Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU TAFSIR Q.S.

AL-INSAN (76) : 2
Tugas ini Ditujukan Untuk Memenuhi Nilai UAS Mata Kuliah Tafsir

Dosen Pembimbing : Dr. H. Abd. Rozak A. Sastra, MA

Disusun Oleh :

Muhammad Wibisono (11180510000281) KPI 4 F

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
TAFSIR Q.S. AL-INSAN (76) : 2

Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan
puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun
iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril.

Adapun yang menjadi perumusan masalah serta tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kosa kata dan terjamahan Q.S. Al-Insan (76) : 2 dan untuk mengetahui
bagaimana penafsiran Q.S. Al-Insan (76) : 2.

Penelitian ini menggunakan sumber dari Al-Quran dan kitab tafsir yang ditemukan. Sumber
penafsirannya tafsir ini menggunakan tafsir Ibnu Katsir karena Quraish Shihab merupakan
ahli tafsir dan cendekiawan muslim ternama.

Penafsiran Q.S. Al-Insan (76) : 2 menurut tafsir Ibnu Katsir Yakni yang bercampur baur. Al-
masyju dan al-masyij artinya sesuatu yang sebagian darinya bercampur baur dengan sebagian
yang lain. Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dari
setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu air mani laki-laki dan air mani perempuan
apabila bertemu dan bercampur, kemudian tahap demi tahap berubah dari suatu keadaan
kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Hal yang sama telah
dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa al-amsyaj
artinya bercampurnya air mani laki-laki dan air mani perempuan.

PENDAHULUAN

Al-Insan dilihat dari aspek bahasa, kata ‫( إنسان‬Insân) menurut Ibn Mandzhur diambil dari tiga
akar kata, yaitu; ‫َس‬ َ ‫( أَن‬anasa), ‫س‬
َ َّ‫( أَن‬annasa) serta ‫( ن َِس َي‬nasiya). Kata ‫َس‬َ ‫( أَن‬anasa) memiliki arti
َ ‫( أَب‬abshara), ‫‘( َعلِ َم‬alima), َ‫( إِ ْستَا َذن‬istȃdzana). Kata ‫ْص َر‬
‫ْص َر‬ َ ‫( أَب‬abshara) berarti melihat, bernalar,
berpikir. Dengannya manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat. Kata
‫‘( َعلِ َم‬alima) berarti mengetahui atau berilmu. Dengan ilmunya manusia dapat membedakan
suatu perkara apakah itu benar atau salah. Sedangkan kata َ‫( إِ ْستَا َذن‬istȃdzana) memiliki arti
meminta izin. Manusia merupakan makhluk yang beradab yang kadang meminta izin ketika
akan melakukan sesuatu atau menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan
pembedahan kata ini, al-Insân dapat diartikan sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan
untuk menalar, makhluk yang berilmu serta makhluk yang beradab.

Kata insan ( )‫ ﺍﻨﺴﺎﻦ‬tentang 70 kali,23 kata: al-nas ( )‫ ﺍﻨﺎﺲ‬terulang 240 kali24. Term “al-nas”
secara umum menggambarkan manusia universal netral tanpa sifat. Sifat tertentu yang
membatasi atau mewarnai keberadaannya, sedangkan kata “insan” pada umumnya
menggambarkan makhluk manusia dengan berbagai potensi dan sifat25, makna-makna dari
akar kata di atas paling tidak memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat
makhluk tersebut, yakni ia memiliki sifat lupa, kemampuan bergerak yang melahirkan
dinamika. Ia juga adalah makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang,
harmonis dan kebahagiaan kepada pihak-pihak lain.

PEMBAHASAN

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.

TAFSIR SURAT AL-INSAN AYAT 2

Setelah mengisyaratkan tentang penciptaan manusia yang sebelumnya pernah mengalami


ketiadaan pada Ayat 1 Surat al-insan yaitu “Bukankah telah datang atas manusia waktu dari
masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”

Pada ayat kedua Al-insan Sesungguhnya kami telah menciptakan semua manusia anak cucu
Adam dan Hawa, Kecuali Isa.as.,dari setetes air mani yang bercampur, yakni dari sperma
laki-laki dan indung telur wanita, yang tujuan kami menciptakan adalah hendak mengujinya
dengan berbagai perintah dan larangan, maka karena itu kami menjadikannya mampu amat
mendengar dengan telinganya dan amat melihat dengan mata kepala dan hatinya agar ia
mendengar tuntunan kami serta melihat dan memikirkan ayat-ayat kami.

Sepintas ayat diatas terlihat tidak sejalan dengan kaidah kebahasaan. Karena, nuthfah
berbentuk tunggal sedang amsyaj, menurut banyak ulama, berbentuk jamak, sedang dalam kaidah
bahasa, adjektif (sifat) harus disesuaikan dengan objek yang disifatinya, jadi mestinya bukan amsyaj
tetapi masyaj. Dalam buku Mukjizat al-Quran, persoalan ini penulis uraikan sebagai berikut: “Pakar-
pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal mengambil bentuk
jamak (seperti pada kasus ayat ini), itu mengisyaratkan bahwa sifat tersebut mencakup seluruh
bagian-bagian kecil dari yang disifatinya. Dalam hal nuthfah, sifat amsyaj (bercampur) bukan sekedar
bercampurnya dual hal sehingga menyatu atau terlihat menyatu, tetapi percampuran demikian
mantap sehingga mencakup seluruh bagian-bagian dari nuthfah. Nuthfah amsyaj itu sendiri adalah
hasil pecampuran sperma dan ovum yang masing-masing memiliki empat puluh enam kromosom.
Jika demikian, wajar jika ayat menyifati nuthfah dengan amsyaj yang berbentuk jamak karena
memang jumlah kromosom yang dikandungnya banyak.”

Kata Samian/amat mendengar dan bashiran/amat melihat adalah bentuk hiperbola. Ini, disamping
mengisyaratkan bahwa manusia memiliki keistimewaaan menyangkut kedua potensi tersebut
melebihi makhluk-makhluk lain serta lebih banyak yang dapat ia peroleh atas penggunaannya
dibanding dengan binatang—disamping kedua hal itu – juga untuk menyatakan bahwa manusia tidak
menggunakan seluruh potensi pendengaran dan penglihatan mata yang dianugerahkan Allah
kepadanya maka itu sudah cukup untuk menyadarkannya dan menerima dan melaksanakan
tuntunan Allah Swt.

Kemudian Dia menjelaskannya dengan firman-Nya,

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur,”yakni
yang teraduk satu sama lainnya, Al-masyaj dan al-masyii adalah sesuatu yang sebagian
darinya bercampur dengan sebagian yang lain.

Ibnu Abbas berkata tentang firman-Nya, “Dari setetes mani


yang bercampur,” yakni ketika air mani laki-laki dan
1
perempuan bercampur jadi satu. Kemudian campuran itu berubah dari fase satu ke fase yang
lain, dari satu keadaan ke keadaan yang lain dan dari satu warna ke warna yang lain.
Demikian pulalah pendapat ‘Ikrimah,Mujahid,Al-Hasan dan ar-Rabi’bin Anas, bahwa yang
bercampur adalah air mani laki-laki dan perempuan.2

Firmannya ‫نَّ ْبتَلِي ِه‬


(yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)) Yakni
Kami menciptakannya karena Kami ingin mengujinya dengan kebaikan dan keburukan serta
dengan beban syariat.

KESIMPULAN
1
Ath-Thabari (XXIV/89).
2
Ath-Thabari (XXIV/89,90)
Al-Insan lebih menggambarkan manusia sebagai makhluq yang memiliki kemampuan
menalar dan berpikir dan menggambarkan manusia secara umum yang memiliki
kelebihan dan kekurangan, atau penggambaran manusia secara psikisnya.

Kata Al-Basyar menggambarkan manusia lebih kepada sisi biologisnya, dimana dia
membutuhkan makan, minum, juga nafsu seksual dsb. Sedang dalam kata Al-Nassendiri
masih semakna dengan Al-Insan, karena dia adalah jama’ dari kata Insan itu, namun lebih
menekankan pada kenyataan bahwa manusia adalah makhluq social yang saling
membutuhkan satu sama lainnya. Dan kata Bani Adamyg jelas bermakna anak
keturunan Nabi Adam, yang berimplikasi pada kenyataan bahwa manusia memiliki
saudara dan tidak bisa hidup sendiri, manusia memili keluarga, seorang Ayah dan Ibu,
serta sanak saudara lainnya. Sedang ada kata yang terakhir yaitu Al-Insyang
berimplikasi bahwa manusia adalah makhluq yang jinak, yang patuh pada perintah dan
patuh untuk meninggalkan segala larangan.

DAFTAR PUSTAKA
Shihab, Quraish. (2002). Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran. Jakarta:
Lentera Hati .

Ath-Thabari (XXIV/89).

Shahih,JILID 9.(2017). Tafsir Ibnu Katsir : Al Mishbaahul Muniir Fii Tahdziibi Tafsiiri Ibni
Katsiir. Jakarat: Pustaka Ibnu Katsir

Anda mungkin juga menyukai