COVID-19
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
Meilani Pansella
11150430000075
HALAMAN JUDUL
JAKARTA
1443 H/2022
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan
asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan
terutama bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan
beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa
Indonesia atau lingkup masih penggunaannya terbatas.
a. Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara
Latin:
Huruf
Huruf Latin Keterangan
Arab
ب b be
ت t te
ث ts te dan es
ج j Je
خ kh ka dan ha
د d de
vi
ر r Er
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q Qo
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ه h ha
vii
ء apostrop
ي y ya
b. Vokal
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia,
memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong. Untuk vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:
Arab Latin
ـــــَـــــ A fathah
ـــــِـــــ i kasrah
ـــــُـــــ u dammah
Arab Latin
ي ـــــَـــــ
َ ai a dan i
ـــــَـــــ و au a dan u
viii
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Arab Latin
اـَــــ â a dengan topi diatas
ىـِــــ î i dengan topi atas
وــُـــ û u dengan topi diatas
d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf
alif dan lam) )ال, dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti
huruf syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: = اإلجثهادal-ijtihâd
e. Tasydîd (Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi,
hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu
terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya: = الشفعةal-syuî ‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah.
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh
1) atau diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta
ix
marbûtah tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf
ta marbûtah tersebut diikuti dengan kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihasarakan menjadi huruf “t” (te) (lihat contoh 3).
g. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun
dalam transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu
diperhatikan bahwa jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal kata sandangnya. Misalnya, = البخاريal-Bukhâri, tidak
ditulis al-Bukhâri.
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih
aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak
tebal. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar
kara nama tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-
Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
x
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
xi
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat karunia yang banyak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar
kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para umatnya yang setia
terhadap ajarannya sampai akhir zaman.
Penulis bersyukur dan senang karena telah menyelesaikan tugas akhir sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN) Jakarta. Dengan judul
skripsi Peningkatan Kasus Perceraian di Era Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di
Pengadilan Agama Cibinong). Penulis juga meminta maaf sedalam-dalamnya apabila
ada kesalahan dalam penulisan dan kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa hasil peneltian ini selesai
berkat bimbingan, dorongan dan dukungan dari berbagai pihak. Banyak pihak yang
sudah berkontribusi dan menjadi penyemangat sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang mendalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Karlie, M.A. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Siti Hanna, M.A. Selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab, juga
Ibu Fitria, S.H., MR. selaku Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab.
Terima kasih atas waktu, tenaga dan ilmu yang diberikan. Semoga kesehatan,
kemudahan, dan keberkahan selalu menyertainya.
3. Bapak Prof. Dr. KH. Ahmad Mukri Aji, MA, MH. Selaku Dosen Pembimbing
Skripsi dan Inspirator bagi penulis. Terima kasih atas waktu, tenaga dan ilmu
xii
yang diberikan. Semoga kesehatan, kemudahan dan keberkahan selalu
menyertainya.
4. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Pimpinan perpustakaan, pengelola perpustakaan, Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
kepustakaan.
6. Kepada para staf Pengadilan Agama Cibinong, dan terimakasih kepada Ibu Hj.
Hidayah, S.Ag. selaku Panmud Hukum yang telah membantu penulis untuk
memberikan dan melengkapi data-data yang dibutuhkan skripsi ini. Semoga
selalu dalam keberkahan.
7. Kedua orang tua penulis Bapak Tugimin dan Ibu Jami. Terima kasih atas doa,
pengorbanan dan jerih payah, serta dukungan yang tidak henti-hentinya diberikan
untuk penulis. Tiada kata yang pantas selain ucapan terimakasih yang setulus-
tulusnya.
8. Segenap Anggota PSM (Paduan Suara Mahasiswa) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, terima kasih atas pengalaman berharga selama penulis mengikuti
kegiatan UKM ini di kampus.
9. Teman-teman KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018, KKN Beraksi 104
Desa Cibatutiga, Kecamatan Cariu Bogor (Ruli,Alfi,Vivid,Suci,Yudi,Bay, Dinda,
Tasya, Intan, Alfi, Diana, Zola, Fatim, Adel, Fajar, Farid, Rifaldi, Firman.
Semoga sukses selalu.
10. Teman-teman angkatan 2015 Perbandingan Mazhab dan Hukum yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih sudah menjadi teman seperjuangan
yang selalu mengisi hari-hari penulis dengan suka duka, semoga sukses selalu
untuk kalian semua. Nawawi teman saya yang telah membantu dan memotivasi
penulis agar selalu menyelesaikan skripsi terimakasih semoga berkah dan menjadi
ladang pahala ya naw.
xiii
11. Teman-teman sepermainan, seperjuangan, seperti saudara( Dayu Dyana Zahir,
Nurul Hidayati, Lee Mita Nudiyana, Arsiliya Rifda, Frida Laili Maftuha, Ike
Sustika Wati, Fatimatu Hurin), penulis mengucapkan banyak terimakasih karena
sudah menjadi teman dan selalu bersama selama dalam perkuliahan, terimakasih
atas pembelajaran suka duka yang telah kalian berikan kepada penulis, salam
sayang selalu kepada kalian semua semoga kalian semua sukses dan selalu
diberkahi disetiap perjalanan hidupnya oleh Allah SWT amin.
12. Kepada Muhammad Irhamsyah Ramadhan yang selalu memberi masukan dan
support untuk penulis, disaat penulis malas-malasan selalu mengingatkan untuk
terus berproses. Terimakasih atas waktu dan recharger energy. Semoga bantuan
yang diberikan berbalik kedirimu kelak.
13. Kepada teman-teman SD ku di rumah (Niswah Niken Tia, Nijmah) yang selalu
mensuport saya untuk selalu bersemangat dan menyelesaikan skripsi saya.
Akhirnya saya dapat menyalesaikan tugas akhir saya berkat doa dan support yang
telah di berikan. Kepada annisa wulandari dan putri sandi. Slaku teman yang
saling bantu memebantu selama proses pembuatan skripsi semoga sukses selalu
untuk kita semua.
14. Penulis mengucapkan teriamaksih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Meilani Pansella
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBARPENGESAHANPANITIA UJIANSKRIPSI
ABSTRAK ..................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
A. Pernikahan .......................................................................................................................... 14
xv
BAB III GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA CIBINONG
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 71
B. Saran ................................................................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 terjadi wabah yang mengagetkan yaitu infeksi berat
dengan penyebab yang belum diketahu, berawal dari laporan yang berasal dari negara
China kepada World Health Organization (WHO) terdapat 44 pasien pneumonia yang
berat di suatu wilayah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari
terakhir tahun 2019. Dugaan awal penyebarannya dari pasar basah yang menjual ikan,
hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada tangga 10 Januari 2020 mulai
teridentifikasi dan didapatkan kode genetik virus ini, yaitu virus Corona baru.1
Peningkatan jumlah kasus corona terjadi dalam waktu singkat dan membuthkan
penanganan segera. Virus corona dapat dengan mudah menyebar dan menifeksi
siapapun dan usia berapapun. Virus ini dapat menyebar dengan mudah melaui kontak
dengan penderita. Karena alasan inilah Pemerintah di beberapa negara memutuskan
untuk menetapkan lockdown atau isolasi total atau karantina.2
1
Diah Handayani dkk, Penyakit Virus Corona 2019, (Jurnal Respirologi Indonesia), Vol. 40,
No. 2 2020, h.120.
2
Nailu Mona, Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasikan Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia,(Jurnal Sosial dan Budaya Syar’i, Vol. 7,
No. 7, 2020, h.2.
1
Berskala Lokal (PSBL), PSBB transisi, hingga yang terbaru yaitu Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).3
3
Ahmad Ge lora dan Rizky Saputra, Kedudukan Hukum Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Hukum dan PerUndang-
Undangan, Vol 1 No 1 2021, h.2
4
https://www.tempo.co/abc/5811/seberapa-aman-pesta-pernikahan-di-indonesia-saat-
penularanhttps://www.tempo.co/abc/5811/seberapa-aman-pesta-pernikahan-di-indonesia-saat-
penularan-corona-masih-tinggicorona-masih-tinggihttps://www.tempo.co/abc/5811/seberapa-aman-
pesta-pernikahan-di-indonesia-saat-penularan-corona-masih-tinggi di akses Tanggal 5 Oktober 2020
5
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2015),
h.213
6
Adri Latif dkk, Kontradiksi Penyelenggaraan Resepsi Pernikahan Di Tengah Wabah Virus
Corona Perspektif Hukum Islam, (Jurnal Hukum dan Keadilan), Vol.8, No.2, Mei 2021, h.132
7
Rindam Nasruddin dan Ismail Haq, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
Masyarakat Bepenghasilan Rendah, Jurnal Sosial dan Budaya Syar’I, Volume 7 Nomor 7 2020, h.642
2
mengurangi arus perdagangan dan investasi global hingga 30%, serta menambah
volatilitas (adalah ukuran perubahan statistik suatu harga sekurutas dalam periode
tertentu) pasar keuangan dunia hingga 215%. Berkurang drastisnya berbagai aktifitas
perekonomian global pada gilirannya diperkirakan akan mengakibatkan tidak kurang
dari 195 juta orang akan mengalami kehilangan pekerjaan dan antara 420 sampai 580
juta oranng jatuh pada kemiskinan.8 Tidak hanya dari sektor publik saja yang
merasakan dampak buruk dari adanya pandemi Covid-19 ini, melainkan dari sektor
domestik juga ikut merasakan imbasnya. Seperti diberitakan di beberapa media
massa, tentang benyaknya kasus perceraian di tengah pandemi Covid ini. Kompas TV
melansir bahwa mencatat kenaikan drastis kasus perceraian selama masa pandemi
Virus Corona disebabkan karna masalah ekonomi rumah tangga.9
Dalam Islam pada prinsipnya perceraian dilarang. Ini dapat dilihat pada
isyarat Rasulullah Saw, bahwa talak atau perceraian adalah perbuatan halal yang
paling dibenci oleh Allah.
8
Mohamad Ikhsan Modjo, “Memetakan Jalan Penguat Ekonomi Pasca Pandemi”, Jurnal Of
Develofment Planning, Vol IV No. 2, Juni 2020, h.105
9
Salsabila Rizky dan Nunung Nurwati, Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Angka
Perceraian, Jurnal Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat (JPPM), Vol. 2 No. 1 April 2021,
h.90
10
Ramadhan Syahmedi, Dampak Perceraian Yang Tidak Sesuai, Jurnal ,Vol.01 No. 1
Januari-Juni 2015, h.162
11
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2015), h. 145
3
َ هللا تَعَالى ال
)ط َالقَ (رواه أبو داود ُ أ َ ْبغ
ِ َض ال َحالَ ِل إِلَى
“Suatu perbuatan yang halal yang paling dibenci Allah adalah talak
(perceraian).” (Riwayat Abu Daud, ibn Majah, dan Al-Hakim, dari Ibn’Umar).
Berdasarkan kasus dan berita yang tersebar di banyak berita dan media,
bahwasanya tingkat perceraian di era pandemi Covid-19 meningkat sehingga menjadi
pembahasan yang menarik dan akan di bahas secara mendalam dan komprehensif
dalam skripsi ini yang berjudul "Peningkatan Kasus Perceraian di Era Pandemi
Covid-19 (Studi kasus Pengadilan Agama Cibinong)”.
1. Identifikasi Masalah
12
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015),h. 213
4
a. Perlunya relevansi mengenai faktor tingginya perceraian di era pandemi
Covid-19 di Pengadilan Agama Cibinong terhadap Hukum Islam?
b. Adanya dimensi yang terjadi sebelum dan sesudah terjadinya pandemi
Covid-19 pada kasus perceraian di Pengadilan Agama Cibinong.
c. Apa saja faktor dominan yang menyebabkan terjadinya perceraian di
Pengadilan Agama Cibinong khususnya di era pandemi Covid-19.
2. Batasan Masalah
3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
analisis faktor penyebab terjadinya tingginya perceraian di era pandemi Covid-19 di
Pengadilan Agama Cibinong. Adapun pokok masalah di atas dapat dijawab setelah
terlebih dahulu menjelaskan hal-hal terperinci di bawah ini:
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitaan
1.Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor-faktor perceraian yang terjadi di Pengadilan
Agama Cibinong pada masa pandem covid-19.
b. Untuk mengetahui analisis hukum Islam tentang peningkatan kasus
perceraian di Pengadilan Agama Cibinong pada masa pandemi covid-19.
2.Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan dibahas
oleh penulis lainnya, maka penulis sedikit mengkaji beberapa skripsi dan karya tulis
terdahulu yang pembahasannya memiliki kesamaan dengan pembahasan yang penulis
angkat. Sejauh pengamatan dan pengetahuan penyusun, sudah terdapat beberapa
penelitian atau tulisan (skripsi) mengenai Faktor tingginya perceraian diantaranya
seperti penelitian (skripsi) yang disusun oleh :
Pertama, penelitian skripsi yang ditulis oleh Ratu Bilqis dengan judul skripsi
Gugat Cerai Di Pengadilan Agama Akibat Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
6
Besar Selama Pandemi COVID-19 (Studi Kasus di Pengadilan Agama Serang)
Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2021 kesimpulannya adalah, di Pengadilan Agama
Serang mencatat bahwa terjadi kenaikan perkara perceraian terutama pada perkara
cerai gugat. Hal ini disebabkan karena adanya pertengkaran yang terjadi diantara
pasangan suami istri karena suami tidak bisa menafkahi istrinya selama berbulan
bulan dikarenakan tidak mempunyai pekerjaan akibat yang ditimbulkan dari adanya
kebijakan PSBB ini.13
Kedua, penelitian skripsi yang ditulis oleh Wilda Ma’rifah dengan judul
skripsi Analisis Faktor-faktor Penyebab terjadinya perceraian (Studi Kasus di
Pengadilan Agama Wonogiri Tahun 2017) kesimpulannya bahwa, faktor-faktor
perceraian di Pengadilan Agama Wonogiri adalah faktor karena tidak harmonis,
faktor tidak tanggung jawab, faktor gangguan pihak ketiga, faktor ekonomi, faktor
hukum, faktor lain-lain, faktor cemburu, faktor kekerasan jasmani, faktor kekerasan
mental, faktor cacat biologis.14
Ketiga, penelitian skripsi yang ditulis oleh Nela Firdayati dengan judul skripsi
Analisis Perceraian di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di Pengadilan Agama
Kelas 1 A Jambi) Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2021 kesimpulannya
adalah, kasus perceraian di Pengadilan Agama Kota Jambi cukup tinggi, tingkatan
perceraian tidak begitu jauh bedannya saat terjadinya pandemi, walaupun
prosedurnya yang berbeda dari sebelum terjadinya pandemi. Pada saat pandemi
13
Ratu Bilqis, “Gugat Cerai Di Pengadilan Agama Akibat Kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar Selama Pandemi COVID-19 (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Serang)”, (Jakarta:
Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021)
14
Wilda Ma’rifah,”Analisis Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perceraian (Studi Kasus Di
Pengadilan Agama Wonogiri Tahun 2017)”, (Surakarta:Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Surakarta, 2020)
7
perceraian banyak diajukan oleh istri yang disebut sebagai (Cerai Gugat). Akibat
perceraian yang paling dominan terjadi karena Faktor Ekonomi dan Perselisihan.15
Keempat, penelitian skripsi yang ditulis oleh Nur Asri Aini dengan judul
skripsi Faktor Penyebab Perceraian Di Pengadilan Agama Makassar Pada Masa
Pandemi Covid-19 Bulan Maret-Agustus 2020, Program Studi Hukum Keluarga
Islam Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2021 kesimpulannya adalah, faktor signifikan yang menjadi penyebab kasus
perceraian di Pengadilan Agama Makassar khususya pada masa pandemi Covid-19
adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus sekitar 63% atau 459 kasus dari
total keseluruhan 722 kasus perceraian.16
E. Batasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian, pokok pembahasan adalah peningkatan kasus
perceraian di era pandemi covid-19 (studi kasus di Pengadilan Agama Cibinong),
maka batasan konsep pada penelitian ini meliputi:
15
Nela Firdayati, “Analisis Perceraian di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus di Pengadila
Agama Jambi)”, (Jambi: Skripsi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021)
16
Nur Asri Aini, “Faktor Penyebab Perceraian Di Pengadilan Agama Makassar Pada Masa
Pandemi Covid-19 Bulan Maret-Agustus 2022”, (Makassar: Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Makassar, 2021)
8
penyakit seperti batuk, demam, diare, sesak nafas, myalgia, sakit
tenggorokan, sakit kepala, dan kelelahan.
3. Faktor-faktor penyebab perceraian menurut Undang-Undang No 9 Tahun
1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan Pasal 19, peceraian terjadi karena 5 faktor, sedangkan menurut
Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 116 terdapat 8 faktor perceraian.
F. Metode Penelitian
Adalah gambaran bagaimana penelitian itu akan ditempuh atau dilaksanakan. Fungsi
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan sesuatu secara aksiologis, yang merupakan nilai
atau ketetapan/aturan sebagai refensi untuk yang ditelaah, serta kesesuaian antara sesuatu
yang ditelaah dengan nilai atau ketetapan/aturan atau prinsip yang dijadikan referensi.17
1.Jenis Penelitian
17
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
(Padang, Kencana Prenamedia Group, 2014), cet.1, h.239.
18
Faisal Ananda Arfa dan Watni Marpaung, Metode Penelitian Hukum Islam,
(Jakarta:Prenadamedia Group, 2016), h. 12.
19
Elizabeth Goenawan Ananto, Metode Penelitian Untuk Public Relations, (Bandung:
9
data-data dari tempat yang menjadi obyek penelitian. Kemudian menggali data
dengan rinci tentang faktor-faktor penyebab perceraian.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian pada skripsi ini adalah deskriptif analitik, yakni suatu
penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada objek
20
yang diteliti secara objektif. Penelitian ini memfokuskan pada faktor-faktor
perceraian pada di era pandemi covid-19 yang terjadi di Pengadilan Agama Cibinong,
kemudian dianalisa berdasarkan ketentuan hukum Islam. Dari data yang diperoleh
akan dilakukan pengkajian dan analisa apasaja yang termasuk kedalam faktor
perceraian di era pandemi covid-19 dan analisa hukum Islam terkait tingginya
perceraian di era pandemi covid-19.
3. Pedekatan Penelitian
4. Sumber Data
10
a. Data primer, penulis mengutip secara langsung sesuai aslinya tanpa
merubah susunan redaksinya yang berkaitan dengan objek penelitian.
Disini data primer yang digunakan yaitu dari Undang-Undang, nash Al-
Qur’an dan Hadist, serta data yang diperoleh dari Pengadilan Agama
Cibinong.
b. Data sekunder yaitu dalam penelitian yang mengguanakan data yang
berasal dari buku, jurnal, dan skripsi22 yang membahas tentang faktor-
faktor penyebab perceraian atau yang berkaitan dengan materi perceraian.
c. Data Tersier, yaitu data penunjang yang dapat memberi petunjuk dan
penjelasan terhadap sumber data primer dan sekunder, diantaranya KBBI
dan ensiklopedia.23 yang membahas tentang faktor-faktor penyebab
perceraian atau yang berkaitan dengan materi perceraian.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi pustaka.
Hal ini dilakukan dengan membaca, merangkum, dan menganalisis bahan-bahan
hukum sebagaimana dijelaskan pada sumber data diatas dengan korelasi pada objek
penelitan.
22
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fak.Psikologi UGM, 1979), hlm. 190
23
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005),h.114.
11
7. Analisi Data
8. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menjuk pada buku Pedoman Penulisan
Skripsi yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperolah pemahaman mengenai isi data dari penulis, maka penulis
menyusun skripsi ini dalam beberapa bab. Adapun sistematika peyusunannya adalah
sebagai berikut:
12
BAB IV ANALISIS PENINGKATAN PERCERAIAN ERA PANDEMI
COCID-19 DI PENGADILAN AGAMA CIBINONG, pada bab ini penulis
menjelaskan hubungan covid-19 dengan faktor peningkatan perceraian di Pengadilan
Agama Cibinong, serta mengalisis penyelesaiannya menurut hukum Islam.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pernikahan
Pasal 1:
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
24
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994), Cet-3, Edisi ke-2, h.456
25
Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986), h. 29
14
Pasal 2 ialah :
Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat
kuat atau miithaqan ghalizan untuk menaatii perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Pasal 3 ialah :
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah , dan rahmah.
Pasal 4 ialah:
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai
dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Nikah, menurut bahasa: al-jam’u dan al-dhamu yang artinya kumpul. Maka
nikah (Zawaj) bisa diartikan degan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa
diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri. Definisi yang hampir sama
dengan di atas juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata nikah berasal dari
bahasa Arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il
madhi) “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah sering juga dipergunakan sebab telah
masuk dalam bahasa Indonesia.
15
(pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan Kabul (pernyataan penerimaan
dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga sebagai bersetubuh.26
Nikah menurut pemahaman ahli ushul fiqh terbagi dalam tiga pengertian,
yaitu sebagai berikut:
26
Tihami M.A,. M.M dan Sobari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,
(Jakarta: PT Grafindo Pesada, 2010), Cet-2, h. 6-7
27
Saiful Milah dan Asep Saefudin, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,
(Jakarta: AMZAH, 2019), h.109
16
perempuan (termasuk keluarga kedua belah pihak) sebagai ikatan dengan yang
disebut suami dan istri karena telah melalui suatu akad yang sakral dengan tujuan taat
atas perintah Allah, mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawaddah dan rahma
sehingga dalam pelaksanaannya atau bagi yang melaksanakannya juga terdapat nilai
ibadah karena keduannya (suami dan istri) telah berada dalam kehalalan satu sama
lain.28
1. Pengertian Perceraian
َ - ط ِل ُق
Secara etimologis, kata talak berasal dari kata “ طا ِلقا َ ُطلقَ – ي
َ ” yang berarti
melepaskan tali, meninggalkan atau bercerai (perempuan dan suaminya).29 Perceraian
adalah putusnya ikatan suami dan istri yang mengakibatkan berakhirnya hubungan
keluarga (rumah tangga) antara suami dan istri.30 Talak diambil dari kata ithlaq,
artinya melepaskan atau irsal artinya memutus atau tarkun artinya
meninggalkan,firakun artinya perpisahan.
28
Nabiela Naily dkk, Hukum Perkawinan Islam Indonesia, (Jakarta : Prenadamedia
Group,2019), h.4-6
29
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Jakarta, PT. Hidakarya Agung, 1990),
h.239.
30
Muhammad Syaifuddin dkk, Hukum Perceraian, (Jakarta: Sinar Grafika,2014), Cet-2, h. 18
31
Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermato, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017) , Cet-1, h.175
17
disebut mengurangi pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata yang telah
ditentukan.32
Perceraian itu bahasa Indonesia, sedangkan dalam bahasa Arab adalah thalaq,
yang mengandung arti melepas atau membuka.33 Yang dimaksud dengan melepas
atau membuka yaitu melepaskan ikatan pernikahan dari pihak suami dengan lafal
tertentu, islahnya suami berkata terhadap istrinya “Engkau telah kutalak”, dengan
ucapan tersebut ikatan pernikahan menjadi lepas, artinya suami istri telah bercerai.34
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
di luar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman pebjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewaiban sebagai suami atau istri.
f. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
32
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia.(Jakarta: PrenadaMedia, 2016), Cet-1,
h.145
33
Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2007), Cet-1, h.25
34
Moh. Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 2014),
h.435.
18
g. Suami melanggar taklik talak.
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinnya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.35
Sedangkan kata cerai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: Pisah,
Putus hubungan sebagai suami istri talak. Kemudian, kata perceraian mengandung
arti: Perpisahan, Perihal bercerai (antara suami istri), perpecahan. Adapun kata
“bercerai” berarti, Tidak bercampur (berhubungan, bersatu,) lagi, Berhenti berlaki-
bini (suami istri).
35
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2013)), Cet-1, h.218
36
Muhammad Syaifuddin dkk, Hukum Perceraian,(Jakarta: Sinar Grafika, 2014), Cet-2, h.15
37
Nabiela Naily, dkk, Hukum
19
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dipahami perceraian adalah
putusnya ikatan perkawinan antara suami istri dalam rangka membina rumah tangga
yang utuh, kekal, dan abadi, sehingga antara keduanya tidak halal lagi bergaul
sebagaimana layaknya suami istri.38
2. Hukum Talak
Oleh karena itu, suami wajib memelihara hubungan pernikahan itu. Meskipun
dalam hukum Islam suami diberi hak menjatuhkan talak, tidak dibenarkan suami
menggunakan haknya dengan sesuka hati, apalagi hanya menuruti hawa nafsunya.
Dlihat dari sisi kemaslahatannya dan kemudaratannya, hukum talak ada lima
38
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata di Indonesia, (Jakarta: Kencana,206) h.1
39
Linda Azizah, Analisi Perceraian Dalam Hukum Islam, dalam Jurnal Al’adalah, vol. 10,
no.4 Juli 2012, h.415
20
1. Apabila terjadi perselisihan antara suami istri lalu tidak ada jalan yang ditempuh,
kecuali dengan mendatangkan dua saksi yang mengurus perkara keduanya. Jika
kedua hakim tersebut memandang bahwa perceraian lebih baik bagi mereka, saat
itulah talak menjadi wajib. Jadi, jika sebuah rumah tangga mendatangkan
keburukan, perselisihan, pertengkaran, dan menjerumuskan keduannya dalam
kemaksiatan, hukum talak adalah wajib baginnya.
2. Makruh, yaitu talak yang dilakukan tanpa adanya tuntutan dan kebutuhan.
Sebagian ulama ada yang mengatakan mengenai talak yang makruh terdapat dua
pendapat dua peendapat.
a. Talak tersebut haram dilakukan karena dapat menimbulkan mudarat bagiya dan
bagi istrinya, serta tidak mendatangkan manfaat. Talak ini sama dengan tindakan
merusak atau menghamburkan harta kekayaan. Hal tersebut didasarkan pada
sabda Rasulullah SAW. Sebagai berikut:
ع ْن َجا ِب ٍر َ أ َ ْن َبأَنَا َم ْع َمر:ق قَا َل َ َحدثَنَا:َحدثَنَا ُم َحمدُ ب ُْن َيحْ َيى قَا َل
ِ ع ْبدُ الرزا
ع َل ْي ِه
َ ُصلى هللا
َ َّللا ِ سو ُل ُ قَا َل َر:اس قَا َلٍ عب
َ ع ِن اب ِْن َ ِ ْال ُج ْع ِفي
َ َع ْن ِع ْك ِر َمة
40
»ارَ ض َرِ ض َر َر َو ََلَ « ََل:سل َم َ َو
Tidak boleh memberikan kemudaratan kepada orang lain, dan tidak boleh
membalas kemudaratan dengan kemudaratn lagi. (H.R. Ibnu Majjah)
b. Talak seperti itu dibolehkan, hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW.
Sebagai berikut:
ُ أ َ ْبغ
َ َض ال َحالَ ِل ِإلَى هللاِ ت َ َعالى ال
)ط َالقَ (رواه أبو داود
Sesungguhnya hal yang paling dibenci Allah adalah talak. (H.R. Abu Daud)
Dalam lafazs yang lain disebutkan
سنن ابن ماجه (دار إحياء الكتب العربية ) بَاب َمنْ بَنَى فِي ح َِق ِه، سنن ابن ماجه، ابن ماجة أبو عبد هللا محمد بن يزيد القزويني40
784 : صفحة2 جزء،2341 : الحديث النمرة،َِاره ِ َما يَض ُّر بِج
Ibnu Majjah Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al-Qozwaini, Sunan Ibnu Majjah, (Dar Ihya’ Al-
Kutub Al-Arabiyyah), Bab Man Bana Fi Haqqihi Ma Yadurru Bi Jarihi, Hadits Nomor 2341, Jilid 2
halaman 784;
21
َ شيْئا أَبغ
ِ ََض ِإلَ ْي ِه ِمنَ الطال
ق َ َما أ َ َحل هللاُ ِب ِه
Allah tidak membolehkan sesuatu yang Ia benci selain talak. (H.R. Abu Daud)
3. Mubah, yaitu talak yang dilakukan karena adanya kebutuhan. Misalnya, karena
keburukan akhlak istri dan kurang baik pergaulan yang hanya mendatangkan
mudarat dan menjauhkan merka dari tujuan pernikahan.
4. Sunnah, yaitu talak yang dilakukan karena istri mengabaikan hak-hak Allah
SWT. yang telah diwajibkan kepadanya. Misalnya, shalat puasa, dan kewajiban
lainnya, sedangkan suami juga sudah tidak mampu memaksanya atau istrinya
sudah tidak lagi mampu menjaga kehormatan dirinya.
5. Mahzhur (terlarang), yaitu talak yang dilakukan ketika istri sedang haid. Para
ulama di Mesir telah sepakat megharamkannya. Talak ini juga disebut dengan
talak bid’ah kerena suami yang menceraikannya itu menyalahi sunaah Rasulullah
SW. dan perintah Allah SWT.
Allah SWT. Berfirman (QS. At-Talaq:[45]:1) :
41
Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermanto, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017) Cet-1, h.188-191
22
3. Rukun dan Syarat Perceraian
a. Rukun Perceraian
Rukun talak ialah unsure pokok yang harus ada dalam talak dan terwujudnya
talak tergantung ada dan lengkapnya unsure-unsur tersebut, adapun rukun talak itu
sebagai berikut:
1. Suami, suami adalah yang memiliki hak talak dan yang berhak
menjatuhkannya, selain suami tidak berhak menjatuhkannya.42
2. Istri, talak yang dijatuhkan oleh suami haruslah ditujukan kepada orang yang
patut menerima talak dari suaminya ini ditinjau dari segi kehidupam keduanya
yang memang sulit untuk didamaikan kembali, sehingga menjadi satu rukun
yang masih ada. Untuk menentukan sahnya talak adalah istri dan status istri
menjadi landasan paling mendasar pada hukum talak. Karena adanya talak
tersebut disebabkan adanya status istri.43
3. Sighat, yaitu lafadz yang menunjukan adanya talak baik itu diucapkan secara
lantang maupun dilakukan secara sindiran dengan syarat harus disertai niat.
Namun demikian, terdapat juga lafadz-lafadz tertentu yang menegaskan arti
talak dan dapat dipahami masyarakat juga di kenal dalam syara’. Cara
pemakaiannya dapat dilakukan dengan lisan, tulisan atau isyarat (bagi yang
bisu). Lafadz-lafadz yang menujukan makna talak ada dua macam yaitu lafadz
sharih dan lafadz kinayah.
Lafadz Sharih adalah kata yang dapat dipahami maknanya tanpa harus ada
penjelasan.Lafadz kinayah adalah talak yang mengandung banyak makna sehingga
bisa ditakwilkan dengan makna yang berbeda-beda.44
42
Abdurrahman Ghazali, h. 201
43
Syeh Kamil Muhammad Waidah, Fiqih wanita, (Jakarta: Pustaka Kautsar 1996), cet-1,
h.437
44
Azni, Ilmu Fiqih dan Hukum Keluarga Perspektif Ulama Tradisional dan Kontenporer,
(Pekanbaru:2015), h.152
23
Mazhab Hanafi berpendapat rukun talak adalah lafal yang menjadi yang
menjadi dilālah bagi makna talak secara bahasa yang merupakan pelepasan dan
pengiriman. Artinya, rukun talak hanya satu, yaitu lafal talak itu sendiri. Sedangkan
mazhab maliki, rukun talak ada empat, yaitu “mampu melakukannya”. Maksudnya
orang atau pihak yang menjatuhkannya yaitu suami, atau wakilnya, atau walinya jika
dia masih kecil. “Maksud”, yaitu ucapan dengan lafal yang terang-terangan, dan
sindiran yang jelas, meskipun tidak bermaksud melepaskan ikatan perkawinan.
Dengan dalil sahnya talak yang dilakukan secara bergurau. Objek, maksudnya
perkawinan yang dia miliki. Rukun terakir yaitu “lafal” yang secara jelas-jelasan
ataupun secara sindiran. Mazhab Syafi’i dan mazhab Hambali berpendapat, rukun
talak ada lima, yaitu laki-lakiyang mentalak, ucapan, objek, kekuasaan, dan
maksud.45
a. Syarat-syarat Perceraian
45
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh (Dar al-Fikr 1985), h. 319
24
1. Baligh, talak yang dijatuhkan anak kecil dinyatakan tidak sah, sekalipun dia
telah pandai demikian kesepakatan para ulama mazhab, kecuali Hambali.
Ulama Mazdhab Hambali mengatakan bahwa, thalak yang dijatuhkan anak
kecil yang mengerti dinyatakan sah, sekalipun usianya belum mencapai sepuluh
tahun.46
2. Berakal sehat, suami yang gila tidak sah menjatuhkan thalak, yang dimaksud
gila disini ialah hilang akal atau rusak akal karena sakit, termasuk kedalamnya
sakit pitam, hilang akal karena sakit panas atau sakit ingatan karena rusak
syaraf otaknya.47
3. Atas kehendak sendiri, yang dimaksud dengan atas kehendak sendiri ialah
adanya kehendak pada diri suami untuk menjatuhkan thalak bukan karena
paksaan.48
Abu Malik menyatakan, syarat talak diperlukan untuk keabsahan talak.49
Dalam hal ini syarat yang dimaksudkan yaitu yang harus terpenuhi bagi pihak yang
menceraikan, pihak yang diceraikan, lafal dan maksud talak. Suami yang
menceraikan disyaratakan berakal, baligh, dan atas kemauan sendiri. Bagi istri yang
diceraiakan, disyaratakan harus wanita yang menjadi isteri yang sah dan masih berada
dalam perlindungan suami. Sighat atau lafal talak disyaratkan bahwa harus sebagai
ungkapan yang memiliki maksud cerai, baik ungkapan tersebut jelas maupun
sindiran.50
Kemudian lafal talak bisa juga dalam bentuk isyarat bagi suami yang tuna
wicara, dan bias juga dengan tulisan. Talak tidak berlaku ketika dengan perbuatan
memukul, mengantarkanisteri ke rumah keluarganya atau menyerahkan barang-
46
Muhammad Jawad, Fiqh lima Mazhab (Ja’fari, Hanafi, Maliki, syafi’i, Hambali), alih
bahasa, Masykur A.B, afif Muhammad, idrus al-kaff, Cet.Ke-11 (Jakarta: lentera, 2004), Hal. 441
47
Abdul Rahman Ghozali,
48
Abdul Rhman Ghozali,
49
Abu Malik Kamal bin al-Sayyid Salim, Fiqih Sunnah Wanita: Panduan Lengkap Wanita
Muslimah (Fiqh Al-Sunnah Lin Nisā: Wa Mā Yajibu an Ta’rifuh Kulli Muslimah Min Aḥkām) (Griya
Ilmu Mandiri Sejahtera 2016), hlm. 616.
25
barangnya. Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam qaṣdu (maksud menceraikan)
adalah dengan ucapan ataupun tulisan memang memiliki maksud menceraikan isteri
dan tidak dimaknai lain. Oleh karena itu, salah ucap tanpa sengaja, tidak berlaku
talak.51 Setelah dipenuhi syarat dan rukun diatas, maka talak seorang suami telah
dipandang sah secara agama.
Terkait dengan lafal talak, al-Subki menyatakan, bagi orang yang berniat
dalam dirinya mentalak isterinya dan tidak diucapkan dengan talak, maka talaknya
tidak terjadi.52 Artinya, ucapan ataupun tulisan yang menunjukkan makna perceraian
harus dapat diketahui oleh pihak isteri, baik dalam bentuk sindiran atau secara jelas.
Untuk itu, talak tidak bisa hanya sekedar niat saja, meskipun suami memiliki niat dan
keinginan untuk cerai.
4. Macam-macam Perceraian
Perceraian kerap terjadi khususnya di Indonesia, yang mana dari segi pihak
yang mengajukan dapat di klarifikasiakakn menjadi dua macam yakni cerai talak dan
cerai gugat, pertama, cerai talak didefinisikan dalam Pasal 114 KHI bahwa
:”Putusnya Perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak
atau berdasarkan gugatan perceraian” lebih lanjut dijelaskan dalam Pasal 129 KHI
yang berbunyi :”seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada istrinya
megajukan permohonan baik lisan atau tulis kepada Pengadilan Agama yang
mewilayahi tempat tinggal istri dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang
untuk keperluan itu.” Kedua, cerai gugat didefinisikan dalam Pasal 132 ayat 2 yang
berbunyi “Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kasusnya pada Pengadilan
51
Abdu Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Kencana Prenada Media Group 2006), hlm. 202-
205.
52
Ali Yusuf al-Subki, Fiqh Keluarga (Niẓām Al-Usrah Fī Al-Islām) (Amzah 2010), hlm. 333.
26
Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tingga Penggugat kecuali istri
meninggalkan tempat kediaman tanpa izin suami.”53
a) Cerai Talak
1) Talak Raj’i
Talak Raj’i adalah talak ketika suami masih mempunyai hak untuk merujuk
atau talak yang masih memungkinkan bagi suami untuk kembali kepada istrinya
tanpa akad nikah baru. Talak pertama dan kedua yang dijatuhkan suami terhadap istri
yang sudah pernah dicampuri dan bukan atas permintaan istri yang disertai tebusan
(iwad), selama masih dalam masa iddah.
Dengan demikian, apabila seorang suami menjatuhkan talak pertama atas istri,
suami dapat merujuknya tanpa harus melakukan akad nikah baru selama masa
iddahnya belum habis.
Al-Syiba’i berpendapat bahwa talak raj’i adalah talak yang untuk kembalinya
istri kepada suaminya tidak memerlukan mahar, serta tidak memerlukan persaksian.
Talak raj’i terjadi hanya pada talak pertama dan kedua berdasarkan firman
Allah SWT (QS.Al-Baqarah[2]:229):
2) Talak Ba’in
53
Mukhamad Suharto, Perspektif Hukum Islam-Sosial Terhadap Kontekstualisasi Nafkah
Cerai Gugat, “Jurnal Kajian Hukum dan Studi Islam”, Vol.2, No.1, Januari 2020, h. 54
54
Mahmudin Bunyamin dan Agus Hermanto, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017), cet-1, h. 180
27
Talak Ba’in yaitu talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dimana suami
berhak kembali pada istrinya melalui akad dan mahar baru. Ulama fikih membagi
talak ba’in menjadi dua macam: Pertama Talak ba’in sughra adalah talak raj’I yang
sudah habis masa iddahnya dan talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang belum
pernah digauli dan talak dengan tebusan (Khuluk). Dalam talak seperti ini suami tidak
boleh kembali begitu saja kepada istrinya akan tetapi harus dengan akad nikah dan
mahar baru. Kedua Talak ba’in kubra ialah talak tiga yang dijatuhkan kepada istri.
Talak ini apabila suami ingin kembali kepada mantan istrinya, maka mantan istri
harus menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain, sudah digauli oleh suami
barunya, dan bercerai dari suami barunya tersebut, serta telah selesai menjalankan
iddahnya.55
3) Talak Sunni
Talak Sunni adalah talak yang terjadi sesuai dengan ketentuan agama, yaitu
seorang suami mentalak istrinya yang telah dicampurinya dengan sekali talak di masa
bersih dan belum ia sntuh kembali di masa bersihnya itu brdasarkan firman Allah
SWT (QS.Al-Baqarah [2]: 229). Yang berbunyi:
Pengertiannya, talak yang disunahkan satu kali, dan dalam masa itu suami
bisa memilih apakah kembali kepada istri atau berpisah dengan baik.
55
Zaenal Arifin dan Anshori, Fiqih Munakahat, (Madiun:CV. Jaya Star Nine, 2019), cet-1,
h.181
28
1. Istri yang ditalak sudah pernah dikumpuli, bila talak dijatuhkan pada istri
ysng belum pernah dikumpuli, tidak termasuk talak sunni.
2. Istri dapat segera melakukan idah suci setelah ditalak. Yaitu istri dalam
keadaan suci dari haid.
3. Talak itu dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci. Dalam masa suci itu
suami tidak pernah mengumpulinnya.56
4) Talak Bid’i
Talak bid’i adalah talak yang dijatuhkan pada waktu dan jumlah yang tidak
tepat. Talak bid’i merupakan talak yang dilakukan bukan menurut petunjuk syariah,
baik mengenai waktunya maupun cara-cara menjatuhkannya. Dari segi waktu, ialah
talak terhadap istri yang sudah dicampuri pada waktu ia bersih atau terhadap istri
yang sedang haid. Dari segi jumlah talak, ialah tiga talak yang dijatuhkan sekaligus.
Ulama sepakat bahwa talak bid’i, dari segi jumlah talak, ialah tiga sekaligus, mereka
juga sepakat bahwa talak bid’i itu haram dan melakukannya berdosa.
Para ulama berbeda pendapat tentang jatuh tidaknya talak bid’i itu, yaitu:
1. Pendapat mazhab Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Maliki, dan Imam
Hambali menyatakan bahwa talak bid’i walaupun talaknya haram, tetapi
hukumnya adalah sah dan talaknya jatuh. Namun sunnah untuk
merujuknya lagi. Pendapat ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan
Syafi’i. adapun menurut Imam Maliki hukum merujuknya justru wajib.
2. Segolongan ulama yang lain berpendapat bahwa tidak sah, mereka
menolak memasukkan talak bid’i dalam pengrtian talak pada umumnya,
kaena talak bid’i bukan talak yang diizinkan oleh Allah SWT. Bahkan di
perintahkan oleh Allah SWT, untuk meninggalkannya.
56
Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2010), Cet-2, h.237
29
Menurut Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyim, dan Ibnu Hazm, talak bid’i adalah talak
haram. Talak yang haram adalah talak yang tidak sah dan tidak jatuh, karena
termasuk talak yang tidak sesuai dengan Sunnah Rasulullah.
b) Cerai Gugat
1) Fasakh
Fasakh yang banyak di bahas oleh para ulama dalam kitab-kitab fikih adalah
fasakh yang disebabkan karena terjadi sesuatu pada diri suami atau pada istri atau
keduanya yang menyebabkan pernikahan tersebut tidak mungkin untuk dilanjutkan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya fasakh tersebut adalah sebagai berikut:
30
2) Khuluk
Khulu menurut istilah, adalah penebusan istri akan dirinya kepada suami
dengan hartanya, maka tertalaklah dirinya. Dan menurut para ahli fikih khulu adalah
permintaan istri kepada suaminya untuk menceraikan dirinya dari ikatan perkawinan
dengan disertai pembayaran iwadh, yang berupa uang atau barang kepada suami dari
pihak istri sebagai imbalan penjatuhan talaknya.
Khulu adalah pemberian hak yang sama bagi wanita untuk melepaskan diri
dari ikatan perkawinan yang dianggap sudah tidak ada kemaslahatan sebagai imbalan
hak talak yang diberikan kepada laki-laki.
Dari pernyatan diatas penulis menyimpulkan bawa khulu adalah gugatan cerai
yang dilakukan istri dengan menggembalikan mahar yang suami berikan agar terlepas
dari ikatan perkawinan.
Permasalahan didalam rumah tangga sering terjadi pada dasarnya factor yang
menyebabkan perceraian sangat unik, kompleks, dan masing-masingkeluarga berbeda
satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan dan surfei sementara yang
58
Darmiko Suhendra, Khulu Dalam Persfektif Hukum Islam, (Jurnal Ilmu Syariah dan
Perbankan Islam) , Vol.1 No,1, 2016, h.221-222
31
menjadi factor penyebab terjadinya percerain bukanlah karena mereka tidak saling
mencintai, melainkan perceraian itu lebih diakibatkan oleh beberapa factor pendorong
lainnya, diantaranya:
2. Ekonomi
Salah satu modal dasar berumah tangga adalah tersedianya sumber
penghasilan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan hidup secarafinansia. Kelanjutan
hidup keluarga antara lain ditentukan oleh kelancaran ekonomi, sebaliknya kekacauan
dalam keluarga dipicu oleh ekonomi yang kurang lancar.59
59
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malan: Uin Malang Pers 2008),
h.196
60
Soeroso dan Moerti Hadiati, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis
Fiktimologis, (Jakarta:Sinar Grafik, 2010), h.1
32
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau
menelantarkan rumah tangga, termasuk ancaman untuk perbuatan pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup rumah tangga.”. 61
Kekerasan dalam rumah tangga terdiri atas kekerasan psikis yaitu perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan hilangnya rasa percaya diri, dan / atau penderitaan psikis
berat pada seseorang. Kekerasan fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat. Kekerasan seksual yaitu pemaksaan hubungan seksual
yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkungan rumah tangga
tersebut, dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam rumah
tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu.62
4. Faktor Usia
Faktor usia yang terjadi dalam perceraian dilakukan dalam usia muda karena
didalam dirinya sedang mengalami perubahan-perubahan secara psikologis.
Pernikahan dibawah umur membuat mereka belum siap mengatasi pertikaian yang
mereka temui ketidaksiapan pasangan tentu berhubungan dengan kehidupan, seperti
keuangan, hubungan kekeluargaan, dan perkerjaan setiap pasangan. Cara mereka
berfikir, bertindak. Menentukan cara mereka menggambil keputusan dalam hidup.
Menikah dibawah umur yang disertai pendidikan yang rendah menyebabkan tidak
dewasa.
5. Perselingkuhan
Landasan perselingkuhan biasanya dilakukan karena hawa nafsu baik dari
pihak suami maupun pihak istri, yang mendasari timbulnya hawa nafsu tersebut
biasanya dikarenakan oleh ketidakpuasan terhadap pasangan. Faktor lain disebabkan
oleh pelayanan yakni ketidak puasan pelayanan sex dan pelayanan sehari-hari.63
61
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
62
Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
63
Abdul Aziz Ahmad, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya, (Bandung:
Pustaka Hidayat, 2009), h.85
33
6. Pemabuk/Pemadat
Pemabuk atau pemadat dan penjudian merupakan perbuatan yang diharamkan
oleh Islam dan wajib dijauhi oleh siapapun termasuk suami istri. Pemabuk/pemadat
dan penjudi menjadi faktor penyebab perceraian, karena memicu perselisihan dan
pertengkaran yang terus menerus terjadi didalam rumah tangga. Yang mengakibatkan
goyahnya suatu rumah tangga tersebut. Karena kebiasaan suami yang suka mabuk
dan bermain judi membuat istri merasa tidak nyaman. Hal ini juga menjadikan
seorang suami tidak lagi memberi nafkah wajib karena sering mabuk dan berjudi
membuat dia malas berkerja dan hanya menghabiskan harta benda.
7. Poligami
Terjadinya perceraian akibat poligami dalam suatu keluarga yang disebabkan
oleh kepribadian yang belum matang, pendidikan, dan latar belakang keluarga.64
Nusyuz secara bahasa adalah bentuk masdar dari kata nasyaza yang berarti
tanah yang tersembul tinggi ke atas. Sedangkan secara terminologis, nusyuz
mempunyai beberapa pengertian di antaranya: Fuqaha Hanafiyah mendefinisikannya
dengan ketidaksenangan yang terjadi pada suami-istri. Fuqaha Malikiyah
mengartikan nusyuz sebagai permusuhan yang terjadi diantara suami-istri. Ulama
Syafi’iyah, nusyuz adalah perselisihan yang terjadi diantara suami-istri. Ulama
Hambaliyah mendefinisikannya dengan ketidaksenangan dari pihak istri maupun
suami disertai dengan pergaulan yang tidak harmonis.65 Sebagaimana (Q.S. An-
Nisaa[4]:34) :
64
Badruddin Nasir, Faktor-Faktor Yang Mengakibatkan Perceraian Kecamatan Sungai
Kuncang Kota Samarinda, Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol.1 / Juni 2012, h.39
65
34
Artinya:Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuz, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah SWT Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S.
An-Nisaa[4]:34)
C. Pandemi Covid-19
Pada bulan Desember 2019 Kota Wuhan China melaporkan kemunculan virus
corona baru yang dinamai Sindrom Pernafasan Akut Parah Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan virus yang menghasilkan sekelompok pneumonia
atipikal, menyebar dengan cepat keseluruh dunia sebagain penyakit Coronavirus 2019
(COVID-19). WHO (2020) mengatakan pada 30 Januari 2020 pandemi COVID-19
menjadi perhatian internasional (PHEIC), darurat COVID-19 dinyatakan sebagai
35
darurat kesehatan masyarakat keenam oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pada 11 Maret 2020, WHO menyatakan COVID-19 termasuk batuk, demam, diare,
sesak napas, myalgia, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan kelelahan. Komplikasi
penyakit ini termasuk pneumonia, sindrom gangguan pernafasan berat akut, gagal
ginjal, atau bahkan kematian pada kasus tertentu.
Pandemi Covid-19 bisa diartikan sebagai wabah yang menyebar secara luas
dan serempak yang disebabkan oleh jenis Corona Virus yang menyerang tubuh
masnusia.66 Pandemi COVID-19 diperkirakan akan meningkatkan beban morbiditas
dan mortalitas yang sangat besar, sangat mengganggu masyarakat dan perekonomian
di seluruh dunia. Pemerintah perlu mempersiapkan akses dan distribusi vaksin
COVID-19 dengan adil untuk masyarakat aman dan efektif ketika vaksin sudah
tersedia. Infeksi COVID-19 yang dinyatakan Organisasi Kesehatan Dunia sebagai
“pandemi” karena telah menyebar ke lebih dari 114 negara telah menyebabkan lebih
dari 43.140.173 kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 1.155.235 kematian pada 25
Oktober 2020. Proses penularan dari virus COVID-19 disebabkan oleh pengeluaran
droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke udara oleh pasien terinfeksi pada
saat batuk ataupun bersin. Droplet di udara selanjutnya dapat terhirup oleh manusia
lain di dekatnya yang tidak terinfeksi COVID-19 melalui hidung maupun mulut.
Droplet selanjutnya masuk menembus paru-paru dan proses infeksi pada manusia
sehat berlanjut. Keragu-raguan dan kesalahan informasi vaksin dapat mengakibatkan
hambatan besar untuk mencapai cakupan dan kekebalan komunitas.
66
Monika Freshlini Patiyati Daur. Skripsi “Korelasi Antara Kesehatan Peserta Didik Selama
Pandemi Covid-19 Terhadap Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik”(Yogyakarta Universitas Hanata
Dharma Yogyakarta), h.12
67
Nining Puji Astuti dkk, Persepsi Masyarakat Terhadap Penerimaan Vaksin Covid-19,
“Jurnal Keperawatan, Vol.13, No. 3, September 2021, h.570
36
sosial distancing bagi masyarakat serta memberikan prinsip protocol kesehatan,
menggunakan masker, cuci tangan/hand sanitizer, juga menjaga jarak/menghindari
kerumunan, meningkatkan daya tahan tubuh, mengkonsumsi gizi seimbang, kelola
penyakit comorbid dam memperhatikan kelompok rentan serta perilaku hidup bersih
dan sehat. Selain itu juga terdapat keputusan Presiden Indonesia mengenai satuan
tugas untuk respon cepat covid-19. Pada 13 Maret 2020 Presiden telah membuat
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 bertujuan untuk:68
68
Ririn Noviyanti Putri, Indonesia Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19,(Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi,2020, h.707
37
5. Melakukan pengawasan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19
6. Mengerahkan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan percepatan
penanganan COVID-19
7. Melaporkan pelaksanaan percepatan penanganan COVID-19 kepada
Presiden dan Pengarah.69
69
https://peraturan.bpk.go.id diakses pada Selasa 5 April 2022 Pukul 13.14 wib
70
Walsyukurniat Zendrato, Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap Pandemi
38
Secara internasional, dikenal tanda kode warna yang menujukan tingkat
kegawatan wabah secara respon yang hrus dilakukan. Urutan kode warna tersebut
adalah hijau, kuning oranye, dan merah yang merupakan kode tertinggi dan
mengindikasi kondisi terbutuk. Kegawatan wabah dibagi menjadi empat tingkat.
Tingkat 1 (Satu) adalah yang paling aman dan tingkat 4 adalah kondiri paling gawat
atau terburuk.71
Covid-19, “Jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, Vol. 8 No. 2, Mei
2020, h.245
71
F.G Winarno, Pelajaran Berharga Dari Sebuah Pandemi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2020), h.3
39
selama pelaksanaan prosedur medis yang menghasilkan aerosl, bersama dengan
kalangan ilmuan, terus secara aktif mendiskusikan dan mengevaluasi apakah SARS-
CoV-2 juga dapat menyebar melaui aerosol, di mana prosedur yang menghasilkan
aerosol tidak dilakukan terutama di tempat dalam ruangan dengan ventilasi yang
buruk.
3. Penularan Formit
72
Ana Yuliana dan Ruswanto, Covid-19 : Pandemi Menyerang Bumi Kami, (Surabaya:
CV.Jakad Media Publishing, 2019), h.11-12
40
5. Perlu dan penting Komitmen pimpinan, penyelenggara negara, pejabat
public dan semua pihak yang terlibat dalam penanganan Covid-19.73
Di Indonesia angka perceraian memang tinggi pada setiap tahun terlebih lagi
pada masa pandemi covid-19 perceraian di Indonesia meningkat sebesar 5%
sepanjang masa pandemic covid-19, hal ini secaraumum karena sebagian keluarga
mengalami kesulitan dalam ekonomi. Dari kesulitan ekonomi tersebut kemudian
73
Ahmad Fauzi, Implementasi Pembatasan Sosial Berskala Besar, Sebuah Kebijakan Publik
Dalam Penanganan Pandemi Covid-19, “Jurnal Ilmu Administrasi Negara”, Vol. 16, No.1, Juli 2020,
h.178
74
Nurul Aini, Pandemi Covid-19 Dampak Kesehatan, Ekonomi, dan Sosial, Jurnal Litbang:
Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, Vol.17, No. 1 / Juni 2021. h. 21
41
berdampak pada perceraian. Hal ini tentu merupakan fenomena yang
menghawatirkan, tetapi itulah kenyataan yang tidak dapat dibantah.75
75
Robiah Awaliah dan Wahyudin Darmalaksana, Perceraian Akibat Dampak Covid-19
Dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan di Indonesia, Jurnal Khazanah Hukum,
Vol. 3, No.2, h.92
42
BAB III
43
membatasi tugas dan kewenangan pengadilan agama yang hanya berhak memeriksa
perselisihan antara suami istri yang beragama Islam dan perkara lain tantang nikah,
talak, dan rujuk saja, sedangakan hak untuk memeriksa perkara lain seperti warisan,
hadanah, wakaf, dan gono gini semuanya diserahkan kepada pengadilan negeri.77
Peradilan berasal dari bahasa Arab adil yang sudah diserap menjadi bahasa
Indonesia yang artinya: proses mengadili atau suatu upaya untuk mencari keadilan
atau penyelesaian sengketa hukum di hadapan badan peradilan menurut peraturan
yang berlaku. Peradilan merupakan suatu pengrtian yang umum. Dalam bahasa Arab
di sebut al-Qadha, artinya proses mengadili dan proses mencari keadilan. “dalam
bahasa Belanda disebut recshpraak (kini tertuang dalam pasal 1 butir 2 UU Nomor 3
Tahun 2006).
77
Abdul Manan. Pengadilan Agama Cagar Budaya Nusantara Memperkuat NKRI, Cet-1,
h.186-187
78
Erfaniah Zuhriah, Peradian Agama Indonesia Sejarah, Konsep Dan Praktik di Pengadilan
Agama, (Malang: Setara Press, 2014), h. 4
44
kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh hukum yang diputuskan atau ditetapkan
oleh pengadilan dapat diwujudkan dengan penuh keadilan.
79
Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama Indonesia, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2017), h.3-4
45
Pada awalnya Pengadilan Agama Cibinong menyewa rumah penduduk
sebagai gedung operasionalnya dan tanggal 25 Juni 2003 pernah menempati Gedung
Balai Kota Cibinong di Jalan Bahagia Raya No.11 Cibinong dan diresmikan
operasioanalnya oleh Bupati Cibinong dan melayani masyarakat pencari keadilan
efektif 1 Juli 2003. Saat ini Pengadilan Agama Cibinong Kelas IA beralamat di Jalan
Bersih No. 1 Komplek Pemda, Kelurahan Tengah, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat 16914. Telpon (021) 8765483, Fax. (021) 8765491.80
80
http://www.pa-cibinong.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/sejarah-pengadilan
diakses tanggal 10 febuari 2022
46
8. Perceraian karena talak
9. Gugatan perceraian.
10. Penyelesaian harta bersama.
11. Penguasaan anak-anak.
12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana
bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya.
13. Penentuan kewajiban member biiaya penghidupan oleh suami kepada
bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri.
14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak.
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua.
16. Pencabutan kekuasaan wali
17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wali dicabut.
18. Penunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang lum cukup umur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal keua orang tuannya.
19. Pembebanan kewajiban gantikerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaanya.
20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
berdasarkan hukum Islam.
21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran.
22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut
peraturan yang lain :
b. Waris.
c. Wasiat
d. Hibah.
e. Wakaf.
f. Zakat.
47
g. Infaq.
h. Shadaqoh, dan
i. Ekonomi Syariah, yang meliputi :
a. Bank Syari’ah
b. Lembaga keuangan mikro syariah’.
c. Asuransi Syari’ah.
d. Reasuransi syari’ah
e. Reksa dana syariah’ah
f. Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah
g. Sekuritas syari’ah
h. Pembiayaan syari’ah
i. Pengadaian syari’ah
j. Dana pension lembaga keuangan syari’ah dan
k. Bisnis syari’ah.
Dalam melaksanakan tugas-tugas pokokya Pengadilan Agama Cibinong
memiliki fungsi sebagai berikut:
48
c. Fungsi pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan dan
petujuk kepada jajarannya, baik yang mnyangkut tugas teknis yustisial,
administrasi peradilan maupun administrasi umum. (Pasal 53 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006).
d. Fungsi administrative, yaitu memberikan pelayanan administrasi
kepanitraan bagi perkara tingkat pertama serta penyitaan dan eksekusi,
perkara banding, kasasi dan peninjauan kembali serta administrasi
peradilan lainnya. Dan memberikan pelayanan administrasi umum kepada
semua unsure dilingkungan Pengadilan Agama (Kepegawaian, keuangan,
dan umum).
e. Fungsi nasehat, yaitu memeberikan keterangan, pertimbangan dan
nasehat tetang hukum Islan pada instansui pemerintah didaerah
hukumnya, apabila diminta sebagaimana diatur dalan Pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tetang Peradilan Agama.
f. Fungsi lainnya, yaitu pelayanan terhadap penyuluhan hukum,
riset/penelitian dan sebagainya, seperti diatur dalam Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI. Nomor:KMA/004/SK/11/1991 dan Peraturan
Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan Peradilan.
B. Profil Pengadilan Agama Cibinong
Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh satuan kerja Pengadilan
Agama adalah melaporkan seluruh kegiatan dalam sebuah laporan tahunan, sehingga
dapat terukur kinerja yang telah dilakukan dalam 1 tahun tersebut apakah dapat
berjalan atau tidak berjalan sesuai dengan program yang telah ditentukan dalam awal
tahun kegiatan, tujuan kegiatan secara umum adalah memberikan pelayanan prima
bagi masyarakat pencari keadilan dan meminimalisir terjadi penyimpangan dalam
pelayanan priba sehingga masyarakat pencari keadilan benar-benar merasakaan
49
bahwa pelayanan yang diberikan Pengadilan Agama Cibinong jauh dari korupsi,
kolusi dan Nepotisme.
Dengan kondisi tersebut maka ada beberapa kegiatan yang tidak bisa
dilaksanakan secara maksimal akan tetapi Pengadilan Agama Cibinong mengalami
peningkatan putusan perkara, perkara yang diputus sampai dengan 31 Desember 2021
adalah sebanyak 9089 perkara, jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang memutus
perkara sebanyak 7177. Maka hal ini mengalami kenaikan sebanyak 1912 perkara
atau sebesar 26,64%.81
Visi adalah suatu gambaran tentang keadaan masa depan yang berisikan cita-
cita dan citra yang ingin diwujudkan Pengadilan Agama Cibinong di masa
mendatang. Dalam merumuskan visinya, Pengadilan Agama Cibinong
menselaraskan dengan visi Mahkamah Agung RI yang dicanangkan untuk tahun
2010-2035, sebagai hasil Rapat Kerja Nasional Mahkamah Agung RI Tahun 2009,
yaitu :
81
Laporan tahunan Pengadilan Agama Cibinong Tahun 2021, h.2
50
Untuk mencapai visi tersebut, Pengadilan Agama Cibinong dalam konteks
organisasi yang telah ditetapkan dalam kebijakan mutu organisasi menjelaskan bahwa
untuk terwujudnya Peradilan Agama Cibinong yang Agung harus dapat
“Terwujudnya Kesatuan Hukum dan Aparatur Pengadilan Agama Cibinong yang
Profesional dan Akuntabel”.
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai dengan visi
yang telah ditetapkan bersama sebelumnya yang merupakan tujuan organisasi
sehingga dapat terlaksana dan terwujud dengan baik. Misi Pengadilan Agama
Cibinong , adalah:
Sejalan dengan waktu, upaya yang dapat dilakukan oleh Pengadilan Agama
Cibinong guna mencapai visi dan misi yang agung tersebut jelaslahbukan suatu
pekerjaan yang mudah tapi bukanlah suatu keniscayaan apabila komponen perangkat
pendukung organisasinya bersama bekerja secara optimal dan penuh tanggung jawab.
Hal ini diperlukan suatu pemahaman yang mendalam atas permasalahan-
permasalahan yang dihadapi Pengadilan Agama Cibinong serta rencana strategis
yang tepat dan menyeluruh untuk menjawab permasalahan yang ada dengan maksud
agar dapat mendorong terwujudnya lembaga peradilan yang bermartabat, berwibawa
dan dihormati demi tegaknya supremasi hukum.
51
organisasi dalam memenuhi visi misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun
ke depan dan memungkinkan untuk mengukur sejauh mana visi misi organisasi telah
dicapai mengingat tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi misi organisasi.
Tujuan rencana strategis yang ditetapkan Pengadilan Agama Cibinong untuk tahun
berjalan di 2021 adalah:
52
Penjabaran rencana strategis tahun 2020-2024, merupakan komitmen bersama
dalam menetapkan kinerja Pengadilan Agama Cibinong yang terencana dan
terprogram secara sistematis melalui mekanisme penataan, penertiban, perbaikan,
pengkajian, pengelolaan terhadap sistem, kebijakan dan peraturan perUndang-
Undangan yang efektif dan efisien dengan menselaraskan (RPJPN) tahun 2020-2024
dan (RPJPN) tahun 2005-2025.82
53
(9) Kasubag Kepegawaian : Fina Agustina, S. Kom
(10) Kasubag Perencanaan : Marwan Hasbuloh, S.H.I, M.H.
(11) Kasubag umum dan Keuangan :Anggie Satria W, S.E. M.S.Ak
(12) Jurusita Pengganti/ Kasir : Ade Sutisna
(13) Bendahara : Chain, Chd d.S.Ag
b. Kedudukan
54
Tahun 2004 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Pokok Kehakiman.
“Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini”.83
83
Laporan Tahunan Pengadilan Agama Cibinong, h.17-19
55
8 Agustus 135 516
9 September 170 535
10 Oktober 85 305
11 November 124 423
12 Desember 58 164
Jumlah 1324 4408
Tabel 1.1 Laporan Perkara Perceraian Tingkat Pertama Pengadilan Agama Cibinong
2. Kasus perceraian tahun 2021 di Pengadilan Agama Cibinong
Kasus perceraian di Pengadilan Agama Cibinong dibagi menjadi dua
kasus yaitu cerai talak dan cerai gugat. Jumlah perceraian pada tahun 2021
terdapat 1727 kasus cerai talak dan cerai gugat sebanyak 5919.
84
Laporan Perkara Tahunan Pengadilan Agama Cibinong
56
BAB IV
85
Abuzar Alghifari dkk, Faktor Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Kasus Perceraian Era
Pandemi Cocid-19 Dalam Tinjauan Tafsir Hukum Keluarga Islam,Jurnal Of Civil and Islamic Family
Law, Vol.1, No.2, Desember 2020, h.9
86
Aris Tristanto, Perceraian DI Masa Pandemi Covid-19 Dalam Prespektif Ilmu Sosial,
Jurnal Sosio Informa, Vol.6, No.3, 2020, h.296-297
57
permanen atau mengambil kebijakan pemutusan hubungan kerja secara besar-
besaran. Pekerja atau buruh merasakan dampak negatifnya karena dalam kondisi
sepeti ini meraka tidak ingin di PHK karena mereka akan kehilangan mata
pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga.87
Dalam menjalani kehidupan rumah tangga pasti akan menemukan konflik atau
permasalahan yang terjadi pada ikatan suami-istri mulai dari konflik biasa sampai
konflik yang serius. Konflik yang sengaja maupun tidak sengaja penyelesaian dari
konflik tersebut tergantung bagaimana suami-istri menyikapinnya. Konflik yang
87
Khalda Fadilah dan Andriyanto Adhi, Pemutusan Hubnungan Kerja Pada Saat Pandemi
Covid-19 Di Indonesia Ditijau Dari Prespektif Hukum Ketenagakerjaan, Jurnal Ilmu Hukum daN
Humaniora, Vol.8, No.1, 2021, h.341
88
Hamidah Hamid, Perceraian dan Penanganannya, (Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan),
Vol.4 No.3, 2018, h.26
58
besar dan serius pada hubungan suami-istri akan berdampak pada ketidak harmonisan
hubungan suami-istri dan akan memicu terjadinya perceraian. Banyak faktor yang
menjadi penyebab sebuah pereraian pada hubungan pernikahan. Faktor ini bisa
terbagi menjadi 2, yaitu Faktor Internal dan Faktor eksternal:.
1. Faktor Internal
a. Suami tidak menfkahkan istri, kebutuhan jasmani dan rohani yang tidak
terprnuhi.
b. Kewajiban yang tidak dilaksanakan (suami maupun istri).
c. perbedaan prinsip secara terus menerus.
d. keinginan memiliki anak atau sebaliknya.
e. Tidak ada lagi ikatan cinta dan kasih sayang dalam hubungan suami-
istri.
f. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
g. Mental yang tidak siap dari kedua pasangan (suami-istri) dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal.
Dari data yang diperolah dari Pengadilan Agama Cibinong berikut adalah
Tabel data faktor penyebab yang melatarbelakangi faktorterjadinya perceraian dari
tahun ke tahun, mulai dari tahun 2019 sampai 2021
89
Fachia Octaviani dan Nunung Nurwati, Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap
Perceraian Di Indonesia, (Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial HUMANITAS), Vol.2 No.2 September
2020 ,h.47
59
STATISTIK FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN
2019
60
Laporan Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2020
61
3 Meninggalkan Salah Satu Pihak 658
4 Murtad 54
5 Kekerasan Dalam Rumah Tangga 54
6 Poligami 23
7 Mabuk 11
8 Dihukum Penjara 7
9 Judi 7
10 Cacat Badan 3
11 Madat 2
12 Kawin Paksa 2
13 Zina 1
Jumlah Kasus 6991
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor dominan
terjadinya perceraian yaitu karna perselisihan terus menerus antara suami dan istri
yang mengakibatkan terjadinya perpisahan atau perceraian. Pada tahun 2019, 2020
dan 2021 terjadi peningkatan kasus perceraian di Pengadilan Agama Cibinong. Dari
jumlah perkara dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 terjadi penuruan perkara yang
diakibatkan karna terjadinya PSBB atau PPKM daerah, akibatnya perkara yang
diputuskan mengantri dan mengalami penundaan. Lalu pada tahun 2021 perkara di
Pengadilan Agama Cibinong mengalami peningkatan karna PSBB atau PPKM yang
sebelumnya dilaksanakan sudah mengalami peringanan dan pandemi covid-19 sudah
dapat diatasi.
62
2. Ekonomi
3. Meninggalkan salah satu pihak
4. Poligami
5. Kekerasan dalam Rumah Tangga
6. Murtad
7. Madat (Candu pemakaian obat-obatan terlarang)
8. Kawin paksa
9. Judi
10. Zina
11. Dihukum penjara
12. Cacat badan
13. Mabuk
1. Faktor internal
Dari faktor internal ini peningkatan perceraian itu terjadi karena pandemi
covid-19. Dampak dari covid 19 menyebabkan peningkatan PHK atau suami bekerja
dirumah Work From Home (WFH), sehingga suami dan istri terus bertatap muka atau
sering bertemu dirumah yang menyebabkan sering terjadinya percekcokan dalam
rumah tangga. Dari hal ini juga penurun ekomoni menjadi suatu faktor penyebab
terjadinya perceraian.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal terjadi perceraian yaitu dari pengadilan agama sendiri itu,
ketika pandemi covid 19 munculah kentutan baru dimana sidang percerai dibatasi
63
dengan menurunkan angka sidang setiap harinya, dan menggunakan sitem baru yaitu
dengan menggunakan sidang online dimana masyarakat kurang mengetahui hal
tersebut. Ketika tahun 2019-2020 pada masa pandemi covid 19 terjadi penurun
perceraian, namun ditahun 2021 terjadi peningkatan perceraian.
Dalam tinjauan hukum Islam yang digunakan sebagai salah satu acuan faktor-
faktor terjadinya perceraian di Pengadilan Agama Cibinong meliputi tinjauan hukum
pendapat para ulama yang terkait dengan faktor-faktor perceraian. Perceraian atau
talak adalah pengertian dari mengakhiri perkawinan yang merupakan suatu perbuatan
yang diperbolehkan oleh Allah, meskipun diperbolehkan, disisi lain talak atau cerai
merupakan sesuatu yang dibenci oleh Allah. Terkait dengan halal yang di benci oleh
Allah terdapat pada hadist berikut:
64
diperbolehkan bercerai, namun, Islam tidak menghalalkan cerai yang dilakukan
secara sembarangan dan tanpa adanya landasan dan ketentuan yang berlaku.
Perceraian dalam hukum Islam, walaupun termasuk bagian yang halal namun
dibenci oleh Allah. Pengucapan dapat dilakukan oleh suami dengan atau tanpa alasan
apapun, bahkan percerian bisa terjadi walaupun dilakukan dengan cara yang tidak
serius dan alasan yang prinsip, maka dari itu, pengucapan kata talak sebaiknya tidak
boleh dipermainkan, karena bagaimanapun juga dan dalam kondisi apapun apabila
terucap maka hal tersebut memiiki konsekuensi hukum.
90
Abdul Aziz dan Abu Wahhab Sayyed, Fiqh Munakahad Khitbah, Nikah, dan Talak,
(Jakarta : Amzah, 2017), cet-5, h.251-253
65
konsekuensi cerai tersebut harus dilaksanakan oleh suami dan istri, berubah menjadi
hukum haram yang tidak boleh dilanggar.91
Pada dasarnya perceraian itu adalah hal yang di bolehkan tetapi hal tersebut
adalah hal yang dibenci oleh Allah SWT. maka dari itu, sebisa mungkin manusia
menghidari perceraian tersebut. Syariat Islam menjadikan pertalian suami istri dalam
ikatan perkawinan sebagai pertalian suci dan kokoh sebagaimana Al-Qur’an
memberikan istrilah pertalian itu dengan mitsaqon gholizon. Dalam ajaran Islam
Talak diperbolehkan (mubah) sebagai jalan terakhir ketika kehidupan rumah tangga
mengalami jalan buntu, talak hanya dapat dilakukan apabila hubungan perkawinan
sudah tidak dapat dipertahankan lagi.92
Menurut Jumhur Ulama hukum talak itu mubah tetapi lebih baik dijauhi.
Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa talak terkadang wajib, terkadang
haram Sunnah. Apabila dilihat latar belakang terjadinya talak, maka hukum talak bisa
berubah kepada:
1. Wajib
Talak menjadi wajib hukumnya apaila hakim tidak menemukan jalan lain,
kecuali talak yang bisa itempuh untuk meredakan pertikaian yang terjadi diantara
suami dan istri. Dan juga apabila seorang suami bersumpah ila’ (tidak akan
mencampuri istri) sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak mau membayar kafarah
sumpah agar ia dapat bergaul dengan istrinya.
2. Haram
Talak yang diharamkan adalah talak yang dilakukan bukan karena adanya
tuntutan yang dapat dibenarkan karena hal itu akan membawa mudhorot bagi diri
91
Mohsi, Konstruksi Hukum Perceraian Islam Dalam Fiqh Indonesia, “Jurnal Studi
KeIslaman”, Vol. 1 No,2 Desember:2015, h. 241
66
sang suami dan juga istrinya serta tidak memberikan kebaikan bagi keduanya.
Diharamkaan bagi suami menceraikan istri pada saat haid, atau pada saat suci dan di
masa sucu itu sang suami telah berjamak dengan istrinya
Sebaiknya, bagi istri tidak boleh (haram) meminta kepada suami untuk
menceraiakn tanpa ada sebab syar’i. hal ini berdasarkan hadist:
أيما امرأة سألت زوجها طالقها من غير بأس فحرام عليها رائحة الجنة
“Siapapun Wanita yang memita cerai dari suaminya tanpa ada alasan
(Syar’i), maka haram baginya bau surga” (HR, Ahmad,Abu Daud, Ibnu
Majah, dan Attarmidzi dimana baliau menghasankannya)
3. Mubah
Hukum talak bisa menjadi mubah jika seorang istri memilik akhlak yang
buruk, jelek tabiatnya dalam bermuamalah, melalaikan hak suami, dan lain
sebagainya, sehingga tujuan perikahan yang diinginkan tidak tercapai sama sekali
4. Sunnah
Hukum talak akan menjadi sunnah apabila keadaan rumah tangga sudah sulit
dipertahankan, dan apabila dipertahankan akan lebih banyak bahayanya, misalnya
seorang istri tidak mau atau lalai dalam menjalankan hak-hak Allah SWT seperti
sholat, puasa, dan lain sebagainya. Setelah beberapa kali diperintahkan agar jangan
melalaikan perintah Allah SWT, namun seorang istri tetap tidak menghiraukan, maka
suami disunnahkan untuk menceraikan.
5. Makruh
Bila dilakukan tanpa alasan yang kuat atau ketika hubungan suami-istri baik-
baik saja.
67
(QS. Al-Baqoroh:[2]:227)
Dalam hal perceraian, Allah SWT kepada kaum muslimin agar dalam
menjatuhkan perceraiannya sebaiknya dilakukan pembicaraan atau perbaikan dari
kedua belah pihak, pihak dari suami dan pihak dari istri. Terdapat pada QS. An-
Nisa[4 ]: 35) :
ْ َِوا ِْن ِخ ْفت ُ ْم ِشقَاقَ َب ْي ِن ِه َما فَا ْبعَث ُ ْوا َح َكما ِم ْن ا َ ْه ِله َو َح َكما ِم ْن ا َ ْه ِل َها ا ِْن ي ُِّر ْيدَآ ا
ص َالحا
َ ََّللا َكان
ع ِليْما َخ ِبيْرا َ ٰ َّللاُ َب ْي َن ُه َما اِن
ٰ ق ِ ِي َُّوف
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hukum dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah member taufik kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”. (QS. An-Nisa [4]:35).
Rusli Halil Nasution, Talak Menurut Hukum Islam, “Jurnal Ilmiah Al-Hadi” , Vol. III
93 93
68
Sebelum permasalahan perceraian masuk ke dalam ruang pengadilan, kedua
belah pihak dapat menyelesaian permasalahan mereka dengan menghadirkan
mediator untuk memediasi (islah) mereka agar berdamai. Bagi lingkungan peradilan
agama, pada prinsipnya penetapan mediasi harus dapat diterima dan dikembangkan.
Hal ini sangat sesuai dengan kaidah-kaidah dalam Islam, baik yang tercantum dalam
Al-Qur’an, al-Hadist maupun tradisi dalam Islam yang memerintahkan untuk
mengutamakan perdamaian dan kesepakatan dalam segala hal, kecuali kesepakatan
untuk menghalalkan yang haram atau sebaliknya. Akan tetapi ketika berkas perkara
terlebih dahulu, maka dalam penerapanya, perlu diperhatikan dan dibuatkan rambu-
rambu agar ada jaminan bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
biaya ringan, serta untuk mewujudkan rasa keadilan bagi pihak pencari keadilan dan
masyarakat pada umumnya.
69
س ْو َل َواُو ِلى ْاَلَ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَا ِْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِ ْي ُ َّللا َوا َ ِط ْيعُوا الر َ ٰ يا َ ُّي َها ال ِذيْنَ ا َمنُ ْوا ا َ ِط ْيعُوا
َ ْاَّلل َو ْال َي ْو ِم ْاَل ِخ ِر ذلِكَ َخيْر واَح
س ُن ِ ٰ س ْو ِل ا ِْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِم ُن ْونَ ِب ِ ٰ ش ْيءٍ فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى
ُ َّللا َوالر َ
ࣖ تَأ ْ ِويْال
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maa
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’ [4]: 59).
Kita sebagai makhluk yang bertakwa kepada Allah harus mengikuti dan
mempelajari perintah-Nya dan juga menjauhi larangannya. Sebagai hamba Allah kita
hidup didunia juga harus mengikuti perintah ulil amri. Di Indonesia saat ini, perintah
ulil amri pelaksanaanya diatur dalam kompilasi hukum Islam, dimana setiap suami-
atau istri yang ingin bercerai harus mendapatkan persetujan dari pengadilan dengan
menggunakan sighat talak, hal ini merupakan bentuk sahnya suatu peceraian.
Menurut Quraish Shihab, kata ulil amri adalah orang-orang yang berwenang
mengurus urusan kaum muslimin, dan baginya bentuk jamak “uli” ( )أوليtidak mutlak
dipahami dalam arti badan atau lembaga yang beranggotakan sekian banyak orang,
tetapi bisa saja mereka terdiri dari orang-perorangan yang masing-masing memiliki
wewenang yang sah untuk memerintah dalam bidang masing-masing. Adapun
pemimpin seperti di Indonesia yang status negaranya bukan sebagai negara Islam,
maka urusan keIslaman telah diakomodir oleh Kementerian Agama dalam urusan
pembinaan umat dan Pengadilan Agama sebagai problem solver dari berbagai
permaslahan hukum agama di masyarakat. Dalam membangun konsep tata aturan
70
hukum yang diberlakukan dan yang akan diberlakukan tentunya memiliki dimensi
kemaslahatan dan jauh dari kesesatan dan kemadharatan.94
94
Agus Toni, Aktualisasi Hukum Perceraian Perspektif Pengadilan Agama di
Indonesia,”Jurnal Hukum Islam, Vol. 1 No.2 . 2018, h. 57-60
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan skripsi yang telah diuraikan diatas, penulis dapat mengambil
beberapa kesimpulan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah sebagai
berikut:
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, berikut beberapa saran atau rekomendasi yang diajukan:
1. Bagi pemerintah dalam program pembuatan peraturan seminar Pra-nikah di KUA
(Kator Urusan Agama) untuk memperketat kembali peraturan yang sudah dibuat ini,
72
alasannya agar para calon pasangan suami istri ini memdapat pembekalan yang
cukup dan dapat menjadi acuan yang baik dikemudian hari.
2. Untuk masyarakat yang akan melangsungkan pernikahan agar dapat siap dalam
memenuhi kebutuhan material dan mental yang cukup, karna dalam pernikahan akan
diuji mengenai kesiapan dan diri dan batin.
3. Terkait dengan penelitian ini, Penulis hanya meneliti tentang apa saja faktor yang
menyebabkan terjadinya perceraian di era pandemi covid-19, dan ditinjau menurut
hukum Islam selanjutnya penulis menyarankan untuk memperluas penelitian dengan
menyertai hukum positif yang berlaku di Indonesia.
73
DAFTAR PUSTAKA
B. Buku
Ahmad, Abdul Aziz, All About Selingkuh: Problematika dan Jalan Keluarnya,
(Bandung: Pustaka Hidayat, 2009.
Al-Subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga (Niẓām Al-Usrah Fī Al-Islām), Amzah 2010.
Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1985.
Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Beirut: Dar al-Fikr, 1986.
Ananto, Elizabeth Goenawan, Metode Penelitian Untuk Public Relations, Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2014.
Arfa, Faisal Ananda, dan Watni Marpaung, Metode Penelitian Hukum Islam, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016.
Aziz, Abdul, dan Abu Wahhab Sayyed, Fiqh Munakahad Khitbah, Nikah, dan Talak,
Jakarta : Amzah, 2017, cet-5.
Azni, Ilmu Fiqih dan Hukum Keluarga Perspektif Ulama Tradisional dan
Kontenporer, Pekanbaru, 2015.
74
Bunyamin, Mahmudin, dan Agus Hermato, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017 , Cet-1.
Daur, Monika Freshlini Patiyati, Skripsi “Korelasi Antara Kesehatan Peserta Didik
Selama Pandemi Covid-19 Terhadap Motivasi Belajar Fisika Peserta Didik”,
Yogyakarta Universitas Hanata Dharma Yogyakarta.
Ghazali, Abdurrahman, Fiqh Munakahad, Jakarta:Prenada Media Group 2019, cet-8.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Penelitian Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fak.Psikologi UGM, 1979.
Jawad, Muhammad, Fiqh lima Mazhab (Ja’fari, Hanafi, Maliki, syafi’i, Hambali),
alih
bahasa, Masykur A.B, afif Muhammad, idrus al-kaff, Cet.Ke-11, Jakarta:
lentera, 2004.
Kamal, Abu Malik, Fiqih Sunnah Wanita: Panduan Lengkap Wanita Muslimah (Fiqh
Al-Sunnah Lin Nisā: Wa Mā Yajibu an Ta’rifuh Kulli Muslimah Min Aḥkām),
Griya Ilmu Mandiri Sejahtera 2016.
Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata di Indonesia, Jakarta: Kencana,
2006.
Manan, Abdul, Pengadilan Agama Cagar Budaya Nusantara Memperkuat NKRI,
Jakarta:Prenada Media,2019, Cet-1.
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2016, Cet-1.
Milah, Saiful, dan Asep Saefudin, Dualisme Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,
Jakarta: Amzah, 2019.
Naily, Nabiela, dkk, Hukum Perkawinan Islam Indonesia, Jakarta : Prenadamedia
Group, 2019.
Rifa’I, Moh, Fiqih Islam Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang,
2014.
Rofiq, Ahmad, Hukum Perdata Islam Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2015.
75
Rusdiana, Kama, dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2007, Cet-1.
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:
Rajawali, 1986.
Soeroso, dan Moerti Hadiati, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif
Yuridis Fiktimologis, Jakarta:Sinar Grafik, 2010.
Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.
Syaifuddin, Muhammad, dkk, Hukum Perceraian, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, Cet-
2.
Tihami dan Sobari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta:
PT Grafindo Pesada, 2010, Cet-2.
Waidah, Kamil Muhammad, Fiqih wanita, Jakarta: Pustaka Kautsar 1996, cet-1.
Winarno, F.G, Pelajaran Berharga Dari Sebuah Pandemi, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2020.
Yuliana, Ana, dan Ruswanto, Covid-19 : Pandemi Menyerang Bumi Kami, Surabaya:
CV.Jakad Media Publishing, 2019.
Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab Indonesia, Jakarta, PT. Hidakarya Agung,
1990.
Yusuf, A. Muri, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
Padang: Kencana Prenamedia Group, 2014, cet.1.
Zuhriah, Erfaniah, Peradian Agama Indonesia Sejarah, Konsep Dan Praktik di
Pengadilan Agama, Malang: Setara Press, 2014.
Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Agama Indonesia,
Bandung: CV Pustaka Setia, 2017.
C. Jurnal
76
Aini, Nurul, Pandemi Covid-19 Dampak Kesehatan, Ekonomi, dan Sosial, Jurnal
Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, Vol.17,
No. 1 / Juni 2021.
Astuti, Nining Puji, dkk, Persepsi Masyarakat Terhadap Penerimaan Vaksin Covid-
19, “Jurnal Keperawatan, Vol.13, No. 3, September 2021.
Azizah, Linda, Analisi Perceraian Dalam Hukum Islam, dalam Jurnal Al’adalah, vol.
10, no.4 Juli 2012.
Fadilah, Khalda, dan Andriyanto Adhi, Pemutusan Hubnungan Kerja Pada Saat
Pandemi Covid-19 Di Indonesia Ditijau Dari Prespektif Hukum
Ketenagakerjaan, Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, Vol.8, No.1, 2021.
Habibi, Muhammad, dkk, Fasakh Nikah Dengan Alasan Suami Miskin (Studi
Perbandingan antara Ulama Syafi’iyyah dan Hukum Positif di Indonesia,
Jurnal Hukum Islam, PerUndang-Undangan dan Pranata Sosial, 2018. Vol.8,
No.2.
77
Handayani, Diah, dkk, Penyakit Virus Corona 2019, Jurnal Respirologi Indonesia,
Vol. 40, No. 2 2020.
Mona, Nailu, Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasikan Efek
Contagious (Kasus Penyebaran Virus Corona Di Indonesia, Jurnal Sosial
dan Budaya Syar’i, Vol. 7, No. 7, 2020.
Mohsi, Konstruksi Hukum Perceraian Islam Dalam Fiqh Indonesia, Jurnal Studi
KeIslaman, Vol. 1, No.2 Desember, 2015.
Nasruddin, Rindam, dan Ismail Haq, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan
Masyarakat Bepenghasilan Rendah, Jurnal Sosial dan Budaya Syar’I, Vol. 7
No. 7 2020.
Nasution, Rusli Halil , Talak Menurut Hukum Islam, Jurnal Ilmiah Al-Hadi , Vol. III
No. 2.2018.
Octaviani, Fachia, dan Nunung Nurwati, Dampak Pernikahan Usia Dini Terhadap
Perceraian Di Indonesia, (Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial HUMANITAS),
Vol.2 No.2 September 2020.
78
Putri, Ririn Noviyanti, Indonesia Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,2020.
Rizky, Salsabila, dan Nunung Nurwati, Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Angka
Perceraian, Jurnal Pengabdian dan Penelitian Kepada Masyarakat (JPPM),
Vol. 2 No. 1 April 202.
Suhendra, Darmiko, Khulu Dalam Persfektif Hukum Islam, Jurnal Ilmu Syariah dan
Perbankan Islam, Vol.1 No,1, 2016.
Syahmedi, Ramadhan, Dampak Perceraian Yang Tidak Sesuai, Jurnal, Vol.01 No. 1
Januari-Juni 2015.
D. Internet
https://www.tempo.co/abc/5811/seberapa-aman-pesta-pernikahan-di-indonesia-saat-
penularanhttps://www.tempo.co/abc/5811/seberapa-aman-pesta-pernikahan-di-
indonesia-saat-penularan-corona-masih-tinggicorona-masih-
79
tinggihttps://www.tempo.co/abc/5811/seberapa-aman-pesta-pernikahan-di-
indonesia-saat-penularan-corona-masih-tinggi.
https://id.com/doc/306349047/Adapun-Pengertian-Dari-Metode-DeskriptifAnalitis-
Menurut-Sugiono.
https://peraturan.bpk.go.id
http://www.pa-cibinong.go.id/tentang-pengadian/profile-pengadilan/sejarah-
pengadilan
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
81
82
83
84
85
86
87
88