NIM : 11170980000019
IDENTITAS UNIVERSITAS
Nama Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
IDENTITAS PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT Lotus SG Lestari.
Website : www.lotussglestari.com
PT Lotus SG Lestari beroperasi di daerah Rumpin, Bogor, Jawa Barat yang mana
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan bahan galian
batu andesit dengan menggunakan metode penambangan open pit mining quarry. Kerja
praktek dilakukan dengan mengamati kegiatan operasi penambangan dari hulu ke hilir.
Kegiatan penambangan meliputi pembersihan lahan (Land Clearing), pengupasan
lapisan tanah penutup (Overburden), penambangan batu andesit yang meliputi drilling
dan blasting, pemuatan batu andesit (Loading), pengangkutan (Hauling) menuju
crushing plant, pengolahan berupa reduksi ukuran menggunakan crusher, penimbunan
dan penumpukan hasil crushing, pencucian batu andesit, serta pemasaran. Pada tiap
kegiatan, dilakukan pengambilan beberapa jumlah sample data guna dilakukan
pengamatan yang mana selanjutnya data tersebut diolah.
PT Lotus SG Lestari menghasilkan 5 produk untuk dipasarkan yaitu batu split, screening,
abu batu, pasir m-sand dan basecourse. Produk tersebut dipasarkan dengan daerah
cakupan pemasaran Jabodetabek yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Adapun konsumen dari PT Lotus SG Lestari antara lain PT Wijaya Kartika, PT Waskita
Beton Precast, Adhimix Precast Indonesia, dan masih banyak lagi.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang
Laporan Kerja Praktek dengan judul “Kegiatan Operasi Produksi Batu Andesit Bulan Agustus
Tahun 2020 Pada Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari”. Adapun tujuan disusunnya laporan ini
adalah sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Kerja Praktek pada program Studi Teknik
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2020
Penulis menyadari bahwa tersusunnya laporan ini tentu tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Pada
1. Dr. Ambran Hartono, M.Si, Ketua Prodi Teknik Pertambangan UIN Syarif
2. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
3. Bapak Abdul Manan, S.T Selaku Mining Manager di PT. Lotus SG Lestari yang telah
4. Bapak Ahmad Dini Safari, S.T Selaku Kepala Teknik Tambang di Quarry PT. Lotus SG Lestari
yang telah memberikan kesempatan, banyak ilmu serta bantuan selama kegiatan kerja praktik
berlangsung.
ii
5. Bapak Riswandi, S.T selaku Kepala Teknik Tambang di PT. Lotus SG Lestari yang telah
memberikan kesempatan, banyak ilmu serta bantuan selama kegiatan kerja praktik
berlangsung.
6. Bapak Asep Komaludin, S.T selaku Kepala Gudang Handak dan Bapak Erli Marlensha (Ucok)
selaku Kepala Blasting & HSE di PT. Lotus SG Lestari yang telah banyak memberikan ilmu dan
7. Seluruh staff dan pegawai PT. Lotus SG Lestari yang telah memberikan banyak ilmu sehingga
Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu sebagai bekal penulis dalam melaksanakan kerja
praktek.
9. Teman satu kelompok kerja praktek yang telah bekerjasama dan saling memberikan dukungan
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, saya selaku
penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar laporan ini bisa
tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membaca.
Anrischa Pujiyana
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................................. i
1.5 Manfaat........................................................................................................................ 2
2.3.2 Topografi.............................................................................................................. 8
iv
2.4.1 Geologi Regional ............................................................................................... 10
v
4.3 Pengolahan Data ........................................................................................................ 36
BAB VI .................................................................................................................................... 69
6.1 Kesimpulan................................................................................................................ 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Agregat yang dihasilkan di Quarry PT. Lotus SG Lestari .................................. 6
vi
Gambar 4.1 Diagram Alir Metodeologi Penelitian. ............................................................... 37
Gambar 5.1 Diagram Alir Kegiatan Operasi Penambangan Batu Andesit di PT Lotus SG
Lestari. ..................................................................................................................................... 38
Gambar 5.8 SOP Pengeluaran dan Pengangkutan Bahan Peledak PT. Lotus SG Lestari. ..... 46
Gambar 5.12 Proses Pemuatan Material pada Dump Truck Hino FM260TI ......................... 52
.................................................................................................................................................. 61
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 3.1 Densitas pengisian untuk berbagai diameter lubang ledak dan densitas bahan
peledak dalam kg/m.................................................................................................................33
viii
BAB I PENDAHULUAN
Kebutuhan akan batu andesit di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun seiring
dengan bertambahnya populasi penduduk, berkembangnya teknologi dan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini didukung dengan adanya salah satu program prioritas pemerintahan Kabinet
Kerja Presiden Joko Widodo untuk memajukan infrastruktur Indonesia.
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan sangat rumit.
Kegiatan penambangan pada lokasi tambang Site Rumpin meliputi pembersihan lahan (Land
Clearing), pengupasan lapisan tanah penutup (Overburden), penambangan batu andesit yang
meliputi drilling dan blasting, pemuatan batu andesit (Loading), pengangkutan (Hauling)
menuju crushing plant, serta pengolahan mereduksi ukuran menggunakan crusher,
penimbunan dan penumpukan hasil crushing batu andesit, pencucian produk, serta
pemasaran.
1
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam Penulisan laporan ini adalah :
1. Mengetahui secara langsung kegiatan operasi penambangan batu andesit dari hulu ke hilir
pada Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari.
1. Apa saja kegiatan penambangan batu andesit yang dilakukan di Site Plant Rumpin PT Lotus
SG Lestari?
2. Bagaimana kegiatan operasi produksi penambangan batu andesit pada Site Plant Rumpin PT
Lotus SG Lestari?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang akan didapat pada Kerja Praktek ini yaitu: A. Bagi
Perusahaan:
B. Bagi Mahasiswa:
2
3. Mampu mengembangkan keterampilan kerja mahasiswa dalam mempraktekkan ilmu
yang telah didapat selama masa perkuliahan.
Laporan kerja praktek ini hanya membahas mengenai kegiatan operasi produksi
penambangan batu andesit di Site Plant Rumpin PT Lotus SG Lestari pada bulan Agustus 2020.
3
BAB II
PT. Lotus SG Lestari adalah evolusi perusahaan sebelumnya bernama PT. Karya Marbelindo
Lestari yang telah merintis bidang usaha pertambangan batu sejak tahun 1997 dalam usaha
pembebasan lahan dan ekplorasi untuk persiapan tambang. Pada tahun 2010 PT. Lotus SG
Lestari merintis ulang ekploitasi untuk kegiatan menambang dan membangun proyek, instalasi
mesin sampai dengan penjualan perdana pada Agustus 2011. (PT Lotus SG Lestari, 2020)
PT. Lotus SG Lestari yang bergerak di bidang usaha pertambangan batu andesite merupakan
perusahaan milik swasta sebagai produsen material batu split/agregate dan memiliki segmen
pertambangan batu terintegerasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan
hingga pemasaran. Pada tahun 2011, PT. Lotus SG Lestari juga mendirikan PT Batu Alam
Persada untuk bergerak di bidang jasa transportasi pengangkutan produk material hasil
tambang perusahaan untuk di kirim. (PT Lotus SG Lestari, 2020)
Misi PT Lotus SG Lestari yaitu peduli pada pengembangan sumber daya manusia,
menerapkan tata kelola tambang yang baik dan berkelanjutan, berorientasi kepada kepuasan
pelanggan dan memperhatikan lingkungan sekitar. (PT Lotus SG Lestari, 2020)
4
Gambar 2.1 Struktur Organisasi di Quarry PT. Lotus SG Lestari
PT. Lotus SG Lestari menghasilkan agregat dengan standar kualitas yang dibutuhkan
pelanggan pada umumnya, agregat adalah salah satu produk utamanya. PT Lotus SG Lestari
memiliki kapasitas cukup besar baik pada produksi dan logistic. Grading agregat adalah
komposisi dari berbagai ukuran material. Ini akan mempengaruhi kekuatan beton. PT. Lotus
SG Lestari dapat menghasilkan agregat dengan grading yang dibutuhkan pasaran pada
umumnya. (PT Lotus SG Lestari, 2020)
Adapun produk yang dihasilkan berupa Base coarse 30 (1 – 32 mm), Split 23 (26 – 32
mm), Split 12 (12 – 26 mm), Screening (6 – 12 mm), Abu batu (0 – 6 mm), dan
5
Gambar 2.2 Agregat yang dihasilkan di Quarry PT. Lotus SG Lestari
Lokasi penambangan PT. Lotus SG Lestari secara geografis terletak pada koordinat (UTM)
676500 - 679000 mE dan 9285500 - 9287500 mN. Dengan luas IUP Eksploitasi ± 79,2 Ha dan
secara administratif terletak di Desa Cipinang Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa Barat. Adapun dengan batas wilayah sebagai berikut :
6
Gambar 2.3 Peta Lokasi PT Lotus SG Lestari
Daerah ini merupakan perbukitan yang berelief curam sampai terjal, yang berada di
sebelah Selatan hingga tenggara Kota Bogor.
Daerah ini merupakan daerah yang berelief sedang sampai datar yang berada di sebelah
Utara Kota Bogor.
2.3.2 Topografi
Ketinggian topografi daerah penambangan PT Lotus SG Lestari berada pada elevasi 120
hingga 310 meter diatas permukaan laut (mdpl).
9
Gambar 2.4 Peta Topografi PT Lotus SG Lestari
2. Batuan Gunungapi
a) Lava Gunungapi Endut - Prabakti (Qvep): tersusun andesit hornblende yang
mengandung oligoklas, andesin, hipersten dan hornblende.
b) Batuan Gunungapi Gunung Salak : Merupakan produk dari gunungapi gunung Salak
yang terdiri atas; aliran lava, andesit basal dengan piroksin (Qvsl); lahar, breksi
tufaan dan lapili, bersusunan andesit basal, lapuk (Qvsb); tufa batuapung pasiran
(Qvst).
c) Batuan Gunungapi Gunung Pangrango : Hasil erupsi gunungapi Pangrango yaitu;
endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit (Qvpy) dan endapan lebih tua, lahar
dan lava, basal andesit dengan oligoklas-andesin, labradorit, olivin, piroksin dan
hornblende (Qvpo).
d) Batuan Guunungapi Gunung Gede : Hasil kegiatan erupsi gunung Gede terdiri atas;
aliran lava termuda (Qvgy); breksi tufaan dan lahar, andesit dengan oligoklas-
andesin, piroksin dan abundan hornblende, tekstur trakit, umumnya lapuk (Qvg);
aliran lava bersusunan andesit basal (Qvgl); aliran lava basal gunung Gegerbentang
(Qvba); breksi dan lava gunung Kencana dan gunung Limo (Qvk).
11
Gambar 2.5 Peta Geologi PT. Lotus SG Lestari
Sumber : PT Lotus SG Lestari
12
2.4.2 Stratigrafi Regional
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Andesit
Batuan Andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900˚- 1.100˚ C.
Mineral-mineral yang dikandung batuan andesit bersifat mikroskopis, sehingga tak bisa
dilihat tanpa batuan mikroskop. Material-material itu (Ilmugeografi, 2016) antara lain
adalah :
Di lapangan, morfologi batuan andesit dapat dikenali dari warna abu-abu yang
dominan sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang cukup besar.
Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat dan struktur yang
sangat pejal. Tetapi, struktur kepadatan batuan andesit masih dibawah batuan granit.
Batuan Andesit berbentuk kristalin. Terdapat beberapa macam kristal mineral pada
batuan andesit. Kristal-kristal ini sudah terbentuk jauh sebelum proses pembekuan
magma terjadi. Karena itu, para ahli geologi bisa mengidentifikasi sejarah perjalanan
magma dari kristalin yang terdapat pada batuan andesit. (Ilmugeografi, 2016)
Kristal-kristal penyusun batuan andesit memiliki dua ukuran. Perbedaan ukuran ini
terjadi karena magma yang keluar ke permukaan bumi belum sempat terkristal akan
terkristal dengan cepat karena suhu permukaan yang rendah. Hasilnya adalah dua kristal
dengan ukuran yang berbeda yaitu:
17
• Groundmass, adalah kristal berukuran kecil yang terbentuk dengan cepat di
permukaan.
Pada umumnya, jenis kristal-kristal dalam batuan andesit seragam (Fenokris saja
atau Groundmass saja). Namun, ada kejadian dimana batuan andesit mengandung
keduanya, baik fenokris maupun groundmass. Batuan andesit dengan ciri-ciri seperti ini
disebut Andesit Porfiri.
Walaupun pada umumnya berwarna abu-abu, namun pada kondisi cuaca tertentu,
batuan andesit bisa saja memiliki warna coklat tua. Karena itu untuk mengidentifikasinya
perlu dilakukan pemeriksaan lebih detail. Jika ditemukan ada batuan yang memiliki ciri
morfologi sama dengan batuan andesit tapi belum pasti akan kandungan kimianya,
maka untuk sementara batuan tersebut disebut andesitoid. Setelah dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai kandungan mineralnya barulah diputuskan apakah batuan ini
benar merupakan batuan andesit atau bukan.
Proses pembentukan batuan andesit secara letusan (vulkanologi) agak mirip dengan
proses pembentukan batuan diorit. Batuan andosit biasanya ditemukan dalam aliran
lava yang dihasilkan stratovulkano. Lava yang naik ke permukaan bumi akan mengalami
proses pendinginan dengan sangat cepat, karena itu tekstur batuan andesit sangat
halus. (Ilmugeografi, 2016)
Ada banyak situasi yang mendorong terbentuknya batuan andesit. Salah satunya
adalah terbentuk setelah proses melting (pelelehan/pencairan) lempeng samudera
akibat subduksi. Subduksi yang menyebabkan pelelehan itu merupakan sumber magma
yang naik dan membeku menjadi batuan andesit. Karena itu biasanya batuan andesit
terletak diatas zona subdiksi yang jadi batuan umum penyusun kerak benua.
Selain karena subduksi, batuan andesit juga bisa terbentuk jauh dari zona subduksi.
Misalnya, batuan andesit juga bisa terbentuk pada ocean ridges dan oceanic hotspot
yang dihasilkan dari pelelehan sebagian (partial melting) batuan basalt. Batuan andesit
juga bisa terbentuk saat terjadi letusan pada struktur dalam lempeng benua yang
menyebabkan magma yang meleleh keluar menuju kerak benua (lava) bercampur
dengan magma benua.
18
1. Pembersihan lahan (Land Clearing)
Tanah pucuk yang telah ditimbun pada lokasi khusus pada saat diperlukan
akan dihamparkan kembali diatas tanah timbunan yang bersifat permanen.
Tujuan penanganan tanah pucuk tersebut adalah untuk menjaga agar tidak
tercampur dengan tanah Iain, agar unsur hara tidak mati, dan tanah pucuk
tidak tererosi. Penebaran kembali tanah pucuk dilakukan dengan ketebalan
antara 20-30 cm diatas lahan yang telah ditata dan dirapikan agar bebas
erosi.
19
3. Pengupasan Tanah Penutup (Striping Overburden)
a. Pemboran (Drilling)
Kegiatan pengeboran dilakukan sebagai persiapan untuk membuat
geometri lubang peledakan. Kedalaman lubang disesuaikan dengan
kebutuhan lubang ledak.
b. Peledakan (Blasting)
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari tahapan persiapan sebelumnya.
Pada tahap ini lubang peledakan yang sudah siap akan diisi dengan bahan
peledak yang kemudian dirangkai untuk melepaskan bahan galian dari
batuan induknya.
20
5. Pengolahan Batu Andesit
Setelah hasil galian diangkut akan dibawa ke crusher untuk diolah lebih
lanjut. Proses yang akan terjadi yaitu secara fisik, ukuran material galian akan
di reduksi menjadi lebih kecil sampai ke ukuran yang diinginkan. Beberapa
material juga akan melalui tahap pencucian supaya kualitas produk lebih baik
dan harga jual meningkat.
6. Penjualan Produk
Produk yang sudah sampai pada tahap akhir pengolahan akan siap untuk
dijual atau didistribusikan kepada konsumen.
7. Reklamasi
Reklamasi akan dilakukan ketika masa umur tambang sudah habis. Adapun
reklamasi menurut PERMEN ESDM No. 26 Tahun 2018, merupakan kegiatan
yang dilakukan sepanjang tahapan Usaha Pertambangan untuk menata,
memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
a. Menggali
b. Memuat
c. Mengangkat material
21
2. Dump Truck
Dump truck adalah alat angkut yang digunakan untuk memindahkan
material dari satu tempat ke tempat lain. secara umum, dump truk
dilengkapi dengan bak terbuka yang di operasikan dengan bantuan hidrolik,
bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas dan bagian belakang bak
berfungsi sebagai engsel atau sumbu putar sehingga memungkinkan
material yang diangkut bisa jatuh ke tempat yang sudah direncanakan.
3. Wheel Loader
Wheel loader adalah alat pemuat beroda karet (ban), penggunaannya
hampir sama dengan dozer shovel. Perbedaannya terletak pada landasan
kerjanya, dimana landasan kerja untuk wheel loader harus relatif rata,
kering dan kokoh. (PT United Tractors)
4. Alat Bor
Alat bor digunakan untuk membuat lubang yang mana nantinya lubang
tersebut diisi oleh bahan peledak untuk tahapan peledakan. Alat bor terdiri
dari :
Vn
FF = x 100%
Vt
…………………………….. (1)
Keterangan :
FF = Faktor Pengisian (Fill Factor) (%)
Vn = Kapasitas atau Volume Nyata Alat Muat (LCM)
Vt = Kapasitas atau Volume Teoritis Alat Muat (LCM)
• Bank Cubic Meter (BCM) adalah volume material pada kondisi aslinya,
• Loose Cubic Meter (LCM) adalah volume material yang sudah mengalami
penggalian, dan
• Compacted Cubic Meter (CCM) adalah volume material yang sudah
mengalami penggalian kemudian dilakukan pemadatan kembali.
Secara teoritis nilai Swell Factor (SF) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan seperti yang ada di bawah ini:
…………………………….. (2)
23
3.3.3 Cycle Time
Waktu edar merupakan waktu yang ditempuh oleh alat untuk 1 (satu) kali
pekerjaan Waktu edar alat muat dimulai dari saat menggali sampai pada posisi
mulai menggali kembali, sedangkan waktu edar alat angkut adalah waktu edar
yang ditempuh oleh alat angkut mulai dari proses dimuati oleh alat muat
sampai pada posisi mulai untuk dimuati kembali (Hadi, dkk, 2015). Untuk
menghitung waktu edar alat gali-muat dan alat angkut dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan:
Ctm = waktu edar alat gali-muat (detik). tg = Waktu
Penggalian (Detik/Menit) tpi = Waktu Putar Isi
(Detik/Menit) td = Waktu Pengosongan (Dumping)
(Detik/Menit) tpk = Waktu Putar Kosong (Detik/Menit)
Keterangan:
Cta = Waktu edar alat angkut (menit). Tmi = Waktu
Maneuver Isi (Detik/Menit) td = Waktu Pengosongan /
Dumping (Detik/Menit)
24
Ti = Waktu Angkut Berangkat Isi (Detik/Menit)
Em × 60 × Hm × FFm × SF
25
3.3.5.2 Produktivitas Alat Angkut
Pa1= E a × 60 × HmC×aFFm
× np× SF …………………………….. (8)
Untuk menghitung Produksi alat muat dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Pada kegiatan penambangan, keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut
perlu diperhatikan. Secara perhitungan teoritis, produktivitas alat galimuat haruslah
sama dengan produktivitas alat angkut, sehingga perbandingan antara alat angkut
dan alat gali-muat mempunyai nilai satu, yaitu:
MF
26
Jumlah alat gali x CT alat angkut
Keterangan:
MF = Match Factor atau faktor keserasian
CT = Cycle Time
Keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut berpengaruh terhadap
faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat muat dan alat angkut akan
menurunkan faktor kerja sehingga banyak kegiatan yang akan terhambat.
Harga match factor dapat dituliskan sebagai berikut :
A. MF < 1
Artinya alat gali muat bekerja kurang dari 100% dan alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat loading.
B. MF = 1
Artinya alat gali muat dan alat angkut bekerja 100% sehingga tidak
terjadi waktu tunggu bagi kedua alat tersebut.
C. MF > 1
Artinya alat gali muat bekerja 100% dan alat angkut bekerja kurang dari 100%
sehingga terjadi jadi antrian.
Dimana :
Wb : Waktu membor
Dimana :
EFF : Efisiensi kerja (%)
We : Waktu kerja efektif (jam)
T : Waktu yang tersedia (jam)
Vt = …………………………….…………….. (13)
Dimana :
Vt : Kecepatan pemboran (meter/jam)
H : Kedalaman lubang bor (meter)
CT : Waktu edar pengeboran (menit)
Dimana :
P : Kemampuan pemboran (lubang/jam)
Eff : Efisiensi kerja (%)
CT : Cycle time (menit)
Untuk mendapatkan kualitas lubang ledak yang baik, perlu diketahui terlebih
dahulu bagaimana geometri peledakannya, yang terdiri dari arah pemboran,
pola pemboran, diameter lubang ledak serta kedalaman lubang ledak yang akan
dilakukan.
29
1. Arah Pemboran
Agar menjamin keseragaman burden dan spasi dalam geometri peledakan
arah penjajaran lubang bor harus sejajar. Adapun arah pemboran lubang
ledak terbagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Arah pemboran tegak lurus
(vertical)
Pada arah pemboran ini, gelombang tekan yang besar akan diterima
oleh lantai jenjang, kemudian menyebabkan tumpukan yang besar pada
lantai jenjang. Hal ini disebabkan pada bidang bebas terdapat
gelombang tekan yang dipantulkan sebagian dan sebagian lagi pada
bagian bawah lantai jenjang gelombang tekan juga dipantulkan
b. Arah pemboran miring
Pemakaian pada arah ini akan membentuk bidang bebas yang lebih luas,
yang akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang
tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan
pada bagian bawah lantai jenjang akan lebih kecil.
2. Pola Pemboran
Pola pemboran merupakan suatu pola atau rangkaian yang bertujuan
untuk menempatkan lubang-lubang ledak secara sistematis dengan
mengetahui jumlah batuan yang akan diperoleh per meter pemboran. Pola
pemboran ini dilakukan dengan cara menempatkan titik–titik yang
mempunyai jarak burden dan spacing pada daerah yang akan diledakan.
30
Pola pemboran yang umum digunakan pada tambang terbuka ada 3 jenis
pola, yaitu :
31
menghasilkan fragmentasi yang kurang baik, yang berbentuk lebih halus
terutama pada kondisi batuan yang mempunyai banyak kekar.
• Burden, dihitung berdasarkan diameter lubang ledak, jenis batuan dan jenis
bahan peledak yang diekspresikan dengan densitasnya. Adapun rumusnya
adalah:
B= ……………………………..….. (15)
Dimana : B = Burden (ft) de =
H < 4B S = ; H > 4B S = 2B
2) Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single-row blastholes)
- Batuan massif, T = B
32
- Batuan berlapis, T = 0,7B
4) Subdrilling (J) = 0,3B
5) Kolom isian (PC) = H – T
Apabila : Vs = B x S x H x n maka :
Apabila ditanyakan berat hasil peledakan, maka dihitung dengan mengalikan
volume dengan densitas batuannya, yaitu :
W = V x 𝜌 ………………………….……….……….. (17)
33
Tabel 3.1 Densitas pengisian untuk berbagai diameter lubang ledak dan densitas
bahan peledak dalam kg/m
PF = …………………………….……………..….. (20)
34
Tabel 3.2 Hubungan Nilai Powder Factor dengan Jenis Batuan
3.5.2.4 Fragmentasi
Fragmentasi merupakan istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap
ukuran rata-rata fragmentasi dari hasil peledakan untuk bahan peledak ANFO
-0,8
adalah sebagai berikut : . Q e …………………..…..….. (21)
Xm = A (PF)
Dimana :
Xm : Ukuran rata-rata fragmentasi (cm)
A : Faktor batuan
1 = Lunak
7 = Agak lunak
10 = Keras dengan banyak rekahan
13 = Keras, sedikit rekahan
Qe : Massa bahan peledak per lubang ledak (kg)
PF : Powder factor (kg/m3)
E : Relative Weight Strength (RWS) bahan peledak
ANFO = 100
TNT = 115
BAB IV
35
METODOLOGI PENELITIAN
Minggu Ke- 4 1 2 3 4
Kegiatan Lapangan
36
b. Pengambilan data Fill Factor
c. Pengambilan data efisiensi alat
d. Pengambilan data geometri peledakan
4.2.3 Wawancara
Wawancara, yaitu untuk mendapatkan data dengan cara melakukan wawancara
pada narasumber, dalam hal ini karyawan perusahaan yang memberikan
penjelasan dan data yang berhubungan dengan objek penulisan dalam laporan ini.
Mengambil inti-inti dari data yang diperoleh menjadi kesimpulan yang penting
sehingga mudah dipahami.
37
KEGIATAN OPERASI
PRODUKSI BATU ANDESIT
BULAN AGUSTUS TAHUN
2020 PADA SITE RUMPIN
PT. LOTUS SG LESTARI
Lapangan
Data Primer:
1. Pengambilan data Cycle Time Data Sekunder:
2. Pengambilan data Fill Factor 1. Data Curah Hujan
2. Kondisi Geologi
3. Pengambilan data efisiensi alat 3. Peta (Topografi, IUP, dll)
4.Pengambilan data geometri
peledakan
Pengolahan Data
Analisa Data
BAB V
Kegiatan operasi penambangan pada PT. Lotus SG Lestari secara umum terdiri dari
kegiatan pengupasan top soil dan overburden, pemboran (Drilling), peledakan
(Blasting), pemuatan (Loading), pengangkutan (Hauling), pengosongan
(Dumping).
38
Gambar 5.1 Diagram Alir Kegiatan Operasi Penambangan Batu Andesit di PT Lotus
SG Lestari
Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan untuk membuka lahan front
penambangan baru. Biasanya pada tahap ini tidak membutuhkan kegiatan
peledakan karena pengupasan material masih berupa tanah yang mana masih
dapat dilakukan dengan menggunakan excavator. Namun apabila terdapat lapisan
batuan yang menutupi material tambang maka proses peledakan perlu dilakukan.
Kegiatan development pada PT. Lotus SG Lestari tidak memiliki target pencapaian
yang terstruktur. Hal ini dikarenakan minimnya lahan disposal yang dimiliki oleh
perusahaan.
39
Gambar 5.2 Tahap Development menggunakan Alat Excavator SK330
5.2 Penambangan
Sistem penambangan pada PT. Lotus SG Lestari adalah tambang terbuka dengan
metode open cast. Jenjang dibuat dengan nilai kemiringan 75 ˚-80˚. PT. Lotus SG
Lestari memiliki wilayah IUP seluas 79,2 Hektar (Ha) yang terbagi menjadi 2
perijinan IUP. Adapun target produksi pada PT. Lotus SG Lestari untuk tahun 2020
adalah sebesar 1.300.344 ton.
40
Gambar 5.4 Metode Open Cast
Sumber : Dokumentasi Kegiatan KP
41
Gambar 5.5 Pemboran menggunakan alat bor HCR900-ES II
Untuk menghitung cycle time pemboran didapatkan data dari dua tahap
persian lubang peledakan menggunakan alat yang sama tetapi dengan jumlah
lubang bor yang beda. Pada tahap persiapan lubang peldakan yang pertama
menggunakan spasi 3, burden 2 dengan kedalaman 6 meter sebanyak 50 lubang.
Lalu pada tahap peledakan yang kedua mempunyai spasi, burden, serta kedalam
yang sama tetapi berbeda pada banyaknya lubang yaitu sebanyak 36 lubang.
42
Cycle Time (CT) = Wb + Wm + We + Wp
Kecepatan Pemboran
Berdasarkan dari data yang terlampir pada lampiran pengamatan kerja jam
kerja alat bor type Furukawa HCR900-ES II pada tahap peledakan pertama dan
kedua maka dapat ditentukan rata-rata dari keadaan alat dan efektifitasnya
penggunaan dari alat bor dengan menggunakan persamaan matematis pada
berikut ini :
a. Sifat Batuan
b. Rock Drillability
c. Umur dan Kondisi Mesin Bor
d. Kondisi Bit
e. Keterampilan operator
f. Waktu pengecekan ala
Perhitungan produktivitas alat bor dilakukan pada tiap alat bor yang digunakan
pada proses penambangan dengan digunakan persamaan :
P =
0.7518 x 60
P ¿
10.601
P = 4,255 lubang/jam
P = 4,52 lubang/jam
44
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan nilai produktivitas
alat bor HCR900-ES II pada peledakan pertama dengan 50 lubang yaitu 4,255
lubang/jam dan pada peledakan kedua dengan 36 lubang yaitu 4,52 lubang/jam
Salah satu kegiatan inti dalam berjalannya operasi produksi pada PT Gunung
Bumi Perkasa adalah peledakan. Hal ini dikarenakan karakteristik batuan andesit
pada wilayah IUP PT Gunung Bumi Perkasa memiliki tingkat kekerasan yang
tinggi sehingga membutuhkan bantuan dari kegiatan peledakan. Target
peledakan disesuaikan dengan kebutuhan untuk mengimbangi kapasitas dari
crushing plant yang dimiliki oleh PT Gunung Bumi Perkasa.
45
ini disesuaikan juga dengan kemampuan jangkauan maksimum alat berat
excavator yang dimiliki. Setelah pemboran selesai, tim peledakan akan
mengorder bahan peledak kepada kepala gudang handak. Pengambilan bahan
ledak pada PT Gunung Bumi Perkasa akan dijelaskan pada gambar berikut.
46
47
Gambar 5.8 SOP Pengeluaran dan Pengangkutan Bahan Peledak PT. Lotus SG Lestari
Setelah semua tahap perangkaian selesai, dilakukan evakuasi pada sekitar lokasi
peledakan agar bebas dari para pekerja dan alat berat yang berlalu lalang dengan radius
500 meter dari area peledakan. Sebelum dilakukannya peledakan adanya bel yang
berbunyi sebagai peringatan bahwa kegiatan peledakan akan dimulai. Setelah dipastikan
bahwa lokasi aman, maka dilakukan peledakan. Terakhir, yaitu dilakukan pengecekan
terhadap lubang ledak untuk memastikan bahwa semua lubang ledak sudah meledak
sesuai dengan yang direncakan. Setelah itu dilakukan pelaporan kepada Kepala Teknik
49
Tambang. Adapun urutan tugas yang harus dilakukan oleh juru ledak adalah sebagai
berikut.
Persiapan
Pengecekan
Lapangan
Distribusi Handak
Pengisian Lubang
Ledak
Perangkaian
Evakuasi Peledakan
Firing
Post Blast
Pelaporan
Sumber : Modul Diklat Pelaksanaan Peledakan Pada Tambang Terbuka Mineral dan
Batubara
= 715 kg
50
5.2.2.2 Volume Peledakan
V=BxSxHxn
V = 2 m x 3 m x 6 m x 50
= 1800 BCM
PF =
715 kg
PF
2! 2 meter x 3 meter x 6 meter x 50
= 0,39 kg/m3
5.2.2.4 Fragmentasi
Xm = A (PF)-0,8 . Q e
Xm
= 34,07 cm
52
Gambar 5.12 Proses Pemuatan Material pada Dump Truck Hino FM260TI
Pengambilan sample data cycle time pada alat muat excavator Kobelco SK 330
dilakukan pada Bench 5 dengan menghitung cycle time rata-rata pemuatan pada
53
10 sample data yang diambil. Adapun perhitungan cycle time alat muat
menggunakan persamaan :
Diketahui :
Didapatkan cycle time rata-rata alat muat excavator Kobelco SK 330 yaitu 20,49
detik atau 0,34 menit/bucket. Dapat dilihat pada tabel perhitungan cycle time
pada Lampiran III.
54
5.2.3.3 Produktivitas Alat Muat
Q = qL x k x x SF
Diketahui :
Q = 304,24 ton/jam
Material yang telah dimuat pada alat angkut selanjutnya langsung dibawa
menuju crushing plant untuk diolah tanpa disimpan terlebih dahulu di stockpile.
Pengangkutan dilakukan dari Bench 6 menuju Plant A yang berjarak 1.300 meter
menggunakan 4 unit dump truck Hino FM 260 TI. Adapun medan jalan yang
dilalui adalah sedikit menanjak dan rata pada beberapa tempat.
55
Gambar 5.14 Diagram Alir Proses Pengangkutan (Hauling)
Pengambilan sample data cycle time pada alat angkut dump truck Hino FM 260
TI dilakukan dengan menghitung cycle time rata-rata pengangkutan pada 10
sample data yang diambil. Perhitungan cycle time alat angkut menggunakan
persamaan :
Diketahui :
56
5.2.4.2 Produktivitas Alat Angkut
Ea x Hm x FF x np x SF x 60
𝐶𝑡
Diketahui :
Efisiensi Kerja Alat Muat (Ea) = 0,75 (Lampiran V)
MF
Diketahui :
57
Jumlah pemuatan atau bucket (n) = 6 bucket
Jumlah alah angkut (nH) = 4 unit
MF = 0,56
Hasil perhitungan match factor pada alat muat excavator Kobelco SK330 dan alat
angkut dump truck Hino FM 210 TI adalah 0,56. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa MF < 1, yang artinya alat angkut bekerja penuh sedangkan alat muat
mempunyai waktu tunggu. Hasil tersebut sesuai dengan keadaan saat dilakukan
penelitian dilapangan, yang mana alat muat menunggu untuk melakukan
pemuatan, sedangkan alat angkut masih ada atau mengantri pada Plant, hal ini
biasanya terjadi karena beberapa kendala pada plant yang mengharuskan alat
angkut menunggu untuk melakukan dumping. Selain itu, kurangnya penggunaan
alat angkut pada proses hauling menyebabkan alat muat menunggu, dan
produktivitas menjadi rendah. Faktor lain seperti kondisi jalan (medan menanjak,
jalan berdebu) dan kerusakan dump truck yang terkadang terjadi pun menjadi
penyebab nilai MF < 1.
5.3 Pengolahan
Sampai ke crushing plant, material akan di dump ke dalam jaw crusher yang
memiliki ukuran bukaan maksimum untuk plant A 1300 cm dan untuk plant B
1200 cm. Material akan melalui proses reduksi sampai tiga tahap. Untuk plant A
58
akan dihasilkan 4 produk akhir yaitu abu batu (06 mm), split 1-2 (12-28 mm),
split 2-3 (28-32 mm), dan screening (6-12 mm). Sedangkan untuk plant B hanya
akan menghasilkan 3 produk akhir yaitu split 1-2 (12-28 mm), abu batu (0-8 mm)
dan screening (8-12 mm).
Setelah itu material akan diayak menggunakan vibrating screen double deck.
Material berukuran lebih besar dari 32 mm akan kembali ke tertiary crusher
untuk direduksi sampai sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Untuk material
pada dek kedua yang berukuran 28-32 mm akan memasuki conveyor yang mana
menghasilkan produk split 2-3. Untuk material yang lolos dari dek kedua akan
tertampung dan menuju ke vibrating screen double deck yang berukuran 6-12
mm. Pada dek pertama material berukuran 12-28 mm akan terpisah menjadi
produk split 1-2. Material pada dek kedua yang berukuran 6-12 mm akan terpisah
dan menjadi produk screening. Sedangkan material yang lolos dari dek kedua
akan tertampung dan menuju penampungan produk abu batu yang berukuran 0-
6 mm. Skema alur pengolahan pada crushing plant A dapat dilihat pada Gambar
5.18.
Sama seperti crushing plant A, tahap pengolahan pada crushing plant B pun
terdiri dari tahap primary crushing, secondary crushing dan tertiary crushing.
Bukaan hopper pada crushing plant B sebesar 0-1200 mm. Screening pada
bagian bawah hopper memisahkan material yang berukuran 0-70 mm menuju
conveyor dan akan langsung dibuang menjadi waste.
59
Sedangkan material berukuran 70-1200 mm akan masuk ke primary crusher dan
direduksi sampai berukuran 175 mm dan ditampung di surge pile.
Abu batu yang dihasilkan dari pengolahan crushing plant kemudian akan diolah
lebih lanjut pada M-Sand Plant dengan alat CDE Combo Alpha dengan kapasitas
olah 100-120 ton/jam untuk melakukan pencucian abu batu dan penyaringan
ulang abu batu sehingga dihasilkan produk Manufacture Sand (M-Sand).
Keunggulan dari M-Sand ini adalah dapat menghemat semen dan meningkatkan
kekuatan mutu beton untuk readymix ataupun beton pracetak (precast).
Dari data perusahaan selama bulan Agustus 2020, didapatkan total feed
sebanyak 7764 ton. Setelah pengolahan lebih lanjut didapat finest sebanyak 965
ton, coarse sebanyak 3173 ton dan oversize sebanyak 3635 ton. Dalam satu
bulan produksi CDE Combo Alpha, menurut data perusahaan diperlukan daya
listrik sebesar 7108 KWH dengan total waktu kerja selama 125,78 jam. Alat ini
membutuhkan daya listrik sebesar 0,93 KWH/ton. Untuk rata-rata feed adalah
61,44 ton/jam dengan menghasilkan rata-rata produksi coarse sebesar 25,18
ton/hari, rata-rata produksi oversize sebesar 28,66 ton/hari, dan rata-rata
produksi finest sebesar 7,60 ton/hari. Mengingat kapasitas kemampuan alat CDE
Combo Alpha adalah sebesar 100-120 ton/hari, maka perlu dilakukan studi lebih
lanjut mengenai tidak tercapainya kemampuan produksi tersebut dan
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Namun jika ditinjau secara umum,
salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kemampuan produksi
pada proses pengolahan menggunakan alat CDE Combo Alpha ini adalah karena
waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilaksanakan ketika musim kering dimana
60
sumber air lebih sulit didapatkan. Sedangkan air sendiri merupakan komponen
pokok dalam berlangsungnya pengolahan menggunakan alat ini.
Gambar 5.15. Grafik Produksi CDE Combo Alpha 100-120 tph Pada Bulan
Agustus 2020
61
Gambar 5.17 Proses Pengolahan Material pada Plant B
62
Gambar 5.18 Skema Crushing Plant A
SKEMA PLANT B
64
Gambar 5.20. Combo Alpha 100-120tph
65
5.4 Penjualan
PT. Lotus SG Lestari memiliki 6 produk akhir yang dijual kepada konsumen yaitu :
6 Basecoarse 30 1-32 mm
Tabel 5.2 Produk PT. Lotus SG lestari
66
pihak pembeli kepada pemasok. Sedangkan, Delivery Order (DO) merupakan
dokumen yang mana sebagai surat perintah penyerahan barang yang telah
dipesan dengan kesepakatan bersama antara penjual dan konsumen yang
ditujukan kepada bagian gudang sebuah perusahaan.
Konsumen dari PT. Lotus SG Lestari beragam, mulai dari kelompok usaha
masyarakat hingga skala industri. Konsumen skala industri diantaranya PT.
Waskita Beton, PT. Wijaya Karya, Adhimix Precast Indonesia, dan masih banyak
lagi.
5.5 Reklamasi
Upaya reklamasi yang dilakukan oleh PT. Lotus SG Lestari adalah dengan
melakukan penghijauan baik dia area sekitar lokasi tambang juga di area bekas
tambang. Area bekas tambang yang telah dijadikan lahan perkebunan adalah
seluas 0,9 Ha.
67
Gambar 5.22 Area Perkebunan Bekas Tambang
68
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dari laporan Kerja Praktek yang berjudul “Kegiatan Operasi Produksi
Penambangan Quarry Batu Andesit Bulan Agustus Tahun 2020 Pada Site Plant Rumpin
PT. Lotus SG Lestari, Bogor, Jawa Barat” adalah sebagai berikut :
1. PT. Lotus SG Lestari memiliki lokasi penambangan pada site Rumpin yang
berlokasi di Kampung Pabuaran, RT 05/06, Desa Cipinang, Kecamatan Rumpin,
Bogor, Jawa Barat. PT. Lotus SG Lestari memiliki target produksi untuk tahun
2020 sebanyak 1.300.344 ton.
2. Kegiatan Operasi Penambangan Batu Andesit di site Rumpin PT. Lotus SG Lestari
terdiri dari Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden) menggunakan
Excavator Kobelco SK330 dan DT Hino FM260TI. Proses penambangan
menggunakan bantuan dari kegiatan peledakan menggunakan jarak burden 2,5
meter dan spacing 3 meter. Hasil dari peledakan didapatkan rata-rata
fragmentasi sebesar 34 cm. Penggalian dan Pemuatan Andesit (Digging and
Loading) menggunakan excavator Kobelco SK330 sebagai alat muat serta DT
Hino FM260TI dan Tonly TL855BR sebagai alat angkut dengan jarak angkut
tergantung front penambangan. Jarak terjauh pengangkutan sejauh 1500 meter.
3. Pada perhitungan produktivitas pemboran, didapatkan produktivitas alat FRD
PCR 200 No.1 dengan cycle time per lubang 14,78 menit untuk kedalaman 12
meter adalah 3 lubang per jam. Produktivitas alat FRD PCR 200 No.2 dengan
cycle time per lubang 26,94 menit untuk kedalaman 12 meter adalah 3 lubang
per jam.
4. Pada perhitungan pada kegiatan blasting menggunakan bahan peledak ANFO,
dengan geometri peledakan burden 2,5 meter dan spacing 3 meter didapatkan
volume peledakan sebanyak 2250 BCM. Dari nilai tersebut didapat powder
factor sebesar 0,309 kg/m3 . Dalam kondisi tersebut artinya hasil peledakan
69
masuk ke kategori ekonomis. Hasil peledakan memiliki ukuran fragmentasi
sebesar 34 cm.
5. Pada perhitungan produktivitas alat gali didapatkan produktivitas DT Hino
FM260TI adalah 304,24 ton/jam. Sedangkan pada perhitungan produktivitas alat
muat didapatkan produktivitas Excavator Kobelco SK330 adalah 79,475 ton/jam.
Nilai match factor untuk alat gali-muat dan alat angkut adalah sebesar 0,56
maka alat muat mempunyai waktu tunggu. Faktor yang mempengaruhi nilai
produktivitas dan match factor adalah curah hujan, banyaknya unit alat, kondisi
jalan, antrian pada saat loading dan dumping, dan efesiensi kerja operator.
6. Pengolahan menggunakan 2 unit crushing plant dengan kapasitas Plant A 500
ton/jam dan Plant B 300 ton/jam. Produk yang dihasilkan terdiri dari 6 macam
yaitu M-Sand dengan ukuran 1-5 mm, Abu Batu dengan ukuran 06 mm,
Screening dengan ukuran 6-12 mm, Split 12 dengan ukuran 12-26 mm, Split 23
dengan ukuran 26-32 mm, dan Basecourse dengan ukuran 132 mm. Produk ini
dipasarkan menggunakan dua sistem pemasaran yaitu Delivery Order
menggunakan armada milik PT. Batu Alam Persada dan Pure Cash pada lokasi
tambang dan diangkut secara mandiri oleh pihak pembeli.
7. CDE Combo Alpha 100-120 tph membutuhkan daya listrik sebesar 0,93
KWH/ton. Untuk rata-rata feed adalah 61,44 ton/jam dengan menghasilkan
rata-rata produksi coarse sebesar 25,18 ton/jam, rata-rata produksi over size
sebesar 28,66 ton/jam, dan rata-rata produksi finest sebesar 7,60 ton/jam.
6.2 Saran
1. Penggunaan alat FRD HCR 910DS dianggap lebih efektif sehingga menghemat
waktu dan mempercepat laju produksi.
2. Geometri peledakan menggunakan jarak burden dan spacing yang lebih
renggang lagi, sehingga didapatkan ukuran rata rata fragmentasi batuan hasil
peledakan tidak terlalu kecil.
3. Menambah alat angkut supaya nilai MF lebih tinggi dan mengurangi waktu
tunggu alat muat dan didapatkan waktu ideal dalam kegiatan muat angkut
material.
70
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, E.R., Inmarlinianto, Gunawan, K. 2015. “Kajian Teknis Alat Muat dan Alat Angkut
Untuk Mengoptimalkan Produksi Pengupasan Lapisan Tanah Penutup Di Pit UW PT
Borneo Alam Semesta Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut
Jimeno. 1995. “Drill and Blast of Rock”. Rotterdam, Netherlands: A.A Blaskena
Ranto, Fandi Wan. 2012. “Penambangan Overburden Dengan Sistem Backhoe dan Truck di
rea Tambang Terbuka PT. Astrindo Gita Mandiri Kabupaten
Tenriajeng, Andi Tenrisukki. 2003. “Pemindahan Tanah Mekanis”. Seri Diktat Kuliah
Gunadarma
71
LAMPIRAN
LAMPIRAN I – SPESIFIKASI ALAT
/TI
74
74
75
76
77
78
PNEUMATIC CRAWL DRILL TOP HAMMER
79
80
LAMPIRAN II – SAMPLE DATA CYCLE TIME DRILLING
Batang Wb Wb Wm Wm We Wp
Bor (menit) Total/Lubang (menit) /Lubang (menit) (menit)
1 3,17 0,08
2 4,43 0,57
Lubang I 20,95 1,23 2,20 0,88
3 6,48 0,58
4 6,87
1 3,97 0,52
Lubang 2 6,32 0,53
23,48 1,60 1,98 1,55
II 3 5,62 0,55
4 7,57
Jumlah 44,43 2,83 4,18 2,43
Rata-rata 22,22 1,42 2,09 1,22
Rata- rata waktu pemboran 26,94 menit/lubang = 0.45 meter/menit
Batang Wb Wb Wm Wm We Wp
Bor (menit) Total/Lubang (menit) /Lubang (menit) (menit)
1 3,03 0,19
2 3,57 0,25
Lubang I 1,61 2,55 0,91
3 3,57 1,17
4 3,13 13,30
1 3,95 0,64
2 4,28 0,62
Lubang II 1,78 2,43 1,15
3 4,25 0,52
4 3,78 16,26
Jumlah 29,56 3,39 4,98 2,06
Rata-Rata 14,78 1,70 2,49 1,03
Rata- rata waktu pemboran 20,00 menit/lubang = 0.6 meter/menit Lokasi
Pemboran : Bench 12
Alat Bor : HCR 910 DS No. 03
Batang Wb Wb Wm Wm We Wp
Bor (menit) Total/Lubang (menit) /Lubang (menit) (menit)
81
1 1,17 0,52
2 2,36 0,52
Lubang I 1,43 2,87 1,17
3 2,84 0,39
4 2,36 8,73
1 1,98 0,54
Lubang
2 4,70 0,71 1,76 2,73 1,05
II
3 2,76 11,53 0,51
4 2,09
Jumlah 20,26 3,19 5,60 2,22
Loading
tg tpi td tpk
No.
(detik) (detik) (detik) (detik)
82
10 8,55 2,98 6,36 2,98
= 20,493 detik
= 0,34 menit/bucket
LAMPIRAN IV – SAMPLE DATA CYCLE TIME HAULING
Hauling
tmi td Tk tmk ti Ti
No.
(menit) (menit) (menit) (menit) (menit) (menit)
83
Jumlah 5,89 4,26 47,92 9,87 23,7 55,43
= 14,71 menit/rit
Eff
= 95,42 %
Eff
= 94,5 %
Eff
= 95,54 %
D. DT Hino FM 260 TI
Eff
84
= 75%
17/08/2020 -
85
26/08/2020 AIR HABIS
30/08/2020 MINGGU
Keterangan
% Prod/Jam
Tanggal
KWH/Ton
Feed Over Coarse Finest Feed Over Coarse Finest
Size Size
01/08/202 100 45,19 38,52 16,30 68,53 30,96 26,40 11,17 0,84
0
02/08/202 MINGGU
0
03/08/202 100 49,54 38,46 12,00 56,33 27,90 21,66 6,76 0,99
0
04/08/202 100 53,16 37,62 9,22 61,95 32,93 23,31 5,71 0,92
0
05/08/202 100 51,49 38,61 9,90 64,33 33,12 24,84 6,37 0,89
0
06/08/202 100 54,28 36,36 9,36 58,44 31,72 21,25 5,47 0,97
0
07/08/202 100 50,96 39,08 9,96 47,28 24,09 18,48 4,71 1,19
0
08/08/202 100 49,19 38,76 12,05 52,21 25,68 20,24 6,29 1,09
0
09/08/202 MINGGU
0
10/08/202 100 45,89 42,92 11,19 67,91 31,16 29,15 7,60 0,85
0
86
11/08/202 100 47,90 39,51 12,59 62,40 29,89 24,65 7,86 0,92
0
12/08/202 100 47,38 40,70 11,92 54,95 26,04 22,36 6,55 1,03
0
13/08/202 100 48,24 39,02 12,74 69,36 33,46 27,07 8,83 0,82
0
14/08/202 100 46,60 38,27 15,12 68,94 32,13 26,38 10,43 0,79
0
15/08/202 100 45,36 41,13 13,51 75,49 34,25 31,05 10,20 0,76
0
16/08/202 MINGGU
0
17/08/202 -
0
18/08/202 100 41,81 43,81 14,38 53,97 22,56 23,65 7,76 1,01
0
19/08/202 100 41,16 46,67 12,17 58,47 24,07 27,29 7,12 1,02
0
20/08/202 -
0
21/08/202 100 41,03 47,18 11,79 50,39 20,67 23,77 5,94 0,98
0
22/08/202 100 39,66 47,12 13,22 51,57 20,45 24,30 6,82 1,10
0
23/08/202 MINGGU
0
24/08/202 100 42,39 44,24 13,37 69,23 29,34 30,63 9,26 0,83
0
25/08/202 100 46,15 42,31 11,54 52,00 24,00 22,00 6,00 1,06
0
26/08/202 AIR HABIS
0
27/08/202 100 42,29 44,27 13,44 62,78 26,55 27,79 8,44 0,89
0
28/08/202 100 47,90 39,26 12,84 81,98 39,27 32,19 10,53 0,69
0
29/08/202 AIR HABIS
0
30/08/202 MINGGU
0
31/08/202 100 47,83 40,34 11,84 63,11 30,18 25,46 7,47 0,88
0
87
88