NIM : 119330011
LAMPUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
NIM : 119330011
pada tanggal:
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Disusun Oleh:
NIM : 119330011
pada tanggal:
Endo Pebri Dani Putra, S.TP., MP. Deni Subara, S.Si., M.T., Ph.D
NRK. 1993021420171076 NRK. 1988122320191195
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelsaikan Kerja Praktik dan laporan yang
berjudul “PENGARUH PENGEMASAN VAKUM TERHADAP KUALITAS
PRODUK UDANG MENTAH BEKU (RAW) DI PT. CENTRAL PERTIWI
BAHARI” dapat diselsaikan dengan baik. Dalam penyelsaian laporan kerja praktik
ini tidak terlepas dari bantuan dan doa dari banyak pihak, oleh sebab itu penulis
mengucapkan terimakasih banyak kepada :
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan Kerja Praktik ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat menerima kritik dan saran dari
pembaca. Semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat.
Lampung Selatan,
ARYA DWICAHYA S
iii
DAFTAR ISI
iv
4.1.1 Sejarah Singkat PT Central Pertiwi Bahari..................................... 16
4.1.2 Visi dan Misi PT Central Pertiwi Bahari ......................................... 17
4.1.3 Struktur Organisasi PT. Central Pertiwi Bahari ............................ 18
4.2 Sistem Produksi ......................................................................................... 19
4.2.1 Mesin dan Peralatan ........................................................................... 19
4.2.2 Proses Produksi ................................................................................... 28
4.2.3 Bahan Pengemas ................................................................................. 36
4.3 Tata Letak Fasilitas ................................................................................... 37
4.3.1 Tipe Tata Letak................................................................................... 37
4.3.2 Faktor Penyusun Tata Letak ............................................................. 37
4.4 Pengendalian Mutu ................................................................................... 37
4.4.1 Pengendalian Mutu Bahan Baku ...................................................... 37
4.4.2 Pengendalian Mutu Proses ................................................................. 38
4.4.3 Pengendalian Mutu Produk Akhir .................................................... 39
4.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................................... 39
4.6 Sanitasi ....................................................................................................... 40
4.7 Pengolahan Limbah .................................................................................. 40
4.8 Pemasaran .................................................................................................. 40
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pengemasan ialah suatu proses akhir dalam produksi udang, proses ini
merupakan salah satu proses yang dapat memberikan pengaruh dalam kualitas
udang yang akan dihasilkan. Hal tersbut dikarenakan memiliki keuntungan yaitu;
memperkecil kerusakan dalam komposisi produk, menghilangkan kontaminasi
1
terhadap bakteri yang dapat merugikan produk. PT Central Pertiwi Bahari memiliki
proses pengemasan dengan beberapa metode yaitu, pengemasan vakum dan
pengemasan non vakum. Penggunaan metode pengemasan dapat mempengaruhi
terhadap kualitas produk. Dengan tingginya nilai ekspor udang perlu digunakan
pengemasan yang optimal dalam memperthankan kualitas produk. Maka dari itu
diambil judul kerja praktik “Pengaruh Pengemasan Vakum Terhadap Kualitas
Produk Udang Mentah Beku (RAW) di PT. Central Pertiwi Bahari” ini untuk
menentukan metode pengemasan yang sesuai dengan produk udang agar tidak
terjadinya penurunan kualitas produk serta mengetahui pengaruh metode
pengemasan pada produk udang.
1. Proses yang ditinjau adalah bagian system produksi pada proses Packaging
di PT. Central Pertiwi Bahari
2. Pengambilan data kualitas dengan parameter Uji organoleptik dan Uji
Mikrobiologi yang dilakukan di laboratorium oleh PT. Central Pertiwi
Bahari
2
1.4 Tujuan Kerja Praktik
Tujuan kegiatan kerja praktik yang dilakukan di PT. Central Pertiwi Bahari ini
dibagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
3
1.5 Manfaat Kerja Praktik
Pada pelaksanaan kegiatan kerja yang dilakukan di PT. Central Pertiwi Bahari
memiliki beberapa manfaat yaitu, sebagai berikut:
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengemasan
Pengemasan adalah suatu proses yang secara umum dilakukan dengan melakukan
perencanaan, pembuatan wadah atau pembungkus untuk produk yang berfungsi
untuk melindungi serta dapat meminimalisir terjadinya kerusakan pada produk
yang akan dikemas. Selain itu juga kemasan juga dapat diartikan sebagai suatu
system yang tersusun secara sistematis untuk mempersiapkan barang/produk agar
dapat didistribusikan ke konsumen. Pengertian kemasan memeliki definisi yang
luas, berikut beberapa pengertian kemasan menurut beberapa ahli:
Selain untuk melindungi produk dari kerusakan dari luar, pengemasan memiliki dua
fungsi yang spesifik yaitu proteksi dan informasi. Fungsi proteksi pada kemasan
jika dilakukan dengan baik akan membuat perlindungan dari beberapa hal seperti;
menjaga kelembapan udara, paparan sinar ultraviolet, dan dapat terhidar dari
benturan terhadap benda keras. Sedangkan fungsi informasi digunakan untuk
memberitahu konsumen terkait spesifikasi produk tersebut seperti; nama produk,
tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, komposisi, dan lainnya yang mendeksirpsikan
produk tersebut. Fungsi-fungsi kemasan tersebut dapat terpenuhi jika proses
pengemasan dilakukan secara benar, sesuai dengan spesifikasi dari produk tersebut
seperti metode pengemasan dan jenis kemasan, salah satu contoh metode
pengemasan yaitu pengemasan vakum. Pengemasan vakum biasanya dapat
5
dikombinasikan dengan jenis kemasan seperti plastik, karena memiliki sifat yang
kuat, mudah dibentuk, fleksibel, dan sukar tembus air dan udara. Jenis kemasan
yang memiliki densitas yang tinggi dengan permeabilitas uap air dan gas rendah
adalah plastik polypropylene (PP) dan polyethylene (PE). Menurut Renate (2009),
jenis PP, polyetylene merupakan kemasan yang biasa dipakai sehari-hari.
Pengemasan dengan menggunakan polyethylene (PE) memiliki beberapa kelebihan
di antaranya adalah transparan, mudah dibentuk, kedap air dan biasanya digunakan
untuk menyimpan produk beku (Hafina et al., 2021).
6
Keterangan :
a. Jaw bar
b. Silicone rubber
c. Cover tape
d. Heat seal band
e. Cover strip material
f. Durit silgaha
7
dengan cara pembekuan dapat menjadi cara terbaik untuk penyimpanan jangka
panjang dengan proses dimana suhu pusat udang (SPO) diturunkan sampai dengan
-16oC sampai -18oC. Proses pembekuan jika dilakukan dengan baik akan membuat
produk udang beku yang telah dicairkan keadaannya masih mendekati sifat-sifat
udang segar. Pembekuan memeiliki beberapa faktor yaitu; suhu pembekuan, suhu
penyimpanan, cara penanganan, dan kondisi bakteriologi. Pembekuan memiliki
prinsip yaitu penarikan panas secara efektif dari udang segar sehingga suhu udang
turun sampai tingkat rendah yang stabil (Prasasti, 2006).
Produk udang dapat mengalami kemunduran mutu yang bisanaya dimulai setelah
udang dalam keadaan mati dan berlanjut terus tanpa kontrol hingga udang akan
terdekomposisi secara sempurna. Kemunduran mutu udang secara umum memiliki
pola yang sama, baik secara mikrobiologi, enzimatis, deteorisasi dan kimiawi.
Selain itu juga kemunduran mutu dapat dilihat dari organoleptik udang. Adapun
ciri-ciri organoleptik udang yang memiliki kualitas tinggi atau masih dalam
keadaan segar sebagai berikut:
8
1. Kulit: memiliki warna yang terang serta jernih dan cemerlang, kulit utuh
belum ada bagian yang rusak, warna belum mengalami perubahan, serta
kulit masih melekat dengan daging, dan segmen masih kokoh.
2. Mata: berbentuk bulat, memiliki warna hitam serta tampak terang dan
bercahaya.
3. Daging: teksturnya kenyal, memiliki bau yang segar serta rasa manis.
4. Udang jika ditaruh dalam air akan tenggelam.
5. Tidak terjadinya blackspot atau bercak hitam pada bagian tubuh udang.
Sedangkan berbeda denga udang yang telah mengalami kemunduran mutu yang
menyebabkan pembusukan. Ciri-ciri organoleptik pada produk yang mengalami
pembusukan sebagai berikut:
1. Kulit: warna kulit merah kecoklatan, pucat serta mengeluarkan lendir yang
banyak, segemen kulit udang sudah mengalami kerusakan.
2. Mata: berwarna putih, nampak suram serta tidak bercahaya dan tenggelam.
3. Daging: tekstur cenderung lunak dan juga lembek serta mengeluarkan bau
busuk.
4. Warna: mengalami diskolorisasi yang menandai telah mengalami oksidasi.
5. Terjadi blackspot atau bercak hitam pada tubuh udang
6. Jika udang ditaruh dalam air akan mengapung.
(Santhi, 2017)
1. Uji TPC, yaitu dilakukan dengan menumbuhkan sampel pada nutrient agar
memerlukan waktu sekurang-kurangnya 2–3 hari. Penentuan jumlah bakteri
dapat ditentukan pada suhu sekitar 35oC–37oC, dan Suhu inkubasi 0–4oC
dan 20–25oC yang dapat dianjurkan untuk menjadi penentuan bakteri
sebagai penyebab dari pembusukan pada sampel. Waktu inkubasi yang
diperlukan untuk suhu 0–4oC lebih lama (Fadhillah, 2020).
9
2. E. Coli (Escherchia coli) adalah bakteri gram negatif yang memiliki bentuk
basil (Batang). Bakteri E. coli memiliki ukuran sebesar 1,0- 1,5 µm x 2,0-
6,0 µm. alat pegerak pada E. coli berupa flagella. E.coli dapat bergerak
(motil) atau tidak bergerak (non motil) (Rahayu et al., 2018). Ukuran pada
volume selnya berkisar dari 0,6 – 0,7 m3. Suhu optimal Bakteri E. coli dapat
hidup yaitu suhu 20 - 40oC, sedangkan suhu optimalnya adalah 37oC.
kondisi aerobic (ada oksigen) dan anaerobic (tanpa oksigen) dapat menjadi
tempat tumbuh dan berkembang biak bakteri E.coli (Sutiknowati, 2016).
Pengujian E.Coli memiliki prinsip yaitu menumbuhkan bakteri pada suatui
media cair. Lalu dilakukan perhitungan dengan berdasarkan jumlah tabung
bernilai positif yang sebelumnya sudah dilakukan diinkubasi pada suhu dan
waktu yang telah ditentukan.
3. Salmonella, Salmonella adalah bakteri garam negatif yang termasuk dalam
bakteri pathogen enteric yaitu, penyebab utama penyakit bawaan dari
makanan (foodborne disease). Pertumbuhan bakteri Salmonella
berlangsung secara anearob fakultatif dan bakteri salmonella tidak
membentuk spora. Pengujian salmonella memiliki Prinsip kerja yaitu
dilakukan dengan cara titumbuhkan pada media pengkayaan serta dapat
dideteksi pada media agar selektif, kemudian dilanjutkan dengan uji
biokimia dan serologi yang dapat meyakinkan keberadaan dari bakteri
salmonella dalam suatu bahan.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan kerja praktik (KP) pada tanggal 13 juni 2022 sampai 06 juli
2022. Dengan jam kerja hari senin sampai dengan hari minggu menyesuaikan
kebijakan pada PT Central Pertiwi Bahari, pada pukul 08.00 sampai 16.00 WIB.
11
keriteria seperti Uji oganoleptik dan Uji Mikrobiologi pada produk, setelah
mendapatkan hasil lalu akan dilakukan perbandingan, hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui metode pengemasan yang optimal pada produk.
12
ekornya akan dikupas serta kotoran perutnya dihilangkan. Produk VP adalah
produk yang menggunakan jenis kemasan vacuum pack sedangkan produk IQF
(Individual Quick Freezer) adalah proses pembekuan udang satu persatu dengan
waktu yang singkat.
13
sudah terisi agar kemudian larutan sampel tersebut dimasukkan ke dalam
inkubator dengan posisi yang terbalik dengan waktu selama 48 jam, dengan
suhu 350C.
5. Tahap terakhir lakukan perhitungan pada jumlah koloni bakteri yang berada
di dalam cawan petri.
14
dari standar defect, spesifikasin mesin, dan proses
pada tahap tersebut.
- Melakukan pengambilan data pada proses packaging
dan penyimpannan yang terdiri dari alat dan mesin,
tahapan proses, dan SOP yang diterapkan.
- Melakukan konsultasi dari data yang sudah di
dapatkan pada system produksi untuk tugas umum
kepada pembimbing lapangan.
- Pembagian tempat sesuai dengan tugas khusus yang
diambil
- Mengambil data pada proses pengemasan vakum yang
terdiri dari standar parameter pada setiap produk
(Kekuatan vakum dan sealing).
Minggu 3 - Melakukan pengambilan data pada packaging seperti
jenis kemasan yang digunakan pada produk yang
dilakukan proses pengemasan vakum.
- Melakukan pengambilan data pada Uji organoleptik
dan uji mikrobiologi yang sudah dilakukan oleh
laboratorium PT. Central Pertiwi Bahari
- Melakukan pengambilan data pada pengolahan
limbah dan pemasaran yang ada di PT. Central Pertiwi
Bahari.
- Mengumpulkan data informasi perusahaan, system
produksi (bahan baku, mesin dan peralatan, proses
Minggu 4 produksi, bahan pengemas), Tata letak fasilitas,
pengandalian mutu, Kesehatan dan keselamatan kerja,
sanitasi, dan pemasaran.
- Melakukan persentasi laporan kepada prmbimbing
instansi.
- Penutupan kerja praktik.
15
BAB IV
PT. Central Pertiwi Bahari berdiri di tanggal 8 juni 1994 yang berdasarkan dengan
akta pendirian perusahaan nomo 01 oleh Rachmad SH. Sejarah berdirinya PT.
Central Pertiwi Bahari yang diawali dengan nama PT. Central Pertiwi Bratasena ini
sebelumnya dimulai dengan kegitan yang bergerak di bidang aquabisnis yaitu suatu
kegiatan budidaya terpadu dengan pola kemitraan antara Perusahaan dan petani
tambak (PLASMA). Kegiatan kemitraan tersebut dilakukan dengan perusahaan
memiliki pengendalian penuh terhadap produksi udang yang dimulai dari
pemberian benih benur udang kepada petani tambak hingga budidaya pengolahan
dan pembuatan pakan yang memiliki tujuan agar terjaganya kualitas terhadap udang
yang dihasilkan tersebut.
PT. Central Pertiwi Bahari menganut system perusahaan pertambakan yang modern
dan juga ramah terhadap lingkungan. Pada tahun 1995 processing unit mulai
beroprasional dan pada bulan agustus 1996 dimulai produksi produk komersialnya
yang sesuai dengan perencanaan dari perusahaan. PT.Central Pertiwi Bahari
memiliki luas wilayah 23.900 hektar, luas bangunan yang dimiliki oleh unit
pengolahan produk udang beku ialah 11.571 meter2 yang sudah dilengkapi dengan
berbagai fasilitas seperti alat dan mesin untuk produksi pada pengolahan udang.
Seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi dari hasil budidaya, maka pada
tanggal 23 juni 2006 dibangun Gedung Processing Plant II yang diresmikan
langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan LAKSDYA (PURN) Fredy
Numberi dan Mentri Perdagangan dan Perikanan DR. Marie Elka Pangestu. Serta
16
mendapatkan sertifikat Kelayakan Pengolahan dari direktorat Jendral Perikanan
pada tanggal 14 November 2006 dengan predikat “A” (Baik).
PT. Central Pertiwi Bahari memproduksi berbagai jenis produk yang menggunakan
bahan baku udang mulai dari produk udang mentah beku, udang cook, dan produk
food (Value edded). Dari produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Central Pertiwi
Bahari akan didistribusikanke pasar ekspor dan local, untuk ekspor dilakukan ke
beberapa wilayan seperti Jepang, Amerika, Asia, dan Uni Eropa. Logo dari PT.
Central Pertiwi Bahari dapat dilihat pada gambar 3.
VISI
MISI
17
4. Mengaplikasikan teknologi terdepan dan inovasi keseluruhan aspek bisnis.
Head Of Production
Kegiatan produksi pada PT. Central Pertiwi Bahari diketuai oleh seorang Head of
Production yang memiliki wewenang memberikan perintah kepada Food Procces
Manager. Food Procces Manager memiliki wewenang memeberikan perintah pada
18
bagian produksi yang memiliki beberapa bagian yaitu; Bagian Receiver dan
sanitation, Bagian Main Procces & Packing, dan Administrasi dan SAP. Pada setiap
bagian produksi memiliki pengawas yang memiliki tugas untuk memastikan
produksi yang berjalan sesuai dengan spesifikasi yag diinginkan. Pada bagian
produksi terdapat Quality Control yang memiliki tugag untuk mengawasi kualitas
produk yang dihasilkan. Pada bagian Administarasi dan SAP memiliki tugas seperti
melakukan penanganan terhadap pembukuan, keuangan, pendataan sumber daya
hingga penjualan dari hasil produksi.
Bahan baku merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam pembuatan suatu
produk. Pada PT. Central Pertiwi Bahari menggunakan bahan baku Udang
vannemei, Bahan baku udang vannemei di peroleh dari petani tambak yang terdapat
dari beberapa daerah yang menjadi supplier seperti Lampung dan Palembang,
selanjutnya bahan baku yang diperoleh akan dilakukan proses pengolahan menjadi
produk jadi, selain bahan baku PT. Central Pertiwi Bahari memiliki bahan
pendukung yang diantaranya seperti; Air dan disinfektan
19
Tabel 2. Mesin Dan Peralatan
Memiliki fungsi
untuk menampung
udang, mesin ini
digunakan sebagai
pencucian maupun
perendaman untuk
1 Wash Tank menunggu produk
udang tersebut
dialirkan pada
proses selanjutnya
dengan
menggunakan
conveyer.
Memiliki fungsi
memindahkan
bahan menuju
proses selanjutnya.
2 Conveyer Conveyer yang
digunakan pada
system produksi
memiliki beberapa
jenis.
20
Memiliki fungsi
sebagai alat
3 Lori
pemindahan secara
manual.
Memiliki fungsi
sebagai alat untuk
menghilangkan
kontaminasi
4 Boiling
mikroorganisme
dengan cara di
rebus dengan suhu
98-100oC.
Memiliki fungsi
sebagai alat
pemisahan yang
5 Grading memiliki prinsip
kerja memisahkan
udang berdasarkan
dengan size.
21
Memiliki fungsi
sebagai alat
pemisahan yang
6 CheckWeigher memiliki prinsip
kerja memisahkan
udang berdasarkan
berat.
Memiliki fungsi
untuk
menghilangkan
udara yang ada
Pengemasan dalam kemasan
7
Vakum sebagai pencegahan
kontaminasi
mikroorganisme
yang akan merusak
kualitas produk.
Memiliki fungsi
untuk membekukan
Contact Plate produk yang akan
8
Freezer (CPF) berbentuk balok,
yang kemudian di
susun inner plan
22
Memiliki fungsi
sebagai pemberian
treatment kepada
udang dengan cara
Treatment
9 pengdukan. Mesin
Phoshpate
ini menggunakan
agitator dengan
kecepaan yang
rendah.
Memiliki fungsi
untuk memisahkan
plate yang
tertempel pada
Glazing
10 produk yang telah
melewati proses
freezer pada mesin
CPF.
Memiliki fungsi
sebagai mesin
11 Flake Ice pembuat ice yang
berbentuk serpihan-
serpihan yang
23
digunakan untuk
menjaga suhu pada
udang sehingga
udang tidak
mengalami
penurunan kualitas.
Memiliki fungsi
untuk mengukur
berat udang,
Timbangan
12 timbangan ini
Analitik
digunakan denga
kapasitas maksimal
udang 3000 gram
Memiliki fungsi
sebagai alat
Timban duduk mengukur berat
13
digital udang , tibangan ini
memiliki kapasitas
500 kg
24
Memiliki fungsi
sebagai alat
pembekuan produk
udang yang
Tunnel
14 dilakukan dalam
Freezer
bentuk seperti fillet,
atau udang mentah
atau rebus secara
cepat.
Memiliki fungsi
sebagai alat yang
akan mengemas
produk dengan
15 Carton Sealer menggnakan karton
atau kardus yang
kemudian
menyegel barang
tersebut.
Memiliki fungsi
untuk pengemasan
pendukung yang
dilakukan dengan
proses pengikatan
Strapping tali pada kemasan
16
band produk yang
bertujuan untuk
menyegel,
menahan, dan
memperkuat
produk tersebut.
25
Memiliki fungsi
untuk memanaskan
plastic film pada
produk hingga
plastic film
17 Shrink Film
menyusust
mengikuti
pola/bentuk produk
yang dilakukan
pengemasan.
Memiliki fungsi
sebagai alat scanner
pada produk.
Dengan
18 Scan barcode menggunakan alat
ini produk-produk
yang akan di
distriusikan terdata
dengan baik.
26
Memiliki fungsi
sebagai
alatpemindahan
produk yang
dihasilkan dari
tempat satu ke
19 Froklift
tempat lainnya
dengan kapasitas
angkut yang besar
dengan
menggunakan
mesin.
Memiliki fungsi
sebagai alat
pemindahan barang
atau produk dari
tempat satu ke
tempat lainnya.
20 Hand Pallet Alat ini memiiliki
fungsi yang sama
dengan forklift
akan tetapi alat ini
memiliki kapasitas
angkut yang lebih
rendah.
27
Memiliki fungsi
sebagai alas produk
atau bisa sebagai
21 Pallet
alat bantu
penganggkutan
pada froklift
Memiliki fungsi
sebagai alat
pendeteksi benda
asing yang ada
dalam produk,
benda asing yang
22 Metal Detector
dapat dideteksi
ialah seperti logam,
besi, dan benda-
benda yang dapat
berbahaya bagi
tubuh manusia
28
Mulai
Receiver
Deheading
Setting
Pengupasan
Treatment Non-Treatment
Vakum Non-Vakum
Packing
Freezing
Penyimpanan
Selesai
29
Diagram alir dari proses produksi untuk produk udang cook dapat dilihat pada
gambar 6.
Mulai
Receiver
Deheading
Setting
Pengupasan
Treatment
Cooking
Packing
Freezing
Penyimpanan
Selesai
30
Diagram alir dari proses produksi untuk produk udang food dapat dilihat pada
gambar 7.
Mulai
Receiver
Deheading
Setting
Pengupasan
Formulasi
Packing
Freezing
Penyimpanan
Selesai
31
1. Proses penerimaan bahan baku (Receiver)
Bahan baku yang digunakan pada proses produksi pada PT. Central Pertiwi Bahari
yaitu udang jenis Litopenaeus vannemei.. Pada proses receiver ini bahan baku
berupa udang vannemei yang masuk akan melewati proses pengendalian mutu
bahan baku terlebih dahulu, yang dilakukan oleh quality control. Pengendalian
mutu dilakukan dengan uji organoleptik dengan beberapa parameter diantaranya;
kenampakan, rasa, warna, tekstur, dan bau. Setelah dilakukannya pengendalian
mutu bahan baku, selanjutnya udang yang telah memenuhi spesifikasi dapat
dilanjutkan pada proses pencucian, udang yang telah dilakukan penimbangan akan
dimasukan ke dalam washtank yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang menempel pada udang seperti; ranting, kerang, dedaunan, dan
lainnya. Setelah itu dilakukan proses sortasi yang bertujuan untuk memisahkan
antara bahan baku udang yang sesuai dengan spesifikasi dan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi, Udang yang sesuai dengan spesifikasi ialah seluruh bagian
tubuhnya masih utuh dan udang terlihat masih segar sedangkan udang yang tidak
sesuai dengan spesifikasi seperti bagian kepala terputus, kaki udang hilang, warna
udang berubah menjadi biru, dan terlihat memear atau bahkan pucat. Bahan baku
udang yang tidak sesuai akan dipisahkan, Selanjutnya pada tahap terakhir dalam
receiver akan dilakukan pencucian kedua, udang akan dimasukan kedalam feader
tank setelah itu udang diberikan es dan chlorine yang kemudian akan masuk pada
proses selanjutnya.
2. Proses Deheading
Pada proses deheading merupakan tahapan pembuangan kepala pada bahan baku,
udang yang telah melewati proses receiver akan mengalir menggunakan conveyer
yang akan dilakukan pemotongan kepala oleh pekerja dengan dibantu alat
pemotong kepala. Proses pemotongan kepala dilakukan dengan menggunakan alat
bantu potong kepala yaitu kuku paralon yang ukurannya menyesuaikan dengan ibu
jari pekerja, alat bantu pemotongan kepala dapat dilihat pada gambar 8.
32
(Sumber gambar: PT. Central Pertiwi Bahari)
3. Proses Setting
Proses setting merupakan tahapan sortasi yang memiliki tujuan untuk memisahkan
udang secara otomatis berdasarkan size udang dengan menggunakan mesin grader.
Size udang yang dapat dipisahkan dengan menggunakan mesin grader ini memiliki
beberapa size diantaranya sedapat dilihat pada tabel 3.
33
Tabel 3. Spesifikasi Size Udang Pada Mesin Grader
4. Proses Pengupasan
34
produk yaitu raw, cook, dan food. Pada 3 bagian produk tersebut memiliki beberapa
tahapan yang berbeda-beda.
Pada Produk Raw memeiliki beberapa proses yang dilewati, tahapan pertama yang
akan dilakukan yaitu udang akan melewati proses treatment dan non treatment,
proses treatment ialah proses penambahan rasa yang dilakukan dengan cara udang
dimasukan pada mesin treatment phosphate. Kemudian produk Raw yang melalui
proses treatment akan dilakukan proses pengemasan vakum dan ada juga yang tidak
melalui proses pengemasan vakum yang hal itu tergantung dengan konsumen.
Produk Cook memiliki proses yang tidak jauh berbeda dengan proses produk Raw.
Produk cook sama dengan produk raw yaitu melewati proses treatment yang
memebedakan ialah produk ini akan dilakukan proses cooking, proses cooking
merupakan proses perebusan udang. Setelah proses cooking udang akan dilakukan
freezing yang sama dengan proses raw.
Produk food merupakan proses yang memiliki tahapan yang tergantung dengan
produk yang akan dihasilkan, akan tetapi bahan baku yang digunakan dialirkan dari
proses yang sama. Contoh produk food yang dihasilkan seperti: Bakso udang,
breaded shrimp, dan lainnya.
5. Freezing
Freezing merupakan proses pembekuan pada produk udang dengan suhu rendah.
Proses freezing dilakukan dengan dengan menggunakan mesin freezing dengan
suhu mesin -32oC, Tahapan proses freezing yaitu dimulai dengan udang yang telah
melewati proses sebelumnya dimasukan kedalam mesin freezing dengan waktu
beberapa menit lalu setelah selesai produk akan dilanjutkan pada proses packaging.
Proses freezing dilakukan agar produk udang mencapai suhu optimal yaitu ± 18oC.
6. Packaging
Pada proses packing merupakan suatu proses pengemasan produk yang bertujuan
untuk mempertahankan kualitas produk dan sebagai fungsi lainnya. Pada proses
packing dilakukan dengan beberapa tahapan, produk yang telah selesai dari proses
pengolahan akan dikemas menggunakan kemasan yang menesuaikan dengan
produk tersebut. Setelah dikemas produk akan melewati mesin metal detector yang
35
berfungsi untuk mendeteksi kandungan metal/logam pada produk, pendeteksian
metal ini bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor yang akan menjadi sumber
bahaya, selain itu juga sebagai syarat ekspor yaitu tidak mengandung metal/logam.
Setelah melewati mesin metal detector produk akan dilakukan pengemasan kedua
menggunakan kemasan primer yaitu master carton (MC), dalam 1 master carton
dapat memuat ±10 pcs produk. Setelah dilakukan pengemasan menggunakan
master carton, produk akan dilakukan pendeteksian metal detector Kembali agar
memastikan produk tidak mengandung kandungan metal/logam.
7. Penyimpanan
Proses penyimpanan merupakan proses terakhir dari proses produksi di PT. Central
Pertiwi Bahari, dimana produk yang telah diproduksi akan disimpan dalam
ruangan. Penyimpanan bertujuan untuk memepertahankan mutu produk udang
sebelum dilakukannya distribusi kepada konsumen. Proses penyimpanan dilakukan
dengan memasukan produk yang telah dilakukan proses pengemasan ke dalam
ruangan cold storage room, yang dimana ruangan tersebut memiliki suhu < 20oC
yang bertujuan untuk menjaga mutu udang tersebut.
Sistem penyimanan pada PT. Central Pertiwi Bahari memiliki beberapa tahapan
yaitu produk yang telah dimasukan ke ruangan cold storage room akan dilakukanya
penyimpanan selama 4 hari terlebih dahulu sebelum dilakukan pengiriman, hal itu
bertujuan agar udang mencapai suhu yang optimal. Selama 4 hari penyimpanan
akan diambil beberapa sampel produk yang digunakan untuk pengujian di
laboratorium, pengujian dilakukan untuk menentukan produk tersebut layak
konsumsi atau tidak. Pengujian dilakukan dengan melakukan uji organoleptik dan
uji mikrobiologi.
36
Pertiwi Bahari yaitu Linear Low Density- Polyethylene (LLDPE), Plastic Vacuum
Pack Polos, dan Master Carton (MC).
37
Tabel 4. Standar Bahan Baku Udang Vannamei
Kriteria Standar
Kenampakan Segar (Fresh)
Rasa Manis
Warna Mengkilap
Tekstur Kenyal
Bau Tidak Bau Kompos
38
11. Slight Dishcolor 0 Pcs
12. Dishcolor 0 Pcs
13. Berat gram/pcs 3 Pcs
14. Gram pcs<standar 0 Pcs
15. Panjang lebih dari standar (0-0,4 cm) Normal
Panjang kurang dari standar 1 pcs
Broken Meat < 1 segmen Normal
39
4.6 Sanitasi
Pada proses sanitasi yang diterapkan oleh PT. Central Pertiwi Bahari dilakukan
secara ketat dengan tujuan untuk menjaga kebersihan dan kesterilan dalam
lingkungan perusahaan. Sanitasi yang diterapkan pada lingkungan perusahaan ialah
seperti setiap karyawan yang berada pada lingkungan perusahaan wajib untuk
menggunakan masker serta ketika memasuki lingkungan perusahaan diwajibkan
untuk mencuci tangan dan mengukur suhu tubuh. Sedangkan sanitasi yang ada pada
system produksi di PT Central pertiwi Bahari diterapkan dengan melakukan
pembilasan pada tangan pekerja dan alat-alat yang digunakan. Sistem sanitasi yang
ada didukung dengan prasarana seperti ruang sanitasi kotor dan sanitasi bersih.
Ruang sanitasi kotor ialah tempat untuk membersihkan alat yang digunakan, ruang
sanitasi kotor memiliki 3 tahapan bilasan yaitu bilasan air, bilasan dengan chlorine,
dan bilasan non chlorine. Ruang sanitasi bersih ialah tempat untuk meletakkan alat-
alat yang telah disterilkan diruang sanitasi kotor.
4.7 Pengolahan Limbah
Sistem produksi yang ada pada PT. Central Pertiwi Bahari menghasilkan 2 output
yaitu berupa produk dan limbah. Limbah yang dihasilkan pada proses produksi
terdapat dua jenis yaitu Limbah cair dan limbah padat, limbah cair yang dihasilkan
pada proses produksi di PT. Central Pertiwi Bahari akan dilakukan pengolahan
dengan cara dialirkan ke instalasi pengolahan limbah cair yang ada, hal tersebut
dilakukan dengan tujuan agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan.
Instalasi pengolahan limbah yang ada di PT Central Pertiwi Bahari memiliki prinsip
kerja untuk mereduksi kandungan yang berbahaya dengan menggunakan
mikroorganisme, setelah kandungan yang ada sudah memenuhi dengan spesifikasi
dan sudah dihilahkan mikroorganisme yang ada akan dialirkan ke kanal warga.
4.8 Pemasaran
Proses pemasaran yang ada pada PT. Central Pertiwi Bahari dikelola langsung
oleh induk perusahaan yaitu PT. Central Prima. Pemasaran dilakukan dengan
mengekspor produk keluar negeri seperti jepang, amerika serikat, uni eropa dan
asia, selain ekspor pemasaran dilakukan ke local daerah seperti restoran makanan.
40
BAB V
TUGAS KHUSUS
Prinsip kerja dari metode pengemasan vakum yaitu membuat suatu kondisi uap air
dan udara yang terdapat pada kemasan akan hilang, sehingga kemasan kedap dan
hampa akan udara serta sangat padat. Kondisi tersebut akan menghambat proses
penetrasi air dari lingkungan luar ke dalam kemasaan, sehingga pertumbuhan
mikroba aerob yang dapat merusak jaringan pada produk dapat dicegah.
Terhambatnya uap air pada kemasan akan mencegah proses penguraian air terikat
menjadi air bebas pada produk (Harris dan Liuhartana, 2011).
Prinsip kerja dari metode pengemasan vakum memiliki kelemahan yang dapat
merusak kualitas produk yaitu penggunaan panas pada penutupan sealing kemasan.
Penggunaan panas pada metode ini akan membuat kenaikan suhu secara spontan
pada produk udang mentah beku, suhu produk pada proses pengemasan akan naik
sebesar ± 5oC. Kenaikan suhu secara spontan tersebut akan merusak kualitas produk
udang. Kerusakan yang akan dialami oleh produk seperti discolor yaitu proses
perubahan warna pada produk udang. Terjadinya perubahan warna dapat diatasi
dengan melakukan penurunan suhu secara continue pada produk. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memasukan produk udang pada air dengan suhu ruang beberapa
menit hingga mengalami penurunan suhu lalu selanjutnya akan dilakukan proses
41
freezing untuk memaksimalkan kualitas produk tersebut. Alat pengemasan vakum
dapat dilihat pada gambar .
42
Proses pengemasan vakum dilakukan dengan menyusun produk di atas alat yang
berupa belt conveyor yang akan memutar, sebelum dilakukan vakum perlu
dilakukan setting yang dilakukan dengan mengisi data pada monitor alat
pengemasan vakum dengan standar parameter produk yang telah ditentukan.
43
perlakukan waktu penyimpanan yang berbeda yaitu hari ke-0 dan hari ke-4. Hasil
data uji organoleptik dapat dilihat pada tabel 7.
Parameter Sampel
Kenampakan 5 5 5 5 5 4
Tekstur 5 4 5 5 5 4
Parameter bau dengan sampel penyimpanan hari ke-0 mendapatkan hasil uji
organoleptik pada produk PD VP 555 (Pengemasan Vakum), PD VP 822
(Pengemasan Vakum), dan PD IQF 518 (Pengemasan Non Vakum) mendapatkan
44
nilai 5. Penyimpanan hari ke-4 parameter bau dengan produk PD VP 555
(Pengemasan Vakum) dan PD VP 822 (Pengemasan Vakum) mendapatkan nilai 5.
Sedangkan produk PD IQF 518 (Pengemasan Non Vakum) di hari ke-4 mengalami
penurunan pada parameter bau yaitu 4.
Hasil dari uji organoleptik produk udang untuk pengemasan vakum dan non vakum
dapat dilihat dari ketiga parameter bahwa dengan menggunakan pengemasan
vakum lebih optimal dalam mempertahankan kualitas produk udang mentah beku.
Hal tersebut dapat dilihat pada parameter bau produk dengan pengemasan vakum.
Penyimpanan selama 4 hari produk udang mentah beku tetap memiliki bau spesifik
seperti udang sedangkan pada pengemasan non vakum mengalami penurunan
kualitas bau. Produk udang mentah beku mengeluarkan bau yang sedikit netral.
45
dengan metode pengemasan non vakum mengalami penurunan hari ke-4 yaitu
produk udang mentah beku memiliki kenampakan yang kurang mengkilat akan
tetapi segmen pada udang tersusun dengan rapi.
Hasil uji organoleptik tersebut dapat dilihat bahwa metode pengemasan vakum
lebih optimal dalam mempertahankan kualitas produk udang mentah beku
dibandingkan dengan metode pengemasan non vakum. Hasil pengujian
organoleptik pada produk pengemasan vakum dan non vakum telah sesuai dengan
standar SNI 3457-2014, akan tetapi produk dengan pengemasan vakum memiliki
penilaian lebih tinggi yang membuat pengemasan vakum lebih optimal digunakan
pada produk udang mentah beku yang ada di PT. Central Pertiwi Bahari.
46
Tabel 8. Hasil Uji Mikrobiologi
Pada pengujian TPC (CFU/G) pada produk PD VP 555 (Pengemasan Vakum) dan
PD VP 882 (Pengemasan Vakum) memiliki kandungan TPC sebesar 49.000 dan
49.250, sedangkan pada produk PD IQF 518 (Pengemasan non Vakum) memiliki
kandungan TPC sebesar 50.000. Pengujian TPC ini dilakukan untuk mengetahui
keberadaan bakteri dalam suatu produk, sehingga akan menunjukkan jumlah total
mikroorganisme yang terdapat dalam suatu produk, dengan mengetahui nilai TPC
maka hal tersebut dapat menentukan apakah produk tersebut memenuhi syarat
kesehatan makanan atau tidak (Santhi, 2017). Berdasarkan dari tabel hasil
pengujian TPC diatas dari ketiga produk masih memenuhi syarat Kesehatan
makanan sesuai dengan Permenkes Republik Indonesia No. 1096/ Menkes/ PER/
VI/ 2011 dan SNI 7388 tahun 2009 yaitu memiliki batas kandungan TPC sebesar
106.
Faktor utama yang menyebabkan perbedaan angka TPC pada kemasan vakum dan
non vakum adalah ketersediaan oksigen. Bakteri yang bersifat anaerob masih
terdapat aktivitas tanpa adanya oksigen. Selama penyimpanan akan tumbuh bakteri
pembusuk sehingga menyebabkan kemunduran mutu. Pengemasan secara vakum
dapat menekan pertumbuhan bakteri yang bersifat aerob. Hal ini diperkuat oleh
47
Rauf (2013), beberapa bakteri pembusuk bersifat aerob, sehingga adanya oksigen
dapat meningkatkan pertumbuhannya. Pada bahan kemasan, pertumbuhan bakteri
aerob dapat dikendalikan dengan metode pengemasan vakum atau penambahan gas
inert pada space kemasan.
Lalu pada uji S.aureus pada ketiga produk tersebut memiliki kandungan sebesar
<100 yang dimana masih dalam standar yang telah ditentukan perusahaan, S.aureus
merupakan bakteri pathogen utama pada manusia, hal tersebut karena bakteri ini
akan mensekresikan beberapa toxin dan enzim yang berbahaya bagi manusia.
S.aureus yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa gejala seperti peradangan
local, nekrosis, dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel ringan
pada kulit, dan keracunan makanan (Soedarmo et al., 2012). Uji mikrobiologi yang
terakhir yaitu uji kandungan Salmonella, hasil dari pengujian pada ketiga produk
tersebut memiliki nilai negatif terhadap kandungan Salmonella, hal tersebut sesuai
dengan standar dalam SNI 01- 2332.2- 2006.
Hasil pengujian mikrobiologi dari beberapa parameter yang telah ditentukan dapat
dilihat bahwa dengan menggunakan metode pengemasan vakum dapat mengurangi
kandungan TPC(CFU/G) dan Coliform pada produk lebih dari besar dibandingkan
jika menggunakan metode pengemasan non vakum, hal tersebut dapat menjadi
acuan bahwa penggunaan metode pengemasan vakum akan lebih optimal
48
dibandingkan menggunakan metode pengemasan non vakum dalam menjaga
kontaminasi mikroorganisme yang dapat membahayakan.
Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan seperti pada
uji organoleptik seharusnya minimal panelis dalam pengujian sebanyak 6 orang
sedangkan panelis yang digunakan dalam penelitian ini hanya 3 orang. Selanjutnya
sampel yang dilakukan pengujian tidak mewakili dari produk yang dihasilkan
dalam satu hari produksi yaitu PT. Central Pertiwi Bahari dapat menghasilkan ±
500 ton sedangkan sampel yang diambil hanya 3 produk saja.
49
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Laporan kerja praktik memiliki beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
6.2 Saran
Pengemasan vakum dengan menggunakan mesin vakum diperlukan pengoptimal
suhu udang agar tidak terjadi kerusakan. Hal tersebut dilakukan dengan cara,
setelah melewati mesin vakum lalu dilakukan pendinginan hingga suhu udang
menjadi 20 -25oC.
50
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (2014). Udang Kupas Mentah Beku (SNI 3457:2014).
BSN.
Hafina, A., Sipahutar, Y. H., & Siregar, A. N. 2021. PENERAPAN GMP DAN
SSOP PADA PENGOLAHAN UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus
vannamei ) KUPAS MENTAH BEKU Peeled Deveined ( PD ). Aurelia
Journal, 2(3457), 117–131.
Husna, Siti. Yuliana. Ratnawati. 2021. Manajemen alur proses produksi udang
windu beku dengan metode Individual Quick Frozen di PT. Madsumaya
Indo Seafood, Gresik. Agrokompleks Vol. 21 No. 1.
Standar Nasional Indonesia. 1992. Standar Nasional Udang Beku. SNI 01– 2705–
1992. Dewan Standardisasi Nasional Departemen Perindustrian, Jakarta.
51
Purnomo, E H. 2016. Resiko di Balik Kemasan Vakum. Seafast: Isntitut Pertanian
Bogor.
Santhi, Desak Gde Diah Dharma. 2017. UJI TOTAL PLATE COUNT (TPC)
PADA PRODUK UDANG SEGAR. Denpasar. Skripsi; UNIVERSITAS
UDAYANA.
Sipahutar, Y. H., Suryanto, M. R., Ramli, H. K., Pratama, R. B., & Irsyad, M.
(2020). Laju Melanosis Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) pada
Tambak Intensif dan Tambak Tradisional di Kabupaten Bulukumba,
Sulawesi Selatan. Prosiding Simposium Nasional VII Kelautan Dan
Perikanan 2020, 31–42.
Sumargo, Hary Purwoko Atmojo Sung. 2012. Perancangan Alat Pengemas Untuk
Produk Olahan Jamur Tiram Dalam Rangka Meningkatakan Nilai Jual
Dan Masa Pakai. Skripsi; Universitas Sebelas Maret.
52
LAMPIRAN
53
54
55
56
57
2. Surat Keterangan menyelesaikan kegiatan kerja praktik
58
3. Tata Letak PT. Central Pertiwi Bahari
59
4. Alur Penanganan dan pelaporan kecelakaan di tempat kerja
60
5. Dokumentasi
61