Kelompok 1 Tafsir
Kelompok 1 Tafsir
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud tentang konsep dasar ekonomi?
2. Apa itu prinsip dasar ekonomi?
3. Pengertian Sumber Daya Manusia Ekonomi?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang konsep dasar ekonomi.
2. Mengetahui prinsip dasar ekonomi.
3. Mengetahui pengertian sumber daya manusia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ayat ini berbicara dalam konteks musibah. Dalam konteks ini ditemukan term
muqtashid. Terdapat hal-hal yang dapat dikemukakan secara ekonomi: Pertama,
Risiko. Yaitu ancaman yang ditimpa oleh penghuni perahu ketika sedang berada di
lautan. Ancaman ini tentu saja akan mendatangkan masalah dalam pencapaian
tujuannya. Atas dasar itu ia dipandang sebagai risiko. Risiko merupakan bagian dari
pengelolaan ekonomi. Dalam hal ini, pengelolaan risiko harus melibatkan
kemampuan penggunaan instrument transendental. Yaitu berdoa kepada Allah SWT.
Dalam pengelolaan keuangan risiko merupakan suatu hal yang harus diperhitungkan
dan harus dikelola. Perilaku pasca risiko harus tetap berada dalam konsistensi
terhadap ajaran Islam. Ayat ini disebutan bahwa terdapat perilaku yang memohon doa
secara ikhlas pada saat risiko datang. Prototipe pelaku ekonomi, yang disebutkan ayat
di atas yakni term Muqtashid, oleh Tafsir Muqatil ibnu Sulaiman menyatakan bahwa
ia diartikan sebagai perlakuan adil untuk memenuhi janji yang telah disampaikan pada
saat berada di laut. Pandangan ini menunjukkan adanya kemampuan pelaku ekonomi
untuk mengendalikan risiko usaha, dengan pendekatan transendental. Pasca
penyelesaian risiko, pelaku ekonomi ini masih tetap konsisten dalam beragama.
1. Halal
Al-halal berakar dari susunan huruf ha dan lam. Menurutnya memiliki
banyak probelmatika dan turunan. Namun menurutnya, makna dasarnya
adalah, membuka sesuatu dan lagi tidak mengandung celaan terhadapnya.
ال يشذ عنه ش يء،فتح الش يء.
Pandangan ini menunjukkan bahwa halal memilkiki dua kriteria yaitu:
a. membuka
3
b. bebas cela.
Dua kriteria yang terintegrasi ini, menjadikan kata halal menjadi
filosofis. Dalam Islam, hukum syariat ditetapkan oleh Allah Swt dan dengan
kriteria kehalalan ini, maka kehalalan hukum syariat, mengandung arti bahwa
larangan untuk menghampirinya adalah terbuka untuk orang tertentu dan atau
bersifat umum. Namun substansi larangan itu, dipastikan tidak mengandung
celaan. Ruang lingkup celaan, masih perlu penalaran lebih lanjut. Namun,
hemat penulis, bahwa paling tidak mengandung celaan dalam arti tidak cacat
hukum, tidak cacat perasaan dan tidak cacat sosial.
2. Ruang Lingkup
Terjemahnya:
“Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang dihalalkan bagi mereka?."
Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap)
oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu;
kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka
makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas
binatang buas itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya.”
Sebuah tafsir menyatakan bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan
pertanyaan sahabat nabi antara lain Ashim ibn Adiy tentang apa yang
dihalalkan pada anjing.88 Tafsir Fathul Qadir menyatakan bahwa terdapat tiga
kelompok halal yang terkait dengan rumpun ayat ini yaitu : kehalalan
makanan secara umum dan dikemukakan oleh binatang buruan, makanan ahlul
kitab dan kehalalan mengawini wanita ahlul kitab. Dalam pandangan lain,
tafsir al-Muntakhib yang ditulis oleh tim ulama al-Azhar menyatakan bahwa
umat Islam bertanya kepada rasul Muhammad, tentang makanan dan selainnya
yang dihalalkan oleh Allah Swt. Menurutnya, maka dihalalkan untuk makanan
dari tangkapan binatang yang terlatih dan tangkapan itu diperuntukkan untuk
pemiliknya serta disebut nama Allah ketika melepaskan binatang burun yang
telah terlatih.
4
Mufassir berpandangan bahwa makna al-Insan adalah Adam, seperti an-
Nasafi>,154 al-Qurt}ubi, Ibn ‘Atiyyah, dan asySyanqiti. Pandangan mufassir ini
didasarkan bahwa dalam kenyataannya manusia yang pertama adalah Adam, dan
memperhatikan ayat ini, memang berkaitan dengan asal kejadian manusia yang
berasal dari at-tin atau tanah. Pada ayat yang lain term al-Insan tetap berada dalam
konteks penciptaan namun ia memiliki implikasi. QS. at-tin:
ان َخ َل ْق َنا َل َق ْدَ َت ْق ِوي ۖ ٍْم اَحْ َس ِن ف ِْٓي ااْل ِ ْن َس
دَد ٰن ُه ُث َّم
ْ َسا ِفلِي ۙ َْن اَسْ َف َل َر
ت َاو َع ِم ُل ٰاا َم ُن ْو الَّ ِذي َْن ِا َّل ِ صل ِٰح ّ ٰ َممْ ُن ْو ۗ ٍن َغ ْي ُر اَجْ ٌر َف َل ُه ْم ال
Terjemahnya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya, 4. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka), 5. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya 6.
Wahbah Az-Zuhaili berpendapat bahwa ayat ini mengandung makna tentang
penciptaan manusia yang sangat bagus tata aturannya dan diberikan keistimewaan
berupa akal dan pemikiran dan kemampuan mengelola (mengatur) dan hikmah dan
ayat ini tidak hanya berbicara aspek jasmaniah manusia.158 Apa makna etimologis
dari terma al-Insan. Abd. Muin Salim melakukan analisis tentang asal terma ini
dengan berbagai pertimbangan. Setelah melakukan analisis ia berpandangan bahwa
terma ini berasal dari kata ins yang mempuyanyai huruf alif, nun dan sin dan
mempunyai makna dasar jinak. Dengan makna jinak ini, maka memungkinkan
dipahami dari ayat yang lain. Berkaitan dengan QS. al-Alaq :
ان َخ َل َق َ قم ِۡن ااۡل ِ ۡن َس ٍ َع َل
ك ا ِۡق َر ۡا َ َو َر ُّب ااۡل َ ۡك َر ۙ ُم
ِب ۡال َق َل ۙ ِم َعلَّ َم الَّذ ِۡى
س َعلَّ َم @َ َي ۡع َلمۡؕ َلمۡ َما َن ااۡل ِ ۡن
ۤ ان اِنَّ َكاَّل َ َل َي ۡط ٰ ٓغ ۙى اۡل ِ ۡن َس
اس َت ۡغ ٰن ؕى رَّ ٰاهُ اَ ۡن ۡ
َِّّك ا ِٰلى اِن َ الرُّ ۡج ٰع ؕى َرب
Terjemahnya:
1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
3. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.
4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
5. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
6. karena dia melihat dirinya serba cukup.
7. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
5
.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA