Oleh:
Gayatri Nuansa Putri
104216045
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, karunia, dan
lindungan-Nyalah penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan kerja praktik ini dengan
lancar. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah membantu, mendukung, dan mendoakan penulis, yakni kepada:
1. Keluarga saya tercinta, terima kasih sudah selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan
cerita-cerita penulis, memberikan dukungan baik do’a, semangat dan juga materi.
2. Ulfa Izza Aprilla dan juga keluarga kedua saya, terima kasih sudah menganggap saya
sebagai bagain dari keluarga. Terima kasih atas dukungan do’a, semangat, dan juga
materinya.
3. Bapak Dr. Eng. Ari Rahman, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Pertamina yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan kerja praktik.
4. Ibu Evi Siti Sofiyah, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu saya
selama pelaksanaan kerja praktik hingga penulisan laporan kerja praktik.
5. Bapak Nana Kanan selaku Environmental Section Head PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan, yang telah mengizinkan dan membantu kelancaran kegiatan kerja praktik.
6. Ibu Rosnamora, selaku Assistent Manager HC Business Partner, PT Pertamina (Persero) RU-
VI Balongan.
7. Bapak Dodi Junaedi, selaku pembimbing instansi yang telah membimbing penulis dalam
pelaksanaan hingga penulisan laporan kerja praktik.
8. Seluruh staff Environmental Section, Safety Section, Fire & Insurance Section, Occupational
Health Section, dan Security Section atas segala bantuan dan ilmu yang diberikan.
9. Bapak Arif selaku pendamping di TPS Laydown PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan,
atas ilmu, bantuan, dan bimbingannya selama pelaksanaan kerja praktik.
10. Bapak Riyanto selaku HR PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan yang sangat berjasa
dalam kelancaran kerja praktik dan penyusunan laporan.
11. Teman-teman Kavaleri, Teknik Lingkungan Universitas Pertamina 2016, yang senantiasa
menyemangati satu sama lain dan selalu bertukar cerita selama berjalanannya kerja
praktik.
Dengan ditulisnya laporan ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai pembelajaran
penulis untuk kedepannya.
ii
DAFTAR ISI
3.4 Mengidentifikasi Peraturan dan Dokumen Terkait Limbah Padat Non-B3 ...................... 13
iii
3.5.3 Produksi Bersih ......................................................................................................... 14
3.6.1 Pewadahan................................................................................................................. 15
iv
5.11 Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)..................................................................................................... 42
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan . 12
Tabel 4.1 Perbandingan Intensitas Limbah Padat Non-B3 pada Tahun 2014 – 2018* ............. 23
Tabel 4.2 Tabel Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan…………………………………………………………………………………………………… ..................…25
Tabel 5.2 Tabel Detail Komposisi Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan .......................................................................................................................... 32
Tabel 5.3 Tabel Perhitungan Rata-rata Kadar Air dan Nilai C/N Sampah di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan ............................................................................................. 33
Tabel 5.6 Data Laboratorium Hasil Kompos PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan ............. 40
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Skema Pengelolaan Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina RU VI ................ 11
Gambar 3.2 Diagram Kuantitas Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Tahun 2014-2018* ......................................................................................................................... 12
Gambar 3.4 Layout Penempatan Tempat Sampah di Aera Kilang PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan ............................................................................................................................................. 16
Gambar 3.5 Mobil Pengumpul Limbah Padat Non-B3 di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
................................................................................................................................................................. 17
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Kerja Praktik
2
BAB II
PROFIL INSTANSI
Kilang ini berlokasi di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, sekitar ±200 km
arah timur Jakarta. Adapun jejak langkah yang ditorehkan oleh PT Pertamina (Persero)
RU VI dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.1.2.1 VISI:
2.1.2.2 MISI:
1. Mengolah crude oil dan napta untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM dan
Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi pada laba serta berdaya
saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
2. Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal,
efisien dan berwawasan lingkungan.
3. Mengelola asset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem
manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan, dan
prinsip saling menguntungkan.
3
• Pembangunan kilang PT Pertamina RU VI Balongan. Kilang ini dirancang untuk
dapat beroperasi pada kapasitas 125 MBSD dengan rasio komposisi feed crude
Duri dan Minas sebesar 80% dan 20%. Pembangunan ini melalui proyek EXOR-I
1990 (Export Oriented Refinery I).
•Pengembangan produk Bahan Bakar Khusus yaitu Pertalite RON 90, Pertamax Plus
RON 95 dikembangkan menjadi produk Pertamax Turbo RON 98 yang diluncurkan
tanggal 13 Juli 2016 dan produksi Avtur sebagai bahan bakar pesawat terbang
2016 yang diluncurkan pada tanggal 30 Desember 2016.
•Pemangunan sarana dan fasilitas lifting avtur via Jetty dan via pipeline pada Juli
2017
•Memproduksi Pertamax Turbo dengan kualitas comply eURO IV (Sulphur Conten
2017
<50 ppm-wt) pada Juli 2017
4
2.1.3 Logo dan Slogan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
3. Warna :
5
2.1.4 Tata Letak PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
6
Gambar 2.3Gambar Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
(PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, 2019)
7
2.2 HSSE PT Pertamina RU VI Balongan
Dalam pelaksanaan kerja praktik ini penulis berada pada Environmental Section dibawah Manager HSSE. Adapun struktur organisasi
dari setiap section dibawah Manager HSSE dapat dilihat pada Gambar 2.4.
(a)
8
(b)
Gambar (a) dan (b) merupakan satu kesatuan Gambar yang pada laporan ini dipisah
9
10
BAB III
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
Limbah padat B3 merupakan salah satu residu yang dihasilkan dari kegiatan produksi.
Adapun limbah B3 yang dihasilkan di PT Pertamina (Persero) RU VI adalah rockwool, lumpur
ex cleaning, chemical bekas, coke RCC, filter bekas, lampu TL bekas, kemasan limbah lab,
material terkontaminasi, tanah terkontaminasi, spent absorben, spent catalyst, karbon aktif,
cartridge bekas, resin demin, battery (ex-accu), sulfur, dan spent refractory. Dalam
pengelolaannya PT Pertamina RU VI dibantu oleh beberapa pihak ketiga.
11
3.2.2 Limbah Padat Non-B3
Limbah padat non-B3 merupakan benda yang tidak berbahaya dan beracun. Limbah Non-
B3 yang banyak dihasilkan di PT Pertamina (Persero) RU VI berasal dari kegiatan
perkantoran. Adapun detail jenis dan sumber limbah padat non-B3 yang dihasilkan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Rumput dan Dedaunan Taman dan jalan yang ada di sekitar area kilang
Peraturan yang menjadi pedoman dalam pengelolaan limbah padat Non-B3 di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan, sebagai berikut:
Adapun dokumen yang terkait sistem pengelolaan limbah padat non-B3 di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan, sebagai berikut:
3.5.1 Pemilahan
• E-Payment
13
e-payment Deklarasi Perjalanan Dinas, formulir receipt Confirmation diubah dalam bentuk
Rekapitulasi Permohonan Transfer dimana untuk 60 transaksi hanya membutuhkan kertas
sebanyak 6 lembar. Program ini telah dilakukan sejak tahun 2012.
• E-Correspondence System
Program pengomposan ini dilakukan untuk mereduksi jumlah sampah organik. Sampah
organik yang digunakan adalah rumput. Adapun komposisi untuk pembuatan kompos adalah
rumput yang telah dicacah, ditambah dengan EM4 yaitu katalis dalam pembatan kompos, dan
ditambahkan air. Setelah tercampur rata bahan kompos akan ditutup terpal. Proses
pengomposan akan berlangsung selama 4 bulan, setiap bulannya akan ada pengadukan atau
pemindahan kompos kewadah pengomposan berikutnya. Untuk pengecekan kadar air
kompos akan dilakukan selama 1-2 minggu sekali.
Hasil pupuk kompos ini akan dimanfaatkan oleh PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan
sendiri. Pupuk digunakan untuk kebutuhan pertamanan di area kantor ataupun area kilang
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Program ini disebut “from garbage to garden”
dimana HSSE fungsi Environmental RU VI sebagai pelopor program ini.
Cacahan kertas yang telah dikumpulkan nantinya akan diolah oleh pihak lain yaitu masyarakat
yang diberdayakan oleh perusahaan. Program “sherdded paper recycle” merupakan program
mendaur ulang sampah kertas yang telah dicacah menjadi beberapa produk ATK yaitu MAP
dan ECO BAG. Untuk pembuatan MAP dibutuhkan 55 gram sampah kertas yang didaur ulang,
dan untuk pembuatan ECO BAG dibutuhkan 45 gram sampah kertas yang didaur ulang.
14
3.5.4 Teknologi Bersih
Pengadaan unit RCC yang merupakan kelebihan kilang RU VI dibandingkan kilang yang
lainnya. Dengan adanya RCC, dapat memanfaatkan residu (sekitar 62 % dari total feed) yang
tidak terpakai menjadi produk berharga seperti elpiji, naphta, serta decant oil.
3.6.1 Pewadahan
a. Warna merah untuk jenis sampah B3 yang terdiri dari sampah infectant, limbah laboratorium,
material terkontaminasi oleh majun, oil gator, seal roof, kemasan cat, baterai bekas, lampu
TL/Neon, Catridge/toner printer, spent catalyst, chemical bekas, sludge oil, dan rock wool.
b. Warna kuning untuk jenis sampah non-organik yang terdiri dari pembungkus makanan dari
styrofoam, karet, plastik/kemasan botol plastik, kaca/gelas, masker, alat tulis, besi, dan
material yang tidak terkontaminasi bahan kimia dan minyak.
c. Warna hijau untuk jenis sampah organik yang terdiri dari pembungkus makanan dari
kertas/daun pisang, kayu, kertas/karton, daun dan tumbuhan, sisa makanan, potongan
rumput, dan lain-lain.
(a) (b)
(a) Tempat sampah terpilah existing, (b) tempat sampah terpilah tambahan
(Dokumentasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, tanpa tahun)
15
Adapun layout penempatan tempat sampah di dalam Kilang PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Layout Penempatan Tempat Sampah di Aera Kilang PT Pertamina (Persero) RU
VI Balongan
3.6.2 Pengumpulan
Mobil pick up yang digunakan untuk pengumpul sampah di area kilang PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan memiliki kapasitas penampungan sebesar 3 m3. Mobil pick up dibuat
bersekat sehingga memiliki dua ruang untuk sampah organik dan sampah anorganik dengan
tinggi penyangga 1.5 m. Dalam proses pengumpulan sampah di PT Pertamina RU VI Balongan
menggunakan 2 mobil untuk aera dalam kilang dan 1 mobil untuk area luar kilang. Petugas
pengumpul sampah adalah pihak ketiga dengan peralatan yang dimiliki oleh vendor tersebut.
Adapun alat pengumpul sampah di area kilang RU VI Balongan sebagaimana pada Gambar 3.5.
16
(a) (b)
3.6.3 Pemindahan
(a) (b)
Pada Gambar (a) merupakan tempat pemilahan dan pengomposan, bangunan yang
berwarna kuning merupakan tempat pemilahan dan penyimpanan sementara sampah
domestik anorganik yang dapat dimanfaatkan dibang sampah seperti kertas dan plastik.
Adapun bangunan yang berwarna hijau merupakan tempat pengomposan dilakukan.
17
3.6.4 Pengangkutan
Pada proses pengangkutan sampah dari TPS ke TPA menggunakan alat angkut berupa
truk. Setiap harinya terdapat 4 kali pengangkutan dari TPS ke TPA Pecuk. Dalam setiap
pengangkutan terdapat 6 pegawai yang akan memilah dan mengangkut sampah. Adapun jenis
sampah yang diangkut ke TPA adalah sampah-sampah yang sudah tercampur atau sudah tidak
dapat dimanfaatkan. Jalur menuju TPA dari area kilang PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan memiliki jarak 15-20 km.
3.6.5 Pengolahan
Beberapa sampah yang dihasilkan, setelah dilakukan pemilahan dinilai masih dapat
dimanfaatkan atau diolah menjadi produk berguna. Salah satu proses pengolahan yang
dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan adalah pengomposan. Proses
pengomposan ini bertujuan untuk mengolah atau memanfaatkan limbah padat organik
(rumput) menjadi bahan yang lebih berguna yaitu kompos. Kompos yang dihasilkan akan
dimanfatakan untuk pertamanan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan dan akan dibagikan
untuk karyawan dan mitra kerja. Proses pengomposan ini dilakukan di laydown dengan
mengerahkan 14 pekerja.
Selain pengomposan, sampah plastik dan kertas yang masih dapat dimanfaatkana akan
dikirim ke bank sampah yang berada di luar area industri, yaitu di Desa Majakerta untuk
dikelola oleh warga binaan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan melalui program CSR.
Adapun kondisi bank sampah Majakerta dapat dilihat pada Gambar 3.8.
18
Gambar 3.8 Bank Sampah di Desa Majakerta
(Dokumentasi PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan, tanpa tahun)
19
20
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTIK
Analisis komposisi dan timbulan sampah di area kilang Pertamina RU VI Balongan sudah
pernah dilakukan oleh Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang
dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2015. Berdasarkan kedua penelitian tersebut
didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dikarenakan sampah yang dihasilkan tergolong
stagnan. Dengan sumber yang sama yaitu aktivitas perkantoran dan proses pemotongan
rumput setiap harinya (Senin – Jumat). Dalam penelitian tersebut yang dianalisis hanyalah
sampah pertamanan dan sampah perkantoran.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas
Indonesia memiliki protokol sampling sebagai berikut:
21
Diagram Persentase Komposisi Sampah PT
Pertamina (Persero) RU VI Balongan
46%
54%
Adapun detail rincian komposisi sampah yang dihasilkan di area kilang Pertamina RU VI
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
7.65%
54.04% 9.97%
0.67%
10.84% 0.28%
Berdasarkan data tersebut dapat terlihat jenis sampah dengan timbulan terbesar di area
perkantoran adalah sampah kertas sebesar 13,97%.
Perbandingan intensitas limbah padat non-B3 yang dihasilkan dengan jumlah porduksi
yang dilakukan di area PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan pada tahun 2014-2018* dapat
dilihat pada Tabel 4.1
22
Tabel 4.1 Perbandingan Intensitas Limbah Padat Non-B3 pada tahun 2014 – 2018*
Tahun Satuan
Keterangan
2014 2015 2016 2017 2018*
Total Limbah
Padat Non-B3 442,94 348,04 329,22 237,18 76,4 Ton
yang dihasilkan
Intensitas
Limbah Padat 0,000047 0,000031 0,000025 0,000018 0,000011 Ton/TOE
Non-B3
0.000015 0.000011
0.000010
0.000005
0.000000
2014 2015 2016 2017 2018*
Berdasarkan hasil Benchmarking yang dilakukan oleh pihak dependen PT ITS Tekno Sians
dengan dilandasi data dari KLHK posisi intensitas limbah padat Non-B3 yang dihasilkan oleh
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan pada skala nasional berada pada rentang 25% teratas
jika dibandingan dengan perusahan-perusahaan sejenis lainnya.
Pemilahan sampah di sumber sangat berpotensi untuk dilakukan di Pertamina RU VI, hal
ini didukung dengan tersedianya tempat-tempat sampah yang berlabel yang sudah dibeda-
bedakan. Selain tempat sampah yang sudah dipisahkan, bak pemindah sampah dari wilayah
kilang dan wilayah kantor ke wilayah pengolahan lay down sudah memiliki jeruji sekat antara
sampah-sampah organik dan anorganik. Adapun pemilahan sampah yang dilakukan di
wilayah kerja Pertamina RU VI Balongan terbagi menjadi tiga yaitu, limbah padat anorganik
(berwarna kuning), limbah padat organik (berwarna hijau), dan limbah padat B3 (berwarna
23
merah). Namun peningkatan kesadaran akan pentingnya pemilahan sampah dari pribadi
pekerja adalah hal yang perlu menjadi perhatian.
Pengolahan sampah setempat atau terpusat merupakan salah satu metode pengolahan
sampah yang dinilai dapat memudahkan proses koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Area
TPS di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan area yang cukup potensial untuk
dilakukannya pengolahan setempat, namun kurang memungkinkan untuk dibuat TPA di areal
tersebut. Karena sampah yang dihasilkan setiap harinya tidak terlalu banyak, sedangkan
proses pembuatan TPA cukup rumit mulai dari proses pendesainan serta dibutuhkan biaya
investasi dan biaya operasional yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan area TPS (laydown) yang masih cukup luas maka sangat berpotensi untuk
dikebangkan menjadi TPS-3R, dimana proses pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang,
dan pengolahan dapat dilaksanakan di satu areal tersebut. Selain memudahkan koordinasi
antar pihak-pihak yang memilki kepentingan hal ini juga dapat meminimalisir biaya
pengangkutan yang biasa dilakukan untuk mengangkut sampah dari laydown ke bank sampah
serta memudahkan pengontrolan dan inventarisasi data hasil pengolahan yang dilakukan.
Merujuk dari regulasi persampahan yang ada di Indonesia, Undang-Undang No.18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah No.81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, serta
Peraturan Menteri No.3 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Persampahan, PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan telah mematuhi aturan terkait beberapa teknik operasional
persampahan, pendaur ulang, dan pemanfaatan kembali sampah, serta mematuhi kewajiban
untuk memiliki TPS di area industri.
24
Berikut ini adalah rekapitulasi dari evaluasi teknik operasional dan aspek non-teknis pada
pengelolaan limbah padat non-B3 di PT Pertamina RU VI Balongan dapat dilihat pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2 Tabel Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan
25
Teknik Kondisi Eksisting Evaluasi
Operasional
26
Teknik Kondisi Eksisting Evaluasi
Operasional
27
28
BAB V
TINJAUAN TEORITIS
Pada dasarnya semua buangan yang dihasilkan oleh manusia maupun hewan dan tidak
memiliki nilai atau tidak dapat digunakan kembali baik berbentuk padatan, cari ataupun gas
dapat dikatakan sebagai limbah. Berdasarkan Undang-Undang No.18 tahun 2008 limbah
dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu berdasarkan bentuknya (padat, cair, gas, sludge),
berdasarkan sumbernya (pertanian, industri, pertambangan, kegiatan kota dan lain
sebagainya) dan berdasarkan sifat bahannya (domestik dan B3). Adapun pengertian dari
limbah domestik (sampah) menurut Undang-Undang No.18 tahun 2008 adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Berdasarkan SNI 19-3983-1995, sumber limbah padat dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. Sampah Pemukiman:
Yang tergolong dalam pemukiman berupa rumah atau apartemen. Jenis sampah yang
biasa ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit,
sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga, limbah berbahaya dan
sebagainya.
b. Daerah komersial
Daerah komersial merupakan daerah yang meliputi pertokoan, rumah makan, pasar,
perkantoran, hotel, dan lain-lain. Adapun jenis sampah yang banyak ditimbulkan
antara lain kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya
dan beracun, dan sebagainya.
c. Institusi
Tempat yang termasuk institusi yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat
pemerintahan, dan lan-lain. Jenis sampah yang banyak ditimbulkan tidak jauh berbeda
dengan jenis sampah pada daerah komersial.
d. Konstruksi dan Pembongkaran Bangunan
Area konstruksi dan pembongkaran meliputi pembuatan konstruksi baru, perbaikan
jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kayu, baja, beton, debu,
dan lain-lain.
29
e. Fasilitas Umum
Area fasilitas umum seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan lain-
lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman, ranting, daun,
dan sebagainya.
f. Pengolah Limbah Domestik
Area pengolahan limbah domestik seperti instalasi pengolahan air minum, instalasi
pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain
lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya .
g. Kawasan Industri
Jenis sampah yang biasa ditimbulkan pada kawasan industri antara lain sisa proses
produksi, buangan non industri, dan sebagainya.
h. Pertanian
Jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa pertanian.
Berdasarkan teori tersebut limbah padat Non-B3 yang dihasilkan PT Pertamina (Persero)
RU VI Balongan termasuk kedalam sumber sampah non perumahan yaitu sampah kawasan
industri, adapun detail jenis dan sumber dari sampah yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel
3.1
Timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dalam
satuan berat maupun satuan volume perharinya. Berdasarkan banyak sampah yang dihasilkan
dalam sebuat kegiatan dapat ditentukan banyaknya sampah yang harus dikelola. Adapun
fungsi dari data timbulan sampah adalah untuk menentukan alternative sistem pengelolaan
sampah yang baik dan benar.
Dalam perhitungan rata-rata timbulan sampah dalam suatu daerah ada beberapa faktor
variasinya, antara lain:
Berdasarkan SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan
sedang di Indonesia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah sebagai mana
tertera pada Tabel 5.1
30
Tabel 5. 1 Tabel Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Sampah
Komponen Sumber
NO Satuan Volume (liter) Berat (kg)
Sampah
1 Rumah Permanen orang/hari 2,25 - 2,5 0,350 - 0,400
2 Rumah Semi Permanen orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350
3 Rumah Non Permanen orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300
4 Kantor pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100
5 Toko/Ruko petugas/hari 2,05 - 3,00 0,150 - 0,350
6 Sekolah murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020
7 Jalan Arteri Sekunder m/hari 0,10 - 0,16 0,020 - 0,100
8 Jalan Kolektor Sekunder m/hari 0,10 - 0,17 0,010 - 0,050
9 Jalan Lokal m/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025
10 Pasar m²/hari 0,20 - 0,60 0,100 - 0,300
(SNI 19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Sedang di
Indonesia, 1995)
31
Di wilayah PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan sampah non-B3 yang memiliki
komposisi sebagai mana tertera pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Tabel Detail Komposisi Limbah Padat Non-B3 PT Pertamina (Persero) RU VI
Balongan
Komposisi sampah
Kertas 13,97%
Tekstil 9,97%
Kayu 0,67%
Sterofoam 0,28%
Rumput 54,04%
Sampah B3 1,13%
Lain-lain 1,45%
Karakteristik limbah merupakan salah satu komponen yang akan menjadi pertimbangan
untuk proses pengolahan limbah tersebut. Adapun tiga kategori karakteristik limbah yaitu:
a. Karakteristik fisika, yang penting diamati dari karakteristik fisika adalah densitas,
kadar air, kadar volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran
b. Karakteristik kimia, yang perlu diamati dari karakteristik kimia adalah C-organik, N-
organik, dan Total fosfor
c. Karakteristik kimia unsur penyusun, yaitu susunan kimia atau rumus kimia yang
mengGambarkan sampah. Karakteristik unsur penyusun terdiri dari C, H, O, N, S, dan P.
Dapat juga dilakukan analisa komponen halogen seperti Cl ataupun kandungan logam
bila diperlukan.
Berdasarkan hasil laboratorium tersebut maka sampah rumput memiliki potensi untuk
dilakukan proses pengomposan karena memiliki persentase kadar air hampir mencapai 50%
dan nilai C/N mencapai 27,47, karena proses pengomposan baik dilakukan untuk sampah
dengan kadar air 50-60% dan perbandingan C dan N yang baik untuk awal pengomposan
antara 25-30. (Damanhuri dan Padmi, 2016).
32
Tabel 5. 3 Tabel Perhitungan Rata-rata Kadar Air dan Nilai C/N Sampah di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan
Jenis Hari
Rata-Rata
Sampah 1 2 3 4 5
Timbulan sampah yang dihasilkan oleh suatu industri atau kawasan dapat dilakukan
pengukuran baik secara survey pengukuran ataupun analisa langsung di lapangan. Untuk
mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah tangga dan non-
rumah tanga) yang ditentukan secara acak selama 8 hari berturut-turut (SNI 19-3964-1995
dan SNI M 36-1991-03)
a. Load-count analysis: Mengukur jumlah (berat dan/atau volume) sampah yang masuk
ke TPS, semisal diangkut menggunakan truk, selama 8 hari berturut-turut. Metode ini
melakukan pelacakan jumlah dan jenis sampah yang dilayani oleh truk sampah
tersebut, sehingga dalam waktu 8 hari tersebut akan diperoleh hasil timbulan sampah
per-ekuivalensi penduduk.
b. Weigh-volume analysis: mengukur berat sampah yang masuk kedalam fasilitas
pengumpul sampah (TPS/TPA) dengan menggunakan jembatan timbang. Setelah itu
dapat mencari data penduduk dan luas area yang dilayani, sehingga dapat diketahui
jumlah timbulan sampah per-ekuivalensi penduduk.
c. Material balance analysis: merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan
menganalisa secara cermat aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam
sistem, dan aliran bahan yang menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan
batas-batasnya (system boundary).
33
Demi kemajuan instansi kedepannya tentu ada yang perlu diperhatikan dalam proses
perhitungan timbulan sampah ini. Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah perhitungan
timbulan sampah tidak dilakukan secara rutin, dan sampling yang dilakukan hanya dalam 5
hari kerja. Untuk itu hal dapat dilakuakn sesuai protocol sampling yaitu pengambilan data
selama 8 hari dengan rentang waktu analisis dapat dilakuan 1 tahun sekali. Dikarenakan ada
kemungkinan pertambahan pekerja pada setiap tahunnya dan itu dapat mempengaruhi
jumlah timbulan sampah pertahunnya, dan jumlah timbulan ini akan berdampak pada
pemilihan sistem pengelolaan sampah di area industri tersebut.
Pendekatan proaktif merupakan suatu upaya agar dalam penggunaan bahan hingga
menghasilkan limbah seminimal mungkin dan tingkat bahaya serendah mungkin.
Dalam dunia industri, pendekatan ini dikenal sebagai teknologi bersih. Upaya
pengurangan (reduksi) sampah dengan menggunakan teknologi yang lebih bersih dan
ramah lingkungan termasuk dalam pendekatan proaktif.
Pendekatan reaktif merupakan suatu penanganan limbah yang dilakukan setelah
limbah terbentuk atau pendekatan end-of-pipe. Namun konsep ini perlu diperbaiki
agar dampak terhadap lingkungan akibat sampah dapat berkurang. Konsep
pengendalian ini kemudian diperbaiki melalui kegiatan pemanfaatan kembali residu/
limbah yang telah terbentuk secara langsung (reuse) dan/atau melalui sebuah proses
sebelum limbah dimanfaatkan (recycle).
Penanganan sampah dilakukan untuk mengelola sampah yang dihasilkan dari proses
sebelumnya yaitu pengurangan sampah. Dalam pengelolaan sampah di Indonesia,
34
penanganan sampah dikenal dengan teknik operasional pengelolaan sampah. Berdasarkan
sudut teknis operasional, sistem pengelolaan sampah terdiri dari beberapa sub-sistem yaitu
(Damanhuri dan Padmi, 2016):
1. Pewadahan;
2.Pengumpulan;
3. Pemindahan;
4. Pengangkutan;
5. Pengolahan, dan
6. Penyingkiran/pengurukan
Pewadahan
Pewadahan sampah adalah kegiatan menampung sampah sementara di sumbernya baik
secara individual ataupun komunal. Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem
penanganan sampah, maka pewadahan sampah di bagi menjadi beberapa tingkat (Damanhuri
dan Padmi, 2016):
1. Tingkat 1
Wadah ini menampung sampah langsung dari sumbernya, sehingga diletakkan di tempat
yang terlihat dan terjangkau oleh pemakai. Wadah sampah jenis ini tidak statis serta
mudah diangkat dan dibawa ke wadah tingkat 2.
2. Tingkat 2
Wadah ini bersifat pengumpul sementara dari tingkat 1 maupun langsung dari
sumbernya. Wadah tingkat 2 diletakkan di luar kantor atau bangunan yang bersifat tidak
permanen. Sehingga wadah ini berfungsi sebagai titik pertemuan sumber sampah dan
sistem pengumpul.
3. Tingkat 3
Wadah tingkat ini merupakan wadah sentral yang bervolume besar, biasanya dikenal
sebagai TPS. Fungsi wadah tingkat ini adalah menampung sampah dari wadah tingkat 2.
Pengumpulan
Pengumpulan adalah penanganan sampah dari masing-masing sumber sampah baik dari
wadah individual ataupun komunal yang dikumpulkan untuk diangkut ke terminal tertentu
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut SNI 19-2454-2002, operasional
pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber ke TPA dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara langsung (door to door) atau secara tidak langsung.
1. Pola individual langsung: pola ini dilakukan dengan pengambilan sampah dari sumber
sampah (rumah-rumah) dan dilakukan pengangkutan langsung ke TPA tanpa melalui
proses pemindahan. Pola ini digunakan bila jumlah timbulan > 0,3 m 3/hari. Biasanya
daerah layanan adalah pertokoan, daerah elite dan jalan protokol.
35
2. Pola komunal langsung: sampah dari sumber sampah diangkut sendiri oleh penghasil
sampah menuju titik pengumpulan dimana truk sampah telah menunggu di suatu titik.
Kemudian truk melanjutkan perjalanannya menuju titik berikutnya.
3. Pola individual tidak langsung: sampah dari setiap sumbernya dikumpulkan
menggunakan kendaraan pengumpul kemudian dibawa ke TPS. Setelah itu dipindahkan
ke truk pengangkut untuk dibawa ke pengolah atau TPA.
4. Pola komunal tidak langsung: sampah dari sumber sampah diangkut sendiri oleh
penghasil sampah menuju titik pengumpulan dimana truk sampah telah menunggu di
suatu titik. Kemudian truk melanjutkan perjalanannya menuju TPS. Kemudian sampah
dipindah ke truk pengangkut, untuk diangkut ke pengolah atau TPA.
Pemindahan
Kegiatan memindahkan sampah di TPS dari pengumpulan ke moda pengangkutan untuk
diangkut ke tempat pengolahan atau ke TPA. Pola sub-sistem pemindahan dibedakan menjadi
dua, yaitu :
- Bersifat permanen (stationary container system – SCS)
- Dapat dipindahkan (hauled container system – HCS)
Berdasarkan PP 81/2012 yang diatur lebih rinci lagi pada Peraturan PU No.
03/PRT/M/2013, fasilitas pemindahan terdiri dari:
1. Tempat Penampungan Sementara (TPS). Tempat sampah sebelum diangkut ke
pengolahan serta tidak ada kegiatan pemilahan dan pengolahan sampah.
2. Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS-3R). Tempat untuk kegiatan pengumpulan,
pemilahan, pendaur ulangan sampah skala kawasan.
3. Stasiun Peralihan Antara (SPA). Sarana pemindahan sampah dari alat angkut kecil ke alat
angkut yang lebih besar dan dilengkapi fasilitas reduksi volume sampah dengan
pemadatan.
4. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan
pemrosesan akhir, bersakala pelayanan kota, berbasis institusi.
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 adapun tipe pemindahan dapat dilihat pada Tabel 5.4
36
Tabel 5. 4 Tabel Tipe Pemindahan
Transfer Tipe I
No Uraian Transfer Tipe II Transfer Tipe III
(Transfer Depo)
a. tempat pertemuan
antara pengumpul dan
pengangkut sebelum
pemindahan; a. tempat pertemuan
a. tempat pertemuan alat pengumpul
b. tempat
peralatan pengumpul dengan kontainer (6 -
penyimpanan
dengan pengangkut 10 m3);
2 Fungsi c. bengkel sederhana; sebelum pemindahan;
b. tempat parkir b. lokasi penempatan
d. kantor wilayah/ gerobak dan tempat kontainer komunal (1
pengendali; pemilahan - 10m3) dan tempat
pemilahan
d. tempat pemilahan;
e. tempat
pengomposan
Pengangkutan
Sub-sistem untuk membawa sampah dari sarana pemindahan atau langsung dari
sumbernya menuju ke tempat pemrosesan atau TPA. Pengangkutan bersasaran untuk
mengoptimalkan waktu angkut yang diperlukan dari sistem, sehingga pengangkutan menjadi
mudah, cepat, dan biaya relatif murah. Persyaratan alat pengangkut adalah :
- Bila alat angkut yang digunakan bukan khusus untuk pengangkutan sampah (truk terbuka)
maka harus dilengkapi dengan penutup sampah;
- Tinggi bak maksimum 1,6 m;
- Sebaiknya ada alat ungkit;
- Kapasitas disesuaikan dengan kondisi jalan yang akan dilalui;
- Bak truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan penampung air sampah.
Berikut ini prosedur yang digunakan agar sistem pengangkutan menjadi efisien dan
efektif:
- Rute yang pendek dengan hambatan sekecil mungkin;
- Kapasitas/ daya angkut kendaraan semaksimal mungkin;
- Menggunakan kendaraan angkut yang hemat bahan bakar;
- Memanfaatkan waktu kerja semaksimal mungkin dengan meningkatkan jumlah beban kerja/
ritasi pengangkutan.
37
Pada proses pengangkutan sampah dari TPS di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan ke
TPA Pecuk menggunakan truk terbuka dan dalam proses pemindahan sampah dari TPS ke
truk masih menggunakan tangan (manual). Kegiatan ini cukup menghambat waktu
pengangkutan, adapun kelemahan proses pengangkutan menggunakan moda truk terbuka
adalah kurang estetika dan kurang sehatnya proses pengangkutan ini. Adapun waktu
pengangkutan yang dilakukan adalah 4 kali dalam satu hari yaitu 2 kali di pagi hari dan 2 kali
di siang hari dengan jalur pengangkutan yang dipilih adalah Jalan Raya Balongan – Singaraja
– Jalan Juanda – Jalan Sudirman – Jalan DI Panjaitan – Jalan Sindang – Jalan Pecuk – TPA.
Pengolahan
Pengolahan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan/atau jumlah sampah yang dihasilkan. Adapun beberapa jenis pengolahan
yang dapat diterapkan dalam pengolahan sampah dapat dilihat pada tabel 5.5
1. Pengomposan
Komposting menggunakan sistem windrowing yang memanfaatkan sampah rumput,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Sampah rumput dari area kilang yang sudah terkumpul ditumpuk di lahan yang
tersedia di depan UPS hingga mencapai ketinggian 30-40 cm dan panjang alas sekitar
4 m.
Jika terdapat jenis sampah lain, maka sampah tersebut harus disisihkan lebih dahulu.
Sampah rumput disiram dengan air yang ditambahkan EM4 dan ditutup menggunakan
terpal.
Pengecekan dapat dilakukan selama 1-2 minggu sekali untuk memastikan kelembaban
kompos sesuai, dan dilakukan pengadukan secara manual menggunakan garu dengan
memindahkan posisi kompos pada bagian bawah ke atas dan bagian dalam keluar.
Setelah melalu waktu 60 hari kompos akan memasuki masa maturase (pematangan)
yang mana kompos akan bersuhu tinggi dan dipindahkan ke tempat sejuk sampai
dengan hari ke-90.
Kompos yang sudah matang sempurna akan diayak dengan saringan agar kompos
yang diproduksi memiliki keseragaman ukuran.
Berdasarkan hasil uji laboratorium kadar air sampah rumput memiliki rata-rata 49.95% yang
mana kondisi tersebut dibutuhkannya penambahan air hingga proses pengomposan
mencapai kondisi maksimum. Hasil uji kualitas kompos yang dihasilkan oleh PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan bila dibandingkan dengan baku butu sesuai dengan SNI 19-7030-
2004 yang merupakan Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik dapat dilihat pada
Tabel 5.6.
38
2. Daur ulang
Proses daur ulang yang dilakukan di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan memanfaatkan
sampah anorganik yang di sesuaikan dengan jenis sampahnya. Seperti sampah botol dan
kertas bekas makanan atau kardus akan disalurkan ke bank sampah, dan sampah cacahan-
cacahan kertas akan dimanfaatkan untuk dijadikan map dan eco bag oleh warga binaan PT
Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
Jenis
Kelebihan Kelemahan
Pengolahan
High-rate Proses pengomposan lebih
composting cepat. Volume sampah yang
(modern) terbuang berkurang
Memerlukan peralatan
Tidak menggunakan yang lebih banyak dan
banyak peralatan. Metode kompleks. Perlu perawatan
ini sesuai untuk sampah yang baik dan kontinu.
dengan komposisi organik Pemrosesan membutuhkan
Windrow
yang banyak. Volume waktu yang lebih, dan perlu
composting
sampah yang terbuang tenaga kerja yang memadai
(sederhana)
dapat berkurang, karena (banyak)
pengolahan sederhana
maka biaya investasi
tergolong murah.
39
Tabel 5. 6 Data Laboratorium Hasil Kompos PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan)
(Laporan Penelitian Analisis Komposisi dan Karakteristik Timbulan Sampah oleh Lembaga
Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015)
5.9.1 Insinerasi
Insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi sampah menjadi materi gas, abu, dan
debu. Teknologi ini menggunakan sumber panas yang tinggi. Hasil panas dari proses ini dapat
dimanfaatkan menjadi meteri lain seperti energi pembangkit listrik atau air panas. Insinerasi
merupakan salah satu metode pengolahan sampah dengan cara pembakaran dengan suhu
yang tinggi (>800°C). Keuntungan dari teknologi ini adalah insinerator dapat mereduksi
sampah cukup besar hingga mencapai 70% dari volume awal, namun teknologi ini
membutuhkan dana investasi dan operasional yang tinggi. Teknologi ini disarankan hanya
digunakan untuk sampah-sampah yang tidak dapat didaur ulang. Dalam pengoperasiannya
40
insinerator perlu dilengkapi dengan sistem pengendali dan control pengendali emisi dan gas
buang, sehingga hasil buangan dapat dipastikan sesuai dengan baku mutu. (Damanhuri dan
Padmi,2016)
5.9.2 Pengomposan
TPS atau tempat pembuangan sementara merupakan tempat yang digunakan sebagai
tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pengolahan atau TPA. Adapun fungsi dari TPS
sendiri untuk memindahkan sampah dari moda pengumpul ke wadah atau ke truk
pengangkutan. Fungsi utama dari TPS merupakan mengumpulkan sampah sementara
41
sebelum diproses lebih lanjut. Berdasarkan SNI 3242:2008 TPS diklasifikasikan menjadi
beberapa tipe sebagai berikut:
Tipe I
Yang dimaksud dengan TPS tipe ini merupakan tempat pemindahan sampah dari alat
pengumpul ke alat angkut sampah yang telah dilengkapi beberapa komponen seperti:
Ruang pemilahan
Gudang
Tempat pemindahan yang dilengkapi dengan landasan container
Luas lahan ± 10-50 m2
Tipe II
TPS tipe ini yang merupakan tempat pemindahan sampah dari alat pengangkut ke alat
angkut sampah yang memiliki:
Tipe III
TPS dengan tipe ini merupakan tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat
angkut sampah dengan kelengkapan sebagai berikut:
Berdasarkan SNI 03-3241-1994 TPA atau tempat pemrosesan akhir merupakan tempat
untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
lingkungan dan manusia. Dalam pendiriannya TPA mempunyai ketentuan pada setiap
tahapnya.
42
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis kerja praktik selama 1 bulan di PT Pertamina
(Persero) RU VI Balongan dapat ditarik simpulan untuk pengelolaan limbah padat non-B3
sebagai berikut:
43
6.2 Saran
1. Diperlukannya adanya pencatataan mengenai timbulan dan komposisi limbah padat non-
B3 secara spesifik untuk sampah organik, anorganik, ataupun sampah termanfaatkan
persistem dan sampah tidak dapat dimanfaatkan, minimal pelaksanaan pencatatan
tersebut dilakukan perbulan agar perencanaan persampahan di PT Pertamina (Persero)
RU VI Balongan dapat dilaksanakan lebih baik.
2. Sebaiknya dibuatkan SOP untuk seluruh teknik operasional dalam melakukan pengelolaan
sampah di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan agar seluruh proses tersebut dapat di
pantau dan terorganisir baik dari peran pihak terkait, waktu kerja, dan kesesuaian dengan
standar keamanan yang ada.
3. Perlu adanya pengidentifikasian ulang mengenai prosedur pengomposan yang diterapkan
agar proses pengomposan akan lebih efektif dan efisien. Selain itu perlu adanya target
produksi kompos, agar sampah organik rumput yang dimanfaatkan semakin banyak.
Dalam proses pengomposan juga perlu adanya pemeriksaan kesesuaian hasil kompos
secara fisik maupun secara kimia, hal ini dapat dilakukan pertahunnya.
4. TPS di PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan sangat berpotensi untuk dijadikan TPS 3R
yang mana didalamnya dapat dilakukan pemilahan paling sedikit 5 jenis sampah yaitu
sampah organik, sampah guna-ulang, sampah daur-ulang, sampah B3 dan residu.
5. Pengoptimalan pemanfaatan cacahan kertas bekas yang akan dikelola menjadi ATK, hal
ini dapat dimulai dari pembuatan SOP atau alur kerja dari awal proses pencacahan di
maisng-masing bagian, pengumpulan yang dilakukan setiap harinya, pengangkutan ke
tempat pengolahan, hingga pendataan kertas yang berhasil dimanfaatkan.
6. Perlu adanya sosialisasi secara terus menerus dan berkelanjutan kepada para pekerja
untuk meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan pemilahan sampah di wilayah
PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, E. dan Padmi, Tri. 2016. Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Pertama. Bandung :
Penerbit ITB.
Tim Lembaga Teknologi Fakultas Teknik Universitas Indonesia. 2015. Laporan Penelitian
Analisa Komposisi Dan Karakteristik Timbulan Sampah. Depok : UI.
Peraturan Pemerintah RI No. 81 Tahun 2012 : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Rumah Tangga (Domestic Solid Waste Management).
SNI 03-3241-1994: Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
SNI 19-3983-1995: Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di
Indonesia.
45
LAMPIRAN
Daftar Lampiran