Anda di halaman 1dari 101

KEGIATAN OPERASI PRODUKSI PENAMBANGAN

QUARRY BATU ANDESIT BULAN JULI TAHUN 2021


PADA SITE PLANT SUKABUMI PT. GUNUNG BUMI PERKASA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Zulfikri Hakim Akbar (11180980000029)


Deffal Syafardan (11180980000030)
Ahmad Fakih Mahfudz (11180980000036)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020/1442 H
IDENTITAS MAHASISWA

Nama : Anrischa Pujiyana

NIM : 11170980000019

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta , 30 Juli 1998

Program Studi : Teknik Pertambangan

Fakultas : Sains dan Teknologi


Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

IDENTITAS UNIVERSITAS
Nama Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Alamat : Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat,


Tangerang Selatan, Banten, Indonesia 15412

No. Tlp/Fax : (021) 740 1925


Rektor Universitas
: Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar
Lubis, Lc., M.A.

Dekan : Prof. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud.

Ketua Program Studi : Dr. Ambran Hartono, M.Si.


Pembimbing KP : Dr. Ambran Hartono, M.Si

IDENTITAS PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT Lotus SG Lestari.

Alamat : Site Plant Rumpin Kp. Pabuaran, RT 05/06,


Desa Cipinang, Kec. Rumpin, Bogor, Jawa
Barat, 16350

No. Tlp/Fax : 0819 1899 5896

Website : www.lotussglestari.com

Pimpinan Perusahaan : Abdul Manan, S.T

Pembimbing KP : Ahmad Dini Safari, S.T


Jabatan Pembimbing : Kepala Teknik Tambang PT. Lotus SG
Lestari
ABSTRAK

ANRISCHA PUJIYANA Kegiatan Operasi Produksi Penambangan Quarry Batu


Andesit Bulan Agustus Tahun 2020 Pada Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari,
Dibimbing oleh AMBRAN HARTONO

PT Lotus SG Lestari beroperasi di daerah Rumpin, Bogor, Jawa Barat yang mana
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan bahan galian
batu andesit dengan menggunakan metode penambangan open pit mining quarry. Kerja
praktek dilakukan dengan mengamati kegiatan operasi penambangan dari hulu ke hilir.
Kegiatan penambangan meliputi pembersihan lahan (Land Clearing), pengupasan
lapisan tanah penutup (Overburden), penambangan batu andesit yang meliputi drilling
dan blasting, pemuatan batu andesit (Loading), pengangkutan (Hauling) menuju
crushing plant, pengolahan berupa reduksi ukuran menggunakan crusher, penimbunan
dan penumpukan hasil crushing, pencucian batu andesit, serta pemasaran. Pada tiap
kegiatan, dilakukan pengambilan beberapa jumlah sample data guna dilakukan
pengamatan yang mana selanjutnya data tersebut diolah.

PT Lotus SG Lestari menghasilkan 5 produk untuk dipasarkan yaitu batu split, screening,
abu batu, pasir m-sand dan basecourse. Produk tersebut dipasarkan dengan daerah
cakupan pemasaran Jabodetabek yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Adapun konsumen dari PT Lotus SG Lestari antara lain PT Wijaya Kartika, PT Waskita
Beton Precast, Adhimix Precast Indonesia, dan masih banyak lagi.

Kata Kunci: PT Lotus SG Lestari, Batu Andesit, Kegiatan Operasi Penambangan


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang

senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

Laporan Kerja Praktek dengan judul “Kegiatan Operasi Produksi Batu Andesit Bulan Agustus

Tahun 2020 Pada Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari”. Adapun tujuan disusunnya laporan ini

adalah sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Kerja Praktek pada program Studi Teknik

Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2020

sampai 22 September 2020.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya laporan ini tentu tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ambran Hartono, M.Si, Ketua Prodi Teknik Pertambangan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta sekaligus Pembimbing Kerja Praktek.

2. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Manan, S.T Selaku Mining Manager di PT. Lotus SG Lestari yang telah

memberikan kesempatan serta pengalaman selama kegiatan di lapangan.

4. Bapak Ahmad Dini Safari, S.T Selaku Kepala Teknik Tambang di Quarry PT. Lotus SG Lestari

yang telah memberikan kesempatan, banyak ilmu serta bantuan selama kegiatan kerja praktik

berlangsung.

ii
5. Bapak Riswandi, S.T selaku Kepala Teknik Tambang di PT. Lotus SG Lestari yang telah

memberikan kesempatan, banyak ilmu serta bantuan selama kegiatan kerja praktik

berlangsung.

6. Bapak Asep Komaludin, S.T selaku Kepala Gudang Handak dan Bapak Erli Marlensha (Ucok)

selaku Kepala Blasting & HSE di PT. Lotus SG Lestari yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman selama kegiatan di lapangan.

7. Seluruh staff dan pegawai PT. Lotus SG Lestari yang telah memberikan banyak ilmu sehingga

sangat membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan laporan ini.

8. Dosen-dosen Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu sebagai bekal penulis dalam melaksanakan kerja

praktek.

9. Teman satu kelompok kerja praktek yang telah bekerjasama dan saling memberikan dukungan

serta bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, saya selaku

penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa

tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membaca.

Rumpin, 22 September 2020

Anrischa Pujiyana

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ . x

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................................... 2

1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 2

1.5 Manfaat........................................................................................................................ 2

1.6 Batasan Masalah .......................................................................................................... 3

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ......................................................................... 4

2.1 Sejarah Perusahaan ...................................................................................................... 4

2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan..................................................................................... 4

2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ........................................................................... 4

2.1.3 Ruang Lingkup dan Produksi Perusahaan ........................................................... 5

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah .................................................................................. 6

2.2.1 Lokasi ................................................................................................................... 6

2.2.2 Kesampaian Daerah ............................................................................................. 8

2.3 Keadaan Morfologi dan Topografi .............................................................................. 8

2.3.1 Morfologi ............................................................................................................. 8

2.3.2 Topografi.............................................................................................................. 8

2.4 Keadaan Geologi ....................................................................................................... 10

iv
2.4.1 Geologi Regional ............................................................................................... 10

2.4.2 Stratigrafi Regional ............................................................................................ 13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 14

3.1 Andesit ...................................................................................................................... 14

3.2 Aktivitas Penambangan ............................................................................................. 16

3.2.1 Tahapan Penambangan ...................................................................................... 16

3.2.2 Alat-Alat Penambangan ..................................................................................... 19

3.2.3 Metode Penambangan ........................................................................................ 20

3.3 Produktivitas Alat Gali-Muat .................................................................................... 21

3.3.1 Fill Factor .......................................................................................................... 21

3.3.2 Swell Factor ....................................................................................................... 21

3.3.3 Cycle Time ......................................................................................................... 22

3.3.4 Efisiensi Kerja Alat ............................................................................................ 23

3.3.5 Produktivitas Alat Gali Muat ............................................................................. 23

3.3.6 Faktor Keserasian (Match Factor) ..................................................................... 24

3.4 Produktivitas Pemboran ............................................................................................ 25

3.5 Peledakan (Blasting) ................................................................................................. 27

3.5.1 Geometri Peledakan ........................................................................................... 27

3.5.2 Perhitungan Peledakan ....................................................................................... 32

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 35

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................................... 35

4.1.1 Lokasi Penelitian ................................................................................................ 35

4.1.2 Waktu Penelitian ................................................................................................ 35

4.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................ 35

4.2.1 Studi Literatur .................................................................................................... 35

4.2.2 Observasi Lapangan ........................................................................................... 36

4.2.3 Wawancara ......................................................................................................... 36

v
4.3 Pengolahan Data ........................................................................................................ 36

4.4 Penarikan Kesimpulan............................................................................................... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 38

5.1 Pengupasan Tanah Pucuk & Overburden.................................................................. 38

5.2 Penambangan ............................................................................................................ 40

5.2.1 Pemboran (Drilling) ........................................................................................... 40

5.2.2 Peledakan (Blasting) .......................................................................................... 44

5.2.3 Pemuatan (Loading) ........................................................................................... 52

5.2.4 Pengangkutan (Hauling) .................................................................................... 55

5.3 Pengolahan ................................................................................................................ 58

5.4 Penjualan ................................................................................................................... 66

5.5 Reklamasi .................................................................................................................. 67

BAB VI .................................................................................................................................... 69

6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 69

6.2 Saran .......................................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 72

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi di Quarry PT. Lotus SG Lestari ......................................... 5

Gambar 2.2 Agregat yang dihasilkan di Quarry PT. Lotus SG Lestari .................................. 6

Gambar 2.3 Peta Lokasi PT Lotus SG Lestari ......................................................................... 7

Gambar 2.4 Peta Topografi PT Lotus SG Lestari .................................................................... 9

Gambar 2.5 Peta Geologi PT. Lotus SG Lestari .................................................................... 12

Gambar 2.6 Stratigrafi Regional Bogor ................................................................................. 13

Gambar 3.1 Terminologi dan simbol geometri peledakan ................................................... . 28

Gambar 3.2 Geometri Lubang Bor. ........................................................................................ 29

Gambar 3.3 Pola Pemboran. ................................................................................................... 30

vi
Gambar 4.1 Diagram Alir Metodeologi Penelitian. ............................................................... 37

Gambar 5.1 Diagram Alir Kegiatan Operasi Penambangan Batu Andesit di PT Lotus SG
Lestari. ..................................................................................................................................... 38

Gambar 5.2 Tahap Development menggunakan Alat Excavator SK330. .............................. 39

Gambar 5.3 Excavator Kobelco SK 200. ............................................................................... 39

Gambar 5.4 Metode Open Cast. ............................................................................................. 40

Gambar 5.5 Diagram Alir Metodeologi Penelitian. ............................................................... 41

Gambar 5.6 Pemboran menggunakan alat bor HCR 910DS. ................................................. 42

Gambar 5.7 Peledakan Pada Bench 5 PT Lotus SG Lestari. .................................................. 44

Gambar 5.8 SOP Pengeluaran dan Pengangkutan Bahan Peledak PT. Lotus SG Lestari. ..... 46

Gambar 5.9 Denah Gudang Handak PT Lotus. ...................................................................... 48

Gambar 5.10 Urutan Tugas Juru Ledak. ................................................................................ 49

Gambar 5.11 Fragmentasi Hasil Peledakan ........................................................................... 51

Gambar 5.12 Proses Pemuatan Material pada Dump Truck Hino FM260TI ......................... 52

Gambar 5.13 Tonly TL855BR ............................................................................................... 53

Gambar 5.14 Diagram Alir Proses Pengangkutan (Hauling) ................................................. 55


Gambar 5.15 P Grafik Produksi CDE Combo Alpha 100-120 tph Pada Bulan Agustus 2020

.................................................................................................................................................. 61

Gambar 5.16 Proses Pengolahan Material pada Crushing Plant A ....................................... 62

Gambar 5.17 Proses Pengolahan Material pada Crushing Plant B. ....................................... 62

Gambar 5.18 Skema Crushing Plant A. ................................................................................. 63

Gambar 5.19 Skema Crushing Plant B. ................................................................................. 64

Gambar 5.20 Combo Alpha 100-120tph ................................................................................ 65

Gambar 5.21 Caterpillar WL 966H ........................................................................................ 66

Gambar 5.22 Area Perkebunan Bekas Tambang.................................................................... 68

DAFTAR TABEL

vii
Tabel 3.1 Densitas pengisian untuk berbagai diameter lubang ledak dan densitas bahan
peledak dalam kg/m.................................................................................................................33

Tabel 3.2 Hubungan Nilai Powder Factor dengan Jenis Batuan............................................34

Tabel 4.1 Jadwal Waktu Penelitian.........................................................................................35

Tabel 5.1 Rata-Rata Fill Factor..............................................................................................54

Tabel 5.2 Produk PT. Lotus SG Lestari ..................................................................................66

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................

Lampiran I Spesifikasi Alat...................................................................................................74

Lampiran II Sample Data Cycle Time Drilling.....................................................................82

Lampiran III Sample Data Cycle Time Loading...................................................................84

Lampiran IV Sample Data Cycle Time Hauling....................................................................85

Lampiran V Efisiensi Kerja Alat............................................................................................86

Lampiran VI Data Cde Combo Alpha 100-120tph................................................................87

viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat dunia pada abad dimana kita tinggal sekarang memiliki kebutuhan yang jauh
berbeda dengan masyarakat pada jaman dahulu. Seiring dengan berkembangnya jaman yang
pesat, kebutuhan manusia tidak hanya sekedar makanan dan pakaian tetapi juga terdapat
kebutuhan lain yang diperlukan oleh manusia untuk menunjang kehidupan masyarakat pada
abad ini. Kebutuhan ini salah satunya berupa bahan galian industri seperti batu andesit yang
kemudian diolah lebih lanjut sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya
tersebut. Bahan galian ini pada umumnya terdapat di dalam bumi yang mengharuskan proses
penambangan dalam pengambilannya.

Kebutuhan akan batu andesit di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan bertambahnya populasi penduduk, berkembangnya teknologi dan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini didukung dengan adanya salah satu program prioritas pemerintahan Kabinet
Kerja Presiden Joko Widodo untuk memajukan infrastruktur Indonesia.

PT Lotus SG Lestari merupakan perusahaan yang berjalan di sektor pertambangan bahan


galian batuan. Daerah penambangan PT Lotus SG Lestari terletak pada Site Plant Rumpin yang
terletak di Kampung Pabuaran, RT 05/06, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin, Bogor, Jawa
Barat, 16350. Produk yang dihasilkan dari perusahaan ini antara lain Split, Screening, Abu Batu,
Pasir M-Sand dan Basecourse.

Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit.
Kegiatan penambangan pada lokasi tambang Site Rumpin meliputi pembersihan lahan (Land
Clearing), pengupasan lapisan tanah penutup (Overburden), penambangan batu andesit yang
meliputi drilling dan blasting, pemuatan batu andesit (Loading), pengangkutan (Hauling)
menuju crushing plant, serta pengolahan mereduksi ukuran menggunakan crusher,
penimbunan dan penumpukan hasil crushing batu andesit, pencucian produk, serta
pemasaran.

Untuk menambah wawasan di bidang ilmu Teknik Pertambangan, maka disusunlah


laporan Kerja Praktek. Penelitian ini berupa pengamatan mengenai kegiatan operasi produksi
penambangan batu andesit pada PT Lotus SG Lestari.

1
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam Penulisan laporan ini adalah :

1. Mengetahui secara langsung kegiatan operasi penambangan batu andesit dari hulu ke hilir
pada Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari.

2. Memperluas pengetahuan mahasiswa dengan pengembangan wawasan dari instansi


industri pertambangan serta mengetahui keterampilan kerja mahasisawa dalam
memperaktekan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan di PT Lotus SG Lestari.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan laporan ini adalah :

1. Apa saja kegiatan penambangan batu andesit yang dilakukan di Site Plant Rumpin PT Lotus
SG Lestari?

2. Bagaimana kegiatan operasi produksi penambangan batu andesit pada Site Plant Rumpin PT
Lotus SG Lestari?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapat pada Kerja Praktek ini yaitu: A. Bagi

Perusahaan:

1. Untuk menganalisis dan mengevaluasi bagaimana kegiatan operasi penambangan batu


andesit yang terjadi pada bulan Agustus.
2. Untuk berperan serta dalam memberikan pendidikan lapangan secara nyata kepada
mahasiswa.

B. Bagi Mahasiswa:

1. Dapat mengetahui dan mampu memahami kegiatan operasi produksi penambangan


batu andesit pada PT Lotus SG Lestari

2. Dapat memperluas pengetahuan mahasiswa dengan adanya pengembangan wawasan


dari instansi industri pertambangan kepada mahasiswa.

2
3. Mampu mengembangkan keterampilan kerja mahasiswa dalam mempraktekkan ilmu
yang telah didapat selama masa perkuliahan.

1.5 Batasan Masalah

Laporan kerja praktek ini hanya membahas mengenai kegiatan operasi produksi
penambangan batu andesit di Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari pada bulan Agustus 2020.

3
BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

PT. Lotus SG Lestari adalah evolusi perusahaan sebelumnya bernama PT. Karya Marbelindo
Lestari yang telah merintis bidang usaha pertambangan batu sejak tahun 1997 dalam usaha
pembebasan lahan dan ekplorasi untuk persiapan tambang. Pada tahun 2010 PT. Lotus SG
Lestari merintis ulang ekploitasi untuk kegiatan menambang dan membangun proyek, instalasi
mesin sampai dengan penjualan perdana pada Agustus 2011. (PT Lotus SG Lestari, 2020)

PT. Lotus SG Lestari yang bergerak di bidang usaha pertambangan batu andesite merupakan
perusahaan milik swasta sebagai produsen material batu split/agregate dan memiliki segmen
pertambangan batu terintegerasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan
hingga pemasaran. Pada tahun 2011, PT. Lotus SG Lestari juga mendirikan PT Batu Alam
Persada untuk bergerak di bidang jasa transportasi pengangkutan produk material hasil
tambang perusahaan untuk di kirim. (PT Lotus SG Lestari, 2020)

2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan


Visi PT. Lotus SG Lestari yaitu berperan serta dalam pertumbuhan
insfrastruktur di Indonesia dengan menjadi perusahaan agregate yang terkemuka di
Jabodetabek

Misi PT Lotus SG Lestari yaitu peduli pada pengembangan sumber daya manusia,
menerapkan tata kelola tambang yang baik dan berkelanjutan, berorientasi kepada kepuasan
pelanggan dan memperhatikan lingkungan sekitar. (PT Lotus SG Lestari, 2020)

2.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan


Jabatan tertinggi di Quarry pada perusahaan PT Lotus SG Lestari dipimpin oleh Kepala Teknik
yang membawahi 2 Supervisor, Kepala gudang handak, Blaster, dan Maintroad dan Survey.
Supervisor membawahi Foreman serta Crew Produksi, Blaster membawahi Crew Blasting,
divisi Maintroad dan survey membawahi Crew Maintroad.

4
Gambar 2.1 Struktur Organisasi di Quarry PT. Lotus SG Lestari

Sumber : PT Lotus SG Lestari

2.1.3 Ruang Lingkup dan Produksi Perusahaan


PT Lotus SG Lestari memiliki Site Plant di Kp. Pabuaran RT. 06/ RW. 05 Desa Cipinang Kec.
Rumpin Kab. Bogor, Jawa Barat. Adapun sistem penambangan dengan gali muat angkut yang
selanjutnya dilakukan pengolahan menggunakan Crusher.

PT. Lotus SG Lestari menghasilkan agregat dengan standar kualitas yang dibutuhkan
pelanggan pada umumnya, agregat adalah salah satu produk utamanya. PT Lotus SG Lestari
memiliki kapasitas cukup besar baik pada produksi dan logistic. Grading agregat adalah
komposisi dari berbagai ukuran material. Ini akan mempengaruhi kekuatan beton. PT. Lotus
SG Lestari dapat menghasilkan agregat dengan grading yang dibutuhkan pasaran pada
umumnya. (PT Lotus SG Lestari, 2020)

Adapun produk yang dihasilkan berupa Base coarse 30 (1 – 32 mm), Split 23 (26 – 32
mm), Split 12 (12 – 26 mm), Screening (6 – 12 mm), Abu batu (0 – 6 mm), dan

Pasir (M-Sand) (1 – 5 mm).

5
Gambar 2.2 Agregat yang dihasilkan di Quarry PT. Lotus SG Lestari

Sumber : PT Lotus SG Lestari

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


2.2.1 Lokasi

Lokasi penambangan PT. Lotus SG Lestari secara geografis terletak pada koordinat (UTM)
676500 - 679000 mE dan 9285500 - 9287500 mN. Dengan luas IUP Eksploitasi ± 79,2 Ha dan
secara administratif terletak di Desa Cipinang Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Adapun dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Utara : Berbatasan dengan Desa Sukasari

• Timur : Berbatasan dengan Desa Rumpin

• Barat : Berbatasan dengan Desa Kampung Sawah

• Selatan : Berbatasan dengan Desa Kertajaya

6
Gambar 2.3 Peta Lokasi PT Lotus SG Lestari

Sumber : PT Lotus SG Lestari


7
2.2.2 Kesampaian Daerah
Adapun lokasi PT. Lotus SG Lestari dapat bisa ditempuh dari Ciputat (UIN Jakarta). Jarak dari
UIN Jakarta sampai ke PT. Lotus SG Lestari baik menggunakan kendaraan roda empat
ataupun roda dua yaitu berjarak sekitar ±34 km dengan waktu tempuh 1.5 hingga 2.5 jam
dengan jalur Ciputat – Pamulang – Cisauk – Sukasari – Rumpin.

2.3 Keadaan Morfologi dan Topografi


2.3.1 Morfologi
Daerah penambangan termasuk daerah fisiografi Zona Bogor yang terdiri dari dua satuan
morfologi (menurut van Bemmelen, 1949), yaitu :

a. Morfologi daerah yang berelief tinggi

Daerah ini merupakan perbukitan yang berelief curam sampai terjal, yang berada di
sebelah Selatan hingga tenggara Kota Bogor.

b. Morfologi daerah yang berelief rendah/datar

Daerah ini merupakan daerah yang berelief sedang sampai datar yang berada di sebelah
Utara Kota Bogor.

Pada umumnya morfologi daerah penelitian merupakan daerah perbukitan dengan


kemiringan lereng sekitar 14% hingga 20% dengan didominasi oleh lahan perkebunan.

2.3.2 Topografi
Ketinggian topografi daerah penambangan PT Lotus SG Lestari berada pada elevasi 120
hingga 310 meter diatas permukaan laut (mdpl).

9
Gambar 2.4 Peta Topografi PT Lotus SG Lestari

Sumber : PT Lotus SG Lestari


9
2.4 Keadaan Geologi
2.4.1 Geologi Regional
Secara umum keadaan geologi regional daerah Bogor dan sekitarnya tersusun atas batuan
gunungapi, batuan terobosan dan batuan penyusun zona bogor serta batuan penyusun zona
pegunungan selatan yang berupa batuan sedimen Tersier. Berikut satuan batuan penyusun
lembar Zona Bogor dan Batuan Gunungapi yang diurutkan dari muda ke tua:

1. Batuan Zona Bogor


a) Tufa dan Breksi (Tmtb): tufa batuapung, breksi tufaan bersusunan andesit, batupasir
tufa, lempung tufaan dengan kayu terkersikkan dan sisa tumbuhan, batupasir
berstruktur cross bedding.
b) Formasi Bojongmanik (Tmb): batupasir, tufa batuapung, napal dengan moluska,
batugamping, batulempung dengan lempung bitumen dan sisipan lignit dan sisa
damar. Tebal satuan ini diperkirakan mencapai 550 meter. Fosil dalam batulempung
adalah plankton yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan ini dikorelasikan
dengan formasi Subang di daerah Subang.
c) Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik (Tmbl): batugamping mengandung
moluska. Satuan ini berupa lensa-lensa dalam formasi Bojongmanik yang umurnya
setara dengan Miosen Tengah.
d) Anggota Breksi Formasi Cantayan (Tmcb): breksi polymict dengan fragmen andesit -
basal dan batugamping koral. Sisipan batupasir sela dibagian atas, tebal satuan 1700
meter. Anggota ini ditindih secara selaras oleh formasi Bojongmanik dan menindih
selaras formasi Klapanunggal. Umur anggota breksi ini Miosen Tengah.
e) Formasi Klapanunggal (Tmk): terutama batugamping terumbu padat dengan
foraminifera besar dan fosil - fosil lainnya termasuk moluska dan echinodermata.
Umur satuan ini diduga setara dengan formasi Lengkong dan Bojonglopang di zona
pegunungan selatan yaitu Miosen Awal. Formasi ini menjemari dengan formasi
Jatiluhur dan di bagian timur lembar ketebalannya mencapai 500 meter.
f) Formasi Jatiluhur (Tmj): Napal dan serpih lempungan dengan sisipan batupasir
kuarsa, bertambah pasiran ke arah timur. Bagian atas formasi ini menjemari dengan
formasi Klapanunggal dan berumur Miosen Awal.

2. Batuan Gunungapi
a) Lava Gunungapi Endut - Prabakti (Qvep): tersusun andesit hornblende yang
mengandung oligoklas, andesin, hipersten dan hornblende.
b) Batuan Gunungapi Gunung Salak : Merupakan produk dari gunungapi gunung Salak
yang terdiri atas; aliran lava, andesit basal dengan piroksin (Qvsl); lahar, breksi
tufaan dan lapili, bersusunan andesit basal, lapuk (Qvsb); tufa batuapung pasiran
(Qvst).
c) Batuan Gunungapi Gunung Pangrango : Hasil erupsi gunungapi Pangrango yaitu;
endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit (Qvpy) dan endapan lebih tua, lahar
dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksin dan
hornblende (Qvpo).
d) Batuan Guunungapi Gunung Gede : Hasil kegiatan erupsi gunung Gede terdiri atas;
aliran lava termuda (Qvgy); breksi tufaan dan lahar, andesit dengan oligoklas-
andesin, piroksin dan abundan hornblende, tekstur trakit, umumnya lapuk (Qvg);
aliran lava bersusunan andesit basal (Qvgl); aliran lava basal gunung Gegerbentang
(Qvba); breksi dan lava gunung Kencana dan gunung Limo (Qvk).

3. Batuan Gunungapi Tua


a) Batuan Gunungapi Tak Terpisahkan (Qvu); breksi dan aliran lava, terutama andesit.
b) Breksi Gunungapi (Qvb); breksi bersusunan andesit-basal, setempat aglomerat,
lapuk.
c) Lava Gunungapi (Qvl); aliran lava di daerah Bogor bersusunan basal dengan
labradorit, piroksin dan hornblende. Di daerah Palabuhanratu bersusunan andesit
dengan oligoklas-andesin dan abundan hornblende.

11
Gambar 2.5 Peta Geologi PT. Lotus SG Lestari
Sumber : PT Lotus SG Lestari
12
2.4.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.6 Stratigrafi Regional Bogor


Sumber : A.C D\Effendi, Kusnama dan B. Hermanto. Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa Barat,
Bandung 1998.
13

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Andesit

Batuan Andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900˚- 1.100˚ C.
Mineral-mineral yang dikandung batuan andesit bersifat mikroskopis, sehingga tak bisa
dilihat tanpa batuan mikroskop. Material-material itu (Ilmugeografi, 2016) antara lain
adalah :

• Silika (SiO2), dengan jumlah antara 52-63 %


• Kuarsa, dengan jumlah sekitar 20 %
• Biotite
• Basalt
• Feltise
• Plagioclase feldspar
• Pyroxene (clinopyroxene dan orthopyroxene)
• Hornblende dengan persentase sangat kecil

Di lapangan, morfologi batuan andesit dapat dikenali dari warna abu-abu yang
dominan sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang cukup besar.
Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat dan struktur yang
sangat pejal. Tetapi, struktur kepadatan batuan andesit masih dibawah batuan granit.

Batuan Andesit berbentuk kristalin. Terdapat beberapa macam kristal mineral pada
batuan andesit. Kristal-kristal ini sudah terbentuk jauh sebelum proses pembekuan
magma terjadi. Karena itu, para ahli geologi bisa mengidentifikasi sejarah perjalanan
magma dari kristalin yang terdapat pada batuan andesit. (Ilmugeografi, 2016)

Kristal-kristal penyusun batuan andesit memiliki dua ukuran. Perbedaan ukuran ini
terjadi karena magma yang keluar ke permukaan bumi belum sempat terkristal akan
terkristal dengan cepat karena suhu permukaan yang rendah. Hasilnya adalah dua kristal
dengan ukuran yang berbeda yaitu:

• Fenokris. adalah kristal besar yang sudah terbentuk perlahan-lahan sejak di


bawah permukaan bumi

17
• Groundmass, adalah kristal berukuran kecil yang terbentuk dengan cepat di
permukaan.

Pada umumnya, jenis kristal-kristal dalam batuan andesit seragam (Fenokris saja
atau Groundmass saja). Namun, ada kejadian dimana batuan andesit mengandung
keduanya, baik fenokris maupun groundmass. Batuan andesit dengan ciri-ciri seperti ini
disebut Andesit Porfiri.

Walaupun pada umumnya berwarna abu-abu, namun pada kondisi cuaca tertentu,
batuan andesit bisa saja memiliki warna coklat tua. Karena itu untuk mengidentifikasinya
perlu dilakukan pemeriksaan lebih detail. Jika ditemukan ada batuan yang memiliki ciri
morfologi sama dengan batuan andesit tapi belum pasti akan kandungan kimianya,
maka untuk sementara batuan tersebut disebut andesitoid. Setelah dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai kandungan mineralnya barulah diputuskan apakah batuan ini
benar merupakan batuan andesit atau bukan.

Proses pembentukan batuan andesit secara letusan (vulkanologi) agak mirip dengan
proses pembentukan batuan diorit. Batuan andosit biasanya ditemukan dalam aliran
lava yang dihasilkan stratovulkano. Lava yang naik ke permukaan bumi akan mengalami
proses pendinginan dengan sangat cepat, karena itu tekstur batuan andesit sangat
halus. (Ilmugeografi, 2016)

Ada banyak situasi yang mendorong terbentuknya batuan andesit. Salah satunya
adalah terbentuk setelah proses melting (pelelehan/pencairan) lempeng samudera
akibat subduksi. Subduksi yang menyebabkan pelelehan itu merupakan sumber magma
yang naik dan membeku menjadi batuan andesit. Karena itu biasanya batuan andesit
terletak diatas zona subdiksi yang jadi batuan umum penyusun kerak benua.

Selain karena subduksi, batuan andesit juga bisa terbentuk jauh dari zona subduksi.
Misalnya, batuan andesit juga bisa terbentuk pada ocean ridges dan oceanic hotspot
yang dihasilkan dari pelelehan sebagian (partial melting) batuan basalt. Batuan andesit
juga bisa terbentuk saat terjadi letusan pada struktur dalam lempeng benua yang
menyebabkan magma yang meleleh keluar menuju kerak benua (lava) bercampur
dengan magma benua.

3.2 Aktivitas Penambangan

3.2.1 Tahapan Penambangan

18
1. Pembersihan lahan (Land Clearing)

Land Clearing bertujuan untuk membersihkan area penambangan dari


tumbuhan semak-semak belukar, pohon, serta material yang menghalangi
pengganggu kegiatan penambangan seperti bongkahan batu. Pada kegiatan
ini jenis tanaman dan keadaan di lokasi penambangan harus diketahui
terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui alat apa yang akan digunakan.
Pada umumnya alat yang digunakan yaitu bulldozer dan excavator
(Rochmanhadi, 1982).

2. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)

Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dahulu dan ditempatkan


terpisah terhadap batuan penutup (overburden), agar pada saat
pelaksanaan reklamasi dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan top soil ini
dilakukan sampai pada batas lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman dimana
telah sampai di lapisan batuan penutup. Kegiatan pengupasan tanah pucuk
ini terjadi jika lahan yang digali masih berupa rona awal yang asli (belum
pemah digali). (Ranto, 2012)

Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya di timbun dan dikumpulkan


pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah top soil bank. Untuk
selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di top soil bank pada saatnya nanti
akan dipergunakan sebagai pelapis teratas pada lahan disposal yang telah
berakhir (final slope) dan memasuki tahapan program reklamasi. Penggalian
atau pemisahan tanah pucuk dilakukan dengan menggunakan bulldozer,
excavator, dan truck..

Tanah pucuk yang telah ditimbun pada lokasi khusus pada saat diperlukan
akan dihamparkan kembali diatas tanah timbunan yang bersifat permanen.
Tujuan penanganan tanah pucuk tersebut adalah untuk menjaga agar tidak
tercampur dengan tanah Iain, agar unsur hara tidak mati, dan tanah pucuk
tidak tererosi. Penebaran kembali tanah pucuk dilakukan dengan ketebalan
antara 20-30 cm diatas lahan yang telah ditata dan dirapikan agar bebas
erosi.

19
3. Pengupasan Tanah Penutup (Striping Overburden)

Pembongkaran lapisan tanah penutup bertujuan untuk membuang tanah


penutup (overburden) agar endapan atau bahan galian mudah di dapat atau
mudah di tambang. Pengertian pengupasan tanah penutup sendiri adalah
pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan
bahan galian agar bahan galian tersebut dapat diambil.

4. Penambangan Batuan Andesit

Kegiatan penambangan dapat dilakukan apabila sudah tidak tertutup lagi


oleh lapisan penutup. Rangkaian kegiatan gali-muatangkut pada umumnya
diawali dengan drilling dan blasting untuk memudahkan pemberaian dari
material yang akan ditambang.

a. Pemboran (Drilling)
Kegiatan pengeboran dilakukan sebagai persiapan untuk membuat
geometri lubang peledakan. Kedalaman lubang disesuaikan dengan
kebutuhan lubang ledak.

b. Peledakan (Blasting)
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari tahapan persiapan sebelumnya.
Pada tahap ini lubang peledakan yang sudah siap akan diisi dengan bahan
peledak yang kemudian dirangkai untuk melepaskan bahan galian dari
batuan induknya.

c. Pemuatan dan Pengangkutan (Loading and Hauling)


Loading merupakan proses pemuatan material hasil galian oleh alat muat
(loading equipment) seperti power shovel, backhoe, dragline yang
dimuatkan pada alat angkut (hauling equipment). Pemuatan adalah
kegiatan untuk mengambil dan memuat hasil galian ke dalam alat angkut,
untuk dibawa ke suatu tempat. Peralatan yang digunakan dalam
pemuatan biasanya menggunakan backhoe atau dragline.

Pengangkutan adalah kegiatan untuk memindahkan bahan galian dari


lokasi penambangan ke suatu tempat dengan menggunakan alat mekanis
yang biasanya digunakan yaitu dump truck.

20
5. Pengolahan Batu Andesit
Setelah hasil galian diangkut akan dibawa ke crusher untuk diolah lebih
lanjut. Proses yang akan terjadi yaitu secara fisik, ukuran material galian akan
di reduksi menjadi lebih kecil sampai ke ukuran yang diinginkan. Beberapa
material juga akan melalui tahap pencucian supaya kualitas produk lebih baik
dan harga jual meningkat.

6. Penjualan Produk
Produk yang sudah sampai pada tahap akhir pengolahan akan siap untuk
dijual atau didistribusikan kepada konsumen.

7. Reklamasi

Reklamasi akan dilakukan ketika masa umur tambang sudah habis. Adapun
reklamasi menurut PERMEN ESDM No. 26 Tahun 2018, merupakan kegiatan
yang dilakukan sepanjang tahapan Usaha Pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

3.2.2 Alat-Alat Penambangan


1. Backhoe Excavator
Alat ini digunakan untuk membantu melakukan pekerjaan pemindahan
material dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah sehingga dapat
menghemat waktu. Fungsi lain excavator yaitu :

a. Menggali

b. Memuat
c. Mengangkat material

Backhoe sendiri dikhususkan untuk penggalian yang letaknya


dibawah kedudukannya sendiri, untuk penggalian parit, pondasi
bangunan, dan sebagainya. Adapun faktor-faktor dalam pemilihan
excavator adalah dalam hal kapasitas bucketnya, kondisi kerja, bisa
menggali pada daerah yang lunak sampai keras tetapi bukan tanah asli
berupa batuan keras. Bila batuan keras perlu dilakukan ripping atau
blasting terlebih dahulu.(Tenriajeng, 2003)

21
2. Dump Truck
Dump truck adalah alat angkut yang digunakan untuk memindahkan
material dari satu tempat ke tempat lain. secara umum, dump truk
dilengkapi dengan bak terbuka yang di operasikan dengan bantuan hidrolik,
bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas dan bagian belakang bak
berfungsi sebagai engsel atau sumbu putar sehingga memungkinkan
material yang diangkut bisa jatuh ke tempat yang sudah direncanakan.

3. Wheel Loader
Wheel loader adalah alat pemuat beroda karet (ban), penggunaannya
hampir sama dengan dozer shovel. Perbedaannya terletak pada landasan
kerjanya, dimana landasan kerja untuk wheel loader harus relatif rata,
kering dan kokoh. (PT United Tractors)

4. Alat Bor
Alat bor digunakan untuk membuat lubang yang mana nantinya lubang
tersebut diisi oleh bahan peledak untuk tahapan peledakan. Alat bor terdiri
dari :

a. Mesin Bor, berfungsi sebagai sumber energy adalah penggerak utama,


mengkonversikan energy dari bentuk asal (fluida, elektrik, pneumatic,
atau penggerak mesin combustion) ke energy mekanik untuk
mengfungsikan sistem.
b. Batang bor (rod), berfungsi mentransmisikan energi dari penggerak
utama ke mata bor (bit).
c. Mata bor (bit), sebagai pengguna energy didalam sistem, menyerang
batuan secara mekanik untuk melakukann penetrasi.
d. Sirkulasi fluida, berfungsi untuk membersihkan lubang bor, mengontrol
debu, mendinginkan bit dan kadang-kadang menstabilkan lubang bor.

3.2.3 Metode Penambangan Open


Cast
Penambangan dengan cara ini hampir sama dengan cara penambangan open
pit. Namun teknik penambangan ini dilakukan di daerah bukit lereng. Medan
22
kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau sebaliknya. Bentuk tambang dapat
pula melingkari bukit atau undakan. Hal tersebut tergantung dari letak endapan
penambangan yang diinginkan.

3.3 Produktivitas Alat Gali-Muat

3.3.1 Fill Factor

Faktor pengisian adalah perbandingan antara kapasitas muat dengan kapasitas


baku alat angkut dinyatakan dalam persen, semakin besar faktor pengisian maka
semakin besar kemampuan nyata alat tersebut.

Vn

FF = x 100%

Vt

…………………………….. (1)

Keterangan :
FF = Faktor Pengisian (Fill Factor) (%)
Vn = Kapasitas atau Volume Nyata Alat Muat (LCM)
Vt = Kapasitas atau Volume Teoritis Alat Muat (LCM)

3.3.2 Swell Factor


Faktor pengembangan material (Swell Factor) merupakan faktor perubahan
volume material dimana berat material tetap sama. Volume material dibagi
menjadi tiga bentuk berdasarkan keadaannya yaitu :

• Bank Cubic Meter (BCM) adalah volume material pada kondisi aslinya,
• Loose Cubic Meter (LCM) adalah volume material yang sudah mengalami
penggalian, dan
• Compacted Cubic Meter (CCM) adalah volume material yang sudah
mengalami penggalian kemudian dilakukan pemadatan kembali.

Secara teoritis nilai Swell Factor (SF) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan seperti yang ada di bawah ini:

…………………………….. (2)
23
3.3.3 Cycle Time
Waktu edar merupakan waktu yang ditempuh oleh alat untuk 1 (satu) kali
pekerjaan Waktu edar alat muat dimulai dari saat menggali sampai pada posisi
mulai menggali kembali, sedangkan waktu edar alat angkut adalah waktu edar
yang ditempuh oleh alat angkut mulai dari proses dimuati oleh alat muat
sampai pada posisi mulai untuk dimuati kembali (Hadi, dkk, 2015). Untuk
menghitung waktu edar alat gali-muat dan alat angkut dapat digunakan rumus
sebagai berikut :

1) Waktu edar alat gali-muat

Waktu edar alat gali muat dapat dirumuskan sebagai berikut:

Cycle Time Alat Muat = tg + tpi + td + tpk ……… (3)

Keterangan:
Ctm = waktu edar alat gali-muat (detik). tg = Waktu
Penggalian (Detik/Menit) tpi = Waktu Putar Isi
(Detik/Menit) td = Waktu Pengosongan (Dumping)
(Detik/Menit) tpk = Waktu Putar Kosong (Detik/Menit)

2) Waktu edar alat angkut


Waktu edar alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut:

Cycle Time Alat Angkut = tmi + td + Tk + tmk + ti + Ti …. (4)

Keterangan:
Cta = Waktu edar alat angkut (menit). Tmi = Waktu
Maneuver Isi (Detik/Menit) td = Waktu Pengosongan /
Dumping (Detik/Menit)

Tk = Waktu Angkut Kembali Kosong (Detik/Menit)

tmk = Waktu Maneuver Kosong (Detik/Menit) ti

= Waktu Pengisian atau Loading (Detik/Menit)

24
Ti = Waktu Angkut Berangkat Isi (Detik/Menit)

3.3.4 Efisiensi Kerja Alat


Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja dengan waktu
yang tersedia (Yanto Indonesianto, 2005).

Efisiensi Kerja = ……………………….. (5)

3.3.5 Produktivitas Alat Gali Muat

3.3.5.1 Produktivitas Alat Muat

Untuk menghitung produktivitas alat muat dapat digunakan rumus :

Em × 60 × Hm × FFm × SF

Pm1= Cm …………………………….. (6)

Dimana : Pm1 = Produktivitas Al at Gali dan Muat (BCM/jam/alat)


Em = Efisiensi Kerja Alat Gali dan Muat (%)
Hm = Kapasitas Bucket (LCM)
FFm = Faktor Pengisian Alat Gali dan Muat (%)
SF = Faktor pengembangan Material (%)
Cm = Waktu Edar (Cycle Time) Alat Gali dan Muat (menit) Untuk
menghitung Produksi alat muat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Pm = Pm1 x nm ………………………………………….. (7)

Dimana : Pm = Produksi Alat Muat (BCM/jam) Pm1 =


Produktivitas Alat Muat (BCM/jam/alat) nm = Jumlah Alat
Muat (alat)

25
3.3.5.2 Produktivitas Alat Angkut

Untuk menghitung produksitivitas alat angkut dapat dihitung dengan rumus


sebagai berikut:

Pa1= E a × 60 × HmC×aFFm
× np× SF …………………………….. (8)

Dimana : Pa1 = Produktivitas Angkut (BCM/jam/alat)


Ea = Efisiensi Kerja Alat Angkut (%)
Hm = Kapasitas Bucket Alat Muat (LCM) FFm = Faktor
Pengisian Alat Muat (%) np = Jumlah Pemuatan
SF = Faktor pengembangan Material (%)
Ca = Waktu Edar (Cycle Time) Alat Angkut (menit)

Untuk menghitung Produksi alat muat dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Pa = Pa1 x na ……………………………………………….. (9)

Dimana : Pa = Produksi Alat Angkut (BCM/jam) Pa1


= Produktivitas Alat Angkut (BCM/jam/alat) na = Jumlah
Alat Angkut (alat)

3.3.6 Faktor Keserasian (Match Factor)

Pada kegiatan penambangan, keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut
perlu diperhatikan. Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat galimuat haruslah
sama dengan produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut
dan alat gali-muat mempunyai nilai satu, yaitu:

produktifitasalatangkut produktifitasalatgali muat produktivitasalatangkut


1 ..............(10) produktivitasalatgalimuat
banyak pengisian x jumlah alat angkut x CT alat gali

MF 

26
Jumlah alat gali x CT alat angkut

Keterangan:
MF = Match Factor atau faktor keserasian
CT = Cycle Time

Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap
faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja sehingga banyak kegiatan yang akan terhambat.
Harga match factor dapat dituliskan sebagai berikut :

A. MF < 1

Artinya alat gali muat bekerja kurang dari 100% dan alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat loading.

B. MF = 1

Artinya alat gali muat dan alat angkut bekerja 100% sehingga tidak
terjadi waktu tunggu bagi kedua alat tersebut.

C. MF > 1

Artinya alat gali muat bekerja 100% dan alat angkut bekerja kurang dari 100%
sehingga terjadi jadi antrian.

3.4 Produktivitas Pemboran


Kegiatan yang dilakukan sebelum suatu operasi proses peledakan batuan
dilakukan disebut pemboran. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah
lubang ledak dengan pola tertentu sebagai tempat pengisian bahan peledak yang
kemudian diledakan untuk membongkar batuan dari kondisi aslinya di alam. Pada
dasarnya, prinsip pengeboran lubang tembak bertujuan untuk mendapatkan
kualitas lubang ledak yang baik dengan melalui pengeboran yang cepat dan dalam
posisi yang tepat.

Untuk mengetahui kemampuan atau produktivitas alat bor dapat dilakukan


dengan beberapa perhitungan dibawah ini :

1. Perhitungan waktu edar (Cycle Time)


27
Pada perhitungan cycle time alat bor dapat digunakan rumus, yaitu:

Cycle Time (CT) = Wb + Wm + We + Wp ………..… (11)

Dimana :

Wb : Waktu membor

Wm : Waktu menyambung rod

We : Waktu mengangkat rod

Wp : Waktu pindah posisi

2. Perhitungan efisiensi kerja


Pada perhitungan efisiensi kerja alat, digunakan rumus yaitu :

EFF = …………………………….. (12)

Dimana :
EFF : Efisiensi kerja (%)
We : Waktu kerja efektif (jam)
T : Waktu yang tersedia (jam)

3. Perhitungan kecepatan pemboran


Pada perhitungan kecepatan pemboran dapat diketahui dengan
menggunakan rumus, yaitu :

Vt = …………………………….…………….. (13)

Dimana :
Vt : Kecepatan pemboran (meter/jam)
H : Kedalaman lubang bor (meter)
CT : Waktu edar pengeboran (menit)

4. Perhitungan produktivitas alat bor


Untuk menghitung prosuktivitas alat bor dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
28
P = …………………………….. (14)

Dimana :
P : Kemampuan pemboran (lubang/jam)
Eff : Efisiensi kerja (%)
CT : Cycle time (menit)

3.5 Peledakan (Blasting)


3.5.1 Geometri Peledakan

Peledakan merupakan salah satu kegiatan pada penambangan untuk


melepaskan batuan dari massa batuan induknya, sehingga dapat dengan mudah
alat berat untuk mengambilnya serta mempermudah kinerja dari mesin crusher
untuk melakukan proses pengecilan ukuran (kominusi).

Metode dalam menentukan rancangan geometri peledakan dikembangkan oleh


para ahli–ahli bidang pertambangan. Berikut adalah gambaran mengenai
rancangan geometri peledakan.

Gambar 3.1 Terminologi dan simbol geometri peledakan

Sumber : Modul Diklat Pelaksanaan Peledakan Pada Tambang Terbuka Mineral


dan Batubara

Untuk mendapatkan kualitas lubang ledak yang baik, perlu diketahui terlebih
dahulu bagaimana geometri peledakannya, yang terdiri dari arah pemboran,
pola pemboran, diameter lubang ledak serta kedalaman lubang ledak yang akan
dilakukan.
29
1. Arah Pemboran
Agar menjamin keseragaman burden dan spasi dalam geometri peledakan
arah penjajaran lubang bor harus sejajar. Adapun arah pemboran lubang
ledak terbagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Arah pemboran tegak lurus
(vertical)

Pada arah pemboran ini, gelombang tekan yang besar akan diterima
oleh lantai jenjang, kemudian menyebabkan tumpukan yang besar pada
lantai jenjang. Hal ini disebabkan pada bidang bebas terdapat
gelombang tekan yang dipantulkan sebagian dan sebagian lagi pada
bagian bawah lantai jenjang gelombang tekan juga dipantulkan
b. Arah pemboran miring
Pemakaian pada arah ini akan membentuk bidang bebas yang lebih luas,
yang akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang
tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan
pada bagian bawah lantai jenjang akan lebih kecil.

Gambar 3.2 Geometri Lubang Bor

Sumber : Modul Diklat Pelaksanaan Peledakan Pada Tambang Terbuka Mineral


dan Batubara

2. Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola atau rangkaian yang bertujuan
untuk menempatkan lubang-lubang ledak secara sistematis dengan
mengetahui jumlah batuan yang akan diperoleh per meter pemboran. Pola
pemboran ini dilakukan dengan cara menempatkan titik–titik yang
mempunyai jarak burden dan spacing pada daerah yang akan diledakan.

30
Pola pemboran yang umum digunakan pada tambang terbuka ada 3 jenis
pola, yaitu :

1. Pola Bujursangkar (Square Drill Pattern)


Jarak burden dan spasi yang sama dimiliki pada pola pemboran ini.

2. Pola Persegi Panjang (Reactangular Drill Pattern)


Jarak spasi pada suatu baris lebih besar dari burden pada pola pemboran
ini.

3. Pola Selang-seling (Staggered pattern)


Pola pemboran yang mempunyai rancangan selang – seling atau zig –
zag, baik pada square drill pattern ataupun pada reactangular drill
pattern.

Gambar 3.3 Pola Pemboran

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan


Konstruksi

3. Diameter Lubang Ledak


Diameter lubang ledak pada geometri pemboran dilakukan berdasar dari
volume batuan yang dibongkar, tingkat fragmentasi yang dibutuhkan dan
tinggi jenjang. Penggunaan ukuran diameter lubang ledak yang kecil akan
menyebabkan energi yang dihasilkan dari peledakan juga akan lebih kecil,
sehingga tidak dapat membongkar batuan dan menyebabkan ukuran
fragmentasi batuan yang besar berbentuk bongkahan (boulder), lalu pada
penggunaan diameter lubang ledak yang terlalu besar juga dapat

31
menghasilkan fragmentasi yang kurang baik, yang berbentuk lebih halus
terutama pada kondisi batuan yang mempunyai banyak kekar.

4. Kedalaman Lubang Ledak


Kedalaman lubang ledak menyesuaikan dengan tinggi jenjang yang
dirancang oleh perusahaan. Dalam penentuan kedalaman lubang ledak perlu
diperhatikan penambahan subdrilling. Subdrilling adalah penambahan
kedalaman lubang ledak melebihi tinggi jenjang untuk mendapatkan lantai
jenjang yang rata dan tidak menghasilkan lantai jenjang yang menonjol pada
bagian bawah lantai setelah dilakukannya proses peledakan. Lantai bawah
jenjang yang menonjol akan mengakibatkan kinerja alat gali semakin berat
karena adanya sisa batuan dari peledakan yang tidak sempurna terberai.

Adapun menurut teori C.J Konya

• Burden, dihitung berdasarkan diameter lubang ledak, jenis batuan dan jenis
bahan peledak yang diekspresikan dengan densitasnya. Adapun rumusnya
adalah:

B= ……………………………..….. (15)
Dimana : B = Burden (ft) de =

Diameter bahan peledak (inci)

𝜌𝑒 = Berat jenis bahan peleldak

𝜌𝑟 = Berat jenis batuan

• Spasi (Spacing), ditentukan berdasarkan sistem tunda


yang direncanakan dan kemungkinan-kemungkinannya adalah :
1) Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blastholes)

H < 4B  S = ; H > 4B  S = 2B
2) Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row blastholes)

H < 4B  S = ; H > 4B  S = 1,4B


3) Stemming (T) :

- Batuan massif, T = B

32
- Batuan berlapis, T = 0,7B
4) Subdrilling (J) = 0,3B
5) Kolom isian (PC) = H – T

3.5.2 Perhitungan Peledakan


3.5.2.1 Volume Peledakan
Volume yang akan diledakkan dinamakan volume padat (solid atau insitu atau
bank), sedangkan volume yang telah terberai disebut volume lepas (loose).
Konversi dari volume padat ke volume lepas menggunakan faktor berai atau
swell factor, yaitu suatu faktor peubah yang dirumuskan sebagai berikut :

SF = x 100% …………………………….………….. (16)

Apabila : Vs = B x S x H x n maka :
Apabila ditanyakan berat hasil peledakan, maka dihitung dengan mengalikan
volume dengan densitas batuannya, yaitu :

W = V x 𝜌 ………………………….……….……….. (17)

3.5.2.2 Jumlah Bahan Peledak


Densitas pengisian (loading density) merupakan jumlah bahan peledak setiap
meter kedalaman lubang ledak yang digunakan untuk menghitung jumlah bahan
peledak yang diperlukan setiap kali peledakan.

Adapun keperluan bahan peledak setiap kolom adalah sebagai berikut :

Whandak = PC x 𝜌𝑑 …………………………….…….. (18)

Wtotal handak = n x PC x 𝜌𝑑 ……………...….……….. (19)

Densitas pengisian dapat diperoleh dari hasil perpotongan kolom diameter


lubang ledak dengan baris densitas bahan peledak yang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

33
Tabel 3.1 Densitas pengisian untuk berbagai diameter lubang ledak dan densitas
bahan peledak dalam kg/m

3.5.2.3 Powder Factor (PF)


Powder Factor (PF) merupakan perbandingan jumlah bahan peledak yang
dipakai dengan volume peledakan, sehingga satuanya kg/m 3 atau kg/ton.
Pemanfaatan PF cenderung mengarah pada nilai ekonomis suatu proses
peledakan karena berkaitan dengan harga bahan peledak yang digunakan dan
perolehan fragmentasi peledakan yang akan dijual.

PF = …………………………….……………..….. (20)

Powder factor dipengaruhi oleh geometri peledakan, struktur geologi dan


karakteristik massa batuan itu sendiri. Berikut adalah hubungan powder factor
dengan beberapa jenis batuan pada tabel 3.2

34
Tabel 3.2 Hubungan Nilai Powder Factor dengan Jenis Batuan

Jenis Batuan Powder Factor (kg/m3)

Massive high strength rocks 0,60 – 1,50

Medium strength rocks 0,3 – 0,6

Highly fissure rocks, weathered or soft 0,10 – 0,30

Sumber : Jimeno, 1995

3.5.2.4 Fragmentasi
Fragmentasi merupakan istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap

bongkah batuan hasil peledakan. Menurut Cunningham (1987), untuk mencari

ukuran rata-rata fragmentasi dari hasil peledakan untuk bahan peledak ANFO
-0,8
adalah sebagai berikut : . Q e …………………..…..….. (21)

Xm = A (PF)

Dimana :
Xm : Ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A : Faktor batuan
1 = Lunak
7 = Agak lunak
10 = Keras dengan banyak rekahan
13 = Keras, sedikit rekahan
Qe : Massa bahan peledak per lubang ledak (kg)
PF : Powder factor (kg/m3)
E : Relative Weight Strength (RWS) bahan peledak
ANFO = 100
TNT = 115

BAB IV

35
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian


Tempat pelaksanaan Kerja Praktek (KP) dilaksanakan di PT Lotus SG Lestari yang
terletak di Kampung Pabuaran, RT 05/06, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Bogor, Jawa Barat.

4.1.2 Waktu Penelitian


Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) dilaksanakan mulai pada minggu ketiga bulan
Agustus 2020 hingga minggu ketiga bulan September 2020. Untuk rincian waktu
dan durasi Kerja Praktek (KP) akan disesuaikan oleh perusahaan, berikut adalah
rincian kegiatan yang direncanakan, yaitu :

Tabel 4.1 Jadwal Waktu Penelitian


Kegiatan Agustus
2020 September
2020

Minggu Ke- 4 1 2 3 4

Kegiatan Lapangan

Pengolahan dan Analisis Data

Penyusunan Laporan Presentasi (jika


diperlukan)

4.2 Teknik Pengumpulan Data


4.2.1 Studi Literatur
Studi Literatur yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari
referensi buku, jurnal, artikel maupun laporan yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan

4.2.2 Observasi Lapangan


Observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan secara langsung jalannya
proses yang menjadi tinjauan umum penulis. Observasi yang dilakukan peneliti
dilapangan meliputi sebagai berikut : a. Pengambilan data Cycle Time

36
b. Pengambilan data Fill Factor
c. Pengambilan data efisiensi alat
d. Pengambilan data geometri peledakan

4.2.3 Wawancara
Wawancara, yaitu untuk mendapatkan data dengan cara melakukan wawancara
pada narasumber, dalam hal ini karyawan perusahaan yang memberikan
penjelasan dan data yang berhubungan dengan objek penulisan dalam laporan ini.

4.3 Pengolahan Data


Mengumpulkan data yang telah diperoleh kemudian data tersebut
menjadi susunan kata yang saling tersambung satu sama lain. Melakukan
perhitungan dengan rumus-rumus seperti :

a. Rumus produktivitas excavator

b. Rumus produktivitas dump truck

c. Rumus match factor alat gali dan alat muat-angkut.

d. Rumus produktivitas drilling machine

e. Rumus powder factor peledakan

4.4 Penarikan Kesimpulan

Mengambil inti-inti dari data yang diperoleh menjadi kesimpulan yang penting
sehingga mudah dipahami.

37
KEGIATAN OPERASI
PRODUKSI BATU ANDESIT
BULAN AGUSTUS TAHUN
2020 PADA SITE RUMPIN
PT. LOTUS SG LESTARI

Lapangan

Orientasi Pengumpula Data

Data Primer:
1. Pengambilan data Cycle Time Data Sekunder:
2. Pengambilan data Fill Factor 1. Data Curah Hujan
2. Kondisi Geologi
3. Pengambilan data efisiensi alat 3. Peta (Topografi, IUP, dll)
4.Pengambilan data geometri
peledakan

Pengolahan Data

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4. 1 Diagram Alir Metodeologi Penelitian

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan operasi penambangan pada PT. Lotus SG Lestari secara umum terdiri dari
kegiatan pengupasan top soil dan overburden, pemboran (Drilling), peledakan
(Blasting), pemuatan (Loading), pengangkutan (Hauling), pengosongan

(Dumping).

38
Gambar 5.1 Diagram Alir Kegiatan Operasi Penambangan Batu Andesit di PT Lotus
SG Lestari

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

5.1 Pengupasan Tanah Pucuk & Overburden

Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan untuk membuka lahan front
penambangan baru. Biasanya pada tahap ini tidak membutuhkan kegiatan
peledakan karena pengupasan material masih berupa tanah yang mana masih
dapat dilakukan dengan menggunakan excavator. Namun apabila terdapat lapisan
batuan yang menutupi material tambang maka proses peledakan perlu dilakukan.

Kegiatan development pada PT. Lotus SG Lestari tidak memiliki target pencapaian
yang terstruktur. Hal ini dikarenakan minimnya lahan disposal yang dimiliki oleh
perusahaan.

Proses loading material overburden menggunakan excavator Kobelco SK330 dan


dimuat ke alat angkut Hino FM260TI dan Tonly TL855BR. Untuk penataan pada
area disposal menggunakan excavator Kobelco SK200.

39
Gambar 5.2 Tahap Development menggunakan Alat Excavator SK330

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

Gambar 5.3 Excavator Kobelco SK 200


Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

5.2 Penambangan

Sistem penambangan pada PT. Lotus SG Lestari adalah tambang terbuka dengan
metode open cast. Jenjang dibuat dengan nilai kemiringan 75 ˚-80˚. PT. Lotus SG
Lestari memiliki wilayah IUP seluas 79,2 Hektar (Ha) yang terbagi menjadi 2
perijinan IUP. Adapun target produksi pada PT. Lotus SG Lestari untuk tahun 2020
adalah sebesar 1.300.344 ton.

40
Gambar 5.4 Metode Open Cast
Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

5.2.1 Pemboran (Drilling)

Geometri pemboran meliputi diameter, kedalaman lubang bor. Dari hasil


data yang didapatkan di lapangan PT Gunung Bumi Perkasa menggunakan burden
2 meter dan spasi 3 meter yang dimana mempunyai kedalaman 6 meter setiap
lubangnya sehingga memerlukan 2 batang bor dengan Panjang batang bor 3
meter, sehingga untuk mencapai kedalaman 6 meter, maka pada satu lubang
digunakan 2 batang bor. Alat bor yang digunakan dalam proses pemboran lubang
ledak yaitu CRD (Crawler Rock Drill) dengan merk drill machine Furukawa HCR900-
ES II dan kompressor PDS750S-4B1 Airman . Diameter lubang bor yang digunakan
3 inci (76.22 mm) dan mata bor yang digunakan dalam pemboran ini yaitu button
bit, dengan menggunakan metode pengeboran top hammer. PT Gunung Bumi
Perkasa menggunakan Pola Pemboran excelont atau corner cut pattern.

41
Gambar 5.5 Pemboran menggunakan alat bor HCR900-ES II

Sumber : Dokumen kegiatan kerja praktek

Gambar 5.6 Pemboran menggunakan kompressor PDS750S-4B1 Airman

Sumber : Dokumen kegiatan kerja praktek

5.2.1.1 Cycle Time Alat Bor

Untuk menghitung cycle time pemboran didapatkan data dari dua tahap
persian lubang peledakan menggunakan alat yang sama tetapi dengan jumlah
lubang bor yang beda. Pada tahap persiapan lubang peldakan yang pertama
menggunakan spasi 3, burden 2 dengan kedalaman 6 meter sebanyak 50 lubang.
Lalu pada tahap peledakan yang kedua mempunyai spasi, burden, serta kedalam
yang sama tetapi berbeda pada banyaknya lubang yaitu sebanyak 36 lubang.

Selanjutnya, dilakukan perhitungan cycle time dengan digunakan persamaan:

42
Cycle Time (CT) = Wb + Wm + We + Wp

Didapatkan cycle time rata-rata alat bor HCR900-ES II pada tahap


peledakan yang pertama (I) yaitu 10.601 menit/lubang, dan pada tahap
peledakan yang kedua dengan jenis alat yang sama yaitu 9 menit/lubang. Tabel
perhitungan cycle time dapat dilihat pada Lampiran II.

Kecepatan Pemboran

Berdasarkan data waktu membor rata-rata pada peledakan pertama


adalah 7.01 menit dengan kedalaman lubang rata-rata 6 meter maka kecepatan
pemboran diperoleh 0.855 meter/menit. Dan pada peledakan yang kedua untuk
waktu membor rata-rata adalah 6.43755 menit dengan kedalam lubang rata-rata
yaitu 6 meter maka kecepatan pemboran yang diperoleh adalah 0.93
meter/menit.

Dari kecepatan pemboran tersebut dapat disimpulkan bahwa pada


peledakan kedua lebih cepat untuk kecepatan pemborannya dari pada
peledakan yang pertama karena dipengaruhi oleh kekerasan batuan pada area
peledakan tersebut.

5.2.1.2 Produktivitas Alat Bor

Berdasarkan dari data yang terlampir pada lampiran pengamatan kerja jam
kerja alat bor type Furukawa HCR900-ES II pada tahap peledakan pertama dan
kedua maka dapat ditentukan rata-rata dari keadaan alat dan efektifitasnya
penggunaan dari alat bor dengan menggunakan persamaan matematis pada
berikut ini :

 Data lubang 50 lubang/ blasting


Physical Avaibility = 92.20%
Mechanical Avability = 100%
Use Avability = 81.54%
Efesiensi Utilization = 75.18%

 Data lubang 36 lubang/ blasting


Physical Avaibility = 83.16 %
Mechanical Avability = 100 %
43
Use Avability = 81.15 %
Efesiensi Utilization = 67.80 %

Sehingga kemampuan pemboran berdasarkan data di lapangan yaitu (50


lubang/ blasting) dengan efesiensi kerja 75.18% dan (36 lubang/blasting)
mempunyai efisensi kerja 67.80 %.

Adapun hambatan-hambatan yang mempengaruhi kemampuan pemboran


yaitu sebagai berikut :

a. Sifat Batuan
b. Rock Drillability
c. Umur dan Kondisi Mesin Bor
d. Kondisi Bit
e. Keterampilan operator
f. Waktu pengecekan ala

Perhitungan produktivitas alat bor dilakukan pada tiap alat bor yang digunakan
pada proses penambangan dengan digunakan persamaan :

P =

• Pada peledakan pertama


(15, Juli 2021) Diketahui :

Efisiensi alat bor (EFF) = 75,18 % (Lampiran V)

Cycle Time (CT) = 9 menit (Lampiran II)

0.7518 x 60
P ¿
10.601

P = 4,255 lubang/jam

• Pada peledakan kedua (17, Juli 2021):


Efisiensi alat bor (EFF) = 67,80 % (Lampiran V)
Cycle Time (CT) = 9 menit (Lampiran II)
0.6780 x 60
P ¿
9

P = 4,52 lubang/jam
44
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai produktivitas
alat bor HCR900-ES II pada peledakan pertama dengan 50 lubang yaitu 4,255
lubang/jam dan pada peledakan kedua dengan 36 lubang yaitu 4,52 lubang/jam

Setelah diketahui besarnya nilai produktivitas pada tiap tahap untuk


persiapan peledakan, diketahui bahwa alat bor HCR900-ES II mengalami
penurunan waktu untuk persiapan lubang ledak tahapan yang kedua walaupun
tidak terlalu jauh perbedaanya.

5.2.2 Peledakan (Blasting)

Salah satu kegiatan inti dalam berjalannya operasi produksi pada PT Gunung
Bumi Perkasa adalah peledakan. Hal ini dikarenakan karakteristik batuan andesit
pada wilayah IUP PT Gunung Bumi Perkasa memiliki tingkat kekerasan yang
tinggi sehingga membutuhkan bantuan dari kegiatan peledakan. Target
peledakan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengimbangi kapasitas dari
crushing plant yang dimiliki oleh PT Gunung Bumi Perkasa.

Gambar 5.7 Peledakan Pada Bench 5 PT Lotus SG Lestari

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

Peledakan pada PT Gunung Bumi Perkasa menggunakan bahan peledak ANFO


dengan perbandingan AN dan FO sebesar 95.5 : 4.5, serta menggunakan
detonator nonel. Peledakan diawali dengan mempersiapkan geometri lubang
ledak yang sudah dipersiapkan pada tahap pemboran dengan menggunakan
metode peledakan excellont, hal ini agar hambatan yang diihasilkan pada tahap
peledakan tidak terlalu besar. Burden yang digunakan sebesar 2 meter dan
spacing antar lubang ledak sebesar 3 meter. Kedalam lubang ledak 6 meter. Hal

45
ini disesuaikan juga dengan kemampuan jangkauan maksimum alat berat
excavator yang dimiliki. Setelah pemboran selesai, tim peledakan akan
mengorder bahan peledak kepada kepala gudang handak. Pengambilan bahan
ledak pada PT Gunung Bumi Perkasa akan dijelaskan pada gambar berikut.

46
47
Gambar 5.8 SOP Pengeluaran dan Pengangkutan Bahan Peledak PT. Lotus SG Lestari

Sumber : PT. Lotus SG Lestari

Berdasarkan perijinan PT Lotus SG Lestari, kapasitas bangunan gudang handak yang


dimiliki oleh perusahaan ini sebesar AN 45 ton, dinamit sebesar 1 ton dan detonator
sebesar 2000 pcs. Masing-masing gedung penyimpanan memiliki temperatur maksimal
yang harus dijaga untuk menghindari kepekaan bahan peledak terhadap suhu. Untuk
48
gudang AN memiliki temperatur maksimal 38-40˚, sedangkan untuk gudang dinamit dan
detonator memiliki temperatur maksimal 35˚. Jika cuaca panas dan temperature
menunjukkan nilai hampir mencapai batas suhu maksimal pada tiap gudang, maka akan
dilakukan penyiraman atap gudang untuk menjaga agar temperatur tetap berada dinilai
aman.

Gambar 5.9 Denah Gudang Handak PT Lotus

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

Setelah pengambilan bahan peledak dilakukan, maka selanjutnya adalah


mempersiapkan lokasi peledakan. Juru ledak melakukan pengorderan bahan peledak
kepada kepala gudang handak meliputi jumlah AN, Detonator nonel dan Dinamit yang
dibutuhkan untuk 1 kali peledakan. Selanjutnya, bahan peledak dibawa menuju lokasi
peledakan untuk didistribusikan ke tiap lubang ledak yang sudah disiapkan, lalu
kemudian agar antar lubang ledak terhubung maka dilakukan perangkaian
menggunakan kabel konektor (connecting wire).

Setelah semua tahap perangkaian selesai, dilakukan evakuasi pada sekitar lokasi
peledakan agar bebas dari para pekerja dan alat berat yang berlalu lalang dengan radius
500 meter dari area peledakan. Sebelum dilakukannya peledakan adanya bel yang
berbunyi sebagai peringatan bahwa kegiatan peledakan akan dimulai. Setelah dipastikan
bahwa lokasi aman, maka dilakukan peledakan. Terakhir, yaitu dilakukan pengecekan
terhadap lubang ledak untuk memastikan bahwa semua lubang ledak sudah meledak
sesuai dengan yang direncakan. Setelah itu dilakukan pelaporan kepada Kepala Teknik

49
Tambang. Adapun urutan tugas yang harus dilakukan oleh juru ledak adalah sebagai
berikut.

Persiapan

Pengecekan
Lapangan

Distribusi Handak

Pengisian Lubang
Ledak

Perangkaian

Evakuasi Peledakan

Tidak Aman Aman

Firing

Post Blast

Pelaporan

Gambar 5.10 Urutan Tugas Juru Ledak

Sumber : Modul Diklat Pelaksanaan Peledakan Pada Tambang Terbuka Mineral dan
Batubara

5.2.2.1 Jumlah Bahan Peledak

1.Berdasarkan pengambilan sample data yang dilakukan pada peledakan bench


5, didapatkan data geometri untuk 50 lubang ledak menggunakan burden
sebesar 2 meter, spacing 3 meter, dan kedalaman lubang ledak 6 meter.

W handak = ∑W (AN + FO + Dinamit)

W handak = 668.5 kg + 31.5 kg + 15 kg

= 715 kg
50
5.2.2.2 Volume Peledakan

V=BxSxHxn

V = 2 m x 3 m x 6 m x 50

= 1800 BCM

5.2.2.3 Powder Factor

PF =

715 kg
PF
2! 2 meter x 3 meter x 6 meter x 50

= 0,39 kg/m3

Berdasarkan tabel 3.2 mengenai hubungan nilai Powder Factor dengan


jenis batuan menurut Jimeno, 1995, harga PF yang ekonomis pada batuan ini
berkisar antara 0,20 – 0,3 kg/m3, maka dapat dikatakan nilai PF hasil
peledakan yang didapatkan dari hasil pengambilan data dapat dikatakan
kurang bernilai ekonomis.

5.2.2.4 Fragmentasi

Xm = A (PF)-0,8 . Q e

Xm

= 34,07 cm

Dari hasil perhitungan rata-rata fragmentasi tersebut dapat dikatakan bahwa


ukuran yanng dihasilkan dari kegiatan peledakan masih dapat ditingkatkan
mengingat ukuran feed hopper pada crushing plant yang mencapai 1,3 meter.
Ukuran fragmentasi hasil peledakan masih dapat ditingkatkan lagi dengan
memperlebar jarak spacing dan burden pada pembuatan geometri lubang
peledakan. Dengan memperlebar jarak spacing dan burden pada pembuatan
lubang ledak akan membuat kebutuhan akan bahan peledak menjadi lebih
hemat. Namun diperlukan studi kasus lebih lanjut untuk mengetahui ukuran
51
fragmentasi optimal yang dapat match baik untuk keekonomisan peledakan
dan untuk feed pada crushing plant.

Gambar 5.11 Fragmentasi Hasil Peledakan

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

5.2.3 Pemuatan (Loading)

Pemuatan dilakukan setelah material diledakkan. Alat yang digunakan


adalah 1 unit excavator Kobelco SK 330 dengan kapasitas bucket alat muat yang
digunakan sebesar 2,1 m3 dalam keadaan munjung untuk memindahkan
material kedalam alat angkut dump truck Hino FM 260 TI dengan kapasitas
vessel 18 ton yang selanjutnya diangkut menuju crushing plant untuk diolah.
Selain dump truck Hino FM260TI, PT. Lotus SG Lestari juga menggunakan Tonly
TL855BR dengan kapasitas vessel mencapai 35 ton untuk digunakan dalam
proses pengangkutan. Adapun. Pemuatan dilakukan dengan sudut putar
excavator 90o.

Pada tahap pemuatan dan pengangkutan, penempatan posisi truk untuk


dilakukan pemuatan oleh excavator menggunakan posisi Single Back Up yang
mana truk memposisikan untuk dimuati pada satu tempat. Cara pemuatan
dilakukan dengan Top Loading yaitu kedudukan alat muat lebih tinggi dari vessel
truk, baik berada diatas tumpukan material atau berada diatas jenjang.

52
Gambar 5.12 Proses Pemuatan Material pada Dump Truck Hino FM260TI

Sumber : Dokumen Kegiatan KP

Gambar 5.13 Tonly TL855BR


Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

5.2.3.1 Cycle Time Alat Muat

Pengambilan sample data cycle time pada alat muat excavator Kobelco SK 330
dilakukan pada Bench 5 dengan menghitung cycle time rata-rata pemuatan pada

53
10 sample data yang diambil. Adapun perhitungan cycle time alat muat
menggunakan persamaan :

Cycle Time Alat Muat = tg + tpi + td + tpk

Diketahui :

Penggalian atau Digging (tg) = 8,57 detik

Putar isi atau Swing loaded (tpi) = 3,31 detik

Pengosongan atau Dumping (td) = 4,10 detik

Putar Kosong atau Swing Empty (tpk) = 4,51 detik

Cycle Time Alat Muat = tg + tpi + td + tpk


= 8,57 + 3,31 + 4,10 + 4,51
= 20,49 detik (0,34 menit)

Didapatkan cycle time rata-rata alat muat excavator Kobelco SK 330 yaitu 20,49
detik atau 0,34 menit/bucket. Dapat dilihat pada tabel perhitungan cycle time
pada Lampiran III.

5.2.3.2 Fill Factor

Fill Factor atau faktor pengisian merupakan perbandingan antara


kapasitas nyata dengan kapasitas bucket alat muat secara teoritis yang
dinyatakan dalam persen (%). Fill Factor menunjukkan besar kecilnya
kemampuan nyata pada alat. Nilai Fill Factor yang didapatkan berdasarkan
pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1 Rata-Rata Fill Factor


Sample W material Densitas n bucket V aktual Vak / bucket V teoritis FF (%)
1 17.55 2.5 6 7.02 1.17 2.1 55.71
2 25.43 2.5 9 10.17 1.13 2.1 53.81
3 24.00 2.5 8 9.60 1.20 2.1 57.14
Rata Rata 55.56

54
5.2.3.3 Produktivitas Alat Muat

Untuk menghitung produktivitas alat muat Excavator Kobelco SK 300 digunakan


persamaan :

Q = qL x k x x SF
Diketahui :

Kapasitas Alat Muat (qL) = 2,1 m3 (Lampiran I)

Fill Factor (k) = 0,55

Swell Factor (SF) = 1,5

Cycle Time (CT) = 20,5 detik (Lampiran III)

Q = 2,1 x 0,55 x x 1,5

Q = 304,24 ton/jam

Dari hasil perhitungan, didapatkan produktivitas alat muat excavator Kobelco SK


330 yaitu 304,24 ton/jam.

5.2.4 Pengangkutan (Hauling)

Material yang telah dimuat pada alat angkut selanjutnya langsung dibawa
menuju crushing plant untuk diolah tanpa disimpan terlebih dahulu di stockpile.
Pengangkutan dilakukan dari Bench 6 menuju Plant A yang berjarak 1.300 meter
menggunakan 4 unit dump truck Hino FM 260 TI. Adapun medan jalan yang
dilalui adalah sedikit menanjak dan rata pada beberapa tempat.

55
Gambar 5.14 Diagram Alir Proses Pengangkutan (Hauling)

Sumber : Dokumen kegiatan kerja prakte


5.2.4.1 Cycle Time Alat Angkut

Pengambilan sample data cycle time pada alat angkut dump truck Hino FM 260
TI dilakukan dengan menghitung cycle time rata-rata pengangkutan pada 10
sample data yang diambil. Perhitungan cycle time alat angkut menggunakan
persamaan :

Cycle Time Alat Angkut = tmi + td + Tk + tmk + ti +

Diketahui :

Waktu Maneuver Isi (tmi) = 0,59 menit


Waktu Pengosongan atau Dumping (td) = 0,43 menit
Waktu Angkut Kembali Kosong (Tk) = 4,79 menit

Waktu Maneuver Kosong (tmk) = 0,99 menit


Waktu Pengisian atau Loading (tl) = 2,37 menit
Waktu Angkut Berangkat Isi (Ti) = 5,54 menit
(Cycle Time) Alat Angkut (Ca) = tmi + td + Tk + tmk + ti + Ti
= 0,59 + 0,43 + 4,79 + 0,99 + 2,37 + 5,54
= 14,71 menit

56
5.2.4.2 Produktivitas Alat Angkut

Perhitungan produktivitas alat muat Excavator Kobelco SK 300 digunakan


persamaan :

Ea x Hm x FF x np x SF x 60

𝐶𝑡

Diketahui :
Efisiensi Kerja Alat Muat (Ea) = 0,75 (Lampiran V)

Kapasitas Bucket Alat Muat (Hm) = 2,1 m3 (Lampiran I)

Fill Factor (SF) = 0,55

Jumlah Pemuatan (np) = 6 bucket


Swell Factor (SF) = 1,5

Cycle Time (CT) = 14,71 menit (Lampiran IV)

P = 31,79 lcm/jam = 79,475 ton/jam

Perhitungan menunjukkan nilai produktivitas dump truck Hino FM260TI


dari area penambangan menuju Plant A dengan jarak 1.300 meter adalah 79,475
ton/jam.

5.2.5 Keserasian Alat (Match Factor)

Perhitungan match factor dilakukan untuk mengetahui keserasian alat yang


digunakan pada proses loading yaitu excavator Kobelco SK330 dan proses hauling
yaitu dump truck Hino FM 210 TI. Adapun untuk menghitung match factor
tersebut digunakan persamaan :

MF

Diketahui :

57
Jumlah pemuatan atau bucket (n) = 6 bucket
Jumlah alah angkut (nH) = 4 unit

Cycle time alat muat (cL) = 0,34 menit

Jumlah alat muat (nL) = 1 unit

Cycle time alat angkut (cH) = 14,71 menit


MF

MF = 0,56

Hasil perhitungan match factor pada alat muat excavator Kobelco SK330 dan alat
angkut dump truck Hino FM 210 TI adalah 0,56. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa MF < 1, yang artinya alat angkut bekerja penuh sedangkan alat muat
mempunyai waktu tunggu. Hasil tersebut sesuai dengan keadaan saat dilakukan
penelitian dilapangan, yang mana alat muat menunggu untuk melakukan
pemuatan, sedangkan alat angkut masih ada atau mengantri pada Plant, hal ini
biasanya terjadi karena beberapa kendala pada plant yang mengharuskan alat
angkut menunggu untuk melakukan dumping. Selain itu, kurangnya penggunaan
alat angkut pada proses hauling menyebabkan alat muat menunggu, dan
produktivitas menjadi rendah. Faktor lain seperti kondisi jalan (medan menanjak,
jalan berdebu) dan kerusakan dump truck yang terkadang terjadi pun menjadi
penyebab nilai MF < 1.

5.3 Pengolahan

Setelah material ditambang, selanjutnya dibawa ke tempat pengolahan


(crushing plant). PT Lotus SG Lestari memiliki 2 unit pengolahan yang memiliki
kapasitas berbeda. Unit Crushing Plant A memiliki kapasitas olah 550 ton/jam
dan unit crushing plant B memiliki kapasitas olah 300 ton/jam. Kedua plant ini
tidak selalu digunakan secara bersamaan. Penggunaan unit crushing plant
didasarkan pada kebutuhan dan permintaan konsumen, jika permintaan
meningkat dan mengharuskan maka akan digunakan kedua unit crushing plant
tersebut.

Sampai ke crushing plant, material akan di dump ke dalam jaw crusher yang
memiliki ukuran bukaan maksimum untuk plant A 1300 cm dan untuk plant B
1200 cm. Material akan melalui proses reduksi sampai tiga tahap. Untuk plant A
58
akan dihasilkan 4 produk akhir yaitu abu batu (06 mm), split 1-2 (12-28 mm),
split 2-3 (28-32 mm), dan screening (6-12 mm). Sedangkan untuk plant B hanya
akan menghasilkan 3 produk akhir yaitu split 1-2 (12-28 mm), abu batu (0-8 mm)
dan screening (8-12 mm).

Pada crushing plant A, pengolahan dilakukan dengan tiga tahap crushing,


yaitu terdiri dari primary crushing, secondary crushing dan tertiary crushing.
Bukaan hopper pada crushing plant A sebesar 0-1300 mm. Feed didumping ke
dalam hopper. Screening yang terdapat pada bagian bawah hopper kemudian
memisahkan material yang berukuran 0-70 mm menuju conveyor BC 0, conveyor
ini membawa material menuju scalpting screen yang memisahkan material
berukuran 0-30 mm dan 30-70 mm. Material berukuran 0-30 mm akan langsung
dibuang menjadi waste, sedangkan material 30-70 mm akan masuk ke surge pile.

Untuk material dengan ukuran diatas 70-1300 mm pada tahap screening


awal akan masuk pada primary crusher dan direduksi sampai berukuran 170 mm
yang selanjutnya juga ditampung pada surge pile. Material selanjutnya memasuki
tahap secondary crushing dan direduksi sampai berukuran 58 mm dan
dilanjutnya dengan tertiary crushing hingga berukuran 27 mm.

Setelah itu material akan diayak menggunakan vibrating screen double deck.
Material berukuran lebih besar dari 32 mm akan kembali ke tertiary crusher
untuk direduksi sampai sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Untuk material
pada dek kedua yang berukuran 28-32 mm akan memasuki conveyor yang mana
menghasilkan produk split 2-3. Untuk material yang lolos dari dek kedua akan
tertampung dan menuju ke vibrating screen double deck yang berukuran 6-12
mm. Pada dek pertama material berukuran 12-28 mm akan terpisah menjadi
produk split 1-2. Material pada dek kedua yang berukuran 6-12 mm akan terpisah
dan menjadi produk screening. Sedangkan material yang lolos dari dek kedua
akan tertampung dan menuju penampungan produk abu batu yang berukuran 0-
6 mm. Skema alur pengolahan pada crushing plant A dapat dilihat pada Gambar
5.18.

Sama seperti crushing plant A, tahap pengolahan pada crushing plant B pun
terdiri dari tahap primary crushing, secondary crushing dan tertiary crushing.
Bukaan hopper pada crushing plant B sebesar 0-1200 mm. Screening pada
bagian bawah hopper memisahkan material yang berukuran 0-70 mm menuju
conveyor dan akan langsung dibuang menjadi waste.

59
Sedangkan material berukuran 70-1200 mm akan masuk ke primary crusher dan
direduksi sampai berukuran 175 mm dan ditampung di surge pile.

Selanjutnya, material memasuki tahap secondary crushing dan direduksi


sampai berukuran 50 mm dan dilanjutkan dengan tahap tertiary crushing hingga
berukuran 24 mm. Material kemudian diayak menggunakan vibrating screen
triple deck. Material berukuran lebih besar dari 28 mm pada dek pertama akan
kembali ke tertiary crusher untuk direduksi sampai sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Untuk material pada dek kedua yang berukuran 12-28 mm akan
memasuki conveyor yang menghasilkan produk split 1-2. Pada dek ketiga yang
berukuran 8-12 mm akan terpisah dan menjadi produk screening. Untuk
material yang lolos dari dek ketiga yang berukuran 0-8 mm akan tertampung dan
menjadi produk abu batu. Skema alur pengolahan pada crushing plant B dapat
dilihat pada Gambar 5.19.

Abu batu yang dihasilkan dari pengolahan crushing plant kemudian akan diolah
lebih lanjut pada M-Sand Plant dengan alat CDE Combo Alpha dengan kapasitas
olah 100-120 ton/jam untuk melakukan pencucian abu batu dan penyaringan
ulang abu batu sehingga dihasilkan produk Manufacture Sand (M-Sand).
Keunggulan dari M-Sand ini adalah dapat menghemat semen dan meningkatkan
kekuatan mutu beton untuk readymix ataupun beton pracetak (precast).

Dari data perusahaan selama bulan Agustus 2020, didapatkan total feed
sebanyak 7764 ton. Setelah pengolahan lebih lanjut didapat finest sebanyak 965
ton, coarse sebanyak 3173 ton dan oversize sebanyak 3635 ton. Dalam satu
bulan produksi CDE Combo Alpha, menurut data perusahaan diperlukan daya
listrik sebesar 7108 KWH dengan total waktu kerja selama 125,78 jam. Alat ini
membutuhkan daya listrik sebesar 0,93 KWH/ton. Untuk rata-rata feed adalah
61,44 ton/jam dengan menghasilkan rata-rata produksi coarse sebesar 25,18
ton/hari, rata-rata produksi oversize sebesar 28,66 ton/hari, dan rata-rata
produksi finest sebesar 7,60 ton/hari. Mengingat kapasitas kemampuan alat CDE
Combo Alpha adalah sebesar 100-120 ton/hari, maka perlu dilakukan studi lebih
lanjut mengenai tidak tercapainya kemampuan produksi tersebut dan
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Namun jika ditinjau secara umum,
salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kemampuan produksi
pada proses pengolahan menggunakan alat CDE Combo Alpha ini adalah karena
waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilaksanakan ketika musim kering dimana

60
sumber air lebih sulit didapatkan. Sedangkan air sendiri merupakan komponen
pokok dalam berlangsungnya pengolahan menggunakan alat ini.

Gambar 5.15. Grafik Produksi CDE Combo Alpha 100-120 tph Pada Bulan
Agustus 2020

Gambar 5.16 Proses Pengolahan Material pada Plant A Sumber :


Dokumen kegiatan kerja praktek

61
Gambar 5.17 Proses Pengolahan Material pada Plant B

Sumber : Dokumen kegiatan kerja praktek

62
Gambar 5.18 Skema Crushing Plant A
SKEMA PLANT B

Gambar 5.19 Skema Crushing Plant B

64
Gambar 5.20. Combo Alpha 100-120tph

65
5.4 Penjualan

PT. Lotus SG Lestari memiliki 6 produk akhir yang dijual kepada konsumen yaitu :

No. Nama Produk Spesifikasi Harga/Ton (IDR)

1 M-Sand 1-5 mm 95.000

2 Abu Batu 0-6 mm 65.000

3 Screening 6-12 mm 80.000

4 Split 12 12-26 mm 85.000

5 Split 23 26-32 mm 80.000

6 Basecoarse 30 1-32 mm
Tabel 5.2 Produk PT. Lotus SG lestari

Sumber : PT. Lotus SG Lestari

Pemuatan (loading) material produk hasil dari proses pengolahan dilakukan


menggunakan alat Wheel Loader dengan Tipe Caterpillar WL 966H untuk
dimuat pada dump truck yang akan mendistribusikan produk tersebut.

Gambar 5.21 Caterpillar WL 966H.

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

Penjualan pada PT Lotus SG Lestari menggunakan dua sistem, yaitu Purchase


Order (PO) dan Delivery Order (DO). Adapun Purchase Order (PO) merupakan
dokumen yang berisi permintaan atas kebutuhan stok material dan dikirim dari

66
pihak pembeli kepada pemasok. Sedangkan, Delivery Order (DO) merupakan
dokumen yang mana sebagai surat perintah penyerahan barang yang telah
dipesan dengan kesepakatan bersama antara penjual dan konsumen yang
ditujukan kepada bagian gudang sebuah perusahaan.

Untuk pengiriman ke konsumen, PT. Lotus SG Lestari bekerja sama dengan


armada PT. Batu Alam Persada (BAP) yang notabene adalah anak perusahaan
dari PT. Lotus SG Lestari. Saat ini unit yang dimiliki oleh PT. Batu Alam Persada
sudah mencapai 65 unit dump truck. Armada ini dikhususkan untuk melayani
pengiriman produk PT. Lotus SG Lestari. Untuk konsumen dari produk yang
dihasilkan oleh PT. Lotus SG Lestari saat ini menjangkau untuk wilayah
JABODETABEK.

Konsumen dari PT. Lotus SG Lestari beragam, mulai dari kelompok usaha
masyarakat hingga skala industri. Konsumen skala industri diantaranya PT.
Waskita Beton, PT. Wijaya Karya, Adhimix Precast Indonesia, dan masih banyak
lagi.

5.5 Reklamasi

Upaya reklamasi yang dilakukan oleh PT. Lotus SG Lestari adalah dengan
melakukan penghijauan baik dia area sekitar lokasi tambang juga di area bekas
tambang. Area bekas tambang yang telah dijadikan lahan perkebunan adalah
seluas 0,9 Ha.

67
Gambar 5.22 Area Perkebunan Bekas Tambang

Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP

68
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dari laporan Kerja Praktek yang berjudul “Kegiatan Operasi Produksi
Penambangan Quarry Batu Andesit Bulan Agustus Tahun 2020 Pada Site Plant Rumpin
PT. Lotus SG Lestari, Bogor, Jawa Barat” adalah sebagai berikut :

1. PT. Lotus SG Lestari memiliki lokasi penambangan pada site Rumpin yang
berlokasi di Kampung Pabuaran, RT 05/06, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Bogor, Jawa Barat. PT. Lotus SG Lestari memiliki target produksi untuk tahun
2020 sebanyak 1.300.344 ton.
2. Kegiatan Operasi Penambangan Batu Andesit di site Rumpin PT. Lotus SG Lestari
terdiri dari Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden) menggunakan
Excavator Kobelco SK330 dan DT Hino FM260TI. Proses penambangan
menggunakan bantuan dari kegiatan peledakan menggunakan jarak burden 2,5
meter dan spacing 3 meter. Hasil dari peledakan didapatkan rata-rata
fragmentasi sebesar 34 cm. Penggalian dan Pemuatan Andesit (Digging and
Loading) menggunakan excavator Kobelco SK330 sebagai alat muat serta DT
Hino FM260TI dan Tonly TL855BR sebagai alat angkut dengan jarak angkut
tergantung front penambangan. Jarak terjauh pengangkutan sejauh 1500 meter.
3. Pada perhitungan produktivitas pemboran, didapatkan produktivitas alat FRD
PCR 200 No.1 dengan cycle time per lubang 14,78 menit untuk kedalaman 12
meter adalah 3 lubang per jam. Produktivitas alat FRD PCR 200 No.2 dengan
cycle time per lubang 26,94 menit untuk kedalaman 12 meter adalah 3 lubang
per jam.
4. Pada perhitungan pada kegiatan blasting menggunakan bahan peledak ANFO,
dengan geometri peledakan burden 2,5 meter dan spacing 3 meter didapatkan
volume peledakan sebanyak 2250 BCM. Dari nilai tersebut didapat powder
factor sebesar 0,309 kg/m3 . Dalam kondisi tersebut artinya hasil peledakan

69
masuk ke kategori ekonomis. Hasil peledakan memiliki ukuran fragmentasi
sebesar 34 cm.
5. Pada perhitungan produktivitas alat gali didapatkan produktivitas DT Hino
FM260TI adalah 304,24 ton/jam. Sedangkan pada perhitungan produktivitas alat
muat didapatkan produktivitas Excavator Kobelco SK330 adalah 79,475 ton/jam.
Nilai match factor untuk alat gali-muat dan alat angkut adalah sebesar 0,56
maka alat muat mempunyai waktu tunggu. Faktor yang mempengaruhi nilai
produktivitas dan match factor adalah curah hujan, banyaknya unit alat, kondisi
jalan, antrian pada saat loading dan dumping, dan efesiensi kerja operator.
6. Pengolahan menggunakan 2 unit crushing plant dengan kapasitas Plant A 500
ton/jam dan Plant B 300 ton/jam. Produk yang dihasilkan terdiri dari 6 macam
yaitu M-Sand dengan ukuran 1-5 mm, Abu Batu dengan ukuran 06 mm,
Screening dengan ukuran 6-12 mm, Split 12 dengan ukuran 12-26 mm, Split 23
dengan ukuran 26-32 mm, dan Basecourse dengan ukuran 132 mm. Produk ini
dipasarkan menggunakan dua sistem pemasaran yaitu Delivery Order
menggunakan armada milik PT. Batu Alam Persada dan Pure Cash pada lokasi
tambang dan diangkut secara mandiri oleh pihak pembeli.
7. CDE Combo Alpha 100-120 tph membutuhkan daya listrik sebesar 0,93
KWH/ton. Untuk rata-rata feed adalah 61,44 ton/jam dengan menghasilkan
rata-rata produksi coarse sebesar 25,18 ton/jam, rata-rata produksi over size
sebesar 28,66 ton/jam, dan rata-rata produksi finest sebesar 7,60 ton/jam.

6.2 Saran

1. Penggunaan alat FRD HCR 910DS dianggap lebih efektif sehingga menghemat
waktu dan mempercepat laju produksi.
2. Geometri peledakan menggunakan jarak burden dan spacing yang lebih
renggang lagi, sehingga didapatkan ukuran rata rata fragmentasi batuan hasil
peledakan tidak terlalu kecil.
3. Menambah alat angkut supaya nilai MF lebih tinggi dan mengurangi waktu
tunggu alat muat dan didapatkan waktu ideal dalam kegiatan muat angkut
material.

70
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. “Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi.” BLE-07


Pola Peledakan.

Hadi, E.R., Inmarlinianto, Gunawan, K. 2015. “Kajian Teknis Alat Muat dan Alat Angkut
Untuk Mengoptimalkan Produksi Pengupasan Lapisan Tanah Penutup Di Pit UW PT
Borneo Alam Semesta Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut

Provinsi Kalimantan Selatan”. Jurnal Teknologi Pertambangan. Volume. 1, Nomor. 1.

Ilmu Geografi. 2016. “Batuan Andesit: Pengertian, Proses dan Manfaatnya.”


http://ilmugeografi.com/geologi/batuan-andesit. (Diakses 20 September 2020)

Indonesianto, Y. 2005. “Pemindahan Tanah Mekanis”. Yogyakarta: UPN Veteran


Yogyakarta.

Jimeno. 1995. “Drill and Blast of Rock”. Rotterdam, Netherlands: A.A Blaskena

PT Lotus SG Lestari. 2020. https://lotussglestari.com/product#product. (Diakses tanggal 15


September 2020).

Ranto, Fandi Wan. 2012. “Penambangan Overburden Dengan Sistem Backhoe dan Truck di
rea Tambang Terbuka PT. Astrindo Gita Mandiri Kabupaten

Limapuluh Kota, Provinsi Sumatra Barat”. www.repository.trisakti.ac.id. (Diakses 20


September 2020)

Rochmanhadi. 1982. “Alat-alat Berat dan Penggunaannya”. Departemen Pekerjaan Umum,


Jakarta.

Tenriajeng, Andi Tenrisukki. 2003. “Pemindahan Tanah Mekanis”. Seri Diktat Kuliah
Gunadarma

71
LAMPIRAN
LAMPIRAN I – SPESIFIKASI ALAT
/TI

74
74
75
76
77
78
PNEUMATIC CRAWL DRILL TOP HAMMER

79
80
LAMPIRAN II – SAMPLE DATA CYCLE TIME DRILLING

Lokasi Pemboran: Bench 5


Alat Bor I : Furukawa Rock Drilling PCR 200 No. 2

Batang Wb Wb Wm Wm We Wp
Bor (menit) Total/Lubang (menit) /Lubang (menit) (menit)
1 3,17 0,08
2 4,43 0,57
Lubang I 20,95 1,23 2,20 0,88
3 6,48 0,58
4 6,87
1 3,97 0,52
Lubang 2 6,32 0,53
23,48 1,60 1,98 1,55
II 3 5,62 0,55
4 7,57
Jumlah 44,43 2,83 4,18 2,43
Rata-rata 22,22 1,42 2,09 1,22
Rata- rata waktu pemboran 26,94 menit/lubang = 0.45 meter/menit

Alat Bor II : Furukawa Rock Drilling PCR 200 No. 1

Batang Wb Wb Wm Wm We Wp
Bor (menit) Total/Lubang (menit) /Lubang (menit) (menit)
1 3,03 0,19
2 3,57 0,25
Lubang I 1,61 2,55 0,91
3 3,57 1,17
4 3,13 13,30
1 3,95 0,64
2 4,28 0,62
Lubang II 1,78 2,43 1,15
3 4,25 0,52
4 3,78 16,26
Jumlah 29,56 3,39 4,98 2,06
Rata-Rata 14,78 1,70 2,49 1,03
Rata- rata waktu pemboran 20,00 menit/lubang = 0.6 meter/menit Lokasi
Pemboran : Bench 12
Alat Bor : HCR 910 DS No. 03

Batang Wb Wb Wm Wm We Wp
Bor (menit) Total/Lubang (menit) /Lubang (menit) (menit)

81
1 1,17 0,52
2 2,36 0,52
Lubang I 1,43 2,87 1,17
3 2,84 0,39
4 2,36 8,73
1 1,98 0,54
Lubang
2 4,70 0,71 1,76 2,73 1,05
II
3 2,76 11,53 0,51
4 2,09
Jumlah 20,26 3,19 5,60 2,22

Rata-rata 10,13 1,60 2,80 1,11


Rata- rata waktu pemboran 15,64 menit/lubang = 0.76 meter/menit

LAMPIRAN III – SAMPLE DATA CYCLE TIME LOADING

Alat Muat : Excavator Kobelco SK330

Loading

tg tpi td tpk
No.
(detik) (detik) (detik) (detik)

1 8,54 4,03 6,36 5,08

2 7,09 3,38 5,16 3,78

3 7,97 3,23 2,99 3,22

4 12,66 2,74 3,87 3,63

5 12,57 4,35 3,22 3,39

6 5,56 2,66 5,08 3,88

7 7,49 4,43 1,85 9,75

8 7,41 2,5 3,14 4,03

9 7,9 2,82 2,99 5,31

82
10 8,55 2,98 6,36 2,98

Jumlah 85,74 33,12 41,02 45,05

Rata-Rata 8,574 3,312 4,102 4,505

Cycle Time Alat Muat = tg + tpi + td + tpk

= 20,493 detik

= 0,34 menit/bucket
LAMPIRAN IV – SAMPLE DATA CYCLE TIME HAULING

Alat Angkut : DT Hino FM 260 TI

Hauling

tmi td Tk tmk ti Ti
No.
(menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit)

1 0,65 0,34 4,81 0,84 2,83 5,67

2 0,52 0,33 4,47 0,85 2,66 5,3

3 0,57 0,31 4,71 0,91 2,36 6,03

4 0,52 0,35 4,56 0,83 1,77 5,44

5 0,45 0,38 4,63 0,97 1,87 4,92

6 0,78 0,32 4,69 0,87 1,71 5,42

7 0,57 0,48 4,71 1,05 2,11 6,14

8 0,61 0,55 4,77 1,05 2,71 5,52

9 0,57 0,47 5,21 1,34 3,69 4,94

10 0,65 0,73 5,36 1,16 1,99 6,05

83
Jumlah 5,89 4,26 47,92 9,87 23,7 55,43

Rata-Rata 0,59 0,43 4,79 0,99 2,37 5,543

Cycle Time Alat Angkut = tmi + td + Tk + tmk + ti + Ti

= 14,71 menit/rit

LAMPIRAN V – EFISIENSI KERJA ALAT

A. Furukawa Rock Drilling PCR 200 No. 1

Eff

= 95,42 %

B. Furukawa Rock Drilling PCR 200 No. 2

Eff

= 94,5 %

C. Furukawa Rock Drilling HCR 910

Eff

= 95,54 %

D. DT Hino FM 260 TI

Eff

84
= 75%

LAMPIRAN VI – DATA CDE COMBO ALPHA 100-120TPH

Tanggal KWH Plant Run Feed Over Size Coarse Finest


01/08/2020 340 5,91 405 183 156 66
02/08/2020 MINGGU

03/08/2020 322 5,77 325 161 125 39


04/08/2020 380 6,65 412 219 155 38
05/08/2020 359 6,28 404 208 156 40
06/08/2020 363 6,4 374 203 136 35
07/08/2020 310 5,52 261 133 102 26
08/08/2020 334 5,88 307 151 119 37
09/08/2020 MINGGU

10/08/2020 372 6,45 438 201 188 49


11/08/2020 372 6,49 405 194 160 51
12/08/2020 356 6,26 344 163 140 41
13/08/2020 303 5,32 369 178 144 47
14/08/2020 257 4,7 324 151 124 49
15/08/2020 376 6,57 496 225 204 67
16/08/2020 MINGGU

17/08/2020 -

18/08/2020 301 5,54 299 125 131 43


19/08/2020 352 5,9 345 142 161 42
20/08/2020 -

21/08/2020 191 3,87 195 80 92 23


22/08/2020 325 5,72 295 117 139 39
23/08/2020 MINGGU

24/08/2020 403 7,02 486 206 215 65


25/08/2020 221 4 208 96 88 24

85
26/08/2020 AIR HABIS

27/08/2020 226 4,03 253 107 112 34


28/08/2020 281 4,94 405 194 159 52
29/08/2020 AIR HABIS

30/08/2020 MINGGU

31/08/2020 364 6,56 414 198 167 49


Total 7108 125,78 7764 3635 3173 956
Rata-Rata 323,09 5,72 352,91 165,23 144,23 43,45

Keterangan

% Prod/Jam
Tanggal
KWH/Ton
Feed Over Coarse Finest Feed Over Coarse Finest
Size Size
01/08/202 100 45,19 38,52 16,30 68,53 30,96 26,40 11,17 0,84
0
02/08/202 MINGGU
0
03/08/202 100 49,54 38,46 12,00 56,33 27,90 21,66 6,76 0,99
0
04/08/202 100 53,16 37,62 9,22 61,95 32,93 23,31 5,71 0,92
0
05/08/202 100 51,49 38,61 9,90 64,33 33,12 24,84 6,37 0,89
0
06/08/202 100 54,28 36,36 9,36 58,44 31,72 21,25 5,47 0,97
0
07/08/202 100 50,96 39,08 9,96 47,28 24,09 18,48 4,71 1,19
0
08/08/202 100 49,19 38,76 12,05 52,21 25,68 20,24 6,29 1,09
0
09/08/202 MINGGU
0
10/08/202 100 45,89 42,92 11,19 67,91 31,16 29,15 7,60 0,85
0

86
11/08/202 100 47,90 39,51 12,59 62,40 29,89 24,65 7,86 0,92
0
12/08/202 100 47,38 40,70 11,92 54,95 26,04 22,36 6,55 1,03
0
13/08/202 100 48,24 39,02 12,74 69,36 33,46 27,07 8,83 0,82
0
14/08/202 100 46,60 38,27 15,12 68,94 32,13 26,38 10,43 0,79
0
15/08/202 100 45,36 41,13 13,51 75,49 34,25 31,05 10,20 0,76
0
16/08/202 MINGGU
0
17/08/202 -
0
18/08/202 100 41,81 43,81 14,38 53,97 22,56 23,65 7,76 1,01
0
19/08/202 100 41,16 46,67 12,17 58,47 24,07 27,29 7,12 1,02
0
20/08/202 -
0
21/08/202 100 41,03 47,18 11,79 50,39 20,67 23,77 5,94 0,98
0
22/08/202 100 39,66 47,12 13,22 51,57 20,45 24,30 6,82 1,10
0
23/08/202 MINGGU
0
24/08/202 100 42,39 44,24 13,37 69,23 29,34 30,63 9,26 0,83
0
25/08/202 100 46,15 42,31 11,54 52,00 24,00 22,00 6,00 1,06
0
26/08/202 AIR HABIS
0
27/08/202 100 42,29 44,27 13,44 62,78 26,55 27,79 8,44 0,89
0
28/08/202 100 47,90 39,26 12,84 81,98 39,27 32,19 10,53 0,69
0
29/08/202 AIR HABIS
0
30/08/202 MINGGU
0
31/08/202 100 47,83 40,34 11,84 63,11 30,18 25,46 7,47 0,88
0

87
88

Anda mungkin juga menyukai