Anda di halaman 1dari 67

1

KARAKTERISTIK FISIK DAN KOMPOSISI KIMIA KEJU DARI


SUSU KAMBING ETAWA DENGAN KOAGULAN RENNET
NABATI (ENZIM PAPAIN) BERBENTUK TABLET

SKRIPSI

Oleh:

QORYNA KHALIDA
150306060

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

KARAKTERISTIK FISIK DAN KOMPOSISI KIMIA KEJU DARI


SUSU KAMBING ETAWA DENGAN KOAGULAN RENNET
NABATI (ENZIM PAPAIN) BERBENTUK TABLET

SKRIPSI

Oleh:

QORYNA KHALIDA
150306060

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di


Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

pernyataan dalam skripsi KARAKTERISTIK FISIK DAN KOMPOSISI KIMIA

KEJU DARI SUSU KAMBING ETAWA DENGAN KOAGULAN RENNET

NABATI (ENZIM PAPAIN) BERBENTUK TABLET adalah benar merupakan

gagasan dan hasil penelitian saya sendiri dibawah arahan komisi pembimbing. Semua

data dan sumber informasi yang digunakan dalam skripsi ini telah dinyatakan secara

jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi serta dapat

diperiksa kebenarannya. Skripsi ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh

gelar pada program studi sejenis perguruan tinggi lain.

Medan, 08 November 2019

Qoryna Khalida
NIM. 150306060

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i

ABSTRAK

QORYNA KHALIDA : Karakteristik Fisik dan Komposisi Kimia Keju dari


Susu Kambing Etawa dengan Koagulan Rennet Nabati (Enzim Papain) Berbentuk
Tablet. Dibimbing oleh R. EDHY MIRWANDHONO dan NURZAINAH GINTING.
Susu kambing merupakan sumber protein terbaik setelah telur dan ikan setara
dengan ASI akan tetapi memiliki sifat mudah terkontaminasi dan rusak. Oleh karena
itu diperlukan pengolahan agar menjamin keamanan susu untuk layak dikonsumsi
oleh masyarakat salah satunya adalah dengan diolah menjadi keju. Koagulan yang
digunakan pada penelitian ini adalah rennet nabati enzim papain dengan dosis yang
berbeda dan rennet hewani sebagai perlakuan kontrol. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Teknologi Pengolahan Pakan Program Studi Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan
Makanan Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Parameter yang diteliti
adalah karakteristik fisik (berat curd dan rendemen curd) dan komposisi kimia (kadar
air, kadar bahan kering, kadar protein dan kadar lemak). Berdasarkan hasil analisis
statistik yang diperoleh dari karakteristik fisik (berat curd dan rendemen curd) serta
komposisi kimia (kadar air, kadar bahan kering, kadar protein dan kadar lemak) yang
memiliki hasil terbaik berada pada perlakuan P3 menggunakan rennet nabati enzim
papain dengan jumlah 0,3 gram untuk setiap satu liter susu dan penelitian yang
diperoleh rennet nabati enzim papain memiliki harga Rp. 1,786/tabletnya jadi lebih
hemat penggunaannya dibandingkan rennet hewani yang memiliki harga yang lebih
mahal dan sulit didapat.

Kata kunci : keju, susu kambing, enzim papain, karakteristik fisik, komposisi
kimia

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii

ABSTRACT

QORYNA KHALIDA: Physical Characteristics and Chemical Composition


of Cheese from Etawa Goat Milk with Vegetable Rennet (Papain Enzyme) Coagulant
in the Form of Tablets. Supervised by R. EDHY MIRWANDHONO and NURZAINAH
GINTING.
Goat's milk is the best source of protein after eggs and fish are equivalent to
breast milk but have the nature to be easily contaminated and damaged. Therefore
processing is needed to ensure the safety of milk for consumption by the community,
one of which is to be processed into cheese. The coagulant used in this research was
vegetable rennet papain enzyme with different doses and animal rennet as a control
treatment. This research was conducted at the Laboratory of Feed Processing
Technology, Animal Science Study Program, Faculty of Agriculture, University of
North Sumatra and the Laboratory of Biochemistry / Food Chemistry, Food
Chemistry Study Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University
of North Sumatra. The research design used a completely randomized design (CRD)
with 4 treatments and 5 replications. The parameters studied were physical quality
(curd weight and yield) and chemical composition (water content, dry matter content,
protein content and fat content). Based on the results of statistical analysis obtained
from physical characteristics (curd weight and curd yield) and chemical composition
(water content, dry matter content, protein content and fat content) which have the
best results in accordance with the treatment P3 using vegetable rennet papain
enzyme with an amount of 0, 3 grams for every one liter of milk and research
obtained from vegetable enzyme rennet papain has a price of Rp. 1.786 / tablet so it
is more efficient use than animal rennet which has a more expensive price and is
difficult to obtain.

Keywords: cheese, goat milk, papain enzyme, physical characteristics,


chemical composition

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii

RIWAYAT HIDUP

Qoryna Khalida lahir di Sampang pada tanggal 11 Mei 1996 yang

merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. Samsul Bahri dan ibu

Haizatul Falah, S.Si.

Penulis menempuh pendidikannya di SD Negeri 112143 Rantauprapat pada

tahun 2002, SMP Negeri 1 Rantau Selatan pada tahun 2008, pada tahun 2014 penulis

lulus dari SMA Negeri 3 Rantau Utara dan pada tahun 2015 penulis lulus di Program

Studi Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur

UMB-PTN. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai sekretaris Himpunan

Mahasiswa Muslim Petermakan (HIMMIP) pada periode 2017-2018, sebagai anggota

Ikatan Mahasiswa Peternakan (IMAPET) pada periode 2017-2018. Penulis

melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kelompok Ternak Tani Maju dusun

Kota Lama Desa Telaga Jernih Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat pada

tahun 2018.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa

atas berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Karakteristik Fisik dan Komposisi Kimia Keju

dari Susu Kambing Etawa dengan Koagulan Rennet Nabati (Enzim Papain)

Berbentuk Tablet”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. R.

Edhy Mirwandhono, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr. Ir.

Nurzainah Ginting, M. Sc selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan berbagai masukan dalam menyelesaikan skripsi ini

sehingga dapat terlaksana dengan baik, disamping itu penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah

membesarkan, mendidik dan mendukung penulis dalam segala hal, baik moral

maupun materi. Serta ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah menjadi

bagian perjalanan penulis dalam membantu dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi

ini, akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat untuk

semua pembaca.

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK .......................................................................................................... i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
Hipotesis Penelitian............................................................................................. 3
Kegunaan Penelitian............................................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA
Rennet ................................................................................................................. 4
Enzim Papain ...................................................................................................... 5
Susu Kambing Etawa ......................................................................................... 8
Keju ..................................................................................................................... 9
Proses Pembuatan Keju ....................................................................................... 12
Pasteurisasi ..................................................................................................... 12
Pengasaman .................................................................................................... 13
Penggumpalan ................................................................................................ 14
Pengolahan Dadih........................................................................................... 14
Pengasinan ...................................................................................................... 15
Pencetakan ...................................................................................................... 15
Penekanan ....................................................................................................... 16
Sifat Fisik Keju ................................................................................................... 16
Berat Curd ...................................................................................................... 16
Rendemen Curd .............................................................................................. 17
Sifat Kimia Keju ................................................................................................. 17
Kadar Air ........................................................................................................ 17

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi

Kadar Kering .................................................................................................. 19


Kadar Protein .................................................................................................. 19
Kadar Lemak .................................................................................................. 20

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 22
Alat dan Bahan .................................................................................................... 22
Alat ................................................................................................................. 22
Bahan .............................................................................................................. 22
Metode Penelitian................................................................................................ 22
Parameter Penelitian............................................................................................ 23
Analisis Data ....................................................................................................... 25
Prosedur Penelitian.............................................................................................. 26
Prinsip Pembuatan Keju ...................................................................................... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Fisik ............................................................................................... 28
Berat Curd ...................................................................................................... 28
Rendemen Curd .............................................................................................. 29
Komposisi Kimia ................................................................................................ 31
Kadar Air ........................................................................................................ 31
Kadar Bahan Kering ....................................................................................... 33
Kadar Protein .................................................................................................. 35
Kadar Lemak .................................................................................................. 37
Biaya Pembuatan Rennet Nabati Enzim Papain ................................................. 39
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ...................................................................... 40

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ......................................................................................................... 42
Saran .................................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43

LAMPIRAN ........................................................................................................ 47

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Komposisi kimia rata-rata susu segar dari berbagai mamalia...................... 9

2. Nilai Nutrisi Keju dalam 100 g .................................................................... 12

3. Klasifikasi Keju Berdasarkan Kadar Air ..................................................... 19

4. Klasifikasi Keju Berdasarkan Kadar Lemak ................................................ 21

5. Berat Curd Koagulan Rennet hewani dan Rennet Nabati Enzim Papain
(gram) .......................................................................................................... 28

6. Rendemen Curd Koagulan Rennet hewani dan Rennet Nabati Enzim


Papain (%) .................................................................................................... 30

7. Kadar Air Keju Koagulan Rennet hewani dan Rennet Nabati Enzim
Papain (%) .................................................................................................... 32

8. Kadar Bahan Kering Keju Koagulan Rennet hewani dan Rennet Nabati
Enzim Papain (%) ........................................................................................ 34

9. Kadar Protein Keju Koagulan Rennet hewani dan Rennet Nabati Enzim
Papain (%) .................................................................................................... 35

10. Kadar Lemak Keju Koagulan Rennet hewani dan Rennet Nabati Enzim
Papain (%) .................................................................................................... 37

11. Daftar Harga Bahan Pembuatan Rennet Nabati Enzim Papain ................... 39

12. Total Harga Pembuatan Rennet Nabati Enzim Papain ................................ 39

13. Karakteristik fisik dan komposisi kimia dari keju yang menggunakan susu
kambing etawa dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan
rennet nabati enzim papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g ..................... 40

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Tablet Rennet ....................................................................................... 5

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Hasil Analisa Laboratorium Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet


Nabati Enzim Papain .................................................................................... 47

2. Hasil Analisis Berat Curd Koagulan Rennet Hewani dan Rennet Nabati
Enzim Papain ............................................................................................... 49

3. Hasil Analisis Rendemen Curd Koagulan Rennet Hewani dan Rennet


Nabati Enzim Papain .................................................................................... 49

4. Hasil Analisis Kadar Air Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain .................................................................................... 50

5. Hasil Analisis Kadar Bahan Kering Keju Koagulan Rennet Hewani dan
Rennet Nabati Enzim Papain ....................................................................... 50

6. Hasil Analisis Kadar Protein Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain .................................................................................... 51

7. Hasil Analisis Kadar Lemak Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain .................................................................................... 51

8. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 52

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kendala utama dalam pengembangan industri keju adalah tidak adanya

produksi rennet di Indonesia, rennet merupakan enzim yang membantu proses

penggumpalan protein susu pada pembuatan keju. Umumnya rennet diproduksi dari

lambung hewan menyusui seperti sapi, kambing, unta, atau babi (Usmiati, 2018).

Rennet yang ada di Indonesia adalah hasil impor dari berbagai Negara, seperti

Australia. Kurangnya rennet di Indonesia membuat rennet impor ini menjadi mahal

dan langka, hal ini tidak sebanding dengan semakin meningkatnya permintaan

masyarakat akan produk keju. Oleh karena itu diperlukan bahan lain pengganti rennet

sebagi penggumpal susu. Alternatif penggunaan rennet dalam pembuatan keju dapat

diperoleh dengan cara mencari bahan lain yang mengandung enzim protease. Salah

satu sumber enzim protease dapat diperoleh dari getah papaya

(Yuniawati et al, 2008).

Penggunaan pengganti rennet dari tumbuhan mampu menjadi solusi dari

penurunan pemotongan ternak ruminansia muda yang masih menyusui untuk

memperoleh ennzim protease dari lambung sebagai bahan utama pembuatan rennet

dan rennet dari tumbuhan ini pula menjadi salah satu solusi dari keresahan

masyarakat tentang ke halalan dari produk rennet impor yang ada di Indonesia karena

dikhawatirkan ternak yang diambil lambungnya tidak dipotong secara syariat islam

(Nasrullah, 2012).

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Konsumsi keju di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 19.000 ton dan

kebutuhan keju sebagian dipenuhi dengan cara di import, impor keju Indonesia dari

Amerika Serikat yaitu sebesar 3.060 ton. Impor keju terus meningkat sebesar 5,96%

per tahun (BPS, 2014).

Keju merupakan salah satu hasil dari pengolahan susu, yang memiliki

kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Keju juga merupakan salah satu teknologi

untuk pengawetan susu, karena susu memiliki sifat yang mudah terkontaminasi dan

rusak. Oleh karena itu diperlukan pengolahan agar menjamin keamanan susu untuk

layak dikonsumsi oleh masyarakat (Malaka, 2010)

Diantara berbagai jenis susu yang dihasilkan oleh binatang mamalia, susu

kambing merupakan susu yang paling banyak memiliki manfaat bagi kesehatan

manusia (Mulyanto, 2002). Berdasarkan publikasi Small Ruminant Production

System Network for Asia (SRUPNA), susu kambing sangat baik untuk orang yang

memiliki kelainan intoleransi laktosa (Sodiq, 2002), karena laktosa pada susu

kambing lebih rendah (10%) dari pada susu sapi (Cooke, 2010). Selain itu, globula

lemak susu kambing memiliki diameter partikel kecil (<5µm) lebih banyak 80%

dibandingkan susu sapi 60% (Qarnaini, 2013) sehingga susu kambing mudah dicerna

dan diserap tubuh untuk menghasilkan energi dibandingkan susu sapi.

Melihat manfaat dan fungsi dari rennet sebagai bahan koagulan dalam

pembuatan keju serta belum adanya penelitian di Indonesia mengenai pembuatan keju

dengan menggunakan rennet dari enzim papain, maka penulis ingin melihat

karakteristik fisik (berat curd dan rendemen curd) dan komposisi kimia (kadar air,

kadar bahan kering, kadar lemak, kadar protein) dari keju tersebut.

2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh berbagai level rennet nabati (enzim papain)

dalam pembuatan keju terhadap karakteristik fisik (berat curd dan rendemen curd),

komposisi kimia (kadar air, kadar bahan kering, kadar lemak dan kadar protein) dan

mengetahui biaya dari pembuatan tablet rennet nabati enzim papain.

Hipotesis Penelitian

Dalam penambahan berbagai level rennet nabati (enzim papain) dalam

pembuatan keju dapat meningkatkan karakteristik fisik (berat curd dan rendemen

curd), komposisi kimia (kadar bahan kering dan kadar protein) serta menurunkan

komposisi kimia (kadar air dan kadar lemak) pada keju dan harga biaya pembuatan

rennet nabati enzim papain dapat lebih murah dibandingkan rennet hewani.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi Akademis : menjadi sumber informasi dan referensi bagi perkembangan ilmu

pengetahuan bagi peneliti, kalangan akademis atau instansi yang berhubungan

dengan peternakan

2. Bagi Peternak & Masyarakat : bermanfaat bagi masyarakat umum dalam

pemanfaatan rennet nabati (enzim papain) sebagai bahan penggant rennet

komersial dalam proses pembuatan keju dan tentang karakteristik fisik dan

komposisi kimia keju dari rennet nabati (enzim papain)

3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4

TINJAUAN PUSTAKA

Rennet

Rennet merupakan penggumpal kasein pada proses pembuatan keju yang di

dalamnya mengandung enzim protease rennin. Enzim rennet yang digunakan

merupakan enzim yang bersifat proteolitik yang dapat menggumpalkan susu pada

proses awal pembuatan keju. Bakteri asam laktat yang sering digunakan pada

pembuatan keju adalah jenis Lactobacillus lactis (Hutagalung, 2017).

Menurut Usmiati (2018) Rennet merupakan salah satu bahan penolong yang

penting dan perlu disiapkan dalam pembuatan keju ialah bahan penggumpal kasein

(protein dalam susu sebagai bahan keju). Sampai sekarang bahan penggumpal susu

yang paling ideal ialah enzim rennin. Bahan ini dapat diperoleh dalam bentuk ekstrak

rennet maupun bubuk/tepung, yang dapat dibuat secara sederhana dari bahan

abomasum (lambung ke 4) anak sapi yang masih menyusui atau ternak ruminansia

muda lainnya.

Rennet ialah ekstrak abomasum anak sapi yang belum disapih atau mamalia

lainnya, sedangkan rennin adalah enzim yang terdapat dalam rennet. Rennin termasuk

enzim protease asam, yaitu enzim yang mempunyai sisi aktif pada dua gugus

karboksil. Disamping terdapat rennin, dalam rennet juga terkandung enzim protease

lain yaitu pepsin. Renin juga jauh lebih baik dalam menggumpalkan kasein susu dari

pada pepsin. Ekstrak rennet dari abomasum anak sapi yang masih menyusui

mengandung 88 – 94 % rennin dan 6 – 12 % pepsin, sedangkan ekstrak abomasum

sapi yang lebih tua dan tidak menyusu lagi mengandung 90 – 94 % pepsin dan hanya

4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5

6 – 10 % rennin. Rennet hasil ekstraksi abomasum anak sapi mempunyai aktivitas

maksimum pada pH 6.2 – 6.4. Rennin stabil pada pH 5.3 – 6.3 dan pada pH 2

kestabilannya sangat rendah, sedangkan pepsin stabil pada pH 5 – 5.5 dan aktif pada

pH 1 – 4. Ekstrak rennet sebaiknya disimpan pada pH 5.6 – 5.8 untuk menjaga

kestabilan enzim rennin dan pepsin. Ekstrak rennet yang disimpan pada suhu 5oC

aktivitas koagulasinya turun 0.5 % selama sebulan, sedangkan pada suhu 25oC

aktivitasnya turun 1 – 2 % selama sebulan (Betha, 2010).

Koagulasi akan maksimal pada suhu sekitar 40ºC sampai 42ºC. Suhu kurang

dari 10ºC tidak akan terjadi koagulasi, koagulasi akan terhenti mulai suhu 50ºC dan

pada suhu 65ºC koagulasi tidak terjadi lagi (Murti,2004).

Gambar 1. Tablet Rennet

Enzim Papain

Semua bagian tanaman mengandung getah (Ashari, 2006). Dalam getah

papaya mengandung enzim papain, yaitu enzim proteolitik yang terdapat pada getah

tanaman papaya (Carica papaya L). Secara umum yang dimaksud dengan papain

adalah papain yang dimurnikan maupun papain yang masih kasar. Semua bagian

papaya seperti buah, daun, tangkai daun, dan batang mengandung enzim papain

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6

dalam getahnya, tetapi bagian yang paling banyak mengandung enzim papain adalah

buahnya (Yuniawati et.al, 2008).

Enzim papain adalah enzim proteolitik yang terdapat pada getah tanaman

papaya (cacica papaya L). secara umum yang dimaksud dengan papain adalah papain

yang dimurnikan maupun papain yang masih kasar. Semua bagian papaya seperti

buah, daun, tangkai daun, dan batang mengandung enzim papain dalam getahnya,

tetapi bagian yang paling banyak mengandung enzim papain adalah buahnya

(Yuniawati et.al, 2008).

Enzim yang berperan penting dalam hidrolisis protein ada 2 yaitu protease

yang dapat memecah ikatan protein menjadi peptide, dan peptidase yang dapat

memecah ikatanpeptida menjadi asam amino. Dengan kombinasi protease dan

peptidase dapat memecah 90% ikatan peptid (Fennema 1985).

Enzim papain tergolong protease sulhidril. Aktivitasnya tergantung pada

adanya gugus sulfhidril pada sisi aktifnya. Enzim ini dapat dihambat oleh senyawa

oksidator, alkilator, dan logam barat (Winarno,1982). Enzim papain mempunyai daya

tahan panas paling tinggi diantara enzim-enzim proteolitik lainnya. Aktivitas enzim

selain dipengaruhi oleh proses pembuatannya juga dipengaruhi oleh umur dan jenis

varietas pepaya yang digunakan.

Reaksi umum yang dikatalisis oleh enzim proteolitik adalah hidrolisa ikatan

peptide pada protein. Kinetika reaksi proses pengumpalan protein susu oleh enzim

proteolitik dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

1. Hidrolisa enzimatis pada k-kasein

2. Flokulasi misel kasein

6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7

3. Pembentukan dan perkembangan ikatan silang gel susu (Winarno,1982).

Protein susu dapat dikoagulasikan dengan asam (asam organik). Asam yang

sering digunakan dalam pembuatan beberapa varietas adalah asam laktat dan asam

asetat. Pengaruh utama pengasaman adalah penurunan pH susu yang menyebabkan

lepasnya ion kalsium dari kalsium kaseinat karena tersedianya ion H yang semakin

meningkat sehingga dapat memecah senyawa kalsium fosfat sebagai berikut:

Ca3(PO4)2 + 3 H+ 3 Ca+ + HPO4 + H2SO4

Getah pepaya didapatkan dari hasil penyadapan pada buah pepaya. Getah

buah pepaya yang dihasilkan akan memiliki warna putih seperti susu (Krishna, 2008).

Penyadapan getah buah pepaya dilakukan pada buah pepaya yang masih muda tetapi

tidak terlalu muda maupun tidak terlalu tua dikarenakan akan menghasilkan getah

buah pepaya yang sedikit. Kandungan zat aktif yang berada pada getah buah pepaya

akan bertambah banyak seiring dengan bertambahnya usia dari buah papaya. Syarat

agar dapat dilakukannya penyadapan getah buah pepaya yaitu penyadapan dilakukan

pada pepaya yang berusia 2-3 bulan dikarenakan pada usia 2-3 bulan akan

menghasilkan jumlah getah yang banyak dan memiliki kandungan zat aktif yang

tinggi (Rukmana, 2012).

Getah pepaya memiliki kandungan lebih dari 50 asam amino, antara lain asam

aspartat, treonin, serin, asam glutamat, prolin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin,

fenilalanin, histidin, lisin, arginin, triptofan, dan sistein (Prabantini, 2013). Getah

buah pepaya memiliki kandungan enzim papain 10%, kemopapain 45%, dan lisozim

20% (Koswara, 2010).

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

Susu Kambing Etawa

Hewan penghasil susu salah satunya adalah kambing etawa. Dalam satu hari

kambing etawa dapat menghasilkan susu sebanyak 3 liter. Kambing etawa memiliki

butiran lemak yang lembut, halus dan lebih kecil dibandingkan dengan lemak pada

susu sapi. Tekstur lemak yang lembut dan halus tersebut mengakibatkan butiran

lemak yang terkandung dalam susu kambing etawa menjadi lebih mudah dicerna oleh

tubuh (Fathun, 2012)

Susu kambing merupakan sumber protein terbaik setelah telur dan ikan setara

dengan ASI. Susu kambing yang terbaik adalah susu segar (raw goat milk) karena

proses pemasakan susu kambing yang kurang tepat dapat merusak kandungan mineral

yang berkhasiat sebagai pelindung jaringan paru-paru. Namun dengan pengolahan

yang baik susu kambing dapat dikonsumsi dalam bentuk berbagai jenis olahan seperti

yoghurt, keju dan lain – lain (Widodo, 2002). Keunggulan susu kambing antara lain

tidak menyebabkan diare, lemaknya mudah dicerna karena mempunyai tekstur yang

lembut, halus dan lebih kecil dibandingkan dengan butiran lemak susu sapi atau susu

lainnya (Iskandar, 2010). Susu kambing tidak mengandung beta-lactoglobulin.

Senyawa allergen itu sering disebut sebagai pemicu reaksi alergi seperti asma, sesak

napas, infeksi radang telinga, kemerahan pada kulit dan gangguan pencernaan

makanan (Darmajati, 2008).

Aritonang (2009) menyatakan kualitas susu ditentukan oleh beberapa faktor,

diantaranya faktor kebersihan, susunan susu dan sifat-sifat susu. Nilai gizi yang tinggi

juga menyebabkan air susu mudah rusak karena merupakan media yang disukai oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu

8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9

yang sangat singkat air susu sangat tidak layak untuk dikonsumsi apabila tidak

ditangani dengan benar.

Kandungan susu yang diperlukan untuk pertumbuhan manusia antara lain

adalah protein, laktosa dan lemak. Selain manusia, hewan mamalia (menyusui)

menghasilkan air susu yang komposisinya sangat tergantung pada jenis mamalianya,

komposisi kimia rata-rata susu segar dari berbagai mamalia dapat dicermati pada

tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Komposisi kimia rata-rata susu segar dari berbagai mamalia


Mamalia % Air % Lemak % Protein % Laktosa % Mineral
Sapi 87,29 3,66 3,42 4,29 0,71
Kerbau 82,44 7,40 4,74 4,46 0,78
Unta 87,67 3,02 3,45 5,51 0,71
Kambing 80,81 8,28 5,44 4,70 0,90
Domba 87,81 3,80 3,50 4,10 0,79
Sumber: Lampert (1975)

Keju

Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan

menggunakan asam atau enzim sehingga terjadi pemisahan curd dan whey. Definisi

keju adalah dadih susu yang digumpalkan dengan menggunakan aktivitas enzim yang

diikuti dengan pemisahan curd dan whey yang menghasil curd yang lebih padat dan

kompak (Daulay, 1991).Kandungan utama dari keju adalah protein susu (kasein) dan

lemak.

Pada umumnya keju dibuat dari susu sapi tetapi dapat juga dibuat dari jenis

susu lainnya (Malaka, 2010). Pada pembuatan keju susu yang berasal dari susu sapi,

susu kerbau, susu kambing, dan lain-lain. Masing-masing jenis susu akan

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

menghasilkan keju yang berbeda-beda. Biasanya, perbedaan yang utama terletak pada

aroma dan rasanya.

Terdapat berbagai jenis keju berdasarkan asal pembuatan keju, jenis susu yang

digunakan, metode pembuatannya dan perlakuan yang digunakan dalam pematangan

keju. Keju berdasarkan teksturnya dibedakan menjadi 4 yaitu keju lunak, keju

setengah lunak, keju keras dan keju sangat keras. Keju dianggap lunak dengan kadar

air lebih besar dari 40%, keju setengah lunak yaitu dengan kadar air 36-40%, keju

keras yaitu dengan kadar air 25-36% dan keju sangat keras dengan kadar air kurang

dari 25% (Buckle dkk, 1987). Keju dapat dimatangkan dengan bakteri, jamur,

kombinasi bakteri dan jamur, atau dapat juga dibiarkan tanpa dimatangkan. Jenis keju

dengan cara pengolahan paling sederhana yaitu keju segar (fresh cheese).

Meski terdapat bermacam macam jenis keju, pada dasarnya proses pembuatan

keju tetap sama dengan menghilangkan air, laktosa, dan beberapa mineral dari susu

untuk menghasilkan suatu massa padat protein dan lemak. Bahan bahan yang

diperlukan adalah susu, penggumpal (enzim rennet, asam laktat) garam dan bakteri.

Pada umumnya rendemen keju yang dihasilkan 10% dari berat susu, artinya dari 10

liter susu dapat dihasilkan 1 kg keju segar (Soekarta,1990).

Purwadi (2008) menyatakan bahwa pemberian beberapa jenis pengasam yang

berbeda akan mempengaruhi hasil rendemen, kekerasan, daya potong, dan elastisitas

yang berbeda pada keju. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi kualitas keju

yaitu jenis pengasam, konsentrasi pengasam, dan kondisi susu.

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

Suhu susu untuk penggumpalan sangat kritis bila ditambahkan rennin. Bila

suhu susu dibawah 15°C, penggumpalan tidak dapat terjadi. Bila lebih dari 60°C,

enzim menjadi tidak aktif. Suhu optimum adalah 40°C. Susu yang akan digumpalkan

oleh renin tidak boleh dipanaskan terlalu lama dan suhu yang terlalu tinggi akan

menyebabkan perubahan disposisi ion kalsium (Winarno, 1982).

Keragaman jenis keju tergantung pada bahan dasar yang digunakan, metode

koagulasi susu, kadar whey dalam curd, dilakukan pemeraman atau tidak dan metode

pemeraman yang digunakan. Berdasarkan perlakuan selama pengolahan dan bahan

baku yang digunakan, tiap jenis keju akan memiliki karakteristik tertentu seperti

ukuran, bentuk, warna, penampilan eksternal, aroma, cita rasa, kadar lemak, kadar

garam, dan sebagainya (Daulay, 1991). Konsentrasi koagulan susu berpengaruh

terhadap aktivitas koagulasi protein curd dalam proses fermentasi keju, dan semakin

tinggi aktivitas koagulasi protein curd dalam proses fermentasi keju diperlukan waktu

koagulasi yang semakin cepat (Castle dan Watkins, 1979).

Koagulasi berawal dari pemanasan yang dapat menyebabkan pemutusan

ikatan hydrogenyang menopang struktur sekunder dan tersier suatu protein sehingga

menyebabkan sisihidrofobik dari gugus samping polipeptida akan tebuka. Hal ini

menyebabkan kelarutan protein semakin turun dan akhirnya mengendap dan

menggumpal. Pada saat inilah terjadi proses koagulasi (Winarno,2006).

Tahapan koagulasi protein :

1. Denaturasi protein : Perubahan utama pada struktur 3 dimensi

2. Flokulasi / curding : Perubahan struktur protein sekunder, penggumpalan protein

yang mengendap berada di dalam keadaan terpisah – pisah

11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12

3. Gelasi/ koagulasi: Gumpalan – gumpalan protein sudah menbentuk massa

homogen seperti gel.

Secara umum proses penggumpalan atau koagulasi pada proses pembuatan

keju dengan menggunakan rennet adalah sebagai berikut:

Keju merupakan salah satu produk olahan susu yang kaya akan protein,

mineral, dan vitamin. Kandungan nilai nutrisi dalam 100 gr keju dapat dilihat pada

Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Nilai Nutrisi Keju dalam 100 gr


Komponen Kandungan/100 gr
Energi 1641 kj (392 kcal)
Protein 23,7 g
Kalsium 870 mg
Fosfor 610 mg
Vitamin A 1740 IU
Vitamin D 13 IU
Vitamin B 0,0015 mg
Sumber : Hidayat (2006)

Proses Pembuatan Keju (Buckle dkk, 1987)

Pasteurisasi

Sebagian besar keju dibuat dengan menggunakan susu yang telah

dipasteurisasi, karena hal ini akan menghasllkan produk yang lebih konsisten dan

12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13

seragam. Pasteurisasi menghancurkan bakteri pathogen yang ada hubungannya

dengan susu, tetapi juga menghancurkan organism dan enzim yang ikut membnatu

proses pematangan, sehingga pada umumnya diperlukan waktu pematangan yang

lama.

Pengasaman

Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus dan

Lactobacillus dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan

merubahnya menjadi asam laktat. Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat

dalam susu (protein kasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan

membentuk dadih.

Pengembangan suasana asam adalah salah satu darifaktor utama dalam

pembuatan keju, karen sejumlah asam sangat diperlukan untuk pembentukan dadih

yang dapat diolah. Untuk menghasilkan keasaman susu dapat dicapai dengan

memasukkan pencemar yang berupa kultur bakteri tertentu. Untuk keju yang diolah

pada suhu di bawah 37oC, yang dimasukkan sebagai inolkular adalah

kultur Streptococcus cremoris, sedangkan keju yang diolah pada suhu 37oC

digunakan kultur Streptococcus thermophilus dan jenis Lactobacillus. Keasaman

yang diproduksi oleh fermentasi laktosa menjadi asam laktat mencegah tumbuhnya

mikroorganisme yang tidak dikehendaki, dan mempengaruhi kecepatan

penggumpalan kasein. Dadih yang terbentuk dengan cara ini bersifat lunak dan tidak

dapat diolah, serta pengembangan dadih selanjutnya memerlukan penambahan rennet.

13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14

Penggumpalan

Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian

membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih)

dan padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang dipakai untuk

membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya air dadih tersebut

dibuang. Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dadih keju

dihancurkan menjadi butiran-butiran. Semakin halus dadih tersebut maka semakin

banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan keju yang lebih

keras.

Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada

menjadi dadih. Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi

tingkat kepadatan keju. Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 8 jam,

tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut.

Sebagian besar keju menggunakan rennet dalam proses pembuatannya.

Rennin adalah enzim pembantuk dadih yang diperoleh dari pemisahan perut anak sapi

yang masih menyusui dan bersifat proteolotik. Namun zaman dahulu ketika keju

masih dibuat secara tradisional, getah daun dan ranting pohon ara digunakan sebagai

pengganti rennet.

Pengolahan Dadih

Setelah pemberian rennet, proses selanjutnya berbeda-beda. Beberapa keju

lunak dipindahkan dengan hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya pada keju-keju

lainnya, dadih diiris dan dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan mesin

14
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15

supaya mengeluarkan lebih banyak air dadih. Semakin kecil potongan dadih maka

keju yang dihasilkan semakin padat.

Pengasinan

Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak terasa

tawar. Keju dapat diasinkan dengan empat cara yang berbeda. Bagi beberapa keju,

garam ditambahkan langsung ke dalam dadih. Cara yang kedua adalah dengan

menggosokkan atau menaburkan garam pada bagian kulit keju. Hal ini menyebabkan

kulit keju terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu

cepat. Beberapa keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam

dalam air garam. Perendaman keju bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga

berhari-hari. Cara yang terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju

dengan larutan garam. Selain memberikan rasa, garam juga membantu

menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak

mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki

proses maturasi.

Pencetakan

Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan dicetak.

Untuk keju-keju kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang ke dalam

cetakan. Untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari tangki menggunakan

bantuan sehelai kain. Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut dikeringkan

terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16

Penekanan

Keju haruslah ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan.

Untuk keju lunak, penekanan biasanya tidak dilakukan karena berat dari keju tersebut

sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih, sama halnya dengan keju iris, berat

dari keju tersebut menentukan tingkat kepadatan yang diinginkan. Meskipun

demikian, sebagian besar keju melewati proses penekanan. Waktu dan intensitas

penekanan berbeda-beda bagi setiap keju.

Sifat Fisik Keju


Berat Curd
Koagulasi atau penggumpalan susu adalah perubahan bentuk dari susu cair

menjadi padatan berbentuk gel. Koagulasi ini terjadi karena adanya penggumpalan

dari kasein yang terdapat dalam susu. Gumpalan kasein yang terbentuk juga

mengandung lemak, bakteri, koloid kalsium-fosfat dan patikel-partikel lainnya

yang disebut dengan curd. Curd yang terbentuk juga mengandung air dan bahan-

bahan yang terlarut dalam air (Daulay, 1991).

Pada proses pembentukan keju akan terbentuk dua golongan protein yaitu

protein menggumpal yang disebut curd yang akan menjadi keju melalui proses

pembuatan selanjutnya dan protein terlarut yang disebut whey. Curd adalah gumpalan

yang terbentuk oleh aktivitas koagulan yaitu campuran enzim yang mempunyai

aktivitas proteolitik. Whey merupakan protein yang tidak mengalami presipitasi

karena asam, dan mencerminkan sekitar 20% dari total kandungan protein. Whey

merupakan hasil samping (by product) dari pembuatan keju (Murti, 2004).

16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17

Rendemen Curd

Rendemen keju adalah rasio antara keju yang terbentuk dengan susu yang

digunakan sebagai bahan dasar (Daulay, 1991). Menurut Purwadi (2008) bahwa

pemberian beberapa jenis pengasam yang berbeda akan mempengaruhi hasil

rendemen, kekerasan, daya potong, dan elastisitas yang berbeda pada keju. Selain itu

lama waktu koagulasi berpengaruh terhadap jumlah rendemen karena waktu yang

singkat tidak cukup menggumpalkan protein pada susu secara sempurna

(Komar et al., 2009).

Murti (2004) menyatakan rendemen yaitu perbandingan antara koagulan

(curd) yang terbentuk dengan susu yang digunakan. Perhitungan rendemen secara

praktis sangat perlu diketahui, karena mencerminkan nilai kuantitatif. Nilai rendemen

juga mencerminkan apakah proses pembuatan keju sampai tahap pematangan

dilakukan dengan baik, efektif atau tidak. Rendemen Curd dapat dihitung

menggunakan rumus :

B
Rendemen Curd = x 100%
A
Keterangan :

A = Berat produk susu yang digunakan (g)

B = Berat Keju yang terbentuk (g)

Sifat Kimia Keju


Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18

pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita

rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran

dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan

mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi

perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1982).

Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industri, misalnya

dalam evaluasi material balance atau kehilangan selama pengolahan. Kita harus tahu

kandungan air (dan kadang juga distribusi air) untuk pengolahan optimum, misalnya

dalam penggilingan serealia, pencampuran adonan sampai konsistensi tertentu, dan

produksi roti dengan daya awet dan tekstur tinggi. Kadar air harus diketahui dalam

penentuan nilai gizi pangan, untuk memenuhi standar komposisi dan peraturan-

peraturan pangan. Kepentingan yang lain adalah bahwa kadar air diperlukan untuk

penentuan mengetahui pengolahan terhadap komposisi kimia yang sering dinyatakan

pada dasar dry matt. Penentuan kadar air yang cepat dan akurat bervariasi tergantung

struktur dan komposisinya. Dari segi analisis pangan, kandungan air dalam pangan

dapat dibagi menjadi tiga macam bentuk. Air bebas adalah air dalam bentuk sebagai

air bebas dalam ruang intergranular dan dalam pori-pori bahan. Air demikian ini

berlaku sebagai agensia pendispersi bahan-bahan koloidal dan sebagai solven

senyawa-senyawa kristalin. Air yang terserap (teradsorpsi) pada permukaan koloid

makromolekular (pati, pektin, cellulosa, protein). Air ini berkaitan erat dengan

makromolekul-makromolekul yang mengadsorpsi dengan gaya absorpsi, yang

diatributkan dengan gaya Van der Waals atau dengan pembentukan ikatan hidrogen.

Air terikat, berkombinasi dengan berbagai substansi, sebagai air hidrat. Klasifikasi

18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19

tersebut tidak mutlak. Istilah air bebas, terabsorpsi, dan terikat itu relatif

(Marlina, 2007).

Menurut Buckle dkk (1987) klasifikasi keju berdasarkan kadar air adalah

sebagai berikut :

Tabel 3. Klasifikasi Keju Berdasarkan Kadar Air


Tipe Keju Kadar Air (%)
Keju Sangat Keras <25
Keju Keras 25-36
Keju Semi Lunak 36-40
Keju Lunak >40

Kadar Bahan Kering

Bahan kering merupakan salah satu cara pengukuran yang terkandung dalam

bahan pangan. Bahan kering mengandung senyawa-senyawa organik seperti lemak,

protein, serat, karbohidrat dan senyawa-senyawa anorganik seperti mineral

(Marlina, 2007).

Keju yang dibuat dengan cara fermentasi atau bukan yang diperoleh atau yang

bukan diperoleh melalui koagulasi susu, krim susu, susu skim atau campurannnya

mengandung minimal 23 gram bahan kering setiap 100 gram dalam bentuk gel

mengandung tidak banyak air, mengandung lemak (keju berlemak), mengandung

sedikit laktosa dan mengandung mineral (Murti, 2004).

Kadar Protein

Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan, suasana asam atau

oleh adanya enzim protease. Penggumpalan protein atau terjadinya koagulasi

digunakan dasar pengolahan susu untuk pembuatan keju. Gumpalan protein disebut

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20

curd dan whey adalah cairan yang diperoleh dari susu yang telah dipisahkan dari

lemak dan kasein (Soeparno dkk,2001).

Protein susu khususnya komponen kasein yang merupakan komponen utama

protein susu (72-80%). Kasein sering disebut dengan fraksi menggumpal. Kasein

susu tersusun dari berbagai komponen yaitu kasein α, kasein β, kasein γ. Kasein

yang berperan menyatukan kasein-kasein dalam agregad heterogen subsferik

berdimesi kecil yang dinamakan misel kasein. Suatu sifat misel kasein berkaitan

pembuatan keju karena mudah rusaknya misel kasein yang disebakan asam dan

enzim, khususnya rennet (Murti, 2004).

Kadar Lemak

Lemak pada susu merupakan sumber dari komponen-komponen pembentuk

cita-rasa, aroma, rasa dan kelembutan pada keju. Pengaruh dari lemak tidak hanya

tergantung pada jenis keju tetapi juga dari komposisi dan karakter fisik dan lemak.

Keju yang dibuat dari susu tanpa lemak pada umumnya mempunyai sifat yang kering

dengan tekstur yang keras dan tidak membentuk cita-rasa khas keju yang diharapkan

(Daulay, 1991).

Koagulasi lemak tidak mempunyai peran aktif. Globula lemak terperangkap

dalam jaringan kasein yang menggumpal, akan tetapi kadar lemak susu dapat

berpengaruh pada koagulasi susu. Kadar lemak tinggi dapat mengganggu

penggumpalan protein karena susu kaya lemak membutuhkan lebih banyak rennet

untuk menggumpalkan susu dibandingkan susu yang rendah lemak, hal ini

dikarenakan bahan lemak terikat secara mekanik biasa dalam jaringan. Reaksi

mekanik yang merobek atau membuka jaringan protein menggumpal akan

20
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21

mengeluarkan lemak, sehingga dengan kadar lemak tinggi dibutuhkan kerja mekanik

lebih intensif (Murti, 2004).

Daulay (1991) menyatakan klasifikasi keju berdasarkan kadar lemak adalah

sebagai berikut :

Tabel 4. Klasifikasi Keju Berdasarkan Kadar Lemak


Tipe Keju Kadar Lemak (%)
Keju berlemak tinggi 60
Keju susu berlemak 45-60
Keju berlemak sedang 25-45
Keju berlemak rendah 10-25
Keju susu skim 10

21
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pengolahan

Pakan Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan

Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Makanan Program Studi Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei

2019 sampai Juli 2019

Alat dan Bahan


Alat
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah beaker glass sebagai

wadah untuk pasteurisasi susu dan wadah koagulasi susu, hot plate untuk pasteurisasi

susu, timbangan digital untuk menimbang bahan, tisu untuk membersihkan peralatan,

saringan sebagai penyaring curd, termometer untuk mengukur suhu, aluminium foil

untuk membungkus keju, alat pengaduk untuk mengaduk susu, dan alat tulis untuk

mencatat data.

Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing 20

liter, rennet nabati (terbuat dari enzim papain), rennet hewani dan garam dapur.

Metode Penelitian

Adapun metode dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL)

dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 1 liter susu, perlakuan yang

diberikan adalah sebagai berikut :

22
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23

P0 : Susu kambing etawa + Rennet hewani 0,2 g

P1 : Susu kambing etawa + Rennet nabati enzim papain 0,1 g

P2 : Susu kambing etawa + Rennet nabati enzim papain 0,2 g

P3 : Susu kambing etawa + Rennet nabati enzim papain 0,3 g

Sedangkan jumlah ulangan diperoleh dengan menggunakan rumus seperti

berikut :

t (n – 1) ≥ 15

4 (n – 1) ≥ 15

4n – 4 ≥ 15

4n ≥ 19

n ≥ 4,75 = 5

Parameter Penelitian

a. Uji Kualitas Fisik

1. Berat curd

Dihitung dengan melakukan penimbangan curd yang telah dipress dengan

menggunakan timbangan analitik.

2. Rendemen curd (Murti, 2004).

Dihitung berdasarkan berat produk susu yang digunakan (g), dikalikan dengan

berat curd yang dihasilkan (gram) setelah dipres. Berikut adalah rumus

perhitungan curd:

B
Rendemen Curd = x 100%
A
Keterangan :

23
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24

A = Berat produk susu yang digunakan (g)

B = Berat Keju yang terbentuk (g)

b. Uji Kandungan Kimia


1. Kadar Air
Kadar air dilakukan dengan cara pengeringan. Kadar air sampel dihitung dengan
rumus :
A- B
M = x 100 %
A
Keterangan :

M : Kadar air sampel

A : Berat sampel

B : Berat sampel setelah pengeringan

2. Kadar Bahan Kering


Kadar bahan kering dapat dihitung dengan rumus:

Kadar bahan kering = Berat keju – Kadar air

Diambil dengan menghitung berat keju dikurangi dengan kadar air.

3. Kadar Protein
Kadar air dengan menggunakan metode kjedhal. Metode ini menggunakan unit
destruksi Gerhardt kejeldaterm. Persentase dihitung dengan menggunakan
rumus :
(ml NaOH blanko – ml NaOH sampel) x 14,008 x N NaOH
%N= x 100 %
Berat sampel
KP = %N X 6,38
Keterangan :
%N : Persentase nitrogen
KP : Kadar protein

24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25

14,008 : Berat molekul nitrogen


N NaOH : Normalitas NaOH
6,38 : Faktor konversi keju
4. Kadar Lemak

Kadar lemak diterapkan dengan cara ekstraksi menurut soxhlet. Ditimbang

sampel dan dikeringkan dalam oven 100oC sampai berat konstan, kemudian

dimasukkan kedalam slongsong dari kertas saring dan dimasukkan kedalam alat

soxhlet yang berisi pelarut petroleum eter. Bahan selanjutnya diekstrak selama 3

jam lalu selongsong dengan bahan dikeringkan dalam oven selama 45 menit dan

dimasukkan kedalam desikator selama 15 menit, ditimbang sampai beratnya

seimbang. Perbedaan berat sebelum dan sesudah ekstraksi per berat contoh

merupakan persentase lemak yang terekstraksi :

a–b
KL = x 100%
a
Keterangan :
KL : Kadar lemak
a : Berat kering sebelum ekstraksi (g)
b : Berat kering setelah ekstraksi (g)

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

analisis variasi berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) pola searah untuk

mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati.

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai pengamatan tengah umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data dianalisis dengan Analysis of variance (ANOVA). Apabila hasil

berbeda nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan.

Prosedur Penelitian

Pembuatan tablet rennet terdiri dari beberapa tahapan yaitu ekstraksi rennet,

pengeringan dan penabletan. Skema pembuatan tablet rennet adalah sebagai berikut :

Campurkan
bahan formula Serbuk
pembuatan Pengempaan Tablet
rennet
tablet

Prinsip Pembuatan Keju

Setiap beker glass diisi susuk kambing sebanyak 1 liter kemudian

dipasteurisasi pada suhu 63oC selama 30 menit. Kemudian susu didinginkan hingga

suhu 40oC lalu ditambahkan rennet sesuai perlakuan. Susu didiamkan kurang lebih

selama 8 jam sampai terbentuk dua lapisan, lapisan tersebut terdiri dari curd dan

whey. Proses pemisahan antara curd dan whey menggunakan saringan, kemudian

curd diuji karakter fisik yaitu berat curd dan rendemen curd. Setelah itu curd

ditambahkan garam 1% dari berat curd dan dicetak. Setelah keju dicetak, keju

dibungkus dengan aluminium foil tahap selanjutnya yaitu disimpan dalam kulkas

selama 7 hari pada suhu 40C. Setelah 7 hari keju dapat diuji komposisi kimianya.

26
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27

SKEMA PENELITIAN

Susu kambing etawa segar

Pasteurisasi 63oC 30 menit

Didinginkan sampai 40oC

Penambahan rennet komersial 0,2 g, rennet


nabati (enzim papain) 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g

Didiamkan ± 8 jam

Terbentuk 2 lapisan
yaitu curd dan whey
Kualitas Fisik
- Berat Curd
- Rendemen Curd Whey
Curd

Ditambahkan NaCl 1%

Dimasukkan kedalam
mesin press dan dicetak

Disimpan dalam kulkas


Selama 7 hari pada suhu 4o C

Komposisi Kimia
- Kadar Air
- Kadar Kering
- Kadar Protein
- Kadar Lemak

27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fisik Keju

Berat Curd

Hasil penelitian berat curd yang diperoleh dari curd yang menggunakan susu

kambing dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati enzim

papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dapat dilihat pada tabel.5 sebagai berikut:

Tabel 5. Berat Curd koagulan rennet hewani dan rennet nabati enzim papain (gram)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 255,8 194,7 234,2 234,3
2 242,4 208,1 228,7 244,2
3 256,2 204,8 230,4 251,1
4 253,7 203,8 227,1 240,3
5 246,3 196,5 236,1 249,7
Rataan 250.88A 201.58C 231.3B 243.92A
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01)

Nilai rataan berat curd yang dihasilkan dari perlakuan yang menggunakan

rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3) berturut-turut yaitu 201,58 g, 231,3 g dan

243,92 g serta berat curd perlakuan yang menggunakan rennet hewani (P0) adalah

sebesar 250,88 g. Dari data tersebut menunjukkan berat curd dari perlakuan

menggunakan rennet hewani (P0) lebih tinggi dibandingkan berat curd keju

menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3).

Dari analisis keragaman ditunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3

berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap berat curd. Berdasarkan hasil rataan

penimbangan berat curd dapat dilihat bahwa berat curd tertinggi terdapat pada P0

28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29

sebesar 250,88 g sementara berat curd terendah berada pada P1 201,58 g. Pada

perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim papain terjadi peningkatan berat

curd dari P1 201.58 g menjadi 231,3 g pada P2 atau sebesar 29,72 g, dan pada P3

243.92 g terhadap P2 231,3 g sebesar 12,62 g. Hal ini juga terjadi pada penelitian

Gunawan (2012) yang menggunakan koagulan getah widuri (P1, P2, P3) memiliki

rataan berat curd berturut-turut yaitu 72,245g, 73,890g, 82,696g.

Berat curd pada perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim papain

pada P1, P2 dan P3 lebih rendah dibandingkan berat curd yang menggunakan rennet

hewani pada P0. Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan rennet nabati enzim

papain dalam pembuatan keju konsentrasi enzim masih rendah untuk

menggumpalkan protein susu, sehingga menyebabkan berat curd masih rendah

dibandingkan dengan curd yang menggunakan rennet hewani. Menurut Walstra et al.,

(2006) curd yang terbentuk dipengaruhi bahan koagulan, sedangkan koagulan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu nilai pH, suhu inkubasi, konsentrasi substrat

dan konsentrasi bahan koagulan.

Rendemen Curd

Hasil penelitian rendemen curd yang diperoleh dari curd yang menggunakan

susu kambing dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati

enzim papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dapat dilihat pada tabel.6 sebagai

berikut:

29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30

Tabel 6. Rendemen Curd koagulan rennet hewani dan rennet nabati enzim papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 25,58 19,47 23,42 23,43
2 24,24 20,81 22,87 24,42
3 25,62 20,48 23,04 25,11
4 25,37 20,38 22,71 24,03
5 24,63 19,65 23,61 24,97
A C B
Rataan 25,09 20,16 23,13 24,40A
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang sangat nyata (P<0,01)

Nilai rataan rendemen curd yang dihasilkan dari perlakuan yang

menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3) berturut-turut yaitu 20,16%,

23,13% dan 24,40% serta rataan rendemen curd perlakuan yang menggunakan rennet

hewani (P0) adalah sebesar 25,09%. Dari data tersebut menunjukkan rataan rendemen

curd dari perlakuan menggunakan rennet hewani (P0) lebih tinggi dibandingkan

rataan rendemen curd menggunakan rennet nabati enzim papain (P1,P2 dan P3).

Dari analisis keragaman ditunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3

berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap rataan rendemen curd. Berdasarkan hasil

rendemen curd dapat dilihat bahwa rendemen curd tertinggi berada pada perlakuan P0

sebesar 25,09% dan rendemen curd terendah berada pada perlakuan P1 sebesar

20,16%. Pada perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim papain diketahui

terjadi peningkatan rataan rendemen curd dari P1 20,16% menjadi 23,13% pada P2

atau sebesar 2,97% dan pada P3 24,40% terhadap P2 23,13% sebesar 1,27%. Hal ini

juga terjadi pada penelitian Gunawan (2012) yang menggunakan koagulan getah

widuri (P1, P2, P3) memiliki rataan rendemen curd berturut-turut yaitu 27,343%,

28,348%, 31,851%. Begitu pula pada penelitian Jaya dan Didik (2009) yang

30
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31

menggunakan ekstrak nanas (P1, P2, P3) memiliki rataan rendemen berturut-turut

13,74%, 13,94%, 14,15%. Serta pada penelitian Oktavia (2014) yang menggunakan

ekstrak wortel (P1, P2, P3) memiliki rataan rendemen berturut-turut 6,36%, 6,78%,

7,19%. Dan juga pada penelitian Hartono, et.al (2012) yang menggunakan koagulan

jeruk keprok (P1, P2, P3, P4) memiliki rataan rendemen berturut-turut sebesar 11,05%,

11,53%, 11,75%, 12,24%.

Rendemen curd pada perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim

papain (P1, P2, P3) lebih rendah dibandingkan rendemen curd yang menggunakan

rennet hewani pada P0. Hal ini mungkin disebabkan karena penggunaan rennet nabati

enzim papain dalam pembuatan keju konsentrasi enzim masih rendah untuk

menggumpalkan protein susu, sehingga menyebabkan berat curd masih rendah

dibandingkan dengan curd yang menggunakan rennet hewani. Menurut Spreer

(1998), yang mempengaruhi rendemen sebagian besar disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya, komposisi susu seperti protein, mineral, lemak, dosis koagulan,

kondisi bahan selama produksi dan penanganan keju.

Komposisi Kimia Keju

Kadar Air

Hasil analisis kadar air yang diperoleh dari keju yang menggunakan susu

kambing dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati enzim

papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dapat dilihat pada tabel.7 sebagai berikut:

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32

Tabel 7. Kadar Air Keju koagulan rennet hewani dan rennet nabati enzim papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 53,58 54,06 51,01 50,43
2 58,08 53,63 55,40 52,01
3 57,98 57,99 52,16 54,54
4 58,39 53,75 56,70 51,50
5 54,57 51,84 52,32 52,09
A A A
Rataan 56.52 54.25 53.52 52.11B
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05)

Nilai rataan kadar air keju yang dihasilkan dari perlakuan yang menggunakan

rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3) berturut-turut yaitu 54,25%, 53,52% dan

52,11% serta kadar air perlakuan yang menggunakan rennet hewani (P0) adalah

sebesar 56,52%. Dari data tersebut menunjukkan kadar air keju dari perlakuan

menggunakan rennet hewani (P0) lebih tinggi dibandingkan kadar air keju

menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3)

Dari analisis keragaman ditunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air pada keju. Berdasarkan hasil kadar air

dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat pada P0 sebesar 56,52% sementara

kadar air terendah berada pada P3 52,11%. Pada perlakuan yang menggunakan rennet

nabati enzim papain terjadi penurunan kadar air dari P1 54,25 % menjadi 53,52%

pada P2 atau sebesar 0,73%, dan terjadi penurunan pula pada kadar air P3 52,11%

terhadap P2 53,52% sebesar 1,41%. Hal ini juga terjadi pada penelitian Gunawan

(2012) diketahui kadar air keju menggunakan koagulan getah biduri (P1, P2, P3)

berturut-turut sebesar 62,145%, 61,644%, 61,502%. Dan juga terjadi pada penelitian

Hartono, et. al (2012) yang menggunakan koagulan jeruk keprok (P1, P2, P3, P4)

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33

memiliki rataan kadar air berturut-turut sebesar 50,08%, 49,84%, 49,57%, 49,38%.

Akan tetapi berkebalikan dengan penelitian dari Jaya dan Didik (2009) yang

menggunakan ekstrak nanas (P1, P2, P3) memiliki rataan kadar air berturut-turut

sebesar 70,50%, 70,60%, 70,83%.

Menurut Buckle dkk (1987) keju berdasarkan teksturnya dibedakan menjadi 4

yaitu keju lunak, keju setengah lunak, keju keras dan keju sangat keras. Keju

dianggap lunak dengan kadar air lebih besar dari 40%, keju setengah lunak yaitu

dengan kadar air 36-40%, keju keras yaitu dengan kadar air 25-36% dan keju sangat

keras dengan kadar air kurang dari 25%. Kadar air keju yang cukup tinggi

berpengaruh langsung terhadap tekstur keju yang dihasilkan, dimana semakin tinggi

kadar air keju maka teksturnya semakin lunak dan demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan klasifikasi keju yang dihasilkan dari penelitian ini adalah keju lunak

dikarenakan kadar airnya lebih dari 40%.

Pada hasil penelitian kadar air yang menggunakan rennet nabati enzim papain

semakin banyak dosis yang digunakan maka semakin sedikit kadar air yang terbentuk

hal ini mungkin disebabkan karena menurut Rahmawati (2006), faktor yang

mempengaruhi kandungan kadar air pada keju segar adalah tingginya konsentrasi

rennet yang digunakan dan semakin lamanya koagulasi

Kadar Bahan Kering

Hasil analisis kadar bahan kering yang diperoleh dari keju yang menggunakan

susu kambing dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati

enzim papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dapat dilihat pada tabel.8 sebagai

berikut:

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34

Tabel 8. Kadar Bahan Kering Keju koagulan rennet hewani dan rennet nabati enzim
papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 46,42 45,94 48,99 49,57
2 41,92 46,37 44,60 47,99
3 42,02 42,01 47,84 45,46
4 41,61 46,25 43,30 48,50
5 45,43 48,16 47,68 47,91
Rataan 43.48B 45.75A 46.48A 47.89A
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05)

Nilai rataan kadar bahan kering keju yang dihasilkan dari perlakuan yang

menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3) berturut-turut yaitu 45,746%,

46,48% dan 47,89% serta kadar bahan kering perlakuan yang menggunakan rennet

hewani (P0) adalah sebesar 43,48%. Dari data tersebut menunjukkan kadar bahan

kering keju dari perlakuan menggunakan rennet hewani (P0) lebih rendah

dibandingkan kadar bahan kering keju menggunakan rennet nabati enzim papain

(P1, P2, P3).

Dari analisis keragaman ditunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar bahan kering keju. Berdasarkan hasil

kadar bahan kering dapat dilihat bahwa kadar bahan kering tertinggi berada pada

perlakuan P3 sebesar 47.89% dan kadar bahan kering terendah berada pada perlakuan

P0 sebesar 43.48%. Pada perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim papain

diketahui terjadi peningkatan kadar bahan kering dari P1 45.75% menjadi 46,48 %

pada P2 atau sebesar 0,73%, dan kembali meningkat pada kadar bahan kering P3

47,89% terhadap P2 46,48% sebesar 1,41%. Hal ini juga terjadi pada penelitian

34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35

Gunawan (2012) diketahui kadar air keju menggunakan koagulan getah widuri (P1,

P2, P3) berturut-turut 62,145%, 61,644%, 61,502%.

Kenaikan pada P1, P2, dan P3 mungkin disebabkan oleh peningkatan

penggunaan rennet nabati enzim papain yang mengakibatkan meningkatnya aktivitas

enzim protease dalam menghidrolisis substrat. Semakin meningkatnya aktivitas

hidrolisis semakin banyak air yang digunakan sehingga mengurangi kadar air dalam

curd. Kadar air yang rendah berarti kandungan bahan keringnya tinggi. Bahan kering

merupakan salah satu cara pengukuran yang terkandung dalam bahan pangan.

Bahan kering mengandung senyawa-senyawa organik seperti lemak, protein,

serat, karbohidrat, dan senyawa-senyawa anorganik seperti mineral (Marlina, 2007).

Kadar Protein

Hasil analisis kadar protein yang diperoleh dari keju yang menggunakan susu

kambing dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati enzim

papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dapat dilihat pada tabel.9 sebagai berikut:

Tabel 9. Kadar Protein Keju koagulan rennet hewani dan rennet nabati enzim
papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 13,52 14,22 8,27 11,33
2 13,08 12,21 11,51 12,57
3 13,96 12,47 10,72 10,24
4 12,87 12,65 9,84 10,02
5 11,77 13,43 12,65 13,26
A A B
Rataan 13.36 12.99 10.59 11.21A
Keterangan : superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (P<0,05)

Nilai rataan kadar protein keju yang dihasilkan dari perlakuan yang

menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3) berturut-turut yaitu 12,99%,

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

10,59% dan 11,21% serta kadar protein perlakuan yang menggunakan rennet hewani

(P0) adalah sebesar 13,36%. Dari data tersebut menunjukkan kadar protein keju dari

perlakuan menggunakan rennet hewani (P0) lebih tinggi dibandingkan kadar protein

keju menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3).

Dari analisis keragaman ditunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3

berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein keju. Berdasarkan hasil kadar

protein dapat dilihat bahwa kadar protein tertinggi berada pada perlakuan P0 sebesar

13.36% dan kadar protein terendah berada pada perlakuan P3 sebesar 11,21%. Pada

perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim papain terjadi peningkatan kadar

protein dari P1 12.99% menjadi 10,59% pada P2 atau sebesar 2,40%, akan tetapi

terjadi penurunan kadar protein pada P3 11,21% terhadap P2 10,59% sebesar 0,62%.

Hal ini juga terjadi pada penelitian Sugitha (2014) yang menggunakan koagulan kulit

tanaman rampelas (P1, P2, P3) memperoleh kadar protein berturut-turut sebesar

10,78%, 9,89%, 11,44% dan pada penelitian Komar et.al (2008) yang menggunakan

koagulan asam sitrat (P1, P2, P3) memperoleh kadar protein berturut-turut sebesar

29,30%, 25,81%, 17,65% akan tetapi berkebalikan dengan penelitian Gunawan

(2012) yang menggunakan koagulan getah widuri (P1, P2, P3) memperoleh kadar

protein berturut-turut sebesar 17,539%, 17,944%, 17,157%.

Pada penelitian ini kadar protein pada keju menurun hal ini mungkin

dipengaruhi oleh panas saat proses pemasakan atau konsentrasi enzim papain yang

digunakan sudah optimum mengkoagulasi kasein. Protein mudah mengalami

kerusakan oleh pengaruh panas, goncangan, reaksi dengan asam atau basa kuat yang

dikenal dengan denaturasi (Susanto dan Saneto, 1994). Menurut Egrina dan Titin

36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37

(2010) penurunan kadar protein pada keju dikarenakan enzim papain yang digunakan

sudah optimum dalam mengkoagulasi kasein sehingga kelebihan papain dalam

campuran tersebut dapat mendegradasi protein bakteri starter. Hal ini menyebabkan

bakteri starter mati sebelum menghasilkan bakteriosin yang dapat menambah kadar

protein dalam keju.

Kadar Lemak

Hasil analisis kadar lemak yang diperoleh dari keju yang menggunakan susu

kambing dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati enzim

papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g dapat dilihat pada tabel.10 sebagai berikut:

Tabel 10. Kadar Lemak Keju koagulan rennet hewani dan rennet nabati enzim
papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 26,02 36,37 33,14 35,72
2 37,72 26,82 45,46 39,05
3 32,25 33,96 38,13 40,18
4 32,95 40,39 38,90 45,94
5 32,73 36,36 43,24 31,29
Rataan 32.33B 34.78A 39.77A 38.44A
Keterangan : superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata (P>0,05)

Nilai rataan kadar lemak keju yang dihasilkan dari perlakuan yang

menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3) berturut-turut yaitu 34,78%,

39,77% dan 38,44% serta kadar lemak perlakuan yang menggunakan rennet hewani

(P0) adalah sebesar 32,33%. Dari data tersebut menunjukkan kadar lemak keju dari

perlakuan menggunakan rennet hewani (P0) lebih rendah dibandingkan kadar lemak

keju menggunakan rennet nabati enzim papain (P1, P2, P3).

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38

Dari analisis keragaman ditunjukkan bahwa perlakuan P0, P1, P2, dan P3

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak keju. Berdasarkan hasil kadar

lemak dapat dilihat bahwa kadar lemak tertinggi berada pada perlakuan P2 sebesar

39,77% dan kadar lemak terendah berada pada perlakuan P0 sebesar 32,33%. Pada

perlakuan yang menggunakan rennet nabati enzim papain terjadi peningkatan kadar

lemak dari P1 34,78% menjadi 39,77% pada P2 atau sebesar 4,99%, akan tetapi terjadi

penurunan kadar lemak pada P3 38,44% terhadap P2 39,77% sebesar 1,33%. Hal ini

juga terjadi pada penelitian Gunawan (2012) yang menggunakan koagulan getah

widuri (P1, P2, P3) memiliki rataan kadar lemak berturut-turut sebesar 17,539%,

17,944%, 17,157% dan pada penelitian Komar et.al (2008) yang menggunakan

koagulan asam sitrat (P1, P2, P3) memperoleh kadar lemak berturut-turut sebesar

5,27%, 13,12%, 10,01% Akan tetapi berkebalikan dengan penelitian Sugitha (2014)

yang menggunakan koagulan kulit tanaman rampelas (P1, P2, P3) memperoleh kadar

lemak berturut-turut sebesar 10,78%, 9,89%, 11,44%.

Kenaikan kadar lemak pada keju yang menggunakan rennet nabati enzim

papain ini kemungkinan disebakan karena keberadaan lemak dalam susu

mempengaruhi kadar protein keju. Ketika terjadi koagulasi, misel kasein bergabung

satu sama lain melalui suatu jaringan membentuk struktur kumpulan globula lemak.

Keberadaan lemak dalam jaringan tersebut membentuk struktur kasein keju menjadi

lebih terbuka. Lemak dapat memecahkan jaringan pada misel kasein sehingga proses

pengeluaran whey dari matriks kasein menjadi lebih mudah atau kadar protein pada

curd menjadi lebih rendah.

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

Daulay (1991) menyatakan bahwa klasifikasi keju berdasarkan kandungan

lemaknya. Keju dengan kadar lemak lebih besar dari 60% tergolong keju berlemak

tinggi. Keju dengan kadar lemak 60%-45% tergolong keju berlemak. Keju dengan

kadar lemak 45%-25% tergolong keju berlemak sedang. Keju dengan kadar lemak

25%-10% tergolong keju berlemak rendah. Keju dengan kadar lemak lebih rendah

dari 10% tergolong keju susu skim. Keju yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah

keju yang tergolong keju berlemak sedang.

Biaya Pembuatan Rennet Nabati Enzim Papain

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa harga rennet nabati enzim

papain memiliki harga yang lebih ekonomis dibandingkan rennet hewani yang mahal

dan masih impor. Berikut adalah hasil perhitungan harga pembuatan rennet nabati

(enzim papain) dalam penelitian ini :

Tabel 11. Daftar Harga Bahan Pembuatan Rennet Nabati (Enzim Papain)
Bahan Berat Harga Berat Harga
Enzim papain 100 gram Rp. 450.000 1 gram Rp. 4.500
Primogel 100 gram Rp. 50.000 1 gram Rp. 500
Laktosa 1000 gram Rp. 80.000 1 gram Rp. 80
Talkum 1000 gram Rp. 18.000 1 gram Rp. 18
M. Strach 1000 gram Rp. 60.000 1 gram Rp. 60
Amilum Malihot 1000 gram Rp. 40.000 1 gram Rp. 40
Aquades 1000 ml Rp. 6.000 1 ml Rp. 6

Tabel 12. Total Harga Pembuatan Rennet Nabati (Enzim Papain)


Enzim Papain 85 gram x Rp. 4.500 = Rp. 382.500
Laktosa 70 gram x Rp. 500 = Rp. 5.600
Primogel 0,002 gram x Rp. 80 = Rp. 1
Talkum 0,05 gram x Rp. 18 = Rp. 9
Magnesium Starch 1 gram x Rp. 60 = Rp. 60
Amilum 21 gram x Rp. 40 = Rp. 1.260
Aquades 20 ml x Rp. 6 = Rp. 120
Total Rp. 389.550

39
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40

Dari proses pembuatan rennet tersebut didapatkan rennet nabati enzim papain

sebanyak 218 tablet serta total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 389.550

didapatkan bahwa harga per tablet rennet nabati enzim papain adalah Rp. 1.786. Jika

dibandingkan dengan rennet hewani yang memiliki harga sekitar Rp. 230.000 – Rp.

135.000 untuk setiap stripe (10 tablet) atau per tabletnya berkisar antara Rp.23.000 –

Rp. 13.500.

Rekapitulasi Data Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik fisik (berat curd

dan rendemen curd) dan komposisi kimia (kadar air, kadar bahan kering, kadar

protein, dan kadar lemak) yang diperoleh dari keju yang menggunakan susu kambing

etawa dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan rennet nabati enzim

papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g disajikan pada tabel 13.

Tabel 13. Karakteristik fisik dan komposisi kimia dari keju yang menggunakan susu
kambing etawa dengan koagulan rennet hewani dengan dosis 0,2 g dan
rennet nabati enzim papain dengan dosis 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g.
Parameter P0 P1 P2 P3
Berat Curd (gram) 250,88A 201,58C 231,3B 243,92A
Rendemen Curd (%) 25,09B 20,16B 23,13B 24,40A
A A A
Kadar Air (%) 56,52 54,25 53,52 52,11B
Kadar Bahan Kering (%) 43,48B 45,75A 46,48A 47,89A
A A B
Kadar Protein (%) 13,36 12,99 10,59 11,21A
Kadar Lemak (%) 32,33B 34,78A 39,77A 38,44A

Diketahui bahwa keju yang menggunakan rennet hewani dengan dosis 0,2

gram (P0) memiliki berat curd sebesar 250,88 gram, rendemen curd 25,09%, kadar

air 56,52%, kadar bahan kering 43,48%, kadar protein 13,36%, dan kadar lemak

32,33%. Pada keju yang menggunakan rennet nabati (enzim papain) dengan dosis 0,1

gram (P0) memiliki berat curd sebesar 201,58 gram, rendemen curd 20,16%, kadar air

40
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41

54,25 %, kadar bahan kering 45,75%, kadar protein 12,99%, dan kadar lemak

34,78%. Penggunaan rennet nabati (enzim papain) pada pembuatan keju dengan dosis

0,2 gram (P0) memiliki berat curd sebesar 231,3 gram, rendemen curd 23,13%, kadar

air 53,52 %, kadar bahan kering 46,48%, kadar protein 10,59%, dan kadar lemak

39,77%. Serta keju yang menggunakan rennet nabati (enzim papain) dengan dosis 0,3

gram (P0) memiliki berat curd sebesar 243,92 gram, rendemen curd 24,40%, kadar air

52,11 %, kadar bahan kering 47,89%, kadar protein 11,21%, dan kadar lemak

38,44%.

Dari proses pembuatan rennet tersebut didapatkan total biaya rennet nabati

enzim papain yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 389.550 dan didapatkan tablet

rennet nabati enzim papain sebanyak 218 tablet sehingga didapatkan harga untuk

setiap tabletnya dengan harga Rp. 1.786.

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan bahwa karakteristik fisik (berat

curd dan rendemen curd) serta komposisi kimia (kadar air, kadar bahan kering, kadar

protein, kadar lemak) yang memiliki hasil terbaik berada pada perlakuan P3

mengunakan rennet nabati enzim papain dengan dosis 0,3 gram untuk setiap satu liter

susu dan berdasarkan penelitian didapatkan bahwa rennet nabati enzim papain

memiliki harga Rp. 1.786 per tabletnya sehingga lebih ekonomis penggunaannya

dibandingkan rennet hewani yang memiliki harga yang lebih mahal serta sulit untuk

didapatkan.

Saran

Disarankan kepada masyarakat untuk menggunakan rennet nabati enzim

papain sebagai koagulan dalam pembuatan keju karena memiliki harga yang lebih

murah dengan dosis 0,3 gram untuk setiap liternya.

42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang. N. S. 2009. Susu dan Teknologi. Swagati Press. Cirebon

Ashari, S., 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

Badan Pusat Satistik. 2014. Kebutuhan Keju. Lampung dalam Angka. Bandar
Lampung.

Betha, Muhammad. 2010. Tata Cara Pembuatan Rennet dari Lambung Ternak. Jurnal
Peternakan. Universitas Sebelas Maret : Surakarta

Buckle, K.A, R.A Edwards, GH. Fleet. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan oleh Hari
Purnomo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Castle, E. M. and P. Watkins. 1979. Modern Milk Production: Its Principles and
Applycation for Students and Farmer. Faber and Faber. London, Boston.

Cooke, T. 2010. Benefits of Goat Milk vs Cow Milk. Chemical Publishing Compeny,
Inc, New York.

Darmajati. 2008. Informasi Susu Kambing Etawa. Buletin Pikiran Rakyat. Himpunan
Studi Ternak Produktif. Jawa Tengah.

Daulay, D. 1991. Fermentasi Keju. IPB. Bogor.

Egrina, Geantaressa, dan FM Titin Supriyanti. 2010. Pemanfaatan Ekstrak Kasar


Papain Sebagai Koagulan Pada Pembuatan Keju Cottage Menggunakan Bakteri
Streptocochus termophillus, Lactococus lactis, dan Leuconostoc mesentroides.
Jurnal Sains dan Teknologi Kimia : Jakarta

Fathun. 2012. Pemanfaatan Susu Kambing Etawa dan Kedelai dalam Pembuatan
Dangke Keju Khas Indonesia dengan Koagulan Ekstrak Jeruk Nipis. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta

Fennema, O. R. 1985. Food Chemistry 3rd Edition. Marcel Dekker Inc. New York.

Gunawan, Didik. 2012. Kualitas Fisik dan Komposisi Kimia Keju Hasil Koagulasi
Getah Biduri (calotropis gigantea). Skripsi. Universitas Sebelas Maret :
Surakarta

43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44

Hartono, Wiwit dan Purwadi. 2012. Penggunaan Jus Buah Jeruk Keprok (Citrus
Reticulata ) Pada Pembuatan Keju. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya : Malang.

Hidayat, N M.C. 2006. Mikrobiologi Industri. CV Andi Offset. Jakarta.

Hutagalung, I. L. 2008. Pengujian Level Enzim Rennet, Suhu dan Lama


Penyimpanan Terhadap Kualitas Kimia Keju Dari Susu Kerbau. Skripsi,
Departmen Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Hutagalung, Truly. 2017. Penggunaan Enzim Rennet dan Bakteri Lactobacillus


Plantarum Terhadap Sensori Keju. Jurnal Zootek. Fakultas Peternakan.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Jaya, F dan H, Didik. 2009. Penaruh Substitusi Susu Sapi dengan Susu Kedelai serta
Besarnya Konsentrasi Penambahan Ekstrak Nenas (Ananas comosus) Terhadap
Kualitas Fisik dan Kimia Keju Cottage. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak. Program Studi Peternakan Fakultas Ilmu Pertanian dan Sumber Daya
Alam Universitas Tribhuwana Tunggadewi : Malang

Komar N., la. C. Hawa dan P. Rika. 2009. Karasteristik Termal Keju Mozzarela
(Kajian Konsentrasi Asam Sitrat). Jurnal Teknologi Pertanian 10 (2) : 78–87.

Koswara, Sutrisno. 2010. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 2:


Pengolahan Umbi Porang. IPB : Bogor

Krishna. 2008. Pangan dan Gizi. Agro Media Pustaka : Jakarta.

Lampert. L.M. 1975. Modern Dairy Product. Chemical Publishing Compeny, Inc,
New York.

Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press : Makasar.

Marlina, Erni. 2007. Pengaruh Pemberian Enzim Bromelin dari Ekstrak Nanas Pada
Pembuatan Keju. Skripsi. Universitas Diponegoro : Semarang.

Mulyanto, R.D. 2002. Khasiat dan Manfaat Susu Kambing, Susu Terbaik dari Hewan
Ruminansia. Agro Media Pustaka : Jakarta.

Murti, T.W. 2004. Aneka Keju. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Nasrullah, Nashih. 2012. Teknologi Pengawetan Susu dengan Menggunakan


Koagulan. Agro Media Pustaka : Jakarta.

44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45

Oktavia, Armida . 2014. Pengaruh Perlakuan Penambahan Ekstrak dan Puree Wortel
(daucus corata L.) pada Teknologi Produksi Chili Cream Cheese : Kajian
Rendemen, Ph, Lemak, Betakaroten, Aktivitas Antioksidan dan Sensori. Jurnal
Hasil Pertanian. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan. Universitas Sebelas
Maret : Surakarta

Prabantini, Dwi. 2013. Susu Terbaik dari Hewan Ruminansia.UGM Press .


Yogyakarta.

Purwadi. 2008. Konsentrasi Optimum Jus Jeruk Nipis sebagai Bahan Pengasam pada
Pembuatan Keju Mozzarella. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 3(2):32.

Qarnaini, M. 2013. Karakteristik Keju Lunak Probiotik dari Susu Kambing, Susu
dengan Koagulasi Kalsium Klorida dan Kalsium Propionat. Skripsi.
Dapartemen Ilmu Produksi Keju Cottage. Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. UPI: Bandung.

Rahmawati, E. 2006. Pembuatan Keju Segar (Kajian Pengaruh Konsentrasi Renet dan
Lama Koagulasi terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik). Skripsi.
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.

Rukmana. 2012. Tekhnologi dan Manfaat Susu. Kanisius : Yogyakarta

Rashidi H, Mazaheri-Tehrani M, Razavi MA, Ghods Rohani,M. 2015.


Meningkatkan Karakteristik Tekstur dan Sensorik Keju UF feta Rendah Lemak
yang Dibuat dengan Pengganti Lemak. Jurnal Pertanian. 17:121-132

Sodiq, A. 2002. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Agro
Media Pustaka : Jakarta

Susanto T, Saneto B (1994) Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu :


Surabaya

Soeparno, Indratiningsih, T., Subaryono dan Rihastuti. 2001. Teknologi Hasil Ternak.
Jurusan Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada
: Yogyakarta.

Spreer, E. 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcell Dekker Inc. New
York.

Sugitha, Made, Ni Nyoman Puspawati.,dan AAI.Sri Wiadnyani. 2014. Optimasi


Pembuatan Keju Lunak (soft cheese) dengan Kulit Tanaman Rampelas (ficus
ampelas) sebagai Koagulan Alami. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran : Badung.

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46

Usmiati, Sri. 2018. Starter dan Rennet Lokal Jamin Kehalalan Produk Keju. Jurnal
Peternakan. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.

Walstra, P et al. (2006). Dairy Technology: Principles of Milk Properties and


Processes. CRC/Taylor and Francis. New York.
Widodo, Wahyu. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan
Bioteknologi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Winarno, F.G., 1982. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.

Yuniawati, Yusran, dan Rahmadany. 2008. Pemanfaatan Enzim Papain sebagai


Penggumpalan dalam Pembuata Dangke. Seminar Nasional Aplikasi Sains dan
Teknologi : Yogyakarta.

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain

47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49

Lampiran 2. Hasil Analisis Berat Curd Koagulan Rennet Hewani dan Rennet Nabati
Enzim Papain (gram)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 255,8 194,7 234,2 234,3
2 242,4 208,1 228,7 244,2
3 256,2 204,8 230,4 251,1
4 253,7 203,8 227,1 240,3
5 246,3 196,5 236,1 249,7
Rataan 250.88A 201.58C 231.3B 243.92A

Analisis Ragam Berat Curd Koagulan Rennet Hewani dan Rennet Nabati Enzim
Papain (gram)
F Tabel
Sumber Keragaman JK db KT F Hitung
0,01 0,05
Perlakuan 7121,91 3 2373,97 71,45** 5,29 3,24
Galat 531,64 16 33,23
Total 7653,55 19
Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata

Lampiran 3. Hasil Analisis Rendemen Curd Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 25,58 19,47 23,42 23,43
2 24,24 20,81 22,87 24,42
3 25,62 20,48 23,04 25,11
4 25,37 20,38 22,71 24,03
5 24,63 19,65 23,61 24,97
Rataan 25,09A 20,16C 23,13B 24,40A

Analisis Ragam Rendemen Curd Koagulan Rennet Hewani dan Rennet Nabati Enzim
Papain (%)
F Tabel
Sumber Keragaman JK db KT F Hitung
0,01 0,05
Perlakuan 71,22 3 23,74 71,45** 5,29 3,24
Galat 5,32 16 0,33
Total 76,54 19
Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata

49
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50

Lampiran 4. Hasil Analisis Kadar Air Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 53,58 54,06 51,01 50,43
2 58,08 53,63 55,40 52,01
3 57,98 57,99 52,16 54,54
4 58,39 53,75 56,70 51,50
5 54,57 51,84 52,32 52,09
Rataan 56.52A 54.25A 53.52A 52.11B

Analisis Ragam Kadar Air Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet Nabati Enzim
Papain (%)
F Tabel
Sumber Keragaman JK db KT F Hitung
0,01 0,05
Perlakuan 50,82 3 16,94 3,70* 5,29 3,24
Galat 73,32 16 4,58
Total 124,14 19
Keterangan : * berpengaruh nyata

Lampiran 5. Hasil Analisis Kadar Bahan Kering Keju Koagulan Rennet Hewani dan
Rennet Nabati Enzim Papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 46,42 45,94 48,99 49,57
2 41,92 46,37 44,60 47,99
3 42,02 42,01 47,84 45,46
4 41,61 46,25 43,30 48,50
5 45,43 48,16 47,68 47,91
Rataan 43.48B 45.75A 46.48A 47.89A

Analisis Ragam Kadar Bahan Kering Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain (%)
F Tabel
Sumber Keragaman JK db KT F Hitung
0,01 0,05
Perlakuan 50,82 3 16,94 3,70* 5,29 3,24
Galat 73,32 16 4,38
Total 124,14 19
Keterangan : * berpengaruh nyata

50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51

Lampiran 6. Hasil Analisis Kadar Protein Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 13,52 14,22 8,27 11,33
2 13,08 12,21 11,51 12,57
3 13,96 12,47 10,72 10,24
4 12,87 12,65 9,84 10,02
5 11,77 13,43 12,65 13,26
Rataan 13.36A 12.99A 10.59B 11.21A

Analisis Ragam Kadar Protein Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet Nabati
Enzim Papain (%)
F Tabel
Sumber Keragaman JK db KT F Hitung
0,01 0,05
Perlakuan 21,51 3 7,17 4,68* 5,29 3,24
Galat 24,52 16 1,53
Total 46,03 19
Keterangan : * berpengaruh nyata

Lampiran 7. Hasil Analisis Kadar Lemak Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain (%)
Perlakuan
Ulangan
P0 P1 P2 P3
1 26,02 36,37 33,14 35,72
2 37,72 26,82 45,46 39,05
3 32,25 33,96 38,13 40,18
4 32,95 40,39 38,90 45,94
5 32,73 36,36 43,24 31,29
Rataan 32.33B 34.78A 39.77A 38.44A

Analisis Ragam Analisis Kadar Lemak Keju Koagulan Rennet Hewani dan Rennet
Nabati Enzim Papain (%)
F Tabel
Sumber Keragaman JK db KT F Hitung
0,01 0,05
tn
Perlakuan 173,33 3 57,79 2,43 5,29 3,24
Galat 379,94 16 23,75
Total 553,27 19
Keterangan : tn berpengaruh tidak nyata

51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Pengadukaan saat pasteurisasi susu Proses pasteurisasi susu

Penimbangan rennet

52
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53

Proses penggumpalan susu Proses penggumpalan susu

Proses whey dan curd terpisah Proses pemisahan whey dan curd
terpisah

53
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54

Proses pemisahan whey dan curd Curd yang telah disaring dan diberi garam
terpisah

Proses pembungkusan keju dengan Supervisi dengan dosen pembimbing


aluminiufoil

54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai