Dosen Pengampu:
Dr. Rahmad, MT
NIP. 19571223 198702 1 001
OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS A
Kelompok IV
Ihsan Naufal Firdaus (1707114078)
Marlan Ali Hasan (1607197492)
Rahmatul Aulia (1707113845)
Valentin Lilis Suriani (1707111378)
Catatan Tambahan :
Pekanbaru,
Dosen Pengampu
Dr. Rahmad, MT
NIP. 19571223 198702 1 001
ABSTRAK
Ekstraksi minyak adalah salah satu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang mengandung minyak atau lemak dengan prinsip dasarnya ialah
pemisahan suatu zat berdasarkan perbandingan distribusi zat yang terlarut dalam
dua pelarut yang tidak saling melarutkan. Tujuan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui prinsip kerja dan dapat mengoperasikan alat screw press dan
membandingkan hasil minyak yang didapatkan dari bahan baku yang berbeda dan
pada suhu yang berbeda. Metode yang digunakan yaitu rendering dengan
menggunakan alat Screw press. Yield tertinggi minyak sawit diperoleh pada
kondisi dipanaskan yaitu 7,36%, yield tertinggi minyak biji karet diperoleh pada
kondisi dipanaskan yaitu 3,41%, dan pada kacang tanah yield tertinggi pada
kondisi dipanaskan yaitu 2,62%. Dari hasil percobaan, dapat simpulkan bahwa
pemanasan dapat meningkatkan yield yang diperoleh.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................2
2.1 Ekstraksi..................................................................................................2
2.1.1 Rendering......................................................................................3
2.1.2 Mechanical Expression (Pengepresan Mekanis)..........................4
2.1.3 Ekstraksi Pelarut...........................................................................5
2.2 Minyak Nabati........................................................................................6
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi.........................................7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN..................................................9
3.1 Alat yang digunakan..............................................................................9
3.2 Bahan yang digunakan………..............................................................9
3.3 Prosedur Percobaan...............................................................................9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................11
4.1 Hasil.......................................................................................................11
4.2 Pembahasan...........................................................................................11
4.2.1 Pengaruh Pemanasan terhadap Yield...........................................11
4.2.2 Pengaruh Tahapan terhadap Yield...............................................12
BAB V KESIMPULAN................................................................................15
5.1 Kesimpulan............................................................................................15
5.2 Saran......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi atau pemisahan yang digambarkan sebagai proses perpindahan
satu atau lebih komponen dari satu fasa ke fasa lain. Salah satu teknik ekstraksi
adalah ekstraksi pelarut. Proses pemisahan jenis ini selalu melibatkan dua fase.
Idealnya kedua fase ini tidak saling terlarut pada saat proses ekstraksi
berlangsung. Sample bisa merupakan suatu gas, suatu cairan atau suatu padat.
ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan proses pemisahan komponen
zat terlarut berdasarkan sifat distribusinya dalam dua pelarut yang tidak saling
melarut. Dengan memanfaatkan perbedaan kelarutan, senyawa yang diinginkan
dapat dipisahkan secara selektif. Selektifitas antara pelarut di dalam pelarut
lainnya yang berbeda kepolarannya dalam melarutkan senyawa organik akan
membentuk dua lapisan yang saling memisah, dimana proses ini berdasarkan
distribusi sampel diantara dua pelarut tersebut (Wildan, 2012).
Menurut (Hadyana, 2012), Pemilihan pelarut untuk ekstraksi ditentukan
oleh pertimbangan:
a. Angka banding distribusi yang tinggi untuk zat terlarut, angka banding
distribusi yang rendah untuk zat-zat pengotor yang tak diingini
b. Kelarutan yang rendah dalam fasa air
c. Viskositasyang cukup rendah, dan perbedaan rapatan yang cukup besar dari
fasa airnya untuk mencegah terbentuknya emulsi.
d. Keberacunan (toksisitas) yang rendah tidak mudah terbakar
e. Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut untuk proses-proses
analisis berikutnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi. Perbedaan
metode, pelarut, suhu serta waktu ekstraksi akan berpengaruh terhadap jumlah
rendemen serta kualitas ekstrak yang didapatkan. Menggunakan metode, pelarut
serta waktu yang sesuai akan menghasilkan rendemen serta kulitas ekstrak yang
maksimal (Wildan dkk, 2014).
2
3
Teknik ekstraksi dapat dilakukan dengan 3 metode dasar yaitu dengan cara
ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinue dan ekstraksi counter current.
Ektraksi bertahap merupakan cara yag paling sederhana dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah ini tercapai, lapaisan didiamkan dan
dipisahkan. Metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik.
Kesempurnaan ekstraksi tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan.
Hasil yang baik diperoleh jika jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali
dengan jumlah pelarut sedikit – sedikit. Ekstraksi kontine digunakan bila
distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan
beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinue tergantung
pada volatil atau viskositas fase dan faktor–faktor lain yang mempengaruhi
kecepatan terjadinya kesetimbangan, seperti nilai D, volume relatif dari 2 fase dan
faktor lainnya (Khopkar, 2008).
2.1.1 Rendering
Menurut Ketaren (1986), rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak
dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas
adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk mengumpulkan protein pada
dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah
ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
Menurut Winarno (1991), rendering merupakan suatu cara yang sering
digunakan untk mengekstraksi minyak hewan dengan cara pemanasan.
Pemanasan dapat dilakukan dengan air panas. Lemak akan mengapung di
permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai
untuk mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara
komersial rendering dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan
rusak oleh panas dan air akan menguap sehingga lemak dapat
dipisahkan. Rendering terbagi dua yaitu wet rendering dan dry rendering.
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperature ang tinggi serta tekanan
4
Gambar 2.1 Pengepresan Hidrolik
5
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah
melarutnya bahan kandungnan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk saat
penghalusan ekstraksi (difusi) bahan kandungan sel yang masih utuh. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada
bagian dalam sel dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi
segera berakhir (Ketaren, 1986).
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-
ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih
cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan
turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak
memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang
diperoleh (Ketaren, 1986).
3. Kadar air yang terkandung dalam biji karet. Biji karet yang terlalu lama
disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi, sehingga dapat menghasilkan
minyak dengan mutu yang kurang baik.
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses (misalnya:
halusnya hasil pencacahan yang dilakukan, pemilihan jenis pelarut, penyimpanan
minyak hasil proses, dan sebagainya).
Biji karet terdiri dari 40-50% kulit yang keras berwarna coklat, dan 50-
60% kernel yang berwarna putih kekuningan. Kernel biji karet terdiri dari 45,63%
minyak, 2,71% abu, 3,71% air, 22,17% protein dan 24,21% karbohidrat, sehingga
biji karet berpotensi digunakan sebagai sumber minyak. Kandungan air yang
besar dalam biji karet memicu hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak. Maka
biji karet dikeringkan dan dipres untuk diambil minyaknya (Ikwuagwu et al.,
2000). Menurut Setyawardhani et al., (2010), komposisi asam lemak dalam
minyak biji karet dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak pada Biji Karet
11
12
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Yield
No Bahan Yield dengan Pemanasan (%) Yield tanpa Pemanasan (%)
Ekstraks Sentrifugasi Hasil Ekstraks Sentrifugasi Hasil
i Akhir i Akhir
1 Karet 3.94 3.68 3.41 3.41 3.15 2.89
2 Sawit 8.67 7.88 7.36 7.88 7.36 7.09
3 Kacang 3.15 2.89 2.62 2.62 2.36 2.10
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Ekstraksi terbagi menjadi 3
cara yaitu mechanical expression, solvent extraction, dan rendering. Pada
praktikum ini menggunakan cara mechanical expression. Bahan yang digunakan
biasanya berasal dari biji bijian, dan mengandung kadar minyak tinggi (30-70%).
Pada percobaan ini dilakukan dengan 3 jenis bahan berbeda yaitu karet,
sawit, dan kacang tanah. Bahan tersebut diekstraksi dengan beberapa perlakuan
seperti dengan pemanasan dan tanpa pemanasan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui pengaruh panas terhadap yield yang dihasilkan oleh bahan. Sampel
yang didapatkan juga mendapat perlakuan seperti sentrifugasi dan penyaringan
agar dapat mengetahui pengaruh tahapan terhadap yield yang dihasilkan. Sebelum
dilakukan pengepresan, bahan terlebih dahulu dicacah untuk memperluas bidang
permukaan pada bahan. Hal ini dilakukan agar memperbesar terjadinya kontak
antara bahan dengan suhu pada saat dilakukan pemanasan, karena semakin luas
permukaan bahan maka panas dapat menyebar secara merata pada bahan sehingga
mempermudah keluarnya minyak.
4.2.1 Pengaruh Pemanasan terhadap yield
Berikut hasil akhir yield yang diperoleh dengan variabel pemanasan dan
tanpa pemanasan pada bahan. Grafik pengaruh pemanasan terhadap yield dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
13
14
5
Karet
Yield(%)
4
Sawit
3 Kacang
0
Dengan Pemanasan Tanpa Pemanasan
10
9
8
7
6
Karet
Yield(%)
5
Sawit
4 Kacang
3
2
1
0
Ekstraksi Sentrifugasi Hasil Akhir
maksimal, suhu pemanasan yang rendah, bahan yang terlalu lama disimpan dan
ukuran bahan yang dikempa (Ketaren,1986).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
2.
3.
4.
5.
5.1 Kesimpulan
1. Pemanasan dapat meningkatkan yield yang diperoleh.
2. Yield tertinggi minyak sawit diperoleh pada kondisi dipanaskan yaitu
7,36%, yield tertinggi minyak biji karet diperoleh pada kondisi dipanaskan
yaitu 3,41%, dan pada kacang tanah yield tertinggi pada kondisi dipanaskan
yaitu 2,62%.
3. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari
lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan serta kandungan minyak
dalam bahan.
4. Dengan disentrifugasi dan disaring minyak yang diekstraksi, maka akan
mendapatkan minyak yang lebih murni.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan teliti saat mengolah data percobaan agar tidak terdapat
kesalahan dalam data yang akan dicantumkan pada laporan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Kelapa Sawit dan Olahannya. Market Brief Kelapa Sawit – IPTC
Hamburg. Jurnal Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. Halaman
7.
Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa
Sawit. Jakarta: Deptan.
Handayani, A., & Juniarti, E. R. 2012. Ekstraksi minyak ketumbar dengan pelarut
etanol dan n-heksana. Jurnal bahan alam terbarukan. Vol 1 no 1.
Hariyadi, P., 2014. Mengenal Minyak Sawit Dengan Beberapa Karakter
Unggulnya. Jakarta: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Khopkar.2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Bandung. UIP.
Lau, H. L. N., Choo, Y. M., Ma, A. N., & Chuah, C. H., 2007. “Selective
Extraction of Palm Carotene and Vitamin E from Fresh Palm-Pressed
Mesocarp Fiber (Elaeis guineensis) Using Supercritical CO2”. Journal of
Food Engineering, 84, 289–296.
Larrañaga, M.D., Lewis, R.J. & Lewis, R.A., 2016. Hawley's condensed chemical
dictionary. John Wiley & Sons.
Mc Cabe. 1985. Operasi Teknik Kimia. Jakarta : Erlangga.
Treybal, Robert. 1980. Mass Transfer Operation. Singapore. McGraw Hill
Wildan, A., Hartati, I., & Widayat. 2014. Proses Ekstraksi Minyak Limbah Pada
Biji Karet Berbantu Gelombang Mikro. Jurnal Momentum. Vol 10 No 1.
Wildan., Inggrid, A., Hartati, I., & Widayat. 2012. Optimasi Pengambilan Minyak
Dari Limbah Padat Biji Karet Dengan Metode Sokhletasi. Jurnal
Momentum.Vol 8, No 2.
Winarno,F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Yuliani, F., Primasari, M., Rachmaniah, O., & Rachimoellah, M. 2013. Pengaruh
Katalis Asam (H2SO4) dan Suhu Reaksi pada Reaksi Esterifikasi Minyak
Biji Karet (Hevea brasiliensis) menjadi Biodiesel, Jurnal Teknik Kimia.
3(1):171-177.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
1. Karet
Berat sampel = 350 gram
a. Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 15 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 15 ml x 0,92 gram
= 13,8 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
13,8 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,94%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 14 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 14 ml x 0,92 gram
= 12,88 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
12,88 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,68%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 13 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 13 ml x 0,92 gram
= 11,96 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,96 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,41%
b. Tidak Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 13 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 13 ml x 0,92 gram
= 11,96 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,96 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,41%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 12 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 12 ml x 0,92 gram
= 11,04 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,04 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,15%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 11 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 11 ml x 0,92 gram
= 10,12 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
10,12 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,89%
2. Sawit
Berat sampel = 350 gram
a. Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 33 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 33 ml x 0,92 gram
= 30,36 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
30,36 gram
= x 100 %
350 gram
= 8,67%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 30 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 30 ml x 0,92 gram
= 27,6 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
27,6 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,88%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 28 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 28 ml x 0,92 gram
= 25,76 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
25,76 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,36%
b. Tidak Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 30 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 30 ml x 0,92 gram
= 27,6 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
27,6 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,88%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 28 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 28 ml x 0,92 gram
= 25,76 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
25,76 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,36%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 27 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 27 ml x 0,92 gram
= 24,48 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
24,48 gram
= x 100 %
350 gram
= 7,09%
3. Kacang Tanah
Berat sampel = 350 gram
a. Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 12 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 12 ml x 0,92 gram
= 11,04 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
11,04 gram
= x 100 %
350 gram
= 3,15%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 11 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 11 ml x 0,92 gram
= 10,12 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
10,12 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,89%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 10 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 10 ml x 0,92 gram
= 9,2 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
9,2 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,62%
b. Tidak Dipanaskan
1. Ekstraksi
Volume minyak (V) = 10 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 10 ml x 0,92 gram
= 9,2 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
9,2 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,62%
2. Sentrifugasi
Volume minyak (V) = 9 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 9 ml x 0,92 gram
= 8,28 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
8,28 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,36%
3. Hasil Akhir
Volume minyak (V) = 8 ml
Densitas minyak (ρ)= 0,92 gram/ml
Berat minyak = ρ x V
= 8 ml x 0,92 gram
= 7,36 gram
Berat minyak
Yield = x 100 %
Berat Sampel
7,36 gram
= x 100 %
350 gram
= 2,10%