Anda di halaman 1dari 78

MAKALAH

ANALISIS PERILAKU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT KOPERASI

KARYA BAHARI TERHADAP PENERAPAN K3 PADA PROSES

PEMUATAN SEMEN BAG DI TERMINAL KHUSUS KEPENTINGAN

SENDIRI PT . INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Plant-12

Tarjun

Oleh :

Ganda Syahputra

NRP. 204007

PROGRAM STUDI S1 TRANSPORTASI

SEKOLAH TINGGI MARITIM YOGYAKARTA

2024
MOTTO

1. Siapa yang menempuh jalan untuk mencari Ilmu, maka Allah akan

memudahkan jalan baginya jalan menuju Surga. (HR Muslim)

2. Barang siapa yang pergi keluar untuk menuntut Ilmu, maka ia berada di

jalan Allah. (HR Tarmidzi)

3. Menuju tak terbatas dan melampaui nya (Once Buzz)

4. Orang yang mau menunjukan letak kesalahanmu, itulah temanmu yang

sesungguhnya. Sedangkan mereka yang hanya menyebar omong kosong

dan selalu memujimu, mereka sebenarnya adalah para algojo yang justru

akan membinasaknmu (Sayidina Umar Bin Khattab)

5. Siapapun yang menolongmu – Jangan lupakan mereka, Siapapun yang

mencintaimu - Jangan benci mereka, Siapapun yang mempercayaimu –

Jangan bohongi mereka. (Jason Momoa)

ii
PERSEMBAHAN

Kepada Ayah , Ibu yang merupakanpenyemangat setiap perjuangan dan langkah

saya dalam menyelesaikan tantangan hidup ini.

Kepada kaka saya yang selalu support dalam hal financial selama saya menempuh

Pendidikan dan selalu mengingatkan kepada saya tentang agama dan untuk selalu

bersabar dalam setiap keadaan .Kalian adalah rumah tempat saya di beri kekuatan,

semangat perlindungan kalian rumah tempat saya berasal dan selalu rindu untuk

kembali pulang.

iii
LEMBAR PERSETUJUAN KULIAH KERJA PRAKTEK
PADA PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk PLANT
12 TARJUN KABUPATEN KOTABARU - KALIMANTAN
SELATAN

Menyetujui,

Pembimbing Lapangan, Koordinator Program PKL,

DAMIANUS HERNOWO PW RESTU YUWONO


Harbour Master Sr. Training Officer

Mengetahui,

H. JAPRIL YANUAR ARIF


Dispatch Dept. Head HRGAS Dept. Head

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Hidayhnya penyusun

dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja yang berjudul “ ANALISIS

PERILAKU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT KOPERASI KARYA

BAHARI TERHADAP PENERAPAN K3 PADA PROSES PEMUATAN

SEMEN BAG DI TERMINAL KHUSUS KEPENTINGAN SENDIRI PT

.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Plant-12

” sesuai dengan aturan yang di tetapkan di PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk, Plant-12 dan sesuai dengan target waktu yang telah di rencanakan.

Maksud dan tujuan laporan praktik kerja ini adalah sebagai hasil di dalam

praktik kerja di lapangan dan juga sebagai untuk memadukan ilmu yang di dapat

selama kegiatan perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Selain itu

juga merupakan salah satu persyaratan kelulusan Program Studi Strata 1, pada

Jurusan S1 Transportasi di Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta.

Dalam penyusunan ini laporan ini penyusun banyak mendapat bimbingan,

arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah

penyusun mengucap terimakasih Kepada :

1. Bapak Agus Fahri Rasad, selaku General Manager Operation PT. ITP Tbk.
Plant 12 Tarjun
2. Bapak Teguh Imam Basuki , selaku Operation Manager PT. ITP Tbk. Plant
12 Tarjun
3. Bapak H.Japril, selaku Dispatch Departement Head PT. ITP Tbk. Plant 12
Tarjun telah memberikan izin dalam melaksanakan praktik kerja.
4. Bapak Damianus Hernowo Pw selaku Harbour Master Dispatch yang telah
memberikan pengarahan kepada penyusun.

v
5. Bapak Ahmad Gunady selaku Superintendent Dispatch Department dan
pembimbing lapangan yang telah memberikan pengetahuan dan arahan di
lingkungan Dispatch.
6. Bapak Derry Syams dan Bapak Ramadhan selaku Asst.Harb.Master
Dispatch Department pembimbing lapangan yang telah memberikan
pengetahuan dan arahan di lingkungan Dispatch
7. Bapak Sugio, Bapak Raswanto, dan Bapak Saul El Akhmed selaku
Superintendent Dispatch Department dan pembimbing lapangan yang telah
memberikan pengetahuan dan arahan di lingkungan Dispatch Department
8. Bapak Restu Yuwono, selaku Koordinator program PKL. PT. ITP Tbk.
Plant 12 Tarjun.
9. Bapak Mantikei, Bapak Riyadi, Bapak Akhmad Ramadani, Bapak Moko,
selaku Staff Training Officer yang memberikan pengarahan dan bimbingan
tentang pembuatan laporan dan yang selalu memberikan kritik dan saran
kepada penulis
10. Seluruh Staff dan Karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Plant
12 Tarjun
11. Seluruh kawan – kawan kuliah kerja praktek yang selalu memberikan
motivasi dan semangat kepada penulis

vi
Penyusun sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktik kerja ini

masih banyak kekurangan serta kesalahan, seperti pepatah mengatakan “ belajarlah

dari kesalahan maka kamu akan naik satu langkah dari hari kemarin”, maka

penyusun sangat mengharapkan partisipasi dan dukungannya.Akhirnya dengan

selsainya penyusunan laporan praktik kerja ini penyusun berharap dapat

bermanfaat, khususnya bagi diri penyusun sendiri dan umumnya bagi para

pembaca.

Tarjun, 29 februari 2024

Penyusun

Ganda Syahputra

NRP.204007

vii
DAFTAR ISI

MOTTO ....................................................................Error! Bookmark not defined.

PERSEMBAHAN ....................................................Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN .................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iiiii

BAB I ........................................................................................................................... 1

1.1 PENEGASAN ARTI JUDUL ...................................................................................... 1

1.2 ALASAN PEMILIHAN JUDUL ................................................................................ 3

1.3 LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................... 4

1.4 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 6

1.5 TUJUAN PENULISAN ................................................................................................. 7

1.6 MANFAAT PENYUSUNAN LAPORAN ............................................................... 7

1.7 TINJAUAN TEORITIS ................................................................................................. 7

1.8 METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 24

BAB II ........................................................................................................................ 27

2.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA ......................................... 27

BAB III ...................................................................................................................... 60

3.1 Alur Pelayanan Proses Pemuatan Semen Zak ....................................................... 60

3.2 PT. Citrabaru Adinusantara Order Semen Zak ...................................................... 65

viii
3.3 Penunjukkan Perusahaan Bongkar Muat Oleh PT.Citrabaru Adinusantara

3.4 PT.Varia Usaha Bahari Sebagai Perusahaan Bongkar Muat ............................. 67

3.5 Persiapan Pemuatan Semen Zak PT. Varia Usaha Bahari ................................. 67

3.6 Pengajuan Penerimaan Bukan Pajak Ke KSOP .................................................... 68

3.7 Persiapan Sebelum Kapal Sandar .............................................................................. 68

3.8 Kapal Sandar .................................................................................................................... 69

3.9 Proses Pemuatan Semen Zak KM Sejahtera 25 ..................................................... 69

3.10 Penyelesaian Proses Pemuatan Semen Zak .......................................................... 69

3.11 Gambaran Umum Tenaga kerja Pemuatan Semen Zak .................................... 70

3.12 Analisa Tenaga Kerja Bongkar Muat Terhadap Penerapan K3 ..................... 74

3.13 Data Tenaga Kerja Bongkar Muat Terhadap Penrapan K3 ............................ 77

3.14 Analisa Hasil Data Perilaku TKBM Terhadap Penerapan Kesehatan Dan

Keselamatan Kerja (K3) ............................................................................................ 78

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENEGASAN ARTI JUDUL

Dari judul penyusun kemukakan, dapat menegaskan arti dari kata-kata yang

terdapat dalam judul “ANALISIS PERILAKU TENAGA KERJA BONGKAR MUAT

KOPERASI KARYA BAHARI TERHADAP PENERAPAN K3 PADA PROSES

PEMUATAN SEMEN BAG DI TERMINAL KHUSUS KEPENTINGAN SENDIRI

PT . INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Plant-12” adapun penegasan

arti judu sebagai berikut :

1.1.1 Analisis

Analisis adalah hasil kegiatan menganlisa suatu pokok dari macam-

macam bagian nya dengan menterjemahkan bagian pokok tersebut, serta

mnguraikan hubungan antara bagian-bagian pokok guna memperoleh arti yang

tepat dan pemahaman keseluruhan (Dwi Prastowo Darminto)

1.1.2 Perilaku

Perilaku adalah respon perasaan terhadap sebuah objek , baik itu

mendukung objek maupun tidak mendukung pada objek tersebut.(Louis

Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood)

1.1.3 Tenaga Kerja Bongkar Muat

Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah seluruh orang yang terlibat pada

proses bongkar muat di pelabuhan.(Suyono 2001:69)

1.1.4 KOPERASI KARYA BAHARI


2

Koperasi Karya Bahari adalah jasa yang bergerak dibidang industri

pelabuhan khususnya bidang bongkar muat untuk menunjang aktivitas pokok

dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Plant-12. Sebagai Koperasi Karya

Bahari memiliki berbagai fasilitas untuk mempelancar kegiatan bongkar muat.

1.1.5 Penerapan

Penerapan adalah suatu tindakan atau aksi yang dilakukan sesuai

dengan mekanisme yang sudah di rencanakan untuk suatu tujuan.(Usman :

2002)

1.1.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3)

Keselamatan Kerja yaitu cara untuk melakukan pekerjaan beserta

lingkungannya yang berkaitan dengan landasan tempat kerja, proses

pengolahannya dan alat kerja. Keselamatan kerja dapat juga di definisikan

untuk usaha yang dapat menciptakan lingkungan kerja aman, dan mencegah

seluruh kecelakaan yang bisa jadi akan terjadi. Keselamatan kerja berlaku

diseluruh lingkungan kerja.

1.1.7 Proses

Proses adalah rangakaian suatu perubahan peristiwa berkembang

yang terus berjalan secara berkelanjutan(Soewarno Handayadiningrat ,

2011:12 )

1.1.8 Pemuatan

Pemuatan adalah mempersiapkan dan mengangkut muatan ke dalam

palka menggunakan crane serta memadatkan muatan di dalam palka.(Amir

M.S : 2000)

1.1.9 Semen Bag


3

Semen Bag adalah Semen adalah perekat hidraulik yang di bungkus

dengan menggunakan bahan tertentu,semen dihasilkan dengan cara

menghaluskan Clinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan

bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat

bereaksi dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan.

1.1.10 Terminal Khusus Kepentingan Sendiri ( TUKS)

Terminal Khusus Kepentingan Sendiri ( TUKS) adalah terminal

yang digunakan untuk melakukan kegiatan untuk kepentingan sendiri secara

letak geografis terminal untuk kepentingan sendiri masih berada di dalam

daerah lingkungan kerja atau dengan kata lain masih terlihat pelabuhan

utamanya.(Peratutan Menteri No.52 Tahun 2021).

Dari penegasan judul diatas maka judul secara keseluruhan adalah

Analisis Perilaku Tenaga Kerja Bongkar Muat Koperasi Karya Bahari

Terhadap Penerapan Manajemen K3 Pada Proses Pemuatan Semen Bag Di

Terminal Khusus Kepentingan Sendiri PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk,

Plant-12.

1.2 ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Alasan pemilihan judul yaitu untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

perilaku tenaga kerja bongkat muat terhadap proses pemuatan cement dengan

mempertimbangkan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja. Penyusun

juga telah mempertimbangkan dari berbagai aspek yang nantinya dapat

menambah dan membantu, serta menunjang penyusunan laporan, antara lain :

1.2.1 Alasan Ilmiah


4

Penyusun ingin mengembangkan pengetahuan bagi perkembangan

ilmu pengetahuan khusunya di bidang bongkar muat yang dimana tentang

aktivitas baik dari operasional , proses dan penyelesaian yang dilalui dalam

bongkat muat di TUKS Semen Tiga Roda. Dan memadukan teori- teori yang

telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan kenyataan sebenarnya,

yang akan dilihat dalam praktik kerja.

1.2.2 Alasan Terapan

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran sejelas-jelasnya

tentang bagaimana aktivitas PT. Varia Usaha Bahari dalam menangani bongkar

muat muatan semen zak dengan cara melihat dan mempelajari secara langsung.

1.2.3 Alasan Lain

Penyusun ingin mengetahui sejauh mana perkembangan

ketatalaksanaan dalam pelayananbongkar muat dalam menunjang revolusi

industri 4.0 dan Indonesia sebagai poros maritim dunia, khususnya di

Pelabuhan TUKS Cement Tiga Roda

1.3 LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini keadaan negara Indonesia sangat lah luas dengan

pembangunan fasilitas,sarana-prasarana dan pembangunan infrastruktur di

seluruh wilayah indonesia sangat berjalan dengan cepat. Berdasarkan data dari

Kementrian PUPR bahwa ada 10 pembangunan infrastruktur di indonesia yang

sedang berjalan diantaran nya Bendungan Randugunting Jawa Tengah

(Jateng), Bendungan Bintang Bano di NTB, dan Embung Sumingkir di Jateng.

bidang Perumahan, antara lain Rusun Ponpes Al Qur’an Azzayadiy Jateng dan
5

Rusun Yayasan Bhakti Bapa Emak di Jatim.(Kementrian PUPR: Agustus

2022).

Berdasarkan data Kementerian PUPR diatas maka pembangunan

yang sedang berjalan di seluruh wilayah indonesia dalam jangkawa waktu yang

tidak singkat. Pembangunan tersebut membutuhkan material seperti cement,

pasir, bata, dan sebagainya. Dalam hal ini di setiap daerah membutuhkan

pasokan semen yang banyak untuk memenuhi kebutuhan pokok pembangunan.

Maka dari itu perusahaan Semen Tiga Roda mendistribukan semen keseluruh

indonesia dalam jumlah banyak dan dalam jangka waktu yang tepat sesuai

dengan estimasi yang sudah di rencanakan.

Dalam proses mendistribusi semen ke seluruh wilayah indonesia

dibutuhkan tenaga ahli dalam proses memuat semen ke dalam angkutan atau

kapal agar proses berlajan dengan lancar. Tenaga ahli yang di butuhkan dalam

proses muat yaitu perusahaan bongkar muat yang memiliki fasilitas yang dapat

membantu kelancaran pemuatan dan tenaga kerja yang berkualitas. Perusahaan

bongkar muat adalah perusahaan yang memberikan jasa terhadap angkutan

perairan untuk melakukan proses bongkar muat dari dan ke kapal atau dari dan

ke dermaga dengan didukung alat bongkar muat untuk mengoptimalisasi

proses bongkar muat di pelabuhan. Namun hal yang harus diperhatikan pada

setiap perusahaan bongkar muat adalah penerapan manajemen kesehatan dan

keselamata kerja , dimana ini sangat penting bagi TKBM yang melaksanakan

bongkar muat semen.


6

Dari peran yang sangat penting oleh tenaga kerja bongkar muat

maka penting sekali untuk memperhatikan bagaimana kondisi dan sikap oleh

tenaga kerja bongkar muat.

Peran Perusahaan bongkar muat dalam distribusi semen keseluruh

wilayah indonesia sangatlah penting, di karenakan jika tidak adanya jasa

tersebut maka proses akan berjalan dengan lambat dan tidak menutup

kemungkinan terhambat.tanggung jawab dari perusahaan bongkar muat sendiri

adalah kelancaran dan keselamatan kegiatan bongkar muat, keselamatan kerja

tenaga kerja bongkar muat, berhubungan dengan barang harus dipastikan

dalam keadaan utuh, dan laporan kegaiatan bongkar muat yang sudah

dilaksanaan harus benar adanya. Melihat peranan perusahaan bongkar muat

sangat lah penting dalam distribusi semen di indonesia, maka penyusun tertarik

untuk mengetahui tentang bagaimana perilaku tenaga kerja bongkar muat

dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada proses pemuatan

semen Bag Tiga Roda di TUKS Semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk,

Plant-12.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka penyusun ingin meneliti

masalah tersebut dengan cara Praktik Kerja Lapangan sekaligus mendapatkan

data dengan cara observasi, interview, dokumentasi pada saat Praktik Kerja

nanti.

1.4 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penyusun uraikan diatas

dan berdasarkan judul yang diambil, maka penyusun dapat merumuskan suatu

masalah yang nantinya akan menjadi pembahasan dalam laporan praktik kerja
7

sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimana operasional penganangan muatan semen bag kekapal?

1.4.2 Apakah Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap tenaga kerja

bongkar muat sudah di terapkan dengan benar ?

1.4.3 Kendala yang dialami pada saat penanganan muatan?

1.5 TUJUAN PENULISAN

Untuk memberikan gambaran secara langsung tentang kegiatan apa saja

yang dilakukan bidang bongkar muat semen bag di pelabuhan TUKS Tiga

Roda Tarjun.

1.6 MANFAAT PENYUSUNAN MAKALAH

1.6.1 Bagi Akademik

Untuk menambahkan buku-buku yang ada di perpustakaan Training

bagi anak magang yang berminat untuk bahan bacaan dan memberikan

informasi yang bermanfaat di bidang bongkar muat muatan

1.6.2 Bagi Pembangunan

Untuk memberikan langkah awal bagi pengembangan penelitian

lebih lanjut bagi masyarakat luas khususnya dan junior dalam aktivitas

bongkar muat muatan.

1.7 TINJAUAN TEORITIS

Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan,

kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan

maritim.
8

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat

berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan

pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan

intra-danantarmoda transportasi.

Perusahaan bongkar muat adalah salah satu instansi yang berperan penting

dalam keberlajutan sistem di pelabuhan. Kegaiatan bongkar muat

membutuhkan pihak-pihak yang handal di dalam pengurusan dokumen hingga

pelaksanaannya.

1.7.1 Kepelabuhanan

Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan

ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan

dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda

sertamendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap

memperhatikan tata ruang wilayah. (UU No 17 pasal 1 (14) Tahun 2008,

Tentang Pelayaran).

Penyelenggara kegiatan di pelabuhan laut yang digunakan untuk

melayani angkutan laut. Kegiatan pemerintahan di pelabuhan paling sedikit

meliputi fungsi: a. pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan

pengawasan kegiatan kepelabuhanan; dan b. keselamatan dan keamanan

pelayaran. Selain kegiatan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat


9

(1), pada pelabuhan dapat dilakukan fungsi: a. kepabeanan; b.

keimigrasian;c. kekarantinaan; dan/atau d. kegiatan pemerintahan lainnya

yang bersifat tidak tetap. Pasal 3 (1) Fungsi pengaturan dan pembinaan,

pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh penyelenggara

pelabuhan. (2) Penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) terdiri atas: a.Otoritas Pelabuhan atau Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial; dan b. Unit

Penyelenggara Pelabuhan pada pelabuhan yang belum diusahakan secara

komersial. Penyelenggara pelabuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat membawahi 1 (satu) atau beberapa pelabuhan. Pasal 4 (1) Fungsi

keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 ayat (1) huruf 10b dilaksanakan oleh Syahbandar.Syahbandar dalam

melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi pelaksanaan, pengawasan, dan penegakan

hukum di bidang angkutan di perairan,kepelabuhanan, dan perlindungan

lingkungan maritim di pelabuhan. Selain melaksanakan fungsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Syahbandar membantu pelaksanaan pencarian dan

penyelamatan dipelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pasal 5 Fungsi kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan,

dan/atau kegiatan pemerintahan lainnya yang bersifat tidak tetap

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. (PM. No 51 Tahun 2015,

Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut).


10

1.7.2 Terminal Untuk Kepentingan Sendiri(TUKS)

Terminal Khusus Kepentingan Sendiri ( TUKS) adalah terminal

yang digunakan untuk melakukan kegiatan untuk kepentingan sendiri secara

letak geografis terminal untuk kepentingan sendiri masih berada di dalam

daerah lingkungan kerja atau dengan kata lain masih terlihat pelabuhan

utamanya.(Peratutan Menteri No.52 Tahun 2021). Dintinjau dari aspek

kepelabuhanan letak geografis terminal untuk kepentingan sendiri(TUKS)

semen PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Plant-12 Tarjun masih berada

di dalam daerah lingkungan kerja Pelabuhan ITP Tarjun.

1.7.3 Terminal Operator

Untuk pelaksanaan bongkar muat barang general cargo pada

pelabuhan , maka terdapat dua unsur yang saling terkait yaitu dermaga,

gudang serta lapangan penumpukan.waktu mengerjakan kapal pada

bongkar/muat ,maka perusahaan bongkar muat hanya bertindak menjadi

ship-operator menggunakan batas tanggung jawab mencakup

stevedoring,cargodoring , serta receiving/delivery:

1.7.3.1 Saat perusahaan bongkar muat memiliki gudang lini 1, maka perusahaan

perusahaan bongkar muat akan bertindak menjadi terminal operator dengan

batas tanggung jawab mencakup stevedoring,cargodoring,barang pada

dalam gudang ,receiving/delivery.

1.7.4 Jenis Muatan

Jenis muatan yang dapat di angkut oleh kapal laut sangat beragam.

Muatan di klasifikasikan berdasarkan banyak faktor yaitu :

1.7.4.1 Berdasarkan Sifat


11

1.7.4.1.1 Muatan Basah Kapal ( wet cargo ) , adalah muatan cair yang disimpan

dengan menggunakan wadah seperti botol,drum sehingga apabila

terjadinya kebocoran / pecah akan memungkinkan membasahi muatan

lainya. Contoh muatan basah yaitu cat minyak kelapa, dll

1.7.4.1.2 Muatan Kering Kapal ( Dry Cargo ), adalah muatan yang ketika basah

akan rusak, misalnya : 1) muatan ini tidak merusak muatan lain 2)

mudah dirusak oleh muatan lain 3) muatan kering harus di letakkan

terpisah dari muatan,basah , dengan kata lain memiliki palka masing

masing 4) ketika di tempatkan dalam palka yang sama maka muatan

kering di letakkan di bagian atas contoh muatan kering yaitu, tepung ,

beras ,biji-bijian , kopi , the , dsb

1.7.4.1.3 Muatan Kotor / Berdebu kapal (Dusty Cargo) , Muatan ini menimbulkan

debu yang dapat merusak jenis barang lain terutama muatan bersih.

Setelah dibongkar muatan ini selalu meninggalkan debu atau sisa yang

perlu dibersihkan. Dalam pemuatan perlu dipisahkan terhadap muatan

lainnya bahkan dipisahkan terhadap sesama golongannya

sendiri.contohnya semen

1.7.4.1.4 Muatan Bersih Kapal ( Clean Cargo ), Muatan bersih kapal muatan yang

tidak merusak muatan lain dan pada saat bongkar tidak akan

meninggalakn bekas.Tidak merusak jenis barang lain. Contoh sandang,

benang tenun, perkakas rumah tangga (piring, mangkok, gelas)

1.7.4.1.5 Muatan Berbau Kapal ( Odorous Cargo ), muatan yang dapat merusak

/ membuat bau untuk barang lainnya, terutama terhadap muatan seperti

teh, kopi, tembakau dll., maupun dapat pula merusak sesama


12

golongannya sendiri. Contoh ikan asin

1.7.4.1.6 Muatan Bagus/Enak ( Delicate Cargo ), adalah klasifikasi muatan yang

pada umumnya terdiri dari bahan-bahan pangan. Jenis barang ini dapat

dirusak oleh barang-barang yang mengandung bau, muatan basah dan

muatan kotor / berdebu. Contoh : beras, tepung.

1.7.4.1.7 Muatan Berbahaya , barang ini adalah jenis muatan yang mudah sekali

untuk menimbulkan ledakan ( explosif ) maupun kebakaran. Maka dari

itu proses pemuatan dan pemadatan muatan ini akan di pisahkan dengan

muatan yang lain dan proses yang terjadi harus sesuai dengan petunjuk-

petunjuk yang diberikan dalam buku petunjuk yaitu blue book.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Tentang tata cara

penanganan dan pengangkutan barang berbahaya PM 16 tahun 2021 ,

menegaskan bahwa barang berbahaya yang berpotensi dampak buruk

bagi Kesehatan , keselamatan, dan lingkungan hidup di atur dalam

International maritme dangerous goods code atau IMDG Code yang

mana di dalam nya berisi tetang cara pengangkutan dan penanganan

barang berbahaya.barang berbahaya yang di maksud memiliki 3

bentuk yaitu benda cair , padat dan gas . maka , benda diatas di

klasifikasikan sebagai berikut :

1.7.4.2 Kelas 1 bahan atau barang peledak

1.7.4.3 Kelas 2 gas yang di larutkan atau di cairkan

1.7.4.4 Kelas 3 cairan yang mudah terbakar

1.7.4.5 Kelas 4 berupa barang padat yang mudah terbakar

1.7.4.6 Kelas 5 barang pengoksidasi


13

1.7.4.7 Kelas 6 barang beracun atau barang mudah menular

1.7.4.8 Kelas 7 barang berupa radioaktif

1.7.4.9 Kelas 8 bahan perusak

1.7.4.10 Kelas 9 berupa zat atau perusak lainnya

1.7.5 Persiapan Bongkar muat

Dalam melaksanakan bongkar muat peti kemas harus di persiapkan

peesiapan yang matang agar proses berjalan dengan lancar baik dari segi

sumber daya manusia , alat bongkar muat , dan document serta

perlengkapan keselamatan yang akan menjadi faktor penting dalam

pelaksanaan proses bongkar muat. adapun syarat yang harus di perhatikan

untuk menjadikan kegiatan bongkar muat berjalan dengan baik sebagai

berikut :

1.7.5.1 Perencanaan (planning) yang pasti dan efesien

1.7.5.2 Tenaga kerja yang berkompeten (skill worker)

1.7.5.3 Peralatan yang memadai dan berkualitas (correct equipment)

1.7.5.4 Pemberian arahan dan petunjuk yang berkelanjutan (supervising)

1.7.5.5 Pelaksanaan yang sesuai dengan prosedur (operation)

1.7.5.6 Pengawasan (control) pelaksanaan yang ketat

1.7.6 Ruang Lingkup Pelaksanaan Bongkar Muat

Perusahaan bongkar muat ( PBM ) adalah perusahaan yang bergerak

di bidang bongkar muat barang baik asal kapal dan ke kapal atau asal

gudang lini I juga eksklusif ke alat angkut yang meliputi aktivitas :

1.7.6.1 Stevedoring
14

Stevedoring adalah aktifitas membongkar barang dari kapal ker

dermaga/ tongkang / truck atau memuat barang dari dermaga / tongkang

atau truck ke atas kapal sampai muatan tersusun rapi di dalam palka dengan

menggunakan crane darat atau gear kapal. Kegaiatan steve doring belum

termasuk kegiatan lainnya yaitu :

1.7.6.1.1 shifting adalah aktifitas memindahkan muatan yang ada di dalam palka

baik palka yang sama maupun palka yang berbeda atau lewat darat

1.7.6.1.2 lashing /unlashing adalah mengikat atau memperkuat muatan dan

melepas ikatan yang ada pada muatan

1.7.6.1.3 dunnaging adalah pemasangan alat pemisah muatan ( dunnage

separation )

1.7.6.1.4 sweeping adalah mengumpulkan muatan yang berteberan.

1.7.6.1.5 Bagging/unbagging adalah aktifitas memasukan/mengeluarkan muatan

curah ke karung

1.7.6.1.6 estowage adalah menyusun kembali muatan di dalam palka

1.7.6.1.7 Sorting adalah aktifitas memilah dan memisahkan muatan yang

tercampur atau muatan yang rusak

1.7.6.1.8 Cleaning adalah aktifitas membersihkan kapal

1.7.6.1.9 Opening/closing hatches adalah aktiftas membuka atau menutup palka

1.7.6.1.10 Raintent cover up aktifitas menutup palka menggunakan plastik/ tenda

pada saat hujan

1.7.6.2 Cargodoring

Cargodoring adalah aktifitas melepaskan barang dari tali/jala

(extackle) di dermaga serta mengangkut dari dermaga ke Gudang / lapangan


15

begitu juga sebaliknya.kegiatan diatas belum termasuk aktifitas yang

meliputi :

1.7.6.2.1 logdistance adalah aktifitas memindahkan barang dari samping

merupakan tempat penumpukan dimana kapal sandar atau sebaliknya

yang jarak nya melebihi 130 meter

1.7.6.2.2 overbrengen ( memindahkan ) merupakan memindahkan barang asal

kawasan penumpukan yang satu ke daerah penumpukan yang lainnya

menggunakan catatan masih di dalam daerah Pelabuhan atau Ship- side

ke Gudang khusus

1.7.6.2.3 angkutan bandar adalah alat angkut untuk memindahkan barang dari

kapal ke dermaga atau sebaliknya dengan menggunakan tongkang.

1.7.6.3Receiving/ Delivery

Receiving/ delivery adalah kegiatan memindahkan barang dari tempat

timbun/ tempat penumpukan di Gudang / lapangan penumoukan dan

menyerahkan sampai tersusun diatas kendaraan di pintu Gudang /lapangan

penumpukan atau sebaliknya.

1.7.7 Tenaga Kerja Bongkar Muat

Gilir kerja ( shift ) artinya saat kerja selama 8 jam termasuk jam

istirahat 1 jam, kecuali hari jumat istirahat jam dua, untuk aktivitas bongkar

dengan penggantian energi kerja di setiap gilir kerja gang energi kerja

bongkar merupakan jumlah energi kerja bongkar muat ( TKBM ) dalam 1

regu kerja.

1.7.8 Supervisi
16

Tenaga suvervisi adalah tenaga pengawas bongkar muat yang di

tentukan oleh perusahaan bongkar muat ( PBM ) yang terdiri dari :

1.7.8.1 Stevedore adalah yang membuat susunan rencana dan pengendalian

kegiatan bongkar muat di atas kapal

1.7.8.2 Chief Tally adalah yang menyususn rencama pelaksana dan pengendali

perhitungan fisik , pencatatan dan survei syarat barang pada setiap

pergerakan bongkar muat dan membentuk dokumentasi laporan secara

priodik

1.7.8.3 Foreman adalah yang melaksanakan dan mengendalikan kegiatan

operasional atau di sebut operator bongkar muat barang dari dan ke kapal

sampai ke tempat penumpukan barang atau sebaliknya.serta bertugas

untuk menyususun laporan hasil kegiatan bongkar muat.

1.7.8.4 Tally Clerk yang melaksanakan kegitan hitung menghitung jumlah,

merek,dan kondisi setiap Gerakan barang berdasarkan dokumen serta

membuat laporan

1.7.8.5 Mistry adalah yang melaksanakan perbaikan kemasan barang kegiatan

stevedoring , cargodoring, dan receiving/ delivery.

1.7.8.6 Wacthman adalah melaksanakan kegiatan penerapan keamanan barang

pada kegiatan stevedoring, cargo doring, receiving/Delivery

1.7.8.7 Quay Supervisor adalah tugas pengendali kegiatan operasional bongkar

muat barang di dermaga dan mengawasi kondisi barang sampai ke tempat

penimbunan atau sebaliknya

1.7.9 Alat Pelindung Diri Tenaga kerja Bongkar Muat

alat alat keselamatan yang akan di gunakan para pekerja meliputi :


17

1.7.9.1 Safety Helmet

Helm ini berfungsi untuk melindungi bagian kepala pekerja dari

pukulan, benturan, dan kejatuhan benda tajam dan berat yang melayang

atau jatuh dari udara. Helm ini juga dapat melindungi kepala dari panas

matahari atau hujan

1.7.9.2 Safety Shoes

Merupakan salah satu alat pelindung diri yang wajib digunakan

oleh pekerja dalam kegiatan bogkar muat untuk menciptakan Kesehatan

dan Keamanan Kerja (K3)

1.7.9.3 Masker

Sebagai salah satu alat pelindung diri pada bagian hidung dan

mulut . Melingdungi dari polusi udara dan juga debu yang melayang di

tempat kerja

1.7.9.4 Rompi kerja

Alat yang dipergunakan buat mencegah terjadinya kontak /

kecelakaan, sedikit tidak selaras dengan APD lain yang berguna untuk

mengurangi akibat Jika terjadi kecelakaan dampak kontak dengan benda

yang berbahaya

1.7.9.5 Sarung Tangan

Adalah alat yang melindungi bagian tangan dan telapak tangan

baik dari goresan , gesekan dan benturan terkena benda tajam.

1.7.9.6 Kacamata Safety


18

Kacamata Safety yaitu alat pelindung mata yang berguna untuk

melindungi mata dari debu,sinar matahari dan juga binatang kecil yang

terbang di area kerja.

1.7.10 Alat Bongkar Muat

Untuk Memperlancar kegiatan bongkar muat maka dibutuhkan

peralatan yang canggih agar proses berjalan dengan estimasih yang sudah

di tentukan. Alat yang digunakan pada proses bongkar muat sebagai berikut:

1.7.10.1 Crane Kapal

Crane merupakan suatu alat menggunakan kapasitas eksklusif yang

digunakan untuk menaikkan/menurunkan barang asal/ke kapal. Crane

kapal terletak di atas kapal

1.7.10.2 Crane darat

Crane darat merupakan alat bongkar muat barang berasal kapal ke

dermaga juga kebalikannya yang digunakan di daratan atau di

dermaga.Crane kapal / ship crane adalah alat bongkar muat barang dari

kapal dan merupakan bagian dari kapal tersebut.

1.7.10.3 Webbing Sling

Alat bongkar muat sebagai sabuk pengikat antara crane dan muatan

yang akan di bongkar atau di muat.

1.7.10.4 Truck

Truck merupakan alat transportasi bongkar muat dalam

memindahkan muatan dari gudang lini 1 ke samping kapal atau

sebaliknya. Fungsi truck ini sangat lah penting semakin besar suatu
19

kapasitas truck yang digunakan maka muatan yang akan di muat secara

cepat dan lancar.

1.7.11 Anggaran Buruh Bongkar Muat

Semua biaya yang keluarkan buat tenaga kerja bongkar muat

merupakan suatu yang besar dan harus di bayar oleh perusahaan. Besar

kecilnya beban yang di bayarkan tergantung asal tonnage yang di kerjakan

, kapasitas gang/hour dan ketika yang hilang waktu bekerja ( lost - time )

langkah – langkah buat menetukan anggaran beban buruh sebagai berikut

1.7.11.1 Menetukan jenis muatan yang di kerjakan

1.7.11.2 Mencantumkan jumlah buruh yang di gunakan dalam satu unit kerja

1.7.11.3 menentukan kapasitas per gang/hour

1.7.11.4 Memperhitungkan lost time

1.7.11.5 Cuaca waktu bongkar muat

1.7.11.6 Jarak dari tempat bongkar /muat dan tempat penumpukan barang

1.7.11.7 Peralatan / pengangkutan yang ada

1.7.11.8 Peraturan setempat

1.7.12 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Peraturan Perundang-undangan Dalam Keselamatan Kerja Ada

beberapa peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja antara lain :

1.7.12.1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

1.7.12.2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

1.7.12.3 Undang-undang Kecelakaan (1947-1951)

1.7.13 Sasaran Keselamatan Kerja

Adapun sasaran keselamatan kerja secara terinci meliputi :


20

1.7.13.1 Pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat kerja.

1.7.13.2 Pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja.

1.7.13.3 Mencegah/mengurangi kematian akibat kerja.

1.7.13.4 Mencegah mengurangi cacat tetap.

1.7.13.5 Pengamanan alat-alat kerja pada saat pembongkaran dari kapal.

1.7.13.6 Meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan

jaminan kehidupan produktifnya.

1.7.13.7 Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat, dan sumber-sumber

produksi lainnya sewaktu kerja.

1.7.13.8 Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga

dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

1.7.13.9 Memperlancar, meningkatkan, dan mengamankan produksi, industri, serta

pembongkaran. (Dr. Suma’mur, 1981 : 8)

1.7.14 Syarat Alat Pelindung Diri (APD)

APD sebagai alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap

risikobahaya harus memnuhi persyaratan sebagai berikut:

1.7.14.1 APD harus memberikan perlindungan efektif terhadap berbagai macam

bahaya yang dihadapi.

1.7.14.2 APD harus ringan dan efisien dalam memberikan perlindungan.

1.7.14.3 Fleksibel dan nyaman dipakai.

1.7.14.4 Berat APD yang harus diterima oleh tubuh, dapat ditahan dengan baik.

1.7.14.5 Tidak menghalangi ruang gerak pekerja.

1.7.14.6 APD harus tahan lama.


21

1.7.14.7 APD harus menarik.

1.7.14.8 Tidak memberikan efek samping/bahaya tambahan karena pemakaian

(Soeripto, 2008:220).

1.7.15 Pemeliharaan dan Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Budiono (2003) pemeliharaan APD dapat dilakukan

dengan:

1.7.15.1 Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.

Terutama untuk helm, kaca mata, ear plug, sarung tangan kain/ kulit/

karet.

1.7.15.2 Menjemur di bawah sinar matahari untuk menghilangkan bau.

1.7.15.3 Mengganti filter/ catrid nya untuk respirator Sedangkan untuk menjaga

daya guna APD hendaknya disimpan di tempat khusus sehingga terbebas

dari debu,kotoran, gas beracun dan gigitan serangga/ Binatang

1.7.15.4 Tempat penyimpanan hendaknya kering dan mudah dalam

pengambilannyan (Sugeng Budiono,2003:334).

1.7.16 Perilaku Safety dan Unsafety

Saat bekerja terdapat dua hal akan terjadi bagi para pekerja baik

pekerja safety dan pekerja unsafety. Safety adalah keselamatan dimana

dalam berkigatan sehari-hari baik bekerja atau aktivitas lainnya harus dala

keadaan yang mementingkan keselamatan, aman sehat dan nyaman. Daam

hal ini kategori safety dalam bekerja sebagai berikut :

1.7.16.1 Menggunakan APD secara sadar tanpa tuntutan

1.7.16.2 Menyadari arti penting nya keselamatan kerja

1.7.16.3 Mematuhi peraturan kerja yang berlaku


22

1.7.16.4 Mengoprasikan alat kerja sesuai dengan kuantitas dan kualitas alat tidak

berlebihan

Sedangkan perilaku yang unsafety adalah kondisi dimana pekerjaan yang

dilakukan secara tidak sehat dan tidak aman, Adapun sikap yang di

kategorikan unsafety sebagai berikut :

1.7.16.5 Tidak menggunakan APD secara lengkap

1.7.16.6 Megoprasikan Alat kerja dengan kecepatan yang tidak pantas

1.7.16.7 Penggunaan peralatan yang cacat

1.7.16.8 Pengambilan posisi kerja yang tidak sesuai dengan keahlian

1.7.16.9 Memperbaiki peralatan yang sedang di kerjaa atau peralatan yag sedang

beraktivitas

1.7.17 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah metode yang memadukan 2 variabel yang

kemungkinan ada hubungan antara dua variable. Tujuan analisis ini

membandingkan frekuensi yang terjadi dengan frekuensi harapan.

Pentingnya menggunakan analisis ini yaitu membantu

mengidentifikasi sebab akibat yang terjadi pada suatu peristiwa dan dapat

membantu menemukan prediksi suatu pristiwa mendatang.

Jenis jenis analisis bivariat sebagai berikut:

1.7.17.1 Scatterplot adalah grafik yang menunjukkan bagaimana dua variabel terkait

satu sama lain. Ini menunjukkan nilai satu variabel pada variable a dan nilai

variabel lain pada variable b

1.7.17.2 Korelasi adalah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa kuat dan ke

arah mana dua variabel terkait korelasi positif berarti bahwa ketika satu
23

variabel naik, begitu juga yang lain. Korelasi negatif menunjukkan bahwa

ketika satu variabel naik, yang lain turun.

1.7.17.3 Uji-T adalah uji statistik yang membandingkan rata-rata dua kelompok

untuk melihat apakah mereka memiliki perbedaan yang besar. Analisis ini

sesuai ketika membandingkan rata-rata dua kategori variabel kategori.

1.7.18 Instansi Terkait

Di dalam pelaksanaan bongkar muat terdapat pihak-pihak terkait di

dalamnya mulai dari perizinan hingga instansi terkait kebutuhan kapal dan

pihak bongkar muat. Instansi terkait dalam proses bongkar muat sebagai

berikut:

1.7.18.1 Admin Pelabuhan (Adpel)

Admin Pelabuhan ada pihak yang mengurus segala urusan dermaga

mulai dari kade dermaga, izin keluar masuk dermaga dan laporan harian

terkait pelabuhan.

1.7.18.2 Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)

Instansi yang melaksanakan Port Clearance , dari pemeriksaan surat-

surat kapal agar kapal dapat keluar masuk Pelabuhan.

1.7.18.3 PT. Pelindo

Meruapakan Instansi yang berhubungan dengan permohonan dan

perizinan serta pemakaian alat-alat bongkar nantinya ,digunakan dalam

kegiatan bongkar muat dan barang Dari dan ke kapal serta permohonan

penggunaan jasa deermaga atau lapangan penumpukan.

1.7.18.4 Semen Tiga Roda


24

Instansi yang berhubungan dengan produksi semen. Dimana semen

yang akan di muat akan di order oleh pihak perusahaan pelayaran/agen ke

pihak Semen Logistik Indonesia.

1.8 METODOLOGI PENELITIAN

1.8.1 Jenis Dan Sumber Data

1.8.1.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang dipatkan dari hasil observasi pada saat

kerja lapangan yang dilengkapi hasil wawancara dengan berbagai pihak

yang dianggap memahami topik atau memiliki otoritas atas persoalan yang

diselidiki / topik yang dibahas. (Narimawati, 2008:98)

1.8.1.2 Data Yang Diperoleh Penyusun

Data Sekunder adalah data yang tersdia di Koperasi Karya Bahari

yang sudah memang ada biasanya berbentuk grafik, gambar , dokumen

dsb.adapun Data sekunder yang di perlukan sebagai berikut :

1.8.1.2.1 Sejarah TUKS ITP Tarjun

1.8.1.2.2 Letak geografis TUKS ITP Tarjun

1.8.1.2.3 Fasilitas Pelabuhan TUKS ITP Tarjun

1.8.1.2.4 Terminal Khusus Kepentingan Sendiri (TUKS) Semen ITP Tarjun

1.8.1.2.5 Penerapan Kesehatan keselamatan kerja di Pelabuhan

1.8.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan selama waktu pelaksanaan

praktek kerja.Mardalis, 2010 : 63-74 merencanakan metode pengumpulan

data sebagai berikut :

1.8.2.1 Metode Observasi (Pengamatan)


25

Observasi merupakan hasil dengan penuh perhatian untuk

menyadari adanya sesuatu tertentu yang diinginkan, atau suatu studi yang

di rencanakan secara sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan

gejala-gejala psikis dengan cara mengamati dan mencatat.

Observasi yang dilaksanakan di pelabuhan TUKS Semen Tiga

Roda, mengamati setia kegiatan mulai dari persiapan kapal datang , proses

perizinan kapal masuk tuks, pengurusan biaya-biaya pemuatan, proses

pemuatan dan penyelesaian upah tenaga kerja bongkar muat.

1.8.2.2 Metode Interview (Wawancara)

Interview adalah teknik mengumpulkan data untuk peneliti dalam

mendapatkan keterangan-keterangan lisan dengan berdialog dan

berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan data.

Penyusun melakukan interview terhadap banyak pihak terkait di

dalam proses pemuatan semen mulai dari bagian operasional, admin

pelabuhan, foreman, tally, hingga buruh yang berada di dalam palka serta

operator crane mengenai mekanisme pemuatan semen Bag yang tepat

sasaran.

1.8.2.3 Metode Dokumentasi

Merupakan data yang diperoleh dari orang atau suatu lembaga yang

relevan dalam bentuk gambar atau abadikan suatu situasi , yang mana data

tersebut berkaitan dengan obyek penelitian dan merupakan data yang sudah

jadi.

Penyusun mendokumentasikan setiap kegaiatan yang dilakukan

mulai dari membuat rencana kegiatan bongkar muat, kapal masuk, hingga
26

proses pemuatan dimulai hingga selsai. Dokumentasi penyusun berbentuk

foto,vidio,dokumen dan lampiran

1.8.3 Metode Analisa Data

Untuk menganalisis data dalam aktivitas praktek kerja.

penyusunan laporan praktek kerja, menggunakan metode analisa deskriptif.

Analisa deskriptif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saja

yang saat ini berlaku . Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

mencatat, analisis dan Interpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini

terjadi atau ada. Dengan demikian , analisa deskriptif bertujuan untuk

memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat

kaitan antara variabel-variabel yang ada. Analisa ini mendeskripsikan

informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.

(Mardalis, 2010 : 26)


27

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA

Saat ini Indocement mengoperasikan 12 plant, sembilan plant diantaranya

berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua plant di Palimanan, Cirebon,

Jawa Barat; dan satu plant di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Pada bulan April 1992 dikeluarkan izin prinsip dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) mengenai pendirian pabrik semen dengan kapasitas

1,5 juta ton per tahun kepada PT. Indo Kodeco Cement Indonesia di Kabupaten

Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1993, dilakukan studi kelayakan

pertama oleh Nihon Cement dilokasi yang direncanakan, dan disarankan untuk

menambah kapasitas produksi menjadi 2,45 juta ton per tahun. Tahun 1994

dilakukan studi kelayakan yang kedua oleh Tong Yang Cement.

Pada tanggal 1 Maret 1994 ditanda tangani nota kesepakatan Memorandum

of Understanding (MoU) antara PT. Kodeco dengan PT.Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk. (PT. ITP, Tbk.). Sebagai tindak lanjut dari MoU, maka pada

tanggal 19 April 1995 ditandatangani perjanjian Joint Venture (Joint Venture

Agreement) antara PT. Indo Kodeco Cement dengan Indocement Tunggal

Prakarsa dengan nama PT. Indo Kodeco Cement (PT. IKC) serta disetujuinya

penambahan kapasitas (Design Capacity) dari 1,5 juta ton per tahun menjadi

2,45 juta ton per tahun oleh BKPM pada tanggal 29 Mei 1995.

Pada tanggal 8 Februari 1996 dilaksanakan upacara peletakan batu pertama

oleh Executive Committee PT. IKC yang selanjutnya tanggal 8 April 1996

upacara pemasangan tiang pancang pertama dihadiri oleh Duta Besar Republik
28

Korea, Gubernur Kalimantan Selatan dan Executive Committee PT. IKC untuk

menandai dimulainya kegiatan fisik pembangunan pabrik. Pabrik mulai

beroperasi yang ditandai dengan Kiln (tungku bakar) Firing untuk pertama kali

pada tanggal 23 Juni 1998, proyek pembangunan fisik pabrik selesai tepatnya

tanggal 30 Juni 1999. Pada bulan Januari 2001 PT. Indo Kodeco Cement secara

resmi bergabung (marger) dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk

menjadi PT. ITP, Tbk Unit Produksi Tarjun-plant 12.

2.1.1 Latar belakang pendirian pabrik

Latar belakang didirikannya pabrik semen di daerah Tarjun, Kotabaru,

Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :

a. Kekayaan sumber daya alam khususnya di daerah Kalimantan Selatan

seperti batubara sebagai sumber bahan energi dan batu kapur sebagai

bahan baku semen.

b. Berdasarkan proyeksi kebutuhan semen domestik pada tahun 1995 ke

depan yang tidak akan terpenuhi oleh pabrik dalam negeri.

c. Adanya dukungan dari pemerintah daerah terhadap pembangunan

pabrik di Kotabaru, Kalimantan Selatan.

d. Menjadi sumber pendapatan daerah dan dapat membantu pemerintah

dalam menurunkan angka penggangguran.

Lokasi yang disiapkan oleh PT. Indo Kodeco Cement adalah :

a. Lokasi Pabrik : Desa Tarjun dan Langadai Kecamatan Kelumpang

Hilir Kabupaten Kotabaru.

b. Acces Road : Panjang 26 kilometer dengan lebar 30 meter.


29

c. Quarry : 4000 Ha (limestone, clay, laterite dan silica masing-

masing 1000 Ha)

d. WTP Cantung : 4,25 Ha.

Adapun batas-batas administratif dari pabrik Indocement Tunggal

Prakarsa Plant-12 adalah :

a. Utara : Desa Langadai

b. Selatan : Selat Laut, Pulau Laut (Kotabaru)

c. Timur : Selat Laut

d. Barat : Desa Tarjun Atas, Desa Tarjun Bawah

Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada pertimbangan keuntungan

sebagai berikut:

1. Ketersediaan bahan baku (Limestone, clay, iron Ore, Silica) yang

berlebihan dengan kualitas yang tinggi.

2. Ketersediaan sumber energi (coal) yang cukup.

3. Areal yang cukup luas dan strategis untuk pengembangan pabrik.

4. Tersedianya pelabuhan/terminal untuk transportasi dan distribusi

produk baik lokal, nasional hingga internasional.

5. Lokasi yang berada di pertengahan Indonesia, strategis untuk

kemudahan pemasaran.

2.2 Bahan Baku

Pada PT. ITP Plant 12 pembuatan semen menggunakan 4 bahan baku utama

dengan komposisi dan kualitas sebagai berikut :

a. Batu Kapur (limestone)


30

Batu kapur sebagai bahan baku utama digunakan sekitar ± 80 %

mengandung CaCO3 50 - 54 % dan H2O 8 %

b. Tanah Liat (Clay)

Tanah liat yang digunakan sekitar ± 15 %. Mengandung SiO2 60 %, A12O3

16 – 18 %, Fe2O3 maksimum 10 % dan H 2O maksimum 10 %

c. Pasir Silika (Sandstone)

Pasir silika yang digunakan sekitar ± 0,4 %, mengandung SiO 3 85 – 92 %,

Fe2 O3 maksimum 5 % dan H2O maksimum 12 %

d. Pasir Besi (Laterite)

Pasir besi yang digunakan sekitar ± 0,1 % Mengandung Fe2O 3 60 – 66 %

dan H2O maksimum 12 %

2.2.1 Bahan baku utama

Bahan baku utama termasuk dalam kelompok Siliceous dan

argillaceous sebagai penyumbang komponen tanah liat, serta

kelompok calearous yang menyumbang komponen kapur. Ketiga

kelompok ini banyak mengandung senyawa kimia pembentuk semen

yaitu kalsium dan silika. Bahan baku utama pembuat semen adalah :

a. Kapur (lime)

Kapur yang sering digunakan adalah batu kapur (limestone).

Hal ini disebabkan limestone lebih mudah digiling dan

dihomogenisasikan serta mengandung silikat sehingga dalam

pembuatan raw meal (bahan baku klinker) hanya dibutuhkan


31

sedikit pasir silika. Bahan ini memiliki kandungan CaCO3 yang

tinggi (diatas 75%) dengan kandungan silika dan alumina yang

rendah. Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur

berwarna abu-abu hingga kuning.

Secara umum batu kapur dibedakan dari kandungan CaCO 3 -nya,

yaitu:

1) Batu kapur dengan kadar CaCO 3 tinggi (diatas 96%) atau biasa

disebut dengan high grade limestone.

2) Batu kapur dengan kadar CaCO3 antara 90-96% atau biasa

disebut Marlaceous limestone.

3) Batu kapur dengan kadar CaCO3 antara 75-90% atau biasa

disebut Marlastone.

Sumber batu kapur untuk Plant 12 Tarjun terletak di desa

Simpang Tiga Kecamatan Kelumpang Hulu yang jaraknya sekitar

27 km dari pabrik.

b. Tanah liat (Clay)

Komponen utama yang membentuk tanah liat adalah

senyawa Alumina Silikat Hidrat dan dapat diklasifikasikan

berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya yaitu:

1) Kelompok Montmorilonit yang meliputi: Montmorilosite,

beidelite, saponite dan notronite.


32

2) Kelompok Kaolin yang meliputi: kaolinite, dicnite dan

halosyite.

3) Kelompok clay beralkali, termasuk dalam kelompok ini adalah

tanah liat, mika (lilite).

Tanah liat bersifat plastis dengan kandungan CaCO 3 kurang

dari 75% tetapi mengandung banyak silika dan alumina. Adanya

besi dan senyawa organik memberikan warna kuning hingga abu-

abu kehitaman pada tanah liat, sedangkan tanah liat itu sendiri

berwarna putih. Sumber tanah liat untuk Plant–12 Tarjun terletak

di desa Simpang Tiga Kecamatan Kelumpang Hulu yang jaraknya

sekitar 27 km dari pabrik.

2.2.2 Bahan baku korektif

Bahan baku ini dipergunakan jika terjadi kekurangan salah satu

komponen utama dalam campurannya, misalnya kekurangan SiO 2,

Al2 O3 atau Fe2O 3. Material yang termasuk sebagai bahan korektif

adalah pasir silika dan pasir besi (pyrite cinder) atau bijih besi (iron

ore). Penambahan kedua bahan baku ini juga bertujuan untuk

mendapatkan sifat-sifat tertentu. Bahan baku pembuat semen tersebut

adalah :

a. Pasir Besi (laterite)

Laterite di datangkan dari desa Simpang Tiga dan yang

ditambahkan harus mengandung Fe2O3 minimal 50 % atau cukup

besar untuk penambahan koreksi, karena akan mempengaruhi

kekuatan semen. Pasir besi berfungsi untuk menghantarkan panas


33

dalam pembuatan terak (clinker) dari umpan kiln. Pasir besi

mempunyai sifat menggumpal dan merupakan komponen dengan

berat jenis terbesar dari komponen semen lainnya.

b. Pasir silika (SiO 2)

Pasir silika atau juga sering disebut kuarsa dicampur dengan

komponen pasir silika sehingga kandungannya sekitar 20 – 40 %.

Pasir silika yang baik buat pembuatan semen adalah pasir silika

dengan kadar SiO2 lebih dari 80 %, sedangkan penggunaannya

terdiri dari campuran bahan baku 5-8 %. Pasir silika didatangkan

dari HTI ± 10 km dari pabrik.

2.2.3 Bahan baku tambahan

Bahan baku ini ditambahkan ke dalam clinker untuk

mendapatkan sifat-sifat tertentu dari semen. Bahan material yang

termasuk bahan baku tambahan adalah gypsum dan trass.

a. Gypsum (CaSO4.2H2O)

Fungsi dari penambahan gypsum pada terak adalah sebagai

retarder yaitu memperlambat waktu pengerasan semen. Gypsum

ditambahkan pada bagian akhir sekitar 3-4 %, dengan kadar air

maksimal 10 %. Bahan baku tambahan ini merupakan bahan baku

yang ditambahkan pada klinker untuk memperbaiki sifat-sifat

tertentu dari semen yang dihasilkan dan untuk mengatur waktu

pengikatan semen. Gypsum merupakan bentuk senyawa kalsium


34

sulfat dihidrat (CaSO4.2H2O) dengan specific gravity 2,5 dan

kekerasan 1,5-2,5 skala mohs, diperoleh di alam sebagai batuan

alam atau hasil samping industri pembuatan asam borat, asam

sulfat dan asam phosphate.

Pengendalian bahan mentah meliputi dua aspek penting, yaitu:

1) Sifat kimia, meliputi : -Komposisi kimia

- Mineralogi

2) Sifat fisika, meliputi : - Ukuran

- Kekerasan

- Warna

- Kadar air

Uraian proses produksi semen

Proses pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa Plant-12,

Tbk terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

a. Penambangan dan penyediaan bahan baku (mining).

b. Proses produksi, yang meliputi:

1) Pengeringan dan penggilingan awal bahan baku (raw mill)

2) Pembakaran dan pendinginan clinker (burning and cooling)

3) Penggilingan akhir (cement mill)

c. Pengepakan (packing)

Secara umum proses pembuatan semen portland dapat dilihat pada

gambar sebagai berikut :


35

Gambar 2.1 Alur proses pembuatan semen

2.3.1 Penambangan dan Penyediaan bahan baku (Mining)

Sumber bahan baku yang digunakan PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk. Plant-12 Tarjun berasal dari daerah perbukitan yang banyak

mengandung batu kapur (limestone) dan tanah liat (clay) berlokasi di Desa

Simpang Tiga Kecamatan Kelumpang Hulu yang berjarak sekitar 27 km

dari pabrik.

Sebelum proses penambangan, dilakukan survei pendahuluan

untuk mengetahui jumlah, kualitas dan penyebaran bahan baku. Bila hasil

survei menunjukkan indikasi deposit dan kualitas cukup baik, maka

pekerjaan dilanjutkan seperti pembuatan peta geologi, penyebaran

kualitas dan cadangan bahan baku. Pekerjaan penambangan di PT.

Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant-12 dikerjakan oleh kontraktor

yaitu PT. Pama Indo Kodeco.


36

Hak pakai berakhir antara 2002 dan 2025, dimana penambangan

untuk bahan baku untuk P-12 di Tarjun, Indocement telah

menandatangani perjanjian sewa dengan Departemen Pertanian dan

Kehutanan untuk periode 20 tahun. Indocement memiliki hak

penambangan untuk seluruh lahan pertambangannya. Cadangan tambang

dari lahan pertambangan tersebut diestimasikan cukup untuk lebih dari 50

tahun dengan kapasitas penuh produksi.

Untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah terhadap bahan baku

yang digunakan, diperlukan Surat Izin Penambangan Daerah (SIPD).

SIPD yang dimiliki PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12

ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Luas area dan Umur tambang


Areal Luas Deposit Umur
Keterangan
Tambang ( Ha ) ( Ton ) Tambang
Limestone 1000 ± 360 juta 100 tahun Design capacity
Clay 1000 ± 114 juta 200 tahun
Laterite –
1000 ± 18 juta ± 400 tahun
Iron Oroe
Silica Sand 1000 ± 13 juta ± 48 tahun
Silica Sand 99.7 ± 2,6 juta ± 10 tahun

Silica Sand 300 Desa Sungai dua

(Sumber : Materi pelaksanaan orientasi program magang PT. ITP P-12)


37

Kebutuhan batu kapur untuk produksi semen di Indocement rata-rata

adalah 12000 ton/hari. Batu kapur merupakan batuan yang keras, maka

diperlukan peledakan untuk melepaskan batuan induknya. Adapun

tahapan penambangan batu kapur adalah sebagai berikut :

a. Pembersihan (Clearing), yang dilakukan untuk membersihkan daerah

penambangan dari tumbuh-tumbuhan.

b. Pelucutan (Stripping), berfungsi untuk menghilangkan tanah dan

tumbuhan yang melekat pada permukaan batuan dengan

menggunakan buldozer, tanah yang dihilangkan ±30 cm dari

permukaan.

c. Pengeboran (Drilling), yang dimaksudkan untuk membuat lubang

tembak untuk memasukkan bahan peledak dengan kedalaman lubang

12 m. Mata bor yang digunakan 3,5 in, spacing 3 m, burden 3,5 m.

Bila specific gravity dari material limestone + 2,0 dihasilkan + 252 ton

limestone per lubang. Pekerjaan pengeboran dengan menggunakan

Tam RockCHA 660 dengan kemampuan 0,7 m/min, rata-rata setiap

hari dihasilkan minimal 44 lubang bor atau sama dengan produksi

minimal 11.300 ton material limestone.

d. Peledakan (Blasting), bertujuan untuk membongkar batuan kapur

yang memiliki kekerasan tinggi. Bila blasting ratio 135-140 g/ton,

penggunaan bahan peledak per lubang adalah sebagai berikut :

1) ANFO : 31 - 33 kg

2) Dynamite : 1.3 – 1.4 kg

3) Detonator : 1 – 2 pcs
38

e. Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Handling), untuk memuat

batu kapur hasil peledakan ke atas alat angkut untuk dimasukkan

kedalam limestone crusher.

f. Penghancuran (Crushing), kegiatan ini dilakukan untuk mereduksi

ukuran batuan menjadi suatu produk yang dapat diterima oleh raw

mill. Alat yang digunakan untuk menghancurkan batu kapur adalah

limestone crusher (hammer crusher) dengan kapasitas 1800 ton/jam.

Ukuran limestone yang masuk crusher maksimal 80 cm dan ukuran

limestone yang keluar dari crusher adalah maksimal 8 cm. Laterite

dan clay dihancurkan di additive crusher dengan kapasitas 500

ton/jam.

g. Pengiriman (Conveying) yaitu kegiatan pengiriman batu kapur

menuju ke tempat penyimpanan dan diangkut ke plant site

menggunakan Overland Belt Conveyor (OBC) sepanjang 24,172 km

(dengan 4 section) dengan kapasitas 2580 ton/jam.

Untuk material Clay, Laterite dan Silica, pekerjaan penambangan

dilakukan dengan cara pengerukan biasa. Penambangan tanah liat dan

pasir besi dilakukan di daerah Desa Simpang Tiga Kecamatan Kelumpang

Hulu. Sedangkan penambangan pasir silika dilakukan di Desa Swarga

Kecamatan Simpang Hulu. Adapaun tahapan yang dikerjakan adalah

sebagai berikut:

a. Loosening (Pengerukkan), yaitu pekerjaan pembongkaran atau

pengerukan tanah liat, pasir besi dan pasir silika menggunakan

bulldozer.
39

b. Loading (Pemuatan dan pengangkutan), yaitu kegiatan memuat hasil

penggerukkan ke alat angkut untuk dihaluskan dalam additive

crusher.

c. Pengecilan ukuran, dilakukan dengan menggunakan double roll

crusher berkapasitas 500 ton/jam.

d. Pengiriman, yaitu transportasi yang menggunakan belt conveyor

sepanjang 24,172 km dengan kapasitas 2580 ton/jam. Transportasi

clay dengan OBC dilakukan dalam bentuk mix material, berupa

campuran dengan limestone, dengan perbandingan Clay dan limestone

1:4 atau ditentukan oleh Quality Control sesuai dengan kandungan

materialnya. Hal ini dilakukan karena sifat clay yang jika kandungan

airnya > 15% mudah lengket pada belt conveyor dan < 5% akan

berdebu.

Material yang dibawa ke storage dikumpulkan oleh tripper).

Tripper mengatur material dengan berjalan bolak-balik membentuk

tumpukan secara longitudinal dimana material ditumpuk menjadi

beberapa tumpukan yang terdiri dari banyak alur paralel. Pada saat

dituangkan dari alat pengangkut ke dalam storage terjadi penyeragaman

awal komposisi kimia dan ukuran butir. Selama pengambilan,

pemotongan dilakukan secara melintang terhadap alur penyimpanan

sehingga terjadi proses homogenisasi. Untuk pure Limestone dibawa oleh

belt conveyor dan selanjutnya dikumpulkan oleh tripper yang berkapasitas

1800 ton/jam (pada kondisi kering) pada storage. Dari storage, material

dibawa ke bin dengan menggunakan reclaimer tipe semi bridge dengan


40

kapasitas 200 ton/jam. Bahan baku yang lain adalah Laterite dan Silica

yang dibawa oleh belt conveyor serta tripper dengan kapasitas 500

ton/jam. Dari storage, material dikumpulkan dan dibawa ke dozing house

dengan menggunakan reclaimer dan belt conveyor.

Berikut adalah kapasitas tempat penyimpanan bahan baku stock

pile atau storage yang dimiliki oleh PT. Indocement Plant-12 Tarjun :

a. Mix material : 2 x 50.000 ton (pada kondisi kering)

b. Pure limestone : 2 x 10.000 ton (pada kondisi basah)

c. Silica : 6.000 ton

d. Laterite : 2.500 ton

2.3.2 Proses Produksi semen

Untuk lebih jelasnya, proses produksi semen dapat dilihat pada flow

diagram berikut ini.

Gambar 2.2 Flow diagram proses produksi semen PT. Indocement

Tunggal Prakarsa P-12 Tarjun


41

Proses produksi yang diterapkan di PT. Indocement Tunggal

Prakarsa, Tbk P-12 adalah proses kering. Operasional proses produksi ini

dilaksanakan oleh Departemen Produksi dan proses produksi ini dibagi

menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Pengeringan dan penggilingan awal bahan baku (Raw mill)

Dari storage, material dibawa ke dozing house dengan

menggunakan reclaimer (Mix Reclaimer, Pure Limestone Reclaimer

dan Laterite Reclaimer) dan Belt Conveyor. Karena frekuensi

pemakaian yang relatif kecil, Sandstone Reclaimer juga digunakan

sebagai laterite reclaimer. Sebelum sampai di Dozing House, diatas

Belt Conveyor ditambahkan peralatan Magnetic Separator dan Metal

Detector yang berfungsi untuk menarik potongan-potongan logam

yang terdapat dalam material menggunakan magnet agar tidak ikut

terbawa dalam material dan mempengaruhi proses. Kemudian

keempat material tersebut masing-masing dimasukkan ke hopper bin

dalam Dozing House dengan masing-masing alat penimbangnya

untuk tiap bahan baku. Komposisi keempat material diatur oleh

Quality Control Department menggunakan QCX (Quality Control by

X-Ray system), kemudian keempat material tersebut di transportasikan

ke Raw Mill dalam satu belt conveyor.

Raw Mill adalah alat yang digunakan untuk menggiling keempat

material. Raw Mill yang digunakan adalah Vertical Raw Mill dengan

kapasitas 570 ton/jam, dimana terjadi penggilingan sekaligus

pengeringan. Penggilingan dilakukan menggunakan Roller Hydraulic


42

dan pengeringannya memanfaatkan udara sisa panas dari hasil

pembakaran di kiln, atau bisa juga menggunakan Hot gas generator.

Dalam Raw Mill, material digerus diatas meja bundar yang berputar

dengan 4 buah Hydraulic Roller Mill yang bertekanan 65 bar. Umpan

masuk lewat atas, lalu udara panas yang berfungsi untuk

mengeringkan material dihembuskan oleh Suspension Preheater Fan

lewat bawah sekeliling meja, sedangkan produk dihisap oleh

Electrostatic Precipitator Fan melewati Classifier yang berfungsi

untuk mengatur kehalusan produk yang terletak di dalam mill bagian

atas. Untuk meminimalisir terjadinya kebocoran udara luar di dalam

alat proses, maka umpan material masuk melalui Triple Gate yang

digerakkan oleh Hydraulic. Material yang tidak bisa dihaluskan sekali

jalan akan terlempar keluar karena gaya sentrifugal, dikumpulkan oleh

scrapper dan dijatuhkan ke bucket elevator, oleh bucket elevator

material dibawa ke separator untuk dijatuhkan kembali dan digiling

bersama-sama umpan yang baru melalui Triple Gate. Dari raw mill

material ditransportasikan dengan udara panas dari suspension

preheater (SP) dan hisapan dari electrostatic precipitator (EP) menuju

separator. Material product yang keluar dari raw mill sudah seperti

tepung dan disebut Raw Meal atau kiln feed.

Produk kemudian ditransportasikan menuju Blending Silo

melewati Electrostatic Precipitator yang berfungsi untuk menangkap

debu (produk). Di dalam EP, debu yang tidak dapat ditangkap

dibuang ke udara bebas melalui cerobong. Batas emisi debu adalah 80


43

mg/m3. Sedangkan bahan baku halus yang dapat ditangkap oleh EP

akan jatuh ke screw conveyor dan air slide, kemudian dibawa masuk

ke bucket elevator kemudian dialirkan ke blending silo (homogenizing

silo) untuk dihomogenisasi. EP itu sendiri bekerja dengan

memberikan muatan pada material, sehingga material nantinya akan

menempel pada plat bermuatan. Lalu dengan hammer yang terdapat

dalam EP, plat tersebut akan dipukul hingga material terjatuh.

Homogenisasi material di dalam blending silo tidak dilakukan

dengan pengadukan secara fisik melainkan dengan cara dihembus

menggunakan blower untuk mendapatkan efek pencampuran.

Blending silo yang digunakan adalah tipe continuous blending dengan

kapasitas penyimpanan 30000 ton, yang dirancang pada kondisi berat

jenis (bulk density) di dalam silo sekitar 1,15 ton/m3.Sistem

pengeluaran menggunakan multi feeding yang diharapkan bisa

memperoleh lapisan yang seragam di sepanjang permukaan blending

silo. Kapasitas peralatan yang dipasang untuk mengeluarkan material

adalah 640 ton/jam. Proses percampuran dilakukan bersamaan dengan

pengeluaran material. Jalur yang dipakai untuk mengalirkan material

keluar diaktifkan oleh aerasi di bagian bawah silo secara bergantian

dengan menggunakan 6 buah saluran. Sistem homogenisasi semacam

ini memiliki efisiensi percampuran tinggi dengan konsumsi energi

yang cukup rendah, sehingga material yang masuk ke dalam kiln juga

akan seragam.

b. Pembakaran dan pendingingan klinker (Burning and cooling)


44

Dari blending silo, raw meal yang sudah dihomogenkan dibawa

ke sistem pengumpan kiln menggunakan air slide dan bucket elevator

kemudian diumpankan ke suspension preheater. Untuk mengatur

kontinuitas dan jumlah material yang akan dimasukkan ke dalam

sistem pembakaran di kiln, material ditampung di dalam sebuah bin

penampung sementara yang dilengkapi dengan penimbang.

Diharapkan aliran material ke sistem pengumpan kiln selalu stabil agar

proses operasi juga stabil. Level material di feed bin dijaga konstan

dengan mengatur keluaran dari Blending Silo. Penimbang (load cell)

di feed bin memberikan signal ke katup keluaran blending agar bukaan

katup atau valve tersebut disesuaikan pada level bin tertentu (90 ton).

Material mengalir keluar secara rutin dikalibrasikan dengan

penurunan berat di bin.

Proses pembentukan klinker tidak seluruhnya terjadi di rotary

kiln, tetapi di dalam dua unit yaitu suspension preheater dimana

tepung baku (raw meal) mengalami proses penguapan air, pemanasan

awal dan sebagian proses kalsinasi. Sedangkan pada kiln terjadi proses

kalsinasi lanjutan, sintering dan pendinginan klinker. Dengan adanya

SP memberikan beberapa keuntungan diantaranya :

1) Rotary kiln lebih pendek

2) Gas panas yang keluar dari SP dapat digunakan sebagai pemanas

di raw mill dan coal mill.

3) Penghematan bahan bakar.


45

Kiln merupakan salah satu alat utama dalam pabrik semen yang

berfungsi sebagai tempat pembentukan clinker yang merupakan

produk setengah jadi dalam pembuatan semen. Pabrik penghasil

clinker ini dibuat oleh FLS dengan spesifikasi FLS-SLC-I (Separated

Line Calciner with In Line Calciner in the Kiln String). Penggunaan

Suspension Preheater yang dilengkapi Calsiner merupakan pilihan

yang tepat untuk memperoleh konsumsi panas yang kecil dan

meningkatkan kapasitas produksi kiln. Selain itu, beban kiln menjadi

berkurang, karena kalsinasi sudah mulai terjadi di SP (calsiner).

Berikut tahapan reaksi yang terjadi pada proses pembentukan

clinker dari umpan baku (Raw Meal):

1) Proses pengeringan/penguapan air

Proses penguapan ini terjadi pada suhu sampai 100 0C, umpan baku

(raw meal) yang masuk ke suspension preheater dari blending silo

memiliki suhu > 7500C.

2) Tahapan pelepasan air hidrat Clay (tanah liat).

Proses ini terjadi pada temperatur sekitar 500 0C dan terletak di

siklon stage 2.

Al2 SiO7H 2O Al2O3 + 2SiO2 + xH2O

3) Dekomposisi tanah liat pada suhu 600 - 8000C

Al4 (OH)8SiO10 2(Al2O3.2SiO2) + 4H2O

4) Tahap penguapan CO2 dari Limestone dan mulai kalsinasi pada

suhu 600 – 9000C.

CaCO3 CaO + CO2


46

MgCO3 MgO +CO2

5) Dekomposisi Limestone dan pembentukan CS dan CA pada suhu

600-10000C.

3CaO + 2SiO2 + Al2O3 2CS + CA

6) Tahap pembentukan C2S terjadi pada suhu 800 – 1000 0C

CS + C C2S

CaOSiO2 + CaO 2CaOSiO2 atau C2 S

7) Tahap pembentukan C3 A dan C4 AF

Proses pembentukan garam Kalsium Aluminat dan Ferit ini terjadi

pada suhu 1095-1205oC

3CaO + Al2O3 3CaOAl2O3 atau C3 A

4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4CaO Al2O3 Fe2O3 atau C4 AF

8) Tahap pembentukan C3S

Proses pembentukan garam Silikat ini terjadi pada

temperatur 1260-1455oC C3S terbentuk sedangkan C2S mulai

turun persentasinya karena berubah menjadi C 3 S.

2CaOSiO2 + CaO 3CaOSiO2 atau C3 S


Masih banyak lagi komponen-komponen dalam clinker yang

terbentuk selama perjalanan raw meal menjadi clinker. Sedangkan

bagian dari CaO yang tidak bereaksi dengan oksida-oksida,

aluminium, besi dan silika tersebut biasanya berupa senyawa CaO

bebas atau free lime. Free lime ini dalam hasil produksi klinker

dibatasi antara 0,5 – 1,2 %.


47

Proses pembakaran atau pembentukan clinker dari raw meal

yang terjadi dalam sistem Kiln adalah sebagai berikut :

1) Suspension Preheater (SP)

Suspension preheater merupakan alat yang berfungsi

sebagai pemanas awal dan kalsinasi awal dari raw meal sebelum

dimasukkan ke dalam rotary kiln. Dengan adanya proses kalsinasi

di calsiner dapat meningkatkan kapasitas produksi kiln,

mengurangi kebutuhan energi karena konsumsi panas yang kecil

di kiln, sehingga mengurangi beban kiln untuk membentuk clinker.

Sebagian energi yang dibutuhkan di SP diperoleh dari udara panas

dari coolax cooler (grate cooler) hasil pendinginan clinker dari

kiln yang dialirkan melewati dua buah aliran udara tersier.

PT. ITP plant 12 menggunakan sistem SLC-1 di kiln system.

SLC (separate line calsiner) dan ILC (in line calsiner) yang

ditempatkan bersebelahan. Hal ini memungkinkan pembakaran

clinker menggunakan rotary kiln yang lebih kecil dengan waktu

tinggal yang tepat, mengingat perpindahan panas yang terjadi di

dalam kiln hampir seluruhnya radiasi. Sedangkan kalsinasi,

perpindahan panas yang terjadi lebih didominasi oleh mekanisme

konveksi yang tidak cukup ekonomis dilakukan di dalam kiln

karena kecepatan aliran gas yang cukup rendah.

Kemajuan yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan

saluran terpisah untuk kiln dan calsiner adalah dapat berdiri

sendiri dan draugh-nya dapat dikontrol dengan baik. Waktu


48

tinggal di calsiner untuk ILC adalah 1,5 detik dan untuk SLC

adalah 2,7 detik. Kiln dan calsiner system dilengkapi dengan

double string preheater 5 tingkat. Cyclone dari FLS type LP

mempunyai pressure drop yang kecil pada kedua preheater,

kurang dari 550 mmH2O. Laju pembakaran di ILC adalah 10-15

%, laju pembakaran di SLC 40-65 %, sedangkan laju pembakaran

di kiln 35-40%.

Pada saat feeding, raw meal ditransportasikan ke inlet

preheater melalui bucket elevator dan air slide. Pada inlet

preheater umpan dipisah dalam dua aliran yang sama di top

cyclone, bisa juga hanya dilewatkan satu aliran. Gas dan material

yang mengalir di dalam Preheater beroperasi dengan sistem

counter current, dimana material mengalir ke bawah secara

gravitasi dan gas ke atas karena exhaust fan (preheater fan).

Keuntungan utama dari SLC-1 kiln system adalah produksi dapat

bervariasi dari 35 sampai lebih dari 100% kapasitas produksi 7500

ton dalam 24 jam (bahkan lebih).

Untuk operasi produksi rendah atau tahap awal, dapat

dioperasikan ILC saja. Pada keadaan ini material masuk lewat

siklon 1 atau 2 dan turun ke ILC calciner dan bertemu dengan gas

bakar yang diarahkan ke bawah dan tengah calciner. Sebagian raw

meal mengalami kalsinasi awal sebelum memasuki kiln melewati

saluran kiln, pada bagian bawah siklon.


49

SLC Calciner selanjutnya dioperasikan pada saat level

produksi lewat 55% dari kapasitas. Raw meal dari bagian bawah

siklon ke arah kiln (ILC) dilewatkan SLC calciner bersama dengan

raw meal dari siklon aliran SLC. Kalsinasi 90-95 % akan terjadi

di SLC calciner dengan mengatur aliran bahan bakar.

Raw meal yang keluar dari cyclone melewati pintu pemisah

yang pada saat produksi penuh mengarahkan seluruh material ke

SLC. Raw meal dari aliran calciner setelah melewati siklon kedua

dari bawah juga melewati SLC calciner vessel. Di SLC calciner

dibutuhkan sekitar 45% bahan bakar (bahkan mencapai 65%,

tergantung kapasitas yang diumpankan). Material dari calciner

melewati bawah siklon ke rotary kiln. Atau secara garis besarnya

dapat diuraikan sebagai berikut: siklon paling atas diberi nomor 1

(stage 1) dan yang terbawah diberi nomor 5 (stage 5) yang ujung

pengeluarannya berhubungan langsung dengan kiln. Tepung baku

atau kiln feed masuk ke SP melalui lubang umpan pada connecting

duct (saluran penghubung) antara stage 1 dan stage 2. Kiln feed

terbawa aliran gas panas menuju stage 1 yang terdiri dari 2 buah

siklon. Gas panas keluar melalui ujung siklon tingkat 1 karena

tarikan EP fan, sedangkan material turun menuju saluran

penghubung stage 2 dan 3. Pada tahap ini material mengadakan

kontak lagi dengan gas panas yang berasal dari stage 3 dan

terbawa aliran ke stage 3 dan seterusnya sampai stage 5.

Kemudian raw meal mengalir masuk ke dalam kiln. Dalam kiln,


50

dengan adanya kemiringan dan putaran kiln, raw meal akan

mengalir ke sepanjang kiln, selanjutnya dalam kiln tersebut raw

meal dibakar lagi dan terkalsinasi penuh dengan panas yang

disuplai oleh burner yang dipasang di outlet kiln. Pembentukan

klinker terjadi pada saat raw meal melalui burningzone.

2) Rotary Kiln

Rotary kiln merupakan peralatan utama dalam pembuatan

semen karena di dalam kiln akan terjadi semua proses kimia

pembentukan clinker dari bahan baku. Secara garis besar kiln

terbagi menjadi 3 zona, yaitu : zona kalsinasi, zona transisi dan

zona sintering. Proses perpindahan panas sebagian besar

ditentukan oleh proses radiasi, sehingga digunakan isolator batu

bata tahan api (refractory brick) dan mencegah coating yang

terbentuk selama proses pembakaran. Pada zona sintering, fasa

cair sangat diperlukan karena reaksi klinkerisasi lebih mudah

berlangsung pada fasa cair.

Di dalam rotary kiln terjadi proses kalsinasi lanjutan dan

sintering atau pembentukan mineral-mineral pembentuk semen,

yaitu C2S, C3 S, C3 A dan C4 AF. Di dalam kiln terjadi kontak antara

material dengan gas panas secara counter current sehingga terjadi

perpindahan panas yang lebih efektif. Proses di dalam kiln

menyebabkan perubahan fisik dan kimia dari material di

sepanjang kiln. Temperatur di kiln mencapai + 1400 oC.


51

Keadaan di burningzone diusahakan dalam kondisi oksida

artinya pada keadaan normal kandungan oksigen di inlet berkisar

1-3 %. Jika mengandung oksigen terlalu rendah proses

pembakaran menjadi tidak sempurna karena terbentuk CO (panas

pembakaran 2400 kkal/kg). Untuk menentukan udara pembakaran

digunakan parameter kadar oksigen dari gas hasil pembakaran

sebagai pengendali dengan kadar oksigen dalam gas buang

berkisar 0,7-5,3 % (dengan udara berlebih 8-19 %) dengan kadar

optimum 1-1,5 % agar proses pembakaran sempurna (membentuk

CO2) dengan panas pembakaran sekitar 8100 kkal/kg klinker.

Klinker yang terbentuk masuk ke grate cooler untuk didinginkan

secara mendadak.

3) Clinker cooler

Clinker Cooler berfungsi menurunkan temperatur klinker

dari ±1450oC hingga ±150oC. Clinker Cooler mempunyai 3 bagian

grate datar yang terdiri dari barisan bergerak dan diam.

Kompartemen satu disebut Control Flow Grates (CFG). Jumlah

udara yang diperlukan untuk mendinginkan area ini hampir sama

dengan udara pembakaran yang digunakan untuk kiln system.

Bagian ini disebut juga recuperationzone (zona pengembalian

bentuk), sedangkan kompartemen ke dua dipergunakan untuk

pendinginan lanjutan, atau disebut Reduced Fall Trough (RFT)

sistem grate.
52

Di daerah RFT udara dingin di suplai lewat bawah grate

pendingin. Di daerah CFG udara dingin disuplai lewat piringan

grate melalui hollow beam dan duct. Seluruh CFG area punya tiga

kompartemen dibawah grate yang berfungsi untuk

mempertahankan tekanan menggunakan tiga fan sebagai

penyuplai udara penyekat.

CFG dibagi menjadi 21 sektor, yang mana suplainya

dipisahkan dengan mengatur kuantitas udara. Sektor dibuat

dengan 7 x 3 sektor dengan susunan paralel. Ke 21 sektor di suplai

dari 7 fan. Bagian dari 3 sektor tergantung dari ukuran Clinker

Cooler. Bagian dari beberapa sektor akan memberikan kontrol

yang baik dari kontrol udara masing-masing sektor. Dengan cara

itu jumlah udara per kg klinker dapat dikurangi diperbandingkan

dengan cooler konvensional.

Demikian juga daerah RFT dibagi menjadi 3 sektor pada

grate 2 dan 3. Masing-masing sektor atau kompartemen di suplai

udara dari masing-masing fan. Keuntungan yang diberikan

sebagai berikut: penurunan sirkulasi debu antara cooler dan kiln,

mempercepat pengembalian panas, lebih sedikit kebutuhan udara.

Kiln hood digunakan untuk Kiln dan saluran udara tersier

menyuplai udara pembakaran untuk ILC dan SLC. Saluran udara

tersier kedua, dari area CFG di cooler menyuplai udara pembakar

untuk SLC calciner. Kedua saluran udara tersebut didesain untuk

meminimalkan kecepatan udara di titik keluar cooler dan keluaran


53

hood. Sehingga udara pembakar tersier yang bersih yang disuplai

ke calciner dan hanya sedikit debu klinker yang di recycle ke kiln

system. Hopper dengan double plate sluice diletakkan dibawah

grate. Apron Conveyor di bawah grate memastikan pengambilan

debu yang jatuh dan mengirimkan klinker ke klinker storage

(berkapasitas 100000 ton) yang menggunakan metode timbunan

melingkar.

4) Coal handling

Untuk kebutuhan energi sebagai bahan bakar, digunakan

coal (batubara). Untuk kebutuhan unloading (pembongkaran) coal

dipersiapkan tempat tersendiri di pelabuhan yaitu pada lightering

wharf. Dari pelabuhan, coal dimasukkan ke dalam coal storage

melewati hopper. Untuk keperluan mixing dan pengaturan pile

dipergunakan travelling stacker dengan belt conveyor.

Stacker yang digunakan tersebut mempunyai kapasitas 100

ton/jam untuk mengisi storage yang berisi 2 pile dengan masing-

masing kapasitas 2500 ton untuk cement plant dan 2 pile dengan

kapasitas 1400 untuk power plant. Untuk mengambil coal

dipergunakan reclaimer, sedangkan untuk mengirimkan coal ke

coal mill digunakan belt conveyor. Coal yang ada di storage ini

digunakan untuk cement plant maupun power plant. Jumlah coal

yang dikirimkan ke cement plant ataupun ke power plant diketahui

dari beltscale (timbangan kontinu) yang dipasang di belt conveyor.


54

Coal yang digunakan pada proses pembakaran di kiln dialirkan ke

burner (pembakar) yang berada di ujung pengeluaran kiln. Coal

dibakar dengan udara primer yang dihembuskan oleh primary fan

blower dan udara sekunder yang berasal dari cooler. Hasil

pembakaran berupa gas panas yang membantu pemanasan di SP,

raw mill dan coal mill.

c. Penggilingan akhir semen (Cement mill)

Klinker merupakan produk setengah jadi yang dihasilkan oleh

kiln. Klinker sudah mempunyai nilai ekonomis dan merupakan salah

satu produk yang dipasarkan PT. ITP plant 12 Tarjun. Hanya saja,

klinker belum bisa digunakan secara langsung karena bentuknya yang

masih besar dan juga perlu ditambahkan gypsum agar tidak cepat

mengeras dan akhirnya akan pecah. Alat penggiling akhir ini dibagi

menjadi dua alat utama yaitu pregrinder yang berfungsi untuk

menurunkan ukuran dari diameter 3 cm ke blaine 1000 dan tube mill

yang berfungsi menurunkan ukuran lagi sehingga menjadi semen yang

siap dipakai yaitu blaine-nya 3700.

Pada penggilingan akhir atau finish mill dilakukan penambahan

zat aditif sehingga menjadi semen yang memenuhi syarat kehalusan.

Zat aditif dalam proses pembuatan semen antara lain:

1) Gypsum, merupakan suatu bahan retarder yang berfungsi untuk

memperlambat pengerasan/pengeringan semen. Gypsum dari

appron conveyor yang partikelnya sudah halus diangkut oleh belt

conveyor menuju hopper, sedangkan gypsum yang kasar akan


55

masuk ke crusher (penghancur) untuk dihaluskan terlebih dahulu.

Penambahan gypsum pada umumnya adalah 3-5 % dari massa

semen yang akan dihasilkan.

2) Limestone

3) Trass

4) Fly ash

Pada penambahan bahan aditif semen, harus diperhatikan syarat

dari kuat tekan semen harus tetap terpenuhi meski dilakukan

penambahan bahan dalam proses ini.

PT. ITP Plant-12 ini mempunyai masing-masing dua set dengan

kapasitas sama, yaitu 200 ton per jam. Urutan prosesnya adalah clinker

keluar dari storage melalui belt conveyor dan bucket elevator menuju

clinker bin dengan kapasitas 500 ton. Proporsisi clinker ditentukan

dengan weighing feeder yang kemudian akan dibawa ke pregrinder.

Untuk cement retarder (gypsum), PT. ITP Plant-12 mendatangkan

dari Gresik. Gypsum digaruk oleh reclaimer menuju bin (berkapasitas

100 ton) melalui belt conveyor dan bucket elevator. Dua bin lainnya

yaitu untuk limestone dan trass.

Dari bin, clinker keluar melalui penimbangan (belt scale)

menuju ke pregrinder. Prinsip kerja pregrinder hampir sama dengan

raw mill, hanya saja tidak menggunakan udara panas, bahkan perlu air

bila temperatur clinker terlalu panas (>120 oC). Penggilingannya

menggunakan roller pressure dengan tekanan sedikit lebih besar yaitu

75 bar. Material yang digiling di pregrinder hanyalah clinker, karena


56

gypsum, trass dan limestone langsung ditambahkan ke tube mill atau

yang biasa dikenal dengan Ball Mill. Sebenarnya clinker bisa langsung

ke tube mill hanya saja kapasitasnya rendah (<140 ton/jam).

Tube Mill adalah suatu silinder yang berputar dimana di

dalamnya berisi bola-bola baja dari diameter 17-70 mm, dibagi dalam

dua kamar (chamber). Chamber 1 berisi bola-bola baja besar (40-70

mm) dengan putaran mill 15 rpm. Chamber berikutnya berisi bola

dengan diameter dibawah 35 mm. Volume total adalah sekitar 30%.

Produk dari pregrinder diumpankan langsung ke Tube Mill ditambah

gypsum dan bahan-bahan lainnya (limestone dan trass) dengan

komposisi yang telah ditentukan oleh QC. Karena putaran mill (15

rpm), bola–bola baja (steel ball) akan menumbuk clinker dan bahan

lainnya hingga halus serta akan terjadi pencampuran, sehingga keluar

dari tube mill ini sudah menjadi produk semen.

Produk semen yang keluar dari Tube Mill masih belum seragam,

sehingga masih perlu memisahkan antara material yang halus dan

yang kasar. Pemisahan ini dilakukan oleh osepa, yaitu suatu siklon

yang di dalamnya ada classifier yang berputar. Produk akan keluar ke

atas karena hisapan fan menuju bag filter, dimana di bag filter ini debu

disaring sehingga semua debu akan tertangkap dan dibawa masuk oleh

air slide ke cement silo. Sedangkan hasil dibawah osepa akan di

recycle kembali ke tube mill.

Reaksi tumbukan antara steel ball dengan clinker dalam tube

mill menimbulkan panas yang dapat meningkatkan suhu di dalam alat.


57

Suhu dalam mill tidak boleh lebih dari 120oC karena pada suhu

tersebut air hidrat gypsum akan menguap sehingga tidak dapat

berfungsi sebagai retarder. Untuk menjaga agar temperatur tidak

berlebih (<120ºC), digunakan water spray yang diletakkan berlawanan

arah dengan umpan masuk dan sistem injeksinya dikabutkan untuk

menghindari kemungkinan terjadinya penggumpalan. Produk akhir di

simpan di dalam 3 unit Cement silo dengan kapasitas masing-masing

20.000 ton, dengan sistem pengeluaran menggunakan air slide.

2.3.3 Pengepakan

Sistem packing di PT. ITP plant 12 ada dua macam, yaitu on shore

packing yang dilakukan untuk distribusi semen di darat dan off shore

packing yang dilakukan untuk distribusi semen lewat laut, dimana

kapasitas off shore packing lebih besar dari pada on shore packing.

Dari 3 unit cement silo, semen ditransportasikan menggunakan air

slide menuju bucket elevator, kemudian masuk ke dalam vibrating

screen untuk menyaring material yang terbawa ke dalam produk semen.

Pada cement silo ini terjadi fluidisasi antara semen dan udara blower.

Dengan adanya gravitasi bumi, semen jatuh ke bawah dan oleh air slide

dibawa ke bucket elevator.

Produk yang berupa material halus dimasukkan ke dalam hopper

untuk dialirkan ke dalam packer. Aliran massa semen terbagi menjadi

dua, yaitu massa semen yang setelah ditimbang di weigh bridge menuju

truck loader untuk pembelian dalam bentuk semen curah (bulkcement)

dan massa semen yang menuju rotary packer untuk pengemasan semen
58

dalam bentuk kantong (sack). Semen yang terbuang pada saat

pengantongan ditangkap dengan dust collector jenis bag filter untuk

mencegah polusi udara.

Packing produk menggunakan 5 unit mesin rotary packer dengan

kapasitas masing-masing 110 ton per jam. Semen kemudian ditransport

ke kapal atau truk untuk dipasarkan baik dalam bentuk bulk cement

maupun semen kantong. Selain menjual semen, PT. ITP Plant-12 juga

menjual klinker untuk diekspor keluar negeri.

2.3 Produk

Menurut SNI 15-2049-1994 dan ASTM C-150-1998 semen Portland

diklasifikasikan dalam 5 tipe yaitu:

Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan

persyaratan khusus seperti yang dipersyaratan tipe-tipe lain.

Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.

Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan

yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas

hidrasi rendah.

Tipe V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan

yang tinggi terhadap sulfat.

Produk utama dari PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant-12 Tarjun

adalah Portland Cement type I yaitu semen standar yang digunakan untuk
59

bangunan atau konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus, dalam

bentuk bulk dan bag yang dipasarkan dengan merek "Tiga Roda" dan juga

dipasarkan dalam bentuk klinker.


60

BAB III

PEMBAHASAN

Di dalam bab III ini akan di bahas aktivitas yang di lakukan oleh Koperasi

Karya Bahari mulai dari penunjukan perusahaan bongkar muat oleh PT. Muara

Terusan Alur Segara selaku agen pelayaran, sampai dengan biaya-biaya yang di

keluarkan oleh perusahaan bongkar muat serta Analisa terhadap tenaga kerja

bongkar muat menggunakan metode analisis Bivariat yang berkaitan dengan

proses pemuatan semen Bag.

Pada laporan ini Koperasi Karya Bahari di tunjuk oleh agen kapal yang

sudah lama menjadi customer bagi Koperasi Karya Bahari selama kurang lebih 5

tahun. Berdasarkan data yang tercatat pada 2 bulan terakhir pada awal tahun 2023

yaitu bulan januari dan februari 25 kali menunjuk Koperasi Karya Bahari sebagai

perusahaan bongkar muat tetap menunjuk PT. Muara Terusan Alur Segara sebagai

PBM.

Di bab III ini pemyusun menguraikan secara detail sistematikan kejadian

proses pemuatan semen Bag oleh P Koperasi Karya Bahari dengan detail dari

persiapan sebelum proses pemuatan , secara operasional mekanisme yang berjalan,

proses muatan yang mendetail serta penyelesaian sesuai dengan prosedur. Berikut

alur pelayanan Koperasi Karya Bahari dalam menangani Pemuatan Semen Bag ITP

Tarjun.
61

1.1 Alur Pelayanan Proses Pemuatan Semen Bag


PT.Muara Terusan Alur Segara mengisi
1 jumlah pemuatan sesuai permintaan kapal
di portal SIG
Dokumen Penyelesaian Di 10
Kembalikan PT.Muara
PT.Muara Terusan Alur Segara Terusan Alur Segara Untuk
2 Mendapat Surat Perintah Muat dari PT. Penagihkan Ke Pelindo
Indocement

1.Mengisi RKBM di Inapornet


PT.Muara Terusan Alur Segara 2.Membuat surat permohonan PNBP
3 menunjuk Koperasi Karya Bahari ke KSOP
sebagai TKBM melalu sistem 3.Mengajukan permohonan jasa
Inapornet dengan PKK dan Surat laut angkutan barang dan laut di portal
dan Surat perintah muat dari SIG KSOP
4.Membuat PKBM dan di kirim ke
KSOP
Persiapan Pemuatan oleh 5.Membayar PNPB ke ksop
4 6.PKBM sudah di tanda tangani di
Koperasi Karya Bahari
serahkan ke admin pelabuhan
berserta kwitansi PNBPB, PKK , dan
Surat laut
7.Master request dari kapal

1. Kapal sandar, pengecekan palka 1. Surat Persiapan


dan alat muat kapal sandar .
2.Trcuk lossing angkut semen datang 2. Tanda Tangan Pre
di pinggir kapal
Arival meeting
5 Proses Pemuatan semen Zak 3.Tenaga kerja pemuatan
oleh Koperasi Karya Bahari 3. Berita Acara sandar
menggunakan APD dan meeting
terkait K3 pelaksanaan 4. Check list kapal
4.Pelakasanaa muat dari truk ke palka 5. Tally sheet manual
5.Pengawasan oleh Foremen dan K3 6. Time sheet manual
6.Perhitungan Tally 7. Daily report
8.Selesai muat manual.

Penyelesaian Pemuatan 1.Berita acara selesai pemuatan


6 semen Zak oleh 2.Berita acara pemakaian jasa TKBM
Koperasi Karya Bahari 3.Brita acara kapal Tolak
4.Statmen of fact
5.Berita acara selesai pemuatan 9
6.Daily repot final
7.Tally shet final
8.Time sheet final yang sudah di
approve oleh stevedore
9.Berita acara Pemuatan dari Pelindo
10. Time sheet dari Pelindo

Penyelesaian Biaya Biaya upah tenaga kerja


7 Oleh PT.Muara Terusan bongkar muat
Alur Segara

Analisa kinerja TKBM


8 pada penerapan K3

Gambar 5
Alur Pelayanan bongkar muat oleh PT.Muara
Terusan Alur Segara Sumber : Diolah penyusun
2023
62

1.2 PT. Citrabaru Adinusantara Order Semen Zak

Sebelum menunjuk PT.Muara Terusan Alur Segara sebagai Perusahaan

bongkar muat, maka selaku agen wajib mengisi form order di website port

semen management(PMS) untuk di teruskan ke PT.Indocement. Setelah

mengisi pms jumlah semen yang akan dimuat nanti Maka akan di terbitkan

Surat perintah muat semen (lampiran) dari semen indoesia. Surat perintah muat

semen ini akan di berikan kepada perusahaan bongkar muat yaitu PT.Muara

Terusan Alur Segara di sertai dengan Pemberitahuan kedatangan

Kapal(PKK)(lampiran) dan surat Laut (lampiran)

1.3 Penunjukkan Perusahaan Bongkar Muat Oleh PT.Muara Terusan

Alur Segara

Penujukan perusahaan bongkar muat oleh PT.Muara Terusan Alur

Segara melalui system inapornet. Di system inapornet akan otomatis masuk

bahwa suatu agen sudah menunjuk koperasi karya bahari sebagai TKBM.

Gambar 6
Sistem Inapornet : pemberitahuan Penunjukan PBM
Sumber : https://inaportnet.dephub.go.id/
63

1.4 PT.Varia Usaha Bahari Sebagai Perusahaan Bongkar Muat

PT.Muara Terusan Alur Segara di tunjuk sebagai perusahaan

bongkar muat pada kapal. Perlu di ketahui bahwa jumlah gang kerja tenaga kerja

bongkar muat PT.Muara Terusan Alur Segara ada 1 gang di bagi atas 3 shif. 1

shif kerja di isi oleh 14 orang tenaga kerja bongkar muat dianataranya 1 tally,1

foreman,1 pilot crane, 4 buruh di atas truck lossing, 4 buruh di dalam palka, 2

operator crane dan 1 pengawas K3. PT.Muara Terusan Alur Segara mendapat

PKK, SPMS, dan surat laut dari PT.Citrabaru Adinusantara berguna untuk

sebagai data acuan data kapal dan semen yang akan dimuat ke Kapal.

1.5 Persiapan Pemuatan Semen Zak PT.Muara Terusan Alur Segara

Tahap pertama yang akan di lakukan oleh PT.Muara Terusan Alur Segara

yaitu imput by system inaportnet yaitu Rencana kegaiatan Bongkar muat

(RKBM)(Lampiran ).

Gambar 7
Form pengisian Rencana Kegiatan Bongkar Muat
Sumber : https://inaportnet.dephub.go.id/
64

Setelah melengkapi form RKBM maka PT.Muara Terusan Alur Segara

melengkapi jumlah barang yang akan di muat di kapal

Gambar 8
Form pengisian detail barang yang akan dimuat
Sumber : https://inaportnet.dephub.go.id/

Gambar 9
Form pengisian detail barang yang akan dimuat
Sumber : https://inaportnet.dephub.go.id/
65

Setelah mengisi detail barang yang akan dimuat maka submit semua form

yang sudah terisi , tunggu verifikasi dari Kantor syahbandar dan otoritas

Pelabuhan paling lambat proses approve selama 5 jam setelah di submit. Maka

nomor RKBM yang diajukan akan di setujui.

1.6 Pengajuan Penerimaan Bukan Pajak Ke KSOP

Pengajuan penerimaan bukan pajak (PNBP) terhadap kantor

kesyahbandaran dan otoritas Pelabuhan di bagi menjadi 2 yaitu :

1.6.1 Permohonan PNBP Jasa angkutan Laut (JAL)

Permohonan PNBP JAL berkaitan dengan pajak keluar masuk nya kapal

di Terminak Khusus Kepentingan Sendiri Semen (TUKS) dimana tarif yang

di kenakan sebesar :

JAL = 1% X Tonnase X Rp 32.995

Gambar 10
Rumus tarif Jasa Angkutan Laut
Sumber : http://ksopgresik.id/

1.6.2 Permohonan PNBP Jasa Pelayanan Barang(PUJK)/Jasa Kepelabuhanan

Permohonan PNBP Jasa Pelayanan Barang(PUJK)/Jasa Kepelabuhanan

berkaitan dengan pajak terhadap kegiatan pelayanan barang selama berada di

Terminal Khusus Kepentingan Sendiri Semen(TUKS) dimana Tarif yang di

kenakan sebesar :
66

PJUK = 50% X Tonnase X Rp 650

Gambar 11
Rumus tarif Jasa Angkutan Laut
Sumber : http://ksopgresik.id/

Kedua PNBP harus di ajukan oleh PT.Muara Terusan Alur Segara melalui

surat Permohonan PUJK dan JAL(lampiran).selain mengajukan Surat

Permohonan PUJK dan JAL maka PT.Muara Terusan Alur Segara membuat

Persiapan Kegiatan Bongkar Muat (PKBM)(lampiran) yang akan di ajukan ke

KSOP untuk di approve.

Gambar 12
Form Pengisian Jasa Angkutan Laut
Sumber : http://ksopgresik.id/
67

Gambar 13
Form Pengisian Jasa Pelayanan Barang
Sumber : http://ksopgresik.id/

Setelah kedua permohonan diatas di ajukan maka PT.Muara Terusan Alur

Segara akan membayar sesuai kode billing yang keluar di situs KSOP Kelas II

Kotabaru-Batulicin. Kode billing yang keluar di sertai nota(lampiran).setelah

PT.Muara Terusan Alur Segara membayar PNBP maka akan di terbitkan kwitansi

oleh KSOP kwitansi yang di maksud adalah Kwitansi PUJK(lampiran) dan kwitansi

JAL(lampiran).

Seluruh dokumen berkaitan dengan operasional sudah di selsaikan maka

copy dokumen mulai dari PKK,SPMS,PKBM,Kwitansi dari KSOP akan di

serahkan ke admin Pelabuhan untuk dilakukannya persiapan kapal sandar dan

pemuatan bongkar muat.


68

3.7 Persiapan Sebelum Kapal Sandar

Sebelum kapal akan sandar perwakilan PT.Indocement wajib

menandatangani Surat Pernyataan Kesiapan Sandar Kapal(lampiran) di TUKS

semen Gresik. Pihak Pelabuhan juga akan mempersipakan semua kebutuhan

kapal yang sudah di berikan oleh agen yang tercantum di dalam master

request(lampiran).Pihak PT.Indocement harus mengikuti rapat koordinasi

sebelum kapal sandar di TUKS Semen, setelah rapat koordinasi selesai pihak-

pihak yang terkait dalam kegaiatan pemuatan semen zak akan menandatangi

dokumen Pre Arrival Meeting (lampiran). Terminal khusus Kepentingan

Sendiri memiliki lapangan Penumpukan seluas 6 hektar yng di manfaatkan

untuk menjadi tempat penumpukan sementara bagi truck sebelum melakukan

kegiatan cargo doring dan stevedoring. Satu hari sebelum kedatangan kapal

truck yang mengangkut semen harus stand by di lapangan penumpukan, hal

ini bertujuan agar Ketika kapal sandar dan palka tida ada kendala maka proses

pemuatan langsung dilaksanakan.


69

Gambar 14
Lapangan penumpukan (Gudang Lini 1)TUKS Semen
Sumber : Dokumentasi Oleh Penyusun 2023

Anda mungkin juga menyukai