Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA PALMCO SEIGARO

MENGORGANISASIKAN PEKERJAAN PADA


STASIUN STERILIZER

Disusun Oleh:

HABIB FAZRUR RAHMADANI


NIM.22225011

i
PROGRAM STUDI D2 TEKNIK PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT
POLITEKNIK KAMPAR
BANGKINANG
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Mengorganisasikan pekerjaan pada stasiun sterilizer


Di Perkebunan Nusantara Palm CO Sei Garo
Nama Mahasiswa : Habib Fazrur Rahmadani

Nim : 22225011

Program studi : D2 TeknikPengolahan Kelapa Sawit

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Niken Ellani Patitis, SP., MT

NRP :

Wakil Direktur I Ketua Program Studi

ii
Bidang Akademik & Kemahasiswaan Pengolahan Kelapa Sawit

Fenty Kurnia Oktorina, ST., M. Sc Anna Dhora, STP., MP

NRP: 110306006 NRP : 110907021

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Habib Fazrur Rahmadani

Nim : 22225011

Program studi : D2Teknik Pengolahan Kelapa Sawit

Lokasi PKL : Di PKS PT PalmCO Sei Garo

Waktu pelaksanaan : 30 Oktober 2023 – 05 Januari 2024

Judul laporan : Mengorganisasikan pekerjaan Stasiun Sterilizer di PT

Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo

Menyetujui,

Pimpinan Perusahaan

CHOIRI

MANAGER

iii
Pembimbing Lapangan I Pembimbing Lapangan II

Gapurman Fadel Firandra

Asisten Pengendalian Mutu Asisten Pengolahan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT atas limpahan nikmat beserta


karuniannya dan ucapan terima Kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Hariyanto
Dan Ibu Marlinah. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang selalu dicurahkan
kepada penulis, selalu memberikan dukungan serta doa yang yang tiada hentinya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Yang
berjudul “Mengoperasikan Mesin dan Peralatan Stasiun Sterilizer di Perkebunan
Nusantara PalmCO Sei Garo”.
Tak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan,
diantaranya:
1. Ibu Niken Ellani Patitis, SP., MT. selaku pembimbing. Terima kasih
atas semua dorongan, masukan serta arahan dalam membantu
penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan.
2. Anna Dhora, STP., MP selaku ketua program studi Pengolahan
Kelapa Sawit.
3. Ibu Nina Veronica, ST., M. Sc selaku direktur Politeknik Kampar.

4. Bapak Choiri selaku Manager di PT Perkebunan Nusantara PalmCO


Sei Garo.
5. Bapak Dedi Hariyono selaku Maskep di PT Perkebunan Nusantara

iv
PalmCO Sei Garo.
6. Bapak Gapurman selaku Asisten Pengendalian Mutu pembimbing
lapangan I dan bapak Fadel Firandra selaku Asisten pengolahan
pembimbing lapangan II, yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya selama pelaksanaan praktek kerja lapangan
berlangsung.
7. Dan seluruh karyawan yang ada di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei
Garo yang telah banyak memberikan pengalaman serta membantu
selama proses praktek kerja lapangan.

8. Rekan - rekan Partner PKL yang telah memberikan dukungan dan


semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek
kerja lapangan.
9. Seluruh rekan TPKS angkatan 2022 terima kasih atas bantuan doa
dan selalu memberi semangat.
10. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
yang membantu dalam pelaksanaan PKL.
Penulis menyadari bahwa laporan PKL masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan. Semoga laporan PKL ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Sei Garo, 05 Januari 2024

Penulis

v
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan..........................................................................


C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan........................................................................
D. Waktu dan Tempat .............................................................................................

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN............................................................

A. Sejarah Perusahaan..............................................................................................

B. Struktur Organisasi .............................................................................................

C. Visi dan Misi Perusahaan ...................................................................................

D. Kegiatan Umum Perusahaan...............................................................................

BAB III KEGIATAN DAN PEMBAHASAN PRAKTEK KERJA


LAPANGAN..................................................................................................................

A. Unit Utama Pengolahan Kalapa Sawit Menjadi CPO.........................................

1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit receiving station)......................................

2. Stasiun Penampungan TBS (Loading Ramp).................................................


3. Stasiun Perebusan (Sterilizer station) ............................................................

vi
4. Stasiun Rantaian (Threshing Station).............................................................

5. Stasiun Press (Press Station)..........................................................................

6. Stasiun Pemurnian (Clarification Station)......................................................

7. Stasiun Pengolahan biji (Kernel Plant Station)..............................................

A. Proses unit pendukung pabrik.............................................................................

a. Ketel Uap (Boiler)..........................................................................................

b. Kamar mesin (Power Plant) ..........................................................................

c. Pengolahan Air (Water Treatment)................................................................

B. Proses Sterilizer Kelapa Sawit............................................................................

1. Fungsi Sterilizer.............................................................................................

C. Syarat Perebusan.................................................................................................

D. Standar Perebusan ..............................................................................................

E. Mesin perebusan (sterilizer)................................................................................

F. Sistem perebusan.................................................................................................

G. Standard Operating Procedure (SOP) ................................................................

1. Definisi dan pengertian Standard Operating Procedure (SOP.......................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................

A. KESIMPULAN...................................................................................................

B. SARAN...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) adalah suatu industri yang bergerak
untuk mengolah tandan buah segar /TBS menjadi beberapa produk yang
dihasilkan, produk utama pabrik kelapa sawit yaitu crude palm oil (CPO) dan
crude palm kernel oil (CPKO), dalam prosesnya untuk mengolah kelapa sawit
menjadi CPO maupun CPKO harus melalui beberapa tahapan dimulai dari stasiun
penerimaan, stasiun perebusan, stasiun pembantingan, stasiun pegempaan,
stasiun pengolahan kernel dan stasiun klarifikasi (Rahardja et al., 2021).
PT Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo merupakan salah satu
perusahaan penggabungan antara PTPN III, IV, V, VI DAN XIII dibawah
Kementrian BUMN yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit sebagai
usaha utamanya. PT Perkebunan Nusantara PalmCo Sei Garo dilengkapi dengan
pabrik pengolahan kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit crude palm oil
(CPO) dan pengiriman crude palm kernel oil (CPKO) untuk diolah dipabrik
kebun lain, pengolahan tanda kosong yang menghasilkan pupuk organik yang
diperoleh dari pelapukan tandan kosong yang merupakan limbah pabrik. Pupuk
ini biasa disebut dengan pupuk tandan kosong kelapa sawit, adapun kapasitas
pabrik sebanyak 30 ton TBS /jam. Pada PT Perkebunan Nusantara PalmCO Sei
Garo terdapat beberapa divisi yaitu afdeling 1, afdeling 2, afdeling 3, afdeling 4
dengan total luas area tanaman 3.148,46 Ha.

Salah satu mesin yang berperan penting dalam proses pengolahan minyak
kelapa sawit yaitu sterilizer. Sterilizer ( bejana uap ) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk sterilisasi/perebusan TBS menggunakan panas dari uap

1
steam yang bertekanan secara konveksi dan konduksi. Steam yang digunakan yaitu
dengan tekanan 2,8-3,0 Kg/Cm2 dan temperatur 130-140℃ yang diinjeksi dari
back pressure vessel (BPV).

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun penulisan laporan praktek kerja lapangan sebagai berikut:

1. Untuk mempelajari identifikasi tugas pada Stasiun Sterilizer


2. Untuk mempelajari alur informasi pada stasiun sterilizer
3. Untuk mempelajari SOP tugas operator pada stasiun sterilizer

C. Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Adapun manfaat penulisan laporan praktek kerja lapangan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persiapan pengoperasian unit Sterilisasi


2. Untuk mengetahui langkah kerja di unit Sterilisasi
3. Mengetahui SOP pelaporan kegiatan pengoperasian pada unit sterilisasi

D. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Praktek kerja lapangan (PKL) dilakukan lebih dari 9 minggu


dimulai pada tanggal 30 Oktober 2023 sampai 05 Januari 2024. Praktek kerja
lapangan dilaksanakan di PTPN V Perkebunan Kelapa Sawit Sei Garo. Yang
berlokasikan di Jln. Lintas Petapahan - Gelombang, Desa Gading Sari, Kec.
Tapung, Kab. Kampar, Riau 28464. Waktu pelaksanaan PKL dimulai pada hari
senin sampai jum’at pada pukul 07.00 - 16.00 WIB, dan pada hari Sabtu pukul
07.00 - 12.00 WIB.

2
BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

C. Sejarah Perusahaan

PT Nusantara PalmCO Sei Garo merupakan salah satu perusahaan


penggabungan antara PTPN III, IV, V, VI dan XIII, dibawah Kementrian BUMN
yang mengelolah perkebunan kelapa sawit sebagai usaha utamanya. PT
Perkebunan Nusantara PalmCo Sei Garo dilengkapi dengan pabrik pengolahan
kelapa sawit yang menghasilkan minyak sawit crude palm oil (CPO), pengiriman
crude palm kernel oil (CPKO) untuk diolah dipabrik kebun lain dan menghasilkan
pupuk organik yang diperoleh dari pelapukan tandan kosong yang merupakan
limbah pabrik, biasa disebut dengan pupuk tandan kosong (TANKOS). PT
Perkebunan Nusantara PalmCo Sei Garo yang difokuskan dalam usaha
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit serta perkebunan karet di Riau. PT
Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo merupakan penggabungan 5 PTPN yaitu
PTPN III, IV, V, VI, dan XIII. PT Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo
didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1996, pada tanggal 11
Maret 1996, dan berkantor pusat di Pekanbaru. Pada tahun 2006, PTPN V telah
memiliki 12 pabrik kelapa sawit (PKS). PT Perkebunan Nusantara PalmCO Sei
Garo sebelumnya di beri nama PTPN V Sei Garo sekarang berubah mulai tanggal
23 November 2023 menjadi PT Perkebunan Nusantara PalmCo Sei Garo.

Pabrik Kelapa Sawit Sei Garo atas bantuan biaya Asian Development Bank
(Loan No. 789 INO) dibangun tahun 1989 karena di dalam areal jalur merah
PT.CPI, kemudian lokasi di pindahkan keluar jalur merah dan selesai pada bulan
September 1994 dengan kapasitas terpasang 30 ton TBS/Jam. Pembangunan
pabrik dilaksanakan oleh PT. Sumatra Raya Sari Enginering & Co, berdasarkan
Surat Perjanjian No. 05.0/S.Perj/142/89 tanggal 7 Oktober 1989 dan sebagai
konsultan dalam pembangunan pabrik adalah Cemas Consultant dan PT. Tri
Karya Pecindo - Medan. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Garo yang berlokasi di

3
desa Gading Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar telah beroperasi selama
29 tahun. Produk pada PKS PTPN V Sei Garo ini adalah Crude Palm Oil (CPO)
dan crude Palm Kernel ( CPKO). Luas pabrik kelapa sawit inclusive instalasi
pengolahan limbah dan perumahan karyawan sebesar 17,90 ha. Kelapa sawit
merupakan tanaman perkebunan yang mengalami pertumbuhan produksi yang
cukup pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2012), produksi kelapa sawit
Indonesia sebesar 17,54 juta ton pada tahun 2008 menjadi 23,52 juta ton pada
tahun 2012, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7 % 67 per tahun pada
periode 2008-2012. Provinsi Riau merupakan salah satu sentral produksi sawit di
Indonesia.

D. Struktur Organisasi

1. Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara PalmCo Sei Garo


Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur Organisasi menggambarkan
dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan
bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam mencapai tujuannya PT
Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo menetapkan struktur organisasi staff dan
fungsional, dimana wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan kepada satuan
organisasi dibawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu. Pimpinan tiap bidang
kerja atau tiap departemen berhak memberi tanggung jawab atas tugas kepada
semua pelaksanaan yang ada sepanjang menyangkut bidang kerja atau
departemennya, dan tiap-tiap satuan pelaksana ke bawah memiliki wewenang
dalam semua bidang kerja. Pimpinan tertinggi dibantu oleh biro personalian dan
satuan pengawasan interen. Struktur organisasi PT perkebunan Nusantara
PlamCO sei Garo ditunjukan pada gambar 2.1 berikut:

4
Gambar 2.1 Struktur organisasi PT perkebunan Nusantara PlamCO sei Garo

B. Visi dan Misi Perusahaan

1. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan
2. Misi Perusahaan
a. Mengelola agro industri secara efisien bersama mitra untuk
kepentingan Stakeholder.
b. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance kriteria
minyak sawit berkelanjutan penerapan standar Industri dan
pelestarian lingkungan guna menghasilkan produk yang dapat
diterima oleh pelanggan.
c. Menciptakan keunggulan kompetitif di bidang SDM melalui
pengelolaan sumbar daya manusia berdasarkan praktek-praktek
terbaik dan sistem manajemen sumber daya manusia terkini guna
meningkatkan kompetensi Inti perusahaan.

5
D. Kegiatan Umum Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo bergerak dibidang perkebunan,


pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan (crude palm oil dan crude palm
kernel oil ). Dan memiliki kebun Sei Garo yang terdiri dari 4 afdeling. PT
Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo memiliki PKS untuk mengolah buah
sawit dari kebun miliknya (buah inti) dan juga menerima buah pembelian atau
pihak ketiga. Adapun kegiatan yang dilakukan PT Perkebunan Nusantara PalmCo
Sei Garo sebagai berikut:

1. Kebun

Pada kebun kelapa sawit di PTPN V meliputi beberapa kegiatan yang


dimulai dari pembibitan, penanaman kelapa sawit, pemeliharaan tanaman,
dan tahap akhir yaitu panen Tandan Buah Segar (TBS).

2. Pabrik

Pada Pabrik Kelapa Sawit PTPN V Sei Garo meliputi beberapa


kegiatan yaitu: penerimaan dan pengumpulan TBS yang sudah di panen
dari kebun kemudian mengolah menjadi CPO dan PK. Terdapat labor
yang akan menganalisis CPO dan PK selanjutnya pada pabrik juga
terdapat pengolahan limbah.

3. Kantor

Pada kantor PT Perkebunan Nusantara PalmCO Sei Garo meliputi


beberapa kegiatan seperti: mengolah data karyawan dan pengawai,
pengolahan data administrasi, pengolahan data gudang dan data
tanaman.
PKS Sei Garo memiliki kegiatan rutin tiap minggu nya seperti:

1. Apel gabungan untuk semua bagian (Quality assurance, teknik


pengolahan).

2. Apel gabungan tiap jum’at (masing-masing bagian).

3. Rapat mingguan mengenai evaluasi kerja.

6
7
BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

H. Unit Utama Pengolahan Kalapa Sawit Menjadi CPO

Pada Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi CPO melalui
beberapa tahapan pengolahan yang harus dilakukan sesuai dengan standar
operasional prosedur pabrik, bahan baku yang sesuai dengan kriteria panen yang
bermutu. Berikut merupakan tahapan pada beberapa stasiun yaitu:

1. Stasiun penerimaan buah (Fruit receiving station)


2. Stasiun perebusan (Sterilizer station)
3. Stasiun Thesher (Threshing station)
4. Stasiun digester dan press ( Digester and press station)
5. Stasiun pemurnian (Clarification station)
6. Stasiun pengolahan biji (Kernel plant station)
Flow chart pengolahan kelapa sawit ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Flow chart pengolahan kelapa sawit


1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit receiving station)

Stasiun penerimaan buah berfungsi untuk tempat penerimaan TBS dari


kebun sebelum diolah. Pada stasiun penerimaan buah dapat diketahui jumlah
produksi TBS setiap harinya. Mutu TBS harus diperhatikan sebelum TBS diolah
pada tahapan berikutnya untuk menghasilkan minyak dengan rendemen dan

8
kualitas yang diinginkan. Sumber buah sawit Sei Garo berasal dari Kebun inti
(Afdeling inti), Kebun plasma (Afdeling plasma) Sei Garo dan dari pihak ke
tiga( Non Plasma).
a. Jembatan timbang (weigh bridge)

Pada stasiun penerimaan buah, disediakan jembatan timbang untuk


mengetahui berat sewaktu berisi (Bruto) dan sesudah dibongkar (Tarra). Selisih
antara bruto dan tarra adalah jumlah TBS yang diterima atau disebut dengan
Netto. Selain TBS, pada jembatan timbang dilakukan juga penimbangan terhadap
pengiriman CPO, inti sawit, tandan kosong dan cangkang. Alat untuk
penimbangan berukuran 12 m x 3 m dengan kapasitas maksimum 50 ton. Sistem
Pengukuran yang dipakai menggunakan sistem elektronik sehingga mampu
menghasilkan out put berupa angka di monitor pengendali. Pada PT. Perkebunan
Nusantara PalmCo Sei Garo terdapat 2 timbagan yang mana, Keduanya memiliki
fungsi yang sama yaitu untuk mengetahui produksi masuk dan keluar. Jembatan
Timbangan ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut:

Gambar 3.2 Jembatan timbang

Tahapan proses di stasiun penerimaan dimulai dari kedatangan truk


pengangkut TBS dari kebun kemudian supir truk melaporkan surat pengantar TBS
dari beberaap kebun, setelah melaporkan kemudian truk pengangkut TBS masuk
ke jembatan timbang untuk mengetahui berat TBS yang di angkut. Jembatan

9
timbang merupakan alat yang sangat vital dalam sebuah Pabrik Kelapa Sawit yang
menjadi bagian terdepan dimana didapat data kuantitas masuknya raw material
dan keluarnya produk yang dihasilkan. Timbangan berfungsi untuk mengetahui
berat bahan baku yang masuk ke pabrik yaitu dengan menghitung bruto, tarra,
dan netto dari TBS dan yang keluar dari pabrik.

Fungsi jembatan timbang yaitu :

1) Mengetahui jumlah TBS yang masuk mulai dari TBS afdeling, plasma
maupun TBS dari non plasma

2) Mengetahui berat muatan/barang masuk dan keluar pabrik

3) Melakukan penimbangan CPO dan kernel yang akan dikirim ke luar pabrik

4) Menimbang tandan kosong yang akan dikirim keluar pabrik

Bagian – bagian jembatan timbang dan spesifikasinya

1) Pondasi Jembatan Timbang

Fungsi dari pondasi ini adalah untuk tempat berdirinya loadcell yang akan
menopang platform jembatan timbang.

2) Platform

Platform jembatan timbang berfungsi sebagai tempat penimbangan


kendaraan. Platform jembatan timbangan terdiri dari main beam, cross
beam, support beam, ship plate.
Panjang 1200 Cm
Lebar 300 Cm
Tebal 1,2 Cm
Tabel 3.1 Spesifikasi Platform

3) Loadcell

10
Loadcell jembatan timbang berfungsi sebagai sensor yang dirancang untuk
mendeteksi tekanan atau berat sebuah beban.

4) Landasan awal jembatan timbang berfungsi sebagai landasan sebelum


platform

5) Tanah

Tanah pada jembatan timbang berfungsi untuk menopang atau pondasi


untuk jembatan timbang. Di PKS PTPN V Sei Garo satu timbangan rata
dengan tanah sedangkan satu timbangan lainnya di atas permukaan tanah

6) Avery weigh tronix

Avery Weigh Tronix adalah alat yang digunakan untuk menunjukan angka
timbangan secara digital dari setiap penimbangan dan mengetahui jumlah
berat dari barang yang di bawa oleh truck tersebut.

7) Komputer

Komputer berfungsi untuk mendata hasil berat kendaraan dan isi nya.

8) Printer

Printer berfungsi untuk mencetak data yang berada dalam komputer untuk
di berikan kepada supir truck sebagai bukti bahwa yang di bawa sama
dengan yang di catatan.

Pengecekan harian timbangan


1) Pengecekan dilakukan secara visual pada tempat penimbangan untuk
memastikan platform dan loadcell dalam kondisi baik dan tempat
penimbangan bersih
2) Memastikan pencatatan secara digital berfungsi dan berada pada titik nol
ketika tempat penimbangan dalam kondisi kosong
3) Seluruh pencatatan penimbangan pada hari sebelumnya setelah penutupan
hari telah dicetak. Backup disk harus dibuat.

11
4) Tiket yang mencukupi pada jembatan timbang harus tersedia untuk
pemakaian harian
5) Seluruh akses pada mekanisme penimbangan, termasuk switch diamankan
dari personel yang tidak berwenang

Perawatan dan kalibrari timbangan

Perawatan dan kalibrasi pada timbangan bertujuan agar timbangan selalu


berada dalam kondisi yang baik dan menghasilkan pengukuran yang akurat.
Terdapat berbagai perwatan yang harus dilakukan pada timbangan antara lain:

1. Corner test

Corner test berfungsi untuk mengetahui selisih pengukuran berat


timbangan pada setiap sudut platform. Corner test dilakukan dengan cara
menimbang kendaraan ( biasanya menggunakan loader) pada tiga titik
yang berbeda pada platform yaitu di kedua sisi bagian pinggir dan bagian
tengah platform. Apabila perbedaan hasil pengukuran tiap sudut lebih
besar dari 20 kg maka timbangan perlu dilakukan kalibrasi ulang.

2. Tera ulang

Tera ulang perlu dilakukan setiap 6 bulan sekali oleh kontraktor timbangan
dan badan meteorologi. Proses yang dilakukan saat tera ulang antara lain :
a) Lakukan corner test

b) Timbangan batu kalibrasi

Setelah corner test dilakukan, akan dilanjutkan dengan


penimbangan batu kalibrasi. Batu kalibrasi yang digunakan
berjumlah 100 buah dengan berat 20 kg per buah. Batu kalibrasi
diletakan sebanyak 25 buah pada setiap sudut platform (total ada 4
sudut) kemudian akan dilakukan pencocokan berat batu tersebut
dengan berat yang ditampilkan pada weight indikator.

12
c) Tambahkan batu ketelitian

Setelah weight indikator menunjukkan berat sebesar 20 ton (karena


menggunakan 100 buah batu kalibrasi dengan berat 20 kg/buah),
maka akan ditambahkan beban ketelitian dengan kelipatan 1 kg.

b. Sortasi TBS

Tanda buah segar (TBS) yang telah ditimbang selanjutnya akan di lakukan
penyortiran terlebih dahulu oleh petugas sortasi. Penyortiran buah bertujuan untuk
menentukan kualitas dari TBS yang akan diolah dan rendemen produksi. Hal yang
mempengaruhi hasil sortasi adalah jenis buah, buah dura dan buah tenera. Buah
dura adalah jenis buah yang memiliki daging buah yang tipis dan nut yang tebal
sehingga menghasilkan rendemen CPO yang sedikit. Sedangkan buah tenera
adalah jenis buah yang memiliki daging buah yang tebal dan nut yang kecil
sehingga menghasilkan rendemen CPO yang banyak. Mutu crude palm oil (CPO)
atau rendemen hasil sangat dipengarui oleh mutu TBS. Penyortiran buah dilakukan
dilantai loading ramp sesuai dengan kriteria yang disyaratkan oleh PKS Sei Garo.
Apabila ada TBS yang masuk tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka
TBS tersebut tetap diterima dan diolah, hanya saja TBS tersebut tidak langsung
diolah, tetapi didiamkan dahulu di lantai loading ramp sampai membrondol kira-
kira 1-2 hari. TBS tersebut diolah dengan cara mencampurkan dengan TBS yang
kualitas bagus, sehingga penurunan kualitas dari minyak yang dihasilkan tidak
terlalu signifikan.Penyortiran Buah ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut:

13
Gambar 3. 3 Sortasi Buah

Tujuan Sortasi yaitu:

1) Untuk mengetahui kualitas dari TBS yang diterima pabrik.

2) Sebagai data laporan balik ke kebun atas kualitas TBS yang


dikirim.

3) Merupakan salah satu parameter yang akan mempengaruhi hasil


dan kualitas produksi minyak sawit.

2. Stasiun Penampungan TBS (Loading Ramp).

loading ramp berfungsi untuk penyimpanan TBS sementara sebelum


dimasukkan ke dalam lori. Untuk membuka pintu bays menggunakan
sistem pintu hydraulic power pack. Sistem buka dan tutup pintu loading
ramp dikendalikan oleh operator dengan menggunakan control panel, lantai
loading ramp dibuat dengan kemiringan 45° dan memiliki celah sehingga
saat TBS berada di loading ramp kotoran dari TBS akan jatuh/keluar
melalui celah tersebut. PKS Sei Garo memiliki 1 loading ramp, setiap
loading ramp memiliki 20 pintu (bays) dengan kapasitas 250 ton atau
setiap bays berkapasitas 12,5 ton. a. Lori TBS Lori merupakan tempat
untuk penampungan TBS (Tandan Buah Segar), dan juga tempat atau
wadah sebelum dimasukkan kedalam rebusan, jumlah lori yang mencukupi
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar kapasitas rebusan
tercapai. PKS Sei Garo memiliki 84 lori dan masing-masing lori
berkapasitas 2,5 ton. Lori dijalankan menggunakan bantuan capstand yang
menariknya dengan sling dan boller sebagai penahan, sehingga lori
berjalan sesuai jalur relnya. Penampungan buah (Lori) ditunjukkan pada
gambar 3.4 berikut:

14
Gambar 3. 4 Lori

b. Capstand

Alat penarik (Capstand) digunakan sebagai alat bantu untuk menarik lori pada
posisi yang diinginkan. Seperti mendekati pada loading ramp, memasukkan lori ke
dalam rebusan, mendekatkan lori pada housting crane, dan lain sebagainya. Pada
capstand terdapat beberapa bagian yaitu electromotor, penahan tali, bollar, tali
mania, gearbox, kopling. Capstand ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut:

Gambar 3. 5 Capstand

15
c. Transfer Carriage

Transfer Carriage berfungsi untuk memindahkan lori dari rail


track loading ramp menuju rail track rebusan. Kapasitas 1 unit
transfer carriage mampu mengangkut 3 unit lori. Transfer Carriage
ditunjukkan pada gambar 3.6

Gambar 3. 6 Transfer carriage

3. Stasiun Perebusan (Sterilizer station)

Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus


TBS menggunakan uap (steam). Steam yang digunakan yaitu dengan
tekanan 2,8-3,0 Kg/Cm2 dan temperatur 130-135℃ yang diinjeksi dari
back pressure vessel (BPV). Pada umumnya sterilizer terdiri dari dua jenis
yaitu bejana rebusan tegak (vertikal) dan bejana rebusan mendatar
(horizontal). Bejana rebusan yang digunakan pada PKS Sei Garo adalah
bejana rebusan mendatar (horizontal) sebanyak 4 unit, dengan kapasitas
masing-masing 27,5 ton TBS, setiap unit sterilizer dapat menampung 11
unit lori dimana 1 lori berkapasitas maksimal 2,5 ton TBS. Sistem
Perebusan sterilizer menggunakan sistem perebusan tiga puncak (triple
peak). Cara kerja perebusan tiga puncak pada PTPN V Perkebunan Kelapa
Sawit Sei Garo yaitu: a. Puncak I (single pack) Proses perebusan dilakukan
secara automatisasi pada panel kontrol, saat sterilizer sudah siap untuk

16
perebusan dan buah berada didalam sterilizer kemudian naikkan tekanan
steam sampai 1,5 bar dengan waktu ± 7 menit , kemudian tutup inle valve
dan buka blow valve sampai tekanan turun menjadi 0 bar dengan waktu ± 2
menit. b. Puncak II (double pack) Setelah proses puncak I selesai tutup
blow down valve dan blow off naikkan tekanan menjadi 2,5 Bar dengan
membuka main steam valve dengan waktu ±10 menit. Setelah tekanan
tercapai tutup main valve, kemudian buka blow down valve dan down off
sampai tekanan 0 bar dengan waktu ± 3 menit. c. Puncak III Setelah
prosess puncak II selesai dilanjutkan dengan menutup blown down dan
blow off valve lalu naikkan tekanan sampai 2,8-3 bar. Dengan cara
membuka main inlet steam, dengan waktu ± 15 menit. Ketika mencapai
tekanan 3 bar tahan steam selama 45 menit dengan suhu 130-135℃. Pada
tahapan ini diharapkan buah dalam keadaan terebus sempurna. Saat waktu
perebusan sudah mencapai maksimal maka tutup main valve lalu buka
blow 13 down off valve hingga tekanan 0 bar, kemudian pintu dapat
dibuka untuk mengeluarkan lori menuju proses selanjutnya. Bejana
perebusan TBS (Sterilizer) ditunjukkan pada gambar 3.7 berikut:

Gambar 3. 7 Sterilize

Tujuan perebusan pada Sterilizer yaitu:

1) Melunakan daging buah.

17
Memudahkan pemisahan mesocarp dan nut di dalam proses digesting dan
depericarping. Dan juga memudahkan dalam pengepresan minyak.

2) Memudahkan pelepasan buah.

Jika buah di sterilizer tepat matang maka akan mempermudah dalam


pelepasan buah di trhesher dan memperkecil losses buah USB (Unstripped
Bunch) dan USF (Unstripped Fruit)

3) Inaktifasi enzim.

Enzim utama yang mengakibatkan peningkatan ALB adalah enzim lipase,


dimana enzim ini akan inakftif pada suhu >45℃.

4) Menurunkan viskositas minyak.

Viskositas (kekentalan) minyak akan berkurang apabila minyak dalam


suhu panas. Penurunan viskositas dapat mempermudah dalam proses
digesting dan pressing.

Problematika yang sering terjadi di rebusan yaitu banyak terjadi


kebocoran pada tabung/badan sterillizer, sehingga banyak uap yang
terbuang dan menyebabkan tekanan pada sterillizer tidak tercapai. Cara
mengatasinya yaitu perlunya perbaikan pada kebocoran tabung sterillizer
agar tekanan pada saat proses perebusan dapat tercapai sesuai dengan
waktu normalnya sehingga efisiensi perebusan dapat terpenuhi.

4. Stasiun Rantaian (Threshing Station)

a. Hoisting Crane

TBS yang telah direbus pada sterillizer kemudian dikeluarkan dari


sterilizer, selanjutnya lori dikeluarkan dari sterillizer dengan ditarik
menggunakan capstand sampai berada tepat dibawah jalur hoisting crane.
Lori yang berisi buah rebusan kemudian diangkut dengan menggunakan
hoisting crane dan dituangkan kedalam autofeeder melalui bunch hopper.

18
Didalam autofeeder buah rebusan di dorong dan dijatuhkan kedalam
thresher secara teratur agar proses berjalan dengan efisien dan
menghindari terjadinya losses yang berlebihan. Untuk memenuhi
kapasitas pabrik dan kapasitas peralatan maka pengangkutan lori TBS ke
autofeeder harus sesuai dengan waktu yang telah diatur sesuai SOP.
Pengangkut Lori (hoisting crane) ditunjukkan pada gambar 3.8 berikut:

Gambar 3. 8 Hoisting Crane

b. Auto Feeder Auto

Feeder berfungsi sebagai penampungan TBS menuju thresher yang


mendorong atau menghantarkan buah dari bunch hopper ke stripper drum
agar proses pemipilan berjalan sempurna.

c. Thresher

Thresher berfungsi untuk pembrondolan atau memisahkan brondolan


yang telah direbus dari tandan dengan cara membanting. Thresher memiliki
kisi-kisi yang bertujuan untuk membanting buah, dengan putaran 21-23
rpm. Kecepatan putaran thresher mempengaruhi pemisahan brondolan dari
tandan, semakin besar putaran thresher semakin tidak maksimal pula
pemipilan buah dan akan banyak buah yang terpental keluar. Demikian

19
pula bila terlalu rendah putaran maka pemipilan akan menjadi rendah dan
brondolan tidak dapat terpisah dari tandan. Cara kerja Thresher adalah
dengan membanting TBS pada tromol yang berputar (dibantu siku
penahan) diakibatkan gaya sentrifugal pada putaran tromol dengan
ketinggian maksimal tandan jatuh ke thresher. Pada kecepatan berputar
yang terlalu tinggi, tandan akan mengikut putaran tromol dan tidak jatuh ke
as tromol sehingga pemisahan brondol tidak maksimal. Sebaliknya pada
putaran terlalu rendah tandan sudah jatuh sebelum ketinggian maksimal
atau tandan hanya menggelinding sehingga pemisahan brondolan juga
tidak maksimal. Oleh karena itu kecepatan (Rpm) Thresher harus di atur
21-23 rpm tergantung pada diameter rata-rata tandan. Semakin besar
diameter tandan semakin cepat putarannya. Pembrondolan TBS ( Thresher)
ditunjukkan pada gambar 3.9 berikut:

Gambar 3. 9 Thresher

d. Horizontal Empty Bunch Conveyor

Berfungsi untuk melepaskan brondolan yang masih melekat pada janjangan


yang dapat mengurangi kadar minyak. Tandan kosong akan terdorong
keluar dari Thresher ke horizontal empty bunch, kemudian ke inclined
empty bunch untuk selanjutnya dibawa ke bunch hopper. Horizontal empty
bunch conveyor dipasang secara horizontal. Horizontal Empty Bunch
Conveyor ditunjukkan pada gambar 3.10 berikut:

20
Gambar 3. 10 Horizontal Empty Bunch Conveyor

e. Under Thresher Conveyor

Under Thresher berfungsi sebagai conveyor penampungan brondolan


yang telah dipisahkan dari tandannya oleh thresher dan kemudian di
teruskan ke bottom cross conveyor. Under Thresher Conveyor ditunjukkan
pada gambar 3.11 berikut:

Gambar 3. 11 Under Thresher conveyor

21
f. Bottom Cross Conveyor.

Berfungsi untuk menyalurkan berondolan hasil pipilan dari thresher


yang ditampung oleh Under Thresher yang kemudian ditransferkan ke Fruit
Elevator. Bottom Cross Conveyor ditunjukkan pada gambar 3.12 berikut:

Gambar 3. 12 Bottom Cross Conveyor.

g. Fruit Elevator

Fruit Elevator berfungsi untuk mengangkut brondolan dari bottom fruit


conveyor dan kemudian dibagikan ke distributor conveyor atau conveyor
pembagi. Fruit Elevator ditunjukkan pada gambar 3.13 berikut:

22
Gambar 3. 13 Fruit Elevator

h. Top Cross Conveyor

Top Cross Conveyor adalah alat angkut bahan yang membawa


berondolan dari fruit elevator menuju distributing conveyor. Di PKS Sei
Garo memiliki 1 unit Top Cross Conveyor. Top Cross Conveyor
ditunjukkan pada gambar 3.14 berikut:

Gambar 3. 14 Top Cross Conveyor

23
i. Empty Bunch Conveyor

Berfungsi untuk mengirim janjangan yang berasal dari Thresher ke


Double Thresher dan Incenerator. Di PKS Sei Garo memiliki 4 unit Empty
Bunch Conveyor. Empty Bunch Conveyor ditunjukkan pada gambar 3.14
berikut:

Gambar 3. 15 Empty Bunch Conveyor

j. Incenerator

Alat atau tempat untuk membakar tandan kosong menjadi abu yang
kemudian abunya digunakan untuk by product. Di PKS Sei Garo memiliki
2 unit Incenerator unit yang ke 2 masih tahap pembangunan. Incenerator
ditunjukkan pada gambar 3.16 berikut:

24
Gambar 3. 16 Incenerator

5. Stasiun Press (Press Station)

a. Digester

Digester atau ketel adukan adalah alat untuk melumatkan brondolan,


sehingga daging buah terlepas dari biji. Ketel pengaduk terdiri dari tabung
silinder yang berdiri tegak yang didalamnya dipasang pisau-pisau
pengaduk (stirring arms). Jumlah pisau ada 6 tingkat yang terdiri dari 5
tingkat pisau pengaduk dan 1 pisau lempar atau buang yang berada pada
bagian bawah. Pisaupisau ini diikatkan pada as/poros dan digerakan oleh
electromotor. Pisau aduk digunakan untuk mengaduk atau melumatkan
brodolan dan pisau bagian bawah (disamping melumat atau mengaduk),
juga dipakai mendorong massa keluar dari ketel adukan menuju pressan.
Terjadinya pelumatan brondolan adalah akibat putaran atau gesekan pisau
dan tekanan kebawah dari brondolan itu sendiri. Oleh karena itu semakin
banyak isian digester, maka semakin lama waktu tinggal di 20 digester
(semakin lama diaduk) dan semakin menyempurnakan hasil adukan.
Digester ditnjukkan pada gambar 3.17 berikut:

25
Gambar 3. 17 Digester

Untuk memudahkan proses pelumatan digunakan suhu berkisar 90-95ºC,


yang diberikan dengan cara menginjeksikan pemanasan. Pada awal
pemasangan pisau baru, jarak ujung pisau dengan dinding digester
maksimum 1,5 cm dengan tujuan tidak ada brondolan yang lolos, tidak
teraduk walaupun berada pada dinding digester. Pada sisi dinding digester
bagian dalam (terletak diantara pisau-pisau digester), dipasang siku
penahan sebanyak 20 buah agar proses pengadukan lebih sempurna.

b. Screw Press

Proses press bertujuan untuk pemerasan minyak dari daging buah setelah
proses pelumatan pada digester. Dengan menggunakan system worm screw
yang berputar secara berlawanan arah dengan tekanan cone 50 bar
menggunakan sistem hidrolik. Akibat adanya tekanan, lumatan dari
digester yang masuk ke screw press akan terperas, sehingga cairan minyak
yang keluar dari screw press masuk stand trap tank melalui oil gutter untuk
proses pengendapan pasir dan sampah yang masih tercampur dalam cairan
crude oil, sedangkan fibre dan kernel akan keluar melalui ulir screw
menuju Cake Breaker Conveyor. Apabila tekanan kempanya terlalu
rendah, maka kandungan minyak pada ampas tinggi. Jika tekanan kempa
terlalu tinggi, presentasi pecahnya biji (nut) akan meningkat jumlahnya.
Untuk mempermudah pemisahan ditambahkan air panas temperatur sekitar

26
90-100˚C. 21 Penambahan air membantu melarutkan minyak yang ada
pada serat atau fiber sehingga kerugian kehilangan minyak pada serat
semakin berkurang. Scruw Press ditunjukkan pada gambar 3.18 berikut:

Gambar 3. 18 Screw Press

6. Stasiun Pemurnian (Clarification Station)

Minyak kasar yang keluar dari screw press masih mengandung kotoran,
pasir, cairan lainnya. Maka perlu dilakukan pemurnian minyak. Stasiun
pemurniaan berfungsi untuk memisahkan minyak dari kotoran serta unsur-
unsur yang mengurangi kualitas minyak dan upaya mencegah kehilangan
minyak seminim mungkin. Proses pemurnian untuk memisahkan minyak,
air, kotoran, pasir dan lumpur menggunakan system sentrifugal dan
pengendapan. Adapun alat pada unit pemurniaan minyak sebagai berikut:

a. Crude Oil Gutter

Crude Oil Gutter atau talang minyak merupakan penampung minyak


kasar hasil pengepresan dan sebagai tempat pencampuran minyak kasar
dengan air delusi. Air delusi dimaksudkan sebagai pengencer yang akan
membantu dalam proses klarifikasi. Pemberian air panas bertujuan untuk
mengurangi viskositas (kekentalan) minyak kasar, sehingga memperlancar
penyaringan kotoran di vibro separator dan proses selanjutnya.
Pencampuran air pada oil gutter disesuaikan dengan hasil analisa

27
laboratorium, sedangkan ketentuan pencampuran air yang ideal antara 30-
35% per ton dari kapasitas press. Bentuk dari crude oil gutter yaitu 22
berbentuk segitiga sama sisi yang dipasang secara terbalik, antar sisi nya
yaitu mempunyai jarak 25 cm dan mempunyai panjang disesuaikan dengan
letak dari screw press. Crude Oil Gutter ditunjukkan pada gambar 3.19
berikut:

Gambar 3. 19 Crude Oil Gutter

b. Sand Trap Tank

Sand Trap Tank berfungsi untuk mengendapkan atau memisahkan pasir


dari cairan minyak kasar yang berasal dari screw press. adanya pasir
mempengarui proses slude seperator, karena dapat merusak nozzle dan
cone Di dalam sand trap tank minyak yang bercampur dengan pasir dan
Non Oil Solid (NOS) dipisahkan melalui perbedaan berat jenisnya, dimana
berat jenis yang lebih besar dari minyak akan mengendap dibawah, minyak
yang berada di sand trap tank diberi uap dengan suhu 90-95°C. Sand Trap
Tank ditunjukkan pada gambar 3.20 berikut:

28
Gambar 3. 20 Sand Trap Tank 23

c. Vibro Double Deck

Vibro Double Deck berfungsi memisahkan kotoran, pasir dan serabut pada
minyak dengan cara bergetar. Kontrol kebersihan vibro double deck harus
dilakukan secara rutin, agar padatan yang terbuang dari hasil penyaringan
vibro tidak menumpuk. PKS Sei Garo memiliki 2 unit vibro double deck
terdiri dari 2 lapisan saringan yaitu Lapisan saringan I, berukuran 20 mesh
dan Lapisan saringan II, berukuran 30 mesh. Vibro Double Deck
ditunjukkan pada gambar 3.21 berikut:

29
Gambar 3. 21 Vibro Double Deck

d. Crude Oil Tank

Crude Oil Tank (COT) merupakan tangki pengendap crude oil yang
berasal dari Vibro Double Deck dan pemisah pasir atau Non Oil Solid.
Crude Oil Tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
yang tidak larut dan masih lolos dari Vibro Double Deck. Ukuran tangki
relatif kecil yaitu 12 M 3 dengan retention time (waktu pengendapan) 30-
45 menit. Pemisahan minyak lebih sempurna apabila panas minyak
dipertahankan 90-95oC. Crude Oil Tank ditunjukkan pada gambar 3.22
berikut:

30
Gambar 3. 22 Crude Oil Tank

Cara kerja crude oil tank menggunakan over flow system, yaitu crude
oil setelah melalui vibro double deck masuk ke tangki, di dalam tangki
terdapat sekat sehingga minyak akan overflow melewati sekat dan
selanjutnya akan dipompakan ke CST. Untuk mempertahankan retention
time dari cairan yang ada dalam COT, maka perlu dilakukan pembuangan
lumpur dan air dari lapisan bawah tangki secara terjadwal dengan
memompakan ke solution tank dan bila dibuang ke parit, maka terjadi
kehilangan minyak karena minyak yang melekat dalam lumpur masih
tinggi.

e. Vertical Clarifier Tank

Vertical Clarifier Tank (VCT) berfungsi untuk memisahkan minyak, air,


sludge dan NOS secara gravitasi atau berdasarkan perbedaan berat jenis.
Suhu yang diberikan 90-95oC sehingga terjadi pemisahan larutan dimana
minyak naik keatas karena berat jenis, sludge berada ditengah serta pasir
dan kotoran lainnya berada dibawah. Sistem pemasukkan steam yang
digunakan adalah steam coil dan sistem injeksi, cara pemasukkan steam
yaitu dengan menginjeksi steam hingga suhu mencapai 90-95℃ setelah
suhu tercapai, maka digunakan steam coil untuk tetap menjaga suhu 90-

31
95℃. Kondisi operasional pada VCT sangat baik sehingga 25 tidak ada
kendala-kendala yang terjadi. Vertical Clarifier Tank ditunjukkan pada
gambar 3.23 berikut:

Gambar 3. 23 Vertical Continous Tank

Minyak hasil pemisahan secara gravitasi pada VCT dialirkan kedalam


oil tank, sedangkan sludge dialirkan kedalam sludge tank melalui vibro
separator, setiap 4 jam sekali di lakukan blow down. Agitator pada VCT
berfungsi untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara
mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak
dengan sludge, kecepatan agiator yang digunakan adalah 5-7 rpm,
temperatur yang cukup 90°C akan memudahkan proses pemisahan.

f. Vibro Single Deck

Kotoran sludge dari vertical clarifier tank (VCT) disaring terlebih


dahulu di dalam vibro single deck sebelum sludge masuk ke dalam sludge
tank. PKS Sei Garo memiliki 2 jenis Vibro Single Deck yang digunakan
terdiri dari 1 lapisan, yaitu berukuran 30 mesh. Vibro Single Deck
ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut:

32
Gambar 3. 24 Vibro Single Deck

g. Sludge Tank

Sludge Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sludge


dari Vertical Clarifier Tank (VCT) sebelum diolah lagi untuk mendapatkan
minyak, kebersihan dalam tangki perlu dijaga karena akan mempengaruhi
presentase NOS dalam sludge, sehingga harus dilakukan blowdown secara
rutin, yaitu setiap 3-4 jam sekali. Pemanasan dilakukan dengan
menggunakan steam injeksi untuk mendapatkan temperatur 900C, sludge
tank yang digunakan ada 1 buah dengan kapasitas 12 M3 . Sludge Tank
ditunjukkan pada gambar 3.25 berikut:

Gambar 3. 25 Sludge Tank

33
h. Sludge Separator

Sludge Separator berfungsi untuk mengutip minyak yang masih


terkandung dalam sludge dengan cara centrifugal, dimana sludge dialirkan
melalui nozzle 27 yang berputar dengan kecepatan 1400 rpm sehingga air
dan NOS dengan berat jenis yang lebih besar akan terlempar keluar,
selanjutnya kotoran sludge akan terbuang ke parit dan akan diolah ke
kolam fat fit sedangkan minyak dengan berat jenis yang lebih kecil akan
masuk menuju recovery tank untuk dipompakan ke vertical clarifier tank.
Sludge ditambahkan air panas suhu 90°C dari hot water tank untuk
memudahkan pemisahan minyak dari NOS. Sludge Separator ditunjukkan
pada gambar 3.26 berikut:

Gambar 3. 26 Sludge Separator

i. Oil Tank

Oil Tank berfungsi untuk memanaskan minyak dan sebagai bak


penampungan sebelum minyak masuk ke Float Tank, yang telah
dipisahkan dari air dan kotoran dengan cara pengendapan, kotoran yang
memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap didasar

34
tangki. Di dalam oil tank minyak dipanaskan dengan suhu 90-95°C,
kebersihan tangki perlu dijaga karena akan mempengaruhi mutu kadar
kotoran dalam minyak, yaitu dengan cara melakukan blowdown secara
rutin setiap 2-3 jam sekali dan ditampung di sludge drain tank untuk
diproses kembali. Oil Tank ditunjukkan pada gambar 3.27 berikut:

Gambar 3. 27 Oil Tank

j. Float Tank

Float Tank berfungsi untuk penampungan sementara minyak hasil


pemurnian dari oil tank dan untuk mengatur agar feeding minyak yang
masuk ke vacuum dryer konstan. Pelampung yang digunakan pada float
tank harus dalam kondisi baik dan tidak bocor, jika tangki telah berisi
minyak maka pelampung akan terangkat dan pipa di dasar tangki akan
terbuka dan minyak akan mengalir ke vacuum dryer. Float Tank
ditunjukkan pada gambar 3.28 berikut:

35
Gambar 3. 28 Float Tank 29

k. Vacuum Dryer

Vacuum Dryer berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam minyak


produksi yang akan dipasarkan dengan cara penguapan hampa, temperatur
minyak 90°C supaya kadar air cepat menguap. Jumlah vacuum dryer yang
digunakan di PKS Sei Garo yaitu 2 unit dengan kapasitas sekitar 16
ton/jam dan tekanan vacum berkisar antara 600-700 mm/hg minyak yang
telah bersih keluar dari vacuum dryer dan selanjutnya dipompakan ke
storage tank. Prinsip kerja dari vacuum dryer yaitu penyemprotan oil yang
berasal dari float tank melalui nozzle yang terdapat dalam vacuum dryer,
dengan adanya tekanan vacum maka terjadi pemisahan antara air dan
minyak. Air ditarik keatas sedangkan minyak akan jatuh ke bawah. Minyak
di pompa oleh dry oil pump ke storage tank, sedangkan air di pompakan
oleh pompa vacum. Vacuum Dryer ditunjukkan pada gambar 3.29 berikut:

36
Gambar 3. 29 Vacuum Dryer

l. Sand Cyclone

Sand Cyclone berfungsi untuk menangkap pasir yang terkandung


dalam sludge, prinsip pemisahan pasir pada sand cyclone adalah akibat
gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh cyclone serta perbedaan berat jenis.
Pasir dan kotoran yang terperangkap pada sand cyclone selanjutnya
dialirkan ke fat-fit untuk diolah kembali. Sistem pembuangan pasir pada
sand cyclone dikendalikan otomatis. Sand Cyclone ditunjukkan pada
gambar 3.30 berikut:

37
Gambar 3. 30 Sand Cyclone

m. Sludge Buffer Tank

Sludge Buffer Tank berfungsi sebagai tempat penampungan sludge


sementara sebelum didistribusikan ke sludge separator dengan
memanfaatkan gaya gravitasi, karena posisi buffer tank berada diatas
sludge separator, sehingga tidak memerlukan pompa lagi. Terdapat 1 unit
buffer tank kapasitas 5,2 M3 dengan sistem blowdown dan dilengkapi
steam injection, temperatur tangki dijaga pada suhu 90-95°C. Sludge
Buffer Tank ditunjukkan pada gambar 3.31berikut:

Gambar 3. 31 Sludge Buffer Tank

n. Hot Water Tank

Hot Water Tank adalah suatu tangki berbentuk silinder tegak yang
dilengkapi dengan Steam Coil didalamnya dan pipa over flow air serta
keran air untuk pengaturan ke stasiun press dan stasiun klarifikasi serta
dipasang termometer untuk mengetahui suhu air panas yang ada didalam
tangki. Hot Water Tank ditunjukkan pada gambar 3.32 berikut:

38
Gambar 3. 32 Hot Water Tank

o. Storage Tank

Storage tank berfungsi untuk menampung hasil minyak olahan pabrik


sebelum di distribusi. Storage Tank harus rutin dibersihkan secara
terjadwal dan pemeriksaan kondisi steam oil harus dilakukan secara rutin
agar temperaturnya terjaga, apabila terjadi kebocoran pada pipa steam oil
dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO dan terganggunya proses
pengolahan pabrik minyak kelapa sawit. PKS Sei Garo menggunakan 2
unit storage tank yang berbentuk silinder dengan diameter 17,5 m dan
tinggi 9,5 m. Tetapi yang digunakan satu untuk stand by jika storage utama
mengalami kerusakan. Dan kapasitas storage tank tersebut 2000 ton.
Storage Tank ditunjukkan pada gambar 3.33 berikut:

39
Gambar 3. 33 Storage Tank

p. Fat Fit

Fat Fit berfungsi untuk tempat proses pengutipan minyak terakhir


sebelum dibuang ke limbah. Cairan yang masih terkandung minyak yang
berasal dari proses pemurnian akan di pompakan ke Vertical Clarifier
Tank. Fat Fit ditunjukkan pada gambar 3.34 berikut:

Gambar 3. 34 Fat Pit

40
7. Stasiun Pengolahan biji (Kernel Plant Station)

Proses Pengolahan Kernel Merupakan Proses Akhir Dari Produksi.


Tujuan Utamanya Untuk Memisahkan Kernel Dan Nut. Pada Unit
Pengolahan Kernel 33 Untuk Memisahkan Serabut Dari Nut. Pemisahan
Inti Dari Cangkangnya Dan Pengeringan Inti. Adapun Alat Pada Unit
Pengolahan Kernel Sebagai Berikut:

a. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Fiber dan cangkang yang berisi inti sawit yang keluar dari press
langsung masuk ke cake breaker conveyor yang terdiri dari satu talang
yang mempunyai dinding rangkap, di tengah talang terdapat As screw yang
mempunyai pisau-pisau pemecah (Screw Blade). Di dalam conveyor, press
cake diaduk-aduk sehingga ampas yang lebih ringan akan mudah
dipisahkan dari biji. Fungsi CBC yaitu agar proses pemisahan nut dengan
fiber lebih mudah dilakukan di depericarper dan memecahkan gumpalan
cake dari stasiun press. Cake Breaker Conveyor ditunjukkan pada gambar
3.35 berikut:

Gambar 3. 35 Cake Breaker Conveyor

41
b. Depericarper

Depericarper adalah alat yang disertai kipas penghisap (blower) yang


digunakan untuk menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan membawa
fiber untuk menjadi bahan bakar boiler. Dari cake breaker conveyor, ampas
dan nut masuk ke depericarper, kemudian ampas (fiber) terhisap ke fiber
cylone, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum.
Efektifitas kerja dari depericarper adalah banyaknya fiber yang terikut pada
nut. Separating Column berfungsi untuk menghisap fibre dengan nut.
Pemisahan dilakukan dengan hisapan dari fibre cyclone dengan pengaturan
dari air lock. Penghisapan dilakukan dengan prinsip perbedaan berat jenis
dimana berat jenis paling ringan fibre (serabut) akan terhisap ke air lock.
Serabut yang terhisap langsung dibawa menuju fibre cyclone sebagai
tempat penampungan fibre sementara sebelum dibawa oleh conveyor
menjadi bahan bakar boiler. Nut dengan berat jenis yang berat akan jatuh
ke bawah dan akan langsung masuk ke polishing drum.

c. Nut Polishing Drum

Nut Polishing Drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai
plat-plat pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam. Di
ujung nut polishing drum terdapat lubang-lubang penyaring sebagai tempat
keluarnya nut yang kemudian ditransfer melalui nut conveyor lalu di hisap
menggunakan nut transport. Nut polishing drum berfungsi untuk
memisahkan sisa-sisa serabut, batu, kayu, besi, janjangan atau tangki yang
masih melekat, pada nut dilempar keatas dengan memanfaatkan putaran
dalam drum Kecepatan putaran drum adalah 20 – 24 Rpm. Nut Polishing
Drum ditunjukkan pada gambar 3.36 berikut:

42
Gambar 3. 36 Nut Polishing Drum

d. Nut Hopper

Nut hopper yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara


dan sebagai tempat pengaturan nut umpan menuju ke ripple mill agar nut
yang terolah 35 sesuai standard. Setelah proses penampungan yang
dilakukan di nut hopper proses selanjutnya adalah pemecahan biji dari
cangkang yang dilakukan oleh ripple mill dengan cara melemparkan biji
dengan rotor pada dinding bergerigi dan menyebabkan pecahnya biji.
Efesiensi pemecahan biji dipengaruhi kecepatan putaran rotor sebagai
resultan gaya, jarak antara rotor dengan plat bergerigi dan ketajaman gerigi
plat disusun sedemikian rupa sehingga berperan sebagai penahan dan
pemecah. Untuk efesiensi ripple mill ini sendiri yaitu 97%. Nut Hopper
ditunjukkan pada gambar 3.37 berikut:

43
Gambar 3. 37 Nut Hopper

e. Ripple Mill

Nut yang berasal dari Nut Hopper akan di atur masuknya kedalam
Ripple Mill untuk di hancurkan cangkangnya (Shell). Ripple Mill
berfungsi untuk memecah Nut dengan cara menggiling. Nut dari Nut
hopper akan masuk ke Ripple Mill dan akan diputar oleh Rotor Ripple Mill
dan ditahan dengan Stator Ripple Mill yang memiliki sudu-sudu.
Pengukuran besarnya jarak harus dilakukan berdasarkan bahan baku yang
masuk agar Nut dapat pecah semua. Di sini terdapat biji yang masih utuh
karena tidak dapat digiling dan inti pecah. Ripple Mill ditunjukkan pada
gambar 3.38 berikut:

44
Gambar 3. 38 Ripple Mill

f. LTDS-1 (Light Tenera Dust Separator 1)

Sebuah fan yang dipasang pada bagian ujung yang berfungsi sebagai
blower colomb (ducting) yang dipasang vertical dan horizontal yang
berfungsi sebagai section (penampang hisapan) dan sebuah cyclone agar
terjadi pemisahan yang sempurna. Kernel utuh ukuran besar akan jatuh
kebawah, sedangkan cangkang (shell) yang mempunyai berat yang lebih
ringan akan terhisap oleh fan sedangkan kernel dan shell yang berada
diantara kernel yang berat dengan shell yang ringan akan masuk ke proses
pemisahan tahap kedua. Jika damper ducting dimasukkan kedalam maka
ruang hisapan akan semakin sempit, ini akan membuat hisapan semakin
kuat. Dan sebaliknya jika dumper ducting dibuka keluar maka hisapan
udara akan lemah. Pemasangan Air break ditempatkan pada ducting
vertical diatas damper ducting. Ini berfungsi untuk mengurangi atau
menstabilkan hisapan udara didalam ducting. Jika air break ini dibuka
maka selain udara masuk pada bagian bawah, juga akan masuk dari air
break, ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan udara dalam
ducting, dan jika ditutup kembali maka hisapan udara akan kembali seperti
semula. Ripple Mill ditunjukkan pada gambar 3.39 berikut:

45
Gambar 3. 39 Light Tenera Dust Separator

g. LTDS-2 (Light Tenera Dust Separator -2)

Pada tahap kedua digunakan untuk memisahkan inti (kernel) yang


terdapat dalam tumpukan cangkang hasil hisapan dari hisapan pertama
pada LTDS-1. Daya hisap kedua lebih kecil dari hisapan pertama, dapat
dikatakan bahwa pemisahan cangkang dengan inti secara bertingkat dari
hisapan yang paling tinggi ke hisapan yang paling rendah. Prinsip kerja
dari hisapan kedua sama dengan hisapan pertama

h. Hydrocyclone

Hydrocylone adalah alat yang digunakan memisahkan inti dengan


cangkang yang masih terdapat cracked mixture. Cracked Mixture yang
keluar dari kolom pemisah masuk ke dalam bak air sekat pertama dan
dihisap dengan pompa dan tekanan ke dalam tabung pemisah 1 dengan
gaya sentrifugal. Benda-benda yang ringan naik ke bagian atas melalui
vortex finder dan masuk ke dalam dewatering drum inti dimana air tabung
melalui konus masuk ke dalam sekat II, dari sekat II cangkang yang masih
becampur dengan inti yang dipompa dihisap dan ditekan ke tabung
pemisah ke II. Inti yang naik ke atas melalui vortex vinder dan
dikembalikan ke dalam bak air pekat I, sedangkan cangkang melalui konus
masuk dewatering drum cangkang untuk dibuang airnya dengan bantuan

46
pompa dari sekat III cangkang yang masih mengadung sebagian kecil inti
hisap. Hydrocyclone ditunjukkan pada gambar 3.40 berikut:

Gambar 3. 40 Hydrocyclone

i. Kernel Silo

Kernel dari Hydrocyclone masuk ke conveyor lalu dibawa Elevator,


kemudian masuk ke distribution conveyor. Distribution Conveyor akan
membawa/membagi kernel ke kernel silo 1,2,3 dan kernel silo 4. Kernel
Silo dipanaskan dengan menggunakan uap. Pada kernel silo terdapat heater
fan yang berfungsi supaya panas dapat merata di kernel silo. Tujuan
pemanasan yaitu mempercepat proses pengeringan kernel. Retention time
kernel silo sekitar 8 – 12 jam. Kernel akan masuk ke conveyor. Kecepatan
conveyor 56 rpm. Kernel akan dibawa ke bulk silo menggunakan dry
kernel tansport fan. Pada dry kernel transport fan terdapat airlock. Kernel
Silo ditunjukkan pada gambar 3.41 berikut:

47
Gambar 3. 41 Kernel Silo 39

j. Bulk Silo

Bulk Silo adalah tempat penampungan inti produksi sebelum dikirim.


Inti dari kernel silo diangkut ke bulk silo menggunakan screw conveyor
dan pneumatic conveyor. Bulk Silo ditunjukkan pada gambar 3.42 berikut:

Gambar 3. 42 Bulk Silo

B. Proses unit pendukung pabrik

1. Ketel Uap (Boiler)

48
Boiler adalah suatu peralatan yang digunakan untuk membangkitkan
uap dari air yang dipanaskan di dalam pipa-pipa boiler. Proses pemanasan
dilakukan dengan cara perpindahan panas secara radiasi, konduksi, dan
konveksi. Uap panas yang dihasilkan akan digunakan sebagai penggerak
turbin dan juga untuk keperluan pemanas peralatan-peralatan yang ada di
pabrik. Pengoperasian boiler yang baik merupakan salah satu kunci utama
keberhasilan dalam pengolahan kelapa sawit. PKS Sei Garo memiliki dua
unit boiler, boiler digunakan secara bergantian untuk perawatan.

Boiler no. 1, 2, :

Merk : Takuma Boiler

Type : Water tube boiler

Rated Capacity : 20.000 kg/hr

Model : N 600 SA 40

Design Pressure : 24 kg/cm²

Working Pressure : 22 kg/cm² Steam

Temperature : 260ºC

Fuel Consumption : 5.200 kg/h

Uap yang dihasilkan dari boiler akan dikirimkan ke kamar mesin sebagai
pemutar turbin. Uap buangan turbin akan dimanfaatkan sebagai pemanas
pada beberapa stasiun seperti rebusan, klarifikasi, pressan, dan lain-lain.

2. Kamar mesin (Power Plant)

Merupakan sumber tenaga yang sangat diperlukan untuk menggerakkan


peralatan-peralatan atau mesin pabrik. Juga sebagai tempat suplai uap ke
sterilizer, pressing, clarification, pengolahan kernel, dan lain-lain. Power
plant Di PKS Sei Garo terdiri dari:

49
a. Genset

Genset merupakan penghasil tenaga listrik untuk pabrik sebelum pabrik


melaksanakan proses pengolahan. Di PKS Sei Garo terdapat 2 buah genset.
Genset ditunjukkan pada gambar 3.43 berikut:

Gambar 3. 43 Genset

b. Turbin uap

Turbin uap merupakan suatu alat penggerak mula yang mengubah energi
potensial uap menjadi energi kinetik dan menghasilkan tenaga listrik untuk
pabrik pada saat proses dan perumahan. Di PKS Sei Garo terdapat 2 unit
turbin dengan kapasitas 800 KW dan tegangan 380 volt serta frekuensi 50
Hz, dan 1 unit turbin kapasitas 1000 KW dan tegangan 380 volt serta
frekuensi 50 Hz. Turbin uap ditunjukkan pada gambar 3.44 berikut:

50
Gambar 3. 44 Turbin uap

c. Panel Pembangkit Tenaga Listrik (Main Switch Board)

Panel Pembangkit Tenaga Listrik (Main Switch Board) adalah lemari


pembangkit untuk mendistribusikan tenaga listrik ke stasiun-stasiun di
pabrik dan peralatan lain yang menggunakan listrik yang ini dilengkapi
dengan saklar pembagi ke stasiun-stasiun, kapasitor, synchronizer, dan alat-
alat ukur listrik. Panel Pembangkit Tenaga Listrik ditunjukkan pada gambar
3.45 berikut:

Gambar 3. 45 Panel Pembangkit Tenaga Listrik

d. BPV (Back Pressure Vessel)

BPV merupakan bejana tekan yang menampung exhaust steam dari turbin
uap untuk disalurkan ke unit-unit proses yang membutuhkan steam terutama

51
sterilizer. Suplai utama steam untuk BPV berasal dari exhaust steam turbin
uap. Namun bila tidak mencukupi dapat dibantu dengan mengalirkan uap
langsung dari boiler. Tekanan uap maksimal pada BPV adalah 3,2 bar.
Terdapat safety valve yang berfungsi mengurangi tekanan apabila tekanan
uap di BPV mencapai >3,2 bar. BPV (Back Pressure Vessel) ditunjukkan
pada gambar 3.46 berikut:

Gambar 3. 46 BPV (Back Pressure Vessel)

3. Pengolahan Air (Water Treatment)

Air adalah material/komponen yang sangat dibutuhkan dalam proses


pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Kegunaan air digunakan untuk
sebagai air umpan boiler dan kebutuhan domestik karyawan di PKS Sei
Garo. Sumber air diperoleh dari sungai yang kondisinya belum memenuhi
standar mutu yang diizinkan khususnya untuk air umpan boiler. Proses
pengolahan air ada dua jenis yaitu eksternal water treatment dan internal
water treatment.

a. Eksternal Water

Treatment PKS Sei Garo mempunyai 2 jenis air yaitu 1 jalur yang akan
digunakan untuk kebersihan pabrik tanpa dilakukan penambahan bahan

52
kimia dan 1 jalur lagi dilaksanakan dengan penambahan bahan kimia (water
treatment). Sistem water treatment di PKS Sei Garo terdiri dari:

1) Clarifier tank Sebelum masuk ke clarifier tank, air diinjeksikan Soda Ash
(Na2CO3) untuk mencapai PH air sekitar 6,0 - 7,5 dengan tujuan
memudahkan proses penjernihan air. Dan kemudian air juga diinjeksikan
Aluminium Sulfat Al2(SO4)3 sebagai bahan kimia untuk proses flokulasi.
Clarifier tank ini merupakan tempat untuk memisahkan padatan yang
tersuspensi dalam air dengan cara flokulasi. Flokulan berfungsi untuk
meningkatkan gesekan partikel kecil agar dapat menjadi partikel besar agar
mudah diendapkan dalam air, sehingga jumlah floc yang tidak
terendapkan/melayang berkurang. Clarifier tank ditunjukkan pada gambar
3.47 berikut:

Gambar 3. 47 Clarifier tank

2) Bak Sedimentasi

Bak sedimentasi adalah kolam untuk mengendapkan lumpur atau


padatan yang terbawa dari clarifier tetapi belum sempat mengendap. Di
bak sedimentasi juga bermuara air overflow dari water tower. Bak
Sedimentasi ditunjukkan pada gambar 3.48 berikut:

53
Gambar 3. 48 Bak sedimentasi

3) Sand filter

Saringan pasir dipakai untuk menghilangkan/menyaring endapan yang


masih terdapat pada air setelah tangki pengendapan. Sand filter terdiri dari
tabung silinder yang didalamnya berisi pasir kwarsa sebagai alat
penyaring. Air dari bak sedimentasi kemudian masuk ke dalam saringan
pasir (sand filter) menuju water tower. Sand filter dapat dibersihkan
melalui backwash sehingga kotoran-kotoran dapat keluar. Pada PKS Sei
Garo terdapat 3 buah sand filter. Sand Filter ditunjukkan pada gambar 3.49
berikut:

54
Gambar 3. 49 Sand filter 45

4) Water tower

Water tower sebagai tempat cadangan air untuk keperluan pabrik yang
dialirkan dengan cara gravitasi. Pada PKS Sei Garo terdapat 2 buah Water
Tower. Water Tower ditunjukkan pada gambar 3.50 berikut:

Gambar 3. 50 Water tower

a. Pengolahan Limbah (Waste Treatment)

Pengolahan limbah adalah proses menghilangkan bahan berbahaya agar


dapat digunakan kembali yang menghasilkan produk bemanfaat dan juga
aman dibuang diligkungan. Limbah yang dihasilkan dapat memberikan
dampak negatif dan positif terhadap sumber daya alam dan lingkungan, yang
nantinya dapat menurunkan kualitas lingkungan antara lain pencemaran
tanah, air, dan udara jika limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu.
Pengendalian limbah dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan,
pengurangan volume serta pengolahan. Limbah cair yang dihasilkan pabrik
berasal dari kondensat pada sterilizer, air buangan dari unit klarifikasi dan
air buangan hydrocyclone dari stasiun pabrik biji serta air buangan
pencucian. Air kondensat pada sterilizer dan unit klarifikasi mengandung

55
minyak, lemak, dan non solid oil. Parameter yang dijadikan indikator dalam
penilaian mutu limbah cair adalah BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), minyak dan
lemak serta pH.

C. Proses Sterilizer Kelapa Sawit

Sterilizer merupakan suatu bejana uap yang memiliki tekanan,


memiliki fungsi untuk merebus tanda buah segar (TBS) dengan
menggunakan uap panas dari back pressure vessel (BPV). Uap basah
berasal dari sisa pembuangan turbin uap yang memiliki tekanan kurang
lebih 3 kg/cm2 serta temperatur kurang lebih 140oC. Alat sterilizer kelapa
sawit tersebut disebut juga dengan bejana rebusan/ketel rebusan serta
biasanya alat tersebut sebagai media sterilisasi buah kelapa sawit.

1. Fungsi Sterilizer

Pada dasarnya sterilizer pada pabrik kelapa sawit memiliki fungsi


sebagai berikut:

a. Mematikan enzim untuk menekan Asam Lemak Bebas (ALB) Buah


yang dipanen mengandung enzim lipase oksidase yang tetap aktif di
dalam buah sebelum enzim itu dinonaktifkan. Enzim lipase
bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan asam lemak
bebas (ALB). Dalam buah sawit terdapat senyawa peroksida yang
bila teroksidasi akan membentuk ALB. Jadi ALB terdapat dalam
minyak sawit merupakan hasil kerja dari enzim lipase dan oksidasi.
Aktifitas enzim akan meninggi apabila TBS mengalami memar.
Enzim umumnya tidak aktif lagi bila dipanaskan diatas 50oC. Jika
ditinjau dari proses sterilizer ini sendiri, memiliki temperatur kerja
pada 130oC yang otomatis menonaktifkan kegiatan enzim.

b. Memudahkan pelepasan brondolan buah dari tandan Minyak dan


inti terdapat dalam buah, maka untuk mempermudah proses

56
ekstraksi minyak, buah perlu dipisahkan dari tandannya. Pelepasan
buah dan janjangnya karena adanya hidrolisa hemisellulosa dan
pektin yang terjadi dipangkal buah. Hidrolisa dapat terjadi dengan
proses kimia, kimia fisika dan biokimia. Reaksi hidrolisa
hemisellulosa dan pektin dapat terjadi pula didalam ketel rebusan
yang dipercepat oleh pemanasan, panas dan uap didalam ketel akan
meresap kedalam buah karena adanya tekanan dihidrolisa pektin
dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh
karena itu perlu dilakukan proses perontokan buah didalam mesin
thressing.(Lubis, 2018)

c. Menurunkan kadar air Proses sterilizer dapat menyebabkan


penurunan kadar air pada buah dan inti yang dikarenakan
penguapan terjadi selama proses berlangsung. Penurunan kadar air
akan menyebabkan penyusutan pada buah sehingga berbentuk
rongga-rongga pada perikrap yang akan mempermudah proses
pengempaan (digester). Interaksi kadar air dan panas dalam buah
akan menyebabkan viskositas minyak menjadi lebih rendah
sehingga mudah keluar saat proses ekstraksi berlangsung.

d. Melunakan buah sawit untuk memudahkan dalam proses


pelumatan di digester Selama sterilisasi, kadar air dalam buah akan
berkurang karena proses penguapan. Dengan kurangnya kadar air
ini, daging buah yang mendapatkan perlakuan panas dan tekanan
atau menunjukkan sifat, serat yang mudah lepas antara serat yang
satu dengan yang lain. Sterilisasi tersebut memberikan efek positif,
yaitu mempermudah pengambilan minyak selama proses
pengempaan dan mempermudah pemisahan zat non lemak (Non-
Oil Solid). Dalam proses ini mempermudah proses digester dalam
melunakkan buah. Karena adanya panas dan tekanan tersebut maka
air yang terkandung dalam inti akan menguap lewat mata biji
sehingga proses pemecahan biji lebih mudah didalam rippel mill.

57
e. Membantu pelepasan inti dari cangkang Perebusan yang sempurna
akan mengakibatkan pengurangan kadar air sebesar 15%. Keadaan
ini membuat inti sawit menyusut sedangkan cangkang tetap yang
membuat inti sawit terlepas dari cangkangnya.

D. Syarat Perebusan

Pada proses perebusan terdapat beberapa syarat agar dalam prosesnya


berlangsung dengan baik diantaranya yaitu:

a. Kematangan buah harus tepat ditandai dengan sekitar 50-75% buah


dapat lepas dari brondolan. Jika jumlah buah dibawah nilai 50%
berarti buah belum matang sedangkan diatas 75% sudah lewat
matang/busuk

b. Tekanan uap dalam mesin perebusan sekitar 2.5-3 kg/cm2 .

c. Waktu perebusan bergantung siklus perebusan yang digunakan,


untuk siklus yang triple peak waktu yang dibutuhkan sekitar 90
menit. Bila waktu yang digunakan terlalu sebentar maka akan
terjadi losses yang terjadi saat proses penebahan karena minyak ada
yang terbawa ke tandan buah kosong. Sedangkan bila terlalu lama
minyak akan terbawa dengan kondesat.

d. Suhu perebusan diatas 50oC agar menonaktifkan enzim.

E. Standar Perebusan

di Unit Sterilizer Standar mutu pada unit perebusan adalah sebagai


parameter ketercapaian efisiensi produk. Berikut ini merupakan standar
mutu (SNI-2901-2006) bagi perebusan di unit sterilizer yaitu:

• % Unstripped bunch : < 5.0 % terhadap sampel

• % Oil in empty bunch stalk : < 10% terhadap sampel

58
• % Fruit loss in empty bunch : < 0.07% tehadap TBS

• % Oil losses in condensate :<15% ODM(OIL IN DRY MATTER)

F. Mesin perebusan (sterilizer)

Prinsip kerja perebusan yaitu memberikan uap bertekanan pada TBS


agar menghilangkan kadar air pada TBS serta melunakan buah sehingga
memudahkan pelepasan brondolan dari janjangnya. Serta menonaktifkan
enzim-enzim yang terkandung dalam TBS yang mana enzim-enzim tersebut
dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas (ALB) dan serta membuat
minyak mudah diekstraksi dari buah.

Gambar II. 2. Gambar sterilizer horizontal

Pada sebuah sterilizer terdapat kelengkapan yang harus dimiliki yang


pertama yaitu pipa uap masuk, ukuran pipa uap masuk harus mampu untuk
mempercepat kenaikan tekanan dalam sterilizer. Umumnya pipa yang
digunakan sebesar 6 inch. Disamping itu perlu adanya pipa pembagi uap
dalam sterilizer serta pipa inlet uap dibagian atasnya.

59
Kedua, pipa pengeluaran uap dan kondesat. Pada pipa pengeluaran uap
terdapat di bagian atas sterilizer. Ukuran pipa outlet ini berukuran 8 inch.
Sedangkan pipa pengurasan kondensat terletak pada bagian bawah sterilizer.
Berukuran 3 inch untuk pembuangan air kondesat.

Alat ketiga yang ada pada sterilizer adalah alat bantu dan pengaman
pada sterilizer. Diantaranya manometer untuk melihat tekanan selama
perebusan. Thermometer gauge untuk mengetahui besarnya temperatur.
Butterfly valve, untuk penyekat aliran yang dapat diputar untuk membuka
dan menutup katup, penutup aliran bisa juga dilakukan secara otomatis.
Check valve, untuk mengalirkan aliran searah dan bila terjadi aliran yang
berlawanan arah maka katup akan menutup. Safety valve, untuk mengatasi
tekanan uap berlebih yang masuk ke dalam sterilizer. Tandan buah sawit
Lori Pintu Sterilizer Lori, sebagai tempat buah yang akan di rebus. Lori
dibuat berlubang dengan diameter 0.5 inch yang berfungsi untuk
mempertinggi penetrasi uap pada buah dan juga sebagai media penetesan air
kondensat diantara buah. Capstand, terdapat diluar bagian sterilizer dan
berfungsi sebagai alat bantu untuk memasukan dan mengeluarkan lori ke
dalam rebusan. Serta terakhir yaitu jaringan rel sebagai tempat lori melekat.

G. Sistem perebusan

Pada perebusan kelapa sawit terdapat beberapa cara perebusan yaitu,


perebusan single peak, double peak dan triple peak. Untuk single peak dan
double biasanya diterapkan pada vertical sterilizer. Sedangkan untuk
horizontal strelizer menggunakan sistem perebusan triple peak (Sinaga,
2009).

Perebusan triple peak adalah pemberian input steam dengan tekanan


berbeda selama tiga kali yang memiliki durasi waktu tertentu. Awal tahapan
perebusan triple peak yaitu deaerasi. Deaerasi adalah pembuangan udara dari
dalam bejana sterilizer dengan cara didorong oleh uap. Deaerasi dilakukan
dengan cara memasukan uap pada bagian atas bejana. Berat jenis udara lebih

60
tinggi dibandingkan steam berat jenis steam pada 100oC adalah 0.598 kg/m3
, sedangkan udara yang bercampur dengan steam pada suhu 50oC berat
jenisnya adalah 1.043 kg/m3 . Prinsip perbedaan berat jenis tersebut
merupakan alasan pemilihan tempat titik masuknya uap (Sinaga, 2009).
Semakin lama proses deaerasi maka semakin sempurna proses pembuangan
udara. Deaerasi dilakukan secara bertahap dan terpadu dengan pembuangan
air kondensat maka udara juga akan terikut, yaitu melalui pipa kondensat di
bagian bawah bejana.

Setelah deaerasi adapun kita harus melakukan tahapan pembuangan air


kondensat. Uap air yang terkondensasi dan berada didasar bejana rebusan
merupakan penghambat panas dalam proses perebusan. Air yang terdapat
didalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan dan menyebabkan
jumlah air dalam bejana semakin bertambah. Pertambahan ini, bila tidak
diimbangi dengan pembuangan air kondensat akan memperlambat usaha
pencapaian tekanan puncak.Diperkirakan jumlah air kondensat mencapai 13
persen dari jumlah berat TBS yang diolah, sehingga dilakukan blowdown
terus menerus melalui pipa kondensat. Cara ini menunjukan buah hasil
rebusan menjadi kering dan lebih mudah dilumat oleh screw press (Sinaga,
2009).

Intensitas Konsumsi Energi Intensitas konsumsi energi (IKE)


merupakan pernyataan besarnya pemakaian energi dalam industri dalam
memproduksi produk. Untuk mengetahui intensitas konsumsi energi, harus
dillakukan audit awal untuk mengenal industri yang menjadi objek
penelitian. Dari kegiatan audit awal dapat diketahui parameter yang
dibutuhkan untuk mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan. Kegiatan
audit awal juga menjadi sarana untuk mengetahui Standard Operating
Procedure (SOP) yang dipakai oleh industri yang bersangkutan serta
mempelajari spesifikasi produksi industri tersebut. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dapat diperoleh intensitas konsumsi energi dengan cara
berikut: 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

61
F.Standard Operating Procedure (SOP)

1. Definisi dan pengertian Standard Operating Procedure (SOP)

Menurut Permen Ristekdikti no.71 (2017), Standard Operating


Procedure (SOP) merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja
yang bersangkutan.

2. Manfaat Standard Operating Procedure (SOP)

Adapun manfaat Standard Operating Procedure (SOP) berdasarkan


PERMEN RISTEK DIKTI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71
TAHUN 2017 yakni :

1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam


menyelesaikan pekerjaan.

2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin


dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan


tanggung jawab individual pegawai dan organisasi secara
keseluruhan.

4. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung


pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi
keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

5. Meningkatkan akuntibilitas pelaksanaan tugas.

6. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan


pegawai cara konkrit untuk memperbaiki kinerja serta membantu
mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.

62
7. Memastikan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan
dapat berlangsung dalam berbagai situasi.

8. Memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang


harus dikuasai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

9. Memberikan informasi dalam upaya peningkatan kompetensi


pegawai.

10. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikuloleh


seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

11. Sebagai instrumen yang dapat melindungi pegawai dari


kemungkinan tuntutan hukum karena tuduhan melakukan
penyimpangan.

12. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.

13. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural


dalam memberikan pelayanan.

3. Tujuan Standard Operating Procedure (SOP)

Berdasarkan PERMEN RISTEK DIKTI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 71 TAHUN 2017 dalam merancang SOP memiliki beberapa
tujuan, antara lain :

1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja


petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.

3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari


petugas/pegawai terkait.

4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari

63
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi, dan


inefisiensi.

4. Penyusunan Standard Operating Procedure (SOP)

Prinsip Penyusunan SOP (PERMEN no.17 2017):

1. Efisiensi dan efektivitas. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus


merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses
pelaksanaan tugas.

2. Berorientasi pada pelanggan. Prosedur-prosedur yang distandarkan


harus mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s needs),
sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.

3. Kejelasan dan kemudahan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus


dapat dengan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur
bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam pelaksanaan
tugasnya;

4. Keselarasan. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras


dengan prosedur-prosedur standar lain yang terkait.

5. Keterukuran. Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan


mengandung standar kualitas atau mutu baku tertentu yang dapat
diukur pencapaian keberhasilannya.

6. Dinamis. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat


dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan
yang berkembang dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan.

7. Kepatuhan hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus


memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.

64
8. Kepastian hukum. Prosedur-prosedur yang distandarkan harus
ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi aparatur atau
Pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.

65
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tidak ada suatu teknologi yang direkayasa, bahkan menyandang predikat yang
paling mutakhir pun tidak memiliki suatu kelemahan. Setiap teknologi
mempunyai kelemahan dan keunggulan masing-masing. Teknologi yang paling
canggih sekali pun, bila sumber daya manusia (SDM) dan kondisi lingkungan
tidak mendukung untuk dioperasikan pada kondisi normalnya, maka tidak akan
memberikan manfaat yang berarti, justru malah akan menjadi sumber
pemborosan. Teknologi yang dapat memberikan manfaat optimal adalah
teknologi yang tepat guna. Artinya bahwa, pemilihan teknologi tersebut harus
mempertimbangkan spesifik lokasi dan berguna untuk dapat meningkatkan
produktivitas kinerja unit pengolahan. Teknologi tepat guna jangan disalah
artikan bahwa teknologi yang diterapkan tersebut adalah teknologi
konvensional, akan tetapi lebih mengarah pada strategi pemilihan teknologi
yang tepat untuk diimplementasikan sesuai spesifik lokasi. Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya bahwa setiap teknologi memiliki karakter yang berbeda-
beda dan penerapannya tergantung perspektif dan orientasi dari owner. Seperti
halnya jenis sterilisasi modern yang memiliki orientasi pada peningkatan safety
dan kenyamanan (comfortable) dalam operasionalnya, membutuhkan areal
yang relatif lebih sedikit (compact) dibandingsterilisasi jenis konvensional
(horizontal sterilizer). Kelemahan pada masing-masing teknologi dapat diatasi
dengan berbagai macam cara. Diantaranya adalah dengan penambahan alat dan
penggunaan air kondensat sebagai air pengencer di stasiun pressan.Bila dilihat
dalam aspek kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan masing-
masing teknologi memiliki sedikit perbedaan. Yang terpenting adalah cara
perebusan dilakukan dengan benar sehingga output dihasilkan tinggi dan
kehilangan minyak pada tankos rendah serta kapasitas olah pabrik tercapai.

66
Dari hasil analisis dan pengamatan langsung yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prinsip kerja dari Sterilizer Horizontal pada stasiun perebusan adalah merebus
dengan sistem triple peak (tiga puncak). Proses pengangkutan TBS dari loading
ramp ke ketel rebusan dilakukan dengan transportasi lory. Dengan waktu
perebusan berkisar 90-95 menit dan target yang harus dicapai di stasiun ini adalah
tekanannya 2.8-3.0 kg/cm2 dengan suhu 130-135° C. Menurut standar PKS
kehilangan minyak (oil losses) di air kondensat sebesar 0,8 – 1,0%, jika
kehilangan minyak terlalu tinggi akan mempengaruhi mutu minyak kelapa sawit.
Dan bila suhu dan tekanan tidak mencapai target , maka akan mengakibatkan
kualitas perebusan TBS yang tidak baik, untuk mencegah hal tersebut perlu
memperhatikan kestabilan dalam proses kerja sterilizer horizontal.

2. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan sistem kerja perebusan kelapa sawit


(sterilizer) yang dilakukan menggukanan sistem tiga puncak. Hasil analisis yang
dilakukan didapatkan nilai kebutuhan uap pada stasiun sterilizer sebesar 3.400.890
kkal/30 ton TBS. Untuk memenuhi kebutuhan uap sebesar 3.400.890 kkal/30 ton
TBS menghabiskan bahan bakar fiber sebanyak 1235,87 kg/30 ton TBS dan jika
dibandingkan dengan nilai kalori pada bahan bakar fiber yang tersedia sebesar
9.906.552 Kkal/30 ton TBS maka bahan bakar bisa memenuhi kebutuhan uapnya.

3. Dari proses identifikasi maka didapat komponen kritis yang memiliki potensi
kegagalan yaitu bearing, butterfly valve, packing pintu, pipa kondensat, plat body,
dan gasket sheet filler. Dari hasil pengamatan maka dapat diketahui peluang
kegagalan dari komponen dan juga mesin, semakin tinggi peluang kegagalan yang
didapat maka akan memperburuk kinerja mesin.

H. SARAN

1. Selalu melakukan perawatan pada mesin-mesin boiler sehingga tidak


terjadi hambatan pada proses pengolahan.

67
2. Menggunakan APD seperti sepatu safety, masker, kaca mata, sarung
tangan, saat bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja

DAFTAR PUSTAKA

68
Community, Palm Oil (2011). "Sterilizer Bola." Retrieved 6 September, 2011,
from http://www.pabriksawit.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=13 2:sterilizer-ball&catid=1:station1.

Department of Environment Malaysia, M. o. S. T. a. T. E., Malaysia (1999).


Industrial Processes and The Environment.

Hoe, L. K. and T. G. Eng (2010). Latest Development In Palm Oil Milling


Technology. International Oil Palm Conference, Yogyakarta.

Uwa (2008). "Vertical Sterilizer."


http://uwa-pabriksawit.blogspot.com/2008/09/verticalSterilizer.html 2011.

69

Anda mungkin juga menyukai