Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh
Dewi Komalasari
NIM: 1112034000035
pada buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam “Buku Pedoman
a. Padanan Aksara
v
vi
n en
w we
h ha
apostrof
y ye
b. Vokal
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau
berikut:
a fathah
i kasrah
u dammah
sebagai berikut:
ai a dan i
au a dan u
Vokal Panjang
Kata Sandang
dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti
Syaddah (Tasydîd)
dilambangkan dengan sebuah tanda (ّ), dalam alih aksara ini dilambangkan
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima
tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
Ta Marbûtah
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
viii
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
Contoh:
1 tarîqah
2 al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah
3 Wahdat al-wujûd
Huruf Kapital
dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan
huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting
diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak
miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu
ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya.
Demikian seterusnya.
ix
DEWI KOMALASARI
Takhrîj al-Hadîts dalam Kitab Minhâj al-‘Âbidîn Karya Imâm al-Ghazâlî
(sebuah kajian analisis sanad hadis dalam bab ‘Aqabah al-Bawâ’its)
Skripsi ini meneliti tentang hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Minhâj
al-‘Âbidîn yang bercorak tasawuf karya Imam al-Ghazâlî, dalam kitab ini terdapat
tujuh bab, sama dengan tujuh tanjakan atau dalam kitab ini disebut aqabah.
Menurut Imam al Ghazali ada tujuh tanjakan yang harus ditempuh dalam
perjalanan ibadah seseorang untuk meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah
swt. Kitab ini ditulis menjelang wafatnya Imam al Ghazali, dengan kata lain
ditulis setelah kitab ‘ihyâ ‘ulûm al-dîn.
Skripsi ini adalah sebuah penelitian sanad hadis yang dilakukan hanya
pada bab ke-5 yakni bab ‘aqabah al-bawâ’its yang artinya tanjakan pendorong,
bab ini berisi tentang dorongan-dorongan atau motivasi-motivasi seorang hamba
Allah untuk mencapai kesempurnaan ibadah kepada Allah swt. Kitab ini dibentuk
dalam konsep yang ringan dan praktis, sehingga lebih mudah untuk dijadikan
bahan ajar di majelis-majelis dan di pesantren-pesantren.
Penelitian skripsi ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library
research). Untuk itu, digunakan bahan-bahan kepustakaan dengan sumber primer
Kitab Minhâj al-Âbidîn, dan sumber sekunder yakni kitab-kitab Rijâl al-Hadîts,
kitab-kitab takhrîj hadis, kitab-kitab hadis serta buku-buku yang berkaitan dengan
judul skripsi. Dalam mengolah data, langkah pertama yang dilakukan adalah
mentakhrîj hadis-hadis dengan dua metode, yaitu metode takhrij dengan
mengetahui lafadz pertama dari matan hadis dan metode takhrij dengan
mengetahui kata-kata yang jarang digunakan dari suatu bagian matan hadis.
Kemudian langkah kedua menyusun keseluruhan sanad dalam bentuk skema, dan
langkah ketiga adalah melakukan kritik sanad hadis, dengan lima syarat yaitu
kebersambungan sanad, ‘adil, dabt, tidak syâdz dan tidak ada ‘illat.
Karena di kitab tersebut hanya tercantum matannya saja, tidak terdapat
keterangan rangkaian sanad ataupun keterangan terkait kualitas hadis-hadisnya.
Dengan mengkaji dan meneliti hadis-hadis dalam kitab ini, dapat diketahui
keberadaan suatu hadis dalam kitab-kitab rujukan hadis, nilai dan kualitas hadis
khususnya dari segi sanad. Hadis yang dimuat dalam kitab ini ada 67 hadis, 6 di
antaranya merupakan hadis yang dicantumkan dalam bab ‘aqabah al bawâ’its.
Maka dari 6 hadis yang diteliti, sebanyak 3 hadis berkualitas sahih, 2 hadis
berkualitas da’îf dari segi sanad dan 1 hadis tidak ditemukan informasi mengenai
hadis yang berkaitan.
x
KATA PENGANTAR
pembimbing ummat dari dunia kemarau dihari lampau hingga kembali terbebat
pekat saat kiamat, yakni Baginda Rasulullah Saw. beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya. Semoga kita selalu mendapat syafaat darinya baik ketika hidup
di dunia maupun di akhirat kelak dan kita semua berada dalam lindungan Allah
Swt.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bimbingan, bantuan, arahan, motivasi dan kontribusi banyak pihak. Ucapan terima
kasih yang tulus dan tak terbilang penulis haturkan kepada para dosen, keluarga,
para guru kehidupan, para sahabat dan teman-teman, sehingga penulis mampu
mengatasi segala hambatan yang menerpa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Dr. Masri Mansoer, MA. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr.
Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku Sekretaris
xi
xii
Bapak Rifqi Muhammad Fatkhi, MA. selaku dosen dalam bidang hadis
Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua terkasih, Bapak H. Domat dan Ibu Hj. Renih yang
nasehat istimewa untuk penulis. Tak lupa terima kasih untuk adik-
kaler, Uwa Hj. Ija, Uwa Hj. Omah, Uwa Hj. Kiran, Uwa Hj. Anton,
Uwa Ciman, Uwa anyil, Uwa Ndung, Uwa Aman, Aka Ija, Mang
Kosasih, Ustz. Hj. Omay Komariah S.Pd, dan Humaidi Syahri S.H
penulis.
S.Thi, Lc, Bapak Ustad Azhari Muchtar S.Ag, Ustad Ujang Musa
keilmuan penulis.
Firdausy, Lc., ‘Aliyah. A., Chandra D.N.I., Dhia M.H., yang telah
dengan pahala yang berlipat ganda, di dunia dan di akhirat. Âmîn yâ Rabb al-
‘Âlamîn
Penulis
DAFTAR ISI
xv
xvi
PENDAHULUAN
kedudukan hadis sebagai salah stau pokok dari syari‟at Islam, ditegaskan
satu pokok dari Syari‟at Islam yang wajib diikuti dan diamalkan,
الله
"dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain)
tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-
Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata."
Dalam ayat ini Allah SWT telah menetapkan kewajiban bagi hamba-
Nya untuk ta‟at kepada Rasulullah SAW dan dilarang untuk mendurhakainya,
Hanya saja dalam beberapa hal kualitas hadis berbeda dengan al-
1
2
seluruh ayat al-Qur‟an tidak perlu dilakukan penelitian, sedangkan hadis Nabi
hadis tersebut jika pengumpul hadis memandang perlu.2 Kajian ilmu takhrîj
Manfaat takhrij amat besar terutama bagi mereka yang berkecimpung dalam
satu sumber hadis pertama yang disusun oleh para tokoh/imam yang
kedudukannya.3
1
Syuhudi Isma‟il, Metodologi Penelitian HadisNabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 4
2
Jon Pamil, “ “, Takhrij Hadis: Langkah Awal Penelitian Hadis,” Jurnal Pemikiran Islam
XXXVII, no. 1 (Januari 2012): h. 53
3
Mahmud Thahan, Dasar-Dasar Ilmu Takhrij dan Studi Sanad, ter. Mahmud Thahhan
(Semarang: Dina Utama, 1995), j. 21
3
dilalui oleh seorang hamba Allah dalam beribadah, seperti harusnya seimbang
dalam hal ilmu dan ibadah, karena sebelum melakukan hal terkait ibadah, kita
diwajibkan mengetahui terlebih dahulu ilmu ibadah tersebut. Kitab ini pun
menyertakan tingkatan hal taubat dalam tingkatan yang kedua yang diartikan
taubat adalah ternmasuk syarat untuk melakukan ibadah yang baik kemudian
nafsu, kekhawatiran dan ketakutan. Namun di dalam kitab ini Imam al-
solusi nya.
menjadi panutan masyarakat saat itu menjadi sandaran umat, menjadi hujjah,
Nabi saw. Namun, di dalam kitab Minhâj al-„Âbidîn ini al-Ghazâli banyak
perawi hadis sangat menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun
4
pendengar hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Imâm al-Ghazâlî bisa yakin
bahwa hadis-hadis tersebut adalah sahih adanya sehingga bisa kita jadikan
sebagai hujjah jika dalam redaksi hadis-hadis yang tertulis dalam kitab
Ibnu al-Jauzi salah satu ulama yang kontra terhadap al-Ghazâlî. Beliau
terlebih dahulu.5
Tidak dapat kita nafikan bahwa dalam melakukan ibadah, hamba akan
yang selalu datang. Maka rasa takut akan siksa Allah adalah harus ada pada
diri seorang hamba sepanjang jalan ibadah yang ditempuh, karena rasa takut
akan tetap khusyu dalam menjalani ibadah, sebab kalau tidak dibarengi rasa
takut akan siksa Allah SWT, besar kemungkinan hawa nafsu seorang hamba
Rasa takut atas siksa Allah yang pedih juga harus selalu dimiliki
dalam jiwa si hamba. Sifat ini memiliki peranan dalam ibadah guna
memberikan motivasi atau dorongan (bâ‟its) pada jiwa seorang hamba untuk
4
Faturahman, ikhtishar Musthalah al-Hadis, (Bandung: PT. Ma‟arif), 1974, h. 118.
5
Ahmad Satori Ismail, Pro Kontra Pemikiran Imam al-Ghazali, (Surabaya : Risalah
Gusti), h. 149.
5
pada diri si hamba agar ia tidak malas beribadah, karena malas beribadah
akan mendatangkan siksa Allah. Dengan demikian adanya rasa takut atas
siksa Allah ini akan memacu semangat si hamba untuk rajin beribadah jadi
6
Ghazali, Imam. Wasiat Imam Ghazali Minhajul Abidin, ter. Zakaria Adham (Jakarta:
Darul Ulum Press, 1986) h.282
6
dampak positif berupa motivasi atau dorongan bagi seorang hamba untuk
kebaikan maka selalu ada perlawanan dari setan dan hawa nafsu yang
mengerti betul akan baiknya pahala ibadah yang akan diterimanya kelak, ia
Kedua hal tersebut tidak akan berjalan lancar selama nafsu yang mendorong
kepada kejahatan masih bercokol dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, maka
takut (al-Khauf) dan harapan (al-Raja‟) harus selalu melekat dalam diri
7
Ghazâlî, Imâm, Wasiat Imam Ghazali Minhajul Abidin, h. 283
8
Purwanto, Yedi. “Konsep Aqabah Dalam Tasawwuf al-Ghazali Telaah atas Kitab
Minhajal-Abidin,” (Disertasi S3 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h.
175.
7
sahîhan hadis-hadis yang terdapat dalam Kitab Minhâj al-„Âbidîn pada bab
„Aqabah al „Bawâ‟its dari segi sanad. Oleh karena itu, judul yang diangkat
untuk penelitian ini adalah Takhrij Hadis Kitab Minhaj al ‘Abidin Karya
Bawâ’its)
1. Pembatasan Masalah
pada bab ke-5 yakni bab „Aqabah al-Bawâ‟its. Secara keseluruhan kitab
Minhâj al „Âbidîn terdiri dari 7 Bab yang terdapat sekitar 67 hadis. Tetapi
waktu dan halaman yan amat banyak maka dalam penelitian ini penulis
penelitian ini dibatasi pada kajian kritik sanad hadis-hadis dalam Kitab
Minhâj al-„Âbidîn dan hadis yang akan ditelusuri adalah hanya yang
Sittah yakni Sahih al Bukhâri, Sahih Muslim, Sunan Abû Dâwud, Sunan
al-Tirmidzî, Sunan al-Nasâ‟I dan Sunan Ibnu Mâjah. Jika hadis yang
Imâm Ahmad dan Sunan al-Dârimî. Kutub a-tis‟ah, yaitu Sahih al-Bukhâri
dan Sahih Muslim, Sunan Abû Dâwud, Sunan al-Tirmidzî, Sunan al-
Nasâ‟I, Sunan Ibnu Mâjah, Muwatta‟ Imâm Mâlik, Musnad Ahmad bin
Hanbal dan Sunan al Dârimî dan satu kitab tambahan yakni kitab Sahih
Ibnu Hibbân.
argumentasi bahwa jika para pembawa berita itu adalah orang-orang yang
berita bukan orang-orang tepercaya, maka berita itu tidak dapat dijadikan
hujjah agama. Dengan kata lain, kebenaran berita sangat tergantung pada
kebenaran pembawa berita itu. Ahmad Amin dan „Abd al-Mun‟im al-Bahi
2. Perumusan Masalah
hadis pada bab „Aqabah al Bawâ‟its yang terdapat dalam kitab Minhâj al
1. Tujuan Penelitian
9
Idri, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 277.
9
Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menguji kualitas
2. Manfaat Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
dengan dengan buku-buku atau skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-
permasalahan yang sama, sehingga diharapkan kajian ini tidak plagiat dari
maupun semua yan berkaitan dengan judul ini, penulis menemukan satu
1111 M)” Tahun akademik 2013, isi penelitian individu ini adalah membahas
sanad yang hanya dikhususkan pada bab ke dua dari kitab Minhaj al-Abidin
adalah judul skripsi yang ditulis oleh Marullah pada tahun 2010, yang meneliti
tentang kualitas sanad hadis Kitab Minhaj al-Abidin terfokus hanya dalam bab
dengan judul „Konsep Aqabah Dalam Tasawwuf al-Ghazâlî Telaah atas Kitab
meneliti kualitas sanad hadis dalam bab ke lima dalam kitab Minhâj al-
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
10
Harun Rasyid, “Kualitas Hadis-Hadis Dalam Kitab Minhaj Al-„Abidin Karya Imam
Ghazali (1058-1111 M),” (Penelitian Individual Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2013)
11
Marullah, “Kualitas Hadis-Hadis menuntut ilmu dalam kitab Minhaj al Abidin,”
(Skripsi SI Fakultas Ushuluddin,Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010)
12
Yedi Purwanto, “Konsep Aqabah Dalam Tasawwuf al-Ghazali Telaah atas Kitab
Minhajal-Abidin,” (Disertasi S3 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006)
11
research).
b. Metode Pembahasan
tersebut. Dalam hal ini perlu ada penelitian terkait rangkaian dan
Wensinck.14
3) Jika tidak di temukan pada dua metode takhrij di atas, akan saya
sedang diteliti).15
syarat atau kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu sanad hadis yang
13
Mohamad Fattah, dkk., “Memahami Sunnah Rasulullah S.A.W menerusi gabungan
metodologi Takhrij Hadis & Mukhtalif Hadis”, Jurnal Hadhari V, no. 1. (Januari 2013): h. 190
14
Mahmud al-Thahhan, Ushl al-Takhrij wa Dirasat al-Asaanid, (Riyadh: Maktabah al
Ma‟arif, 1991), h. 35.
15
Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw.: Cara Cepat Mencari Hadis dari
Manual hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), h. 25.
13
hadis yang bersambung sanadnya oleh rawi-rawi yang „adil dan dâbit
serta terhindar dari syâdz dan „illat.17 Tiga syarat pertama lebih
ditekankan pada sanad berikut para perawi hadis, sementara yang dua
Dalam kritik sanad hadis, berikut beberapa hal yang akan ditelusuri
3) Terkait syarat terhindar dari syâdz dan „illat, sekiranya unsur sanad
niscaya unsur terhindar dari syadz dan „illat telah terpenuhi juga.20
2. Teknik Penulisan
16
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), h. 123.
17
Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw, h. 26-30, dan lihat Syuhudi Ismail,
Kaidah Kesahihan Sanad, h. 128.
18
M. Abdurrahman dan Elan Sumarna, Metode Kritik Hadis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 15.
19
A. Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw. Cara Cepat Mencari Hadis dari
Manual hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), h. 26-30.
20
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 177-178.
14
terdapat dalam Buku Pedoman Akademik Program Strata 1 tahun 2012 UIN
F. Sistematika Penulisan
penjelasan secara garis besar. Skripsi ini akan dibagi menjadi empat bab yang
diuraikan latar belakang atau alasan terkait tema dan judul yang diangkat.
dirumuskan untuk dijawab dalam karya tulis ini. Penjelasan terkait tujuan
dan manfaat penelitian juga menjadi poin dalam bab ini. Selanjutnya adalah
yakni Imam al-Ghazali. Selain itu, dibahas pula gambaran seputar Kitab
Muhammad bin Ahmad Abû Hâmid Al-Ghazâlî. Lahir pada tahun 450
Hijriyah (1058 Masehi), di Desa Taberan, Distrik Thus dalah satu daerah
di Khurasan, Persia, yang ketika itu merupakan salah satu pusat ilmu
Bani Saljuk yang memerintah daerah Khurasan, Jibal, Irak, Jazirah, Persia,
dan Ahwas.
1
Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazâlî Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
pelajar, 1998), Cet-1, h. 9
2
Zainal abidin ahmad, Riwayat Hidup Imam Al-Ghazâlî, (Surabaya: Bulan Bintang,
1999), h. 27.
16
17
dunia barat ia dikenal dengan nama latin “ Algazel”. Ada dua macam
ditulis dengan satu huruf “z” yaitu Al-Ghazâlî. Sedangkan yang kedua
ditulis dengan dua huruf “z” atau dengan tasydid yaitu Al Ghazzali.
pemintal wool, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Maulana Syibli
sebuah usaha penenun (ghazzal), dan oleh karena itu dia meletakkan nama
senin tanggal 14 Jumadil Akhir tahun 505 H (1111 M) di Thus. Dan beliau
meninggalkan tiga orang anak perempuan dan satu anak laki-laki yang
bernama Hamid, yang telah meninggal dunia sejak kecil sebelum wafatnya
Ghazâlî, bahwa hari Senin dini hari menjelang subuh, beliau bangkit dari
seorang pria untuk membawakan kain kafan. Setelah kain kafan itu
3
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
h. 10.
18
dari keluarga yang ta‟at beragama dan bersahaja. Dari keluarga itulah
beliau bercita-cita agar putranya itu kelak menjadi Ulama‟ yang pandai
Madrasah di Thus untuk belajar fiqh, riwayat para wali dan kehidupan
Arab dan bahasa Persia. Setelah menamatkan studinya di Jurjan, pada usia
tersebut.
berbagai aliran yang berkembang saat itu dengan tujuan untuk dapat
sebagai seorang sufi yang fakir dan zuhud terhadap dunia. Setelah
beberapa tahun beliau kembali lagi ke Baghdad dan menjadi imam agama
kedudukan sebagai guru. Akan tetapi dalam waktu yang tidak lama, beliau
beliau wafat. Pada masa itulah beliau menulis kitabnya yang berjudul
Ghazâlî yang penuh lika liku di dalam menuntut ilmu pengetahuan, dari
4
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, h.8.
5
Zainuddin Alawi, Pemikiran Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan,
(Bandung: Angkasa, 2003), h. 55.
21
versi imam Syâfi‟î, tetapi imam Al-Ghazâlî juga mendalami bidang lain
dalam satu segi tentulah tidak adil. Sangat tepat bila gelar “Hujjah al
ulama‟ besar yang ilmunya sangat luas dan beraneka ragam bidang. Dia
menulis dengan penuh percaya diri, sehingga tampak dari tulisannya itu
6
Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi Al-Ghazâlî, (Bandung: PT. Al
Ma‟arif: 1993), h. 19.
22
bahwa ia memiliki 999 buah tulisan. Ini memang sulit dipercaya Tetapi,
1) Ihyâ ‘Ulûmuddîn
2) Al Adab fi Al Dîn
5) Ayyuha Al Walad
6) Al Basîṭ fî Al Furû’
7) Bidâyah Al Hidâyah
9) Talbîs Iblîs
7
Al-Ghazâlî, Mutiara Ihya’ Ulumuddin : Ringkasan yang ditulis Sendiri Oleh sang
Hujjatul Islam.(mukhtasharihya’ ulumuddin), terj Irwan Kurniawan.(Bandung: Mizan
Pustaka, 2008), h.11.
23
23) Al Wajîz
24) Al Wasît
Ahli Ibadah) adalah kitab tasawuf karangan Imam Al-Ghazali. Kitab ini ditulis
masalah ibadah serta penjelasannya. kitab ini terbit di kota Jedah, Singapura,
dan Indonesia penerbitnya al haramain dan tanpa tahun. Cover kitab ini
berwarna hitam, kertas kuning dan memiliki 108 halaman yang terdiri dari
tujuh bab atau judul, yaitu ‘Aqabah al ‘Ilmi, ‘Aqabah al Taubah, ‘Aqabah al
bahasa arab seperti kitab-kitab kuning yang lainnya dan hampir keseluruhan
artinya jalan mendaki yang sukar ditempuh. Menurut Imam Al-Ghazali ada
tujuh 'aqobah yang dapat menghambat kualitas ibadah serta faktor-faktor yang
menafsirkan kata 'aqobah dalam kitab ini sebagai metode atau juga rintangan.
pokok dalam kitab Minhâj al Âbidîn ini lebih fokus dan lebih bersifat praktis
Sesuai dengan nama atau judul buku yaitu Minhâj al Âbidîn di dalam
buku ini al-Ghazâlî menjelaskan secara rinci tentang berbagai „aqabah yang
yaitu:
ilmunya.9
2. ‘aqabah taubat, Dalam dunia ini, tidak ada satu manusia pun luput dari
empat hal yang termasuk dalam godaan dalam ibadah, yakni: dunia,
manusia, setan, dan hawa nafsu. Hal ini bisa membuat manusia lalai dalam
ibadahnya, maka manusia harus kuat iman dalam melawan godaan itu.11
8
Wikipedia, “Minhajul Abidin”, artikel di akses pada 29 Oktober 2016 pukul 21.20 WIB
dari https://id.wikipedia.org/wiki/Minhajul_Abidin
9
Imâm al-Ghazâlî, Terjemah Minhajul Abidin, ter. M. Rofiq (Yogyakarta : DIVA press,
2016), h. 31.
10
Imâm al-Ghazâlî, Terjemah Minhajul Abidin, ter. M. Rofiq, h. 46.
11
Imâm al-Ghazâlî, Terjemah Minhajul Abidin, ter. M. Rofiq, h. 62.
26
agar dapat ridho terhadap qadhaNya dan sabar menghadapi musibah yang
menimpanya.12
(rasa takut) dan raja’ (harapan). Rasa takut dapat mendorong seseorang
untuk mengingat dosa yang diperbuatnya, dan siksaan Allah sangat pedih.
Allah SWT untuk melawan sifat perusak amal seperti riya‟ atau ingin
dilihat orang lain kemudian sifat ujub atau menyombongkan diri, karena
maka tahapan terakhir yang harus ditempuh oleh seseorang adalah tahapan
keenam macam tahapan dalam ibadah maka dia harus mewujudkan rasa
umat islam tentang jalan tasawwuf yang ditawarkan al-Ghazâlî bagi umat
Tidak seperti pada kitab ihya ‘ulum al-din yang sangat rumit dan panjang
lebar. Hal ini sesuai dengan alasan mengapa ia tulis Minhâj, yang antara
lain supaya dapat dibaca oleh orang awam, yang saat itu merupakan
15
Imâm al-Ghâzâlî, Terjemah Minhajul Abidin, ter. M. Rofiq, h. 347.
BAB III
KRITIK SANAD HADIS-HADIS DALAM KITAB MINHÂJ AL-„ÂBIDÎN
hadis dicantumkan pada bab ke-5 yakni bab „aqabah al bawâ‟its yang artinya
tahapan pendorong. Dalam penelitian ini, hadis yang akan ditelusuri dan diteliti
maksud kegiatan penelitian hadis lebih lanjut ialah penelusuran atau pencarian
hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang
di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang
bersangkutan.1 Metode takhrîj hadîts yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Muhammad Sa‟id ibn Basyuni. Kitab ini memuat indeks lafaz pertama
matan hadis yang terdapat dalam 150 kitab2. Berikut ini salah satu contoh
1
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), h.
41.
2
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts al-
Nabawwî al-Syarîf, Juz 1, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, t.t.), h. 16-21.
3
Keterangan nama-nama kitab yang dimaksud di dalam rumus terdapat dalam bagian
Muqaddimah Kitab Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawwî al-Syarîf pada juz ke-1 halaman 16-21.
28
29
Alfâz al-Hadîts al-Nabâwî karya A.J. Wensinck.4 Kitab ini memuat indeks
kata yang terdapat dalam sembilan sumber hadis atau Kutub al-Tis‟ah.
Berikut ini salah satu contoh cara membaca rumus yang terdapat di dalam
81 ادب: ( رdibaca: hadis dengan lafaz tersebut terdapat dalam Kitab Sahîh
al-Bukhârî, Kitab Adab, nomor urut bab 18). Hal ini berlaku untuk selain
Kitab Sahîh Muslim, karena untuk kitab ini, nomor urut bab dibaca sebagai
3. Jika tidak di temukan pada dua metode takhrij di atas, akan saya lakukan
pertama.
skema sanad hadis dan dilanjutkan dengan kritik sanad hadis. Dalam melakukan
kritik sanad hadis, menurut al-Nawawi, bahwa yang disebut sebagai hadis sahîh
adalah hadis yang bersambung sanadnya oleh rawi-rawi yang „adil dan dâbit serta
terhindar dari syâz dan „illat.5 Berikut ini kriteria dari kelima syarat tersebut:
4
Mahmud al-Thahhan, Usl al-Takhrîj wa Dirâsah al-Asânid, (Riyadh: Maktabah al-
Ma‟arif, 1991), h. 35.
5
Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw., h. 26-30, dan lihat Syuhudi Ismail,
Kaidah Kesahihan Sanad, h. 128.
30
berlangsung demikian sampai akhir sanad dari hadis itu. Jadi, seluruh
2. Rawi „adil. Yaitu orang yang lurus agamanya, baik pekertinya dan bebas
3. Rawi dâbit. Yaitu orang yang kuat ingatannya.9 Orang yang benar-benar
6
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2014), h. 131.
7
Muhammad „Ajaj al-Khathib, Ushul al-Hadits: Pokok-pokok Ilmu Hadits, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2013), h. 276.
8
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, h. 119.
9
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, h. 121.
10
Muhammad „Ajaj al-Khathib, Ushul al-Hadits: Pokok-pokok Ilmu Hadits, h. 276-277.
31
4. Terhindar dari syâz. Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang tsiqah
(orang adil dan teliti), namun riwayatnya itu berbeda dengan yang
suatu hadis tidak dinyatakan sebagai hadis yang mengandung syâz bila
hadis itu hanya diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tsiqah, sedang
periwayat tsiqah lainnya tidak meriwayatkan hadis itu. Barulah suatu hadis
(yang gugur salah seorang rawinya) dan sebaliknya. 14 Menurut Ibnu al-
tampak berkualitas sohih menjadi tidak sahih, karena hadis yang ber‟illat
11
M. Abduh Almanar, Pengantar Studi Hadis, (Jakarta: Referensi, 2012), h. 156.
12
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 144.
13
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, h. 171.
14
M. Abduh Almanar, Pengantar Studi Hadis, h. 157 dan Fatchur Rahman, Ikhtisar
Mushthalahul Hadits, h. 122-123.
15
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 152-153.
32
Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui ke‟adilan dan kedâbitan para
periwayat hadis.17
3. Terkait syarat terhindar dari syâz dan „illat, sekiranya unsur sanad
A. Hadis ke -1
لو ا ِّن و عيسي اخذنا بااكتسبت ىا تان لع ّذب نا عذابا ل ي عذبو احد من العالمي واشار
19
با اصبعيو
Seandainya aku dan Nabi Isa dihukum Allah lantaran dua dosa yang
kami lakukan,niscaya kami disiksa dengan siksaan yang belum pernah
dirasakan oleh seorang pun di dunia ini.
16
Jika di dalam penilaian al-jarh wa al-ta‟dîl, terdapat perlawanan antara jarh dan ta‟dîl
(ta‟arud) dalam seorang rawi, yakni sebagian ulama menta‟dilkan dan sebagian lain menjarhkan,
maka di dalam karya tulis ini, penulis mendahulukan jarh secara mutlak, walaupun jumlah
mu‟addilnya lebih banyak daripada jarhnya. Sebab bagi jarh tentu mempunyai kelebihan ilmu
yang tidak diketahui oleh mu‟addil, dan kalau jarrih dapat membenarkan mu‟addil tentang apa
yang diberitakan menurut lahirnya saja, sedang jarrih memberitakan urusan batiniyah yang tidak
diketahui oleh mu‟addil. Pendapat ini dipegang oleh jumhur ulama. Lihat: Fatchur Rahman,
Ikhtisar Mushthalahul Hadits, h. 312-313 dan Muhammad „Ajaj al-Khathib, Ushul al-Hadits:
Pokok-pokok Ilmu Hadits, h. 241.
17
A. Hasan Asy‟ari Ulama‟I, Melacak Hadis Nabi Saw. Cara Cepat Mencari Hadis dari
Manual hingga Digital, (Semarang: RaSAIL, 2006), h. 26-30.
18
Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 177-178.
19
Al-Ghazali. Minhâj al-„Âbidîn. (Jedah : al-haramain, tt), h. 70.
33
tersebut.
اصثعي, اشا ر, عذاتا ادذ, ٌ ها جا, ياكحسثثtidak ditemukan data terkait
hadis tersebut.
Penelitian lanjutan saya lakukan melalui Maktabah Syamilah dari kata نى يؤاخذَي
1058 : كُشانعًال
Namun yang saya teliti hanya dari Sahih Ibnu Hibbân, sesuai dengan
.1اخربنا زلمد بن اسحاق بن ابراىيم موىل ثقيف ,حدثنا عبد اهلل بن عمر بن ابان ,حدثنا
في ,عن فضيل بن عياض ,عن ىشام ,عن زلمد ,عن ايب ىريرة ,قال : حسي بن علي اجلع ح
قال رسول اهلل صلى اهلل علية و سلم (( :لو ي ؤاخذِن اهلل ,و ابن مرم ,با جنت ىاتان _ ي عن
20
اإلب هام و الِت تلي ها _ لعذب نا ُث ل يظلمنا شيئا.
.2اخربنا زلمدبن ادلسيب بن اسحاق ,قال :حدثنا موسى بن عبد الرمحان ادلسروقي ,قال :
اجلعفي ,عن فضيل بن عياض ,عن ىشام بن حسان ,عن ابن سريين, ح حدثنا حسي بن علي
عن ايب ىريرة ,قال :قال رسول اهلل صلى اهلل علية و سلم ((:لو ان اهلل يؤاخذِن و عيسى بذنوبنا
21
لعذب نا ول يظلمنا شيئا)) .قال :واشار بالسبابة و الِت تليها.
20
Ibnu Hibbân. Al Ihsan fî taqrîbi Sahih ibnu Hibbân, jil. 2, (Beirut : Mu‟assasah al
Risalah, 1988), h. 432-433.
21
Ibnu Hibbân. Al Ihsan fî taqrîbi Sahîh ibnu Hibbân, jil. 2, (Beirut : Mu‟assasah al
Risalah, 1988), h. 435.
35
قال قال
عن عن
عن عن
عن عن
حسي بن علي اجلعفي ( 253ه )
حدثنا حدثنا
موسى بن عبد الرمحان ادلسروقي ( 258ه ) ىبد اهلل بن عمر بن ابان ( 239ه)
حدثنا حدثنا
زلمد بن اسحاق ادلسيحب ( 315ه) زلمد بن اسحاق بن ابراىيم موىل ثقيف ( 313ه )
اخبرنا اخبرنا
Dalam penelitian hadis ke-1 ini, yang akan diteliti adalah jalur selain dari
jalur Kanzu al „Ummal. Musnad al Bazzâr dan Syu‟aib al Îmân, yakni hanya
22
1. Ibnu Hibbân Muhammad bin Hibbân bin Ahmad al Tamîmî
bin Hibbân bin Mu‟âdz bin Ma‟bad bin Sahîd bin Hadiyyah bin
Murrah bin Sa‟di bin Yazîd bin Yazîd bin Murrah bin Zaid bin
„Abdillah bin Dârim bin Hanzalah bin Mâlik bin Zaid Manâh bin
Syawwal).
b. Guru-guru :
bin „Alî, Hasan bin Sufyân, „Imrân bin Mûsâ bin Mujâsyi‟in al
bin Qutaibah.
c. Murid-murid :
22
Syams al-Dîn Abû „Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin „Utsmân bin Qaymâz al-
Zahabî, Siyar A‟lâm al-Nubalâ‟I, (T.tp.: Muassasah al-Risalah, 1985), juz 3, h. 3379-3381.
37
e. Pendapat ulama :
bijak.
Naisabur)
b. Murid-murid :
Bakar bin Abî al Duniâ, „Utsmân bin al Samâk, Abû Ahmad bin „Adî,
d. Pendapat ulama :
23
Syams al-Dîn Abû „Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin „Utsmân bin Qaymâz al-
Zahabî, Siyar A‟lâm al-Nubalâ‟I, (T.tp.: Muassasah al-Risalah, 1985), juz. 3, h. 3302-3305.
38
a. Nama lengkap :„Abdullah bin „Umar bin Muhammad bin Abân bin
b. Guru-guru:
Husian bin „Alî al Ju‟fî, Asbât bin Muhammad al Qurasyî, Ishâq bin
c. Murid-murid :
e. Pendapat ulama :
24
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 15 h. 345-347.
39
a. Nama Lengkap : Husain bin „Alî bin al Walîd al Ju‟fî, Maulâhum Abû
Walîd bin „Alî wa ibnu Ukhtu al Hasan bin al Hur. (119 - 203 H)
b. Guru-guru:
Fudaili bin Marzûq, Ja‟far bin Burqân, Hamzah bin Habîb al Ziyyât,
„Abdu al Malik bin Abjar, „Abdu al „Azîz bin Rawâd, „Amr bin
c. Murid-murid :
Sâlih al „Ijlî, Ahmad bin „Umar al Waqi‟î, Ahmad bin Muhammad bin
Khusyâbî.
e. Pendapat ulama :
a. Nama lengkap :
25
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 6, h. 449-454.
26
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl. Juz 23,
h. 281-300.
40
Fudail bin „Iyâd bin Mas‟ûd bin Bisyr al Tamîmî al Yarbû‟î, Abû „Alî
b. Guru-guru:
Hisyâm bin Hassân, Yahyâ bin Sa‟îd al Ansârî, Mujâlid bin Sa‟îd,
Muktib, „Atâ‟ bin al Sâ‟ib, Muttarih bin Yazîd, Abî Ishâq al Syaibânî.
c. Murid-murid:
Husain bin „alî al Ju‟fî, Ibrâhîm bin Nasr, Ahmad bin „Abdullah bin
Khâlid bin Khidâsy al Muhallabî, Dâwud bin ‘Amr al Dabbî, Tsâbit bin
Muhammad al ‘Âbid.
e. Pendapat Ulama :
Al Dâruqutnî : Tsiqah.
Hadîts.
Masyâyîkh.
41
b. Guru-guru :
Muhammad bin Sîrîn, Anas bin Sîrîn, Hafs binti Sîrîn, Ayyûb bin
Mûsâ al Qurasyî, Hasan al Basrî, Humaid bin Hilâl, Suhail bin Abî
Sâlih, „Abdullah bin Dihqân, „Abdullah bin Suhaib, „Atâ‟ bin Abî
Rabâh.
c. Murid-murid:
e. Pendapat Ulama :
7. Ibnu Sîrîn:28
27
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, Juz. 30,
h 181-193
42
a. Nama lengkap : Muhammad bin Sîrîn al Ansârî, Abû Bakar bin Abî
b. Guru-guru:
Sulamî, Katsîr bin Aflah, Ka‟ab bin „Ujrah, Qais bin „Ubâd, „Amr bin
c. Murid-murid:
Sadûsî, Katsîr bin Syinzîr, Laits bin Anas bin Zunaim al Laitsî, Mâlik
bin Dînâr, Mansûr bin Zâdzân, Yahyâ bin „Atîq, Asy‟ats bin Sawwâr,
e. Pendapat Ulama :
8. Abi Hurairah: 29
28
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, Juz 25,
h. 344-355.
29
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâ., juz. 34,
h. 366-379.
43
„âmir, dan masih banyak lagi pendapat ulama mengenai namanya dan
ayahnya. (W. 58 H)
b. Guru-guru :
Nabi SAW, Ubay bin Ka‟ab, Usâmah bin Zaid bin Hâritsah, „Umar
Shiddîq.
c. Murid-murid:
„Abdullah bin Hunain, Basyîr bin Nahîk, Aus bin Khâlid, Anas bin
Malik, Bukair bin Fairûz al Ruhâwî, „Aṯhâʼ bin Abî Rabâh, „Aṯâʼ bin
e. Pendapat ulama :
30
Syams al-Dîn Abû „Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin „Utsmân bin Qaymâz al-
Zahabî, Siyar A‟lâm al-Nubalâ‟I, (T.tp.: Muassasah al-Risalah, 1985), juz 3, h. 3711-3712.
44
a. Nama lengkap :Ibnu „Abdillah bin Ismâ‟îl bin Idrîs, al Hâfiz, al Imâm,
Isfanjî, al „Âbid.
b. Murid-murid:
Imâm al A‟immah Abû Bakar bin Khuzaimah, Abû Hâmid bin al Syarqî,
Muzakkî, Abû Ahmad al Hâkim, Abû „Amr bin Hamdân, Abû Husain al
Hajjâjî.
d. Pendapat ulama :
a. Nama lengkap : Musa bin „Abdu al Rahman bin Sa‟id bin Masrûq bin
258. H)
b. Guru-guru :
Husain bin „Alî al Ju‟fî, Ja‟far bin „Aun, Zaîd bin al Hubbâb, Sufyân
Zâ‟idah al asadî.
c. Murid-murid :
31
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 29, h. 98 – 100.
45
Râzî.
e. Pendapat Ulama :
Penilaian Hadis
oleh Ibnu Hibbân, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti tidak ada yang
32
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 6, h. 449-454.
33
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, Juz 23,
h. 281-300.
34
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, Juz. 30,
h 181-193
35
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, Juz 25,
h. 344-355.
36
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 34,
h. 366-379.
46
menerima hadis dari „Abdullah bin „Umar bin Abân (W. 239 H) dengan cara
Haddatsanâ, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan mereka pernah
hadis dari Musa bin „Abdu al Rahman al Masrûqî (W. 258. H) dengan cara
Haddatsanâ, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan mereka pernah
„Abdullah bin „Umar bin Abân (W. 239 H) dan Musa bin „Abdu al
Rahman al Masrûqî (W. 258. H) menerima hadis dari Husain bin „Alî al Ju‟fî
(119 - W. 203 H) dengan cara haddatsanâ, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan
diterima.
Husain bin „Alî al Ju‟fî (119 - W. 203 H) menerima hadis dari Fudaili bin
„Iyâd (W. 187 H) dengan cara „an‟anah “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil)
dapat diterima.
Fudaili bin „Iyâd (W. 187 H) menerima hadis dari Hisyâm bin Hassân (W.
148 H) dengan cara „an‟anah “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan
47
diterima.
Hisyâm bin Hassân (W. 148 H) menerima hadis dari Ibnu Sîrîn .(W. 110
H. Syawwal) dengan cara „an‟anah “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan
diterima
Ibnu Sîrîn .(W. 110 H. Syawwal) menerima hadis dari Abi Hurairah
(W.58 H) dengan cara „an‟anah “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan
diterima.
Abû Hurairah menerima hadis dari Rasulullah saw dengan cara “qâla” dan
para ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan mereka pernah bertemu,
diteliti semuanya bersambung, tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga
berkualitas sahîh.
Oleh karena alasan di atas, maka kualitas hadis ini dilihat dari segi
B. Hadis ke -2
1. Teks dan Takhrij Hadis
37
.شيحبتن ىود وأخواهتا
37
Al-Ghazali. Minhâj al-„Âbidîn. (Jedah, Singapura, Indonesia : al-haramain, tt), h. 74.
48
38
: شيبتن ىود وأخواهتا
37 : 7 رلمع
373 : 14 سنة
38
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul, Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts, Juz 5,
h. 302.
49
Setelah ditelusuri melalui kata-kata yang jarang digunakan dari suatu bagian
matan hadis di atas menggunakan kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-
ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan (tidak semua informasi dari rumus takhrij
عن, عن عكرمة, عن أيب إسحاق, عن شيبان, ح حدثنا معاوية بن ىشام: قال,ح حدثنا ابو كريب
, و الواقعة, ((شيحبتن ىود: قال, يا رسول اهلل قد شبت: قال أبو بكر: قال, ابن عبحاس
40
))الشمس ك ّورت
عم يتساءلون )) و (( إذا ح
و (( ح,وادلرسالت
39
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, Juz 3, (Leiden: Beril,
1936), h. 224.
40
Abî „Îsâ Muhammad bin „Îsâ Al-Tirmizî. Sunan al-Tirmidzî. Juz. 5, (Beirut: Dar al-
Gharby al-Islamy, 1998), h. 325.
50
2. Skema Hadis
رسول اهلل
قال
) ه164( شيبان
عن
) ه279( الرتمذي
51
Jalur tirmidzî
1. Imam al-Tirmizî: 41
2. Nama lengkap : Muhammad bin „Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin al-Dahhâk,
Muhammad bin „Îsâ bin Yazîd bin Sawrah bin al-Sakan al-Sulamî, Abû
„Îsâ al- al-Darîr al-Hâfiz. Wafat di Tirmiz pada Rajab tahun 279 H.
Al Dzahabî : al Hâfiz
b. Guru-guru
41
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), h. 250-252.
42
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 26,
h. 243-248.
52
c. Murid-murid :
e. Pendapat ulama :
b. Guru-guru :
Nahawî, „Ammâr bin Zuraiq, „Îsâ bin Râsyid, Walîd bin „Abdullah
c. Murid-murid:
Hanbal, Hasan bin „Alî al Khallâl, Qâsim bin Zakariâ bin Dînâr al
Kûfî.
43
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 28,
h. 218-222.
53
e. Pendapat Ulama:
5. Syaibân : 44
b. Guru-guru:
Ismâ‟îl bin Abî Khâlid, Asy‟ats bin Abî Sya‟tsâ, Jâbir al Ju‟fî, Hasan
Simâk bin Harb, „Abdu al Malik bin „Umair, Qatâdah bin Di‟âmah.
c. Murid-murid :
Samad bin Nu‟mân, Muhammad bin Syu‟aib bin Syâbûr, Mu‟âz bin
e. Pendapat ulama
44
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 12,
h. 592-598.
54
6. Abî Ishâq:45
a. Nama lengkap : „Amr bin „Abdullah bin „Ubaid, di katakan „Amr bin
„Abdullah bin „Alî, „Amr bin „Abdullah bin Abî Sya‟îrah, Abû Ishâq
b. Guru-guru :
„Ikrimah Maulâ ibnu „Abbâs, „Alî bin Abî Ṯâlib, „Amr bin Abî
Jundab, „Adî bin Tsâbit al Ansârî, „Aṯâ, bin Abî Rabâh, Abî Ja‟far bin
c. Murid-murid :
Abâni bin Taghlib, Ismâ‟îl bin Abî Khâlid, Asy‟ab bin Sawwâr, Jarîr
e. Pendapat ulama :
Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma‟in, Al „Ijli, Al Nasâ‟i, Abu Hâtim :
Tsiqah.
7. „Ikrimah:46
b. Guru-guru :
Jâbir bin „Abdullah, Hajjâj bin „umar bin Ghaziyyah al Ansarî, „Alî
45
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 22,
h. 102-113.
46
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 20,
h. 264-292.
55
c. Murid-murid:
e. Pendapat ulama :
Ayyûb : Tsiqatun
Sa‟îd bin Jubair, Yahyâ bin Sa‟îd al Ansârî, Muhammad bin Sîrîn,
8. Ibnu „Abbâs:47
47
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 15,
h. 154-162.
56
b. Guru-guru :
Nabî SAW, Abî Bakar al Siddîq, „Alî bin Abî Ṯâlib, Abî Zar al
Ghifârî, Mu‟âwiyah bin Abî Sufyân, „Utsmân bin „Affân, „Umar bin
c. Murid-murid :
„Alqamah bin Waqqâs al Laitsî, „Alî bin al Husain bin „Alî bin Abî
e. Pendapat ulama :
9. Abu Bakar:48
a. „Abdullah bin „Utsmân wa Huwa Abû Quhâfah, bin „Âmir bin „Amr
bin Ka‟ab bin Sa‟ad bin Tayyim bin Murrah al Qurasyî al Taymî, Abû
13 H)
ʼUmmu al Khair, namanya Salmâ binti Sakhra bin „Âmir bin Ka‟ab
48
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 15,
h. 282-285.
57
d. Murid-murid :
„Abdullah bin „Abbâs, „Abdullah bin „Amr bin „Âs, „Alî bin ʼAbî
Ṯâlib, „Umar bin Khaṯṯâb, Zaid bin Arqam, „Abdullah bin Mas‟ûd,
f. Pendapat ulama :
Abû Bakar adalah seorang sahabat dan sahabat sudah tidak diragukan
lagi keadilannya.
Penilaian Hadis
oleh Imâm al Tirmidzî, terdapat satu orang periwayat yang dinilai negatif (jarh)
Al Tirmidzî (w. 279 H) hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan
gurunya yaitu Abû Kuraib (W. 248 H) para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau
menerima hadis dari gurunya dengan cara haddatsanâ, dengan demikian sanadnya
Abû Kuraib hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan gurunya yakni
Mu‟âwiyah bin Hisyâm (w. 205 H), para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau
menerima hadis dari gurunya dengan cara haddatsanâ, dengan demikian sanadnya
Mu‟âwiyah bin Hisyâm hidup sezaman dengan gurunya, dan telah terjadi
pertemuan dengan Syaibân (W. 164 H), Para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau
menerima hadis dari gurunya dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, karena mereka
58
Syaibân menerima riwayat hadis dari Abî Ishâq (w. 129 H), para ulama
menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara
“mu‟an‟an” “‟an”, namun dari sumber yang diteliti pada biografi Syaibân dan
Abî Ishâq adalah tidak disebutkannya satu sama slain dalam “guru-guru dan
dapat diterima
Abî Ishâq menerima riwayat hadis dari „Ikrimah (w. 106 H) dengan cara
adalah Ahmad bin Hanbal “Mudtarib al Hadîts”, Ibnu Abî Dzi‟b “Ghairu
Tsiqah” dan Yahyâ bin Sa‟îd “Kadzdzâb” dan Syâfi‟î “Sî‛i al Ra‛yu”, Lâ arâ‛
diterima.
„Ikrimah hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan gurunya yakni
Ibnu „Abbâs (w. 68 H), para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis
Ibnu „Abbâs hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan gurunya yakni
Abû Bakar (w. 13 H), para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis
dari gurunya dengan cara “qâla”, dengan demikian sanadnya bersambung dan
dapat diterima.
59
Abû Bakar menerima riwayat hadis langsung dari Rasulullah SAW, dengan
cara qaala karena mereka hidup sezaman dan dimungkinkan telah terjadi
keadaan bersambung antara murid dengan guru selain Syaibân dengan Abî Ishâq.
Dari sekian periwayat yang ada, satu dantaranya yaitu „Ikrimah berstatus
periwayat yang da‟îf. Dikarenakan ada periwayat yang tidak tsiqah, maka
penilaian syâdz, dan „illat tidak dilakukan, sehingga sanad hadis dari jalur ini
berkualitas da‟îf. Dapat disimpulkan bahwa dari segi sanad, hadis kedua ini
berstatus da‟îf,
C. Hadis ke-3
1. Teks dan Takhrij
49
Al-Ghazâlî. Minhâj al-„Âbidîn. (Jedah, Singapura, Indonesia : al-haramain, tt), h. 75.
50
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul. Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts al-
Nabawwî al-Syarîf. Juz. 2, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, t.t.), h. 148.
60
ونذ, انشفيقةdata yang ditemukan yakni dari lafaz ِ ونذ, هللا أردىyakni
sebagai berikut:
51
اهلل ارحم بعباده من ىذه بولدىا
18 خ
Penelitian dilakukan dari kata اردى:
52
: اهلل ارحم بعباده من ىذه بولدىا-
18 ادب: خ
22 توبة: م
1 جنائز: د
35 زىد: جو
Penelusuran di lakukan dari kata ونذ:
53
: اهلل ارحم بعباده من ىذه بولدىا-
18 ادب: خ
22 توبة: م
1 جنائز: د
35 زىد: جو
51
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, Juz 1, (Leiden: Beril,
1936), h. 81.
52
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 2, h. 240.
53
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 7, h. 313.
61
غسان قال :ح حدثن زيد بن اسلم ,عن ابيو ,عن عمر بن حدثنا ابن ايب مرم :حدʼثنا ابو ح
السيب قد ّتلب ثديها تسقي ,إذا اخلطاب :قدم على النحيب ص .م .سيب ,فإذا امرأة من ح
السيب ,أخذتو ,فألصقتو ببطنها وارضعتو ,فقال لنا النحيب صلى اهلل عليو وسلم :
وجدت صبيحا يف ح
( اترون ىذه طارحة ولدىا يف النحار ؟ ) فقلنا :ل ,و ىي تقدر على ان ل تطرحو ,فقال :اهلل
54
ارحم بعباده من ىذه بولدىا )
Redaksi hadis dari kitab Sahih Muslim :
54
Abî „Abdillâh Muhammad bin Ismâ‟îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah al-Ju‟fî Al-Bukhârî.
Sahîh al-Bukhârî. Juz. 1, (Riyad: Maktabah al-Rasyid, 2006), h. 838-839.
55
Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyayrî Al-Naysâbûrî. Sahîh Muslim. Juz. 4,
(Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1991), H. 2109.
62
انثخاري قال
قال
عن عن
ابيو ( 85ه)
عن عن
زيد بن اسالم ( 136ه)
حدثني حدثني
ابو غسان ( 165ه)
حدثنا حدثنا
حدثنا
Setelah ditelusuri, hadis ke-3 ini terdapat di dalam Kitab Sahîh al-
Bukhârî dan Sahîh Muslim, Berikut data lengkap periwayat hadis tersebut:
Jalur bukhari
1. Bukhârî :56
b. Guru-guru :
Mûsâ, „Abdân bin „Utsmân al Marwazî, „Alî bin al Madînî, „Affân bin
c. Murid-murid :
Ahmad bin Sahl bin Mâlik, Abû Bakar Ahmad bin „Amr bin
e. Pendapat Ulama :
56
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 24, h. 430-469.
64
„Amar ibnu „Alî : Hadis yang tidak diketahui Muhammad bin Ismâ‟il
b. Guru-guru :
Ibrâhîm bin Ismâ‟îl bin Abî Habîbah, Ibrâhîm bin Suwaid, Sulaimân
c. Murid-murid:
al „Abbâs al Râfiqî.
e. Pendapat ulama :
3. Abû Ghassân:59
b. Muhammad bin Muṯarrif bin Dâwud bin Muṯarrif bin „Abdullah bin
c. Guru-guru:
Zaid bin Aslam, Abî Hâzim bin Dînâr al Madanî, Suhail bin Hassân
al Kalbî, Suhail bin Abî Shâlih, Abî Bakar bin Hafs al Zuhrî, Abî al
d. Murid:
Sa‟îd bin Abî Maryam al Misrî, Ibrâhîm bin Abî „Ablah, Âdam bin
f. Pendapat ulama:
59
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz 26,
h. 470-472.
66
b. Guru-guru :
Ibrâhîm bin „Abdullah bin Hunain, Abîhi Aslam, Bisyri bin Sa‟îd,
c. Murid-murid :
Abû Ghassân, Ibnuhu Usâmah bin Zayd bin Aslam, Ismâ‟îl bin
e. Pendapat ulama:
Al Nasâʽî : Tsiqah.
5. Abîhi: 61
60
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 10, H. 12-18.
67
katakan : Abû Zaid al Madanî, Maulâ „Umar bin al Khaṯṯâb, ayah dari
b. Guru-guru :
c. Murid-murid :
Zaid bin Aslam, Qâsim bin Muhammad bin Abî Bakar al Siddîq,
e. Pendapat ulama :
Al „Ijlî : Tsiqah.
b. Guru-guru:
c. Murid-murid :
61
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, Juz.. 2,
h. 529-531.
62
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
15, h. 332-340
68
Aslam Maulâ „Umar bin al Khaṯṯâb, Anas bin Sîrîn, Tamîm bin
„Iyâḏ, Tsâbit bin „Ubaid, Hakîm bin Abî Hurrâh al Aslâmî, Harmalah
Maulâ Usâmah bin Ziyâd, Habîb bin Abî Tsâbit, Harîz atau Abû
Harîz.
e. Pendapat ulama :
Umar bin Khattâb adalah seorang sahabat dan sahabat sudah tidak
Penilaian Hadis
oleh Bukhârî, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti tidak ada yang
Bukhârî (194 – w. 256 H) menerima hadis dari Ibnu abi maryam (W. 224
diterima.
Ibnu abi maryam (W. 224 H) menerima hadis dari Abû Ghassân (w. 160
H) dengan cara Haddatsanâ, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan
Abû Ghassân (w. 160 H) menerima hadis dari Zaid bin Aslam (w. 136 H)
dengan cara Haddatsanâ, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan
Zaid bin Aslam (w. 136 H) menerima hadis dari Abîhî Aslam al Qurâsy al
„Adawî (W. 80 H.) dengan cara „an‟anah “‟an”, para ulama menilai positif
69
Aslam al Qurâsy al „Adawî (W. 80 H.) menerima hadis dari „Umar bin al
Khattâb (W. 73 H) dengan cara „an‟anah “‟an”, para ulama menilai positif (ta‟dil)
dapat diterima.
diteliti semuanya bersambung, tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan oleh Bukhârî berkualitas
sahîh.
Oleh karena alasan di atas, maka kualitas hadis ketiga ini dilihat dari segi
Jalur muslim
1. Muslim :63
b. Guru-guru:
Jahdamî, „Umar bin Hafs bin Ghiyâts, „Amr bin „Alî al Sîrifî, „Aun
bin Salâm al Hâsyimî, „Îsâ bin Zaghabah, al Fadl bin Sahl al A‟raj, al
c. Murid-murid :
63
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 27,
h. 499-507.
70
Tirmizî, Ibrâhîm bin Abî Tâlib, Ibrâhîm bin Muhammad bin Hamzah,
Abû al Fadl Ahmad bin Salamah al Hâfiz, Husaim bin Muhammad bin
Mustamlâ.
e. Pendapat Ulama :
Ibnu Hâtim : mereka adalah yang Tsiqah dari pada kata-kata mereka
b. Guru-guru :
64
Abû Syuhbah, Fî Rihab al Sunnah al Kutub al Sittah (Kairo : Majma‟ al Buhuts al
Islâmiyyah 1969), h. 83.
65
Abû al Fadl Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar al Asqalânî. Tahdzîb
al Tahdzîb, Juz : 1, (T.tp : T.pn, 1326 H), h. 529.
66
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 6 h. 259-264.
71
Ibrâhîm bin al San‟ânî, Ja‟far bin „Aun, Zaid bin al Hubbâb, Rouhun
bin „ûbâdah, Sa‟îd bin al Hakam bin Abî Maryam, Safwân bin Sâlih
c. Murid-murid:
Bakar bin Ahmad bin „Amr bin Abî „Âsim al Nabîl, Ishâq bin al
e. Pendapat Ulama :
Al Nasâʽî : Tsiqah.
a. Muhammad bin Sahal bin „Askar bin „Umârah ibnu Duwaid, di sebut ;
251 H)
b. Guru-guru:
Âdam bin Abî Iyâs, Abî al Yamân al Hakam bin Nâfi‟,‟Utsmân bin
c. Murid-murid :
67
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 25,
h. 325-327.
72
Haḏrâmî.
e. Pendapat ulama :
Al Nasâʽî : Tsiqah.
9. Abû Ghassân:69
11. Abîhi:71
Penilaian Hadis
oleh Muslim, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti tidak ada yang
Muslim menerima hadis dari Hasan bin „Alî al Halwânî (W. 242 H) dan
Muhammad bin Sahal al Tamîmî (W. 251 H) dengan cara “haddatsanâ”, para
68
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
10, h. 391-395.
69
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 26,
h. 470-472.
70
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 10,
h. 12-18.
71
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 2
h. 529-531.
72
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 15,
h. 332-340.
73
ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan mereka pernah bertemu, sehingga
Hasan bin „Alî al Halwânî (W. 242 H) dan Muhammad bin Sahal al
Tamîmî (W. 251 H) menerima hadis dari Ibnu abi maryam (W. 224 H) dengan
cara “haddatsanâ”, para ulama menilai positif (ta‟dil) dan dimungkinkan mereka
Urutan penilaian sanad berikutnya adalah sama dengan urutan sanad pada
hadis dari al Bukhârî sebelumnya yakni dari Ibnu Abî Maryam, Abû Ghassân,
Zaid bin Aslam, Aslam al Qurâsy al „Adawî, „Umar bin al KhaThâb Berdasarkan
penelitian dan pendapat para ulama di atas, sanad yang diteliti semuanya
bersambung, tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga dapat disimpulkan
Oleh karena alasan di atas, maka kualitas hadis ketiga ini dilihat dari segi
D. Hadis ke-4
إ حن للحلو ت عاىل مائة رمح ٍة ف واحدة من ها قسمها ب ي اجل ّن و اإلنس والب هائم فبو ي ت عاطفون
73
.و با ي ت رامحون وادخر من ها تسعة وتسعي لن فسو لي رحم با عباده ي وم القيامة
Allah SWT menyediakan seratus nikmat, yang satu
diturunkan ke dunia dunikmati seluruh makhluk, termasuk jin, burung
dan binatang kecil. Dengan nikmat yang satu itu mereka saling
mengasihi, sehingga tenteram hidupnya. Sedangkan yang sembilan
puluh sembilan disimpan guna diberikan hanya kepada hamba-hamba-
Nya yang Mu‟min, di hari kemudian.
74
: فبها يتعاطفون و با يرتامحون
73
Al-Ghazali. Minhâj al-„Âbidîn. (Jedah, Singapura, Indonesia : al-haramain, tt), h. 75.
74
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, Juz 4, (Leiden: Beril,
1936), h. 262.
75
19 . توبة: م
35 , زىد: جو
434 , 2 : حم
Penelusuran melalui kata يائةditemukan data sebagai berikut :
75
جل مائة رحمة
ّ عز و
ّ إ ّن اهلل
26 , 5 , 6 : حم
Penelusuran melalui kata جسعةditemukan data sebagai berikut :
76
كل مائة تسعة و تسعي
اخرج من ح
46 , 45 رقاق: خ
Penelusuran melalui kata عثذditemukan data sebagai berikut :
77
لريحم با عباده
35 . زىد: جو
434 , 2 : حم
Dari hasil takhrij hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis yang berhasil
ditemukan di dalam kitab-kitab rujukan (tidak semua informasi dari rumus takhrij
75
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 6, h. 164.
76
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 1, h. 272.
77
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 4, h. 116.
76
واإلنس والبها ئمواذلو حام .فبها يتعاطفون و با يرتامحون .وبا تعطف احلوش على ولدىا
78
اخر اهلل تسعا وتسعي رمحة يرحم با عباده يومالقيامة
وح
Redaksi hadis Ibnu Mâjah :
ح حدثنا ابو بكر بن ايب شيبة .ثنا يزيد بن ىارون انبأنا عبد ادللك عن ٍ
عطاء عن ايب ىريرة,
عن النحيب صلىاهلل غليو وسلم قال :إ حن هلل مائة ٍ
رمحة فواحدة منها قسم منها رمحة بي مجيع
اخر تسعة
اخلالئق فبها يرتامحون .وبا يتعاطفون وبا تعطف احلوش على ولدىا .و ح
79
وتسعي رمحة يرحم با عباده يومالقيامة
Redaksi hadis Musnad Ahmad bin Hanbal:
78
Abî al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyayrî Al-Naysâbûrî. Sahîh Muslim. Juz. 4,
(Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah, 1991), h. 2108.
79
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwiwi. Sunan Ibnu Mâjah. Juz. 2,
Daar Ahya al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t.), h. 1435.
80
Abû „Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin Asad Al-Syaybânî.
Musnad Ahmad bin Hanbal. Juz. 2, (Beirut: Alam Kutb, 1998), h. 694.
77
عطاء ( 114ه)
عن عن
عبد ادللك ( 145ه)
ثنا ح حدثنا
ابو بكر بن اىب شيبة ( 235ه) زلمد بن عبد اهلل بن منري( 234ه )
Sahîh Muslim, Sunan Ibnu Mâjah, Musnad Ahmad bin Hanbal. Berikut data
Jalur Muslim
1. Muslim :81
b. Guru-guru:
Bâhilî, „Alî bin Nasr bin „Alî al Jahdamî, „Umar bin Hafs bin Ghiyâts,
„Amr bin „Alî al Sîrifî, „Aun bin Salâm al Hâsyimî, „Îsâ bin Zaghabah,
al Fadl bin Sahl al A‟raj, al Qâsim bin Zakariyâ bin Dînâr al Kûfî.
c. Murid-murid :
Tirmidzî, Ibrâhîm bin Abî Tâlib, Ibrâhîm bin Muhammad bin Hamzah,
Abû al Fadl Ahmad bin Salamah al Hâfiz, Husaim bin Muhammad bin
Mustamlâ.
e. Pendapat Ulama :
81
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 27 h. 499-507.
79
Ibnu Hâtim : mereka adalah yang Tsiqah dari pada kata-kata mereka
b. Guru-guru :
Abîhi „Abdullah bin Numair, abdullah bin Idrîs, Ahmâd bin Basyîr
Muhammad al Qurâsyî.
c. Murid-murid :
Muslim, Abû Hurairah, Abû Dâwud, Ibnu Mâjah, Abû Ya‟lâ Ahmad
bin „Alî bin al Mutsannâ al Mawsuliyu, „Alî bin al Husain bin Junaidi,
82
Abû Syuhbah, Fî Rihab al Sunnah al Kutub al Sittah (Kairo : Majma‟ al Buhuts al
Islâmiyyah 1969), h. 83
83
Abû al Fadl Ahmad bin „Alî bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar al Asqalânî. Tahdzîb
al Tahdzîb, Juz : 1, (T.tp : T.pn, 1326 H), h. 529
84
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), juz. 25, h. 566-570.
80
Al Hâtim : Tsiqah
3. Abî: 85
b. Guru-guru:
c. Murid:
Ahmad bin Abî al Hawârî, Sufyân bin Wakî‟ bin al Harâj, „Ubaid bin
Ya‟îsy.
e. Pendapat Ulama:
85 85
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
116, h. 225.
81
4. Abdu al malik : 86
b. Guru-guru:
„Ata bin Abî Rabâh, Anas bin Sîrîn, Zubaid al Yâmî, „Abdullah bin
c. Murid-murid :
Ahmad : Tsiqah.
Al Nasâ‟i : Tsiqah
86 86
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
18, h. 322.
82
5. „Atâ‟ 87
a. „Atâ` bin Abî Rabâh, dan namanya Aslam al Qurasyi al Fahrî, Abû
Khattâb „Alâ Makkah, dan dikatakan Maulâ Banî Jumah. (W. 114 H)
b. Guru-guru:
Usâmah bin Yazîd bin Hârits al Kalbî, Aus bin al Shâmit,Jâbir bin
c. Murid-murid:
6. Abi Hurairah: 88
87 87
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
20, h. 69.
88 88
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
34, h. 366.
83
„âmir, dan masih banyak lagi pendapat ulama mengenai namanya dan
ayahnya. (W. 59 H)
b. Guru-guru :
Nabi SAW, Ubay bin Ka‟ab, Usâmah bin Zaid bin Hâritsah, „Umar
bin al Khattâb, Basrah bin Abî Basrah al Ghifârî, Abî Bakar al Siddîq.
c. Murid-murid:
„Aṯâʼ bin Abî Rabâh, Ibrâhîm bin Ismâ‟îl, Ibrâhîm bin „Abdullah bin
Hunain, Basyîr bin Nahîk, Aus bin Khâlid, Anas bin Malik, Bukair
bin Syammâm.
e. Pendapat ulama :
Penilaian Hadis
oleh Muslim, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti tidak ada yang
Muslim (w. 261 H) adalah periawayat hadis dan dibukukan oleh putranya
yakni Muhammad bin „Abdullah bin Numair (W. 234 H) para ulama menilai
positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara haddatsanâ,
„Abdullah bin Numair hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan
ayahnya sekaligus gurunya yakni „Abdullâh bin Numair (w. 199 H), para ulama
menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara
„Abdullâh bin Numair hidup sezaman dengan gurunya, dan telah terjadi
pertemuan dengan „Abdul malik (W. 145 H), Para ulama menilai positif (ta‟dîl),
beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, dengan
„Abdul malik menerima riwayat hadis dari „Atâ` bin Abî Rabâh (w. 114 H),
para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan
diterima.
„Atâ` bin Abî Rabâh menerima riwayat hadis dari Abi Hurairah (w. 59 H)
dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, Para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau
menerima hadis dari gurunya dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, dengan demikian
Abi Hurairah menerima riwayat hadis langsung dari Rasulullah SAW, dengan
cara “mu‟an‟an” “‟an”, karena mereka hidup sezaman dan dimungkinkan telah
diterima.
diteliti semuanya bersambung, tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah
berkualitas sahîh.
85
Oleh karena alasan di atas, maka kualitas hadis Muslim ini dilihat dari segi
1. Ibnu Mâjah.
b. Guru-guru : -
c. Murid :
Ishâq bin Muhammad al Qazwînî, Ja‟far bin Idrîs, al Husain bin „Alî
bin Yazdâniyâr, Sulaimân Bin Yazîd al Qazwînî, Abû Hasan „Alî bin
e. Pendapat ulama :
89 89
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
16, h. 34- 41.
86
bin Khawâsiṯî al „Absî, Maulâhum, Abû Bakar bin Abî Syaybah (W,
235 H)
b. Guru-guru:
„Abdullah bin Yûnus, Isma‟îl bin „Ayyâs, Abî Usâmah Hammâd bin
c. Murid-murid:
e. Pendapat ulama:
a. Yazîd bin Hârûn bin Zâzî, dan di katakan , ibnu Zâzân, ibnu Tsâbit al
b. Guru-guru :
.90 90 Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
32, h. 261-269.
87
Hajjâj, „Awwâm bin Hawsyâb, „Îsâ bin Maymûn, Mâlik bin ʼAnas.
c. Murid-murid :
bin Ya‟Qûb, Ahmad bin Hanbâl, Ishâq bin Abî „Îsâ, „Abdu al Rahmân
e. Pendapat ulama :
Muhammad bin Sa‟din, Yahya bin ma‟în, Ali ibnu al Madini, Al‟ijlî
2. Abdu al malik : 91
3. „Atâ 92
4. Abi Hurairah: 93
Penilaian Hadis
oleh Ibnu Mâjah, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti tidak ada yang
91 91
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
18, h. 322.
92 92
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
20, h. 69.
93 93
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
34, h. 366.
88
Ibnu Mâjah (w. 235 H) menerima hadis dari gurunya Yazîd bin Hârûn (W.
234 H) para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya
diterima.
Yazîd bin Hârûn hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan „Abdul
malik (W. 145 H), Para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari
„Abdul malik menerima riwayat hadis dari „Atâ` bin Abî Rabâh (w. 114 H),
para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan
diterima.
„Atâ` bin Abî Rabâh menerima riwayat hadis dari Abi Hurairah (w. 59 H)
dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, Para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau
menerima hadis dari gurunya dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, dengan demikian
dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, karena mereka hidup sezaman dan dimungkinkan
telah terjadi pertemuan antara keduanya sehingga sanadnya bersambung dan dapat
diterima.
diteliti semuanya bersambung, tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah
berkualitas sahîh.
89
Oleh karena alasan di atas, maka kualitas hadis ini dilihat dari segi
a. Nama lengkap : Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin
241. H di Baghdad )
b. Guru-guru:
Yahyâ bin Zakariâ Wakî‟ bin al Jarrâh, „Abdu al Rahmân bin Mahdî,
Ibrâhîm bin Khâlid al San‟ânî, Tsâbit bin al Walîd bin „Abdullah bin
c. Murid-murid :
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (ibnuhu), „Abbâs bin „Abdu al Azîm,
e. Pendapat ulama :
94 94
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
1, h. 437-470.
90
6. Yahyâ : 95
a. Yahyâ bin Zakariâ bin Abî Zâʼidah, dan namanya Maymûn bin Fairûz
b. Guru-guru:
„Abdul Malik bin Abî Sulaimân, Abî Ya‟Qûb Ishâq bin Ibrâhîm al
Tsaqafî, Isrâʼîl bin Yûnus, Ismâ‟îl bin Abî Khâlid, Dâwud bin Abî
c. Murid-murid:
Ahmad bin Hanbal, Ibrâhîm bin Mûsâ al Farraʼi, Ziyâd bin Ayyûb al
Ṯûsî, Suraih bin Yûnus, Ismâ‟îl bin Taubah al Qazwînî, Sahal bin
e. Pendapat ulama :
7. „Abdu al Malik : 96
8. „Atâ 97:
95 95
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
31, h. 305-312.
96 96
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
18, h. 322.
97 97
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
20, hal. 69.
91
9. Abi Hurairah: 98
Penilaian Hadis
Setelah melakukan penelitian sanad melalui jalur hadis yang diriwayatkan
oleh Ahmad bin Hanbal, dapat disimpulkan bahwa periwayat yang diteliti tidak
Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) menerima hadis dari gurunya Yahyâ bin
Zakariâ (W. 184 H) para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari
dapat diterima.
Yahyâ bin Zakariâ hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan „Abdul
malik (W. 145 H), Para ulama para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau
menerima hadis dari gurunya dengan cara “mu‟an‟an” “‟an”, dengan demikian
Periwayat selanjutnya sama seperti jalur Ibnu Mâjah yakni „Abdu al Malik,
diteliti semuanya bersambung, tsiqah, tidak syâdz dan tidak ada „illat, sehingga
dapat disimpulkan bahwa sanad hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal
berkualitas sahîh.
Oleh karena alasan di atas, maka kualitas hadis ini dilihat dari segi
98 98
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
34, h. 366.
92
E. Hadis ke-5
إذا كان يوم القيامة خيرج قوم من قبور ىم ذلم ُنب يركبوهنا اجنحة خضر فتطري بم عرصاتالقيامة
ٍ حّت إذا أتوا على حيطان اجلنحة فإذا رأهتم ادلالئكة قال بعضهم
لبعض من ىؤلء فيقولون ما ندري ح
م فيأ تيهم بعض ادلالئكة فيقولون من انتم ومن اي األ مم انتم فيقولون.لعلهم من حأمة زلمد ص
م فنقول ذلم دلالئكة ىل حوسبتم فيقولون ل فتقول ادلالئكة ىل وزنتم فيقولون.من أ حمة زلمد ص
فكل ذالك وراءكم فيقولون ىل
ل فتقول ادلالئكة ىل قرأًب كتبكم فيقولون ل فتقول ادلالئكة ارجعوا ح
.99أعطيتمونا شيأ ف نحاسب عليو
Saat hari kiamat tiba, orang-orang keluar dari dalam kubur. Mereka
menaiki kendaraaan yang memiliki sayap berwarna hijau, kemudian kendaraan
itu menerbangkan mereka menuju padang mahsyar. Ketika sampai di pintu surge,
para malaikat melihat mereka, dan saling bertanya satu sama lain,‟siapakah
mereka?‟Malaikat yang lain menjawab, „Kami tidak tahu, mungkin saja mereka
umat Muhammad. Tidak lama kemudian, sebagian malaikat mendatangi mereka
dan bertanya, „apakah kalian telah dihisab?‟ secara serempak, mereka
menjawab. „Belum‟. Malaikat yang lain bertanya lagi, „ Apakah amal-amal kalian
telah ditimbang?‟, mereka menjawab serempak, „Belum‟. Malaikat yang lain
bertanya lagi,‟Apakah kalian telah membaca buku catatan amal kalian?‟ Mereka
tetap menjawab,„Belum‟. Lantas Malaikat itu berkata,„ Kembali kalian! Kalian
harus berbaris dengan rapi. Mereka bertanya kepada para malaikat, „apakah
kalian akan memberikan sesuatu kepada kami, sehingga kami dapat
memperhitungkannya?‟
a. Penelusuran dengan metode awal matan
Setelah ditelusuri melalui awal kata إذاكانyang terdapat dalam matan hadis
Syarîf, berdasarkan data kitab tersebut, informasi yang didapat adalah sebagai
berikut :
99
Al-Ghazali. Minhâj al-„Âbidîn. (Jedah, Singapura, Indonesia : al-haramain, tt), h. 77.
93
100
الصوام
إذا كان يوم القيامة خيرج ح
2379 : جوامع
101
الصوامون
إذا كان يوم القيامة خيرج ح
2558 : جوامع
b. Penelusuran dengan metode lafaz
ُ وس
فحطي ُز تهى و, خضز, اجُذة, ركثُىَها, أعطيحى, دىسثحى, ٌ ديطا, َث ِ , فَُُ َذاسة
dari banyak kata yang di cari dalam kitab Mu‟jam al-Mufahras li Alfâz
yang tertera dalam Kutub al Tis‟ah, maka dari hasil takhrij hadis di atas, tidak
adanya penelitian lebih lanjut karena kitab rujukan adalah tidak ada yang
2. Skema sanad
yakni pencarian dari awal matan menggunakan kitab Mausû‟ah al Atraf dan
100
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul. Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts al-
Nabawwî al-Syarîf. Juz. 1, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, t.t.), h. 392.
101
Abu Hajar Muhammad al-Sa‟id bin Basyuni Zaghlul. Mausû‟ah Atrâf al-Hadîts al-
Nabawwî al-Syarîf. Juz. 1 h. 392..
94
F. Hadis ke-6
الكيّس من دان ن فسو و عمل لما ب عد الموت والعاجز من أت بع ن فسو ىواىا وتن
ٌ دا, ا ّجثع, انعاجشdata yang ditemukan hanya dari lafadz, ا ّجثع, انعاجش,يىت
102
Al-Ghazali. Minhâj al-„Âbidîn. (Jedah, Singapura, Indonesia : al-haramain, tt), h. 78.
95
103
الكيحس من دان نفسو و عمل دلا بعد ادلوت
25 : قيامة: ت
31 : زىد: جو
.124 , 4 : حم
Hasil dari penelusuran dari kata انعاجش:
104
والعاجز من أتبع نفسو ىواىا
25 : قيامة: ت
31 : زىد: جو
.124 , 4 : حم
Hasil dari penelusuran dari kata ا ّجثع:
105
وجل
عز ح
وتن علي اهلل ح
العاجز من أتبع نفسو ىواىا ح
25 , قيامة: ت
31 , زىد: جو
.124 , 4 : حم
Hasil dari penelusuran dari kata ٌ دا:
106
: دان
25 : قيامة: ت
103
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, Juz 6, (Leiden: Beril,
1936), h. 188.
104
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 4, h. 137.
105
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 1, h. 261.
106
Winsink, Al-Mu‟jam al-Mufahras Lialfâz al-Hadîts al-Nabawwî, juz. 2, h. 163.
96
حم.124 :4 :
Dari hasil takhrij hadis di atas, berikut ini adalah teks hadis yang berhasil
ح حدثنا سفيان بن وكيع ,قال :ح حدثنا عيسى بن يونس ,عن ايب بكر بن ايب مرم( .ح) و
ح حدثنا عبد اهلل بن عبد الرمحن ,قال :اخربنا عمرو بن عون ,قال اخربنا ابن ادلبارك ,عن
ايب بكر بن ايب مرم ,عن ضمرة بن ٍ
حبيب ,عن ش حداد بن ٍ
اوس ,عن النحيب ص.و ,قال:
الكيحس من دان نفسو و عمل دلا بعد ادلوت ،و العاجز من اتبع نفسو ىواىا و تىن على
107
اهلل ىذا حديث حسن
Redaksi hadis dari kitab ibnu Mâjah :
احلمصي .ثنا بقيحة بن الوليد .ح حدثىن ابو بكر ابن ايب مرم عن
ُّ ح حدثنا ىشام بن غبد ادللك
ضمرة بن ٍ
حبيب ,عن ايب يعلى ش حداد بن ٍ
اوس :قال :قال رسول اهلل ص.م ((الكيحس من
108
دان نفسو و عمل دلا بعد ادلوت ،و العاجز من اتبع نفسو ىواىا ,و تىن على اهلل ))
Redaksi hadis dari kitab Musnad Ahmad bin Hanbal :
حدثنا عبد اهلل حدثن أيب ثنا علي بن إسحاق قال انا عبد اهلل يعن بن ادلبارك قال انا أبو
بكر بن أيب مرم عن ضمرة بن حبيب عن شداد بن أوس قال قال رسول اهلل صلى اهلل
عليو و سلم :الكيس من دان نفسو وعمل دلا بعد ادلوت والعاجز من اتبع نفسو ىواىا
107
Abî „Îsâ Muhammad bin „Îsâ Al-Tirmizî. Sunan al-Tirmidzî. Juz. 5, (Beirut: Dar al-
Gharby al-Islamy, 1998), h. 246-247.
108
Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwiwi. Sunan Ibnu Mâjah. Daar
Ahya al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t.), h. 1423.
97
109
وتىن على اهلل
109
Abû „Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin Asad Al-Syaybânî.
Juz. 4, Musnad Ahmad bin Hanbal. (Beirut: Alam Kutb, 1998), h. 124.
98
2. SkemaSanad
رسول اهلل
Penjelasan: عن قال
قال
شداد بن عوس ( 65ه)
امحد بن حنبل عن عن عن
انا ح حدثىن
عن عن
عبد اهلل بن ادلبارك (181ه) عيسى بن يونس ( 191ه) بقية بن الوليد ( 197ه)
انا حدثنا
اخربنا ثنا
على بن اسحاق (213 عمرو بن عون( 225ه) سفيان بن وكيع ىشام بن عبد
حدثن اخربنا
حدثنا حدثنا
حدثنا
امحد بن حنبل ( 241ه) الرتمذي ( 279ه) ابن ماجة ( 275ه)
99
Setelah hadis ini ditelusuri, hadis tersebut berada di tiga kitab, yaitu Sunan
al Tirmidzî, Ibnu Mâjah, dan Musnad Ahmad bin Hanbal. Dalam penelitian
sanad, akan dilakukan pada ketiganya, karena kandungan hadisnya semakna dan
jalur ini memiliki rangkaian sanad yang lengkap dan hampir mirip. Berikut data
Jalur Tirmidzî :
1. Imam al-Tirmizî110
f. Nama lengkap : Muhammad bin „Îsâ bin Sawrah bin Mûsâ bin al-
Dahâk, Muhammad bin „Îsâ bin Yazîd bin Sawrah bin al-Sakan al-
Al-Zahabî : al-Hâfiz
110
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl.Juz. 26,
(Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983), h. 250-252.
100
Muhammad al Kûfî.
b. Guru-guru :
„Îsâ bin Yunus, Yahyâ bin Yamân, Abîhi Wakî‟ bin al Jarrâh, Yahyâ
bin Sa‟îd al Qaṯṯân, Yûnus bin Bukair, Mu‟âz bin Mu‟âz al Anbarî
c. Murid-murid :
Al Tirimizî, Ibnu Mâjah, Abû Ja‟far bin Ahmad bin al Hasan, Abû
„Alî Ahmad ibnu Muhammad bin „Alîbin Razîn, „Imrân bin Mûsâ al
e. Pendapat ulama :
Al Zahabî : Da‟îf.
a. Nama lengkap : „îsâ bin Yûnus bin Abî ishâq al Sabî‟î, Abû „Amr, dan
H di Syam)
b. Guru-guru:
Abû Bakar bin „Abdullah bin Abî Maryam, Akhdâr bin Ajlân,
Hisyâm bin Hasân Mûsâ bin „Ubaidah al Zabîdî, „Utsmân bin Hakî al
Ansârî.
111
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
11, h. 200-203.
112
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
23, h. 62-76.
101
c. Murid-murid:
e. Pendapat ulama:
Al Nasâ‟î: tsiqah.
Ghassânî al Syâmî, ibnu Walid bin Sufyân bin Abî Maryam, dan telah
b. Guru-guru :
113
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
33, h. 108-111.
102
c. Murid-muridnya :
Îsâ bin Yûnus, Baqiyyah bin Walid, Walid bi Muslim, Ismâ‟îl bin
e. Pendapat ulama :
Al Nasa‟I; Da‟îf
Al Dâruqutnî : Da‟îf
a. Nama lengkap : Damrah bin Habîb bin Suhaib al Zubaidî, Abû „Utbah
al Syâmî al Himsî, anak dari „Utbah bin Damrah bin Habîb, dan
b. Guru-guru:
114
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
13, h. 314-316.
103
c. Murid-murid:
Rahmân bin Yazîd bin Jâbir, Hilâl bin Yasâf, Mu‟âwiyah bin Shâlih al
Hadrami.
a. Nama lengkap : Syaddâd bin ‛Aus bin Tsâbit al Ansârî al Najjârî, Abû
H)
b. Guru-guru:
c. Murid:
Damrah bin Habîb, Usâmah bin ' KhâLid bin Ma‟dân, „Utsmân bin
Rabî‟ah bin al Hudair, Mahmûd bin Labîd, Mughîrah bin Sa‟îd bin
d. Pendapat ulama:
Syaddâd bin Aus adalah seorang sahabat dan sahabat sudah tidak
a. Nama lengkap : „Abdullah bin „Abdu al Rahmân bin al Fadl bin Bahr
b. Guru-guru :
„Amr bin „Aun, Ahmad bin Ishâq al Hadramî, Ahmad bin Hajjâj al
Marwazî, Ahmad bin Hamîd al Kûfî, Âdam bin Abî Iyyâs, Ismâ‟îl bin
Hazâmî.
c. Murid-murid :
Tirmidzî, Abû Dâud, Ibrâhîm bin Abî Tâlib al Naysâbûrî, Ahmad bin
Abû Ya‟qûb.
e. Pendapat Ulama:
115
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
15, h. 210-217.
105
Hâfiz Abû Bakar Al Khatîb : Hâfiz, Itqân Lahu, Tsiqah, Wara, Sidqi,
Zuhd.
a. Nama lengkap : „Amr bin „Aun bin ‛Aus bin al Ja‟d al Sulamî, Abû
b. Guru-guru:
Basyîr, Syarîk bin „Abdullah, Syu‟aib bin Ishâq, Wakî‟ bin Jarrâh,
c. Murid-murid :
e. Pendapat Ulama :
116
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
22, h. 177-180.
117
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
16, h. 5-25.
106
b. Guru-guru:
Abu Bakar bin „Abdullah bin Abî Maryam, Abu Bakar bin „Alî bin
Miqdâm, Abu Bakar binbin „Ayyâsy, Ya‟qûb bin al Qa‟qâ‟, Abî Bisyr
c. Murid-murid :
„Amr bin „Aun al Wâsitî, „Alî bin Hasan al Nasâ‛î, „Alî bin Sa‟îd bin
„Abdullah bin Muhammad bin Asmâ‛, Abû Ja‟far bin „Abdullah bin
Muhammad.
e. Pendapat Ulama:
Hadîts.
118
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
33,h h. 108, 111.
119
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
13, h. 314-316.
107
Penilaian Hadis
oleh al-Tirmidzî, terdapat dua orang periwayat yang dinilai negatif (jarh) oleh
para ulama yaitu Abû Bakar bin Abî Maryam dan Sufyân bin Wakî‟.
Imâm al-Tirmidzî (w. 279 H) hidup sezaman dengan gurunya, dan telah
terjadi pertemuan dengan Sufyân bin Wakî‟. Para ulama menilai negatif (jarh)
„Abdu al Rahmân (w. 255 H), dan telah terjadi peremuan dengannya. Para ulama
diterima.
Sufyân bin Wakî‟ hidup sezaman dengan gurunya, dan telah terjadi
pertemuan dengan „Isâ bin Yûnus (w. 191 H) dengan cara “haddatsanâ”, para
ulama menilai positif (ta‟dîl), dengan demikian sanadnya bersambung dan dapat
diterima.
„Isâ bin Yûnus (w. 191 H) menerima riwayat hadis dari Abû Bakar bin
Abî Maryam (W. 156 H) dengan “haddatsanâ”, para ulama menilai negatif (jarh),
dua diantaranya al Nasâ‛î “da‟if” dan Abû Zur‟ah al Râzî “Munkar al Hadîts”.
karena mereka hidup sezaman dan dimungkinkan telah terjadi pertemuan antara
(„ )حAbdullah bin „Abdu al Rahmân (W. 255 H) menerima riwayat dari
gurunya bernama „Amr bin „Aun (w. 225 H) dan dimungkinkan telah terjadi
108
pertemuan antara keduanya. Para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima
dapat diterima.
„Amr bin „Aun (w. 225 H) menerima riwayat hadis dari Ibnu al Mubârak
(w. 181 H) dengan cara “akhbaranâ” para ulama menilai positif (ta‟dîl), karena
dari Ibnu al Mubârak (w. 181 H) menerima riwayat dari Abî bakar bin abi
Maryam (w. 156 H) dengan cara „an‟anah (“‟an”). dalam hal penilaian beberapa
ulama menilai negatif (jarh), karena mereka hidup sezaman dan dimungkinkan
telah terjadi pertemuan antara keduanya sehingga sanadnya bersambung dan dapat
diterima.
Abû Bakar bin Abî Maryam (W. 156 H) hidup sezaman dengan gurunya,
Damrah bin Habîb (w. 130 H) dengan cara „an‟anah (“‟an”). dalam hal penilaian
beberapa ulama menilai positif (ta‟dil), dan dimungkinkan telah terjadi pertemuan
Damrah bin Habîb menerima hadis dari Syaddâd bin ‛Aus (w. 60 H)
dengan dengan cara „an‟anah (“‟an”), para ulama menilai positif (ta‟dîl), karena
Syaddâd bin ‛Aus (w. 60 H) menerima hadis dari Nabi Muhammad Saw.
langsung, Syaddâd bin ‛Aus adalah seorang sahabat yang tidak diragukan lagi
keadaan bersambung antara murid dengan guru. Dari sekian periwayat yang ada,
dua di antaranya yaitu Sufyân bin Wakî‟ dan Abû Bakar bin Abî Maryam
berstatus periwayat yang da‟îf. Dikarenakan ada periwayat yang tidak tsiqah,
maka penilaian syâdz, dan „illat tidak dilakukan, sehingga sanad hadis dari jalur
1. Ibnu Mâjah.
b. Guru-guru : -
c. Murid :
Ishâq bin Muhammad al Qazwînî, Ja‟far bin Idrîs, al Husain bin „Alî
bin Yazdâniyâr, Sulaimân Bin Yazîd al Qazwînî, Abû Hasan „Alî bin
Ibrâhîm bun Salamah al Qazwînî al Qattân, „Alî bin Sa‟îd bin „Abdullah al
Hamzânî, Ahmad bin Ibrâhîm al Qazwînî, Abû Tayyib Ahmad bin Raûhun al
Baghdâdî.
e. Pendapat ulama :
110
a. Nama lengkap : Hisyâm bin „Abdu al Malik bin „Imrân al Yazanî, Abû
Taqî al Himsî.
b. Guru-guru :
c. Murid-murid:
Mûsâ bin Jumhûr al Tinnîsî, Abû „Imrân Mûsâ bin Sahal, Abû Bakar
e. Pendapat ulama :
120
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
30, h. 223-226.
111
a. Nama lengkap : Baqiyyah bin al walîd bin Shâ`id bin Ka‟ab bin Harîz
(W. 197 H)
b. Guru-guru:
Abî Bakar bin „Abdiilah bin abî Maryam al Ghassânî, Abî Halbas,
Muslim bin „Abdullah, marwân bin Sâlim, Ishâq bin Tsa‟labah bin
c. Murid-murid:
Ya‟qub : Tsiqah
Al Nasâ‟I : Tsiqah
121
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 4,
h. 192-200.
122
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
33,h h. 108, 111.
112
Penilaian Hadis
oleh Ibnu Mâjah, terdapat dua orang periwayat yang dinilai negatif (jarh) oleh
para ulama yaitu Hisyâm bin „Abdu al Malik al Hamasî dan Abî Bakar bin Abî
Maryam.
Ibnu Mâjah (w. 275 H) hidup sezaman dengan gurunya, dan telah terjadi
pertemuan dengan Hisyâm bin „Abdu al Malik al Hamasî , diantara ulama ada
yang mencacatkan (jarh), yaitu Abû Dawud dengan penilaian “da‟îf”. Ibnu Mâjah
dan telah terjadi pertemuan dengan Baqiyyah bin al walîd (W. 197 H), para ulama
menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara
Baqiyyah bin al Walîd (W. 197 H) menerima riwayat hadis dari Abu
Bakar bin Abî Maryam dengan cara “haddatsanâ” para ulama menilai negatif
(jarh), dua diantaranya al Nasâ‛î “da‟if” dan Abû Zur‟ah al Râzî “Munkar al
Hadîts”. karena mereka hidup sezaman dan dimungkinkan telah terjadi pertemuan
123
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
13, h. 314-316.
124
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
12, h. 390-392.
113
Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat ibnu Majah, periwayatan dalam
keadaan bersambung antara murid dengan guru. Dari sekian periwayat yang ada,
dua di antaranya yaitu Hisyâm bin „Abdu al Malik dan Abû Bakar bin Abî
Maryam berstatus periwayat yang da‟îf. Dikarenakan ada periwayat yang tidak
tsiqah, maka penilaian syâdz, dan „illat tidak dilakukan, sehingga sanad hadis dari
1. Abdullah :125
a. Nama lengkap : „Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin
b. Guru-guru :
Ahmad bin Muhammad bin bin Hanbal, Ishâq bin Mûsâ al Ansârî,
Zakariâ bin Yahyâ, Dâwud bin „Amr al Ḏabî, Hakam bin Mûsâ al
c. Murid-murid :
Sulaimân bin Ahmad bin Ayyûb al Ṯabrânî, Ishâq bin Ahmad al Kâzî,
e. Pendapat Ulama :
125
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
14, h. 285-292.
114
2. Abi : 126
a. Nama lengkap : Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin Asad
H di Baghdad )
b. Guru-guru :
Khâlid al San‟ânî, Tsâbit bin al Walîd bin „Abdullah bin Jamî‟, Isma‟îl
bin „Aliyah, „Abdu al Razzâq bin Hamâm, „Abdu al „Azîz bin „Abdu al
Samad.
c. Murid :
e. Pendapat ulama :
126
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz. 1,
h. 437-470.
115
Di Marw)
b. Guru-guru :
c. Murid-murid :
Ahmad bin Habnbal, Ibrâhîm bin Mûsâ al Râzî, Abû Mas‟ûd Ahmad
bin Khalîlal Burjalânî, Ishâq bin Abî Isrâ‛îl, „Abbâs bin Muhammad al
e. Pendapat Ulama :
Al Nasâ‛î : Tsiqah.
127
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
20, h. 318-320.
128
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
16, h. 5-25.
116
b. Guru-guru :
Abu bakar bin abdullah bin abi Maryam, abân bin Taghlib, Ibrâhîm
bin abî „Ablah, Usâmah bin Zayd al Laytsi, Ismâ‟îl bin Muslim.
c. Murid-murid :
Sulaimân
e. Pendapat Ulama :
Hadîts.
Penilaian Hadis
129
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
33,h h. 108, 111.
130
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
13, h. 314-316.
131
Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ‟ al-Rijâl, juz.
12, h. 390-392.
117
oleh Ahmad bin Hanbal, terdapat satu orang periwayat yang dinilai negatif (jarh)
Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) adalah periawayat hadis dan dibukukan oleh
putranya yakni „Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dan banyak hadis yang
„Abdullah terima dari Ayahya langsung, sehingga di dalam penulisan hadis terjadi
dua kali penyebutan Ahmad bin Hanbal, namun hakikatnya adalah „Abdullah
„Abdullah (w. 290 H) hidup sezaman dan telah terjadi pertemuan dengan
gurunya yakni ayahnya Ahmad bin Hanbal (w. 241 H), para ulama menilai positif
(ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara haddatsanâ, dengan
Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) hidup sezaman dengan gurunya, dan telah
terjadi pertemuan dengan „Alî bin Ishâq (W. 213 H), para ulama menilai positif
(ta‟dîl), beliau menerima hadis dari gurunya dengan cara tsanâ, dengan demikian
„Alî bin Ishâq (W. 213 H) menerima riwayat hadis dari Ibnu al Mubârak
dengan cara “anâ”, para ulama menilai positif (ta‟dîl), beliau menerima hadis
dari gurunya dengan cara tsanâ, dengan demikian sanadnya bersambung dan
dapat diterima.
Ibnu al Mubârak menerima riwayat hadis dari Abû Bakar bin Abî Maryam
“da‟if” dan Abû Zur‟ah al Râzî “Munkar al Hadîts”. karena mereka hidup
118
Urutan penjelasan mengenai Abû Bakar bin Abî Maryam hingga Rasulullah
Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat Ahmad bin Hanbal, periwayatan
dalam keadaan bersambung antara murid dengan guru. Dari sekian periwayat
yang ada, satu dantaranya yaitu Abû Bakar bin Abî Maryam berstatus periwayat
yang da‟îf. Dikarenakan ada periwayat yang tidak tsiqah, maka penilaian syâdz,
dan „illat tidak dilakukan, sehingga sanad hadis dari jalur ini berkualitas da‟îf.
Dapat disimpulkan bahwa dari segi sanad, hadis keenam ini berstatus da‟îf,
tidak bisa meningkat menjadi hasan li ghairihi yaitu terdapat lafad jarh : munkar
al-hadîts (Abû Bakar bin Abî Maryam) yang tidak bisa menjadikan hadis menjadi
132
Hadis hasan li ghairihi adalah hadis da‟îf yang karena terdapat hadis lain yang sohih
dengan matan yang sama, naik menjadi hasan. Hadis da‟îf yang naik peringkatnya menjadi hadis
hasan hanyalah hadis-hadis da‟îf yang tidak terlalu da‟îf seperti hadis mu‟allaq, mursal, mubham,
mastûr, majhûl, munqathî‟, mu‟dal dan sebagainya. Adapun hadis-hadis yang sangat lemah tidak
dapat naik peringkatnya menjadi hadis hasan seperti hadis mawdû‟, matruk, dan hadis munkar,
meskipun terdapat hadis dengan matan yang sama yang berkwalitas sohih. Lihat: Idri, Studi Hadis,
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 174. Dalam kasus ini, keda‟îfan rawi yakni Ibn „Aqil ada yang
menilai munkar al-hadîts dan rawi Ibn Sufyan Tariq al-Sa‟di ada yang menilai matruk al-hadîts.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap 6 hadis yang terdapat dalam Kitab Minhâj
1. Sebanyak 2 hadis (hadis ke-2, dan ke-6) berkualitas da’îf dari segi sanad.
Hadis ini berkualitas da’îf dengan beberapa alasan yaitu di antara para
periwayat hadis ada yang dinilai negatif (jarh); ketika sudah dinilai jarh
hanya terdapat satu jalur periwayatan sehingga tidak ada jalur lain yang
antara guru dengan murid (hadis ke-2) ; ketika terdapat lebih dari satu jalur
hadis tidak bisa meningkat menjadi hasan li ghairihi yaitu terdapat lafadz
munkar al-hadîts yang tidak bisa menjadikan hadis menjadi hasan atau
2. Sebanyak 3 hadis (hadis ke-1, ke-3, ke-4) berkualitas sahîh dari segi
sanad, dan alasan utama hadis sahîh lainnya adalah seluruh periwayat
hadis bersambung, berkualitas tsiqah (‘adl dan dabt), tidak syâdz dan tidak
ada ‘illat.
118
119
B. Saran-saran
1. Terdapat dua hadis dalam bab ‘Aqabah al-Bawâ’its pada Kitab Minhâj al
‘Âbidîn yang berkualitas da’îf dari segi sanad. Oleh karena itu, tanpa
Al-„Atsqalânî, Abû al-Fadhl Ahmad bin „Âlî bin Muhammad bin Ahmad bin
Hajar. Tahdzîb al-Tahdzîb. T.tp: T.pn., 1326 H.
al-Bukhârî, Abî „Abdillâh Muhammad bin Ismâ‟îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah
al-Ju‟fî. Sahîh al-Bukhârî. Riyad: Maktabah al-Rasyid, 2006.
al-Dzahabî, Syams al-Dîn Abû „Abdillâh Muhammad bin Ahmad bin „Utsmân bin
Qaymâz. Siyar A’lâm al-Nubalâ’I, T.tp.: Muassasah al-Risalah, 1985, juz.
14
al-Ghazâlî. Mutiara Ihya’ Ulumuddin : Ringkasan yang ditulis Sendiri Oleh sang
Hujjatul Islam.(mukhtashar Ihya’ ulumuddin), ter. Irwan Kurniawan.
Bandung: Mizan Pustaka, 2008.
al-Ghazâlî. Wasiat Imam Ghazali Minhajul Abidin, ter. Zakaria Adham. Jakarta:
Darul Ulum Press, 1986.
Hasan, Asy‟ari Ulama‟I. Melacak Hadis Nabi Saw.: Cara Cepat Mencari Hadis
dari Manual hingga Digital. Semarang: RaSAIL, 2006.
Ismail, Syuhudi. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan
dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang. 2014.
Ismail, Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 2007.
120
121
al-Mizî, Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl.
Beirut: Muassasah al-Risalah, 1983.
al-Nasa‟î, Abi Abdirrahman Ahmad bin Syu‟aib bin „Ali. Sunan Al-Nasâî. Riyad:
Maktabah al-Ma‟arif Linnasyri wa al-Tawzi‟, 1988.
Pamil, Jon. “Takhrij Hadis: Langkah Awal Penelitian Hadis”, Jurnal Pemikiran
Islam XXXVII, no. 1. (Januari 2012): h. 53
Purwanto, Yedi. “Konsep Aqabah Dalam Tasawwuf al-Ghazali Telaah atas Kitab
Minhaj al-Abidin,” (Disertasi S3 Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2006)
al-Qazwînî, al-Hâfiz Abî „Abdillah Muhammad bin Yazîd. Sunan Ibnu Mâjah.
Daar Ahya al-Kutub al-„Arabiyyah, t.t.
al-Syaybânî, Abû „Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin
Asad. Musnad Ahmad bin Hanbal. Beirut: Alam Kutb, 1998.
al-Tirmidzî, Abî „Îsâ Muhammad bin „Îsâ. Sunan al-Tirmidzî. Beirut: Dâr al-
„Arabî al-Islamî, 1998.
Zaghlul, Abu Hajar Muhammad al-Sa‟îd bin Basyûnî. Mausû’ah Atrâf al-Hadîts
al-Nabawwî al-Syarîf. Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, t.t.
Zainuddin dkk. Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara,
1991.