SKRIPSI
Oleh :
Ana Miftahul Jannah
NIM : 11140430000087
SKRIPSI
Oleh :
Di bawah Bimbingan
Pembimbing1 Pembimbing 2
i
ABSTRAK
iv
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi
mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab
yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih
penggunaannya terbatas.
a. Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf
Huruf Latin Keterangan
Arab
ب b be
خ t te
ث ts te dan es
ج j Je
خ kh ka dan ha
د d de
ر r Er
س z zet
س s es
v
ش sy es dan ye
ف f ef
ق q Qo
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ه h ha
ء apostrop
ي y ya
vi
b. Vokal
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
Arab Latin
ـــــَـــــ a fathah
ـــــِـــــ i kasrah
ـــــُـــــ u dammah
Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:
Arab Latin
ي ـــــَـــــ
َ ai a dan i
ـــــَـــــ و au a dan u
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Arab Latin
اـَــــ â a dengan topi diatas
ىـِــــ î i dengan topi atas
وــُـــ û u dengan topi diatas
vii
d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam ))ال, dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf
syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: = اإلجثهادal-ijtihâd
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi
huruf “t” (te) (lihat contoh 3).
g. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam
transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan
viii
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Misalnya, =الثخاريal-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara
ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia
Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama
tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
ix
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman ilmiah seperti
sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun pada akhirnya selalu ada
jalan kemudahan, tentunya tidak terlepas dari beberapa individu yang sepanjang
penulisan skripsi ini banyak membantu dan memberikan bimbingan dan masukan
yang berharga kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm.H.Rahmat Nisadi dan Ibunda Suhufil
Ula yang telah merawat dan mendidik dengan baik sampai saat ini. Dengan
kasih sayangnya yang abadi, dengan do’anya yang tiada henti, dengan
kesabarannya yang tak tertandingi dan selalu memberikan penulis support
baik segi moril maupun materil. Terimakasih atas segala didikannya, doanya,
kesabarannya, jerih payahnya, serta nasihat yang selalu mengalir tiada henti
tanpa pernah jemu hingga penulis dapat menyelesaikan studi. Juga kepada
kakak penulis Isnaini Khusnul Khotimah serta adik penulis Adelino Rohman
Rohim dan Gomes Nurhidayat yang sudah membuat penulis semangat dengan
skripsi ini yang telah memberikan doa serta dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dan keponakan Hamis Isnini Qodiron dan Sayyed
Abdul Qodir Shahab.
x
2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.H.,M.A., Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc, M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab
dan Bapak Hidayatulloh, M.H., sebagai Sekretaris Program Studi
Perbandingan Mazhab.
4. Bapak Dr.Burhanuddin, S.H., M. HUM , dan Ibu Mufidah, S.H.I., M.H. dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan,
saran dan ilmunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Muhammad Abdul Aziz Shahab yang telah menyemangati, memotivasi dan
sudah menemani suka maupun duka. Semoga kita ini akan selalu terjalin
sampai Jannah-Nya.
7. Terkhusus Nur Asiah yang sudah banyak direpotkan untuk membantu mencari
buku dan setia menemani penulis skripsi selama diciputat. Terimakasih atas
ketulusan yang selama ini diterima penulis.
8. Sahabat-sahabat tergokil ku Muharomah, Prima Novia Ningrum, Husnul
Hotimah, Nur Episa, Sarah Maulidiyanti ,Umi Kulsum dan Safira telah
menyemangati dan sudah menjadi tempat suka duka penulis selama di Ciputat.
Terimakasih atas kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum angkatan
2014, Terkhusus sahabat-sahabatku Ladies PMH 2014. Terimakasih sudah
memberikan arti dari sebuah persahabatan tanpa melihat harta, tahta, dan
lainnya, selama 4 tahun kita bersama.
10. Rekan-rekan kerja Indomaret yang telah memberikan penulis waktu untuk
diperbolehkan memasuki dunia kerja yang begitu baik adapun nasehat, saran
dan penyemangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
PEDOMAN LITERASI .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 6
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
F. Review Kajian Terdahulu ......................................................... 7
G. Metode dan Teknik Penelitian .................................................. 8
H. Sistematika Pembahasan10
i
8. Etika Bisnis Dalam Hukum Positif .................................... 37
B. Tinjauan Teoritis ....................................................................... 40
1. Teori-teori Pemidanaan ...................................................... 40
C. Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime) ....................................... 47
ii
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 93
A. Kesimpulan ............................................................................... 93
B. REKOMENDASI...................................................................... 95
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi Internet telah menciptakan sebuah masyarakat
baru yang disebut sebagai masyarakat berjejaring yang melakukan interaksi
sosial secara maya. Seperti juga dalam interaksi sosial tanpa media, dalam
interaksi maya terdapat perilaku menyimpang dari peserta interaksi. Salah
satunya adalah penipuan dalam media sosial.
Lahirnya media sosial dengan fasilitas teknologi yang lengkap membuat
penggunanya dapat berkomunikasi dengan pengguna lain yang secara
berjauhan, namun seolah-olah mereka berada pada jarak yang dekat.
Kehadiran media sosial juga memberikan banyak kemudahan, mulai dari
mudahnya bertukar pesan dan informasi, sampai pada kemudahan seorang
pengguna yang ingin mempublikasikan karyanya agar dapat diketahui orang
lain, menghilangkan batasan generasi dan memperluas wacana yang dapat di
pertukarkan. Media sosial juga sudah banyak berperan dalam bidang ekonomi
dan perdagangan dengan kemampuannya mendukung kegiatan
1
pemasaranproduk sampai pada kegiatan jual beli.
Ketika internet telah menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat proses
jual beeli melali internet sudah tidak asing lagi. Karena internet bukan hanya
konsumsi golongan tertentu saja seperti bertahun-tahun yang lalu, tapi sudah
merambah ke masyarakat golongan menengah ke bawah. Dimana proses jual
beli online/bisnis online disebut e-commerce atau elektronik commerce pada
dasarnya bagian dari elektronik business.2
Transaksi elektronik (E-commerce) merupakan suatu kontak transaksi
perdagangan antara penjual dan pembeli dengan media internet, dimana untuk
pemesanan, pengiriman sampai bagaimana sistem pembayaran
1
Agus Rusmana, Penipuan Dalam Interaksi Melalui Media Sosial, Vol.3 No.2, Desember
2015.h.187-188.
2
Niniek Suparni. Cyberspace Probelamtika & Antisipasi Pengaturannya, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), h. 28
1
2
3
Ibid h.29
4
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Grafika Indah, 1996), h.30
3
ini. Untuk kasus seperti ini maka akan ditegakan dengan menggunakan kedua
pasal ini yaitu sebagai berikut:
7
Zulkifli damanik, Kekuatan Hukum Transaksi Jual-Beli Secara Online (E-commerce),
skripsi pada universitas simalungun, pematangsiantar,2012.
5
dari pelaku kejahatan cyber tersebut apabila tidak ada ketersediaan hukum
yang mengaturnya. Sebelum diberlakukan undang-undang ITE, aparat hukum
emnggunakan KUHP dalam menangani kasus-kasus kejahatan dunia cyber
Berdasarkan uraian latar belakang di atas menurut penulis, ternyata
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat selalu diikuti atau
diiringi dengan perkembangan kejahatan atau tindak pidana yang makin
canggih dan maju pula. Hal ini ditandai dengan pesatnya perkembangan cara
melakukan modus operandi maupun alat yang digunakannya. Oleh karenanya
perlu diketahui lebih jauh mengenai tindak pidana penipuan bisnis online ini
serta peraturan apa saja yang digunakan untuk upaya penanggulanganya oleh
aparat penegakan hukum.
Alasan peneliti tertarik memilih judul ini karena kasus penipuan bisnis
online semakin marak di dunia bahkan di Indonesia yang menggunakan
perkembangan teknologi maka penulis ingin memaparkan dan mengkaji
tentang PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
PENIPUAN BISNIS ONLINE DI POLDA METRO JAYA MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM.
B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang dapat penulis identifikasikan yang dapat penulis
identifikasikan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana terhadap penipuan berbasis
jual beli online
2. Pengaruh teknologi canggih masa kini yang dapat disalahgunakan oleh
oknum tak bertangggung jawab
3. Apa yang menghambat dalam penegakan hukum, pidana dan apa faktor
faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum pidana penipuan
bisnis online.
4. Penegakan hukum pidana penipuan bisnis online dalam hukum islam.
6
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami proses menangani tindak pidana penipuan berbasis bisnis
online.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penipuan berbasis bisnis
online.
3. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap penegakan hukum
pidana penipuan bisnis online
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis. Penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memahami bahaya penipuan jual beli
online serta penerapan hukum Positif dan hukum Islam di Indonesia.
Kemudian untuk menambah litelatur perpustakaan khususnya dalam
bidang perbandingan Mazhab.
7
8
Yusuf Karuniawan, Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Online Dengan
Sistem Lelang, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta ,2017.
9
Febriana Fitri Permatasari Santoso, Tinjauan hukum islam terhadap jual beli online yang
mencantumkan gambar dan testimoni hoax di ponorogo, Skripsi fakultas syari‟ah IAIN Ponorogo,
2018.
8
pada forum KASKUS). 201510 Oleh Putra Kalbuadi dari FSH UIN
JAKARTA
Dalam skripsi yang di tulis putra kalbuadi tersebut, ia menjelaskan
skema dari jual beli online dengan sistem dropshipping dan di tinjau dengan
kesesuain akad jual beli dalam islam, sementara dalam kajian yang penulis
akan membahas upaya penegakan tindak pidana penipuan berbasis jual beli
online dan apa saja yang menghambat dan faktor-faktor dan macam-macam
penghambat dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan berbasis bisnis
online dalam hukum positif dan hukum islam.
10
Putra Kalbuadi, jual beli online dengan menggunakan sistem dropshipping menurut sudut
pandang akad jual beli iskam (studi kasus pada forum KASKUS), Skripsi fakultas syari‟ah dan
hukum UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2015.
11
A. Muri Yusuf, MetodePenelitian; kuantitatif, Kualitataif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenada Media, 2014), h.329.
12
Fahmi M Ahmadi, dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,(Ciputat Lembaga
Penelitian UIN Jakarta,2010),h.31.
9
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h.
172.
14
Subagyo Joko, Metodologi Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta,2011),h.,141.
10
4. Analisis Data
Data-data yang yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian
diklasifikasi. Setelah itu penulis menganalisis dengan menggunakan
metode kualitatif, yaitu menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum
dan argumentasi rasional. Kemudian data tersebut penulis paparkan dalam
bentuk narasi sehingga menjadi kalimat yang jelas dan dapat dipahami.15
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku pedoman
Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah jakarta 2017.
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab mempunyai sub bab
sebagaimana standar pembuatan skripsi. Secara sistematis bab-bab tersebut
terdiri dari:
BAB I Merupakan pendahuluan, yang membahas materi yang terdapat
pada latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, study review terdahulu, dan sistematika
pembahasan.
BAB II Membahas tentang tinjauan umum tentang tindak pidana
penipuan, bab ini merupakan kajian teori dari beberapa litelatur. Secara
sistematik menguraikan bab ini meliputi pengertian tindak pidana menurut
hukum pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana,penipuan
tindak pidana, sanksi tindak pidana dan cybercrime.
BAB III Berjudul Bisnis Online Sebagai Bentuk Penipuan Berbasis
Elektronik. Uraian pada bab ini meliputi pengertian penipuan bisnis online
menurut hukum positif, faktor penyebab penipuan bisnis online menurut
15
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, kualitatif, dan Penelitian
Gabungan,(Jakarta Prenada Media,2014),h.,400.
11
12
13
16
Diakses 18 Februari 2015 18:18 https://www.kompasiana.com/amp/sutomo-paguci/ini-
daftar-penegak-hukum-di-
indonesia_54f34b34745513962b6c6f4d#aoh=15794083886418&referrer=https%3A%2F%2Fww
w.google.com&_tf=Dari%20%251%24s
17
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm 15
18
Peter Mahmud, Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana Prenada. Jakarta. 2012.
hlm.15
14
yang berarti pemenuhan dan penataan hukum. Oleh karena itu lebih tepat
jika dipakai istilah penanganan hukum atau pengendalian hukum.19
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu
usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, secara konsepsional, maka inti
dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
mantap dan sikap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.20
19
Andi Hamzah, Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana, Surabaya, FH
Universitas
2005, hlm. 2.
20
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta,
Rajawali,
1983, hlm. 24.
15
21
Abidin, Farid zainal, Asas-Asas Hukum Pidana. Sinar grafika. Jakarta 2007. hlm.35
17
24
Ahmad Ali, Mengembara Di Belantara Hukum, Lephas Unhas, Makasar, 1990 (1972), h.
117
19
Menurut A.R. Lacey bahwa salah satu syarat yang paling penting
untuk diketahui oleh para sarjana hukum adalah asas hukum. Asas hukum
mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis.26 Apabila anda
25
Ibid h.118
26
Ahmad Ali, Mengembara Di Belantara Hukum, Lephas Unhas, Makasar, 1990 (1972), h.
117
20
29
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta),
h.157
22
Artinya :
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka.30
30
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.133.
31
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h.71.
23
Jika ditinjau dari sisi pelaku, penipu lebih memiliki potensi psikis
yaitu kepandaian, baik dalam kata-kata maupu dalam bidang administrasi.
Dampak yang ditimbulkan yaitu korban penipuan mendapat kerugian yang
lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkan pencurian. Kemudian jika
ditinjau tujuan hukum, perbedaan kesalahan bukan hanya terletak pada
pihak penipu tetapi juga dari pihak korban, karena kebodohannya sehingga
ia tertipu. Atas dasar ini, sanksi yang dikenakan terhadap penipu lebih
ringtan jika diibandingkan dengan pidana pencuriaan.
Perbuatan menipu merupakan salah satu perbuatan yang merusak
hubungan muamalat yang mengakibatkan hilangnya rasa saling percaya
antar sesama.fungsi muamalah merupakan pekerjaan yang dikecam oleh
Nabi, bagi yang melakukan tipu berarti ia memasuki cara yang
bersebrangan dengan jalan yang dipakai kaum muslim. Salah satu
perbuatan menipu ialah mengurangi timbangan dan tidak memberikan hak
yang sebenarnya kepada para pembeli, sesuai firman Allah SWT dalam Qs
al-Syu‟ara/26: 182
Terjemahnya :
Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.32
32
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.526.
24
kepercayaan dari orang lain dan juga membawa keuntungan bagi kita.
Karena prinsip kejujuran ini penting bagi muamalah(ekonomi).Selain
kejujuran, keadilan dan kejelasan dengan memberikan data secara lengkap
serta tidak ada niatan untuk menipu orang lain merupakan hal yang
penting juga dalam pembelian transaksi online.33
Berbicara tentang penipuan, telah banyak dijumpai di zaman
sekarang ini kasus-kasus penipuan seperti penipuan dalam jual beli
transaksi online, hal ini disebakan karena antara penjual dan pembeli tidak
bertatap muka atau bertemu secara langsung. Menurut Abdul Halim
Mahmud al Ba‟ly, penipuan (Tadlis) ada tiga macam yaitu :
1. Penipuan yang berbentuk perbuatan yaitu menyebutkan sifat yang
tidak nyata pada obyek perjanjian.
2. Penipuan yang berupa ucapan, seperti berbohong yang dilakukan oleh
satu pihak agar pihak lain mau melakukan perjanjian. Penipuan juga
dapat terjadi pada harga barang yang dijual dengan menipu memberi
penjelasan yang menyesatkan.
3. Penipuan dengan menyembunyikan cacat pada obyek perjanjian
padahal ia sudah mengetahui kecacatan tersebut.34
33
Rodame Monitorir Napitupulu, Pandangan Islam terhadap Jual Beli Online, vol.1
no.2,juli 2015, http://repo.iainpadangsimpuan.ac.id/293/1/Rodame%Monitorir%20Napitupulu.pdf.
Diakses pada tanggal 10 oktober 2018.
34
Yulla kurniati dan Heni hendrawati, Jual Beli Online dalam Perspektif Hukum Islam,
vol.11no.1,2015,https://ejournal.stmikbinapatria.ac.id/index.php/DS/article/downloadSupp
File/47/65. Diakses pada tanggal 15 oktober 2018.
25
Jual beli dalam pandangan islam yaitu suatu jual beli dapat dikatakan
sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan syara‟.
Tentang rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda pendapat antara
ulama mahzah hanafi dan jumhur ulama. Menurut mahzab hanafi rukun
jual beli yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan
menjual dari penjual), yang menjadi rukun jual beli itu hanyalah kerelaan
(keridaan) antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Lainhalnya dengan
pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada
empat macam, yaitu :
a. Orang yang berakad (penjual dan pembeli);
b. Sighat (lafal ijab dan kabul);
c. Ada barang yang dibeli;
d. Ada nilai tukar pengganti barang. 35
35
Abdul Rahman Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta:Prenadamedia Group, 2010),
h.71
36
Misbahuddin, E-commerce dalam Hukum Islam, h.118
26
Berkaitan dengan jual beli online, jual beli lewat oline harus
memiliki syara-syarat tertentu boleh atau tidaknya dilakukan adapun
syarat-syarat mendasar diperbolenkannya jual beli lewat online yaitu,
pertama tidak melanggar ketentuan syariat agama, seperti transaksi bisnis
yang diharamkan, terjadnya kecurangan, penipuan dan monopli. Kedua,
adanya kesepakatan perjanjian antara kedua belah pihak selaku penjual
dan pembeli, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat
(Alimdha‟) atau pembatalan (Fasakh). Ketiga, adanya kontrol, sanksi dan
aturan hukum yang tegas dan jelas dari pemerintah untuk menjamin
bolehnya berbisnis yang dilakukan melalui transaksi online bagi
masyarakat.37 Adapun larangan berbuat curang sesuai firman Allah Swt
dalam surah Al-muthaffifin/83:1-3
37
Tira Nur Fitri, Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
HukumNegara,h.59.
38
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.878.
27
39
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.107.
40
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar, hery
Noer Aly, Tafsir Al-Maragi(cetakan II;Semarang:PT.Karya Toha Putra Semarang,1993), h.
27.
28
Jadi dalam Islam dapat disimpulkan bahwa jika jual beli lewat online
jika tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tersebut
maka jual beli tersebut hukumnya haram atau tidak diperbolehkan.
Beberapa sebab keharaman bisnis online tersebut adalah barang atau jasa
yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan, karena
melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan, dan lainnya yang
tidak membawa kemanfaatn tapi justru mengkibatkan kemudharatan.
Dalam islam, berbisnis melalui online di perbolehkan selama tidak
terdapat unsur-unsur riba, kezaliman, monopoli dan penipuan.
4. Tindak Pidana
Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau
perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan
maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari keuntungan.41
Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan yang merugikan orang
lain sehingga termasuk kedalam tindakan yang dapat dikenakan hukum
pidana. Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa
41
http://bacaonline.blogspot.com/2011/05/karya-tulis-hukum-penipuan-melalui.html
29
42
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
43
Ibid
30
5. Bisnis Online
Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa jual-beli adalah suatu
persetujuan dimana suatu pihak mengikat diri untuk wajib menyerahkan
suatu barang dan pihak lain wajib membayar harga, yang dimufakati
mereka berdua.44 Menurut Mariam Darus Badrulzaman, dkk., bahwa jual
beli online atau bisnis online adalah transaksi dagang antara penjual
dengan pembeli untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih hak.
Kontrak ini dilakukan dengan media electronic (digital medium) di
mana para pihak tidak hadir secara fisik dan medium ini terdapat
dalam jaringan umum dengan sistem terbuka yaitu internet atau world
wide web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan syarat
nasional.45 Bisnis online adalah sebuah cara promosi atau menawarkan
44
Wirjono Projodikoro. Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu.
Bandung. Sumur.1997. hlm. 17
45
Ibid. hlm.19
31
46
Edmon Makarim. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2000.
hlm. 82
32
47
http://www.entrepreneurmuslim.com
34
48
Idri, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Cet Ke-1, (Jakarta: Publisher, 2008), h.45
49
Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, h.52
35
dengan akhlak. Islam adalah risalah yang diturunkan oleh Allah melalui
Rasul untuk membenarkan akhlak manusia Nabi saw bersabda
sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.50
Sebelum membicarakan lebih jauh mengenai topik-topik yang
langsung terkait dengan etika bisnis dalam Islam, penulis terlebih dahulu
memaparkan beberapa pengertian umum dan dasarnya tentang teori-teori
etika Islam sebagai latar belakang pembicaraan mengenai etika bisnis
dalam Islam.
Etika (Yunani kuno: “ethikos,” berarti “timbul dari kebiasaan”)
menurut Istiyono Wahyu dan Ostaria adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar-salah, baik buruk dan tanggung jawab. Etika adalah
konsep ilmu berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak kewajiban
moral.51
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna. Salah satu
maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan
kelompok”. Makna kedua menurut kamus, etika adalah “kajian moralitas”,
meskipun etika berakitan dengan moralitas namun tidak sama persis
dengan moralitas,.etika adalah semacam penelaahan itu sendiri, sedangkan
moralitas merupakan subjek. Etika merupakan ilmu yang mendalami
standar moral perorangan dan standar moral masyarakat.52
Etika dalam syari‟at Islam adalah (akhlaq) berasal dari kata (khalaq)
dengan akar kata (khalaqa), yang berarti perangkat, tabiat, dan adab, atau
dari kata (khalqun) yang berarti kejadian , perbuatan atau ciptaan, jadi
secara etimologis akhlak berarti: perangkat, adat, atau sistem perilaku
50
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
h.51
51
Rafiq Issa Beekun, Islamic Business Ethics, (Herndon, the International Institute Of
Islamic Thought, 1981), h.8
52
Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethics, (Jakarta:PT Bumi Aksara,
2012), h.11
36
yang dibuat.53 Dengan demikian secara kebebasan akhlak bisa baik bisa
buruk, tergantung pada nilai yang dijadikan landasan atau tolak ukurnya.
Di indonesia kata akhlaq selalu berkonotasi positif. Orang baik seringkali
di sebut orang yang berakhlak, sementara orang tidak berbuat baik
seringkali di sebut orang yang tidak berakhlaq.
Berikut ini adalah nilai-nilai etika Islam yang dapat mendorong
bertumbuhnya dan suksesnya bisnis, yaitu:
a. Konsep Ihsan
Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh kerja,
tanpa mengenal menyerah tanpa dedikasi penuh menuju pada
optimalisasi, sehingga memperoleh hasil maksimal. Ini tidak sama
dengan perfeksionisme melainkan optimalisme.
b. Itqan
Artinya membuat sesuatu dengan teliti dan literatur, jadi harus
bisa menjaga kualitas produk yang dihasilkan, adakan penelitian dan
pengawasan kualitas sehingga hasilnya maksimal.
c. Konsep Hemat
Apa yang diunggulkan oleh protestan ethics-nya weber,
sebenarnya adalah konsep Islam, yang sejak 14 abad yang lalu telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW, kepada umatnya. Kita harus hemat,
jangan boros, pekerjaan memboros-boroskan harta adalah salah satu
temen syaitan.
d. Kejujuran dan Keadilan
Kejujuran dan keadilan adalah konsep yang membuat
ketenangan hati bagi orang yang melaksanakannya. Kejujuran yang
ada pada diri sesorang membuat orang lain senang berteman dan
berhubungan dengan dia. Didalam bisnis dalam memupukan relasi ini
sangat akan membantu kemajuan bisnis dalam jangka panjang.54
53
Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam cet II, (Bandung : ALFA BETA, 1995),
205.
54
Buchari Alma, Dasar-dasar Etika Bisnis Islam, 56-58.
37
55
Muhammad Dirusman Nuryadin, Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015, h.29
38
56
Muhammad Dirusman Nuryadin, Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015, h.30
39
57
Muhammad Dirusman Nuryadin, Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015, h.31
40
a. Etika bisnis kurang dipunyai atau dimiliki dalam jiwa pengusaha atau
pelaksanaan kegiatan bisnis atau ekonomi sehingga pelanggaran
hukum/norma yang berlaku telah terjadi.
b. Etika bisnis belum pernah dipelajari saat bersekolah ataupun saat
menempuh perkuliahan di perguruan tinggi akibatnya perbekalan
terasa kurang dalam melaksanakan kegiatan bisnis atau kegiatan
ekonomi.
c. Etika bisnis kurang dipahami dengan baik.
d. Etika bisnis tidak diterapkan dengan baik dalam melaksanakan
kegiatan bisnis sehingga tidak mempunyai benteng atau pelindung
yang dapat melindungi dan menyelamatkan badan usaha atau
perusahaan dari kasus pelanggaran hukum atau norma yang berlaku.
B. Tinjauan Teoritis
1. Teori-teori Pemidanaan
Teori tujuan sebagai Theological Theory dan teori gabungan sebagai
pandangan integratif di dalam tujuan pemidanaan beranggapan bahwa
pemidanaan mempunyai tujuan pliural, di mana kedua teori ini
menggabungkan pandangan Utilitarian dengan pandangan Retributivist.
41
58
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: Alumni, 2008), h.231.
59
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni,
20005), h.30.
42
60
Samosir dan Djisman, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia,
(Bandung: Bina Cipta), h.34.
61
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h.234.
62
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.45.
43
c. Teori Gabungan
Teori gabungan adalah kombinasi dari teori relatif. Menurut teori
gabungan, tujuan pidana selalu membalas kesalahan penjahat juga
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dengan mewujudkan
ketertiban dengan ketentuan beratnya pidana tidak boleh melampaui
batas pembalasan yang adil.64
Menurut Pellegrino Rossi dalam bukunya “Traite de Droit Penal”
yang ditulis pada tahun 1828 menyatakan : „Sekalipun pembalasan
sebagai asas dari pidana bahwa beratnya pidana tidak boleh melampaui
suatu pembalasan yang adil, namun pidana mempunya berbagai
63
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.50.
64
Samosir dan Djisman, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia,
h.40.
44
65
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h.240.
66
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi,
(Jakarta: Pradya Paramita, h.25.
67
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.55.
45
68
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h.244.
46
69
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2010),
h.133.
48
perbuatan itu. Perbuatan atau kejahatan demikian ilmu hukum pidana biasa
disebut dengan tindak pidana.
Kedua yaitu kejahatan dalam arti sosiologis merupakan kejahatan dalam
semua bentuk ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis,
politis dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-
norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah
tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercakup dalam undang-
undang pidana).
70
Achmad Sodiki, Kejahatan Mayantara, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2010),h.37-38.
71
Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, ( Jakarta: Kencana 2013), h.
48.
49
72
Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, (Jakarta: PT.Raja Grafindo,2002), h.
251.
73
Deris Setiawan, Sistem Keamanan Komputer, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo,
2005), h.34.
74
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan
Dan Celah Hukumnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.10.
BAB III
BISNIS ONLINE SEBAGAI BENTUK PENIPUAN BERBASIS
ELEKTRONIK
75
S. Ananda, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika,2009), h.364.
76
Moeljatno, KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).
50
51
77
Sugandhi, R, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Penjelasannya , (Surabaya:
Usaha Nasional, 1980, h. 396-397.
52
78
Diakses pada tanggal 23 september 2014,
https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmuhukum/hukum-pidana-islam.
79
Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), h.1-3.
80
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, (Sleman: Logung Pustaka, 2004),
h.2.
81
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.71
82
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, (Bandung: Jabal, 2007), h.266.
53
83
Maulida Nur Muhlishotin, Cyberbullying Perspektif Hukum Pidana Islam, Vol.3. No.2
Desember 2017, h.386.
54
84
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo%3A+Pasal+28+2+UU+
ITE+Tidak+Mungkin+Dihapuskan/0/berita_satker.
85
Syafruddin Kalo, Mahmud Mulyadi, Chairul Bariah, Kebijakan Kriminal
Penanggulangan Cyberbullying Terhadap Anak Sebagai Korban, Jurnal Usu Law. Vol.5, No.2.
55
kedalam pasal 378 ayat 1 yaitu “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan
menggunakan nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang mauppun
menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.86
Bisnis online adalah suatu usaha yang dipasarkan melalui internet
dengan berbagai macam cara sehingga dapat menghasilkan uang. Di dalam
bisnis online banyak sekali kelebihannya di bandingkan bisnis
offline.
Menurut Arief Darmawan bisnis online terdiri dari 2 kata yaitu bisnis
dan online. Bisnis adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok maupun individual, untuk mendapatkan laba dengan cara
memproduksi produk maupun jasanya untuk memenuhi kebutuhan
konsumennya. Sedangkan kata online menurut kamus web.id adalah suatu
kegiatan yang terhubung melalui jaringan komputer yang dapat diakses
melalui jaringan komputer lainnya.87
Pada dasarnya Bisnis Online ada 2 macam:
1. Bisnis Produk Creation Adalah segala macam bisnis online yang
berbentuk produk hasil milik sendiri, baik itu produk bentuk jasa (jual
jasa) ataupun produk riil. Seperti sepatu, tas, jilbab dan sebagainya.
2. Bisnis Produk Afiliasi Afiliasi berarti bergabung atau menjadi bagian dari
orang yang menjual produk atau jasa. Sehingga tidak harus memiliki
produk sendiri, istilahnya menjadi makelar. Jika seumpama berhasil
menjualkan produk orang lain maka akan mendapatkan komisi sekian
persen dari hasil penjualannya.
86
Andi Hamzah, Kuhp & Kuhap,(Jakarta: Rineka Cipta 2015),h.124
87
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
56
Jual beli lewat online harus memiliki syarat-syarat tertentu boleh atau
tidaknya dilakukan. menurut KH. Ovied. R syarat-syarat mendasar
diperbolehkannya jual beli lewat online adalah sebagai berikut:89
1. Tidak melanggar ketentuan syari‟at agama, seperti transaksi bisnis yang
diharamkan, terjadinya kecurangan, penipuan dan monopoli.
2. Adanya kesepakatan perjanjian diantara dua belah pihak (penjual dan
pembeli).
3. Produk yang halal, kejelasan status dan kejujuran.
4. Adanya kontrol, sanksi dan aturan hukum yang tegas dan jelas dari
pemerintah. Jika bisnis lewat online tidak sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang telah dijelaskan di atas, maka hukumnya adalah “haram”
tidak diperbolehkan. Al-Qur‟an juga menyebutkan dalam surat Al-
Mutaffifiin ayat 1-3
88
Diakses pada tanggal 23 maret 2017 http://googleleweblight.com://academy.blazbluz.com
89
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
57
90
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1983), h.3
91
Susilo, Kriminologi, Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan, (Bogor:Politeria),
58
92
Melisa Monica Sumenge, Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa Jual-Beli
Online, Vol.2 No.4, Agustus 2013, h.107-108.
60
93
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 pukul 12.32 http://pandi.id//berita/kesadaran-
keamanan-cyber-indonesia-masih-rendah-kata-pandi/
94
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 13.04
https://balianzahab.wordpress.com/artikel/penegakan-hukum-positif-di-indonesia-terhadap-
cybercrime/
62
95
Diakses pada tanggal 27 April 2013 https://mebiso.com/mengenal-bentuk-penipuan-di-
internet/
96
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1983), h.3
97
Susilo, Kriminologi, Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan, (Bogor:Politeria).
64
98
Melisa Monica Sumenge, Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa Jual-Beli
Online, Vol.2 No.4, Agustus 2013, h.107-108.
66
D. Sanksi Pidana
1. Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif
Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah
kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan
memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari
pihak berwajib. Sanksi Pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat
nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku
perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu atau
membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya
merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku
kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan
sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.
Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja dibebankan
kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-
99
syarat tertentu , sedangkan Roslan Saleh menegaskan bahwa pidana
adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan
sengaja dilimpahkan Negara kepada pembuat delik.100
Jenis-jenis Pidana sebagaimana telah diatur dalam Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
99
Tri Andrisman, Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, (Bandar
Lampung: Unila, 2009), h.8.
100
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), h.81.
67
b. Pidana Tambahan
1) pencabutan hak-hak tertentu;
2) perampasan barang-barang tertentu;
3) pengumuman putusan hakim.
101
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: Alumni, 2008), h.25.
68
104
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.94.
105
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.95.
71
e. Hukuman Salib
Hukuman salib adalah hukuman hadd. Menurut sebagian fukaha,
pelaku salib setelah dieksekusi mati, sedangkan yang lain berpendapat
pelaku disalib hidup-hidup kemudian dihukum mati dalam keadaan
tersalib. Untuk hukuman ta„zir, hukuman salib sudah pasti tidak
dibarengi atau didahului oleh hukuman mati. Masa penyaliban fukaha
mensyaratkan agar tidak lebih dari tiga hari. Hukuman salib dengan
cara hukuman fisik (badan) yang bertujuan untuk mendidik dan
menyiarkan (mencemarkan nama baik) pelaku secara sekaligus.106
f. Hukuman peringatan (al-Wa‟zu) dan hukuman yang lebih ringan
darinya
Dalam hukum Islam, hukuman peringatan termasuk kategori
hukuman ta„zir. Hakim boleh hanya menghukum pelaku dengan
hukuman peringatan bila hukuman ini memperbaiki pribadi pelaku dan
mencegahnya untuk mengulangi perbuatannya (jera). Hukuman ta„zir
yang lebih ringan dari peringatan yaitu disiarkannya nama pelaku
pidana atau dihadapkannya pelaku ke muka pengadilan sebagai bentuk
hukuman ta„zir.107
106
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.97.
107
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.98.
BAB IV
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
PENIPUAN BISNIS ONLINE DIPOLDA METRO JAYA MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
108
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka Janiko
S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
72
73
109
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka Janiko
S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
110
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP Cetakan ke 17 (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 30.
76
111
Hari Sasangka, Lili Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana,
(Bandung:Mandar Maju, 2003, h. 11.
77
4. Proses Persidangan
Para penegak hukum harus dapat membuktikan dengan berbagai
cara dan dengan alat-alat bukti yang sudah di atur menurut undang-
undang. Penegak hukum tidak boleh keluar dari ketentuan yang sudah
diatur dalam UndangUndang mengenai cara dan ketentuan alat bukti,
79
apabila keluar dari aturan tersebut, maka cara maupun bukti-bukti tersebut
tidak sah ataupun tidak layak di tampilkan dalam sidang pengadilan.
Dalam hukum acara, keyakinan hakim menjadi penentu dari sebuah
keputusan dalam sidang pengadilan. Keyakinan menumt teori pembuktian
Undang-Undang secara negatif bahwa keputusan dari hakim haruslah
memiliki keyakinan yang sepenuhnya, tanpa adanya keyakinan maka
hakim harus mencari keyakinan tersebut dengan pertimbangan fakta-fakta
yang terungkap dalam pengadilan.
Fakta-fakta yang terungkap dalam pengadilan pun harus memiliki
dasar yang kuat, dasar ini adalah alat-alat bukti yang di tampilkan dalam
sidang pengadilan. Alat bukti ini pun harus di peroleh dengan cara yang
sudah diatur dan di tetapkan dalam Undang-Undang. Selaian sistem
pembuktian di atas, pembuktian juga harus di sertai dengan alat bukti. Alat
bukti ini yang akan memperkuat suatu tuntutan atas tindak pidana yang
dilakukan oleh pelaku. KUHAP mengatur secara limitative mengenai alat
bukti. Semua alat bukti dinyatakan sah apabila telah memenuhi
persyaratan formil maupun ketentuan materiil. Kekuatan pembuktian dari
semua alat bukti bersifat bebas, maksudnya alat-alat bukti tersebut tidak
bersifat sempurna dan bersifat tidak mengikat atau menentukan.
Sedangkan nilai pembuktian dari seluruh alat bukti berdasarkan pada
menilaian hakim. Ada lima alat bukti yang diakui dalam Kitab Hukum
Acara Pidana adalah pada pasal 184, yaitu:112
a. Keterangan Saksi
Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian, agar
keterangan saksi atau kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan
pembuktian. Syarat materiil untuk keterangan saksi anatara lain,
keterangan yang diberikan ialah peristiwa yang ia dengar, lihat dan
alami sendiri dengan alasan pengetahuannya, bukan pendapat atau
rekaan ataupun keterangan ahli. Beriktnya ada lebih dari satu orang
112
Josua Sitompul, Cyberspace Cybercrime Cyberlaw Tinjauan Aspek Huku Pidana,
(Jakarta: Tatanusa, 2012), h. 266
80
saksi yang sesuai asas unus testis nulus testis. Selain itu bukan
keterangan yang ia peroleh dari orang lain, dan yang terakhir adalah
adanya persesuean antara keterangan saksi yang satu dengan yang lain
dan keterangan saksi dengan alat bukti yang lain. Perlu diperhatikan
beberapa pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi,
yaitu:
1) Harus mengucapkan sumpah atau janji;
2) Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti;
3) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;
4) Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup;
5) Keterangan beberapa saksi yang yang berdiri sendiri.
b. Keterangan Ahli
Dalam pasal 186 yang di maksud dengan keterangan ahli adalah
apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Pasal 184 ayat 1
KUHAP menetapkan, keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah.
Keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan dan harus
mengangkat sumpah atau janji di hadapan pengadilan.
c. Alat Bukti Surat
Menurut ketentuan, surat yang dapat dinilai sebagai alat bukti
yang sah menurut Undang-Undang ialah: Surat yang di buat atas
sumpah jabatan; Atau surat yang dikuatkan dengan sumpah.
Kemudian pasal itu sendiri telah merinci secara luas bentuk-
bentuk surat yang dapat dianggap mempunyai nilai sebagai alat bukti:
1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat pejabat
umum yang bewewenang atau dibuat di hadapannya.
2) Surat yang berbentuk menurut ketentuan Perundang-Undangan
atau surat yang di buat pejabat mengenai hal yang termasuk dalam
81
Namun dalam kenyataannya sekarang ini ada saja saksi yang memberikan
keterangan palsu, mungkin karena ada kedekatan dengan terdakwa.
Adakalanya hakim langsung percaya dengan keterangan yang disampaikan
oleh saksi tersebut di persidangan.
Kenyataannya walaupun pembuktian pada dasarnya benar, tetapi
masih banyak pembuktian yang salah misalnya, keterangan palsu dari
seorang saksi, surat ataupun buktilain yang tidak sesuai dengan fakta yang
ada. Dengan kata lain, seorang saksi bisa saja mengatakan hal yang tidak
benar kepada terdakwa meskipun ia telah disumpah. Sebenarnya seorang
terdakwa memang bersalah, tetapi dengan keterangan yang diberikan oleh
saksi bisa saja hukuman kepada terdakwa diringankan dapat dimengerti
bahwa pembuktian dilihat dari perspektif hukum secara pidana, yakni
ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan
mempertahankan kebenaran, baik oleh hakim, penuntut umum, terdakwa
maupun penasehat hukum, semuanya terikat pada ketentuan dan tata cara,
serta penilaian alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang.
2. Sulitnya menemukan akun-akun anonimus (akun palsu yang sulit
dideteksi) misalnya pelaku memakai akun palsu seperti email yang
dijadikan website untuk menjual barang-barang palsu atau fiktif yang
dapat menarik perhatian masyarakat yang hendak belanja di media online.
3. Data diri atau media elektronik milik pelaku seperti elektronik yang
dibuang, nomor handphone yang sudah tidak aktif. Setelah pelaku
mendapatkan korban, dengan memakai handphone dan kartu yang tidak
permanen atau digunakan untuk sementara. sehingga dapat menyulitkan
pihak kepolisian untuk melacak keberadaan pelaku.115
Teori yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang ada
dala penulisan skripsi ini adalah teori Soejono Soekanto yang
mengemukakan bahwa dalam penegakan hukum terletak beberapa faktor-
115
Pripka Janiko Sambodo, Kesatuan Direskrimsus Polda Metro Jaya, Wawancara di
PodaMetro Jaya Pada Tanggal 20 Agustus 2019.
84
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang paling lama hidup
dan berkembang ditengah masyarakat. Budaya masyarakat yang memiliki
rasa ingin tahu yang berlebihan membuat para pelaku tindak pidana
penipuan bisnis online memanfaat situasi seperti ini. Kesadaran
masyarakat akan hukum yang rendah pun menjadi penghambat dari
penegakan hukum terhadap pelaku penipuan bisnis online ini. Penelitian
yang dilakukan penulis dengan cara wawancara kepada pihak-pihak yang
berwenang mengenai kasus tidak pidana penipuan bisnis online ini
mendapatkan jawaban atas permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penyidik Polda
Lampung, dosen hukum telematika, dosen hukum pidana Fakultas Hukum
Unila dan berdasarkan sumber referensi buku yang digunakan.Penulis
menilai bahwa, faktor-faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum
pidana terhadap pelaku tindak pidana penipuan bisnis online disebabkan
karena rendahnya ancaman sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana
penipuan bisnis online yang ditetapkan dalam KUHP, kurangnya faktor
penegak hukum anggota atau tim penyidik yang benar-benar berkompeten
dalam menangani kasus tersebut sehingga dalam proses penyidikan sedikit
terkendala.Faktor sarana dan prasarana yang dimiliki aparat penegak
hukum yang kurang memadai serta kurangnya kesadaran masyarakat
dalam menyikapi fenomena hukum yang terjadi disekitarnya merupakan
penyebab penegakan hukum pidana di Indonesia sulit untuk ditegakkan.
Faktor yang paling relevan dan dominan dalam proses penegakan
hukum terhadap tindak pidana penipuan bisnis online ini yaitu faktor
hukumnya sendiri yang dalam hal ini undang-undang yang sanksinya
terlalu ringan. Faktor sarana dan fasilitas yang masih sangat kurang
87
Berkaitan dengan jual beli online, jual beli lewat online harus memiliki
syara-syarat tertentu boleh atau tidaknya dilakukan adapun syarat-syarat
mendasar diperbolenkannya jual beli lewat online yaitu, pertama tidak
melanggar ketentuan syariat agama, seperti transaksi bisnis yang diharamkan,
terjadnya kecurangan, penipuan dan monopli. Kedua, adanya kesepakatan
116
Abdul Rahman Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta:Prenadamedia Group, 2010),
h.71
117
Misbahuddin, E-commerce dalam Hukum Islam, h.118
89
perjanjian antara kedua belah pihak selaku penjual dan pembeli, jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat (Alimdha‟) atau pembatalan
(Fasakh). Ketiga, adanya kontrol, sanksi dan aturan hukum yang tegas dan
jelas dari pemerintah untuk menjamin bolehnya berbisnis yang dilakukan
melalui transaksi online bagi masyarakat.118
Hukum Islam adalah pedoman hidup yang ditetapkan Allah SWT untuk
mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan keinginan Al-Quran dan
Sunnah. Adapun Abu Zahrah mengemukakan pandangannya, bahwa hukum
adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan perbuatan orang-orang
mukallaf baik berupa iqtida (tuntutan perintah atau larangan), takhyir (pilihan)
maupun berupa wadh‟i (sebab akibat). Ketetapan Allah dimaksudkan pada
sifat yang telah diberikan oleh Allah terhadap sesuatu yang berhubungan
dengan perbuatan mukalaf. Hasbi Ash-Shiddiqie mendefinisikan hukum
secara lughawi adalah “menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sebagaimana
hukum-hukum yang lain, hukum Islam memiliki prinsip-prinsip dan asas-asas
sebagai tiang pokok, kuat atau lemahnya sebuah undang-undang, mudah atau
sukarnya, ditolak atau diterimanya oleh masyarakat, tergantung kepada asas
dan tiang pokonya. Secara etimologi (tata bahasa) prinsip adalah dasar,
permulaan, aturan pokok.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Islam
Hukum Islam merupakan alat yang ditujukan untuk mengubah perilaku
warga muslim. Berdasarkan ilmu hukum, law is the tool of social
engineering. Sebagai alat, tentunya hukum tidak bisa berdiri sendiri dalam
mengatur perilaku ummat Islam. Contohnya perilaku yang biasa merusak
lingkungan sosial bisa diubah secara bertahap melalui pemberlakuan
hukum Islam dalam hal Qishas. Dalam al-Qur'an dicontohkan dalam ayat
32 surat al-Maidah, bahwa barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh
118
Tira Nur Fitri, Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
HukumNegara,h.59.
90
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
dalam bab terdahulu, maka dapat diambilkesimpulan bahwa :
1. Tindak pidana penipuan berbasis bisnis online pada prinsipnya sama
dengan penipuan dengan cara konvensional. Yang menjadi perbedaan
terletak pada alat bukti atau sarana perbuatannya yakni menggunakan
sistem elektronik (komputer, internet, dan perangkat telekomunikasi).
penegakan hukum pidana terhadap erhadap pelaku penipuan bisnis online
dilakukan sesuai dengan aturan hukum pidana yaitu kitab Undang –
Undang hukum pidana ( KUHP ). Karena di dalam kasus terdapat unsur
penipuan dikenakan pasal 378 KUHP dimana penegakan hukumnya
dimulai dari beberapa tahapan. Tetapi karena didalam pasal 378 KUHP
untuk ancaman pidananya terlalu ringan maka aparat kepolisian
menggunakan pasal 28 ayat (1) dan pasal 45A ayat (1) Undang-Undang
nomor 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik maka
dapat juga dikenakan pasal tersebut. Dalam kasus penipuan bisnis online
ini yaitu proses dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian apakah
benar telah terjadi peristiwa penipuan kemudian dilakukan penyedikan
dengan cara olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh pihak kepolisian.
Tetapi hal tersebut memiliki kesulitan. Aparat kepolisian yang berperan
sebagai penyidik mempunyai kesulitan karena terkendalanya bukti -bukti
yang didapat untuk menguatkan kasus ini supaya bisa masuk ke kejaksaan.
Sehingga sehingga untuk perkara penipuan bisnis onine tidak bisa
dilanjutkan ke kejaksaan.
2. Faktor-faktor terkait dengan hambatan dalam penegakan hukum terhadap
tindak pidana penipuan berbasis bisnis online yaitu pertama faktor hukum
itu sendiri dimana masih adanya aturan yang belum menjelaskan secara
spesifik terhadap tindak pidaa penipun berbasis penipuan bisnis online,
93
94
kedua faktor penegak hukum, dimana masih ada aparat penegak hukum
yang belum memahami terhadap aturan aturan yang ada sehingga dalam
implementasinya masih menjadi multitafsir, ketiga faktor sarana dan
prasarana yang mendukung penegakan hukum yang dapat membantu
mengungkap tindak pidana tersebut, keempat faktor masyarakat dimana
masih minimnya kesadaran masyarakat untuk memberikan keterangan
atau laporan terhadap permasalahan yang di hadapi serta serta keengganan
masyarakat untuk berproses dalam peradilan dan faktor kebudayaan
dimana semakin besar budaya dan semakin modern suatu bangsa maka
semakin modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara
pelaksanaanya.
3. Pandangan hukum Islam terhadap tindak pidana penipuan jual beli online
yaitu telah disebutkan dalam hadis Rasulullah yang mengatakan bukan
golonganku yang mengecoh atau menipu dalam berdagang. Kejujuran
merupakan nilai dasar yang harus dipegang dalam menjalankan kegiatan
bisnis. Dalam islam, antara kejujuran dan keberhasilan kegiatan ekonomi
yang menunjukan hal positif karena setiap bisnis yang didasarkan pada
kejujuran akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Berbisnis,
berdagang atau berjualan sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang disampaikan beliau dalam hadist bahwa 9 dari 10 pintu rezeki
adalah melalui pintu berdagang (al-hadits). Namun perdagangan maupun
bisnis yang dilakukan harus dalam koridor ajaran islam.
Rasulullah mengisyaratkan bahwa jual beli itu halal selagi suka sama suka
(Antaradhin). Karena jual beli atau berbisnis melalui internet dianggap
praktis, cepat dan mudah. Namun jika tidak sesuai dengan syarat-syarat
jual beli online maka hukumnya adalah haram.Jual beli dalam pandangan
islam yaitu suatu jual beli dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi
rukun dan syarat yang telah ditentukan syara‟. Jual beli melalui online di
perbolehkan selama tidak terdapat unsur-unsur riba, kezaliman, monopoli,
95
B. REKOMENDASI
Pemerintah Indonesia melalui lembaga terkait sebaiknya dapat mengikut
sertakan para aparat penegak hukum dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
secara khusus untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan bagi aparat
penegak hukum dalam mengungkap kasus-kasus penipuan bisnis online
sehingga dapat memahami secara menyeluruh terhadap aturan-aturan yang
dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana penipuan berbasis transaksi
elektronik dan tidak terjadi multitafsir dalam penerapan pasal-pasal tersebut.
Selain itu Pemerintah sebaiknya dapat mengakomodir bagi para aparat
penegak hukum untuk dapat memberikan sarana dan prasarana sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan untuk dapat mengungkap dan menangkap para
pelaku tindak pidana.
Pemerintah dan aparat penegak hukum seharusnya untuk perkara kasus
penipuan bisnis online ini dikenakan dengan menggunakan pasal 28 ayat (1)
dan pasal 45 ayat (2) Undang-Undang nomor 19 tahun tahun 2016 tentang
informasi dan transaksi elektronik. Dan perlu meningkatkan pemahaman dan
96
Buku :
Ahmadi, Fahmi M. dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Ciputat
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010.
Alma, Buchari. Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam,
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maragi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar,
hery
Aly, Noer. Tafsir Al-Maragi (cetakan II;Semarang:PT.Karya Toha Putra
Semarang,1993.
Ananda, S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika,2009.
Andrisman, Tri. Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, Bandar
Lampung: Unila, 2009.
Arief, Barda Nawawi. Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: PT.Raja
Grafindo,2002.
Ash-Shiddiqi, Hasbi. Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Audah, Abdul Qadir. Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, Bogor:
PT.Kharisma Ilmu.
Beekun, Rafiq Issa. Islamic Business Ethics, Herndon, the International Institute
Of Islamic Thought, 1981.
Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta: Raja Grafindo, 2011.
damanik, Zulkifli. Kekuatan Hukum Transaksi Jual-Beli Secara Online (E-
commerce), skripsi pada universitas simalungun, pematangsiantar, 2012.
Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996.
Fitri, Tira Nur. Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Negara.
Ghazali, Abdul Rahman. dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta:Prenadamedia Group,
2010.
Gosita, Arif. Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Pressindo, 1983
Hamzah, Andi. Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana, Surabaya, FH
Universitas 2005.
Hari Sasangka, Lili Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana,
Bandung:Mandar Maju, 2003.
97
98
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka
Janiko S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka
Janiko S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
Idri, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Jakarta: Publisher, 2008.
Joko, Subagyo. Metodologi Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta,2011.
Kalbuadi, Putra. jual beli online dengan menggunakan sistem dropshipping
menurut sudut pandang akad jual beli iskam (studi kasus pada forum
KASKUS), Skripsi fakultas syari‟ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
jakarta, 2015.
Kalo, Syafruddin. Mahmud Mulyadi, Chairul Bariah, Kebijakan Kriminal
Penanggulangan Cyberbullying Terhadap Anak Sebagai Korban, Jurnal
Usu Law. Vol.5, No.2.
Karuniawan, Yusuf. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Online
Dengan Sistem Lelang, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta, 2017.
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Mahmud, Peter. Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana Prenada. Jakarta.
2012.
Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
2000.
Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana
2013.
Maulida Nur Muhlishotin, Cyberbullying Perspektif Hukum Pidana Islam, Vol.3.
No.2 Desember 2017.
Misbahuddin, E-commerce dalam Hukum Islam.
Moeljatno, KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung:
Alumni, 20005.
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni, 2008.
Munajat, Makhrus. Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Sleman: Logung Pustaka,
2004.
Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam cet II, Bandung : ALFA BETA,
1995), 205.
99
Internet:
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 pukul 12.32
http://pandi.id//berita/kesadaran-keamanan-cyber-indonesia-masih-
rendah-kata-pandi/
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 13.04
https://balianzahab.wordpress.com/artikel/penegakan-hukum-positif-di-
indonesia-terhadap-cybercrime/
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
Diakses pada tanggal 23 maret 2017
http://googleleweblight.com://academy.blazbluz.com
Diakses pada tanggal 23 september 2014,
https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmuhukum/hukum-
pidana-islam.
Diakses pada tanggal 27 April 2013 https://mebiso.com/mengenal-bentuk-
penipuan-di-internet/
http://bacaonline.blogspot.com/2011/05/karya-tulis-hukum-penipuan-melalui.html
http://www.entrepreneurmuslim.com
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo%3A+Pasal+28+
2+UU+ITE+Tidak+Mungkin+Dihapuskan/0/berita_satker.
101
Rodame Monitorir Napitupulu, Pandangan Islam terhadap Jual Beli Online, vol.1
no.2,juli 2015,
http://repo.iainpadangsimpuan.ac.id/293/1/Rodame%Monitorir%20Napit
upulu.pdf. Diakses pada tanggal 10 oktober 2018.
Yulla kurniati dan Heni hendrawati, Jual Beli Online dalam Perspektif Hukum
Islam,vol.11no.1,2015,https://ejournal.stmikbinapatria.ac.id/index.php/D
S/article/downloadSupp File/47/65. Diakses pada tanggal 15 oktober
2018.
Diakses 27 Desember 2010 http://syariah-muher.blogspot.com/2010/12/teori-
penegakkan-hukum-islam-di.html?m=1
Diakses 18 Februari 2015 18:18 https://www.kompasiana.com/amp/sutomo-
paguci/ini-daftar-penegak-hukum-di-
indonesia_54f34b34745513962b6c6f4d#aoh=15794083886418&referrer=https%3
A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s