Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II

“EKSTRAKSI MINYAK NABATI”

Dosen Pengampu:
Dr. Rahmad, MT
NIP. 19571223 198702 1 001

OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS A

Ihsan Naufal Firdaus 1707114078


Marlan Ali Hasan 1607197492
Rahmatul Aulia 1707113845
Valentin Lilis Suriani 1707111378

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
Lembar Pengesahan Laporan Praktikum
Laboratorium Instruksional Teknik Kimia II
Ekstraksi Minyak Nabati

Dosen Pengampu Praktikum Ekstraksi Minyak Nabati dengan ini menyatakan


bahwa:

Kelompok IV
Ihsan Naufal Firdaus (1707114078)
Marlan Ali Hasan (1607197492)
Rahmatul Aulia (1707113845)
Valentin Lilis Suriani (1707111378)

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen


Pengampu / Asisten Praktikum
2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Ekstraksi Minyak
Nabati dari praktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia II
yang di setujui oleh Dosen Pengampu / Asisten Praktikum.

Catatan Tambahan :

Pekanbaru,
Dosen Pengampu

Dr. Rahmad, MT
NIP. 19571223 198702 1 001
ABSTRAK

Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak dengan prinsip dasarnya ialah
pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam
dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Tujuan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui prinsip kerja dan dapat mengoperasikan alat screw press dan
membandingkan hasil minyak yang didapatkan dari bahan baku yang berbeda dan
pada suhu yang berbeda. Metode yang digunakan yaitu rendering dengan
menggunakan alat Screw press. Yield tertinggi minyak sawit diperoleh pada
kondisi dipanaskan yaitu 7,36%, yield tertinggi minyak biji karet diperoleh pada
kondisi dipanaskan yaitu 3,41%, dan pada kacang tanah yield tertinggi pada
kondisi dipanaskan yaitu 2,62%. Dari hasil percobaan, dapat simpulkan bahwa
pemanasan dapat meningkatkan yield yang diperoleh.

Kata Kunci: Ekstraksi, Ekstraksi minyak nabati, Screw Press

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................2
2.1 Ekstraksi..................................................................................................2
2.1.1 Rendering......................................................................................3
2.1.2 Mechanical Expression (Pengepresan Mekanis)..........................4
2.1.3 Ekstraksi Pelarut...........................................................................5
2.2 Minyak Nabati........................................................................................6
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi.........................................7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN..................................................9
3.1 Alat yang digunakan..............................................................................9
3.2 Bahan yang digunakan………..............................................................9
3.3 Prosedur Percobaan...............................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................11
4.1 Hasil.......................................................................................................11
4.2 Pembahasan...........................................................................................11
4.2.1 Pengaruh Pemanasan terhadap Yield...........................................11
4.2.2 Pengaruh Tahapan terhadap Yield...............................................12
BAB V KESIMPULAN................................................................................15
5.1 Kesimpulan............................................................................................15
5.2 Saran......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengepresan Hidrolik............................................................4


Gambar 2.2 Pengepresan Berulir..............................................................5
Gambar 3.1 Pengepresan HidrolikRangkaian Alat Screw Press..............10
Gambar 4.1 Pengaruh Pemanasan terhadap Yield yang Dihasilkan.........12
Gambar 4.2 Pengaruh Tahapan terhadap Yield yang Dihasilkan..............13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Yield.................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh.
Beberapa di antaranya merupakan asam lemak esensial, antara lain asam oleat,
linoleat, linolenat dan arakhidonat. Oleh karena itu penelitian terhadap minyak
nabati perlu ditingkatkan, khususnya terhadap minyak nabati dari kacang-
kacangan yang tinggi kandungan asam lemak tidak jenuhnya. Ada beberapa cara
ekstraksi untuk mendapatkan minyak nabati dari kacang-kacangan, antara lain
dengan cara pengepresan mekanik, ekstraksi dengan pelarut dan cara rendering.
Akan tetapi secara komersial proses produksinya menjadi tidak ekonomis karena
efisiensi pembuatannya yang rendah, sehingga harga minyak menjadi mahal
(Ketaren, 1986).
Ektraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung lemak dan minyak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering) mechanical
experession dan solvent extraction.  Pengempresan mekanis merupakan suatu cara
untuk ekstaraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-
bijian cara ini untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak atau
lemak dipisahkan dari bijinya. Pemurnian minyak, tujuan utamanya adalah untuk
menhilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan
memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan
sebagai bahan mentah dalam industry (Ketaren, 1986). Oleh karena itu perlu
mempelajari proses pemisahan suatu bahan dengan metode ekstraksi minyak
nabati dan melaksanakan percobaan ini.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain sebagai berikut
1. Mengetahui prinsip kerja dan dapat mengoperasikan alat screw press.
2. Membandingkan hasil minyak yang didapatkan dari bahan baku yang
berbeda dan pada suhu yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSKATA

2.1 Ekstraksi
Ekstraksi atau pemisahan yang digambarkan sebagai proses perpindahan
satu atau lebih komponen dari satu fasa ke fasa lain. Salah satu teknik ekstraksi
adalah ekstraksi pelarut. Proses pemisahan jenis ini selalu melibatkan dua fase.
Idealnya kedua fase ini tidak saling terlarut pada saat proses ekstraksi
berlangsung. Sample bisa merupakan suatu gas, suatu cairan atau suatu padat.
ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan komponen
zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling
melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan, senyawa yang diinginkan
dapat dipisahkan secara selektif. Selektifitas antara pelarut di dalam pelarut
lainnya yang berbeda kepolarannya dalam melarutkan senyawa organik akan
membentuk dua lapisan yang saling memisah, dimana proses ini berdasarkan
distribusi sampel diantara dua pelarut tersebut (Wildan, 2012).
Menurut (Hadyana, 2012), Pemilihan pelarut untuk ekstraksi ditentukan
oleh pertimbangan:
a. Angka banding distribusi yang tinggi untuk zat terlarut, angka banding
distribusi yang rendah untuk zat-zat pengotor yang tak diingini
b. Kelarutan yang rendah dalam  fasa air
c. Viskositasyang cukup rendah, dan perbedaan rapatan yang cukup besar dari
fasa airnya untuk mencegah terbentuknya emulsi.
d.  Keberacunan (toksisitas) yang rendah tidak mudah terbakar
e.  Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut untuk proses-proses
analisis berikutnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi. Perbedaan
metode, pelarut, suhu serta waktu ekstraksi akan berpengaruh terhadap jumlah
rendemen serta kualitas ekstrak yang didapatkan. Menggunakan metode, pelarut
serta waktu yang sesuai akan menghasilkan rendemen serta kulitas ekstrak yang
maksimal (Wildan dkk, 2014).

2
3

Teknik ekstraksi dapat dilakukan dengan 3 metode dasar yaitu dengan cara
ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinue dan ekstraksi counter current.
Ektraksi bertahap merupakan cara yag paling sederhana dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapaisan didiamkan dan
dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan.
Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit – sedikit. Ekstraksi kontine digunakan bila
distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan
beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinue tergantung
pada volatil atau viskositas fase dan faktor–faktor lain yang mempengaruhi
kecepatan terjadinya kesetimbangan, seperti nilai D, volume relatif dari 2 fase dan
faktor lainnya (Khopkar, 2008).
2.1.1 Rendering
Menurut Ketaren (1986), rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak
dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas
adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk mengumpulkan protein pada
dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah
ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut Winarno (1991), rendering merupakan suatu cara yang sering
digunakan untk mengekstraksi minyak hewan dengan cara pemanasan.
Pemanasan dapat dilakukan dengan air panas. Lemak akan mengapung di
permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai
untuk mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara
komersial rendering dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan
rusak oleh panas dan air akan menguap sehingga lemak dapat
dipisahkan. Rendering terbagi dua yaitu wet rendering dan dry rendering.
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperature ang tinggi serta tekanan
4

40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Peralatan yang digunakan


adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukkan
kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sapai 60 pound selama 4-6
jam (Winarno,1991).
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rendering dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi dengan
steam jacket serta alat pengaduk (Winarno,1991).
2.1.2 Mechanical Expression (Pengepresan Mekanis)
Pegepresan mekanis merupakan saut cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada
pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atua
lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup
pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau
pemasakan (Ketaren, 1986).
Pada cara pengepresan hidrolik, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000
pound per inch2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung
dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak
dalam bahan asal, sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil
bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah pres
hidraulik (Ketaren, 1986).

Gambar 2.1 Pengepresan Hidrolik
5

Cara pengepresan berulir memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri


dari proses pemasakan. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240oF
dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang
dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5%, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih
mengandung minyak sekitar 4-5%. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau
lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan
proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi
(Ketaren, 1986).

Gambar 2.2 Pengepresan Berulir

2.1.3 Ekstraksi Pelarut


Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan
digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan
dilarutkan dengan pelarut. Tetapi cara ini kurang efektif, karena pelarut mahan
dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan.
Selain itu, ampasnya harus dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat
digunakan sebagai bahan makanan ternak. Ada tiga metode ekstraksi pelarut yaitu
maserasi, perkolasi, dan sokletasi (Ketaren, 1986).
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam sampel
dengan pelarut yang cocok untuk senyawa yang akan dicari dan dilakukan
berulang-ulang hingga senyawa tersebut habis dari sampel yang ditandai dengan
warna pelarut yang berubah menjadi bening setelah perendaman. Maserasi berasal
dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi
6

merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungnan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk saat
penghalusan ekstraksi (difusi) bahan kandungan sel yang masih utuh. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada
bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi
segera berakhir (Ketaren, 1986).
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih
cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan
turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Ketaren, 1986).

2.2 Minyak Nabati


Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan.
Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati
yangbiasa digunakan adalah minyak kelapa sawit, jagung, kedelai, bunga
matahari, dan lain-lain. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi
dua golongan. Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri
makanan (edible oils) dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan sebagainya. Kedua, minyak
yang digunakan dalam indutri non makanan (non edible oils) misalnya minyak
kayu putih, dan minyak jarak. Minyak goreng adalah hasil akhir (refined oils) dari
sebuah proses pemurnian minyak nabati (golongan yang bias dimakan) dan terdiri
dari beragam jenis senyawa trigliserida (Anonim, 2013)
Komposisi yang terdapat dalam minyak nabati terdiri dari
trigliseridatrigliserida asam lemak (mempunyai kandungan terbanyak dalam
minyak nabati, mencapai sekitar 95%-b), asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau
biasa disingkat dengan FFA), mono- dan digliserida, serta beberapa komponen-
komponen lain seperti phosphoglycerides, vitamin, mineral, atau sulfur. Bahan-
bahan mentah pembuatan biodiesel adalah :
7

a. Trigliserida-trigliserida, yaitu komponen utama aneka lemak dan


minyaklemak, dan
b. Asam-asam lemak, yaitu produk samping industri pemulusan (refining)
lemak dan minyak-lemak.
2.2.1 Kacang Tanah
Tanaman kacang tanah (Arachis hipogea L) termasuk tanaman polong-
polongan atau legium kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman palawija jenis leguminoceae yang memiliki
kandungan gizi cukup tinggi antara lain protein, karbohidrat dan minyak.

Gambar 2.3 Kacang sebagai Bahan Baku Ekstraksi


Sekarang pemanfaatan kacang tanah makin luas salah satunya yaitu
minyak nabati. Kandungan minyak yang terdapat di dalam  kacang tanah cukup
tinggi yaitu berkisar antara 40-50% dan merupakan minyak nabati yang bebas
kolesterol. Karena kandungan minyaknya cukup tinggi maka kacang tanah
merupakan sumber minyak yang penting. Minyak kasar hasil ekstraksi selalu
mengandung asam lemak bebas sebagai hasil aktifitas enzim lipase terhadap
gliserida selama minyak tersebut disimpan. Besarnya asam lemak tersebut
digunakan sebagai ukuran kualitas minyak.Makin besar asam lemak bebas yang
terkandung dalam minyak tersebut maka kualitasnya makin rendah. Minyak atau
lemak yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang tidak baik apabila diolah
atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak atau lemak dengan kandungan asam
lemak bebas tinggi.
Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam lemak tidak jenuh, yang
terdiri dari 40 45 % asam oleat dan 30-35 % asam linoleat. Asam lemak jenuh
sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristat sekitar 5
%. Menurut Barley (1951), Komposisi asam lemak kacang tanah sebagi berikut:
8

Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak pada Kacang Tanah

2.2.3 Biji Karet


Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu hasil
pertanian yang banyak menunjang perekonomian Negara. Selain menghasilkan
lateks, perkebunan karet juga menghasilkan biji karet yang belum termanfaatkan
secara optimum. Dengan melihat tingginya kandungan minyak di dalam daging
biji karet yakni sebesar 45.63% (Yuliani, 2013) maka minyak tersebut sangat
potensial untuk dimanfaatkan.

Gambar 2.4 Biji Karet


Menurut Larranaga et al (2006), mutu minyak yang berasal dari biji-bijian
khususnya biji karet dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kualitas dan kemurnian bahan baku. Adanya bahan asing atau biji yang
berkualitas jelek yang tercampur dalam bahan baku pada proses, akan
menyebabkan minyak cepat rusak dan berbau.
2. Usia biji. Biji karet yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yang
lebih baik kuantitas dan kualitasnya dibanding dengan biji karet yang lebih muda.
9

3. Kadar air yang terkandung dalam biji karet. Biji karet yang terlalu lama
disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan
minyak dengan mutu yang kurang baik.
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses (misalnya:
halusnya hasil pencacahan yang dilakukan, pemilihan jenis pelarut, penyimpanan
minyak hasil proses, dan sebagainya).
Biji karet terdiri dari 40-50% kulit yang keras berwarna coklat, dan 50-
60% kernel yang berwarna putih kekuningan. Kernel biji karet terdiri dari 45,63%
minyak, 2,71% abu, 3,71% air, 22,17% protein dan 24,21% karbohidrat, sehingga
biji karet berpotensi digunakan sebagai sumber minyak. Kandungan air yang
besar dalam biji karet memicu hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak. Maka
biji karet dikeringkan dan dipres untuk diambil minyaknya (Ikwuagwu et al.,
2000). Menurut Setyawardhani et al., (2010), komposisi asam lemak dalam
minyak biji karet dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Biji Karet

2.2.3 Buah Sawit


Buah kelapa sawit merupakan buah yang kaya dengan minyak yang bisa
menghasilkan dua jenis minyak dari buah yang sama, yaitu crude palm oil (CPO)
yang berasal dari daging buah sawit dan palm kernel oil (PKO) yang berasal dari
inti sawit. CPO dan PKO dapat diproses lebih lanjut menjadi berbagai macam
produk, baik produk pangan (minyak goreng, margarin, dll) maupun produk non-
pangan (biodiesel, oleokimia, produk farmasi, dll) (Hariyadi, 2014).
10

Gambar 2.5 Buah Sawit


Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang mengolah buah kelapa sawit menjadi
produk utama berupa CPO atau PKO akan menghasilkan produk samping
(limbah) berbentuk padatan, gas, dan cair. Limbah padat yang keluar dari PKS
meliputi tandan kosong, abu boiler, serabut (fiber), dan cangkang. Ampas kelapa
sawit merupakan daging buah sawit (palm mesocarp) yang telah diekstrak
minyaknya melalui proses pengepresan, sehingga akan dihasilkan serabut (fiber)
dengan kandungan minyak yang rendah. Kandungan minyak yang tersisa di
ampas kelapa sawit sekitar 5 – 7% (Lau dkk, 2007). Pada umumnya di pabrik –
pabrik kelapa sawit, ampas kelapa sawit yang telah melalui proses pengeringan
lebih lanjut dapat 2 dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler penghasil steam
(Deptan, 2006).
Tabel 2.3 Komposisi Asam Lemak pada Buah Sawit
11

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi adalah sebagai
berikut:
1. Temperatur
Operasi Semakin tinggi temperatur, laju pelarutan zat terlarut oleh pelarut
semakin tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta ke luar padatan, semakin
tinggi pula. Temperatur operasi untuk proses ekstraksi kebanyakan dilakukan
dibawah temperatur 100oC karena pertimbangan ekonomis.
2. Waktu Ekstraksi
Lamanya waktu ekstraksi mempengaruhi volume ekstrak minyak dedak
yang diperoleh. Semakin lama waktu ekstraksi semakin lama juga waktu kontak
antara pelarut n-hexane dengan bahan baku dedak sebagai padatan sehingga
semakin banyak zat terlarut yang terkandung di dalam padatan yang terlarut di
dalam pelarut.
3. Ukuran, bentuk dan kondisi partikel padatan
Minyak pada partikel organik biasanya terdapat di dalam sel-sel. Laju
ekstraksi akan rendah jika dinding sel memiliki tahanan difusi yang tinggi.
Pengecilan ukuran partikel ini dapat mempengaruhi waktu ekstraksi (Mc.Cabe,
1985). Semakin kecil ukuran partikel berarti permukaan luas kontak antara
partikel dan pelarut semakin besar, sehingga waktu ekstraksi akan semakin cepat.
4. Jenis pelarut
Pada proses ekstraksi, banyak pilihan pelarut yang digunakan. Beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut adalah sebagai berikut:
a. Selektivitas Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan,
bukan komponen lainnya dari bahan yang diekstrak. Dalam hal ini,
larutan ekstrak yang diperoleh harus dibersihkan yaitu dengan
mengekstraksi larutan tersebut dengan pelarut kedua (Ketaren, 1986).
b. Kelarutan Pelarut harus mempunyai kemampuan untuk melarutkan
solut sesempurna mungkin. Kelarutan solut terhadap pelarut yang
tinggi akan mengurangi jumlah penggunaan pelarut, sehingga
menghindarkan terlalu besarnya perbandingan antara pelarut dan
padatan.
12

c. Kerapatan Perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan solut


akan memudahkan pemisahan keduanya.
d. Aktivitas kimia pelarut Pelarut harus bahan kimia yang stabil dan inert
terhadap komponen lainnya didalam sistem (Treybal, 1980).
e. Titik didih pada proses ekstraksi biasanya pelarut dan solut dipisahkan
dengan cara penguapan, distilasi atau rektifikasi. Oleh karena itu titik
didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat. Dari segi ekonomi akan
menguntungkan bila titik didih pelarut tidak terlalu tinggi.
f. Viskositas pelarut Pelarut harus mampu berdifusi ke dalam maupun ke
luar dari padatan agar bisa mengalami kontak dengan seluruh solut.
Oleh karena itu, viskositas pelarut harus rendah agar dapat masuk dan
keluar secara mudah dari padatan (Ketaren, 1986).
g. Rasio pelarut Rasio pelarut yang dipakai terhadap padatan harus sesuai
dengan kelarutan zat terlarut atau solut pada pelarut. Semakin kecil
kelarutan solut terhadap pelarut, semakin besar pula perbandingan
pelarut terhadap padatan, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian
perbandingan solut dan pelarut yang tepat akan mampu memberikan
hasil ekstraksi yang diharapkan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang Digunakan


1. Unit screw press
2. Gelas piala 100 mL
3. Botol kaca

3.2 Bahan yang Digunakan


1. Kacang tanah 350 gram (4 sampel)
2. Biji karet 350 gram (4 sampel)
3. Buah sawit 350 gram (4sampel)

3.3 Prosedur Percobaan


1. Alat screw press disiapkan dan dibersihkan
2. Kacang tanah dirajang menjadi ukuran kecil
3. Bahan ditimbang 80 gram sebanyak 4 sampel
4. Bahan dimasukkan kedalam pengumpan screw press
5. Handle screw press diputar searah jarum jam dan bahan didorong agar
jatuh ke press
6. Minyak ditampung di outlet
7. Pekerjaan dilakukan dengan duplo
8. Percobaan diulangi dengan menggunakan pemanasan
9. Minyak yang didapat didiamkan hingga terpisah antara minyak dengan
ALB
10. Minyak di vakum agar terpisah dari ALB
11. Berat minyak ditimbang.
12. Perlakuan diatas dilakukan kembali dengan bahan biji karet dan buah
sawit.

11
12

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Screw Press


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Yield
No Bahan Yield dengan Pemanasan (%) Yield tanpa Pemanasan (%)
Ekstraks Sentrifugasi Hasil Ekstraks Sentrifugasi Hasil
i Akhir i Akhir
1 Karet 3.94 3.68 3.41 3.41 3.15 2.89
2 Sawit 8.67 7.88 7.36 7.88 7.36 7.09
3 Kacang 3.15 2.89 2.62 2.62 2.36 2.10

4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi terbagi menjadi 3
cara yaitu mechanical expression, solvent extraction, dan rendering. Pada
praktikum ini menggunakan cara mechanical expression. Bahan yang digunakan
biasanya berasal dari biji bijian, dan mengandung kadar minyak tinggi (30-70%).
Pada percobaan ini dilakukan dengan 3 jenis bahan berbeda yaitu karet,
sawit, dan kacang tanah. Bahan tersebut diekstraksi dengan beberapa perlakuan
seperti dengan pemanasan dan tanpa pemanasan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui pengaruh panas terhadap yield yang dihasilkan oleh bahan. Sampel
yang didapatkan juga mendapat perlakuan seperti sentrifugasi dan penyaringan
agar dapat mengetahui pengaruh tahapan terhadap yield yang dihasilkan. Sebelum
dilakukan pengepresan, bahan terlebih dahulu dicacah untuk memperluas bidang
permukaan pada bahan. Hal ini dilakukan agar memperbesar terjadinya kontak
antara bahan dengan suhu pada saat dilakukan pemanasan, karena semakin luas
permukaan bahan maka panas dapat menyebar secara merata pada bahan sehingga
mempermudah keluarnya minyak.
4.2.1 Pengaruh Pemanasan terhadap yield
Berikut hasil akhir yield yang diperoleh dengan variabel pemanasan dan
tanpa pemanasan pada bahan. Grafik pengaruh pemanasan terhadap yield dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

13
14

5
Karet
Yield(%)
4
Sawit
3 Kacang

0
Dengan Pemanasan Tanpa Pemanasan

Gambar 4.1 Pengaruh Pemanasan terhadap Yield yang Dihasilkan


Dari Gambar 4.1 dapat dilihat yield tertinggi terdapat pada ketiga bahan
yaitu kacang tanah, buah sawit, dan biji karet yang dipanaskan. Hal ini disebabkan
dengan adanya perlakuan pemanasan pada bahan menyebabkan protein yang
terdapat di dalam bahan terkoagulasi (menggumpal) dan menyebabkan pecahnya
emulsi antara minyak dan protein sehingga memudahkan minyak mengalir keluar.
Selain itu banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari
lamanya pengempaan, tekanan yang diberikan dan kandungan minyak dalam
bahan (Ketaren,1986).
4.2.2 Pengaruh Tahapan terhadap Yield
Pada percobaan ini dilakukan beberapa tahapan pada sampel seperti
ekstraksi, sentrifugasi dan hasil akhir dengan penyaringan. Grafik pengaruh
tahapan terhadap yield dapat dilihat pada Gambar 4.2.
15

10
9
8
7
6
Karet
Yield(%)

5
Sawit
4 Kacang
3
2
1
0
Ekstraksi Sentrifugasi Hasil Akhir

Gambar 4.2 Pengaruh Tahapan terhadap Yield yang Dihasilkan


Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perolehan yield menurun tiap
tahapan. Hal ini dikarenakan pada proses ekstraksi dengan metode pengepresan
pada minyak yang dihasilkan masih terdapat zat pengotor dari bahan yang
tercampur pada proses pengepresan. Selanjutnya dilakukan perlakuan sentrifugasi
agar dapat memisahkan kotoran yang masih ikut dalam sampel dengan
memanfaatkan gaya gravitasi. Hasil setrifugasi tidak jauh berbeda dengan proses
sebelumnya. Selanjutnya adalah proses penyaringan dari sampel yang telah
disentrifugasi. Tujuan penyaringan ini untuk mendapatkan sampel yang lebih
murni dari proses sebelumnya.
Menurut Larranaga (2016) tingginya hasil yang didapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu:
1. Kualitas bahan baku
2. Usia bahan baku
3. Kadar air yang terkandung dalam bahan baku
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses
Yield yang diperoleh pada percobaan ini lebih rendah dari yang seharusnya
pada literatur. Jumlah yield yang dihasilkan dari pengempaan secara mekanis
dipengaruhi oleh waktu pengempaan, besarnya tekanan yang diberikan, ukuran
bahan yang dikempa, dan cara pengempaan. Ada beberapa hal yang menyebabkan
minyak tidak dapat dikeluarkan secara maksimal seperti kondisi alat yang tidak
16

maksimal, suhu pemanasan yang rendah, bahan yang terlalu lama disimpan dan
ukuran bahan yang dikempa (Ketaren,1986).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.
2.
3.
4.
5.
5.1 Kesimpulan
1. Pemanasan dapat meningkatkan yield yang diperoleh.
2. Yield tertinggi minyak sawit diperoleh pada kondisi dipanaskan yaitu
7,36%, yield tertinggi minyak biji karet diperoleh pada kondisi dipanaskan
yaitu 3,41%, dan pada kacang tanah yield tertinggi pada kondisi dipanaskan
yaitu 2,62%.
3. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari
lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan serta kandungan minyak
dalam bahan.
4. Dengan disentrifugasi dan disaring minyak yang diekstraksi, maka akan
mendapatkan minyak yang lebih murni.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan teliti saat mengolah data percobaan agar tidak terdapat
kesalahan dalam data yang akan dicantumkan pada laporan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Kelapa Sawit dan Olahannya. Market Brief Kelapa Sawit – IPTC
Hamburg. Jurnal Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Halaman
7.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa
Sawit. Jakarta: Deptan.
Handayani, A., & Juniarti, E. R. 2012. Ekstraksi minyak ketumbar dengan pelarut
etanol dan n-heksana. Jurnal bahan alam terbarukan. Vol 1 no 1.
Hariyadi, P., 2014. Mengenal Minyak Sawit Dengan Beberapa Karakter
Unggulnya. Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Khopkar.2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bandung. UIP.
Lau, H. L. N., Choo, Y. M., Ma, A. N., & Chuah, C. H., 2007. “Selective
Extraction of Palm Carotene and Vitamin E from Fresh Palm-Pressed
Mesocarp Fiber (Elaeis guineensis) Using Supercritical CO2”. Journal of
Food Engineering, 84, 289–296.
Larrañaga, M.D., Lewis, R.J. & Lewis, R.A., 2016. Hawley's condensed chemical
dictionary. John Wiley & Sons.
Mc Cabe. 1985. Operasi Teknik Kimia. Jakarta : Erlangga.
Treybal, Robert. 1980. Mass Transfer Operation. Singapore. McGraw Hill
Wildan, A., Hartati, I., & Widayat. 2014. Proses Ekstraksi Minyak Limbah Pada
Biji Karet Berbantu Gelombang Mikro. Jurnal Momentum. Vol 10 No 1.
Wildan., Inggrid, A., Hartati, I., & Widayat. 2012. Optimasi Pengambilan Minyak
Dari Limbah Padat Biji Karet Dengan Metode Sokhletasi. Jurnal
Momentum.Vol 8, No 2.
Winarno,F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Yuliani, F., Primasari, M., Rachmaniah, O., & Rachimoellah, M. 2013. Pengaruh
Katalis Asam (H2SO4) dan Suhu Reaksi pada Reaksi Esterifikasi Minyak
Biji Karet (Hevea brasiliensis) menjadi Biodiesel, Jurnal Teknik Kimia.
3(1):171-177.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
1. Karet
Berat sampel = 350 gram
a. Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 15 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 15 ml x 0,92 gram
= 13,8 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
13,8 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,94%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 14 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 14 ml x 0,92 gram
= 12,88 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
12,88 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,68%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 13 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 13 ml x 0,92 gram
= 11,96 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,96 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,41%

b. Tidak Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 13 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 13 ml x 0,92 gram
= 11,96 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,96 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,41%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 12 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 12 ml x 0,92 gram
= 11,04 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,04 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,15%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 11 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 11 ml x 0,92 gram
= 10,12 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
10,12 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,89%

2. Sawit
Berat sampel = 350 gram
a. Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 33 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 33 ml x 0,92 gram
= 30,36 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
30,36 gram
= x 100 %
350 gram
= 8,67%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 30 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 30 ml x 0,92 gram
= 27,6 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
27,6 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,88%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 28 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 28 ml x 0,92 gram
= 25,76 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
25,76 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,36%

b. Tidak Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 30 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 30 ml x 0,92 gram
= 27,6 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
27,6 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,88%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 28 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 28 ml x 0,92 gram
= 25,76 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
25,76 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,36%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 27 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 27 ml x 0,92 gram
= 24,48 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
24,48 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,09%

3. Kacang Tanah
Berat sampel = 350 gram
a. Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 12 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 12 ml x 0,92 gram
= 11,04 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,04 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,15%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 11 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 11 ml x 0,92 gram
= 10,12 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
10,12 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,89%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 10 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 10 ml x 0,92 gram
= 9,2 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
9,2 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,62%

b. Tidak Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 10 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 10 ml x 0,92 gram
= 9,2 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
9,2 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,62%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 9 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 9 ml x 0,92 gram
= 8,28 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
8,28 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,36%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 8 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 8 ml x 0,92 gram
= 7,36 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
7,36 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,10%

Anda mungkin juga menyukai