Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Hukum dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah
Oleh:
Mohamad Najib Anis Subekhi
NIM 21180433000004
v
Huruf Huruf Keterangan
Arab Latin
ط t te dengan garis di
bawah
ظ z zet dengan garis
bawah
ع „ koma terbalik di atas
hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q ki
ك k ka
ل l el
م m em
ى n en
و w we
هـ h ha
ء ` apostrog
ي y ye
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــَـ A fathah
ــَـ I kasrah
vi
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ــَـ U dammah
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـَـا â a dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl,
al-dîwân bukan ad-dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda ( )ــَـdalam alih aksara ini
vii
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf
yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ( )الضرورةtidak
ditulis ad- darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat
pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku
jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na„t) (lihat contoh 2).
Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1 طريقت tarîqah
2 الجاهعتَاإلسالهيت al-jâmî‟ah al-islâmiyyah
3 وددةَالىجىد wahdat al-wujûd
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
viii
awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû
Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang
berasal dari dunia Nusantara sendiri, maka tidak dialihaksarakan
meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis
Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al- Samad al-Palimbânî; Nuruddin
al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
صريت
ْ الذرمتَالع al-harakah al-„asriyyah
ْ أ ْشهد
ََأىَالَإلهَإالَالل asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
ix
ABSTRAK
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis
sehingga penulisan tesis yang berjudul “IMPLIKASI YURIDIS
BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013
TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP STATUS
BADAN HUKUM BAITUL MAAL WA TAMWIL” dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. selaku Dekan FSH
UIN Syarif Hidayatullah.
2. Bapak Dr. Umar Al-Haddad, M.A. selaku Ketua Program Studi Magister
Hukum Ekonomi Syariah FSH UIN Syarif Hidayatullah.
3. Bapak Dr. Muh. Fudhail Rahman, Lc., M.A. selaku Sekretaris Program
Studi Magister Hukum Ekonomi Syariah FSH UIN Syarif Hidayatullah.
4. Ibu Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag. selaku Pembimbing I, yang selalu
sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H, M.H., selaku
Pembimbing II, yang selalu sabar dan meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Bapak Dr. JM. Muslimin, M.A., selaku Penguji I, yang telah
memberikan saran dan arahan pasca Ujian Tesis Pendahuluan.
xii
7. Bapak Dr. Muhammad Maksum, SH, MA., MDC., selaku Penguji II,
yang telah memberikan saran dan arahan pasca Ujian Tesis Pendahuluan.
8. Ibu Dr. Nurhasanah, M.Ag., selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan saran dan motivasi kepada penulis.
9. Bapak Imam Gozali, S.E., selaku Kepala Sub bagian pada Departemen
Pengawasan IKNB 1B Direktorat Lembaga Keuangan Mikro Otoritas
Jasa Keuangan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara.
10. Bapak Henra Saragih, S.H., M.H., selaku Plt. Asisten Deputi Peraturan
Perundang-undangan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara.
11. Bapak Ir. Achmad Halili, M.Sc., selaku Ketua Pengurus BMT Al-Bayan
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara.
12. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi perpustakaan.
13. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Hukum Ekonomi Syariah
FSH UIN Syarif Hidayatullah.
14. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kota Tangerang
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan
Program Magister Hukum Ekonomi Syariah FSH UIN Syarif
Hidayatullah.
15. Sekretaris BPKD, Kepala Bidang Penatausahaan dan Akuntansi dan para
Kepala Sub Bidang pada Bidang Penatausahaan dan Akuntansi BPKD
Pemerintah Kota Tangerang serta rekan-rekan kerja yang selalu
mensupport selama penulisan tesis ini.
xiii
16. Keluargaku tercinta, Isteriku Laily Roikhatun Abharia, SPd., dan
Anakku Haifa Nurulita Kamalia, terima kasih atas doa dan kasih sayang
serta dukungannya yang sangat berarti.
17. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Hukum Ekonomi
Syariah FSH UIN Syarif Hidayatullah T.A. 2018/2019, terima kasih atas
kebersamaannya.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tesis ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga amal kebaikan dan bantuan dari semua pihak
mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Penulis berharap semoga
tesis ini dapat bermanfaat bagi pribadi penulis dan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan serta yang membaca tesis ini.
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ………………………………………………………………… x
B. Permasalahan ………………………………………………. 13
xv
3. Pembatasan Masalah …………………………………... 14
xvi
2. Teori Ta’ârud al-‘Adillah ……………………………… 62
PERUNDANG-UNDANGAN ………………………………... 79
………………………………………………………………….. 105
xvii
A. Status Badan Hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Pasca
xviii
Usaha …………………………………………………... 162
……………………………………….......................................... 174
xix
DAFTAR TABEL
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Skor Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019 …. 1
Gambar 5.1 Direktori LKM yang Terdaftar di OJK Juli 2020 …………. 180
Gambar 5.3 Data Koperasi Kelompok KSPPS Per 30 Juni 2020 dan 31
xxi
DAFTAR ISTILAH
xxii
aspek hukum akibat pengaturan
hukum dalam peraturan perundang-
undangan.
Istishna : akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara
pemesan atau pembeli (mustashni’)
dan penjual atau pembuat (shani’).
Ju’alah : janji atau komitmen (iltizam) untuk
memberikan imbalan tertentu atas
pencapaian hasil (natijah) yang
ditentukan dari suatu pekerjaan.
Lex Posteriori Derogat Legi : aturan hukum yang lebih baru
Priori mengesampingkan atau meniadakan
aturan hukum yang lama.
Lex Superior Derogat Legi : aturan hukum yang lebih tinggi
Inferiori mengesampingkan aturan hukum yang
lebih rendah.
Lex Specialis Derogat Legi : aturan hukum yang khusus akan
Generalis mengesampingkan aturan hukum yang
umum.
Maqâsîd al-Syarî’ah : Tujuan hukum Islam.
Morality of duty (moralitas : moralitas yang timbul karena
kewajiban) kewajiban yang harus dipenuhi dalam
xxiii
suatu masyarakat yang berupa aturan
yang tegas, keras dan memaksa.
Morality of aspiration : moralitas yang timbul dari aspirasi
(moralitas aspirasi) manusia yang berkaitan dengan hidup
yang baik dan berbudi luhur.
Mudharabah : akad atau sistem kerjasama dimana
seseorang menyerahkan hartanya
kepada pihak lain untuk dikelola
dengan ketentuan bahwa keuntungan
yang diperoleh (dari hasil pengelolaan
tersebut) dibagi antara kedua pihak
sesuai dengan nisbah yang disepakati,
sedangkan kerugian ditanggung oleh
shahib al mal sepanjang tidak ada
kelalaian dari mudharib.
Murabahah : akad jual beli suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.
Musyarakah : akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, di
mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (modal)
dengan ketentuan bahwa keuntungan
xxiv
dibagi sesuai dengan nisbah yang
disepakati atau proporsional, dan
risiko (kerugian) akan ditanggung
bersama secara proporsional.
Peraturan Perundang-undangan : peraturan tertulis yang memuat norma
hukum yang mengikat secara umum
dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.
Qordh : akad pinjaman dana dengan ketentuan
wajib mengembalikan dana yang
diterimanya pada waktu yang telah
disepakati.
Salam : akad pembiayaan suatu barang dengan
cara pemesanan dan pembayaran
harga yang dilakukan terlebih dahulu
dengan syarat tertentu yang disepakati.
Sinkronisasi : perihal menyinkronkan,
menyejajarkan, menyerentakkan.
Sinkronisasi peraturan : penyelarasan dan penyerasian berbagai
perundang-undangan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan peraturan perundang-
undangan yang telah ada dan yang
xxv
sedang disusun yang mengatur suatu
bidang tertentu.
Sinkronisasi Horisontal : sinkronisasi peraturan perundang-
undangan dengan peraturan
perundang-undangan lain dalam
hierarki yang sama.
Sinkronisasi Vertikal : sinkronisasi peraturan perundang-
undangan dengan peraturan
perundang-undangan lain dalam
hierarki yang berbeda.
The external morality of law : tuntutan moral terhadap hukum yang
(moralitas eksternal hukum) harus dipenuhi agar hukum berfungsi
dengan baik dan adil.
The internal morality of law : aturan-aturan atau kaidah-kaidah
(moralitas internal hukum) hukum sebagai sarana yang
memungkinkan aspek eksternal
moralitas hukum dapat diwujudkan.
Undang-Undang : peraturan perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan persetujuan bersama
Presiden.
Wadiah : akad penitipan barang atau uang antara
pihak yang mempunyai barang atau
uang dan pihak yang diberi
kepercayaan dengan tujuan untuk
xxvi
menjaga keselamatan, keamanan, serta
keutuhan barang atau uang.
xxvii
DAFTAR LAMPIRAN
xxviii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia 81.93
Malaysia 81.05
Iran 79.03
Saudi Arabia 60.65
Sudan 55.71
Brunei Darussalam 49.99
United Arab Emirates 45.31
Bangladesh 43.01
Kuwait 40.9
Pakistan 36.88
Bahrain 30.09
0 20 40 60 80 100
1
Global Islamic Finance Report(GIFR) 2019 merupakan laporan tahunan perbankan
dan keuangan syariah untuk industri keuangan syariah global yang pertama kali diterbitkan
pada tahun 2010. Laporan ini dipublikasikan oleh Cambridge Institute of Islamic Finance
(Cambridge-IIF) dan diproduksi oleh Cambridge IFA yang berbasis di Inggris.
2
Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019, Islamic Finance Country Index - IFCI
2019, Chapter 01, (Inggris: Cambridge IFA, 2019), h. 50, diakses pada 26 Maret 2020 dari
http://www.gifr.net/publications/gifr2019/ifci.pdf
1
2
3
Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS), Siaran Pers: Global Islamic Finance
Report 2019 Menempatkan Indonesia di Posisi Teratas dalam Pasar Keuangan Syariah
Global, Jakarta, 17 Oktober 2019, diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://knks.go.id/storage/upload/1571570175-Siaran Pers Penghargaan GIFR 2019.pdf
4
Ventje Rahardjo, dalam Indonesia Islamic Microfinance Leaders Forum di Aryaduta
Hotel, Jakarta, 20 November 2019, diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://republika.co.id/berita/q19ixu370/knks-berkomitmen-hidupkan-kembali-bmt
5
Lawrence M. Friedman, The Legal System, (New York: Russel Sage Fondation,
1975), h. 131 dalam Amran Suadi dan Mardi Candra, Politik Hukum Perspektif Hukum
Perdata dan Pidana Islam Serta Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h.
510
3
6
Amran Suadi dan Mardi Candra, Politik Hukum Perspektif Hukum……, h. 510
7
Neni Sri Imaniyati, “Aspek-Aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam
Perspektif Hukum Ekonomi”, dalam Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan
Humaniora, ISSN 2089-3590, h. 130
8
Euis Amalia, Keuangan Mikro Syariah, (Bekasi: Gramata Publishing, 2016), h. 24
4
9
Sri Dewi Yusuf, “Peran Strategis Batul Maal Wa-Tamwil (BMT) Dalam
Peningkatan Ekonomi Rakyat”, dalam Jurnal Al-Mizan, Volume 10, No. 1, Juni 2014, h. 74
5
10
Nourma Dewi, “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Dalam
Sistem Perrekonomian Di Indonesia”, dalam Jurnal Serambi Hukum, Vol. 11, No. 01,
(Februari-Juli 2017), h. 96
11
Neni Sri Imaniyati, Aspek-Aspek Hukum BMT (Baitul Maal wat Tamwil),
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h. 100-101
12
Sidharta, Reformasi Peradilan dan Tanggung Jawab Negara, Bunga Rampai
Komisi Yudisial, Putusan Hakim: Antara Keadilan, Kepastian Hukum, dan Kemanfaatan,
(Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2010), h. 3
6
16
Kementerian Koperasi dan UKM, Rekapitulasi Data Koperasi Per 31 Desember
2019, diakses pada 26 Maret 2020 dari http://www.depkop.go.id/data-koperasi
17
“Koperasi Syariah Saat Ini Capai 4.046 Unit”, Jurnas.com, 24 Februari 2020,
diakses pada 26 Maret 2020 dari http://www.jurnas.com/mobile/artikel/67920/Koperasi-
Syariah-Saat-Ini-Capai-4046-Unit/
8
18
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Kuartal III LKM Tahun 2019, diakses pada 26
Maret 2020 dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/statistik-
lkm/Pages/Laporan-Kuartal-III-LKM-Tahun-2019.aspx
19
Divisi Keuangan Mikro Syariah, Direktorat Keuangan Inklusi Dana Sosial
Keagamaan dan Keuangan Mikro Syariah KNKS, Strategi Pengembangan Keuangan Mikro
Syariah Di Indonesia, (Jakarta: KNKS, 2019), h. 31-32
9
20
Pusat Analisis dan Evaluasi Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Kementerian Hukum dan Ham RI, Laporan Akhir Kelompok Kerja Analisis dan Evaluasi
Hukum Terkait Peran Lembaga Keuangan Non Bank Dalam Rangka Meningkatkan Ekonomi
Kreatif, (Jakarta: BPHN, 2019), h. 54
10
21
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro: “Cakupan wilayah usaha suatu LKM berada dalam satu wilayah
desa/kelurahan, kecamatan, atau kabupaten/kota”.
22
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro:
“LKM wajib bertransformasi menjadi bank jika: a. LKM melakukan kegiatan usaha
11
melebihi 1 (satu) wilayah kabupaten/kota tempat kedudukan LKM; atau b. LKM telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan”.
12
23
Fadillah Mursid, “Kebijakan Regulasi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Di
Indonesia”, (Tesis Magister Hukum Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, 2017), h. 130
13
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
a. Belum ada peraturan yang secara spesifik mengatur Baitul Maal wa
Tamwil (BMT).
b. Pengelolaan BMT masih menggunakan peraturan yang beragam.
c. Status badan hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT) berbeda-beda.
d. Keragaman status badan hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
menunjukkan adanya ketidakpastian dalam regulasi yang mengatur
persoalan Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
e. Kepemilikan saham paling sedikit 60% (enam puluh persen) oleh
Pemerintah Daerah atau badan usaha milik desa akan menyulitkan
Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
f. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang berbadan hukum koperasi dan
melakukan kegiatan penghimpunan dana simpanan masyarakat
(PDSM) kepada masyarakat selain anggota koperasi bertentangan
dengan prinsip koperasi.
g. Pembatasan keluasan cakupan wilayah usaha mempersempit ruang
gerak Baitul Maal wa Tamwil (BMT).
h. Problematika bagi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang melakukan
kegiatan usaha melebihi 1 (satu) wilayah Kabupaten/Kota karena
wajib bertransformasi menjadi bank.
i. Peraturan perundangan yang mengatur Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) yang berbadan hukum koperasi berpotensi menimbulkan
inkonsistensi pengaturan.
14
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah yang
dikaji melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana sinkronisasi peraturan perundang-undangan tentang
Lembaga Keuangan Mikro dan Perkoperasian dalam kaitannya
dengan badan hukum koperasi Baitul Maal wa Tamwil?
b. Apa implikasi yuridis berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro terhadap status badan hukum
Baitul Maal wa Tamwil?
c. Bagaimana eksistensi Baitul Maal wa Tamwil pasca diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro?
3. Pembatasan Masalah
Memperhatikan perumusan masalah yang dipaparkan di atas,
maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Pembatasan ini dilakukan
dengan tujuan agar penulis dapat lebih fokus dalam melakukan analisa.
Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya
seputar implikasi yuridis yang timbul dari berlakunya Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro terhadap status
badan hukum Baitul Maal wa Tamwil.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah mengenai
implikasi yuridis berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro terhadap status badan hukum Baitul
15
24
Nourma Dewi, “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Dalam
Sistem Perrekonomian Di Indonesia”, dalam Jurnal Serambi Hukum, Vol. 11, No. 01,
(Februari-Juli 2017), h. 96-110
25
Novita Dewi Masyithoh, “Analisis Normatif Undang-Undang No. 1 Tahun 2013
Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan
18
Baitul Maal wat Tamwil (BMT)”, dalam Jurnal Economica, Vol. V, Edisi 2, Oktober 2014,
h. 17-36
19
26
Zakiah Noer, “Akibat Hukum Pendirian Lembaga Keuangan Mikro Oleh Badan
Hukum Koperasi”, dalam Justiciabelen, Vol. 1, No. 1, 2018, h. 170-190
21
27
Muhammad Muhtarom, “Reformulasi Peraturan Hukum Lembaga Keuangan Mikro
Syariah Di Indonesia”, dalam PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 17, No. 1, (Juni, 2016),
h. 90-102
22
28
Handieni Fajrianty, “Kepastian Hukum Baitul Mal Wat Tamwil Tinjauan Undang-
Undang Perkoperasian dan Lembaga Keuangan Mikro”, (Tesis Magister Hukum Ekonomi
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019),
h. 148
24
29
Muhammad Amin, “Implementasi Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro
Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah Yang Berbadan Hukum Koperasi”, (Tesis Magister
Hukum Islam, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2018), h. 96-97
25
30
Muhammad Kamal Zubair, “Sustainabilitas Lembaga Keuangan Mikro Syariah”,
(Disertasi, Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016), h. 1-199
28
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti.31 Konsep ini
merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta yang
diteliti.32 Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sinkronisasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Sinkronisasi berasal
dari kata sinkron yang berarti terjadi atau berlaku pada waktu yang
sama, serentak, sejalan, sejajar, sesuai, selaras.33 Sinkronisasi yaitu
perihal menyinkronkan, menyejajarkan, menyerentakkan.
31
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Depok:
Rajawali Pers, 2018), h. 47
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: UI Press, 1986),
h. 132 dalam Yeni Salma Barlinti, “Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasiona Dalam
Sistem Hukum Nasional Di Indonesia”, (Disertasi, Fakultas Hukum, Program Doktoral
Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2010), h. 39
33
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://kbbi.web.id/sinkron
31
2. Implikasi Yuridis
Implikasi Yuridis terdiri dari dua kata, yaitu implikasi dan
yuridis. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, implikasi yaitu
keterlibatan atau keadaan terlibat. Sehingga setiap kata imbuhan dari
implikasi seperti kata berimplikasi atau mengimplikasikan yaitu
berarti mempunyai hubungan keterlibatan atau melibatkan dengan
34
Inche Sayuna, “Harmonisasi Dan Sinkronisasi Hukum Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan (SKMHT) Ditinjau Dari Otentisitas Akta Menurut Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris”, (Tesis Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret,
2016), h. 17-18.
32
35
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://kbbi.web.id/implikasi
36
M. Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 114-115
37
Amin Silalahi, Strategi Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
(Surabaya: Batavia Press, 2005), h. 43
33
38
Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, (Yogyakarta: Media Presindo,
2002), h. 171-174
39
Zainal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 13
40
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan ..…….., h. 36
41
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan ..…….., h. 36
34
3. Undang-Undang
Dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan, Undang-
Undang menempati urutan ketiga setelah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat.42 Undang-Undang ialah peraturan negara yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh
penguasa negara.43
Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Abdul R.
Saliman bahwa Undang-Undang adalah peraturan Negara yang
dibentuk oleh alat perlengkapan negara yang berwenang dan
mengikat masyarakat.44 Menurut Yuliandri, Undang-Undang adalah
dasar dan batas bagi kegiatan pemerintah, yang menjamin tuntutan-
tuntutan negara berdasar atas hukum, dan adanya kepastian dalam
hukum.45
Bagir Manan mengindikasikan banyak kalangan yang
menganggap bahwa hukum, peraturan perundang-undangan dan
undang-undang adalah hal yang sama. Menurut Bagir Manan,
undang-undang adalah bagian dari peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan terdiri dari undang-undang dan
42
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
43
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan ..…….., h. 44
44
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 6, h. 13
45
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h. 25
35
46
Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-Undangan Indonesia, Cetakan Pertama,
(Jakarta: Ind. Hill. Co, 1992), h. 2-3
47
Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-Undangan ……………, h. 3
36
48
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
49
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
“Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang”.
50
Rosjidi Ranggawidjaja, Pedoman Teknik Perancangan Peraturan Perundang-
Undangan, (Bandung: Cita Bhakti Akademika, 1996), h. 35-42 dalam Agus Surono, Fiksi
Hukum Dalam Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan, Cet. 1, (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, 2013), h. 37
37
51
Pasal 20 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
“Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan
oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut
disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dana wajib
diundangkan”.
52
Kamus Hukum Online Indonesia – Indonesia Law Dictionary, diakses pada 26
Maret 2020 dari https://kamushukum.web.id/arti-kata/badan+hukum/
38
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis penelitian hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto,
penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.53
Penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian
hukum doktrinal, dimana hukum dikonsepsikan sebagai apa yang
tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum
dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku manusia yang dianggap pantas.54
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan
(Statute Approach). Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah
semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang sedang diteliti.55
Dalam metode pendekatan perundang-undangan penulis
melakukan pendalaman dan pemahaman hierarki, dan asas-asas
dalam peraturan perundang-undangan. Menurut Pasal 1 angka 2
53
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Depok:
Rajawali Pers, 2019), h. 13
54
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode …………, h. 118
55
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode…………., h. 164
39
56
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019),
h. 137
57
Valerine J.L. Kriekhoff, “Analisis Konten Dalam Peneletian Hukum: Suatu Telaah
Awal”, dalam ERA HUKUM, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 4, (1995), h. 86
58
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum……., h. 12-13
40
3. Bahan Hukum
Jenis bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian
ini terdiri dari:
1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif, artinya bahan hukum yang mempunyai otoritas. Bahan
hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan putusan-putusan
hakim.60 Bahan hukum primer yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian.
59
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum……, h. 173
60
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum……, h. 181
41
61
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum……, h. 195-196
43
62
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum …………, h. 13
63
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum……, h. 206
44
3. Wawancara
Wawancara terhadap narasumber yang berkompeten dengan
topik penelitian ini dilakukan secara mendalam atau in-depth. Pihak
45
6. Alur Penelitian
Gambar 1.2. Bagan Alur Kegiatan Penelitian
Memberikan
Preskripsi
H. Kerangka Pemikiran
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan
non bank yang menggabungkan konsep maal dan tamwil dalam satu
kegiatan lembaga. Agar memiliki legitimasi yang kuat dalam
menjalankan kegiatan usahanya, maka Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
harus memiliki status badan hukum.
Dalam Rangka memberikan landasan hukum yang kuat atas
beroperasinya Lembaga Keuangan Mikro yang belum berbadan hukum,
maka lahirlah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga
Keuangan Mikro yang dalam salah satu ketentuan pasalnya menyatakan
bahwa bentuk badan hukum Lembaga Keuangan Mikro adalah Koperasi
atau Perseroan Terbatas. Dengan demikian Undang-Undang tentang
Lembaga Keuangan Mikro mempertegas bahwa bentuk badan hukum
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Syariah, yaitu Koperasi atau Perseroan Terbatas. Sedangkan dalam
47
BMT
Status Badan
Hukum
I. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, sistematika penulisan dalam tesis ini terbagi
menjadi 6 (enam) bab. Isi dari masing-masing bab terurai pada berikut
ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi: Latar Belakang Masalah, Permasalahan, Tujuan
Penelitian, Signifikansi dan Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu
yang Relevan, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Kerangka
Pemikiran, dan Sistematika Penulisan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TEORI MORALITAS HUKUM, TEORI HUKUM ISLAM,
PERUNDANG-UNDANGAN, DAN BADAN HUKUM
1
Lon L. Fuller, The Morality of Law, (New Haven: Yale University Press, 1969), h.
106
2
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 33
3
Lon L. Fuller, The Morality ……., h. 65 dalam Zuhraini, “Kajian Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Pekon Dalam Perspektif Hukum Sebagai Sistem Nilai
(Berdasarkan Teori Lon Fuller)”, dalam Jurnal Asas, Vol. 9, No. 2, (Juni, 2017), h. 46,
diakses pada 26 Maret 2020 dari http://ejournal.radenintan.ac.id/
4
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 5
50
51
5
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 39
53
6
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014), h. 51
54
7
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 46-81, lihat juga dalam Achmad Ali,
Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial Prudence) Termasuk
Interpretasi Undang-Undang (Legis Prudence), (Jakarta: Kencana, 2017), h. 332
8
Inche Sayuna, “Harmonisasi Dan Sinkronisasi Hukum Surat Kuasa Membebankan
Hak Tanggungan (SKMHT) Ditinjau Dari Otentisitas Akta Menurut Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris”, (Tesis Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret,
2016), h. 10
55
2. Promulgatied/Publicized
(diumumkan/dipublikasikan)
Prediktabilitas
5. Noncontradictory (tidak
mengandung kontradiksi)
Kontinuitas
6. Requiring only the possible
in the way of conduct (harus
dapat dilaksanakan) Akseptabilitas
9
Joseph Raz, The Concept of a Legal System: An Introduction to the Theory of Legal
System, (New York: Oxford University Press, 1970), dalam Inche Sayuna, “Harmonisasi Dan
Sinkronisasi Hukum Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) Ditinjau Dari
Otentisitas Akta Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”, (Tesis Magister
Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, 2016), h. 10-12
58
10
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial
Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis Prudence), (Jakarta: Kencana,
2017), h. 174
11
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh (Kuwait: Dar al-Kuwait, 1968), h. 197
12
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, Penerjemah Noer Iskandar al-Barsany
dan Moh. Tolchah Mansoer, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqh) (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1994), Cet. Keempat, h. 126-127
13
Muhamad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh (Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi, 1985), h. 364-
366
60
14
Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, Penerjemah Saefullah Ma‟shum dkk.,
Ushul Fiqh (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), Cet. Kedua, h. 543-548
15
Ahmad al-Risuni, Nadzariyyah al-Maqashid ‘inda al-Imam al-Syatibi, (Kairo:
International Institute of Islamic Thought (IIIT), 1416 H), Cet. IV, h. 15 dalam Oni Sahroni
dan Adiwarman A. Karim, Maqasid Bisnis dan Keuangan Islam: Sintesis Fikih dan Ekonomi
(Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 5
16
Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqasid Bisnis dan……., h. 6
61
itu layak disebut maslahah atau mafsadat tidak dapat diserahkan kepada
penilaian akal semata tetapi selanjutnya menggunakan penilaian
berdasarkan dalil-dalil syariah.18 Oleh sebab itu, seluruh hukum yang
berlaku pada mukallaf yang berasal dari Allah SWT mengandung
maslahah baik berupa perintah maupun larangan, sebab hukum syara
selalu sejalan dengan akal manusia dan akal manusia selalu sejalan
dengan hukum syara.
2. Teori Ta’ârud al-‘Adillah
Menurut Abdul Wahhab Khallaf, ta’ârud menurut bahasa adalah
pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Sedangkan
menurut istilah usûl, ta’ârud adalah pertentangan antara suatu hukum
dengan hukum yang lain yang menghendaki sebuah ketetapan yang sama
pada satu waktu.19 Selanjutnya Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan
bahwa pertentangan antara dalil tersebut hanyalah kontradiksi lahir saja,
sesuai dengan yang tampak dimengerti oleh akal kita. Pada hakikatnya
dalil-dalil tersebut tidak saling berbenturan. Tidak mungkin Allah
sebagai pembuat hukum mengeluarkan sebuah hukum yang bertentangan
dengan hukum lainnya.20
Penjelasan yang hampir sama dikemukakan oleh Muhamad Abu
Zahrah bahwa pertentangan tersebut terletak pada akal, yaitu
kemampuan pemahaman seorang mujtahid, tidak terdapat pada nash
ataupun hukum yang terkandung di dalam nash tersebut.21 Pendapat ini
diperkuat oleh Wahbah al-Zuhaili sebagaimana dikutip Satria Effendi,
18
Muhammad Sa‟id Ramadan al-Buti, Dawabit al-Maslahah fi al-Syari’ah al-
Islamiyah (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1977), h. 47
19
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul………, h. 229
20
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul………, h. 230
21
Muhamad Abu Zahrah, Ushul……., h. 309
63
22
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 218
23
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul………, h. 231-232
64
C. Teori Perundang-Undangan
Teori Perundang-Undangan berorientasi pada mencari kejelasan
dan kejernihan makna atau pengertian-pengertian dan bersifat kognitif.25
Artinya, Teori Perundang-Undangan menekankan bukan pada proses
pembentukan peraturan perundang-undangan, namun menekankan pada
bagaimana membentuk materi peraturan perundang-undangan.26
Tinjauan Teori Perundang-Undangan terhadap Peraturan
Perundang-Undangan antara lain mencakup hal-hal berikut:
1. Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan menyatakan bahwa
dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan
berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
24
Muhamad Abu Zahrah, Ushul……., h. 311-312
25
Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Ilmu Perundang-Undangan”, Bimbingan Teknis
Penyusunan Produk Hukum Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten Klungkung, 8 Desember
2016, h. 1
26
Afione Ade Rosika, “Tinjauan Teori Perundang-Undangan Terhadap Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak”, Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum Qistie, Vol. 12, No. 1, Mei 2019, h. 27
65
27
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Penerjamah Raisul Muttaqien, Teori Hukum
Murni, Cet. VI, (T.t.: Nusa Media, 2008), h. 243-244, dalam Muhammad Muhtarom,
“Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Perkoperasian dan Lembaga Keuangan
Mikro”, (Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum, Pascasarjana Fakultas Hukum, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, 2016), h. 24
66
28
Zaidah Nur Rosidah, “Sinkronisasi Peraturan Perundang-Undangan Mengenai
Perkawinan Beda Agama”, dalam Jurnal al-ahkam, Vol. 23, No. 1, (April, 2013), h. 46,
diakses pada 26 Maret 2020 dari http://journal.walisongo.ac.id/index.php/ahkam
29
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Penerjamah Raisul Muttaqien, Teori…….., h.
244
67
30
Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h. 117
31
Bagir Manan. Teori dan Politik Konstitusi, Cetakan Kedua, (Yogyakarta: FH UII
Press, 2004), h. 133, lihat juga dalam Rosjidi Ranggawidjaja, Pedoman Teknik Perancangan
Peraturan Perundang-undangan, (Bandung: Cita Bhakti Akademika, 1996), h. 19, dalam
Ni‟matul Huda, “Kedudukan Peraturan Daerah Dalam Hierarki Peraturan Perundang-
undangan”, dalam Jurnal Hukum, Vol. 13, No. 1, (Januari 2006), h. 33
69
32
Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis: Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 124
33
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi, (Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan MKRI, 2006), Cetakan Kedua, h. 69
71
34
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Laporan Akhir Penyelarasan Naskah
akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Perkoperasian, (Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 2015), h. 25
35
Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 2015), h. 19
72
36
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Badan Hukum, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2002), h. 10-13
37
C.S.T. Kansil dan Cristine S.T. Kansil, Pokok-Pokok……., h. 13
73
38
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara …………., h.
79
39
Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum: Teori,
Praktek, dan Kritik, (Jakarta: Badan Penerbit Universitas Indonesia, 2005), h. 124
40
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang Tentang Perkumpulan, (T.t.: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2016), h.
11
74
41
Imam Mustofa, “Zakat Lembaga Keuangan Syariah Sebagai Badan Hukum”, dalam
Jurnal Millah, Vol. XIV, No. 1, Agustus 2014, h. 180
42
P.N.H. Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 25
43
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: PN.
Balai Pustaka, 1982), h. 117-118
75
44
Selain teori Fiksi dan teori Organ, ada pula teori Kekayaan Bersama (dikemukakan
oleh Rudolf Von Jhering, Plianol, Molengraaff, Kranenburg), teori Kenyataan Yuridis
(dikemukakan oleh E.M. Meijers, P. Scholten), teori Kekayaan Bertujuan (dikemukakan oleh
A. Brinz, Van Der Heijden)
76
45
Hukum privat atau hukum sipil adalah istilah lain untuk hukum perdata yang
menurut doktrin adalah keseluruhan perangkat (tata) hukum materiil yang mengatur
kepentingan perseorangan (pribadi) dan berbeda dengan hukum public sebagai hukum yang
mengatur kepentingan umum (masyarakat).
46
Friedrich Carl Von Savigny, System des Heutigen Romischen Rechts, dalam R. Ali
Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,
Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni, 2012), h. 7
47
Otto Von Gierke, Des Deutsche Genossenschaftsrecht, dalam R. Ali Rido, Badan
Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf,
(Bandung: Alumni, 2012), h. 8
77
48
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara ………., h. 69
49
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 153
50
H. Salim HS., Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), h. 180
78
51
Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Di Indonesia, (Jakarta:
Pembangunan, 1965), h. 39
52
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara ……., h. 70
BAB III
BAITUL MAAL WA TAMWIL DALAM PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
1
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII
Press, 2004), h. 120
2
Suharawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 114
3
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
UII Press, 2002), h. 54
79
80
4
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 18
5
Gita Danupranata, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006), h. 56
6
Novita Dewi Masyithoh, “Analisis Normatif Undang-Undang No. 1 Tahun
2013.….”, h. 18
81
7
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Peraturan Dasar dan Contoh AD-
ART BMT, (Jakarta: Wasantara Net.Id, t.th.), h. 1
8
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Peraturan Dasar……., h. 2
82
9
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
83
10
Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro.
11
Pasal 42 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
12
Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
13
Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
84
b. Perseroan Terbatas.
(2) Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh
persen) dimiliki oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota atau badan usaha milik
desa/kelurahan.
(3) Sisa kepemilikan saham Perseroan Terbatas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dimiliki
oleh:
a. warga negara Indonesia; dan/atau
b. koperasi.
(4) Kepemilikan setiap warga negara Indonesia atas saham
Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a paling banyak sebesar 20% (dua puluh
persen).
b. Permodalan
Ketentuan mengenai permodalan LKM telah diatur di
dalam Pasal 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
61/POJK.05/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro sebagai berikut:14
a. Modal disetor atau simpanan pokok, simpanan wajib,
dan hibah LKM ditetapkan berdasarkan cakupan
wilayah usaha yaitu desa/kelurahan, kecamatan, atau
kabupaten/kota.
b. Jumlah modal disetor atau simpanan pokok, simpanan
wajib, dan hibah LKM ditetapkan paling sedikit:
a. Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), untuk
cakupan wilayah usaha desa/kelurahan;
b. Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), untuk
cakupan wilayah usaha kecamatan; atau
14
Pasal 9 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
85
c. Izin Usaha
Ketentuan mengenai izin usaha LKM telah diatur di dalam Pasal 9
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro sebagai berikuti:15
a. Sebelum menjalankan kegiatan usaha, LKM harus
memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
b. Untuk memperoleh izin usaha LKM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus dipenuhi persyaratan
paling sedikit mengenai:
a. susunan organisasi dan kepengurusan;
b. permodalan;
c. kepemilikan; dan
d. kelayakan rencana kerja.
2. Kegiatan Usaha
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro menjelaskan bahwa “Kegiatan
usaha LKM meliputi jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui Pinjaman atau Pembiayaan dalam usaha
skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan Simpanan,
15
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
86
16
Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
17
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
18
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
87
19
Pasal 13 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 62 /POJK.05/2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro
88
20
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
21
Pasal 16 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
22
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.
89
23
Pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
24
Pasal 31 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
90
25
Pasal 29 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
26
Pasal 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
91
27
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
28
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
29
Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
92
30
Pasal 3 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
31
Pasal 7 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
93
2. Permodalan
Pasal 17 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017
menjelaskan bahwa:
(1) Modal awal usaha pada pendirian KSPPS Primer dan
KSPPS Sekunder dihimpun dari Simpanan Pokok dan
Simpanan Wajib anggotanya dan dapat ditambah dengan
Hibah.
(2) Modal awal usaha pada setiap pendirian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dilengkapi dengan bukti penyetoran dari Anggota
kepada Koperasi;
b. dibukukan dalam neraca KSPPS sebagai harta
kekayaan badan hukum KSPPS;
c. Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak boleh
diambil, kecuali keluar dari keanggotaan Koperasi dan
ada modal pengganti dari Anggota baru dan/atau Dana
Cadangan Koperasi; dan
94
32
Pasal 17 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
95
3. Izin Usaha
KSPPS wajib memiliki izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah. Penerbitan izin usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah ditetapkan sebagai berikut:
a. bupati atau walikota menerbitkan izin usaha KSPPS atau USPPS
Koperasi yang wilayah keanggotaannya dalam 1 (satu) daerah
kabupaten atau kota;
b. gubernur menerbitkan izin usaha KSPPS atau USPPS Koperasi
yang wilayah keanggotaannya lintas daerah kabupaten atau kota
dalam 1 (satu) daerah provinsi; dan
c. Menteri menerbitkan izin usaha KSPPS atau USPPS Koperasi
yang wilayah keanggotaannya lintas daerah provinsi.33
4. Kegiatan Usaha
Menurut Pasal 19 ayat (4) dan (5) Peraturan Menteri
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017, Koperasi yang melaksanakan
kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah wajib
memiliki unit kegiatan sosial (maal) dan unit kegiatan usaha bisnis
(tamwil).34 Ruang lingkup kegiatan usaha KSPPS dan USPPS
Koperasi meliputi:
a. menyelenggarakan kegiatan maal untuk pemberdayaan Anggota
dan masyarakat di bidang sosial dan ekonomi;
33
Pasal 6 ayat (1) dan (3) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan
Menengah Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
34
Pasal 19 ayat (4) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
96
35
Pasal 19 ayat (5) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
97
38
Pasal 24 Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
99
39
Pasal 28 ayat (3) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
40
Pasal 28 ayat (4) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
41
Pasal 30 ayat (2) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
42
Pasal 30 ayat (3) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
100
43
Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
44
Pasal 31 ayat (2) Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor : 11/Per/M.KUKM/XII/2017 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
45
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
101
46
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
47
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
48
Pasal 73 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
102
49
Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
50
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
51
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
52
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
103
Pasal 54
Dalam melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 53 ayat (1) pemerintah memperhatikan saran dan
pertimbangan MUI sesuai dengan tingkatannya.
Pasal 55
(1) Pembinaan terhadap Nazhir, wajib dilakukan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
(2) Kerjasama dengan pihak ketiga, dalam rangka pembinaan
terhadap kegiatan perwakafan di Indonesia dapat dilakukan
53
Pasal 53, 54, 55, 56 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
104
Pasal 56
(1) Pengawasan terhadap perwakafan dilakukan oleh pemerintah
dan masyarakat, baik aktif maupun pasif.
(2) Pengawasan aktif dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
langsung terhadap Nazhir atas pengelolaan wakaf, sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
(3) Pengawasan pasif dilakukan dengan melakukan pengamatan
atas berbagai laporan yang disampaikan Nazhir berkaitan
dengan pengelolaan wakaf.
(4) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pemerintah dan masyarakat dapat meminta
bantuan jasa akuntan publik independen.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan
terhadap perwakafan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
1
Lihat Pasal 4 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro
2
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Laporan Akhir Penyelarasan Naskah
akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Perkoperasian, (Jakarta: Badan Pembinaan
Hukum Nasional, 2015), h. 25
107
6
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 46
7
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 63
110
8
Lihat dan Bandingkan dengan Handieni Fajrianty dalam Tesis ini pada Bab I Huruf
E Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan, Nomor 5, h. 23-24.
111
9
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro, “Undang-Undang ini juga mengatur kelembagaan, baik
yang mengenai pendirian, bentuk badan hukum, permodalan, maupun kepemilikan”.
112
10
Penjelasan Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian
113
Kepemilikan Saham
Paling sedikit 60% dimiliki
oleh Pemda Kab/Kota atau
badan usaha milik
desa/kelurahan
13
Lihat Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi “Pengesahan Akta Pendirian
Koperasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku sebagai izin usaha”.
14
Lihat Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro “Sebelum menjalankan kegiatan usaha, LKM harus memiliki izin usaha
dari Otoritas Jasa Keuangan”.
15
Lihat Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro “Setiap orang yang menjalankan usaha LKM tanpa izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
16
Lihat Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
17
Lihat Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 89 Tahun
2014 tentang Suku Bunga Pinjaman Atau Imbal Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan
Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
117
18
Lihat Pasal 9 ayat (2) dan (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
61/POJK.05/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor
12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
118
19
Lihat Pasal 16 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro.
20
Lihat Pasal 17 ayat (3) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
21
Lihat Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro “LKM wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan: a. laporan
keuangan setiap 4 (empat) bulan; dan/atau b. laporan lain yang ditetapkan dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan”.
122
22
Lihat Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro “LKM wajib mengumumkan laporan keuangan dalam rangka menerapkan
prinsip keterbukaan”.
23
Lihat Pasal 31 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro “Dalam rangka pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (1), Otoritas Jasa Keuangan melakukan pemeriksaan terhadap LKM”.
24
Lihat Pasal 31 ayat (1) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
25
Lihat Pasal 31 ayat (2) Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
26
Lon L. Fuller, The Morality…………..…, h. 65
123
27
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Depok:
Rajawali Pers, 2019), h. 74-81
124
28
Zaenal Asikin, Pengantar Ilmu Hukum, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 113
125
Dengan arti lain, asas ini mengandung makna bahwa aturan hukum
yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum.
c) Asas Lex Posteriori Derogat Legi Priori, yang artinya peraturan
perundang-undangan yang terkemudian menyisihkan peraturan
peraturan perundang-undangan yang terdahulu. Asas ini berkaitan
dengan dua peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah
yang sama serta aturan hukum yang baru harus sederajat atau lebih
tinggi dari aturan hukum yang lama.29
Untuk mengatasi adanya ketidaksinkronan sebagaimana
dipaparkan di atas, dalam penelitian ini, peneliti hendak mensinkronkan
antara peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro
dengan perkoperasian dalam kaitannya dengan bentuk badan hukum
koperasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Adapun terkait aspek-aspek
ketidaksinkronan secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2. Aspek-Aspek Ketidaksinkronan Antara Peraturan
Perundang-undangan LKM Dengan Perkoperasian
Aspek Peraturan Per-UU
Keterangan
Ketidaksinkronan LKM Perkoperasian
Pembinaan dan Pasal 28 ayat (1) Pasal 60 ayat (2) Undang- Tumpang
Pengawasan Undang-Undang Undang Nomor 25 Tahun Tindih
Nomor 1 Tahun 2013 1992 tentang Kewenangan
tentang Lembaga Perkoperasian:
Keuangan Mikro: “Pemerintah memberikan
“Pembinaan, bimbingan, kemudahan,
pengaturan, dan dan perlindungan kepada
pengawasan LKM Koperasi”.
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2019), h. 139-141
126
30
Lihat Pasal 5 huruf c Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
133
31
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum…….., h. 139 lihat juga dalam Yuliandri,
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2009), h. 117
135
32
Fakhruddin Muhammad bin Umar bin Husein al-Razi, al-Mahsûl fî „ilmi Usûl al-Fiqih, Juz
2, h. 529 dalam Winarno, “Kaidah Tarjih”, dalam Suhuf, Jurnal UMS, Vol. 22, No. 1, Mei 2010, h. 43
33
al-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta‟rifat, (T.tp.: al-Haramain, 2001
M/1421 H), h. 55
136
2. Sinkronisasi Horizontal
Sinkronisasi horizontal merupakan sinkronisasi aturan yang
mengkaji sampai sejauhmana suatu peraturan telah sinkron atau serasi
dengan peraturan lainnya, yang kedudukannya sederajat dan yang
mengatur bidang yang sama. Secara horizontal, analisis sinkronisasi
pengaturan mengenai bentuk badan hukum koperasi Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) dilakukan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro dengan Undang-Undang
34
Abdul Qadir Hassan, Ushul Fiqh, (Bangil: Yayasan al-Muslimun, 1992), h. 95-96
137
35
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia: Satu Kajian Teoritik, (Yogyakarta: FH UII
Press, 2004), h. 56 dalam A.A. Oka Mahendra, “Harmonisasi Peraturan Perundang-
undangan”, artikel diakses pada 27 Agustus 2020 dari
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-peraturan-perundang-
undangan.html
140
36
Satria Effendi M. Zein, Ushul…….., h. 182
37
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul………, h. 186
38
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul………, h. 187
39
Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul………, h. 187-188
142
40
Misbahuddin, Ushul Fiqh II, (Makassar: Alauddin Press, 2015), h. 15
143
41
Lihat dan Bandingkan dengan Muhammad Muhtarom dalam Tesis ini pada Bab I
Huruf E Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan, Nomor 4, h. 21-23.
144
42
Wawancara Pribadi dengan Imam Gozali, Jakarta, 26 Agustus 2020.
43
Lihat dan Bandingkan dengan Zakiah Noer dalam Tesis ini pada Bab I Huruf E
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan, Nomor 2, h. 19-21.
145
bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) wajib memperoleh izin usaha dari
Otoritas Jasa Keuangan paling lama tanggal 8 Januari 2016.
Menurut Maria Farida, salah satu fungsi dari Undang-Undang
adalah menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya dalam hal
ini adalah ketentuan tentang pelaksanaan masalah perekonomian
nasional.44 Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Lembaga Keuangan Mikro selain untuk menumbuhkembangkan
perekonomian rakyat menjadi tangguh, berdaya, dan mandiri yang
berdampak kepada peningkatan perekonomian nasional, juga untuk
memberikan kepastian hukum dan mengatur secara Iebih komprehensif
terkait pemenuhan kebutuhan layanan keuangan terhadap masyarakat
miskin dan/atau berpenghasilan rendah, kegiatan layanan jasa keuangan
mikro dan kelembagaannya.
Dari uraian di atas dapat dianalisis lebih lanjut bahwa implikasi-
implikasi yuridis berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Lembaga Keuangan Mikro terhadap status badan hukum Baitul
Maal wa Tamwil berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Yuridis terhadap Aspek Kelembagaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro mengatur kelembagaan, baik yang mengenai
pendirian, kepemilikan, maupun perizinan. Dari hasil analisis melalui
sinkronisasi peraturan perundang-undangan sebagaimana tersebut di
atas dapat dipahami bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) sebagai
lembaga keuangan mikro syariah, tunduk pada Undang-Undang
44
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-undangan 1: Jenis, Fungsi, dan Materi
Muatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2020), h. 216-219
146
45
Soerjono Soekanto, Efektivikasi Hukum dan Peranan Sanksi, (Bandung: Remadja
Karya, 2019), h. 4
147
46
Lihat Pasal 32 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pengesahan Koperasi.
47
Lihat Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro.
48
Lihat Pasal 6 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro.
148
49
Lihat Pasal 5 ayat (2), (3), (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
50
Lihat Pasal 2 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
149
51
Lihat Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro.
52
Lihat Pasal 5 ayat (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
150
53
Lihat Pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
54
Lihat Pasal 5A ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
152
55
Lihat Pasal 7 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
56
Lihat Pasal 8 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 12/POJK.05/2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro.
57
Direktorat Lembaga Keuangan Mikro, “Frequently Asked Questions (FAQ)”,
diakses pada 27 Agustus 2020 dari https://www.ojk.go.id/Files/box/LKM/faq-lkm.pdf
154
1
Cek Kelengkapan dan
Kebenaran Dokumen Keterangan:
Dokumen permohonon
izin usaha LKM
disampaikan ke Kantor
2 OJK sesuai tempat
Analisis kedudukan calon LKM
58
Lihat Pasal 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 62 /POJK.05/2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
59
Lihat Pasal 12 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro.
157
60
Wawancara Pribadi dengan Imam Gozali, Jakarta, 26 Agustus 2020.
162
61
Lihat Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro.
62
Lihat Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 89 Tahun 2014
Tentang Suku Bunga Pinjaman atau Imbal Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan Wilayah
Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
163
63
Wawancara Pribadi dengan Imam Gozali, Jakarta, 23 September 2020.
64
Lihat Pasal 27 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
164
syariah yang ada sekarang bisa tumbuh menjadi besar, sehingga akan
dapat melayani lebih banyak kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah dan pelaku usaha mikro.
Dalam penjelasan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 62/POJK.03/2016 disebutkan bahwa Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) hanya dapat memberikan pelayanan jasa keuangan
kepada masyarakat paling luas dalam 1 (satu) kabupaten/kota agar
dapat berperan sebagai instrumen pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Namun demikian Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) dapat melakukan perluasan jangkauan
layanan keuangan kepada masyarakat di luar kabupaten/kota dengan
bertransformasi menjadi bank.65 Firdaus Djaelani, Kepala Pengawas
Industri Keuangan Non Bank (IKNB), menyatakan bahwa fungsi dan
tugas LKM menyerupai BPR. Sehingga wajar jika bertransformasi.66
Untuk bisa bertransformasi menjadi bank, maka Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) harus memenuhi persyaratan-persyaratan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pasal 2
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 62/POJK.03/2016 Tentang
Transformasi Lembaga Keuangan Mikro Konvensional Menjadi Bank
Perkreditan Rakyat Dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Menjadi
Bank Perkreditan Rakyat Syariah, menyatakan bahwa:
65
Lihat Penjelasan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 62/POJK.03/2016
Tentang Transformasi Lembaga Keuangan Mikro Konvensional Menjadi Bank Perkreditan
Rakyat Dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
66
Firdaus Djaelani, dalam Kontan, LKM Wajib Menjadi BPR, Jakarta, 31 Juli 2016,
diakses pada 23 September 2020 dari https://keuangan.kontan.co.id/news/lkm-wajib-
menjadi-bpr
165
69
Lihat Pasal 2 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.05/2014
tentang Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro.
70
Lihat Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
71
Lihat Pasal 28 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
72
Lihat dan Bandingkan dengan Novita Dewi dalam Tesis ini pada Bab I Huruf E
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan, Nomor 2, h. 17-19.
168
73
Otoritas Jasa Keuangan, “Siaran Pers Bersama Nota Kesepahaman Otoritas Jasa
Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Koperasi dan UKM tentang
Koordinasi Pelaksanaan UU Nomor 1/2013 Mengenai Lembaga Keuangan Mikro”, diakses
pada 27 Agustus 2020 dari https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-
pers/Documents/SIARANPERSMOUMENDAGRIMENKOPfinalOJK_1405067229.pdf
74
Lihat Penjelasan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.05/2014
tentang Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro.
169
Pihak lain
Pemda
Pembinaan dan dalam hal
Kabupaten /
Pengawasan didelegasikan Pemda
Kota
belum siap
76
Lihat Pasal 5 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/POJK.05/2014
tentang Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro.
171
77
Lihat Pasal 16 ayat (1), (2), dan (3) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
14/POJK.05/2014 tentang Pembinaan dan Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro.
172
78
Wawancara Pribadi dengan Imam Gozali, Jakarta, 23 September 2020.
173
1
Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
2
Penjelasan Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
174
175
3
Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
176
4
Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 62 /POJK.05/2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 tentang
Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
5
Direktorat Lembaga Keuangan Mikro, “Frequently Asked Questions (FAQ)”,
diakses pada 27 Agustus 2020 dari https://www.ojk.go.id/Files/box/LKM/faq-lkm.pdf
177
dibawah regulasi dan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dikenal
sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), dan ada yang berada di
bawah payung hukum Kementerian Koperasi dan UKM melalui Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) yang berada dibawah regulasi Kementerian Koperasi dan
UKM ini dikenal sebagai Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah/Unit Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS/USPPS).
Henra Saragih, Plt. Asisten Deputi Peraturan Perundang-undangan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan
eksistensi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) pasca Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro sebagai berikut:
BMT mempunyai fungsi sebagai pemberdayaan sosial (maal) dan
pemberdayaaan ekonomi produktif (tamwil). Kehadiran BMT yaitu
untuk memfasilitasi masyarakat muslim di tengah perkembangan
kegiatan ekonomi dan lembaga pembiayaan dengan prinsip Islam
namun tidak terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Selain itu
kehadiran BMT diharapkan mampu mendorong sektor usaha mikro
dan kecil yang merupakan salah satu sektor penggerak perekonomian
di Indonesia.
Pertumbuhan BMT sejak pertama kali diperkenalkan pada awal tahun
2000-an hingga saat ini mengalami peningkatan yang luar biasa.
Pengawasan dan pembinaan BMT berada pada dua kelembagaan yaitu
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Koperasi dan
UMKM. BMT yang berada dibawah OJK disebut Lembaga Keuangan
Mikro Syariah (LKMS). Landasan hukum LKMS mengacu pada UU
Lembaga Keuangan Mikro No.1 Tahun 2013 yang mulai berlaku
sejak 08 Januari 2015 dan POJK No. 61/POJK 05/2015 Tentang
Perubahan atas Peraturan POJK No.12/POJK05/2014 Tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan Keuangan Mikro. Sedangkan
BMT yang berada di bawah Kementrian Koperasi dan UMKM
disebut Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS).
Landasan hukum KSPPS adalah UU perkoperasian No. 25 Tahun
1992 dan Peraturan Menteri No.16 Tahun 2015 tentang pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.
178
6
Wawancara Pribadi dengan Henra Saragih, Jakarta, 1 Oktober 2020.
179
120 105
100
80 75
60 41
40
20
1
0
LKMK
LKMS
PT KOPERASI
7
Otoritas Jasa Keuangan, “Penguatan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro”,
2017, diakses pada 27 Agustus 2020 dari https://adoc.pub/penguatan-kelembagaan-lembaga-
keuangan-mikro-otoritas-jasa-k.html
8
Otoritas Jasa Keuangan, Direktori Lembaga Keuangan Mikro Juli 2020, diakses
pada 26 Agustus 2020 dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/direktori/direktori-lkm/Pages/Direktori-Lembaga-Keuangan-Mikro-Juli-2020.aspx
181
Dari gambar 5.1 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 180 unit
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) memilih berbadan hukum koperasi,
dengan rincian jumlah Koperasi LKM sebanyak 105 unit dan Koperasi
LKMS sebanyak 75 unit. Sedangkan sebanyak 42 unit Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) memilih berbadan hukum perseroan terbatas
(PT), dengan rincian jumlah PT. LKM sebanyak 41 unit dan PT. LKMS
sebanyak 1 unit. Dari 75 unit LKMS yang berbadan hukum koperasi,
terdapat 3 (tiga) unit Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang telah
mendapat ijin usaha sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Baitul
Maal wa Tamwil (BMT) tersebut adalah a) Koperasi LKMS BMT
Sumber Harapan Maju yang berada di Kabupaten Semarang dengan
mendapatkan izin usaha pada 8 Oktober 2015; b) Koperasi LKMS
Gunung Jati yang berada di Kabupaten Cirebon dengan mendapatkan
izin usaha pada 19 Januari 2016; c) Koperasi LKMS BMT Talaga yang
berada di Kabupaten Majalengka dengan mendapatkan izin usaha pada
30 Januari 2018.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jumlah Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) yang mendaftarkan diri ke Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah masih sangat sedikit.
Hal tersebut dikarenakan masih minimnya data yang dimiliki Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) terkait jumlah Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
yang belum berbadan hukum. Karena belum ada data pasti terkait jumlah
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang belum berbadan hukum, maka
dengan sendirinya pendataan berlangsung saat Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) mendaftarkan diri ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Imam
Gozali, Kepala Sub bagian pada Departemen Pengawasan IKNB 1B
Direktorat Lembaga Keuangan Mikro Otoritas Jasa Keuangan,
182
9
Wawancara Pribadi dengan Imam Gozali, Jakarta, 26 Agustus 2020.
183
10
Wawancara Pribadi dengan Achmad Halili, Jakarta, 11 Agustus 2020.
184
11
Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
12
Pasal 30 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro.
13
Pasal 25 ayat (2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014
Tentang Penyelenggaraan Usaha Lembaga Keuangan Mikro sebagaimana telah diubah oleh
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 62/POJK.05/2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan Usaha
Lembaga Keuangan Mikro.
185
KSPPS
Zakat
Infak Simpanan
Sedekah Pinjaman
Wakaf Pembiayaan
15
Wawancara Pribadi dengan Henra Saragih, Jakarta, 1 Oktober 2020.
188
KSPPS
16
Lihat dan Bandingkan dengan Nourma Dewi dalam Tesis ini pada Bab I Huruf E
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan, Nomor 1, h. 16-17.
190
17
Pasal 17 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
18
Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
19
Penjelasan Pasal 57 Huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan
Islam yang mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial atau lembaga berbadan
hukum” adalah organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan,
dakwah, dan sosial yang terdaftar di kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang dalam negeri atau lembaga berbadan hukum yang berbentuk yayasan
atau perkumpulan berbasis Islam yang telah disahkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. Berkaitan dengan
perkumpulan, lihat penjelasan H.M.N. Purwosutjipto dalam Chaidir Ali, Badan Hukum,
(Bandung: Alumni, 2015), h. 116-117. Dijelaskan bahwa secara garis besar terdapat dua
jenis perkumpulan yaitu; 1. Perkumpulan dalam arti sempit, ialah perkumpulan yang lazim
disebut vereniging seperti perkumpulan yang diatur dalam: KUH Perdata Buku III Bab IX;
Stb. 1870-64; dan Stb. 1939-570, adalah perkumpulan yang tidak termasuk dalam bidang
192
hukum dagang; 2. Perkumpulan dalam arti luas, ialah perkumpulan yang merupakan bentuk
asal dari semua persekutuan, koperasi dan perkumpulan saling menanggung. Perkumpulan
dalam arti luas meliputi: 1) Perkumpulan yang tidak berbadan hukum, seperti: persekutuan
perdata, persekutuan firma, dan persekutuan komanditer. 2) Perkumpulan yang berbadan
hukum, seperti: perseroan terbatas, koperasi, dan perkumpulan saling menanggung.
20
Pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
21
Pasal 73 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
193
22
Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
23
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
194
24
Pasal 10 ayat (1) dan (3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
25
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
26
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
27
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
195
28
Pasal 53 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
29
Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
30
Pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
196
BMT-LKMS BMT-KSPPS
UU 1 th 2013 ttg
LKM
OJK Kemenkop
UU 25 th 1992
ttg Perkoperasian
OTORITAS
Permen KUKM 11 th
2017 ttg Keg. Usaha
REGULASI BMT
UU 23 th 2011 ttg
Pengelolaan
Zakat BADAN HUKUM
UU 41 th 2004
ttg Wakaf PT Koperasi
BMT-LKMS
BMT-KSPPS
31
Ahmad bin Abdullah bin Muhammad al-Duwaihi, Qa’idah al-Aslu fî al-Asy-yâ-i al-
Ibâhah, (al-Riyâd: Jami’ah al-Imam Muhammad bin su’ud al-Islamiyyah, 2007 M/1428 H),
h. 138
32
Muhammad Bakar Ismail, al-Qawâ’id al-Fiqhiyyah baina al-Asalah wa al-Taujîh
(Beirut: Dâr al-Manâr, 1997 M/1417 H), h. 96
33
Atiyah Adlan Atiyah Ramadan, Mausu‘ah al-Qawâ’id al-Fiqhiyyah al-
Munazzamah li al-Mu‘amalat al-Maliyah al-Islamiyyah wa Dauruha fi Tawjih al-Nazm al-
Mu‘asirah, (Iskandariyah: Dar al-Aiman, 2007), h. 81
198
dipahami bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ada yang telah berbadan
hukum dan ada pula yang tidak berbadan hukum serta ada beberapa Baitul
Maal wa Tamwil (BMT) yang tidak diketahui bentuk hukumnya. Baitul Maal
wa Tamwil (BMT) yang telah berbadan hukum menggunakan badan hukum
yang berbeda-beda, ada yang berbadan hukum koperasi dan ada yang
berbadan hukum yayasan. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang tidak
berbadan hukum umumnya menggunakan istilah LSM atau KSM.34
Setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) diberikan
pilihan untuk menentukan status badan hukumnya yaitu Koperasi atau
Perseroan Terbatas. Jika berbadan hukum koperasi, maka yang dimaksud
adalah koperasi jasa.35 Seiring dengan perkembangan regulasi tersebut,
sebagian besar Baitul Maal wa Tamwil (BMT) bertransformasi berada di
bawah payung hukum Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
berikut peraturan turunannya sebagai Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (KSPPS). Oleh karena itu bagi Baitul Maal wa Tamwil
(BMT) yang telah berbadan hukum koperasi dan mendapatkan ijin usaha
sebagai Koperasi Simpan Pinjam, maka tunduk pada Undang-Undang
Perkoperasian sehingga tidak perlu mendapatkan ijin usaha dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Hal ini adalah
dalam rangka memberikan kepastian hukum serta mewujudkan tujuan hukum
yakni kemaslahatan.
34
Neni Sri Imaniyati, Aspek-Aspek Hukum BMT (Baitul Maal wat Tamwil),
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h. 101-101
35
Penjelasan Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Lembaga Keuangan Mikro.
199
36
Abu Ishak al-Syatibi, al-Muwafaqat fî Usūli al-Syarî’ah, (T.tp: T.pn, t.t), Jilid II, h.
7
201
37
Abu Ishak al-Syatibi, al-Muwafaqat …………., h. 7
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tesis ini, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Sinkronisasi peraturan perundang-undangan tentang Lembaga
Keuangan Mikro dan Perkoperasian dalam kaitannya dengan badan
hukum koperasi Baitul Maal wa Tamwil dilakukan dengan 2 (dua)
cara, yaitu:
a. Sinkronisasi Vertikal
Secara vertikal terjadi ketidaksinkronan pada aspek
perizinan, cakupan wilayah usaha, serta Laporan Keuangan dan
Pemeriksaan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Oleh Koperasi dan Peraturan Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
11/Per/M.KUKM/XII/2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi.
Pada aspek perizinan, di dalam UU LKM Pasal 9 ayat (1)
diatur bahwa sebelum menjalankan kegiatan usahanya, Baitul
Maal wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah
harus memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
Sedangkan di dalam Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan
202
203
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas dan dalam
rangka memberikan landasan hukum yang kuat atas beroperasinya Baitul
Maal wa Tamwil (BMT), dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) perlu
memperkuat kelembagaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) melalui:
a. Pengaturan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam UU tersendiri
mengingat sifat dasar dan karakteristiknya yang berbeda dari
LKM yang lain; dan/atau
b. Penyempurnaan terhadap regulasi yang ada, dengan cara
melakukan revisi terhadap beberapa pasal dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro
diantaranya pada Pasal 1 perlu penambahan definisi permodalan,
Pasal 5 ayat (2) dan (3) perlu perubahan persentase kepemilikan
saham.
2. Kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Mikro
termasuk Baitul Maal wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan
211
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abu Zahrah, Muhamad, Ushul al-Fiqh. Beirut: Dar al-Fikr al-Arabi, 1985.
Ali, Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicial Prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis
Prudence). Jakarta: Kencana, 2017.
Alma, Buchari, dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah. Bandung:
Alfabeta, 2009.
Friedman, Lawrence M., The Legal System. New York: Russel Sage
Fondation, 1975.
Fuller, Lon L., The Morality of Law. New Haven: Yale University Press,
1969.
Kansil, C.S.T., Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:
PN. Balai Pustaka, 1982.
Khallaf, Abdul Wahhab, Ilmu Ushul al-Fiqh. Kuwait: Dar al-Kuwait, 1968.
Lubis, Suharawardi K., Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), Peraturan Dasar dan Contoh
AD-ART BMT. Jakarta: Wasantara Net.Id, t.th.
Salim HS., H., Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum. Jakarta: Rajawali
Pers, 2010.
Saliman, Abdul R., Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh
Kasus. Jakarta: Kencana, 2011.
Soeria Atmadja, Arifin P., Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum: Teori,
Praktek, dan Kritik. Jakarta: Badan Penerbit Universitas Indonesia,
2005.
Sri Imaniyati, Neni, Hukum Bisnis: Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan
Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Suadi, Amran, dan Mardi Candra, Politik Hukum Perspektif Hukum Perdata
dan Pidana Islam Serta Ekonomi Syariah. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2016.
al-Syatibi, Abu Ishak, al-Muwafaqat fî Usūli al-Syarî’ah. T.tp: T.pn, t.t. Jilid
II
B. Jurnal, Penelitian
Sri Imaniyati, Neni, “Aspek-Aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
dalam Perspektif Hukum Ekonomi”, dalam Prosiding SNaPP2011:
Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, ISSN 2089-3590
Winarno, “Kaidah Tarjih”, dalam Suhuf, Jurnal UMS, Vol. 22, No. 1, Mei
2010.
Yusuf, Sri Dewi, “Peran Strategis Batul Maal Wa-Tamwil (BMT) Dalam
Peningkatan Ekonomi Rakyat”, dalam Jurnal Al-Mizan, Volume
10, No. 1, Juni 2014.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Djaelani, Firdaus, dalam Kontan, LKM Wajib Menjadi BPR, Jakarta, 31 Juli
2016, diakses pada 23 September 2020 dari
https://keuangan.kontan.co.id/news/lkm-wajib-menjadi-bpr
Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019, Islamic Finance Country Index
- IFCI 2019, Chapter 01, Inggris: Cambridge IFA, 20190, diakses
pada 26 Maret 2020 dari
http://www.gifr.net/publications/gifr2019/ifci.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses pada 26 Maret 2020 dari
https://kbbi.web.id/
Koperasi Syariah Saat Ini Capai 4.046 Unit”, Jurnas.com, 24 Februari 2020,
diakses pada 26 Maret 2020 dari
http://www.jurnas.com/mobile/artikel/67920/Koperasi-Syariah-
Saat-Ini-Capai-4046-Unit/
Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Kuartal III LKM Tahun 2019, diakses pada
26 Maret 2020 dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-
statistik/statistik-lkm/Pages/Laporan-Kuartal-III-LKM-Tahun-
2019.aspx
E. Wawancara
Lampiran 1
Izin Penelitian dan Wawancara
225
226
227
228
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
229
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Informan :
Pekerjaan/Jabatan :
Instansi : Otoritas Jasa Keuangan
Tanggal wawancara :
1. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga keuangan
mikro, yang secara eksplisit diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Sejak berlakunya UU
LKM, berapa jumlah Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yang memilih
mendaftarkan diri kepada OJK sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS)?
2. Apa badan hukum yang dipilih oleh Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yang
mendaftarkan diri kepada OJK sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Syariah (LKMS)?
3. Apakah sama antara badan hukum koperasi dalam syarat pendirian LKM
dengan badan hukum koperasi sebagai badan usaha?
4. Apabila BMT sebagai LKMS memilih badan hukum koperasi, apakah
diperlakukan sama dengan LKM lainnya dalam hal hak dan kewenangan
untuk melakukan penghimpunan dana simpanan masyarakat (PDSM)
kepada masyarakat selain anggota koperasi?
5. Jika BMT sebagai LKMS memilih badan hukum koperasi yang diatur
oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang LKM, maka
bagaimanakah kedudukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
230
tentang Perkoperasian yang pada saat ini masih berlaku sebagai landasan
hukum Koperasi?
6. Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro telah berimplikasi pada terjadinya pengaturan secara
ganda bagi Baitul Mal wat Tamwil (BMT) sebagai LKMS yang
berbadan hukum koperasi. Bagaimana menurut pendapat Saudara!
7. Bagaimana koordinasi antara OJK dengan Kemenkop dan UKM dalam
mengawasi dan membina BMT sebagai LKMS yang berbadan hukum
koperasi.
8. Menurut pendapat Saudara, bagaimana eksistensi Baitul Mal wat Tamwil
(BMT) setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro?
231
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Informan :
Pekerjaan/Jabatan :
Instansi : Kementerian Koperasi dan UKM
Tanggal wawancara :
ganda bagi Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yang berbadan hukum
koperasi. Bagaimana menurut pendapat Saudara!
7. Bagaimana koordinasi antara Kemenkop dan UKM dengan OJK dalam
mengawasi dan membina BMT sebagai LKMS yang berbadan hukum
koperasi.
8. Menurut pendapat Saudara, bagaimana eksistensi Baitul Mal wat Tamwil
(BMT) setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
tentang Lembaga Keuangan Mikro?
233
PEDOMAN WAWANCARA
Nama Informan :
Pekerjaan/Jabatan :
Instansi : BMT Al-Bayan
Tanggal wawancara :
Lampiran 3
Hasil Wawancara
236
JAWABAN WAWANCARA
1. Sampai dengan Juli 2020 BMT yang telah mendapatkan izin usaha
sebagai LKM Syariah sebanyak 3 LKM dari total 222 LKM diseluruh
Indonesia yaitu:
Koperasi LKMS BMT Sumber Harapan Maju
Koperasi LKMS Gunung Jati
Koperasi LKMS BMT Talaga
2. Badan Hukum (BH) BMT yang telah mendapatkan izin usaha sebagai
LKM adalah Koperasi dengan Jenis Koperasi Jasa Keuangan
dikarenakan mayoritas BMT berasal dari inisiatif individu.
3. Dalam hal ini untuk pengurusan BH Koperasi diserahkan kepada
Kementerian Koperasi dan UKM saat ini di Kemenkumham melalui
mekanisme One Single Submission (OSS) dengan system sisminbhkop.
Sedangkan untuk pengurusan izin usaha LKM dilakukan oleh OJK
dengan ketentuan yang tertuang dalam POJK 12 Tahun 2014 tentang
Perizinan Usaha dan Kelembagaan LKM dan POJK 61 Tahun 2015
237
JAWABAN WAWANCARA
3. Legalitas atau bentuk badan hukum BMT Al-Bayan sudah terjawab pada
butir (1) tersebut diatas.
4. Sesuai dengan legalitas/ anggaran dasar cakupan wilayah usaha BMT
Al-Bayan dapat dilakukan lintas provensi wilayah Indonesia, namun
pada saat ini wilayah usaha BMT Al-Bayan baru mencakup
Jabodetabek yang berkantor pusat di Tangerang Selatan tanpa dan/atau
belum memiliki kantor cabang/ jaringan pelayanan.
5. Hubungan BMTAl-Bayan dengan Dinas Koperasi dan perangkatnya
bahwa Dinas Koperasi berfungsi sebagai pembina, yaitu memberikan
masukan, bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada BMT Al-
Bayan.
6. BMT Al-Bayan menghimpun dana dari anggota, calon anggota, dan/atau
non anggota (termasuk masyarakat) dalam bentuk Tabungan Wadiah dan
Simpan Berjangka Mudharabah. Dalam bidang usaha BMT Al-Bayan
menyalurkan dana kepada anggota, calon anggota, dan/atau non anggota
(hanya) dalam bentuk pembiayaan dengan Akad Murabahah (jual-beli)
karena pembelinya sudah jelas sehingga lebih aman. Dalam bidang sosial
BMT Al-Bayan menyalurkan dana kepada anggota, calon anggota,
dan/atau non anggota dalam bentuk pinjaman dengan Akad Qardh.
7. Pada prinsipnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) adalah cukup akomudatif terhadap BMT,
namun dalam tataran operasional yang diatur melalui Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan NOMOR 12/POJK.05/2014 tentang Perizinan Usaha dan
Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro masih terdapat celah yang
perlu mendapat perhatian. Dalam peraturan tersebut pada Bab II pasal 2
ayat (1) berbunyi bahwa bentuk badan hukum LKM adalah Koperasi
atau Perseroan Terbatas. Menurut hemat kami bahwa Otoritas Jasa
247
usahanya, akan tetapi pada badan hukum Koperasinya yang kurang tepat.
Ditinjau dari kelahiran BMT pada bulan Desember 1995 yang
dicanangkan oleh Presiden RI kedua di Hotel Indonesi (HI) menjadi
gerakan nasional, BMT dengan kepanjangan Baitul Maal wat Tamwil
atau dengan kata lain Balai usaha Mandiri Terpadu adalah lahir
sebagai Lembaga Keuangan Masyarakat (bukan sebagai Koperasi)
dengan izin operasional dari PINBUK, sedangkan PINBUK sendiri
mempunyai MOU atau kerjasama dengan Bank Indonesia (BI). Pada saat
itu BMT didirikan dengan tujan untuk melayani masyarakat bawah yang
tidak memenuhi persyaratan untuk mendapatkan fasilitas dari Bank
(karena persyaratannya rumit dan komplek), dan pada saat itu pula BMT
dibutuhkan oleh masyarakat utamanya agar masyarakat bawah dapat
terhindar dari rentenir yang selanjutnya BMT dikenal sebagai Bank
kecil, dan sebagai konsekuensi logisnya pada saat itu BMT tidak
mengenal istilah anggota, calon anggota, dan/atau non anggota,
melainkan satu-satunya istilah yang dikenal adalah nasabah.
9. Mengenai Badan Hukum sedikit banyak telah disinggung pada butir (7)
di atas. Pilihan yang paling tepat bagi BMT adalah berbadan hukum
Perseroan Terbatas sebagaimana layaknya Bank. Namun badan hukum
Perseroan Terbatas bagi BMT yang ada di OJK adalah Perseroan
Terbatas paling sedikit 60 % (enam puluh persen) sahamnya wajib
dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Hal semacam ini dinilai tidak tepat
bagi/ buat BMT sehingga pada akhirnya Perseroan Terbatas model LKM
OJK ini tidak menjadi pilihan. Dengan demikian, maka selanjutnya
dengan agak terpaksa yang menjadi pilihan adalah badan hukum
Koperasi yang tentunya berada di bawah naungan Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil, dan Menengah (penjelasan dapat dilihat pada butir (7)).
249
10. Sebenarnya Baitul Maal wat Tamwil (BMT) saat ini dengan legalitas
Koperasi memang kurang pas/tepat, karena dengan legalitas Koperasi,
BMT berada dipersimpangan jalan. Dalam prakteknya BMT lebih
cendrung mendekati Bank. Oleh karena itu harapan kami bahwa BMT
yang asetnya sudah cukup memenuhi persyaratan minimal Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) selakyaknya diwajibkan untuk
menjadi BPRS.
250
Lampiran 4
Dokumentasi
251
Sertifikat Seminar
255
Lampiran 5
Data LKM dan KSPPS
256
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKM
20 Koperasi Konvensional 31/12/2015 Kecamatan Semarang
Artha Nugraha
Koperasi LKMS
21 Koperasi Syariah 19/01/2016 Kabupaten Cirebon
Gunungjati
Koperasi LKM
22 Gapoktan Tani Koperasi Konvensional 03/02/2016 Desa Pemalang
Mandiri
Koperasi LKMS
23 Koperasi Syariah 23/03/2016 Kabupaten Temanggung
BTM Surya Amanah
Koperasi LKM
24 Gapoktan Tani Koperasi Konvensional 07/04/2016 Desa Pemalang
Karya
Koperasi LKM UPK
Lampung
25 DAPM Mandiri Koperasi Konvensional 07/04/2016 Kecamatan
Selatan
Sejahtera
Lombok
26 PT LKM Kalijaga PT Konvensional 12/04/2016 Desa
Timur
Koperasi LKMA
27 Blorok Makmur Koperasi Konvensional 13/04/2016 Kecamatan Kendal
Sejahtera
Koperasi LKMA
28 Koperasi Konvensional 13/04/2016 Kecamatan Kendal
Sido Rukun
Koperasi LKMA
29 Koperasi Konvensional 18/04/2016 Kecamatan Kendal
Sido Makmur
Koperasi LKMA
30 Koperasi Konvensional 18/04/2016 Kecamatan Kendal
Karangsari Sejahtera
Koperasi LKMA
31 Koperasi Konvensional 18/04/2016 Kecamatan Kendal
Sendang Mulyo
Koperasi LKM PED
32 Koperasi Konvensional 18/04/2016 Desa Rembang
Agung Samudra
Koperasi LKMA
33 Gapoktan Ngudi Koperasi Konvensional 20/04/2016 Kecamatan Kendal
Rejeki
Koperasi LKMA
34 Koperasi Konvensional 20/04/2016 Kecamatan Kendal
Mekar Arum
Koperasi LKMA
35 Koperasi Konvensional 20/04/2016 Kecamatan Kendal
Gapoktan Gondang
Koperasi LKMA
36 Anugerah Tani Koperasi Konvensional 21/04/2016 Kecamatan Kendal
Makmur
258
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMA
37 Gapoktan Bangun Koperasi Konvensional 25/04/2016 Kecamatan Kendal
Karyo
38 PT LKM Ciamis PT Konvensional 12/05/2016 Kabupaten Ciamis
Koperasi Sari Mulyo
39 Koperasi Konvensional 31/05/2016 Desa Pati
Taman Sari
Koperasi LKMS
40 Wesal Keuangan Koperasi Syariah 08/06/2016 Kota Kota Depok
Syariah
Koperasi LKM Desa
41 Koperasi Konvensional 16/06/2016 Kecamatan Sragen
Bendo
Koperasi LKM
42 Sejahtera Karya Koperasi Konvensional 22/06/2016 Kabupaten Semarang
Mandiri
Koperasi LKM
43 Koperasi Konvensional 27/06/2016 Kecamatan Sragen
Murih Raharjo
Koperasi LKMS
44 BTM Banyumas di Koperasi Syariah 30/06/2016 Kabupaten Banyumas
Patikraja
Koperasi LKM Lampung
45 Koperasi Konvensional 30/06/2016 Kecamatan
Mandiri Sejahtra Selatan
Koperasi LKM UPK Lampung
46 Koperasi Konvensional 20/07/2016 Kecamatan
DAPM Mirba Selatan
Koperasi LKMS Kota
47 Koperasi Syariah 22/07/2016 Kecamatan
Usaha Mulia Probolinggo
Koperasi LKM
48 Koperasi Konvensional 31/10/2016 Kabupaten Pati
Pundi Mataram Pati
Koperasi LKMA
Gapoktan Sri Rejeki
Desa Watugajah,
49 Koperasi Konvensional 11/11/2016 Kecamatan Pekalongan
Kecamatan Kesesi,
Kabupaten
Pekalongan
Koperasi LKMA
50 Gapoktan Agung Koperasi Konvensional 15/11/2016 Desa Pekalongan
Rejeki
Koperasi LKMS
Kota
51 Ukhuwah Bintang Koperasi Syariah 22/02/2017 Kota
Bengkulu
Ihsani
Koperasi LKMA
52 Gapoktan Gerak Koperasi Konvensional 14/03/2017 Kecamatan Pekalongan
Makmur
259
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
53 Madani Emas Koperasi Syariah 23/03/2017 Kota Kota Medan
Nusantara
Koperasi LKMA
Gapoktan Suka Tani
54 Desa Sastrodirjan Koperasi Konvensional 31/03/2017 Kecamatan Pekalongan
Kecamatan
Wonopringgo
Koperasi LKMS
Kota
55 Berkah Amanah Koperasi Syariah 27/04/2017 Kota
Tasikmalaya
Ummat
Koperasi LKMA
Gapoktan Tani Maju
56 Koperasi Konvensional 27/04/2017 Desa Pekalongan
Desa Wonoyoso
Kecamatan Buaran
Koperasi LKMA
57 Koperasi Konvensional 16/05/2017 Kecamatan Magelang
Tani Sukses Mandiri
Koperasi LKMS
Bankwakaf Al
58 Muttaqien Pancasila Koperasi Syariah 28/09/2017 Kecamatan Klaten
Sakti (LKMS
Bankwakaf Alpansa)
Koperasi LKMS
59 Amanah Berkah Koperasi Syariah 29/09/2017 Kecamatan Banyumas
Nusantara
Koperasi LKMS
60 Ranah Indah Koperasi Syariah 02/10/2017 Kecamatan Ciamis
Darussalam
Koperasi LKMS
61 Berkah Bersama Koperasi Syariah 03/10/2017 Kecamatan Bandung
Baiturrahman
Koperasi LKMS
62 Koperasi Syariah 03/10/2017 Kecamatan Cirebon
Buntet Pesantren
Koperasi LKMS
63 Denanyar Sumber Koperasi Syariah 05/10/2017 Kecamatan Jombang
Barokah
LKMS Almuna
64 Koperasi Syariah 06/10/2017 Kecamatan Bantul
Berkah Mandiri
Koperasi LKMS
65 Berkah Rizqi Koperasi Syariah 11/10/2017 Kecamatan Kota Kediri
Lirboyo
LKMS KHAS
66 Koperasi Syariah 16/10/2017 Kecamatan Cirebon
Kempek
260
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
67 Pesantren An Koperasi Syariah 19/10/2017 Kecamatan Serang
Nawawi Tanara
PT LKM Artha
68 PT Konvensional 06/11/2017 Kabupaten Tangerang
Kertaraharja
PT LKM BKD
69 PT Konvensional 21/12/2017 Kabupaten Batang
Batang
Koperasi LKMA
70 Gapoktan Mekar Koperasi Konvensional 22/12/2017 Kecamatan Pekalongan
Wangi
71 PT LKM Sumedang PT Konvensional 27/12/2017 Kabupaten Sumedang
Koperasi LKMS
72 Amanah Makmur Koperasi Syariah 27/12/2017 Kecamatan Kota Kediri
Sejahtera
Koperasi LKMA
Gapoktan Sumber
73 Usaha Desa Koperasi Konvensional 28/12/2017 Desa Pekalongan
Pringsurat
Kecamatan Kajen
Koperasi LKMS
74 Assa Berkah Koperasi Syariah 05/01/2018 Kecamatan Kudus
Sejahtera
Koperasi LKMS El-
75 Koperasi Syariah 11/01/2018 Kecamatan Lebak
Manahij
76 PT LKM Sukabumi PT Konvensional 12/01/2018 Kabupaten Sukabumi
77 PT LKM Garut PT Konvensional 16/01/2018 Kabupaten Garut
Koperasi LKMS Al
78 Koperasi Syariah 16/01/2018 Kecamatan Cilacap
Ihya Baitul Auqof
Koperasi LKMS
79 Koperasi Syariah 17/01/2018 Kecamatan Lebak
BWM Lan Taburo
Koperasi LKMS
Bankwakaf Al
80 Koperasi Syariah 18/01/2018 Kecamatan Klaten
Manshur
Barokahing Gusti
PT LKM
81 Pancatengah PT Konvensional 22/01/2018 Kabupaten Tasikmalaya
Tasikmalaya
PT LKM Mekar
82 PT Konvensional 22/01/2018 Kabupaten Purwakarta
Asih Purwakarta
Koperasi LKM
83 Nahdlatul Wathon Koperasi Syariah 22/01/2018 Kecamatan Tasikmalaya
Cijantung
261
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
84 Tebuireng Mitra Koperasi Syariah 23/01/2018 Kecamatan Jombang
Sejahtera
Koperasi LKMS
85 Bahrul Ulum Koperasi Syariah 25/01/2018 Kecamatan Jombang
Barokah Sejahtera
86 PT LKM Kuningan PT Konvensional 29/01/2018 Kabupaten Kuningan
Koperasi LKMS
87 Koperasi Syariah 30/01/2018 Kabupaten Majalengka
BMT Talaga
Koperasi LKMS Al
88 Koperasi Syariah 30/01/2018 Kecamatan Surabaya
Fitrah Wava Mandiri
Koperasi LKMS
89 Koperasi Syariah 31/01/2018 Kota Kota Tegal
BTM Kota Tegal
Koperasi LKMA
Gapoktan Sumber
Makmur Sri Rejeki
Desa Kulu
90 Koperasi Konvensional 31/01/2018 Desa Pekalongan
Kecamatan
Karanganyar
Kabupaten
Pekalongan
PT LKM
91 PT Konvensional 31/01/2018 Kabupaten Pandeglang
Pandeglang Berkah
92 PT LKM Karawang PT Konvensional 31/01/2018 Kabupaten Karawang
93 PT LKM Bogor PT Konvensional 26/02/2018 Kabupaten Bogor
Koperasi LKM Kota
94 Koperasi Konvensional 07/03/2018 Kota
Kemala Aman Bengkulu
PT LKM Lenek Lombok
95 PT Konvensional 08/03/2018 Kecamatan
Daya Timur
Koperasi LKMA
96 Karya Makmur Koperasi Konvensional 12/03/2018 Desa Kebumen
Poncowarno
Koperasi LKMS
97 Waysulan Mandiri Koperasi Syariah 12/03/2018 Kecamatan Lampung
Sejahtera
Koperasi LKM
Gapoktan Sekar
98 Koperasi Konvensional 14/03/2018 Kecamatan Kebumen
Harum
Karanggayam
Koperasi LKMA
99 Gapoktan Tani Koperasi Konvensional 29/03/2018 Kecamatan Pekalongan
Tanjung Jaya
262
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMA
100 Maju Makmur Koperasi Konvensional 03/04/2018 Desa Magelang
Kalipucang
Koperasi LKMA
101 Koperasi Konvensional 04/04/2018 desa Kebumen
Tani Makmur Blater
PT LKM
102 PT Konvensional 09/04/2018 Kabupaten Banten
Rangkasbitung
PT LKM Badan
103 Kredit Desa PT Konvensional 16/04/2018 Kabupaten Ponorogo
Ponorogo
104 PT LKM Sedasa PT Konvensional 18/04/2018 Kabupaten Sleman
PT LKMS Mahirah
105 PT Syariah 20/04/2018 Kota Banda Aceh
Muamalah
Koperasi LKMS
Lima Puluh
106 Pondok Pesantren Koperasi Syariah 03/05/2018 Kecamatan
Kota
Modern Al Kautsar
PT LKM BKPD
107 PT Konvensional 04/05/2018 Kabupaten Semarang
Mitra Sejahtera
Koperasi LKMS
108 Koperasi Syariah 16/05/2018 Kecamatan Sleman
UNISA
Koperasi LKM
109 Gapoktan Sarwo Koperasi Konvensional 17/05/2018 Kecamatan Pemalang
Akur Tani
Koperasi LKMS
110 BWM Ponpes Koperasi Syariah 30/05/2018 Kecamatan Demak
Futuhiyyah
Koperasi LKMA
Gapoktan Tani
111 Makmur Desa Koperasi Konvensional 31/05/2018 Kecamatan Pekalongan
Randumuktiwaren
Kecamatan Bojong
Koperasi LKMA
112 Gapoktan Wono Koperasi Konvensional 31/05/2018 Kecamatan Pekalongan
Raharjo
Koperasi LKMA
113 Gapoktan Maju Koperasi Konvensional 31/05/2018 Desa Pekalongan
Makmur
Koperasi LKM
Kota
114 Mitra Mina Bina Koperasi Konvensional 31/05/2018 Kota
Semarang
Sejahtera Mandiri
Koperasi LKM Mina Kab
115 Koperasi Konvensional 06/06/2018 Kabupaten
Sumitra Karangsong Indramayu
263
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
Kabupaten
116 Sinar Sukses Koperasi Syariah 26/06/2018 Kecamatan
Malang
Bersama
Koperasi LKMS
117 Bankwakaf Imam Koperasi Syariah 28/06/2018 Kecamatan Sukoharjo
Syuhodo
Koperasi LKMS
118 Alpen Barokah Koperasi Syariah 29/06/2018 Kecamatan Sumenep
Mandiri
PT LKM Demak
119 PT Konvensional 16/07/2018 Kabupaten Demak
Sejahtera
Koperasi LKMA
120 Koperasi Konvensional 01/08/2018 Desa Pekalongan
Sidodadi Makmur
Koperasi LKMA
121 Gapoktan Lestari Koperasi Konvensional 01/08/2018 Kecamatan Pekalongan
Raharjo
Koperasi LKMA
Gapoktan Subur
Makmur (dahulu
Koperasi LKMA
Gapoktan Subur
122 Koperasi Konvensional 01/08/2018 Kecamatan Pekalongan
Makmur Desa
Sumurjomblangbogo
Kecamatan Bojong
Kabupaten
Pekalongan)
Koperasi LKMA
123 Anduring Jaya Koperasi Konvensional 02/08/2018 Kelurahan Kota Padang
Sepakat
Koperasi LKMS
Kota
124 Ummul Mukminin Koperasi Syariah 03/08/2018 Kecamatan
Makassar
Aisyiyah
Koperasi LKMS
125 Berkah Umat Koperasi Syariah 03/08/2018 Kecamatan Bandung
Ciganitri
Koperasi LKMA
Kota
126 Gapoktan Setya Koperasi Konvensional 24/08/2018 Kecamatan
Semarang
Mandiri
Koperasi LKM
Kota
127 Sanuhe Fahasara Koperasi Konvensional 29/08/2018 Kota
Gunungsitoli
Dodo
264
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
Bank Wakaf Mikro
Taawun Mitra Kota
128 Koperasi Syariah 17/09/2018 Kecamatan
Ummat Ponpes Al- Balikpapan
Mujahidin
Balikpapan
Koperasi LKMS
129 Pondok Pesantren Koperasi Syariah 20/09/2018 Kecamatan Pesawaran
Minhadlul Ulum
Koperasi LKMS Al
130 Koperasi Syariah 28/09/2018 Kecamatan Jember
Azhar Jember
Koperasi LKMS Al-
131 Koperasi Syariah 28/09/2018 Kecamatan Jember
Falah
Koperasi LKMS
132 Pondok Pesantren Koperasi Syariah 02/10/2018 Kecamatan Deli Serdang
Mawaridussalam
Koperasi LKM
133 Gapoktan Demang Koperasi Konvensional 03/10/2018 Kecamatan Kebumen
Tani
Koperasi LKM
Kotawaringi
134 Hatantiring Koperasi Konvensional 19/10/2018 Desa
n Timur
Manggatang Utus
Koperasi LKMS
135 Sinar Mandiri Koperasi Syariah 25/10/2018 Kecamatan Tuban
Sejahtera
Koperasi LKMS
136 BWM Sunan Pandan Koperasi Syariah 01/11/2018 Kecamatan Sleman
Aran
Koperasi LKMA
Gapoktan Maju Jaya
137 Koperasi Konvensional 01/11/2018 Desa Pekalongan
Desa Talun
Kecamatan Talun
Koperasi LKMA
Gapoktan
Manunggal, Desa
138 Koperasi Konvensional 05/11/2018 Kecamatan Pekalongan
Notogiwang
Kecamatan
Paninggaran
Koperasi LKMA
139 Gapoktan Melati Koperasi Konvensional 06/11/2018 Kecamatan Pekalongan
Makmur
Koperasi LKMA
140 Gapoktan Lumbung Koperasi Konvensional 06/11/2018 Desa Pekalongan
Pangan
265
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMA
141 Gapoktan Sari Koperasi Konvensional 07/11/2018 Kelurahan Kota Metro
Makmur
Koperasi LKMS
142 Pondok Pesantren Koperasi Syariah 22/11/2018 Kecamatan Jambi
As'ad
Koperasi LKMS
143 Sunan Gunung Jati Koperasi Syariah 27/11/2018 Kecamatan Semarang
Ba'alawy Semarang
Koperasi LKMS
144 Barokah Pesantren Koperasi Syariah 04/12/2018 Kecamatan Sukabumi
Al-Masthuriyah
PT LKM Badan
145 Kredit Desa PT Konvensional 11/12/2018 Kabupaten Banyumas
Purwokerto
Koperasi LKMS
146 Koperasi Syariah 12/12/2018 Kecamatan Bogor
Amal Dana Bergulir
Koperasi LKMS
147 Koperasi Syariah 14/12/2018 Kecamatan Banyuwangi
Minhajut Thullab
Koperasi LKMS
148 Honai Sejahtera Koperasi Syariah 14/12/2018 Kecamatan
Papua
Koperasi LKMA
Gapoktan Tani Mugi
Rahayu Desa
149 Koperasi Konvensional 21/12/2018 Kecamatan Pekalongan
Bantarkulon
Kecamatan
Lebakbarang
Koperasi LKMA
150 Gapoktan Rukun Koperasi Konvensional 28/12/2018 Kecamatan Pekalongan
Makmur
Koperasi LKMA Pesisir
151 Koperasi Konvensional 31/12/2018 Kelurahan
Saiyo Sakato Selatan
Koperasi LKMA
Pesisir
152 Gapoktan Samo Koperasi Konvensional 31/12/2018 Desa
Selatan
Saiyo
Koperasi LKMA
153 Koperasi Konvensional 18/02/2020 Desa Grobogan
Sariro Utomo
Koperasi LKMA
154 Arta Makmur Koperasi Konvensional 07/01/2019 Kecamatan Magelang
Sejahtera
Koperasi LKMA
155 Sido Makmur Koperasi Konvensional 14/02/2020 Desa Grobogan
Sentosa
266
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMA Tri
156 Koperasi Konvensional 16/01/2019 Kecamatan Purbalingga
Mulya Tani
PT LKM Badan
157 Kredit Desa Surya PT Konvensional 23/01/2019 Kabupaten Pemalang
Mandiri
Koperasi LKMS
158 MM Sejahtera Koperasi Syariah 31/01/2019 Kota Bengkulu
Propinsi Bengkulu
Koperasi LKMA
159 Mojo Agung Koperasi Konvensional 04/02/2019 Kecamatan Kendal
Sejahtera
Koperasi LKMA
Kab
160 Gapoktan Rukun Koperasi Konvensional 19/02/2019 Desa
Kebumen
Makmur
Kab
Koperasi LKMA
161 Koperasi Konvensional 28/02/2019 Kecamatan Lampung
Mekar Jaya
Tengah
Koperasi LKMA
Kabupaten
162 Gapoktan Sido Koperasi Konvensional 11/03/2019 Kecamatan
Pekalongan
Mulyo
Koperasi LKMA Tulang
163 Koperasi Konvensional 18/03/2019 Kecamatan
Sido Jaya Abadi Bawang
Koperasi LKMA Lima Puluh
164 Koperasi Konvensional 18/03/2019 Desa
Lubuak Simato Kota
Koperasi LKMA
Kabupaten
165 Tani Makmur Koperasi Konvensional 20/03/2019 Kecamatan
Magelang
Merapi
Koperasi LKM
Kabupaten
166 Gapoktan Sumber Koperasi Konvensional 20/03/2019 Desa
Kebumen
Barokah
Koperasi LKMS
167 BWM Fajar Pelita Koperasi Syariah 25/03/2019 Kecamatan Siak
Harapan
Koperasi LKMS Al
Kabupaten
168 Hidayah Rokan Koperasi Syariah 25/03/2019 Kecamatan
Rokan Hulu
Hulu
Koperasi LKMS
Kabupaten
169 BWM Apik Koperasi Syariah 02/04/2019 Kecamatan
Kendal
Kaliwungu Kendal
Koperasi LKMS
170 BWM Al Anshor Koperasi Syariah 16/04/2019 Kecamatan Kota Ambon
Peduli
267
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
BWM Pondok Kabupaten
171 Koperasi Syariah 26/04/2019 Kecamatan
Pesantren Syubbanul Magelang
Wathon Maslahah
Koperasi LKMA Kab. Tulang
172 Koperasi Konvensional 30/04/2019 Kabupaten
Mulya Jaya Sentosa Bawang
PT LKM Akhlakul Kabupaten
173 PT Konvensional 06/05/2019 Kabupaten
Karimah Cianjur
Koperasi LKMS
Kabupaten
174 Kariman Birajuda Al Koperasi Syariah 14/05/2019 Kecamatan
Sumenep
Karimiyyah
PT LKM BKD Kabupaten
175 PT Konvensional 16/05/2019 Kabupaten
Indramayu Indramayu
Koperasi LKMA
Kabupaten
176 Subur Lestari Koperasi Konvensional 21/05/2019 Desa
Grobogan
Sejahtera
Koperasi LKMS
Kabupaten
177 Agribisnis Gapoktan Koperasi Syariah 22/05/2019 Kecamatan
Agam
Panampuang Prima
Koperasi LKM Kabupaten
178 Lembah Sarang Koperasi Konvensional 24/05/2019 Kecamatan Lima Puluh
Olang Kota
Koperasi LKMA
179 Koperasi Konvensional 28/05/2019 Kecamatan Agam
Batu Taba Sepakat
Koperasi LKMA
Kabupaten
180 PUAP Tri Argo Koperasi Konvensional 29/05/2019 Kecamatan
Purbalingga
Basuki
Koperasi LKMS
Kabupaten
181 Mantenan Aman Koperasi Syariah 29/05/2019 Kecamatan
Blitar
Makmur
PT LKM BKD Kabupaten
182 PT Konvensional 12/06/2019 Kabupaten
Mandiri Cirebon Cirebon
PT LKM BKD
Kabupaten
183 Kabupaten PT Konvensional 12/06/2019 Kabupaten
Pekalongan
Pekalongan
Koperasi LKMS
Kabupatem
BWM Ahmad
184 Koperasi Syariah 14/06/2019 Kecamatan Lombok
Taqiuddin Mansur
Tengah
"ATQIA"
Koperasi LKM Dana
Amanah Kabupaten
185 Koperasi Konvensional 08/07/2019 Kecamatan
Pemberdayaan Temanggung
Masyarakat Candi
268
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMA Kabupaten
186 Koperasi Konvensional 08/07/2019 Desa
Bina Usaha Purworejo
Koperasi LKMS
Kabupaten
187 BWM Bangkit Koperasi Syariah 11/07/2019 Kecamatan
Rembang
Nusantara
Koperasi LKMS
Pensantren Kabupaten
188 Koperasi Syariah 25/07/2019 Kecamatan
Hidayatulloh Trenggalek
Trenggalek
Koperasi LKMA Tri Kabupaten
189 Koperasi Konvensional 29/07/2019 Desa
Asri Sejahtera Grobogan
Koperasi LKMS
Keabupaten
190 Bank Wakaf Mikro Koperasi Syariah 02/08/2019 Kecamatan
Aceh Besar
Babul Maghfirah
PT LKM Badan
Kabupaten
Kredit Desa
191 PT Konvensional 06/09/2019 Kabupaten Tulungagun
Kabupaten
g
Tulungagung
Koperasi LKMS
Kabupaten
192 Bita Amanah Koperasi Syariah 11/09/2019 Kecamatan
Garut
Ummat
Koperasi LKMA Kabupaten
193 Koperasi Konvensional 27/09/2019 Desa
Podo Mandiri Purworejo
Koperasi LKM
Kabupaten
194 Agrobisnis Sumber Koperasi Konvensional 30/09/2019 Desa
Grobogan
Rejeki Santosa
PT LKM BKD Kabupaten
195 PT Konvensional 18/10/2019 Kabupaten
Kebumen Kebumen
Koperasi Jasa LKM
Ssyariah
Kabupaten
196 BankWakaf Mikro Koperasi Syariah 28/10/2019 Kecamatan
Banjar
Al Hijrah Cindai
Alus
Koperasi LKM
Gapoktan Sekar
Kabupaten
197 Arum (belum ada Koperasi Konvensional 11/11/2019 Desa
Grobogan
salinan SK ke
DLKM)
Koperasi LKMA
(LKM-A)
Pengembangan Kabupaten
198 Koperasi Konvensional 14/11/2019 Kecamatan
Usaha Agribisnis Purbalingga
Pedesaan (PUAP)
Sindu Jaya Makmur
269
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKMS
Kota
199 Aulia Cendekia Koperasi Syariah 20/11/2019 Kecamatan
Palembang
Palembang
Koperasi LKMA
Kabupaten
200 PUAP Ngudi Koperasi Konvensional 12/12/2019 Kecamatan
Purbalingga
Rahayu Maju
PT LKM BKD Kabupaten
201 PT Konvensional 20/12/2019 Kabupaten
Pemalang Pemalang
Koperasi LKM-A Kabupaten
202 Koperasi Konvensional 20/12/2019 Desa
Merak Makmur Demak
Koperasi LKM Bank
Kabupatemn
203 Wakaf Mikro Al Koperasi Syariah 27/12/2019 Kecamatan
Kendal
Fadlu Kendal
PT LKM BKD Kabupaten
204 PT Konvensional 09/01/2020 Kabupaten
Sembada Sleman
PT LKM BKD Kabupaten
205 PT Konvensional 09/01/2020 Kabupaten
Kabupaten Bantul Bantul
PT LKM BKD Kabupaten
206 PT Konvensional 09/01/2020 Kabupaten
Cirebon Cirebon
PT LKM BKD Desa Kabupaten
207 PT Konvensional 23/01/2020 Kabupaten
Gombong Kebumen
PT LKM BKD Kabupaten
208 PT Konvensional 27/01/2020 Kabupaten
Kabupaten Tegal Tegal
Koperasi LKM BKD Kabupaten
209 Koperasi Konvensional 28/01/2020 Kabupaten
Purwokerto Banyumas
Koperasi LKMA Polewali
210 Koperasi Konvensional N/A Kecamatan
Gapoktan Mataram Mandar
PT LKM BKD Kabupaten
211 PT Konvensional 03/03/2020 Kabupaten
Purworejo Purworejo
Koperasi LKMS
Kota Bandar
212 Athaya Mandiri Koperasi Syariah 20/03/2020 Kota
Lampung
Berkah
Koperasi LKMA
Kabupaten
213 Gapoktan Tunas Koperasi Konvensional 09/03/2020 Desa
Pekalongan
Harapan
PT LKM BKD
Kabupaten
214 Kabupaten PT Konvensional 07/04/2020 Kabupaten
Situbondo
Situbondo
PT LKM BKD
Kabupaten Kabupaten
215 PT Konvensional 27/04/2020 Kabupaten
Pemalang Pemalang
(Perseroda)
270
Tanggal Alamat
Badan Cakupan
No. Nama Jenis Usaha Izin (Kabupaten
Hukum Wilayah
Usaha /Kota)
Koperasi LKM BKD
Kabupaten
216 Rejasari Makmur Koperasi Konvensional 04/05/2020 Kabupaten
Banyumas
Sejahtera
PT LKM BKD Kabupaten
217 PT Konvensional 08/05/2020 Kabupaten
Karanglewas Kidul Banyumas
Koperasi LKM BKD Kabupaten
218 Koperasi Konvensional 14/05/2020 Kelurahan
Mertasinga Cilacap
PT LKM BKD Kabupaten
219 PT Konvensional 08/05/2020 Kabupaten
Rembang Rembang
PT LKM BKD
Kabupaten
220 Mandiri PT Konvensional 11/06/2020 Kabupaten
Banyuwangi
Banyuwangi
PT LKM BKD Kabupaten
221 PT Konvensional 15/05/2020 Kabupaten
Ciasem Tengah Subang
PT LKM BKD Kabupaten
222 PT Konvensional 03/03/2020 Kabupaten
Kutoarjo Purworejo
271
Nusa Tenggara
19 6 3 4 468 1,138,378,812 670,612,662 1,808,991,474 867,945,000 70,620,203
Timur
RIWAYAT HIDUP
Lampiran 6
Hasil Turnitin
275
276