Anda di halaman 1dari 26

Tasâmuh, Volume 12, No.

1, Desember 2014

FILANTROPI DALAM AL-QUR’AN:


Studi Tematik Makna dan Implementasi
Perintah Infak Dalam Al-Quran

Muhammad Sa’i
Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram
Email: emsaimataram@gmail.com

Abstrak: Al-Qur’an merupakan kumpulan “titah” Allah yang


menggunakan label arbitren atau merepresentasikan fenomena
sosial yang sedang terjadi. Ia berdialog dengan konteks masyarakat
yang secara verbal memanfaatkan dimensi empiris-pengalamaan
masyarakat penerimanya untuk membentuk ide-ide (meaning) di
dalamnya. Untuk membuktikan bagaimana al-Qur’an berdialog
dengan konteks sosial yang melatarbelakanginya. Kajian ini akan
difokuskan pada pengkajian makna infak yang merupakan ajaran
filantropis Islam yang telah digemakan sejak awal pe-nuzul-an al-
Qur’an. Ada dua pertanyaan penting yang menjadi arah penelitian;
a). Bagaimana konteks ayat-ayat tentang perintah berinfak dalam
al-Qur’an?. b). Bagaimana kontekstualisasi makna perintah
berinfak dalam al-Qur’an dalam konteks ke-kini-an? Data-data
yang terkumpul dari sumber-sembut dianalisis dengan pendekatan
discourse analysis (analisis wacana),berupa pendekatan semiotik
untuk memahami teks yang kata kunci (keyword) nya dimanfaatkan
untuk mengidentifikasi tanda (sign). Untuk mendapatkan makna
yang mendalam akan dilengkapi dengan pendekatan hermeneutik.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa,1)Perintah infak sebagai ajaran
pilantrofis (kedermawanan) telah dikumandangkan oleh Islam sejak
kelahirannya di daratan Arabia. Perintah tersebut bentuk respon atas
berbagai ketimpangan sosial ekonomi yang melanda masyarakat
ketika itu.2) Perlunya memahami makna kedermawanan dalam
konteks kekinian, melalui analisis kesamaan faktor; eksternal (simbol
arbitrer-konkrit-abstrak) yang terjadi dalam pola sosial ekonomi
yang terjadi (dulu-kini) dan, internal analisis kebahasaan (pemilihan
dan penempatan kosa kata dan peristilahannya)

Kata Kunci: Filantrofi, Konteks, Kontekstualisasi, Kritik sosial, etos


sosial

Muhammad Sa’i 57
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

A. Pendahuluan M.Quraish Shihab dalam


Al-Qur’an bagi umat Islam diyakini Wawasan al-Qur’an me­merinci
sebagai sumber khazanah pemikiran delapan misi penting yang dikandung
umat Islam (mamba’ turâth al-ummah), al-Qur’an4 yang mendapatkan
pondasi peradaban, sumber ilmu
banyak ayatnya al-Qur’an mengidetifikasi
pengetahuan, dan sebagai medium dirinya sebagai; al-Kitab (catatan atau
perbaikan dan pembebasan manusia dokumen) tertulis (Qs. al-Baqarah (2): 2,
dari kegelapan kepada cahaya Qs. al-An’am (6): 89, Qs. al-‘Araf (7): 2),
al-Mauidzah (pemberi nasehat), Qs. Ali
yang terang benderang (min al- Imran (3): 138, Qs. al-Maidah (5): 46, al-
zulumât ila al-nûr).1Kata, al-zhulumât Shifâ (pemberi obat), Qs. al-‘Araf (7): 52,
(dalam bentuk jamak/plural) pada li Qs. Yunus (10): 57, Qs. Yusuf (12): 111,
al-Tibyân (penjelas/pemerinci) Qs. al-Nahl
yukhrijakum min al-zhulumât il al-nûr
(16): 89
menunjuk kegelapan yang beraneka
4
Misi-misi tersebut adalah; a) untuk
ragam bentuk dan sumbernya. membersihkan akal dan menyucikan jiwa
Bahwa sumber kegelapan ruhani dan dari segala bentuk syirik, serta memantapkan
penyebabnya banyak, sedangkan kenyakinan tentang keesaan bagi Tuhan
seru sekalian alam, kenyakinan yang tidak
cahaya terang al-nûr (dalam
semata-mata sebagai konsep teologis, tetapi
bentuk mufrad/singular), merujuk falafah hidup dan kehidupan umat manusia,
pada hanya satu sumbernya; dari b) untuk mengajarkan kemanusiaan yang
Yang Maha Esa2. Penjelasan visi adil dan beradab, yakni umat manusia
merupakan suatu umat yang seharusnya dapat
pembebasan tersebut dikuatkan
bekerjasama dalam pengebdian kepada Allah
dengan penyataan al-Qur’an al- dan pelaksanaan tugas kekhalifahan, c) untuk
Qur’an sebagai petunjuk atau (al- menciptakan persatuan dan kesatuan, buakn
hudâ), pemerinci (al-bayyinah) dan saja antarsuku atau bangsa; kesatuan alam
semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat,
tolok ukur dalam menilai segala
natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman,
sesuatu, terutama membedakan rasio, kesatuan kebenran, kesatuan kepribadian
antara yang benar dan yang salah manusia , kesatuan kemerdekaan, kesatuan
dan antara yang baik dan buruk (al- sosial, politik, dan ekonomi, dan kesmuanya
berada di bawah satu keesaan, yaitu Keesaan
furqan).3 Allah Swt. d) untuk mengajak manusia berfikir
dan bekerja sama dalam bidang kehidupan
lihat, Qs al-Hadid (57) ayat 9
1

bermasyarakat dan bernegara melalui


M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
2
musyawaraah dan mufakat yang dipimpin oleh
Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, hikmah kebijaksanaan, e) untuk membasmi
volume 13 ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), kemiskinan material dan spritual, kebodohan,
416 penyakit, penderitaan hidup, dan pemerasan
QS. al-Baqarah: Qs.al-Baqarah (2):
3
manusia atas manusia dalam bidang sosial,
97 dan 185, Qs. Ali Imran (3): 4 dan 138, ekonomi, politik dan juga agama, f) untuk
qs. al-Maidah (5) (2): 185. Selain itu dalam memadukan kebenaran dan keadilan dengan

58 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

elaborasi dan penafsiran yang kitab suci yang diamalkan dalam


berbeda dari para penafsir sesuai kehidupan sehari-hari.5
dengan latar sosial dan sudut Mereproduksi makna al-
pandang mereka. Intinya, untuk Qur’an melalui aktivitas menafsir
membuktikan kebenaran dari telah mendorong inovasi-inovasi
semangat (rûh) kitab suci ini dalam baru dalam kajian al-Qur’an.
konteks perkembangan zaman Munculnya karya tafsir dengan
dan untuk membuktikan bahwa keanekaragamannya baik; sumber
ia mampu menjawab tantangan- penafsiran (masdar/manhâj), metode
tantangan kontemporer baik secara penafsiran (thariqah) dan corak
spiritual maupun material. Secara penafsiran (lawn al-tafsîr). Dan
umum kegiatan menafsir dan atau bahkan dalam kontek kontemporer
menginterpretasi adalah bagian dari muncul pendekatan yang lebih
upaya mereproduksi makna untuk kritis.6
dan mengadaptasikan teks Al-Qur’an
ke dalam situasi kontemporer para
5
Muhammad M Ayoub. The Qur’an and
its interpretery (New York: al-Bay State
mufasir. Ia tidak saja mengandung
University of New York Press, 1984.) 23
maksud memenuhi kebutuhan 6
Beberapa pendekatan dimaksud adalah
teoretik untuk memahami pesan– pendekatan historis-antropoligis yang
pesan Al-Qur’an. Juga untuk dikembangkan oleh Muhammad Arkoun,
memenuhi kebutuhan praktis yang pendekatan dan analitis hermeneutik yang
dikembangkan oleh Nasr Hamid Abu Zayd,
besar untuk mendapatkan petunjuk
pendekatan linguistik dan analisis semantik-
sintagmatis yang dikembangkan oleh
Muhammad Syahrur, pendekatan Sosio-
historis oleh Fazlur Rahman, pendekatan
faktual-empirik oleh Hasan Hanafi. Hal
rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan yang sama dilakukan oleh Kuntowijoyo yang
keadilan sosial, sebagai landasan pokok mengusulkan perlunya reinterpretasi untuk
kehidupan masyarakat manusia, g) untuk dapat memerankan kembali misi rasional
memberi jalan tengah antara falsafah monopoli dan empiris ajaran Islam. Ia memaparkan
kapitalisme dan falsafat kolektif komunisme, lima program pembaruan pemikiran
menciptakan ummatan wasathan yang menyeru untuk reaktulaisasai Islam, yaitu; pertama,
kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, perlu dikembangkannya penafsiran sosial
dan h) untuk menekankan peranan ilmu dan struktural daripada penafsiran individual
teknologi guna menciptakan satu peradaban ketika memahami ketentuan-ketentuan
yang sejalan dengan jati diri manusia, dengan tertentu dalam al-Qur’an, kedua, mengubah
panduan dan paduan Nur Ilahi (lihat, M.Quraish cara berpikir yang subjektif ke cara berpikir
Shihab, Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i yang objektif, ketiga, mengubaha cara
atas Pelbagai Persoalan Umat,cet. IX, Bandung: berpikir Islam yang normatif menjadi
Mizan, 1999. 12-13 teoritis, keempat, mengubah cara berpikr

Muhammad Sa’i 59
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

Terkait dengan keanekaragaman ”sumber daya” (resource) yang


metode, sumber, corak dan tersedia untuk mendapatkan hasil
pendekatan penafsiran terhadap (outcame) yang maksimum.
al-Qur’an tersebut, maka penelitian Ajaran filantropi dalam al-Qur’an
ini bermaksud membuktikan di antaranya dijelaskan pada firman
bagaimana aktualisasi dari praktek Allah yang terdapat pada surat al-
kedermawanan atau filantropi Islam. Hadid (57): 10-11:
Filantropi Islam adalah ajaran menye­
َّ
mangati kegiatan komunitas manusia ِ‫يل اهللِ َوهلل‬ ِ ِ‫َو َمالَ ُك ْم أَالتُن ِف ُقوا يِف َسب‬
(umat Islam) untuk meningkatkan ‫ض الَيَ ْستَ ِوى‬ َ
ِ ‫ات َواْأل ْر‬ ِ ‫الس َما َو‬َّ ‫رياث‬ ُ ‫ِم‬
kualitas hidup dan kehidupan melalui
semangat ”memberi” seperti perintah ‫نكم َّم ْن أَن َف َق ِمن قَبْ ِل الْ َفتْ ِح َوقَاتَ َل‬ ُ ‫ِم‬
Allah tentang ke­wajiban zakat, infaq, ‫ين أَن َف ُقوا‬َ ‫ك أَ ْع َظ ُم َد َر َج ًة ِم َن الَّ ِذ‬ َ ِ‫أُوالَئ‬
sadaqah, wakaf.
‫ال ْسنَى‬ ُْ‫ال َو َع َد اهللُ ح‬ًّ ‫ِمن بَ ْع ُد َوقَاتَلُوا َو ُك‬
Tema ini urgen dikaji karena
‫} َّمن َذا‬10{ ٌ‫َواهللُ مِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِري‬
dengan mengelaborasi ayat-ayat
al-Qur’an yang terkait dengannya ‫ضا ِع َف ُه‬َ ُ‫ض اهللَ قَ ْر ًضا َح َسنًا فَي‬ ُ ‫الَّ ِذي يُ ْق ِر‬
(zakat, infaq dan sadaqah) akan }11{ ‫لَ ُه َولَ ُه أَ ْج ٌر َك ِري ٌم‬
ditemukan beberapa aspek yang
saling bertautan yaitu bagimana Dan mengapa kamu tidak
ajaran asasi Islam ini memberikan menafkahkan (sebagian hartamu)
solusi kepada masyarakat khususnya pada jalan Allah, Padahal
dalam mengoptimalkan dan Allah-lah yang mempusakai
memberdayakan potensi materi atau (mempunyai) langit dan bumi?
modal sosial yang dimiliki untuk tidak sama di antara kamu orang
menyejahterakan manusia. Filantropi yang menafkahkan (hartanya) dan
dapat diibaratkan sebagai aktivitas berperang sebelum penaklukan
rancang bangun atau aktivitas (Mekah). mereka lebih tingi
mengembangkan sesuatu yang derajatnya daripada orang-orang
fungsional dengan menggunakan yang menafkahkan (hartanya)
dan berperang sesudah itu. Allah
yang a-historis menjadi historis, dan kelima, menjanjikan kepada masing-
merumuskan formulasi-formulasi wahyu masing mereka (balasan) yang
yang bersifat umum (general) menjadi
lebih baik. dan Allah mengetahui
formulasi-formulasi yang spesifik dan
empiris apa yang kamu kerjakan. Siapakah
yang mau meminjamkan kepada

60 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

Allah pinjaman yang baik, Maka dan berperang sebelum penaklukan


Allah akan melipat-gandakan (Mekah) sebagai perbedaan
(balasan) pinjaman itu untuknya, ganjaran yang diakibatkan oleh
dan Dia akan memperoleh pahala faktor kebutuhan hidup. Kaum
yang banyak. muslimnin sebelum penaklukan
Menurut Quraish Shihab, ayat ini (fath) Makkah adalah masyarakat
secara khusus meng­anjurkan infaq sedang berjuang mempertahankan
dan mengecam mereka yang kikir. eksistensi Islam sehingga kebutuhan
Dengan pertanyaan ”dan mengapa mereka terhadap nafkah itu lebih
kamu” yakni apa yang akan terjadi besar dibandingkan dengan setelah
pada diri kamu serta apa dalih penaklukan.9
yang dapat kamu ajukan sehingga Lebih lanjut pada ayat ke-11
kamu, tidak berinfak menafkahkan disebutkan Allah menjanjikan siapa
sebagian harta kamu pada jalan pun yang berinfaq denga al-husna
Allah, padahal milik Allah semata- (infak yang dilakukan demi dan
mata warisan, yakni yang memiliki karena Allah) adalah bagaikan
dan mempusakai langit dan bumi memberikan pinjamn kepada Allah
serta segalaa isinya?.7 sedangkan yang pasti dibayar berlipat ganda.
Muhammad Âli al-Shabûni dalam ”Siapakah yang mau meminjamkan
Safwah al-Tafâsîr menjelaskan kepada Allah pinjaman yang baik”
makna pertanyaan Allah tersebut yakni menefkahkan secara ikhlas
sebagai pertanyaan Allah tentang walau sebagaian harta yang berada
apa subtsansi ketidakmauan dalam genggaman tangannya,
sesorang berinfaq di jalan Allah juga imbalannya adalah pembayaran
tidak mendekatkan diri pada-Nya, dan balasan dengan pelipatgandaan
padahal kamu sekalian akan mati, yang mencapai tujuh ratus kali
dan akan mengembalikan hartamu bahkan lebih.10
pada Allah.8 Sehingga ketika Selain infak, sadaqah juga
menafsirkan kalimat lâ yastawî min mendapat perhatian yang besar dari
kum ma anfaqa qabla al-fath wa al-Qur’an dalam fungsinya sebagai
qatal (tidak sama di antara kamu instrumen membebaskan dan
orang yang menafkahkan (hartanya) membangun kesejahteraan umat.
7
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah
Pesan,.vulume 13, 418 Ibid
9

8
Muhammad Alî al-Shâbûnî; Safwah al- 10
Ibid, 420, lihat juga Qs. al-Thagabun
Tafasir , (Beirut: Dâr al-Fikr), tth. 233 (64):17

Muhammad Sa’i 61
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

Firman Allah pada surat al-Taubah menitipkannya untuk disalurkan


(9): 103. kepada yang berhak.11

ُ ‫ص َدقَ ًة تُ َطه‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم َوالهِِ ْم‬


Persoalan lain yang juga
‫ِّر ُه ْم‬
mendapatkan perhatian yang lebih
‫ك‬ َ َ‫صالَت‬ َ ‫ص ِّل َعلَيْ ِه ْم إِ َّن‬َ ‫َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِ َها َو‬ khusus dalam al-Qur’an ajaran
ْ‫} أَمَل‬103{ ‫سي ٌع َع ِلي ٌم‬ ِ َ‫َس َك ٌن هَّلُ ْم َواهللُ م‬ tentang zakat. Rasulullah bahkan
َ menyebutkan bahwa zakat adalah
ْ ‫يَ ْعلَ ُموا أَ َّن اهلل ُه َو يَقْبَ ُل الت‬
‫َّوبَ َة َع ْن ِعبَا ِد ِه‬
salah satu dari rukun Islam.12Bahkan
‫اب‬ُ ‫َّو‬ َّ ‫ات َوأَ َّن اهللَ ُه َو الت‬ َّ ‫َويَأْ ُخ ُذ‬
ِ َ‫الص َدق‬
}104{ ‫يم‬
ُ ‫الر ِح‬
َّ Ibid,. volume 5,. 233
11

12
Dalam sebuah hadis yang
Ambillah zakat dari sebagian harta diriwayatkan oleh Abu Hurairah ia berkata”
mereka, dengan zakat itu kamu pada suatu ketika Rasulullah datang ke
majelis sahabat, tiba-tiba Jibril datang
membersihkan dan mensucikan
kepada beliau, seraya bertanya” apa iman
mereka dan mendoalah untuk itu ?” rasulullah menjawab, iman adalah
mereka. Sesungguhnya doa engkau percaya pada Allah, para malaikat,
kamu itu (menjadi) ketenteraman kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
dan kepada pera rasul dan kebangkitan,
jiwa bagi mereka. dan Allah Setelah itu Jibril bertanya “ apa Islam
Maha mendengar lagi Maha itu?” rasulullah menjawab” Islam engkau
mengetahui. menyembah Allah dan tidak berbuat syirik,
mendirikan shalat, menunaikan zakat wajib,
Dalam Tafsir al-Misbah M.Quraish puasa bulan ramadhan. Setalah itu Jibril
Shihab menjelaskan, bahwa ayat ini bertanya lagi” apa ihsan itu ?” rasulullah
terkait dengan seorang yang bernama menjawab “ engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
Abû Lubâbah dan rekan-rekannya. kamu tidak melihat-Nya maka Ia melihat
Namun demikian redaksi ayat ini kamu”. Setelah itu Jibril bertanya kembali
bersifat umum, yakni kepada siapaun “ kapan akan terjadi kiamat?” rasulullah
menjawab” yang ditanya tidak lebih tahu
yang mejadi penguasa. Walaupun
dari yang bertanya. Jibril lalu berkata
terjadi perbedaan pendapat di “aku akan memberitahukan kepada-mu
kalang ulma tentang hukum nya. tanda-tandanya; apabila seorang budak
Sebagian mengatakan perintah wajib melahirkan tuannya, dan apabila orang
yang miskin papa yang memiliki sesuatu
dan lainya (mayoritas) menyebutkan
namun bermegah-megahan dalam
perintah sunnah. Lebih lanjut bangunannya. Masalah kiamat adalah
menurutnya, ayat ini menjadi alasan di antara lima perkara yang hanya Allah
para ulama untuk menganjurkan para yang tahu. Lalu rasulullah membaca ayat
pada surat Lukman ayat 34: “sesungguhnya
penerima zakat untuk mendoakan
disisi Allahlah pengetahuan tentang kiamat
setiap yang memberinya zakat dan itu” (Ibnu Hajat al-Asqalany, Fath al-Bârî bi

62 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

al-Qur’an mengkaitkan perintah dan hadis. Setidaknya terdapat


shalat secara beriringan dengan dua tipe bentuk ”filantropis atau
perintah zakat.13Dua kewajiban kedermawanan” yang berkembang di
pokok yang merupakan petanda kalangan umat Islam yaitu filantropi
hubungan harmonis; shalat untuk yang bersifat ”wajib” bagi setiap
hubungan baik dengan Allah Swt, dan umat Islam, seperti zakat dan bentuk
zakat petanda hubungan harmonis filantropi yang ”tidak wajib” seperti
dengan sesama manusia.Keduanya infaq dan sedekah. dan terkait terkait
ditekankan, sedangkan kewajiban kategorisasi ajaran filantropi al-
lainnya dicakup oleh penutup ayat ini, Qur’an terdapat beberapa persoalan
yaitu rukuklah bersama orang-orang mendasar yang perlu dicermati
yang rukuk; dalam arti tunduk dan dan atau dianalisis; 1. Bila zakat
taatlah pada ketentuan-ketentuan itu merupakan sebuah kewajiban
Allah bersama orang-orangyang maka; dapatkah dikatakan sebagai
taat dan tunduk.14 kedermawanan? 2. Bagaimana
Dari berberapa informasi ayat di dengan perintah Allah yang terkait
atas, jelaslah bahwa ajaran filantropis dengan infak dan sadakah, apakah
al-Qur’an memiliki sandaran konsep wajib atau tidak dengan asumsi
dan filosofis yang jelas dan bahkan bahwa perintah itu pada dasarnya
mendasar. Sebab selain sebagai wajib, dan larangan itu mengandung
bentuk ketundukpatuhan pada hukum haram? 3.Bagaimana
perintah Tuhan (habl min Allah) tetapi konteks ayat yang menyebutkan
juga bentuk harmonisasi hubungan perintah zakat, infaq dan sedekah?
dengan sesama manusia (habl min 4. Bagaimana mengkontekskan
al-nâs). Karena itulah maka untuk perintah zakat, infaq dan sedekah
mendapat gambaran yang lebih jelas tersebut ?
maka penelitian tentang filantropi ini Untuk lebih fokus dalam tulisan
penting dilakukan. ini akan dijawab dua pertanyaan
Secara normatif, filantropi Islam utama; a). Bagaimana konteks
telah terumuskan dalam al-Qur’an ayat-ayat tentang perintah berinfak
dalam al-Qur’an ?. b). Bagaimana
Syarhi Shahîh al- Bukhâri, jilid 1, Riyadh: Bait kontekstualisasi makna perintah
al-Afkar al-Dauli,tth. 303-304) bandingkan
berinfak dalam al-Qur’an?
dengan hadis yang diriwayat oleh Sahabat
Umar bin Khattab.
B. Infaq Dalam Al-Qur’an
13
lihat Qs. al-Baqarah (2): 43
14
Ibid,. 216

Muhammad Sa’i 63
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

Infak atau anjuran berinfak dalam perumpamaan (al-matsal). Bentuk-


al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk bentuk kalimat ini untuk memberi
kalimat informatif (al-khabariyah), stimulus yang bersifat psikologis
kalimat perintah dan larangan (al- (taqsya’irru bihi al-qulûb)sesuai
insyâiyyah) dan juga dalam bentuk dengan konteks penerimanya.
Tabel 1:

Pemetaan kata, jumlah dan tempat turun ayat


No Kata Surat Nomor Ayat Keterangan
1 Kata nafaqah Qs. al-Baqarah (2) Ayat ke- 270 Madaniyah
disebutkan2 kali Qs. al-Taubah (9): Ayat ke-121 Madaniyah
2 Kata anfaqa Qs. al-Kahfi (18) Ayat ke-42 Makkiyah
disebutkan2 kali Qs. al-Hadid (57) Ayat ke-10 Madaniyah
3 Kata anfaqta Qs. al-Anfal (8) Ayat ke 63 Madaniyah
disebutkan 1 kali
4 Kata anfaqtum Qs. al-Baqarah (2) Ayat ke-215 Madaniyah
disebutkan 4 kali dan 270
Qs. Saba’ (34) Ayat ke-39 Makkiyah
Qs. al-Mumtahanah (60) Ayat ke-10 Madaniyah
5 Kata anfaqu Qs. al-Baqarah (2) Ayat ke-262 Madaniyah
disebutkan 11 kali Qs. al-Nisa (4) Ayat ke-34, 39 Madaniyah
Qs. al-Ra’du (13) Ayat ke-22 Madaniyah
Qs. al-Furqan (25) Ayat ke-67 Makkiyah
Qs. Fathir (35) Ayat ke-29 Makkiyah
Qs. al-Hadid (57) Ayat ke-7-10 Madaniyah
Qs. al-Mumtahanah (60)
Ayat ke-10-11 Madaniyah
6 Kata anfiqû Qs. al-Baqarah (2): Ayat ke-195, Madaniyah
disebutkan 9 kali 254 dan 267
Qs. al-Taubah (9) Ayat ke-53 Madaniyah
Qs. Yasin (36) Ayat ke-47 Makkiyah
Qs. al-Hadid (57) Ayat ke-7 Madaniyah
Qs. al-Munafiqun (63) Ayat ke-10 Madaniyah
Qs. al-Thaghabun (64) Ayatke-16 Madaniyah
Qs. al-Thalaq (65) Ayat ke-6 Madaniyah
7 Kata tunfiqûna Qs. al-Baqarah (2): A-yat ke- 267 Madaniyah
disebutkan 2 kali dan 272
8 Kata yunfiqu Qs. al-Baqarah (2) Ayat ke- 264 Madaniyah
disebutkan 7 kali Qs. al-Maidah (5) Ayat ke- 64 Madaiyah
Qs. al-Taubah (9) Ayat ke-98 dan Madaniyah
99
Qs. al-Nahl (16) Ayat ke-75 Makkiyah
Qs. al-Thalaq (65) Ayat ke-7 Madaniyah

64 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

9 Kata yunfiqû Qs. Ibrahim (14) Ayat ke-31 Makkiyah


disebutkan 1kali

10 Kata yunfiqûna Baqarah (2): Ayat ke-3,215, Madaniyah


disebutkan 20 kali 219,261,262,
265, 274
Qs. Ali Imran (3) Ayat ke-117, Madaniyah
dan 134
Qs. al-Nisa (4) Ayat ke-38 Madaniyah
Qs. al-Anfal (8) Ayat ke-3, 36 Makkiyah
Qs. al-Taubah (9) Ayat ke- 91 Madaniyah
dan 92, 121
Qs. al-Hajj (22) Ayat ke- 35 Madaniyah
Qs. al-Qasas (28) Ayat ke-54 Madaniyah
Qs. al-Sajdah (32) Ayat ke-16 Madaniyah
Qs. al-Shura (42) Ayat ke-38 Makkiyah
11 Kata yunfiqûnaha Qs. al-Anfal (8) Ayat ke- 36 Makkiyah
disebutkan 2 kali Qs. al-Taubah (9) Ayat ke- 34 Madaniyah
12 Kata nafaqan Qs. al-An-Am (6) Ayat ke-35
disebutkan 1 kali
13 Kata Nafaqâtihim Qs. al-Taubah (9) Ayat ke-54
disebutkan 1 kali

Dari pemetaan pada kolom di Madinah merupakan wilayah yang


atas perintah berderma atau infak subur dan pusat hasil pertanian. Dari
telah diajarkan oleh Islam (al- daerah ini disuplay berbagai hasil
Qur’an). Perintah ini, selain sebagai pertanian seperti kurma dan apel
bentuk krtitik terhadap sistem sosial disamping itu terdapat binatang
ekonomi yang terjadi kalangan ternak seperti; unta, keladai, kuda,
masyarakat ketika itu, juga sebagai domba, dan kambing. Sedangkan
bentuk stimulus atau anjuran untuk kota Thaif memiliki keindahan alam
melaksanakannya. yang menjadi tempat peristirahatan
Secara historis, al-Qur’an para aristokrat Makkah pada
turun dalam dua kontek sosial musim panas. Tanah yang subur
yang berbeda; Makkah dan menghasilkan komuditas seperti
Madinah. Wilayah Makiyah dihuni pisang, semangka, arak, anggur,
oleh masyarakat yang mayoritas delima dan madu.
berprofesi sebagai pedagang, Secara sosiologis, penduduk Arab
tukang kayu, pandai besi, pembuat terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
pedang, penyamak kulit, penjahit, kelompok yang tinggal di perkotaan
penenum, dan money lenders. Dan atau pusat peradaban, mereka ini

Muhammad Sa’i 65
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

disebut Ahl-al-Madar (penduduk pengetahuan dan keterampilan


kota), dan kelompok yang tinggal di yang mendalam.16 Masyarakat ini
tenda-tenda, mereka di sebut ahl al- mengandalkan sumber pendapatan­
Wabar. Ahl-al-Madar hidup sebagai nya pada penggembala ternak
pedagang yang secara ekonomi (pastoral). Mereka hidup berpindah-
lebih maju. Akan tetapi semangat pindah dari satu daerah ke daerah
individualisme mereka lebih kuat lain yang lebih sumbur.
daripada komunalisme, kerena Seiring dengan perbedaan latar
perdagangan telah menimbulkan sosio-historis, ayat-ayat tentang in­
transformasi pemikiran di kalangan fak yang turun di Makkah maupun
mereka. Sedangkan ahl al-Wabar Madinah menggunakan simbol-
adalah suku Badui yang tinggal secara simbol (sign) kebahasaan yang
berkelompok yang biasanya berasal berbeda. Pada periode Makkah
dari satu keluarga yang terdiri ayah menggunakan bentuk metafor
dan anak laki-laki. Tempat tinggal untuk melakukan kritik secara halus
mereka membentuk hayy yang terhadap prilaku sosio-ekonomi dan
semua anggota hayy membentuk kultur masyarakat. Seperti disebutkan
sebuah klan (qawm). Setiap anggota pada surat al-Kahfi (18) ayat 42:
klan memiliki tanggung jawab secara
kolektif berdasarkan solidaritas ُ ‫يط بِثَ َم ِر ِه فَأَ ْصبَ َح يُ َق ِّل‬
‫ب َك َّفيْ ِه َعلَى‬ َ ‫َوأُ ِح‬
kelompok atau ashâbiyah. Semua
ِ ‫َمآأَن َف َق ِفي َها َو ِه َي َخا ِويٌَة َعلَى ُع ُر‬
‫وش َها‬
klan yang sedarah kemudian secara
bersama-sama membentuk suku ‫ول يَالَيْت يَِن مَلْ أُ ْش ِر ْك بِ َربِّي أَ َح ًدا‬
ُ ‫َويَ ُق‬
(qabilah).15 dan harta kekayaannya dibinasa­
Sumber ekonomi masyarakat kan; lalu ia membolak-balikkan
Badui yang tinggal di tenda-tenda kedua tangannya (tanda menye­
pedang dan panah. Mereka tidak sal) terhadap apa yang ia telah
suka bertani, tetapi lebih suka belanjakan untuk itu, sedang
berperang dan membunuh, sebagai pohon anggur itu roboh bersama
bentuk adaptasi mereka terhadap para-paranya dan Dia berkata:
lingkungannya. Keterangan tentang “Aduhai kiranya dulu aku tidak
aktivitas mereka ini disebutkan mempersekutukan seorangpun
dalam al-Qur’an sebagai kelompok dengan Tuhanku”.
penentang dan tidak memiliki

15
Ibid, 32 16
Lihat Qs. al-Taubah (9) ayat 97-98

66 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

Ayat tersebut menggambarkan memberikan hartanya. Firman Allah


suatu kondisi psikis dari keingkaran dalam sarat al-Furqan (25) ayat 67.
(al-kufr) terhadap nikmat Allah yang
di­anuggerahkan kepada mereka. ‫ين إِ َذآ أَن َف ُقوا مَلْ يُ ْس ِرفُوا َو مَلْ يَقْت‬
‫رُُوا‬ َ ‫والَّ ِذ‬
Allah menjelaskan bahwa kekayaan ‫ك قَ َوا ًما‬َ ِ‫ي َذل‬ َ ْ‫َو َكا َن بَ ن‬
dan juga pepohonan dan kebun-
dan orang-orang yang apabila
kebun yang telah membanggakan
membelanjakan (harta), mereka
telah menghancurkan mereka.
tidak berlebihan, dan tidak (pula)
Kehancuran tersebut bukan hanya
kikir, dan adalah (pembelanjaan
karena sikap syirk mereka, akan
itu) di tengah-tengah antara yang
tetapi juga kerena kekayaan yang
demikian.
mereka banggakan tersebut menjadi
sumber kebejatan dan melahirkan Dalam ayat tersebut Allah
segala macam kejahatan.17 memberikan pelajaran tentang
sikap kemulian. Sikap yang tidak
Dalam menjelaskan tentang
berlebihan baik dalam memberi
kehancuran, dalam ayat tersebut
maupun menahan harta yang
menggunakan kata khawiyah
dimilikinya. Sebab baik sikap
(‫ )خاوية‬yang berarti kehancuran
isrâf (berlebihan dalam memberi)
yang menyeluruh. Sebagai sebuah
ataupun iftira’ (berlebihan dalam
metaforasi bangunan tua yang
menahan harta) akan menyebabkan
jatuh atapnya akan mendorong
distribusi kekayaan akan mengalami
berjatuhannya pula dinding-
kehancuran. Dengan sikap tersebut
dindingnya sehingga semua
bisa jadi akan berimplikasi pada
bangunan itu hancur berantakan.18
peredaran uang pada kelompok atau
Selain pola metaforis tersebut masyarakat konglomerat tertentu.
al-Qur’an juga mengajarkan sikap Kelompok yang disebut sebagai al-
tawazun (keberimbangan) dalam mutraf (kelompok pemodal). Hal
menafkahkan harta. Yaitu sikap ini dipertegas dengan firman Allah
tidak berlebihan dalam kekikiran pada surat al-Hasyr (59) ayat 7:
dan tidak terlalu berlebihan dalam
‫َّمآأَفَآ َء اهللُ َعلَى َر ُسولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل الْ ُق َرى‬
17
M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah ‫ول َولِ ِذي الْ ُق ْربَى َوالْيَتَا َمى‬ َّ ِ‫فَِل َّل ِه َول‬
ِ ‫لر ُس‬
Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Volume 7, cet. IV (Jakarta; Lentera Hati,
‫يل َك ْي الَيَ ُكو َن‬ ِ ِ‫السب‬
َّ ‫ني َوابْ ِن‬ِ ‫َو مْالَ َسا ِك‬
2011), ahl. 301 ُ ‫ي اْألَ ْغنِيَآ ِء ِم‬
‫نك ْم َو َمآ َءاتَا ُك ُم‬ َ ْ‫ُدولًَة بَ ن‬
18
Ibid.

Muhammad Sa’i 67
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

ُ ‫الر ُس‬
‫ول فَ ُخ ُذوهُ َو َمانَ َها ُك ْم َعنْ ُه فَانتَ ُهوا‬ َّ
istilah-istilah kehancuran dengan
khawiyah (kehancuran), al-halak
َ َ
ِ ‫َواتَّ ُقوا اهلل إِ َّن اهلل َش ِدي ُد الْ ِع َق‬
‫اب‬ (kehancuran) hasrah (penyesalan),
apa saja harta rampasan (fai-i) al-wail (kecelakaan yang sangat
yang diberikan Allah kepada besar), al-hutamah (kehancuran),
RasulNya (dari harta benda) jahannam (neraka jahannam). Istilah-
yang berasal dari penduduk istilah tersebut membawa dampak
kota-kota Maka adalah untuk psikologis bagi pelakunya. Maka
Allah, untuk rasul, kaum kerabat, Allah memerintahkan mereka untuk
anak-anak yatim, orang-orang berinfak (infiqu, anfiqu, nafaqah).
miskin dan orang-orang yang Jika ayat-ayat yang menyebutkan
dalam perjalanan, supaya harta infak (dengan berbagai derivasinya)
itu jangan beredar di antara yang diturunkan di Makkah lebih
orang-orang kaya saja di antara menggunakan metaforis yang
kamu. apa yang diberikan Rasul disertai ancaman-ancaman psikis,
kepadamu, Maka terimalah. maka ayat-ayat yang diturunkan
dan apa yang dilarangnya di Madinah lebih mengarah pada
bagimu, Maka tinggalkanlah. pesan moral sosial yang lebih luas.
dan bertakwalah kepada Allah. Di dalam disebutkan aspek hukum
Sesungguhnya Allah Amat keras yang lebih tegas seperti firman Allah
hukumannya. pada surat al-Hadid (57) ayat 10:

َّ
ِ ِ‫َو َمالَ ُك ْم أَالتُن ِف ُقوا يِف َسب‬
Simpul-simpul kebahasaan
ِ‫يل اهللِ َوهلل‬
tentang perintah infak dalam
‫ض الَيَ ْستَ ِوى‬ َ
menyampaikan pesan moral ِ ‫ات َواْأل ْر‬ ِ ‫الس َما َو‬َّ ‫رياث‬ ُ ‫ِم‬
sosial merupakan salah satu ‫نكم َّم ْن أَن َف َق ِمن قَبْ ِل الْ َفتْ ِح َوقَاتَ َل‬ ُ ‫ِم‬
‫ين أَن َف ُقوا‬َ ‫ك أَ ْع َظ ُم َد َر َج ًة ِم َن الَّ ِذ‬
cara pembelaan terhadap kaum َ ِ‫أُوالَئ‬
tertindas. Para penindas baik
secara ekonomi (al-mutraf) maupun ‫ال ْسنَى‬ ُْ‫ال َو َع َد اهللُ ح‬ًّ ‫ِمن بَ ْع ُد َوقَاتَلُوا َو ُك‬
nominasi kekuasan politik (al-malik ‫) َّمن َذا‬10( ٌ‫َواهللُ مِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِري‬
al-zhalim). Dalam hal pemerataan
‫ضا ِع َف ُه‬َ ُ‫ض اهللَ قَ ْر ًضا َح َسنًا فَي‬ ُ ‫الَّ ِذي يُ ْق ِر‬
dan kedermawan, Allah yang
secara tegas menyebut akibat yang )11( ‫لَ ُه َولَ ُه أَ ْج ٌر َك ِري ٌم‬
ditimbulkan jika sesorang tidak
dan mengapa kamu tidak
memiliki tenggang rasa dan atau
menafkahkan (sebagian hartamu)
tidak berderma, Allah menggunakan
pada jalan Allah, Padahal

68 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

Allah-lah yang mempusakai hartamu yang Allah telah menjadikan


(mempunyai) langit dan bumi? kamu menguasainya, Maka orang-
tidak sama di antara kamu orang orang yang beriman di antara kamu
dan menafkahkan (sebagian) dari
yang menafkahkan (hartanya) dan
hartanya memperoleh pahala yang
berperang sebelum penaklukan besar.”
(Mekah). mereka lebih tinggi
Dalam di atas Allah memberikan
derajatnya daripada orang-orang
manusia penguasaan atas harta
yang menafkahkan (hartanya)
bendanya. dan harus diinfakkan
dan berperang sesudah itu. Allah
sesuai dengan aturan hukum-
menjanjikan kepada masing-
hukum yang telah disyariatkan-
masing mereka (balasan) yang
Nya. Pada ayat tersebut, Allah
lebih baik. dan Allah mengetahui
menggunakan kata mustakhlafîna
apa yang kamu kerjakan.
berarti memberi kekuasaan. Namun
Pada ayat tersebut Allah secara demikian pemberian kekuasaan yang
tegas menyatakan ”mâ lakum dimaksudkan tidak secara mutlak.
alla tunfiqû fî sabîlillah” mengapa Karenanya hak kepemilikan dan atau
kamu tidak mau berinfak di penguasaan atas harta bendanya itu
jalan Allah. Secara tekstual Allah harus didistribusikan berdasarkan
membandingkan kelebihan dan atau tata aturan yang ditetapkan oleh
ganjaran orang berinfak sebelum pemberi kuasa (Allah).
dan sesudah penaklukan (fath)
Oleh karena manusia tidak
Makkah. Bahwa berinfak sebelum
menguasai harta bendanya secara
penaklukkan Makkah (fath makkah)
mutlak, maka apa yang dikeluarkan
memang lebih utama karena kondisi
dari akan diberikan kebaikan
masyarakat yang lemah baik secara
darinya. Sebagaimana firman Allah
mental maupun material namun
SWT pada surat al-Baqarah (2) ayat
Allah selalu mengawasi kamu
272-273:
untuk selalu berbuat derma. Allah
disifati dengan al-husna sebagai ‫ك ُهدَا ُه ْم َولَ ِك َّن اللهَّ َ يَ ْه ِدي َم ْن‬ َ ْ‫س َعلَي‬ َ ْ‫لَي‬
penggambaran Allah yang Maha
‫يَ َشا ُء َو َما تُنْ ِف ُقوا ِم ْن َخيرْ ٍ فَ أِلَنْ ُف ِس ُك ْم َو َما‬
Baik dan Maha Teliti. Hal ini
dipertegas dengan firman-Nya pada ‫تُنْ ِف ُقو َن إِلاَّ ابْتِ َغا َء َو ْج ِه اللهَِّ َو َما تُنْ ِف ُقوا‬
surat yang sama ayat 7 Allah SWT ‫ُظلَ ُمو َن‬ ْ ‫ف إِلَيْ ُك ْم َوأَنْتُ ْم لاَ ت‬ َّ ‫ِم ْن َخيرْ يُ َو‬
ٍ
berfiirman yang artinya: “berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya ‫ين أُ ْح ِص ُروا يِف‬ َ ‫) لِلْ ُف َق َرا ِء الَّ ِذ‬272(
dan nafkahkanlah sebagian dari ‫ض ْربًا يِف‬ َ ‫َطي ُعو َن‬ ِ ‫يل اللهَِّ لاَ يَ ْست‬ ِ ِ‫َسب‬

Muhammad Sa’i 69
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

َ
‫ْسبُ ُه ُم جْالَا ِه ُل أَ ْغنِيَا َء ِم َن‬ ِ ‫الأْ ْر‬
Allah), Maka Sesungguhnya Allah
َ ‫ض حَي‬
Maha Mengatahui.
‫ف تَ ْع ِرفُ ُه ْم بِ ِسي َما ُه ْم لاَ يَ ْسأَلُو َن‬ ِ ‫التَّ َع ُّف‬
Pada dua ayat di atas, Allah secara
‫َّاس إِ حْلَا ًفا َو َما تُنْ ِف ُقوا ِم ْن َخيرْ ٍ فَإِ َّن‬
َ ‫الن‬ lebih jelas menyebutkan bahwa
)273( ‫اللهَّ َ بِ ِه َع ِلي ٌم‬ menafkahkan harta yang dimiliki
akan bernilai kebaikan jika diberikan
bukanlah kewajibanmu menjadi­ sesuai dengan ketentuan yang
kan mereka mendapat petunjuk, ditetapkan oleh-Nya. Karena itulah,
akan tetapi Allah-lah yang maka ayat-ayat yang diturunkan di
memberi petunjuk (memberi Madinah ini tidak saja menyatakan
taufiq) siapa yang dikehendaki- bahwa menafkahkan harta itu
Nya. dan apa saja harta yang mengandung kebaikan (al-khaer)
baik yang kamu nafkahkan (di akan tetapi harta itu juga sebagai
jalan Allah), Maka pahalanya substansi kebaikan (khaer) itu sendiri.
itu untuk kamu sendiri. dan Di antara ketentuan Allah dalam
janganlah kamu membelanjakan berinfak ada yang berkaitan dengan
sesuatu melainkan karena kelompok penerima (infak-kebaikan)
mencari keridhaan Allah. dan seperti orang tua, keluarga (istri
apa saja harta yang baik yang anak), kaum fakir miskin, tetangga
kamu nafkahkan, niscaya kamu yang membutuhkan, sarana-sarana
akan diberi pahalanya dengan ibadah dan pendidikan (sabilillah)
cukup sedang kamu sedikitpun dan juga yang berkaitan dengan
tidak akan dianiaya (dirugikan). pola pemberiannya seperti tidak
(Berinfaqlah) kepada orang-orang boleh ada unsur pamer (riya),
fakir yang terikat (oleh jihad) di menyakiti perasaan, manifulasi dan
jalan Allah; mereka tidak dapat penindasan (thughyân).
(berusaha) di bumi; orang yang
tidak tahu menyangka mereka C. Kontekstualisasi Makna
orang Kaya karena memelihara Infaq dalam Menumbuhkan
diri dari minta-minta. kamu kenal Etos Sosial
mereka dengan melihat sifat- Allah menurunkan kalam-
sifatnya, mereka tidak meminta Nya berfungsi agar ter­integrasinya
kepada orang secara mendesak. kesalihan individu dan kesalehan
dan apa saja harta yang baik sosial secara terpadu dan simponi
yang kamu nafkahkan (di jalan pada di sisi seorang muslim. Untuk
mewujudkan fungsinya tersebut al-

70 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

Qur’an pertama-tama melalukan barang dagangannya.20 Dari kata


kritikan terhadap sistem sosial ini muncul kata nâfaqa yang berarti
ekonomi yang timpang.19Kritik dan lubang sarang binatang kecil21, al-
”pengharaman” sistem monopoli Munafiq berarti orang yang pandai
diikuti oleh seruan agar manusia mencari celah atau lubang kecil untuk
berderma merupakan proses edukasi menyembunyikan sesuatu dan untuk
dalam menumbuhkembangkan menampakkannya. Menurut Ibnu
character bulding (pembentukan Faris ibn Zakariyah ada dua makna
karakter) pribadi yang selalu yang dikandung dari kata infaq, yaitu;
bersyukur atas nikmat Allah, peduli pertama terputusnya atau hilangnya
terhadap sesama. sesuatu, kedua, tersembunyinya atau
Kata infâq berasal dari akar tersamarnya sesuatu.22
kata anfaqa, yunfiqu, infaqan (Arab) Infak menurut pengertian umum
secara etimologi berarti sesuatu yang adalah memberikan sesuatu yang
habis, biaya, pengeluaran, laku kepada orang lain. Para ulama
membedakan jenis pemberian infak
dengan zakat dan sadakah. Zakat
19
Al-Qur’an melarang sistem ekonomi adalah pemberian yang mempunyai
yang dimonopoli oleh kelompok pemodal ukuran dan atau takaran (nisab),
(al-mutraf). Sistem monopoli yang dimaksud
sedangkan infak tidak ada nisab.
adalah , a) pengakumulasian dan
penumpukan harta sehingga tidak beredar Sementara itu sadakah tidak
di masyarakat (baca; Qs. al-Humazah, Qs. mempunyai takaran nisab juga bisa
al-Ma’un, Qs. al-Lahab), b) hak produksi, dalam bentuk non materi.
menyediakan dan memperdagangkan
hanya dimiliki oleh segelintir orang , dan Dalam al-Qur’an perintah infak
c) kepemilikan dan pengendalian menjadi digunakan dalam berbagai bentuk
hak kelompok tertentu. Dalam beberapa
kalimat seperti; bentuk kata kerja
hadisnya nabi melarang prilaku monopoli
atau ihtikar sebagaimana sabdanya:
A.W. Muwawwir, Kamus al-Munawwir,
20

‫من احتكر فهو خاطئ‬ (Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir


Krapiah, 1984), hal.1548
‫من احتكر طعاما اربعني ليلة فقد برئمن اهلل وبرئ منه‬
Ibid.
21

‫من احتكر حكرة يزيد ان يغـاىل بها على املســـلمني فهو‬ Ibu Faris ibn Zakariyah, Mu’jam
22

‫خـاطئ‬ Maqayis al-Lughah, juz. V, cet. II (Mesir:


Mustafa al-baby al-HalabyWa Awladuh,
(lihat, Shahih Muslim, Kitab al-Musaqah, 1972), bandingkan dengan W.J.S.
Bab Tahrim al-Ihtikar fi al-Aqwat, hadis. no. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa
3012 dalam CD Mawsu’ah al-Hadits al- Indonesia, cet. II. (Jakarta: Balai Pustaka,
Syarif) 1989)

Muhammad Sa’i 71
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

lampau (fi’il madi), bentuk sekarang Makkah sebelum nabi hijrah. Tempat
(fi’il mudhâr’i) dan juga bentuk kata di mana telah terjadi kesenjangan
perintah (fi’il amr), serta kata benda yang sangat besar antara para
(masdar). Allah memerintahkan pemilik modal dengan mereka yang
manusia untuk berinfak secara baik tidak mempunyai sesuatu apapun.
dan benar sebagai salah saatu Bahkan para pemilik modal tersebut
ukuran dan indikasi sifat ketakwaan menyamakan Tuhan yang memberi
manusia kepada Allah23 juga sebagai rezki dengan berhala-berhala
bentuk investasi sosial seseorang. yang tidak berdaya. Di sini Allah
Perhatian Islam tentang fungsi menggunakan kata matsal atau
dan manfaat harta sebagai sumber perumpamaan untuk menyebutkan
kehidupan dan mobilitas sosial maka sikap orang yang tidak mampu
sejak periode awal kelahirannya telah (hamba sahaya) tetapi mempunyai
memerintah mereka yang memiliki motivasi sosial yang tinggi. Kata ini
harta untuk diberikan kepada menjadi kianyah (sindiran) secara
mereka yang membutuhkan. Hal ini keras terhadap prilaku para pemilik
disebutkan pada firman Allah yang harta benda yang berlimpah namun
terdapat pada surat al-Nahl (16) tidak memiliki kepedulian sosial.
ayat 75: Maka Allah tegaskan tidak sama
orang yang mau memberikan dan
Allah membuat perumpamaan
tidak.24
dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak
24
Lihat juga firman Allah pada surat al-
terhadap sesuatupun dan seorang
Anfal (8) ayat 36. Ayat ini juga tergolong
yang Kami beri rezki yang baik dari ayat Makiyah. “Sesungguhnya orang-
Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian orang yang kafir menafkahkan harta
dari rezki itu secara sembunyi dan mereka untuk menghalangi (orang) dari
jalan Allah. mereka akan menafkahkan
secara terang-terangan, Adakah harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi
mereka itu sama? segala puji hanya mereka, dan mereka akan dikalahkan.
bagi Allah, tetapi kebanyakan dan ke dalam Jahannamlah orang-orang
yang kafir itu dikumpulkan” Di sini Allah
mereka tiada mengetahui
menyebutkan bahwa orang kafir lebih suka
Ayat yang tersebut pada surat al- membelanjakan harta bukan di jalan Allah
Nahl ini dikelompokkan sebagai ayat (bukan untuk tujuan kemaslahatan sosial),
akan tetapi untuk tindakan manifulatif dan
Makiyah yaitu ayat yang diturunkan di diskriminasi yang itu terjadi pada kelompok
pemodal besar. Mereka membeli budak
Qs. al-Baqarah (2) ayat 2-3 dan Qs.
23
untuk dipekerjakan secara tidak manusiawi.
Al-Imran (3) ayat 133-134. Maka yang didapatkan adalah “hasratan”

72 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

Motivasi yang lebih konkrit Ayat-ayat tersebut di


kemudian terlihat pada perintah- atas,merupakan ayat-ayat yang me­
perintah Allah untuk berinfak yang ngandung dorongan berderma atau
terdapat pada ayat-ayat Madaniyah. berinfak yang substansinya adalah
Pada surat al-Baqarah (2) ayat 264 adanya komitmen dan kesadaran
Allah memeritah secara khusus sosial pada diri pribadi seseorang.
kepada orang-orang beriman untuk Setelah tumbuhnya motivasi
tidak menyebut-menyebut pemberian berinfak pada seseorang, Allah
atau infak yang telah disalurkan. kemudian memerinci jenis dan
Sebab akan berdampak negatif baik ketentuan dalam pelak­sanaannya.
secara psikis maupun sosiologis dari Beberapa ketentuan dimaksudkan
penerima, sebagaimana orang yang adalah;
riya (yang memperlihatkan kekayaan
a. Menentukan sasaran dan skala
dan tidak memiliki iman). Maka
prioritas berdasarkan problem
Allah berfirman:
yang dihadapi.
Allah mengumpamakan mereka
Hal yang mendasar yang harus
seperti batu licin yang di atasnya ada
diperhatikan dalam mengeluarkan
tanah, kemudian batu itu ditimpa
infak atau dalam berderma sosial
hujan lebat, lalu menjadilah Dia
adalah menentukan objek sasaran
bersih (tidak bertanah). mereka tidak
dan skala prioritas. Pertimbangan
menguasai sesuatupun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak keridhaan Allah dan untuk keteguhan
memberi petunjuk kepada orang- jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang
terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh
orang yang kafir.25 hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan
buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat
atau penyesalan yang abadi sebab mereka tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis
tidak memiliki investasi sosial. (pun memadai). dan Allah Maha melihat
25
Lihat juga firman Allah pada surat apa yang kamu perbuat”. Peda kedua ayat
yang sama ayat 261 “ perumpamaan tersebut Allah menggunakan kembali kata
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang “matsal/perupamaan” untuk menafkahkan
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah harta di jalan Allah meliputi belanja
adalah serupa dengan sebutir benih yang untuk kepentingan jihad, pembangunan
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ilmiah dan lain-lain, sebagai penegas
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. motivasi sosial. Pada ayat-ayat tersebut
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Allah menggumpamakan sesuatu yang
Maha mengetahui” . Lihat juga ayat 265 abstrak dengan sesuatu yang konkrit untuk
“dan perumpamaan orang-orang yang mendekatkan pemahaman.
membelanjakan hartanya karena mencari

Muhammad Sa’i 73
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

utama dalam penentuan objek Perintah Allah untuk berinfak atau


sasaran adalah pada tingkat berderma tidak bersifat temporal
kebutuhan dasar (basic need). Hal dan material yang bersifat kuantitatif
ini diisyaratkan pada firman Allah sebagaimana yang berlaku pada
pada surat al-Hadid (57) ayat 10. sistemkapitalis dan sosialis akan
Pada ayat tersebut Allah tetapi eksistensinya berkaitan dengan
menyatakan diri-Nya sebagai penumbuhan kesadaran dan kualitas
yang mempusakai (mempunyai) pemberian. Dalam surat surat al-
langit dan bumi. Maka Allah tidak Baqarah (2) 215 Allah menjelaskan:
membutuhkan infak seseorang mereka bertanya tentang apa
akan tetapi infak tersebut melekat yang mereka nafkahkan. Jawablah:
pada diri peribadi seseorang. “Apa saja harta yang kamu nafkahkan
Karenanya, menafkahkannya harus hendaklah diberikan kepada ibu-
memperhatikan objek sasaran bapak, kaum kerabat, anak-anak
dengan pertimbangan kebutuhan yatim, orang-orang miskin dan
masing-masing. Hal ini dinyatakan orang-orang yang sedang dalam
dengan kalimat “ la yastawi minkum perjalanan.” dan apa saja kebaikan
ma anfaqa min qabli al fath wa yang kamu buat, Maka Sesungguhnya
qatal” (tidak sama di antara kamu Allah Maha mengetahuinya.
orang yang menafkahkan (hartanya) Pada ayat di atas Allah
dan berperang sebelum penaklukan mengulang kata “khair” sebagai
Makkkah). Dasar perbedaan tersebut kebaikan universal sebanyak dua
adalah jelas pada basic need kali“. Pertama pada petongan ayat
masyarakat, dimana masyarakat yang berbunyi “ma anfaqtum min
(Islam) di Makkah masih sangat khair” dan “wa ma taf’aluna min
lemah dan secara kuantitas sangat khairin” . Kata khair pada penggalan
sedikit, sehingga lebih membutuhkan pertama ma anfaqtum min khair
bantuan dibandingkan dengan pada terjemahan Depertemen
masyarakat Madinah yang relatif Agama diartikan dengan “apa saja
lebih stabil secara sosial maupun harta yang kamu nafkahkan”.26
ekonomi. pada penggalan ini khair digunakan
b. Nilai kedermawanan ditentukan untuk makna harta kekayaan yang
oleh kualitas pemberian bukan diberikan, sedangkan kata yang
kuantitas. 26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Jakarta: Pustaka Agung
harapan, 2006), hal. 42

74 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

sama pada penggalan ke dua wa mengandung makna yang luas


ma taf’aluna min khairin diartikan membebaskan manusia dari berbagai
dengan“ dan kebaikan apa saja problem kehidupan. Dengan
yang kamu kerjakan” 27. Pelabelan demikian misinya adalah mengantar
harta dengan al-khair (kebaikan) manusia mencapai kehidupan yang
sebagai kekayaan yang bersumber lapang dan sejahtera. Dalam al-
dari Zat yang Maha Khair ( Allah) Qur’an surat Ali Imran (3) ayat 92:
yang berfungsi sebagai piranti sosial
yang menopang keberlangsungan ‫تبُّو َن‬ِ ُ‫ب َحتَّى تُنْ ِف ُقوا مِمَّا ح‬ َّ ِ‫لَ ْن تَنَالُوا الْ ر‬
hidup manusia serta kecintaan yang ‫َو َما تُنْ ِف ُقوا ِم ْن َش ْي ٍء فَإِ َّن اللهَّ َ بِ ِه َع ِلي ٌم‬
sangat besar padanya. Dengan
)92(
demikian khair atau kebaikan di
sini bermakan kebaikan kualitatif kamu sekali-kali tidak sampai
bukan kuantitatif yaitu berdasarkan kepada kebajikan (yang sem­
pada kualitas atau nilai dari sebuah purna), sebelum kamu menaf­kah­
pemberian dan bukan pada besaran kan sebahagian harta yang kamu
atau takarannya.28 cintai. dan apa saja yang kamu
c. Infak Mengandung Kebaikan nafkahkan Maka Sesungguhnya
yang Luas Allah mengetahuinya.

Harta dalam fungsinya sebagai Kata “lan tanalû al-birra hatta


sumber kehidupan (al-ma’isyah) tun fiqû mimma tuhibbûn”pada
ayat tersebut untuk menunjukkan
Ibid.
27
sasaran akhir dari kedermawanan
28
Lihat juga firman Allah pada surat al-
adalah tergapainya kebajikan yang
Anfal (8) ayat 63 “dan yang mempersatukan
hati mereka (orang-orang yang beriman) sempurna. Al-birra menggambarkan
walaupun kamu membelanjakan semua puncak kesempurnaan yang terdiri
(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya dari kelapangan dada (al-was’u fi
kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka,
al-shadr), kejujuran (al-shidqu) dan
akan tetapi Allah telah mempersatukan hati
mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi ketaatan (al-tha’ah). Kesempurnaan
Maha Bijaksana “. lihat juga firman-Nya pada material lahirlah (barr) dan
al-Taubah (9) ayat 121 “ dan mereka tiada kesempurnaan spritual bathiniyah.
menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak
(pula) yang besar dan tidak melintasi suatu d. Infak berorientasi problem sol­
lembah, melainkan dituliskan bagi mereka ving
(amal saleh pula) karena Allah akan memberi
Balasan kepada mereka yang lebih baik dari Kepemilikan harta dalam ajaran
apa yang telah mereka kerjakan” Dua ayat ini Islam bersifat amanah yang harus
menegaskan makna dari kualitas pemberian.

Muhammad Sa’i 75
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

diinvestasikan untuk memenuhi karena Sesungguhnya Allah


keridhaan Allah (investasi sosial). menyukai orang-orang yang
Pemilik harta dilarang untuk berbuat baik.
mempergunakannya pada hal- Ayat ini merupakan seruan
hal yang mengakibatkan kesulitan, Allah kepada orang-orang yang
penganiayaan dan ketidakadilan beriman untuk menginfakkan
serta segala bentuk transaksi yang harta di jalan yang ditentukannya,
ribawi, penipuan, monopoli.29 serta larangan untuk melakukan
Demikan juga pemilik harta harus tindakan kebinasaan dengan
menjauhkan diri dari penimbunan tangannya. Menurut Quraish Shihab
atau kekikiran atau pemborosan30 kata fi sibilillah untuk memberi
sebab cara tersebut dapat kesan bahwa harta tersebut tidak
menghambat laju pertumbuhan dan akan hilang bahkan berkembang
peredaran ekonomi. karena ia berada dijalan yang amat
Maka agar tidak terjadi terjaga, serta di tangan Dia yang
penumpukan dan konsentrasi harta melipatgandakan setiap nafkah
pada kelompok tertentu, Allah pada jalannya. 31 Sedangkan al-
memerintahkan pemilik modal untuk Zamakhsyari32 menafsirkan kata al-
menafkahkan di jalan yang diridai- tahlukah pada ayat tersebut dengan
Nya yang disebut sabilillah. Firman kehancuran yang disebabkan oleh
Allah pada surat al-Baqarah (2) ayat terkonsentrasinya harta keluarga
195; dan meninggalkan semangat jihad.

ُ ‫يل اللهَِّ َولاَ تُلْ ُقوا بِأَيْ ِد‬


‫يك ْم‬ ِ ِ‫َوأَنْ ِف ُقوا يِف َسب‬
Penjelasan lain tentang makna
sabilillah terdapat pada firman
‫ب‬ ِ ُ‫إِ ىَل التَّ ْهلُ َك ِة َوأَ ْح ِسنُوا إِ َّن اللهَّ َ ح‬
ُّ ‫ي‬ Allah yang tercantum pada surat al-
)195( ‫ني‬ َ ِ‫المْحُْ ِسن‬ Baqarah (2) ayat 261-262:

Dan belanjakanlah (harta ِ ِ‫ين يُنْ ِف ُقو َن أَ ْم َو هَالُ ْم يِف َسب‬


‫يل‬ َ ‫َمثَ ُل الَّ ِذ‬
bendamu) di jalan Allah, dan ‫َت َسبْ َع َسنَابِ َل يِف‬ ْ ‫اللهَِّ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَنْبَت‬
janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam ‫ف‬ُ ‫ضا ِع‬ َ ُ‫ُك ِّل ُسنْبُلَ ٍة ِمائَ ُة َحبَّ ٍة َواللهَّ ُ ي‬
kebinasaan, dan berbuat baiklah, M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,..
31

volume I, hal. 512


Qs. al-Nisa (4): 161, Qs. ar-Rum
29
32
Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf ‘an
(30): 39. Haqaiq al-Tanzil wa Uyun al-Aqawil fi Wujuh
Qs. al-Taubah (9): 34, Qs. al-Furqan
30
al-Ta’wil, juz. I ( Beirut: dar al-Fikr, t.th.),
(25): 67 343

76 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

)261( ‫اس ٌع َع ِلي ٌم‬ ِ ‫مِلَ ْن يَ َشا ُء َواللهَّ ُ َو‬ harta di jalan yang direstui Allah Swt.
dan yang diperintahkan-Nya adalah;
‫يل اللهَِّ ثُ َّم‬ َ ‫الَّ ِذ‬
ِ ِ‫ين يُنْ ِف ُقو َن أَ ْم َو هَالُ ْم يِف َسب‬ pertama nafkah tidak disertai dengan
‫لاَ يُتْبِ ُعو َن َما أَنْ َف ُقوا َمنًّا َولاَ أًَذى هَلُ ْم‬ manna. Manna adalah pemberian
ٌ ‫أَ ْج ُر ُه ْم ِعنْ َد َربِّ ِه ْم َولاَ َخ ْو‬ yang disertai dengan menyebut-
‫ف َعلَيْ ِه ْم‬
nyebut nikmat kepada yang diberi
)262( ‫َولاَ ُه ْم حَيْ َزنُو َن‬ dan membanggakannya. Kedua
nafkah tidak disertai dengan azâ.
perumpamaan (nafkah yang
Azâ adalah yang mengganggu dan
dikeluarkan oleh) orang-orang
menyakiti perasan penerima.33
yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah[166] adalah serupa Keterkaitan kata infak (derivasi)
dengan sebutir benih yang dengan kata sabililah menujukkan
menumbuhkan tujuh bulir, pada bahwa harta tersebut harus
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah dinafkahkan untuk kepentingan sosial
melipat gandakan (ganjaran) yang sangat dibutuhkan. Seperti infak
bagi siapa yang Dia kehendaki. yang diberikan untuk menuntaskan
dan Allah Maha Luas (karunia- kemiskinan dan kesenjangan sosial,
Nya) lagi Maha mengetahui. pembangunan lembaga-lembaga
Orang-orang yang menafkahkan pendidikan dan peribadatan,
hartanya di jalan Allah, kemudian rumah sakit dan lain sebagainya.
mereka tidak mengiringi apa Substansinya tumbuhnya kesadaran
yang dinafkahkannya itu dengan bahwa harta yang dimiliki dari
menyebut-nyebut pemberiannya Allah dan diberikan kepada orang
dan dengan tidak menyakiti lain sesuai dengan perintahnya.
(perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan 33
M.Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah,
vol. 1, hal. 691. Lihat juga firman Allah
mereka. tidak ada kekhawatiran
pada Qs. al-Baqarah (2) ayat 267”Hai
terhadap mereka dan tidak (pula) orang-orang yang beriman, nafkahkanlah
mereka bersedih hati. (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian
Ayat pertama menyatakan dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
keutamaan berinfak fi sabilillah, untuk kamu. dan janganlah kamu memilih
pelakunya akan diberikan reward yang yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak
belipat ganda, sedangkan pada ayat
mau mengambilnya melainkan dengan
kedua lebih tegas mencirikan infak memincingkan mata terhadapnya. dan
fi sibilillah tersebut. Menafkahkan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”.

Muhammad Sa’i 77
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

Kesadaran ini dinyatakan dengan haruslah menurut hukum-hukum


kata mustakhlafîna. Firman Allah yang telah disyariatkan Allah.
pada surat al-Hadid (57) ayat 7:
D. Penutup
‫آ ِمنُوا بِاللهَِّ َو َر ُسولِ ِه َوأَنْ ِف ُقوا مِمَّا َج َعلَ ُك ْم‬ Secara keseluruhan, al-
‫ين آ َمنُوا ِمنْ ُك ْم‬ َ ‫ني ِفي ِه فَالَّ ِذ‬ َ ‫َخلَ ِف‬ ْ ‫ُم ْست‬ Qur’an turun untuk semua umat-
)7( ٌ‫َوأَنْ َف ُقوا هَلُ ْم أَ ْج ٌر َكبِري‬ semua generasi. Segmen Arab
(Makkah-Madinah) adalah konteks
berimanlah kamu kepada Allah instrumental. Sebagai kalam
dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah pembaharu, al-Qur’an harus
sebagian dari hartamu yang dapat dilihat tidak terbatas pada
Allah telah menjadikan kamu informasi sejarah masa lampau dan
menguasainya. Maka orang-orang telah berlalu. Akan tetapi melalui
yang beriman di antara kamu dan bahasa yang singkat-padat (al-
menafkahkan (sebagian) dari ijaz wa al-bayan) dan menyentuh
hartanya memperoleh pahala perasaan harus dapat menjawab
yang besar. berbagai persoalan; kemiskinan,
Kata mustakhlafîna fîhi pada ketimpangan sosial, sistem ekonomi
ayat tersebut berasal dari akar monopolis-eksploitis, gaya politik
kata istakhlafa-yastakhlifu yang kesewenangan.
mendapatkan imbuhan fi berarti Pendekatan Fazlurrahman
Allah memberikan kekuasaan atas dengan double-movement-nya dapat
harta dan ia harus menggunakannya diterima. Bahwa untuk mendapatkan
sesuai dengan perintah pemberi inti pesan yang kohesif dari al-Qur’an
kuasa. Hal ini berbeda jika kata maka perlu mempertimbangkan
istakhlafa-yastakhlifu tersebut aspek empiris dan muatan
diberikan imbuhan ‘ala. Kata konsepnya dengan mengacu pada
tersebut berarti sesorang diberikan aspek pilihan kata (sintaksis). Dalam
kekuasaan atas harta kekayaannya, kasus infak (kedermawaran) yang
akan tetapi dia tidak ada kawajiban merupakan ajaran pilantofis Islam
untuk menuruti aturan pemberi yang mendasar, yang terpenting
kuasa. Karena itu penguasaan yang adalah memunculkan kesadaran
diberikan kepada seseorang bukan berderma. Inti pilantrofis adalah
secara mutlak, sebab hak milik kedasaran diri bukan tekanan wajib.
pada hakikatnya adalah pada Allah. Karena itulah berderma sebagai
Manusia menafkahkan hartanya itu sikap mental individu tidak mesti

78 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

terlembagakan secara rigit, tetapi sosial ekonomi yang melanda


yang terpenting justru lahirnya sikap masyarakat ketika itu. b) perlunya
mental yang berkepedulian sosial. pemahaman yang mendalam
Dalam kaitannya dengan perintah tentang makna kedermawanan
infak maka dapat disimpulkan dalam konteks kekinian, melalui
bahwa; a)infak sebagai ajaran analisis kesamaan faktor; eksternal
pilantrofis (kedermawanan) telah (simbol arbitrer-konkrit-abstrak) yang
dikumandangkan oleh Islam sejak terjadi dalam pola sosial ekonomi
kelahirannya di daratan Arabia. yang terjadi (dulu-kini) dan, internal
Perintah tersebut sebagai bentuk analisis kebahasaan (pemilihan
respon atas berbagai ketimpangan dan penempatan kosa kata dan
peristilahannya).

Muhammad Sa’i 79
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

Daftar Pustaka Daud, Ahmad Muhammad Ali,


Ulum al-Qur’an wa al-Hadits,
’Aish, Zaid Umar Abdullah al-, al- (Amman:Dar al-Basyar, 1984)
Tafsir al-Maudhu’y al-Ta’shil wa Engineer, Asghar Ali, Asal Usul
al-Tamstsil (Riyadh: Maktabah Perkembangan Islam,
al-Rusyd Nasyirun, 2005 Analisis Pertumbuhan Sosio-
Amal, Taufik Adan dan Syamsul Rizal Ekonomis, terj. Imam Baehaqy,
Pangabean, Tafsir Kontekstual, (Yogyakarta: Insist dan Pustaka
(Bandung: Mizan, 1990) Pelajar, 1999)
Arkoun, Muhammad, “Rethingking Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar
Islam” Common Question, Analisis Teks Media, Yogyakarta:
Uncommon Answers, “ LkiS, 2001)
diterjemahkan Yulian W.Asmin Farmawi, Abdul Hayyi al-, al-Bidayah
dan Lathiful Khuluk, dengan fi al-Tafsir al-Maudhu’y , Dirasah
judul Rethingking Islam Manhajiyah Maudhuiyyah, (
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Kairo : Al-Matba’ah al-Hadlarah
1996) al-Arabiyah, 1977)
Asfahani, Ar-Raghib al-, Mu’jam Faruqi, Ismail R. Al- dan Lois
Mufradat Alfadh al-Qur’an Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th) Islam Menjelajah Khazanah
Askari, Abu Hilal al-, al-Furuq al- Peradaban Gemilang, terjm.
Lughawiyah, (Libanon Bairut: Ilyas Hasan (Bandung: Mizan,
Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th) 2003)
Asqalany, Ibnu Hajar al-, Fath al- Hanafi, Hassan, Al-Turâth wa al-
Bârî bi Sharhi Shahîh al- Bukhâri, Tajdîd, Mauqifunâ min al-
jilid 1, Riyadh: Bait al-Afkar al- Turâth al-Qâdim, cet IV,(Beirut:
Dauli,tth) al-Muassasah al-Jâmi’ah li
Ayoub, Muhammad M. The Qur’an al-Dirâsât wa al-Nasyr wa al-
and its interpretery (New York Tauzi’,1992)
: al-Bay State University of New Harvey, Van A, ” Hermeneutics”
York Press, 1984) dalam Mircea Eliade (ed),
Ba’alkbaki, Munir, al-Maurid ( Dar Encylopedia of Religion,
al-Ilm li al Malayin, 1973) (London: MacMillan, 1986)

80 Filantropi dalam Al-Qur’an


Tasâmuh, Volume 12, No. 1, Desember 2014

Hitti, Philip K., History of the Arabs, Muhadjir ,Noeng, Metodologi


terj. R.Cecep Lukman Yasin, penelitian Kualitatif,
dkk. (Jakarta: Serambi, 2005) (Yogyakarta: Penerbit Rake
Ismail, Sya’aban Muhammad, al- Sarasen, 1996)
Tasyri’ al-islamy, cet. II, (Kairo: Muwawwir A.W, Kamus al-Munawwir,
Maktabah Nahdlah, 1985) (Yogyakarta: Pondok Pesantren
Jinni, Ibnu, al-Khashais, jilid 1, ( al-Munawwir Krapiah, 1984)
Bairut: Dar al- Kutub al-Ilmiyah, Poerwadarminta, W.J.S., Kamus
2001) Besar Bahas Indonesia, cet. II.
Kamal, Ahmad Adil, Ulum al-Qur’an, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989)
(Mesir: al-Mukhtar al-Islamy, Raharjo, Mudji dan Khalil R,
1918) Sosiolinguistik Qur’ani, (Malang:
Karim, Khalil Abdul, Hegemoni UIN Malang Press, 2008)
Quraisy, Agama, Budaya, Rahman, Fazlur, Islam an Modernity,
Kekuasaan terj. M.Faisol Fatawi, Transformation of an Intelectual
(Yogyakarta:Lkis, 2002) Tradition, (Chicago: University
Kuntowijoyo, Paradigma Islam of Chicago Press, 1982)
Interpretasi Untuk Aksi, cet. VIII Sa’i, Muhammad, Madkhal fi
(Bandung; Mizan, 1998) Dirasah Tarikh Adab al-Lughah
Mahsun, Genolingistik Kolaborasi al-Arabia, (Mataram: Pustaka
Linguistik dengan Genetika Lombok, 2012)
dalam Pengelompokan Bahasa Shabuni, al, Muhammad Ali al-
dan Populasi Penuturnya, Sâbûnî; Safwah al-Tafasir ,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th)
2010) Shihab, M.Quraish,Tafsir al-Misbah
Manzur, Ibnu, Lisan al-Arab, Jilid 10 Pesan, Kesan dan Keserasian
(Beirut: Dar al- Shadir, tth al-Qur’an, volume 13 ( Jakarta:
Mughani ,Syafiq A., “Masyarakt Islam Lentera Hati, 2002)
Pra Islam” dalam Ensiklopedi ___________, Wawasan al-Qur’an,
Tematis Dunia Islam Akar dan Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Awal, volume 1,ed.Taufik Persoalan Umat,cet. IX,
Abdullah, et.al, (Jakarta: PT Bandung: Mizan, 1999)
Ichtiar Baru Van Hoeve, tth

Muhammad Sa’i 81
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014

___________, Menyingkap Tabir Ilahi; Zainu, Muhammad bin Jamil,


Asma al-Husna Dalam al-Qur’an Bagaimana Memahami al-
Cet 4, (Jakarta: Penerbit Lentera Qur’an, cet.1 (Jakarta: Pustaka
Hati, 2001) al-Kautsar, 1995)
Sodiqin, Ali, Antropolgi Al-Qur’an, Zakariyah, Ibu Faris ibn, Mu’jam
Model Dialektika Wahyu dan Maqayis al-Lughah, juz. V, cet.
Budaya (Yogyakarta: Ar-Ruzz II (Mesir: Mustafa al-baby al-
Media, 2008) HalabyWa Awladuh, 1972)
Syahrur, Muhammad, al-Kitab wa Zayf, Nasr Hamid Abu, Mafhûm al-
al-Qur’an, Qirā’ah Mu’aṣirah Nash Dirâsat fi Ulûm al-Qur’an
(Damaskus: Dar al-Haly, 1990) (Kairo: al-Hai’ah al-Misriyah al-
Zahabi, al, al-Tafsir wa al-Mufassirun, ‘Ammah li al-Kitab, 1993)
(Kairo: Dar al-Hafith, 2005

82 Filantropi dalam Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai