Anda di halaman 1dari 154

NILAI-NILAI TASAWUF DALAM NOVEL HABIBIE &

AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :
Linda Aliffianita
NIM. 11170380000046

PROGRAM STUDI ILMU TASAWUF


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H / 2022 M
NILAI-NILAI TASAWUF DALAM NOVEL HABIBIE &
AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :
Linda Aliffianita
NIM. 11170380000046

Pembimbing :

Dr. Al-Fadhli Tasman, M.Ag


NIP. 19770831 200003 1 002

PROGRAM STUDI ILMU TASAWUF


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H / 2022 M

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Linda Aliffianita
NIM : 11170380000046
Jurusan : Ilmu Tasawuf
Fakultas : Ushuluddin

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


“Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Habibie & Ainun Karya
Bacharuddin Jusuf Habibie” merupakan karya saya sendiri dan
bukan hasil dari plagiasi karya orang lain. Adapun sumber-sumber
dalam penyusunan skripsi ini, telah dicantumkan sebagaimana
yang telah diharuskan. Jika suatu saat nanti ditemukan bukti
bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiasi karya orang lain, maka
saya bersedia untuk menerima sanksi dari pihak yang berwenang.

Ciputat, 14 Januari 2022

Linda Aliffianita
NIM. 11170380000046

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI TASAWUF DALAM


NOVEL HABIBIE & AINUN KARYA BACHARUDDIN
JUSUF HABIBIE” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26
Januari 2022. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi
Ilmu Tasawuf.
Ciputat, 26 Januari 2022
Sidang Munaqasyah
Ketua Prodi Sekretaris Prodi

Ala’i Nadjib, M.A Aktobi Ghozali, M.A


NIP. 19711205 200501 2 004 NIP. 19730520 200501 1 003

Penguji 1 Penguji 2

Dr. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag Dr. Bambang Irawan, M.Ag


NIP. 19690210 199403 2 004 NIP. 19730612 200003 1 002

Pembimbing

Dr. Al-Fadhli Tasman, M.Ag


NIP. 19770831 200003 1 002

iv
PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan


pedoman transliterasi yang sesuai dengan Keputusan Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam
aksara latin.
Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
‫أ‬ tidak dilambangkan
‫ب‬ b be
‫ت‬ t te
‫ث‬ ts te dan es
‫ج‬ J je
‫ح‬ h̲ ha dengan garis bawah
‫خ‬ kh ka dan ha
‫د‬ d de
‫ذ‬ dz de dan zet
‫ر‬ r er
‫ز‬ z zet
‫س‬ s es
‫ش‬ sy es dan ye
‫ص‬ s̲ es dengan garis di bawah

v
‫ض‬ d̲ de dengan garis di bawah
‫ط‬ ṯ te dengan garis di bawah
‫ظ‬ z̲ zet dengan garis di bawah
‫ع‬ ، koma terbalik di atas hadap kanan
‫غ‬ gh ge dan ha
‫ف‬ f ef
‫ق‬ q ki
‫ك‬ k ka
‫ل‬ l el
‫م‬ m em
‫ن‬ n en
‫و‬ w we
‫ھ‬ h ha
‫ﺀ‬ ’ apostrof
‫ي‬ y ye

2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau
diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:

Tanda Vokal Tanda Vokal


Keterangan
Arab Latin

َ ‫ــَـ‬ A Fathah

vi
ِ ‫ــِـ‬ I Kasrah

ُ ‫ــُـ‬ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya


adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Tanda Vokal


Keterangan
Arab Latin

‫ــَـَ ي‬ Ai a dan i

‫ــَـَ و‬ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vocal panjang (mad), yang dalam


bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Tanda Vokal


Keterangan
Arab Latin
‫ﺄ‬ Ā a dengan topi di atas

‫إي‬ Ī i dengan topi di atas

‫أو‬ Ū u dengan topi di atas

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab


dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf

vii
/l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf kamariah. Contoh:
al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan sebuah tanda (ّ ‫ )ــّـ‬dalam alih aksara ini
dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf
yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata
(‫ )اﻟﻀﺮورة‬tidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian
seterusnya.

6. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh
kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah
tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1 ‫طﺮﯾﻘﺔ‬ Tarîqah

2 ‫اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻹﺳﻼﻣﯿﺔ‬ al-jâmî’ah al-islâmiyyah

3 ‫وﺣﺪة اﻟﻮﺟﻮد‬ wahdat al-wujûd

viii
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak
dikenal, dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga
digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan
permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diridan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri
tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû
Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan
Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat


diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai
huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut
EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian
halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama


tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad
al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

8. Cara Penulisan Kata


Setiap kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism),
maupun huruf (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah

ix
beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa
Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

‫ھﺬﺐا ﻷﺳﺘﺎذ‬ dzahaba al-ustâdzu

‫ﺛﺒﺖا ﻷﺟﺮ‬ tsabata al-ajru

‫اﻟﺤﺮﻛﺔا ﻟﻌﺼﺮﯾﺔ‬ al-harakah al-‘asriyyah

‫أﺷﮭﺪنأ ﻻإ ﻟﮫ إﻻ ﷲ‬ asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

‫ﻣﻮﻻﻧﺎ ﻣﻠﻚا ﻟﺼﺎﻟﺢ‬ Maulânâ Malik al-Sâlih

‫ﯾﺆﺛﺮﻛﻢ ﷲ‬ yu’atstsirukum Allâh

‫اﻟﻤﺎَﻈھﺮا ﻟﻌﻘﻠﯿﺔ‬ al-mazâhir al-‘aqliyyah

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama


diri mereka. Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang
Arab tidak perlu dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid,
bukan Nȗr Khâlis Majȋd; Mohamad Roem, bukan Muhammad
Rȗm; Fazlul Rahman, bukan Fadl al-Rahmân.

x
ABSTRAK

Linda Aliffianita, Program Studi Ilmu Tasawuf, Fakultas


Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi :
“Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Habibie & Ainun Karya
Bacharuddin Jusuf Habibie”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa


ajaran tasawuf dapat ditemukan bukan saja pada sumber ajaran
utama al-Qur’an dan hadis ataupun pada kitab tasawuf maupun
tarekat sufi, tetapi juga dapat ditemukan dalam karya sastra
seperti novel, contohnya yaitu novel Habibie & Ainun. Novel
karya Bacharuddin Jusuf Habibie ini menceritakan tentang kisah
nyata perjalanan cinta antara Habibie dan Ainun dari awal
pertemuan hingga kematian memisahkan mereka. Walaupun
karya tersebut bukan ditulis oleh seorang sufi, namun di dalamnya
memuat nilai-nilai tasawuf.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research) dengan pengumpulan datanya menggunakan teknik
dokumentasi yaitu mencari sumber yang berkaitan dengan tema
penelitian melalui buku, artikel, penelitian, dll, dimana sumber-
sumber tersebut menjadi sumber sekunder. Adapun untuk sumber
primer yaitu Novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf
Habibie. Selain itu dalam menganalisis data, penelitian ini
menggunakan metode analisis isi (content analysis) yaitu
menganalisis isi novel tersebut dan dalam pengambilan
kesimpulan, penelitian ini menggunakan metode deduktif yaitu
dari yang sifatnya umum ke khusus.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa dalam novel Habibie & Ainun terdapat hal-hal
berikut : 1) Nilai-nilai tasawuf berupa nilai sabar, syukur, tawakal,
tawadhu dan mah̲abbah, 2) Karakteristik tasawufnya termasuk ke
dalam tasawuf akhlaki yaitu tasawuf yang lebih mengajarkan
kepada cara memperbaiki akhlak, perilaku serta moral dalam
kehidupan manusia.

Kata kunci : Nilai-nilai tasawuf, Novel Habibie & Ainun

xi
KATA PENGANTAR

Assalāmu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillāh puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
Swt. yang telah memberikan berbagai macam nikmat, rahmat,
taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini untuk menuju kepada kelulusan pendidikan jenjang
Strata 1 (S1). Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi
Muhammad Saw. sebagai pembawa ajaran yang mulia yaitu
ajaran agama Islam dan menjadi suri tauladan seluruh umat
manusia. Semoga kelak penulis dan seluruh umat muslim
mendapatkan syafaat beliau kelak.
Di dalam dunia perkuliahan, menjadi sarjana merupakan
impian setiap mahasiswa termasuk penulis. Setelah melewati
masa-masa dunia pembelajaran perkuliahan, akhirnya sampailah
penulis pada tahap ini yaitu tahap akhir studi berupa melakukan
penelitian akhir atau yang dikenal dengan skripsi. Alhamdulillāh
penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Nilai-Nilai
Tasawuf dalam Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf
Habibie”, dimana penelitian ini penulis ajukan untuk meraih gelar
Sarjana Agama (S.Ag) dari Prodi Ilmu Tasawuf, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama menjalani masa pembelajaran perkuliahan hingga
sampailah penulis pada tahap akhir ini, semua tidak lepas dari
arahan dan dukungan beberapa pihak. Maka dari itu, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak berikut
ini :

xii
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany
Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A beserta jajarannya.
2. Dekan Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dr. Yusuf Rahman, M.A beserta jajarannya.
3. Ketua dan Sekretaris Prodi Ilmu Tasawuf, Fakultas
Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ala’i Nadjib,
M.A dan Aktobi Ghozali, M.A.
4. Dosen pembimbing Dr. Al-Fadhli Tasman, M.Ag yang
selalu menyempatkan waktunya untuk membimbing,
memberi masukan, kritik dan saran, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5. Para dosen Prodi Ilmu Tasawuf, Fakultas Ushuluddin yang
sudah memberikan ilmu, arahan, dukungan dan motivasi
yang sangat bermanfaat saat masa-masa pembelajaran
perkuliahan.
6. Keluarga Penulis khususnya kedua orang tua penulis Bapak
Edi Pariso dan Ibu Rusmiyati yang sudah sangat berjasa
dalam kehidupan penulis, selalu memberikan dukungan baik
fisik maupun finansial dan selalu senantiasa mendoakan
penulis hingga penulis bisa sampai kepada tahap ini. Untuk
adik-adik penulis juga Alfida Arinda Dewi dan Destia
Miftah Maulidya yang membuat penulis menjadi
termotivasi untuk memberikan contoh yang baik terutama
dalam bidang pendidikan.
7. Penulis novel Habibie & Ainun Alm. Bacharuddin Jusuf
Habibie yang telah menciptakan karya yang sangat luar
biasa, memotivasi dan menginspirasi. Semoga nama beliau

xiii
dan isterinya Almh. Hasri Ainun Habibie selalu harum
sepanjang masa.
8. Teman-teman Prodi Ilmu Tasawuf 2017 yang selalu kompak
dan memberikan dukungan satu sama lain, khususnya untuk
sahabat-sahabat penulis dari awal semester hingga saat ini
Ninda Nurhasanah, Ruhana dan Desi Ratnasari.
9. Teman-teman Pesantren Luhur Sabilussalam 2017,
khususnya sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan
semangat dan dukungan satu sama lain Ifad Cahya Mutiani,
Bilqis Kamilah Fagham dan Lulu Muslihah.

Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan banyak


terima kasih kepada semua pihak baik yang telah disebutkan di
atas ataupun tidak, baik yang telah membantu, mendukung,
memberi arahan, semangat dan juga doa kepada penulis sehingga
penulis dapat sampai kepada tahap akhir ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun yang membacanya.
Wassalāmu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 14 Januari 2022

Linda Aliffianita
NIM. 11170380000046

xiv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................... ii


LEMBAR PERNYATAAN ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................... v
ABSTRAK .............................................................................. xi
KATA PENGANTAR ............................................................ xii
DAFTAR ISI ........................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................ 9
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 10
E. Tinjauan Pustaka ..................................................... 11
F. Metode Penelitian .................................................... 15
G. Sistematika Penulisan .............................................. 19
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Tasawuf ................................................. 20
B. Tujuan Tasawuf ....................................................... 24
C. Maqāmat dan Ah̲wāl ................................................ 25
D. Karakteristik Tasawuf .............................................. 35
BAB III. DESKRIPSI UMUM NOVEL HABIBIE & AINUN
A. Biografi Penulis ....................................................... 46
B. Nilai Religiulitas Penulis ......................................... 50
C. Karya dan Penghargaan Penulis .............................. 52
D. Jenis Novel Habibie & Ainun .................................. 59

xv
E. Sinopsis Novel Habibie & Ainun ............................ 59
F. Alasan Penulisan Novel ........................................... 61
BAB IV. NILAI-NILAI TASAWUF DALAM NOVEL
HABIBIE & AINUN
A.Nilai Tasawuf dalam Novel Habibie & Ainun ............ 63
1. Sabar ...................................................................... 63
2. Syukur .................................................................... 73
3. Tawakal .................................................................. 100
4. Tawadhu ................................................................. 108
5. Mah̲abbah .............................................................. 111
B. Karakteristik Tasawuf dalam Novel Habibie &
Ainun .......................................................................... 122
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 129
B. Saran ........................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 132
LAMPIRAN ............................................................................ 136

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna
diciptakan oleh Allah Swt. dibandingkan dengan makhluk yang
lainnya. Allah Swt. menciptakan manusia untuk menjadi khalifah
di muka bumi. Salah satu kelebihan yang dimiliki manusia adalah
bahwa manusia diberi akal pikiran oleh Allah Swt, namun selain
itu manusia juga diberi hawa nafsu. Maka dari itu, manusia harus
belajar menggunakan akalnya dan mengendalikan hawa
nafsunya, karena akal berperan penting dalam membatasi serta
mengendalikan hawa nafsu manusia. Peran akal dalam kehidupan
manusia adalah membatasi dan menahan tuntutan hawa nafsu
agar tercegahnya sifat yang ekstremis.1 Menurut Ris’an Rusli,
bahwa al-Qur’an mengisyaratkan jika jiwa manusia pada
dasarnya memiliki potensi kebajikan (taqwā) dan potensi
kefasikan atau kejahatan (fujūr), dimana dalam kehidupan sehari-
hari kedua potensi tersebut saling tarik menarik dan pengaruh
mempengaruhi. Apabila kehidupan manusia didominasi oleh
kejahatannya (fujūr), maka manusia tersebut masuk ke dalam
kehidupan yang buruk. Sebaliknya, jika manusia tersebut
didominasi oleh kebajikannya (taqwā), maka akan sampailah dia

1
Nurhasanah, Pengaruh Konsep Akal dalam Pengembangan Pendidikan
Islam, Jurnal Nalar, Vol.1 No.2, Desember 2017, 144.

1
2

kepada kehidupan yang suci yaitu kehidupan spiritual seperti


yang dialami para sufi atau yang disebut dengan tasawuf.2

Tasawuf adalah upaya pelatihan jiwa dengan berbagai


macam kegiatan yang bisa membuat manusia bebas terhadap
pengaruh kehidupan di dunia, sehingga terlihatlah akhlak mulia
serta dapat lebih dekat kepada Allah Swt. Dengan kata lain,
tasawuf adalah suatu kegiatan yang berkaitan untuk membina
mental rohaniah manusia agar terus dekat kepada Allah Swt.3
Apalagi pada era modernisasi saat ini yang arusnya kian
berkembang yang dapat merusak moral dan menyebabkan
manusia berbuat anarkis serta kelakuan-kelakuan yang
menyimpang sehingga berdampak pada kehampaan spiritual,
akhlak manusia juga akan terkikis oleh efek negatif tersebut dan
hal tersebut dapat menyebabkan manusia jauh dari Allah Swt.4
Maka dari itu, tasawuf penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan bertasawuf bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Ajaran tasawuf sendiri biasanya terdapat dalam sumber


ajaran utama al-Qur’an dan hadis dan juga banyak tertuang dalam
kitab-kitab tasawuf karya kaum sufi seperti kitab Ih̲yā’ ‘Ulūm al-
Dīn karya Imam al-Ghazali, al-Risālah al-Qusyairiyyah karya
Imam al-Qusyairi, al- H̲ikam karya Syaikh Ibnu Atha’illah al-

2
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman
Sufi, Cet. Ke-1, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013, 3.
3
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Ed. Rev, Cet. Ke-
14, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2019, 156.
4
Nesia Mu’asyara, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
Karya Habiburrahman El-Shirazy dan Relevansinya dalam Pengembangan
Akhlak Al-Karimah, Skripsi, Lampung : Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri Raden Intan, 2017, 4-5.
3

Sakandari, dll. Kemudian ajaran tasawuf juga tersebar melalui


tarekat-tarekat yang didirikan oleh para ulama sufi seperti Tarekat
Qadiriyah dari Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani, Tarekat
Naqsyabandiyah dari Syaikh Baha’uddin al-Naqsyabandi,
Tarekat Syadziliyah dari Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili, dll.
Namun, selain itu ajaran tasawuf juga bisa diteladani dan
dicermati melalui sebuah karya seni yang religius keislaman dan
mengandung nilai sufistik yang dapat ditemukan di dalam sebuah
karya sastra.

Karya sastra adalah sebuah seni tertulis yang dihasilkan


oleh seseorang dalam menuangkan ide yang ada dalam
pikirannya hingga menjadi suatu karya yang bernilai.5 Karya
sastra berisi mengenai masalah yang melingkupi kehidupan
manusia. Karya sastra muncul akibat adanya dorongan dasar
manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.6 Karya sastra
terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Karya sastra fiksi yaitu cerita yang
sifatnya rekayasa atau khayalan pengarang. 2) Karya sastra non
fiksi yaitu cerita yang berdasarkan fakta (realitas) atau bukan
khayalan.7 Sedangkan karya sastra tasawuf juga terbagi menjadi

5
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, Skripsi,
Palembang : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam
Negeri Raden Fatah, 2017, 3.
6
Yusuf Muflikh Raharjo, Herman J. Waluyo dan Kundharu Saddhono,
Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan Karakter dalam Novel Nun Pada
Sebuah Cermin Karya Afifah Afra Serta Relevansinya dengan Materi Ajar di
SMA, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol.6 No.1, April 2017, 16.
7
Husen Mulachela, Cerita Fiksi dan Nonfiksi : Pengertian, Beda, dan
Contohnya, diakses dari
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61b2f5e561ef3/cerita-fiksi-dan-nonfiksi-
pengertian-beda-dan-contohnya, pada 12 Februari pukul 20.40.
4

dua, yaitu : 1) Karya sastra sufi yaitu karya sastra yang ditulis
langsung oleh seorang sufi dan mengandung nilai tasawuf seperti
kitab Matsnawī karya Jalaluddin Rumi, dll, 2) Karya sastra non
sufi yaitu karya sastra yang bukan ditulis oleh seorang sufi,
namun mengandung nilai tasawuf seperti novel Ayat-Ayat Cinta
atau Api Tauhid karya Habiburrahman el-Zhirazy, novel Habibie
& Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie, dll. Apalagi manusia
juga diperintahkan oleh Allah Swt. untuk membaca, seperti
disebut dalam surat al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut :

ِ ۚ ِ ۚ ِ
‫ﻚ‬ ‫ﺑ‬‫ر‬‫و‬ ْ
‫أ‬
َ ‫َ َ َﱡ‬‫ﺮ‬ ‫ـ‬‫ﻗ‬
ْ ‫ا‬ (٢ ) ‫ﻖ‬ ٍ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ن‬ ‫ﺎ‬ ‫ﺴ‬ ‫ﻧ‬
ََ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ ِ
‫اﻻ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﺧ‬ (١ ) َ َ‫ﻚ اﻟﱠ ِﺬ ْي َﺧﻠ‬
‫ﻖ‬ َ ِّ‫اﻗْـ َﺮأْ ِ ْﺳ ِﻢ َرﺑ‬
ۗ ِ ‫ﱠ‬ ۙ ِ ‫ﱠِ ﱠ‬
َ ْ‫( َﻋﻠ َﻢ ْاﻻﻧ‬٤) ‫( اﻟﺬ ْي َﻋﻠ َﻢ ﻟْ َﻘﻠَ ِﻢ‬٣) ‫ْاﻻَ ْﻛ َﺮُم‬
(٥) ‫ﺴﺎ َن َﻣﺎ َﱂْ ﻳَـ ْﻌﻠَ ْﻢ‬
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, (3) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, (4) Yang
mengajar (manusia) dengan pena, (5) Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.”8
Ayat di atas memerintahkan manusia untuk membaca,
dalam arti membaca untuk kondisi masyarakat yang
membutuhkan perubahan ke arah yang lebih baik. Apalagi nilai-
nilai tasawuf harus tertuangkan dalam kehidupan manusia untuk
menyucikan diri dengan pembentukan moral, mental kehidupan
sosial yang berawal dari jauhnya manusia dengan Tuhannya
sehingga manusia cenderung mementingkan duniawi. Untuk itu,

8
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Cet.
Ke-1, Bandung : Syaamil Quran, 2012, 597.
5

karya sastra yang akan diteliti adalah novel,9 ditambah juga


banyak masyarakat yang gemar membaca novel. Maka dari itu,
penulis ingin memperkenalkan nilai-nilai tasawuf yang sekiranya
dapat diterima dan mudah dipahami oleh masyarakat. Ditambah
pada kalangan masyarakat awam masih sangat asing mendengar
kata tasawuf apalagi mengetahui ajarannya.

Ada beberapa buku atau novel dari para tokoh terkenal


yang penulis baca dan mungkin belum dilakukan penelitian
tentang tasawuf seperti novel yang berjudul Habibie & Ainun
karya Bacharuddin Jusuf Habibie, Assalamualaikum Beijing
karya Asma Nadya, Chairul Tanjung si Anak Singkong karya
Chairul Tanjung, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk karya H.
Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), novel-novel
tersebut adalah cerita yang ditulis oleh tokoh-tokoh ternama dan
rata-rata ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya atau orang
lain, bahkan ada yang ditulis berdasarkan peristiwa nyata di luar
kehidupan penulis tersebut. Dari beberapa novel di atas, yang
menjadi pilihan penulis untuk diteliti adalah novel Habibie &
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Di dalam novel tersebut
menceritakan tentang kisah nyata perjalanan cinta antara Habibie
bersama istrinya Ainun, dari awal pertemuan hingga kematian
memisahkan mereka.

Setelah penulis baca, di dalam novel tersebut banyak


terdapat nilai-nilai tasawuf yang tidak kalah dengan novel-novel
9
Yesy Kurniawati, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Api Tauhid Karya
Habiburrahman El-Shirazy, Skripsi, Surakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri, 2019, 3-7.
6

lainnya, apalagi banyak orang yang mengenal sosok Habibie.


Mungkin masih banyak orang yang mengetahui bahwa sosok
Habibie dikenal sebagai tokoh politik Indonesia yang sangat
cerdas, ia juga pernah mengenyam pendidikan di Jerman, mampu
membuat pesawat terbang hingga dijuluki sebagai Bapak
Teknologi Indonesia, tokoh yang juga pernah menjabat sebagai
Wakil Presiden dan menjadi Presiden Republik Indonesia yang
ketiga. Kemudian yang membuat peneliti tertarik adalah bahwa
dibalik itu semua, dari sisi kehidupan Habibie yang lain, ternyata
ia merupakan sosok yang agamis dan di dalam kehidupannya
juga terdapat nilai-nilai tasawuf yang diterapkan dan itu bisa
dijadikan contoh bagi masyarakat.

Selain itu ada juga di Indonesia novel-novel yang lebih


bersifat umum yang menceritakan mengenai permasalahan
kehidupan masyarakat seperti halnya LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual, Transgender)10, contohnya yaitu novel Gerhana
Kembar karya Clara Regina Juana (Clara Ng) atau novel Garis
Tepi Seorang Lesbian karya Herlinatiens.11 Maka dari itu, di
samping adanya novel-novel yang bersifat umum, dimana banyak
yang menceritakan mengenai permasalahan yang ada di
masyarakat, novel Habibie & Ainun ini menjadi salah satu novel
yang memiliki nilai keislaman dan bisa dijadikan contoh bacaan
untuk mengarah kepada perbaikan akhlak manusia. Namun,

10
https://id.m.wikipedia.org/wiki/LGBT, diakses pada 18 Februari 2022
pukul 20.52.
11
Jody, Dunia Buku : Gerhana Kembar, diakses dari
http://sepetaklangitku.blogspot.com/2012/02/gerhana-kembar.html?m=1, pada
07 Februari 2022 pukul 21.16.
7

bukan berarti novel-novel yang lebih bersifat umum tidak


memiliki pesan moral, karena setiap karya yang dibuat oleh
seseorang, pasti memiliki pesan moral di dalamnya.

Kemudian dalam novel Habibie & Ainun, ada salah satu


contoh perkataan Habibie yang menceritakan tentang sikap sabar
Ainun dan menjadi contoh nilai tasawuf, sebagai berikut :

“Keadaan Ainun memprihatinkan, karena ia demam dan


sangat lemah. Ia ternyata sudah agak lama sakit dan
sangat berat menemani ilham yang aktif, mengandung tua
dengan terus muntah dan meludah, mengurus rumah
tangga tanpa pembantu. Ainun tidak pernah mengeluh dan
tidak memberi informasi mengenai masalah yang ia
hadapi karena dapat mengganggu pekerjaan saya.
Wajahnya selalu cerah, tentram dan mengilhami saya
walaupun ia lelah dan sakit.”12
Penggalan kalimat di atas membuktikan akan nilai sabar
yang ditunjukkan Ainun dalam menghadapi sakit yang ia derita.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sayyid al-Jurjani, bahwa sabar
adalah tidak mengeluh terhadap siapapun mengenai sakitnya
cobaan kecuali kepada Allah Swt.13 Contoh lain juga dalam novel
tersebut terdapat nilai syukur yaitu salah satunya ketika Habibie
sudah tidak menjabat menjadi Presiden dan memutuskan untuk
menolak menjadi Presiden kembali, seperti pada kalimat berikut :

“Alhamdulillah, semua dapat saya lewati dalam 17 bulan


pemerintahan saya. Singkat, memang. Tetapi semua itu
bagi saya dan keluarga sudah cukup dan cukup. Menjadi

12
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, Cet. Ke-1, Jakarta :
THC Mandiri, 2010, 52-53.
13
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, Norwich - England :
Diwan Press, 1983, 326
8

presiden bukanlah segala-galanya, Apakah saya berhasil


dan gagal dalam 17 bulan pemerintahan saya? Saya tidak
perlu menciptakan “citra”, berhasilkan saya akan menjadi
“PR” bagi saya. Pilihan saya untuk menolak jadi presiden,
ternyata sudah menjadi petunjuk dan pilihan Allah SWT
bagi saya dan Ainun. Ternyata sejak itu, penyakit Ainun
mulai terlihat, ia kehilangan imunitas. Sejak itu, Ainun
terpaksa mengadakan terapi dan perawatan di Jerman,
Terima kasih Allah.”14

Penggalan kalimat di atas mengandung nilai syukur yaitu


berupa syukur lisan, dengan pernah menjabat menjadi Presiden
membuat Habibie bersyukur, walaupun hanya menjabat tujuh
belas bulan masa pemerintahan dan setelah itu lebih memilih
untuk kehidupannya yang lain. Kemudian dengan keputusannya
yang menolak untuk menjadi Presiden kembali, ada hikmah
dibalik keputusannya tersebut yang bisa diambil yaitu mengenai
penyakit istrinya, kemudian Habibie mengucapkan kalimat
tahmid sebagai ungkapan syukur dan juga berterima kasih kepada
Allah Swt. Hal ini sesuai seperti pendapat Imam al-Ghazali,
bahwa ada tiga jenis syukur : 1) Syukur dengan hati yaitu
menyembunyikan kebaikan dari orang lain dan selalu mengisi
hati dengan dzikir hingga tidak lupa dengan Allah Swt., 2)
Syukur dengan lisan yaitu mengucapkan rasa syukur terhadap
Allah Swt. dengan kalimat tahmid atau kata-kata yang
memperlihatkan rasa syukur, 3) Syukur dengan anggota tubuh

14
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, , 241.
9

yaitu menggunakan nikmat-Nya dengan taat kepada-Nya dan


menjauhi larangan-Nya.15

Contoh kalimat di atas berupa nilai sabar dan syukur


merupakan salah satu contoh nilai tasawuf yang terdapat di dalam
novel Habibie & Ainun. Supaya dapat mengetahui nilai-nilai
tasawuf lebih mendalam lagi pada novel tersebut, untuk itu
peneliti akan mencoba menganalisis nilai-nilai tasawuf yang akan
digali dalam penelitian dengan judul “Nilai-Nilai Tasawuf dalam
Novel Habibie & Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Arus modernisasi yang dapat merusak aspek spiritual atau


rohaniah masyarakat.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ilmu
tasawuf, sehingga bisa berdampak buruk pada moral atau
akhlak masyarakat.
3. Banyak ajaran tasawuf yang belum tergali selain yang
bersumber pada ajaran utama al-Qur’an dan hadis atau pada
kitab-kitab tasawuf maupun tarekat sufi, seperti halnya
dalam karya sastra yaitu novel, salah satunya seperti novel
Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

15
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, Jakarta : Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 2004, 185.
10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka
penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai tasawuf dalam novel
Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka
rumusan masalahnya yaitu :
a) Apa saja nilai-nilai tasawuf yang terkandung dalam
novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf
Habibie?
b) Bagaimana karakteristik tasawuf dalam novel Habibie &
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a) Mengetahui nilai-nilai tasawuf yang terkandung dalam
novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf
Habibie.
b) Mengetahui karakteristik tasawuf dalam novel Habibie
& Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

2. Manfaat Penelitian
a) Dengan mengkaji nilai-nilai tasawuf yang terkandung
dalam novel Habibie & Ainun, bisa menjadi bahan
motivasi kepada masyarakat dan penulis untuk dapat
11

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat


menjadi rujukan untuk penelitian-penelitian berikutnya.
b) Memberikan wawasan tambahan dan meningkatkan
pemahaman mengenai tasawuf bagi masyarakat agar
mengetahui betapa pentingnya penerapan ajaran tasawuf
dalam kehidupan terutama sebagai umat muslim.
c) Membuka pandangan masyarakat terhadap karya sastra
terutama novel, bahwa di dalamnya juga dapat
memberikan contoh yang baik serta manfaat dalam
kehidupan, dll.

E. Tinjauan Pustaka
Penulis telah merunut sejumlah hasil dari penelitian
sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya :
1. Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99
Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan
Rangga Almahendra, Skripsi pada Jurusan Aqidah dan
Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang, tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan metode analisis isi dan menemukan bahwa
nilai-nilai tasawuf yang terkandung dalam novel tersebut
antara lain taubat, syukur, warā’, sabar, zuhud, shiddiq dan
Mah̲abbah. Dimana karakteristik tasawufnya menjurus
kepada tasawuf akhlaki.16

16
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
langit Eropa.
12

2. Nesia Mu’asyara, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Ayat-


ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy dan
Relevansinya dalam Pengembangan Akhlak al-Karimah,
Skripsi pada Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas
Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, tahun 2017. Penelitian yang menggunakan
analisis deskriptif filosofis tersebut menganalisis nilai-nilai
tasawuf yang terkandung dalam novel tersebut antara lain
dzikir, sabar, zuhud, muhāsabah, murāqabah serta hudhuri
yang termasuk ke dalam tasawuf akhlaki dan memiliki
relevansi yang sangat tinggi dan keterikatan satu sama lain
terhadap perkembangan akhlāq al-karīmah.17
3. Yesy Kurniawati, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Api
Tauhid Karya Habiburrahman el-Shirazy, Skripsi pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah,
Institut Agama Islam Negeri Surakarta, tahun 2019.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode analisis isi yang menjelaskan bahwa
dalam novel tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan
tasawuf antara lain : 1) tasawuf aqidah : tauhid, konversi
agama, kematian, 2) tasawuf ibadah : shalat, umrah,
shalawat, doa dan dzikir, 3) tasawuf akhlaki : maaf, syukur,
ikhlas, tawakal, sabar, tawadhu dan jujur, 4) tasawuf sosial :
musyawarah, silaturahmi dan tolong menolong.18

17
Nesia Mu’asyara, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Ayat-Ayat Cinta.
18
Yesy Kurniawati, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Api Tauhid.
13

4. Nur Fitriani, Nilai-Nilai Etika Sufistik dalam Novel Di


Bawah Lindungan Ka’bah Karya Hamka, Skripsi pada
Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, tahun
2018. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis
deskriptif filosofis yang menemukan bahwa nilai-nilai
sufistik yang terkandung dalam novel tersebut antara lain
ikhtiar, dzikir, sabar dan zuhud yang menunjukkan bahwa
tasawuf begitu relevan untuk menjawab kekeringan dan
keterasingan spiritualitas manusia modern.19
5. Samkhun Naji, Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Tasawuf (Analisis Isi Novel Jack and Sufi Karya
Muhammad Luqman Hakim), Skripsi pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, tahun 2014. Penelitian ini menggunakan bentuk
penelitian deskriptif filosofis dengan metode analisis isi dan
menemukan bahwa di dalam novel tersebut dilihat dari
ruang lingkupnya, nilai-nilai pendidikan akhlak tasawufnya
menggambarkan nilai kearifan (al-hikmah), menjaga
kesucian (al-iffah), keberanian (al-syajā’ah) dan keadilan
(al-‘adl).20

19
Nur Fitriani, Nilai-Nilai Etika Sufistik dalam Novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah Karya Hamka, Skripsi, Lampung : Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2018.
20
Samkhun Naji, Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf
(Analisis Isi Novel Jack and Sufi Karya Muhammad Luqman Hakim), Skripsi,
Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2014.
14

6. Rengga Ari Prasetyo, Kisah Cinta dalam Novel “Habibie &


Ainun” (Analisis Strukturalisme Roman Jacobson Tentang
Cinta Keluarga Sakinah), Tesis pada Jurusan Ekonomi
Syari’ah, Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo, tahun 2019. Penelitian dengan jenis kualitatif ini
menggunakan dua langkah analisis data yaitu semiotik dan
hermeneutik. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Habibie memberikan konsep keidealan cinta dalam
keluarga sakinah seperti pada konsep tradisi tasawuf
dengan berdasarkan penafsiran surat Rum ayat 21 dan
berdasarkan analisis enam fungsi bahasa Roman Jacobson
bahwa hubungan keharmonisan yang telah dilakukan
Habibie dan Ainun adalah bentuk konsep cinta yang
mereka idealkan yaitu cinta manunggal.21

Berdasarkan dari penelitian-penelitian di atas yang


membahas mengenai nilai-nilai tasawuf atau sufistik dalam karya
sastra yaitu novel, dapat penulis jadikan sebagai data pendukung
untuk penulisan skripsi ini dan penulis juga belum menemukan
skripsi mengenai Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Habibie &
Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie dengan menggunakan
metode analisis isi. Maka dari itu, penelitian ini belum pernah ada
yang meneliti dan layak untuk dilakukan penelitian.

21
Rengga Ari Prasetyo, Kisah Cinta dalam Novel “Habibie & Ainun”
(Analisis Strukturalisme Roman Jacobson Tentang Cinta Keluarga Sakinah),
Ponorogo : Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri , 2019.
15

F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah kumpulan skema, prosedur dan
algoritma yang digunakan sebagai alat ukur untuk melaksanakan
suatu penelitian.22
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian
kepustakaan (library research), dimana di dalam
penelitiannya, penulis memanfaatkan sumber-sumber
perpustakaan untuk memperoleh data.23 Kemudian
pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan
masalah yang dipecahkan. Dalam pencarian data, penulis akan
mengumpulkan informasi dari kepustakaan yang berhubungan.
Sumber-sumber kepustakaan yang akan penulis gunakan
adalah sebagai berikut : buku, penelitian dan sumber-sumber
mendukung seperti media lainnya.24
Ada empat ciri utama penelitian kepustakaan : 1)
Langsung berhadapannya penulis dengan teks atau berupa data
angka, bukan pengetahuan langsung dari lapangan maupun
saksi mata berupa peristiwa, orang atau yang lainnya, 2) Sifat
dari pustaka adalah siap pakai (ready made) artinya penulis
tidak kemana-mana, hanya berhadapan langsung dengan

22
Kris H. Timotius, Pengantar Metodologi Penelitian Pendekatan
Manajemen Pengetahuan untuk Perkembangan Pengetahuan, Ed. 1,
Yogyakarta : Andi, 2017, 5.
23
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Cet. Ke-3, Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014, 1-2.
24
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
langit Eropa, 12.
16

bahan-bahan yang menjadi sumber yang sudah ada di


perpustakaan, 3) Umumnya data pustaka adalah sumber
sekunder, artinya penulis memperoleh bahan dari tangan kedua
bukan data orisinil dari tangan pertama yang ada di lapangan,
4) Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,
penulis berhadapan dengan informasi tetap atau statik,
maksudnya kapan saja ia datang ataupun pergi, data itu tidak
akan pernah berubah karena data tersebut adalah data mati
yang telah disimpan dalam rekaman tertulis bisa berupa teks,
gambar, angka, film maupun rekaman tape.25

2. Sumber Data
a) Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
novel Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

b) Data Sekunder
Adapun sumber data sekunder yang digunakan
adalah buku-buku tasawuf seperti:
1. Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn karya al-Ghazali
(Jakarta : Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2004)
2. Al-Risālah al-Qusyairiyyah karya al-Qusyairi (Beirut
- Lebanon : Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2001)
3. Madārij al-Sālikīn Syarh̲ Manāzil al-Sā’irīn II karya
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (Beirut - Lebanon : Dar al-
Kutub al-Ilmiyah)
25
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, 4-5.
17

4. Hidāyah al-Sālikīn karya Abdus Shamad al-


Palembani (Pattani - Thailand : Mathba’ah bin
Halabi)
5. H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf karya Abdul Qadir Isa
(Norwich - England : Diwan Press, 1983)
6. Madkhal ilā al-Tas̲ awwuf al-Islāmī karya Abu Wafa’
al-Ghanimi al-Taftazani, terj. Subkhan Anshori,
Tasawuf Islam : Telaah Historis dan
Perkembangannya (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2008)
7. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia karya Abuddin
Nata (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2019)
8. Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan
Pengalaman Sufi karya Ris’an Rusli (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2013)
9. Ilmu Tasawuf karya M Solihin dan Rosihon Anwar
(Bandung : Pustaka Setia, 2019)
10. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam karya Harun
Nasution (Jakarta : Bulan Bintang, 2014)
11. Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat
Muktabarah di Indonesia karya Sri Mulyati (Jakarta :
Kencana, 2011)

3. Teknik Pengumpulan Data


Untuk teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi, dimana
dalam menggunakan penelitian kepustakaan (library
18

research), dokumen merupakan sumber informasi yang


berguna seperti dokumen mengenai individu atau sekelompok
individu maupun kejadian situasi sosial yang terkait dengan
fokus penelitian. Melalui teknik dokumentasi penulis
menyelediki data-data yang sifatnya tertulis seperti buku,
artikel, penelitian dan data-data yang berkaitan dengan apa
yang diteliti.26 Kemudian untuk data pendukung, peneliti juga
menggunakan teknik wawancara, yaitu dengan melakukan sesi
tanya jawab terhadap orang yang memiliki keterkaitan
terhadap topik pembahasan.

4. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah
teknik analisis isi (content Analysis) yaitu dengan
menganalisis isi novel Habibie & Ainun. Oleh karenanya,
dalam hal ini terlebih dahulu penulis akan membaca
keseluruhan isi novel Habibie & Ainun, kemudian
menganalisisnya melalui analisis isi dan mengelompokkannya
dalam beberapa bagian yang erat kaitannya dengan nilai-nilai
tasawuf yang ada di dalam novel tersebut. Setelah itu dalam
mengambil kesimpulan, penulis menggunakan metode
deduktif, yaitu mengambil kesimpulan dari sesuatu yang
bersifat umum ke khusus, maka dari itu akan ditemukan

26
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
langit Eropa, 13-14.
19

kecenderungan karakteristik tasawuf yang terdapat dalam


novel Habibie & Ainun.27

G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab dan
sistematikanya dibagi sebagai berikut :
1. Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II landasan teoritis yang terdiri dari pengertian tasawuf,
tujuan tasawuf, maqāmat dan ah̲wāl serta karakteristik
tasawuf.
3. Bab III deskripsi umum novel Habibie & Ainun yang terdiri
dari biografi penulis, nilai religiulitas penulis, karya dan
penghargaan penulis, jenis novel, sinopsis dan alasan
penulisan novel.
4. Bab IV analisis nilai-nilai tasawuf yang terkandung dalam
novel Habibie & Ainun serta karakteristik tasawuf dalam
novel tersebut.
5. Bab V penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

27
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
langit Eropa, 14.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Tasawuf

Islam berasal dari negeri Arab, begitu juga dengan


tasawuf. Berbicara mengenai sejarah perkembangan tasawuf,
tidak dapat dilihat ketika tasawuf mulai dikaji sebagai ilmu, hal
ini tentu saja perlu diteliti sejak zaman Rasulullah Saw. Pada
masa sebelum datangnya Islam maupun masa Rasulullah Saw,
memang belum ada istilah tasawuf. Pertama kali istilah sufi
digunakan oleh Abu Hasyim (w. 780 M), beliau seorang zahid
dari Syiria. Pada saat itu didirikan takya (sejenis padepokan sufi)
yang pertama. Selama kehidupan Rasulullah Saw. sampai masa
kekhalifahan Abu Bakar al-Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib
selalu mengadakan pertemuan-pertemuan, dimana pertemuan itu
menghasilkan janji setia atau sumpah dan praktik ibadah tasawuf.

Sebenarnya hidup seperti yang digambarkan pada


kalangan sufi sudah ditemukan baik pada diri Rasulullah Saw.
ataupun sahabat-sahabatnya. Menurut M. Sholihin dan Rosihon
Anwar, perjalanan tasawuf diibaratkan seperti proses
memproduksi anggur murni yang disemaikan pada zaman Nabi
Adam, dipelihara dan dirawat pada zaman Nabi Nuh, mulailah
bersemi pada zaman Nabi IbrahiM, tumbuh serta berkembang
pesat pada zaman Nabi Musa, telah matang pada

20
21

zaman Nabi Isa dan menghasilkan anggur murni pada zaman


Nabi Muhammad Saw.1

Mengenai pengertian tasawuf sendiri para ahli banyak


memberikan pendapat, baik secara etimologi maupun istilah.
Tasawuf secara etimologi terdiri dari berbagai macam pengertian,
sebagai berikut :

1. Tasawuf ada yang mengatakan berasal dari kata s̲ afā’

(‫ )ﺻﻔﺎء‬yang berarti nama untuk orang-orang yang suci atau

bersih, maksudnya orang-orang yang menyucikan diri


dihadapan Allah Swt.

2. Tasawuf berasal dari kata s̲ af (‫)ﺻﻒ‬, dimana kata s̲ af ini

dinisbahkan untuk orang-orang yang saat shalat selalu


berada di barisan paling depan.2

3. Tasawuf berasal dari istilah ahl al-s̲ uffah (‫اﻟﺼﻔﺔ‬ ‫)أﻫﻞ‬, yaitu
orang-orang yang menetap di serambi masjid Nabi
Muhammad Saw. di Madinah atau disebut masjid Nabawi.
Orang-orang tersebut adalah yang ikut hijrah bersama Nabi
Muhammad Saw. dari Mekkah menuju Madinah. Mereka
adalah orang miskin yang mengabdikan dirinya untuk Allah
Swt.

1
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia,
2008, 55-56.
2
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf , 11.
22

4. Tasawuf berasal dari kata s̲ ūf (‫)ﺻﻮف‬, yang berarti wol

kasar, yaitu pakaian yang dipakai oleh para sufi sebagai


bentuk kesederhanaan, mereka menghindari hidup mewah
yang pada zaman tersebut dirasakan oleh pemerintah.
Kaum sufi memilih mengasingkan diri untuk fokus kepada
ibadah, mensucikan jiwa serta kehidupan yang Nabi
Muhammad Saw. dan sahabat ajarkan.

5. Teori yang lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari


kata shopos, berasal dari bahasa Yunani yang artinya
hikmah. Dikarenakan orang sufi dan hikmah sekilas
berhubungan, sebab orang sufi membahas suatu masalah
dengan pembahasan falsafat. Mereka berusaha menyucikan
jiwa supaya dekat dengan Allah Swt., pandangan mereka
adalah bahwa Allah Swt. Maha Suci dan yang bisa
berhubungan dengan Allah Swt. hanyalah jiwa yang suci.

Dari beberapa teori di atas, secara garis besar para ahli


cenderung kepada pengertian tasawuf yang berasal dari kata s̲ ūf

(‫ )ﺻﻮف‬yaitu wol, seperti tokoh sufi abad keempat yaitu al-Sarraj,

secara tegas setuju dengan teori tersebut dengan mengungkapkan


bahwa wol adalah pakaian para nabi dan simbol para wali serta
sufi. Maka dari itu, kata tasawuf adalah bentuk mas̲ dar dari fi’il
tasawuf yang artinya mengenakan pakaian yang terbuat dari wol
kasar atau bulu domba. Pada awal perkembangannya, di samping
kesalehan dan sikap zuhudnya, para sufi mempunyai ciri khas
23

yaitu pakaian mereka yang terbuat dari wol kasar yang menjadi
bentuk kesederhanaan dan salah satu sifat utamanya para sufi. 3

Adapun pengertian tasawuf secara istilah juga terdapat


berbagai macam pengertian dari beberapa tokoh seperti definisi
tasawuf menurut Zakaria al-Anshari bahwa tasawuf adalah ilmu
untuk mengetahui cara menyucikan jiwa dan memurnikan akhlak
serta untuk pemulihan lahir dan batin untuk medapatkan
kebahagiaan yang abadi. Sedangkan Ibnu Ujaibah berpendapat
bahwa tasawuf adalah ilmu untuk seseorang dapat mengetahui
bagaimana jalan menuju kepada Allah Swt., memurnikan batin
dari perbuatan yang buruk dan menghiasinya dengan berbagai
macam kebajikan, pertama adalah ilmu, tengahnya berupa amal
dan yang terakhir adalah anugerah. Sedangkan definisi lainnya
menurut Abu al-Hasan al-Syadzili bahwa tasawuf itu adalah
upaya pelatihan jiwa dalam hal beribadah dan untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah Swt.4

Adapun menurut Muhammad Ali al-Qassab bahwa


tasawuf itu merupakan akhlak mulia dimana timbul pada waktu
yang mulia dari seorang yang mulia di tengah-tengah kaumnya
yang mulia juga. Sedangkan menurut Ma’ruf al-Kurkhi tasawuf
merupakan mengambil hakikat dan tidak mengharapkan apa yang
berada pada tangan makhluk. Ada juga definisi lain dari al-
Junaidi bahwa tasawuf merupakan membersihkan hati dari

3
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman
Sufi, Cet. Ke-1, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2013, 4-7.
4
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, Norwich - England : Diwan
Press, 1983, 13-14.
24

apapun yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang


meninggalkan budi yang buruk, mematikan sifat-sifat kelemahan
umat manusia, menjauhi segala panggilan hawa nafsu,
mendekatkan diri dengan sifat-sifat kerohanian, bergantung
kepada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang penting dan juga
terlebih kekal, memberi nasihat kepada semua orang, memegang
teguh janji Allah Swt. di dalam hal hakikat serta mengikuti
contoh Rasulullah Saw. dalam hal syariat.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang diungkapkan


oleh beberapa tokoh tersebut, dapat diambil dari sebuah
pengertian yang serupa, seperti yang disampaikan oleh al-Junaidi
bahwa ilmu tasawuf merupakan ilmu yang mempelajari usaha-
usaha untuk membersihkan diri, berjuang melawan hawa nasfu,
saling mengingatkan antar sesama umat manusia, mencari jalan
suci kerohanian dengan makrifat menuju keabadian serta dalam
mendekatkan diri dan menggapai keridhaan Allah Swt.,
berpegang teguh kepada janji Allah Swt. dan mengikuti syari’at
Rasulullah Saw.5

B. Tujuan Tasawuf
Tujuan tasawuf adalah tercapainya untuk berada dekat
dengan Allah Swt. atau yang disebut ma’rifatullāh, ma’rifatullāh
merupakan tersingkapnya dinding (h̲ijāb) yang menjadi
penghalang atau pembatas dengan Allah Swt. sehingga bisa dekat

5
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 15-16.
25

atau mengenal-Nya dengan sebenar-benarnya.6 Walaupun Allah


Swt. tidak bisa diraih, tetapi bisa didekati, karena Allah Swt.
adalah Yang Maha Dekat selain ia juga Maha Tinggi. Tasawuf
mengajarkan untuk membersihkan hati, karena jika lahir dan
batinnya sudah bersih dari maksiat, maka akan tersingkapnya
dinding (h̲ijāb) ma’rifatullāh. Oleh karena itu, manusia merasa di
dalam hatinya akan hadirnya Allah Swt. dan dalam beribadahpun
seolah-olah merasa berjumpa dengan-Nya. Menurut al-Ghazali,
dengan hati yang bersih maka akan mengenal Allah Swt., karena
mengenal-Nya merupakan tujuan para sufi. pada hakikatnya,
mengenal Allah Swt. adalah berupa bentuk keyakinan yang kuat
akan Allah Swt. Dengan keimanannya, para sufi dapat melihat
serta merasakan akan kebesaran-Nya.7 Untuk bisa mencapai
ma’rifatullāh para sufi harus melewati perjalanan panjang yang
disebut dengan maqāmat, maqāmat merupakan langkah-langkah
dalam pencapaian rohaniah untuk berada dekat dengan Allah
Swt.8

C. Maqāmat dan Ah̲wāl


Seseorang yang menempuh jalan (salik) akan mengalami
fase yang berbeda-beda secara bertingkat, dimana pada kalangan
sufi dikenal dengan sebutan maqāmat (tingkatan-tingkatan

6
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, Skripsi,
Palembang : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam
Negeri Raden Fatah, 2017, 18-19.
7
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman
Sufi, 17-19.
8
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
Langit Eropa, 19.
26

spiritual) dan ah̲wāl (kondisi).9 Untuk maqāmat dan ah̲wāl


keduanya tidak dapat dipisahkan karena keduanya diibaratkan
seperti mata uang yang memiliki dua sisi, kesinambungannya
yaitu bahwa maqām menjadi prasyarat dengan tujuannya yaitu
Allah Swt., kemudian dalam maqām tersebut ada h̲āl dan h̲āl
yang ditemukan di dalam maqām-maqām tersebut akan
membawa seseorang untuk menaiki maqām berikutnya.10
Maqāmat dan ah̲wāl pada akhirnya akan berakhir kepada
pengetahuan akan Allah Swt. Hal itulah yang menjadi akhir dari
perjalanan tersebut, maksudnya adalah seorang sufi berhasil
menempati tingkatan seorang hamba yang sangat dekat dengan
Allah Swt. atau berada dihadapan-Nya, hal itu dikarenakan
ibadah, mujāhadah, riyād̲ah yang telah dilakukan oleh sufi
tersebut.11

1. Maqāmat

Maqāmat berasal dari kata maqām yang artinya adalah


tingkatan, stasiun, lokasi, tempat berdiri, atau posisi. Secara
terminologi maqām artinya kedudukan spiritual.12 Maqām
memiliki pengertian yaitu perjalanan panjang yang patut
dilalui oleh para salik dengan tujuan dapat mendekatkan diri

9
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilā al-Tas̲ awwuf al-
Islāmī, terj. Subkhan Anshori, Tasawuf Islam : Telaah Historis dan
Perkembangannya, Cet. Ke-1, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2008, 40.
10
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 77.
11
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilā al-Tas̲ awwuf al-
Islāmī, 40.
12
Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna
Mencapai Kedekatan dengan Allah, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.14
No.1, 2016, 70-71.
27

kepada Allah Swt.13 Al-Qusyairi dalam kitabnya al-Risālah al-


Qusyairiyah, bahwa beliau menyebutkan jumlah maqām
adalah empat puluh sembilan, diantaranya ada taubat, wara‘,
zuhud, tawadhu, tawakal, syukur, sabar, ikhlas, mah̲abbah,
dll.14 Sedangkan menurut al-Ghazali dalam kitabnya Ih̲yā’
‘Ulūm al-Dīn disebutkan ada tujuh, diantaranya ada taubat,
zuhud, sabar, tawakal, ridha, mah̲abbah dan makrifat. Berikut
adalah penjelasan beberapa maqām tersebut :

a) Taubat

Taubat asalnya dari bahasa Arab yaitu tāba-yatūbu-


taubatan berarti kembali. Taubat menurut para sufi adalah
meminta ampunan atas kesalahan dosa-dosa disertai dengan
bersungguh-sungguh untuk berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan dosanya tersebut dan juga melakukan amal
baik.15 Allah Swt. berfirman sebagai berikut :

َّٰ ‫ب َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ۗ◌ اِ ﱠن‬ ٰ ِ ِ ِ ِۢ


I‫ا‬ ‫ﻮ‬ ‫ـ‬‫ﺘ‬ ‫ـ‬‫ﻳ‬
ُ ْ ُ َ َّI‫ا‬ ‫ﱠ‬
‫ن‬ ‫ﺎ‬َ‫ﻓ‬ ‫ﺢ‬‫ﻠ‬
َ ‫ﺻ‬ ‫ا‬‫و‬
َ ْ ََ ٖ◌ ‫ﻪ‬‫ْﻤ‬ ‫ﻠ‬‫ﻇ‬
ُ ‫ﺪ‬ َْ ْ ‫ب ﻣ‬
‫ﻌ‬‫ـ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ َ Dَ ‫ﻓَ َﻤ ْﻦ‬
(٣٩) ‫ﻏَ ُﻔ ْﻮٌر ﱠرِﺣ ْﻴﻢ‬
“Maka barang siapa bertaubat sesudah berbuat
keburukan tersebut lalu melakukan perbaikan diri, maka
sungguh taubatnya diterima oleh Allah Swt. Sesungguhnya

13
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Ed. Rev, Cet. Ke-
14, Jakarta : Rajawali Pers, 2019, 167.
14
Al-Qusyairi, Al-Risālah al-Qusyairiyyah, Beirut - Lebanon : Dar al-
Kotob al-Ilmiyah, 2001.
15
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, 168-171.
28

Allah Swt. Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S


al-Māidah : 39)16

b) Zuhud

Zuhud berasal dari bahasa Arab yaitu zahuda-


yazhudu-zuhdan yang berarti tidak ingin (sesuatu) dan
menjauhkannya.17 Istilah zuhud menurut pendapat paling
baik yaitu dari Ibn Qadamah, bahwa zuhud adalah
menghindari sesuatu yang dicintai dengan tujuan untuk
suatu hal yang lebih baik bagi dirinya. Istilah lainnya yaitu
meninggalkan dunia untuk akhirat.18 Allah Swt. berfirman :

‫ﺐ‬ ِ
‫ﳛ‬ ‫ﻻ‬ Iٰ ‫ا‬‫و‬ ۗ ‫ْﺳﻮا ﻋ ٰﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﺎ ﺗﻜﻢ وﻻ ﺗـﻔﺮﺣﻮا ِﲟ ۤﺎ ٰا ٰﺗﯩﻜﻢ‬V ‫ﻟِـﻜﻴﻼ‬

‫ّ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ُّ َ ُ ﱡ‬
(٢٣) ‫ُﻛ ﱠﻞ ُﳐْﺘَﺎ ٍل ﻓَ ُﺨ ْﻮر‬
“Supaya hatimu tidak sedih terhadap sesuatu yang
hilang darimu dan juga tidak terlalu senang terhadap
sesuatu yang diberikan oleh Allah Swt. dan Allah Swt. tidak
senang terhadap orang-orang yang bangga terhadap
dirinya serta sombong.” (Q.S al-Hadīd : 23)19
c) Tawakal

Tawakal berarti berserah diri yang dalam bahasa


Arabnya yaitu tawakkul. Hakikat tawakal adalah
mensucikan diri terhadap gelapnya pilihan dan

16
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Cet.
Ke-1, Bandung : Syaamil Quran, 2012, 114.
17
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Mahmud Yunus wa
Dzurriyyah, 2010, 97.160.
18
Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia, Ed. Ke-1, Cet. Ke-4, Jakarta : Kencana, 2011, 39.
19
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 540.
29

menyerahkan segala sesuatu hanya kepada Allah Swt. serta


tunduk dan patuh terhadap takdir dan juga hukum-Nya.
Sehingga yakinlah ia bahwa dalam bagian tersebut tidak
ada perubahan apa yang sudah menjadi dari bagian dan
takdirnya. Oleh karenanya, maka akan merasa nyaman dan
tenang hatinya dengan apa yang sudah Allah Swt.
janjikan.20 Allah Swt. berfirman :

ِّٰ ‫ ﻟَـﻨﺎ ۚ◌ ﻫﻮ ﻣﻮٰﻟﯩﻨﺎ وﻋﻠَﻰ‬I‫ا‬ ِ‫ﺼﻴـﺒـﻨ ۤﺎ ا‬


ِ ‫ﱠ‬
‫ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ‬I‫ا‬ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ُّٰ ‫ﺐ‬ َ ‫ﻛ‬
َ ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻻ‬‫ﱠ‬
َ َ َ َ ْ ‫ﻗُ ْﻞ ﻟ ْﻦ ﻳﱡ‬
‫ﺘ‬
(٥١) ‫اﻟ ُْﻤ ْﺆِﻣﻨُـ ْﻮ َن‬
“Katakalah (Muhammad), “Tidak akan menimpa
kami selain apa yang telah Allah Swt. tetapkan. Dialah
yang melindungi kami dan hanya kepada Allah Swt. orang-
orang beriman bertawakal.” (Q.S al-Māidah : 51)21
d) Syukur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


syukur adalah rasa terima kasih terhadap Allah Swt.22
Syukur menurut Ibnu Ujaibah adalah gembiranya hati
karena mendapat kenikmatan bersamaan dengan
mengerahkan anggota tubuh untuk taat kepada Sang
Pemberi Nikmat dan dengan rendah hati mengakui nikmat
yang telah Allah Swt. berikan.23 Allah Swt. berfirman :

20
Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia, 39-40.
21
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 195.
22
https://kbbi.web.id/syukur, diakses pada 21 Oktober 2021 pukul 21.26.
23
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, 381.
30

ۤ
(١٥٢) ‫ﻓَﺎ ذْ ُﻛ ُﺮْوِﱐْ اَذْ ُﻛ ْﺮُﻛ ْﻢ َوا ْﺷ ُﮑ ُﺮْوا ِ ْﱄ َوَﻻ ﺗَ ْﻜ ُﻔ ُﺮْو ِن‬
“Maka ingatlah kepada-Ku, aku juga akan ingat
kepadamu. Bersyukurlah terhadap-Ku dan jangan
mengingkari-Ku.” (Q.S al-Baqarah : 152)24

e) Sabar

Sabar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


(KBBI) adalah tahan terhadap cobaan, tabah, tenang.25
Menurut kalangan sufi arti sabar adalah sabar dalam
menjalankan segala perintah Allah Swt., menjauhi apa yang
dilarang, sabar dalam menerima cobaan yang diberikan,
sabar menunggu pertolongan dari Allah Swt., dll.26 Allah
Swt. berfirman :

‫ﻚ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ‬ ِٓ‫ْس ۗ◌ اُوٰﻟ‬ ِ ِ ‫ﻟﺼِ ِﱪﻳﻦ ِﰱ اﻟْﺒﺄْﺳﺎٓ ِء وا ﻟ ﱠ‬


َ ‫ﺌ‬ ِ ‫ﲔ اﻟْﺒَﺄ‬
َ ْ ‫ﻀ ﱠﺮآء َوﺣ‬ َ َ َ َ ْ ّٰ ‫َوا‬
(١٧٧) ‫ﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟ ُْﻤﺘﱠـ ُﻘ ْﻮ َن‬ ِ
‫ﺌ‬ٓ‫ﺻ َﺪﻗُـﻮا ۗ◌ واُ وٰﻟ‬
َ َ ْ َ
“Dan orang yang bersabar di dalam kemelaratan,
penderitaan dan zaman peperangan. Itulah mereka orang-
orang yang benar dan merekalah orang-orang bertakwa.”
(Q.S Al-Baqarah : 177)27

f) Mah̲abbah

Mah̲abbah berasal dari bahasa Arab yaitu h̲ubbun


– mah̲abbatun yang berarti kasih atau kecintaan.28
Mah̲abbah artinya cinta, maksudnya adalah cinta kepada

24
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 23.
25
https://kbbi.web.id/sabar, diakses pada 21 Oktober 2021 pukul 21.12
26
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, 173-174.
27
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 27.
28
Mahmud Yunus , Kamus Arab Indonesia, 97.
31

Allah Swt. Pengertian lainnya adalah mah̲abbah merupakan


mematuhi Allah Swt. dan benci terhadap sikap yang
menentang kepada-Nya, menyerahkan seluruh dirinya
kepada Allah Swt. serta mengosongkan hati dari segala hal
kecuali dari Allah Swt.29 Allah Swt. berfirman :

◌ۗ ‫ُ َوﻳَـﻐْ ِﻔ ْﺮ ﻟَـ ُﻜ ْﻢ ذُﻧـُ ْﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ‬I‫ا‬ ِ


ّٰ ‫ﻗُ ْﻞ ا ْن ُﻛ ْﻨـﺘُ ْﻢ ُِﲢﺒﱡـ ْﻮ َن‬
ّٰ ‫َ ﻓَﺎ ﺗﱠﺒِ ُﻌ ْﻮِﱐْ ُْﳛﺒِْﺒ ُﻜ ُﻢ‬I‫ا‬
(٣١) ‫ُ ﻏَ ُﻔ ْﻮٌر ﱠرِﺣ ْﻴ ٌﻢ‬I‫ا‬ ّٰ ‫َو‬
“Katakanlah (Muhammad), “Apabila kamu cinta
kepada Allah Swt., maka ikutilah Aku, pastilah akan
mencintaimu Allah Swt. dan dosa-dosamu diampuni oleh-
Nya. Allah Swt. Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S Ali Imrān : 31)30

2. Ah̲wāl

Ah̲wāl merupakan bentuk jamak dari h̲āl, dari segi


bahasa artinya keadaan sesuatu dan sifat. Dinamai ah̲wāl
karena seorang hamba dengan melalui h̲āl tersebut mengalami
perubahan, dari lahiriahnya seorang hamba, dari
kedudukannya yang jauh menuju kepada kualitas yang tidak
nampak atas kedudukan yang terdekat. Hal ini menandakan
bahwa ah̲wāl adalah perkara yang menjadi dambaan dalam
tasawuf. Ah̲wāl adalah buah dari amal. Ah̲wāl datang melalui
amal yang benar, hanya orang yang berbuat baik dan benarlah

29
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Cet. Ke-12,
Jakarta : Bulan Bintang, 2014, 55.
30
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 54.
32

yang akan memperoleh anugerah.31 Maka, lain halnya dengan


maqām, h̲āl bukan didapat atas usaha manusia, tetapi didapat
sebagai rahmat dan anugerah dari Allah Swt. H̲āl juga sifatnya
sementara yaitu datang dan pergi. Namun, hal tersebut bagi
sufi merupakan sebuah jalan supaya dekat dengan Allah Swt.32
Dalam perjalanan kaum sufi, ah̲wāl yang sering ditemui
diantaranya adalah intropeksi (muhasabah), merasa diawasi
(murāqabah), takut dan harap (khauf dan rajā’), rindu (syauq),
menyaksikan (musyāhadah), rasa berteman (uns), dekat
(qarb), dll.33 Berikut adalah penjelasan dari beberapa ah̲wāl :

a) Murāqabah

Murāqabah berasal dari bahasa Arab raqaba-


yarqubu-raqābatan yang artinya melihat, menjaga, atau
mengintip.34 Menurut pengertian sufi, murāqabah seorang
hamba adalah suatu keyakinan serta pengetahuan di dalam
hatinya akan Allah Swt., bahwa ia Yang Maha Mengetahui
dan selalu mengawasinya.35 Allah Swt. berfirman :

ۤ
ّٰ ‫َ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ ِﺳ ﱠﺮُﻫ ْﻢ َوَْﳒ ٰﻮ ُﯨﻬ ْﻢ َواَ ﱠن‬I‫ا‬
ِ ‫َ َﻋ ﱠﻼ ُم اﻟْﻐُﻴُـ ْﻮ‬I‫ا‬
(٧٨) ‫ب‬ ّٰ ‫اََﱂْ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻤ ْﻮا اَ ﱠن‬
“Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah Swt.
mengetahui mereka baik rahasia maupun bisikannya dan

31
Ris’an Rusli, Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman
Sufi, 58-59.
32
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, 49.
33
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 83-84.
34
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 147.
35
Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna
Mencapai Kedekatan dengan Allah, 76.
33

bahwasanya Allah Swt. mengetahui tentang yang ghaib?.”


(Q.S al-Taubah : 78)36

b) Khauf dan Rajā’

Khauf berasal dari bahasa Arab khāfa-yakhāfu-


khaufan yang artinya adalah takut.37 Menurut Abu Hafsh
bahwa takut merupakan cambuk dari Allah Swt. untuk
menyadarkan manusia yang menyimpang dari jalan-Nya.38
Sedangkan rajā’ berasal dari bahasa arab rajā’-yarjū-
rajā’an yang artinya adalah mengharapkan.39 Rajā’
memiliki pengertian keterikatan hati terhadap apa yang
dicintainya yang hendak terjadi di waktu yang akan
datang.40 Allah Swt. berfirman :

‫ﻀﺎ ِﺟ ِﻊ ﻳَ ْﺪﻋُ ْﻮ َن َرﺑﱠـ ُﻬ ْﻢ َﺧ ْﻮﻓًﺎ ﱠو ﻃَ َﻤ ًﻌﺎ ۖ◌ ﱠوِﳑﱠﺎ‬


َ ‫ﺗَـﺘَ َﺠﺎ ٰﰱ ُﺟﻨُـ ْﻮﺑـُ ُﻬ ْﻢ َﻋ ِﻦ اﻟ َْﻤ‬
(١٦) ‫َرَزﻗْـ ٰﻨـ ُﻬ ْﻢ ﻳـُْﻨ ِﻔ ُﻘ ْﻮن‬
“Lambung mereka berpaling dari tempat tidur
mereka, mereka berdoa kepada Allah Swt. dengan
perasaan takut serta berharap dan dari yang Kami kasih
kepada mereka, sebagian mereka infakkan.” (Q.S al-Sajdah
: 16)41

36
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 199.
37
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 124.
38
Al-Qusyairi, al-Risālah al-Qusyairiyyah, 162.
39
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 141.
40
Al-Qusyairi, al-Risālah al-Qusyairiyyah, 168.
41
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 416.
34

c) Syauq

Syauq dalam bahasa Arab artinya keinginan atau


kerinduan yang mendalam.42 Istilah syauq dalam tasawuf
diekspresikan sebagai keinginan hati yang meluap karena
ingin berjumpa dengan Sang Kekasih atau kerinduan yang
amat dalam kepada Sang Kekasih yaitu Allah Swt. Menurut
Abu Utsman al-Hariri bahwa syauq itu buah cinta, ingin
selalu menyatu dengan Allah Swt. seseorang yang cinta
kepada-Nya.43 Allah Swt. berfirman :

ۗ ٍ ‫ ٰﻻ‬I‫ا‬
‫ﺴ ِﻤ ْﻴ ُﻊ‬
‫ت ◌ َو ُﻫ َﻮ اﻟ ﱠ‬ َ ِّٰ ‫ ﻓَِﺎ ﱠن اَ َﺟ َﻞ‬I‫ا‬
ِّٰ ‫ﻣﻦ َﻛﺎ َن ﻳـﺮﺟﻮا ﻟَِﻘﺎٓء‬
َ ْ ُ َْ َْ
(٥) ‫اﻟ َْﻌ ِﻠ ْﻴ ُﻢ‬
“Barang siapa berharap berjumpa dengan Allah
Swt., maka sungguh waktu (yang telah dijanjikan) Allah
Swt. tersebut pastilah tiba dan Allah Swt. Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S al-Ankabūt : 5)44
d) Musyāhadah

Secara bahasa musyāhadah diartikan saling


menyaksikan. Dari istilah sufi bahwa musyāhadah adalah
pengetahuan langsung mengenai hakikat Allah Swt.,
maksudnya adalah dalam keadaan tertentu, seorang sufi
dengan mata hatinya dapat melihat Allah Swt. Salah satu
cara untuk mencapai musyāhadah adalah seperti pendapat
Rosyidi yaitu musyāhadah bisa dicapai dengan bersungguh-
42
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 210.
43
Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna
Mencapai Kedekatan dengan Allah, 80.
44
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 396.
35

sungguh dalam beramal.45 Allah Swt. berfirman sebagai


berikut :

ٗ َ‫ﻚ ﻟَ ِﺬ ْﻛ ٰﺮى ﻟِ َﻤ ْﻦ َﻛﺎ َن ﻟ‬ ِ


‫ﺴ ْﻤ َﻊ َو ُﻫ َﻮ‬ ٌ ‫ﻪ◌ ﻗَـﻠ‬
‫ْﺐ اَ ْو اَﻟْ َﻘﻰ اﻟ ﱠ‬ َ ِ‫ا ﱠن ِ ْﰲ ٰذﻟ‬
(٣٧) ‫َﺷ ِﻬ ْﻴ ٌﺪ‬
“Sesungguhnya di dalam yang demikian tersebut
terdapat peringatan yang pasti untuk orang-orang yang
memiliki hati maupun yang memakai pendengarannya,
sedangkan Allah Swt. menyaksikan hal tersebut.” (Qaf :
37)46

D. Karakteristik Tasawuf
Tasawuf memiliki karakteristik, antara lain sebagai
berikut :

1. Tasawuf Akhlaki

Tasawuf akhlaki merupakan ajaran tasawuf yang


menekankan kepada akhlak, perilaku serta moral. tokoh-tokoh
sufi yang mendalami tasawuf ini antara lain al-Muhasibi,
Hasan al-Basri, al-Ghazali, al-Qusyairi, Abdul Qadir al-Jailani,
dll. Diperlukan adanya pembinaan akhlak pada diri manusia,
oleh sebab itu manusia memerlukan suatu terapi bukan untuk
aspek lahiriah saja, namun juga aspek batiniah, hal itu berupa
latihan kerohanian agar manusia dapat membersihkan jiwa dan
menguasai hawa nafsunya supaya membawa manusia dekat
dengan Allah Swt., karena manusia cenderung sering

45
Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna
Mencapai Kedekatan dengan Allah, 81.
46
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 520.
36

dikendalikan oleh hawa nasfunya sehingga mengakibatkan


dirinya jauh dari Allah Swt. serta tidak menjalankan perintah
dan larangan-Nya dengan baik.47 Kemudian nilai atau hikmah
yang bisa diambil dari ajaran tasawuf akhlaki diantaranya
yaitu dapat menghaluskan hati dan menajamkan perasaan.

Ciri-ciri dari tasawuf akhlaki antara lain sebagai


berikut :

1. Dilandasi pada al-Qur’an dan hadis.

2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.

3. Sifatnya lebih mengajarkan kepada dualisme yaitu


hubungan antara Allah Swt. dengan manusia.

4. Hubungan antara hakikat dan syariat berkesinambungan.

5. Konsentrasinya lebih kepada soal pembinaan, pendidikan


akhlak serta pengobatan jiwa melalui latihan mental atau
riyād̲ah serta takhalli, tahalli dan tajalli.48

Dalam tasawuf akhlaki, cara untuk membina akhlak


adalah sebagai berikut :

a) Takhalli

Tahap pertama yang harus dijalani oleh sufi adalah


takhalli. Takhalli adalah usaha untuk mengosongkan diri

47
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
langit Eropa, 28-29.
48
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 120-122.
37

dari perilaku yang buruk. Ketergantungan pada kenikmatan


duniawi merupakan salah satu akhlak tercela yang banyak
mempengaruhi manusia, sehingga dapat menimbulkan
akhlak yang buruk. Untuk dapat terhindar dari hal tersebut,
maka dapat mencapainya dengan cara berusaha
menghilangkan tuntutan hawa nafsu dan dengan
menjauhkan segala bentuk maksiat.49 Nabi Muhammad
Saw. adalah manusia yang memiliki kesempurnaan akhlak
yang baik. Karena itu dalam hal ini beliau mendapatkan
derajat yang sempurna. Nabi Muhammad Saw. juga
bersabda :

‫ﺣﺴﻨﻮا اﺧﻼﻗﻜﻢ‬
“Perbaikilah akhlak kalian” (HR. Abu Dawud,
Tirmidzi, Nasa’i, Ahmad dan Ibnu Majah)

Melalui hadis tersebut Nabi Muhammad Saw.


menunjukkan kebenaran bahwa manusia bisa merubah serta
mempengaruhi akhlak dengan perilaku. Maka, manusia
harus berusaha dalam menaklukkan kemarahan, syahwat
(hawa nafsu), sifat rakus dan semua sifat ini menjadi
petunjuk syariat.50

b) Tahalli

Tahalli merupakan upaya menghiasi atau mengisi


diri dengan perilaku, sikap serta akhlak terpuji dan berusaha

49
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 113-114.
50
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, Jakarta : Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 2004, 125.
38

untuk menjadikannya sebuah kebiasaan. Tahalli adalah


suatu tahapan yang dilakukan oleh para sufi setelah
mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak yang buruk. Para
sufi berusaha pada tahap ini agar segala perilaku atau sikap
terus berjalan di atas tuntutan agama, baik kewajiban yang
di dalam maupun di luar. Aspek dalam seperti ketaatan,
iman dan cinta terhadap Allah Swt., sedangkan aspek luar
merupakan kewajiban yang sifatnya formal seperti shalat,
puasa, haji, dll.

Maka dari itu, tahap tahalli ini merupakan tahap


untuk mengisi jiwa yang sudah dikosongkan. Karena, jika
satu kebiasaan dilepas dan tidak segera tergantikan dengan
yang lain, maka kekosongan tersebut dapat menyebabkan
frustasi. Oleh karena itu, saat kebiasaan lama ditinggalkan,
harus cepat diisi dengan kebiasaan baru yaitu kebiasaan
yang baik, seperti kata Imam al-Ghazali, bahwa jiwa
manusia itu bisa diubah, dikuasai, dilatih serta dibentuk
sesuai apa yang manusia itu kehendaki. Perbuatan atau
sikap baik tersebut yang dapat mengisi jiwa manusia untuk
dapat membiasakan diri dengan perbuatan tersebut antara
lain : taubat, khauf dan rajā’ (takut dan harap), zuhud, fakir,
sabar, ridha, murāqabah, dll.

c) Tajalli

Untuk penyempurnaan materi pada tahap tahalli,


maka pendidikan akhlak rangkaiannya disempurnakan pada
39

tahap tajalli. Tajalli sendiri artinya terungkapnya nūr ghaib.


Supaya tidak berkurang atas hasil yang telah didapati jiwa
atau organ-organ tubuh yang telah diisi dengan akhlak yang
baik dan dibiasakan untuk melakukan hal tersebut, maka
perlu dihayati lebih lanjut lagi rasa ketuhanannya. Menurut
pendapat para sufi, bahwasanya tingkat kesempurnaan
untuk kesucian jiwa itu hanya dapat dicapai melalui satu
jalan, jalan tersebut adalah cinta kepada Allah Swt. serta
mendalami rasa cinta tersebut. Jika jiwa itu suci, maka akan
terbukanya jalan menuju Allah Swt.51

Kemudian terdapat empat fase yang juga dilewati


seorang salik dalam tasawuf akhlaki, yaitu sebagai berikut :

a) Syariat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),


syariat merupakan hukum agama berupa ketetapan aturan
hidup manusia yaitu hubungan antar manusia dengan
Tuhan, manusia maupun alam berdasarkan al-Qur’an dan
hadis.52 Syariat merupakan sebuah hukum yang datang dari
Allah Swt. yaitu hukum untuk menyembah kepada-Nya
atau suatu perintah untuk melaksanakan ibadah.53

51
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 115-120
52
https://kbbi.web.id/syariat, diakses pada 2 Desember 2021 pukul 14.05.
53
Al-Qusyairi, al-Risālah al-Qusyairiyyah, 118.
40

b) Tarekat

Tarekat menurut bahasa berasal dari bahasa Arab


yaitu ṯarīqah yang berarti jalan, aliran atau keadaan dalam
suatu garis. Secara harfiah, menurut Jamil Shaliba bahwa
tarekat artinya suatu jalan lurus dan terang yang
memungkinkan untuk selamat sampai kepada tujuan.54
Untuk sampai kepada maqām yang tinggi serta keimanan
yang sempurna, harus memerlukan suatu jalan yaitu berupa
berjuang melawan hawa nafsu serta menaikkan sifat-sifat
yang tidak sempurna menuju kepada sifat-sifat yang
sempurna dan kemajuan dalam kesempurnaan maqām-
maqām dengan diperhatikan oleh mursyid. Maka, ini
merupakan jembatan yang menjadi penghubung antara
syariat kepada hakikat.55

c) Hakikat

Hakikat berasal dari bahasa Arab yaitu Haq yang


berarti kebenaran.56 Menurut Ibnu Abidin bahwa hakikat
adalah menyaksikan Allah Swt. dengan hati. Ia merupakan
rahasia maknawi yang tidak terbatas dan tidak mempunyai
sisi. Syariat, hakikat dan tarekat itu tidak terpisahkan,
karena jalan menuju kepada Allah Swt. terdapat jalan zāhir
dan batin. Maka, syariat dan tarekat merupakan zāhir-nya,

54
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, 233.
55
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, 475.
56
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 108.
41

sedangkan hakikat adalah batinnya.57 Syariat adalah asas


atau dasar, tarekat adalah wasīlah, sedangkan hakikat
adalah buahnya. Contohnya seperti shalat, dengan
melakukan pekerjaan-pekerjaan serta gerakan-gerakan
zāhir dan patuh pada syarat-syarat serta rukun-rukun shalat,
dll, hal tersebut adalah jasad shalat yang mewakili dari sisi
syariat. Sedangkan hadirnya Allah Swt. di dalam hati, itu
adalah ruh shalat yang mewakili dari sisi hakikat.58

d) Makrifat

Makrifat berasal dari bahasa Arab yaitu ‘arafa-


ya’rifu-‘irfatan-‘irfānan-ma’rifatan artinya mengetahui.59
Menurut Imam al-Ghazali bahwa makrifat adalah
pengetahuan akan rahasia serta peraturan-peraturan Allah
Swt. mengenai segala yang ada dan orang yang mengetahui
(makrifat) kepada Allah Swt. disebut orang ‘arif. Menurut
Zun Nun al-Mishri (w. 860 M), ketika ditanya bagaimana
cara ia mendapatkan makrifat mengenai Allah Swt., maka
ia menjawab :

“Aku mengetahui Tuhan dengan Tuhan dan kalau


bukan karena Tuhan, maka aku tidak akan
mengetahui-Nya.”

Maka, dengan hal ini terlihat bahwa makrifat tidak


bisa didapat dengan mudah, melainkan Allah Swt. yang

57
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, 478.
58
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, 474-475.
59
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, 264.
42

memberikannya. Makrifat juga tergantung pada kehendak


serta rahmat Allah Swt. dan bukan hasil pemikiran
manusia. Allah Swt. memberikan makrifat terhadap sufi
yang dipercaya mampu menerimanya.60

3. Tasawuf Falsafi

Tasawuf falsafi merupakan tasawuf yang memadukan


antara cara pandang rasional para sufi dengan intuisi mereka
dan mengikutsertakan filsafat dalam mengungkapkan
tasawufnya yang diambil dari berbagai macam sumber, karena
tasawuf ini bercampur dengan filsafat, maka ia juga
mengambil berbagai macam filsafat-filsafat asing seperti
filsafat Yunani, India, Persia dan Kristen. Walaupun demikian
masih tetap menjaga keautentikan tasawuf itu sendiri, karena
para sufi juga menjaga independensi pemikiran mereka
sebagai muslim, walaupun pemikiran mereka juga mengambil
dari berbagai macam budaya-budaya tersebut. Berikut tokoh-
tokoh sufi falsafi muslim antara lain : al-Farabi, Ibn Sina61, Ibn
Arabi, al-Hallaj, Abu Yazid al-Busthami, dll. Kemudian nilai
atau hikmah yang bisa diambil dari ajaran tasawuf falsafi
diantaranya yaitu mencerdaskan pikiran, menajamkan analisis
dan memperluas pengetahuan. Berikut adalah macam-macam
teori tasawuf falsafi :

60
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, 60-61
61
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilā al-Tas̲ awwuf al-
Islāmī, 233-234.
43

a) Fanā’ dan Baqā’

Fanā’ dalam bahasa Arab yaitu al-fanā’ yang


artinya hilang atau hancur, dalam tasawuf bahwa fanā’
berarti penghancuran diri. Penghancuran dalam tasawuf
diiringi dengan baqā’. Baqā’ dalam bahasa Arab yaitu
artinya tetap. jadi sebelum bersatu dengan Tuhan, maka
seorang sufi harus menghancurkan dirinya terlebih dahulu.
Tokoh sufi pertama yang dipandang sebagai pencipta
paham fanā’ dan baqā’ adalah Abu Yazid al-Busthami (w.
874 M). salah satu kata-katanya yang menyimpulkan
paham ini yaitu :

“Aku tahu pada Tuhan melalui diriku,


hingga aku hancur, kemudian aku tahu pada-Nya
melalui diri-Nya, maka akupun hidup.”

b) Ittih̲ād

Ittih̲ād merupakan suatu keadaan dimana sufi


merasa bahwa dirinya telah bersatu dengan Tuhan atau
tahapan dimana yang dicintai dan yang mencintai telah
bersatu, sehingga dari mereka salah satunya bisa
memanggil dengan sebutan : “Hai aku”. Menurut A.R al-
Badawi, bahwa di dalam ittih̲ād walaupun sebenarnya ada
dua wujud, namun yang dilihat hanyalah satu, maka di
dalamnya pertukaran peran bisa terjadi antara Tuhan
dengan sufi tersebut. Dalam ittih̲ād bahwa identitas telah
hilang dan menjadi satu. Maka sufi tersebut berbicara
dengan nama Tuhan, karena telah fanā’nya sufi tersebut
44

dan tidak memiliki kesadaran lagi. Seperti tokoh Abu Yazid


al-Busthami, ketika ia sudah mengalami fanā’ selanjutnya
ia mengalami ittih̲ād. salah satu perkataannya saat
mengalami ittih̲ād yaitu : “Tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah Aku”

c) H̲ulūl

H̲ulūl merupakan paham tasawuf yang diciptakan


oleh Husain Ibnu Mansur al-Hallaj (w. 922). Menurut Abu
Nasr al-Sarraj al-Thusi bahwa h̲ulul merupakan paham
yang menyebutkan bahwasanya Tuhan itu memilih tubuh-
tubuh manusia tertentu untuk ditempati, setelah
dileburkannya sifat-sifat kemanusiaan yang ada di
dalamnya. Al-Hallaj berpendapat bahwa Allah Swt.
memiliki dua sifat dasar yaitu lāhūt atau ketuhanan dan
nasūt atau kemanusiaan. Sama halnya dengan Abu Yazid
al-Bustami, ketika al-Hallaj mengucapkan Anā al-H̲aq, itu
bukanlah rohnya, melainkan roh Tuhan yang telah
mengambil tempat dalam dirinya.62

d) Wah̲dat al-Wujūd

Wah̲dat al-wujūd adalah paham yang dibangun oleh


Ibn Arabi. Menurut Ibn ‘Arabi hakikat wujud adalah satu.
Bahwa Allah Swt. menciptakan makhluk-Nya dengan
tujuan agar dapat melihat serta mengetahui diri-Nya yang
diciptakan dalam bentuk lain yang di dalamnya terdapat
62
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, 63-77.
45

nama dan sifat-sifat diri-Nya. Tidak ada wujud selain wujud


Allah Swt. yang dari diri-Nya sudah menciptakan sesuatu
yang mungkin “mumkināt” (wujud baru dan bisa berubah).
Ibn Arabi berpendapat bahwa wujud mungkin “mumkināt”
merupakan wujud Allah Swt. itu sendiri. Hakikat wujud
tetaplah satu di dalam zat serta substansinya Allah Swt.,
hanya nama serta sifat-sifat-Nya saja yang banyak.63

63
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ilā al-Tas̲ awwuf al-
Islāmī, 248-251.
BAB III
DESKRIPSI UMUM NOVEL HABIBIE & AINUN

A. Biografi Penulis

Bacharuddin Jusuf Habibie atau Rudy (panggilan akrab


dari kecil hingga saat ini) lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare,
Sulawesi Selatan. Ia merupakan putra dari Alwi Abdul Djalil
Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo. Habibie merupakan
keturunan suku Bugis Makassar dari silsilah keluarga ayahnya.1
Ia anak keempat dari delapan bersaudara, sejak kecil ia memiliki
watak yang berbeda dari saudara-saudaranya yang lain, ia senang
mengerjakan suatu hal, saat di rumah ia suka membaca berbagai
macam buku. Dari kecil Habibie memang memiliki sifat yang
sangat serius, waktu bermainnya ia lakukan saat selesai
mengerjakan pekerjaan rumahnya, ia juga ikut mengaji bersama
kakak dan teman-temannya dengan seorang guru yaitu Hasan
Alamudi. Habibie kecil juga anak yang periang serta optimis.
Walaupun ia agak tertutup, tetapi dalam memegang prinsip ia
begitu tegas. Selain itu masa kecilnya ia juga suka bermain
layang-layang, berenang, bernyanyi, olahraga seperti berkuda,
dll. Untuk makanan, salah satu yang menjadi kesukaannya yaitu
bubur Manado.2

1
A. Makmur Makka, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie dari Ilmuwan
sampai “Minandito”, Jakarta : THC Mandiri, 2012, 1-2.
2
A. Makmur Makka, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie dari Ilmuwan
sampai “Minandito”, 10-13.

46
47

Ayah Habibie meninggal pada tanggal 3 September 1950


karena serangan jantung saat sedang shalat isya, saat itu Habibie
masih SMP kelas satu di HBS (Hugere Burger School). Setelah
ayahnya wafat, tidak lama dari itu R.A. Tuti Marini memutuskan
bahwa Habibie harus merantau ke pulau Jawa. Awalnya ia tinggal
di Jakarta, namun karena tidak betah, akhirnya ia pindah ke
Bandung. Dari HBS, ia pindah ke SMP Gouvernments
Middlebare School (saat ini SMP 5), terletak di Jalan Jawa,
Bandung. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke SMAK
terletak di Dago, dahulu bernama Lycium. Setelah lulus SMA,
Habibie diterima menjadi mahasiswa ITB (Institut Teknologi
Bandung), namun ia kuliah di ITB tidak berlangsung lama, hanya
enam bulan saja. Kemudian pada tahun 1955, Habibie berangkat
ke Jerman dan kuliah di Tehnische Hochscule, Aachen, Jerman
dan jurusan yang diambil adalah konstruksi pesawat terbang.3 Di
Tehnische Hochscule pada tahun 1960, Habibie berhasil meraih
gelar diploma, kemudian pada tahun 1965, ia berhasil meraih
gelar doktor dengan mendapat predikat Summa Cumlaude.4 Lalu
Habibie menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada hari Sabtu,
tanggal 12 Mei 1962. Mereka menikah menggunakan budaya dan
adat Jawa, lalu esok harinya pada acara resepsi mereka
menggunakan budaya dan adat Gorontalo.5 Ainun merupakan
anak keempat dari delapan bersaudara, ayahnya bernama H.

3
A. Makmur Makka, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie dari Ilmuwan
sampai “Minandito”, 16-27.
4
https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/biography/?.box=detail&
presiden_id=4&presiden=habibie, diakses pada 3 Desember 2021 pukul 00.10.
5
Gina S. Noer, Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner, Cet. Ke-1,
Yogyakarta : Bentang, 2015, 232.
48

Mohamad Besari dan ibunya bernama Hj. Sadarmi. Ainun adalah


lulusan kedokteran pada tahun 1961 dari Fakultas Kedokteran di
UI (Universitas Indonesia).6

Karir Habibie diawali saat ia di Jerman yaitu di


Hamburger Flugzeugbag GmbH, Hamburg, ia menjadi Kepala
Penelitian dan Pengembangan Analisis Struktur (1965-1969), lalu
di MBB GmbH, Hamburg dan Munchen, ia menjadi Kepala
Divisi Metode dan Teknologi untuk Industri Pesawat Terbang
Komersial dan Militer (1969-1973), kemudian di sana ia juga
menjadi Wakil Presiden serta Direktur Teknologi (1973-1978), di
MBB ia juga menjadi Penasihat Senior Bidang Teknologi untuk
Dewan Direktur (1978). Kemudian ia kembali ke Indonesia tahun
1974 karena mendapat panggilan, karirnya di tanah air diawali
dengan menjadi Penasihat Pemerintah untuk Bidang Teknologi
Pesawat Terbang serta Teknologi Tinggi dan bertanggung jawab
langsung untuk Presiden (1974-1978), lalu ia menjabat sebagai
Menteri Negara Riset dan Teknologi serta menjadi Ketua Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) (1978-1998) dan
juga menjadi Ketua Dewan Riset Nasional. Setelah itu Habibie
menjadi Wakil Presiden Indonesia pada 11 Maret 1998 dan pada
21 Mei 1998 ia menjadi Presiden Indonesia menggantikan
Soeharto, namun ia menjabat sebagai Presiden hanya 512 hari
saja hingga tahun 1999. Walaupun sudah tidak menjabat sebagai
Presiden, Habibie masih tetap memfokuskan dirinya terhadap
Indonesia dengan ia menjadi Penasihat Bangsa. Siapapun yang

6
Gina S. Noer, Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner, 216-220.
49

ingin berjumpa dengannya, terutama jika itu berurusan dengan


bangsa, maka insyā Allāh ia selalu bersedia, sebab Habibie itu
sangat memikirkan Indonesia dan ia selalu ingin menularkan
mimpinya dan mewariskannya terutama kepada kaum muda, hal
itu dilakukannya sampai sebelum akhir hayatnya.7

Selama hidupnya Habibie mendapat banyak penghargaan


baik nasional maupun internasional karena prestasi maupun
jabatannya, ia juga banyak mendapatkan jabatan-jabatan penting
seperti menjadi Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang
Nusantara (IPTN), Direktur Utama Industri Perkapalan PT.PAL,
Kepala Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS), dll. Selain itu
Habibie juga ikut terlibat dalam proyek-proyek desain serta
konstruksi bidang pesawat terbang, ia juga mengikuti beberapa
organisasi baik di dalam maupun luar negeri seperti menjadi
anggota The National Academic of Engineering di Amerika
Serikat, The Inter-Action Council, dari 2001 ia menjadi anggota
Liga Muslim Dunia atau Rabithah ‘Alam Islāmi, dll.8 Kemudian
Habibie meninggal pada 11 September 2019 diusianya yang ke-
83 tahun karena penyakit Gagal Jantung dan jenazahnya
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, di
sebelah makam isterinya Almh. Hasri Ainun Habibie.9

7
Muhammad hasan Ansori, wawancara, 02 Februari 2021.
8
Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan : Jalan
Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, Jakarta : THC Mandiri, 2006, 546-549.
9
https://id.m.wikipedia.org/wiki/B._J._Habibie, diakses pada tanggal 13
Juli 2021 pukul 13.23.
50

B. Nilai Religiulitas Penulis

Habibie terlahir dari keturunan keluarga yang memang


menerapkan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan
IMTAQ (Iman dan Taqwā), dari garis keturunan ayahnya Alwi
Abdul DJalil Habibie, ia merupakan anak dari seorang yang
terkenal sebagai pemangku adat dan Imam. Walaupun garis
keturunan ayah Habibie merupakan seorang yang kuat dalam hal
agama, tetapi ayah Habibie juga merupakan seorang yang
terpelajar. Selain itu jika dilihat dari garis keturunan ibunya R.A
Tuti Marini Puspowardojo, ia merupakan keluarga dari garis
keturunan Tjitrowardojo, dimana ia merupakan orang yang
berhasil meraih gelar dokter pada usia 19 tahun. Pada masa
kolonial Belanda saat itu, ia menjadi dokter jawa pertama, maka
dari itu, ibu Habibie juga merupakan seorang yang terpelajar.
Walaupun Tjitrowardojo berhasil menjadikan keturunannya
orang yang terpelajar, tetapi ia juga tidak lupa untuk mengajarkan
keturunannya ajaran agama. Oleh karenanya, jika dilihat dari
garis keturunan orang tua Habibie, ia merupakan orang yang
terlahir dari garis keturunan yang menerapkan nilai IPTEK dan
IMTAQ.10 Maka, tidak dipungkiri bahwa nilai IPTEK dan
IMTAQ tersebut sudah diajarkan sejak ia kecil, karena memang
ia terdidik dari keluarga yang memang menerapkan nilai tersebut
dan penerapan nilai itu juga terbawa olehnya sampai ia besar.

10
A. Makmur Makka, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie dari Ilmuwan
sampai “Minandito”, 4-9.
51

Keseimbangan antara IPTEK dan IMTAQ juga


merupakan gagasan yang telah dibawa oleh Habibie dan hal
tersebut telah menjadi tren di Indonesia. Aspek religiulitas
Habibie sangat kuat, sehingga ia banyak mendirikan organisasi
atau forum yang berkaitan dengan moralitas atau agama, salah
satunya seperti ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia).11 Kemudian dilansir dari Kompasiana, bahwa Habibie
beserta tiga Presiden lainnya seperti Gus Dur, Megawati dan
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mereka begitu dekat dengan
kiai-kiai yaitu Kiai Khos, biasanya mereka meminta untuk
dipertemukan (sowan) seperti kepada Kiai Chudhori dari
Pesantren Tegal Rejo (Magelang), Kiai Abdullah Faqih dari
Pesantren Langitan (Tuban), KH Ilyas Ruhiyat dari kampung
Cipasung, dll, untuk meminta doa dan sarannya.12 Namun,
berbeda menurut pendapat Bapak Muhammad Hasan Ansori
selaku Direktur Ekskutif The Habibie Center (THC), beliau
berpendapat bahwa nilai religiulitas Habibie selain memang
sudah terbangun dari kecil, kemudian semakin diperkuat dengan
dekatnya ia kepada para cendekiawan muslim atau ulama
modern, baik saat sebelum atau sesudah menjadi Presiden
maupun saat menjadi Presiden. Para cendekiawan muslim
tersebut diantaranya ada Quraish Shihab dan Azyumardi Azra
serta masih banyak lagi yang dekat dengannya, karena memang ia

11
Muhammad hasan Ansori, wawancara, 02 Februari 2021.
12
Imam Kodri, Jimat, Aji Kawijayan, dan Guru Spiritual Jokowidodo,
dan Presiden yang lain, diakses dari
https://www.kompasiana.com/imamkodrimirkasan/jimat-aji-kawijayan-dan-
guru-spiritual-jokowidodo-dan-presiden-yang-
lain_54f94c08a333110a068b4b20, pada 18 Februari 2022 pukul 21.17
52

suka berinteraksi dengan siapapun. Dikarenakan bidang Habibie


lebih ke umum seperti teknologi, maka ia lebih dekat kepada
ulama modern dibandingkan dengan kiai sepuh yang ada di
sebuah Pesantren.13 Selain itu, nilai religiulitas Habibie juga
terpengaruh dari isterinya Ainun, seperti Ainun yang selalu
melaksanakan puasa sunah Senin dan Kamis, awalnya hanya
Ainun saja yang melakukan puasa sunah tersebut, namun
menurut Habibie, daripada Ainun harus menyiapkan makanan
untuknya dan ia makan sendirian saja, maka alangkah baiknya
jika ia juga ikut berpuasa. Oleh karenanya, Habibie dan Ainun
selalu berpuasa sunah Senin dan Kamis.14

C. Karya dan Penghargaan Penulis


1. Karya

Habibie memiliki berbagai macam karya, antara lain


sebagai berikut :

1. Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der Orthotropen


Kragscheibe (Kontribusi Terhadap Tegangan Suhu
Cakram Kantilever Ortotropik), sebuah disertasi di
RWTH Aachen, Jerman (1965)

2. Einführung in die finite Elementen Methode, Teil 1,


(Pengantar Metode Elemen Hingga), Hamburger
Flugzeugbau GmbH, Jerman (1968)

13
Muhammad hasan Ansori, wawancara, 02 Februari 2021.
14
Solichin Salam, B.J. Habibie : Mutiara Dari Timur, Cet. Ke-2, Jakarta
: Intermasa.
53

3. Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur


Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an
Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium
(Pengembangan Metode Perhitungan untuk Menentukan
Kecepatan Gerak Rusuk pada Struktur Cangkang yang
Terbuat dari Paduan A1 dan Titanium), Hamburger
Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm,
Jerman (1969)

4. Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des


Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen
und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen
(Metode Perhitungan untuk Memprediksi Kemajuan
Retakan di Bawah Beban Apapun dan
Membandingkannya dengan Hasil Pengujian yang
Sesuai), dipresentasikan untuk Simposium DGLR di
Baden-Baden, Jerman (11-13 Oktober 1971)

5. Sophisticated Technologies : Taking Root in Developing


Countries (Teknologi Canggih : Berakar di Negara
Berkembang), International Journal of technology
management : IJTM. -Geneva-Aeroport : Inderscience
Enterprises Ltd (1990)

6. Detik-Detik yang Menentukan : Jalan Panjang Indonesia


Menuju Demokrasi (buku tentang kejadian pada tahun
1998), Indonesia (2006)
54

7. Habibie & Ainun (buku tentang kisah perjalanan cinta


Habibie dan Ainun), Indonesia (2010), dll.15

Selain itu, Habibie juga terlibat dalam proyek-proyek


desain serta konstruksi bidang pesawat terbang, diantaranya
sebagai berikut :

1. Pesawat N-250 Gatotkaca (pesawat dengan teknologinya


yaitu Fly-By-Wire)

2. Fokker F 28

3. Transall C-130 (Transportasi Militer)

4. Air Bus A-300, Hansa Jet 320 (Jet Eksekutif)

5. Pesawat transportasi DO-31 (pesawat yang teknologinya


mendarat serta lepas landas vertikal)

6. CN-235

7. Secara tidak langsung ia juga ikut terlibat dengan proyek


perhitungan dan desain Helikopter BO-105, yaitu
Pesawat Tempur Multi Peran, Satelit serta beberapa
Peluru Kendali.16

2. Penghargaan

Habibie juga mendapatkan banyak penghargaan baik


nasional maupun internasional atas karya-karyanya, jabatan

15
https://id.m.wikipedia.org/wiki/B._J._Habibie, diakses pada tanggal 13
Juli 2021 pukul 13.23.
16
Bacharuddin Jusuf Habibie, Detik-Detik yang Menentukan, 549.
55

maupun pencapaian yang telah diraihnya. Untuk penghargaan


internasional yang didapat oleh Habibie sebagai berikut :

1. Anggota Kehormatan Persatuan Insinyur Malaysia (IEM)


dari Malaysia

2. Anggota Kehormatan Japanese Academy of Engineering


dari Jepang

3. Anggota Kehormatan The Fellowship of Engineering of


United Kingdom dari Britania Raya

4. Anggota Kehormatan The National Academy of


Engineering dari Amerika Serikat

5. Anggota Kehormatan Academie Nationale de I’Air et de


I’Espace dari Perancis

6. Anggota Kehormatan American Institute of Aeronautics


and Astronautics dari Amerika Serikat.

7. Anggota Kehormatan Gesselchaft Fuer Luft und


Raumfarht (Lembaga Penerbangan dan Luar Angkasa),
dari Jerman

8. Anggota Kehormatan The Royal Swedish Academy of


Engineering Science dari Swedia

9. Anggota Kehormatan The Royal Aeronautical Society


dari Britania Raya, dll.
56

Kemudian untuk di dalam negeri sendiri, Habibie juga


mendapat banyak tanda kehormatan kenegaraan dan apresiasi
dari pemerintah daerah, untuk tanda kehormatan kenegaraan
tersebut merupakan Tanda Kehormatan Bintang (sipil maupun
militer) kelas atas yang diberikan secara otomatis karena
Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden yang kemudian naik
menjadi Presiden Indonesia. Tanda Kehormatan Bintang
tersebut antara lain :

1. Bintang Republik Indonesia Adipurna, Tanda


Kehormatan Kelas Satu Bintang Republik Indonesia,
penghargaan atas jasa yang besar menjaga keutuhan
negara, diberikan atas jabatan menjadi Presiden.

2. Bintang Republik Indonesia Adipradana, Tanda


Kehormatan Kelas Dua Bintang Republik Indonesia,
penghargaan yang diberikan atas jabatan menjadi Wakil
Presiden.

3. Bintang Mahaputera Adipurna, Tanda Kehormatan


Kelas Satu Bintang Mahaputera, penghargaan atas jasa
yang besar menjaga kelangsungan, kejayaan, keutuhan
negara, secara otomatis Presiden atau Wakil Presiden
akan mendapatkannya.

4. Bintang Mahaputera Adipradana, Tanda Kehormatan


Kelas Dua Bintang Mahaputera, diberikan karena
Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan
Teknologi.
57

5. Bintang Jasa Utama, Tanda Kehormatan Kelas Satu


Bintang Jasa, penghargaan atas seseorang yang berjuang
dan berjasa bagi bangsa dan negara dalam suatu hal,
peristiwa dan bidang, sebagai Presiden Habibie
mendapatkannya.

6. Bintang Budaya Parama Dharma, Penghargaan untuk


seseorang yang berjasa dalam suatu bidang yaitu
kebudayaan, untuk Presiden maupun Wakil Presiden
akan mendapatkan tanda tersebut.

7. Bintang Bhayangkara Utama, Tanda Kehormatan Kelas


Satu Bintang Bhayangkara, penghargaan yang diberikan
untuk seseorang yang berjasa mengembangkan serta
memajukan kepolisian negara, diberikan karena
jabatannya sebagai Presiden.

8. Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Tanda Kehormatan


Kelas Satu Bintang Kartika Eka Paksi, penghargaan
yang diberikan kepada prajurit atau seseorang yang
berjasa untuk membangun serta memajukan TNI
Angkatan Darat dan sebagai Presiden maka ia
mendapatkan tanda tersebut.

9. Bintang Yudha Dharma Utama, Tanda Kehormatan


Kelas Satu Bintang Yudha Dharma yang diberikan
kepada seseorang yang sangat berjasa dharmabaktinya
sehingga bangsa dan negara bisa merasakan manfaatnya
58

dan sebagai Presiden otomatis akan mendapatkannya,


dll.

Selain itu apresiasi dari pemerintah daerah yaitu di


Sulawesi sebagai tempat leluhur dan kampung halaman
Habibie, dimana Gorontalo yang merupakan daerah asal
keluarga besar Habibie dan Kota Parepare di Sulawesi Selatan
yang menjadi kota kelahiran Habibie serta tempat tinggal masa
kecilnya. Penghargaan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Pemberian gelar adat Pulanga (yaitu gelar adat yang


paling tinggi) dari Dewan Adat serta Pemangku Adat 5
Kerajaan, Gorontalo (Limo lo Pohala’a)

2. Dibangunnya Monumen B.J habibie di daerah Isimu,


Gorontalo

3. Dibangun serta diresmikannya Rumah Sakit Provinsi dr.


Ainun Habibie, Limboto

4. Digunakannya nama B.J Habibie untuk nama ruas jalan


protokol, Gorontalo

5. Dibangunnya Monumen Cinta Ainun Habibie, Parepare

6. Dibangunnya Rumah Sakit Daerah Ainun Habibie,


Parepare
59

7. Digunakannya nama B.J Habibie untuk nama ruas jalan


protokol, Parepare, dll.17

D. Jenis Novel Habibie & Ainun

Novel Habibie & Ainun merupakan novel non fiksi


(berdasarkan kisah nyata) dan alurnya menggunakan alur maju.
Dalam novel ini terdapat berbagai persoalan diantaranya seperti
keluarga, motivasi, agama, pendidikan, perjuangan, percintaan,
dll.18 Di dalam karya sastra non fiksi, novel ini termasuk ke
dalam jenis genre novel autobiografi yang ditulis berdasarkan
gambaran perjalanan kehidupan si penulis, termasuk kepada
keyakinan, psikologis, perasaan, pikiran serta ideologinya. Maka
dari itu, novel autobiografi bersumber dari penulis yang
didasarkan kepada pengalaman batiniahnya.19 Selain itu, novel ini
juga termasuk ke dalam karya sastra non sufi yaitu karya sastra
yang bukan ditulis oleh seorang sufi, namun mengandung nilai
tasawuf di dalamnya.

E. Sinopsis Novel Habibie & Ainun

Novel Habibie & Ainun terdiri dari tiga puluh tujuh bab
dan 322 halaman. Diterbitkan di Jakarta pada 30 November 2010.

17
https://id.m.wikipedia.org/wiki/B._J._Habibie, diakses pada tanggal 12
Juli 2021 pukul 21.38.
18
Rengga Ari Prasetyo, Kisah Cinta dalam Novel “Habibie & Ainun”
(Analisis Strukturalisme Roman Jacobson Tentang Cinta Keluarga Sakinah),
Ponorogo : Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri , 2019, 59-61.
19
Suminto A. Sayuti, Wiyatmi dan Dwi Budiyanto, Membaca Nilai
Kemanusiaan dalam Novel Autobiografi, Jurnal, Vol.27 No.1, Maret 2019, 65.
60

Mengisahkan mengenai kehidupan perjalanan cinta antara


Habibie dan Ainun dari awal pertemuan, kebersamaan dalam
menjalani kehidupan berumah tangga, hingga kematian
memisahkan mereka. Di dalam karya Habibie tersebut juga
ditemukan ungkapan cinta dalam bentuk puisi, ucapan doa dan
cerita menarik dibalik perjalanan kisah cinta mereka.20
Diceritakan bahwa awalnya Habibie dan Ainun sudah kenal sejak
SMP, karena keluarga mereka kenal baik dan sekolah mereka
juga bersebelahan, kemudian saat SMA mereka baru satu
sekolah, tetapi Habibie setahun lebih tua. Setelah lulus mereka
terpisah, karena Habibie harus kuliah di ITB dan setelah itu
pindah ke Jerman, sedangkan Ainun masuk ke Fakultas
Kedokteran UI di Jakarta. Suatu saat mereka bertemu kembali
setelah tujuh tahun lamanya yaitu di rumah keluarga Besari
(keluarga Ainun) dan masing-masing sudah menyelesaikan
kuliahnya, saat itu ketika Habibie melihat Ainun ia langsung
mengaguminya. Singkat cerita pada tanggal 12 Mei 1962,
Habibie dan Ainun akhirnya menikah, disitulah perjalanan
kehidupan rumah tangga mereka dimulai dan dilalui bersama.

Ainun selalu menemani hari-hari Habibie termasuk


mengikuti Habibie tinggal di Jerman, kemudian sampai tinggal
kembali ke Indonesia karena harus melaksanakan tugas-tugas
penting dari negara. Ainun selalu senantiasa mendukung Habibie
dalam menjalani kegiatannya yang begitu berat, seperti
momentum saat-saat mengikuti kabinet pembangunan ketiga
20
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Habibie_%26_Ainun_(buku), diakses
pada tanggal 8 Juli 2021 pukul 14.01.
61

bersama, Habibie yang ikut dalam membangun organisasi ICMI


(Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) sekaligus menjadi
ketuanya, Habibie diangkat menjadi Menteri Riset dan Teknologi
(Menristek), menjadi Wakil Presiden dan setelah itu naik jabatan
menjadi Presiden ketiga Indonesia, Habibie yang juga berhasil
membuat pesawat N250 Gatotkoco, dll, itu semua tak lepas dari
dukungan Ainun. Di samping itu Ainun juga ikut aktif
berkegiatan seperti dalam organisasi sosial yaitu organisasi
Dharma Wanita dan menjadi ketua di beberapa proyek sosial.
Hingga suatu ketika Ainun sakit, sakitnya juga semakin parah dan
sampai menjalani pengobatan ke luar negeri. Namun, sebelumnya
memang Ainun juga pernah sakit dan dioperasi, tetapi setelah itu
keadaannya sudah membaik dan bisa menjalani aktifitas seperti
biasa. Kemudian pada akhirnya karena sakit tersebut Ainun
meninggal pada tanggal 22 Mei 2010 dan saat itu juga kisah
perjalanan kehidupan rumah tangga mereka berakhir. Namun,
walaupun sudah berpindah alam dimensi, Habibie tidak pernah
merasa ditinggal Ainun, karena ia merasa roh dan jiwanya
manunggal bersama Ainun.21

F. Alasan Penulisan Novel


Novel Habibie & Ainun adalah hadiah dari Habibie untuk
istri tercintanya yaitu Almarhumah Hj. Hasri Ainun Habibie binti
R. Mohamad Besari atau dipanggil Ainun. Karyanya ini sengaja
ia tulis dengan alur cerita seperti novel supaya masyarakat enak

21
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, Cet. Ke-1, Jakarta :
THC Mandiri, 2010.
62

membacanya. Habibie berharap dengan adanya karya ini,


masyarakat dapat membaca secara mendalam apa yang
diceritakan di dalamnya dan juga bisa mengambil makna serta
hikmahnya. Alasan lain Habibie menuliskan ceritanya dalam
bentuk sebuah buku ini adalah banyak kalangan yang meminta
supaya Habibie menuliskan kisah pengalaman berumah tangga
bersama Ainun, maka dari itu ia ingin menuruti permintaan
tersebut, terkhusus mengenai kisah Ainun yang kehidupannya
bisa dijadikan contoh melalui kisah inspiratif serta sikap
teladannya, supaya masyarakat bisa mengambil manfaatnya.

Selain itu, hikmah di dalam penulisan karyanya tersebut


menjadi obat kerinduan Habibie kepada Ainun yang sudah
menemaninya selama 48 tahun 10 hari dan saat menulisnya juga
Habibie merasa seperti memperoleh hidayah untuk lebih
merenungi apa arti perjalanan hidup manusia di dunia yang fanā’
ini, oleh sebab itu Habibie kembali berusaha ingin memperkuat
iman dan taqwānya sebagai seorang muslim. Menurut Habibie,
karyanya tersebut memang seharusnya menjadi milik bangsa juga
supaya tercatat dalam sejarah, karena di sana mengungkapkan
bahwa dalam kehidupannya terdapat fakta-fakta sejarah.
Kemudian dengan terbitnya karya Habibie ini, hasil penjualan
seluruhnya akan disumbangkan kepada organisasi sosial untuk
pengembangan sumber daya manusia yang dibangun oleh
Habibie bersama istrinya Ainun.22

22
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, IX-XI.
BAB IV
NILAI-NILAI TASAWUF DALAM NOVEL
HABIBIE & AINUN

A. Nilai Tasawuf dalam Novel Habibie & Ainun

Novel Habibie & Ainun merupakan karya Bacharuddin


Jusuf Habibie yang menceritakan kisah nyata perjalanan cinta
antara Habibie dan Ainun. Jika dilihat dari judul maupun
penulisnya, novel tersebut tidak terlihat seperti novel islami pada
umumnya, seperti yang dibuat oleh para tokoh-tokoh muslim
dengan judul novelnya yang islami pula, namun di dalam novel
Habibie & Ainun tersebut, terdapat nilai-nilai islami yang
Habibie dan Ainun terapkan dalam perjalanan kehidupan rumah
tangga mereka seperti adanya nilai-nilai tasawuf, dimana tasawuf
adalah suatu kegiatan yang berkaitan untuk membina mental
rohaniah manusia agar terus dekat kepada Allah Swt.1 Berikut
adalah nilai-nilai tasawuf yang diterapkan dalam novel Habibie &
Ainun :

1. Sabar

Sabar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


adalah tahan terhadap cobaan, tabah, tenang.2 Menurut
kalangan sufi, arti sabar adalah sabar dalam menjalankan
perintah Allah Swt., menjauhi apa yang dilarang serta sabar

1
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Ed. Rev, Cet. Ke-
14, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2019, 156.
2
https://kbbi.web.id/sabar , diakses pada 21 Oktober 2021 pukul 21.12

63
64

dalam menerima cobaan yang diberikan Allah Swt.3 Sayyid al-


Jurjani berpendapat bahwa sabar adalah tidak mengeluh
terhadap siapapun mengenai sakitnya cobaan kecuali kepada
Allah Swt.4 Imam al-Ghazali juga berpendapat bahwa sabar
terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu : 1) Sabar dalam menahan
syahwat dan menghilangkan hal-hal yang berkaitan
dengannya. 2) Sabar saat mengalami gangguan dari orang lain,
baik itu perkataan maupun perbutannya. 3) Sabar saat
menerima musibah seperti sakit, mata mengalami kebutaan
dan ditinggalkan oleh orang yang disayangi.5

Allah Swt. juga memuji orang-orang yang senantiasa


bersabar seperti firman Allah Swt. sebagai berikut :

‫ﻚ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ‬ ٓ ۗ ِ ‫ﻀ ﱠﺮآ ِء و ِﺣﲔ اﻟْﺒﺄ‬ ِ ‫ﻟﺼِ ِﱪﻳﻦ ِﰱ اﻟْﺒﺄ‬


َ ِ‫ْس ◌ اُوٰﻟﺌ‬ َ َ ْ َ ‫ْﺳﺎٓء َوا ﻟ ﱠ‬ َ َ َ ْ ّٰ ‫َوا‬
ٓ ۗ
(١٧٧) ‫ﻚ ُﻫ ُﻢ اﻟ ُْﻤﺘﱠـ ُﻘ ْﻮ َن‬َ ِ‫ﺻ َﺪﻗُـ ْﻮا ◌ َواُ وٰﻟﺌ‬
َ
“Dan orang-orang yang bersabar di dalam
kemelaratan, penderitaan dan zaman peperangan. Itulah
mereka orang-orang yang benar dan merekalah orang-orang
bertakwa.” (Q.S al-Baqarah : 177)6
Dalam novel Habibie & Ainun terdapat beberapa
penggalan kalimat yang mencerminkan nilai sabar seperti yang
sesuai dengan pendapat Sayyid al-Jurjani yaitu sabar berupa

3
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, 172.
4
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, Norwich - England : Diwan
Press, 1983, 326
5
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, Jakarta : Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 2004, 184-185.
6
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Cet.
Ke-1, Bandung : Syaamil Quran, 2012, 27.
65

tidak mengeluh terhadap siapapun mengenai sakitnya cobaan


kecuali kepada Allah Swt.,7 diantaranya sebagai berikut :

1) Sikap Sabar Ainun saat sedang Mengandung

“Kesibukan di kantor dan di rumah meningkat dan


waktu cepat berlalu. Ainun dalam keadaan
mengandung tua makin berat rasanya karena badan
beliau kecil sedangkan rahimnya besar mengandung
anak pertama. Saya sedapat mungkin terus berada di
sisinya dan Ainun tidak pernah mengeluh dan setia
mendampingi saya penuh dengan keyakinan bahwa
semuanya itu akhirnya adalah investasi untuk menjadi
mandiri membangun keluarga sakinah, di rantau tanpa
dipengaruhi oleh keluarga Habibie dan Besari.”8

“Mengasuh Ilham yang begitu aktif sambil


mengandung, muntah, meludah dan membereskan
rumah seorang diri adalah pekerjaan yang tidak
gampang. Tetapi Ainun tidak pernah mengeluh dan
melaksanakan tugasnya dengan kesabaran sebaik
mungkin. Ia tetap segar dan cerah jikalau saya pulang.
Senyumannya terus memberi ketenangan dan
mencerminkan kebahagiaan. Saya sering menceritakan
pengalaman di kantor dan Ainun selalu mengilhami
saya dengan senyuman yang kurindukan.”9

“Hanya dengan bekerja keras, saya dapat atasi


persaingan saya menghadapi teman-teman saya yang
berbakat pula. Ainun tetap tegar mengatasi semuanya
dan terus memberi dukungan dan ketenangan yang
saya butuhkan. Masalah rumah tangga Ainun
selesaikan secara mandiri. Tanpa kami sadari detik-
detik denyutan sekitar rahim Ainun meningkat dan

7
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, 326.
8
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, Cet. Ke-1, Jakarta : THC
Mandiri, 2010, 35.
9
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 47.
66

pada hari Kamis tanggal 9 Juni 1966 pukul 06.00 pagi,


dengan taksi saya mengantar Ainun ke Rumah Sakit
Universitas Hamburg Eppendorf. Keadaan Ainun
memprihatinkan, karena ia demam dan sangat lemah.
Ia ternyata sudah agak lama sakit dan sangat berat
menemani Ilham yang aktif, mengandung tua dengan
terus muntah dan meludah, mengurus rumah tangga
tanpa pembantu. Ainun tidak pernah mengeluh dan
tidak memberi informasi mengenai masalah yang ia
hadapi karena dapat menganggu pekerjaan saya.
Wajahnya selalu cerah, tentram, memukau dan
mengilhami saya walaupun ia lelah dan sakit.”10

Sikap Ainun di atas menunjukkan nilai sabar yaitu


saat Ainun menghadapi cobaan yang dihadapinya, ketika
mengandung ia mengalami terus muntah dan meludah,
membereskan rumah seorang diri tanpa pembantu,
menemani ilham (anak pertamanya) yang aktif dan suatu
ketika sampai keadaan tersebut membuatnya lelah dan
sakit. Namun, semua itu dijalaninya tanpa mengeluh dan
tetap menampilkan wajahnya yang selalu tegar terutama
dihadapan Habibie.

2) Sikap Sabar Ainun terhadap Pekerjaannya

“Pada tahun 1966, banyak perubahan yang terjadi.


Bukan saja kesibukan di kantor meningkat tetapi
kesibukan rumah tangga kami meningkat pula. Baik
Ilham maupun Thareq membutuhkan perhatian dari
Ainun tanpa pembantu. Semua pekerjaan di rumah
dikerjakan seorang diri, tanpa mengeluh dan tetap

10
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 52.
67

bersyukur kepada Allah SWT bahwa kami sekeluarga


dilindungi dan berada dalam keadaan sehat.”11

“Ainun selalu mandiri dan tidak pernah mengeluh dan


mengganggu pekerjaan saya. Seberat apapun
pekerjaannya, ia selalu memberi senyumannya yang
menenangkan saya dan selalu kurindukan sepanjang
masa. Seberat apapun yang ia hadapi, semua
dilaksanakan rapi, rinci dan terus dikonsultasikan
dengan saya dimanapun kami berada.”12

“Sejak kami berada di Tanah Air, dengan sejumlah


jabatan yang ditugaskan kepada saya, sejak itu pula
Ainun dengan setia selalu menyertai saya berpergian
kemana saja. Karena tuntutan tugas, saya sering
melakukan perjalanan dinas dengan jadwal yang amat
sangat ketat dan sangat melelahkan. Untuk semua tugas
itu Ainun tidak pernah mengeluh dan dengan setia
mendampingi saya.”13

“Seperti pada pemilu 1982, 1987 dan 1992, untuk


keempat kalinya pada pemilu 1997 Ainun dan saya
bersama aktif bergerak di lapangan. Ainun tidak pernah
meninggalkan saya dalam keadaan apapun dan
dimanapun. Tidak tergantung dari tempat dan waktu,
kami berdua selalu bersama. Ainun selalu di samping
saya dan setia memberi semangat, turut meyakinkan
peran seorang ibu, isteri yang setia tanpa mengeluh,
mengilhami, menenangkan dan menjaga kesehatan
suami melaksanakan tugas.
Karena Ainun tidak pernah mengeluh, selalu
tersenyum, cerah dan pendiam, bagi saya susah
mengetahui keadaan kesehatannya tanpa bertanya
langsung. Saya masih terkenang pengalaman ketika
Ainun mengalami operasi jantung. Itu hanya beberapa

11
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 54.
12
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 120.
13
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 206.
68

bulan yang lalu, kemudian sudah terjun aktif


mendampingi saya di pemilu.”14

Sikap Ainun di atas menunjukkan nilai sabar,


dimana Ainun yang tidak pernah mengeluh terhadap tugas
atau pekerjaan yang ia jalani. Ainun yang tidak bergantung
pada orang lain dan saat kondisinya kurang baikpun tetap
menjalaninya dengan penuh senyuman dan tetap memberi
ketenangan kepada Habibie. Kemudian khusus pada
penggalan kalimat pertama, selain terdapat nilai sabar juga
terdapat bentuk kalimat syukur pada kata terakhirnya dan
menjadikan kalimat tersebut memiliki dua nilai yaitu sabar
dan syukur.

Selain nilai sabar yang sesuai seperti pendapat


Sayyid al-Jurjani, terdapat juga dalam beberapa penggalan
kalimat di dalam novel yang mencerminkan nilai sabar
seperti yang sesuai dengan pendapat Imam al-Ghazali yaitu
sabar tingkatan kedua berupa sabar saat mengalami
gangguan dari orang lain, baik itu perkataan maupun
perbutannya,15 sebagai berikut :

1) Sikap Sabar Habibie saat Dirinya direndahkan karena


Mendekati Ainun

“Ternyata sewaktu saya tiba di rumah jalan Imam


Bonjol, beberapa kawan dan mahasiswa yang tinggal di
rumah Ibu saya menanti kedatangan saya setelah

14
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 213.
15
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, 184.
69

kunjungan ke rumah Ainun. Banyak pertanyaan yang


dilontarkan yang saya jawab apa adanya.
“Rudy, kamu mau jadikan Ainun pacarmu? Kamu
harus tahu diri! Kamu sadar Ainun itu siapa?
Sainganmu anggota keluarga terkemuka di Indonesia,
berpendidikan lebih tinggi dari kamu, kaya, ganteng
dan lebih besar dari kamu! Kamu siapa? Sepeda motor
saja tidak kamu miliki. Paling banter naik becak Harus
realistis! Jangan berkhayal dan mimpi.”
“Terima kasih atas pandangan dan pendapat kalian.
Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh
Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk
saya dan saya untuk Ainun, maka apapun kalian
katakan, Ainun insya Allah akan menjadi isteri saya
dan saya menjadi suami Ainun. Lihat saja nanti!”,
demikian ucapan saya kepada mereka.”16
Kalimat di atas menunjukkan akan sikap sabar
Habibie ketika dirinya direndahkan oleh beberapa kawan
dan mahasiswa yang tinggal dirumah ibunya (rumah
indekos), karena saat itu ia dekat dengan Ainun. Namun,
Habibie tidak membalas perkataan yang merendahkan
dirinya tersebut dan membalasnya dengan berucap “Terima
kasih atas pandangan dan pendapat kalian.”. Kemudian
pada kalimat tersebut juga terdapat nilai tawakal yaitu
ketika Habibie percaya kepada takdir Allah Swt., jika
memang Ainun ditakdirkan untuknya, maka insyā Allāh
Ainun akan menjadi isterinya. Maka, dalam kalimat
tersebut memiliki dua nilai yaitu sabar dan tawakal.

16
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 6.
70

2) Sikap Sabar Habibie yang Tidak Membalas ketika


Pernah diperlakukan Tidak Baik oleh Menteri
Perindustrian

“Beberapa hari kemudian, saya dipanggil Jenderal


Andi Muhammad Jusuf Amir. Waktu itu beliau
menjabat Menteri Perindustrian. Ketika sampai di
Departemen Perindustrian, saya diminta masuk ke
ruangan menteri. Di dalam ruangan itu, hadir juga Ir.
Suhartoyo.
Ia membuka percakapan : “Saya dengar dari
Suhartoyo dan Widoyo mengenai ceramah kamu yang
hebat sekali. Kamu mempunyai master plan.”
Saya terdiam. Ia melanjutkan lagi : “Kata Pak
Suhartoyo, ia minta untuk dapat membuat
memfotokopi overhead slide dan master plan dan
kamu tidak kasih?” desak Pak Jusuf.
“Memang Pak.” jawab saya.
“Kenapa?”
“Ya jelas, saya tidak mau berikan, karena merasa
tidak aman. Bisa saja presentasi ini dikopi dan
besoknya ada di Hongkong atau di Glodok. Bagaimana
bisa saya melaksanakan rencana jikalau ternyata sudah
diketahui secara rinci oleh orang. Tidak mungkin saya
kasih Pak.”
“Bagaimana kalau saya yang minta” desak Pak
Jusuf.
“Sama saja. Tidak akan saya berikan.”
Pak Jusuf marah besar. “Tahu kamu, siapa saya?”
“Tahu Pak. Bapak Jenderal dan Menteri.”
“Kenapa kamu ini. Saya ini bertanggung jawab
kepada Presiden.” katanya.
“Iya Pak. Tapi saya bukan konsultan Bapak. Ini
saya buat sendiri.”
Saya diusir dari situ. Begitu kondisi saya waktu
muda. Begitu radikalnya saya. Pak Jusuf sampai kesal
kepada saya.
.....
71

Sampai sekarang saya tetap menaruh rasa hormat


kepada Jenderal Jusuf Amir. Suatu ketika, ia datang ke
Tokyo untuk memeriksa kesehatan, kebetulan kami
menginap di hotel yang sama New Otani Hotel. Ketika
saya sedang menjalankan tugas sebagai Menristek,
Jenderal Jusuf berkunjung ke Tokyo bersama isterinya
ibu Elly Jusuf memeriksa kesehatan. Ia beserta
beberapa anggota rombongan lainnya. Saya minta izin
untuk bersilaturahmi ke kamar beliau sebanyak dua
kali, yaitu ketika saya baru datang dan ketika saya
pamit akan meninggalkan Tokyo pulang ke Jakarta,
jika kebetulan saya ke Makassar, setelah Jenderal Jusuf
Amir meninggal, saya selalu sempatkan datang
bersilaturahmi mengunjungi ibu Elly.”17

Sikap sabar di atas ditunjukkan Habibie seperti tetap


menaruh rasa hormat kepada Jenderal Jusuf Amir walaupun
pernah diperlakukan tidak baik, Habibie juga pernah
menjenguk waktu beliau sakit dan tetap bersilaturahmi
kepada isterinya walaupun beliau sudah tiada. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Habibie tidak membalas atau tidak
menaruh dendam kepada Jenderal Yusuf Amir.

3) Sikap Sabar Habibie ketika ICMI dicap dengan


Perkataan yang Tidak Baik

“Setelah ICMI resmi terbentuk, saya sadar masih ada


sebagian kalangan termasuk kalangan umat Islam yang
tidak antusias menyambut berdirinya ICMI. Tidak lama
setelah ICMI berdiri, serentak bermunculan reaksi
berbagai kelompok masyarakat dengan mendirikan
forum, organisasi dan yayasan yang hendak menjadi
“tandingan” ICMI.

17
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 116-118.
72

Banyak diantara lembaga ini memang berhasil


terbentuk, tetapi sejumlah lainnya terhenti pada
wacana. Selain itu berkembang pula isu yang
dilancarkan oleh berbagai pihak yang mencap ICMI
antara lain sebagai : “alat kekuasaan dan alat politik”,
“menyuburkan semangat primordialisme keagamaan”
atau “sekretarianisme yang akan melemahkan
nasionalisme”.
Waktu itu saya diam saja. Di kemudian hari,
sejumlah diantara tokoh yang pernah menyebut ICMI
dengan berbagai atribut tersebut, justru menjadi aktivis
organisasi massa, bahkan terjun dalam partai politik
dan terlibat kegiatan politik praktis. Mereka melawan
argumentasi sendiri ketika mencap ICMI dengan
berbagai atribut.”18
Penggalan kalimat di atas memperlihatkan sikap
sabar yang ditunjukkan Habibie yaitu ketika ICMI
dipandang tidak baik dan dijelek-jelekan oleh tokoh atau
lembaga lain, saat itu yang Habibie lakukan dengan tidak
membalas dan memilih untuk diam saja, padahal saat itu ia
sedang menjabat sebagai ketua ICMI.

Selain itu, nilai sabar selanjutnya sesuai dengan


pendapat Imam al-Ghazali yaitu sabar tingkatan ketiga berupa
sabar saat menerima musibah seperti sakit, mata mengalami
kebutaan dan ditinggalkan oleh orang yang disayangi19.
Namun, musibah di sini yaitu saat ditinggalkan oleh seseorang
yang disayangi, sebagai berikut :

18
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 143
19
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, Jakarta : Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 2004, 184-185.
73

- Sikap Sabar Habibie ketika Ainun Telah Tiada

“Dari pemikiran dan analisis di atas dapat saya ambil


kesimpulan khusus untuk hubungan dan perasaan
terhadap Ainun sebagai berikut :
• Ainun sepanjang masa berada di sekitar saya dan
keluarga, selama kami sekeluarga terus
memanjatkan doa dengan getaran jiwa kami untuk
Ainun.
• Ainun dapat saja muncul bersamaan di beberapa
tempat melalui mimpi atau ilusi.
• Manunggal jiwa, roh, batin dan nurani Ainun dan
saya mungkin saya dapat terjadi karena direkat
oleh cinta Ainun dan saya yang murni, suci, sejati,
sempurna dan abadi.
• Kemanunggalan ini memberi kesan seakan Ainun
masih hidup mendapingi saya.
• Saya ikhlas menerima keadaan dan menjadi lebih
tenang dan tegar dan tidak merasa ditinggal
Ainun.”20

Kalimat di atas menunjukkan akan sikap sabar


Habibie saat ditinggal pergi oleh isterinya Ainun untuk
selama-lamanya, dengan ia yakin bahwa Ainun akan selalu
manunggal bersamanya, ia berusaha untuk ikhlas, tenang
dan tegar dengan keadaan tersebut.

2. Syukur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


syukur adalah rasa terima kasih terhadap Allah Swt.21
Pengertian syukur menurut Ibnu Ujaibah adalah gembiranya
hati karena mendapat kenikmatan bersamaan dengan

20
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 319.
21
https://kbbi.web.id/syukur, diakses pada 21 Oktober 2021 pukul 21.26
74

mengerahkan anggota tubuh untuk taat kepada Sang Pemberi


Nikmat dan dengan rendah hati mengakui nikmat yang telah
Allah Swt. berikan.22 Menurut Imam al-Ghazali ada tiga jenis
syukur : 1) Syukur dengan hati yaitu menyembunyikan
kebaikan dari orang lain dan selalu mengisi hati dengan dzikir
hingga tidak lupa dengan Allah Swt., 2) Syukur dengan lisan
yaitu mengucapkan rasa syukur terhadap Allah Swt. dengan
kalimat tahmid atau kata-kata yang memperlihatkan rasa
syukur, 3) Syukur dengan anggota tubuh yaitu menggunakan
nikmat Allah Swt. dengan taat kepada-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.23 Allah Swt. berfirman sebagai berikut :

ۤ
(١٥٢) ‫ﻓَﺎ ذْ ُﻛ ُﺮْوِﱐْ اَذْ ُﻛ ْﺮُﻛ ْﻢ َوا ْﺷ ُﮑ ُﺮْوا ِ ْﱄ َوَﻻ ﺗَ ْﻜ ُﻔ ُﺮْو ِن‬
“Maka ingatlah kepada-Ku, aku juga akan ingat
kepadamu. Bersyukurlah terhadap-Ku dan jangan
24
mengingkari-Ku.” (Q.S al-Baqarah : 152)
Dalam novel Habibie & Ainun terdapat beberapa
penggalan kalimat yang menunjukkan nilai syukur berupa
jenis syukur lisan, dimana sesuai dengan pendapat yang
diutarakan oleh Imam al-Ghazali yaitu syukur lisan berupa
mengucapkan rasa syukur terhadap Allah Swt., dengan kalimat
tahmid atau kata-kata yang memperlihatkan rasa syukur,25
diantaranya sebagai berikut :

22
Abdul Qadir Isa, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, 381.
23
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, 185.
24
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 23.
25
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, 185.
75

1) Ainun dan Habibie Bersyukur Telah diberi Titipan oleh


Allah Swt.

“Apa maksud Ainun? Saya menjawab : “Senyuman


manis dan pandangan matamu yang selalu memukau
dan merindu.” Ainun segera menjawab : “Itu sudah
milikmu dan kuberikan untukmu sepanjang masa sejak
malam takbiran tanggal 7 Maret yang lalu.” Melihat
mata saya, Ainun berkata : “Supaya kamu tidak terlalu
lama menerka, saya sampaikan saja yang kamu berikan
kepada saya adalah titipan Allah untuk kami berdua.
Saya mengandung bayimu, anakmu dan keturunanmu!
Itu yang paling indah dan titipan Allah itu harus kami
syukuri!” Saya memeluknya sambil memanjatkan doa
bersama membaca Al-Faatihah.”26

“Mendengar argumentasi saya, Ainun senyum dan


menampilkan wajah seorang yang bahagia dengan apa
adanya dan bersyukur kepada Allah SWT atas
pemberian dan perhatiannya kepada kami yang
sebentar lagi akan dititipi seorang anggota keluarga
yang mungkin namanya “Nadya Fitri” atau “Ilham
Akbar.”27
Dua penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai
syukur yaitu dengan adanya ungkapan syukur Ainun dan
Habibie atas karunia yang Allah Swt. berikan berupa
seorang anak yang sedang dikandung Ainun, ditambah juga
ungkapan syukur pada kalimat pertama dengan
memanjatkan doa berupa membaca surat al-Fatihah.

26
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 20.
27
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 34.
76

2) Habibie Bersyukur karena Pekerjaan maupun Tugasnya


Berjalan dengan Lancar

“Syukur Alhamdulillah semua berjalan lancar dan


tugas saya dapat selesai sesuai rencana, jadwal dan
kontrak dengan perusahaan Talbot. Kami bersyukur
pada Allah SWT karena kepada Ainun dapat saya
serahkan pemasukan tambahan untuk persiapan
lahirnya bayi kami.”28

“Tanpa kami sadari, tiba waktunya untuk kembali ke


Hamburg melanjutkan tugas utama kami di HFB. Kami
bersyukur dapat membantu meletakkan dasar masa
depan bangsa yang mengandalkan pada potensi SDM
dan teknologi melalui silaturahmi :
• Memiliki pandangan dan data yang lebih luas,
objektif dan tepat mengenai kendala yang sedang
dan akan dihadapi jikalau pembangunan Industri
Dirgantara di Indonesia harus dimulai.
• Konsolidasi potensi SDM bidang dirgantara
• Membawa Ainun, Ilham dan Thareq kembali
bersilaturahmi dengan Keluarga Besar Besari,
keluarga Besar Habibie dan Keluarga Besar
kawan-kawan kami.
Semua acara dapat dilaksanakan tanpa
membebani Pemerintah Indonesia, halal dan mandiri
diilhami oleh wajah senyuman Ainun dan dilindungi
Allah SWT. Terima kasih Allah.”29

“Saya bersyukur semua dapat diselesaikan dengan


lancar dan aman secara profesional berkat kerja keras
dari semua tokoh ICMI, khususnya peran Ainun yang
memelihara dan meningkatkan kualitas Imtak dan Iptek
sekitar saya dan saya sendiri. Memang benar
dibelakang seorang pria yang berhasil berperan selalu

28
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 28.
29
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 57.
77

seorang wanita, dalam hal ini isteri saya Ainun, yang


lebih berhasil!30
Penggalan-penggalan kalimat di atas menunjukkan
nilai syukur dengan adanya ungkapan syukur yang
diucapkan Habibie yaitu saat pekerjaannya dapat berjalan
lancar dengan perusahaan Talbot sehingga dapat memiliki
penghasilan tambahan untuk kelahiran anaknya, kemudian
saat tugasnya waktu ia ke Indonesia dapat membantu
meletakkan dasar masa depan bangsa yang mengandalkan
pada potensi SDM dan teknologi melalui silaturahmi
berjalan dengan lancar tanpa membebani pemerintah
Indonesia serta ia bersyukur saat tugasnya di ICMI dapat
terselesaikan dengan lancar dan aman dengan bantuan dari
semua tokoh ICMI khususnya Ainun.

3) Habibie Bersyukur saat Dirinya dan Keluarga Tiba di


Indonesia dengan Selamat

“Ketika saya meletakkan kaki di atas bumi Indonesia,


saya panjatkan doa kepada Allah SWT, bersyukur telah
tiba dengan selamat membawa Ainun bersama Ilham
dan Thareq ke Tanah Air tercinta.”31

Ungkapan syukur yang diucapkan Habibie di atas


sekaligus dengan memanjatkan doa karena telah diberikan
keselamatan oleh Allah Swt. untuknya dan keluarganya
dalam perjalanan sampai ke Indonesia. Hal tersebut
menjadi bukti akan nilai syukur yang ditunjukkan Habibie.

30
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 153.
31
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 55.
78

4) Habibie Bersyukur saat Gajinya dinaikkan

“Professor Ebner menyampaikan bahwa ia berhasil


mengkoreksi gaji sesuai dengan standar pendidikan dan
pengalaman saya, disepakati menjadi DM 2.500,-- tiap
bulan berarti dinaikkan 67%. Seperti berlaku di industri
Jerman jumlah gaji hanya dilaporkan kepada
departemen keuangan dan harus dirahasiakan. Saya
tercengang dan bersyukur kepada Allah SWT dan
berkeyakinan bahwa Ainun jelas akan bereaksi seperti
saya.”32

“Saya ditugaskan memimpin tim khusus untuk


menyelesaikan masalah dalam waktu sesingkat-
singkatnya. Saya bekerja sampai larut malam dan
akhirnya setelah konstruksinya dirubah sedikit,
masalah dapat diselesaikan dalam waktu tiga bulan.
Akibatnya prasarana bekerja untuk saya
disempurnakan dengan alasan untuk meningkatkan
kualitas rekayasa dan pengaruh saya diberi status divisi
dengan nama “Stabshauptabteilung für
Struturmechanik” atau “Kepala Divisi untuk
Mekanikarangka” yang bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Teknik.
.......
Tanpa saya minta, gaji mulai segera dinaikkan
lagi. Kami bersyukur kepada Allah SWT pemasukan
kami meningkat yang dapat dimanfaatkan untuk
persiapan kedatangan anak kami kedua.”33
Dua penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai
syukur yang diungkapkan Habibie, yaitu ketika gajinya
oleh Profesor Ebner dinaikan sesuai dengan standar
pendidikan dan pengalaman Habibie. Kemudian Habibie
bersyukur saat ia memimpin tim khusus untuk

32
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 44
33
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 47-48.
79

menyelesaikan masalah pesawat atau menjadi Kepala


Divisi untuk Mekanikarangka. Dengan jabatan tersebut,
gajinya dinaikkan tanpa ia minta dan dengan begitu
pemasukannya dapat digunakan untuk biaya persiapan
lahirnya anak kedua Habibie dan Ainun.

5) Bersyukur karena Mendapatkan Fasilitas Rumah yang


Lebih Besar

“Melihat keadaan demikian, saya ajukan permohonan


kepada pimpinan perusahaan untuk mendapat rumah
lebih besar yang letaknya tidak jauh dari apartemen
kami. Akhirnya kami diberi rumah yang letaknya
hanya 500 m dari apartemen yang kami tinggali. Luas
rumah tersebut 400 m2 dan terdiri dari 2 lantai
memiliki 5 kamar tidur, 2 kamar duduk, 1 kamar
makan, 2 kamar mandi dan garasi dengan halaman
sekitar 1000 m2. Karena letaknya di daerah yang sama,
maka Adrie, Budi, Ilham dan Thareq tidak perlu pindah
sekolah, kami bersyukur pada Allah SWT yang telah
memberkahi kami dengan fasilitas rumah yang lebih
besar.”34
Penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai syukur
karena Habibie dan keluarga mendapatkan fasilitas rumah
yang lebih besar, mereka membutuhkan rumah lebih besar
karena adanya saudara mereka yaitu Adrie dan Budi yang
ikut tinggal bersama mereka. Maka dari itu, Habibie
mengajukan permohonan kepada pemimpin perusahaan
untuk mendapat rumah yang lebih besar, lalu
permohonannya diterima dan mereka bersyukur rumah
yang baru mereka tempati letaknya tidak jauh dari tempat
34
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 63.
80

tinggal sebelumnya, jadi sekolah anak-anak serta saudara


mereka tidak perlu pindah.

6) Habibie Bersyukur karena diberikan Keluarga yang


Selalu Mengerti Keadaannya

“Ainun, Ilham dan Thareq hanya senyum saja sambil


menggelengkan kepala mereka setelah mendengar janji
saya sebagai suatu kenyataan. Saya bersyukur memiliki
keluarga yang memberi dorongan dan pengertian
kepada tugas apa saja yang sedang saya hadapi.
Keadaan demikian memungkinkan saya berkarya
dengan seluruh dedikasi dan ketenangan.”35

“Kami sepakat untuk terus membagi dan besinergi


positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan masing-
masing. Kami bersyukur selama di rantau tidak pernah
kami melaksanakan tugas tanpa berkonsultasi,
memutuskan dan bekerjasama.”36

Penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai syukur


yaitu berupa bersyukurnya Habibie karena memiliki
keluarga yang selalu memberikan dorongan dan pengertian
kepadanya dan dengan keadaan yang seperti itu,
membuatnya berkarya dengan seluruh dedikasi dan
ketenangan. Selain itu, Habibie juga bersyukur ketika
berada di rantau, walaupun membagi tugas pekerjaan
masing-masing, namun ia dan Ainun selalu bersama-sama
terus berkonsultasi, memutuskan dan bekerjasama.

35
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 69.
36
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 122.
81

7) Habibie Bersyukur karena Allah Swt. Menjadikan Ainun


sebagai Pasangannya

“Tidak berlebihan jika tiap saat saya memanjatkan doa


pada Allah SWT dan bersyukur bahwa saya telah
mendapat pasangan hidup sejati yang selalu
menghilangkan keseimbangan dan keraguan hati saya
dalam menerima tugas-tugas yang berat.”37

“Saya bersyukur bahwa Ainun sudah berhasil


melaksanakan fungsinya sebagai seorang ibu yang
menciptakan keluarga yang sakinah dan sejahtera,
selain menunjukkan pembelaannya atas peningkatan
terus menerus kodrat wanita Indonesia, bahkan untuk
seluruh masyarakat dan bangsanya.”38

“Saya bersyukur, Allah menjadikan Ainun sebagai


isteri, ini anak saya Ilham dan Thareq, pendamping
saya dalam melaksanakan tugas berjiwa sosial dan
merakyat, berdedikasi, berdisiplin dan pekerja keras
tanpa mengenal lelah dan menyerah. Demikian sifat
Ainun yang sangat religius selalu bersama saya puasa
tiap hari Senin dan Kamis dan tiap hari membaca satu
jus kitab suci Alquran.
Ainun juga membina 95 anak asuh yang diberi
bantuan tambahan biaya pengangkutan ke sekolah dan
segala prasarana yang dibutuhkan. Semuanya diambil
dari milik pribadi kami yang jumlahnya melebihi apa
yang disaran dalam ajaran agama. Alhamdulillah.
Demikian pula disediakan sembako untuk membantu
janda miskin, masjid, dsb. Perilaku dan perhatian
Ainun dilaksanakan dimana saja ia sering berada, di
Bandung, di Jakarta atau di luar negri.”39

37
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 148-149.
38
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 156.
39
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 158-159.
82

Penggalan-penggalan kalimat di atas menunjukkan


nilai syukur dengan ungkapan Habibie yang bersyukur
kepada Allah Swt. karena memiliki pasangan seperti Ainun
yaitu Ainun yang selalu menghilangkan keraguan hati
Habibie dalam menerima tugas-tugas yang berat, kemudian
menurut Habibie Ainun juga berhasil melaksanakan tugas
seorang ibu yang menciptakan keluarga yang sakinah dan
sejahtera, bisa menunjukkan pembelaannya atas
peningkatan kodrat wanita Indonesia untuk seluruh
masyarakat dan bangsa. Selain itu juga Ainun berjiwa
sosial, merakyat, berdedikasi, berdisiplin dan pekerja keras
tanpa mengenal lelah dan menyerah pada keadaan. Selain
itu juga sifat Ainun yang religius, selalu berpuasa Senin dan
Kamis bersama Habibie, membaca al-Qur’an, membina
sembilan puluh lima anak asuh serta menyediakan sembako
untuk janda miskin, masjid, dll. Kalimat syukur yang
terakhir tersebut juga disertai dengan kalimat tahmid
“Alhamdulillāh” dan juga pada kalimat tersebut sifat Ainun
yang religius seperti menjalankan ibadah sunah puasa Senin
dan Kamis dan selalu membaca al-Qur’an juga
menunjukkan nilai mah̲abbah kepada Allah Swt. yang
diterapkan Ainun.

8) Habibie Bersyukur saat Seseorang Menilai Orang Lain


Tidak Membedakan Keturunan, Ras dan Agama

“Semua uraian Dr. Bolköw saya ikuti dan catat di buku


catatan yang setia mendampingi saya. Kemudian saya
menjawab : “Saya dapat mengikuti jalan pikiran dan
83

analisis anda yang realistis. Saya bersyukur bahwa Dr.


Bolköw memberi pengertian kepada pendapat Presiden
Soeharto. Saya bersyukur pula bahwa Dr. Bolköw tidak
pernah membedakan keturunan, ras dan agama dalam
menilai seseorang. Sikap demikian saya rasakan pada
sebagian besar warga Jerman asli di mana pun mereka
berada tiap manusia memiliki perilaku yang dibentuk
oleh budaya dan agamanya masing-masing, yang
menjadi akar dari nilai moral dan etik.”40
Nilai syukur di atas ditunjukkan oleh Habibie saat ia
berdiskusi dengan Dr Bolköw yang merupakan direktur
utama MBB, Jerman. Saat itu, ia ingin meminta pendapat
dan juga izin atas permintaan Presiden Soeharto yang ingin
jika Habibie membantu membangun bangsa Indonesia,
sedangkan saat itu Habibie sedang mempunyai kontrak
kerja dengan perusahaan Jerman. Dr Bolköw mengerti akan
keinginan Presiden Soeharto dan juga keinginan Habibie
yang memang memiliki cita-cita ingin membantu bangsa
Indonesia dan hal tersebut yang membuat Habibie
bersyukur. Selain itu, ia juga bersyukur karena Dr Bolköw
adalah orang yang tidak membedakan keturunan, ras dan
agama dalam hal menilai seseorang.

9) Bersyukur saat Mendapat Penghargaan

“Penghargaan “ICAS” diberikan kepada Indonesia dan


saya didampingi Ainun mendapat kehormatan untuk
menerimanya dan memberi “Theodor von Karman
Lecture”. Adapun award itu diberikan kepada saya dari

40
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 94.
84

Indonesia bukan kepada wakil Spanyol adalah suatu


kenyataan dan kami syukuri.”41

Nilai syukur di atas ditunjukkan saat Habibie yang


didampingi Ainun menerima penghargaan dari ICAS
(International Council of the Aeronautical Sciences) yang
merupakan organisasi yang berdiri pada tanggal 29 Januari
1957 atas dasar hasil brainstroming “Para Tokoh Ilmu
Pengetahuan bidang Aeronautics” dari delapan Negara di
New York. Penghargaan yang ia dapat sebagai perwakilan
dari Indonesia karena prestasi SDM (Sumber Daya
Manusia) bangsa Indonesia dan Spanyol yang sudah
berhasil mengembangkan pesawat CN-235-Tetuko.42 Hal
tersebut membuatnya bersyukur karena penghargaan
tersebut diberikan kepadanya sebagai perwakilan Indonesia
bukan kepada perwakilan Spanyol.

10) Pak Harto Bersyukur karena Perilaku Habibie dan


Ainun yang Bisa dijadikan Panutan

“..... Perhatikan perilaku dan hidupmu berkeluarga dan


bermasyarakat! Kehidupanmu dan Ainun selalu mesra
dan menyenangkan untuk siapa saja. Tiap hari shalat 5
kali, berpuasa bersama Ainun tiap Senin dan Kamis.
Bekerja keras dan tidak pernah mengeluh atau
membuat persoalan yang mengganggu berkembangnya
keluarga sakinah sesuai ajaran Alquran. Hidup dan
perilaku Habibie dan Ainun selalu mencerminkan
keseimbangan Iptek dan Imtak. Surat 49 Ilmuwan
Indonesia itu mencerminkan Habibie dan Ainun

41
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 135.
42
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 134-135.
85

diterima mereka sebagai “panutan“. Sering saya amati


bersama Ibu perilaku Habibie dan Ainun. Dunia itu
tidak buta dan tuli! Kami bersyukur kepada Allah
SWT. Semoga Habibie dan Ainun menjadi “panutan”
bagi anak cucu kita semua!“43

Nilai syukur di atas ditunjukkan oleh Pak Harto, ia


bersyukur karena perilaku Habibie dan Ainun yang religius
seperti selalu shalat lima waktu, puasa Senin dan Kamis,
membangun keluarga sakinah sesuai ajaran al-Qur’an, itu
merupakan perilaku yang bisa dijadikan panutan oleh
masyarakat, karena mencerminkan keseimbangan IPTEK
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan IMTAQ (Iman dan
Taqwā).

11) Bersyukur atas Kelancaran Terbang Perdana Pesawat


N-250 Gatotkoco

“Setelah berputar-putar sekitar satu jam, pesawat


kembali ke Bandara Husein Sastranegara. Tepat pada
pukul 11.10 WIB pesawat N-250 mendarat dengan
mulus. Saat roda pesawat menyentuh landasan pacu,
para pengunjung dan undangan kembali bertepuk
tangan dan memanjatkan puji syukur kepada Allah
SWT.
Pada saat itu pula untuk kesekian kalinya wajah,
mata dan senyuman Ainun dan saya sering bertemu
dengan getaran jiwa dan panjatan doa bersyukur pada
Allah SWT.”44

Penggalan kalimat di atas mencerminkan nilai syukur


berupa ungkapan syukur dari para pengunjung dan

43
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 141.
44
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 165-166 .
86

undangan yang melihat pesawat N-250 Gatotkoco terbang


dan mendarat dengan selamat terutama saat roda pesawat
tersebut menyentuh landasan pacu, ungkapan syukur juga
ditunjukkan Habibie dan Ainun dengan memanjatkan doa
bersyukur kepada Allah Swt. atas kelancaran terbang
perdana pesawat tersebut.

12) Bersyukur karena Nilai-Nilai Moral dan Etik


Masyarakat Indonesia 97% Sama

“IIFTIHAR didirikan oleh 84 organisasi Islam dari 32


negara OKI dan 28 negara non-OKI yang disaksikan
oleh 400 ilmuwan umat Islam. Sejak itu sampai
sekarang, saya mendapat kehormatan untuk memimpin
IIFTIHAR.
Kita bersyukur bahwa nilai-nilai moral dan etik
Indonesia, 97% sama. Karena nilai-nilai agama
Samawi yang berasal dari Nabi Ibrahim. Organisasi-
organisasi intelektual yang berfungsi untuk
pengembangan Iptek yang harus diimbangi oleh Imtak
sesuai ajaran agama masing-masing 97% sama
memungkinkan terjadinya organisasi ini dalam
masyarakat pluralistik.
IIFTIHAR memungkinkan umat Islam di Eropa dapat
menjadi anggota dan berperan membantu
mengembangkan SDM di negara berkembang yang
mayoritas penduduknya beragama Islam atau negara
berdasarkan syariat Islam.”45

Nilai syukur di atas ditunjukkan Habibie ketika


bersyukurnya ia bahwa nilai-nilai moral dan etik
masyarakat Indonesia 97% sama, hal tersebut karena nilai-
nilai agama samawi yang berasal dari nabi IbrahiM. Jadi

45
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 190.
87

organisasi IIFTIHAR yaitu organisasi yang merupakan


sebuah Forum Islam Internasional yang dibangun untuk
memanfaatkan serta menerapkan teknologi dalam
mengembangkan SDM.46 bisa mudah masuk dan diterima
ke dalam masyarakat pluralistik. Masyarakat pluralistik
atau pluralisme yaitu masyarakat yang bersedia menerima
keberagaman atau bertoleransi terhadap perbedaan agama,
adat, golongan, suku dan pandangan hidup.47 Contoh
masyarakat pluralistik yaitu seperti masyarakat Indonesia.
Dengan adanya IIFTIHAR memungkinan umat Islam Eropa
ikut bergabung dan membantu dalam pengembangan SDM
di negara berkembang yang mayoritas umat Islam seperti di
Indonesia.

13) Habibie Bersyukur saat Ainun dilancarkan dalam


Proses Operasi

“Sementara itu Tim Dokter Indonesia tiba dari hotel


menemani saya di luar ruang bedah yang tidak berhenti
memanjatkan doa dan bersyukur kepada Allah SWT.
Subhanallah, walhamdulillah, Allahu Akbar!
Setelah operasi selama 7 jam selesai, saya
dipanggil oleh Professor Koerfer yang menjelaskan
keadaan Ainun dan mengapa operasinya begitu lama.
Ia menyatakan bahwa untung Ainun segera dioperasi.
Jikalau Ainun berbaring di station atau bangsal VVIP
yang jaraknya jauh, maka operasinya terlambat dan
gagal. Apalagi jika sedang di pesawat atau hotel.
Mendengar itu semua saya tidak dapat berkata kecuali
getaran jiwa saya dan panjatan doa terus mengalir
46
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 188.
47
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pluralisme, diakses pada 5 Desember
2021 pukul 22.54 .
88

bersyukur dan berterima kasih kepada Allah SWT.


Ucapan Professor Koerfer saya balas dengan senyuman
karena doa untuk Ainun isteri saya tercinta dengan
wajah dan senyumannya yang memukau dan
kurindukan sepanjang masa mengalbui jiwa saya pada
waktu Professor Koerfer berbicara.
Subhanallah, walhamdulillah, Allahu Akbar! Ini
semua rekayasa-Mu.”48

“Kemudian Prof. Dr. Burges menjelaskan “Sekitar


pukul 13.00 kami mendapat masalah, keadaan menjadi
kritis karena terjadi pendarahan besar pada saat
dilakukan pembersihan tumor yang melekat di
pankreas pasien, yang mengalami krisis karena
sewaktu pembersihan di sekitar pankreas. Untung kami
berhasil mengatasi krisis ini. Sekarang ibu sudah
dipindahkan di ICCU dan hanya Prof. Habibie sebagai
suami diperkenankan menengok Ibu Ainun.”, demikian
ucapan Ibu Professor Dr. Bruns.
Setelah kedua Professor meninggalkan kami di
kamar 106, Fanny, Yaju dan Muchsin menyampaikan
bahwa saat terjadinya kritis akibat pendarahan Ainun,
bersamaan ketika saya tiba-tiba berhenti berdiskusi dan
memulai memanjatkan doa untuk Ainun. Subhanallah
walhamdulillah, Allahu Akbar!”49

Dua penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai


syukur yang ditunjukkan Habibie saat operasi Ainun
berjalan dengan lancar, kalimat syukur tersebut dilengkapi
dengan dzikir Subhānallāh, walhamdulillāh, Allāhu Akbar.
Pada penggalan kalimat pertama, ia bersyukur karena saat
itu Ainun bisa segera dioperasi dan menurut Professor
Koerfer jika tidak segera dioperasi, maka bisa jadi

48
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 211-212 .
49
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 284.
89

operasinya akan terlambat dan gagal. Sedangkan pada


kalimat kedua menunjukkan bahwa saat terjadinya operasi
Ainun, sekitar jam 13.00 Ainun mengalami masalah saat
dioperasi dan saat itu pula Habibie yang sedang berdiskusi
tiba-tiba teringat Ainun, lalu ia menghentikan diskusi dan
berdoa untuk Ainun. Hal tersebut membuat ia bersyukur
karena menurutnya Allah Swt. mengabulkan doanya sebab
masalah Ainun saat operasi tersebut bisa teratasi.

14) Bersyukur saat Kesehatan Habibie dan Ainun


dinyatakan Baik

“Setelah pemilu selesai, Ainun dan saya diperiksa oleh


Tim Dokter Indonesia. Keadaan kami syukur
alhamdulillah dinyatakan baik. Namun kami tidak
dibenarkan terlalu dibebani banyak pekerjaan. Kami,
harus banyak istirahat dan tidak boleh berlebihan
bekerja.”50

“Kami beberapa kali berlayar di perairan Eropa dan


Karibia dengan kapal Queen Mary dan Queen
Elizabeth. Kami selalu berdua saja dan bersyukur
karena kami dalam keadaan sehat. Kesehatan Ainun
terus membaik dan kami seakan-akan dipatri menjadi
manunggal jiwa, roh dan batin, Ainun dan saya
menyatu. Hubungan telepati kami menguat dan
menjadi sempurna. Tanpa berbicara kami dapat
berkomunikasi. Ini semuanya karena “cinta” antara
kami berdua yang “sempurna” Subhanallah,
walhamdulillah, Allahu Akbar!”51

50
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 215.
51
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 254.
90

“Sejak kami meninggalkan Munchen sampai naik ke


kapal Queen Victoria di Sidney, Ainun tidak
memperlihatkan dan memberi tanda yang
memprihatinkan mengenai kesehatannya. Wajah dan
mata Ainun tetap konsisten memukau dan cerah. Saya
terus memperhatikannya dan bersyukur bahwa dalam
11 hari dengan segala aktivitas yang Ainun laksanakan,
kesehatannya konsisten prima. Saya panjatkan doa agar
tahun 2009 yang baru saja dimulai dapat memperbaiki
kesehatan Ainun, sehingga dalam tahun 2010 kami
dapat tinggal di Jakarta selama 6 sampai 8 bulan.”52

“Syukur Alhamdulillah, dalam pelayaran selama 27


hari, Ainun hanya satu kali saja terpaksa harus kami
antar ke “Pusat Kesehatan Kapal”, karena keluhan sakit
perut walaupun makanan, minuman dan udara sesuai
tim dokter di Jerman. Setelah diperiksa dan mendapat
obat, keadaan Ainun sehat kembali.”53
Nilai-nilai syukur di atas ditunjukkan Habibie dan
Ainun saat kesehatan keduanya dinyatakan baik. Pada
kalimat pertama saat keadaan mereka diperiksa usai
melaksanakan tugasnya di pemilu dan bersyukur karena
kesehatan keduanya dinyatakan baik. Kemudian kalimat-
kalimat setelahnya yaitu ketika mereka berlayar di perairan
Eropa dan Karibia dengan kapal Queen Mary dan Queen
Elizabeth dengan tujuan untuk proses penyembuhan Ainun.
Mereka bersyukur selama berlayar kesehatan Ainun
semakin membaik, walaupun pernah satu kali Ainun
terpaksa harus diantar ke “Pusat Kesehatan Kapal” karena
mengalami keluhan sakit perut, tetapi setelah diperiksa dan

52
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 257
53
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 259.
91

diberi obat, keadaannya sehat kembali. Nilai-nilai syukur


dalam beberapa kalimat di atas juga dilengkapi dengan
kalimat dzikir.

15) Habibie Bersyukur saat Dirinya Berhasil Melewati


Masa-Masa Menjadi Presiden dan Keputusannya ketika
Menolak untuk dicalonkan Kembali

“Alhamdulillah, semua dapat saya lewati dalam 17


bulan pemerintahan saya. Singkat, memang. Tetapi
semua itu bagi saya dan keluarga sudah cukup dan
cukup. Menjadi presiden bukanlah segala-galanya,
Apakah saya berhasil dan gagal dalam 17 bulan
pemerintahan saya? Saya tidak perlu menciptakan
“citra”, berhasilkan saya akan menjadi “PR” bagi saya.
Pilihan saya untuk menolak jadi presiden, ternyata
sudah menjadi petunjuk dan pilihan Allah SWT bagi
saya dan Ainun. Ternyata sejak itu, penyakit Ainun
mulai terlihat, ia kehilangan imunitas. Sejak itu, Ainun
terpaksa mengadakan terapi dan perawatan di Jerman,
Terima kasih Allah.”54

Dengan pernah menjabat menjadi Presiden membuat


Habibie bersyukur, walaupun hanya menjabat tujuh belas
bulan masa pemerintahan. Dengan keputusannya yang
menolak untuk menjadi Presiden kembali dan memilih
untuk menjalani kehidupan yang lain, ternyata ada hikmah
dibalik keputusannya tersebut yaitu penyakit Ainun yang
mulai terlihat kembali dan saat itulah ia bersyukur dengan
mengucap kalimat tahmid dan berterima kasih kepada Allah
Swt. karena bisa fokus untuk mengobati penyakit Ainun.

54
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, , 241.
92

16) Habibie Bersyukur karena Proses Ainun Membersihkan


Diri Waktu Sakit diberi Kelancaran

“Silahkan, kita bersama ke kamar mandi dan saya akan


berdiri di sebelahmu memegang alat pernafasan yang
sementara dapat dilepaskan. Ainun dapat mandi dan
wudhu. Jikalau ada sesuatu saya akan segera pasang
alat pernafasannya. Silahkan laksanakan itikadmu.
Mendengar penjelasan saya, kami pelan berjalan
ke kamar mandi dan disana rencana dan keinginan
Ainun kami laksanakan. Syukur alhamdulillah
semuanya berjalan lancar. Saya berdiri di sebelahnya
dan setelah itu menyaksikan Ainun menggunting
rambutnya di tiga tempat dan menaruhnya di wadah
plastik yang diselipkan di halaman Alquran, buku suci
yang tidak pernah berpisah dengan dirinya. Saya
menahan diri dan semua perasaan, saya tekan dan
hanya menyatakan “Seperti kamu menyelesaikan
‘umrah saja.” Ainun tersenyum dengan wajah pasrah,
ia memandang saya dengan mata yang memukau dan
mengilhami saya dan selalu kurindukan. Kali ini
wajahnya sedih dan pasrah. Bibir Ainun tidak berhenti
bergetar membaca beberapa ayat Alquran.”55

Penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai syukur


yang ditunjukkan Habibie yaitu ketika ia menemani Ainun
yang sakit untuk melakukan apa yang diinginkannya yaitu
ingin membersihkan diri. Selama Ainun sakit sulit baginya
untuk bisa membersihkan diri, karena ia memakai alat
pernapasan oksigen dan Habibie bersyukur karena akhirnya
saat itu Ainun bisa membersihkan dirinya yaitu mandi dan
berwudhu.

55
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 277.
93

17) Habibie Bersyukur Masih Mendapatkan Asuransi


Kesehatan untuk Meringankan Proses Pengobatan Ainun

“Memang kami selalu harus menyusun rencana satu


tahun sebelumnya dan berkonsultasi dengan tim dokter
di Hamburg dan Munchen. Kami bersyukur kepada
Allah SWT. bahwa kami sejak tahun 1962 sampai
sekarang selama hampir 50 tahun terus menerus
diasuransikan pada perusahaan asuransi kesehatan
swasta terbesar di Jerman “Deutsche Kranken
Versicherung AG” atau lebih dikenal dengan nama
DKV, sehingga dapat meringankan pembiayaan proses
penyembuhan Ainun.”56

Nilai syukur di atas ditunjukkan Habibie karena ia


bersyukur masih mendapat asuransi kesehatan selama
hampir lima puluh tahun lamanya, ia dan Ainun
diasuransikan pada perusahaan asuransi kesehatan swasta di
Jerman yang bernama Deutsche Kranken Versicherung AG
atau DKV dan asuransi tersebut dapat merigankan biaya
pengobatan Ainun.

18) Habibie Bersyukur karena Banyak Tokoh Penting


maupun Masyarakat yang Memberikan Perhatian dan
Mendoakan Ainun, baik saat Ainun Sakit maupun Telah
Tiada

“Setelah operasi kedua ini, keadaan Ainun membaik


dan ia mulai duduk dan berusaha memanfaatkan paru-
parunya untuk bernafas tanpa mesin, ginjal, jantung
semuanya baik. Kami bersyukur, Ainun menerima

56
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 255.
94

kunjungan Duta Besar Indonesia bersama ibu dari


Berlin, Konjen dari Frankfurt dan Hamburg.”57

“Sekitar pukul 14.00, kami menerima dua tokoh dari


Indonesia bersama isteri masing-masing yang khusus
datang menengok Ainun. Mereka itu : Bapak Aburizal
Bakri (Ical) bersama Ibu Tati dan Bapak Theo
Sambuaga bersama Ibu Erna. Mereka khusus datang
dari Jakarta untuk menengok Ainun dan sekaligus
mengucapkan selamat 48 tahun hari pernikahan kami.
Mereka diperkenankan bergantian menengok Ainun.
Saya menyampaikan : “Ainun ini Tati dan Ical datang
khusus untuk menengok dan berdoa untuk Ainun
seperti 8 tahun yang lalu, pada musim dingin mereka
datang menengok Ainun yang sedang sakit di
Kekerback. Kedatangan mereka waktu itu membuat
Ainun menjadi lekas sembuh. Mudah-mudahan
demikian halnya sekarang.” Tati dan Ical mencium pipi
Ainun dan memanjatkan doa mereka. Ainun
membalasnya dengan senyuman dan saya bersyukur
mendapat banyak perhatian. Semoga Allah SWT
memberkahi kita semua.”58

“Saya sangat terharu mendengar kata-kata Presiden


SBY dan memanjatkan doa semoga Allah SWT selalu
melindungi beliau sekeluarga dalam melaksanakan
tugas mulia memimpin bangsa Indonesia. Setelah itu,
saya langsung tidur karena sudah beberapa minggu
kurang tidur dan terus dalam keadaan prihatin yang tak
menentu dan gelisah. Saya bersyukur beban
pemulangan isteri saya tercinta dengan kebijaksanaan
Presiden SBY meringankan penyelesaian persoalan
yang saya hadapi.”59

57
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 286.
58
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 291
59
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun , 299
95

“Saya tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk


Ainun dan bersyukur kepada Allah SWT bahwa
ternyata dunia itu tidak buta dan tuli dan masyarakat
yang kami kenal maupun tidak kami kenal ikut berduka
cita dan memanjatkan doa untuk Ainun dalam
perjalanannya ke alam dan dimensi yang baru.”60

“Selama dua bulan Ainun dirawat di rumah sakit di


Jerman, saya juga selalu mendapat berita dari Tanah
Air, di berbagai masjid di Indonesia, Jakarta, Bandung,
Makassar dan di ibukota kelahiran saya di Pare-pare,
dengan berjamaah, mereka bergilir memanjatkan doa
bersama kesembuhan Ainun, setelah mereka shalat
Jum’at, maupun pada shalat lima waktu. Terima kasih
Ya Allah SWT.”61

Penggalan-penggalan kalimat di atas menunjukkan


nilai syukur yang ditunjukkan Habibie karena ia bersyukur
saat Ainun sakit banyak yang menjenguknya, seperti saat ia
dioperasi ia mendapat kunjungan dari Duta Besar Indonesia
bersama isteri dari Berlin, Konjen dari Frankfurt dan
Hamburg. Ada juga tokoh Bapak Aburizal Bakri (Ical)
bersama Ibu Tati dan Bapak Theo Sambuaga bersama Ibu
Erna yang menjenguk Ainun. Kemudian Habibie bersyukur
karena banyak juga masyarakat Indonesia yang mendoakan
kesembuhan Ainun. Selain itu saat Ainun tiada juga banyak
yang perhatian dan mendoakannya, seperti perhatian Bapak
Susilo Bambang Yudhoyono yang dengan kebijakannya
membantu meringankan proses pemulangan jenazah Ainun
dan persoalan lainnya. Kemudian bersyukurnya Habibie

60
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 302.
61
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 307-308.
96

juga karena masyarakat Indonesia yang ikut mendoakan


ketika Ainun telah tiada.

19) Habibie Bersyukur kepada Allah Swt. dengan


Mengungkapkannya dalam Bentuk Doa saat Ulang
Tahun Pernikahannya dengan Ainun, sebagai berikut :

“Terima kasih Allah, Engkau telah lahirkan saya untuk


Ainun dan Ainun untuk saya
Terima kasih Allah, Engkau telah pertemukan saya
dengan Ainun dan Ainun dengan saya
Terima kasih Allah tanggal 12 Mei 1962 Engkau
nikahkan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya
Engkau titipi kami bibit cinta murni, sejati, suci,
sempurna dan abadi
Sepanjang masa kami sirami titipan-Mu dengan kasih
sayang, nilai iman, taqwa dan budaya
Kini 48 tahun kemudian, bibit cinta telah menjadi cinta
yang paling indah, sempurna dan abadi
Ainun dan saya bernaung di bawah cinta milik-Mu ini
dipatri menjadi manunggal sepanjang masa
Manunggal dalam jiwa, hati, batin, nafas dan semua
yang menentukan kehidupan
Terima kasih Allah, menjadikan kami manunggal
karena cinta abadi yang suci dan sempurna
Pertahankan dan peliharalah kemanunggalan kami
sepanjang masa
Berilah kami kekuatan mengatasi segala permasalahan
yang sedang dan masih akan kami hadapi
Ampunilah dosa kami dan lindungilah kami dari segala
pencemaran cinta abadi kami.”62
Di dalam novel tersebut terdapat tiga doa yang
Habibie ungkapkan, antara lain ketika Ainun sedang sakit
(sebelum meninggal), ketika Ainun meninggal dan setelah

62
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 290.
97

Ainun meninggal. Doa di atas merupakan salah satu doa


yang diungkapkan saat Ainun sedang sakit (sebelum
meninggal), saat itu bertepatan dengan hari ulang tahun
pernikahan mereka yang ke-48 tahun. Dalam doa tersebut,
Habibie bersyukur dengan mengucapkan terima kasih
kepada Allah Swt. karena telah dipertemukan oleh Ainun
hingga sampai kepada pernikahan mereka yang ke-48
tahun, ia bersyukur karena Allah Swt. telah menjadikan
mereka manunggal dalam cinta yang suci dan abadi, ia
berharap kemanunggalan tersebut bisa sepanjang masa.

Penggalan-penggalan kalimat yang menunjukkan nilai


syukur di atas sesuai dengan pendapat al-Ghazali mengenai
syukur lisan. Nilai-nilai syukur tersebut berupa ungkapan
kalimat syukur berupa pujian-pujian yang memperlihatkan
rasa syukur kepada Allah Swt. atau bisa disebut tahadduts bi
al-ni‘mah (menyebutkan nikmat yang telah Allah Swt.
berikan) dan ada yang disertai juga dengan kalimat dzikir
kepada Allah Swt. Rasulullah Saw. bersabda dalam penggalan
hadis sebagai berikut :

‫و اﻟﺘﺤﺪث ﺑﻨﻌﻤﺔ ﷲ ﺷﻜﺮ‬


“Dan membicarakan nikmat Allah Swt. merupakan
bentuk syukur.” (HR. Ahmad No. 18.449)63
Selain kalimat-kalimat yang menunjukkan syukur
lisan, dalam penggalan novel tersebut juga terdapat nilai

63
Ahmad Ibn Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut :
Muassasah al-Risalah, 1995, 390.
98

syukur yaitu syukur dengan anggota tubuh (syukur badan),


seperti yang sesuai dengan pendapat Imam al-Ghazali yaitu
syukur dengan anggota tubuh berupa menggunakan nikmat
Allah Swt. dengan taat kepada-Nya dan menjauhi larangan-
Nya64, sebagai berikut :

1) Sikap Syukur Habibie jika diberi Umur Panjang maka


akan Mengabdikan Dirinya kepada Tanah Air

“Sumpah inilah yang telah memotivasi saya. Saya


ingin mempersembahkan sesuatu kepada Tanah Air
tercinta. Sumpah ini telah menjelma menjadi suatu
pernyataan sikap dan penyerahan diri secara total
kepada bangsa dan Tanah Air. Sejak sumpah itu, saya
selalu berdoa semoga Allah memberi umur panjang
dan sisa umur saya Insya Allah akan saya serahkan
sepenuhnya untuk berbakti kepada Ibu Pertiwi. Sebab
semua itu adalah karunia Allah.
Sumpah ini telah membuat saya bekerja siang
dan malam. Bekerja tanpa mengenal waktu untuk
bangsa dan negara. Mempersembahkan karya teknologi
dan puncaknya adalah sebuah pesawat N-250 yang
diakui dunia sebagai karya besar. Sebuah pesawat yang
tercanggih di kelasnya dan diberi nama
65
“Gatotkoco”.”

Penggalan kalimat di atas menunjukkan sikap


syukur yang ditunjukkan Habibie saat ia sakit ia bersumpah
jika diberi umur panjang ia akan mengabdikan dirinya
untuk Tanah Air, hal itu terbukti dengan ia membuat
pesawat terbang dan dipersembahkan untuk Indonesia,

64
Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn, 185.
65
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 165.
99

pesawat yang canggih dan sebuah karya yang diakui dunia


sebagai karya besar yaitu pesawat N-250 Gatotkoco.

2) Ungkapan Syukur Ainun yang diucapkan saat HUT


Habibie yang ke-60

“Suamiku tercinta,
Selamat HUT yang ke-60. Kami semua bersyukur atas
anugerah yang diberikan Allah SWT, sehingga dapat
memanfaatkan waktu yang diberikan dengan
beribadah selalu. Semoga Allah SWT, selalu
petunjuk dan ridhonya bagi suamiku tercinta.
Love
Mama dan Anak Cucu”66

Nilai syukur selanjutnya ditunjukkan Ainun saat


ulang tahun Habibie yang ke-60 tahun, ucapan yang
diberikan yaitu ungkapan syukur atas anugerah yang telah
Allah Swt. berikan di sepanjang kehidupan mereka hingga
sampai kepada umur Habibie yang ke-60 tahun dan rasa
syukur tersebut dibalas dengan memanfaatkan waktu
dengan beribadah kepada Allah Swt.

3) Bersyukurnya Ainun dengan Turut Aktif dalam Program


Sosialnya

“Oleh tim dokter di Hamburg dan Muenchen kesehatan


kami dikonfirmasi layak tinggal di Jakarta untuk 6
bulan dan berlayar dengan kapal samudera Queen
Victoria untuk proses penyembuhan kesehatan Ainun.
Insya Allah rencana kami dapat terlaksana.

66
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 204.
100

Penuh dengan optimisme dan bersyukur kepada


Allah SWT, Ainun terus pro-aktif membantu sesama
manusia melalui program sosial seperti Orbit, Bank
Mata, THC dan sebagainya. Ia selalu setia
mendampingi saya dalam segala kesempatan dan
keadaan dan terus menerus memanjatkan doa untuk
melindungi kita semua.”67
Penggalan nilai syukur di atas ditunjukkan Ainun
ketika ikut berpro-aktif dalam program sosialnya seperti
Orbit, Bank Mata, THC dan sebagainya, hal tersebut ia
lakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt. atas
kesehatan yang telah diberikan kepadanya.

3. Tawakal

Tawakal berarti berserah diri atau dalam bahasa


Arabnya yaitu tawakkul. Hakikat tawakal adalah
membersihkan diri dari gelapnya pilihan dan menyerahkan
segala sesuatu hanya kepada Allah Swt. serta tunduk dan patuh
terhadap takdir dan juga hukum-Nya.68 Tawakal menurut Sahl
bin Abdullah adalah berserah kepada Allah Swt. terhadap apa
yang ia kehendaki.69 Menurut Abu Ali al-Daqaq bahwa orang
yang berserah diri terhadap Allah Swt. terbagi atas tiga
tingkatan yaitu tawakal, taslīm dan tafwīdh. Maka orang yang
bertawakal adalah yang tenang terhadap janji Allah Swt.,
orang yang taslīm adalah yang cukup dengan ilmu-Nya,

67
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 263.
68
Sri Mulyati, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di
Indonesia, Ed. Ke-1, Cet. Ke-4, Jakarta : Kencana, 2011, 40.
69
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madārij al-Sālikīn Syarh̲ Manāzil al-
Sā’irīn II, Beirut - Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 120.
101

sedangkan orang yang tafwīdh adalah yang ridha terhadap


hukum-Nya. Tawakal merupakan awal, taslīm adalah
pertengahan dan tafwīdh adalah akhir. Kemudian ia juga
berkata bahwa tawakal adalah sifatnya orang mukmin, taslīm
sifatnya para auliya dan tafwīdh sifatnya para muwahhidin
(orang-orang yang bersatu dengan Allah Swt.). Tawakal
adalah sifatnya orang awam, taslīm sifatnya orang khusus dan
tafwīdh sifatnya orang yang khususnya khusus. Kemudian
berkata lagi ia bahwa tawakal adalah sifatnya para Nabi, taslīm
sifatnya Nabi IbrahiM dan tafwīdh sifatnya Nabi Muhammad
Saw.70 Allah Swt. berfirman sebagai berikut :

ِّٰ ‫ ﻟَـﻨﺎ ۚ◌ ﻫﻮ ﻣﻮٰﻟﯩﻨﺎ وﻋﻠَﻰ‬I‫ا‬


ٰ ‫ﱠ‬ ِ ۤ ِ ‫ﱠ‬
‫ ﻓَـ ْﻠﻴَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ِﻞ‬I‫ا‬ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ُّ َ َ َ َ َ‫ﻗُ ْﻞ ﻟ ْﻦ ﻳﱡﺼ ْﻴـﺒَـﻨ‬
‫ﺐ‬ ‫ﺘ‬‫ﻛ‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻻ‬ ‫ا‬ ‫ﺎ‬
(٥١) ‫اﻟ ُْﻤ ْﺆِﻣﻨُـ ْﻮ َن‬
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan
menimpa kami selain apa yang telah Allah Swt. tetapkan.
Dialah yang melindungi kami dan hanya kepada Allah Swt.
orang-orang beriman bertawakal.” (Q.S al-Māidah : 51)71
Dalam penggalan novel Habibie & Ainun terdapat
beberapa nilai tawakal seperti yang sesuai dengan pendapat
Sahl bin Abdullah yaitu berserah kepada Allah Swt. terhadap
apa yang ia kehendaki,72 diantaranya sebagai berikut :

70
Al-Qusyairi, Al-Risālah al-Qusyairiyyah, Beirut - Lebanon : Dar al-
Kotob al-Ilmiyah, 2001, 203-204.
71
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 195.
72
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madārij al-Sālikīn Syarh̲ Manāzil al-
Sā’irīn II, 120.
102

1) Habibie dan Ainun Bertawakal ketika Mereka


Menghadapi Cobaan saat Ainun Mengalami Sakit.

“Setelah mendengar keputusan saya, Professor Koerfer


segera ke ruang bedah dimana Ainun sedang berbaring
dan sudah disambung dengan mesin pernafasan dan
semua prasarana penunjang siap untuk melaksanakan
bedah jantung.
Saya terus menerus memanjatkan doa terima
kasih kepada Allah SWT dengan keyakinan bahwa
semua terletak ditangan Allah SWT dan apa saja yang
diputuskan-Nya adalah terbaik bagi Ainun dan saya.”73

“Setelah saya serahkan surat tersebut kepada Ainun. Ia


dengan tenang menyampaikan :“Tanyakan saja kepada
Presiden dan serahkan semua kepada Allah SWT. Saya
pasrah dan yakin bahwa mas Rudy dapat mengatasi
semua. Mengenai kesehatan saya semuanya di tangan
Allah SWT. Saya selalu bersamamu, di sampingmu, di
manapun dan dalam keadaan apapun saya selalu akan
disampingmu. Tuhan YME, Allah SWT selalu bersama
kita”. Wajah, mata Ainun terus memukau dan memberi
semangat pada saya.
Ketika saya bertemu dengan Pak Harto saya
sampaikan banyak pertanyaan.
.....
Ia menyampaikan : “Habibie sudah membuktikan
kemampuannya dengan karya-karya nyata. Masalah
yang kita hadapi kompleks dan tidak mudah. Agar
Habibie dapat dapat menghadapi dan menyelesaikan
masalah secara objektif tanpa dipengaruhi oleh siapa
saja. Pengalaman tiga windu dalam menyelesaikan
masalah sudah cukup. Tiap saat jika Habibie
membutuhkan pendapat dan nasehat, akan saya berikan
24 jam sehari!. Mengenai kesehatan Ainun serahkan
kepada Allah SWT.
.....

73
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 211.
103

Kepada Ainun saya jelaskan hasil pembicaraan


Pak Harto. Serahkan semua kepada Allah SWT.
Mengenai kesehatan saya, serahkan pula kepada Allah
SWT. Yang penting bagiku, saya selalu di sampingmu,
selalu mendampingimu, selalu berdoa untuk kesehatan
kita dan yakin yang dilaksanakan sesuai hati nuranimu
adalah terbaik.”74

“Saya juga bertanya mengapa harus demikian? Apa


yang harus saya laksanakan? Namun, Saya kembali
kepada keyakinan dan agama saya, bahwa tiap orang
yang beragama dan percaya pada eksistensi Tuhan
YME percaya bahwa hidup dan mati seseorang
ditentukan oleh Allah SWT yang dikehendaki Tuhan
YME adalah yang terbaik dan pasti akan terjadi.”75

“Saya langsung berkata : “Serahkan hidup atau mati itu


kepada Allah SWT. Kenyataan, besok sore tanggal 24
Maret 2010 pada waktu yang sama antara pukul 13.00
sampai 17.00 waktu Singapura atau besok pagi antara
pukul 06.00 sampai 10.00 waktu Muenchen, tidak akan
berlayar naik kapal Samudra Queen Victoria, tetapi
masuk ke rumah sakit LMU-Muenchen. Manusia
merencanakan tetapi Allah SWT yang menentukan.
Ainun pasrah. “Serahkan semuanya kepada Allah
SWT.”76

“Saya diajak Mas Harry untuk memikirkan jikalau


Ainun meninggal mau dimakamkan dimana?
Mendengar itu saya terus menangis dan tidak siap
berbicara mengenai Ainun meninggal. Saya tidak mau
dan tidak boleh berpikir demikian, semua saya
serahkan penuh kepada Allah SWT. Saya tidak akan
membenarkan berhenti berdoa dan berharap untuk
Ainun tetap berada bersama kita semuanya. Melihat

74
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 218-219.
75
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 238.
76
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 273.
104

reaksi saya, mas Harry berhenti bicara. Ia mengerti


perasaan saya dan ikut sedih.”77

“Saya menahan diri dan tidak sampai hati untuk


mengatakan sesuatu apalagi kata-kata perpisahan. Saya
tidak mau dan tidak mampu berpisah dengan Ainun
dan tidak memberi atau meminta maaf. Saya tidak tega
untuk memberikan perasaan yang mengecilkan hati
kami berdua. Demikian pula sikap Ainun terhadap
saya. Saya hanya memandang dengan mata dan getaran
jiwa yang intensif penuh dengan keyakinan bahwa
Allah SWT pada akhirnya akan menentukan terbaik
bagi Ainun dan saya.”78

“Jawaban mereka : “Kami tidak dapat memberi


garansi”. “Kalau demikian apa gunanya Anda operasi
isteri saya lagi? Saya tidak dapat menyetujui anda
operasi isteri saya lagi. Saya serahkan kepada Tuhan
YME. Saya hanya memohon kepada anda semua untuk
tidak memberi beban rasa sakit kepada isteri saya.
Demikian putusan saya.”79

“Setelah shalat Dzuhur, saya mengambil inisiatif untuk


membersihkan dengan handuk kecil yang dibasahi
dengan air zam-zam suluruh tubuh dari kepala Ainun
sampai ke ujung kakinya sambil membaca surah Al-
Faatihah berulang kali. Saya dibantu oleh Ir. Andina
cucu wanita kakak saya yang sedang berada bersama
saya di kamar ICCU Ainun. Setelah selesai saya masih
sisakan setengah botol.
Ir Andina membaca Alquran sedangkan saya
mengelus tangan dan kepala Ainun sambil berkata
pasrah Ainun : “Serahkan kepada Allah. Sabar, terima,
ikhlas dan pasrah Ainun. Allah selalu akan bersama
kita. Ainun dan saya manunggal”. Berulang kali saya

77
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 276.
78
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 282.
79
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 293.
105

sampaikan itu. Bergantian dengan bacaan surah Al-


Faatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas.”80

Kalimat berupa “Serahkan semuanya kepada Allah


Swt.” menunjukkan akan nilai tawakal pada penggalan-
penggalan kalimat di atas yang sering disebutkan pada
setiap kalimatnya, kalimat itu di ucapkan oleh Habibie,
Ainun ataupun Pak Soeharto untuk kesehatan dan
kesembuhan Ainun. Habibie dan Ainun hanya bisa
berusaha untuk kesembuhan Ainun, walaupun keadaan
Ainun juga semakin parah. Namun, mereka sudah
mengusahakan yang terbaik seperti membawa Ainun ke
rumah sakit untuk dirawat dan dioperasi, selebihnya mereka
lakukan dengan doa dan bertawakal kepada Allah Swt.

2) Ainun Meyakinkan Habibie dengan Bertawakal kepada


Allah Swt. atas Kerja Kerasnya

“Ainun menyatakan keyakinannya bahwa semua yang


saya hadapi Insya Allah akan selesai dengan baik dan
Allah SWT selalu akan melindungi kami. Ia mencium
saya dan terus melihat dari jendela ketika saya berjalan
ke tempat pemberhentian bus.”81
Nilai tawakal di atas ditunjukkan Ainun saat
Habibie ingin pergi berangkat bekerja dan Ainun
meyakinkan Habibie bahwa semua yang di hadapi olehnya,
Insyā Allāh akan selesai dengan baik dan Allah Swt. selalu
akan melindungi mereka.

80
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 295.
81
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 27.
106

3) Ainun Meyakinkan Habibie agar Bertawakal kepada


Allah Swt. untuk Kelancaran Acara Terbang Perdana
Pesawat N-250 Gatotkaca

“Karyawan dan anak-anak muda yang gelisah dan


prihatin dengan kesehatan saya, tetapi saya sendiri
tidak merasakan sesuatu. Malam itu saya masih di areal
persiapan Terbang Perdana N-250 sampai pukul 00.00
WIB.
Setelah Ainun berkali-kali memperingatkan dari
rumah agar saya beristirahat, karena katanya yang lebih
penting adalah pada hari upacara yang bersejarah esok
harinya. Serahkan semua kepada kebesaran dan
kehendak Allah.”82
Nilai tawakal di atas ditunjukkan Ainun ketika pada
suatu malam saat Habibie merasa gelisah karena akan ada
acara terbang perdana pesawat N-250 Gatotkaca esok
harinya, maka dari itu Ainun memperingatkannya untuk
beristirahat dan meyakinkan Habibie untuk menyerahkan
semua kepada kebesaran dan kehendak Allah Swt. akan
kelancaran acara tersebut.

4) Habibie Bertawakal terhadap Keputusan yang Ia Ambil

“Hal ini wajib saya sampaikan kepada mereka, karena


merekalah orang-orang terdekat dengan saya dan
mempunyai “hak” untuk mengetahui keputusan saya,
termasuk alasannya. Dan mereka pulalah yang tanpa
mengenal lelah dan dengan ikhlas mendampingi saya
sebagai suami, ayah dan mertua mereka yang sering
harus “mengorbankan” kepentingan dan urusan mereka
sendiri.

82
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 167.
107

Kepada mereka, saya sampaikan pula bahwa


siapapun yang nanti terpilih menjadi Presiden ke-4,
maka saya dan kita semua sebagai warga negara yang
baik, harus membantu agar sukses melaksanakan
tugasnya.
Setelah kami mengambil wudhu, saya mengajak
mereka semua shalat Isya dan Tahajud, kemudian
memanjatkan doa kepada Allah SWT. Itu antara lain
saya tulis dalam buku yang saya: “Detik-Detik yang
Menentukan, Jalan Panjang Indonesia Menuju
Demokrasi (2006).
Pasrah kepada keputusan penting yang saya
ambil dan menganggap bahwa itulah yang terbaik bagi
kami sekeluarga, membuat Ainun selalu menerima
keputusan dengan tulus.”83
Penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai
tawakal yang dilakukan Habibie, saat itu setelah Habibie
berkata bahwa ia tidak bersedia untuk dicalonkan atau
menerima pencalonan Presiden kembali. Maka dari itu,
Habibie memberi tahu alasannya dan mengatakan bahwa
siapapun yang menjadi Presiden keempat nanti, sebagai
warga negara yang baik harus membantu melaksanakan
tugasnya. Setelah itu Habibie mengajak keluarganya untuk
shalat Isya dan Tahajud serta memanjatkan doa kepada
Allah Swt., ia pasrah kepada keputusan yang telah ia ambil
dan menganggap bahwa itulah yang terbaik untuknya dan
keluarga. Pada kalimat ini juga terdapat nilai mah̲abbah
karena Habibie mengajak keluarganya untuk shalat dan hal
tersebut juga menjadi bukti akan cintanya kepada Allah
Swt. Maka dari itu, terdapat dua nilai pada kalimat tersebut.

83
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 182.
108

4. Tawadhu

Secara etimologi, tawadhu asal katanya dari wadha’a


yang berarti merendahkan dan ittadha’a yang artinya
merendahkan diri. Menurut istilah, tawadhu adalah
menunjukkan kerendahan hati terhadap sesuatu yang
diagungkan.84 Menurut al-Fudhail bin Iyadh bahwa tawadhu
adalah tunduk dan patuh kepada kebenaran dan menerima
perkataan orang lain terkait kebenaran tersebut. Menurut Abu
Yazid al-Bustami bahwa tawadhu adalah tidak
memperlihatkan kedudukan dan kondisi dirinya serta tidak
memandang jelek kepada orang lain.85 Allah Swt. berfirman :

‫ض َﻫ ْﻮً„ ﱠواِ َذا َﺧﺎ ﻃَﺒَـ ُﻬ ُﻢ ا ْﳉٰ ِﻬﻠُ ْﻮ َن‬ ٰ ْ ‫َو ِﻋﺒَﺎ ُد اﻟ ﱠﺮ‬
ُ َْ‫ﲪ ِﻦ اﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ ﳝ‬
ِ ‫ﺸ ْﻮ َن َﻋﻠَﻰ ْاﻻَ ْر‬
(٦٣) ‫ﻗَﺎ ﻟُْﻮا َﺳ ٰﻠ ًﻤﺎ‬
“Dan hamba-hamba Allah Swt. Yang Maha Pengasih
tersebut yaitu orang-orang yang dengan rendah hati saat
berjalan di muka bumi dan jika berbicara kepada mereka
orang-orang yang bodoh (menghina mereka), merekapun
memberi “salām”.” (Q.S al-Furqān : 63)86
Dalam penggalan novel Habibie & Ainun juga terdapat
nilai tawadhu yang sesuai seperti pendapat tawadhu menurut
Abu Yazid al-Bustami yaitu tidak memperlihatkan kedudukan

84
Rozak Purnama, Indikator Tawadhu dalam Keseharian, Jurnal
Madaniyah, Vol.1 Ed. XII, Januari 2017, 176.
85
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madārij al-Sālikīn Syarh̲ Manāzil al-
Sā’irīn II, 342.
86
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 365.
109

dan kondisi dirinya serta tidak memandang jelek kepada orang


lain,87 sebagai berikut :

1) Sikap Tawadhu Habibie saat Menjawab Pertanyaan


Mengenai dipilihnya Ia Menjadi Penasihat Presiden

“Setelah memberikan ceramah dengan memanfaatkan


overhead slide yang sekarang bernama power point,
banyak pertanyaan dan kritik yang konstruktif
diajukan. Tiba-tiba seorang tokoh PII berdiri dan
memberi tanggapan yang bagi saya membingungkan.
“Dr. Habibie semuanya yang diceramahkan
menarik, namun mengapa justru Dr. Habibie dipilih
menjadi penasehat Presiden? Apa yang dicapai di
Jerman itu biasa saja? Di Jerman semuanya serba
lengkap. Tetapi di Indonesia tidak. Apa yang Dr.
Habibie capai di Jerman belum tentu dapat dicapai di
Indonesia. Kami di sini susah membangun karena
semua tidak lengkap.”
Mata semua peserta ditujukan kepada saya.
Mereka ingin mendengar jawabannya. “Baik saya akan
berusaha menjawab. Saya tidak pernah melamar untuk
menjadi penasehat Presiden. Presiden meminta saya
dengan hormat menjadi penasehatnya dalam bidang
Advanced Technology dan Tekologi Penerbangan,
yang dapat menjawab pertanyaan saya adalah Presiden.
Bahwa pekerjaan saya di Jerman tidak berarti dan
bukan alasan dibandingkan dengan karya para tokoh
pakar di Indonesia. Saya yakin bahwa di ruangan ini
mungkin saya yang paling bodoh. Saya tidak pernah
menghalangi siapa saja untuk bekerja di Jerman dan
berprestasi. Silahkan melamar di perusahaan
terkemuka di Jerman sesuai pendidikan dan

87
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madārij al-Sālikīn Syarh̲ Manāzil al-
Sā’irīn II, 342.
110

keunggulan masing-masing. Saya yakin prestasi


saudara jelas akan lebih baik dari saya.”88
Kalimat “Saya yakin bahwa di ruangan ini mungkin
saya yang paling bodoh.” merupakan bentuk tawadhu
Habibie yang ia tunjukkan, karena semua orang pasti tahu
bagaimana prestasi Habibie di dalam maupun luar negeri.
Namun, dengan kerendahan hatinya Habibie mengatakan
bahwa ia yang paling bodoh dibandingkan orang-orang
yang ada di ruangan tersebut, ia juga tidak memandang
jelek kepada orang lain dengan mengatakan “Saya yakin
prestasi saudara jelas akan lebih baik dari saya“. Hal ini
menunjukkan nilai tawadhu yang diterapkan Habibie.

2) Sikap Tawadhu Habibie saat Mengungkapkan Hasil dari


Kegiatan Yayasan Orbit yang dipimpin Ainun.

“Kini setelah 12 tahun, Yayasan SDM-Iptek telah


menganugerahkan Habibie Award kepada 36 orang
ilmuwan terkemuka di berbagai bidang ilmu, dan
memberikan beasiswa kepada 87 orang mahasiswa S-3
dari berbagai program pasca sarjana di berbagai
universitas ternama di Tanah Air. Yayasan SDM-Iptek
memang berkonsentrasi pada pendidikan tinggi (S-3),
sementara yayasan Orbit yang dipimpin Ainun lebih
berkonsentrasi pada pendidikan dasar dan menengah
serta S-1 (sampai saat ini sudah 26.057 siswa yang
mendapat beasiswa Orbit, dengan jumlah dana sekitar
Rp. 19.5 miliar). Dengan kerendahan hati, memang
baru sampai demikianlah yang Ainun sanggup
laksanakan bersama sahabat dan koleganya.”89

88
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 113-114.
89
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 249.
111

Penggalan kalimat di atas menunjukkan sikap


tawadhu Habibie, dimana ia mengungkapkan hasil kegiatan
yang dilakukan oleh yayasan Orbit yang dipimpin oleh
isterinya Ainun. Yayasan tersebut sangat berjasa untuk para
pelajar di Indonesia, hingga dana yang dikeluarkan untuk
para pelajar sekitar 19.5 miliar. Namun, dengan kerendahan
hati Habibie sebagai ungkapan perwakilan atas nama
Ainun, ia berkata bahwa baru sampai yang demikianlah
yang Ainun bersama sahabat dan koleganya laksanakan.
Padahal itu merupakan pencapaian yang sangat luar biasa
dan sangat bermanfaat.

5. Mah̲abbah

Mah̲abbah berasal dari bahasa Arab yaitu h̲ubbun –


mah̲abbatun yang berarti kasih atau kecintaan.90 Mah̲abbah
artinya cinta, maksudnya adalah cinta kepada Allah Swt.
Mah̲abbah merupakan mematuhi Allah Swt. dan benci
terhadap sikap yang menentang kepada-Nya, menyerahkan
seluruh dirinya kepada Allah Swt. serta mengosongkan hati
dari segala hal, kecuali dari Allah Swt.91 Menurut al-Kattani
bahwa mah̲abbah adalah lebih mendahulukan terhadap yang
dicintainya.92 Dalil yang menunjukkan tentang mah̲abbah
salah satunya seperti pada firman Allah Swt. berikut :

90
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Mahmud Yunus wa
Dzurriyyah, 2010. 97.
91
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Cet. Ke-12,
Jakarta : Bulan Bintang, 2014, 55.
92
Al-Qusyairi, Al-Risālah al-Qusyairiyyah, 352.
112

ُّٰ ‫ُ وﻳَـﻐْ ِﻔﺮ ﻟَـ ُﻜﻢ ذُﻧـُ ْﻮﺑَ ُﻜﻢ ۗ◌ وا‬I‫ا‬


ٰ ِ ِ ّٰ ‫ﻗُﻞ اِ ْن ُﻛ ْﻨـﺘُﻢ ُِﲢﺒﱡـ ْﻮ َن‬
I َ ْ ْ ْ َ ّ ‫َ ﻓَﺎ ﺗﱠﺒ ُﻌ ْﻮِﱐْ ُْﳛﺒ ْﺒ ُﻜ ُﻢ‬I‫ا‬ ْ ْ
(٣١) ‫ﻏَ ُﻔ ْﻮٌر ﱠرِﺣ ْﻴ ٌﻢ‬
“Katakanlah (Muhammad), “Apabila kamu cinta
kepada Allah Swt., maka ikutilah Aku, pastilah akan
mencintaimu Allah Swt. dan dosa-dosamu diampuni oleh-Nya.
Allah Swt. Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Ali
Imrān : 31)93
Dalam kitab Hidāyah al-Sālikīn karya Syaikh Abdus
Shamad al-Palimbani yang mengambil pendapat dari kitab
Arba‘īn fī Us̲ ūluddīn karya Imam al-Ghazali, bahwa
mah̲abbah atau cinta terhadap Allah Swt. terbagi menjadi dua,
antara lain : 1) Fardhu (wajib) yaitu cinta terhadap Allah Swt.
dengan menjalankan semua ibadah fardhu yang diperintahkan
Allah Swt., menjauhi maksiat dan ridha kepada qad̲ā’ serta
qadar-Nya, 2) Sunah yaitu cinta terhadap Allah Swt. dengan
menjalankan ibadah sunah serta menjauhi yang syubhāt dan
makruh. Kemudian ciri-ciri orang yang cinta kepada Allah
Swt. yaitu berbuat baik, mendahului untuk mengerjakan apa
yang diperintahkan Allah Swt. terhadap apa yang disukai
(perintah nafsunya), menyukai kematian (di hatinya tidak
membenci kematian) dan tidak menyukai dunia (hatinya tidak
cenderung kepada dunia).94

Dalam novel Habibie & Ainun terdapat penggalan-


penggalan kalimat yang menunjukkan nilai mah̲abbah seperti

93
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, 54.
94
Abdus Shamad Al-Palimbani, Hidāyah al-Sālikīn, Pattani - Thailand :
Mathba’ah bin Halabi, 97.
113

mah̲abbah menurut pendapat Imam al-Ghazali yaitu


melaksanakan ibadah fardhu dan sunah, diantaranya sebagai
berikut :

1) Pendapat Pak Harto mengenai Habibie dan Ainun yang


Selalu Shalat Lima Waktu dan Puasa Sunah

“Sambil senyum Pak Harto berkata : “Saya yakin


Habibie dapat melaksanakan itu semua sesuai dengan
rencana. Namun saya sependapat dengan 49 ilmuwan
yang menandatangani surat ini. Mengapa? Perhatikan
perilaku dan hidupmu berkeluarga dan bermasyarakat!
Kehidupanmu dan Ainun selalu mesra dan
menyenangkan untuk siapa saja. Tiap hari shalat 5 kali,
berpuasa bersama Ainun tiap Senin dan Kamis.
Bekerja keras dan tidak pernah mengeluh atau
membuat persoalan yang mengganggu berkembangnya
keluarga sakinah sesuai ajaran Alquran. Hidup dan
perilaku Habibie dan Ainun selalu mencerminkan
keseimbangan Iptek dan Imtak.”95
Penggalan kalimat di atas yaitu berupa perkataan
Pak Harto yang menunjukkan bahwa Habibie dan Ainun
menerapkan nilai mah̲abbah. Dengan kehidupan mereka
setiap hari melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa sunah
Senin dan Kamis dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran
al-Qur’an, sehingga kehidupan mereka bisa menjadi
panutan bagi masyarakat.

95
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 140-141.
114

2) Senantiasa Mengutamakan Shalat terutama saat Ainun


sedang Sakit

“Profesor Koerfer senyum dan sambil mengulurkan


tangannya ia berkata :
“Saya paham. Selamat tidur dan sampai besok
pagi. Selamat malam”, kata Profesor Koerfer lagi,
kemudian ia bersama timnya meninggalkan kami
berdua di kamar darurat di sebelah Ruang Operasi
Pusat Keunggulan Bedah Jantung Jerman.
Setelah shalat Isya bersama kami tidur. Pukul
04.00 pagi kami bangun untuk shalat Subuh.
.....
Sementara itu waktu untuk shalat Subuh sudah
sampai dan kami melaksanakan kewajiban kami
bersama shalat Subuh.”96

“Dokter menyarankan kepada kami agar Ainun


sementara tidak diperkenankan tinggal di daerah
khatulistiwa dan daerah yang udaranya tercemar. Oleh
karena itu, Ainun lebih dari 3 tahun tidak dapat
kembali ke Tanah Air yang selalu dirindukannya.
Untuk mengkompensasi semuanya itu, kami
berkunjung ke hampir semua pusat kebudayaan Eropa,
menikmati lingkungan, dengan kasih sayang, cinta
sejati, murni dan suci kami berdua menikmati
pemberian Allah SWT.
Melalui internet dan media elektronik, kami
berdua terus mengikuti perkembangan di Tanah Air.
Sebagai umat yang beriman kami juga melaksanakan
ibadah, terutama shalat berjama’ah dan memanjatkan
doa untuk kebaikan kami berdua, keluarga dan Tanah
Air.97

“Pasang surut kesehatan Ainun antara harapan dan


kegelisahan terus berlangsung. Saya siang dan malam
96
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 209-210
97
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 252
115

terus mendampingi Ainun sejak ia masuk ke rumah


sakit tanggal 24 Maret 2010. Saya tidak pernah
meninggalkan Ainun seorang diri dan tak berhenti
memanjatkan doa. Tiap hari kami shalat bersama. Saya
duduk di samping Ainun membisikkan surah Al-
Faatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas dan berdoa
dalam bahasa Indonesia dengan getaran hati nurani
kami berdua Ainun dan saya. Bibir Ainun bergetar
mengikuti irama doa kami.”98

“Keadaan Ainun tetap tidak menentu dan tidak stabil.


Tumor ganas terus bekerja dan merongrong kesehatan
Ainun. Saya terus menerus di kamar dan sudah hampir
dua bulan tidak keluar. Matahari hanya saya lihat
bersama Ainun dari jendela. Saya diperbolehkan
membantu perawat dan dokter menjadi pembantu
perawat. Tiap saat saya berdoa untuk Ainun dan tiap
malam pukul tiga, saya shalat tahajud untuk Ainun dan
memohon kepada Allah SWT untuk memberi kami
berdua kekuatan untuk menghadapi dan mengatasi
semuanya ini sesuai kehendak-Nya. Tahajud saya
laksanakan di kamar 106 di station F22 yang
disediakan khusus untuk saya. Di kamar ini Ainun dan
saya terakhir berbaring sebelah menyebelah tempat
tidur. Di kamar ini saya sering menyendiri tengah
malam dan sambil bercucuran air mata memanjatkan
doa untuk Ainun yang sangat saya sayangi. Cinta
sejatiku.”99

“Tanggal 21 Mei 2010, saya diperkenankan tinggal


sampai pukul 04.00 pagi hari Sabtu tanggal 22 Mei
2010 di kamar ICCU Ainun. Ainun tidur tenang dan
saya terus mendampinginya dan memegang tangannya.
Shalat tahajud saya laksanakan di sampingnya dan
pada shalat Subuh bisikan di telinganya doa dan juga
semua doa saya bisikan di telinganya.”100
98
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 287.
99
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 292.
100
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 294.
116

Penggalan-penggalan kalimat di atas menunjukkan


nilai mah̲abbah yang diterapkan oleh Habibie dan Ainun.
Walaupun sedang dalam keadaan sakit, Ainun tetap
melaksanakan shalat bahkan sering shalat bersama dengan
Habibie. Dalam kondisi Ainun yang sakit juga Habibie
sering melaksanakan shalat Tahajud dan ia juga
memanjatkan doa-doa untuk kesembuhan Ainun, terkadang
juga membisikkan doa-doa atau surat-surat pendek di
telinga Ainun.

Selain nilai mah̲abbah yang ditunjukkan melalui


ibadah shalat dan puasa, dalam beberapa penggalan novel
tersebut juga terdapat nilai mah̲abbah yang ditunjukkan
melalui ibadah haji dan umrah, sebagai berikut :

3) Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah

“Dalam perjalanan pulang kami melakukan ibadah haji


kedua kami bersama putra kami Ilham bersama Insana
dan Thareq bersama Widya untuk menambah energi
rohani kami untuk menghadapi semua masalah dalam
keadaan Nasional dan Regional yang tidak
menentu.”101

“Selama 50 hari di Jakarta sampai tanggal 8 Mei 2009


keberangkatan kami dengan pesawat Saudi Arabian
Airlines SV-819 ke Jeddah, kami melaksanakan
persiapan untuk program di Timur Tengah dan Eropa.
Selama 4 bulan kami akan berada di luar negeri. Kami
melaksanakan Umroh pada tanggal 9 dan 10 Mei,
sebelum hadir pada pertemuan Inter Action Council
101
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 226.
117

(IAC) yang dilaksanakan di King Abdullah Economic


City, kota baru antara Jeddah dan Medina. Pertemuan
ini sangat penting karena membicarakan masalah-
masalah Timur Tengah yang aktual dan disponsori oleh
Raja Saudi Arabia Abdullah Ibn Ad Al Aziz.”102

“Walaupun demikian, saya merasa tidak tenang


sehingga di Muenchen, sebelum kami berangkat ke
Jeddah untuk Umroh kedua kalinya, saya meminta
pendapat kedua dari tim dokter Muenchen untuk
memeriksa Ainun dan saya. Di samping itu kedatangan
saya ke Jeddah adalah untuk menghadiri pertemuan
dengan beberapa tokoh Timur Tengah di kantor pusat
Bank Pembangunan Islam (IDB).
.....
Setelah buku saya “Detik-Detik yang Menentukan”
dalam bahasa Jerman diluncurkan di Muenchen pada
tanggal 20 Agustus, Ainun dan saya meninggalkan
Muenchen pada hari Sabtu 22 Agustus pukul 19.30
dengan pesawat Lufthansa LH 596 menuju Jeddah
melalui Frankfurt.
Kami langsung melaksanakan Umroh ke Mekkah
dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di
Madinah. Kemudian setelah melaksanakan pertemuan
di kantor IDB, pada tanggal 25 Agustus dalam keadaan
sehat kami tiba di Jakarta.”103
Dalam penggalan kalimat di atas menujukkan nilai
mah̲abbah yang diterapkan Habibie dan Ainun, yaitu ketika
mereka melaksanakan ibadah haji yang kedua bersama
kedua anak beserta menantu mereka untuk menambah
energi rohani supaya dapat menghadapi semua masalah
mereka. Selain itu, di tengah-tengah kesibukan Habibie dan
Ainun, mereka juga menyempatkan untuk ibadah umrah,

102
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 260.
103
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 262.
118

seperti saat mereka mempunyai program di Timur Tengah


dan Eropa. Kemudian saat sebelum menghadiri pertemuan
dengan beberapa tokoh di Timur Tengah di kantor pusat
Bank Pembangunan Islam (IDB) yang sebelumnya mereka
berangkat dari Muenchen, disana mereka juga
melaksanakan umrah kembali untuk yang kedua kalinya
serta berziarah juga ke makam Nabi Muhammad Saw.

Selain nilai mah̲abbah yang ditunjukkan melalui


ibadah haji dan umrah, dalam beberapa penggalan novel
tersebut juga terdapat nilai mah̲abbah yang ditunjukkan
dengan cinta terhadap al-Qur’an, sebagai berikut :

4) Membentuk Majelis Pengajian di Rumah

“Ainun terus bertanya dan kembangkan cara dan


metode terbaik pada pelaksanaan proyek sosial yang
sedang ia laksanakan atau rencanakan. Dengan latar
belakang pendidikan sebagai dokter dan pengalaman
membangun keluarga, ia terus berkarya berdasarkan
keyakinannya, dedikasinya, tanpa mengenal lelah.
Ainun konsentrasi pada peningkatan kualitas
proses pembudayaan SDM melalui organisasinya.
Ainun membentuk Majelis Pengajian dengan para ibu.
Tiap hari Selasa pada minggu pertama dan kedua tiap
bulan, dilaksanakan pengajian dan ceramah mengenai
ajaran Agama Islam dan Alquran di rumah kami di
Jalan Patra Kuningan XIII No. 1-3.”104

Penggalan kalimat di atas menunjukkan nilai


mah̲abbah yaitu di tengah kesibukan Ainun dalam
pelaksanaan proyek sosialnya, ia juga membentuk majelis

104
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 129.
119

pengajian dengan para ibu-ibu di rumah mereka di Jalan


Patra Kuningan XIII No. 1-3, di majelis tersebut
dilaksanakannya pengajian dan ceramah tentang ajaran
agama Islam dan al-Qur’an setiap hari Selasa pada minggu
pertama dan kedua tiap bulan.

5) Ainun yang Selalu Memanjatkan Doa dan Membaca Al-


Qur’an

“Sering saya menyampaikan bahwa Ainun memang


dilahirkan untuk saya dan saya untuk Ainun. Tiap kali
saya ucapkan itu, Ainun hanya tersenyum dan bibirnya
bergetar. Mengenal Ainun yang sangat religius dan tiap
hari membaca ayat-ayat suci Alquran, saya yakin bibir
bergetar karena memanjatkan doa ketika mendengar
ucapan saya itu. Tiap saat kami berdua selalu
memanjatkan doa sesuai irama keberadaan kami.
Demikian irama keberadaan kami, menyatu dalam
kalbu cinta yang indah, sejati dan abadi dimanapun
kami sedang berada. Allah SWT selalu bersama dan
melindungi kami. Kami selalu menyatu karena
kehendak Allah SWT, Ainun dan saya manunggal
karena cinta yang murni, yang suci dan yang sempurna
itu, adalah Allah SWT sendiri di seluruh alam
semesta.”105

“Pada malam-malam yang mencekam tersebut, pada


saat otak saya berputar memikirkan penyelesaian
masalah yang bertumpuk. Sambil menunggu saya
bekerja, di ruangan lain, seperti biasa, saya mendengar
suara Ainun tidak henti-hentinya mengalunkan bacaan
ayat-ayat suci Alquran. Suaranya yang lembut, telah
membuat saya kembali segar. Saya serasa mendapat
energi baru, bukan phisik tetapi energi spiritual yang

105
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 177-178.
120

dahsyat. Bahkan memberikan keyakinan kepada saya


bahwa tidak ada yang salah yang telah saya lakukan.
Suara Ainun makin mendekatkan saya kepada Allah,
bahwa Allah SWT akan meridhoi langkah-langkah
saya untuk menyelamatkan bangsa ini. Karena setiap
malam membaca Alquran, maka dalam beberapa hari
Ainun bisa khatam.”106

“Saya memanfaatkan kesempatan itu untuk membaca


dan menulis makalah untuk diberikan pada pertemuan
para tokoh dan pakar Eropa, Amerika, Jepang dan
Korea, dimana saya mendapat undangan untuk hadir
sebagai pembicara, bilamana keadaan Ainun
memungkinkan. Ainun banyak membaca Alquran,
buku-buku tentang budaya Islam dan sering berdiskusi
dengan saya.”107

“Mendengar itu semua Ainun diam dan pasrah


menerimanya, bibirnya bergetar memanjatkan doa
sambil membaca ayat Alquran yang hampir semua ia
hafal dan maklumi.
Setibanya di rumah, saya minta semua koper
ditinggal dan tidak jadi di bawa ke Singapura. Hanya
dua koper kecil dengan obat dan alat kedokteran serta
kebutuhan pribadi bersama Alquran yang dibawa ke
Muenchen.”108
Penggalan-penggalan kalimat di atas menunjukkan
nilai mah̲abbah yang ditunjukkan oleh Ainun. Habibie
menceritakan bahwa Ainun selalu membaca al-Qur’an
setiap hari dan juga Ainun yang memanjatkan doa ketika
Habibie mengatakan bahwa Ainun dilahirkan untuk
Habibie dan Habibie untuk Ainun. Selain itu, Ainun yang

106
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 184.
107
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 252.
108
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 274.
121

suka membaca al-Qur’an baik dimanapun ia berada seperti


saat Habibie memanfaatkan waktunya untuk membaca dan
menulis makalah untuk diberikan pada pertemuan para
tokoh dan pakar Eropa, Amerika, Jepang dan Korea,
sedangkan Ainun banyak membaca al-Qur’an maupun
buku-buku tentang budaya Islam. Setelah itu cerita Habibie
pada suatu malam ketika Habibie yang sedang
menyelesaikan masalahnya yang bertumpuk, lalu ia
mendengar suara lantunan ayat suci al-Qur’an Ainun, saat
itu Habibie seperti mendapat energi baru berupa energi
spiritual yang dahsyat dan membuat yakin akan bisa
menyelesaikan permasalahannya. Kemudian kalimat
berikutnya Ainun yang memanjatkan doa dan membaca
ayat al-Qur’an ketika ia sakit dan tidak lupa membawa al-
Qur’an saat ia ingin melakukan pengobatan ke Muenchen.

Dalam penggalan kitab Hidāyah al-Sālikīn dijelaskan


mengenai orang yang ‘ārif, bahwa mereka hanya cinta kepada
Allah Swt., namun jika cinta terhadap semua makhluk-Nya
dan perbuatan-Nya itu diperbolehkan, karena semua itu bisa
mendatangkan cinta kepada Allah Swt., salah satunya seperti
cinta kepada Nabi Muhammad Saw., karena Nabi Muhammad
merupakan utusan Allah Swt., begitu pula cinta kepada para
sahabat, auliya, ulama, dll.”109 Maka dari itu, dengan al-
Qur’an juga bisa membuat seseorang dekat dengan Allah Swt.
Dengan cinta kepada al-Qur’an merupakan bukti cinta kepada

109
Abdus Shamad Al-Palimbani, Hidāyah al-Sālikīn, 96.
122

Allah Swt., karena al-Qur’an merupakan mukjizat yang


diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw.

Dari penggalan-penggalan kalimat tersebut ditemukan


bahwa dengan menjalankan ibadah fardhu (wajib) maupun
sunnah yang dilakukan Habibie dan Ainun itu menunjukkan
nilai mah̲abbah atau sebagai tanda kecintaan mereka kepada
Allah Swt. seperti pendapat yang diutarakan oleh Imam al-
Ghazali dalam kitab Hidāyah al-Sālikīn yang sudah dijelaskan
di atas.

B. Karakteristik Tasawuf dalam Novel Habibie & Ainun

Di dalam novel Habibie & Ainun, karakteristik


tasawufnya lebih mengarah kepada tasawuf akhlaki. Tasawuf
akhlaki merupakan ajaran tasawuf yang menekankan kepada
akhlak, perilaku serta moral.110 Di dalam ceritanya banyak
mencerminkan sikap atau perilaku yang menunjukkan kepada
akhlak yang baik yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Nilai-nilai tasawuf yang ditemukan dalam novel tersebut yaitu
sabar, syukur, tawakal, tawadhu dan mah̲abbah. Nilai-nilai
tersebut termasuk kepada tasawuf akhlaki khususnya dengan
melalui tahap tahalli, dimana tahalli merupakan upaya menghiasi
atau mengisi diri dengan perilaku, sikap serta akhlak terpuji dan
berusaha untuk menjadikannya sebuah kebiasaan. Tahalli adalah

110
Annisa Rizki Ananda, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99 Cahaya di
Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, Skripsi,
Palembang : Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam
Negeri Raden Fatah, 2017, 28.
123

suatu tahapan yang dilakukan oleh para sufi setelah


mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak yang buruk. Para sufi
berusaha pada tahap ini agar segala perilaku atau sikap terus
berjalan di atas tuntuan agama, baik kewajiban yang di dalam
maupun di luar. Aspek dalam seperti ketaatan, iman dan cinta
terhadap Allah Swt., sedangkan aspek luar merupakan kewajiban
yang sifatnya formal seperti shalat, puasa, haji, dll.”111

Selain itu dalam novel Habibie & Ainun juga lebih


mengarah kepada tasawuf akhlaki berdasarkan beberapa ciri-ciri
tasawuf akhlaki dalam buku Ilmu Tasawuf karya M Solihin dan
Rosihon Anwar, sebagai berikut :

1. Dilandasi oleh Al-Qur’an dan Hadis

Dalam novel Habibie & Ainun juga menerapkan


perilaku berlandaskan kepada al-Qur’an dan hadis, perilaku
yang diterapkan di dalam novel yang termasuk ke dalam nilai
tasawuf merupakan nilai yang juga terdapat anjurannya di
dalam al-Qur’an dan hadis seperti nilai sabar, syukur, tawakal,
tawadhu dan mah̲abbah. Salah satu contoh perkataan Pak
Harto di dalam novel tersebut yang menilai bahwa perilaku
Habibie dan Ainun berdasarkan ajaran al-Qur’an, sebagai
berikut :

“Kehidupanmu dan Ainun selalu mesra dan


menyenangkan untuk siapa saja. Tiap hari shalat 5 kali,
berpuasa bersama Ainun tiap Senin dan Kamis. Bekerja
111
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka
Setia, 2008, 115.
124

keras dan tidak pernah mengeluh atau membuat persoalan


yang mengganggu berkembangnya keluarga sakinah
sesuai ajaran Alquran. Hidup dan perilaku Habibie dan
Ainun selalu mencerminkan keseimbangan Iptek dan
Imtak.”112
Selain itu, terdapat juga salah satu penggalan kalimat
dari perkataan Habibie yang menceritakan perilaku Ainun
yang religius, dimana perilaku tersebut sesuai dengan ajaran
al-Qur’an dan hadis, sebagai berikut :

“Demikian sifat Ainun yang sangat religius selalu


bersama saya puasa tiap hari Senin dan Kamis dan tiap
hari membaca satu jus kitab suci Alquran. Ainun juga
membina 95 anak asuh yang diberi bantuan tambahan
biaya pengangkutan ke sekolah dan segala prasarana yang
dibutuhkan. Semuanya diambil dari milik pribadi kami
yang jumlahnya melebihi apa yang disaran dalam ajaran
agama. Alhamdulillah. Demikian pula disediakan
sembako untuk membantu janda miskin, masjid, dsb.
Perilaku dan perhatian Ainun dilaksanakan dimana saja ia
sering berada, di Bandung, di Jakarta atau di luar
negri.”113

Contoh perilaku dalam penggalan-penggalan kalimat


di atas seperti puasa Senin dan Kamis merupakan sunah Nabi
Muhammad Saw., shalat lima waktu atau membaca al-
Qur’an merupakan anjuran dari Allah Swt, demikian juga
beramal atau sedekah kepada sesama yang merupakan
anjuran dari Allah Swt. Semua contoh perilaku tersebut
berdasarkan ajaran al-Qur’an dan hadis, seperti salah satu
firman Allah Swt. berikut mengenai sedekah :

112
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 141.
113
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 158-159.
125

‫ﲔ ِﻓ ْﻴ ِﻪ ۗ◌ ﻓَﺎ ﻟﱠ ِﺬﻳْ َﻦ‬ ِ ِ ِ ِ ِ


َ ْ ‫ َوَر ُﺳ ْﻮﻟﻪ ٖ◌ َواَ ﻧْﻔ ُﻘ ْﻮا ﳑﱠﺎ َﺟ َﻌﻠَـ ُﻜ ْﻢ ﱡﻣ ْﺴﺘَ ْﺨﻠَﻔ‬Iّٰ ِ ‫ٰاﻣﻨُـ ْﻮا‬
ِ
(٧) ‫ٰا َﻣﻨُـ ْﻮا ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َواَ ﻧْـ َﻔ ُﻘ ْﻮا َﳍُ ْﻢ اَ ْﺟ ٌﺮ َﻛﺒِْﻴـ ٌﺮ‬
“Berimanlah dirimu terhadap Allah Swt serta rasul-
Nya dan infakkanlah sebagian hartamu (pada jalan Allah
Swt.) yang Allah Swt. sudah menentukan dirimu sebagai
penguasa harta tersebut (diamanahkan). Maka di antara
kamu orang-orang berinfak dan yang beriman akan
mendapatkan pahala yang besar.” (Q.S al-Hadīd : 7)114

2. Tidak Menggunakan Terminologi-Terminologi Filsafat

Di dalam novel Habibie & Ainun, penulis tidak


menemukan adanya unsur-unsur filsafat, seperti halnya
ucapan-ucapan syaṯahat atau yang lainnya.115 Dari sikap atau
perilaku tokoh di dalam novel, lebih menunjukkan kepada
tasawuf akhlaki. Alur ceritanya juga menceritakan tentang
kehidupan tokoh yang mencerminkan kepada akhlak yaitu
perilaku yang mengarah kepada tasawuf akhlaki seperti
sabar, syukur, tawakal, tawadhu dan mah̲abbah.

3. Lebih Mengajarkan kepada Sifat Dualisme yaitu


Hubungan antara Allah Swt. dengan Manusia

Hubungan antara Allah Swt. dengan manusia atau


dualisme maksudnya adalah bahwa manusia bisa
berhubungan dengan Allah Swt. Namun, dalam hal esensi
masih dalam konteks yang berbeda, artinya Allah Swt.

114
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah,
538
115
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 120.
126

dengan manusia tidak akan bisa menyatu walaupun sedekat


apapun.116 Dalam novel sering ditemukan sikap yang
mencerminkan hubungan antara Allah Swt. dengan manusia,
seperti Habibie dan Ainun yang selalu shalat lima waktu
sebagai bentuk penyembahan kepada Allah Swt., Habibie
dan Ainun yang selalu berdoa maupun bertawakal kepada
Allah Swt. seperti saat proses penyembuhan Ainun, dll.
Seperti salah satu contoh penggalan kalimat berikut :

“Tiap saat kami berdua selalu memanjatkan doa sesuai


irama keberadaan kami. Demikian irama keberadaan
kami, menyatu dalam kalbu cinta yang indah, sejati dan
abadi dimanapun kami sedang berada. Allah SWT selalu
bersama dan melindungi kami. Kami selalu menyatu
karena kehendak Allah SWT, Ainun dan saya manunggal
karena cinta yang murni, yang suci dan yang sempurna
itu, adalah Allah SWT sendiri di seluruh alam semesta.”117

Maksud dari kalimat “Allah SWT selalu bersama dan


melindungi kami” menunjukkan akan keyakinan mereka
bahwa Allah Swt dekat dengan mereka., namun bukan dalam
konteks penyatuan terhadap seorang hamba.

4. Konsentrasinya Lebih kepada Soal Pembinaan,


Pendidikan Akhlak serta Pengobatan Jiwa yang dilakukan
Melalui Latihan Mental atau Riyād̲ah serta Takhalli,
Tahalli dan Tajalli

116
M Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, 121.
117
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 177-178.
127

Di dalam novel Habibie & Ainun, penulis hanya


menemukan nilai tasawuf akhlaki dengan melalui latihan
mental atau riyād̲ah dan melalui tahap tahalli saja, dimana
nilai-nilai tasawufnya yaitu sabar, syukur, tawakal, tawadhu,
dan mah̲abbah. Untuk tahap takhalli dan tajalli penulis
belum menemukan di dalam novel tersebut. Salah satu
contoh untuk pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel
tersebut seperti nilai sabar yang diterapkan Habibie dengan
tidak membalas dendam saat ada orang lain yang
memperlakukannya tidak baik. Selain itu salah satu contoh
untuk pengobatan jiwa seperti saat Habibie mendengar
lantunan ayat suci al-Qur’an Ainun yang membuatnya seperti
mendapat energi spiritual yang bisa membangkitkan
keyakinannya terhadap masalah yang sedang ia hadapi,
seperti dalam penggalan kalimat berikut :

“Pada malam-malam yang mencekam tersebut, pada


saat otak saya berputar memikirkan penyelesaian
masalah yang bertumpuk. Sambil menunggu saya
bekerja, di ruangan lain, seperti biasa, saya mendengar
suara Ainun tidak henti-hentinya mengalunkan bacaan
ayat-ayat suci Alquran. Suaranya yang lembut, telah
membuat saya kembali segar. Saya serasa mendapat
energi baru, bukan phisik tetapi energi spiritual yang
dahsyat. Bahkan memberikan keyakinan kepada saya
bahwa tidak ada yang salah yang telah saya lakukan.
Suara Ainun makin mendekatkan saya kepada Allah,
bahwa Allah SWT akan meridhoi langkah-langkah
saya untuk menyelamatkan bangsa ini.”118

118
Bacharuddin Jusuf Habibie, Habibie & Ainun, 184.
128

Dari kelima ciri-ciri tasawuf akhlaki menurut M Solihin


dan Rosihon Anwar, hanya empat ciri tasawuf akhlaki tersebut
yang ditemukan di dalam novel. Satu ciri yang berupa
kesinambungan hubungan antara hakikat dan syariat, tidak
penulis temukan di dalam novel tersebut. Maka di dalam novel
Habibie & Ainun, tasawuf akhlakinya termasuk kepada empat ciri
yang telah disebutkan di atas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dalam novel Habibie &


Ainun yang telah penulis uraikan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :

1. Nilai-nilai tasawuf yang terdapat di dalam novel Habibie &


Ainun terdiri dari nilai sabar, syukur, tawakal, tawadhu dan
mah̲abbah. Implementasi sabar dalam novel tersebut yaitu
dengan tidak mengeluh terhadap siapapun mengenai
sakitnya cobaan kecuali kepada Allah Swt. Kemudian
implementasi sabar berikutnya yaitu sabar tingkatan kedua
berupa sabar menghadapi gangguan dari orang lain, baik
perkataan maupun perbuatannya. Untuk pendapat pertama
sesuai dengan pandangan Sayyid al-Jurjani, sedangkan
pendapat kedua sesuai dengan pandangan Imam al-Ghazali.

2. Implementasi syukur yang terdapat di dalam novel tersebut


berupa syukur lisan yaitu mengucapkan rasa syukur
terdapat Allah Swt. dengan kalimat tahmid atau berupa
kata-kata yang memperlihatkan rasa syukur. Kemudian
syukur anggota badan yaitu menggunakan nikmat Allah
Swt. dengan mematuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Pendapat ini merupakan pandangan dari
Imam al-Ghazali. Kemudian implementasi tawakal yaitu

129
130

berserah kepada Allah Swt. terhadap apa yang ia


kehendaki. Hal ini sesuai dengan pandangan Sahl bin
Abdullah.

3. Implementasi tawadhu yaitu tidak memperlihatkan


kedudukan dan kondisi dirinya serta tidak memandang jelek
kepada orang lain. Pendapat ini merupakan pandangan dari
Abu Yazid al-Bustami. Terakhir adalah implementasi
mah̲abbah yaitu cinta terhadap Allah Swt. terbagi menjadi
dua : 1) Fardhu (wajib) yaitu cinta terhadap Allah Swt.
dengan menjalankan semua ibadah fardhu yang
diperintahkan Allah Swt., menjauhi maksiat dan ridha
terhadap qad̲ā’ serta qadar-Nya, 2) Sunah yaitu cinta
terhadap Allah Swt. dengan menjalankan ibadah sunah
serta menjauhi yang syubhāt dan makruh. Pendapat tersebut
sesuai dengan pandangan Imam al-Ghazali

4. Berdasarkan nilai-nilai tasawuf yang ditemukan berupa nilai


sabar, syukur, tawakal, tawadhu dan mah̲abbah dan juga
berdasarkan ciri-cirinya yaitu berlandaskan al-Qur’an dan
hadis, tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat,
lebih mengajarkan kepada sifat dualisme yaitu hubungan
antara manusia dengan Allah Swt. dan lebih berkonsentrasi
pada masalah pembinaan, pendidikan akhlak serta
pengobatan jiwa yang dilakukan melalui latihan mental atau
riyād̲ah serta melalui tahap tahalli. Maka, karakteristik
tasawuf dalam novel Habibie & Ainun termasuk kepada
tasawuf akhlaki.
131

B. Saran

1. Untuk para peneliti selanjutnya, masih banyak novel atau


karya sastra yang bisa dijadikan bahan penelitian atau
mungkin juga novel Habibie & Ainun itu sendiri, dimana di
dalamnya terdapat nilai-nilai dan amanat yang bisa
dijadikan pelajaran khususnya untuk kehidupan
masyarakat.

2. Dalam novel Habibie & Ainun, selain terdapat nilai-nilai


tasawuf juga terdapat nilai-nilai lainnya seperti nilai sosial,
politik, dll. Untuk itu novel ini sangat bagus bila dijadikan
rujukan sebagai bahan bacaan untuk contoh kehidupan
masyarakat yang lebih baik.

3. Penulis menyadari bahwa dalam menganalisis nilai-nilai


tasawuf dalam novel Habibie & Ainun masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU/KITAB

Al-Ghazali, Mukhtas̲ ar Ih̲yā’ ‘Ulūm al-Dīn , Jakarta : Dar al-


Kutub al-Islamiyah, 2004.

Habibie, Bacharuddin Jusuf, Detik-Detik yang Menentukan :


Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, Jakarta :
THC Mandiri, 2006.
Habibie, Bacharuddin Jusuf, Habibie & Ainun, Cet. Ke-1, Jakarta
: THC Mandiri, 2010.
Hanbal, Ahmad Ibn, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut
: Muassasah al-Risalah, 1995

Isa, Abdul Qadir, H̲aqā’iq ‘an al-Tas̲ awwuf, Norwich - England :


Diwan Press, 1983.

Al-Jauziyyah, Ibnu Qayyim, Madārij al-Sālikīn Syarh̲ Manāzil


al-Sā’irīn II, Beirut - Lebanon : Dar al-Kutub al-Ilmiyah.

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan


Terjemah, Cet. Ke-1, Bandung : Syaamil Quran, 2012.

Makka, A. Makmur, Biografi Bacharuddin Jusuf Habibie : dari


Ilmuwan sampai “Minandito”, Jakarta : THC Mandiri,
2012.
Mulyati, Sri, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat
Muktabarah di Indonesia, Ed. Ke-1, Cet. Ke-4, Jakarta :
Kencana, 2011.
Nasution, Harun, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Cet. Ke-
12, Jakarta : Bulan Bintang, 2014.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, Ed. Rev,
Cet. Ke-14, Jakarta : Rajawali Pers, 2019.
Noer, Gina S, Rudy : Kisah Masa Muda Sang Visioner, Cet. Ke-
1, Yogyakarta : Bentang, 2015.

132
133

Al-Palimbani, Abdus Shamad, Hidāyah al-Sālikīn, Pattani -


Thailand : Mathba’ah bin Halabi.

Al-Qusyairi, al-Risālah al-Qusyairiyyah, Beirut - Lebanon : Dar


al-Kotob al-Ilmiyah, 2001.

Rusli, Ris’an, Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan


Pengalaman Sufi, Cet. Ke-1, Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2013.

Salam, Solichin, B.J. Habibie : Mutiara Dari Timur, Cet. Ke-2,


Jakarta : Intermasa.

Solihin, M dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung :


Pustaka Setia, 2008.
Al-Taftazani, Abu Wafa’ al-Ghanimi, Madkhal ilā al-Tas̲ awwuf
al-Islāmī, terj. Subkhan Anshori, Tasawuf Islam : Telaah
Historis dan Perkembangannya, Cet. Ke-1, Jakarta :
Gaya Media Pratama, 2008.
Timotius, Kris H, Pengantar Metodologi Penelitian Pendekatan
Manajemen Pengetahuan untuk Perkembangan
Pengetahuan, Ed. 1, Yogyakarta : Andi, 2017.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta : Mahmud
Yunus wa Dzurriyyah, 2010.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Cet. Ke-3, Jakarta
: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.

KARYA ILMIAH

Ananda, Annisa Rizki, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel 99


Cahaya di langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais
dan Rangga Almahendra, Skripsi, Palembang : Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri
Raden Fatah, 2017.
134

Fahrudin, Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna


Mencapai Kedekatan dengan Allah, Jurnal Pendidikan
Agama Islam, Vol.14 No.1, 2016.
Fitriani, Nur, Nilai-Nilai Etika Sufistik dalam Novel Di Bawah
Lindungan Ka’bah Karya Hamka, Skripsi, Lampung :
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Raden
Intan, 2018.
Kurniawati, Yesy, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Api Tauhid
Karya Habiburrahman el-Shirazy, Skripsi, Surakarta :
Fakultas Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri,
2019.
Mu’asyara, Nesia, Nilai-Nilai Tasawuf dalam Novel Ayat-Ayat
Cinta Karya Habiburrahman el-Shirazy dan Relevansinya
dalam Pengembangan Akhlak al-Karimah, Skripsi,
Lampung : Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri
Raden Intan, 2017.
Raharjo, Yusuf Muflikh, Herman J. Waluyo dan Kundharu
Saddhono, Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan
Karakter dalam Novel Nun Pada Sebuah Cermin Karya
Afifah Afra Serta Relevansinya dengan Materi Ajar di
SMA, Jurnal Pendidikan Indonesia, Vol.6 No.1, April
2017.
Naji, Samkhun, Kandungan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Tasawuf (Analisis Isi Novel Jack and Sufi Karya
Muhammad Luqman Hakim), Skripsi, Jakarta : Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2014.
Nurhasanah, Pengaruh Konsep Akal dalam Pengembangan
Pendidikan Islam, Jurnal Nalar, Vol.1 No.2, Desember
2017.
Prasetyo, Rengga Ari, Kisah Cinta dalam Novel “Habibie &
Ainun” (Analisis Strukturalisme Roman Jacobson
Tentang Cinta Keluarga Sakinah), Ponorogo :
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri , 2019.
135

Purnama, Rozak, Indikator Tawadhu dalam Keseharian, Jurnal


Madaniyah, Vol.1 Ed. XII, Januari 2017.

Sayuti, Suminto A., Wiyatmi dan Dwi Budiyanto, Membaca Nilai


Kemanusiaan dalam Novel Autobiografi, Jurnal, Vol.27
No.1, Maret 2019.

WAWANCARA
Ansori, Muhammad Hasan, Wawancara, 02 Februari 2022.

WEB

Kodri, Imam, Jimat, Aji Kawijayan, dan Guru Spiritual


Jokowidodo, dan Presiden yang lain, diakses dari
https://www.kompasiana.com/imamkodrimirkasan/jimat-aji-
kawijayan-dan-guru-spiritual-jokowidodo-dan-presiden-yang-
lain_54f94c08a333110a068b4b20

Jody, Dunia Buku : Gerhana Kembar, diakses dari


http://sepetaklangitku.blogspot.com/2012/02/gerhana-
kembar.html?m=1

Mulachela, Husen, Cerita Fiksi dan Nonfiksi : Pengertian, Beda,


dan Contohnya, diakses dari
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61b2f5e561ef3/cerita-fiksi-
dan-nonfiksi-pengertian-beda-dan-contohnya

https://id.m.wikipedia.org/wiki/B._J._Habibie

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Habibie_%26_Ainun_(buku)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pluralisme
https://kbbi.web.id/sabar
https://kbbi.web.id/syukur
https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/biography/?.box=
detail&presiden_id=4&presiden =habibie
LAMPIRAN

A. Hasil Wawancara

Nama : Muhammad Hasan Ansori


Tempat : Secara online melalui zoom meeting
Hari/Tanggal : Rabu/02 Februari 2022
Waktu : 15.05-15.21

1. Apakah bapak pernah bertemu Pak Habibie dan sejak kapan


mengenal beliau?
Jawab : Pernah, saya bertemu sejak 2011.

2. Di The Habibie Center bapak menjabat sebagai apa?


Jawab : Menjadi Direktur Eksekutif sejak 2019.

3. Menurut bapak Pak Habibie orang yang seperti apa dari segi
religiulitas beliau?
Jawab : Tren di Indonesia yaitu berupa IPTEK dan IMTAQ
merupakan ciptaan Pak Habibie, jadi harus ada
keseimbangan antara keduanya. Aspek religiultas beliau itu
sangat kuat, makanya ia banyak mendirikan organisasi atau
forum yang ada moralitas atau agamanya seperti ICMI
(Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia). Beliau itu orang
yang saintis, rasionalis dan religius. Visi beliau itu harus ada
kombinasi antara IPTEK dan IMTAQ.

136
137

4. Apakah Pak Habibie memiliki guru spiritual? Seperti halnya


Pak Soekarno atau Pak Harto, yang saya baca di artikel atau
menonton di youtube katanya dari Presiden Habibie sampai
Pak SBY itu dekat dengan Kiai yaitu Kiai khos seperti Kiai
Abdullah Faqih dari Pesantren Langitan (Tuban), Kiai Chudori
dari Pesantren Tegal Rejo (Magelang). Saya ingin
mengonfirmasi apa benar begitu Pak?
Jawab : Pak Habibie tidak memiliki guru spiritual khusus,
namun beliau memiliki kedekatan kepada ilmuwan-ilmuwan
muslim seperti beliau dekat dengan Pak Quraish Shihab atau
Azyumardi Azra dan yang menjadi pengaruh beliau tidak
hanya satu orang saja karena interaksinya banyak. Jika ada
isu-isu beliau akan bertanya, seperti jika ada isu-isu agama,
beliau sudah punya orang-orangnya. Hal itu bukan hanya
dilakukan saat menjadi Presiden saja, tetapi sebelumnya juga,
seperti saat beliau ke Indonesia saat menjadi menteri yaitu
MENRISTEK atau saat tidak menjadi Presiden juga. Beliau
memang lebih dekat kepada cendekiawan muslim atau ulama
modern bukan kepada kiai-kiai yang di Pesantren seperti
halnya Kiai Abdullah Faqih dari Langitan Tuban atau yang
lainnya, karena memang latar belakang beliau itu lebih
kepada teknologi dan beliau bukan dari Pesantren.

5. Sebelum wafatnya Pak Habibie kira-kira kegiatan apa yang


beliau lakukan? yang saya baca di dalam novel, setelah
meninggalnya Ainun beliau lebih ingin mendekatkan diri
kepada Allah atau mungkin ada kegiatan lain seperti beliau
138

banyak membaca di perpustakaannya yang besar itu atau


bagaimana Pak?
Jawab : Sejak meninggalnya Ainun beliau lebih religius
karena memang orang pasti semakin tua maka religiusnya itu
semakin nampak. Saat setelah menjadi Presiden beliau lebih
memfokuskan dirinya jadi penasehat bangsa seperti bertemu
dengan Pak Jokowi, orang siapapun bisa bertemu dengan
beliau jika itu berurusan dengan bangsa. Sebelum
meninggalnya, beliau ingin menularkan mimpi untuk bangsa,
beliau ingin mewariskan kepada anak-anak muda seperti
anda, pemikiran beliau itu hanya NKRI, NKRI dan NKRI.

B. Dokumentasi

Wawancara melalui zoom meeting bersama Bapak Muhammad


Hasan Ansori selaku Direktur Eksekutif The Habibie Center
(THC)

Anda mungkin juga menyukai