Anda di halaman 1dari 2

Tantangan dan Peluang Dakwah di Amerika (Part 1)

Oleh: Muh. Yusuf, M. Pd


( Alumni angkatan l Global Leadership Program For Ustadz di Amerika)
Islam hadir dipermukaan bumi sebagai rahmat bagi seluruh Alam sebagaimana yang
termaktub dalam Alquran yang lazim kita pahami. Perwujudan rahmat tersebut, dibuktikan
dengan diutusnya seorang nabi yakni Muhammad SAW. Beliau diutus untuk menyampaikan
risalah dakwah kebenaran lslam sebagai jalan kehidupan “ way of life” dan pedoman “
guidance” dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Beberapa Abad pasca meninggalnya beliau,
risalah dakwah terus dilanjutkan hingga saat ini oleh para da'i/da'iah diberbagai belahan dunia
termasuk di Benua Amerika. Dengan berpegang pada sabda nabi “Balliguu Annii walau
aayat” sampaikanlah atasku meskipun hanya Satu ayat, serta metode dakwah yang di
praktekkan oleh rasulullah sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran “Bilhikmah,
walmauizatul Hashanah wajadilhum billatii hia ahsan” Citra Islam walaupun sempat ternodai
dengan stigma negatif, pelan namun pasti sekarang mengalami pergeseran nilai positif
dinegara yang dianggap anti lslam termasuk di Negeri Paman Sam.
Ada beberapa indikator dimana perjuangan dakwah di Amerika memiliki peluang serta
tantangan bagi para muballigh untuk berdakwah disana. Pertama, Amerika memiliki
Konstitusi yang sangat kuat. Penegakan hukum benar-benar dijalankan. Hukum tidak
“diobrok” oleh oknum tertentu, bahkan oleh presiden sekalipun. Masih teringat di tahun
2017, ketika Presiden Donald Trump mengeluarkan sebuah keputusan “Muslim Banned”,
melarang ummat muslim masuk Amerika, banyak muslim Amerika pada saat itu mengajukan
gugatan ke Pengadilan hingga akhirnya keputusan tersebut di anulir oleh Mahkamah karena
dianggap melanggar Undang-Undang konstitusi Amerika. Penegakan supremasi hukum ini
menjadi fakta yang sangat baik terutama untuk komunitas Umat Islam di Amerika untuk
lebih "open" dalam beribadah dan menjalankan keyakinan serta berdakwah menyampaikan
ajaran Islam karena dilindungi oleh konstitusi Amerika. Sehingga para penggiat Agama,
Ustadz atau Ulama tdk perlu khawatir akan terjadi "kriminalisasi Ulama" di Amerika yang
ironisnya beberapa tahun belakangan lagi “trend” terjadi di Tanah air. Kedua, Amerika
memiliki “Public relation” yang sangat kuat, mampu membuat dan mendesain "image"
terhadap sesuatu sehingga mudah membolak-balikkan realita yang hitam menjadi putih atau
bahkan yang benar bisa jadi salah dan sebaliknya. Hal itu ditunjang oleh kemajuan teknologi
dan media. Oleh sebab itu, merupakan sebuah tantangan sekaligus menentang pembentukan
opini negatif terhadap umat Islam di Amerika. Pasca tragedi 9-11 yang menewaskan sekitar
3.000 orang, telah mengguncang dunia dan merubah tatanan politik internasional, ironisnya
umat Islam digambarkan sebagai pelaku aksi teror di dunia yang dilakukan oleh pihak anti-
lslam. Alhamdulillah, dengan hadirnya dakwah di Amerika yang salah satu tujuannya untuk
meluruskan kesalah pahaman “negative mindset” yang dibangun oleh media massa di
Amerika akhirnya lambat laun citra Islam semakin membaik.
Ketiga, Amerika merupakan negara imigran dimana seluruh ras, suku, budaya, etnis dan
kulit bercampur di Amerika sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menyebarkan
dakwah Islam. Namun disisi lain, menjadi peluang untuk menyatukan umat Islam dari
berbagai latar belakang golongan, etnis dan ras, dibawah tali ikatan lman dan ukhuwah
Islamiyah, dalam ikatan kalimat Lailaha Illah Muhammad rasulullah. Dimanapun, selama se
iman, ukhuwah, persatuan serta solidaritas secara otomatis terbangun dengan sendirinya.
Itulah realita yang terjalin di negara empat musim ini. Keempat, Meskipun Amerika
merupakan negara sekuler, namun tidak sedikit fakta ditemukan bahwa Amerika cukup
beragama. Contoh sederhana, bila kita lihat lembaran uang Amerika maka kita temukan
tulisan "In God we trust" yang artinya kurang lebih "kepada tuhan kita bertawakkal",
demikian pula ditemukan di dinding kantor-kantor pengadilan tulisan tersebut. Hal itu
menunjukkan bahwa meskipun Amerika dikenal sebagai negara sekuler, namun realitanya
Amerika cukup religius. Dulu Amerika dikenal dengan "Christian and Jews nation" negeri
agama Kristen dan yahudi, namun seiring berjalannya waktu agama Islam pun mengalami
perkembangan yang sangat signifikan di sana. Sekularisme di America dimaknai bahwa
pemerintah atau negara tidak punya hak untuk mengatur keyakinan seseorang, tetapi negara
wajib melindungi hak beragama masing-masing warga, termasuk warga Muslim Amerika.
Maka tidak heran apabila kita temukan ada beberapa polwan berjilbab di sana tanpa ada
larangan mengunakan jilbab, atau bahkan diskriminasi terhadap mereka. Uniknya, justru di
negara yang mayoritas Muslim malah memperdebatkan boleh tidaknya berhijab bagi polwan.
Kelima, Kondisi masyarakat Amerika dikenal Ramah, terbuka, keingin tahuan yg tinggi
(curiosity). Itulah sebabnya pasca tragedi 9/11, justru banyk orang Amerika memeluk Islam.
dengan karakter terbuka dan curiosity yang tinggi, terutama dari kalangan akademisi mereka
mengkaji dan mandalami Islam, yang awalnya tujuannya ingin mencari kelemahan dan
kesalahan Islam, namun akhirnya justru menemukan kebenaran Islam. Banyak sekali kisah
para muallaf Amerika yang menemukan esensi kebenaran spiritual Islam justru ketika mereka
medalami Ajaran Islam yang walaupun pada mulanya diawali skeptis terhadap ajaran
tersebut, namun semakin digali semakin ditemukan bahwa agama samawi yang masih murni
hanya ditemukan dalam ajaran yang dibawah oleh sosok manusia yang hidup di padang pasir.
Tradisi kritis yang dibangun oleh kultur academik, memberi ruang terbuka kepada siapa saja
untuk mendiskusikan, bahkan memperdebatkan tentang esensi agama dan manfaatnya bagi
kehidupan manusia. Realitanya, Islam melalu kitab sucinya Alquran, semakin di dalami, tak
satupun yang bertentangan dengan hukum normatif, bahkan teori sains modern sekalipun,
justru tak jarang menjadi referensi kajian sain di abad modern ini. Maka tidaklah
mengherankan apabila banyak mullah di Barat berasal dari Kalangan kaum intelektual.
Penemuan kebenaran spiritual, tidak hanya campur tangan “hidayah” Allah, namun juga dari
tradisi berfikir kritis yang menjadi kultur masyarakat Barat termasuk warga Amerika.
Sehingga mereka ber lslam betul-betul dari Hati dan buah pemikiran mereka, yang cukup
berbanding terbalik, mohon maaf, ada sebahagian dari Kalangan muslim ditanah air yang ber
lslam karna genetik, atau biasa diplesetkan dengan istilah “lslam KTP”. Ada sahabat
bercanda, mungkin surga hakiki diakhirat, banyak dihuni oleh muallaf kritis, sedangkan
muslim KTP hanya mendapatkan surga Fatamorgana. Wallah Alam.

Anda mungkin juga menyukai