Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH DAKWAH DI AMERIKA

ANISA LESTARI (2011320001)


HONEZA AMELIA CINTIKA (2011320007)
ADEK PRATIWI ( 2011320024 )
EGA RIANTI ( 2011320012 )
Pendahuluan
Ada dua kata dalam judul makalah ini yang sering dicitrakan
bertentangan, yaitu kata “Islam” dan “Amerika”, meskipun keduanya
berada dalam ranah yang berbeda. Islam menunjuk kepada agama
atau keyakinan dan paling jauh adalah ideologi, sementara Amerika
menunjuk kepada Negara, politik, dan paling jauh adalah kebudayaan.
Namun keduanya sering diperbincangkan dalam sebuah tema
tertentu, yang kemudian dicitrakan bahwa semua yang bercorak Islam
seakan tidak bisa bertemu dengan segala yang bernuansa Amerika,
sebagaimana segala yang bercorak Amerika dicitrakan selalu
bertentangan dengan Islam.
Apa yang disebut sebagai Amerika pada saat ini seringkali berada
dalam konotasi politik dan budaya. Secara ginekologis Amerika adalah
Eropa, dalam arti bahwa peradaban yang berkembang dan dominan
adalah yang bersumber dari bangsa Eropa bukan yang berasal dari
orang-orang Indian yang merupakan suku asli bumi Amerika.
Keberadaan Muslim di Amerika mempunyai sejarah yang
panjang, baik ditinjau dari sejak kapan ada orang Muslim
pertama kali memasuki tanah Amerika, maupun
bagaimana kedatangan orang-orang Muslim secara besar-
besaran ke Amerika dan Amerika Utara. Memang tidak
mudah menelusuri asal-usul keberadaan Muslim di
Amerika di masa awal sebab sumber-sumber Amerika
sendiri tidak menyebutkan hal tersebut, kecuali dari
sumber-sumber sejarah yang ditulis oleh sejarawan
Muslim seperti Al-Mas’udi dan Al-Idrisi, yang
menyebutkan bahwa sejumlah orang Muslim telah
mendatangi tanah yang belum dikenal (unknown territory)
itu sekitar abad ke-10 atau 5 abad sebelum Columbus
mendarat di benua tersebut.
Lintasan Sejarah Islam di Amerika
Sesungguhnya Islam sudah sejak lama telah singgah di tanah Amerika, bahkan
jauh sebelum Christopher Columbus mengklaim menemukan benua tersebut.
Ada beberapa tulisan yang pada umumnya bersumber dari para sejarawan Islam
terkemuka, seperti Al-Mas’udi (871-957 M) dalam bukunya murûj al-dzahab wa
ma‘âdin al-jawhar yang menyebutkan bahwa pada masa kekhalifahan Abdullah
bin Muhammad (888-912 M) di Andalusia, ada seorang pemuda Muslim
bernama Khasykhasy bin Said bin Aswad asal Cordova, memimpin pelayaran dari
pantai Delba (Palos) pada tahun 889 menyeberangi samudera Atlantik hingga
mencapai daratan yang belum dikenal (ardh majhulah) dan kemudian pulang
kembali dengan membawa harta benda yang menakjubkan. Dalam
pendaratannya itu ia sempat kontak dengan penduduk setempat. (Abdullah dan
Hathout, 2003: 19). Dalam peta yang dibuat oleh Al-Mas’udi daratan Ardh
Majhulah itu adalah Amerika. (Mroueh, E-book).

BACK
Kalau asal-usul kedatangan Islam di Amerika itu masih spekulatif, namun
keberadaan pemukiman orang-orang Muslim keturunan Afrika di Amerika
Utara pada abad ke-16 hingga abad ke-18 adalah sesuatu yang sudah pasti.
Keberadaan orang-orang Muslim keturunan Afrika di Amerika itu menyusul
jatuhnya negeri Andalusia ke tangan bangsa Eropa, sebab bermula mereka
menjadi tawanan orang-orang Spanyol yang kemudian dikapalkan ke Amerika
untuk dipasok sebagai tenaga kerja atau dijual sebagai budak. Sebagai budak
mereka tidak dapat mempertahankan agama dan kebudayaan mereka
apalagi mengembangkannya. (Ali, 1990: 2-3; Abdullah dan Hathout, 2003: 26)
Memperbudak bangsa-bangsa lain dan bisnis perbudakan di Amerika terjadi
terus menerus dalam waktu yang cukup lama. Pada abad ke-19 muncul
gerakan membebaskan diri dari perbudakan, misalnya gerakan yang
dipelopori oleh seorang wanita terkenal bernama Harriet Tubman (1821-
1921). Pada tahun 1849 ia melarikan diri dari Maryland ke Philadelphia, dan
dalam pelariannya itu ia melakukan perjalanan ke beberapa negara bagian
yang terdapat banyak budak, membawa lari lebih dari 300 orang budak laki-
laki dan perempuan.
Tragedi 11 September 2001
Membahas tragedi 11 September 2001 atau yang lebih dikenal dengan
sebutan tragedi 9/11, selalu berarti membahas hal-hal tentang
terorisme dan kemudian dihubungkan dengan agama. Kalau tragedi
9/11 sering diasosiasikan kepada Islam, maka sesungguhnya tindak
kekerasan memang seringkali mengatasnamakan agama, atau
dituduhkan dilakukan orang dengan atas nama ajaran suatu agama.
Seorang guru besar Sosiologi dari University of California, Santa Barbara
(UCSB), Mark Juergensmeyer (2003) dalam bukunya Terror in the Mind
of God: the Global Rise of Religious Violence, menampilkan beberapa
kasus kekerasan dengan mengatasnamakan agama atau keyakinan yang
terjadi di berbagai belahan dunia. Dia sebutkan beberapa kekerasan,
terutama setelah berakhirnya Perang Dingin, yang seringkali dikaitkan
dengan agama tertentu.
Peristiwa runtuhnya menara kembar WTC (World Trade Center)
di New York adalah sebuah tragedi yang memilukan bukan
hanya bagi keluarga korban dan masyarakat Amerika melainkan
juga masyarakat dunia. Karena itu wajar apabila karena tragedi
itu terlontar kata-kata kemarahan dan kutukan terhadap
pelakunya.
Setelah peristiwa itu, kaum Muslimin di Amerika terutama
imigran asal Timur Tengah merasakan dampaknya, mengalami
kondisi tekanan psiokologis yang sangat berat: dicurigai, diteror,
diserang, dilecehkan dan diasosiasikan dengan teroris. Hal yang
sama dialami oleh kaum Muslim di Inggris, Perancis, Jerman
dan negara-negara Eropa lainnya. Pemerintah George Walker
Bush segera mengetatkan aturan imigrasi dan mengawasi kaum
imigran Muslim secara berlebihan.
Perkembangan Islam di Amerika Pasca
Tragedi 9/11
Setelah tragedi 9/11 terjadi Islam dan umat Islam di Amerika khususnya dan
di Negara-negara non-Muslim menjadi sorotan perhatian dengan kecurigaan,
sinisme, kebencian, bahkan permusuhan. Keadaan tersebut tidak dapat
dihindari karena citra yang timbul adalah bahwa Islam diidentikkan dengan
kekerasan dan Muslim adalah orang yang berkomitmen pada terorisme. Tidak
sedikit Muslim di Amerika dan di Eropa yang mendapat perlakuan
diskriminatif, bahkan berlebih-lebihan.
Setelah kejadian tersebut seorang akademisi, Dr. Walid A. Fatihi dari The
Harvard Medical Faculty membuat sebuah tulisan yang dimuat di Al-Ahram
al-Arabi sebuah media mingguan di Mesir. Bahwa dia tersentak dengan
kejadian itu, dan terbayang olehnya bahwa apa yang selama ini ia kerjakan
untuk mendakwahkan Islam di Amerika akan mengalami set back 50 tahun.
Meskipun dia menyadari bahwa ungkapan itu tidak tepat. Kemudian dia
lakukan kunjungan ke beberapa gereja dan juga ke forum-forum dilakukannya
dialog-dialog agama dan antar-keyakinan. Dia juga menjelaskan bagaimana
sesungguhnya ajaran Islam, dan pandangannya mengenai kekerasan yang
terjadi yang dikaitkan dengan Islam itu.
SEKIAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai