SKRIPSI
Di Susun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
M. ADE CHAIRUDDIN NAJIB
NIM:14150050
berhasil)
Jujuk dan pamanku (Dra. Hj. Umi Kalsum , M.Si Dan Drs. H.
kuliah.
i
Teman-teman seperjuangan Perbandingan Mazhab (PM) dan KKN
angkatan 2014.
Almamaterku.
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI
iii
Ta t
(Matbutoh)
B. Vokal
Vokal Bahasa Arab seperti halnya bahasa Indonesia terdiri
atas vokal tunggal dan vokal rangkap (diftong).
1. Vokal Tunggal
..................... Fathah
..................... Kasroh
..................... Dlommah
Contoh :
Kataba
Zukira (Pola I) atau zukira (Pola II) dan
seterusnya
2. Vokal Rangkap
Lambang yang digunakan untuk vokal rangkap adalah
gabungan antara harakat dan huruf, dengan transliterasi
berupa gabungan huruf.
Tanda Huruf Tanda Huruf
Baca
Fathah dan Ai a dan
ya i
Fathah dan Au a dan
waw u
Contoh :
kaifa
: „alā
: haula
: amana
: ai atau ay
C. Mad
Mad atau panjang dilambangkan dengan harakat atau huruf,
dengan transliterasi berupa huruf atau benda.
Contoh :
Harakat dan Tanda Keterangan
Huruf Baca
iv
Fathah Ā a dan garis
dan alif di atas
atau ya
Kasroh Ī i dan garis
dan ya di atas
Dlommah Ū u dan garis
dan waw di atas
Contoh :
: qāla subhānaka
: shāma ramadlāna
: ramā
: fiha manāfi‟u
: yaktubūna mā yamkurūna
: iz qāla yūsufu liabīhi
D. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam :
1. Ta Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah,
kasroh dan dlammah, maka transliterasinya adalah /t/.
2. Ta Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
3. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti
dengan kata yang memakai al serta bacaan keduanya
terpisah, maka ta marbutah itu di transliterasikan dengan /h/.
4. Pola penulisan tetap dua macam.
Contoh :
Raudlatul athfāl
Al-Madīnah al-
munawwarah
E. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda, yaitu tanda syaddah
atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut
dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda syaddah
tersebut.
v
= Robbanā = Nazzala
F. Kata Sandang
Diikuti oleh Huruf Syamsiah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah
ditransliterasikan bunyinya dengan huruf /l/ diganti dengan
huruf yang langsung mengikutinya. Pola yang dipakai ada
dua seperti berikut.
Contoh :
Pola Penulisan
Al-tawwābu At-
tawwābu
Al-syamsu Asy-
syamsu
Pola Penulisan
Al-badī‟u Al-
badī‟u
Al-qomaru Al-
qomaru
G. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini
hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir
kata. Apabila terletak di awal kata, hamzah tidak
dilambangkan karena dalam tulisannya ia berupa alif.
Contoh :
vi
= Ta‟khuzūna = umirtu
= Asy-syuhadā‟ū = Fa‟tī bihā
H. Penulisan Huruf
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il, isim maupun huruf
ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya
dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata-
kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan.
Maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata
lain yang mengikutinya.
Penulisan dapat menggunakan salah satu dari dua pola
sebagai berikut :
vii
KATA PENGANTAR
M. Husni Yusuf dan Hairani, Bibi dan Pamanku Tercinta Dra. Hj.
viii
cinta dan kasih sayangnya selama ini. Do‟a, pendidikan,
Fatah Palembang.
ix
6. Segenap Dosen Prodi Perbandingan Mazhab Fakultas
skripsi ini.
maupun diakhirat.
kekurangan, maka dari itu saran dan kritik dari semua pihak
x
sangat penulis harapkan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih
baik lagi.
Penulis,
Nim. 14150050
xi
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Sanksi Sanksi Terhadap Tindak
Pidana Defacing Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Dengan
Perspektif Hukum Islam.Cybercrime atau kejahatan dunia maya
tercipta akibat penyalahgunaan teknologi. Perkembangan
teknologi yang semakin berkembang tentu bertujuan memberikan
kemudahan dalam membantu manusia dalam aktifitas sehari-hari.
Meskipun demikian, sebagian orang memanfaatkan untuk tujuan
yang negatif. Banyak sekali macam cybercrime, dan salah
satunya adalah defacing. Defacing merupakan kejahatan
mayantara yaitu mengubah tampilan website orang lain tanpa izin
baik sebagian ataupun menyeluruh dengan menerobos sistem
orang lain terlebih dahulu.Maraknya kejahatan jenis ini
merupakan sebuah fenomena baru yang menarik untuk dikaji. Hal
tersebut memberikan kesempatan penyusun untuk mengetahui
bagaimana pandangan hukum pidana Indonesia dan Fiqih Jinayah
terhadap defacing, dan perbandingan antara kedua jenis hukum
tersebuut.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Data
diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan. Setelah data
terkumpul, kemudian dianalisis secara deskriptik analitik
komparatif. Selain itu pendekatan yang digunakan dalam skripsi
ini adalah pendekatan yuridis dan normatif yaitu dengan
mendekati maslah defacing dari segi hukum yang terdapat dalam
Undang-undang dan hukum Islam.
Berdasarkan Metode yang digunakan, maka diketahui
menurut Undang-undang No.19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE) defacing merupakan
perbuatan dilarang yaitu pada Pasal 30 dalam aktifitas menerobos
sistem orang lain tanpa izin dan Pasal 32 ayat (1) pada aktifitas
memodifikasi website tanpa hak. Sedangkan dalam hukum Islam
defacing juga merupakan perbuatan dilarang karena merugikan
seseorang atau memberi madarat bagi orang lain. Tidak ada dalil
secara langsung tentang defacing, karena defacing merupakan
kejahatan modern seperti sekarang ini, maka dalam hukum Islam
xii
defacing masuk kategori jarimah ta‟zir. Sanksi tindak pidana
defacing menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat dalam Pasal 46 dan
Pasal 48 ayat (1). Dalam hukum Islam defacing masuk kategori
jarimah ta‟zir maka jenis hukumannya adalah ta‟zir yaitu, jenis
dan besar kecilnya hukuman diserahkan kepada ulil amri atau
hakim, jadi belum ditetapkan seberapa besar hukuman itu, yang
jelas sesuai dengan kemaslahatan.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............... i
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ............................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 12
D. Tinjauan Pustaka .............................................................. 14
E. Metode Penelitian ............................................................. 17
F. Sistematika Pembahasan ................................................... 20
xiv
BAB III: DEFACING MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 19 TAHUN 2016 DAN HUKUM ISLAM
A.Tinjauan Umum tentang Defacing
1. Pengertian Defacing .......................................................... 62
2. Jenis-jenis Defacing .......................................................... 64
3. Faktor-faktor terjadinya Defacing ..................................... 65
4. Tindak Pidana Defacing Menurut KUHP ......................... 69
B. Tindak Pidana Defacing Menurut Undang-undang Nomor 19
Tahun 2016
1. Defacing menurut Undang-undang
Nomor 19 Tahun 2016 .......................................................... 75
2. Sanksi Tindak Pidana Defacing Menurut
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 ............................... 78
C. Tindak Pidana Defacing Menurut Hukum Islam
1. Tujuan dan Syariat Hukum Islam ..................................... 80
2. Sanksi Bagi Pelaku Defacing Menurut Hukum Islam ...... 83
D. Persamaan dan Perbedaan Tindak Pidana Defacing Menurut
Undang undang Nomor 19 Tahun 2016 dan Hukum Islam .. 89
BAB: IV PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................... 91
2. Saran .................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR TABEL
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Budi Agus Riswandi, Hukum Internet di Indonesia, (Yogyakarta:
UII Press, 2003), hlm. 1.
1
2
2
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber, (Jakarta: Kencana,
2014), hlm. 2.
3
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara
(Cybercrime), (Jakarta: Refika Aditama, 2005), hlm. 103.
3
realitas baru yang bersifat maya (virtual). Realitas yang kedua ini
4
Deni Darmawan dan Deden Hendra Permana, Desain dan
Pemrograman Website, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 5.
5
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara
(Cybercrime), hlm. 103.
6
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyberlaw Aspek
Hukum Teknologi Informasi, cet. II (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 4.
4
halaman lain yang masih terkait dalam satu URL7 dengan website
8
tersebut (bisa di folder atau di file). Defacing terdiri dari dua
milik orang atau pihak lain tanpa izin. Pada awalnya hacking
7
URL singkatan dari Uniform Resource Locator, yaitu serangkaian
karakter (angka, huruf dan symbol) secara default yang telah ditentukan, yang
manfaatnya itu untuk menunjukkan suatu alamat atau sumber yang terdapat di
internet seperti file, dokumen dan juga gambar. http://www.cuthawe.com/2016
/02/apa-itu-url.html diakses tanggal 27 Oktober 2017 pukul 18.54 WIB.
8
Website merupakan kumpulan dari halaman-halaman situs, yang
biasanya terangkum dalam sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya
berada di dalam world wide web (WWW) di internet, Lihat Ujang Rusdianto,
Web CS, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm. 74.
9
Sutan Remi Syahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 124.
5
negeri dan dalam negeri, contoh kasus di luar negeri dapat di lihat
besar dari situs milik Negara tuan rumah SEA Games 2017 itu
2004, pada waktu itu UU ITE belum di buat dan disahkan. Nama-
itu.11
berikut:
10
Http://m.liputan6.com/amp/3065275/ini-daftar-puluhan-situs-web-
malaysia-yang-kena-serang-hacker diakses tanggal 19 November 2017 pukul
10.40 WIB.
11
Budi Surhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi
(Cybercrime), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 89.
7
sebagainya.
12
Sutan Remi Syahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009),hlm. 128.
13
http://inet.detik.com/read/2013/01/31/135610/2157633/398/menyoal
-kasus-hacking-situs-presiden-sby, diakses tanggal 19 November 2017 pukul
11.20 WIB.
14
http://www.jagatreview.com/2011/03/website -tv-one-di-deface/,
diakses tanggal 19 November 2017 pukul 11.45 WIB.
15
Kronologi web deface di Indonesia, www.justinfo.wordpress.com,
diakses tanggal 19 November 2017 pukul 11.58 WIB.
8
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses computer dan/atau Sistem Elektronik
milik orang lain dengan cara apapun.
(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses computer dan/atau Sistem Elektronik
dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh
informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
(3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengkases computer dan/atau Sistem Elektronik
dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos,
melampaui, atau menjebol system pengaman.
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum dengan cara apa pun mengubah, menambahkan,
mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik
publik.
memodifikasi website.
Artinya:
izin, dari hal ini dapat dilihat bahwa pelanggaran terhadap privasi
Hukum Islam.
B. Rumusan Masalah
16
Ahmad Hanafi, Asaz-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2002), hlm. 121.
12
berikut :
mengenai defacing.
defacing.
1. Manfaat Teoritis :
cyber crime.
penelitian ini.
2. Manfaat Praktis :
D. Tinjauan Pustaka
Tabel 1.1
PERBED
NO NAMA JUDUL PERSAMAAN
AAN
hukum
positif dan
hukum
Islam.
2 Bu Tindak Buku ini dan Buku
di Pidana skripsi saya ini
. Sur Teknol sama sama hanya
hari ogi membahas mem
ant Informa kejahatan bahas
o si dunia maya cyber
(Cyberc (Cybercrime) crime
rime) . dari
aspek
huku
m
positi
f saja.
Sedan
gkan
dalam
skrips
i Saya
mem
bahas
masal
ah
defaci
ng
yang
masu
k
dalam
ranah
cyber
crime
dalam
persp
ektif
16
huku
m
positi
f dan
huku
m
Islam.
3 Wi Hukum Buku ini dan Buku
dod Pidana skripsi saya ini
. o di sama sama hanya
Bidang membahas meng
Teknol kasus analis
ogi defacing. is
Informa kasus
si defaci
ng
meng
gunak
an
UU
Telek
omun
ikasi.
Sedan
gkan
skrips
i saya
meng
gunak
an
UU
ITE
dan
huku
m
Islam.
17
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
penelitian.17
a. Jenis Data
b. Sumber Data
17
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode
dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1990), hlm. 191.
18
18
Ibid., hlm. 170.
19
19
Ibid., hlm. 133.
20
F. Sistematika Pembahasan
TINJAUAN TEORITIS
dapat dihukum” yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh karena
kelak akan kita ketahui bahwa yang sudah barang tentu tidak
tepat, oleh karena kelak akan kita ketahui bahwa yang dapat
23
24
kepentingan umum”20
dihukum21”.
20
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2014) hlm. 181-182
21
Ismu Gunadi dan Joenaidi Efendi, Cepat & Mudah memahami
Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 37.
25
22
Wirjono Projodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia,
(Bandung:Refika Aditama, 2003), hlm. 59.
26
23
Sofian Sastrawidjadja, Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai
Dengan Alasan Peniadaan Pidana), (Bandung :Armico, 1995), hlm. 150.
27
tidak ada kesalahan” (geen straf zonder schuld; auctus non facit
24
Chairul Huda, Dari “Tiada Pidana Tanpa Kesalahan” Menuju
Kepada “Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”,
(Jakarta:Kencana, 2006), hlm. 64.
28
melawan hukum.
yang menjadi ciri atau sifat khas dari larangan tadi sehingga
Feit).
25
Ismu Gunaidi dan Joenaidi Efendi,Cepat & Mudah memahami
Hukum Pidana,Op, Cit, hlm. 39-40.
30
26
Lamintang, Dasar - Dasar Hukum Pidana Indonesia, Op, Cit, hlm.
193-194
32
Indonesia
pun hukuman pokok itu terbagi lagi dalam beberapa jenis, yakni
hukuman pidana.
27
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
28
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika,
2012), hlm. 195.
33
Pasal 483 dan Pasal 484 KUHP tentang unsut sengaja dan
KUHP.
pidana penjara:
menyatakan:29
29
Pasal 31 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
35
1946 menyatakan:30
30
Pasal 2 UU No. 20 Tahun 1946 tentang Hukum Tutupan
36
31
Indra Safitri, 1999, Tindak Pidana Di Dunia Cyber” dalam Insider,
Legal Journal From Indonesian Capital & Investmen Market.
32
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, 2005, Kejahatan Mayantara
(Cyber Crime), (Jakarta: Refika Aditama, 2007) hlm. 40.
39
sosial yang selama ini dianggap tidak mungkin terjadi atau tidak
menjadi 2 (dua) kategori, yaitu cyber crime dalam arti sempit dan
cyber crime dalam arti luas. Cyber crime dalam arti sempit adalah
33
Widodo, Sistem Pemidanaan dalam Cyber Crime,(Yogyakarta:
Laksbang Meditama, 2009), hlm. 24.
34
Abdul Wahid dan M. Labib, Kejahatan Mayantara (Cybercrime),
op.cit. hlm. 76.
41
terhadapnya;
kejahatan konvensional;
35
Maskun, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, (Jakarta:
Kharisma Putra Utama, 2013), hlm. 51-54.
43
menguntungkan pelaku.
komputerisasi.
materi/nonmateri.
keamanan.
crime.
36
Muhammad Kusnardi dan Bintan Saragih dalam kutipan Abdulla
Wahid, dkk, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Bandung: Refika
Aditama,2005), hlm. 136.
47
terhadap kesusilaan.
pornografi.
37
Asep Saepudin Jahar, dkk., Hukum Keluarga, Pidana & Bisnis,
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), hlm. 111
52
yang dan ini adalah arti secara umum. Akan tetapi, biasanya
jarīmah.
38
Abdul Qadir Audah, Ensikopedia Hukum Pidana Islam 1 (Edisi
Indonesia), (Bandung: Kharisma Ilmu, 2007), hlm. 88.
53
kejahatan:
39
Imaning Yusuf,Fiqih Jināyah jilid 1, (Palembang: Raffah Press,
2009), hlm. 3
54
yaitu :
ancaman40
40
Nurul Irfan dan Masyrofah, FIqh Jinayah, (Amzah, Jakarta: 2014),
hlm. 2-3
55
a. Jarīmah Hudūd
Baqarah 2: 187
41
Imaning Yusuf, Fiqih Jināyah jilid 1, Op. Cit., hlm. 4
56
…. ….
Artinya:
mendekatinya”
1) Zina
2) Qazaf (menuduh orang berbuat zina)
3) Meminum-minuman keras
4) Mencuri
42
Maksudnya, hudūd telah ditetapkan untuk kemaslahatan masyarakat
dan melindungi kepentingan umum karena memang inilah tujuan mendasar
tujuan agama. Oleh karena itu, jika hudūd termasuk hak Allah maka tidak
dapat dibatalkan, baik oleh individu maupun masyarakat.
43
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 2, (Jakarta: Tinta Abadi Gemilang,
2013), hlm. 302
44
Abdul Qadir Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam (Edisi
Indonesia), Op.Cit., hlm. 100
57
b. Jarīmah Qishāsh-diat
Arinya:
“Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka semula.” (Q.S. Al- Kahfi 18: 64)
45
Nurul Irfan dan Masrofah, Fiqih Jināyah, (Jakarta: Amzah, 2013),
hlm.4
58
hak qishāsh atau diat merupakan hak pribadi korban, maka hak
1) Pembunuhan sengaja;
2) Pembunuhan semi sengaja;
3) Pembunuhan tersalah;
4) Pelanggaran terhadap anggota tubuh secara sengaja;
5) Pelanggaran terhadap anggota tubuh dalam keadaan tersalah.
anggota tubuh.
c. Jarīmah Ta’zīr
46
Imaning Yusuf, Fiqih Jināyah jilid 1, Op. Cit., hlm. 29
47
Imaning Yusuf, Fiqih Jināyah jilid 1, Op. Cit., hlm. 30
59
pengertian keduayaitumendidik.
48
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar
Grafika, 2005), hlm. 255
60
kemaslahatan umum.49
49
Nurul Irfan dan Masyofah,fiqih Jināyah,Op. Cit., hal. 136-140
50
Abu Bakar Jabir Al- Jazairi, Minhajul Muslim, Edisi Terjemahan
cet.II (Solo: Pustaka Arafah, 2015), hal. 807.
61
dendam.
memotong telinga, atau ujung jemari karena hal seperti itu tidak
51
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 2, (Jakarta: Tinta Abadi Gemilang,
2013), hlm. 393
BAB III
1. Pengertian Defacing
internet dalam era global ini, apabila jika dikaitkan dengan persoalan
defacing?
52
Abdul Wahid dan Mohammad Labib,Kejahatan Mayantara
(Cybercrime),Op, Cit,. hlm. 2
53
Kamus UMUM merupakan kamus yang memuat kata-kata yang di
gunakan dalam berbagai ragam bahasa dengan keterangan makna dan
penggunaannya, dengan menghindarkan istilah teknis atau kata yang digunakan
dalam lingkungan terbatas. https://id.m.wiktionary.org/wiki/kamus_umum?
62
menggoresi; menghapuskan tetapi arti kata deface disini yang sangat
website baik halaman utama atau index filenya ataupun halaman lain
yang masih terkait dalam satu url dengan website tersebut (bisa di
karena terdapat lubang pada sistem security yang ada didalam sebuah
system orang lain atau kedalam web server dan tahap kedua adalah
puas atau tidak suka kepada individu, kelompok, atau entitas tertentu
54
Ibid,. hlm. 4
55
Sutan Remi Syahdeini, Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer,
(Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 124.
2. Jenis-Jenis Defacing
1. Full of page
index atau file lainnya yang akan diubah secara utuh, artinya
56
Aryad Sanusi. Cyber Crime, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
hlm. 98.
mencari celah baik dari kelemahan scripting yang digunakan
Manajemen System).
1. Faktor Internal
a. Kesalahan konfigurasi
pengecekan ulang.
b. Kelalaian admin
57
www.timsatu.wordpress.com. Diakses tanggal 03 juli 2018 pukul 13.11
WIB.
Webmaster atau admin biasanya lalai dalam menghapus file
phpbb.
config.inc.
3)Run of date
4)Run of service
a. Sofware vulnerabilities
maka tidaklah aneh apabila dalam hitungan hari, atau malah jam
itu situs resmi software tersebut atau situs situs keamaanan, info
ini bisa menjadi senjata ampuh bagi para “defacer” atau bahkan
b.Sistem vulnerabilities
58
www.timsatu.wordpress.com. Diakses tanggal 03 juli 2018 pukul 13.11
WIB.
itu bisa di eksploitasi secara remote dan berbahaya sekali bagi
c. Run of control
1)Brute forcing
Metode ini mungkin yang paling kekal, alias sudah lama tetapi
terhadap authentication.
3)DOS attack
4)Sniffing
bahkan sulit untuk dikontrol. Tidak dapat dipungkiri saat ini manusia
masalahnya.59
berita terkini dan semua hal yang dibutuhkan manusia dapat diakses
59
Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara
(Cybercrime), (Jakarta: Refika Aditama, 2005), hlm. 103.
pendidikan, dan media komunikasi.60 Meskipun demikian, dengan
yang kedua ini biasa dikaitkan dengan internet dan ruang di dunia
yaitu kegiatan merubah tampilan suatu website orang lain tanpa izin
baik halaman utama atau index filenya ataupun halaman lain yang
60
Deni Darmawan dan Deden Hendra Permana, Desain dan Pemrograman
Website,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 5.
62
Dikdik M.Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, Cyberlaw Aspek Hukum
Teknologi Informasi, cet. II (Bandung: Refika Aditama, 2009), hlm. 4.
63
URL singkatan dari Uniform Resource Locator, yaitu serangkaian
karakter (angka, huruf dan symbol) secara default yang telah ditentukan, yang
manfaatnya itu untuk menunjukkan suatu alamat atau sumber yang terdapat di
internet seperti file, dokumen dan juga gambar.
folder atau di file). Defacing terdiri dari dua tahap, yaitu mula-mula
menerobos system orang lain atau kedalam web server dan tahap
hacking dan defacing tidak dapat terpisahkan satu sama lain, karena
menerobos program komputer milik orang atau pihak lain tanpa izin.
anggap kata yang mewakili sebuah kejahatan dunia maya, dan pada
b. Pengertian “merusakkan”
66
KUHAP dan KUHP, (Sinar Grafika, Jakarta: 2002), hlm. 107.
67
Widodo, Aspek Hukum Pidana Kejahatan Mayantara, (Yogyakarta:
Aswaja pressindo,2013), hlm. 144
Merusakkan dimaksudkan sebagai memperlakukan suatu barang
sedemikian rupa namun kurang dan membinasakan
(beschacdingen). Contoh perbuatan merusak data atau program
komputer yang terdapat di internet dengan cara menghapus data
atau program, membuat cacat data atau program, menambahkan
data baru ke dalam suatu situs (web) atau sejenisnya secara acak.
Dengan kata lain, perbuatan tersebut mengacaukan isi media
penyimpanannya.
d. Pengertian menghilangkan
kesenangan semata.
Tahun 2016
68
Djunaedi Karnasudirdja, Yurisprudensi Kejahatan Komputer. (Bandung:
Refika Aditama, 2009) hlm. 2.
ditransmisikan, disalin, disimpan, diseminasi kembali dari mana saja
diatur pada Pasal 30 dalam hal illegal acces dan pada Pasal 32 ayat
masuk ranah tindak kejahatan dunia maya (cyber crime) diatur dalam
69
Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (UU ITE), (Sinar
Grafika, Jakarta: 2017), hlm.42-43
Pasal 30 yang berbunyi:
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses computer dan/atau Sistem Elektronik milik orang lain
dengan cara apapun.
(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses computer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa
pun dengan tujuan untuk memperoleh informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik.
(3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengkases computer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa
pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol
system pengaman.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
dengan cara apa pun mengubah, menambahkan, mengurangi,
melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik milik Orang lain atau milik publik.
yang telah diatur pada Pasal 30 dalam hal illegal acces dan pada
Pasal 32 ayat (1) dalam hal data interfence mengingat langkah awal
tertentu. Ada tiga hal yang menjadi arah dan tujuan penetapan hukum
Islam, yaitu:71
a. Agama
Memelihara agama adalah memelihara kemerdekaan manusia
didalam menjalankan agamanya.
b. Jiwa
Memelihara jiwa adalah memelihara hak hidup secara terhormat,
memelihara jiwa dari segala macam ancaman, pembunuhan,
penganiayaan dan sebagainya.
c. Akal
Memelihara akal adalah memelihara agar manusia tidak menjadi
beban sosial, tidak menjadi sumber kejahatan dan penyakit
dalam masyarakat.
d. Keturunan
Memelihara keturunan adalah memelihara jenis anak keturunan
melalui ikatan perkawinan yang sah yang diikat dengan suatu
hukum agama.
e. Harta
Memelihara harta adalah mengatur tata cara mendapatkan dan
mengembang biakan harta benda secara benar dan halal.
tingkatan, yaitu:
semua manusia.
72
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003),
hlm. 365
Karena kebebasan seseorang dibatasi dengan kepentingan umum
atau dibatasi dengan kebebasan orang lain, jadi kebebasan dan
keterbatasan bagi seseorang maupun secara umum73
ini, maka dari itu perilaku Defacing telah melanggar aturan moral dan
moral dan tidak menggangu hak orang lain dan hak Allah, setiap
bermanfaat.
73
Ibid, hlm. 377.
tempat dan waktu. Islam juga menghormati hak pribadi atau privacy
Artinya:
izin, dari hal ini dapat dilihat bahwa pelanggaran terhadap privasi
website milik orang lain dan tahap kedua adalah mengganti halaman
website (web page). Islam selalu mengajarkan etika dan adab yang
akan di timpahkan dosa yang sangat besar dan sangat keras siksaanya
orang-orang yang dzalim dalam (Surah Yunus (10) :52) Allah SWT,
berfirman:
Artinya:
berikut ini:
74
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta:Amzah, 2014) hlm.
2-3
75
Makhrus Munajat, Reaktualisasi Pemikiran Hukum Pidana Islam,
(Yogyakarta:Cakrawala, 2006), hlm. 12.
76
Qishash ialah hukuman yang berupa pembalasan setimpal (surah Al-
baqarah (2), ayat 178).
77
Diyat ialah hukuman ganti rugi, yaitu pemberian sejumlah harta dari
pelaku kepada si korban ataupun walinya, Melalui putusan hakim.
hukumannya oleh syara‟ dan menjadi kekuasaan penguasa atau
hakim.78
yang secara garis besar memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai
Transaksi Elektronik Pada Pasal 30 dan Pasal 32 ayat (1), dan sanksi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
telah diatur pada Pasal 30 dalam hal illegal acces dan pada Pasal
Indonesia sudah jelas diatur pada Pasal 46 dan Pasal 48 ayat (1)
UU ITE.
91
92
B. SARAN
melanggar.
2. Bagi Pemerintah
mayantara.
A. Buku
Al-Qur’an
B. Referensi Online
http://www.cuthawe.com/2016/02/apa-itu-url.html
Http://m.liputan6.com/amp/3065275/ini-daftar-puluhan-situs-web-
malaysia-yang-kena-serang-hacker
http://inet.detik.com/read/2013/01/31/135610/2157633/398/menyoal-
kasus-hacking-situs-presiden-sby
http://www.jagatreview.com/2011/03/website -tv-one-di-deface/
www.justinfo.wordpress.com
https://id.m.wiktionary.org/wiki/kamus_umum?
www.timsatu.wordpress.com.