Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PEREKONOMIAN ISLAM: KEADILAN,

PEMERATAAN DAN KEJUJURAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

Tafsir Ekonomi

Dosen Pengampu: Dr. H. Jamaludin Achmad Kholik, Lc. MA.

Disusun oleh:

1. Theanna Dwi Ramadhani (22404013)


2. Revita Putri Amelia (22404024)

PROGAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan syafaat sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Perekonomian Islam: Keadilan,
Pemerataan, dan Kejujuran ini dengan baik. Mungkin dalam penulisan makalah ini
kami merasa masih memiliki banyak kekeurangan baik dalam segi penulisan kalimat
maupun dalam penjelasaan materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat kami terima demi menyempurnakan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan banyak terima kasih


kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, dan kami
juga berterimah kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ekonomi yang
telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu, dan kami berharap makalah ini
nantinya akan membawa manfaat untuk banyak orang.

Kediri, 23 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir Al-


Hujurat ayat 13...........................................................................................................3
B. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir Al-
Maidah ayat 8.............................................................................................................4
C. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir Asy-
Syu’ara’ ayat 183.......................................................................................................5
D. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir Az-
Zukhruf ayat 32..........................................................................................................6
E. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir Al-
Isra’ ayat 35................................................................................................................7
F. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir Al-
Muthaffifi ayat 1-6.....................................................................................................9
G. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir
Al-A’raf ayat 85.......................................................................................................10
BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

A. Kesimpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perekonomian memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk kualitas kehidupan masyarakat. Keputusan ekonomi, distribusi
sumber daya, dan pengaturan aktivitas ekonomi berdampak langsung pada
keadilan, pemerataan, dan kejujuran dalam masyarakat. Dalam beberapa dekade
terakhir, masalah ketidaksetaraan ekonomi dan ketidakadilan dalam sistem
ekonomi konvensional telah menjadi sorotan utama dalam konteks global. Hal ini
mengundang pertanyaan-pertanyaan penting tentang sejauh mana sistem
ekonomi mampu menciptakan lingkungan yang adil, merata, dan jujur bagi
semua warganya.

Sementara itu, Islam sebagai agama dan pandangan hidup telah


memberikan panduan yang kaya dalam hal perekonomian. Prinsip-prinsip Islam
yang terkandung dalam ajaran Al-Quran dan Hadis menekankan pentingnya
keadilan, pemerataan, dan kejujuran dalam semua aspek kehidupan, termasuk
dalam sistem ekonomi. Islam memandang bahwa perekonomian harus berfungsi
sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan bersama dan membantu mereka yang
membutuhkan. Dalam makalah ini, kami akan membahas konsep-konsep dasar
sistem perekonomian Islam yang berfokus pada keadilan, pemerataan, dan
kejujuran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Al-Hujurat ayat 13?
2. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Al-Maidah ayat 8?
3. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Asy-Syu’ara’ ayat 183?
4. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Az-Zukhruf ayat 32?
5. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Al-Isra’ ayat 35?

iv
6. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Al-Muthaffifi ayat 1-6?
7. Bagaimana pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam
tafsir Al-A’raf ayat 85?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Al-Hujurat ayat 13.
2. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Al-Maidah ayat 1.
3. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Asy-Syu’ara’ ayat 183.
4. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Az-Zukhruf ayat 32.
5. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Al-Isra’ ayat 35.
6. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Al-Muthaffifi ayat 1-6.
7. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian
Islam dalam tafsir Al-A’raf ayat 85.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir


Al-Hujurat ayat 13
‫ٱ‬ ‫ٱ‬
‫َٰٓيَأَهُّيا لَّناُس اَّن َخ َلْقَٰن مُك ِّم ن َذ َكٍر َو ُأنٰىَث َو َجَع ْلَٰن ْمُك ُش ُع واًب َو َقَبٓاِئَل ِلَتَع اَر ُفٓو ۟ا ۚ َّن َأْك َر َم ْمُك ِع نَد ِهَّلل َأْتَقٰىْمُك ۚ َّن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ٱَهَّلل َعِلٌمي َخِبٌري‬

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Tafsir Kemenag RI
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, yakni berasal dari keturunan yang sama yaitu Adam dan
Hawa. Semua manusia sama saja derajat kemanusiaannya, tidak ada perbedaan
antara satu suku dengan suku lainnya. Kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan dengan demikian
saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan saling
memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah tidak menyukai orang
yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau
kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa. Karena itu berusahalah untuk meningkatkan
ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir maupun yang tersembunyi, Mahateliti

vi
sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan perbuatan manusia yang luput dari ilmu-
Nya.1
Ayat tersebut menggambarkan kesetaraan hak antara pria dan wanita dalam
aspek spiritual dan aktivitas sosial. Ayat tersebut menekankan pentingnya sikap
adil di antara sesama manusia dan menghilangkan pandangan bahwa ada
perbedaan mendasar di antara keduanya. Kesetaraan ini mencakup banyak hal,
termasuk dalam bidang ibadah. Orang yang beribadah dengan tekun akan
mendapatkan pahala lebih, tanpa memandang jenis kelamin. Islam, sebagai
ajaran, dipandang sebagai rahmat bagi semua manusia tanpa memandang jenis
kelamin mereka.2

B. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir


Al-Maidah ayat 8.
‫َآٰيَهُّيا اِذَّل ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُكْو ُنْو ا َقَّو اِم َنْي ِهّٰلِل ُش َهَد ۤا َء اِب ْلِقْس ِۖط َو اَل ْجَي ِرَم َّنْمُك َش َنٰا ُن َقْو ٍم َعىٰٓل َااَّل َتْع ِد ُلْو اۗ ِا ْعِد ُلْو ۗا ُه َو َاْقَر ُب‬
‫ِللَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقوا اَهّٰلل ۗ ِاَّن اَهّٰلل َخِب ٌۢرْي ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
Tafsir Kementerian agama menjelaskan bahwasanya ayat ini memberikan
tuntunan agar umat Islam berlaku adil, tidak hanya kepada sesama umat Islam,
tetapi juga kepada siapa saja walaupun kepada orang-orang yang tidak disukai.
Wahai orangorang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan, yakni
orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menegakkan kebenaran, karena

1
Kemenag RI, “Tafsir Surat Al-Hujurat ayat 13”,
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/49?from=1&to=18, 2023, diakses pada 22
September 2023.
2
Muhammad Subki, dkk "Penafsiran QS. Al-Hujurat[49] Ayat 13 Tentang Kesetaraan Gender Dalam
Al-Qur'an Menurut Quraish Shihab dan Sayyid Quth", Al-Furqan, Vol. 4, No. 1, Juni 2021.

vii
Allah, ketika kalian menjadi saksi maka bersaksilah dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum, yakni kepada orang-orang kafir dan kepada
siapa pun, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil terhadap mereka. Berlaku
adillah kepada siapa pun, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya, sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan, baik yang kamu lahirkan maupun yang kamu sembunyikan. 3

C. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir


Asy-Syu’ara’ ayat 183.

‫َو اَل َتْب َخ ُس وا الَّناَس َاْش َيۤا َء ْمُه َو اَل َتْع َثْو ا ىِف اَاْلْر ِض ُم ْفِس ِد ْيَن‬

Artinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-


haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi.”
Tafsir Kemenag RI
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan jangan-lah kamu
membuat kerusakan di bumi.” Pada dasarnya prinsip hubungan antar manusia
menurut Islam adalah tidak boleh menzalimi dan tidak boleh dizalimi dengan
cara apa pun dan dalam bidang apa pun.
Tafsir Tahlili
Di samping menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, penduduk Madyan
juga berbuat dosa dan melakukan kejahatan lain, di antaranya:
1. Mengurangi timbangan dan takaran pada waktu menjual dan minta
dilebihkan pada waktu membeli.
2. Menurunkan harga barang-barang agar mereka dapat membeli barang-
barang itu dengan harga yang amat rendah.
3. Membuat onar dan kerusakan di bumi.
Ayat ini menerangkan bahwa Syuaib menyeru kaumnya untuk menghentikan
kejahatan yang biasa mereka lakukan. Mereka diseru untuk menyempurnakan

3
QuranHadist, “Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 8”, https://quranhadits.com/quran/5-al-ma-idah/al-
maidah-ayat-8/, 2023, diakses 24 September 2023.

viii
takaran dan timbangan baik di waktu menjual maupun membeli. Mengurangi
atau melebihkan takaran dan timbangan adalah perbuatan yang merugikan orang
lain. Hal itu berarti membuat kerusakan di bumi. Syuaib mengingatkan kaumnya
bahwa harta yang halal lebih baik bagi mereka, karena mereka adalah orang-
orang yang berpenghidupan baik.4
Islam, sebagai agama yang mendasarkan diri pada prinsip-prinsip keadilan
dan menghormati persaudaraan sesama Muslim, berusaha untuk menjalankan
kebenaran dan menghapuskan segala bentuk ketidakbenaran. Dalam konteks
transaksi jual beli, Islam mengatur individu untuk bertindak dengan adil dengan
mengikuti standar takaran dan timbangan yang tepat. Dengan menggunakan
timbangan yang sesuai, keadilan akan terjamin. Wahbah Azzuhaili
menginterpretasikan ayat ini sebagai larangan untuk melakukan penipuan dengan
cara mengurangi takaran, serta menginstruksikan pentingnya mempraktikkan
keadilan dan menghormati hak-hak satu sama lain dengan cara menghormati
martabat dan menghargai orang lain.5

D. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir


Az-Zukhruf ayat 32.
‫َاْمُه َيْقِس ُمْو َن َر َمْحَت َر ِّبَۗك ْحَن ُن َقَس ْمَنا َبْيُهَنْم َّم ِع ْيَش ُهَتْم ىِف اْلَح ٰي وِة اُّدل ْنَيۙا َو َر َفْعَنا َبْع َض ُهْم َفْو َق َبْع ٍض َد َر ٰج ٍت‬
‫ِّلَيَّتِخ َذ َبْع ُض ُهْم َبْع ًض ا ْخُس ِر اًّي ۗ َو َر َمْحُت َر ِّبَك َخٌرْي ِّم َّم ا ْجَي َم ُع ْو َن‬

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang


menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

4
Kemenag RI, “Tafsir Surat Asy-Syu’ara Ayat 183”,
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/26?from=1&to=227, 2023, diakses pada 22
September 2023.
5
Mohammad Nasikhan, "Alat Ukur Timbangan dalam Hukum Islam", Jurnal ALSYIRKAH, Vol. 1,
No. 2, Oktober 2020.

ix
Tafsir Kemenag RI
Atas sikap pengingkaran mereka terhadap Al-Qur’an dan kerasulan Nabi
Muhammad itu, Allah lalu bertanya kepada Nabi Muhammad, “Apakah mereka,
yang ingkar, durhaka, dan menyekutukan Tuhan itu, yang membagi-bagi rahmat
Tuhan, Pencipta, Pemelihara, dan Pelimpah rahmat kepada-mu, wahai Nabi
Muhammad? Sama sekali tidak. Mereka tidak dapat melakukan itu. Kamilah
yang membagikan rahmat di antara mereka dan Kami pula-lah yang menentukan
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia sesuai dengan ketentuan dan
hukum-hukum yang telah Kami tetapkan. Dan Kami telah meninggikan sebagian
mereka dalam kedudukan, harta, ilmu, dan jabatan mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang
lain sehingga mereka dapat saling membantu dan menolong dalam pemenuhan
kebutuhan hidup. Dan rahmat Tuhan yang dilimpahkan kepada-mu berupa
kenabian dan kerasulan lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan, baik berupa
kekayaan yang melimpah dan kekuasaan yang sangat tinggi.6
Salah satu bentuk kerja sama manusia dalam usaha yang melibatkan dua
orang atau lebih adalah memberikan kompensasi berupa gaji atau upah kepada
karyawan atau buruh yang bekerja. Tindakan ini dimaksudkan untuk
menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan, di mana satu pihak
memberikan bantuan kepada yang lain, dan pihak lainnya menerima upah
sebagai imbalan atas pekerjaan yang mereka lakukan.7
E. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir
Al-Isra’ ayat 35.
‫َو َاْو ُفوا اْلَكْيَل ِاَذ ا ْلِكْمُت َو ِز ُنْو ا اِب ْلِقْس َط اِس اْلُمْس َتِقِۗمْي ٰذ َكِل َخٌرْي َّو َاْح َس ُن َتْأِو ْيًل‬

6
Kemenag RI, “Tafsir Surat Az-Zukhruf Ayat 32”,
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/43?from=1&to=89, 2023, diakses pada 23
September 2023.
7
Rendi Karno, A. Khumaeidi Ja'far, "Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran Upah Berdasarkan
Omset Penjualan", Jurnal NERACA PERADABAN, Vol. 2, No. 1, Januari 2022.

x
Artinya: “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”
Dalam tafsir Kementerian Agama mengenai ayat ini dijelaskan bahwasanya
Allah memerintahkan kepada kaum Muslimin agar menyempurnakan takaran
bila menakar barang dagangan. Maksudnya ialah pada waktu menakar barang
hendaknya dilakukan dengan setepat-tepatnya dan secermat-cermatnya. Oleh
karena itu, seseorang yang menakar barang dagangan yang akan diserahkan
kepada orang lain sesudah dijual tidak boleh dikurangi takarannya karena
merugikan orang lain. Demikian pula kalau seseorang menakar barang dagangan
orang lain yang akan ia terima sesudah dibeli, tidak boleh dilebihkan, karena juga
merugikan orang lain. Allah swt juga memerintahkan kepada mereka agar
menimbang barang dengan neraca (timbangan) yang benar dan sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Neraca yang benar ialah neraca yang dibuat seteliti
mungkin, sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada orang yang
melakukan jual beli, dan tidak memungkinkan terjadinya penambahan dan
pengurangan secara curang.8
Quraish shihab menjelaskan pada akhir ayat ini dinyatakan bahwa penyempurnaan
takaran dan timbangan oleh ayat diatas dinyatakan baik (khair) dan lebih bagus
akibatnya. Karena penyempurnaan takaran/timbangan melahirkan rasa aman,
ketenteraman, dan kesejahteraan hidup masyarakat, yang antara lain bila masing-masing
memberikan apa yang berlebihan dari kebutuhannya dan menerima yang seimbang
dengan haknya. Ini tentu saja memerlukan rasa aman menyangkut alat ukur, baik takaran
maupun timbangan. Hal Ini menunjukkan bahwa sikap jujur dalam memenuhi takaran
dan timbangan memiliki manfaat secara meluas. Bukan saja menyangkut urusan seorang
hamba (pedagang) dengan Allah swt atau mengenai pertanggungjawaban diakhirat
kelak, tetapi jika dianalisis lebih lanjut bahwa memberikan hak orang lain dengan
semestinya, dalam hal ini memenuhi takaran akan mendatangkan efek positif dalam
kehidupan masyarakat secara umum dan pedagang itu sendiri. Tidak akan ada

8
QuranHadits, “Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 35”, https://quranhadits.com/quran/17-al-isra/al-isra-
ayat-35, 2023, diakses pada 21 September 2023.

xi
kecurigaan seorang pembeli kepada pedagang yang dikenal jujur dalam menakar suatu
barang, sehingga menyebabkan pedagang tersebut mendapat kepercayaan dari para
pembeli.9

F. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir


Al-Muthaffifi ayat 1-6.
‫) َأاَل‬3( ‫) َو َذ ا اَك ُلوْمُه َأْو َو َز ُنوْمُه ْخُي ُرِس وَن‬2( ‫) اِذَّل يَن َذ ا اْكَتاُلوا َعىَل الَّناِس َيْس َتْو ُفوَن‬1( ‫َو ْيٌل ِلْلُم َط ِّفِفَني‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫) َيْو َم َيُقوُم الَّناُس ِلَر ِّب اْلَع اَلِم َني‬5( ‫) ِلَيْو ٍم َع ِظ ٍمي‬4( ‫َيُظ ُّن ُأوَلِئَك َأُهَّنْم َم ْبُع وُثوَن‬
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri
menghadap Tuhan semesta alam?”
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah
menjelaskan perilaku orang yang akan menjadi penghuni neraka. Mereka adalah
orang-orang yang ingin dipenuhi takaran atau timbangannya ketika membeli
karena tidak mau rugi. Sebaliknya, apabila menjual kepada orang lain, mereka
akan mengurangi takaran atau timbangannya. Orang-orang yang mengurangi
takaran dan timbangan mendapat dosa yang besar karena dengan perbuatan itu,
dia dianggap telah memakan harta orang lain tanpa kerelaan pemiliknya. Allah
melarang perbuatan yang demikian itu.10
Dalam QS. Al-Mutaffifin ayat 1-6 di atas, menggambarkan tentang
kecurangan dalam perniagaan. Pengurangan timbangan ini dikenal sebagai tatfif
yang berarti mengurangi hak orang lain dalam takaran. Ibnu Kasir menafsirkan
tatfif dalam ayat ini dengan, “merugikan timbangan dengan cara melebihkan
timbangan ketika seseorang meminta pelunasan dari orang lain, atau dengan
9
Arif Al-Kausari, “Telaah atas Ayat-Ayat tentang Memenuhi Takaran dalam Timbangan”, Etika
Bisnis Islam, 2022.
10
QuranHadist Terjemahan Perkata, “Al-Qur’an Surat Al- Mutaffifin (Orang-Orang yang curang”,
https://quranhadits.com/quran/83-al-tatfif/al-mutaffifin-ayat-6/, 2023, diakses pada 24 September 2023

xii
mengurangi timbangannya ketika sedang melunasi mereka” Agar kecurangan
dapat dihindari maka secara individual seseorang harus memiliki pengetahuan
dan mengamalkan kejujuran. Dengan kata lain menjadi pelaku atau pelaksana
yang bertakwa, berbuat baik dan jujur. Negara ataupun pemerintah juga harus
membuat system pengawasan yang kuat dan evaluasi agar dapat mengidentifikasi
secara dini kecurangan dan dapat meminimalisir dampaknya11.
G. Pandangan Al-Qur’an mengenai sistem perekonomian Islam dalam tafsir
Al-A’raf ayat 85.
‫َو ِا ىٰل َم ْد َيَن َاَخ اْمُه ُش َع ْيًبۗا َقاَل ٰيَقْو ِم اْع ُبُد وا اَهّٰلل َم ا َلْمُك ِّم ْن ِاٍهٰل َغُرْي ۗٗه َقْد َج ۤا َء ْتْمُك َبِّيَنٌة ِّم ْن َّر ِّبْمُك َفَاْو ُفوا اْلَكْيَل‬
‫َو اْلِم َزْي اَن َو اَل َتْب َخ ُس وا الَّناَس َاْش َيۤا َء ْمُه َو اَل ُتْفِس ُد ْو ا ىِف اَاْلْر ِض َبْع َد ِاْص اَل َهِح ۗا ٰذِلْمُك َخٌرْي َّلْمُك ِا ْن ُكْنْمُت ُّمْؤ ِم ِنَۚنْي‬

Artinya: “Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara


mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan
(sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang
nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu
merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang
beriman.”
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan bahwasanya ayat ini
menceritakan bahwa kaum Madyan yaitu kaum Nabi Syu'aib tidak bersyukur
kepada Allah disamping mereka mempersekutukan-Nya. Akhlak mereka sangat
buruk sehingga kehidupan mereka bergelimang dalam penipuan, sampai kepada
urusan tukar-menukar, timbang-menimbang. Menurut suatu riwayat jika orang
asing datang berkunjung, mereka sepakat menuduh bahwa uang yang dibawa
orang asing itu palsu, dengan demikian mereka menukarnya dengan harga (kurs)
yang rendah sekali. Kepada kaum ini Allah mengutus Nabi Syu'aib agar dia

11
Renny Mayasari, Shopiana, dan Toni Julham, “Manajamen Keuangan dan Pembiayaan”,
Sabilarraspad, Vol. III, No. 02, 2018.

xiii
menunjukkan kepada mereka jalan yang benar dan meninggalkan kecurangan
dalam takaran dan timbangan.12

BAB III
PENUTUP

12
Quranweb, “Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 85”, 2023, diakses pada 24
September 2023.

xiv
A. Kesimpulan
Sistem perekonomian Islam didasarkan pada prinsip-prinsip yang mengejar
keadilan, pemerataan, dan kejujuran dalam semua aspek kehidupan ekonomi.
Prinsip-prinsip ini terwujud dalam ajaran Al-Quran dan Hadis serta menjadi
landasan utama bagi sistem ekonomi Islam. Dalam sistem ini:
1. Keadilan: Sistem ekonomi Islam menekankan pentingnya keadilan dalam
distribusi sumber daya dan kekayaan. Keadilan tersebut terwujud melalui
konsep zakat, yang mendorong distribusi kekayaan dari yang lebih mampu
kepada yang membutuhkan. Sistem ini juga melarang riba dan praktik-
praktik yang merugikan dalam transaksi ekonomi.
2. Pemerataan: Konsep pemerataan juga menjadi fokus utama. Allah
menegaskan dalam Al-Quran bahwa Dia meninggikan sebagian manusia di
atas sebagian yang lain, bukan untuk menciptakan ketidaksetaraan yang
merugikan, tetapi sebagai ujian. Pemerataan ekonomi dicapai melalui zakat,
sedekah, dan kebijakan yang mendorong distribusi kekayaan yang lebih
merata.
3. Kejujuran: Prinsip kejujuran adalah pijakan utama dalam sistem ekonomi
Islam. Allah memerintahkan umat-Nya untuk berbicara benar dan jujur
dalam urusan ekonomi dan transaksi. Larangan terhadap praktik-praktik
curang dan penipuan adalah bagian integral dari sistem ekonomi Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kausari Arif. “Telaah atas Ayat-Ayat tentang Memenuhi Takaran dalam


Timbangan”. Etika Bisnis Islam, 2022.

xv
Karno Rendi. A. Khumaeidi Ja'far. "Analisis Hukum Islam Terhadap Pembayaran
Upah Berdasarkan Omset Penjualan". Jurnal NERACA PERADABAN. Vol. 2.
No. 1. Januari 2022.
Kemenag RI. “Tafsir Surat Al-Hujurat ayat 13”.
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/49?from=1&to=18. 2023.
Kemenag RI. “Tafsir Surat Asy-Syu’ara Ayat 183”.
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/26?from=1&to=227. 2023.
Kemenag RI. “Tafsir Surat Az-Zukhruf Ayat 32”.
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/43?from=1&to=89. 2023.
Mayasari Renny. Shopiana, dan Toni Julham. “Manajamen Keuangan dan
Pembiayaan”. Sabilarraspad. Vol. III. No. 02. 2018.
Mohammad Nasikhan. "Alat Ukur Timbangan dalam Hukum Islam". Jurnal
ALSYIRKAH. Vol. 1. No. 2. Oktober 2020.
Subki Muhammad, dkk. "Penafsiran QS. Al-Hujurat[49] Ayat 13 Tentang Kesetaraan
Gender Dalam Al-Qur'an Menurut Quraish Shihab dan Sayyid Quth". Al-
Furqan. Vol. 4. No. 1. Juni 2021.
QuranHadits. “Al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 35”. https://quranhadits.com/quran/17-
al-isra/al-isra-ayat-35. 2023.
QuranHadist. “Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 8”. https://quranhadits.com/quran/5-
al-ma-idah/al-maidah-ayat-8/. 2023.
QuranHadist Terjemahan Perkata. “Al-Qur’an Surat Al- Mutaffifin (Orang-Orang
yang curang”. https://quranhadits.com/quran/83-al-tatfif/al-mutaffifin-ayat-6/.
2023.
Quranweb. “Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 85”. 2023.

xvi

Anda mungkin juga menyukai