa melalui integrasi dan penerapan TQM
di sekolah, orang-orang dapat menemukan sistem pendidikan yang lebih baik.
TQM yang diterapkan dengan benar akan menjamin bahwa para pemimpin dapat
mengontrol usaha mereka dan memilih pemecahan masalah yang masuk akal
dan dapat dipertanggungjawabkan. 88
Searah dengan pendapat tersebut, Dadang Suhardan mengemukakan bahwa
tujuan penerapan TQM ke dalam dunia pendidikan merupakan sebuah inovasi,
sebab konsep kualitas produk industri berbeda dengan konsep kualitas dalam

pendidikan. Pada industri, barang diproses dengan mesin, hasilnya harus sama
sesuai standar. Pendidikan inputnya manusia, yang berbeda-beda karakter dan
kepribadiannya, yang harus diperhatikan secara individual, sehingga hasil belajar
juga akan berbeda, sebab proses pendidikan tidak linier seperti dalam proses
industri melainkan sirkuler. 89

88
Lihat Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, h. 483.
89
Lihat Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah ( Cet. VI; Bandung : Alfabeta, 2010) h. 114-115
76

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa urgensi penerapan TQM


dalam pendidikan untuk meningkatkan kenerja pendidikan secara terus menerus
dengan memberdayakan semua komponen pendidikan dan mengedepankan
kualitas proses pembelajaran, sehingga dapat memperoleh keluaran (output dan
outcome) yang memberikan kepuasan total kepada semua pihak yang terkait
dengan lembaga pendidikan.
C. Konsepsi Pengembangan Madrasah

Pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Agama selama ini


masih perlu langkah-langkah penyesuaian yang strategis. Dalam proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dan
harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas
pembinaan madrasah secara keseluruhan. Salah satu peran penting pendidikan adalah
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman
agar tidak terjadi kesenjangan antara realitas dan idealitas.90
Reformasi sebagai suatu gerakan nasional telah mengubah kebijakan pem-
bangunan masa lampau menjadi lebih demokratis, mengakui persamaan derajat
manusia, pembangunan yang lebih terdesentralisasi dalam rangka menuju masyarakat

madani. Salah satu bentuk nyata dari reformasi pendidikan adalah pelaksanaan
otonomi penyelenggaraan pendidikan yang bisa juga disebut dengan desentralisasi
pendidikan.91 Shaleh menegaskan bahwa pendekatan penyelenggaraan pendidikan
harus diubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi dengan menekankan pada

90
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma Bakti, 1981), h. ix.
91
Lebih lanjut baca, Desentralisasi pendidikan harus diarahkan pada upaya pemberdayaan
masyarakat pada level sekolah dengan tetap berpegang kepada standar minimum kompetensi (basic
competencies) yang berlaku secara nasional. Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan
Pendidikan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 34.
77

peningkatan partisipasi masyarakat dalam kerangka community based education.92


Upaya peningkatan kualitas pendidikan pada madrasah, baik mengenai
pengembangan kurikulum, peningkatan profesionalitas guru, pemenuhan kebutuhan
sarana prasarana maupun pemberdayaan pendidikan, sedang dilakukan dan akan
dilakukan secara terus menerus.93 Upaya tersebut merupakan agenda pemerintah
melalui Kementerian Agama yang diarahkan agar setiap satuan pendidikan madrasah
selalu berupaya untuk memberikan jaminan kualitas kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, yaitu suatu jaminan agar setiap penyelenggara pendidikan di


madrasah sesuai dengan apa yang seharusnya dan sesuai pula dengan harapan
masyarakat. Esensi sebuah pendidikan di madrasah adalah proses pembelajaran.
Tidak ada kualitas pendidikan di madrasah tanpa kualitas pembelajaran.
Selanjutnya konsepsi pengembangan Madrasah meliputi pengertian, sejarah
perkembangan, dan pengembangan madrasah serta konsepsi pendidikan Islam secara
umum dapat dilihat sebagai berikut:
1. Pengertian Madrasah
Kata "madrasah" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata "keterangan tempat"
(zharaf makan) dari akar kata "darasa".94 Jika diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah. Walaupun secara teknis, yakni dalam
proses pembelajaran secara formal, madrasah tidak berbeda dengan sekolah, tetapi di

92
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah, h.14.
93
Lebih lanjut baca, apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk
memberikan jaminan kualitas dan upaya ini secara terus menerus dilakukan maka diharapkan kualitas
pendidikan pada madrasah secara keseluruhan di seluruh Indonesia akan terus meningkat. Depatemen
Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 19.
94
Lebih lanjut baca, secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar", atau
"tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata "midras"
yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar". Maksum, Madrasah dan
Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009), h. 32.
78

Indonesia madrasah tidak lantas dipahami sebagai sekolah, melainkan diberi konotasi
yang lebih spesifik lagi, yakni sekolah agama, tempat peserta didik memperoleh
pembelajaran hal-ihwal atau seluk-beluk agama Islam.
Dalam praktiknya ada madrasah yang di samping mengajarkan ilmu-ilmu
keagamaan (al-‘ulum al-diniyyah), juga mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di
sekolah umum. Selain itu, ada madrasah yang hanya mengkhususkan diri pada
pelajaran ilmu-ilmu agama, yang biasa disebut madrasah diniyyah.95 Kenyataan

bahwa kata madrasah berasal dari bahasa Arab, dan tidak diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, menyebabkan masyarakat lebih memahami madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam, yakni tempat untuk belajar agama.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata madrasah secara teknis mempunyai
arti atau konotasi tertentu, yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu yang lengkap
dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses pembelajaran.

2. Perkembangan Madrasah
Pendidikan yang dilaksanakan pada masa awal perkembangan Islam lebih
terkait dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah, penyebaran, dan dasar-dasar pelak-
sanaan ibadah Islam. Sedangkan pendidikan formal Islam baru muncul dengan

kebangkitan madrasah.96
Dengan adanya madrasah dapat diasumsikan bahwa pendidikan Islam telah
mengalami kemajuan pesat. Masjid yang telah tumbuh sejak masa awal Islam pada

95
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah, h. 11.
96
Lebih lanjut baca, Lembaga pendidikan madrasah adalah kelanjutan dari lembaga
pendidikan dalam bentuk masjid, karena banyaknya peserta didik yang datang dari luar kota untuk
belajar di masjid menuntut adanya tempat tinggal yang disebut dengan khan (semacam asrama)
sehingga terjadi perubahan dari masjid kemasjid khan. Selanjutnya dari masjid khan berubah
kebentuknya ke bentuk madrasah. Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional
dan Kekinian (Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010), h. 71.
79

dasarnya hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dengan sedikit kegiatan pendidikan
didalamnya, walaupun telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan namun kegiatan
pendidikan bukanlah merupakan faktor utama.97 Dengan adanya madrasah maka
kegiatan pendidikan semakin sempurna.
Terkait dengan sejarah munculnya madrasah, para pemerhati sejarah berbeda
pendapat tentang madrasah pertama yang berdiri namun dalam beberapa pendapat
yang cukup representatif yang bisa diungkapkan tentang sejarah pertama berdirinya

madrasah sebagai institusi pendidikan Islam pada masa awal. Ali ‘al-Jumbulati
(1994) sebelum abad ke-10 M mengatakan bahwa madrasah yang pertama berdiri
adalah madrasah al-B{aihaqiah dikota Nisabur, disebut al-B{aihaqiah karena ia
didirikan oleh Abu Hasan al-B{aihaqi (414 H), pendapat ini diperkuat juga oleh
Hasan Ibrahim Hasan.98
Kedua pendapat di atas diperkuat oleh hasil penelitian Richard Bulliet (1972)
yang menemukan dalam dua abad sebelumnya berdiri madrasah Nizamiah telah
berdiri madrasah di Nisapur, yaitu Madrasah Miyan Dahliya yang mengajarkan fiqih
Maliki. Abdul al-‘Al (1977) menjelaskan bahwa pada masa sultan Mahmud al-
Ghaznawi (998-1020) telah berdiri madrasah Sa‘diyah. Demikian juga naji ma‘ruf

(1973) berpendapat bahwa madrasah pertama telah didirikan 165 tahun sebelum
berdiri madrasah Nizamiyyah yaitu sebuah madrasah dikawasan Khurasa. Ia

97
Lebih lanjut baca, pemakaian istilah madrasah secara definitif baru muncul pada abad ke-11.
Penjelmaan istilah madrasah merupakan transformasi tersebut antara lain; George Makdisi (1981)
menjelaskan bahwa madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan Islam dari masjid ke
madrasah terjadi secara tidak langsung melalui tiga tahap; pertama tahap masjid, kedua tahap masjid
khan, dan ketiga tahap madrasah. Sedangkan Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa transformasi masjid
ke madrasah terjadi secara langsung Karena disebabkan oleh konsekuensi logis dari semakin ramainya
kegiatan yang dilaksanakan di masjid yang tidak hanya dalam kegiatan ibadah (dalam arti sempit)
namun juga pendidikan, politik, dan sebagainya. Maksum, Madrasah dan Perkembangannya., h.36.
98
Lihat Maksum, Madrasah dan Perkembangannya., h. 65.
80

mengemukakan bukti di Tarikh al-Bukhari dijelaskan bahwa Ismail ibn ‘Ahmad


Asa@d (w. 295 H) memiliki madrasah yang dikunjungi oleh pelajar untuk
melanjutkan pelajaran mereka.99
Pendirian madrasah ini telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan di
lingkungan masyarakat Islam, karena pada masa sebelumnya masyarakat Islam hanya
mengenal pendidikan tradisional yang diselenggarakan di masjid-masjid.100
Pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah

dari dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam sendiri.

Di Indonesia, keadaannya tidak demikian. Madrasah merupakan fenomena


modern yang muncul pada awal abad ke-20. Berbeda dengan di Timur Tengah
madrasah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran ilmu agama tingkat
lanjut, sebutan madrasah di Indonesia mengacu kepada lembaga pendidikan yang
memberikan pelajaran agama Islam tingkat rendah dan menengah. 101 Perkem-
bangannya lebih merupakan reaksi terhadap faktor-faktor yang berkembang dari luar
lembaga pendidikan yang secara tradisional sudah ada.
Pendidikan dan pengajaran Islam dalam bentuk pengajian al Quran dan
pengajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid, pesantren, dan

lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi

99
Lebih lanjut baca, Madrasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan formal
sudah dikenal sejak awal abad ke-11 atau 12 M, atau abad ke-5-6 H, yaitu sejak dikenal adanya
Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di Bagdad oleh Nizam Al-Mulk, seorang wasir dari Dinasti
Saljuk. Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian., h. 28.
100
Lebih lanjut baca, di Timur Tengah institusi madrasah berkembang untuk menyelenggara-
kan pendidikan keislaman tingkat lanjut (advance/tinggi), yaitu melayani mereka yang masih haus
ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan belajar di masjid-masjid dan/atau da@r al-k{huttab.
Ibid., h. 41.
101
Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian., h. 43.
81

kelembagaan, materi pengajaran (kurikulum), metode maupun struktur organisasinya,


sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang disebut madrasah.
Sejarah dan perkembangan madrasah di Indonesia dapat dibagi kedalam dua
periode yaitu: Periode sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan. 102

a. Periode sebelum kemerdekaan

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam berfungsi menghubungkan

sistem lama dengan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai lama yang
masih dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu dan
teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam. Isi kurikulum madrasah pada
umumnya adalah apa yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam (surau
dan pesantren) ditambah dengan beberapa materi pelajaran yang disebut dengan
ilmu-ilmu umum. Pertumbuhan madrasah pada periode ini dipengaruhi oleh gerakan
pembaruan Islam, yaitu: keinginan untuk kembali kepada al-Qur’an dan Hadis,
semangat nasionalisme dalam melawan penjajah, memperkuat basis gerakan sosial,
budaya, dan politik, serta pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. 103
Pola dan kebijakan pendidikan Islam di Indonesia, tidak dapat lepas dari apa
yang diilustrasikan pada kebijakan pemerintah Belanda terhadap Indonesia, yang

memberi gambaran bahwa hubungan pertama antara pengembangan agama Islam


dengan berbagai jenis kebudayaan di Indonesia merupakan suatu akomodasi kultural
yang harus ditemukan. Hal tersebut berawal pada pembentukan dalam dunia dagang,
sejarah juga menunjukkan penyebaran Islam yang terjadi dalam suatu kontak

102
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007) h. 290.
103
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia., h. 291.
82

intelektual ketika ilmu-ilmu dipertentangkan atau dipertemukan, ketika kepercayaan


pada dunia lama mulai menurun. Oleh karena itu, ketika kaum kolonial Belanda
berhasil dengan misi gandanya antara imperialis dan kristenisasi justru sangat
merusak dan melanggar tatanan yang sudah ada.104
Faktor lain yang menjadi pendorong utama pendidikan Islam pada masa ini
adalah kebangkitan dan pembaharuan Islam. Kelompok modernis yang terdiri atas
para tokoh organisasi massa, sosial keagamaan, sosial politik, dan sosial ekonomi

pada umumnya menyerukan pemurnian ajaran agama Islam dengan kembali kepada
al-Qur’an dan Sunnah. Di sisi lain, mereka melakukan pembaruan di bidang
pendidikan Islam. Kemunculan Serikat Islam di Solo (1911 M) , Muhammadiyah di
Yogyakarta (1912 M), Nahdlatul Ulama di Jawa Timur (1923 M), Persatuan Islam di
Bandung (1926 M), Perserikatan Ulama di Majalengka (1911 M), Al-Jamiah al-
Khoiriyah (1905M), dan Al-Irsyad di Jakarta (1913 M).105 Organisasi tersebut di atas
melahirkan lembaga pendidikan Islam model pesantren dan madrasah.
Pada masa ini pesantren dan madrasah/sekolah Islam bermunculan. Sebagai
dampak politik etis yang diterapkan kolonial Belanda. Madrasah pada masa tersebut
bercorak klasik dan ada pula yang sintesis-adaptif.106 Madrasah/sekolah yang

bercorak klasikal adalah madrasah/sekolah yang lahir dan berkembang dari pesantren
tradisional yang telah ada sebelumnya, sedangkan madrasah/sekolah yang bersifat
sintesis-adaptif adalah madrasah/sekolah yang lahir dari luar pesantren, seperti dari

104
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia., h. 297.
105
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press, 2007),
h. 121.
106
Sintesis adaptif yang dimaksudkan adalah satu sisi mengikuti pola dan model sekolah ala
kolonial Belanda dan satu sisi mengikuti pola dan model pesantren tradisional.
83

organisasi-organisasi sosial keagamaan, sosial-politik, atau sosial-ekonomi.


Selain politik etis membawa angin segar terhadap pendidikan Islam, terdapat
pula tantangan tentang kebangkitan Islam pada masa tersebut. Pertama, pada tahun
1925 M Belanda mengeluarkan peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan
Agama Islam yaitu tidak semua orang boleh memberikan pelajaran mengaji kecuali
telah mendapat rekomendasi atau persetujuan pemerintah Belanda. Kedua, pada
tahun 1932 M keluar lagi peraturan (Ordonansi Sekolah Liar; Wilde School

Ordonantie) yang berisi tentang kewenangan untuk memberantas dan menutup


madrasah dan sekolah yang tidak mempunyai izin atau memberikan pelajaran yang
tidak disukai Belanda.107
Pada periode ini sistem pendidikan madrasah sudah dikenal hampir di seluruh
wilayah Indonesia, baik yang didirikan dengan usaha pribadi atau oleh organisasi-
organisasi Islam. walaupun demikian pihak kolonial Belanda berusaha semaksimal
mungkin menghalang-halangi penididikan madrasah. Hal ini dikarenakan
kekhawatiran mereka bahwa pendidikan madrasah, disamping dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia, juga berfungsi mengembangkan ajaran-ajaran Islam di
kalangan generasi muda, yang tentu saja hal tersebut sangat mengancam posisi

pemerintahan Hindia Belanda.


Berbeda dengan pemerintahan Hindia Belanda, pemerintahan Jepang
membiarkan dibukanya kembali madrasah-madrasah yang pernah ditutup pada masa
sebelumnya. Tentang sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih
lunak, sehingga ruang gerak pendidikan madrasah lebih bebas ketimbang pada zaman
pemerintahan kolonial Belanda. Pemerintahan Jepang tidak begitu menghiraukan

107
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia, h. 122.
84

kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah demi keperluan memenangkan
perang, para pemuka agama lebih diberikan keleluasaan dalam mengembangkan
pendidikannya. Namun demikian, pemerintah Jepang tetap mewaspadai bahwa
madrasah-madrasah itu memiliki potensi perlawanan yang membahayakan bagi
pendidikan Jepang di Indonesia.

b. Periode sesudah kemerdekaan

Perkembangan Madrasah sejak awal kemerdekaan sangat terkait dengan peran


Departemen Agama yang resmi berdiri pada tanggal 13 Januari 1946,108 dalam
perkembangan selanjutnya Departemen Agama menyeragamkan nama, jenis dan
tingkatan madrasah sebagaimana yang ada sekarang. Madrasah ini terbagi
menjadi dua kelompok. Pertama, madrasah yang menyelenggarakan pelajaran agama
30% sebagaimana pelajaran dasar dan pelajaran umum 70%. Kedua, madrasah yang
menyelenggarakan pelajaran agama Islam murni yang disebut dengan Madrasah
Diniyah.
Pada periode ini pemerintah mulai memikirkan kemungkinan meng-
integrasikan madrasah ke dalam pendidikan nasional. Berdasarkan SKB (Surat
Keputusan Bersama) tiga dimensi, yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975
dan Nomor 36 tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah
ditetapkan bahwa standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum,
ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat
melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas dan peserta didik madrasah dapat
berpindah ke sekolah umum yang setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat

108
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia, h. 42.
85

melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi umum dan agama.109 Pemerintah melakukan


langkah konkrit berupa penyusunan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, penegasan definitif tentang madrasah
diberikan melalui keputusan-keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan
dalam kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. 110
Melalui upaya ini dapat dikatakan bahwa madrasah berkembang secara terpadu dalam
sistem pendidikan nasional.

Secara mendasar dapat dikatakan bahwa, madrasah mempunyai karakter yang


sangat spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran
agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam
masyarakat. Oleh karena itu, madrasah menjadi milik masyarakat dan menyatu
dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam kebudayaan sebagai
milik masyarakat. Kebijakan pendidikan di lingkungan madrasah sebagai subsistem
dalam keseluruhan sistem pendidikan nasional, ditetapkan tidak berbeda dengan
kebijaksanaan pendidikan yang ditetapkan oleh Departeman Pendidikan Nasional.
Oleh karena itu, madrasah diberikan batasan sebagai sekolah umum yang
bercirikan khas agama Islam dan dikelola oleh Kementerian Agama. 111 Madrasah

menggunakan kurikulum seutuhnya, menggunakan buku paket yang sama, mengikuti


ujian nasional bersama dan mengikuti petunjuk perangkat teknis selengkapnya dari
Kementerian Pendidikan Nasional.

109
Departemen Agama, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), h. 33.
110
Departemen Agama, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.,
h. 36.
111
Maksum, Pendidikan Madrasah., h. 67.
86

3. Pembinaan Madrasah
Usaha ke arah pengembangan pola pembinaan madrasah adalah sebagai
kerangka dasar strategis pengembangan madrasah pada umumnya. Secara bertahap
usaha itu perlu dikembangkan sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
yang penjabarannya lebih lanjut dituangkan dalam berbagai peraturan dan pedoman
pelaksanaannya yang operasional. Pola pembinaan madrasah dimaksudkan di
dalamnya mencakup satu pilihan sistem, pendekatan, sumber dana dan sarana yang

betul-betul diperlukan untuk mencapai sasaran tujuan pembangunan.


Dalam perkembangan sistem pendidikan pada madrasah telah terjadi
penyesuaian-penyesuaian melalui pembaruan dan inovasi yang dimulai pada fase
awalnya dengan pola pondok pesantren kemudian berkembang menjadi madrasah
seperti yang dikenal saat ini.112
Perkembangan sistem pendidikan pada awalnya diawali oleh misi dakwah
yang merupakan beban wajib yang diemban oleh setiap Muslim. Pada awalnya
madrasah didirikan dalam rangka memenuhi hajat masyarakat untuk melaksanakan
ajaran agama (mengajarkan salat, baca tulis Alqur’an, kemudian materi ibadah,
syariah dan akhlak).113 Selanjutnya perubahan sistem pendidikan nasional berdampak

cukup besar terhadap perubahan sistem pendidikan madrasah. Disamakannya


madrasah dengan sekolah umum dengan menerapkan kurikulum seratus persen sama
antara kurikulum madrasah dengan sekolah umum, artinya mengubah keseluruhan
subsistem pendidikan madrasah tersebut. Karena itu renovasi terhadap keseluruhan
subsistem pendidikan madrasah harus dilakukan, tidak hanya terbatas pada perangkat

112
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma bakti, 1981), h. 80.
113
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah., h. 85.
87

kurikulumnya saja, melainkan juga sebagai konsekuensi adalah guru, fasilitas


madrasah, dan manajemennya.
Kebijakan pembangunan pendidikan yang diterapkan di lingkungan madrasah
yang merupakan subsistem pendidikan nasional tentu saja tidak akan berbeda dengan
kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, maka
sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama, bahwa pembangunan pendidikan di
lingkungan madrasah akan mengacu kepada empat hal, yaitu: Pemerataan, relevansi,

kualitas, dan efisiensi.


a. Pemerataan; kebijakan dalam bidang pemerataan dimaksudkan agar semua warga
negara Indonesia memperoleh kesempatan yang sama untuk mengenyam dan
mengikuti pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas harus
menjadi milik bersama seluruh warga masyarakat Indonesia tanpa kecuali.
b. Relevansi; kebijakan pemerintah dalam relevansi pendidikan dititikberatkan pada
konsep link and match, yakni keterkaitan dan kesepadanan antara apa yang
diberikan madrasah dengan apa yang ada di lapangan.
c. Kualitas; kebijakan peningkatan kualitas ini dapat diartikan sebagai upaya
memberdayakan dan mendayagunakan potensi yang ada di madrasah untuk
pencapaian hasil yang diharapkan oleh madrasah, baik itu dari segi proses
pembelajaran, kesejahteraan tenaga kependidikan, sumber daya manusia, finansial,
dan sarana prasarana.
d. Efisiensi; sistem pendidikan yang berlangsung pada jalur formal, dalam hal ini
madrasah di Indonesia, hendaknya memperhatikan unsur efisiensi, dimana
pengelolaan sebuah satuan pendidikan harus dapat memperhitungkan unit cost riel
yang dibutuhkan dalam waktu satu tahun. Dengan demikian madrasah diupayakan
untuk membuat perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pendidikan. 114
Madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik bukan hanya melaksana-

kan tugas pendidikan dan pembelajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk
memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Menurut Shaleh bahwa Pem-
binaan madrasah diharapkan dapat diarahkan untuk mencapai:
a. Peningkatan mutu madrasah sekaligus juga sebagai sekolah umum berciri khas
agama Islam, sehingga satuan pendidikan pada madrasah maupun sekolah umum
secara kurikuler memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan dasar

114
Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), h. 107.
88

maupun menengah.
b. Penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah umum dilengkapi dngan
program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan ketenagaan, dan lapangan
kerja.115

Selanjutnya seiring dengan usaha dalam upaya pembaruan sistem pendidikan


menjadi suatu sistem yang lebih relevan dengan kebutuhan kini dan di masa depan,
maka madrasah harus siap dan mampu melakukan pengembangan model-model dan
atau pola-pola baru dalam hal penyelenggaraan program pendidikan sekaligus men-

jembatani tuntutan dan tantangan. Tim pengembang Departemen Agama menegas-


kan bahwa, visi dan misi madrasah harus senantiasa menjadikan anak bangsa ber-
iman dan bertakwa kepada Allah swt., berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Lebih lanjut Tim Departemen Agama menambahkan, dalam mewujudkan visi
tersebut, maka madrasah mengemban visi untuk mengembangkan satuan pendidikan
yang berciri:
a. Populis, yakni madrasah selalu dicintai oleh masyarakat, karena tumbuh dari
masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat.
b. Islami, yaitu madrasah yang berciri khas agama Islam, mampu menciptakan anak-
anak bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. dan berakhlak mulia.
c. Berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak anak-anak bangsa yang
memiliki kemampuan dan keterampilan dan sanggup menghadapi tantangan
jaman.116
Dengan demikian untuk menghadapi dan menyongsong masa depan,
diperlukan suatu model sistem pendidikan madrasah yang mengembangkan
kemampuan dasar dan pelaksanaan sistem pendidikan berdasarkan prinsip life-long
education.

115
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan Aksi)
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116.
116
Departemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam,
2007),h. 70.
89

D. Urgensi Manajemen Mutu Terpadu dalam Pengembangan Madrasah


Madrasah mempunyai karakter yang sangat spesifik, bukan hanya
melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran agama, tetapi juga mempunyai
tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Madrasah yang
membawa fungsi teologis seperti itu, akan paralel dengan kesadaran teologis
masyarakat yang dilandasi oleh kebutuhan untuk memperdalam dan mengamalkan
ilmu-ilmu agamanya. Oleh karena itu madrasah adalah milik masyarakat dan

menyatu dengan nilai-nilai yang telah hidup dan dikembangkan di dalam


kebudayaan sebagai milik masyarakat.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI
melalui Majlis Pertimbangan dan Pemberdyaan Pendidikan Agama dan
Keagamaan (MP3A) menegaskan bahwa, madrasah memiliki ciri dan karakteristik
sebagai berikut;
1. Populis, yakni madrasah selalu dicintai oleh masyarakat, karena tumbuh
dari masyarakat dan dikembangkan oleh masyarakat.
2. Islami, yaitu madrasah yang berciri khas agama Islam, mampu
menciptakan anak-anak bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. dan

berakhlak mulia.
3. Berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak anak-anak bangsa
yang memiliki kemampuan dan keterampilan dan sanggup menghadapi tantangan
jaman.117
Madrasah sebagai sub sistem pendidikan nasional secara fungsional
dituntut untuk menjabarkan tujuan pendidikan Nasional ke dalam program

117
Lihat Depatemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006), h. 10.
90

operasional kegiatan pembelajaran. Penjabaran tersebut diperlukan agar dapat


tercipta proses pembelajaran yang produktif, efektif dan efisien. 118Dengan
demikian diharapkan madrasah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yang
mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat yang senantiasa berkembang.
Mengacu pada kerakteristik di atas, maka dalam pengelolaan dan pengembangan
Madrasah untuk semua jenjang perlu merujuk kepada hal-hal sebagai berikut:
1. Madrasah harurs ditempatkan sebagai lembaga pendidikan yang dikelola

secara profesional dan mampu memelihara norma-norma akademis yang memiliki


standar kualitas sebagai lembaga pendidikan formal yang bermutu;
2. Lulusan Madrasah sebagai produk pendidikan harus memiliki standar
kualitas yang setara dalam arti memiliki kemampuan komparatif dan kompetitif
dengan lulusan lembaga pendidikan formal lain yang sejenis;
3. Madrasah harus tetap berada pada posisi dan jati diri sebagai lembaga
pendidikan formal tingkat menengah yang bercirikan lslam yang memiliki
karakter yang khas tanpa keluar dari akar budaya setempat. 119
Kebijakan pembangunan pendidikan yang diterapkan di lingkungan
madrasah yang merupakan subsistem pendidikan nasional tentu saja tidak akan

berbeda dengan kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh Kementerian


Pendidikan Nasional, maka sesuai dengan kebijakan Kementerian Agama, bahwa
pembangunan pendidikan di lingkungan madrasah akan mengacu kepada empat
hal, yaitu pemerataan, relevansi, kualitas, dan efisiensi.

118
Lihat Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 34.
119
Lihat Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006), h. 19.
91

1. Pemerataan; kebijakan dalam bidang pemerataan dimaksudkan agar semua


warga negara Indonesia memperoleh kesempatan yang sama untuk mengenyam
dan mengikuti pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas harus
menjadi milik bersama seluruh warga masyarakat Indonesia tanpa kecuali.
2. Relevansi; kebijakan pemerintah dalam relevansi pendidikan
dititikberatkan pada konsep link and match, yakni keterkaitan dan kesepadanan
antara apa yang diberikan madrasah dengan apa yang ada di lapangan.

3. Kualitas; kebijakan peningkatan kualitas ini dapat diartikan sebagai upaya


memberdayakan dan mendayagunakan potensi yang ada di madrasah untuk
pencapaian hasil yang diharapkan oleh madrasah, baik itu dari segi proses
pembelajaran, kesejahteraan tenaga kependidikan, sumber daya manusia,
finansial, dan sarana prasarana.
4. Efisiensi; sistem pendidikan yang berlangsung pada jalur formal, dalam hal
ini madrasah di Indonesia, hendaknya memperhatikan unsur efisiensi, dimana
pengelolaan sebuah satuan pendidikan harus dapat memperhitungkan unit cost riel
yang dibutuhkan dalam waktu satu tahun. Dengan demikian madrasah diupayakan
untuk membuat perencanaan yang matang dalam penyelenggaraan pendidikan. 120

Sebagaimana diketahui, bahwa madrasah mempunyai ciri has yang sangat


spesifik bukan hanya melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran agama,
tetapi juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan hidup di dalam
masyarakat. Menurut Abdul Rahman Shaleh bahwa Pembinaan madrasah
diharapkan untuk mencapai:
1. Peningkatan mutu madrasah sekaligus juga sebagai sekolah umum berciri

120
Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam, h. 107.
92

khas agama Islam, sehingga satuan pendidikan pada madrasah maupun sekolah
umum secara kurikuler memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan
dasar maupun menengah.
2. Penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah umum dilengkapi
dngan program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan ketenagaan, dan
lapangan kerja.121
Seiring dengan usaha dalam upaya pembaruan sistem pendidikan menjadi

suatu sistem yang lebih relevan dengan kebutuhan kini dan di masa depan, maka
madrasah harus siap dan mampu melakukan pengembangan model-model dan atau
pola-pola baru dalam hal penyelenggaraan program pendidikan sekaligus men-
jembatani tuntutan dan tantangan yang dihadapai, terutama dalam persaingan
global sehingga pengelolaan dan pengembangan mutu pendidikan di Indonesia
diatur dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Peratuaran Pemerintah ini juga bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat, yang meliputi 8 (standar ) standar


nasional pendidikan yang harus disikapi oleh setiap satuan pendidikan di Wilayah
NKRI, yang meliputi; Standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,

121
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan Aksi)
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116.
93

Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. 122


Standar Nasional Pendidikan tersebut pada hakekatnya searah dengan
konsep dan prinsip TQM yang ditawarkan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan bagi masing-masing satuan pendidikan. sebagaimana halnya
Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk mengatur dan menetapkan standar mutu
pendidikan bagi setiap satuan pendidikan untuk semua jenis dan jenjang
pendidikan. Standar Nasional Pendidikan sebagai legalitas formal yang

memberikan kerangka dasar dalam mewujudkan pendidikan nasional yang


bermutu dengan menitikberatkan pada indikator kinerja (performance indicators)
dari proses pendidikan. Indikator-Indikator setiap komponen Standar Pendidikan
Nasional ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Akan tetapi
indikator-indikator tersebut, hanya merupakan pedoman untuk mengukur mutu
pembelajaran atau efektivitas institusi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Jika ingin memperoleh lebih banyak apa yang ada di balik indikator kinerja
tersebut, satuan-satuan pendidikan harus mengembangkan dan
mengimplementasikannya lebih luas dengan menggunakan konsep Total Quality
Management (TQM) dengan artian perbaikan berkelanjutan (continuous

improvement) terhadap ke delapan standar pendidikan nasional teresebut dalam


memenuhi harapan dan keinginan pelanggannya (internal dan external).
Perbaikan mutu menjadi semakin penting dengan meningkatnya persaingan
dalam era liberalisasi ini. Desentralisasi pendidikan sebagai pemberian
otonomisasi kepada setiap satuan pendidikan yang semakin besar, harus diimbangi

122
Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan. (Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005), h. 1.,
94

oleh peningkatan tanggung jawab. Sekolah/Madrasah harus bisa


mendemonstrasikan bahwa lembaga tersebut mampu menyelenggarakan
pendidikan yang bermutu kepada para peserta didiknya. Hal ini sejalan dengan
paradigma baru penataan sistem pendidikan yang bermutu, yang menjadi tujuan
diterapkannya Standar Nasional Pendidikan (PP. No. 19 tahun 2005) tersebut.
Sekolah/Madrasah harus menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada
mutu yang berkelanjutan,123 yang berbasis dan berasaskan otonomi, yang diiringi

akuntabilitas yang memadai. Hal tersebut hanya dapat dicapai bila suatu
sekolah/madrasah melakukan evaluasi diri secara teratur sebelum dievaluasi oleh
pihak ketiga secara eksternal yakni akreditasi.
Evaluasi secara teratur dalam bentuk ‘’audit internal’ yang dilanjutkan
dengan‘’review sistem manajemen’’ akan menjamin suatu sekolah/ madrasah
dapat secara kontinyu melakukan perbaikan mutu, dalam mengantisipasi
persaingan yang semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia
kerja.124 Melaksanakan perbaikan mutu pendidikan secara kontinyu
(berkelanjutan), yang dikembangkan oleh Total Quality Management (TQM)
merupakan pendekatan yang tepat untuk memberi penguatan terhadap pelaksanaan

PP. No. 19 tahun 2005 tersebut, karena prinsip-prinsip TQM akan memberi
penekanan perbaikan mutu secara menyeluruh terhadap delapan Standar Nasional
Pendidikan. TQM tidak menganut sistem separuh atau setengah hati terhadap
mutu, melainkan selalu melihat penerapan mutu secara totalitas terhadap semua
komponen pendidikan yang dijadikan sebagai Standar Nasional pendidikan.

123
James A.F. Atoner R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition (Cet. I; New Jersey:
Prentice Hall, 2005) h. 7.
124
James A.F. Atoner R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition, h. 8
95

Namun demikian, TQM mengupayakan agar penekanan institusi bergeser secara


permanen dari perbaikan jangka pendek (shorter expediency) ke perbaikan jangka
panjang, inilah maksud perbaikan yang ” tiada henti” sampai mutu yang
direncanakan tercapai, yang pada akhirnya menjadi sebuah lembaga yang
mempunyai daya saing yang luar biasa dan tangguh.
Penerapan Total Quality Management (TQM) dalam kaitannya dengan
penerapan PP. 19 tahun 2005 diperlukan sebuah komitmen terhadap budaya

mutu. Perubahan budaya menjadi sesuatu yang penting, karena terkadang hal ini
menjadi salah satu faktor penghambat yang cukup sulit dan cukup memakan
waktu. Budaya mutu yang dimaksud mencakup sikap dan metoda kerja guru dan
staf di samping sistem manajemen dan kepemimpinan yang efektif. Perencanaan
strategis perlu ditata dengan baik dalam menanggulangi hambatan budaya
tersebut, karena perencanaan yang baik dan strategis banyak membantu pemegang
kebijakan dalam institusi pendidikan dalam mewujudkan misi sekolah/madrasah
dalam menjembatani komunikasi yang terputus. Melalui perencanaan ini,
Pimpinan bersama dengan warga sekolah/madrasah akan mengetahui mau ke
mana madrasah menuju dan akan menjadi bagaimana madrasah di masa depan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa PP No. 19 tahun 2005, yang
menjadi acuan Standar Nasional Pendidikan, akan lebih efektif pelaksanaannya
jika pendekatan-pendekatan sebelumnya seperti MBS (SBM) atau MPMBS dapat
dielaborasi secara integratif kedalam prinsip-prinsip Total Quality Management
(TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada lembaga pendidikan
terutama di madrasah.

Berdasarkan beberapa definisi dan penjelasan manajemen mutu terpadu dalam


96

pengembangan madrasah, penulis mengemukakan beberapa faktor yang dapat


menjadi pendukung dalam pelaksanaan pendidikan di madrasah yaitu potensi
manusia, dan motivasi kerja serta pengawasan:
a. Potensi Manusia
Peran manusia sebagai khali>fah di muka bumi ini memiliki kekuasaan untuk
mengolah alam dengan segenap daya dan potensi yang dimilikinya, sekaligus
menjalankan kedudukannya sebagai 'abdulla>h, yang seluruh usaha dan aktifitasnya

itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, maka
seorang khali>fah tidak akan bisa berbuat sesuatu yang mencerminkan kemungkaran
atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. Untuk dapat melaksanakan fungsi
kekhalifahan sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dengan baik,
manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, keterampilan,
teknologi, dan sarana pendukung lainnya.125 Pada dasarnya kedudukan manusia di
muka bumi sebagai hamba Allah sangat terkait erat dengan perannya. Ketika manusia
menyandang kedudukan tersebut, maka Allah swt. akan menuntut agar manusia
menjalankan perannya sesuai dengan kedudukannya itu.
Shihab menuliskan adanya tiga anugerah yang diberikan pada manusia di

samping jasmani dan ruh Ilahi, yakni: potensi untuk mengetahui nama dan fungsi
benda-benda alam; pengalaman hidup; dan petunjuk-petunjuk keagamaan.126 Di
tempat lain, Shihab menuliskan potensi lainnya berupa kemampuan untuk
mengetahui sifat, fungsi dan kegunaannya, segala macam benda; ditundukkannya

125
Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI (Jakarta: Ammisco, 1998), h. 48.
126
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an., h. 282.
97

bumi, langit dan segala isinya; akal pikiran dan panca indera. 127 Sementara itu
menurut Zaini, potensi yang dimiliki manusia terdiri dari, potensi internal berupa
fitrah dan hanif, kesatuan ruh dan jasad, kemampuan berkehendak dan potensi akal,
serta potensi eksternal yang berasal dari luar dirinya berupa alam semesta dan
petunjuk-petunjuk agama yang berasal dari Allah.128
Potensi internal secara inheren telah dimiliki manusia dalam dirinya, yaitu
berupa potensi fitrah, kesatuan jasad dan ruh, kemampuan berkehendak, dan potensi
akal.129
1) Fitrah
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fat}r yang berarti
belahan (al-sya>q), dan dari makna ini lahir makna lain, yaitu “penciptaan” atau
“kejadian”.130 Dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa
penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia ditemukan
pada surat Ar-Ru>m/30: 30

‫ِﻚ اﻟﺪﱢﻳ ُﻦ‬


َ ‫س َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ َﻻ ﺗَـْﺒﺪِﻳ َﻞ ﳋَِﻠ ِْﻖ اﻟﻠﱠ ِﻪ ذَﻟ‬
َ ‫َﻚ ﻟِﻠﺪﱢﻳ ِﻦ َﺣﻨِﻴﻔﺎً ﻓِﻄَْﺮةَ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟ ِﱠﱵ ﻓَﻄََﺮ اﻟﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﻓَﺄَﻗِ ْﻢ َو ْﺟﻬ‬
‫ﱠﺎس َﻻ ﻳـَ ْﻌﻠَﻤُﻮ َن‬
ِ ‫اﻟْ َﻘﻴﱢ ُﻢ َوﻟَ ِﻜ ﱠﻦ أَ ْﻛﺜَـَﺮ اﻟﻨ‬
Terjemahnya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama, (pilihan) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya.131

127
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an., h. 233.
128
Syahminan Zaini, Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1984). h.87.
Abdul Kadir, Konsep Manusia dalam Al-Qur’an sebagai Dasar Pengembangan Pendidikan
129

(Jakarta: Rajawali Press, 2007). h. 139.


Lihat Abdul Kadir, Konsep Manusia dalam Al-Qur’an sebagai Dasar Pengembangan
130

Pendidikan., h. 143.
131
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; h. 231.
98

Merujuk pada ayat tersebut, terdapat banyak keragaman pendapat dalam


memahami kata fitrah; (a) fitrah berarti suci (al-t}u>hr), (b) tabiat atau watak asli
manusia (t}{abi‘iyyat al-insa>n), (c) potensi beragama Islam (al-di>n al-isla>mi),
(d) kondisi selamat dan kontinuitas, (e) perasaan yang tulus dan ikhlas, (f)
kesanggupan dan siap menerima kebenaran, (g) tauhid, (h) potensi dasar manusia atau
perasaan untuk beribadah, dan (i) fitrah sebagai ketetapan atau takdir asal manusia. 132
Hal senada dikatakan Ibn Taymiyyah dalam Hasan, bahwa pengertian fitrah

tidak hanya terbatas pada makna fitrah keagamaan saja, lebih jauh bahwa potensi
fitrah juga mengandung tiga daya kekuatan, yaitu daya intelek, yaitu potensi dasar
yang dimiliki manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
daya opensif yaitu potensi dasar yang dimiliki manusia untuk menginduksi objek-
objek yang menyenangkan dan bermanfaat, daya defensif, yaitu potensi dasar yang
menghindarkan manusia dari segala perbuatan yang membahayakan bagi dirinya. 133
Zaini juga membagi jenis fitrah dalam arti umum ke dalam beberapa jenis:

(a) Fitrah intelek. Intelek adalah potensi bawaan yang mempunyai daya untuk
memperoleh pengetahuan dan dapat membedakan antara yang baik dan buruk,
yang benar dan yang salah. Allah sering memperingatkan manusia untuk
menggunakan fitrah inteleknya, misalnya dengan kalimat afala taqilu@n, afala>
tatafakkaru>n, dan lainnya, karena daya dan fitrah intelek ini dapat membedakan
antara manusia dan hewan;
(b) Fitrah sosial. Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok yang di

132
Abdul Kadir, Konsep Manusia dalam Al-Qur’an sebagai Dasar Pengembangan
Pendidikan.,, h. 145.
133
Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta:
Lantabora Press, 2007), h. 47.
99

dalamnya terbentuk suatu ciri-ciri yang khas yang disebut dengan kebudayaan.
Kebudayaan ini merupakan cermin manusia dan masyarakat-nya. Islam dapat
disebut sebagai realitas. Realitas yang ideal adalah realitas yang dekat dengan
ide. Kebudayaan sangat bervariasi dan bermacam makna, dan tugas pendidikan
di sini adalah menjadikan kebudayaan sebagai proses kurikulum pendidikan
dalam berbagai peringkat dan tahapan;
(c) Fitrah susila. Kemampuan manusia untuk mempertahankan harga diri dan sifat-
sifat bermoral, atau sifat-sifat yang menyadari tujuan Allah menciptakannya;
(d) Fitrah ekonomi. Daya manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan upaya
memberikan kebutuhan jasmaniyah demi kelangsungan hidupnya;
(e) Fitrah seni. Kemampuan manusia yang menimbulkan daya estetika. Tugas
pendidikan yang terpenting adalah memberikan suasana kondusif dan aman
dalam proses pembelajaran, karena pendidikan merupakan proses kesenian yang
menuntut adanya seni mendidik;
(f) Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, persamaan, ingin dihargai, dan
kebutuhan hidup manusia lainnya.134
Fitrah manusia pada prinsipnya baik dan cenderung mencari dan membela
kebenaran. Fitrah manusia mengarahan pada aktualisasi potensi menuju pemuliaan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk pemikul amanah di muka bumi.
Kehormatan dan harga diri manusia sangat tergantung pada kesucian fitrahnya.
Tindakan manusia yang mengarah pada kelalaian dan kemalasan akan mengikis
kehormatan dirinya. Sebaliknya, tindakan yang kreatif dan bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan komitmen akan mempertahankan eksistensi kesucian fitrahnya.

Merujuk kepada fitrah yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

134
Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman., h. 90.
100

guru sebagai manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus,
serta memiliki tingkatan komitmen yang tinggi untuk menjalankan tugas profesinya
secara profesional.
2) Kesatuan jasad dan ruh
Potensi manusia dalam al-Qur’an adalah kesatuan perpaduan unsur jasmani
dan ruhani. Jasad merupakan bagian raga atau badan manusia yang berasal dari tanah,
sering dipandang sebagai pusat kemunculan kebutuhan-kebutuhan kepuasan semata,

seperti kebutuhan biologis akan minum, makan, dan kebutuhan seksual. 135 Karena
esensinya seperti itu, jasad kadang dipandang rendah oleh sebagian orang, padahal
dalam Islam menurut Jalal dalam Abdullah, tubuh merupakan tabiat manusia yang
harus diperhatikan, karena tubuh dapat membantu seseorang dalam menjalankan
tugas kemanusiaannya.136 Sedangkan ruh, secara harfiah bisa diartikan sebagai nafas
yang merupakan hakikat dari manusia yang dengannya manusia dapat hidup dan
mengetahui segala sesuatu, karena ruh inilah manusia memiliki kemampuan
penalaran, intuisi, kebijakan, dan kecerdasan.137 Dari dua asumsi tersebut
terakumulasi bahwa manusia bukanlah sekedar makhluk dengan kebutuhan
ragawinya ataupun makhluk spiritual semata, tetapi manusia merupakan makhluk

hasil perpaduan interaksi ruh dan jasad. Asumsi ini menyebabkan bahwa perilaku
manusia tidak dapat dijelaskan hanya dari satu sisi. Keterpaduan keduanya akan akan
menunujukkan realitas manusia yang sesungguhnya.

135
Abdurrahman Shalih Abdullah. Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-
Qur’an serta Implementasinya (Bandung: CV. Diponegoro, 1994), h. 85.
136
Abdurrahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-
Qur’an serta Implementasinya., h. 88.
137
Syafii Ma’arif. Al-Qur’an Realitas Sosial dan Limbo Sejarah (Bandung: Pustaka, 1985),
h.144.
101

3) Kemampuan berkehendak
Potensi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah
kemampuan berkehendak (free will) dalam menentukan perilaku kehidupannya.
Hal tersebut didasarkan pada Q.S. al-Kahf/18: 29 yang berbunyi:

‫ﲔ ﻧَﺎراً أَﺣَﺎ َط ِِ ْﻢ‬ َ ‫َوﻗ ُِﻞ اﳊَْ ﱡﻖ ﻣِﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻤَﻦ ﺷَﺎء ﻓَـ ْﻠﻴـ ُْﺆﻣِﻦ َوﻣَﻦ ﺷَﺎء ﻓَـ ْﻠﻴَ ْﻜﻔ ُْﺮ إِﻧﱠﺎ أَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟِﻠﻈﱠﺎﻟِ ِﻤ‬
ً‫َﺎءت ﻣ ُْﺮﺗَـﻔَﻘﺎ‬
ْ ‫َاب َوﺳ‬ ُ ‫ﺲ اﻟ ﱠﺸﺮ‬ َ ‫ْﻞ ﻳَ ْﺸﻮِي اﻟْ ُﻮﺟُﻮﻩَ ﺑِْﺌ‬ ِ ‫ُﺳﺮَا ِدﻗُـﻬَﺎ َوإِن ﻳَ ْﺴﺘَﻐِﻴﺜُﻮا ﻳـُﻐَﺎﺛُﻮا ﲟَِﺎء ﻛَﺎﻟْ ُﻤﻬ‬
Terjemahnya:
Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa
yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir,
biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang
zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan
(minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.138

Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia memiliki kesadaran berkehendak


untuk menerima atau menolak, mempunyai kehendak bebas dan membuatnya mampu
melakukan seleksi terhadap elemen-elemen yang bakal berinteraksi dengan fitrahnya.
Akan tetapi, kebebasan yang dimiliki manusia tidaklah bersifat mutlak. Kenyataan
eksistensi manusia sebagai khali>fah dan 'abdulla>h dengan sendirinya membatasi
kebebasan yang dimilikinya. Manusia harus menempatkan kebebasan yang
dimilikinya pada alur aktualisasi kekhalifahannya sebagai proses kreatif. Dalam

ungkapan Mulkhan, hakikat perbuatan-perbuatan manusia adalah pilihan-pilihan


kreatif di antara rentangan takdir dan ikhtiar dan di antara keterbatasan dan
kesenggangan.139 Dapatlah disimpulkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
sebagai manusia memiliki kebebasan berkehendak dalam menjalankan tugas

138
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
139
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim (Yogyakarta: SI Press. 1993), h.
162.
102

keprofesionalannya, tetapi kebebasannya senantiasa harus diterjemahkan sebagai


perwujudan amanah dan tanggung jawab profesinya, sehingga kebebasannya dalam
memilih perilaku yang lebih baik dan mengarah pada pencapaian tujuan yang
profesional.
4) Potensi akal
Untuk maksud pengembangan potensi kualitas manusia baik sebagai
khali>fah atau sebagai 'abdulla>h, Allah telah memberikan perangkat khusus yaitu

akal. Ayat al-Qur’an yang menerangkan fungsi akal dan dorongan untuk
menggunakan akal sebagai alat untuk mengetahui dan bertindak.
Q.S. al-Hujura>t/49: 7 yang berbunyi:
‫ﱠﺐ إِﻟَْﻴ ُﻜ ُﻢ‬
َ ‫ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻟ َْﻮ ﻳُﻄِﻴﻌُ ُﻜ ْﻢ ِﰲ َﻛﺜِ ٍﲑ ﱢﻣ َﻦ ْاﻷَ ْﻣ ِﺮ ﻟَ َﻌﻨِﺘﱡ ْﻢ َوﻟَ ِﻜ ﱠﻦ اﻟﻠﱠﻪَ َﺣﺒ‬ َ ‫وَا ْﻋﻠَ ُﻤﻮا أَ ﱠن ﻓِﻴ ُﻜ ْﻢ َرﺳ‬
‫ِﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟﱠﺮ ِاﺷﺪُو َن‬
َ ‫ﺼﻴَﺎ َن أ ُْوﻟَﺌ‬ ْ ِ‫ُﻮق وَاﻟْﻌ‬
َ ‫اﻹﳝَﺎ َن َوَزﻳـﱠﻨَﻪُ ِﰲ ﻗُـﻠُﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ َوَﻛﱠﺮﻩَ إِﻟَْﻴ ُﻜ ُﻢ اﻟْ ُﻜ ْﻔَﺮ وَاﻟْ ُﻔﺴ‬
ِْ
Terjemahnya:
Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah, kalau ia
menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus.140

Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai


kebenaran di samping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak mencapai
kebaikan. Dengan akal inilah manusia dapat berpikir untuk menilai kebenaran yang
hakiki. Islam memberi kedudukan sangat tinggi pada akal manusia. Akal dan panca
indera dalam kaitannya dengan pencarian kebenaran, sama dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan secara tajam, bahkan saling berhubungan. Mulkhan menyatakan

dengan tegas, bahwa akal budi tidak dapat mencerap sesuatu dan panca indera tidak

140
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
103

dapat memikirkan sesuatu, hanya bila keduanya bergabung maka timbullah


pengetahuan, mencerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama dengan kebutaan dan
pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan.141
5) Potensi Eksternal
Potensi eksternal berada di luar diri manusia sendiri yang mendukung potensi
internal, yaitu berupa petunjuk hidup agama dan alam semesta.142
a) Petunjuk hidup agama

Beberapa saat setelah manusia tiba di bumi, Tuhan memberikan kepadanya


petunjuk-petunjuk seperti pada Q.S. T{a>ha>/20: 123 yang berbunyi:
‫ي ﻓ ََﻼ‬
َ ‫ﱢﲏ ُﻫﺪًى ﻓَ َﻤ ِﻦ اﺗﱠـﺒَ َﻊ ُﻫﺪَا‬
‫ْﺾ َﻋ ُﺪ ﱞو ﻓَِﺈﻣﱠﺎ ﻳَﺄْﺗِﻴَـﻨﱠﻜُﻢ ﻣ ﱢ‬
ٍ ‫ﻀ ُﻜ ْﻢ ﻟِﺒَـﻌ‬
ُ ‫َﺎل ا ْﻫﺒِﻄَﺎ ِﻣْﻨـﻬَﺎ ﲨَِﻴﻌﺎً ﺑـَ ْﻌ‬
َ‫ﻗ‬
‫ﻀ ﱡﻞ وََﻻ ﻳَ ْﺸﻘَﻰ‬ ِ َ‫ﻳ‬
Terjemahnya:
Allah berfirman: Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian
kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu
petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka.143
Petunjuk-petunjuk tersebut terbagi dalam dua bagian, 1) petunjuk terinci dan
pasti, sehingga tidak dibenarkan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi dan situasi
sosial apapun (petunjuk seperti ini sedikit sekali), 2) petunjuk yang bersifat umum
atau nilai-nilai, sehingga manusia diberi wewenang untuk memikirkan dan
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai tersebut tanpa terikat dengan suatu cara tertentu,
demikianlah pada umumnya petunjuk al-Qur’an.144

141
Lihat Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, h. 166.
142
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Paramadina, 2006), h. 82.
143
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 445
144
Abdurrahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-
Qur’an serta Implementasinya, h. 301.
104

Al-Qur’an difokuskan untuk keperluan manusia, agar manusia mengenal


dirinya sendiri melalui pemberian firman-firman-Nya. Al-Qur’an menuntut hati dan
pikiran manusia untuk melihat dan menelusuri secara seksama ayat-ayat yang tertulis
di dalamnya, maupun ayat-ayat yang tertulis sebagai fenomena yang ada dalam alam
semesta (sunnatullah). Secara lebih jelas dikemukakan bahwa sasaran al-Qur’an
untuk manusia agar dapat mengoptimalkan potensi dirinya, mengenal diri dan alam
untuk kesejahteraan hidupnya terdapat pada Q.S. Yu>nus/10: 57 yang berbunyi:

‫ﲔ‬
َ ِ‫ﺼﺪُوِر َوُﻫﺪًى َورَﲪَْﺔٌ ﻟﱢْﻠﻤ ُْﺆِﻣﻨ‬
‫َﺷﻔَﺎء ﻟﱢﻤَﺎ ِﰲ اﻟ ﱡ‬
ِ ‫س ﻗَ ْﺪ ﺟَﺎءﺗْﻜُﻢ ﻣ ْﱠﻮ ِﻋﻈَﺔٌ ﻣﱢﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ و‬
ُ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎ‬
Terjemahnya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.145

Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu, tetapi kemudian dengan panca


indera, akal, dan jiwanya, sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah. Dengan
cara mencoba-coba, pengamatan, pemikiran yang logis, dan pengalamannya, manusia
menemukan pengetahuan. Namun demikian, keterbatasan panca indera dan akal
menjadikan sekian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat
terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya, dan semakin mendesak
pertanyaan tersebut semakin gelisah ia bila tidak terjawab. Hal ini antara lain

dikarenakan manusia memiliki naluri ingin tahu.


Agama adalah satu kata yang sangat mudah diucapkan dan mudah pula untuk
menjelaskan maksudnya, khususnya bagi orang awam, tetapi sangat sulit untuk
memberikan batasan atau definisi yang tepat. Hal ini, disebabkan antara lain dalam
menjelaskan sesuatu secara ilmiah, mengharuskan adanya rumusan yang mampu

145
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 289.
105

menghimpun semua unsur yang didefinisikan dan sekaligus mengeluarkan segala


yang tidak termasuk unsurnya.
b) Alam semesta
Wahyu pertama al-Qur’an pada Q.S. al-‘Alaq/96: 1-2, memperkenalkan
Tuhan sekaligus memperkenalkan manusia sebagai makhluk yang hidup dengan ke-
bergantungan:
‫﴾ َﺧﻠَ َﻖ اﻹِْﻧﺴَﺎ َن ِﻣ ْﻦ َﻋﻠ ٍَﻖ‬١﴿ ‫ﱢﻚ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ‬
َ ‫اﻗْـَﺮأْ ﺑِﺎ ْﺳ ِﻢ َرﺑ‬
Terjemahnya:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah (sesuatu yang bergantung atau yang
memiliki sifat kebergantungan).146

Seluruh alam raya diciptakan untuk digunakan oleh manusia dalam


melanjutkan evolusinya, hingga mencapai tujuan penciptaan. Semua diciptakan
Tuhan untuk suatu tujuan, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, Q.S. S{a@d/38:
27 yang berbunyi:
◌ِ ً‫ض َوﻣَﺎ ﺑـَْﻴـﻨَـ ُﻬﻤَﺎ ﺑَﺎ ِﻃﻼ‬
َ ‫َاﻷ َْر‬
ْ ‫َوﻣَﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎء و‬
Terjemahnya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dengan sia-sia (tanpa tujuan).147

Kehidupan makhluk-makhluk Tuhan saling kait-berkait, bila terjadi saling


gangguan yang luar biasa terhadap salah satunya, maka makhluk yang berada dalam
lingkungan hidup tersebut ikut terganggu pula. Allah swt. menciptakan segala sesuatu
dalam keseimbangan dan keserasian. Karena itu, keseimbangan dan keserasian
tersebut harus dipelihara agar tidak mengakibatkan kerusakan.

146
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 904.
147
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 651.
106

Dilihat dari potensi-potensi yang dimilikinya, manusia secara internal bersifat


fitrah dan cenderung untuk menerima agama dan berada dalam jalan kebenaran. Di
samping itu, sebagai wujud kesempurnaannya, konsep manusia paripurna terletak
pada adanya sinergitas keseimbangan antara dimensi ruhani dan jasmani. Ia tidak
bebas menyantuni kebutuhan biologisnya saja, dan sebaliknya ia pun tidak bebas
menyantuni kebutuhan ruhaninya saja, tetapi karena model dan pola keseimbangan
itulah, substansi manusia menjadi terwujud. 148

Untuk mencapai pola keseimbangan ruhani dan jasmani itulah selanjutnya


manusia diberikan kebebasan berkehendak untuk berperilaku, tetapi kebebasannya
senantiasa harus diterjemahkan sebagai perwujudan amanah dan tanggung jawabnya,
sehingga kebebasannya bukan merupakan kebebasan mutlak, tetapi kebebasan kreatif
yang menuntut tanggung jawab dalam memilih perilaku yang lebih baik dan
mengarah pada pencapaian kualitas manusia sebagai khali>fah dan 'abdulla>h.
Potensi internal yang dimiliki manusia diharapkan berujung pada potensi
pemanfaatan akal. Islam memberi kedudukan yang tinggi pada akal manusia. Melalui
akal, manusia memproduksi ilmu pengetahuan untuk mengembangkan peradaban.
Untuk menunjang potensi internal manusia, Allah menurunkan potensi

eksternal berupa petunjuk agama melalui perantaraan wahyu. Melalui petunjuk


agama, manusia mendapatkan informasi tentang apa yang tidak diketahuinya selama
ini, khususnya dalam hal-hal yang sangat mendesak yang mengganggu ketenangan
jiwanya atau menjadi syarat bagi kebahagiannya. Semua potensi manusia baik
internal (fitrah, kesatuan jiwa dan ruh, kemampuan ber-kehendak, dan potensi akal)

148
Mohammad Athiyah al Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, (Kairo:
Maktabah ’Isa al-Babi al-Halabi, 1986), cet. Ke-5, h. 47.
107

maupun petunjuk agama, akhirnya dapat digunakan manusia untuk mengelola potensi
lainnya di muka bumi ini.
Potensi eksternal alam semesta ini dianugerahkan Tuhan untuk manusia
sebagai sarana manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup dalam rangka
menjalankan kedudukan dan perannya sebagai khali>fah dan hamba Allah.

b. Motivasi Kerja

Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti
menggerakkan (to move).149 Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerak-
kan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.150
Gray dalam Winardi mengatakan motivasi merupakan hasil sejumlah proses
yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusisme dan persistensi dalam hal melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu.151 Menurut Sardiman motivasi berawal dari kata motif yang berarti sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan

sangat dirasakan atau mendesak.152


Mc. Donald dalam Rusyan mengatakan motivasi adalah perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling yang didahului dengan

149
J. Winardi, Motivasi Pemotivasian (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007), h.12
150
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, op. cit., h. 8.
151
Lihat J. Winardi, op. cit., h. 2.
152
Sardiman AM, Interaksi Belajar Mengajar (Cet. III, Jakarta: Rajawali Press, 1994), h. 165.
108

tanggapan terhadap adanya tujuan.153 Berdasarkan pengertian yang dikemukakan


Donald tersebut dipahami bahwa terdapat tiga elemen penting yaitu:
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam pribadi.
Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi dalam
sistem yang ada pada organisme menusia. Motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia. Penampakannya melalui kegiatan fisik manusia. Misalnya karena
terjadi perubahan-perubahan di dalam sistem pencernaan maka timbul motif
lapar.
2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan effective arrausal Motivasi ditandai
dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi sangat terkait
dengan persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah
laku manusia.
3. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini merupakan suatu respon dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam jiwa seseorang, tetapi kemunculannya dipengaruhi
oleh sesuatu rangsangan yakni tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini terkait
dengan masalah kebutuhan. Misalnya seseorang ingin mendapatkan hadiah,
maka ia akan berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkannya. 154
Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapat dipahami bahwa motivasi
itu sangat kompleks. Motivasi akan melahirkan sesuatu perubahan energi yang ada
pada diri seseorang. Hal ini sangat terkait dengan persoalan kejiwaan di antaranya
perasaan atau emosi yang mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk
memenuhi kebutuhannya. Jika dikaitkan dengan komitmen profesi maka hal ini
terlihat dari perilaku seseorang. Setiap orang bertindak karena adanya sejumlah
kekuatan yang mendorong, yang ada pada diri setiap orang untuk memenuhi,

keinginan, kebutuhan, dan perasaan takut.


Morgan dalam Nasution mengatakan manusia hidup dengan memiliki
berbagai kebutuhan: a) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas, b)
kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, c) kebutuhan untuk mencapai hasil, dan

153
Ibid., h. 73.
154
Lihat Tabrani Rusyan, dkk, op. cit., h.100.
109

d) kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.155


Djamarah menjelaskan teori kebutuhan manusia sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis
Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, meliputi kebutuhan akan
makanan, pakaian, tempat berlindung, yang penting untuk mempertahankan hidup.
b. Kebutuhan akan perasaan aman
Merupakan kebutuhan kapastian keadaan dan lingkungan yang dapat diramalkan,
ketidakpastian, ketidakadilan, keterancaman, akan menimbulkan kecemasan dan
ketakutan pada diri individu.
c. Kebutuhan sosial
Merupakan interaksi dengan rekan kerja, kebebasan melakukan aktivitas sosial,
serta afeksi dan pertalian dengan orang lain.
d. Kebutuhan akan penghargaan diri
Merupakan kebutuhan rasa berguna, penting, dihargai, dikagumi, dihormati oleh
orang-orang lain. Secara tidak langsung ini merupakan kebutuhan perhatian,
ketenaran, status, martabat, dan lain sebagainya.
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Merupakan kebutuhan manusia untuk mengembangkan diri sepenuhnya,
merealisasikan potensi-potensi yang dimilikinya.
f. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
Merupakan kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahunya, untuk
mendapatkan pengetahuan, untuk mendapatkan keterangan-keterangan, dan untuk
mengerti sesuatu.
g. Kebutuhan estetik
Pada tahun 1970 Maslow memperkenalkan kebutuhan ketujuh yang tampaknya
sangat mempengaruhi tingkah laku beberapa individu, yaitu yang disebutnya
kebutuhan estetik. Kebutuhan ini dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan
keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. 156
Pentingnya motivasi dalam bekerja dikemukakan Mulyasa bahwa motivasi
mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan pembelajaran peserta
didik. Belajar tanpa adanya motivasi sangat sulit untuk berhasil.
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan minat yang ada pada peserta didik. Pem-
belajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.
c. Pembelajaran yang bermotivasi menurut kreativitas dan imajinitas pada guru untuk
berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik. Guru senantiasa
berusaha agar peserta didik akhirnya memiliki motivasi diri yang baik.

155
S. Nasution, Dedaktik Asas-Asas Mengajar (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 75.
156
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan
psikologis) (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 122.
110

d. Berhasil atau gagalnya membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam


pembelajaran erat kaitannya dengan pengaturan disiplin kelas. Kegagalan dalam
hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin di dalam kelas.
e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari pada asas
pembelajaran. Penggunaan motivasi dalam pembelajaran bukan saja melengkapi
prosedur pembelajaran, melainkan juga menjadi faktor yang menentukan
pembelajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi sangat
esensial dalam proses pembelajaran.157
Di dalam al-Qur’an, Allah swt. menerangkan bahwa pekerjaan seseorang
sangat terkait dengan imbalan/pahala yang diterimanya. Semakin baik pekerjaan
seseorang (ikhlas beramal), semakin tinggi imbalan/pahala yang akan diberikan yaitu,

Q.S. al-Tin/95: 6 yang berbunyi:


‫َِﺎت ﻓَـﻠَ ُﻬ ْﻢ أَ ْﺟٌﺮ َﻏْﻴـ ُﺮ ﳑَْﻨُﻮ ٍن‬
ِ ‫إﱠِﻻ اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ آ َﻣﻨُﻮا َو َﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﳊ‬
Terjemahnya:
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.158

Ayat tersebut di atas memberikan motivasi seseorang dalam berkarya dengan


sebaik-baiknya dengan imbalan yang tak terhingga. Adapun berbagai ciri yang dapat
diamati bagi seseorang yang memiliki motivasi kerja, yaitu:
a. Kinerjanya tergantung pada usaha dan kemauan yang dimilikinya dibanding
dengan kinerja melalui kelompok.
b. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit.
c. Seringkali terdapat umpan balik yang konkret tentang bagaimana seharusnya ia
melaksanakan tugas secara optimal, efektif, dan efisien.159
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas diketahui bahwa imbalan yang
diberikan kepada seseorang terkait dengan kinerjanya, ini berarti semakin tinggi
imbalan yang diberikan seseorang maka semakin bersungguh-sungguh dalam

157
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan) (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.49.
158
Departemen Agama RI, op. cit., h. 1076.
159
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan)., h. 69.
111

melaksanakan tugas pekerjaannya. Jika hal ini dihubungkan dengan komitmen profesi
seseorang, maka dapat dipahami bahwa motivasi dapat menjadi pendorong bagi
tingkatan komitmen seseorang.
Implementasi TQM pada madrasah merupakan upaya peningkatan mutu
dan pelayanan pendidikan pada madrasah sebagai suatu sistem manajemen
modern yang bersifat konprehensif dengan mengutamakan mutu dan pelayanan
pendidikan, bahwa dalam konteks pendidikan ada beberapa komponen pendidikan

yang harus diberdayakan melalui penerapan TQM meliputi, kepemimpinan kepala


madrasah, Kurikulum dan mutu pembelajaran, Pelaksanaan evaluasi/supervise,
iklim dan budaya organisasi madrasah, pengembangan kinerja guru/staf,
pengembanngan prestasi peserta didik, sarana dan prasarana, dana/pembiayaan
madrasah, dan peran serta masyarakat.
1. Kepemimpinan Kepala Madrasah.
Kepemimpinan kepala madrasah telah disepakati oleh pakar manajemen
sebagai kedudukan atau jabatan yang paling berpengaruh untuk mencapai tujuan
intitusi pendidikan, maju mundurnya pendidikan, tergantung kepada kinerja
pemimpinannya dalam memimpin organisasi/lembaga tersebut. oleh karena itu,

pemimpin yang dapat mengombinasikan kualitas kepemimpinannya dengan


kekuatan yang ada dalam posisinya untuk menciptakan pengaruh yang kuat
kepada bawahannya dan koleganya dipandang sebagai pemimpin yang baik.
Kepemimipinan sebagai salah satu filar TQM memiliki peran sentral bagi
sebuah institusi pendidikan. Kepemimpinan adalah merupakan kemampuan
seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain ( guru, staf, dll) agar mencapai
tujuan organisasi. Kepala madrasah sebagai pimpinan puncak pada sebuah
112

lembaga pendidikan Islam sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat dan


prestasi kerja guru ketika melaksanakan tugas. Hasil penelitian Hersey dalam
Kustimi menunjukkan bahwa ada sepuluh faktor yang mempengaruhi semangat
kerja seseorang dalam melaksanakan tugas, yaitu kesiapan kerja, kondisi kerja,
organisasi kerja, kepemimpinan, gaji, kesempatan mengemukakan ide,
kesempatan mempelajari tugas, jam kerja, dan kemudahan kerja. 160 Selanjutnya
Luis, R.Gomez Mejia, dkk, mengemukakan, bahwa salah satu cara untuk

meningkatkan kinerja pekerja( improving emplioyees Performance ), pimpinan


perlu mengadakan penilaian kerja, dengan tujuan memberikan penghargaan
(reward) berupa konpensasi dan promosi jabatan. 161
Hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala
madrasah berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas. Kepemimpinan kepala madrasah yang baik, akan
memberikan kesempatan kepada anggotanya, terutama gurunya untuk selalu
meningkatkan kinerja. Demikian juga kepemimpinan kepala madrasah yang baik,
juga akan berusaha untuk selalu mengembangkan kemampuan guru, baik terhadap
kemampuan akademik, maupun non akademik dan kemampuan profesi lainnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya semangat


kerja guru banyak dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala madrasah. Semakin
baik kepala madrasah menerapkan kepemimpinan, semakin tinggi pula semangat
kerja guru dalam melaksanakan tugas. Sebaliknya, jika kepala madrasah semakin

160
Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan
Mengajar Guru (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 64.
161
R.Gomez Mejia, dkk, Managing Human Resource (Cet. III;. London : Hall
International, Inc, 2001) h. 225.
113

kurang menerapkan kepemimpinan yang baik, maka semakin rendah pula


semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugas di madrasah. Dengan
demikian, kepemimpinan merupakan bagian sentral dari peran kepala madrasah,
dalam bekerja bersama-sama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan madrasah.
2. Pengembangan Kurikulum dan Mutu Pembelajaran
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan

aktivitas belajar mengajar,162 dengan demikian kurikulum adalah bagian tak


terpisahkan dari proses pendidikan dan pembelajaran, bahkan ia merupakan
bagian terpenting dari sistem pendidikan baik pada lembaga pendidikan Islam
maupun pada lembaga pendidikan umum. yang keberadaannya telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang ini telah mengakomodir keterpaduan pola pendidikan dengan
adanya pemberian kesetaraan dan kesamaan dalam hal kurikulum pendidikan
umum dengan kurikulum lembaga pendidikan Islam (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA)163, sehingga keluaran dari satuan-satuan pendidikan tersebut dapat
diterima pada jenjang yang sama pada sekolah-sekolah umum maupun madrasah,

demikian halnya pada perguruan tinggi negeri dan swasta.


Kesamaan dan kesetaraan status dan kurikulum pendidikan umum dan
pendidikan keagamaan, menjadi semakin jelas arah dan tujuan lembaga-lembaga
pendidikan Islam untuk ikut mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni untuk

162
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek ( Yogjakarta; Ar Ruzz
Media , 2007) h. 205
163
Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan Nasional.Jakarta, 2004, h. 9
114

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pengembangan kurikulum secara nasional yang mengacu pada Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan 8 (delapan) aspek
pendidikan yang harus distandarkan, yang saat ini telah dirampungkan dan

dilaksanakan dengan beberapa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, antara


lain Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, dan Permendiknas
nomor 23 tahun 2006 standar kompetensi lulusan (SKL) serta Permendiknas
nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan standar isi dan standar kompetensi
lulusan. Demikian juga panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selanjutnya setiap satuan pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan pada
satuan pendidikan masing-masing.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian dari manajemen sekolah/
madrasah yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

kurikulum. Kurikulum yang ada pada tingkat sekolah/madrasah yang disebut


dengan KTSP adalah merupakan penjabaran atau realisasi dari kurikulum yang
telah dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat, yang terdiri
dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD).164 Oleh karena itu
untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran,

164
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Cet.II, Jakarta : Bumi
Aksara, 2012) h.82
115

kepala sekolah/madrasah sebagai penanggung jawab utama program pembelajaran


bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum (SK-KD) secara
lebih rinci dan operasional ke dalam indikator-indikator. Dalam hal ini, silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) wajib dikembangkan guru
sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah/madrasah
diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan
program pembelajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya.

Dalam proses pengembangan program sekolah/madrasah, kepala


sekolah/madrasah hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti
sempit, ia harus menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh
kehidupan peserta didik dan kebutuhan lingkungan.
Selain itu agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan
menyenangkan, materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa serta
dijelas-kan mengenai batasan dan ruang lingkupnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan, menyusun standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) sebagai
konsensus nasional, yang dikembangkan dalam standar isi dan standar kompetensi
untuk setiap kelompok mata pelajaran yang akan dikembangkan, menjabarkan

SKKD ke dalam indikator, sebagai langkah awal untuk mengembangkan materi


standar untuk membentuk kompetensi tersebut, mengembangkan ruang lingkup
dan urutan setiap kompetensi.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan yang
harus dicapai oleh peserta didik dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
Kompetensi ini dimaksudkan sebagai perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
116

kehidupan sehari-hari.165 Kemudian pengembangan kurikulum dalam konteks


pendekatan Total Quality Management (TQM) sebagai suatu model gagasan
pengembangan kurikulum yang mengedepankan aspek mutu (kualitas), yang
terbangun dari kompetensi peserta didik, perlu diimplementasikan dalam
pengembangan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam (madrasah) dengan
mengacu kepada lima prinsip TQM yang meliputi fokus pada peserta didik
keterlibatan total, pengukuran hasil, komitmen dan perbaikan terus menerus.

3. Pelaksanaan Evaluasi/Supervisi
Pengawas satuan pendidikan memiliki peran dan fungsi strategis dalam
mendorong kemajuan madrasah yang menjadi binaannya. Dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki, pengawas dapat memberikan inspirasi dan
mendorong para kepala madrasah, guru serta tenaga kependidikan lainnya untuk
terus mengembangkan profesionalisme dan meningkatkan kinerja mereka.
Bagi kepala madrasah, pengawas layaknya mitra tempat berbagi serta
konsultan tempat meminta saran dan pendapat dalam pengelolaan madrasah.
Sementara itu bagi guru, pengawas selayaknya menjadi gurunya guru dalam
memecahkan problema dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk dapat

menjalankan peran dan fungsi tersebut, Pengawas dituntut memiliki kompetensi,


khususnya dalam menjalin kerja sama dengan para kepala madrasah, guru dan
stakeholder lainnya. Hal ini karena dalam bekerja pengawas mesti bertemu
banyak orang dengan berbagai latar belakang, kondisi serta persoalan yang
dihadapi. Mereka juga harus mampu bekerja sama baik dengan individu maupun

165
Lihat Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (
Cet. 9, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 70.
117

kelompok.
Peran pengawas madrasah dirasakan sangat penting dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan. Pengawas madrasah dituntut untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional dan penuh tanggung jawab. Begitu pentingnya peran
pengawas madrasah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka untuk
menjadi pengawas harus memenuhi beberapa kriteria. Peraturan Pemerintah (PP)
RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 39, ayat (2),

menyatakan bahwa untuk menjadi pengawas harus memenuhi kriteria minimal,


meliputi:
a. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala
sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang
sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi;
b. Memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c. Lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan. 166
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah dikatakan, untuk dapat diangkat

sebagai pengawas sekolah/madrasah, kualifikasi pengawas Sekolah Menengah


Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/ MAK) adalah sebagai berikut: a. Memiliki pendidikan minimum magister
(S2) kependidikan dengan berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran

166
Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang, h. 230.
118

yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi. 167 Adanya ketentuan formal
dalam Peraturan Pemerintah RI tersebut, khususnya tentang kriteria menjadi
pengawas, termasuk pengawas pendidikan agama, menjadikan pengangkatan
pengawas lebih selektif, dan perlunya dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada peningkatan kualitas pengawas.
Pengawas pendidikan agama dituntut dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional. Tanpa profesionalisme maka akan sulit mencapai tujuan yang

diharap-kan. Agar mampu melaksanakan tugas pengawas secara profesional


tersebut, maka pengawas perlu menguasai kemampuan profesional pengawas,
yakni hal-hal teknis pendidikan dan teknis administrasi yang perlu dikuasai
pengawas, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi. Oleh karena itu,
pengawas pendidikan harus memenuhi beberapa kompetensi, yang meliputi:
Kompetensi kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian pengembangan, serta kompetensi
sosial.
Kegiatan utama setiap pengawas satuan pendidikan dalam melaksanakan
pengawasan akademik dan pengawasan manajerial adalah; memantau, menilai,

membina dan melaporkan. Memantau atau monitoring artinya melakukan


pengamatan, pemotretan, pencatatan terhadap fenomena yang sedang berlangsung.
Misalnya memantau proses pembelajaran, artinya mengamati, memotret,
mencermati, mencatat berbagai gejala yang terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Menilai artinya memberikan harga atau nilai terhadap obyek yang

167
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
119

dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Jadi setiap penilaian ditandai adanya kriteria,
adanya obyek yang dinilai dan adanya pertimbangan atau judgemen. Hasil
penilaian dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan. Misalnya menilai
kemampuan guru mengajar. Membina artinya memberikan bantuan atau
bimbingan ke arah yang lebih baik dan lebih berhasil. Tentunya sebelum membina
pengawas harus mengetahui terlebih dahulu kelemahan atau kekurangan dari
orang-orang yang dibinanya. Melaporkan artinya menyampaikan proses dan hasil

pengawasannya kepada atasan baik secara lisan maupun secara tertulis dengan
harapan laporan tersebut bisa ditindaklanjuti atasan baik berupa pembinaan
selanjutnya maupun usaha lain untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4. Menciptakan Iklim dan Budaya Organisasi yang Kondusif.
Budaya organisasi merupakan hubungan antara karyawan dengan
organisasi yang ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk mempertahankan
keanggotaan organisasi, menerima nilai dan tujuan organisasi serta bersedia untuk
berusaha keras demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi.
Budaya organisasi meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk
mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi

pencapaian tujuan. Dari definisi para ahli di atas, semuanya mempunyai


penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu atau pegawai dalam
mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan
organisasi. Disamping itu komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai
sesuatu yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, dengan
kata lain, komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan organisasi
atau organisasi secara aktif, karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi
120

memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggungjawab yang lebih


dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya
bekerja.168
Selanjutnya menurut Imron, tingkatan komitmen profesi dapat
digambarkan dalam satu garis kontinum, yang bergerak dari tingkatan rendah
sampai dengan tingkatan tinggi. Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai
oleh ciri-ciri: 1) Perhatian yang disisihkan untuk memerhatikan peserta didiknya

hanya sedikit. 2) Waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan


tugasnya hanya sedikit. dan 3) Perhatian utama guru hanyalah jabatannya.
Hasil penelitian Glickman sebagaimana dikemukakan oleh Bafadal,
menyimpulkan bahwa guru yang tingkatan nalarnya tinggi dapat melihat berbagai
kemungkinan dan mampu mencari berbagai alternatif model mengajar sehingga
mereka umumnya konsekuen dan efektif dalam menghadapi peserta didik. 169
Dengan modal kompetensi menggunakan nalar ini, guru bisa melihat sesuatu dari
berbagai perspektif. Sebaliknya, apabila tingkat nalarnya rendah, hanya mampu
menemukan salah satu alternatif saja. Akibatnya, guru merasa bingung ketika
menghadapi masalah-masalah dalam kelas, dan tidak bisa berbuat banyak. Oleh

karena itu, mereka cenderung meminta petunjuk dalam melakukan tugas. 170 Selain
daya nalar yang harus dimiliki oleh guru. maka ia juga harus memiliki
pengetahuan tentang tingkah laku peserta didik sebagai bahan untuk memotivasi

168
Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005), h. 78.
169
I. Bafadal & A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Malang:
Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004), h. 53.
170
Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Karya, 2010), h. 49.
121

dalam proses pembelajaran.


7. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Salah satu faktor pendukung keberhasilan sebuah lembaga pendidikan
adalah terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai. berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 42
ayat (1) dan (2) dikemukan sebagai berikut;
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,


bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pem-belajaran yang teratur dan berkelanjutan.
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan, satuan pendidikan, ruang pendidikan, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan. 171

Kemudian pada Pasal 43 ayat(1), (3), (4) dan (6) juga dijelaskan sebagai berikut;
(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan
alam(IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan
pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang
berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia.

171
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 163-162
122

(3) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran
di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.
(4) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran
dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan
dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan

jenis sumber belajar dan karakteristik satuan pendidikan. 172


Berdasarkan ketentuan dan PP tersebut sudah sangat jelas bahwa
standarisasi pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan harus dijadikan prioritas
utama, karena untuk meningkatkan mutu pendidikan tergantung kepada sejauh
mana ketersediaan dan mutu sarana dan prasarana pendidikan. Program
pengelolaan sarana dan prasarana pendidiak selain mengacu pada PP No. 19/2005
juga ditempuh langkah-langkah sebagai berikut, yaitu;
a. Menetapkan kebijakan program secara tertulis tentang ketentuan–ketentuan
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, dalam hal mutu dan biayanya,
dan sekaligus merencanakan dan pendayagunaanya;

b. Mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan agar tetap berfungsi mendukung


proses pembelajaran, termasuk pemeliharaan fasilitas fisik dan peralatan
dengan memperhatikan kesehatan lingkungan;
c. Melengkapi fasilitas pembelajaran setiap kelas di sekolah/madrasah, dan
menyusun skala prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai tujuan
pendidikan dan kurikulum masing-masing tingkat/kelas.

172
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 164,
123

Dengan demikian pengelolaan sarana dan prasarana membutuhkan sebuah


manajemen pengelolaan, sehingga dapat memberikan kontribusi secara optimal
dan berarti pada jalannya proses pendidikan, dan diharapkan juga dapat
menciptakan kenyamanan bagi guru dan peserta didik dengan tersedianya alat-
alat dan fasilitas belajar yang memadai, secara kuantitatif dan kualitatif.

E. Kerangka Konseptual

Secara konseptual madrasah mempunyai peran penting dalam

meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sesuai dengan cirinya sebagai

lembaga pendidikan agama, madrasah secara ideal berfungsi untuk menyiapkan

sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam penguasaan terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dalam hal karakter, sikap moral,

iman dan taqwa (IMTAQ), serta penghayatan dan pengamalan ajaran agama. 173

Pada sisi lain, madrasah sebagai lembaga pendidikan berfungsi membina dan

menyiapkan peserta didik menjadi generasi yang mampu memadukan sekaligus

menginternalisasikan nilai-nilai keislaman ke dalam pengetahuan umum, menuju

terciptanya masyarakat madani, masyarakat yang berpradaban tinggi.

Upaya perwujudan fungsi ideal pendidikan di madrasah dalam meningkatkan

kualitas SDM, maka mutu dan sistem proses pendidikan harus ditingkatkan

untuk menjawab tantangan yang muncul dalam masyarakat sebagai konsekuensi

logis dari perubahan. Pembangunan yang semakin hari mangalami kemajuan, ikut

berpengaruh dalam mengantarkan Indonesia ke dalam barisan negara-negara

173
Syed Muhamad Naquib al-Attās, The Concept of Education in Islam: A Framework for
an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu
Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2009), h. 35-74.
124

yang disebut NICS (New Industrialized Countries) atau negara-negara industri

baru.174 Meskipun Indonesia telah mengalami kemajuan, namun secara khusus

dalam pembangunan di bidang pendidikan masih sangat jauh yang diharapkan.

Abuddin Nata menghubungkan hal ini dengan melihat kandungan Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa jika substansi yang terdapat dalam

tubuh undang-undang tersebut, tampak secara keseluruhan cukup ideal, namun

yang ideal itu belum tampak dalam realitas. 175 Oleh sebab itu momentum

pembangunan pendidikan harus semakin ditingkatkan, baik dari segi kualitas

maupun dari segi kuantitasnya, sehingga idealisme tujuan pendidikan nasional

dapat terwujud.

Kompleksitas tantangan lembaga pendidikan di Indonesia, baik sekolah

maupun mdarasah, berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan.

Oleh karena itu perbaikan mutu pendidikan harus dilaksanakan secara

berkesinambungan dengan mensinergikan seluruh komponen pendidikan yang

ada. Komponen pendidikan tersebut meliputi visi misi lembaga, tujuan, kurikulum

dan pembelajaran, kompetensi dan profesionalisme pendidik, sarana prasarana,

pmanajemen pengelolaan, evaluasi, pembiayaan, dan lain-lain. Komponen-

komponen tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari kalangan pemikir dan

pengelola pendidikan, terutama dari kalangan pemikir pendidikan Islam untuk

merumuskan langkah-langkah konkrit perbaikan mutu pendidikan Islam dan

174
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III (Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 64.
175
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 228.
125

pemberdayaan komponen pendidikan tersebut secara maksimal untuk menjawab

tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan terknologi.

Merosotnya mutu pendidikan di Indonesia, selain karena selain banyaknya


anak bangsa yang memiliki tingkat pendidikan rendah, dan tidak melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lebih diperparah lagi dengan masih
maraknya jual beli gelar dan ijazah palsu tanpa melalui proses pendidikan yang
sebenarnya. Di sisi lain, secara umum disebabkan belum terjabarkannya secara
optimal sistem pengelolaan pendidikan yang diamanahkan dalam Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dipengaruhi
dengan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM).
Berdasarkan United Nations Development Programe (UNDP), Indonesia
hanya menempati peringkat 113 dari 177 negara di dunia pada tahun 2000, 176
sedang pada tahun 2011 lebih memperihatinkan karena Indonesia berada pada
peringkat 124 dari 187 negara di dunia, kondisi ini sangat menghawatirkan, 177
sehingga Jusuf Kalla dalam Husain Abdullah mengemukakan bahwa tidak ada
suatu negara yang maju tanpa pendidikan yang berkualitas, ia memandang mutu
pendidikan di Indonesia masih berada di bawah dengan negara-negara tetangga,
dicontohkan pelajaran bahasa Inggris SD di Malaysia dipelajari oleh siswa SMP
di Indonesia, dari pengalaman ini, maka ketika Jusuf Kalla menjabat sebagai
Mengko Kesra tahun 2003, dicanangkan perluanya pelaksanaan Ujian Nasional
(UN) untuk beberapa bidang studi pada tingakat SMP/MTs dan SMA/MA dengan

176
Lihat Abdul Hadi dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2010) h. 2.
177
Lihat Vien Dimyati, Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
126

menetapkan standar nilai minimal untuk mengukur kualitas pendidikan secara


nasional.178 Salah satu tujuan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) ialah untuk
mengetahui dan mengukur kemampuan peserta didik tentang apa yang seharusnya
diketahui oleh peserta didik. Sedang tujuan Ujian Sekolah (US) bertujuan untuk
mengetahui sampai di mana pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap
mata pelajaran yang telah diajarkan.
Hasil evaluasi pelaksanaan UN yang dijadikan sebagai acuan bagi semua

stakeholders, baik dari kalangan pendidik maupun dari kalangan pemerintah untuk
mengambil langkah-langkah dan kebijakan ke arah peningkatan mutu pendidikan
secara menyeluruh dengan melalui perluasan dan pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta efisiensi dan
efektifitas manajemen pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan,179
maka untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, strategi manajemen
pendidikan dalam mengelola pendidikan harus ditata dengan baik dan menyeluruh
agar dapat menghasilkan SDM yang berkualitas dan professional, sehingga
mampu bersanding dan bersaing dengan negara-negara yang maju.

Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dimulai

dari peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD/MI) sampai pada tingkat

menengah (SMA/SMK/MA), bahkan perguruan tinggi dengan mencanangkan

berbagai program bantuan dan pembangunan sarana gedung dan fasilitas-fasilitas

178
Lihat Husain Abdullah, dkk, JK Ensiklopedia (Cet. I, Jakarta; Ideal Group, Yayasan
Kalla, 2012) h. 465-467.
179
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, tahun 2007, h. 4
127

lainnya secara bertahap dan berkesinambungan berdasarkan Peraturan Pemerintah

RI Nomor 19 Tahaun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam pada

itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan madrasah harus mengimplementasikan

manajemen mutu terpadu yang dalam bahasa Inggris disebut Total Quality

Management (TQM) sebagaimana yang ditemukan MAN Baraka Kabupaten

Enrekang, tentu saja jika implementasinya dianggap efektif praktis mutu

pendidikan yang dihasilkan berkualitas

Manajemen mutu terpadu (MMT) di MAN Baraka Kabupaten Enrekan

merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi yang

melibatkan seluruh anggota organisasi. Pada intintinya manajemen mutu terpadu

merupakan konsep manajemen yang mensinergikan seluruh komponen organisasi

dalam rangka pencapaian tujuan, orang-orang yang terlibat di dalamnya saling

bekerjasama dan saling mendukung dalam upaya mencapai tujuan yang

diinginkan.

Keberadaan manajemen khususnya manajemen mutu terpadu pada

madrasah, khususnya Madrasah Aliyah seringkali berhadapan dengan

problematika manajemen pendidikan, dan karena itu maka pola manajemen yang

diupayakan adalah seefektif mungkin. Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam,

manajemen Madrasah Aliyah, khususnya pada manajemen MAN Baraka

Kabupaten Enrekang mengandung berbagai komponen yang antara satu dan

lainnya saling berkaitan. Komponen itu meliputi tujuan kurikulum, kompetensi,

dan profesionalisme guru, pola hubungan guru murid, metodologi, sarana

prasarana, pembiayaan dan selainnya.


128

Berbagai komponen yang terdapat dalam manajemen pendidikan ini

harus memiliki keterpaduan dalam upaya pencapaian mutu pendidikan.

Namun persoalannya kemudian adalah, apakah MAN Baraka Kabupaten

Enrekang selama ini telah meng-implementasikan manajemen mutu terpadu

sesuai yang diharapkan.

Berbicara tentang manajemen mutu terpadu dan kaitannya dengan

kualitas atau mutu pendidikan sebagaimana yang tidak disinggung, tidak

dapat dilepaskan dari serangkaian kondisi dari tiap faktor yang saling terkait

dalam suatu pranata sistem yang ada pada madrasah. Adapun faktor

pendukung manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang

yang menjadi obyek penelitian di sini adalah meliputi kualitas guru, dan

siswa perpustakaan dan sumber belajar lainnya, kegianatan proses belajar

mengajar yang berjalan baik, format kurikulum yang dijalankan, dan

kepemimpinan madrasah. Jika faktor tersebut dapat terpenuhi dan

terselenggara dengan baik serta sesuai dengan apa yang diharapkan, maka

dengan sendirinya akan menghasilkan out put (alumni) yang berkualitas.

Secara umum dipahami dari penjelasan sebelumnya bahwa

implementasi manajemen mutu terpadu pada sebuah madrasah masih perlu

penelitian lebih lanjut, dan di sini diarahkan pada penelitian bagaimana

implementasi manajemen terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang

dengan melihat bagan kerangka pikir sebagai berikut:


129

Kerangka Konseptual

Landasan Teologis Landasan Yurudis Formal


- Al-Qur’an - UU RI No. 20 Thn 2003
- Hadis - PP RI No. 19 Thn 2005
- Ijtihad - PP RI No. 32 Thn 2013
130

MAN Barakah Kabupaten Enrekang

Pelengkap MMT: Pelaksana MMT Sasaran


- Sarana dan Kepala Madrasah / Siswa /
Prasarana Wakamad Peserta Didik
- Administrasi Guru-guru
- Pendanaan

Proses Implementasi MMT


Faktor - Perencanaan Faktor
Pendukung - Pengorganisasian Penghambat
- Pelaksanaan
- Evaluasi

Hasil (produk) MMT


Peserta Didik yang Bermutu
131

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian, adalah seperangkat ilmu pengetahuan tentang


langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang
berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah dan dianalisis. Dalam metode
penelitian tersebut, diperlukan adanya suatu rancangan sebagai desain
penelitian yang menghubungkan data empiris dengan pertanyaan awal
penelitian dan konklusi-konklusinya. Dalam penelitian yang penulis lakukan ini,
dipilih beberapa rancangan metode yang relevan sebagai berikut :

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


Pemilihan lokasi penelitian diarahkan oleh teori substantif yang ada
dalam bentuk hipotesis kerja. Demikian pula dalam pemilihan suatu lokasi
dalam penelitian, harus didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu, dan paling
utama dalam hal ini dan memang harus ada dalam setiap lapangan penulisan
adalah kesenjangan (deviasi) antara harapan dan kenyataan, antara das solen
dan das sein. Selain itu, penelitian obyek penelitian juga harus
mempertimbangkan hal-hal yang minimal dapat dilihat dari dua aspek.
Pertama, dari segi obyek yaitu apakah penulisan itu dapat dilakukan atau
tidak, serta apakah datanya dapat diperoleh atau tidak, dan apakah kontribusi
dari penelitian tersebut terhadap obyek yang, diteliti.
Kedua, dari sudut subjek (peneliti) itu sendiri, hal ini antara lain
menyangkut masalah biaya, waktu, penguasaan terhadap metode dan teori.
Dengan demikian, maka pemilihan lokasi di MAN Baraka Kabupaten Enrekang
sebagai wilayah penelitian sekaligus obyek sasaran dari penelitian ini adalah
tepat menurut perspektif penulis dan sudah mempertimbangkan hal-hal tersebut

131
132

di atas. Di samping itu, dipilihnya lokasi MAN Baraka Kabupaten Enrekang


sebagai tempat pelaksanaan penelitian, oleh karena madrasah ini satu-satunya
lembaga pendidikan tingkat menengah berciri khas sekolah Islam memiliki
reputasi di Enrekang, dan penulis dengan mudah menjangkau lokasi tersebut.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian langsung yang bersifat deskriptif
kualitatif yang merupakan suatu bentuk penelitian ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya1.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
berusaha menangkap gejala secara holistik kontekstual melalui pengumpulan
data dari subyek yang diteliti sebagai sumber langsung dengan instrumen kunci
peneliti sendiri, yaitu peneliti merupakan perencana, pelaksana pengumpulan
data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil
penelitiannya.

Dalam penelitian kualitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang


utama yaitu melakukan wawancara langsung dengan informan atau
menggunakan alat perekam dan daftar wawancara tertulis kepada informan, data
yang diperoleh adalah data kualitatif. Selanjutnya untuk memperkuat dan
mengecek validitas data hasil wawancara tersebut, maka dapat dilengkapi
dengan observasi atau wawancara secara mendalam kepada informan yang telah
memberikan jawaban pertanyaan yang diajukan penulis, atau orang lain yang

1
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. I; Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 72.
133

memahami terhadap masalah yang diteliti 2. Sehingga dengan adanya data


kualitatif melalui wawancara mendalam kepada pihak pengelola yang
berwenang memberikan informasi sehingga penulis dapat menyusun suatu
proporsi.
Dapat dikatakan bahwa penelitian kualitatif yang dimaksudkan ini adalah
suatu upaya untuk mengungkapkan secara mendalam mengenai beberapa hal yang
berkaitan dengan implementasi manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang.

B. Pendekatan Penelitian

Menelaah hasil permasalahan disertasi ini, ada dua pendekatan yang


digunakan, yaitu pertama, pendekatan studi/keilmuan dan kedua pendekatan
metodologi, adapun pendekatan studi/keilmuan meliputi pedagogis, yuridis
normatif, dan manajerial, sedangkan pendekatan metodologi meliputi
fenomenologi dan sosiologi. Pendekatan ini digunakan karena obyek yang
diteliti membutuhkan bantuan jasa ilmu-ilmu tersebut dengan pertimbangan:
1. Pendekatan pedagogik digunakan karena pembahasan disertasi ini berkaitan

dengan aktivitas pengeloloaan lembaga pendidikan dalam pelaksanaan


pembelajaran yang dilaksanakan oleh kepala madrasah, guru-guru pada
MAN Baraka Kabupaten Enrekang. Kajian para pakar tentang implementasi
manajemen mutu terpadu sebagai elemen yang paling menentukan dalam
kaiatannya dengan peningkatan mutu pendidikan pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang, mendapat perhatian serius dalam dunia akademik.

2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 38-39.
134

2. Pendekatan yuridis normatif pendekatan yuridis normatif digunakan karena


masalah pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang telah memiliki dasar hukum akurat yang diatur dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
3. Pendekatan manajerial digunakan untuk mengetahui upaya berperilaku antar
semua elemen Madrasah yang ada pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang
sebagai sistem-sistem sosial yang mengaitkan dua orang atau lebih bersama-
sama dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan bersama dalam proses
pengembangan mutu pendidikan serta untuk mencapai kebutuhan dan
kepuasan pelanggang (peserta didik). 3 pendekatan manajerial juga
didalamnya mengandung unsur pendekatan manajemen kependidikan, dan
yang menjadi penekanan di sini adalah tentu pada aspek kependidikan Islam.
Selain itu pada pendekatan educative management diarahkan pada nilai
pendidikan spiritual dalam rangka melihat penomena-penomena keagamaan
dan pelaksanaan ajaran agama berdasarkan konsep pendidikan Islam di
lingkungan MAN Baraka Kabupaten Enrekang.

Adapun pendekatan metodologi dalam penelitian ini meliputi yaitu;


pendekatan pendekatan fenomenologi, dan Sosiologi, pendekatan ini digunakan
karena obyek yang diteliti membutuhkan bantuan jasa ilmu-ilmu tersebut
dengan pertimbangan:
1. Pendekatan fenomenologi digunakan karena pembahasan disertasi ini
berkaitan dengan aktifitas sosial secara filosofis yang meneliti interaksi
dalam proses pendidikan antara guru/pendidik dan siswa/peserta didik ada
stuktur yang esensial dalam topik ini, peneliti melakukan analisis data

3
Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 51.
135

secara fenomenologis yang spesifik kemudian kembali pada basis filosofis


pada akhir penelitian. Penelitian ini meneliti topik-topik interpersonal,
formatnya tidak terstruktur penelitian ini berdasarkan pada prinsip-
prinsip/ajaran-ajaran. Pendekatan Fenomenologis juga digunakan sebab
orientasi penelitian ini diarahkan untuk menumbuhkan paradigma peserta
didik menjadi intelektual muslim yang berakhlakul karimah yang penuh
tanggung jawab dan kreatif dalam mengembang amanah di masyarakat.4
2. Pendekatan sosiologis yaitu peneliti dalam melakukan penelitian kualitatif
mempelajari secara inten situasi sosial yang terjadi pada obyek penelitian.
Dalam membangun hubungan sosial peneliti harus menjaga sikap dan
tindakan serta memelihara kehangatan dan keakraban. Peneliti hendaknya
mudah bergaul, gampang menyesuaikan diri dengan segala macam situasi,
menampakkan simpati secara jujur dan tidak dibuat-buat, menghargai
perasaan dan pendapat subjeknya dan tetap tenang menghadapi situasi. 5
Tujuan pendekatan dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan menghasilkan sebuah teori. Prosudur yang digunakan

peneliti benar-benar didiskusikan secara sistematik sehingga bahasanya


ilmiah dan objektif.

C. Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian pengamatan yang bertumpu pada sumber

data berdasarkan situasi yang terjadi atau sosial situation.6 Sumber data

4
Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 34
5
Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 36
6
Sosial situation, adalah situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku,
dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis., Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.
215.
136

penelitian yang penerapannya dilakukan pada jenis penelitian kualitatif. Tetapi

dalam penelitian ini, sebatas pada sumber data atau informasi yang dijadikan

sebagai sumber data penelitian ini. peneliti ini tidak menggunakan populasi dan

sampel, karena populasi dan sampel digunakan dalam penelitian yang bersifat

kuantitatif sedangkan penelitian ini bersifat kualitatif dan tidak bermaksud

menggeneralisasi hasil akhir penelitian dengan kesimpulan deduktif.

Jadi yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah,

kepala madrasah, guru, pegawai, dan peserta didik pada MAN Baraka

Kabupaten Enrekang yang di anggap mempunyai kapabelitas untuk memberikan

informasi yang valid dan akurat, yang dijadikan sebagai sumber data.

Adapun Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data, yaitu:

a. Data primer, dalam penelitian lapangan, data primer merupakan data utama

yang diambil langsung dari para informan yang dalam hal ini adalah kepala

madrasah, guru-guru, pegawai, dan peserta didik pada MAN Baraka

Kabupaten Enrekang. Data ini berupa hasi interview (wawancara).

b. Data sekunder, pengambilan data dalam bentuk dokumen-dokumen yang telah

ada serta hasil penelitian yang ditemukan peneliti secara tidak langsung. Data

ini berupa dokumentasi penting menyangkut profil madrasah dan dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Observasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan data dalam

suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh

perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan.

Observasi merupakan suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan
137

atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan

mencatat. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa observasi adalah cara alat standar

lain untuk keperluan tersebut. Pada kegiatan observasi tersebut peneliti

mengadakan pengamatan terhadap masalah-masalah yang ada kaitannya dengan

karya ilmiah.

Dipahami bahwa observasi atau pengamatan adalah melihat dan

mendatangi langsung suatu lokasi penelitian. Lokasi penelitian yang didatangi

MAN Baraka Kabupaten Enrekang dengan mengamati aspek fasilitas

pendukung, sarana dan prasaranya, terutama kegiatan pembelajaran di

madrasah, dan selainnya.

2. Metode Interviu

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan

interviu/wawancara langsung, yaitu mendapatkan informasi dengan cara

bertanya langsung kepada responden. Wawancara merupakan proses interaksi

dan komunikasi. Selanjutnya dijelaskan lagi, bahwa dalam proses ini, hasil

wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan

mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara,

responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi

wawancara.

Dapat dipahami bahwa wawancara adalah salah satu bentuk atau alat

instrumen yang sering digunakan dalam penelitian atau dalam pengumpulan

data, yang tujuannya untuk memperoleh keterangan secara langsung dari

responden. Oleh sebab itu jika teknik ini digunakan dalam penelitian maka

perlu diketahui terlebih dahulu sasaran, maksud dan masalah yang dibutuhkan

oleh si peneliti. Dalam hal ini, sasaran atau obyek wawancara adalah kepala
138

sekolah dan wakil, guru-guru, pegawai tata usaha, dan sebagian siswa-siswa

MAN Baraka Kabupaten Enrekang yang dianggap representatif.

3. Dokumentasi

Adapun metode dokumentasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini

adalah mengambil data-data dari MAN Baraka Kabupaten Enrekang sebagai

pelengkap data, misalnya; data jumlah siswa, guru, dan termasuk data-data

tentang gambaran umum keberadaan madrasah tersebut.

E. Instrumen Penelitian

Metode dan Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang amat penting

dan strategis kedudukannya dalam keseluruhan kegiatan penelitian, karena data

yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian diperoleh melalui

instrumen. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus

divalidasi, seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun

kelapangan. Validasi terhadap peneliti terhadap penguasaan wawasan terhadap

bidang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara

akademik maupun logistiknya. Untuk memperoleh data dari variabel-variabel

dalam penelitian ini digunakan dua buah instrumen berupa cheklist dan pedomam

wawancara, yaitu: (1) instrumen untuk mendapatkan informasi tentang

implementasi manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang;

dan (2) melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi tentang

implementasi manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang.

Dalam penelitian ini peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap

semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
139

peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat

menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah

pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika dan hanya peneliti

sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang

dikumpulkan pada suatu saat dan mengunakan segera sebagai balikan untuk

memperoleh penegasan, perubahan dan perbaikan.7

Peneliti dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya memiliki

sensitifitas dan adaptabilitas yang tinggi untuk dapat menelusuri fakta-fakta dan

menggali informasi dari informan dengan cara yang dipandang sesuai berdasarkan

kreteria penelitian. Dengan demikian peneliti sebagai instrumen memiliki etika,

personalitas, intelektualitas maupun cara-cara merepresentasikan dan

mengkomunikasikan di lapangan serta memiliki keterampilan berkomunikasi

terutama yang menyangkut tentang implementasi manajemen mutu terpadu pada

MAN Baraka Kabupaten Enrekang.

Instrumen penelitian merupakan prosedur teknis yang praktis digunakan

dalam mengumpulkan data di lapangan dengan cara mengumpulkan informasi

melalui catatan, rekaman, blangko penelitian, dan pedoman pertanyaan. Melalui

catatan, yakni penulis membuat kartu catatan yang berisi kartu ikhtisar, kartu

kutipan dengan berpedoman pada satu ketentuan khusus yang penulis gunakan

7
Djam’an Satori, op. cit, h. 63.
140

sendiri. Dalam hal-hal tertentu, penulisan menggunakan metode katalog 8 dan

indeks.9

Selanjutnya melalui rekaman, instrumen tersebut diguna-kan untuk

menyimpan data penelitian. Dalam ini penulis menyediakan tape-recorder, yang

selanjutnya dibuatkan belangko penelitian berisi kategorisasi data misalnya data

yang terkait dengan pelaksanaan manajemen dibuatkan blangko khusus, data

untuk mutu pendidikan di MAN Baraka juga memiliki blangko khusus,

demikian pula keadaan lokasi penelitian, jumlah guru dan peserta didik,

semuanya dibuatkan blangko untuk kemudian dibundel.

Instrumen penelitian berikuntnya, adalah membuat pedoman observasi

dan pedoman wawancara yang akan dihadapkan pada informan untuk

memperoleh keterangan. Pertanyaan tersebut bisa dalam bentuk angket dan

wawancara. Dalam penelitian ini, hanya menggunakan metode wawancara saja

dengan cara menyampaikan pertanyaan tanpa terikat dengan pedoman yang

dibuat oleh penulis. Metode ini berdasarkan cara kerja sampling snowboling

seperti bola salju, yakni mencari data sampai habis melalui wawancara dan

pertanyaan secara teratur dan sitematis yang berguna untuk meperkaya data

yang telah ada sebelumnya.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menata

secara sistematis catatan hasil pengamatan data tertulis dan data tidak tertulis,

8
Katalog adalah carik kartu, daftar, atau buku yang memuat nama benda atau informasi
tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur dan alfabetis.
9
Indeks adalah daftar kata atau istilah penting yang terdapat dalam buku cetakan
(biasanya pada bagian akhir) tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai
halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan.
141

serta memprediksi hasil wawancara. Data yang telah terkumpul dideskripsikan

sebagai temuan dalam laporan penelitian. Adapun prosedur pengolahan data

selama di lapangan dianalisis secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, yang terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data reduction,

data display dan conslusion drawing/verification. Ketiga rangkaian aktivitas

teknik analisis data tersebut penulis terapkan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Dalam penelitian yang penulis lakukan data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karena

semakin lama penulis di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dengan mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan rencana selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis, maka display data yang dilakukan lebih banyak dituangkan ke dalam

uraian secara singkat.

3. Conclusion Drawing/Verification
142

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin

juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan.

G. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini, dilakukan melalui tahap

pengecekan kredibilitas data dengan teknik:

1. Perssistent observasion; untuk memahami gejala/peristiwa yang

mendalam, dilakukan pengamatan secara berulang-ulang, merupakan

perpanjangan pengamatan penulis lakukan guna memperoleh data yang sahih

(valid) dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dengan

nara sumber yang dijadikan informan, dan melakukan penelitian dalam kondisi

yang wajar dan waktu yang tepat. Dalam hal ini, penulis mengadakan

kunjungan ke MAN Baraka secara rutin untuk menemukan data yang lebih

akurat, dan mengadakan pertemuan kepada stakeholder pendidikan di lokasi

tersebut.

2. Triangulasi (triangulation); mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh dengan triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi

dilakukan meliputi empat hal pokok yakni triangulasi data, triangulasi peneliti,

triangulasi teori dan triangulasi metodologi. Melalui teknik pemeriksaan ini

diyakini fakta, data dan informasi yang ada dapat diper-tanggungjawabkan dan

memenui persyaratan kesahihan dan keandalan data yang ditemukan.

Triangulasi (triangulation) sebagai wujud pemeriksaan keabsahan data sangat


143

diperlukan dalam pendekatan kualitatif demi kesahihan dan keandalan serta

tingkat kepercayaan data yang terkumpul. Validitas dan reliabilitas data perlu

diuji melalui teknik pemeriksaan keabsahan data atau tekatik menguji dan

memastikan temuan. Penelitian ini menggunakan teknik menguji dan

memastikan temuan melalui memeriksa kerepresentatifan yakni aspek

pemilihan informan yang mewakili masalah yang diteliti, memeriksa pengaruh

peneliti, member bobot pada bukti, membuat perbandingan atau pertentangan,

memeriksa makna segala sesuatu di luar, menggunakan kasus ekstrem,

menyingkirkan hubungan palsu, membuat replica temuan, mencari penjelasan

tandingan, member bukti yang negatif serta teknik terakhir adalah mendapatkan

umpan balik informan.

3. Membercheck; diskusi teman sejawat secara langsung pada saat

wawancara dan secara tidak langsung dalam bentuk penyampaian rangkuman

hasil wawancara yang sudah ditulis oleh peneliti. Member check merupakan

proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, tujuan

membercheck ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data.


267

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Beradasarkan rumusan masalah yang menjadi obyek penelitian ini dalam

kaitannya dengan temuan penelitian di lapangan, maka dirumuskan tiga

kesimpulan pokok sebagai berikut:

1. Upaya MAN Baraka Enrekang dalam mengimplementasikan manajemen

mutu terpadu fokus pada segi manajemen perencanaan (planning), peng-

organisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).

Segi manajemen perencanaan, MAN Baraka lebih menekankan pada upaya

pencapaian misi dan visi madrasah, sehingga manajemen mutu terpadu yang

tampak adalah proses manajemen yang sistematis dan terstruktur dengan

mengedepankan perencanaan strategis yang melibatkan semua stakeholders

madrasah dalam memulai berbagai kegiatan kependidikan, terutama segi

perencanaan pelaksanaan kurikulum dan metode pengajaran, sedangkan dari segi

manajemen pengorganisasian, MAN Baraka menerapkan manajemen modern dan

profesional dengan struktur organisasi yang lengkap dengan pembagian kerja yang

jelas serta profesional di samping itu pembinaan kerjasama dan perilaku terus

menjadi prioritas utama.

2. Faktor pendukung manajemen mutu terpadu di MAN Baraka Enrekang,

terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah dukungan yang

berkembang dari dalam lingkungan MAN Baraka, baik yang bersifat gagasan

dalam pengertian konsep maupun dalam bentuk tindakan dan kebijakan pimpinan,

267
268

yakni adanya prinsip Ikhlas Beramal, sistem pelayanan yang memudahkan, model

kepeminpinan yang efektif, adanya potensi guru dengan kemampuan skill yang

mendukung. Sedangkan faktor eksternal adalah dukungan berasal dari luar

madrasah, yakni dukungan masyarakat dan pemerintah. Selain faktor pendukung,

ditemukan pula faktor penghambat yakni perencanaan kurikulum yang dilakukan

oleh guru mata pelajaran belum optimal atau masih lemah, sumber daya yang

belum maksimal, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Faktor lain adalah

sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, baik

secara individu maupun secara kelompok.

3. Hasil implementasi manajemen mutu terpadu dalam meningkatkan kualitas

pendidikan di MAN Baraka Enrekang berdasarkan temuan penulis adalah adanya

efektivitas kepemimpinan kepala madrasah, efektivitas perencanaan dan

pengembangan program, efektivitas kedisiplinan guru dan staf, efektivitas kerja

sama dan kemitraan dengan lembaga pendidikan lainnya dan pihak terkait dalam

upaya meningkatkan mutu pendidikan, efektivitas motivasi belajar dan prestasi

peserta didik, efektivitas pelayanan dan mutu pembelajaran, efektivitas evaluasi

program mulai dari program penerimaan peserta didik sampai dengan program

pelulusan melalui Ujian Nasional (UN).

B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan rumusan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka implikasi

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tuntutan terhadap peningkatan mutu pendidikan melalui implementasi

manajemen mutu terpadu, menjadi prioritas setiap madrasah, karena itu disarankan
269

kepada MAN Baraka untuk melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan tuntutan

tersebut yang berdampak pada terbentuknya citra dan prestise sebagai sebuah

madrasah unggulan yang mampu meluluskan peserta didiknya dengan persentase

yang tinggi seperti selama ini, dinilai sebagai madrasah yang berkualitas yang harus

dipertahankan.

2. Faktor pendidik dan tenaga kependidikan, yakni kepala madrasah, guru, dan staf

sebagai pemegang peran utama dalam keberhasilan implementasi manajemen mutu

terpadu di MAN Baraka, maka disarankan agar peningkatan kualitas pendidikan dan

tenaga kependidikan perlu terus diupayakan.

3. Sesuai kenyataan di lapangan bahwa manajemen mutu terpadu di MAN Baraka

selain memiliki faktor pendukung juga memiliki faktor penghambat. Disarankan agar

faktor pendukung senantiasa dipertahankan dan dikembangkan sedangkan faktor

penghambat diupayakan untuk segera dicarikan solusi dengan melibatkan semua

stake holder pendidikan dalam upaya menemukan langkah-langkah strategis guna

pencapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang termaktub dalam Undang-

Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Temuan Penelitian

Faktor yang menghambat secara internal dalam upaya peningkatan mutu


pendidikan pada MAN Baraka yang berasal dari dalam yang dapat dilihat pada
beberapa bentuk antara lain; pertama, Sikap dan prilaku terhadap mutu belum
maksimal, kedua, Kualitas Pendidik dan tenaga kependidikan belum merata,
ketiga, Budaya mutu belajar siswa masih rendah. Keempat, Organisasi
pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum terkelola secara
maksimal, dan kelima,Sebahagian guru masih mempergunakan system dan pola
270

pembelajaran lebih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada


guru(teacher centred approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang baik
adalah pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik(student centred
approach), serta keenam, Sebahagian guru kurang memperhatikan tingkat
kemampuan, kecakapan belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara
guru juga kurang memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa
bodoh, tidak bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, sehingga kebiasaan
yang jelek tidak berubah kearah yang lebih baik. Faktor lain yang menghambat
kelancaran pembelajaran pada MAN Baraka yaitu; a) Infrastruktur masih
membutuhkan penyempurnaan misalnya; Media pembelajaran LCD dan laptop, b)
Disiplin sebahagian guru dalam proses pembelajaran yang kurang memuaskan, c)
Sumber dana terkait dengan pengembangan kegiatan MAN Baraka belum
tersosialisasikan.
Adapun Faktor eksternal yang menghambat pengembangan manajemen
mutu pendidikan pada MAN Baraka yaitu; pertama, Persaingan mutu
madrasah/madrasah semakin berat, pembinaan pembelajaran harus dilaksanakan
semakin sungguh-sungguh, kedua, Tuntutan terhadap transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan dana madrasah semakin tinggi, ketiga,
Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, yang
sering mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku peserta didik kearah yang
negative, seperti pergaulan bebas, keempat, Sebahagian orang tua siswa hanya
menyerahkan sepenuhnya kepada madrasah terhadap pembinaan anak-anaknya,
sementara meraka kurang atau sama sekali tidak memberikan bimbingan dan
perhatian dalam kehidupan rumah tangganya, sehingga tidak ada sinergitas antara
harapan madrasah dengan kondisi lingkungan sehari-hari yang dialami oleh
peserta didik. adapun faktor pendukung implementasi manajemen mutu terpadu
271

pada MAN Baraka Kab. Enrekang secara internal yaitu Prinsip Ikhlas Beramal.
Sistem pelayanan, Kepeminpinan yang efektif. Sedangkan faktor eksternal yaitu;
pemerintah dan masyarakat
Indikator keberhasilan penerapan menajemen mutu terpadu pendidikan
(MMTP) adalah; 1) terlaksananya proses pembelajaran secara efektif. 2)
tercapainya kelulusan peserta didik dalam UN 100 %, 3) mampunya peserta didik
berkompetisi dalam setiap even perlombaan, baik di tingkat Kota/Kabupaten,
Propinsi dan Nasional, 4) pembinaan kehidupan beragama (Islamai) terlakasana
secara efektif. Adapun hasil-hasil penerapan manajemen mutu terpadu pada MAN
Baraka dapat dilihat dalam beberapa segi efektivitas sebagai berikut;
1. Efektivitas Kepemimpinan
2. Efektivitas Perencanaan dan Pengembangan Program
3. Efektivitas Kedisiplinan Guru dan Staf.
4. Efektivitas Kerja Sama dan Kemitraan
5. Efektivitas Motivasi Belajar dan Prestasi Peserta Didik.
6. Efektivitas Pelayanan dan mutu pembelajaran.
7. Efektivitas Evaluasi Program
144

BAB IV
ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU
PADA MAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG

A. Profil MAN Baraka Kabupaten Enrekang

Madrasah Aliyah Negeri Baraka dulunya bernama PGA 4 tahun yang


dikepalai oleh Pak Sahlan, BA.Sekitar tahun 1966 PGA 4 tahun terbagi menjadi PGA
A dan PGAP. PGAA 3 tahun adalah madrasah lanjutan setingkat SMA/MA yang
masih di kepalai oleh Pak Sahlan, BA sedangkan PGAP 3 tahun adalah madrasah
lanjutan setingkat SMP/MTs yang di kepalai oleh Pak Achmad Duriadja. Pada tahun
1980 PGAA berganti menjadi Madrasah Aliyah Negeri Pare Filial Baraka yang di
kepalai oleh Drs. Muslim Lili.Setelah tahun 1994 barulah menjadi Madrasah Aliyah
Negeri yang masih di kepalai oleh beliau. Setelah menjabat selama 10 tahun maka
pada tahun 2000 beliau diganti oleh Drs. Achmad Deri.Kemudian pada tahun 2005
sampai sekarang dikepalai oleh Drs. Fakhri Abbas, M. Pd. Madrasah Aliyah Negeri
Baraka adalah satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Enrekang. 1
Sejak berdirinya MAN Baraka sampai sekarang masih tetap mampu bertahan,
berkembang dalam bidang pendidikan demi tercapainya kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berilmu pengetahuan dengan dasar keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan MAN Baraka merupakan salah satu
sarana yang turut membantu pemerintah di dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran sebagaimana yang diatur dalam UUD dan peraturan pemerintah yang
berlaku.

1
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka, Profil MAN Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2013 (Baraka: MAN Baraka Enrekang, 2013), h. ii

144
145

IDENTITAS MADRASAH
Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Baraka
Nomor Statistik : 213730620069
Propinsi : Sulawesi selatan
Kabupaten : Enrekang
Kecamatan : Baraka
Desa/Kelurahan : Tominawa
Jalan dan Nomor : Pemuda 31.A
Kode Pos : Kode wilayah 53 No. 91753
Telepon/Faximile : Kode wilayah 0420 No. 2311694
Status Madrasah : Negeri
Akreditasi :A
Surat Keputusan : SK. No. 244 Tgl 7 Februari 1993
Penerbit SK : Ditandatangani oleh Menteri Agama RI
Tahun berdiri : 1993
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi Hari
Lokasi Madrasah : Ibu Kota Kecamatan
Jarak ke Pusat Kota Kabupaten : 30 km
Perjalanan Perubahan Madrasah: 1. PGA 4 Th
2. PGA 6 Th
3. MA. Guppi Baraka
4. MAN Baraka
Jumlah Anggota KKM : 10 Madrasah
Organisasi Pergerakan : Pemerintah
Email : manbaraka@gmail.com
Web/Blog : www.manbaraka.blogspot.com
146

VISI MISI:
Visi:
• Beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, Unggul dalam prestasi, Tinggi dalam
budi pekerti dan berupaya membangun karakter yang berbudaya lingkungan
hidup.
Misi:
• Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Meningkatkan kegiatan belajar mengajar.
• Meningkatkan K8.
• Meningkatkan tata krama personil.
• Meningkatkan Nilai UN.
• Mengembangkan kreativitas anak
• Meningkatkan prestasi olah raga dan kesenian.
• Mendorong motivasi belajar siswa.
• Menciptakan suasana belajar yang bersih dansehat
• Menumbuhkan sikap dan karakter siswa yang berbasis lingkungan hidup
• Meningkatkan hubungan baik dengan dewan madrasah
Visi tersebut di atas telah berjalan dengan baik, meskipun pelan tapi nyata,
misalnya dalam meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat
dilihat dari program madrasah yaitu mengaktifkan shalat berjama’ah pada waktu
dhuhur, kemudian diikuti dengan kultum, mengaktifkan tadarrus, pesantren kilat &
safari Ramadhan. Untuk mencapai prestasi yang baik, maka kegiatan belajar
mengajar diaktifkan mulai jam 07.30 sampai dengan jam 14.00, kecuali hari Jum’at
kegiatan belajar mengajar dimulai pada jam 07.15 sampai dengan 11.00.Hal tersebut
ditetapkan agar siswa tidak kehilangan jam belajar.2
Dalam usaha membentuk siswa berakhlak mulia maka setiap Guru wajib
memberikan nasihat-nasihat kepada siswa dan memberi contoh dan keteladanan yang

2
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka, Profil MAN Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2013 (Baraka: MAN Baraka Enrekang, 2013), h. ii
147

baik. Demikian pula dalam hal pengembangan kreativitas siswa-siswi melalui


kegiatan ekstrakulikuler yang diaktifkan pada sore hari, misalnya kegiatan Pramuka,
PMR, Olah Raga, Seni, Qira’ah dan sebagainya.Keberhasilan ini dapat dilihat dengan
adanya siswa–siswi yang bebas tes masuk di beberapa perguruan tinggi Negeri dan
Swasta di Makassar dengan berbagai jurusan.

KEADAAN GURU DAN STAF


NO TUGAS PNS NON PNS JUMLAH
1 GURU 32 33 65
2 STAF ADMINISTRASI 1 2 3
3 PUSTAKAWAN - 2 2
3 SECURITY/BUJANG - 2 2
MADRASAH
4 JUMLAH 33 39 72

KEADAAN SISWA TP. 2013/2014


KEADAAN SISWA KELAS X
KELAS X XA XB XC XD XE XF XG XH TOTAL
LAKI2 12 15 15 16 13 14 14 14 113
PEREMPUAN 19 16 16 16 17 14 17 17 132
JUMLAH 31 31 31 32 30 28 31 31 245

KEADAAN SISWA KELAS X


XI XI XI XI XI XI XI
KELAS XI TOTAL
IPA1 IPA2 IPA3 IPS1 IPS2 IPS3 IPS4
LAKI2 12 10 11 21 16 20 17 107
PEREMPUAN 16 17 18 11 15 11 15 103
JUMLAH 28 27 29 32 31 31 32 210
148

KEADAAN SISWA KELAS XII


XII XII XII XII XII XII XII
KELAS XII TOTAL
IPA1 IPA2 IPA3 IPS1 IPS2 IPS3 IPS4
LAKI2 7 10 9 14 14 14 13 92
PEREMPUAN 23 22 19 14 14 13 15 137
JUMLAH 30 32 28 28 28 27 28 229

PERSENTASE KELULUSAN SISWA 4 TAHUN TERAKHIR


TAHUN JUMLAH SISWA TIDAK
LULUS
PELAJARAN PESERTA UN LULUS
2010/2011 178 178 -
2011/2012 165 165 -
2012/2013 198 198 -
2013/2014 229 229 -

SARANA DAN PRASARANA


Jenis Sarpras Keberadaan Jumlah Kondisi

1. Ruang Kelas Ada 23 Baik


2. Ruang Perpustakaan Ada 1 Baik
3. Laboratorium IPA Ada 3 Baik
4. Laboratorium Komputer Ada 1 Baik
5. Laboratorium Bahasa Ada 1 Baik
6. Ruang Kepala Madrasah Ada 1 Baik
7. Ruang Pendidik Ada 3 Baik
8. Ruang Tata Usaha Ada 1 Baik
9. Lapangan Olah Raga Ada 2 Baik
10. Ruang Ibadah/Masjid/Musholla Ada 1 Baik
11. Ruang UKS Ada 1 Baik
12. Ruang BP/BK Ada 1 Baik
13. Kantin Madrasah Ada 4 baik
149

14. Toilet Ada 16 Baik


15. Koneksi Internet Ada 1 Baik

STRUKTUR ORGANISASI MAN BARAKA

MAN Baraka dalam tiga tahun terakhir telah melahirkan 557 alumni yang

sebagian besar melanjutkan ke Perguruan Tinggi, sebagiannya lagi ada yang

memilih profesi lain dalam mengembangkan kreativitasnya karena selama

menuntut ilmu di MAN Baraka telah dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang berbasis minat dan bakat yang kreatif, inovatif, sportif, team
150

work, dedikatif, solidaritas, dan integritas tinggi melalui berbagaii kegiatan seperti

KIR, Pramuka, PMR, Pencat Silat, Paskibrata, Olahraga sepak bola, volli ball,

tenis meja, basket dan bulu tangkis. Kegiatan lainnya dalam bidang keagamaan

adalah dakwah, qira’ah, tilawah dan takhassus, sedangkan untuk peningkatan

intelektual adalah melalui forum diskusi yang terdiri atas grup English Club,

Arabian Club, dan klub Peka (peduli, empati, dan kesetiakawanan), sehingga

alumni MAN Baraka diyakni mampu bersaing dengan yang lainnya di era

kompetetif ini dengan berbagai kualitas sumber daya manusia (SDM) dan sumber

daya alam (SDA) yang mereka miliki. Dalam kaitan ini Fakhri Abbas menyatakan

bahwa untuk meningkatan kualitas SDM dan SDA, MAN Baraka mengadakan

berbagai strategi, yakni:


Mengupayakan pemberdayaan dan keunggulan bagi para lulusan MAN
Baraka dengan melakukan berbagai perlakuan, baik dalam sistem seleksi
calon siswa maupun dalam proses pembelajaran. Program pendidikan dan
pelatihan bagi guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya di lingkungan
MAN Baraka mendapat prioritas. Fasilitas sarana dan prasarana pendidikan,
khususnya peralatan laboratorium, perpustakaan dan media pembelajaran
secara bertahap disempurnakan. Pengembangan MAN Baraka selain
memberikan perlakuan khusus terhadap para siswa yang berbakat dan cerdas,
juga terhadap mereka yang termasuk berkemampuan biasa agar dapat
mencapai prestasi akademis maksimal. Para tenaga pendidik di MAN Baraka
ini, harus menampilkan kinerja yang optimal, produktif, efektif dan efisien
sebagai institusi pendidikan yang dikelola secara profesional. Mereka harus
mampu menampilkan kinerja. yang memiliki karakteristik Islami dan
berkualitas.3
Pengembangan SDM dan SDA yang diupayakan oleh stakeholder MAN

Baraka berdasarkan pengamatan penulis didukung keadan lingkungan wilayah

3
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 28 Juli 2014.
151

Baraka sebagai daerah yang tergolong subur. Selaku Ibukota Kecamatan, Baraka

memiliki wilayah strategis, memiliki infrastuktur yang diharapkan mampu

meningkatkan kualitas SDM dan SDA melalui dunia pendidikan. Oleh karena itu

kehadiran MAN Baraka sebagaimana yang disebutkan dalam wawancara di atas

mampu berkopentisi baik dari sisi kualitas mutu tenaga pendidik dan peserta didik

dengan berbagai prestasi yang diraih, maupun dari sisi sarana prasarana yang

dimiliki seperti yang telah disebutkan. Dengan kondisi seperti itu diharapkan

MAN Baraka menerapkan manajemen mutu terpadu dalam meningkatkan mutu

pendidikan yang dibarengi dengan pembinaan mental spiritual serta penanaman

nilai-nilai akhlak, sehingga MAN Baraka dapat menjadi lembaga pendidikan

yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK sesuai dengan misi dan visinya seperti

yang telah disebutkan.

B. Upaya MAN Baraka Kabupaten Enrekang dalam Mengimplementasikan


Manajemen Mutu Terpadu
Upaya MAN Baraka dalam mengimplementasikan manajemen mutu

terpadu, tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan

pengawasan (controlling).

1. Manajemen Perencanaan

Perencanaan adalah proses pemikiran secara matang dan sistematis untuk

mengambil suatu keputusan mengenai aktivitas yang akan dilaksanakan di masa

yang akan datang menuju tujuan yang dikehendaki. Perencanaan yang disusun

MAN Baraka menjadi tolak ukur dalam menentukan arah dan target yang akan
152

dicapai dalam misi dan visinya. Khusus tentang visi MAN Baraka, adalah sebagai

berikut:

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah swt.

2. Unggul dalam prestasi

3. Tinggi dalam budi pekerti

Sedangkan misinya adalah:

1. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Meningkatkan kegiatan belajar mengajar

3. Meningkatkan K8 (delapan konpetensi)

4. Meningkatkan tata krama personil

5. Meningkatkan NEM

6. Mengembangkan kreativitas anak

7. Mendorong olah raga, prestasi dan kesenian

8. Mendorong belajar siswa

9. Meningkatkan hubungan baik dengan dewan madrasah.4

Pengejawantaan ketiga visi yang disebutkan sebelumnya diwujudkan

dalam misinya yang Sembilan sebagaimana yang disebutkan di atas berjalan

dengan baik. Terkait dengan itulah, maka penerapan manajemen mutu terpadu

memerlukan suatu proses manajemen yang sistimatis dan terstruktur dengan baik

dan jelas dalam pencapaian visi dan misi tersebut yang selalu mengedepankan

mutu pelayanan dan mutu hasil sudah tentu tidak bersifat instan, serta harus

melalui proses perencanaan strategis. Perencanaan strategis merupakan salah satu

4
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 28 Juli 2014.
153

bagian penting dari manajemen mutu terpadu. Perencanaan ini berfungsi

memberikan arahan yang jelas kepada institusi, karena tanpa arahan, maka

institusi akan menghadapi kendala untuk meningkatkan mutu pendidikan yang

diinginkan. Rencana strategis ini kadangkala disebut dengan pengembangan usaha

atau institusi, yang merinci beberapa tolok-ukur yang akan digunakan untuk

mencapai visi-misi dan tujuan pendidikan, demikian halnya MAN Baraka dalam

konsep pengembangan madrasah dimulai dengan menetapkan visi, misi, program

dan tujuan pendidikan yang dijadikan dasar dalam merumuskan perencanaan

strategi madrasah yang melibatkan semua stake holders dalam memulai berbagai

kegiatan kependidikan, terutama segi perencanaan pelaksanaan kurikulum dan

metode pengajaran.

Implementasi manajemen kurikulum di MAN Baraka, berdasarkan pola

pengembangan manajemen mutu terpadu sebagaimana yang dikemukakan

Muhammad Islam, yakni manajemen mutu terpadu pada kurikulum yang

menekankan produktivitas, demokratisasi, kooperatif, efektivitas dan efesiensi,

serta pengembangan visi misi. Menurutnya bahwa:


Produktivitas merupakan hasil yang diperoleh dalam kegiatan kurikulum
merupakan aspek yang menjadi pertimbangan agar peserta didik dapat
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum. Demokratisasi,
manajemen kurikulum menempatkan Kepala Madrasah, dan guru serta peserta
didik secara terpadu pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas
dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum. Kooperatif
dalam kegiatan manajemen kurikulum, terlibat berbagai pihak secara terpadu
dalam proses belajar mengajar. Efektivitas dan efesiensi, merupakan
rangkaian kegiatan manajemen kurikulum untuk mencapai tujuan kurikulum,
sehingga manajemen terpadu dalam perencanaan kurikulum dapat
memberikan hasil yang maksimal dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif
154

singkat.5
Keterangan di atas menunjukkan adanya implementasi kurikulum di MAN

Baraka ditinjau dari segi perencannya dalam berbagai segi, dan hal itu ditemukan

jika dilakukan pembandingan secara mendalam, ditemukan data empirik bahwa

kurikulum KBK yang mengacu pada tahun 2004 dapat dilihat pengembangannya

pada kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan sejak tahun 2006, selanjutnya

dalam tiga tahun terakhir diimplementasikan kurikulum 2010 secara terpadu untuk

semua kelas dan tingkatan di MAN Baraka.

Adapun bentuk dan implementasi perencanaan program pengajaran adalah

berbentuk program tahunan, program semester, action plan, RPP, dan silabus.

Dari perencanaan yang telah disusun tersebut diwajibkan kepada semua guru pada

setiap jenjang dan unit kerja sebelum melaksanakan PBM di kelas, dengan

bimbingan dan pengawasan langsung oleh Kepala Madrasah. Implementasi

perencanaan ini tetap mempertimbangkan baik ketegasan pemerintah sebagaimana

tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa kurikulum pada pola nasional berpedoman pada

penyelenggaraan program kebijaksaan penerapan manajemen berbasis madrasah.

Kebijakan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga

pendidikan atau jenis madrasah yang bersangkutan. Dengan desain kurikulum

seperti itu, maka MAN Baraka mengarah pada pengembangan pendidikan Islam

dalam perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Madrasah (MPBS), yang

5
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
155

indikatornya dapat dilihat dari implementasi pengembangan pendidikan Islam

dalam perspektif MPBS terhadap berbagai komponen pendidikan yang telah

dilakukan oleh pihak pengelola, sehingga pemetaan arah pengembangan

pendidikan Islam dalam perspektif MPBS yang dilakukan oleh MAN Baraka lebih

mudah diidentifikasi.

Selain perencanaan manajemen kurikulum secara teroadu, diterapkan pula

manajemen metodologi pengajaran di MAN Baraka, dan ini dapat dilihat saat

terjadinya proses pembelajaran di kelas secara baik, aman dan terkendali karena

telah direncanakan secara matang. Hasil observasi penulis secara langsung di

lapangan, ditemukan kondisi saat guru mengajar, keadaan kelas dalam keadaan

tenang, situasi seperti ini sering ditemukan bilamana ada tugas yang sedang

diselesaikan oleh siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan tugasnya keadaan

kelas walaupun dalam keadaan normal tetapi terkadang pula ribut, sebagian siswa

keluar dari kelas untuk keperluan mendesak yang sebelumnya meminta izin

kepada guru yang bersangkutan. Situasi seperti yang disebutkan ini, menjadikan

guru untuk menerapkan perencaaan tindakan kelas yang sesuai, sehingga terwujud

proses pembelajaran yang efektif.

Hasil observasi penulis lebih lanjut terhadap metode pengajaran yang

diimplementasikan oleh guru-guru dalam pelaksanaan pembelajaran di MAN

Baraka di dalamnya ditemukan strategi khusus sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan doa dan salah satu surah pendek.
156

b. Pada awal pembelajaran dilakukan tanya jawab, mengenai pengenalan

(introduksi) berkenaan dengan materi-materi yang akan dibahas kemudian

berkembang dengan metode diskusi.

c. Pembelajaran dilakukan dengan inquiry untuk membangun (konstruk)

pemikiran-pemikiran siswa dalam kehidupan keseharian mereka. 6

Guru-guru MAN Baraka memang memiliki perbedaan antara satu dan

lainnya dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun pada umumnya

sebelum melaksanakan pembelajaran, guru-guru secara terpadu lebih awal

merencanakan materi-materi dan merumuskan kompetensi pembelajaran yang

akan disampaikan, kemudian dirumuskan hasil belajar yang ingin dicapai, dan

beberapa indikatornya, serta strategi pembelajaran yang diterapkan.

Beberapa metode pengajaran yang diterapkan di MAN Baraka

sebagaimana yang dikemukakan Aminatus Salamah adalah metode berpikir secara

analitis dan sentesis, metode kelompok untuk materi yang didiskusikan, metode

nasehat sebagai bagian dari metode ceramah yang di dalamnya siswa-siswa

diberikan bimbingan dan penyuluhan oleh guru yang bersangkutan. 7

Metode berpikir analitis yang dimaksudkan di atas adalah guru dan siswa

memecahkan persoalan untuk mengetahui suatu kebenaran dan menjabarkannya

lebih lanjut. Sedangkan berpikir sintesis adalah memecahkan kebenaran itu

dengan berbagai dugaan dari beberapa hal sehingga merupakan kesatuan yang

6
Hasil survey terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan beberapa guru MAN
Baraka, tanggal 20 sampai 30 Juni 2014.
7
Aminatus Salamah, 40 tahun, Wakamad Kesiswaan MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
157

selaras. Kedua metode berpikir ini, dimulai dengan adanya dugaan sementara

(hipotesis) yang kemudian melahirkan jawaban yang akurat.

Selanjutnya tentang metode nasehat sebagai bagi dari bimbingan

penyuluhan yang diterapkan di MAN Baraka adalah sejalan dengan metode targīb

dalam pendidikan Islam, yakni memberi motivasi dengan cara memberikan

pelajaran dan memberikan dorongan dengan nasehat yang diistilahkan dengan al-

mau‘izah. Terkait dengan hal tersebut, ditawarkan beberapa konsep agar nasehat

yang diberikan dapat mengakar dan menyentuh jiwa seseorang di antaranya:

a. Yang memberikan nasehat merasa terlibat dalam isi nasehat, dalam arti

pemberian nasehat secara serius.

b. Yang menasehati merasa perhatian terhadap nasib orang yang dinasehati.

c. Yang menasehati hendaklah dengan penuh ketulusan (ikhlas) dalam arti

terlepas dari kepentingan secara dunia.

d. Memberikan nasehat secara intensif.

Pada tingkat realitas, metode nasehat agaknya agak sulit, tetapi kesulitan

itu dapat ditepis, jika isi nasehat singkat, pendek dan padat, ketulusan yang sejati

dan gaya bahasa yang retorik dengan penuh lemah lembut, maka perasaan anak

terasa diayomi, dikasihi dan membuatnya terasa terpanggil hatinya melaksanakan

nasehat tersebut tanpa unsur keterpaksaan.

Berbagai metodologi pendidikan yang telah dikemukakan tentu dianggap

sangat efektif dan efisien. Dalam implementasinya sebagaimana yang telah

dikemukakan, kelihatan bahwa guru-guru MAN Baraka lebih dominan

menggunakan metode pengajaran yang disesuaikan dengan keadaan dan materi.


158

Khusus untuk pelajaran Al-Qur’an Hadis menurut Nurdina bahwa, ruang

lingkupnya mempunyai ciri khas tersendiri karena mata pelajaran ini berorientasi

pada pemahaman yang akurat terhadap ajaran utama agama Islam. Hal ini dapat

dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut:

Pembelajaran Al-Qur’an Hadis mempunyai ciri khas dibanding pembela-jaran


lain. Pada pembelajaran Al-Qur’an Hadis tersebut diuraikan ayat-ayat tertentu
dalam Al-Qur’an kemudian ditafsirkan demikian pula hadis dijelaskan tentang
arti mufradatnya serta kandungannya, sehingga dengan demikian peserta didik
lebih memahaminya. 8
Berdasarkan hasil wawancara di atas dipahami bahwa ciri khas mata

pelajaran Al-Qur’an Hadis adalah pada penguraian ayat-ayat, yakni menafsirkan

ayat-ayat tersebut. Kegiatan tafsir ini berfungsi untuk mengetahui kandungan ayat

Al-Qur’an secara utuh dan menyeluruh dengan menggunakan berbagai kaidah-

kaidah tafsir seperti segi asbab nuzul ayatnya. Kaidah tafsir lainnya adalah

termasuk uraian mufradat ayat sebagaimana yang disebutkan dalam wawancara

tadi. Uraian mufradat ini, ditujukan pada beberapa kata dalam ayat yang sulit

dipahami makna dan kandungannya. Untuk uraian kandungan hadis diistilahkan

dengan syarah. Jika menyebut istilah syarah, yang terbayang adalah suatu upaya

untuk menerangkan makna atau kandungan hadis secara utuh dan menyeluruh.

Kalau kandungan Al-Qur’an dipahami melalui tafsir, maka hadis dipahami

melalui syarah. Jadi syarah khusus ditujukan yang berkenaan dengan penjelasan

hadis, sunnah, aśar, atau segala yang bersumber dari Nabi Muhammad saw.

8
Nurdina, 35 tahun, Guru al-Qur’an Hadis MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 26 Juli 2014.
159

Dengan demikian, pembelajaran Al-Qur’an Hadis di MAN Baraka bila

ditinjau dari segi manajemen perencanannya bahkan pelaksanaannya, telah

memenuhi syarat untuk mengantar siswa dalam memahami kandungan ayat-ayat

Al-Qur’an dan sabda-sabda Nabi saw melalui hadisnya, karena di dalam proses

pembelajaran tersebut ditekankan pada penguraian ayat berdasarkan kaidah-

kaidah tafsir dan penguraian hadis berdasarkan metodologi syarah hadis yang

relevan.

Setelah proses pembelajaran berlansung tentu yang menjadi perencanaan

berikutnya adalah manajemen terpadu tentang perencanaan ujian, khusus di akhir

tahun untuk penamatan siswa adalah perencanaan ujian nasional (UN) yang

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, baik sarana maupun pembiayaan

yang menjadi tanggungjawabnya. Ahmad Saharuddin sebagai Wakamad Sarana

Prasarana MAN Baraka sekaligus penanggung jawab pelaksanaan Ujian Nasional

(UN) di madrasahnya menyatakan bahwa,


MAN Baraka dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) telah merencanakan
berbagai program dan kegiatan yang akan dilakukan, yakni membentuk
kepanitiaan, kemudian panitia mengirimkan nama peserta UN sementara
kepada Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten Enrekang.
Selanjutnya kami melakukan bimbingan belajar sore hari bagi peserta didik
kelas XII selama bulan pebruari setiap hari Kamis, Jumat, Sabtu, Ahad, mulai
pukul 14.00-17.00, dan try out sebanyak 3 (tiga) kali. Perencanaan lain,
adalah mensosialisasikannya di tengah-tengah masyarakat, terutama di
kalangan orang tua peserta didik dengan cara memberi pemahaman kepada
mereka bahwa Ujian Nasional memiliki posisi urgen dan signifikan dalam
penentuan kelulusan peserta didik. Karena seminggu sebelum pelaksanaan
Ujian Nasional (UN) kami mengundang mereka, orang tua peserta didik dan
masyarakat untuk mengadakan pertemuan, yang intinya pada pertemuan
tersebut menyampaikan kiat-kiat dan tips untuk meghadapi Ujian Nasional
yang sesuai perencanaan secara serentak insya Allah terlaksana di seluruh
160

madrasah dan madrasah pada hari Senin 15 April sampai kamis 25 April
2013. Hal seperti ini, yakni mengadakan pertemuan, dilakukan setiap
tahunnya sebagaimana pada tahun-tahun lalu dalam rangka menghadapi Ujian
Nasional (UN). Terakhir adalah melakukan pengecekan data Calon Peserta
Ujian Nasional (UN) yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Enrekang, dan mengirimkan Data Peserta Ujian Nasional (UN) Tetap kepada
pihak Kementerian Agama pada bulan Maret Tahun 2013, yang lalu. 9
Berdasarkan keterangan di atas, maka dipahami bahwa MAN Baraka, jauh
sebelum pelaksanaan Ujian Nasional (UN), telah merencanakan berbagai kegiatan
dalam rangka menghadapi hajatan besar madarasah tersebut pada setiap tahunnya.
Secara garis besarnya, perencanaan itu sesuai wawancara di atas, adalah
pembentukan kepanitiaan, pengusulan nama-nama peserta Ujian Nasional (UN)
dengan mengirin data ke Dinas Kementerian Nasional dan Kementerian Agama,
mengadakan bimbingan, try out, mengadakan sosialisasi, dan pengecekan.
2. Manajemen Pengorganisasian
Sebagai lembaga pendidikan yang telah mapan, MAN Baraka, telah
menerapkan manajemen modern dan professional dengan struktur organisasi yang
lengkap dan pembagian kerja yang jelas serta profesional di samping itu
pembinaan kerjasama dan perilaku terus menjadi prioritas utama. Hal ini
dilakukan dalam rangka memperjelas ruang lingkup kerja, tugas, hak, tanggung
jawab, dan wewenang masing-masing pribadi dalam tubuh organisasi MAN
Baraka, dengan demikian segala bentuk kesalahan seperti tumpang tindih
kewenangan dan yang semacamnya dapat dihindarkan. Pembagian tugas secara
jelas ini menjadi sangat penting dalam rangka pemberdayaan seluruh SDM yang
ada sebagai potensi yang diharapkan secara bersama-sama dapat menjalankan

9
Ahmad Saharuddin, 45 tahun, Wakamad Sarana Prasarana MAN Baraka, Wawancara
oleh penulis di Baraka, tanggal 22 Maret 2014.
161

tugas dan tanggung jawab organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.

a. Struktur Organisasi;

Sebagaimana dengan lembaga pendidikan lainnya, yang dikelola oleh

Pemerintah, maka struktur organisasi MAN Baraka merupakan dua jalur

hubungan, yaitu hubungan struktural atau hubungan administratif dan hubungan

fungsional atau koordinatif, untuk jelasnya dapat dilihat bagan berikut;

Bagan Struktur Organisasi MAN Baraka

Tahun ajaran 2013/2014


Kamad MAN Baraka
Drs. Fakhri Abbas, M.Pd

Wakamad Kurikulum
Drs. Muhammad Islam
Wakamad Kesiswaan
Aminatus Salamah, S.Pd
Wakamad Humas
Farid Ahmadi S.Ag
Wakamad Sarana
Drs. Ahmad Saharuddin

Kepala Tata Usaha


Guru Muhammad Jumli, SE

Unit Perpustakaan
Dan laboratorium

Peserta Didik (Siswa) MAN Baraka


162

b. Tata Kerja Organisasi Madrasah. 10

1) Kepala Madrasah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Tugas dan fungsi ini

diperinci sebagai berikut;

a) Kepala madrasah sebagai edukator, yaitu bertugas melaksanakan proses

belajar mengajar secara efektif sebagaimana dengan guru-guru lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa jabatan sebagai kepala madrasah hanyalah merupakan

tugas tambahan bagi seorang guru, sehingga dalam ketentuan yang

bersangkutan tetap harus mengajar sebagaimana layaknya guru bidang studi

dengan a lokasi waktu 6 jam/minggu.

b) Kepala madrasah sebagai manajer, mempunyai tugas ; menyusun perencanaan,

mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan dan mengkooordinasikan kegiatan,

melaksanakan pengawasan dan evaluasi kegiatan, menentukan kebijaksanaan,

mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses pembelajaran,

mengatur administrasi (kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, dan

keuangan, RAPBM, membimbing dan mengarahkan Organisasi Siswa Intra

Madrasah (OSIS/M), mengatur hubungan madrasah dengan masyarakat dan

instansi terkait.

c) Kepala madrasah sebagai administrator, yaitu melakukan hal-hal yang

berhubungan dengan administrasi; pengawasan/supervisi, kurikulum,

10
Tata kerja organisasi atau sering disebut uraian tugas (job discriptions) tersebut,
diperoleh dari Buku Panduan Teknis Organisasi oleh Kepala Tata Usaha TU MAN Baraka, pada
tanggal, 20 Juni 2014.
163

kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, keuangan, perpustakaan, laboratorium,

keterampilan, UKS, OSIS, dan lain-lain.

d) Kepala madrasah selaku supervesor, yaitu bertugas menyelenggarakan

supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan

konseling, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan evaluasi dan penilaian, kegiatan

administrasi dan keuangan.

e) Kepala madrasah sebagai pimpinan/leader, yaitu melaksanakan tugas dengan

amanah, jujur dan bertanggung jawab, memahami kondisi guru, karyawan dan

siswa, memiliki dan memahami visi-misi madrasah, mengambil keputusan

urusan intern dan ekstern madrasah, membuat, mencari dan memilih gagasan

baru.

f) Kepala madrasah sebagai inovator, yaitu melakukan pembaharuan di bidang

kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakulikuler, melaksanakan pembinaan

dan bimbingan kepada guru dan karyawan, melakukan pembaharuan dan

menggali sumber daya melalui Komite dan masyarakat.

g) Kepala madrasah sebagai motivator, yaitu membangkitkan semangat kerja

kepada guru dan karyawan/staf untuk meningkatakan kinerjanya, memberi

motivasi kepada pelaksana unit kerja untuk menata unit kerjanya, menciptakan

penataan lingkungan madrasah yang asri dan kondusif, menciptakan ruang

laboratorium dan perpustkaan yang nyaman dan menyenangkan, menciptakan

hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan, antara madrasah

dan lingkungan, menerapkan prinsip penghargaan atau reward kepada guru,

staf dan siswa yang berprestasi dan memberi sanksi/ hukuman yang melanggar
164

aturan kedisiplinan dalam madrasah, dan dalam tugas tertentu kepala

madrasah mendelegasikan kepada wakil kepala madrasah sesuai jobnya

masing-masing.11

Memperhatikan tugas dan fungsi kepala madrasah tersebut, jumlahnya

cukup banyak, sehingga mungkin ada sebahagian mempertanyakan mungkin

meragukan kemampuan kepala madrasah menjalankan tugas dan fungsi-fungsi

tersebut. Dari sejumlah tugas pokok dan fungsi tersebut, sudah tentu kepala

madrasah harus memiliki kemampuan atau kompetensi yang cukup memadai

untuk mengimbangi tugas-tugas tersebut. Kepala madrasah harus menjadi seorang

generalis, yaitu harus memiliki pengetahuan dari semua tugas dan fungsi yang

menjadi tanggung jawabnya, artinya memahami sedikit dari banyak masalah yang

dihadapi. Seorang kepala tidak dituntut menjadi ahli, tetapi yang diinginkan

adalah mengetahui dan memahami banyak masalah, yang berhubungan dengan

tugas dan fungsinya. Kemudian hal paling penting lagi adalah adanya

pendelegasian wewenang (delegation of otority) kepada bawahannya (wakil-wakil

kepala madrasah) untuk melaksanakan pekerjaan susuai fungsi dan tugas mereka.

Fungsi ini ikut meringankan beban kerja kepala madrasah, terutama dalam

kegiatan rutinitas, yang sering melelahkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya, kepala madrasah dibantu beberapa orang wakil kepala

madrasah dan beberapa personil lainnya, dengan tugas-tugas sebagai berikut;

11
Muhammad Jumli, 38 Tahun, Kepala Tata Usaha MAN Baraka, “Profil MAN Baraka”,
diterima pada tanggal 27 Mei 2014.
165

2) Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum bertugas membantu kepala

madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;

a) menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan;

b) menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

c) mengatur penyusunan program pengajaran, program satuan pelajaran dan

persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum.

d) mengatur pelaksanaan kegitan kurikuler dan ekstrakurikuler.

e) mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kelulusan, dan laporan

kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB.

f) Mengatur Pelaksanaan Program perbaikan dan pengajaran.

g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

h) Mengatur pengembangan MGMPP dan koordinator mata pelajaran.

i) mengatur mutasi siswa.

j) melakukan supervisi administrasi dan akademis.

k) Menyusun laporan.

3) Wakil Kepala madrasah bidang kesiswaan, bertugas membantu kepala

madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;

a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (keamanan, kebersihan,

ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan, dan kerindangan).

c) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi kepramukaan,

palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan

madrasah (UKS), patroli keamanan madrasah (PKS) dan paskibraka.


166

d) mengatur program pesantren kilat.


e) menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan madrasah.
4) Wakil Kepala madrasah bidang Sarana dan prasarana, bertugas membantu
kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;
a) merencanakan kebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses belajar
mengajar.
b) merencanakan program pengadaannya.

c) mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.


d) mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian.
e) mengatur pembakuannya.
f) menyusun laporan.
5)Wakil Kepala madrasah bidang Hubungan Dengan Masyarakat, bertugas
membantu kepala madrasah dalam urusan-urusan sebagai berikut;
a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan Komite Madrasah dan
peran Komite Madrasah.
b) Menyelenggarakan bakti social, karya wisata.
c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di Madrasah (gebyar

pendidikan).
d) Menyusun laporan.
6) Guru, bertanggung jawab kepada kepala Madrasah dan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Adapun
Tugas dan tanggung jawab guru meliputi:
a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
167

b) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan


umum, ujian akhir.

c) Membuat perangkat-perangkat pembelajaran, yaitu, program tahunan/

semester, program mingguan, program satuan pelajaran, RPP, Daftar

Penilaian, Modul Pembelajaran, LKS, dan selainnya

d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian;

e) Menyusun dan melaksanakan perbaikan/remedial dan pengayaan;

f) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan) kepada

guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar

g) Membuat atau menggunakan alat/media pembelajaran.

h) Menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni

i) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

j) Melaksanakan tugas tertentu di madrasah

k) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi tanggung

jawabnya

l) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa

m) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran

n) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang pratikum

o) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkatnya

7)Wali Kelas, bertugas membantu kepala madrasah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut :

a) pengelolaan kelas
168

b) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi : Denah tempat duduk siswa,

Papan absensi siswa, Daftar pelajaran kelas, Daftar piket kelas, Buku absensi

siswa, Buku kegiatan pembelajaran/buku kelas dan tata tertib siswa

c) penyusun pembuatan statistic bulanan siswa

d) pengisian daftar kumpulan nilai siswa (lengger)

e) pembuatan catatan khusus tentang siswa

f) pencatatan mutasi siswa

g) pengisian buku laporan penilaian hasil belajar

h) pembagian buku laporan penilaian hasil belajar

8) Guru Bimbingan dan Konseling, adalah bertugas membantu kepala

madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling

b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar;

c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi

dalam kegiatan belajar;

d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh

gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai;

e) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling;

f) Menyusun statistic hasil penilaian bimbingan dan konseling;

g) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar;

h) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling;

i) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling;


169

9) Pustakawan Madrasah, adalah bertugas membantu kepala madrasah

dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a) perencanaan pengadaan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika;

b) pengurusan pelayanan perpustakaan;

c) perencanaan pengembang perpustakaan;

d) pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/bahan pusta/media elektronika;

e) inventarisasi dan pengadmininistrasian buku-buku/bahan pustaka/media

elektronika;

f) melakukan layanan bagi siswa,guru,dan tenaga kependidikan lainnya, serta

masyarakat;

g) penyimpanan buku buku perpustakaan/media elektronika;

h) menyusun tata tertib perpustakaan;

i) menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.

10) Laboran, adalah bertugas untuk membantu kepala madrasah dalam

kegiatan-kegiatan sebagai berikut;

a) perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium;

b) menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium;

c) mengatur penyimpangan dan daftar alat-alat laboratorium;

d) memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium;

e) inventarisasi dan pengadministrasian pinjaman alat-alat laboratorium;

f) menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.


170

11) Kepala tata usaha, adalah bertugas untuk membantu melaksanakan

ketatausahaan madrasah, dan bertanggung jawab kepada kepala madrasah dalam

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a) penyusunan program kerja tata usaha madrasah;

b) pengelolaan keuangan madrasah;

c) pengurusan administrasi ketenangan dan siswa;

d) pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha madrasah;

e) penyusunan administrasi perlengkapan madrasah;

f) penyusunan dan penyajian data/statistic madrasah;

g) mengkordinasikan dan melaksanakan 7 K;

h) penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara

berkala.

Mmenurut Fakhri Abbas, bahwa uraian tugas tersebut hanyalah

merupakan penggarisan atau batasan yang harus dipertanggung jawabkan masing-

masing pengelola secara rutin, karena dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut

tetap diperlukan adanya kerjasama dari semua warga madrasah, sehingga

terbangun kekompakan atau kebersamaan setiap pelaksanaan program, dan tidak

ada sekat dan diskriminisasi antara satu dengan yang lainnya.12 Upaya

menanamkan komitmen untuk kerjasama yang baik dalam kehidupan sehari-hari

pada MAN Baraka dijadikan sebagai tradisi dan budaya, karena hal ini disadari

12
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 28 Juli 2014.
171

selain sebagai ajaran Islam, juga merupakan salah satu prinsip manajemen mutu

terpadu yang harus diterapkan dan dipelihara secara berkesinambungan.

3. Manajemen Pelaksanaan

Manajemen mutu terpadu merupakan salah satu pola manajerial dalam

upaya merespon stake holders pendidikan ke arah perbaikan mutu yang cepat dan

terus menerus. Konsep ini menawarkan pendekatan yang sangat efektif dalam

mengelola lembaga pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan,

khususnya berkenaan dengan implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis

Madrasah (MPBS) di MAN Baraka sudah direncanakan sebelumnya, yakni sejak

proses peralihan dari PGAN menjadi MAN Baraka pada tahun 1993. Muhammad

Islam menyatakan bahwa,


Ditinjau dari fungsi-fungsi manajemen mutu terpadu dari setiap komponen
pendidikan, pengembangan pendidikan dalam perspektif MPBS yang
dilakukan di madrasah ini (MAN Baraka pen) memiliki paradigma formisme.
Dikatakan formisme karena fungsi-fungsi manajemen dari setiap komponen
pendidikan memiliki aktivitas yang berbeda mulai dari fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi. Keempat fungsi menggambarkan
adanya dikotomi atau diskrit dalam pelaksanaan kegiatan manajemen mutu
terpadu. Dengan paradigma formisme ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi
dalam manajemen komponen pendidikan bersifat horizontal lateral. Dikatakan
horizontal lateral mengandung arti bahwa fungsi-fungsi manajemen tersebut
mempunyai hubungan sederajat namun independen dan tidak harus saling
berkonsultasi namun dalam pelaksanaannya fungsi-fungsi tersebut saling
bekerja sama dengan dukungan unsur-unsur komunikasi, koordinasi dan
kerjasama untuk mencapai tujuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut memiliki paradigma mekanisme yang
bersifat lateral sekuensial (fungsi-fungsi manajemen memiliki hubungan
sederajat dan saling terikat). Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai maka
fungsi-fungsi manajemen tersebut merupakan satu kesatuan atau sebagai
sistem, sehingga paradigma yang digunakan adalah paradigma organisme yang
172

bersifat vertikal linier (berorientasi pada ajaran-ajaran Islam sesuai konsep


pendidikan Islam.13
Berdasarkan keterangan di atas dipahami bahwa pendidikan Islam di MAN

Baraka domainnya pada implementasi MPBS yang menekankan pada pelaksanaan

kurikulum Pendidikan Islam yang dalam kenyataannya tidak bersifat statis tetapi

bersifat dinamis. Hal tersebut berdasarkan keterangan yang lebih dikemukakan

Muhammad Islam bahwa,


Kurikulum di MAN Baraka senantiasa berkembang dalam arti kurikulum di
MAN Baraka selalu mengalami pembaharuan. Ini terjadi dari tahun ketahun
sesuai dinamika yang dialami. Data empirik yang mendukung, dapat dilihat
dari segi perubahan global yang maju sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kebutuhan masyarakat. Pembaharuan tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu Pendidikan Islam sehingga
pengalaman belajar berguna bagi para lulusan. Berkenaan dengan inilah, maka
untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang tertuang dalam kurikulum,
harus memenuhi berbagai prinsip yang melandasi kurikulum Pendidikan
Agama Islam, yaitu fleksibilitas program, efisiensi, dan efektifitas,
berorientasi pada tujuan akhir pendidikan Islam. 14
Berdasarkan keterangan di atas, ditemukan perbedaan pengembangan

kurikulum sejak didirikannya MAN Baraka, yakni pada awalnya kurikulum yang

digunakan lebih dominan mengikuti pola keguruaan keagaaan terutama saat MAN

Baraka masih dalam status PGAN dalam perkembangan selanjutnya mengikuti

pola kurikulum Pendidikan Nasional, yang secara terpadu mengakumulasi

berbagai elemen materi pendidikan Islam, yang berdasarkan keterangan yang

13
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
14
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
173

diperoleh dari Fakhri Abbas menekankan pada tujuh prinsip manajemen mutu

terpadu.

Pertama, prinsip perpaduan yang sempurna dengan agama termasuk ajaran

nilainya. Setiap yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan,

kandungan, metode mengajar harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.

Kedua, prinsip perpaduan yang menyeluruh (universal) pada tujuan dan

kandungan kurikulum. Kalau tujuannya harus meliputi segala aspek pribadi

pelajar, maka kandungannya harus meliputi juga segala yang berguna untuk

membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah, akal dan jasmaninya,

begitu juga yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual,

kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, termasuk ilmu agama, bahasa, dan lain-lain.

Ketiga, prinsip perpaduan secaraa keseimbangan yang relatif antara tujuan

dan kandungan kurikulum. Antara aspek syariat dan spiritual misalnya, harus

seimbang dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini berdasar pada ajaran Islam

yang menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat.

Keempat, prinsip perpaduan yang berkaitan dengan bakat, minat dan

kemampuan, serta kebutuhan pelajar. Dengan prinsip ini, kurikulum akan lebih

sesuai dengan sifat semula jadi pelajar, lebih memenuhi kebutuhannya dan lebih

sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan masyarakat.

Kelima, prinsip perpaduan pemeliharaan perbedaan individu di antara

pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga

memelihara perbedaan dan kelainan di antara alam sekitar dan masyarakat.


174

Keenam, prinsip perpaduan perkembangan dan perubahan Islam yang

menjadi sumber pengambilan falsafah, prinsip, dasar kurikulum, metode

mengajar. Pendidikan Islam mencela keras sifat meniru (taqlīd), dan ajaran Islam

mengarahkan umatnya untuk mengikuti perkembangan zaman yang berlaku dalam

kehidupan sehingga relevan dengan segala situasi dan kodisi.

Ketujuh, prinsip perpaduan peraturan antara mata pelajaran, pengalaman

yang terkandung dalam kurikulum. Begitu juga dengan keterpaduan antara

kandungan kurikulum dan kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat,

tuntutan zaman tempat dimana peserta didik itu berada sehingga mereka dapat

bersosialiasi dengan lingkungannya. 15

Dari prinsip-prinsip perumusan manajemen mutu terpadu terhadap

kurikulum yang dikemukakan pada dasarnya dalam kurilulum pendidikan di MAN

Baraka mengutamakan upaya pembentukan kepribadian muslim, dan hal tersebut

menjadi penekanan sebab kurikulum merupakan salah satu komponen pokok

dalam suatu sistem pendidikan Islam. Bahkan kurikulum itulah yang merupakan

salah satu alat yang membawa kepada tercapainya tujuan pendidikan.

Khusus untuk pengajaran kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI), dan

kurikulum umum terpadu secara seimbang dan sudah menjadi ciri khas MAN

Baraka, kurikulum tersebut terimplementasi secara seimbang antara pelajaran

agama dan umum. Ini sebagai bukti empirik bahwa kurikulum yang digunakan

senantiasa mengalami pengembangan berdasarkan tuntutan kemajuan ilmu

15
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 1 Agustus 2014.
175

pengetahuan, teknologi dan kebutuhan masyarakat yang didasarkan pada

implementasi manajemen mutu terpadu.

Data lain yang penulis dapat tunjukkan adalah adalah pelaksanaan dari

KBK ke KTSP di MAN Baraka, merupakansalah satu inovasi terbaru yang

dilakukan dengan menyempurnakan kualitas kurikulum yang lama, walaupun

secara operasional dalam pandangan penulis, KBK dan KTSP adalah sama, hanya

saja pada KTSP kelihatan bahwa MAN Baraka lebih memberikan keleluasaan

untuk mendelegasikan seluruh isi kurikulum dengan melihat karakter, dan potensi

lokal, seperti yang penulis temukan adalah praktek shalat dan kultum di masjid

bagi setiap siswa MAN Baraka merupakan KTSP muatan lokal yang tetap

menekankan kompetensi akan tetapi lebih dikerucutkan lagi dalam operasional

dan implementasinya. Ini berdasarkan data yang penulis peroleh mulai berlaku

dan dikembangkan sejak tahun 2007 di MAN Baraka.

Pada segi lain, penulis juga menemukan data bahwa pengembangan

kurikulum di MAN Baraka, sejak tahun 2007 itu, didasarkan beberapa pemikiran

sebagaimana yang dikemukakan Fakhri Abbas, bahwa dalam memberi perhatian

dalam penyusunan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) diperhatikan

beberapa aspek sebagai berikut:

a. Nilai mata pelajaran yang membawa kepada kesempurnaan jiwa dan

keutamannya, yaitu dengan memberikan pelajaran-pelajaran ke-agamaan dan

ketuhanan.
176

b. Nilai mata pelajaran yang mengandung nasehat untuk mengikuti jalan hidup

yang baik dan utama seperti aqidah, akhlak, al-Qur’an hadis, fikih, sejarah

kebudayaan Islam.

c. Nilai mata pelajaran untuk memperoleh kebiasaan tertentu dari akal yang dapat

berpindah kelapangan-lapangan lain. Di sini ilmu dipelajari hanya karena itu

atau memberikan manfaat secara praktis dalam kehidupan, seperti ilmu mantiq,

nahhwu, dan kedokteran.

d. Nilai mata pelajaran yang mempersiapkan seseorang untuk memperoleh

pekerjaan atau penghidupan, seperti pendidikan kejuruan, teknik dan industri.

e. Nilai mata pelajaran yang dapat menjadi alat atau media untuk mempelajari

ilmu yang lebih berguna, seperti ilmu bahasa. 16

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pelaksanaan kurikulum pendidikan

Islam di MAN Baraka, yang didasarkan pada konsep manajemen mutu terpadu

terlebih dahulu harus dilihat dari segi implementasi kurikulum yang sudah mulai

diterapkan dengan pendekatan Menejemen Berbasis Madrasah (MBS) yang pada

masa awalnya, yakni sejak proses peralihan dari PGAN menjadi MAN Baraka

belum sepenuhnya terjabarkan sesuai program pengembangan Madrasah Aliyah

Negeri yang digagas oleh DMAP (Development of Madrasah Aliyah Project),

namun pada sisi lain tetap berjalan seperti perbaikan sarana dan prasarana

pembelajaran tetap mendapat kucuran dana dari Kementerian Agama RI, sampai

sekarang.

16
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 1 Agustus 2014.
177

Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan manajemen mutu terpadu

secara umum di MAN Baraka dapat dikatakan belum terimplementasi secara

eksplisit, kecuali hanya implemetasinya pada penjabaran dan pelaksanaan

kurikulum seperti yang telah dikemukakan, naumn jika dicermati terhadap

beberapa keberhasilan yang telah diaraih oleh MAN Baraka selama tiga tahun

terakhir, baik keberhasilan di bidang akademik maupun di bidang non akademik,

maka dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan oleh

kepala madrasah sejalan dengan prinsip dan karakteristik manajemen mutu

terpadu. Khusus tentang prestasi akademik seperti dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut:

Berbagai prestasi akademik yang diperoleh dari MAN Baraka sebagai

indikator bahwa pelaksanaan manajemen mutu terpadu terimplementasi dengan

baik. Namun di sisi lain khususnya prestasi non akademik seperti lomba seni dan

olahraga belum begitu mencapai target yang diinginkan. Dalam hal ini prestasi

akademi dan non akademik tidak ditemukan keterpaduan, sehingga sesuai hasil

wawancara dengan kepala madrasah dan beberapa guru serta staf MAN Baraka

diperoleh informasi tentang penerapan manajemen mutu terpadu yang masih

berada pada tataran konseptual atau belum secara eksplisit terlaksana secara

keseluruhan, oleh kerena itu dalam penerapannya hanya dilihat pada dua aspek

kajian, pertama kajian dalam tataran konsep, yaitu suatu pendekatan dalam

menjalankan kegiatan pendidikan yang berupaya memaksimalkan mutu output

diikuti dengan penyempurnaan secara terus-menerus terhadap system manajemen

pendidikan dan kedua kajian mencakup cara penyampaiannya, yang searah dengan
178

10 (sepuluh) prinsip atau karakteristik manajemen mutu terpadu yaitu; a) Fokus

pada peserta didik, b) Berobsesi tinggi pada kualitas, c) Menggunakan pendekatan

ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, d) Memiliki

komitmen jangka panjang, e) Manajemen dan kerjasama tim (teamwork), f)

Memperbaiki kualitas secara berkesinambungan, g) Menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik dan staf, h) penerapan kebebasan

yang terkendali, i) memiliki kesatuan tujuan, dan j) Melibatkan dan

memberdayakan semua elemen madrasah.

Penjabaran ke sepuluh prinsip atau karakteristik MMT tersebut dapat

dilihat dari hasil penelitian pada MAN Baraka dengan gambaran sebagai berikut;

a. Fokus pada peserta didik.

Fukus pada peserta didik maksudnya bahwa sasaran seluruh aktifitas

pendidikan harus terfokus kepada upaya memenuhi harapan dan kepuasan

peserta didik. Lembaga pendidikan yang memiliki komitmen besar terhadap

kepuasan dan kebutuhan peserta didik merupakan hal penting dan utama untuk

meraih mutu pendidikan yang mempunyai daya saing yang tinggi. Hal ini sejalan

dengan program pendidikan yang dikembangkan oleh MAN Baraka sebagaimana

dikemukakan oleh Farid Ahmadi, yang menyatakan bahwa pada hakekatnya

seluruh aktifitas pendidikan semuanya tertuju atau terfokus kepada peserta didik,

baik melalui program kegiatan akademik maupun non akademik. Langkah-

langkah peningkatan mutu peserta didik dikelola secara optimal sesuai dengan
179

perencanaan yang telah dirumuskan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) dan

Rencana Kerja Tahunan (RKT) MAN Baraka.17

Terkait dengan sistem manajemen kesiswaan sebagai salah satu kegiatan

operasional madrasah, maka peserta didik sebagai peserta didik utama, harus

mendapatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan dengan mengatur

berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di

madrasah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan

pendidikan madrasah. Oleh karena itu pengembangannya meliputi kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai ke luar dari

madrasah, dan aspek-aspek lain yang lebih luas yang secara operasional dapat

membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik secara

optimal.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Kepala madrasah bersama dengan

Wakamad Kesiswaan dan beberapa guru yang terkait, telah menetapkan beberapa

ketentuan yang berhubungan dengan empat tugas utama yang harus diperhatikan,

yaitu, penerimaan siswa baru (PSB), kegiatan kemajuan belajar, bimbingan dan

pembinaan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler, serta

peningkatan kedisiplinan baik di dalam maupun di luar madrasah. Ke empat tugas

tersebut dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut;

1) Kehadiran dan pemantauan kedisiplinan peserta didik di madrasah.

2) Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penempatan peserta didik di kelas.

17
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
180

3) Evaluasi kemajuan belajar peserta didik (tugas utama guru dan wali

kelas).

4) Bimbingan dan penyuluhan peserta didik yang bersmasalah (tugas guru

BK)

5) Program kesehatan dan keamanan (tersedia UKM).

6) Pembinaan kegiatan keagamaan (bersama seksi keagamaan OSIM) dalam

berbagai bentuk dan jenisnya secara terkoordinir.

7) Pembinaan keterampilan peserta didik (olah raga dan seni) dalam berbagai

bentuk dan jenisnya secara terkoodinis.

8) Kegiatan pembinaan akdemik dan non akademik, dalam berbagai bentuk

dan jenisnya secara terkoordinir.18

Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar peserta didik memerlukan

data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Oleh karena itu

setiap kegiatan didukumentasikan secara khusus oleh bagian Tata Usaha

Madrasah dengan menggunakan sistem pendataan berbasis komputer guna

memudahkan analisis, pendokumentasian, tentang informasi mengenai data

kemajuan peserta didik. Data ini diperlukan untuk dijadikan bahan informasi

kepada masyarakat terutama kepada orang tua peserta didik, bahkan menjadi

bahan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala

madrasah bersama dengan guru-gurunya sebagai pengelola pendidikan. Demikian

halnya kemajuan belajar peserta didik, secara periodik harus dilaporkan kepada

18
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
181

orang tua sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan

membimbing anaknya belajar di rumah secara kontinyu.

Pemantauan terhadap kemajuan prestasi peserta didik dalam pembelajaran

merupakan suatu kegiatan pendahuluan untuk merencanakan strategi

pembelajaran, metode apa yang cocok, dan menambah/mengurangi beban kerja.

Secara khusus, pemantauan terhadap kemajuan peserta didik yang dilakukan

secara konsisten dan kontinu berperan sebagai dasar untuk memberikan balikan

kepada peserta didik. Dalam kaitan dengan kegiatan ini, perlu diperhatikan

aktivitas pekerjaan rumah yang diberikan kepada peserta didik, terutama yang

berkaitan dengan seberapa banyak pekerjaan rumah yang selayaknya diberikan

kepada peserta didik dan penilaian yang diberikan. Lebih lanjut Fakhri Abbas

mengemukakan, bahwa biasanya dalam mengukur prestasi peserta didik, Kepala

madrasah dan guru melakukan beberapa hal, antara lain;


Guru melakukan penilaian prestasi peserta didik untuk menentukan strategi
pembelajaran dan untuk mengetahui keefektifan metode dan media
pembelajaran yang digunakan. Mengisi laporan prestasi peserta didik yang
dikerjakan oleh wali kelas masing-masing untuk disampaikan kepada orang
tua peserta didik dan Komite madrasah. Demikian pula hasil karya dan
prestasi khusus peserta didik di masdrasah disampaikan kepada orang tua,
komite madrasah.19
Dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik pada MAN Baraka, ada

beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kepala madrasah bersama dengan guru-

guru, antara lain;


Menetapkan jadwal penilaian secara bersama sesuai kalender pendidikan
dengan mengacu pada kalender pendidikan yang telah ditetapkan oleh

19
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 4 Agustus 2014.
182

DIKNAS Kabupaten Enrekang dan Kementerian Agama Kabupaten


Enrekang, sehingga guru dapat mengoptimalkan penyelesaian proses
pembelajarannya di kelas. Selain itu guru memeriksa setiap pekerjaan
peserta didik dan memberikan balikan secara cepat dan melakukan analisis
terhadap kemajuan peserta didik, bukan hanya pada rana kognitifnya, tetapi
juga pada rana afektif dan psikomotoriknya. Penilaian ini dilaksanakan
secara priodik yang bertujuan untuk melihat kecenderungan peningkatan
dan penurunan dan kemajuan peserta didik. 20
Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan

peserta didik, tetapi juga sikap kepribadian dan keterampilan-keterampilan lain,

yang lahir dari hasil pengalaman proses pembelajaran di madrasah. Madrasah

tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan

keterampilan, tetapi juga memberi bimbingan dan bantuan terhadap peserta

didik yang bermasalah, baik dalam belajar, maupun emosional dan tingkah

lakunya, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan

potensi masing-masing. Pengembangan peserta didik dalam hal bakat dan minat

dapat melalui organisasi siswa madrasah (OSIM) dengan mengisi berbagai

kegiatan berupa pengetahuan dan keterampilan khusus.

Fokus utama dalam aktivitas pembelajaran di madrasah adalah peserta

didik, mereka merupakan subjek utama proses pemberajaran. Berhasil atau

tidaknya proses pembelajaran sangat tergantung pada kesiapan dan kemampuan

peserta didik untuk belajar. Optimalisasi kesiapan dan kemampuan belajar

menjadi kunci keberhasilan proses pembelajaran di madrasah. Madrasah yang

efektif harus menyediakan program dan aktivitas pelayanan pendukung peserta

didik (Student Support Services). Program dan aktivitas layanan ini diarahkan

20
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 4 Agustus 2014.
183

untuk membantu peserta didik mengaktualisasi potensinya secara optimal.

Layanan pendukung peserta didik di MAN Baraka dapat dikordinasikan

langsung dengan program layanan dan bimbingan. Pelayanan mencakup berbagai

bentuk layanan responsive, seperti konseling, bimbingan pembelajaran, layanan

orientasi, layanan informasi, bimbingan kelompok, layanan mediasi,

penempatan/penyaluran, dan bantuan ketuntasan belajar. Terdapat beberapa jenis

pelayanan pada MAN Baraka, seperti berikut;


Peserta didik (melalui OSIM) dapat memberikan masukan terhadap
pengembangan pembelajaran dan implementasi kebijakan disiplin
madrasah. OSIM aktif melakukan kegiatan dan ikut bertanggung jawab
atas program pembinaan yang dilaksanakan. Tersedia banyak pilihan aktivitas
untuk program ekstrakurikuler sesuai bidang-bidang bakat dan minat peserta
didik tanpa ada diskriminasi jenis kelamin, suku, dan kondisi-kondisi
lainnya yang menghambat. Pada sisi lain guru memberikan tugas-tugas
kepada peserta didik pada jam pelajaran, bila guru yang bersangkutan tidak
bisa hadir, atau guru yang bersangkutan digaanti oleh guru lain untuk jam
yang kosong tersebut. Guru bersifat demokratis atas pikiran dan pendapat
peserta didik, baik terhadap pendapat yang benar maupun yang salah.
Terdapat ruang khusus untuk melaksanakan program layanan bimbingan
konseling dan pemantauan terus-menerus terhadap kesulitan belajar, dan
masalah lain yang dialami oleh peserta didik. Kegiatan pengembangan diri
dikaitkan dengan usaha pengembangan pribadi peserta didik secara integral,
yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, sosial, dan spritual. 21
Selanjutnya dikemukan oleh beberapa guru tentang kiat-kiat MAN Baraka

dalam meningkatkan kualitas peserta didik sebagai pendidikan alternatif, antara

lain yaitu;

Pertama, pendidikan yang harus diterapkan saat ini bukan pendidikan yang

hanya mengejar angka-angka seperti angka kelulusan dalam pelaksanaan UN

21
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
184

berupa nilai yang tinggi, tetapi yang paling utama adalah mengejar makna dari arti

pengajaran itu. Memburu standar nilai yang tinggi sebagai terget berkompetisi

dengan Madrasah lain memang juga perlu, tetapi harus dilandasi sebuah kejujuran

dalam meraih hal itu, karena di mana-mana madrasah dan madrasah 100 %

siswanya lulus dalm UN, tetapi hal itu meragukan. Banyak madrasah/madrasah

merebut kelulusan sekian persen tetapi yang berkualitas bukan madrasah dan

murid-muridnya tetapi kepala madrasah beserta gurunya.

Kedua, nilai dari pendidikan yang diajarkan adalah nilai yang bersandar

pada perilaku dan etika. Sebanyak apapun ilmu yang dikuasai, tetapi pendidikan

nilai etika yang kurang, maka menjadi kuranglah arti pendidikan itu. Nilai, tidak

saja dapat diperoleh dibangku madrasah/ madrasah.

Ketiga, pendidikan yang dibutuhkan saat ini, khususnya di MAN Baraka

adalah pendidikan yang memberi petunjuk untuk kemaslahatan dan bekal

keterampilan di masyarakat.22

Penerimaan siswa baru pada MAN Baraka melalui seleksi yang ditetapkan

oleh pihak Madrasah bertujuan untuk menjaring calon peserta didik yang memiliki

potensi akademik atau kemampuan intelektual, berakhlak mulia/berkepribadian

serta memiliki kematangan pribadi dan keterampilan untuk dapat menyelesaikan

pendidikan di MAN 2 Model Enrekang dengan hasil yang maksimal, unggul

dalam berbagai bidang dan sukses di masyarakat.

Syarat Pendaftaran dan kode etik siswa MAN Baraka yaitu:

22
Jumi Jakwamati, 46 tahun, Husna, 43 tahun, Yarsil, 40 Tahun, guru-guru MAN Baraka,
Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal 6 Agustus 2014.
185

1) Syarat pendaftaran

Beragama Islam, berusia setinggi-tingginya 18 tahun, menyerahkan Ijazah

& SKHUN / UN asli beserta foto copy yang dilegalisir (1 lembar), menyerahkan

pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar, menyerahkan foto copy

piagam kejuaraan dua tahun terakhir yang telah dilegalisir oleh pihak berwenang

minimal tingkat kabupaten (jika memiliki) , dan beberpa persyaratan lain yang

tidak tertulis, yang bersifat anjuran.

2) Kode Etik Siswa.

Selain persyaratan tersebut, maka peserta didik yang akan diterima pada

MAN Baraka harus lulus dalam seleksi, disesuaikan dengan daya tampung ruang

kelas/rombel. Peserta didik memiliki prestasi dan keterapmpilan. Adapun kode

etik / perbuatan/ larangan yang tidak boleh dilanggar adalah berikut ini;

a) Tidak terlibat kasus pergaulan bebas dan asusila, tidak terlibat dalam

perkelahian dan tawuran, dan tidak terlibat pada penggunaan narkoba.

b) Tidak memalak dan mencuri, tidak mengancam dalam kelas.

c) Tidak membawa/menggunakan; senjata tajam, gambar/kaset porno, merokok,

miras, obat-obat terlarang dan tidak berbahasa kotor dalam lingkungan

madrasah;

d) Tidak main domino, kartu, dalam kelas atau kegiatan-kegiatan lain yang

merusak kelas, tidak boleh membuang sampah ditempat sembarangan.

e) Tidak boleh memalsukan tanda tangan, tidak makan/minum bukan pada

tempatnya;

f) Tidak boleh mencoret-coret dinding, tidak boleh rambut panjang.


186

g) Tidak mengikuti organisasi terlarang, dan tidak berada dalam kelas pada waktu

shalat berjamaah.

Selain larangan-larangan tersebut, masih ada sejumlah tata tertib/

kewajiban yang harus ditaati, seperti harus menghormati guru dan staf, dan saling

menghormati sesama siswa, setiap saat harus membawa al Qur’an, harus

mengikuti ekstra kurikuler, harus mengikuti upacara bendera, dan harus

berpakaian rapi sesuai ketentuan, dan lain-lain. Semua kode etik dan tata tertib,

apabila salah satunya dilanggar atau tidak ditaati akan dikenakan sanksi mulai dari

ringan, sedang dan berat, yang langsung ditangani oleh guru Bimbingan dan

Konseling (BK), jika pelanggaran berat biasanya langsung ditangani oleh kepala

madrasah.

Upaya peningkatan prestasi peserta didik, ada beberapa strategi yang


dapat dilakukan oleh kepala madrasah, yaitu melalui program akselerasi,
mendongkrak prestasi belajar, mendayagunakan lingkungan sekitar madrasah
dan melibatkan masyarakat.
1) Program Akselerasi, meskipun program ini belum terlaksana pada MAN
Baraka, namun program ini sudah diwacanakan sejak beberapa tahun yang lalu,
hanya belum terealisir hingga sekarang, maka upaya lain adalah penetapan kelas
unggulan setiap jenjang/tingkat, karena program ekslarasi memerlukan pembinaan
yang lebih professional, dan peserta didik yang masuk pada program ini adalah
mereka yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata dan
187

mereka dapat menyelesaikan kegiatan belajar di madrasah dengan waktu yang


relatif cepat, yaitu semestinya ditempuh 3 tahun menjadi hanya 2 tahun. 23
2) Mendongkrak Prestasi Belajar. Kegiatan ini sudah dijadikan program
utama bagi guru-guru MAN Baraka, terutama dalam menanamkan kesadaran
belajar kepada peserta didik. Sebagaimana pendapat Farid Ahmadi,24 bahwa
belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu setiap kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya, baik dari


segi kognitif, maupun afektif dan psikomotorik peserta didik. Penanaman ketiga
ranah ini yang perlu mendapat perhatian dari setiap kegiatan proses pembelajaran.
3) Pendayagunaan lingkungan sekitar madrasah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan
peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pemberajaran akan menarik
perhatian peserta didik bila apa yang dipelajari diangkat dari lingkungannya,
sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan, dan berfaedah
bagi lingkungannya. 25

b. Berosesi Tinggi pada Kualitas dan Komitmen yang Kuat.

23
Akselerasi belajar tidak sama dengan "loncat kelas" sebab dalam akselerasi belajar
setiap peserta didik tetap harus mempelajari seluruh bahan ajar yang semestinya dipelajari
(belajar tuntas). Akselerasi belajar dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja
yang disediakan madrasah. Program ini sudah diterapkan di MAN Baraka sejak tahun ajaran
2011/2012 sampai sekarang.
24
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
25
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
188

Untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Kepala bersama dengan


guru-guru MAN Baraka berusaha mencurahkan seluruh perhatian dan aktifitas
pendidikan yang senantiasa berorientasi kepada “mutu pelayanan dan mutu hasil”.
Komitemen ini menjadi kesepakatan internal dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.

Sesungguhnya meraih mutu pendidikan yang berdaya saing tinggi, tidaklah

semuda membalik telapak tangan karena sudah tentu berhadapan dengan berbagai

kendala, baik dari segi sumberdaya manusia maupun dari segi finansial

(membutuhkan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit jumlahnya). Farid

Ahmadi menyatakan bahwa;

Keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan di MAN Baraka, sudah sejak


lama dijadikan sebagai prioritas utama dalam seluruh aktifitas program
pendidikan, dan ini sudah menjadi komitmen bersama, namun terkadang kami
menghadapi beberapa kendala/hambatan terutama masalah pinansial dan
sumberdaya manusia, karena memang diakui bahwa di madrasah ini belum
semua tenaga pendidik memiliki kapasitas yang memadai terhadap mutu,
dengan kata lain kemampuan mereka masih sangat terbatas, meskipun
jumlahnya tidak banyak, namun dapat berpengaruh terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. 26
Kepala madrasah bersama dengan tenaga edukasi lainnya harus memiliki

komitmen yang kuat terhadap budaya mutu. Seringkali orang memiliki obsesi

tinggi terhadap kualitas, tetapi karena tidak didukung oleh komitmen yang kuat,

maka program mutu sulit terlaksana/tercapai. Dengan demikian adanya obsesi

tinggi yang didukung oleh komitmen yang kuat untuk meraih mutu adalah ibarat

sebuah bangunan yang memiliki dasar /pondasi yang kuat (komitemen) yang

26
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
189

didukung oleh filar yang kuat lagi tinggi (obsesi tinggi), sehingga bangunan dapat

berdiri dengan kokoh (mempunyai daya saing yang tinggi) yang tidak mudah

terkalahkan dari lembaga pendidikan lainnya.

c. Kepemimpinan dan Kerja Sama Tim


Kepemimpinan kepala madrasah memegang peranan penting terhadap
keberlangsungan suatu lembaga atau institusi pendidikan yang dipimpinnya.

Kepemimpinan kepala MAN Baraka dalam meningkatkan mutu pendidikan


menjadi tanggung jawabnya. Meskipun tanggung jawab itu secara operasional
tidaklah mungkin dilakukakan sendiri secara pribadi oleh kepala madrasah,
melainkan keterlibatan secara bersama (kerja sama) semua warga madrasah
sangat menentukan keberhasilan dan keberlangsungan program pendidikan.
Semua tenaga harus diberdayakan dengan melibatkan secara langsung pada setiap
kegiatan penyelenggaraan pendidikan pada MAN Baraka, di samping itu MAN
Baraka juga melaksanakan pembinaan melalui pengembangan wawasan dan
interaksi sosial melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.
Hal ini sesuai dengan prinsip dan karakteristik Manajemen Mutu terpadu tentang
kerjasama tiem dan pelibatan dan pemberdayaan guru dan staf.

Gambaran umum dari pembinaan dan pelaksanaan manajemen, dapat


dilihat dari indikator yang ditunjukkan oleh siswa selama mereka menjadi warga
MAN Baraka, baik dari segi kualitas lulusannya, maupun perilakunya yang
kritis, rasional dan ucapan yang santun, ramah baik dan Islami, tidak pernah
terlibat dalam tawuran baik antar jurusan, madrasah maupun antar remaja,
maupun pelanggaran-pelanggaran lainya dan yang lebih menonjol adalah
190

keterikatan secara moral dengan MAN Baraka. 27 Kepemimpinan kepala Madrasah


senantiasa mempertimbangkan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadinya. Disamping itu Kepalah MAN Baraka tidak henti-hentinya
melaksanakan program pembinaan warga Madrasah dalam kehidupan Islami untuk
menjadi muslim yang kaaffah yang menjadi ciri khas Madrasah tersebut.
Kepemimpinan Kepala MAN Baraka selalu menawarkan solusi alternatif
dalam pengembangan pendidikan ke depan, sistem pendidikan di madrasah harus

diperbaharui dan dikembangkan; kurikulum harus ditingkatkan dengan


merumuskan indikator yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam
rangka internalisasi nilai ke Islaman ke dalam ilmu pengetahuan umum, baik
ilmu-ilmu sosial maupun ilmu eksakta, seperti pelajaran ekonomi, sejarah
sosiologi, geografi, pelajaran biologi, kimia dan fisikan, dan lain-lain. Pada saat
yang sama, metodologi pembelajaran harus semakin ditingkatkan sesuai dengan
karakteristik materi bahan ajar yang diajarkan kepada peserta didik. Metodologi
yang bervariasi sangat efektif untuk mendorong siswa menganalisis dan
mengkritik apa yang mereka dapat dari pengajar. Jadi para guru di harapkan
dapat membentuk karakter peserta didik yang lebih positif, yaitu karakter yang

diwarnai dengan nilai-nilai ke Islaman.


Di sisi lain Fakhri Abbas mengemukakan bahwa implementasi Manajemen
Mutu Terpadu pada MAN Baraka dilaksasnakan secara bertahap, sesuai dengan
kondisi dan kemampuan warga MAN Baraka. Meskipun penerapannya tidak
terlalu dramatis atau memaksakan, karena apabila dilakukan secara terpaksa, bisa

27
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
191

menimbulkan permasalahan baru, apalagi diantara guru dan staf serta peserta
didik belum memahami secara sempurna manajemen atau kepemimpinan yang
berbasis Manahemen Mutu Terpadu, namun masalah mutu sudah diterapkan
secara implicit (tidak sepenuhnya sesuai teori/praktik dari didunia asalnya
(industry) di MAN Baraka, karena setiap memberi pengarahan selalu diberikan
penekanan tentang pentingnya mengedapankan mutu hasil dan mutu pelayanan
terhadap peserta didik, memelihara kedisiplinan, kerjasama antar sesama warga

madrasah, dan lain-lain.28


Secara operasional, sesuai pengamatan bahwa pengelolaan pendidikan
pada MAN Baraka setidaknya karakteristik MMT dapat diterapkan pada empat
bidang dalam pendidikan yaitu; Pertama, penerapan MMT untuk peningkatan
fungsi administrasi dan operasi secara luas dan menyeluruh. Kedua,
mengintegrasikan MMT dalam kurikulum, Ketiga, penggunaan MMT dalam
pengajaran di kelas. Keempat, menggunakan MMT di bidang pengembangan
keilmuan (penelitian dan pengembangan IPTEK), baik guru maupun peserta didik.
Selanjutnya Fakhri Abbas memprediksi bahwa kepemimpin dalam sebuah
organisasi pendidikan dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala-gejala

sebagai berikut:

Semakin meningkatnya konsistensi dalam memberikan pelayanan secara


menyeluruh untuk kepentingan peningkatan kualitas peserta didik dan SDM.
Semakin berkurangnya kekeliruan dalam bekerja yang berdampak pada
ketidakpuasan peserta didik dan masyarakat yang dilayani. Semakin
meningkatnya disiplin waktu dan disiplin kerja. Semakin sempurnanya
pengelolaan inventarisasi aset madrasah, terkendali dan tidak berkurang/
hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya. Kontrol atau pengawasan berlangsung

28
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
192

secara efektif, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan. Adanya


penghematan dana dan waktu dalam bekerja. Keterampilan dan keahlian
bekerja ditingkatkan dan dikembangkan terus menerus, dan perbaikan metode
atau cara bekerja yang produktif selalu disesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga kualitas produk dan mutu
pelayanan terus meningkat. 29
Pendapat Fakhri Abbas diperkuat oleh Muhammad Islam dengan
mengemukakan bahwa sikap kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala MAN
Baraka selama ini yaitu;

Pengambilan keputusan selalu mempertimbangkan kepentingan bersama


terutama kepentingan siswa (fokus kepada peserta didik), terutama
kepentingan prestasi siswa. Kepala Madrasah selalu mengedepankan
musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan dengan melibatkan
guru-guru, terutama wakil-wakil kepala madrasah dan guru-guru senior untuk
mencari alternative pemecahan masalah yang dihadapi, dan hasil-hasil
kesepakatan diputuskan berdasarkan fakta. Kepala Madrasah melakukan
pertemuan rutin minimal dua kali sebulan, sedang pertemuan dengan orangtua
siswa minimal duakali setahun, dan kepala madrasah selalu memberikan
kesempatan kepada guru untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang
lebih tinggi.30

Pada hakekatnya kepemimpinan adalah tugas menajerial seorang kepala


madrasah sebagai tugas suci, dan memegang peranan penting terhadap maju
mundurnya madrasah, bahkan kepala madrasah berperan sebagai kekuatan sentral
yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan madrasah, oleh karena itu tidaklah
mungkin sebuah madrasah akan berhasil membangun mutu pendidikan, jika
kepala madrasah tidak memahami tugas, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai
pimpinan puncak dilembaga yang ia pimpin.

29
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014..
30
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 8 Agustus 2014.
193

Model kepemimpinan Fakhri Abbas di MAN Baraka terdapat dua


pandangan, yaitu, sebagian guru memandang bahwa kepemimpinan Fakhri Abbas
”masih lemah” dalam mengaplikasikan atau mengawal keputusan yang telah
ditetapkan, sehingga sering terjadi ada keputusan atau tugas-tugas penting tidak
terlaksana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan bersama. Sebagian yang
lain menyatakan bahwa kepemimpinan Kepala MAN Baraka, bersifat
”kebapakan” dalam pengertian antara kepala madrasah dengan guru seperti orang

tua dengan anak. Model kepemimpinannya dirasakan ketika ada guru atau staf
yang membuat kesalahan/kekeliruan tidak langsung ditegur atau dimarahi
sebagaimana lazimnya yang terjadi di instansi/lembaga pemerintahan. Cara
menegur guru-guru dan staf yang membuat kekeliruan biasanya disampaikan
dalam rapat dengan cara memberi contoh-contoh atau perumpamaan terhadap
sesorang yang tidak melaksanakan amanah dengan baik. Namun dari kisah atau
perumpamaan itu terkesan secara tidak langsung menjadi kritikan terhadap guru
atau staf tersebut.31
Sebaliknya, ditemukan data bahwa kemajuan pada MAN Baraka yang
dirasakan selama ini adalah karena dedikasi dan tanggung jawab pimpinan,

bimbingan kepala madrasah terhadap guru dan staf sangat terkesan dikalangan
warga madrasah, sehingga pelaksanaan tugas-tugas kedinasan (tugas
administratif) dan pelayanan kebutuhan peserta didik dapat terlaksana dengan baik
dan selesai dengan tepat waktu, namun demikian Salma Sutarman tetap mengakui
bahwa pada sisi tertentu sebagai manusia biasa sudah tentu masih terdapat
beberapa kekurangan dalam kepemimpinan kepala MAN Baraka.

31
Hasil Wawancara penulis dengan beberapa guru secara terpisah di MAN Baraka.
194

Sejalan dengan pandangan tersebut, ada beberapa kelebihan dalam


kepemimpinan Fakhri Abbas, namun memang diakui tidak terlepas dari adanya
beberapa kekurangan sebagai manusia biasa. Adapun kelebihan yang dimaksud
antara lain;

Terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan baik diantara sesama


warga madrasah. Kedisiplinan Guru-guru terkontrol setiap saat, bahkan kalau
guru terlambat kepala madrasah yang mengisinya sampai guru yang
bersangkutan ada. Guru-guru merasa terbantu dan terbimbing dalam
meningkatkan kinerjanya. Kerjasama dengan komite madrasah/orang tua
peserta didik dalam menyusun RAPBM terjalin dengan baik, dan segala
kebutuhan madrasah dapat terpenuhi, dan pengelolaan keuangan terlaksana
secara efesien, efektif dan akuntabel. Tanggung jawab dalam pengambilan
keputusan bersama dengan guru-guru dan pengurus komite madrasah dalam
menetapkan program mutu pada MAN Baraka berjalan dengan baik.
Keinginan masyarakat memasukkan anaknya ke MAN Baraka semakin
bertambah.32
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada MAN Baraka, tergambar
beberapa kegiatan yang terkait dengan kepemimpinan kepala madrasah dalam
peningkatan mutu pendidikan, antara lain sebagai berikut;
1) Pelaksanaan program pembinaan warga madrasah dalam penanaman nilai-
nilai keislaman dalam rangka mewujudkan ciri khas sebagai identitas

madrasah berjalan dengan baik, sesuai visi –misi dan program serta tujuan
pendidikan.
2) Rencana Induk Pengembangan Madrasah (RIPM), Rencana Strategis
(Renstra), Rencana Kegiatan Tahunan Madrasah (RKTM) dan RAPBM
dibuat bersama-sama dengan Komite dan dewan guru MAN Baraka.

32
Hasil Wawancara penulis dengan beberapa guru secara terpisah di MAN Baraka.
195

3) Guru-guru pada umumnya sudah disertifikasi, baik melalui jalur porto folio
maupun lewat jalur pendidikan. Ini berarti kualitas dan kesejahteraan guru
MAN Baraka, sudah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai guru yang
profesional. Tinggal bagaimana keprofesionalan guru tersebut dapat
ditingkatkan mutunya secara optimal. Menurut Muhammad Islam, bahwa pada
hakekatnya kualitas seorang guru ditentukan oleh sejauh mana upaya mereka
mengembangkan dirinya masing-masing, atau keaktifan mereka pada

pertemuan akademik. Walaupun kualitas guru dikatakan sudah baik, namun


pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru melalui pelatihan tetap
dilaksanakan secara berkala sesuai kalender kegiatan yang telah disepakati.
4) Obsesi terhadap mutu peserta didik terutama dalam proses pembelajaran, dan
keterlibatan total terhadap setiap program, seperti keterlibatan pengurus
Komite madrasah, tokoh agama dan tokoh masyarakat, telah banyak
memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan.
5) Setiap pengambilan keputusan yang akan dijadikan sebagai ketetapan,
senantiasa mempertimbangkan kepentingan peserta didik, dan tidak
melupakan meminta saran dan pendapat dari Dewan Guru dan pengurus

Komite Madrasah.
6) Kepala Madrasah memiliki agenda supervisi kelas, dan selanjutnya diadakan
tindak lanjut dari hasil supervisi tersebut. Selain itu kepala madrasah
menetapkan aturan tentang mekanisme pemberian penghargaan dan sanksi
bagi guru, staf dan siswa yang berprestasi dan sanksi bagi yang melanggar
aturan.
196

7) MAN Baraka melaksanakan studi banding ke madrasah /madrasah unggulan


yang sederajat yang bertujuan untuk menambah wawasan bagi guru dan
peserta didik dalam meningkatkan mutu pendidikan. Selain hal tersebut,
dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti pelaksanaan workshop KKM, dan
selainnya, panitia mendatangkan tokoh-tokoh pendidikan dari tingkat
propinsi dan nasional guna mendapatkan petunjuk dan pemikiran yang bersifat
konstruktif, yang diharapkan dapat membawa kemaslahatan bagi pengelolaan

pembelajaran.33
Hal lain yang menjadi perhatian utama Kepala MAN Baraka dalam
mengemban amanah sebagai pimpinan adalah perubahan perilaku warga
madrasah. Perilaku dan sikap mental yang senantiasa dibangun pada masing-
masing individu (guru dan pegawai) adalah keikhlasan niat untuk melakukan
semua pekerjaan untuk meraih ridha dari Allah. Dengan sikap mental yang
demikian, maka perencanaan dan pelaksanaan program akan berjalan sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Selanjutanya, dijelaskan bahwa
untuk membangun sikap mental yang dilandasi dengan keikhlasan, tidak semudah
dengan teori yang sering diucapkan, karena kehadirannya harus diproses dalam

pimikiran yang jernih sebelum berbuat atau bertindak. Pemikiran-pemikiran


seperti itu menjadi kebiasaan bagi warga MAN Baraka. Betapapun hebatnya
kualitas seorang pimpinan, jika orang-orang yang berada dibawahnya tidak
memiliki perilaku dan sikap mental yang baik, maka dapat dipastikan semua

33
Hasil survey tarsebut, direkam dalam perbincangan bersama dengan kepala Madrasah
dan guru -guru MAN Baraka pada tanggal 14 Mei 2014.
197

perencaanaan program akan terhambat, atau paling tidak hasilnya kurang


memuaskan bagi pelanggan(internal dan external) pendidikan.
Menurut hasil pengamatan di lapangan, bahwa konsep kepemimpinan yang
dikembangkan oleh Kepala MAN Baraka untuk meraih mutu pendidikan yang
berbasis IPTEK dan IMTAQ, meskipun ia tidak menyebut teori yang ia gunakan,
namun setelah diamati tipe kepemimpinannya, adalah tipe/gaya kepemimpinan
yang dimokratis, dan selalu mengedepankan keterbukaan sebagaimana yang telah

digambarkan di atas.
c. Perbaikan Kualitas Secara Berkesinambungan.
Dalam menghadapi persaingan eksternal yang semakin ketat, terutama
disektor pendidikan, maka madrasah harus selalu mengadakan perbaikan secara
berkesinambungan, dengan kata lain harus melakukan upaya perubahan dan
menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya atau menimal mepertahankan
mutu dan prestasi yang telah dicapai. Ada beberapa komponen pendidikan yang
perlu mendapat perbaikan kualitas secara berkesinambungan, yanitu, 1) perbaikan
proses pembelajaran, 2) perbaikan metode dan media pembelajaran, 3)
pengembangan/ peningkatan kinerja guru dan staf, 4) perbaikan iklim dan budaya

organisasi, 5) perbaikan mutu sarana dan prasarana pendidikan, 6) pemberdayaan


komite madrasah, 7) pemberdayaan dana pendidikan. Untuk mengetahui ke tujuh
komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;
1) Perbaikan proses pembelajaran.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua komponen yang tidak bisa
dipisahkan, karena boleh dikatakan keduanya saling terkait. Kurikulum sebagai
pedoman acuan pelaksanaan pembelajaran membutuhkan perubahan dan
198

pengembangan sesuai dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Kurikulum yang


berisikan seperangkat perencanaan yang mengatur pendidikan melalui proses
pembelajaran peserta didik, sangat erat kaitannya dengan kebutuhan peserta didik
dan masyarakat, agar hasil proses pembelajaran yang dituntut didalam
kompetensi kelulusan dapat menjawab tantangan maupun kebutuhan zaman dalam
proses kehidupan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era
globalisasi saat ini, membutuhkan kelulusan yang kompetitif sebagai hasil proses

pendidikan yang dapat menguasai dan memiliki kompetensi yang berbasis


teknologi.
Selanjutnya, dicanangkannya proses pendidikan yang berbasis madrasah,
yang turut melibatkan aktifitas dari orangtua, masyarakat, dan para pemegang
kekuasaan jabatan di pemerintahan kabupaten/kota dalam memajukan dan
mengembangkan kualitas pendidikan. Menurut Yarsil,34 bahwa dalam menyikapi
terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang
pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, mka MAN Baraka melalui Tim Pengembangan Kurikulum,
telah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan berpedoman pada

Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan dan Panduan Penyusunan Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan untuk dapat diterapkan di MAN 2 Model Enrekang.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran harus
disesuaikan dengan KTSP, guru-guru harus menguasai materi pokok yang akan
diajarkan kepada peserta didik dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan

34
Yarsil, 40 Tahun, Wali Kelas X MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka,
pada tanggal 17 Juni 2014.
199

kompetensi dasar, semua guru pada MAN Baraka sudah dibekali pengetahuan
tentang pengelolaan kelas, dan semua mata pelajaran berdasarkan struktur
kurikulum yang ditetapkan dalam KTSP. 35
Adapun tujuan pengembangan KTSP pada MAN Baraka sebagaimana
dikemukakan oleh Muhammad Islam adalah sebagai berikut;

1) Menyatukan persepsi setiap komponen madrasah menyangkut visi, misi,


tujuan dan konteks Madrasah.
2) Menjadi acuan bagi setiap komponen madrasah dalam melaksanakan tugas
pokok masing-masing.
3) Menetapkan kriteria ketuntasan pembelajaran dan kelulusan siswa.
4) Menetapkan struktur kurikulum dan beban belajar.
5) Menetapkan kegiatan pengembangan diri yang ada di MAN Baraka
6) Menetapkan proses pengembangan kecakapan hidup.
7) Menetapkan muatan lokal di MAN Baraka
8) Menetapkan pendidikan berbasis lokal dan regional di MAN Baraka. 36

Kurikulum dan Pembelajaran pada MAN Baraka senantiasa memper-


timbangkan perkembangan peserta didik. Selain berorientasi pada pembinaan dan
pengembangan nilai-nilai agama dalam diri peserta didik, seperti yang dilakukan
selama ini, pendidik dalam hal ini guru juga harus memberikan penekanan
khusus pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain,
setiap materi yang diberikan kepada peserta didik harus memenuhi dua tantangan

pokok yaitu; pertama, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)


kedua, penanaman pemahaman dan pengamalan ajaran agama atau penanaman
IMTAQ. Tetapi terkadang sistem pendidikan kebanyakan masih lebih cenderung

35
Yarsil, 40 Tahun, Wali Kelas X MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka,
pada tanggal 17 Juni 2014.
36
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
200

mengorientasikan diri pada bidang-bidang ilmu-ilmu eksakta semacam fisika,


kimia, biologi dan lain-lain, ketimbang ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu sosial.
Pada hal kedua bidang ilmu itu sejatinya harus di seimbangkan antara ilmu-ilmu
sosial dan keagamaan dengan ilmu-ilmu eksakta. Upaya ini dijadikan sebagai
perhatian utama, karena belum sepenuhnya mendapat apresiasi yang maksimal
dalam proses pengembangan pendidikan pada MAN Baraka.
Dalam pandangan penulis bahwa sudah saatnya bagi pendidik khususnya

di madrasah ini untuk lebih serius menangani peningkatan mutu dan


pengembangan sistem pendidikan. Selama ini usaha peningkatan mutu dan
pembaruan ke arah peningkatan SDM yang berlandaskan pada manajemen modern
belum sepenuhnya terakomodir, bahkan terlihat masih setengah hati atau tidak
komperhensif dan menyeluruh. Sebab usaha peningkatan mutu dan peningkatan
mutu peserta didik oleh sebagian guru dilakukan seadanya, sehingga diantara
beberapa peserta didik belum terjadi perubahan secara signifikan pada dirinya.
Oleh karena itu dengan melihat kondisi seperti ini tidak ada upaya lain kecuali
sistem dan pendekatan pendidikan di MAN Baraka harus ditingkatkan dengan
mencari bentuk baru seperti manajemen yang berbasis manajemen mutu terpadu,

atau dengan kata lain manajemen lebih berorientasi ke masa depan.


Menurut Juniati dan Sitti Marya bahwa guru MAN Baraka dalam
pengelolaan pembelajaran melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:

Guru membuat silabus dan RPP sesuai dengan standar isi dan kompetensi dasar
guna mengembangkan KTSP, dan dalam pengembangan kurikulum, guru
senantiasa menganalisis dan mengintegrasikan SK dan KD dalam bentuk
pemetaan tingkat berpikir dan analisis penilaian berdasarkan SK dan KD serta
201

indikator.37 MAN Baraka selain penerapan kurikulum tersebut juga


dikembangkan program ekstra kurikuler di intensifkan seperti: pramuka, PMR,
Olah Raga (Futsal, Basket, Karate, dan lain-lain), Club Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Ekonomi, dan Bahasa Inggris. 38
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran adalah merupakan bagian
dari manajemen madrasah, yang mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian kurikulum. Kurikulum yang ditetapkan oleh pusat (Kemendiknas)
merupakan acuan dasar yang terdiri dari Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar (SKKD) yang harus disesuaikan dan dikembangkan oleh madrasah yang
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di samping itu, satuan
pendidikan bertugas dan berewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan
lokal dan life skill/ sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masyarakat.
Lebih jauh Musafir menjelaskan bahwa selain pengembangan kurikulum
wajib juga dikembangkan kurikulum muatan lokal yang pada mulanya disisipkan
pada berbagai bidang studi yang sesuai, kemudian pada tahun 1994, dengan
dikeluarkannya kurikulium 1994, pembelajaran muatan lokal tidak lagi disisipkan
pada setiap bidang studi, tetapi menggunakan pendekatan monolitik berupa
bidang studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Pengembangan kurikulum
muatan lokal dimaksudkan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan

keterampilan peserta didik pada bidang-bidang studi tertentu, selain itu juga
bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya. 39

37
Juliati, 38 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal 3
Agustus 2014.
38
Sitti Maryam, 45 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal
3 Agustus 2014.
39
Musafir, 39 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal 3
Agustus 2014.
202

Muhammad Islam juga menambhkan bahwa, selain kurikulum muatan lokal juga
dikembangkan program ekstra kurikuler seperti: pramuka, PMR, Olah Raga
(Futsal, Basket, Karate, dan lain-lain), Club Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Ekonomi, dan Bahasa Inggris. 40
Pada hakekatnya kurikulum dapat diibaratkan sebagai bahan makanan yang
sebelum disajikan sudah tentu harus dikelola dengan baik sesuai petunjuk(resep)
yang ada, sehingga makanan itu terpenuhi selera bagi yang akan mengkomsumsi

sajian tersebut, demikian halnya kurikulum harus dikelola dan dikembangkan


melalui proses pembelajaran yang terencana, efektif dan efisien, sehingga dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Jika kurikulum dan pembelajaran dikelola
dengan manajemen yang baik dan efektif, maka hasilnya akan memberi kepuasan
kepada pelanggan (pserta didik) atau dengan kata lain mutu pendidikan semakin
baik. Untuk mencapai hal itu, Kepala madrasah diharapkan dapat membimbing
dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran disertai
dengan pengawasan/supervisi dalam pelaksanaannya. Pada sisi lain kepala
madrasah hendaknya tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia
harus menghubungkan program-program madrasah dengan seluruh kehidupan

peserta didik dan kebutuhan lingkungan.


Hal-hal yang demikian direspon oleh Kepala Madrasah yang menyadari
kedudukannya sebagai seorang pimpinan puncak di madrasah tersebut. Tanggung
jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian serta perbaikan
program pembelajaran di madrasah berada di bawah kekuasaanya, artinya ia

40
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
203

harus mengatur tugas-tugas yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan


program pembelajaran.
Lebih lanjut Fakhri Abbas mengemukakan, bahwa untuk menjamin
efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, guru-guru
harus menjabarkan isi kurikulum (SK-KD) secara lebih rinci dan operasional
ke dalam indikator-indikator. Dalam hal ini, silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) wajib dikembangkan guru sebelum melakukan kegiatan

pembelajaran, dengan beberapa prinsip sebagai berikut;

Tujuan operasional yang dikehendaki harus jelas, agar mudah terlihat atau
terbaca dengan tepat program-program yang akan dikembangkan. Rumusan
dan program pembelajaran harus sederhana dan fleksibel. Program-program
yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya, dan rumusan program
harus dikoordinasikan dengan kepala madrasah bersama dengan guru mata
pelajaran yang sama (MGMP).41

Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan kurikulum adalah perlunya


pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran,
pembagian waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar,

penetapan penilaian, penetapan ketentuan kenaikan kelas, pencatatan kemajuan


belajar peserta didik, serta peningkatan perbaikan pembelajaran serta pengisian
waktu jam kosong. Selanjutan Amaluddin menjelaskan beberapa karakteristik
penegembangan kurikulum, yang meliputi beberapa indikator berikut:

1) Pengembangan kurikulum memperhatikan aspek keceradasan intelektual,


emosional dan spritual secara proporsional.
2) Penjabaran kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilaksanakan
atas inisiatif usaha mandiri, dan kreativitas setiap guru.

41
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
204

3) Guru harus konsisten mengacu kepada kurikulum dalam


mengembangkan dan merencanakan perangkat pembelajaran
4) Unit pelajaran diringkas untuk mempermudah peserta didik mempelajari
dan disediakan lengkap dengan jadwal waktunya.
5) Rencana pembelajaran secara berkala diperiksa oleh kepala madrasah
secara keseluruhan isi dan metodenya serta sumber belajarnya.
6) Pembelajaran IPTEK dikaitkan dengan pembelajaran IMTAQ
7) Program remedial dilaksanakan bagi peserta didik yang berkemampuan
rendah.
8) Program pengayaan diberikan kepada peserta didik yang berkemampuan
di atas rata-rata peserta didik lainnya. 42

Dari uraian di atas sudah jelas, bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak
dan ciri utama pendidikan formal, sehingga kurikulum adalah bagian yang tak
terpisahkan dari proses pendidikan dan pembelajaran. Setiap kegiatan proses
pemebalajaran diarahkan agar peserta didik dapat memperoleh tiga aspek/rana
pendidikan yaitu aspek pengetahuan(cognitive), aspek sikap (affective) dan aspek
keterampilan (psychotomoric), oleh karena itu, untuk mengembangkan ke tiga
aspek tersebut diperlukan bahan atau materi yang disampaikan melalui proses
pembelajaran dengan menggunakan metode dan media yang cocok dengan
karakteristik bahan pelajaran, dan juga diperlukan system evaluasi tertentu,
semuanya itu menjadi komponen pokok kurikulum, yang diharapkan menjadi

pedoman dan pegangan bagi pendidik atau guru dalam menjalankan tuganya di
kelas.
Guru-guru di MAN Baraka menyadari bahwa meskipun kurikulum
bukanlah satu-satunya penentu untuk meraih mutu pendidikan, namun mereka
meyakini bahwa kurikulum adalah sebuah perangkat yang sangat strategis untuk
menyemaikan kepentingan dan kebutuhan konsepsi dan prilaku individu. Meraka

42
Hasmiati Amin, 37 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 5 Agustus 2014.
205

memaknai bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu system pendidikan
yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan dari berbagai
sumber bahan ajar melalui kreatifitas guru dan system manajemen pendidikan
yang berbasis mutu. Mereka berasumsi, bahwa pada hakekatnya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah momentum bagi tenaga
pendidik yang membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola madrasah
dalam merealisasikan rencana, metode, media/alat pengajaran ketika melakukan

proses pembelajaran. Meskipun standar isi, Standar kompetensi, dan kompetensi


dasar kurikulum ditentukan oleh pemerintah pusat, namun pengembangannya
diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan sesuai kondisi daerah
masing-masing. Hal lain yang menjadi kelebihan KTSP adalah selain memberi
ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola, juga menekankan pentingnya proses
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning), dengan
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, interaktif dan kreatif.
Sehubungan dengan pengembangan kurikulum, Muhammad Islam selaku
Wakil Kepala Madrasah bidang kurikulum mengemukakan beberapa komponen
dan tujuan pengembangan kurikulum, yaitu;

1) Berfokus pada peserta didik. Kurikulum dikembangkan berdasakan prinsip,


bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk dikembangkan
potensinya agar menjadi manusia yang unggul, yang memiliki IMTAQ dan
menguasai IPTEK;
2) Memiliki keragaman dan keterpaduan. kurikulum dikembangkan senantiasa
memerhatikan keragaman karakteristik peserta didik.
3) Berdasarkan fakta ilmiyah. Kurikulum dikembangkan atas dasar
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, oleh karena itu
semangat isi kurikulum sedapat mungkin memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
206

4) Memiliki relevansi dengan kebutuhan kehidupan, yaitu pengembangan


kurikulum harus memberikan jaminan masa depan peserta didik, bahwa
ilmu yang diperoleh dapat terakomodir didunia usaha dan didunia kerja,
demi kelangsungan hidupnya.
5) Kurikulum dikembanghkan secara menyeluruh dan berkesinambungan,
bahwa substansi kajiannya mencakup keseluruhan dimensi kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik. 43

Pandangan tersebut, memberi makna, bahwa seorang guru harus


memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan yang harus dijabarkan secara

rinci, melalui proses pembelajaran, yang sudah tentu sangat terkait dengan
kompetensi guru sebagai penanggung jawab terhadap bidang studi yang diajarkan.
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran pada MAN
Baraka, disesebutkan secara rinci sebagai berikut:

a. Pengelolaan Kegiatan Pada Tatap Muka Pertama.


Kegiatan yang perlu diorganisir dalam proses pembelajaran pada tatap
muka pertama yaitu. Pertama, pendeteksian karakteristik siswa. Kedua,
penyampaian garis-garis besar program mata pelajaran atau kerangka isi, RPP,
buku bahan ajar, dan lain-lain. Ketiga, penyampaian tujuan umum pembelajaran,
Keempat, penyampaian strategi pembelajaran, untuk memperdalam materi

pembelajaran di setiap bidang pendidikan. Kelima, penyampaian tentang sistem


atau teknik penilaian.
Kegiatan-kegiatan tersebut tergambar dalam pengamatan bahwa para guru
menyampaikan kepada peserta didik bagaimana cara memantapkan satu pokok
bahasan. Pokok bahasan yang dimaksudkan adalah pokok bahasan kajian-kajian
yang bersifat analisis. Beberapa hasil wawancara yang berkenaan dengan

43
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
207

penilaian, dapat diperoleh keterangan bahwa guru MAN Baraka melakukan


evaluasi dengan bentuk lisan dan tertulis kepada siswa. Taksonomi yang diukur
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam konteks penilaian
tersebut, siswa dinilai dari masing-masing aspek penilaian tersebut, baik dalam
bentuk tertulis maupun dalam bentuk praktik dan pengamatan terhadap tingkah
laku siswa. Namun kegiatan ini tidak disampaikan pada siswa. Penilaian secara
tertulis seperti yang tertera dalam setiap pokok bahasan pendidikan semuanya

mencantumkan bentuk penilaian, termasuk butir-butir soal yang akan diberikan


kepada siswa. Pencantuman aspek penilaian, merupakan format baku yang
digunakan disemua tingkatan di MAN Baraka.
Kegiatan inti pelajaran dibatasi pada kegiatan yang berupa; pemberian
kata-kata kunci, pemrosesan materi beserta dengan contoh-contoh, pemfokusan
perhatian, petunjuk praktis memperlajari materi, pemberian latihan yang sekaitan
dengan materi, dan pemberian umpan balik terhadap unjuk kerja siswa. Hasil studi
dokumen RPP mennunjukkan bahwa penyajian inti secara tertulis meliputi
kegiatan penyampaian RPP, penjelasan materi dan tehnik/metode penyajian
materi pelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa dalam kegiatan

ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, pemfokusan perhatian siswa.
Pemfokusan perhatian siswa dilaksanakan dalam berbagai cara/metode tergantung
materi pembelajaran. Kedua, mengelola kelas dengan baik dan tertib. Ketiga
selanjutnya memberikan petunjuk praktis mempelajari materi pembelajaran.
Kegiatan tentang petunjuk tehnis secara tertulis dapat ditemukan dalam berbagai
literature, tergantung guru yang bersangkutan bagaimana cara memperoleh bahan-
bahan atau sumber-sumber belajar yang terkait dengan materi pelajaran yang
208

membutuhkan conto-contoh dalam mempraktikkan pokok bahasan yang telah


dirancang sebelumnya. Keempat, pemberian latihan. Semua informan yang
menggunakan buku panduan dari madrasah. Para guru melaksanakan atau
menugaskan kepada siswa mengerjakan LKS yang ada pada setiap pokok bahasan.
Hasil pekerjaan siswa pada umumnya diperiksa diluar jam pengajaran dan bahkan
ada informan yang membawa hasil LKS tersebut kerumahnya. Kelima, umpan
balik, yang dilakukan oleh guru terbatas pada bentuk penguatan atas jawaban

pertanyaan yang diberikan kepada setiap peserta didik. Guru menjelaskan dan
memberi komentar, baik jawaban yang benar maupun yang belum benar. Bagi
siswa yang menjawab dengan benar, informan menyatakan bagus! Kalau
jawabannya kurang tepat dikatakan “tidak salah tetapi perlu tambahan penjelasan.
Dalam kaitannya dengan hasil pekerjaan LKS, pada umumnya informan selalu
memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa. 44
Berdasarkan uraian diatas yang berkenaan dengan kegiatan penyampaian
inti pembelajaran dapat diketahui bahwa guru melakukan secara
berkesinambungan dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
materi-materi pembelajaran. Guru-guru di MAN Baraka sudah berkomitemen agar

peserta didiknya dapat menguasai materi ajar yang diberikan pada setiap tatap
muka, kalaupun terdapat sisws yang belum memperoleh hasil penilaian yang
baiak, maka guru mengadakan remedial, sehingga peserta didik dapat memperoleh
hasil yang memuaskan.

44
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
209

Selanjutnya kegiatan penutup pembelajaran, semua guru mencantumkan


kegiatan penutup dalam RPP mereka. Kegiatan penutup meliputi pemberian tugas,
pemberian tes, akhir dan perbuatan resume. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kegiatan penutup yang tercantum pada RPP tidak selamanya sesuai apa
yang dilakukan guru ketika melakukan kegiatan penutup. Salah satu alasannya
yang seperti dikemukakan oleh Massarsappi, bahwa tidak semua apa yang tertera
dalam RPP dapat kita lakukakan khususnya yang berkaitan dengan kegiatan

penutup seperti pemberian kesimpulan, pemberian tes akhir. Hal yang demikian di
sebabkan karena keterbatasan waktu, apalagi kalau kita menggunakan metode
diskusi.
Selain dari tiga kegiatan penutup tersebut, masih ada beberapa kegiatan
yang terkait dengan kegiatan tahapan akhir pembelajaran. Kegiatan tersebut antara
lain sebagai berikut:
1) Pemberian tes formatif, tujuan pemberian tes formatif kepada siswa bukan
untuk memberikan nilai baik atau tidak kepada siswa, tetapi lebih mengacu pada
penilaian proses pembelajaran. Artinya apakah tujuan khusus pembelajaran
tercapai atau tidak. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemberian tes formatif

yang berupa LKS sering dilakukan oleh guru yang bersangkutan.


2) Pemberian umpan balik terhadap unjuk kerja. Tidak semua pokok bahasan
yang disampaikan oleh informan memperlihatkan kegiatan pemberian umpan
balik kepada siswa, hanya pokok bahasan yang memuat aspek psikomotorik,
misalnya kalau fiqhi dalam pokok bahasan shalat, tata cara berwudhu’, tata cara
bertayammun, tata cara menyebut huruf hijaiyah dalam pelajaran ilmu qiraat.
210

3) Pemberian tindak lanjut. Pemberian tindak lanjut adalah konsekwensi dari


hasil penilaian terhadap latihan-latihan yang diberikan kepada siswa. Jika hasil
pekerjaan siswa tidak mencapai target ketuntasan belajar maka harus diberikan
remedial. Sedangkan hasil pekerjaan siswa yang mencapai target ketuntasan
belajar, maka mereka diberikan materi pengayaan.
4) Pemberian motivasi ulang. Kegiatan memotivasi ulang kepada siswa yang
dilakukan hampir tidak terlihat dalam pengamatan. Melalui hasil wawancara,

bahwa pemberian motivasi ulang dilakukan pada akhir pelajaran.


b. Metode dan Media Pembelajaran
Metode dan media pembelajaran merupakan salah satu elemen penentu
dalam proses pembelajaran pada semua institusi pendidikan, oleh karena itu
penggunaan metode dan media yang tepat dan akurat akan turut menentukan
efesiansi dan efektifitas pembelajaran. Menurut salah seorang guru MAN Baraka,
bahwa metode dan media pembelajaran memiliki kedudukan sebagai cara atau alat
untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga dengan
media itu, peserta didik dapat memahami atau menyerap materi ajar yang
diberikan oleh guru, dan media juga berfungsi untuk menyiasati perbedaan

karakteritik peserta didik, baik secara individu maupun scara berkelompok guna
mencapai tujuan pembelajaran. 45
Hal tersebut berdasarkan pemahaman penulis bahwa makin tepat metode
dan media yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka makin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran, oleh karena itu metode mengajar tidak boleh

45
Hasmiati Amin, 37 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 5 Agustus 2014.
211

diabaikan, karena metode mengajar menentukan berhasil tidaknya suatu proses


pembelajaran dan merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran yang
efektif, dan begitu pentingnya metode, setiap RPP yang disusun oleh guru
diharpakan menetapkan metode yang digunakan.
Fakhri Abbas mengemukakan bahwa sesuai hasil supervisi akademik
terhadap guru yang dilaksanakan pada saat guru mengajar, berkesimpulan bahwa
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak ada metode yang menetap

(paten), karena setiap guru mengunakan beberapa metode tergantung karakteristik


mata pelajaran yang akan diajarkan, sehingga mereka terkadang menggunakan
satu atau dua metode yang ada seperti; metode ceramah dan Tanya jawab,
metode diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, cerita atau kisah/perumpamaan dan
karyawisata, dan lain-lain.46 Hal ini juga dibenarkan oleh Muhammad Islam
(wakamad bidang kurikulum) bahwa semua guru telah memhami atau menguasai
berbagai metode, namaun dalam penerapannya lebih banyak menyesuaikan
dengan Standar kompetensi dan Kompetensi dasar serta indicator pembelajaran
yang akan diajarkan, sehingga guru-guru terkadang menggunakan metode variasi
(menggunakan dua atau lebih metode) atau hanya satu metode. 47 Hasil observasi

juga membuktikan bahwa penggunaan metode sangat terkait dengan materi dan
karakteristik peserta didik, termasuk kompetensi guru, serta variable-variabel
yang ikut mempengaruhinya, seperti kemampuan menggunakan media, kondisi
lingkungan, dan sumber-sumber pembelajaran. Jelasnya bahwa setiap guru

46
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
47
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 8 Agustus 2014.
212

berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan proses


pembelajaran di kelas dengan menerapkan berbagai metode dan strategi
pembelajaran.
c. Pengembangan kinerja Guru dan Staf.
Bentuk-bentuk pembinaan yang berbasis manajemen mutu terpadu yang
dikembangkan di MAN Baraka lebih diorientasikan pada upaya pengemabangan
profesionalisme guru dan staf dengan dilandasi kesadaran, pengertian, kegairahan

dan kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.


Kesadaran dan kesukarelaan melaksanakan kegiatan-kegiatan kelembagaan itu
dapat muncul jika masing-masing individu mempunyai rasa memiliki (sense of
belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) terhadap lembaga,
sehingga mereka akan merasa kecewa jika gagal atau tidak tercapai tujuan
konstitusinya, sebaliknya mereka akan gembira jika tujuan-tujuan kelembagaan
yang telah ditetapkan bersama dapat tercapai atau berhasil. Oleh karena itu
pengembangan profesionalisme guru dan staf adalah merupakan kemutlakan
yang tidak boleh ditawa-tawar, bahkan menjadi sebuah komitmen dikalangan
warga madrasah untuk menjadikannya sebagai kewajiban. Sesuai hasil observasi

dalam penelitian ini diperoleh fakta bahwa guru adalah sebuah profesi atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, sebagaimana halnya
dengan keahlian lainnya. Walaupun dalam kenyataannya pekerjaaan guru masih
dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditunjang dengan profesionalisme yang
matang, sehingga dari kenyataan ini mengakibatkan profesi guru paling mudah
terkena pencemaran yang berdampak kepada rendahnya mutu pendidikan, oleh
karena itu dalam menghadapi kondisi seperti ini.
213

H. Fakhri Abbas selaku penaggung jawab di MAN Baraka berupaya


melakukan pembinaan dan pengembangan secara berkesinambungan atau terus
menerus terhadap kinerja guru dan staf sesuai konsep manajemen mutu terpadu.
Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian, maka ada beberapa kegiatan
yang dilakukan antara lain;
1) Seleksi dan penempatan.
Pembinaan dalam penyeleksian dan penempatan guru sesuai kualifikasi

yang dimilikinya, karena apabila guru ditugaskan bukan berdasarkan kualifikasi


akademik, selain melanggar ketentuan, akan berdampak negatif dalam proses
pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak buruk kepada peserta didik. Oleh
karena itu Kepala MAN Baraka sangat berhati-hati dan selektif dalam hal
penempatan/penugasan guru, bahkan walaupun seorang guru kualifikasi
akademiknya sudah sesuai, namun ia tetap memberikan perhatian khusus,
terutama ketika mengadakan supervisi akademik terhadap guru di kelas, jika
ditemukan kejanggalan dalam mengajar, maka kepala madrasah memberikan
supervisi klinik terutama dalam penentuan metode dan gaya mengajarnya di depan
kelas. Dengan demikian penyeleksian dan penempatan Guru, staf merupakan

salah satu tugas yang menentukan kelancaran proses pembelajaran, oleh karena itu
pemilihan/penempatan guru dan staf memerlukan ketelitian dan kejelihan agar
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Selain langkah tesebut, dalam mengadakan penyeleksian/penempatan
guru dan staf diputuskan berdasarkan hasil musyawarah bersama dengan wakil-
wakil kepala madrasah serta guru senior lainnya, dimaksudkan agar supaya guru
yang ditempatkan sesuai dengan profesi dan visi dan misi madrasah.
214

2) Komunikasi.
Kegiatan pembinaan komunikasi agar searah dengan tujuan pendidikan
yang diinginkan, maka pembinaanya diarahkan pada upaya untuk saling mengerti,
karena saling mengerti adalah pangkal dari tindakan bersama yang baik, dan akan
menjamin kelangsungan hubungan baik internal maupun dengan warga
masyarakat yang membutuhkan. Kerjasama yang baik diantara sesama warga
madrasah terutama guru dan staf merupakan cerminan bagi sebuah madrasah yang

berbasis Islam, karena itu sesuai dengan ajaran Islam, dan khusus bagi guru
merupakan cerminan terhadap kompetensi keperibadian yang dimilikinya. Dalam
hal berkomunikasi sudah tentu harus menggunakan bahasa yang santun, dan
menghindari bahasa yang dapat menimbulkan ketersinggungan diantara sesama.
demikian halnya dengan siswa dianjurkan berkomunikasi dengan bahasa yang
baik dan santun, baik di dalam maupun di luar madrasah.
3) Partisipasi dan kerjasama.
Keterlibatan guru dan staf dalam melaksanakan semua aktivitas madrasah
sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu
usaha-usaha pembinaan dalam rangka mengaktifkan Guru dan staf agar

berpartisipasi dan membina kerjasama yang baik yang dilandasi dengan


keikhlasan terus dikembangkan di MAN Baraka, sehingga semua bentuk kegiatan
yang dicanangkan oleh pimpinan dapat diselesaikan dengan mudah.

4) Bimbingan/Pembinaan
Kegiatan bimbingan dan pembinaan dapat diartikan saling menasehati
atau saling mengingatkan antara atasan dengan bawahan atau antara sesama teman
mengenai cara kerja yang baik guna mencapai tujuan secara maksimal. Adapun
215

bimbingan dan pembinaan ini dilakukan disaat rapat koordinasi, atau ketika
pelaksanaan upacara penaikan bendera setiap hari senin. Agenda rapat koordinasi
selama tahun ajaran ajaran 2013/2014 sudah berlangsung beberapa kali
pertemuan, karena hampir semua program kegiatan pendidikan, baik yang
berhubungan dengan pembelajaran, kesiswaan, kegiatan keagamaan, pembiayaan,
dan lain-lain, semuanya diputuskan melalui musyawarah mufakat. Rapat atau
pertemuan yang dilaksanakan adakalanya sifatnya terbatas dan adakalnya rapat

diperluas dengan mengikut sertakan semua guru dan staf, bahkan dengan pengurus
Komite madrasah dan pengurus OSIS.
5) Pelatihan (training)
Pembinaan melalui training baik yang dilakukan secara rutin maupun
melalui program khusus dilaksanakan MAN Baraka dalam rangka mempertinggi
kecakapan kerja bagi guru dan staf dalam mencari paradigma baru pendidikan
yang layak diaplikasikan di MAN Baraka. Sebagaimana yang disampaikan kepala
MAN Baraka, sebagai penangung jawab, harus selalu berusaha untuk
meningkatkan dan memajukan kemampuan baik guru, staf maupun siswa di MAN
Baraka ini. Adapun pelatihan pada periode ini dilakukan kurang lebih 3 kali,

sebahagian Guru diundang dari anggota KKM dibawah naungan MAN Baraka.
d. Iklim dan Budaya Organisasi Madrasah.
Pengembangan madrasah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel
perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk
iklim dan budaya madrasah (school climate). Perubahan iklim dan budaya
madrasah perlu dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan pada MAN
Baraka.
216

Jika sebuah lembaga pendidikan tidak diikat oleh budaya organisasi serta
kondisi lingkungan yang menyenangkan, maka lembaga itu akan mengalami
ketidak harmonisan dan kelanggengan dalam kehidupan madrasah yang
bersangkutan. Penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif
untuk belajar ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman,
nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Iklim dan budaya madrasah yang kondusif sangat penting agar peserta didik

merasa senang dan bersikap positif terhadap madrasahnya.


Kehidupan madrasah semakin menyenangkan kitika setiap warga saling
menghargai satu sama lain, dan masing-masing bertanggung jawab dalam
menciptakan kenyamanan semakin besar, bahkan orang tua ikut bersama-sama
dalam menciptakan kondisi seperti itu, sehingga mereka merasa memiliki dan
menganggap madrasahnya sendiri.
Kondisi seperti itu dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan
yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikap
saling menghormati. Selain itu, iklim dan budaya madrasah yang kondusif
mendorong setiap warga madrasah untuk bertindak dan melakukan sesuatu

yang terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi.
Meningkatkan prestasi peserta didik terutama prestasi akademik mereka,
menjadi harapan utama bagi orang tua peserta didik. Hal ini dapat tercapai jika
kepala madrasah, guru dan staf memahami standar mutu pelayanan yang
semestinya dilaksanakan, oleh karena itu standar mutu untuk berprestasi bagi
kepala madrasah, guru dan staf madrasah, ditandai dengan terciptanya iklim
dan budaya madrasah yang baik.
217

Persepsi penulis bahwa sebagai madrasah yang memiliki keunggulan


diperlihatkan dengan jelas kepada seluruh warga madrasah. Memiliki fasilitas
fisik yang dirawat dengan baik, penampilan fisik madrasah selalu bersih, rapi,
nyaman dan aman. Pekarangan dan lingkungan madrasah ditata sedemikian
rupa sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman. Poster-poster informasi
(poster berisi pesan-pesan positif) digunakan dan dipajang di berbagai tempat
stategis yang mudah dan selalu dilihat oleh peserta didik. Kondisi kelas yang

menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta didik belajar.


Pada sisi lain, guru selalu mengembangkan metode-metode mengajar,
yang sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran. Prestasi peserta didik yang
tinggi disampaikan kepada seluruh orang tua peserta didik. Seluruh staf dan
guru berkomitmen untuk mengembangkan budaya mutu dalam menjalankan
tugas sehari-hari.
Perhatian terciptanya iklim dan budaya madrasah yang lebih kondusif
merupakan harapan semua warga madrasah, terlebih jika hal itu terkait dengan
peningkatan mutu pendidikan, sehingga semua pihak yang terlibat di dalamnya,
diharapakan agar iklim dan budaya madrasah yang kondusif dijadikan sebagai

wahana untuk membangkitkan semangat dan potensi-potensi peserta didik untuk


berkembang secara optimal.
Dari hasil wawancara dengan Kepala MAN Baraka, diperoleh keterangan
bahwa penyelenggaraan pendidikan di MAN Baraka didasari oleh keyakinan
bahwa pendidikan harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta
didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang
bermartabat, kreatif, inovatif, serta berupaya menumbuhkan dan mengembangkan
218

bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedang pada sisi lain MAN Baraka
berfungsi mengembangkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta
didik, baik kebutuhan individu, keluarga maupun kebutuhan masyarakat secara
luas.48
MAN Baraka senantiasa mengembangkan nilai-nilai pembelajaran yang
berbasis IPTEK dan tidak mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini
sejalan dengan visi dan misi MAN Baraka. Salah satu missi sentral pendidikan di

MAN Baraka adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), yang benar-
benar utuh, tidak hanya secara jasmaniah, tetapi juga secara batiniah.
Peningkatan kualitas SDM itu dilaksanakan dengan keselarasan dengan tujuan
untuk; a) meningkatkan kinerja madrasah baik prestasi akademik maupun non
akademik melalui inovasi dalam input dan proses pembelajaran. b)
meningkatkan mutu proses pembelajaran, mengembangkan bahan ajar serta
memberikan bimbingan secara efektif, sehingga peserta didik dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. c) menciptakan lingkungan
pengajaran dan lingkungan belajar yang kondusif. d) menumbuhkan penghayatan
terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi

sumber kearifan local. e) mengembangkan standar pencapaian ketuntasan


kompetensi, serta meningkatkan prestasi intra dan ekstra kurikuler. f)
meningkatkan partisipasi masyarakat bersama denga orang tua murid yang
diwakili oleh komite madrasah, dan g) mengembangkan standar penilaian sesuai
dengan ketentuan yang ada.49

48
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014
219

e. Perbaikan mutu Sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana pendidikan adalah peralatan, perlengkapan dan
gedung yang secara langsung dipergunakan untuk menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung ruang kelas, meja kursi, serta
alat-alat dan media pembelajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya
proses pendidikan atau pembelajaran, seperti halaman, kebun, taman madrasah,

dan lain-lain yang sejenis, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk
proses belajar mengajar, seperti taman madrasah untuk pembelajaran biologi,
halaman madrasah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan. Semua komponen sarana dan prasarana tersebut
sudah ada di MAN Baraka, sehingga wajar jika dikatakan, bahwa MAN Baraka
adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki fasilitas yang
lengkap.
Sarana dan prasarana pendidikan pada MAN Baraka, yang jumlahnya
begitu banyak, sehingga membutuhkan penanganan khusus, dengan

mengalokasikan sejumlah anggaran yang memadai dari dana Komite. Menurut


Jamaluddin, sarana dan prasarana harus ditata dan dikelola dengan baik agar dapat
memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses
pendidikan. Kegiatan pengelolaan yang dimaksud adalah meliputi kegiatan
perencanan pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan

49
Direkam dari hasil wawancara dengan H. Fakhri Abbas dan Guru-Guru MAN Baraka,
di Baraka pada tanggal 8 Agustus 2014.
220

pemeliharaan. Pengelolaan dan penataan sarana dan prasarana yang baik


diharapkan dapat menciptakan madrasah yang bersih, rapih, dan indah,
sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun
murid. Di samping itu, juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas
belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan
kebutuhan peserta didik. Lebih lanjut penulis menilai bahwa sarana dan prasarana
yang ada sudah lebih dari yang cukup, tinggal pemeliharaannya yang perlu

diperhatikan agar tetap utuh.


f. Pemberdayaan Komite Madrasah dan Masyarakat
MAN Baraka sebagai lembaga pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat Kabupaten Enrekang, sebaliknya demikian, sebab keduanya memiliki
kepentingan, MAN Baraka merupakan lembaga formal yang diserahi mandat
untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda menjadi generasi yang
berkualits, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu.
Menurut Muhammad Islam bahwa MAN Baraka tidak dibenarkan mengisolasi diri
dari masyarakat, ia tidak boleh melaksanakan idenya sendiri dengan tidak mau
tahu aspirasi masyarakat pengguna, bila hal ini dilakukan berarti ia menuju ke

ambang kehancuran.50
MAN Baraka dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan
serta mendorong minat dan kerja sama dalam peningkatan dan pengembangan
madrasah di Kabupaten Enrekang. Hal ini dipertegas Farid Ahmadi bahwa tujuan

50
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 8 Agustus 2014.
221

hubungan MAN Baraka dengan masyarakat pengguna dapat ditinjau dari dua
dimensi, yaitu kepentingan MAN Baraka dan kebutuhan masyarakat. 51 Ditemukan
pula data bahwa hubungan MAN Baraka dengan masyarakat berdasarkan dimensi
kepentingan madrasah yaitu: memelihara kelangsungan hidup madrasah,
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, memperlancar kegiatan
pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka
pengembangan dan pelaksanaan program-program madrasah.
Fakhri Abbas selaku kepala madrasah menambahkan bahwa dalam
melaksanakan hubungan madrasah dengan masyarakat, maka MAN Baraka
menganut beberapa prinsip sebagai pedoman dan arah bagi guru dan juga kepala
madrasah agar mencapai sasaran yang diinginkan, prinsip-prinsip hubungan
tersebut, yaitu: pertama, Prinsip otoritas, yaitu bahwa hubungan MAN Baraka dan
masyarakat harus dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas karena
pengetahuan dan tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan madrasah, kedua,
Prinsip kesederhanaan, yaitu bahwa program-program hubungan madrasah dengan
masyarakat harus sederhana dan jelas, ketiga Prinsip sensitivitas, yaitu bahwa
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat, MAN
Baraka harus sensitif terhadap kebutuhan serta harapan masyarakat Kabupaten
Enrekang, dan keempat, Prinsip kejujuran, yaitu bahwa apa yang disampaikan
kepada masyarakat haruslah sesuatu apa adanya dan disampaikan secara jujur,
kelima, Prinsip ketepatan, yaitu bahwa apa yang disampaikan madrasah kepada
masyarakat harus tepat, baik dilihat dari segi isi,waktu, media yang digunakan,

51
Farid Ahmadi, 47 tahun, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 9 Agustus 2014.
222

serta tujuan yang ingin dicapai. 52 Sedangkan menurut Nur Endang Suparno bahwa
peran serta masyarakat pada MAN Baraka yaitu: bahwa orang tua siswa/komite
dilibatkan dalam penyusunan program madrasah, orang tua siswa/komite
dilibatkan dalam pelaksanaan program madrasah, orang tua siswa memberikan
saran untuk pengembangan madrasah, orang tua siswa/komite memonitor
kemajuan belajar anak secara priodik, orang tua siswa/komite melakukan
komunikasi dengan madrasah secara teratur, dan orang tua siswa/komite aktif
memberi saran perbaikan untuk kemajuan madrasah. 53
Hubungan guru MAN Baraka dengan masyarakat perlu terjamin baik dan
berlangsung secara kontinu, oleh karenanya diperlukan peningkatan profesi guru
dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru MAN Baraka di samping
mampu melakukan tugasnya di madrasah/madrasah, mereka juga diharapkan dapat
dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Untuk
mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru pada MAN Baraka
yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi
dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan
terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang
dilaksanakan madrasah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap
MAN Baraka, padahal MAN Baraka dan masyarakat memiliki kepentingan yang
sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik
yang berkualitas. Kemampuan guru MAN Baraka membawa diri, baik di
madrasah maupun di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian

52
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 15 Agustus 2014.
53
Nur Endang Suparno, Guru MAN Baraka wawancara di MAN Baraka pada tanggal 6
Agustus 2014.
223

masyarakat terhadap guru. Guru MAN Baraka harus bersikap sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap
masyarakat, toleran dan menghargai pendapat mereka. Erni Syarifuddin
menguraikan bahwa dalam mendukung hubungan madrasah dengan masyarakat,
yang dapat dilakukan yaitu:
a) Membantu madrasah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan madrasah
dengan masyarakat dengan cara: guru MAN Baraka hendaknya selalu
berpartisipasi dalam lembaga dan organisasi di masyarakat, dan guru
hendaknya membantu memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat
Kabupaten Enrekang .
b) Guru MAN Baraka berusaha membuat lebih baik lagi dalam masyarakat
melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat masyarakat karena guru MAN
Baraka adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah laku guru di MAN Baraka dan
di masyarakat menjadi panutan yang pada akhirnya masyarakat memberikan
dukungan pada madrasah.
c) Guru harus melaksanakan kode etiknya karena kode etik merupakan
seperangkat aturan atau pedoman dalam melaksanakan tugas profesinya. 54
Manfaat hubungan kepala dan guru MAN Baraka dengan masyarakat
sangat besar pengaruhnya bagi peningkatan kinerja kepala madrasah dan guru
melalui peningkatan aktivitas bersama, komunikasi yang kontinu dan proses
saling memberi dan saling menerima. Setiap aktivitas profesi guru dapat diketahui
oleh masyarakat sehingga kepala dan guru MAN Baraka akan berupaya
menampilkan kinerja yang lebih baik.

54
Erni Syarifuddin, 36 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka, 28
Juli 2014
224

g. Pemberdyaan Dana Pendidikan.


Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Pengelolaan keuangan dan segala pembiayaan madrasah merupakan tanggung
jawab kepala madrasah. Hal ini menuntut kemampuan kepala madrasah untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggung
jawabkan dana secara transparan kepada warga madrasah, masyarakat, dan
pemerintah. Oleh karena itu, dana yang diperoleh dari berbagai sumber
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan juga
merupakan salah satu penentu terlaksananya kegiatan-kegiatan proses
pembelajaran di madrasah bersama komponen-komponen lainnya. Dengan kata
lain, setiap kegiatan yang dilakukan madrasah memerlukan biaya, baik kegiatan
kecil maupun kegiatan yang besar.
Menurut Muh. Gasnawi, bahwa keuangan/dana madrasah telah terkelola
baik, sehingga baik dana rutin maupun dana komite dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dana Komite
Madrasah yang dikelola selama ini telah banyak menunjang keberlangsungan
pendidikan pada MAN Baraka. Pengelolaan dan pertanggung jawaban dana
Komite dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. Pencairan atau
penggunaannya dilaksanakan dengan berbasis kinerja, dengan kata lain tidak ada
satu senpun dana dikeluarkan yang tidak sesuai dengan komponen pendanaan
yang telah ditetapkan dalam Rncana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah
(RAPBM) setiap tahun. Adapun komponen-komponen kegiatan yang didanai oleh
Dana Komite MAN Baraka, meliputi beberapa aspek, yakni, 1) Pengembangan
225

Kurikulum dan Pembelajaran. 2) Kesejahteraan guru dan pegawai, 3)


Pengembangan keterampilan dan seni. 4) Pengembangan Bahasa dan rumpun
Mata Pelajaran. 5) Olimpiade/Lomba Kreatifitas siswa. 6) Pemeliharaan Sarana
dan Prasaran. 7) Perpustakaan. 8) Pendidikan Olah raga dan Jasmani. 9) Seni
Budaya. 10) Laboratorium Komputer dan IPA, 11) Administrasi dan Perkantoran.
12) Pengembangan kesiswaan, yang meliputi; Keagamaan, OSIM, Pramuka dan
PMR, 13) Hubungan masyarakat (HUMAS), 14) Bimbingan Konseling (BK), 15)
Komite. Dari keseluruhan biaya komponen kegiatan tersebut semuanya dibiayai
oleh Komite dengan jumlah anggaran secara total sebanyak 2,2 milyar pada tahun
ajaran 2013/2014.55
4. Manajemen Pengawasan
Pengawasan (controlling) merupakan salah satu fungsi manajemen yang
tidak kalah pentingnya dengan fungsi-fungsi lain. Di dalam dunia pendidikan
pengawasan disamakan dengan istilah supervisi. Pengawasan atau supervisi yang
dilakukan di MAN Baraka meliputi supervisi administrasi, supervisi akademik
dan supervisi kliniks. Sedang yang mengadakan supervisi ditangani oleh dua
unsur, yaitu; unsur madrasah (kepala madrasah dan guru-guru senior) dan unsur
pengawas fungsional dari Kementerian Agama Kabupaten Enrekang dan dari
Dinas Pendidikan Kabupaten Enrekang.56 Sesuai hasil penelitian, diperoleh
pendapat bahwa pengawasan/supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas, baik
dari Kementerian Agama Kabupaten Enrekang maupun dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Enrekang, tidak terlaksana sesuai dengan harapan guru-guru, karena

55
Muh. Gasnawi, 41 tahun, Bendahara MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka,
2 Agustus 2014.
56
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
226

pangawasan tidak efektif dan tidak sesuai dengan jadwal yang ada. Namun
demikian, supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala MAN Baraka tetap terlaksana
sebagaimana biasanya, bahkan supervisi kepala madrasah sengaja tidak
dijadwalkan, tujuannya agar guru selalu siap disupervisi setiap saat. 57
Dalam penelitian ini tidak akan membahas secara mendetail pelaksanaan
pengawasan pada MAN Baraka, karena yang menjadi pokok penelitian ini adalah
hal-hal yang berhubungan dengan supervisi manajerial, akademik dan kliniks
yang dilaksanakan pada MAN Baraka. Menurut Fakhri Abbas bahwa pelaksanaan
pengawasan tetap mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Madrasah/Madrasah yang menegaskan
bahwa seorang kepala madrasah/madrasah harus memiliki lima dimensi
kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. sudah sangat jelas dalam Peraturan ini, bahwa salah satu
kompetensi yang dimiliki oleh kepala Madrasah adalah kompetensi supervisi. 58
Menurut Fakhri Abbas, disamping tugasnya sebagai Kepala Madrasah ia
juga berfungsi sebagai supervisor, maka secara khusus menjelaskan tujuan
supervisi akademik dan kliniks yang dilakukan selama ini, yaitu; Membimbing
guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi, metodedan teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi
peserta didik. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas, laboratorium untuk mengembangkan potensi peserta didik. Membimbing

57
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
58
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
227

guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media


pendidikan dan fasilitas pembelajaran. Memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi untuk pembelajaran. 59
Mencermati tujuan supervisi akademik yang dikemukakan oleh Fakhri
Abbas, juga dibenarkan oleh , bahwa supervisi akademik dan kliniks intinya
adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran, yang
sasaran utamanya adalah ketika guru melaksanakan proses pembelajaran, yang
terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan
teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran
serta penelitian tindakan kelas. 60
Jumi Jakmawati mengemukakan beberapa prinsip supervisi akademik,
yaitu; Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi madrasah. Sistematis,
artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan
tujuan pembelajaran. Objektif, sesuai aspek-aspek instrumen. Realistis, artinya
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Antisipatif, artinya mampu menghadapi
masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. Konstruktif, artinya
mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran. Kooperatif, artinya membangun kerja sama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. Kekeluargaan, artinya
mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan
pembelajaran. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi

59
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
60
Jumi Jakmawati, 47 Tahun, Guru MAN Baraka Wawancara oleh penulis, Baraka,
tanggal 15 Agustus 2014.
228

pelaksanaan supervisi akademik. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif
berpartisipasi. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh Kepala madrasah). Terpadu, artinya menyatu dengan dengan
program pendidikan. Komprehensif, artinya dilakssanakan secara menyeluruh,
mulai dari proses sampai kepada penilaian pembelajaran, dan lai-lain.61
Pada hakekatnya dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik, meliputi;
Kompetensi kepribadian, pedagogik. Professional, dan kompetensi sosial guru.
Seorang Pengawas atau supervisor tidak boleh mengesampingkan salah satu dari
ke empat kompetensi tersebut, harus secara simultan menjadi perhatian ketika
melaksanakan supervisi di madrasah. Sering kali dijumpai seorang supervisor
dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke madrasah dengan
membawa instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk ke kelas melakukan
pengukuran terhadap kinerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah
tugasnya, seakan-akan supervisi akademik sama dengan pengukuran kinerja guru
dalam proses pembelajaran.
Supervisi akademik seperti ini merupakan salah satu contoh perilaku
supervisi akademik yang belum baik. Perilaku supervisi akademik yang demikian
tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap tujuan dan fungsi supervisi
akademik. Jika seandainya memberikan pengaruh, maka pengaruhnya relative
sangat kecil artinya bagi peningkatan mutu guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru,
dan bukan juga dalam memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka, melainkan

61
Jumi Jakmawati, 47 Tahun, Guru MAN Baraka wawancara pada tanggal, 10 Juli 2013.
229

secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan guru


mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. 62 Dengan demikian, esensi supervisi akademik,
sama sekali bukan hanya menilai kinerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas
dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran.

C. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Mutu Terpadu di


MAN Baraka Enrekang
1. Faktor Pendukung
Beberapa konstribusi dan potensi yang besar pengaruhnya dalam
mendukung Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada MAN Baraka
sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki keunggulan, dapat dilihat pada
dua faktor, yaitu, faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah dukungan
yang berkembang dari dalam lingkungan MAN Baraka, baik yang bersifat gagasan
dalam pengertian konsep maupun dalam bentuk tindakan dan kebijakan pimpinan,
sebagai berikut;
a. Prinsip Ikhlas Beramal.
Prinsip ikhlas beramal sudah menjadi komitmen bersama seluruh tenaga
pendidik dan kependidikan, sebagai manifestasi tanggungjawab terhadap syiar
Islam. Hal ini disimbolkan melalui visi dan misi untuk mewujudkan cirri has
sebagai pendidikan Islam melalui tiga sasaran utama yaitu; kualitas, professional
dan Islami. Kemudian disiasati pelaksanaannya melalui kiat okronim DUIT

62
Jumi Jakmawati, 47 Tahun, Guru MAN Baraka wawancara pada tanggal, 10 Juli 2013.
230

(dedikasi terhadap tugas, usaha yang optimal, ikhlas dalam bekerja serta taqwa,
tawakal, tabah, tekun, telaten, tenang, teratur, teliti, dan tuntas disemua sektor
pekerjaan sesuai dengan logo MAN Baraka yaitu Ikhlas beramal.
Fakhri Abbas mengemukakan untuk mencapai keberhasilan dalam
pengelolaan pendidikan yang unggul yaitu pengelola harus menjadi manusia
terbaik, diantaranya bekerja dengan tenang, profesional, produktif dalam bekerja,
baik secara personal maupun secara bersama-sama dan amanah dalam
melaksanakan tugas (jujur). 63 Konsep-konsep seperti di atas ditularkan kepada
peserta didik untuk menjadi karakteristik yang di harapkan untuk dimiliki oleh
semua warga MAN Baraka, seperi di bawah ini; a) semua warga (kepala, guru,
staf dan peserta didik) MAN Baraka harus berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi akan
muncul jika dibarengi dengan keikhlasan dan keimanan yang kuat dan
pengetahuan yang mencukupi tentang itu. Disiplin tinggi yang dimaksud adalah
sikap mental yang ditandai oleh adanya konsistensi yang tinggi, dan adanya rasa
pengabdian yang tinggi terhadap pekerjaan dan tugas-sugasnya, b) semua warga
(kepala, guru, staf dan peserta didik) MAN Baraka harus kreatif, karena hanya
orang kreatif yang mampu melakukan inovasi dan pembaruan, c) semua warga
(kepala, guru, staf dan peserta didik) MAN Baraka harus ulet, tidak muda putus
asa, dan d) semua warga(kepala, guru, staf dan peserta didik) MAN Baraka
harus mampu berdaya saing tinggi, terutama bagi pserta didik, oleh karena secara
psikologis, lulusan harus percaya diri yang tinggi, harus benar-benar professional
dalam bidan tertentu, memiliki kemampuan berbahasa (inggeris dan arab), mampu
mengoperasikam computer dengan baik, dengan kata lain penguasaan teknologi

63
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
231

merupakan syarat penting untuk berdaya saing tinggi. 64 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa antusisme kepala madrasah, guru-guru, dan pegawai pada
MAN Baraka dalam menigkatkan mutu pendidikan selalu dilandasi keikhlasan
dan keimanan yang tinggi.
b. Sistem pelayanan
Pelayanan memudahkan yang digali dari nilai-nilai luhur warga MAN
Baraka yang disimbolkan dengan slogan-slogan dengan muatan makna edukatif,
misalnya ikhlas beramal (sebagaimana lambang Kemenag.), dan motivasi-
motivasi yang digali dari ajaran al-Qur’an maupun hadis Nabi saw. Adapun
langkah-langkah dalam melakukan pelayanan menurut Fakhri Abbas yaitu;
Pertama, membuat aturan yang manusiawi sesuai dengan hakikat dan kebutuhan
siswa dan guru yaitu dengan dasar keadilan. Kedua, menciptakan siswa yang
taat hukum. Ketaatan dalam melaksanakan aturan-aturan yang ada akan
melahirkan perilaku individu yang disenangi, dan segala aktivistasnya
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, serta mengedepankan pelayanan
prima kepada masyarakat atau peserta didik, selalu memegang prinsip yang
dianjurkan dalam Islam “mudahkan urusan dan jangan dipersulit” 65Prinsip inilah
yang menjadi pegangan dalam setiap melaksanakan pelayanan pada MAN Baraka,
sehingga kesulitan dan hambatan untuk maju dapat dieliminir sesuai komitmen
yang telah disepakati bersama.
c. Kepeminpinan yang efektif.

64
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, pada
tanggal 2 Agustus 2014.
65
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, pada
tanggal 2 Agustus 2014.
232

Sesuai hasil riset yang yang telah dilakukan membuktikan bahwa MAN
Baraka dapat meraih mutu dan mampu bersaing dengan madrasah/madrasah
lainnya, karena di dalamnya terbangun sebuah system pengembangan mutu yang
efektif dan berkelanjutan. Terbangunnya system yang efektif, tidak terlepas dari
dukungan kepemimpinan kepala madrasah yang efektif pula. Efektifitas
kepemimpinan kepala madrasah memiliki peranan yang penting dalam
memaksimalkan mutu pendidikan. Meskipun jabatan kepala madrasah adalah
merupakan tugas tambahan bagi profesi guru, namun implementasinya tidak dapat
dilepaskan dari tugas-tugas guru professional. Oleh karena itu roda kepemimpinan
kepala madrasah harus berjalan secara sistemik dan sistimatis, yaitu tugas-tugas
hendaknya dilaksanakan berdasarkan system yang telah dirumuskan bersama,
demikian halnya program kerja dan pengembangan mutu disusun secara sistimatis.
Menurut Salma Sutarman, bahwa model kepemimpinan kepala madrasah
memiliki peran kunci dalam membangun sistem pengembangan mutu pada MAN
Baraka yang berbasis MMT. Kepala madrasah dalam kedudukannya bukan hanya
sebagai pimpinan puncak (top leader), melainkan juga sebagai panutan dalam
memegang komitmen untuk meraih mutu yang diharapakan oleh pelanggan. 66
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa kepala
MAN Baraka dalam melaksanakan roda kepemimpinannya mengikuti siklus
Deming yaitu, plan, do, chek dan action (PDCA) yang berbasis mutu.
d. Potensi Guru
Potensi guru MAN Baraka, selain jumlahnya sudah cukup memadai,
potensinya juga relative berbeda atau bervariasi, artinya dari segi kualitas dan
masa kerjanya serta kamampuan skill berbeda-beda, sehingga potensi ini

66
Salma Sutarman, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
233

dimanfaatkan oleh kepala MAN Baraka dalam menata pendidikan sesuai dengan
67
potensi guru dan staf. Fakhri Abbas mengemukakan bahwa pembagian tugas
dilakukan secara integrative, dengan prinsip take and give (saling memberi dan
menerima), tidak ada yang lebih dan kurang, tetapi yang tampak adalah kerjasama
yang didasari keikhlasan (ikhlas memberi dan menerima pengetahuan dan
pengalaman yang masing-masing mereka miliki), tidak ada kata senior dan yunior,
tetapi yang menjadi ukuran adalah prestasi dan hasil kerja. Kualifikasi akademik
guru MAN Baraka yang berpengalaman orang walaupun dominan berpendidikan
S1 sebanyak. Motivasi kerja guru yang tinggi, memberi dukungan yang signifikan
terhadap peningkatan pendidikan, mereka menyadari bahwa mutu kerja itu
penting, sehingga jika ada diantara mereka yang diberi tugas dari kepala
madrasah, maka tugas itu segera diselesaikan dengan waktu yang telah ditetapkan.
Selain motivasi kerja guru, maka yang lebih mendukung lagi adalah adanya iklim
madrasah yang kundusif, baik suasana lingkungan yang menyenangkan maupun
kultur pergaulan sesama guru dan staf terjalin harmonis.
Selanjutnya faktor eksternal adalah dukungan berasal dari luar madrasah,
yang meliputi beberapa unsur; antara lain;
a. Dukungan Masyarakat.
Dukungan masyarakat yang diwakili oleh pengurus komite madrasah
adalah sesuatu yang tidak asing di dunia pendidikan. Peran serta masyarakat
merupakan salah satu komponen penentu terhadap keberlangsungan pendidikan,
terutama dari segi pendanaan dan pengawasan pendidikan. Menurut hasil riset
ditemukan bahwa terdapat beberapa sarana dan prasarana pendidikan, seperti

67
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
234

Masjid, Lapangan olah raga, gapura(pintu gerbang) sebahagian pagar, dll, adalah
bantuan dari pengurus komite MAN Baraka.
b. Dukungan pemerintah.
Dengan adanya dukungan pemerintah, yang memberikan ruang gerak bagi
MAN Baraka untuk menjabarkan keputusan-keputusan pemerintah menjadi
keputusan-keputusan yang lebih oprasional dalam peningkatan SDM bagi siswa
sebagai upaya untuk merealisasikan program MAN Baraka dengan kebutuhan
masyarakat disekitarnya. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama
memberikan bantuan gedung dan sarana dan prasarana pendidikan. Selain
pemerintah pusat, Pemerintah Daerah juga memberikan apresiasi terhadap
perkembangan dan kemajuan MAN Baraka yang menjadi kebanggaan masyarakat
Kabupaten Enrekang. Bantuan Pemerintah Daerah bukan hanya pembangunan
pada sektor fisik berupa bantuan dana operasinal pendidikan, akan tetapi
pembangunan non-fisik yakni pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
menjadi prioritas utama. Baik Kementerian Agama maupun Pemerintah Daerah
telah memberikan prioritas utama untuk pemberian bantuan kepada para siswa
yang kurang mampu dan peserta didik yang berprestasi. 68 Dengan demikian,
antusisme pemerintah dalam memberikan dukungan moril dan materil dapat
dikatakan sangat berarti, namun bantuan tersebut sangat terbatas dalam
pengelolaan MAN Baraka sehingga 80 % biaya harus ditanggung oleh orang tua
peserta didik.
Berkenaan dengan itu usaha-usaha dan konstribusi di MAN Baraka dalam
melakukan pembaruan sistem pendidikan dalam mengembangkan SDM yang

68
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, pada
tanggal 2 Agustus 2014.
235

dibarengi dengan nilai-nilai akhlak pada siswa sehingga Kepala madrasah, Guru-
guru, dan pegawai melakukan berbagai perubahan fungsi, dan peran secara
subtansial, misalnya: dalam proses pembelajaran, MAN Baraka, sebagaimana
madrasah lainnya, juga melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan atau
memberikan bahan kajian sekurang-kurangnya sama dengan madrasah pada
umumnya serta menambah mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan lingkungan
dan ciri khas satuan pendidikan yang disandangnya (ciri khas keagamaan) dengan
tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang
dari tujuan pendidikan nasional dalam melaksanakan kurikulum. Hal ini dilakukan
sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Penguatan kelembagaan yang dimiliki MAN Baraka yaitu;
a) Rata-rata tenaga pendidik memiliki pengalaman mengajar/mendidik sudah
cukup lama.
b) Kepangkatan dan pendidikan para guru yang mencukupi.
c) Masih banyak peminatnya atau masih tinggi kepercayaan masyarakat pada
MAN Baraka.
d) Jumlah peserta dari tahun ketahun mengalami peningkatan.69
Dari keterangan di atas, dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi MAN
Baraka yang semakin meyakinkan masyarakat terhadap mutu dan pelayanannya,
sehingga mereka tidak merasa khawatir memasukkan anaknya pada madrasah
tersebut.

69
Muhammad Jumli, 38 Tahun, Kepala TU MAN Baraka, Wawancara oleh penulis,
Baraka, pada tanggal 11 Agustus 2014.
236

2. Faktor Penghambat.
MAN Baraka merupakan salah satu Madrasah yang konsen terhadap
pengembangan sumberdaya manusia yang berbasis keagamaan. Dalam
menyelenggarakan pendidikan yang berbasis keagamaan harus menyuburkan dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan
melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, experimentative,
menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik,
terutama dalam menghadapi tuntutan globalisasi, MAN Baraka harus menyiapkan
sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara nasional dan global.
MAN Baraka sebagai salah satu lembaga pendidikan unggul yang
berusaha mengembangkan mutu pendidikannya, sudah tentu tidak terlepas dari
berbagai hambatan atau kelemahan yang dihadapi setiap saat, namun pada sisi lain
peluang dan dukungan yang memberi kekuatan untuk lebih maju dan berkembang
tetap lebih besar dan menjanjikan, oleh karena itu kelemahan yang ada hanyalah
merupakan sebuah tantangan yang menjadi pemicu untuk meraih kemajuan dan
keberhasilan yang lebih besar sesuai harapan warga madrasah dan masyarakat.
Disadari sepenuhnya bahwa meraih mutu tidak semuda seperti membalik
telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja keras, karena
meraih mutu sering kali melewati jalan kerikil yang penuh tantangan dan
hambatan. Jika para guru dan stakeholders lainnya yang ada di MAN Baraka
betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka mereka harus memahami dan
mendalami akar permasalahan terhadap hambatan tersebut, karena untuk
menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap penyebab-
penyebabnya, dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu konsep
terpenting dari pendekatan MMT.
237

Meraih mutu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang tidak seperti


membalikkan telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja
keras, karena meraih mutu sering kali melewati jalan kerikil yang penuh dengan
tantangan yang menyebabkan kegagalan. Jika guru dan kepala Madrasah pada MAN
Baraka Kabupaten Enrekang betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka
mereka harus memahami sebab-sebab penghambat mutu, karena untuk
menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap penyebab-
penyebabnya, dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu hasil
terpenting dari hasil penelitian.70
Faktor penghambat penerapan MMT pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang
menjadi dua bentuk, yaitu bentuk umum dan bentuk khusus. Sebab-sebab umum
adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem ini
merupakan masalah internal proses institusi pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang.
Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur madrsah
tersebut diubah.71 Sementara sebab-sebab lain yang ia sebut sebagai sebab-sebab
khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di dalam sistem dan merupakan
sebab-sebab eksternal.
Adapun sebab umum yang menjadi penghambat penerapan MMT pada MAN
Baraka Kabupaten Enrekang yaitu rendahnya mutu pendidikan bisa disebabkan oleh
beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak
memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak
sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan
pengembangan staf yang tidak memadai. Jika kesalahan dan kegagalan tersebut

70
Ahmad Saharuddin, 45 tahun, Wakamad Sarana Prasarana MAN Baraka, Wawancara
oleh penulis di Baraka, tanggal 22 Maret 2014.
71
Ahmad Saharuddin, 45 tahun, Wakamad Sarana Prasarana MAN Baraka, Wawancara
oleh penulis di Baraka, tanggal 22 Maret 2014.
238

diidentifikasi sebagai akibat dari masalah sistem, kebijakan, atau sumber daya, maka
hal tersebut adalah sebuah kelemahan.
Hal ini memerlukan perubahan kebijakan pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang, hal terpenting yang harus dicatat di sini adalah, hanya pihak manajemen
yang dapat membenahi masalah tersebut. Hanya manajemen yang memiliki
wewenang untuk menetapkan kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf
yang lain mungkin melihat perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan
tersebut hanya akan terjadi ketika manajemen mengambil tindakan.
Untuk menentukan akan dan penyebaran sebuah masalah, diperlukan sebuah
upaya untuk mencari data-data kegagalan dan melakukan pemeriksaan secara teratur.
Dalam hasil wawancara peneliti di lapangan bahwa kesalahan yang sering kali terjadi
di MAN Baraka Kabupaten Enrekang adalah kurangnya penelitian dan analisa
terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya
penelitian dan analisa tersebut sebagai subyek aksi manajerial. Sedangkan faktor
penghambat secara khusus pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang, sering
diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun
kegagalan tersebut juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-
pahaman.72
Sedangkam menurut Muhammad Islam bahwa kegagalan pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang biasa juga diakibatkan oleh anggota individu guru dan staf yang
tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
guru yang profesional atau manajer pendidikan/ kompetensi leadersip. Sebab-sebab
khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya pengetahuan dan keterampilan

72
Aminatus Salamah, 40 tahun, Wakamad Kesiswaan MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
239

anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau yang berkaitan dengan


perlengkapan-perlengkapan madrasah.73
Jika sebuah masalah pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang disebabkan oleh
sebab-sebab khusus, maka masalah tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengganti
kebijakan atau mendesain kembali sistem. Mengubah sistem merupakan hal yang
tidak tepat dan bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber
kegagalan membutuhkan identifikasi dan penyelesaian. Menangani sebab-sebab
khusus yang menjadi penghambat juga merupakan tanggung jawab manajemen dan
pihak madrasah. Memang staf lain sangat mungkin bisa menangani dan
menyelesaikan masalah tersebut, namun terkadang mereka tidak memiliki otoritas
yang cukup. Banyak masalah khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil
individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang
guru yang efektif. Hanya pimpinan yang memiliki otoritas untuk menemukan solusi
yang tepat dalam masalah ini.
Sedangkan menurut Aminatu Salam faktor penghambat pembelajaran pada MAN
Baraka Kabupaten Enrekang yaitu;
1. Infrastruktur masih membutuhkan penyempurnaan misalnya; Media
pembelajaran LCD dan laptop
2. Disiplin guru yang kurang memuaskan
Sumber dana terkait dengan pengembangan kegiatan MAN Baraka Kabupaten
Enrekang belum tersosialisasikan.74
Setelah mengkaji dari hasil riset, terutama yang berhubungan dengan
penerapan MMT pada lembaga pendidikan. Hambatan dan tantangan yang

73
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
74
Aminatus Salamah, 40 tahun, Wakamad Kesiswaan MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
240

ditemukan paling sedikitnya disebabkan dua faktor , yaitu faktor-faktor umum


dan faktor-faktor khusus, sebagaimana yang digambarkan di bawah ini;
Pertama, faktor-faktor umum yang sering menghambat penerapan MMT pada
lemabaga pendidikan, biasanya disebabkan oleh beberapa sumber seperti
desain kurikulum yang dilakukan oleh guru mata pelajaran belum optimal
atau masih lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja
yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal pembelajaran yang
tumpang-tindih, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak
memadai. Kelemahan-kelemahan seperti itu sudah teratasi dan dibenahi
secara bertahap pada MAN Baraka.
Kedua; Faktor-faktor khusus sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan
yang tidak diikuti atau ditaati, baik secara individu maupun secara kelompok.
Fakhri Abbas mengemukakan, bahwa faktor khusus yang dimaksud adalah
hambatan yang diakibatkan secara individu dari sebahagian guru dan staf
yang tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk
menjadi seorang guru yang profesional atau manajer pendidikan/ kompetensi
leadersip juga masih lemah, ditambah dengan kurangnya motivasi dan
semangat kerja personil madrasah, bahkan sering terjadi kesalah fahaman
diantara sesama warga sebagai akibat kegagalan komunikasi (mis
communacation).75
Jika sebuah masalah pada MAN Baraka disebabkan oleh sebab-sebab
khusus, maka masalah itu bisa diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau
mendesain kembali system, karena mengubah sistem merupakan hal yang tidak
tepat dan bisa mengakibatkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber
kegagalan membutuhkan identifikasi dan penyelesaian yang cermat dan
melibatkan banyak orang. Menangani faktor-faktor khusus yang menjadi
penghambat juga merupakan tanggung jawab manajemen dan pihak madrasah.
Banyak masalah khusus dalam pendidikan yang muncul dari sejumlah kecil
individu yang kurang memiliki motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang
guru yang efektif. Hanya pimpinan yang memiliki otoritas untuk menemukan
solusi yang tepat dalam masalah ini.

75
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 15 Agustus 2014
241

Kelemahan atau hambatan yang dirasakan dalam mengembangkan


manajemen mutu pada MAN Baraka, Farid Ahmadi dan beberapa guru lainnya
justeru melihatnya lain, dengan membagi menjadi dua faktor yaitu; faktor internal
dan faktor eksternal, sebagai berikut; 76
Pertama; Faktor internal adalah faktor-faktor yang menghambat upaya
peningkatan mutu pendidikan pada MAN Baraka yang berasal dari dalam yang
dapat dilihat pada beberapa bentuk antara lain;
1) Sikap dan prilaku terhadap mutu. Sikap dan prilaku adalah tindakan
seseorang, yang dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalaman
serta iklim dan budaya organisasi yang dialaminya. Menurut Farid Ahmadi,
bahwa sikap dan prilaku sebagian warga MAN Baraka terhadap budaya mutu
masih rendah, meskipun mereka berulangkali diberi penekanan tentang mutu,
terutama dalam pelasanaan proses pembelajaran, namun harapan ini belum
terimplementasi secara optimal.
2) Kualitas Pendidik dan tenaga kependidikan belum merata.Tenaga pendidik
dan kependidikan merupakan sumber daya yang paling utama dalam mengejar
mutu pendidikan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fakhri Abbas,77
bahwa masih ada 20 % SDM tenaga pendidik dan kependidikan yang masih
lemah, bahkan kinerjanya belum memuaskan, seperti lemahnya dalam
penguasaan materi dan metode, pemanfaatan RPP belum maksimal,
pemahaman dan pemanfaatan media pembelajaran yang masih rendah, dll.

76
Farid Ahmadi, dkk, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 13 Agustus 2014.
77
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 12 Agustus 2014.
242

3) Budaya mutu belajar siswa masih rendah. Budaya belajar siswa yang
dimaksudkan disini adalah semangat belajar yang dimiliki oleh sebahagian
siswa masih rendah, sehingga berimbas terhadap kemmpuan daya serap ikut
pula menurun. Hal ini diakui oleh Muhammad Islam bahwa memang masih
ada beberapa kelas tertentu yang mengalami hal yang demikian(semangat dan
daya serapnya masih rendah) dan kelas seperti ini biasanya diberikan
bimbingan khusus oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. 78
4) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dari ada
kualitas proses, yang diutamakan berapa yang harus diluluskan, bukan
bagaimana kualitas/mutu kelulusan peserta didik.
5) Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum
terkelola secara maksimal.
6) Sebahagian guru masih mempergunakan system dan pola pembelajaran lebih
berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru(teacher centred
approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang baik adalah pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik(student centred approach),
dan
7) Sebahagian guru kurang memeperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan
belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara guru juga kurang
memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa bodoh, tidak
bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, sehingga kebiasaan yang jelek
tidak berubah kearah yang lebih baik. Jamaluddin menambahkan bahwa
faktor yang menghambat kelancaran pembelajaran pada MAN Baraka yaitu;
a) Infrastruktur masih membutuhkan penyempurnaan misalnya; Media

78
Muhammad Islam,Wawancara pada tanggal 12 Agustus 2014
243

pembelajaran LCD dan laptop, b) Disiplin sebahagian guru dalam proses


pemebalajar yang kurang memuaskan, c) Sumber dana terkait dengan
pengembangan kegiatan MAN Baraka belum tersosialisasikan.79
Kedua, faktor eksternal yang menghambat pengembangan manajemen
mutu pendidikan pada MAN Baraka pada prinsipnya tidak terlalu berat, bahkan
sebaliknya justeru menjadi pemicu untuk lebih giat dan bersungguh-sungguh
mengahadapi tantangan yang dihadapi seperti;
1) Persaingan mutu madrasah/madrasah semakin berat, pembinaan pembelajaran
harus dilaksanakan semakin sungguh-sungguh.
2) Tuntutan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan dana
madrasah semakin tinggi, terutama dari Badan Pemeriksa Keuangan, LSM dan
Perss. Pengelolaan keuangan yang dimaksud adalah baik dana rutin maupun
dana komite madrasah; Kedua sumber keuangan ini harus dikelola secara
professional, baik dibidang administrasi maupun dalam hal pembukuan yang
benar dan akuntabel. Mengelolanya dengan bukti-bukti pemasukan dan
pengeluiaran menyita waktu banyak.
3) Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih,
yang sering mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku peserta didik kearah
yang negative, seperti pergaulan bebas, menurunnya penghayatan dan
penagamalan terhadap ajaran Islam, dan lain-lain, sehinggi guru harus lebih
memperketat pengawasan terhadap peserta didik dengan mengefektifkan
bimbingan dan konseling.
4) Sebahagian orang tua siswa hanya menyerahkan sepenuhnya kepada
madrasah terhadap pembinaan anak-anaknya, sementara meraka kurang atau

79
Jamaluddin, wawancara pada tanggal 3 Agustus 2014.
244

sama sekali tidak memberikan bimbingan dan perhatian dalam kehidupan


rumah tangganya, sehingga tidak ada sinergitas antara harapan madrasah
dengan kondisi lingkungan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik.

D. Hasil Implementasi Manajemen Mutu Terpadu dalam Meningkatkan


Kualitas Pendidikan di MAN Baraka Enrekang
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan temuan penulis di lapangan, dapat
dikatakan sebagian besar program kegiatan pendidikan pada MAN Baraka sudah
sejalan dengan prinsip atau karakteristik MMT. Hal ini dikemukakan oleh Kepala
Madrasah yang mengakui pemberdayaan terhadap beberapa komponen pendidikan
pada MAN Baraka, yang telah dikemukakan diatas masih, sehingga obsesi
terhadap mutu dikalangan tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (staf),
semakin tampak jelas dalam setiap aktifitas pendidikan, baik dalam kegiatan
akademik maupun non akademik. Hasil dari obsesi terhadap mutu tersebut, MAN
Baraka dapat bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya, peserta didik mampu
tampil pada setiap perlombaan dalam segala bentuk dan jenisnya. Menurut
Kepala MAN Baraka, indikator keberhasilan penerapan menajemen mutu
pendidikan (MMTP) adalah; 1) terlaksananya proses pembelajaran secara efektif.
2) tercapainya kelulusan peserta didik dalam UN 100 %, 3) mampunya peserta
didik berkompetisi dalam setiap even perlombaan, baik di tingkat
Kota/Kabupaten, Propinsi dan Nasional, 4) pembinaan kehidupan beragama
(Islamai) terlakasana secara efektif. 80 Penekanan terhadap pentingnya
memperhatikan mutu pelayana dan mutu hasil pendidikan secara terus menerus

80
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
245

selalu dijadikan sebagai agenda pembicaraan dalam setiap rapat koordinasi dengan
dewan guru, dan hal ini disambut baik oleh setiap guru dengan komitmen yang
tinggi yang diperlihatkan oleh Kepala dan guru bersama sataf, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh semua warga madrasah, termasuk masyarakat dan orang tua
peserta didik. Sesuai hasil penelitian terhadap penerapan MMT pada MAN
Baraka yang masih bersifat eksplisit, namun dapat berkontribusi positif terhadap
beberapa segi, baik dari segi menejemen maupun dari segi proses pembelajaran
dan pelayanan, dll. Adapun hasil-hasil penerapan manajemen mutu terpadu pada
MAN Baraka dapat dilihat dalam beberapa segi efektivitas sebagai berikut;
1. Efektivitas Kepemimpinan
Berdasarkan peraturan yang berlaku dan menjadi pedoman utama
pengembangan program, Efisiensi dan efektifitas kepemimpinan di MAN Baraka
selalu diupayakan, melalui kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana,
pengambilan keputusan secara cepat dan benar. Di samping itu, selalu diadakan
rapat terjadwal untuk membahas masalah-masalah tertentu yang urgen dan real,
dengan mengedepankan kepentingan bersama dan kemaslahatan umum yang
diambil berdasarkan azas musyawarah/demokratis, dan bukan otoriter. 81
Kepemimpinan dan pengembangan lembaga yang ada pada MAN Baraka
cukup memadai dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Dalam
menyebarluaskan kebijakan, unsur pimpinan berusaha menempuh sistem dan
strategi tertentu antara lain: menyiapkan dan melaksanakan pengendalian
administrasi dalam kegiatan organisasi agar terarah sesuai tujuan, menciptakan
sistem administrasi yang terpadu dalam menjamin terciptanya pengambilan
keputusan yang efektif dan efisien, serta menetapkan sistem administrasi sesuai

81
Salma Sutarman, wawancara, pada tanggal 11 Agustus 2014.
246

dengan perkembangan agar dapat memberikan informasi secara cepat, tepat dan
benar.

2. Efektivitas Perencanaan dan Pengembangan Program


Berpijak pada hasil evaluasi program, baik secara internal maupun
eksternal, MAN Baraka melakukan perencanaan dan pengembangan program yang
lebih terarah, menyangkut proses implementasi visi dan misi MAN Baraka,
dengan tetap mepertimbangkan keterbatasan sumberdaya, baik biaya, waktu,
maupun kendala-kendala lainnya. MAN Baraka melakukan perencanaan dan
pengembangan program difokuskan pada visi, misi, tujuan, dan kebutuhan
masyarakat pengguna.
Metode perencanaan yang digunakan adalah metode perencanaan yang
berbasis MMT, dimana MAN Baraka dianggap sebagai organisasi yang melayani
kebutuhan masyarakat atau pelanggannya, senantiasa mengedepankan mutu dan
kepauasan pelanggan, sehingga hasi-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
rencana dapat memuaskan mereka. 82
Sedangkan pengembangan program tahunan dilakukan melalui strategi
konsolidasi dan peningkatan mutu. Konsolidasi, dapat juga diartikan sebagai
stabilitas, dilakukan sebagai upaya untuk memantapkan persyaratan dan
mengokohkan eksistensi MAN Baraka dan peningkatan mutu dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas MAN Baraka sebagai institusi pendidikan
yang mampu menjawab berbagai tantangan dan kebutuhan masyarakat atas ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta mampu bersaing (kompetitif) dalam menarik

82
Muhammad Islam, Wawancara pada tanggal 6 Agustus 2014
247

peserta didik dan menghasilkan lulusan dan professional, unggul dan dapat
bersaing masuk di perguruan tinggi ternama di Indonesia.83
Dalam tiga tahun terakhir ini, prioritas perencanaan dan pengembangan
program tidak dilakukan penentuan prioritas pengembangan berdasarkan bidang
(akademis dan administratif dengan berbagai komponennya), tetapi dilakukan
berdasarkan tingkat prioritas atas tinjauan rencana/program. Tentunya dengan
metode perencanaan startegi dan pengembangan strategi konsolidasi dan
peningkatan mutu. Untuk mencapai sasaran ini dilakukan dengan melihat sistem
pendidikan yang komprehensif dan integral dari masing-masing unsur komponen
madrasah dan administrasi, dengan meninjau keterkaitan antar masing-masing
unsur.

3. Efektivitas Kedisiplinan Guru dan Staf.


Kedisiplinan guru dan Staf MAN Baraka sudah menjadi sebuah kewajiban
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik, dan
pembimbing peserta didik, serta sebagai pengelola administrasi bagi staf. Disiplin
yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab dengan
pemahaman disiplin yang baik, guru dan staf MAN Baraka mampu mencermati
aturan-aturan dan langkah strategis dalam melaksanakan proses pembelajaran dan
kigiatan-kegiatan pendidikan lainnya. Oleh karena itu kemampuan guru dalam
memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik yang berhubungan
dengan proses pembelajaran di kelas maupun kegiatan-kegiatan lainnya sangat
membantu upaya membelajarkan peserta didik ke arah yang lebih baik, demikian
halnya staf akan semakin meningkat pelayanan terhadap peserta didik. Tujuan

83
Muhammad Islam, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 6 Agustus 2014
248

peningkatan kedisiplinan pada MAN Baraka, agar kegiatan madrasah dapat


berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, tenteram, dan guru beserta
seluruh warga madrasah merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya.
Meningkatnya kesadaran terhadapa kedisiplinan akan berdampak pada
meningkatnya kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hal ini sudah dirasakan
pada MAN Baraka, dan menurut Fakhri Abbas bahwa tujuan peningkatan
kedisiplin dimaksudkan;
(a) Agar kepala MAN Baraka dapat menciptakan suasana kerja yang
menggairahkan bagi seluruh peserta warga madrasah;
(b) Agar guru MAN Baraka dapat melaksanakan proses pembelajaran seoptimal
mungkin dengan semua sumber yang ada di madrasah dan di luar madrasah,
(c) Agar tercipta kerja sama yang erat antara madrasah dengan orang tua peserta
didik dan madrasah dengan masyarakat untuk mengemban tugas mulia dalam
dunia pendidikan.84
Sehubungan dengan peningkatan kedisiplinan, maka sejak tahun ajaran
2013/2014 telah dipergunakan sebuah alat kontrol (check clock) setiap kedatangan
dan kepulanagan guru dan staf perhari. Berdasarkan observasi penulis bahwa
dengan adanya sistem ini lebih mudah mengontrol kehadiran guru setiap hari, dan
tidak bisa mereka diganti atau dikerjakan oleh orang lain, karena sistem ini
menggunakan jempol, maka tidak bisa diwakilkan kepada orang lain untuk
melakukan check clock (bukan yang bersangkutan sendiri). Melalui sistem ini,
kedisiplinan di MAN Baraka semakin meningkat dan sudah menjadi peraturan
permanen, bahkan menjadi sebuah ketentuan yang tidak boleh ditawar-tawar, dan
mereka menyadari bahwa kedisiplinan sudah menjadi tuntutan yang sangat

84
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
249

penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan di
sisi lain memberi keteladanan kepada peserta didik bahwa kedisiplinan hendaknya
dibudayakan apabila ingin mengangkat nama baik MAN Baraka.
4. Efektivitas Kerja Sama dan Kemitraan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19/2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan dalam lampiran peraturan ini dijelaskan bahwa
madrasah/madrasah harus mejalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan
berkaitan dengan input, proses, output, dan pemnafaatan lulusan. Kerjasama
dengan lembaga–lembaga pendidikan lainnya dipandang sebagai strategi yang
perlu dikembangkan untuk pembinaan dan pengembangan MAN Baraka.
MAN Baraka telah meningkatkan kerja sama dan kemitraan dengan
madrasah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. Kerja sama yang telah
dilakukan selama ini adalah dalam hal pelibatan peserta didik kedalam berbagai
kegiatan lomba antar pelajar, baik yang bersifat akademik maupun non
akademik.85 Selain kerja sama antar pelajar, kerjasama dibidang ketenagaan dan
program pengembangan pendidikan seperti mengimbaskan program mutu
pendidikan madrasah swasta yang ada dibwah naungan KKM MAN Baraka telah
dijadikan salah satu kegiatan sektoral dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
madrasah.

5. Efektivitas Motivasi Belajar dan Prestasi Peserta Didik.


Motivasi pada hakekatnya adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta
didik yang menimbulkan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga tujuan

85
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
250

pembelajaran dapat tercapai. Menurut Muhammad Islam, bahwa pemberian


motivasi atau semangat belajar peserta didik adalah merupakan akumulasi dari
berbagai keterampilan yang harus dimiliki oleh guru, seperti kemampuan
mengelola kelas, penguasaan materi, dan lain-lain. Sementara guru lain
menyatakan bahwa dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa paling tidak
ada dua hal yang harus dikuasai oleh guru yaitu penggunanaan metode dan media
pembelajaran yang tepat, dan penguasaan materi pembelajaran yang akan
diajarkan.86
Penulis menilai bahwa sejak pencanangan manajemen mutu pada MAN
Baraka, dapat dikatakan prestasi peserta didik semakin baik dan memuaskan,
kondisi ini sudah tentu terkait dengan pemberian motivasi dari para guru setiap
proses pembelajaran.
Dalam pada itu prestasi peserta didik sesuai dengan hasil rata-rata Ujian
Nasional dan Ujian Madrasah sangat fulktuatif, hal ini disebabkan beberapa
faktor, antara lain tingkat kesulitan soal-soal yang harus dijawab oleh peserta
didik dan kondisi psikologis peserta didik, dan lain-lain. Oleh karena itu, dari
beberapa pengalaman dari tahun ketahun, maka semua tenaga pendidik diharapkan
perlunya pemberian motivasi kepada peserta didik.

6. Efektivitas Pelayanan dan mutu pembelajaran.


Secra umum kualitas pelayanan disetiap organisasi atau lembaga adalah
merupakan sesuatu yang menjadi dambaan pelanggan atau costumer, terlebih pada
dunia pendidiakn, pada hakekatnya mutu pelayanan menajdi salah satu ukuran
terhadap keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Pelayanan yang bermutu sudah

86
Muhammad Islam, dkk, Wawancara pada tanggal, 12 Agustus 2014.
251

dipastikan akan memperoleh hasil yang bermutu pula. Kegagalan mencapai hasil
yang memuaskan dari program yang telah direncanakan, pada umumnya
disebabkan rendahnya pelayanan. Hasil evaluasi program baik secara internal
maupun eksternal, terutama aspek kelemahan (weakness) berkaitan belum
optimalnya pelayanan dan implementasi program dijadikan tolok ukur oleh MAN
Baraka untuk peningkatan mutu pembelajaran kepada peserta didik, sehingga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dibuktikan antara lain
dengan adanya peningkatan intensitas dan metode pembelajaran, sarana dan
prasarana pembelajaran, dan mutu lulusan.
Sedangkan menurut Fakhri Abbas bahwa terdapat lima dimensi pokok
sebagai dampak positif yang menentukan kualitas pelayanan pada Madrasah
khususnya pada MAN Baraka, yaitu;
Pertama, kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Pelanggan tidak ingin waktunya
dihabiskan hanya untuk menunggu. Karena waktu bagi pelanggan sangat
berharga, setiap menitnya memiliki makna yang berarti yang ingin dilaluinya
dengan penuh senang hati. Beberapa contoh di antaranya penawaran mata
pelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan
keterampilan, profesi, dan dunia kerja), jadwal pembelajaran dan ujian yang
akurat, proses pembelajaran yang berlangsung lancar, penilaian yang fair dalam
pembelajaran dan lain-lain.
Kedua, daya tangkap yaitu kemampuan atau kesediaan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. Membiarkan
pelanggan menunggu untuk alasan yang tidak jelas bila menimbulkan persepsi
yang negative terhadap kualitas. Dengan demikian kepala madrasah dan wakil
252

kepala madrasah harus mudah ditemui, begitu pula dengan guru harus mudah
ditemui peserta didik untuk kepentingan konsultasi, proses pembelajaran
hendaknya diupayakan intensif dan memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas pelayanan yang ada
(perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dan lain-lain) harus mudah diakses
oleh setiap peserta didik, dalam hal ini terjadi service failure, kemampuan untuk
melakukan perbaikan secara tepat dan profesional bisa menciptakan persepsi
kualitas yang sangat positif. 87
Ketiga, jaminan mutu yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dimiliki para
staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Sebagai contoh seluruh jajaran
(guru dan pegawai dilingkungan MAN Baraka) harus benar-benar orang yang
kompeten dan profesional dibidangnya, reputasi madrasah yang positif dimata
masyarakat, sikap, dan perilaku seluruh jajaran mencerminkan profesionalisme,
kesopanan, dan lain-lain.
Keempat, empati, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, memahami dan melayani kebutuhan para
pelanggan. Misalnya guru yang mengenal nama peserta didiknya yang mengikuti
pembelajaran di kelas, guru benar-benar berperan sesuai dengan fungsinya, setiap
guru bisa dihubungi dengan mudah baik dihubungi di ruang kerja, via telepon,
serta bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan atau
guru dan sarana kommunikasi.

87
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
253

Kelima, dimensi pada MAN Baraka didasarkan pada derajat kepentingan


yang relatif dimata pelanggan. Dimensi-dimensi digunakan pelanggan untuk
menilai kualitas jasa, yang didasarkan atas perbandingan antara jasa yang
diharapkan dan jasa yang dipersepsikan. Gap diantara jasa yang diharapkan dan
yang dipersepsikan merupakan ukuran kualitas jasa. 88 Oleh sebab itu, MAN
Baraka harus meningkatkan kenerjanya dalam setiap dimensi dan tidak melakukan
kesalahan dalam penyampaian informasi kepada para peserta didik, orang tua
peserta didik, guru, dan karyawan.
7. Efektivitas Evaluasi Program
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui berjalan tidaknya program yang
telah dicanangkan, MAN Baraka selalu melakukan Evaluasi secara terjadwal dan
berkesinambungan. Evaluasi ini dimulai dari perencanaan program, pelaksanaan,
pencapaian sasaran, dan faktor yang mempengaruhi program. Evaluasi ini
dilakukan oleh kepala madrasah, dan wakil kepala madrasah baik melalui rapat
pimpinan, rapat koordinasi, rapat umum dengan semua warga MAN Baraka, rapat
kerja tahunan, dan pelacakan terhadap sasaran program.
Hal yang lain menjadi ukuran adalah pelacakan keberhasilan program,
salah satunya ialah pelacakan lulusan MAN Baraka yang terserap ke berbagai
Perguruan Tinggi, baik perguruan tinggai yang ada di Enrekang maupun di luar
Enrekang. Bukan hanya mengetahui, tetapi yang lebih penting ialah perlunya
mejalin komunikasi timbale balik antara MAN dengan lulusan, yang diharapkan
dapat member kontribusi dalam upaya menunjang pencapaian tujuan pendidikan
di lingkungan MAN Baraka. Para Alumni atau lulusan menyadari bahwa dengan

88
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
254

perannya merupakan salah satu potensi utama untuk terus berkembang dan
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Melalui kerjasama dan hubungan
yang dibina secara khusus dengan lulusan, MAN Baraka akan mendapatkan
masukan bagi peningkatan kualitas dan dukungan bagi pengembangan jumlah
penerimaan dan lulusan.

E. Temuan Hasil Penelitian

Dalam kerangka perwujudan dan implementasi manajemen mutu terpadu pada


MAN Baraka Kabupaten Enrekang maka fungsi ideal pendidikan dalam
meningkatkan kualitas SDM tersebut senantiasa mengorientasikan diri dalam
menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat khususnya
dilingkungan MAN Baraka Kabupaten Enrekang sebagai konsekwensi logis dari
perubahan, untuk itu tidak ada alternative lain di MAN Baraka Kabupaten Enrekang,
kecuali penerapan manajemen mutu terpadu dan penyiapan SDM yang berkualitas
tinggi dan dibarengi dengan nilai-nilai moralitas, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta keahlian dan keterampilan. Hanya dengan tersedianya pola
manajemen yang bagus dan SDM yang berkualitas tinggi itu, MAN Baraka
Kabupaten Enrekang bisa survive di tengah pertarungan ekonomi politik
Internasional.
Manajemen mutu terpadu di MAN Baraka Kabupaten Enrekang merupakan
salah satu pola pengorganisasian dan kelembagaan manajerial pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang dalam upaya merespon masyarakat yang cepat dan terus
menerus. Konsep ini menawarkan pendekatan baru dalam mengelola organisasi
profesi dan keutuhan dalam manajemen menjadi ciri utama manajemen mutu.
Sebenarnya, manajemen mutu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang
255

dikembangkan yang selanjutnya dijabarkan dan diaplikasikan dalam mengakomodasi


kebutuhan Madrasah menjadi manajemen organisasi.
Dalam temuan penulis bahwa implementasi manajemen mutu dalam
pengorganisasian kelembagaan mengandung dua aspek kajian, pertama kajian dalam
dataran konsep suatu pendekatan dalam menjalankan kegiatan pendidikan yang
berupaya memaksimalkan daya saing melalui penyempurnaan secara terus-menerus
atas produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan organisasi atau lembaga yang ada
di MAN Baraka Kabupaten Enrekang dan kedua kajian mencakup cara
penyampaiannya, yang mencakup pada tujuh karakteristik dari manajemen mutu di
MAN Baraka Kabupaten Enrekang yaitu berfokus pada:
a. Pelanggan,
b. Berobsesi tinggi pada kualitas,
c. Menggunakan pendekatan ilmiah,
d. Menyempurnakan kualitas secara berkesinambungan
e. Pendidikan dan pelatihan,
f. Menerapkan kebebasan yang terkendali,
g. Memiliki kesatuan tujuan; serta melibatkan dan memberdayakan semua elemen
madrasah.
Kedua aspek tersebut dianggap harus menjadi kesatuan yang utuh sehingga
usaha dalam mencapai tujuan organisasi dan kelembagaan dapat diperoleh secara
optimal. MAN Baraka Kabupaten Enrekang menerapkan strategi manajemen mutu
dalam memanajer lembaganya. Manajemen mutu berkonsekuensi secara administratif
yaitu kepala madrasah bersama jajarannya mengembangkan metode dan pendekatan
manajerial yang tepat guna, mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian/ pembinaan, pengendalian atau pengawasan hingga proses penilaian
256

terhadap komponen-komponen penyelengaraan pendidikan di MAN Baraka


Kabupaten Enrekang, mulai dari manajemen kurikulum/pembelajaran (penataan
kurikulum yang modern), kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana prasarana, dan
manajemen hubungan kemasyarakatan, maka proses pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran intern pada kegiatan-kegiatan pengelolaan di MAN Baraka Kabupaten
Enrekang, untuk itu secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut;
1. Strategi kegiatan perencanaan.
Dalam temuan penulis bahwa MAN Baraka Kabupaten Enrekang, sebelum
melakukan perencanaan dan pengelolaan pembelajaran maka sikap mental yang harus
dibangun pada masing-masing individu perencanaan (guru dan pegawai) adalah niat
untuk melakukan semua pekerjaan demi untuk meraih ridha dari Allah. Dengan sikap
mental yang demikian maka perencanaan akan berjalan dan sesuai dengan hakekat
perencanaan sesungguhnya, yaitu; sikap mental yang diproses dalam pikiran sebelum
diperbuat (pandangan ke depan). Untuk menghasilkan pemikiran seperti yang
diharapkan tersebut maka telah menjadi kebiasaan warga MAN Baraka Kabupaten
Enrekang sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu melakukan pendekatan
dan studi banding ke madrasah/madrasah lainnya (madrasah unggulan) bahkan
mendatangkan tokoh-tokoh pendidikan dari tingkat regional dan nasional guna
mendapatkan petunjuk yang baik dan dibukakan pikiran untuk merencanakan sesuatu
yang diharapkan dapat dicapai dan membawa kemaslahatan bagi pengelolaan
pembelajaran di madrasah ini.
Kegiatan pembinaan MAN Baraka Kabupaten Enrekang berisikan kegiatan-
kegiatan yang bersifat oprasional yaitu;
a. Tindakan pikiran yang sistematis,
b. Target yang akan dicapai atau diingini oleh Institusi/Madrasah,
257

c. Tuntunan pokok yang diadakan oleh institusi/madrasah untuk menentukan


kegiatan yang berulang-ulang atau pedoman kerja,
d. Kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan pengawasan dalam
mencapai tujuan,
e. Perkiraan dalam perencanaan yang berhubungan dengan taksiran pendapatan
dan pengeluaran yang dinyatakan dalam waktu, jumlah uang dan jumlah
material pada tiap-tiap unit pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan,
2. Pengorganisasian
Sebagai fungsi manajemen mutu sebagai unsur dari lembaga pendidikan,
maka pengorganisasian di MAN Baraka Kabupaten Enrekang sangat diperhatikan
agar setiap komponen yang terlibat dalam pengelolaan lembaga ini dapat memenuhi
tugas dan tanggungjawabnya secara efektif baik secara administratif maupun
fungsional.
Pengorganisasian di MAN Baraka Kabupaten Enrekang digunakan untuk
pengenalan dan pengelompokan kerja, penentuan dan pelimpahan tanggungjawab
atau wewenang serta pengaturan hubungan kerja. Untuk mengetahui bentuk
operasional dan merumuskan sistem pembaruan pendidikan dari kegiatan-kegiatan
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut;
a. Pengenalan dan pegelompokan kerja
b. Penentuan dan pelimpahan tanggungjawab atau wewenang
c. Pengaturan hubungan kerja
3. Pembinaan dan Motivasi
Bentuk-bentuk manajemen mutu terpadu dalam pembinaan yang
dikembangkan di MAN Baraka Kabupaten Enrekang lebih diorientasikan pada upaya
258

untuk meningkatkan prestasi guru, staf, dan siswa dengan dilandasi kesadaran,
pengertian, kegairahan dan kegiatan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya masing-masing. Kesadaran dan kesukarelaan melaksanakan
kegiatan-kegiatan kelembagaan itu dapat muncul jika masing-masing individu
mempunyai rasa memiliki terhadap lembaga, sehingga mereka akan merasa kecewa
jika gagal atau tidak tercapai tujuan konstitusinya, sebaliknya mereka akan gembira
jika tujuan-tujuan kelembagaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat tercapai
atau berhasil.
Kegiatan-kegiatan Madrasah dalam penerapan manajemen mutu terpadu yang
menjadi bidang garapan dalam melakukan pembinaan di MAN Baraka Kabupaten
Enrekang ini adalah seleksi, komunikasi, partisipasi, counseling, training,
compension dan direction.

Berdasarkan hasil penelitian dilokasi maka kegiatan tersebut di atas dapat


diuraikan sebagai berikut;
a. Seleksi
Pembinaan dalam penyeleksian merupakan kecakapan dalam memilih Guru,
staf dan siswa/peserta didik yang akan dibina. Pemilihan Guru, staf dan siswa ini
memerlukan ketelitian dan kejelihan agar sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
MAN Baraka Kabupaten Enrekang perlu mengadakan penyeleksian guru agar
supaya guru yang dibutuhkan sesuai dengan profesi dan visi dan misi madrasah,
begitu pula siswa, agar supaya dalam pegelompokan kelas secara teratur sehingga
guru mudah dalam memberikan pemahaman kepada siswa.
Adapun orang yang di seleksi, adalah semua guru, staf, dan siswa tampa
kecuali, dan biasanya yang menyeleksi adalah kepala madrasah. Sedangkan syarat
259

yang diseleksi adalah tingkat kemampuan dalam menguasai mata pelajaran yang
mereka akan ajarkan, sedangkan siswa biasanya di tes baca tulis al-Qur’an,
kemampuan berbahasa (Arab dan Inggris) dan wawasan kenegaraan.
b. Komunikasi
Kegiatan pembinaan komunikasi senantiasa menjadi penekanan pada MAN
Baraka Kabupaten Enrekang searah dengan tujuan yang kita ingin capai, maka
pembinaanya diarahkan pada upaya untuk saling mengerti, karena saling mengerti
adalah pangkal dari tindakan bersama yang baik, dan akan menjamin kelangsungan
hubungan baik internal maupun dengan warga masyarakat yang membutuhkan. Siswa
dianjurkan berkomunikasi bahasa Asing (Arab dan Inggris) jika berada dalam
lingkungan madrasah.
c. Partisipasi
Keterlibatan guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan semua aktivitas
madrasah sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
untuk itu usaha-usaha pembinaan dalam rangka mengaktifkan Guru, staf dan siswa
agar berpartisipasi secara sukarela dan bergairah terus dikembangkan di MAN Baraka
Kabupaten Enrekang sehingga semua bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh
pimpinan dapat diselesaikan dengan mudah.
d. Counseling
Counseling dalam kegiatan pembinaan dapat diartikan saling menasehati
atau saling mengingatkan antara atasan dengan bawahan atau antara sesama teman
mengenai cara kerja dan belajar yang baik guna mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun counseling ini dilakukan disaat rapat konsulidasi, dan selama 2014-2015
sudah 4 kali diadakan rapat, dan rapat dipimpin oleh kepala Madrasah dan wakil
kepala madrasah.
260

e. Training of Trainer (TOT)


Pembinaan melalui training baik yang dilakukan secara rutin maupun melalui
program khusus dilaksanakan MAN Baraka Kabupaten Enrekang dalam rangka
mempertinggi kecakapan kerja bagi guru dan staf dalam mencari paradigma baru
pendidikan yang layak di aplikasikan di MAN Baraka Kabupaten Enrekang.
Sebagaimana yang disampaikan kepala MAN Baraka Kabupaten Enrekang, sebagai
penangung jawab, harus selalu berusaha untuk meningkatkan dan memajukan
kemampuan baik guru, staf maupun siswa di MAN Baraka Kabupaten Enrekang ini.
Adapun training pada periode ini dilakukan kurang lebih 4 kali, sebahagian guru
diundang ke Makassar pelatihan melalui diklat keagaman Makassar.
f. direction (pengarahan)
Untuk menghindari kesalah pahaman antara kebijakan yang dikeluarkan oleh
pimpinan dan pelaksanaanya di lapangan dalam rangka pengelolaan pendidikan di
Madrasah dalam upaya menbangun siswa yang berlandaskan IPTEK dan IMTAQ,
maka perlu mendapatkan pengarahan dari pimpinan Madrasah terhadap apa yang
akan dikerjakannya. Mereka harus mengetahui pekerjaan apa yang harus dikerjakan,
bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama waktu yang dibutuhkannya dan
manfaat apa yang diperoleh melalui pekerjaan tersebut.

4. Pengawasan dan Penilaian


Pegawasan yang dilakukan di MAN Baraka Kabupaten Enrekang meliputi
penelitian dan pengamatan terhadap jalannya perencanaan, pelaksanaan, mengoreksi,
dan mengarahkan penyimpangan rencana, serta menilai tingkat efisiensi dan
efektifitas dari rencana yang telah ditetapkan dengan jalan membandingkan antara
tenaga, waktu, sarana, dan dana yang digunakan dengan hasil yang dicapai.
261

Hasil observasi dilapangan menunjukkan bahwa penerapan manajemen mutu


terpadu untuk pelaksanaan kerja dan penerapan sistem, metode pendidikan yang baru
dalam membangun siswa yang tidak kaku dalam menghadapi tantangan zaman dari
hasil wawancara yang telah di kemukakan oleh kepala madrasah ini menunjukkan
hasil yang memuaskan untuk membantu bagi pengembangan madrasah dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pemaparan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sepatutnyalah
pelaksanaan manajemen organisasi dan kelembagaan Madrasah untuk para guru
dalam menerapkan sistem dan metode yang mutakhir dalam proses pembelajaran
untuk mencari paradigma baru pendidikan di lingkungan MAN Baraka Kabupaten
Enrekang. Seharusnya dilakukan secara kompak oleh seluruh pendidik dan staf
dengan pendekatan dan strategi yang disepakati bersama. Sehingga para guru
diharuskan mengikuti TOT/Penataran kurikulum untuk dapat melakukan
pengintegrasian nilai-nilai IPTEK dan IMTAQ ke dalam bidang studi yang
diajarkannya, semua guru diharuskan menyampaikan tujuan pendidikan sesuai
dengan dasar keilmuannya, karena guru pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang
memiliki keterikatan moral dalam menyukseskan kurikulum yang yang berorientasi
pada pembentukan kecerdasan siswa yang di barengi dengan manajemen mutu dan
akhlakul karimah dan kecendekiawanan.

Adapun secara organisatoris kepemimpinan dan manajemen madrasah pada


MAN Baraka Kabupaten Enrekang dalam pengembangan sistem pendidikan menjadi
tanggung jawab kepala Madrasah di lingkungan madrasah tersebut, akan tetapi dalam
pelaksanaanya menjadi tanggung jawab bersama mulai dari para kepala madrasah,
guru-guru, dan pegawai-pegawai semua tenaga yang terlibat langsung maupun tidak
langsung terhadap penyelenggaraan pendidikan pada MAN Baraka Kabupaten
262

Enrekang di samping itu MAN Baraka Kabupaten Enrekang juga melaksanakan


pembinaan melalui pengembangan wawasan dan interaksi sosial melalui kerjasama
dengan lembaga-lembaga pendidikan agama yang bersifat non formal.
Kepala Madrasah pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang melaksanakan
program pembinaan warga Madrasah dalam kehidupan islami untuk menjadi muslim
yang kaaffah yang mengembangkan ciri khas Madrasah. gambaran umum dari
pembinaan dan pelaksanaan manajemen, dapat dilihat dari indikator yang ditunjukkan
siswa selama siswa itu menjadi warga MAN Baraka Kabupaten Enrekang, maupun
kualitas lulusannya yang secara umum menampilkan perilaku yang kritis, rasional
dan ucapan yang santun, ramah, baik serta islami, tidak pernah terlibat dalam tawuran
baik antar jurusan, madrasah maupun antar remaja, maupun pelanggaran-pelanggaran
asusila lainya dan yang lebih menonjol adalah keterikatan secara moral dengan MAN
Baraka Kabupaten Enrekang. Kemampuan kepala Madrasah dalam
mempertimbangkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadinya.
Kepemimpinan dan Manajemen Madrasah pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang di diharapkan mampu menawarkan solusi alternative dalam pengembangan
pendidikan ke depan, sistem pendidikan di madrasah harus diperbaharui dan
dikembangkan; kurikulum harus ditingkatkan dengan memasukkan topik-topik
beragam, berbobot dan menarik. Beberapa aspek ajaran dan warisan Islam dapat
dipandang sebagai cabang pokok ilmu-ilmu humaniora, dan wilayah-wilayah
studinya mencakup; agama, falsafa, etika, spritualitas, sastra seni, arkeologi, sejarah.
Masing-masing bidang studi tersebut dapat dijelaskan secara histories: awal,
pertengahan, klasik, modern dan seterusnya.
Implementasi Manajemen mutu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang
memang belum banyak dilakukan, bahkan ada sementara kalangan yang meragukan
263

efektifitas manajemen kepemimpinan yang berbasis mutu di MAN Baraka Kabupaten


Enrekang khususnya pada aspek pendidikan, dan sebagian kalangan yang
menganggap manajemen mutu sebagai suatu harapan yang cerah bagi dunia
pendidikan khususnya pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang.
Manajemen Kepemimpinan Madrasah pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang Setidaknya ada empat bidang utama yaitu; Pertama, penerapan manajemen
mutu terpadu atau TQM untuk peningkatan fungsi administrasi dan operasi atau
secara luas untuk pengelolaan madrasah secara keseluruhan. Kedua,
mengintegrasikan TQM dalam kurikulum MAN Baraka Kabupaten Enrekang,
Ketiga, penggunaan TQM dalam pengajaran di kelas. Keempat, menggunakan TQM
untuk mengelola aktifitas riset pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang. Kehadiran
TQM berdampak pada perubahan manajemen konvensional. Demikian halnya
dengan manajemen pada. Terdapat enam tantangan pokok yang dikaji dan dikelola
secara strategik dalam rangka menerapkan konsep TQM pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang yakni berkenaan dengan dimensi kualitas fokus pada pelanggan,
kepemimpinan, perbaikan berkesinambungan, manajemen SDM, manajemen
berdasarkan fakta.
Menurut peneliti bahwa MAN Baraka Kabupaten Enrekang dapat dikatakan
sukses, jika menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas peserta
didik SDM terus meningkat.
2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan
komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
264

4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak


berkurang/hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya.
5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui
pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah
penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga
metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang
paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan
umum terus meningkat.
Dalam temuan hasil penelitian tentang sikap kepemimpinan yang diterapkan
pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang yaitu;
1. Kepala Madrasah dalam mengambil keputusan selalu mempertimbangkan
kepentingan bersama terutama kepentingan siswa karena kepentingan siswa
merupakan pilar utama untuk dapat membina siswa menjadi siswa berprestasi.
2. Kepala Madrasah selalu mengedepankan musyawarah mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
3. Dalam pemecahan masalah kepala Madrasah sering melibatkan semua guru-
guru dalam pengambilan hasil kesepakatan.
4. Kepala Madrasah selalu melakukan rapat terjadwal setiap dua bulan sekali
sedangkan dengan orangtua siswa sekali setahun.
5. Kepala Madrasah selalu memberikan kesempatan kepada guru untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
265

Dengan demikian manajemen mutu terpadu dalam pendidikan pada pada


MAN Baraka Kabupaten Enrekang berkaitan dengan adanya penciptaan budaya
kualitas dengan menempatkan pelanggan sebagai fokus utama melalui pelibatan
seluruh pegawai dan staf pengajar serta perbaikan secara terus menerus, demi
tercapainya organisasi pendidikan yang bermutu pada pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang, yang mampu bersaing dan tetap bertahan dalam era perkembangan zaman.
Adapun prinsip-prinsip landasan pengembangan pendidikan pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang yaitu:
1. Prinsip pertautan yang sempurna dengan ajaran Islam;
2. Prinsip tujuan universal dari materi yang dituangkan dalam kurikulum
3. Prinsip keseimbangan relatif diantara tujuan dan isi kurikulum;
4. Prinsip keterkaitan antara isi kurikulum dengan bakat, minat, kemampuan
dan kebutuhan peserta didik, baik dalam hubungan dengan alam fisik, psikis
dan sosial;
5. Prinsip pemeliharaan perbedaan diantara individu peserta didik;
6. Prinsip perkembangan dan perubahan;
7.Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktivitas-aktivitas
yang terkandung dalam kurikulum.

Dengan demikian, MAN Baraka Kabupaten Enrekang seharusnya berusaha


melakukan langkah-langkah dan inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan secara
profesional dengan manajemen yang handal, sehingga lembaga pendidikan tersebut
bisa mencetak kader-kader yang handal, inovatif dan memiliki sifat amana di tengah-
tengah masyarakat, baik siap dalam intelektualnya, keterampilannya, maupun
spiritualnya. MAN Baraka Kabupaten Enrekang sebagai organisasi pendidikan
merupakan salah satu sistem juga tidak dapat terhindar dampak dari kemajuan
266

tersebut, dengan demikian maka MAN Baraka Kabupaten Enrekang dituntut untuk
dapat mengantisipasi berbagai perubahan-perubahan tersebut. Keberadaan manajem
mutu terpadu yang digunakan dalam penerapan di dunia bisnis menuai hasil yang
sangat signifikan, sehingga TQM memiliki daya tarik tersendiri, untuk bisa
diaplikasikan pada objek-objek kelembagaan khususnya pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang atau organisasi yang lain, baik dalam bidang politik, sosial,
termasuk dalam dunia pendidikan. Hal ini dalam rangka efektivitas dan hasil yang
baik sebagai target yang diidam-idamkan.
Unsur utama manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang meliputi fokus pada pelanggan, Obsesi terhadap kualitas, Pendekatan
ilmiah, Komitmen jangka panjang, Kerja sama tim, perbaikan sistem secara
berkesinambungan, Pendidikan dan pelatihan, Kebebasan yang terkendali, Kesatuan
tujuan dan Adanya keterlibatan dan pemberdayaan seluruh elemen sedangkan prinsip-
prinsip manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang senantiasa
mengacu pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas dalam semua
kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim

A. Muhammad, Komunikasi Organisasi. Ed.1, Cet.4, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

A. Samana, Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius, 1994.

Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Suka Press,


2007.

Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah. Jakarta: Dharma Bakti, 1981.

Abdullah, Husain dkk, JK Ensiklopedia. Cet. I, Jakarta; Ideal Group, Yayasan


Kalla, 2012.

Abdullah, Husain. Neneng Herbawati dan Andi Suruji, JK Ensiklopedia. Cet. I;


Jakarta; Ideal Group, Yayasan Kalla, 2012.

Abdulsyani, Manajemen Organisasi. Jakarta: Bina Aksara, 2007.

Agama, Departemen. Menuju Madrasah Mandiri. Jakarta: Direktorat Pendidikan


Islam, 2007.

Agung, Iskandar. Peningkatan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Jakarta: Bestari


Buana Murni, 2010.

Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi. Cet. III; Kediri: Manhalun Nasiin
Press, 2002

al-Abrāsy, Muhammad Athiyah. Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm. t.t.: Isā al-Bābī al-
Halab, t.th.

al-Ahwāniy, Ahmad Fu’ad. al-Tarbiyah fīl Islam. Mesir: Dār al-Ma’arif, t.th.

al-Asfahāni, al-Rāgib. Mufradāt Alfāz al-Qur’ān. Cet. I; Bairūt: Dār al-Syāmiyah,


2000.

al-Attās, Muhammad Naquib. Aims and Objective of Islamic Education. Jeddah:


King Abd. al-Azīz, 2001.

---------------, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembimbing


Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: Mizan, 2009.

272
273

---------------,. The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic


Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam:
Suatu Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I;
Bandung: Mizan, 2009.

al-Bāqy, Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān al-


Karīm. Bairūt: Dār al-Fikr, 2002.

Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Cet. II; Bandung Angkasa, 1993.

Allee, John Gage. Websters Dictionary. Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2003.

Allen, Louis. Profesi Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2000.

Anis, Ibrahim. Mu’jam al-Wasīt, juz I;. cet. II; Mesir: Dār al-Ma’ārif, 2002.

Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata


Langkah Penerapan. Cet. IV: Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2007.

Arifin, Anwar. Tinjauan tenteng Undang-undang Pendidikan. Jakarta:


Kementerian Pendidikan Nasional, 2005.

Armstrong, Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Elex Media
Koputindo. 1997

Arsyad, Azhar. Pokok-pokok Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan


Eksekuti. Morteal, Exekutive Institute Fakulty Of Managemen Mc Gill
University, 2006.

Atoner, James A.F. dan R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition. Cet. I; New
Jersey: Prentice Hall, 2005.

Aziz, Shālih Abdul. al-Tarbiyah wa Turuq al-Tadrīs. mesir: Dār al-Ma’arif, 2000.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah


Tantangan Milenium III. Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012.

Bafadal dan A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang:


Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004.
274

Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruz


Media, 2012

Bariyah, N. Oneng Nurul. Kontekstualisasi Total Quality management dalam


Lembaga Pengelola Zakat untuk Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Damopolii, Muljono. Pembaruan Pendidikan Islam di Makassar; Studi Kasus


Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Makassar, Disertasi.
Jakarta: Programpascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2006.

Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Cv. Alfabeta,
2011.

Daradjat, Zakiah. Kepribadian Guru (Jakarta: Bulan Bintang, 2005.

Davis, Goetsch dan Strategic Qualty Management. Cet. I; Londong: departement of


Education, 2000.

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-


Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, tahun 2007.

---------------, Muqaddimah Al Qur’an dan tafsirnya edisi revisi. Jakarta, Lembaga


Percetakan Departemen Agama RI, 2009.

---------------, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam, 2007.

---------------, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010.

---------------, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang


Pendidikan, Penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d, h. 230.

---------------, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010.

Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun


2005, tentang Standar Nasional Pendidikan. Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas,
2005.

---------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
275

Diana, Fandy Tjiptono dan Anastasia. Total Quality Management. Cet. X;


Yogyakarta: Andi Ofset, 2003

Dimyati, Vien. Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.

Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Kementeria Agama RI, Revitalisasi


Madrasah dalam Menghadapi Persaingan Global, Jurnal Voleme 1, 2
Maret 2009,

Ditjen Dikdasmen Depdiknas, Pendekatan Kontekstual. Contextual Teaching and


Learning, CTL. Jakarta: Ditjen Dikdasmen, 2002.

Djokopranoto, R. Eko Indrajid & R. Manajemen Perguruan Tinggi Modern. Cet. I;


Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007.

Djuwaeli, M. Arsyad. Pembaruan Kembali Pendidikan Islam,. Jakarta : Yayasan


Karsa Utama Mandiri.

Echols, John dan Hassan Shadili, Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia,
2001.

Effendi, Muchtar. Manajemen Suatu Pendekatan berdasarkan Ajaran Islam. Jakarta


: Bharata, 1996.

Fahrān, Ishāq Ahmad. al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Ahālah wa al-Ma’āhirah.


Cet. II; t.tp: Dār al-Furqān, 2003.

Fatah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.

---------------. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,


2001.

Feeman, James A.F. Atoner R. Edwar Management Sixty edition. Cet. I; New Jersey:
Prentice Hall, 1995

Gaspersz, Vincent. Total Quality Management. Cet. IV; Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005.

Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous


Improvement. Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing
Company, TTP.
276

Gojali, Umairso dan Imam. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi
Pelaku Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.

Grafika, Redaksi Sinar. Undang-undang Guru dan Dosen. UU RI No. 14 Th. 2005
Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous
Improvement. Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing
Company, TTP.

H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,


1994.

Hadari Nawawi, Manajemen Strategik .Cet. I; Yogyakarta: Gadjah Mada Pers, 2005.

Hadi, Abdul dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan. Cet. I; Bandung:


Alfabeta, 2010.

Hamalik, Oemar. Evaluasi Kurikulum,. Cet. II; Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2003.

Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2. Yogyakarta:


BPEF, 1992.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Landasan Sejarah,


Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.

Hensler, Quality Systems. Cet. I; London: BBS, 2010.

Ibn Manzūr, Jamāl al-Dīn. Lisān al-‘Arab, jilid I. Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th),
h. 384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām. Cet.
XXVII; Bairūt: Dār al-Masyriq, 2007.

Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Yogjakarta; Ar


Ruzz Media , 2007.

Imron, Ali. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 2005.

Imron, I. Bafadal & A. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Malang:


Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004.

---------------. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya, 1995.


277

Jalāl, Abd. al-Fattāh. Min Uṣūl al-Tarbawiy fī al-Islām. kairo: Markas al-Duwali
li al-Tal’līm, 2007.

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-Prinsip Perumusan dan Tata


Langka Penerapan. Cet. IV; Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007.

Jurnal “ El-Tarbawi” ( Jurnal Pendidikan Islam) Vol. I, No. 2 tahun 2008, Lihat;
http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no2-2008-03-darmadji.pdf,
diakses pada tanggal, 21 Januari 2013.

Jurnal Istimewa http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/410991105_1907-672X.pdf,


diakses pada tanggal, 10 Februari 2013.

Jurnal Istiwa volume 15. No.2. Maret 2009., diakses pada tanggal, 11 Februari 2013,

Kast, Fremont E. dan James E. Rosenzwing, Oganizing and Management.


Diterjemahkan oleh A. Hasjmi Ali dengan judul Organisasi dan
Manajemen, Jilid II. Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek Pengadaan


Kitab Suci al-Qur’an, 2012.

---------------, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-Undang


dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, tahun 2007.

---------------, Menuju Madrasah Mandiri. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam, 2006.

---------------,, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Pendidikan


Nasional Perguruan Agama Islam, Tahun 1998/1999. Jakarta: Sekretaris
Jenderal Departemen Agama, Biro Hukmas, 2005.

---------------, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar


Nasional Pendidikan.. Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005.

---------------, Profil Madrasah Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam, 2006.

Kementerian Pendidikan Nasional, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga


Kependidikan(PMPTK), Direktorat Tenaga Kependidikan Penilaian
Kinerja Guru dan kompetensi evaluasi Pendidikan, th. 2008.

---------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2012.


278

---------------, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun


2003. Cet.II; Bandung: Fokusmedia, 2003.

Kloter, Philip. Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen


Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jakarta.
PT.Prenhallindo, 2013.

Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa, 1999.

Kreitner, Robert. Management. 4th Edition; Boston: Houghton Mifflin Company,


2009.

---------------. Management qualitiy. Cet. IV; Boston: Hougton Mifflin, 1999.

Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.

Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan


Mengajar Guru. Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003.

LAPIS. Learning Assistence Program Of Islamic School) Disadur dari Materi


Workshop Manajemen Berbasis Madrasah. Pelaksana IAIN Sunan Ampel
Surabaya kerja sama dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan
LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008.

Mantja, Willem. Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari

2004.

Ma’lūf, Luwis. al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām. Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-
Masyriq, 2007.

Madrasah Aliyah Negeri. (MAN) Baraka, Profil MAN Baraka Kabupaten


Enrekang Tahun 2013. Baraka: MAN Baraka Enrekang, 2013.

Makbuloh, Dede. Manajemen Mutu Pendidikan Islam, Model pengembangan Teori


dan Aplikasi Sistem Penjaminan Mutu. Cet. I Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2011.

Maksum, Madrasah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Mantja, W. Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan


Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas, 2008.
279

-----------. Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari 2004

-----------. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Cet. I: Jakarta: LIPI, 2000.

Mappanganro, Impelementasi Pendidikan di Madrasah. Makassar: Yayasan


Ahkam, 2002.

Mejia, R.Gomez. dkk, Managing Human Resource. Cet. III;. London : Hall
International, Inc, 2001.

Miller, Improving Quality in Further Education. Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001.

Mufidah, Luk-Luk Nur. Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme


Guru di Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: Gramedia, 2010.

Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah. Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

-----------, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana


Pengembangan Sekolah/Madrasah. Cet. II; Jakarta: Kecana, 2007.Mulyasa,
E, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Cet.II, Jakarta : Bumi
Aksara, 2012.

Murgatroyd, Stephen and Colin Morgan, Total Quality Management and The
School, . Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 2004.

Miller, Improving Quality in Further Education. Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001.

Mufidah, Luk-Luk Nur. Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme


Guru di Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Tadris, Vol. 4 Nomor.1
Tahun 2009.h. 92.

Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Strategi dan Implementasi. Cet. I;


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

-----------, Menjadi guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Cet.X; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Petunjuk


bagi para guru dan orang tua. Jakarta: Grasindo, 1992.
280

Murni, Veithzival Rivai dan Silviansa. Educational Management, Analisa Teori dan
Praktek. Cet. II Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 479.

Nafis, Ahmadi Syukran. Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian.


Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010.

Nasution, M.N. Manajemen Mutu Terpadu . Total Qulity Management. Cet. II;
Bogor: Galia Indonesia, 2010.

Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Nata, Abuddin. Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


Indonesia. Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar. Cet. XV ; Jakarta :


Ghalia Indonesila, 2011.

Partanto, Pius A dan M Dahlan al-Barry, Kamus llmiah Poputer. Surabaya :


Arkola, 2004.

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintah Daerah. Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2000.

Pongtuluran, Aris. “Manajemen Mutu Total dalam Pendidikan”, Makalah


disampaikan dalam Konfrensi Nasional Manajemen Pendidikan,. Jakarta :
2002.

Prawirosentono, Suyadi. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu; Total


Quality Management Abad 21; Studi Kasus dan Analisis. Cet. I; Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2002.

Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam. Cet. X. Malang, Erlangga, 2007.

Rapar, J. H. Filsafat Politik; Plato, Aristoteles, Agustinus,Machiavenlli. Jakarta:


PT. RajaGrafindo Persada, 2002

Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20


Tahun 2003,

Rusyan, Tabrani dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Karya, 2010.

Sahertian, Piet A Profil Pendidikan Profisional. Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset,
2009.
281

Salindeho, John. Peranan Tindak Lanjut dalam Manajemen . Cet. II; Jakarta:
Sinar Grafika, 2009.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Cet. 9, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Shaleh, Abdul Rahman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Visi, Misi, dan
Aksi). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an


volume 11. Cet. IV; Jakarta: Lentera Hari 2005.
Sallis, Edward. Total Quality Management In Education dan diterjemahkan oleh
Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Cet.
IV; Yogyakarta: IRCiSoD, 2011.
Slamet dan Field, Joseph, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep,
Strategi dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin. Cet. I; Jakarta: PT
Grasindo, 2000.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Cet. IV; Jakarta:


Rineka Cipta, 2003.

Stoner, James A.F. dan Edward Freeman, Manajemen. Jakarta: Intermedia, 2002

Sudirman, Implementasi Manajamen Mutu Terpadu. Total Quality Management)


pada Madrasah Aliyah Negeri Pangkep, Tesis Magister. Makassar:
Program Pascasarjana UMI, 2007

Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu


Pembelajaran di Era Otonomi Daerah . Cet. VI; Bandung : Alfabeta,
2010.

Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,.
Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cet. II; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003.

Tampubolon, Daulat P. Perguruan Tinggi Bermutu : Paradigma Baru Manajemen


Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21. Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama : 2001.
282

Tampubolon, Daulat P. Perguruan Tinggi Bermutu : Paradigma Baru Manajemen


Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21. Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama : 2001.

Terry, George R. Principle of Management. 6th Edition; Georgetown: Richard D.


Irwing Inc., 2002.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality Management . TQM). .


Ed. Revisi. Yogyakarta;Andi, 2003.

Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.

Usman, Husaini. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
283

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI & KELUARGA

NAMA : H. Rukman A. Rahman, S.Ag, M.Ag


TEMPAT/TGL LAHIR : Sidrap, 23 Januari 1969
AGAMA : Islam
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
ALAMAT TETAP : Jl. Sultan Hasanuddin No 67 Kab. Enrekang /Hp.
081342423923
ISTERI : Mardhiyyah Arif, S.Pd.I
ANAK:
1. Zaed Hamdy Rukman
2. Radhiyyah Rukman
3. Fadhel Rukman

B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

1. SDN 1 Rijang Panua, Tamat, 1982


2. SMP/Tsanawiyah Al-Urwatul Watsqaa Benteng Sidrap, Tamat 1985
3. SMA/Madrasah Aliyah Al-Urwatul Watsqaa Benteng Sidrap, Tamat
1988
4. Sarjana, (S.1), STAI DDI Sidrap, Tamat 2000
5. Sarjana, (S.2), UMI Makassar, Tamat 2006
6. Sarjana, (S.3) Sementara Penyelesaian.

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Kepala MTs Rahmatul Asri, 2005-2013
2. Kepala MA Rahmatul Asri, 2008-2010
3. Ketua Pokja Pendis Kementerian Agama Kab. Enrekang, 2013- Skrg
4. Dosen LB STAI DDI Kab. Sidrap, 2014 – skrg.
284

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Kepala Madrasah/Wakamad

A. Identitas Informan

1) Nama Lengkap :
2) NIP :
3) Tempat/Tgl.Lahir (Umur) :
4) Pendidikan Terakhir :
5) Jabatan : Kepala Madrasah / Wakamad ……
6) TMT :
7) Pangkat/Gol :
8) Alamat Lengkap/Telp/HP. :

B. Pertanyaan-pertanyataan

1. Bagaimana gambaran umum tentang penerapan manajemen mutu terpadu di MAN


Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

2. Bagaimanakah pola manajemen mutu terpadu yang diterapkan dalam menyusun


organisasi pegawai di MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….
285

3. Bagaimanakah pengelolaan manajemen mutu terpadu pada bidang sarana prasarana


di MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

4. Bagaimanakah pengelolaan manajemen mutu terpadu pada bidang hubungan


masyarakat di MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

5. Bagaimanakah pengelolaan manajemen mutu terpadu pada bidang kesiswaan di


MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

6. Bagaimana hambatan dalam mengelola Manajemen Mutu Terpadu di MAN Baraka


Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

7. Bagaimana solusi atas hambatan dalam mengelola Manajemen Mutu Terpadu di


MAN Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

8. Bagaimana cara membangun hubungan koordinasi dengan para guru-guru dan


tenaga administrasi pada MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

9. Langkah-langkah yang bapak tempuh dalam membantu setiap tenaga akademik di


madrasah ini untuk melakukan pekerjaannya dengan baik?
286

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

10. Bagaimana cara membentuk teamwork (kerja sama tim) organisasi dalam
memajukan pendidikan pada MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

11. Dari mana sumber dana madrasah ini, bagaimana cara pengelolaan manajemen
keuangan ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

12. Bagaimana respon guru-guru dan tenaga administrasi terhadap kinerja majemen
kepemimpinan Kepala Madrasah dan Wakamad ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

13. Apa yang menjadi saran dalam meningkatkan kinerja manajemen mutu terpadu di
MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

Baraka,……,……….…….2013

( )
287

PEDOMAN WAWANCARA

Untuk Guru / Tenaga Pengajar

A. Identitas Informan

1) Nama Lengkap :
2) NIP :
3) Tempat/Tgl.Lahir :
4) Pendidikan Terakhir :
5) Jabatan : Guru bidang studi ……..
6) TMT :
7) Pangkat/Gol :
8) Alamat Lengkap/Telp/HP. :

B. Pertanyaan-pertanyaan :

1. Bagaimana respon Bapak/ibu terhadap manajemen kepemimpinan kepala


madrasah dan wakamad MAN Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

2. Berikan contoh bukti akurat kerjasa yang baik antara kepala dan wakamad MAN
Baraka Enrekang dalam mengelola manajemen pendidikan?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

3. Bagaimanakah tingkat perhatian kepala/wakamad terhadap prestasi mengajar


guru?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….
288

4. Usaha apakah yang Ibu/Bapak tempuh dalam membantu kepala madrasah dalam
menjalankan fungsi-fungsi manajemen ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

5. Kemukakan berbagai hambatan dalam mengelola Manajemen Mutu Terpadu di


MAN Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

6. Kemukakan berbagai upaya solusi dari hambatan yang ditemukan dalam


mengelola Manajemen Mutu Terpadu di MAN Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

7. Kemukakan berbagai faktor pendukung dalam mengelola Manajemen Mutu


Terpadu di MAN Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

8. Bagaimana manajemen pengajaran yang bapak/ibu terapkan selama ini di MAN


Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

9. Kemukakan hasil dari manajemen pengajaran yang bapak/ibu lakukan pada


peserta didik MAN Baraka Enrekang?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….
289

10. Apa yang menjadi saran dalam meningkatkan kinerja manajemen mutu terpadu
di MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

Baraka,……,………..….2013

( )
290

PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pegawai/Tenaga Administrasi

A. Identitas Informan

1) Nama Lengkap :
2) NIP
3) Tempat/Tgl.Lahir :
4) Pendidikan Terakhir :
5) Jabatan :
6) TMT :
7) Pangkat/Gol :
8) Alamat Lengkap/Telp/HP. :

B. Pertanyaan-pertanyaan :

1. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu terhadap konsep manajemen mutu terpadu ?


……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

2. Bagaimanakah respon Bapak/Ibu terhadap manajemen kepemimpinan kepala


madrasah/wakamad MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

3. Bagaimana sistem pengelolaan manajemen administrasi di MAN Baraka


Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….
291

……………………………………………………………………….

4. Faktor apa sering menjadi kendala dalam pengelolaan manajamen administrasi


di MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

5. Faktor apa yang dianggap mendukung dalam pengelolaan manajamen MAN


Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

6. Bagaimana arahan dan petunjuk kepala madrasah/wakamad bila ibu/bapak


mengalami kendala dalam mengelola manajemen administrasi MAN Baraka
Enrekang ?
……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

……………………………………………………………………….

7. Apa yang menjadi saran dalam meningkatkan kinerja manajemen mutu terpadu
di MAN Baraka Enrekang ?

Baraka,…………….2013

( )
292

B. Dokumentasi

Gedung MAN Baraka Kabupaten Enrekang


(Tanpak dari Depan)

Gedung MAN Baraka Kabupaten Enrekang


293

(Tanpak dari Samping)

Kegiatan Ekstrakuriler Pramuka MAN Baraka Kabupaten Enrekang

Kegiatan Upacara Setiap hari Senin di MAN Baraka Kabupaten Enrekang


Lampiran 1
Tenaga Pendidik MAN Baraka

Mata
Pendidikan/
Tempat/ Pelajaran
No Nama Lengkap Jabatan Tahun
Tanggal Lahir yang
selesai
Diajarkan
1 2 3 4 5 6
S1
Drs.Fakhri Abbas, Enrekang/ Kepala IKIP/1992
1 Biologi
M.Pd 30/12/1968 Madrasah S2
UNM/2011
Drs. Muhammad Pangkep/ Wakamad S1 IAIN
2 Matematika
Islam 04/01/1967 Kurikulum 1992
Aminatus Surabaya/ Wakamad S1 IKIP
3 Matematika
Salamah,S.Pd 10/08/1974 Kesiswaan 1998
Drs. Ahmad Rabu'/ Wakamad S1 IAIN
4 Bhs. Inggris
Saharuddin 00/00/1969 Sarana 1993
Sidobinangun/ Wakamad S1 IAIN
5 Farid Ahmadi, S.Ag Fikih
4/05/1974 Humas 1997
Enrekang/ S1 IKIP
6 Dra. Jumi Jakmawati Guru Tetap Fisika
14/07/1966 1992
Sampang/ S1 Unismuh
7 Dra. Rahmawati Guru Tetap Bhs. Inggris
13/12/1962 1993
Tuhalolo/ S3 UGM
8 Dr. Nurdin, M.Si Guru Tetap Matematika
16/04/1968 2012
Enrekang/ Kimia/ S1 IKIP
9 Husna, S.Pd Guru Tetap
20/09/1969 Geografi 2004
Enrekang/ S1
10 Dra. Hj. Nurhuda Guru Tetap Qur’an Hadis
00/00/1957 IAIN/1985
Bule/ S1 UNM
11 Erni Syarifuddin Guru Tetap Bhs.Indonesia
10/11/1979 2003
Enrekang/ S1 IAIN
12 Dra. Sitti Maryam W Guru Tetap SKI
00/00/1967 1991
Simpin/ Kimia/ S1 UNM
13 Musafir, S.Pd Guru Tetap
09/10/1975 Geografi 2000
Pasui/ S1 UNM
14 Hasmiati Amin, S.Pd Guru Tetap PKn
26/08/1978 2002
Dulang/ Aqidah S1 IAIN
15 Yarsil, S.Ag Guru Tetap
20/07/1974 Akhlak 1998
Habibi Rahman, Mandalan/ Aqidah S1 STAI
16 Guru Tetap
S.Pd.I 16/12/1978 Akhlak DDI 2003
1 2 3 4 5 6
Gura/ Bhs. S1 UNM
17 Juliati, S.Pd. Guru Tetap
06/07/1979 Indonesia 2003
18 Nurdina, S Pd I. Polmas/ Guru Tetap Qur'an Hadis S1 UIN 2003
8/10/1979
Nur Endang Suparno, Bossok/ S1 UNM
19 Guru Tetap Ekonomi
S Pd 25/06/1979 2003
Malaysia/ S1 UNM
20 Marlina, S.Pd Guru Tetap Fisika
16/01/1981 2003
Bolang/ S1 UMM
21 Sitti Maryam, S.Pd Guru Tetap Bhs.Indonesia
4/041980 2003
Toli toli/ S1 UNM
22 Israwaty, S.Pd Guru Tetap Pend. Seni
11/05/1983 2008
Gura/ S1 UNM
23 Darwis, S Pd. Guru Tetap Ekonomi
15/08/1977 2002
Pangbarani/ S1 IAIN
24 Surdianawati, S.Ag. Guru Tetap Fikih
6/09/1975 1999
Rumbo/ S1 UNM
25 Hartati Daen, S Pd. Guru Tetap Ekonomi
28/02/1982 2005
Rumbia/ S1 IAIN
26 Marham, S.Pd.I. Guru Tetap Bhs. Inggris
16/07/1981 2004
Salma Sutarman, Bolang/ S1 UNM
27 Guru Tetap Bhs.Indonesia
S.Pd. 17/12/1977 2001
Enrekang/ S1 STAIN
28 Yasir, S.Pd Guru Tetap Fikih
06/12/1972 2010
Merauke/ S1 UNM
29 Syamsul Bahri, S Pd. Guru Tetap Penjaskes
30/03/1978 2003
Sudu/ S1 UNM
30 Imran, S.Pd Guru Tetap Biologi
31/12/1984 2009
Mursalin Muhmar, Pinrang/ Bhs.Indonseia S1 UMM
31 GTT
S.Pd 26/01/1981 dan TIK 2008
Enrekang/ Biologi dan S1 IKIP
32 Drs. Arman GTT
7/12/1967 Mulok 1992
Buntu
S1 IKIP
33 Dra. Haliani Mardan Lamba/ GTT Sejarah
1992
31/05/1968
Parepare/ S1 UMPAR
34 Hamdana, S.Pd. GTT Matematika
7/04/1981 2003
Kalosi/ S1 STAIN
35 Ikbal, S.Ag GTT Fikih
00/00/1948 2000
Merauke/ S1 UMPAR
36 Irwan, S.Pd.I GTT Bhs Arab
15/05/1976 2007
1 2 3 4 5 6
Parepare/ S1 IAIN
37 Masriani, S Pd.I GTT Bhs. Inggris
02/04/1981 2004
Kalosi/ S1 STAIN
38 Ikbal, S.Ag GTT Fikih
00/00/1948 2000
Sossok/ S1 UNM
39 Jumriah L, S.Pd GTT Kimia
03/03/1982 2007
40 Musdalifah N, S.Pd.I Ujung GTT P. Diri S1 UMPAR
Pandang/ 2006
11/09/1984
Mendeng/ S1 UMM
41 Musmuliadi, S Pd. GTT Bhs.Indonesia
13/09/1979 2003
S1 UNHAS/
Tampang/
42 Namria Nasir, SS. GTT Bhs Arab Akta IV
08/07/1984
2007
S1 UNM/
Gura/
43 Rus'an Samad, S.Pd. BK/GTT Ekonomi Akta IV
16/07/1983
2006
Panyurak/ S1 UNM
44 Sulpiati Lupian, S.Si GTT Biologi
6/05/1982 2005
Rumbo/ S1 UMPAR
45 Sumiati, S.Pd GTT TIK
23/01/1976 2008
Enrekang/ S1 UNHAS
46 Yulia, SE GTT Pend. Seni
1/03/1965 1993
Enrekang/ S1 Univ 45
47 RASMIATI, SP GTT Mulok
16/03/1978 2002
Ras Adham, S.Or, Cakke/ S1 UNM
48 BK/ GTT Penjaskes
S.Pd 26/06/1982 2008
Buntu
S1 UNM
49 Darmawanto, S.Pd lamba/ GTT Penjaskes
2009
16/05/1983
Tampang/ Biologi/ S1 UNM
50 Iis Sidratalia GTT
16/04/1987 Mulok 2009
Enrekang/
51 Alfiah, S.Pd.I GTT Matematika S1 UIN 2009
14/03/1987
Enrekang/ S1 IAIN
52 Roslina, S. Ag GTT Bhs. Arab
30/12/1971 1995
Cakke/
53 Abdul Kadir GTT Pend. Seni -
00/00/1968
Sudu/ S1 UNM
54 Astriani, S.Si GTT Geografi
21/09/1987 2010

1 2 3 4 5 6
Sitti Hajrah Khalid, Kalimbua/ S1 Unismuh
55 GTT Matematika
S.Pd 22/07/1987 2011
Pebu/
S1 UNM
56 Suharmin, S.Pd 9 November GTT Konselin
2011
1986
Kalimbua/
S1 UNM
57 Hasniah, S.Pd 18 Februari GTT Fisika
2011
1987
Enrekang/
Dermi Rahma Ayu, S1 UNHAS
58 25 Desember GTT Geografi
S.Si 2011
1988
Tawau/ S1 Unismuh
59 Nursalim, S.Pd GTT Bhs. Inggris
24 April 1982 2011
Pasongken/ S1 Unismuh
60 Dedi Parman, S.Pd GTT Sosiologi
7 Juli 1987 2011
Bonebone/ S1 Unismuh
61 Sabri, S.Pd GTT Sosiologi
27 Maret 1989 2011
Parepare/ S1 UMPAR
62 Rahmad, S.Pd GTT Bhs. Asing
11 Mei 1989 2011
Muhammad Jumli, Enrekang/ S1 UMI
63 Kepala TU
SE 30/07/1976 2008
Tana Toraja/ S1 Unhas
64 Muh. Gasnawi, SE Bendahara -
20/05/1973 1999
Loka/
65 Bahami Staf TU - D.III
27/04/1964
Simpin/
66 Syamsuardi Pegawai - SLTA 1998
13 Maret 1979
Enrekang/
67 Hasbiani, A.Md. Pustakawan D.III 1990
7/03/1966
Buntu Lamba/ Staf S1 UMI
68 MASRI, SE -
00/00/00 Pustakawan 2007
Simpin/ Bujang
69 Rusli SLTA 1988
06/09/1966 Sekolah
Sumber Data: Buku Kepagawaian Kepala Tata Usaha MAN Baraka,
tahun 2014
Berdasarkan data dalam tabel di atas dipahami bahwa jumlah tenaga pendidik di

MAN Barakah sebanyak 69, terdiri dari guru, tata usaha, pustakawan, dan bujang sekolah,

dengan status sebagian guru tetap atau pegawai negeri sipil (PNS) dan sebagian lagi non

PNS, dengan perincian sebagaimana dalam tabel berikut:

Lampiran 2

Keadaan Guru dan Staf MAN Baraka


Berdasarkan Status Kepegawaian

Status Kepegawaian
No Jabatan Jumlah
PNS Non PNS
1 Guru 30 32 62
2 Staf Administrasi 1 5 6
3 Bujang Sekolah - 1 1
Jumlah 69
Sumber Data: Hasil Pengolahan Data dari Tabel 1 tentang tenaga Pendidik
MAN Baraka, tahun 2014
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa guru MAN Baraka sebanyak 62 orang

dengan status PNS sebanyak 30 orang dan non PNS sebanyak 32 orang. Dengan demikian,

guru MAN Baraka non PNS lebih dominan ketimbang yang yang PNS. Selanjutnya

stafadministrasi di MAN Baraka sebanyak 6 orang, satu di antaranya PNS dan selebihnya,

yakni 5 orang non PNS, ditambah satu orang non PNS sebagai Bujang sekolah.

Adapun peserta MAN Baraka, untuk tahun pelajaran 2013-2014 adalah sebagai-mana

dalam tabel berikut:

Lampiran 3

Keadaan Peserta Didik MAN Baraka


Tahun Pelajaran 2013-2014
Kelas X
Program Rombel L P Jumlah
Umum 8 128 143 271
Kelas XI
IPA 3 33 53 86
IPS 4 67 53 120
Kelas XII
IPA 3 26 65 91
IPS 5 68 76 144
Jumlah 23 322 390 712
Sumber Data: Buku Data Kesiswaan pada Kepala Tata Usaha MAN Baraka,
Tahun 2014
Berdasarkan data dalam Lampiran 3 di atas diketahui bahwa jumlah peserta didik

MAN Baraka tahun pelajaran 2013-2014 sebanyak 712 orang dengan perincian 322 orang

laki-laki dan 390 orang perempuan, semuanya terdiri atas 23 rombongan belajar atau ruangan

kelas.
Lampiran 4
Keadaan Sarana Prasarana MAN Baraka

No Jenis Sarpras Jumlah Keadaan


1 2 3 4
1 Ruang Kelas 23 Baik
2 Ruang Perpustakaan 1 Baik
3 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
4 Ruang Wakamad 1 Baik
5 Ruang Guru 2 Baik
6 Ruang Tata Usaha 1 Baik
7 Ruang UKS 1 Baik
8 Ruang BP/BK 1 Baik
9 Laboratorium IPA 1 Baik
10 Laboratorium Bahasa 1 Baik
11 Laboratorim Komputer 1 Baik
12 Laboratorium Biologi 1 Baik
13 Labotarorim Fisika 1 Baik
14 Laboratorium Kimia 1 Baik
15 Laboratorium Multimedia 1 Baik

1 2 3 4
16 Kantin 2 Baik
17 Tolet 16 Baik
18 Koneksi Internet 1 Baik
Sumber Data: Hasil Observasi Penulis di MAN Baraka, tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa MAN Baraka merupakan madrasah

yang perfeksionis karena dianggap mampu memenuhi kelengkapan prangkat madrasah yang

berkelas dan bergensi, apalagi hal itu dibuktikan dengan peningkatan peminat peserta didik

untuk melanjutkan di MAN Baraka setiap tahun semakin meningkat, dan ouput yang

dihasilkan meningkat pula, sebagaimana yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Lampiran 5

Persentasi Ouput Kelulusan Siawa MAN Baraka


dalam Tiga Tahun Terakhir
Jumlah Siswa/peserta UN Persentase
Tahun Pelajaran
Lulus Tidak Lulus Lulus
2010-2011 178 - 100%
2011-2012 181 - 100%
2012-2013 198 - 100%
Sumber Data: Kantor Tata Usaha MAN Baraka, tahun 2014
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa

Lampiran 6

Prestasi Akademik MAN Baraka dalam Tiga Tahun Terakhir

No Jenis Prestasi Tingkat Tahun


1 Juara II Kompetesi Sains Bidang Matematika Kabupaten 2011
2 Juara I Kompetesi Sains Bidang Matematika Kabupaten 2012
3 Juara I Kompetesi Sains Bidang Fisika Kabupaten 2013
4 Juara I Kompetesi Sains Bidang Fisika Kabupaten 2011
5 Juara I Kompetesi Sains Bidang Fisika Kabupaten 2012
6 Juara I Kompetesi Sains Bidang Fisika Kabupaten 2013
7 Juara I Kompetesi Bidang Ekonomi Kabupaten 2011
8 Juara II Kompetesi Sains Fisikan Provinsi 2012
9 Juara II Kompetesi Sains Fisika Provinsi 2013
Sumber Data: Kantor Tata Usaha MAN Baraka, tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai