Anda di halaman 1dari 108

DISPARITAS PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PN TANGERANG


(Studi Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

DWI SETYO RINI


11150430000103

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ABSTRAK

Dwi Setyo Rini. NIM 11150430000103.“DISPARITAS PUTUSAN HAKIM


DALAM PERKARA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PN
TANGERANG (Studi Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan Putusan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng)”. Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441
H/2020 M.
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang dasar hakim dalam
memformulasikan putusan serta alasan terjadinya disparitas antar dua putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan pendekatanundang-
undang (statute approuch) adalah pendekatan yang dilakukan menelaahsemua
undang-undang dan regulasi yanh bersangkut paut dengan isu yang di tangani
yakni putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan Putusan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.
Hasil penelitian menunjukan bahwa disparitas putusan hakim dalam
perkara penyalahgunaan narkotika di PN Tangerang (Studi Putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng)” bahwahakim
didalam memformulasikan putusan terdapat prinsip-prinsip di dalam memutuskan
perkara yakni prinsip kemerdekaan hakim, prinsip imparsial dan prinsip
penafsiran, kemudianada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya
disparitas di antara kedua putusan tersebut yakni fakta hukumdipersidangan dan
kekuasan kehakiman.

Kata kunci: Narkotika, Disparitas, Putusan Hakim

Pembimbing: 1. Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum


2. Mara Sutan Rambe, S.H.I., M.H.

Daftar Pustaka: 1984 s.d 2019

v
PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan
asing (terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama
bagi mereka yang dalam teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah
Arab yang belum dapat diakui sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih
penggunaannya terbatas.
a. Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

‫ا‬ Tidakdilambangkan

‫ب‬ b be

‫خ‬ t te

‫ث‬ Ts tedanes

‫ج‬ j Je

‫ح‬ H ha dengangarisbawah

‫خ‬ Kh kadan ha

‫د‬ d de

‫ذ‬ Dz de danzet

‫ر‬ r Er

vi
‫س‬ z zet

‫س‬ s es

‫ش‬ Sy esdan ye

‫ص‬ S esdengangarisbawah

‫ض‬ D de dengangarisbawah

‫ط‬ T tedengangarisbawah

‫ظ‬ Z zetdengangarisbawah

‫ع‬ komaterbalik di
atashadapkanan

‫غ‬ Gh gedan ha

‫ف‬ f ef

‫ق‬ q Qo

‫ك‬ k ka

‫ل‬ l el

‫م‬ m em

‫ن‬ n en

‫و‬ w we

‫ه‬ h ha

‫ء‬ apostrop

vii
‫ي‬ y ya

b. Vokal
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki
vokal tunggal atau monoftongdan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
TandaVokal TandaVokal Keterangan

Arab Latin

‫ـــــَـــــ‬ a fathah

‫ـــــِـــــ‬ i kasrah

‫ـــــُـــــ‬ u Dammah

Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya
sebagai berikut:
TandaVokal TandaVokal Keterangan

Arab Latin

‫يـــــَـــــ‬
َ ai a dani

‫وـــــَـــــ‬ au a dan u

c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
TandaVokal TandaVokal Keterangan

Arab Latin

viii
‫اـَــــ‬ â a dengantopidiatas

‫ىـِــــ‬ î idengantopiatas

‫وــُـــ‬ û u dengantopidiatas

d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lam )‫)ال‬, dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf
syamsiyyahatau huruf qamariyyah. Misalnya: ‫=اإلجثهاد‬al-ijtihâd
‫ =الزخصح‬al-rukhsah, bukan ar-rukhsah
e. Tasydîd(Syaddah)
Dalam alih aksara, syaddahatau tasydîddilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah.Tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddahitu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.Misalnya: ‫= الشفعح‬al-syuî
‘ah, tidak ditulis asy-syuf ‘ah
f. Ta Marbûtah
Jika tamarbûtahterdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau
diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf tamarbûtahtersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf tamarbûtahtersebut diikuti
dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf
“t” (te)(lihat contoh 3).

No Kata Arab AlihAksara

1 ‫شزٌعح‬ syarî ‘ah

2 ‫الشزٌعح اإلسالمٍح‬ al- syarî ‘ah al-


islâmiyyah

ix
3 ‫مقارنح المذاهة‬ Muqâranat al-madzâhib

g. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam
transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan
huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata
sandangnya. Misalnya, ‫ =الثخاري‬al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara
ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia
Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama
tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis
Nûral-Dînal-Rânîrî.
h. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis
secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
No Kata Arab AlihAksara

1 ‫الضزورج تثٍح المحظىراخ‬ al-darûrahtubîhualmahzûrât

2 ً‫اإلقتصاد اإلسالم‬ al-iqtisâd al-islâmî

3 ‫أصىل الفقه‬ usûl al-fiqh

4 ‫األشٍاء اإلتاححاألصل فى‬ al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah

5 ‫المصلحح المزسلح‬ al-maslahah al-mursalah

x
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman ilmiah seperti
sekarang ini.
Selanjutnya, penulis akan menyampaikan rasa terimakasih tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik
berupa moril maupun materil. Karena tanpa bantuan dan dukungannya, penulis
tidak akan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis secara
khusus akan menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, M.A., Dekan FakultasSyari’ah dan Hukum serta
para Pembantu Dekan Fakultas Syari’ahdanHukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., M.A, Ketua Program Studi Perbandingan
Mazhab dan Bapak Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi
Perbandingan Mazhab.
3. Ibu dosen penasehat akademik penulis, Ibu Ummu Hanah Yusuf Saumin
M.A.
4. Bapak Dr. Burhanudin, S.H., M.Hum, dan Bapak Mara Sutan Rambe, S.H.I.,
M.H, dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu serta
memberikan arahan, saran dan ilmunya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik dan
memberikan ilmu yang tak ternilai harganya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

xi
6. Kedua orang tua tercinta Papi Surajan dan Mami Sarminah terima kasih atas
pengorbanan dalam mendidik, mengasuh dan berjuang sampai ke titik ini dan
tak pernah lupa untuk mendoakan, memberikan arahan serta dukungan
kepada penulis. Juga kepada kakakku, Mas Dedy Candra Purnama, dan adik-
adikku, Tri Widya Sari dan Catur Retno Wulandari yang telah memberikan
doa serta dukungan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Hakimah, Wilda, Een, terima kasih yang sudah mau memberikan penginapan
serta bimbingan kecil selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Mirna, Fiah, Ratna, Fitri, Euis, Nadia, dan lain-lain yang telah menerima
penulis menjadi teman dalam suka maupun duka selama di kampus tercinta.
9. Teman mainku Jesika, Atvia, Nisa, Maul, Faras, Habi, Dora, Naeni, dll yang
selalu menyemangati sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga
persahabatan ini akan selalu terjalin dan sampai Jannah-Nya.
10. Sepupuku Dita yang terkadang mengirimkan makanan selama penulis
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikannya.
11. Tak lupa kepada Om Uri serta keluarga besar lain yang telah memberikan
semangat dan teman-teman seperjuanganku PMH 2015 yang telah memberi
pengalaman yang berharga serta mewarnai hari-hari penulis selama
perkuliahan.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas semua kebaikan atas bantuan
yang telah diberikan kepada penulis.Semoga kebaikan kalian menjadi berkah dan
amal jariyah untuk kita semua.Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis serta pembaca pada umumnya. Aamiin

Jakarta, 20 Januari 2020

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN......................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv

ABSTRAK..............................................................................................................v

PEDOMAN TRANSLITERASI...........................................................................vi

KATA PENGANTAR......................................................................................... xi

DAFTAR ISI........................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................4
B. Indetifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah..........5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................................5
D. Tinjauan Pustaka............................................................................6
E. Metode Penelitian..........................................................................8
F. Sistematika Penulisan.....................................................................9

BAB II TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT HUKUM ISLAM


DAN HUKUM POSITIF SERTA PUTUSAN HAKIM

A. Tindak Pidana Narkotika Menurut Hukum Islam........................11


B. Tindak Pidana Narkotika Menurut Hukum Positif......................20
C. Putusan Hakim.............................................................................29

xiii
BAB III KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM PENEGAKAN HUKUM DI
INDONESIA

A. Kekuasaan Kehakiman.................................................................31
B. Penegakan Hukum di Indonesia...................................................36

BAB IV DISPARITAS PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA


PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PN TANGERANG
PUTUSAN NO. 2652/PID.SUS/2018/PN.TNG DAN
NO.1314/PID.SUS/2018/PN.TNG

A. Dasar hakim di dalam memformulasikan putusan.......................46


B. Disparitas Putusan Hakim dalam Penyalahguna Narkotika di
PN Tangerang Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng....................................................49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................61
B. Saran............................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, setiap negara pasti
menerapkan hukum yang dapat mengatur masyarakatnya. Keberadaan hukum
sangatlah penting bagi suatu negara. Karena hukum menjadi landasan dasar
pedoman dalam mengatur jalannya pemerintahan. Hal itu menunjukkan bahwa
keutuhan dalam kehidupan dapat tetap terjaga dan terpelihara apabila ada
ketentuan-ketentuan yang dijadikan pedoman dan acuan untuk hidup bersama.
Hukum dibentuk atas keinginan dan kesadaran tiap-tiap individu di dalam
masyarakat, dengan maksud agar hukum dapat berjalan sebagaimana dicita-
citakan oleh masyarakat itusendiri, yakni menghendaki kerukunan dan
perdamaian dalam pergaulan hidup bersama.1
Indonesia sebagai negara hukum, maka selalu menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Hakim Indonesia dituntut menjadi profesional. Menurut Friedrich Carl
Joachim, keadilan hanya bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang
hendak diwujudkan oleh hukum.2 Joachim menambahkan tentang ketidakadilan,
yaitu fakta yang tidak dapat disangkal bahwa perasaan orang akan lebih
terbangkitkan oleh rasa ketidakadilan daripada keadilan. Oleh karena itu, hakim
sebagai pemegang palu dengan kekuasaan dan kebebasan yang diberikan oleh
negara kepadanya, dapat mengalihkan hak kepemilikan seseorang, dapat
mencabut kebebasan warga negara, dapat menyatakan tidak sah suatu tindakan
sewenang-wenang oleh pemerintah terhadap anggota masyarakat, lebih jauh dapat
memerintahkan diakhiri hak hidup seseorang melalui putusan hakim. Untuk itu
hakim haruslah profesional.3

1
Romli Atmasasmita. Sistem Peradilan Pidana, (Bandung : Binacipta, 1996), h., 34.
2
Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta :kencana,
2015), h., 9.
3
Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta :kencana,
2015), h., 9.

1
2

Dalam suatu negara hukum, kekuasaan kehakiman merupakan badan yang


sangat menentukan isi dan kekuatan kaidan-kaidah hukum positif dalam
konkretisasi oleh hakim pada putusan-putusannya.4Kekuasaan kehakiman
merupakan acuan bagi hakim untuk membentuk peradilan yang bebas
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 didalam Pasal 24 dan 25 bahwa,
“kekusaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah”, dipertegas oleh Pasal 1 UU No. 48 Tahun
2009,bahwa “kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
pancasila, dan UUD RI 1945, demi terselenggaranya negara hukum Republik
Indonesia‟‟.5
Sebagaimana dijelaskan dalam peraturanperundang-undang kekuasaan
kehakiman, bahwa sebagai pelaksana dari kekuasaan kehakiman adalah hakim,
yang mempunyai kewenangan dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan hal ini dilakukan oleh hakim melalui putusannya. Fungsiutama dari
seorang hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan
kepadanya, dimana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari sistem
pembuktian negatif, yang pada prinsipnya menentukan bahwa suatu hak atau
peristiwa atau kesalahan dianggap telah terbukti, disamping adanya alat-alat bukti
menurut undang-undang juga ditentukan keyakinan hakim yang dilandasi dengan
integritas yang baik.6
Hakim dalam memutuskan perkara sering terjadi disparitas pidana.
Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia, hampir seluruh Negara di
dunia menghadapi masalah ini. Disparitas pidana adalah penerapan pidana yang
tidak sama terhadap tindak pidana yang sama. Berdasarkan pengertian tersebut
dapatlah dilihat bahwa disparitas pidana timbul karena adanya penjatuhan
hukuman yang berbeda terhadap tindak pidana yang sejenis. Penjatuhan pidana ini

4
Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta : kencana,
2015,.h., 7.
5
Andi Muhammad Sofyan, dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana (suatu
pengantar),(Kencana : Jakarta, 2014), h., 25-26.
6
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif,
(Sinar Grafika : Jakarta, 2010), h., 103.
3

tentunya adalah hukuman yang dijatuhkan oleh hakim, terhadap pelaku tindak
pidana sehingga dapat dikatakan bahwa peranan hakim dalam hal timbulnya
disparitas pidana sangat menentukan.7
Indonesia sebagai suatu negara, memandang disparitas hukuman juga
dihubungkan dengan independensi hakim. Model pemidanaan yang diatur dalam
perundang-undangan (perumusan sanksi pidana maksimal) juga ikut memberi
andil. Dalam menjatuhkan putusan, hakim tidak boleh diintervensi pihak
manapun. UU No 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman menyebutkan
hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat. Maka berdasarkan aturan perundang-
undangan tersebut, bahwa yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman yang
bebas dan merdeka adalah kekuasaan badan peradilan untuk mengadili atau
memeriksa perkara dan menjatuhkan putusan tanpa atau campur tangan atau
intervensi dari pihak mana pun, sehingga merupakan kekuasaan yang absolut atau
mutlak.8 Kebebasan hakim bukanlah berarti bebas tanpa batas, karena dasar-dasar
hukum yang diterapkan tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara, tidak
boleh bertentangan dengan undang-undang yang sederajat, futuristik, harus
melindungi hak asasi manusia (HAM) dan mengamanatkan keadilan.9
Tindak pidana yang berhubungan dengan narkotika sendiri diatur dalam
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dan Undang-undang ini
berlaku bagi segenap warga masyarakat yang berada di wilayah kesatuan Negara
republik Indonesia. Efek yang ditimbulkan dari penggunaan narkotika mudah
ketagihan, karena dalam keadaan kurang menentu dan depresi ia ingin mengalami
euphoria lagi. Tanpa pengawasan dokter, penggunaanya tanpa aturan dan lama-
lama akan menjadi toleran yaitu dosis yang sama tidak mendatangkan efek yang
ia harapkan. Akibatnya ia akan terus menaikkan dosis obat setiap ia inginkan
mencapai pengaruh yang sama dan suatu saat akan mengalami kelebihan dosis

7
Tri Andrisman, Hukum Pidana (asas-asas dan dasar aturan umum hukum pidana
Indonesia), (Universitas Lampung, 2011), h., 78.
8
Andi Muhammad Sofyan, dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana (suatu pengantar).
(Jakarta : Kencana, 2014), h., 6.
9
Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta : kencana,
2015),h., 3.
4

atau overdose yang bisa mengakibatkan kematian. Itulah yang paling buruk dari
ketagihan. Disamping itu, biasanya orang yang ketagihan suka mengabaikan
makanan dan kurang memperhatikan kesehatan, karena terlalu disibukkan dengan
mempersiapkan obat dan ketagihan “mengobati” dirinya. Akhirnya ia mengalami
malnutrisi dan terkena macam-macam penyakit infeksi, seperti bases, keracunan
darah, hepatitis, bahkan AIDS/acquired immunodeficiency syndrome atau
penurunan kekebalan tubuh10 Serta penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik
dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual,
kematian serta overdosis.11
Pelaku penyalahgunaan narkotika di PN Tangerang pada Putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng sebagai bahan
penemuan dari adanya disparitas putusan hakim dari banyak putusan dalam
perkara yang sama. Pada kasus pertama oleh terdakwa Nanda Kuswara Als Bin
NK Edi Rusnadi dijatuhkan dengan pidana penjara selama 1 tahun sedangkan
kasus kedua yang menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Harif als arif Bin
Ramlinas dengan pidana penjara selama 1tahun 8 bulan.
Hakim memutuskan kedua putusan tersebut bahwa terbukti melakukan
tindak pidana narkotika dengan menggunakan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No
35 Tahun 2009 tentang penyalahgunaan narkotika golongan 1 (metamfetamina)
untuk diri sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut terjadi disparitas putusan
hakim dalam memutuskan pidana. Meskipun dalam kasus tersebut terdapat
kesamaan jenis tindak pidana yang dilakukan. Oleh karena itu, penulis akan
melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “DISPARITAS PUTUSAN
HAKIM DALAM PERKARA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PN
TANGERANG (Studi Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng).”

10
Andi Hamzah dan RM.Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta :
Sinar Grafika, 1994), hal 5
11
Moerdiyono, Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam
Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan
Warga Tama (Bersama): 1997), hal 89
5

B. Indetifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian disparitas hakim?
b. Apakah akibat terjadinya disparitas putusan pidana narkotika?
c. Bagaimana dasar hakim di dalam memformulasikan putusan pidana
narkotika ?
d. Mengapa terjadi disparitas putusan hakim penyalahgunaan narkotika
antara putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dengan putusan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng?

2. Pembatasan dan Rumusan Masalah


Agar judul skripsi ini tidak meluas dan pembahasannya lebih terarah,
maka penulis membatasinya hanya pada permbahasan narkotika dalam
hukum Islam dan hukumpositif sebagaimana diatur kitab undang-undang
hukum pidana (KUHP) dan kitab undang-undang hukum acara pidana
(KUHAP).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan
dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana dasar hakim di dalam memformulasikan putusan?
b. Mengapa terjadi disparitas putusan hakim penyalahgunaan narkotika
antara Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan yaitu :
a. Untuk mengetahui landasan hakim dalam memformulasikan
putusan.
6

b. Untuk mengetahui sebab disparitas putusan hakim dalam


penyalahgunaan narkotika antara putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.
2. Manfaat Penulisan
Selain tujuan penelitian, dalam penulisan proposal ini, penulis juga
mengharapkan adanya suatu manfaat yang diperoleh. Adapun manfaat
yang didapat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah wawasan ilmu
hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan narkotika
menurut hukum islam dan hukum positif serta mengetahui alasan
disparitas penjatuhan pidana narkotika. Sehingga dengan demikian
diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya.
b. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan
pemikiran bagi aparat penegak hukum dalam melaksanakan
pengadilan terhadap pelaku tindak pidana narkotika dan
memberikan putusan atau penjatuhan hukuman yang adil dan
sesuai, untuk tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis
mengenai disparitas putusan narkotika, serta guna mencapai salah
satu syarat sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
tema skripsi ini, diantaranya :
Skripsi yang di tulis oleh Mulyanto,Fakultas Hukum, Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya tahun 2017 yang berjudul “Disparitas putusan pidana
narkotika antara putusan pengadilan negeri Jakarta Pusat dan putusan pengadilan
tinggi daerah khusus ibukota Jakarta (Studi Kasus Putusan Nomor
236/Pid.Sus/2014/PN.JKT.PST dan Putusan Nomor 217/PID/2014/PT.DKI.)”,
7

skripsi ini membahas tentang disparitas putusan pidana narkotika antar


Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Inti dari skripsi ini membahas tentang
pelaku kejahatan yang bekerja sama, yang jarang sekali mendapatkan hak
sebagaimana yang diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun
2011.
Kemudian, skripsi yang ditulis oleh Meylani Putri Utami, Fakultas Hukum,
Universitas Makassar, tahun 2016 dengan judul “Tinjauan yuridis terhadap
penyalahgunaan narkotika (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makassar No:
516/Pid.Sus/2015/PN.Mks)”. Inti dari skripsi ini menganalisis salah satu putusan
Pengadilan Negeri putusan No. 516/Pid.Sus/2015/PN.Mks terhadap
penyalahgunaan narkotikauntuk mengetahui penerapan hukum pidana materiil
terhadap penyalahgunaan Narkotika pada perkara No.516/Pid.SUS/2015/PN.Mks
dan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana
terhadap pelaku.
Skripsi yang ditulis oleh Asep Maulana, Program Studi perbandingan
mazhab dan hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2006 dengan judul “Disparitas Putusan Hakim
dalam Memutuskan sebuah perkara tindak pidana narkoba (Studi perbandingan
mazhab fiqih dan hukum pidana positif tentang putusan kasasi di Mahkamah
Agung)”. skripsi ini membahas tentang faktor apa yang menyebabkan terjadinya
disparias putusan hakim tindak pidana narkotika dan psikotropika di Mahkamah
Agung.
Berdasarkan pemaparan penulis tersebut,banyak berbagai faktor penyebab
terjadinya disparitas tindak pidana narkotika serta penerapan apa yang dapat
dilakukan dalam mengatasi terjadinya disparitas putusan hakim penyalahguna
narkotika. Perbedaan dari skripsi-skripsi diatas yakni penulis menggunakan
disparitas horizontal yang mana disparitas terjadi pada putusan Pengadilan Negeri
dengan Pengadilan Negeri, yakni di PN Tangerang di tahun yang sama 2018.
Penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang disparitas putusan tindak
pidana narkotika yakni putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.TNG dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.TNG.
8

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan hukum
yang dikonsepsikan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-
undangan (law in book) atau hukum yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau
norma yang merupakan patokan berperilku masyarakat terhadap apa yang
dianggap pantas.12
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan undang-
undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-
undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
ditangani.13

3. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bentuk
sebagai berikut :
a. Data Primer adalah bahan-bahan hukum yang berhubungan erat dengan
permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
bahan hukum primernya adalah putusan hakim
No.2652/Pid.Sus//2018/PN.TNG dan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.TNG
sebagai data primer penelitian ini.
b. Data Sekunder yaitu yang berhubungan langsung dengan penelitian.
Dalam hal ini yang menjadi bahan sekunder antara lain, Undang-undang,
buku-buku, jurnal-jurnal, majalah maupun catatan pribadi.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya

12
Joenaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Normatif dan Empiris,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h.,124.
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2005),
h.,133
9

yang dilakukan dengan jalan bekerja degan data, mengorganisasikan data,


memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.14

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini berisi deskripsi bab per bab :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, review kajian terdahulu, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF DALAM PUTUSAN HAKIM
Bab ini merupakan gambaran umum tentang : tindak pidana
narkotika menurut hukum Islam dan hukum positif, serta putusan
hakim.
BAB III KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM PENEGAKAN
HUKUM DI INDONESIA
Bab ini merupakan gambaran umum tentang kekuasaan
kehakiman, penegakan hukum narkotika di Indonesia
BAB IV DISPARITAS PUTUSAN HAKIM PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng
Bab ini menyajikan dan membahas data yang telah didapat dari
hasil penelitian serta menjawab rumusan masalah yang terdiri dari
dasar hakim di dalam memformulasikan putusan serta disparitas
putusan hakim dalam penyalahgunaan narkotika antara putusan

14
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), h.,248
10

No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan putusan


No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu
penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian,
disamping itu penulis juga mencantumkan beberapa saran yang
dianggap perlu.
BAB II
TINDAK PIDANA NARKOTIKA MENURUT HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF DALAM PUTUSAN HAKIM

A. Tindak Pidana Narkotika Menurut Hukum Islam


1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah jinayah mengacu kepada hasil perbuatan seseorang, istilah yang


sepadan dengan istilah jinayah adalah jarimah.15 Jarimah yaitu larangan-
larangan syara' yang diancam Allah SWT dengan hukuman had atau
takzir.16 Secara etimologi jarimah berasal dari kata jarama-yajrimu-
jarimatan yang berarti berbuat. Kata jarimah juga berasal dari kata ajrama-
yajrimu yang berarti melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran, keadilan dan menyimpang dari jalan yang lurus. 17 Sedangkan
secara terminologi, jarimah adalah larangan-larangan syara' yang diancam
oleh Allah SWT dengan hukuman hudud dan takzir.18
Dalam fiqh, jinayah (tindak pidana) dibagi menjadi tiga bagian antara
lain : jarimah hudud, jarimah qishash dan diat dan jarimah ta‟zir.
1) Secara etimologis, hudud merupakan bentuk jamak dari kata had yang
berarti larangan, pencegahan.19 Adapun secara terminologis hudud
adalah hukuman yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di dalam
Al quran dan hadist.20 Adapun yang termasuk jarimah-jarimah hudud
adalah jarimah zina, jarimah menuduh zina, jarimah perampokan,

15
Djazuli, Fiqih Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997). h.,1
16
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h., ix.
17
Mardani, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Pranadamedia Grup, 2019), h., 2.
18
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h., 1.
19
Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014). h.,13.
20
Muhammad Natsir, Korporasi Antara Sanksi Dan Tindak Pidana Lingkungan di Aceh,
(Yogyakarta: Deepublish, 2019), h., 27.

11
12

jarimah pembunuhan, jarimah pemberontakan, pencurian dan jarimah


minuman keras.
2) Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman qishash atau diat. Hukuman qishash sama dengan hukuman
hudud, yaitu hukuman yang telah ditentukan oleh Allah di dalam Al
Quran dan Hadis. Jarimah qishash dan diat hanya ada dua macam,
yaitu pembunuhan dan penganiayaan.21 Hukuman qishash ialah
kesalahan yang dikenakan hukuman balas. Membunuh dibalas dengan
dibunuh (nyawa dibalas dengan nyawa), melukai orang dibalas
dengan melukai, mencederai dibalas dengan mencederai.
3) Jarimah ta‟zir adalah tindak pidana yang tidak ditentukan sanksinya
oleh Al Quran maupun al Hadist disebut. Ta‟zîr menurut bahasa
adalah mashdar (kata dasar) bagi „azzara yang berarti menolak dan
mencegah kejahatan, juga berarti menguatkan, memuliakan,
membantu.22 Hukuman yang belum dietapkan oleh syara‟ melainkan
diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya maupun
pelakasanaannya.
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana
Dalam hukum Islam, perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan
pidana, bila terpenuhi unsur-unsurnya, unsur-unsurnya yaitu :23

a. Unsur Formil )‫(الركن الشرعي‬

Unsur ini adalah seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku


jarimah jika ada undang-undang secara tegas melarang dan
menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana. Aturan yang
ditegasakan pada unsur formil ini tentang larangan dan sanski
secara jelas dinyatakan dalam teks syara yaitu Al-Quran dan hadits.

21
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan asas hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h., 18.
22
Djazuli, Fiqih Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997). h.,159-161.
23
M. Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, h. 26-27
13

b. Unsur Materil )‫(الركن المادي‬

Unsur yang menyatkan bahwa seseorang yang dapat


dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti melakukan jarimah
yang bersifat positif (aktif dalam melakukan sesuatu).

c. Unsur Moril‫االدبي) (الركن‬

Bahwa unsur ini menyatakan seseorang dapat


diperselisihkan jika ia bukan orang gila, anak dibawah umur, atau
berada di bawah ancaman dan keterpaksaan.

Begitu juga pendapat Asep Saepuddin Jahar et al., unsur-unsur


perbuatan pidana (mereka menyebutnya ruang lingkup hukum pidana)
terfokus kepada tiga hal, yaitu :24
Pertama, subjek perbuatan, yakni pelaku atau menyangkuut
pertanggungjawaban pidana, yaitu keadaan yang membuat seseorang dapat
dipidana serta alasan-alasan dan keadaan apa saja yang membuat
seseorang yang terbukri melakukan tindak pidana dapat dipidana.
Kedua, objek perbuatan, yakni perbuatan apa saja yang dilarang dan
lazim disebut dalam bahasa Indonesia sebagai tindak pidana, perbuatan
pidana dan peristiwa pidana. Istilah-istilah ini merupakan terjemahan dari
istilah jarimah dalam bahasa Arab.
Ketiga, sanksi hukuman, yaitu hukuman atau sanksi apa yang dapat
dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan tindak pidana dan
kepadanya dapat dianggap bertanggung jawab, Istilah ini merupakan
terjemahan dari istilah „uqubah dalam bahasa Arab.

24
Mardani , Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2019), h., 8.
14

3. Narkotika Menurut Hukum Islam


Narkoba adalah singkatan dari Narkotika Psikotropika dan Bahan
Adiktif lainnya.25 Istilah narkoba dalam konteks hukum Islam, tidak
disebutkan secara langsung dalam Al Quran maupun dalam Sunnah. Hal
tersebut sesuai dengan statement Abdul Rahman al-Jaziri :
‫ان هذ ادلشروبا ت مل تكن يف عصر الرسول صلى اهلل عليه و سلم و مل ير د نص بتحر ميها‬

“sesungguhnya narkoba belum ada pada masa Rasulullah saw.,


dan belum ada nash yang mengharamkannya.”
Berdasarkan pernyataan tersebut Al quran dan sunnah belum
menetapkan status hukum dari narkoba, karena narkoba belum ada pada
zaman Rasulullah.
Dalam Al Quran hanya berbicara tentang keharaman khamr.26Tetapi
karena dalam teori ilmu Ushul Fiqh, bila suatu hukum belum ditentukan
status hukumnya, maka bisa diselesaikan melalui metode qiyas (analogi
hukum).27 Secara etimologis, narkoba diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab dengan kata ‫ المخ ّذساخ‬yang berasal dari akar kata ‫خ ّذس – ٌخ ّذس – ٌخذٌش‬
yang berarti hilang rasa, bingung, membius, tidak sadar, menutup, gelap
atau mabuk. Sementara itu secara terminologis narkoba ialah setiap zat
yang apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan akal, juga membuat orang
menjadi mabuk atau gila.28
4. Sanksi Penyalahgunaan Narkotika Menurut Hukum Islam
Ulama telah sepakat bahwa menyalahgunakan narkoba itu haram,
karena dapat merusak jasmani dan rohani umat manusia. Oleh karena itu,
menurut Ibnu Taimiyah dan Ahmad Al-Hasary, jika memang belum

25
Sunarno, Narkoba bahaya dan Upaya Pencegahannya, (Semarang: Bengawan Ilmu,
2007). h., 10.
26
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008). h.,114.
27
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008). h., 73.
28
Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014). h., 172.
15

ditemukan status hukum penyalahgunaan narkoba dalam Alquran dan


sunnah, maka para ulama mujtahid menyelesaikan dengan pendekatan
qiyas jali. 29 Menurut Ahmad Muhammad Assaf, telah terjadi kesepakatan
ulama tentang keharaman khamr dan pelbagi jenis minuman yang
memabukkan. Sementara itu menurut Ahmad Al-Syarbasi, tanpa
diqiyaskan dengan khamr pun, ganja dan narkotika dapat dikategorikan
sebagai khamr karena dapat menutupi akal. Oleh karena itu, dapatlah
disimpulkan bahwa memakai, menjual, membeli, memproduksi, dan
semua aktivitas yang berkenaan dengan narkoba adalah haram. Hal itu
disebabkan narkoba lebih berbahaya dibanding khamr.
Bisnis narkoba dan obat-obatan terlarang, baik membeli, menjual,
menyelundupkan, mengedarkan dan memasarkan adalah haram, sama
seperti keharaman mengonsumsi itu sendiri. Karena wasilah menurut
syari‟at, hukumnya mengikuti hukum maksud dan tujuan dari wasilah
tersebut. menutup setiap celah yang bisa menjadi pintu masuk kepada
perkara yang diharamkan adalah sebuah kewajiban dan keharusan. Karena
pedagang narkoba, berarti ia membantu mempermudah penyebaran dan
pemakainannya.30 Dengan demikian, hasil dari membeli, menjual,
menyelundupkan, mengedarkan dan memasarkan statusnya adalah haram,
tindakan memperdagangkannya adalah tindakan tercela, melakukan bisnis
tetang barang haram tersebut berarti membantu peredaran maksiat.
Adapun transaksi jual beli barang haram tersebut yaitu batal dan tidak sah.
Allah swt berfirman :

ۖ َ‫اْل ِْْث َوالْ ُع ْد َو ِان ۖ َواتَّ ُقوا اللَّه‬


ِْ ‫َوتَ َع َاونُوا َعلَى الِْ ِِّب َوالتَّ ْقو ٰى ۖ َوََل تَ َع َاونُوا َعلَى‬
َ
ِ ‫يد الْعِ َق‬ ِ
‫اب‬ ُ ‫إِ َّن اللَّهَ َشد‬

29
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008). h.,116.
30
Wahbah Az-Zuhaili, Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, juz 7, (Dar Fikr-Damaskus, 2007),
h., 5516
16

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.” (al-maidah: 2).
Dengan demikian, larangan memperjualbelikan khamr dan
menghukumi batal transaksi jual beli tersebut, mencakup jual beli narkoba
dan obat-obatan terlarang. Karena itu semua masuk ke dalam kategori
membantu kemaksiatan, berkolaborasi untuk mewujudkan merusak
generasi masa depan bangsa, menghancurkan jiwa, akal seseorang,
memiskinkan perekonomian sesorang dan menjadikan seseorang lemah
dengan penyalahgunaan narkotika tersebut.
Ulama berbeda pendapat mengenai sanksi terhadap pelaku
penyalahgunaan narkoba jika dilihat menurut hukum pidana Islam. Ada
yang berpendapat sanksinya adalah had dan ada pula yang berpendapat
sanksinya adalah ta‟zir.31
1. Sanksi hukuman had
Hudud atau had adalah pelarangan pengerjaan apa-apa yang dilarang
Allah azza wa jalla. Secara etimologi, hudud berarti larangan. Adapun
secara terminologis, hudud adalah hukuman yang telah diitentukan dan
ditetapkan Allah di dalam Al Quran atau hadist. Hukuman bagi peminum
minuman keras, alquran surat al Maidah ayat 90-91, ijam‟ sahabat Nabi
peminum khamr dengan hukuman cambuk 80 kali.32
Ibnu Taimiyah dan Azat Husnain berpendapat bahwa pelaku
penyalahgunaan narkoba diberikan sanksi had, karena narkoba
dianalogikan dengan khamr.33
Pendapat Ibnu Taimiyah sebagai berikut:
‫ان احلشيشة حرام متناوذلا كما حيد شارب اخلمر‬

31
Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014). h., 177.
32
Muhammad Natsir, Korporasi Antara Sanksi Dan Tindak Pidana Lingkungan Di Aceh,
(Yogyakarta: Deepublish, 2019), h., 27.
33
Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014). h., 177.
17

“sesungguhnya ganja itu haram, dijatuhkam sanksi had orang yang


menyalahgunakannya, sebagaimana dijatuhkan had bagi peminum
khamr.”
Pendapat Azat Husnain:34
‫حيد متناول ادلخدرات كماحيد شارب اخلمر‬

“dijatuhkan sanksi had orang yang menyalahgunakan narkotik


sebagaimana dijatuhkan had bagi peminum khamr”.

Selain itu, ia berargumentasi dengan hadis:

ِ‫ال رسو ُل اهلل‬ ِ ِ َ َ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


ْ ُ َ َ َ‫ ق‬: ‫ َوُك ُّل ُم ْسك ٍر‬،‫ « ُك ُّل ُم ْسك ٍر َخٌَْر‬:‫ال‬ َ َ‫قَالَ َع ْن اَِِب ُهَريْ َرة‬
‫َحَر ٌام‬

“dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah saw., bersabda: setiap yang


memabukkan itu khamr dan setiap yang memabukkan itu haram.” (HR
Al Nasa‟i).

Berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah dan Azat Husnain sanksi


bagi penyalahguna narkotika dijatuhkan had sebagaimana bagi peminum
khamr karena statusnya haram.

2. Sanksi Ta‟zir
Hukuman ta‟zir adalah hukuman yang belum ditetapkan syara‟,
melainkan diserahkan kepada hakim, baik penerapannya maupun
pelaksanaanya.35 Syara tidak menyebutkan macam-macamnya hukuman
untuk jarimah untuk tiap-tiap jarimah ta‟zir, tetapi hanya menyebutkan
sekumpulan hukuman dari seringan-ringannya sampai kepada seberat-
beratnya. Dalam hal ini hakim diberi kebebasan untuk memilih

34
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008). h., 127.
35
Oemar Seno, Hukum Hakim Pidana, (Jakarta, Erlangga, 1984), h.,19.
18

hukuman-hukuman mana yang sesuai dengan hukuman ta‟zir serta


keadaan pembuatnya juga.36
Adapun yang menjadi dasar hukum takzir ini adalah hadis Nabi
SAW dan tindakan sahabat yaitu sebagai berikut:
ِ ِ ِ ِّ ‫عن اَِِب ب ردةَ الْألَنْصا ِر‬
َ ‫ص َّل اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يَ ُق ْو ُل َلَ ُُْيلَ ُد أ‬
‫َح ٌد فَ ْو َق‬ َ ‫ي أَنَّهُ ََس َع ًر ُس ْو ُل اهلل‬ َ َ ُْ ْ ْ َ
ِ‫اط اَِلَّ ِيف ح ٍّد ِمن ح ُدوِد اهلل‬
ِ ‫ع َشرةِ اَسو‬
ْ ُ ْ َ ْ َْ َ َ
“Dari Abi Burdah Al-Anshari bahwa ia mendengar Rasulullah
SAW bersabda: tidak boleh dicambuk lebih dari sepuluh kali, kecuali di
dalam hukuman yang telah ditentukan oleh Allah SWT” (HR. Muttafaq
„Alaih).
Secara umum ketiga hadis di atas menjelaskan tentang eksistensi
takzir dalam syariat Islam, berikut ini adalah penjelasannya:
Hadis tersebut menjelaskan tentang batas hukuman takzir yang
tidak boleh lebih dari sepuluh kali cambukan untuk membedakannya
dengan hudud. Dengan batas hukuman ini dapat diketahui mana yang
termasuk jarimah hudud dan mana yang termasuk jarimah takzir.37
Dalam kaitan sanksi penyalahgunaan narkoba, Wahbah al Zuhaili
dan Ahmad Al-Hasari berargumentasi : “sesungguhnya mengonsumsi
ganja itu haram dan tidak dijatuhkan sanksi had kepada pelakunya, wajib
atas orang yang mengonsumsinya dikenai sanksi ta‟zir bukan had.”

Mereka berpendapat bahwa pelaku penyalahgunaan narkoba


diberikan sanksi ta‟zir, karena :38
a) Narkoba tidak ada pada masa Rasulullah
b) Narkoba lebih berbahaya dibandingkan dengan khamr, dan
c) Narkoba tidak diminum, seperti halnya khamr

36
Ahmad Hanafi, Asas-asas hukum Pidana Iskam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990),
h.,8.
37
M. Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014), h., 142.
38
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam perspektif hukum Islam dan Hukum Pidana
Nasional, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008). h., 129.
19

d) Narkoba jenis dan macamnya banyak sekali. Masing-masing


mempunyai jenis yang berbeda-beda
Al quran dan sunnah tidak menjelaskan tentang sanksi bagi
produsen dan pengedar narkoba. Oleh karena itu, sanksi hukum bagi
produsen dan pengedar narkoba adalah ta‟zir. Hukuman ta‟zir bisa berat
atau ringan tergantung kepada proses pengadilan (otoritas hakim).39
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mengatakan bahwa
sanksi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba adalah ta‟zir. Adapun
penyalahgunaan narkoba mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan-tindakan berikut40 :
a) menjatuhkan hukuman yang berat terhadap penjual, pengedar, dan
penyeludup bahan-bahan narkoba. Jika perlu hukuman mati.
b) menjatuhkan hukuman berat terhadap aparat negara yang melindungi
produsen atau pengedar narkoba.
c) membuat undang-undang mengenai penggunaan dan
penyalahgunaan narkoba.
Sanksi hukum bagi pengonsumsi narkoba menurut para Fuqaha,
apabila tanpa alasan dan kejelasan yang dibenarkan seperti kepentingan
medis, maka ia dikenai sangsi hukuman ta‟zir. Hukuman ta‟zir tersebut
bisa dengan kecaman, dipukul, dipenjara, dipublikasikan, dikenai sangsi
denda berupa harta, dan bentuk-bentuk hukuman ta‟zir lainnya sesuai
dengan kebijakan hakim yang menurutnya bisa memberi efek jera baik
bagi pelaku dan orang yang lain. Menurut Imam hanafiyah dan malikiyah
memperbolehkan hukuman ta‟zir itu sampai berupa hukuman bunuh.
Mereka menyebutnya dengan istilah hukuman bunuh sebagai bentuk
kebijakan yang pas dan tepat. Artinya, jika hakim melihat ada
kemaslahatan sesuai dengan kondisi dan situasinya.41

39
Nurul Irfan, Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2014). h., 178.
40
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, (Erlangga: 1976). h., 178.
41
Wahbah Az-Zuhaili, Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, juz 7, (Dar Fikr-Damaskus, 2007),
h., 5521-5522
20

B. Tindak Pidana Narkotika Menurut Hukum Positif


1. Pengertian Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana dalam KUHP dikenal dengan istilah strafbaar
feilt dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering dipergunakan
istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan dalam suatu
undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan
pidana atau tidan pidana.42 Moeljatno menyebutkan bahwa tindak (perbuatan)
pidana adalah “perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan diancam
dengan pidana, barangsiapa yang melanggarnya”.43Menurut Wirjono
Prodjodikoro, “tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenakan hukuman pidana.44Menurut D. Simons, tindak pidana (strafbaar
feit) adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana “yang bersifat
melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan
oleh orang yang mampu bertanggung jawab.45

2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Sedangkan Menurut K.Wantjik Saleh unsur dari tindak pidana, adalah:46


a. Perbuatan melawan hukum, memiliki dua macam istilah, yaitu:
melawan hukum materiil(material wederechtlijkeid) atinya melawan
hukum tertulis dan tidak tertulis, dan melawan hukum formil (formed
wederechtlijkheid) merupakan unsur tindak pidana apabila disebutkan
dalam rumusan tindak pidana tersebut.
b. Unsur merugikan masyarakat, dalam ketentuan perundang-undangan
hukum selalu melindungi kepentingan hukum yang dimaksud tiap-tiap

42
Sri Hajati, Ellyne Dwi Poespasari, Oemar Moechthar, Buku Ajar Pengantar Hukum
Indonesia, Cet kedua, (Surabaya: Airlangga University Pres, 2018), h., 217.
43
Muhammad Ainul Syamsu, Penjatuhan Pidana & dua prinsip dasar hukum, (Jakarta:
PrenadaMedia Grup, 2016), h., 16.
44
Hasbullah F Sjawie, Direksi Perseroan terbatas serta pertanggungjawaban pidana
koorporasi, (Jakarta: Prenada Media, 2017),h., 256.
45
Suyanto, Pengantar Hukum Pidana, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h., 69
46
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
(Yogyakarta : Deepublish, 2015). h., 24-25.
21

kepentingan yang harus dijaga agar tidak dilanggar dan ditujukan


untuk kepentingan masyarakat.
c. Dilarang oleh aturan pidana, unsur yang dilarang oleh aturan pidana
apabila perbuatan tersebut dinyatakan dalam undang-undang sebagai
perbuatan yang dapat dihukum sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat
(1) KUHP yang berbunyi : “Tidak ada suatu perbuatan yang dapat
dihukum melainkan atas ketentuan pidana yang berlaku sebelum
perniayam itu dilakukan”.
d. Pelaku dapat diancam dengan pidana, pelaku diancam pidana
merupakan unsur subjektif dari perbuatan, karena yang
dipertanggungjawabkan adalah kesalahanya. Dalam tindak pidana
baik kejahatan maupun pelanggaran yang dapat diancam pidana
sebagai orang yang melakukan tindak pidana dibagi atas 4 macam
yaitu : orang yang melakukan (player), orang yang menyuruh
melakukan (doen plegen), orang yang turut melakukan (medepleger),
orang yang dengan sengaja membujuk melakukan perbuatan itu
(uitlokker).
Sedangkan pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi
dan juga tahap pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata “pidana” pada
umumnya diartikan sebagai hukum, sedangkan “pemidanaan” diartikan
sebagai penghukuman 47

3. Teori-teori pemidanaan

Adapun teori pemidanaan yang digunakan oleh hakim yaitu sebagai


berikut:48
a. Teori pembalasan atau absolute
Sarjana yang mengikuti pandangan ini yaitu Vos, Immanuel Kant,
Hegel, Hebart, Stahl, Leo Polak. Menurut teori pembalasan bahwa
pidana tidaklah bertujuan untuk yang praktis, seperti memperbaiki
47
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005).h.,
2.
48
Zulaeha, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Yogyakarta: Deepublish, 2017). h., 14.
22

penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung unsur-unsur


untuk dijatuhkannya pidana. Pidana secara mutlak ada, karena
dilakukan suatu kejahatan. Tidaklah perlu untuk memikirkan manfaat
menjatuhkan pidana itu. Setiap kejahatn harus berakibat dijatuhkan
pidana kepada pelanggar.
Disebut absolut, sebab pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan
hanya sesuatu yang perlu dijatuhkan tetapi merupajan pidana ialah
pembalasan. Kelemahan teori absolut, dapat menimbulkan
ketidakadilan (misalnya, pada pembunuhan tidak semua pelaku
dijatuhi pidana mati, tetapi harus didasarkan pada pembuktian),
apabila yang menjadi dasar dari teori ini adalah untuk pembalasan
maka mengapa hanya negara yang memberikan pidana?.
b. Teori tujuan atau relative
Pengikut teori ini Von Feurbach, Muller, Utrech, Van Hamel, Von
Listz. Teori ini tujuannya menyelenggarakan tertib masyarakat,
memperbaiki kerugian masyarakat akibat tindak pidana, memperbaiki
si penjahat, membinasakan si penjahat, mencegah kejahatan baik
prevensi umum (ditujukan kepada masyarakat, dengan jalan
pelaksanaan pidana di muka umum) dan prevensi khusus (ditujukan
kepada si penjahat itu sendiri, agar tidak mengulangi lagi
perbuatannya). Kelemahan teori ini dapat menimbulkan ketidakadilan
(misalnya, pelaku kejahatan ringan dijatuhi pidana berat sekedar untuk
menakut-nakuti), kepuasaan masyarakat terabaikan, semata-mata demi
si penjahat, sulit untuk dilaksanakan dalam praktik, (misalnya,
terhadap residive)
c. Teori gabungan atau verengingstheorien
Teori gabungan ini mengkombinasi teori pembalasan dan teori
tujuan, sarjananya Pompe, Van Bemmelen, Grotius, Rossi,
Zevenbergen. Teori gabungan ini muncul dengan mengemukakan
pandangan :
23

1) Pidana bertujuan membalas kesalahan dan mengamankan


masyarakat. Tindakan bermaksud mengamankan dan memelihara
tujuan, jadi pidana dan tindakan, keduanya bertujuan
mempersiapkan untuk mengembalikan terpidana ke dalam
kehidupan masyarakat.
2) Keadilan mutlak yang diwujudkan dalam pembalasan, tetapi yang
berguna bagi masyarakat.
3) Dasar tiap-tiap pidana ialah penderitaan yang beratnya sesuai
dengan beratnya perbuatan yang dilakukan oleh terpidana.49

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana


merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat
50
dijatuhkannya kepada pelaku. Sanksi pidana bermacam-macam jenisnya.
Dalam Pasal 10 KUHP membedakan sanksi-sanksi pidana menjadi dua
klasifikasi, yaitu pidana pokok dan pidana tambahan. Adapaun jenis sanksi
pidana menurut Pasal 10 KUHP yang dimaksud sebagai berikut:51
a. Pidana Pokok meliputi :
1) Pidana Mati
2) Pidana Penjara
3) Pidana Kurungan
4) Pidana Denda
5) Pidana Tutupan
b. Pidana Tambahan meliputi :
1) Pencabutan beberapa hak tertentu
2) Perampasan beberapa barang tertentu
3) Pengumuman keputusan hakim

49
Didik Endro Purwoleksono, Hukum Pidana, (Surabaya, Airlangga University Press,
2016), h.,92-93.
50
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h., 6.
51
Zuleha, Dasar-dasar hukum Pidana, (Yogyakarta : Deepublish, 2017), h., 92.
24

Bentuk putusan lain misalnya putusan bebas (Pasal 191 ayat (1)
KUHAP) dan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat
(2) KUHAP).

a. Putusan Bebas (Vrijspraak) – Pasal 191 ayat (1) KUHAP


Putusan yang demikian ini dijatuhkan oleh pengadilan apabila ia
berpendapat bahwa kesalahan atau perbuatan yang didakwakan terhadap
terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan di dalam pemeriksaan
di persidangan. Tidak terbuktinya kesalahan terdakwa ini adalah
minimum bukti yang ditetapkan oleh undang-undang tidak terpenuhi,
misalnya hanya ada keterangan tersangka, tanpa dikuatkan oleh alat bukti
lain, atau alat bukti terpenuhi, tapi hakim tidak yakin akan kesalahan
terdakwa.
Putusan bebas ini bersifat negatif, dalam arti bahwa putusan itu
tidak menyatakan terdakwa tidak melakukan perbuatan yang didakwakan
itu, melainkan menyatakan bahwa kesalahan terdakwa tidak terbukti.
Jadi, bahwa kemungkinan terdakwalah yang melakukannya, akan tetapi
dipersidangan hal itu tidak terbukti.52
b. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van alle
rechtsvervolging) – Pasal 191 ayat (2) KUHAP
Putusan pelepasan terdakwa dari segala tuntutan hukum dijatuhkan
oleh hakim apabila dalam persidangan ternyata terdakwa terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah sebagaimana dalam dakwaan penuntut
umum. Tetapi diketahui bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan
perbuatan pidana, dan oleh karena itu terhadap terdakwa akan dinyatakan
lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) KUHAP).53

52
Ansori Sabuan, Syarifuddin Pettanase, Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana,
(Bandung : Angkasa Bandung, 1990), h., 198.
53
Ahmad Rifai, Penemuan hukum oleh hakim dalam persfektif hukum progresif, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2014),h., 116.
25

Adapun perbedaan yang prinsipal antara dua macam putusan


tersebut di atas ialah, bahwa dalam hal putusan bebas (vjispraak) jaksa
tidak dapat naik banding kepada Pengadilan Tinggi (Pasal 67 KUHAP),
sedangkan dalam hal pelepasan dari segala tuntutan hukum (ontslag van
alle rechtsvervolging) dapat dimintakan banding, baik oleh terdakwa atau
jaksa.54
c. Putusan Pemidanaan (veroordeling) – Pasal 193 Ayat (1) KUHAP
Bentuk putusan pemidanaan diatur dalam 193 Ayat 2 KUHAP yang
berbunyi : “Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya maka pengadilan
menjatuhkan pidana”.55 Pemidanaan berarti terdakwa dijatuhi hukuman
pidana sesuai dengan ancaman yang ditentukan dalam Pasal tindak pidana
yang didakwakan.56
Putusan pemidanaan terjadi, jika pengadilan berpendapat bahwa
terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya
(vide Pasal 193 ayat (1) KUHAP). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan, kesalahan terdakwa
atas perbuatan yang didakwakan kepadanya terbukti secara sah dan
meyakinkan. Terbukti sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan
hakim yakin terdakwa yang bersalah melakukan. Hal itu sesuai dengan
ketentuan Pasal 183 KUHAP yaitu hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah ia memperboleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
57
melakukannya.

54
Ansori Sabuan, Syarifuddin Pettanasse, Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana,
(Bandung: Angkasa, 1990). h., 199.
55
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015). h., 310.
56
Andre G. Mawey., Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman lepas dari
segala tuntutan hukum, Lex Crimen Vol. V/No.2/Feb/2016, h., 87. Di akses dari
https://www.neliti.com/id/publications/3420/pertimbangan-hakim-dalam-menjatuhkan-putusan-
lepas-dari-segala-tuntutan-hukum, diakses pada 18 November 2019 Pukul 22:40 WIB.
57
Bambang Waluyo,Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta:Sinar Grafika, 2008). h., 86.
26

4. Narkotika Menurut hukum positif


Menurut hukum positif, narkotika dan psikotropika serta bahan
adiktif lainnya merupakan bagian dari narkoba. Narkotika adalah zat atau
obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun
semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan.58
Bahaya Pemakaian Narkoba:59
a. Otak dan syaraf dipaksa untuk bekerja di luar kemampuan yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak wajar
b. Peredaran darah dan Jantung dikarenakan pengotoran darah oleh
zat-zat yang mempunyai efek yang sangat keras, akibatnya jantung di
rangsang untuk bekerja di luar kewajiban.
c. Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah sekali
d. Penggunaan lebih dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan
mendatangkan kematian secara mengerikan.
e. Timbul ketergantungan baik rohani maupun jasmani sampai
timbulnya keadaan yang serius karena putus obat.
Adapun jenis jenis narkotika terdapat berbagai macam berdasarkan
UU No 35 Tahun 2009, narkotika dibagi menjadi 3 kelompok60 yaitu
narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh tanaman Papaver Somniferum L, opium mentah, opium masak,
tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina, tanaman ganja,
asetirfina, beta-hidroksifentanil, desmorfina, etorfina, heroina,

58
Undang-undang psikotropika narkotika dan zat adiktif lainnya, (Bandung: Fokus
Media, 2011), h., 52.
59
Fransiska Novita Eleanora, Bahaya Penyalahgunan Narkoba serta Usaha Pencegahan
dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Hukum, Vol.XXV/ No.1/April/2011,
h., 443. Diakses dari http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jurnalhukum/article/view/203/179
diakses pada 26 November 2019 Pukul 1.35 WIB.
60
Undang-undang psikotropika narkotika dan zat adiktif lainnya, (Bandung: Fokus Media,
2011), h., 119.
27

ketobemidona, katinona, MDMA, MPP, tenamfetamina, amfetamina,


metamfetamina, metakualon, dll.

Narkotika golongan II adalah narkoyka berkhasiat pengobatan


digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh alfasetilmetadol,
alfaprodina, betametadol, difenoksin, diampromida, etonitazena,
hidrokodona, fenadoksona, kodoksima, morfina, oksidona, petidina,
tebaina, tebakon, dll.
Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh asetildihidrokodeina, dekstopopoksifena, etilmorfina, kodeina,
propiram, polkodina, dll.61
5. Sanksi Narkotika menurut hukum Positif
Tindak pidana yang berhubungan dengan narkotika sendiri diatur
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika dan
Undang-Undang ini berlaku bagi segenap warga masyarakat yang berada
diwilayah kesatuan Negara Republik Indonesia termasuk bagi warga
Negara asing tanpa terkecuali. Tindak pidana narkotika merupakan tindak
pidana khusus. Sebagaimana tindak pidana khusus, hakim diperbolehkan
untuk menghukum dua pidana pokok sekaligus pada umumnya hukuman
badan dan pidana denda. Hukuman badan berupa pidana mati, pidana
seumur hidup, atau pidana penjara. Tujuannya agar pemidanaan itu
memberatkan pelakunya supaya kejahatan dapat ditanggulangi di
masyarakat, karena tindak pidana narkotika sangat membahayakan
kepentingan bangsa dan negara.62 Adapun sanksi pidana bagi pelaku

61
Undang-undang psikotropika narkotika dan zat adiktif lainnya, (Bandung: Fokus
Media, 2011),h.,154.
62
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti
dan Berkeadilan, (Yogyakarta : UII Press, 2007), h., 21.
28

penyalahgunaan menurut Undang-undang No 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika dibagi kedalam dua kategori yaitu pelaku sebagai “pengguna”
dan/atau “pengedar”.63 Dalam ketentuan UU Narkotika maka “pengedar”
diatur dalam Pasal 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121,
122, 123 124,125. Dalam ketentuan UU Narkotika maka “pengguna”
diatur dalam Pasal 116. 121, 126, 127, 128, 134.
Berdasarkan UU No 35 Tahun 2009 terdapat beberapa kriteria
penyalahgunaan narkotika yakni Pasal 1 angka 13 tentang narkotika yakni
pecandu narkotika adalah orang yang menggunakan atau
menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
narkotika baik secara fisik maupun psikis. Selain itu Pasal 1 angka 15,
penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau
melawan hukum. Pasal 7 yakni narkotika hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.64
Dalam ketentuan pidana yang mengatur penyalahgunaan narkotika
bagi diri sendiri dalam UU No 35 tahun 2009 terdapat dalam Pasal 127
ayat (1) setiap penyalah guna:65
a. narkotika golongan 1 bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 tahun.
b. narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun, dan
c. narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun.

63
Satrio Putra Kolopita, Penegakan Hukum Atas Pidana Mati terhadap Pelaku Tindak
Pidana Narkotika, Lex Crimen, Vol.2/No.4/Agystus/2013, h., 63. Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/3089/2633 diakses pada 9 Desember
2019 15.40 WIB.
64
Undang-undang psikotropika narkotika dan zat adiktif lainnya, (Bandung: Fokus Media,
2011),h.,54.
65
Undang-undang psikotropika narkotika dan zat adiktif lainnya, (Bandung: Fokus Media,
2011),h.,102.
29

C. Putusan Hakim
Putusan merupakan akhir suatu proses pemeriksaan perkara yang
dilakukan majelis hakim, dengan terlebih dahulu dilakukan musyawarah
berdasarkan ketentuan Pasal 14 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman.66 Hakim sebagai aktor utama dalam proses peradilan
senantiasa dituntut untuk mengasah kepekaan nurani, kecerdasan moral, dan
profesional dalam menegakkan hukum dan keadilan dalam wujud
67
putusannya. Hakim dalam membuat putusan tidak hanya melihat kepada
hukum (sistem denken) tetapi juga harus bertanya pada hati nurani dengan cara
memperhatikan keadilan dan kemanfaatan ketika putusan itu telah dijatuhkan
(problem denken). Akibat dari putusan hakim tanpa menggunakan hati
nuraninya akan berakibat pada kegagalan menghadirkan keadilan dan
kemanfaatan, meskipun putusan hakim (vonis) sejatinya diadakan untuk
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa dalam bingkai tegaknya hukum dan
keadilan.68 Tugas pokok hakim adalah menerima, memeriksa dan memutus
serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya berdasarkan asas
bebas, jujur, dan tidak memihak di suatu sidang pengadilan, dengan
menjatuhkan suatu putusan yang disebut dengan putusan hakim.69
Dalam putusan akhir dari penyelengaraan sistem peradilan hukum acara
formil yakni vonis hakim yang merupakan bagian paling penting dan
menentukan, karena vonis akan mempengaruhi terhadap terpidana serta
masyarakat umum. Pengertian disparitas (disparitiy) adalah perbedaan.70
Disparitas pidana adalah penerapan pidana (disparity of sentencing) yang tidak

66
Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, (Jakarta : Kencana,
2015), h., 40.
67
Syarif Mappiasse, Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim,(Jakarta : Kencana,
2015), h., 1.
68
Hadi Machram, Marjan Miharja, Asas Manfaat Putusan Hakim Pengadilan Hubungan
Industrial Bandung terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Perjanjian Kerja Waktu tertentu, (Qiara
Media, 2019), h., 9.
69
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim (dalam Perspektif Hukum Progresif),
(Sinar Grafika : Jakarta, 2010), h., 52.
70
M. Darto, Arief S, Kamus Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris, (Pustaka Tinta
Mas, 2008). h., 117.
30

sama (same offence) atau terhadap tindak pidana yang sifatnya berbahayanya
dapat diperbandingkan tanpa dasar pemberian yang jelas.
Menurut Muladi dan Barda Nawawi, disparitas pidana adalah71 :
1. Penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang sama.
2. Penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang
beratnya dapat diperbandingkan.
3. Penerapan pidana yang tidak sama terhadap mereka yang bersama-
sama melakukan tindak pidana (deelneming, Pasal 55, 56 KUHP).
Menurut Harkristuti Harkrisnowo, bahwa disparitas dapat terjadi dalam
beberapa kategori, yaitu :72
1. Disparitas antara pidana yang sama
2. Disparitas tindak pidana yang mempunyai keseriusan yang sama
3. Disparitas pidana yang dijatuhkan oleh satu majelis hakim
4. Disparitas pidana yang dijatuhkan oleh majelis hakim yang berbeda
untuk tindak pidana yang sama.
Secara implisit, Harkristuti Harkrisnowo memandang disparitas pidana
sebagai hal yang wajar dalam penjatuhan pidana dikaitkan dengan kebebasan
pengadilan sepanjang didasarkan atas alasan hukum yang jelas. Oleh
karenanya, pembuatan kriteria dasar untuk penjatuhan pidana sebaiknya
mengelaborasi tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana secara seimbang
sebagaimana dianut dalam RKUHP.73

71
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan kebijakan pidana, (Bandung Alumni,
1984). h., 124.
72
Mahrus Ali, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, (Yogyakarta : UII Press, 2011), h.,
57.
73
Muhammad Ainul Syamsu, Penjatuhan Pidana & Dua Prisip Dasar Hukum Pidana,
(Jakarta : Kencana, 2016), h., 10.
BAB III

KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM PENEGAKAN HUKUM DI


INDONESIA

A. Kekuasaan kehakiman
Independensi hakim dalam konsep negara hukum Indonesia, diartikan
sebagai adanya kemandirian hakim dalam pelaksanaan fungsi kekuasaan
kehakiman yang bermartabat, dan profesional berdasarkan hukum dan
keadilan. Oleh karena itu, independensi hakim Indonesia harus berorientasi
pada konsep negara hukum Indonesia.74 Pembagian kekuasaan menurut
fungsinya menunjukkan perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang
bersifat legislatif, eksekutif dan yudikatif yang dikenal sebagai Trias
Politika.
Trias politika adalah anggapan bahwa kekuasaan negara terdiri atas
tiga macam kekuasaan, yaitu :75
a. Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan membuat undang-
undang.
b. Kekuasaan eksekutif melaksanakan undang-undang.
c. Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasan yang mempunyai
kewenangan untuk mengadili atas pelanggaran UU.

Didalam negara hukum, Indonesia tidak terlepas dari kekuasaan


kehakiman. Kekuasaan kehakiman diatur dalam UU RI Nomor 48 Tahun
2009 yang menegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada dibawahnya dalam
ligkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

74
Salle, Urgensi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman, (Makassar : Social Politic Genius
(SIGn), 2018), h., 94.
75
Miriam Budiarjo , Aspek-aspek perkembangan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia,
(Yogyakarta: UII Press: 2008), h., 17.

31
32

peradilan militer dan lingkungan peradilan tata usaha negara, serta


Mahkamah Konstitusi.76

Lembaga peradilan merupakan penjelmaan dari kekuasaan yudikatif


(kekuasaan kehakiman) yaitu kekuasaan yang diberikan oleh UUD 1945
untuk menjalankan proses penegakkan hukum dan keadilan yang bebas dan
merdeka (the independent of judiciary). Independensi peradilan
mengandung pengertian bahwa hakim dan semua perangkat peradilan bebas
dari campurtangan kekuasaan ekstra yudisial, baik kekuasaan eksekutif,
legislatif maupun kekuasaan ekstra yudisial lainnya dalam masyarakat
seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers maupun para pihak
yang berperkara.77

Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan kekuasaan kehakiman


(yudikatif) sebagai salah satu cabang kekuasaan negara. UU No 48 Tahun
2009 tentang kekuasaan kehakiman merupakan penyempurna dari UU
kekuasaan kehakiman sebelumnya, yakni UU RI No 4 Tahun 2004,
kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh hakim yang diberi wewenang
untuk mengadili (serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa,
memutuskan perkara) berdasarkan asas bebas, jujur adil. Sebagai salah satu
kekuasaan Negara yang merdeka yaitu kekuasaan yudikatif, kekuasaan
kehakiman mempunyai misi menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Pasal 1 Butir 1 UU No.48 Tahun 2009 tentang
kekuasaan kehakiman menegaskan “kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945, demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia”.
Penjelasan resmi angka 1 UU No. 48 Tahun 2009 memuat keterangan yang
lebih tegas tentang adanya indepedensi/kemerdekaan badan-badan

76
Republik Indonesia, Undang-undang No.48 tahun 2009, BAB III, Pasal 18.
77
Darwoko Yuti Witianto dan Arya Putra Negara Kutawaringin, Diskresi Hakim
(Sebuah Instrumen Menegakan keadilan substantive dalam perkara-perkara Pidana), (Bandung :
Alfabeta, 2013). h., 4.
33

peradilan. Hal tersebut dijelaskan bahwa UUD NRI Tahun 1945


menegaskan Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan
tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya
jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari
pengaruh kekuasaan kehakiman lainnya untuk menyelenggarakan
pengadilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Hal tersebut kembali dipertegas pula pada Pasal 3 Ayat (1) dan (2) UU
No. 48 Tahun 2009, sebagai berikut :

1) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi


wajib menjaga kemandirian peradilan.
2) segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain diluar
kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam UUD NRI Tahun 1945.78
Putusan hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara
yang sedang diperiksa dan diadili oleh hakim79. Seorang hakim dalam
menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh menjatuhkan pidana
tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah80, proses penjatuhan putusan yang dilakukan hakim merupakan suatu
proses yang kompleks dan sulit, sehingga memerlukan pelatihan,
pengalaman dan kebijaksanaan.81 Penjatuhan putusan oleh hakim
berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan hakim merupakan aspek
terpenting dalam menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim
yang mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian

78
Salle, Urgensi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman (Makassar: Social Politic Genius
(SIGn), 2018), h., 95.
79
Laurensius Arliman S, Notaris dan Penegakan Hukum oleh Hakim, (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), h., 109.
80
Satjipto Rahardjo, Bunga rampai dalam permasalahan dalam sistem peradilan pidana,
pusat pelayanan keadilan dan Pengabdian Hukum (Jakarta: 1998), h., 11.
81
Ahmad Rifai, S.H., M.H., Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif, (Jakarta : Sinar Grafika, 2014), h., 94.
34

hukum.82 Disamping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang
bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti,
baik dan cermat.83 Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu:84
A. Pertimbangan yang bersifat yuridis
Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim
yang didasarkan pada fakta-fakta yuridis yang terungkap dalam
persidangan dan oleh Undang-Undang ditetapkan sebagai hal yang harus
dimuat di dalam putusan. Hal-hal yang dimaksud diantara lain:85
Dakwaan jaksa penuntut umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi,
barang-barang bukti dan Pasal-pasal dalam peraturan hukum pidana.
B. Pertimbangan yang bersifat non yuridis
Pertimbangan yang bersifat non yuridis oleh hakim hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pertimbangan ini antara lain:86
 latar belakang terdakwa, latar belakang terdakwa setiap keadaan
yang menyebabkan timbulnya keinginan serta dorongan keras pada
diri terdakwa dalam melakukan tindak pidana kriminal .
 akibat perbuatan terdakwa, perbuatan pidana yang dilakukan
terdakwa sudah pasti membawa korban ataupun kerugian pada pihak
lain. Bahkan akibat dari perbuatan terdakwa dan kejahatan yang
dilakukan tersebut dapat pula berpengaruh buruk kepada masyarakat

82
Mukti arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, cet V (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), h., 140. Barry Franky Siregar, Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan
putusan terhadap residisi pengedaran narkotika di Kota Yogyakarta, (Yogyakarta : Universitas
Atmajaya Yogyakarta Fakultas Hukum, 2016), h., 4.
83
Barry Franky Siregar, Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
residivia pengedaran narkotika di Kota Yogyakarta, (Yogyakarta : Universitas Atmajaya
Yogyakarta Fakultas Hukum, 2016), h., 4.
84
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2007), h., 212.
85
Dahlan, Problematika keadilan dalam penerapan pidana terhadap pidana terhadap
penyalah Guna Narkotika, (Yogyakarta : Deepublish, 2019), h.,121. Pertimbangan Hakim dalam
Penjatuhan Putusan Pidana terkait hal yang memberatkan dan meringankan Putusan, Nurhafifah
dan Rahmiati, (Kuala Lumpur: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Lumpur, 2015), h., 347.
86
Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, (Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2007), h., 218.
35

luas, paling tidak keamanan dan ketentraman mereka senantiasa


terancam.
 kondisi diri terdakwa, pengertian kondiri diri terdakwa adalah
keadaan fisik maupun psikis terdakwa sebelum melakukan
kejahatan, termasuk pula status sosial yang melekat pada terdakwa.
keadaan fisik dimaksud adalah usia dan tingkat kedewasaan,
sementara keadaan psikis dimaksud adalah berkaitan dengan
perasaan yang dpat berupa tekanan diri orang lain, pikiran sedang
kacau, keadaan marah dan lain-lain. Adapun status sosial dimaksud
adalah predikat yang dimiliki dalam masyarakat.
 agama terdakwa, keterikatan para hakim terhadap ajaran agama tidak
cukup bila sekedar meletakkan kata “Ketuhanan” pada kepala
putusan, melainkan harus menjadi ukuran penilaian dari setiap
tindakan baik tindakan para hakim itu sendiri maupun dan terutama
tindakan para pembuat kejahatan.87

Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya juga


memuat tentang hal-hal sebagai berikut :

a. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak
disangkal.
b. Adanya analisis secara yuridis terhadap putusan segala aspek
menyangkut semua fakta/hal-hal yang terbukti dalam persidangan.
c. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus
dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat
menarik kesimpulan tentang terbukti/tidaknya dan dapat
88
dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan.

87
Rusli Muhammad, Hukum Acaea Pidana Kontemporer, (Jakarta: Citra Aditya. 2007),
h.,212-220.
88
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Cet V (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), Cet V, h., 142.
36

Kemudian hakim juga mempertimbangkan berat ringan yang termuat


didalam Undang-undang kekuasaan kehakiman dalam Pasal 8 ayat (2) UU No
48 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa “Dalam pertimbangan berat
ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat baik dan jahat dari
terdakwa”.89

B. Penegakan hukum di Indonesia


Penegakan hukum mempunyai sasaran agar orang taat kepada hukum.
Ketaatan masyarakat terhadap hukum disebabkan tiga hal, yakni takut berbuat
dosa, takut karena kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat
hukum yang bersifat imperatif, takut karena malu berbuat jahat. 90 Menurut
Lawrence M Friedman mengatakan bahwa sistem hukum adalah satu
kesatuan hukum yang tersusun dari 3 (tiga) unsur, yaitu : Struktur, Substansi,
dan Kultur Hukum.

1. Struktur/Penegak Hukum, menurut Friedman yaitu unsur jumlah dan


ukuran pengadilan yuridiksinya (yaitu kasus apa mereka mendengar dan
bagaimana dan mengapa) dan cara banding dari pengadilan ke pengadilan
lain.91
2. Substansi hukum adalah aturan, norma.92 Substansi adalah keseluruhan
asas hukum, norma hukum dan aturan hukum, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan.93 Aturan atau norma harus
mempunyai asas yang mendukung tujuan hukum ditegakan. Ada tiga
tujuan hukum yang selama ini berkembang, yaitu sebagai berikut :

89
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009, BAB II, Pasal 8 ayat (2)
90
Irwan Jasa Tarigan, Narkoba dan Penanggulangannya, (Yogyakarta: Deepublish 2017).
H., 63. Wenda Hartanto, Penegakan hukum terhadap kejahatan narkotika dan obat-obatan
terlarang dalam era perdagangan bebas internasional yang berdampak pada keamanan dan
kedaulatan negara, Lex Crimen Vol. 14/No.1/Maret/2017, h.,3. Di akses dari
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/jurnal/index.php/jli/article/view/28/11, diakses pada 21
November 2019 Pukul 17.46 WIB.
91
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI Press, 2010), h.,123.
92
Panduan Bantuan Hukum di Indonesia (Pedoman anda memahami dan menyelesaikan
Masalah Hukum) edisi 2006, (Jakarta: YLBHI dan PSHK, 2007). h., 5.
93
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(JudicialPrudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), (Jakarta: Kencana,
2017), h., 181.
37

a. aliran etis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan hukum itu
semata-mata hanya untuk mencapai keadilan. Keadilan hukum (legal
justice) adalah keadilan berdasarkan hukum dan perundang-undangan.
Dalam arti hakim hanya memutuskan perkara hanya berdasarkan
hukum positif dan peraturan perundang-undangan. Aliran etis dapat
dianggap sebagai ajaran moral idea atau ajaran moral teoretis.
Penganut aliran ini di antaranya adalah Aristoteles, Justinianus, dan
Eugen Erlich.
b. aliran utilis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya tujuan hukum
itu hanyalah untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan
masyarakat. Aliran ini memasukan ajaran moral praktis yang menurut
penganutnya bertujuan untuk memberikan kemanfaatan atau
kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak mungkin warga
masyarakat, sebagaimana dikemukakan oleh para penganutnya, yaitu
antaranya Jeremy Bentham, James Mill. Dan John Stuart Mill. Bahkan
Bentham berpendapat bahwa negara dan hukum semata-mata ada
hanya untuk manfaat sejati, yaitu kebahagiaan mayotitas rakyat.
c. aliran normatif yuridis, yang menganggap bahwa pada prinsipnya
tujuan hukum ini adalah untuk menciptakan kepastian hukum. Tujuan
pelaksanaan hukum dalam hal ini untuk sekedar menjamin
terwujudnya kepastian hukum. Menurut aliran ini selanjutnya,
walaupun aturan hukum atau penerapan hukum terasa tidak adil dan
tidak memberikan manfaat yang besar bagi mayoritas warga
masyarakat, hal tersebut tidaklah menjadi masalah, asalkan kepastian
hukum dapat ditegakkan.94
3. Kultur Hukum/budaya hukum friedman mengartikan sebagai sikap dari
masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum tentang keyakinan, nilai,
gagasan, serta harapan masyarakat tentang hukum. Kebiasaan-kebiasaan,

94
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam perspektif hukum progresif,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2014). h., 131.
38

opini-opini, cara berpikir dan cara bertindak, baik dari penegak hukum
maupun dari masyarakat.95

95
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(JudicialPrudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), (Jakarta: Kencana,
2017), h., 164.
BAB IV

DISPARITAS PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA


PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA PUTUSAN
NO.2652/PID.SUS/2018/PN.TNG DAN NO.1314/PID.SUS/2018/PN.TNG

A. Deskripsi Putusan
1. Kronologis Kasus Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng
Berdasarkan surat putusan No.2562/Pid.Sus/2018/PN.Tng. Terdakwa
bernama Nanda Kuswara Als Bin NK Edi Rusnadi, umur 23 tahun, lahir 15
Oktober 1995, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, pekerjaan mahasiswa.
Dalam dakwaan penuntut umum pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018
sekira pukul 02.00 Wib, bertempat di Rumah Kontrakan di Gang Asem
Kelurahan Pondok Kacang Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Tangerang yang berwenang memeriksa dan
mengadili perkaranya, Tanpa hak atau melawan hukum, menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara jual beli, menukar
atau menyerahkan Narkotika Gol I, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa
dengan cara sebagai berikut:
Bermula saksi Anang, saksi Bayu Andri dan saksi Achmad Sandi
sedang melakukan observasi di wilayah Tangerang dan kemudian
mendapatkan informasi dari masyarakat yang memberitahukan bahwa ada
sebuah kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang
Timur Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, dimana didalam
rumah kontrakan tersebut terlihat beberapa orang diduga melakukan transaksi
jual beli Narkotika. Berdasarkan informasi tersebut, kemudian saksi Anang
bersama tim langsung melakukan observasi di sekitaran rumah kontrakan
tersebut dan sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini ada orang didalam
rumah kontrakan tersebut, saksi Anang bersamatim langsung melakukan

39
40

tindakan masuk kedalam rumah dan melakukan pengamanan terhadap


terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi. Setelah dilakukan
penggeledahan badan/pakaian serta tempat tinggal terdakwa Nanda Kuswara
ALs NK, hasilnya ditemukan barang bukti yang sebelumnya disimpan oleh
terdakwa dibawah tempat kasur kemudian terdakwa yang mengambil lalu
menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1 (satu) buah bekas
tempat permen yang didalamnya terdapat 2 (dua) buah paket plastic masing-
masing berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan berat brutto seluruhnya
1,21 (satu koma dua puluh satu) gram.
Terdakwa mendapatkan barang bukti Narkotika jenis Shabu tersebut
dengan cara membeli dari sdr. Pai seharga Rp. 1.500.000,- (satu juta lima
ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 29 September 2018 sekira pukul
14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan Kantor Samsat Ciledug Kelurahan
Sudimara Selatan Kecamatan CiledugKota Tangerang.terdakwa Nanda
Kuswara Als NK dalam hal membeli Narkotika Gol I jenis Shabu tidak
memiliki ijin dari pihak/instansi yang berwenang.
Berita Acara Pemeriksaan Lab No. 336AV/2018/BALAI LAB
NARKOBA yang dikeluarkan oleh BNN RI Tanggal 24 Oktober 2018,
setelah barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik bening berisolasi warna
hitam dengan kode 1 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto
seluruhnya 0,2715 gram dan 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi
warna hitam dengan kode 2 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto
seluruhnya 0,2740 gram dilakukan pemeriksaan lab hasilnya adalah Positif
Metamfetamina (Shabu) yang terdaftar dalam Gol I Nomor Urut 61 Lampiran
Undang Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Atas perbuatan terdakwa dalam proses persidangan penuntut umum
menyatakan perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam dakwaan Pasal 114 ayat (1) UU RI Nomor 35 tahun 2009 atau Pasal
112 ayat (1) UU RI Nomor 35 tahun 2009 atau perbuatan terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UU
RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
41

Sebagai bahan pembuktian atas dakwaannya penuntut umum telah


mengajukan saksi-saksi yang menerangkan dibawah sumpah pada pokoknya.
Di dalam persidangan Terdakwa Hukum Terdakwa memohon keringanan
hukuman, menyesal akan perbuatannya dan tidak akan mengulanginya
kembali.
a. Pertimbangan Majelis Hakim

 Bahwa terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan


tuntutan. Kemudian terdakwa didakwa dengan dakwaan alternatif yaitu
kesatu melanggar Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika atau kedua Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Atau Kedua melanggar Pasal
127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009
tentangNarkotika.
 Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan maka unsur-
unsur tindak pidana yang didakwakan penuntut umum, membuktikan
bahwa dakwaan alternatif ketiga yaitu Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang
Undang RI Nomor 35 tahun 2009 telah terbukti meyakinkan melakukan
tindak pidana penyalahguna narkotika.
 Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, maka perlu
dipertimbangkan keadaan memberatkan terdakwa dan yang meringankan
terdakwa yaitu terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesali,
terdakwa tidak berbelit-belit dalam keterangan didalam persidangan.
 Bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka dibebani pula untuk
membayar biaya perkara.
Memperhatikan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika. serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan.
42

b. Putusan Majelis Hakim


Berdasarkan pertimbangan majelis hakim serta memperhatikan Pasal
127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35/2009 tentang Narkotika. serta peraturan
perundang-undangan lain yang bersangkutan, majelis hakim mengadili :
1) Menyatakan terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi tersebut
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”.
2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itudengan pidana
penjara selama 1 (satu) tahun.
3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telahdijalani
terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan pidana tersebut ; Menetapkan
Terdakwa tetap berada dalam tahanan.
4) Menetapkan barang bukti berupa1 (satu) buah bekas tempat permen
didalamnya terdapat 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna
hitam (kode I) berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu)
denganberat netto 0,2540 gram (sisa pemeriksaan lab), 1 (satu) bungkus
plastic bening berisolasi warna hitam (kode 2) berisikan narkotika jenis
Metamfetamina (shabu) denganberat netto 0,2627 gram (sisa
pemeriksaan lab); 1 (satu) unit handphone merk Samsung J5 ; Diramps
untuk dimusnahkan.
5) Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp5000
(lima ribu rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Tangerang pada hari Senin tanggal 28 Januari 2019
oleh kami Harry Suptanto, SH, sebagai Hakim Ketua dan Elly Noeryasmien,
SH,MH dan Nelson Panjaitan, SH, MH masing-masing sebagai Hakim
Anggota, putusan mana diucapkan pada Hari dan Tanggal itu juga dalam
persidangan yang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan didampingi
Hakim-hakim tersebut, dibantu oleh Nirmalia Anggraini, SH Panitera
Pengganti pada Pengadilan Negeri Tangerang, dihadiri oleh Taufik Hidayat,
43

SH Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kota Tangerang, Terdakwa


dan Kuasa Terdakwa dari Posbakum Peradi Tangerang yaitu Muslim, SH.

2. Kronologis Kasus Putusan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.

Berdasarkan surat putusan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng. Terdakwa


bernama Harif alias Arif Bin Ramlinas, umur 28 tahun, lahir di Jakarta 13
Oktober 1989, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, pekerjaan karyawan
swasta.
Dalam dakwaan penuntut umum pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018
sekira pukul 23.00 Wib atau setidak-tidaknya pada bulan Maret 2018 bertempat di
pinggir jalan depan toko Furniture Dunia Jaya di Jl. H. Hasyim Ashari Gg. Parit
Rt.03/10 Kelurahan Cipondoh Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang dengan
menyatakan terdakwa harif bin ramlinas melakukan tindak pidana penyalahgunaan
narkotika golongan 1 bagi diri sendiri yang diatur dalam pasal 127 ayat 1 huruf a uu
ri no 35 tahun 2009 tentang narkotika perbuatan tersebut dilakukan dengan sebagai
berikut :
Berawal terdakwa HARIF Bin RAMLINAS mendapatkan narkotika jenis
shabu dari Sdr. Jiman (Dpo), kemudia pada saat terdakwa sedang di pinggir jalan
depan toko Furniture DUNIA JAYA datang saksi Galuh Dwi dan saksi Baru
Purwanto (anggota Polisi) menangkap terdakwa lalu saksi Baru Purwanto
melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian dan tempat tertutup lainnya
ditemukan 1(satu) bungkus plastik klip bening berisikan narkotika jensi sabu
didalam bungkus rokok Sampoerna Mild yang berada di atas tanah di dekat
terdakwaduduk,selanjutnyaterdakwaberikutbarangbuktidibawake Polres Kota
Tangerang guna diproses lebih lanjut, Bahwa terdakwa tidak memiliki ijin dari
pihak yang berwenanguntuk memiliki, menyimpan menguasai atau menyediakan
Narkotika Golongan I bukan tanaman.
Bahwa berdasarkan surat dari Balai Laboratorium Kriminalistik sesuai
pemeriksaan Sdr. SODIQ PRATOMO, S.Si.M.Si Dkk dengan Berita Acara
Pemeriksaan Laboratoris No. 1401/NNF/2018 tanggal 03 April 2018
menyimpulkan bahwa barang bukti berupa 1(satu) bungkus rokok Sampoerna
44

Mild berisi 1 (satu) bungkus plastik klip bening berisikan Kristal warna putih
dengan berat netto 0,0397 gram dan setelah dilakukan pemeriksaan uji lab seberat
0,0215 gram, yang disita dari Terdakwa sebagai barang bukti tersebut adalah
positif (+) mengandung METAMFETAMINA dan terdaftar dalam Golongan I
Nomor Urut 61 Lampiran UU RI No.35 tentang Narkotika ;
Atas perbuatan terdakwa dalam proses persidangan penuntut umum
menyatakan perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
dakwaan kesatu Pasal 112 ayat (1) UU RI Nomor 35 tahun 2009 atau perbuatan
terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) huruf
a UU RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Sebagai bahan pembuktian atas dakwaannya, penuntut umum telah
mengajukan saksi-saksi yang menerangkan dibawah sumpah pada pokoknya. Di
dalam persidangan terdakwa mengakui dan menyesali segala perbuatannya, dan
berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

a. Pertimbangan Majelis Hakim


 Bahwa terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan
alternatif yaitu Kesatu melanggar Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Atau Kedua melanggar Pasal 127
ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
 Bahwa dakwaan yang sesuai dengan keadaan dipersidangan, Majelis
memilih dakwaan kedua melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-
Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang mempunyai
unsur-unsurnya “setiap orang” dan “Penyalahguna Narkotika Golongan I
bagi diri sendiri”.
 Bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang
dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan
pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
45

 Bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus


dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.
 Bahwa bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa, maka perlu
dipertimbangkan keadaan memberatkan terdakwa yaitiu perbuatan terdakwa
tidak mendukung program Pemerintah dalam memberantas tindak pidana
Narkotika dan yang meringankan terdakwa yaitu terdakwa mengaku
bersalah, menyesal, dan berjanji tidak mengulangi perbuatan, terdakwa
sopan dalam persidangan.
 Bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka dibebani pula untuk
membayar biaya perkara.
Memperhatikan Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35/2009 tentang
Narkotika. serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

b. Putusan Majelis Hakim

Berdasarkan pertimbangan majelis hakim serta memperhatikan Pasal 127


ayat (1) huruf a UU RI No. 35/2009 tentang Narkotika. serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan, majelis hakim mengadili :

1) Menyatakan terdakwa HARIF Alias ARIF Bin. RAMLINAS terbukti


secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Penyalahgunaan Narkotika bagi dirisendiri”.
2) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa HARIF Alias ARIF Bin.
RAMLINAS oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun,
dan 8 (delapan) bulan.
3) Menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik bening berisikan
Narkotika jenis Shabu dengan berat brutto 0,0215 gram sisa hasil lab;
Dirampas untuk dimusnahkan.
4) Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,00
(dua ribu rupiah).
46

Demikianlah diputus dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


pada hari Kamis, tanggal : 02 Agustus 2018, oleh kami : Edy Purwanto,
S.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, Kamaruddin Simanjuntak, S.H, dan
Serliwaty, S.H.M.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, Putusan mana
diucapkan pada hari dan tanggal itu juga dalam sidang yang terbuka untuk
umum oleh Hakim Ketua Majelis dan didampingi Hakim Anggota, dibantu
oleh Tonny Septomulyana, S.H. sebagai Panitera Pengganti dan dihadiri oleh
Andre Saut, SH sebagai Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Kabupaten Tangerang, dengan dihadiri oleh Terdakwa.
Mengenai kedua putusan di atas, maka terjadi disparitas antara putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng. pada
putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng hakim memutuskan bahwa
terdakwa melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika Golongan I
bagi diri sendiri, dan menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana
penjara selama 1 (satu) tahun sedangkan pada putusan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika
bagi diri sendiri kemudian dijatuhkan pidana penjara selama 1 (satu) tahun,
dan 8 (delapan) bulan. Berdasarkan pertimbangan didalam kedua putusan
hakim tersebut secara otomatis terjadi disparitas putusan. Oleh karena itu,
disparitas sudah wajar dan lazim dilakukan oleh hakim, mengingat hakim
memiliki hak yang independen dan tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun.

B. Dasar Hakim dalam Memformulasikan Putusan Tindak Pidana


Narkotika
Pertama, hakekat kemerdekaan hakim adalah jika seorang hakim
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dalam menggali,
mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat
serta bebas dari berbagai pengaruh dan berbagai kepentingan baik dari
47

dalam maupun dari luar, termasuk kepentingan dirinya sendiri demi


tegaknya hukum dan keadilan.96 Oleh karena itu, kemerdekaan hakim atau
independensi hakim merupakan cara berpikiran hakim terhadap subjek
maupun objek di dalam suatu kasus/perkara diluar dirinya sehingga dapat
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara berdasarkan fakta, hukum,
dan keyakinan dalam diri hakim. Atas dasar tersebut maka dibuat etika dan
hukum yang diperuntukkan hakim agar tidak terjadi penyalahgunaan
jabatan.

Kedua, berdasarkan asas imparsialitas (Impartiality) mengandung


pengertian yang luas meliputi pengertian: Tidak memihak (Impartial),
bersikap jujur atau adil (Fair and Just), tidak bersikap diskriminatif, tetapi
menempatkan dan mendudukan para pihak yan berperkara dalam keadaan
setara di depan hukum (Equality before the law).97 Oleh karena itu, putusan
hakim tidak boleh memihak kepada salah satu terdakwa diantara beberapa
terdakwa lainnya karena akan menyebabkan ketidakadilan dalam
memutuskan perkara (dalam hal ini tindak pidana narkotika), hakim tidak
boleh di intervensi pihak mana pun didalam memutuskan perkara apabila
hakim di intervensi maka hakim telah melanggar tugas atau profesinya
sebagai tanggung jawab menegakan hukum yang adil dan benar yang
diperkuat dengan Pasal 3 ayat 2 UU 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman yakni “segala campur tangan urusan peradilan oleh pihak lain di
luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”.
Hakim harus imparsial terhadap subjek hukum atas kasus/perkara untuk
mencegah konflik kepentingan, mencegah keberpihakan serta menjaga
wibawa dan kehormatan sebagai hakim.

96
Nurini Aprilianda, Sistem Peradilan Pidana: Teori dan Praktik, (Malang: Universitas
Brawijaya Press , 2017) H., 77
97
Supono, Asas Imparsialitas Hakim ADHOC Pengadilan Hubungan Industrial (PHI)
dalam Putusan yang Objektif dan Adil, h.,5, diakses dari http://repository.unpas.ac.id/45330/ Di
akses pada 04/02/2020 pukul 19.23 WIB.
48

Ketiga berdasarkan asas penafsiran, hakim wajib menggali arti yang


tepat dari ketentuan pidana tersebut dan harus memberikan tafsir serta
menjelaskan ketentuan, untuk dapat menafsirkan dan menjelaskan
diperlukan tafsiran hukum. Hakim menggunakan penafsiran untuk
menentukan apakah suatu ketentuan di dalam KUHP sesuai dengan kasus
yang dihadapinya.98 Penafsiran dalam ketentuan yang telah dinyatakan
dengan tegas tidaklah boleh menyimpang dan maksud pembentuk undang-
undang.99 Oleh karena itu, untuk memecahkan suatu kasus yang dihadapi,
hakim harus benar-benar berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu
perkara/kasus yang sedang dihadapinya dengan menggunakan penafsiran
hukum, akan tetapi penafsirannya tidak boleh menyimpang dari ketentuan
yang sudah ditentukan .

Ada beberapa jenis penafsiran dalam hukum pidana diantaranya


penafsiran restruktif yaitu mempersempit arti peraturan perundang-
undangan, penafsiran ekstensif yaitu memperluas arti peraturan perundang-
undangan, penafsiran analogi yaitu penafsiran yang mengkiaskan arti kata-
kata sesuai dengan asas hukumnya, penafsiran gramatikal yaitu penafsiran
sebagai bahasa sehari-hari, penafsiran sistematika yaitu penafsiran dengan
cara menghubungkan pasal satu dengan pasal lain yang terkait dalam satu
bidang hukum, penafsiran autentik yaitu penafsiran sebagaimana yang
diberikan oleh pembuat undang-undang, penafsiran a contrario yaitu
menafsirkan undang-undang yang di dasarkan pada perlawanan pengertian
antara pasal yang diatur dalam suatu pasal undang-undang.100 Penafsiran
dalam hukum pidana tersebut hakim bisa menafsirkan dengan cara
memperluas/mempersempit arti dari perundang-undangan yang digunakan,
menafsirkan arti kata apakah sesuai dengan asas yang digunakan, kemudian

98
Aris Hardinanto, Manfaat Analogi dalam Hukum Pidana untuk Mengatasi Kejahatan
yang Mengalami Modernisasi, Yuridika Vol 31/No.2/Mei/2016 h.,226. Di akses pada https://e-
journal.unair.ac.id/ di akses pada 04/02/2020 pukul 21.04 WIB.
99
P.A.F Lamintang dab C. Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: Sinar
Baru, 1983), h., 1
100
Sri Warjiyati, Memahami Dasar Ilmu Hukum: Konsep Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta:
Prenada Media, 2018) h.,144
49

bahasa yang digunakan sehari-hari juga dapat menjadi penafsiran hukum


oleh hakim karena mengandung makna di dalam bahasa tersebut,
mengkaitkan pasal satu dengan pasal lain sesuai UU yang berlaku kasus
yang sedang di hadapi. Berdasarkan jenis-jenis penafsiran hukum tersebut,
hakim dapat menggunakan sesuai wewenang hakim sebagai puncak dari
persidangan di dalam memutuskan suatu perkara.

Dengan demikian, inti dari dasar hakim dalam memformulasikan


putusan tindak pidana narkotika ini terdapat 3 (tiga) prinsip yaitu prinsip
kemerdekaan hakim, prinsip imparsialitas dan prinsip penafsiran. Makna
dari prinsip-prinsip tersebut sebagai landasan berpikir hakim dalam
mewujudkan tujuan hukum acara pidana yaitu menggali untuk menentukan
terbukti/tidaknya dalam memutuskam suatu perkara, sebagai dasar
penegakan dan keadilan hukum yang dilakukan oleh hakim dengan cara
penafsiran-penafsiran yang ia telaah sehingga menemukan titik kesimpulan
hasil (putusan) dari suatu perkara dalam penelitian ini penyalahgunaan
narkotika.

C. Disparitas Putusan Hakim dalam Penyalahgunaan Narkotika di PN


Tangerang Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng
Berdasarkan kronologis dua putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng terdapat perbedaan dalam penjatuhan pidana oleh
hakim dengan tindak pidana yang sama yaitu penyalahgunaan narkotika gol 1
bagi diri sendiri yang diatur dalam Pasal 127 ayat 1 huruf (a). Di dalam putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng majelis hakim menjatuhkan pidana penjara
terhadap terdakwa selama 1 (satu) tahun. Sedangkan dalam putusan
No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng majelis hakim memutuskan terdakwa degan
pidana penjara selama 1 tahun 8 bulan.

Muladi dan Barda Nawawi Arif menyatakan sumber pada hukum ada hal-
hal lain yang menyebabkan terjadi disparitas. Hal yang dimaksud adalah faktor-
50

faktor yang bersumber dari diri hakim sendiri baik yang bersifat internal maupun
eksternal yang tidak bisa dipisahkan sebagai atribut diri sendiri orang yang
disebut dengan human equation (insan peradilan) atau yang menyangkut pegaruh-
pengaruh latar belakang sosial, pendidikan, agama pengalaman dan perilaku
sosial. Hal itulah yang sering kali memegang peranan penting di dalam
menentukan jenis dan beratnya hukuman daripada sifat hukumnya sendiri dan
kepribadian dari pelaku tindak pidana yang bersangkutan.101

1. Pertimbangan Hakim putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng


Majelis hakim menjatuhkan pidana kepada terdakwa Nanda Kuswara Bin
NK Edi Rusnadi atas dakwaan penyalahgunaan narkotika golongan 1
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun 3 bulan. Majelis hakim memutuskan
terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana penyalahgunaan narkotika golongan 1 bagi diri sendiri sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum
berdasarkan surat dakwaan kesatu, Pasal 114 ayat (1) UU No.35 Tahun
2009 tentang Narkotika “tanpa hak atau melawan hukum, menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara jual beli,
menukar atau menyerahkan Narkotika gol 1.”
Dakwaan kedua, Pasal 112 ayat (1) UU No 35 Tahun 2009 “tanpa
hak atau melawan hukum, memiliki, menyimpan, menguasai atau
menyediakan Narkotika Gol 1 dalam bentuk bukan tanaman.”
Serta,dakwaan ketiga, Pasal 127 ayat 1 huruf a UU No 35 Tahun 2009
“penyalahgunaan narkotika gol 1 bagi diri sendiri”.

Dalam memutuskan pidana, hakim memiliki kebebasan untuk memilih


jenis pidana, berdasarkan sistem alternatif didalam pengancaman pidana di
dalam UU. Maka hakim memilih salah satu dari beberapa dakwaan

101
Kurnia dewi agraeni, disparitas pidana dalam outusan hakim terhadap tindak pidana
psikotropika di PN Sleman, Jurnal hukum novelty, vol.7/No. 2/agustus/ 2016, h., 230.
51

alternatif yang diajukan jpu. Jadi hakim bebas memilih dakwaan oleh
terdakwa yang sesuai dari tuntutan oleh jpu berdasarkan dakwaan alternatif.
Dalam putusan terdakwa Nanda Kuswara, Majelis hakim
mempertimbangkan dakwaan penuntut umum yaitu dakwaan alternatif Pasal
127 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan unsur-unsur
sebagai berikut :

a. Setiap orang

Menurut Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa berdasarkan


Kitab Undang-undang Hukum Pidana, yang bisa menjadi subjek dari suatu
tindak pidana ialah manusia.102 Berdasarkan putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng atas terdakwa Nanda Kuswara, unsur “setiap
orang” dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a telah menjadi unsur pertimbangan
hakim dalam memutuskan perkara Nanda Kuswara karena telah unsur
tersebut telah memenuhi salah satu unsur-unsur tindak pidana.

b. Unsur “Penyalahgunaan Narkotika Gol 1 bagi diri sendiri”

Berdasarkan keterangan terdakwa Nanda Kuswara maupun saksi


Anang, saksi Andri, saksi Achmad Sandi yang disertai barang bukti yang
telah disebutkan di dalam Putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng
menerangkan bahwa keduanya telah terbukti secara sah menyalahgunakan
narkotika golongan 1 sesuai dengan UU Narkotika No. 35 Tahun 2009.

Kemudian Di dalam Pasal 75 huruf l UU Narkotika, yakni


melakukan tes urine, tes darah, tes rambut, tes asam dioksiribonukleat
(DNA), dan/atau tes bagian tubuh lainnya” dan pasal 75 huruf q yakni
melakukan uji laboratorium terhadap sampel dan barang bukti narkotika dan
prekursor narkotika. Berdasarkan pasal tersebut dalam putusan terdakwa
Nanda Kuswara, hakim menimbang berdasarkan alat bukti berupa
keterangan hasil tes urine dan pemeriksaan lab narkoba yang menyatakan

102
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, (Bandung: Eresco,
1980), h.,55.
52

bahwa terdakwa telah terbukti menggunakan narkotika bagi dirinya sendiri


serta barang bukti yang ditemukan merupakan narkotika golongan 1 yang
tidak diperuntukan untuk dikonsumsi tanpa adanya pengawasan dan
perizinan (yang termuat Pasal 127 ayat 1 huruf a, Pasal 7 UU 35 tahun 2009
tentang narkotika). Dengan demikian, hasil tes urine dan lab narkoba
tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu syarat alat bukti (Pasal 184
KUHAP) yakni surat.

Syarat seseorang dapat dipidana selain perbuatannya harus


memenuhi unsur dalam rumusan undang-undang juga harus adanya sifat
melawan hukum (menurut K. Wantjik Saleh).103 Dalam Pasal 1 angka 15
UU No 35 Tahun 2009 tentang narkotika disebutkan bahwa
“penyalahgunaan narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika
tanpa hak atau melawan hukum. Pada putusan terdakwa Nanda Kuswara
diperoleh fakta bahwa perbuatan terdakwa merupakan perbuatan yang
bersifat melawan hukum formil, karena perbuatan terdakwa tanpa hak
menggunakan narkotika golongan 1 tersebut.
Menurut D. Simons, tindak pidana (starbaar feit) adalah kelakuan
(handeling) yang diancam dengan pidana “yang bersifat melawan hukum”
yang berhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu
bertanggung jawab.104 Perlakuan orang inilah yang menjadi titik
penghubung dasar guna pemberian sanksi pidana. Fakta yang terungkap di
persidangan, perbuatan terdakwa bukan merupakan pihak yang tidak boleh
menggunakan narkotika dalam hal ini shabu-shabu karena terdakwa
menggunakan shabu-shabu tanpa ada ijin dari pihak yang berwenang,
sehingga atas perbuatan terdakwa tersebut dapat dinilai sebagai
penyalahgunaan narkotika golongan (1) huruf a untuk diri sendiri. Oleh
karena itu perbuatan terdakwa merupakan perbuatan yang bertentangan
dengan hukum/undang-undang yang berlaku.

103
Laurensius Arliman S. Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana
(Yogyakarta: Deepublish, 2015), h., 24.
104
Suyanto, Penganar Hukum Pidana, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.,89.
53

Kemudian dalam pertimbangan hakim atas terdakwa Nanda


Kuswara dalam memutus perkara tersebut telah sesuai dengan apa yang
telah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, yang berisi pembuktian
dalam perkara tersebut berdasarkan alat bukti yang sah, yaitu adanya
keterangan saksi, keterangan surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.
maka semua unsur terdakwa Nanda Kuswara telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana “penyalahgunaan
narkotika golongan 1 bagi diri sendiri” yang diancam dalam Pasal 127
Ayat (1) huruf a UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, semua unsur dakwaan
alternatif jaksa penuntut umum Pasal 127 ayat (1) huruf a sudah terpenuhi,
maka berdasarkan hukum terhadap perbuatan terdakwa harus dinyatakan
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana penyalahgunaan narkotika untuk diri sendiri, sehingga dalam hal ini
terdakwa dijatuhi pidana.
2. Majelis hakim dalam Putusan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng menjatuhkan
pidana kepada terdakwa Harif Bin Ramlinas atas dakwaan penyalahgunaan
narkotika golongan 1 dengan pidana penjara 1 (satu) tahun 6 bulan.
Majelis hakim memutuskan terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan 1
bagi diri sendiri sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127
ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum
berdasarkan surat dakwaan, kesatu Pasal 114 ayat (1) UU No.35 Tahun
2009 tentang Narkotika “tanpa hak atau melawan hukum, menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara jual beli,
menukar atau menyerahkan Narkotika gol 1.
Dakwaan kedua Pasal 127 ayat 1 huruf a UU No 35 Tahun 2009
“penyalahgunaan narkotika gol 1 bagi diri sendiri”.
54

Dalam memutuskan pidana, hakim memiliki kebebasan untuk


memilih jenis pidana, berdasarkan sistem alternatif didalam pengancaman
pidana di dalam UU. Maka hakim memilih salah satu dari beberapa
dakwaan alternatif yang diajukan JPU.

Dalam putusan terdakwa Harif bin Ramlinas, Majelis hakim


mempertimbangkan dakwaan alternatif kedua yaitu Pasal 127 ayat (1) UU
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. Setiap orang

Unsur “setiap orang” dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a dalam kasus
ini, menunjuk kepada setiap subjek hukum yang bisa dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya yakni Harif bin
Ramlinas. Oleh sebab itu, unsur “setiap orang” telah terpenuhi dalam diri
terdakwa.

Dengan demikian setiap orang yang dimaksud adalah Hanif, oleh


karena itu, Hanif telah melakukan penyalahgunaan narkotika berdasarkan
Pasal 127 ayat 1 huruf a tersebut, maka hanif harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya.

b. Unsur "Penyalahgunaan Narkotika Gol I bagi dirisendiri"

Dalam persidangan saksi merupakan salah satu alat bukti yang


diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Pasal 1 butir 27 KUHAP,
merumuskan sebagai berikut : ”Keterangan saksi adalah salah satu alat
bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai
suatu peristiwa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri
dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.”105
Pasal 189 ayat (1) KUHAP merumuskan tentang pengertian
keterangan terdakwa, yaitu : ”Keterangan terdakwa ialah apa yang
terdakwa nyatakan di sidang pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan

105
Andi Hamzah, KUHP & KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h., 72.
55

atau ia ketahui sendiri atau ia alamisendiri”.


Dengan demikian keterangan terdakwa atas terdakwa Hanif bukan
hanya pengakuan dari terdakwa saja, melainkan harus disertai alat bukti
lain sehingga keterangan terdakwa baru bisadijadikan suatu alat bukti.
Berdasarkan surat dari Balai Laboratorium Kriminalistik sesuai
pemeriksaan Sdr. Sodiq Pratomo, S.Si.M.Si Dkk dengan Berita Acara
Pemeriksaan Laboratoris No. 1401/NNF/2018 tanggal 03 April 2018
menyimpulkan bahwa barang bukti berupa 1(satu) bungkus rokok
Sampoerna Mild berisi 1 (satu) bungkus plastik klip bening berisikan
Kristal warna putih dengan berat netto 0,0397 gram dan setelah dilakukan
pemeriksaan uji lab seberat 0,0215 gram, yang disita dari Terdakwa
sebagai barang bukti tersebut adalah positif (+) mengandung
metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I Nomor Urut 61 Lampiran
UU RI No.35 tentang Narkotika.
Kemudian, berdasarkan Surat Keterangan Pemeriksaan Urine dari
Sdr. dr. Madsidik pada Polres Kota Tangerang No.SKET/51/III/Resta
Tangerang 13 Maret 2018 dengan hasil kesimpulan Positif
Methampethamina.
Menimbang,bahwa berdasarkan Surat Hasil Assesmen/Pengakajian
dari Yayasan Gagas sesuai pemeriksaan Dr. Bambang Eka No.14-RMed-
GAGAS/III/HR/ 2018 tanggal 29 Maret 2018 dengan hasil kesimpulan
pemeriksaan adalah “Penyalahguna Narkotika Golongan I bukan tanaman
(Metafetmina/Shabu) dan dianjurkan mengikuti Rahabilitasi Sosial demi
kesembuhannya tahapan kecanduan narkotika”.
Berdasarkan pasal 75 huruf l dan q UU Narkotika tersebut dalam
putusan terdakwa Harif, hakim menimbang berdasarkan alat bukti berupa
keterangan hasil tes urine dan pemeriksaan lab narkoba dan surat hasil Hasil
Assesmen/Pengakajian dari Yayasan Gagas yang menyatakan bahwa
terdakwa telah terbukti menggunakan narkotika bagi dirinya sendiri serta
barang bukti yang ditemukan merupakan narkotika golongan 1 yang tidak
56

diperuntukan kepentingan pelayanan kesehatan melainkan dikonsumsi


sendiri dan ini termasuk dalam penyalahgunakan.

Dengan demikian, hasil tes urine, lab narkoba dan Surat Hasil
Assesmen/Pengakajian dari Yayasan Gagas tersebut dapat dijadikan sebagai
salah satu syarat alat bukti (Pasal 184 KUHAP) yakni surat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis terdapat unsur


melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a UU No.35 Tahun 2009 tentang
narkotika. Dengan demikian, fakta yang terungkap dipersidangan dari
keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa, yang saling bersesuaian
serta dihubungkan dengan barang bukti telah diperoleh fakta hukum.
Bahwa perbuatan terdakwa merupakan perbuatan yang bersifat melawan
hukum formil, karena perbuatan terdakwa tanpa hak untuk menggunakan
narkotika golongan 1.
Dalam Pasal 7 UU Narkotika berbunyi “narkotika hanya dapat
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengemban
ilmu pengetahuan dan teknologi”. Kemudian dipertegas dengan golongan
narkotika yang digunakan kedua terdakwa yakni methamfethamina
(golongan 1), termuat dalam Pasal 8 UU Narkotika yang berbunyi
“Narkotika Golongan 1 dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan”. Terdakwa Nanda Kuswara menggunakan narkotika dengan
alasan untuk dikonsumsi sendiri.
Berdasarkan pasal tersebut, ini termasuk penyalahgunaan narkotika
golongan 1 karena terdakwa Nanda Kuswara menggunakan narkotika tidak
untuk pelayanan kesehatan, hanya konsumsi sendiri. Kemudian motif
terdakwa Harif menggunakan narkotika yakni dengan alasan untuk
semangat kerja. Dalam Pasal 7 ayat (2) UU 35 Tahun 2009 tentang
narkotika, dalam jumlah terbatas narkotika golongan 1 ini dapat digunakan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
untuk reagensia diagnostik, serta reagensia laboratorium setelah
mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan
57

Pengawas Obat dan Makanan. Terdakwa Nanda telah menyalahgunakan


narkotika tidak berdasarkan persetujuan dari pihak terkait dan ini
merupakan tindakan penyalahgunaan yang sebagaimana diatur dalam Pasal
1 butir 15 “Penyalahguna adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa
hak atau melawan hukum. Oleh sebab itu motif dari kedua terdakwa Nanda
Kuswara dan Harif, telah melanggar aturan penyalahgunaan narkotika yang
terdapat dalam UU Narkotika No 35 Tahun 2009.

Dapat disimpukan, dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan


putusan tersebut berdasarkan pertimbangan yuridis sesuai fakta di
persidangan adalah untuk membuktikan kebenaran materiil dari masing-
masing putusan atas terdakwa Nanda Kuswara dan terdakwa Harif
dengandakwaan penuntut umum yakni Pasal 127 ayat (1) huruf a UU
No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Majelis hakim menyatakan jika
semua unsur terbukti dan terpenuhi.
Berdasarkan penjelasan diatas, pertimbangan hakim terhadap kedua
putusan terdakwa Nanda dan Hanif telah terjadi disparitas putusan atas
tindak pidana yang sama, adapun faktor penyebab disparitas yaitu :

1) Fakta hukum di persidangan


Pertimbangan hakim merupakan titik klimaks dalam mewujudkan hasil nilai
dari suatu putusan hakim, hukum harus berisi keadilan (ex aequo et bono)
dan berisi kepastian.106 Oleh karena itu, hakim harus adil dan pasti terhadap
mempertimbangkan perkara yang sedang dihadapi. Apabila hukum janggal
berisi ketidakadilan dan ketidakpastian dalam memutuskan perkara maka
hakim dalam mempertimbangkan telah menyimpang. Pertimbangan yang
bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakta-
fakta yang terungkap didalam persidangan.107

106
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Cet V (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), Cet V, h., 142.
107
Dahlan, Problematika keadilan dalam penerapan pidana terhadap pidana terhadap
penyalah Guna Narkotika, (Yogyakarta : Deepublish, 2019), h.,121. Pertimbangan Hakim dalam
Penjatuhan Putusan Pidana terkait hal yang memberatkan dan meringankan Putusan, Nurhafifah
dan Rahmiati, (Kuala Lumpur: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Lumpur, 2015), h., 347.
58

Berdasarkan fakta hukum di persidangan atas keterangan dari masing-


masing terdakwa yang menjadikan pertimbangan hakim yang bersifat
yuridis. faktor keadaan diri terdakwa atau bentuk perbuatan penyalahgunaan
narkotika adalah perbuatan yang mengarah kepada pecandu narkotika.
Adapun pengertian pecandu narkotika termuat didalam Pasal 1 butir 13
Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu “Pecandu
Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
narkotika dan dalam keadaaan ketergantungan pada narkotika, baik secara
fisik maupun psikis.” Sedangkan yang menjelaskan ketergantungan pada
diri seorang termuat dalam Pasal 1 butir 14 UU No. 35 Tahun 2009 tentang
narkotika “ketergantungan narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh
dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus dengan
takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaanya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas.”108
Dengan demikian, seorang pecandu dilihat dari Pasal tersebut
menjelaskan bahwa apakah seseorang menggunakan narkotika merupakan
bentuk pecandu/ketergantungan pada diri yang ditandai pemakaian yang
terus menerus/tidak. Jika dilihat dari terdakwa Nanda Kuswara yang
tertangkap pada 2 Oktober 2018, ia baru membeli narkotika(shabu) dari
sdr.Pai seharga 1.500.000 pada hari Sabtu 29 September 2018 dengan
jangkauan waktu pemakaian baru kurang lebih 1 bulan. Sedangkan atas
keterangan terdakwa Harif sudah menggunakan narkotika jenis shabu ini
sejak 1 (satu) tahun yang lalu. Berdasarkan keterangan dari kedua terdakwa
maka hakim memerhatikan bentuk pecandu/ketergantungan yang digunakan
secara terus menerus, yakni lamanya penggunaan narkotika.
Jadi, faktor pertama penyebab peyalahgunaan narkotika karna fakta
hukum di persidangan yang berbeda maka menjadi keniscayaan hakim
berbeda pula di dalam memformulasikan hukuman.

108
UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
59

2) Karena disparitas sanksi/hukuman dimulai dari hukum itu sendiri, karena


KUHAP tidak mengatur pedoman yang harus diperhatikan oleh hakim
dalam menjatuhkan pidana, yang ada hanya aturan pemberian sanksi pidana
berdasarkan UU yang dikehendaki atau disebut asas leg spesialis derogat
legi generalis yakni hukum yang bersifat khusus (lex specialis)
mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis).
Terdakwa Nanda Kuswara dan terdakwa Harif diancam dengan
Pasal 127 ayat (1) huruf a yang berbunyi “narkotika golongan 1 bagi diri
sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun Dari bunyi pasal
tersebut, hakim mempunyai kebebasan untuk memilih beratnya pidana yang
akan dijatuhkan, sebab yang ditentukan perundang-undang hanyalah
maksimum dan minimumnya. Didalam pengaturan hukum yang terdapat di
Pasal 127 ayat 1 huruf a tersebut, tidak disebutkan ketentuan tidak diukur
jenis berat/ringannya barang bukti, hanya penggunaan golongan 1 yang
dijadikan penentuan.” Oleh sebab itu, kekuasaan kehakiman/independensi
hakim/kebebasan hakim dalam memutuskan suatu perkara harus
berdasarkan 2 alat bukti dan 1 keyakinan hakim karena menganut sistem
negative weatherlet.
Jadi, hakim murni menentukan putusan berdasarkan keyakinannya.
Untuk dapat memutus bersalah, hakim harus mendasarkan pada dua alat
bukti yang sah sehingga ia memperoleh keyakinan bahwa terdakwalah yang
bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Dalam hukum acara pidana di
Indonesia, alat bukti yang sah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.
Hal ini yang menjadi salah satu faktor perbedaan putusan pidana oleh hakim
yang terlalu luas karena tidak adanya aturan yang jelas. Hal tersebut sering
berperan penting dalam menjatuhkan jenis dan beratnya pidana daripada
sifat perbuatan pidananya sendiri dan kepribadian pelaku tindak pidana yang
bersangkutan.
60

Kebebasan hakim di Indonesia terdapat dalam Pasal 1 UU No. 48


Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman bahwa “kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi
terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia” Atas dasar pasal
tersebut, pengaturan hakim dalam setiap mengadili perkara dipertegas dalam
Pasal 10 ayat (1) UU No 48 Tahun 2009 bahwa “pengadilan dilarang
menolak untuk memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada, atau kurang jelas melainkan
wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.”109 Jadi, atas dasar pengaturan
tersebut hakim boleh melakukan interpretasi, hakim memutuskan
berdasarkan tuntutan jaksa, atau bahkan didalam surat dakwaan Jaksa
Penuntut Umum (JPU), terdapat dakwaan alternatif sebagai bentuk dakwaan
yang belum didapat kepastian tindak pidana mana yang paling tepat dapat
dibuktikan. Adapun yang dijadikan hakim dalam dakwaan alternatif pada
terdakwa Nanda Kuswara yakni kesatu Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau kedua Pasal 112 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau Kedua
melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika sedangkan terdakwa Harif yakni kesatu melanggar
Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika Atau kedua melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-
Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

109
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009
61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai penutup dari skripsi ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Dasar hakim dalam memformulasikan putusan tindak pidana terikat oleh


beberapa prinsip yaitu:
Pertama prinsip kemerdekaan hakim, kemerdekaan hakim atau
independensi hakim merupakan cara berpikiran hakim terhadap subjek
maupun objek di dalam suatu kasus/perkara diluar dirinya sehingga dapat
memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara berdasarkan fakta,
hukum, dan keyakinan dalam diri hakim. Kedua prinsip imparsialitas,
artinya hakim tidak boleh di intervensi pihak mana pun didalam
memutuskan perkara dan hakim itu independen. Ketiga prinsip
penafsiran, hakim diberi kebabasan untuk menafsirkan hukum akan tetapi
penafsirannya tidak boleh menyimpang dari ketentuan.

2. Disparitas putusan No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng dan


No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng karena :
a. Fakta hukum di persidangan menjadi keniscayaan hakim didalam
memformulasikan hukuman, dalam konteks putusan
No.2652/Pid.Sus/2018/PN.Tng atas terdakwa Nanda Kuswara baru
menyalahgunakan narkotika yang ia beli sejak tanggal 29 September
2018 kemudian ditangkap 2 oktober 2018 berdasarkan pernyataan
tersebut terdakwa baru 4 hari menyalahgunakan narkotika tersebut.
Sedangkan dalam putusan No.1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng ia sudah
menyalahgunakan narkotika tersebut selama 1 tahun.

62
63

b. Kebebasan hakim di dalam memutuskan artinya hakim tidak terikat


oleh putusan yg lain dalam konteks tindak pidana yang sama. Karena
disparitas sanksi/hukuman dimulai dari hukum itu sendiri, karena
KUHAP tidak mengatur pedoman yang harus diperhatikan oleh
hakim dalam menjatuhkan pidana. Jadi, hakim murni menentukan
putusan berdasarkan keyakinannya.

B. Saran
Hakim di dalam memutuskan suatu perkara harus memperhatikan
asas-asas yang mendukung penemuan hasil putusan. Diharapkan hakim tidak
terpengaruh dari pihak manapun/lembaga manapun, hakim harus berdasarkan
keyakinan dalam hati nurani sehingga tidak menyimpang dari tugas pokoknya
sebagai penegak keadilan dalam masyarakat.
64

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim (dalam Perspektif Hukum
Progresif), Sinar Grafika : Jakarta, 2010.
Ali. Achmad, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(JudicialPrudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang
(Legisprudence), Jakarta: Kencana, 2017.
Ali. Mahrus, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, Yogyakarta : UII Press, 2011.
Andrisman, Tri. Hukum Pidana (asas-asas dan dasar aturan umum hukum pidana
Indonesia), Universitas Lampung, 2011.
Arliman S,Laurensius.Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak
Pidana, Yogyakarta : Deepublish, 2015.
Arliman S. Laurensius, Notaris dan Penegakan Hukum oleh Hakim, Yogyakarta:
Deepublish, 2015.
Atmasasmita. Romli, Sistem Peradilan Pidana, Bandung : Binacipta, 1996.
Az-Zuhaili. Wahbah, Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, juz 7, (Dar Fikr-Damaskus,
2007).
Budiarjo. Miriam, Aspek-aspek perkembangan Kekuasaan Kehakiman di
Indonesia, Yogyakarta: UII Press: 2008.
Darto. M., dan Arief S, Kamus Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris, Pustaka
Tinta Mas, 2008.
Djazuli, Fiqih Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1997.
Hamzah, Andi. dan RM.Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,
Jakarta : Sinar Grafika, 1994.
Hajati. Sri, Ellyne Dwi Poespasari, Oemar Moechthar, Buku Ajar Pengantar
Hukum Indonesia, Cet kedua, Surabaya: Airlangga University Pres, 2018.
Hanafi,Ahmad.Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Irfan,Nurul dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta: Amzah, 2014.
65

Lubis. Amany, Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Islam, Jakarta: Pustaka


Cendekiawan, 2018.
Machram. Hadi, Marjan Miharja, Asas Manfaat Putusan Hakim Pengadilan
Hubungan Industrial Bandung terhadap Pemutusan Hubungan Kerja
Perjanjian Kerja Waktu tertentu, Qiara Media, 2019.
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Erlangga: 1976.
Mappiasse, Syarif. Logika Hukum Pertimbangan Putusan Hakim, Jakarta
:kencana, 2015.
Mardani, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Pranadamedia Grup, 2019.
Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam perspektif hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Marpaung,Leden.Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika,
2005.
Moerdiyono, Pengawasan serta Peran Aktif Orang Tua dan Aparat dalam
Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, (Badan Kerjasama Sosial
Usaha Pembinaan Warga Tama (Bersama): 1997.
Muhammad. Rusli, Hukum Acara Pidana Kontemporer, Bandung : Citra Aditya
Bakti, 2007.
Muladi dan Barda Nawawi, Teori-teori dan kebijakan pidana, (Bandung Alumni,
1984). h., 124.
Muslich,Ahmad Wardi Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Natsir,Muhammad.Korporasi Antara Sanksi Dan Tindak Pidana Lingkungan di
Aceh, Yogyakarta: Deepublish, 2019.
Nur, Muhammad Tahmid.Menggapai Hukum Pidana Ideal Kemaslahatan Pidana
Islam dan Pembaruan Hukum Pidana Nasional,Yogyakarta: Deepublish,
2018.
Oemar Seno, Hukum Hakim Pidana, (Jakarta, Erlangga, 1984.
Panduan Bantuan Hukum di Indonesia (Pedoman anda memahami dan
menyelesaikan Masalah Hukum) edisi 2006, Jakarta: YLBHI dan PSHK,
2007.
66

Prodjodikoro,Wirjono.Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung: Eresco,


1980.
Purwoleksono,Didik Endro.Hukum Pidana, Surabaya, Airlangga University Press,
2016.
Rahardjo. Satjipto, Bunga rampai dalam permasalahan dalam sistem peradilan
pidana, pusat pelayanan keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta: 1998.
Republik Indonesia, Undang-undang No.48 tahun 2009.
Rifai, Ahmad. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum
Progresif, Sinar Grafika : Jakarta, 2010.
Sabuan. Ansori, Syarifuddin Pettanase, Ruben Achmad, Hukum Acara Pidana,
Bandung : Angkasa Bandung, 1990.
Salle, Urgensi Kemandirian Kekuasaan Kehakiman,Makassar : Social Politic
Genius (SIGn), 2018.
Sjawie,Hasbullah F.Direksi Perseroan terbatas serta pertanggungjawaban pidana
koorporasi, Jakarta: Prenada Media, 2017.
Soekanto,Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI Press, 2010.
Sofyan, Andi Muhammad dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana (suatu
pengantar), Kencana : Jakarta, 2014.
Sunarno, Narkoba bahaya dan Upaya Pencegahannya,Semarang: Bengawan
Ilmu, 2007.
Sutiyoso. Bambang,Metode Penemuan Hukum Upaya Mewujudkan Hukum yang
Pasti dan Berkeadilan, Yogyakarta : UII Press, 2007.
Suyanto, Pengantar Hukum Pidana, Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Syamsu,Muhammad Ainul.Penjatuhan Pidana & dua prinsip dasar hukum,
Jakarta: PrenadaMedia Grup, 2016.
Undang-undang psikotropika narkotika dan zat adiktif lainnya, Bandung: Fokus
Media, 2011.

Waluyo,Bambang.Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2008.


67

Witianto. Darwoko Yuti, dan Arya Putra Negara Kutawaringin, Diskresi Hakim
(Sebuah Instrumen Menegakan keadilan substantive dalam perkara-perkara
Pidana), Bandung : Alfabeta, 2013.
Yusuf,A. Muri.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014
Zulaeha, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Jurnal-jurnal
Agraeni. Kurnia dewi, disparitas pidana dalam putusan hakim terhadap tindak
pidana psikotropika di PN Sleman, Jurnal hukum novelty, vol.7/No.
2/agustus/ 2016.
Agustina. Dwi, Firganefi, Tri Andrisman, Analisis Terhadap Faktor-Faktor
Penyebab Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh
Wanita,Universitas Lampung, Fakultas Hukum.
Dahlan, Problematika keadilan dalam penerapan pidana terhadap pidana
terhadap penyalah Guna Narkotika, (Yogyakarta : Deepublish, 2019),
h.,121. Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Putusan Pidana terkait
hal yang memberatkan dan meringankan Putusan, Nurhafifah dan
Rahmiati, (Kuala Lumpur: Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Lumpur, 2015), h., 347.
Eleanora. Fransiska Novita, Bahaya Penyalahgunan Narkoba serta Usaha
Pencegahan dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal
Hukum, Vol.XXV/ No.1/April/2011, h., 443. Diakses dari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jurnalhukum/article/view/203/179
diakses pada 26 November 2019 Pukul 1.35 WIB.
Kolopita. Satrio Putra, Penegakan Hukum Atas Pidana Mati terhadap Pelaku
Tindak Pidana Narkotika, Lex Crimen, Vol.2/No.4/Agystus/2013, h., 63.
Diakses dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/3089/2633
diakses pada 9 Desember 2019 15.40 WIB.
68

Mawey. Andre G. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan hukuman lepas dari


segala tuntutan hukum, Lex Crimen Vol. V/No.2/Feb/2016, h., 87. Di
akses dari https://www.neliti.com/id/publications/3420/pertimbangan-
hakim-dalam-menjatuhkan-putusan-lepas-dari-segala-tuntutan-hukum,
diakses pada 18 November 2019 Pukul 22:40 WIB.
Setiawan. Agung, Tindak Pidana Narkotika (studi pertimbangan hukum hakim
dalam memutus polisi sebagai Terdakwa di PN Boyolali), UMS:
Magister Ilmu Hukum, 2017.
Siregar. Barry Franky, Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap residivia pengedaran narkotika di Kota Yogyakarta,
Yogyakarta : Universitas Atmajaya Yogyakarta Fakultas Hukum, 2016.
Tarigan. Irwan Jasa, Narkoba dan Penanggulangannya, (Yogyakarta: Deepublish
2017). H., 63. Wenda Hartanto, Penegakan hukum terhadap kejahatan
narkotika dan obat-obatan terlarang dalam era perdagangan bebas
internasional yang berdampak pada keamanan dan kedaulatan negara,
Lex Crimen Vol. 14/No.1/Maret/2017, h.,3. Di akses dari
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/jurnal/index.php/jli/article/view/28/1
1, diakses pada 21 November 2019 Pukul 17.46 WIB.
69
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN
Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Tangerang yang mengadili perkara pidana dengan

ne
ng
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :

do
gu Nama lengkap
Tempat lahir
:
:
Nanda Kuswara Als Bin NK Edi Rusnadi ;
Pematang Pauh ;
Umur/tanggal lahir : 23 Tahun / 15 Oktober 1995 ;

In
A
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Kp. Torong Toboh Padang Kabeh Rt.- Desa
Botong Gadang Kec. Sintuak Toboh Gadang
ah

Kab.Padang pariaman ;

lik
Agama : Islam;
Pekerjaan : Mahasiswa ;
am

ub
Terdakwa ditahan dalam Tahanan Rutan oleh:
1. Penyidik sejak tanggal 6 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 25 Oktober
2018 ;
ep
2. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Kota
k

Tangerang sejak tanggal 26 Oktober 2018 sampai dengan tanggal 4


ah

Desember 2018 ;
R

si
3. Perpanjangan Pengadilan Negeri Tangerang sejak tanggal 5 Desember 2018
sampai tanggal 3 Januari 2019 ;

ne
ng

4. Penuntut Umum sejak tanggal 17 Desember 2018 sampai dengan tanggal 5


Januari 2019 ;
5. Hakim Pengadilan Negeri Tangerang sejak tanggal 20 Desember 2018

do
gu

sampai tanggal 18 Januari 2019 ;


6. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri Tangerang sejak tanggal 19
Januari 2019 sampai dengan tanggal 19 Maret 2019 ;
In
A

Terdakwa tidak didampingi oleh Penasehat Hukum dalam persidangan;


Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca:
ah

lik

- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Tangerang Nomor :


2652/Pid.Sus/2018/PN Tng tanggal 20 Desember 2018 tentang penunjukan
m

ub

Majelis Hakim;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng tanggal 21
ka

Desember 2018 tentang penetapan hari sidang;


ep

- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;

Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi dan Terdakwa serta


ah

memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;


R

es

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh


M

ng

Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:


on

Halaman 1 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
1. Menyatakan Terdakwa NANDA KUSW ARA ALS NK BIN EDI RUSNADI

R
bersalah melakukan tindak pidana "Penyalahgunaan Narkotika Gol I bagi

si
diri sendiri" sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 127 ayat

ne
ng
(1) huruf a UU RI No. 35/2009 tentang Narkotika.
2. Menjatuhkan pidana terhadap nama Terdakwa NANDA KUSWARA ALS NK
BIN EDI RUSNADI dengan pidana penjara selama 1 (satu) Tahun dan 3

do
gu (tiga) bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara
dengan perintah terdakwa tetap ditahan.
3. Menyatakan barang bukti berupa :

In
A
• 1 (satu) buah bekas tempat permen didalamnya terdapat:
a. 1 (satu ) bungkus plastik bening berisolasi wama hitam (kode 1)
ah

lik
berisikan Narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
netto 0,2540 gram (sisa pemeriksaan lab)
b. 1 (satu ) bungkus plastik bening berisolasi wama hitam (kode 2)
am

ub
berisikan Narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
netto 0,2627 gram (sisa pemeriksaan lab)
ep
 1 (satu) unit handphone merk Samsung J5
k

(Dirampas untuk dimusnahkan);


ah

4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani membayar biaya perkara


R

si
sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) ;

ne
ng

Setelah mendengar pembelaan Terdakwa Hukum Terdakwa yang pada


pokoknya sebagai berikut: memohon keringanan hukuman, menyesal akan

do
gu

perbuatannya dan tidak akan mengulanginya kembali, ;


Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan
Terdakwa yang pada pokoknya menyampaikan tanggapannya secara lisan
In
A

dengan menyatakan tetap pada isi tuntutannya.

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut


ah

lik

Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:


Kesatu :
m

ub

Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi, pada hari
Selasa tanggal 02 Oktober 2018 sekira pukul 02.00 Wib atau setidak-tidaknya
ka

pada suatu waktu dalam bulan Oktober tahun 2018 atau setidak-tidaknya pada
ep

tahun 2018, bertempat di Rumah Kontrakan yang beralamat di Gang Asem


ah

Kelurahan Pondok Kacang Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan


R

atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
es

hukum Pengadilan Negeri Tangerang yang berwenang memeriksa dan


M

ng

mengadili perkaranya, Tanpa hak atau melawan hukum, menawarkan untuk


on

Halaman 2 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara jual beli, menukar

R
atau menyerahkan Narkotika Gol I, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa

si
dengan cara sebagai berikut :
- Berawal pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018 saksi Anang, saksi

ne
ng
Bayu Andri dan saksi Achmad Sandi sedang melakukan observasi di
wilayah Tangerang dan kemudian mendapatkan informasi dari masyarakat

do
gu yang memberitahukan bahwa ada sebuah kontrakan yang beralamat di
Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Kota

In
Tangerang Selatan, dimana didalam rumah kontrakan tersebut terlihat
A
beberapa orang diduga melakukan transaksi jual beli Narkotika.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian saksi Anang bersama tim
ah

lik
langsung melakukan observasi di sekitaran rumah kontrakan tersebut dan
sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini ada orang didalam rumah
am

ub
kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur
Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, saksi Anang bersama tim
langsung melakukan tindakan masuk kedalam rumah dan melakukan
ep
k

pengamanan terhadap terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi.


ah

Setelah dilakukan penggeledahan badan/pakaian serta tempat tinggal


R

si
terdakwa Nanda Kuswara ALs NK, hasilnya ditemukan barang bukti yang
sebelumnya disimpan oleh terdakwa Nanda Kuswara Als NK dibawah

ne
ng

tempat kasur dan kemudian terdakwa Nanda Kuswara Als NK sendiri yang
mengambil lalu menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1

do
(satu) buah bekas tempat permen yang didalamnya terdapat 2 (dua) buah
gu

paket plastic masing-masing berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan


berat brutto seluruhnya 1,21 (satu koma dua puluh satu) gram.
In
A

- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK mendapatkan barang bukti


Narkotika jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai seharga
ah

Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 29
lik

September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan Kantor
Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota
m

ub

Tangerang.
- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK dalam hal membeli Narkotika
ka

Gol I jenis Shabu tidak memiliki ijin dari pihak/instansi yang berwenang.
ep

- Berita Acara Pemeriksaan Lab No. 336AV/2018/BALAI LAB NARKOBA


yang dikeluarkan oleh BNN RI Tanggal 24 Oktober 2018, setelah barang
ah

bukti berupa 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam dengan
es

kode 1 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto seluruhnya 0,2715
M

ng

gram dan 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam dengan
on

Halaman 3 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kode 2 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto seluruhnya 0,2740

R
gram dilakukan pemeriksaan lab hasilnya adalah Positif Metamfetamina

si
(Shabu) yang terdaftar dalam Gol I Nomor Urut 61 Lampiran Undang

ne
ng
Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
114 ayat (1) Undang Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

do
gu Atau
Kedua :
Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi, pada hari
Selasa tanggal 02 Oktober 2018 sekira pukul 02.00 Wib atau setidak-tidaknya

In
A
pada suatu waktu dalam bulan Oktober tahun 2018 atau setidak-tidaknya pada
tahun 2018, bertempat di Rumah Kontrakan yang beralamat di Gang Asem
ah

lik
Kelurahan Pondok Kacang Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
am

ub
hukum Pengadilan Negeri Tangerang yang berwenang memeriksa dan
mengadili perkaranya, Tanpa hak atau melawan hukum, memiliki,
menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Gol I dalam bentuk
ep
k

bukan tanaman, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai


ah

berikut :
R
- Berawal pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018 saksi Anang, saksi

si
Bayu Andri dan saksi Achmad Sandi sedang melakukan observasi di

ne
ng

wilayah Tangerang dan kemudian mendapatkan informasi dari masyarakat


yang memberitahukan bahwa ada sebuah kontrakan yang beralamat di
Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Kota

do
gu

Tangerang Selatan, dimana didalam rumah kontrakan tersebut terlihat


beberapa orang diduga melakukan transaksi jual beli Narkotika.
In
A

Berdasarkan informasi tersebut, kemudian saksi Anang bersama tim


langsung melakukan observasi di sekitaran rumah kontrakan tersebut dan
ah

sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini ada orang didalam rumah
lik

kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur


Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, saksi Anang bersama tim
m

ub

langsung melakukan tindakan masuk kedalam rumah dan melakukan


pengamanan terh
ka

- adap terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi. Setelah


ep

dilakukan penggeledahan badan/pakaian serta tempat tinggal terdakwa


ah

Nanda Kuswara ALs NK, hasilnya ditemukan barang bukti yang sebelumnya
R

disimpan oleh terdakwa Nanda Kuswara Als NK dibawah tempat kasur dan
es

kemudian terdakwa Nanda Kuswara Als NK sendiri yang mengambil lalu


M

ng

menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1 (satu) buah bekas
on

Halaman 4 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tempat permen yang didalamnya terdapat 2 (dua) buah paket plastic

R
masing-masing berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan berat brutto

si
seluruhnya 1,21 (satu koma dua puluh satu) gram.
- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK mendapatkan barang bukti

ne
ng
Narkotika jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai seharga
Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 29

do
gu September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan Kantor
Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota

In
Tangerang.
A
- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK dalam hal memiliki,
menyimpan atau menguasai Narkotika Gol I jenis Shabu tidak memiliki ijin
ah

lik
dari pihak/instansi yang berwenang.
- Berita Acara Pemeriksaan Lab No. 336AV/2018/BALAI LAB NARKOBA
yang dikeluarkan oleh BNN RI Tanggal 24 Oktober 2018, setelah barang
am

ub
bukti berupa 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam dengan
kode 1 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto seluruhnya 0,2715
ep
gram dan 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam dengan
k

kode 2 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto seluruhnya 0,2740
ah

gram dilakukan pemeriksaan lab hasilnya adalah Positif Metamfetamina


R

si
(Shabu) yang terdaftar dalam Gol I Nomor Urut 61 Lampiran Undang
Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

ne
ng

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal


112 ayat (1) Undang Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Atau

do
gu

Ketiga :
Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi, pada hari
Selasa tanggal 02 Oktober 2018 sekira pukul 02.00 Wib atau setidak-tidaknya
In
A

pada suatu waktu dalam bulan Oktober tahun 2018 atau setidak-tidaknya pada
tahun 2018, bertempat di Rumah Kontrakan yang beralamat di Gang Asem
ah

lik

Kelurahan Pondok Kacang Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan


atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Tangerang yang berwenang memeriksa dan
m

ub

mengadili perkaranya, Penyalahgunaan Narkotika Gol I bagi diri sendiri,


ka

perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :


ep

- Berawal pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018 saksi Anang, saksi
Bayu Andri dan saksi Achmad Sandi sedang melakukan observasi di
ah

wilayah Tangerang dan kemudian mendapatkan informasi dari masyarakat


R

yang memberitahukan bahwa ada sebuah kontrakan yang beralamat di


es
M

Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Kota
ng

on

Halaman 5 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Tangerang Selatan, dimana didalam rumah kontrakan tersebut terlihat

R
beberapa orang diduga melakukan transaksi jual beli Narkotika.

si
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian saksi Anang bersama tim

ne
ng
langsung melakukan observasi di sekitaran rumah kontrakan tersebut dan
sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini ada orang didalam rumah
kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur

do
gu Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, saksi Anang bersama tim
langsung melakukan tindakan masuk kedalam rumah dan melakukan

In
A
pengamanan terhadap terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi.
Setelah dilakukan penggeledahan badan/pakaian serta tempat tinggal
ah

terdakwa Nanda Kuswara ALs NK, hasilnya ditemukan barang bukti yang

lik
sebelumnya disimpan oleh terdakwa Nanda Kuswara Als NK dibawah
tempat kasur dan kemudian terdakwa Nanda Kuswara Als NK sendiri yang
am

ub
mengambil lalu menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1
(satu) buah bekas tempat permen yang didalamnya terdapat 2 (dua) buah
ep
paket plastic masing-masing berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan
k

berat brutto seluruhnya 1,21 (satu koma dua puluh satu) gram.
ah

- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK mendapatkan barang bukti


R

si
Narkotika jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai seharga
Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 29

ne
ng

September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan Kantor
Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota

do
Tangerang dan maksud serta tujuan terdakwa Nanda Kuswara Als NK
gu

membeli Narkotika jenis Shabu adalah untuk dikonsumsi sendiri;


- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara ALs NK mengkonsumsi Narkotika Gol
In
A

I jenis Shabu dengan cara awalnya menyiapkan alat hisap Narkotika (Bong)
dan kemudian memasukan Narkotika jenis Shabu kedalam cangklong atau
ah

pipet kacara yang terpasang pada bong lalu cangklong atau pipet dibakar
lik

sehingga mengeluarkan asap dari sedotan dan kemudian asap hasil


pembakaran terdakwa Nanda Kuswara hisap seperti menghisap rokok.
m

ub

- Hasil Test Urine dari EMC Tangerang No. Reg. Lab : SU181002-0097
An. Nanda Kuswara, setelah diperiksa dengan test screening urin
ka

mengandung Metamfetamina.
ep

- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK dalam hal mengkonsumsi


Narkotika Gol I jenis Shabu tidak memiliki ijin dari pihak/instansi yang
ah

berwenang.
- Berita Acara Pemeriksaan Lab No. 336AV/2018/BALAI LAB NARKOBA
es
M

yang dikeluarkan oleh BNN RI Tanggal 24 Oktober 2018, setelah barang


ng

on

Halaman 6 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
bukti berupa 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam dengan

R
kode 1 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto seluruhnya 0,2715

si
gram dan 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam dengan

ne
ng
kode 2 berisikan Kristal warna putih dengan berat netto seluruhnya 0,2740
gram dilakukan pemeriksaan lab hasilnya adalah Positif Metamfetamina
(Shabu) yang terdaftar dalam Gol I Nomor Urut 61 Lampiran Undang

do
gu Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

In
A
127 ayat (1) huruf a Undang Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
ah

lik
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
telah mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut:
am

1. Anang Prasetyo dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

ub
berikut:
- Bahwa saksi bersama tim telah melakukan penangkapan terhadap
ep
k

terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi pada hari Selasa
tanggal 02 Oktober 2018 sekira pukul 02.00 Wib bertempat di Rumah
ah

R
Kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang

si
Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan;
- Bahwa benar saksi menerangkan terdakwa ditangkap karena telah

ne
ng

melakukan tindak pidana Narkotika yaitu menggunakan/ mengkonsumsi


Narkotika Gol Ijenis Shabu; Bahwa benar saksi menerangkan berawal

do
gu

pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018 saksi bersama tim sedang
melakukan observasi di wilayah Tangerang dan kemudian mendapatkan
informasi dari masyarakat yang memberitahukan bahwa ada sebuah
In
A

kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang


Timur Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, dimana didalam
ah

lik

rumah kontrakan tersebut terlihat beberapa orang diduga dijadikan


tempat penyalahgunaan Narkotika. Berdasarkan informasi tersebut,
m

ub

kemudian saksi bersama tim langsung melakukan observasi di sekitaran


rumah kontrakan tersebut dan sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini
ka

ada orang didalam rumah kontrakan yang beralamat di Gang Asem


ep

Kelurahan Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Kota


ah

Tangerang Selatan, saksi bersama tirn langsung melakukan tindakan


R

masuk kedalam rumah dan melakukan pengamanan terhadap terdakwa


es

Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi;


M

ng

on

Halaman 7 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Bahwa benar saksi menerangkan setelah dilakukan penggeledahan

R
badan/pakaian serta tempat tinggal terdakwa Nanda Kuswara ALs NK,

si
hasilnya ditemukan barang bukti yang sebelumnya disimpan oleh

ne
ng
terdakwa Nanda Kuswara Als NK dibawah tempat kasur dan kemudian
terdakwa Nanda Kuswara Als NK sendiri yang mengambil lalu
menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1 ( satu) buah

do
gu bekas tern pat permen yang didalamnya terdapat 2 (dua) buah paket
plastic masing-masing berisikan Narkotika Gol Ijenis Shabu dengan berat

In
A
brutto seluruhnya 1,21 (satu koma dua puluh satu) gram;
- Bahwa benar saksi menerangkan dari keterangan terdakwa bahwa
terdakwa Nanda Kuswara Als NK mendapatkan barang bukti Narkotika
ah

lik
jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai seharga Rp.
1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 29
am

ub
September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan Kantor
Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota
Tangerang;
ep
k

- Bahwa benar saksi menerangkan maksud serta tujuan terdakwa


Nanda Kuswara Als NK membeli Narkotika jenis Shabu adalah untuk
ah

R
dikonsumsi sendiri;

si
- Bahwa benar Sudah dilakukan test urine dan hasilnya Positif ;
2. Ahmad Sandi dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai

ne
ng

berikut :
- Bahwa saksi bersama tim telah melakukan penangkapan terhadap

do
gu

terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi pada hari Selasa
tanggal 02 Oktober 2018 sekira pukul 02.00 Wib bertempat di Rumah
Kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang
In
A

Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan;


- Bahwa benar saksi menerangkan terdakwa ditangkap karena telah
ah

lik

melakukan tindak pidana Narkotika yaitu menggunakan/ mengkonsumsi


Narkotika Gol Ijenis Shabu; Bahwa benar saksi menerangkan berawal
pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018 saksi bersama tim sedang
m

ub

melakukan observasi di wilayah Tangerang dan kemudian mendapatkan


ka

informasi dari masyarakat yang memberitahukan bahwa ada sebuah


ep

kontrakan yang beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang


Timur Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, dimana didalam
ah

rumah kontrakan tersebut terlihat beberapa orang diduga dijadikan


es

tempat penyalahgunaan Narkotika. Berdasarkan informasi tersebut,


M

kemudian saksi bersama tim langsung melakukan observasi di sekitaran


ng

on

Halaman 8 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
rumah kontrakan tersebut dan sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini

R
ada orang didalam rumah kontrakan yang beralamat di Gang Asem

si
Kelurahan Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Kota

ne
ng
Tangerang Selatan, saksi bersama tirn langsung melakukan tindakan
masuk kedalam rumah dan melakukan pengamanan terhadap terdakwa
Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi;

do
gu - Bahwa benar saksi menerangkan setelah dilakukan penggeledahan
badan/pakaian serta tempat tinggal terdakwa Nanda Kuswara ALs NK,
hasilnya ditemukan barang bukti yang sebelumnya disimpan oleh

In
A
terdakwa Nanda Kuswara Als NK dibawah tempat kasur dan kemudian
terdakwa Nanda Kuswara Als NK sendiri yang mengambil lalu
ah

lik
menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1 ( satu) buah
bekas tern pat permen yang didalamnya terdapat 2 (dua) buah paket
am

ub
plastic masing-masing berisikan Narkotika Gol Ijenis Shabu dengan berat
brutto seluruhnya 1,21 (satu koma dua puluh satu) gram;
ep
- Bahwa benar saksi menerangkan dari keterangan terdakwa bahwa
k

terdakwa Nanda Kuswara Als NK mendapatkan barang bukti Narkotika


ah

jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai seharga Rp.
R

si
1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu tanggal 29
September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan Kantor

ne
ng

Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug Kota


Tangerang;

do
gu

Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan


keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa benar terdakwa ditangkap oleh ANggota Sat Resnarkoba
In
A

Polres Metro Tangerang Kota pada hari Selasa tanggal 02 Oktober


2018 sekira pukul 02.00 Wib bertempat di Rumah Kontrakan yang
ah

lik

beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Kecamatan


Pondok Aren Kota Tangerang Selatan;
- Bahwa barang bukti yang ditemukan pada saat terdakwa
m

ub

ditangkap berupa 1 ( satu) buah bekas tempat permen yang


didalamnya terdapat 2 (dua) buah paket plastic masing-masing
ka

berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan berat brutto seluruhnya


ep

1,21 (satu koma dua puluh satu) gram;


ah

- Bahwa benar terdakwa sendiri yang mengambil barang bukti


R

tersebut dari bawa tempat kasur dan kemudian terdakwa serahkan


es

kepada Anggota Kepolisian yang mengamankan terdakwa;


M

- Bahwa benar saya menerangkan saya mendapatkan barang bukti


ng

on

Halaman 9 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Narkotika jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai

R
seharga Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah);

si
- Bahwa benar terdakwa menemui sdr. Pai pada hari Sabtu tanggal
29 September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan

ne
ng
Kantor Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan
Ciledug Kota Tangerang;

do
gu - Bahwa benar terdakwa menerangkan maksud serta tujuan
terdakwa membeli Narkotika jenis Shabu adalah untuk dikonsumsi
sendiri ;

In
A
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai
berikut:
- 1 (satu) buah bekas tempat permen didalamnya terdapat :
ah

lik
a. 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam (kode I)
berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
am

ub
netto 0,2540 gram (sisa pemeriksaan lab) ;
b. 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam (kode 2)
berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
ep
k

netto 0,2627 gram (sisa pemeriksaan lab) ;


- 1 (satu) unit handphone merk Samsung J5 ;
ah

R
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang

si
diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:
- Bahwa benar terdakwa ditangkap oleh ANggota Sat Resnarkoba

ne
ng

Polres Metro Tangerang Kota pada hari Selasa tanggal 02 Oktober


2018 sekira pukul 02.00 Wib bertempat di Rumah Kontrakan yang

do
gu

beralamat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Kecamatan


Pondok Aren Kota Tangerang Selatan;
- Bahwa barang bukti yang ditemukan pada saat terdakwa
In
A

ditangkap berupa 1 ( satu) buah bekas tempat permen yang


didalamnya terdapat 2 (dua) buah paket plastic masing-masing
ah

lik

berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan berat brutto seluruhnya


1,21 (satu koma dua puluh satu) gram;
- Bahwa benar terdakwa sendiri yang mengambil barang bukti
m

ub

tersebut dari bawa tempat kasur dan kemudian terdakwa serahkan


kepada Anggota Kepolisian yang mengamankan terdakwa;
ka

- Bahwa benar saya menerangkan saya mendapatkan barang bukti


ep

Narkotika jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai
ah

seharga Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah);


- Bahwa benar terdakwa menemui sdr. Pai pada hari Sabtu tanggal
R

es

29 September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan


M

Kantor Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan


ng

on

Halaman 10 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Ciledug Kota Tangerang;
- Bahwa benar terdakwa menerangkan maksud serta tujuan

si
terdakwa membeli Narkotika jenis Shabu adalah untuk dikonsumsi
sendiri ;

ne
ng
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas,

do
gu Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya;

In
A
DAKWAAN ALTERNATIF
Menimbang berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan maka
ah

sampailah kami kepada pembuktian mengenai unsur-unsur tindak pidana yang

lik
didakwakan, oleh karena surat dakwaan kami susun dalam bentuk Altematif
maka kami akan langsung membuktikan dakwaan Ketiga yaitu melanggar Pasal
am

ub
127 ayat (1) huruf a UU RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dengan
unsur - unsur sebagai berikut :
ep
1. Unsur" Setiap orang":
k

Bahwa yang dimaksud dengan unsur "Setiap Orang" adalah siapa saja subjek
ah

hukum berupa manusia atau orang yang melakukan perbuatan pidana dan
R

si
perbuatan pidana yang dilakukannya itu dapat dipertanggungjawabkan
kepadanya, serta pada diri orang yang telah melakukan perbuatan pidana itu

ne
ng

tidak terdapat hal-hal yang menghapuskan kesalahannya.


Berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa serta dengan

do
gu

didukung oleh adanya barang bukti yang bersesuaian antara satu dengan yang
lainnya, dengan sangat jelas telah menunjuk subjek hukum yang telah
In
melakukan perbuatan pidana dalam perkara ini yakni terdakwa NANDA KUSW
A

ARA ALS NK BIN EDI RUSNADI dengan identitas lengkap sebagaimana telah
disebutkan pada awal Surat Tuntutan ini, dan terdakwa adalah Subjek hukum
ah

lik

yang mampu bertanggungjawab, serta pada dirinya tidak ditemukan hal-hal


yang dapat menghapuskan kesalahannya.. Berdasarkan hal tersebut, maka
m

ub

unsur "Setiap Orang" telah terpenuhi.;


2. Unsur "Penyalahgunaan Narkotika Gol I bagi diri sendiri"
ka

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari keterangan saksi-


ep

saksi, surat, dan keterangan terdakwa yang saling bersesuaian serta


ah

dihubungkan dengan barang bukti kemudian diperoleh fakta hukum sebagai


R

berikut :
es
M

- Bahwa pada hari Selasa tanggal 02 Oktober 2018 saksi Anang,


ng

saksi Bayu Andri dan saksi Achmad Sandi sedang melakukan observasi di
on

Halaman 11 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
wilayah Tangerang dan kemudian mendapatkan informasi dari masyarakat

R
yang memberitahukan bahwa ada sebuah kontrakan yang beralamat di

si
Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur Kecamatan Pondok Aren Kota

ne
ng
Tangerang Selatan, dimana didalam rumah kontrakan tersebut terlihat
beberapa orang diduga melakukan transaksi jual beli Narkotika.
Berdasarkan informasi tersebut, kemudian saksi Anang bersama tim

do
gu langsung melakukan observasi di sekitaran rumah kontrakan tersebut dan
sekira pukul 02.00 Wib setelah menyakini ada orang didalam rumah

In
A
kontrakan yang beralarnat di Gang Asem Kelurahan Pondok Kacang Timur
Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, saksi Anang bersama tim
ah

langsung melakukan tindakan masuk kedalam rumah dan melakukan

lik
pengamanan terhadap terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi.
Setelah dilakukan penggeledahan badan/pakaian serta tempat tinggal
am

ub
terdakwa Nanda Kuswara ALs NK, hasilnya ditemukan barang bukti yang
sebelumnya disimpan oleh terdakwa Nanda Kuswara Als NK dibawah
ep
tempat kasur dan kemudian terdakwa Nanda Kuswara Als NK sendiri yang
k

mengambil lalu menyerahkan barang bukti kepada saksi Anang berupa 1


ah

(satu) buah bekas tempat permen yang didalarnnya terdapat 2 (dua) buah
R

si
paket plastic masing-masing berisikan Narkotika Gol I jenis Shabu dengan
berat brutto seluruhnya 1,21 (satu koma dua puluh satu) gram.

ne
ng

- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK mendapatkan barang


bukti Narkotika jenis Shabu tersebut dengan cara membeli dari sdr. Pai

do
gu

seharga Rp. 1.500.000,(satujuta lima ratus ribu rupiah) pada hari Sabtu
tanggal 29 September 2018 sekira pukul 14.00 Wib di Pinggir Jalan Depan
Kantor Samsat Ciledug Kelurahan Sudimara Selatan Kecamatan Ciledug
In
A

Kota Tangerang dan maksud serta tujuan terdakwa Nanda Kuswara Als NK
membeli Narkotika jenis Shabu adalah untuk dikonsumsi sendiri;
ah

lik

- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara ALs NK mengkonsumsi


Narkotika Gol I jenis Shabu dengan cara awalnya menyiapkan alat hisap
m

ub

Narkotika (Bong) dan kemudian memasukan Narkotika jenis Shabu kedalam


cangklong atau pipet kacara yang terpasang pada bong lalu cangklong atau
ka

pipet dibakar sehingga mengeluarkan asap dari sedotan dan kemudian


ep

asap hasil pembakaran terdakwa Nanda Kuswara hisap seperti menghisap


ah

rokok.
R

- Bahwa Hasil Test Urine dari EMC Tangerang No. Reg. Lab:
es

SU181002-0097 An. Nanda Kuswara, setelah diperiksa dengan test


M

ng

screening urin mengandung Metamfetamina ;


on

Halaman 12 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
- Bahwa terdakwa Nanda Kuswara Als NK dalam hal

R
mengkonsumsi Narkotika Gol I jenis Shabu tidak memiliki ijin dari

si
pihak/instansi yang berwenang.

ne
ng
- Berita Acara Pemeriksaan Lab No. 336AV/2018/BALAI LAB
NARKOBA yang dikeluarkan oleh BNN RI Tanggal 24 Oktober 2018, setelah
barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi wama hitarn

do
gu dengan kode 1 berisikan Kristal wama putih dengan berat netto seluruhnya
0,2715 gram dan I (satu) bungkus plastic bening berisolasi wama hitam

In
A
dengan kode 2 berisikan Kristal wama putih dengan berat netto seluruhnya
0,2740 gram dilakukan pemeriksaan lab hasilnya adalah Positif
ah

Metarnfetamina (Shabu) yang terdaftar dalam Gol I Nomor Urut 61

lik
Lampiran Undang Undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
Berdasarkan hal tersebut, maka unsur "Penyalahgunaan Narkotika Gol I
am

ub
bagi diri sendiri" telah terpenuhi.
Menimbang, Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kami
berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
ep
k

melakukan perbuatan pidana "Penyalahgunaan Narkotika Gol I bagi diri sendiri"


ah

sebagaimana diatur dan diancarn pidana dalarn Pasal 127 ayat ( 1) huruf a UU
R

si
RI No. 35/2009 tentang Narkotika.
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah

ne
ng

dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan


dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang

do
dijatuhkan;
gu

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan


terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar
In
A

Terdakwa tetap berada dalam tahanan;


Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan
untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:
ah

lik

- 1 (satu) buah bekas tempat permen didalamnya terdapat :


a. 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam (kode I)
berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
m

ub

netto 0,2540 gram (sisa pemeriksaan lab) ;


b. 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam (kode
ka

ep

2) berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan


berat netto 0,2627 gram (sisa pemeriksaan lab) ;
ah

- 1 (satu) unit handphone merk Samsung J5 ;


R

Yang telah dipergunakan untuk melakukan kejahatan dan dikhawatirkan


es
M

akan dipergunakan untuk mengulangi kejahatan / merupakan hasil dari


ng

on

Halaman 13 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kejahatan, maka perlu ditetapkan agar barang bukti tersebut: Dirampas untuk

R
dimusnahkan;

si
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa,
maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan

ne
ng
yang meringankan Terdakwa;
Keadaan yang memberatkan:

do
gu Keadaan yang meringankan:
- Terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesalinya ;
- Terdakwa tidak berbelit belit dalam memberikan keterangan didalam
persidangan;

In
A
- Terdakwa sopan dalam persidangan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
ah

lik
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan, Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35/2009 tentang
Narkotika. serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
am

ub
MENGADILI:
1. Menyatakan terdakwa Nanda Kuswara Als NK Bin Edi Rusnadi tersebut
ep
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “
k

Penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri” ;


ah

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana


R

si
penjara selama 1 (satu) tahun ;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

ne
ng

terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan pidana tersebut ;


4. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti berupa :

do
- 1 (satu) buah bekas tempat permen didalamnya terdapat :
gu

a. 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam (kode I)


berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
In
A

netto 0,2540 gram (sisa pemeriksaan lab) ;


b. 1 (satu) bungkus plastic bening berisolasi warna hitam (kode 2)
berisikan narkotika jenis Metamfetamina (shabu) dengan berat
ah

lik

netto 0,2627 gram (sisa pemeriksaan lab) ;


- 1 (satu) unit handphone merk Samsung J5 ;
Diramps untuk dimusnahkan ;
m

ub

6. Membebani terdakwa untuk membayar biaya perkara


ka

sebesar Rp5000 (lima ribu rupiah).


ep

Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim


ah

Pengadilan Negeri Tangerang pada hari Senin tanggal 28 Januari 2019 oleh
R

kami Harry Suptanto, SH, sebagai Hakim Ketua dan Elly Noeryasmien, SH,MH
es
M

dan Nelson Panjaitan, SH, MH masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan


ng

mana diucapkan pada Hari dan Tanggal itu juga dalam persidangan yang
on

Halaman 14 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan didampingi Hakim-hakim

R
tersebut, dibantu oleh Nirmalia Anggraini, SH Panitera Pengganti pada

si
Pengadilan Negeri Tangerang, dihadiri oleh Taufik Hidayat, SH Jaksa Penuntut

ne
ng
Umum pada Kejaksaan Negeri Kota Tangerang, Terdakwa dan Kuasa Terdakwa
dari Posbakum Peradi Tangerang yaitu Muslim, SH;
HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,

do
gu
Elly Noeryasmien, SH,MH Harry Suptanto, SH

In
A

Nelson Panjaitan, SH, MH


ah

lik
PANITERA PENGGANTI
am

ub
ep Nirmalia Anggraini , SH.
k
ah

si
ne
ng

do
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Halaman 15 dari 15 Putusan Nomor 2652/Pid.Sus/2018/PN Tng


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
PUTUSAN

a
R
Nomor 1314 / Pid.Sus / 2018 / PN.TNG.

si
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

ne
ng
Pengadilan Negeri Tangerang, yang memeriksa dan mengadili perkara-

do
gu perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah
menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama lengkap : Harif als Arif Bin Ramlinas ;

In
A
Tempat lahir : Jakarta ;
Umur/Tanggal lahir : 28 Tahun / 13 Oktober 1989 ;
ah

lik
Jenis kelamin : Laki-Laki ;
Kebangsaan : Indonesia;
am

ub
Tempat tinggal : Jl. Swadarma Raya Gg. H. Ridhi Rt.05/03 No.93C Kel.
Ulujami Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan;
Ag ama : Islam ;
ep
k

Pekerjaan : Karyawan Swasta ;


ah

si
Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan Penahanan :
1. Penahanan oleh Penyidik, sejak tanggal 14 Maret 2018 sampai dengan

ne
ng

tanggal 2 April 2018.


2. Perpanjangan Penahanan oleh Penuntut Umum, sejak tanggal 3 April

do
gu

2018 sampai dengan tanggal 12 Mei 2018.


3. Perpanjangan Penahanan Pertama, oleh Ketua Pengadilan Negeri
Tangerang, sejak tanggal 13 Mei 2018 sampai dengan tanggal 11 Juni 2018;
In
A

4. Penuntut Umum, sejak tanggal 30 Mei 2018 sampai dengan tanggal 18


Juni 2018 ;
ah

lik

5. Penahanan Hakim Ketua Majelis, Pengadilan Negeri Tangerang, sejak


tanggal 4 Juni 2018 sampai dengan tanggal 3 Juli 2018 ;
m

ub

6. Perpanjangan penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri Tangerang, sejak


tanggal 4 Juli 2018 sampai dengan tanggal 1 September 2018 ;
ka

Terdakwa dipersidangan telah diingatkan oleh Majelis akan haknya


ep

untuk didampingi oleh Penasehat Hukum, akan tetapi terdakwa menolak dan
ah

akan menghadapi sendiri perkaranya ;


R

PENGADILAN NEGERI TERSEBUT ;


es
M

Telah membaca berkas perkara atas nama Terdakwa tersebut ;


ng

Telah mendengar keterangan saksi-saksi, dan keterangan Terdakwa ;


on

Hal. 1 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Telah memeriksa/memperhatikan barang bukti dalam perkara tersebut;

a
R

si
Telah mendengar uraian tuntutan Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Kabupaten Tangerang atas diri Terdakwa, yang pada pokoknya

ne
ng
menuntut sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa HARIF Bin RAMLINAS, secara sah dan
meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana “Penyalahgunaan

do
gu Narkotika Golongan I bagi diri sendiri” yan diatur dalam Pasal 127 ayat (1)
huruf a UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sebagaimana dakwaan

In
A
Kedua ;
2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa selama : 2 (dua) tahun
ah

lik
dan 6(enam) bulan dikurangi selama Terdakwa menjalani masa tahanan
sementara dengan perintah Terdakwa tetap ditahan ;
am

ub
3. Menyatakan barang bukti berupa :

- 1 (satu) bungkus plastik bening berisikan Narkotika jenis Shabu


dengan berat brutto 0,0215 gram sisa hasil lab ;
ep
k

Dirampas untuk dimusnahkan


ah

4. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar


R

si
Rp.2.000,- (dua ribu rupiah) ;
Setelah mendengar pembelaan secara lisan dari Terdakwa, yang pada

ne
ng

pokoknya memohon kepada Majelis Hakim dengan menjatuhkan hukuman


yang seringan-ringannya dengan alasan : terdakwa mengakui dan menyesali

do
gu

segala perbuatannya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi ;


Menimbang, bahwa atas pembelaan dari Terdakwa tersebut,
selanjutnya Penuntut Umum secara lisan mengajukan tanggapannya yang
In
A

pada pokoknya menyatakan tetap pada tuntutannya semula;


Menimbang, bahwa Terdakwa didakwa oleh Jaksa/Penuntut Umum
ah

lik

dengan dakwaan alternatif, tanggal 30 Mei 2018 adalah sebagai berikut :

Kesatu :
m

ub

Bahwa terdakwa HARIF Als. ARIF Bin RAMLINAS pada hari Selasa
tanggal 13 Maret 2018 sekira pukul 23.00 Wib atau setidak-tidaknya pada bulan
ka

Maret 2018 bertempat di pinggir jalan depan toko Furniture DUNIA JAYA di Jl.
ep

H. Hasyim Ashari Gg. Parit Rt.03/10 Kelurahan Cipondoh Kecamatan Cipondoh


ah

Kota Tangerang, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk
R

dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tangerang,yang berwenang


es

memeriksa dan mengadili “Tanpa hak atau melawan hukum, memiliki,


M

ng

on

Hal. 2 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan

a
tanaman” dengan cara sebagai berikut :

si
 Bahwa pada waktu dan tempat tersebut diatas, awalnya terdakwa HARIF

ne
ng
Bin RAMLINAS mendapatkan narkotika jenis shabu dari Sdr. Jiman (Dpo),
kemudia pada saat terdakwa sedang di pinggir jalan depan toko Furniture
DUNIA JAYA datang saksi Galuh Dwi dan saksi Baru Purwanto (anggota

do
gu Polisi) menangkap terdakwa lalu saksi Baru Purwanto melakukan
penggeledahan terhadap badan, pakaian dan tempat tertutup lainnya
ditemukan 1(satu) bungkus plastik klip bening berisikan narkotika jensi sabu

In
A
didalam bungkus rokok Sampoerna Mild yang berada di atas tanah di dekat
terdakwa duduk, selanjutnya terdakwa berikut barang bukti dibawa ke
ah

lik
Polres Kota Tangerang guna diproses lebih lanjut ;
 Bahwa terdakwa tidak memiliki ijin dari pihak yang berwenang untuk
memiliki, menyimpan menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I
am

ub
bukan tanaman ;
 Bahwa berdasarkan surat dari Balai Laboratorium Kriminalistik sesuai
pemeriksaan Sdr. SODIQ PRATOMO, S.Si.M.Si Dkk dengan Berita Acara
ep
k

Pemeriksaan Laboratoris No. 1401/NNF/2018 tanggal 03 April 2018


ah

menyimpulkan bahwa barang bukti berupa 1(satu) bungkus rokok


R

si
Sampoerna Mild berisi 1 (satu) bungkus plastik klip bening berisikan Kristal
warna putih dengan berat netto 0,0397 gram dan setelah dilakukan

ne
ng

pemeriksaan uji lab seberat 0,0215 gram, yang disita dari Terdakwa sebagai
barang bukti tersebut adalah positif (+) mengandung METAMFETAMINA dan

do
terdaftar dalam Golongan I Nomor Urut 61 Lampiran UU RI No.35 tentang
gu

Narkotika ;
perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana
In
A

dalam Pasal 112 ayat (1) UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;
ATAU
ah

lik

Kedua
Bahwa terdakwa HARIF Als. ARIF Bin RAMLINAS pada hari Selasa
m

ub

tanggal 13 Maret 2018 sekira pukul 23.00 Wib atau setidak-tidaknya pada bulan
Maret 2018 bertempat di pinggir jalan depan toko Furniture DUNIA JAYA di Jl.
ka

H. Hasyim Ashari Gg. Parit Rt.03/10 Kelurahan Cipondoh Kecamatan Cipondoh


ep

Kota Tangerang, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tangerang,yang berwenang
ah

memeriksa dan mengadili “Setiap penyalahguna Narkotika Golongan I bagi


R

diri sendiri” dengan cara sebagai berikut :


es
M

ng

on

Hal. 3 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa pada waktu dan tempat tersebut diatas, Terdakwa menggunakan/

a

R
mengkonsumsi Narkotika jenis Shabu dengan cara menggunakan 1(satu)

si
buah alat hisap/bong, dan korek api gas yang sudah dimodifikasi lalu
Narkotika jenis shabu dimasukan kedalam bong dan dibakar pada saat asap

ne
ng
sudah keluar selanjutnya dihisap seperti rokok, dan setelah mengkosnumsi
narkotika jenis shabu badan terdakwa menjadi segar dan menambah

do
gu stamina membuat mata melek kuat begadang ;
 Bahwa terdakwa tidak memiliki ijin dari pihak yang berwenang untuk
penyalahgunaan Narkotika Golongan I bagi diri sendiri ;

In
 Bahwa berdasarkan surat dari Balai Laboratorium Kriminalistik sesuai
A
pemeriksaan Sdr. SODIQ PRATOMO, S.Si.M.Si Dkk dengan Berita Acara
Pemeriksaan Laboratoris No. 1401/NNF/2018 tanggal 03 April 2018
ah

lik
menyimpulkan bahwa barang bukti berupa 1(satu) bungkus rokok
Sampoerna Mild berisi 1 (satu) bungkus plastik klip bening berisikan Kristal
am

ub
warna putih dengan berat netto 0,0397 gram dan setelah dilakukan
pemeriksaan uji lab seberat 0,0215 gram, yang disita dari Terdakwa sebagai
ep
barang bukti tersebut adalah positif (+) mengandung METAMFETAMINA dan
k

terdaftar dalam Golongan I Nomor Urut 61 Lampiran UU RI No.35 tentang


ah

Narkotika ;
R

si
 Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Pemeriksaan Urine dari Sdr. dr.
MADSIDIK pada Polres Kota Tangerang No.SKET/51/III/Resta Tangerang

ne
ng

13 Maret 2018 dengan hasil kesimpulan :


Metamfetamina : Positif Methampethamina ;
 Bahwa berdasarkan Surat Hasil Assesmen/Pengakajian dari Yayasan

do
gu

Gagas sesuai pemeriksaan Dr. Bambang Eka No.14-RMed-GAGAS/III/HR/


2018 tanggal 29 Maret 2018 dengan hasil kesimpulan pemeriksaan adalah
“Penyalahguna Narkotika Golongan I bukan tanaman (Metafetmina/Shabu)
In
A

dan dianjurkan mengikuti Rahabilitasi Sosial demi kesembuhannya tahapan


kecanduan narkotika” ;
ah

lik

Perbuatan Terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana


dalam Pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika ;
m

ub

Menimbang, bahwa selanjutnya Terdakwa menerangkan mengerti


akan isi dakwaan tersebut dan menyatakan tidak mengajukan keberatan ;
ka

Menimbang, bahwa Penuntut Umum telah pula menghadirkan


ep

saksinya dipersidangan yang memberikan keterangan dibawah sumpah


menerangkan sebagai berikut :
ah

1.--------------------------------------------------------------------------------------------------
es

Saksi GALUH DWI. S (keterangannya dibawah sumpah):


M

ng

on

Hal. 4 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
------------------------------------------------------------------------------------------------

a
R
Bahwa saksi bersama rekan yang menangkap terdakwa Harif alias Arif

si
pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018 sekira jam. 23.30 Wib di pinggir

ne
jalan raya di depan toko Furniture Dunia Jaya Jl. Hasyim Ashari No.11

ng
Tangerang ;
------------------------------------------------------------------------------------------------

do
gu Bahwa pada saat ditangkap dan dilakukan penggeledahan ditemukan
1(satu) paket plastik klip bening berisikan shabu didalam bungkus rokok

In
Sampoerna Mild didalam kantong celana yang dipakai terdakwa ;
A
------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa terdakwa mengakui barang bukti yang disita adalah miliknya
ah

lik
yang didapat dari seseorang bernama JIMAN (Dpo) dengan membeli
seharga Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribur upiah);
am

ub
------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa saksi bersama rekan sebelumnya mendapatkan informasi dari
ep
masyarakat pada sekitar jam. 20.00 Wib yang saat itu langsung
k

bergerak dan sekitar jam. 23.30 Wib terdakwa berhasil diamankan ;


ah

------------------------------------------------------------------------------------------------
R

si
Bahwa Terdakwa pada saat dilakukan penggeledahan dan penangkapan
tidak melakukan perlawanan ;

ne
ng

------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa terdakwa tidak memiliki ijin dari pihak yang berwenang ;

do
gu

Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan ;


2.--------------------------------------------------------------------------------------------------
Saksi BARU PURWANTO (keterangannya dibacakan):
In
A

------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa benar saksi bersama rekan yang menangkap terdakwa Harif
ah

lik

alias Arif pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018 sekira jam. 23.30 Wib
di pinggir jalan raya di depan toko Furniture Dunia Jaya Jl. Hasyim
Ashari No.11 Tangerang;
m

ub

------------------------------------------------------------------------------------------------
ka

Bahwa benar sebelum melakukan penangkapan saksi menanyakan dan


ep

melakukan penggeledahan badan, pakaian serta tempat tertutup lainnya


terhadap terdakwa dan ditemukan barang bukti berupa 1(satu) bungkus
ah

bekas rokok Sampoerna Mild yang didalamnya terdapat 1 (satu)


R

es

bungkus plastik klip bening berisikan Narkotika jensi shabu serta


M

terdakwa mengakui bahwa Narkotika tersebut adalah miliknya yang


ng

on

Hal. 5 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
diperoleh dengan cara membeli dari Sdr. JIMAN (Dpo) seharga

a
R
Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan untuk dipakai sendiri

si
oleh Terdakwa ;

ne
------------------------------------------------------------------------------------------------

ng
Bahwa benar terdakwa tidak memiliki ijin dari instansi terkait untuk
kepemilikan narkotika jenis shabu tersebut dan untuk selanjutnya saksi

do
gu membawa terdakwa ke Mapolres Kota Tangerang untuk diperoses lebih
lanjut ;

In
------------------------------------------------------------------------------------------------
A
Atas keterangan saksi, terdakwa membenarkan ;
ah

lik
Menimbang, bahwa dimuka persidangan Terdakwa Harif alias Arif
Bin. Ramlinas telah memberikan keterangan, yang pada pokoknya sebagai
am

berikut:

ub
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa Terdakwa pernah memberikan keterangan di Polisi dan
ep
membenarkan semua keterangan di BAP Penyidik tersebut ;
k

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
ah

Bahwa benar terdakwa ditangkap pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018
R

si
sekira jam. 23.30 Wib saat berada di pinggir jalan raya di depan toko
Furniture Dunia Jaya Jl. Hasyim Ashari No.11 Tangerang;

ne
ng

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa terdakwa bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji

do
gu

perbulannya sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) ;
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa benar terdakwa sering membeli shabu kepada sdr. Jiman seharga
In
A

Rp. 200.000,- s/d Rp. 300.000 ;


-----------------------------------------------------------------------------------------------------
ah

lik

Bahwa terdakwa membeli narkotika jenis shabu untuk dipakai didalam


rumah sendiri ;
m

ub

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa Terdakwa menggunakan narkotika jenis shabu sejak 1 (satu) tahun
ka

yang lalu dan terdakwa memakai shabu supaya tambah semangat kerja ;
ep

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
ah

Bahwa terdakwa belum berumah tangga masih bujangan ;


R

-----------------------------------------------------------------------------------------------------
es

Bahwa terdakwa membenarkan barang bukti yang diperlihatkan dalam


M

ng

persidangan ;
on

Hal. 6 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Menimbang, bahwa Terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum, dengan

si
dakwaan berbentuk alternatif yaitu Kesatu melanggar Pasal 112 ayat (1)
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Atau Kedua

ne
ng
melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa didawakan dengan dakwaan

do
gu alternatif, maka Majelis diberikan kebebasan untuk menentukan dakwaan
mana yang sesuai dengan keadaan dipersidangan, maka Majelis memilih

In
A
dakwaan kedua melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang mempunyai unsur-unsurnya
ah

lik
sebagai berikut ;
1, Setiap orang;
2. Penyalahguna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri;
am

ub
Ad. 1. Unsur "Setiap orang"

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah setiap


ep
k

pelaku subyek hukum sebagai terdakwa yang diduga melakukan tindak pidana
ah

dan kepadanya dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya yang dalam


R

si
perkara ini adalah terdakwa HARIF Alias ARIF BIN RAMLINAS, dimana
terdakwa sebagai orang atau subyek hukum yang melakukan suatu perbuatan

ne
ng

pidana atau subyek pelaku dari suatu perbuatan pidana adalah orang yang
mampu bertanggung jawab serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

do
Dengan demikian unsur ke-1 telah terpenuhi;
gu

Ad.2. Unsur " Penyalahguna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri”


In
A

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan


dari keterangan saksi-saksi dan keterangan terdakwa, yang saling bersesuaian
ah

lik

serta dihubungkan dengan barang bukti telah diperoleh fakta hukum, bahwa
pada hari Selasa tanggal 13 Maret 2018 sekira pukul 23.00 Wib di depan toko
Furniture DUNIA JAYA Jl. H. Hasyim Ashari Gg. Parit Rt.03/10 Kelurahan
m

ub

Cipondoh Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, pada saat terdakwa sedang


berada dipinggir jalan datang saksi Galuh Dwi dan juga saksi Baru Purwanto
ka

ep

menangkap terdakwa dan dilakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian


serta tempat tertutup lainnya dan ditemukan Narkotika jenis shabu yang
ah

disimpan didalam bekas bungkus rokok Sampoerna Mild serta terdakwa


R

es

mengakui narkotika jenis shabu tersebut adalah miliknya yang diperoleh


M

dengan cara membeli dari Sdr JIMAN (Dpo) seharga Rp. 250.000,- (dua ratus
ng

lima puluh ribu rupiah) dan untuk dikonsumsi sendiri oleh Terdakwa dan
on

Hal. 7 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
terdakwa tidak memiliki ijin dari pihak yang berwenang untuk memiliki, narkotika

a
R
tersebut ;

si
Menimbang, bahwa berdasarkan surat dari Balai Laboratorium

ne
Kriminalistik sesuai pemeriksaan Sdr. SODIQ PRATOMO, S.Si.M.Si Dkk

ng
dengan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris No. 1401/NNF/2018 tanggal 03
April 2018 menyimpulkan bahwa barang bukti berupa 1(satu) bungkus rokok

do
gu Sampoerna Mild berisi 1 (satu) bungkus plastik klip bening berisikan Kristal
warna putih dengan berat netto 0,0397 gram dan setelah dilakukan

In
pemeriksaan uji lab seberat 0,0215 gram, yang disita dari Terdakwa sebagai
A
barang bukti tersebut adalah positif (+) mengandung METAMFETAMINA dan
terdaftar dalam Golongan I Nomor Urut 61 Lampiran UU RI No.35 tentang
ah

lik
Narkotika ;
Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Keterangan Pemeriksaan Urine
am

ub
dari Sdr. dr. MADSIDIK pada Polres Kota Tangerang No.SKET/51/III/Resta
Tangerang 13 Maret 2018 dengan hasil kesimpulan : Metamfetamina : Positif
ep
Methampethamina ;
k

Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Hasil Assesmen/Pengakajian


ah

dari Yayasan Gagas sesuai pemeriksaan Dr. Bambang Eka No.14-RMed-


R

si
GAGAS/III/HR/ 2018 tanggal 29 Maret 2018 dengan hasil kesimpulan
pemeriksaan adalah “Penyalahguna Narkotika Golongan I bukan tanaman

ne
ng

(Metafetmina/Shabu) dan dianjurkan mengikuti Rahabilitasi Sosial demi


kesembuhannya tahapan kecanduan narkotika” ;

do
gu

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas Majelis


berpendapat unsur inipun telah terpenuhi ;
In
A

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari dakwaan Kedua


melanggar Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun
ah

lik

2009 tentang Narkotika telah terpenuhi, maka terdakwa haruslah dinyatakan


telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
m

ub

sebagaimana dalam dakwaan Kedua ;


Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak
ka

menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana,


ep

baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka terdakwa harus
ah

mempertanggungjawabkan perbuatannya ;
R

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung jawab,


es

maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana ;


M

ng

on

Hal. 8 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap terdakwa telah

a
R
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan

si
dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang

ne
dijatuhkan ;

ng
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar

do
gu terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan

In
Statusnya akan ditentukan dalam amarnya putusan nanti ;
A
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa maka
perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang
ah

lik
meringankan Terdakwa ;
Keadaan yang memberatkan :
am

ub
- Perbuatan Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah dalam
memberantas tindak pidana Narkotika ;
ep
Keadaan yang meringankan:
k

- Terdakwa mengaku bersalah, menyesal dan berjanji tidak mengulangi


ah

perbuatannya ;
R

si
- Terdakwa sopan dalam persidangan ;
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah

ne
ng

dibebani pula untuk membayar biaya perkara ;


Memperhatikan, Pasal 127 ayat (1) huruf a Undang-Undang RI Nomor

do
gu

35 Tahun 2009 tentang Narkotika serta peraturan Perundang-undangan dan


hukum yang berkenaan dengan perkara ini ;
MENGADILI
In
A

1. Menyatakan Terdakwa HARIF Alias ARIF Bin. RAMLINAS terbukti secara


sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Penyalahgunaan
ah

lik

Narkotika bagi diri sendiri”;


2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa HARIF Alias ARIF Bin. RAMLINAS
m

oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun, dan
ub

8(delapan) bulan;
ka

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh


ep

Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;


4. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;
ah

5. Menetapkan barang bukti berupa:


R

es

- 1 (satu) bungkus plastik bening berisikan Narkotika jenis Shabu


M

dengan berat brutto 0,0215 gram sisa hasil lab ;


ng

Dirampas untuk dimusnahkan


on

Hal. 9 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
6. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,00,

a
R
(dua ribu rupiah);

si
Demikianlah diputus dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim

ne
pada hari Kamis, tanggal : 02 Agustus 2018, oleh kami : EDY PURWANTO,

ng
S.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, KAMARUDDIN SIMANJUNTAK, S.H, dan
SERLIWATY, S.H.M.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, Putusan mana

do
gu diucapkan pada hari dan tanggal itu juga dalam sidang yang terbuka untuk
umum oleh Hakim Ketua Majelis dan didampingi Hakim Anggota, dibantu oleh

In
TONNY SEPTOMULYANA, S.H.sebagai Panitera Pengganti dan dihadiri oleh
A
ANDRE SAUT, SH sebagai Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Kabupaten Tangerang, dengan dihadiri oleh Terdakwa ;
ah

lik
HAKIM – HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA MAJELIS,
am

KAMARUDDIN SIMANJUNTAK, SH.


ub
ep
EDY PURWANTO. S.H.
k
ah

si
SERLIWATY. S.H.M.H.
PANITERA PENGGANTI

ne
ng

do
TONNY SEPTO MULYANA, S.H.,
gu

In
A
ah

lik
m

ub
ka

ep
ah

es
M

ng

on

Hal. 10 Putusan No. 1314/Pid.Sus/2018/PN.Tng.


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Anda mungkin juga menyukai