“TUNJANGAN KARYAWAN”
● HAJRAH. S (2061201151)
● IIN AINUN SALSABILA (2061201008)
● NURHAYATI (2061201034)
● IRMAWATI ()
● NURUL AMALIA RAMAHDANI ()
KATA PENGANTAR
Segalah puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahNYA sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “TUNJANGAN KARYAWAN ” tepat pada
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah akuntansi biaya
Terimakasih kepada Ibu Selaku dosen pembimbing akuntansi biaya Terimakasih kepada
media internet yang telah memberi informasi yang telah memudahkan mencari materi
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah ini lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengelola karyawan agar tetap produktif memang tidak mudah karena
karyawan memiliki keinginan yang berbeda-beda, oleh karena itu perusahaan
memerlukan suatu program kesejahteraan karyawan yang dapat memunculkan
kepuasan karyawan sehingga perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang
berpotensi, loyal, dan berdedikasi tinggi dalam bekerja. Karyawan yang demikian itu
dapat menunjang keberhasilan perusahaan menjalankan ativitas produksinya. Oleh
karena hal itu, pada kesempatan ini kami akan mencoba membahas tentang hal yang
berkaitan dengan tunjangan karyawan atau bis juga disebut kesejahteraan karyawan.
Semoga penjelasan dalam makalah ini mampu memberikan pemahaman yang cukup
berkaitan tunjangan karyawan. Kami menerima kritikan membangun untuk kemajuan
pengetahuan tentang tunjangan karyawan.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
:
C.Tujuan permasalahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tunjangan Karyawan (Kesejahteraan Karyawan)
5. Dale Yoder dalam buku yang ditulis Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan : Benefits
may be regarded as the more tangible financial contributions to employees. Special
payment to those who are ill, contribution to employees savings, distribution of
stock, insurance, hospitalization, and private pensions for example. (Kesejahteraan
dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut kepada karyawan. Terutama
pembayaran kepada mereka yang sakit, uang bantuan untuk tabungan karyawan,
pembagian berupa saham, asuransi, perawatan di rumah sakit, dan pensiun)[3].
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tunjangan karyawan adalah program
untuk peningkatan kesejahteraan karyawan (material dan non material) tidak
langsung sebagai bentuk balas jasa dalam bentuk selain upah/gaji, seperti
pembayaran kepada mereka yang sakit, uang tabungan, pembagian berupa saham,
asuransi, perawatan di rumah sakit,dan pensiun.
4. Dibenarkan oleh peraturan legal, jadi bisa dimasukkan dalam neraca fiscal
perusahaan tersebut.
Perbedaannya:
2. Merupakan salah satu cara untuk menarik dan mempertahankan para karyawan
Tunjangan yang diatur ada juga yang tidak Undang- Undang tidak mengatur
mengenai tunjangan tidak tetap(tunjangan makan,transportasi,dll). Kebijakan
mengenai tunjangan jenis ini, tergantung perusahaan masing-masing. Untuk
Tunjangan Kesejahteraan/Kesehatan, dalam UU no 13 pasal 99 mengatur adanya
Jaminan Sosial untuk para pekerja.
Isi UU No.13 Pasal 99 ayat 1:Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk
memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
1. peraturan legal
Pengunduran Diri
Sepintas lalu gaji saat liburan, hari besar, cuti sakit, dan lain sebagainya terlihat
tidak masuk akal secara ekonomis. Perusahaan yang membayar karyawan saat
mereka tidak bekerja tidak mendapatkan nilai produksi yang nyata. Untuk itu,
kebijakan cuti sakit misalnya harus distruktur dengan hati-hati untuk menghindari
dalam memberi insentif yang salah pada para karyawan walaupun program-program
tersebut membantu menarik dan mempertahankan karyawan.
Kebijakan Family-Friendly
Kebijakan ini digunakan untuk mengurangi konflik antara karyawan dan bukan
karyawan terutama karyawan wanita dalam suatu organisasi yang berupa kebijakan
arti keluarga dan kepedulian anak.[9]
Maksud dari pembayaran upah tidak bekerja dengan alasan tertentu ini adalah
pembayaran upah kepada pegawai meskipun pegawai tersebut tidak bekerja dengan
alasan tertentu,seperti:sakit,menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya dll.
2. Program penjaminan terhadap resiko kerja
4. Pengembangan pegawai
PENGENDALIAN BIAYA
Dalam menentukan strategi pengendalian biaya ada beberapa faktor yang perlu di
pertimbangkan. Pertama, semakin besar kesempatan untuk menabung. Kedua, perlu
dilihat pertumbuhan kategori tunjangan tersebut karena meskipun biaya pada saat
ini dapat diterima namun tingkat pertumbuhan yang tinggi bisa mengakibatkan biaya
melonjak di masa depan. Ketiga, upaya pengendalian biaya dapat di harapkan
keberhasilanya jika perusahaan mempunyai keleluasaan yang signifikan dalam
memilih seberapa banyak biaya yang akan di keluarkan untuk tunjangan tertentu.
Sebagian besar tunjangan tersebut diwajibkan secara hukum sehingga bersifat tetap
dan membatasi upaya untuk mengurangi biaya produksi.
Beberapa upaya untuk mengendalikan biaya dan meningkatkan kualitas, antara lain :
(1) desain rencana, (2) penggunaan provider alternatif, (3) penggunaan alternatif
metode pembiayaan, (4) meninjau ulang klaim-klaim, (5) pendidikan dan pencegahan
diri, (6) sistem biaya external.
Program ini bersifat pencegahan yaitu bersifat untuk mengelola biaya perawatan
kesehatan dengan membantu mencegah resiko kesehatan seperti tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, merokok dan kegemukan. Program ini juga berupaya untuk
meningkatkan kesehatan seperti latian fisik dan nutrisi yang baik.
Dua fenomena penting yang sering dihadapi dalam upaya pengendalian biaya.
Pertama, pengendalian salah satu program tidak akan berhasil karena upaya untuk
mengontrol salah satu aspek mungkin di ikuti dengan perpindahan ke program lain
yang memberikan perlakuan medis yang berbiaya bagi karyawan. Kedua, seringkali
ada yang disebut sebagai kelompok pareto, yaitu ada sebagian kecil ( sekitar 20% )
karyawan yang menggunakan sebagian besar biaya perawatan kesehatan ( sekitar
60% sampai 80%).untuk itu, upaya pengendalian biaya akan berhasil jika biaya yang
akan di gunakan oleh kelompok pareto dapat di identifikasi dan di kelola secara
efektif.
Terdapat alternatif selain paket tunjangan tunggal untuk yaitu program tunjangan
fleksibel ( flek-plans atau cafetaria-style plans ) yang memberikan kebebasan kepada
para karyawan untuk memilih tipe dan jumlah tunjangan yang mereka inginkan.
Program tersebut bervariasi misalnya menurut aturan level tunjangan tertentu ( atau
sebaliknya harus membayar exstra untuk tunjangan yang lebih banyak ). Misalnya
liburan, karyawan di bolehkan untuk melepas hari libur untuk mendapatkan gaji
tambahan atau alternatifnya memberi liburan exstra dengan mengurangi gaji.[11]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Hasibuan, Malayu S.P, Drs.H. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. 2001.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tjahjono, Heru Kurnianto. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.0. 2009. Yogyakarta:
Visi Solusi Madani.
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2002. Jakarta: Bumi Aksara
Hariadja, Mariot Tua E. Manajemen Sumber Daya Manusia. 2002. Jakarta: Grasindo