Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TAFSIR AYAT EKONOMI

IDIOLOGI EKONOMI ISLAM

Dosen Pengampu: Burhanudin, M.Pd

Disusun Oleh kelompok 1:


Aditya dwi Rahman (2251030005)
Sabrina (2251030103)
Zirdayana (2251030262)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 1444H/2023
Kata pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW yang kita nantinantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, baik itu
berupa sehatjasmani atau rohani, sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu bapak Burhanudin, M.Pd yang
telah membimbing kami dalam mata kuliah Tafsir ayat ekonomi.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen kami yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Bandar Lampung, 20 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan .......................................................................................................... 1
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Idiologi Ekonomi Islam menurut Baqir ash-Shadr ....................................................... 2
2.2 Idiologi Ekonomi Islam Menurut Taimiyah ................................................................ 6
2.3 Idiologi Ekonomi Islam Menurut Prof. Dr. M.Abdul Manan ....................................... 8
2.4 Idiologi Ekonomi Islam Menurut d. M. Umar Chapra ................................................. 11
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Idiologi berasal dari kata idea, berarti gagasan, konsep, pengartian dasar, sedangkan secara
harfiah, idiologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide dasar, atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar. Pemahaman manusia tentang islam bersifat relatif, sebab ia mahluk yanng
memiliki berbagai keterbatasan. Jadi perbedaan sebuah hal yang alami (natural/fitrah) sebab ia
bersumber pada sifat inhermanusia. Oleh karnanya tidak mengherankan jika terdapat perbedaan
berbagai ragam interpretasi manusia tentang islam, meskipun sumber dasarnya sama.
Dalam peandangan islam perbedaan yang muncul tidaklah melanggar ajaran islam itu
sendiri, jika (1) diniatkan secara sungguh-sungguh mencari keridhoan Allah, dan (2) menggunakan
metode yang di ajarkan oleh nabi Muhammad SAW, yaitu dengan sumber utama Al-Quraan dan
as-Sunnah. Dari sisi karakter dasar pemikiran ekonomi islam pada saat ini.

1.2 Rumusan masalah


Dalam penulisan makalah ini terdapat pokok pembahasan atau rumusan masalah perbedaan
pemikiran tentang ekonomi islam menurut beberapa sumber yaitu:
1. Idiologi Ekonomi Islam menurut Baqir ash-Shadr
2. Idiologi Ekonomi Islam Menurut Taimiyah
3. Idiologi Ekonomi Islam Menurut Prof. Dr. M.Abdul Manan
4. Idiologi Ekonomi Islam Menurut d. M. Umar Chapra

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan di susunnya makalah ini tidak lain adalah untuk memenuhi tanggung jawab
pengumpulan tugas Tafsir ayat Ekonomi sebagai bahan diskusi. Selain itu makalah ini di susun
untuk menambah wawasan penulis maupun teman teman diskusi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Idiologi Ekonomi Islam menurut Baqir ash-Shadr

Nama lengkapnya yaitu Muhammad Baqir As-Sayyid Haidar Ibn Ismail Ash-Sadr. Beliau
merupakan cendekiawan Muslim yang genius, beliau mempunyai suatu wawasan yang luas,
dimana beliau dapat memahami sepenuhnya pelajaran-pelajaran secara autodidak. Sehingga,
beliau diangkat sebagai Mujtahid dan menyampaikan berbagai fatwa tentang agama Islam. Selain
itu, beliau juga menulis banyak buku dengan berbagai topik yang mencakup ushul fiqh, fiqih,
ekonomi, filsafat, logika induktif, problem-problem sosial, serta administrasi publik

Dalam ekonomi Islam, Shadr menulis beberapa risalah. Dua yang paling penting adalah
Iqtishaduna dan Al-Bank Al-ala Ribawi fi Al-Islam. Mazhab iqtishaduna menolak suatu
pernyataan ilmu ekonomi bahwa "Ilmu ekonomi menyatakan bahwa masalah ekonomi timbul
karena adanya masalah kelangkaan sumber daya ekonomi (scarcity) dibandingkan dengan
kebutuhan manusia yang sifatnya tidak terbatas" (Gita, 2005: 15). Dijelaskan dalam Al-Qur'an
surah Al-A'raf ayat 10:

َ‫لا َّما تش ُك ُرَ وَ ن‬ َ ِ َ‫وَ لقدَ م َّكنَّا ُكمَ فِى الَ ر‬


َ ‫ض وَ جعلنا ل ُكمَ فِيها معا يِسَ قلِي‬

Artinya:

"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu
di muka itu (sumber) penghidupaan".

ََّ ‫ض ولمَ يتَّخِ ذَ ولداا َّولمَ ي ُكنَ لَّ َهُ ش َِر يكَ فِى ال ُملكَِ وَ خلقَ ُك‬
َ‫ل شيَ ءَ فق َدَّ رَ َﻩُ تق َِد ي ارا‬ َِ َٰ‫الَّ َِذ يَ ل َهُ ُملكَُ السَّمٰ و‬
َ ِ َ‫ت وا لَ ر‬

Artinya:

"Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan
Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menentukan ukuran-ukurannya dengan tepat".

2
Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa kekayaan alam di bumi sangatlah melimpah. Allah
mempebolehkan manusia untuk memanfaatkannya. Segala yang diciptakan oleh Allah itu
merupakan persiapaan atau perlengkapan manusia dalam kehidupannya. Serta menerangkan
bahwa yang menjadi masalah dalam ekonomi bukanlah keterbatasan sumber daya alam ataupun
sumber daya ekonomi.

Ide dasar Baqir ash-shadr adalah bahwa terdapat perbedaan yang mendasar antara ilmu
Ekonomi dengan islam, keduanya merupakan sesuatu yang berbeda. Ilmu ekonomi adalah ilmu
ekonomi, sedangkan ilmu islam adalah ilmu islam, tidak ada yang di sebut dengan ekonomi islam.
Menurut mereka, islam tidak mengenal konsep sumber daya ekonomi terbatas, sebab alam semesta
ini luas. Allah SWT menciptakan alam semesta ini yang tidak terhingga luasnya, jika manusia bisa
memanfaatkannya niscaya tidak akan pernah habis.

Dengan kemajuan teknologi, manusia bisa memanfaatkan sumber daya ekonomi, sehinnga
tidak akan kekurangan sumber daya. Sebaliknya, justru keingian manusia yang terbatas karena
kebutuhan yang terbatas ini secara Implisittelah diakui dalam ilmu ekonomi, misalnya dalam teori
marginal utilityyang semakin menurun dan law of diminishing return.

Oleh karena itu, mazhab ini mengusulkan istilah lain dari ekonomi, yaitu iqtishad. Iqtishad
berasal dari kata qosadayang berarti setara, selaras, dan seimbang. Dengan demikian, iqtishad tidak
sama dengan pengertian ekonomi. Penggunaan kata iqtishadini dilatarbelakangi oleh
permasalahan dasar yang dialami masyarakat, yaitu distribusi sumber daya ekonomi yang tidak
merata, dimana ada kelompok kaya dan juga kelompok miskin.

Menurut Sadr (1979) ilmu ekonomi sebenarnya dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu
philosophy of economicatau normative economicsdan science of economicsatau positive
economics. Positive economicsbersifat objectivedan universal sehingga juga tetap berlaku dalam
iqtishad.Misalnya, teori permintaan dan penawaran yang menunujukkan hubungan antara tingkat
harga dengan jumlah yang diminta atau ditawarkan.

Tetapi, normative economics adalah suatu yang subjektif, karenanya tidak boleh dikembangkan
lebih lanjut karena norma ini didasarkan kepada filsafat dan merupakan buah karya pemikiran
manusia, sedangakn Islam memiliki norna sendii yang didasarkan atas Al Qur;an dan Hadis.

3
Misalnya, konsep sejahtera (welfare)yang menjadi tujuan ekonomi, keadilan dan efisiensiyang
menjadi prinsip ekonomi tentu saja tidak sama yang dimaksudkan Islam.

Mazhab ini memandang adanya perbedaan anatara ilmu ekonomi dengan ideologi Islam.
Istilah ekonomi Islam adalah istilah yang kurang tepat sebab ada ketidaksesuaian anatara definisi
ilmu ekonomi dengan Ideologi Islam tersebut. Pandangan tersebut didasarkan pada pengertian
dari ilmu ekonomi yang menyatakan bahwa masalah ekonomi timbul karena adanya masalah
kelangkaan sumber daya ekonomi dengan kebutuhan manusia yang terbatas. Hal ini bertentangan
dengan Al Qur'an surat al- Furqan ayat 2 yang menjamin keseimbangan anatara kebutuhan
manusia demgan sumberdaya yang tersedia. Oleh karena itu mazhab ini mengganti istilah ekonomi
dengan iqtishadyang mengandung arti selaras, setara, dan seimbang. Kemudian menyusun dan
merekonstruksikan ilmu ekonomi tersendiri yang bersumber dari Al Qur'an dan sunnah.

Baqir Al-Sadr menulis beberapa karya. Dari beberapa karya tersebut terdapat dua karya
penting dan monumental, yaitu Iqtishaduna dan Al-Bank Al-ala Ribawi fi Al-Islam. Iqtisaduna
berisi mengenai teori umum ekonomi Islam, sedangkan Al-Bank Al-ala Ribawi fi Al-Islam berisi
teks lengkap tenatng masalah operasional bank Islam dalam konteks rivalitas ekonomi kapitalisme
Terdapat dua unsur yang membedakan Iqtishaduna dari literatur umum ekonomi Islam. Dua unsur
tersebut yaitu, dari segi struktur dan dari segi metodologi. Iqtishaduna menjadi sebuah karya yang
tidak diragukan dan merupakan sumbangsih paling serius dan paling banyak diminati di bidang
ini.(Wigati, 2012) Pola utama aliran ini adalah pemikiran tentang pemecahan masalah ekonomi
yang muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai pengaruh dari ekonomi
kapitalis yang menguntungkan pihak yang kuat dan kaya.Pemahaman ekonomi iqtisaduna
beranggapan bahwa puncak permasalahan ekonomi adalah bukan karena sumber daya yang tidak
terbatas, tetapi karena ketamakan manusia yang tidak terbatas. Faham mazhab ekonomi ini
menganggap bahwa segala sumber daya alam adalah tidak terbatas.

Pemikiran Baqir al-Sadr menyatakan Islam tidak mengurusi hukum permintaan dan penawaran,
hubungan antara keuntungan dan bunga, juga fenomena diminishing return dalam produksi.
Distribusi pendapatan adalah suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan produk total)
kepada faktor-faktor yang ikut menentukan pendapatan. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor
tenaga kerja, tanah, modal, dan manajemen. Besaran distribusi pendapatan ditentukan oleh tingkat
peranan masing-masing faktor produksi. Baqir al-Sadr membagikan distribusi menjadi dua bagian,

4
yakni distribusi sebelum produksi (pre-production distribution) dan sesudah produksi
(postproduction distribution). Penjelasan Baqir al-Sadr mengenai hal ini didasarkan kepada hukum
yang berhubungan dengan kepemilikan dan distributiverights. Semua kebutuhan manusia sudah
disediaan oleh Allah SWT. Semua terukurdengan sempurna. Contoh riil adalah bagaimana ketika
manusia berhenti meminum sementara air begitu banyaknya sehinga keinginan manusia
sebenarnya yang terbatas dalam hal ini kehausan, sedangkan alat pemuas dan penghilang haus
yaitu air begitu melimpah.

Seperti tafsir dari surah Al-Baqarah, ayat 60

‫ى لِقومِ َِه فقُلنا اض ِرب بِِّعصاكَ الحجرََۖ فانفجرتَ مِ ن َهُ اثنتا عشرةَ عينااَۖ قَدَ علِمَ ُكلَ أُناسَ َّمشرب ُهمََۖ ُكلُوا واشربُوا‬
َٰ ‫ى ُموس‬
َٰ ‫وإِ َِذ استسق‬
َ‫ض ُمف ِسدِين‬ ََِّ ‫ق‬
َ ِ ‫ّللا ولَ تعثوا فِي اْلر‬ َِ ‫مِ ن ِ ِّرز‬

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu
dengan tongkatmu!" Lalu memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap su-ku telah
mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan)
Allah, dan janganlah ka-lian berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

afsir QS. Al-Baqarah (2) : 60. Oleh Kementrian Agama RI

Padaَpermulaanَayatَini,َAllahَ‫َﷻ‬mengisahkanَbagaimanaَNabiَMusaَ`alaihisَsalamَ
berdoa kepada Allah untuk mendapatkan air minum bagi para pengikutnya yang terdiri dari dua
belas suku.Allah mengabulkan doa tersebut, lalu memerintahkan Nabi Musa memukulkan
tongkatnya ke sebuah batu besar yang ada di padang pasir itu. Tiba-tiba memancarlah air dari
batu itu sebanyak dua belas sumber, sehingga masing-masing suku dari kaum Nabi Musa itu
mendapatkan air minum secukupnya.Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Musa untuk
membuktikan kerasulannya, dan untuk menunjukkan kekuasaan Allah.

Sesungguhnya Allah kuasa memancarkan air dari batu, tanpa dipukul dengan tongkat
lebih dahulu, tetapi Allah hendak memperlihatkan kepada hamba-Nya hubungan sebab dengan
akibat. Apabila mereka menginginkan sesuatu harus berusaha dan bekerja untuk
mendapatkannya sesuai proses hubungan antara sebab dan akibat.Allah telah menyediakan
rezeki untuk setiap makhluk-Nya yang hidup di bumi ini, tetapi rezeki itu tidak datang sendiri,

5
melainkan harus diusahakan, dan harus ditempuh cara-caranya.
Siapa yang malas berusaha tentu tidak akan mendapatkan rezeki yang diperlukan. Di
samping itu Allah telah menciptakan manusia mempunyai pikiran dan perasaan yang terbatas,
sehingga dia hanya dapat memahami yang berada dalam daerah jangkauan indera, pikiran, dan
perasaannya.
Apabila dia melihat adanya sesuatu yang berada di luar kemampuannya, dia berusaha untuk
mengembalikan persoalannya kepada yang telah diketahuinya. Bila dia tidak dapat
memahaminya sama sekali, dia menjadi bingung, apalagi hal itu terjadi di hadapannya berulang
kali. Maka Allah memperlihatkan mukjizat melalui para nabi sesuai dengan keadaan umat pada
masa nabi itu. Allah menyuruh mereka makan dan minum dari rezeki yang telah dilimpahkan
kepada mereka, dan mereka dilarang untuk berbuat kezaliman.

2.2 Idiologi Ekonomi Islam Menurut Taimiyah


Pandangan ibnu taimiah mengenai pasar bebas, dimana suatu harga di pertimbangkan oleh
kekuatanَ permintaanَ danَ penawaran,َ beliauَ mengatakan:َ “Naikَ turunnyaَ hargaَ takَ selaluَ
berkaitan dengan kezhaliman yang di lakukan seseorang. Sesekali alasannya adalah kekurangan
dalam produksi atau penurunan impor dari barang barang yang di minta, jadi jika membutuhkan
peningkatan jumlah barang,sementara kemampuanya menurun, maka harga dengan sendirinya
akan naik . Disisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaannya
menurun, maka harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh
perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan ketiddak adilan.
Atau sesekali, bisa jugan disebabkan oleh ketidak adilan. Maha besar Allah, yang menciptakan
kemampuanَpadaَhatiَmanusia”.َ
Peranan Pemerintah Dalam Kebijakan Ekonomi Seperti halnya para pemikir Islam lainnya
menyatakan bahwa pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan. Ia memberi dua
alasan dalam menetapkan Negara dan kepemimpinan Negara seperti apa adanya. Tujuan dari
sebuah pemerintahan yaitu tujuan terbesar dari Negara adalah mengajak penduduknya
melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat munkar, dengan cara:
1. Menghilangkan kemiskinan
Dalam pandangan Ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan tidak tergantung pada orang
lain, sehingga mereka mampu memenuhi sejumlah kewajibannya dan keharusan agamanya.
Menjadi kewajiban sebuah Negara untuk membantu penduduk agar mampu mencapai kondisi
finansial yang lebih besar.

6
2. Regulasi harga
Menurut Ibnu Taimiyah, bahwa pemerintah memiliki otoritas penuh untuk menetapkan
harga, manakala didapati adanya ketidaksempurnaan pasar yang mengganggu jalannya
perekonomian Negara. Penetapan upah buru sebagai bagian dari tanggung jawab Negara untuk
memecahkan perselisihan antara majikan dan karyawan yang biasanya secara umum berkaitan
dengan upah. Ibnu Taimiyah melihat tenaga kerja merupakan jasa yang ikut mempengaruhi harga
pasar, karena itu menetapkan upah analog dengan penetapan harga, yakni dalam pengertian
menetapkanَ hargaَ tenagaَ kerjaَ (ta‟sirَ fiَ al-maal)Ibnu Taimiyah menawarkan solusi kepada
Negara, yaitu hendaknya menjadi supervisor moralitas pembangunan untuk menyadarkan
rakyatnya bahwa betapa pentingnya norma moral dan nilai etika sebagai asas pembangunan dan
dapat mewujudkannya dalam kehidupan perekonomian. Hasil renungan dan pemikiran seorang
Ibnu Taimiyah sebenarnya tidaklah terbatas hanya pada persoalan ekonomi saja, lebih dari itu
mencakup sebagian aspek kehidupan dalam Negara dan agama.

Kaitanya dengan tafsir surah

َ‫سخ ِريًّاَ و‬ ُ ‫ن قسمنا بين ُہمَ َّمعِيشت ُہمَ فِی الحيٰ وةَِ الدنيا وَ رفعنا بعض ُہمَ فوقَ بعضَ درجٰ تَ ِلِّيتَّخِ ذَ بع‬
ُ ‫ض ُہمَ بعضاا‬ َُ ‫اہ ُمَ يق ِس ُمونَ رحمتَ ر ِِّبکََ نح‬
‫ن‬
َ ‫ک خيرَ ِ ِّم َّما يجمعُو‬
َ ‫رحمتَُ ر ِِّب‬

Artinya:
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka
atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. Az-Zukhruf
ayat 32)

Tafsir QS. Az-Zukhruf (43) : 32. Oleh Kementrian Agama RI


Ayat ini menunjukkan penolakan terhadap keinginan orang-orang musyrik yang tak mau
menerimaَpengangkatanَMuhammadَ‫َﷺ‬sebagaiَrasul; seakan-akan merekalah yang paling
berhak dan berwenang membagi-bagi dan menentukan siapa yang pantas menerima rahmat
Tuhan.
Allah menyatakan,
"Sekali-kali tidaklah demikian halnya, Kamilah yang berhak dan berwenang mengatur dan
menentukan penghidupan hamba dalam kehidupan dunia.

Kami-lah yang melebihkan sebagian hamba atas sebagian yang lain;


ada yang kaya dan ada yang lemah, ada yang pandai dan ada yang bodoh, ada yang maju dan ada

7
yang terbelakang, karena apabila Kami menyamakan di antara hamba di dalam hal-hal tersebut
di atas, maka akan terjadi persaingan di antara mereka, atau tidak terjadi situasi saling bantu-
membantu antara satu dengan yang lain, dan tidak akan terjadi saling memanfaatkan antara satu
dengan yang lain, sebaliknya mereka saling mengejek.
Semuanya itu akan membawa kepada kehancuran dan kerusakan dunia. Kalau mereka tidak
mampu berbuat seperti tersebut di atas mengenai urusan keduniaan, mengapa mereka berani
menentang berbagai kebijaksanaan Allah di dalam menentukan siapa yang pantas diserahi tugas
kerasulan itu. Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa rahmat Allah dan keutamaan yang
diberikan kepada orang yang telah ditakdirkan memangku jabatan kenabian dan mengikuti
petunjuk wahyu dalam Alquran yang telah diturunkan, jauh lebih baik dan mulia daripada
kemewahan dan kekayaan dunia yang ditimbun mereka. Demikian dikarenakan dunia dengan
segala kekayaannya itu berada di tepi jurang yang akan runtuh dan akan lenyap tidak berbekas
sedikit pun.

2.3 Idiologi Ekonomi Islam Menurut Prof. Dr. M.Abdul Manan

AbdulَMananَmendefinisikanَekonomiَIslamَsebagaiَ“aَsocialَscienceَwhichَstudiesَtheَ
economics problemsَ ofَ aَ peopleَ imbuedَ withَ theَ valuesَ ofَ Islam”.َ Dimanaَ menurutَ beliauَ
ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang memberi pelajaran tentang masalah-
masalah ekonomi yang dialami oleh masyarakat dan di ilhami oleh nilai-nilai Islam. Dalam
ekonomi Islam, kegiatan ekonomi meliputi produksi, konsumsi, dan distribusi. Perihal produksi,
prof Abdul manan menekankan sebuah prinsip yang harus betul-betul diperhatikan yaitu
kesejahteraan ekonomi. Produksi dengan prinsip kesejahteraan ekonomi bukan hanya memikirkan
soal keuntungan namun juga lingkungan sekitar nya. Menelaah dari pemikiran Mannan di atas,
muncul masalah yakni produksi saat ini belum berhasil secara baik terbukti dengan masih
banyaknya produksi yang menimbulkan kerusakan lingkungan ekosistem.dan Selain itu juga
masih terdapat beberapa ketimpangan sosial yang terjadi. Selama 30 tahun karir nya, Manan
memilik beberapa peran besar dalam sejumlah organisasi pendidikan dan ekonomi. Pada tahun
1970 di Pakistan, ia melahirkan karya yang pertama yaitu Islamic Economics: Theory and Practice.
Buku tersebut direvisi ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1986 dan telah diterbitkan sebanyak 15
kali serta telah di terjemah kan dalam berbagai bahasa termasuk Indonesia. Pada tahun 1970-an
sebenarnya ekonomi Islam baru sedang mencari formula nya, sementara Manan sudah berhasil
menguari lebih seksama mengenai kerangka dan ciri khusus ekonomi Islam. Pada saat itu yang
dimaksud ekonomi Islam adalah fikih muamalah.
a. Manan tidak yakin kepada harmony of interests
yang tercipta oleh mekanisme pasar semacam teori yang dikemukakan oleh Adam Smith.
Manan berpendapat bahwa pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk cenderung menindas
manusia yang lain, jadi baginya harmony of interest hanyalah angan- angan saja. Oleh sebab itu,
beliau menekankan pada pentingnya intervensi pasar. Ekonomi Islam diharapkan menjadi solusi
untuk bekerja diantara perpotongan mekanisme pasar dan perencanaan pasar untuk keadaan yang
lebih baik;

8
b. Penolakan terhadap teori marxis.
Manan berpendapat bahwa teori Marxis ialah reaksi dari teori kapitalisme tetapi toeri ini
malah mengabaikan naluri manusia yang sesungguhnya sebab cenderung tidak manusiawi. Oleh
sebab itu, beliau menekankan ekonomi Islam yang dapat melakukan perubahan yang lebih baik.
Manan memiliki alibi utama yaitu ekonomi Islam mempunyai nilai- nilai etika serta keahlian
motivasional. Tetapi sayangnya Manan kurang menarangkan secara detail apa perbandingan nilai-
nilai etika serta keahlian motivasional ekonomi Islam dengan teori Marxis;
c. Manan memberikan usulan perlunya
membebaskan diri dari paradigma neoklasik positivis, karena beliau menganggap
observasi wajib diperuntukkan kepada informasi historis dan wahyu. Manan memaparkan bahwa
ekonomi Islam bersumber pada pondasiَutamaَyaituَdalilَsyara’َdariَal-Qur’anَdanَhaditsَsebagaiَ
wahyu. Oleh sebab itu, selama ini observasi ekonomi yang tidak bersumber pada wahyu maka
akan kehilangan nyawa ekonomi IslamNya;
d. Pendapat yang mengungkapkan tentang kekuasaan produsen dan kekuasaan konsumen
ditolah oleh Manan, sebab hal itu akan menimbulkan dominasi eksploitasi. Pada
kenyataannya, sistem kapitalis yang terdapat dikala ini dikotomi kekuasaan produsen dan
kekuasaan konsumen tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, selama tidak melanggar aturan syariah,
Manan memberi usulan pentingnya penyeimbang antara persaingan dan pengawasan pemerintah
dengan tidak meninggalkan nilai-nilai dan norma-norma. Namun, keseimbangan antara persaingan
dan pengawasan pemerintah yang sesuai dengan syariah dan menjunjung nilai norma belum
terpapar secara baik. Sehingga mekanisme tersebut akan memunculkan persepsi yang bermacam-
macam disesuaikan dengan sistem kekuasaan yang berlaku pada setiap negara;
e. Perihal kepemilikan individu dan sewa,
Manan memaparkan bahwa Islam memperbolehkan kepemilikan swasta selama patuh pada
kewajiban moral dan etik. Manan menyebutkan seluruh masyarakat berhak mendapat bagian harta
secara keseluruhan. Walaupun begitu, tetapi tiap individu tidak diperbolehkan untuk
mengeksploitasi individu lainnya, hal itu berarti individu tersebut menyalahgunakan kepercayaan
yang ia miliki. Manan belum menerangkan dengan detail tentang metode, instrument, dan sistem
yang dipakai sehingga pandangan Manan ini masih bersifat normatif. Manan belum menjelaskan
bentuk intervensi apa saja yang tidak boleh dilakukan dan apa yang membedakan antara
kepemilikan individu, umum, dan negara. Manan hanya menekankan bahwa kekayaan tidak
diperbolehkan terpusat pada orang-orang kaya saja. Oleh karena itu, Manan menyebutkan zakat
dan shodaqah mempunyai peran penting dan menjadi solusi untuk kegiatan distribusinya, sehingga
individualism yang selama ini ada pada paham kapitalis tidak terdapat dalam ekonomi Islam;

9
f. Langkah awal Manan dalam meningkatkan ilmu
ekonomi Islam dengan menentukan basic economic functions. Fungsi sederhana ilmu
ekonomi meliputi konsumsi, produksi, dan distribusi. Prinsip basic economic function yang
berdasar pada syariah berupa prinsip rightousness,cleanlines, moderation, beneficence, serta
morality. Seseorang melakukan perilaku konsumsi dipengaruhi oleh kebutuhan yang terdiri dari
necessities, comforts, dan luxuries.Manan menegaskan prinsip produksi yang harus mendapat
perhatian penuh adalah kesejahteraan ekonomi. Pernyataan tersebut juga terdapat dalam sistem
ekonomi kapitalis, produksi harus dilakukan dengan berdasarkan memperhatikan prinsip
kesejahteraan ekonomi. Produksi dengan prinsip kesejahteraan ekonomi menurut Manan bukan
hanya memikirkan soal keuntungan namun juga lingkungan sekitar.

Tafsir surah

ٰۤ
َ َّ ‫ن قومَ ع ٰلی ا‬
‫ل تع ِدلُواَ اِع َِدلُواَ۟ ہ ُوَ اقربَُ لِلتَّق ٰویَ۫ وَ اتَّقُوا‬ َُ ‫شہدآءَ بِالقِسطََِ۫ وَ لَ يج ِرمنَّ ُکمَ شن ٰا‬ َِّٰ ِ َ‫ٰٰۤيايہا الَّذِينَ ٰامنُوا ُکونُوا ق ّٰومِ ين‬
ُ ‫لِل‬
َ‫ّللا خبِيرَ بِما تعملُون‬ ََّ ‫ّللاَ ا‬
َّٰ ‫ِن‬ َّٰ
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-
saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Tafsir QS. Al-Ma’idahَ(5)َ:َ8.َOlehَKementrian Agama RI


Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan
cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik pekerjaan yang bertalian dengan urusan agama
maupun.Pekerjaan yang berkaitan dengan urusan duniawi Karena hanya dengan demikianlah mereka bisa
sukses dan memperoleh hasil atau balasan yang mereka harapkan.Dalam persaksian, mereka harus adil
menerangkan apa yang sebenarnya, tanpa memandang siapa orangnya, sekalipun akan menguntungkan
lawan dan merugikan sahabat dan kerabat.

Ayat ini senafas dan seirama dengan Surah An-Nisa’ [4]: 135 yaitu sama-sama menerangkan tentang
seseorang yang berlaku adil dan jujur dalam persaksian. Perbedaannya ialah dalam ayat tersebut
diterangkan kewajiban berlaku adil dan jujur dalam persaksian walaupun kesaksian itu akan merugikan diri
sendiri, ibu, bapak dan kerabat, sedang dalam ayat ini diterangkan bahwa kebencian terhadap sesuatu kaum
tidak boleh mendorong seseorang untuk memberikan persaksian yang tidak adil dan tidak jujur, walaupun
terhadap lawan. Selanjutnya secara luas dan

10
menyeluruh, Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman supaya berlaku
adil, karena keadilan dibutuhkan dalam segala hal, untuk mencapai dan memperoleh
ketenteraman, kemakmuran dan kebahagiaan dunia dan akhirat.Oleh karena itu, berlaku adil
adalah jalan yang terdekat untuk mencapai tujuan bertakwa kepada Allah.
Akhir ayat ini menyatakan janji Allah bahwa kepada orang yang beriman yang banyak beramal
saleh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar.
Janji Allah pasti ditepati-Nya sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:
َ‫ِف المِ يعاد‬
َُ ‫ّللا لَ يُخل‬ ََّ ‫ا‬
َّٰ ‫ِن‬
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
(Aliَ‘Imranَ[3]:َ9).
Amal saleh ialah setiap pekerjaan yang baik, bermanfaat dan patut dikerjakan, baik pekerjaan
ubudiyah seperti salat dan lain-lain, maupun pekerjaan seperti menolong fakir miskin,
menyantuni anak yatim, dan perbuatan sosial lainnya.

2.4 Idiologi Ekonomi Islam Menurut d. M. Umar Chapra


Pemikiran M. Umar Chapra dalambidang ekonomi adalah suatu perpaduanyang unik dari
ilmu pengetahuan Timurdan Barat. Ia menawarkan konsep-konsep segar bagi negara-negara
muslim untuk berkembang dengan lebih baik dengan unsur-unsur Islam sebagai asas pedoman,dan
moral sebagai kunci keberlangsungan proses ekonomi yang sehat. Sebab, moral yang baik dari
para pelaku perekonomian akan mengantarkan kepada keadilan sosioekonomi. Chapra
mengusulkan pentingnya penjagaan perbankan Syariah terhadap kepentingan stakeholder dan
keuntungannya, guna menunjukkan kredibilitas dan etos kerja yang baik.
Apabila lembaga keuangan Islam mampu memberikan pelayanan dan menunjukkan
kinerja yang dapat diandalkan, perkembangan lembaga ini akan semakin pesat di seluruh penjuru
dunia. Sebab, menurutnya, Islam dengan nilai-nilai yang dikandungnya adalah solusi bagi
perekonomian dunia dan jalan terbaik untuk mewujudkan negara sejahtera.Keunggulan dari
pemikiran M. Umer Chapra adalah kemampuannya memadupadankan antara konsep-konsep
ekonomi Barat dengan nilai-nilai Islam. Sedangkan kekuranganannya terletak pada sikap
tolerannyaterhadap instrumen-instrumen keuangan Barat. Sikap tersebut merupakan imbas dari
pemahamannya mengenai keadaan ekonomi dunia yang tidak mungkin dimurnikan dari
instrumen-instrumen tersebut kecuali secara bertahap dan perlahan. Meskipun Chapra menyadari
bahwa sistem ekonomi Islam dapat mengantarkan kepada keadilan sosial ekonomi dunia dan
menjadi solusi bagi kegagalan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis. dikarenakan M. Umar Chapra
banyak berkecimpung dalam dunia perekonomian makro, ia menjabat sebagai ekonom senior di
IRTI, IDB, menjabat pula sebagai Senior Economic Advisor selama 35 tahun, bekerja di SAMA
dan juga pernah menjabat di Pakistan Econimic Development, sehingga pemikiran dan konsep-
konsep yang ia ajukan merujuk kepada sistem ekonomi negara, kebijakan moneter dan perbankan

11
Syariah secara garis besar. Solusisolusi perekonomian yang ditawarkan oleh M. Umer Chapra
tidak lain adalah hasildari pengamatan dan observasi langsung selama berada di dunia penelitian
dan akademis sekaligus. Hal itu menjadikan kelebihan sekaligus kekurangannya, sebab sektor
mikro yang memiliki peran yang tidak kecil terhadap perekonomian negara, terutama negara
berkembang, seharusnya menjadi perhatian khusus bagi para ekonomi dan peneliti Proses
perpaduan antara keilmuan Barat dan Islam yang saling melengkapi dalam diri
Chapra,menjadikannya berada pada garis tengah, dimana beberapa konsep perekonomian Barat
yang masih digunakan dalam dunia Islam, terutama dalam sistem perbankan, mendapatkan
toleransi.
Sebab Chapra menyadari bahwa pemurnian Syariah dalam perbankan tidak bisa dilakukan
kecuali secara perlahan-lahan. Sehingga penghapusan konsep-konsep dan instrumen keuangan
Barat juga harus dilakukan dengan bertahap. Oleh karena itu, Chapra menekankan adanya
perbaikan moral pelaku ekonomi dan pemerataan distribusi sumber daya langka dan alokasi kredit
kepada sektor yang lebih membutuhkan. Agar perekonomian negara menjadi mandiri, terlepas dari
prinsip Barat dan mampu mewujudkan keadilan sosial ekonomi yang menghantarkan kepada
kesejahteraan sehingga masyarakat mampu mencapai falah, keterkaitan antara ekonomi juga harus
di seimbangin dengan beribadah kepada Tuhan yang maha Esa untuk mencari riziki dan menaman
kan sifat kejujuran di dalam diri manusia.

ّٰ ‫ضَۗا َِّن‬
َ‫َّللاَل‬ َّٰ ‫صيبكَمِ نَالدنياَواحسِنَكمآَاحسن‬
ِ ‫َّللاَُاِليكَولَتب ِغَالفسادَفِىَالر‬ ٰ ‫َّللاَُالدَّار‬
ِ ‫َالخِ رةَولَتنسَن‬ ّٰ ‫َوابت ِغَفِيما ٓ َٰا ٰتىك‬

َ‫يُحِ بَال ُمف ِسدِين‬

Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi
janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Terjemah Kemenag 2019)

Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 77

Ibn Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim menafsirkan ayat di atas agar kita selalu
menggunakan harta dan nikmat sebagai bekal bentuk ketaatan dan untuk mendekatkan diri kepada
Allah dengan mengerjakan berbagai macam kebaikan agar mendapat pahala di dunia dan kebaikan
diakhirat. Diperbolehkan kepadamu oleh Allah untuk makan, minum, pakaian, rumah dan nikah.

12
Sebab engkau punya kewajiban terhadap Tuhanmu, dirimu, dan keluargamu. Maka penuhilah
kewajiban tersebut. Serta berbuat baiklah kepada sesama makhluk sebagaimana Allah berbuat baik
kepadamu. Janganlah engkau berkeinginan untuk berbuat kerusakan dimuka bumi dan jangan pula
berbuat jahat kepada ciptaan-Nya. (Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, juz 10, hlm. 482)

Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah (vol.9, hlm. 665) frasa wala tansa nashibaka
min ad-dunya merupakan larangan melupakan atau mengabaikan bagian seseorang dari
kenikmatan duniawi. Larangan itu dipahami oleh sementara ulama bukan dalam arti haram
mengabaikannya, tetapi dalam arti mubah (boleh untuk mengambilnya).

SedangkanَmenurutَIbnَ‘Asyur,َlanjut Shihab, memahami frasa di atas dalam arti bahwa Allah


tidak mengecammu jika engkau mengambil bagianmu dari kenikmatan duniawi selama bagian itu
tidakَ atasَ resikoَ kehilanganَ bagianَ kenikmatanَ ukhrawi.َ Adapunَ Thabathaba’iَ memahamiَ
penggalan ayat di atas dalam arti jangan sampai kita mengabaikan apa yang dibagi dan
dianugrahkan Allah kepadamu dari kenikmatan duniawi dan gunakanlah hal itu untuk kepentingan
akhiratmu sebagai bekal untuk kehidupan akhirat yang kekal.

Ayat di atas dalam tafsir Kementerian Agama dibagi ke dalam beberapa point, pertama, orang
yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah ruah, perbendaharaan harta yang
bertumpuk-tumpuk, serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh
dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-
banyaknya di dunia dan akhirat.

Kedua, setiap orang dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik
berupa makanan, minuman, pakaian, serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah. Baik Allah, diri sendiri, maupun
keluarga, mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakannya. Ketiga, setiap orang harus
berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya, misalnya membantu orang-orang yang
memerlukan, menyambung tali silaturrahim, dan lain sebagainya. Dan, keempat, setiap orang

13
dilarang berbuat kerusakan di atas bumi, dan berbuat jahat kepada sesama makhluk, karena Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

14
KESIMPULAN

paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga pemikiran itu


mempunyaiperbedaan yang besar dalam pola pemikiran. Kritikan serta komentar menunjukan
bahwasetiap pendapat mempunyai keunggulan dalam pemikiranya. Akan tetapi,
beberapapersamaan dan perbedaan telah dikenal pasti yaitu mempunyai tujuan yang sama,
merekamenggunakan sumber yang sama dan larangan riba dan praktek zakat. Persamaan ini
hanyaterdapat pada nilai fundamental sahaja. Adapun perbedaan mereka terdapat pada
penafsiranmaupun prakteknya.Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu saya minta kritik dan saran dari
dosen pengampu mata kuliah sejarah ekonomi dan perbankan islam.Demikian Semoga
Penjelasan dari kami untuk Materi ini dapat difahami, bermanfaat juga berfaedah bagi kita
semua. Dan semoga Kekurangan dari Materi dan Penjelasan dari kami dapat dimaklumi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Biografi Baqir ash Sadr dan Pemikirannya tentang Distribusi dan Teori Permintaan Uang dalam
Ekonomi Islam Halaman 1 - Kompasiana.com

Pemikiran Ekonomi Menurut Baqir As-Sadr Halaman 1 - Kompasiana.com


Chamid, Nur. 2010. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Ideologi Ekonomi Islam Kontemporer Halaman 1 - Kompasiana.com
4 Pemikiran Ekonomi Menurut Baqir As-Sadr Halaman 1 - Kompasiana.com
Tafsir Surat Al-Baqarah ayat 60 (ibnukatsironline.com)
Ibnu Taimiyah – Serial Sang Pemikir Ekonomi Syariah Dunia (alamisharia.co.id)
Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang Ekonomi Halaman 1 - Kompasiana.com

16

Anda mungkin juga menyukai