Anda di halaman 1dari 123

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK

PIDANA PENIPUAN BISNIS ONLINE DI POLDA METRO


JAYA MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
(Priode Januari-Desember 2018)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi


Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H)

Oleh :
Ana Miftahul Jannah
NIM : 11140430000087

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK
PIDANA PENIPUAN BISNIS ONLINE DI POLDA METRO
JAYA MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
(Priode Januari-Desember 2018)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk


Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Islam (S.H)

Oleh :

Ana Miftahul Jannah


NIM : 11140430000087

Di bawah Bimbingan

Pembimbing1 Pembimbing 2

Dr. Burhanudin, S.H., M. HUM Mufidah, S.H.I., M.H.


NIP: 195903191979121001 NIDN: 2101018604

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

i
ABSTRAK

Ana Miftahul Jannah, NIM 11140430000087, Penegakan Hukum


Pidana Terhadap Tindak Pidana Penipuan Bisnis Online Di Polda Metro
Jaya Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam. Program Studi
Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.
Perkembangan teknologi internet telah menciptakan sebuah masyarakat baru
yang disebut sebagai masyarakat berjejaring yang melakukan interaksi sosial
secara maya. Seperti juga dalam interaksi sosial tanpa media, dalam interaksi
maya terdapat perilaku menyimpang dari peserta interaksi salah satunya adalah
penipuan dalam media sosial. Kejahatan yang sering terjadi dalam media internet
adalah penipuan dengan mengatasnamakan bisnis online dengan menggunakan
media internet. Yang menawarkan berbagai macama produk penjualan yang dijual
dengan harga di bawah rata-rata demi memperkaya diri sendiri, para pelaku
melanggar aturan dan norma-norma hukum yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normative dan yuridis empiris
yaitu pendekatan dengan melihat ketentuan-ketentuan hukum yang ada dengan
maksud memberikan penjelasan tentang Tindak pidana penipuan saat ini semakin
berkembang mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Studi ini bertujuan
untuk menjelaskan tentang penanganan hukum pidana terhadap tindak pidana penipuan
bisnis online di polda metro jaya menurut hukum positif dan hukum Islam Aturan
hukum dibuat untuk mengantisipasi hal tersebut namun aturan yang ada rupanya
tidak membuat tindak pidana tersebut semakin berkurang tetapi mengalami
peningkatan.
Penelitian ini bertujuan yang pertama, mengetahui penegakan hukum
terhadap tindak pidana penipuan berbasis penipuan bisnis online dan kedua,
mengetahui faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana terhadap
tindak pidana penipuan berbasis penipuan bisnis online.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa tindak pidana penipuan berbasis
penipuan bisnis online pada prinisipnya sama dengan penipuan dengan cara
konvensional namun yang menjadi perbedaan terletak pada alat bukti atau sarana
perbuatannya yakni menggunakan sistem elektronik (komputer, internet,
perangkat telekomunikasi). Oleh karenanya penegakan hukum mengenai tindak
pidana penipuan ini masih dapat diakomodir oleh Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Selanjutnya, Hambatan dalam penegakan hukum terhadap tindak
pidana penipuan berbasis Transaksi elektronik masih dipengaruhi oleh lima faktor
yaitu faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan.
Kata kunci: Media, Penegakkan, dan Faktor Penghambat.
Pembimbing : 1. Dr. Burhanudin, S.H., M. HUM
2. Mufidah, S.H.I., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1995 s.d 2018

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing
(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi
mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab
yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih
penggunaannya terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf
Huruf Latin Keterangan
Arab

‫ا‬ Tidak dilambangkan

‫ب‬ b be

‫خ‬ t te

‫ث‬ ts te dan es

‫ج‬ j Je

‫ح‬ h ha dengan garis bawah

‫خ‬ kh ka dan ha

‫د‬ d de

‫ذ‬ dz de dan zet

‫ر‬ r Er

‫س‬ z zet

‫س‬ s es

v
‫ش‬ sy es dan ye

‫ص‬ s es dengan garis bawah

‫ض‬ d de dengan garis bawah

‫ط‬ t te dengan garis bawah

‫ظ‬ z zet dengan garis bawah

‫ع‬ koma terbalik di atas hadap


kanan
‫غ‬ gh ge dan ha

‫ف‬ f ef

‫ق‬ q Qo

‫ك‬ k ka

‫ل‬ l el

‫م‬ m em

‫ن‬ n en

‫و‬ w we

‫ه‬ h ha

‫ء‬ apostrop

‫ي‬ y ya

vi
b. Vokal

Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan

Arab Latin
‫ـــــَـــــ‬ a fathah
‫ـــــِـــــ‬ i kasrah
‫ـــــُـــــ‬ u dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:

Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan

Arab Latin
‫ي ـــــَـــــ‬
َ ai a dan i

‫ـــــَـــــ و‬ au a dan u

c. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Tanda Vokal Keterangan

Arab Latin
‫اـَــــ‬ â a dengan topi diatas
‫ىـِــــ‬ î i dengan topi atas
‫وــُـــ‬ û u dengan topi diatas

vii
d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )‫)ال‬, dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf
syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: ‫ = اإلجثهاد‬al-ijtihâd

‫ =الزخصح‬al-rukhsah, bukan ar-rukhsah


e. Tasydîd (Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: ‫ = الشفعح‬al-syuî
‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah

f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut
diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi
huruf “t” (te) (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ‫شزٌعح‬ syarî ‘ah

2 ‫الشزٌعح اإلسالمٍح‬ al- syarî ‘ah al-islâmiyyah

3 ‫مقارنح المذاهة‬ Muqâranat al-madzâhib

g. Huruf Kapital

Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam
transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan

viii
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Misalnya, ‫ =الثخاري‬al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara
ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia
Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama
tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis
Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

h. Cara Penulisan Kata


Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

No Kata Arab Alih Aksara


‫الضزورج تثٍح المحظىراخ‬ al-darûrah tubîhu
1
almahzûrât
2 ً‫اإلقتصاد اإلسالم‬ al-iqtisâd al-islâmî
3 ‫أصىل الفقه‬ usûl al-fiqh

4 ‫األشٍاء اإلتاحح األصل فى‬ al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah

5 ‫المصلحح المزسلح‬ al-maslahah al-mursalah

ix
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman ilmiah seperti
sekarang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun pada akhirnya selalu ada
jalan kemudahan, tentunya tidak terlepas dari beberapa individu yang sepanjang
penulisan skripsi ini banyak membantu dan memberikan bimbingan dan masukan
yang berharga kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Dengan demikian dengan kesempatan yang berharga ini penulis


mengungkapkan rasa hormat serta ucapan terimakasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm.H.Rahmat Nisadi dan Ibunda Suhufil
Ula yang telah merawat dan mendidik dengan baik sampai saat ini. Dengan
kasih sayangnya yang abadi, dengan do’anya yang tiada henti, dengan
kesabarannya yang tak tertandingi dan selalu memberikan penulis support
baik segi moril maupun materil. Terimakasih atas segala didikannya, doanya,
kesabarannya, jerih payahnya, serta nasihat yang selalu mengalir tiada henti
tanpa pernah jemu hingga penulis dapat menyelesaikan studi. Juga kepada
kakak penulis Isnaini Khusnul Khotimah serta adik penulis Adelino Rohman
Rohim dan Gomes Nurhidayat yang sudah membuat penulis semangat dengan
skripsi ini yang telah memberikan doa serta dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dan keponakan Hamis Isnini Qodiron dan Sayyed
Abdul Qodir Shahab.

x
2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.H.,M.A., Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Hj. Siti Hanna, S.Ag, Lc, M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab
dan Bapak Hidayatulloh, M.H., sebagai Sekretaris Program Studi
Perbandingan Mazhab.
4. Bapak Dr.Burhanuddin, S.H., M. HUM , dan Ibu Mufidah, S.H.I., M.H. dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan,
saran dan ilmunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Muhammad Abdul Aziz Shahab yang telah menyemangati, memotivasi dan
sudah menemani suka maupun duka. Semoga kita ini akan selalu terjalin
sampai Jannah-Nya.
7. Terkhusus Nur Asiah yang sudah banyak direpotkan untuk membantu mencari
buku dan setia menemani penulis skripsi selama diciputat. Terimakasih atas
ketulusan yang selama ini diterima penulis.
8. Sahabat-sahabat tergokil ku Muharomah, Prima Novia Ningrum, Husnul
Hotimah, Nur Episa, Sarah Maulidiyanti ,Umi Kulsum dan Safira telah
menyemangati dan sudah menjadi tempat suka duka penulis selama di Ciputat.
Terimakasih atas kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum angkatan
2014, Terkhusus sahabat-sahabatku Ladies PMH 2014. Terimakasih sudah
memberikan arti dari sebuah persahabatan tanpa melihat harta, tahta, dan
lainnya, selama 4 tahun kita bersama.
10. Rekan-rekan kerja Indomaret yang telah memberikan penulis waktu untuk
diperbolehkan memasuki dunia kerja yang begitu baik adapun nasehat, saran
dan penyemangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
PEDOMAN LITERASI .................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 6
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
F. Review Kajian Terdahulu ......................................................... 7
G. Metode dan Teknik Penelitian .................................................. 8
H. Sistematika Pembahasan10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA


PENIPUAN BISNIS ONLINE ...................................................... 12
A. Kerangka Konseptual ................................................................ 12
1. Penegak Hukum ................................................................. 12
2. Penegakan Hukum Pidana ................................................. 13
3. Pandangan Hukum Islam Tentang tindak pidana
Penipuan Bisnis Online ...................................................... 22
4. Tindak Pidana .................................................................... 28
5. Bisnis Online ...................................................................... 30
6. Jenis-Jenis Bisnis Online ................................................... 32
7. Etika Bisnis Dalam Islam................................................... 33

i
8. Etika Bisnis Dalam Hukum Positif .................................... 37
B. Tinjauan Teoritis ....................................................................... 40
1. Teori-teori Pemidanaan ...................................................... 40
C. Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime) ....................................... 47

BAB III BISNIS ONLINE SEBAGAI BENTUK PENIPUAN


BERBASIS ELEKTRONIK .......................................................... 50
A. Penipuan Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam ............... 50
B. Pengaturan Bisnis Online Menurut Undang-Undang ITE ........ 53
C. Fenomena Penipuan Bisnis Online Di Masyarakat ................... 57
1. Faktor Penyebab Penipuan Bisnis Online .......................... 59
2. Bentuk Penipuan Berbasis Elektronik Menurut
Hukum Positif .................................................................... 62
D. Sanksi Pidana ............................................................................ 66
1. Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif .............................. 66
2. Sanksi Pidana Menurut Hukum Islam ............................... 67

BAB IV PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK


PIDANA PENIPUAN BISNIS ONLINE DIPOLDA
METRO JAYA MENURUT HUKUM POSITIF DAN
HUKUM ISLAM ............................................................................ 72
A. Proses Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana
Penipuan Bisnis Online ............................................................. 72
1. Proses Penyelidikan ........................................................... 72
2. Proses Penyidikan .............................................................. 74
3. Proses Pembuktian dalam Perkara Pidana ......................... 76
4. Proses Persidangan ............................................................. 78
B. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Tindak
Pidana Penipuan Bisnis Online ................................................. 82
C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Penegakan Penipuan
Bisnis Online ............................................................................. 87

ii
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 93
A. Kesimpulan ............................................................................... 93
B. REKOMENDASI...................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 87

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi Internet telah menciptakan sebuah masyarakat
baru yang disebut sebagai masyarakat berjejaring yang melakukan interaksi
sosial secara maya. Seperti juga dalam interaksi sosial tanpa media, dalam
interaksi maya terdapat perilaku menyimpang dari peserta interaksi. Salah
satunya adalah penipuan dalam media sosial.
Lahirnya media sosial dengan fasilitas teknologi yang lengkap membuat
penggunanya dapat berkomunikasi dengan pengguna lain yang secara
berjauhan, namun seolah-olah mereka berada pada jarak yang dekat.
Kehadiran media sosial juga memberikan banyak kemudahan, mulai dari
mudahnya bertukar pesan dan informasi, sampai pada kemudahan seorang
pengguna yang ingin mempublikasikan karyanya agar dapat diketahui orang
lain, menghilangkan batasan generasi dan memperluas wacana yang dapat di
pertukarkan. Media sosial juga sudah banyak berperan dalam bidang ekonomi
dan perdagangan dengan kemampuannya mendukung kegiatan
1
pemasaranproduk sampai pada kegiatan jual beli.
Ketika internet telah menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat proses
jual beeli melali internet sudah tidak asing lagi. Karena internet bukan hanya
konsumsi golongan tertentu saja seperti bertahun-tahun yang lalu, tapi sudah
merambah ke masyarakat golongan menengah ke bawah. Dimana proses jual
beli online/bisnis online disebut e-commerce atau elektronik commerce pada
dasarnya bagian dari elektronik business.2
Transaksi elektronik (E-commerce) merupakan suatu kontak transaksi
perdagangan antara penjual dan pembeli dengan media internet, dimana untuk
pemesanan, pengiriman sampai bagaimana sistem pembayaran

1
Agus Rusmana, Penipuan Dalam Interaksi Melalui Media Sosial, Vol.3 No.2, Desember
2015.h.187-188.
2
Niniek Suparni. Cyberspace Probelamtika & Antisipasi Pengaturannya, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2009), h. 28

1
2

dikomunikasikan melalui internet.3 Keberadaan e-commerce merupakan


alternatif yang menjanjikan untuk diterapkan pada saat ini karena e-commerce
memberikan banyak kemudahan bagi kedua belah pihak yaitu pihak penjual
dan pihak pembeli di dalam melakukan perdagangan sekalipun para pihak
berada di dunia yang berbeda.
Bisnis secara online memang mempermudah para pelaku penipuan dalam
melakukan aksinya. Penipuan dengan modus penjualan di via internet akhir-
akhir ini, dengan mengklaim harga murah di pasaran sehingga membuat
banyak orang tertarik untuk membelinya, meski sebagian penipuan bisnis
online sudah terkuak, namun penindakan oknum tehadap tindakan tersebut
banyak yang belum sampai karena hukum. Ini disebabkan para korban
penipuan online enggan untuk melaporkan kepada penegak hukum sedangkan
tindak pidana penipuan dikategorikan sebagai delik biasa.
Hukum merupakan keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan Bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi.
Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara formal dan damai tetapi dapat
terjadi juga karena pelanggaran hukum harus ditegakan.4 laporan kasus
penipuan bisnis online yang tercatat di Polda Metro Jaya mencapai 294 kasus
per bulan januari sampai dengan bulan desember tahun 2018. kasus penipuan
bisnis online yang dalam proses penanganan pihak Polda Metro Jaya
sebanyak 17 kasus. Kemudian, tercatat 10 kasus yang telah berhasil
diselesaikan. Sedangkan 831 kasus belum berhasil diselesaikan dan
dilimpahkan kepada pihak kepolisian yang berada di daerah korban masing-
masing.
Penegakan hukum yang kurang tegas dan jelas terhadap pelaku tindak
pidana penipuan bisnis online, seringkali menjadi pemicu tindak pidana
penipuan ini. Dimana kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) dan
undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi
elektronik memberikan sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana penipuan

3
Ibid h.29
4
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta: Grafika Indah, 1996), h.30
3

ini. Untuk kasus seperti ini maka akan ditegakan dengan menggunakan kedua
pasal ini yaitu sebagai berikut:

Pasal 378 KUHP:


Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan
menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau
supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.5

Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016:


Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita ohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik.6
Dengan adanya internet pembeli dapat melihat langsung barang yang
diperdagangkan dalam dunia maya, membayarnya dengan transfer bankdan
hanya menunggu beberapa saat hingga barang itu tiba. Di zaman ketika
internet telah menjadi kebutuhan bagi sebagiann masyarakat, proses jual-beli
melalui internet sudah tidak asing lagi. Karena internet bukan hanya konsumsi
golongan tertentu seperti tahun-tahun yang lalu, tetapi sudah merambah ke
masyarakat golongan menengah kebawah. Proses jual-beli melalui internet ini
lazim disebut e-commerce atau elektronic commerce atau ED, EC pada
dasarnya adalah bagian dari elektonic business.
E-commerce merupakan suatu kontak transaksi perdagangan antara
penjual dan pembeli dengan menggunakan media internet, dimana untuk
pemesanan, pengiriman sampai bagaimana system pembayaran
dikomunikasikan melalui internet. Keberadaan e-commerce merupakan
alternatif bisnis yang cukup menjanjikan untuk diterapkan pada saat ini,
karena e-commerce memberikan banyak kemudahan bagi kedua bela pihak
yaitu pihak penjual (merchant) dan pihak pembeli (buyer) didalam melakukan
5
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
6
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
4

transaksi perdagangan sekalipun para pihak berada didua dunia berbeda.


Dengan e-commerce setiap transaksi yang dilakukan kedua bela pihak yang
terlibat (penjual dan pembeli) tidak memerlukan pertemuan langsung atau
tatap muka untuk melakukan negosiasi.7
Sekelumit mengenai kondisi yang terjadi dalam masyarakat ini dapat
menimbulkan berbagai isu dalam penyelesaian tindak pidana di bidang
teknologi informasi. Kondisi paper-less ini menimbulkan masalah dalam
pembuktian mengenai informasi yang diproses, disimpan, atau dikirim secara
elektronik. Mudahnya seseorang menggunakan identitas apa saja untuk
melakukan berbagai jenis transaksi elektronik dimana saja dapat menyulitkan
aparat penegak hukum dalam menentukan identitas dan lokasi pelaku yang
sebenarnya. Eksistensi alat bukti elektronik tersebut dapat diterima di
persidangan sebagai alat bukti yang sah akan menjadi topik penting dalam
beberapa tahun ke depan, terlebih dengan ditetapkan undang-undang nomor
19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik. Perkembangan
teknologi informasi termasuk internet di dalamnya juga memberikan
tantangan tersendiri bagi perkembangan hukum di Indonesia. Hukum di
Indonesia dituntut untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan social yang
terjadi. Perubahan-perubahan sosial dan perubahan hukum atau sebaliknya
tidak selalu berlangsung Bersama-sama. Artinya pada keadaan tertentu
perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsur-unsur
lainya dari masyarakat serta kebudayaannya atau mungkin hal yang
sebaliknya.
Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul karena
pemanfaatan teknologi internet. Perkembangan yang pesat dalam pemanfaatan
jasa internet mengundang untuk terjadinay kejahatan. Dengan meningkatnya
jumlah permintaan terhadap akses internet, kejahatan terhadap pengguna
teknologi informatika semakin meningkat mengikuti perkembangan dari
teknologi itu sendiri. Semakin banyak pihak yang dirugikan atas perbuatan

7
Zulkifli damanik, Kekuatan Hukum Transaksi Jual-Beli Secara Online (E-commerce),
skripsi pada universitas simalungun, pematangsiantar,2012.
5

dari pelaku kejahatan cyber tersebut apabila tidak ada ketersediaan hukum
yang mengaturnya. Sebelum diberlakukan undang-undang ITE, aparat hukum
emnggunakan KUHP dalam menangani kasus-kasus kejahatan dunia cyber
Berdasarkan uraian latar belakang di atas menurut penulis, ternyata
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat selalu diikuti atau
diiringi dengan perkembangan kejahatan atau tindak pidana yang makin
canggih dan maju pula. Hal ini ditandai dengan pesatnya perkembangan cara
melakukan modus operandi maupun alat yang digunakannya. Oleh karenanya
perlu diketahui lebih jauh mengenai tindak pidana penipuan bisnis online ini
serta peraturan apa saja yang digunakan untuk upaya penanggulanganya oleh
aparat penegakan hukum.

Alasan peneliti tertarik memilih judul ini karena kasus penipuan bisnis
online semakin marak di dunia bahkan di Indonesia yang menggunakan
perkembangan teknologi maka penulis ingin memaparkan dan mengkaji
tentang PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
PENIPUAN BISNIS ONLINE DI POLDA METRO JAYA MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM.

B. Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang dapat penulis identifikasikan yang dapat penulis
identifikasikan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana terhadap penipuan berbasis
jual beli online
2. Pengaruh teknologi canggih masa kini yang dapat disalahgunakan oleh
oknum tak bertangggung jawab
3. Apa yang menghambat dalam penegakan hukum, pidana dan apa faktor
faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan hukum pidana penipuan
bisnis online.
4. Penegakan hukum pidana penipuan bisnis online dalam hukum islam.
6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang timbul dalam
penelitian ini, maka penulis perlu membatasi masalah yang hendak
dibahas secara lebih terperinci, hal ini dimaksudkan agar pembahasannya
terlalu meluas dan sesuai dengan sasaran yang dituju. Maka dalam
penellitian ini penulis membatasi permasalahannya pada Analisis Yuridis
“Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penipuan bisnis
online di Polda Metrojaya Menurut hukum Positif dan Hukum
Islam”.
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana proses penegakan tindak pidana penipuan berbasis bisnis
online?
2. Apakah faktor penghambat penegakan tindak pidana penipuan bisnis
online menurut hukum positif?
3. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap penegakan hukum
pidana penipuan bisnis online.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami proses menangani tindak pidana penipuan berbasis bisnis
online.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penipuan berbasis bisnis
online.
3. Untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap penegakan hukum
pidana penipuan bisnis online

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademis. Penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah
wawasan dan pengetahuan dalam memahami bahaya penipuan jual beli
online serta penerapan hukum Positif dan hukum Islam di Indonesia.
Kemudian untuk menambah litelatur perpustakaan khususnya dalam
bidang perbandingan Mazhab.
7

2. Manfaat Praktis. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan


pemikiran kepada penegak hukum dan masyarakat mengenai tindak pidana
penipuan bisnis online.

F. Review Kajian Terdahulu


Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan
dibahas oleh penulis lainnya, maka penulis me-review beberapa skripsi dan
karya tulis terdahulu yang pembahasanya hampir sama dengan pembahasan
yang penulis angkat.
Pertama yaitu “Pandangan hukum Islam terhadap praktek jual beli
online dengan sistem lelang. (studi kasus jual beli batu mulia di jejaring
sosial facebook) pada tahun 2017.8 Oleh Yusuf Karuniawan dari Fakultas
Syariah (mu’amalah).
Skripsi tersebut hanya membahas praktek jual beli batu mulia dengan
sistem lelang dijejaring sosial facebook dan tinjauan hukum islam terhadap
jual beli online batu mulia dengan sistem lelang di jejaringan sosial facebook,
sementara dalam kajian ini, penulis membahas mengenai penegakan hukum
pidana terhadap tindak pidana penipuan bisnis online di polda metro jaya.
Kedua yaitu, “Tinjauan hukum islam terhadap jual beli online
yang mencantumkan gambar dan testimoni hoax di ponorogo” 20189
Oleh Febrina Fitri Permatasari santoso dari FS IAIN PONOROGO
Dalam skripsi tersebut febrina fitri permatasari santoso menjelaskan
tentang tinjauan hukum islam terhadap jual beli online yang mencantumkan
gambar hoax di ponogoro,dan testimoni hoax di ponorogo.sedangkan dalam
skripsi ini, penulis ingin mengetahui bagaimanakah penegakan hukum pidana
terhadap tindak pidana penipuan berbasis bisnis online di polda metro jaya
Ketiga yaitu, “Jual beli online dengan menggunakan sistem
dropshipping menurut sudut pandang akad jual beli islam ( studi kasus

8
Yusuf Karuniawan, Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Online Dengan
Sistem Lelang, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta ,2017.
9
Febriana Fitri Permatasari Santoso, Tinjauan hukum islam terhadap jual beli online yang
mencantumkan gambar dan testimoni hoax di ponorogo, Skripsi fakultas syari‟ah IAIN Ponorogo,
2018.
8

pada forum KASKUS). 201510 Oleh Putra Kalbuadi dari FSH UIN
JAKARTA
Dalam skripsi yang di tulis putra kalbuadi tersebut, ia menjelaskan
skema dari jual beli online dengan sistem dropshipping dan di tinjau dengan
kesesuain akad jual beli dalam islam, sementara dalam kajian yang penulis
akan membahas upaya penegakan tindak pidana penipuan berbasis jual beli
online dan apa saja yang menghambat dan faktor-faktor dan macam-macam
penghambat dalam penegakan hukum tindak pidana penipuan berbasis bisnis
online dalam hukum positif dan hukum islam.

G. Metode dan Teknik Penelitian


Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum
normatif dengan pendekatan kualitatif, yakni merupakan suatu strategi inquiry
yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala,
symbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; focus dan multimetode,
bersifat alami dan holistik, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa
cara serta disajikan secara naratif.11
1. Jenis penelitian
Dalam menghimpun bahan yang dijadikan skripsi dalam penelitian
ini penulis menggunakan jenis penelitian hukum normatif (asas hukum)
yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan atau system norma.
System norma yang dimaksud adalah asas-asas, norma, serta kaidah dari
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian serta
doktrin.12 Sesuai dengan karakteristik kajiannya, maka penelitian ini
menggunakan metode library research (kajian kepustakaan) dengan
pendekatan kualitatif. dalam penelitian ini juga menggunakn pendekatan

10
Putra Kalbuadi, jual beli online dengan menggunakan sistem dropshipping menurut sudut
pandang akad jual beli iskam (studi kasus pada forum KASKUS), Skripsi fakultas syari‟ah dan
hukum UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2015.
11
A. Muri Yusuf, MetodePenelitian; kuantitatif, Kualitataif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenada Media, 2014), h.329.
12
Fahmi M Ahmadi, dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum,(Ciputat Lembaga
Penelitian UIN Jakarta,2010),h.31.
9

perbandingan,13 yang dalam penelitian ini penulis membandingkan antara


hukum positif yakni pasal yang termaktub dalam KUHP mengenai
kejahatan terhadap penipuan bisnis online dengan hukum pidana Islam.
2. Sumber Data
Sumber-sumber penelitian terdiri dari dua sumber diantaranya adalah
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer
merupakan data yang bersifat autoritif artinya mempunyai otoritas. Bahan
hukum primer terdiri dariperundang-undangan, catatan-catatan resmi atau
risalah dalam pembuatan perundang-undangan, serta wawancara mengenai
isu yang akan diangkat. Adapun bahan hukum sekunder berupa semua
publikasi tentang hukum yang bukan dokumen-dokumen resmi, publikasi
entang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-
jurnal hukum.14 Selain itu untuk memperoleh bahan hukum sekunder
penulis melakukan beberapa pendekatan yang meliputi:
a. Pendekatan undang-undang (statute approach)
Pendekatan perndang-undangan adalah adanya peraturan
perundang-undangan mengenai atau yang berkaitan dengan isu
tersebut. Perundangan-undangan dalam hal ini meliputi baik yang
berupa legislation maupun regulation. Oleh karena itulah untuk
memecahkan suatu isu hukum, mungkin harus menelusuri sekian
banyak berbagai produk peraturan perundang-undangan.

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dapat
mengumpulakan aturan perundang-undangan atau putusan-putusan
pengadilan yang berkaitan dengan masalah tersebut di atas. Tetapi, yang
lebih esensial adalah penelusuran buku-buku hukum, karena di dalam buku
itulah banyak terkandung konsep-konsep hukum.

13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h.
172.
14
Subagyo Joko, Metodologi Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta,2011),h.,141.
10

4. Analisis Data
Data-data yang yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian
diklasifikasi. Setelah itu penulis menganalisis dengan menggunakan
metode kualitatif, yaitu menggunakan penafsiran hukum, penalaran hukum
dan argumentasi rasional. Kemudian data tersebut penulis paparkan dalam
bentuk narasi sehingga menjadi kalimat yang jelas dan dapat dipahami.15

5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku pedoman
Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah jakarta 2017.

H. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab mempunyai sub bab
sebagaimana standar pembuatan skripsi. Secara sistematis bab-bab tersebut
terdiri dari:
BAB I Merupakan pendahuluan, yang membahas materi yang terdapat
pada latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metode penelitian, study review terdahulu, dan sistematika
pembahasan.
BAB II Membahas tentang tinjauan umum tentang tindak pidana
penipuan, bab ini merupakan kajian teori dari beberapa litelatur. Secara
sistematik menguraikan bab ini meliputi pengertian tindak pidana menurut
hukum pidana, unsur-unsur tindak pidana, jenis-jenis tindak pidana,penipuan
tindak pidana, sanksi tindak pidana dan cybercrime.
BAB III Berjudul Bisnis Online Sebagai Bentuk Penipuan Berbasis
Elektronik. Uraian pada bab ini meliputi pengertian penipuan bisnis online
menurut hukum positif, faktor penyebab penipuan bisnis online menurut

15
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian; Kuantitatif, kualitatif, dan Penelitian
Gabungan,(Jakarta Prenada Media,2014),h.,400.
11

hukum positif, bentuk-bentuk penipuan berbasis elektronik menurut hukum


positif.
BAB IV Berjudul Penegakkan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana
Penipuan Bisnis Online di Polda Metro Jaya Menurut Hukum Positif Dan
Hukum Islam. Uraian pada pembahasan ini meliputi bagaimana proses
menangani hukum pidana terhadap tindak pidana penipuan bisnis online dan
apakah fakor penghambat dalam penegakkan hukum pidana terhadap tindak
pidana penipuan bisnis online.
BAB V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang
menjawab rumusan masalah dan kritik serta saran yang berguna untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENIPUAN BISNIS
ONLINE
A. Kerangka Konseptual
1. Penegak Hukum
Penegak hukum adalah sesorang yang diberi wewenang oleh
peraturan perundang-undangan untuk melakukan penyelidikan,
penindakan, penuntutan, peradilan, dan pembelaan.
a. Polisi
Personil kepolisian (polisi) adalah penegak hukum didasarkan
pada ketentuan UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI
khususnya bagian Menimbang huruf a dan b; Pasal 1 angka 1, angka 5,
dan angka 6; Pasal 2; Pasal 3; Pasal 4; dan Pasal 5. Dari ketentuan
pasal-pasal di atas, intinya, personil polisi merupakan bagian dari
kepolisian, yang merupakan satu kesatuan, yang salah satu fungsinya
adalah penegakan hukum, dan keberadaannya bertujuan, salah satunya,
untuk mewujudkan tertib dan tegaknya hukum.
b. Jaksa
Personil kejaksaan (jaksa) baik sebagai pejabat struktural,
fungsional maupun penuntut umum adalah penegak hukum dibawah
komando Jaksa Agung didasarkan pada ketentuan UU No 16 Tahun
2004 khususnya Pasal 1, Pasal 2, Pasal 33, dan Pasal 35.
c. Hakim
Kekuasaan kehakiman menjalankan fungsi penegakan hukum
yang diselengarakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya, tempat para hakim menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
“Kekuasaan kehakiman dalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum…dst,” kata
Pasal 1 UU No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
d. Advokat
Advokat adalah penegak hukum namun tidak masuk daftar
penegak hukum versi hakim Sarpin dalam pertimbangan putusannya.

12
13

“Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang


dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan,” tegas Pasal 5
UU No 18 Tahun 2003 tentang Advokat.16
2. Penegakan Hukum Pidana
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya
atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
prilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ditinjau dari sudut subyeknya,
penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh subyek yang luas dan dapat
pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum itu melibatkan semua
subyek.
Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-
ide tentang keadilan-keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial
menjadi kenyataan. 17
Penegakan hukum pidana adalah suatu usaha untuk mewujudkan
ide-ide tentang kedilan dalam hukum pidana dalam kepastian hukum dan
kemanfaatan sosial menjadi kenyataan hukum dalam kepastian hukum
dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan hukum dalam setiap hubungan
hukum.18
Menurut Andi Hamzah, istilah penegakan hukum sering disalah
artikan seakan-akan hanya bergerak di bidang hukum pidana atau di
bidang represif. Istilah penegakan hukum disini meliputi baik yang
represif maupun yang preventif. Jadi kurang lebih maknanya sama dengan
istilah Belanda rechtshanhaving. Berbeda dengan istilah law enforcement,
yang sekarang diberi makna represif, sedangkan yang preventif berupa
pemberian informasi, persuasive, dan petunjuk disebut law compliance,

16
Diakses 18 Februari 2015 18:18 https://www.kompasiana.com/amp/sutomo-paguci/ini-
daftar-penegak-hukum-di-
indonesia_54f34b34745513962b6c6f4d#aoh=15794083886418&referrer=https%3A%2F%2Fww
w.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s
17
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm 15
18
Peter Mahmud, Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana Prenada. Jakarta. 2012.
hlm.15
14

yang berarti pemenuhan dan penataan hukum. Oleh karena itu lebih tepat
jika dipakai istilah penanganan hukum atau pengendalian hukum.19
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu
usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, secara konsepsional, maka inti
dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan
hubungan nilai-nilai yang dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
mantap dan sikap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.20

Penegakan hukum pidana terdiri dari dua tahap inti yaitu:


a. Penegakan Hukum Pidana In Abstracto
Penegakan hukum pidana in abstracto merupakan tahap
pembuatan/perumusan (Tahap Formulasi) sudah berakhir saat
diundangkannya suatu peraturan perundang-undangan. Tahap
legislasi/formulasi dilanjutkan ke tahap aplikasi dan tahap eksekusi.
Dalam ketentuan perundang-undangan itu harus diketahui tiga masalah
pokok hukum pidana yang berupa, yaitu:
1) Tindak pidana (strafbaar feit/criminal act/actus reus)
2) Kesalahan (schuld/guit/mens rea)
3) Pidana (straf/punishment/poena)
Penegakan hukum pidana (PHP) merupakan bagian (sub-sistem)
dari keseluruhan sistem/kebijakan penegakan hukum nasional, yang
pada dasarnya juga merupakan bagian dari sistem/kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan hukum pidana (penal policy), baik
dalam arti PHP in abstracto dan in concreto, merupakan bagian dari
keseluruhan kebijakan sistem (penegakan) hukum nasional dan

19
Andi Hamzah, Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana, Surabaya, FH
Universitas
2005, hlm. 2.
20
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta,
Rajawali,
1983, hlm. 24.
15

merupakan bagian dari upaya menunjang kebijakan pembangunan


nasional (national development policy).
Sistem penegakan hukum pidana (SPHP) yang integral perlu
dilihat secara in abstracto (law making and law reform) karena PHP in
abstracto (pembuatan/perubahan undang-undang, law making/ law
reform) merupakan tahap pembuatan/perumusan (formulasi)
undang-undang leh badan legislatif (dapat disebut tahap legislasi).
Menurut Barda nawawi arief, penegakan hukum in abstracto dilakukan
melalui (proses legislasi/formulasi/pembuatan peraturan perundang-
undangan) dilakukan melalui legislasi/formulasi/pembuatan peraturan
perundang-undangan. Proses legislasi/formulasi ini merupakan awal
yang sangat strategis dari proses penegakan huku in concreto. SPHP
yang ada pada saat ini belum integral secara in abstracto (law making
and law reform) pada tahap proses pembuatan produk perundang-
undangan. Karena belum adanya keterjalinan erat atau satu kesatuan
sari sub-sistem (komponen) sistem norma/subtansi hukum pidana yang
integral meliputi hukum pidana materiel, hukum pidana formal, dan
hukum pelaksanaan pidana yang seharusnya integrated legal system
atau integrated legal substance.
b. Penegakan Hukum Pidana In Concreto
Penegakan hukum pidana in concreto terdiri dari:
1) Tahap penerapan/aplikasi (penyidikan)
2) Tahap pelaksanaan undang-undang oleh aparat penegak hukum,
yang dapat disebut tahap judisial dan tahap eksekusi.

Penegakan hukum pidana in concreto, pada hakikatnya


merupakan proses penjatuhan pidana atau proses pemidanaan. Proses
pemidanaan itu sendiri merupakan proses penegakan hukum pidana
dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan. kedua tahap itu
merupakan aspek-aspek atau titik krusial dari penanganan dan
16

penindakan suatu perkara pidana karena penegakan hukum pidana


akan diwarnai sebagai berikut:
1) Masalah permainan kotor (perbuatan uang suap dan perbuatan
tercela lainnya).
2) Masalah optimalisasi pendekatan keilmuan (scientific
culture/approach) dalam penegakan hukum.

Penegakan hukum pidana pada tahap in concreto (tahap


aplikasi) juga masih dipengaruhi oleh kebiasaan/budaya permainan
kotor dan jalan pintas yang dilakukan oleh oknum aparat penegak
hukum yang korup dan kolutif dengan pelaku tindak pidana. Barda
Nawawi Arief menyatakan bahwa istilah permainan kotor lebih
mengena dari pada mafia peradilan, karena hanya memberi kesan pada
bentuk-bentuk perbuatan tercela yang terjadi selama proses
pengadilan, padahal tidak sedikit keluhan masyarakat yang menjadi
objek pemerasan dan perbuatan tercela/permainan kotor lainnya
sebelum proses perkaranya dilimpahkan ke pengadilan.
Penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang
dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang
sempit maupun arti materiil yang luas, sebagai pedoman prilaku dalam
setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang
bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi
diberi tugas dan kewenangan oleh Undang-undang untuk menjamin
berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.21
Masalah penegakan hukum merupakan masalah yang rumit
dikarenakan oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi seperti :
1) Isi peraturan perundang-undangan;
2) Kelompok kepentingan dalam masyarakat;
3) Budaya hukum; serta

21
Abidin, Farid zainal, Asas-Asas Hukum Pidana. Sinar grafika. Jakarta 2007. hlm.35
17

4) Moralitas para penegak hukum yang terlibat dalam proses


peradilan.22
Oleh karena itu penegakan hukum akan bertukar aksi dengan
lingkungannya, yang bisa disebut sebagai pertukaran aksi dengan unsur
manusia, sosial budaya, politik dan lain sebagainya. Untuk itu dalam
menegakkan hukum ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan, dan keadilan.Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat
dikatakan bahwa fungsi penegakan hukum adalah untuk
mengaktualisasikan aturan-aturan hukum agar sesuai dengan yang dicita-
citakan oleh hukum itu sendiri, yakni mewujudkan sikap atau tingkah
laku manusia sesuai dengan bingkai (frame work) yang telah ditetapkan
oleh suatu undang-undang atau hukum. Untuk menegakkan hukum
pidana harus melalui beberapa tahap yang dilihat sebagai suatu usaha
atau proses rasional yang sengaja direncakan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang merupakan suatu jalinan mata rantai aktifitas yang
tidak termasuk bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan
pemidanaan.23

Tahap-tahap tersebut adalah :


a. Tahap Formulasi
Adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan
pembuat undang- undang yang melakukan kegiatan memilih nilai nilai
yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan yang akan
datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan
perundang-undangan yang paling baik dalam arti memenuhi syarat
keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut dengan tahap
kebijakan legislatif.
b. Tahap Aplikasi
Adalah tahap penegakan hukum pidana (tahap penegakan hukum
pidana) oleh aparat penegak hukum, mulai dari kepolisian sampai
22
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1987, hlm 20
23
Andi Hamzah, Masalah Penegakan Hukum Pidana, Jakarta, 1994, hlm 21
18

kepengadilan atau pemeriksaan dihadapan persidangan. Dengan


demikian aparat penegak hukum bertugas menegakkan serta
menerapkan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh
pembuat undang-undang, dalam melaksanakan tugas ini aparat
penegak hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan dan
daya guna. Tahap ini disebut tahap yudikatif.
c. Tahap Eksekusi
Adalah tahap penegakan hukum (pelaksanaan hukum) secara
konkret oleh aparat- aparat pelaksana pidana pada tahap ini aparat
penegak hukum pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat oleh badan pembentuk
undang-undang melalui penerapann pidana yang ditetapkan oleh
pengadilan. Dengan demikian proses pelaksanaan pemidanaan yang
telah ditetapkan dalam putusan pengadilan. Aparat-aparat pidana itu
dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat
undang-undang dan nilai guna dan keadilan.

Asas hukum merupakan sesuatu yang melahirkan peraturan-


peraturan hukum merupakan ratio logis dari aturan ataupun peraturan
hukum. Dengan demikian asas hukum lebih abstrak dari aturan ataupun
peraturan hukum. Menurut palon, asas hukum tidak akan pernah habis
kekuatannya telah melahirkan aturan atau peraturan hukum, melainkan
tetap saja ada dan akan mampu terus melahirkan aturan dan peraturan,
begitu seterusnya.24
Hukum sebagai sistem tidak menghendaki adanya konflik, dan
andaikatapun timbul dalam sistem itu, asas-asas hukumlah yang berfungsi
untuk menyelesaikan konflik itu. Sebagai contoh, jika ada konflik antara
suatu peraturan dengan peraturan yang sederajat yang khusus, maka

24
Ahmad Ali, Mengembara Di Belantara Hukum, Lephas Unhas, Makasar, 1990 (1972), h.
117
19

diselesaikan dengan asas lex speciali derogate lege generalis, aturan


hukum yang sifatnya lebih khusus didahulukan daripada aturan hukum
yang sifatnya leih umum.
Jadi, walaupun asas huum bukan peraturan hukum, namun sebagai
sesuatu yang ratio legisnya hukum, tidak ada hukum yang dapat dipahami
tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya, asas hukum
berperan sebagai pemberi arti etis terhadap peraturan-peraturan hukum dan
tata hukum serta sistem hukum. untuk lebih menjelaskan berbagai
pandangan ahli hukum di bawah ini tentang beberapa pendapat mengenai
asas hukum.25
a. Bellefroid menyatakan bahwa asas hukum umum adalah norma dasar
yang dijabarkan dari hukum positif yang oleh ilmu hukum tidak
dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. Asas hukum itu
merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu masyarakat.
b. Van Elkema Homes menyatakan bahwa asas hukum itu tidak boleh
dianggap sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu
dipandang sebagai sebuah dasar-dasar atau petunjuk-petunjuk bagi
hukum yang berlaku. Pembentukan hukum yang praktis perlu
berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain, asas
hukum adalah dasar atau petunjuk-petunjuk arah dalam pembentukan
hukum positif.
c. Paul Scholten menyatakan bahwa asas hukum adalah kecenderungan
yang diisyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum,
merupakan sifat-sifat hukum dengan segala keterbatasannya sebagai
pembawa yan umum itu, tetapi tidak boleh.

Menurut A.R. Lacey bahwa salah satu syarat yang paling penting
untuk diketahui oleh para sarjana hukum adalah asas hukum. Asas hukum
mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis.26 Apabila anda

25
Ibid h.118
26
Ahmad Ali, Mengembara Di Belantara Hukum, Lephas Unhas, Makasar, 1990 (1972), h.
117
20

membaca suatu peraturan hukum, mungkin kita tidak menemukan


pertimbangan etis karena peraturan hukum tersebut hanyalah abstraksi dari
asas. Asas yan pada dasarnya masih abstrak itu kemeudian dikonstruksi
menjadi sebuah peraturan hukum. Artinya asas adalah suatu hal yang
mengandung ajaran ataupun larangan boleh tidaknya suatu untuk
dilakukan baik dari sisi benar salahnya maupun baik buruknya yang
gambarannya masih abstrak.
Asas menurut rumusan a dictionary of philosophy adalah a principle
may be ahigh garde la, on wich a lot depens, or it may be something like
a rule27
Dari pengertian di atas, maka asas memiliki dua aspek yaitu pertama
asas dapat berupa norma hukum yang tinggi letaknya, banyak hal
bergantung padanya. Kedua asas ini merupakan salah satu norma yang
harus dilakukan.
Uraian tentang pengertian umum asas hukum di atas, bagaimanapun
terlihat bahwa asas ini sangat erat kaitannya dengan hukum sebagai suatu
sistem. Oleh karena itu pembahasan lebih lanjut adalah mengenai
kaitannya antara asas hukum dengan hukum sebagai suatu sistem. Lebih
konkretnya lagi, pembahasan mengenai peranan asas hukum terhadap
sistem hukum. Yang dimaksud ini sebagai sistem hukum adalah sistem
hukum secara universal.
Sedangkan pengertian pengakan hukum adalah suatu usaha untuk
menaggulangi kejahata secara rasional, memenuhi rasa keadilan dan
berdayaguna. Dalam rangka menanggulangi kejatahan terhadap berbagai
sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu
dengan yang lainnya.28
Penegakan hukum dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan
perlindungan hukum pada era modernism da globalisasi saat ini dapat
dilaksanakan, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga
27
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, 2006, h.87
28
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2002),
h.109
21

keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang di


dasarkan oleh nilai-nilai actual di dalam masyarakat beradab. Sebagai
proses kegiatan yang meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam
rangka pencapaian tujuan adalah keharusan untuk melihat penegakan
hukum pidana sebagai suatu sistem peradilan pidana.
Menurut Syafrudin, penegakan hukum pidana melalui beberapa
tujuan tertentu, beberapa tahap sebagai usaha atau proses rasional yang
sengaja dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, tahap-tahap
tersebut adalah:29
a. Tahap formulasi
Tahap penegakan hukum pidana in abstactro oleh pembuat
undang-undang yang melakukan kegiatan memilih yang sesuai dengan
keadaan dan situasi masa kini dan yang datang, kemudian merumuskan
dalam bentuk peraturan undang-undang yang paling baik dalam arti
memenuhi syarat dan daya guna. Tahap ini disebut dengan tahap
legislatif.
b. Tahap aplikasi
Tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum) oleh
apparat penegak hukum, mulai dari kepolisian sampai ke pengadilan.
Dengan demikian apparat penegak hukum bertugas menegakan serta
menerapkan peraturan-peraturan perundang-undangan pidana yang
telah dibuat oleh pembuat undang-undang, dalam melaksanakan tugas
ini para aparat hukum harus berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan.
Tahap ini disebut tahap yudikatif.
c. Tahap Eksekusi
Tahap penegakan pelaksanaan hukum serta secara konkret oleh
apparat-aparat pelaksana pidana, pada tahap ini apparat-aparat
pelaksana pidana bertugas menegakan peraturan-peraturan perundang-
undangan melalui penerapan pidana yang telah diterapkan oleh

29
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Penegakan Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta),
h.157
22

putusan pengadilan. Dengan demikian proses pelaksanaan pemidanaan


yang telah diterapkan dalam pengadilan, apparat-aparat pelaksanaan
pidana itu dalam pelaksanaan tugasnya harus berpedoman kepada
peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat
undang-undang dan undang-undang daya guna.
Ketiga tahap penegakan hukum pidana tersebut dilihat sebagai
suatu usaha atau proses rasional yang sengaja direncanakan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Jelas harus merupakan jalinan mata
rantai aktifitas yang terputus yang bersumber dari nilai-nilai dan
bermuara pada pidana dan pemidanaan.

3. Pandangan Hukum Islam Tentang tindak pidana Penipuan Bisnis


Online
Penipu adalah suatu perilaku yang bersumber dari kemunafikan. Hal
ini merupakan suatu tindak pidana yang berkaitan dengan harta. Ditinjau
dari ruh syariat menipu adalah membohongi. Berlaku dusta adalah
merupakan ciri munafik, seperti yang dinyatakan dalam alqur‟an Qs. Al-
nisa/4 :145


Artinya :
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan
yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka.30

Ayat diatas memberikan penilaian bahwa orang munafik lebih


membahayakan dibandingkan orang kafir. Jika merampas atau merampok
harta hukumannya seperti hukuman bagi orang kafir yaitu hukuman mati,
maka hukuman terhadap orang munafik minimal sama dengan hukuman
yang ditentukan terhadap perampok.31

30
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.133.
31
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h.71.
23

Jika ditinjau dari sisi pelaku, penipu lebih memiliki potensi psikis
yaitu kepandaian, baik dalam kata-kata maupu dalam bidang administrasi.
Dampak yang ditimbulkan yaitu korban penipuan mendapat kerugian yang
lebih besar daripada kerugian yang ditimbulkan pencurian. Kemudian jika
ditinjau tujuan hukum, perbedaan kesalahan bukan hanya terletak pada
pihak penipu tetapi juga dari pihak korban, karena kebodohannya sehingga
ia tertipu. Atas dasar ini, sanksi yang dikenakan terhadap penipu lebih
ringtan jika diibandingkan dengan pidana pencuriaan.
Perbuatan menipu merupakan salah satu perbuatan yang merusak
hubungan muamalat yang mengakibatkan hilangnya rasa saling percaya
antar sesama.fungsi muamalah merupakan pekerjaan yang dikecam oleh
Nabi, bagi yang melakukan tipu berarti ia memasuki cara yang
bersebrangan dengan jalan yang dipakai kaum muslim. Salah satu
perbuatan menipu ialah mengurangi timbangan dan tidak memberikan hak
yang sebenarnya kepada para pembeli, sesuai firman Allah SWT dalam Qs
al-Syu‟ara/26: 182

 
Terjemahnya :
Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.32

Allah SWT mengancam kepada orang yang melakukan pengurangan


dalam memberikan timbangan, karena hal ini merupakan perbuatan yang
mengurangi hak orang lain, Allah mengancam berupa siksaan yang kelak
harus mereka terima setelah dilakukan perhitungan dengan mereka dihari
kiamat nanti.
Dalam hadist di atas Rasulullah mengatakan bukan golonganku yang
mengecoh atau menipu dalam berdagang. Kejujuran merupakan nilai dasar
yang harus dipegang dalam menjalankan kegiatan bisnis. Dalam Islam,
antara kejujuran dan keberhasilan kegiatan ekonomi yang menunjukan hal
positif karena setiap bisnis yang didasarkan pada kejujuran akan mendapat

32
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.526.
24

kepercayaan dari orang lain dan juga membawa keuntungan bagi kita.
Karena prinsip kejujuran ini penting bagi muamalah(ekonomi).Selain
kejujuran, keadilan dan kejelasan dengan memberikan data secara lengkap
serta tidak ada niatan untuk menipu orang lain merupakan hal yang
penting juga dalam pembelian transaksi online.33
Berbicara tentang penipuan, telah banyak dijumpai di zaman
sekarang ini kasus-kasus penipuan seperti penipuan dalam jual beli
transaksi online, hal ini disebakan karena antara penjual dan pembeli tidak
bertatap muka atau bertemu secara langsung. Menurut Abdul Halim
Mahmud al Ba‟ly, penipuan (Tadlis) ada tiga macam yaitu :
1. Penipuan yang berbentuk perbuatan yaitu menyebutkan sifat yang
tidak nyata pada obyek perjanjian.
2. Penipuan yang berupa ucapan, seperti berbohong yang dilakukan oleh
satu pihak agar pihak lain mau melakukan perjanjian. Penipuan juga
dapat terjadi pada harga barang yang dijual dengan menipu memberi
penjelasan yang menyesatkan.
3. Penipuan dengan menyembunyikan cacat pada obyek perjanjian
padahal ia sudah mengetahui kecacatan tersebut.34

Berbisnis, berdagang atau berjualan sangat dianjurkan oleh Nabi


Muhammad SAW. Seperti yang disampaikan beliau dalam hadist bahwa 9
dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (al-hadits).Namun
perdagangan maupun bisnis yang dilakukan harus dalam koridor ajaran
islam. Rasulullah mengisyaratkan bahwa jual beli itu halal selagi suka
sama suka (Antaradhin). Karena jual beli atau berbisnis melalui internet
dianggap praktis, cepat dan mudah. Namun jika tidak sesuai dengan
syarat-syarat jual beli online maka hukumnya adalah haram.

33
Rodame Monitorir Napitupulu, Pandangan Islam terhadap Jual Beli Online, vol.1
no.2,juli 2015, http://repo.iainpadangsimpuan.ac.id/293/1/Rodame%Monitorir%20Napitupulu.pdf.
Diakses pada tanggal 10 oktober 2018.
34
Yulla kurniati dan Heni hendrawati, Jual Beli Online dalam Perspektif Hukum Islam,
vol.11no.1,2015,https://ejournal.stmikbinapatria.ac.id/index.php/DS/article/downloadSupp
File/47/65. Diakses pada tanggal 15 oktober 2018.
25

Jual beli dalam pandangan islam yaitu suatu jual beli dapat dikatakan
sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan syara‟.
Tentang rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda pendapat antara
ulama mahzah hanafi dan jumhur ulama. Menurut mahzab hanafi rukun
jual beli yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan
menjual dari penjual), yang menjadi rukun jual beli itu hanyalah kerelaan
(keridaan) antara kedua belah pihak untuk berjual beli. Lainhalnya dengan
pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada
empat macam, yaitu :
a. Orang yang berakad (penjual dan pembeli);
b. Sighat (lafal ijab dan kabul);
c. Ada barang yang dibeli;
d. Ada nilai tukar pengganti barang. 35

Sedangkan menurut ulama Mahzah Hanafi, orang yang berakad,


barang yang dibeli dan nilai tukar termasuk dalam syarat jual beli bukan
rukun jual beli. Berbeda dengan pendapat jumhur ulama yang menyatakan
bahwa syarat jual beli yang terkait dengan rukun jual beli yaitu, pertama
orang yang berakad maksudnya syarat orang yang melakukan akad jual
beli harus telah akil baligh dan berakal. Dan apabila orang yang berakd itu
masih mumayyiz (menjelang baligh) maka akad jual beli itu tidak sah,
sekalipun mendapat izin dari walinya. Selain syarat baligh dan berakal,
orang yang melakukan akad itu juga adalah orang yang berbeda,
maksudnya seseorang yang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan
penjual dalam waktu yang bersamaan.36
Menurut ulama fikih menyatakan bahwa suatu jual beli dianggap sah
apabila terpenuhi dua hal sebagai berikut:
1) Jual beli terhindar dari cacat, seperti kriteria barang yang diperjual
belikan itu tidak diketahui, jenis, kuantitas, jumlah harga tidak jelas,

35
Abdul Rahman Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta:Prenadamedia Group, 2010),
h.71
36
Misbahuddin, E-commerce dalam Hukum Islam, h.118
26

mengandung unsur paksaan, unsur tipuan, mudarat, serta adanya


syarat-syarat lain yang membuat jual beli itu rusak.
2) Apabila barang yang diperjualbelikan itu benda bergerak, maka
barang itu bisa langsung dikuasai Para ulama fikih juga sepakat
menyatakan bahwa suatu jual beli tersebut baru dinyatakan bersifat
mengikat apabila jual beli itu bebas dari segala macam khiyar (hak
pilih untuk meneruskan atau membatalkan jual beli), apabila jual beli
tersebut masih mempunyai hak khiyar maka perjanjian jual beli
tersebut masih bisa dibatalkan.

Berkaitan dengan jual beli online, jual beli lewat oline harus
memiliki syara-syarat tertentu boleh atau tidaknya dilakukan adapun
syarat-syarat mendasar diperbolenkannya jual beli lewat online yaitu,
pertama tidak melanggar ketentuan syariat agama, seperti transaksi bisnis
yang diharamkan, terjadnya kecurangan, penipuan dan monopli. Kedua,
adanya kesepakatan perjanjian antara kedua belah pihak selaku penjual
dan pembeli, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat
(Alimdha‟) atau pembatalan (Fasakh). Ketiga, adanya kontrol, sanksi dan
aturan hukum yang tegas dan jelas dari pemerintah untuk menjamin
bolehnya berbisnis yang dilakukan melalui transaksi online bagi
masyarakat.37 Adapun larangan berbuat curang sesuai firman Allah Swt
dalam surah Al-muthaffifin/83:1-3

         

     


Artinya:
kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,(yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi.38

37
Tira Nur Fitri, Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
HukumNegara,h.59.
38
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.878.
27

Yang dimaksud dengan orang-orang yang curang di sini ialah orang-


orang yang curang dalam menakar dan menimbang.Adanya larangan untuk
berbuat curang. Allah SWT sangat melarang adanya jual beli online
dengan cara menipu karena perbuatan-perbuatan tersebut sangat
merugikan orang lain karena penipuan termasuk mengambil hak orang
lain. Sedangakan mengambil hak orang lain itu hukumnya adalah haram.
Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surah Al-nisa /4: 29

         

            

  


Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.39

Dalam tafsir al-Maragi dikatakan bahwa dasar perniagaan adalah


saling meridai. Dimana dalam ayat ini terdapat isyarat adanya beberapa
faedah,yaitu:40
1) Dasar halalnya perniagaan adalah saling meridai antara pembeli
dengan penjual. Penipuan, pendustaan daan pemalsuan adalah hal-hal
yang diharamkan;
2) Segala yang ada didunia berupa perniagaan dan apa yang tersimpan
didalam maknanya seperti kebatilan, yang tidak kekal dan tidak tetap,
hendaknya tidak melalaikan orang berakal untuk mempersiapkan diri
demi kehidupanakhirat yang lebih baik dan kekal;

39
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya, h.107.
40
Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar, hery
Noer Aly, Tafsir Al-Maragi(cetakan II;Semarang:PT.Karya Toha Putra Semarang,1993), h.
27.
28

3) Mengisyaratkan bahwa sebagian besar jenis perniagaan mengandung


makna memakan harta dengan batil. Sebab pembatasan nilai sesuatu
dan menjadikan harganya sesuai dengan ukurannya berdasar neraca
yang lurus hampir-hampir merupakan sesuatu yang mustahil.oleh
sebab itu, disini berlaku toleransi jika salah satu diantara dua benda
pengganti lebih besar dari pada yang lainnya atau yang menjadi
penyebab tambahnya harga itu adalah kepandaian pedagaang didalam
menghiasi dagangannya dan melariskannya dengan perkataan yang
indah tanpa pemalsuan dan penipuan. Sering orang membeli sesuatu
sedangkan dia mengetahui bahwa dia mungkin membelinya di tempat
lain dengan harga yang lebih murah. Hal ini lahir akrena kepandaian
pedagang di dalam berdagang. Ia termasuk kebatilan perniagaan yang
dihasilkan karena saling meridai, maka hukumnya halal.

Jadi dalam Islam dapat disimpulkan bahwa jika jual beli lewat online
jika tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tersebut
maka jual beli tersebut hukumnya haram atau tidak diperbolehkan.
Beberapa sebab keharaman bisnis online tersebut adalah barang atau jasa
yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan, karena
melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan, dan lainnya yang
tidak membawa kemanfaatn tapi justru mengkibatkan kemudharatan.
Dalam islam, berbisnis melalui online di perbolehkan selama tidak
terdapat unsur-unsur riba, kezaliman, monopoli dan penipuan.

4. Tindak Pidana
Penipuan berasal dari kata tipu yang berarti perbuatan atau
perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan
maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari keuntungan.41
Tindakan penipuan merupakan suatu tindakan yang merugikan orang
lain sehingga termasuk kedalam tindakan yang dapat dikenakan hukum
pidana. Pengertian penipuan di atas memberikan gambaran bahwa

41
http://bacaonline.blogspot.com/2011/05/karya-tulis-hukum-penipuan-melalui.html
29

tindakan penipuan memiliki beberapa bentuk, baik berupa perkataan


bohong atau berupa perbuatan yang dengan maksud untuk mencari
keuntungan sendiri dari orang lain. Keuntungan yang dimaksud baik
berupa keuntungan materil maupun keuntungan yang sifatnya abstrak,
misalnya manjatuhkan seseorang dari jabatannya.
Di dalam KUHP tepatnya pada Pasal 378 KUHP ditetapkan
kejahatan penipuan dalam bentuk umum, sedangkan yang tercantum
dalam Bab XXV Buku II KUHP, memuat berbagai bentuk penipuan
terhadap harta benda yang dirumuskan dalam beberapa pasal, yang
masing-masing pasal mempunyai nama-nama khusus. Keseluruhan
pasal pada Bab XXV ini dikenal dengan nama bedrog atau perbuatan
orang. Kejahatan penipuan (bedrog) dimuat dalam Bab XXV Buku II
KUHP, dari Pasal 378 sampai dengan Pasal 349. Title asli bab ini
adalah bedrog yang telah banyak ahli diterjemahkan sebagai penipuan,
atau ada juga yang menerjemahkan sebagai perbuatan orang.
Perkataan penipuan itu sendiri mempunyai dua pengertian, yakni:
a. Penipuan dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang dirumuskan
dalam Bab XXV KUHP.
b. Penipuan dalam arti sempit, ialah bentuk penipuan yang
dirumuskan dalam Pasal 378 KUHP (bentuk pokoknya) dan Pasal
379 KUHP (bentuk khusunya).42
Dalam Pasal 378 KUHP yang mengatur sebagai berikut;
Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri
atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama
palsu, baik dengan aksi dan tipu muslihat maupun dengan karangan-
karangan perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan
suatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
tahun.43 Pengertian penipuan sesuai pendapat tesebut di atas tampak

42
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
43
Ibid
30

secara jelas bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah tipu


muslihat atau serangkaian perkataan bohong sehingga seseorang
merasa terperdaya karena omongan yang seakan-akan benar. Biasanya
seseorang yang melakukan penipuan, adalah menerangkan sesuatu
yang seolah-olah betul atau terjadi, tetapi sesungguhnya perkataanya
itu adalah tidak sesuai dengan kenyataan, karena tujuannya
hanya untuk menyakinkan orang yang menjadi sasaran agar diikuti
keinginannya, sedangkan meggunakan nama palsu supaya yang
bersangkutan tidak diketahui identitasnya, begitu pula dengan
menggunakan kedudukan palsu agar orang yakin akan perkataanya.
Penipuan sendiri dikalangan masyarakat merupakan perbuatan yang
sangat tercela namun jarang dari pelaku tindak kejahatan tesebut
tidak dilaporkan ke pihak kepolisian. Penipuan yang bersifat kecil-
kecilan dimana korban tidak melaporkannya membuat pelaku penipuan
terus mengembangkan aksinya yang pada akhirnya pelaku penipuan
tersebut menjadi pelaku penipuan yang berskala besar.

5. Bisnis Online
Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa jual-beli adalah suatu
persetujuan dimana suatu pihak mengikat diri untuk wajib menyerahkan
suatu barang dan pihak lain wajib membayar harga, yang dimufakati
mereka berdua.44 Menurut Mariam Darus Badrulzaman, dkk., bahwa jual
beli online atau bisnis online adalah transaksi dagang antara penjual
dengan pembeli untuk menyediakan barang, jasa atau mengambil alih hak.
Kontrak ini dilakukan dengan media electronic (digital medium) di
mana para pihak tidak hadir secara fisik dan medium ini terdapat
dalam jaringan umum dengan sistem terbuka yaitu internet atau world
wide web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah dan syarat
nasional.45 Bisnis online adalah sebuah cara promosi atau menawarkan

44
Wirjono Projodikoro. Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu.
Bandung. Sumur.1997. hlm. 17
45
Ibid. hlm.19
31

barang atau jasa yang di lakukan menggunakan jaringan internet, Untuk


mudahnya pengertian bisnis online adalah menjual atau promosi yang
dilakukan dengan cara online atau menggunakan internet dengan saling
berkomukasi.
Menurut Edmon Makarim,46 pada dasarnya proses transaksi jual
beli secara elektronik tidak jauh berbeda dengan proses transaksi jual beli
biasa di dunia nyata. Proses pengikatan transaksi jual beli secara
elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penawaran, yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui
website pada internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan
storefront yang berisi katalog produk dan pelayanan yang akan
diberikan. Masyarakat yang memasuki website pelaku usaha
tersebut dapat melihat-lihat barang yang ditawarkan oleh penjual.
Salah satu keuntungan transaksi jual beli melalui di toko online ini
adalah bahwa pembeli dapat berbelanja kapan saja dan dimana saja
tanpa dibatasi ruang dan waktu.
2. Penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi.
Apabila penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka
penerimaan dilakukan melalui e-mail, karena penawaran hanya
ditujukan pada sebuah e-mail yang dituju sehingga hanya pemegang e-
mail tersebut yang dituju.
3. Pembayaran, dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya melalui fasilitas internet, namun tetap bertumpu
pada keuangan nasional, yang mengacu pada sistem keuangan lokal.
4. Pengiriman, merupakan suatu proses yang dilakukan setelah
pembayaran atas barang yang ditawarkan oleh penjual kepada pembeli,
dalam hal ini pembeli berhak atas penerimaan barang termaksud. Pada
kenyataannya, barang yang dijadikan objek perjanjian dikirimkan oleh

46
Edmon Makarim. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta. Raja Grafindo Persada. 2000.
hlm. 82
32

penjual kepada pembeli dengan biaya pengiriman sebagaimana telah


diperjanjikan antara penjual dan pembeli.

Berdasarkan proses transaksi jual-beli secara online yang telah


diuraikan di atas, menggambarkan bahwa ternyata jual-beli tidak hanya
dapat dilakukan secara konvensional, dimana antara penjual dengan
pembeli saling bertemu secara langsung, namun dapat juga hanya melalui
media internet, sehingga orang yang saling berjauhan atau berada pada
lokasi yang berbeda tetap dapat melakukan transaksi jual-beli tanpa
harus bersusah payah untuk saling bertemu secara langsung, sehingga
meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu serta biaya baik bagi pihak
penjual maupun pembeli. Namun, di sisi lain transaksi jual beli online
akan menimbulkan perbuatan curang dengan cara melakukan penipuan,
apabila barang yang dibeli ataupun dipesan tidak pernah dikirim,
sedangkan uang sudah dikirim melalui rekening.

6. Jenis-Jenis Bisnis Online


a. HYIP (High Yield Investment Program)
HYIP atau High Yield Investment Program merupakan program
investasi yang tumbuh dan berkembang pesat terutama saat ini.
Perkembangan hyip di internet sendiri baru dirasakan sekitar tahun
2003–2004 dan tahun 2009 telah berkembang hingga saat ini dan
akhirnya ada juga ada orang Indonesia yang memulai bisnis ini baik
menjadi investor maupun pemilik.
b. Affiliate Marketing
Affiliate marketing adalah bisnis yang memasarkan produk
perusahaan/orang lain melalui online, dalam hal dengan menggunakan
media website, blog, dan lain sebagainya dengan kesepakatan yang
telah ditentukan yaitu sistem bagi hasil bekisar 30%-70%.
c. PPC Publisher (Pay Per Click Publisher)
Pay Per Click Publisher adalah suatu program bisnis online
berupa iklan konten/text dan gambar/ banner dari seorang atau
33

perusahaan yang memberikan komisi atau akan melakukan


pembayaran apabila iklan yang terpasang tersebut diklik oleh
pengunjung, utamanya yang telah menjadi member program tersebut.
d. PTC (Paid To Click)
Paid To Click merupakan suatu program bisnis online perantara
antara pemasang iklan dan anggota (member) program ptc tersebut.
Beberapa bisnis online ptc yang paling populer seperti neobux, probux,
clicksense, nerdbux dan lain-lain.
e. PTR (Paid To Review)
Paid To Review adalah bisnis online untuk menghasilkan uang
yang sangat mudah di kerjakan, cukup dengan mengulas atau review
suatu produk dari advertiser/pemasang iklan.
f. Advertiser
Advertiser adalah bisnis online advertiser merupakan jasa
pasang iklan berbayar dimana dalam proses kerjanya biasa pihak
terkait membuat satu halaman dinamis/statistik web/blognya untuk
mempermudah customer melihat syarat dan ketentuan yang
diberlakukan untuk customer agar dapat memasang iklannya.
g. Revenue Sharing
Revenue sharing adalah bisnis online yang menawarkan bagi
hasil baik antara pemilik bisnis dan setiap anggotanya (member),
sebagai contoh bisnis online revenue sharing seperti Adhitprofits,
Clickzor dan lain sebagainya. Kebanyakan bisnis online revenue
sharing berbasis jasa layanan iklan, dan yang menjadi produk
andalannya adalah trafik bagi setiap member yang memasang
iklan didalamnya.47

7. Etika Bisnis Dalam Islam


Hukum Islam adalah hukum yang di tetapkan oleh Allah swt dengan
perantara Rasul-Nya, yang dijadikan oleh Allah seebagai khalifah di atas

47
http://www.entrepreneurmuslim.com
34

permukaan bumi. Hukum tersebut ada yang menyangkut hubungan


manusia dengan Allah swt, secara vertikal, ada yang menyangkut
hubungan manusia secara horizontal, atau hubungan yang menyangkut
dengan alam sekitarnya. Hukum-hukum Allah tersebut seecara garis besar
meliputi, hukum yang berhubungan dengan masalah akidah atau keimanan
atau tauhid, etika atau moral atau akhlak dan tingkah laku dan perbuatan
para mukallaf atau dengan Bahasa lain ada yang disebut dengan ibadah,
mu‟amalat, jinayat, dan munakahat dalam fiqih mu‟amalah antara lain
dibahas tentang ekonomi dan permasalahannya yang sering disebut dengan
kitab al buyu‟ (kitab jual beli), atau dengan Bahasa modernnya disebut
dengan etika bisnis.
Etika sebagai ilmu pengetahuan, meruoakan cabang filsafat tentang
tingkah laku manusia dengan focus utama penentuan baik dan buruk.
Sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau kumpulan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, etika mempersoalkan pengkajian
moralitas dan nilai tindakan moral sehingga dapat diaplikasikan pula pada
sistem atau kode yang dianut.48
Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan (standar of conduct)
yang memimpin individu dalam membuat keputusan. Etika ialah suatu
studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral yang
dilakukan oleh seseorang. Keputusan etika ialah suatu hal yang benar
mengenai perilaku standar. Etika bisnis kadang-kadang disebut pula etika
manajemen ialah penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Jadi
perilaku etis yang sebenarnya itu ialah perilaku yang mengikuti perintah
Allah dan menjauhi larangannya. Dalam Islam bisnis itu sudah banyak
dibahas dalam berbagai litetatur dan sumber utamanya adalah Al-qur‟an
dan as-sunnaturasul.49
Pada dasarnya Islam tidak pernah memisahkan ekonomi dengan
etika. Sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik

48
Idri, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam Cet Ke-1, (Jakarta: Publisher, 2008), h.45
49
Buchari Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, h.52
35

dengan akhlak. Islam adalah risalah yang diturunkan oleh Allah melalui
Rasul untuk membenarkan akhlak manusia Nabi saw bersabda
sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.50
Sebelum membicarakan lebih jauh mengenai topik-topik yang
langsung terkait dengan etika bisnis dalam Islam, penulis terlebih dahulu
memaparkan beberapa pengertian umum dan dasarnya tentang teori-teori
etika Islam sebagai latar belakang pembicaraan mengenai etika bisnis
dalam Islam.
Etika (Yunani kuno: “ethikos,” berarti “timbul dari kebiasaan”)
menurut Istiyono Wahyu dan Ostaria adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup analisis dan penerapan
konsep seperti benar-salah, baik buruk dan tanggung jawab. Etika adalah
konsep ilmu berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak kewajiban
moral.51
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna. Salah satu
maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan
kelompok”. Makna kedua menurut kamus, etika adalah “kajian moralitas”,
meskipun etika berakitan dengan moralitas namun tidak sama persis
dengan moralitas,.etika adalah semacam penelaahan itu sendiri, sedangkan
moralitas merupakan subjek. Etika merupakan ilmu yang mendalami
standar moral perorangan dan standar moral masyarakat.52
Etika dalam syari‟at Islam adalah (akhlaq) berasal dari kata (khalaq)
dengan akar kata (khalaqa), yang berarti perangkat, tabiat, dan adab, atau
dari kata (khalqun) yang berarti kejadian , perbuatan atau ciptaan, jadi
secara etimologis akhlak berarti: perangkat, adat, atau sistem perilaku

50
Yusuf Qardawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997),
h.51
51
Rafiq Issa Beekun, Islamic Business Ethics, (Herndon, the International Institute Of
Islamic Thought, 1981), h.8
52
Veithzal Rivai dkk, Islamic Business and Economic Ethics, (Jakarta:PT Bumi Aksara,
2012), h.11
36

yang dibuat.53 Dengan demikian secara kebebasan akhlak bisa baik bisa
buruk, tergantung pada nilai yang dijadikan landasan atau tolak ukurnya.
Di indonesia kata akhlaq selalu berkonotasi positif. Orang baik seringkali
di sebut orang yang berakhlak, sementara orang tidak berbuat baik
seringkali di sebut orang yang tidak berakhlaq.
Berikut ini adalah nilai-nilai etika Islam yang dapat mendorong
bertumbuhnya dan suksesnya bisnis, yaitu:
a. Konsep Ihsan
Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh kerja,
tanpa mengenal menyerah tanpa dedikasi penuh menuju pada
optimalisasi, sehingga memperoleh hasil maksimal. Ini tidak sama
dengan perfeksionisme melainkan optimalisme.
b. Itqan
Artinya membuat sesuatu dengan teliti dan literatur, jadi harus
bisa menjaga kualitas produk yang dihasilkan, adakan penelitian dan
pengawasan kualitas sehingga hasilnya maksimal.
c. Konsep Hemat
Apa yang diunggulkan oleh protestan ethics-nya weber,
sebenarnya adalah konsep Islam, yang sejak 14 abad yang lalu telah
diajarkan oleh Rasulullah SAW, kepada umatnya. Kita harus hemat,
jangan boros, pekerjaan memboros-boroskan harta adalah salah satu
temen syaitan.
d. Kejujuran dan Keadilan
Kejujuran dan keadilan adalah konsep yang membuat
ketenangan hati bagi orang yang melaksanakannya. Kejujuran yang
ada pada diri sesorang membuat orang lain senang berteman dan
berhubungan dengan dia. Didalam bisnis dalam memupukan relasi ini
sangat akan membantu kemajuan bisnis dalam jangka panjang.54

53
Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam cet II, (Bandung : ALFA BETA, 1995),
205.
54
Buchari Alma, Dasar-dasar Etika Bisnis Islam, 56-58.
37

8. Etika Bisnis Dalam Hukum Positif


Menurut Manuel G. Velasques, etika bisnis adalah a specialized
study of right and wrong. It concentrates on moral standards as they apply
to business policies, instituations and behavior.55
Artinya: etika bisnis adalah suatu studi khusus tentang moral yang
betul dan yang salah. Hal tersebut terpusat kepada standar-standar moral
yang mereka bisa terapkan ke dalam kebijakan-kebijakan bisnis,
Lembaga-lembaga bisnis dan tingkah laku bisnis.
Menurut L. Sinuor Yosephus peling sedikit ada dua hal yang patut
digarisbawahi sehubungan dengan definisi etika bisnis yang diajukan oleh
Manuel G. Velasques. Pertama, etika merupakan studi khusus tentang apa
yang benar dan apa yang salah secara moral menurut Velasques adalah
ajaran-ajaran atau asas-asas tertentu. Velasques mendekati etika sebagai
ilmu menurutnya, etika merupakan refleksi kritis atau proses menguji
norma-norma moral seseorang atau suatu masyarakat untuk menentukan
apakah norma tersebut masuk akal atau tidak agar diterapkan dalam situasi
atau isu-isu konkret. Kedua, studi khusu tersebut dipusatkan pada norma-
norma moral ketika norma-norma moral tersebut diterapkan ke dalam
kebijakan-kebijakan bisnis, institusi-institusi bisnis serta pelaku bisnis.
Pada tatara ini, etika bisnis membantu manusia, khususnya para pembisnis
agar mampu mengambil sikap yang dapat dipertanggungjawabkan ketika
menghadapi berbagai persoalan moral yang terjadi dalam proses bisnis.
Dalam kaitannya dengan bisnis, etika memang bukan ajaran, melainkan
merupakan usaha sadar manusia, dalam hal ini para pembisnis untuk
mempergunaka rasionya sedemikian rupa agar mampu memecahkan
persoalan-persoalan moral yang kerap terjadi di dunia bisnis.
Apabila diadakan dialektika antara variabel etika bisnis dan variabel
kasus pelanggaran hukum/norma yang berlaku, maka akan terdapat
beberapa hasil dari dialektika antara kedua varibel tersebut.

55
Muhammad Dirusman Nuryadin, Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015, h.29
38

Apabila digambarkan, proses dialektika tersebut dapat berupa


piramida terbalik, yaitu:56
Di sebelah kiri atas piramida terbalik adalah sudut etika bisnis
sedangkan di sebelah kanan atas pada piramida terbalik adalah sudut
pelanggaran hukum/norma yang berlaku. Hukum yang berlaku nama
lainnya dikatakan juga dengan hukum positif.
Apabila digambarkan, maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Etika Kasus Pelanggaran Hukum

Variabel etika bisnis dan variabel pelanggaran hukum/norma yang


berlaku, maka di dapatlah hasil atau buah pemikiran sebagai
berikut:
a. Jika etika bisnis semakin baik pada diri seseorang, maka kasus
pelanggaran hukum/norma yang berlaku semakin kecil
kemungkinannya. Disini terjadi hubungan tidak searah atau hubungan
terbalik antara variabel etika bisnis dengan varibel kasus pelanggaran
hukum/norma yang berlaku. Kalau diuji dengan statistic, maka hasil
hubungan antara varibel etika bisnis dengan variabel kasus
pelanggaran hukum/norma yang berlaku adalah minus, yang berarti
hubungan tidak searah atau hubungan terbalik. Variabel etika bisnis
dan variabel kasus pelanggaran hukum dikategorikan ke dalam jenis
penelitian kualitatif, namun kedua varibel tersebut bisa dikuantitatifkan
atau dimasukan ke dalam penelitian kuantitatif melalui penilaian
dengan skala likert. Setelah di dapatkan penilaian berupa angka-angka,
lalu dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi

56
Muhammad Dirusman Nuryadin, Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015, h.30
39

product moment untuk mendapatkan hasil korelasi. Karena variabel


etika bisnis tidak searah atau mempunyai hubungan terbalik denga
variabel kasus pelanggaran hukum/norma yang berlaku, maka hasil
korelasi cenderung minus atau negative, yang berarti kalau varibel
etika bisnis membaik pada jiwa seseorang, maka varibel kasus
pelanggaran hukum/norma yang berlaku cenderung menurun.
b. Etika bisnis yang diterapkan dengan baik dalam dunia bisnis akan
dapat membentangi seorang pengusaha (enterpreneur/wirausaha) /
manajer/ general manajer/direktur dari perbuatan melanggar hukum /
norma yang berlaku.
c. Etika bisnis bisa memampukan perusahaan atau badan usaha untuk
tetap eksis usahanya sehingga bisa langgeng dalam jangka panjang, hal
ini dikarenakan pelanggaran hukum/norma yang berlaku sudah bisa
diatisipasi.
d. Etika bisnis memampukan perusahaan atau badan usaha untuk tumbuh
dan berkembang karena jalannya kekuatan bisnis terasa aman.
e. Etika bisnis yang diterapka dengan baik dalam berusaha atau
menjalankan usaha dapat menghindarkan si pelaku usaha dari
perbuatan melanggar hukum/norma yang berlaku.
f. Etika bisnis memampukan seseorang mengatasi transformasi sosial,
peradaban, budaya dan lain-lain seehingga pelanggaran hukum/norma
yang berlaku tidak terjadi.
g. Etika bisnis sangat terasa urgensinya terutama dalam rangka
menghadapi perubahan atau transformasi pola pikir, yaitu situasi anti
KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
Dari kasus yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi atau
bisnis yang melanggar hukum/norma yang berlaku terdapat beberapa
kemungkinan:57

57
Muhammad Dirusman Nuryadin, Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015, h.31
40

a. Etika bisnis kurang dipunyai atau dimiliki dalam jiwa pengusaha atau
pelaksanaan kegiatan bisnis atau ekonomi sehingga pelanggaran
hukum/norma yang berlaku telah terjadi.
b. Etika bisnis belum pernah dipelajari saat bersekolah ataupun saat
menempuh perkuliahan di perguruan tinggi akibatnya perbekalan
terasa kurang dalam melaksanakan kegiatan bisnis atau kegiatan
ekonomi.
c. Etika bisnis kurang dipahami dengan baik.
d. Etika bisnis tidak diterapkan dengan baik dalam melaksanakan
kegiatan bisnis sehingga tidak mempunyai benteng atau pelindung
yang dapat melindungi dan menyelamatkan badan usaha atau
perusahaan dari kasus pelanggaran hukum atau norma yang berlaku.

Jadi kurangnya memahami dan memiliki pengetahuan tentang etika


dalam menjalankan bisnis bisa memicu seorang pengusaha atau pembisnis
atau pelaksana badan usaha/ perusahaan terperosok ke dalam kasus
pelanggaran hukum/norma yang berlaku.
Etika bisnis yang tidak terlaksana atau tidak diterapkan dengan baik
dalam menjalankan bisnis bisa membuat seorang pengusaha atau
pembisnis atau pelaksana badan usaha atau perusahaan tersangkut dengan
masalah hukum yang berlaku atau hukum positif sehingga berurusan
dengan pihak penegak hukum seperti kepolisisan, kejaksaan, pengadilan,
bahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

B. Tinjauan Teoritis
1. Teori-teori Pemidanaan
Teori tujuan sebagai Theological Theory dan teori gabungan sebagai
pandangan integratif di dalam tujuan pemidanaan beranggapan bahwa
pemidanaan mempunyai tujuan pliural, di mana kedua teori ini
menggabungkan pandangan Utilitarian dengan pandangan Retributivist.
41

Pandangan Utilitarians yang menyatakan bahwa tujuan pemidanaan


harus menimbulkan konsekuensi bermanfaat yang dapat dibuktikan dan
pandangan retributivist yang menyatakan bahwa keadilan dapat dicapai
apabula tujuan yang Theological tersebut dilakukan dengan menggunakan
ukuran prinsip-prinsip keadilan.58
Beberapa teori yang berkaitan dengan tujuan pemidanaan adalah
sebagai berikut:
a. Teori Absolut / Retribusi
Sedangkan menurut teori absolut/retribusi pidana dijatuhkan
semata-mata karena orang yang telah melakukan suatu tindak pidana
atau kejahatan.
Imamanuel Kant memandang pidana sebagai “Kategorische
Imperatif” yakni seseorang harus dipidana oleh Hakim karena ia
telah melakukan kejahatan sehingga pidana menunjukan suatu
tuntutan keadilan. Tuntutan keadilan yang sifatnya absolute ini
terlihat pada pendapat Imamanuel Kant di dalam bukunya
“Philosophy of Law” sebagai berikut : Pidana tidak pernah
dilaksanakan semata-mata untuk sarana mempromosikan tujuan
atau kebaikan lain, baik bagi sipelaku itu sendiri maupun bagi
masyarakat tapi dalam semua hal harus dikenakan karena orang
yang bersangkutan telah melakukan sesuatu kejahatan.59

Mengenai teori pembalasan tersebut, Andi Hamzah juga


memberikan pendapat sebagai berikut :
Teori pembalasan mengatakan bahwa pidana tidaklah bertujuan
untuk yang praktis, seperti memperbaiki penjahat. Kejahatan itu
sendirilah yang mengandung unsur-unsur dijatuhkan pidana.

58
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: Alumni, 2008), h.231.
59
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: Alumni,
20005), h.30.
42

Pidana secara mutlak, karena dilakukan suatu kejahatan. Tidaklah


perlu memikirkan manfaat penjatuhan pidana”.60

Artinya teori pembalasan tidak memikirkan bagaimana membina


sipelaku kejahatan, padahal sipelaku kejahatan mempunyai hak untuk
dibina dan untuk menjadi manusia yang berguna sesuai dengan harkat
dan martabatnya.
b. Teori Tujuan / Relatif
Pada penganut teori ini memandang sebagaimana sesuatu yang
dapat digunakan untuk mencapai pemanfaatan, baik yang berkaitan
dengan orang yang bersalah maupun yang berkaitan dengan dunia luar,
misalnya dengan mengisolasi dan memperbaiki penjahat atau mencegah
penjahat potensial, akan menjadikan dunia tempat yang lebih baik.61
Dasar pembenaran dari adanya pidana menurut teori ini terletak
pada tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan quia peccatum est (karena
orang membuat kesalahan) melakukan ne peccetur (supaya orang
jangan melakukan kejahatan), maka cukup jelas bahwa teori tujuan ini
berusaha mewujudkan ketertiban dalam masyarakat.62
Mengenai tujuan pidana untuk pencegahan kejahatan ini, biasa
dibedakan menjadi dua istilah, yaitu : Pertama, Prevensi special
(speciale preventie) atau Pencegahan Khusus Bahwa pengaruh pidana
ditunjukan terhadap terpidana, dimana prevensi khusus ini menekankan
tujuan pidana agar terpidana tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Pidana berfungsi untuk mendidik dan memperbaiki terpidana untuk
menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, sesuai dengan
harkat dan martabatnya. Kedua, Prevensi General (Generale Prevenie)
atau Pencegahan Umum Prevensi General menekankan bahwa tujuan
pidana adalaha untuk mempertahankan ketertiban masyarakat dari
gangguan penjahat. Pengaruh pidana ditunjukan terhadap masyarakat

60
Samosir dan Djisman, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia,
(Bandung: Bina Cipta), h.34.
61
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h.234.
62
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.45.
43

pada umumnya dengan maksud untuk menakut-nakuti. Artinya


pencegahan kejahatan yang ingin dicapai oleh pidana adalah dengan
mempengaruhi tingkah laku anggota masyarakat pada umumnya untuk
tidak melakukuan tindak pidana.
Menurut Johan Andenaes terdapat tiga bentuk pengaruh dalam
pengertiannya prevensi general yaitu :
1) Pengaruh Pencegahan
2) Pengaruh untuk memperkuat larangan-larangan moral
3) Pengaruh untuk mendorong suatu kebiasaan pembuatan patuh pada
hukum.
Sehubungan yang dikemukakan oleh Johan Andenaes, maka Van
Vee berpendapat bahwa prevensi general mempunya tiga fungsi,63
yaitu:
1) Menegakkan Kewibawaan
2) Menegakkan Norma
3) Membentuk Norma

c. Teori Gabungan
Teori gabungan adalah kombinasi dari teori relatif. Menurut teori
gabungan, tujuan pidana selalu membalas kesalahan penjahat juga
dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dengan mewujudkan
ketertiban dengan ketentuan beratnya pidana tidak boleh melampaui
batas pembalasan yang adil.64
Menurut Pellegrino Rossi dalam bukunya “Traite de Droit Penal”
yang ditulis pada tahun 1828 menyatakan : „Sekalipun pembalasan
sebagai asas dari pidana bahwa beratnya pidana tidak boleh melampaui
suatu pembalasan yang adil, namun pidana mempunya berbagai

63
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.50.
64
Samosir dan Djisman, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di Indonesia,
h.40.
44

pengaruh antara lain perbaikan sesuatu yang rusak dalam masyarakat


dan prevensi general.”65
Terhadap teori gabungan ini terdapat tiga aliran yang
mempengaruh, yaitu :
1) Teori gabungan yang menitikberatkan unsur pembalasan, tetapi
sifatnya yang berguna bagi masyarakat. Pompe menyebutkan dalam
bukunya “Hand boek van het Ned.Strafrecht” bahwa pidana adalah
suatu sanksi yang memiliki ciriciri tersendiri dari sanksi lain dan
terikat dengan tujuan dengan sanksi-sanksi tersebut karenanya akan
diterapkan jika menguntungkan pemenuhan kaidah-kaidah yang
berguna bagi kepentingan umum.
2) Teori gabungan yang menitikberatkan pertahan tata tertib
masyarakat. Pembalasan adalah sifat suatu pidana tetapi tujuannya
adalah melindungi kesejahteraan masyarakat.
3) Teori gabungan yang memandang sama pembalasan dan pertahanan
tata tertib masyarakat.66

Begitu pula Roeslan Saleh mengemukakan, bahwa pidana


hakekatnya terdapat dua poros yang menentukan garis-garis hukum
pidana yaitu :
1) Segi Prevensi, yaitu bahwa hukum pidana adalah hukum sanksi,
suatu upaya untuk dapat mempertahankan kelestarian hidup
bersama dengan melakukan pencegahan kejahatan.
2) Segi Pembalasan, yaitu bahwa hukum pidana sekaligus merupakan
pula penentu hukum, merupakan koreksi dan reaksi atas sesuatu
yang bersifat tidak hukum.67
Pada hakikatnya pidana selalu melindungi masyarakat dan
pembalasan atas perbuatan tidak hukum. Selain itu Roeslan Saleh juga
mengemukakan bahwa pidana mengandung hal-hal lain, yaitu bahwa

65
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h.240.
66
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi,
(Jakarta: Pradya Paramita, h.25.
67
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, h.55.
45

pidana diharapkan sebagai suatu yang akan membawa kerukunan serta


sebagai suatu proses pendidikan untuk menjadikan orang dapat diterima
kembalidalam masyarakat. Jadi memang sudah seharusnyalah tujuan
pidana adalah membentuk kesejahteraan negara dan masyarakat yang
tidak bertentangan dengan norma kesusilaan dan perikamanusiaan
sesuai dengan Pancasila.
d. Teori Integratif
Teori Integratif ini diperkenalkan oleh Muladi, guru besar dari
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro: Dewasa ini masalah
pemidanaan menjadi sangat kompleks sebagai akibat dari usaha untuk
leboh memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut hak-hak asasi
manusia, serta menjadikan pidana bersifat operasional dan fungsional.
Untuk ini diperlukan pendekatan multi dimensional yang bersifat
mendasar terhadap dampak pemidanaan, baik yang menyangkut
dampak yang bersifat individual maupun dampak yang bersifat sosial.68
Pendekatan semacam ini mengakibatkan adanya keharusan untuk
memilih teori integratif tentang tujuan pemidanaan, yang dapat
memenuhi fungsinya dalam rangka mengatasi kerusakan-kerusakan
yang diakibatkan oleh tindak pidana (individual and social damages).
Pemilihan teori integratif tentang tujuan pemidanaan ini
didasarkan atas alasan-alasan, baik yang bersifat sosiologis, ideologis,
maupun yuridis. Alasan secara sosiologis dapat diruk pada pendapat
yang dikemukakan oleh Stanley Grupp, bahwa kelayakan suatu teori
pemidanaan tergantung pada anggapan-anggapan seseorang terhadapa
hakekat manusia, informasi yang diterima seseorang sebagai ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, macam dan luas pengetahuan yang
mungkin dicapai dan penilaian terhadap persyaratan-persyaratan untuk
menerapkan teori-teori tertentu serta kemungkinan-kemungkinan yang
dapat dilakukan untuk menemukan persyaratan-persyaratan tersebut.

68
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, h.244.
46

Alasan secara ideologis, dengan mengutip pendapat Notonagoro,


menyatakan :
Berdasarkan Pancasila, maka manusia ditempatkan pada
keseluruhan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa dengan kesadaran untuk mengembangkan kodratnya
sebagai mahluk pribadi dan sekaligus sosial. Pancasila yang bulat
dan utuh itu memberi keyakinan kepada rakyat dan bangsa
Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai apabila
didasarkan atas keselarasan dan keseimbangan, baik dalam hidup
manusia dengan alam, dalam hubungannya dengan bangsa lain,
dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam
mengejar kemajuan lahirlah dan kebahagiaan rohani.

Selanjutnya alasan yang bersifat yuridis Muladi menyetujui


pendapat Herbert L. Packer sebagai berikut :
Hanya ada dua tujuan untama dari pemidanaan, yakni pengenaan
penderitaan yang setimpal terhadap penjahat dan pencegahan
kejahatan. Teori pemidanaan yang integratif mensyaratkan
pendekatan yang integral tujuan-tujuan pemidanaan, berdasarkan
pengakuan bahwa ketegangan-ketegangan yang terjadi diantara
tujuan-tujuan pemidanaan tidak dapat dipecahkan secara
menyeluruh. Didasarkan atas pengakuan bahwa tidak satupun
tujuan pemidanaan bersifat definitif, maka teori pemidanaan yang
bersifat integratif ini meninjau tujuan pemidanaan tersebut dari
segala perspektif. Pidana merupaka suatu kebutuhan, tetapi
merupakan bentuk kontrol sosial yang diselesaikan, karena
mengenakan penderitaan atas nama tujuan-tujuan yang
pencapaiannya merupakan sesuatu kemungkinan.
Berdasarkan alasan-alasan sosiologis, ideologi dan yuridis
diatas, Muladi menyimpulkan sebagai berikut :
47

Dengan demikian, maka tujuan pemidanaan adalah untuk


memperbaiki kerusakan individual dan sosial (individual and
social damages) yang diakibatkan oleh tindak pidana. Hal ini
terdiri dari seperangkat tujuan pemidanaan yang harus
dipenuhi, dengan catatan bahwa tujuan manakah yang
merupakan titik berat sifatnya kasuitis.

Perangkat tujuan pemidanaan yang dimaksud diatas adalah :


1. Pencegahan (umum dan khusus).
2. Perlindungan Masyarakat.
3. Memelihara Solidaritas Masyarakat dan
4. Pengimbalan/Pengimbangan.

C. Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime)


Tindak kejahatan merupakan delik hukum dan salah satu bentuk dari
“perilaku menyimpang” yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk
masyarakat. Perilaku menyimpang itu merupakan suatu ancaman yang nyata
atau ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau
keteraturan sosial dapat menimbulkan ketegangan individual maupun
ketegangan-ketegangan sosial. Dalam rangka menanggulangi kejahatan
diperlukan berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku
kejahatan, berupa sanksi pidana maupun non pidana yang dapat digunakan
satu dengan yang lainnya. Kejahatan terus berkembang seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, dengan kualitas dan kuantitasnya.69

Secara hukum definisi kejahatan dapat dilihat dari dua persepektif :


Pertama yaitu kejahatan dalam perspektif yuridis yaitu kejahatan
sebagai perbuatan yang oleh negara diberi pidana. Pemberian pidana ini
dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat

69
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2010),
h.133.
48

perbuatan itu. Perbuatan atau kejahatan demikian ilmu hukum pidana biasa
disebut dengan tindak pidana.
Kedua yaitu kejahatan dalam arti sosiologis merupakan kejahatan dalam
semua bentuk ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis,
politis dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-
norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah
tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercakup dalam undang-
undang pidana).

Adapun pendapat dari beberapa ahli sebagai berikut:


Menurut Simandjuntak, kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang
merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan
kegoncangan dalam masyarakat.70
Sebelum mengurai pengertian cybercrime secara terperinci, maka
terlebih dahulu akan dijelaskan “induk” cybercrimes yaitu cyber space.
Cyberspace dipandang sebagai sebuah dunia komunikasi yang berbasis
komputer. Dalam hal ini, cyber space di anggap sebagai sebuah realitas baru
dalam kehidupan manusia yang dalam bahasa sehari-hari dikenal dengan
internet.
Realitas baru ini dalam kenyataannya terbentuk melalui jaringan
komputer yang menghubungkan antarnegara atau antarbenua yang berbasis
protokol. Hal ini berarti, dalam sistem kerjanya dapatlah dikatakan bahwa
cyberspace (internet) telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas.
Internet digambarkan sebagai kumpulan jaringan komputer yang terdiri dari
sejumlah jaringan yang berbeda-beda.71
Cybercrime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari
kejahatan masa kini yang mendapat perhatian luas di dunia internasional.
Cybercrime selanjutnya disingkat “CC” dalam satu sisi gelap dari kemajuan
teknologi yang mempunyai dampak negatif sangat luas bagi seluruh bidang

70
Achmad Sodiki, Kejahatan Mayantara, (Bandung: PT.Refika Aditama, 2010),h.37-38.
71
Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, ( Jakarta: Kencana 2013), h.
48.
49

kehidupan modern saat ini. Ditegaskanbahwa cyber crime meliputi kejahatan


yang dilakukan dengan menggunakan sarana-sarana dari sistem atau jaringan
komputer.72

Berikut ini beberapa pengertian cybercrime menurut para ahli :


Andi Hamzah mengartikan bahwa kejahatan komputer bukan sebagai
kejahatan baru, melainkan kejahatan biasa karena masih mungkin diselesaikan
melalui KUHP sedangkan menurut Forester dan Morisson mendefinisikan
kejahatan komputer sebagai aksi kriminal dimana komputer sebagai senjata
utamadan Adapun Girasa mendefinisikan cyber crime sebagai aksi kejahatan
yang menggunakan teknologi komputer sebagai komponen utama.73
Sistem teknologi informasi berupa internet telah dapat menggeser
paradigma ahli hukum yang terfokus pada alat atau perangkat keras yaitu
komputer. Namun dengan adanya perkembangan teknologi informasi berupa
jaringan internet, maka fokus dari identifikasi terhadap definisi cyber crime
lebih diperluas lagi yaitu seluas aktivitas yang dapat dilakukan di dunia cyber
atau dunia maya melalui sistem informasi yang digunakan. Jadi tidak sekedar
pada komponen hardware-nya saja kejahatan itu dimaknai sebagai cyber
crime, tetapi sudah dapat diperluas dalam lingkup dunia yang dijelajahi oleh
sistem teknologi informasi yang bersangkutan. Sehingga lebih tepat jika
pemaknaan dari cyber crime adalah kejahatan teknologi informasi.
Pada dasarnya cybercrime meliputi semua tindak pidana yang
berkenaan dengan sistem informasi itu sendiri, serta sistem informasi yang
merupakan sarana untuk penyampaian atau pertukaran informasi kepada pihak
lainnya.74

72
Barda Nawawi Arief, Perbandingan Hukum Pidana, (Jakarta: PT.Raja Grafindo,2002), h.
251.
73
Deris Setiawan, Sistem Keamanan Komputer, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo,
2005), h.34.
74
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi Pengaturan
Dan Celah Hukumnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.10.
BAB III
BISNIS ONLINE SEBAGAI BENTUK PENIPUAN BERBASIS
ELEKTRONIK

A. Penipuan Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam


Penipuan berdasarkan teori dalam hukum pidana mengenai penipuan,
terdapat dua sudut pandang yang tentunya harus diperhatikan, yakni menurut
pengertian bahasa dan pengertian yuridis, yang penjelasannya adalah sebagai
berikut:
1. Menurut Pengertian Bahasa
Dalam Kamus Bahas Indonesia disebutkan bahwa tipu berarti kecoh,
daya cara, perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (bohong, palsu, dsb),
dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung.
Penipuan berarti proses, perbuatan, cara menipu, perkara menipu
(mengecoh). Dengan kata lain penipuan adalah dua pihak yaitu menipu
disebut dengan penipu dan orang yang ditipu. Jadi penipuan dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan atau membuat, perkataan seseorang yang
tidak jujur atau bohong dengan maksud untuk menyesatkan atau
mengakali orang lain untuk kepentingan dirinya atau kelompok.75
2. Menurut Pengertian Yuridis
Pengertian tindak Pidana Penipuan dengan melihat dari segi hukum
sampai sekarang belum ada, kecuali apa yang dirumuskan dalam KUHP.
Rumusan penipuan dalam KUHP bukanlah suatu definisi melainkan
hanyalah untuk menetapkan unsur-unsur suatu perbuatan sehingga dapat
dikatakan sebagai penipuan dan pelakunya dapat dipidana. Penipuan
menurut pasal 378 KUHP oleh Moeljatno sebagai berikut:76

“Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri


atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau
martabat (hoednigheid) palsu dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian

75
S. Ananda, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika,2009), h.364.
76
Moeljatno, KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007).

50
51

kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu


kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.”
Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana penipuan yang terkandung
dalam rumusan Pasal 378 KUHP di atas. Menurut R. Sugandhi
mengemukakan pengertian penipuan bahwa:77
“Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat
rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud
menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan
ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang
merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.”
Pengertian penipuan sesuai pendapat tersebut di atas tampak jelas
bahwa yang dimaksud dengan penipuan adalah tipu muslihat atau serangkaian
perkataan bohong sehingga seseorang merasa terpedaya karena omongan
yang seakan-akan benar. Biasanya seseorang yang melakukan penipuan,
adalah menerangkan sesuatu yang seolah-olah betul atau terjadi, tetapi
sesungguhnya perkataannya itu adalah tidak sesuai dengan kenyataannya,
karena tujuannya hanya untuk meyakinkan orang yang menjadi sasaran agar
diakui keinginannya, sedangkan menggunakan nama palsu supaya yang
bersangkutan tidak diketahui identitasnya, begitu pula dengan menggunakan
kedudukan palsu agar orang yakin akan perkataannya. Penipuan sendiri
dikalangan masyarakat merupakan perbuatan yang sangat tercela namun
jarang dari pelaku tindak kejahatan tersebut tidak dilaporkan kepihak
kepolisian. Penipuan yang bersifat kecil-kecilan dimana korban tidak
melaporkannya menurut pelaku penipuan terus mengembangkan aksinya
yang pada akhirnya pelaku penipuan tersebut menjadi pelaku yang berskala
besar.

77
Sugandhi, R, Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Penjelasannya , (Surabaya:
Usaha Nasional, 1980, h. 396-397.
52

Tindak pidana adalah hukum yang memuat peraturan-peraturan yang


mengandung keharusan dan larangan terhadap pelanggar yang diancam
dengan hukuman berupa siksaan badan. Menurut Sudarsono, pada prinsipnya
hukum pidana adalah yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran
terhadap kepentingan umum dan perbuatan tersebut diancam dengan pidana
yang merupakan suatu penderitaan.78 Sedangkan dalam hukum pidana Islam
tindak pidana disebut jarimah atau jinayah. Jarimah adalah perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh syara‟ yang diancam oleh Allah dengan
hukuman hadd atau ta‟zir. Menurut bahasa perkataan “jarimah” adalah
bentuk masdar artinya perbuatan dosa, berbuat salah atau berbuat jahat.79
Jinayah adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh syara‟ , baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan lainnya. Adapun menurut istilah
jinayah adalah suatu nama untuk perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang.80
Dapat disimpulkan bahwa pengertian jarimah atau jinayah adalah
ketentuan-ketentuan hukum syara‟ yang melarang orang berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dan atas pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan syara‟ itu
dikenakan sanksi hukuman yang berupa penderitaan badan atau denda kepada
si pelanggar.
Islam mengharamkan segala bentuk tindak pidana termasuk segala
bentuk tindak pidana penipuan. Penipuan merupakan kejahatan yang
dilakukan oleh seseorang dengan jalan membohongi orang lain atau tipu daya
melihat secara melawan hak demi untuk memperoleh keuntungan yang lebih
81
besar bagi pribadinya, baik itu barang maupun uang. Karena penipuan itu
cenderung melakukan kebohongan dan merugikan orang lain, adapun dalam
Islam kebohongan itu sama dengan dusta.82 Dusta adalah bohong dan dusta

78
Diakses pada tanggal 23 september 2014,
https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmuhukum/hukum-pidana-islam.
79
Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), h.1-3.
80
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, (Sleman: Logung Pustaka, 2004),
h.2.
81
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.71
82
Yusuf Qaradhawi, Halal dan Haram, (Bandung: Jabal, 2007), h.266.
53

merupakan perbuatan yang rendah dan menimbulkan kerusakan pada dirinya


serta dapat menimbulkan kejahatan yang mendorong pada pebuatan dosa
yang dilakukan bukan karena terpaksa. Dusta, curang, mengelabuhi,
mengada-ada yaitu cara yang dilakukan oleh para pendusta dalam menyalahi
kenyataan yang ada.

B. Pengaturan Bisnis Online Menurut Undang-Undang ITE


Dengan adanya masalah Penipuan Bisnis Online,Indonesia telah
memiliki peraturan perundang-undangan yang cukup untuk menindak tindak
pidana penipuan bisnis online ini.
Adapun beberapa pendapat yang berkembang sejalan dalam menangani kasus
kejahatan yang berhubungan dengan komputer yang secara tidak langsung
juga berkaitan dengan masalah cybercrime, yaitu:83
1. KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) mampu menangani
kejahatan dibidang komputer (computer crime). Mardjono Reksodiputro
kriminolog dari Universitas Indonesia yang menyatakan bahwa kejahatan
komputer sebenarnya bukanlah kejahatan baru dan masih terjangkau oleh
KUHP untuk menanganinya. Pengaturan untuk menangani kejahatan
komputer sebaiknya diintegrasikan ke dalam KUHP dan bukan ke dalam
Undang-Undang tersendiri.
2. Kejahatan yang berhubungan dengan komputer (cybercrime) memerlukan
ketentuan khusus dalam KUHP atau Undang-Undang tersendiri yang
mengatur tindak pidana komputer.
3. J. Sudama Sastroandjojo berpendapat perlunya ketentuan baru yang
mengatur permasalahan tindak pidana komputer. Tindak pidana komputer
haruslah ditangani secara khusus, karena cara-caranya, lingkungan, waktu
dan letak dalam melakukan kejahatan komputer adalah berbeda dengan
tindak pidana lain.
4. Rudiantara berpendapat bahwa UU ITE memiliki peran besar dalam
melindungi transaksi elektronik khususnya di dunia maya.84

83
Maulida Nur Muhlishotin, Cyberbullying Perspektif Hukum Pidana Islam, Vol.3. No.2
Desember 2017, h.386.
54

Berdasarkan kenyataan pro dan kontra mengenai diperlakukannya


Undang-Undang khusus mengenal cybercrime di atas kemudian berakhir
dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yaitu Undang-Undang pertama
di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai produk
legislasi yang sangat dibutuhkan dan telah menjadi pionir yang meletakkan
dasar pengaturan di bidang pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik ini kemudian di revisi dan diperbarui menjadi Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Penipuan bisnis online berdasarkan pada pasal-pasal dalam Bab XI
mengenai ketentuan pidana dalam UU ITE, maka dapat diidentifikasi
beberapa perbuatan yang dilarang (unsur tindak pidana) yang erat kaitannya
dengan tindakan penipuan bisnis online pada tiap-tiap pasalnya.85
Undang-Undang No.19 Tahun 20016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektroni termasuk kedalam Pasal 28 Ayat 1 : “Setiap Orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.” Dan adapun
ketentuan sanksi tindak pidana penipuan bisnis online terdapat pada Pasal 45A
ayat (1) yang berbunyi “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) di pidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
Ketentuan tentang penipuan bisnis online yang dapat diatur dalam
ketentuan melalui Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk

84
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo%3A+Pasal+28+2+UU+
ITE+Tidak+Mungkin+Dihapuskan/0/berita_satker.
85
Syafruddin Kalo, Mahmud Mulyadi, Chairul Bariah, Kebijakan Kriminal
Penanggulangan Cyberbullying Terhadap Anak Sebagai Korban, Jurnal Usu Law. Vol.5, No.2.
55

kedalam pasal 378 ayat 1 yaitu “Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan
menggunakan nama palsu atau martabat (hoedaningheid) palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk
menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang mauppun
menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.86
Bisnis online adalah suatu usaha yang dipasarkan melalui internet
dengan berbagai macam cara sehingga dapat menghasilkan uang. Di dalam
bisnis online banyak sekali kelebihannya di bandingkan bisnis
offline.
Menurut Arief Darmawan bisnis online terdiri dari 2 kata yaitu bisnis
dan online. Bisnis adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan oleh
kelompok maupun individual, untuk mendapatkan laba dengan cara
memproduksi produk maupun jasanya untuk memenuhi kebutuhan
konsumennya. Sedangkan kata online menurut kamus web.id adalah suatu
kegiatan yang terhubung melalui jaringan komputer yang dapat diakses
melalui jaringan komputer lainnya.87
Pada dasarnya Bisnis Online ada 2 macam:
1. Bisnis Produk Creation Adalah segala macam bisnis online yang
berbentuk produk hasil milik sendiri, baik itu produk bentuk jasa (jual
jasa) ataupun produk riil. Seperti sepatu, tas, jilbab dan sebagainya.
2. Bisnis Produk Afiliasi Afiliasi berarti bergabung atau menjadi bagian dari
orang yang menjual produk atau jasa. Sehingga tidak harus memiliki
produk sendiri, istilahnya menjadi makelar. Jika seumpama berhasil
menjualkan produk orang lain maka akan mendapatkan komisi sekian
persen dari hasil penjualannya.

86
Andi Hamzah, Kuhp & Kuhap,(Jakarta: Rineka Cipta 2015),h.124
87
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
56

Dalam jual beli online, ketersediaan barang ada 2 istilah yaitu:


1. Ready Stock adalah barang yang sudah ada sebelum dipesan, sudah
tersedia dan pengiriman barang dilakukan hari itu juga setelah transfer
sejumlah uang oleh pembeli.
2. Pre Order adalah sistem pembelian barang dengan memesan barang dan
membayar terlebih dahulu sebelum produksi dimulai, dengan tenggang
waktu tunggu yang telah ditentukan. Artinya saat memesan barang belum
tersedia dan pembeli harus menunggu terlebih dahulu. Apabila telah
mencapai waktu yang ditentukan, barulah penjual mengirim barang ke
pembeli.88

Jual beli lewat online harus memiliki syarat-syarat tertentu boleh atau
tidaknya dilakukan. menurut KH. Ovied. R syarat-syarat mendasar
diperbolehkannya jual beli lewat online adalah sebagai berikut:89
1. Tidak melanggar ketentuan syari‟at agama, seperti transaksi bisnis yang
diharamkan, terjadinya kecurangan, penipuan dan monopoli.
2. Adanya kesepakatan perjanjian diantara dua belah pihak (penjual dan
pembeli).
3. Produk yang halal, kejelasan status dan kejujuran.
4. Adanya kontrol, sanksi dan aturan hukum yang tegas dan jelas dari
pemerintah. Jika bisnis lewat online tidak sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan yang telah dijelaskan di atas, maka hukumnya adalah “haram”
tidak diperbolehkan. Al-Qur‟an juga menyebutkan dalam surat Al-
Mutaffifiin ayat 1-3

          

    


Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi.

88
Diakses pada tanggal 23 maret 2017 http://googleleweblight.com://academy.blazbluz.com
89
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
57

Sehingga ayat Al-Qur‟an di atas secara tegas menganjurkan dalam


berbisnis harus adanya kejujuran, adil, tidak saling mencurangi dan harus
adanya hukum yang tegas dan jelas yang bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat, negara dan umat.

C. Fenomena Penipuan Bisnis Online Di Masyarakat


Tindakan pidana sebagai fenomena social yang terjadi di muka bumi
tidak akan pernah berakhir sejalan dengan perkembangan dan dinamika social
yang terjadi dalam masyarakat. Masalah tindak pidanaan ini nampaknya akan
terus berkembang dan tidak akan pernah surut baik dilihat dari segi kualitas
maupun kuantitasnya, perkembangan ini menimbulkan keresahan bagi
masyarakat dan pemerintah.90
Tindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang yang
selalu ada dan melekat pada setiap masyarakat, dalam arti bahwa tindak
pidana akan selalu ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang
seperti halnya dengan musim yang selalu berganti dari tahun ketahun.91
Sebagai contoh kasus yang terjadi di warta kota, kebayoran baru.
Penipuan ini bermodus jual beli online melalui jejaring social instagram.
Penipuan ini dilakukan oleh Bela (39) kasus ini berawal dari laporan seorang
korban berinisial TAC yang memesan tas bermerk chanel melalui akun
instagram bebebags21199 seharga Rp 37,5 juta. Tersangka menawarkan tas
bermerk di instagra. Kemudian korban yang tertarik melakukan komunikasi
dengan pelaku korban tertarik karena harganya lebih murah dari biasanya, kata
Argo di Mapolda Metro Jaya, Rabu (12/9/2018). Setelah terjadi kesepakatan,
korban kemudian mentransfer uang Rp 37,5 juta kepada pelaku. Bela
mengatakan akan mengirimkan barang sesuai dengan pesanan.
Maksimal dua hari setelah uang ditransfer, setelah ditunggu beberapa
hari, Koban menanyakan kepada pelaku terkait status pemesanan barangnya.
Pelaku menjanjikan nanti akan dikirim. Selalu seperti itu setiap ditanya setelah
beberapa bulan, korban melaporkannya ke pihak kepolisian.

90
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1983), h.3
91
Susilo, Kriminologi, Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan, (Bogor:Politeria),
58

Hukum pidana sebagai alat atau sarana bagi penyelesaian terhadap


problematika ini diharapkan mampu memberikan solusi yang tepat. Karena
itu, pembangunan hokum dan hukum pidana pada khususnya, perlu lebih
ditingkatkan dan diupayakan secara terarah dan terpadu, antara lain :
kodifikasi, dan unifikasi bidang-bidang hukum tertentu serta penyusunan
perundagng-undangan baru yang sangat dibutuhkan guna menjawab tindak
pidana.
Berbagai macam tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat salah
satunya adalah kejahatan penipuan bisnis online yang kerap terjadi dalam
masyarakat dengan berbagai macam bentuk dan perkembangannya yang
menunjukan pada semakin tingginya intelektualitas dari kejahatan penipuan
bisnis online yang semakin kompleks.
Kitab Undang-Undang hukum pidana sendiri pada pasal 378 menegakan
bahwa seseorang yang melakukan kejahatan penipuan diancam dengan sanksi
pidana. Walaupun demikian masih dirasa kurang efektif dalam penegakan
terhadap pelanggarnya, karena dalam penegakan hukum pidana tidak hanya
cukup dengan diaturnya suatu perbuatan didalam suatu undang-undang,
namun dibutuhkan juga aparat hukum sebagai pelaksana atas ketentuan
undang-undang serta lembaga yang berwenang untuk menangani suatu
kejahatan seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, kasus-kasus penipuan
akhir-akhir ini semakin berkembang dan sering terjadi meskipun tindak pidana
ini telah diatur di dalam KUHP, salah satu jenis tindak pidana di bidang cyber
adalah penipuan berupa jual beli/bisnis online dalam internet. Penipuan jenis
ini semakin banyak terjadi antara lain disebabkan karena banyaknya
masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang mudah
dan menghemat waktu serta biaya. Penipuan tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara, mulai dari cara yang sederhana sampai pada cara yang
kompleks. Kegiatan siber bersifat virtual namun dapat dikategorikan sebagai
tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Penipuan ini merupakan kejahatan
cyber yang memanfaatkan kelemahan segi keamanan dan kebiasaan pada saat
berinternet. Tindak pidana penipuan menggunakan internet termasuk dalam
59

kelompok kejahatan Illegal Content dalam kajian penyalahgunaan terknologi


informasi berupa Computer Related Fraud, Illegal Content adalah merupakan
kejahatan dengan memasukan data atau informasi ke internet tentang sesuatu
hal yang tidak benar, tidak estis, dan dapat dianggap melanggar hokum atau
mengganggu ketertiban umum. Dan Computer Related Fraud ini diartikan
sebagai kecurangan atau merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Sebagai contohnya,
penyebaran berita bohong dan penyesatan melalui internet. Hal ini sering kali
kita dapati terjadi dalam dunia siber dalam proses jual-beli online. Dimana
pihak pembeli seing dirugikan atas tindak perbuatan dari penjual yang berlaku
curang yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai penjual.
Dalam transaksi jual beli secara elektronik, pihak-pihak yang terkait
antara lain :
1. Penjual atau merchant atau penguasaha yang menawarkan sebuah produk
melalui internet sebagai pelaku.
2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap orng yang tidak dilarang oleh undang-
undang, yang menerima penawaran dari penjual atau pelaku usaha dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan
oleh penjual pelaku usaha/merechant.
3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada
penjual atau pelaku usaha/merechant, karena pada transaksi jual beli
secara elektornik, penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab
mereka berada pada lokasi yang berbeda sehingga pembayaran dapat
dilakukan melalui perantara dalam hal ini bank.
4. Proyider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.92

1. Faktor Penyebab Penipuan Bisnis Online


Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya penipuan
bisnis online, antara lain:

92
Melisa Monica Sumenge, Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa Jual-Beli
Online, Vol.2 No.4, Agustus 2013, h.107-108.
60

1. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat Kesadaran hukum


merupakan kesadaran tentang apa yang seharusnya atau tidak
seharusnya kita lakukan berkaitan dengan aturan atau hukum yang
berlaku di masyarakat. Saat ini kesadaran hukum masyarakat masih
dinilai kurang terkait aktivitas cybercrime. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pemahaman terkait cybercrime baik itu tindakan maupun
efek yang ditimbulkannya. Banyak masyarakat kurang atau belum
sadar akan perbuatan yang dilakukan terkait aktivitas di dunia maya.
Dimulai dari maraknya perbuatan pencemaran nama baik hingga
tindakan membajak akun sosial orang lain. Perbuatan kecil tersebut
dianggap biasa dan lumrah di masyarakat, bahkan cenderung sebagai
candaan.
Melalui pemahaman mengenai cybercrime, masyarakat sangat
berperan penting dalam upaya penanggulangan cybercrime. Tanpa
pemahaman pelaku cybercrime akan merajalela karena mas yarakat
tidak tahu apa yang sesungguhnya mereka lakukan hingga pada
akhirnya mereka tertipu, rekening mereka dibobol dan berbagai
kerugian lainnya.
2. Keamanan Pelaku cybercrime tentunya akan merasa aman saat
menjalankan aksinya, hal ini tidak lain karena media yang digunakan
dalam menjalankan kejahatan berupa akses internet yang lazim
digunakan dimana saja baik itu tempat tertutup maupun terbuka.
Kurangnya sistem keamanan dari internet membuat siapapun bebas
berekspresi di dunia maya tanpa memerlukan batasan sehingga
mendorong pertumbuhan cyber crime.
Hal yang senada diungkapkan oleh Ketua Pengelola Nama
Domain Internet Indonesia (Pandi) Andi Budimansyah, menurutnya:
“Kesadaran masyarakat Indonesia soal keamanan cyber masih lemah.
Saat ini banyak pemilik website di Indonesia yang tidak mengetahui
bahwa website-nya digunakan untuk pishing atau tindakan
memalsukan website orang lain. Website palsu itu dibuat mirip dengan
61

yang asli untuk mengambil keuntungan dari transaksi yang dilakukan


di website asli.”93
Selain phising, di Indonesia juga marak penanaman malware
atau program jahat yang ditaruh orang lain di server-server Indonesia
atau bahkan ditaruh di ponsel. Pada saat tertentu malware bisa
meminta program untuk menyerang ke website tertentu. Hal tersebut
menguatkan bahwa kesadaran keamanan kita masih lemah. Kita
sendiri tidak bisa menjaga website kita, sehingga memungkinkan
terjadinya perbuatan phisingdan juga malware. Sama halnya dengan
pelaku menggunakan kita untuk melakukan suatu kejahatan tanpa
sepengetahuan kita.
3. Aparat Penegak Hukum Secara umum aparat penegak hukum masih
sangat minim pengetahuan dalam penguasaan operasional komputer
dan pemahaman terhadap hacking computer serta kemampuan
melakukan penyidikan terhadap kasus-kasus kejahatan dunia maya.
Hal tersebut memungkinkan pelaku cyber crime jauh lebih hebat
dibandingkan aparat penegak hukum yang mengakibatkan semakin
meningkatnya intensitas cyber crime di Indonesia.
4. Undang-Undang Saat ini Indonesia belum memiliki undang-undang
khusus / Saat ini Indonesia belum memiliki undang-undang khusus /
cyberlaw yang mengatur mengenai mengenai cyber crime walaupun
sudah ada hukum yang berlaku umum dan dapat dikenakan bagi para
pelaku cyber crime seperti aturan dalam KUHP dan UU ITE.94
Perkembangan hukum ditengah kemajuan teknologi dinilai
kurang dan lambat sehingga tertinggal. Hal tersebut mendorong
maraknya cyber crime.

93
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 pukul 12.32 http://pandi.id//berita/kesadaran-
keamanan-cyber-indonesia-masih-rendah-kata-pandi/
94
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 13.04
https://balianzahab.wordpress.com/artikel/penegakan-hukum-positif-di-indonesia-terhadap-
cybercrime/
62

2. Bentuk Penipuan Berbasis Elektronik Menurut Hukum Positif


Sebelum membahas bentuk penipuan bisnis online, bentuk ini
termasuk kedalam phishing. Phishing merupakan idiom yang umum
beredar. Karena phishing adalah sebuah bentuk penipuan melalui media
elektronik, salah satunya internet. Phishing terbanyak disebarkan lewat
email dan website. Phishing dilakukan untuk membuat korban mau
membagi informasi sensitifnya kepada pihak penipu dengan
memanfaatkan kredibilitas dari perusahaan besar / ternama (misal: bank,
asuransi, kartu kredit, penyedia layanan internet, dan lain-lain). Informasi
ini kemudian disalahgunakan untuk menipu pihak lain, atau mengambil
keuntungan dari korban tanpa sepengetahuan sang korban.

Mengenal Teknik-teknik Phishing.


1. Phiser (pelaku phising) umumnya menggunakan alamat email palsu,
atau email Botnet (Lindungi Website dari Bahaya Botnet) untuk
mengirimkan grafik yang dapat menyesatkan pengguna internet
sehingga mereka terpancing untuk menganggap email tersebut absah.
Agar tampak meyakinkan, pelaku juga seringkali memanfaatkan logo
atau merk dagang milik lembaga resmi seperti bank atau penerbit kartu
kredit. Pemalsuan ini dilakukan untuk memancing korban
menyerahkan data pribadi, seperti password, PIN dan nomor kartu
kredit.
2. Phiser juga seringkali membuat website palsu yang sama persis dengan
situs resmi, dengan nama domain / URL yang jika dicermati ada
sedikit kata yang terpeleset. Misalnya citibank dengan c1t1bank. Pada
font tertentu, kedua kata ini seolah tidak ada bedanya. Terutama jika
link palsu dikirimkan melalui email. Hati-hati, cermati dulu sebuah
halaman sebelum anda login ke sana.
3. Membuat website palsu atau menyediakan form isian yang
ditempelkan pada e-mail yang dikirim. Maka, jangan pernah submit
apapun kecuali dari website resmi.
63

Media elektronik lain yang seringkali dimanfaatkan phiser untuk melancarkan


aksinya adalah media telepon. Misalnya bila anda ditelefon soal undian
berhadiah. Faktanya, telefon adalah bentuk penipuan yang sulit sekali
dikenali.95
Tindak pidana sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi
tidak akan pernah berakhir sejalan dengan perkembangan dan dinamika
sosial yang terjadi dalam masyarakat. Masalah tindak pidanaan ini
nampaknya akan terus berkembang dan tidak akan pernah surut baik dilihat
dari segi kualitas maupun kuantitasnya, perkembangan ini menimbulkan
keresahan bagi masyarakat dan pemerintah.96
Tindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang yang
selalu ada dan melekat pada setiap masyarakat, dalam arti bahwa tindak
pidana akan selalu ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang
seperti halnya dengan musim yang selalu berganti dari tahun ke tahun.97
Sebagai contoh kasus yang terjadi di warta kota, Kebayoran Baru.
Penipuan ini bermodus jual beli online melalui jejaring sosial instagram.
Penipuan ini dilakukan oleh Bela (39) kasus ini berawal dari laporan seorang
korban berinisial TAC yang memesan tas bermerk chanel melalui akun
instagram bebebags21199 seharga Rp 37,5 juta. Tersangka menawarkan tas
bermerk di instagram. Kemudian korban yang tertarik melakukan
komunikasi dengan pelaku. Korban tertarik karena harganya lebih murah
dari biasanya, kata Argo di Mapolda Metro Jaya, Rabu (12/9/2018). Setelah
terjadi kesepakatan, korban kemudian mentransfer uang Rp 37,5 juta kepada
pelaku. Bela mengatakan akan mengirimkan barang sesuai dengan pesanan
maksimal dua hari setelah uang ditransfer. Setelah ditunggu beberapa hari,
korban menanyakan kepada pelaku terkait status pemesanan barangnya.
Pelaku menjanjikan nanti akan dikirim. Selalu seperti itu setiap ditanya
setelah beberapa bulan, korban melaporkannya ke pihak kepolisian.

95
Diakses pada tanggal 27 April 2013 https://mebiso.com/mengenal-bentuk-penipuan-di-
internet/
96
Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1983), h.3
97
Susilo, Kriminologi, Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan, (Bogor:Politeria).
64

Hukum pidana sebagai alat atau sarana bagi penyelesaian terhadap


problematika ini diharapkan mamp memberikan solusi yang tepat. Karena
itu, pembangunan hukum dan hukum pidana pada khususnya, perlu lebih
ditingkatkan dan diupayakan secara terarah dan terpadu , antara lain
kodifikasi dan unifikasi bidang-bidang hukum tertentu serta penyusunan
perundang-undangan baru yang sangat dibutuhkan guna menjawab semua
tantangan dari semakin meningkatnya kejahatan dan perkembangan tindak
pidana.
Berbagai macam tindak pidana yang tejadi dalam masyarakat salah
satunya adalah kejahatan penipuan bisnis online yang kerap terjadi dalam
masyarakat dengan berbagai macam bentuk dan perkembangannya yang
menunjuk pada semakin tingginya tingkat intelektualitas dari kejahatan
penipuan bisnis online yang semakin kompleks.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri pada pasal 378
menegaskan bahwa seseorang yang melakukan kejahatan penipuan diancam
dengan sanksi pidana. Walaupun demikian masih dirasa kurang efektif dalam
penegakkan terhadap pelanggarnya, karena dalam penegakan hukum pidana
tidak hanya cukup dengan diaturnya suatu perbuatan di dalam suatu undang-
undang, namun dibutuhkan juga aparat hukum sebaga pelaksana atas
ketentuan undang-undang serta Lembaga yang berwenang untuk menangani
suatu kejahatan seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan. Kasus-kasus
penipuan akhir-akhir ini semakin berkembang dan sering terjadi meskipun
tindak pidana ini telah diatur di dalam KUHP.
Salah satu jenis tindak pidana di bidang cyber adalah penipuan berupa
jual beli/bisnis online dalam internet. Penipuan jenis ini semakin banyak
terjadi antara lain disebabkan karena banyaknya masyarakat yang ingin
memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang mudah dan menghemat waktu
serta biaya. Penipuan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai
dari cara yang sederhana sampai pada cara yang kompleks. Kegiatan siber
bersifat virtual namun dapat dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan
hukum yang nyata. Penipuan ini merupakan kejahatan cyber yang
65

memanfaatkan kelemahan segi keamanan dan kebiasaan pada saat berinternet.


Tindak pidana penipuan menggunakan internet termasuk dalam kelompok
kejahatan Illegal Contents dalam kajian penyalahgunaan teknologi informasi
berupa Computer Related Fraud. Illegal contents adalah merupakan kejahatan
dengan memasukkan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal yang
tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar hukum atau
mengganggu ketertiban umum. Dan Computer Related Fraud ini diartikan
sebagai kecurangan atau merupakan penipuan yang dibuat untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau untuk merugikan orang lain. Sebagai contohnya,
penyebaran berita bohong dan penyesatan melalui internet. Hal ini sering kali
kita dapati terjadi dalam dunia siber dalam proses jual-beli online. Dimana
pihak pembeli sering dirugikan atas tindak perbuatan dari penjual yang
berlaku curang yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai penjual.
Dalam transaksi jual beli secara elektronik, pihak-pihak yang terkait antara
lain:
1. Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah produk
melalui internet sebagai pelaku.
2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap orang yang tidak dilarang oleh
undang-undang, yang menerima penawaran dari penjual atau pelaku usaha
dan berkeinginan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang
ditawarkan oleh penjual pelaku usaha / merchant.
3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada
penjual atau pelaku usaha/merchant, karena .pada transaksi jual beli secara
elektronik, penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab mereka
berada pada lokasi yang berbeda sehingga pembayaran dapat dilakukan
melalui perantara dalam hal ini bank.
4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.98

98
Melisa Monica Sumenge, Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa Jual-Beli
Online, Vol.2 No.4, Agustus 2013, h.107-108.
66

D. Sanksi Pidana
1. Sanksi Pidana Menurut Hukum Positif
Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah
kasusnya dan akibat adalah hukumnya, orang yang terkena akibat akan
memperoleh sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari
pihak berwajib. Sanksi Pidana merupakan suatu jenis sanksi yang bersifat
nestapa yang diancamkan atau dikenakan terhadap perbuatan atau pelaku
perbuatan pidana atau tindak pidana yang dapat menggangu atau
membahayakan kepentingan hukum. Sanksi pidana pada dasarnya
merupakan suatu penjamin untuk merehabilitasi perilaku dari pelaku
kejahatan tersebut, namun tidak jarang bahwa sanksi pidana diciptakan
sebagai suatu ancaman dari kebebasan manusia itu sendiri.
Pidana adalah penderitaan atau nestapa yang sengaja dibebankan
kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi unsur syarat-
99
syarat tertentu , sedangkan Roslan Saleh menegaskan bahwa pidana
adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang dengan
sengaja dilimpahkan Negara kepada pembuat delik.100
Jenis-jenis Pidana sebagaimana telah diatur dalam Pasal 10 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):

Pidana terdiri atas:


a. Pidana Pokok
1) pidana mati;
2) pidana penjara;
3) pidana kurungan;
4) pidana denda;
5) pidana tutupan.( UU No.20/1946 )

99
Tri Andrisman, Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, (Bandar
Lampung: Unila, 2009), h.8.
100
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana 1, (Jakarta: Raja Grafindo, 2011), h.81.
67

b. Pidana Tambahan
1) pencabutan hak-hak tertentu;
2) perampasan barang-barang tertentu;
3) pengumuman putusan hakim.

Tujuan pemidanaan adalah mencegah dilakukannya kejahatan pada


masa yang akan datang, tujuan diadakannya pemidanaan diperlukan untuk
mengetahui sifat dasar hukum dari pidana. bahwa Dalam konteks
dikatakan Hugo De Groot “malim pasisionis propter malum actionis”
yaitu penderitaan jahat menimpa dikarenakan oleh perbuatan jahat.
Berdasarkan pendapat tersebut, tampak adanya pertentangan mengenai
tujuan pemidanaan, yakni antara mereka yang berpandangan pidana
sebagai sarana pembalasan atau teori absolute dan mereka yang
menyatakan bahwa pidana mempunyai tujuan yang positif atau teori
tujuan, serta pandangan yang menggabungkan dua tujuan pemidanaan
tersebut.
Muladi mengistilahkan teori tujuan sebagai teleological theories dan
teori gabungan disebut sebagai pandangan integratif di dalam tujuan
pemidanaan yang beranggapan bahwa pemidanaan mempunyai tujuan
yang plural, yang merupakan gabungan dari pandangan utilitarian yang
menyatakan bahwa tujuan pemidanaan harus menimbulkan konsekuensi
bermanfaat yang dapat dibuktikan, keadilan tidak boleh melalui
pembebanan penderitaan yang patut diterima untuk tujuan penderitaan itu
sendiri, misalnya bahwa penderitaan pidana tersebut tidak boleh melebihi
ganjaran yang selayaknya diberikan pelaku tindak pidana.101

2. Sanksi Pidana Menurut Hukum Islam


Sedangkan sanksi tindak penipuan ini dikenakan jarimah ta„zir.
Jarimah ta„zir adalah sanksi hukuman jarimah tidak ditentukan secara
tegas dalam Al-Qur‟an dan As-sunnah, karenanya ia diserahkan kepada
ijtihad manusia atau masyarakat berdasarkan kemaslahatan umat sesuai

101
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, (Bandung: Alumni, 2008), h.25.
68

dengan keadaan, waktu dan tempat. Hukuman ta‟zir merupakan hukuman


yang dijatuhkan terhadap perbuatan maksiat yang tidak ada hadd dan tidak
ada kafarat terhadap jarimah yang ada sanksi hukumannya tapi tidak
cukup pelaksanaan hukuman.102
Oleh karena itu hukuman ta‟zir ialah hukuman yang dijatuhkan atas
jarimah-jarimah yang tidak dijatuhkan hukuman yang telah dijatuhkan
oleh syara‟ yaitu jarimah hadd, jarimah qisas dan jarimah diyat, hukuman
tersebut terlalu banyak jumlahnya yang dimulai dari hukuman yang paling
ringan sampai hukuman yang paling berat, hakim diberi wewenang untuk
memilih diantara hukuman-hukuman tersebut yaitu hukuman yang sesuai
dengan keadaan jarimah serta pelakunya.
Sedangkan dalam hukum Islam, hukuman ta`zir terbagi menjadi
beberapa macam, sebagai berikut :103
a. Hukuman Mati
Hukuman mati termasuk dalam hukuman ta`zir menurut Islam
bertujuan untuk mendidik dan tidak boleh merusak atau
membinasakan. Karena itu tidak boleh ada hukuman matiatau
pemotongan badan dalam ta`zir. sebagian besar fukaha
memperbolehkan penjatuhan hukuman mati sebagai hukuman ta`zir
apabila pelaku terus menerus mengulangi tindak pidananya dan
kemaslahatan umum menghendaki demikian atau kerusakan yang
diakibatkan oleh pelaku tidak bisa ditolak kecuali dengan jalan
membunuhnya, seperti menjatuhkan hukuman mati kepada mata-mata
kepada mata-mata, penyeruh bid`ah (pembuat fitnah). Hukuman mati
hanya dikenakan terhadap empat tindak pidana hadd, seperti zina,
pemberontakan,murtad, gangguan keamanan, dan atau pada tindak
pidana qisas. Sedangkan hukuman mati sebagai hukuman ta`zir tidak
lebih dari lima bentuk saja. Hukuman mati ini ditetapkan disetiap
negara besar, yaitu Inggris, Jerman, Prancis dan Amerika. Karena
hukuman mati merupakan cara yang baik untuk melawan dan
102
Hasbi Ash-Shiddiqi, Falsafah Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h.86.
103
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, (Bogor: PT.Kharisma
Ilmu), h.87
69

memberantas pelaku-pelaku tindak pidana yang berbahaya dari


lingkungan masyarakat.
b. Hukuman dera (Jilid)
Hukuman dera merupakan satu hukuman pokok dalam hukum
Islam dan juga merupakan hukuman yang ditetapkan untuk tindak
pidana hadd dan ta„zir yang berbahaya. Hukuman dera mempunyai dua
batasan yaitu batas tertinggi dan terendah. Hakim bisa memilih jumlah
dera yang sesuai dengan tindak pidana dan keadaan diri pelaku. Karena
hukuman ta„zir didasarkan pada kemaslahatan masyarakat dan atas
dasar berat ringannya tindak pidana sehingga penguasa dapat
melakukan ijtihad.
Menurut Imam Malik memperbolehkan penjatuhan hukuman
dera lebih dari seratus kali meskipun dalam tindak pidana hadd, batas
maksimal tidak lebih dari seratus kali. Menurut Imam Abu Hanifah dan
Muhammad batas tertinggi hukuman dera dalam tindak pidana ta„zir
adalah 39 kali. Sedangkan menurut Abu Yusuf, sebanyak 75 kali.
Sebagian fukaha berpendapat batas terendah hukuman dera adalah 3
(tiga) kali karena jumlah ini yang paling sedikit yang dapat mencegah.
Namun, sebagian fukaha lainnya tidak menetapkan adanya batas
minimal dalam hukuman dera karena adanya pengaruh pencegahan
pada diri seseorang dapat berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan
mereka. Dalam hukum Islam tidak ada ketentuan yang melarang
hukuman dera dijadikan hukuman atas tindak pidana ta„zir meskipun
sebagian fukaha mengutamakan hukuman dera yang dijatuhkan atas
tindak pidana yang sejenisnya dijatuhkan hukuman hadd.
c. Hukuman Penjara
Dalam Islam hukuman penjara dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
sebagai berikut :
1) Hukuman terbatas
Hukum Islam menetapkan hukuman penjara terbatas untuk
tindak pidana ta„zir biasa dan juga pidana ringan/biasa. Batas
terendah hukuman ini adalah satu hari, sedangkan batas tertinggi
70

tidak ada kesepakatan di antara fukaha. Sebagian ulama


berpendapat bahwa batas tertingginya tidak lebih dari enam bulan,
sebagian yang lain berpendapat bahwa batas tidak lebih dari satu
tahun dan sebagian yang lainnya berpendapat bahwa batas tertinggi
diserahkan kepada penguasa. Dalam hukum konvensional,
hukuman kurungan adalah hukuman utama bagi semua tindak
pidana. Namun dalam hukum Islam, hukuman kurungan
merupakan hukuman kedua atas tindak pidana biasa dan bersifat
pilihan yang diserahkan kepada hakim.
2) Hukuman Tidak Terbatas
Hukuman penjara tidak terbatas adalah orang yang
berbahaya, orang yang terbiasa melakukan tindak pidana (mu‟tadul
ijram), orang biasa melakukan tindak pidana pembunuhan,
penganiayaan dan pencurianatau orang yang tindak pidananya tidak
dapat dicegah dengan hukuman biasa. Dalam hukuman penjara
tidak terbatas ini terhukum terus dikurung sampai ia menampakkan
tobat dan baik pribadinya atau sampai ia mati. Masa hukumannya
pendek jika keadaannya menjadi baik, tetapi terkadang sampai mati
jika keadaan terhukum tidak dapat diharapkan menjadi baik.104
d. Hukuman pengasingan (at-Taghrib wal-Ib‟ad)
Menurut Abu Hanifah, hukuman pengasingan adalah hukuman
ta„zir. Sedangkan menurut madzhab lain hukuman pengasingan
adalah hukuman hadd. Sebagian ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah,
masa pengasingan dalam tindak pidana ta„zir tidak boleh lebih dari
satu tahun. Karena hukuman pengasingan dalam tindak pidana zina
gair muhsan adalah hukuman hadd yang masanya satu tahun.
Maka hukuman ta„zir tidak boleh melebihi masa pengasingan dalam
zina ghair muhsan tersebut.105

104
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.94.
105
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.95.
71

e. Hukuman Salib
Hukuman salib adalah hukuman hadd. Menurut sebagian fukaha,
pelaku salib setelah dieksekusi mati, sedangkan yang lain berpendapat
pelaku disalib hidup-hidup kemudian dihukum mati dalam keadaan
tersalib. Untuk hukuman ta„zir, hukuman salib sudah pasti tidak
dibarengi atau didahului oleh hukuman mati. Masa penyaliban fukaha
mensyaratkan agar tidak lebih dari tiga hari. Hukuman salib dengan
cara hukuman fisik (badan) yang bertujuan untuk mendidik dan
menyiarkan (mencemarkan nama baik) pelaku secara sekaligus.106
f. Hukuman peringatan (al-Wa‟zu) dan hukuman yang lebih ringan
darinya
Dalam hukum Islam, hukuman peringatan termasuk kategori
hukuman ta„zir. Hakim boleh hanya menghukum pelaku dengan
hukuman peringatan bila hukuman ini memperbaiki pribadi pelaku dan
mencegahnya untuk mengulangi perbuatannya (jera). Hukuman ta„zir
yang lebih ringan dari peringatan yaitu disiarkannya nama pelaku
pidana atau dihadapkannya pelaku ke muka pengadilan sebagai bentuk
hukuman ta„zir.107

106
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.97.
107
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, h.98.
BAB IV
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA
PENIPUAN BISNIS ONLINE DIPOLDA METRO JAYA MENURUT
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Proses Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Penipuan


Bisnis Online
Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan, diperoleh
jawaban atas permasalahan mengenai peran kepolisian dalam penyidikan
tindak pidana penipuan jual beli online adalah sebagai berikut :
1. Proses Penyelidikan
Penyelidikan yang dilakukan Polda metro jaya terhadap tindak
pidana penipuan jual beli online dilakukan oleh Polisi Unit Tindak Pidana
Tertentu Polda Metro Jaya. Tahap penyelidikan merupakan tahap pertama
yang dilakukan penyelidik dalam melakukan penyelidikan tindak pidana
serta tahap tersulit dalam proses penyidikan, hal ini disebabkan dalam
tahap ini penyelidik harus dapat membuktikan tindak pidana yang terjadi
serta bagaimana dan sebab-sebab dari tindak pidana tersebut dalam upaya
penanggulangan.108
Menurut Pripka Janiko Sambodo S.H. dalam penyelidikan kasus
penipuan jual beli online, pihak kepolisian banyak mengalami kendala dan
kesulitan, karena kasus yang berhubungan dengan kejahatan dunia maya
penanganannya berbeda dengan kasus tindak pidana biasa atau
konvensional. Apalagi pelaku kejahatan tersebut bisa melakukan aksinya
kapan saja tanpa sepengetahuan orang lain dan menggunakan akun palsu.
Kesepakatan yang dilakukan antara penjual dan pembeli juga didasarkan
pada kepercayaan dan tidak bertemu secara langsung maka dapat dengan
mudah para pelaku kejahatan penipuan melakukan aksinya. Langkah-
langkah yang dilakukan pihak kepolisian adalah melakukan pemeriksaan
misalnya di warnet yang biasanya digunakan oleh pelaku kejahatan,

108
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka Janiko
S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.

72
73

sekaligus mengumpulkan bukti, melacak, dan melakukan penyitaan


terhadap bukti elektronik seperti hard disk, melakukan pengungkapan atau
penahanan berdasarkan bukti permulaan atau alat bukti yang cukup.
Melakukan Penyelidikan Terhadap Pelaku Kejahatan Seperti yang
diuraikan dalam contoh kasus penipuan jual beli online pengaduan
penipuan jual beli online. Para korban pelapor mengatakan, produk yang
ditawarkan di dalam akun media sosial seperti tokopedia, buka lapak, dan
lazada.Penjualan barang tersebut beraneka ragam, di antaranya sepeda
motor, jam tangan, batu akik, sepeda, mobil, dan telepon genggam
berbagai merk, serta jenis.
“Setelah menerima transfer dari korban, kelompok tersebut langsung
mengambil uang dan tidak mengirim barang yang sudah dipesan korban.
Pada dasarnya, seluruh barang tersebut tidak pernah ada,” ujarnya.
Lima orang diringkus terkait kasus tersebut yakni H (34), AS (23), Z
(49), R (33), dan B (32). Kelimanya ditangkap di kawasan sidrap, sulawesi
selatan, senin pekan lalu bulan Agustus tanggal 2.
Selain tersangka polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti
kejahatan di antaranya 14 buah telepon genggam, 32 rekening berbagai
bank, satu unit laptop, satu mobil honda Freed, dan sebuah sepeda motor
Yamaha.
Mujiyono menyatakan kasus tersebut terungkap berdasarkan
banyaknya laporan yang masuk ke Polda Metro Jaya. Sepanjang tahun
2015 hingga awal 2016, kata dia, ada 93 laporan warga yang mengaku
tertipu usai membeli produk dari akun palsu tersebut.
“Dari hasil peyelidikan awal ditemukan laporan polisi dengan total
kerugian dari korban-korban tersebut adalah sekitar Rp10.1 miliar,”
ujarnya.
Atas perbuatanya, para tersangka dijerat pasal 28 ayat (1) undang-
undang nomor 19 tahun 2016 tentang iinformasi dan transaksi elektronik
juncto pasal 378 kitab undang-undang hukum pidana tentang penipuan,
dan dijerat UU Tindak Pidana pencucian uang (TPPU) dengan ancaman
kurungan penjara diatas 15 tahun penjara.
74

“penggunaan pasal berlapis ditujukan untuk menimbulkan efek jera.


Karena selain kerugian materi korban, kerugian imateril berupa nama baik
perusahaan menjadi tercemar sehingga kepercayaan pelanggan
berkurang,” ujarnya.

Pasal 378 KUHP mengatur sebagai berikut:


Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkam diri sendiri
atau oranglain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau
martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkan orang lain untukmenyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi utang maupun menghapus piutang, diancam karena
penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Pasal 28 ayat
(1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik mengatur sebagai berikut :
“setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik”
Menurut penulis, upaya penindakan yang dilakukan pihak kepolisian
dalam penyidikan tindak pidana penipuan jual beli online akan mengalami
banyak hambatan dimana akan kesulitan menemukan dimana pelaku
berada karena biasanya pelaku menggunakan akun palsu dan identitas
palsu dalam pembuatan nomor rekening .Maka tindakan kepolisian juga
seharusnya menghimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam
melakukan transaksi jual beli online.
2. Proses Penyidikan
Melakukan Penyidikan Terhadap Pelaku dan Membuat Laporan
Hasil Berkas Perkara. Menurut Pripka Janiko Sambodo S.H. , penyidikan
yang dilakukan oleh pihak kepolisian tidak mengenal batas wilayah. Oleh
karena itu perlu kerjasama dengan aparat penegak hukum yang lain.
Karena hal tersebut sangat penting dilakukan dalam
mengumpulkan barang bukti, penyitaan terhadap bukti elektronik pelaku
kejahatan cybercrime. Penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian akan
75

menelusuri sumber dokumen elektronik tersebut. Dalam praktiknya,


biasanya pertama-tama penyidik akan melacak keberadaan pelaku dengan
menelusuri alamat Internet Protocol (“IP Address”) pelaku berdasarkan
logIP Address yang tersimpan dalam server pengelola website/homepage
yang dijadikan sarana pelaku dalam melakukan penipuan.
Permasalahannya adalah, penyidik akan menemui kesulitan jika
website/homepage tersebut pemiliknya berada di luar wilayah yurisdiksi
Indonesia (seperti facebook, google, twitter, yahoo, dll.). Meskipun saat
ini APH (polisi maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS
Kementerian Komunikasi dan Informatika) telah bekerja sama dengan
beberapa pengelola website/homepage di luar wilayah Indonesia, dalam
praktiknya tidak mudah untuk mendapatkan IP address seorang pelaku
yang diduga melakukan tindak pidana dengan menggunakan layanan web
site/homepage tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan prosedur
hukum antarnegara. Meskipun pemerintah antar-negara melalui aparat
penegak hukumnya telah membuat perjanjian Mutual Legal Asistance
(“MLA”) atau perjanjian bantuan hukum timbal balik, pada kenyataannya
MLA tidak serta merta berlaku dalam setiap kasus yang melibatkan antar-
negara. Permasalahan yurisdiksi inilah yang sering menjadi penyebab
109
tidak dan diprosesnya atau tertentu cybercrime. Dalam proses
penyidikan diperlukan alat bukti yang terdapat pada dalam. Pasal 184
KUHAP (Kitab Undang-Undang HukumAcaraPidana)Alat bukti yang sah
ialah:
a) Keterangan saksi;
b) Keterangan ahli;
c) Surat;
d) Petunjuk;
e) Keterangan terdakwa.110

109
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka Janiko
S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
110
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP Cetakan ke 17 (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 30.
76

3. Proses Pembuktian dalam Perkara Pidana


Sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti
yang boleh dipergunakan, penguraian alat bukti dan cara-cara bagaimana alat
bukti itu dipergunakan dan dengan cara bagaimana hakim harus membentuk
keyakinannya.111
Sumber-sumber hukum pembuktian adalah:
a. Undang-undang;
b. doktrin atau ajaran;
c. Yurisprudensi
Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan
yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam
hal ini pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika
seseorang yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang
didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim,
padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan
untuk mencari kebenaran materiil, berbeda dengan hukum acara perdata
yang cukup puas dengan kebenaran formal.
Sejarah perkembangan hukum acara pidana menunjukkan bahwa
ada beberapa sistem atau teori untuk membuktikan perbuatan yang
didakwakan. Sistem atau teori pembuktian ini bervariasi menurut waktu
dan tempat (negara).
Berikut ini penulis akan menguraikan keempat sistem atau teori
pembuktian tersebut di atas sebagai berikut:
a. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara
positif (Positief Wettelijke Bewijs Theorie)
Dikatakan secara positif, karena hanya didasarkan kepada
undang-undang melulu. Artinya jika telah terbukti suatu perbuatan
sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut oleh undang-undang, maka
keyakinan hakim tidak diperlukan sama sekali. Sistem ini disebut juga
teori pembuktian formal (formale bewijstheorie).

111
Hari Sasangka, Lili Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana,
(Bandung:Mandar Maju, 2003, h. 11.
77

Sistem ini menitikberatkan pada adanya bukti yang sah menurut


undang-undang. Meskipun hakim tidak yakin akan kesalahan
terdakwa, namun apabila ada bukti yang sah menurut undang-undang,
maka ia dapat menjatuhkan hukuman kepada terdakwa.
Jadi misalnya ada dua orang saksi yang telah disumpah secara
istimewa dan mengatakan kesalahan terdakwa maka hakim mesti
menjatuhkan hukuman pidana kepada terdakwa meskipun barangkali
hakim itu berkeyakinan bahwa terdakwa adalah tidak berdosa.
Demikian sebaliknya apabila syarat berupa dua saksi itu tidak
dipenuhi, maka hakim mesti membebaskan terdakwa dari tuntutan
walaupun hakim berkeyakinan bahwa terdakwalah yang berdosa.
b. Sistem atau teori pembuktian berdasar keyakinan hakim melulu
Sistem atau teori ini terlalu besar memberi kebebasan kepada
hakim sehingga sulit untuk diawasi. Sehingga dengan adanya hal
demikian terdakwa atau penasehat hukumnya sulit untuk melakukan
pembelaan.
Menurut sistem ini, dianggap cukuplah bahwa hakim
mendasarkan terbuktinya suatu keadaan atas keyakinan belaka dengan
tidak terikat oleh suatu peraturan. Dalam sistem ini hakim dapat
menurut perasaan belaka dalam menentukan apa suatu keadaan harus
dianggap telah terbukti.
c. Sistem atau teori pembuktian berdasar keyakinan hakim atas alasan
yang logis (La Conviction Rais onnee) .
Menurut teori ini hakim dapat memutuskan seseorang bersalah
berdasar keyakinannya, keyakinan mana didasarkan kepada dasar-dasar
pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan
kepada aturan-aturan pembuktian tertentu.
Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas
karena hakim bebas untuk menyebut alasan-alasan keyakinannya.
Sistem ini memberi kebebasan kepada hakim terlalu besar, sehingga
sulit diawasi. Di samping itu, terdakwa atau penasehat hukumnya sulit
78

untuk melakukan pembelaan. Dalam hal ini hakim dapat memidana


terdakwa berdasarkan keyakinannya bahwa ia telah melakukan apa yang
didakwakan.

d. Teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif (Negatief


Wettelijk)
HIR maupun KUHAP, begitu pula Ned.Sv yang lama dan yang
baru semuanya menganut sistem atau teori pembuktian berdasar undang-
undang secara negatif (negatief wettelijk). Hal tersebut dapat
disimpulkan dari Pasal 183 KUHAP, dahulu Pasal 294 HIR.
Pasal 183 KUHAP berbunyi: “Hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya”.
Dari ketentuan Pasal 183 KUHAP tersebut di atas nyata bahwa
pembuktian harus didasarkan kepada undang-undang (KUHAP), yaitu
alat-alat bukti yang sah, disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh
dari alat-alat bukti tersebut.
Hak tersebut dapat dikatakan sama saja dengan ketentuan yang
tersebut pada Pasal 294 ayat (1) Herziene Inlands Reglement (HIR) yang
berbunyi: “Tidak seorangpun boleh dikenakan pidana, selain jika hakim
mendapat keyakinan dengan alat bukti yang sah, bahwa benar telah
terjadi. Perbuatan yang dapat dipidana dan bahwa orang yang didakwa
itulah yang bersalah melakukan perbuatan itu”.

4. Proses Persidangan
Para penegak hukum harus dapat membuktikan dengan berbagai
cara dan dengan alat-alat bukti yang sudah di atur menurut undang-
undang. Penegak hukum tidak boleh keluar dari ketentuan yang sudah
diatur dalam UndangUndang mengenai cara dan ketentuan alat bukti,
79

apabila keluar dari aturan tersebut, maka cara maupun bukti-bukti tersebut
tidak sah ataupun tidak layak di tampilkan dalam sidang pengadilan.
Dalam hukum acara, keyakinan hakim menjadi penentu dari sebuah
keputusan dalam sidang pengadilan. Keyakinan menumt teori pembuktian
Undang-Undang secara negatif bahwa keputusan dari hakim haruslah
memiliki keyakinan yang sepenuhnya, tanpa adanya keyakinan maka
hakim harus mencari keyakinan tersebut dengan pertimbangan fakta-fakta
yang terungkap dalam pengadilan.
Fakta-fakta yang terungkap dalam pengadilan pun harus memiliki
dasar yang kuat, dasar ini adalah alat-alat bukti yang di tampilkan dalam
sidang pengadilan. Alat bukti ini pun harus di peroleh dengan cara yang
sudah diatur dan di tetapkan dalam Undang-Undang. Selaian sistem
pembuktian di atas, pembuktian juga harus di sertai dengan alat bukti. Alat
bukti ini yang akan memperkuat suatu tuntutan atas tindak pidana yang
dilakukan oleh pelaku. KUHAP mengatur secara limitative mengenai alat
bukti. Semua alat bukti dinyatakan sah apabila telah memenuhi
persyaratan formil maupun ketentuan materiil. Kekuatan pembuktian dari
semua alat bukti bersifat bebas, maksudnya alat-alat bukti tersebut tidak
bersifat sempurna dan bersifat tidak mengikat atau menentukan.
Sedangkan nilai pembuktian dari seluruh alat bukti berdasarkan pada
menilaian hakim. Ada lima alat bukti yang diakui dalam Kitab Hukum
Acara Pidana adalah pada pasal 184, yaitu:112
a. Keterangan Saksi
Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian, agar
keterangan saksi atau kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan
pembuktian. Syarat materiil untuk keterangan saksi anatara lain,
keterangan yang diberikan ialah peristiwa yang ia dengar, lihat dan
alami sendiri dengan alasan pengetahuannya, bukan pendapat atau
rekaan ataupun keterangan ahli. Beriktnya ada lebih dari satu orang

112
Josua Sitompul, Cyberspace Cybercrime Cyberlaw Tinjauan Aspek Huku Pidana,
(Jakarta: Tatanusa, 2012), h. 266
80

saksi yang sesuai asas unus testis nulus testis. Selain itu bukan
keterangan yang ia peroleh dari orang lain, dan yang terakhir adalah
adanya persesuean antara keterangan saksi yang satu dengan yang lain
dan keterangan saksi dengan alat bukti yang lain. Perlu diperhatikan
beberapa pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi,
yaitu:
1) Harus mengucapkan sumpah atau janji;
2) Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti;
3) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan;
4) Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup;
5) Keterangan beberapa saksi yang yang berdiri sendiri.

b. Keterangan Ahli
Dalam pasal 186 yang di maksud dengan keterangan ahli adalah
apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Pasal 184 ayat 1
KUHAP menetapkan, keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah.
Keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan dan harus
mengangkat sumpah atau janji di hadapan pengadilan.
c. Alat Bukti Surat
Menurut ketentuan, surat yang dapat dinilai sebagai alat bukti
yang sah menurut Undang-Undang ialah: Surat yang di buat atas
sumpah jabatan; Atau surat yang dikuatkan dengan sumpah.
Kemudian pasal itu sendiri telah merinci secara luas bentuk-
bentuk surat yang dapat dianggap mempunyai nilai sebagai alat bukti:
1) Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat pejabat
umum yang bewewenang atau dibuat di hadapannya.
2) Surat yang berbentuk menurut ketentuan Perundang-Undangan
atau surat yang di buat pejabat mengenai hal yang termasuk dalam
81

tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya, dan yang di


peruntukan bagi pembuktian sesuatu hal atau suatu keadaan.
3) Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau suatu keadaan
yang diminta secara resmi dari padanya.
4) Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan
isi dari alat pembuktian yang lain.

d. Alat Bukti Petunjuk


Alat bukti petunjuk adalah suatu isyarat yang dapat di tarik dari
suatu perbuatan, kejadian atau keadaan dimana isyarat itu mempunyai
persesuaian antara yang satu dengan yang lain maupun isyarat itu
mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, dan dari
isyarat yang bersesuaian tersebut melahirkan atau mewujudkan suatu
petunjuk yang membentuk kenyataan terjadinya suatu tindak pidana
dan terdakwalah pelakunya. KUHP mengatur secara jelas mengenai
sumber petunjuk, yaitu petunjuk hanya dapat diperoleh dari
keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa. Berdasarkan
KUHAP yang dapat menentukan alat bukti petunjuk adalah hakim
yang dilakukan setelah memeriksa ketiga alat bukti tersebut dengan
penuh kecermatan dan penuh keseksamaan berdasarkan keyakinannya
dan penelitian atas petunjuk, yaitu kekuatan pembuktiannya dilakukan
dengan arif dan bijaksana.
e. Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa sebagai alat bukti, sekaligus meliputi
pernyataan pengakuan dan pengingkaran dan penyerahan penilaiannya
kepada hakim, yang mana dari keterangan terdakwa sebagai ungkapan
pengakuan yang mana pula dari keterangan itu bagian yang berisi
pengingkaran.
Ketentuan mengenai alat bukti yang diatur dalam KUHAP seperti
yang dijelaskan di atas di maksudkan agar alat bukti yang diajukan di
persidangan adalah alat bukti yang yang sah sehingga dapat di gunakan
82

dalarn persidangan sehingga unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan


alat bukti yang diajukan.113

B. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Tindak Pidana Penipuan


Bisnis Online
Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sulitnya menemukan alat bukti
Kekuatan alat bukti terhadap putusan pengadilan dalam
menyelesaikan perkara pidana sangat penting bagi siapa saja yang
menyelesaikan perkara-perkara pidana. Kekuatan alat bukti sangat
membantu para penyidik dalam menyelidiki perkara pidana karena tanpa
adanya alat bukti, suatu perkara tidak bisa diselesaikan secara singkat.
Sebaliknya dengan adanya kekuatan alat bukti, maka para penyidik akan
memeriksa perkara pidana tersebut secara mendetail dan sejelas-jelasnya.
Dalam pasal 184 KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana) alat bukti yang sah ialah:
a. Keterangan saksi;
b. Keterangan ahli;
c. Surat;
d. Petunjuk;
e. Keterangan terdakwa114
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dasar penuntutan bagi jaksa
penuntut umumharus berdasarkan alat-alat bukti yang sah sebagaimana
diatur dalam pasal 184 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Demikian juga para hakim dalam memutuskan perkara pidana harus
berdasarkan pasal 184.
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Alat-alat bukti yang
ditetapkan dalam pasal 184 Kitab undang-undang Hukum Acara Pidana
tersebut harus benar-benar sesuai dengan fakta, artinya tidak ada rekayasa.
113
Josua Sitompul, Cyberspace Cybercrime Cyberlaw Tinjauan Aspek Huku Pidana,
(Jakarta: Tatanusa, 2012), h. 268.
114
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP Cetakan ke 17(Jakarta:Rienaka Cipta,2011), h.30.
83

Namun dalam kenyataannya sekarang ini ada saja saksi yang memberikan
keterangan palsu, mungkin karena ada kedekatan dengan terdakwa.
Adakalanya hakim langsung percaya dengan keterangan yang disampaikan
oleh saksi tersebut di persidangan.
Kenyataannya walaupun pembuktian pada dasarnya benar, tetapi
masih banyak pembuktian yang salah misalnya, keterangan palsu dari
seorang saksi, surat ataupun buktilain yang tidak sesuai dengan fakta yang
ada. Dengan kata lain, seorang saksi bisa saja mengatakan hal yang tidak
benar kepada terdakwa meskipun ia telah disumpah. Sebenarnya seorang
terdakwa memang bersalah, tetapi dengan keterangan yang diberikan oleh
saksi bisa saja hukuman kepada terdakwa diringankan dapat dimengerti
bahwa pembuktian dilihat dari perspektif hukum secara pidana, yakni
ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan
mempertahankan kebenaran, baik oleh hakim, penuntut umum, terdakwa
maupun penasehat hukum, semuanya terikat pada ketentuan dan tata cara,
serta penilaian alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang.
2. Sulitnya menemukan akun-akun anonimus (akun palsu yang sulit
dideteksi) misalnya pelaku memakai akun palsu seperti email yang
dijadikan website untuk menjual barang-barang palsu atau fiktif yang
dapat menarik perhatian masyarakat yang hendak belanja di media online.
3. Data diri atau media elektronik milik pelaku seperti elektronik yang
dibuang, nomor handphone yang sudah tidak aktif. Setelah pelaku
mendapatkan korban, dengan memakai handphone dan kartu yang tidak
permanen atau digunakan untuk sementara. sehingga dapat menyulitkan
pihak kepolisian untuk melacak keberadaan pelaku.115
Teori yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang ada
dala penulisan skripsi ini adalah teori Soejono Soekanto yang
mengemukakan bahwa dalam penegakan hukum terletak beberapa faktor-

115
Pripka Janiko Sambodo, Kesatuan Direskrimsus Polda Metro Jaya, Wawancara di
PodaMetro Jaya Pada Tanggal 20 Agustus 2019.
84

faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana


penipuan bisnis online.

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:


1. Faktor Hukumnya Sendiri
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penegakan hukum
terhadap tindak pidana penipuan bisnis online akan sulit di tegakkan
karena dibatasi oleh undang-undang saja yaitu pasal 378 KUHP yang
sanksinya terlalu ringan sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi
pelaku. Hal ini mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dari pemidanaan
KUHP yang merupakan sebagai peraturan utama dari hukum pidana yang
sudah terlalu lama digunakan, sehingga pasal-pasalnya tidak lagi
berkompeten dan ketidakjelasan arti kata-kata si dalam undangundang
juga mengakibatkan kesimpangsiuran dalam penafsiran serta
penerapannya sehingga sulit untuk menangkap pelaku lain yang juga
membantu tetapi tidak melaporkan. Akan tetapi seiring perkembangan
zaman yang tentunya mengalami peningkatan kualitas modus operasi
kejahatan yang melibatkan komputer atau alat elektonik lainnya sebagai
sarana atau alat, maka diperlukan suatu aturan khusus yang berisi tentang
ancaman peyalahgunaan komputer.Indonesia sesungguhnya telah memiliki
sejumlah perundangan untuk sementara waktu untuk menghadapi para
carder, misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik.
2. Faktor Penegak Hukum
Kuantitas dari penegak hukum seperti kepolisian yang menjadi
bagian terdepan dari penegakan hukum sangat menentukan hasil dari
proses penegakan hukum itu sendiri. Jumlah anggota kepolisian yang
kurang sehingga mnimbulkan banyak hambatan seperti pada saat proses
penyelidikan apalagi kasus penipuan bisnis online ini menggunakan media
elektronik yang sudah pasti perlu dan korbannya pun sangat banyak.
Kualitas dari penegak hukum juga sangat menentukan dan sangat
85

diperlukan karena pengetahuan aparat penegak hukum yang kurang


mengenai penipuan bisnis online ini dapat menjadi factor penghambat
dalam penegakan hukum.
3. Faktor Sarana dan Fasilitas
Hasil wawancara dengan Sanusi Husinmenyatakan bahwa,
Keterbatasan sarana dan fasilitas merupakan faktor penghambat yang
masih ada pada saat ini.Sarana dan fasilitas tersebut mencakup, tenaga
manusia yang berpendidikan dan terampil, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup dan sebagainya.Dan sumber daya manusia maupun
sapras tidak memadai dimana kebanyakan masih di koordinasi dengan
Mabes Polri dalam menggunakan media elektronik. Jika hal-hal tersebut
tidak terpenuhi, amat mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuan
dengan sempurna. Sehingga penegakan hukum dapat berlangsung denga
baik apabila didukung dengan sarana dan fasilatas yang cukup seperti
yang telah disebutkan.
4. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian masyarakat, karena dapat mempengaruhi penegakan
hukum itu sendiri. Persoalan penegakan hukum terhadap tindak pidana
penipuan bisnis online ini merupakan suatu persoalan yang sangat rumit.
Masyarakat atau konsumen tidak menyadari bahwa dirinya menjadi
korban dari kejahatan.
Taraf pendidikan dan pengetahuan masyarakat Indonesia yang
rendah, menjadikan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap hukum
mengakibatkan masih banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui atau
tidak menyadari apabila hak-hak mereka yang dilanggar tersebut
dilindungi oleh Undang-Undang. Rendahnya kesadaran hukum yang
mempertahankan hak-haknya, membuat masyarakat enggan untuk
melaporkan ke kepolisian atau menempuh jalur hukum menyebabkan
pelaku tindak pidana penipuan bisnis online sulit untuk dijerat.
86

Sanusi juga menambahkan bahwa tuntutan ekonomi yang mendesak


dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang lain yang tidak
memberikan suatu hasil yang tepat, adanya kesempatan untuk melakukan
penipuan yang mempunyai nilai yang besar yang membuat pelaku tanpa
berfikir panjang akhirnya ikut terbujuk dan bersedia menjadi pelaku
penipuan tersebut.

5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang paling lama hidup
dan berkembang ditengah masyarakat. Budaya masyarakat yang memiliki
rasa ingin tahu yang berlebihan membuat para pelaku tindak pidana
penipuan bisnis online memanfaat situasi seperti ini. Kesadaran
masyarakat akan hukum yang rendah pun menjadi penghambat dari
penegakan hukum terhadap pelaku penipuan bisnis online ini. Penelitian
yang dilakukan penulis dengan cara wawancara kepada pihak-pihak yang
berwenang mengenai kasus tidak pidana penipuan bisnis online ini
mendapatkan jawaban atas permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penyidik Polda
Lampung, dosen hukum telematika, dosen hukum pidana Fakultas Hukum
Unila dan berdasarkan sumber referensi buku yang digunakan.Penulis
menilai bahwa, faktor-faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum
pidana terhadap pelaku tindak pidana penipuan bisnis online disebabkan
karena rendahnya ancaman sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana
penipuan bisnis online yang ditetapkan dalam KUHP, kurangnya faktor
penegak hukum anggota atau tim penyidik yang benar-benar berkompeten
dalam menangani kasus tersebut sehingga dalam proses penyidikan sedikit
terkendala.Faktor sarana dan prasarana yang dimiliki aparat penegak
hukum yang kurang memadai serta kurangnya kesadaran masyarakat
dalam menyikapi fenomena hukum yang terjadi disekitarnya merupakan
penyebab penegakan hukum pidana di Indonesia sulit untuk ditegakkan.
Faktor yang paling relevan dan dominan dalam proses penegakan
hukum terhadap tindak pidana penipuan bisnis online ini yaitu faktor
hukumnya sendiri yang dalam hal ini undang-undang yang sanksinya
terlalu ringan. Faktor sarana dan fasilitas yang masih sangat kurang
87

sehingga mempersulit tim penyidik dalam hal mengumpulkan barang bukti


dan minimnya pengetahuan manusia terhadap hukum juga sangat
mempengaruhi proses penegakan hukum ini, kemudian faktor masyarakat
juga berpengaruh besar sehingga menimbulkan keengganan korban untuk
melaporkan ke pihak yang berwajib. Dari beberapa faktor diatas faktor
sarana dan fasilitas sangat berpengaruh besar dalam proses penyidikan
seperti anggaran yang terkadang tidak mencukupi dan juga faktor
masyarakan yang memiliki budaya ikut-ikutan sehingga sangat
berpengaruh besar terhadap para pelaku yang lain untuk melakukan
penipuan bisnis online ini.

C. Pandangan Hukum Islam Terhadap Penegakan Penipuan Bisnis Online


Berbisnis, berdagang atau berjualan sangat dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Seperti yang disampaikan beliau dalam hadist bahwa 9
dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (al-hadits).Namun
perdagangan maupun bisnis yang dilakukan harus dalam koridor ajaran islam.
Rasulullah mengisyaratkan bahwa jual beli itu halal selagi suka sama suka
(Antaradhin). Karena jual beli atau berbisnis melalui internet dianggap
praktis, cepat dan mudah. Namun jika tidak sesuai dengan syarat-syarat jual
beli online maka hukumnya adalah haram.
Jual beli dalam pandangan islam yaitu suatu jual beli dapat dikatakan
sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat yang telah ditentukan syara‟.
Tentang rukun dan syarat jual beli, para ulama berbeda pendapat antara ulama
mahzah hanafi dan jumhur ulama. Menurut mahzab hanafi rukun jual beli
yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari
penjual), yang menjadi rukun jual beli itu hanyalah kerelaan (keridaan) antara
kedua belah pihak untuk berjual beli. Lainhalnya dengan pendapat jumhur
ulama yang menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat macam, yaitu :
a. Orang yang berakad (penjual dan pembeli);
b. Sighat (lafal ijab dan kabul);
c. Ada barang yang dibeli;
88

d. Ada nilai tukar pengganti barang. 116


Sedangkan menurut ulama Mahzah Hanafi, orang yang berakad, barang
yang dibeli dan nilai tukar termasuk dalam syarat jual beli bukan rukun jual
beli. Berbeda dengan pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa syarat
jual beli yang terkait dengan rukun jual beli yaitu, pertama orang yang berakad
maksudnya syarat orang yang melakukan akad jual beli harus telah akil baligh
dan berakal. Dan apabila orang yang berakd itu masih mumayyiz (menjelang
baligh) maka akad jual beli itu tidak sah, sekalipun mendapat izin dari
walinya. Selain syarat baligh dan berakal, orang yang melakukan akad itu juga
adalah orang yang berbeda, maksudnya seseorang yang tidak dapat bertindak
sebagai pembeli dan penjual dalam waktu yang bersamaan.117
Menurut ulama fikih menyatakan bahwa suatu jual beli dianggap sah
apabila terpenuhi dua hal sebagai berikut:
1) Jual beli terhindar dari cacat, seperti kriteria barang yang diperjual belikan
itu tidak diketahui, jenis, kuantitas, jumlah harga tidak jelas, mengandung
unsur paksaan, unsur tipuan, mudarat, serta adanya syarat-syarat lain yang
membuat jual beli itu rusak.
2) Apabila barang yang diperjualbelikan itu benda bergerak, maka barang itu
bisa langsung dikuasai Para ulama fikih juga sepakat menyatakan bahwa
suatu jual beli tersebut baru dinyatakan bersifat mengikat apabila jual beli
itu bebas dari segala macam khiyar (hak pilih untuk meneruskan atau
membatalkan jual beli), apabila jual beli tersebut masih mempunyai hak
khiyar maka perjanjian jual beli tersebut masih bisa dibatalkan.

Berkaitan dengan jual beli online, jual beli lewat online harus memiliki
syara-syarat tertentu boleh atau tidaknya dilakukan adapun syarat-syarat
mendasar diperbolenkannya jual beli lewat online yaitu, pertama tidak
melanggar ketentuan syariat agama, seperti transaksi bisnis yang diharamkan,
terjadnya kecurangan, penipuan dan monopli. Kedua, adanya kesepakatan

116
Abdul Rahman Ghazali, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta:Prenadamedia Group, 2010),
h.71
117
Misbahuddin, E-commerce dalam Hukum Islam, h.118
89

perjanjian antara kedua belah pihak selaku penjual dan pembeli, jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan antara sepakat (Alimdha‟) atau pembatalan
(Fasakh). Ketiga, adanya kontrol, sanksi dan aturan hukum yang tegas dan
jelas dari pemerintah untuk menjamin bolehnya berbisnis yang dilakukan
melalui transaksi online bagi masyarakat.118
Hukum Islam adalah pedoman hidup yang ditetapkan Allah SWT untuk
mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan keinginan Al-Quran dan
Sunnah. Adapun Abu Zahrah mengemukakan pandangannya, bahwa hukum
adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan perbuatan orang-orang
mukallaf baik berupa iqtida (tuntutan perintah atau larangan), takhyir (pilihan)
maupun berupa wadh‟i (sebab akibat). Ketetapan Allah dimaksudkan pada
sifat yang telah diberikan oleh Allah terhadap sesuatu yang berhubungan
dengan perbuatan mukalaf. Hasbi Ash-Shiddiqie mendefinisikan hukum
secara lughawi adalah “menetapkan sesuatu atas sesuatu. Sebagaimana
hukum-hukum yang lain, hukum Islam memiliki prinsip-prinsip dan asas-asas
sebagai tiang pokok, kuat atau lemahnya sebuah undang-undang, mudah atau
sukarnya, ditolak atau diterimanya oleh masyarakat, tergantung kepada asas
dan tiang pokonya. Secara etimologi (tata bahasa) prinsip adalah dasar,
permulaan, aturan pokok.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Islam
Hukum Islam merupakan alat yang ditujukan untuk mengubah perilaku
warga muslim. Berdasarkan ilmu hukum, law is the tool of social
engineering. Sebagai alat, tentunya hukum tidak bisa berdiri sendiri dalam
mengatur perilaku ummat Islam. Contohnya perilaku yang biasa merusak
lingkungan sosial bisa diubah secara bertahap melalui pemberlakuan
hukum Islam dalam hal Qishas. Dalam al-Qur'an dicontohkan dalam ayat
32 surat al-Maidah, bahwa barang siapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh

118
Tira Nur Fitri, Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
HukumNegara,h.59.
90

manusia seluruhnya. Ayat ini menunjukkan adanya kekuatan di dalam


hukum untuk merubah pola kehidupan dari yang buruk dan saling
merugikan menuju pada pola yang saling menguntungkan dan keadilan.
Contoh lain misalnya sholat, ibadah ini sebagai standar orang-orang soleh
di dalam Islam. Bahwa, orang-orang soleh pasti melaksanakan sholat
dengan khusyuk dan benar. Dengan kekhusuannya, pola perilaku
bersosialnya dapat terkontrol dengan baik dan selalu mengedepankan sisi
kemanfaatan dan tidak merugiakan orang lain.
Hukum Islam dalam penegakannya juga mengalami hambatan yang terdiri
dari berbagai faktor:
a. Faktor-faktor yang berasal dari pembentuk hukum.
b. Faktor-faktor yang berasal dari penegak hukum.
c. Faktor-faktor yang berasal dari pencari keadilan.
d. Faktor-faktor yang berasal dari golongan-golongan lain di dalam
masyarakat.

2. Faktor-faktor yang berasal dari pembentuk hukum


Di Indonesia pembentuk hukum adalah legislatif bersama-sama
dengan eksekutif. Pembuatan Undang-undang haruslah melalui
persetujuan kedua belah pihak. Untuk sekarang ini hanya ada beberapa
hukum Islam yang telah dihasilkan oleh badan tersebut dalam
pembentukan hukum Islam, yaitu Undang-undang perkawinan, Undang-
undang tentang pengelolaan zakat, Undang-undang tentang perwakafan,
dan Undang-undang tentang waris, serta Undang-undang tentang
perbankan syariah. Sedangkan pelaksanaan sholat, haji dan puasa belum
dibuat Undang-undang, semua itu baru pelaksanaan ibadah ritual dan
masih banyak hukum Islam yang belum dijadikan Undang-undang.
Masyarakat sebagai pendukung hak dan kewajiban sifatnya hanya
menunggu untuk melaksanakan perundang-undangan yang dibentuk oleh
legislative bersama eksekutif. Para polisi, jaksa dan hakim sebagai
pelaksana penegakan hukum akan melaksanakan penegakan dengan
91

sebaik-baiknya bila memang telah diundangkan oleh negara. Hukum itu


mengikuti pola pikir. Pola-pola berpikir manusia mempengaruhi sikapnya,
yang merupakan kecenderungan-kecenderungan untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu terhadap manusia, benda maupun keadaan-
keadaan. Sikap-sikap manusia kemudian membentuk kaidah-kaidah, oleh
karena itu manusia cenderung untuk hidup teratur dan pantas. Pembentuk
Undang-undang sangat menentukan dalam penegakan hukum Islam.
Ketika Undang-undangnya sudah ada, berjalannya masih tergantung pada
man behind the law apalagi Undang-undang yang harus diundangkan
belum seluruhnya terwujud.
3. Faktor yang berasal dari penegak hukum
Di Indonesia dikenal dengan beberapa penegak atau pelaksana
hukum, misalnya, Hakim, Jaksa, dan Polisi yang masing-masing
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Peranan masing-masing tidak lepas dari
pengaruh struktur yang ada dilembaganya, hakim dalam melaksanakan
tugasnya banyak dipengaruhi oleh sistem, lembaganya dan juga struktur di
dalamnya. Walaupun posisi hakim adalah orang yang independen dalam
memutus perkara, tetapi kenyataannya mereka dipengaruhi oleh lembaga
tempat ia bekerja. Begitu pula jaksa dan polisi, keduanya ini secara
tanggung jawab tidak punya independensi bahkan kebanyakan dipengaruhi
oleh struktur dan sistem yang digunakan pada lembaga tersebut sehingga
dalam penegakan hukum banyak dipengaruhi oleh lembaga tersebut.
4. Faktor yang berasal dari pencari keadilan
Orang-orang yang mengajukan perkara merupakan faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum Islam. Ada orang punya masalah
dengan hukum tetapi tidak mau mengajukannya ke Pengadilan, maka akan
mengurangi peranan peradilan. Dan ada pula orang-orang yag berperkara
selalu ingin menang dengan cara apapun juga mengurangi wibawa
penegak hukum. Memang hukum itu adalah sebagai sarana pengatur
perilaku yang mana membutuhkan sarana untuk menyampaikan pesan-
pesan yang ada di dalam hukum. Suatu contoh, hukum perlu komunikasi
92

(Soerjono Soekarno, 1994: 119) supaya hukum benar-benar dapat


mempengaruhi perikelakuan warga-warga masyarakat, maka hukum tadi
harus disebarluaskan seluas mungkin sehingga melembaga dalam
masyarakat, adanya alat-alat komunikasi tertentu, merupakan salah satu
syarat bagi penyebaran serta perkembangan hukum, komunikasi hukum
tersebut, dapat dilakukan secara formal, yaitu suatu tata cara yang
terorganisasi dengan resmi, akan tetapi disamping itu juga ada tata cara
yang tidak resmi sifatnya.
5. Faktor yang berasal dari golongan-golongan lain di dalam masyarakat
Jika diadakan pengamatan sepintas lalu, kita akan dapat
menyimpulkan bahwa dalam masyarakat terdapat bentuk-bentuk
pengelompokan yang menghimpun manusia, kelompok-kelompok sosial
itu terbentuk berdasarkan kepentingan yang memiliki tujuan sama, namun
tidak jarang pula terbentuknya karena mempunyai musuh yang sama,
kelompok-kelompok semestinya bermasyarakat antara satu dengan yang
lain.
Pandangan hukum islam terhadap penegakan tindak pidana penipuan
bisnis online di polda metro jaya sudah sesuai dengan syar‟a hukum islam.
Di karena kan proses penegakan yang di lakukan oleh polda metro
jaya melalui beberapa tahap, dari proses penyelidikan, proses penyidikan,
proses pembuktian dalam perkara pidana dan proses persidangan semua
sesuai dengan aturan hukum yang sudah di atur dalam tindak pidana
penipuan bisnis online, penegakantindak pidana penipuan bisnis online
tidak akan berlanjut apabila dari proses penegakan hukum masih ada
beberapa alat bukti atau saksi yang kurang dalam penegakan hukum tindak
pidana penipuan bisnis online. agar seseorang yang telah melakukan
tindak pidana dan korban memperoleh sesuatu keadilan yang sesuai
dengan hukum positif dan hukum islam.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
dalam bab terdahulu, maka dapat diambilkesimpulan bahwa :
1. Tindak pidana penipuan berbasis bisnis online pada prinsipnya sama
dengan penipuan dengan cara konvensional. Yang menjadi perbedaan
terletak pada alat bukti atau sarana perbuatannya yakni menggunakan
sistem elektronik (komputer, internet, dan perangkat telekomunikasi).
penegakan hukum pidana terhadap erhadap pelaku penipuan bisnis online
dilakukan sesuai dengan aturan hukum pidana yaitu kitab Undang –
Undang hukum pidana ( KUHP ). Karena di dalam kasus terdapat unsur
penipuan dikenakan pasal 378 KUHP dimana penegakan hukumnya
dimulai dari beberapa tahapan. Tetapi karena didalam pasal 378 KUHP
untuk ancaman pidananya terlalu ringan maka aparat kepolisian
menggunakan pasal 28 ayat (1) dan pasal 45A ayat (1) Undang-Undang
nomor 19 tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik maka
dapat juga dikenakan pasal tersebut. Dalam kasus penipuan bisnis online
ini yaitu proses dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian apakah
benar telah terjadi peristiwa penipuan kemudian dilakukan penyedikan
dengan cara olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh pihak kepolisian.
Tetapi hal tersebut memiliki kesulitan. Aparat kepolisian yang berperan
sebagai penyidik mempunyai kesulitan karena terkendalanya bukti -bukti
yang didapat untuk menguatkan kasus ini supaya bisa masuk ke kejaksaan.
Sehingga sehingga untuk perkara penipuan bisnis onine tidak bisa
dilanjutkan ke kejaksaan.
2. Faktor-faktor terkait dengan hambatan dalam penegakan hukum terhadap
tindak pidana penipuan berbasis bisnis online yaitu pertama faktor hukum
itu sendiri dimana masih adanya aturan yang belum menjelaskan secara
spesifik terhadap tindak pidaa penipun berbasis penipuan bisnis online,

93
94

kedua faktor penegak hukum, dimana masih ada aparat penegak hukum
yang belum memahami terhadap aturan aturan yang ada sehingga dalam
implementasinya masih menjadi multitafsir, ketiga faktor sarana dan
prasarana yang mendukung penegakan hukum yang dapat membantu
mengungkap tindak pidana tersebut, keempat faktor masyarakat dimana
masih minimnya kesadaran masyarakat untuk memberikan keterangan
atau laporan terhadap permasalahan yang di hadapi serta serta keengganan
masyarakat untuk berproses dalam peradilan dan faktor kebudayaan
dimana semakin besar budaya dan semakin modern suatu bangsa maka
semakin modern pula kejahatan itu dalam bentuk, sifat dan cara
pelaksanaanya.

3. Pandangan hukum Islam terhadap tindak pidana penipuan jual beli online
yaitu telah disebutkan dalam hadis Rasulullah yang mengatakan bukan
golonganku yang mengecoh atau menipu dalam berdagang. Kejujuran
merupakan nilai dasar yang harus dipegang dalam menjalankan kegiatan
bisnis. Dalam islam, antara kejujuran dan keberhasilan kegiatan ekonomi
yang menunjukan hal positif karena setiap bisnis yang didasarkan pada
kejujuran akan mendapat kepercayaan dari orang lain. Berbisnis,
berdagang atau berjualan sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang disampaikan beliau dalam hadist bahwa 9 dari 10 pintu rezeki
adalah melalui pintu berdagang (al-hadits). Namun perdagangan maupun
bisnis yang dilakukan harus dalam koridor ajaran islam.
Rasulullah mengisyaratkan bahwa jual beli itu halal selagi suka sama suka
(Antaradhin). Karena jual beli atau berbisnis melalui internet dianggap
praktis, cepat dan mudah. Namun jika tidak sesuai dengan syarat-syarat
jual beli online maka hukumnya adalah haram.Jual beli dalam pandangan
islam yaitu suatu jual beli dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi
rukun dan syarat yang telah ditentukan syara‟. Jual beli melalui online di
perbolehkan selama tidak terdapat unsur-unsur riba, kezaliman, monopoli,
95

penipuan, dan kecurangan serta memenuhi syarat yang telah ditentukan


syara‟ dalam jual beli.
Pandangan hukum islam terhadap penegakan tindak pidana penipuan
bisnis online di polda metro jaya sudah sesuai dengan syar‟a hukum islam.
Di karena kan proses penegakan yang di lakukan oleh polda metro jaya
melalui beberapa tahap, dari proses penyelidikan, proses penyidikan,
proses pembuktian dalam perkara pidana dan proses persidangan semua
sesuai dengan aturan hukum yang sudah di atur dalam tindak pidana
penipuan bisnis online, penegakantindak pidana penipuan bisnis online
tidak akan berlanjut apabila dari proses penegakan hukum masih ada
beberapa alat bukti atau saksi yang kurang dalam penegakan hukum tindak
pidana penipuan bisnis online. agar seseorang yang telah melakukan
tindak pidana dan korban memperoleh sesuatu keadilan yang sesuai
dengan hukum positif dan hukum islam.

B. REKOMENDASI
Pemerintah Indonesia melalui lembaga terkait sebaiknya dapat mengikut
sertakan para aparat penegak hukum dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
secara khusus untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan bagi aparat
penegak hukum dalam mengungkap kasus-kasus penipuan bisnis online
sehingga dapat memahami secara menyeluruh terhadap aturan-aturan yang
dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana penipuan berbasis transaksi
elektronik dan tidak terjadi multitafsir dalam penerapan pasal-pasal tersebut.
Selain itu Pemerintah sebaiknya dapat mengakomodir bagi para aparat
penegak hukum untuk dapat memberikan sarana dan prasarana sesuai dengan
spesifikasi yang diharapkan untuk dapat mengungkap dan menangkap para
pelaku tindak pidana.
Pemerintah dan aparat penegak hukum seharusnya untuk perkara kasus
penipuan bisnis online ini dikenakan dengan menggunakan pasal 28 ayat (1)
dan pasal 45 ayat (2) Undang-Undang nomor 19 tahun tahun 2016 tentang
informasi dan transaksi elektronik. Dan perlu meningkatkan pemahaman dan
96

kinerja dikalangan aparat penegak hukum dalam mencegah tindak pidana


penipuan bisnis online.
Pihak kepolisian dengan berbagai instansi terkait diharapkan dapat
bekerjasama dan lebih aktif untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi mengenai
bahaya tindak pidana penipuan bisnis online, dan peran aktif pemerintah dan
para aparat penegak hukum dalam mengedukasi masyarakat tentang seluk
beluk dan bahaya bisnis berkedok online juga sangat dibutuhkan. Jika hal ini
tidak segera direalisasikan, maka modus penipuan berkedok bisnis online akan
selalu terjadi dan menimbulkan banyak korban. Penulis juga menyarankan
kepada masyarakat untul lebih berhati – hati lagi dalam sebuah bisnis berbasis
online, agar tidak terjadi lagi kedepannya.
Bisnis dalam Islam itu diperbolehkan selama sesuai dengan koridor
ajaran islam, kita sebagai pelaku usaha jangan karena ingin mendapat
keuntungan yang lebih banyak lalu menghalalkan segala macam cara. Selama
kita berbisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip islam dan
bermanfaat bagi orang lain, pastinya keuntungan yang didapatkan juga akan
lebih berkah. Oleh karena itu, sebagai pelaku usaha hendaknya menerapkan
unsur-unsur syariah dalam transaksi jual beli online dengan lebih
memperhatikan keamanan dan kenyamanan konsumen agar terhindar dari
kerugian saat melakukan transaksi online .Selain itu pemerintah juga
seharusnya membuat peraturan mengenai objek transaksi jual beli online,
yaitu tidak diperbolehkannya transaksi yang mengandung unsur keharaman
agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah.
Diharapkan kesadaran masyarakat secara langsung untuk melaporkan
kepada pihak kepolisian apabila ada hal yang patut dicurigai merupakan
tindak pidana penipuan berbasis penipuan bisnis online. Karena upaya
pencegahan bukan hanya tugas aparat yang berwenang melainkan kewajiban
bersama untuk memberantas tindak pidana penipuan bisnis online.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Ahmadi, Fahmi M. dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, Ciputat
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010.
Alma, Buchari. Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam,
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maragi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar,
hery
Aly, Noer. Tafsir Al-Maragi (cetakan II;Semarang:PT.Karya Toha Putra
Semarang,1993.
Ananda, S. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya: Kartika,2009.
Andrisman, Tri. Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, Bandar
Lampung: Unila, 2009.
Arief, Barda Nawawi. Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: PT.Raja
Grafindo,2002.
Ash-Shiddiqi, Hasbi. Falsafah Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Audah, Abdul Qadir. Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jilid III, Bogor:
PT.Kharisma Ilmu.
Beekun, Rafiq Issa. Islamic Business Ethics, Herndon, the International Institute
Of Islamic Thought, 1981.
Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana 1, Jakarta: Raja Grafindo, 2011.
damanik, Zulkifli. Kekuatan Hukum Transaksi Jual-Beli Secara Online (E-
commerce), skripsi pada universitas simalungun, pematangsiantar, 2012.
Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996.
Fitri, Tira Nur. Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan
Hukum Negara.
Ghazali, Abdul Rahman. dkk, Fiqh Muamalat, Jakarta:Prenadamedia Group,
2010.
Gosita, Arif. Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Pressindo, 1983
Hamzah, Andi. Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana, Surabaya, FH
Universitas 2005.
Hari Sasangka, Lili Rosita, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana,
Bandung:Mandar Maju, 2003.

97
98

Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka
Janiko S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
Hasil wawancara penulis dengan Polisi di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Pripka
Janiko S.H Pada tanggal 20 Agustus 2019.
Idri, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Jakarta: Publisher, 2008.
Joko, Subagyo. Metodologi Penelitian, Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta,2011.
Kalbuadi, Putra. jual beli online dengan menggunakan sistem dropshipping
menurut sudut pandang akad jual beli iskam (studi kasus pada forum
KASKUS), Skripsi fakultas syari‟ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
jakarta, 2015.
Kalo, Syafruddin. Mahmud Mulyadi, Chairul Bariah, Kebijakan Kriminal
Penanggulangan Cyberbullying Terhadap Anak Sebagai Korban, Jurnal
Usu Law. Vol.5, No.2.
Karuniawan, Yusuf. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Online
Dengan Sistem Lelang, Skripsi Fakultas Syari‟ah IAIN Surakarta, 2017.
Kementrian Agama, Alquran‟an dan Terjemahnya.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Mahmud, Peter. Marzuki. Pengantar Ilmu Hukum. Kencana Prenada. Jakarta.
2012.
Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
2000.
Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta: Kencana
2013.
Maulida Nur Muhlishotin, Cyberbullying Perspektif Hukum Pidana Islam, Vol.3.
No.2 Desember 2017.
Misbahuddin, E-commerce dalam Hukum Islam.
Moeljatno, KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana), Jakarta: Bumi Aksara,
2007.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung:
Alumni, 20005.
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Bandung: Alumni, 2008.
Munajat, Makhrus. Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Sleman: Logung Pustaka,
2004.
Muslim Nurdin dkk, Moral dan Kognisi Islam cet II, Bandung : ALFA BETA,
1995), 205.
99

Nuryadin, Muhammad Dirusman. Urgensi Penerapan Etika Dalam Bisnis, Jurnal


Ekonomi dan Bisnis Islam, Al-tijary vol.01, No.01, Desember 2015.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media,
2014.
Prasetyo, Teguh. Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media,
2010.
Projodikoro, Wirjono. Hukum Perdata tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu.
Bandung. Sumur.1997.
Qaradhawi, Yusuf. Halal dan Haram, Bandung: Jabal, 2007.
Qardawi,Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
R, Sugandhi. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Penjelasannya ,
Surabaya: Usaha Nasional, 1980.
Rahardjo, Satjipto. Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 1987.
Rivai, Veithzal. dkk, Islamic Business and Economic Ethics, Jakarta:PT Bumi
Aksara, 2012.
Rusmana, Agus. Penipuan Dalam Interaksi Melalui Media Sosial, Vol.3 No.2,
Desember 2015.
Sambodo, Pripka Janiko. Kesatuan Direskrimsus Polda Metro Jaya, Wawancara
di PodaMetro Jaya Pada Tanggal 20 Agustus 2019.
Samosir dan Djisman, Fungsi Pidana Penjara Dalam Sistem Pemidanaan di
Indonesia, Bandung: Bina Cipta.
Santoso, Febriana Fitri Permatasari. Tinjauan hukum islam terhadap jual beli
online yang mencantumkan gambar dan testimoni hoax di ponorogo,
Skripsi fakultas syari‟ah IAIN Ponorogo, 2018.
Setiawan, Deris. Sistem Keamanan Komputer, Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo, 2005.
Sitompul, Josua. Cyberspace Cybercrime Cyberlaw Tinjauan Aspek Huku Pidana,
Jakarta: Tatanusa, 2012.
Sodiki, Achmad. Kejahatan Mayantara, Bandung: PT.Refika Aditama, 2010.
Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Jakarta, Rajawali,1983.
Suhariyanto, Budi. Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime) Urgensi
Pengaturan Dan Celah Hukumnya, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sumenge, Melisa Monica. Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa Jual-
Beli Online, Vol.2 No.4, Agustus 2013.
100

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Press, 2006, h.87


Suparni, Niniek. Cyberspace Probelamtika & Antisipasi Pengaturannya, Jakarta:
Sinar Grafika, 2009.
Susilo, Kriminologi, Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan,
Bogor:Politeria.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian; kuantitatif, Kualitataif, dan Penelitian
Gabungan, Jakarta: Prenada Media, 2014.
Zainal, Abidin, Farid. Asas-Asas Hukum Pidana. Sinar grafika. Jakarta 2007.
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Internet:
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 pukul 12.32
http://pandi.id//berita/kesadaran-keamanan-cyber-indonesia-masih-
rendah-kata-pandi/
Diakses pada tanggal 08 Januari 2017 Pukul 13.04
https://balianzahab.wordpress.com/artikel/penegakan-hukum-positif-di-
indonesia-terhadap-cybercrime/
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
Diakses pada tanggal 15 November 2016
http://PengertianBisnisOnline/MuhammadAriefDarmawan.html
Diakses pada tanggal 23 maret 2017
http://googleleweblight.com://academy.blazbluz.com
Diakses pada tanggal 23 september 2014,
https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmuhukum/hukum-
pidana-islam.
Diakses pada tanggal 27 April 2013 https://mebiso.com/mengenal-bentuk-
penipuan-di-internet/
http://bacaonline.blogspot.com/2011/05/karya-tulis-hukum-penipuan-melalui.html
http://www.entrepreneurmuslim.com
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4419/Menkominfo%3A+Pasal+28+
2+UU+ITE+Tidak+Mungkin+Dihapuskan/0/berita_satker.
101

Rodame Monitorir Napitupulu, Pandangan Islam terhadap Jual Beli Online, vol.1
no.2,juli 2015,
http://repo.iainpadangsimpuan.ac.id/293/1/Rodame%Monitorir%20Napit
upulu.pdf. Diakses pada tanggal 10 oktober 2018.
Yulla kurniati dan Heni hendrawati, Jual Beli Online dalam Perspektif Hukum
Islam,vol.11no.1,2015,https://ejournal.stmikbinapatria.ac.id/index.php/D
S/article/downloadSupp File/47/65. Diakses pada tanggal 15 oktober
2018.
Diakses 27 Desember 2010 http://syariah-muher.blogspot.com/2010/12/teori-
penegakkan-hukum-islam-di.html?m=1
Diakses 18 Februari 2015 18:18 https://www.kompasiana.com/amp/sutomo-
paguci/ini-daftar-penegak-hukum-di-
indonesia_54f34b34745513962b6c6f4d#aoh=15794083886418&referrer=https%3
A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s

Anda mungkin juga menyukai