Anda di halaman 1dari 73

ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP SNIPING PADA

LELANG ONLINE DI MEDIA SOSIAL FACEBOOOK

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Hukum

Disusun Oleh:

WENDY PRATAMA

1810104065

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

RADEN FATAH

PALEMBANG

2022
ABSTRAK

Pada saat ini ada banyak bentuk lelang yang bisa dilakukan salah satunya
adalah lelang yang dilakukan melalui media virtual (lelang online). Lelang seperti
ini pada dasarnya dilakukan melalui media virtual apapun seperti media sosial
layaknya Facebook atau Instagram maupun komersial layaknya E-Bay atau situs
lelang online lainnya. Fenomena lelang online inilah yang menjadikan kegiatan
lelang lebih bervariasi dan banyak melakukan improvisasi terlebih mengenai usaha
untuk memenangkan kegiatan lelang online dengan melakukan sniping. Sniping
merupakan sebuah penawaran dengan jumlah tertentu pada menit atau detik waktu
lelang berakhir. Penelitian ini sejatinya hendak mengkaji perilaku sniping dalam
perspektif hukum ekonomi syariah. Penelitian ini berjudul “Analisis Hukum
Ekonomi Syariah terhadap Sniping pada Lelang Online di Media Sosial
Facebook”. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Bagaimana mekanisme sniping pada lelang online di media sosial Facebook?;
2). Bagaimana analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap perilaku sniping pada
lelang online di media sosial Facebook? Penelitian ini menggunakan metode
penelitian Normatif Studi Kepustakaan (library research), yang mengolah data
pada sumber kepustakaan seperti buku atau kitab serta literatur lainnya sehubungan
dengan obyek penelitian sedangkan obyek dalam penelitian ini berupa analisis
hukum ekonomi syariah terhadap sniping. Pandangan sniping dalam hukum
ekonomi syariah merupakan suatu tindakan yang dilarang namun tidak
membatalkan akad daripada jual-beli sebab hal ini tidak menjadi bagian dari
konsekuensi akad melainkan hal diluar akad seperti menyakiti atau mempersulit
dan ini bukan batas pengharaman suatu kegiatan melainkan hanya sebatas tindakan
yang tidak terpuji namun juga tidak dilarang.

Kata Kunci: Sniping, Hukum Ekonomi Syariah, Lelang Online, Media Sosial
Facebook.

ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pola transliterasi dalam penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Raden Fatah Palembang berpedoman kepada Keputusan Bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan Kebudayaan RI No. 158 Tahun 1987 dan No.
0543b/U/1987.
1. Konsonan

Penulisan
Huruf Nama Huruf Kapital Huruf Kecil

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan


‫ب‬ Ba B b
‫ت‬ Ta T t
‫ث‬ Tsa Ts ts
‫ج‬ Jim J j
‫ح‬ Ha Ḥ ḥ
‫خ‬ Kha Kh kh
‫د‬ Dal D d
‫ذ‬ Dzal Dz dz
‫ر‬ Ra R r
‫ز‬ Zai Z z
‫س‬ Sin S s
‫ش‬ Syin Sy sy
‫ص‬ Shad Sh sh
‫ض‬ Dhad Dl dl
‫ط‬ Tha Th th
‫ظ‬ Zha Zh zh
‫ع‬ ‘Ain ‘ ‘
‫غ‬ Ghain Gh gh
‫ف‬ Fa F f
‫ق‬ Qaf Q q
‫ك‬ Kaf K k

iii
‫ل‬ Lam L l
‫م‬ Mim M m
‫ن‬ Nun N n

‫و‬ Waw W w
‫ه‬ Ha H h
‫ء‬ Hamzah ` `
‫ي‬ Ya Y y

2. Vokal

Sebagaimana halnya vokal dalam bahasa Indonesia, vokal bahasa


Arab terdiri atas vokal tungal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong).

a. Vokal tungal dilambangkan dengan harakat.


Contoh:

Tanda Nama Latin Contoh

َ‫ا‬ Fathah A َ‫من‬

َ‫ا‬ Kasrah I َ‫من‬

َ‫ا‬ Dhammah U َ‫رفع‬

b. Vokal rangkap dilambangkan dengan gabungan harakat dan huruf.


Contoh:

Tanda Huruf Latin Contoh

‫ني‬ Fathah dan ya Ai َ‫كيف‬


َ‫نو‬ Fathah dan waw Au َ‫حول‬

3. Maddah

iv
Maddah atau vocal panjang dilambangkan dengan huruf dan simbol
(tanda). Contoh:

Tanda Nama Latin Contoh Ditulis

َ ‫ماا‬ Fathah dan alif atau Ā/ā َ ‫ماتَا‬ Māta/


Fathah dan alif
‫مى‬ َ ‫رمى‬ Ramā
yang menggunakan
huruf ya

‫ي‬ Kasrah dan ya Ī/ī َ‫قيل‬ Qīla

َ‫مو‬ Dhammah dan waw Ū/ū َ‫يموت‬ Yamūtu

4. Ta Marbuthah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam:


1. Ta Marbutah hidup atau yang berharakat fathah, kasrah dan dlammah,
maka transliterasinya adalah t;
2. Ta Marbutah yang sukun (mati), maka transliterasinya adalah h;
Kata yang diakhiri Ta Marbuthah diikuti oleh kata sandang al serta
bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka Ta marbuthah itu
ditransliterasikan dengan h.
Contoh:

َ‫روضةَاْلطفال‬ Raudlaṯul athfāl


َ‫المدينةَالمن َّورة‬ al-Madīnah al-Munawwarah
َ‫المدرسةَالدينية‬ al-Madrasah ad-dīniyah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid ditransliterasikan dengan menggandakan


penulisan huruf yang bertanda syaddah tersebut. Contoh:

‫ربَّنا‬ Robbanā

َ‫البر‬ Al-birr

v
َ‫ن َّزل‬ Nazzala

َ‫الحج‬ Al-hajj

6. Kata Sandang al
a. Diikuti oleh Huruf Syamsiah, kata sandang yang diikuti oleh huruf
syamsiah ditransliterasikan bunyinya dengan huruf [l] diganti
dengan huruf yang langsung mengikutinya. Contoh:
َ‫الشيد‬ as-sayyidu

َ‫الرجل‬ ar-rajulu

َ‫الت َّ َّوب‬ at-tawwābu

َ‫الشمش‬ as-syams

b. Diikuti oleh Huruf Qamariyah, kata sandang yang diikuti huruf


qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan-aturan di atas dan
dengan bunyinya. Contoh:
َ‫الجََلل‬ al-Jalāl

َ‫الكتاب‬ al-Kitāb

َ‫البديع‬ al-Badī’u

َ‫القمر‬ al-Qamaru

Catatan: kata sandang ditulis secara terpisah dari kata yang


mengikutinya dan diberi tanda hubung (-), baik diikuti huruf as-
Syamsiyah maupun al-Qamariyah.

vi
7. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun hal ini hanya


berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah dan diakhir kata. Apabila
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisannya
berupa alif. Contoh:

َ‫تأخزون‬ Ta`khuzūna
َ‫الشهَداء‬ As-Syuhadā
َ‫أمرت‬ Umirtu
‫فأتَبها‬ Fa`ti bihā

8. Penulisan kata

Setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf pada dasarnya ditulis
secara terpisah. Akan tetapi, suatu kata yang didalamnya ada harakat atau
huruf yang tidak dibaca (dihilangkan), maka transliterasinya kata seperti itu
diuraikan dengan kata setelahnya. Contoh:

َ‫وأوفواَالكيل‬ Wa aufū al-kaila Wa auful-kaila


َ‫واللَّهَعلىَال َّناس‬ Wa lillāhi ‘alā al-nās Wa lillāhi
‘alannās
َ‫يدرسَفىَالمدرسة‬ Yadrusu fi al-madrasah Yadrusu fil-
madrasah

9. Huruf Kapital

Penggunaan huruf kapital sebagaimana halnya yang berlaku dalam


bahasa Indonesia (EYD), antara lain huruf kapital ditulis untuk huruf awal
kalimat, awal nama dan awal nama tempat. Apabila awal nama atau tempat
tersebut didahului kata sandang al, maka yang ditulis dengan huruf kapital
adalah huruf awal nama, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh:

Kedudukan Arab Transliterasi

vii
Awal kalimat َ‫منَعرفَنفسه‬ Man ‘arafa nafsahu

Nama diri َ‫وماَمح َّمدٌَاالََّرسو ٌل‬ Wa mā Muhammadun illā


rasūl
Nama tempat َ‫منَالمدينةَالمن َّورة‬ Minal-Madīnaṯil-
Munawwarah
Nama bulan َ‫الىَشهرَرمضان‬ Ilā syahri Ramaḍāna

Nama diri ‫ذهبَالشَّافعى‬ Zahaba as-Syāfi’ī


didahului al
Nama tempat َ‫رجعَمنَالمكَّة‬ Raja’a min al-Makkah
didahului al

10. Penulisan Kata Allah

Huruf awal kata Allah menggunakan huruf kapital apabila kata


tersebut berdiri sendiri. Apabila kata Allah berhubungan dengan kata lain
sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka huruf awalnya
tidak menggunakan huruf kapital. Contoh:

َ‫وَالله‬ Wallāhu

َ‫منَالله‬ Minallāhi

َ‫فىَالله‬ Fillāhi

َ‫للَّه‬ Lillāhi

viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

َ‫َّوجعلناَالنَّهارَمعاشًا‬

“dan Kami menjadikan siang untuk mencari kehidupan” (Q. S. An-Naba ayat 11).

PERSEMBAHAN:

Dengan penuh rasa syukur atas segala rahmat dan berkah yang diberikan
Allah SWT., penelitian ini saya persembahkan kepada:

1. Orang tua dan keluarga tesayang, semoga Allah menyayangi kalian


sebagaimana kalian menyayangi dan mengasihi dengan penuh ketulusan hati
serta semoga Allah menghadiahkan surge untuk kalian semuanya;
2. Sahabat-sahabat tersayang, yang juga selalu mendukung dengan penuh
ketulusan.

ix
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

Alhamdulillah puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu Wa-Ta’aala yang telah mempermudah peneliti dengan memberikan
kesehatan, kekuatan, serta atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Hukum Ekonomi Syariah
terhadap Sniping pada Lelang Online di Media Sosial Facebook.

Pada penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam


memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Selesainya penelitian pada skripsi ini atas
limpahan rahmat yang telah diberikat Allah Subhanahu Wa-Ta’aala yang membuat
peneliti dikelilingi oleh keluarga, kerabat serta para dosen yang telah memberikan
dukungan kepada peneliti. Peneliti ucapkan terimakasih kepada pihak yang turut
membantu dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan penelitian pada skripsi
ini. Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan membuka
wawasan bagi para pembaca dan terkhusus peneliti tersendiri.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari peran semua pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menghaturkan terimakasih kepada semua
pihak, terutama kepada:

3. Orangtua beserta keluarga besar tercinta yang telah memberikan restu yang
tulus, semangat serta do’a yang mengiringi peneliti selama menempuh
pendidikan;
4. Prof. Dr. Hj. Nyayu Khodijahm S. Ag., M. A., selaku Rektor beserta jajaran
pimpinan Rektorat UIN Raden Fatah Palembang;
5. Dr. Marsaid, M. A., selaku Dekan beserta jajaran pimpinan Dekanat UIN Raden
Fatah Palembang;
6. Drs. Atika, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
beserta Fatroyah Asr Himsyah, ,S. H. I., M. H. I., selaku Sekretaris Program

x
Studi Hukum Ekonomi Syariah yang telah berkontribusi serta memberikan
masukan terhadap skripsi peneliti;
7. Prof. Dr. H. Cholidi, M. A., selaku pembimbing I yang banyak mengarahkan dan
mengajarkan peneliti mengenai pembuatan skipsi yang baik dan benar;
8. Muhammad Fadhillah, S. H. I., M. H. I., selaku pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran dalam
memberikan masukan, arahan serta saran-saran yang sangat berharga kepada
peneliti dalam menyusun skripsi ini;
9. Bapak dan Ibu Dosn Fakultas Syariah dan Hukum yang telah dengan penuh
pengabdian memberikan ilmu pengetahuan.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna dalam arti yang sesungguhnya. Maka dari itu kritikan dan masukan
dari semua pembaca sangat berarti bagi peneliti demi mengembangkan penelitian
ini menjadi lebih baik kedepannya.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

Palembang, 2022

Penulis

Wendy Pratama

NIM. 1810104065

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................

PENGESAHAN DEKAN .......................................................................

PENGESAHAN PEMBIMBING ...........................................................

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................

MOHON IZIN PENJILIDAN SKRIPSI ...............................................

ABSTRAK ............................................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................. iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... ix

KATA PENGANTAR ............................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................... 6
D. Kajian Pustaka............................................................................... 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 13

BAB II: TINJAUAN UMUM

A. Lelang............................................................................................ 15
1. Pengertian Lelang.................................................................... 15

xii
2. Dasar Hukum Lelang .............................................................. 16
3. Rukun dan Syarat Lelang ........................................................ 18
4. Mekanisme Lelang .................................................................. 20
5. Larangan dalam Lelang ........................................................... 22
B. Jual Beli Nājasī ............................................................................. 25
C. Realitas Lelang Online di Media Sosial Facebook ....................... 27
1. Mekanisme Lelang Online di Media Sosial Facebook ........... 27
2. Perilaku Sniping dalam Lelang Online di Media Sosial
Facebook ................................................................................. 31

BAB III: ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP

SNIPING PADA LELANG ONLINE DI MEDIA SOSIAL

FACEBOOK

A. Mekanisme Sniping pada Lelang Online di Media Sosial


Facebook ....................................................................................... 33
B. Analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap Perilaku Sniping
pada Lelang Online di Media Sosial Facebook............................. 40

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 46
B. Saran .............................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 48

LAMPIRAN ............................................................................................. 53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... 57

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. ............................................................................................. 24

Gambar 2.2. ............................................................................................. 25

Gambar 2.3. ............................................................................................. 25

Gambar 2.4. ............................................................................................. 26

Gambar 2.5. ............................................................................................. 26

Gambar 2.6. ............................................................................................. 27

Gambar 3.1. ............................................................................................. 30

Gambar 3.2. ............................................................................................. 31

Gambar 3.3. ............................................................................................. 32

Gambar 3.4. ............................................................................................. 32

Gambar 3.5. ............................................................................................. 33

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia saling berinteraksi satu sama lain sudah merupakan hal alamiah
yang biasa dilakukan dalam keseharian untuk memenuhi kebutuhan sosial. Proses
ini melibatkann komunikasi dalam menyebarkan dan menelaah informasi yang
diterima. Pada masa sekarang banyak sekali media dalam melakukan proses
interaksi salah satunya menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi
yang kemudian merambah ke semua bidang. Hal ini membuat perubahan yang
signifikan dalam proses interaksi, komunikasi serta penyebaran informasi. Manusia
berinteraksi dalam berbagai bentuk, berbagai cara dan dalam berbagai situasi serta
kondisi baik berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung atau bisa
dikatakan melalui media alat penyaluran pesan. Salah satu bentuk interaksi manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidup adalah jual-beli.

Dalam dunia jual-beli pun telah mengalami perubahan yang signifikan


akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sekarang tengah
merambah pada semua orang, semua tempat di seluruh dunia. Akibat
perkembangan ini juga mengakibatkan akses untuk berinteraksi secara
internasional bisa dilakukan dengan mudah. Jual-beli pada masa ini bisa dilakukan
secara online, sekarang hal ini lebih disukai ketimbang jual-beli konvensional
dalam beberapa hal.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berupa media internet


(inter-network) menyebabkan aktifitas perdagangan menjadi semakin berkembang
dan meluas ruang lingkupnya. Media internet memiliki fasilitas yang lebih besar
bagi para pelaku jual-beli untuk mengembangkan dan memperluas jangkauan
usahanya serta mencari informasi tentang barang atau jasa yang akan dibutuhkan.
Para pelaku jual-beli tidak hanya dapat melakukan transaksi jual-beli melalui toko-
toko yang ada di tempat jual-beli konvensional seperti pasar namun juga dapat
melakukan transaksi jual-beli melalui situs online atau lebih dikenal dengan online

1
2

shop yang ada di media internet. Ada banyak online shop di Indonesia yang dapat
dijumpai seperti marketplace Shopee; Tokopedia; Lazada, begitu juga dengan
media sosial online yang dapat kita jumpai sekaligus dimanfaatkan sebagai
marketplace adalah seperti Facebook; Twitter; Whatsapp dan sebagainya.

Pada dasarnya kegiatan jual-beli sangat dibutuhkan oleh manusia untuk


memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terkadang apa yang dibutuhkan berada di
tangan orang lain, maka untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharaian
dilakukanlah praktek jual-beli sebagai perputaran roda kehidupan manusia dalam
ruang lingkup perekonomian dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan serta hukukmya boleh (mubah) selagi berdasarkan prinsip-prinsip dan
aturan-aturan yang telah diajarkan serta ditetapkan dalam Islam.1

Dalam ruang lingkup Fiqh Muamalah membahas mengenai ilmu tentang


syara’ atau hukum-hukum yang mengatur hubungan antar manusia dengan manusia
yang salah satunya dalam bidang kegiatan ekonomi.2 Salah satu definisi dari
Muamalah dalam bidang ekonomi adalah tukar-menukar barang atau sesautu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditentukan pada awal transaksi atau pada awal
berakad seperti jual-beli, upah-mengupah, pinjam-meminjam, sewa-menyewa dan
sebagainya. Islam telah memberikan syara’ atau hukum atau aturan terhadap
masalah ini untuk menertibkan kemaslahatan umum. Dengan tertibnya kegiatan
berMuamalah maka kehidupan manusia menjadi lebih baik, sejahtera dan terjamin
tanpa adanya penyimpmagan yang merugikan salah satu pihak maupun kedua
pihak.

Islam melarang umatnya untuk memakan harta sesama manusia secara


bathil seperti melakukan kegiatan yang berbasis bunga (ribā), kegiatan yang
bersifat judi (maisir), ataupun kegiatan yang terdapat unsur risiko atau
ketidakpastian dalam bertransaksi (ghārar).3 Kemudian pada ayat di atas

1
Abdul Rahmat Ghazaly, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), 24.
2
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2015), 177.
3
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1993), 26-27.
3

menjelaskan bahwa kegiatan jual-beli merupakan jenis kegiatan yang berdasarkan


suka sama-suka (taradhim minkum). Perilaku ini terbentuk sejak antar individu
saling membutuhkan barang ataupun jasa yang tidak dimiliki namun dibutuhkan
dan perilaku ini terus berkembang sesuai perkembangan masyarakat zaman
sekarang. Sebab ulama Fiqh bersepakat atas sahnya jual-beli berdasarkan keridha-
an di antara pihak yang bertransaksi atau yang melakukan akad namun harus ada
kesesuaian di antara ijab dan qabul. Jual-beli yang tidak mematuhi atau memenuhi
ketentuan dianggap tidak sah.4

Menilik sejarah, dalam masyarakat primitif, kegiatan jual-beli berbentuk


tukar-menukar barang yang tidak sejenis. Namun seiring berkembannya zaman
sistem ini ditinggalkan setelah mengetahui adanya uang sebagai alat tukar-menukar
sebab tidak sesuainya nilai barang yang saling ditukar.5 Begitu juga sekarang
dengan media pemasaran yang saat ini tengah berkembang pesat. Media pemasaran
barang yang diperjualbelikan pada awalnya dilaksanakan secara bertemu langsung
antara penjual dan pembeli. Namun hal itu saat ini bisa dilaksanakan tanpa harus
saling bertemu secara langsung, melainkan bisa dilaksanakan melalui jaringan
internet.

Praktek pada kehidupan keseharian masyarakat, ada berbagai bentuk


kegiatan jual-beli yang diterapkan, bergantung pada kebutuhan dari masing-masing
pihak yaitu salah satunya adalah lelang. Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Pada Bab I
Mengenai Ketentuan Umum, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang menjelaskan
bahwa: “penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga
secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang”6.
Sedangkan dalam tinjauan Fiqh Muamalah, jual-beli lelang tersebut disebut sebagai

4
Zuhrotul Mahfudhoh dan Lukman Santoso, Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadao
Jual-beli Melalui Media Online di Kalangan Mahasiswa, (Serambi: Jurnal Ekonmoi Manajemen
dan Bisnis Islam. Vol. 2., No. 1., April 2020), 33.
5
Nasroen Haroen, FIqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 112.
6
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213 Tahun 2020
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
4

bai’ al-muzāyadah, yang mana salah satu jenis jual-beli dengan mekanisme saling
menawar dengan harga yang lebih tinggi sampai pada harga tertinggi dari salah satu
pembeli, lalu terjadilah akad dan pebeli tersebut mengambil barang dari penjual.7
Jual-beli dengan sistem lelang ini adalah suatu sarana yang tepat untuk menampung
pembeli untuk bisa mendapatkan barang yang diinginkan. Pada saat ini lelang
dilaksanakan tidak pada lembaga tertentu saja melainkan banyak media yang
menjadi penyelenggara lelang salah satunya melalui media online.

Facebook menjadi salah satu tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi


sebab memiliki fasilitas yang sangat mendukung untuk melakukan aktifitas jual-
beli salah satunya. Bahkan lebih lengkap dan lebih kompleks jika dibandingkan
dengan situs e-commerce yang sudah ada. Hal ini memungkinkan seseorang bisa
berhubungan dengan orang lain hingga lebih dari 5000 orang yang mana sangat
membantu untuk melakukan transaksi serta bermanfaat untuk meningkatkan
promosi penjualan. Salah satunya fitur atau fasilitasnya adalah lexicon atau alat
bantu untuk mengukur seberapa atau apa yang sedang menjadi trend di Facebook.
Cara kerja lexicon ini menyesuaikan trend dengan kata yang ada di wall, group dan
profile. Hal ini sangat membantu dalam proses marketing di media sosial Facebook
guna meningkatkan penjualan atau mempromosikan barang yang nantinya akan di
lelang.8

Sistem prosedur lelang dilakukan secara online dengan penjual


mengirimkan foto barang yang kaan mereka jual kepada penyelenggara lelang
online di media sosial Facebook. Kemudian foto dari barang tersebut akan dipasang
di profil disertai dengna peraturan lelang dan nilai jual terendah atau disebut dengan
istilah open bid dan pembeli akan terus melakukan penawaran atau melakukan bid
atau bidding sampai waktu lelang habis. Permasalahan yang menarik untuk
dijadikan bahan penelitian dalam fenomena ini adalah sniping. Sniping adalah
sebuah program penawaran (bidding) untuk memasukkan sejumlah nilai penawaran

7
Enang Hidayat, Fiqh Jual-beli, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 16.
8
Enang Hidayat, Fiqh Jual-beli, 11.
5

tertentu dalam sebuah lelang sesuai waktu yang diinginkan penawar, biasanya pada
akhir waktu lelang berakhir.9

Pengamat lelang mengungkapkan dampak daripada lelang online ini akan


menimbulkan banyak para penembak runduk (sniper) yang melakukan tindakan
sniping demi memenangkan lelang.10 Sejatinya tindakan sniping ini tidak memiliki
dasar hukum positif yang diatur oleh Negara. Negara hanya menjelaskan bagaimana
panduan pelaksanaan lelang dengan sistem secara langsung maupun tidak langsung
(online). Namun belakangan seiring berkembangnya zaman, banyak para peserta
lelang atau penawar lelang menerapkan tindakan sniping dengan menggunakan
aplikasi yang akan mengoperasikan tindakan sniping dengan bekerja secara
sendirinya (automatic) untuk memberikan penawaran diakhir waktu lelang
berakhir. 11

Pada dasarnya penyelenggera lelang sejatinya tidak mengetahui siapa sniper


yang sebenarnya. Pada fenomena ini banyak penyelenggara lelang yang
mengizinkan untuk melakukan tindakan sniping serta beberapa pengamat lelang
juga tidak terlalu mempermasalahkan tindakan tersebut12 namun yang menjadi akar
dari permasalahan adalah bagaimana yang dirasakan oleh penawar lainnya sebagai
sesama peserta lelang. Pertama, Sebab barang yang di lelang bersifat terbatas
sehingga memungkinkan banyak orang yang meninginkan satu barang tersebut.
Kedua, dikarenakan sniper membuat penawaran dengan menggunakan sistem yang
sudah diatur dengan sendirinya untuk memberikan penawaran tertinggi pada akhir
waktu lelang berakhir maka peserta lelang lain seperti tidak diizinkan memiliki
waktu atau kesempatan untuk melakukan penawaran kembali (counterbid) yang
mana pada akhirnya sniper berpeluang besar menjadi pemenang dalam lelang

9
https://www.jasaorder.biz/sniping-bid-di-ebay.htm diakses pada tanggal 11 Februari 2022
Pukul 14.58 WIB.
10
https://qastack.id/economics/5962/impact-of-auction-systems-that-allow-sniping diakses
pada tanggal 11 Februari 2022 Pukul 13.10 WIB.
11
https://id.joecomp.com/ebay-expert-tips-how-to-find-what-you-want-and-win-your-
auctions diakses pada tanggal 11 Februari 2022 Pukul 13.20 WIB.
12
https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/5ea2a763d541df69f556c2d2/ada-
penembak-runduk-di-lelang-koleksi-uang diakses pada tanggal 11 Februari 2022 Pukul 13.30 WIB.
6

tersebut.13 Peserta lelang lain pada dasarnya tidak bisa menuntut atas tindakan
sniping ini sebab tidak ada dasar hukum yang mengatur agar tindakan ini bisa
disebut sebagai suatu kecurangan namun terdapat kode etik atau semacam peraturan
tidak tertulis yang memuat norma bagaiman sesama peserta lelang melakukan
prosedur lelang secara jujur.

Berangkat dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih
dalam dan lebih lanjut mengenai praktek jual-beli lelang secara online pada media
sosisal Facebook. Yaitu bagaimana pandangan atau tinjauan Hukum Ekonomi
Syariah terhadap permasalahan sniping pada lelang online tersebut dengan
meninjau tentang bagaimana pelaksanaan dan penerapan peraturan serta bagaimana
pandangan hukum Islam mengenai permasalahan sniping pada jual-beli lelang.
Maka berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dengan ini mengambil judul terhadap
masalah “Analisis Permasalahan Sniping Pada Lelang Online di Media Sosial
Facebook Menurut Hukum Ekonomi Syariah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah disampaikan dapat ditarik
permasalahan yang akan dibahas didalam skripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana mekanisme sniping pada lelang online di media sosial Facebook?


2. Bagaimana analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap perilaku sniping pada
lelang online di media sosial Facebook?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Peneliti meraih tujuan melalui penelitian ini berdasarkan dari Rumusan


Masalah yang telah ditulis di atas. Maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan jual-beli lelang melalui media


sosial Facebook;

13
https://id.theastrologypage.com/auction-sniping diakses pada tanggal 11 Februari 2022
Pukul 13.35 WIB.
7

b. Untuk mengetahui bagaimana permasalahan sniping pada jual-beli lelang


melalui media sosial Facebook menurut Hukum Ekonomi Syariah.
2. Manfaat Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini meraih manfaat untuk mencari tahu esensi
daripada membuat karya ilmiah ini, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara Teoritis

Peneliti berharap penelitian ini berguna untuk pembangunan dan


perkembangan ilmu pada spesifiknya dalam ruang lingkup Hukum Ekonomi
Syariah yang mana untuk membangun serta menyempurnakan atau melengkapi
teori yang telah ada sebelumnya. Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat
memberikan informasi serta peningkatan bagi pengetahuan masyarakat dalam
ruang lingkup Mu’amalah terhadap pelaksanaan jual-beli lelang secara online di
media sosial khususnya pada media sosial Facebook.

b. Teori Praktis

Peneliti berharap agar hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat serta beguna
dalam penerapan ilmu di ruang lingkup sosial kemasyarakatan dalam bidang ilmu
Hukum Ekonomi Syariah, meliputi:

1) Dengan penelitian ini, peneliti mendapat ilmu dan wawasan yang sudah
didapatkan pada mata kuliah yang sudah dipelajari sebelumnya
khususnya dalam ruang lingkup ilmu Hukum Ekonomi Syariah;
2) Peneliti mencari kesesuaian diantara teori yang telah peneliti susun dan
dapatkan serta dipelajari pada proses perkuliahan dengan realita yang
terjadi di sosial masyarakat;
3) Peneliti berhadap bahwa hasil ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
terlibat atau terkait dengan penelitian ini yaitu mengenai jual-beli lelang
berbasis online khususnya di media sosial Facebook;
4) Peneliti berharap dalam penelitian ini dapat menjadi sebuah bahan
wawasan untuk referensi atau contoh dalam sebuah perbandingan untuk
peneliti berikutnya di masa yang akan datang.
8

D. Kajian Pustaka

1. Lylla Hanida (2019) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Agama
Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dengan judul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Jual-beli Online Dengan Sistem Lelang (Studi Kasus Pada
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)” dalam skripsi ini
menjelaskan mengenai mekanisme jual-beli berbasis online dengan sistem
lelang yang ditinjau berdasarkan Hukum Islam. Sedangkan perbedaan terhadap
penelitian yang dilakukan peneliti ada pada permasalahan yang mana dalam
skripsi tersebut membahas mengenai bid and run yang dalam hal ini penawar
atau peserta lelang yang telah memenangkan lelang tidak melakukan tanggun
jawabnya sebagai pembeli namun menghilang dan tidak membayar barang
lelang yang telah dimenangkan. Peneliti dalam hal ini meninjau permasalahan
praktek jual-beli secara lelang yang dilakukan berbasis online sebagai referensi
untuk penelitian skripsi ini.14
2. Yusuf Kurniawan (2017) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta dengan judul “Pandangan
Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-beli Online Dengan Sistem Lelang (Sutdi
Kasus Jual-beli Batu Mulia di Jejaring Sosial Facebook)” dalam skripsi ini
menjelaskan mengenai pandangan Hukum Islam terhadap penerapan atau
praktek jual-beli berbasis online secara lelang yang dilakukan di jejaring sosial
Facebook. Jual-beli lelang ini menjual batu mulia sebagai barang yang nantinya
akan di lelang oleh akun lelang di Facebook atau penyelenggara lelang.
Sedangkan perbedaan terhadap penelitian yang dilakukan peneliti ada pada
permasalahan yang mana dalam skripsi tersebut membahas mengenai
pelelangan batu mulia yang di perjual-belikan dengan sistem lelang secara
online di media sosial Facebook. Peneliti dalam hal ini meninjau permasalahan

14
Lylla Hanida. Skripsi, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual-beli Online Dengan
Sistem Lelang (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta), (Surakarta: Prodi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam, 2019).
9

praktek jual-beli batu mulia berbasis online secara lelang di jejaring sosial
Facebook sebagai referensi untuk penelitian skripsi ini.15
3. Muhammad Farhan (2021) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
dengan judul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Mekanisme
Lelang Online Di Instagram (Studi Kasus Tokok Preasurehype)” dalam skripsi
ini menjelaskan mengenai mekanisme jual-beli secara lelang berbasis online
ditinjau berdasarkan Hukum Ekonomi Syariah di media sosial Instagram studi
kasus pada tokok Preasurehype. Sedangkan perbedaan terhadap penelitian
yang dilakukan peneliti ada pada permasalahan yang mana dalam skripsi
tersebut membahas mengenai permasalahan bid and run yang mana penawar
atau peserta lelang tida mempertanggung jawabkan kewajibannya sebagai
pemenang yang yang akan membeli barang lelangan tersebut pada lelang
secara online di media sosial Instagram. Peneliti dalam hal ini meninjau
praktek jual-beli secara lelang berbasis online yang dilaksanakan oleh toko
Preasurehype pada media sosial Instagram berdasarkan tinjauan Hukum
Ekonomi Syariah sebagai referensi untuk penelitian ini.16
4. Atina Fadhilah (2020) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
dengan judul “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Lelang
Berbasis Online Di Platform Sosial Media Instagram (Online Auction)” dalam
skripsi ini menjelaskan mengenai praktek jual-beli lelang berbasis online yang
diselenggarakan di platform media sosial Instagram atau yang biasa disebut
dengan online auction menurut pandangan Hukum Ekonomi Syariah.
Sedangkan perbedaan terhadap penelitian yang dilakukan peneliti ada pada

15
Yusuf Kurniawan, Skripsi. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-beli
Online Dengan Sistem Lelang (Studi Kasus Jual-beli Batu Mulia di Jejaring Sosial Facebook,
(Surakarta: Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri
Surakarta, 2017).
16
Muhammad Farhan, Skripsi. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Mekanisme
Lelang Online di Instragram (Studi Kasus Toko Preasurehype), (Bandung: Program Studi Hukum
Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,
2021).
10

permasalahan yang mana dalam skripsi tersebut membahas mengenai


mekanisme jual-beli dengan sistem lelang secara online yang pada zaman
sekarang tengah berkembang dalam kajian Fiqh Muamalah Kontemporer.
Peneliti dalam hal ini meninjau praktek jual-beli lelang berbasis online di
platform media sosial Instagram dalam tinjauan Hukum Ekonomi Syariah
sebagai referensi untuk penelitian ini.17
5. M. Ali Muwaffa (2017) Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan
judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Jual-beli Lelang Online (Studi Kasus
Balelang.com) dalam skripsi ini menjelaskan mengenai praktek jual-beli lelang
berbasis online yang diselenggarakan oleh situs lelang online yaitu
Balelang.com menurut analisa dalam pandangan Hukum Islam. Sedangkan
perbedaan terhadap penelitian yang dilakukan peneliti ada pada permasalahan
yang mana dalam skripsi tersebut membahas mengenai mekanisme jual-beli
dengan sistem lelang secara online yang dilaksanakan pada situs lelang
tersendiri yaitu pada situt Balelang.com. Peneliti dalam hal ini meninjau
praktek jual-beli lelang berbasis online di situs Balelang.com dalam analisa
Hukum Islam sebagai referensi untuk penelitian ini.18

E. Metode Penelitian

Metode penelitian pada skripsi ini menggunkana metode penelitian


deskriptif yang dalam Bahasa Inggris disebut dengan describe. Metode penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang memaparkan atau menggambarkan
suatu hal seperti kondisi, keadaan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan obyek
penelitian. Metode penelitian deskriptif dalam skripsi ini memiliki tujuan guna
menyelidiki keadaan, kondisi dan lain sebagainya berkaitan dengan obyek
penelitian pada skripsi ini yang telah disebutkan dan dipaparkan dalam bentuk

17
Atina Fadhilah, Skripsi. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik Lelang
Berbasis Online di Platform Sosial Media Instagram (Online Auction), (Bandung: Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syarian dan Hukum, Universitas Sunan Gunung Djati, 2020).
18
M. Ali Muwaffa. Skripsi. Analisa Hukum Islam Terhadap Jual-beli Lelang Online
(Studi Kasus Balelang.com). Surabaya: Program Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Sunan Ampel, 2017.
11

laporan penelitian.19 Peneliti dengan ini dapat mendeskripsikan mengenai analisis


secara utuh terhadap permasalahan perilaku sniping pada lelang online di media
sosial Facebook. Peneliti juga menjabarkan beberapa metode penulisan yang
digunakan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini menggunakan penelitian kepustakaan


(library research) atau dalam penelitian hukum juga biasa disebut dengan
penelitian hukum Normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang
menjelaskan mengenai norma hukum secara tuntas berupaya memberi dimensi
normatif-kontemplatif untuk dijadikan pedoman dalam praktek hukum.20 Penelitian
ini ditinjau berdasarkan sudut pandang Hukum Ekonomi Syariah terkait dengan
pelaksanaan lelang online di media sosial Facebook dan permasalahan sniping pada
lelang online di media sosial Facebook.

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif berupa pendapat, konsep atau
teori berkaitan dengan penguraian penjelasan masalah terhadap tinjuan Hukum
Ekonomi Syariah mengenai pelaksanaan lelang online di media sosial Fcaebook
dan permasalahan sniping pada jual-beli lelang berbasis online di media sosial
Facebook. Sumber data yang diambil pada penelitian ini adalah data-data yang
terdiri dari 3 (tiga) bagian data:21

a. Sumber Data Primer

19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta,
2010, 3.
20
I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Hukum, (Jakarta: Kencana Permada Media Group, 2016), 82.
21
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Normatif Suatu Tujuan Singkat,
(Jakarta: Rajawali, 2015), 13.
12

Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu sumber data yang mengikat
mengenai dengan obyek penelitian berupa peraturan perundangan-undangan yang
terikat dengan obyek penelitian.22

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang


memberikan penjelasan terkait dengan sumber data primer yang bersumber dari
bahan-bahan ilmiah yang dapat membantu dalam menganalisa serta memahami
permasalahan dalam penelitian dan diperoleh pada literatur terkait dengan pokok
permasalahan.23

c. Sumber Data Tersier

Sumber data tersier dalam penelitian ini merupakan data yang memberikan
petunjuk serta penjelasan mengenai sumber data sekunder. Sumber data tersier yang
diperlukan dalam penulisan skripsi ini meliputi ensiklopedia dan internet.24

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini didapatkan


berdasarkan teknik sebagai berikut:25

a. Observasi, yaitu peneliti mengumpulkan data berupa pengamatan secara


langsung terhadap permasalahan yang akan diteliti. Peneliti melakukan
observasi berdasarkan fenomena secara langsung berupa tindakan atau
peristiwa yang dilakukan kemudian didokumentasi sebagai data;
b. Kepustakaan, yaitu peneliti mengkaji berbagai data dan informasi ilmiah
dengan cara membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan
menganalisis sumber data primer dan sumber data sekunder.

4. Teknik Analisis Data

22
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Rajawali Pers, 2015), 113.
23
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, 114.
24
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, 114.
25
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), 107.
13

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode


deskriptif kualitatif dengan bertujuan menggambarkan daripada bentuk obyek yang
dikaji serta menjawab permasalahan suatu penelitian. Penulisan dalam penelitian
ini mengutamakan pengamatan terhadap gejala, peristiwa serta kondisi aktual
dimasa sekarang serta menjelaskan seluruh data yang ada pada rumusan masalah.
Kemudian penjelasan tersebut disimpulkan secara deduktif dengan menarik
kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum ke khusus sehingga penyajian
dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah.26

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini tersusun secara sistematis berdasar dari tujuan yang akan dicapai
pada judul penelitian ini, maka peneliti menyusun sistematika penulisan skripsi ini
sebagai berikut:

BAB I merupakan bab Pendahuluan, yang mana berisi tentang: latar belakang
massalah; rumusan masalah; tujuan dan manfaat penulisan dari skripsi ini. Masalah
yang diangkat dari penelitian ini adalah jual-beli secara lelang berbasis online di
media sosial Facebook. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika
penulisan.

BAB II merupakan bab yang memuat Tinjauan umum dari penelitian ini. Tinjauan
umum yang akan digunakan dan dibahas dalam skripsi ini adalah teori mengenai
jual-beli menurut Hukum Islam, lelang menurut Hukum Islam atau bai’ al-
muzāyadah dan praktek sniping pada lelang online di media sosial Facebook.

BAB III merupakan bab yang memuat Pembahasan setelah mendapatkan data dari
bab sebelumnya maka dalam bab ini berisikan mengenai analisis terhadap praktek
lelang online yang diselenggarakan pada media sosial Facebook, praktek sniping
pada lelang online dan pandangannya dalam Hukum Ekonomi Syariah.

26
Bambang Sunggono. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001, 116.
14

BAB IV merupakan bab yang memuat Penutup berisikan kesimpulan dan saran
mengenai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Lelang
1. Pengertian Lelang

Jual-beli secara umumnya merupakan bentuk daripada suatu perjanjian,


dengan perjanjian itu pihak yang bersangkutan mengatakan dirinya untuk
menyerahkan hak milik atas suatu barang serta pihak yang lainnya akan membayar
harga yang telah ditetapkan daripada suatu barang yang diperjual-belikan. Jual-beli
mempunyai banyak bentuk atau cara untuk dilakukan, salah satunya adalah lelang.

Istilah lelang berasal dari Bahasa Belanda yaitu vendu, sedangkan dalam
Bahasa Inggris disebut dengan istilah auction. Istilah lainnya merupakan
terjemahan dari Bahasa Belanda yaitu openbare verkooping, openbare veling, atau
openbare verkopingen yang semuanya memiliki arti lelang atau penjualan terbuka
atau juga dapat diartikan sebagai penjualan di muka umum.27 Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari lelang adalah penjualan dihadapan orang
banyak (dengan tawaran yang atas-mengatasi) dipimpin oleh pejabat lelang.28
Harga tertinggi peserta lelang akan menjdi harga lelang, setelah ditetapkan oleh
petugas lelang maka barang tersebut telah menjadi milik peserta lelang yang dalam
hal ini berkaitan dengan lelang online maka peserta lelang berkewajiban untuk
melakukan transaksi pembayaran hingga pejabat lelang atau penyelenggara lelang
dapat mengirimkan barang lelang yang terjual sampai ke tangan pemenang lelang.

Jual-beli lelang pada Fiqh Mu’amalah biasa disebut dengan bai’ al-
muzāyadah yang secara bahasa dapat diartikan sebagai saling menambah.
Kemudian bai’ al-muzāyadah secara istilah juga dapat diartikan sebagai:

27
Abdul Ghofur Ansori, Gadai Syariah, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press,
2011), 73-74.
28
https://kbbi.web.id/lelang diakses pada tanggal 1 Juli 2022 Pukul 20.25 WIB.

15
16

“adanya penambahan oleh penjual yang memamerkan barang yang akan dijual di
pasar, kemudian orang-orang akan saling memberikan tawaran dengan menaikkan
harga satu sama lain. Sehingga penawaran akan berhenti di orang terakhir yang
menawarkan harga tertinggi terhadap barang yang dijual tersebut dan
mendapatkan kesempatan untuk membeli barang yang dijual tersebut”.29
Dalam pengertian lain lelang juga didefinisikan sebagai salah satu jenis jual-
beli seperti penjual menawarkan barang dagangannya kemudian para pembeli
saling memberikan penawaran dengan harga yang lebih tinggi sampai pada
akhirnya pembeli dengan penawaran tertinggi menjadi calon pembeli terhadap
barang tersebut.30

Pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, lelang juga pada


dasarnya masuk dalam bentuk jual-beli yang dilandaskan pada Pasal 1457 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata:

Jual-beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar
harga yang dijanjikan.31
Kitab Undang-undang Hukum Perdata merumuskan jual-beli sebagai suatu
persetujuan oleh pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengikat dirinya
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain akan membayar berdasarkan harga
yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penerapan lelang yang
merupakan bentuk lain dari jual-beli.

2. Dasar Hukum Lelang

Dasar hukum atau dalil kebolehan daripada kegiatan lelang adalah hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai dan juga Imam
Ahmad:

َ‫عنَأنسَبنَمالكٍ َأنَّ َرج ًَلَمنَاْلنصارَجاءَإلىَالنَّبيَصلَّىَاللَّهَعليهَوسلَّمَيسألهَفقالَلَك‬


َ‫ح َنشرب َفيه َالماء َقال َائَتَني‬
ٌ ‫س َنلبس َبعضه َونبسط َبعضه َوقد‬
ٌ ‫فيَبيتك َشي ٌء َقال َبلىَحل‬

29
Abd Rahman Zaharuddin, Fiqh Kewenangan Islam, (Kualalumpur: t. tp: PTS Islamika,
2014), 44.
30
Enang Hidayat, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Gerbang Media, 2010), 17.
31
Pasal 1457 Bab V Tentang Jual-beli Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
17

َ‫بهماَقالَفأتاهَبهماَفأخذهماَرسولَاللَّهَصلَّىَاللَّهَعليهَوسلَّمَبيدهَث َّمَقالَمنَيشَتريَهذيَن‬
َ‫فقال َرج ٌل َأناَآخذهماَبدره ٍم َقال َمن َيزيد َعلىَدره ٍم َم َّرتين َأو َثَلثًاَقالَ َرج ٌل َأناَآخذهما‬
َ‫ي‬
َّ ‫بدرهمينَفأعطاهماَإيَّاهَوأخذَالدرهمينَفأعطاهماَاْلنصار‬
Artinya:

Dari Anas bin Malik R. A. bahwa ada seorang lelaku Anshar yang datang menemui
Nabi SAW dan dia meminta sesuatu kepada Nabi SAW. Nabi SAW bertnya
kepadanya, “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” lelaki itu menjawab, “Ada.
Sepotong kain, yang satu dikenakan dan yang lain untuk alas duduk, serta cangkir
untuk meminum air.” Nabi SAW berkata, “Kalau begitu, bawalah kedua barang
itu kepadaku.” Lelaki itu datang membawanya. Nabi SAW beranya, “Siapa yang
mau membeli barang ini?” salah seorang sahabat beliau menjawab, “Saya mau
membelinya dengan harga satu dirham.” Nabi SAW bertanya lagi, “Ada yang mau
membelinya dengan harga lebih mahal?” Nabi SAW menawarkannya hinga dua
atau tiga kali. Tiba-tiba salah seorang sahabat beliau berkata, “Aku mau
membelinya dengan harga dua dirham.” Maka Nai SAW memberikan dua barang
itu kepadanya dan beliau mengambil uang dua dirham itu dan memberikannya
kepada lelaku Anshar tersebut.32
Berdasar pada hadits diatas Ibnu Qudamah Ibnu Abdi Dar menjelaskan
bahwa adanya kesepakatan ulama mengenai bolehnya jual beli secara lelang bahkan
telah menjadi kebiasaan yang berlaku di pasar umat Islam pada masa lalu.
Sebagaimana Umar bin Khattab juga pernah melakukannya sebab umat
membutuhkan praktik lelang sebagai salah satu cara dalam jual beli.33

Namun dalam dasar hukum yang lain sebagian Ulama seperti an-Nakha’i
berpendapat dengan memakhruhkan jual-beli lelang dengan dalil hadits dari Sufyan
bin Wahab bahwa dia berkata:

َ‫سمعتَ رسولَ اللهَ نَ هى عنَ بَ يعَ الم زايدة‬


Artinya:

Aku mendengar Rasulullah SAW melarang jual beli lelang. (H. R. Al- Bazzar).34

32
At-Tirmidzi, Al-Jami’ al-Shahih, (Beirut Libarnon: Darul Al-Fikr, 1988), Hadits Nomor
908.
33
Ibnu Hazm, Al-Mughni, Jilid VII, (Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah, 1972), 307.
34
Mardani, Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syari’ah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011), 192.
18

Berdasar pada hadits diatas, Imam Ibrahim al-Nakha’i pada dasarnya


memakruhkan jual beli secara lelang.35 Namun Imam Ibnu Abi Shaibah
menjelaskan bahwa jual beli secara memang sejatinya dimakruhkan kecuali bagi
orang-orang yang ikut perkongsian.36 Hal lain dikatakan oleh al-Hasan al-Basri,
Ibnu Sirin al-Auza’i dan ulama lainnya menjelaskan bahwa jual beli secara lelang
dihukumkan makruh kecuali pada harta rampasan perang dan harta pustaka.37

Kegiatan atau penjualan dengan cara lelang diperbolehkan dalam Islam


asalkan memang benar-benar seperti apa yang telah diatur berdasarkan syari’at
dengan berbagai pertimbangan yang sangat dijunjung tinggi tidak melarang dalam
melakukan usaha untuk mencari kekayaan dengan cara apapun selama masih
menaati peraturan atau ketentuan yang ada.38 Sedangkan adanya peraturan atau
ketentuan dalam Islam tentunya untuk menjaga dari adanya manipulasi atau
kecurangan dalam menjalankan bisnis dengan cara lelang demi menjaga pihak yang
bersangkutan agar tidak ada yang merasa terzholimi.

Pemerintah Negara Republik Indonesia juga mengatur mengenai petunjuk


pelaksanaan lelang yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang pada Pasal 1 Bab I
Ketentuan Umum menjelaskan bahwa lelang adalah:39

“Penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara
tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai
harga tertinggi, yang didahului dengan pengumuman lelang.”
3. Rukun dan Syarat Lelang

Islam telah menetapkan panduan umum terhadap kegiatan lelang untuk


mencegah adanya perbuatan yang menyimpang, pelanggaran hak, norma dan etika

35
Wahbah al-Zuhailiy, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Juz V, (Damaskus: Daar al-Fikr,
tt.), 88.
36
Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Shaibah al-‘Abasy, Musnaf Ibnu Abi
Shaibah, Juz XII, (Kt: Daar al-Salafiyyah, tt), 338.
37
Abdullah bin Ali bin al-Jarud Abu Muhammad al-Naisabury, Al-Muntaqa min al-Sunan
al-Musnadah, (Beirut: Muassasah al Kitab al-Tsaqafiyah, 1408 H), 147.
38
Mardani, Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syari’ah, 192.
39
Pasal 1 ayat (1) Bab I Ketentuan Umum Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK.06/2016 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang.
19

dalam praktek lelang. Lelang merupakan bentuk lain daripada kegiatan jual-beli
maka tentunya rukun serta syarat kegiatan lelang berkaitan atau sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan pada rukun dan syarat jual-beli secara umum menurut Islam,
seperti:40

a. Transaksi lelang dilakukan oleh orang yang cakap hukum;


b. Transaksi lelang dilakukan atas dasar saling sukarela oleh kedua pihak
(penjual dan pembeli);
c. Obyek daripada kegiatan lelang atau barang yang diperjual-belikan haruslah
halal;
d. Kepemelikan penuh terhadap obyek lelang atau barang yang diperjual-
belikan oleh penjual;
e. Kejelasan barang yang diperjual-belikan atau jasa tanpa adanya unsur
manipulasi dan ketidakjelasan lainnya;
f. Kesanggupan penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli atau penawar
tertinggi;
g. Kesepakatan harga yang telah disepakati sebelumnya atau pada awal
kegiatan lelang dimulai agar tidak menimbulkan perselisihan diantara pihak.

Secara jelasnya Rukun daripada jual-beli lelang adalah:41

a. Aqid (subjek atau orang yang berakad atau dalam hal ini merupakan orang
yang terkait dengan kegiatan lelang), yaitu pihak yang mengadakan kegiatan
lelang dan peserta lelang;
b. Ma’qud ‘Alaih (objek daripada kegiatan lelang yaitu uang dan barang dalam
kegiatan lelang);
c. Sighat (akad pelelangan).

Syarat-syarat lelang yang harus dipenuhi adalah:42

40
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2000), 497.
41
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 65.
42
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, 65.
20

a. Syarat Aqid (subjek dari kegiatan lelang atau penyelenggara lelang dan
peserta lelang), harus mempunyai syarat cakap melakukan tindakan hukum
tukar-menukar benda. Apabila berakal sehat dan mumayiz (mencapai umur
7 tahun) orang yang ditaruh dibawah pengampuan dengan alas an amat
dungu atau pemboror seperti mumayiz, namun tindakan-tindakan hukum
sebelum baligh diperlukan izin dari wali nya bagi yang berada dibawah
pengampuan diperlukan izin pengampuan, apabila wali atau pengampu
tidak mengizinkan maka perjanjian menjadi batal. Syarat aqid ini terbagi
atas dua jenis yaitu:43’
1) Syarat Umum, yaitu syarat-syarat yang harus ada pada setiap akad;
2) Syarat Khusus, yaitu syarat-syarat yang harus ada pada sebagaian akad
dan tidak disyaratkan pada bagian lainnya.
b. Ma’qud ‘Alaih (objek dari kegiatan lelang atau uang dan barang yang akan
dilelang), untuk sahnya pelelangan, barang lelang harus memenuhi syarat
yaitu:
1) Merupakan barang atau benda bernilai menurut ketentuan hukum
syara’;
2) Sudah terwujud pada saat perjanjian;
3) Mungkin diserakan seketika pada pembeli.
c. Sighat, dengan adanya akad maka dapat terciptanya kegiatan lelang dengan
tidak saling merugikan diantara pihak yang berkiatan. Jika tidak adanya
akad maka proses lelang tidak akan berjalan dengan semestinya.
4. Mekanisme Lelang

Penjelasan daripada mekanisme lelang pada dasarnya sudah terjawab pada


pengertian, rukun dan syarat serta hal-hal yang harus dihindari dalam kegiatan
lelang. Namun calon pembeli juga harus memahami bagaimana sistem atau
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh para penjual atau dalam hal ini disebut
pelelang khususnya pada sistem atau peraturan lelang online. Adapun hal-hal yang
harus diperhatikan oleh pembeli untuk mengetahui mekanisme kegiatan lelang

43
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, 65.
21

berdasarkan mekanisme lelang yang diatur oleh Direktorat Jenderal Kekayaan


Negara Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut :44

a. Peserta lelang harus sign in untuk masuk ke dalam alamat domain tersebut
atau sign up untuk mendaftar ke dalam alamat domain tersebut. Beberapa
data yang harus dilengkapi dalam proses registrasi wajib untuk di isi
sehingga email yang didaftarkan harus valid.
b. Peserta lelang kemudian akan memperoleh kode aktivasi yang akan dikirim
ke alamat email masing-masing.. kode tersebut digunakan untuk
mengaktifkan username.
c. Setelah aktif, peserta kemudian akan memilih jenis objek lelang pada
katalog yang sudah tersedia.
d. Setelah peserta lelang telah memilih jenis objek lelang yang dipilih, peserta
kemudian diwajibkan untuk mendaftarkan nomor identitas KTP dan NPWP
serta menggugah softcopy nya serta mendaftarkan nomor rekening bank atas
nama peserta elang guna kepentingan seperti pengembalian uang jaminan
bagi peserta lelang yang tidak ditunjuk sebagai pemenang.
e. Peserta lelang kemudian akan memperoleh nomor virtual account (VA) atau
nomor rekening sebagai tujuan penyetoran uang jaminan lelang. Nomor VA
dapat dilihat dalam menu “Status Lelang” pada ALE sesuai username
masing-masing.
f. Peserta lelang selanjutnya diwajibkan untuk menyetorkan uang jaminan
sesuai dngan nominal yang telah disyaratkan penjual paling lambat 1 (satu)
hari sebelum pelaksanaan lelang.
g. Penyetoran uang jaminan lelang tersebut ditujukan ke nomor VA masing-
masing peserta lelang dan dapat dilakukan melalui berbagai media seperti
ATM, sms-banking, i-banking, dan teller bank.
h. Setelah uang jaminan telah diterima oleh penjual di rekening penampungan
dan peserta lelang dinyatakan bersih dari daftar pihak dikenai sanksi tidak

44
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara “Tata Cara Lelang Online” dari
https://www.lelangdjkn.kemenkeu.go.id/prosedur diakses pada tanggal 29 Maret 2022 Pukul 14.35
WIB.
22

diperbolehkan mengikuti lelang, maka peserta lelang akan memperoleh


kode token yang akan digunakan untuk menawar objek lelang yang
dikirimkan ke email masing-masing.
i. Penawaran diajukan dengan cara menekan tombol “tawar (bid)” dalam
menu “Status Lelang” pada ALE. Penawaran dapat diajukan berkali-kali
sampai batas waktu penawaran ditutup.
j. Setelah penawaran lelang selesai atau berakhir, seluruh penawaran lelang
direkapituasi oleh ALE dan dapat dilihat oleh peserta lelang pada ALE.
Seluruh peserta lelang akan mendapatkan informasi melalui email masing-
masing mngenai hak dan kewajibannya.
k. Pelunasan kewajiban pembayaran lelang oleh pembeli dilakukan paling
lama 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan lelang berakhir, sedangkan
pengembalian uang jaminan peserta lelang yang tidak ditunjuk sebagai
pemenang dilakukan saat itu juga. Setiap pelunasan dan pengembalian uang
jaminan ditujukan ke nomor VA masing-masing.
5. Larangan dalam Lelang

Terdapat larangan-larangan yang ada dalam kegiatan lelang dan Islam telah
melarang hal-hal tersebut dilakukan. Adapun hal-hal yang harus dihindari dalam
lelang seperti:45

a. Kejelasan dan transparan barang atau jasa yang diperjual-belikan atau


dilelang tanpa adanya unsur manipulasi dan ketidakjelasan lainnya sebab
seorang Muslim tidak boleh menjual suatu obyek yang diperjual-belikan
jika terindikasi adanya unsur ghārar (ketidakjelasan). Seperti seorang
Muslim tidak boleh menjual barang tanpa melihat kondisi barang tersebut
terlebih dahulu atau menjual barang tanpa ada penjelasan sifat daripada
barang tersebut.46

َ.َ‫َعنَبـيعَا ا ْلحصا ةوعنَبـيعَالغرر‬.‫َنـهىَرَسولَاالله‬:َ‫قل‬،‫وعنَأبىَهريـرة‬


‫رواهَمسلم‬

45
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2000), 497.
46
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, 497.
23

Artinya:
Dari Abu Hurairah R. A. berkata, Rasul SAW telah mencegah (kita) dari
(melakukan) jual-beli (dengan cara lemparan batu kecil) dan jual-beli
barang secara ghārar.;47
Hadits ini menjelaskan mengenai larangan melakukan jual beli ghārar yang
dalam hal ini dimaksudkan dengan suatu objek yang tidak dapat dipastikan
apakah suatu objek tersebut dapat untuk diserahkan ataupun tidak. Menurur
Imam Nawawi, jual beli dengan melempar kerikil terdapat tiga penafsiran
yaitu: pertama, seorang penjual berkata kepada pembeli bahwa penjual akan
memberikan barang yang dijual bagi seseorang yang mengenai barang
tersebut dengan lemparan batunya; kedua, seorang penjual berkata kepada
pembeli bahwa penjual akan melakukan akad kepada pembeli namun
dengan catatan pembeli mempunyai hak khiyār sampai penjual melempar
batu kerikilnya; ketiga, penjual dan pembeli mnjadikan sesuatu yang
dilempar dengan batu sebagai barang dagangan.48

b. Kejelasan atau kepastian terhadap harga yang disepakati diantara pihak


tanpa adanya potensi atau peluang untuk menimbulkan perselisihan. Penjual
yang menjual barangnya haruslah menetapkan harga terlebih dahulu sesuai
dengan kualitas barang yang diperjualbelikan. Begitu juga dengan pembeli
yang harus mengetahui harga daripada barang yang akan dibeli sehingga
terdapat kejelasan yang akan menimbulkan kenyamanan oleh pihak pembeli
maupun penjual terhadap kegiatan jual-beli tersebut. Bentuk kecurangan
terhadap kejelasan dan kepastian harga biasanya dengan cara pedagang
menahan suatu barang tertentu dengan maksud agar pembeli mau membeli
dengan harga yang lebih mahal. Dalam hal seperti ini pembeli harus
menerima penetapan harga tersebut, sebagaimana dalam hadits berikut;

47
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, 497.
48
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhary al-Ja’fy, Al-Jami’ al-Musnad, Jilid 3,
Cet. I, (Daru Tuq an Najah, 1422 H), 70.
24

ََ‫عنَأبيَهريرةَأنََّرسولَاللَّهَصلَّىَاللَّهَعليهَوسلَّمَم َّرَعلىَصبرةَطعَ ٍامَفأدخلَيده‬


َ‫سماءَياَرسول‬ َّ ‫فيهاَفنالتَأصابعهَبل ًَلَفقالَماَهذاَياَصاحبَال‬
َّ ‫طعامَقالَأصابتهَال‬
َّ ‫اللَّهَقالَأفَلَجعلتهَفوقَال‬
َّ ‫طعامَكيَيراهَالنَّاسَمنَغ‬
)‫شَفليسَمنيَ(روهَمسلم‬

Artinya:
Rasulullah SAW pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau
memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh
sesuatu yang basah, maka beliau pun bertanya “apa ini wahai pemilik
makanan?” Sang pemiliknya menjawab “makanan tersebut terkena air
hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Mengapa kamu tidak
meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya?
Ketahuilah barang siapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (H.
R. Muslim).49
Al-Qardhawi menjelaskan bahwasanya sikap menipu sangat dikecam oleh
Rasulullah Saw. Bahkan beliau memberikan ancaman kepada para penipu
dianggap bukan dari golongannya, sebagaimana sabdanya: “Barang siapa
yang menipu, maka tidak termasuk dalam golonganku.” Menurutnya,
perkataan “tidak termasuk golonganku” ini menunjukkan bahwa menipu
(curang) adalah dosa besar sehingga Rasulullah Saw tidak mengakui orang
yang melakukan penipuan sebagai bagian dari umatnya. Hadis ini mencakup
seluruh sifat curang seperti curang dalam sewa menyewa, syirkah, dan
dalam berbisnis.50

c. Tidak melakukan praktik jual-beli nājasī atau menawar suatu barang dengan
harga yang lebih tinggi namun tidak bermaksud untuk membeli barang
tersebut melainkan hanya sekedar untuk membuat para penawar lainnya
tertarik untuk ikut melakukan penawaran dan membeli barang yang
diperjual-belikan.

َ ٍ‫وَفيَلفظ‬.َ‫نهىَعنَالنَّجْ ش‬-َ‫َأنَّ َرسولَاللهَََّصلىَاللهَعليهَوسلم‬:َ‫عنَابنَعَمر‬


)َ‫(رواهَالبخارى‬.َ‫وَالَتناجشوا‬

49
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, 496.
50
Yusuf al-Qardhawi, Daur al-Qiyam wal Akhlaq fil-Iqtishad al-Islami, (Kairo: Al-
Maktabah al-Wahbah, 1997), 178.
25

Artinya:
Dari Ibnu ‘Umar R. A.: Bahwasannya Rasulullah SAW melarang jual-beli
dengan cara nājasī”. Dan dalam lafazh yang lain dinyatakan: Janganlah
kamu sekalian melakukan jual-beli dengan cara nājasī. (H.R. Al-
Bukhari).;51
Hadits diatas dijelaskan oleh Syekh Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa menurut
perilaku nājasī ini merupakan upaya menaikkan harga barang dagangan
oleh orang yang sebenarnya tidak menghendaki membeli barang tersebut
dengan tujuan agar orang lain masuk dalam perangkapnya. Itulah sebabnya,
tindakan itu dikenal dengan istilah nājasī, karena pihak selaku penawar
palsu berperan dalam menambahkan daya pikat terhadap barang
dagangan.52

B. Jual Beli Nājasī

Nājasī dalam pengertian etimologis bermakna al-itsarah, yaitu


menggerakkan. Sedang dalam terminologi menjelaskan kondisi ketika seseorang
menambah harga pada suatu barang namun tidak membutuhkan barang tersebut dan
tidak ingin membelinya melainkan harnya ingin harganya bertambah dengan
menguntungkan pemilik barang.53 Al-baghawi berkata nājasī adalah seorang laki-
laki melihat ada barang hendak dijual kemudian datang menawar tersebut dengan
tawaran yang tinggi sementara seseorang itu sendiri tidak berniat membelinya
namun semata-mata bertujuan mendorong para pembeli untuk membelinya dengan
harga yang lebih tinggi.54 Seperti dalam contoh daripada bentuk nājasī merupakan
iklan dengan menggunaan media visual, audio ataupun cetak yang didalamnya
disebutkan kelebihan-kelebihan barang yang di promosikan. Padahal kelebihan-
kelebihan tersebut itu tidak sesuai dengan realita sesungguhnya. Demikian juga
meninggikan harga barang untuk menunjukkan bahwa barang tersebut “berkelas”

51
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, 496.
52
Al-Imam al-Hafidz bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari lil Ibnu
Hajar al-Asqalani, Juz 4, (Riyadh: Maktabah Darussalam, 1418 H), 416.
53
Muhammad Hafiz, Tadlis dalam Belajar Ekonomi Islam, (Bengkulu: STEI Tazkia,
2011), 35.
54
Imam al-Barbahari, Syarhus Sunnah, (Damaskus: al-Maktabah adz-Dzariyyah, 329 H),
120-121.
26

padahal tidak demikian realitasnya dengan harapan agar pembeli mau mengadakan
transaksi.55

َ‫وَفيَلفظٍ َوَال‬.َ‫نهىَعنَالنَّجْ ش‬-َ‫َأنَّ َرسولَاللهَََّصلىَاللهَعليهَوسلم‬:َ‫عنَابنَعَمر‬


)َ‫(رواهَالبخارى‬.َ‫تناجشوا‬

Artinya:

Dari Ibnu ‘Umar R. A.: Bahwasannya Rasulullah SAW melarang jual-beli dengan
cara nājasī”. Dan dalam lafazh yang lain dinyatakan: Janganlah kamu sekalian
melakukan jual-beli dengan cara nājasī. (H.R. Al-Bukhari).;56

Berdasar pada hadits diatas menjelaskan bahwa haramya perbuatan ini


disebabkan adanya unsur menyakiti yaitu untuk yang sudah tahu dengan larang ini
sebagaimana dikatakan al-Baihaqi dan asy-Syafi’I bahwa tidak ada khiyār bagi
yang membeli karena seseorang lalai dengan tidak bertanya kepada orang yang
punya pengalaman dan pengamatan. Terdapat juga penjelasan bahwa khiyār namun
ada unsur penipuan sama dengan membeli susu pada hewan dengan unsur penipuan
dan letak perbedaannya terdapat pada persengkokolan penjual dengan pihak nājasī
(yang menaikkan harga) sebab kalau tidak maka tidak ada khiyār bagi pembeli
secara pasti.57

Kemudian hadits diatas dijelaskan oleh Syekh Ibnu Hajar al-Asqalani


bahwa menurut perilaku nājasī ini merupakan upaya menaikkan harga barang
dagangan oleh orang yang sebenarnya tidak menghendaki membeli barang tersebut
dengan tujuan agar orang lain masuk dalam perangkapnya. Itulah sebabnya,
tindakan itu dikenal dengan istilah nājasī, karena pihak selaku penawar palsu
berperan dalam menambahkan daya pikat terhadap barang dagangan.58

55
Muhammad Hafiz, Tadlis dalam Belajar Ekonomi Islam, 121.
56
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, 496.
57
Adib bin Musthafa, Nailul Auhar, Jilid V, (Semarang: Asy-Syifa, 1997), 463.
58
Al-Imam al-Hafidz bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari lil Ibnu
Hajar al-Asqalani, Juz 4, 416.
27

C. Realitas Lelang di Media Sosial Facebook

Pada saat ini ada banyak bentuk lelang yang bisa dilakukan salah satunya
adalah lelang yang dilakukan melalui media virtual atau disebut sebagai lelang
online. Lelang seperti ini pada dasarnya bisa dilakukan melalui media virtual mana
saja seperti media sosial Facebook, Instagram, WhatsApp bahkan Telegram.
Namun ada juga lelang online yang resmi dilakukan oleh suatu lembaga atau
instansi dibawah naungan Kementerian Keuangan seperti yang sudah dijelaskan
pada penjelasan di atas. Lelang online yang kerap dilakukan di media sosial pada
dasarnya bersifat perseorangan dalam artian lelang tersebut dilaksanakan oleh
perseorangan dengan mencari partisipan lelang atau peserta lelang yang hendak
membeli barang yang telah di posting pada lini masa media sosial sebelumnya.
Berikut mekanisme lelang online di media sosial Facebook yang dikutip melalui
salah satu artikel yang membahas mengenai fenomena ini:59

1. Mekanisme Lelang di Media Sosial Facebook


a. Hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan menambahkan foto terkait
barang yang akan di jual atau di lelang serta menambahkan deskripsi
mengenai penjelasan barang tersebut serta menjelaskan syarat-syarat lelang
yang diberlakukan beserta kapan waktu mulai lelang diberlakukan dan
sampai kapan waktu lelang tersebut selesai;

59
http://komputer.whycomputer.com/Media-sosial/101312759.html diakses pada tanggal
29 Maret 2022 Pukul 19.55 WIB.
28

Gambar 2.1

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


b. Penawaran atau bidding biasanya dilakukan di kolom komentar berdasarkan
harga dasar atau tawaran pertama yang telah ditetapkan oleh pelelang;

Gambar 2.2

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


c. Penawar atau bidder akan bersaing dengan terus menambah penawaran atau
menambah nominal harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh pelelang;
29

Gambar 2.3

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


d. Penawar atau bidder akan terus menambah penawaran berdasarkan waktu
lelang yang diberlakukan;
Gambar 2.4

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


e. Ketika waktu lelang telah usai maka penawar tertinggi berhak menjadi
pembeli daripada barang yang dijual atau dilelang tersebut;
30

Gambar 2.5

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


f. Pelelang akan mengumumkan pemenang pada kolom komentar dan
menghentikan kegiatan lelang diakhiri dengan pelelang akan menghubungi
pemenang lelang dan menjelaskan cara pembayaran serta pengiriman
barang.60
Gambar 2.6

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati

60
http://komputer.whycomputer.com/Media-sosial/101312759.html diakses pada tanggal
29 Maret 2022 Pukul 19.55 WIB.
31

2. Perilaku Sniping dalam Lelang Online di Media Sosial Facebook

Fenomena sniping dalam lelang sejatinya tidak hanya terjadi pada lelang di
media sosial Facebook saja, namun bisa terjadi di lelang online pada media apapun
selagi kegiatan lelang masih berbasis virtual. Teknik sniping yang sering dilakukan
ada beragam berdasarkan aplikasi pembantu maupun dilakukan manual tanpa
aplikasi apapun hanya didasarkan intuisi penawar masing-masing. Pada intinya
definisi operasional daripada sniping ditandai pada perilaku sniper yang selalu
memberikan penawaran pada menit atau bahkan detik lelang berakhir. Karena pada
dasarnya sniping merupakan sebuah program penawaran untuk memasukkan
sejumlah nilai penawaran tertentu pada sebuah lelang sesuai waktu yang diinginkan
penawar yang dalam hal ini selalu dilakukan pada akhir waktu lelang berakhir.61

Adanya fenomena ini bentuk daripada memenangkan kegiatan lelang


dengan memanfaatkan sistem lelang yang berbasis virtual atau online. Selama ini
tidak ada dampak yang muncul akibat fenomena lelang online, namun hal ini
diungkapkan oleh para penawar yang merasa tersaingi sehingga tidak dapat lagi
meng-counter perilaku sniping untuk memenangkan lelang. Dengan kata lain
perilaku ini semata-mata dilakukan untuk memenangkan lelang secara instant
selain melalui jalan dengan menggunakan aturan buy now pada lelang online.62

Perilaku sniping pada dasarnya dilakukan karena tidak ingin terlibat dalam
bid wars atau jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti perang
menarwar atau kegiatan saling tawar-menawar yang dilakukan oleh para penawar
dengan terus menaikkan harga setelah penawar lain menetapkan tawaran dengan
nilai tertentu (multiple bids).63 Oleh karena itu jika penawaran diberikan dalam 1
menit atau hitungan detik berakhirnya waktu lelang online, perilaku seperti ini
sudah dengan pasti terindikasi tindakan sniping dan hampir dapat dipastikan bahwa

61
https://www.jasaorder.biz/sniping-bid-di-ebay.htm diakses pada tanggal 29 Maret 2022
Pukul 20.01 WIB.
62
https://qastack.id/economics/5962/impact-of-auction-systems-that-allow-sniping diakses
pada tanggal 29 Maret 2022 Pukul 20.15 WIB.
63
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
32

tidak akan ada lagi para Bidder atau penawar lain yang dapat melakukan counter
atau perlawanan terhadap penawaran tersebut sebab hampir tidak ada waktu lagi
maupun kesiapan untuk melakukan penawaran yang lebih besar oleh para Bidder
atau penawar lainnya kecuali akan di lakukan perlawanan oleh sesama sniper
lainnya.64 Perilaku sniping ini sangat terkait dengan kondisi mental peserta lelang,
dalam hal ini peserta lelang menjadi sangat bersemangat dan sangat berkeinginan
untuk menang, disposisi mental yang dikenal sebagai bidding frenzy.65

64
https://apafungsi.com/apa-itu-bid-snipe/ diakses pada 1 Juni 2022 Pukul 11.45 WIB.
65
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
BAB III

ANALISIS HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP SNIPING PADA


LELANG ONLINE DI MEDIA SOSIAL FACEBOOK

A. Mekanisme Sniping pada Lelang Online di Media Sosial Facebook

Bidder atau penawar diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah


Active Bidder atau jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia maka artinya adalah
Penawar Aktif. Active bidder secara istilah dapat diartikan sebagai penawar yang
aktif dalam kegiatan bidding atau penawaran. Berkorelasi dengan tindakan sniping
maka active bidder inilah yang menjadi salah satu tanda atau ciri-ciri dari tindakan
sniping. Tindakan sniping yang dilakukan active bidder biasanya dilakukan secara
manual tanpa jasa perantara atau aplikasi pembantu. Manual dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai:

“Hal yang dilakukan dengan tangan”.66

Manual dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan sniping, diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan sendiri tanpa bantuan siapapun dan apapun. Sniping yang
dilakukan pada kegiatan lelang online di media sosial Facebook biasanya dilakukan
secara manual. Itu artinya dominan yang mengikuti kegiatan lelang online pada
media sosial Facebook adalah Active Bidder. Bidder atau penawar dengan
usahanya memberikan penawaran tertinggi mengharapkan bahwa mereka akan
menjadi pemenang daripada lelang online tersebut.

66
https://kbbi.web.id/manual diakses pada tanggal 1 Juni 2022 Pukul 13.39 WIB.

33
34

Gambar 3.1

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati

Sniping didefinisikan sebagai penawaran yang dilakukan diakhir menit atau


detik waktu lelang berakhir.67 Hal ini dilakukan oleh para sniper dengan cara
memberikan penawaran melalui kolom komentar yang telah tersedia untuk
menawar, sejatinya karena tidak ingin terlibat dalam bid wars (perang menawar)
atau kegiatan saling tawar-menawar yang dilakukan oleh para penawar dan dalam
hal ini tindakan sniping dilakukan guna memenangkan kegiatan lelang online
dengan mudah tanpa ikut berlomba-lomba menawar sebelumnya dengan para
penawar lainnnya. Oleh karena itu jika penawaran diberikan dalam 1 menit atau
hitungan detik berakhirnya waktu lelang online, perilaku seperti ini sudah dengan
pasti terindikasi perilaku sniping dan hampir dapat dipastikan bahwa tidak akan ada
lagi para Bidder atau penawar lain yang dapat melakukan counter atau perlawanan
terhadap penawaran tersebut sebab hampir tidak ada waktu lagi maupun kesiapan

67
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
35

untuk melakukan penawaran yang lebih besar oleh para Bidder atau penawar
lainnya kecuali akan di lakukan perlawanan oleh sesama sniper lainnya.68

Gambar 3.2

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati

Kemudian ciri dari sniping adalah hampir sebagian besar sniper hanya
melakukan penawaran di akhir waktu lelang berakhir, sebab sniper tidak ingin
memberikan penawaran ganda (multiple bids) yang telah ditawarkan sebelumnya
karena hal ini biasanya memancing penawar lain memberikan penawaran juga dan
dapat memperbesar harga daripada barang yang dilelang tersebut.69 Sniper akan
selalu mempertahankan harga barang serendah mungkin dan semudah mungkin
untuk didapatkan.

68
https://apafungsi.com/apa-itu-bid-snipe/ diakses pada 1 Juni 2022 Pukul 13.42 WIB.
69
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
36

Gambar 3.3

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati

Berikut adalah lampiran terkait dengan tata cara sniper melakukan sniping
di media sosial Facebook secara media sosial:

1. Peserta lelang atau penawar atau juga disebut dengar bidder akan mengikuti
lelang online di media sosial Facebook yang sebelumnya sudah di umumkan
terlebih dahulu oleh penyelenggara lelang melalui kolom komentar;
Gambar 3.4

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


2. Namun bidder dalam hal ini akan memantau sejauh apa perkembangan
penawaran yang telah ditawarkan oleh bidder lainnya;
37

3. Sniper tidak akan memberikan penawaran di awal ataupun di tengah proses


penawaran berlangsung sebab hal tersebut akan memancing bidder lainnya
untuk terus memberikan penawaran lebih tinggi sehingga harga yang akan
ditawarkan akan tidak sepadan dengan barang yang dijual, sebab sejatinya
semua orang menginginkan produk dengan kualitas tinggi namun memiliki
harga yang terjangkau;
4. diAkhir waktu pelelangan hendak selesai, maka sniper akan bersiap untuk
memberikan penawarannya;
5. Ketika penyelenggara lelang mengumumkan melalui kolom komentar media
sosial Facebook bahwa waktu pelelangan sudah hampir habis, sniper
memberikan penawaran sehingga kecil peluang untuk bisa di counter atau
bidder lainnya melawan penawaran tersebut.
Gambar 3.5

Sumber Gambar: https://www.facebook.com/langkah.hati


Pada gambar diatas menunjukan bahwa sniping sulit untuk di counter
mengingat waktu yang dimiliki bidder sangat terbatas sebab sniping dilakukan
benar-benar pada akhir waktu lelang akan berakhir;
6. Pada akhirnya sniper akan memenangkan pelelangan dan melanjutkan proses
transaksi berikutnya yaitu membayar harga yang ditentukan dan penyelenggara
mengirimkan barang yang telah terjual kepadanya.

Jenis Kedua daripada bidder adalah Smart Bidder atau jika diartikan ke
dalam Bahasa Indonesia maka dapat berarti Penawar Pintar atau Penawar Cerdas.
Smart Bidder ini biasanya tidak mengikuti lelang secara langsung. Kalimat “secara
38

langsung” dalam hal ini dapat diartikan jika penawar melakukan penawaran secara
langsung yang dilakukan oleh dirinya sendiri dengan membuka atau masuk atau log
in ke akun media sosial Facebooknya dan mengikuti kegiatan lelang online,
melainkan memakai jasa seseorang melalui perantara dan aplikasi pembantu untuk
melakukan perilaku sniping. Maka hal seperti ini, penawar hanya menunggu kabar
bahwa mereka memenangkan kegiatan lelang online. Sniping jenis ini biasa
dilakukan pada aplikasi E-Bay. Jasa sniper saat ini belum bisa mengjangkau media
sosial Facebook yang basisnya adalah media sosial yang dalam hal ini dimanfaatkan
untuk kepentingan komersial. Namun jika hal ini terjadi di masa depan maka
mekanismenya dapat dipastikan akan sama seperti jasa sniper pada aplikasi
komersial E-Bay dan pada penelitian ini hanya terfokuskan mengenai mekanisme
sniping di media sosial Facebook saja.

Berikut adalah lampiran terkait dengan tata cara sniper melakukan sniping
secara otomatis di E-Bay atau platform sejenis lainnya:

1. Penyelenggara lelang akan mengumumkan bahwa akan mengadakan


pelelangan di E-Bay melalui fitur auction yang memang telah disediakan oleh
platform;
2. Peserta lelang platform marketplace E-Bay akan menghubungi jasa sniper;
3. Sniper dengan otomatis akan mengatur kapan penawaran akan di ajukan
melalui bantuan aplikasi pihak ketiga atau aplikasi pembantu untuk
melancarkan kegiatan sniping-nya;
4. Jadi, dengan ini sniping akan terlihat lebih praktis dan dilakukan oleh sistem
yang terintegrasi dengan platform yang dalam hal ini adalah E-Bay atau
sejenis;
5. Setelah lelang dimenangkan, kegiatan transaksi berikutnya akan diserahkan
oleh calon pembeli yang menyewa jasa sniper dengan mengirimkan uang
berdasarkan harga yang ditentukan dan penyelenggara lelang akan
mengirimkan barang kepada pembeli.

Dibalik semua kelebihannya, justru sniping jenis ini memiliki potensi


kekalahan yang jauh lebih besar daripada sniping yang ada di media sosial
39

Facebook yang dilakukan secara mandiri serta manual. Sebab jika seseorang saja
dapat memakai jasa seorang sniper maka seseorang yang lain juga dapat memakai
jasa yang sama. Artinya dalam satu kegiatan lelang online akan terdapat banyak
sekali sniper yang akan mengikuti kegiatan. Berbeda dengan sniping yang ada di
media sosial Facebook, sniper hanya akan teridentifikasi di 1 menit terakhir atau
hitungan detik terakhir sebelum waktu berakhir maka sudah dapat dipastikan bahwa
seseorang itu tidak pernah memberikan penawaran sebelumnya sejak dari awal
kegiatan lelang online dimulai (multiple bids) karena hal itu dapat menyebabkan
kenaikan harga yang melambung pada akhirnya. Jadi, biasanya pada kegiatan
lelang online di media sosial Facebook, hanya akan teridentifikasi satu sniper saja.

Maka pada akhirnya sniping dapat dibagi menjadi dua jenis:

1. Sniping yang dilakukan secara manual tanpa bantuan jasa sniper atau aplikasi
pembantu yang biasanya sering diterapkan di media sosial Facebook maupun
Instagram dan lain sebagainya;
2. Sniping yang dilakukan secara otomatis dengan bantuan jasa sniper atau juga
menggunakan aplikasi pembantu yang biasanya sering diterapkan di aplikasi
komersial E-Bay dan aplikasi sejenis yang memang menyediakan fitur untuk
melakukan kegiatan lelang online.

Sebab pada dasarnya media sosial Facebook hanyalah aplikasi media sosial
yang menyediakan fitur secara umum seperti untuk berkomunikasi sesama
pengguna lain, saling membagikan foto atau video dan menyediakan fitur untuk
melakukan transaksi jual-beli yang pembayarannya diluar daripada aplikasi itu
sendiri.70 Namun media sosial Facebook tidak menyediakan fitur yang dengan
sengaja digunakan untuk melakukan kegiatan lelang online sehingga para pelelang
dengan kreatifitasnya melakukan kegiatan lelang online melalui fitur seadanya saja
yang telah disediakan oleh pengembang aplikasi.

70
Made Lasmadiarta, Extreme Facebook Marketing For Giant Profit, (Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2010). 3.
40

Kemudian sejatinya, tindakan sniping ini tidak dapat diketahui oleh


siapapun bahkan penyelenggara atau sesama peserta lelang. Namun tindakan ini
sering dilakukan dan menjadi kebiasaan yang difavoritkan sebab terbilang ampuh
dalam suatu usaha penawar untuk mendapatkan barang yang di-inginkan sebab
barang yang dijual terbilang terbatas dan tidak dijual secara umum baik itu dalam
kondisi baru maupun bekas. Jadi, bagaimana masyarakat awam menilai tindakan
sniping didasari dari indikator atau ciri-ciri yang mendasari dari tindakan sniping
dalam lelang online khususnya pada media sosial Facebook.

B. Analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap Perilaku Sniping pada Lelang


Online di Media Sosial Facebook

Pada dasarnya kebanyakan pelelang tidak terlalu mengkhawatirkan adanya


sniper dan tidak melarang adanya perilaku sniping didalam kegiatan lelang
onlinenya. Mengingat pelelang yang menyelenggarakan kegiatan lelang online
biasanya menjual barang pribadi atau bahkan sebagian pelelang membeli barang
seseorang yang kemudian akan dijual kembeli berdasarkan minat dan nilai jual
barang tersebut dengan harapan akan terjual lebih mahal daripada modal yang
dikeluarkan jika peserta lelang yang mengikuti kegiatan lelang online terhitung
banyak dan memberikan penawaran yang tinggi sebab hal ini dianggap sebagai
investasi bagi pelelang atau penyelenggara lelang.

Dampak yang dirasakan pelelang terkait keberadaan sniper ini adalah


kecenderungan pada perilaku peserta lelang online khususnya yang menghindar
pada lapak lelang online tersebut telah mengetahui akan ada sniper yang ikut
berpartisipasi dalam kegiatan lelang online. Hal ini tentu membuat kerugian yang
cukup signifikan daripada kegiatan lelang online yang diselenggarakan oleh
pelelang sebab peserta yang mengikuti dipastikan tidak akan banyak atau bahkan
tidak akan ada sama sekali.
41

Pelelang harus benar-benar menjaga kegiatan lelang online yang telah


diselenggarakannya.71 Pelelang menjaga kegiatan lelang online yang telah
diselenggarakan dengan konsisten memberikan informasi dan menerapkan semua
aturan yang telah diberitahukan sebelumnya dan menjaga agar kegiatan lelang
online berjalan kooperatrif sesuai dengan aturan atau juga bisa disebut dengan akad
dari pernyataan atas kehendak pelelang atau penyelenggara lelang demi membuat
suatu akibat hukum pada obyek yang diperjual-belikannya.72 Atas ketegasan
pelelang atau penyelenggara lelang juga membuat kegiatan lelang online akan
dinikmati oleh para peserta lelang online tanpa takut akan peluang memenangkan
barang yang kecil serta juga membuat para peserta lelang untuk berlomba-lomba
memberikan penawaran yang tinggi, membuat pelelang atau penyelenggara leleng
online merasa sangat untung dengan kegiatan lelang online-nya tersebut.

Kemudian berdasarkan hasil analisa di atas, keberadaan sniper pada lelang


online menyebabkan keresahan bagi pelelang lain. Hal ini dikarenakan oleh
keberadaan sniper akan membuat peluang memenangkan barang yang dilelang
akan semakin kecil atau bahkan tidak ada harapan sama sekali bagi mereka yang
tidak menggunakan jasa sniper.73 Berkaitan dengan hal tersebut maka akan muncul
teori heuristic daripada peserta lelang online atau penawar rasakan pada dirinya
terhadap kekecewaan kegiatan lelang online yang dinilai terlalu banyak eksistensi
perilaku sniping.74

Heuristic secara harfiah diambil dari Bahasa Yunani yaitu heuriskein yang
artinya menemukan. Secara istilah heuristic diartikan sebagai seni atau sebuah ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan sebuah penemuan baru atau sebuah solusi

71
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
72
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Akad Dalam Fikih Muamalat,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 68.
73
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
74
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
42

untuk memecahkan suatu masalah atau juga bisa di artikan sebagai cara untuk
menunjukkan pemikiran yang dimiliki oleh seseorang untuk bisa memecahkan
suatu masalah agar bisa segera tuntas atau selesai.75 Heuristic dalam hal ini
berkaitan dengan perasaan kegembiraan dari pemenang (winner’s joy), sebab
berdasarkan penjelasan sebelumnya, fenomena dari bidding frenzy atau
ketergantungan seseorang untuk memenangkan kegiatan lelang adalah tujuan
utama dari munculnya perilaku sniping. Namun hal ini tentu tidak dirasakan oleh
peserta lelang atau penawar yang tidak melakukan tindakan sniping atau menyewa
jasa sniper karena mereka menganggap bahwa hasil kemenangan akan terasa lebih
bermanfaat, semakin besar upaya untuk memenangkan lelang maka mereka akan
merasakan bahwa kebermanfaatan dari pembelian mereka, pengalaman dan
pengaruh yang lebih positif kepada diri sendiri; peserta lelang atau penawar lainnya;
dan bahkan pelelang atau penyelenggara lelang, jika mereka menang.76 Rasa dari
kekecewaan inilah bentuk dari tidak ridha-nya peserta lelang atau penawar lainnya
terhadap perilaku sniping sebab merasa tercurangi walaupun hal ini sejatinya
diperbolehkan oleh penyelenggara lelang atau pelelang serta kegiatan lelang online
pada umumnya. Pemikiran terhadap suatu masalah agar segera tuntas mengenai
perilaku sniping inilah yang masih menjadi pembahasan sebab tidak ada cara yang
dapat melawan perilaku sniping kecuali dengan perilaku sniping itu sendiri serta
tidak ada juga tindakan yang dapat menuntaskan perilaku sniping sebab tidak ada
dasar hukum yang melarang sniping namun tidak ada juga dasar hukum yang
membolehkan perilaku tersebut.

Keterkaitan fenomena ini dengan permasalahan terhadap eksistensi dari


perilaku sniping pada analisis hukum ekonomi syariah dihubungkan dengan
larangan jual-beli yang tidak merusak akad jual-beli.77 Sesuatu hal yang dilarang
tidak membatalkan karena ada sesuatu yang bersamaan dengannya bukan karena

75
https://penerbitbukudeepublish.com/heuristik/ diakses pada 2 Juni 2022 Pukul 9.45 WIB.
76
Kacy K. Kim, Michael J. Gravier dan Sukki Yoon, Active Bidders vs Smart Bidders: Do
Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s Joy in Online Bidding?, (USA and
Republic of Korea: Marketing Department of Bryant University, September 2016), 3.
77
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abd. Al-Rahman, al-Asybah wa al-Nazhar fi Qawa’id q Furu’
Fiqh al-Syafi’, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1979), 429.
43

zatnya atau yang menjadi konsekuensi akad dan ucapannya mengenai hal yang
tidak membatalkan terkait larangan artinya menjadi suatu bentuk yang berbeda dari
yang pertama dan kembali kepada jual-beli berdasarkan petunjuk kalimat.78

Berdasarkan kutipan diatas, dalam hal ini larangan yang sudah diterangkan
tidak kembali kepada akad itu sendiri dan juga tidak kepada sesuatu yang menjadi
konsekuensi akad namun kembali kepada hal luar seperti mempersulit atau
menyakiti dan hal ini tidak merusak akad.79 Meski kemenangan sniper berlandas
pada penawaran dari penawar lainnya namun tetap tindakan dianggap dilarang
namun jual-beli yang dilakukan tetap sah, sebagian mengatakan karena larangan
tidak sampai di situ dan ucapan bahwa “mereka menyetujuinya” bukan sebagai
suatu pembatas dalam pengharaman, tindakan itu haram walapun pihak yang terkait
saling menyetuji akan eksistensi dari keberadaan sniper.

َ‫الباطلَاليقبلَاإلجازة‬
Artinya:
Akad yang batal tidak menjadi sah karena dibolehkan.80

Akad yang batal dalam hukum Islam dianggap tidak ada atau tidak pernah
terjadi, sebab itulah yang menjadikan akad dari dasar transaksi tetap dianggap tidak
sah walaupun diterima oleh pihak yang berkaitan.81 Namun hal ini juga didasari
dari kaidah:

‫اْلصلَفىَالمعاَملةَاإلباحةَإالََّأنَيدلََّدَليلٌَعلىَتحرَيمها‬
Artinya:

78
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abd. Al-Rahman, al-Asybah wa al-Nazhar fi Qawa’id q Furu’
Fiqh al-Syafi’, 429.
79
Abdul Aziz Muhammad Azzam, FIqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Islam,
(Jakarta: Amzah, 2017), 81.
80
Asymuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), 54.
81
Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqh: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaiakan
Masalah-masalah yan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2006), 128.
44

Hukum asal dalam muamalah adalah pemaafan, tidak ada yang diharamkan
kecuali apa yang diharamkan oleh Allah SWT.82

Kaidah diatas menjelaskan bahwa seluruh hal dalam kegiatan muamalah pada
dasarnya diperbolehkan oleh Allah SWT kecuali pada hal yang sebelumnya telah
ditentukan haram oleh-Nya.83 Kaidah tersebut merupakan bagian dari qaidah
asasiyyah yang menjelaskan bahwa keyakinan itu tidak dapat dihapus dengan
keraguan yang berlaku kepada semua perbuatan muamalah.84 Maka dari itu, dalam
permasalahan ini perilaku sniping menjadi hal yang dilarang namun sebab tidak ada
dasar hukum yang mengatur untuk melarang atau mengharamkan tindakan sniping
maka hal ini menjadikan dasar dari perilaku sniping diperbolehkan dan tidak
menjadikan sniping sebagai hal yang diharamkan.

Jika dianalisis berdasarkan Fiqh Klasik maka tindakan sniping ini berkaitan
dengan praktik jual beli nājasī seperti yang dijelaskan oleh Syekh Ibnu Hajar al-
Asqalani pada pembahasan sebelumnya bahwa perilaku nājasī ini merupakan upaya
menaikkan harga barang dagangan oleh orang yang sebenarnya tidak menghendaki
membeli barang tersebut dengan tujuan agar orang lain masuk dalam
perangkapnya.85 Hal ini hampir dikatakan mirip dengan bid war (perang
penawaran) yang terjadi diawal waktu pelelangan seperti yang dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya. Sniper sejatinya menghendaki perbuatan tersebut untuk
membuat dirinya seolah tampak tidak terlihat seperti seorang sniper yang
melakukan kegiatan sniping. Namun dalam hal ini fenomena bidding frenzy yang
terjadi tidak dilakukan oleh sniper itu sendiri melainkan memang murni dilakukan
oleh orang lain yang saling tidak mengenal sebab sejatinya sniper melakukan semua
tindakannya seorang diri tanpa adanya spotter seperti yang dijelaskan oleh Syekh
Ibnu Hajar al-Asqalani.

82
Ibnu Taimiyah, al- Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlahi al-Ra’I wa al-Ra’yah, Juz II, (Beirut:
Dar al-Kutub al-‘Arabi), 306.
83
Fathurrahman Azhari, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, (Banjarmasin: LPKU, 2015), 137.
84
Fathurrahman Azhari, Qawaid Fiqhiyyah Muamalah, 137.
85
Al-Imam al-Hafidz bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari lil Ibnu
Hajar al-Asqalani, Juz 4, 416.
45

Kemudian berdasar pada analisis diatas, jika ditelisik perbedaan dari bentuk
nājasī dengan tindakan sniping maka dapat dikatakan bahwa perbedaan terdapat
pada kemurnian daripada bentuk penawaran palsu yang seperti dijelaskan dalam
pembahasan diatas dilakukan oleh seorang nājasī (yang memberikan penawaran).
Fenomena sniping terjadi secara natural tanpa adanya persengkokolan dengan
penawar atau peserta lelang yang lain terkait dengan kenaikkan harga daripada
barang yang dilelang sebab sejatinya sniper bertujuan untuk mendapatkan barang
dengan harga terjangkau secara mudah. Hal ini khususnya terjadi pada lelang online
di media sosial Facebook dan terjadi juga di lelang online pada media lainnya.

Jadi, pada kesimpulannya terkait dengan penjelasan diatas menjelaskan


bahwa perilaku sniping sejatinya tidak bisa dikategorikan sebagai larangan dalam
kegiatan lelang online di media sosial Facebook kecuali telah ditetapkan
sebelumnya oleh pelelang terhadap peraturan pelaksanaan kegiatan lelang online
yang melarang adanya perilaku sniping sebab hal ini berdasarkan analisis diatas
merugikan pelelang dalam hal keuntungan. Adanya perilaku sniping pada kegiatan
lelang online yang diselenggarakan akan membuat perasaan kecewa bagi para
peserta lelang yang hendak mengikuti kegiatan lelang online, dengan ini pelelang
merasa dirugikan sebab barang dagangannya atau barang lelangnya tidak laku
untuk dilelang karena akan hampir tidak ada atau sedikit peserta yang akan
mengikuti kegiatan lelang online. Bagi para peserta lelang atau penawar, perilaku
sniping tidak bisa dituntut atas tindakannya yang mempersulit dan menyakiti
peserta lelang dalam proses memenangkan lelang online, sebab perilaku sniping
tidak berdasar hukum melainkan hanya anomali yang belum ada ketentuannya
dalam melakukan tindakan tersebut walaupun berdasarkan kajian diatas, perilaku
sniping dikategorikan sebagai larangan namun tidak membuat akad yang dijalankan
menjadi rusak, artinya tetap sah jika dilakukan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sniping yang biasanya sering diterapkan di media sosial Facebook jika
diurutkan maka mekanismenya akan menjadi seperti berikut: 1). Peserta lelang
atau penawar atau juga disebut dengar bidder akan mengikuti lelang online di
media sosial Facebook yang sebelumnya sudah di umumkan terlebih dahulu
oleh penyelenggara lelang melalui kolom komentar; 2). Namun bidder dalam
hal ini akan memantau sejauh apa perkembangan penawaran yang telah
ditawarkan oleh bidder lainnya; 3). Sniper tidak akan memberikan penawaran
di awal ataupun di tengah proses penawaran berlangsung sebab hal tersebut
akan memancing bidder lainnya untuk terus memberikan penawaran lebih
tinggi sehingga harga yang akan ditawarkan akan tidak sepadan dengan barang
yang dijual, sebab sejatinya semua orang menginginkan produk dengan
kualitas tinggi namun memiliki harga yang terjangkau; 4). diAkhir waktu
pelelangan hendak selesai, maka sniper akan bersiap untuk memberikan
penawarannya; 5). Ketika penyelenggara lelang mengumumkan melalui kolom
komentar media sosial Facebook bahwa waktu pelelangan sudah hampir habis,
sniper memberikan penawaran sehingga kecil peluang untuk bisa di counter
atau bidder lainnya melawan; 6). Pada akhirnya sniper akan memenangkan
pelelangan dan melanjutkan proses transaksi berikutnya yaitu membayar harga
yang ditentukan dan penyelenggara mengirimkan barang yang telah terjual
kepadanya.
2. Perilaku sniping sejatinya tidak bisa dikategorikan sebagai larangan namun
tidak membuat akad yang dijalankan menjadi rusak, artinya tetap sah kecuali
telah ditetapkan sebelumnya oleh pelelang terhadap peraturan pelaksanaan
kegiatan lelang online yang melarang adanya perilaku sniping. Perilaku sniping
pada kegiatan lelang online yang diselenggarakan akan membuat perasaan
kecewa bagi para peserta lelang yang hendak mengikuti kegiatan lelang online,

46
47

dengan ini pelelang merasa dirugikan sebab barang yang dilelang berpotensi
tidak laku sebab hampir tidak ada atau sedikit peserta yang akan mengikuti
kegiatan lelang online. Bagi para peserta lelang atau penawar, perilaku sniping
tidak bisa dituntut atas tindakannya karena perilaku sniping tidak berdasar
hukum melainkan hanya anomali yang belum ada ketentuannya.
B. Saran

Peneliti menyarankan bahwa perilaku seperti ini seharusnya diterapkan


pelarangan kedepannya karena membuat resah para penawar lainnya yang
mengingkan seni penawaran klasik pada lelang yang biasa diterapkan pada lelang
yang dilakukan secara langsung (offline), namun melihat pada kondisi ini sepertinya
tidak memungkinkan untuk melarang perilaku sniping karena pada dasarnya tidak
merugikan secara materiil melainkan merugikan dalam batas kekecewaan yang
diterima oleh bidder atau penawar lainnya. Dengan adanya penelitian ini
dimaksudkan untuk para cendikiawan dan lelang antusias untuk membuka wawasan
dan memahami lebih dalam mengenai perilaku sniping.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Buku :

A. Rahman, Asymuni. Qaidah-qaidah Fiqh. Bulan Bintang: Jakarta. 1976.

al-Barbahari, Imam. Syarhus Sunnah. al-Maktabah adz-Dzariyyah: Damaskus, 329


H.
Ali bin al-Jarud Abu Muhammad al-Naisabury, Ibnu Abdullah. Al-Muntaqa min
al-Sunan al-Musnadah. Muassasah al Kitab al-Tsaqafiyah: Beirut, 1408 H.

Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. Ensiklopedi Muslim. Darul Falah: Jakarta. 2000.

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi. PT. Karya Toha Putra: Semarang.
1993.

al-Qardhawi, Yusuf. Daur al-Qiyam wal Akhlaq fil-Iqtishad al-Islami. Al-


Maktabah al-Wahbah: Kairo, 1997.

Al-Zuhailiy, Wahbah. Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. Juz V. Daar al-Fikr:


Damaskus, tt.

Amin, Rahman. Pengantar Hukum Indonesia. CV Budi Utama: Yogyakarta. 2019.

Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Akad Dalam Fikih
Muamalat. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta 2007.

At-Tirmidzi. Al-Jami’ Al-Shahih. Darul Al-Fikr: Beirut Libanon. 1988.

Azhari, Fathurrahman. Qawaid Fiqhiyyah Muamalah. LPKU: Banjarmasin, 2015.

Aziz Muhammad Azzam, Abdul. FIqh Muamalat: Sistem Transaksi dalam Islam.
Amzah: Jakarta. 2017.

48
Djazuli. Kaidah-kaidah Fiqh: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaiakan
Masalah-masalah yan Praktis. Kencana: Jakarta, 2006.

Fuady, Munir. Metode Riset Hukum: Pendekatan Teori dan Konsep. PT. Raja
Grafindo Persada: Depok. 2018.

Ghazaly, Abdul Rahmat. Fiqh Muamalah. Jakarta: Kencana Prenada Media:


Jakarta. 2010.

Ghofur Ansori, Abdul. Gadai Syariah. Universitas Gajah Mada Press: Yogyakarta.
2011.

Hafiz, Muhammad. Tadlis dalam Belajar Ekonomi Islam. STEI Tazkia: Bengkulu,
2011.
Hajar al-Asqalani, Ibnu Al-Imam al-Hafidz. Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari lil
Ibnu Hajar al-Asqalani, Juz 4. Maktabah Darussalam: Riyadh, 1418 H.

Haroen, Nasrun. FIqh Muamalah. Gaya Media Pratama: Jakarta. 2000.

Hazm, Ibnu. Al-Mughni, Jilid VII. Daar al-Kutub al-Ilmiyah: Beirut, 1972.

Hidayat, Enang. Fiqh Jual-beli. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2007.

Ibnu Taimiyah, al- Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlahi al-Ra’I wa al-Ra’yah, Beirut:


Dar al-Kutub al-‘Arabi, Juz II.

Ismail Abu Abdillah al-Bukhary al-Ja’fy. Ibnu Muhammad. Al-Jami’ al-Musnad,


Jilid 3, Cet. I. Daru Tuq an Najah. 1422 H.

Jalaluddin Abd. al-Rahman, Al- Syuthi. al-Asybah wa al-Nazhar fi Qawa’id Furu’


Fiqh al-Syafi’. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah: Beirut. 1979.

Lasmadiarta, Made. Extreme Facebook Marketing For Giant Profit. PT Elex Media
Komputindo: Jakarta. 2010.

49
Mardani. Ayat-ayat dan Hadits Ekonomi Syari’ah. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
2011.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum Edisi Revisi. Kencana: Surabaya. 2008.

Muhammad bin Abi Shaibah al-‘Abasy, Ibnu Abu Bakar Abdullah. Musnaf Ibnu
Abi Shaibah. Juz XII. Daar al-Salafiyyah, Kt, tt.

Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Amzah: Jakarta. 2015.

Musthafa, Ibnu Adib. Nailul Auhar. Jilid V Terj. Asy-Syifa: Semarang, 1997.
Soekamto, Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Normatif Suatu Tujuan Singkat.
Rajawali: Jakarta. 2015.

Sukanto, Suharsimi. Prosedur Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Rineka Cipta:


Jakarta. 2010.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada:


Jakarta. 2016.

Syafei, Rahmat. Fiqh Muamalah. CV Pustaka Setia: Bandung. 2001.

Waluyo. Fiqh Muamalah. Gerbang Media: Yogyakarta. 2010.

Zaharuddin, Abd. Rahman. Fiqh Kewenangan Islam. PTS Islamika: Kualalumpur.


2014.
Peraturan Perundang-undangan :

Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 213/PMK/2020 Tentang


Petunjuk Pelaksanaan Lelang.

Skripsi :

50
Fadhilah, Atina. Skripsi. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktik
Lelang Berbasis Online di Platform Sosial Media Instagram (Online
Auction). Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati: Bandung. 2020.

Farhan, Muhammad. Skripsi. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap


Mekanisme Lelang Online di Instragram (Studi Kasus Toko
Preasurehype). Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati: Bandung.
2021.

Hanida, Lylla. Skripsi. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual-beli Online Dengan
Sistem Lelang (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta). Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. 2019.

Kurniawan, Yusuf. Skripsi. Pandangan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual-beli


Online Dengan Sistem Lelang (Studi Kasus Jual-beli Batu Mulia di
Jejaring Sosial Facebook. Institut Agama Islam Negeri Surakarta:
Surakarta. 2017.

Muwaffa, M. Ali. Skripsi. Analisa Hukum Islam Terhadap Jual-beli Lelang Online
(Studi Kasus Balelang.com). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel:
Surabaya. 2017.

Jurnal :

Mahfudhoh, Zuhrotul dan Lukman Santoso. Analisis Hukum Ekonomi Syariah


Terhadao Jual-beli Melalui Media Online di Kalangan Mahasiswa.
Serambi: Jurnal Ekonmoi Manajemen dan Bisnis Islam. Vol. 2., No. 1.,
April 2020.

Kim, Kacy K., Michael J. Gravier dan Sukki Yoon. Active Bidders vs Smart
Bidders: Do Partipation Intensity and Shopping Goals Affect the Winner’s
Joy in Online Bidding?. Marketing Department of Bryant University: USA
and Republic of Korea. 2016.

51
Internet :

https://apafungsi.com/apa-itu-bid-snipe/ diakses pada tanggal 1 Juni 2022 Pukul


13.42 WIB.

https://id.joecomp.com/ebay-expert-tips-how-to-find-what-you-want-and-win-
your-auctions diakses pada tanggal 11 Februari 2022 Pukul 13.20 WIB.

https://id.theastrologypage.com/auction-sniping diakses pada tanggal 11 Februari


2022 Pukul 13.35 WIB.

https://kbbi.web.id/lelang diaksses pada tanggal 1 Juli 2022 Pukul 20.25 WIB.

https://kbbi.web.id/manual diakses pada tanggal 1 Juni 2022 Pukul 13.39 WIB.

https://komputer.whycomputer.com/Media-sosial/101312759.html diakses pada


tanggal 29 Maret 2022 Pukul 19.55 WIB.

https://penerbitbukudeepublish.com/heuristik/ diakses pada tanggal 2 Juni 2022


Pukul 9.45 WIB.

https://qastack.id/economics/5962/impact-of-auction-systems-that-allow-sniping
diakses pada tanggal 11 Februari 2022 Pukul 13.10 WIB.

https://www.jasaorder.biz/sniping-bid-di-ebay.htm diakses pada tanggal 11


Februari 2022 Pukul 14.58 WIB.

https://www.kompasiana.com/bertysinaulan/5ea2a763d541df69f556c2d2/ada-
penembak-runduk-di-lelang-koleksi-uang diakses pada tanggal 11 Februari
2022 Pukul 13.30 WIB.

https://www.lelangdjkn.kemenkeu.go.ig/prosedur diakses pada tanggal 29 Maret


2022 Pukul 14.35 WIB.

52
LAMPIRAN

Pengumuman lelang online di Media Sosial Facebook

53
Proses pembukaan penawaran oleh peserta lelang atau bidder

54
Proses bidding atau penawaran lelang online di Media Sosial Facebook

55
Proses penutupan lelang online di Media Sosial Facebook

56
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
6. Nama : Wendy Pratama
7. Tempat, tanggal lahir : Palembang, 24 Juni 2000
8. NIM/Prodi : 1810104065/Hukum Ekonomi Syariah
9. Nomor Telpon/HP : 0895-8031-58112
B. Nama Orang Tua
1. Ayah : Budi Darmawan
2. Ibu : Siti Marlina, Amd. Kom.
C. Pekerjaan Orang Tua
1. Ayah : Karyawan Swasta
2. Ibu : Karyawan Swasta
D. Riwayat Hidup
1. TK Active Palembang, Tahun Lulus 2006;
2. SD Negeri 228 Palembang, Tahun Lulus 2012;
3. SMP Negeri 12 Palembang, Tahun Lulus 2015;
4. SMA Negeri 9 Palembang, Tahun Lulus 2018.
E. Prestasi/Penghargaan
1. Juara 3 Debat Konstitusi DEMAF Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah
Palembang tingkat mahasiswa/mahasiswi Kota Palembang;
2. Juara 3 Debat Ilmiah DEMAF Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah
Palembang tingkat mahasiswa/mahasiswi Fakultas UIN Raden Fatah
Palembang;
3. Juara 1 Debat Konstitusi PESIOR UIN Raden Fatah Palembang tingkat
mahasiswa/mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Fatah
Palembang;
4. Juara 2 Business Model Canvas Kopma UIN Raden Fatah Palembang tingkat
mahasiswa/mahasiswi Provinsi Sumatera Selatan;
5. Student Award UIN Raden Fatah Palembang 2019.

57
F. Pengalaman Organisasi
1. Ketua Sekbid Kerohanian Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMA Negeri
9 Palembang;
2. Ketua Perkaderan Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kertapati,
Palembang;
3. Anggota Perkaderan Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota
Palembang;
4. Anggota Pusat Kajian Ekonomi Syariah;
5. Anggota Pusat Kajian Konstitusi.

58
59

Anda mungkin juga menyukai