TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
112401023
Pengaruh ClO2 strenght terhadap brightness pulp di menara khlorin dioksida pada
unit bleaching plant adalah pemutihan tahap pertama, bermula dari pulp berwarna
coklat menjadi putih dengan pemakaian ClO2. Pemutihan dilakukan dengan dua kali
pencampuran pada pulp antara ClO2 flow 1 dan 2 dalam liter per menit dengan
konsistensi pulp sebesar 5%. Hasil pembahasan yang diperoleh bahwa pengaruh ClO2
strenght untuk pemberian yang tidak seragam, nilai (rate) semakin bertambah akan
berpengaruh terhadap peningkatan angka derajat kecerahan pulp. Dalam penentuan
garis persamaan regresi diperoleh, hubungan Y = 6.5 + 0.001(60) pada brightness
42.4o berdasarkan ISO. Pada pemberian yang seragam, nilai (rate) tidak bertambah
(tetap) tetapi peningkatan angka derajat kecerahan pulp semakin meningkat. Dalam
persamaan garis regresi diperoleh hubungan Y = 7 + 0(60) pada brightness 47.6o
berdasarkan ISO. Pencapaian angka derajat brightness yang tidak optimal akan
mempengaruhi jumlah pemakaian khlorin dioksida di tahap selanjutnya untuk
mencapai brightness sesuai standar International Standart Organization (ISO).
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan kasih setiaNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
Dengan menyusun Tugas Akhir ini, merupakan syarat menuntaskan dan
melengkapi program Diploma III Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah menyadari sepenuhnya ada banyak terdapat kesalahan dalam
karya ilmiah ini, terutama untuk penyusunan dan pengertian kata. Maka kiranya
pembaca memaklumi Tugas Akhir ini dan diharapkan membangun kritik dan saran
untuk Tugas Akhir ini.
Dalam Penulisan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak dukungan
moral dan materi dari orang-orang di sekeliling penulis selaku orang tua, dosen dan
kerabat-kerabat penulis sendiri, maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan panjang
umur buat penulis untuk menyelesaiakan tugas akhir ini.
2. Kedua Orangtua saya tercinta dan tersayang, Bapak S. Sitorus dan Mamak
S. Saragih serta Sista-sista tersayang, Martha Nani Leanna Sitorus, Tiur
Niida Sitorus, juga adikku tercinta Reyna Chrismonica Sitorus dan Rizky
Christiano Sitorus serta keluarga-keluarga ku yang juga selalu memberikan
dorongan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia
Industri, jurusan Kimia, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Dr. Saharman Gea, M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Pembimbing lapangan di PT. Toba Pulp Lestari, Pak Suhunan Sirait yang
memberikan semangat dan didikan yang baik untuk kedepannya dan
seluruh pegawai TPL yang memberikan waktu luangnya buat penulis.
Penulis
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR TABEL x
BAB 1. PENDAHULUAN
4.1 Hasil 27
4.1.1 Perhitungan 29
4.2.2 Pembahasan 30
Halaman
Pengaruh ClO2 strenght terhadap brightness pulp di menara khlorin dioksida pada
unit bleaching plant adalah pemutihan tahap pertama, bermula dari pulp berwarna
coklat menjadi putih dengan pemakaian ClO2. Pemutihan dilakukan dengan dua kali
pencampuran pada pulp antara ClO2 flow 1 dan 2 dalam liter per menit dengan
konsistensi pulp sebesar 5%. Hasil pembahasan yang diperoleh bahwa pengaruh ClO2
strenght untuk pemberian yang tidak seragam, nilai (rate) semakin bertambah akan
berpengaruh terhadap peningkatan angka derajat kecerahan pulp. Dalam penentuan
garis persamaan regresi diperoleh, hubungan Y = 6.5 + 0.001(60) pada brightness
42.4o berdasarkan ISO. Pada pemberian yang seragam, nilai (rate) tidak bertambah
(tetap) tetapi peningkatan angka derajat kecerahan pulp semakin meningkat. Dalam
persamaan garis regresi diperoleh hubungan Y = 7 + 0(60) pada brightness 47.6o
berdasarkan ISO. Pencapaian angka derajat brightness yang tidak optimal akan
mempengaruhi jumlah pemakaian khlorin dioksida di tahap selanjutnya untuk
mencapai brightness sesuai standar International Standart Organization (ISO).
PENDAHULUAN
digunakan oleh manusia untuk menghilangkan noda-noda, kotoran yang melekat pada
bahan yang berwarna. Penggunaan bahan bleaching telah banyak diketahui oleh
banyak orang dengan pemakaian kaporit (kalium hypoklorit). Pada saat ini,
Di Sumatera Utara telah berdiri pabrik kertas yang berada di Porsea bernama
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk. Bahan baku di pabrik ini adalah kayu seperti kayu
keras (Hard Wood) maupun kayu lunak (Soft Wood). Bertujuan menghasilkan bubur
pulp menjadi lembaran pulp (Sheet Pulp). Untuk menghasilkan lembaran pulp yang
baik, pulp diolah dengan berbagai tahap pengolahan. Lembaran pulp memiliki derajat
kecerahan (Brightness) berdasarkan ISO dan memiliki kerapatan serat pada pulp
digester untuk memisahkan lignin dari selulosa dan hemiselulosa, kemudian pulp
tersebut dicuci dan disaring. Pulp yang masih coklat akan diputihkan di unit
bleaching,dan dijadikan lembaran pulp di unit pulp mesin. Pemakaian bahan kimia di
bleaching adalah klorin dioksida, natrium dioksida, klorida dioksida, oksigen, sulfur
secara optimal dengan consistensi pulp 5%. Perubahan kecerahan mulai terlihat pada
tahap ini.
Khlorin dioksida 1
mempengaruhi viscosity.
Ekstraksi Peroksida 2
namun tanpa bantuan oksidator O2. Kecerahan yang optimal berkisar 88-89o
terjadi seperti temperatur, pH, consistensi (CY) pulp, waktu tinggal, pengembalian
warna, pemakaian serta konsentrasi bahan kimia yang ditentukan. Pemakaian bahan
kimia yang paling terpenting, salah satunya ClO2 yang telah ditentukan konsentrasi
mempengaruhi pemberian jumlah alir ClO2 secara variasi. ClO2 adalah campuran air
dan terdiri dari Cl2 kurang lebih 16 %. Konsentrasi (strenght) ini sangat erat
hubungan nya dengan jumlah alir ClO2 dalam Liter Per Menit khusus nya di DO
stage yang akan menaikkan kecerahan sekitar 46-58o berdasarkan ISO dan ClO2
bekerja mengoksidasi lignin dengan kuat dan sedikit menganggu serat pulp tersebut
dengan consistensi berkisar 5 % akan dilakukan pencampuran sebanyak dua kali agar
reaksi pulp dengan ion klorat terjadi secara homogen. Berdasarkan masalah tersebut
Untuk mendapatkan standar pemutihan yang baik untuk bubur kertas (pulp)
nilai (rate) antara yang seragam dan tidak seragam berkisar 42-58o berdasarkan ISO
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh ClO2 strenght dalam pemberian yang tidak seragam
3. Untuk mengetahui mengapa ClO2 sebagai bahan kimia pemutih pulp lebih sering
I.3 Manfaat
dioksida.
lurus dengan peningkatan angka derajat kecerahan pulp dalam pemberian secara
TINJAUAN PUSTAKA
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Pengertian
kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon
di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-
bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk suatu tujuan penggunaan
(Dumanauw, 1993)
Kayu dan Pohon yang menghasilkannya dibagi ke dalam dua kategori: kayu-
keras dan kayu-lunak. Secara botanis, pohon dari kayu-keras berbeda dengan pohon
Pengamatan kayu tanpa alat bantu optik menunjukkan bahwa tidak hanya
terdapat perbedaan-perbedaan antara kayu lunak dan kayu keras maupun antara
berbagai spesies. Kayu lunak menunjukkan suatu struktur yang relatif sederhana
karena terdiri atas 90-95% trakeid, yang merupakan sel-sel yang panjang dan tipis
dengan ujung-ujung tertutup yang pipih dan meruncing. Kayu keras mempunyai
jaringan dasar untuk penguat yang mengandung serabut libriform dan trakeid serabut.
Secara umum pohon dapat dikelompokkan menjadi dua : kayu daun lebar dan
dan tanggal pada musim gugur di daerah beriklim sedang) dan memproduksi biji-
bijinya di dalam buah batu, buah polongan atau badan-badan buah yang lain. Jenis-
jenis pohon kayu keras termasuk kelas dikotil. Pohon-pohon yang termasuk di dalam
genus pohon kayu-keras di belahan bumi utara ialah Quercus (oak), Fraxinus (ash),
Ulmus (elm), Acer (maple), Betula (birch), Fagus (beech) dan Populus (Cooton
wood, aspen). Pohon-pohon yang termasuk kelas momokotil ialah palma dan yucca
Daun jarum mencirikan pohon kayu lunak. Pohon-pohon seperti itu umumnya
dikenal sebagai pohon yang selalu hijau karena memang selalu berdaun hijau
sepanjang tahun dan hanya sebagian saja dari daunnya yang tanggal. Kebanyakan
kayu lunak mempunyai buah bersisik yang berbentuk seperti kerucut (cone) (biji
utara adalah genus Pinus (pine), Picea (spruce), Larix (larch), Aburs (fir), Tsuga
Kayu daun jarum mempunyai struktur yang lebih sederhana daripada kayu
daun lebar. Pada kayu daun jarum, jumlah jenis selnya lebih sedikit dan kombinasi
bentuk-bentuk jaringannya juga lebih sederhana. Jumlah jenis kayu daun jarum
(Konifer) di Indonesia hanya sedikit dibandingkan jenis kayu daun lebar (Dumanauw,
1993)
sedangkan kayu keras tergolong dalam kelompok pohon yang dikenal sebagai pohon-
Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen
dan oksigen. Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal
setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen melimpah; residu
semacam ini dikenal sebagai abu. Abu dapat ditelusuri karena adanya senyawa yang
mangan dan silikon. Unsur-unsur penyusun kayu tergabung dalam sejumlah senyawa
2.3.1 Selulosa
Selulosa merupakan struktur sel-sel dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu
merupakan bahan alam yang penting yang dibuat oleh organisme hidup. Kadar
(rami, flax, henep); lumut, ekor kuda, dan bakteria mengandung sedikit selulosa.
Selulosa bahkan dapat diperoleh dalam dunia binatang : tunicin, zat kutikula tunicate,
menjadi selulosa. Seluosa merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri
yang memakai selulosa sebagai bahan baku, misalnya pabrik kertas (Dumanauw,
1993)
2.3.2 Hemiselulosa
yang terdiri hanya dari polimer glukosa, hemiselulosa merupakan dari lima bentuk
gula yang berlainan yaitu: glukosa, mannosa, xylosa, galaktosa, dan arabinosa. Rantai
derajat polimerisasi yang lebih rendah. Molekul hemiselulosa terdiri dari 300 unit
gugus gula. Berbeda dengan selulosa, polimer hemiselulosa berbentuk tidak lurus,
dapat membentuk struktur kristal dan serat mikro seperti halnya selulosa. Pada proses
(Anonim, 2003)
2.3.3 Lignin
kimia yang jauh dari sederhana, tidak berstruktur, bentuknya amorf. Dinding sel
tersusun oleh suatu rangka molekul selulosa, antara lain terdapat pula lignin. Kedua
bagian ini merupakan satu kesatuan yang erat, yang meyebabkan dindimg sel menjadi
2.3.4 Ekstraktif
Kayu biasanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak
yang disebut dengan istilah “ extractive”. Zat-zat ini dapat diambil atau dipisahkan
dari kayu apakah dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik seperti eter dan
alkohol. Asam-asam lemak, asam-asam resin, dan gugus penol adalah merupakan
beberapa grup yang juga merupakan extractive. Kebanyakan dari ekstraktif itu
terpisahkan dalm proses pembuatan pulp dengan cara proses produksi pulp (Anonim,
2003)
(hemiselulosa) dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen-komponen
minor dengan berat molekul kecil (ekstraktif dan zat-zat mineral), yang biasanya
lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya. Perbandingan
dan komposisi kimia lignin dan poliosa berbeda pada kayu lunak dan kayu keras,
Ritter dan Kurth (1933) adalah orang yang pertama kali menggunakan pengertian
holoselulosa untuk produk yang dihasilkan setelah lignin dihilangkan dari kayu.
Delignifikasi yang ideal adalah penghilangan total lignin tanpa serangan bahan kimia
mendefenisikan holoselulosa :
Dua metoda umum yang digunakan dalam penyediaan holoselulosa pada skala
laboratorium yaitu :
Metoda yang pertama kali yang menggunakan klor sebagai bahan delignifikasi
mula pertama diketengahkan oleh Ritter dan Kurth (1933) (Fengel dan Wegener,
1995)
Menurut Van Daam (2002) serat yang mempunyai kualitas baik adalah serat yang
mempunyai kekuatan, elastisitas dan derajat kecerahan yang tinggi. Sehingga salah
Proses pemisahan serat selulosa dari bahan-bahan yang bukan serat didalam
dalam batu asah yang berputar dengan diberi semprotan air merupakan dasar
pembuatan pulp mekanik. Disamping serat yang utuh, bahan kayu dirobek-robek
dalam bentuk bagian-bagian serat yang rusak. Kerusakan secara fisik ini tidak dapat
dihindari dan karena itu kekuatan kertas yang dibuat dari pulp-pulp mekanik adalah
pemakaian energi yang tinggi dan praktis dan hanya kayu-kayu lunak sebagai bahan
dengan perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik.
Biasanya bahan limia yang digunakan pada proses ini adalah natrium sulfat. Suhu
yang digunakan dan kualitas pulp yang diinginkan (Fengel dan Wegener, 1995)
Proses pembuatan pulp yang paling banyak dipakai saat ini adalah proses
sulfat atau disebut juga proses kraft. Kraft berasal dari bahasa Jerman yang berarti
2. Dapat dipakai untuk proses pembuatan pulp dari bahan baku yang berbeda
3. Tersedia bahan kimia pengganti dengan alternatif dan harganya tidak mahal
Proses produksi pulp dimulai dari proses penebangan kayu sebagai bahan
baku pada pembuatan pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk saat ini menggunakan
departemen kehutanan dimana ditanami dengan tanaman Eucallyptus pada area yang
begitu luas dan akan dewasa kira-kira tujuh sampai delapan tahun.
Kayu yang telah ditebang, dibawa kelokasi pabrik dengan menggunakan truk-
truk pengangkut kayu. Kayu-kayu tersebut berasal dari hutan yang dikelola oleh
crane yang besar yang berada di tempat penimbunan kayu (wood yard).
dipotong-potong, lalu disaring, dan disimpan pada tumpukan serpihan kayu yang
pemisahan karena kedua jenis kayu tersebut tidak dapat dimasak secara bersamaan
dalam satu digester. Sebuah alat pengolahan kayu yang baru berkapasitas 250 m3/jam
relah beroperasi sejak tahun 1993. Serpihan kayu tersebut kemudian dikirim ke
tungku kayu yang lazimnya disebut dengan Digester Batch dengan menggunakan
(chip) dimasak dalam jumlah tertentu larutan kimia serta dengan panas tekanan untuk
memisahkan bagian-bagian yang berupa serat kayu dari bagian-bagian yang bukan
serat dengan cara melarutkan bagian yang terakhir itu. Prosesnya dinamai
“COOKING” ada beberapa tahap-tahap pemasakan yang terjadi pada digester yaitu :
Chip diangkut dari digester dari tempat penyimpanan atau lapangan chip
awal dari proses pemasakan dan merupakan satu pekerjaan yang sangat penting pada
proses pembuatan pulp. Digester yang tidak penuh misalnya, akan mengurangi
jumlah pulp yang dihasilkan digester, sebaliknya digester yang terlalu penuh akan
mengakibatkan kesulitan pada peredaran liqour (cairan pemasak) pada saat blow.
Jumlah chip dalam digester harus betul-betul sesuai sehingga ada cukup ruang untuk
menggoyang dan memadatkan chip jadi lebih banyak chip akan dapat terisi kedalam
pengisian chip. Untuk membuat serat rayon dibutuhkan pulp dengan kemurnian pulp
serpihan kayu sebelum dimasak dengan alkali. Pada proses ini, kandungan-
kandungan yang bukan selulosa yang terdapat dalam kayu, seperti selulosa yang
dikeluarkan dari dalam serpihan kayu. Pada proses pemasakan alkali ditahap
berikutnya akan diperoleh pulp dengan kemurnian yang lebih tinggi. Proses
prehydrolisis dipertahankan pada temperatur 165oC dan tekanan 6.0 kg/cm2 selam 60
proses pengisian liquor dilakukan segara setelah pengisian chip. Larutan pemasak
liqour (lindi hitam) penambah sebagai pengencer juga harus dengan perbandingan
yang sesuai. Penambahan white liquor (lindi putih) didasarkan pada persentase bahan
kimia yang dibutuhkan untuk memasak dengan berat kering kayu yang dimasukkan.
Persentase ini juga tergantung seberapa jauh akan mengurangi kandungan lignin dari
liqour kedalam chip dengan perbandingan 75 gram per liter dari NaOH dan 25 gram
per liter Na2S. Digester yang berisi chip dan larutan pemasak dipanaskan hingga
temperatur 170oC dan tekanan mencapai 7 kg/cm2. Pada temperatur dan tekanan ini,
kualitas dari pada pulp, jika chip dimasak dalam jangka waktu yang terlalu lama,
maka akan dihasilkan pulp dengan kualitas yang rendah pula. Temperatur yang
optimum untuk reaksi pemasakan adalah 170oC tidak berpengaruh apa-apa terhadap
kualitas pulp, tetapi diatas 180oC akan mulai terjadi pemutusan rantai dari serat-serat
selulosa, dan pada temperatur 200oC akan sangat jelas pengaruhnya, jadi temperatur
Setelah pemasakan, bubur pulp yang dihasilkan di blow dialirkan kedalam blow tank
dengan membuka katup pada jalur yang akan dihembuskan dari digester ke blow
tank. Pada saat tekanan di digester turun hingga mencapai tekanan atmosfir, terjadi
digunakan untuk memisahkan serat dari kotoran-kotoran, dimana alat pencuci ini
terdiri dari saringan yang menutupi silinder yang berputar di dalam vat. Prinsip yang
digunakan pada tahap ini adalah menggunkan air yang sedikit mungkin dengan
shower yang disemprotkan dipermukaan bubur kayu secara terus menerus dan airnya
tersebut turun ke tangki filtrat dengan menggunakan vakum. Pulp bewarna coklat dari
digester plant selanjutnya dicuci dan disaring dimana pulp dibersihkan dari kayu
yang tidak masak (knots) dan dari serat kayu yang tidak terurai (shives). Pulp dicuci
dengan air panas atua dengan air kondensat untuk memudahkan proses pemutihan
pada tahap selanjutnya, pulp hasil pencucian ini dikirm ke unbleach tank. Proses
selanjutnya disaring (screening) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor yang dapat
mengurangi kulitas pulp. Proses akhir dari penyaringan berfungsi untuk memisahkan
yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian pulp. Hal ini dapat
dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa
pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk
menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu ini harus dihilangkan atau diputihkan.
2.10 Pengelantangan
Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Memperbaiki brightness
2. Memperbaiki kemurnian
Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga faktor lain yang penting dalam
Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin
yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi
akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan
diperoleh tingkat kecerahan warna yang tinggi dan stabil (Greschik, 2008). Proses
pemutihan serat harus menggunakan bahan kimia yang reaktif untuk melarutkan
kandungan lignin yang ada dalam serat agar diperoleh derajat kecerahan yang tinggi
(Tutus, 2004). Namun demikian, harus dijaga agar penggunaan bahan kimia tersebut
perlakuan dengan klor dioksida, hidrogen peroksida, asam peroksiasetat dan ozon.
Klor dioksida, yang sering digunakan dalam gabungan dengan klor (C+D,
D/C, CD), menyebabkan delignifikasi lebih efisien daripada klor, jika dikaitkan
dengan klor aktif yang digunakan. Ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa
berlawanan dengan klor, reaksi-reaksi lignin adalah reaksi oksidatif semata-mata dari
unit lignin fenol CO2 dengan radikal klor dioksida (ClO2), yang diawali dengan
pengikatan hidrogen. Produk oksidasi akhir adalah turunan asam mukonat (tanpa
dalam cairan pengelantang klor dioksida harus berasal dari kekuatan klor yang
dilepaskan oleh peruraian parsial klor dioksida (Lindgren 1971; Gierer ;1982)
Klorinasi dilakukan pada konsistensi rendah (3-4%) dan suhu rendah 20-40oC
selama 30-60 menit. Konsentrasi klor merupakan faktor penting karena jika
konsentrasi terlalu tinggi maka reaksi oksidasi juga akan terjadi dengan polisakarida,
yang mengurangi sifat-sifat kekuatan. Suhu lebih tinggi hingga 60oC ternyata dapat
diterima dalam klorinasi konsistensi sedang (sekitar 10%) dan konsistensi tinggi (30-
35%), dalam klorinasi fasa gas, dan apabila klor dioksida digunakan sebagai
pengelantangan yang sangat baik, tetapi juga merupakan bahan kimia yang sukar bila
dalam fasa-gas dan daya racunnya. Namun demikian klor dioksida berangsur-angsur
dari beberapa keuntungan dari klor dioksida, misalnya derajat putih tinggi, sifat-sifat
kekuatan meningkat, penggunaan bahan kimia rendah, dan penurunan cukup besar
dalam BOD dari limbah (Fergus 1973; Rapson 1979; Wintzer 1980; Reeve, Rapson
klor dioksida dilakukan pada konsistensi rendah hingga sedang, pada harga-harga pH
3-5, dan pada suhu rendah pada tahap pertama atau pada suhu sekitar 70oC pada
tahap-tahap pertengahan atau tahap akhir selama 3-5 jam (Wegener, 1995)
tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat ditunjukkan
media asam.
peroksida (E/OP).
alkali.
suasana asam.
Senyawa kimia yang digunakan pada proses pemutihan memecahkan ikatan rangkap
pada rantai panjang tersebut manjadi ikatan tunggal yang tidak menyerap warna).
O O O
O
H C C C
H C H H C C OH + HO C
O C
O H
H O Colourless
dari DO adalah untuk mengeluarkan lignin dari pulp (yang cenderung menimbulkan
warna coklat pada pulp). Tahap ini memiliki bagian yang sangat penting di dalam
proses pemutihan. Jika pulp tidak menerima khlorin yang memadai ini akan sulit
untuk memutihkan pulp yang lebih tinggi. Oleh karena itu, selama tahap khlorinasi
2003)
sebagian kandungan lignin yang terdapat dalam pulp dengan menggunakan bahan
kimia ClO2 dengan temperatur 70oC, selanjutnya dicuci dan disaring untuk
memisahkan cairan kimia dan kandungan lignin dari pulpnya, kemudian pulpnya
tahap pemurnian dari tahap khlorinasi. Tujuan utama dari alkali ekstraksi adalah
dalam larutan alkali yang hangat berdasarkan kerja dari bahan-bahan kimia yang
lignin-lignin yang masih tersisa didalam pulp dari proses pemutihan sebelumnya
peroksida) dan O2 (oksigen) pada temperatur 85oC. Selanjutnya dicuci dan disaring
untuk memisahkan cairan kimia dari kandungan lignin dari pulpnya, kemudian
Tahap D1 merupakan proses pemutihan tahap III dimana pulp dari tahap II
menggunakan bahan kimia ClO2 pada temperatur 80oC selanjutnya dicuci dan
disaring untuk memisahkan cairan dari kandungan lignin dari pulpnya, kemudian
tahap II dimana pulp dari tahap khlorin dioksida diputihkan kembali supaya
mendapat yang lebih tinggi dari tahap III yang digunakan adalah H2O2 pada
temperatur 80oC, selanjutnya dicuci dan disaring untuk memisahkan cairan kimia dan
(Anonim, 2003)
dikeringkan. Pulp Machine adalah bagian terpenting dari operasi pabrik pulp yang
mana fungsi utamanya adalah mengambil air sebanyak mungkin atau seefisien
5. Cutter dan Layboy yaitu proses pemotongan lembaran pulp dengan ukuran
tertentu
6. Baling Ball yaitu penataan lembaran pulp menjadi ball dan unit setelah lembaran
pulp di bungkus dan diikat kawat selanjutnya siap untuk dikirim ke pelanggan
(Anonim, 2003)
Khlorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari
proses pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-
bahan berwarna yang lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas
sebab ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa
dengan khlorin dioksida adalah stabil. Pada Bleaching plant, khlorin dioksida
dengan lignin. Lignin dibuat dalam air dengan reaksi oksidasi penghancur molekul-
molekul lignin yang besar. Khlorin dioksida tidak bereaksi pada kecepatan reaksi
yang berarti terhadap kelompok alifatik jenuh seperti alkohol, amino, asam karboksil,
nitrit, amida dan lain-lain. Ketika khlorin dioksida tidak bereaksi dengan aldehid atau
keton, khlorit terbentuk selama reaksi dengan pulp atau air dilakukan oksidasi aldehid
Khlorin dioksida adalah suatu bahan pemutih bersifat lembut yang hanya akan
berpengaruh terhadap lignin dan memberikan brightness yang tinggi terhadap pulp
tidak berpasangan dengan defenisi sebuah radikal bebas. Sensifitas dari radikal bebas
kayu dan pulp, seperti lignin dan asam lemak tidak jenuh. Reaksinya sangat lambat
terhadap karbohidrat dan hanya sedikit berpengaruh terhadap kekuatan pulp (Sirait,
2003)
bahkan 550 kPa. Khlor cair itu disimpan didalam silinder-silinder kecil, silinder 1
ton, pipa atau kereta tangki 50 t yang dikirimkan kepada konsumen besar. Kapal
bargas ukuran 550 t atau 1000 t juga dipakai. Gas sisa atau ” gas tiup” (blow gas)
yang selalu terdapat pada proses ini terdiri dari campuran seimbang antara khlor dan
udara. Gas tiup ini digunakan untuk membuat turunan khlor baik derivatif organik
METODE PERCOBAAN
3.1.1 Alat
- Alat Penyaringan
- Brightness meter
- Buchnel funnel
- Corong
- Pengadukan magnetik
- Alat sheet
- Alat vakum
- Oven
- Seterika
3.1.2 Bahan
- NaOH
- ClO2
- H2O2
- Hipoklorit
- Air
- Kertas saring
3.2 Prosedur
- Ditimbang 20 gram pulp yang basa dan dimasukkan kedalam beaker glass,
- Diletakkan kertas saring pada buchnel funnel dan dituangkan pulp yang telah
diaduk.
2. Dipipet 3,0 ml sampel kedalam campuran diatas dengan ujung dari buret
dicatat volume [ml] dari 0,1 N [Na2S2O3] yang terpakai sebagai (A).
6. Dilanjutkan titrasi sampai perubahan warna (titik akhir) terjadi menjadi tidak
berwarna, dicatat volume [ml] dari 0,1 N [Na2S2O3] yang terpakai sebagai (T).
4.1. Hasil
Dari hasil kerja praktek yang dilakukan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porseadi
1. Data analisa pulp sebelum penambahan khlorin dioksida (ClO2) atau sebelum
Konsistensi pulp adalah berat kering serat dalm 100 gram campuran pulp dalam air.
2. Data analisa pengaruh penambahan Khlorin Dioksida (ClO2) pada menara khlorin
dioksida terhadap brightness di unit bleaching plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
b. pH : 1.9- 2.0
Data yang telah diperoleh dari pabrik untuk pemberian ClO2 yang seragam
dan tidak seragam dapat dilihat dan diamati dari data yang disajikan dibawah ini :
Tabel 4.2 Data pengaruh waktu pemberian khlorin dioksida secara tidak seragam
Keterangan :
ClO2 dapat ditentukan secara laboratorium dalam gram per liter dengan perhitungan
(T − A) x 67.5 x 0.1
[gpl] =
12
= 7.0
maka terlebih dahulu harus ditentukan antara waktu dan ClO2 strenght di menara
khlorin dioksida. Untuk dapat lebih mengetahui hal tersebut maka dilakukan dengan
cara statistik yaitu melakukan hubungan regresi linier. Untuk pembahasan regresi
strenght tidak seragam dan seragam antar waktu dan pemberian ClO2 strenght.
Y = a + bX ……………………… (4.2)
Dimana :
Perhitungan nilai koefisien korelasi hubungan antara waktu terhadap ClO2 strenght
Untuk memperoleh garis persamaan regresi, terlebih dahulu mengolah data dengan
metode least square dengan tujuan memgetahui nilai (a) dan (b), dari rumus
No X Y X.Y X2 Y2
2. Untuk seragam, diperoleh data sebagai berikut : waktu dinyatakan sebagai (X) dan
No X Y X.Y X2 Y2
∑X = 420
∑Y = 26.9
∑X2 = 48600
∑Y2 = 180.93
∑XY = 2832
n =4
∑X 420
∑X = 420 X-- = = = 105
� 4
∑Y 26.9
∑Y = 26.9 Y-- = = = 6.7
n 4
Untuk mendapatkan garis persamaan linier maka terlebih dahulu dicari harga
a= Y–bX
�∑ Y) (∑ X 2 �−(∑ XY )
a= 2
� (∑ � 2 )−( ∑ �)
� ∑ Y−(∑ X)(∑ XY )
b= 2
�(∑ � 2 )− ( ∑ �)
1307340 −1189440
=
194400 −176400
117900
=
18000
= 6.5
memperoleh nilai b :
Dik : X = 60
Y = 6.6
a = Y – bX ………………………… (4.3)
maka :
60 b = 6.5 – 6.6
−0.1
=
−60
= 0.001
Y = 6.5 + 0.001(X)
∑Y = 28.0
∑ X2 = 48.600
∑ Y2 = 245
∑ XY = 2940
n =4
∑X 420
∑X = 420 X-- = = = 105
� 4
∑Y 28.0
∑Y = 28.0 Y-- = = = 7.0
� 4
1360800 −1234800
= 194400 −176400
126000
= 18000
=7
maka
7 = 7 – b (60)
-60 b = 7 – 7
0
=
−60
=0
Y = 7 + 0(X)
(ClO2strenght) maka dapat ditentukan dengan memakai rumus koefisien korelasi (r)
sebagai berikut :
11328 −11298
=
�194400 −176400 . �72372 −72361
30
=
√31.3 . √11
30
=
5.5 . 3.31
30
=
18.205
= 1.64
11760 −11760
=
�194400 −176400 . �980 −784
0
=
√31.3 . √28
0
=
5.5 . 5.2
0
=
28.6
=0
tidak seragam dan seragam) yang dapat dipergunakan untuk memperoleh angka
brightness pulp yang diinginkan di tahap ini agar tidak maksimal merusak pulp untuk
berdasarkan ISO.
Dari konsep yang telah dibahas, diperoleh persamaan garis regresi yang
berbeda antara pemberian ClO2 strenght tidak seragam dan seragam. Harga Y dapat
Y = 6.5 + 0.001(60)
= 6.5 + 0.06
= 6.56
Y = 7 + 0(60)
=7+0
=7
kecerahan pulp di dalam waktu yang telah ditentukan. Pengaruh ClO2 strenght untuk
pemberian yang tidak seragam mengalami nilai (rate) yang bertambah seiring dengan
waktu, hal ini berpengaruh terhadap peningkatan brightness sesuai data yang telah
diamati dan diperoleh. Pemberian untuk yang seragam tidak mengalami nilai yang
bertambah tetapi tetap mengalami peningkatan angka derajat kecerahan pulp. Hasil
ini akan berpengaruh terhadap pemakaian ClO2 untuk tahap berikutnya. Pencapaian
terjadi penurunan nilai brightness di tahap ini. Dari data yang telah diperoleh bahwa
pengaruh ClO2 untuk seragam dan tidak seragam dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.5 Data Tabel Analisa Garis Regresi Linier untuk tidak seragam
Xn
1 60 6.56
2 90 6.59
3 120 6.62
4 150 6.65
Tabel 4.6 Data Tabel Analisa Garis Regresi Linier untuk seragam
Data X Y
Xn
1 60 7
2 90 7
3 120 7
4 150 7
brightness adalah tetap, dengan waktu yang telah ditentukan dan di dapat persamaan
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penentuan dan pembahasan yang telah diperoleh dan diamati dari hasil data
lapangan di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea dapat diambil kesimpulan bahwa :
ClO2 strenght secara tidak seragam dalam nilai (rate), untuk mendapatkan
2 Pengaruh ClO2 strenght tidak bertambah namun angka derajat kecerahan pulp
berdasarkan ISO.
rendah.
5.2 Saran
1. Jumlah aliran ClO2 (liter per menit) untuk pemberian yang pertama atau kedua
brightness yang tidak baik, serta penggunaan ClO2 yang terlalu dimaksimalkan,
karena kekuatan bahan ini mudah merusak selulosa sehingga hasil rendemen pulp
2. Disamping itu juga pemakaian sulfur dioksida (SO2) harus tetap diperhatikan agar
kerja ClO2 tidak begitu maksimal merusak serat pulp didalam delignifikasi lignin
Anonim, 2003. Buku Manual Training Digester Plant. Porsea : Toba Pulp
Training and Development Center.
Anonim, 2003. Buku Manual Training Pulp Machine Plant. Porsea : Toba
Pulp Lestari Training and Development Center
7
Klorin dioksida strenght(Y)
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Time(X)