Aminullah Elhady 1
A. Pendahuluan
Ada dua kata dalam judul makalah ini yang sering dicitrakan bertentangan,
yaitu kata “Islam” dan “Amerika”, meskipun keduanya berada dalam ranah yang
berbeda. Islam menunjuk kepada agama atau keyakinan dan paling jauh adalah
ideologi, sementara Amerika menunjuk kepada Negara, politik, dan paling jauh
tertentu, yang kemudian dicitrakan bahwa semua yang bercorak Islam seakan tidak
bisa bertemu dengan segala yang bernuansa Amerika, sebagaimana segala yang
Apa yang disebut sebagai Amerika pada saat ini seringkali berada dalam
konotasi politik dan budaya. Secara ginekologis Amerika adalah Eropa, dalam arti
bahwa peradaban yang berkembang dan dominan adalah yang bersumber dari bangsa
Eropa bukan yang berasal dari orang-orang Indian yang merupakan suku asli bumi
Amerika.
Keberadaan Muslim di Amerika mempunyai sejarah yang panjang, baik
ditinjau dari sejak kapan ada orang Muslim pertama kali memasuki tanah Amerika,
Amerika dan Amerika Utara. Memang tidak mudah menelusuri asal-usul keberadaan
menyebutkan hal tersebut, kecuali dari sumber-sumber sejarah yang ditulis oleh
sejumlah orang Muslim telah mendatangi tanah yang belum dikenal (unknown
territory) itu sekitar abad ke-10 atau 5 abad sebelum Columbus mendarat di benua
tersebut.
Sebagai salah satu agama besar dunia zaman ini, Islam sebagaimana agama-
agama lain yang tersebar hingga negeri Amerika pun mengalami dinamika dan
dan pusat-pusat Islam pun mengalami perkembangan. Ada sejumlah institusi Islam
hampir semua Negara bagian Amerika Serikat. Demikian juga di Amerika Utara atau
Kanada.
telah menjadi Muslim sebelum masuk Amerika, ada yang berkonversi menjadi
Amerika merupakan salah satu Negara yang menjanjikan, sekaligus sebagai perluasan
wilayah dakwah yang juga untuk lebih berkembangnya Islam ke belahan dunia lain.
Tidak sedikit dari mereka ini berasal dari Timur Tengah termasuk juga dari Afrika,
selain mereka yang datang dari beberapa kawasan lain dunia. Sehingga Islam di
Amerika memiliki pluralitas etik maupun budaya. Sedangkan untuk kategori kedua,
kualitatif menjadi perhatian Amerika, apalagi banyak Negara Islam yang secara
tambang, yang sangat dibutuhkan oleh Amerika. Karenanya pada saat Dunia
3
didominasi oleh dua Super Power (Amerika Serikat dan Uni Soviet) di masa lalu
Islam dapat menjadi kekuatan ketiga yang diperebutkan. Dalam konstelasi politik
banyak skenario untuk memperebutkan Dunia Islam, bisa juga dengan cara
menciptakan konflik antar Negara Islam. Fenomena ini sudah lama terjadi, setidaknya
sejak pasca Revolusi Islam di Iran 1979 hingga waktu mutakhir ini, tidak jarang
terjadi ketegangan antar Negara Islam atau konflik internal Negara Islam sendiri.
kawasan Timur Tengah, misalnya Libya, Mesir, Yaman, Syria, yang hingga saat ini
2001, yaitu serangan terhadap menara kembar World Trade Center di New York dan
terhadap pusat militer Amerika, Pentagon. Tragedi tersebut tidak hanya berdimensi
Sesungguhnya Islam sudah sejak lama telah singgah di tanah Amerika, bahkan
beberapa tulisan yang pada umumnya bersumber dari para sejarawan Islam
ma‘âdin al-jawhar yang menyebutkan bahwa pada masa kekhalifahan Abdullah bin
4
Khasykhasy bin Said bin Aswad asal Cordova, memimpin pelayaran dari pantai
Delba (Palos) pada tahun 889 menyeberangi samudera Atlantik hingga mencapai
daratan yang belum dikenal (ardh majhulah) dan kemudian pulang kembali dengan
membawa harta benda yang menakjubkan. Dalam pendaratannya itu ia sempat kontak
dengan penduduk setempat. (Abdullah dan Hathout, 2003: 19). Dalam peta yang
dibuat oleh Al-Mas’udi daratan Ardh Majhulah itu adalah Amerika. (Mroueh, E-
book).
Selain itu ada juga pelayaran lain yang dilakukan oleh Ibn Farrukh dari
Granada pada bulan Februari 999 di masa pemerintahan Hisyam III (976-1009). Ibn
perlayaran dari Delba (Palos) dan mendarat di kepulauan Bahama pada 12 Oktober
1492 di sebuah kampung yang oleh masyarakat setempat disebut Guanahani. Nama
Guanahani itu berasal dari suku Mandinka Muslim dari kata “ikhwana” dan “Hani”.
Ada dugaan kuat sebagaimana disebut Mukti Ali (1990: 2) bahwa ketika
berlayar yang akhirnya berhasil mendarat di tanah Amerika itu Columbus dipandu
Maroko, yang pada masa sebelum itu Andalusia dan Maroko adalah dua wilayah
Ada beberapa dokumen yang ditemukan di Brazil dan Amerika Serikat yang
menunjukkan bahwa sejumlah suku Mandika Muslim adalah orang-orang yang mula-
mula datang di Amerika. (Abdullah dan Hathout, 2003: 21). Namun terlepas dari
5
fakta sejarah keberadaan orang Muslim di Amerika sebelum negeri itu sendiri lahir,
yang perlu diketahui adalah bagaimana Islam datang dan berkembang di Amerika.
abad ke-16 hingga abad ke-18 adalah sesuatu yang sudah pasti. Keberadaan orang-
orang Muslim keturunan Afrika di Amerika itu menyusul jatuhnya negeri Andalusia
Spanyol yang kemudian dikapalkan ke Amerika untuk dipasok sebagai tenaga kerja
atau dijual sebagai budak. Sebagai budak mereka tidak dapat mempertahankan agama
dan kebudayaan mereka apalagi mengembangkannya. (Ali, 1990: 2-3; Abdullah dan
terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Pada abad ke-19 muncul gerakan
membebaskan diri dari perbudakan, misalnya gerakan yang dipelopori oleh seorang
wanita terkenal bernama Harriet Tubman (1821-1921). Pada tahun 1849 ia melarikan
perjalanan ke beberapa negara bagian yang terdapat banyak budak, membawa lari
lebih dari 300 orang budak laki-laki dan perempuan.
Pada bulan April 1861 terjadi perang saudara antara Negara-negara bagian
utara yang bebas budak dengan Negara-negara bagian selatan yang terdapat banyak
bagian, dan apabila upaya itu mencapai kemenangan maka perbudakan akan
dihapuskan. Dalam situasi seperti itu banyak budak melarikan diri ke daerah-daerah
budak di Negara-negara bagian Amerika Serikat adalah merdeka. (Ali, 1990: 16-17)
Pada abad XX organisasi umat Islam Amerika yang disebut The Nation of
Islam muncul di Paradise Valley perkampungan orang kulit hitam di Detroit pada
tahun 1930. Pemimpin mereka adalah seorang keturunan Timur Tengah bernama
Wallace Fard (dari bahasa Arab Wali Farrad) yang mengaku datang dari Tanah Suci
diutus Tuhan untuk menyelamatkan dan mengangkat derajat orang-orang kulit hitam
yang berkasta rendah di Amerika. Fard dibantu oleh Elijah Poole yang kemudian
dikenal dengan nama Elijah Muhammad sebagai tangan kanannya. Sejak kepergian
Fard kembali ke Timur Tengah pada bulan Juni 1934, Elijah Muhammad memimpin
Amerika hingga tahun 1952. (Abdullah dan Hathout, 2003: 29; Kepel, 1997: 15-23)
Elijah Poole, yang lahir Sandersville Georgia, 7 Oktober 1897, yang oleh Fard
ditunjuk sebagai “utusan Allah” itu mewarisi tugas-tugas besar Fard. Sebagaimana
Fard, Elijah juga mengajarkan bahwa kehinaan yang menimpa orang-orang kulit
mengangkat kembali orang-orang kulit hitam yang telah menjadi Kristen itu kembali
ke akar budaya leluhurnya yang Muslim. Dengan pengetahuannya sendiri itu Elijah
Warith Deen mempunyai pandangan berbeda dari ayahnya dan The Nation of
Islam, karena itu pada masa-masa awal pembentukan The Nation of Islam Warith
Deen tidak mendapat posisi dalam organisasi itu. Meskipun berbeda pandangan
dengan ayahnya, namun ia adalah anak yang paling disayangi oleh Elijah. Menjelang
pengganti di organisasi.
caranya sendiri. Ia tidak mau mewarisi kultus yang terbangun pada masa ayahnya, ia
lakukan dekultufikasi. Pada tahun 1976, atau setahun setelah kematian ayahnya,
Warith Deen mendeklarasikan bahwa Elijah Muhammad mukanlah “nabi atau utusan
Warith Deen ingin membawa The Nation of Islam kepada mainstream Islam
dan berusaha menutup celah perbedaan antara The Nation of Islam dengan Islam
sebagai agama. Wajar saja kalau usaha yang ditempuh Warith Deen ini tidak disetujui
oleh semua, sebab ada yang masih tetap mempertahankan ajaran Elijah Muhammad,
sehingga terdapat dua kubu dalam tubuh The Nation of Islam, yaitu kubu yang
bertahan yang dipimpin oleh Louis Farrakhan dan kubu Warith Deen. Perbedaan itu
Dalam masa yang panjang itu di Amerika Serikat telah tumbuh dan
American-Islamic Relation dalam sebuah survainya di tahun 2000 bahwa hanya 20%
8
Muslim Amerika yang bergabung dengan Islamic Center dan hanya 2% saja jamaah
Membahas tragedi 11 September 2001 atau yang lebih dikenal dengan sebutan
tragedi 9/11, selalu berarti membahas hal-hal tentang terorisme dan kemudian
dihubungkan dengan agama. Kalau tragedi 9/11 sering diasosiasikan kepada Islam,
atau dituduhkan dilakukan orang dengan atas nama ajaran suatu agama. Seorang guru
Juergensmeyer (2003) dalam bukunya Terror in the Mind of God: the Global Rise of
mengatasnamakan agama atau keyakinan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Dia
Tragedi 9/11 itu hingga sekarang masih diliputi kontroversi mengenai misteri
strategis secara bersamaan, yaitu pusat perdagangan termegah di dunia WTC di New
York dan markas besar militer AS di Pentagon. Gedung WTC adalah gedung yang
sangat kokoh dengan kekuatan baja seberat 200.000 ton. Sementara Pentagon adalah
kawasan yang tidak mungkin sembarang orang dapat menembusnya. Akan tetapi
makalah ini tidak ingin membahas masalah tersebut, melainkan melihat kejadian itu
sebagai sebuah tragedi yang telah terjadi dan berdampak luas, khususnya bagi umat
Peristiwa runtuhnya menara kembar WTC (World Trade Center) di New York
adalah sebuah tragedi yang memilukan bukan hanya bagi keluarga korban dan
masyarakat Amerika melainkan juga masyarakat dunia. Karena itu wajar apabila
karena tragedi itu terlontar kata-kata kemarahan dan kutukan terhadap pelakunya.
Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama imigran asal Timur
berat: dicurigai, diteror, diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal
yang sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara
Eropa lainnya. Pemerintah George Walker Bush segera mengetatkan aturan imigrasi
Setelah terjadinya tragedi 9/11 itu sebuah lembaga resmi di Amerika bernama
Terorisme, melalui dokumen setebal 68 halaman antara lain berisi kecaman terhadap
tindakan terorisme tersebut. Tidak hanya itu, CAIR juga menerbitkan fatwa-fatwa
(http://www.cair.com/AmericanMuslims/antiterrorism.aspx)
CAIR juga merilis sebuah petisi berjudul “Not in the Name of Islam”, yang
berisi antara lain:
“We, the undersigned Muslims, wish to state clearly that those who commit
acts of terror, murder and cruelty in the name of Islam are not only destroying
innocent lives, but are also betraying the values of the faith they claim to represent.
No injustice done to Muslims can ever justify the massacre of innocent people, and
no act of terror will ever serve the cause of Islam. We repudiate and dissociate
ourselves from any Muslim group or individual who commits such brutal and un-
Islamic acts. We refuse to allow our faith to be held hostage by the criminal actions
of a tiny minority acting outside the teachings of both the Quran and the Prophet
Muhammad, peace be upon him.” (http://www.cair.com/ArticleDetails.aspx?)
Di antara isi pokok petisi tersebut adalah pernyataan bahwa bahwa pelaku
teror tidak hanya melanggar nilai-nilai kemanusiaan melainkan juga melanggar nilai-
10
nilai keimanan. Terorisme adalah tindakan brutal dan tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Karena itu tindakan keji tersebut tidak mungkin mengatasnamakan Islam,
Setelah tragedi 9/11 terjadi Islam dan umat Islam di Amerika khususnya dan
kebencian, bahkan permusuhan. Keadaan tersebut tidak dapat dihindari karena citra
yang timbul adalah bahwa Islam diidentikkan dengan kekerasan dan Muslim adalah
orang yang berkomitmen pada terorisme. Tidak sedikit Muslim di Amerika dan di
Setelah kejadian tersebut seorang akademisi, Dr. Walid A. Fatihi dari The
Harvard Medical Faculty membuat sebuah tulisan yang dimuat di Al-Ahram al-Arabi
sebuah media mingguan di Mesir. Bahwa dia tersentak dengan kejadian itu, dan
terbayang olehnya bahwa apa yang selama ini ia kerjakan untuk mendakwahkan
Islam di Amerika akan mengalami set back 50 tahun. Meskipun dia menyadari bahwa
ungkapan itu tidak tepat. Kemudian dia lakukan kunjungan ke beberapa gereja dan
juga ke forum-forum dilakukannya dialog-dialog agama dan antar-keyakinan. Dia
mematahkan logika akal sehat awam, di mana banyak orang mengecam Islam dan
orang Muslim karena peristiwa itu, tetapi pada saat bersamaan orang juga
mempertanyakan kebenaran kejadian itu. Logika seperti terbalik-balik, dari satu sisi
11
orang bisa percaya Islam mengajarkan “jihad” yang mungkin saja dapat ditampilkan
dalam tindak kekerasan, tetapi dari sisi yang lain orang menjadi ragu tentang
Dengan demikikan tragedi 9/11 telah berfungsi menjadi ikon yang memproduksi arus
sejarah yang tidak logis dan mengherankan. Selain 20.000 orang Amerika masuk
Islam setiap tahun setelah peristiwa itu, di negara-negara non Amerika (Eropa, Cina,
Korea, Jepang dst) ribuan orang juga mengambil keputusan yang sama masuk Islam.
Ternyata ada “tangan Tuhan” dalam bentuk blessing in disguise atau “ada
hikmah di balik peristiwa” betul-betul nyata dibalik tragedi 9/11 dan ini diakui oleh
masyarakat Islam Amerika. Karena peristiwa 9/11 yang sangat mengerikan itu
Tentu saja semakin dekat dan semakin tahu maka semakin ini masuk ke dalam agama
itu, dan itulah yang terjadi.
orang untuk mengenal Islam lebih dekat. Banyak forum menyelenggarakan seminar
atau konferensi mengenai agama dan kekerasan, dan yang terlibat pun beragam mulai
dari para akademisi hingga para tokoh agama. Forum-forum dialog antar-agama dan
mana sebagain besar pertumbuhan ini didorong oleh adanya imigrasi dari berbagai
negeri Timur Tengah, Afrika, Indo-Pakistan, Asia Timur, dan sebagainya. Pada 2005,
banyak orang dari negara-negara Islam menjadi penduduk Amerika hampir 96.000
1) Pada tahun 1900, dari seluruh penduduk dunia jumlah pemeluk Kristen adalah
2) Pada tahun 1980, penganut Kristen bertambah 3,1% menjadi 30%, sedangkan
3) Pada tahun 2000, penganut Kristen menurun 0,1% menjadi 29,9%, sedangkan
4) Diperkirakan pada tahun 2025, angka itu akan berubah, pemeluk Kristen menjadi
25% (turun 4,9%), sementara Muslim akan menjadi 30% (mengalami kenaikan
10,8%).
5) Dari data tersebut apabila diambil rata-rata, maka penganut Islam bertambah
Selain karena tren atau teori pertumbuhan Muslim dunia, kejadian 9/11 itu
Serikat, antara lain yang diperoleh Penulis saat mengikuti program Study of the
California, Santa Barbara (2008) dan kemudian studi banding di beberapa institusi
keagamaan, sosial, dan politik di Amerika Serikat (2008), hal-hal berikut ini yang
maupun Asia.
keagamaan dalam shalat Jumat misalnya, tidak ada masjid yang mengkhususkan
Al-Quran atau buku-buku tentang Islam. Ada pula yang melakukan konversi
Islam dan umat Islam melalui media massa, di mana informasi yang disampaikan
E. Kesimpulan
14
Dari uraian sekilas mengenai latar belakang sejarah Islam di Amerika hingga
kejadian tragedi 9/11 dan dampak yang timbul terhadap perkembangan dakwah Islam
kedatangan orang Muslim dalam misi ekspedisi, masuknya tenaga kerja dan
2. Keberadaan Islam di Amerika Serikat telah diakui sebagai bagian dari keragaman
minoritas.
3. Ada tren perkembangan jumlah pengikut agama Islam di dunia, begitu juga
terjadi di Amerika. Akan tetapi pasca tragedi 9/11 jumlah pemeluk Islam di
***
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Aslam dan Gasser Hathout. 2003. The American Muslim Identity, Speaking
for Ourselves. Los Angeles: Multimedia Vera International.
Ali, Mukti. 1990. Muslim Bilali dan Muslim Muhajir di Amerika Serikat. Jakarta:
Haji Masagung.
Barboza, Steven. 1996. Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X. Terjemahan
dari American Jihad, Islam after Malcolm X. Bandung: Mizan.
Hathout, Hassan. 2005. Reading the Muslim Mind. California: American Trust
Publication.
Juergensmeyer, Mark. 2003. Terror in the Mind of God. Los Angeles: University of
California Press.
Kepel, Gilles. 1997. Allah in the West: Islamic Movements in America and Europe.
California: Stanford University Press.
Leege, David C. dan Lyman A. Kellstedt. 2006. Agama dalam Politik Amerika.
Terjemahan dari Rediscovering the Religious Factor in American Politics.
Jakarta: Obor Indonesia.
Obama, Barack. 2009. Dari Jakarta Menuju Gedung Putih. Terjemahan dari The
Audicity Hope, Thoughts on Reclaming The American Dream. Jakarta: Ufuk
Publishing House.
Praja, Juhaya S. 1996. “Membangun Lingkungan dan Masa Depan Islam di Amerika
Serikat”, dalam Steven Barboza, Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm
X. Bandung: Mizan.