1, Desember 2014
Muhammad Sa’i
Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram
Email: emsaimataram@gmail.com
Muhammad Sa’i 57
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
Muhammad Sa’i 59
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
8
Muhammad Alî al-Shâbûnî; Safwah al- 10
Ibid, 420, lihat juga Qs. al-Thagabun
Tafasir , (Beirut: Dâr al-Fikr), tth. 233 (64):17
Muhammad Sa’i 61
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
12
Dalam sebuah hadis yang
Ambillah zakat dari sebagian harta diriwayatkan oleh Abu Hurairah ia berkata”
mereka, dengan zakat itu kamu pada suatu ketika Rasulullah datang ke
majelis sahabat, tiba-tiba Jibril datang
membersihkan dan mensucikan
kepada beliau, seraya bertanya” apa iman
mereka dan mendoalah untuk itu ?” rasulullah menjawab, iman adalah
mereka. Sesungguhnya doa engkau percaya pada Allah, para malaikat,
kamu itu (menjadi) ketenteraman kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya,
dan kepada pera rasul dan kebangkitan,
jiwa bagi mereka. dan Allah Setelah itu Jibril bertanya “ apa Islam
Maha mendengar lagi Maha itu?” rasulullah menjawab” Islam engkau
mengetahui. menyembah Allah dan tidak berbuat syirik,
mendirikan shalat, menunaikan zakat wajib,
Dalam Tafsir al-Misbah M.Quraish puasa bulan ramadhan. Setalah itu Jibril
Shihab menjelaskan, bahwa ayat ini bertanya lagi” apa ihsan itu ?” rasulullah
terkait dengan seorang yang bernama menjawab “ engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika
Abû Lubâbah dan rekan-rekannya. kamu tidak melihat-Nya maka Ia melihat
Namun demikian redaksi ayat ini kamu”. Setelah itu Jibril bertanya kembali
bersifat umum, yakni kepada siapaun “ kapan akan terjadi kiamat?” rasulullah
menjawab” yang ditanya tidak lebih tahu
yang mejadi penguasa. Walaupun
dari yang bertanya. Jibril lalu berkata
terjadi perbedaan pendapat di “aku akan memberitahukan kepada-mu
kalang ulma tentang hukum nya. tanda-tandanya; apabila seorang budak
Sebagian mengatakan perintah wajib melahirkan tuannya, dan apabila orang
yang miskin papa yang memiliki sesuatu
dan lainya (mayoritas) menyebutkan
namun bermegah-megahan dalam
perintah sunnah. Lebih lanjut bangunannya. Masalah kiamat adalah
menurutnya, ayat ini menjadi alasan di antara lima perkara yang hanya Allah
para ulama untuk menganjurkan para yang tahu. Lalu rasulullah membaca ayat
pada surat Lukman ayat 34: “sesungguhnya
penerima zakat untuk mendoakan
disisi Allahlah pengetahuan tentang kiamat
setiap yang memberinya zakat dan itu” (Ibnu Hajat al-Asqalany, Fath al-Bârî bi
Muhammad Sa’i 63
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
Muhammad Sa’i 65
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
15
Ibid, 32 16
Lihat Qs. al-Taubah (9) ayat 97-98
Muhammad Sa’i 67
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
ُ الر ُس
ول فَ ُخ ُذوهُ َو َمانَ َها ُك ْم َعنْ ُه فَانتَ ُهوا َّ
istilah-istilah kehancuran dengan
khawiyah (kehancuran), al-halak
َ َ
ِ َواتَّ ُقوا اهلل إِ َّن اهلل َش ِدي ُد الْ ِع َق
اب (kehancuran) hasrah (penyesalan),
apa saja harta rampasan (fai-i) al-wail (kecelakaan yang sangat
yang diberikan Allah kepada besar), al-hutamah (kehancuran),
RasulNya (dari harta benda) jahannam (neraka jahannam). Istilah-
yang berasal dari penduduk istilah tersebut membawa dampak
kota-kota Maka adalah untuk psikologis bagi pelakunya. Maka
Allah, untuk rasul, kaum kerabat, Allah memerintahkan mereka untuk
anak-anak yatim, orang-orang berinfak (infiqu, anfiqu, nafaqah).
miskin dan orang-orang yang Jika ayat-ayat yang menyebutkan
dalam perjalanan, supaya harta infak (dengan berbagai derivasinya)
itu jangan beredar di antara yang diturunkan di Makkah lebih
orang-orang kaya saja di antara menggunakan metaforis yang
kamu. apa yang diberikan Rasul disertai ancaman-ancaman psikis,
kepadamu, Maka terimalah. maka ayat-ayat yang diturunkan
dan apa yang dilarangnya di Madinah lebih mengarah pada
bagimu, Maka tinggalkanlah. pesan moral sosial yang lebih luas.
dan bertakwalah kepada Allah. Di dalam disebutkan aspek hukum
Sesungguhnya Allah Amat keras yang lebih tegas seperti firman Allah
hukumannya. pada surat al-Hadid (57) ayat 10:
َّ
ِ َِو َمالَ ُك ْم أَالتُن ِف ُقوا يِف َسب
Simpul-simpul kebahasaan
ِيل اهللِ َوهلل
tentang perintah infak dalam
ض الَيَ ْستَ ِوى َ
menyampaikan pesan moral ِ ات َواْأل ْر ِ الس َما َوَّ رياث ُ ِم
sosial merupakan salah satu نكم َّم ْن أَن َف َق ِمن قَبْ ِل الْ َفتْ ِح َوقَاتَ َل ُ ِم
ين أَن َف ُقواَ ك أَ ْع َظ ُم َد َر َج ًة ِم َن الَّ ِذ
cara pembelaan terhadap kaum َ ِأُوالَئ
tertindas. Para penindas baik
secara ekonomi (al-mutraf) maupun ال ْسنَى ُْال َو َع َد اهللُ حًّ ِمن بَ ْع ُد َوقَاتَلُوا َو ُك
nominasi kekuasan politik (al-malik ) َّمن َذا10( ٌَواهللُ مِبَا تَ ْع َملُو َن َخبِري
al-zhalim). Dalam hal pemerataan
ضا ِع َف ُهَ ُض اهللَ قَ ْر ًضا َح َسنًا فَي ُ الَّ ِذي يُ ْق ِر
dan kedermawan, Allah yang
secara tegas menyebut akibat yang )11( لَ ُه َولَ ُه أَ ْج ٌر َك ِري ٌم
ditimbulkan jika sesorang tidak
dan mengapa kamu tidak
memiliki tenggang rasa dan atau
menafkahkan (sebagian hartamu)
tidak berderma, Allah menggunakan
pada jalan Allah, Padahal
Muhammad Sa’i 69
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
َ
ْسبُ ُه ُم جْالَا ِه ُل أَ ْغنِيَا َء ِم َن ِ الأْ ْر
Allah), Maka Sesungguhnya Allah
َ ض حَي
Maha Mengatahui.
ف تَ ْع ِرفُ ُه ْم بِ ِسي َما ُه ْم لاَ يَ ْسأَلُو َن ِ التَّ َع ُّف
Pada dua ayat di atas, Allah secara
َّاس إِ حْلَا ًفا َو َما تُنْ ِف ُقوا ِم ْن َخيرْ ٍ فَإِ َّن
َ الن lebih jelas menyebutkan bahwa
)273( اللهَّ َ بِ ِه َع ِلي ٌم menafkahkan harta yang dimiliki
akan bernilai kebaikan jika diberikan
bukanlah kewajibanmu menjadi sesuai dengan ketentuan yang
kan mereka mendapat petunjuk, ditetapkan oleh-Nya. Karena itulah,
akan tetapi Allah-lah yang maka ayat-ayat yang diturunkan di
memberi petunjuk (memberi Madinah ini tidak saja menyatakan
taufiq) siapa yang dikehendaki- bahwa menafkahkan harta itu
Nya. dan apa saja harta yang mengandung kebaikan (al-khaer)
baik yang kamu nafkahkan (di akan tetapi harta itu juga sebagai
jalan Allah), Maka pahalanya substansi kebaikan (khaer) itu sendiri.
itu untuk kamu sendiri. dan Di antara ketentuan Allah dalam
janganlah kamu membelanjakan berinfak ada yang berkaitan dengan
sesuatu melainkan karena kelompok penerima (infak-kebaikan)
mencari keridhaan Allah. dan seperti orang tua, keluarga (istri
apa saja harta yang baik yang anak), kaum fakir miskin, tetangga
kamu nafkahkan, niscaya kamu yang membutuhkan, sarana-sarana
akan diberi pahalanya dengan ibadah dan pendidikan (sabilillah)
cukup sedang kamu sedikitpun dan juga yang berkaitan dengan
tidak akan dianiaya (dirugikan). pola pemberiannya seperti tidak
(Berinfaqlah) kepada orang-orang boleh ada unsur pamer (riya),
fakir yang terikat (oleh jihad) di menyakiti perasaan, manifulasi dan
jalan Allah; mereka tidak dapat penindasan (thughyân).
(berusaha) di bumi; orang yang
tidak tahu menyangka mereka C. Kontekstualisasi Makna
orang Kaya karena memelihara Infaq dalam Menumbuhkan
diri dari minta-minta. kamu kenal Etos Sosial
mereka dengan melihat sifat- Allah menurunkan kalam-
sifatnya, mereka tidak meminta Nya berfungsi agar terintegrasinya
kepada orang secara mendesak. kesalihan individu dan kesalehan
dan apa saja harta yang baik sosial secara terpadu dan simponi
yang kamu nafkahkan (di jalan pada di sisi seorang muslim. Untuk
mewujudkan fungsinya tersebut al-
من احتكر حكرة يزيد ان يغـاىل بها على املســـلمني فهو Ibu Faris ibn Zakariyah, Mu’jam
22
Muhammad Sa’i 71
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
lampau (fi’il madi), bentuk sekarang Makkah sebelum nabi hijrah. Tempat
(fi’il mudhâr’i) dan juga bentuk kata di mana telah terjadi kesenjangan
perintah (fi’il amr), serta kata benda yang sangat besar antara para
(masdar). Allah memerintahkan pemilik modal dengan mereka yang
manusia untuk berinfak secara baik tidak mempunyai sesuatu apapun.
dan benar sebagai salah saatu Bahkan para pemilik modal tersebut
ukuran dan indikasi sifat ketakwaan menyamakan Tuhan yang memberi
manusia kepada Allah23 juga sebagai rezki dengan berhala-berhala
bentuk investasi sosial seseorang. yang tidak berdaya. Di sini Allah
Perhatian Islam tentang fungsi menggunakan kata matsal atau
dan manfaat harta sebagai sumber perumpamaan untuk menyebutkan
kehidupan dan mobilitas sosial maka sikap orang yang tidak mampu
sejak periode awal kelahirannya telah (hamba sahaya) tetapi mempunyai
memerintah mereka yang memiliki motivasi sosial yang tinggi. Kata ini
harta untuk diberikan kepada menjadi kianyah (sindiran) secara
mereka yang membutuhkan. Hal ini keras terhadap prilaku para pemilik
disebutkan pada firman Allah yang harta benda yang berlimpah namun
terdapat pada surat al-Nahl (16) tidak memiliki kepedulian sosial.
ayat 75: Maka Allah tegaskan tidak sama
orang yang mau memberikan dan
Allah membuat perumpamaan
tidak.24
dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tidak dapat bertindak
24
Lihat juga firman Allah pada surat al-
terhadap sesuatupun dan seorang
Anfal (8) ayat 36. Ayat ini juga tergolong
yang Kami beri rezki yang baik dari ayat Makiyah. “Sesungguhnya orang-
Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian orang yang kafir menafkahkan harta
dari rezki itu secara sembunyi dan mereka untuk menghalangi (orang) dari
jalan Allah. mereka akan menafkahkan
secara terang-terangan, Adakah harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi
mereka itu sama? segala puji hanya mereka, dan mereka akan dikalahkan.
bagi Allah, tetapi kebanyakan dan ke dalam Jahannamlah orang-orang
yang kafir itu dikumpulkan” Di sini Allah
mereka tiada mengetahui
menyebutkan bahwa orang kafir lebih suka
Ayat yang tersebut pada surat al- membelanjakan harta bukan di jalan Allah
Nahl ini dikelompokkan sebagai ayat (bukan untuk tujuan kemaslahatan sosial),
akan tetapi untuk tindakan manifulatif dan
Makiyah yaitu ayat yang diturunkan di diskriminasi yang itu terjadi pada kelompok
pemodal besar. Mereka membeli budak
Qs. al-Baqarah (2) ayat 2-3 dan Qs.
23
untuk dipekerjakan secara tidak manusiawi.
Al-Imran (3) ayat 133-134. Maka yang didapatkan adalah “hasratan”
Muhammad Sa’i 73
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
Muhammad Sa’i 75
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
)261( اس ٌع َع ِلي ٌم ِ مِلَ ْن يَ َشا ُء َواللهَّ ُ َو harta di jalan yang direstui Allah Swt.
dan yang diperintahkan-Nya adalah;
يل اللهَِّ ثُ َّم َ الَّ ِذ
ِ ِين يُنْ ِف ُقو َن أَ ْم َو هَالُ ْم يِف َسب pertama nafkah tidak disertai dengan
لاَ يُتْبِ ُعو َن َما أَنْ َف ُقوا َمنًّا َولاَ أًَذى هَلُ ْم manna. Manna adalah pemberian
ٌ أَ ْج ُر ُه ْم ِعنْ َد َربِّ ِه ْم َولاَ َخ ْو yang disertai dengan menyebut-
ف َعلَيْ ِه ْم
nyebut nikmat kepada yang diberi
)262( َولاَ ُه ْم حَيْ َزنُو َن dan membanggakannya. Kedua
nafkah tidak disertai dengan azâ.
perumpamaan (nafkah yang
Azâ adalah yang mengganggu dan
dikeluarkan oleh) orang-orang
menyakiti perasan penerima.33
yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah[166] adalah serupa Keterkaitan kata infak (derivasi)
dengan sebutir benih yang dengan kata sabililah menujukkan
menumbuhkan tujuh bulir, pada bahwa harta tersebut harus
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah dinafkahkan untuk kepentingan sosial
melipat gandakan (ganjaran) yang sangat dibutuhkan. Seperti infak
bagi siapa yang Dia kehendaki. yang diberikan untuk menuntaskan
dan Allah Maha Luas (karunia- kemiskinan dan kesenjangan sosial,
Nya) lagi Maha mengetahui. pembangunan lembaga-lembaga
Orang-orang yang menafkahkan pendidikan dan peribadatan,
hartanya di jalan Allah, kemudian rumah sakit dan lain sebagainya.
mereka tidak mengiringi apa Substansinya tumbuhnya kesadaran
yang dinafkahkannya itu dengan bahwa harta yang dimiliki dari
menyebut-nyebut pemberiannya Allah dan diberikan kepada orang
dan dengan tidak menyakiti lain sesuai dengan perintahnya.
(perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan 33
M.Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah,
vol. 1, hal. 691. Lihat juga firman Allah
mereka. tidak ada kekhawatiran
pada Qs. al-Baqarah (2) ayat 267”Hai
terhadap mereka dan tidak (pula) orang-orang yang beriman, nafkahkanlah
mereka bersedih hati. (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian
Ayat pertama menyatakan dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
keutamaan berinfak fi sabilillah, untuk kamu. dan janganlah kamu memilih
pelakunya akan diberikan reward yang yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak
belipat ganda, sedangkan pada ayat
mau mengambilnya melainkan dengan
kedua lebih tegas mencirikan infak memincingkan mata terhadapnya. dan
fi sibilillah tersebut. Menafkahkan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”.
Muhammad Sa’i 77
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
Muhammad Sa’i 79
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014
Muhammad Sa’i 81
Tasâmuh Volume 12, No. 1, Desember 2014