Disertasi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Doktor
dalam Bidang Pendidikan dan Keguruan pada Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
RUKMAN
NIM. P080100307080
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI
Rukman
NIM: P080100307080
ii
PERSETUJUAN DISERTASI
PENGUJI:
iii
KATA PENGANTAR
iv
2. Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Ali Parman,
M.A., serta para staf yang senantiasa memberikan pelayanan administratif
kepada penulis selama menempuh perkuliahan Program Doktor.
3. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A., Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng,
Muh. Wayong, M.Ed. Ph.D., selaku promotor dan kopromotor yang dengan
keikhlasannya, telah banyak meluangkan waktunya membimbing penulis,
dalam penulisan sampai penyelesaian disertasi ini.
4. Prof. Dr. H. Mappanganro, M.A., Prof. Dr. H. Nasir A.Baki, M.A, dan Dr. H.
Muzakkir, M.Pd.I., yang selaku penguji dan secara langsung memberikan
bimbingan, arahan, serta saran-saran yang berharga kepada penulis sehingga
Disertasi ini dapat selesai.
5. Para Guru Besar dan Dosen Pemandu Mata Kuliah pada Pascasarjana UIN
Alauddin Makassar yang mengajar penulis selama ini menempuh pendidikan
S3, juga kepada segenap staf Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah
memberikan pelayanan administrasi yang memuaskan.
6. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin, Muh. Quraisy Mathar, S.Sos,
M.Hum., dan para stafnya yang telah banyak membantu penulis mengatasi
segala kekurangan literatur yang menjadi sumber rujukan dalam penulisan
disertasi ini.
7. Drs. H. Kamaruddin SL, M.Ag., selaku Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Enrekang yang telah memberi dukungan dan izin kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan pada S3, Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
8. Drs. Fakhri Abbas, M.Pd selaku Kepala MAN Baraka Kabupaten Enrekang,
yang telah memberikan palayanan dan fasilitas di lokasi penelitian selama
dalam penulisan disertasi ini.
9. Para guru, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan MAN Baraka Kabupaten
Enrekang yang telah diwawancarai sekaligus memberikan data yang
diperlukan untuk penulisan disertasi ini, yang karena informasi dari mereka
sehingga data dalam disertasi ini menjadi lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
v
10. Kedua orang tua, Ayahanda Drs. Abd. Rahman Nannung dan Ibunda Rukmini
Boko serta kedua mertua penulis, H.Muhammad Arif, S.Pd dan Hj. Sumiati
yang mengasuh, mendidik, menasehati, mendoakan penulis selama ini, secara
khusus kepada istri penulis, Mardhiyyah Arif, S.Pd.I, dan anak-anak penulis,
Zeed Hamdy Rukman, Radhiyah Rukman, Fadhel Rukman yang selama ini
senantiasa memberikan motivasi yang sangat berharga baik suka maupun
duka, dan telah memberikan sugesti yang sangat berharga sehingga penulis
dapat menyelesaikan disertasi ini.
10. Teman-teman, sahabat, handai taulan, para mahasiswa/i Pascasarjana UIN
Alauddin, tanpa terkecuali yang telah banyak membantu dan memberi inspirasi
penting kepada penulis selama menempuh pendidikan sampai selesaiannya
penulisan penulisan disertasi ini.
Semoga Allah swt. memberikan balasan pahala yang setimpal kepada
mereka karena atas bantuan dan partisipasi mereka, penulis dapat menyelesaikan
studi Program Doktor (S3) di UIN Alauddin Makassar.
Rukman
NIM: P080100307080
vi
ABSTRAK
Nama : Rukman
NIM : P080100307080
Judul : Implementasi Manajemen Mutu Terpadu pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang
vii
operasional, sedangkan faktor penghambat yakni desain kurikulum yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran belum optimal dan sumber daya yang kurang
serta pengembangan staf yang belum memadai. Ketiga, implementasi manajemen
mutu terpadu dalam meningkatkan kualitas pendidikan di MAN Baraka
Kabupaten Enrekang berdasarkan temuan penulis adalah adanya efektivitas
kepemimpinan kepala madrasah, efektivitas perencanaan dan pengembangan
program, efektivitas kedisiplinan guru dan staf, efektivitas kerja sama dan
kemitraan dengan lembaga pendidikan lainnya.
Implikasi penelitian ini yaitu dalam meningkatkan implementasi manajemen
mutu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang maka perlu diintensifkan kegiatan
pendidikan dan pelatihan baik secara kualitas maupun kuantitas, dan perlu terus-
menerus dimotivasi dan difasilitasi untuk dapat berpartisipasi di dalamnya. Untuk
membangkitkan semangat kompetisi dikalangan guru MAN Baraka Kabupaten
Enrekang dan semua stakeholders melalui moment perlombaan untuk kalangan
guru secara berjenjang, bahkan bila memungkinkan bisa diikutsertakan pada
tingkat yang lebih tinggi, bentuk-bentuk perlombaan yang mencerminkan
kemampuan profesional guru.
viii
ABSTRACT
Name : Rukman
Student Reg. Number : P080100307080
Title : The Implementation of Total Quality Management at MAN
Baraka Enrekang Regency:
ix
and external factors. The internal factors are the principle IKHLAS BERAMAL,
facilitating service system, an effective leadership model, and the potential ability
of teachers with supporting skills. While external factors are the support of the
community through school committee and government support that provides
authority space for MAN Baraka to describe the government decisions to more
operational decisions, while the hindering factors are the curriculum design that is
done by teachers of any subjects is not optimal or still weak, the lack of resources,
and inadequate staff development. Thirdly, the effectiveness of the
implementation of Total Quality Management to develop the education quality at
MAN Baraka Enrekang Regency based on the findings of the researcher are the
headmaster leadership effectiveness, planning and development programs
effectiveness, the discipline of teachers and staff effectiveness, and the
cooperation and partnership with other educational institutions effectiveness.
The implications of this research is that to improve the implementation of
quality management at MAN Baraka Enrekang Regency, it is necessary to
intensify education and training activities both in quality and quantity, and those
need to be constant, be motivated and be facilitated to participate in it. To evoke
the spirit of competition among teachers of MAN Baraka Enrekang Regency and
all stakeholders, competition moment must be provided in stages, even if it is
possible the may be facilitated to the higher level where the forms of competition
are the ones that reflect the professional ability of the teachers.
x
ﺗﺠﺮﻳﺪ اﻟﺒﺤﺚ
:رﻗﻤﺎن اﻻﺳﻢ
رﻗﻢ اﻟﺘﺴﺠﻴﻞ 80100307080 :
ﻋﻨﻮان اﻷﻃﺮوﺣﺔ :ﺗﻄﺒﻴﻖ ﺗﻨﻔﻴﺬ اﻹدارة اﻟﻤﺘﻜﺎﻣﺔ ﻓﻲ ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﻟﺤﻜﻮﻣﺔ
ﺑﻤﻨﻄﻘﺔ إﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ )دراﺳﺔ إدارﻳﺔ ﺗﺮﺑﻮﻳﺔ(
======================================================= ==============
ﻫﺬﻩ اﻷﻃﺮوﺣﺔ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺘﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ إﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ
دراﺳﺔ إدارﻳﺔ ﺗﺮﺑﻮﻳﺔ ،وﻣﺴﺄﻟﺘﻬﺎ اﻟﺮﺋﻴﺴﻴﺔ ﻫﻲ ﻛﻴﻔﻴﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﳌﺬﻛﻮرة
ﻛﺪراﺳﺔ إدارﻳﺔ ﺗﺮﺑﻮﻳﺔ ،ﰒ ﻓﺼﻠﺖ ﻫﺬﻩ اﳌﺴﺄﻟﺔ إﱃ ﻣﺸﻜﻼت ﻓﺮﻋﻴﺔ ،أوﳍﺎ :ﻣﺎ اﳉﻬﻮد اﻟﱵ ﻗﺎﻣﺖ ﺎ
ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ ﺑﺈﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ ﰲ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﻟﺸﺎﻣﻠﺔ ،وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ :ﻣﺎ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﳌﺆﻳﺪة
واﻟﻌﺎﺋﻘﺔ ﻟﻺدراة اﻟﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﻫﺬﻩ اﳌﺪرﺳﺔ ،وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ :ﻣﺎ ﻓﻌﺎﻟﻴﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﺳﺒﻴﻞ
ﲢﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻓﻴﻬﺎ؟
ﻟﻘﺪ وﺿﻊ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﲢﻘﻴﻘﺎ ﻟﺜﻼﺛﺔ أﻏﺮاض ،أوﳍﺎ :اﻹﳌﺎم ﺑﺎﳉﻬﻮد اﻟﱵ ﻣﺎرﺳﻬﺎ ﻧﺎﻇﺮ اﳌﺪرﺳﺔ
ﰲ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ،وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ :اﻟﻜﺸﻒ ﻋﻦ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﱵ ﺗﺪﻋﻢ وﺗﻌﻴﻖ إدارة اﳉﻮدة
اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ واﻟﺒﺤﺚ ﻋﻦ ﺣﻠﻮﳍﺎ اﳌﻨﺎﺳﺒﺔ ،وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ :اﻹﳌﺎم ﺑﻨﺘﺎﺋﺞ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ وﺻﻴﺎﻏﺘﻬﺎ
واﻟﻌﺜﻮر ﻋﻠﻰ ﲢﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻓﻴﻬﺎ.
وﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻧﻮع ﻣﻦ أﻧﻮاع اﻟﺒﺤﻮث اﻟﻮﺻﻔﻴﺔ اﻟﻜﻴﻔﻴﺔ وﻣﺪاﺧﻠﻪ ﻫﻲ اﳌﺪﺧﻞ اﻟﱰﺑﻮي
واﻻﺟﺘﻤﺎﻋﻲ ،واﻟﻼﻫﻮﰐ اﳌﻌﻴﺎري ،واﻹداري .وﻣﺼﺎدر ﺑﻴﺎﻧﺎﺗﻪ ﻫﻲ :ﻧﺎﻇﺮ اﳌﺪرﺳﺔ ،ورﺋﻴﺲ اﻟﺸﺆون
اﻹدارﻳﺔ ،واﳌﺪرﺳﻮن ،واﳌﻮﻇﻔﻮن اﻟﻌﺎﻣﻠﻮن ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ ﻧﻔﺴﻬﺎ .وﲨﻊ ﺑﻴﺎﻧﺎﺗﻪ ﻳﺘﻢ ﺑﺎﺳﺘﺨﺪام اﻻﺳﺘﺒﻴﺎن،
ودﻟﻴﻞ اﳌﻘﺎﺑﻠﺔ ،واﳌﻼﺣﻈﺔ اﻟﺘﺸﺎرﻛﻴﺔ ،واﻟﻮﺛﺎﺋﻖ ،واﺳﺘﻘﺮاء اﳌﺮاﺟﻊ .وأﻣﺎ أﺳﻠﻮب ﲢﻠﻴﻞ اﻟﺒﻴﺎﻧﺎت
وﺗﻨﻈﻴﻤﻬﺎ ،ﻓﻴﺘﻢ ﺑﺎﻻﺧﺘﺼﺎر واﻟﻌﺮض واﻟﺘﺤﻘﻴﻖ.
وﻗﺪ أﻇﻬﺮت اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ أوﻻ :أن اﳉﻬﻮد اﻟﱵ ﻗﺎﻣﺖ ﺎ ﻣﺪرﺳﺔ ﺑﺎراﻛﺎ اﻟﻌﺎﻟﻴﺔ اﳊﻜﻮﻣﻴﺔ إﻳﻨﺮﻳﻜﺎﻧﺞ
ﰲ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﺗﺮﺗﻜﺰ ﻋﻠﻰ إدارة اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ واﻟﺘﻨﻈﻴﻢ واﻟﺘﻨﻔﻴﺬ واﳌﺮاﻗﺒﺔ .ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ إدارة
اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ ،ﻓﺈن ﻫﺬﻩ ﺘﻢ أﻛﺜﺮ ﺑﺘﺤﻘﻴﻖ رﺳﺎﻟﺔ اﳌﺪرﺳﺔ ورؤﻳﺘﻬﺎ ،وﺑﺎﻟﺘﺎﱄ ﻓﺈن إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ
ﻫﻲ اﻟﻌﻤﻠﻴﺔ اﻹدارﻳﺔ اﻟﻨﺴﻘﻴﺔ ﻣﻊ ﺗﻔﻀﻴﻞ اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ اﻻﺳﱰاﺗﻴﺠﻲ ﻣﻦ أﺟﻞ إﺷﺮاك ﲨﻴﻊ أﺻﺤﺎب
اﳌﺼﻠﺤﺔ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ ،ﺛﺎﻧﻴﺎ :أن اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺪاﻋﻤﺔ ﻹدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﺘﻜﻮن ﻣﻦ ﻋﻮاﻣﻞ
داﺧﻠﻴﺔ وﺧﺎرﺟﻴﺔ؛ ﻓﺎﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﺪاﺧﻠﻴﺔ ﻫﻲ ﻣﺒﺪأ اﻹﺧﻼص ﰲ ﻓﻌﻞ اﳋﲑ ،واﻟﻨﻈﺎم اﳌﻴﺴﺮ ﰲ اﳋﺪﻣﺔ،
واﻟﻨﻤﻮذج اﻟﻔﻌﺎل ﻟﻠﻘﻴﺎدة ،واﳌﻬﺎرات اﻟﺬاﺗﻴﺔ اﻟﱵ ﻳﺘﺤﻠﻰ ﺎ اﳌﻌﻠﻤﻮن .أﻣﺎ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﳋﺎرﺟﻴﺔ ﻓﻬﻲ دﻋﻢ
ا ﺘﻤﻊ ﻣﻦ ﺧﻼل ﻫﻴﺌﺔ اﻵﺑﺎء ﻟﻠﻤﺪرﺳﺔ ودﻋﻢ اﳊﻜﻮﻣﺔ اﻟﱵ ﺗﺴﻤﺢ ﺑﻮﺻﻒ ﻗﺮارات اﳊﻜﻮﻣﺔ ﻟﺘﺼﺒﺢ
أﻛﺜﺮ ﻋﻤﻠﻴﺔ .وأﻣﺎ اﻟﻌﻮاﻣﻞ اﻟﻌﺎﺋﻘﺔ ،ﻓﻤﻨﻬﺎ أن اﳌﻨﺎﻫﺞ اﻟﺪراﺳﻴﺔ اﻟﱵ ﺻﻤﻤﻬﺎ اﳌﺪرﺳﻮن ﱂ ﺗﻜﺘﻤﻞ ﺑﻌﺪ
xi
أو أ ﺎ ﻻ ﺗﺰال ﺿﻌﻴﻔﺔ ،وأن اﳌﻮارد اﻟﺒﺸﺮﻳﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﺎ زاﻟﺖ ﻗﻠﻴﻠﺔ ،وﻗﻠﺔ اﶈﺎوﻻت اﻟﱵ ﻳﺮاد ﺎ ﺗﻄﻮﻳﺮ
ﻛﻔﺎءة اﳌﻮﻇﻔﲔ .ﺛﺎﻟﺜﺎ :أن ﻓﻌﺎﻟﻴﺔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة اﳌﺘﻜﺎﻣﻠﺔ ﰲ ﲢﺴﲔ ﻧﻮﻋﻴﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﳌﺬﻛﻮرة
اﺳﺘﻨﺎدا إﱃ اﻟﻨﺘﺎﺋﺞ اﻟﱵ ﺗﻮﺻﻞ إﻟﻴﻬﺎ اﻟﻜﺘﺎب ﺗﺘﻤﺜﻞ ﰲ ﻓﻌﺎﻟﻴﺔ ﻗﻴﺎدة ﻧﺎﻇﺮ اﳌﺪرﺳﺔ ،وﰲ ﺑﺮاﻣﺞ اﻟﺘﺨﻄﻴﻂ
واﻟﺘﻄﻮﻳﺮ ،وﰲ اﻧﻀﺒﺎط اﳌﺪرﺳﲔ واﳌﻮﻇﻔﲔ ،وﰲ اﻟﺘﻌﺎون واﻟﺸﺮاﻛﺔ ﻣﻊ اﳌﺆﺳﺴﺎت اﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ اﻷﺧﺮى.
اﻵﺛﺎر اﳌﱰﺗﺒﺔ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﺒﺤﺚ ﻫﻲ أﻧﻪ ﻣﻦ اﻟﻀﺮوري ﲢﺴﲔ ﺗﻨﻔﻴﺬ إدارة اﳉﻮدة ﰲ اﳌﺪرﺳﺔ اﳌﺬﻛﻮرة،
وﺗﻜﺜﻴﻒ أﻧﺸﻄﺔ اﻟﺘﻌﻠﻴﻢ واﻟﺘﺪرﻳﺐ ﺟﻮدة وﻛﻤﻴﺔ ،وأن اﳌﺪرﺳﺔ ﲝﺎﺟﺔ إﱃ اﻟﺪواﻓﻊ اﳌﺴﺘﻤﺮة وﺗﻴﺴﲑ
اﳌﺸﺎرﻛﺔ ﰲ ذﻟﻚ ﻣﻦ أﺟﻞ اﺳﺘﺤﻀﺎر روح اﻟﺘﻨﺎﻓﺲ ﺑﲔ اﳌﺪرﺳﲔ ﻓﻴﻬﺎ وﲨﻴﻊ أﺻﺤﺎب اﳌﺼﻠﺤﺔ ﻣﻦ
ﺧﻼل اﻟﺴﺒﺎق اﳌﺨﻄﻂ ﺑﻴﻨﻬﻢ ﰲ ﺷﱴ ﻣﺮاﺣﻞ ،ﺣﱴ ﳝﻜﻨﻬﻢ أن ﻳﺘﺪرﺟﻮا ﻋﻠﻰ أﻋﻠﻰ اﳌﺴﺘﻮﻳﺎت ﻋﻦ
ﻃﺮﻳﻖ اﳌﺴﺎﺑﻘﺎت اﻟﱵ ﻳﻌﻜﺲ ﻗﺪرا ﻢ اﳌﻬﻨﻴﺔ.
DAFTAR ISI
xii
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI..................................................... ii
PERSETUJUAN DISERTASI ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ......................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1-18
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 9
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................... 10
D. Kajian Pustaka ........................................................................ 13
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................. 17
xiii
G. Keabsahan Data Penelitian...................................................... 142
xiv
ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
xv
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda
(’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
َا fath}ah a a
ِا kasrah i i
ُا d}ammah u u
Nama Nama
Harakat
Contoh:dan Huruf
Huruf dan
َ ى... | َ ا... fath}ahdan alif atauxvi a> a dan garis di atas
ـِ ــﻰ ya>’ dan ya>’
kasrah Tanda
i> i dan garis di atas
ـُـﻮ d}ammahdan wau u> u dan garis di atas
ـَﺎت
َ ﻣ : ma>ta
َرﻣَـﻰ : rama>
ﻗِـﻴْـ َﻞ : qi>la
ْت
ُ ﻳَـﻤـُﻮ : yamu>tu
4. Ta>’ marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah
yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya
adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
َﺎل
ِ ﺿـﺔُ اﻷَﻃْﻔ َ رَْو : raud}ah al-at}fa>l
ُﺿ ـﻠَﺔ
ِ اَﻟْـﻤَـ ِﺪﻳْـﻨَـﺔُ اَﻟْـﻔـَﺎ : al-madi>nah al-fa>d}ilah
ُْﺤ ـﻜْـ َﻤ ـﺔ
ِ اَﻟـ : al-h}ikmah
5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydi>d ( ) ـ ّـ, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan
perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
ََرﺑّـَـﻨﺎ : rabbana>
َﻧَـﺠّـَﻴْــﻨﺎ : najjaina>
اَﻟ ـْﺤَـ ﱡﻖ : al-h}aqq
ﻧـُﻌّ ـِ َﻢ : nu“ima
ﻋَـ ُﺪ ﱞو : ‘aduwwun
Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ( ّ)ــــ ِـﻰ, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>.
Contoh:
ﻋَـﻠِـ ﱞﻰ : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)
ﻋَـ َﺮﺑ ـِ ﱡﻰ : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)
6. Kata Sandang
xvii
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (الalif
lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi
seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf
qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang
mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh:
ﺲ
ُ اَﻟﺸﱠـﻤْـ : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
ُاَﻟ ﱠﺰﻟْـ َﺰﻟ ـَﺔ : al-zalzalah (az-zalzalah)
ُاَﻟ ـْﻔَـﻠْﺴَـ َﻔﺔ : al-falsafah
اَﻟ ـْﺒـ ـِﻼَ ُد : al-bila>du
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di
awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh:
ﺗـَﺄْ ُﻣـﺮُْو َن : ta’muru>na
ُاَﻟ ـﻨﱠ ْـﻮع : al-nau‘
ٌﺷَـ ْﻲ ء : syai’un
ْت
ُ أُﻣِـﺮ : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau
sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia
akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya,
kata al-Qur’an(dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila
kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus
ditransliterasi secara utuh. Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n
9. Lafz} al-Jala>lah ()اﷲ
xviii
Kata “Allah”yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa
huruf hamzah.
Contoh:
ِ ِدﻳـْ ُﻦ اﷲdi>nulla>h ِ ﺑِﺎﷲbilla>h
Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-
jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
ِﰲ َرﺣـْـ َﻤ ِﺔ اﷲ
ْ ِ ﻫُـ ْﻢhum fi> rah}matilla>h
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri
didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak
pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf
kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul
referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks
maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan
Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:
Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu>
al-Wali>d Muh}ammad (bukan:
xixRusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad
Ibnu)
Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid
(bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)
B. Daftar Singkatan
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
tersebut. Perhatian pada peningkatan mutu pendidikan ini telah berlangsung lama,
yakni merdekanya bangsa ini, tanggal 17 Agustus 1945 yang ditandai dengan
1945 yang menegaskan, bahwa pendidikan harus mendapat perhatian serius dari
pemerintah.1 Dalam pada itu, maka lembaga pendidikan negeri dan swasta
mendapat perhatian khusus dan istimewa bagi sebuah bangsa. Pendidikan adalah
tugas dan panggilan yang sangat mulia harus diselenggarakan oleh negara yang
masyarakat begitu parah tidak dapat diperbaiki dengan cara apapun kecuali
1
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Landasan Sejarah, Pertumbuhan
dan Perkembangan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 71.
1
2
bangsa dan negara dari kehancuran dan kemusnahannya. 2 Itulah sebabnya, bangsa-
bangsa dunia yang maju saat ini sepenuhnya memberikan perharian serius pada
kemajuan pendidikan.
nyata walaupun belum dapat mengungguli negara-negara lain yang telah maju.
2
Lihat J. H. Rapar, Filsafat Politik; Plato, Aristoteles, Agustinus,Machiavenlli (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2002), 96-97
3
Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, meng-amanahkan
kepada pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan dunia pendidikan di daerahnya masing-
masing, kabupaten dan kota di seluruh propinsi Indonesia. Lihat Pemerintah Republik Indonesia,
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Jakarta: CV. Novindo
Pustaka Mandiri, 2000), h. 7.
3
4
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, mengamanahkan kepada pemerintah untuk
lebih meningkatkan dunia pendidikan di Indonesia, termasuk pendidikan Agama dalam UU ini
menempati kedudukan signifikan terutama bila dilihat tujuan utama pendidikan nasional yang
menekankan pentingnya pencapaian manusia beriman dan bertakqwa, serta beraklak mulia.
Tujuan ini, sangat sejalan dengan tujuan pendidikan Islam. Di sisi lain UU tersebut menempatkan
kedudukan Pendidikan Agama Islam sebagai sesuatu yang sangat urgen dan disebutkan pasal
demi pasal yakni Pasal 3-4, Pasal 12, Pasal 15, Pasal 17-18, Pasal 28, dan 30, bahkan bab VI
dalam UU tersebut disebutkan secara khusus urgensi “pendidikan keagamaan”. Lihat Departemen
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003
(Cet.II; Bandung: Fokusmedia, 2003), h. 6-11, dan 43.
5
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, mengamanahkan agar guru dan dosen
sebagai tenaga profesional dalam dunia pendidikan harus memiliki komptensi, dan sertifikasi
dibidangnya, mereka sebagai agen pendidikan harus lebih mengembangkan ilmu pengetahuannya,
dan bertanggungjawab dalam meningkatkan dunia pendidikan, harus pula mendapatkan gaji tinggi
dan tunjangan yang layak sehingga pendidikan benar-benar dapat maju, lebih berkembang, dan
bermutu. Lihat Anwar Arifin, Tinjauan tenteng Undang-undang Pendidikan (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2005), h. 11.
6
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, mengamanahkan agar setiap peserta
didik harus menyelesaikan seluruh program pembelajaran, dan harus mengikuti ujian nasional
untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk penjaminan mutu pendidikan
bagi setiap peserta didik, maka dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
bertugas mengembangkan standar nasional pendidikan, menyelenggarakan ujian nasional,
memberikan rekomendasi kepada pemerintah pusat dan daerah dalam penjaminan mutu
pendidikan, merumuskan kriteteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah. Anwar Arifin, Tinjauan tenteng Undang-undang Pendidikan, h. 183
4
di atas, secara eksplisit menekankan urgennya mutu pendidikan. Hal ini dapat
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.7 Manusia yang beriman dan bertakwa sebagaimana yang disebutkan dalam
إذ ﻳﻜﻤﻦ ﰱ،واﳍﺪف اﻟﻜﺒﲑ ﻟﻠﱰﺑﻴﺔ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﻇﻞ ﳍﺬا اﳍﺪف اﻟﻜﺒﲑ ﻟﻠﺪﻳﻦ اﻹﺳﻼﻣﻲ
إﳚﺎد اﻟﻔﺮد اﳌﺆﻣﻦ اﻟﺬي ﳜﺸﻰ اﷲ وﻳﺘﻘﻴﻪ وﳛﺴﻦ ﻋﺒﺎدﻩ وأﺧﻼﻗﻪ ﻟﻴﻔﻮز ﰲ اﻵﺧﺮة وﻳﺴﻌﺪ
8
.ﰲ اﻟﺪﻧﻴﺎ
Artinya :
Tujuan utama diterapkannya pendidikan Islam adalah untuk mencapai tujuan
utama agama Islam itu sendiri. Karena itu, (pendidikan Islam) diharapkan
mampu membentuk kepribadian mukmin yang patuh kepada Allah, dan
bertaqwa kepada-Nya, serta beribadah kepada-Nya dengan baik dan berakhlak
mulia demi meraih kebahagiaan di akhirat dan kesejahteraan (hidupnya) di
dunia.
7
Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun
2003 h. 6-7.
8
Isāq Amad Farān, al-Tarbiyah al-Islāmiyah bayn al-Aṣālah wa al-Ma’āirah (Cet. II;
t.tp: Dār al-Furqān, 2003), h. 30.
5
agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Hal ini sesuai firman Allah
tentang fitrah keagamaan yang perlu dipertahankan,11 yakni agama Islam yang
utama ajaran Islam menegaskan di awal ayat yang pertama diturunkan adalah
kehidupan manusia. Pada ayat ini, paling kurang terdapat lima komponen utama
dalam pendidikan, yaitu guru (Allah swt.) murid (Nabi saw.) sarana dan
Lihat al-Rāghib al-Asfahāni, Mufradāt Alfāz al-Qur’ān (Cet. I; Bairūt: Dār al-
10
Dengan pentingnya pendidikan Islam, maka bagi setiap orang tua dan
atau peserta didiknya. Orang tua dalam hal ini, bertanggung jawab dalam
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU RI, nomor
13
Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun
2003 h. 13.
8
Enrekang untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, tentu saja terkait
dipertanggungjawabkan.
tenaga pendidik, mulai dari kepala madrasah, guru, pegawai administrasi, dan
14
Republik Indonesia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun
2003, h. 21.
9
pada MAN Enrekang, tentu saja diperlukan penelitian lebih lanjut yang fokus
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan sistematis, maka pokok masalah
yang telah ditetapkan dirinci dalam tiga sub masalah sebagai berikut :
15
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Managemen (Cet. I; Yogyakarta:
Andi Opset 2001), h. 5.
10
penelitian yang dilakukan maka diperlukan bahasan batasan definisi kata dan
1. Fokus Penelitian
Terdapat empat variabel kata penting yang menjadi fokus penelitian ini
16
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2012), h. 902.
11
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. 17 G.R. Terry dalam
mengandung arti ukuran baik untuk suatu benda, kadar, taraf atau derajat,
langsung baik kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat, masa kini
17
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 621.
18
George R. Terry, Principle of Management (6th Edition; Georgetown: Richard D.
Irwing Inc. , 2002), h. 4.
19
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 604.
20
Pius A. Partanto dan M Dahlan al-Barry, Kamus llmiah Poputer (Surabaya :
Arkola, 1994), h. 505.
12
dan masa depan.21 Mengenai istilah terpadu sebagai yang termasuk dalam
kalimat manajemen mutu terpadu berasal dari kata padu yang berarti padat,
kabupaten Enrekang.
2. Deskrifsi Fokus
dalam fokus penelitian dan kaitannya persoalan yang menjadi obyek penelitian
ini, maka dideskrifsikan bahwa penelitian ini lebih menekankan pada segi-segi
atau prestasi yang diraih oleh MAN Baraka Enrekang, baik prestasi itu pada
21
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu : Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21 (Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama :
2001), h. 108
22
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia h. 810.
13
kepala madrasah, guru, dan yang terpenting lagi prestasi hasil belajar siswa
MAN Baraka Enrekang selama ini. Untuk lebih jelasnya, diperlukan rincian
- Pelaksanaan
- Pengawasn/Evaluasi
- Metode pengajaran
- Komptensi lulusan
D. Kajian Pustaka
karya ilmiah yang memiliki korelasi dengan apa yang penulis lakukan.
14
lebih sesuai dengan kondisi pesantren dengan proporsi komposisi 50% mata
pelajaran umum dan 50% mata pelajaran agama. Demikian pula pada segi
MAN Baraka Kabupaten Enrekang, yang boleh jadi dalam beberapa segi
239
Muljono Damopoli, Pembaruan Pendidikan Islam di Makassar; Studi Kasus
Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Makassar, Disertasi (Jakarta:
Programpascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 338-339.
15
Namun bila dicermati masalah yang diteliti oleh Sudirman dalam tesisnya
mutu terpadu pada MAN Pangkep dan upaya yang dilakukan Kepala MAN
dalam disertasi ini meneliti penerapan pola manajemen terpadu pada MAN
tetapi juga kualitas guru, dan siswa madrasah tersebut. Dengan demikian,
Oriented), yang paling banyak berperan adalah pendidik (Guru) dalam upaya
aspek, baik dalam aspek keilmuan, keahlian dan keterampilan serta aspek
perilaku, oleh karena itu menjadi guru professional, hendaknya memiliki dua
240
Sudirman, Implementasi Manajamen Mutu Terpadu (Total Quality Management)
pada Madrasah Aliyah Negeri Pangkep, Tesis Magister (Makassar: Program Pascasarjana UMI,
2007), h. 4.
16
teoritik dan skill tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,
tapi sebelum dan sesudah di kelas. 25 Selain ke dua hal di atas, dalam
mengukur kompetensi tersebut, maka ada empat indicator yang harus dimiliki
oleh guru, yaitu, pertama; kompetensi harus ditunjang oleh latar belakang
melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik/metode yang jelas dan
Selain hasil penelitian dalam bentuk disertasi, tesis, dan buku yang
disebutkan di atas, tentu masih ada lagi karya ilmiah lainnya berupa literature
pokok yang obyek kajian dan atau penelitiannya memiliki hubungan dengan
penelitian penulis dalam disertasi ini. Buku-buku atau karya ilmiah yang
25
Luk-Luk Nur Mufidah, Aktualisasi TQM dalam meningkatkan Profesionaalisme Guru di
Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: Gramedia, 2010), h.. 95-96.
17
dimaksud, serta hasil penelitian sebelumnya yang telah disebutkan tadi banyak
1. Tujuan Penelitian
Enrekang.
2. Kegunaan Penelitian
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dan merupakan kata kerja to
manage yang berarti to direct, to control, to carry on, to cope with, to direct
kata manajemen apabila dilihat dari asal katanya, maka manajemen dapat berarti
1
Lihat John Gage Allee, Websters Dictionary (Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2003), h. 228.
2
George R. Terry, Principle of Management (6 th Edition; Georgetown: Richard D. Irwing
Inc., 2002), h. 4.
19
20
Artinya:
Manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah. Proses ini
berpusat pada penggunaan secara efektif dan efesien terhadap sumber daya
yang terbatas.
G.R. Terry dan L.W. Rue merumuskan bahwa manajemen adalah suatu
merupakan suatu proses yang berjalan terus pada suatu arah perbaikan dengan
melibatkan orang lain untuk pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sumber daya
(baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia) perlu diperhatikan
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Defenisi ini, sejalan dengan
rumusan yang terdapat dalam Encydopedia of the Social Sciences yang dikutip
Panglaykim dan Hazil Tanzil bahwa managemen the process, by which the
3
Robert Kreitner, Management (4th Edition; Boston: Houghton Mifflin Company,
2009), h. 9.
4
George. R. Terry dan L.W. Rue, Principle of Management., h. 1.
21
organizing,7 actuatin,8 dan controlling.9 Pengertian ini sama dengan apa yang
dicapai serta tindakan yang akan dilakukan. Tujuan dan tindakan itu lazimnya
5
Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar (Cet. XV ; Jakarta :
Ghalia Indonesila, 2011), h. 26.
6
Planning adalah proses memutuskan di depan, apa yang akan dilakukan dan
bagaimana. Ia meliputi penentuan keseluruhan missi, identifikasi hasil-hasil kunci, dan
penetapan tujuan tertentu di samping pengembangan kebijaksanaan, program dan prosedur
untuk mencapai tujuan tersebut. Lihat Fremont E. Kast dan James E. Rosenzwing, Oganizing
and Management. Diterjemahkan oleh A. Hasjmi Ali dengan judul Organisasi dan
Manajemen, Jilid II (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 685-686. Planning dapat juga
berarti menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan
yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk
pilihan alternatif-alternatif keputusan.
7
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen yang dilaksanakan
untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga
pekerjaan dapat selesai dengan sukses. Tujuannya adalah untuk membimbing manusia-
manusia bekerja sama secara efisien.
8
Actuating adalah tindakan yang menyebabkan suatu organisasi menjadi berjalan dan
merupakan bagian terpenting dari proses manajemen serta keberhasilannya tergantung pada
pemikiran yang intensif. Oleh karena itu actuating banyak melibatkan manusia sebagai
pemberi motivasi kepada para anggota organisasi. Lihat ibid.
9
Controlling yang biasa diartikan dengan pengendalian yang memberi arti mencek
dan mengarahkan tindakan begitu pekerjaan dimulai untuk menerapkan rencana. Lihat John
Andair sebagaimana dikutif oleh John Salindeho, Peranan Tindak Lanjut dalam Manajemen
(Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 34.
22
segala aktivitas berikutnya dan menuntut ada konsistensi dari para pelaku
kemampuan yang tinggi dalam hal pengorganisasian dan dapat melihat dengan
10
Lihat James A.F. Stoner dan Edward Freeman, Manajemen Mutu (Cet. I; Jakarta:
Intermedia, 2002), h. 1.
11
Louis Allen, Profesi Manajemen (Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2000), h. 69.
23
akhirnya kegiatan itu akan efektif dan efesien dalam mencapai tujuan yang
akan ditetapkan
tanpa dilaksanakan. Hal ini sejalan dengan perinsip leadersip atau manajemen
tujuannya untuk mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu dengan
rencana. Bila terlihat adanya penyimpangan tersebut akan dapat membantu dan
digunakan dalam dunia perusahaan atau bisnis, selanjutnya tema ini digunakan
dalam profesi lain, termasuk dalam pendidikan dengan beberapa modifikasi dan
manajemen negara tidak dapat diterapkan begitu saja dalam dunia pendidikan.
kepuasan (satisfaction).12
baik. Bila dikaitkan dengan politik dan kekuasaan dalam suatu organisasi,
12
Nanang fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 11
25
sesuatu. Itu juga berarti bagaimana menerapkan kekuasaan agar orang lain
maka terlebih dahulu manajemen dapat ditinjau dari dua pengertian yang ada.
Manajemen jika ditinjau dari sudut etiomologi berasal dari kata ”manage”
orang lain (pihak lain) dalam rangka usaha mencapai tujuan tertentu. 14 Istilah
secara efisien dengan dan melalui pendayagunaan orang lain. Manajemen atau
kegiatan baik bersama orang lain maupun melalui orang lain dalam mencapai
tujuan organisasi.
13
Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen; Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 1
14
Abdulsyani, Manajemen Organisasi (Jakarta: Bina Aksara, 2007), h. 1.
26
aktivitas dimaksud.
Mutu terpadu merupakan dua kosa kata yang terangkai saling terkait
Kata mutu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti ukuran baik
untuk suatu benda, kadar, taraf atau derajat, untuk kependidikan adalah derajat
dalam Kamus Ilmiah Populer, berarti kualitas, derajat atau tingkat.16 Sejalan
Sedangkan terpadu berasal dari kata “padu” yang berarti padat, dan
mutu terpadu disingkat menjadi MMT atau dalam bahasa Inggris disebut Total
15
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: balai
Pustaka, 2012), h. 604.
16
Pius A. Partanto dan M Dahlan al-Barry, Kamus llmiah Poputer (Surabaya :
Arkola, 2004), h. 505.
17
Daulat P. Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu : Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Abad ke-21 (Cet. I; Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama :
2001), h. 108
18
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 810.
27
demikian mutu terpadu dalam kajian manajemen merupakan suatu cara cara
meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. 20 Dari sini
menghasilkan mutu.
pada sisi lain dengan menyatakan, bahwa beberapa elemen tentang mutu yang
19
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Managemen (Yogyakarta: Andi
Opset 2001), h. 5.
20
Vincent Gaspersz, Total Quality Management (Cet. IV; Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005), h.6.
21
Stephen Murgatroyd and Colin Morgan, Total Quality Management and The
School, (Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 2004), h : 45.
22
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. Total Quality Management (TQM). ( Ed.
Revisi. Yogyakarta;Andi, 2003), h. 3
28
suatu filosofi perbaikan tampa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai
perubahan, dan esensi Total Quality Management adalah perubahan budaya dari
(TQM) adalah suatu prosedur di mana setiap orang berusaha keras secara terus
23
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Cet. X; Yogyakarta: Andi
Ofset, 2003), h. 39.
24
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management, h. 40.
25
Lihat Edward Sallis, Total Quality Management In Education dan diterjemahkan oleh
Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (Cet. IV; Yogyakarta:
IRCiSoD, 2011), h. 76.
29
usaha-usaha orang banyak dan agar mereka bersemangat dan berpartisipasi dalam
(staf atau karyawan). Perintah dari atasan diubah menjadi inisiatif dari bawah, dan
penyempurnaan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan
semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan mencapai
perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang
26
Slamet dan Field, Joseph, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi
dan Aplikasi, Terjemahan oleh Syafaruddin (Cet. I; Jakarta: PT Grasindo, 2000), 176.
27
Lihat Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous
Improvement (Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing Company, TTP), h. 21.
28
Lihat Philip Kloter, Marketing Management. Alih bahasa Agus Hasan. Manajemen
Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol (Jakarta. PT.Prenhallindo, 2017), h.
21.
30
prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu
konkrit, bahwa dalam TQM terkandung upaya; (1) mengendalikan proses yang
didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4)
mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di lapangan
madrasah dapat memberikan kepuasan pada peserta didik, orang tua, dan
masyarakat.
29
Lihat Willem Mantja, .Jurnal Ilmu Pendidikan Manajemen Mutu Pendidikan. Januari 2004
30
Lihat Husaini Usman, Manajemen Mutu, h. 513.
31
tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula
mutu input tersebut.
Selanjutnya proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam
pendidikan bersekala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah
proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan
evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat
kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Proses
tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut
mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).
Proses pendidikan menghasilakan output, merupakan kinerja yang
dihasilkan sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan
dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan
kerjanya, dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output
sekolah, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu
tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan
pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan
umum, US, UN, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non-
akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian,
keterampilan kejuruan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu
sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan
(proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. 31
31
LAPIS (Learning Assistence Program Of Islamic School) Disadur dari Materi
Workshop Manajemen Berbasis Madrasah (Pelaksana IAIN Sunan Ampel Surabaya kerja sama
dengan UIN Alauddin Makassar bersama dengan LAPIS di Makassar, tanggal, 9-11 Juni 2008 ).
33
tujuan pencapain mutu, dan dengan berupaka pada upaya perbaikan atau
pengembangan usaha secara terus menerus baik di masa sekarang dan waktu
konsep dasar manajemen mutu terpadu adalah suatu komitmen terpadu, penuh
organisasi.
yang dikemukakan oleh pakar manajemen, misalnya Damin dan Vincent dapat
32
Azhar Arsyad, Pokok-pokok Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan
Eksekutif (Cet. II; Celeban Timur: Pustaka Utama, 2003), h. 48.
34
selainnya.
kualitas.33
berikut :
33
Lihat Vincent Gaspersz, Total Quality Management, h. 6-10.
35
beli.
c. Desain proses produksi dan metode kerja harus jelas untuk mencapai
34
Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu; Total
Quality Management Abad 21; Studi Kasus dan Analisis (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2002), h. 92.
36
atau jasa.
b. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang
bahwa setip orang memiliki tanggung jawab yang berbeda, tergantung dari
saja.35
adanya kerja sama tim, dalam MMT kemitraan dan hubungan dijalin dan
35
Lihat Vincent Gaspersz, Total Quality Management, h. 14
37
Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini
berlaku prinsip bahwa belajar adalah merupakan proses yang tidak ada
akhirnyadan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang dalam
profesionalnya.
g. Kesatuan tujuan. Supaya MMT dapat berjalan dengan baik, maka setiap
usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun demikian, kesatuan
tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetuan antara pihak
MMT. Usaha dalam melibatkan karyawan ini memiliki dua nilai manfaat,
keputusan yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga
mutu prodeuk suatu organisasi. Hal ini dilakukan dengan cara melibatkan
semua unsure-unsur yang ada dalam organisasi untuk bekerja secara sinergis.
luar organisasi. Oleh karena itu, kosep The Juran Trilogy36 yang merupakan
ringkasan dari tiga fungsi manajerial yang utama dapat memberikan arah
36
Vincent Gaspersz, Total Quality Management, h. 7
39
level operasional.
tem tersebut apa yang mereka butuhkan agar dapat mendiagnosis masalah
diperoleh.
sebatas konsep. Ace Suryadi dan dan H.A.R. Tilaar menyatakan bahwa
mutu itu masih tetap bergerak dalam bentuk-bentuknya yang masih bersifat
retorikal, artinya bahwa mutu pendidikan masih bergerak dari gagasan satu
kegagasan lain dan belum diterjemahkan secara tepat ke dalam ukuran dan
dihadapi oleh sistem pendidikan, dan berbagai usaha dan program telah
akan mutu pendidikan merupakan suatu masalah yang sangat penting walaupun
mutu pendidikan melihat dua segi yakni segi normatif dan segi deskriptif.
37
Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,
(Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 161.
38
Oemar hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2003), h. 33.
41
produk pendidikan, yakni "manusia yang terdidik" sesuai dengan standar ideal,
ditentukan berdasarkan keadaan hasil tes prestasi belajar atau output lulusan
Berkaitan dengan hasil tes prestasi belajar, maka lebih awal perlu
dengan mutu pendidikan siswa. Dalam hal ini, telah dirumuskan bahwa mutu
pendidikan siswa adalah kadar prestasi yang diraih oleh peserta didik melalui
dasarnya, mutu kognitif dihasilkan dari hasil belajar. Hasil belajar merupakan
dan ajar). Faktor dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif
lebih banyak berkenaan dengan aspek perasaan, nilai, sikap dan minatnya.
perspektif Islam menurut Mappanganro, evaluasi dalam mutu afektif ini, lebih
ditekankan pada unsur pokok akhlak. 41 Seorang guru agama yang piawai
afektif siswa. Peningkatan mutu afektif ini, antara lain berupa kesadaran
beragama yang mantap. Misalnya saja, apabila seorang siswa diajak kawannya
untuk berbuat sesuatu yang buruk seperti melakukan seks bebas, dan atau
meminum minuman keras, ia akan serta merta menolak dan bahkan berusaha
serta sikap mental peserta didik. Dalam pendidikan Islam, penilaian terhadap
(2) kesiapan, yakni mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan
41
H. Mappanganro, h. 117
43
terbiasa, yakni terampil melakukan suatu perbuatan; dan (5) gerakan kompleks,
kemampuan kognitif (ranah cipta), afektif (ranah rasa) dan psikomotor (ranah
dilakukan dengan tes kemampuan belajar atau tes hasil belajar. Tes hasil
yaitu bahwa tes tersebut harus valid dan realible. Selanjutnya pengukuran
tingkat mutu afektif yang populer ialah tes “skalah likert” yang tujuannya
dan dalam bahasa Arab ditemukan penyebutannya dalam tiga term, yakni al-
42
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Cet. IV; Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), h. 17-18.
43
Lihat John Echols dan Hassan Shadili, Kamus Inggris – Indonesia (Jakarta:
Gramedia, 2001), h. 81.
44
atau istilah tersebut.44 Kata al-tarbiyah dalam Lisān al-Arab, berakar dari tiga
Kata al-tarbiyah, berakar dari tiga kata, yakni; raba-yarbu yang berarti
wawasan seseorang, dan arti ketiga, pendidikan adalah memelihara, dan atau
44
Sepanjang pengetahuan penulis, kata tarbiyah digunakan oleh Abd. al-Rahmān al-
Nahlawi; kata ta’līm digunakan Abd. al-Fattah Jalāl; sedangkan kata ta’dīb digunakan Naquib
al-Attās.
Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab, jilid I (Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th), h.
45
384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām (Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-
Masyriq, 2007), h. 243.
Jamāl al-Dīn Ibn Manzūr, Lisān al-‘Arab, jilid I (Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th), h.
46
384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām (Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-
Masyriq, 2007), h. 243.
45
Sedangkan kata al-ta’dīb, berakar kata dari ‘addaba yang berarti budi
manusia.48
Berkaitan tiga term dan istilah istilah di atas, dapat dirumuskan bahwa
terakhir ini, kelihatannya menunjuk pada arti yang lebih luas, karena di
lain yakni pewarisan peradaban sebagaimana yang dikatakan Ahmad Fu’ad al-
generasi ke generasi).
Lihat Abd. al-Fattāh Jalāl, Min Uṣūl al-Tarbawiy fī al-Islām (kairo: Markas al-
47
sehat, dan akal cerdas.50 Senada dengan itu, Shalih Abdul Aziz menyatakan
tarbiyah, dan kata tarbiyah inilah yang berakar dari raba yang ma`sdar-nya al-
rabb dengan segala derivasinya terulang sebanyak 872 kali di dalam Al-
Qur’an.52
memperbaiki peserta didik dan memelihara aspek fisiknya dan fsikisnya. Arti
yang lebih luas lagi, al-tarbiyah dengan makna al-tanmiyah (pertumbuhan atau
50
Muhammad Athiyah al-Abrāsy, Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm (t.t.: Isā al-Bābī al-
Halab, t.th), h. 14.
51
Shālih Abdul Aziz, al-Tarbiyah wa Turuq al-Tadrīs (mesir: Dār al-Ma’arif, 2000),
h. 118.
Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Bāqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāzh al-Qur’ān al-
52
tarbiyah, ta'lim, dan ta'lim tersebut. Namun yang terpenting adalah esensinya,
yang akan datang. 54 Dari sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan
perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya
suatu pandangan hidup, sikap hidup, keterampilan hidup pada salah satu atau
54
Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20
tahun 2003 (Cet.I; Bandung: Fokus Media, 2003), h. 6.
48
unsur manajemen karena bila merujuk pada konsep tadi, maka pada intinya
upaya manajemen.
elemen, seperti sebuah langkah awal bisa dimulai dengan kerja sama antara
kepala madrasah dan guru dalam menetapkan visi dan misi serta tujuan
pendek, menengah dan jangka panjang. Visi dan misi ini, semua warga
55
Muhaimin, et. all., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 37.
49
Goetsch dan Davis dalam Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana juga
terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya
wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak
yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena
keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan
terlaksana dengan baik.
9. Kesatuan tujuan. Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka
institusi /lembaga harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap
51
usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti
bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen
dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM.
Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan
mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti. Keterlibatan dan
56
Lihat Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, h.15-18, dan lihat Baharuddin dan Umiarso,
Kepemimpinan Pendidikan Islam, Antara Teori dan Praktik ( Cet. I: Jakarta Ar Ruzz Media,
2012) h. 275-278.
52
kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar
pula kepuasan pelanggan.
Kedua, respek terhadap setiap orang. Guru dan karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas tersendiri yang unik,
bahkan mereka dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai,
oleh karena itu, mreka harus diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan
untuk mengembangkan diri, berbartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
57
Lihat Nanang Fatah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah (Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h. 31,
53
manajer/kepala madrasah yang kurang serius atau setengah hati terhadap mutu
lembaganya. Hal ini menjadi kendala yang sangat menghawatirkan, sehingga
sangat kecil kemungkinan organisasi itu berkembang atau memperoleh hasil yang
berkualitas. Manajemen harus mempercayai stafnya untuk bersama-sama
mengusung visi dan misi mereka kedep`an, bahkan pemimpin/kapala madrasah
harus mengkomunikasikan visi dan misi itu kepada seluruh stakeholders, baik
internal maupun eksternal sekolah/madrasah. 59 Masalah utama yang sering
dialami oleh banyak institusi adalah peran yang dimainkan oleh kepala sekolah
belum maksimal. Padahal ia memiliki peran penting karena mereka adalah
penentu kebijakan sementara staf adalah petugas operasional atau pengelola
58
Lihat Baharuddin dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruz
Media, 2012), h. 275-278, dan lihat Hensler, Quality Systems (Cet. I; London: BBS, 2010),
h.153.
59
Lihat Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010). h.379.
54
proses kerja yang berkualitas tidak dapat diketahui tanpa adanya pengukuran
kinerja yang telah ditetapkan. dan perbaikan secara berkesinambungan tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen pada mutu dari pihak yang terlibat
untuk meningkatkan kualitas.60 Kelima pilar ini akan sulit terwujud tanpa
dukungan kepemimpinan yang efektif dalam sebuah lembaga/institusi yang
terkelola dengan baik. Kelima pilar ini berfungsi secara linier menentukan
tinggi-rendahnya tingkat produktivitas madrasah. Dengan demikian tinggi
rendahnya tingkat produktivitas organisasi mengindikasikan keberhasilan dan atau
kegagalan dalam mengitegrasikan pilar TQM untuk menghasilkan suatu produk
yang bermutu secara terpadu dan hal ini harus bersinergi dalam memenuhi intisasi
60
Lihat Jeromi S.Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-Prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan ( Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 39.
55
nasional maupun muatan lokal, harus diwujudkan proses belajar mengajar untuk
Agar proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta
prilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen
personalia.
61
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran (Malang: Elang Mas, 2008), h. 36
56
pegawai, (4) promosi mutasi, (5) pemberhentian, (6) kompensasi, dan (7)
penilaian. Semua itu perlu, dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang
3. Manajemen kesiswaan
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan
aspek yang lebih luas ying secara operasional dapat membantu upaya
62
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, h. 42
63
Lihat Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Cet. X. Malang, Erlangga,
2007), h. 49.
57
memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan siswa
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak
komponen-komponen lain.
pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana yang ada dapat
64
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, h. 43
58
pusat, daerah, maupun keduaduanya ; (2) orang tua atau peserta didik ; (3)
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan
dan penataan.
Dalam hal ini, pendidikan sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari
hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif
mandiri.
kependidikan dan peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
65
W. Mantja, Profesionalisme Tenaga Kependidikan; Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran, h. 47.
60
keamanan terhadap tenaga kependidikan dan peserta didik, agar mereka dapat
melakukan proses belajar mengajar dengan baik dan aman, tenang dan
nyaman.
yang berkualitas, dan hal tersebut terasa sebagai kebutuhan yang sangat
mendesak. Fenomena sosial yang sangat menarik ini mestinya bisa dijadikan
sebenarnya bukan hanya karena telah terjadi pergesaran nilai atau ikatan
kurang baik.
66
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, h. 51.
61
modern, yaitu : 67
gagasan, kreatif, sikap dan nilai serta keterampilan. Maka proses pembelajaran
berpikir, bersikap dan bertindak menurut ajaran Islam. Dengan cara seperti ini
memberikan sesuatu yang lebih berarti dan manusiawi. 68 Jadi interaksi dan
67
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, h. 52-53.
68
Lihat M. Arsyad Djuwaeli, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta :
Yayasan Karsa Utama Mandiri), h. 114.
62
lainnya dalam suasana harmonis dan demokratis. Makin kuat integritas dan
senantiasa bersifat dinamis dan selalu berkembang. Oleh karena itu kurikulum
69
Disadur dari Mappanganro, Impelementasi Pendidikan di Madrasah (Makassar:
Yayasan Ahkam, 2002), h. 41.
63
kualitas guru yang profesional sudah sejak lama dirasakan sebagai kebutuhan
yang mendesak. Guru sebagai figur dan sosok kunci dalam pendidikan
Guru tetap menjadi komponen pokok yang tidak saja karena fungsi dan
pembimbing, dan orang tua, dari seluruh peserta didiknya, yang secara
psikologis dirasakan sebagai suatu kebutuhan untuk mereka yang masih dalam
status pelajar, inilah yang disebut oleh Azhar Arsyad sebagai pribadi atau
sosok nurturan, yaitu guru sebagai bapak yang diharapkan bisa menjadi
"rabbani".70
Bila diperhatikan lebih jauh, tugas dan tanggung jawab yang mestinya
dilaksanakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan adalah mengajak manusia
70
Lihat Azhar Arsyad, Pokok-pokok Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan
dan Eksekuti (Morteal, Exekutive Institute Fakulty Of Managemen Mc Gill University, 1996),
h. 37.
64
72
(َﺎل ﺑَـﻠﱢﻐُﻮا َﻋﻨﱢﻲ َوﻟ َْﻮ آﻳَﺔً )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى
َ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ
َ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ِﻦ َﻋ ْﻤﺮٍو أَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ
Artinya:
Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘Nabi saw. bersabda, “Sampaikanlah dari
ajaranku walaupun satu ayat. (HR. al-Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui, termasuk pendidik dan tenaga
kependidikan, adalah menyampaikan apa yang dipahami dan diketahuinya (ilmu)
untuk ditransfer kepada orang orang yang belum mengetahui. Hal tersebut merupakan
suatu wujud pertanggung jawaban sosial seorang pendidik/guru pada lingkungan
sosial di mana dia berada. Sebagai seorang pendidik, guru merupakan pemimpin
pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mana kepemimpinan
tersebut harus dipertanggung jawabkan kepadapemerintah sebagai penanggung jawab
pendidikan dan kepada Allah swt sebagai titik kulminasi pertanggung jawaban
71
M. Ja’far, Beberapa Aspek Pendidikan Islam (Surabaya:Al-Ikhlas, 1992), h. 272.
72
Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>’il ibn Ibra>him ibn al-Mugi>rah ibn Bardarbah
al-Bukha>ri, S{ah}ih} al-Bukha>ri, (CD Mausu>’ah al-H{adi>s\ al-Syari>f, Kita>b Al-H{adi>s al-
Anbiya>’, nomor 3202)
65
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tanggung jawab dalam Islam
bersifat pribadi dan sosial. Dalam pendidikan formal, guru adalah pemimpin di dalam
kelas yang bertanggung jawab tidak hanya terhadap perbuatannya, tetapi juga
terhadap perbuatan orang-orang yang berada di bawah perintah dan pengawasannya
yaitu peserta didik.
Islam memandang profesionalitas merupakan suatu keharusan dalam setiap
profesi atau pekerjaan, Rasulullah saw. dalam salah satu hadis yang diriwayatkan
oleh Bukhari dari Abu Hurairah r.a. mengatakan:
73
Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad ibn Isma>’il ibn Ibra>him ibn al-Mugi>rah ibn Bardarbah
al-Bukha>ri, S{ah}ih} al-Bukha>ri., Kita>b al-Jum’ah, nomor 844.
74
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, dalam Hadith Encyclopedia [CD
ROM], Harf Information Technology Company, 2000, hadis no. 57.
66
… Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah … bersabda suatu pekerjaan yang
diserahkan kepada seseorang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. (HR
Bukhari)
Ayat dan hadis di atas memberikan isyarat bahwa Islam menjunjung tinggi
merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam mengemban suatu tugas. Hal ini disebabkan
karena tugas yang diemban merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan, baik
pada lembaga yang memberikan amanah, kepada masyarakat, dan yang terpenting bahwa
amanat itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Allah swt. melarang untuk
mengikuti apa yang seseorang tidak mempunyai pengetahuan dan kompetensi atasnya, sebab
hal itu dapat mendatangkan kerusakan, baik pada pekerjaan itu, maupun kepada yang
memberikan pekerjaan itu. Allah swt. berfirman dalam QS al-Isra’/18: 36 sebagai berikut:
tanggung jawabnya. Hal ini memerlukan pengelolaan secara profesional, untuk mencapai
hasil maksimal yang diharapkan oleh pemberi amanat, baik sebagai pendidik pada jalur
pendidikan informal dan formal, maupun pada jalur nonformal. Dalam hal ini termasuk pada
tugasnya di depan kelas (pedagogik, profesional), tetapi guru juga membutuhkan kompetensi
Sejalan dengan pendapat di atas, Hayatullah mengatakan bahwa orang yang pintar
saja tetapi tidak baik akan menghasilkan orang yang berbahaya karena dengan
pendidikan akan lebih bagus menghasilkan orang baik, walaupun tidak pintar. Tipe ini
Semakna dengan ayat di atas, Allah swt. berfirman dalam QS al-Qasas/28: 26 sebagai
berikut:
﴾٢٦﴿ ﲔ
ُ ي ْاﻷَِﻣ
ْت اﻟْ َﻘ ِﻮ ﱡ
َ َﺖ ا ْﺳﺘَﺄ ِْﺟ ْﺮﻩُ إِ ﱠن َﺧْﻴـَﺮ َﻣ ِﻦ ا ْﺳﺘَﺄْﺟَﺮ
ِ َﺖ إِ ْﺣﺪَاﳘَُﺎ ﻳَﺎ أَﺑ
ْ ﻗَﺎﻟ
Terjemahnya:
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".77
M. Quraish Shihab mengomentari ayat tersebut bahwa kekuatan yang dimaksud
adalah kekuatan dalam berbagai bidang. Karena itu, terlebih dahulu harus dilihat bidang apa
yang akan ditugaskan kepada yang dipilih. Selanjutnya, kepercayaan dimaksud adalah
integritas pribadi yang menuntut adanya sifat amanah sehingga ia tidak merasa bahwa apa
yang ada dalam genggaman tangannya merupakan milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat
76
M. Furqon Hayatullah, Guru Sejati, Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas
(Surabaya: Yuma Pustaka, 2009), h. 16.
77
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 613.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an , Volume 9
78
selain pintar atau memiliki pengetahuan, juga memelihara amanah atau kepercayaan atas
jabatan yang diberikan kepadanya. Orang seperti ini yang dinyatakan Allah swt. dalam QS al-
tidak menyebutkan secara tegas bahwa Allah meninggikan derajat orang yang berilmu, tetapi
menegaskan bahwa mereka memiliki derajat yakni lebih tinggi dari sekadar beriman. Tidak
disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya
itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan faktor di luar
ilmu itu.
Ayat di atas juga membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yakni yang
pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta
memiliki pengetahuan. Kelompok kedua ini yang menjadi lebih tinggi, bukan karena nilai
ilmu yang disandangnya, tetapi juga kerana amal dan pengajarannya kepada pihak lain, baik
79
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 910-911.
80
M. Quraish Shihab, Volume 13, op. cit., h. 491.
69
merupakan syarat mutlak dalam memangku suatu jabatan. Ilmu pengetahuan dan kompetensi
pendidikan, dasarnya dapat ditemukan pada beberapa ayat dalam Alquran antara lain dalam
ﲔ
ٌ ﲔ أَِﻣ
ٌ ﱠﻚ اﻟْﻴـ َْﻮَم ﻟَ َﺪﻳْـﻨَﺎ ِﻣ ِﻜ
َ َﺎل إِﻧ
َ ْﺴﻲ ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ َﻛﻠﱠ َﻤﻪُ ﻗ
ِ ﺼﻪُ ﻟِﻨَـﻔ
ْ ُِﻮﱐ ﺑِِﻪ أَ ْﺳﺘَ ْﺨﻠ
ِ ِﻚ اﺋْـﺘ
ُ َﺎل اﻟْ َﻤﻠ
َ َوﻗ
﴾٥٥﴿ ﻆ َﻋﻠِﻴ ٌﻢ
ٌ ِﱐ َﺣﻔِﻴ
ْض إ ﱢ
ِ َﺎل ا ْﺟ َﻌﻠ ِْﲏ َﻋﻠَﻰ َﺧﺰَآﺋِ ِﻦ اﻷَر
َ ﴾ ﻗ٥٤﴿
Terjemahnya:
Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang
rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia, dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi
dipercaya pada sisi kami".Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara
(Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."82
81
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya;, h. 210.
82
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; h. 357.
70
Ayat di atas menjelaskan bahwa ada dua hal yang sangat penting dimiliki
guru harus memiliki keahlian ganda: keahlian dalam bidang studi yang
diajarkannya dan keahlian dalam bidang pendidikan. Mereka juga harus memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Selain itu, guru juga harus mempunyai
kemampuan sebagai seorang pendidik dan sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
Selain apa yang telah dikemukakan di atas, saat ini cenderung muncul
harus memiliki mutu yang tinggi dan mampu berbenah diri dalam merespon
arus globalisasi dan modernisasi. Dengan kata lain, era globalisasi dan
tidaklah akan membawa manfaat yang besar bagi dunia pendidikan bila tidak
83
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 6, h. 127.
71
sumber daya pendidikan secara efektif untuk mencapai sasaran sebagai tujuan
yang diinginkan. Usaha yang serentak dan sistematis untuk mencapai suatu
lembaga pendidikan Islam tersebut, agar dapat berjalan dengan tertib, lancar
dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai
belakangi dengan fakta sejarah yang dalam proses tersebut pernah mengalami
secara optimal sebagai manivestasi dari amanah UUD 1945 dalam membangun
sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwah, cerdas, terampil,
84
Lihat Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Cet. X. Malang, Erlangga,
2007), h. 51.
72
harus bekerja dengan sistem dan prosedur yang sederhana dan membantu
pekerjaan mereka. Kedua, guru membutuhkan penghargaan ketika meraih
kesuksesan dan prestasi. Guru membutuhkan pemimpin yang dapat menghargai
prestasi mereka dan membimbing mereka untuk meraih sukses yang lebih besar. 85
Tujuan utama penerapan TQM adalah untuk membina/memperbaiki mutu
secara berkesinambungan agar kebutuhan dan keinginan pelanggan dapat
terpenuhi. Institusi dalam hal ini madrasah juga harus mampu menjaga dan
menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Mutu atau kualitas adalah sesuatu
yang diinginkan pelanggan dan bukan apa yang terbaik bagi mereka menurut
institusi. Aspek fokus pada pelanggan, TQM tidak hanya melibatkan perlunya
pemenuhan kebutuhan pelanggan eksternal saja. Orang-orang yang terlibat dalam
institusi juga termasuk pelanggan, yang memerlukan pelayanan internal agar
mereka mampu mengerjakan tugas secara efektif. Hubungan antar pelanggan
internal sangatlah penting agar sebuah institusi berfungsi secara efektif dan
efisien.
Pendidikan dalam pandangan TQM adalah berfokus pada pembelajaran,
setiap institusi pendidikan di tuntut untuk mengerjakan sebaik-baik mungkin, dan
yang paling penting adalah memfokuskan diri pada aktifitas pembelajaran. Semua
peserta didik berbeda satu sama lain dan mereka belajar dengan model yang cocok
dengan kebutuhan dan kecenderungan mereka masing-masing. Institusi
pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara
serius tentang kebutuhan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta didik.
85
Lihat Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi
Pendidikan, Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku Lembaga
Pendidikan (Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011 ), h. 137.
74
Pada hakekatnya peserta didik adalah pelanggan utama, dan jika model
pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan masing-masing individu, maka itu
berarti institusi tersebut tidak dapat mengklaim bahwa ia telah mencapai mutu
terpadu,86 karena salah satu syarat untuk memberi kepuasan kepada pelanggan
adalah ketika kebutuhan dapat terpenuhi.\ Institusi pendidikan harus memahami
bahwa siswa menyukai pada kombinasi atau variasi metode belajar dan institusi
harus fleksibel dalam memberikan pilihan tersebut. Miller mengemukakan bahwa
86
Lihat Piet A Sahertian, Profil Pendidikan Profisional (Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset,
2009), h. 15.
87
Lihat Miller, Improving Quality in Further Education (Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001), h. 152.
75
semua organisasi sekolah tingkat dasar, menengah dan atas. Para guru dan
petugas administrasi sama-sama harus profesional di bidangnya.
Keempat, sangat mungkin bahwa melalui integrasi dan penerapan TQM
di sekolah, orang-orang dapat menemukan sistem pendidikan yang lebih baik.
TQM yang diterapkan dengan benar akan menjamin bahwa para pemimpin dapat
mengontrol usaha mereka dan memilih pemecahan masalah yang masuk akal
dan dapat dipertanggungjawabkan. 88
Searah dengan pendapat tersebut, Dadang Suhardan mengemukakan bahwa
tujuan penerapan TQM ke dalam dunia pendidikan merupakan sebuah inovasi,
sebab konsep kualitas produk industri berbeda dengan konsep kualitas dalam
pendidikan. Pada industri, barang diproses dengan mesin, hasilnya harus sama
sesuai standar. Pendidikan inputnya manusia, yang berbeda-beda karakter dan
kepribadiannya, yang harus diperhatikan secara individual, sehingga hasil belajar
juga akan berbeda, sebab proses pendidikan tidak linier seperti dalam proses
industri melainkan sirkuler. 89
88
Lihat Veithzival Rivai dan Silviansa Murni, h. 483.
89
Lihat Dadang Suhardan, Supervisi Profesional, Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah ( Cet. VI; Bandung : Alfabeta, 2010) h. 114-115
76
madani. Salah satu bentuk nyata dari reformasi pendidikan adalah pelaksanaan
otonomi penyelenggaraan pendidikan yang bisa juga disebut dengan desentralisasi
pendidikan.91 Shaleh menegaskan bahwa pendekatan penyelenggaraan pendidikan
harus diubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi dengan menekankan pada
90
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma Bakti, 1981), h. ix.
91
Lebih lanjut baca, Desentralisasi pendidikan harus diarahkan pada upaya pemberdayaan
masyarakat pada level sekolah dengan tetap berpegang kepada standar minimum kompetensi (basic
competencies) yang berlaku secara nasional. Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan
Pendidikan (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 34.
77
Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah. Walaupun secara teknis, yakni dalam
proses pembelajaran secara formal, madrasah tidak berbeda dengan sekolah, tetapi di
92
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah, h.14.
93
Lebih lanjut baca, apabila setiap lembaga penyelenggara pendidikan selalu berupaya untuk
memberikan jaminan kualitas dan upaya ini secara terus menerus dilakukan maka diharapkan kualitas
pendidikan pada madrasah secara keseluruhan di seluruh Indonesia akan terus meningkat. Depatemen
Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 19.
94
Lebih lanjut baca, secara harfiah "madrasah" diartikan sebagai "tempat belajar", atau
"tempat untuk memberikan pelajaran". Dari akar kata "darasa" juga bisa diturunkan kata "midras"
yang mempunyai arti "buku yang dipelajari" atau "tempat belajar". Maksum, Madrasah dan
Perkembangannya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2009), h. 32.
78
Indonesia madrasah tidak lantas dipahami sebagai sekolah, melainkan diberi konotasi
yang lebih spesifik lagi, yakni sekolah agama, tempat peserta didik memperoleh
pembelajaran hal-ihwal atau seluk-beluk agama Islam.
Dalam praktiknya ada madrasah yang di samping mengajarkan ilmu-ilmu
keagamaan (al-‘ulum al-diniyyah), juga mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan di
sekolah umum. Selain itu, ada madrasah yang hanya mengkhususkan diri pada
pelajaran ilmu-ilmu agama, yang biasa disebut madrasah diniyyah.95 Kenyataan
bahwa kata madrasah berasal dari bahasa Arab, dan tidak diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, menyebabkan masyarakat lebih memahami madrasah sebagai
lembaga pendidikan Islam, yakni tempat untuk belajar agama.
Dalam perkembangan selanjutnya, kata madrasah secara teknis mempunyai
arti atau konotasi tertentu, yaitu suatu gedung atau bangunan tertentu yang lengkap
dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses pembelajaran.
2. Perkembangan Madrasah
Pendidikan yang dilaksanakan pada masa awal perkembangan Islam lebih
terkait dengan upaya-upaya dakwah Islamiyah, penyebaran, dan dasar-dasar pelak-
sanaan ibadah Islam. Sedangkan pendidikan formal Islam baru muncul dengan
kebangkitan madrasah.96
Dengan adanya madrasah dapat diasumsikan bahwa pendidikan Islam telah
mengalami kemajuan pesat. Masjid yang telah tumbuh sejak masa awal Islam pada
95
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah, h. 11.
96
Lebih lanjut baca, Lembaga pendidikan madrasah adalah kelanjutan dari lembaga
pendidikan dalam bentuk masjid, karena banyaknya peserta didik yang datang dari luar kota untuk
belajar di masjid menuntut adanya tempat tinggal yang disebut dengan khan (semacam asrama)
sehingga terjadi perubahan dari masjid kemasjid khan. Selanjutnya dari masjid khan berubah
kebentuknya ke bentuk madrasah. Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional
dan Kekinian (Yogya-karta: LaksBang PRESSindo, 2010), h. 71.
79
dasarnya hanya berfungsi sebagai tempat ibadah dengan sedikit kegiatan pendidikan
didalamnya, walaupun telah menyelenggarakan kegiatan pendidikan namun kegiatan
pendidikan bukanlah merupakan faktor utama.97 Dengan adanya madrasah maka
kegiatan pendidikan semakin sempurna.
Terkait dengan sejarah munculnya madrasah, para pemerhati sejarah berbeda
pendapat tentang madrasah pertama yang berdiri namun dalam beberapa pendapat
yang cukup representatif yang bisa diungkapkan tentang sejarah pertama berdirinya
madrasah sebagai institusi pendidikan Islam pada masa awal. Ali ‘al-Jumbulati
(1994) sebelum abad ke-10 M mengatakan bahwa madrasah yang pertama berdiri
adalah madrasah al-B{aihaqiah dikota Nisabur, disebut al-B{aihaqiah karena ia
didirikan oleh Abu Hasan al-B{aihaqi (414 H), pendapat ini diperkuat juga oleh
Hasan Ibrahim Hasan.98
Kedua pendapat di atas diperkuat oleh hasil penelitian Richard Bulliet (1972)
yang menemukan dalam dua abad sebelumnya berdiri madrasah Nizamiah telah
berdiri madrasah di Nisapur, yaitu Madrasah Miyan Dahliya yang mengajarkan fiqih
Maliki. Abdul al-‘Al (1977) menjelaskan bahwa pada masa sultan Mahmud al-
Ghaznawi (998-1020) telah berdiri madrasah Sa‘diyah. Demikian juga naji ma‘ruf
(1973) berpendapat bahwa madrasah pertama telah didirikan 165 tahun sebelum
berdiri madrasah Nizamiyyah yaitu sebuah madrasah dikawasan Khurasa. Ia
97
Lebih lanjut baca, pemakaian istilah madrasah secara definitif baru muncul pada abad ke-11.
Penjelmaan istilah madrasah merupakan transformasi tersebut antara lain; George Makdisi (1981)
menjelaskan bahwa madrasah merupakan transformasi institusi pendidikan Islam dari masjid ke
madrasah terjadi secara tidak langsung melalui tiga tahap; pertama tahap masjid, kedua tahap masjid
khan, dan ketiga tahap madrasah. Sedangkan Ahmad Syalabi menjelaskan bahwa transformasi masjid
ke madrasah terjadi secara langsung Karena disebabkan oleh konsekuensi logis dari semakin ramainya
kegiatan yang dilaksanakan di masjid yang tidak hanya dalam kegiatan ibadah (dalam arti sempit)
namun juga pendidikan, politik, dan sebagainya. Maksum, Madrasah dan Perkembangannya., h.36.
98
Lihat Maksum, Madrasah dan Perkembangannya., h. 65.
80
dari dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat Islam sendiri.
lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi
99
Lebih lanjut baca, Madrasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan formal
sudah dikenal sejak awal abad ke-11 atau 12 M, atau abad ke-5-6 H, yaitu sejak dikenal adanya
Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di Bagdad oleh Nizam Al-Mulk, seorang wasir dari Dinasti
Saljuk. Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian., h. 28.
100
Lebih lanjut baca, di Timur Tengah institusi madrasah berkembang untuk menyelenggara-
kan pendidikan keislaman tingkat lanjut (advance/tinggi), yaitu melayani mereka yang masih haus
ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan belajar di masjid-masjid dan/atau da@r al-k{huttab.
Ibid., h. 41.
101
Ahmadi Syukran Nafis, Pendidikan Madrasah, Dimensi Profesional dan Kekinian., h. 43.
81
sistem lama dengan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai-nilai lama yang
masih dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu dan
teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam. Isi kurikulum madrasah pada
umumnya adalah apa yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam (surau
dan pesantren) ditambah dengan beberapa materi pelajaran yang disebut dengan
ilmu-ilmu umum. Pertumbuhan madrasah pada periode ini dipengaruhi oleh gerakan
pembaruan Islam, yaitu: keinginan untuk kembali kepada al-Qur’an dan Hadis,
semangat nasionalisme dalam melawan penjajah, memperkuat basis gerakan sosial,
budaya, dan politik, serta pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. 103
Pola dan kebijakan pendidikan Islam di Indonesia, tidak dapat lepas dari apa
yang diilustrasikan pada kebijakan pemerintah Belanda terhadap Indonesia, yang
102
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007) h. 290.
103
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia., h. 291.
82
pada umumnya menyerukan pemurnian ajaran agama Islam dengan kembali kepada
al-Qur’an dan Sunnah. Di sisi lain, mereka melakukan pembaruan di bidang
pendidikan Islam. Kemunculan Serikat Islam di Solo (1911 M) , Muhammadiyah di
Yogyakarta (1912 M), Nahdlatul Ulama di Jawa Timur (1923 M), Persatuan Islam di
Bandung (1926 M), Perserikatan Ulama di Majalengka (1911 M), Al-Jamiah al-
Khoiriyah (1905M), dan Al-Irsyad di Jakarta (1913 M).105 Organisasi tersebut di atas
melahirkan lembaga pendidikan Islam model pesantren dan madrasah.
Pada masa ini pesantren dan madrasah/sekolah Islam bermunculan. Sebagai
dampak politik etis yang diterapkan kolonial Belanda. Madrasah pada masa tersebut
bercorak klasik dan ada pula yang sintesis-adaptif.106 Madrasah/sekolah yang
bercorak klasikal adalah madrasah/sekolah yang lahir dan berkembang dari pesantren
tradisional yang telah ada sebelumnya, sedangkan madrasah/sekolah yang bersifat
sintesis-adaptif adalah madrasah/sekolah yang lahir dari luar pesantren, seperti dari
104
Syamsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia., h. 297.
105
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia (Yogyakarta: Suka Press, 2007),
h. 121.
106
Sintesis adaptif yang dimaksudkan adalah satu sisi mengikuti pola dan model sekolah ala
kolonial Belanda dan satu sisi mengikuti pola dan model pesantren tradisional.
83
107
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia, h. 122.
84
kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah demi keperluan memenangkan
perang, para pemuka agama lebih diberikan keleluasaan dalam mengembangkan
pendidikannya. Namun demikian, pemerintah Jepang tetap mewaspadai bahwa
madrasah-madrasah itu memiliki potensi perlawanan yang membahayakan bagi
pendidikan Jepang di Indonesia.
Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1975, Nomor 037/4 1975
dan Nomor 36 tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah
ditetapkan bahwa standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum,
ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat
melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas dan peserta didik madrasah dapat
berpindah ke sekolah umum yang setingkat. Lulusan Madrasah Aliyah dapat
108
Abdul Rahman Assegaf. Pendidikan Islam di Indonesia, h. 42.
85
109
Departemen Agama, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), h. 33.
110
Departemen Agama, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.,
h. 36.
111
Maksum, Pendidikan Madrasah., h. 67.
86
3. Pembinaan Madrasah
Usaha ke arah pengembangan pola pembinaan madrasah adalah sebagai
kerangka dasar strategis pengembangan madrasah pada umumnya. Secara bertahap
usaha itu perlu dikembangkan sejalan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
yang penjabarannya lebih lanjut dituangkan dalam berbagai peraturan dan pedoman
pelaksanaannya yang operasional. Pola pembinaan madrasah dimaksudkan di
dalamnya mencakup satu pilihan sistem, pendekatan, sumber dana dan sarana yang
112
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah (Jakarta: Dharma bakti, 1981), h. 80.
113
Abdul Rahman Shaleh, Penyelenggaraan Madrasah., h. 85.
87
kan tugas pendidikan dan pembelajaran agama, tetapi juga mempunyai tugas untuk
memberikan bimbingan hidup di dalam masyarakat. Menurut Shaleh bahwa Pem-
binaan madrasah diharapkan dapat diarahkan untuk mencapai:
a. Peningkatan mutu madrasah sekaligus juga sebagai sekolah umum berciri khas
agama Islam, sehingga satuan pendidikan pada madrasah maupun sekolah umum
secara kurikuler memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan dasar
114
Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010), h. 107.
88
maupun menengah.
b. Penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah umum dilengkapi dngan
program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan ketenagaan, dan lapangan
kerja.115
115
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan Aksi)
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116.
116
Departemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam,
2007),h. 70.
89
berakhlak mulia.
3. Berkualitas, yaitu madrasah yang mampu mencetak anak-anak bangsa
yang memiliki kemampuan dan keterampilan dan sanggup menghadapi tantangan
jaman.117
Madrasah sebagai sub sistem pendidikan nasional secara fungsional
dituntut untuk menjabarkan tujuan pendidikan Nasional ke dalam program
117
Lihat Depatemen Agama, Menuju Madrasah Mandiri (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006), h. 10.
90
118
Lihat Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 1994), h. 34.
119
Lihat Depatemen Agama, Profil Madrasah Masa Depan (Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2006), h. 19.
91
120
Departemen Agama RI, Pembangunan Pendidikan Islam, h. 107.
92
khas agama Islam, sehingga satuan pendidikan pada madrasah maupun sekolah
umum secara kurikuler memiliki bobot yang sama baik pada jenjang pendidikan
dasar maupun menengah.
2. Penyesuaian pendidikan pada madrasah dan sekolah umum dilengkapi
dngan program melanjutkan pendidikan, memenuhi kebutuhan ketenagaan, dan
lapangan kerja.121
Seiring dengan usaha dalam upaya pembaruan sistem pendidikan menjadi
suatu sistem yang lebih relevan dengan kebutuhan kini dan di masa depan, maka
madrasah harus siap dan mampu melakukan pengembangan model-model dan atau
pola-pola baru dalam hal penyelenggaraan program pendidikan sekaligus men-
jembatani tuntutan dan tantangan yang dihadapai, terutama dalam persaingan
global sehingga pengelolaan dan pengembangan mutu pendidikan di Indonesia
diatur dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP), yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Peratuaran Pemerintah ini juga bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
121
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa (Visi, Misi, dan Aksi)
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004), h. 116.
93
122
Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005,
tentang Standar Nasional Pendidikan. (Cet. V: Jakarta: Lek.Diknas, 2005), h. 1.,
94
akuntabilitas yang memadai. Hal tersebut hanya dapat dicapai bila suatu
sekolah/madrasah melakukan evaluasi diri secara teratur sebelum dievaluasi oleh
pihak ketiga secara eksternal yakni akreditasi.
Evaluasi secara teratur dalam bentuk ‘’audit internal’ yang dilanjutkan
dengan‘’review sistem manajemen’’ akan menjamin suatu sekolah/ madrasah
dapat secara kontinyu melakukan perbaikan mutu, dalam mengantisipasi
persaingan yang semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia
kerja.124 Melaksanakan perbaikan mutu pendidikan secara kontinyu
(berkelanjutan), yang dikembangkan oleh Total Quality Management (TQM)
merupakan pendekatan yang tepat untuk memberi penguatan terhadap pelaksanaan
PP. No. 19 tahun 2005 tersebut, karena prinsip-prinsip TQM akan memberi
penekanan perbaikan mutu secara menyeluruh terhadap delapan Standar Nasional
Pendidikan. TQM tidak menganut sistem separuh atau setengah hati terhadap
mutu, melainkan selalu melihat penerapan mutu secara totalitas terhadap semua
komponen pendidikan yang dijadikan sebagai Standar Nasional pendidikan.
123
James A.F. Atoner R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition (Cet. I; New Jersey:
Prentice Hall, 2005) h. 7.
124
James A.F. Atoner R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition, h. 8
95
mutu. Perubahan budaya menjadi sesuatu yang penting, karena terkadang hal ini
menjadi salah satu faktor penghambat yang cukup sulit dan cukup memakan
waktu. Budaya mutu yang dimaksud mencakup sikap dan metoda kerja guru dan
staf di samping sistem manajemen dan kepemimpinan yang efektif. Perencanaan
strategis perlu ditata dengan baik dalam menanggulangi hambatan budaya
tersebut, karena perencanaan yang baik dan strategis banyak membantu pemegang
kebijakan dalam institusi pendidikan dalam mewujudkan misi sekolah/madrasah
dalam menjembatani komunikasi yang terputus. Melalui perencanaan ini,
Pimpinan bersama dengan warga sekolah/madrasah akan mengetahui mau ke
mana madrasah menuju dan akan menjadi bagaimana madrasah di masa depan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa PP No. 19 tahun 2005, yang
menjadi acuan Standar Nasional Pendidikan, akan lebih efektif pelaksanaannya
jika pendekatan-pendekatan sebelumnya seperti MBS (SBM) atau MPMBS dapat
dielaborasi secara integratif kedalam prinsip-prinsip Total Quality Management
(TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada lembaga pendidikan
terutama di madrasah.
itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah. Oleh karena itu, maka
seorang khali>fah tidak akan bisa berbuat sesuatu yang mencerminkan kemungkaran
atau bertentangan dengan kehendak Tuhan. Untuk dapat melaksanakan fungsi
kekhalifahan sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dengan baik,
manusia perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, keterampilan,
teknologi, dan sarana pendukung lainnya.125 Pada dasarnya kedudukan manusia di
muka bumi sebagai hamba Allah sangat terkait erat dengan perannya. Ketika manusia
menyandang kedudukan tersebut, maka Allah swt. akan menuntut agar manusia
menjalankan perannya sesuai dengan kedudukannya itu.
Shihab menuliskan adanya tiga anugerah yang diberikan pada manusia di
samping jasmani dan ruh Ilahi, yakni: potensi untuk mengetahui nama dan fungsi
benda-benda alam; pengalaman hidup; dan petunjuk-petunjuk keagamaan.126 Di
tempat lain, Shihab menuliskan potensi lainnya berupa kemampuan untuk
mengetahui sifat, fungsi dan kegunaannya, segala macam benda; ditundukkannya
125
Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI (Jakarta: Ammisco, 1998), h. 48.
126
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an., h. 282.
97
bumi, langit dan segala isinya; akal pikiran dan panca indera. 127 Sementara itu
menurut Zaini, potensi yang dimiliki manusia terdiri dari, potensi internal berupa
fitrah dan hanif, kesatuan ruh dan jasad, kemampuan berkehendak dan potensi akal,
serta potensi eksternal yang berasal dari luar dirinya berupa alam semesta dan
petunjuk-petunjuk agama yang berasal dari Allah.128
Potensi internal secara inheren telah dimiliki manusia dalam dirinya, yaitu
berupa potensi fitrah, kesatuan jasad dan ruh, kemampuan berkehendak, dan potensi
akal.129
1) Fitrah
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fat}r yang berarti
belahan (al-sya>q), dan dari makna ini lahir makna lain, yaitu “penciptaan” atau
“kejadian”.130 Dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa
penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah manusia ditemukan
pada surat Ar-Ru>m/30: 30
127
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an., h. 233.
128
Syahminan Zaini, Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1984). h.87.
Abdul Kadir, Konsep Manusia dalam Al-Qur’an sebagai Dasar Pengembangan Pendidikan
129
Pendidikan., h. 143.
131
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya; h. 231.
98
tidak hanya terbatas pada makna fitrah keagamaan saja, lebih jauh bahwa potensi
fitrah juga mengandung tiga daya kekuatan, yaitu daya intelek, yaitu potensi dasar
yang dimiliki manusia untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
daya opensif yaitu potensi dasar yang dimiliki manusia untuk menginduksi objek-
objek yang menyenangkan dan bermanfaat, daya defensif, yaitu potensi dasar yang
menghindarkan manusia dari segala perbuatan yang membahayakan bagi dirinya. 133
Zaini juga membagi jenis fitrah dalam arti umum ke dalam beberapa jenis:
(a) Fitrah intelek. Intelek adalah potensi bawaan yang mempunyai daya untuk
memperoleh pengetahuan dan dapat membedakan antara yang baik dan buruk,
yang benar dan yang salah. Allah sering memperingatkan manusia untuk
menggunakan fitrah inteleknya, misalnya dengan kalimat afala taqilu@n, afala>
tatafakkaru>n, dan lainnya, karena daya dan fitrah intelek ini dapat membedakan
antara manusia dan hewan;
(b) Fitrah sosial. Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok yang di
132
Abdul Kadir, Konsep Manusia dalam Al-Qur’an sebagai Dasar Pengembangan
Pendidikan.,, h. 145.
133
Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta:
Lantabora Press, 2007), h. 47.
99
dalamnya terbentuk suatu ciri-ciri yang khas yang disebut dengan kebudayaan.
Kebudayaan ini merupakan cermin manusia dan masyarakat-nya. Islam dapat
disebut sebagai realitas. Realitas yang ideal adalah realitas yang dekat dengan
ide. Kebudayaan sangat bervariasi dan bermacam makna, dan tugas pendidikan
di sini adalah menjadikan kebudayaan sebagai proses kurikulum pendidikan
dalam berbagai peringkat dan tahapan;
(c) Fitrah susila. Kemampuan manusia untuk mempertahankan harga diri dan sifat-
sifat bermoral, atau sifat-sifat yang menyadari tujuan Allah menciptakannya;
(d) Fitrah ekonomi. Daya manusia untuk mempertahankan hidupnya dengan upaya
memberikan kebutuhan jasmaniyah demi kelangsungan hidupnya;
(e) Fitrah seni. Kemampuan manusia yang menimbulkan daya estetika. Tugas
pendidikan yang terpenting adalah memberikan suasana kondusif dan aman
dalam proses pembelajaran, karena pendidikan merupakan proses kesenian yang
menuntut adanya seni mendidik;
(f) Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, persamaan, ingin dihargai, dan
kebutuhan hidup manusia lainnya.134
Fitrah manusia pada prinsipnya baik dan cenderung mencari dan membela
kebenaran. Fitrah manusia mengarahan pada aktualisasi potensi menuju pemuliaan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk pemikul amanah di muka bumi.
Kehormatan dan harga diri manusia sangat tergantung pada kesucian fitrahnya.
Tindakan manusia yang mengarah pada kelalaian dan kemalasan akan mengikis
kehormatan dirinya. Sebaliknya, tindakan yang kreatif dan bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan komitmen akan mempertahankan eksistensi kesucian fitrahnya.
Merujuk kepada fitrah yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
134
Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman., h. 90.
100
guru sebagai manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus,
serta memiliki tingkatan komitmen yang tinggi untuk menjalankan tugas profesinya
secara profesional.
2) Kesatuan jasad dan ruh
Potensi manusia dalam al-Qur’an adalah kesatuan perpaduan unsur jasmani
dan ruhani. Jasad merupakan bagian raga atau badan manusia yang berasal dari tanah,
sering dipandang sebagai pusat kemunculan kebutuhan-kebutuhan kepuasan semata,
seperti kebutuhan biologis akan minum, makan, dan kebutuhan seksual. 135 Karena
esensinya seperti itu, jasad kadang dipandang rendah oleh sebagian orang, padahal
dalam Islam menurut Jalal dalam Abdullah, tubuh merupakan tabiat manusia yang
harus diperhatikan, karena tubuh dapat membantu seseorang dalam menjalankan
tugas kemanusiaannya.136 Sedangkan ruh, secara harfiah bisa diartikan sebagai nafas
yang merupakan hakikat dari manusia yang dengannya manusia dapat hidup dan
mengetahui segala sesuatu, karena ruh inilah manusia memiliki kemampuan
penalaran, intuisi, kebijakan, dan kecerdasan.137 Dari dua asumsi tersebut
terakumulasi bahwa manusia bukanlah sekedar makhluk dengan kebutuhan
ragawinya ataupun makhluk spiritual semata, tetapi manusia merupakan makhluk
hasil perpaduan interaksi ruh dan jasad. Asumsi ini menyebabkan bahwa perilaku
manusia tidak dapat dijelaskan hanya dari satu sisi. Keterpaduan keduanya akan akan
menunujukkan realitas manusia yang sesungguhnya.
135
Abdurrahman Shalih Abdullah. Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-
Qur’an serta Implementasinya (Bandung: CV. Diponegoro, 1994), h. 85.
136
Abdurrahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-
Qur’an serta Implementasinya., h. 88.
137
Syafii Ma’arif. Al-Qur’an Realitas Sosial dan Limbo Sejarah (Bandung: Pustaka, 1985),
h.144.
101
3) Kemampuan berkehendak
Potensi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah
kemampuan berkehendak (free will) dalam menentukan perilaku kehidupannya.
Hal tersebut didasarkan pada Q.S. al-Kahf/18: 29 yang berbunyi:
ﲔ ﻧَﺎراً أَﺣَﺎ َط ِِ ْﻢ َ َوﻗ ُِﻞ اﳊَْ ﱡﻖ ﻣِﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻤَﻦ ﺷَﺎء ﻓَـ ْﻠﻴـ ُْﺆﻣِﻦ َوﻣَﻦ ﺷَﺎء ﻓَـ ْﻠﻴَ ْﻜﻔ ُْﺮ إِﻧﱠﺎ أَ ْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟِﻠﻈﱠﺎﻟِ ِﻤ
ًَﺎءت ﻣ ُْﺮﺗَـﻔَﻘﺎ
ْ َاب َوﺳ ُ ﺲ اﻟ ﱠﺸﺮ َ ْﻞ ﻳَ ْﺸﻮِي اﻟْ ُﻮﺟُﻮﻩَ ﺑِْﺌ ِ ُﺳﺮَا ِدﻗُـﻬَﺎ َوإِن ﻳَ ْﺴﺘَﻐِﻴﺜُﻮا ﻳـُﻐَﺎﺛُﻮا ﲟَِﺎء ﻛَﺎﻟْ ُﻤﻬ
Terjemahnya:
Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa
yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir,
biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang
zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan
(minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.138
138
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
139
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim (Yogyakarta: SI Press. 1993), h.
162.
102
akal. Ayat al-Qur’an yang menerangkan fungsi akal dan dorongan untuk
menggunakan akal sebagai alat untuk mengetahui dan bertindak.
Q.S. al-Hujura>t/49: 7 yang berbunyi:
ﱠﺐ إِﻟَْﻴ ُﻜ ُﻢ
َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻟ َْﻮ ﻳُﻄِﻴﻌُ ُﻜ ْﻢ ِﰲ َﻛﺜِ ٍﲑ ﱢﻣ َﻦ ْاﻷَ ْﻣ ِﺮ ﻟَ َﻌﻨِﺘﱡ ْﻢ َوﻟَ ِﻜ ﱠﻦ اﻟﻠﱠﻪَ َﺣﺒ َ وَا ْﻋﻠَ ُﻤﻮا أَ ﱠن ﻓِﻴ ُﻜ ْﻢ َرﺳ
ِﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟﱠﺮ ِاﺷﺪُو َن
َ ﺼﻴَﺎ َن أ ُْوﻟَﺌ ْ ُِﻮق وَاﻟْﻌ
َ اﻹﳝَﺎ َن َوَزﻳـﱠﻨَﻪُ ِﰲ ﻗُـﻠُﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ َوَﻛﱠﺮﻩَ إِﻟَْﻴ ُﻜ ُﻢ اﻟْ ُﻜ ْﻔَﺮ وَاﻟْ ُﻔﺴ
ِْ
Terjemahnya:
Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah, kalau ia
menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus.140
dengan tegas, bahwa akal budi tidak dapat mencerap sesuatu dan panca indera tidak
140
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya.
103
141
Lihat Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, h. 166.
142
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta: Paramadina, 2006), h. 82.
143
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. h. 445
144
Abdurrahman Shalih Abdullah, Landasan dan Tujuan Pendidikan Islam menurut Al-
Qur’an serta Implementasinya, h. 301.
104
ﲔ
َ ِﺼﺪُوِر َوُﻫﺪًى َورَﲪَْﺔٌ ﻟﱢْﻠﻤ ُْﺆِﻣﻨ
َﺷﻔَﺎء ﻟﱢﻤَﺎ ِﰲ اﻟ ﱡ
ِ س ﻗَ ْﺪ ﺟَﺎءﺗْﻜُﻢ ﻣ ْﱠﻮ ِﻋﻈَﺔٌ ﻣﱢﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ و
ُ ﻳَﺎ أَﻳـﱡﻬَﺎ اﻟﻨﱠﺎ
Terjemahnya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.145
145
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 289.
105
146
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 904.
147
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 651.
106
148
Mohammad Athiyah al Abrasyi, Al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falsafatuha, (Kairo:
Maktabah ’Isa al-Babi al-Halabi, 1986), cet. Ke-5, h. 47.
107
maupun petunjuk agama, akhirnya dapat digunakan manusia untuk mengelola potensi
lainnya di muka bumi ini.
Potensi eksternal alam semesta ini dianugerahkan Tuhan untuk manusia
sebagai sarana manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup dalam rangka
menjalankan kedudukan dan perannya sebagai khali>fah dan hamba Allah.
b. Motivasi Kerja
Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti
menggerakkan (to move).149 Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerak-
kan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya.150
Gray dalam Winardi mengatakan motivasi merupakan hasil sejumlah proses
yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusisme dan persistensi dalam hal melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu.151 Menurut Sardiman motivasi berawal dari kata motif yang berarti sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif
menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
149
J. Winardi, Motivasi Pemotivasian (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007), h.12
150
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, op. cit., h. 8.
151
Lihat J. Winardi, op. cit., h. 2.
152
Sardiman AM, Interaksi Belajar Mengajar (Cet. III, Jakarta: Rajawali Press, 1994), h. 165.
108
153
Ibid., h. 73.
154
Lihat Tabrani Rusyan, dkk, op. cit., h.100.
109
155
S. Nasution, Dedaktik Asas-Asas Mengajar (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 75.
156
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu pendekatan
psikologis) (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 122.
110
157
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan) (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.49.
158
Departemen Agama RI, op. cit., h. 1076.
159
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan)., h. 69.
111
melaksanakan tugas pekerjaannya. Jika hal ini dihubungkan dengan komitmen profesi
seseorang, maka dapat dipahami bahwa motivasi dapat menjadi pendorong bagi
tingkatan komitmen seseorang.
Implementasi TQM pada madrasah merupakan upaya peningkatan mutu
dan pelayanan pendidikan pada madrasah sebagai suatu sistem manajemen
modern yang bersifat konprehensif dengan mengutamakan mutu dan pelayanan
pendidikan, bahwa dalam konteks pendidikan ada beberapa komponen pendidikan
160
Kustimi, Kinerja Kepala Sekolah dan Pengawas dalam Membina Kemampuan
Mengajar Guru (Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), h. 64.
161
R.Gomez Mejia, dkk, Managing Human Resource (Cet. III;. London : Hall
International, Inc, 2001) h. 225.
113
162
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek ( Yogjakarta; Ar Ruzz
Media , 2007) h. 205
163
Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan Nasional.Jakarta, 2004, h. 9
114
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pengembangan kurikulum secara nasional yang mengacu pada Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah menetapkan 8 (delapan) aspek
pendidikan yang harus distandarkan, yang saat ini telah dirampungkan dan
164
E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Cet.II, Jakarta : Bumi
Aksara, 2012) h.82
115
3. Pelaksanaan Evaluasi/Supervisi
Pengawas satuan pendidikan memiliki peran dan fungsi strategis dalam
mendorong kemajuan madrasah yang menjadi binaannya. Dengan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki, pengawas dapat memberikan inspirasi dan
mendorong para kepala madrasah, guru serta tenaga kependidikan lainnya untuk
terus mengembangkan profesionalisme dan meningkatkan kinerja mereka.
Bagi kepala madrasah, pengawas layaknya mitra tempat berbagi serta
konsultan tempat meminta saran dan pendapat dalam pengelolaan madrasah.
Sementara itu bagi guru, pengawas selayaknya menjadi gurunya guru dalam
memecahkan problema dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk dapat
165
Lihat Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (
Cet. 9, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 70.
117
kelompok.
Peran pengawas madrasah dirasakan sangat penting dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan. Pengawas madrasah dituntut untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional dan penuh tanggung jawab. Begitu pentingnya peran
pengawas madrasah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, maka untuk
menjadi pengawas harus memenuhi beberapa kriteria. Peraturan Pemerintah (PP)
RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 39, ayat (2),
166
Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang, h. 230.
118
yang relevan pada perguruan tinggi terakreditasi. 167 Adanya ketentuan formal
dalam Peraturan Pemerintah RI tersebut, khususnya tentang kriteria menjadi
pengawas, termasuk pengawas pendidikan agama, menjadikan pengangkatan
pengawas lebih selektif, dan perlunya dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang
mengarah pada peningkatan kualitas pengawas.
Pengawas pendidikan agama dituntut dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional. Tanpa profesionalisme maka akan sulit mencapai tujuan yang
167
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah.
119
dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Jadi setiap penilaian ditandai adanya kriteria,
adanya obyek yang dinilai dan adanya pertimbangan atau judgemen. Hasil
penilaian dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan. Misalnya menilai
kemampuan guru mengajar. Membina artinya memberikan bantuan atau
bimbingan ke arah yang lebih baik dan lebih berhasil. Tentunya sebelum membina
pengawas harus mengetahui terlebih dahulu kelemahan atau kekurangan dari
orang-orang yang dibinanya. Melaporkan artinya menyampaikan proses dan hasil
pengawasannya kepada atasan baik secara lisan maupun secara tertulis dengan
harapan laporan tersebut bisa ditindaklanjuti atasan baik berupa pembinaan
selanjutnya maupun usaha lain untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan.
4. Menciptakan Iklim dan Budaya Organisasi yang Kondusif.
Budaya organisasi merupakan hubungan antara karyawan dengan
organisasi yang ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk mempertahankan
keanggotaan organisasi, menerima nilai dan tujuan organisasi serta bersedia untuk
berusaha keras demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi.
Budaya organisasi meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk
mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi
karena itu, mereka cenderung meminta petunjuk dalam melakukan tugas. 170 Selain
daya nalar yang harus dimiliki oleh guru. maka ia juga harus memiliki
pengetahuan tentang tingkah laku peserta didik sebagai bahan untuk memotivasi
168
Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 2005), h. 78.
169
I. Bafadal & A. Imron, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Malang:
Kerjasama FIP UM dan Ditjen-Dikdasmen, 2004), h. 53.
170
Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Karya, 2010), h. 49.
121
Kemudian pada Pasal 43 ayat(1), (3), (4) dan (6) juga dijelaskan sebagai berikut;
(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu pengetahuan
alam(IPA), laboratorium bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan
pembelajaran lain pada satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang
berisi jenis minimal peralatan yang harus tersedia.
171
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 163-162
122
(3) Standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing mata pelajaran
di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.
(4) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran
dinilai oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
(6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan
dalam rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan
172
Departemen Agama RI, Kumpulan Undang-Undang, h. 164,
123
E. Kerangka Konseptual
sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam penguasaan terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dalam hal karakter, sikap moral,
iman dan taqwa (IMTAQ), serta penghayatan dan pengamalan ajaran agama. 173
Pada sisi lain, madrasah sebagai lembaga pendidikan berfungsi membina dan
kualitas SDM, maka mutu dan sistem proses pendidikan harus ditingkatkan
logis dari perubahan. Pembangunan yang semakin hari mangalami kemajuan, ikut
173
Syed Muhamad Naquib al-Attās, The Concept of Education in Islam: A Framework for
an Islamic Philosophy Education, terj. Haidar Bagir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu
Rangka Pikir Pembimbing Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2009), h. 35-74.
124
Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa jika substansi yang terdapat dalam
yang ideal itu belum tampak dalam realitas. 175 Oleh sebab itu momentum
dapat terwujud.
ada. Komponen pendidikan tersebut meliputi visi misi lembaga, tujuan, kurikulum
komponen tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari kalangan pemikir dan
174
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III (Cet. I, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 64.
175
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 228.
125
176
Lihat Abdul Hadi dan Nurhayati. B, Manajemen Mutu Pendidikan (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2010) h. 2.
177
Lihat Vien Dimyati, Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
126
stakeholders, baik dari kalangan pendidik maupun dari kalangan pemerintah untuk
mengambil langkah-langkah dan kebijakan ke arah peningkatan mutu pendidikan
secara menyeluruh dengan melalui perluasan dan pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan serta efisiensi dan
efektifitas manajemen pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan,179
maka untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, strategi manajemen
pendidikan dalam mengelola pendidikan harus ditata dengan baik dan menyeluruh
agar dapat menghasilkan SDM yang berkualitas dan professional, sehingga
mampu bersanding dan bersaing dengan negara-negara yang maju.
dari peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD/MI) sampai pada tingkat
178
Lihat Husain Abdullah, dkk, JK Ensiklopedia (Cet. I, Jakarta; Ideal Group, Yayasan
Kalla, 2012) h. 465-467.
179
Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kumpulan Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, tahun 2007, h. 4
127
manajemen mutu terpadu yang dalam bahasa Inggris disebut Total Quality
diinginkan.
problematika manajemen pendidikan, dan karena itu maka pola manajemen yang
dapat dilepaskan dari serangkaian kondisi dari tiap faktor yang saling terkait
dalam suatu pranata sistem yang ada pada madrasah. Adapun faktor
yang menjadi obyek penelitian di sini adalah meliputi kualitas guru, dan
terselenggara dengan baik serta sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
Kerangka Konseptual
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
131
132
1
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. I; Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 72.
133
B. Pendekatan Penelitian
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), h. 38-39.
134
3
Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. XI; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 51.
135
C. Sumber Data
data berdasarkan situasi yang terjadi atau sosial situation.6 Sumber data
4
Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 34
5
Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 36
6
Sosial situation, adalah situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat, pelaku,
dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis., Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.
215.
136
dalam penelitian ini, sebatas pada sumber data atau informasi yang dijadikan
sebagai sumber data penelitian ini. peneliti ini tidak menggunakan populasi dan
sampel, karena populasi dan sampel digunakan dalam penelitian yang bersifat
Jadi yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah,
kepala madrasah, guru, pegawai, dan peserta didik pada MAN Baraka
informasi yang valid dan akurat, yang dijadikan sebagai sumber data.
a. Data primer, dalam penelitian lapangan, data primer merupakan data utama
yang diambil langsung dari para informan yang dalam hal ini adalah kepala
ada serta hasil penelitian yang ditemukan peneliti secara tidak langsung. Data
1. Metode Observasi
suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
Observasi merupakan suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan
137
atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan
mencatat. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa observasi adalah cara alat standar
karya ilmiah.
2. Metode Interviu
dan komunikasi. Selanjutnya dijelaskan lagi, bahwa dalam proses ini, hasil
responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi
wawancara.
Dapat dipahami bahwa wawancara adalah salah satu bentuk atau alat
responden. Oleh sebab itu jika teknik ini digunakan dalam penelitian maka
perlu diketahui terlebih dahulu sasaran, maksud dan masalah yang dibutuhkan
oleh si peneliti. Dalam hal ini, sasaran atau obyek wawancara adalah kepala
138
sekolah dan wakil, guru-guru, pegawai tata usaha, dan sebagian siswa-siswa
3. Dokumentasi
pelengkap data, misalnya; data jumlah siswa, guru, dan termasuk data-data
E. Instrumen Penelitian
Metode dan Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang amat penting
instrumen. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi, seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun
bidang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara
dalam penelitian ini digunakan dua buah instrumen berupa cheklist dan pedomam
Dalam penelitian ini peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap
semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus,
139
peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika dan hanya peneliti
dikumpulkan pada suatu saat dan mengunakan segera sebagai balikan untuk
sensitifitas dan adaptabilitas yang tinggi untuk dapat menelusuri fakta-fakta dan
menggali informasi dari informan dengan cara yang dipandang sesuai berdasarkan
catatan, yakni penulis membuat kartu catatan yang berisi kartu ikhtisar, kartu
kutipan dengan berpedoman pada satu ketentuan khusus yang penulis gunakan
7
Djam’an Satori, op. cit, h. 63.
140
indeks.9
demikian pula keadaan lokasi penelitian, jumlah guru dan peserta didik,
dibuat oleh penulis. Metode ini berdasarkan cara kerja sampling snowboling
seperti bola salju, yakni mencari data sampai habis melalui wawancara dan
pertanyaan secara teratur dan sitematis yang berguna untuk meperkaya data
secara sistematis catatan hasil pengamatan data tertulis dan data tidak tertulis,
8
Katalog adalah carik kartu, daftar, atau buku yang memuat nama benda atau informasi
tertentu yang ingin disampaikan, disusun secara berurutan, teratur dan alfabetis.
9
Indeks adalah daftar kata atau istilah penting yang terdapat dalam buku cetakan
(biasanya pada bagian akhir) tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai
halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan.
141
menerus sampai tuntas, yang terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data reduction,
pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
Dalam penelitian yang penulis lakukan data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karena
semakin lama penulis di lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
Dengan mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
tersebut karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis, maka display data yang dilakukan lebih banyak dituangkan ke dalam
3. Conclusion Drawing/Verification
142
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
lapangan.
G. Keabsahan Data
(valid) dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dengan
nara sumber yang dijadikan informan, dan melakukan penelitian dalam kondisi
yang wajar dan waktu yang tepat. Dalam hal ini, penulis mengadakan
kunjungan ke MAN Baraka secara rutin untuk menemukan data yang lebih
tersebut.
dilakukan meliputi empat hal pokok yakni triangulasi data, triangulasi peneliti,
diyakini fakta, data dan informasi yang ada dapat diper-tanggungjawabkan dan
tingkat kepercayaan data yang terkumpul. Validitas dan reliabilitas data perlu
diuji melalui teknik pemeriksaan keabsahan data atau tekatik menguji dan
tandingan, member bukti yang negatif serta teknik terakhir adalah mendapatkan
hasil wawancara yang sudah ditulis oleh peneliti. Member check merupakan
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, tujuan
membercheck ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pencapaian misi dan visi madrasah, sehingga manajemen mutu terpadu yang
profesional dengan struktur organisasi yang lengkap dengan pembagian kerja yang
jelas serta profesional di samping itu pembinaan kerjasama dan perilaku terus
terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah dukungan yang
berkembang dari dalam lingkungan MAN Baraka, baik yang bersifat gagasan
dalam pengertian konsep maupun dalam bentuk tindakan dan kebijakan pimpinan,
267
268
yakni adanya prinsip Ikhlas Beramal, sistem pelayanan yang memudahkan, model
kepeminpinan yang efektif, adanya potensi guru dengan kemampuan skill yang
oleh guru mata pelajaran belum optimal atau masih lemah, sumber daya yang
belum maksimal, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Faktor lain adalah
sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, baik
sama dan kemitraan dengan lembaga pendidikan lainnya dan pihak terkait dalam
program mulai dari program penerimaan peserta didik sampai dengan program
B. Implikasi Penelitian
manajemen mutu terpadu, menjadi prioritas setiap madrasah, karena itu disarankan
269
kepada MAN Baraka untuk melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan tuntutan
tersebut yang berdampak pada terbentuknya citra dan prestise sebagai sebuah
yang tinggi seperti selama ini, dinilai sebagai madrasah yang berkualitas yang harus
dipertahankan.
2. Faktor pendidik dan tenaga kependidikan, yakni kepala madrasah, guru, dan staf
terpadu di MAN Baraka, maka disarankan agar peningkatan kualitas pendidikan dan
selain memiliki faktor pendukung juga memiliki faktor penghambat. Disarankan agar
C. Temuan Penelitian
pada MAN Baraka Kab. Enrekang secara internal yaitu Prinsip Ikhlas Beramal.
Sistem pelayanan, Kepeminpinan yang efektif. Sedangkan faktor eksternal yaitu;
pemerintah dan masyarakat
Indikator keberhasilan penerapan menajemen mutu terpadu pendidikan
(MMTP) adalah; 1) terlaksananya proses pembelajaran secara efektif. 2)
tercapainya kelulusan peserta didik dalam UN 100 %, 3) mampunya peserta didik
berkompetisi dalam setiap even perlombaan, baik di tingkat Kota/Kabupaten,
Propinsi dan Nasional, 4) pembinaan kehidupan beragama (Islamai) terlakasana
secara efektif. Adapun hasil-hasil penerapan manajemen mutu terpadu pada MAN
Baraka dapat dilihat dalam beberapa segi efektivitas sebagai berikut;
1. Efektivitas Kepemimpinan
2. Efektivitas Perencanaan dan Pengembangan Program
3. Efektivitas Kedisiplinan Guru dan Staf.
4. Efektivitas Kerja Sama dan Kemitraan
5. Efektivitas Motivasi Belajar dan Prestasi Peserta Didik.
6. Efektivitas Pelayanan dan mutu pembelajaran.
7. Efektivitas Evaluasi Program
144
BAB IV
ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU
PADA MAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG
1
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka, Profil MAN Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2013 (Baraka: MAN Baraka Enrekang, 2013), h. ii
144
145
IDENTITAS MADRASAH
Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Baraka
Nomor Statistik : 213730620069
Propinsi : Sulawesi selatan
Kabupaten : Enrekang
Kecamatan : Baraka
Desa/Kelurahan : Tominawa
Jalan dan Nomor : Pemuda 31.A
Kode Pos : Kode wilayah 53 No. 91753
Telepon/Faximile : Kode wilayah 0420 No. 2311694
Status Madrasah : Negeri
Akreditasi :A
Surat Keputusan : SK. No. 244 Tgl 7 Februari 1993
Penerbit SK : Ditandatangani oleh Menteri Agama RI
Tahun berdiri : 1993
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi Hari
Lokasi Madrasah : Ibu Kota Kecamatan
Jarak ke Pusat Kota Kabupaten : 30 km
Perjalanan Perubahan Madrasah: 1. PGA 4 Th
2. PGA 6 Th
3. MA. Guppi Baraka
4. MAN Baraka
Jumlah Anggota KKM : 10 Madrasah
Organisasi Pergerakan : Pemerintah
Email : manbaraka@gmail.com
Web/Blog : www.manbaraka.blogspot.com
146
VISI MISI:
Visi:
• Beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, Unggul dalam prestasi, Tinggi dalam
budi pekerti dan berupaya membangun karakter yang berbudaya lingkungan
hidup.
Misi:
• Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
• Meningkatkan kegiatan belajar mengajar.
• Meningkatkan K8.
• Meningkatkan tata krama personil.
• Meningkatkan Nilai UN.
• Mengembangkan kreativitas anak
• Meningkatkan prestasi olah raga dan kesenian.
• Mendorong motivasi belajar siswa.
• Menciptakan suasana belajar yang bersih dansehat
• Menumbuhkan sikap dan karakter siswa yang berbasis lingkungan hidup
• Meningkatkan hubungan baik dengan dewan madrasah
Visi tersebut di atas telah berjalan dengan baik, meskipun pelan tapi nyata,
misalnya dalam meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat
dilihat dari program madrasah yaitu mengaktifkan shalat berjama’ah pada waktu
dhuhur, kemudian diikuti dengan kultum, mengaktifkan tadarrus, pesantren kilat &
safari Ramadhan. Untuk mencapai prestasi yang baik, maka kegiatan belajar
mengajar diaktifkan mulai jam 07.30 sampai dengan jam 14.00, kecuali hari Jum’at
kegiatan belajar mengajar dimulai pada jam 07.15 sampai dengan 11.00.Hal tersebut
ditetapkan agar siswa tidak kehilangan jam belajar.2
Dalam usaha membentuk siswa berakhlak mulia maka setiap Guru wajib
memberikan nasihat-nasihat kepada siswa dan memberi contoh dan keteladanan yang
2
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Baraka, Profil MAN Baraka Kabupaten Enrekang
Tahun 2013 (Baraka: MAN Baraka Enrekang, 2013), h. ii
147
MAN Baraka dalam tiga tahun terakhir telah melahirkan 557 alumni yang
menuntut ilmu di MAN Baraka telah dibekali berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berbasis minat dan bakat yang kreatif, inovatif, sportif, team
150
work, dedikatif, solidaritas, dan integritas tinggi melalui berbagaii kegiatan seperti
KIR, Pramuka, PMR, Pencat Silat, Paskibrata, Olahraga sepak bola, volli ball,
tenis meja, basket dan bulu tangkis. Kegiatan lainnya dalam bidang keagamaan
intelektual adalah melalui forum diskusi yang terdiri atas grup English Club,
Arabian Club, dan klub Peka (peduli, empati, dan kesetiakawanan), sehingga
alumni MAN Baraka diyakni mampu bersaing dengan yang lainnya di era
kompetetif ini dengan berbagai kualitas sumber daya manusia (SDM) dan sumber
daya alam (SDA) yang mereka miliki. Dalam kaitan ini Fakhri Abbas menyatakan
bahwa untuk meningkatan kualitas SDM dan SDA, MAN Baraka mengadakan
3
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 28 Juli 2014.
151
Baraka sebagai daerah yang tergolong subur. Selaku Ibukota Kecamatan, Baraka
meningkatkan kualitas SDM dan SDA melalui dunia pendidikan. Oleh karena itu
mampu berkopentisi baik dari sisi kualitas mutu tenaga pendidik dan peserta didik
dengan berbagai prestasi yang diraih, maupun dari sisi sarana prasarana yang
dimiliki seperti yang telah disebutkan. Dengan kondisi seperti itu diharapkan
yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK sesuai dengan misi dan visinya seperti
pengawasan (controlling).
1. Manajemen Perencanaan
yang akan datang menuju tujuan yang dikehendaki. Perencanaan yang disusun
MAN Baraka menjadi tolak ukur dalam menentukan arah dan target yang akan
152
dicapai dalam misi dan visinya. Khusus tentang visi MAN Baraka, adalah sebagai
berikut:
5. Meningkatkan NEM
dengan baik. Terkait dengan itulah, maka penerapan manajemen mutu terpadu
memerlukan suatu proses manajemen yang sistimatis dan terstruktur dengan baik
dan jelas dalam pencapaian visi dan misi tersebut yang selalu mengedepankan
mutu pelayanan dan mutu hasil sudah tentu tidak bersifat instan, serta harus
4
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 28 Juli 2014.
153
memberikan arahan yang jelas kepada institusi, karena tanpa arahan, maka
atau institusi, yang merinci beberapa tolok-ukur yang akan digunakan untuk
mencapai visi-misi dan tujuan pendidikan, demikian halnya MAN Baraka dalam
strategi madrasah yang melibatkan semua stake holders dalam memulai berbagai
metode pengajaran.
singkat.5
Keterangan di atas menunjukkan adanya implementasi kurikulum di MAN
Baraka ditinjau dari segi perencannya dalam berbagai segi, dan hal itu ditemukan
kurikulum KBK yang mengacu pada tahun 2004 dapat dilihat pengembangannya
pada kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan sejak tahun 2006, selanjutnya
dalam tiga tahun terakhir diimplementasikan kurikulum 2010 secara terpadu untuk
berbentuk program tahunan, program semester, action plan, RPP, dan silabus.
Dari perencanaan yang telah disusun tersebut diwajibkan kepada semua guru pada
setiap jenjang dan unit kerja sebelum melaksanakan PBM di kelas, dengan
seperti itu, maka MAN Baraka mengarah pada pengembangan pendidikan Islam
5
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
155
pendidikan Islam dalam perspektif MPBS yang dilakukan oleh MAN Baraka lebih
mudah diidentifikasi.
manajemen metodologi pengajaran di MAN Baraka, dan ini dapat dilihat saat
terjadinya proses pembelajaran di kelas secara baik, aman dan terkendali karena
lapangan, ditemukan kondisi saat guru mengajar, keadaan kelas dalam keadaan
tenang, situasi seperti ini sering ditemukan bilamana ada tugas yang sedang
kelas walaupun dalam keadaan normal tetapi terkadang pula ribut, sebagian siswa
keluar dari kelas untuk keperluan mendesak yang sebelumnya meminta izin
kepada guru yang bersangkutan. Situasi seperti yang disebutkan ini, menjadikan
guru untuk menerapkan perencaaan tindakan kelas yang sesuai, sehingga terwujud
a. Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan doa dan salah satu surah pendek.
156
akan disampaikan, kemudian dirumuskan hasil belajar yang ingin dicapai, dan
analitis dan sentesis, metode kelompok untuk materi yang didiskusikan, metode
Metode berpikir analitis yang dimaksudkan di atas adalah guru dan siswa
dengan berbagai dugaan dari beberapa hal sehingga merupakan kesatuan yang
6
Hasil survey terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan beberapa guru MAN
Baraka, tanggal 20 sampai 30 Juni 2014.
7
Aminatus Salamah, 40 tahun, Wakamad Kesiswaan MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
157
selaras. Kedua metode berpikir ini, dimulai dengan adanya dugaan sementara
penyuluhan yang diterapkan di MAN Baraka adalah sejalan dengan metode targīb
pelajaran dan memberikan dorongan dengan nasehat yang diistilahkan dengan al-
mau‘izah. Terkait dengan hal tersebut, ditawarkan beberapa konsep agar nasehat
a. Yang memberikan nasehat merasa terlibat dalam isi nasehat, dalam arti
Pada tingkat realitas, metode nasehat agaknya agak sulit, tetapi kesulitan
itu dapat ditepis, jika isi nasehat singkat, pendek dan padat, ketulusan yang sejati
dan gaya bahasa yang retorik dengan penuh lemah lembut, maka perasaan anak
lingkupnya mempunyai ciri khas tersendiri karena mata pelajaran ini berorientasi
pada pemahaman yang akurat terhadap ajaran utama agama Islam. Hal ini dapat
ayat-ayat tersebut. Kegiatan tafsir ini berfungsi untuk mengetahui kandungan ayat
kaidah tafsir seperti segi asbab nuzul ayatnya. Kaidah tafsir lainnya adalah
tadi. Uraian mufradat ini, ditujukan pada beberapa kata dalam ayat yang sulit
dengan syarah. Jika menyebut istilah syarah, yang terbayang adalah suatu upaya
untuk menerangkan makna atau kandungan hadis secara utuh dan menyeluruh.
melalui syarah. Jadi syarah khusus ditujukan yang berkenaan dengan penjelasan
hadis, sunnah, aśar, atau segala yang bersumber dari Nabi Muhammad saw.
8
Nurdina, 35 tahun, Guru al-Qur’an Hadis MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 26 Juli 2014.
159
Al-Qur’an dan sabda-sabda Nabi saw melalui hadisnya, karena di dalam proses
kaidah tafsir dan penguraian hadis berdasarkan metodologi syarah hadis yang
relevan.
tahun untuk penamatan siswa adalah perencanaan ujian nasional (UN) yang
madrasah dan madrasah pada hari Senin 15 April sampai kamis 25 April
2013. Hal seperti ini, yakni mengadakan pertemuan, dilakukan setiap
tahunnya sebagaimana pada tahun-tahun lalu dalam rangka menghadapi Ujian
Nasional (UN). Terakhir adalah melakukan pengecekan data Calon Peserta
Ujian Nasional (UN) yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Enrekang, dan mengirimkan Data Peserta Ujian Nasional (UN) Tetap kepada
pihak Kementerian Agama pada bulan Maret Tahun 2013, yang lalu. 9
Berdasarkan keterangan di atas, maka dipahami bahwa MAN Baraka, jauh
sebelum pelaksanaan Ujian Nasional (UN), telah merencanakan berbagai kegiatan
dalam rangka menghadapi hajatan besar madarasah tersebut pada setiap tahunnya.
Secara garis besarnya, perencanaan itu sesuai wawancara di atas, adalah
pembentukan kepanitiaan, pengusulan nama-nama peserta Ujian Nasional (UN)
dengan mengirin data ke Dinas Kementerian Nasional dan Kementerian Agama,
mengadakan bimbingan, try out, mengadakan sosialisasi, dan pengecekan.
2. Manajemen Pengorganisasian
Sebagai lembaga pendidikan yang telah mapan, MAN Baraka, telah
menerapkan manajemen modern dan professional dengan struktur organisasi yang
lengkap dan pembagian kerja yang jelas serta profesional di samping itu
pembinaan kerjasama dan perilaku terus menjadi prioritas utama. Hal ini
dilakukan dalam rangka memperjelas ruang lingkup kerja, tugas, hak, tanggung
jawab, dan wewenang masing-masing pribadi dalam tubuh organisasi MAN
Baraka, dengan demikian segala bentuk kesalahan seperti tumpang tindih
kewenangan dan yang semacamnya dapat dihindarkan. Pembagian tugas secara
jelas ini menjadi sangat penting dalam rangka pemberdayaan seluruh SDM yang
ada sebagai potensi yang diharapkan secara bersama-sama dapat menjalankan
9
Ahmad Saharuddin, 45 tahun, Wakamad Sarana Prasarana MAN Baraka, Wawancara
oleh penulis di Baraka, tanggal 22 Maret 2014.
161
tugas dan tanggung jawab organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
a. Struktur Organisasi;
Wakamad Kurikulum
Drs. Muhammad Islam
Wakamad Kesiswaan
Aminatus Salamah, S.Pd
Wakamad Humas
Farid Ahmadi S.Ag
Wakamad Sarana
Drs. Ahmad Saharuddin
Unit Perpustakaan
Dan laboratorium
administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Tugas dan fungsi ini
belajar mengajar secara efektif sebagaimana dengan guru-guru lainnya. Hal ini
instansi terkait.
10
Tata kerja organisasi atau sering disebut uraian tugas (job discriptions) tersebut,
diperoleh dari Buku Panduan Teknis Organisasi oleh Kepala Tata Usaha TU MAN Baraka, pada
tanggal, 20 Juni 2014.
163
amanah, jujur dan bertanggung jawab, memahami kondisi guru, karyawan dan
urusan intern dan ekstern madrasah, membuat, mencari dan memilih gagasan
baru.
motivasi kepada pelaksana unit kerja untuk menata unit kerjanya, menciptakan
hubungan kerja yang harmonis sesama guru dan karyawan, antara madrasah
staf dan siswa yang berprestasi dan memberi sanksi/ hukuman yang melanggar
164
masing-masing.11
tersebut. Dari sejumlah tugas pokok dan fungsi tersebut, sudah tentu kepala
generalis, yaitu harus memiliki pengetahuan dari semua tugas dan fungsi yang
menjadi tanggung jawabnya, artinya memahami sedikit dari banyak masalah yang
dihadapi. Seorang kepala tidak dituntut menjadi ahli, tetapi yang diinginkan
tugas dan fungsinya. Kemudian hal paling penting lagi adalah adanya
kepala madrasah) untuk melaksanakan pekerjaan susuai fungsi dan tugas mereka.
Fungsi ini ikut meringankan beban kerja kepala madrasah, terutama dalam
kegiatan rutinitas, yang sering melelahkan. Oleh karena itu dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, kepala madrasah dibantu beberapa orang wakil kepala
11
Muhammad Jumli, 38 Tahun, Kepala Tata Usaha MAN Baraka, “Profil MAN Baraka”,
diterima pada tanggal 27 Mei 2014.
165
k) Menyusun laporan.
palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja (KIR), usaha kesehatan
pendidikan).
d) Menyusun laporan.
6) Guru, bertanggung jawab kepada kepala Madrasah dan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Adapun
Tugas dan tanggung jawab guru meliputi:
a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran
167
jawabnya
sebagai berikut :
a) pengelolaan kelas
168
Papan absensi siswa, Daftar pelajaran kelas, Daftar piket kelas, Buku absensi
elektronika;
masyarakat;
berkala.
ada sekat dan diskriminisasi antara satu dengan yang lainnya.12 Upaya
pada MAN Baraka dijadikan sebagai tradisi dan budaya, karena hal ini disadari
12
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 28 Juli 2014.
171
selain sebagai ajaran Islam, juga merupakan salah satu prinsip manajemen mutu
3. Manajemen Pelaksanaan
upaya merespon stake holders pendidikan ke arah perbaikan mutu yang cepat dan
terus menerus. Konsep ini menawarkan pendekatan yang sangat efektif dalam
proses peralihan dari PGAN menjadi MAN Baraka pada tahun 1993. Muhammad
kurikulum Pendidikan Islam yang dalam kenyataannya tidak bersifat statis tetapi
kurikulum sejak didirikannya MAN Baraka, yakni pada awalnya kurikulum yang
digunakan lebih dominan mengikuti pola keguruaan keagaaan terutama saat MAN
13
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
14
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
173
diperoleh dari Fakhri Abbas menekankan pada tujuh prinsip manajemen mutu
terpadu.
kandungan, metode mengajar harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
pelajar, maka kandungannya harus meliputi juga segala yang berguna untuk
membina pribadi pelajar yang berpadu dan membina akidah, akal dan jasmaninya,
kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, termasuk ilmu agama, bahasa, dan lain-lain.
dan kandungan kurikulum. Antara aspek syariat dan spiritual misalnya, harus
seimbang dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini berdasar pada ajaran Islam
kemampuan, serta kebutuhan pelajar. Dengan prinsip ini, kurikulum akan lebih
sesuai dengan sifat semula jadi pelajar, lebih memenuhi kebutuhannya dan lebih
pelajar dalam bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan masalahnya, dan juga
mengajar. Pendidikan Islam mencela keras sifat meniru (taqlīd), dan ajaran Islam
tuntutan zaman tempat dimana peserta didik itu berada sehingga mereka dapat
dalam suatu sistem pendidikan Islam. Bahkan kurikulum itulah yang merupakan
kurikulum umum terpadu secara seimbang dan sudah menjadi ciri khas MAN
agama dan umum. Ini sebagai bukti empirik bahwa kurikulum yang digunakan
15
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 1 Agustus 2014.
175
Data lain yang penulis dapat tunjukkan adalah adalah pelaksanaan dari
secara operasional dalam pandangan penulis, KBK dan KTSP adalah sama, hanya
saja pada KTSP kelihatan bahwa MAN Baraka lebih memberikan keleluasaan
untuk mendelegasikan seluruh isi kurikulum dengan melihat karakter, dan potensi
lokal, seperti yang penulis temukan adalah praktek shalat dan kultum di masjid
bagi setiap siswa MAN Baraka merupakan KTSP muatan lokal yang tetap
dan implementasinya. Ini berdasarkan data yang penulis peroleh mulai berlaku
kurikulum di MAN Baraka, sejak tahun 2007 itu, didasarkan beberapa pemikiran
ketuhanan.
176
b. Nilai mata pelajaran yang mengandung nasehat untuk mengikuti jalan hidup
yang baik dan utama seperti aqidah, akhlak, al-Qur’an hadis, fikih, sejarah
kebudayaan Islam.
c. Nilai mata pelajaran untuk memperoleh kebiasaan tertentu dari akal yang dapat
atau memberikan manfaat secara praktis dalam kehidupan, seperti ilmu mantiq,
e. Nilai mata pelajaran yang dapat menjadi alat atau media untuk mempelajari
Islam di MAN Baraka, yang didasarkan pada konsep manajemen mutu terpadu
terlebih dahulu harus dilihat dari segi implementasi kurikulum yang sudah mulai
masa awalnya, yakni sejak proses peralihan dari PGAN menjadi MAN Baraka
namun pada sisi lain tetap berjalan seperti perbaikan sarana dan prasarana
pembelajaran tetap mendapat kucuran dana dari Kementerian Agama RI, sampai
sekarang.
16
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 1 Agustus 2014.
177
beberapa keberhasilan yang telah diaraih oleh MAN Baraka selama tiga tahun
terpadu. Khusus tentang prestasi akademik seperti dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
baik. Namun di sisi lain khususnya prestasi non akademik seperti lomba seni dan
olahraga belum begitu mencapai target yang diinginkan. Dalam hal ini prestasi
akademi dan non akademik tidak ditemukan keterpaduan, sehingga sesuai hasil
wawancara dengan kepala madrasah dan beberapa guru serta staf MAN Baraka
berada pada tataran konseptual atau belum secara eksplisit terlaksana secara
keseluruhan, oleh kerena itu dalam penerapannya hanya dilihat pada dua aspek
kajian, pertama kajian dalam tataran konsep, yaitu suatu pendekatan dalam
pendidikan dan kedua kajian mencakup cara penyampaiannya, yang searah dengan
178
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pendidik dan staf, h) penerapan kebebasan
dilihat dari hasil penelitian pada MAN Baraka dengan gambaran sebagai berikut;
kepuasan dan kebutuhan peserta didik merupakan hal penting dan utama untuk
meraih mutu pendidikan yang mempunyai daya saing yang tinggi. Hal ini sejalan
seluruh aktifitas pendidikan semuanya tertuju atau terfokus kepada peserta didik,
langkah peningkatan mutu peserta didik dikelola secara optimal sesuai dengan
179
operasional madrasah, maka peserta didik sebagai peserta didik utama, harus
madrasah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai ke luar dari
madrasah, dan aspek-aspek lain yang lebih luas yang secara operasional dapat
optimal.
Wakamad Kesiswaan dan beberapa guru yang terkait, telah menetapkan beberapa
ketentuan yang berhubungan dengan empat tugas utama yang harus diperhatikan,
yaitu, penerimaan siswa baru (PSB), kegiatan kemajuan belajar, bimbingan dan
17
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
180
3) Evaluasi kemajuan belajar peserta didik (tugas utama guru dan wali
kelas).
BK)
7) Pembinaan keterampilan peserta didik (olah raga dan seni) dalam berbagai
data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Oleh karena itu
kemajuan peserta didik. Data ini diperlukan untuk dijadikan bahan informasi
kepada masyarakat terutama kepada orang tua peserta didik, bahkan menjadi
halnya kemajuan belajar peserta didik, secara periodik harus dilaporkan kepada
18
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
181
orang tua sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan
secara konsisten dan kontinu berperan sebagai dasar untuk memberikan balikan
kepada peserta didik. Dalam kaitan dengan kegiatan ini, perlu diperhatikan
aktivitas pekerjaan rumah yang diberikan kepada peserta didik, terutama yang
kepada peserta didik dan penilaian yang diberikan. Lebih lanjut Fakhri Abbas
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kepala madrasah bersama dengan guru-
19
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 4 Agustus 2014.
182
didik yang bermasalah, baik dalam belajar, maupun emosional dan tingkah
lakunya, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi masing-masing. Pengembangan peserta didik dalam hal bakat dan minat
didik (Student Support Services). Program dan aktivitas layanan ini diarahkan
20
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 4 Agustus 2014.
183
lain yaitu;
Pertama, pendidikan yang harus diterapkan saat ini bukan pendidikan yang
21
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
184
berupa nilai yang tinggi, tetapi yang paling utama adalah mengejar makna dari arti
pengajaran itu. Memburu standar nilai yang tinggi sebagai terget berkompetisi
dengan Madrasah lain memang juga perlu, tetapi harus dilandasi sebuah kejujuran
dalam meraih hal itu, karena di mana-mana madrasah dan madrasah 100 %
siswanya lulus dalm UN, tetapi hal itu meragukan. Banyak madrasah/madrasah
merebut kelulusan sekian persen tetapi yang berkualitas bukan madrasah dan
Kedua, nilai dari pendidikan yang diajarkan adalah nilai yang bersandar
pada perilaku dan etika. Sebanyak apapun ilmu yang dikuasai, tetapi pendidikan
nilai etika yang kurang, maka menjadi kuranglah arti pendidikan itu. Nilai, tidak
keterampilan di masyarakat.22
Penerimaan siswa baru pada MAN Baraka melalui seleksi yang ditetapkan
oleh pihak Madrasah bertujuan untuk menjaring calon peserta didik yang memiliki
22
Jumi Jakwamati, 46 tahun, Husna, 43 tahun, Yarsil, 40 Tahun, guru-guru MAN Baraka,
Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal 6 Agustus 2014.
185
1) Syarat pendaftaran
& SKHUN / UN asli beserta foto copy yang dilegalisir (1 lembar), menyerahkan
pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar, menyerahkan foto copy
piagam kejuaraan dua tahun terakhir yang telah dilegalisir oleh pihak berwenang
minimal tingkat kabupaten (jika memiliki) , dan beberpa persyaratan lain yang
Selain persyaratan tersebut, maka peserta didik yang akan diterima pada
MAN Baraka harus lulus dalam seleksi, disesuaikan dengan daya tampung ruang
etik / perbuatan/ larangan yang tidak boleh dilanggar adalah berikut ini;
a) Tidak terlibat kasus pergaulan bebas dan asusila, tidak terlibat dalam
madrasah;
d) Tidak main domino, kartu, dalam kelas atau kegiatan-kegiatan lain yang
tempatnya;
g) Tidak mengikuti organisasi terlarang, dan tidak berada dalam kelas pada waktu
shalat berjamaah.
kewajiban yang harus ditaati, seperti harus menghormati guru dan staf, dan saling
berpakaian rapi sesuai ketentuan, dan lain-lain. Semua kode etik dan tata tertib,
apabila salah satunya dilanggar atau tidak ditaati akan dikenakan sanksi mulai dari
ringan, sedang dan berat, yang langsung ditangani oleh guru Bimbingan dan
Konseling (BK), jika pelanggaran berat biasanya langsung ditangani oleh kepala
madrasah.
23
Akselerasi belajar tidak sama dengan "loncat kelas" sebab dalam akselerasi belajar
setiap peserta didik tetap harus mempelajari seluruh bahan ajar yang semestinya dipelajari
(belajar tuntas). Akselerasi belajar dapat dilakukan dengan bantuan modul atau lembar kerja
yang disediakan madrasah. Program ini sudah diterapkan di MAN Baraka sejak tahun ajaran
2011/2012 sampai sekarang.
24
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
25
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
188
semuda membalik telapak tangan karena sudah tentu berhadapan dengan berbagai
kendala, baik dari segi sumberdaya manusia maupun dari segi finansial
(membutuhkan waktu, tenaga dan dana yang tidak sedikit jumlahnya). Farid
komitmen yang kuat terhadap budaya mutu. Seringkali orang memiliki obsesi
tinggi terhadap kualitas, tetapi karena tidak didukung oleh komitmen yang kuat,
tinggi yang didukung oleh komitmen yang kuat untuk meraih mutu adalah ibarat
sebuah bangunan yang memiliki dasar /pondasi yang kuat (komitemen) yang
26
Farid Ahmadi, 40 tahun, Wakamad Humas MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di
Baraka, tanggal 4 Agustus 2014.
189
didukung oleh filar yang kuat lagi tinggi (obsesi tinggi), sehingga bangunan dapat
berdiri dengan kokoh (mempunyai daya saing yang tinggi) yang tidak mudah
27
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
191
menimbulkan permasalahan baru, apalagi diantara guru dan staf serta peserta
didik belum memahami secara sempurna manajemen atau kepemimpinan yang
berbasis Manahemen Mutu Terpadu, namun masalah mutu sudah diterapkan
secara implicit (tidak sepenuhnya sesuai teori/praktik dari didunia asalnya
(industry) di MAN Baraka, karena setiap memberi pengarahan selalu diberikan
penekanan tentang pentingnya mengedapankan mutu hasil dan mutu pelayanan
terhadap peserta didik, memelihara kedisiplinan, kerjasama antar sesama warga
sebagai berikut:
28
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
192
29
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014..
30
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 8 Agustus 2014.
193
tua dengan anak. Model kepemimpinannya dirasakan ketika ada guru atau staf
yang membuat kesalahan/kekeliruan tidak langsung ditegur atau dimarahi
sebagaimana lazimnya yang terjadi di instansi/lembaga pemerintahan. Cara
menegur guru-guru dan staf yang membuat kekeliruan biasanya disampaikan
dalam rapat dengan cara memberi contoh-contoh atau perumpamaan terhadap
sesorang yang tidak melaksanakan amanah dengan baik. Namun dari kisah atau
perumpamaan itu terkesan secara tidak langsung menjadi kritikan terhadap guru
atau staf tersebut.31
Sebaliknya, ditemukan data bahwa kemajuan pada MAN Baraka yang
dirasakan selama ini adalah karena dedikasi dan tanggung jawab pimpinan,
bimbingan kepala madrasah terhadap guru dan staf sangat terkesan dikalangan
warga madrasah, sehingga pelaksanaan tugas-tugas kedinasan (tugas
administratif) dan pelayanan kebutuhan peserta didik dapat terlaksana dengan baik
dan selesai dengan tepat waktu, namun demikian Salma Sutarman tetap mengakui
bahwa pada sisi tertentu sebagai manusia biasa sudah tentu masih terdapat
beberapa kekurangan dalam kepemimpinan kepala MAN Baraka.
31
Hasil Wawancara penulis dengan beberapa guru secara terpisah di MAN Baraka.
194
madrasah berjalan dengan baik, sesuai visi –misi dan program serta tujuan
pendidikan.
2) Rencana Induk Pengembangan Madrasah (RIPM), Rencana Strategis
(Renstra), Rencana Kegiatan Tahunan Madrasah (RKTM) dan RAPBM
dibuat bersama-sama dengan Komite dan dewan guru MAN Baraka.
32
Hasil Wawancara penulis dengan beberapa guru secara terpisah di MAN Baraka.
195
3) Guru-guru pada umumnya sudah disertifikasi, baik melalui jalur porto folio
maupun lewat jalur pendidikan. Ini berarti kualitas dan kesejahteraan guru
MAN Baraka, sudah mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai guru yang
profesional. Tinggal bagaimana keprofesionalan guru tersebut dapat
ditingkatkan mutunya secara optimal. Menurut Muhammad Islam, bahwa pada
hakekatnya kualitas seorang guru ditentukan oleh sejauh mana upaya mereka
mengembangkan dirinya masing-masing, atau keaktifan mereka pada
Komite Madrasah.
6) Kepala Madrasah memiliki agenda supervisi kelas, dan selanjutnya diadakan
tindak lanjut dari hasil supervisi tersebut. Selain itu kepala madrasah
menetapkan aturan tentang mekanisme pemberian penghargaan dan sanksi
bagi guru, staf dan siswa yang berprestasi dan sanksi bagi yang melanggar
aturan.
196
pembelajaran.33
Hal lain yang menjadi perhatian utama Kepala MAN Baraka dalam
mengemban amanah sebagai pimpinan adalah perubahan perilaku warga
madrasah. Perilaku dan sikap mental yang senantiasa dibangun pada masing-
masing individu (guru dan pegawai) adalah keikhlasan niat untuk melakukan
semua pekerjaan untuk meraih ridha dari Allah. Dengan sikap mental yang
demikian, maka perencanaan dan pelaksanaan program akan berjalan sesuai
dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Selanjutanya, dijelaskan bahwa
untuk membangun sikap mental yang dilandasi dengan keikhlasan, tidak semudah
dengan teori yang sering diucapkan, karena kehadirannya harus diproses dalam
33
Hasil survey tarsebut, direkam dalam perbincangan bersama dengan kepala Madrasah
dan guru -guru MAN Baraka pada tanggal 14 Mei 2014.
197
digambarkan di atas.
c. Perbaikan Kualitas Secara Berkesinambungan.
Dalam menghadapi persaingan eksternal yang semakin ketat, terutama
disektor pendidikan, maka madrasah harus selalu mengadakan perbaikan secara
berkesinambungan, dengan kata lain harus melakukan upaya perubahan dan
menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya atau menimal mepertahankan
mutu dan prestasi yang telah dicapai. Ada beberapa komponen pendidikan yang
perlu mendapat perbaikan kualitas secara berkesinambungan, yanitu, 1) perbaikan
proses pembelajaran, 2) perbaikan metode dan media pembelajaran, 3)
pengembangan/ peningkatan kinerja guru dan staf, 4) perbaikan iklim dan budaya
34
Yarsil, 40 Tahun, Wali Kelas X MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka,
pada tanggal 17 Juni 2014.
199
kompetensi dasar, semua guru pada MAN Baraka sudah dibekali pengetahuan
tentang pengelolaan kelas, dan semua mata pelajaran berdasarkan struktur
kurikulum yang ditetapkan dalam KTSP. 35
Adapun tujuan pengembangan KTSP pada MAN Baraka sebagaimana
dikemukakan oleh Muhammad Islam adalah sebagai berikut;
35
Yarsil, 40 Tahun, Wali Kelas X MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka,
pada tanggal 17 Juni 2014.
36
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
200
Guru membuat silabus dan RPP sesuai dengan standar isi dan kompetensi dasar
guna mengembangkan KTSP, dan dalam pengembangan kurikulum, guru
senantiasa menganalisis dan mengintegrasikan SK dan KD dalam bentuk
pemetaan tingkat berpikir dan analisis penilaian berdasarkan SK dan KD serta
201
Dasar (SKKD) yang harus disesuaikan dan dikembangkan oleh madrasah yang
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di samping itu, satuan
pendidikan bertugas dan berewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan
lokal dan life skill/ sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masyarakat.
Lebih jauh Musafir menjelaskan bahwa selain pengembangan kurikulum
wajib juga dikembangkan kurikulum muatan lokal yang pada mulanya disisipkan
pada berbagai bidang studi yang sesuai, kemudian pada tahun 1994, dengan
dikeluarkannya kurikulium 1994, pembelajaran muatan lokal tidak lagi disisipkan
pada setiap bidang studi, tetapi menggunakan pendekatan monolitik berupa
bidang studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Pengembangan kurikulum
muatan lokal dimaksudkan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
keterampilan peserta didik pada bidang-bidang studi tertentu, selain itu juga
bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya. 39
37
Juliati, 38 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal 3
Agustus 2014.
38
Sitti Maryam, 45 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal
3 Agustus 2014.
39
Musafir, 39 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, tanggal 3
Agustus 2014.
202
Muhammad Islam juga menambhkan bahwa, selain kurikulum muatan lokal juga
dikembangkan program ekstra kurikuler seperti: pramuka, PMR, Olah Raga
(Futsal, Basket, Karate, dan lain-lain), Club Matematika, Fisika, Kimia, Biologi,
Ekonomi, dan Bahasa Inggris. 40
Pada hakekatnya kurikulum dapat diibaratkan sebagai bahan makanan yang
sebelum disajikan sudah tentu harus dikelola dengan baik sesuai petunjuk(resep)
yang ada, sehingga makanan itu terpenuhi selera bagi yang akan mengkomsumsi
40
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
203
Tujuan operasional yang dikehendaki harus jelas, agar mudah terlihat atau
terbaca dengan tepat program-program yang akan dikembangkan. Rumusan
dan program pembelajaran harus sederhana dan fleksibel. Program-program
yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya, dan rumusan program
harus dikoordinasikan dengan kepala madrasah bersama dengan guru mata
pelajaran yang sama (MGMP).41
41
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
204
Dari uraian di atas sudah jelas, bahwa kurikulum merupakan syarat mutlak
dan ciri utama pendidikan formal, sehingga kurikulum adalah bagian yang tak
terpisahkan dari proses pendidikan dan pembelajaran. Setiap kegiatan proses
pemebalajaran diarahkan agar peserta didik dapat memperoleh tiga aspek/rana
pendidikan yaitu aspek pengetahuan(cognitive), aspek sikap (affective) dan aspek
keterampilan (psychotomoric), oleh karena itu, untuk mengembangkan ke tiga
aspek tersebut diperlukan bahan atau materi yang disampaikan melalui proses
pembelajaran dengan menggunakan metode dan media yang cocok dengan
karakteristik bahan pelajaran, dan juga diperlukan system evaluasi tertentu,
semuanya itu menjadi komponen pokok kurikulum, yang diharapkan menjadi
pedoman dan pegangan bagi pendidik atau guru dalam menjalankan tuganya di
kelas.
Guru-guru di MAN Baraka menyadari bahwa meskipun kurikulum
bukanlah satu-satunya penentu untuk meraih mutu pendidikan, namun mereka
meyakini bahwa kurikulum adalah sebuah perangkat yang sangat strategis untuk
menyemaikan kepentingan dan kebutuhan konsepsi dan prilaku individu. Meraka
42
Hasmiati Amin, 37 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 5 Agustus 2014.
205
memaknai bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu system pendidikan
yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan dari berbagai
sumber bahan ajar melalui kreatifitas guru dan system manajemen pendidikan
yang berbasis mutu. Mereka berasumsi, bahwa pada hakekatnya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah momentum bagi tenaga
pendidik yang membuka ruang partisipasi kreatif guru dan pengelola madrasah
dalam merealisasikan rencana, metode, media/alat pengajaran ketika melakukan
rinci, melalui proses pembelajaran, yang sudah tentu sangat terkait dengan
kompetensi guru sebagai penanggung jawab terhadap bidang studi yang diajarkan.
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran pada MAN
Baraka, disesebutkan secara rinci sebagai berikut:
43
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
207
ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, pemfokusan perhatian siswa.
Pemfokusan perhatian siswa dilaksanakan dalam berbagai cara/metode tergantung
materi pembelajaran. Kedua, mengelola kelas dengan baik dan tertib. Ketiga
selanjutnya memberikan petunjuk praktis mempelajari materi pembelajaran.
Kegiatan tentang petunjuk tehnis secara tertulis dapat ditemukan dalam berbagai
literature, tergantung guru yang bersangkutan bagaimana cara memperoleh bahan-
bahan atau sumber-sumber belajar yang terkait dengan materi pelajaran yang
208
pertanyaan yang diberikan kepada setiap peserta didik. Guru menjelaskan dan
memberi komentar, baik jawaban yang benar maupun yang belum benar. Bagi
siswa yang menjawab dengan benar, informan menyatakan bagus! Kalau
jawabannya kurang tepat dikatakan “tidak salah tetapi perlu tambahan penjelasan.
Dalam kaitannya dengan hasil pekerjaan LKS, pada umumnya informan selalu
memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa. 44
Berdasarkan uraian diatas yang berkenaan dengan kegiatan penyampaian
inti pembelajaran dapat diketahui bahwa guru melakukan secara
berkesinambungan dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
materi-materi pembelajaran. Guru-guru di MAN Baraka sudah berkomitemen agar
peserta didiknya dapat menguasai materi ajar yang diberikan pada setiap tatap
muka, kalaupun terdapat sisws yang belum memperoleh hasil penilaian yang
baiak, maka guru mengadakan remedial, sehingga peserta didik dapat memperoleh
hasil yang memuaskan.
44
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
209
penutup seperti pemberian kesimpulan, pemberian tes akhir. Hal yang demikian di
sebabkan karena keterbatasan waktu, apalagi kalau kita menggunakan metode
diskusi.
Selain dari tiga kegiatan penutup tersebut, masih ada beberapa kegiatan
yang terkait dengan kegiatan tahapan akhir pembelajaran. Kegiatan tersebut antara
lain sebagai berikut:
1) Pemberian tes formatif, tujuan pemberian tes formatif kepada siswa bukan
untuk memberikan nilai baik atau tidak kepada siswa, tetapi lebih mengacu pada
penilaian proses pembelajaran. Artinya apakah tujuan khusus pembelajaran
tercapai atau tidak. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemberian tes formatif
karakteritik peserta didik, baik secara individu maupun scara berkelompok guna
mencapai tujuan pembelajaran. 45
Hal tersebut berdasarkan pemahaman penulis bahwa makin tepat metode
dan media yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka makin efektif pula
pencapaian tujuan pembelajaran, oleh karena itu metode mengajar tidak boleh
45
Hasmiati Amin, 37 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 5 Agustus 2014.
211
juga membuktikan bahwa penggunaan metode sangat terkait dengan materi dan
karakteristik peserta didik, termasuk kompetensi guru, serta variable-variabel
yang ikut mempengaruhinya, seperti kemampuan menggunakan media, kondisi
lingkungan, dan sumber-sumber pembelajaran. Jelasnya bahwa setiap guru
46
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014.
47
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 8 Agustus 2014.
212
dalam penelitian ini diperoleh fakta bahwa guru adalah sebuah profesi atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, sebagaimana halnya
dengan keahlian lainnya. Walaupun dalam kenyataannya pekerjaaan guru masih
dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditunjang dengan profesionalisme yang
matang, sehingga dari kenyataan ini mengakibatkan profesi guru paling mudah
terkena pencemaran yang berdampak kepada rendahnya mutu pendidikan, oleh
karena itu dalam menghadapi kondisi seperti ini.
213
salah satu tugas yang menentukan kelancaran proses pembelajaran, oleh karena itu
pemilihan/penempatan guru dan staf memerlukan ketelitian dan kejelihan agar
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Selain langkah tesebut, dalam mengadakan penyeleksian/penempatan
guru dan staf diputuskan berdasarkan hasil musyawarah bersama dengan wakil-
wakil kepala madrasah serta guru senior lainnya, dimaksudkan agar supaya guru
yang ditempatkan sesuai dengan profesi dan visi dan misi madrasah.
214
2) Komunikasi.
Kegiatan pembinaan komunikasi agar searah dengan tujuan pendidikan
yang diinginkan, maka pembinaanya diarahkan pada upaya untuk saling mengerti,
karena saling mengerti adalah pangkal dari tindakan bersama yang baik, dan akan
menjamin kelangsungan hubungan baik internal maupun dengan warga
masyarakat yang membutuhkan. Kerjasama yang baik diantara sesama warga
madrasah terutama guru dan staf merupakan cerminan bagi sebuah madrasah yang
berbasis Islam, karena itu sesuai dengan ajaran Islam, dan khusus bagi guru
merupakan cerminan terhadap kompetensi keperibadian yang dimilikinya. Dalam
hal berkomunikasi sudah tentu harus menggunakan bahasa yang santun, dan
menghindari bahasa yang dapat menimbulkan ketersinggungan diantara sesama.
demikian halnya dengan siswa dianjurkan berkomunikasi dengan bahasa yang
baik dan santun, baik di dalam maupun di luar madrasah.
3) Partisipasi dan kerjasama.
Keterlibatan guru dan staf dalam melaksanakan semua aktivitas madrasah
sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu
usaha-usaha pembinaan dalam rangka mengaktifkan Guru dan staf agar
4) Bimbingan/Pembinaan
Kegiatan bimbingan dan pembinaan dapat diartikan saling menasehati
atau saling mengingatkan antara atasan dengan bawahan atau antara sesama teman
mengenai cara kerja yang baik guna mencapai tujuan secara maksimal. Adapun
215
bimbingan dan pembinaan ini dilakukan disaat rapat koordinasi, atau ketika
pelaksanaan upacara penaikan bendera setiap hari senin. Agenda rapat koordinasi
selama tahun ajaran ajaran 2013/2014 sudah berlangsung beberapa kali
pertemuan, karena hampir semua program kegiatan pendidikan, baik yang
berhubungan dengan pembelajaran, kesiswaan, kegiatan keagamaan, pembiayaan,
dan lain-lain, semuanya diputuskan melalui musyawarah mufakat. Rapat atau
pertemuan yang dilaksanakan adakalanya sifatnya terbatas dan adakalnya rapat
diperluas dengan mengikut sertakan semua guru dan staf, bahkan dengan pengurus
Komite madrasah dan pengurus OSIS.
5) Pelatihan (training)
Pembinaan melalui training baik yang dilakukan secara rutin maupun
melalui program khusus dilaksanakan MAN Baraka dalam rangka mempertinggi
kecakapan kerja bagi guru dan staf dalam mencari paradigma baru pendidikan
yang layak diaplikasikan di MAN Baraka. Sebagaimana yang disampaikan kepala
MAN Baraka, sebagai penangung jawab, harus selalu berusaha untuk
meningkatkan dan memajukan kemampuan baik guru, staf maupun siswa di MAN
Baraka ini. Adapun pelatihan pada periode ini dilakukan kurang lebih 3 kali,
sebahagian Guru diundang dari anggota KKM dibawah naungan MAN Baraka.
d. Iklim dan Budaya Organisasi Madrasah.
Pengembangan madrasah yang efektif, efisien, produktif dan akuntabel
perlu ditunjang oleh perubahan berbagai aspek pendidikan lainnya, termasuk
iklim dan budaya madrasah (school climate). Perubahan iklim dan budaya
madrasah perlu dilakukan untuk merespons kondisi pendidikan pada MAN
Baraka.
216
Jika sebuah lembaga pendidikan tidak diikat oleh budaya organisasi serta
kondisi lingkungan yang menyenangkan, maka lembaga itu akan mengalami
ketidak harmonisan dan kelanggengan dalam kehidupan madrasah yang
bersangkutan. Penciptaan dan pemeliharaan iklim dan budaya yang kondusif
untuk belajar ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang aman,
nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.
Iklim dan budaya madrasah yang kondusif sangat penting agar peserta didik
yang terbaik yang mengarah pada prestasi peserta didik yang tinggi.
Meningkatkan prestasi peserta didik terutama prestasi akademik mereka,
menjadi harapan utama bagi orang tua peserta didik. Hal ini dapat tercapai jika
kepala madrasah, guru dan staf memahami standar mutu pelayanan yang
semestinya dilaksanakan, oleh karena itu standar mutu untuk berprestasi bagi
kepala madrasah, guru dan staf madrasah, ditandai dengan terciptanya iklim
dan budaya madrasah yang baik.
217
bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Sedang pada sisi lain MAN Baraka
berfungsi mengembangkan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta
didik, baik kebutuhan individu, keluarga maupun kebutuhan masyarakat secara
luas.48
MAN Baraka senantiasa mengembangkan nilai-nilai pembelajaran yang
berbasis IPTEK dan tidak mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini
sejalan dengan visi dan misi MAN Baraka. Salah satu missi sentral pendidikan di
MAN Baraka adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), yang benar-
benar utuh, tidak hanya secara jasmaniah, tetapi juga secara batiniah.
Peningkatan kualitas SDM itu dilaksanakan dengan keselarasan dengan tujuan
untuk; a) meningkatkan kinerja madrasah baik prestasi akademik maupun non
akademik melalui inovasi dalam input dan proses pembelajaran. b)
meningkatkan mutu proses pembelajaran, mengembangkan bahan ajar serta
memberikan bimbingan secara efektif, sehingga peserta didik dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. c) menciptakan lingkungan
pengajaran dan lingkungan belajar yang kondusif. d) menumbuhkan penghayatan
terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi
48
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
tanggal 8 Agustus 2014
219
dan lain-lain yang sejenis, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk
proses belajar mengajar, seperti taman madrasah untuk pembelajaran biologi,
halaman madrasah sekaligus sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut
merupakan sarana pendidikan. Semua komponen sarana dan prasarana tersebut
sudah ada di MAN Baraka, sehingga wajar jika dikatakan, bahwa MAN Baraka
adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan
Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki fasilitas yang
lengkap.
Sarana dan prasarana pendidikan pada MAN Baraka, yang jumlahnya
begitu banyak, sehingga membutuhkan penanganan khusus, dengan
49
Direkam dari hasil wawancara dengan H. Fakhri Abbas dan Guru-Guru MAN Baraka,
di Baraka pada tanggal 8 Agustus 2014.
220
ambang kehancuran.50
MAN Baraka dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan
serta mendorong minat dan kerja sama dalam peningkatan dan pengembangan
madrasah di Kabupaten Enrekang. Hal ini dipertegas Farid Ahmadi bahwa tujuan
50
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 8 Agustus 2014.
221
hubungan MAN Baraka dengan masyarakat pengguna dapat ditinjau dari dua
dimensi, yaitu kepentingan MAN Baraka dan kebutuhan masyarakat. 51 Ditemukan
pula data bahwa hubungan MAN Baraka dengan masyarakat berdasarkan dimensi
kepentingan madrasah yaitu: memelihara kelangsungan hidup madrasah,
meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, memperlancar kegiatan
pembelajaran, memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam rangka
pengembangan dan pelaksanaan program-program madrasah.
Fakhri Abbas selaku kepala madrasah menambahkan bahwa dalam
melaksanakan hubungan madrasah dengan masyarakat, maka MAN Baraka
menganut beberapa prinsip sebagai pedoman dan arah bagi guru dan juga kepala
madrasah agar mencapai sasaran yang diinginkan, prinsip-prinsip hubungan
tersebut, yaitu: pertama, Prinsip otoritas, yaitu bahwa hubungan MAN Baraka dan
masyarakat harus dilakukan oleh orang yang mempunyai otoritas karena
pengetahuan dan tanggung jawabnya dalam penyelenggaraan madrasah, kedua,
Prinsip kesederhanaan, yaitu bahwa program-program hubungan madrasah dengan
masyarakat harus sederhana dan jelas, ketiga Prinsip sensitivitas, yaitu bahwa
dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat, MAN
Baraka harus sensitif terhadap kebutuhan serta harapan masyarakat Kabupaten
Enrekang, dan keempat, Prinsip kejujuran, yaitu bahwa apa yang disampaikan
kepada masyarakat haruslah sesuatu apa adanya dan disampaikan secara jujur,
kelima, Prinsip ketepatan, yaitu bahwa apa yang disampaikan madrasah kepada
masyarakat harus tepat, baik dilihat dari segi isi,waktu, media yang digunakan,
51
Farid Ahmadi, 47 tahun, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 9 Agustus 2014.
222
serta tujuan yang ingin dicapai. 52 Sedangkan menurut Nur Endang Suparno bahwa
peran serta masyarakat pada MAN Baraka yaitu: bahwa orang tua siswa/komite
dilibatkan dalam penyusunan program madrasah, orang tua siswa/komite
dilibatkan dalam pelaksanaan program madrasah, orang tua siswa memberikan
saran untuk pengembangan madrasah, orang tua siswa/komite memonitor
kemajuan belajar anak secara priodik, orang tua siswa/komite melakukan
komunikasi dengan madrasah secara teratur, dan orang tua siswa/komite aktif
memberi saran perbaikan untuk kemajuan madrasah. 53
Hubungan guru MAN Baraka dengan masyarakat perlu terjamin baik dan
berlangsung secara kontinu, oleh karenanya diperlukan peningkatan profesi guru
dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru MAN Baraka di samping
mampu melakukan tugasnya di madrasah/madrasah, mereka juga diharapkan dapat
dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Untuk
mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru pada MAN Baraka
yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi
dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan
terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang
dilaksanakan madrasah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap
MAN Baraka, padahal MAN Baraka dan masyarakat memiliki kepentingan yang
sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik
yang berkualitas. Kemampuan guru MAN Baraka membawa diri, baik di
madrasah maupun di tengah masyarakat dapat mempengaruhi penilaian
52
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 15 Agustus 2014.
53
Nur Endang Suparno, Guru MAN Baraka wawancara di MAN Baraka pada tanggal 6
Agustus 2014.
223
masyarakat terhadap guru. Guru MAN Baraka harus bersikap sesuai dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, responsif dan komunikatif terhadap
masyarakat, toleran dan menghargai pendapat mereka. Erni Syarifuddin
menguraikan bahwa dalam mendukung hubungan madrasah dengan masyarakat,
yang dapat dilakukan yaitu:
a) Membantu madrasah dalam melaksanakan teknik-teknik hubungan madrasah
dengan masyarakat dengan cara: guru MAN Baraka hendaknya selalu
berpartisipasi dalam lembaga dan organisasi di masyarakat, dan guru
hendaknya membantu memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat
Kabupaten Enrekang .
b) Guru MAN Baraka berusaha membuat lebih baik lagi dalam masyarakat
melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat masyarakat karena guru MAN
Baraka adalah tokoh milik masyarakat. Tingkah laku guru di MAN Baraka dan
di masyarakat menjadi panutan yang pada akhirnya masyarakat memberikan
dukungan pada madrasah.
c) Guru harus melaksanakan kode etiknya karena kode etik merupakan
seperangkat aturan atau pedoman dalam melaksanakan tugas profesinya. 54
Manfaat hubungan kepala dan guru MAN Baraka dengan masyarakat
sangat besar pengaruhnya bagi peningkatan kinerja kepala madrasah dan guru
melalui peningkatan aktivitas bersama, komunikasi yang kontinu dan proses
saling memberi dan saling menerima. Setiap aktivitas profesi guru dapat diketahui
oleh masyarakat sehingga kepala dan guru MAN Baraka akan berupaya
menampilkan kinerja yang lebih baik.
54
Erni Syarifuddin, 36 tahun, Guru MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka, 28
Juli 2014
224
55
Muh. Gasnawi, 41 tahun, Bendahara MAN Baraka, Wawancara dengan penulis, Baraka,
2 Agustus 2014.
56
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
226
pangawasan tidak efektif dan tidak sesuai dengan jadwal yang ada. Namun
demikian, supervisi yang dilaksanakan oleh Kepala MAN Baraka tetap terlaksana
sebagaimana biasanya, bahkan supervisi kepala madrasah sengaja tidak
dijadwalkan, tujuannya agar guru selalu siap disupervisi setiap saat. 57
Dalam penelitian ini tidak akan membahas secara mendetail pelaksanaan
pengawasan pada MAN Baraka, karena yang menjadi pokok penelitian ini adalah
hal-hal yang berhubungan dengan supervisi manajerial, akademik dan kliniks
yang dilaksanakan pada MAN Baraka. Menurut Fakhri Abbas bahwa pelaksanaan
pengawasan tetap mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Madrasah/Madrasah yang menegaskan
bahwa seorang kepala madrasah/madrasah harus memiliki lima dimensi
kompetensi minimal yaitu: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
supervisi, dan sosial. sudah sangat jelas dalam Peraturan ini, bahwa salah satu
kompetensi yang dimiliki oleh kepala Madrasah adalah kompetensi supervisi. 58
Menurut Fakhri Abbas, disamping tugasnya sebagai Kepala Madrasah ia
juga berfungsi sebagai supervisor, maka secara khusus menjelaskan tujuan
supervisi akademik dan kliniks yang dilakukan selama ini, yaitu; Membimbing
guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi, metodedan teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi
peserta didik. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di
kelas, laboratorium untuk mengembangkan potensi peserta didik. Membimbing
57
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
58
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
227
59
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
60
Jumi Jakmawati, 47 Tahun, Guru MAN Baraka Wawancara oleh penulis, Baraka,
tanggal 15 Agustus 2014.
228
pelaksanaan supervisi akademik. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif
berpartisipasi. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan
yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh Kepala madrasah). Terpadu, artinya menyatu dengan dengan
program pendidikan. Komprehensif, artinya dilakssanakan secara menyeluruh,
mulai dari proses sampai kepada penilaian pembelajaran, dan lai-lain.61
Pada hakekatnya dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik, meliputi;
Kompetensi kepribadian, pedagogik. Professional, dan kompetensi sosial guru.
Seorang Pengawas atau supervisor tidak boleh mengesampingkan salah satu dari
ke empat kompetensi tersebut, harus secara simultan menjadi perhatian ketika
melaksanakan supervisi di madrasah. Sering kali dijumpai seorang supervisor
dalam melaksanakan supervisi akademik hanya datang ke madrasah dengan
membawa instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk ke kelas melakukan
pengukuran terhadap kinerja guru yang sedang mengajar. Setelah itu, selesailah
tugasnya, seakan-akan supervisi akademik sama dengan pengukuran kinerja guru
dalam proses pembelajaran.
Supervisi akademik seperti ini merupakan salah satu contoh perilaku
supervisi akademik yang belum baik. Perilaku supervisi akademik yang demikian
tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap tujuan dan fungsi supervisi
akademik. Jika seandainya memberikan pengaruh, maka pengaruhnya relative
sangat kecil artinya bagi peningkatan mutu guru dalam mengelola proses
pembelajaran. Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru,
dan bukan juga dalam memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka, melainkan
61
Jumi Jakmawati, 47 Tahun, Guru MAN Baraka wawancara pada tanggal, 10 Juli 2013.
229
62
Jumi Jakmawati, 47 Tahun, Guru MAN Baraka wawancara pada tanggal, 10 Juli 2013.
230
(dedikasi terhadap tugas, usaha yang optimal, ikhlas dalam bekerja serta taqwa,
tawakal, tabah, tekun, telaten, tenang, teratur, teliti, dan tuntas disemua sektor
pekerjaan sesuai dengan logo MAN Baraka yaitu Ikhlas beramal.
Fakhri Abbas mengemukakan untuk mencapai keberhasilan dalam
pengelolaan pendidikan yang unggul yaitu pengelola harus menjadi manusia
terbaik, diantaranya bekerja dengan tenang, profesional, produktif dalam bekerja,
baik secara personal maupun secara bersama-sama dan amanah dalam
melaksanakan tugas (jujur). 63 Konsep-konsep seperti di atas ditularkan kepada
peserta didik untuk menjadi karakteristik yang di harapkan untuk dimiliki oleh
semua warga MAN Baraka, seperi di bawah ini; a) semua warga (kepala, guru,
staf dan peserta didik) MAN Baraka harus berdisiplin tinggi. Disiplin tinggi akan
muncul jika dibarengi dengan keikhlasan dan keimanan yang kuat dan
pengetahuan yang mencukupi tentang itu. Disiplin tinggi yang dimaksud adalah
sikap mental yang ditandai oleh adanya konsistensi yang tinggi, dan adanya rasa
pengabdian yang tinggi terhadap pekerjaan dan tugas-sugasnya, b) semua warga
(kepala, guru, staf dan peserta didik) MAN Baraka harus kreatif, karena hanya
orang kreatif yang mampu melakukan inovasi dan pembaruan, c) semua warga
(kepala, guru, staf dan peserta didik) MAN Baraka harus ulet, tidak muda putus
asa, dan d) semua warga(kepala, guru, staf dan peserta didik) MAN Baraka
harus mampu berdaya saing tinggi, terutama bagi pserta didik, oleh karena secara
psikologis, lulusan harus percaya diri yang tinggi, harus benar-benar professional
dalam bidan tertentu, memiliki kemampuan berbahasa (inggeris dan arab), mampu
mengoperasikam computer dengan baik, dengan kata lain penguasaan teknologi
63
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
231
merupakan syarat penting untuk berdaya saing tinggi. 64 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa antusisme kepala madrasah, guru-guru, dan pegawai pada
MAN Baraka dalam menigkatkan mutu pendidikan selalu dilandasi keikhlasan
dan keimanan yang tinggi.
b. Sistem pelayanan
Pelayanan memudahkan yang digali dari nilai-nilai luhur warga MAN
Baraka yang disimbolkan dengan slogan-slogan dengan muatan makna edukatif,
misalnya ikhlas beramal (sebagaimana lambang Kemenag.), dan motivasi-
motivasi yang digali dari ajaran al-Qur’an maupun hadis Nabi saw. Adapun
langkah-langkah dalam melakukan pelayanan menurut Fakhri Abbas yaitu;
Pertama, membuat aturan yang manusiawi sesuai dengan hakikat dan kebutuhan
siswa dan guru yaitu dengan dasar keadilan. Kedua, menciptakan siswa yang
taat hukum. Ketaatan dalam melaksanakan aturan-aturan yang ada akan
melahirkan perilaku individu yang disenangi, dan segala aktivistasnya
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, serta mengedepankan pelayanan
prima kepada masyarakat atau peserta didik, selalu memegang prinsip yang
dianjurkan dalam Islam “mudahkan urusan dan jangan dipersulit” 65Prinsip inilah
yang menjadi pegangan dalam setiap melaksanakan pelayanan pada MAN Baraka,
sehingga kesulitan dan hambatan untuk maju dapat dieliminir sesuai komitmen
yang telah disepakati bersama.
c. Kepeminpinan yang efektif.
64
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, pada
tanggal 2 Agustus 2014.
65
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, pada
tanggal 2 Agustus 2014.
232
Sesuai hasil riset yang yang telah dilakukan membuktikan bahwa MAN
Baraka dapat meraih mutu dan mampu bersaing dengan madrasah/madrasah
lainnya, karena di dalamnya terbangun sebuah system pengembangan mutu yang
efektif dan berkelanjutan. Terbangunnya system yang efektif, tidak terlepas dari
dukungan kepemimpinan kepala madrasah yang efektif pula. Efektifitas
kepemimpinan kepala madrasah memiliki peranan yang penting dalam
memaksimalkan mutu pendidikan. Meskipun jabatan kepala madrasah adalah
merupakan tugas tambahan bagi profesi guru, namun implementasinya tidak dapat
dilepaskan dari tugas-tugas guru professional. Oleh karena itu roda kepemimpinan
kepala madrasah harus berjalan secara sistemik dan sistimatis, yaitu tugas-tugas
hendaknya dilaksanakan berdasarkan system yang telah dirumuskan bersama,
demikian halnya program kerja dan pengembangan mutu disusun secara sistimatis.
Menurut Salma Sutarman, bahwa model kepemimpinan kepala madrasah
memiliki peran kunci dalam membangun sistem pengembangan mutu pada MAN
Baraka yang berbasis MMT. Kepala madrasah dalam kedudukannya bukan hanya
sebagai pimpinan puncak (top leader), melainkan juga sebagai panutan dalam
memegang komitmen untuk meraih mutu yang diharapakan oleh pelanggan. 66
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa kepala
MAN Baraka dalam melaksanakan roda kepemimpinannya mengikuti siklus
Deming yaitu, plan, do, chek dan action (PDCA) yang berbasis mutu.
d. Potensi Guru
Potensi guru MAN Baraka, selain jumlahnya sudah cukup memadai,
potensinya juga relative berbeda atau bervariasi, artinya dari segi kualitas dan
masa kerjanya serta kamampuan skill berbeda-beda, sehingga potensi ini
66
Salma Sutarman, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
233
dimanfaatkan oleh kepala MAN Baraka dalam menata pendidikan sesuai dengan
67
potensi guru dan staf. Fakhri Abbas mengemukakan bahwa pembagian tugas
dilakukan secara integrative, dengan prinsip take and give (saling memberi dan
menerima), tidak ada yang lebih dan kurang, tetapi yang tampak adalah kerjasama
yang didasari keikhlasan (ikhlas memberi dan menerima pengetahuan dan
pengalaman yang masing-masing mereka miliki), tidak ada kata senior dan yunior,
tetapi yang menjadi ukuran adalah prestasi dan hasil kerja. Kualifikasi akademik
guru MAN Baraka yang berpengalaman orang walaupun dominan berpendidikan
S1 sebanyak. Motivasi kerja guru yang tinggi, memberi dukungan yang signifikan
terhadap peningkatan pendidikan, mereka menyadari bahwa mutu kerja itu
penting, sehingga jika ada diantara mereka yang diberi tugas dari kepala
madrasah, maka tugas itu segera diselesaikan dengan waktu yang telah ditetapkan.
Selain motivasi kerja guru, maka yang lebih mendukung lagi adalah adanya iklim
madrasah yang kundusif, baik suasana lingkungan yang menyenangkan maupun
kultur pergaulan sesama guru dan staf terjalin harmonis.
Selanjutnya faktor eksternal adalah dukungan berasal dari luar madrasah,
yang meliputi beberapa unsur; antara lain;
a. Dukungan Masyarakat.
Dukungan masyarakat yang diwakili oleh pengurus komite madrasah
adalah sesuatu yang tidak asing di dunia pendidikan. Peran serta masyarakat
merupakan salah satu komponen penentu terhadap keberlangsungan pendidikan,
terutama dari segi pendanaan dan pengawasan pendidikan. Menurut hasil riset
ditemukan bahwa terdapat beberapa sarana dan prasarana pendidikan, seperti
67
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
234
Masjid, Lapangan olah raga, gapura(pintu gerbang) sebahagian pagar, dll, adalah
bantuan dari pengurus komite MAN Baraka.
b. Dukungan pemerintah.
Dengan adanya dukungan pemerintah, yang memberikan ruang gerak bagi
MAN Baraka untuk menjabarkan keputusan-keputusan pemerintah menjadi
keputusan-keputusan yang lebih oprasional dalam peningkatan SDM bagi siswa
sebagai upaya untuk merealisasikan program MAN Baraka dengan kebutuhan
masyarakat disekitarnya. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama
memberikan bantuan gedung dan sarana dan prasarana pendidikan. Selain
pemerintah pusat, Pemerintah Daerah juga memberikan apresiasi terhadap
perkembangan dan kemajuan MAN Baraka yang menjadi kebanggaan masyarakat
Kabupaten Enrekang. Bantuan Pemerintah Daerah bukan hanya pembangunan
pada sektor fisik berupa bantuan dana operasinal pendidikan, akan tetapi
pembangunan non-fisik yakni pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
menjadi prioritas utama. Baik Kementerian Agama maupun Pemerintah Daerah
telah memberikan prioritas utama untuk pemberian bantuan kepada para siswa
yang kurang mampu dan peserta didik yang berprestasi. 68 Dengan demikian,
antusisme pemerintah dalam memberikan dukungan moril dan materil dapat
dikatakan sangat berarti, namun bantuan tersebut sangat terbatas dalam
pengelolaan MAN Baraka sehingga 80 % biaya harus ditanggung oleh orang tua
peserta didik.
Berkenaan dengan itu usaha-usaha dan konstribusi di MAN Baraka dalam
melakukan pembaruan sistem pendidikan dalam mengembangkan SDM yang
68
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, pada
tanggal 2 Agustus 2014.
235
dibarengi dengan nilai-nilai akhlak pada siswa sehingga Kepala madrasah, Guru-
guru, dan pegawai melakukan berbagai perubahan fungsi, dan peran secara
subtansial, misalnya: dalam proses pembelajaran, MAN Baraka, sebagaimana
madrasah lainnya, juga melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan atau
memberikan bahan kajian sekurang-kurangnya sama dengan madrasah pada
umumnya serta menambah mata pelajaran yang sesuai dengan keadaan lingkungan
dan ciri khas satuan pendidikan yang disandangnya (ciri khas keagamaan) dengan
tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional dan tidak menyimpang
dari tujuan pendidikan nasional dalam melaksanakan kurikulum. Hal ini dilakukan
sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Penguatan kelembagaan yang dimiliki MAN Baraka yaitu;
a) Rata-rata tenaga pendidik memiliki pengalaman mengajar/mendidik sudah
cukup lama.
b) Kepangkatan dan pendidikan para guru yang mencukupi.
c) Masih banyak peminatnya atau masih tinggi kepercayaan masyarakat pada
MAN Baraka.
d) Jumlah peserta dari tahun ketahun mengalami peningkatan.69
Dari keterangan di atas, dapat dijadikan sebagai tolok ukur bagi MAN
Baraka yang semakin meyakinkan masyarakat terhadap mutu dan pelayanannya,
sehingga mereka tidak merasa khawatir memasukkan anaknya pada madrasah
tersebut.
69
Muhammad Jumli, 38 Tahun, Kepala TU MAN Baraka, Wawancara oleh penulis,
Baraka, pada tanggal 11 Agustus 2014.
236
2. Faktor Penghambat.
MAN Baraka merupakan salah satu Madrasah yang konsen terhadap
pengembangan sumberdaya manusia yang berbasis keagamaan. Dalam
menyelenggarakan pendidikan yang berbasis keagamaan harus menyuburkan dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin yang dilaksanakan
melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif, inovatif, experimentative,
menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik,
terutama dalam menghadapi tuntutan globalisasi, MAN Baraka harus menyiapkan
sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara nasional dan global.
MAN Baraka sebagai salah satu lembaga pendidikan unggul yang
berusaha mengembangkan mutu pendidikannya, sudah tentu tidak terlepas dari
berbagai hambatan atau kelemahan yang dihadapi setiap saat, namun pada sisi lain
peluang dan dukungan yang memberi kekuatan untuk lebih maju dan berkembang
tetap lebih besar dan menjanjikan, oleh karena itu kelemahan yang ada hanyalah
merupakan sebuah tantangan yang menjadi pemicu untuk meraih kemajuan dan
keberhasilan yang lebih besar sesuai harapan warga madrasah dan masyarakat.
Disadari sepenuhnya bahwa meraih mutu tidak semuda seperti membalik
telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja keras, karena
meraih mutu sering kali melewati jalan kerikil yang penuh tantangan dan
hambatan. Jika para guru dan stakeholders lainnya yang ada di MAN Baraka
betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka mereka harus memahami dan
mendalami akar permasalahan terhadap hambatan tersebut, karena untuk
menyelesaikan masalah dengan baik diperlukan pemahaman terhadap penyebab-
penyebabnya, dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu konsep
terpenting dari pendekatan MMT.
237
70
Ahmad Saharuddin, 45 tahun, Wakamad Sarana Prasarana MAN Baraka, Wawancara
oleh penulis di Baraka, tanggal 22 Maret 2014.
71
Ahmad Saharuddin, 45 tahun, Wakamad Sarana Prasarana MAN Baraka, Wawancara
oleh penulis di Baraka, tanggal 22 Maret 2014.
238
diidentifikasi sebagai akibat dari masalah sistem, kebijakan, atau sumber daya, maka
hal tersebut adalah sebuah kelemahan.
Hal ini memerlukan perubahan kebijakan pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang, hal terpenting yang harus dicatat di sini adalah, hanya pihak manajemen
yang dapat membenahi masalah tersebut. Hanya manajemen yang memiliki
wewenang untuk menetapkan kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf
yang lain mungkin melihat perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan
tersebut hanya akan terjadi ketika manajemen mengambil tindakan.
Untuk menentukan akan dan penyebaran sebuah masalah, diperlukan sebuah
upaya untuk mencari data-data kegagalan dan melakukan pemeriksaan secara teratur.
Dalam hasil wawancara peneliti di lapangan bahwa kesalahan yang sering kali terjadi
di MAN Baraka Kabupaten Enrekang adalah kurangnya penelitian dan analisa
terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya
penelitian dan analisa tersebut sebagai subyek aksi manajerial. Sedangkan faktor
penghambat secara khusus pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang, sering
diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun
kegagalan tersebut juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-
pahaman.72
Sedangkam menurut Muhammad Islam bahwa kegagalan pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang biasa juga diakibatkan oleh anggota individu guru dan staf yang
tidak memiliki skill, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
guru yang profesional atau manajer pendidikan/ kompetensi leadersip. Sebab-sebab
khusus masalah mutu bisa mencakup kurangnya pengetahuan dan keterampilan
72
Aminatus Salamah, 40 tahun, Wakamad Kesiswaan MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
239
73
Muhammad Islam, 47 tahun, Wakamad Kurikulum MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 1 Agustus 2014.
74
Aminatus Salamah, 40 tahun, Wakamad Kesiswaan MAN Baraka, Wawancara oleh
penulis di Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
240
75
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 15 Agustus 2014
241
76
Farid Ahmadi, dkk, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 13 Agustus 2014.
77
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 12 Agustus 2014.
242
3) Budaya mutu belajar siswa masih rendah. Budaya belajar siswa yang
dimaksudkan disini adalah semangat belajar yang dimiliki oleh sebahagian
siswa masih rendah, sehingga berimbas terhadap kemmpuan daya serap ikut
pula menurun. Hal ini diakui oleh Muhammad Islam bahwa memang masih
ada beberapa kelas tertentu yang mengalami hal yang demikian(semangat dan
daya serapnya masih rendah) dan kelas seperti ini biasanya diberikan
bimbingan khusus oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. 78
4) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dari ada
kualitas proses, yang diutamakan berapa yang harus diluluskan, bukan
bagaimana kualitas/mutu kelulusan peserta didik.
5) Organisasi pengembangan professional guru seperti KKM dan MGMP belum
terkelola secara maksimal.
6) Sebahagian guru masih mempergunakan system dan pola pembelajaran lebih
berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru(teacher centred
approach), yang seharusnya pola pembelajaran yang baik adalah pola
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik(student centred approach),
dan
7) Sebahagian guru kurang memeperhatikan tingkat kemampuan, kecakapan
belajar dan gaya belajar peserta didik, bahkan diantara guru juga kurang
memperhatikan karakteristik peserta didik, seperti bermasa bodoh, tidak
bersemangat, kurang motivasi dan sebagainya, sehingga kebiasaan yang jelek
tidak berubah kearah yang lebih baik. Jamaluddin menambahkan bahwa
faktor yang menghambat kelancaran pembelajaran pada MAN Baraka yaitu;
a) Infrastruktur masih membutuhkan penyempurnaan misalnya; Media
78
Muhammad Islam,Wawancara pada tanggal 12 Agustus 2014
243
79
Jamaluddin, wawancara pada tanggal 3 Agustus 2014.
244
80
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
245
selalu dijadikan sebagai agenda pembicaraan dalam setiap rapat koordinasi dengan
dewan guru, dan hal ini disambut baik oleh setiap guru dengan komitmen yang
tinggi yang diperlihatkan oleh Kepala dan guru bersama sataf, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh semua warga madrasah, termasuk masyarakat dan orang tua
peserta didik. Sesuai hasil penelitian terhadap penerapan MMT pada MAN
Baraka yang masih bersifat eksplisit, namun dapat berkontribusi positif terhadap
beberapa segi, baik dari segi menejemen maupun dari segi proses pembelajaran
dan pelayanan, dll. Adapun hasil-hasil penerapan manajemen mutu terpadu pada
MAN Baraka dapat dilihat dalam beberapa segi efektivitas sebagai berikut;
1. Efektivitas Kepemimpinan
Berdasarkan peraturan yang berlaku dan menjadi pedoman utama
pengembangan program, Efisiensi dan efektifitas kepemimpinan di MAN Baraka
selalu diupayakan, melalui kebijakan yang tepat, prosedur yang sederhana,
pengambilan keputusan secara cepat dan benar. Di samping itu, selalu diadakan
rapat terjadwal untuk membahas masalah-masalah tertentu yang urgen dan real,
dengan mengedepankan kepentingan bersama dan kemaslahatan umum yang
diambil berdasarkan azas musyawarah/demokratis, dan bukan otoriter. 81
Kepemimpinan dan pengembangan lembaga yang ada pada MAN Baraka
cukup memadai dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Dalam
menyebarluaskan kebijakan, unsur pimpinan berusaha menempuh sistem dan
strategi tertentu antara lain: menyiapkan dan melaksanakan pengendalian
administrasi dalam kegiatan organisasi agar terarah sesuai tujuan, menciptakan
sistem administrasi yang terpadu dalam menjamin terciptanya pengambilan
keputusan yang efektif dan efisien, serta menetapkan sistem administrasi sesuai
81
Salma Sutarman, wawancara, pada tanggal 11 Agustus 2014.
246
dengan perkembangan agar dapat memberikan informasi secara cepat, tepat dan
benar.
82
Muhammad Islam, Wawancara pada tanggal 6 Agustus 2014
247
peserta didik dan menghasilkan lulusan dan professional, unggul dan dapat
bersaing masuk di perguruan tinggi ternama di Indonesia.83
Dalam tiga tahun terakhir ini, prioritas perencanaan dan pengembangan
program tidak dilakukan penentuan prioritas pengembangan berdasarkan bidang
(akademis dan administratif dengan berbagai komponennya), tetapi dilakukan
berdasarkan tingkat prioritas atas tinjauan rencana/program. Tentunya dengan
metode perencanaan startegi dan pengembangan strategi konsolidasi dan
peningkatan mutu. Untuk mencapai sasaran ini dilakukan dengan melihat sistem
pendidikan yang komprehensif dan integral dari masing-masing unsur komponen
madrasah dan administrasi, dengan meninjau keterkaitan antar masing-masing
unsur.
83
Muhammad Islam, Wawancara oleh penulis, Baraka, tanggal 6 Agustus 2014
248
84
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka,
pada tanggal 2 Agustus 2014.
249
penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan di
sisi lain memberi keteladanan kepada peserta didik bahwa kedisiplinan hendaknya
dibudayakan apabila ingin mengangkat nama baik MAN Baraka.
4. Efektivitas Kerja Sama dan Kemitraan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19/2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan dalam lampiran peraturan ini dijelaskan bahwa
madrasah/madrasah harus mejalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan
berkaitan dengan input, proses, output, dan pemnafaatan lulusan. Kerjasama
dengan lembaga–lembaga pendidikan lainnya dipandang sebagai strategi yang
perlu dikembangkan untuk pembinaan dan pengembangan MAN Baraka.
MAN Baraka telah meningkatkan kerja sama dan kemitraan dengan
madrasah/madrasah lain, baik negeri maupun swasta. Kerja sama yang telah
dilakukan selama ini adalah dalam hal pelibatan peserta didik kedalam berbagai
kegiatan lomba antar pelajar, baik yang bersifat akademik maupun non
akademik.85 Selain kerja sama antar pelajar, kerjasama dibidang ketenagaan dan
program pengembangan pendidikan seperti mengimbaskan program mutu
pendidikan madrasah swasta yang ada dibwah naungan KKM MAN Baraka telah
dijadikan salah satu kegiatan sektoral dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
madrasah.
85
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
250
86
Muhammad Islam, dkk, Wawancara pada tanggal, 12 Agustus 2014.
251
dipastikan akan memperoleh hasil yang bermutu pula. Kegagalan mencapai hasil
yang memuaskan dari program yang telah direncanakan, pada umumnya
disebabkan rendahnya pelayanan. Hasil evaluasi program baik secara internal
maupun eksternal, terutama aspek kelemahan (weakness) berkaitan belum
optimalnya pelayanan dan implementasi program dijadikan tolok ukur oleh MAN
Baraka untuk peningkatan mutu pembelajaran kepada peserta didik, sehingga
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dibuktikan antara lain
dengan adanya peningkatan intensitas dan metode pembelajaran, sarana dan
prasarana pembelajaran, dan mutu lulusan.
Sedangkan menurut Fakhri Abbas bahwa terdapat lima dimensi pokok
sebagai dampak positif yang menentukan kualitas pelayanan pada Madrasah
khususnya pada MAN Baraka, yaitu;
Pertama, kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera atau tepat waktu, akurat, dan memuaskan. Pelanggan tidak ingin waktunya
dihabiskan hanya untuk menunggu. Karena waktu bagi pelanggan sangat
berharga, setiap menitnya memiliki makna yang berarti yang ingin dilaluinya
dengan penuh senang hati. Beberapa contoh di antaranya penawaran mata
pelajaran yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan (misalnya tuntutan
keterampilan, profesi, dan dunia kerja), jadwal pembelajaran dan ujian yang
akurat, proses pembelajaran yang berlangsung lancar, penilaian yang fair dalam
pembelajaran dan lain-lain.
Kedua, daya tangkap yaitu kemampuan atau kesediaan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan layanan dengan tanggap. Membiarkan
pelanggan menunggu untuk alasan yang tidak jelas bila menimbulkan persepsi
yang negative terhadap kualitas. Dengan demikian kepala madrasah dan wakil
252
kepala madrasah harus mudah ditemui, begitu pula dengan guru harus mudah
ditemui peserta didik untuk kepentingan konsultasi, proses pembelajaran
hendaknya diupayakan intensif dan memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan seluruh kapasitasnya, fasilitas pelayanan yang ada
(perpustakaan, laboratorium, ruang olah raga, dan lain-lain) harus mudah diakses
oleh setiap peserta didik, dalam hal ini terjadi service failure, kemampuan untuk
melakukan perbaikan secara tepat dan profesional bisa menciptakan persepsi
kualitas yang sangat positif. 87
Ketiga, jaminan mutu yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, respek terhadap pelanggan, dan sifat dapat dipercaya dimiliki para
staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Sebagai contoh seluruh jajaran
(guru dan pegawai dilingkungan MAN Baraka) harus benar-benar orang yang
kompeten dan profesional dibidangnya, reputasi madrasah yang positif dimata
masyarakat, sikap, dan perilaku seluruh jajaran mencerminkan profesionalisme,
kesopanan, dan lain-lain.
Keempat, empati, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, memahami dan melayani kebutuhan para
pelanggan. Misalnya guru yang mengenal nama peserta didiknya yang mengikuti
pembelajaran di kelas, guru benar-benar berperan sesuai dengan fungsinya, setiap
guru bisa dihubungi dengan mudah baik dihubungi di ruang kerja, via telepon,
serta bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan atau
guru dan sarana kommunikasi.
87
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
253
88
Fakhri Abbas, 46 tahun, Kepala MAN Baraka, Wawancara oleh penulis di Baraka, oleh
penulis, Baraka, tanggal 2 Agustus 2014.
254
perannya merupakan salah satu potensi utama untuk terus berkembang dan
melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Melalui kerjasama dan hubungan
yang dibina secara khusus dengan lulusan, MAN Baraka akan mendapatkan
masukan bagi peningkatan kualitas dan dukungan bagi pengembangan jumlah
penerimaan dan lulusan.
untuk meningkatkan prestasi guru, staf, dan siswa dengan dilandasi kesadaran,
pengertian, kegairahan dan kegiatan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya masing-masing. Kesadaran dan kesukarelaan melaksanakan
kegiatan-kegiatan kelembagaan itu dapat muncul jika masing-masing individu
mempunyai rasa memiliki terhadap lembaga, sehingga mereka akan merasa kecewa
jika gagal atau tidak tercapai tujuan konstitusinya, sebaliknya mereka akan gembira
jika tujuan-tujuan kelembagaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat tercapai
atau berhasil.
Kegiatan-kegiatan Madrasah dalam penerapan manajemen mutu terpadu yang
menjadi bidang garapan dalam melakukan pembinaan di MAN Baraka Kabupaten
Enrekang ini adalah seleksi, komunikasi, partisipasi, counseling, training,
compension dan direction.
yang diseleksi adalah tingkat kemampuan dalam menguasai mata pelajaran yang
mereka akan ajarkan, sedangkan siswa biasanya di tes baca tulis al-Qur’an,
kemampuan berbahasa (Arab dan Inggris) dan wawasan kenegaraan.
b. Komunikasi
Kegiatan pembinaan komunikasi senantiasa menjadi penekanan pada MAN
Baraka Kabupaten Enrekang searah dengan tujuan yang kita ingin capai, maka
pembinaanya diarahkan pada upaya untuk saling mengerti, karena saling mengerti
adalah pangkal dari tindakan bersama yang baik, dan akan menjamin kelangsungan
hubungan baik internal maupun dengan warga masyarakat yang membutuhkan. Siswa
dianjurkan berkomunikasi bahasa Asing (Arab dan Inggris) jika berada dalam
lingkungan madrasah.
c. Partisipasi
Keterlibatan guru, staf, dan siswa dalam melaksanakan semua aktivitas
madrasah sangat diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
untuk itu usaha-usaha pembinaan dalam rangka mengaktifkan Guru, staf dan siswa
agar berpartisipasi secara sukarela dan bergairah terus dikembangkan di MAN Baraka
Kabupaten Enrekang sehingga semua bentuk kegiatan yang dicanangkan oleh
pimpinan dapat diselesaikan dengan mudah.
d. Counseling
Counseling dalam kegiatan pembinaan dapat diartikan saling menasehati
atau saling mengingatkan antara atasan dengan bawahan atau antara sesama teman
mengenai cara kerja dan belajar yang baik guna mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun counseling ini dilakukan disaat rapat konsulidasi, dan selama 2014-2015
sudah 4 kali diadakan rapat, dan rapat dipimpin oleh kepala Madrasah dan wakil
kepala madrasah.
260
tersebut, dengan demikian maka MAN Baraka Kabupaten Enrekang dituntut untuk
dapat mengantisipasi berbagai perubahan-perubahan tersebut. Keberadaan manajem
mutu terpadu yang digunakan dalam penerapan di dunia bisnis menuai hasil yang
sangat signifikan, sehingga TQM memiliki daya tarik tersendiri, untuk bisa
diaplikasikan pada objek-objek kelembagaan khususnya pada MAN Baraka
Kabupaten Enrekang atau organisasi yang lain, baik dalam bidang politik, sosial,
termasuk dalam dunia pendidikan. Hal ini dalam rangka efektivitas dan hasil yang
baik sebagai target yang diidam-idamkan.
Unsur utama manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten
Enrekang meliputi fokus pada pelanggan, Obsesi terhadap kualitas, Pendekatan
ilmiah, Komitmen jangka panjang, Kerja sama tim, perbaikan sistem secara
berkesinambungan, Pendidikan dan pelatihan, Kebebasan yang terkendali, Kesatuan
tujuan dan Adanya keterlibatan dan pemberdayaan seluruh elemen sedangkan prinsip-
prinsip manajemen mutu terpadu pada MAN Baraka Kabupaten Enrekang senantiasa
mengacu pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada kualitas dalam semua
kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim
Ahmad Fadli HS, Organisasi dan Administrasi. Cet. III; Kediri: Manhalun Nasiin
Press, 2002
al-Abrāsy, Muhammad Athiyah. Rūh al-Tarbiyah wa al-Ta’līm. t.t.: Isā al-Bābī al-
Halab, t.th.
al-Ahwāniy, Ahmad Fu’ad. al-Tarbiyah fīl Islam. Mesir: Dār al-Ma’arif, t.th.
272
273
Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Ali, Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. Cet. II; Bandung Angkasa, 1993.
Allee, John Gage. Websters Dictionary. Chicago, Wilcox & Folt Book Company,
2003.
Anis, Ibrahim. Mu’jam al-Wasīt, juz I;. cet. II; Mesir: Dār al-Ma’ārif, 2002.
Armstrong, Michael. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Elex Media
Koputindo. 1997
Atoner, James A.F. dan R. Edwar Feeman, Management Sixty Edition. Cet. I; New
Jersey: Prentice Hall, 2005.
Aziz, Shālih Abdul. al-Tarbiyah wa Turuq al-Tadrīs. mesir: Dār al-Ma’arif, 2000.
Danim, Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Cv. Alfabeta,
2011.
---------------, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2008.
275
Dimyati, Vien. Jurnal Indonesia, HDI 2011 Indonesia merosot, Jakarta jum’at, 4
Nov 2011. Diakses pada tanggal 21 Juli 2013.
Echols, John dan Hassan Shadili, Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia,
2001.
Fatah, Nanang. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Cet. I;
Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Feeman, James A.F. Atoner R. Edwar Management Sixty edition. Cet. I; New Jersey:
Prentice Hall, 1995
Gaspersz, Vincent. Total Quality Management. Cet. IV; Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2005.
Gojali, Umairso dan Imam. Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi
Pelaku Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.
Grafika, Redaksi Sinar. Undang-undang Guru dan Dosen. UU RI No. 14 Th. 2005
Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Goestsch dan Davis, Total Quality Management Three Steps To Continous
Improvement. Cet. I; California.New York.Addison: Wesley Publishing
Company, TTP.
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik .Cet. I; Yogyakarta: Gadjah Mada Pers, 2005.
Ibn Manzūr, Jamāl al-Dīn. Lisān al-‘Arab, jilid I. Mesir: Dār al-Mishriyyah, t.th),
h. 384 dan 389. Luwis Ma’lūf, al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām. Cet.
XXVII; Bairūt: Dār al-Masyriq, 2007.
Jalāl, Abd. al-Fattāh. Min Uṣūl al-Tarbawiy fī al-Islām. kairo: Markas al-Duwali
li al-Tal’līm, 2007.
Jurnal “ El-Tarbawi” ( Jurnal Pendidikan Islam) Vol. I, No. 2 tahun 2008, Lihat;
http://fis.uii.ac.id/images/el-tarbawi-vol1-no2-2008-03-darmadji.pdf,
diakses pada tanggal, 21 Januari 2013.
Jurnal Istiwa volume 15. No.2. Maret 2009., diakses pada tanggal, 11 Februari 2013,
2004.
Ma’lūf, Luwis. al-Munjid fī al-Lugah wa A’lām. Cet. XXVII; Bairūt: Dār al-
Masyriq, 2007.
Mejia, R.Gomez. dkk, Managing Human Resource. Cet. III;. London : Hall
International, Inc, 2001.
Miller, Improving Quality in Further Education. Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001.
Murgatroyd, Stephen and Colin Morgan, Total Quality Management and The
School, . Open University Press, Buckingham – Philadelphia, 2004.
Miller, Improving Quality in Further Education. Cet. I; USA: Allyn and Bacon,
2001.
Murni, Veithzival Rivai dan Silviansa. Educational Management, Analisa Teori dan
Praktek. Cet. II Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 479.
Nasution, M.N. Manajemen Mutu Terpadu . Total Qulity Management. Cet. II;
Bogor: Galia Indonesia, 2010.
Sahertian, Piet A Profil Pendidikan Profisional. Cet. II; Yogyakarta: Andi Offset,
2009.
281
Salindeho, John. Peranan Tindak Lanjut dalam Manajemen . Cet. II; Jakarta:
Sinar Grafika, 2009.
Shaleh, Abdul Rahman. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Visi, Misi, dan
Aksi). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2004.
Stoner, James A.F. dan Edward Freeman, Manajemen. Jakarta: Intermedia, 2002
Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar,.
Cet. II; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cet. II; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2003.
Umairso dan Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,
Menjual mutu pendidikan dengan pendekatan Quality Control bagi Pelaku
Lembaga Pendidikan. Cet. II; Yogjakarta; IRCiSoD, 2011.
Usman, Husaini. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.. Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
283
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Kepala MTs Rahmatul Asri, 2005-2013
2. Kepala MA Rahmatul Asri, 2008-2010
3. Ketua Pokja Pendis Kementerian Agama Kab. Enrekang, 2013- Skrg
4. Dosen LB STAI DDI Kab. Sidrap, 2014 – skrg.
284
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Kepala Madrasah/Wakamad
A. Identitas Informan
1) Nama Lengkap :
2) NIP :
3) Tempat/Tgl.Lahir (Umur) :
4) Pendidikan Terakhir :
5) Jabatan : Kepala Madrasah / Wakamad ……
6) TMT :
7) Pangkat/Gol :
8) Alamat Lengkap/Telp/HP. :
B. Pertanyaan-pertanyataan
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
285
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
10. Bagaimana cara membentuk teamwork (kerja sama tim) organisasi dalam
memajukan pendidikan pada MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
11. Dari mana sumber dana madrasah ini, bagaimana cara pengelolaan manajemen
keuangan ?
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
12. Bagaimana respon guru-guru dan tenaga administrasi terhadap kinerja majemen
kepemimpinan Kepala Madrasah dan Wakamad ?
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
13. Apa yang menjadi saran dalam meningkatkan kinerja manajemen mutu terpadu di
MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….
Baraka,……,……….…….2013
( )
287
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
1) Nama Lengkap :
2) NIP :
3) Tempat/Tgl.Lahir :
4) Pendidikan Terakhir :
5) Jabatan : Guru bidang studi ……..
6) TMT :
7) Pangkat/Gol :
8) Alamat Lengkap/Telp/HP. :
B. Pertanyaan-pertanyaan :
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
2. Berikan contoh bukti akurat kerjasa yang baik antara kepala dan wakamad MAN
Baraka Enrekang dalam mengelola manajemen pendidikan?
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
288
4. Usaha apakah yang Ibu/Bapak tempuh dalam membantu kepala madrasah dalam
menjalankan fungsi-fungsi manajemen ?
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
289
10. Apa yang menjadi saran dalam meningkatkan kinerja manajemen mutu terpadu
di MAN Baraka Enrekang ?
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
Baraka,……,………..….2013
( )
290
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pegawai/Tenaga Administrasi
A. Identitas Informan
1) Nama Lengkap :
2) NIP
3) Tempat/Tgl.Lahir :
4) Pendidikan Terakhir :
5) Jabatan :
6) TMT :
7) Pangkat/Gol :
8) Alamat Lengkap/Telp/HP. :
B. Pertanyaan-pertanyaan :
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
291
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
……………………………………………………………………….
7. Apa yang menjadi saran dalam meningkatkan kinerja manajemen mutu terpadu
di MAN Baraka Enrekang ?
Baraka,…………….2013
( )
292
B. Dokumentasi
Mata
Pendidikan/
Tempat/ Pelajaran
No Nama Lengkap Jabatan Tahun
Tanggal Lahir yang
selesai
Diajarkan
1 2 3 4 5 6
S1
Drs.Fakhri Abbas, Enrekang/ Kepala IKIP/1992
1 Biologi
M.Pd 30/12/1968 Madrasah S2
UNM/2011
Drs. Muhammad Pangkep/ Wakamad S1 IAIN
2 Matematika
Islam 04/01/1967 Kurikulum 1992
Aminatus Surabaya/ Wakamad S1 IKIP
3 Matematika
Salamah,S.Pd 10/08/1974 Kesiswaan 1998
Drs. Ahmad Rabu'/ Wakamad S1 IAIN
4 Bhs. Inggris
Saharuddin 00/00/1969 Sarana 1993
Sidobinangun/ Wakamad S1 IAIN
5 Farid Ahmadi, S.Ag Fikih
4/05/1974 Humas 1997
Enrekang/ S1 IKIP
6 Dra. Jumi Jakmawati Guru Tetap Fisika
14/07/1966 1992
Sampang/ S1 Unismuh
7 Dra. Rahmawati Guru Tetap Bhs. Inggris
13/12/1962 1993
Tuhalolo/ S3 UGM
8 Dr. Nurdin, M.Si Guru Tetap Matematika
16/04/1968 2012
Enrekang/ Kimia/ S1 IKIP
9 Husna, S.Pd Guru Tetap
20/09/1969 Geografi 2004
Enrekang/ S1
10 Dra. Hj. Nurhuda Guru Tetap Qur’an Hadis
00/00/1957 IAIN/1985
Bule/ S1 UNM
11 Erni Syarifuddin Guru Tetap Bhs.Indonesia
10/11/1979 2003
Enrekang/ S1 IAIN
12 Dra. Sitti Maryam W Guru Tetap SKI
00/00/1967 1991
Simpin/ Kimia/ S1 UNM
13 Musafir, S.Pd Guru Tetap
09/10/1975 Geografi 2000
Pasui/ S1 UNM
14 Hasmiati Amin, S.Pd Guru Tetap PKn
26/08/1978 2002
Dulang/ Aqidah S1 IAIN
15 Yarsil, S.Ag Guru Tetap
20/07/1974 Akhlak 1998
Habibi Rahman, Mandalan/ Aqidah S1 STAI
16 Guru Tetap
S.Pd.I 16/12/1978 Akhlak DDI 2003
1 2 3 4 5 6
Gura/ Bhs. S1 UNM
17 Juliati, S.Pd. Guru Tetap
06/07/1979 Indonesia 2003
18 Nurdina, S Pd I. Polmas/ Guru Tetap Qur'an Hadis S1 UIN 2003
8/10/1979
Nur Endang Suparno, Bossok/ S1 UNM
19 Guru Tetap Ekonomi
S Pd 25/06/1979 2003
Malaysia/ S1 UNM
20 Marlina, S.Pd Guru Tetap Fisika
16/01/1981 2003
Bolang/ S1 UMM
21 Sitti Maryam, S.Pd Guru Tetap Bhs.Indonesia
4/041980 2003
Toli toli/ S1 UNM
22 Israwaty, S.Pd Guru Tetap Pend. Seni
11/05/1983 2008
Gura/ S1 UNM
23 Darwis, S Pd. Guru Tetap Ekonomi
15/08/1977 2002
Pangbarani/ S1 IAIN
24 Surdianawati, S.Ag. Guru Tetap Fikih
6/09/1975 1999
Rumbo/ S1 UNM
25 Hartati Daen, S Pd. Guru Tetap Ekonomi
28/02/1982 2005
Rumbia/ S1 IAIN
26 Marham, S.Pd.I. Guru Tetap Bhs. Inggris
16/07/1981 2004
Salma Sutarman, Bolang/ S1 UNM
27 Guru Tetap Bhs.Indonesia
S.Pd. 17/12/1977 2001
Enrekang/ S1 STAIN
28 Yasir, S.Pd Guru Tetap Fikih
06/12/1972 2010
Merauke/ S1 UNM
29 Syamsul Bahri, S Pd. Guru Tetap Penjaskes
30/03/1978 2003
Sudu/ S1 UNM
30 Imran, S.Pd Guru Tetap Biologi
31/12/1984 2009
Mursalin Muhmar, Pinrang/ Bhs.Indonseia S1 UMM
31 GTT
S.Pd 26/01/1981 dan TIK 2008
Enrekang/ Biologi dan S1 IKIP
32 Drs. Arman GTT
7/12/1967 Mulok 1992
Buntu
S1 IKIP
33 Dra. Haliani Mardan Lamba/ GTT Sejarah
1992
31/05/1968
Parepare/ S1 UMPAR
34 Hamdana, S.Pd. GTT Matematika
7/04/1981 2003
Kalosi/ S1 STAIN
35 Ikbal, S.Ag GTT Fikih
00/00/1948 2000
Merauke/ S1 UMPAR
36 Irwan, S.Pd.I GTT Bhs Arab
15/05/1976 2007
1 2 3 4 5 6
Parepare/ S1 IAIN
37 Masriani, S Pd.I GTT Bhs. Inggris
02/04/1981 2004
Kalosi/ S1 STAIN
38 Ikbal, S.Ag GTT Fikih
00/00/1948 2000
Sossok/ S1 UNM
39 Jumriah L, S.Pd GTT Kimia
03/03/1982 2007
40 Musdalifah N, S.Pd.I Ujung GTT P. Diri S1 UMPAR
Pandang/ 2006
11/09/1984
Mendeng/ S1 UMM
41 Musmuliadi, S Pd. GTT Bhs.Indonesia
13/09/1979 2003
S1 UNHAS/
Tampang/
42 Namria Nasir, SS. GTT Bhs Arab Akta IV
08/07/1984
2007
S1 UNM/
Gura/
43 Rus'an Samad, S.Pd. BK/GTT Ekonomi Akta IV
16/07/1983
2006
Panyurak/ S1 UNM
44 Sulpiati Lupian, S.Si GTT Biologi
6/05/1982 2005
Rumbo/ S1 UMPAR
45 Sumiati, S.Pd GTT TIK
23/01/1976 2008
Enrekang/ S1 UNHAS
46 Yulia, SE GTT Pend. Seni
1/03/1965 1993
Enrekang/ S1 Univ 45
47 RASMIATI, SP GTT Mulok
16/03/1978 2002
Ras Adham, S.Or, Cakke/ S1 UNM
48 BK/ GTT Penjaskes
S.Pd 26/06/1982 2008
Buntu
S1 UNM
49 Darmawanto, S.Pd lamba/ GTT Penjaskes
2009
16/05/1983
Tampang/ Biologi/ S1 UNM
50 Iis Sidratalia GTT
16/04/1987 Mulok 2009
Enrekang/
51 Alfiah, S.Pd.I GTT Matematika S1 UIN 2009
14/03/1987
Enrekang/ S1 IAIN
52 Roslina, S. Ag GTT Bhs. Arab
30/12/1971 1995
Cakke/
53 Abdul Kadir GTT Pend. Seni -
00/00/1968
Sudu/ S1 UNM
54 Astriani, S.Si GTT Geografi
21/09/1987 2010
1 2 3 4 5 6
Sitti Hajrah Khalid, Kalimbua/ S1 Unismuh
55 GTT Matematika
S.Pd 22/07/1987 2011
Pebu/
S1 UNM
56 Suharmin, S.Pd 9 November GTT Konselin
2011
1986
Kalimbua/
S1 UNM
57 Hasniah, S.Pd 18 Februari GTT Fisika
2011
1987
Enrekang/
Dermi Rahma Ayu, S1 UNHAS
58 25 Desember GTT Geografi
S.Si 2011
1988
Tawau/ S1 Unismuh
59 Nursalim, S.Pd GTT Bhs. Inggris
24 April 1982 2011
Pasongken/ S1 Unismuh
60 Dedi Parman, S.Pd GTT Sosiologi
7 Juli 1987 2011
Bonebone/ S1 Unismuh
61 Sabri, S.Pd GTT Sosiologi
27 Maret 1989 2011
Parepare/ S1 UMPAR
62 Rahmad, S.Pd GTT Bhs. Asing
11 Mei 1989 2011
Muhammad Jumli, Enrekang/ S1 UMI
63 Kepala TU
SE 30/07/1976 2008
Tana Toraja/ S1 Unhas
64 Muh. Gasnawi, SE Bendahara -
20/05/1973 1999
Loka/
65 Bahami Staf TU - D.III
27/04/1964
Simpin/
66 Syamsuardi Pegawai - SLTA 1998
13 Maret 1979
Enrekang/
67 Hasbiani, A.Md. Pustakawan D.III 1990
7/03/1966
Buntu Lamba/ Staf S1 UMI
68 MASRI, SE -
00/00/00 Pustakawan 2007
Simpin/ Bujang
69 Rusli SLTA 1988
06/09/1966 Sekolah
Sumber Data: Buku Kepagawaian Kepala Tata Usaha MAN Baraka,
tahun 2014
Berdasarkan data dalam tabel di atas dipahami bahwa jumlah tenaga pendidik di
MAN Barakah sebanyak 69, terdiri dari guru, tata usaha, pustakawan, dan bujang sekolah,
dengan status sebagian guru tetap atau pegawai negeri sipil (PNS) dan sebagian lagi non
Lampiran 2
Status Kepegawaian
No Jabatan Jumlah
PNS Non PNS
1 Guru 30 32 62
2 Staf Administrasi 1 5 6
3 Bujang Sekolah - 1 1
Jumlah 69
Sumber Data: Hasil Pengolahan Data dari Tabel 1 tentang tenaga Pendidik
MAN Baraka, tahun 2014
Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui bahwa guru MAN Baraka sebanyak 62 orang
dengan status PNS sebanyak 30 orang dan non PNS sebanyak 32 orang. Dengan demikian,
guru MAN Baraka non PNS lebih dominan ketimbang yang yang PNS. Selanjutnya
stafadministrasi di MAN Baraka sebanyak 6 orang, satu di antaranya PNS dan selebihnya,
yakni 5 orang non PNS, ditambah satu orang non PNS sebagai Bujang sekolah.
Adapun peserta MAN Baraka, untuk tahun pelajaran 2013-2014 adalah sebagai-mana
Lampiran 3
MAN Baraka tahun pelajaran 2013-2014 sebanyak 712 orang dengan perincian 322 orang
laki-laki dan 390 orang perempuan, semuanya terdiri atas 23 rombongan belajar atau ruangan
kelas.
Lampiran 4
Keadaan Sarana Prasarana MAN Baraka
1 2 3 4
16 Kantin 2 Baik
17 Tolet 16 Baik
18 Koneksi Internet 1 Baik
Sumber Data: Hasil Observasi Penulis di MAN Baraka, tahun 2014
yang perfeksionis karena dianggap mampu memenuhi kelengkapan prangkat madrasah yang
berkelas dan bergensi, apalagi hal itu dibuktikan dengan peningkatan peminat peserta didik
untuk melanjutkan di MAN Baraka setiap tahun semakin meningkat, dan ouput yang
dihasilkan meningkat pula, sebagaimana yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Lampiran 5
Lampiran 6