Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Globalisai Pasar Bebas Menurut Ajaran Agama Islam


Di Era Modern

Disusun oleh:
Nama : Ridho Dermawan
NPM : 1951030340
KELAS : C Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam


Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung
2020

BAB I
PENDAHULUAN
Islam menurut bahasa berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah
menjadibentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh
karena itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah SWT disebut
sebagai orang muslim. Dari uraian di atas bisa diambil kesimpulan bahwa islam
menurut bahasa ialah patuh, berserah diri, dan taat kepada Allah SWT.

Dalam makna istilah, islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya  diwahyukan oleh


Allah kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut Maulana
Muhammad Ali,islam adalah agama pendamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu
keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat islam menjadi bukti nyata
bahwa agama islam itu selaras pada namanya.

Menghadapi peradaban dunia islam secara keseluruannya berada dalam tatanan


global yang mendasar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi.
Transportasi, dan informasi semuanya ini membuat dunia semakin global dan
sempit karena mudanya dijangkau.Dan inilah yang disebut fenomena “globalisasi”,
yang secara sederhana bisa dipahami sebagai suatu proses pengintegrasian budaya,
politik, ekonomi, dan informasi nasional bangsa-bangsa ke ruang lingkup dan
tatanan baru sistem jaringan dunia (global).

BAB II
PEMBAHASAN
A.PASAR BEBAS MENURUT ISLAM DI ERA MODERN
Definisi pasar secara umum adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli, namun dalam
buku yang ditulis oleh DR. Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi yang berjudul Fikih Ekonomi Umar
Bin Al-Khatab disebutkan bahwa Pasar menganut ketentuan yang berlaku di masjid,
barangsiapa datang dahulu di satu tempat duduk, maka tempat itu untuknya sampai dia
berdiri dari situ dan pulang kerumahnya atau selesai jual belinya.”

Di era  modern ini sering kita terjebak pada istilah-istilah yang pada praktiknya tidak terasa 
kita telah melenceng dari aqidah atau syariah, sebagai contoh; istilah “Kita Harus Menguasai
Dunia” dari istilah ini menunjukkan bahwa betapa arogannya manusia, padahal penguasa
alam dunia dan isinya serta lainnya adalah Allah Swt. Begitu juga dengan aktivitas Pasar
bebas cenderung value free (bebas nilai), sehingga praktiknya cenderung tidak
mempertimbangkan halal dan haramnya.

Dalam hal menyikapi pasar bebas (pasar global) kecenderungan banyak yang mengartikan
bahwa pasar bebas adalah dimana penjual atau produsen mempunyai kebebasan untuk
menjual atau memasarkan barangnya ke negara-negara yang disukai dan akibatnya penjual
atau produsen cenderung bebas dalam menguasai sumber-sumber daya alam, mengingat
menurut kaum kapitalis sumber daya alam terbatas, sementara keinginan manusia tidak
terbatas, sehingga dalam menguasainya perlu persaingan dan pada akhirnya yang kuat akan
semakin kuat atau dengan kata lain yang punya modal besar mempunyai peluang besar untuk
menjadi raksasa ekonomi.  Padahal di dalam Islam sumber daya alam adalah merupakan
nikmat yang Allah Swt berikan kepada manusia dan pada akhirnya atas penggunaan sumber
daya alam dimaksud akan dimintakan pertanggungjawabannya. Allah Swt menyediakan
sumber daya alam sangat banyak demi memenuhi kebutuhan manusia. Manusia yang
berperan sebagai khalifah dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut untuk kebutuhan
hidupnya. Sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah, ayat 30 yang berbunyi :

“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak
menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah,
padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata :
Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat diatas memiliki makna :

(1) Manusia pada fitrahnya adalah pemimpin (khalifah), baik bagi diri sendiri maupun bagi
yang lain dalam upaya mendapatkan Ridha dari Allah Swt.

(2) Menjaga, memelihara, memakmurkan, melestarikan alam, mengambil manfaatnya,


menggali, mengelola alam demi tercapainya tujuan untuk mensejahterakan seluruh umat
manusia.

Dalam Islam kebebesan dapat diukur melalui 2 (dua) persfektif ; yaitu perspektif teologi  dan
kedua perspektif ushul fiqh/falsafah tasyri’. Pengertian kebebasan dalam perspektif pertama
berarti bahwa manusia bebas menentukan pilihan antara yang baik dan yang buruk dalam
mengelola sumberdaya alam. Kebebasan untuk menentukan pilihan itu melekat pada diri
manusia, karena manusia telah dianugerahi akal untuk memikirkan mana yang baik dan yang
buruk, mana yang  maslahah dan mafsadah (mana yang manfaat dan mudharat). Adanya
kebebasan termasuk dalam mengamalkan ekonomi, implikasinya  manusia harus bertanggung
jawab atas segala perilakunya. Manusia dengan potensi akalnya mengetahui  bahwa
penebangan hutan secara liar akan menimbulkan dampak banjir dan longsor. Manusia juga
tahu bahwa membuang limbah ke sungai yang airnya dibutuhkan masyarakat untuk mencuci
dan mandi adalah suatu perbuatan salah yang mengandung mafsadah dan mudharat.
Melakukan riba adalah suatu kezaliman besar, sehingga bagi yang melakukann  harus
mempertangung jawabkan perbuatannya i\tu di hadapan Allah Swt, karena perbuatan itu
dilakukannya atas pilihan bebasnya.

Kebebasan dalam Islam bukan dilakukan tanpa batas atau kebebasan mutlak seperti yang
dilakukan oleh kaum liberalisme atau kepitalisme, tetapi kebebasan dalam Islam yang
dilakukan oleh manusia sebagai khalifah di muka bumi ini pada akhirnya akan dimintakan
pertanggungjawaban oleh Allah Swt.

Kebebasan dalam pengertian Islam adalah kekebasan yang terkendali (al-hurriyah al-


muqayyadah). Dengan demikian, konsep ekonomi pasar bebas, tidak sepenuhnya begitu saja
diterima dalam ekonomi Islam. Alokasi dan distribusi sumber daya yang adil dan efisien,
tidak secara  otomatis terwujud dengan sendirinya berdasarkan kekuatan pasar. Harus ada
lembaga pengawas dari otoritas pemerintah -yang dalam Islam- disebut lembaga hisbah.

Kebebasan dalam konteks kajian prinsip ekonomi Islam dimaksudkan sebagai antitesis dari
faham jabariyah (determenisme). Faham ini mengajarkan bahwa manusia bertindak dan
berperilaku bukan atas dasar kebebasannya (pilihannya) sendiri, tetapi atas kehendak Tuhan.
Dalam faham ini manusia ibarat wayang yang digerakkan oleh dalang. Determinisme seperti
itu, tidak hanya merendahkan harkat manusia, tetapi juga menafikan tanggung jawab
manusia. Tidak logis manusia diminta tanggung jawabnya, sementara ia melakukannya
secara ijbari (terpaksa).

Pengertian kebebasan dalam perspektif ushul fiqh berati bahwa dalam muamalah Islam


membuka pintu seluas-luasnya di mana manusia bebas melakukan apa saja sepanjang tidak
ada nash yang melarangnya. Aksioma ini didasarkan pada kaedah, pada dasarnya dalam
muamalah segala sesuatu dibolehkan sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya.

Bila diterjemahkan arti kebebasan bertanggng jawab ini ke dalam dunia bisnis, khususnya
perusahaan, maka kita akan mendapatkan bahwa Islam benar-benar memacu ummatnya
untuk melakaukan inovasi apa saja, termasuk pengembangan teknologi dan diversifikasi
produk.Pri nsip dan nilai-nilai Al Qur’an dan Sunnah untuk mencapai Falah. Falah atau
kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan akhirat dapat terwujud apabila terpenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara seimbang berdasarkan kemaslahatan
(mashlahah). Islam dan Muslim hidup dalam suatu lingkungan ekologi dan ekonomi yang
berdampingan, antar suku, antar agama, antar bangsa, antar negara, antar regional, dan
komunitas global yang saling membutuhkan satu sama lain.

3.    Manfaat Makro dan Mikro


a)    Ekonomi Islam: melarang aktifitas ribawi, untung-untungan atau spekulasi (maysir),
ketidakjelasan dalam transaksi (gharar), menimbulkan maksiat, suap (riyswah), keadilan,
keseimbangan, dan ukhuwah.
b)    Ekonomi Islam: mendorong adanya kemaslahatan agama (dien), jiwa (nafs), intelektual
(‘aql), keluarga dan keturunan (nash), dan material (maal).
c)    Ekonomi Islam: menciptakan insan pelaku ekonomi dan bisnis yang profesional dan
good governance secara intelektual dan akhlak. 
d)    Ekonomi Islam: menyadarkan insan pelaku ekonomi dan bisnis bahwa harta benda dan
kekayaan bentuk lainnya adalah amanah bukan hak milik mutlak.
e)    Ekonomi Islam: mendorong kegiatan yang produktif dan berorientasi sektor riil. 
f)    Bagian terbesarmasalahan- permasalahan yang mempengaruhinya. 
Dari ketiga sistem ekonomi yang ada yakni sistem ekonomi kapitalis, sosialisdan
campuran, pada masa kini perekonomian global lebih mengarah ke sistemekonomi kapitalis
karena telah mengarah pada ciri-ciri kapitalis. Alasan yangmendasari adalah pihak swasta
diberikan kebebasan yang sebesar
besarnya untuk mengembangkan dan memperluas usahanya tanpa dibatasi
pemerintah.Dalam sudut pandang yang lain , orang yang mempunyai modal dapat melakukan
apa saja, dengan kata lain uang adalah segalanya. Kita dapat melihat fakta yang ada bahwa
yang menguasai dunia adalah orang-orang yang
memiliki banyak uang. Yang kaya akan semakin kaya, dan yang miskin akan bertambah
kemikinannya. Itulah sisi terburuk dan terkejam dari Sistem ekonomi Global yang kapitalis.
Selain itu ekploitasi sumber daya alam yang sebesar-besarnya tanpamemikirkan efek
jangka panjang merupakan ciri sistem ekonomi kapitalis. Dalamsistem ekonomi kapitalis
hanya mengejar keuntungan saja.Sistem ekonomi mengalami perkembangan, mulai dari
sistem ekonomitradisonal, modern hingga kapitalis pada zaman sekarang. Perkembangan itu
di pengaruhi oleh pola pikir manusia yang semakin lama manusia ingin bebas dantidak mau
dibatasi, sama seperti kegiatan ekonomi yang mereka lakukan.
Manusia semakin ingin untuk terlepas dari aturan-aturan pemerintah, oleh sebab itu
sistemkapitalis mengalami perkembangan yang pesat.Sebagian besar negara di seluruh dunia
menggunakan sistem eekonomikapitalis, sekalipun negara tersebut mengatakan bahwa sistem
ekonominya adalahcampuran, namun faktanya menggunakan sistem ekonomi kapitalis.
Tujuan sistem perekonomian Islami, seperti halnya sistem ekonomi lainnya,adalah
perwujudan efisiensi dan keadilan dalam alokasi serta pendistribusiansumber daya dimana ia
juga mengakui peran keuatan pasar dan kebebasanindividu. Akan tetapi ia juga mengakui
kemungkinan dampak yang merugikan dari pasar yang benar-
benar tidak di atur pada berbagai macam lapisan masyarakat,khususnya yang miskin dan
lemah
B.     Pengaruh Ekonomi Global dan Ekonomi Islam terhadap Kondisi Ekonomi Indonesia
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih dibayangiketidakpastian akibat dampak
krisis ekonomi global. Globalisasi perekonomian juga masuk ke dalam indonesia
yangmemberikan efek positif dan efek negatif. Dampak positif globalisasi bagiindonesia
adalah mendorong Indonesia untuk memproduksi barang dengankualitas yang baik sehingga
dapat meningkatkan daya saing produksi dalam negeri di pasar internasional, mendorong para
pengusaha untuk meningkatkan efisiensi dan menghilangkan biaya tinggi. Sedangkan
dampak negatif globalisasi ekonomi bagi indonesia adalahglobalisasi ekonomi
mengakibatkan kesenjangan sosial yang semakin besar antara yang kaya dan yang miskin. 
      Namun di balik ini semua ada harapan baru dengan menggeliatnya ekonomi Islam di
Indonesia. Walaupun belum berpengaruh maksimal
bagi perekenomian Indonesia secara keseluruhan, namun perkembangan ekonomiIslam sudah
menyentuh sektor vital negeri ini yakni sektor perbankan danlembaga keuangan
mikro.Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia lebih cendrung dititik  beratkan pada sektor
perbankan. Akselarasi pertumbuhan perbankan syariah diIndonesia setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang signifikan.
Peran ekonomi Islam di Indonesia diharapkan tidak hanya dalam ranahmikro namun juga
memiliki peran pada ranah makro. Ekonomi Islam terasasangat perlu untuk masuk pada ranah
makro untuk dapat memberikan dampak lebih luas melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.
Teori-teori ekonomi Islammikro dan makro masih memiliki ruang yang sangat luas untuk
ikut andildalam memperkaya hazanah keilmuan Ekonomika Islam. Persentase risetterhadap
perbankan syariah masih lebih besar bila dibandingkan riset terhadapteori ekonomi islam
mikro dan makro. Dengan lahirnya teori tersebut
dalam jangka panjang diharapkan dapat mensubstitusi ataupun dapatmengkomplementasi
teori ekonomi konvensional yang berkembang selamaini. Beberapa kelemahan yang terdapat
pada teori ekonomi konvensional dapatmenjadi ruang untuk dibenahi oleh ekonomi Islam.
kita tahu bahwa ekonomiIslam tidak hanya ranah perbankan akan tetapi mencakup aspek
universal.
Oleh karena itu diperlukan kajian dan penelitian untuk mengembangkan ekonomi islam
melalui perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya agar dapat diterapkan
secara menyeluruh olehmasyarakat sebagaimana yang pernah diterapkan pada era
pertamakebangkitan ekonomi islam. Ekonomi Islam tidak sekadar alternatif tetapi perlahan
namun pasti menjelma menjadi pilihan utama sistem ekonomi bangsa pada masa mendatang.
C.    Perbedaan antara Ekonomi Syariah dengan Ekonomi Konvensional
Perbedaan utama antara ekonomi islam dengan ekonomi konvensional adalah bahwa
ekonomi islam didasari oleh nilai-nilai yang islami dan berlaku universal. Penerapan syariah
dalam bidang ekonomi akan membuat keadaan ekonomi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat islam secara keseluruhan. Jika dicermati, maka
terlihat adanya 2 hal yang menjadi tuntunan islam dalam kehidupan didunia yaitu : pertama,
menjaga hubungan 2 arah, arah vertikal dan arah horizontal. Arah vertikal adalah arah dengan
Allah SWT (hablum min Allah) dan horizontal dengan sesama manusia (hablum min an-nas).
Hubungan vertikal dengan Allah SWT akan menjadi mekanisme yang menubuh yang dapat
mengendalikan perilaku manusia dalam menjalin hubungan horizontal dengan sesama
manusia, dengan alam semesta dan makhluk-makhluk lainnya.
Kedua, bahwa ajaran islam pada dasarnya ditujukan pada individu, sehingga dalam
mengatasi berbagai permasalahan dalam bidang ekonomi terlebih dahulu perilaku individu
perlu dibenahi. Perilaku yang menerima syariah dan menyatu pada diri individu
menyebabkan apapun posisi dan peran yang dipegangnya akan berjalan dengan norma yang
islami. Jadi sebagai konsumen Ia tidak akan mengonsumsi secara berlebihan, sebagai
produsen Ia tidak akan berusaha dalam bidang-bidang yang dilarang, sebagai penguasa Ia
akan mendahulukan kepentingan umum dan senantiasa mengutamakan keadilan.
Perbedaan dalam bank syariah dengan bank konvensional yaitu bank syariah yang dalam
sistem operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (ribawi) akan tetapi menggunakan
prinsip dasar syariah islam. Beberapa perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional:
1.      Dalam penyaluran investasi bank syariah hanya menyalurkan dalam investasi halal.
Perusahaan yang bekerja sama dengan dengan bank syariah harus perusahaan yang
memproduksi barang dan jasa yang halal. Sebaliknya bank konvensional tidak memerhatikan
kehalalan investasinya.
2.      Menggunakan sistem bagi hasil, jika investor mendapat keuntungan yang besar maka bank
syariah juga mendapatkan hasil yang sama besar. Jika bank konvensional menggunakan
sistem bunga.
3.      Jika terjadi permasalahan, maka akan diselesaikan dengan prinsip dasar syariah seperti
musyawarah. Jika Bank konvensional akan menyelesaikan permasalahan atau sengketanya di
pengadilan negeri setempat

D.Kerugian Perdagangan Bebas

Hal yang perlu diperhatikan dari perdagangan bebas adalah selain ada keuntungan,
juga terdapat kerugian yang terjadi dari penerapannya. Terutama jika suatu negara belum siap
atau kurang memiliki kompetensi untuk mengikuti dan bersaing dalam perdagangan bebas.
Berikut adalah beberapa kerugian yang bisa terjadi dari penerapan perdagangan bebas pada
suatu negara:

1. Menghambat Pertumbuhan Industri Dalam Negeri

Perdagangan bebas memang dapat meningkatkan kualitas produk suatu negara,


namun dengan catatan negara tersebut bisa dan siap untuk bersaing. Jika negara tersebut tidak
bisa bersaing dalam menciptakan produk yang inovatif dan berkualitas, maka tidak menutup
kemungkinan pelaku usaha dalam negeri malah akan jadi tersingkir. Dengan adanya
kemudahan keluar masuk produk dari luar negeri juga semakin mempersempit pasar yang
bisa dimasuki oleh para pelaku usaha dalam negeri. Kalau sudah begitu maka industri dalam
negeri pun akan mengalami kesulitan untuk tumbuh, dan lambat laun bisa gulung tikar.

2. Banyak Tenaga Kerja yang Tidak Terserap

Adanya kemudahan untuk bekerja di pasar yang lebih luas memang memberikan
keuntungan bagi negara-negara tertentu, namun tidak bagi negara berkompetensi rendah.
Misalnya saja di negara berkembang yang tingkat pendidikannya masih rendah, maka akan
sulit bagi tenaga kerjanya untuk bisa terserap di negara lain. Bahkan mungkin mereka akan
kesulitan juga mendapatkan pekerjaan di negerinya sendiri dengan kedatangan tenaga kerja
yang lebih berkompetensi dari negara-negara lain. Hal ini kemudian membuat meningkatkan
jumlah pengangguran di suatu negara, yang kemudian berpengaruh juga pada tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.

3. Mengurangi Pendapatan Negara

Ketika suatu negara kesulitan dalam bersaing di pasar global dan menciptakan produk
yang berkualitas, maka tidak menutup kemungkinan tingkat impor yang lebih tinggi
dibanding ekspor. Eskpor yang rendah berarti pendapatan negara ikut rendah juga, sedangkan
pengeluaran negara tetap atau bisa jadi meningkat. Kalau sudah begitu, pendapatan nasional
negara tersebut akan berkurang dan bisa menambah hutang negara yang ada.

E.Pandangan Islam Terhadap Globalisasi


Globalisasi dalam perspektif Islam dapat diketahui dari Al-Qur’an dan Hadist.
Globalisasi dalam Al-Qur’an yang pertama dapat ditemukan dalam Al-Qur’an Surat
Al;Hujurat [49] ayat 13.
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal”

Globalisasi dalam Al-Qur’an juga dapat diketahui pada Al-Qur’an Surat Al-Qasas
[28] ayat 77, Surat As-Saba’ [34] ayat 28 dan Surat Al-Furqan [25] ayat 1.

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qasas : 77)

 
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia
tiada mengetahui”. (Q.S. As-Saba’ [34] : 28)
 

Artinya : “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, (Q.S. Al-Furqan
[25] : 1).

Berdasarkan perspektif Al-Qur’an diatas, menunjukkan bahwa Islam telah


mengajarkan bagaimana memaknai dan menghadapi globalisasi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan terciptanya manusia dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, dengan
tujuan  utama yaitu untuk saling mengenal. Kemudian, Islam mengajarkan untuk mencari
kebahagiaan di dunia, yang menunjukkan peran manusia secara global dan jangan sampai
merusak dunia tempat manusia hidup dan tinggal. Terakhir, Islam merupakan agama yang
universal untuk seluruh umat manusia dan seluruh alam.

Sedangkan globalisasi dalam Hadist dapat dilihat pada hadist berikut ini: “…tidak ada
kelebihan bagi seorang arab atas non-arab (ajam) dan bagi orang non-arab atas orang araban
yang berkulit merah atas yang berkulit hitam dan yang hitam atas yang merah, kecuali
dengan ketakwaannya..” (HR. Ahmad).

Hadist diatas mengandung arti bahwa globalisasi dalam Islam tidak mengenal
diskriminasi, karena dalam Islam tidak ada kelebihan suatu suku bangsa atas suku bangsa
lainnya. Sehingga dalam berinteraksi secara global, khususnya dalam interaksi perdagangan
internasional, diskriminatif.

 Sikap Muslim Terhadap Globalisasi


Sikap setiap Muslim didasarkan atas taqwa kepada Allah SWT. Sikap taqwa ini
sangat penting untuk menghadapi globalisasi saat ini. Sifat taqwa tercermin dalam beberapa
aspek berikut ini:
A.Secara istilah (terminologi), aqidah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati
dan jiwa yang menjadi tenteram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan
kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain, keimanan
yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang meyakininya.
b  Kekuatan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan tidak hanya dipahami sebagai hasil statis kegiatan ilmu
pengetahuan berupa hukum dan teori ilmiah. Ilmu pengetahuan adalah juga sebuah proses,
sebuah kegiatan dan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh sesorang. Sehingga dalam
ilmu pengetahuan, sering muncul sikap kritis yang ingin meragukan terus kebenaran yang
telah ditemukan.
C.Kekuatan Ukhuwah dan Sinergi

Ukhuwah melahirkan kerukunan hidup dan kesetiakawanan sosial. Ukhuwah antar


umat Islam tak akan berwujud tanpa silaturahim. Komunitas Muslim tidak akan
diperhitungkan keberadaannya jika tidak memelihara dan membangun jaringan silaturahim.
Ada lima dimensi dalam ukhuwah, yakni persaudaraan sesama manusia (ukhuwah
insaniyah); persaudaraan nasab dan perkawinan/semenda (ukhuwah nasabiyah shihriyah);
persaudaraan suku dan bangsa (ukhuwah sya'biyah wathaniyah); persaudaraan sesama
pemeluk agama (ukhuwah diniyah’), persaudaraan seiman-seagama (ukhuwah imaniyah). 1
d. Kekuatan Pendidikan dan Budaya

Pendidikan merupakan hak setiap individu dan budaya merupakan sesuatu yang
diciptakan manusia melalui berbagai upaya yang dilakukan dalam pendidikan. Pendidikan
adalah salah satu unsur dari aspek sosial-budaya yang berperan sangat strategis dalam
pembinaan suatu keluarga, masyarakat, atau bangsa. Kestrategisan peran ini pada intinya
merupakan suatu ikhtiar yang dilak.
Pasar Bebas Dalam Perspektif Islam

Definisi pasar secara umum adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli, namun
dalam buku yang ditulis oleh DR. Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi yang berjudul Fikih
Ekonomi Umar Bin Al-Khatab disebutkan bahwa Pasar menganut ketentuan yang berlaku di
masjid, barangsiapa datang dahulu di satu tempat duduk, maka tempat itu untuknya sampai
dia berdiri dari situ dan pulang kerumahnya atau selesai jual belinya.”

Di era  modern ini sering kita terjebak pada istilah-istilah yang pada praktiknya tidak
terasa  kita telah melenceng dari aqidah atau syariah, sebagai contoh; istilah “Kita Harus
Menguasai Dunia” dari istilah ini menunjukkan bahwa betapa arogannya manusia, padahal
penguasa alam dunia dan isinya serta lainnya adalah Allah Swt. Begitu juga dengan aktivitas
Pasar bebas cenderung value free (bebas nilai), sehingga praktiknya cenderung tidak
mempertimbangkan halal dan haramnya.

Dalam hal menyikapi pasar bebas (pasar global) kecenderungan banyak yang
mengartikan bahwa pasar bebas adalah dimana penjual atau produsen mempunyai kebebasan
untuk menjual atau memasarkan barangnya ke negara-negara yang disukai dan akibatnya
penjual atau produsen cenderung bebas dalam menguasai sumber-sumber daya alam,
mengingat menurut kaum kapitalis sumber daya alam terbatas, sementara keinginan manusia
tidak terbatas, sehingga dalam menguasainya perlu persaingan dan pada akhirnya yang kuat

1Chirzin, Muhamad, Ukhuwah  dan Kerukunan dalam Perspektif Islam, Jurnal Aplikasia Vol. VIII, No. 1, 2007, h. 244
akan semakin kuat atau dengan kata lain yang punya modal besar mempunyai peluang besar
untuk menjadi raksasa ekonomi.  Padahal di dalam Islam sumber daya alam adalah
merupakan nikmat yang Allah Swt berikan kepada manusia dan pada akhirnya atas
penggunaan sumber daya alam dimaksud akan dimintakan pertanggungjawabannya. Allah
Swt menyediakan sumber daya alam sangat banyak demi memenuhi kebutuhan manusia.
Manusia yang berperan sebagai khalifah dapat memanfaatkan sumber daya alam tersebut
untuk kebutuhan hidupnya. Sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah, ayat 30 yang
berbunyi :
ٰٓ
ُ ِ‫ض خَ لِيفَةً ۖ قَالُ ٓو ۟ا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َمن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬
ُ‫ك ٱل ِّد َمٓا َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَدِّس‬ ِ ْ‫ال َربُّكَ لِ ْل َملَئِ َك ِة إِنِّى َجا ِع ٌل فِى ٱأْل َر‬
َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
َ‫ك ۖ قَا َل ِإنِّ ٓى أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬
َ َ‫ل‬

“Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan
padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih
dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat diatas memiliki makna : (1) Manusia pada fitrahnya adalah pemimpin (khalifah), baik
bagi diri sendiri maupun bagi yang lain dalam upaya mendapatkan Ridha dari Allah Swt. (2)
Menjaga, memelihara, memakmurkan, melestarikan alam, mengambil manfaatnya, menggali,
mengelola alam demi tercapainya tujuan untuk mensejahterakan seluruh umat manusia.

Dalam Islam kebebesan dapat diukur melalui 2 (dua) persfektif ; yaitu perspektif
teologi  dan kedua perspektif ushul fiqh/falsafah tasyri’. Pengertian kebebasan dalam
perspektif pertama berarti bahwa manusia bebas menentukan pilihan antara yang baik dan
yang buruk dalam mengelola sumberdaya alam. Kebebasan untuk menentukan pilihan itu
melekat pada diri manusia, karena manusia telah dianugerahi akal untuk memikirkan mana
yang baik dan yang buruk, mana yang  maslahah dan mafsadah (mana yang manfaat dan
mudharat). Adanya kebebasan termasuk dalam mengamalkan ekonomi, implikasinya 
manusia harus bertanggung jawab atas segala perilakunya. Manusia dengan potensi akalnya
mengetahui  bahwa penebangan hutan secara liar akan menimbulkan dampak banjir dan
longsor. Manusia juga tahu bahwa membuang limbah ke sungai yang airnya dibutuhkan
masyarakat untuk mencuci dan mandi adalah suatu perbuatan salah yang mengandung
mafsadah dan mudharat. Melakukan riba adalah suatu kezaliman besar, sehingga bagi yang
melakukann  harus mempertangung jawabkan perbuatannya i\tu di hadapan Allah Swt,
karena perbuatan itu dilakukannya atas pilihan bebasnya.
Kesimpulan
Didalam menyikapi pasar besar maka perlunya pengawasan dan aturan-aturan yang tegas,
antara lain ;
1. Kebebasan keluar masuk pasar,
2. Mengatur promosi dan propaganda,
3. Larangan menimbun barang,
4. Mengatur perantara perdagangan dan
5. Pengawasan harga.
Yang terpenting adalah semua itu harus lah brpijak pada landasan etis, yaitu: amanah dan
keadilan . dengan demikian, system pasar bebas islami sesungguhnya konsepsi lebih dalam
ekonomi pasar bebas yang di mainkan oleh kopratokrasi dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Darimy, imam .tt.sunan ad-darimy. Beirut: Darul Fikr. Jilid 2


Amalia, Euis . 2010. Sejarah pemikiran ekonomi . Jakarta: Gramata
Chirzin, Muhamad. 2007. Ukhuwah dan Kerukunan dalam Perspektif Islam. Jurnal Aplikasia
Vol. VIII, No. 1, Juni 2007
https://www.kompasiana.com/m01096/5c3c0f26bde575689e25f562/globalisasi-dan-pasar-
bebas-diterima-oleh-masyarakat-sebuah-kajian-dari-tinjauan-ekonomi-mikro?page=all

https://tafsirweb.com/290-quran-surat-al-baqarah-ayat-30.html

Anda mungkin juga menyukai